View
112
Download
6
Category
Preview:
DESCRIPTION
Tentang kupu-kupu di perbatasan Indonesia
Citation preview
MUKADIMAH
Kupu-kupu tidak tahu warna sayap mereka.
Tapi orang-orang tahu betapa indahnya
mereka.
Seperti juga dirimu, tidak tahu betapa
indahnya dirimu,
Tapi Tuhan tahu betapa istimewanya
dirimu di mata-Nya..
Ketika kau tunduk dalam kata-Nya..
Ikhlas dalam takdir-Nya..
Tersenyum dalam bencana..
Tegar dalam ujian..
Teguh dalam pendirian..
Semoga kamu, aku dan kita semua termasuk
yang terindah di mata-Nya...
Daerah Perbatasan
Sesosok malaikat membawaku ke angkasa
Aku melihat sayap-sayap milik pejalan tirani terdahulu
Tangan dan kaki mereka terbelenggu
Leher mereka terjerat
Seolah-olah satu tangan iblis merasukinya.
Mereka memang bermata satu.
Sayap-sayap mereka membawanya ke sebuah kotak
Penuh akan warna dan rasa
Tangan-tangan mereka merambah warna
Mencampurkan nila dalam rasa
Dan, kotak pun menjadi kelam.
Ada tangisan dalam kotak,
Menjerit di antara tepuk tangan para pejalan tirani
Tragedi kemakhlukan.
Ada sebuah titik terang
Melebar menjadi sebuah garis.
Membagi kota menjadi dua warna.
Hitam.
Putih.
Garis itulah daerah perbatasan.
Tempat yang pernah aku diami.
Tempat yang kemudian harus ku putuskan.
Kita, suatu saat akan berada dalam daerah perbatasan
Antara hidup dan mati.
Cinta dan benci.
Pertemuan dan perpisahan.
Hitam atau putih.
Membunuh atau dibunuh.
Menang atau kalah.
Kanan atau kiri.
Kita akan berada dalam daerah perbatasan...
(ini masih berlanjut.....)
Daftar Isi
Mukadimah
Daerah perbatasan
Sekapur sirih
Puisi
1. Untuk mereka
2. Imagi cinta
3. Untuk kembali
4. Akhir sebuah perkenalan
5. Lilin kecil
6. Kepada sang dewi
7. Cinta penjelajah waktu
8. Maha cinta
9. Aku telah tiada
10. Kasih acak
11. Perasaan yang tenang
12. Tentang perasaanku kepadamu
13. Dua mimpi
14. Teruntuk do’a
15. Bayang-bayang #2
16. MuKau
17. Logika
18. Maafkan aku Tuhan
Filosofi
1. KOtak
2. Nobita : “Kali Pertama”
3. Perubahan
4. Papan karnedes
Cerita
1. Sejarah jefrianalogica
2. 21:21
3. “Nok”
4. Brrraaakk!!
5. Kaca
6. Kamar mandiku, panggung konserku
7. Separuh nafas
8. Dia adalah dekat
9. Kurang dari 100%
10. Malaikat kecilku
11. Boneka gedhek-gedhek
Lirik
1. Aku milikmu
2. Pupus
3. Karena ku cinta kau
4. Ku ingin kau tahu
5. Cinta pertama dan terakhir
6. Hampa
7. Elang
8 Agustus 2009
1. Imagi cinta
2. Puisi untuk sebuah nama
3. Hujan rintik
4. Dan aku tak bisa bersikap lebih manis dari ini
5. Malam sepi
6. Sakit
7. Cinta pertama, kekasih pertama, sayangku
untukmu selamanya
8. Dua sejoli
9. Peta
10. Perpustakaan
11. Celengan (janji-2009)
Tentang penulis
Ucapan terima kasih
Sebuah lanjutan
Sekapur Sirih
Jefrianalogica merupakan blog pertama yang aku buat, tempat aku menulis berbagai hal. Dari puisi, kisah cinta, cerita, lirik bahkan filosofi. Banyak hal telah aku lewati dalam blog ini, sudah banyak perubahan harus terjadi pada blog ini, dan banyak pula hal yang telah aku tulis di blog ini. Aku ingin mendokumentasikan apa yang aku tulis ini, dalam sebuah buku berjudul,”kupu-kupu di daerah perbatasan”.
Kupu-kupu merupakan sebuah inspirasi dalam buku ini, bagaimana dia tumbuh dari sesuatu yang teracuhkan ketika masih menjadi kepompong, lalu tumbuh menjadi kupu-kupu yang manis, yang kemudian dia terbang melewati banyak negeri, melewati banyak daerah perbatasan suatu negeri. Seperti pula kita, tumbuh dari hal yang hina kemudian menjadi kupu-kupu dan kemudian terbang mencari hal baru melewati segala perbatasan.
Tiada gading yang tak retak, seperti pula buku ini, tentu selalu ada kekurangan di dalamnya. Seperti itulah manusia.
Akhir kata, buku ini aku persembahkan kepada :
1. Allah SWT 2. Nabi Muhammad SAW 3. Ibuku, Kunanik 4. Bapakku, Gito Kisworo 5. Mbakku, Peni Kisworo wati 6. Mas Iparku, Mas Lutfi Alam Kurniawan 7. Cinta Pertamaku, I’anatul Karomah 8. Sahabat Sekamarku, Afif Nugrahanto 9. Sahabat yang ultah ke-20, Nur Khofifah
(Inung) 10. Sahabatku yang sedang diuji, Asrf, Aty, Yr. 11. Sahabat di sisi baikku. 12. Sahabat di sisi sebelum 19-ku
Kalian sungguh berarti buatku.
Semarang, 18 januari 2012
PUISI
Persembahan : Jefrianalogica.blogspot.com
“setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan,
sedemikian pula, kala ini kita pertama
bertemu, suatu saat, akan ada masa kita akhir
berjumpa..
Pergilah dalam damai, cintailah segala
kenangan yang tercipta..”
Mahendra Kisworo Jefri
Untuk Mereka
(persembahan kepada keluargaku tercinta)
Dekaplah bayang wajah mereka
Mengimajinasikan saat mereka tiada
atau kau yang tiada.
Hingga kau pun sendiri, di hiruk pikuk dunia.
atau terdampar di kegelapan alam fana.
Peluklah, cinta mereka
Sebelum nafas habis menebas cintanya.
Semaikanlah tangis keharuan,
Dalam rasa kerinduan akan mereka.
Kala kau menatap potret mereka,
Berjuanglah, untuk cinta mereka
Yang telah mereka damaikan untukmu
Sebelum semua tawa menjadi sepi.
Dan senyum mereka jadi kebekuan.
Atau kau mati muda.
Tanpa kebanggaan apa-apa bagi mereka.
Saat ini, kau menangis.
Sebelum kau lupa
Dalam detak jam yang terasa hampa
Gambar-gambar wajah kebahagiaan mereka.
Sketsa kesedihan mereka.
Halusinasi kehilangan senyum mereka.
Saat ini, kau dalam garis perjuangan.
Membahagiakan mereka.
Menyelamatkan jiwa raga mereka.
Menangislah.
Demi kebahagiaan...
Demi mereka..
Imagi Cinta
(teruntuk : I’anatul Karomah)
Mencintaimu adalah sebuah imajinasi
Dimana aku melihat hal yang tak nyata
Mendengar yang tak bersuara
Berucap tak berbentuk kata
Aku menghadapi phobia akan imajinasi.
Saat aku bertemu dan mengenal awal-awal cinta.
Kamu sebuah inspirasi yang menggerogoti
imajinasiku,
Tentang alam semesta.
Ilmu pengetahuan,
atau manusia.
Aku mengerti akan keindahan,
Tapi kamu lebih dari sekedar keindahan.
Kamulah kesederhanaan yang utuh,
dalam satu imajinasi yang meruntuhkan setiap
molekul egoku.
Datanglah, peluk aku.
Bukan hanya sekedar karangan imajinasiku.
Untuk Kembali
Kala hati ingin mencari kedamaian
Seribu penat hadir meracuni aliran darah
Menguak nista akan sebuah kenyataan
Bukanlah hal yang seharusnya kita tangiskan
Kita kuburkan,
Kita sucikan.
Hanyalah kita coba hidupkan serangkum jawaban
Walau hanya sekedar percikan mimpi
Semua hadir untuk kembali.
Akhir Sebuah Perkenalan
Kalau akhirnya nanti seperti ini
Kenapa kita dulu saling mengenal
Serta belajar merangkai kata-kata manis,
Lalu mengirimkannya tiap malam.
Kalau semua akan seperti ini,
Kenapa kau sebut namaku dan,
Aku tulis namamu
Sedang saat bertatap muka
Hanya setitik kemesraan tercipta
Kalau semuanya berakhir seperti ini
Kenapa susah-susah ku cari engkau ke pelosok
dunia.
Sedang akhirnya, kau dan aku tenggelam dalam
samudera.
Kalau semua yang terjadi adalah tak saling percaya
Kenapa antara hati kita saling terbuka.
Dan (pada) akhirnya hanya tersisa luka.
Kalau pada akhirnya yang tercipta adalah saling
membenci.
Untuk apa belajar menghargai.
Sedang, kisah akhir bukanlah saling mencintai.
............
Takkan ku biarkan berakhir seperti ini!!
............
Lilin Kecil
Aku, lilin kecil di gelap malam.
Terbenam dalam belukar nafas-nafas kasar
Kala hari beranjak tua
Hiduplah aku, untuk terangmu.
Demi seutas hangat dalam cahaya kecilku.
Kau datang, resapi hangat yang ku hadirkan.
Detak jam kian berganti, waktu merangkak tua.
Lampu kerlap-kerlip pun perlahan hadir.
Lilin kecil pun mulai terusir.
Terbenam dalam cahaya lampu.
Seperti aku, yang harus melepaskanmu.
(belajar) melupakanmu
Karena telah ada cahaya lampu.
Lilin kecil kini tak terangi lagi malam-malammu
Kepada Sang Dewi
Ruang dan waktuku, penuh akan lukisan wajahmu.
Engkau menelusupkan hangat kerinduan,
Akan canda tawa di gerai manis senyummu.
Aku merindukanmu lagi,
Walau alam semesta serentak kejam membatasi kilau
pertemuan kita.
Aku percaya akan melihat purnama,
Dan batas antara kita sirna.
Dalam peluk hangat, kita akan berjumpa.
Dalam genggam mesra, kita akan bersua.
Imajinasiku adalah kisah indah tentangmu.
Yang tangguh menjaga diri di belukar nafsu.
Bertahanlah, dalam penantian.
Warna-warni dalam ruang waktu tiadalah
membosankan.
Indah kan datang.
Penuh cahaya, masa depan kita lukiskan.
Cinta Penjelajah Waktu
Dalam dekap biru hamparan laut, beralaskan kedua
tangan
Aku terpana akan suasana.
Kenapa waktu begitu cepat berlalu?
Di belaian lembut angin, awan-awan putih berarak-
arakan melaju,
Membawakan cerita masa lalu.
Langit cerah, mentari memancarkan sinarnya.
Seperti juga 100 juta tahun yang lalu.
Seperti pun engkau.
Bidadari yang bersemayam dalam hatiku.
Di pantai sepi yang memancarkan senja kemerahan,
Deburan ombak datang membawa kenangan dari
lepas pantai nun jauh di sana.
“““.
Siapakah yang duduk di pasir ini 10 ribu tahun yang
lalu ?
Sebagaimana aku.
Siapakah yang basah kuyup kehujanan di pantai ini
6 ribu tahun yang lalu?
Sebagaimana aku.
Siapakah yang setia menunggu kekasihnya di pantai
ini 2 ribu tahun yang lalu?
Sebagaimana aku.
Sebagaimana aku.
Maha Cinta
Ketika susah, lebih aku bisa bertahan dalam
ketiadaan.
Namun, dalam perih tentangmu.
Aku merasakan sesak di dadaku.
Ku kira, itu (hanya) karena pengap udara kamarku.
Namun, sebanyak apapun oksigen ku hirup,
Sesak itu tiada hilang.
Seolah-olah itu jadi penyakitku kini.
Dalam cinta, ada benci.
Ku yakin, dalam duri-duri benci yang tumbuh itu,
adalah bahasa kasar dari perasaan cinta.
Dan, aku pernah merasakannya.
Ketika hawa iblis dalam tubuhku perlahan-lahan
keluar,
Aku memakan duri-duri benci itu.
Tenggorokan ini terasa perih, dadaku terasa sesak.
Dan, jiwaku hampa.
Otakku berfikir untuk membunuhmu.
Namun, duri-duri itu membunuh jiwa iblisku.
Ku lihat cahaya-Nya.
Ku dengar suara-Nya.
Dan, ku rasakan cinta-Nya.
Masa-masa koma telah aku lewati.
Aku telah melihat surga,
Dan aku telah menyaksikan neraka.
Hidupku, baru lagi.
Dan 19 itu menjadi nol.
Namun, sesak itu masih ada.
Di sela sibukku, oksigen yang ku hirup,
Meresapkan ke otak.
Membawaku mengingatmu.
Cinta ini telah menjadi milikmu.
Janji ini telah ku tambatkan padamu.
Batas waktuku, adalah suatu saat,
Ketika kita bertemu.
Dan, Dia katakan : ‚ Tidak‛.
Itulah akhir.
Selama nafas masih berhembus.
Selama jantung masih berdetak.
Selama itulah aku mencoba.
Itulah awal.
Inilah kisah maha cinta.
Aku Telah Tiada
(in memorial : (Alm.) Abu bakar S.Pd)
(Cover: 12 September 2008)
Pergi.
aliran darahku berhenti
Nadiku.
mengisyaratkan mati.
(Namun) ini belumlah usai
Aku masih mengukir kerja
Kalian hadir di sini,
Sedang daya tak sampai menyapa
Terpaku.
Nadiku tiada lagi berdenyut
Jantungku tak lagi berdetak
Darahku.
tak lagi mengalir.
Dan, nafasku berhenti memburu
Aku telah tiada!!
meninggalkan mereka!!
Tak lagi menata kerja!!
Atau berkawan dunia
Tuhan.
Tawakalku
Ikhtiarku
Berakhir di karangan bunga
Tak adakah waktu?
Untuk pesan kepada mereka
Untuk membereskan meja kerja
Tuhan,
kini aku di pintu-Mu
aku telah tiada!!
Kasih Acak
Seperti apa harus ku ucap
Perlahan apa yang punya
Kelembutan guratanmu
Beranjak semakin mencium tanah
Manisnya belaian kasihmu
Ku takut kau pergi
Saat kau memberiku
Saat aku trauma sunyi
Seluruh yang kau bisa
Aku takut sendiri
Mungkin matipun rela
Tuhan, beri aku kasih abadi
Kau selalu ada untukku
Atau melebihi saat aku mati.
Perasaan yang Tenang
Aku teringat pada masa itu, tak tahu pasti kan ku
kejar
Meski pun tanganku menggenggammu,
hari esok terasa lama dan tak dapat ku gapai.
Tenangkan perasaanmu,
Tenangkan perasaanmu,
Sebaiknya kau cari.
Tenangkan perasaan,
Tenangkan perasaanmu,
Carilah sampai kau mengerti.
Di kerumunan api yang membias kita,
Di batu-batu yang menghantam kita.
Ku lihat mereka datang.
Tenangkanlah perasaanmu.
Ada jemarimu menyentuhku lembut,
Dengan bunga-bunga musim salju yang kini ada di
tanganku.
Kau memberiku janji tentang harapan esok bertemu
lagi.
Menembus kecepatan cahaya dengan telepati,
Bertemu di sebuah alam yang sama.
Kesedihan tak akan berjumpa melanda kita.
Terasa dingin tapi ku mohon,
Tenangkan perasaanmu.
Kita akan berpisah.
Setelah ini,
Pintu kita semakin jauh.
Tiba saatnya untuk berpisah,
Aku kan mengenangmu selalu.
Tenangkanlah perasaanmu.
.......................
Setelah itu, pintu di ruang hampa tidak lagi muncul.
Tentang Perasaanku Kepadamu
Aku tahu dalam keseharianku, ada dirimu di janjiku.
Aku tahu dalam setiap perjalanan waktuku, ada
akalku merasuki setiaku.
Dan ku tahu, egoisku menjadi batas yang selayaknya
aku rubuhkan.
Kau, bukanlah bidadari.
Kau, bukanlah dewi,
Dan juga bukan peri kecil utusan malaikat kecilku.
Namun, di keseharianku dulu.
Kau selalu mencoba bersama.
Kala melihatmu tersenyum manja, kau ingatkanku.
Kepada dia, yang kini jauh di negeri sana.
Kala mengajarimu yang aku bisa,
Kau ingatkan aku,
Akan rangkaian momen yang mesra antara aku dan
dia.
Dan kau lah, ingatan yang tertinggal.
Aku suka melihatmu tersenyum karena candaku,
Seperti pun dia kala dulu.
Aku suka berjalan bersamamu,
Seperti pun dirinya waktu itu.
Waktu pun yang berbicara lebih banyak kepada kita.
Egoisme pun berbuat lebih banyak daripada kita.
Ku ingin kau minta maaf dan mengakui
kesalahanmu.
Berbicara secara langsung kepadaku,
Menatap langsung mataku.
Aku ingin kau yang memulai,
Bukan aku.
Karena kau yang salah.
Aku tersiksa akan penyakit dalam hati,
Aku terbelenggu akan jerat egoisme.
Otakku berkata, ‚ini harus berakhir‛.
Dalam bahasa yang lain, aku tak ingin
kehilanganmu.
Hari-hariku sepi tanpa ada canda tawa dalam
perkumpulan kita.
Kau yang biasanya bersamaku menemui mereka,
Kini terlihat bodoh memikirkan kesalahanmu.
Atau kau tak merasakan salah?
Atau bahkan bagimu aku yang salah?
Katakanlah maaf dan akuilah salahmu secara
langsung.
Tanpa ku paksa.
Dan tanpa terpaksa.
Seperti mereka-mereka yang salah padaku.
Katakanlah, kau kangen aku.
Katakanlah, kau butuh aku.
Hari berganti hari.
Masih saja sepi.
Dua mimpi
Suara kereta..
Membaurkan mimpiku melihatnya.
Dia, sungguh terasa ada,
senyumnya yang indah,
menawarkan sejuta pesona.
Dia, bersama lelaki membahanakan diri.
Membataskan aku memeluknya lagi,
dan ku terjaga, ketika ia memandangku kecut.
Mengganti haluannya di pemberhentian.
Bau angin sawah..
Permai, membawa haluan mimpiku padanya.
Dia tersenyum kepadaku di samping ayahnya.
Tanganku, tiada terlihat merangkul bahunya..
Terlahir nasihat agar dia tahu.
Dan aku terjaga saat aku kan pergi..
Membawa sepedaku merajut mimpiku untuknya.
Ku serahkan sementara pada 2 malaikat itu.
Ku belum mau tertidur lagi.
Teruntuk Do’a
Disaat susah,
bisakah kita memberi suatu harapan?
Melawan segala keterbatasan yang ada,
menciptakan keajaiban yang tiada terduga..
Dan waktu yang tersisa, tinggal sedikit lagi.
Sungguh aku ingin melihat senyum manismu,
seperti dulu,
ketika cinta itu ada,
dan pahit pun terasa gula.
Tinggal sedikit sekali,
kembalilah,
peluk aku lagi
Bayang-Bayang #2
Sungguh, dalam diriku ku kekang bayang senyummu
Meleburkan dia yang akan jadi sejarah.
Kaulah yang kini aku rindukan.
Dan apakah yang kau rasa kini?
Sungguh, aku takut memangkas jarakku denganmu.
Karena aku tak mengerti apa yang kamu rasa.
Dan ku tahu, ada orang lain yang kamu bayang.
Yang menebarkan benih-benih impian jadi kasih
sayang.
Dan sekali lagikah aku memerankan bayang-
bayang?
‚Aku mencintaimu...‛
Dan itu tersimpan rapat dihati.
Bibirku diam.
Kata-kata-Nya batasi aku.
MuKau
Di perbatasan akhir ini,
aku benar-benar berdiri sendiri.
Kata-kata-M(mu) sungguh menenangkan hati.
Nyata-nyata seperti titel yang K(k)au lekatkan
padaku.
Dan aku nervous, tapi aku senang.
Separuh lagi, aku ingin mendobrak.
Namun, lagi-lagi aku berdiri sendiri.
Langitku, temani aku lagi.
Secepatnya saja,
kau bisukan petir-petir dalam mendung itu.
Logika
("kepada pembodoh teguh")
Tuhan maha tahu,
Dia tahu kemampuan setiap otak manusia berbeda.
Maka dari itu, Dia ciptakan 'matematika tingkat
rendah'
untuk temukan solusi kehidupan. Kita punya
'matematika tingkat rendah'.
Dengan 'matematika tingkat rendah'
kita bisa mendengar jelas ucapan-Nya.
Merasuk ke jiwa.
Mengatur hati.
Tuhan maha adil.
Dia ciptakan kita sama.
Tak pernah bedakan garis hakikat kita,
dari sesuatu yang hina
menjadi malaikat yang terang bercahaya.
Tuhan maha cinta.
Dia tanamkan perasaan suka
pada hati tiap-tiap pria dan wanita.
Tuhan maha pemurah.
Dia beri kita bumi yang mewah.
Dan Tuhan maha segalanya.
Dia tahu kehidupan ini hanyalah permainan
dan sendau gurau belaka.
Masihkah kita hanya inginkan surga?
Atau takut pada neraka?
Masihkah kita sombong?
Mengingkari kebodohan kita yang telah melekat
erat?
Kebenaran itu datang dari Tuhanmu
maka jangan sekali-kali kamu (takut atau) ragu.
Maafkan aku Tuhan
Aku melihat diriku, bukan lagi manusia.
Direkuh tangan-tangan binatang.
Inginku kembali di peluk-Mu.
Membuka orientasi tentang bingkai diri..
Karena ku pilihan-Mu.
Dan cinta, Ilmu pengetahuan.
Kehidupan.
Sosial.
Atau kolot.
Aku tahu,
Kau ciptakan logika.
Agar aku dipeluk-Mu.
Masih teringat,,,
Skenario-Mu, terangkanku.
Memperbaiki kehidupan(ku) yang (ku rasa) telah (di)
rusak.
Menyelamatkan orang-orang yang ku sayangi.
Dan: :
"Nok, jika suatu saat kita bisa bertemu dan
bersama,
aku harap kita di negeri yang sama.
Di jalan yang sama.
aku tak ingin kita jadi seperti semut yang berjalan
di tepi-tepi rel yang berbeda....
Jika Dia beri aku kesempatan,
aku kan selamatknmu.
Sekarang, biar aku rintis jembatan kecil itu dan
bawa kau kesini.
aku yakin bisa selamatkanmu nok".
Dan aku tahu:
“Tuhan takkan merubah kita sebelum kita yang
merubahnya...
Sesusah apapun kehidupan, seburuk apapun
kehidupan,
Walau seperti kecoa yang meronta-ronta dalam
lubang hitam.
Aku yakin : tak ada kehidupan yang tak bisa
dirubah”
Memang perjalanan hidup seperti ini.
Semua berasal dari yang tak ada,
”maafkan aku Tuhan....”
Filosofi Persembahan jefrianalogica.blogspot.com
KOtak
Prolog : “saat pertama kau
tanyakan kepadaku apa
yang akan aku lihat
tentang lingkaran yang
ada di dalam kotak, aku
jawab : ......”
Aku masih mengingat jelas moment saat itu, saat dalam
hatiku ada kebencian, ada kejenuhan, ada penyakit
dalam hatiku. Namun, di bawah restu-Nya kau tak
pernah menyerah memperjuangkan aku, padahal aku
sendiri dalam keadaaan malas dan lemah dalam
mencapai perjuanganku. Selalu dan selalu, ada
pertanyaan dalam hatiku, “sampai kapan ini akan terus
bertahan”, atau, “kapan kita akan jaya?”, dan atau
“kenapa kalian begitu antusias dan komitmen kepada
apa yang kalian perjuangkan?”. Sebuah pertanyaan
besar yang akan dijawab oleh waktu.
Dia selalu mengatakan bahwa aku bisa, bisa menjadi
yang terbaik. Tuhan memberiku logika, yang kata dia
adalah matematika tingkat rendah, yang semua orang
bisa. Dan kata dia, aku cerdas, aku selalu bermain
dengan otakku daripada dengan tenagaku. Kata dia, aku
jago stratergi dan kata dia, aku telah melebihi
matematika tingkat rendah. Semua katanya menjadi satu
kalimat yang sangat kuat, “kamu pasti bisa jef...”.
Aku datang kepadamu. Dengan membawa penyakit
hatiku, hatiku mengatakan untuk tidak menemuinya,
namun nurani dan otakku mengatakan untuk
menemuinya. Aku tak ingin jatuh lebih dalam lagi ke
jurang neraka kebencian. Aku ingin sembuh dari
penyakit hatiku. Aku tak ingin jadi banci.
Matahari datang ke bumi dengan sinar hangatnya, aku
merasakan cahaya-Nya masuk ke dalam jiwaku. Cahaya
yang membuatku kuat dan berani menemuinya,
menerima kebenaran-Nya. Tak semua manusia berani
menerima kebenaran. Di depanku, kau mengucapkan
salam hangat yang selalu kau tujukan untukku tiap kita
bertemu. Semangatmu, kasih sayangmu, memberikan
suasana cerah yang menghapuskan mendung di hatiku.
Kau menggambarkan sebuah kotak besar dan 5 buah
lingkaran sembari berkata kepadaku :”jef, lihatlah
gambar ini. Ada 5 lingkaran di dalam kotak, apa yang
akan kamu lihat? Lingkarannya atau kotaknya...?”.
Aku pun menjawab dengan cepat, “aku memilih
lingkaran.”. kau mengulanginya lagi, :”jef, lihatlah
gambar ini. Ada 5 lingkaran di dalam kotak, apa yang
akan kamu lihat? Lingkarannya atau kotaknya...?”. dan
aku tetap kepada jawabanku,”lingkaran”.
Kau mengerutkan dahi dan menerangkan kepadaku :”jef,
lingkaran ini ibarat kita. Dengan warna yang berbeda
jelas aku, kau dan juga mereka itu semuanya berbeda.
Sedangkan kotak ini, adalah tali persatuan kita. Kita
yang berbeda warna, disatukan oleh-Nya dalam satu
kotak kan? Jika kamu hanya meilhat lingkarannya, kamu
hanya akan melihat dirimu sendiri, kamu hanya akan
memikirkan dirimu sendiri, kamu akan mengalami stress
ketika lingkaran lain berbeda dengan kamu. Kamu akan
stress melihat orang lain berbeda pendapat denganmu.
Kau tidak akan bisa melihat betapa berharganya punya
sebuah kotak yang bisa menampung lingkaran itu. Kamu
tidak akan bisa merasakan betapa bahagianya punya
sebuah keluarga baru. Dan yang terburuk, suatu saat
kamu pasti akan berfikir untuk pergi dan keluar dari
kotak ini. Karena bagimu, kau hanya memikirkan dirimu
sendiri. Bagimu, tak ada tali persatuan yang mengikat
kita. Itulah suatu kerugian yang sangat besar jika kau
pergi.”
Lalu kau kembali menerangkan kepadaku lagi : “jika kau
melihat kotaknya, kau akan tahu betapa berharganya
suatu tali persatuan. Dimana kepentingan pribadi
dikalahkan oleh kepentingan bersama. Kau akan tahu,
betapa bahagianya punya sebuah keluarga. Kau akan
bisa menerima perbedaaan setiap individu. Kita hidup
secara sosial jef, setiap kita butuh orang lain,
sebagaimanapun orang lain butuh kamu. Aku butuh
kamu, dan kamu butuh aku. Bukankan tujuan kita sama?
Bukankah kita ingin menang, bukankah kita ingin buat
dunia ini harmoni? Bukankah itu pertanyaan yang selalu
kau tanyakan padaku? Kitalah yang menentukan jef, tapi
kau tak kan bisa sendiri, sebagaimanapun aku, tak kan
bisa sendiri. Bersamalah kita bisa lebih kuat. Itulah
kenapa aku ada di sini, dan itulah kenapa kamu ada di
sini jef... pikirkanlah.... segala yang kau perjuangkan,
segala yang kita perjuangkan, kitalah yang menentukan.
Oleh karenanya kita semua disini, ku tahu kau pasti
bisa.”
............
Aku tertegun mendengar kata-katanya, ada pelajaran
besar saat itu, betapa keegoisanku runtuh oleh
nasehatnya. Apakah benar aku terlalu memikirkan diri
sendiri?
........
Epilog :“Saat kau kesal kepada seseorang, ingatlah
tentang kotak dan lingkaran. Betapa ruginya jika kita
harus kehilangan lingkaran lain, hanya karena penyakit
hati. Betapa sedihnya kehilangan lingkaran lain, entah
karena lingkaran itu keluar atau karena kotak itu hancur.
Betapa berharganya nyawa seorang manusia.”
Nobita : "Kali Pertama"
Nobita.. Nobita.. Nobita.. ini adalah cerita tentang seorang Nobita, yang lemah dan sering telat kalo berangkat ke sekolah. Suatu hari, si Nobita bangun kesiangan, dia belum buat pr. perasaan kalut, takut, dan berbagai rasa buruk lainnya
menghantui dia. Entah di marahin gurulah, ibulah. Doraemon pun sampai capek sama dia, apa yang dilakukan Nobita? Dalam pikirannya, terbesit untuk berhenti sekolah, dia lalu menulis surat permohonan berhenti sekolah. Saat dia menulis, ibunya masuk. dan... ternyata hari itu, adalah hari minggu, jadi libur, hehheee.. ada rasa malu dalam diri Nobita. Dia tidak jadi menulis surat tersebut, bukan karena tidak mau berhenti, tapi karena gak bisa nulisnya. singkat kata, Ia pun memutuskan tidak akan berangkat sekolah mulai saat itu juga. Doraemon pun kelabakan menghadapi tingkah polah
Nobita yang seperti ini. ia pun mengeluarkan permen "pertama kali" tapi si Nobita tetap tak mau minum. Dia stress berat!! Nobita diajak main ke tempat Shizuka pun tak mau. Saat si Nobita menguap, Doraemon melemparkan permen tersebut ke mulut Nobita dan... Masuk! goal... goalllll......!!! Lalu Doraemon mengajak paksa si Nobita ke rumah shizuka, disana.. ting.. tong.. ting.. tong Shizuka pun membukakan pintu, dan menyambut Nobita. Ketika itu, Nobita melihat Shizuka. Apa yang dirasakan Nobita ketika melihat shizuka saat itu, adalah seperti perasaan kali pertama ia bertemu Shizuka. Kekaguman akan manis wajah Shizuka. Shizuka lalu mengajaknya main di dalam, mereka bertiga bermain halma, main game, makan kue, baca komik, segala hal yang Nobita rasakan, terasa seperti pertama kali, entah itu makanan.. minuman.. atau pun mainan... Ada satu kata yang diucapkan Shizuka ketika Nobita akan pulang : "Aku iri dech dengan Nobita. seperti anak
kecil yang baru pertama kali melihat sesuatu, semuanya terasa bergembira.." Singkat cerita, Nobita pun sampai di rumah. dan ketika dia akan tidur, terpikir olehnya... Untuk menggunakan mesin waktu, melihat malam sebelum dia berangkat sekolah untuk pertama kalinya, saat kelas 1 SD.. pada masa itu, terlihat Nobita kecil yang gembira, lari kesana-kemari, memakai tas dan topi sekolah dan sulit ditidurkan oleh ayah ibunya. "besok di sekolah banyak teman kan bu? gurunya mengajarkan bermacam-macam?" "iyah..sekarang kamu tidur ya nak,, biar besok bisa sekolah.. " "sekolah memang tempat yang menyenangkan buat Nobita..." dalam hati Nobita, "Saat semua kali pertama itu terasa enak ya, entah sejak kapan aku jadi benci sekolah.. aku tidak boleh bencii,, aku harus tetap sekolah dan semangat..!!!"
...................................... Saat kalian merasakan bosan akan sesuatu hal.. ingatlah saat kali pertama kalian mengalaminya.. betapa hal itu sangat menyenangkan.. . jalanilah segalanya seperti saat pertama... "ya kan Nobita..? " ^_^
Perubahan
"Tak terasa ruang dan waktu terus berlalu, umur pun kian bertambah. mendekati 20 sekarang" Sebenarnya, tanpa kita cari pun, perubahan pasti ada dan akan selalu ada. Sama seperti kita, yang dari bayi tumbuh menjadi orang tua seperti ini. Adalah suatu
hasil dari perubahan. Dari pertambahan umur. Umurlah hasil dari perubahan ruang dan waktu, yang mendewasakan kita. Apakah kedewasaan itu? Tidak harus orang yang tua, tidak harus punya jabatan tinggi, dan tidak harus kaya. Lalu apa? Menurutku, dewasa itu adalah mampu membedakan yang mana yang salah dan yang mana yang benar, yang mana yang penting dan yang mana yang lebih penting. Intinya, dia mampu menggunakan akalnya, itulah sebabnya dia disebut 'dewa'sa. (Dewa=malaikat). Manusia pun bisa seperti malaikat, (maka) janganlah menyerah ketika bertatap dengan masa-masa sulit, karena dengan masa-masa sulit itu, kita bisa kembangkan 'sayap' kita, untuk terbang menggapai
cinta-Nya. Mendewasakan kita. Masa-masa tersulit yaitu masa-masa transisi. Masa dimana kita berhadap perubahan. Proses dari perubahan itu memang tidaklah (selalu) enak. perubahan, tanpa kita cari pun, dia ada, selalu ada dan pasti akan datang. Sebab itu, bersiap siagalah engkau menghadapinya . . (Selalu) sabar 'n Jalanin aja . . "Aku pun sama seperti itu, kau mengajakku berjanji, mencari yang lebih baik,. tapi, aku memilih menjadi yang lebih baik. Di umurku yang kian renta ini, aku ingin menjadi lebih baik, lebih dewasa dari sebelumnya. ku harap kau pun juga disana. 2 tahun ini, hanya sekali aku mendengarmu mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Entahlah tahun ini. Perubahan pasti akan datang, kita sedang berjalan sendiri-sendiri, dan (suatu saat) akan menjadi 'two-top' sekali lagi." Teruntuk : 18 Juni & 18 Januari (duo 18)
Papan Karnedes
(teruntuk teman-teman mahasiswa)
Prolog : “jika kamu dan aku
mengalami hal yang sama
seperti di cerita papan
karnedes, apakah yang akan
kamu lakukan..?”
Ini adalah cerita kala aku
membaca komik Detektif
Kindaichi jilid 7-8 yang
berjudul,”Pembunuhan
danau patah hati”. Ada satu
kisah yang memilukan juga
inspiratif di dalamnya. Cerita
tentang papan karnedes. Dikisahkan dalam suatu
legenda, sebuah kapal mengalami pecah karam di
tengah lautan. Semua penumpangnya menceburkan diri
ke laut. Kapal sudah hancur, tinggal puing-puing kayu
bekas kapal. Ada seorang pria berhasil menyelamatkan
diri dari tenggelamnya kapal dengan berpegangan pada
sepotong papan. Di kejauhan, dia melihat ada seorang
gadis berenang menghampiri pria itu. Tampak wajah
gadis itu lelah dan kedinginan. Sang pria pun kasihan,
dia ingin membagi sedikit papannya untuk berpegangan
besama dengan gadis itu. Gadis itu berusaha
menghampiri pria itu. Namun, pria tersebut tahu papan
tersebut akan tenggelam bila digunakan oleh 2 orang,
dan ketika gadis itu berusaha meraih papan tersebut, si
pria itu menepiskan tangannya. Dan, gadis itu pun
tenggelam karena tak mampu lagi berenang...
Dan kisah papan karnedes berulang kembali, ketika
dokter dalam tokoh kindaichi itu lolos dengan
mengorbankan nyawa pacar dari pelaku pembunuhan
danau patah hati. Dalam cerita, dokter tersebut dan juga
10 orang penumpang lainnya, berhasil menyelamatkan
diri dari tenggelamnya kapal dengan menaiki sekoci,
tiba-tiba ada seorang gadis yang tampak lelah dan
kedinginan berenang mendekati sekoci itu. Dia lalu
berpegangan pada sisi sekoci itu, dokter itu pun meraih
tangan gadis itu, berusaha untuk mempertahankannya.
Namun, sekoci menjadi oleng karena kelebihan beban.
Dan penyebabnya, adalah penambahan beban dari
gadis tersebut. Sama seperti papan karnedes, dokter itu
lalu mendorong gadis tersebut, dan sekoci pun tak lagi
oleng. Gadis tersebut tewas dan nyawa penumpang
pada sekoci tersebut selamat. Gadis itu ialah pacar dari
pelaku pembunuhan danau patah hati.
.........
Itulah kisah tragis dari papan karnedes, mengorbankan
nyawa seorang manusia untuk menyelamatkan jiwa
manusia-manusia lainnya. Dan inilah suatu pertanyaan
dari miyuki, “jika eiji di sana, pasti ia akan memberikan
papan itu untuk keiko tanpa ragu, karena dia benar-
benar mencintai keiko. Hajime, jika kita mengalami hal
yang sama dengan yang ada papan karnedes, apakah
kau akan memberikan papan itu padaku, atau kau akan
mendorongku?”
Jawaban dari Kindaichi, “aku akan cari cara agar kita
berdua bisa selamat..”. sebuah jawaban singkat dengan
senyumnya yang khas. Sederhana tapi bermakna.
........
Inilah yang dipikirkan oleh Kindaichi, menurut dia
mengorbankan nyawa atau salah satu itu merupakan hal
yang konyol, sedang kita punya kesempatan buat
mendapatkan hal yang lebih baik. Selalu ada cara yang
lebih baik dari pada mengorbankan salah satu.
......
Belakangan ini, kita mendengar tentang mahasiswa yang
bakar diri di berita. Penyebabnya, dia frustasi melihat
kondisi RI saat ini. Di Express UNNES, dia disebut
sebagai Sarjana kehormatan. Dia mati untuk membela
rakyat. Pertanyaanku, pantaskah dia diberi sarjana
kehormatan? Bukankah sarjana adalah kaum intelektual
yang punya pikiran panjang? Apakah malaikat penanya
dalam kubur akan menyambut dia selayaknya
pahlawan? Padahal Tuhan melarang kita bunuh diri?
Apakah kita tak punya cara yang lebih baik dari pada
bakar diri?
...........
Sungguh, bagiku itu konyol sekali. Dari pada disebut
sarjana kehormatan, dia lebih pantas disebut sarjana
kebakaran. Ya, pikirannya mengalami kebakaran alias
konsleting pada otaknya makanya dia bakar diri. lagi
pula, sistem di RI tak kan berubah dengan cara bakar
diri. sistem di RI juga tak kan berubah dengan demo-
demo anarkis mahasiswa. Memang, mahasiswa bisa
menurunkan Soekarno dan Soeharto dengan demo
mereka, namun apakah setelah 2 tokoh itu turun, RI jadi
lebih baik? Apakah penindasan rakyat hilang? Apakah
sikap anarkis mereka bisa merubah RI? Tidak, masih
kacau. Itu jawabannya.
..........
Jadi tak usahlah kalian para pembela rakyat bakar diri.
tak usahlah kalian bersikap anarkis merusak fasilitas
negara dan umum saat demo. Bukankah kita punya jalan
yang lebih baik? Mari kita bangun dengan damai.
........
Seperti jawaban Kindaichi.
........
Epilog : “aku akan cari cara agar kita berdua bisa
selamat..”.
Cerita
Persembahan
jefrianalogica.blogspot.com
Hidup
hanyalah
permainan
dan sendau
gurau belaka....
Sejarah Jefrianalogica
“awal-awalnya, aku tak
pernah mengerti apa pun
tentang blog, facebook
bahkan email pun aku tak
tahu. Tapi yang jelas aku
tahu, aku suka akan
menulis dan aku
membutuhkannya. Seiring
berjalannya waktu, ini
adalah sebuah
persembahan untuk
kekasih pertamaku. Cerita dari cinta pertama…”
Medio 2006, aku baru mengerti akan internet. Saat
itu, situs yang ku buka tak jauh-jauh dari football,
motogp atau paling browsing tentang tugas. Ya, dulu
aku bukanlah seorang yang kecanduan internet, bagiku
bermain sepak bola atau PS2 jauh lebih menarik.
Kelas 2 SMA, sekitar pertengahan tahun 2008,
temanku bernama Muhtamarlah yang merubah pola
pikirku, walau secara tak langsung. Ya, dari rasa
kesukaaannya bermain internet, entah itu buka email
atau browsing, aku jadi ikut ketularan. Kok bisa?? Ya
bisa, soalnya aku sekelas dengan dia, dan sering main
bareng dengannya. Salah satu dari my best friends…
aku tak ingat pasti, tapi yang pasti dialah yang
pertama membuat blog, waktu itu kalau tidak salah
dia diajari oleh wahid dan slamet. Sayang, saat kelas
2 aku lebih sibuk pada ekstrakulikuler, sehingga tidak
terlalu mendalami tentang internet. Bahkan Microsoft
publisher aja udah agak-agak lupa,hehehehe….
Hari berganti hari, waktu pun beranjak sedikit demi
sedikit. Kelas XII sekarang sudah didepan mata. Ya,
pada saat inilah, tahun 2009, pergantian dari kelas XI
menjadi kelas XII aku mulai apa yang namanya :
Blogging. Muhtamarlah yang membuatkan aku blog,
dengan template bawaan yang masih sederhana dari
blog itu sendiri. Dengan menggunakan alamat email
sammykirana@gmail.com, blog ini melaju memulai
perjalanannya. Masih jelas dalam ingatanku, betapa
sulitnya memilih nama blog dan juga judul blog saat
itu. Akhirnya setelah melalui pemikiran yang
mendalam(ciee….) aku memilih judul blog ini :
Ideologi, sikap, otak. Judul yang aku ambil dari
albumnya Ahmad Band : Ideologi, sikap,otak. Dengan
harapan aku bisa sesukses dan seidealisme dia. Ya,
Ahmad Dhani adalah tokoh yang sangat aku kagumi.
Kemudian untuk alamat URL blog, aku memilih nama
yeviso.blogspot.com, nama yeviso berasal dari kata
yev dan iso. Yev adalah nama panggilanku “Jef” akan
tetapi agak dilatinkan sehingga menjadi “Yev”.
Sedangkan iso adalah singkatan dari Ideologi, Sikap,
Otak.
Waktu itu, aku belum punya konsep mau diisi apakah
blog ini? Aku suka akan puisi maka pada akhirnya aku
isi blog ini dengan puisi-puisi, entah itu buatanku atau
buatan orang lain. Saat itu, blog ini terlalu banyak
gambar, ya, gambar-gambar tak jelas banyak
menghiasi blog ini. Seolah-olah blog ini tanpa konsep.
Pambagian label pun tak jelas, hanya asal isi saja.
Pertengahan 2009, aku jatuh cinta pada seorang
gadis, namanya I‟ana. Cinta memang membuat buta,
bagiku dia telah menjadi bagian yang hilang dariku.
Aku memberikan alamat dan password facebook dan
blogku kepada dia. Masa-masa ini akan menjadi batu
tapal bagi kehidupanku kedepannya. Waktu terus
berganti, kami mengalami banyak sekali badai, terlalu
banyak konflik diantara kami. Ini berimbas terhadap
blogku, tanpa bermaksud negative, ketika dia
merubah password facebookku, ku rasa dia juga
merubah password blogku. Dan masa-masa aku
bersama dia, aku mengalami masa vakum dalam
posting. Aku mulai jarang menulis karena terlalu fokus
kepada I‟ana. Kalau pun menulis itu hanyalah copy
paste dari puisi orang. Setelah aku sadar kalau
blogku di-hack,aku pun mulai membenarkan semuanya.
Aku mengganti password blogku, menyembunyikan
alamat emailku, dan juga mengganti alamat blogku
menjadi : orakngerti.blogspot.com. kenapa namanya
terasa aneh?? Ini karena saat itu adalah masa-masa
frustasi aku konflik terus dengan dia. Orakngerti
artinya tidak tahu, karena aku tak mengerti kenapa
selalu ada badai antara kami. Orakngerti adalah
password facebookku sebelum diganti dan di-hack
oleh dia. Tapi pergantian ini sebenarnya tak
berpengaruh apapun terhadap tampilan atau pun label.
Intinya, tak ada perbedaan konsep antara yeviso
dengan orakngerti.
Badai memang pasti akan berlalu, tapi efek dari badai
itu, adalah sebuah perpisahan bagiku dengan dia. Aku
mengalami masa-masa transisi yang sangat berat.
Saat aku harus mulai berjalan sendiri tanpa dia.
Ketika melihat cowok cewek berjalan bareng, aku
merindukan masa-masa aku bersama dengan dia.
Kerinduanku kepadanya menjadi sebuah do‟a, “aku
pasti akan bertemu dengannya lagi, dan sebelum itu,
aku harus jadi lebih baik dari aku dulu dan juga dari
dia. Aku harus memberikan persembahan terbaik
baginya.. karena aku sayang dia selamanya..”. beranjak
dari itulah, pada tahun 2011 awal, aku lalu mengganti
nama orakngerti.blogspot.com dengan
jefrianalogica.blogspot.com. apa arti dari nama blog
ini?? Itulah yang temanku tanyakan padaku.
Jefrianalogica membenahi elemen pada blog ini.
Awal-awal yang aku lakukan adalah menghapus posting
karya orang lain ataupun karyaku sendiri yang ku
anggap jelek. Banyak judul karya aku sendiri ku hapus,
seperti Ideologi sikap otak,banyak juga yang mati,
sebuah tanya, puisi gie, gadis bhakti praja dan masih
banyak yang lainnya. Penghapusan yang dulunya
sempat aku sesali. Kemudian yang kedua adalah
merubah template.
Aku mencari template model slide. Orang yang
berperan besar dalam perubahan template ini adalah
Wahyu Nugroho Setiawan. Dialah yang mengajariku
cara-cara membaca bahasa pemrograman dan juga
cara mengedit template terutama bahasa HTML.
Aku mulai belajar bahasa HTML dan merubah
tampilan blog. Awal-awalnya, template bawaaan ini
berwarna hijau tua, aku memasang jam, kalender, dan
bagde facebook. Label pun aku benahi, yang tadinya
tidak jelas, kemudian labelnya aku rubah menjadi 5
kategori yaitu :
8 Agustus 2009
Ini berisi tentang ceritaku bersama I‟ana,
entah berbentuk puisi ataupun cerita. Intinya,
isinya adalah kenanganku bersama I‟ana.
Puisi
Isinya adalah puisi-puisi karyaku, yang
berwarna-warni temanya.
Cerita
Isinya adalah tentang cerita yang kadang
inspirasinya dari kisahku dengan I‟ana yang
hanya berbentuk adegan atau pun cerita
tentang kehidupan sehari-hariku.
Catatan Kuliah
Isinya adalah cerita saat aku kuliah
Filosofi
Isinya adalah tentang inspirasi yang masuk ke
otakku yang kemudian aku ceritakan kepada
orang lain.
Sedangkan Jefrianalogica memiliki arti
khusus, yaitu :
Jefri + analogi + logica
Sosok dari seorang jefri yang suka akan
analogi dan pemikiran logika.
Jefri + I’ana + logica
Adalah do‟a dari seorang Jefri untuk kembali
bertemu dengan I‟ana. Berdasarkan logika itu
mungkin, karena ada suatu alasan yang tak bisa
diceritakan secara umum. Ada sebuah cerita
tentang adam dan hawa di Al-Qur‟an, hampir
mirip dengan kisahku dan I‟ana, sunatullah itu
ada dan Al-Qur‟an punya bagian yang bisa
dilogika.
Jefri + I’ana + Analogi + Logica
Kisah Jefri dan I‟ana adalah sebuah analogi
dari kisah cinta pertama di dunia yang
merupakan sebuah ramalan yang bisa dilogika.
Semoga kami bisa bertemu lagi.
Pembenahan tampilan dan konsep menjadi prioritas
utama. Nurhandayani mengajarkan aku bagaimana
membuat tampilan blogku menjadi lebih menarik. Ya,
dulu cursorku sederhana kini menjadi lebih variatif,
dulu tak ada tampilan daun jatuh, ini,, woooww.. keren
toh. Kemudian saat pertama kali mendengar lagu
Lukisan Hati karya D‟fussion band, saat itulah, aku
belajar bagaimana memasang musik pada blogku,
hingga akhirnya blogku menjadi keren seperti ini.
Blog ini, adalah persembahanku untuk I‟anatul
Karomah, cinta pertamaku.bukti perasaan sayangku
kepadanya. (kembalilah kesini nok…)
Akhir kata, inilah cerita awal mula blogku ada sampai
medio 22 November 2011, kedepannya, akan ada
perkembangan pastinya untuk menjadi yang lebih baik.
(thanks to : Muhtamar, Nur Handayani, Wahyu
Nugroho Setiawan, D’Fussion Band, Nur Wahid,
Ahmad Dhani, Nur Khofifah (Inung) , Afif
Nugrahanto ; kalian inspirasi bagiku).
21:21
Maret 2011, Semarang.
Aku baru saja
menyelesaikan deadline
untuk tugas besok. Tekanan
kuat pada otakku
membuatku lupa akan
segalanya. Entah itu sms
yang masuk ke inbox hp-ku,
teriakan merdu radio tuaku
atau pun rasa lapar yang menggerogoti perutku. Ku
rebahkan sejenak tubuhku di kasur kamar kosku,
menerawangi sejenak kenangan-kenangan bersamanya
dulu, bersama kekasihku saat itu. Lumayanlah, untuk
melepas sejenak penat yang menyelimuti tubuhku.
Aku merasa kosong,dan pikiranku melayang saat itu,
November 2009, dua bulan setelah jadian dengan dia.
November identik dengan musim hujan, tapi geliat
rintik-rintik hujan tak menyurutkan langkahku
membawanya menikmati malam saat itu. Jam
menunjukkan pukul 9 malam, hujan belum juga reda.
Langit masih sombong dengan mendungnya. Aku dan
dia terlalu lama menghabiskan waktu mencari tas kecil
untuknya. Menjelajahi kios demi kios di mall
terkemuka di kotaku, hingga akhirnya ketemu, tas
pink cantik dengan hiasan boneka puppy di setiap
sisinya.
Perut terasa lapar, setelah berjalan-jalan hampir 3
jam. Senyum jam menunjukkan pukul 20.45 WIB, mall
sudah akan tutup. Kedai-kedai makan sudah
mengemasi barang-barang mereka. Aku pun mengajak
dia keluar mall, menikmati gerimis yang membuat
malam semakin manis. Romantis, kata pujangga. Tak
ada warung nasi yang buka saat itu, beberapa lain
hanya menjual bakso dan soto. Dia tidak suka bakso,
takut ada boraks katanya, dan juga tidak memilih
soto, tidak suka makan taucho (bumbu campuran
untuk soto), karena dia alergi dengan taucho.
Akhirnya, kami berjalan dan memilih kedai “Burjo”,
sebuah kedai mie sederhana. “Ada menu apa saja
mbak?”, tanyaku kepada penjualnya. “Cuma ada
Indomie mas, kalau minuman ada es teh, es jeruk, teh
hangat, coffemix dan lainnya , mas sama mbaknya mau
pesan apa”?, tanyanya kepadaku. “kami pesan Indomie
goreng dua mbak, sama telur juga ya, sama minumnya
teh hangat dan coffemix”, jawab kekasihku. Dia
memang paling mengerti aku, makanan apa yang aku
suka, minuman apa yang aku suka, dia tahu. Sembari
menunggu pesanan datang, kami bercanda, rintik-
rintik hujan masih saja turun, walau tak sederas tadi.
tak apalah, setidaknya malam ini jadi lebih romantis
dengan adanya gerimis.
Mungkin, bagi kebanyakan orang, kami membuat
mereka iri. Maklumlah, sepasang sejoli baru, semua
terasa mesra. Aku melihat jam di hpku, 21:21 WIB.
Angka yang unik, menurutku. “Aneh juga kenapa bisa
kembar ya”?, tanyaku dalam hati. Tak lama berselang,
pesanan pun datang. Indomie goreng dengan telur
mata sapi, bawang goreng yang bertaburan menghiasi
permukaannya, benar-benar terlihat lezat. Aromanya
yang harum, menggoda hati untuk segera
mencicipinya. Aku dan dia makan selayaknya sepasang
sejoli yang sedang dimabuk asmara, saling menyuapi,
mesra selayaknya pengantin yang sedang menikmati
bulan madu mereka. Kelezatan indomie, dengan mie-
nya yang kenyal, dan bumbunya yang sedap bercampur
dengan balutan cinta dan kemesraan, membuat malam
ini terasa indah. Aku menyebutnya : “21:21 special
moment”. Sejak itu, kami sering menghabiskan malam
minggu di kedai Indomie ini.
Lamunanku tentang masa itu terbuyar, teman
sekamarku datang membuka pintu. Tampak basah
kuyup dia, memang hari itu hujan turun deras sekali.
Tekanan pada saat menyelesaikan deadline tadi
sampai membuatku tak sadar kalau hujan tadi.
“Huufft... sudah setahun lebih moment itu terjadi,
dan sudah hampir setengah tahun aku tak bertemu
dia, sedang apa dia di Jakarta sana..”?, tanyaku dalam
hati. Hujan masih deras, perutku pun mulai meronta-
meronta minta diiisi. Ingin beli nasi pun tak mungkin,
mau masak nasi juga tak mungkin, beras sudah habis.
“Jef, gimana kalau kita masak mie aja, aku masih
punya persediaan di lemari, kan enak tuh dingin-dingin
begini masak yang anget-anget”?, tanya temanku.
“terserah kau sajalah, aku titip masakin ya, kepalaku
agak pusing, aku mau rebahan bentar.”, jawabku.
Tak beberapa lama, terdengar suara hitter dicuci.
Kami anak kos, memang menggunakan hitter atau
biasa disebut “teko lisitrik” untuk memasak mie. Air
pun dimasukkan ke hitter. Detik berganti detik, menit
berganti menit, air pun mendidih, temanku
memasukkan dua bungkus mie, aku tak tahu mie apa
itu. Tak beberapa lama, semua pun telah siap. Bau
sedap yang sangat ku kenal, tapi aku tak bisa
menerka, apa itu. “Jef, udah mateng nih, gari mangan
thok (tinggal makan doang).”, kata temanku. “yo kang
(ya mas).”,jawabku. Aku pun segera bangun, dan....
astaga!! Bau yang sangat ku kenal itu ialah Indomie
goreng. Ku lihat dua bungkus indomie terserak di
lantai kamarku. “ Dasar temanku ini gak bisa rapi
sedikit”, batinku. Aku ingin tertawa menerima ini
semua, saat ku memikirkan dia di masa itu, special
moment itu, kini... huufftt.. Tuhan kau memang luar
biasa.
Dalam hati, aku berdoa, “Tuhan, semoga dia ingat apa
yang pernah dia alami bersamaku saat itu. Tuhan,
sedang apakah dia disana?”. Uppss.. aku lupa, ada
beberapa sms yang belum aku buka sejak tadi,
ternyata dari teman sekampusku, menanyakan
tentang deadline tugas tadi. Kulihat jam di hpku...
21:21 WIB. Astaga!!!
Semarang, April 2011
Jefri Mahendra Kisworo.
“Nok”
Prolog :
“kamu ada-ada saja, disini,
aku tak kan kenapa-kenapa.
Kalau aku kenapa-kenapa,
siapa yang akan menjaga
adikku yang imut dan nakal
ini..”
Deg.. aku terjaga dari tidurku. Pikiranku terasa
melayang. Aku mencoba mengingat mimpiku tadi.
Entah kenapa, seolah-olah waktu terulang kembali,
seperti video yang diputar ulang. Bayangan tentang
dia tergambar jelas.
Hari masih terasa dingin, ku lihat jam di hape-ku,
masih menunjukkan pukul 2 pagi. Detak-detak jam
dinding, nyaring berbunyi seolah enggan kalah dengan
detak jantungku yang berpacu kencang. Ya, mimpi
tentang dia, membuatku merasakan seolah-olah
terbang menembus batas ruang waktu. Langit-langit
kamar terasa penuh gambar dirinya.
Dua tahun sudah, hampir terlupa aku akan rasa
tangannya, akan hembusan nafasnya. Entah kenapa,
dia hadir lagi dalam mimpiku. Kata-kata yang ku
ucapkan padanya, bak janji kosongku padanya, sekuat
apapun aku menjaganya, tangan-Nya tetap lebih besar
dariku.
Pagi itu, hari terasa dingin. Matahari pagi masih malu-
malu menampakkan cahayanya. Daun-daun pun masih
bermandikan sejuknya embun. Udara pagi masih
terasa ramah, menawarkan kesejukkan bagi jiwa. Aku
mengajak dia jogging pagi ini. Setelah UAN selesai,
dan SNMPTN terlewati, hari-hari terakhirku, ku
habiskan bersama dia. Dialah “Nok-ku”. Aku sering
menyebut dia “Nok”, karena aku suka dengannya,
daripada “Dek”, sebutan “Nok” terasa lebih hangat
untuknya. Aku suka kepada sifat manjanya, sifat
lucunya dan manisnya dia.
Entah kenapa, kadang waktu terasa lebih cepat saat
bersama dia, pertemuanku dengannya pun seolah-olah
baru kemarin. Derap-derap langkah kaki kami pun
menjadi genderang pemecah kesunyian pagi itu.
Matahari pagi mulai terasa panas, lapangan tempat
kami bermain pun mulai ramai, banyak pedagang
bertebaran menawarkan barang dagangannya, entah
itu makanan, minuman, baju atau pun yang lainnya.
“Nok, laper gak? Ku belikan maem yah..”, tanyaku.
“iyah.. mas , sama es juga.. bayarin ea...”
“wew,, maunya.. tak tinggal lho...”
“wek, ayolah...”,
“iya.. iya adikku..., wek.”, ejekku.
Aku meninggalkan dia di bangku taman lapangan dan
berlari menyeberang jalan. Lapangan ini memang salah
satunya berbatasan dengan jalan raya, sedang sisi-sisi
lainnya adalah taman. Para pedagang kebanyakan
berkerumunan di sisi lapangan yang dekat dengan
jalan raya, alasan mereka sektor situ lebih ramai
karena sering pengendara berhenti untuk berbelanja.
Huuffftt.. bikin macet saja.
Pedagang-pedagang tampak sibuk melayani
pembelinya, ada ibu-ibu dengan anaknya, ada mbak-
mbak dengan adiknya, membuatku lama sekali
mengantri, “tak apalah..‟, batinku. Aku membeli dua
bungkus nasi dan dua botol air minum, lalu secepatnya
aku berlalu, menuju tempat adikku menunggu tadi.
Dari jauh, ku lihat dia gelisah, “ada apa
dengannya?”,tanyaku dalam hati.
“Nok, kamu kenapa?”,tanyaku setelah sampai di
depannya. Ada perasaan khawatirku pada dia, jangan-
jangan kesurupan,hehehe.. tapi apa dia katakan
membuatku terkejut.
“mas, aku takut kau pergi, saat kau pergi tadi terasa
lama sekali. Aku pernah baca cerita seorang adik yang
menunggu kakaknya membelikan makanan buat dia, si
adik menunggu kakaknya lama sekali, lama sekali..
hingga tedengar bunyi tabarakan, dan dia sadar..
kakaknya telah tiada!! Aku takut seperti itu...”
Sejenak aku terpana, aku merasakan perasaan halus
adikku ini, di balik sifat manja dan lucunya, dia
seorang gadis yang lembut.. jawabku, “kamu ada-ada
saja, disini, aku tak kan kenapa-kenapa. Kalau aku
kenapa-kenapa, siapa yang akan menjaga adikku yang
imut dan nakal ini..”
“selamanya.. sayangku untukmu nok, kamu pasti akan
ku jaga”
Hari pun berganti hari, suara mobil ambulans
meraung-meraung. Aku berlari secepat mungkin
menuju ruang UGD. Tampak di sana seorang tua paruh
baya, berlumur darah di keningnya.
“Bapak siapa?”, tanyaku.
“aa..aku yang menabrak gadis tadi de‟..”, jawabnya.
Aku terkejut, “ha!! Apa yang bapak lakukan!!
Membawa mobil seenaknya!! Lihat perbuatan
bapak!!@#3##4$45%%..!!”
Hanya cacian yang keluar dari mulutku, ingin ku
membunuhnya. Jika nanti terjadi apa-apa pada adikku,
tak kan ku biarkan dia.
Waktu terasa berjalan lambat, “Drep!!”, pintu UGD
terbuka lebar, sesosok gadis cantik terbaring
diranjang dorong dibawa keluar. Melewatiku. Melewati
bapak itu. Wajah cantik itu, terlihat bibirnya beku,
ada senyum kecil di wajahnya. Dokter keluar dengan
wajah lusuh, kepadaku dia berkata,”Adikmu telah
meninggal . . .”
Aku tak percaya. Baru kemarin aku mengatakan bahwa
aku kan menjaganya. Kini dia pergi meninggalkan aku
untuk selamanya. Harusnya aku lah yang mati, bukan
dia. Aku tak bisa berkata apapun, hanya bisa
menangis, mengiringi senyum manisnya menjadi
senyum beku. Nafas hangatnya kini sudah tak ada.
Wajah cerah itu kini menjadi wajah pucat. Dan sosok
yang lincah itu kini Cuma jadi sesosok bidadari cantik
yang terbujur kaku.
Ku kecup keningnya, untuk yang terakhir kalinya. Ada
sesimpul senyum beku di wajahnya. “maafkan aku Nok,
aku tak bisa menjagamu.. Aku sayang kamu
selamanya..”
Suara kereta membuyarkan lamunanku. Yah, karena
mimpiku pagi tadi. Aku memutuskan untuk pulang ke
kampung halaman. Aku ingin berziarah ke makam
adikku. Dari balik jendela terlihat lampu-lampu
melintas seolah-olah garis-garis bintang. Ada bayang
wajahmu di jendela kereta.
“maaf mas,, kursi ini kosong?”, tanya seorang gadis
kepadaku.
“ya .. kosong,, silakan”, jawabku sambil menoleh.. eh..
“Nok?”.
Epilog :
“Ternyata, Nok-ku, punya kakak yang juga saudara
kembarnya. Dia dipisahkan dari kakaknya ketika dia
akan belajar dewasa. Dan hari ini, aku bertemu
dengan kakaknya. Walau pun mereka kembar,
perasaan yang ku rasakan berbeda. Dan dia pulang ke
kampung halaman untuk berziarah ke makam adiknya.
Suatu kebetulan yang luar biasa.”
...dan kereta pun kembali melaju...
Brrraaakk!!
Derai ombak masih halus
menggapai kakiku. Senja
perlahan datang, matahari
mulai enggan menyinari
bumi, bersembunyi
membawa hangat sinarnya.
Aku masih merasakan sakit
di kepalaku. Ada bekas
memar tergambar di
keningku. Yah,, pukulan dia memang cukup keras. Aku
tak pernah bisa percaya, wajahnya yang memancarkan
kasih sayang, berubah buas karena ketidakpercayaan.
Seandainya dia lebih tahu, perasaan cinta ini seperti
laut, yang tiada habis airnya mesti terpanggang sinar
mentari. Dalam lamunku, cakrawala tampak
menggambarkan kamu menangis kini, karena seribu
kataku tak bisa meyakinkanmu, sejuta maafku tak
bisa menyejukkan hatimu.
“brraaakkk..!!!”, suara buku yang kau jatuhkan, masih
terngiang bebas dipikiranku. Seolah-olah angin ini
adalah roll film yang diputar kembali. Aku berusaha
menjelaskanmu, tentang puisi itu. “sungguh, aku gak
ada apa-apa dengan dia, kami cuma berteman. Puisi
yang aku buatkan untuk dia, hanya untuk membantu
dia membuatkan tugasnya,, sungguh. Aku gak
bohong!!”. “Tapi kau buatkan dia tanpa izin dulu sama
aku, kamu anggap aku apa?? Ha?? Aku gak percaya
lagi ma kamu!! Aku benci kamu!!”.
“braaaakkkk...!!”, kembali kau membanting buku itu
lagi, apa pun yang ada, kau lemparkan padaku. Ada
tangis dalam amarahmu, aku tahu itu. Sungguh, aku
tak tahu bagaimana menjelaskan padamu,
“brraaaakkk.. duakkks..”, kau memukulku. Keras.
Sekeras hatimu yang tak bisa menerima penjelasanku.
Egoismu terpecah mempengaruhi aku. Darahku terasa
panas, ada kebencian muncul padamu saat itu. Aku
beranjak pergi, kau mencoba menahanku. Aku memilih
pergi. Hati ini telah terpengaruh emosi.
Dan.. aku pergi ke suatu pantai, pelabuhan batu .
pantai terpencil yang sunyi akan hiruk pikuk manusia,
tempatku menepikan sejenak emosiku. Akal sehatku,
meyakini perasaan cinta dan sayangku padamu, hati
kecilku, selalu berkata kaulah sebenarnya cinta
untukku. Tak pernah berharap aku menjauh darimu,
atau membuat benci antara kita..
Suara pantai terasa sejuk di telingaku. Pasir-pasir
menawarkan halus untuk merebahkan beban pikiranku.
“sssshhh... kepalaku rasanya sakit sekali..”. jam
menunjukkan pukul 6 sore, aku masih ingin disini.
Engganku, beranjak dari sini. Biar senja jadi
kekasihku saat ini. Kepalaku terasa sakit sekali,
dadaku terasa berdegup kencang, entah kenapa
hatiku gelisah.. seperti akan ada sesuatu yang akan
terjadi.
“perasaan cinta.. yang kini merasuki kehidupanku..
bersamamu.. kau t‟lah bawa aku melayang menembus
batas ruang waktu, damai „tuk kita...” . ringtone
hapeku berbunyi, serasa enggan aku membuka sms
yang masuk. namun perasaan terasa tak enak,
mengalahkan egoku. ku buka hapeku.
Ada satu pesan singkat :
“mas.. aku sakit..;-(”
Aku kaget. Ku buyarkan perasaan benciku padanya.
Langsung aku menuju rumahnya. Aku takut dia
kenapa-kenapa. Dia tampak lemah berbaring di
ranjang, wajahnya tampak putih pucat. Melihatku
datang, dia berusaha memelukku, seperti seorang
anak kecil yang mengharapkan pelukan ibunya ketika
petir menggelegar. Aku langsung membawanya ke
Rumah Sakit di kotaku. Bagiku, dia sungguh berharga,
sebenci apapun aku padanya, tetap aku mencintainya.
Karena dia adalah bagian dari kisah hidupku, sebuah
batu perubahan dalam kehidupanku.
Rumah sakit terasa hening, detak-detak jam berpacu
dengan detak jantungku. Aku melihat wajah kecilmu,
di hapeku, foto saat engkau mengirimkannya padaku,
kau yang sungguh teramat manis, bergerak kesana
kesini, seperti peri kecil yang memaksaku
merindukanmu, yang mengalahkan egoku tentang
cinta. Kini, terbaring lemah, wajah kecil itu menjadi
wajah putih pucat, aku tak kan rela jika engkau pergi.
Di kesunyian ini, dalam kesendirian ini, sungguh
teramat sungguh, aku meminta kepada Tuhan :
“Tuhan, selamatkanlah dia”
Tuhan adalah Maha segalanya, dia mendengar satu
kalimat harapanku. Wajah pucat itu, berangsur-
angsur menjadi cerah. Awan mendung telah perlahan
pergi, aku meilhatmu bergerak lagi.
Dan hidupmu, hidupku, tetap berlanjut. Sakit kepalaku
perlahan-lahan hilang. Hari berganti hari, kau pun
sembuh. Namun, sekali dosa, tetaplah dosa (bagimu).
Dan sekali salah tetaplah salah. Bagimu, tak ada
tempat atau kesempatan bagi pengkhianat. Bayang-
bayang tetaplah bayang-bayang. Sekali buku tertekuk
lembaran kertasnya, selama itu bekas tekukan itu
akan tetap ada. Salahku padamu, bukanlah terhapus,
tapi menjadi sesuatu catatan hitam yang mungkin
akan kau ingat seumur hidup. Dan , tipe-X maafku pun
tak bisa menghapusnya, malah menjadi sebuah
tumpukan coretan baru di catatan yang hendak ku
hapus itu. Kau tak (bisa) mempercayai aku lagi, walau
sungguh aku mencintaimu.
Setiap ada pertemuan pasti akan ada perpisahan,
jalanilah waktu yang sedikit sekali dalam pertemuan
itu, sebelum datang waktu tangan melambai dan wajah
tak pernah berjumpa. Jika kau beruntung atau bahkan
berjodoh, berharaplah untuk pertemuan kembali.
Pasti kan tercipta pertemuan kembali. Seperti kisah
adam dan hawa. Berharaplah...
Dalam kesibukanku, setelah kata-kata perpisahan itu
turun, aku merasakan sakit di kepalaku. Tiap kali kau
sedih, kepalaku sakit. Tiap kali kau menangis, kepalaku
pun sakit. Tiap kali kau jatuh sakit, kepalaku pun
sakit. Namun, kau tak pernah (bisa) percaya, tak
pernah berusaha untuk percaya.
Januari.
Februari
Maret.
.....
Januari kedua..
....
Januari ketiga...
......
Di tahun ketiga pun...
Sakit di kepalaku masih ada.
Dan, “Brrraaaaakkk..!!!”.
Suara ombak memecah karang..
Lamunanku terbuyarkan, “apakah kau baik-baik saja
disana..?”.
......
Sakit.
Kaca
Kau seperti kaca. Di
keseharianku, yang tiap
pagi selalu ku pandangi
wajahku di depan kaca,
betapa sempurnanya
Sang Kuasa menciptakan
diriku, yang utuh tiada kurang suatu apa pun, maka
nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan? Ku
melihat diriku sebagai sosok yang sempurna,
selayaknya Dia yang menyebutkan manusia itu makhluk
paling sempurna, dan kau –tiadalah berbeda- yang
elok selayaknya bunga mawar di sepiku, menjadi
bagian dari tulang rusukku. Dari sebuah pertemuan
yang kemudian menjadi alasanku untuk selalu melihat
kaca, melihat wajahku, apakah aku pantas
bersamamu? Dan kau dulu, selalu yakinkan aku, saat
kau memintaku menjadi pendamping hidupmu, saat kau
menangis kala kita akan dipisahkan. Saat kau
mendukungku ketika aku dipojokkan.
Kau seperti kaca, yang tiap hari rindu aku pandang.
Menatap wajahmu, seperti aku menatap cerminan
diriku, sebagai pantulan jawaban, pantaskah aku
berdiri di sampingmu. Dan kau jawab: “pantas”,
seperti kala kau dulu genggam tanganku, berjalan
tanpa menghiraukan pandangan orang, karena dunia ini
terasa milik kita berdua.
Kau seperti kaca, yang selalu aku bersihkan kala kau
terasa buram. Kala jenuh dan sedih di wajahmu
datang, pertanyaan pun mengambang, bisakah aku
membahagiakanmu? Dan kau jawab: “bisa”, walau kita
belum bisa keliling dunia, senyum di wajahmu tetap
mengembang.
Kau seperti kaca yang jernih dan bening, sehingga aku
bisa bebas melihat cahaya, yang hapuskan murungku
saat aku berfikir kejenuhan saat intrik datang, namun
kau menjawab,”semangat”. Kau tetap tertawa diatas
kejenuhanku, menumpuk rasa bosanku dengan
senyummu, menghapuskan murungku dengan canda dan
sifat manjamu.
Kau seperti kaca, yang tergantung manis di dinding
hatiku.
Kau seperti kaca.
Namun kaca itu, yang selalu tergantung dalam dinding
hati, perlahan-lahan goyah. Terlalu banyak gempa dan
terlalu besar skala gempa yng menimpa. Hingga
akhirnya kaca itu jatuh. Pecah. Canda tawamu,
cintamu, sifat manjamu, senyummu, hancur. Aku tiada
bisa menikmati lagi kilauan magis cinta dalam kaca.
Kaca yang jatuh itu, pecah, menjadi beling-beling kaca
yang kemudian terserak kemana-kemana. Aku yang
gelap mata kalai itu, kesal, dan membuang baling-
beling itu ke lautan. Ombak dilautan membawa beling-
beling kaca itu ke penjuru dunia. Dan nyaris aku
lupakan tentang kaca itu.
Kini, aku hidup tanpa kaca itu. Tak ada lagi cerminan
diri, tak ada lagi kilauan cahaya yang membiaskan
gelisahku. Hidup seperti hampa saat kita tak bisa
bercermin, tak bisa melihat refleksi diri kita.
Namun, Tuhan maha tahu, dia mengembalikan beling-
beling kaca itu sedikit demi sedikit kepadaku.
Menamparkan ombak yang berisi beling kaca itu
kepadaku, airnya masuk ke tenggorokan beserta
beling kaca itu. Rasanya sesak di tenggorokan, dan
oksigen terasa sedikit sekali. Dalam hatiku, ada luka
yang terjadi karena goresan beling kaca itu. Rasanya
sakit sekali. Sakit sekali. Hampir dalam setiap detik
hidupku setelah itu, selalu menelan air laut yang
bercampur beling-beling kaca.
Kau seperti kaca yang pecah, yang pecahan terbawa
pada setiap orang yang mirip denganmu yang ku temui.
Dan suasana saat bersamamu, sifatmu, manismu,
menjadi pecahan kaca yang terbawa dalam orang itu.
Dan itu seperti beling kaca yang menggores hati.
Rasanya sakit sekali. Kenangan masa lalu seolah
menjadi luka yang terbuka lebar dan mengucur darah.
Cinta ini seolah menjadi penyakit akut yang tiada bisa
sembuh.
Kau seperti kaca.
Dan beling kaca itu menggoreskan hatiku.
Aku mencintai kaca itu.
Kamar Mandiku, Panggung Konserku
“Coba dengarkanlah
sumpahku, dari hati.. oh,
aku cinta kamu.. jangan
dengar kata mereka.. yang
tak ingin kita satu, yakinkan
aku milikmu.. aku milikmu...”
Itu lagu yang sering aku
nyanyikan pas aku mandi.
Ketika aku mandi, selalu
terbayang bagaimana aku berdiri di sebuah panggung
konser yang megah, yang di depanku berkerumunan
ribuan penonton, berdesak-desakan menunggu
penampilanku. Di belakangku, telah siap armada-
armada musisi sekelas Ahmad Dhani, Andra Maulana,
Yuke, dan Tyos Nugros mengiringi tiap nada yang akan
aku dendangkan.
Hari ini, langit terlihat gelap. Cahaya matahari hanya
menyinari 2/3 persen dari seluruh cahaya yang dia
sinarkan dalam sehari-hari. Padahal jam baru
menunjukkan pukul 3 sore, aku rasa hari akan menjadi
cucuran hujan dari Sang maha Kuasa. Aku menuju
kamar mandi, ingin pipis. Ketika aku mengucurkan air
seniku, ketika hendak mengambil air buat menggabyur
bekas pipisku, Astaga!! Apa itu?? Sebuah makhluk
kecil tak bernyawa, panjang berwarna hijau tampak
mengambang di kolam kamar mandiku. Memang, kamar
mandiku ini aneh sekali. Pernah aku menemukan
seekor cecak mati mengambang di sana, kadang pula
aku menyaksikan puluhan semut meregang nyawa di
sana. Dan, pernah pula ada seekor tikus mati
mengenaskan di sana. Aku sempat berfikir, “mungkin
kolam ini adalah tempat yang stratergis buat bunuh
diri para makhluk-makhluk ciptaan Tuhan tersebut.
Ternyata semut, tikus dan cecak itu mudah putus asa
ya... >_<..”.
Kembali ke masalah tadi, aku masih tertegun, benda
apakah itu? Ku perhatikan benar-benar.. astaga!! Itu
sebuah ulat berwarna hijau. Tapi darimana?? Kosku
kan tidak pernah dekat hutan? Dulu, ketika ada
mencawak masuk ke kamar mandi sebelah timur, aku
juga bertanya, “itu mencawak dari mana ya?”. Padahal
mencawak kan hidup di rawa-rawa. Dan, kosku tidak
dekat rawa-rawa. Aku dan temanku sering menduga
itu adalah mencawak yang keluar dari kandang kebun
binatang fantasi pemilik surau, heheheh..^_^.
Bila teman-teman sering menonton film pokemon,
maka pasti akan pernah melihat makhluk ini. Ya, ini
makhluk lebih mirip seperti makhluk fantasi yang ada
dalam serial pokemon dari pada ulat dalam kehidupan
nyata. Hiiiii.... aku merasa jijik. Aku buang itu
pokemon. Aku evakuasi dia baik-baik, aku makamkan
dia baik-baik. Dan kini.. mataku tertuju pada kolam
kamar mandiku. Masa aku mau mandi air bekas itu?
Hiii..... bila ada pepatah : rumahku istanaku, maka aku
mau mempopulerkan istilah baru, kamar mandiku,
panggung konserku. Sebuah panggung yang baik, akan
menghasilkan performa yang luar biasa, begitu pula,
sebuah kamar mandi yang baik dan bersih, akan
melahirkan kulit yang mulus dan bersih, woowww....
Sedikit tentang kamar mandi, di dalam kamar mandi,
kita bisa mendapatkan energi alpha, contohnya kala
perut kita terasa mules. Badan jadi lemes. Apa yang
kita lakuin? Ya, ke kamar mandi. Yang tadinya, wajah
pucet dan pikiran negatif, setelah keluar kamar mandi
jadi positif lagi. Atau ketika kita stress, mandilah dan
menyanyilah di kamar mandi, energi alpha akan masuk
dan pikiran kita terasa lega.
Aku lalu membuka segel penyangga keluarnya air, aku
kuras air yang ada dalam bak kamar mandi. Woww..
memang sudah kotor sekali bak mandi ini bah.. banyak
sekali lukisan-lukisan tanah di dasar kolam. Wah,
ternyata.. pantas sajalah. Kini, baru aku sadari, kalau
bak mandiku itu.. ternyata dalam juga!! Sungguh sulit
menghabiskan seluruh air di bak sampai benar-benar
habis. Dan kini, baru aku sadari.. sejak awal aku
ngekos disini, sampai aku semester 5, baru kali ini
aku membersihkan kamar mandi,hehheehe...T.T
Menit berganti menit, suara sanyo pun berbunyi
nyaring mengiringi derasnya air memenuhi bak
mandiku. Betapa bahagianya hati ini, melihat dasar
kolam yang jernih dan air yang bersih, dan
semuanya.... boleh minta suaranya? Ayo.... “Coba
dengarkanlah sumpahku, dari hati.. oh, aku cinta
kamu.. jangan dengar kata mereka.. yang tak ingin kita
satu, yakinkan aku milikmu.. aku milikmu...”
Thank you...
Aku telah selesai mandi
Memang, kamar mandiku, panggung konserku. ^_^.
Soal : “ dipunyai sebuah bak mandi berbentuk balok,
dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi, masing-
masing adalah 1 meter, 1 meter dan 1,3 meter.
Pertanyaannya, berapakah volume maksimal balok agar
bisa dikuras habis saat dibersihkan?
Silahkan hitung sendiri.
Separuh Nafas
Rumah sakit. Tahun
‟90-an...
Ini adalah cerita
ibuku yang menunggui
aku. Di sepinya dunia
saat itu, masa-masa
aku tak mengenal
siapapun kecuali
sesosok wajah lembut
ibuku, aku bertarung
dengan nafasku. Aku
tak melihat apa pun atau pun merasakan apa pun.
Penerjemahanku mengenai hidup masihlah kosong. Ya,
mungkin karena baru berapa hari aku melihat dunia,
dan itu hanya sekelumit dari kotak-kotak yang
nantinya akan terbuka. Kata ibuku, nafasku seperti
garis-garis diskrit,, patah-patah. Memang itulah yang
diharapkan, seluruh orang yang di dalam ruangan itu,
kata ibuku, beliau berharap garis-garis patah-patah
itu tetap ada. Kata ibuku, nafasku terlihat pendek dan
berat. Seolah-olah oksigen dalam ruangan itu, terasa
terbatas. Padahal, tiga orang lain, yakni ibuku, ayahku,
nenekku, tidaklah merasakan itu. Hanyalah aku,
berjuang untuk hidup. Tapi aku, tak pernah mengerti
saat itu, apakah aku berjuang untuk hidup? Sedang
aku, bernafas saja tidak tahu. Separuh nafasku di
nirwana kehidupan, separuh lagi di taman sunyi
kematian.
Rumah sakit. Pukul 11 malam...
Nafasku terasa berat, dan pendek-pendek. Malam
yang dingin tiada terasa dingin atau pun membosankan
bagi ibuku. Baginya, inilah medan peperangan antara
keputus asaan dengan secercah harapan. Dengan
bersenjatakan do‟a, ia berdiri tegar menghadapi
semua. Matanya menatap alat pengukur kehidupan dan
nafasku, detik demi detik, dia lewati pertempuran
dengan secercah harapan. Di do‟anya, terucap:
“Tuhan, mungkin ini hari terakhirku bisa melihatnya.
Kalau Kau menghendaki dia berumur panjang,
biarkanlah dia berumur panjang. Walau pun aku harus
susah karena kenakalannya, aku rela, asalkan dia
hidup. Namun, bila waktunya sedikit sekali, biarkanlah
aku melihat nafas terakhirnya...”
Rumah sakit. Pukul 2 malam...
Tuhan adalah maha segalanya, dan do‟a yang diucapkan
ibuku itu, menjadi pedang penusuk keputus asaan,
menjadi cahaya penghapus kegelapan. Tuhan telah
memilihku untuk hidup. Kasih sayangnya, memelukku
erat. Nafasku perlahan-lahan normal, jarakku dengan
kematian semakin menjauh. Aku melihat cahaya lampu
menerangi senyuman harapan ibuku. Tangisnya beubah
menjadi tangis bahagia. Andai aku bisa berkata, ingin
ku katakan: “tak usah sedih ibu.. aku pasti hidup,
karena ku ingin melakukan sesuatu untuk segala
do‟amu..”.
“sesungguhnya, sesuatu perjuangan sudah dimulai,
jauh sebelum kita dilahirkan. Membunuh atau
terbunuh. Adalah sebuah hakikat yang sudah
ditetapkan sejak dulu kala..”
Dan hidupku, terasa lurus. Do‟a ibuku yang menukar
kerelaannya dengan kenakalanku, belumlah terwujud.
Tuhan, belumlah menagih janji atas do‟a ibuku. Aku
hidup sebagai manusia yang berfikir dengan logika. Ya,
mungkin kenakalanku, adalah pengingkaran kepada
sesuatu yang gaib. Kepada Tuhan yang menciptakan
alam semesta, kepada kesombongan untuk bisa
melakukan segalanya.
Tuhan lebih mengetahui daripada aku. Dia-lah pemilik
maha kepastian akan segala rencana. Akulah bagian
kecil dari rencana-Nya.
Kota kecil di bumi Tuhan. Pertengahan 19-an...
Lagi-lagi aku bertarung dengan nafasku. Separuh
nafasku melayang tak tentu arah. Separuh menuju
kehidupan. Separuh lagi di sisi dingin kematian.
Otakku, merasakan hawa kehidupan, meresapkn
secercah keberanian, tapi pelukan dingin kematian,
seolah-olah enggan membiarkan aku hidup. Rasa takut
yang teramat sangat membatasi gerakku. Perasaan
dingin dari arah belakang, ketakutan meninggalkan
masa lalu, kebekuan dari arah kiri, jawaban-jawaban
buruk dari segala yang ku tanyakan, dan jawaban dari
ketidaktahuan atau prasangka saja, kabut tebal dari
arah kanan, mataku tak bisa mengetahui apa yang ada
dalam kabut itu, seolah-olah aku takut, dan dari arah
depan, dimana secercah harapan bertempur hebat
dengan keputus asaan. Ya, seperti sebuah de javu aku
kembali harus bertemu dengan secercah harapan dan
rasa putus asa. Dan ini bukan cerita ibuku lagi, dimana
akulah yang memperjuangkan kehidupanku, dimana aku
membuat do‟a untuk mengalahkan setan yang ada
dalam nafasku. Otakku mengatakan, “inilah hidupku,
hidup itu sebuah pilihan, dan itu simpel , kita ambil
keputusan dan jangan pernah menyesalinya. Jalani
yang telah diputuskan, kelak syukur akan kau
panjatkan kepada-Nya..”. Namun, hatiku mengatakan
enggan. Perasaan buruk akan sebuah perkataan otak,
menjadi sebuah pengingkaran yang tak semestinya
ada.
Sekali lagi, Tuhan Maha segalanya. Di jurang kematian
yang curam dan sunyi itu, dimana aku hanya sendiri,
tanpa penjagaan setia ibuku, Tuhan menyelamatkan
aku. Rasa pengingkaranku akan keberadaan-Nya
runtuh, di kesombonganku, aku mengakui aku butuh
Dia. Rasa sayang-Nya memelukku erat seperti dulu,
ketika aku selamat dari cengkraman separuh nafas.
Aku melangkahkan kakiku, meninggalkan jurang
kematian menuju taman langit kehidupan. Nafasku
kembali normal, jiwa dan ragaku terasa hidup. Masa-
masa kritisku telah lewat, rasa muak akan kehidupan,
seperti kala ditinggal kekasih tercinta, rasa jijik
menghirup nafas seperti kala kekasihku
meninggalkanku, berubah seperti katak yang keluar
dari tempurung. Dari kesempitan dan kebodohan yang
telah kronis melekat. Dan itu semua telah berganti.
Inilah sesungguhnya kehidupan. Aku melihat wajah-
wajah menyambut kehidupanku. Wajah-wajah asing
yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Aku seperti
bayi yang baru lahir, saat kalian tertawa, akulah yang
menangis.. tawa kalian adalah simphoni indah
penyambutanku. Tangisanku adalah harapan
kebahagiaan bagi kita semua.
Hari berganti hari, banyak hal yang tak ku mengerti
terjawab. Garis tanganku, yang telah Dia gariskan,
aku telah mengerti. Kini, aku sadar kenapa aku
dipisahkan dari sang hawa, kenapa aku selalu menjaga
jarakku dengannya, dan kenapa aku bisa selamat dari
hawa dingin malaikat kematian. Terima kasih Tuhanku,
Allah SWT.
(Thanks to : Allah SWT )
Dia adalah Dekat
Prolog : “Bilakah datangnya pertolongan Allah?"
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat
dekat.…”
Terkadang, kita
selalu merasa
sombong. Merasa
kalau ketika ada
masalah, kita tidak
pernah bersyukur
atas masalah
tersebut. Kita tidak pernah merasakan pertolongan
Tuhan kala itu, padahal, bila kita telaah lebih
dalam,kita bisa merasakan betapa sayangnya Tuhan
kepada kita.
Sebuah kisah, ketika ayahku terkena stroke saat
bulan Ramadhan 2011, aku merasakan down yang
teramat sangat. Dimana keadaan masih berpacu
dengan kuliah dan juga tugas lainnya. Keadaan rumah
juga masih bereforia dengan baru menikahnya
mbakku, tapi Dia memberikan ujian dengan jatuhnya
ayahku terkena stroke. Aku tahu kalau ayah punya
riwayat darah tinggi yang panjang, punya
kecenderungan makanan yang tidak sehat, perokok,
egoisme yang besar dan juga pemarah, namun aku
tahu kalau beliau punya kekuatan tubuh yang kuat.
Sakitnya Beliau terjadi di bulan ramadhan, tepat saat
mbakku dan mas Lutfi pulang ke rumah untuk sekedar
melepas rindu. Aku yang mendengar kabar sakitnya
beliau kaget, waktu itu, aku dapat smsnya malam hari.
Besok paginya aku langsung pulang ke Batang, padahal
aku dalam menunggu kepastian akan ujian Geoan.
Sesampainya di Batang, aku menuju ke ruang ICU
RSUD Batang, wah, di ruang ICU, berarti gawat
banget dong? Itulah yang ku pikirkan. Betapa tidak
aku menjadi berfikir negatif kepada Dia, bagaimana
tidak. Kami baru saja menyelenggarakan pesta
pernikahan mbakku yang berarti sebelumnya
menghabiskan banyak dana, lalu bagaimana tidak aku
harus melobi dosenku untuk menunda ujian geoan,
bagaimana tidak, mbakku dan ibuku harus
meninggalkan pekerjaannya sementara buat
menunggui bapakku, bagaimana tidak, aku harus
menunda bahkan mungkin membatalkan untuk masuk
bisnis Orion, dan bagaimana tidak, bila membayangkan
bapak tidak bisa apa-apa lagi, semuanya menjadi
bilangan-bilangan negatif yang berseliweran di
kepalaku.
Ramadhan, 17. Sebuah ayat turun kepadaku : “Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga,
padahal belum datang kepadamu (cobaan)
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum
kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-
macam cobaan,) sehingga berkatalah Rasul dan orang-
orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya
pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu amat dekat.…” (QS: Al-
Baqarah 214). Pertolongan Allah amat dekat, ya itu
kata yang terngiang benar dalam hatiku. Meski aku
agak susah buat melaksanakan shalat saat itu, tapi
aku percaya bahwa pertolongan Allah amat dekat.
Dan, setidaknya 70% amanahku tercapai.
Ramadhan, 19. Surat-Nya menyejukkan hatiku, Dia
berkata : “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan.”(QS :AlamNasyrah 5-6).
Dia meyakinkan aku, bahwa dalam satu kesulitan akan
ada 2 kemudahan, dan pasti badai itu akan berlalu.
Aku membuka hatiku kepada-Mu ya Allah, sudah
sepantasnya aku begitu. Terlalu muluk aku merasa
sombong. Dan bila aku telaah lagi kejadian awal
sakitnya bapak, betapa Dia telah menolongku. Andai
saja ketika bapakku terkena stroke, ibuku, mbak peni
dan mas lutfi tidak sedang di rumah, apa yang akan
terjadi? Atau, kalau pun mereka di rumah, tapi andai
saja ibu tidak bertanya kepada ayahku dan tidak
menyadari jawabannku ayahku yang tak jelas, dan
andai ibuku tak menghampiri ayahku yang waktu itu
duduk tiada berdaya, apa yang akan terjadi?
Andai maswik tidak perasa, kalau di rumah sedang ada
masalah besar, apa yang akan terjadi? Andai waktu
itu tak ada becak yang bisa dipakai buat mengantar?
Atau kalau pun ada, andai waktu mengantar ke RSUD
ada kejadian yang tak diharapkan terjadi. Bagaimana
nanti?
Atau kembali awal, bagaimana jika andai bapakku
terkena stroke sebelum dia sampai di rumah dan
sedang dalam perjalanan pulang sehabis beli iwak
manuk?
Andai.. andai.. dan andai. Tapi semua pengandaian itu
sirna, lihatlah betapa sayangnya Dia kepadaku, kepada
keluargaku, kepada bapakku dan juga kepada kita
semua. Lihatlah, betapa dekatnya Dia menolongku,
menolong keluargaku, menolong bapakku, menolong
kita semua, sampai kita sendiri tak terasa ketika
ditolong-Nya. Sungguh maha segalanya Dia.
Hari-hari di rumah sakit adalah hari-hari yang
memuakkan. Kami seperti camping, banyak nyamuk,
mirip juga dengan barak pengungsian. Tapi, bila
ditelaah, betapa sayangnya Dia kepadaku. Aku
diberinya hiburan disamping kesulitan. Betapa lucunya
melihat nenek-nenek yang sepengungsian denganku,
dengan santainya merokok yang disebutnya ngampret.
Betapa pingin ketawanya, melihat pasien di sebelah
ranjang bapakku, walau sakit komplikasi tiga macam,
tetapi malah misuh-misuh tidak jelas. Walau dia ingat
Yang di atas sana, tapi mulutnya tetep aja bau hewan.
Atau betapa lucunya, mendengar ibuku bercerita
kalau teman sepengungsian kita, suaminya sakit,
tetapi ketika nama asli suaminya dipanggil oleh
petugas buat menemui keluarganya, sang istri malah
bingung dan tidak menjawab panggilan petugas.
Kenapa? Karena sang istri lupa nama asli sang suami.
Jadi dia tak menyahut ketika nama suaminya
dipanggil. Ada-ada saja.
Rumah sakit seperti kotak drama, dimana walau ada
kesedihan namun juga ada kelucuan. Ada hikmah
dibalik musibah. Di rumah sakit aku sadar, betapa
drama kehidupan sangatlah singkat. Dimana hati miris
melihat seorang ibu, menangis histeris melihat nafas
anaknya yang baru berumur 3 bulan habis. Betapa
sedihnya, sang istri yang lupa nama suaminya harus
menhan pedih ketika sang suami mengakhiri
perjuangannya dan menghadap Sang Kuasa. Semua
adalah pemain kotak drama rumah sakit.
Hari berganti hari, tak terasa ramadhan hampir
berakhir. Aku melewatkan hampir separuh bulan puasa
ini di rumah sakit. Dan tensi ayahku perlahan-lahan
turun walau belum terlalu stabil. Gerak tubuh ayahku
pun masih belum terlalu kuat, terutama bagian tubuh
sebalah kanan yang diserang. Tapi, kami memutuskan
untuk menjalani rawat inap. Pertimbangannya, selain
biaya, kami terutama bapakku sudah tidak betah di
rumah sakit. Kami juga sudah menyiapkan pengobatan
alternatif sebagai solusi. Kami tahu, obat dari dokter
tidak terlalu efekti untuk mengobati bapakku. Maka
dari itu, kami mengombinasikan obat dokter dan juga
obat alternatif.
Hari-hari setelah keluar dari rumah sakit pun,
bukanlah hari-hari yang mudah. Emosi dan ingatan
bapakku yang belum stabil, terkadang membuat
masalah di malam hari. Ada keputus asaan dalam
diriku, apakah ini akan berakhir? Dan Dia memberiku
jawaban : Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung
(Ali Imran : 200). Disaat aku habis kesabaran, Dia
menyuruhku untuk terus bersabar dan menambah
kesabaran. Kesabaran tanpa batas yang dia harpkan
kepadaku.
Bulan berganti bulan, bapakku sedikit demi sedikit
beranjak membaik. Kini beliau sudah bisa bekerja
walau belum terlalu full. Dokter memvonis beliau tidak
boleh makan sembarangan, tidak boleh merokok, tidak
boleh berfikir terlalu berat dan marah-marah. Kini,
beliau lebih menghargai akan kehidupannya, akan
sangat berharganya keluarganya.
Dan sekarang, bagiku, aku bersyukur akan ujian ini,
betapa aku bisa menyelesaikan amanahku walau hanya
70%, aku bisa membersihkan harta orang tuaku
melalui zakat mereka yang dilewatkan padaku. Aku
bisa lebih memahami betapa Allah maha tahu cara
mendewasakan diriku.
Andai, peristiwa itu tak ada. Tak kan ada kehangatan
kekeluargaan yang lebih baik dari ini. Tak ada
matahari yang bersinar lebih hangat dari ini. Badai
memang sedang akan berlalu. Matahari kini telah
berganti. Kami berdiri tegak menghadapi badai ini.
Karena kami yakin, sesudah kesulitan akan ada dua
kemudahan. Badai pasti berlalu....
Epilog : “kini, tiap kali melihat senyum di wajah
bapakku, di wajah ibuku, di wajah mbakku, aku
menyadari, betapa berharganya kebahagiaan bisa
bersama mereka. Dalam senang atau pun susah, dalam
dunia atau pun akhirat..”. “Dan apabila hamba-
hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.” (QS:
Al-Baqarah 186)
Kurang dari 100%
Sering kita menjumpai
bahwa 100% untuk Tuhan,
dan sisanya untuk kita.
Berapa sisanya? 99, 98,...
atau berapa? Ku ingat
lagi, bahwa kita punya
99% dari 100% itu.
Bagaimana pun Tuhan
tidak akan merubah kehidupan kita sebelum kita yang
merubahnya, dalam arti lain kita bisa punya 100%.
Namun tetap 100% itu milik Tuhan, karena Dia tak
ada bandingannya di dunia ini. Kadang, kita sangat
kesal karena kita hanya bisa 99% dan gagal 100%
karena diambil oleh-Nya 1%, namun aku ingin
bercerita bagaimana kehilangan lebih dari satu persen
itu indah buat kita.
Sebuah kisah.
Ketika Porsajur 2011, aku menghadapi lawan yang
sangat ku kenal, anak kimia angkatanku. Satu hal, aku
tak pernah kalah lawan dia dalam beberapa kali
latihan, namun anehnya, aku justru kalah saat
bertemu dia di final, dan itu 2 kali sekaligus.
Bagaimana tidak kecewa? Aku kalah oleh lawan yang
biasa aku kalahkan. Padahal, aku punya peluang 99%
menang.
Kecewa? Jelas. Kekalahan yang menyakitkan. Namun,
aku beruntung. Jika seandainya aku menang kala itu,
namaku akan besar di MIPA dan itu berbahaya bagiku
di kemudian hari. Kalau pun aku kalah, aku tahu
dimana letak kekuranganku. Kekalahanku berbuah
banyak prestasi di kemudian hari.
Sebuah kisah..
Dahulu, ayahku adalah orang yang cepat sekali
pemarah dan agak ringan tangan. Kondisinya saat itu,
beliau 100%, bahkan mungkin lebih. Beliau punya
kekuatan fisik yang luar biasa, tidak mudah sakit
walau malam-malam hanya bertelanjang dada, pernah
jatuh dari motor, luka lumayan parah, namun bisa
pulang sendiri tanpa di antar orang lain, melawan rasa
sakit pada kepala, dan lolos dari itu, padahal saat itu
tensinya mencapai 200 lebih. Dan, banyak hal lain
yang menjadi kelebihan beliau tentang kekuatan
fisiknya. Namun, dibalik kekuatan fisiknya, beliau
merupakan orang yang keras terhadap keluarga jika
sedang marah, ringan tangan, dan egois. Ini sifat
buruk beliau, dari sifat baik yang ada pada dirinya.
Semua kekuatan yang mencapai 100% itu rubuh, kala
beliau terserang stroke pada Agustus 2011. Aku yakin
pada kekuatan beliau, kalau beliau dapat pulih 100%,
hari berganti hari, beliau pun beranjak membaik.
Namun, dalam pemulihannya, kekuatan beliau belum
bisa pulih 100%. Beliau belum bisa berjalan secepat
orang normal, belum bisa berbicara sejelas dulu,
masih sering lupa dan kekuatannya, belum sehebat
dulu. Ada kesedihan dalam hatiku, ketika melihat
beliau yang seperti ini. Seburuk-buruknya beliau,
tetap perasaan sayang dan cintaku kepadanya tidak
bisa dibohongi. Namun, suatu hari, ibuku memberikan
jawaban bijak tentang semua ini.
Ibuku bercerita, ketika itu, ibuku menonton tayangan
curhat dari hati ke hati bersama mama dedeh, ada
suatu jawaban luar biasa dari tayangan tersebut.
Dalam tayangan itu, ada seorang ibu yang mengalami
hal sama dengan ibuku, bahwa suaminya terkena
stroke, dan belum bisa pulih 100%, dan yang lebih
mengejutkan lagi, sifat suaminya hampir sama dengan
sifat ayahku. Apa jawab mamah dedeh? Jawaban
bijak darinya, bahwa hal tersebut adalah nikmat yang
tersembunyi. Allah sengaja mengambil beberapa
persen dari kekuatan suaminya, Allah mengambil
sedikit tenaga yang ada pada tangannya, agar
suaminya tidak lagi memukuli istrinya, Allah
mengambil sedikit kekuatan ingatannya, agar tidak
lagi memikirkan hal-hal yang buruk kepada istrinya,
Allah mengambil sedikit kejelasan dalam intonasinya,
agar tidak mengucapkan kata-kata kasar lagi pada
istrinya, dan Allah mengambil kekuatannya, sebagai
teguran dan kasih sayang-Nya pada suami dan
istrinya..
Dan kini, suaminya menjadi lebih baik daripada dahulu.
Walau harus kehilangan beberapa persen dari
kekuatannya, kebahagiaan tak lah harus lahir dari
segala yang 100%. Keluargaku pun, menjadi lebih
harmonis daripada dahulu. Dia mengirimkan jawaban
dengan cara yang begitu indah.
Bersyukurlah, walau Allah mengambil beberapa
persen dari kita, jika kita ikhlas dan sabar, Dia akan
mengganti lebih dari 100% dari yang kita miliki.
Thanks to : Allah SWT.
Teruntuk : Bapakku, Gito Kisworo.
Malaikat Kecilku
Prolog : “ketika aku
masih di alam sana, alam
tempat nyawa masih
melayang bebas, alam
rahim, aku merasakan
kesenangan disini.
Seolah-olah enggan aku
beranjak pergi dari sini.
Suatu hari, Dia
memanggilku,
mengatakan bahwa aku harus bersiap-siap. Membawa
segala pakaian bakat dan topi perasaanku. Memakai
jubah akalku, aku bertanya kepada-Nya, “kenapa aku
harus bersiap-siap?”. Dia menjawab, “karena Aku
telah memilihmu untuk diri-Ku, bersiap-siaplah,
karena kau akan Ku turunkan ke dunia”. Aku bertanya
lagi, “aku tak mengerti apa pun tentang dunia, dan lagi
aku akan menjadi kecil dan lemah, apakah aku akan
bisa turun ke dunia?”. Dia menjawab, “ kau bisa
dengan kehendak-Ku”. Aku kembali bertanya, “aku
akan jadi kecil dan lemah, adakah yang akan
menjagaku sebelum aku jadi besar dan kuat?”, Dia
menjawab, “ada”. Aku kembali bertanya,”aku akan
menjadi kecil dan lemah, adakah yang akan mengajari
aku menjadi besar dan kuat?”. Dia menjawab, “Ada”.
Aku lalu bertanya,”siapakah yang akan menjaga dan
mengajariku Tuhan?”. Dia menjawab,”seorang
malaikat.”. aku kembali bertanya, “siapakah nama
malaikat itu Tuhan?”. Tuhan pun menjawab, “Malaikat
itu bernama IBU”.
22 Desember lalu, kita merayakan apa yang namanya
hari ibu. Selalu dan selalu temanku yang bernama Ika,
menanyakan kepadaku, apa arti ibu bagiku? Aku hanya
jawab, “malaikat”. Ya, bagiku, ibuku adalah seorang
malaikat. Yang menjagaku dari kecil hingga sekarang
sebesar ini.
Malaikat kecilku itu, bernama ibu Kunanik. Seorang
malaikat kecil yang diutus untuk menjagaku. Betapa
sungguh, ibuku sangat menyayangiku sejak aku kecil
hingga sekarang. Beliau bekerja di pabrik Mikimoto,
sebagai seorang buruh. Walau begitu, aku tak pernah
merasakan malu atau sungkan kepada teman-teman
mengenai pekerjaan ibu, justru ada suatu kebanggaan
besar dalam diriku, betapa tidak, seorang buruh
pabrik, namun mampu menyekolahkan kedua anaknya
sampai ke perguruan tinggi. Sebuah hal yang sangat
luar biasa. Tak sedikit orang tua yang punya
pekerjaan yang lebih bergaji besar, namun tak bisa
menyekolahkan anaknya, dan tak banyak buruh-buruh
lain yang bisa menyekolahkan anaknya sampai ke
perguruan tinggi. Inilah rahmat Allah kepada ibuku.
Sebagai seorang ibu, beliau terlahir bertanggung
jawab dan sangat mencintai keluarganya. Betapa tidak
selalu dan selalu beliau berusaha menjaga agar rumah
tangga kami utuh selamanya. Beliau selalu rela
berkorban demi anak-anaknya. Sejak kecil aku
ditanamkan oleh beliau sifat-sifat yang baik, masih
jelas aku ingat, ketika ibu menasehatiku kalau
mengalah itu bukan berarti kalah, biasanya itu ketika
aku bertengkar dengan kakakku. Atau, kala beliau
melarangku, untuk tidak merokok, dan sampai
sekarang, aku belum pernah tersentuh yang namanya
merokok. Aku tahu, sebenarnya amarah ibuku,
larangan ibuku, adalah sebuah bahasa lain dari kasih
sayangnya kepadaku. Aku pernah dilarang bermain di
bendungan, di pantai, walau akhirnya aku tetap nekat
pergi juga dan dimarahi, namun aku tahu, beliau
sayang kepadaku.
Sebuah kisah.
Dulu, aku pernah menghilangkan sebuah benda yang
sangat-sangat berharga. Ada ketakutan dalam hatiku,
aku merasakan sangat dan sangat ketakutan kalau aku
akan dimarahi. Bagaimana tidak, aku menghilangkan
barang yang sangat berharga dan mahal harganya,
namun ketika aku berbicara jujur tentang hal itu,
ibuku malah berkata, “kamu tidak apa-apa kan de, gak
usah khawatir yang penting kamu sekarang tidak apa-
apa, barang itu masih bisa diganti, namun jika kamu
yang kenapa-kenapa, gak kan ada yang bisa ngganti.
Tidak ada di dunia ini yang jualan umur..”. sungguh,
aku menangis kala itu, bukan karena takut, namun
karena aku merasakan belaian lembut ibuku
menyentuh dinding nuraniku, perasaan cinta dan
sayangnya yang begitu mendalam menyelimuti hawa
takut dan dinginku menjadi hangat akan cinta. Dan,
aku menangis, terharu dalam kebiruan.
Kasih ibu itu sepanjang jalan, ketika anaknya berbuat
nakal atau membuat marah pun, ibuku tetap
menyayangiku. Ketika dulu aku ngambek dan minta hal
yang tak wajar, ibuku pun tetap sabar kepadaku.
Ketika kondisi rumah dalam keadaan kritis, ibuku pula
yang paling optimis semua bisa selesai. Ibuku selalu
berkata, bila saja bisa, dia rela kalau nyawanya
ditukarkan dengan nyawa anaknya…
Dan sekali lagi, aku menangis terharu dalam sepiku.
Ibuku adalah semangatku, ketika aku jatuh. Ketika
prestasiku tak kunjung membaik, ibuku selalu
yakinkan kalau aku sudah lakukan yang terbaik dan
aku bisa jadi yang lebih baik dari ini.
Banyak hal yang aku pelajari dari ibuku, caranya
menyayangi anaknya, sifat pantang menyerahnya,
sifat rela berkorbannya, rasa cintanya yang sangat
mendalam kepada keluarganya.. dan sifatnya yang
melawan keterbatasan.
Sekarang, tiap senyumannya adalah bahagiaku. Aku
selalu berusaha agar dia tetap tersenyum, sedemikian
pula dia selalu membuatku tersenyum.
Epilog : “dan malaikat kecilku kini bertambah rapuh,
termakan rayap usia, namun sayang dan cintanya tiada
pernah rubuh oleh badai waktu. Kini, giliranku untuk
menjaga malaikat kecilku, membawanya terbang ke
tangan-Nya yang sesungguhnya. Dan malaikat
kecilku…adalah harapan terbesarku..”
Boneka Gedhek-Gedhek
(sebuah cerita..)
Prolog : “awal aku bertemu, aku malu-malu untuk berkenalan, aku tidak biasa berkenalan dengan cewek, rasanya gemetar..”
Namanya Nur Khofifah,
aku bertemu dengan dia
ketika kelas XII. Hmm…
kalau tidak salah akhir
mei 2009, tepatnya
tanggal 30. . Masih ingat, waktu itu ku kenalan dengan
dia di perpustakaan umum batang, yang ngenalin aku
dengan dia ialah Sita, temanku smp dulu. Eh, waktu
kenal,, namanya Inung. Owh.. ternyata belakangan aku
tahu, kalau Inung itu nama sapaan buat dia. Anaknya
enak, santun, cerdas, manis dan penuh semangat.
Pertama aku kenalan dengan dia, dia tersenyum..
manis banget...
Ya, akhirnya aku ajak dia dan Sita jalan-jalan, aku
ngajak temanku juga, namanya.. Supranoto. Biasa
dipanggil kampran. Hari itu, kami bersepeda ke
kramat, di waduk kedung ombo Batang. Walaupun
cuma beberapa jam saja, aku bisa belajar banyak dari
dia.
Esok paginya, kami bersepeda lagi ke Sigandu. Aku
ajak dia mengelilingi sedikit kota Batang yang cukup
cerah. Kami ke pasar tiban, di sana kami bertemu
dengan temanku Novi, wah.. sempat dikira yang tidak-
tidak antara aku dan dia oleh Novi. Aku ajak pula dia
melihat stadion Muhammad sarengat, yang tak
terawat, hehehe.. di sini, kali pertama aku melihat dia
naik sepeda federalku..^_^. Aku ajak dia main ke
rumahku juga. Kami bermain apa yang namanya
bridge,jujur, aku gak terlalu paham apa itu, tapi aku
tahu, itu menarik buat dipelajari. Biasanya aku cuma
bermain poker, butuh waktu buat aku untuk mendapat
izin bermain kartu dari ibuku, katanya sih haram.
Kalau buat aku sih, biasa saja, asal gak pakai uang
ajah.
Menit berganti menit, waktu terasa cepat sekali
berlalu. Jam sudah menunjukkan hampir pukul 11. Aku
sempat mengenalkan dia dengan mbakku, dan dia
disambut dengan hangat.
Dan semua selesai, dia disini cuma 2 hari saja. Ada
sebuah kehilangan ketika dia akan pulang, seperti
kehilangan sesuatu yang telah lama aku genggam.
Seiring berjalannya waktu, aku kan dan pasti akan mengenal dia. Inung lahir 23 Februari 1992. Secara otomatis dia
berzodiak pisces. Jujur, aku sejak SD kagum sekali
dengan cewek pisces , ada sebuah alasan yang terlahir
pada masa-masa aku SD. Kali pertama aku suka cewek
waktu SD, dia berzodiak pisces. Cewek pisces mempunyai daya pesona yang luar biasa, biasanya
mereka terlahir dalam keanggunan dan kecantikan
yang natural. Mereka terlahir cerdas dan punya sifat
semangat dan pantang menyerah.
Inung tinggal di kaliwungu, kendal, lebih tepatnya di
Perumahan Kaliwungu Indah. Aku dulu pernah janji
buat main ke rumahnya. Kali pertama aku ke rumahnya
adalah pas aku melakukan registrasi mahasiswa
UNNES. Sebelum aku ke rumahnya, aku sempat ke
Gramedia buat beli‟in dia buku, karya Raditya Dika,
yang judulnya “Cinta Brontosaurus”. Entah dapat
inspirasi darimana aku ingin beli‟in dia buku. Mungkin
ya, karena bagiku dia istimewa.
Kali pertama aku ke rumahnya, aku bersama temanku
Afif. Dengan jaket anti angin, yang katanya Afif
nutupi spion, okelah, kita berangkat ke Kaliwungu.
Tidak terlalu sulit buat menemukan kompleks
perumahan Kaliwungu Indah, walau tidak ada plang
nama perumahan di gerbangnya, namun yang sulitnya
adalah, kala aku mencari rumahnya. Dari gerbang
perumahan dia bilang lurus lalu belok kiri kemudian
kanan, okelah, aku turuti. Eh, ternyata, kami kembali
ke tempat semula??? Ha??? Aku minta diulangi
petunjuknya, eh, ternyata masih sama. Si Afif udah
uring-uringan lagi, capek katanya. Dia bilang, “minta ancer-ancernya saja jef, dekat apa..”. Inung
menjawab kalau dekat dengan TPQ dan gangnya ada
patung garudanya. Akhirnya, kami mencari TPQ dan
gangnya saja, eh, sebelum ketemu, kami udh ketemu
dengan dia duluan.. untung-untung.
Kali pertama aku masuk rumahnya, rasanya aku
nervous banget. Jujur, aku gak terbiasa main ke
tempat cewek. Paling banter hanya ke tempat I‟ana.
Kami mengobrol banyak hal, tentang kuliah, tentang
apalah, sampai akhirnya waktu memisahkan kami. Pukul
setengah 9, aku dan Afif pamit pulang. Aku merasa
ada kekaguman dia padaku, namun aku justru takut
dia kagum denganku.
Ada banyak hal yang ku kagumi dari dia, semangatnya..
selalu saja aku kalah dari semangatnya. menurutku,
meskipun dia lebih muda setahun dari aku, tapi aku
rasa dia lebih bijak. entahlah.. mungkin karena dia
anak pertama sedang aku anak kedua.
Ada banyak hal yang ku suka dari dia, manisnya,
suaranya, keceriaannya, ya, tipe orang berzodiak
pisces memang seperti itu. Dia juga lembut
menurutku, mungkin ada satu kesamaan antara dia,
mungkin dia pun tak sadar, kalo aku dan dia.. sama-
sama dilindungi-Nya.
Aku sempat kaget ketika dia punya pacar, mas falah
namanya. Dulu, dalam pikiranku, hampir tak mungkin
dia berpacaran, entahlah, yang penting sekarang dah
putus, hehehe...
Hari berganti hari, aku dan dia bertambah akrab.
Entahlah, setelah tidak adanya I‟ana, seperti ada yang
menarik aku padanya. Walau dalam hatiku selalu ada
I‟ana, tapi di dalam keseharianku juga masih
memikirkan Inung. Ada sebuah dualisme yang punya
tempatnya masing-masing. Aku tahu siapa yang aku
cintai dan aku tahu siapa yang aku kagumi.
Sering aku sms dan telfon dia, sekedar buat
komunikasi dan menjalin silaturahmi. Bagimana pun
semua terjadi karena terbiasa. Banyak momen-momen
antara aku dan dia, kala aku main ke rumah dia sendiri
dan tidak dengan temanku, kala aku mengantar dia
pulang setelah monev PKM, kala aku, dia dan Sita
bersepeda bersama-sama di UNNES, dia rela jauh-
jauh datang ke UNNES.
Special moment #1. Kala dia dan Sita datang jauh-jauh ke UNNES buat bermain bersamaku.
Aku tak tahu sebenarnya yang berkepentingan buat
ke UNNES, dia atau Sita, Sita bilang Sita punya perlu
untuk cari tahu tentang info SNMPTN, padahal aku
sudah bilang, kalau sekarang sistemnya online jadi
semua bisa diakses melalui internet, tapi ya, sudahlah,
dan mereka pun ke sini pagi sekitar jam 8-an. Ini kali
pertama aku melihat Inung pakai celana biasanya
pakai rok,hehehe..
Jujur, sebenarnya bingung mau ngapain? Atau mau
bagaimana? Tadinya aku mau mengajak Afif buat
nemenin aku, berhubung dia ada kepentingan, ya
sudah, aku yang hadapi sendiri.
Aku mengajak kalian berdua bersepeda di sekitar
UNNES. Ya, untung kita bisa pinjam sepeda. Kau
terlihat manis hari ini, aku mesti berterima kasih
kepada Sita, karena dia ngajak kau buat ke sini. Dan
dia pulalah yang bayarin makan kita, padahal
seharusnya aku yang bayarin. Aku mengajak kalian
melihat kamarku, jelek memang, padahal udah sempat
ku rapikan dikit, hehehe.. untung sebelumnya aku
sudah sempat pinjam laptop, jadi kalian bisa sedikit
terhibur dengan film 3 idiots . hujan pun turun, kalian
terhambat pulang. Setidaknya aku masih bisa melihat
wajah manismu lebih lama. Makasih sita. Dan ada satu
pertanyaan : “siapakah yang sebenarnya berkepentingan..?”. Special moment #2 Kala aku memberinya kado ultahnya yang ke-19. Sekali lagi aku tak tahu, dapat inspirasi darimana buat
memberi dia kado. Dan itu ada jauh-jauh hari sebelum
dia ulang tahun. Beberapa bulan sebelum dia ultah,
aku coba cari tahu tentang apa yang dia suka. Tadinya
aku mau beri dia boneka Doraemon, tapi kata
temannya, madya, Inung itu orangnya dewasa, jadi
kalau aku beri dia boneka, kesannya mengkanak-
kanakkan dia. Kemudian, aku berfikir buat beri dia
jam, eh, dia udah punya jam. Kan aneh kalau memakai
jam dua sekaligus,hehehe.. aku mau beri buku, aku
sudah pernah. Sampai akhirnya aku putuskan untuk
beli La Tahzan, beberapa hari setelah itu aku dapat
info, kalau Inung lagi demen baju batik warna merah
maroon. Kalau tidak salah, aku dapat info dari Sita.
Langsung saja aku begerak, berhubung aku tidak tahu
mode, aku harus mengajak cewek buat bantu milih,
tadinya aku mau pesan temanku yang jualan batik, tapi
setelah tahu kalau ambilnya di johar, ku gak jadi. Yah,
gak ada istimewanya dong... akhirnya aku putuskan
untuk beli di grosir pekalongan. Aku mengajak ibuku,
beliau juga pingin beli batik. Aku tidak bilang kalau
aku beli batik buat ngado Inung, sungkan,hehehe..
memang aku agak tertutup kalau masalah cinta.
Setelah berputar-putar aku akhirnya dapatin juga
baju yang lumayan sesuai, agak bingung juga milih
ukurannya, akhirnya aku sms Madya, tanya ukuran
baju Inung apa? Dia jawab, “S”, ha?? Masa sih
sebegitu kecilnya Inung? Akhirnya aku pilih „M‟ saja,
kalau pun kegedean kan bisa dikecilin, beda kalau
kecil. Ibuku membelikan aku pasangan dari baju yang
aku belikan untuk inung, jadi beliau membelikan aku
kemeja batik warna merah maroon juga. Setelah
selesai membeli baju, tinggal memikirkan bagaimana
cara memberikannya kepada Inung. Aku jujur gak
berani kalau memberikan langsung. Aku lalu minta
tolong Sita, beruntungnya dia sekarang lagi
berdomisili di Kaliwungu. 4 hari sebelum ulang
tahunnya, aku mengajak Sita ketemuan buat nyerahin
kadonya ke Inung, jadi Inung satu-satunya cewek
yang aku beri kado dua sekaligus. Makasih ya sita.
Ada gambar dalam kado tersebut, ada pesan dalam
bungkusan tersebut dan semuanya untukmu Inung.
Selamat ulang tahun yang ke-19....^_^.
Special moment #3 Kala gantian dia yang mengado aku. Andai bisa memilih, aku tak ingin dapat kado di
ultahku yang ke-20. Bagiku, aku udah selesai di umur
yang ke-19. Andai boleh memilih, aku ingin namaku di
tulis Mahendra Kisworo Jefri setelah umurku yang
ke-19. Ulang tahunku yang kali ini memang special
karena adanya pesta pernikahan Mbak peni yang
bertepatan dengan ulang tahunku. Dan Inung,
memberiku kado kecil,
Isinya sebuah kemeja,
yang dari dulu pingin aku
beli. Tahu saja kau..^_^.
Namun ada suatu hal yang
membuatku kagum, kau rela
jauh-jauh datang ke kosku
buat ngasih kado itu. Walau
tanggalnya kecepeten,
walau kita belum bisa
ketemu, namun aku
acungkan 4 jempol (tambah
2 jempol kaki,hehehe..) buat kamu Inung. Makasih ya..
Ada pesan dalam kado, dan ternyata baju itu memang
pas buatku, saking pasnya aku rasa badanku jadi
membesar, atau bajunya yang kekecilan yah?
Entahlah,, hehhehe...
Dan.. ini suatu deja vu saat aku merayakan umurku yang ke-18. Kenapa ya aku harus menolaknya saat itu?
Aku tak tahu banyak tentang masa lalu dia, yang jelas
aku tahu, dia dulu alumnus SMA N 1 Kaliwungu dan
kini sedang menempuh pendidikan di PGSD mangkang
UNNES. Sebuah jurusan yang cocok buat dia, dia
sangat menyukai anak-anak, ketika kali pertama dia
memberiku foto, juga foto bareng anak-anak. Dia
suka sekali makan tela-tela (jadi inget sesuatu..) jamur crispy, ikan belut, sayur daun singkong dan juga
kelengkeng. Dari makanan yang dia suka semua bisa
diterjemahkan ke lidahku kecuali sayur daun
singkong,hehehe.. aku tak tahu kenapa dia suka warna
hijau, sedang aku suka warna biru dan hitam. Dulu aku
suka warna hijau, tapi tak terlalu, itu karena aku
sering bermain di lapangan rumput, jadi aku suka
warna hijau.
Kadang aku berfikir, apakah aku pantas disandingkan
dengan dia? Dalam perjalanannya, aku memang tak
mengalami kesulitan ketika serius untuk benar-benar
bertemu dengannya, namun aku tak mau merusak
sebuah catatan antara aku dan dia dengan cara aku
punya perasaan kepadanya. Ada sebuah batas antara
aku dan dia, ada suatu perbedaan sangat mendasar
antara aku dan dia, dan masih ada orang lain di hati
kami masing-masing.
Aku pernah bercerita kepadanya kalau aku punya
nama panggilan di setiap generasiku, ketika SD, ada
yang memanggiku, unto, aku gak bisa cerita asal mula
nama panggilan itu, waktu SMP ada yang manggil aku
jiwar, dan parahnya di SMA, aku dapat nama panggilan
sammy. Itu pas aku kelas XI. Tapi dari sekian nama
itu, nama unto lah yang paling sering aku dengar,
soalnya teman-temanku di kampung kada manggila aku
begitu. Dulu dia juga cerita kepadaku, kenapa di
panggil Inung, alasannya ya karena pas kecil dia tidak
bisa bilang „r‟, malah jadi „n‟, aku juga gak bisa bilang
„r‟ Cuma iya jadinya „L‟ bukan „n‟,hehehe... dia juga
bercerita kalau waktu SD dia dipanggil boneka gedhek-gedhek oleh teman-temannya. Gak tahu
kenapa?
Begitulah antara aku dan inung, bagiku dia juga
istimewa. Ada suatu impianku untuknya andai Tuhan
mengizinkan.
Chorus :
Ada satu yang ingin ku ucapkan padanya :
“kehadiranmu, menjadi bagian dari kehidupanku. Darimu aku banyak belajar sesuatu. Sekarang atau yang akan datang, tetap tak kan berubah. Dan aku tahu, ada yang ku rasa tentangmu.” ......................... Thanks to : Madya Prihastini & Nur Sita Mar’atun.
Lirik
Lagu itu seperti gadis, terasa indah
dalam hati.. membuatku terpesona
akan nada dan liriknya..
Persembahan
jefrianalogica.blogspot.com
Aku Milikmu
Terdengar lirih bisikanmu, diantara bayang-
bayangmu..
terucap kata cinta yang dulu tersimpan
dan tak mau pergi…
Sekejap cinta yang terjalin dan menjadi sebuah
cerita..
Yang tak mungkin terlupa dan tak mau pergi…
Mungkinkah ku miliki cinta seperti ini lagi
Jangan biarkan aku kehilangan dirimu..
Coba dengarkanlah sumpahku dari hati..
Aku cinta kamu..
Jangan dengar kata mereka
yang tak ingin kita satu,
Yakinkan aku milikmu..
Aku milikmu..
Jalinan cinta tulus suci terpadu terikat erat..
Jangan terpisah lagi,
Waktu kan menguji cinta kita berdua..
Mungkinkah ku miliki cinta seperti ini lagi
Jangan biarkan aku kehilangan dirimu..
Coba dengarkanlah sumpahku dari hati..
Aku cinta kamu..
Jangan dengar kata mereka
yang tak ingin kita satu,
Yakinkan aku milikmu..
Aku milikmu..
Aku milikmu…
Notes : “lagu ini udah lama banget aku dengar,
ketika awal-awal aku suka Dewa 19, entah kenapa
seiring berjalannya waktu, aroma lagu ini menjadi
kenyataan dalam perjalanan hidupku.
Dulu aku punya kekasih, entah kenapa aku akan
kehilangan kekasihku, seperti ada sebuah tangan
yang akan memisahkan kita berdua. saat itu aku
bertengkar dengan dia, waktu itu belum jadian, aku
memberikan lirik reffnya, karena dia berfikir, kalau
banyak orang tak suka akan hubungan kami. Dan
aku pun tak mau menyerah hanya karena itu,
karena aku suka kamu….
Walau pun pada akhirnya kami kini berpisah, ku
harap dia masih ingat akan lagu ini, dimana aku
berusaha meyakinkan dia, hingga akhirnya, kisah
itu kini hanya menjadi sebuah cerita manis yang
(mungkin) tak kan terulang lagi. Jujur, dalam
keseharianku, masih tetap ada bayang-bayangnya,
dan suaramu masih ada di hapeku, saat kata
manismu ku rekam saat itu. Kini semua itu
tinggallah cerita.
Dan, setiap kali lagu ini berputar, selalu ada
rentetan manis cerita kita berdua. Kala kemesraan
dalam genggaman kita. Aku rindu saat-saat itu.”
(Dewa 19-Album Format Masa Depan)
Pupus
Aku tak mengerti apa yang ku rasa..
Rindu yang tak pernah begitu hebatnya,
Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu..
Meski kau tak kan pernah tahu..
Aku persembahkan hidupku untukmu..
Telah ku relakan hatiku padamu..
Namun kau masih bisu diam seribu bahasa..
Dan hati kecilku bicara..
Baru ku sadari, cintaku bertepuk sebelah tangan..
Kau buat remuk seluruh hatiku...
Semoga waktu akan mengilhami sisi hatimu yang
beku,
Semoga akan datang keajaiban
hingga akhirnya kau pun mau..
Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu..
Meski kau tak kan pernah tahu..
Baru ku sadari, cintaku bertepuk sebelah tangan..
Kau buat remuk seluruh hatiku...
Baru ku sadari, cintaku bertepuk sebelah tangan..
Kau buat remuk seluruh hatiku...
Baru ku sadari.. (oh.. baru ku sadari..)
cintaku bertepuk sebelah tangan..(bertepuk
sebelah tangan..)
Kau buat remuk seluruh hatiku... (seluruh hatiku..
ooouuuoohhh....)
Notes : “sebuah lagu buat kamu yang cintanya
bertepuk sebelah tangan.. cinta itu bisa
menyenangkan banget, tapi bisa juga menyakitkan
banget.. ketika kita menyakiti seseorang yang kita
sukai, akan sangat sulit bagi kita mengembalikan
kepercayaannya. Itulah pupus yang aku alami, saat
ini yang ku rasakan adalah bertepuk sebelah
tangan, karena sulitnya mendapatkan maaf, lebih
dari itu, dia tak pernah tahu apa yang aku rasakan
kepadanya. Tak pernah tahu sedalam apa
perasaanku padanya, dan inilah pupus yang aku
rasakan. Bukan pupus gagal mendapatkan wanita
yang diimpikan, tapi pupus mempertahankan dan
mendapatkan kembali cintanya yang telah hilang.
Perubahan memang akan selalu ada..”
(Dewa 19-Album : Cintailah Cinta)
Karena Ku Cinta Kau
Jika ada yang bilang ku lupa kau
Jangan kau dengar
Jika ada yang bilang ku tak setia
Jangan kau dengar
Banyak cinta yang datang mendekat
Ku menolak,
Semua itu karena ku cinta kau...
Jika ada yang bilang ku tak baik
Jangan kau dengar
Jika ada yang bilang ku berubah
Jangan kau dengar
Banyak cinta yang datang mendekat
Ku menolak,
Semua itu karena ku cinta kau...
Kau...
Saat kau ingat aku, ku ingat kau
Saat kau rindu aku, ku juga rasa
Ku tahu kau selalu ingin denganku
Ku lakukan yang terbaik yang bisa ku lakukan
Tuhan pun tahu ku cinta kau..
Jika kau tak percaya padaku,
sakitnya aku
Jika kau lebih dengar mereka,
sedih hatiku
Saat kau ingat aku, ku ingat kau
Saat kau rindu aku, ku juga rasa
Ku tahu kau selalu ingin denganku
Ku lakukan yang terbaik yang bisa ku lakukan
Tuhan pun tahu ku cinta kau..
Saat kau ingat aku, ku ingat kau
Saat kau rindu aku, ku juga rasa
Ku tahu kau selalu ingin denganku
Kau tahu ku juga ingin denganmu..
Ku tahu kau selalu ingin denganku
Ku lakukan yang terbaik yang bisa ku lakukan
Tuhan pun tahu ku cinta kau..
Notes : “kali pertama dengar lagu ini, adalah saat
aku dan dia bertengkar di rumahnya. Alasannya,
karena ku cemburu saat dia dengan cowok lain.
Saat dia inbox-an lewat fb dengan mantannya. Aku
ke rumahnya sambil membawa boneka. Saat
suasana sudah reda, dia memperdengarkan lagu ini,
masih jelas dalam ingatanku saat dia menyanyikan
bagian ini : Jika ada yang bilang ku lupa kau, jangan
kau dengar. Jika ada yang bilang ku tak setia,
jangan kau dengar. Banyak cinta yang datang
mendekat, ku menolak. Semua itu karena ku cinta
kau... dan sampai akhirnya aku tahu, dialah ....”
(Bunga Cita Lestari- Karena ku cinta kau)
Ku Ingin Kau Tahu
Selama aku pergi
Ku akan mengingatmu
Tak hanya sementara
Selalu dan selalu kurindukan
Senyummu untukku di sini
Ku ingin kau tahu
Meski pun ku jauh
Ku ada di hatimu
Ku ingin kau tahu
Meski pun kau jauh
Kau tetap milikku
Selamanya...
Ku bernyanyi untukmu
Untukmu yang kurindukan
Tetaplah setia menungguku
'Kan kembali
Ku ingin kau tahu
Meski pun ku jauh
Kau ada di hatiku
Ku ingin kau tahu
Meski pun kau jauh
Kau tetap milikku
Selamanya...
Notes : kali pertama ku dengar lagu ini adalah saat
aku bertengkar dengan dia. Simpel alasannya, aku
di anggap nyuekin dia,sebuah alasan simpel namun
aku tahu aku salah. Dalam kesibukanku,
sesungguhnya aku juga memikirkan dia. Waktu itu,
aku dan dia habis beli maem di sebuah warung
dekat rumahnya, dalam perjalanan pulang, dan
waktu itu juga aku mau pulang ke Semarang, dia
memperdengarkan lagu ini. Sebuah lagu yang
menyentuh hati. Dan dia berkata, “kamu tak pernah
mengatakan atau menyanyikan seperti ini..”.
(Adrian Martadinata- Ku ingin kau tahu)
Cinta Pertama dan Terakhir
Sebelumnya tak ada yang mampu
mengajakku untuk bertahan di kala sedih
sebelumnya ku ikat hatiku hanya untuk aku seorang
sekarang kau di sini,
hilang rasanya semua bimbang tangis kesepian
kau buat aku bertanya
kau buat aku mencari
tentang rasa ini
aku tak mengerti
akankah sama jadinya..
bila bukan kamu
lalu senyummu menyadarkanku
kau cinta pertama dan terakhirku
sebelumnya tak mudah bagiku
tertawa sendiri di kehidupan yang kelam ini
sebelumnya rasanya tak perlu
membagi kisahku saat ada yang mengerti
sekarang kau di sini hilang rasanya
semua bimbang tangis kesepian
kau buat aku bertanya
kau buat aku mencari
tentang rasa ini
aku tak mengerti
akankah sama jadinya...
bila bukan kamu
lalu senyummu menyadarkanku
kau cinta pertama dan terakhirku
bila suatu saat kau harus pergi
jangan paksa aku tuk cari yang lebih baik
karena senyummu menyadarkanku
kaulah cinta pertama dan terakhirku
kau buat aku bertanya
kau buat aku mencari
tentang rasa ini
aku tak mengerti
akankah sama jadinya...
bila bukan kamu
lalu senyummu menyadarkanku
kau cinta pertama dan terakhirku
Notes : “kali pertama aku dengar lagu ini, adalah
dari dia. Ketika ia memperdengarkan lagu ini
kepadaku, waktu itu kami sedang bertengkar.
Dengan berfikir positif, meski aku adalah pacarnya
yang ketiga, mungkin bagi dia akulah cinta
pertamanya, sekaligus (mungkin) juga terakhirnya.
Namun yang pasti, dialah cinta pertamaku. Cinta
sejati tidak mudah buat ditebak. Banyak
penderitaan yang harus dilewati terlebih dahulu..”
(Sherina Munaf-Cinta pertama dan terakhir)
Hampa
Ku pejamkan mata ini, mencoba ‘tuk melupakan
Segala kenangan indah tentang dirimu,
Tentang mimpiku.
Semakin aku mencoba,
Bayangmu semakin nyata.
Merasuk hingga ke jiwa,
Tuhan tolonglah diriku...
Entah dimana dirimu berada,
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu
Apakah di sana (kau) s’lalu merindukan aku,
Seperti diriku yang selalu merindukanmu..
Selalu merindukanmu...
Tak bisa aku ingkari engkaulah satu-satunya
Yang bisa membuat jiwaku yang pernah mati,
Menjadi berarti.
Namun kini kau menghilang bagaikan ditelan bumi.
Tak pernahkah kau sadari,
Arti cintamu untukku..
Entah dimana dirimu berada,
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu
Apakah di sana (kau) s’lalu merindukan aku,
Seperti diriku yang selalu merindukanmu..
Selalu merindukanmu...
....................
Entah dimana dirimu berada,
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu
Apakah di sana (kau) s’lalu merindukan aku,
Seperti diriku yang selalu merindukanmu..
Selalu merindukanmu...
...................
Entah dimana...
Notes : “selalu aku rindukan hadirnya dia,
setidaknya sedikit kabar tentang dia. Walau kadang
aku merasa miris bila mendengar kabar tentang dia,
namun selalu dan selalu aku rindukan kehadirannya
kembali. Dalam detak jantung yang terasa hampa,
ada bayangan tentang kisah-kisah aku dan dia. Kini,
yang aku tahu dia di Jakarta sana, dia tak pernah
hubungi aku, seperti aku pun sungkan buat hubungi
dia, kini, dia ku rasa tak lagi tinggal di kota kecil ini,
kota kelahirannya, kota tempat aku dan dia
bertemu untuk kali pertama. Tuhan, entah dimana
dia...”
(Ari lasso-Hampa)
Elang
Aku ingin terbang tinggi seperti elang
Melewati siang malam menembus awan
Ini tanganku untuk ku genggam
Ini tubuhku untuk peluk
Ini bibirku untuk kau cium
Tapi tak bisa kau miliki aku....
Tak usah kau terus tangisi..
Kepergianku..
Air mata tak ‘kan memanggilku..
Untuk kembali...
Aku adalah mimpi-mimpi sedang melintasi
Sang perawan yang bermain dengan perasaan
Ini tanganku untuk ku genggam (untuk ku genggam)
Ini tubuhku untuk peluk
Ini bibirku untuk kau cium (untuk kau cium)
Tapi tak bisa kau miliki aku....
Tak usah kau terus tangisi..
Kepergianku..
Air mata tak ‘kan memanggilku..
Untuk kembali...
.................
Ini tanganku untuk ku genggam (untuk ku genggam)
Ini tubuhku untuk peluk
Ini bibirku untuk kau cium (untuk kau cium)
Tapi tak bisa kau miliki aku....
Tak usah kau terus tangisi..
Kepergianku.. (untuk ku genggam)
Air mata tak ‘kan memanggilku..
Untuk kembali... (untuk kau cium)
Tak usah kau terus tangisi..
Kepergianku.. (untuk ku genggam)
Air mata tak ‘kan memanggilku..
Untuk kembali... (untuk kau cium)
...........
Aku adalah mimpi-mimpi tiada arti...
Aku ingin terbang tinggi...
Seperti elang....
Notes : “impian adalah sebuah kunci. Aku ingin
terbang tinggi seperti elang, mengepakkan sayap-
sayap impian menjadi sebuah garis kenyataan.
Walau ditinggal pilar, atau senyuman gadis pujaan
hati, aku tak kan kembali. Karena tempat ini tak
lagi aku tempati, aku telah di tempat yang berbeda.
Meski kau menangis memaksaku kembali, aku tak
kan kembali. Karena ku telah memilih. Kau lah yang
akan terbang ke sini.. sebagai elang yang masih
menjadi mimpiku..”
(Dewa 19- Album : The best of Dewa)
Persembahan :
Jefrianalogica.blogspot.com
Bila cinta
adalah sebuah
bunga,
Pertemuan
kitalah
benihnya..
8 Agustus 2009
Jefri & I’ana
Jika suatu saat – entah kapan- aku masih diberi
kesempatan untuk kembali.
Aku ingin menjadi malaikat, bukan manusia. Namun
bila aku masih menjadi manusia, aku memilih
menjadi tanah.
(Jefri Mahendra Kisworo-1 Januari 2010)
Imagi Cinta
(teruntuk : I’anatul Karomah)
Mencintaimu adalah sebuah
imajinasi
Dimana aku melihat hal yang
tak nyata
Mendengar yang tak bersuara
Berucap tak berbentuk kata
Aku menghadapi phobia akan imajinasi.
Saat aku bertemu dan mengenal awal-awal cinta.
Kamu sebuah inspirasi yang menggerogoti
imajinasiku,
Tentang alam semesta.
Ilmu pengetahuan,
atau manusia.
Aku mengerti akan keindahan,
Tapi kamu lebih dari sekedar keindahan.
Kamulah kesederhanaan yang utuh,
dalam satu imajinasi yang meruntuhkan setiap
molekul egoku.
Datanglah, peluk aku.
Bukan hanya sekedar karangan imajinasiku.
Puisi untuk Sebuah Nama
(aku : ‚kita akan jumpa lagi disuatu hari, aku yakin
itu pasti terjadi‛)
Bagiku, kini kau hanya
sebuah nama.
Namun, sungguh; kau hidup.
Menanamkan benih-benih
rindu (yang semenjak dulu)
di hatiku.
Menjadikan bunga-bunga
cinta dalam kesungguhan bayang senyummu
kau membangunkan patahan-patahan mimpiku,
menjadi bangunan kenangan-kenangan kita dahulu
manis, pahit.
Yang menyatu di alam semesta, sebelum kau mati.
Dan menjadi sebuah nama : ‚ I’ana ‚.
Waktu tak bisa hapuskan namamu.
Biarkanlah engkau tetap disini.
Walau hanya sebatas nama.
Ruang dan waktu yang menggilas warnamu,
Tiada akan mengalihkan keabadian warna yang ku
lekatkan dalam matinya jasadmu.
Selamanya, sayangku untukmu.
Walau kau kini hanya sebuah nama.
Hujan Rintik
Aku masih mengingatnya..
sebuah karya yang aku buat
untuk kamu..
dan malam itu,
ketika hujan rintik..
kita bertengkar..
kita mengarungi kota..
hujan pun turun..
aku dekap kau..
merasakan kemesraan antara
kita..
dingin pun membahanakan cinta antara kita,
membuang lenyap emosi yang tercipta.
ketika hujan ini kan berakhir nanti..
senyumkanlah malam yang sama,
agar kita merasakan dekat.
aku masih mengingatnya..
malam itu, ketika malaikat hujan meringis..
melihat kita yang beradu emosi,
mengarungi kota..
Dan malam itu jadi mesra.
percayalah padaku.
hanya kau yang aku cinta.
aku masih merindukan wajahmu..
yang lembut..
yang aku lihat kala itu
Dan Aku Tak Bisa Bersikap Lebih Manis dari Ini
Dan aku tak bisa
lebih bersikap lebih
manis dari ini,
Tak pernah
berubah, masih
membela perasaan
yang sebenarnya
ingin aku acuhkan.
Wajah-wajah kita,
selama kita
bersama,
menjadi sebuah
kisah klasik yang tak berwajah.
Karena kita sombong.
Karena kita angkuh,
merasa gengsi akan sebuah lagi pertemuan kembali.
Dan aku tak bisa lebih menahan diri lagi kali ini,
Ketika dada rasa hampa
Nafas terasa tak berharga,
Hati yang berantakan
Mata menahan tangis,
Dan jiwa pun turut kosong.
Tidak untuk apa-apa, selain kau.
untukmu ‘nok’,
Kau yang aku sayang,
Kau yang selalu aku pikirkan
Kau.. yang aku cintai.
Aku masih mengingat,
Ketika kita menunggu hujan malam itu,
Dan kau ku dekap, kau dekap aku lebih erat.
menanti hujan reda,
oleh tatap dingin yang membenci peluk hangat kita.
atau kau yang lucu,
kala di kotak-kota huruf itu.
dan di laut, kita :
Merasakan tamparan ombak,
Belaian angin yang lembut selembut dirimu yang
dulu,
Sungguh, semua terasa hancur.
Remuk.
Runtuh.
Karena ego kita.
Karena mereka.
Nok, percayalah padaku.
Ketika kau sakit, aku pun sakit.
Ketika kau sedih, aku pun sama.
Ketika kau bersama mereka, aku perih.
Dan hanya kau yang aku cintai,
Nok, percayalah padaku.
tiada akan ku khianati engkau
““
Dan, sekarang kau pergi,
Tidak untuk apa-apa.
Tidak untukku.
Malam Sepi
ini adalah malam
dimana aku dicabik-
cabik bidadari
kesunyian
bidadari yang terlahir
dari persetubuhan
rinduku rindunya dulu.
aku masih memegang
tubuh rinduku,
dia, lalu merayuku.
aku menghisap zat yang
membuatku terisak,
terisak, di hamparan
permai benih-benih
yang telah mati.
bidadari, engkau memberiku apa?
lalu dia menghilang, meninggalkan kata: "ini zat
miliknya.."
lalu, aku sadarku tersayat,
aku berkata apa,
"kau yang di sana, seperti candu, membuatku sakaw,
tersiksa akan rindu, akan sebuah halus mesra
kenangan masa lalu, aku tak 'kan pernah
berhenti,saat ku sakit, justru semakin dalam ku
tenggelam ( ku tak mau mengakuinya dulu ), saat itu
aku takut dalam cinta"
aku tersadar dari pembiusan,
ada 'sebuah karya picisan' ( semoga kau ingat)
dan aku tahu, malam ini begitu sepi.
Sakit
(karya : I’anatul Karomah)
Kau tak tahu betapa hancurnya hatiku..
saat kau dengan yang lain..
bagiku kaulah bunga hatiku,
namun takdir cintaku berkata lain
Haruskah ku hapus lembaran-lembaran indah yang
lalu hanya karena cintamu?
Sakit rasanya kau membenciku dengan perlakuan
kasarmu
menyumpahiku, membuatku terluka.
Biarlah,, Tuhan tahu hanya dirimu yang kucinta.
Cinta Pertama, Kekasih Pertama, Sayangku
Untukmu Selamanya
Aku punya satu puisi yang membuat aku serasa bisa
melihat masa depan, berjudul : “Imagi Cinta”.
Imagi Cinta
Mencintaimu adalah sebuah imajinasi
Dimana aku melihat hal yang tak nyata
Mendengar yang tak bersuara
Berucap tak berbentuk kata.
Aku menghadapi phobia akan imajinasi
Saat aku bertemu,
Dan mengenal awal-awal cinta.
Kamu sebuah inspirasi yang menggerogoti imajinasiku
Tentang alam semesta,
Ilmu pengetahuan,
Atau manusia.
Aku mengerti akan keindahan,
Tapi kamu,
Lebih dari sekedar keindahan.
Kamulah kesederhanaan yang utuh,
Dalam satu imajinasi yang meruntuhkan setiap molekul
egoku.
Datanglah, peluk aku.
Bukan hanya sekedar karangan imajinasiku.
(Mei 2009)
Puisi yang lahir pada Mei 2009 -seingatku puisi ini aku
buat pada akhir Mei setelah UAN 2009- aku
mengarang puisi untuk seseorang yang aku cintai-
waktu itu aku belum bisa bilang cinta padanya- yaitu,
“I’anatul Karomah”.
Nok, masih ingat pertemuan kita dulu? Mungkin kamu
tak kan menyadarinya, pertemuan kita dimulai ketika
PTA Purbo, Kecamatan Bawang, saat hiking siang
pramuka. Aku masih ingat betul saat itu, kamu sebagai
peserta, aku sebagai panitia-di bawah bendera
Gassmapala-bertemu kamu di pos bayangan sebelum
pos merayap, entah kenapa aku seolah-olah merasa
suatu saat aku kan „mengenal anak ini (kamu) saat itu.
Lalu aku mengikutimu ke pos merayap, saat itu, aku
melihatmu seperti merinding ketika akan merayap,
seperti akan terjadi sesuatu, ternyata benar, kamu
sakit!! Asmamu kambuh! Aku tak bisa ikut membantu,
sudah terlalu banyak yang turun tangan saat itu.
Setelah itu, disisa-sisa hari PTA aku tak melihatmu
lagi.
Haripun berlalu, masa-masa aku kelas XI dan kamu
kelas X di mulai, aku bertemu lagi denganmu, di
perkenalan Gassmapala. Yang masih ku ingat, saat itu-
dari kelas X- ada Wiwik, kamu, Fadhilla, Anya‟, Amik,
Erki, Novi dan Juno. Sebuah keberuntungan atau apa,
bertemu kamu lagi, maaf Nok, saat itu yang ku
rasakan adalah déjà vu dengan Wiwik Lestariningsih.
Ya, perasaan seperti pernah merasakan aroma di
dalam ruangan itu (XI IPS 3).
Aku mulai beraksi, memburu Wiwik, sms dia, bahkan
hal nyata yang paling konyol –menurutku- adalah
ketika Ujian Akhir Semester 1, aku duduk bersama
temanmu Novira Mayasari (satu bangku, aku sebelah
kiri, Novira sebelah kanan) dan sebelahku kiriku,
Wiwik (dia duduk bersama Raras Putri P), konyol, tapi
nyata, aku ngerjain dia tapi malah duduk
berdampingan (semestinya kalau tidak dipotong
jarak), huuffftt.. itulah hidup.
Kemudian Wiwik pun menyuruh teman-temannya,
namanya Lia (belakangan aku tahu nama aslinya Erika),
kemudian juga ada Mbak Mirta, dan juga nomor XL
(nomormu) untuk membongkar “085642851995”
nomorku. Huuffttt… akhirnya ketahuan juga, dari
Mbak Mirta, hehehe…
Satu kejadian yang mengejutkan adalah ketika kamu
bertanya padaku (ketika kegiatan rutin Gassmapala
berakhir, di Base Camp), aku masih ingat kamu
bertanya, “Apakah kamu kenal Erika? Anak MAN?”.
Aku sempat kalap ketika kamu bertanya seperti itu,
aku sempat jawab “tidak”, tapi kemudian ketika di
parkiran, aku meralat jawaban tadi,aku tidak mau
bohong pada diri sendiri, aku bilang “ya, tapi apakah
yang kamu maksud adalah Lia (saat itu aku belum tahu
kalau Lia itu Erika)”. Setelah pertemuan itu, kamu
(juga Wiwik) tak pernah masuk lagi dalam kegiatan
rutin Gassmapala, dan memilih masuk ke PMR.
Harus diakui, keakraban kita karena adanya dua
sosok, pertama adalah Wiwik Lestariningsih, kedua
adalah Muhtamar. Aku membutuhkanmu untuk bisa
mendapatkan Wiwik (saat itu), masih ingat ketika aku
hendak membantu Mbak Mirta, untuk bisa mencuri
perhatian Wiwik, waktu itu aku menitipkan buku
tentang filsafat hukum padamu untuk diberikan
kepada Mbak Mirta. Aku memutuskan malam itu aku
yang ambil buku itu untuk ku berikan sendiri buku itu
kepada Mbak Mirta, dan di sini akhirnya aku tahu,
kamu bohongi aku. Kamu bilang padaku kalau rumahmu
dekat rumah Ayogya(satu gang dengannya) dan yang
kedua, kamu bilang kamu belum punya pacar(aku tahu
belakangan, antara kamu dan sigit malam itu).
Haripun berlalu, aku melupakan itu, toh pada saat itu,
aku tak merasakan terlalu dalam untuk menyukaimu,
tapi ada satu yang ku tahu pasti, aku merasakan suatu
keharusan untuk melindungimu, dan aku merasakan
perasaan sayang padamu.
Entah kenapa dalam perkembangannya, aku justru
lebih dominan padamu, keseharianku selalu jadi harus
berusaha untuk mengenyahkan bayangmu dariku.
Masih ingat ketika kamu dan Fadhilla kesasar di
lapangan Kanoman selasa malam? Kamu (juga Dhila)
sms aku untuk menjemputmu di Lapangan kanoman,
aku sedang makan saat itu, dan setelah itu harus
belajar untuk UAN, aku bisa saja punya inisiatif
dengan membimbing kalian keluar dengan sms, tapi
aku pilih cara lain, ke lapangan dan membawa kalian
keluar dari lapangan Kanoman.
Hari-hariku pun jadi selalu ada kamu, Sabtu, 18 April
2009, kamu dan Fadhilla datang ke rumahku (sore-
sore lagi), Seperti terulang lagi Februari 2009 lalu,
ketika kamu juga Fadhilla datang ke rumahku (sore
juga), kau dan aku sholat di masjid, sedang Dhilla
menunggu di rumah, setelah kalian pulang, aku
diperingatkan untuk menasehati kalian agar kalau main
jangan sore-sore, tapi aku terlanjur lupa, dan kini
terulang lagi, kamu ke rumahku untuk ambil foto, ya,
timbal balik dari kerja sama kita (kerja sama?? Perih
tahu.), setelah kalian pulang aku kena marah ibuku
(kata beliau :”gak ilok cah wadon dolan ing cah lanang
wayah meh maghrib”)
2 hari setelah itu, aku harus menghadapi UAN,
setelah terlepas dari UAN, aku jadi leluasa untuk
memikirkanmu. Dan, aku hanya sadar, bukan Wiwik
yang ku cintai, tapi kau. Dan aku benci harus
membohongi diriku sendiri, berpura-pura tidak
cemburu, menahan perih ketika kau justru
membicarakan orang lain, dan aku benci harus
mengenyahkan perasaan cinta ini, dan mengubahnya
menjadi perasaan menganggapmu adik. Benar kata Nur
Wachid, caraku memperlakukanmu, bukan seperti ku
anggap adik, tapi sebagai cinta, sebagai kekasih, ini
dikatakan setelah kasus contact monyet hape selesai,
kamu menuduhku menyuruh Nur wachid untuk
memberi gambar monyet di contact phonenya. Aku
berusaha menjelaskan di sms, lalu pada akhirnya kita
putuskan untuk kita selesaikan di perpustakaan umum.
Tapi, ketika aku di perpustakaan umum melihatmu
berdua dengan lelaki (entah siapa), aku mengurungkan
niatku, sakit, cemburu, membakar niatku. Entah ada
apa denganku saat itu?
Akhirnya aku memilih Nur Wachid yang menjelaskan,
karena dia yang punya hape,dan aku tinggalkan hapeku
di bawah (sengaja) agar kau datang ke aku, dan
menjelaskan tentang kebenaran. Dan aku tahu, kamu
tak kan datang (cewek kan tidak pantas menemui
cowok, mestinya cowok yang menemui cewek, tapi
untuk saat seperti ini lupakan perbedaaan gender,
siapa yang salah, dia yang menemui), tapi tak
apalah,setidaknya kau tinggalkan surat di bawah. Aku
masih simpan surat itu sampai pada akhirnya surat itu
kamu sobek. (Maafkan aku atas sikapku ini.)
Sekolah benar-benar jadi menyenangkan dengan
kehadiranmu, terutama suatu ruang yang disebut
perpustakaan smantang. Ya, kebanyakan sisa-sisa
waktuku di SMA ku habiskan bersamamu, kita sering
berjumpa di perpustakaan, entah itu membicarakan
Wiwik (sebenarnya hanya sebagai alasan agar aku bisa
melihatmu dari dekat), membicarakan Muhtamar (ini
bagian yang paling perih, makanya aku sering jawab
tidak jelas jika kau bertanya tentang dia),
membuatkan tugasmu, membaca buku, mengajarimu
(biasanya fisika dan kimia, huuffftt…sebenarnya aku
malas soalnya mesti belajar lagi,hehehe..) atau
browsing di computer perpustakaan.
Ada satu kelucuan yang tak ku lupakan, kamu kan
sudah tahu kalau computer itu gak conect, masih saja
di pake, hehehe.. akhirnya kamu pakai hapeku buat
Fbnan (salah satu alasan pulsaku selau di atas 15rb
adalah agar bisa kamu pakai FBnan), singkatnya
hidupku jadi ada kamu, aku sadar, aku dijadikan
jembatan penghubung antara kamu dan muhtamar,
walau sebenarnya aku ingin menolak (kamu benar aku
tidak bisa tegas, aku memang sulit untuk mengatakan
“TIDAK” bila dimintai bantuan) karena aku tahu,
perasaan ini adalah cinta. Ternyata, tak hanya
Muhtamar yang harus aku hadapi, aku juga mesti bisa
menghilangkan bayang-bayang Wahidi. Sulit, karena
kamu bilang, aku mirip dengan wahidi. Sifat idealisku
mirip dengan dia katamu. Sebenarnya aku tersinggung.
Entah bagaimana caranya aku bisa tegar mengahadapi
ini, aku seolah-olah tak peduli, siapa yang kau suka.
Aku merasakan sedih jika kau tak ada, ketika kau
sakit karena jatuh dari motor, aku memutuskan untuk
menjengukmu dengan membawa Muhtamar-aku
bohongi Muhtamar, kataku mau menjenguk adikku,
memang kamu adik kaelasku kan? hehehe… (karena
aku kira kehadiranku seorang tak mampu
mengembangkan senyum di wajahmu).
Sebuah kejutan bukan? Tapi kau tak tahu perasaanku,
biarlah, setidaknya mampu membuatmu melupakan
sejenak sakit di kakimu.
Masih ingat hari Minggu, aku mengajakmu (dengan
bawa motor sendiri-sendiri, aku sengaja agar aku bisa
menjaga perasaan ini) kita ke Siwatu, entahlah, apa
yang terpikir di benakku, sepertinya memberikan
suatu perasaan bahagia di hati seseorang yang
dicintai juga bisa memberikan perasaan bahagia pada
diri sendiri, tetapi yang aku lakukan juga beresiko
membakar perasaanku. Membawaku ke danau patah
hati yang dalam. Aku tak peduli, kau membawaku ke
Bandar, ke rumah Suci, bagiku ini hanya sebuah
pertemuan biasa.
Satu hal yang membuatku senang, adalah aku bisa di
dekatmu, melihatmu dari dekat, melindungi dan
menjagamu (walaupun dengan dua motor) setidaknya
sampai kita sampai di perpustakaan umum Batang. Aku
harus meninggalkanmu saat itu, karena harus
mengantar ibuku. Dan, wow.. kamu bisa mengerti.
Minggu, kita pergi ke Mbak Din untuk membuat tugas
fisikamu, hufftt.. betapa sulitnya mengetik dengan
Equation editor, tapi suatu hal yang menyenangkan,
karena bisa bersamamu, memberikan suatu
pengorbanan padamu, masihkah pantas aku berpura-
pura tak mencintaimu? Benar-benar suatu
kebahagiaan menghabiskan waktu denganmu. Aku
mengntarmu sampai ke alun-alun, sebenarnya aku ingin
mengantar sampai rumah, tapi aku harus menjaga
perasaan ini, ada pertanyaan, siapakah aku di dalam
hatimu?
Selain perpustakaan smantang, tempat lain yang aku
suka adalah perpustakaan umum. Sama halnya
perpustakaan smantang, di perpustakaan umum kita
juga sering membicarakan mereka, membaca buku,
makan bareng di warung depan, membuatkan tugasmu,
atau sebagai jembatan penghubung antara kau dan
dan muhtamar (bagian paling perihnya). Ya, ketika kau
berbicara dengan Muhtamar, aku sering menjauh,
atau turun ke bawah, aku tak mau melihat itu, aku
rasa aku tak kan mampu menahan perasan cemburu
atau patah hati ini.
18 Juni 2009, aku mengundangmu dalam pesta ulang
tahunku, pesta yang mungkin terakhir ini aku rayakan.
Kau datang dengan Fadhilla, dan ada Muhtamar juga.
Betapa sulit untuk berpura-pura menahan perasaan
ini, sakit, cemburu, cinta, dan aku semakin tak
mengerti. Kau berniat memberiku hadiah ulang tahun,
entah apa itu, aku tak mengerti, sayang, aku tak
pernah meminta apa pun, kehadiranmu pun cukup
membuatku bahagia, maafkan aku yang menolak
hadiahmu saat itu. Kaulah gadis pertama yang
berinisiatif memberiku kado ulang tahun.. makasih
I‟ana...
19 Juni 2009, aku tahu bahwa kita tak kan lagi satu
sekolah, akan jarang bertemu, tak mungkin bisa terus
bersama di perpustakaan Smantang (seperti biasa),
aku merasakan kerinduan, ketakutan yang teramat
sangat. maka aku pun meminta fotomu, sebagai hadiah
ulang tahunku kemarin..
Sebelumnya aku tak
pernah merasakan ini,
aku takut kehilanganmu.
Akhirnya aku sadar,
bahwa aku benar-benar
jatuh cinta kepadamu
dan perasaan ini tak
bisa ditarik kembali.
Aku selalu memanggilmu dengan kata “Nok”, karena
itulah kamu ada, karena itulah cinta tercipta. Cinta
memang datang karena telah terbiasa.
Entah kenapa, teman-teman sering menyangka kita
pacaran, sampai Centeng juga, huuffftt.. tak ada yang
tahu pasti, ini adalah hal yang berat, Aku harus jadi
seorang pembohong, membohongi diri sendiri, bahwa
aku tak mencintaimu. Memang, keakraban kita kadang
aku pikir juga sudah melewati batas kakak dan adik,
aku terlalu berbuat banyak kepadamu, bahkan
melebihi yang Muhtamar lakuin padamu (aku rasa).
Aku sering mengantarmu, menjemputmu di sekolah
(walau mesti pinjam motor, kini udah gak bisa lagi,
motornya udah gak ada, kecuali motor butut)
Kemudian aku pun lulus, dan bersiap meninggalkan
Smantang untuk ke UNNES, tapi aku belum siap untuk
meninggalkanmu. Di sinilah, aku mulai berfikir untuk
mengambil keputusan, menyatakan cinta padamu.
Mengungkapkan yang hampir setahun aku pendam, aku
mencintaimu. Tapi yang aku rasa, di dalam hatimu ada
dua orang, satu Muhtamar dan satu lagi wahidi. Satu
lagi yang membuatku ragu, kenapa selalu aku yang kau
tuduh? Ketika kasus Nur wachid, kemudian ketika sms
Bayu dulu, juga aku yang kau tuduh, ketika kau „bocor‟
di sekolah pun, aku yang kamu marahi, jika kau
memang cinta muhtamar, dan muhtamar juga
mencintaimu, mestinya kau minta tolong dia, kita kan
lihat responnya, tapi kau memarahi aku yang tak bisa
membantumu saat itu, aku menyesal sekali. Kemudian
aku membobol tabunganku, membeli boneka, semacam
beruang, yang kecil dipangku dan dipeluk yang besar.
Sabtu, 8 Agustus
2009, malam minggu,
orang-orang sedang
mempersiapkan untuk
menyambut HUT RI
ke-64, bendera aneka
warna, jalan-jalan
yang dihias garis putih, dan malam cerah penuh
bintang. Aku membawa tas, besar sekali tampaknya.
Aku datang ke rumahmu, memastikan kau baik-baik
saja, sekitar jam 9, sebelum aku pulang, aku
memberimu suatu bungkusan besar di lapisi selotip
dan koran. Isinya adalah boneka tadi dan puisi
berjudul “Bayang-bayang”, di akhir kalimat itu aku
menulis, “umadap atnic nakasarem tukat uka”.
Boneka tadi, punya makna seandainya kau menolakku,
aku kan jadi kakak yang kan menjagamu, bisa
memangkumu, bisa memelukmu. Bisa merasakan
nafasmu, walau tak bisa memilikimu, bisa mencintaimu
tapi tak bisa dicintaimu dan bisa sedekat seperti
boneka itu, tapi bukan siapa-siapamu.
Dan, malam itu, aku mengatakan : “Aku mencintaimu
I’ana..” dan kau pun menerimaku, aku tahu hidupku
akan lebih berat bersamamu sayangku I’ana…
( Cinta Pertama, Kekasih Pertama, Sayangku Untukmu
Selamanya/ditulis : 11 April 2010)
Dua Sejoli
Prolog :
“hawa tercipta di dunia...
Untuk menemani sang
adam..
Begitu juga dirimu..
Tercipta „tuk temani aku...”
I‟ana. Hmm.... I‟anatul Karomah. Nama yang cantik
untuk seseorang yang memang cantik. Aku pertama
kali bertemu I‟ana ketika PTA 2007 di Bawang,
Batang. Dia anak kedua dari 3 bersaudara. Punya
kakak, yang juga kembarannya, fadhilla, dan
seseorang adik, namanya ulin. Persahabatanku dengan
I‟ana dimulai ketika akhir aku kelas XI, saat aku akan
menuju kelas XII. Tuhan maha tahu, Dia
mempertemukan aku dan I‟ana disaat yang tepat, saat
masa-masa SMA-ku akan berakhir. Jujur, banyak hal
yang aku suka dari dia. Dia sangat manis, lucu, baik
dan juga manja. Perasaanku ku tahan, saat pertama
bertemu pun, sebenarnya aku merasakan akan ada
sesuatu antara aku dan dia, dan itu hanyalah
menunggu waktu saja.
Sikapnya baik terhadap orang, dia punya kemampuan
untuk mendapatkan simpati dari orang, dan juga
memberi simpati terhadap orang. Ketertarikanku
dengan dia juga karena aku simpati dengannya, kadang
aku sering senyum sendiri bila melihat dia, agak
kekanak-kanakan memang, tapi sikap kekanak-kanakan
itu menimbulkan semangat hiperaktif yang luar biasa,
semangat yang ada dalam dirinya itu, kadang
membuatku iri.
Kadang, dia sering manja kepadaku. Memintaku untuk
membuatkan apa.. yah.. Aku memang suka dia. Aku
punya panggilan buat dia, sering ku memanggilnya :
”nok”. Kalau dalam bahasa indonesia artinya “de‟ “.
Tapi, aku tak suka dia memanggilku “mas”, aku lebih
suka dipanggil “Jef..”, yah.. walaupun dia adik kelasku.
Bagiku, dia seolah-olah segalanya. Mungkinkah, aku
tercipta untuk menjaganya? Sebab, perasaan aneh
muncul saat aku bertemu dengan dia. Dia punya
kemampuan yang spesial, kalau aku kuat dalam
matematika, dia lebih kuat dalam bahasa inggris.
Kemampuannya dalam olah suara pun sebenarnya
bagus, andai ia punya kesempatan lebih. Jujur,
sebenarnya aku pun kadang iri dengan kemampuannya,
tapi itu yang membuatku ingin selalu berusaha lebih
baik daripada dia.
I‟ana, suka sekali makan makanan yang menurutku
sederhana banget, tempe kering, sambel dan sayur.
Kadang, makanan sederhana pun jadi makanan yang
sangat spesial bagi kebanyakan orang. Entah kenapa,
dia juga sangat suka memakan kacang, entah itu
kacang kulit atau pun kacang atom. Selain itu, dia suka
coklat juga, pantes manis kaya coklat, hehehe...
Aku tak tahu, bagaimana tipe orang Capcricorn, tapi
dia yang lahir 18 januari 1992, punya sesuatu yang
menghubungkan aku dengan dia. Ya, kami punya
kesamaan, sama-sama memakai kacamata, sama-sama
suka kucing, sama-sama suka browsing, dan sama-
sama punya egosime, gengsi dan ambisi yang besar.
Dan ada yang sesuatu yang tak mengerti, saat dia
sakit, entah kenapa aku pun merasakan sakit pada
kepalaku...
Selayaknya mata uang, dia pun punya sisi buruk, dia
sangat sulit memaafkan orang, atau menerima kembali
kehadiran orang yang telah menyakitinya. Sikapnya
yang hiperaktif, kadang menjadi bumerang bagi
dirinya sendiri, kadang dia jadi salah menerjemahkan
maksud seseorang. Dia juga kadang tak bisa sabar,
intinya, saat dia disakiti, sangat sulit baginya
menerima kebenaran, sangat sulit untuk
menyembuhkannya. Nok, belajarlah untuk
mendengarkan.
Dulu, aku tak pernah berpikir untuk bisa bertemu
dengan dia.. dia alumnus SD Watesalit 02, sedang aku
alumnus SD Kasepuhan 01. Aku alumnus SMP 01
Batang, sedangkan dia alumnus SMP 03 Batang, namun
segala sesuatu pasti akan indah pada waktunya.
Pertemuanku dengan dia hanyalah menunggu waktu.
Agustus, 2009.
Cinta seperti benih, yang turun dari mata, disiram
oleh air pertemuan dalam keseharian, dipupuk oleh
pupuk kebersamaan, dicangkul oleh ujian, disinari oleh
hangat tawa, dan tumbuhlah.. bunga-bunga cinta, yang
beraneka warna, menghias dunia, tiada lagi kesunyian.
Telah tumbuh cinta dalam hatiku untuk dia. Pohon
cinta yang akan menentang badai.
”Aku mencintaimu I‟ana...”
Epilog :
Agustus, 2010 . . .
.... dan waktu pulalah yang memisahkan aku dengan dia.
Seharusnya kami, adalah dua sejoli. Seperti Adam dan
Hawa, yang dipisahkan dan diusir dari surga, aku dan
dia pun sama. Kami dipisahkan oleh Dia, diusir dari
surga, karena buah khuldi yang kami makan. Segalanya
terasa kacau, dan ini memang keputusan-Nya. Ini
memang salah kami.
Konflik antara kita, seperti badai yang menerpa pohon
cinta kita, bunga-bunganya lenyap. Terbang jauh,
terbawa angin. Batangnya ambruk, ditampar ganasnya
badai, tapi aku yakin, masih ada benih-benih itu . .
salah kita.
...sejarah pasti akan berulang,, jika Adam dan Hawa
dulu diusir dari surga, dipisahkan dari cinta mereka,
kita pun sama. Kita dipertemukan, dipisahkan. Dan
pasti nanti; “akan ada pertemuan kembali..”
...dan ketika sadar, matahari telah di barat, hari telah
terasa senja. Telah terbentang jarak antara kita.
Aku ingin bertemu denganmu. Di senja ini, ingin ku
bawa engkau dipelukku. Memanjatkan maaf kepada-
Nya, tentang salah kita. Tuhan, satukanlah kami lagi.
Aku sayang dia selamanya....
Sekarang, dimana dia? Cinta pertamaku.
“bukalah pintu jiwamu..
Dengar bisikan sanubari,
Semua adalah isyarat,
Isyarat dari Sang Pencipta..”
Peta
Februari 2009...
Sore ini terasa
cerah. Awan-
awan putih
berterbangan
beraturan
menghiasi
cakrawala. Aku
menatap
halaman
rumahku.
Rasa tidak enak
menghampiriku
melihat halaman
rumahku yang kotor. Hatiku tergerak untuk
membersihkannya.
Aku mengambil sapu di belakang dan perlahan-lahan
membersihkan dedaunan, plastik-plastik dan sampah-
sampah lainnya. Sedikit demi sedikit, halamanku
terlihat bersih. Dan, saat aku akan mengangkut
sampah itu, kau datang. Bersama saudara kembarmu,
Fadhilla, kau ke rumahku. Dengan motor revomu, kau
memakai sepatu berhak tinggi, yang kata kau milik
ibumu, kau terlihat anggun. Aku tak menyangka
kedatanganmu, walau kau tadi sms tanya rumahku
dimana. Tapi aku tak menyangka kau akan datang.
Ini sebuah kejutan bagiku. Sebuah pelangi tanpa
hujan di perbatasan senja.
Ku persilahkan engkau masuk ke rumahku. Ku buatkan
engkau minuman. Aku masih bertanya, bagaimana
caranya kamu bisa tahu rumahku? Padahal aku tidak
memberi tahu? Dan, jawabannya, dari mbak Mirta,
kakaknya Wiwik. Kau minta dibuatkan peta agar kau
bisa ke rumahku. Ya, ini jadi sebuah kisah picisan
antara aku dan Wiwik. Bagimu, aku menyukai Wiwik,
memang, aku sering bercerita kepadamu tentang
kekagumanku terhadap Wiwik. Tapi itu hanya
kekaguman, perasaan suka yang aku rasakan, kini
bergeser kepadamu. Entah kenapa, aku jadi suka
tawamu, aku jadi rindu senyummu, dan pembelaanku
kini bergeser kepadamu. Intinya, perasaan cintaku
tumbuh kepadamu. Katamu, “yang buat peta memang
mbak mirta, tapi bolpointnya dari wiwik..”. apa
urusannya dengan itu semua, aku suka akan
kedatanganmu kini, ku perkenalkan engkau dengan
suasana kamarku. Ku perkenalkan engkau dengan
gitarku, ku perkenalkan engkau dengan kucingku, dan
ku perkenalkan engkau dengan kakak dan bapakku.
Adzan maghrib berkumandang, sebenarnya aku
inginkan kau pulang sebelum adzan, namun berhubung
sudah terlanjur adzan, akhirnya kita shalat dulu. Ku
ajak kau shalat di masjid kampungku, sedang Fadilla,
karena dia lagi mens, hanya menunggu di rumah,
sambil ngobrol dengan kakakku. Aku tak tahu apa yang
mereka bicarakan. Kita berjalan bersama menuju
masjid, ku tunjukkan kau tempat wudhu.
Pujian-pujian kepada Tuhan berubah menjadi suasana
hening dan khitmat ketika shalat, aku tak bisa fokus
kepadaku shalatku. Yang ada hanya bayang senyummu.
Suasana berlanjut menjadi pujian kebesaran Tuhan,
aku keluar masjid, kau sudah menungguku di luar
masjid. Katamu, tadi ada temanku yang mengira kalau
kau adalah kakakku. Karena tadi kita berangkat
berjalan bersamaaan.
Senja telah beranjak malam, aku ucapkan salam
pertemuan kembali besok. Senang, bisa melihatmu
hari ini di rumahku. “ Selamat jalan I‟ana, baik-baik
sampai di rumah....^_^”
Perpustakaan
Prolog : “Kebanyakan
mereka yang menunggu
orang yang dinantinya,
orang yang dinantinya
selalu datang, walau pun
harus menunggu lama atau
bahkan terlambat. Sedangkan kau bahkan tidak
datang....”
Dalam benakku masih tergambar jelas sms yang kau
kirimkan padaku kala itu, sebuah kilas balik tentang
kesalahanku.
Akhir tahun 2008...
SMA Negeri 1 Batang. Buku buku masih berjejer
dengan manis di rak-rak buku. Lemari-lemari kaca
membentuk barisan siap siaga menanti sang tuannya
mengambil bukunya. Kipas angin berputar pelan
menebarkan hawa sejuk angin yang dihasilkannya.
Lampu-lampu bersinar meringankan tugas sang
mentari menyinari seluruh ruangan ini. Banyak manusia
di ruangan ini, ada sang penjaga perpustakaan
bersama sekompi pasukannya di bagian peminjaman
dan pengembalian, ada siswa-siswi yang sedang asyik
membaca buku di mejanya masing-masing. Aku pun
duduk di meja ini, membaca koran hari ini, sembari
menunggu kedatanganmu.
Selalu dan selalu, suasana inilah yang selalu aku
tunggu. Ketika jam kita sama-sama kosong atau ketika
bel istirahat berbunyi. Tempat inilah, tempat kita
biasa bertemu. Meski kelasmu, XI IPA 2 di penjuru
belakang, kelasku XII IPA 1 di penjuru depan, kau
tetap rela datang ke tempat ini. Di tempat inilah, kita
membahas soal, bercanda, bercerita segala hal
tentang kita, bercerita tentang hal yang kau suka,
bercerita tentang orang yang sedang kita sukai,
bermain facebook, bermain komputer dan karena
semua itu, kita jadi dekat. Karena itu semua, teman-
teman mengira kita pacaran. Padahal aku tahu, siapa
yang kau suka, dan kau pun tahu, siapa orang yang
selalu aku ceritakan padamu.
Selalu dan selalu, ada sms di hapeku yang aku silent
kala pelajaran, sampai aku tak tahu kau sms aku dan
mengajakku bertemu di perpustakaan. Aku tak
datang, dan kau kecewa kepadaku. Kau mengirimkan
sms kepadaku yang isinya kekecewaan dan marah
kepadaku, “Kebanyakan mereka yang menunggu orang
yang dinantinya, orang yang dinantinya selalu datang,
walau pun harus menunggu lama atau bahkan
terlambat. Sedangkan kau bahkan tidak datang....”.
Aku selalu minta maaf atas salahku, dan ini, memang
kesalahanku. Betapa aku meremehkan komunikasi,
padahal komunikasi itu sangat sangatlah penting bagi
kita.
Perpustakaan Umum Batang.
Entah kenapa, aku sangat suka bermain di
perpustakaan. Kali ini, tempat kita adalah
perpustakaan umum Batang. Selain perpustakaan SMA
1 Batang, kita sering bertemu di perpustakaan umum
Batang. Di hari minggu yang cerah, kadang kita buat
janji buat ke perpustakaan Batang. Sama halnya di
perpustakaan SMA 1 BAtang, di sini, kita membahas
soal, bercerita banyak hal tentang kita, bercerita
tentang hal yang kau suka, bercerita tentang orang
yang sedang kita sukai, bermain facebook, membaca
majalah, bertengkar pun pernah,bercanda dan juga
makan bareng. Seolah-olah ini menjadi rumah bagi
kita.
Pameran buku tahun 2009 pun diadakan. Gedung
wanita yang terletak disebelah barat Perpustakaan
Umum pun menjadi ramai untuk beberapa hari ke
depan. Hari minggu, aku mengajakmu ke pameran buku
itu. Melihat-lihat berbagai warna buku dan berbagai
event yang ada. Itu, kali pertama aku menggenggam
tanganmu, menggandeng tanganmu sembari menyusuri
stand demi stand. Kita seperti sepasang kekasih kala
itu, kau terlihat manja sekali memaksaku mengikuti
kemanapun langkahmu pergi. Meski kita harus
sembunyi karena kau takut ketahuan oleh senior-
senior Rohis kala kita makan bareng di luar, kau tetap
tersenyum. Katamu, kau tak setuju tentang larangan
pacaran yang diusung oleh mereka. Aku masih belum
bisa mencerna sampai ke situ.
........
Perpustakaan Umum Batang, 9 Agustus 2009....
Minggu ini, aku mengajakmu lagi. Malam kemarin, aku
menyatakan perasaanku kepadamu. Dan kini, kita
bertemu di sini, di sini pulalah kita berjalan
bergandengan tangan, di sini pulalah, kau merubah
status hubungan kita berdua, dari single menjadi
berpacaran. Adzan dhuhur berkumandang, kita
berdua turun ke lantai bawah, aku mengajakmu makan
di warung depan, sehabis makan kita kembali ke
perpustakaan, ada sebuah mobil perpustakaan keliling
terparkir di depan, kacanya yang berlapis debu
menjadi sebuah papan tulis bagimu..
Kau menuliskan sebuah kalimat sakral... “ I love U ....”.
Betapa romantisnya dirimu sayang, sebuah moment
dalam buku kehidupanku yang tak mungkin bisa aku
lupakan. I love U too..
..................
Hari berganti hari, bulan berganti bulan...
Katamu, banyak orang tak suka akan hubungan kita,
ada pihak-pihak yang berusaha memisahkan kita. Aku
mengirimkan sebuah lirik lagu kepadamu.. “mungkinkah
ku miliki cinta seperti ini lagi, jangan biarkan aku
kehilangan dirimu... coba dengarkanlah sumpahku, dari
hati. Aku cinta kamu.. jangan dengar kata mereka
yang tak ingin kita satu, yakinkan aku milikmu....”.
Seiring berjalannya waktu, frekuensi kita bertemu
semakin jarang. Aku harus kuliah ke Semarang,
sedangkan kau tetap bersekolah di Batang. Kita paling
hanya bertemu seminggu 3x, jum‟at sampai minggu.
Setiap sebelum pulang, aku selalu pamitan dulu
denganmu. Ada kerinduan yang aku rasakan ketika aku
akan pulang ke Batang dan ada rasa kehilangan saat
aku akan berangkat ke Semarang. Itulah yang
membuatmu mulai malas ke Perpustakaan Umum,
katamu, karena tak ada kehadiranku. Sampai akhirnya
kau pun terlambat mengembalikan buku dan tidak mau
mengembalikan buku itu, sampai kau dapat surat
panggilan dari petugas Perpustakaan dan sampai aku
yang mengantarmu ke perpustakaan umum. Ada-ada
saja, namun entah kenapa, aku sangat suka dengan
sifat manja dan kekanak-kanakanmu Nok. Aku siap
membayarkan dendamu sayang....
.......
Pertengahan Agustus 2011...
Aku duduk di meja perpustakaan umum, tempat di
mana kita dulu duduk berdua membahas soal,
bercerita banyak, bercanda,bertengkar dan bermain
facebook. Tempat duduk kita dulu, kala mesranya
menjadi kekasih, tempat kita dulu kala kita membuat
iri orang-orang dengan hubungan kita. Kini tempat
duduk itu menjadi kosong, aku hanya duduk sendiri,
membaca sambil separuh otakku membatasi
bayanganmu. Kini yang di sampingku hanyalah
bayangan kosong dirimu. Di keramaian ruangan ini, aku
merasakan sepi dan hampa. Aku merindukan
kehadiranmu lagi di bangku sebelahku.
Epilog : “entah dimana dirimu berada.. hampa terasa
hidupku tanpa dirimu. Apakah di sana (kau) s‟lalu
merindukan aku? Seperti diriku yang s‟lalu
merindukanmu... s‟lalu merindukanmu...”.
Celengan (Janji-2009)
Epilog : “Cintaku tak harus...
miliki dirimu... meski perih
mengiris... iris segala janji....”
Pertengahan September 2009
Bulan ini adalah bulan
Ramadhan. Matahari bersinar
dengan hangatnya, angin
berhembus pelan-pelan membawakan langkah
bahagiaku untuk menghampirimu. Kau berdiri di depan
rumah menyambut kedatanganku. Kita berdua duduk
di hamparan hijau sawah depan rumahmu. Aku
menatap wajah manismu yang sendu karena sakit. Ya,
kau tidak berangkat sekolah hari ini, karena
kesalahanku tadi malam, namun kau tetap senang
bertemu denganku. Kita berbicara banyak hari ini,
tentang tadi malam dan juga tentang masa depan kita.
Aku meyakinkan dirimu tentang masa depan kita,
bahwa kita akan tetap bersama. Ada sebuah janji
antara kita, di kelingking, kita berjanji : “janji, kita
akan bertemu lagi, dalam keadaan apa pun 5 tahun
lagi. Dalam sebuah perjumpaan yang sah, dalam
sebuah talinan yang suci. 5 tahun lagi...”
Inilah janji pertama kita. Tuhan yang menjadi
saksi.
Hari berganti hari, sedikit demi sedikit, umur janji
kita bertambah. Tuhan yang menjadi saksi janji kita
mengutus malaikat waktu unuk menguji kesetiaan janji
kita. Dia mengirimkan badai untuk menggoyahkan tali
persatuan kita.
Awal 2010, malam minggu.
Kau mengatakan kepadaku, bahwa kau merasakan
jenuh di rumah. Aku pun lalu mengajakmu keluar,
dalam perjalanan menghabiskan malam ini, kita sudah
berbicara format masa depan kita yaitu untuk
menabung bersama. Dimana dalam tabungan itu, ada
benih harapan kita. Untuk masa depan kita. Kau
berkata kepadaku, kita akan beli dua celengan dimana
kita akan menyisihkan uang kita tiap hari untuk
dimasukkan kedalam celelngan itu. Sedikit demi
sedikit, akan menjadi banyak. Kau berkata kepadaku,
kita akan buka rekening tabungan dari hasil uang
celengan itu, dengan nama bersama. Kau berkata
kepadaku, rekening tabungan itu akan menjadi
rintisan untuk masa depan kita, untuk pernikahan kita
dan untuk format masa depan kita. Sungguh, malam
romantis yang penuh dengan harapan masa depan.
Dua buah celengan kita beli, celengan merah dan
celengan kuning. Kau memilih merah dan aku memilih
kuning.
...........
Malaikat waktu terus menjalankan roda perputaran
waktu.
Aku rutin memasukkan sedikit demi sedikit uangku
untuk dimasukkan ke dalam celengan kuningku, entah
itu 500, seribu atau pun lima ribu. Karena aku tahu,
masa depan lebih berharga dari pada masa lalu. Dan
kau pun sama, ku kagum terhadap komitmenmu yang
membawa celengan merahmu tiap kali ke sekolah. Itu
karena kau sangat berhati-hati dalam menyimpan
celengan itu, aku dan kau tahu, di rumah keadaan tak
lah aman untuk celengan merah yang sangat berharga.
Aku masih mengingat moment lucu tentang celengan
merahmu, ketika kita berdua di rumahmu dan kau
bermanja-manjaan kepadaku, kau meminta uang seribu
kepadaku yang kemudian kau masukkan ke celengan
merahmu. Sifatmu yang kekanak-kanakan dan manja
saat itu, sungguh sangat membuatku tertawa dan
semakin sayang kepadamu. Kau memasukkan uang itu
lalu dengan sifat kekanan-kanakanmu kau
mencungkilnya lagi, sikapmu saat berhasil
mencungkilnya persis seperti anak kecil yang diberi
balon. Sungguh manja, tapi entah kenapa, aku justru
sangat suka sifat manjamu. Karena itulah, aku sayang
kamu I‟ana. Kau adalah bidadari pembawa warna di
hari-hariku. Dan aku tetap akan mengisi celenganku
untuk format masa depan kita, dan itu untukmu.
Inilah janji kedua. Tuhan yang menjadi saksi.
...........
Menjelang tes SIMAK UI 2010.
Matahari masih bersinar dengan teriknya, walau badai
datang dan tali yang mengikat kita semakin renggang.
Aku tetap berkomitmen bersamamu. Kau punya mimpi
untuk masuk UI, aku pun memperbolehkan.
Bagaimanapun, aku ingin kau sukses juga, karena ku
tahu kau punya kemampuan yang besar dalam
berbahasa inggris. Kita memang sama-sama cerdas,
tapi sayang kita berbeda genre. Perbedaan itu indah,
jika kita bisa memaknainya. Aku sudah mempersiapkan
semuanya, dari akomodasi buat kamu, kemana kita
akan makan, dimana kamu akan menginap, dan berapa
orang yang akan kamu ajak. Ya, karena tesnya di
Semarang, aku bisa lebih menjagamu. Namun, apa
yang terjadi? Semua batal. Dan kau sms aku , ”aku
titip jagain Alfina ya jef.. dia sahabatku.”. ya, Alfina
ikut tes tersebut, dan karena kau yang memintaku
secara tulus, dan karena dia sahabatmu, aku pun janji
kepadamu untuk menjaganya.
Inilah janji ketiga. Tuhan yang jadi saksi.
.............
Malaikat waktu sangatlah kejam. Dia menyebarkan
badai pisau di garis waktuku dan dia. Tali kami yang
semakin renggang kini putus terpotong pisau-Nya. Aku
tak bisa menyalahkan-Nya, karena Dia maha tahu akan
semua rahasia alam semesta.
.......
I‟ana, walau kita sudah tidak bersama. Walau kita
terpisah batas ruang dan waktu, aku tetap menjaga
janji yang pernah aku ucapkan. Aku masih bertahan
menunggu janji 5 tahun itu, aku masih menyisihkan
uangku untuk celengan kuningku, dan aku masih
menjaga Alfina yang kau titipkan padaku. Tuhan
pulalah yang jadi saksi atas segala yang aku lakukan.
Terhadap janji yang telah aku ucapkan. Ku harap kau
pun masih menggenggam janji yang pernah kita
ucapkan. Jika suatu saat kita bertemu lagi, aku janji.
Aku kan jadi lebih baik dari yang kau inginkan. Masih
ingat yang ku smskan padamu awal januari 2010 itu?
“jika suatu saat – entah kapan- aku masih diberi
kesempatan untuk kembali. Aku ingin menjadi
malaikat, bukan manusia. Namun bila aku masih
menjadi manusia, aku memilih menjadi tanah.”
Epilog : “malam-malamku bagai malam seribu bintang
bila kau disini...„tuk sekedar menemani ..„tuk melintasi
wangi yang selalu tersaji di satu sisi hati....”
Notes : “selamat ulang tahun yang ke 20 I‟ana, walau
kita belum bisa bertemu, namun selalu ada do‟a
untukmu. Semoga kau selalu sehat di sana, bahagia di
sana dan tambah baik dan dewasa saja..^_^..”
Tentang Penulis
Jefri Mahendra Kisworo,
dilahirkan di Batang pada
18 Juni 1991. Menempuh
pendidikan kali pertama di
TK Lestari Kasepuhan
Batang, kemudian
melanjutkan ke SD Negeri
1 Kasepuhan Batang (1997-
2003), SMP Negeri 1
Batang (2003-2006) dan
SMA Negeri 1 Batang
(2006-2009).
Saat ini, penulis masih tercatat dan aktif sebagai
Mahasiswa Pendidikan Matematika S1 Universitas
Negeri Semarang (UNNES) angkatan 2009. Buku
berjudul “Kupu-Kupu di Daerah Perbatasan” ini
merupakan buku pertama dari sang penulis. Ini
merupakan suatu persembahan dari blog pribadi sang
penulis, www.jefrianalogica.blogspot.com. “ideologi,
sikap, otak”.
Selain aktif sebagai mahasiswa, penulis juga aktif
berkecimpung dalam lembaga kemahasiswaan, seperti
sebagai anggota KOPMA (2009-2011) dan sebagai
Penanggung jawab 2 di UKM Catur UNNES (September –
Desember2011), Ketua Umum UKM Catur UNNES
(Januari 2012 - sekarang). Penulis juga terdaftar sebagai
kiper utama tim futsal COMIC dan kiper cadangan dari
skuad Math Edu 2009.
Penulis juga sedikit mempersembahkan gelar dalam
kehidupannya, seperti berhasil membawa tim sepak
bola tarkam Briyan ke peringkat 4 kejuaraan tarkam
Kabundelan U-15, membawa tim futsal XII IPA 1
menduduki peringkat 3 dalam kejuaraan classmeeting
tahun 2009, Juara 1 Catur Aksioma XVII, XVIII, dan XIX
(2009, 2010, dan 2011), Juara 2 Catur Porsajur (2010),
Juara 1 Catur Porsajur (2011) dan peringkat 4 kategori
Catur Klasik tingkat Pomrayon (2011).
Penulis yang merupakan fans Dewa 19, Ahmad Dhani,
Gie, Ari lasso dan Once Mekel ini adalah pecinta keripik
pisang, coklat, ikan pindang, tempe dan juga susu
coklat. Hobinya adalah bermain sepak bola, catur, gitar,
bersepeda, menyanyi, membaca buku dan bermain
games. Warna yang disukainya adalah biru dan hitam.
“sabar dan jalanin aja Jef...”
Hidup tak pernah berjalan sendiri. Selalu ada drama,
cerita dan pelajaran yang berasal dari orang lain.
Dan, untuk semua itu, ada ucapan terima kasih aku
ucapkan kepada :
Allah SWT
Nabi Muhammad SAW
Ibuku tercinta, Kunanik.
Bapakku tercinta, Gito Kisworo
Nenekku, Warmu’ah
Mbakku, Mbak Peni Kisworo Wati
Mas iparku, Mas Lutfi Alam Kurniawan
Seluruh kerabatku yang tak mampu aku
sebutkan satu per satu
Sahabat sekamar kosku, Afif Nugrahanto
Cinta pertamaku, I’anatul Karomah
Sahabatku di Kaliwungu, Nur Khofifah
(Inung)
Asrf, yr, dan atya
Luq, shka, yyh, dzki, aira, lutfi, qiyu dan
para sahabat
Teman sekampusku, Wahyu Nugroho
Setiawan
Teman SMA-ku, Nur Wachid
Teman SMA-ku, Nur Handayani
Hani Prima Rasydta (Chendik)
Supranoto (Kampran)
Nur Sita Mar’atun
Madya Prihastini
Muhtamar
Ahmad Dhani dan Dewa 19
Ari Lasso
Serta pihak-pihak yang berperan dalam
memberiku motivasi.
Kalian sungguh sangat berharga buatku.
Shine on.
(sebuah lanjutan...)
Cahaya akan datang di hari kemudian
Melewati daerah perbatasan
Cahaya yang menyilaukan mata para pejalan tirani
Hingga mata mereka satu-satunya buta.
Pelukan hangat akan tiba di waktu kemudian
Melewati daerah perbatasan
Pelukan yang membebaskan jiwa beku para tawanan
Pelukan yang menghangatkan pikiran bodoh para awam
Pelukan yang menyatu-utuhkan semua.
Tangan-tangan adil akan datang.
Menghukum setimpal tangan-tangan kelaliman.
Memotong jemari kefasikan.
Garis akan tegak di segala penjuru.
Damai sedamai-damainya.
Sebuah cerita bahagia.
Do’a kami yang di daerah perbatasan.
Semangat kami, yang bersiap siaga di daerah perbatasan.
Demi kisah bahagia generasi masa depan.
Sebuah cerita bahagia,
Dari do’a dan kesabaran kami di daerah perbatasan.
Malaikat membawaku turun kembali.
Aku terbangun dari mimpi.
Dia memang sudah sepatutnya menjadi Raja atas segala
Tidak seperti saat ini.
End.
“… kamulah kesederhanaan yang utuh dalam satu imajinasi
yang meruntuhkan setiap molekul egoku…”
“Jika suatu saat – entah kapan- aku masih diberi kesempatan
untuk kembali. Aku ingin menjadi malaikat, bukan manusia.
Namun bila aku masih menjadi manusia, aku memilih menjadi
tanah..”
“…Kau seperti kaca.. Dan beling kaca itu menggoreskan
hatiku.. Aku mencintai kaca itu….”
"Nok, jika suatu saat kita bisa bertemu dan bersama,
aku harap kita di negeri yang sama.
Di jalan yang sama….”
Recommended