Lampiran1

Preview:

Citation preview

Lampiran 1. Jurnal Ilmiah

DESAIN TEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS) BERBASIS

MATERIAL RECOVERY FACILITIES (MRFs)

DI KAMPUS C UNIVERSITAS AIRLANGGA

Praditya Sigit Ardisty Sitogasa, Abdul Latief Burhan, dan Nita Citrasari

Program Studi S-1 Ilmu dan Teknologi Lingkungan, Universitas Airlangga

Surabaya, Jawa Timur

Abstract

Material Recovery Facility is one of waste management method that applied to

covered solid waste problem. This plan uses a sampling method to determine the

generation, composition, material balance and volume of solid waste, as well as

for the determination of MRFs based TPS design in Campus C Airlangga

University. Sampling results indicate the solid waste generation rate of

administration and lectures are 0.081 and 0.018 kg/person/day; garden

kg/m2/hari 0.0035, and a street sweeping 0.66 kg/m/day. The percentage of

organic waste component of administrative and lectures activities are 28.01% and

58%, 96% park, and a 100%. Material balance of waste processed at the solid

waste transfer facility and waste disposed to landfill by 612.19 and 259.56 kg/day

or 70.23 and 29.77%. Total waste volume by 19.43 m3/day.Oleh Therefore, it can

be concluded that the design of MRFs based TPS at Campus C Airlangga

University may reduce the rate of waste generation that disposed to landfill.

Key word: Campus C Airlangga University, Material Recovery Facilities (MRFs),

Solid Waste Generation and Solid Waste Transfer Facility

PENDAHULUAN

Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-

hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat (Anonim, 2008). Salah

satu sumber limbah padat yang perlu diperhatikan pengelolaannya adalah limbah

padat institusional, contohnya sekolah, kampus, rumah sakit, dan penjara

(Tchobanoglous et al., 1993).

Komposisi limbah padat di Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Airlangga (FST UA), yaitu plastik, bahan organik, tetra pak, styrofoam, infeksius,

dan B3, serta sampah daun dan ranting yang berasal dari taman (Citrasari, 2011).

Komposisi sampah di FST UA memiliki kesamaan dengan sampah kampus di

lingkungan UPN ”Veteran” Jawa 2008).

Material Recovery Facilities (MRFs) merupakan salah satu metode

pengelolaan sampah secara terpadu yang dapat mengurangi laju timbulan sampah

yang masuk ke TPA. Dengan adanya fasilitas tersebut diharapkan pengelolaan

limbah padat dapat dilakukan secara maksimal sehingga dapat ikut dalam menjaga

lingkungan sekitar. Oleh karena itu, perlu dilakukan desain TPS berbasis MRFs

yang sesuai di Kampus C UA sebagai sumber limbah padat Institusional.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Tempat penelitian di Kampus C, Universitas Airlangga, Surabaya. Waktu

penelitian pada Maret 2012 sampai Juli 2012.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain timbangan 100 kg

merek Camry, timbangan 2 kg merek Oxone, sapu lidi dan ijuk, kotak densitas

ukuran 20 x 20 x 50 cm, penggaris 30 cm, meteran 450 cm merek Krisbow,

walking measurement merek HOL, alas terpal untuk memilah ukuran 200 x 200

cm, kamera digital, dan software AutoCad 2010. Sedangkan, bahan yang

digunakan adalah kantong plastik hitam dan putih yang berukuran 60 x 100 cm

dan 40 x 65 cm, sarung tangan karet, dan masker.

Cara Kerja

Sampling dilakukan selama 8 (delapan) hari, meliputi:

1. Timbulan sampah

Metode yang digunakan merupakan weight-volume analysis

(Tchobanoglous et al.,1993). Semua sampah dari KM UA ditimbang dan dihitung

dengan cara:

Laju Timbulan = (1)

= .........kg/orang/hari

Timbulan sampah = Laju Timbulan (kg/orang/hari) Jumlah Jiwa di Kampus C UA (2)

= ......... (kg/hari)

Timbulan sampah sapuan jalan dihitung per 5 meter dan dengan rumus:

Laju timbulan sampah = Laju timbulan (kg/5m/hari) : 5 (3)

= ……. Kg/m/hari

Timbulan sampah = Laju timbulan (kg/m/hari) x panjang jalan (m) (4)

=……. (m)

2. Komponen sampah

Penentuan komposisi sampah dilakukan dengan memilah sampah dari

sumber dan membagi berdasarkan komponen. Selanjutnya,diukur berat sampah

dan dihitung dengan rumus:

(5)

3. Densitas sampah

Kotak untuk pengukuran densitas berukuran 20 x 20 x 50 cm. Densitas

sampah diperoleh dengan cara (1) menimbang kotak kosong, (2) memasukkan

sampah ke dalam kotak dan menimbangnya, (3) sampah dalam kotak dipadatkan

dengan menjatuhkannya dari ketinggian 30 cm sebanyak 3 kali, (4) kotak

pengukur berisi sampah yang telah dipadatkan kemudian ditimbang sehingga

diketahui beratnya, (5) mengukur tinggi sampah setelah diketuk, dan (6)

menghitung dengan rumus:

Densitas sampah = (6)

= .........kg/m3

Volume sampah = p x l x tsampah (7)

=......m3

Berat recovery = Timbulan sampah per komponen x % Recovery (8)

Berat sampah ke TPA = Timbulan sampah per komponen – Berat recovery (9)

Cara Analisis

Data penelitian dianalisis secara deskriptif analitis dan diterapkan pada

pembuatan desain TPS berbasis MRFs di kampus C UA.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Timbulan sampah

Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat

dalam satuan volume maupun berat per kapita per hari, atau perluas bangunan,

atau per panjang jalan (Anonim, 2002). Kampus C UA merupakan sumber

sampah institusi dengan laju timbulan untuk kegiatan administrasi, perkuliahan,

taman, dan sapuan jalan adalah 0,081 dan 0,018 kg/orang/hari, 0,0035 kg/m2/hari

dan 0,17; 0,05; 0,16; 0,03; 0,02; 0,00; 0,03; 0,03; 0,17 kg/m/hari.

Berdasarkan SNI 19-3983-1995 laju timbulan sampah di KM UA masih

pada rentang 0,025-0,100 kg/orang/hari, yaitu 0,081 kg/orang/hari. Begitu pula

untuk laju timbulan di FST UA masih pada rentang 0,010-0,020 kg/orang/hari,

yaitu 0,018 kg/orang/hari (Anonim, 1995). Sedangkan, untuk total timbulan

sampah yang dihasilkan di Kampus C UA untuk kegiatan administrasi, kegiatan

perkuliahan, taman, dan sapuan jalan adalah 49 kg/hari, 122 kg/hari, 974 kg/hari,

dan 77,7 kg/hari

Timbulan sampah Kampus C UA dipengaruhi oleh aktivitas yang ada. Jika

ada kegiatan atau acara khusus, timbulan sampah gedung perkuliahan maupun

administrasi akan meningkat. Faktor lain yang mempengaruhi adalah jam kerja di

KM UA, yaitu selama 8 jam/hari sehingga waktu aktivitas yang lebih lama

menyebabkan laju timbulan sampah yang dihasilkan per orang cenderung lebih

tinggi. Sedangkan, laju timbulan di FST UA lebih sedikit karena tidak semua jiwa

beraktivitas penuh selama jam kerja. Ada beberapa yang hanya mengikuti acara

perkuliahan sehingga laju timbulan yang dihasilkan per orang menjadi rendah.

Keadaan tersebut tidak berlaku untuk rata-rata timbulan sampah taman dan

sapuan karena tidak dipengaruhi aktivitas manusia, keduanya dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan disekitarnya. Seperti, guguran daun dari pohon dan tanaman di

sepanjang jalan yang dipengaruhi dari kerapatan pohon dan tanaman yang ada.

Komposisi dan % Komponen Sampah

Hasil pemilahan sampah dari KM UA menunjukkan terdapat 15 (lima

belas) komponen sampah yang terdiri atas kertas, plastik, tisu, botol plastik,

styrofoam, B3, organik, tetra pak, kertas minyak, kardus, kaca, kaleng, air, kain,

dan residu. Sedangkan, komponen gedung FST UA, terdiri atas 8 (delapan) jenis,

yaitu organik, plastik, kertas, B3, infeksius, tetra pak, styrofoam, dan residu (tisu,

kapas, karet, kaleng, alat tulis, dan batu) (Citrasari, 2011). Selain komponen

sampah tersebut terdapat pula komponen sampah berupa botol plastik di Gedung

FST UA (Purba, 2012). Untuk komposisi sampah taman FST UA terdiri atas

organik, kertas, plastik, dan lain-lain (logam, batu bata, sepatu, sandal, kaleng,

kaca, dan kain) (Citrasari, 2011). Sedangkan, komponen sampah sapuan jalan di

area Kampus C UA adalah guguran daun. Persen (%) komposisi sampah di KM

UA, Gedung FST UA, Taman FST UA, dan Sapuan Jalan Kampus C Universitas

Airlangga diperlihatkan pada Gambar 1 dan 2.

Sampah organik yang dihasilkan di KM UA didominasi sampah sisa

makanan yang berasal dari sisa makan siang karyawan KM UA. Data komposisi

sampah Gedung di FST UA memiliki pola yang sama dengan KM UA dengan

persentase komponen sampah yang tertinggi, yaitu organik sebesar 58% (sisa

makanan).

Data persentase komposisi sampah taman seperti pada Gambar 2 (a), perlu

diperhitungkan dalam desain karena lahan cukup luas dan banyak tanaman

sehingga % komponen sampah organik taman yang berupa daun sangat tinggi,

yaitu 96% (Citrasari, 2011). Demikian juga sampah sapuan jalan di area Kampus

C UA yang 100% komponennya adalah sampah organik guguran daun dari

tanaman dan pohon di sepanjang jalan.

Berdasarkan gambar komposisi sampah KM UA dan Gedung FST UA

terlihat persen berat komponen terbesar merupakan sampah organik sisa makanan.

Keduanya menunjukkan kecenderungan konsumsi makanan di KM UA lebih

tinggi dibandingkan FST UA. Jumlah jiwa di FST UA yang sebanyak 2387 jiwa

menghasilkan sampah organik sebesar 58% berat. Sedangkan, di KM UA yang

berjumlah jiwa sebanyak 375 jiwa menghasilkan sampah organik (sisa makanan)

mencapai 28,01% dan 24,96% berupa wadah makanan (kardus makanan, kertas

minyak, dan styrofoam).

Guguran

daun;

100%

daun

Kering, 9

6%

plastik, 2

%

kertas, 1

%Lain-

Lain, 1%

organik, 5

8%

plastik, 17

%

kertas, 14

%

residu, 4%

b3, 4%

infeksius,

1%tetrapak, 1

%

styrofoam,

1%

Kertas ;

10,42%Plastik;

9,94%

Tissue;

4,40%

Styrofoam;

2,19%B3; 1,09%

Residu;

10,78%Organik;

28,01%

Tetrapak;

0,93%

Kertas

Minyak;

7,84%

Kardus;

14,93%

Kaca; 0,88%

Kaleng;

0,27%

Air; 0,74%Kain ; 1,06%

Botol Plastik;

6,52%

(a) (b)

Gambar 1. Komposisi Sampah; (a) KMUA dan (b) Gedung FST UA

(a) (b)

Gambar 2. Komposisi sampah; (a) Taman FST UA dan

(b) Sapuan Jalan Kampus C UA

KM UA yang aktivitas utamanya merupakan kegiatan administratif,

diketahui memiliki kecenderungan menghasilkan sampah sisa makanan dan

wadah makanan mencapai 52,97% dari total berat sampah yang dihasilkan.

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa komponen organik (sisa makan)

dan wadah makanan lebih tinggi dibanding komponen kertas (10,42%) yang

umum dihasilkan dari kegiatan administrasi, sedangkan, komponen kertas yang

dihasilkan di FST UA mencapai 14%. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan, diketahui terdapat peningkatan jumlah komponen organik

mencapai 1,25x dari jumlah biasanya saat ada pertemuan (rapat) di KM UA.

Sampah Bernilai Ekonomis

Potensi nilai ekonomi dari sampah organik adalah dapat diolah menjadi

kompos melalui proses komposting. Sedangkan, potensi yang dimiliki sampah

kertas adalah dapat diolah untuk dijadikan kertas kembali dengan memanfaatan

beberapa proses tertentu. Untuk sampah botol dan plastik memiliki 2 (dua) potensi

nilai ekonomis, yaitu diubah menjadi barang lain menjadi produk baru dengan

fungsi lain, seperti penggabungan beberapa plastik atau botol bekas sehingga

menjadi produk kerajinan lain dan dijual dalam bentuk asli.

Berdasarkan potensi yang dimiliki tiap sampah, maka diperlukan fasilitas

untuk mendukung pengelolaan sampah dalam upaya mereduksi sampah yang

dibuang ke TPA. Fasilitas pengolahan berdasarkan komponennya adalah fasilitas

recovery untuk organik, plastik, kertas, botol plastik, kaleng, dan kardus makanan.

Sampah B3 dan infeksius diberi container khusus, sedangkan, residu diberi

container sebagai penampungan sementara sebelum ke TPA.

Perhitungan material balance dilakukan untuk menentukan jumlah

sampah yang direcovery dan dibuang ke TPA. Berdasarkan perhitungan berat

sampah per hari yang dapat direcovery di TPS adalah 70,22% dari 871,74 kg/hari.

Sedangkan, untuk sampah yang dibuang ke TPA sebesar 29,78 % dari

keseluruhan sampah yang dihasilkan di Kampus C UA. Berdasarkan harga jual

kompos/5kg di pasaran dan komponen lainnya, pendapatan bruto hasil recovery di

TPS berbasis MRFs dapat mencapai Rp 425.411/hari atau sekitar Rp

8.508.212/bulan.

Pradesain Material Recovery Facilities (MRFs)

a. Densitas dan Volume Sampah

Perhitungan densitas berguna untuk mendapatkan data laju timbulan

sampah dalam satuan volume (m3/orang/hari dan m

3/m

2/hari). Diketahui densitas

sampah Gedung KM UA 38,35 kg/m3, Gedung FST UA 78,20 kg/m

3, dan sampah

taman FST UA 85,36 kg/m3. Sedangkan, untuk \\\sampah sapuan jalan di Kampus

C UA cukup bervariasi, bergantung pada kondisi setiap jalan. Densitas tertinggi,

yaitu 61,80 kg/m3 untuk gerbang selatan (depan RSP UA), dan yang terendah

sebesar 4,59 kg/m3 untuk jalan depan FST UA-FKM UA.

Berdasarkan perhitungan densitas diketahui volume sampah perhari, yaitu

KM UA 0,80 m3/hari dan Gedung FST UA 0,54 m

3/hari, sedangkan, untuk

volume timbulan sampah di Taman FST UA sebesar 0,33 m3/hari. Selain itu,

untuk total volume sampah sapuan jalan dalah 7,77m3/hari. Untuk volume

timbulan sampah sebesar 0,002 m3/orang/hari untuk KM UA, 0,0002262

m3/orang/hari untuk Gedung FST UA, dan 0,00346 m

3/m

2/hari untuk sampah

Taman FST UA.

Desain Material Recovery Facilities (MRFs)

Fasilitas pada TPS berbasis MRFs di kampus C UA ditentukan

berdasarkan komponen sampah yang dapat dilakukan recovery. Fasilitas yang

direncanakan di MRFs adalah rumah kompos (lahan pencacahan, pengomposan,

pematangan, pengayakan, dan pengemasan), penerimaan dan pemilahan sampah

bercampur, pengemasan bahan anorganik, gudang (kompos dan bahan anorganik),

dan tangki septik penampung lindi. Selain itu, fasilitas di MRFs harus mendukung

segala aktivitas yang ada, seperti mandi pekerja, gudang alat pengomposan, dan

lahan parkir gerobak. Direncanakan keseluruhan lahan TPS berbasis MRFs adalah

1309,61 m2 dan dibutuhkan 949,135 m

2 untuk kebutuhan fasilitas pengolahan.

a. Lahan Rumah Kompos

Kebutuhan lahan rumah kompos sebesar 867,66 m2, terdiri atas lahan

pencacahan, lahan pengomposan dan pematangan, lahan pengayakan dan

pengemasan, dan gudang kompos seluas, 52,56, 766,5, 37,35, dan 11,25 m2.

Lahan penerimaan, pemilahan dan pencacahan sampah sapuan jalan dan taman

memiliki lahan sendiri tidak bergabung dengan pemilahan sampah dari kegiatan

administrasi dan perkuliahan karena 90% komponennya berupa sampah organik.

Pada lahan pengomposan direncanakan jarak antar tumpukan dan ruang gerak

pekerja 1 dan 2 m untuk memudahkan pengontrolan dan membawa gerobak.

Sedangkan, untuk lahan pengemasan kompos dilakukan langsung di

samping tumpukan kompos halus setelah pengayakan sehingga dapat langsung

ditimbang dan dikemas tanpa harus dipindah ke ruang lain. Luas gudang kompos

direncanakan dapat menampung kompos selama 5 hari sebelum dijual pada hari

ke-6. Direncanakan ketinggian tumpukan adalah 1,5 m untuk mempermudah

pekerja dalam melakukan loading dan unloading kompos. Selain itu,

direncanakan juga ruang gerak pekerja adalah 1 m.

b. Lahan Pengelolaan Sampah Anorganik

Pada lahan ini seluruh sampah dari kegiatan perkuliahan dan administrasi

dilakukan pemilahan dengan kapasitas disesuaikan berdasar total sampah yang

dihasilkan. Pemilahan manual dilakukan di meja pemilahan yang didesain khusus.

Selanjutnya, sampah yang dipilah diletakkan pada wadah atau sorting bin.

Lahan yang dibutuhkan untuk fasilitas pengelolaan sampah anorganik ini

seluas 46,345 m2, yaitu 25,72 m

2 untuk lahan pemilahan dan 20,625 m

2 untuk

gudang penyimpanan. Meja diletakkan ditengah ruang dengan container sampah

terpilah atau sorting bin di sekitar meja dan petugas pemilahan. Penentuan luas

lahan untuk gudang adalah dengan mengakomodasi seluruh kebutuhan lahan

untuk peletakkan bahan recovery dan pekerja.

c. Lahan Container Residu dan B3

Digunakan container dengan kapasitas 1100 L untuk residu dan 110-120 L

untuk container B3 yang memiliki dimensi 2 x 0,55 x 1 m dan 0,4 x 0,4 x 0,75 m.

Direncanakan jarak antar container 0,3 m, tepi container 0,5 m dan ruang gerak

pekerja adalah 1 m, maka luas lahan yang untuk peletakkan container penampung

residu dan B3 adalah 4,44 m2.

d. Lahan Pendukung

Lahan pendukung terdiri atas: gudang alat pengomposan, kamar mandi,

lahan parkir gerobak yang berada di sekitas lahan pengomposan dan parkir motor.

Gudang alat pengomposan direncanakan 70 x 150 cm dengan pintu 90 cm

sehingga dapat mencapai semua sisi gudang. Sedangkan, luas kamar mandi

direncanakan 110 x 130 cm dengan 1 WC dan bak air. Lahan parkir direncanakan

untuk 2 gerobak, yaitu untuk gerobak pengangkutan sampah dari sumber dan

untuk operasional saat pengomposan. Panjang lahan parkir gerobak adalah 2,6 m

dan lebar 2 m untuk 2 gerobak. Ketiga adalah lahan parkir sesuai Satuan Ruang

Parkir (SRP) sepeda motor adalah 200 x 70 cm (Anonim, 1996) dan direncanakan

dapat menampung sebanyak 10 motor, maka luas lahan parkir adalah 3,5 x 5,5 =

19,24 m2.

e. Tangki Septik

Tangki septik yang direncanakan pada desain ini berukuran standar untuk

menampung air bilasan tempat dan wadah pemilahan serta aliran dari saluran lindi

di area pengomposan. Tangki septik diharapkan dapat mengolah air buangan dari

TPS supaya tidak berbahaya untuk lingkungan.

KESIMPULAN

Simpulan dari penelitian ini merupakan desain TPS berbasis MRFs di

Kampus C Universitas Airlangga memiliki beberapa fasilitas pengolahan antara

lain: rumah kompos (52,56 m2 lahan pencacahan, 766,5 m

2 lahan pengomposan

dan pematangan, 37,35 m2

pengayakan dan pengemasan, dan 11,25 m2

lahan

gudang penyimpanan kompos), lahan pengelolaan sampah anorganik (25,75 m2

lahan pemilahan, dan 20,675 m2

gudang penyimpanan), lahan container residu

dan B3 (4,44 m2), lahan pendukung (12 m

2 ruang kantor, 9 m

2 ruang untuk loker,

6,6 m2

toilet, 19,24 untuk lahan parkir sepeda motor, 1,05 m2

gudang alat

pengomposan, dan 5,2 m2 untuk lahan parkir gerobak), dan tangki septik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995. SNI 19-3983-1995 Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota

Kecil dan Kota Sedang di Indonesia.

Anonim, 1996. Pedoman Teknis, Penyeleggaraan Fasilitas Pakir. Departemen

Perhubungan Direktur Jenderal Perhubungan Darat. Jakarta. 7-9

Anonim, 2002. SNI 19-2454-2002 Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan

Sampah Perkotaan.

Anonim, 2008. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan

Sampah. Jakarta. 3-31.

Citrasari, N., 2011. Analisi Laju Timbulan, Komposisi, dan Karakteristik Sampah

di FST-UA. Laporan Penelitian FST-UA. November 2011. 18.

Mirwan, M., 2008. Optimasi Pengelolaan Sampah Di Kampus UPN “Veteran”

Jawa Timur. Jurnal Rekayasa Perencanaan, Vol. 4, No.2. Februari 2008.

4-5.

Purba, D. A. S., 2012. Perencanaan Pengolahan Sampah di Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Airlangga. Penilitian Skripsi. Jurusan Ilmu dan

Teknologi Lingkungan, Universitas Airlangga. Surabaya.

Tchobanoglous, G., Theisen, H., and Vigil, S., 1993. Integrated Solid Waste

Management: Engineering Principles And Management Issues. The

Mcgraw-Hill Companies, Inc. 73-584.

Recommended