View
34
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
KOMUNITAS NEMATODA PADA BEBERAPA LOKASI PENANAMAN
UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG
Skripsi
Oleh
Dwi Prayugo
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
KOMUNITAS NEMATODA PADA BEBERAPA LOKASI PENANAMAN
UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG
Oleh
DWI PRAYUGO
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keragaman dan kelimpahan komunitas
nematoda yang berasosiasi dengan lokasi pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta
Crantz) di Provinsi Lampung. Pengambilan sampel dilakukan di tiga kabupaten yaitu
Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan Lampung Timur. Proses laboratorium
dilakukan di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 - Februari 2018
menggunakan metode survai. Data komunitas nematoda dianalisis menggunakan
Prominance Value (PV), data kelimpahan seluruh nematoda dan kelimpahan genus
nematoda parasit tumbuhan yang dominan dianalisis ragamnya dan nilai tengah diuji
dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian
menunjukkan: 1) Ditemukan 29 genus nematoda terdiri dari 17 genus nematoda parasit
tumbuhan dan 12 genus nematoda hidup bebas, pada setiap lokasi penanaman ubi kayu
ditemukan 11 - 17 genus, Indeks Shannon 2,1 - 2,5, dan Indeks Shimpson’s 0,8 - 0,9.
2) Kelimpahan seluruh nematoda yang ditemukan tiap lokasi berkisar antara 194,3 -
875,0 individu/300cc tanah, nematoda parasit tumbuhan 169,1 - 746,6 individu/300cc
tahah, nematoda hidup bebas 25,2 - 128,4 individu/300cc tanah. 3) Genus nematoda
parasit tumbuhan yang dominan pada tanaman ubi kayu terdiri dari Helicotylenchus,
Pratylenchus, Meloidogyne, Apelenchus, dan Xiphinema. 4) Lokasi penanaman ubi
kayu mempengaruhi kelimpahan dan keragaman nematoda.
Kata kunci: ubi kayu, nematoda, Helicotylenchus, Pratylencus.
KOMUNITAS NEMATODA PADA BEBERAPA LOKASI PENANAMAN
UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG
Oleh
Dwi Prayugo
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Dwi Prayugo, dilahirkan di Panorama, Kecamatan
Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran pada 20 Juni 1993 dari pasangan bapak
Iran dan ibu Sarti. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan di SDN 05 Banjaran selesai pada tahun 2005.
Kemudian melanjutkan pendidikan di MTs Nurul Iman Punduh Pidada selesai
pada tahun 2008, selanjutnya di SMK Pelayaran selama 1 tahun, tidak selesai
kemudian keluar. Dari SMK pelayaran kemudian melanjutkan pendidikan di
MAN 2 Tanjung Karang pada tahun 2009 selesai pada tahun 2012. Pada tahun
2012, penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Agroteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada Juli 2015 penulis melaksanakan kegiatan
Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor. Pada
Januari 2016 penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Bakung Ilir, Kecamatan Gedung Meneng, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif dalam UKM PERMA AGT
(Persatuan Mahasiswa Agroteknologi) dan menjadi anggota bidang kaderisasi
pada periode 2013 – 2014 dan Kepala Bidang Pengembangan Masyarakat (Kabid
Pengmas) pada periode 2015 – 2016.
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
(QS. Al-Insyirah : 6 – 8)
“Tidak ada daya dan upaya kecuali pertolongan Alla SWT”
(Nabi Muhammad SAW)
“Sebaik baiknya manusia diantaramu adalah yang paling
banyak manfaatnya bagi orang lain”
(Nabi Muhammad SAW)
SANWACANA
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan seluruh proses penelitian
yang dituangkan dalam karya ilmiah (Skripsi) dengan judul “Komunitas
Nematoda pada Beberapa Lokasi Penanaman Ubi Kayu di Provinsi
Lampung” Selama melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis
banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis ingin menghaturkan terima kasih
banyak yang tak terhingga kepada Bapak Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S., dan Prof.
Dr. Ir. FX Susilo, M.Sc. yang memberikan proyek penelitian ini, membiayai,
mengajari, serta memotivasi saya dengan sabar sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar
sarjana. Ungkapan rasa terima kasih terkhusus kepada Bapak Dr. Ir. I Gede
Swibawa, M.S. selaku pembimbing utama yang membimbing saya dengan sabar
meskipun saya jarang menghadap karena saya sibuk dengan pekerjaan, yang
datang hanya satu atau dua minggu sekali untuk konsultasi juga yang memotivasi
saya untuk fokus pada kewajiban saya sebagai mahasiswa. Juga kepada Bapak Ir.
Solkihin, M.P. selaku pembimbing dua yang memudahkan saya dalam
menyelesaikan skripsi ini saya ucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga.
Kepada dosen di Fakultas Pertanian Universitas Lampung:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung,
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku Ketua Bidang Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
4. Saudara seperjuangan dalam penelitian Aam Prambudi, Sidarlin, Christ
Arisandi Pandiangan atas kerjasama, bantuan, semangat, dan kebersamaannya
dalam pelaksaan penelitian,
5. Sahabat-sahabatku Aan Rinaldi, SP., Alim Asyifa, SP., Diah Prabaningrum,
SP., serta kawan-kawan seperjuangan angkatan 2012, dan kawan-kawan
organisasi PERMA AGT, juga adik tingkat atas segala dukungan dan
kebersamaannya selama ini,
6. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian
penelitian dan penulisan skripsi.
Semoga Allah SWT dapat membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Aamiin
Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Bandar Lampung, 31 Oktober 2018
Penulis,
Dwi Prayugo
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................ 2
1.3 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 2
1.4 Hipotesis ......................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5
2.1 Ubi Kayu ......................................................................................... 5
2.2 Nematoda ........................................................................................ 7
III. BAHAN DAN METODE ...................................................................... 10
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 10
3.2 Karakteristik Kebun ....................................................................... 10
3.3 Alat dan Bahan ............................................................................... 12
3.4 Metode Penelitian .......................................................................... 12
3.5 Pengambilan sampel Tanah ........................................................... 13
3.6 Ekstraksi Nematoda ........................................................................ 15
3.7 Fiksasi Nematoda .......................................................................... 16
3.8 Penghitungan Nematoda ................................................................ 16
3.9 Pembuatan Preparat Permanen ...................................................... 17
3.10 Identifikasi Nematoda .................................................................. 18
3.11 Pengukuran Kadar Air Tanah ........................................................ 18
ii
3.12 Variabel Yang Diamati .................................................................. 19
3.13 Analisis Data .................................................................................. 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 21
4.1 Komunitas Nematoda ...................................................................... 21
4.2 Kelimpahan Nematoda .................................................................... 22
4.3 Kelimpahan 5 Nematoda Parasit Tumbuhan Dominan ................. 23
4.4 Keragaman Nematoda ..................................................................... 24
Pembahasan ............................................................................................ 25
V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 30
5.1 Simpulan ......................................................................................... 30
5.2 Saran ............................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 32
LAMPIRAN ................................................................................................. 34
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Karakteristik kebun ubi kayu di tiga kabupaten di Provinsi Lampung 10
2. Prominance Value (PV) genus nematoda di tiga lokasi penanaman
ubi kayu di Provinsi Lampung ............................................................. 21
3. Kelimpahan seluruh nematoda, nematoda parasit tumbuhan, dan
nematoda hidup bebas di tiga lokasi penanaman ubi kayu di
Provinsi Lampung ............................................................................... 23
4. Kelimpahan genus nematoda parasit tumbuhan yang dominan di tiga
lokasi penanaman ubi kayu di Provinsi Lampung ............................... 24
5. Jumlah genus, indeks Shannon, dan indeks Shimpson’s di tiga lokasi
penanaman ubi kayu di Provinsi Lampung ......................................... 25
6. Kadar air tanah di tiga lokasi penanaman ubi kayu di Provinsi
Lampung ............................................................................................. 28
7. Beberapa genus nematoda yang ditemukan di tiga lokasi penanaman
ubi kayu di Provinsi Lampung ............................................................ 35
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Petak lahan ........................................................................................... 14
2. Letak titik pengambilan sampel tanah .................................................. 14
3. Lokasi kebun (A), Pengambilan sampel tanah (B), Penimbangan
sampel kadar air tanah (C), Ekstraksi nematoda (D), Pembuatan
preparat permanen (E), Penghitungan nematoda (F) ........................... 53
4. Helicotylenchus (A), Pratylenchus (B), Apelenchus (C),
Xiphinema (D) Criconemoides (E), Scutellonema (F), ......................... 54
5. Charcarolaimus (G), Pelodera (H), Mononchus (I) ............................ 55
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan salah satu bahan pangan yang utama,
tidak saja di Indonesia tetapi juga di dunia. Di Indonesia ubi kayu merupakan
makanan pokok ke tiga setelah padi dan jagung. Ubi kayu mempunyai kandungan
gizi yang cukup lengkap yaitu karbohidrat, fosfor, kalsium, vitamin C, protein, zat
besi, dan vitamin B1 (Chalil, 2003).
Pada tahun 2015 Provinsi Lampung tercatat sebagai penghasil ubi kayu terbesar di
Indonesia dengan produksi mencapai 8.294.913 ton, luas panen 325,17 ribu
hektar, atau 30,11% dari produksi di seluruh Indonesia. Provinsi Jawa Timur
berkontribusi terhadap luas panen ubi kayu nasional sebesar 16,04% atau
mencapai rata-rata produksi 173,23 ribu hektar dan Jawa Tengah sebesar 15,17%
atau mencapai luas panen rata-rata 163,88 ribu hektar (Kementan, 2015).
Produktivitas ubi kayu yang tinggi dapat terancam oleh Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT). Salah satu kelompok organisme pengganggu tanaman ubi kayu
adalah nematoda. Menurut Bridge et al. (2005), ada beberapa jenis nematoda
parasit tumbuhan yang berasosiasi dengan tanaman ubi kayu dan yang berpotensi
2
merusak diantaranya Meloidogyne incoginia, M. Javanica, Pratylenchus
brachyurus, Rotylenchus renisformis, Helicotylenchus erythrinae, dan H.
dihystera. Dari beberapa jenis nematoda yang berasosiasi tersebut yang paling
merusak tanaman ubi kayu adalah Meloidogyne spp. Serangan nematoda
menyebabkan hancurnya jaringan akar sehingga pengangkutan unsur hara ke
seluruh bagian tanaman menjadi tidak maksimal. Akibatnya, fotosintesis dan
respirasi tanaman tidak berjalan dengan baik dan pertumbuhan tanaman menjadi
terhambat.
Informasi mengenai nematoda yang berasosiasi dengan ubi kayu di Lampung
belum tersedia, padahal Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar.
Oleh karena itu, untuk memperoleh informasi tentang nematoda pada pertanaman
ubi kayu maka perlu dilakukan penelitian ini. Informasi mengenai nematoda
dapat bermanfaat untuk menunjang keberhasilan petani dalam berbudidaya
tanaman ubi kayu.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keragaman dan kelimpahan komunitas
nematoda yang berasosiasi dengan pertanaman ubi kayu di Lampung.
1.3 Kerangka pemikiran
Tanaman ubi kayu berasosiasi dengan komunitas nematoda yang meliputi
nematoda parasit tumbuhan dan nematoda hidup bebas. Nematoda parasit
3
tumbuhan bersifat merugikan dan nematoda hidup bebas bersifat menguntungkan.
Nematoda hidup bebas terlibat dalam proses perombakan bahan organik menjadi
unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Nematoda parasit tumbuhan merusak
akar yang menyebabkan penyerapan air dan unsur hara dari akar ke bagian atas
tanaman menjadi terganggu, sehingga metabolisme tanaman menjadi terganggu.
Tanaman yang terserang oleh nematoda akan mengalami gejala seperti klorosis
pada daun, nekrosis pada akar, hingga menyebabkan kematian.
Nematoda merupakan biota yang sangat peka terhadap perubahan kondisi
lingkungan di dalam tanah. Salah satu faktor yang mempengaruhi aktifitas
nematoda adalah sifat fisik tanah, yaitu kelembaban, suhu, serta kadar air tanah.
Kondisi tanah yang lembab dan kadar air mencapai 40-80% dari kapasitas lapang
merupakan kondisi yang sesuai untuk perkembangbiakan nematoda (Swibawa dan
Oktarino, 2010). Namun, apabila kadar air terlalu berlebihan (tergenang),
nematoda akan mengalami kekurangan oksigen yang dapat menyebabkan
kematian nematoda, sebab biota ini bersifat aerob (Norton, 1978 dalam Swibawa
dan Oktarino, 2010).
Lampung merupakan Provinsi penghasil ubi kayu. Tanaman ini ditanam di
beberapa kabupaten yang memiliki perbedaan karakteristik topografi.
Karakteristik topografi antar lokasi dapat meneyebabkan perbedaan kondisi fisika
dan biologi tanah. Perbedaan karakteristik topografi antara daerah satu dengan
yang lain diperkirakan mempengaruhi komunitas nematoda.
4
1.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang diuraikan di muka, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah lokasi penanaman mempengaruhi keragaman
dan kelimpahan komunitas nematoda yang berasosiasi dengan pertanaman ubi
kayu.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ubi Kayu
Ubi kayu berasal dari benua Amerika, tepatnya Brasil dan Paraguay.
Penyebarannya hampir ke seluruh negara termasuk Indonesia. Ubi kayu ditanam
di wilayah Indonesia sekitar tahun 1810 yang diperkenalkan oleh orang Portugis
dari Brazil. Ubi kayu merupakan tanaman yang penting bagi negara beriklim
tropis seperti Nigeria, Brazil, Thailand, dan juga Indonesia. Keempat Negara
tersebut merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar di dunia (Soelistijono,
2006).
Tumbuhan ini berdasarkan klasifikasi ilmiahnya tergolong dalam keluarga besar
Euphorbiaceae dengan nama latin Manihot esculenta. Adapun klasifikasi ubi
kayu secara lengkap sebagai berikut ( USDA, 2013).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotiledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta Crantz.
6
Ubi kayu tumbuh dan berkembang di daerah tropika yaitu 30º LU dan 30º LS.
Tanaman ini cocok pada suhu antara 18 -35ºC, kelembaban udara 65%.Untuk
produksi yang optimum, ubi kayu membutuhkan kondisi seperti dataran rendah
tropis, dengan ketinggian 150 m di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata
antara 25-27ºC (Sundari, 2010).
Tanaman ubi kayu tumbuh baik apabila curah hujan cukup yaitu 760-1015
mm/tahun, tetapi dapat juga tumbuh pada curah hujan kurang dari < 500
mm/tahun, ataupun lebih tinggi dari 5.000 mm/tahun. Curah hujan terlalu tinggi
mengakibatkan terjadinya serangan jamur dan bakteri pada batang, daun dan umbi
apabila drainase kurang baik (Sundari, 2010).
Ubi kayu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Pada daerah di mana jagung dan
padi tumbuh kurang baik, ubi kayu masih dapat tumbuh dengan baik dan mampu
berproduksi tinggi apabila ditanam dan dipupuk tepat pada waktunya. Sebagian
besar pertanaman ubi kayu terdapat di daerah dengan jenis tanah Aluvial, Latosol,
Podsolik dan sebagian kecil terdapat di daerah dengan jenis tanah Mediteran,
Grumusol dan Andosol. Tingkat kemasaman tanah (pH) untuk tanaman ubi kayu
minimum 5. Tanaman ubi kayu memerlukan struktur tanah yang gembur untuk
pembentukan dan perkembangan umbi. Pada tanah yang berat, perlu ditambahkan
pupuk organik (Sundari, 2010).
7
2.2 Nematoda
Nematoda merupakan biota tanah yang mempunyai ciri khas yaitu berbentuk gilik
memanjang seperti cacing, tidak bersegmen dan ukuran panjang antara 0,5 – 4
mm dengan lebar 50 - 250 μ (Jenkins dan Taylor, 1967). Dinding tubuh
nematoda terdiri atas kutikula, hipoderm, dan otot tubuh. Kutikula merupakan
lapisan ganda non seluler dinding tubuh terluar yang membungkus tubuh
nematoda dan melapisi semua lubang tubuh alami. Tubuh nematoda dapat
menunjukkan simetri bilateral ataupun asimetri dan simetri radial. Simetri
bilateral yaitu kondisi yang menggambarkan kedua belah bagian tubuh merupakan
lawan yang persis sama dengan yang lain (Sastrosuwignyo, 1990).
Dalam klasifikasinya nematoda terbagi menjadi dua kelas yaitu Enoplea dan
Chromadorea. Kelas Enoplea terbagi menjadi 2 subkelas yaitu Enoplia dan
Dorylaimia, sedangkan Chromadorea terbagi menjadi 1 subkelas yaitu
Chromadoria. Enoplia terbagi kedalam 2 ordo, Dorylamia terbagi ke dalam 5
ordo dan Chromadoria terbagi kedalam 6 ordo. Nematoda parasit tumbuhan
termasuk ordo Dorylaimida dan Tryplonchida, serta famili dari Tylenchina (De
Ley, 2006).
Sistem pencernaan nematoda merupakan tabung yang terdiri dari tabung mulai
dari mulut sampai anus. Sistem pencernaan nematoda parasit tumbuhan meliputi
stilet, esofagus, usus, dan rektum. Stilet berupa tabung berasal dari kutikula yang
dapat dijulurkan dan ujungnya mempunyai lubang yang letaknya subterminal,
bagian pangkalnya membengkak dan membentuk tiga basal knob. Otot-otot
8
protaktor menghubungkan knob dengan kerangka kepala. Nematoda pemakan
bakteri mempunyai mulut silindris yang bagian depannya terus terbuka.
Nematoda predator mulutnya mempunyai satu gigi atau lebih. Sedangkan
nematoda parasit tumbuhan mepunyai stilet di dalam mulutnya yang fungsinya
untuk merobek atau menusuk dan mengambil zat makanan pada sel tanaman
inangnya (Dropkin, 1991).
Alat ekskresi nematoda terdiri atas kelenjar sel yang berinti satu yang
berhubungan dengan sebuah saluran ekskresi bermuara pada bagian ventral tubuh
nematoda, disebut porus ekskretorius. Lubang tersebut umumnya terdapat di
daerah esofagus atau sedikit di belakangnya. Sistem syaraf pada nematoda terdiri
atas komisura yang melingkar pada esofagus disebut cincin syaraf dan jaringan
syaraf yang dihubungkan dengan organ-organ tubuh serta dengan berbagai alat
peraba (Bridge et al. 2005).
Siklus hidup nematoda berawal dari induk meletakkan telur pada akar tumbuhan
di dalam tanah kemudian telur menetas dan menjadi larva. Bentuk larva
nematoda sama seperti dewasa namun belum memiliki sifat-sifat seksual skunder.
Dalam pertumbuhannya larva nematoda akan mengalami pergantian kulit
sebanyak empat kali. Pada pergangtian kulit keempat nematoda mengakhiri
stadium larva dan menjadi individu nematoda dewasa. Beberapa nematoda
seperti nematoda puru akar pergantian kulit pertamanya terjadi sebelum menetas
atau pada saat larva berada di dalam telur (Sastrosuwignyo, 1990).
9
Serangan nematoda parasit tumbuhan ada yang menimbulkan gejala di bawah
permukaan tanah dan gejala di atas permukaan tanah. Gejala serangan di bawah
permukaan tanah yaitu akar akan bereaksi membentuk puru karena ada nematoda
yang masuk ke dalam akar. Nematoda bisa tinggal di dalam akar bersama
telurnya. Nematoda yang hidup di dalam akar tanaman ini disebut endoparasit.
Akibatnya pembentukan akar serabut baru terjadi lagi dengan jumblah lebih
banyak. Jika serangan terjadi hanya di satu sisi, akar akan tumbuh bengkok
kemudian berbelit – belit. Pada waktu masuk ke dalam akar, nematoda akan
membuat luka terlebih dahulu dengan stiletnya. Nematoda yang tinggal di luar
tanaman memasukkan stilet atau kepalanya saja untuk mengisap air sel tanaman
serta mengeluarkan enzim untuk menghancurkan sel-sel tanaman disebut
nematoda ektoparasit (Mustika, 1992).
Gelaja serangan yang ditimbulkan oleh serangan nematoda di atas permukaan
tanah yaitu pertumbuhan tanaman akan mengalami hambatan karena unsur hara
yang diterima akan berkurang. Akibatnya tumbuhan tanaman akan terhambat,
kerdil, klorosis, dan seringkali diikuti layu, daun gugur, atau ujung tanaman mati.
Titik tumbuh sering mengalami kelainan, daun jadi keriting, membengkok,
berbelit, dan kadang pada batang ada tumor atau pembengkakan karena
kekurangan unsur hara. jaringan perenkim daun dan batang mengalami kematian
sehingga timbul bercak – bercak berwarna coklat atau nekrosis (Mustika, 1992).
10
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari Juni 2017 sampai dengan Februari 2018.
Pengambilan sampel tanah dilakukan pada pertanaman ubi kayu milik petani di
beberapa lokasi di Lampung. Proses ekstraksi dan identifikasi nematoda
dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan dan Laboratorium Ilmu
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2 Karakteristik Kebun
Pengambilan sampel tanah dilakukan di enam lokasi pertanaman ubi kayu. Kebun
terletak di tiga kabupaten berbeda di Provinsi Lampung. Posisi geografis, luas
lahan, kadar air, umur dan jumlah tanaman ubi kayu disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik kebun ubi kayu di tiga kabupaten di Provinsi Lampung
Kabupaten Kecamatan/Desa Pemilik Kebun Karakteristik Kebun
Lampung
Selatan
Natar/
Tanjung Sari
Sahrul
Posisi geografis kebun:
5º16’49,5912” LS, dan
105º12’152.8912”BT. Luas
2778 m², kadar air tanah
28,74%. Tanaman ubi kayu
berumur 7 bulan, klon yang
ditanam UJ-3 dengan jumlah
sebanyak 5832 tanaman.
11
Tabel 1. (Lanjutan)
Lampung
Selatan
Tanjung
Sari/Natar Mahyo
Posisi geografis kebun:
5º17’43.368” LS dan
105º12’43.11”BT. Luas 7930
m², kadar air tanah 31,01%.
Tanaman ubi kayu berumur 4
bulan, klon UJ-3 dengan
jumlah sebanyak 11076
tanaman.
Lampung
Tengah
Anak
Tuha/Bumiaji Subadi
Posisi geografis kebun:
4º57’18.9468”LS dan
105º1’15.2292”BT. Luas
8280 m², kadar air tanah
25,01%. Tanaman ubi kayu
berumur 5 bulan, klon UJ-3
denganjumlah sebanyak
13176 tanaman.
Lampung
Tengah
Anak
Tuha/Bumiaji Tarom
Posisi geografis kebun:
4º57’35.1972”LS dan
105º0’57.456”BT. Luas
kebun 12500 m², kadar air
tanah 21,54% Tanaman ubi
kayu berumur 7 bulan, klon
UJ-3 dengan jumlah sebanyak
19110 tanaman.
Lampung Timur Pekalongan Darwis
Posisi geografis kebun:
5º04’84.599”LS dan
105º4’16.9784”BT. Luas
kebun 16884 m², kadar air
tanah 22,55 %. Tanaman ubi
kayu berumur 12 bulan, klon
UJ-3 dengan jumlah sebanyak
21733 tanaman.
Lampung Timur
Batang
Hari/Sukaraja
Nuban
Bibit
Posisi geografis kebun:
5º1’36.4008”LS dan
105º24’20.8944”BT. Luas
kebun 4860 m², kadar air
tanah 25,09% Tanaman ubi
kayu berumur 6 bulan, klon
UJ-5 dengan jumlah sebanyak
6916 tanaman.
12
3.3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi alat untuk pengambilan sampel
yaitu sekop kecil, pisau, bor tanah, ember, amplop, plastik, karet gelang, spidol
permanen, tali rafia, dan bambu. Alat dan bahan ekstraksi nematoda meliputi
timbangan elektrik, beaker glass, sentrifius, tabung sentrifius, saringan (ukuran 1
mm, 53 µm, dan 38 µm), pipet tetes, kompor listrik, panci, botol suspensi. Alat
dan bahan untuk fiksasi dan pembuatan preparat permanen adalah desikator, oven,
mikroskop stereo binocular, cawan Petri, pengait nematoda, hand counter, kaca
preparat, cover glass, termometer, meteran, GPS, alat tulis, dan kamera.
Bahan yang digunakan adalah sampel tanah, air, gliserin, formalin, larutan
Golden X (8 bagian formalin + 2 bagian gliserin + 90 bagian aquades), larutan
Seinhorst I (20 bagian alkohol 96 % + 2 bagian gliserin + 78 bagian aquades),
Seinhorst II (95 bagian alkohol 96% + 5 bagian gliserin), gula putih, air, label,
dan kantung plastik dengan ukuran 20 cm x 35 cm.
3.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survai. Lokasi
pengambilan sampel adalah kebun ubi kayu milik petani. Pemilihan lokasi kebun
yang menjadi tempat pengambilan sampel dilakukan secara acak bertingkat yaitu:
1. Dicatat nama seluruh kabupaten di Provinsi Lampung
2. Dipilih 3 kabupaten yang didominasi tanaman ubi kayu
3. Dipilih dua lokasi yang mudah diakses dari setiap kabupaten
4. Dicatat nama pemilik kebun
13
5. Dicatat sejarah lokasi penanaman
6. Diukur luas lahan
7. Dihitung jumlah tanaman
8. Dicatat titik koordinat, umur tanaman, dan klon tanaman
3.5 Pengambilan Sampel Tanah
Pada setiap lahan tanaman ubi kayu, sampel tanah diambil pada 5 titik sampel
yaitu 4 titik di sudut arah diagonal petak dan 1 titik di pusat petak lahan (Gambar
1). Penentuan titik pengambilan sampel dilakukan dengan cara membagi panjang
dan lebar lokasi kebun. Panjang dan lebar lokasi masing-masing dibagi 4 dengan
cara menghitung jumlah baris tanaman. Setelah titik pengambilan sampel
ditentukan, dilakukan pengukuran titik pengambilan sampel tanah atau sub
sampel. Pengukuran sub sampel dilakukan dengan cara mengukur jarak antara
titik pusat dengan titik sub sampel. Di setiap titik sub sampel pengambilan tanah
dilakukan menggunakan bor tanah pada 12 titik sub sampel yang berbentuk
melingkar yaitu 4 sub sampel pada lingkaran kecil dengan jarak 3 meter dari titik
pusat dan 8 sub sampel pada lingkaran besar dengan jarak 6 meter dari titik pusat.
(Gambar 2). Sampel tanah diambil hingga kedalaman 20 cm kemudian dicampur
sebagai sampel tanah komposit. Masing- masing sampel dimasukkan ke dalam
plastik dan diberi label.
14
Gambar 1. Petak lahan
Keterangan : titik pengambilan sampel
3 m
3 m
3 m 3 m
3 m 3 m
3 m
3 m
Gambar 2. Letak titik pengambilan sampel tanah
Keterangan: Tata letak pengambilan sampel tanah
(Susilo & Karyanto, 2005)
Jarak terjauh dari
titik pusat (6 m)
Jarak terdekat dari
titik pusat (3 m)
15
3.6 Ekstraksi Nematoda
Ekstraksi merupakan suatu cara pemisahan nematoda dari tanah. Metode
ekstraksi yang digunakan adalah metode penyaringan bertingkat dan sentrifugasi
dengan larutan gula. Ekstraksi dilakukan terhadap 300 cc sampel tanah (Gafur &
Swibawa 2004). Sebelum diekstraksi, sampel tanah terlebih dahulu ditimbang
untuk diketahui bobot 300 cc tanah tersebut. Tanah yang telah ditimbang
kemudian dimasukkan ke dalam ember, ditambah air sebanyak 2 liter, selanjutnya
diremas-remas hingga hancur. Setelah hancur, kemudian suspensi tanah
didiamkan selama 1 menit. Suspensi disaring menggunakan saringan makro
dengan ukuran lubang 1 mm dan suspensi tanah yang lolos saringan ditampung ke
ember lain, kemudian air saringan didiamkan kembali selama 3 menit, disaring
kembali dengan saringan berukuran 58 µm, filtrat yang lolos saringan ditampung
dalam ember lain dan tanah yang tertambat pada saringan ditampung ke dalam
gelas beker. Suspensi tanah pada ember kemudian di saring kembali
menggunakan saringan ukuran lubang 38 µm dan tanah yang tertambat pada
saringan ditambahkan ke dalam gelas beker sebelumnya.
Suspensi tanah yang tertambat pada saringan dengan ukuran 53 µm dan 38 µm
yang tercampur dimasukkan ke dalam 8 buah tabung sentrifius, kemudian
disentrifius dengan kecepatan 3500 rpm selama 3 menit. Setelah disentrifus
supernatan dibuang dan endapan tanah ditambah larutan gula sebanyak 2 kali
tinggi endapan kemudian diaduk hingga merata. Suspensi tanah yang telah diberi
larutan gula disentrifus kembali dengan kecepatan 1500 rpm selama 1,5 menit.
Supernatan hasil dari sentrifus adalah suspensi nematoda dalam larutan gula.
16
Suspensi dalam larutan gula kemudian dibilas dengan air untuk menghilangkan
larutan gula dengan bantuan saringan 38 µm. Setelah bersih dari larutan gula,
suspensi nematoda kemudian ditampung pada botol suspensi yang sudah diberi
label. Larutan gula dibuat dengan cara melarutkan gula pasir sebanyak 500 gram
ke dalam air sehingga volume menjadi 1000 ml.
3.7 Fiksasi Nematoda
Fiksasi adalah metode yang dilakukan untuk mengawetkan nematoda dengan cara
menambahkan larutan fiksatif Golden X ke dalam suspensi nematoda. Pembuatan
larutan Golden X dilakukan dengan cara mencampurkan 8 bagian formalin + 2
bagian gliserin + 90 bagian aquades. Sebelum suspensi ditambah larutan Golden
X terlebih dahulu nematoda dimatikan. Botol suspensi yang berisi 10 ml tersebut
dipanaskan dengan cara direbus di dalam panci berisi air hingga suhu di dalam
botol suspensi mencapai suhu 50-70ºC. Setelah itu suspensi dimasukkan ke
dalam tabung sentrifius dan didiamkan selama 1 malam agar nematoda
mengendap. Suspensi yang sudah didiamkan selama 1 malam dijadikan 3 ml
dengan cara memipetnya dari bagian atas secara hati-hati. Suspensi yang sudah
dijadikan 3 ml kemudian ditambah larutan Golden X hingga mencapai 10 ml
kemudian dimasukkan ke dalam botol dan diberi label nematoda berada pada
larutan formalin 3% (Susilo dan Karyanto, 2005).
3.8 Penghitungan Nematoda
Penghitungan nematoda dilakukan dengan cara mengambil suspensi yang sudah
difiksasi sebanyak 3 ml dari 10 ml menggunakan pipet tetes kemudian dituang ke
17
dalam cawan bergaris dan dihitung di bawah mikroskop strereo binoculer dengan
bantuan hand counter. Penghitungan dilakukan hingga suspensi yang terdapat di
dalam botol habis.
3.9 Pembuatan Preparat Permanen
Pembuatan preparat permanen dilakukan setelah melalui tahap ekstraksi, fiksasi,
dan penghitungan nematoda. Preparat permanen ditujukan untuk menunjang
proses identifikasi nematoda. Suspensi hasil fiksasi sebanyak 10 ml dimasukkan
ke dalam tabung sentrifius dan diamkan selama semalam (12 jam) supaya
nematoda mengendap. Setelah didiamkan semalam suspensi dijadikan 3 ml
dengan cara memipetnya pada bagian atas secara hati-hati. Suspensi 3 ml tersebut
kemudian ditambah larutan Seinhorst I sebanyak 7 ml sehingga volume menjadi
10 ml. Suspensi yang sudah ditambah dengan Seinhorst dituang ke dalam
petridish dan diberi label, kemudian dimasukkan ke dalam desikator yang berisi
alkohol 96% dengan volume 1/3 bagian selanjutnya dioven selama semalam
dengan suhu 43ºC. Suspensi yang sudah dioven kemudian dikeringkan pada suhu
43ºC selama 4 jam untuk mengurangi setengah larutan. Kemudian suspensi
ditambah larutan Seinhorst II sehingga menjadi 10 ml dan dimasukkan kembali ke
dalam desikator dan dioven selama semalam dengan suhu 43ºC, dikeringkan
kembali dengan suhu 43ºC selama 4 jam. Ditambahkan larutan Seinhorst II
kembali dan dilakukan proses yang sama yaitu suspensi dimasukkan ke dalam
desikator dan dioven selama semalam pada suhu 43ºC, lalu dikeringkan pada suhu
43ºC selama 4 jam. Kemudian tambahkan larutan Seinhorst II, dimasukkan ke
18
dalam desikator dan dioven selama semalam dengan suhu 43ºC dan dikeringkan
dengan suhu 43º selama 48 jam (Hooper et al., 2005).
3.10 Identifikasi Nematoda
Identifikasi nematoda dilakukan setelah pembuatan preparat permanen.
Identifikasi dilakukan dengan cara mengambil nematoda yang sudah diawetkan
sebanyak 100 nematoda secara acak. Nematoda diambil menggunakan kait satu
persatu dengan bantuan mikroskop stereo binoculer. Kemudian nematoda
sebanyak 100 ekor diletakkan pada kaca preparat yang sebelumnya diberi tetesan
larutan gliserin lalu ditutup dengan cover glass. Pada bagian sisi cover glas
dilapisi kuteks bening yang berfungsi sebagai perekat.
Identifikasi nematoda dilakukan hingga tingkat genus berdasarkan ciri
morfologinya menggunakan mikroskop majemuk dengan perbesaran 100-400
kali. Dalam melakukan identifikasi menggunakan bantuan buku acuan Goodey
(1963), Mai and Lyon (1975), dan Smart and Nguyen (1988). Caranya adalah
dengan mencocokan nematoda pada kaca preparat dengan buku acuan. Setelah
mengetahui genus dari nematoda yang telah diamati kemudian dilakukan
pengelompokkan ke dalam 2 peranan yaitu nematoda parasit tumbuhan dan
nematoda hidup bebas.
3.11 Pengukuran Kadar Air Tanah
Pengambilan sampel tanah dilakukan untuk mengukur kadar air tanah yang
diperlukan sebagai data penunjang penelitian ini. Untuk mengukur dan
19
mengetahui kadar air tanah dilakukan pengambilan sampel tanah dari tanah
komposit seberat 10 gram saat dimasukkan kedalam amplop dan diberi label.
Sampel tanah dioven selama 24 jam pada suhu 105ºC lalu ditimbang bobot akhir
setelah pengeringan. Selanjutnya untuk mengetahui kadar air tanah dilakukan
perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut (Susilo & Karyanto, 2005).
Dengan catatan W = kadar air tanah, Mw = Bobot tanah basah (10 g) Mp = Bobot
tanah kering 105⁰C.
3.12 Variabel yang diamati
Pada penelitian ini variabel yang diamati yaitu dominansi genus nematoda parasit
tumbuhan. Populasi relatif genus nematoda adalah banyaknya individu genus tiap
100 nematoda yang diidentifikasi. Populasi absolut genus dihitung dengan
mengalikan populasi relatif genus dengan populasi seluruh nematoda tiap sampel.
Data komunitas nematoda dianalisis untuk menentukan genus nematoda yang
dominan menggunakan Prominence Value (PV) genus dengan formula (Beals
1960, dalam Norton 1978) sebagai berikut.
PV = KA x √
FA =
Dengan catatan = PV = Prominance Value,, KA = populasi absolut tiap genus dan,
FA = frekuensi absolut.
20
Rumus Indeks Keragaman Shannon sebagai berikut :
H’ = -∑ pi ln pi
Dengan catatan H’ = Indeks Keragaman Shannon, Pi = Kelimpahan relatif dari
genus ke i
Rumus Indeks Keragaman Shimpson’s sebagai berikut :
Ds = 1- ∑(pi)²
Dengan catatan Ds = Indeks keragaman Shimpson’s, Pi = kelimpahan relatif dari
genus ke i
3.13 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis ragam dan nilai tengah diuji dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%. Analisis data menggunakan perangkat
program SAS (9.1)
30
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ditemukan 29 genus nematoda terdiri dari 17 genus nematoda parasit
tumbuhan dan 12 genus nematoda hidup bebas, pada setiap lokasi penanaman
ubi kayu ditemukan 11 - 17 genus, Indeks Shannon 2,1 - 2,5, dan Indeks
Shimpson’s 0,8 - 0,9.
2. Kelimpahan seluruh nematoda yang ditemukan tiap kabupaten berkisar antara
194,3 - 875,0 individu/300cc tanah, nematoda parasit tumbuhan 169,1 - 746,6
individu/300cc tahah, nematoda hidup bebas 25,2 - 128,4 individu/300cc
tanah.
3. Genus nematoda parasit tumbuhan yang dominan pada tanaman ubi kayu
terdiri dari Helicotylenchus, Pratylenchus, Meloidogyne, Apelenchus, dan
Xiphinema.
4. Lokasi penanaman ubi kayu mempengaruhi kelimpahan dan keragaman
nematoda.
31
5.2 Saran
Perlu diadakan pengamatan nematoda pada tanah dan akar tanaman ubi kayu
untuk mengetahui populasi nematoda parasit tumbuhan dan hidup bebas di lokasi
pertanaman ubi kayu.
32
DAFTAR PUSTAKA
Bridge, J., D. L. Coyne., and C. K. Kwoseh. 2005. Nematode Parasitic of
Tropical Root and Tuber Crops (Excluding Potatoes). In M. Luc, Sikora
and J. Bridge (Eds.). Plant Parasite Nematodes in Subtropical and
Tropical Agriculture. Ed. CAB International. PP.221-258.
Chalil, D. 2003. Agribisnis Ubi Kayu di Propinsi Sumatera Utara. Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Coyne. D. I. 1994. Nematode Pests of Cassava. African Crop Science Journal
2(4): 355-359
De Ley, P. 2006. A Quick tour of Nematode Diversity and The Backbone of
Nematode Philogeny. http://www.wormbook.org. Diakses tanggal 16
Februari 2017.
Dropkin, V. H. 1991. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Penerjemah Supratoyo.
Edisi Kedua. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Gafur, A. dan I G. Swibawa. 2004. Methods in Nematodes and Soil Microbe
Research for Belowground Biodiversity Assessment. Di dalam F.X Susilo,
A. Gafur, M. Utomo, R. Everizal, S. Murwani, I G. Swibawa, (Eds.).
conservation and Sustainable Management for Below-ground
Biodiversityin Indonesia. Universitas Lampung.
Goodey, J. B. 1963. Soil and Freshwater Nematodes. Mathuen & Co Ltd.,
London., John Wiley &Sons, INC, New York.
Hooper, D. J., J. Hallman, & S. A. Subbotin. 2005. Methods for Extraction,
Processing and Detection of Plant and Soil Nematodes. Pp. 53-86. In:
Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture. M.
Luc, R, A, Sikora & J. Bridge (eds). CABI Publishing, UK.
Indralaksmi, A. 2016. Pegaruh Sistem Olah Tanah dan Pengelolaan Gulma
terhadap Komunitas Nematoda pada Pertanaman Ubi Kayu (Manihot
esculenta Crantz) Periode Tanam Keempat di Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. (Skripsi) Universitas Lampung.
Lampung.
33
Jenkins, W. R. and D. P. Taylor. 1967. Plant Nematology. Reinhold Publishing
Corporation. New York.
Kementan. 2015. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi
Kayu. http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/epublikasi/outlook/2015.
Diakses tanggal 06 Februari 2017.
Mai, W. F dan H. H. Lyon. 1975. Pictorial Key to Genera of Plant Paratic
Nematodes.
Munif, A. 2003. Prinsip- Prinsip Pengelolaan Nematoda Parasit Tumbuhan di
Lapangan. Dalam Bahan Pelatihan. Identifikasi dan Pengelolaan
Nematoda Parasit Utama Tumbuhan. 26-29 agustus 2003. Bogor.
Mustika, I. 1992. Pengantar Nematologi Tanaman. Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat. Bogor.
Norton, D.C. 1978. Ecology of Plant Parasitic Nematodes. John Willey and Sons,
New York, Chichester, Brisbane, and Toronto.
Sastrosuwignyo, S. 1990. Nematologi Tumbuhan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Sohlenius B. dan Sandor A. 1987. Vertical distribution of nematodes in arable
soil un der grass (Festuca pratensis) and barley (Hordeum distichum).
Biology and Fertility of Soils. 3(1-2):19-25.
Smart, G. C and K.B. Nguyen. 1988. Illustrated Key for the Identification of
Common Nematodes in Florida. Florida.
Soelistijono 2006. Tanaman Singkong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susilo, F.X. dan A. Karyanto. 2005. Methods for Assessment of Below-Ground
Biodiversity in Indonesia. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Swibawa, I G. dan H. Oktarino. 2010. Pengaruh kadar air tanah terkontrol
terhadap kelimpahan nematoda parasit tumbuhan. Dalam Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi – III : Peran Strategis Sains dan
Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa. Universitas Lampung.
Bandar Lampung, 18-19 Oktober 2010. Hlm.213-219.
Sundari, T. 2010. Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya Ubi Kayu.
Report No. 55. STE. Final.
USDA. 2013. Classification for Kingdom Plantae Down to Species Manihot
esculenta Crantz. http://plants.usda.gov/java/Classification
Servlet?source=profile&symbol=MAES&display=31. Diakses tanggal 04
April 2016.
Recommended