View
150
Download
10
Category
Preview:
DESCRIPTION
Kombinasi Allicin Dan Calcium Sebagai Terapi Alternatif Terbaru TuberculosisBUMI ZULHERI HERMAN
Citation preview
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
KOMBINASI ALLICIN DAN KALSIUM SEBAGAI TERAPI ALTERNATIF
TERBARU TUBERCULOSIS
BIDANG KEGIATAN:
PKM-GT
Diusulkan oleh:
Bumi Zulheri Herman (C11108282) Angkatan 2008
Ibnu Hidayat (C11110111) Angkatan 2010
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Kombinasi Allicin dan Kalsium Sebagai Terapi
Alternatif Terbaru Tuberculosis.
2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI ( X ) PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan :
a. Nama Lengkap : Bumi Zulheri Herman
b. NIM : C11108282
c. Jurusan : Pendidikan Dokter Umum
d. Universitas : Hasanuddin
e. Alamat Rumah dan No HP : Bumi Tamalanrea Permai Blok F 215 Makassar /
081252627584
f. Alamat email : bumizulheriherman@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 1 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : dr. Syahrijuita Sp.THT-KL M.Kes
b. NIP : 196812301998032001
c. Alamat Rumah dan No.HP : Jl. Batua Raya IV Lr II No 1 Makassar
08124180227
Makassar, 28 Februari 2010
Menyetujui
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Ketua Pelaksana Kegiatan
dr. Anis Irawan Anwar, Sp.KK (K) Bumi Zulheri Herman
NIP. 196206271989031001 C11108282
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping
Ir. Nasaruddin Salam MT dr. Syahrijuita M.Kes Sp.THT
NIP. 19640419198903001 NIP 196812301998032001
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya atas kuasa dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
berjudul, ―Kombinasi Allicin Dalam Ekstrak Allium Sativum (Bawang Putih) dan
Kalsium Sebagai Terapi Terbaru Tuberculosis Melalui Inhibisi Biosintesis Mycothiol
dan Asam Lemak‖ dengan sebaik-baiknya.
Tidak lupa penulis memberikan apresiasi yang setinggi tingginya kepada:
1. dr. Anis Irawan Anwar, Sp.KK (K) selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
2. dr. Syahrijuita, Sp.THT, M.Kes selaku dosen pembimbing penulisan.
3. Executive Director dan segenap pengurus Medical Youth Research Club
Fakultas Kedoteran Universitas Hasanuddin sebagai Lembaga Penelitian
Mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universita Hasanuddin.
4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini.
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengikuti Program
Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT) yang diselenggarakan oleh
DIKTI.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini sangat jauh masih jauh dari
kesempurnaan dilihat dari berbagai aspek baik isi maupun teknik penulisan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca
demi kesempurnaan karya tulis ini . Semoga karya tulis ini berguna bagi penulis,
pembaca, serta pihak pihak yang diharapkan dapat membantu
mengimplementasikan gagasan dalam karya tulis ini.
Makassar, 28 Februari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................................i
Halaman Pengesahan ........................................................................................ii
Kata Pengantar ..................................................................................................iii
Daftar Isi ..........................................................................................................iv
Daftar Gambar .................................................................................................v
Daftar Tabel .......................................................................................................vi
Ringkasan .........................................................................................................vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................................1
Tujuan Penelitian ..............................................................................................2
Manfaat Penelitian ............................................................................................2
GAGASAN
Mekanisme Infeksi Mycobacterium tuberculosis ................................................2
Aspek Epidemiologi Tuberculosis ......................................................................2
Penanganan Tuberculosis Saat Ini ......................................................................3
Analisis Potensi Target Terapi Tuberculosis.......................................................4
Potensi Kerja Ekstrak Allicin Dalam Alium Sativum (Bawang Putih)
dan Kalsium Sebagai Terapi Tuberculosis ..........................................................7
Pihak-Pihak yang Terkait dengan Implementasi Gagasan ..................................9
Metode Ekstraksi Bawang Putih dan Kombinasi dengan Kalsium ......................9
KESIMPULAN
Gagasan yang diajukan ......................................................................................11
Teknik Implementasi Gagasan ...........................................................................11
Prediksi Dampak dan Implementasi Gagasan .....................................................12
Daftar Pustaka ...................................................................................................12
Daftar Riwayat Hidup .......................................................................................15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Data Jumlah Kasus Tuberculosis yang terdeteksi ..............................3
Gambar 2. Struktur Kimia Mycothiol .................................................................5
Gambar 3. Jalur Sintesis Asam Lemak, Biosintesis dan Metabolisme Mycothiol 6
Gambar 4. Allicin dan struktur kimianya ............................................................7
Gambar 5. Mekanisme kerja allicin (X) dan Kalsium (o)
dalam menghambat jalur sintesis asam lemak dan mycothiol………………….. 8
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Nilai absorban substansi dalam ekstrak bawang putih ............................10
RINGKASAN
Tuberculosis merupakan masalah kesehatan utama dunia saat ini. WHO
(2010) melaporkan bahwa telah terjadi 9,4 juta kasus infeksi tuberculosis didunia.
Dan angka kematian akibat tuberculosis mencapai 1,7 juta jiwa.Di Indonesia,
sekitar 200.000-500.000 kasus baru tuberculosis terdeteksi dengan metode apusan
tahan asam sehingga Indonesia digolongkan dalam negara dengan resiko tinggi
tuberculosis (WHO, 2009) Manajemen penanganan tuberculosis di Indonesia
mengikuti manajemen DOTS yang telah dicanangkan oleh WHO salah satunya
adalah pengobatan sesuai dengan regimen standar yang telah ditetapkan oleh
WHO. Akan tetapi pengobatan ini dilakukan dalam jangka waktu yang lama
dengan efek samping yang besar (Yee, 2003) sehingga mendorong dilakukanya
studi mengenai target terapi terbaru tuberculosis dan akhirnya ditemukan 12 target
terapi tuberculosis (Mdluli, 2006). Salah satunya adalah penghambatan atau
inhibisi biosintesis mycothiol dan asam lemak. Asam lemak digunakan oleh
bakteri untuk mensintesis dinding sel dan mycothiol digunakan untuk melindungi
bakteri dari proses oksidasi oleh sel pertahanan tubuh dan juga faktor
pertumbuhan bagi bakteri serta agen resistensi antibiotik.
Kalsium merupakan logam alkali tanah yang berpotensi menghambat
sintesis mycothiol dari Mycobacterium tuberculosis melalui inaktivasi enzim
MshB (Maynes et al, 2003). Allicin yang dapat diperoleh dari bawang putih
adalah salah satu senyawa disulfida yang memiliki efek antibakteri (Ankri, 1999).
Allicin memiliki efek inhibisi pada biosintesis mycothiol melalui penghambatan
pembentukan cystein (Waag et al, 2010), serta acetyl CoA (Focke et al 1990),
substansi yang penting bagi enzim Msh D untuk menyusun mycothiol (Koledin
2002). Hambatan pembentukan acetyl CoA ini juga menyebabkan terhambatnya
pembentukan pyruvate yang penting untuk pertumbuhan melalui enzim
maleylpyruvate isomerase (Newton et al 2008) Hambatan sintesis acetyl CoA oleh
allicin juga dapat menghambat pembentukan asam lemak yang penting untuk
pembentukan dinding sel misalnya asam mikolik dan cord factor. (Takayama et al
2005. Raman et al 2005). Hambatan pembentukan dinding sel ini menyebabkan
bakteri menjadi lebih sensitif terhadap proses destruksi oleh sistem fagositosis
makrofag.
Dengan demikian, kombinasi allicin dalam ekstrak bawang putih dengan
kalsium dapat dijadikan terapi alternatid terbaru bagi penanganan tuberculosis.
Namun perlu juga dilakukan penelitian lebih jauh mengenai efektiftas terapi ini
sehingga penemuan ini akan memberikan perkembangan yang baik bagi
pengobatan berdasarkan fitofarmakologi dan juga sebagai upaya terbaik dan low
cost effort untuk memberantas tuberculosis di Indonesia.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang tergolong kedalam bangsa actinobacteria dan
diidentifikasi pertama kali tahun 1882 oleh Robert Koch. Mycobacterium
tuberculosis merupakan bakteri yang berbentuk batang yang bersifat non motil
dengan panjang 2-4 micrometer dan lebar 0.2-0.5 µm dan mempunyai waktu
reproduksi yang lambat yakni sekitar 15-20 jam. (Todar, 2011).
Laporan WHO tahun 2010 menyatakan bahwa 9,4 juta kasus infeksi
tuberkulosis terjadi didunia Kematian akibat tuberkulosis mencapai 1.7 juta jiwa
meliputi 1,3 juta penderita tanpa sindrom defisiensi sistem imun dan 400.000
penderita dengan sindrom defisiensi imun (AIDS). Indonesia merupakan negara
ketiga tertinggi didunia untuk jumlah penderita tuberkulosis (WHO, 2010)
sehingga pemberantasan tuberkulosis perlu menjadi perhatian utama.
Salah satu hal yang menyebabkan pemberantasan tuberkulosis cenderung
terhambat yakni dari pengobatan tuberkulosis itu sendiri. Aturan pengobatan
tuberkulosis selama enam bulan dan jenis obat yang banyak yakni rifampicin,
isoniazid, pyrazinamid dan ethambutol membuat pasien merasa jenuh dan kondisi
putus obat sering terjadi ketika pasien merasa sudah sembuh sehingga
menimbulkan suatu fenomena resistensi Mycobacterium tuberculosis pada dua
obat lini pertama yakni isoniazid dan rifampicin yang disebut Multi Drug
Resistant Tuberkulosis bahkan ditemukan pula suatu resistensi antibiotik lini
kedua yang disebut Extensive Drug Resistent Tuberkulosis yang tentunya akan
membuat pengobatan jauh lebih kompleks. (WHO, 2010b) Keadaan ini memicu
masyarakat untuk mencari pengobatan alternatif. Saat ini telah digalakkan
penemuan target terapi tuberkulosis dan akhirnya telah di identifikasi 12 target
terapi tuberkulosis (Mdluli, 2006).
Tanaman herbal telah menjadi suatu fokus utama dalam pengobatan
tuberkulosis. Tanaman herbal yang bermanfaat sebagai antibakteri tentunya
menjadi pilihan utama. Salah satunya adalah bawang putih dengan kandungan
allicinnya yang dikenal memiliki efek antibakterial dengan mekanisme yang
kompleks (Ankri, 1999). Kalsium merupakan suatu unsur inorganik yang
memiliki efek inhibisi pada kinerja enzim bakteri terutama yang bekerja pada
biosintesis mycothiol suatu substansi protektif penting pada Mycobacterium
tuberculosis (Maynes et al, 2003), sehingga kombinasi antara allicin dan kalsium
ini diharapkan mampu menjadi obat yang mungkin akan menggantikan
pengobatan tuberkulosis konvensional saat ini melalui target terapi yang telah
didentifikasi sebelumnya.
Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ini adalah :
1. Untuk mengetahui potensi allicin dan kalsium sebagai terapi alternatif
tuberkulosis
2. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan potensi
allicin dan kalsium sebagai terapi alternatif tuberkulosis.
Manfaat Penulisan
Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ini antara lain :
1. Dapat menghasilkan analisa mengenai potensi allicin dan kalsium sebagai
terapi terbaru tuberkulosis
2. Dapat menghasilkan analisa mengenai teknik implementasi gagasan
3. Sebagai media referensi terutama dalam pengembangan allium sativum sebagai
obat terbaru tuberkulosis
GAGASAN
Mekanisme Infeksi Mycobacterium Tuberculosis
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global saat ini. Orang dengan
Tuberkulosis Paru aktif mudah menularkan Mycobacterium tuberculosis dalam
bentuk droplet aerosol yang dapat dikeluarkan saa€berculosis akan keluar dalam
bentuk droplet nukleus dan mencapai mencapai alevoli paru dan difagosit oleh sel
makrofag alveolar. Pada tahap berikutnya, limfosit mulai infiltrasi ke jaringan
paru dan memulai proses pengenalan antigen dari Mycobacterium tuberculosis
yang dipresentasikan oleh makrofag untuk membentuk antibodi. Hal ini juga
merangsang sel makrofag untuk menghancurkan Mycobacterium tuberculosis
dengan menggunakan enzim destruktif dan oksidan radikal. Hal ini akan
menimbulkan fokus infeksi primer yang disebut fokus Ghon (Todar, 2011). Proses
selanjutnya sel limfosist memperkenalkan antigen tuberkulosis ke sel dendritik
dan dibawa ke sistem limfe terdekat untuk dibentuk imunitas melawan bakteri.
Dengan adanya metastase atau penyebaran bakteri ini melalu jalur limfe dan jalur
hematogen (darah) maka bakteri ini dapat menyebar hampir keseluruh organ
tubuh sehingga banyak manifestasi dari infeksi tuberkulosis misalnya ke tulang
(spondylitis) ginjal, kulit, bahkan otak. (Herrmann et al, 2005) Namun jarang
menyerang hati, otot rangka, pankreas, dan kelenjar tiroid. (Agarwal et al, 2005)
Aspek Epidemiologi Tuberkulosis
Melihat cara infeksi Dengan demikian orang yang sering melakukan
kontak dengan suspek tuberkulosis akan memiliki kemungkinan 22% terinfeksi.
(WHO, 2009). Proses penularan tuberkulosis makin diperparah dengan sanitasi
lingkungan yang buruk terutama dengan kawasan yang dihuni oleh masyarakat
dengan pendapatan rendah. Tindakan medis yang tidak sesuai standar misalnya
penggunaan alat-alat kesehatan yang tidak steril bisa menjadi faktor utama dalam
penularan tuberkulosis. Penderita dengan defisiensi sistem imunitas misalnya
pada penderita AIDS juga menjadi golongan yang rentan terhadap tuberkulosis
(Griffith, 1996).
Banyaknya jalur penularan ini menyebabkan penyakit tuberkulosis mudah
menyebar. Dan yang mengkhawatirkan 90% orang yang terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis tidak memberikan gejala yang signifikan. Ketika pada kondisi yang
memungkinkan untuk berkembang misalnya pada penurunan imunitas tubuh
seperti pada penderita AIDS, Mycobacterium tuberculosis akan dapat
menimbulkan infeksi tuberkulosis (Kumar et al, 2007). Orang yang terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis akan memberikan gejala sesuai dengan organ yang
terinfeksi. Pada infeksi di paru-paru gejala yang dapat diamati yakni batuk yang
tidak kunjung sembuh lebih dari 2 minggu.(WHO, 2010)
Analisis mengenai mudahnya transmisi tuberkulosis di Indonesia ini
terbukti dengan tingginya angka kasus baru tuberkulosis yang dideteksi dengan
menggunakan teknik pewarnaan bakteri tahan asam dengan prediksi jumlah kasus
baru antara 200.000-500.000 kasus baru setiap tahunnya dan memasukkan
Indonesia sebagai salah satu dari 22 negara yang beresiko tinggi atau high burden
country (WHO, 2009)
Gambar 1. Jumlah kasus baru tuberkulosis per tahun (WHO, 2009)
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kasus infeksi
bakteri tuberkulosis adalah penyebaran dari penderita tuberkulosis aktif. Hal yang
perlu diperhatikan sebenarnya adalah bagaimana pengobatan tuberkulosis yang
dijalani oleh seorang individu apakah sudah sesuai dengan aturan yang berlaku
sebab dengan tidak diobati maka angka kematiannya dapat mencapai 50 %. Selain
itu seseorang dengan penyakit tuberkulosis yang tidak terobati akan dapat
menulari 10-15 orang sehat setiap tahun (WHO, 2009)
Penanganan Tuberkulosis Saat Ini
Penatalaksanan Tuberkulosis saat ini mengacu pada sistem DOTS (directly
observed treatment, short-course) yang dikembangkan oleh dr Karel Styblo dan
diadopsi WHO (1999) yang terdiri dari lima komponen meliputi :
Komitmen Pemerintah terutama dalam prioritas pengawasan TB, perekaman
kasus dan pelatihan tenaga medis
Deteksi kasus melalui teknik apusan tahan asam
Penanganan sesuai standar regimen dan pengawasan minum obat dalam dua
bulan pertama.
Suplai dan distribusi obat
Standarisasi pencatatan hasil pengobatan
Kesadaran akan pengobatan tuberkulosis saat ini sudah cukup tinggi
terutama usaha pemerintah dalam mengkampanyekan pengobatan tuberkulosis
sudah maksimal, akan tetapi penderita juga merasa jenuh karena dalam standar
pengobatan tuberkulosis terdapat empat obat yang harus dikonsumsi pasien
meliputi Rifampicin, Isoniazid,Ethambutol, dan Pyrazinamide
Efek samping obat-obatan ini sangat beragam mulai dari kerusakan hati,
malaise, sakit kepala, dan efek-efek yang spesifik gangguan pengelihatan warna
hijau dan peradangan saraf optik (neuritis optik) oleh ethambutol (Yee, 2003.
Lim, 2006) Selain itu pemberian obat adjuvant (obat yang dapat memaksimalkan
terapi utama) misalnya obat yang menstimulasi sistem imun tergolong mahal dari
sisi harga. Berdasarkan observasi penulis terhadap obat-obatan yang rata-rata
merupakan ekstrak herbal yang berfungsi merangsang sistem imun, harga obat
tersebut dimulai dari 5000 rupiah hingga 10000 rupiah perbiji. Hal ini yang
menyebabkan timbulnya gagasan mengenai pencarian obat baru yang murah dan
memiliki efek yang poten dalam mengatasi tuberkulosis.
Analisis Potensi Target Terapi Tuberkulosis
Menurut K. Mdluli (2006) Ada beberapa mekanisme biologis yang penting
dalam pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis yang saat ini menjadi target
terapi tuberkulosis. Antara lain, biosintesis dinding sel, peptidoglycan,
arabinogalacatan, asam lemak, asam amino, Cofactor, Mycothiol, Terpenoid,
Sintesis DNA dan ATP, Glyoxylate Shunt, Protein Regulator dan Menoquinone.
Salah satu hal yang menjadi aspek utama yang akan dibahas dalam karya tulis ini
yakni aspek biosintesis asam lemak dan mycothiol.
Struktur dinding sel Mycobacterium tuberculosis terdiri dari peptidoglycan
dan lemak kompleks yang menutupi hampir 60 % dinding selnya. Fraksi lipid
yang telah diidentifikasi sebagai komponen utama pembentukan dinding selnya
anta lain asam mikolik, cord factor dan Wax D. (Todar, 2011) Asam mikolik
berfungsi untuk meningkatkan resistensi organisme terhadap bahan kimia dan
dehidrasi serta mencegah efektifitas antibiotik yang bersifat hidrofobik dan
menghindari reaksi dari dalam granula sel fagosit yang bersifat destruktif antara
lain protein kationik, lysozym dan oksigen radikal. (Todar, 2011) Pembentukan
asam mikolik ini membutuhkan acetyl CoA yang menjadi bakal prekursor dari
asam mikolik (Takayama et Al, 2005). Selain itu cord factor atau trehalose
dimycolate yang terdapat dipermukaan dinding sel Mycobacterium tuberculosis
dan merupakan senyawa yang toxic bagi sel fagosit dan menjadi salah satu faktor
virulen Mycobacterium tuberculosis. (Katti et al, 2003. Todar, 2011) juga
membutuhkan mycolic acid yang juga disintesis dari acetyl CoA sebagai bahan
baku. (Kilburn et al, 1982) Oleh karena itu suatu inhibitor sintesis acetyl CoA
juga merupakan salah satu target terapi yang penting dalam pengobatan
tuberkulosis.
Mycothiol (1-D-myoinosityl-2- (n-acetyl-L-cysteinyl) -amido-2-deoxy-a-
D-glucopyranoside) atau MSH merupakan jenis senyawa thiol yang paling banyak
ditemukan pada Mycobacterium tuberculosis. Mycothiol (MSH) mempunyai
bagian cystein yang fungsional, selain itu pada struktur mycothiol terdapat
glucosamine dan myoinositol yang temasuk golongan gula. (Newton et al, 1995)
Gambar 2. Struktur Kimia Mycothiol (Newton et al, 2008)
Mycothiol disintesis dalam empat tahap. Dengan bantuan enzim MshA,
MshB, MshC, dan Msh D. M (Buchmeier, et al 2003) Tahap pertama adalah
sintesis inositol phospat dari glucose-6-phosphate (Glc-6-P) dengan bantuan
enzim inositol phosphate synthase (Ino1) Kemudian enzim glycosyltransferase
(MshA) mengkatalis reaksi antara acetyl glucosamine dan inositol phospat
menghasilkan acetylglucosamilinositol phospat (Newton et al, 2006).
Acetylglucosamilinositolphospat selanjutnya difosforilasi dan dideasetilasi
oleh enzim metalloprotein MshB membentuk Glucosaminilinositol (GlcNIns),
(Bucheiemer et al, 2003. Rawat et al, 2003. Newton et al, 2007.).Selanjutnya
Glucosaminilinositol digabung dengan cysteion oleh enzim MshC membentuk
Cystein-Glucosaminilinositol (Cys-GlcN-Ins). Proses ini membutuhkan ATP.
Tahapan terakhir adalah asetilasi grup amin dari cystein dengan bantuan GCN5
acetyltransferase (MshD) dan dengan bantuan acetyl-Coa menghasilkan mycothiol
(Koledin et al, 2002. Sareen et Al 2002)
Secara umum mycothiol pada bakteri merupakan suatu senyawa yang
memiliki fungsi yang ekuivalen dengan gluthatione yakni untuk melindungi
bakteri dari oksidan toksik dan antibiotik. (Newton, 2002). Mycothiol menjadi
substansi yang dibutuhkan dalam proses intraseluler meliputi detoksifikasi
komponen elektrofilik. Reduksi dan isomerasi. Mycothiol juga bereaksi dengan
Nitrit Oxida membentuk MSNO. Dengan bantuan enzim MSNO reductase maka
dibentuk suatu senyawa sulfinamide MSNOH2 yang tidak lagi toksik bagi bakteri.
(Miller et al, 2007) Proses-proses ini merupakan proses yang penting bagi
mycobacteria sebagai upaya untuk melindung diri dari proses digesti oleh sel-sel
pertahanan pada host misalnya makrofag. (Norin et al, 1997)
Fungsi mycothiol yang kedua yakni sebagai substansi pertumbuhan.
Mycothiol (MSH) merupakan coenzym bagi enzym maleylpyurvate isomerase
yang akan mengkatalis maleypyruvate menjadi fumarylpyruvate, selanjutnya akan
dihidrolisis menjadi fumarat dan pyruvate yang penting dalam proses
pembentukan energi dan pertumbuhan bakteri. Hal ini telah diujikan secara
laboratorium dengan menggunakan mycobacterium mutan MshA dan MshC dan
C. glutamicum yang telah di mutasi delesi gen mshC dan mshD didapatkan
gambaran hambatan pertumbuhan (Feng et al, 2006). Mycobacterium juga
memiliki jalur lain yang berperan dalam mensintesis fumarylpiruvate yakni
dengan bantuan enzim thiol dependent maleylpyruvate isomerase (Newton et al,
2008). Enzim yang bergantung pada thiol ini juga dapat digunakan sebagai target
terapi terbaru.
Mycothiol juga menyebabkan penurunan sentifitas terhadap beberapa
antibiotik. Pada bakteri yang telah dimutasi gen MshA didapatkan sensitivitas
terhadap rifampin 10 kali lebih tinggi dan 20 kali lebih sensitif terhadap
erithromycin. Artinya dengan adanya mycothiol dalam jumlah normal pada
bakteri maka bakteri akan 10 kali lebih resisten terhadap rifampin dan 20 kali
lebih resisten terhadap erythromicin (Rawat et al, 2007) Namun hal yang
sebaliknya terjadi pada percobaan dengan menggunakan isoniazid dan
ethionamide. Terdapat peningkatan resistensi terhadap isoniazid sebesar 25 kali
pada bakteri yang telah dimutasi gen Msh nya. (Newton et al, 1999) dan pada
Mycobacterium tuberculosis yang sudah dimutasi gen MshB terdapat peningkatan
resistensi terhadap ethionamide sebesar 6 kali lipat. (Rawat et al, 2003) Isoniazid
dan ethionamide merupakan obat yang diaktifkan intra seluler (Baulard et al,
2000) dan dapat disimpulkan bahwa Mycothiol diduga berperan dalam
pengaktifan obat ini secara intraseluler (Newton et al, 2008). Artinya dengan
penambahan inhibitor sintesis mycothiol maka akan berdampak kepada
peningkatan sensitifitas beberapa antibiotik walaupun ada beberapa antibiotik
yang malah semakin resisten
Gambar 3. Jalur Sintesis Asam Lemak, Biosintesis dan Metabolisme Mycothiol
Potensi Kerja Ekstrak Allicin dan Kalsium Sebagai Terapi Tuberkulosis.
Allicin banyak ditemukan dalam Allium sativum atau bawang putih (Eren
et al, 1985) yang merupakan salah satu rempah rempah yang sering digunakan
dalam kehidupan sehari hari. Bawang putih tumbuh baik pada berbagai variasi
ketinggian mulai 200-1200 meter diatas permukaan laut dengan curah hujan 100
mm-1200mm/tahun. Kondisi ini sangat cocok dengan iklim di Indonesia. Allium
sativum merupakan tanaman umbi berlapis dengan ketinggian tanaman mencapa
30-75 cm dengan akar serabut dan daun menyerupai helai pita.
Allicin Menghambat Sintesis Acetyl Coa Mycobacterium
Allicin bekerja dengan menghambat enzim acetyl-CoA synthetase bahkan
dapat menghambat acetate kinase dan phospotransacetylase yang merupakan
enzim yang sangat berperan dalam pembentukan acetyl-coA pada bakteri. (Focke
et al, 1990)
Gambar 4. Allicin dan struktur kimianya.
Dengan adanya efek inhibisi pada sintesis acetyl CoA terutama pada enzim
acetyl CoA synthetase maka akan berpengaruh kepada banyak aspek metabolisme
yang penting bagi Mycobacterium tuberculosis yakni terganggunya sintesis asam
mikolik. Asam mikolik dibentuk dari acetyl CoA yang selanjutnya akan
dimetabolisme oleh sistem Fatty acid synthetase I. (Takayama et al 2005. Raman
et al. 2005) Dengan adanya penurunan jumlah acetyl CoA maka hal ini juga akan
berpengaruh terhadap pembentukan asam mikolik sebagai lipid utama pembentuk
dinding sel Mycobacterium tuberculosis. Selain itu proses yang akan terganggu
berikutnya adalah sintesis cord factor atau trehalose dimycolate yang bahan
utamanya adalah acetyl CoA. (Kilburn, 1982 Katti et al, 2003. Todar, 2011)
Didalam sel, hambatan pembentukan acetyl coA juga akan memberikan
dampak terhadap kinerja enzim MshD dimana menurut Koledin (2002) acetyl
CoA merupakan cofactor enzim tersebut. Enzim Msh D merupakan enzim yang
berfungsi untuk mengasetilasi grup cystein pada prekursor mycothiol (Sareen et
al, 2002), tanpa kinerja maksimal dari enzim MshD maka tidak terbentuk asetilasi
grup cystein secara sempurna sehingga mycothiol tidak akan terbentuk dengan
sempurna.
Allicin Menghambat Enzim yang Bersifat Thiol-Dependent
Allicin merupakan suatu disulfida yang dapat bereaksi dengan residu
sulfhydril pada berbagai macam protein sehingga allicin merupakan substansi
yang mampu mempengaruhi kinerja enzim yang bergantung kepada thiol. (Koch
et al, 1996, Ankri, 1999) Dengan sifat seperti ini maka allicin dapat bereaksi
dengan enzim yang sifatnya thiol dependent. Pada metabolisme mycothiol, enzim
thiol dependent maleylpyruvate isomerase yang berfungsi untuk mengisomerasi
maleylpyruvate menjadi fumarylpyruvate pada saat kadar Mycothiol bakteri tidak
optimal (Newton et al, 2008) akan di inhibisi oleh Allicin sehingga isomerasi
maleylpyruvate menjadi fumarylpyruvate terganggu. Hal ini menyebabkan
berkurangnya substansi pyruvate yang esential yang bisa diperoleh dari hidrolisis
fumarylpyruvate Sehingga akan sangat berdampak pada pertumbuhan bakteri
karena pyurvate merupakan substansi utama untuk masuk ke siklus kreb dalam
proses pembentukan energi bakteri. (Newton et al, 2008)..
Bukan hanya enzim maleylpyurvate isomerase yang bisa dihambat oleh
allicin, Enzim MTR atau mycothione reductase yang berfungsi untuk
mengembalikan mychotione menjadi mycothiol dengan bantuan NADH (Newton
et al, 2008) juga mampu diinhibisi oleh allicin sebagai senyawa disulfida. Newton
(2008) membuktikan bahwa enzim ini dapat di inhibisi secara kompetitif oleh
senyawa dengan ikatan disulfida. Dengan adanya inhibisi pada enzim Mycothione
reductase maka reaksi kesetimbangan antara mycothione dengan mycothiol tidak
tercapai dan akhirnya dapat mengurangi kadar mycothiol intraseluler bakteri.
Gambar 5. Mekanisme kerja allicin (X) dan Kalsium (o) dalam menghambat jalur
sintesis asam lemak dan mycothiol.
Allicin Menghambat Produksi Cystein
Allicin juga terbukti dapat menghambat kinerja enzim golongan cystein
protease yakni enzim yang menyebabkan terjadinya penguraian cystein dari rantai
polipeptida (Waag et al, 2010) Inhibisi ini mengakibatkan penguraian cystein dari
rantai polipeptida akan terhambat. Berkurangnya suplai cystein sendiri akan
menghambat proses pembentukan mycothiol karena cystein merupakan bagian
penting dari mycothiol.
Supplementasi Kalsium Mampu Menghambat Enzim MshB
MshB merupakan enzim yang membutuhkan logam sebagai kofaktornya.
Bentuk asli dari enzim ini berinti zinc dan telah dikonfirmasi dengan scanning X-
Ray Flouresens dan koordinasi geometrinya ditentukan dengan crystallography.
Enzim ini dapat diaktifkan dengan Zn2, Ni2, Mn2, dan Co2 tapi tidak dapat
diaktifkan dengan Ca2 atau Mg2 (Maynes et al, 2003).Penambahan kalsium pada
ekstrak allicin juga akan menghambat kinerja enzim MshB sehingga pembentukan
mycothiol akan semakin terhambat.
Pihak-Pihak yang Terkait dengan Implementasi Gagasan
Dengan adanya gagasan ini diharapkan kalangan dokter dan farmasis dapat
memiliki gambaran mengenai bagaimana implementasi terapi kedepannya. Dokter
dan farmasis diharapkan dapat melakukan studi lebih lanjut mengenai efektifitas
terapi dengan menggunakan allium sativum dan kalsium ini, Para farmasis
diharapkan mampu untuk menyempurnakan gagasan ini terutama dalam hal-hal
yang menyangkut farmakologi dari sediaan ini misalnya bioavailabilitas, bentuk
pemberian yang efektif serta dosis aman daripada terapi terbaru ini sebab hasil
penelitian saat ini rata-rata bersifat in vitro atau berdasarkan pada hasil
eksperimen laboratorium semata.Bagi pihak-pihak yang bekerja di bidang industri
farmasi, pemanfaatan bawang putih dan kombinasi dengan mineral seperti
kalsium sebagai terapi tuberkulosis terbaru tentunya akan menggerakkan
perekonomian petani terutama petani bawang putih dan para pengekstrak mineral
kalsium misalnya pengolah batu kapur (CaCO3). Selain itu diharapkan juga
dengan adanya penemuan terapi berdasarkan tanaman herbal maka pihak industri
farmasi mampu menggerakkan industri farmasi yang bersifat fitofarmakologi
yang saat ini menjadi salah satu terapi pilihan dalam menangani penyakit.Diluar
aspek kesehatan hal ini akan mendorong pertumbuhan pertanian bawang putih
terlebih lagi bahwa setiap kandungan aktif dari bawang putih tergolong berbeda
bergantung pada negara produsennya (Hannan et al, 2011) sehingga bila nantinya
bawang putih yang ditanam di Indonesia telah terbukti memiliki potensi terapoetik
yang besar, keberhasilan ekonomi tentunya akan menjadi hasil yang dapat
diprediksikan.
Metode Ekstraksi Bawang Putih dan Kombinasi dengan Kalsium .
Metode ekstraksi lain yang dapat diimplementasikan adalah metode dari
Lagnado (2001) yang diaplikasikan oleh Yuniastuti pada tahun 2006
Teknik Persiapan Substansi :
1. Bawang Putih sebanyak 100 gram dicuci dan dan dikupas
2. Bawang Putih dihancurkan dengan menggunakan lumpang porselein
3. Bawang Putih yang sudah dihancurkan kemudian direndam dalam 200 mL
etanol, diaduk dan diendapkan selama 24 jam
4. Kemudian campuran bawang putih dan etanol tersebut didekantasi hingga
dihasilkan ekstrak dan residu.
Hasil analisis spektrofotometeri hasil ekstraksi metode Lagnado yang
dilakukan oleh Yuniastuti (2006) menunjukkan bahwa didalam ekstrak ini
terdapat senyawa diallyl disulfida (C6H10S2) atau allicin dan allyl sulfida
(C6H10S). Kadar yang ada didalamnya dapat dihitung dengan menggunakan hasil
absorban gugus-gugus fungsi yang ada didalamnya. Allicin mempunyai gugus
disulfida (S-S) pada struktur kimianya yang membedakannya dengan senyawa
lainnya, maka untuk mengidentifikasi allicin yang perlu kita perhatikan adalah
hasil absorban dari gugus disulfida pada tabel berikut. Analisis spektrofotometri
menggunakan 10 ml ekstrak dari total 200 ml campuran (5% dari campuran total).
Tabel 1. Nilai Absorban Subtansi dalam Ekstrak Bawang Putih (Yuniastuti,2006)
No Bilangan gelombang (1/cm) Intensitas % Jenis gugus Fungsi
1 408.9 0,328 S-S (disulfida)
2 879.5 40,356 C-S
3 948.9 37,363 Alkena tekuk C=C
4 1049.2
1087.8
36,213
43,668
C-C
5 1130.2
1161.1
42,164
44,746
S-H sulfonamida
6 1307.6 46,535 S-H
7 1380.9
1458.1
41,377
46,864
-CH3 Tekuk
8 1647.1 31,816 C=C
9 2129.3 63,613 S-H
10 2665.4 64,634 Aldehid
11 2900.7 41,493 C-H
12 2935.5
2974.0
39,806
29,180
C-H alkana ulur
13 3421.5 10,765 Ikatan Hidrogen
Artinya dalam setiap 100 gram bawang putih menurut metode ekstraksi ini
terdapat 0.328% allicin atau sekitar 0.328 gram atau 328 mg allicin. (Yuniastuti,
2006). Metode ekstraksi lainnya dapat menggunakan metode yang dilakukan oleh
Abdul Hanan dari University Of Health Science Lahore Pakistan. Bawang putih
dicincang dan diproses hingga menjadi bubuk dan selanjutnya direndam dengan
menggunakan ethanol 70% selama satu minggu. Selanjutnya diiltrasi dengan
menggunakan kertas filter Whatman nomor satu dengan diameter filtrasi 0.45 μm
dan selanjutnya dievaporasi sehingga dihasilkan suatu senyawa berwarna coklat
dengan bau yang tajam. Kadar yang efektif adalah 3 mg/ml untuk mencapai efek
inhibisi pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis minimum (Hannan et al, 2011)
Metode ini hanya berbeda pada lama perendaman bawang putih dengan etanol.
Bila kadar efektifitas ekstrak bawang putih sebagai dosis terapi adalah 3
mg (Hannan et al 2011), maka hanya dibutuhkan sekitar 1 gram bawang putih
sebagai bahan pengobatan tuberkulosis. Akan tetapi efek inhibisi pertumbuhan
Mycobacterium tuberculosis ini merupakan hasil yang diperoleh secara in vitro
(Hannan et al, 2011) sehingga perlu studi lebih lanjut mengenai efek ekstrak
bawang putih ini untuk mengobati tuberkulosis secara in vivo.
Kalsium merupakan substansi tambahan yang dibutuhkan dalam ekstrak
bawang putih untuk memberikan efek sinergis dalam menghambat sintesis
mycothiol melalui inaktivasi enzim MshB (Maynes et al, 2003) Kalsium dapat
dperoleh dari batu kapur (CaCO3). Proses ekstraksi dapat dilakukan secara
sederhana dengan mereaksikan batu kapur dengan asam klorida (HCl) sehingga
dibentuk kalsium klorida melalui reaksi CaCO3 + 2HCl CaCl2 + H2O + CO2.
Kalsium Klorida yang terbentuk dapat di elektrolisis sehingga menghasilkan
kalsium. Rekasi yang terjadi pada Katoda adalah Ca2+
+ 2 elektron Kalsium
dan pada Anoda 2Cl- Cl2 + 2 elektron. (Melani, 2009).
Belum ada referensi yang jelas mengenai berapa kadar yang dibutuhkan
agar kalsium dapat menyebabkan efek inaktivasi enzim MshB. Mengenai sediaan,
kalsium dan ekstrak bawang putih perlu dikemas dalam satu bentuk kapsul karena
ekstrak bawang putih memiliki rasa dan bau yang tajam. Perlu penelitian lebih
lanjut mengenai efektifitas pemberian ekstrak bawang putih dan kalsium terutama
mengenai bentuk pemberian, aspek farmakologi, dan dari aspek non medis
lainnya misalnya aspek ekonomi meliputi analisis nilai ekonomis dan
implikasinya pada pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia.
KESIMPULAN
Gagasan yang Diajukan
Allicin yang diekstrak dari Allium sativum dikombinasikan dengan
kalsium dapat menjadi terapi terbaru dalam penanganan tuberkulosis dengan jalan
menghambat sintesis asam lemak yang penting untuk pembentukan asam mikolik
dan trehalose dimycolate, salah satu unsur dinding sel Mycobacterium
tuberculosis, serta menghambat sintesis mycothiol, salah satu zat intraseluler yang
sangat penting bagi Mycobacterium tuberculosis terutama dalam hal detoksifikasi
radikal bebas, agen pertumbuhan dan resistensi bakteri terhadap antibiotik
Teknik Implementasi Gagasan
Allicin dapat diperoleh dari bawang putih dengan cara merendam hasil
penggilasan bawang putih dengan etanol dan dimurnikan kembali dengan
menggunakan evaporator. Sedangkan kalsium dapat diperoleh dari sumber alam
seperti batu kapur dan diekstrak dengan bantuan asam klorida dan dielektrolis.
Hasil ekstrak dapat dikombinasikan dengan kalsium dan dikemas dalam bentuk
kapsul karena bau ekstrak bawang putih yang tergolong tajam.
Prediksi, Dampak dan Implementasi Gagasan
Dengan adanya pemaparan gagasan ini, diharapkan akan tercetus model
penelitian terbaru yang meneliti tentang efektifitas penggunaan allicin dan
kalsium sebagai terapi terbaru tuberkulosis yang murah dan ampuh.
Pengembangan industri fitofarmakologi juga diharapkan akan terus digalakkan
seiring dengan berkembangnya terapi pengobatan herbal untuk penyakit yang
secara epidemiologi sangat perlu untuk diberantas.
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal R, Malhotra P, Awasthi A, Kakkar N, Gupta D. 2005. Tuberculous
dilated cardiomyopathy: an under-recognized entity?. BMC Infect Dis 5 (1): 29
Ankri S, Mirelman D. 1999. Antimicrobial properties of allicin from garlic.
Microbes Infect. 1999 Feb;1(2):125-9.
Baulard, A. R., J. C. Betts, J. Engohang-Ndong, S. Quan, R. A. McAdam,P. J.
Brennan, C. Locht, and G. S. Besra. 2000. Activation of the pro-drug ethionamide
is regulated in mycobacteria. J. Biol. Chem. 275:28326–28331.
Buchemeier, N. A., G. L. Newton, T. Koledin, and R. C. Fahey. 2003. Association
of mycothiol with protection of Mycobacterium tuberculosis from toxic Oxidants
and antibiotics. Mol. Microbiol. 47:1723–1732.
Cole E, Cook C 1998. Characterization of infectious aerosols in health care
facilities: an aid to effective engineering controls and preventive strategies. Am J
Infect Control 26 (4): 453–64.
Eric B. 1985. The chemistry of garlic and onions. Scientific American 252
(March): 114–9.
Feng, J., Y. Che, J. Milse, Y. J. Yin, L. Liu, C. Ruckert, X. H. Shen, S. W. Qi, J.
Kalinowski, and S. J. Liu. 2006. The gene ncgl2918 encodes a novel
maleylpyruvate isomerase that needs mycothiol as cofactor and links mycothiol
biosynthesis and gentisate assimilation in Corynebacterium glutamicum. J. Biol.
Chem. 281:10778–10785.
Focke M. Feld A, Lichtenthaler K. 1990 Allicin, a naturally occurring antibiotic
from garlic, specifically inhibits acetyl-CoA synthetase.261(1):106-8.
Griffith D, Kerr C. 1996. "Tuberkulosis: disease of the past, disease of the
present". J Perianesth Nurs 11 (4): 240–5.
Hannan A, Ikramullah M, Usman M, Hussain S, Absar M, Javed K. 2011. Anti-
Mycobacterial Activity Of Garlic (Allium Sativum) Against Multi-Drug Resistant
And Non-Multi-Drug Resistant Mycobacterium tuberculosis. Pak. J. Pharm. Sci.,
Vol.24, No.1, January 2011, pp.81-85
Katti MK, Hunter RL, Jagannath C 2003. Trehalose Dimycolate (Cord Factor)
from Mycobacterium tuberculosis Modulates Macrophage Function through
Activation of Focal Adhesion Kinase.Abstr Intersci Conf Antimicrob Agents Sep
14-17; 43.
Kilburn, James O., Takayama, Kuni., Amstrong, Emma Lee. 1982. Synthesis of
trehalose dimycolate (cord factor) by a cell-free system of M smegmatis
Biochemical and Biophysical Research Communications Volume 108, Issue 1, 16
September 1982, Pages 132-139
Koch HP, Lawson LD 1996. Garlic: The Science and Therapeutic Application of
Allium sativum L. Vol. 1. Williams and Wilkins; Baltimore p. 233.
Koledin, T., G. L. Newton, and R. C. Fahey. 2002. Identification of the mycothiol
synthase gene (mshD) encoding the acetyltransferase producing mycothiol in
actinomycetes. Arch. Microbiol. 178:331–337.
Lim SA. 2006. Ethambutol-associated optic neuropathy. Ann. Acad. Med. Singap.
35 (4): 274–8.
Maynes, J. T., C. Garen, M. M. Cherney, G. L. Newton, D. Arad, Y. Av-Gay, R.
C. Fahey, and M. N. James. 2003. The crystal tructure of 1-D-myoinosityl 2-
acetamido-2-deoxy-alpha-D-glucopyranoside deacetylase (MshB) from
Mycobacterium tuberculosis reveals a zinc hydrolase with a lactate dehydrogenase
fold. J. Biol. Chem. 278:47166–47170.
Mdluli K, Spigelman M. 2006. Novel targets for tuberkulosis drug discovery.
Curr Opin Pharmacol. 2006 Oct;6(5):459-67.
Miller, C. C., M. Rawat, T. Johnson, and Y. Av-Gay. 2007. Innate protection of
Mycobacterium smegmatis against the antimicrobial activity of nitric oxide is
provided by mycothiol. Antimicrob. Agents Chemother. 51:3364–3366.
Newton, G. L., and R. C. Fahey. 2002. Mycothiol biochemistry. Arch.
Microbiol.178:388–394.
Newton, G. L., K. Arnold, M. S. Price, C. Sherrill, S. B. del Cardayre´, Y.
Aharonowitz, G. Cohen, J. Davies, R. C. Fahey, and C. Davis. 1996. Distribution
of thiols in microorganisms: mycothiol is a major thiol in most actinomycetes. J.
Bacteriol. 178:1990–1995.
Newton, G. L., M. D. Unson, S. J. Anderberg, J. A. Aguilera, N. N. Oh, S.
B.delCardayre´, J. Davies, Y. Av-Gay, and R. C. Fahey. 1999. Characterization of
a Mycobacterium smegmatis mutant defective in 1-D-myo-inosityl-2-amino-2-
deoxy-alpha-D-glucopyranoside and mycothiol biosynthesis. Biochem.Biophys.
Res. Commun. 255:239–244.
Newton, G. L., M. D. Unson, S. J. Anderberg, J. A. Aguilera, N. N. Oh, S. B.
delCardayre´, J. Davies, Y. Av-Gay, and R. C. Fahey. 1999. Characterization of a
Mycobacterium smegmatis mutant defective in 1-D-myo-inosityl-2-amino- 2-
deoxy-alpha-D-glucopyranoside and mycothiol biosynthesis. Biochem. Biophys.
Res. Commun. 255:239–244.
Newton, G. L., P. Ta, and R. C. Fahey. 2007. Tuberkulosis: from lab research to
field trials, abstr. 347. Abstr. Keystone Symp
Newton, G. L., P. Ta, K. P. Bzymek, and R. C. Fahey. 2006. Biochemistry of the
initial steps of mycothiol biosynthesis. J. Biol. Chem. 281:33910–33920.
Newton, Gerald L., Buchmeier, Nancy., Fahey. Robert. 2008. Biosynthesis and
Functions of Mycothiol, the Unique Protective Thiol of Actinobacteria.
Microbiology And Molecular Biology Reviews, Sept. 2008, p. 471–494 Vol. 72,
No. 3
Norin, A., P. W. Van Ophem, S. R. Piersma, B. Persson, J. A. Duine, and H.
Jornvall. 1997. Mycothiol-dependent formaldehyde dehydrogenase, a prokaryotic
medium-chain dehydrogenase/reductase, phylogenetically links different
eukaroytic alcohol dehydrogenases—primary structure, conformational modelling
and functional correlations. Eur. J. Biochem. 248:282–289.
Nur Indri, Melani. 2009. Proses Ekstraksi Logam Alkali Tanah.
Raman K, Rajagopalan P, Chandra N 2005 Flux Balance Analysis of Mycolic
Acid Pathway: Targets for Anti-Tubercular Drugs. PLoS Computational Biology
1(5): 349:358
Rawat, M., C. Johnson, V. Cadiz, and Y. Av-Gay. 2007. Comparative analysis of
mutants in the mycothiol biosynthesis pathway in Mycobacterium smegmatis.
Biochem. Biophys. Res. Commun. 363:71–76
Rawat, M., G. L. Newton, M. Ko, G. J. Martinez, R. C. Fahey, and Y.Av-Gay.
2002. Mycothiol-deficient Mycobacterium smegmatis mutants are hypersensitive
to alkylating agents, free radicals and antibiotics. Antimicrob Agents Chemother.
46:3348–3355.
Rawat, M., S. Kovacevic, H. Billman-Jacobe, and Y. Av-Gay. 2003. Inactivation
of mshB, a key gene in the mycothiol biosynthesis pathway in Mycobacterium
smegmatis. Microbiology 149:1341–1349.
Sareen, D., M. Steffek, G. L. Newton, and R. C. Fahey. 2002. ATP-dependent L-
cysteine:1D-myo-inosityl2-amino-2-deoxy-D-glucopyranoside ligase,mycothiol
biosynthesis enzyme MshC, is related to class I cysteinyltRNAsynthetases.
Biochemistry 41:6885–6890
Takayama,K., Wang, Cindy., Gurdyal S. Besra 2005. Pathway to Synthesis and
Processing of Mycolic Acids in Mycobacterium tuberculosis. Clinical
Microbiology Reviews, January 2005, p. 81-101,
Todar, Kenneth. 2011. Textbook of bacteriology. Diakses dari halaman website
http://www.textbookofbacteriology.net/tuberkulosis_2.html tanggal 21 Februari
2011 pukul 23.17 WITA.
Waag T, Gelhaus C, Rath J, Stich A, Leippe M, Schirmeister T. Allicin and
derivates are cysteine protease inhibitors with antiparasitic activity. Bioorg Med
Chem Lett. 2010 Sep 15;20(18):5541-3.
World Health Organization. 2009. World Report Tuberkulosis 2009-Indonesia
Report. Geneva
World Health Organization.2010. World Report Tuberkulosis 2010. Geneva
World Health Organization.2010b. Multidrug and Extensive Drug Resisten
Tuberkulosis, Global Plan Surveillance. Geneva.
Yee D, Valiquette C, Pelletier M, Parisien I, Rocher I, Menzies D. 2003.
Incidence Of Serious Side Effects From First Line Anti Tuberkulosis Drugs
Among Patients Treated For Active Tuberkulosis. Am J Respir Crit Care Med
2003:167:1472-1477.
Yuniastuti, Katrina. 2006 Ekstraksi Dan Identifikasi Komponen Sulfida Pada
Bawang Putih ( Allium Sativum ). Universitas Negeri Semarang. Semarang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Bumi Zulheri Herman
Tempat Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 6 Juli 1991
Angkatan ; 2008
Karya-karya Ilmiah yang pernah dibuat :
Perbandingan Efektifitas Ekstrak Aloe Vera, Ekstrak Morinda citrifolia
dengan Metformin dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah (2009)
Potensi Niacinamida dalam Mereduksi Hiperpigmentasi Kulit (2008)
Analisis Fungsi Potensi Hutan Lindung Sungai Wain sebagai Hutan Lindung
Primer dan Ruang Terbuka Hijau di Kota Balikpapan (2006)
Penghargaan yang pernah diperoleh :
Juara Tiga Lomba Karya Tulis Ilmiah Lingkungan Kota Balikpapan 2006.
Nama : Ibnu Hidayat
Tempat Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 7 Agustus 1991
Angkatan : 2010
Karya-karya Ilmiah yang pernah dibuat :
Penghargaan yang pernah diperoleh :
Recommended