View
262
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCE DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM PAI DI KELAS 3
SDIT ASSALAMAH UNGARAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh:
Hanifah Lutfiati NIM : 3103025
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2008
ii
DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH SEMARANG
PENGESAHAN
Skripsi Saudara : Hanifah lutfiati
Nomor Induk : 3103025
Judul : Konsep Multiple Intelligence dan Implementasinya
IIiDalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran.
Telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan
predikat cumlaude / baik / cukup, pada tanggal : 22 Januari 2008.
Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1
tahun akademik 2007/2008.
Semarang, 22 Januari 2008
Ketua Sidang/Dekan Sekretaris Sidang
Prof. Dr. H. Djamaluddin Darwis, M. A. Drs. Sajid Iskandar NIP. 150 030 529 NIP. 150 231 364 Penguji Penguji Prof. Dr. H. Erfan Soebahar, M. Ag. Ahmad Ismail, M. Ag. NIP. 150 231 369 NIP. 150 279 718 Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. H. Djamaluddin Darwis, M. A. Syamsul Ma’arif, M. Ag. NIP. 150 030 529 NIP. 150 321 619
Alamat : Jl. Prof. DR. Hamka Ngaliyan Telp. (024) 7601295 Semarang 50185
iii
Prof. Dr. H. Djamaluddin Darwis, M. A.
Jln. Tandang Raya No. 6 Semarang.
Syamsul Ma’arif, M. Ag.
Jati Sari Permai Blok C 11/6.
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eks.
Hal : Naskah Skripsi
An. Sdr. Hanifah Lutfiati.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini
saya kirim naskah skripsi Saudara :
Nama : Hanifah lutfiati
Nomor Induk : 3103025
Judul : Konsep Multiple Intelligence dan Implementasinya
IIDalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran.
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera
dimunaqasyahkan.
Demikian harap menjadikan maklum.
Wassalamu’alikum Wr. Wb.
Semarang, Desember 2007
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. Djamaluddin Darwis, M. A. Syamsul Ma’arif, M. Ag. NIP. 150 030 529 NIP. 150 321 619
iv
MOTTO
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar
menemukan cinta dan kehidupan.
Oleh : Dorothy Law Nolte.
v
PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan skripsi ini kepada :
Ayahanda H. Muchtar Lutfi dan Ibunda Hj. Chusnul Chotimah
tersayang yang setiap saat rela berkorban demi masa depan anakmu
ini, semoga Allah SWT senantiasa menyayangi dan memberi.,
mencurahkan rahmat-Nya kepada beliau.
Adik-adiku tercinta, Wihdah, Hisnie dan Hasani, thanks atas
dukungannya, aku sayang kalian.
Mas Fahku, yang menjadi penyemangat hidup penulis.
vi
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 8 Januari 2008
Deklarator,
Hanifah Lutfiati NIM. 3103025
vii
ABSTRAK Hanifah Lutfiati (NIM. 3103025) Konsep Multiple Intelligence dan Implementasinya Dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran. Skripsi. Semarang Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo Semarang, 2008.
Penelitian ini berusaha untuk memfokuskan dan mencurahkan segenap pikiran dan wawasan dalam rangka melacak dan mengetahui: (1) Bagaimana konsep umum multiple intelligence dan PAI (2) Bagaimana implementasi konsep multiple intelligence dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis non statistik, yaitu menggunakan analisis deskriptif kualitatif, analisis yang diwujudkan bukan dalam wujud angka melainkan dalam bentuk uraian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Multiple intelligence adalah suatu konsep pemikiran yang timbul untuk menepis anggapan bahwa kecerdasan manusia hanya dapat diukur dengan penilaian IQ yang hanya menggambarkan dua kecerdasan saja, yaitu kecerdasan linguistik dan kecerdasan logis-matematis. Gardner menafsirkan bahwa penilaian IQ ini terlalu sempit. Kemudian Gardner mengungkapkan kecerdasan manusia berjumlah banyak, antara lain: Kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan merupakan kemampuan seseorang yang dilakukan secara terus menerus, sehingga menjadi sebuah kecerdasan. Teori multiple intelligence (kecerdasan ganda) membahas lingkup potensi manusia, dengan adanya teori multiple intelligence maka setiap individu dapat di kelompokkan ke dalam kecerdasannya masing-masing. (2) Pelaksanaan multiple intelligence dalam pembelajaran menuntut pendidik harus mempunyai daya kreativitas dalam menerapkan pendekatan multiple intelligence. Di SDIT Assalamah Ungaran pembelajaran PAI dengan pendekatan multiple intelligence sangat bervariasi. Pendidik menggunakan variasi metode pembelajaran ada yang menggunakan metode sosiodrama pada kelas interpersonal, pendidik juga menggunakan metode permainan dalam pelaksanaan pelajaran. Sehingga dalam penyampaian materi peserta didik langsung menjadi subjek (yang melakukan), baik itu melalui sosiodrama dan praktek-praktek lainnya sesuai dengan kecerdasan peserta didik Ini akan menjadikan pembelajaran yang mempunyai arti lebih dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (tradisional). Di kelas konvensional, pendidik mengajar sambil berdiri di depan kelas, menulis di depan tulis, bertanya kepada peserta didik tentang materi kemudian peserta didik disuruh mengerjakan soal dan pendidik menunggu. Model pengajaran tradisional sekedar menempatkan pendidik sebagai pemberi materi. Di kelas kecerdasan ganda pendidik dapat mengajar dengan presentasi, menggabungkan metode linguistik, musik, kinestetik secara kreatif.
viii
KATA PENGANTAR
سم الله الرحمن الرحيمب
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.,
yang telah memberikan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Segala kelemahan, kekurangan dan kelalaian yang ada
dalam skripsi ini semata-mata hanyalah dari penulis sendiri. Sedangkan kebenaran
dan kesempurnaan skripsi ini hanyalah pertolongan dari Allah SWT. Karena
kebenaran dan kelebihan hanyalah milik-Nya. Shalawat serta salam selalu penulis
haturkan kepada beliau Nabi Agung Muhammad SAW, Rasul utusan Allah yang
telah membukakan tirai gelap kehidupan manusia.
Dengan sepenuh hati penulis sadar dalam penulisan skripsi ini tidak akan
terselesaikan jika tanpa uluran tangan dan bantuan dari berbagai pihak, ucapan
terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan sebagai balasan kepada yang
terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, M. Ed., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang beserta staf, yang telah berkenan menerima judul skripsi
yang penulis ajukan sekaligus memberikan izin untuk penulisan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Djamaluddin Darwis, M.A., selaku dosen pembimbing I
dan Bapak Syamsul Ma’arif, M.Ag., selaku dosen pembimbing II, yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.
3. Bapak Drs. Darmuin, M. Ag., selaku wali studi yang telah memberikan
bimbingan dalam permasalahan akademis.
4. Seluruh dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis, semoga amalnya bermanfaat.
5. Pihak Sekolah (Kepala sekolah, staf pengajar, dan siswa) SDIT Assalamah
Ungaran, yang telah memberikan tempat, waktu, data dan informasi-informasi
kepada penulis.
6. Kedua orang tuaku, H. Muchtar Lutfi dan Hj. Chusnul Chotimah, yang tanpa
henti memberikan kasih sayang dan do’anya selama ini.
7. Adik-adiku, Wihdah, Hisnie, Hasani, makasih atas dukungannya selama ini.
ix
8. Mas Fah, yang selalu memberikan semangat dan dukungannya untuk segera
menyelesaikan skripsi ini, dan selalu menyakinkan “ Hanifah Pasti Bisa !! ”.
9. Sahabat dan teman-temanku paket K : Isti, Uun, Maria, Asrikah, Hidayah,
Mu’sodah, Lina, Bima, Kasdi, Nur Hadi, Absor, Yazid, Saiful, Riyadi,
Temen-temen A5 : Mbak Nik, Mbak Ria, Dwi, Ning, dan Linda. Temen-
temen A4 : Ina, Ani, dan Atun, persahabatan kalian takkan pernah aku
lupakan.
Penulis tidak dapat berbuat apa-apa untuk membalas budi baik semua, selain
memanjatkan do’a semoga amal dan jasa baik mereka dicatat dan diterima oleh
Allah SWT., juga mendapatkan balasan pahala yang sesuai dengan amalnya.
Amin.
Semarang, 8 Januari 2008
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii
Persetujuan Pembimbing ................................................................................... iii
Halaman Motto .................................................................................................. iv
Halaman Persembahan ....................................................................................... v
Deklarasi ............................................................................................................ vi
Abstrak ............................................................................................................... vii
Kata Pengantar ................................................................................................... viii
Daftar Isi ............................................................................................................ x
BABI. PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah ............................................................... 1
B. Penegasan Istilah .......................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ........................................................................ 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 7
E. Telaah Pustaka.............................................................................. 8
F. Metode Penelitian......................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan Skripsi ...................................................... 12
BABII. KONSEP UMUM MULTIPLE INTELLIGENCE DAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Konsep Umum Multiple Intelligence........................................... 14
1. Pengertian, Latar Belakang dan Tujuan Multiple Intelligence ... 14
a. Pengertian Multiple Intelligence ............................................ 14
b. Latar Belakang Multiple Intelligence..................................... 16
c. Tujuan Multiple Intelligence.................................................. 18
2. Teori dan Pembelajaran Multiple Intelligence ............................ 20
a. Teori Multiple Intelligence .................................................... 20
b. Pembelajaran Multiple Intelligence ....................................... 27
xi
B. Pendidikan Agama Islam............................................................. 34
1. Pengertian Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam......... 34
2. Materi Pendidikan Agama Islam............................................. 39
3. Metode Pendidikan Agama Islam… ................................... …39
C. Multiple Intelligence Dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam 45
BABIII. GAMBARAN UMUM SDIT ASSALAMAH UNGARAN
A. Gambaran SDIT Assalamah Ungaran .......................................... 50
1. Sejarah Berdirinya SDIT Assalamah Ungaran ......................... 50
2. Latar Geografis…………................ ……………………..….. .51
3. Visi dan Misi SDIT Assalamah Ungaran.................................. 51
4. Kondisi Siswa, guru dan Staf .................................................... 52
5. Sarana dan Prasarana................................................................. 52
6. Kegiatan Ekstra kulikuler.......................................................... 53
7. Struktur Organisasi dan pengelolaannya................................... 53
B. Sistem Pembelajaran SDIT Assalamah Ungaran. ........................ 54
C. Implementasi Multiple Intelligence dalam PAI di Kelas 3 SDIT
Assalamah Ungaran…….................................................. ………55
BABIV. ANALISIS KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCE DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM PAI DI KELAS 3 SDIT
ASSALAMAH UNGARAN
A. Analisis Konsep Umum Multiple Intelligence ............................. 60
a. Analisis Teori Multiple Intelligence ........................................ 61
b. Analisis Pembelajaran Multiple Intelligence ........................... 66
B. Analisis Implementasi Multiple Intelligence dalam PAI di Kelas 3
SDIT Assalamah Ungaran............................................................ 71
BABV. PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 81
B. Saran-saran ................................................................................... 83
C. Penutup......................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi merupakan produk kemajuan sain dan teknologi, maka
peningkatan kualitas SDM muslim untuk memajukan sain dan teknologi perlu
mendapatkan prioritas. Perhatian pendidikan Islam kaitannya dengan
globalisasi, juga harus memperhatikan “sosok lulusan” yang diharapkan yaitu
manusia “cerdas, kreatif dan beradab”, sosok yang sangat dibutuhkan
pendidikan Islam untuk menghadapi era globalisasi. Sosok yang diharapkan
memiliki berbagai macam kecerdasan di dalam dirinya, baik itu kecerdasan
fisik, kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial, kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual. Hal tersebut untuk merealisasikan misi pendidikan
membentuk manusia yang shaleh dan produktif seperti yang diharapkan.
Pendidikan Islam harus menumbuhkan prakasa dan memekarkan potensi
kreatif pada peserta didiknya dengan berbagai macam kecerdasan. Pendidikan
Islam harus segera memperhatikan berbagai macam kecerdasan yang harus
dikembangkan. Maka, masing-masing kecerdasan dalam diri siswa harus
ditumbuhkembangkan secara proposional dan seimbang. Ini berarti
pendidikan Islam yang “demokratis” harus memberlakukan beragam metode
yang menggali kemampuan siswa untuk berperan secara aktif, dengan
mengakui perbedaan kemampuan intelektual, kecepatan belajar, sifat, sikap,
dan minatnya.1
Banyak orang cukup lama percaya bahwa bila seseorang mempunyai
IQ tinggi, maka ia akan sukses dalam hidup ini. Maka pengukuran IQ sejak
lama menjadi salah satu ukuran terpenting dalam menentukan kemungkinan
sukses seseorang. Dalam kenyataannya sekarang ini, dapat dilihat bahwa
orang yang ber- IQ tinggi belum tentu sukses dan belum tentu hidup bahagia.
1 Syamsul Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hlm.
121-125.
2
Untuk sukses dalam kehidupan ini, ada berbagai faktor yang perlu dilihat dan
diperhatikan. Kepandaian berpikir logis dan kemampuan vokal sering
dominan dalam menentukan IQ bukanlah satu-satunya jaminan kesuksesan
hidup, bila melihat kehidupan lebih secara menyeluruh, dan bukan partial.2
Perlu diketahui setiap orang mempunyai keragaman inteligensi.
Inteligensi bukanlah tunggal, melainkan banyak, tidak ada seorang normal pun
yang hanya memiliki satu jenis kecerdasan, meskipun keadaannya
terdokumentasi dalam literatur psikologi.3 Dengan adanya kecerdasan ganda,
seorang anak memiliki lebih dari satu kecerdasan. Seorang peserta didik yang
memiliki kecerdasan matematika, belum tentu memiliki kecerdasan yang
lainnya. Sebab setiap anak memiliki kecerdasan masing-masing. Kecerdasan
itu meliputi : linguistik, matematis-logis, visual, kinestetis, musikal,
interpersonal dan intrapersonal. Sehingga tidak akan ada justifikasi bahwa
anak itu bodoh.
Teori multiple intelligence ditemukan dan dikembangkan oleh Howard
Gardner, seorang ahli psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dari
Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat. Ia mulai
menuliskan gagasannya tentang kecerdasan ganda dalam bukunya Frames of
Minds pada tahun 1983. Pada tahun 1993 ia mempublikasikan bukunya
berjudul Multiple Intelligences, setelah melakukan banyak penelitian tentang
implikasi teori inteligensi ganda di dunia pendidikan. Dalam penelitiannya,
Gardner menemukan bahwa meskipun peserta didik hanya menonjol pada
beberapa Inteligensi, mereka dapat dibantu lewat pendidikan dan bantuan
pendidik untuk mengembangkan Inteligensi yang lain, sehingga dapat
digunakan dalam mengembangkan hidup yang lebih menyeluruh.4 Teori
kecerdasan ganda memberikan pendekatan pragmatis tentang definisi
2 Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta :
Kanisus, 2004), Cet. I, hlm. 12. 3 Julia jasmine, Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences, (Bandung:
Nuansa, 2007), Cet. I, hlm.28. 4 Paul Suparno, op.cit., hlm. 15-17.
3
kecerdasan dan memanfaatkan kelebihan (potensi) peserta didik untuk
membantu mereka belajar serta meningkatkan kemandirian peserta didik.
Berdasarkan definisinya, kecerdasan merupakan kemampuan untuk
menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa
lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas, serta tuntunan
yang diajukan oleh kehidupan dan bukan tergantung pada nilai IQ, gelar
perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.5 Kecerdasan akan lebih tepat
digambarkan sebagai suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang
dapat ditumbuhkan dan dikembangkan, kecerdasan bersifat laten, ada pada
setiap manusia dengan kadar pengembangan yang berbeda. 6
Gardner memberikan definisi tentang kecerdasan, sebagai : (1)
Kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dalam kehidupannya.
(2) Kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan. (3)
Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat
di dalam kehidupannya.7 Definisi-definisi tersebut dilandasi oleh pandangan
Gardner yang didasarkan atas teori multikultural. Menurut Gardner ada tujuh
macam kecerdasan:
1. Kecerdasan Linguistik, merupakan kecakapan berpikir melalui kata-kata,
menggunakan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang
kompleks.
2. Kecerdasan logis matematis, kecakapan untuk menghitung, serta
memecahkan perhitungan-perhitungan matematis yang kompleks.
3. Kecerdasan visual, merupakan kecakapan berfikir dalam ruang 3 dimensi.
4. Kecerdasan kinestetik atau gerakan fisik, kecakapan melakukan gerak dan
keterampilan kecekatan fisik.
5. Kecerdasan musik, kecakapan untuk menghasilkan dan menghargai musik,
menghargai bentuk-bentuk ekspresi musik.
5 Thomas Armstrong, 7 Kinds of Smart, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002),
hlm. 1-2. 6 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2002), hlm. 229-230. 7 Nana Syaodih Sukmodinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 95-96.
4
6. Kecerdasan intrapersonal, kecakapan memahami dan merespon serta
berinteraksi dengan orang lain dengan tepat, dan kecenderungan terhadap
orang lain.
7. Kecerdasan interpersonal, kecakapan memahami kehidupan emosional,
membedakan emosi orang-orang, pengetahuan tentang kekuatan dan
kelemahan diri.8
Bagi Gardner, suatu kemampuan disebut inteligensi bila menunjukkan
suatu kemahiran dan keterampilan seseorang untuk memecahkan persoalan
dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya, dalam kemampuan itu ada
unsur pengetahuan dan keahlian. Kemampuan itu sungguh mempunyai
dampak, yaitu dampak memecahkan persoalan yang dialami dalam kehidupan
nyata.9
Apabila dipelajari dengan seksama, model kecerdasan Gardner
tersebut akan membantu dalam memetakan berbagai macam kecerdasan yang
dimiliki setiap peserta didik. Setiap jenis kecerdasan bisa tumbuh bersamaan
hingga level yang sangat tinggi pada setiap anak, bahkan dengan metode yang
tepat peserta didik bisa sampai ke pencapaian tingkat prestasi yang luar biasa.
Kecerdasan majemuk yang tinggi, jika dibarengi dengan bakat yang dirawat
dengan optimal, maka akan membawa anak ke prestasi sekelas world
champion namun tetap dapat menikmati hidupnya secara utuh.10
Dari apa yang telah dipaparkan tersebut, maka jelas bahwa multiple
intelligence atau kecerdasan ganda merupakan kecerdasan atau kepandaian
yang mempunyai beberapa aspek dalam diri seseorang secara bersama-sama
membangun kecerdasan orang tersebut. Sehingga penulis sangat tertarik untuk
mengkaji lebih lanjut mengenai konsep multiple intelligence dalam sebuah
skripsi yang berjudul “ Konsep Multiple Intelligence dan Implementasinya
dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran ”.
8 Ibid, hlm. 96-97. 9 Paul suparno, Teori Intelligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta:
Kanisius, 2004), Cet. I., hlm. 21. 10 Andyda Meliala, Anak Ajaib, Temukan dan Kembangkan Keajaiban Anak Anda
Melalui Kecerdasan Majemuk, (Yogyakarta: Andi, 2004), hlm. 32-33.
5
B. Penegasan Istilah
1. Konsep
Konsep berasal dari bahasa Inggris, dari kata concept yaitu
pengertian.11 Dalam kamus bahasa Indonesia konsep mengandung arti ide
umum; pengertian; pemikiran; rancangan; rencana dasar.12
2. Multiple Intelligence
Multiple intelligence berasal dari bahasa Inggris, dari kata multiple
berarti bermacam-macam; berkali-kali.13 Intelligence berarti kecerdasan;
berita; kabar.14 Berarti multiple intelligence adalah bermacam-macam
kecerdasan, dalam penelitian ini artinya kecerdasan ganda.
3. Implementasi
Implementasi berasal dari bahasa Inggris yakni implementation
yang berarti penerapan, pelaksanaan.15 Dalam kamus bahasa Indonesia,
implementasi berarti pelaksanaan, penerapan, implemen.16 Implemen
berarti alat, perabot atau peralatan. Sedangkan yang dimaksud
implementasi di sini adalah penerapan. Artinya dalam skripsi ini lebih
difokuskan konsep multiple intelligence dalam penerapan mata pelajaran
PAI di kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran.
11 Wojowasito dan Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Bandung:
Hasta, 1991), Cet. 10, hlm. 29. 12 Widodo, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Absolut, 2002), Cet. II, hlm. 328. 13 Wojowasito dan Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Bandung:
Hasta, 1991), Cet. 10, hlm, 120. 14 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta:Gramedia,
Pustaka Utama, 2003), Cet, 25, hlm. 326. 15 Wojowasito, Poerwandarminta, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Bandung: Hasta,
1991), Cet. 10, hlm. 81. 16 M. Dahlan al Barry, Kamus Modern Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Arkola, 94), hlm.
215.
6
4. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah bimbingan yang dengan sengaja diberikan oleh
orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhan jasmani dan rohani
agar berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat.17
Sedangkan menurut Zakiah Darajat, pendidikan agama Islam
adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh.18 Pendidikan
agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam
rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau
pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.19 Pada hakekatnya, pengertian ini memberi makna bahwa
pendidikan agama Islam sebagai sebuah proses penanaman ajaran Islam
dan kajian materi pembelajaran agama Islam dan kajian materi
pembelajaran yang dikemas menjadi bidang studi.
5. SDIT Assalamah Ungaran
SDIT Assalamah Ungaran lembaga pendidikan tingkat dasar
setara dengan madrasah ibtidaiyah adalah tempat di mana penulis
melakukan penelitian berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud dalam
judul skripsi ini adalah suatu penelitian terhadap multiple intelligence atau
kecerdasan ganda pendidikan dapat menaruh perhatian pada perbedaan
diantara anak didik dan mencoba menggunakannya dalam pembelajaran
dan pendidikan serta evaluasi yang lebih personal.
17 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: CV. Misaka
Galiza, 2003), Cet. II., hlm. 14. 18 Zakiah Darajat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung,
1989), hlm. 87. 19 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2004), hlm. 132.
7
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang yang telah diuraikan di atas,
maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Konsep Umum Multiple Intelligence dan PAI itu ?
2. Bagaimana Implementasi Konsep Multiple Intelligence dalam PAI
di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut, maka tujuan yang
hendak dicapai dari tulisan ini sebagai berikut :
a. Mengkaji secara umum konsep multiple intelligence dan PAI.
b. Mengetahui implementasi dari konsep multiple intelligence dalam PAI
di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran.
2. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang konsep
multiple intelligence dan implementasinya.
b. Meningkatkan kemampuan penulis dalam meneliti berbagai teks
yang terkait dengan persoalan pendidikan dan menuliskannya
dengan menggunakan metode penulisan yang baik dan sistematis.
2. Bagi Masyarakat
Menambah pemahaman, terutama bagi mereka yang mempunyai
perhatian besar terhadap pendidikan multiple intelligence.
8
3. Bagi Khasanah Ilmu Pengetahuan
Menambah wacana dan khazanah ilmu pengetahuan, baik di
bidang ilmu tarbiyah khususnya, metode tarbiyah untuk proses materi
pendidikan pada pendekatan multiple intelligence.
E. Telaah Pustaka
Kecerdasan ganda membantu perubahan dalam sistem pengajaran dan
pendidikan. Sekarang ini banyak sekolah menyesuaikan kurikulumnya,
pembelajaran pengaturan kelas dengan teori kecerdasan ganda, seperti di
madrasah. Madrasah sebagai salah satu bentuk sekolah yang berciri khas Islam
diharapkan menjadi pioner yang dapat memainkan peran strategis dan
diperhitungkan untuk dijadikan modal bagi sekolah umum, dan kaitannya
dengan multiple intelligence yang digulirkan banyak kalangan dewasa ini.
Oleh karena itu madrasah mau tidak mau harus mengadakan perbaikan,
pembaharuan dan pengembangan dalam sistem pengelolaannya.
Dengan fokus kajian tentang konsep multiple intelligence dan
implementasinya yang penulis kaji ini, diharapkan bisa memberikan kontribusi
positif bagi rekonstruksi dan revitalisasi pendidikan di madrasah sehingga
memungkinkan bagi lembaga pendidikan lain untuk mengembangkan
pembelajaran dan pendidikan tentang kecerdasan ganda.
Dalam melakukan penelitian skripsi dengan judul Konsep Multiple
Intelligence dan Implementasinya dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah
Ungaran, penulis mengacu pada buku yang ada relevansinya dengan judul di
atas.
Pertama buku 7 Kinds of Smart menemukan dan meningkatkan
kecerdasan berdasarkan teori Multiple Intelligence, dengan pengarang Thomas
Amstrong, Ph. D. dalam buku tersebut Thomas Amstrong menjelaskan dan
menjabarkan teori kecerdasan ganda yang telah dikembangkan oleh psikolog
Howard Gardner. Dalam bukunya, Gardner berpendapat bahwa kebudayaan
terlalu banyak memusatkan perhatian pada pemikiran verbal dan logis,
kemampuan yang secara tipikal dinilai dalam tes kecerdasan dan
9
mengesampingkan pengetahuan lainnya. Ia menyatakan sekurang-kurangnya
ada tujuh kecerdasan yang patut diperhitungkan secara sungguh-sungguh
sebagai cara berpikir yang penting. Selain memuat teori kecerdasan ganda,
Thomas Amstrong juga menyajikan contoh-contoh konkret perilaku cerdas
dari bermacam-macam pekerjaan dalam berbagai kebudayaan di seluruh
dunia.
Kedua buku Teori Intelligence Ganda dan Aplikasinya di Sekolah,
cara menerapkan Teori Multiple Intelligence Howard Gardner, dengan
pengarang Paul Suparno. Menjelaskan teori Inteligensi ganda Gardner,
dampak teori Inteligensi ganda, mengembangkan inteligensi ganda,
mempersiapkan pembelajaran, model pembelajaran dan tanggapan terhadap
teori inteligensi ganda.
Ketiga buku Anak Ajaib, Temukan dan Kembangkan Keajaiban Anak
Anda Melalui Kecerdasan Majemuk, oleh Andyda Meliala. Mengungkapkan
tentang mengenai setiap jenis kecerdasan dalam diri anak; menggali,
mengasah, dan mempertajam setiap kecerdasan anak; mengembangkan bakat
dan potensi diri anak hingga seluas-luasnya.
Keempat Buku Kerja Multiple Intelligence: Pengalaman new City
School Di St. Louis, AS, Dalam Menghargai Aneka Kecerdasan Anak, oleh
Thomas R. Hoerr. Buku ini menunjukkan bahwa teori multiple intelligence
(kecerdasan ganda) telah membuat New City School di St. Louis, Amerika
Serikat, dapat menjalankan kegiatan belajar mengajarnya secara kreatif dan
memberdayakan. Potensi peserta didik digali lewat pendidikan berbasis
kecerdasan ganda. Buku ini juga berisi tentang bagaimana
mengoperasionalkan kecerdasan ganda di kelas.
Kelima buku Multiple Intelligences:The Theory in Practice, oleh
Howard Gardner. Buku ini berisi tentang pemamparan teori multiple
intelligence, dan implikasinya dalam pendidikan.
Adapun naskah atau tulisan tentang konsep multiple intelligence dalam
bentuk skripsi, tesis dan disertasi, penulis belum menemukannya. Disebabkan
10
beberapa alasan, seperti karya-karya intelektual muslim yang membahas
multiple intelligence masih sangat terbatas.
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode antara lain:
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan tergolong jenis penelitian yang
bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat
sekarang.20
Adapun metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang
didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati dan diarahkan pada latar alamiah dan individu secara holistik atau
menyeluruh.21
Berdasarkan pada permasalahan yang diajukan dalam penelitian,
maka bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif
deskriptif. Bentuk penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan berbagai
informasi kualitatif tentang penerapan konsep multiple intelligence pada
PAI.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data yang
diperlukan, baik yang berhubungan dengan studi literatur maupun data
yang dihasilkan dari data empiris. Dalam studi literatur penulis menelaah
buku-buku, karya tulis, karya ilmiah maupun dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan tema penelitian untuk selanjutnya dijadikan sebagai acuan
dan alat utama bagi praktek penelitian lapangan.
20 Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Offset, 1989), hlm. 64.
21 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1993), hlm. 3.
11
Adapun untuk data empirik penulis menggunakan beberapa metode
yaitu:
a. Observasi
Data yang dihimpun dengan teknik ini adalah situasi umum
sekolah yang meliputi letak geografis, sarana dan prasarana sekolah
serta proses belajar mengajar. Dalam hal ini, peneliti berkedudukan
sebagai non-participant observer, yakni peneliti tidak turut aktif setiap
hari berada di sekolah tersebut, hanya pada waktu penelitian, metode
observasi ini juga digunakan untuk mengamati :
(1) Kesiapan guru, peserta didik serta sarana belajar dalam
pembelajaran PAI.
(2) Metode pembelajaran yang digunakan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
(3) Alat dan media yang digunakan dalam mendukung
pembelajaran.
(4) Kondisi kelas dalam pembelajaran PAI.
b. Interview
Metode ini digunakan untuk mengadakan wawancara kepada
kepala sekolah SDIT Assalamah Ungaran, Staf Tata Usaha, Guru serta
beberapa orang yang dapat dijadikan sebagai sumber data. Metode
interview ini dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait
kebijakan-kebijakan sekolah terhadap pembelajaran, yang berkaitan
dengan implementasi multiple intelligence di SDIT Assalamah
Ungaran.
c. Dokumentasi
Metode ini adalah salah satu metode yang digunakan untuk
mencari data-data otentik yang bersifat dokumen, baik data itu berupa
catatan harian, memori/catatan penting lainnya. Adapun yang
12
dimaksud dengan dokumen di sini adalah data atau dokumen tertulis.22
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan
dengan kondisi sekolah, seperti letak geografis, latar belakang sekolah
dan struktur organisasi atau data kepengurusan SDIT Assalamah
Ungaran.
3. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara
sistematis. Dalam hal ini digunakan metode analisis kualitatif dengan
menggunakan pola berpikir induktif, yaitu berangkat dari fakta-fakta atau
peristiwa-peristiwa yang bersifat empiris kemudian temuan tersebut
dipelajari dan dianalisis sehingga bisa dibuat suatu kesimpulan dan
generalisasi yang bersifat umum.23
Analisis data yang digunakan adalah analisis non statistik, yaitu
menggunakan analisis deskriptif kualitatif, analisis yang diwujudkan bukan
dalam wujud angka melainkan dalam bentuk uraian deskriptif. Selanjutnya
dengan analisis ini peneliti akan diketahui konsep multiple intelligence dan
implementasinya dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan diperlukan dalam rangka mengarahkan tulisan
agar runtut, sistematis dan mengerucut pada pokok permasalahan, sehingga
memudahkan pembaca untuk memahami kandungan suatu karya ilmiah.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Bagian Awal, terdiri dari.
Pada bagian ini memuat: Halaman judul, Abstrak Penelitian,
Persetujuan Pembimbing, Pengesahan, Motto, Persembahan, Kata
Pengantar, Daftar Isi dan Daftar Lampiran.
22 Irawan Sarlito, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000),
cet. IV, hlm. 71-73 23 Sutrisno Hadi, Metode Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), hlm. 42
13
2. Bagian Isi
Bab I : Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah,
penegasan istilah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika
penulisan skripsi.
Bab II : Konsep umum multiple intelligence dan PAI, yang
mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut : Pengertian, latar belakang dan
tujuan multiple intelligence, teori dan pembelajaran multiple intelligence,
dan strategi pengembangan multiple intelligence. Pendidikan agama
Islam, yang mendiskripsikan : Pengertian, dasar dan tujuan pendidikan
agama Islam; materi pendidikan agama Islam; dan metode pendidikan
agama Islam; dan multiple intelligence dalam perspektif PAI.
Bab III : Gambaran umum SDIT Assalamah Ungaran, berisi
tentang: Gambaran umum SDIT Assalamah Ungaran, meliputi: sejarah
berdirinya, letak geografis, visi dan misi, kondisi peserta didik, pendidik
dan staf; sarana dan prasarana, kegiatan ekstrakulikuler, struktur
organisasi dan pengelolaanya. Selanjutnya akan membahas sistem
pembelajaran SDIT Assalamah Ungaran, dan implementasi multiple
intelligence dalam PAI di kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran.
Bab IV : Analisis konsep multiple intelligence dan
implementasinya dalam PAI di kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran, yang
mendeskripsikan : Analisis konsep umum multiple intelligence dan
analisis implementasi multiple intelligence dalam PAI di kelas 3 SDIT
Assalamah Ungaran.
Bab V : Kesimpulan, Saran-saran, dan penutup.
3. Bagian Akhir
Pada bagian akhir skripsi ini memuat : Daftar Pustaka, Lampiran,
dan Daftar Pustaka.
BAB II
KONSEP UMUM MULTIPLE INTELLIGENCE
DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Konsep Umum Multiple Intelligence
1. Pengertian, Latar Belakang dan Tujuan Multiple Intelligence
a.iPengertian Multiple Intelligence
Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai
kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk
yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata.1 Gardner juga
mendefinisikan kecerdasan sebagai potensi biopsikologi untuk
memproses bentuk-bentuk informasi yang spesifik dalam cara-cara
tertentu.2
Multiple intelligence is a natural way to structure learning. All
the aspects of the person are taught to, meaning can be extracted, and
applications can be made to life. The childern in our classrooms are
multifaceted and have many abilities.3
“ Kecerdasan ganda adalah cara dasar pada pembelajaran struktur. Semua aspek-aspek manusia telah dipelajari juga, arti dapat dikutip dan penerapan dapat dibuat untuk hidup. Peserta didik di kelas beranekaragam segi dan memiliki banyak kemampuan”.
Menurut Gardner arti dari multiple intelligence di sini adalah
kemampuan untuk menyelesaikan masalah, untuk mendapatkan
jawaban yang spesifik dan untuk belajar materi baru dengan cepat dan
efisien. Intelligence has the ability to solve problems, to find the
answers to specific questions, and to learn new material quickly and
efficiently.4
1 Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda, dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta:
Kanisius 2004), Cet. I, hlm. 17. 2 Howard Gardner, Changing Minds, Seni Mengubah Pikiran Kita dan Orang Lain,
(Jakarta: Transmedia, 2006), hlm. 36. 3 http: //www.mitest.com/omultint.htm. 4 Howard Gardner, Multiple Intelligence : The Theory in Practice, (USA: Basic Books,
1993), hlm. 14.
15
Penelitian Gardner telah menjelaskan kecerdasan manusia
sebelumnya, serta menghasilkan definisi tentang konsep kecerdasan
yang sungguh pragmatis. Gardner tidak memandang kecerdasan
manusia berdasarkan skor tes standar semata, namun Gardner
menjelaskan kecerdasan sebagai berikut:
a) Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam
kehidupan nyata.
b) Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru
untuk diselesaikan.
c) Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang akan
menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.
Definisi Gardner Tentang kecerdasan manusia tersebut
menegaskan hakekat teorinya.5 Teori kecerdasan ganda merupakan
validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting.
Pemakaiannya dalam pendidikan sangat tergantung pada pengenalan,
pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-
masing. Teori kecerdasan ganda bukan hanya mengakui perbedaan
individual ini untuk tujuan-tujuan praktis, tetapi juga menganggap
sebagai sesuatu yang normal, wajar dan sangat berharga.6
Pada sisi lain Gardner menjelaskan bahwa kecedasan ganda
mempunyai karakteristik konsep sebagai berikut :
a. Semua inteligensi itu berbeda-beda.
b. Semua kecerdasan dimiliki manusioa dalam kadar yang berbeda.
Semua kecerdasan dapat dieksplorasi, ditumbuhkan dan
dikembangkan secara optimal.
c. Adanya indikator kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan.
Dengan latihan, seseorang dapat membangun kekuatan
kecerdasan yang dimiliki.
5 Linda Campbell, Bruce Campbell dan Dee Dickinson, Metode Praktis Pembelajaran
Berbasis Multiple Intelligence, (Depok: Intuisi Press, 2006), hlm. 2. 6 Julia Jasmine, Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences, (Bandung:
Nuansa, 2007), hlm. 11-12.
16
d. Semua kecerdasan-kecerdasan tersebut bekerjasama
mewujudkan aktivitas yang dilakukan individu.
e. Semua jenis kecerdasan ditemukan disemua lintas kebudayaan
di dunia dan kelompok usia.
f. Kecerdasan dapat diekspresikan melalui profesi dan hobi.7
b. Latar Belakang Multiple Intelligence
Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan
tidak pernah berhenti. Beragam program inovatik ikut serta dalam
reformasi pendidikan. Reformasi pendidikan adalah restrukturisasi
pendidikan, yakni memperbaiki pola hubungan sekolah dengan
lingkungannya dan dengan pemerintah, pola pengembangan
perencanaan serta pola mengembangkan pemberdayaan pendidik dan
restrukturisasi model-model pembelajaran.8
Masalah pokok pendidikan di Indonesia saat ini masih berkisar
pada soal pemerataan kesempatan relevansi, kualitas, efisien dan
efektivitas pendidikan.9 Sesuai dengan masalah pokok tersebut serta
memperhatikan isu dan tantangan masa kini dan kecenderungan di
masa depan, maka dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan untuk mengatasi persoalan dan menghadapi tantangan itu,
perlu diciptakan pendidikan yang unggul yaitu pendidikan yang dapat
mengembangkan potensi dan kapasitas peserta didik secara optimal.
Berbagai bentuk reformasi dan inovasi dikembangkan para tokoh
pendidikan yang berorientasi pada wujud generasi yang lebih
berkualitas.
Dengan memperhatikan hal tersebut, masalah peningkatan
SDM merupakan prioritas utama, maka diperlukan adanya pendekatan
7 Mumbiar Agustin, “Mencoba Mengembangkan Potensi Kecerdasan Jamak Pada
Anak”. http://www.Pikiran-rakyat.com/cetak/2006/092006/21/0703.htm. 8 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi
Pendidik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-2, hlm. 3. 9 Syaifudin Nurdin, Model Pembelajaran Yang Memperhatikan Keragaman Individu
Siswa dalam KBK, (Jakarta: Quantum Teaching, 2003), hlm. 1.
17
layanan pendidikan yang mempertimbangkan bakat, minat dan
kemampuan dan kecerdasan peserta didik. Dari berbagai penelitian
oleh para ilmuwan psikologi, khususnya di bidang psikologi
perkembangan dan psikologi pendidikan akhirnya terdorong untuk
terus mengembangkan penelitian dan menemukan berbagai metode
baru untuk mendiagnosis dan merencanakan program pendidikan yang
lebih sesuai yaitu dengan memberikan pelayanan peserta didik secara
proporsional.
Dr. Howard Gardner, Co. Director of Project Zero dan Guru
Besar di Harvard University, selama bertahun-tahun telah melakukan
penelitian tentang perkembangan kapasitas kognisi manusia. Howard
telah mendobrak tradisi umum teori kecerdasan yang menganut dua
asumsi dasar, bahwa kognisi manusia itu bersifat satuan dan bahwa
setiap individu dapat dijelaskan sebagai makhluk yang memiliki
kecerdasan yang dapat diukur dan tunggal. Setiap kecerdasan memiliki
ciri perkembangan, dapat diamati dalam populasi tertentu.10
Gardner berpendapat bahwa kecerdasan manusia tidak dapat
disimpulkan hanya dengan penilaian IQ saja, karena nilai tes IQ hanya
menggambarkan 2 jenis kecerdasan saja, yaitu kecerdasan bahasa dan
kecerdasan matematika. Tes IQ bukan mengukur kualitas yang
dibutuhkan untuk sukses dalam pendidikan seperti kemauan keras,
percaya diri, motivasi. Meskipun nilai IQ peserta didik sangat tinggi
pada suatu waktu tanpa pendidikan yang mendukung kecerdasan anak
(kurang stimulus, masalah keluarga, kurang tantangan, dan lain
sebagainya) nilai IQ bisa mengalami penurunan.11
Dari sini tampak bahwa pendidikan berperan dalam
mengembangkan kecerdasan peserta didik. Kecerdasan bukanlah
sesuatu yang sudah mati yang tidak dapat dikembangkan lagi, tetapi
10 Linda Campbell, Bruce Campbell, Dee Dickinson, Metode Praktis Pembelajaran
Berbasis multiple Intellegence, (Depok: Intuisi Press, 2006), hlm. 1-2. 11 Andyda Meliala, Anak Ajaib, Temukan dan Kembangkan Keajaiban Anak Anda
Melalui Kecerdasan Majemuk, (Yogyakarta: Andi, 2004), hlm. 31-32.
18
kecerdasan dapat berkembang lagi. Menurut teori kecerdasan ganda
seseorang anak dapat mempelajari materi apapun, asal materi tersebut
disampaikan sesuai dengan kecerdasan yang cocok dengan kecerdasan
yang menonjol pada anak tersebut.
c. Tujuan Multiple Intelligence
Sekolah melalui pendidik mengatur anak dalam upaya
mengembangkan kecerdasan mencapai kemanfaatan. Di dalam dua
lingkungan dasar yaitu rumah dan sekolah anak memperoleh rasa
percaya diri. Dengan orang tua, anak dapat belajar untuk menghormati
melalui pengalaman untuk membangun citra diri, kepercayaan diri dan
keterampilan. Orang tua dapat mengembangkan rasa hormat dan
penerimaan bawaan anak terhadap semua modalitas. Pendidik dapat
mendorong tumbuhnya modalitas belajar dan membantu anak
menghubungkan keterampilan dengan berkembangnya kecerdasan.12
Secara makro pendidikan bertujuan membentuk organisasi
pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu melakukan inovasi
dalam pendidikan untuk menuju suatu lembaga yang beretika, selalu
menggunakan nalar, dan memiliki sumber daya manusia yang sehat
dan tangguh. Secara mikro pendidikan bertujuan membentuk manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
nalar (maju, cakap, cerdas, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab),
dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia mandiri.13
Tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia antara lain
ditandai dengan adanya unsur kreativitas dan produktivitas yang
direalisasikan dengan hasil kerja atau kinerja yang baik secara
perorangan atau kelompok. Sumber daya manusia mampu
menghasilkan kerja produktif secara rasional dan memiliki
12 Bob Samples, Revolusi Belajar untuk Anak : Panduan Belajar Sambil Bermain Untuk
Membuka Pikiran Anak-anak Anda, (Bandung: Kaifa, 2002), Terj. Hlm. 145. 13 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 8, hlm. 21.
19
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dapat diperoleh melalui
pendidikan.
Menurut Chabib Thoha tujuan akhir pendidikan adalah untuk
mengembangkan potensi kreatif peserta didik agar menjadi manusia
baik, menurut pandangan manusia dan Tuhan YME. Persoalan
manusia baik atau persoalan nilai, tidak hanya persoalan fakta dan
kebenaran ilmiah rasional. Akan tetapi menyangkut masalah
penghayatan dan pemahaman yang bersifat afektif dan kognitif.14
Hilda Taba mengemukakan bahwa prinsip-prinsip pokok dalam
perumusan tujuan pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Rumusan tujuan hendaknya meliputi aspek bentuk kelakuan
yang dirapikan (mental) dan bahan yang berkaitan dengannya
(pokok).
2. Tujuan-tujuan yang kompleks harus ditata secara analitis dan
spesifik.
3. Dalam perumusan tujuan pendidikan, harus direformulasikan
dengan jelas bentuk tingkah laku dengan kegiatan belajar.
4. Tujuan-tujuan pada dasarnya bersifat developmental
mencerminkan arah yang hendaknya dicapai.
5. Tujuan harus realistis, dalam kurikulum dan pengalaman
belajar.
6. Tujuan harus mencakup segala aspek perkembangan peserta
didik yang menjadi tanggung jawab sekolah.15
Unsur kreativitas, diskusi, problem solving masih langka dalam
proses belajar mengajar. Pendidik harus dapat menyediakan
lingkungan yang kondusif yang memungkinkan kreativitas dan potensi
kecerdasan muncul, merangsang dan memupuk agar berkembang.
14 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),
Cet. I, hlm. 59. 15 Sama’un Bakry, Menggagas Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,
2005), hlm. 33.
20
Rasa ingin tahu (Curiousity) peserta didik harus selalu dikembangkan.
Curiousity ini dapat berkembang jika peserta didik diberi ruang untuk
berfikir dan berinovasi, sehingga mereka bisa menemukan sesuatu
yang baru (discovery).
Peserta didik diajarkan problem solving untuk membantu
masalah agar dapat mengambil langkah untuk menerapkan solusi
kreatif mereka. Pendidik memotivasi peserta didik untuk
mengemukakan ide mereka kemudian me-review yang telah mereka
ketahui tentang permasalahan tersebut, peserta didik yang lain
merangkum dan menilai dari perspektif yang beragam.
Hasan Langgulung telah memberikan 3 prinsip yang harus
diketahui oleh pendidik, agar kreativitas peserta didik dapat
diaktualisasikan dengan baik. Pertama, mengakui potensi kreatif anak-
anak. Kedua, menghormati pertanyaan dan ide-ide mereka. Ketiga,
memberikan permasalahan-permasalahan yang bersifat proaktif untuk
menimbulkan rasa ingin tahu (curiousity) dan Khausal (imagination).16
Pejabaran dari ketiga prinsip diatas, pendidik dapat
mengaplikasikannya seperti; pertama, menghargai keunikan setiap
peserta didik dengan memberikan pujian kepada peserta didik yang
aktif. Kedua, pendidik menghargai pendapat peserta didik dan
memotivasi untuk mengungkapkan ide-ide mereka. Ketiga, memberi
waktu kepada peserta didik untuk berpikir, membolehkan peserta didik
mengambil keputusan sendiri, serta mendorong dalam mengerjakan
tugas.
2. Teori dan Pembelajaran Multiple Intelligence
a. Teori Multiple Intelligence
Teori kecerdasan ganda ini menyatakan bahwa setiap anak
memiliki sedikitnya tujuh kecerdasan ganda. Dalam proses
16 Syamsul Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hlm.
51-53.
21
perkembangannya, anak-anak itu kemudian akan memiliki satu atau
dua kecerdasan yang dominan. Tidak ada kecerdasan yang berdiri
sendiri saat digunakan oleh seseorang. Penggunaan satu kecerdasan
akan melibatkan dua atau lebih kecerdasan lain. Berikut ini teori tujuh
kecerdasan ganda :
1). Linguistic Intelligence (kecerdasan linguistik)
Linguistik berasal dari bahasa Inggris yang artinya ilmu
bahasa.17 Terdapat beberapa definisi yang disampaikan oleh para
pakar tentang kecerdasan linguistik, diantaranya adalah Linda
Campbell. Menurutnya kecerdasan linguistik adalah kemampuan
untuk berfikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa
untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks.18
Thomas Amstrong, dalam bukunya 7 Kinds of Smart
mengartikan kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam
mengolah kata. Ini merupakan kecerdasan para jurnalis, penyair,
dan pengacara. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat
berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur atau mengajar
dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya.19
Sedangkan kecerdasan linguistik dalam arti luas
sebagaimana dinyatakan Howard, adalah hasil kemampuan dalam
penggunaan bahasa lisan dan tulisan.20 Linguistik dapat distimulus
melalui bacaan, latihan, menulis, berdiskusi, bermain dengan kata-
kata. Peserta didik yang mempunyai inteligensi yang tinggi dalam
17 Wojowasito dan Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Bandung:
Hasta, 1982), hlm. 102. 18 Linda Campbell, Bruce Campbell dan Dee Dickinson, Metode Praktis Pembelajaran
Berbasis Multiple Intelligence, (Depok: Intuisi Press, 2006), hlm. 2. 19 Thomas Armstrong, 7 Kinds of Smart Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan
Anda Berdasarkan Teori MI, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 3. 20 Howard Gardner, Changing Minds, Seni Mengubah Pikiran Kita dan Orang Lain,
(Jakarta: Transmedia, 2006), hlm. 39.
22
linguistik mempunyai kepekaan yang tajam terhadap bunyi atau
fonologi.21
Di awal sejarah manusia, bahasa mengubah spesialisasi dan
fungsi otak manusia untuk menggali dan mengembangkan
kecerdasan manusia. Membaca telah memungkinkan manusia
untuk mengetahui objek, tempat, proses dan konsep yang secara
personal tidak mengalaminya. Kemampuan berpikir melalui kata-
kata dapat mengingat, menganalisis, menyelesaikan masalah,
merencanakan ke depan dan mencipta sesuatu.22 Pusat kecerdasan
terletak pada otak kiri.23
2).iLogical Mathematical Intelligence (kecerdasan logika
matematika)
Merupakan kemampuan dalam menghitung, mengukur dan
mempertimbangkan proposisi dan hipotesis serta menyelesaikan
operasi-operasi matematis.24 Kecerdasan logis matematis
melibatkan keterampilan mengolah angka dan kemahiran
menggunakan logika atau akal sehat. Ciri-ciri orang yang cerdas
secara logis matematis mencakup kemampuan dalam penalaran,
berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis.25 Pusat
kecerdasan logika matematika adalah terletak pada otak kiri.26
Kecerdasan logis matematis dapat dilatih dan
dikembangkan melalui banyak tantangan dan inovasi dari
bermacam-macam teknologi multimedia. Peserta didik dari
21 N. Tientje dan Yul Iskandar, Pendidikan anak Usia Dini Untuk Mengembangkan
Multiple Intelligensi, (Jakarta: Dharma Graha, 2004), hlm.38. 22 Linda Campbell, Bruce dan Dee Dickinson, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis
Multiple Intelligence, (Jakarta: Intuisi Press, 2006), hlm. 10. 23 N. Tientje dan Yul Iskandar, Op. Cit., hlm. 39. 24 Ibid, hlm. 2. 25 Thomas Armstrong, 7 Kinds of Smart Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan
Anda Berdasarkan Teori MI, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 3. 26 N. Tientje dan Yul Iskandar, Pendidikan Anak Usia Dini Untuk Mengembangkan
Multiple Intelligence, (Jakarta: Dharma Graha, 2004), hlm. 38.
23
berbagai tingkat kemampuan dapat belajar dengan efektif dan
praktek.
Satu cara untuk memperkenalkan pemikiran secara logis
matematis dalam bidang pelajaran melalui tema yang digambarkan
dari konsep-konsep secara matematis. Pendidik dapat mengatur
unit pelajaran berdasarkan tema, dan meminta peserta didik untuk
meneliti dengan menggunakan potensi atau kecerdasan yang
dimiliki.
3). Visual Intelligence (kecerdasan visual)
Kecerdasan ini merupakan kecerdasan gambar dan
visualisasi. Kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk
memvisualisasikan gambar di dalam kepala seseorang atau
menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi.27
Kecerdasan visual adalah kemampuan untuk melihat dan
mengamati dunia visual secara akurat, dan kemudian bertindak atas
persepsi tersebut. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan
warna, garis, bentuk, ruang dan ukuran. Jenis kecerdasan ini sangat
menonjol dalam diri pemain catur, navigator, arsitek maupun
desainer. Kemampuan kecerdasan visual terlihat pada peserta didik
bermain dengan melibatkan imajinasi mereka. Hemisfer kanan atau
otak kanan berperan besar dalam mengendalikan kegiatan ini.28
Peserta didik yang memiliki kemampuan untuk
menggambarkan yang mereka lihat dengan penuh ketelitian. Ciri
anak yang memiliki potensi visual menikmati waktu luangnya
dengan menggambar dan melukis dengan jelas.
27 Thomas Armstrong, Setiap Anak Cerdas: Panduan Membantu Anak Belajar dengan
Memanfaatkan Multiple Intelligencenya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 20. 28 Adi W. Gunawan, Genius Learning Starategy, Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan
Accelarated Learning, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm. 234-235.
24
4). Kinesthetic Intelligence (kecerdasan kinestetik)
Kecerdasan kinestetik, menurut Gardner adalah
kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk
mengekspresikan gagasan dan perasaan.29 Kecerdasan ini juga
meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi,
keseimbangan, daya tahan, kekuatan dan kecepatan. Kecerdasan ini
sangat menonjol pada diri seorang penari, atlit, pematung,
pemusik, aktor, mekanik, dokter, peserta didik dapat diberdayakan
dengan menggunakan teknik simulasi, permainan peran, dan
drama.30
Untuk mengoptimalkan kecerdasan kinestetik diperlukan
ruang kelas yang kondusif, artinya ruang kelas dalam proses
belajar mengajar harus memberikan pemahaman bahwa ruang
kelas harus menjadi sebuah hal yang aktif yaitu ruang kelas bisa
menjadi sarana bagi pengembangan lingkungan pembelajaran. Para
peserta didik lebih banyak orientasi gerakan dalam kebutuhan
sebuah proses belajar. 31
Hal yang terpenting bagi pendidik adalah untuk
memberikan contoh aktivitas fisik sebagai metode pembelajaran
dan kesadaran peserta didik dalam proses pembelajaran. Sebagai
contoh dalam mata pelajaran bahasa: pesrta didik dapat
mempelajari kosakata dengan menggambarkan bagian kata atau
ucapan tersebut. Secara individual mereka dapat menembangkan
jari atau tubuh kemudian mempraktikkan di kelas.
29 Paul Suparno, Teori Intelligence ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta:
Kanisius, 2004), Cet. I., hlm. 34. 30 Adi W. Gunawan, Genius Learning Starategy,Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan
Accelarated Learning, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm. 240-241. 31 Linda Campbell, Bruce dan Dee Dickson, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis
Multiple Intelligence, (Jakarta: Intuisi Press, 2006), hlm. 78-86.
25
5). Musical Intelligence (kecerdasan musik)
Kecerdasan musik merupakan kemampuan menangani
bentuk-bentuk musik, dengan cara mempersepsi, membedakan,
dan mengekspresikan.32 Gardner menjelaskan kecerdasan musik
sebagai kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan
menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Di dalamnya termasuk
kepekaan akan ritme, melodi dan intonasi kemampuan memainkan
alat musik, kemampuan menyanyi, kemampuan untuk mencipta
lagu.33 Pusat kecerdasan musik terletak pada lobus kanan.34
Terbentuknya keterkaitan terhadap musik bisa terjadi pada
usia yang sangat dini melalui aktivitas yang dilakukan. Musik di
dalam rumah dan lingkungan awal memberikan dasar yang penting
bagi pengalaman bermusik yang dikemudian hari dapat menyatu
dengan mata pelajaran sekolah. Karena adanya hubungan yang
kuat antara musik dan emosi, musik di ruang kelas dapat
membantu menciptakan keadaan emosi yang kondusif bagi
pendidikan.
Selama abad pertengahan dan renaissance, musik dianggap
sebagai salah satu dari empat pilar pendidikan, sejajar dengan
geometri, astronomi dan aritmatika. Dalam upaya mengidentifikasi
peserta didik yang memiliki bakat musik atau kecerdasan musik
yang berkembang dengan baik adalah persoalan yang komplek.
Dalam kelas musik dapat menciptakan suasana yang positif yang
akan membantu peserta didik untuk fokus pada pelajaran.35
32 Hernowo, Andaikan Buku itu Sepotong Pizza, Rangsangan Baru Untuk Melejitkan
Word Smart (Bandung: Kaifa, 2004), Cet. III., hlm. Viii. 33 Paul Suparno, Teori Intelligence ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta:
Kanisius, 2004), Cet. I, hlm. 36-37. 34 Thomas Armstrong, Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple Intelligence di Dunia
Pendidikan, (Bandung: Kaifa, 2002), terj., hlm. 13. 35 Linda Campbell, Bruce Campbell dan Dee Dickinson, Metode Praktis Pembelajaran
Berbasis Multiple Intelligence, (Depok: Intuisi Press, 2006), hlm. 145-147.
26
6). Interpersonal Intelligence (kecerdasan interpersonal)
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk
mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak,
tempramen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara,
isyarat dari orang lain juga termasuk dalam kecerdasan ini. Secara
umum kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan
seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai
orang.36
Peserta didik yang mempunyai kecerdasan interpersonal
tinggi mudah bergaul dan berteman. Dalam konteks belajar peserta
didik lebih suka belajar bersama dengan orang lain, lebih suka
mengadakan studi kelompok.
Kecerdasan interpersonal dapat stimulus melalui pertemuan
dan diskusi dan mampu menyelesaikan konflik dengan baik.
Peserta didik yang mempunyai kecerdasan interpersonal yang
tinggi mempunyai kepekaan untuk memahami orang lain.
Pemahaman sosial ini diarahkan ke dalam dirinya untuk disalurkan
menjadi sebuah karya. Peserta didik yang dominan interpersonal
akan mudah menangkap pelajaran bila dilakukan dengan diskusi
kelompok.37 Kecerdasan interpersonal ini berada pada otak bagian
lobus depan dan hemisfer kanan.38
7). Intrapersonal Intelligence (kecerdasan intrapersonal)
Kecerdasan intrapersonal tercermin dalam kesadaran
mendalam akan perasaan, kecerdasan seseorang memahami diri
sendiri, kemampuannya dan pilihannya sendiri. Orang dengan
kecerdasan interpersonal tinggi pada umumnya mandiri, tidak
36 Paul Suparno, Op. Cit.,hlm. 39. 37 N. Tientje dan Yul Iskandar, Pendidikan Anak Usia Dini Untuk Mengembangkan
Multiple Intelligence, (Jakarta: Dharma Graha, 2004), hlm. 39. 38 Thomas Armstrong, “ Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple Intelligence di Dunia
Pendidikan, (Bandung: Kaifa, 2002), terj., hlm. 13.
27
tergantung orang lain dan yakin dengan pendapat diri yang kuat
tentang hal-hal yang kontroversial, serta senang sekali bekerja
berdasarkan program sendiri dan hanya dilakukan sendirian.39
Lingkungan sekolah dapat diorganisasikan untuk
memotivasi para peserta didik dengan menciptakan atmosfer yang
hangat dan peduli, menggunakan prosedur-prosedur yang
demokratis, sehingga sekolah dapat membantu peserta didik
merasa diterima dan diakui. Proses belajar mengajar dapat
bergantung pada emosi yang mempengaruhi semua proses-proses
berpikir merupakan komponen dari kecerdasan intrapersonal. Para
pendidik dapat membantu peserta didik dalam pencapaian dan
penemuan cara-cara yang positif untuk mengekspresikan emosi
mereka.
Ada beberapa cara untuk mendorong dan mengembangkan
ekspresi emosional yang sehat dalam pendidikan, yaitu
membangun lingkungan kelas yang positif, mengenali pengalaman
perasaan peserta didik, mengajarkan metode-metode ekspresi
emosional yang tepat dan menawarkan umpan balik pada perilaku
emosional.40 Pusat kecerdasan terletak pada lobus depan, lobus
pariental.41
b. Pembelajaran Multiple Intelligence
1.) Proses Pembentukan Belajar
Akal yang berpusat di otak (al-dimagh), adalah komponen
yang ada dalam diri manusia yang memiliki kemampuan memperoleh
pengetahuan secara nalar. Kemampuan memperoleh maupun
39 Julia Jasmine, Panduan Praktis Mengajar Berbasis MI, (Bandung: Nuansa, 2007), Cet.
I., hlm. 27-28. 40 Linda Campbell, Bruce Campbell dan Dee Dickinson, Metode Praktis Pembelajaran
Berbasis Multiple Intelligence, (Jakarta: Intuisi Press, 2006), hlm. 201-217. 41 Thomas Armstrong, “ Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple Intelligence di Dunia
Pendidikan, Op. cit., hlm. 13.
28
menyimpan ini berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain,
bergantung pada wadah kognitif yang dimiliki seseorang. Penggunaan
akal untuk berpikir mengantarkan individu menjadi pribadi yang
unggul.42
Kecerdasan intelektual dapat dikembangkan untuk mencapai
sukses. Kecerdasan intelektual dapat dikembangkan optimal dengan
memahami bagaimana sistem kerja otak manusia dan seperangkat
latihan praktis.43
Otak manusia adalah massa protoplasma yang paling kompleks
yang pernah dikenal di alam semesta ini.44 Sebagaimana firman Allah
SWT dalam surat At-Tiin ayat 4 :
)4: التني سورة( لقد خلقنا الإنسان في أحسن تقومي
Artinya : “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS. At-Tiin ayat 4). 45
Manusia diberi otak yang luar biasa kemampuannya, namun ini
baru potensi, potensi ini harus dikembangkan. Kecerdasan seseorang
sebenarnya tergantung pada seberapa banyak koneksi yang terjadi di
antara setiap sel otak tersebut.
Teori otak Triune pertama kali dicetuskan oleh Dr. Paul
Maclean. Di dalam kepala manusia terdapat tiga macam otak yang
berkembang sesuai dengan tahap evolusi manusia. Perkembangan
terjadi secara bertahap mulai dari otak reptil, otak mamalia dan
neo-cortex.46 Masing-masing bagian juga mempunyai struktur saraf
tertentu dan mengatur tugas-tugas yang harus dilakukan. Yang
42 Fuad Nashori, Potensi-potensi Manusia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. I.,
hlm. 119-120. 43 Dimitri Mahayana, Quantum Quotent, (Bandung : Nuansa, 2005), Cet. 6., hlm. 37. 44 Bobbi De porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung : Kaifa, 1999), Cet. V, hlm. 26. 45 Departemen Agama, Al-Qur’an al-Karim dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra,
1996), hlm. 478. 46 Adi W. Gunawan, Loc. Cit., hlm. 22
29
pertama dalam perkembangan evolusi adalah batang atau otak reptil
(dinamakan demikian karena reptilpun memilikinya). Inilah
komponen kecerdasan terendah dari spesies manusia. Bagian otak ini
bertanggung jawab atas fungsi-fungsi motor sensor, pengetahuan
tentang realitas fisik yang berasal dari panca indra.47
Bila otak kecil aktif, tidak dapat mengontrolnya dengan cara
berpikir jernih, yang lebih mendukung adalah insting. Otak reptil akan
aktif jika dalam kondisi, stress, terancam, marah dan emosi.48 Di
sekeliling otak reptil terdapat sistem limbik yang sangat kompleks dan
luas, atau otak mamalia. Otak mamalia terletak di bagian tengah dari
otak manusia.
Sistem limbik (otak mamalia) berfungsi mengendalikan emosi
dan perasaan kita. Peran emosi dalam kehidupan dan belajar telah
diteliti oleh Daniel Goleman.49 Salah satu fungsi penting lainnya
adalah mengatur sistem kekebalan tubuh.50 Selain itu, sistem limbik
juga mengendalikan hormon, rasa haus, lapar, metabolisme, fungsi
kekebalan dan memori ingatan. Dorongan emosi akan berkerja lebih
baik daripada argumen rasional yang mempengaruhi perilaku
manusia.51 Neo-cortex (otak depan) terbungkus di sekitar bagian atas
dan sisi-sisi limbik, 80 % dari seluruh materi otak, adalah tempat
kecerdasan yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui indera
penglihatan, pendengaran dan sensasi tubuh yang menimbulkan proses
penalaran, berpikir intelektual, pembuatan keputusan, bahasa.52
47 Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning, : Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 1999), Terj., Cet. V., hlm. 26-28. 48 Amir Tengku Ramly, Pumping Talent: Memahami Diri, Memompa Bakat, (Jakarta:
Kawan Pustaka, 2005), Cet. II., hlm. 45. 49 Dimitri Mahayana, Quantum Quotient, (Bandung: nuansa, 2005), Cet. 6, hlm. 43. 50 Andyana Meliala, Anak Ajaib, Temukan dan Kembangkan Keajaiban Anak Anda
Melalui Kecerdasan Majemuk, (Yogyakarta: Andi, 2004), hlm. 24. 51 Amir Tengku Ramly, Pumping Talent: Memahami Diri, Memompa Bakat, (Jakarta:
Kawan Pustaka, 2005), Cet. II., hlm. 44. 52 M. Yaniyullah Delta, Melejitkan Kecerdasan Hati dan Otak Menurut Petunuk Al-
Qur’an dan Neourologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 41.
30
Pada otak neo-cortex terdapat empat lobus otak yang
mempunyai fungsi berbeda :
a. Lobus frontal terletak di belakang kening, berfungsi untuk
melakukan penilaian, kreativitas, berpikir, merencanakan dan
memecahkan masalah.
b. Lobus parietal terletak di bagian atas agak ke arah belakang dari
otak dan berfungsi memproses sensasi dan fungsi bahasa.
c. Lobus temporal yang terletak di samping kiri dan kanan,
berfungsi untuk memproses pendengaran, memori, arti dan
bahasa.
d. Lobus occipital yang terletak di bagian belakang otak berfungsi
untuk penglihatan.53
Menurut Ary Ginanjar dengan penggunaan neo-cortex ini maka
lahir IQ, kemampuan intelektual. Hal ini berkaitan dengan kesadaran
akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan
matematika. IQ mampu bekerja mengukur kecepatan, mengukur hal-
hal baru, menyimpan dan mengingat serta berperan aktif dalam
menghitung angka, dan lain sebagainya. Lapangan otak lebih dalam
dari neo-cortex atau limbik system (lapangan tengah) berfungsi sebagai
pengendali emosi dan perasaan.54
Dalam neo-cortex ini semua kecerdasan yang lebih tinggi
berada, yang membuat manusia unik sebagai spesies dan pikiran yang
kreatif, yaitu intuisi. Intuisi adalah kemampuan untuk menerima atau
menyadari informasi yang tidak dapat diterima kelima indera. Agar
kecerdasan-kecerdasan dapat berkembang, ada beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi :
a) Struktur saraf bagian bawah harus cukup berkembang agar
energi dapat mengalir ke tingkat yang lebih tinggi.
53 Adi W. Gunawan, Born to Be a Genius, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003),
hlm. 24-25. 54 Ary Ginanjar Agustian, ESQ POWER, Sebuah Inner Journey Melalui Al-Hasan,
(Jakarta: Arga, 2003), hlm. 60.
31
b) Anak harus merasa aman secara fisik dan emosional.
c) Harus ada model untuk memberikan rangsangan yang wajar.55
Bila dalam keadaan bahagia, tenang dan rileks, maka otak neo-
cortex akan aktif dan akan digunakan untuk berpikir. Hal ini
menjelaskan orang yang tegang saat mengerjakan ujian pikirannya
akan kosong dan tidak dapat mengingat apa yang telah dipelajari
sebelumnya.
Selain terdiri dari tiga bagian otak; yaitu otak reptil, otak
mamalia, dan otak neo-cortex. Otak manusia terbagi lagi menjadi dua
belahan atau hemisfer, hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Setiap
hemisfer mempunyai fungsi berbeda tetapi saling mendukung. Pada
umumnya setiap hemisfer mengatur 50 % dari setiap bagian tubuh.
Hemisfer kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan, dan hemisfer
kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri.56
Otak kiri mempunyai fungsi dan cara belajar khusus, yaitu :
- Menyukai hal-hal yang berurutan.
- Belajar maksimal dari hal-hal yang bersifat detail dulu, kemudian
ke hal-hal yang bersifat global.
- Menyukai sistem membaca yang berdasarkan pada fonetik.
- Menyukai kata-kata, simbol dan huruf.
- Menyukai sesuatu yang terstruktur dan dapat diprediksi.
- Mengumpulkan informasi yang faktual.
Otak kanan mempunyai fungsi dan cara belajar khusus yaitu:
- Lebih menyukai dengan hal-hal yang bersifat acak.
- Belajar maksimal dari hal-hal yang bersifat global dulu, kemudian
ke hal-hal yang bersifat detail.
55 Bobbi De Potter dan Mike Hernackl, Quantum Learning : Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa: 1999), hlm. 30. 56 Adi W. Gunawan, Loc. Cit, hlm. 24-26.
32
- Lebih menyukai sistem membaca yang bersifat menyeluruh
(whole language).
- Menyukai gambar dan grafik.
- Lebih menyukai suatu pengalaman.
- Ingin mengumpulkan informasi mengenai hubungan di antara
berbagai hal.57
2.) Cara Pembelajaran Multiple Intelligence
Berbagai macam cara peserta didik dalam belajar, membuat
pendidik harus memahami karakter setiap cara belajar peserta didik.
Pendidik memberikan materi dengan suatu cara, biasanya melalui
perpaduan antara ceramah, penggunaan papan tulis, buku pelajaran
dan lembar latihan, itu membuat sebagian peserta didik masalah.
Pendidik dapat menciptakan cara belajar secara optimal yang
disesuaikan dengan kemampuan belajar peserta didik.
Langkah-langkah yang harus ditempuh pendidik dalam proses
belajar multiple intelligence akan meningkat jika peserta didik
melakukan hal-hal berikut ini :58
1) Mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka
sendiri.
2) Memberikan contoh.
3) Mengenali dalam bermacam bentuk dan situasi.
4) Melihat kaitan antara informasi dengan fakta atau gagasan
lain.
5) Menggunakan beragam cara.
6) Memprediksi sejumlah konsekuensi.
7) Menyebutkan lawan atau kebalikannya.
57 Adi W. Gunawan, Born to Be a Genius, (Jakarta: Gramedia Putaka Utama, 2003), hlm.
26-27. 58 Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung:
Nuansa, 2004), terj., hlm. 19.
33
Cara belajar kecerdasan ganda menurut Thomas Amstrong,
sebagai berikut :59
a) Belajar Dengan Cara Linguistik.
Cara belajar terbaik dalam bidang ini adalah dengan
mengucapkan, mendengarkan, dan melihat kata-kata. Cara
untuk memotivasi peserta didik dengan menyediakan buku,
seperti perpustakaan dan kaset rekaman.
b) Belajar Dengan Cara Logis-Matematis.
Peserta didik yang mempunyai kelebihan dalam jenis
kecerdasan ini belajar dengan membentuk konsep dan mencari
pola serta hubungan abstrak. Pendidik memberi materi konkret
yang bisa dijadikan bahan percobaan, waktu yang lama untuk
mempelajari gagasan baru.
c) Belajar Dengan Cara Visual.
Peserta didik yang unggul dalam bidang ini efektif
belajar secara visual. Mereka perlu diajari melalui gambar,
visual dan warna. Cara untuk memotivasi mereka adalah
melalui media seperti: film, vidio, peta dan grafik.
d) Belajar Dengan Cara Kinestetik.
Peserta didik yang bakat dalam kecerdasan ini belajar
dengan menyentuh, memanipulasi dan bergerak. Cara terbaik
memotivasi mereka melalui seni peran, gerakan kreatif dan
semua jenis kegiatan yang melibatkan fisik.
e) Belajar Dengan Cara Musik.
Peserta didik dengan kecerdasan musikal belajar
melalui irama dan melodi. Mereka bisa mempelajari apapun
dengan mudah jika hal itu dinyanyikan, serta mereka belajar
dengan diiringi musik kesukaan mereka.
59 Thomas Armstrong, Setiap Anak Cerdas: Panduan membantu Anak Belajar Dengan
Memanfaatkan Multiple Intelligence-nya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005) terj., hlm.77-80.
34
f) Belajar Dengan Cara Interpersonal.
Cara belajar terbaik anak-anak yang berbakat dengan
kecerdasan ini adalah dengan berhubungan dan bekerjasama
mereka perlu belajar melalui interaksi dengan orang lain.
g) Belajar Dengan Cara Intrapersonal.
Peserta didik dengan kecenderungan ke arah ini paling
efektif belajar ketika diberi kesempatan untuk menetapkan
target, memilih kegiatan mereka sendiri. Anak-anak ini
memotivasi diri sendiri.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian, Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam merupakan kebutuhan manusia, karena
sebagai makhluk pedagogis manusia dilahirkan dengan membawa
potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah
di bumi.60 Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan
yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk lain. Bagi
manusia, belajar merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan
ke arah kehidupan yang lebih berarti.
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.61
Menurut Zakiyah Darajat pendidikan agama Islam adalah
suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Kemudian menghayati
60 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: Remaja rosdakarya, 2004), hlm. 130. 61 Ibid, hlm. 132.
35
tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan
Islam sebagai pandangan hidup.
Pendidik sebagai pelaksana utama penyelenggaraan
pendidikan agama akan menghadapi peserta didik yang memiliki
watak dan kemampuan yang tumbuh secara individual. Setiap peserta
didik harus menjadi pusat perhatian, dalam hal tingkat perkembangan
dan kecerdasan anak. Sehingga peserta didik mampu memahami
pelajaran dalam proses pembelajaran.
b. Dasar Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah mempunyai
dasar yang kuat. Dasar-dasar tersebut dibagi menjadi tiga jenis. Ketiga
jenis itu adalah dasar hukum yuridis, dasar hukum agama dan dasar
hukum psikologi. Masing-masing dasar hukum akan dijelaskan
dibawah ini.
1.) Dasar Hukum (Yuridis)
Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari
perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi
pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah
secara formal. Dasar yuridis tersebut terdiri dari tiga macam :62
1. Dasar Ideal, yaitu dasar falsafah negara pancasila, sila
pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Dasar Struktural / Konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam Bab
XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1) Negara
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan
kepercayaannya itu.
62 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2004), hlm.132.
36
3. Dasar Operasional, yaitu terdapat dalam Undang-Undang RI
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2.) Dasar Agama
Dasar agama dalam uraian ini adalah dasar-dasar yang
bersumber dari ajaran agama Islam yang terdapat dalam al-Qur’an
dan Hadits. Al-Qur’an sebagai wahyu Tuhan yang disampaikan
kepada manusia dengan perantara Nabi Muhammad saw membawa
pengajaran dan pendidikan. Al-Qur’an memuat beberapa ayat yang
menjadi landasan adanya pendidikan agama:
)25:سورة النحل(...ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة
Artinya : “ Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan secara hikmah dan ajaran yang bijaksana”. (QS. an-Nahl:125)63
Arti ayat di atas terdapat pendidikan dan pengajaran ialah
mengajar dengan menggunakan metode dalam ilmu. Memberi
pengajaran dengan bijaksana, mengenai bahan atau metode harus
sesuai dengan kemampuan.
3.) Dasar Psikologis
Yang dimaksud dasar-dasar psikologis yaitu dasar-dasar
kejiwaan dan kejasmanian manusia. Realitas psikologis manusia
menunjukkan bahwa pribadi manusia merupakan kesatuan antara:
a) Potensi-potensi dan kesadaran rohaniah baik segi piker, rasa,
karsa, cipta maupun budi pekerti.
b) Potensi-potensi dan kesadaran jasmani yakni jasmani yang
sehat dengan pancaindera secara fisiologis bekerja sama
dengan system syaraf dan kejiwaan.
63 Departemen Agama, Al-Qur’an al-Karim dan Terjemahannya, (Semarang: Toha putra, 1996), hlm. 224.
37
c) Potensi-potensi psikologis berada dalam suatu lingkungan
hidup alamiah (fisik).
Ketiga kesadaran ini menampilkan watak dan kepribadian
seseorang sebagai suatu keutuhan.64 Sehingga proses belajar
mengajar inilah psikologi memegang peranan yang penting.
Kajian-kajian dalam psikologi, menunjukkan bahwa
memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai dari seseorang kepada
peserta didik tidak hanya menerima dalam keadaan pasif tetapi
aktif dan mempunyai tiga syarat yang harus diwujudkan agar
pembelajaran dapat terjadi dengan baik. Pertama harus ada
rangsangan dari pendidik. Kedua adanya respon peserta didik, dan
ketiga respon diteguhkan seperti dengan memberikan sanksi
apabila peserta didik tidak memperhatikan pelajaran.
Tugas pendidik adalah menolong peserta didik belajar
dengan menekankan pada kemampuan dan potensi untuk
mengetahui dan mengaplikasikan hasil belajar mereka, agar potensi
kecerdasan anak digunakan secara optimal.
Beberapa dasar yang penting dalam membimbing anak
dalam proses pembelajaran yaitu setiap anak memiliki sifat
kepribadian yang unik, tiap-tiap anak memiliki kecerdasan yang
berbeda-beda, dan setiap pertumbuhan mempunyai cirri-ciri
tertentu.65
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan agama Islam secara umum, ialah :
a. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia.
b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
64 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,1980), hlm. 137-138. 65 Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik), (Jakarta: PT.Rineka Cipta,1997), hlm.97-101.
38
c. Menumbuhkan semangat ilmiah pada peserta didik untuk
mengetahui dan mengkaji ilmu tersebut.
d. Menyiapkan peserta didik dengan potensi, agar dapat
menguasai potensi tertentu, dan keterampilan sehingga
mengamalkannya dalam hidup.66
Pendidikan agama bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengarahan peserta didik tentang agama
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
masyarakat, berbangsa dan bernegara.67 Tujuan pendidikan merupakan
hal yang dominan dalam pendidikan, baik makna maupun tujuan harus
mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak melupakan etika
sosial atau moralitas sosial.
Dalam kurikulum PAI tahun 2004 pendidikan agama Islam
bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaannya, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.68
Secara konseptual pendidikan Islam bertujuan untuk
membentuk muslim yang seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi
manusia yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah dan
berhubungan setiap pribadi dengan Allah SWT, manusia dan alam
semesta.69 Dengan demikian pendidikan Islam berupaya
mengembangkan individu seutuhnya.
66 Zuhairimi, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 17. 67 Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 58. 68 Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang
Depdiknas, 2004). 69 Syamsul Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), Cet.,
I, hlm. 35-34.
39
2. Materi Pendidikan Agama Islam
Sebagaimana diketahui, bahwa inti ajaran Islam meliputi :
a. Masalah keimanan (aqidah).
b. Masalah keislaman (syari’ah).
c. Masalah ikhsan (akhlak).
a) Aqidah adalah mengajarkan keesaan Allah, Esa sebagai Tuhan
yang mencipta, dan mengatur alam ini.
b) Syari’ah adalah berhubungan dengan amal untuk mentaati semua
peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur hubungan antara
manusia dengan Tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan
kehidupan manusia.
c) Akhlak adalah amalan yang bersifat penyempurna bagi kedua amal
di atas dan yang mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup
manusia.70
Tiga inti ajaran Islam ini kemudian dijabarkan secara
keseluruhannya dalam mata pelajaran al-qur’an, hadits, akhlak, fiqih atau
ibadah dan sejarah atau tarikh. Sehingga menggambarkan bahwa ruang
lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keselarasan dan
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama
manusia, maupun lingkungannya.
3. Metode Pendidikan Agama Islam
Maksud dari metode pendidikan di sini ialah semua cara yang
digunakan dalam upaya mendidik, maka metode yang di sini mencakup
juga metode mengajar. Metode mengajar ini menuntut syarat-syarat yang
perlu dipenuhi misalnya setiap guru yang akan menggunakan metode itu
(jalannya pengajaran serta kebaikan dan kelemahannya, situasi-situasi
yang tepat di mana metode itu efektif dan wajar).
Secara rinci metode-metode tersebut baik pengertiannya,
keuntungan dan kelemahannya dapat dilihat dalam penjelasan berikut ini:
70 Zuhairini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 61.
40
1. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan bentuk interaksi edukatif oleh
pendidik kepada peserta didik.71 Dalam pelaksanaan metode ini
pendidik dapat menggunakan alat-alat Bantu, seperti: gambar, peta.
Namun metode utama yang digunakan dengan menggunakan ceramah
atau berbicara.
Keuntungan-keuntungan metode ceramah, antara lain:
a. Dalam waktu yang relatif singkat dapat disampaikan pelajaran
sebanyak-banyaknya.
b. Pendidik dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun
jumlah peserta didik cukup banyak.
c. Organisasi kelas lebih sederhana, tidak perlu mengadakan
pengelompokan peserta didik seperti pada beberapa metode
lainnya.
Metode ini juga mempunyai beberapa kelemahan yang
membutuhkan penggunaan pendekatan lain untuk menutupi
kekurangan yang terdapat dalam metode ceramah., kekurangannya
terletak pada :
a. Pendidik sulit mengetahui pemahaman peserta didik terhadap
bahan pelajaran yang diberikan.
b. Kadang pendidik hanya mengajar penyampaian bahan sebanyak-
banyaknya sehingga terlihat adanya unsur paksaan, dari segi
edukatif hal ini kurang menguntungkan.
c. Murid cenderung bersikap pasif dan kurang menerima pelajaran
dan mengambil kesimpulan.
d. Pendidik kurang memperhatikan aspek-aspek psikologis peserta
didik, sehingga ceramah akan membosankan.72
Untuk pelajaran agama metode ceramah pada mata pelajaran
tauhid. Misalnya untuk memberikan pengertian tentang tauhid maka
71 Abd. Rachman Shaleh, Didaktik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 92), hlm. 81.
72 Zuhairini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 74-75.
41
metode yang tepat digunakan adalah metode ceramah. Karena tauhid
tidak dapat diperagakan, pendidik akan memberikan uraian menurut
caranya masing-masing dengan tujuan murid dapat memahami
penjelasan pendidik.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab ialah cara penyampaian pelajaran dengan
cara pendidik mengajukan pertanyaan dan memberikan peserta didik
memberikan jawaban, atau juga sebaliknya peserta didik bertanya dan
pendidik memberikan jawaban.73
Metode ini dimaksudkan untuk mengenal tingkat-tingkat
pemikiran yang dipakai oleh peserta didik, merangsang perhatian
peserta didik, dan dapat mengarahkan peserta didik ke arah kecerdasan
dan minat sehingga peserta didik akan aktif mengikuti pelajaran
dengan berpikir.
Kelebihan metode tanya jawab terletak pada hal-hal sebagai
berikut:
a. Suasana kelas akan lebih hidup, karena peserta didik
dirangsang secara aktif berpikir dan menyampaikan
pikirannya.
b. Melatih keberanian peserta didik mengemukakan pendapatnya
dengan lisan.
c. Adanya perbedaan jawaban di antara peserta didik akan
membawa kelas pada situasi diskusi.74
Kekurangan metode tanya jawab antara lain:
a. Terdapat perbedaan pendapat atau jawaban, akan memerlukan
waktu yang banyak untuk menyelesaikannya, sehingga
pendidik harus menguasai permasalahannya.
73 Abd. Rachman Shaleh, Didaktik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 92), hlm.
77-78. 74 Winarno Surakhmad, Dasar dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar, (Bandung: Tarsito,1973), Cet.3, hlm.102.
42
b. Terjadi penyimpangan perhatian peserta didik, apabila terdapat
jawaban-jawaban yang menarik perhatiannya, padahal bukan
tujuan yang diinginkan dari pokok permasalahan.
c. Relatif memerlukan waktu yang lebih banyak, karena kurang
cepat merangkum bahan-bahan pelajaran.75
3. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara untuk merangsang peserta didik
berpikir dan mengeluarkan pendapat sendiri, serta berperan serta
dalam proses pembelajaran.76 Di dalam diskusi kelas pendidik
memimpin jalannya diskusi dan persoalan ke tengah-tengah kelas
untuk didiskusikan. Untuk pelaksanaannya pendidik harus
memberikan pertolongan berupa penyajian problema sebagai tema dan
pembuka diskusi serta bimbingan dan pengarahan belajar anak.
Secara garis besar metode diskusi mempunyai keunggulan
antara lain:
1. Situasi dan suasana kelas lebih hidup, sebab perhatian murid
terpusat pada masalah atau bahan diskusi. Partisipasi interaksi
murid dalam metode ini lebih baik dan aktif.
2. Dapat meningkatkan prestasi kepribadian individu dan sosial
peserta didik.
3. Peserta didik terlatih mematuhi peraturan dan tata tertib dalam
suatu diskusi.
Di samping itu metode diskusi ini mempunyai kelemahan-
kelemahan, yaitu:
a. Hendaknya diusahakan agar setiap peserta didik mendapat
giliran berbicara dan mengemukakan pendapatnya.
75 Ibid, hlm. 76. 76 Abd. Rahman Shaleh, op.cit, hlm. 81.
43
b. Diusahakan agar setiap murid mendengar dan memperhatikan
serta memberikan tanggapan terhadap peserta didik yang
lain.77
4. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode interaksi yang sangat
efektif dalam membantu murid untuk mengetahui proses pelaksanaan
sesuatu, dan memperlihatkan cara yang paling tepat dan sesuai.78
Beberapa kelebihan metode demonstrasi ialah:
1. Murid tidak menghayati sepenuhnya mengenai pelajaran yang
diberikan.
2. Memberi pengalaman praktis yang dapat membentuk perasaan
dan minat serta kemauan peserta didik.
3. Perhatian peserta didik lebih terpusat pada hal-hal yang
didemonstrasikan.
Beberapa kelemahan metode demonstrasi, yaitu:
1. Dalam pelaksanaannya, biasanya memerlukan waktu yang
relatif lama.
2. Apabila tidak ditunjang dengan peralatan dan perlengkapan
yang memadai atau tidak sesuai dengan kebutuhan, maka
metode ini kurang efektif.79
Sebagai metode interaksi edukatif, metode ini banyak
digunakan dalam mata pelajaran ibadah dan akhlak, misalnya :
Pendidikan mendemonstrasikan cara berwudhu, shalat, dan haji.
5. Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama sangat penting untuk dipakai di dalam
kelas yang mencakup masalah hubungan sosial, dan bermain peran di
mana peserta didik diikut sertakan.80 77 Winarno Surakhmad, Dasar dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar, (Bandung: Tarsito,1973), Cet.3, hlm.104.
78 Abd. Rahman Shaleh, Op. Cit., hlm. 84-85. 79 Zuhairini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 82-83.
44
Metode sosiodrama mempunyai kelebihan, antara lain:
a. Melatih murid untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih
keberanian untuk menjadi peran.
b. Metode ini menarik perhatian peserta didik, sehingga suasana
kelas menjadi hidup.
c. Peserta didik dapat menghayati suatu peristiwa, sehingga mudah
mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri.
d. Peserta didik dilatih dapat menyusun sebuah pikiran yang teratur
dan sistematis.
Kelemahan metode sosiodrama, antara lain:
a. Metode sosiodrama memerlukan waktu cukup banyak.
b. Memerlukan persiapan yang teliti dan matang.
c. Peserta didik kadang tidak mau mendramatisasikan, karena malu
dan takut.
d. Bila pelaksanaan dramatisasi gagal, maka tidak akan mendapatkan
suatu kesimpulan.81
Jadi metode sosiodrama atau bermain peran ini digunakan
untuk menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut
orang banyak. Metode sosiodrama ini dapat dilaksanakan dalam
bidang pendidikan agama mata pelajaran sejarah Islam. Misalnya:
bagaimana sikap sahabat Nabi Muhammad SAW diantaranya Umar
bin Khattab tatkala akan masuk Islam. Setelah mendengarkan ayat-
ayat al-Qur’an yang dibaca oleh adiknya, maka tergugahlah untuk
memeluk Islam.82
6. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas disebut juga dengan metode pekerjaan
rumah merupakan metode interaksi edukatif, di mana peserta didik
80 Abd. Rahman Shaleh, Loc. Cit., hlm.85. 81 Ibid, hlm. 90.
82 Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: 1985), cet.2, hlm. 236.
45
diberi tugas khusus di luar jam-jam pelajaran. Ada beberapa kelebihan
dalam metode ini :
1. Sangat efektif untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan-
kegiatan yang konstruktif.
2. Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala bentuk tugas
pekerjaan.
3. Memberi kebiasaan pada peserta didik untuk giat belajar.
Sebagai metode edukatif metode ini mempunyai beberapa
kelemahan:
1. Apabila tidak dikontrol secara baik, tugas yang seharusnya
dikerjakan peserta didik dikerjakan oleh orang lain, sehingga
peserta didik tidak tahu tentang tugasnya. Hal ini tidak akan
tercapai tujuan pelajaran.
2. Sulit memberikan tugas karena perbedaan individual murid
dalam kemampuan dan minat belajarnya.
3. Peserta didik sering tidak mengerjakan sendiri tugas yang
menjadi tanggung jawabnya, karena hanya menyalin atau
meniru hasil pekerjaan temannya.83
Cara pemberian tugas dapat dilakukan : peserta didik diberi tugas
mempelajari dari buku teks, secara kelompok atau secara
perorangan, diberi waktu untuk mengerjakannya kemudian peserta
didik mempertanggung jawabkan nya.84
C. Multiple Intelligence Dalam Perspektif PAI
Multiple intelligence merupakan sebuah pendekatan pada kecerdasan
setiap individu. Setiap individu memiliki tujuh kecerdasan, sedangkan
manusia biasanya hanya dapat menggunakan satu atau dua kecerdasan.
Kecerdasan ganda ini dapat berkembang pada proses belajar di kelas. Peserta
didik dapat mengembangkan bermacam-macam kecerdasan ganda dengan
83 Zuhairini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 84-85.
84 Ibid, hlm.234.
46
bantuan pendidik yang harus memahami potensi-potensi kecerdasan ganda
yang dimiliki oleh peserta didik.
Kecerdasan berarti kemampuan untuk memecahkan masalah dan
menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya.85 Definisi lain dari
kecerdasan adalah kapasitas seseorang untuk memperoleh pengetahuan (yakni
belajar dan memahami), mengaplikasikan pengetahuan (memecahkan
masalah) dan melakukan penalaran abstrak.86
Pendekatan kecerdasan ganda berbeda dengan pembelajaran
konvensional yang terlalu menekankan pada pendidik. Pada pembelajaran
kecerdasan ganda, pembelajaran lebih bersifat pada peserta didik, situasi dan
kepentingan peserta didik, serta kemampuan intelektual peserta didik bukan
kepada pendidik. Maka pendekatannya juga lebih personal dan bukan umum.
Peserta didik diperhatikan bakat, keunggulan dan kelemahannya. Sehingga
pendidik harus menggunakan berbagai pendekatan belajar, bukan hanya
ceramah atau menghitung. Hal yang sama juga diungkapkan Suparlan bahwa
dalam pembelajaran pendidik yang mengajar secara klasik tanpa pernah
memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Di mana fungsi pendidik
seharusnya memberikan fasilitas agar anak didik dapat berkembang secara
maksimal selaras dengan tipe kecerdasan yang mereka miliki.87
Pendidik juga harus menerapkan metode pembelajaran yang tepat,
sehingga peserta didik mampu dalam mengikuti proses belajar. Salah satu
metode yang dapat digunakan adalah : (1) Mengerakkan aktivitas dan
kreativitas pendidikan, orang tua dan peserta didik dalam proses belajar
mengajar. (2) Mengaktualisasikan potensi kecerdasan ganda pada setiap
85 Thomas Amstrong, Setiap Anak Cerdas, Panduan Membantu Anak Belajar dengan
Memanfaatkan MI-nya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm 19. 86 George Boeree, Belajar dan cerdas Bersama Psikolog Dunia, (yogyakarta: Prisma
Shopie, 2006), Cet. I., hlm. 125. 87 Suparlan, Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Dari Konsepsi Sampai Dengan
Implementasi, (Yogyakarta: Hikayat, 2004), hlm. 146.
47
peserta didik dengan kerjasama pendidik dan orang tua. (3) Memberikan
bahan pelajaran sesuai dengan irama dan kemampuan setiap peserta didik.88
Salah satu implikasi dalam teori kecerdasan ganda adalah adanya
tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan untuk memperhatikan bakat
masing-masing peserta didik. Selain di sekolah banyak hal yang penting bagi
peserta didik untuk menemukan, setidaknya satu kemampuan. Hal ini akan
menimbulkan kegembiraan dalam proses belajar juga akan membangkitkan
ketekunan dan upaya-upaya yang perlu bagi penguasaan suatu ilmu, serta
akan meningkatkan daya cipta mereka. Sebaliknya jika para peserta didik
tidak menemukan satu atau beberapa bidang yang mereka minati, mereka
tidak akan pernah mengembangkan kecintaan mereka terhadap belajar dan
akan menjalani sekolah tanpa tujuan, bahkan akan mengabaikan pendidikan
formal.89
Pendidikan Islam menurut Malik Fadjar dapat dirumuskan sebagai
suatu upaya yang sistematis dalam mengejawantahkan nilai-nilai Islami, yaitu
pendidikan yang berusaha mentransformasikan pengetahuan dan nilai-nilai
ajaran Islam dari satu generasi ke generasi selanjutnya.90
Pendidikan Islam dapat menggabungkan antara pandangan Islam
dengan pemikiran pendidikan modern sepanjang memiliki relevansi yang kuat
dalam merekonstruksi pemikiran pendidikannya. Pendidikan Islam harus
mendesain “kurikulum dan silabi” yang tidak hanya tradisi normatif klasik,
tetapi juga mencakup ilmu-ilmu sosial dalam konteks kekinian dengan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.91 Yaitu dengan menggunakan
pendekatan kecerdasan ganda.
Kurikulum dan metode merupakan elemen penting dalam proses
belajar mengajar. Kehidupan yang dialami oleh peserta didik, menyebabkan
88 N. Tientje dan Yul Iskandar, PADU Untuk Mengembangkan MI, (Jakarta: Dharma
Graha, 2004), hlm. 72-73. 89 Linda Campbell, Bruce Campbell dan Dee Dickson, Metode Praktis Pembelajaran
Berbasis Multiple Intelligence, (Jakarta: Intuisi Press, 2006), hlm. 308. 90 Samaun Bakry, Menggagas Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,
2005), hlm. 11. 91 Syamsul Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hlm.
13-17.
48
peserta didik tidak peka terhadap perkembangan globalisasi, sehingga sekolah
tersebut “gagal” untuk mengantarkan peserta didiknya untuk menjadi anak
yang cerdas, tanggap dan bersaing.92 Pendekatan kecerdasan ganda berarti
mengembangkan kurikulum dan menggunakan pengajaran yang sesuai dengan
minat dan bakat peserta didik. Peserta didik diberi pilihan berbagai cara untuk
belajar dan mereka berbagi tanggung jawab untuk pembelajaran mereka.93
Berikut ini contoh pendekatan kecerdasan ganda peserta didik dalam
PAI :
a. Peserta didik dengan kecerdasan linguistik, pada mata pelajaran
bahasa arab peserta didik mampu menghafal kosakata.
b. Peserta didik dengan kecerdasan logis matematis, dapat
menghitung zakat dalam pelajaran fiqih.
c. Peserta didik dengan kecerdasan visual, memahami materi
pelajaran dengan memutar film-film kisah nabi, dalam mata
pelajaran SKI.
d. Peserta didik dengan kecerdasan kinestetik, dengan
mendemonstrasikan gerakan salat atau wudhu, pada mata
pelajaran fiqih.
e. Peserta didik dengan kecerdasan musik, mampu menggunakan alat
musik, maupun diiringi lagu-lagu Islam saat pelajaran.
f. Peserta didik dengan kecerdasan interpersonal, bekerjasama untuk
maju hafalan kosakata dalam pelajaran bahasa Arab.
g. Peserta didik dengan kecerdasan intrapersonal, peserta didik
senang mengerjakan tugas secara individu atau ke perpustakaan.
Yang menarik dari Al-Qur’an adalah bahwa kitab suci ini tidak saja
memberikan pandangan persepsionalnya, tetapi juga metode-metode pokok,
bagaimana seharusnya pendidikan yang tepat diberikan kepada anak untuk
mencapai aktualisasi kecerdasan dan peran manusia yang sempurna. Dengan
92 Ibid, hlm. 43. 93 Thomas R. Hoer, Buku Kerja Multiple Intelligence, (Bandung: Kaifa, 2007), Terj., Cet.
I., hlm. 31-32.
49
demikian dapat mengaplikasikan prinsip-prinsip dan penerapan kecerdasan
tersebut dalam kehidupan nyata.94
Dalam kaitan antara multiple intelligence dalam PAI, kecerdasan
ganda merupakan pendekatan yang memperhatikan kecerdasan yang dimiliki
oleh peserta didik. Ini dapat dilakukan dalam proses pembelajaran PAI. Setiap
peserta didik mempunyai berbagai kecerdasan yang berbeda, oleh karena itu
sebagai pendidik mempunyai tugas dalam mendidik mereka dalam
perkembangannya, pendidik perlu mengenali dan menyesuaikan dengan
keadaan mereka. Artinya pendidik perlu menggunakan berbagai variasi
pendekatan dalam pendidikan agama Islam. Pendidik membantu peserta didik
dalam menggunakan kecerdasan yang dimiliki dalam proses pembelajaran
sehingga peserta didik mampu mengoptimalisasikannya.
Artinya pendidik perlu menggunakan berbagai variasi dalam
pembelajaran PAI dengan pendekatan multiple intelligence. Seperti dalam
mengajar pendidik menggunakan metode diskusi dan pendekatan
interpersonal. Dimana peserta didik dengan kecerdasan interpersonal
mempunyai sifat suka bekerjasama dan terbuka sehingga dapat menciptakan
proses pembelajaran secara berkelompok. Pendidik menggunakan metode
sosiodrama kepada peserta didik kinestetik, siswa dijadikan sebagai subjek
dalam proses belajar. Sebagai contoh mata pelajaran sejarah kebudayaan
Islam, peserta didik dapat memerankan penokohan dalam cerita dalam cerita
secara langsung. Sehingga peserta didik memahami pelajaran yang sedang
berlangsung. Siswa yang mempunyai kecerdasan lain dapat ikut serta agar
menggali kecerdasan-kecerdasan mereka yang lain, karena kecerdasan dapat
berkembang sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan oleh peserta didik.
94 Ibid, hlm. 89.
BAB III
GAMBARAN UMUM SDIT ASSALAMAH UNGARAN
A. Gambaran SDIT Assalamah Ungaran
1. Sejarah Berdirinya SDIT Assalamah Ungaran
SDIT Assalamah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
dikelola oleh yayasan Assalamah. Yayasan Assalamah didirikan dan
diprakarsai oleh Hj. Rugayah Abdullah Assegaf dan H. Husein Abdullah
pada tanggal 31 Januari 1989 dengan akte notaris Ny. Janny Dhewayanti
Ardiyan, SH. Adapun prakarsa ini timbul dari kelangkaan dan minimnya
fasilitas pendidikan Islam di kawasan kota Ungaran. Yayasan Assalamah
mempunyai program secara bertahap mengupayakan agar kota Ungaran
mempunyai fasilitas pendidikan yang dibutuhkan oleh umat Islam dan
masyarakat pada umumnya. Pada awal berdirinya, yayasan Assalamah
hanya mengelola Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). Karena banyak
tuntutan masyarakat untuk membuka kelas pagi, maka pada tahun ajaran
1989/1990, didirikanlah Taman Kanak-kanak Plus Assalamah.
Pada tahun ajaran 1999/2000, didirikanlah Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SDIT) Assalamah yang bertujuan untuk menarik anak-anak
muslim untuk diarahkan ke lembaga sekolah Islam. SDIT Assalamah
mendapat respon positif dari masyarakat, sehingga SDIT Assalamah
mampu bersaing dengan SD-SD di Ungaran. Sekolah dasar yang didirikan
oleh yayasan Assalamah, mempunyai konsep Islam Terpadu (IT).
Terbentuknya konsep IT adalah untuk menepis isu dikotomi yang marak
dalam dunia pendidikan, yaitu adanya jurang pemisah antara pelajaran
agama dan pelajaran umum.
SDIT Assalamah berdiri dengan menawarkan keterpaduan antara
pelajaran agama dan pelajaran umum. Keterpaduan ini tidak hanya
semata-mata menggabungkan antara keduanya, akan tetapi nilai-nilai
agama yang diharapkan dapat mewarnai pelajaran umum, begitu pula
sebaliknya. Dalam pelajaran PPKN misalnya, dari contoh-contoh yang
52
dijelaskan dapat dimasukkan nilai-nilai agama yang bertujuan untuk
memperjelas.1
2. Letak Geografis
SDIT Assalamah Ungaran terletak di kompleks yayasan
pendidikan Assalamah Ungaran satu kompleks dengan TK Assalamah dan
SMP Assalamah Ungaran, JL. Gatot Subroto 104 B. Telp. (024) 6929694
Ungaran.
Pemilihan lokasi ini cukup beralasan karena disamping letaknya
strategis dan mudah dijangkau, yaitu berada di jalan raya Ungaran-Solo,
juga karena tempatnya menjadi satu dengan TK Assalamah dan SMP
Assalamah memudahkan bagi sekolah ini untuk melakukan sosialisasi
dalam perekrutan siswa baru setiap tahun.2
3. Visi dan Misi SDIT Assalamah Ungaran
Visi :
Mewujudkan peserta didik yang unggul dalam aqidah, akhlak dan
prestasi akademik.
Misi :
a. Anak mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
b. Anak mampu menghafal Juz Amma dan memahami beberapa
kutipan Al-Qur’an yang relevan dengan kurikulum.
c. Anak mampu menghafal 20-30 hadits dan do’a serta dapat
membiasakan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Mengerti dan memahami nilai-nilai Islami, selanjutnya belajar
untuk mengamalkannya.
1 Dokumentasi SDIT Assalamah Ungaran. 2 Observasi, tanggal 6 Nopember 2007.
53
e. Menguasai kaidah-kaidah dasar matematika, bahasa Indonesia,
sains, pengetahuan sosial, bahasa Arab dan bahasa Inggris serta
dapat memanfaatkannya untuk kepentingan umat.3
4. Kondisi Siswa, Guru dan Staf
Siswi-siswi SDIT Assalamah Ungaran adalah lulusan TK/RA/BA
yang semua siswanya beragama Islam dari berbagai golongan.
Staf pengajar SDIT Assalamah Ungaran 90 % Sarjana S1, adalah
lulusan perguruan tinggi UNDIP, IAIN, UNNES, STAIN dan perguruan
tinggi lain yang memenuhi persyaratan di lingkungan SDIT Assalamah
Ungaran. Berdasarkan test seleksi penerimaan guru baru yang diadakan
oleh pihak SDIT Assalamah yang meliputi test kemampuan, teori dan
wawancara sesuai dengan bidangnya masing-masing.4
Adapun status yaitu GTY (Guru Tetap Yayasan) dan guru tidak
tetap (part time), selain itu juga ada pengajar ahli yang khusus di
datangkan dari luar, misalnya: guru praktek haji dan beladiri karate.5
5. Sarana dan Prasarana
SDIT Assalamah Ungaran banyak memberikan fasilitas pendidikan
kepada siswa, agar memudahkan dan memaksimalkan belajar siswa
sehingga proses pembelajaran akan lebih efisien.
Adapun sarana dan prasarana SDIT Assalamah Ungaran :
a. Ruang kelas yang representatif.
b. Musholla.
c. Perpustakaan.
d. Laboratorium.
e. Antar jemput.
f. Sarana dan arena bermain yang luas dan edukatif.
g. Ruang komputer ber-AC.
3 Wawancara dengan Bapak Ahmad Mahzum, Kepala Sekolah SDIT Assalamah Ungaran, Tanggal 30 Oktober 2007.
4 Dokumentasi SDIT Assalamah Ungaran. 5 Dokumentasi SDIT Assalamah Ungaran.
54
h. Lapangan olah raga yang memadai.
i. Setiap kelas dibimbing 2 orang guru.
j. Ruang kesehatan yang memadai.
k. Ruang khusus bimbingan dan konseling (BK).
6. Kegiatan Ekstra Kurikuler
SDIT Assalamah Ungaran memberikan pilihan kepada siswanya
dalam memilih jenis kegiatan ekstra kurikuler sesuai dengan skill untuk
menunjang kegiatan yang positif bagi siswa. Kegiatan ekstra kurikuler
SDIT Assalamah Ungaran, meliputi :
a. Drum band g. Sains Club.
b. Kaligrafi h. Teater.
c. Jurnalistik i. Rebana.
d. Melukis j. English Club.
e. Tilawah Al-Qur’an k. Elektronika.
f. PMR l. Bola basket.
7. Struktur Organisasi dan Pengelolaannya
Struktur organisasi SDIT Assalamah Ungaran tahun 2006/2007.6
6 Dokumentasi SDIT Assalamah Ungaran.
55
B. Sistem Pembelajaran SDIT Assalamah Ungaran
SDIT Assalamah Ungaran menggunakan sistem full day school
(belajar dari pukul 07.00-15.30. WIB). Menjadikan sekolah ini lebih leluasa
mengembangkan kurikulumnya dan dengan tekat mencetak generasi muda
yang berakhlak mulia yang menguasai ilmu pengetahuan yang baik, terampil
dan kreatif sesuai dengan norma agama. Sebagaimana misi SDIT Assalamah
Ungaran, maka SDIT Assalamah Ungaran merupakan sistem pendidikan
sebagai berikut :
1. Program pendidikan akademis di SDIT Assalamah Ungaran
menerapkan kurikulum sekolah dasar yang telah digariskan oleh
Departemen Pendidikan Nasional, antara lain : Matematika,
Bahasa Indonesia, PPKN, Sains, Pengetahuan sosial, KTK,
penjakes, dan Muatan Lokal.
2. program pendidikan non agama yang dirancang oleh sekolah antara
lain : Bahasa Inggris, Bimbingan Konseling (BK), Audio Visual,
dan Komputer.
3. Program pendidikan Agama Islam yang dirancang sendiri oleh
sekolah antara lain : Aqidah Akhlak, Al-Qur’an Hadits, Fiqih,
Bahasa Arab, Baca Al-Qur’an, Tahfiz dan Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI).
Dilihat dari jumlah materi pelajaran di atas dapat diketahui bahwa
pendidikan agama mempunyai porsi yang hampir sama dengan pengetahuan
non agama. Hal ini dimaksudkan bahwa SDIT Assalamah Ungaran menjadi
sekolah yang mempunyai nilai lebih (plus) yang menekankan nilai-nilai
keagamaan, disamping pengetahuan dan keahlian yang harus dikuasai oleh
peserta didik.
56
C. Implementasi Multiple Intelligence Dalam PAI di Kelas 3 SDIT
Assalamah Ungaran
Multiple intelligence adalah pendekatan pembelajaran yang
mendorong pendidik menjadi lebih kreatif dan inovatif karena pendidik harus
menemukan strategi yang tepat untuk mengoptimalisasikan setiap kecerdasan
yang ada. Optimalisasi potensi peserta didik dapat dilakukan secara baik
melalui kecerdasan yang menonjol yang dimiliki peserta didik.
Hal ini dilakukan oleh SDIT Assalamah dengan mengelompokkan
kecerdasan yang dimiliki peserta didik menjadi tiga kelompok di kelas 3,
yaitu:
a. Kelas 3 Al-Fargani : Kelas musik, kinestetik dan linguistik.
b. Kelas 3 Al-Jabar : Kelas intrapersonal dan logis-matematis.
c. Kelas 3 Al-Biruni : Kelas interpersonal dan visual.7
Pembagian kelas berdasarkan kecerdasan peserta didik, sehingga
proses pembelajaran PAI akan berjalan dengan efektif. Dengan adanya
pendekatan multiple intelligence, termasuk dalam pembelajaran PAI maka
akan terjadi hubungan antara pendidik dan peserta didik yang dirasakan
harmonis, serta dapat mewujudkan tujuan akhir dalam pendidikan agama
Islam. Ada beberapa hal penting kaitannya dengan penerapan multiple
intelligence di SDIT Assalamah, antara lain persiapan pendidik PAI dalam
menerapkan pendekatan multiple Intelligence dalam pembelajaran PAI.
Dalam penerapan multiple intelligence perlu persiapan yang matang
dari seorang pendidik. Pendidik harus tahu dan paham persiapan dan
penerapannya. Persiapan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yakni persiapan
tertulis dan tidak tertulis. Persiapan tertulis meliputi persiapan lesson plan
(perencanaan pembelajaran), sedangkan persiapan tidak tertulis meliputi
persiapan mental, penguasaan bahan, dan lain sebagainya. Persiapan pendidik
PAI SDIT Assalamah secara tertulis antara lain:
7 Dokumentasi SDIT Assalamah Ungaran.
57
a. Mempersiapkan lesson plan, sebagai acuan pada saat mengajar,
dengan metode-metode yang digunakan untuk menyampaikan
materi. Contoh lesson plan dapat dilihat dalam lampiran.
b. Mempersiapkan bahan atau materi ajar dalam bentuk teks atau
tugas yang disesuaikan dengan lesson plan.
c. Setelah bahan ajar, persiapan selanjutnya adalah persiapan sarana
dan prasarana yang menunjang pembelajaran PAI yang
disesuaikan dengan materi. Hal ini berkaitan dengan media yang
digunakan untuk menyampaikan materi.
d. Langkah selanjutnya adalah proses pembelajaran dilakukan. Dalam
proses pembelajaran PAI, kegiatan awal pelajaran pendidik lebih
dahulu melakukan scene setting, yaitu pemberian pengalaman
belajar sebelum masuk ke materi pelajaran. Scene setting ini
bermacam-macam antara lain: Bertanya, mendengarkan,
pertandingan kompetisi, riset, interview, membangun, memainkan,
menggambar, mencatat, laporan. Sumber ide scene setting dari
kegunaan atau manfaat, sebab akibat, penyampaian informasi atau
berita, cerita imajinatif, pertanyaan film.8 Dalam melakukan scene
setting pendidik dituntut menyampaikannya dalam bahasa yang
mudah dipahami oleh peserta didik. Sebagai contoh dalam
pelajaran bahasa Arab materi ال بسم (pakaian), pendidik
melakukan scene setting dengan sumber ide cerita imajinatif. Jadi
pendidik menceritakan suatu peristiwa kemudian peserta didik
mendengarkan. Setelah scene setting dilakukan, pendidik
melanjutkan pada pokok atau inti pelajaran sesuai dengan lesson
plan. Sehingga suasana dan aktivitas pembelajaran lebih
mengena.9
8 Munif Chatib, Lebih Jauh dengan Scene Setting, (Gresik:2007), hlm. 1-5. 9 Observasi, tanggal 30 Oktober 2007.
58
Secara garis besar pelaksanaan pendekatan multiple intelligence dalam
pembelajaran PAI di kelas 3 adalah sebagai berikut:
1. Kelas 3 Al-Fargani
Kecerdasan yang dimiliki peserta didik kelas 3 Al-Fargani
ini antara lain musik, kinestetik dan linguistik. Pada proses
pembelajaran bahasa Arab pendidik menggunakan metode
bernyanyi dan demonstrasi. Pendidik menyanyikan materi ال بسم
yang diikuti peserta didik. Setelah semua dapat mengucapkan kosa
kata pakaian ke dalam bahasa Arab, peserta didik berlatih
percakapan dengan intonasi yang baik dan benar.10
Dengan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan
kemampuan peserta didik, maka cepat memahami materi pelajaran.
Penilaian yang dilakukan oleh pendidik, meliputi tiga aspek :
- Aspek Kognitif : Siswa menerjemahkan arti kata ke
dalam bahasa Indonesia.
- AspekiPsikomotor : Penilaian ini dilakukan pada saat
percakapan dalam hal kelancaran
bertanya atau menjawab, kebenaran
dan intonasi.
- Aspek Afektif : Meliputi kedisiplinan, kepatuhan dan
perhatian pada saat pelajaran.11
2. Kelas 3 Al-Jabar
Peserta didik kelas 3 Al-Jabar ini mempunyai kecerdasan
dalam interpersonal dan logis-matematis. Peserta didik lebih
tenang (diam) dalam menerima dan memahami materi pelajaran.
Pendidik dalam menerangkan pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
(SKI) bab kisah-kisah Rasul-rasul Allah, sub bab kisah Nabi Isa
10 Observasi, tanggal 30 Oktober 2007. 11 Observasi, tanggal 30 Oktober 2007.
59
lebih difokuskan pada menerangkan materi, kemudian peserta
didik diberi tugas mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).12
Penilaian yang meliputi 3 aspek, sebagai berikut:
- Aspek Kognitif : Peserta didik mengerjakan tugas di LKS.
- Aspek Psikomotor : Peserta didik diberi tugas membuat cerita
tentang kisah Nabi Isa sesuai yang
pendidik terangkan.
- Aspek Afektif : Sikap peserta didik dalam memperhatikan
pelajaran.
3. Kelas 3 Al-Biruni
Kecerdasan yang dimiliki peserta didik kelas 3 Al-Biruni
adalah interpersonal dan visual. Pada saat proses pembelajaran
bahasa Arab pendidik menggunakan metode kelompok. Setelah
melakukan scene setting yaitu melalui cerita, pendidik membagi
kelompok kemudian pendidik memerintah untuk menghafal kosa
kata tentang ال بسم (pakaian). Peserta didik menghafalkannya
dengan metode sendiri-sendiri. Jadi peserta didik diberi kebebasan
dalam mengekspresikan hafalan. Ada yang dengan lagu-lagu dan
ada juga hanya hafalan biasa. Peserta didik sangat antusias dalam
proses pelajaran karena penyampaian materi pelajaran mudah
dicerna, dan sesuai dengan kemampuan peserta didik. Ini
memudahkan peserta didik untuk menghafal setiap kosakata.
Dalam penilaian, pendidik mengacu pada tiga ranah yaitu :
Kognitif, psikomotor dan afektif.
- Aspek Kognitif : Setelah melakukan menghafal secara
berkelompok, peserta didik
mengerjakan soal di lembar kerja.
12 Observasi, tanggal 19 Nopember 2007.
60
- Aspek Psikomotor : Dalam penilaian ini pendidik menilai
pada saat maju menghafal secara
berkelompok.
- Aspek Afektif : Sikap atau antusias peserta didik
selama pelajaran.
Sedangkan implementasi dari cara pembelajaran multiple intelligence
di kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran adalah.
a.) Implementasi Belajar dengan Cara Linguistik
Pada saat pelajaran bahasa Arab, pendidik memerintahkan
kepada peserta didik untuk mengucapkan dan berlatih dengan
percakapan tiap kosa kata, tentang ال بسم (pakaian).
Pada saat pelajaran aqidah akhlak peserta didik diberi tugas
untuk membuat cerita yang berkaitan dengan materi. Dengan
mengambil bahan dari buku cerita yang ada di perpustakaan. Di
perpustakaan peserta didik mencari sendiri buku cerita, kemudian
setelah dibaca peserta didik disuruh merangkum isi dari buku
tersebut.13
b.) Implementasi Belajar dengan Cara Logis-matematis
Pada saat pelajaran akidah akhlak tentang hormat kepada
tetangga peserta didik diminta untuk mengelompok macam-macam
tata cara bertetangga yang baik, ke dalam suatu klasifikasi yang bagi
mereka untuk mudah dimengerti. Seperti: saling hormat, rukun dan
saling bertenggang rasa. Setelah mengelompokkannya, siswa diminta
untuk mengaplikasikan ke dalam pemecahan persoalan yang baru.
Yaitu peserta didik diajak untuk mengemukakan contoh sederhana
tentang hormat kepada tetangga dalam bentuk penyelesaian masalah.14
13 Observasi, tanggal 30 Oktober 2007. 14 Observasi, tanggal 12 Nopember 2007.
61
c.) Implementasi Belajar dengan Cara Visual
Pendidik menggunakan media audio visual yaitu memutar
VCD cerita Islam pada pelajaran SKI. Peserta didik dibawa ke ruang
laboratorium, di sana pendidik memutar film, peserta didik
memperhatikan cerita, kemudian setelah selesai, pendidik
menerangkan materi pelajaran dikaitkan dengan cerita film yang telah
dilihat. Sehingga peserta didik lebih paham dalam memahami materi
pelajaran.15
d.) Implementasi Belajar dengan Cara Kinestetik
Implementasi dengan kinestetik antara lain pada saat proses
belajar fiqih bab salat sunah rawatib. Pendidik menyuruh peserta didik
untuk praktek pelaksanaan salat sunah rawatib. Setiap peserta didik
maju untuk mempraktekkannya dengan benar.
e.) Implementasi Belajar dengan Cara Musik
Saat maju hafalan peserta didik mengekspresikannya dengan
menggunakan lagu yang mereka suka. Karena untuk memudahkan
dalam menghafal kata, sehingga peserta didik akan selalu
mengingatnya.16
Hal lain dalam penerapan di kelas musik, kadang pada saat
proses pembelajaran diiringi dengan memutar lagu-lagu Islami,
sehingga peserta didik aktif dan senang mengikuti pelajaran,
memberikan suasana yang berbeda.17
f.) Implementasi Belajar dengan Cara Interpersonal
Pada pembelajaran aqidah akhlak, tentang akhlak terpuji
pendidik menggunakan metode sosiodrama. Pada saat pelajaran
dimulai guru membagi kelompok untuk mengekspresikan gagasan
mereka tentang contoh sederhana dari menempati janji. Kegiatan ini
15 Wawancara dengan Ibu Ninik, (guru PAI), tanggal 6 Nopember 2007. 16 Observasi, tanggal 6 Nopember 2007. 17 Wawancara, dengan Ibu Rohmah (Guru PAI), tanggal 5 Nopember 2007.
62
dimaksudkan agar peserta didik mudah memahami akhlak terpuji tema
menepati janji. Karena kecerdasan interpersonal mempunyai
kemampuan yang menonjol dalam bekerjasama dengan teman.18
g.) Implementasi Belajar dengan Cara Intrapersonal
Cara intrapersonal dalam memahami pelajaran dengan suasana
yang tenang untuk berkonsentrasi memahami pelajaran. Pada saat
pelajaran Fiqih bab shalat sunah rawatib, pendidik lebih aktif, karena
peserta didik cenderung pendiam, tidak gaduh pada saat pelajaran.
Kecuali jika diperintah maka peserta didik akan melaksanakannya.
Pada proses pembelajaran, pendidik menerangkan pengertian, waktu
dan bilangan rakaat salat sunah rawatib. Kemudian pendidik
memerintahkan peserta didik untuk menjelaskan pengertian salat
sunah rawatib dan mengetahui jumlah bilangan rakaat salat sunah
rawatib.19
18 Observasi, tanggal, 9 Nopember 2007. 19 Observasi, tanggal 15 Nopember 2007.
BAB IV
ANALISIS KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCE
DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PAI
DI KELAS 3 SDIT ASSALAMAH UNGARAN
A. Analisis Konsep Umum Multiple Intelligence
a. Analisis Teori Multiple Intelligence
Menurut Gardner Multiple Intelligence adalah kemampuan
menyelesaikan masalah atau menghasilkan produk yang dibuat dalam satu
atau beberapa budaya.1 Gardner mendefinisikan multiple intelligence
sebagai kecerdasan yang dimiliki seseorang, baik itu dalam bentuk
kreativitas, kemampuan berpikir, keterampilan.
Proses perkembangan kecerdasan manusia berbeda-beda dan
sangat dinamis. Suatu bentuk kecerdasan dapat berguna untuk
membangkitkan jenis kecerdasan yang lain. Kecerdasan manusia dapat
dibangkitkan dengan latihan pembelajaran ini dapat berupa hobi atau
kesenangan dan permainan yang biasa dilakukan.
Teori kecerdasan ganda dapat digunakan sebagai pendekatan
pembelajaran yang mengoptimalisasikan kecerdasan yang dimiliki peserta
didik. Adapun analisis ketujuh teori kecerdasan ganda sebagai berikut :
1. Linguistic Intelligence (Kecerdasan linguistik)
Kecerdasan Linguistik didefinisikan oleh Linda Campbell.
sebagai kemampuan untuk berfikir dalam bentuk kata-kata dan
menggunakannya untuk mengekspresikan dan menghargai makna
yang kompleks.2 Kemampuan peserta didik yang suka berbicara dalam
mengekspresikan gagasan, memahami atau menghafal pelajaran.
Biasanya yang terjadi dalam kenyataan bila peserta didik selalu ribut
di dalam kelas, selalu membuat gaduh maka pendidik akan marah,
1 Thomas Armstrong, Setiap Anak Cerdas: Panduan Membantu Anak Belajar dengan
Memanfaatkan Multiple Intelligencenya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 19. 2 Linda Campbell, Bruce dan Dee Dickson, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis
Multiple Intelligence, (Jakarta: Intuisi Press, 2006), hlm. 2.
64
bahkan sampai menghukum. Padahal peserta didik ini mempunyai
kecerdasan linguistik, pendidik tersebut tidak memahami kemampuan
peserta didiknya. Maka pendidik harus pandai mengaplikasikannya
dalam sebuah pembelajaran dengan kecerdasan linguistik yang
dimiliki siswa. Contoh : Peserta didik menghafal do’a dan niat pada
saat pelajaran fiqih bab shalat sunah rawatib.
2. Logical Mathematical Intelligence (kecerdasan logika matematika)
Logis matematis adalah kemampuan yang berkaitan dengan
penggunaan bilangan dan logika secara efektif.3 Kecerdasan ini
dimiliki oleh orang yang suka matematika dan sains, penggunaanya
akan lebih baik jika menggunakan pendekatan ini dalam
pembelajaran. Contoh : Pada pembelajaran fiqih bab zakat peserta
didik dilatih untuk menghitung berapa zakat yang harus dikeluarkan,
baik itu zakat mal atau zakat fitrah.
3. Visual Intelligence (kecerdasan visual)
Kecerdasan visual adalah kemampuan untuk melihat dan
mengamati dunia visual secara akurat, dan kemudian bertindak atas
persepsi tersebut.4 Kemampuan peserta didik terhadap visual dapat
dilihat dari kebiasaan dia, seperti : Suka mengambar, melukis, bermain
teka-teki. Peserta didik yang memiliki kecerdasan visual mengisi
waktu luangnya dengan menggambar dan melukis dengan jelas.
Contoh : Pendidik menyampaikan materi melalui pemutaran film
tentang kisah nabi Muhammad pada waktu remaja sesuai dengan
pelajaran.
3 Paul Suparno, Teori Intelligence ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta:
Kanisius, 2004), Cet. I., hlm. 29. 4 Thomas Armstrong, Setiap Anak Cerdas: Panduan Membantu Anak Belajar dengan
Memanfaatkan Multiple Intelligencenya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 20.
65
4. Kinesthetic Intelligence (kecerdasan kinestetik)
Kecerdasan kinestetik menurut Gardner adalah kemampuan
menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan
dan perasaan.5 Hal terpenting bagi pendidik adalah memberikan
contoh aktivitas fisik sebagai metode pembelajaran. Sebagai contoh :
Pada saat membahas tentang bab salat sunah rawatib. Secara langsung
peserta didik mempraktekkan gerakan-gerakan salat yang benar.
Sehingga kemampuan kinestetik peserta didik dalam pembelajaran
diterapkan.
5. Musical Intelligence (kecerdasan musik)
Kecerdasan musik merupakan kemampuan menangani bentuk-
bentuk musik, dengan cara mempersepsi, membedakan, dan
mengekspresikan.6 Jika dikaitkan dalam konteks pendidikan adalah
kemampuan peserta didik dalam menggunakan musik, dengan cara
mendengarkan, menyayikan, mengeksprsikan sebagai sarana untuk
memudahkan dalam kegiatan belajar. Contoh : Dalam menghafal kosa
kata bahasa Arab tentang, الم بس (pakaian) untuk memudahkannya,
maka peserta didik dengan kecerdasan musik ini menyayikan kosa
kata dengan lagu tersebut maka peserta didik lebih cepat dalam
menghafal.
6. Interpersonal Intelligence (kecerdasan interpersonal)
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti
dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan tempramen
orang lain.7 Peserta didik mempunyai sifat yang perhatian terhadap
temannya. Dalam konteks belajar peserta didik lebih suka belajar
bersama, seperti studi kelompok. Contoh : Belajar secara berkelompok
5 Paul Suparno, Teori Intelligence ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), Cet. I., hlm. 34.
6 Hernowo, Andaikan Buku itu Sepotong Pizza, Rangsangan Baru Untuk Melejitkan Word Smart (Bandung: Kaifa, 2004), Cet. III., hlm. Viii.
7 Paul Suparno, Op. Cit.,hlm. 39.
66
seperti pada pelajaran SKI peserta didik diberi metode sosiodrama
yaitu peserta didik berperan langsung dalam pelaksanaan sosiodrama.
7. Intrapersonal Intelligence (kecerdasan intrapersonal)
Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan untuk
menganalisis serta menyadari kekuatan dan kelemaan diri.8
Kecerdasan ini tercermin dalam perasaan, kesadaran serta kemampuan
memahami diri sendiri. Contoh : Peserta didik menggunakan
kecerdasnya ini dengan memperhatikan penjelasan pelajaran dari
pendidik untuk memahami dan konsentrasi pada pelajaran. Sehingga
dalam mengerjakan tugas peserta didik lebih senang bekerja secara
individu seperti pelajaran al-Qur’an hadits peserta didik disuruh
mencari referensi yang terkait di perpustakaan.
Teori kecerdasan ganda menurut analisis penulis merupakan
konsep dari sebuah disiplin ilmu pendidikan yang mempunyai tujuh
kecerdasan. Apabila dianalisis secara keseluruhan, teori kecerdasan ganda
menjelaskan secara umum pengertian dari setiap kecerdasan, yang
kemudian dari pengertian itu dapat diaplikasikan dan dapat dijabarkan
sendiri ke dalam suatu bentuk pembelajaran yang sesuai dengan
kecerdasan yang dimiliki peserta didik.
Dari penjelasan teori kecerdasan ganda yang telah dipaparkan di
atas bahwa kecerdasan yang dimiliki peserta didik itu bermacam-macam.
Di mana peserta didik mempunyai proses pembelajaran yang berbeda
pula. Hal ini terkait dengan definisi setiap kecerdasan. Dalam diri peserta
didik mempunyai dua atau tiga kecerdasan, minimal mempunyai satu
kecerdasan. Sehingga dalam proses pembelajaran pun dilakukan pula
pengembangan diantara dua atau tiga kecerdasan. Setiap kategori
kecerdasan dapat disebut kecerdasan yang berkembang sepenuhnya
8iSutan Surya, Melejitkan Multiple Intelligence Anak Sejak Dini,
(Yogyakarta:Andi,2007), hlm. 3.
67
apabila pendidik secara optimal membantu peserta didik dalam
menggunakan kecerdasannya.
b. Analisis Pembelajaran Multiple Intelligence
1. Analisis Proses Pembentukan Belajar
Otak merupakan komponen yang ada dalam diri manusia yang
memiliki kemampuan memperoleh pengetahuan.9 Teori otak Triune
pertama kali dicetuskan oleh Dr. Paul Maclean. Di dalam kepala
manusia terdapat tiga macam otak yang berkembang sesuai dengan
tahap evolusi manusia. Yang pertama dalam perkembangan evolusi
adalah batang atau otak reptil. Inilah komponen kecerdasan terendah
dari spesies manusia. Bagian otak ini bertanggung jawab atas fungsi-
fungsi motor sensor, pengetahuan tentang realitas fisik yang berasal
dari panca indra.10 Otak reptil mengelola gerak reflek, memproses
informasi yang masuk dari panca indra. Dikatakan otak reptil karena
reptilpun memilikinya.
Yang kedua sistem limbik berfungsi mengendalikan emosi dan
perasaan manusia. Dorongan emosi akan bekerja lebih baik dari pada
argumen rasional yang mempengaruhi perilaku manusia.11 Seperti rasa
suka dan tidak suka. Ketiga neo-cortex (otak depan) adalah tempat
kecerdasan yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui indra
penglihatan, pendengaran dan sensasi tubuh yang menimbulkan proses
penalaran, berpikir intelektual, bahasa.12 Neo-cortex ini dibagi menjadi
empat belahan atau lobus yang mempunyai fungsi berbeda :
9 Fuad Nashori, Potensi-potensi Manusia, (yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. I.,
hlm. 119. 10 Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning, : Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 1999), Terj., Cet. V., hlm. 26-28. 11 Amir Tengku Ramly, Pumping Talent: Memahami Diri, Memompa Bakat, (Jakarta:
Kawan Pustaka, 2005), Cet. II., hlm. 44. 12 M. Yaniyullah Delta, Melejitkan Kecerdasan Hati dan Otak Menurut Petunjuk Al-
Qur’an dan Neurology, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 41.
68
a. Lobus frontal terletak di belakang kening, berfungsi untuk
melakukan penilaian, kreativitas, berpikir, merencanakan dan
memecahkan masalah.
b. Lobus parietal terletak di bagian atas agak ke arah belakang dari
otak dan berfungsi memproses sensasi dan fungsi bahasa.
c. Lobus temporal yang terletak di samping kiri dan kanan,
berfungsi untuk memproses pendengaran, memori, arti dan
bahasa.
d. Lobus occipital yang terletak di bagian belakang otak berfungsi
untuk penglihatan.13
Jika dianalisis keterangan tersebut, maka otak merupakan pusat
seluruh aktivitas manusia, terdapat sel-sel saraf yang terjadi proses
pembentukan koneksi (hubungan antar sel-sel saraf). Otak reptil yang
mempunyai fungsi mengendalikan emosi aktif. Neo-cortex merupakan
bentuk daya pikir tertinggi dan bagian otak yang paling objektif,
menerima bergabungnya perasaan, kemampuan berpikir, ingatan,
pengalaman.
Aktivitas otak anak-anak perlu mendapatkan dari lingkungan
dan keluarganya. Otak membutuhkan rangsangan dan pengalaman
atau kejadian agar otak ini makin cepat dalam menangkap sinyal-
sinyal informasi. Anak-anak menyerap apa saja yang dilihat, didengar,
disentuh dari lingkungan mereka. Stimulus anak dapat diberikan
kepada peserta didik dalam berbagai bentuk antara lain: Mainan
mobil-mobilan, melalui mainan tersebut anak akan kreatif dengan
melakukan hal yang belum pernah dia coba, seperti membongkar
mainan atau ingin mengubah bentuk. Aktivitas ini dilakukan tidak lain
karena adanya hubungan antara bagian-bagian otak.
13 Adi W. Gunawan, Born to Be a Genius, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003),
hlm. 24-25.
69
2. Analisis Cara Pembelajaran Multiple Intelligence
Analisis penulis dari cara pembelajaran multiple
intelligence, sebagai berikut :
a) Belajar Dengan Cara Linguistik
Pendidik dalam mengajar selain menggunakan teknik
linguistik kepada peserta didik, juga dapat menggunakan
teknik yang lain seperti : Kegiatan menulis, bercerita,
menggunakan kaset dan buku, pidato di depan kelas,
mengarang, menyelipkan kata-kata humor kepada peserta
didik agar pelaksanaan pembelajaran variatif dan efektif,
sehingga dapat menambah kemampuan peserta didik dengan
linguistik.
Kecerdasan linguistik yang mempunyai kepandaian
dalam menggunakan kata-kata membuat pendidik untuk
memahami keadaan peserta didik. Biasanya peserta didik tidak
bisa diam, sukanya berbicara entah itu hanya cari perhatian
pendidik dan juga suka membuat lelucon atau perkataan
humor sehingga menjadikan suasana kelas gaduh. Dalam hal
ini pendidik menggunakan siasat agar anak mau
mendengarkan penjelasan pelajaran. Sebagai contoh: Pendidik
memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca atau
menulis materi di depan kelas.
b) Belajar Dengan Cara Logis-Matematis
Analisis dari penjelasn di atas bahwa peserta didik
belajar dengan membentuk konsep dan mencari pola hubungan
abstrak maksudnya pendidik dapat mengarahkan peserta didik
dalam materi pelajaran ke dalam sebuah pembelajaran yang
sesuai dengan pemikiran mereka. Membentuk konsep adalah
pendidik membuat permasalahan sederhana berdasarkan
materi diberikan kepada peserta didik dengan arahan untuk
70
mencari pemecahan masalah kemudian dikaitkan dengan
penjelasan materi tersebut.
Peserta didik dengan kecerdasan ini juga mampu
dalammengoperasikan angka sehingga suka pada pelajaran
matematika dan sains.
c) Belajar Dengan Cara Visual
Pembelajaran kepada peserta didik melalui model
visual maupun audio dapat memudahkan pemahaman peserta
didik terhadap pelajaran. Pendidik perlu memberikan model
yang berbeda, sederhana dan peserta didik senang dan
memahami materi. Seperti menggunakan benda asli yang
ditunjuk sebagai objek, ini dalam hal menghafal kosakata
benda.
Cara belajar dengan cara yang lain dengan cara
mengambar, mengilustrasikan dalam pembuatan benda dari
malam, lilin terkait dengan materi.
d) Belajar Dengan Cara Kinestetik
Analisis kinestetik dengan memanipulasi gerak
maksudnya adalah mengoptimalisasi penggunaan gerak tubuh
dalam pembelajaran. Dapat pula diaplikasikan melaluimetode
sosiodrama, sosiodrama ini melibatkan gerakan yang banyak
selain itu juga dapat menggunakan permainan kata-kata yang
diperagakan dengan gerakan (pantomim). Sehingga
kecendrungan peserta didik yang suka gerak ini diapresiasikan
dalam proses pembelajaran.
e) Belajar Dengan Cara Musik
Analisis ini adalah pendidik dapat menggunakan kaset
membunyikan lagu-lagu Islami untuk mengiringi kegiatan
belajar peserta didik. Cara lain yang dapat digunakan dengan
71
menggunakan alat musik yang ederhana, kemudian
memainkannya sebagai refleksi setelah pelajaran.
Dalam membangkitkan semangat belajar pendidik
membuat lagu khusus atau yel-yel sebagi motivasi agar peserta
didik semangat dengan pembelajaran. Pendidik harus
memberikan suasana yang berbeda disaat peserta didik belajar.
Sehingga strategi ini menjanjikan kesempatan yang luas untuk
ekspresi kreatif baik dari pendidik maupun peserta didik.
f) Belajar Dengan Cara Interpersonal
Analisis belajar dengan cara interpersonal peserta didik
membutuhkan kesempatan untuk melemparkan gagasan
kepada orang lain agar belajar secara optimal di kelas.
Pendidik perlu mengetahui pendekatan pengajaran yang
melibatkan interaksi antara peserta didik. Tidak semua materi
pelajaran dilakukan dengan kerjasama. Tapi materi pelajaran
lebih efektif dilakukan dengan kerjasama (diskusi, kerja
kelompok) agar peserta didik lebih cepat memahami pelajaran.
g) Belajar Dengan Cara Intrapersonal
Berbeda dengan interpersonal, kecerdasan yang
dimiliki intrapersonal adalah efektif belajar secara individu.
Jika dianalisis kecerdasan intrapersonal termasuk kecerdasan
diri, ini berkaitan kemampuan seseorang mengenali diri
sendiri. Sehingga dalam proses belajar suka mandiri. Pendidik
harus bisa mengenali emosi peserta didik lebih jauh. Sikap
yang selalu pendiam, introvet yang dimiliki peserta didik
menjadi akan lebih berkesan karena pendidik
memperhatikannya. Pendidik juga perlu memberikan tugas-
tugas individu seperti memberikan pekerjaan rumah,
permainan dan kegiatan individual.
72
B. Analisis Implementasi Multiple Intelligence dalam PAI di Kelas 3 SDIT
Assalamah Ungaran
Pendekatan multiple intelligence adalah cara penyampaian pelajaran
PAI dengan menggunakan multiple intelligence yang menekankan pada
kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik. Di mana pendidik mendorong
peserta didik untuk mengetahui kecerdasannya.
Penekanan pembelajaran PAI dengan pendekatan multiple intelligence
adalah pembelajaran bukan hanya sekedar transfer pengetahuan semata dari
pendidik ke peserta didik, melainkan peserta didik juga berperan dalam proses
pembelajaran melalui kecerdasan yang dimiliki untuk diaktualisasikan pada
waktu pelajaran. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan pada proses dan
hasil. Proses pembelajaran yang dilakukan pendidik disesuaikan dengan latar
belakang peserta didik (kecerdasan), situasi, persiapan sebelum mengajar.
Sehingga proses pembelajaran akan berjalan lancar, dan mencapai hasil yang
memuaskan.
Pelaksanaan pendekatan multiple intelligence menuntut pendidik harus
mempunyai daya kreativitas tinggi dan dedikasi penuh. Perhatian dari
pendidik dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik kepada pendidik.
Pendidik menjadi sahabat tempat bertanya, teman diskusi, dan mencurahkan
ide dan pengetahuan tanpa rasa takut dan canggung. Oleh karena itu mereka
memerlukan pendidik sebagai pembimbing dan pengarah.
Dalam pemilihan metode dan alat atau media pendidikan SDIT
Assalamah sudah cukup variatif sehingga tidak membosankan peserta didik.
Dengan menggunakan metode yang bervariasi, seperti: Permainan,
demonstrasi, sosiodrama, serta media pembelajaran yang sederhana mungkin,
di lingkungan kelas akan memudahkan peserta didik. Antara lain: Ruang
audio visual, tape recorder, peta, gambar. Terbukti dalam pembelajaran
peserta didik selalu aktif meskipun sebatas kemampuan mereka.
Implementasi pendekatan multiple intelligence di SDIT Assalamah
Ungaran, dapat dianalisis sebagai berikut:
73
1. Analisis Implementasi Pendekatan Linguistik
Mengajar bahasa Arab ال بسم , pendidik membuka pelajaran
dengan bercerita yang membuat peserta didik antusias (scene setting).
Pendidik : “Anak-anak, sebelum pelajaran dimulai ibu punya
cerita, kalian mau mendengarkan ? “
Peserta didik : “Cerita apa bu? “, mau denger dong ceritanya? ”
Pendidik : “ Baik, tapi kalian harus memperhatikan dengan
seksama”.
(setelah pendidik bercerita, lalu menjelaskan
maksud dari cerita tersebut).
Pendidik : “ Anak-anak, kaliankan sudah denger cerita ibu,
ini cerita berkaitan dengan materi pelajaran yang
akan kita pelajari yaitu tentang ال بسم (pakaian).
Pendidik : “ Sekarang kalian buka bahasa Arab, ibu akan
membaca kosakata nanti kalian mengikuti. Setelah
itu nanti kita menyanyikan kosakata ini dengan
lagu “aku anak gembala”.
(Setelah lancar dalam membaca dan menghafal kosakata dengan baik,
siswa disuruh maju berpasangan untuk percakapan secara hafalan).
Jika kita analisis pelaksanaan pelajaran bahasa Arab melalui
pendekatan linguistik ini, pada kegiatan awal pendidikan memberikan
cerita yang mendorong peserta didik mau mendengarkan, penasaran.
Dimaksudkan agar peserta didik nantinya termotivasi belajar bahasa
Arab sehingga mampu menghafal kosakata dan membaca dengan
benar sesuai dengan kecerdasan linguistik.
2. Analisis Implementasi Pendekatan Logis-matematis
Dalam mengajar Aqidah Akhlak tentang hormat kepada
tetangga, sebelumnya pendidik terlebih dahulu melakukan scene
setting yaitu tanya jawab kepada peserta didik “apakah ia pernah
74
berbuat baik kepada tetangga, seperti menolong tetangga yang sedang
kesusahan”.
Peserta didik : “ Pernah bu, ikut mencarikan kucing teman yang
hilang”.
Pendidik : “ Oh, bagus sekali. Ada yang lain?”.
Peserta didik : “ Itu bu, membagi kue kepada teman waktu main
bareng”.
Pendidik : “ Bagus, kalian pintar sekali, dapat menyebutkan
contoh yang pernah kalian alami”.
(Setelah melakukan scene setting , pendidik menjelaskan pelajaran
secara detail, kemudian memerintahkan kepada peserta didik untuk
mengklasifikasi perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan kepada
tetangga).
Lalu pendidik memberikan permasalahan yang ringan untuk
dicari pemecahannya. Peserta didik disuruh mencari ide atau gagasan
apa yang seharusnya dilakukan.
Pendidik : “ Anak-anak, ibu punya cerita, tapi gak tahu
gimana cara menyelesaikannya. Kalian bisa bantu
ibu kan?”.
Peserta didik : “ Bisa, bu. Emang apa masalahnya?”.
Pendidik : “ Begini. Tetangga ibu ada yang sakit di rawat di
rumah sakit karena sakitnya parah namanya Siti,
sedangkan dia orang yang tidak mampu tuk
membayar rumah sakit. Trus gimana yaaa, caranya
ibu membantu Siti agar meringankan beban dia
???”.
Peserta didik 1 : “ Ibu harus menjenguk dia, dengan membawa
makanan”.
Peserta didik 2 : “ Ibu harus menghibur dia agar jangan sedih terus”.
Peserta didik 3 : “ Beri uang saja bu, untuk meringankan beban”.
75
(Peserta didik yang lain juga berlomba-lomba untuk memberikan
pemecahan masalah, tentu saja sesuai dengan cara dia, baik
bahasanya, gaya menyampaikan, dan juga kreativitas mereka dalam
mencari jawaban). Kemudian disepakati dengan cara iuran agar
uangnya diberikan kepada Siti secara langsung. Peserta didik
menghitung berapa iuran setiap anak kemudian dikalikan dengan
jumlah peserta didik, nanti jumlahnya yang akan diberikan.
Dari kegiatan ini dapat dianalisis bahwa dalam menyampaikan
pelajaran pendidik selain memberikan penjelasan materi, pendidik
juga menggunakan teknik problem solving. Di mana pendidik
memberi permasalahan yang kemudian peserta didik mencari
penyelesaiannya, sesuai dengan materi pelajaran. Karena kecerdasan
logis-matematis cenderung menggunakan logika atau akal sehat dalam
menciptakan hipotesis atau problem solving. Ini dilakukan pendidik
untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi pelajaran.
3. Analisis Implementasi Pendekatan Visual
Media pembelajaran kecerdasan visual. Salah satunya adalah
audio visual yaitu dengan memutar VCD berupa film Islami. Hal ini
dilakukan pada saat pelajaran SKI tentang kisah Nabi Isa. Pendidik
mengajak peserta didik ke laboratorium, di sana pendidik memutar
film cerita tentang Nabi Isa.
Pendidik : “ Anak-anak, untuk pelajaran SKI tentang kisah
Nabi Isa, ibu akan mengajak kalian ke
laboratorium, untuk melihat cerita nabi Isa ,
mau???”
Peserta didik : “ Mauu, buuu !! “. Asyiik…..!! ”
Pendidik : “ Ibu mengajak kalian ke sana agar kalian mudah
memahami dan mengerti suasananya pada waktu
itu. Tapi kalian harus membawa buku tulis kalian.
76
Karena setelah menyaksikan filmnya kalian harus
merangkum ceritanya.”
(Setelah film selesai maka pendidik menanyakan siapa ibu nabi Isa,
apa saja mu’jizat nabi Isa, siapa orang yang wajahnya mirip nabi Isa).
Baru pendidik menyuruh peserta didik untuk merangkum
ceritanya, sebagai penilaian harian. Dalam menyampaikan materi
pelajaran pendidik tidak selalu memberikan dalam bentuk audio
visual. Pendidik dapat menyampaikan materi lewat gambar, peta, baik
yang berbentuk dua atau tiga dimensi.
Hal ini dapat dianalisis dari pelajaran SKI dengan media audio
visual, pendidik sangat memperhatikan kecerdasan dan kemampuan
peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Pendidik
memberikan materi pelajaran dalam bentuk dan dikemas seefektif
mungkin. Melalui pemutaran film kisah nabi Isa, secara tidak
langsung peserta didik dapat mengetahui alur, setting dan penokohan
film tersebut. Jelasnya bawa dalam pembelajaran pendidik bukan satu-
satunya seseorang yang harus menerangkan pelajaran, sehingga
peserta didik tidak bosan.
4. Analisis Implementasi Pendekatan Kinestetik
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kinestetik pada
mata pelajaran bahasa Arab tentang ال بسم (pakaian) yaitu pada saat
peserta didik maju hafalan di depan kelas dengan menunjukkan benda
tersebut. Mula-mula pendidik membaca kosakata dan peserta didik
mengikuti. Setelah itu kosakata tersebut dibuat percakapan.
Agar peserta didik lebih paham. Misal : لهذاسروا ماهذا؟ ---->
Baru pendidik memerintah maju berpasangan untuk percakapan.
Pendidik : “ Anak-anak, setelah kita tadi membaca kosakata
secara bersama-sama, kini kalian maju percakapan,
secara berpasangan ( 1 bangku), dengan membawa
77
bendanya. Nanti ketika kalian maju sembari
melakukan percakapan kalian menunjukkan
bendanya. Paham ??”.
Peserta didik : “ Paham bu…”. “ Bu kalo nggak ada yang gak
punya gimana?”.
Pendidik : “ Nanti kalian pinjam di temen, yang sudah maju.”.
Ok sekarang kita mulai”.
(setelah percakapan selesai, peserta didik disuruh mengerjakan soal
yang ada di buku mereka).
Analisis dari pendekatan kinestetik pada pelajaran bahasa Arab
ini adalah pendidik memerintahkan peserta didik untuk membawa dan
menunjukkan benda saat percakapan (hiwar) dilaksanakan.
Kecerdasan yang dimiliki peserta didik dalam bentuk perintah
pendidik, sekaligus memudahkan peserta didik dalam mengingat
kosakata tentang ال بسم . Karena kecerdasan kinestetik ini lebih
menyukai aktivitas gerak, dalam pembelajaran dapat diaplikasikan
seperti contoh di atas.
5. Analisis Implementasi Pendekatan Musik
Pada saat peserta didik diajari menghafal kosakata ال بسم ,
pendidik mengajari dengan teknik menyanyi “aku anak gembala”.
Setelah semua hafal pendidik memerintahkan untuk maju
berpasangan.
Pendidik : “ Anak-anak, ayo kita menghafal kosakata dengan
dinyanyikan lagu “aku anak gembala”. Dengan
menggunakan alat musik yang sederhana yaitu
garpu dan kaleng”. Kalian tahukan lagunya?”.
Peserta didik : “ Tahu bu !! “.
Pendidik : “ Ayo kita mulai, 1…..2….3…..”.
78
(Setelah peserta didik menghafal kosakata dengan lagu, kini pendidik
memerintahkan peserta didik untuk maju ke depan kelas, sesuai
dengan urutannya sembari membawa benda).
Pendidik : “ Sudah hafal semua….??”. Sekarang kalian maju
berpasangan dengan urutannya yaitu melakukan
percakapan dengan pasangan kalian”.
Peserta didik : “ Sudah, bu….!!”.
(Siswa berpasangan maju ke depan sesuai urutan bangku. Mereka
melakukan percakapan kosakata dinyanyikan dengan menunjukkan
benda yang dihafal. Berbagai macam ekspresi yang dilakukan, pada
saat siswa maju: Ada yang sambil bergoyang, ada yang serius, ada
yang bercanda).
Analisis dari pendekatan musik ini adalah pendidikan
menggunakan media yang sederhana yaitu garpu dan kaleng,
kemudian menyanyikan kosakata dengan lagu “aku anak gembala”
untuk menghafal. Dengan menggunakan lagu yang mudah diingat dan
mereka tahu lagunya ini akan mempermudah proses belajar peserta
didik. Setelah hafal mereka dapat menyanyikan lagu “aku anak
gembala” dengan mengubah lirik lagu menjadi pelajaran. Sehingga
kosakata itu akan diingat terus.
6. Analisis Implementasi Pendekatan Interpersonal
Pendidik menggunakan metode sosiodrama, pada saat
mengajar akidah akhlak bab akhlak terpuji, sub bab menepati janji.
Pendidik memberikan materi pelajaran terlebih dahulu.
Pendidik : “ Perhatian, ibu akan menerangkan tentang
menepati janji, siapa yang pernah menepati janji
??. Coba berikan contohnya??”.
Peserta didik 1 : “ Saya…. Saya pernah. Waktu lebaran kemarin,
saya janji kalau saya mau main ke rumah nenek”.
79
Pendidik : “ Bagus sekali…. Yang lain siapa yang pernah
menepati janji ? ”.
Peserta didik 2 : “ Saya juga pernah, bu. Saya janji sama ayah kalau
saya tidak akan memukul adik lagi”.
Pendidik : “ Bagus, itu adalah salah satu contoh menepati
janji. Kalau kita mempunyai janji kita harus
menepatinya, karena kalau tidak menepati disebut
munafik, pembohong.
Pendidik : “ lalu siapa yang pernah tidak menepati janji ?”.
Peserta didik 3 : “ Dulu bu, saya lupa tidak mengerjakan PR “.
Pendidik : “ Wah… itu tidak boleh sampai lupa lagi, berarti itu
ingkar janji namanya. Sudah diberi waktu untuk
mengerjakan di rumah malah lupa. Tapi lain kali
jangan diulangi, karena ingkar janji itu dosa”.
Pendidik : “ Baik pelajaran akan ibu lanjutkan dengan tugas
untuk minggu depan. Ibu akan menyuruh kalian
melakukan drama yang berkaitan dengan menepati
janji”.
(Setelah membagi kelompok damn memberikan contoh seperti janji
dengan teman mau belajar bersama, janji mau bantu pekerjaan ibu saat
liburan, janji mau rekreasi ke pantai bersama teman).
Dalam membagi peran dan alur cerita peserta didik melakukan
dengan kelompoknya. Sehingga dalam hal ini pendidik hanya
memberikan materi cerita kemudian peserta didik mengembangkannya
sendiri.
Jika kita analisis pelaksanaan pelajaran akidah akhlak dengan
pendekatan interpersonal, pada kegiatan pembelajaran pendidikan
menggunakan metode tanya jawab. Pendidikan menggali kecerdasan
interpersonal mereka dengan diskusi ringan.
80
Pendidikan hanya menanyakan kepada peserta didik sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki anak kelas 3, seperti memberi
contoh. Kecenderungan interpersonal yang suka bekerja kelompok,
pendidik juga mengaplikasikan dengan sosiodrama. Secara kelompok
peserta didik mengekspresikan kerjasamanya dalam sebuah drama
dengan tema menepati janji. Kelompok dalam proses belajar, inilah
cara untuk memudahkan dalam pemahaman materi pelajaran.
7. Analisis Implementasi Pendekatan Intrapersonal
Pada proses pembelajaran fiqih, bab salat sunah rawatib.
Pendidik menerangkan pelajaran , mulai dari pengertian, waktu dan
bilangan rakaat shalat rawatib, waktu shalat sunah rawatib,
keutamaan-keutamaan shalat sunah rawatib. Peserta didik yang
cenderung tidak gaduh pada saat pelajaran, suasana kelas yang tenang
sehingga memudahkan pendidik dalam mengajar. Setelah penjelasan
materi selesai, pendidik memerintah peserta didik untuk merangkum
materi yang telah dijelaskan kemudian mengerjakan soal di LKS.
Analisis pendekatan intrapersonal adalah karena
kecenderungan memiliki sifat pendiam, sehingga pelaksanaan
mengajar lebih dikuasai oleh pendidik. Tapi dalam diamnya tersebut
peserta didik dapat berpikir dan konsentrasi terhadap pelajaran.
Dari uraian analisis implementasi multiple intelligence dalam
PAI di SDIT Assalamah Ungaran, dapat disimpulkan bahwa
implementasi pendekatan kecerdasan atau multiple intelligence dalam
proses belajar yang diterapkan dapat dikatakan sudah tepat sesuai
prosedur pembelajaran multiple intelligence, yaitu pembelajaran
dilakukan berdasarkan kecerdasan yang dimiliki peserta didik.
Dilihat dari visi SDIT Assalamah Ungaran adalah Mewujudkan
Peserta Didik yang Unggul dalam Aqidah, Akhlaq dan Prestasi
Akademik. Adapun misinya adalah anak mampu membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar, anak mampu menghafal Juz Amma dan
81
memahami beberapa kutipan Al-Qur’an yang relevan dengan
kurikulum, mampu menghafal 20-30 hadits dan do’a serta dapat
membiasakan dalam kehidupan sehari-hari, mengerti dan memahami
nilai-nilai Islami dan belajar untuk mengamalkannya, menguasai
kaidah-kaidah dasar matematika, bahasa Indonesia, sains, pengetahuan
sosial, bahasa Arab dan bahasa Inggris serta dapat memanfaatkannya
untuk kepentingan sosial.14
Tujuan pembelajaran di SDIT Assalamah Ungaran dilihat dari
visi dan misinya diaplikasikannya dalam proses pembelajaran yang
menggunakan pendekatan multiple intelligence. Tidak diragukan lagi
bahwa memberikan materi pelajaran PAI dengan pendekatan multiple
intelligence merupakan cara yang baik dalam proses belajar mengajar.
Apalagi dalam pembelajaran selain teori juga menggunakan metode
praktek (sosiodrama, permainan, demonstrasi) yang diterapkan secara
bersama dalam suatu pengajaran, sehingga memperkuat akan
pengetahuan dan daya ingat peserta didik serta lebih efektif.
Nur Uhbiyati dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam
mengatakan metode dan alat pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam pendidikan karena sebagai jembatan yang
menghubungkan pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan.15
Dalam memberdayakan peserta didik pendidik PAI juga telah
melakukan dengan baik, terbukti dalam setiap kesempatan pendidik-
pendidik PAI menerapkan multiple intelligence juga mengajak peserta
didik terlibat langsung dalam pembelajaran. Sehingga pendidik
mempunyai fungsi membimbing, mengarahkan dan mendekatkan
jarak antara pendidik dan peserta didik dalam memberikan teladan.
Pembelajaran PAI dengan pendekatan multiple intelligence
dapat diterapkan dengan bermacam-macam cara pada suatu
14 Dokumentasi, SDIT Assalamah Ungaran. 15 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka setia, 1997), Cet. 1, hlm. 138.
82
kecerdasan. Misalnya dengan menggunakan pendekatan linguistik
pendidik tidak harus selalu memerintah peserta didik dengan
menghafal (secara lisan), tetapi juga dapat memerintah peserta didik
dengan menulis atau menerangkan memberi pelajaran. Semakin
banyak cara yang sesuai digunakan, maka akan menumbuhkan pula
kecerdasan-kecerdasan lain pada peserta didik. Kecerdasan dapat
berkembang jika selalu dilatih baik itu saat pelajaran atau saat mereka
bermain. Karena dalam diri manusia sedikitnya memiliki satu
kecerdasan, ada yang mempunyai dua sampai tiga kecerdasan.
Pendidik adalah sosok yang digugu dan ditiru dari semua gerak
dan langkahnya. Apa yang diucapkan dan dilakukan akan ditiru oleh
peserta didiknya. Selain itu pendidik juga sebagai pentransfer ilmu
kepada peserta didik yang mempunyai tugas untuk mengajar
memberikan materi pelajaran agar peserta didik mengerti dan
memahami pelajaran. Ini diperlukan, seperti melakukan inovasi pada
saat pelajaran, menggunakan ide-ide yang kreatif untuk
menyampaikannya.
Maka pembelajaran dengan pendekatan multiple intelligence
ini mendorong pendidik untuk lebih kreatif dan inovatif karena
mereka dituntut untuk mengajar secara baik, yang disesuaikan dengan
kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Dan menumbuhkan semangat
peserta didik untuk belajar dengan suasana yang menyenangkan dan
mudah menerima pelajaran. Sehingga pembelajaran akan bermanfaat
bagi peserta didik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan penelitian, pembahasan, serta pemahaman
terhadap konsep multiple intelligence dan hasil yang dicapai dalam
pelaksanaan pendekatan multiple intelligence dalam PAI di kelas 3 SDIT
Assalamah Ungaran, maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Multiple intelligence adalah suatu konsep pemikiran yang timbul untuk
menepis anggapan bahwa kecerdasan manusia hanya dapat diukur dengan
penilaian IQ yang hanya menggambarkan dua kecerdasan saja, yaitu
kecerdasan linguistik dan kecerdasan logis-matematis. Gardner
menafsirkan bahwa penilaian IQ ini terlalu sempit. Kemudian Gardner
mengungkapkan kecerdasan manusia berjumlah banyak, antara lain :
Kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal dan
kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan merupakan kemampuan seseorang
yang dilakukan secara terus menerus, sehingga menjadi sebuah
kecerdasan. Contoh : Seorang anak sejak kecil suka menari, anggota
tubuhnya lebih suka diekspresikan dalam bentuk gerak, maka anak ini
memiliki kecerdasan kinestetik. Kecerdasan ganda dapat dimiliki manusia
paling sedikit mempunyai satu kecerdasan, ada yang mempunyai dua
hingga tiga kecerdasan. Kecerdasan merupakan kemampuan seseorang
yang dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi sebuah
kecerdasan. Teori multiple intelligence (kecerdasan ganda) membahas
lingkup potensi manusia, dengan adanya teori multiple intelligence maka
setiap individu dapat di kelompokkan ke dalam kecerdasannya masing-
masing.
Berdasarkan teori tersebut maka multiple intelligence dapat
digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, khususnya dalam pendidikan.
Dan diaplikasikan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
85
pendekatan multiple intelligence. Dalam konteks ini multiple intelligence
digunakan sebagai pendekatan pembelajaran, yang menekankan pada
kecerdasan atau kemampuan yang dimiliki peserta didik.
2. Setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan, sama halnya
dengan kecerdasan. Tidak semua kecerdasan dimiliki oleh manusia.
Melalui potensi-potensi yang dimiliki sejak kecil dapat dilatih dan dibina
oleh keluarga ataupun sekolah sehingga menjadi manusia yang berguna.
Pelaksanaan multiple intelligence dalam pembelajaran menuntut pendidik
harus mempunyai daya kreativitas dalam menerapkan pendekatan multiple
intelligence. Di SDIT Assalamah Ungaran pembelajaran PAI dengan
pendekatan multiple intelligence sangat bervariasi. Pendidik menggunakan
variasi metode pembelajaran ada yang menggunakan metode sosiodrama
pada kelas interpersonal, pendidik juga pernah menggunakan metode
permainan dalam pelaksanaan pelajaran. Sehingga dalam penyampaian
materi anak langsung menjadi subjek (yang melakukan), baik itu melalui
sosiodrama dan praktek-praktek lainnya sesuai dengan kecerdasan anak.
Ini akan menjadikan pembelajaran yang mempunyai arti lebih
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (tradisional). Di kelas
konvensional, pendidik mengajar sambil berdiri di depan kelas, menulis di
depan tulis, bertanya kepada peserta didik tentang materi kemudian
peserta didik disuruh mengerjakan soal dan pendidik menunggu. Model
pengajaran tradisional sekedar menempatkan pendidik sebagai pemberi
materi.
Di kelas kecerdasan ganda pendidik dapat mengajar dengan
presentasi, menggabungkan metode linguistik, musik, kinestetik secara
kreatif. Pendidik kecerdasan ganda juga meminta peserta didik menjalin
interaksi satu sama lain dengan membentuk kelompok untuk
mengekspresikan pemahaman dalam belajar. Sehingga proses
pembelajaran akan bermanfaat yaitu peserta didik lebih semangat,
mendapatkan motivasi yang tinggi pada saat pendidik melakukan scene
setting serta akan mendapatkan hasil yang optimal bagi peserta didik.
86
Pendekatan multiple intelligence menekankan pada best process dan best
output, bukan best input. Best process berarti proses pembelajaran, transfer
ilmu dari pendidik kepada peserta didik harus mempunyai kualitas yang
didasarkan pada metode pemberian materi, bahan atau media serta
kemampuan pendidik dalam menerapkan kepada peserta didik. Best output
merupakan hasil dari pembelajaran, bila peserta didik enjoy, dapat
mengikuti pelajaran, serta aktif maka hasilnyapun akan baik.
Bila best input berarti kecerdasan yang dimiliki peserta didik saat
masuk sekolah mempunyai rangking tinggi. Dalam multiple intelligence
best input tidak digunakan, yang digunakan adalah best process dan best
output jadi cara memberikan ilmu, penyampaian materi yang berdasarkan
kecerdasan merupakan tanggung jawab pendidik untuk menggali dan
menerapkan kecerdasan peserta didik sehingga proses akan berjalan sesuai
dengan tujuan dan akan menghasilkan output yang baik pula. Output ini
dapat berupa penilaian peserta didik, sikap atau tingkah lakunya, serta
apresiasi dalam pembelajaran.
B. Saran-saran
Setelah melakukan penelitian tentang Konsep Multiple Intelligence
dan Implementasinya dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran.
Penulis akan memberikan saran sebagai berikut :
1. Kepala sekolah SDIT Assalamah Ungaran hendaknya mengatur dan
mengelola pendidikannya secara professional dengan mengacu pada
multiple intelligence dengan melaksanakan fungsi multiple intelligence
secara utuh, sehingga bisa tercipta destribusi kerja dan tanggung jawab
dengan sebaik-baiknya.
2. Hendaknya menjaga hubungan harmonis dan kerjasama antar pendidik
sehingga pemantun terhadap perkembangan peserta didik lebih maksimal.
3. Para orang tua dan peserta didik supayaikut memperhatikan dan ikut
mensukseskan jalannya program pendidikan guna mencapai tujuan
pendidikan.
87
4. Kepada pihak sekolah SDIT Assalamah Ungaran agar komitmen untuk
menjadikan PAI sebagi mata pelajaran yang terintegrasi dan berbasis
kompetensi perlu diupayakan terus guna peningkatan mutu SDM-nya dan
lembaga pendidikan tersebut.
C. Penutup
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan,
Rahmah dan Rahim-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Konsep Multiple Intelligence dan Implementasinya dalam PAI di
Kelas 3 di SDIT Assalamah Ungaran “ dengan baik dan lancar. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan bagi pembaca
pada umumnya. Saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis
panjatkan syukur dan do’a atas petunjuk dan Ridlo-Nya yang senantiasa
penulis harapkan untuk membuka tabir keilmuan-Nya. Amiin.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Mumbiar, “Mencoba Mengembangkan Potensi Kecerdasan Jamak Pada Anak”. http://www.pikiran-rakyat. Com/cetak/2006/092006/21/0703.htm.
Al-Bary, M. Dahlan, Kamus Modern Indonesia, Yogyakarta: Arkola, 1994.
Armstrong, Thomas, 7 Kind of Smart, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002.
________________, Setiap Anak Cerdas, Panduan Membantu Anak Belajar dengan Memanfaatkan MI-nya, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005
________________, Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple Intelligence di Dunia Pendidikan, Bandung: Kaifa, 2002.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998, Cet. 2.
Bakry, Sama’un, Menggagas Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005.
Boeree, George, Belajar dan Cerdas Bersama Psikolog Dunia, Yogyakarta: Prisma Shopie, 2006, Cet. 4.
Bruce, Campbell Linda Campbell dan Dee Dickson, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence, Jakarta : Intuisi Press, 2006.
Darajat, Zakiah, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1989.
De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki, Quantum Learning G: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Kaifa: Bandung, 1999, Cet. 5.
Delta, M. Yaniyullah, Melejitkan Kecerdasan Hati dan Otak Menurut Petunjuk Al-Qur’an dan Neurology, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Departemen Agama, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1996.
Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2004.
Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: 1985, Cet. 2.
Drydyn, Gordon, Revolusi Cara Belajar: Belajar Akan Efektif Kalau Anda dalam Keadaan Fun, Bandung: Kaifa, 2000.
Echols, Jhon M.dan Hasan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003, Cet. 25.
Gardner, Howard, Multiple Intelligence : The Theory in Practice, USA : Basic Books, 1993.
______________, Changing Minds, Seni Mengubah Pikiran Kita dan Orang Lain, Jakarta : Transmedia, 2006.
Ginanjar Agustina, Ary, ESQ POWER, Sebuah Inner Journey Melalui Al-Hasan, Jakarta: Arga, 2003.
Gunawan, Adi W., Genius Learning Strategy, Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004.
_________________, Burn to be a Genius, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Hadi, Sutrisno, Metode Research, Yogyakarta : Andi Offset, 2001.
Hernowo, Andaikan Buku itu Sepotong Pizza, Rangsangan Baru untuk Melejitkan Word Smart, Bandung : Kaifa, 2004, Cet. III.
Jasmine, Julia, Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligence, Bandung : Nuansa, 2007, Cet. I.
Ladjid, Hafni, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta : Quantum Teaching, 2005.
Ma’arif, Syamsul, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007.
Mahayana, Dimitri, Quantum Quotient, Bandung : Nuansa, 2005, Cet. 6
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004.
Meliala, Andyda, Anak Ajaib, Temukan dan Kembangkan Keajaiban Anak Anda Melalui Kecerdasan Majemuk, Yogyakarta : Andi, 2004.
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005.
Nashori, Fuad, Potensi-potensi Manusia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005, Cet. I
Nurdin, Syaifudin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam KBK, Jakarta : Quantum Teaching, 2003.
Purwadarminta dan Wojowasito, Kamus Lengkap Inggris – Indonesia, Bandung : Hasta, 1980, Cet. 10.
Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung : CV. Misaka Galiza, 2003, Cet. 2.
R. Hoerr, Thomas, Buku Kerja Multiple Intelligence : Pengalaman New City School di St. Louis, AS, Dalam Menghargai Aneka Kecerdasan Anak, Bandung : Kaifa, 2007.
Salam, Burhanuddin, Pengantar Pedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik), Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997.
Samples, Bob, Revolusi Belajar untuk Anak: Panduan Belajar Sambil Bermain untuk Membuka Pikiran Anak-anak Anda, Bandung : Kaifa, 2002.
Sarlito, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000, Cet. IV.
Shaleh, Abd. Rachman, Didaktik Pendidikan Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1992.
Silberman, Melvin L., Active Learning : 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung : Nuansa, 2004.
Sudjana, Nana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1989.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Suparno, Paul, Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, Yogyakarta : Kanisius, 2004, Cet. I.
Suparlan, Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dari Konsepsi Sampai dengan Implementasi, Yogyakarta : Hikayat, 2004.
Surya, Sutan, Melejitkan Multiple Intelligence Anak Sejak Dini, Yogyakarta : Andi, 2007.
Surakhmad, Winarno, Dasar dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar, Bandung : Tarsito, 1973, Cet. 3.
Teungku Ramly, Amir, Pumping Talent : Memahami Diri, Memompa Bakat, Jakarta : Kawan Pustaka, 2005, Cet. II.
Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996, Cet. I.
Tientje, N. dan Yul Iskandar, PADU untuk Mengembangkan MI, Jakarta : Dharma Graha, 2004.
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Surabaya : Usaha Nasional, 1980.
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Setia, 1997, Cet. I.
Widodo, Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta : Absolut, 2002, Cet. II.
Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1991.
Zein, Muhammad, Metodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta : AK Group, 1995, Cet. 8.
PEDOMAN (DRAFT) WAWANCARA
Judul Penelitian : Konsep Multiple Intelligence dan Implementasinya
dalam PAI di Kelas 3 SDIT Assalamah Ungaran
Peneliti : Hanifah Lutfiati
Status : Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
NIM : 3103025
Jenis Wawancara : Semi Struktural; wawancara yang materi pertanyaan
telah ditentukan oleh pewawancara namun tidak
disediakan jawaban sehingga nantinya wawancara ini
bisa berkembang sesuai dengan kebutuhan.
Responden : Kepala SDIT Assalamah Ungaran
Guru Mapel PAI SDIT Assalamah Ungaran
Target Data : Konsep multiple intelligence di SDIT Assalamah
Pembelajaran PAI di SDIT Assalamah Ungaran
Materi : - Sejarah penerapan Multiple intelligence di SDIT
Assalamah Ungaran
- Proses Belajar Mengajar PAI di SDIT Assalamah
DAFTAR PERTANYAAN
Responden : Kepala SDIT Assalamah Ungaran
1. Bagaimana pandangan anda mengenai pendekatan multiple intelligence yang
diterapkan pada mata pelajaran PAI?
2. Apakah anda mendukung hal itu?
3. Apakah sekolah menyediakan media (alat peraga) yang dibutuhkan untuk
proses pembelajaran PAI?
4. Media apa saja yang ada di SDIT Assalamah Ungaran?
5. Adakah pelatihan bagi guru PAI dalam rangka implementasi/penerapan
multiple intelligence?
Responden : Guru Mapel PAI
1. Bagaimana bentuk pembelajaran PAI di SDIT Assalamah Ungaran?
2. Apakah pendekatan multiple intelligence telah diterapkan pada pembelajaran
PAI di SD Assalamah Ungaran? Sejak kapan?
3. Apakah pendekatan multiple intelligence diterapkan di seluruh kelas di SDIT
Assalamah?
4. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI dengan menggunakan pendekatan
multiple intelligence?
5. Apakah dalam proses pembelajaran PAI siswa diajak untuk menemukan
sendiri pengetahuannya?
6. Apakah siswa memiliki inisiatif untuk bertanya atau siswa harus ditunjuk
terlebih dahulu untuk bertanya ?
7. Apakah anda membentuk kelompok-kelompok belajar dalam pembelajaran
PAI?
8. Apakah anda mempergunakan media pembelajaran dalam proses
pembelajaran PAI?
9. Apakah anda juga menggunakan contoh (model) untuk menerangkan materi
tertentu?
10. Apakah siswa diajak untuk melakukan praktek dalam proses pembelajaran
PAI?
11. Apakah anda mengajak siswa untuk merefleksikan tentang proses
pembelajaran yang telah dilakukan?
12. Apakah anda juga menerapkan penilaian untuk mengetahui hasil
pembelajaran?
13. Bagaimana tahapan penerapan pendekatan multiple intelligence di SDIT
Assalamah Ungaran?
Recommended