View
265
Download
7
Category
Preview:
DESCRIPTION
ad
Citation preview
DAFTAR SINGKATAN
CCS : Cairan Serebro Spinal
MRI : Magnetic Resonance Imaging
USG : Ultrasonography
CT-SCAN : Computerized Tomography Scanner
VP-Shunt : Ventriculoperitoneal Shunting
SSP : Sistem Saraf Pusat
1
BAB IPENDAHULUAN
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan CCS (Cairan Serebro Spinal)
secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dan terjadi
akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang
subarakhnoid keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidak seimbangan
antara produksi dan absorbsi dari CSS.1
Insidensi kongenital hidrosefalus menurut United States adalah 3 per 1000
kelahiran hidup. Dan sekitar 100.000 shunts digunakan setiap tahunnya
dibeberapa negara, namun sedikit informasi yang tersedia untuk negara lainnya.
Jika hidrosefalus tidak ditatalaksana dapat menyebabkan kematian akibat herniasi
tonsilar sekunder sehingga terjadi kompresi sel otak yang mengakibatkan
respiratory arreast. 2
Secara keseluruhan insiden dari hidrosefalus antara 0,2 sampai 4 dari 1000
kelahiran. Insiden hidrosefalus kongenital adalah 0,5 sampai 1,8 pada setiap 1000
kelahiran dan 11 sampai 43 % disebabkan oleh stenosis aquaductus serebri. Tidak
ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin dan perbedaan ras.
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering
disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46 % adalah akibat
abnormarlitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subarakhnoid dan
meningitis, kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior. Sekitar 100% shunt yang
tertanam setiap tahun dinegara maju, tetapi informasi untuk negara-negara lain
masih sedikit.1
Kematian hidrosefalus yang tidak ditangani dapat terjadi oleh karena
herniasi sekunder yang dapat menyebabkan peningkatan intrakranial, kompresi
batang otak dan sistem pernafasan. Pemasangan shunt telah dilakukan pada 75%
dari semua kasus hidrosefalus dan 50% pada anak-anak dengan hidrosefalus
komunikan. Kurangnya perkembangan fungsi kognitif pada bayi dan anak-anak,
atau hilangnya fungsi kognitif pada orang dewasa, dapat menjadi komplikasi pada
hidrosefalus yang tidak diobati. Hal ini dapat bertahan setelah pengobatan.
2
Kehilangan fungsi visual dapat menjadi komplikasi pada hidrosefalus yang tidak
diobati dan dapat menetap setelah pengobatan.2
BAB 2
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan fisiologis kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapis jaringan yang disingkat sebagai SCALP
yaitu : (1) skin atau kulit, (2) Connective Tissue atau jaringan penyambung (3)
Aponeurosis atau galea aponeurotikan (4) Loose areolar tissue atau jaringan
penunjang longgar (5) Perikranium. Jaringan penunjang longgar memisahkan
galea aponeurotika dari perikranium dan merupakan tempat tertimbunnya darah
hematoma subgaleal. Kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga bila
terjadi luka kulit kepala dapat menyebabkan kehilangan darah cukup banyak,
terutama pada bayi dan anak-anak.3
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis cranii. Khusus di
regio temporal, kalvaria tipis tetapi dilapisi oleh temporalis. Basis kranii
berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak
akibat proses akselerasi dan deselerasi. Lantai dasar rongga tengkorak dibagi atas
3 fossa yaitu : fosa anterior, fosa media dan fossa posterior. Fossa anterior tempat
lobus frontalis, fosa media tempat lobus temporalis dan fosa posterior adalah
ruang untuk bagian bawah batang otak dan otak kecil(serebelum).4
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3
lapisan yaitu : duramater, aracnoid, dan piamater., duramater adalah selaput yang
keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam
dari krnium. Karena tidak melekat pada selaput araknoid dibawahnya, maka
terdapat suatu ruang potensial (ruang subdural) yang terletak antara duramater dan
4
araknoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural. Pada cederaa otak,
pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus
sagitalis superior di garis tengah atau disebut dengan Bridging Veins, dapat
mengalami robekan dan mengalami perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior
mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari
sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat. Arteri-arteri meningea
terletak antara duramater dan permukaan dalam dari kranium (ruang epidural).
Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri –arteri
ini dan dapat menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami
cedera adalah arteri arteri meningea mediia yang terletak pada fossa temporalis
(fosa media). Dibawah duramater terdapat lapisan kedua dari meningen, yang tipis
dan tembus pandang yang disebut sebagai lapisan araknoid. Lapisan ketiga adalah
piamater yang melekat erat pada permukaan korteks serebri.5
Otak manusia terdiri dari serebrum, serebelum dan batang otak. Serebrum
terdiri atas hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan oleh falk serebri yaitu lapisan
duramater dari sisi inferior sinus sagitalis superior. Pada hemisfer serebri kiri
terdapat pusat bicara manusia. Hemisfer yang mengandung pusat bicara sering
disebut sebagai hemisfer dominan. Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi,
fungsi motorik dan pada sisi dominan, mengandung pusat ekspresi bicara. Lobus
parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal
mengatur fungsi memori. Lobus oksipital bertanggung jawab dengan proses
penglihatan. Batang otak terdiri dari mesensefalon, (mid brain), pons dan medula
oblongata. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang
berfungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan. Pada medula oblogata terdapat
pusat kardiorespiratorik, yang terus memanjang sampai ke medula spinalis
dibawahnya. Lesi yang kecil saja sudah dapat menyebabkan defisit neurologis
yang berat. Serebelum bertanggung jawab dalam fungsi koordinasi dan
keseimbangan, terletak dalam fosa posteriror, berhubungan dengan medula
spinalis, batang otak, dan juga kedua hemisfer serebri.3
2.2 Anatomi dan Fisiologi aliran LCS
5
Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, yang
terdiri dari siostem ventrikel, sisterna magna dan ruang subarakhnoid yang
meliputi seluruh susunan saraf. CSS yang dibentuk kembali keperedaran darah
melalui kapiler didalam piyamater, arachnoid yang meliputi seluruh SSP.5
CSS dibentuk didalam sistem ventrikel serebrum, terutama oleh pleksus
koroideus, masing-masing dari keempat ventrikel mempunyai jaringan pleksus
koroideus, yang terdiri atas lipatan vilosa dilapisi oleh epitel dan bagian
tengahnya mengandung jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah. Cairan
dibentuk melalui sekresi dan difusi aktif. Terdapat sumber CSS non koroid, tetapi
aspek pembentukan cairan ini belum diketahui sebelumnya.5
Sistem ventrikel terdiri atas sepasang ventrikel lateral, masing-masing
dihubungkan oleh akuaduktus sylvii ke ventrikel keempat tunggal yang terletak
digaris tengah dan memiliki tiga lubang keluar, sepasang foramen luschka
disebelah lateral dan sebuah foramen megendie ditengah. Lubang ini berjalan
menuju ke sebuah sistem yang saling berhubungan dan ruang subarachnoid yang
mengalami pembesaran fokal dan disebut sisterna. 5
Alirannya adalah dari ventrikel lateral menuju ventrikel ketiga, kemudian
ke ventrikel keempat lalu ke sisterna basalis, tentorium, dan ruang subarakhnoid
di atas konveksitas serebrum ke daerah sinus sagitalis, tempat terjadinya
penyerapan kedalam sirkulasi sistemik.4
Pleksus koroideus menghasilkan 70% CSS, dan sisanya dihasilkan oleh
pergerakan dari cairan transepidermal dari otak menuju sistem ventrikel. Rata-rata
volume cairan liquor adalah 90 ml pada anak-anak, dan 150 ml pada orang
dewasa. Tingkat pembentukan adalah sekitar 0,35 ml/menit atau 500 ml/hari.
Oleh karena itu sekitar 14% dari total volume mengalami absorsi setiap satu jam.
Tingkat dimana cairan CSS dibentuk tetap relatif konstan dan menurun hanya
sedikit saat tekanan cairan css meningkat, sebaliknya tingkat penyerapan
meningkat signifikan saat tekanan css melebihi 7 mm Hg, tingkat penyerapan
adalah tiga kali tingkat formation.4
6
2.3 Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah terjadinya pengumpulan cairan otak secara berlebihan
didalam sistem ventrikel (ruangan cairan otak) yang normal sehingga
menyebabkan pelebaran sistem ventrikel dan terjadi peninggian tekanan
intrakranial.6
Struktur yang berkaitan dengan hidrosefalus yaitu bagian-bagian dimana
CSS berada:6
Sistem Ventrikel Otak dan Kanalis Sentralis
1. Ventrikel Lateralis, ada dua terletak didalam hemisfer telencephalon.
Kedua ventrikel lateralis berhubungan dengan ventrikel III (ventrikel
tertius) melalui foramen interventrikularis (monro).
2. Ventrikel III ( ventrikel tertius), terletak pada diencephalon. Dinding
lateralnya dibentuk oleh thalamus dengan adhesio interthalamica dan
hypothalamus. Recessus opticus dan infundibularis menonjol ke anterior,
dan recessus suprapinealis dan recessus pinealis kearah kaudal. Ventrikel
III berhubungan dengan ventrikel IV melalui suatu lubang kecil, yaitu
aquaductus sylvii (aquaductus cerebri).
3. Ventrikel IV (ventrikel quartus), membentuk ruang berbentuk kubah diatas
fossa rhomboidea antara cerebellum dan medulla serta membentang.
4. Kanalis sentralis medula oblongata dan medulla spinalis, saluran sentral
korda spinalis: saluran kecil yang memanjang sepanjang korda spinalis,
dilapisi sel-sel ependimal. Diatasnya masuk kedalam medulla oblongata
dimana dia membuka ventrikel IV
Ruang Subarakhnoid
Merupakan ruang yang terletak diantara lapisan arakhnoid dan piamater.6
2.4 Etiologi
Penyebab dari hidrosefalus adalah :7
a.Kelainan bawaan (konginetal)
b. Infeksi
c. Neoplasma
7
d. Perdarahan.
2.5 Jenis Hidrosefalus
1. Hidrosefalus Non Komunikan (tipe tak berhubungan ):
Terjadinya obstruksi pada aliran cairan serebrospinal.7
2. Hidrosefalus Komunikan (tipe berhubungan ) :
Kegagalan absorbsi cairan serebro spinal.7
2.6 Patofisiologi
Produksi CSS ↑ Absorbsi ↓
- Post infeksi: Meningitis
- Tumor space occupying
Penumpukan cairan (CSS)dalam ventrikel otak secara aktif
(Hidrosefalus )
Penatalaksanan Obstruksi aliran pada shunt diventrikel
otak
Pemasangan VP Shunt Peningkatan Volume CSS
Immobilisasi Resiko Infeksi TIK ↑
Gangguan integritas kulit
8
Keterangan:
1. Penyumbatan aliran CCS dalam sistem ventrikel dan tempat
absorbsi dalam rongga subaracnoid → dilatasi ruangan CSS di
atasnya (foramen Monroe, foramen Luschka dan Magendie,
sisterna magna dan sisterna basalis) → Hidrosefalus
2. Pembentukan CSS yang berlebihan dengan kecepatan absorbsi
yang normal → Hidrosefalus.8
2.7 Cara Menegakkan Diagnosa
a. Anamnesis
1. Riwayat penyakit sekarang: Perjalanan penyakit pasien hingga pasien
dibawa ke rumah sakit.
2. Riwayat kesehatan masa lalu: Terutama adanya riwayat luka/trauma
kepala atau infeksi serebral
3. Riwayat kehamilan dan persalinan :Kelahiran yang prematur, neonatal
meningitis, perdarahan subaracnoid, infeksi intra uterin, perdarahan
perinatal, trauma/cedera persalinan.
b. Pemeriksaan Fisik
1. pengukuran lingkar kepala (Occipitifrontal)
2. Mata juling
3. Sakit kepala
4. Lesu
5. Menangis jika digendong dan diam bila berbaring
6. Mual dan muntah yang proyektil
7. Melihat kembar
8. Ataksia
9. Perkembangan yang berlangsung lambat
10. Pupil edema dan anisokor.8
2.8 Tanda dan Gejala
9
Tanda dan gejala hidrosefalus pada bayi dan anak bervariasi tergantung
pada umur, derajat dari hidrosefalus pada saat diketahui, penyebab utama dan
kecepatan waktu terjadinya hidrosefalus.8
Gejala dan tanda hidrosefalus
Bayi Prematur Bayi Cukup Bulan Anak-AnakApnea
Makrosefali Sakit kepalaBradikardi Kemampuan
makan berkurang
Mual,muntah,rewel, kelemahan
Hipotoni Penurunan kesadaran
Keterlambatan perkembangan
Asidosis Penambahan lingkar kepala yang cepat
Penurunan prestasi disekolah
Kejang Ubun-ubun depan menegang
Gangguan Perilaku
Penambahan lingkar kepala yang cepat
Pelebaran jarak antar sutura
Papilaedem, gangguan penglihatan
Ubun-ubun depan menegang
Muntah Sindrom parinaud
Pelebaran jarak antara sutura
Pelebaran pembuluh darah vena
Sunset eye appereance
Muntah Gangguan kontrol gerakan kepala
Hipertensi, bradikardi, pola nafas tidak teratur
Sunset eye appereance
Papilaedem, gangguan penglihatanSindrom parinaudSunset eye appereancePenonjolan tulang frontal
2.9 Diagnosis
10
Modalitas yang dapat digunakan untuk mendiagnosis hidrosefalus, yaitu
USG, rontgen X foto polos tengkorak, CT-Scan dan MRI kepala.1
1. USG
USG prenatal dapat diandalkan dan cukup akurat dalam mendiagnosis
hidrosefalus. Hidrosefalus pada janin dapat mulai dideteksi pada akhir trimester
pertama kehamilan, tetapi pelebaran abnormal dari sistem ventrikel akan lebih
jelas terlihat setelah usia 20-24 minggu gestasi. Walaupun usg prenatal dapat
mendeteksi hidrosefalus tetapi tidak dapat menentukan penyebab dan letak dari
sumbatan.kejadian hidrosefalus yang muncul sejak trimester awal memiliki
prognosis mortalitas dan perkembangan yang buruk.
USG kepala dapat berguna pada bayi dan anak-anak dengan ubun-ubun
buka yang masih terbuka (biasanya dibawah usia 18 bulan) melalui ubun-ubun
depan dapat diperlihatkan bentuk dari ventrikel lateral serta gambaran bekuan
intraventrikular, tetapi kurang akurat dalam menilai ventrikel 3,4 dan ruang
subarakhnoid. Karena itu diagnosis hidrosefalus jarang berdasarkan USG.
Keuntungan dari USG adalah peralatannya lebih mudah dibawa, tidak
memberikan radiasi, pemeriksaan tidak memerlukan sedasi (pembiusan), dan
biaya lebih murah dibandingkan CT scan/MRI
2. Rontgen polos kepala
Tanda hidrosefalus pada rontgen polos kepala berupa makrokrania, pelebaran
sutura tengkorak (pada bayi dengan ubun-ubun dan sutura yang belum menutup),
gambaran alur pembuluh darah yang semakin jelas, pendataran sella tursika serta
adanya gambaran impresio digitate .
3. CT Scanning kepala
CT scan kepala dapat memperlihatkan secara akurat bentuk dan ukuran dari
ventrikel, adanya gambaran perdarahan, klasifikasi, kista dan alat shunt. CT scan
juga memperlihatkan dengan jelas tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
seperti hilangnya gambaran sulkus cerebri, hilangnya gambaran ruang
subarakhnoid dikonveksitas, imbibisi dari cairan cerebsrospinal disubstansia alba
11
periventrikel. Gambaran ini yang membedakan hidrosefalus dengan
ventrikulomegali karena atrofi cerebri.
4. MRI
MRI merupakan pemeriksaan terpilih untuk meneliti penyebab anatomis yang
mendasari hidrosefalus. Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan gambaran
anatomis otak dan lesi intrakranial (tumor, vaskuler) dengan lebih baik. Dengan
MRI dapat dilihat gambaran membran pada loculated ventricle, patensi
akuaduktus sylvius yang bermanfaat pada penilaian pre operasi endoskopi.1
2.10 Tatalaksana
1. Medikamentosa
Tidak terdapat terapi medis yang mengobati hidrosefalus secara efektif.
Adakalanya digunakan obat-obat diuretik sebagai pengobatan sementara sebelum
dilakukan tindakan shunt. Asetazolamid dapat mengurangi produksi cairan otak.
Dosisnya dapat mencapai 100 mg/kg dan efektivitas penurunan cairan
serebrospinal bermakna. Furosemid dengan dosis 1 mg/kg juga dapat digunakan
walaupun belum diketahui bagaimana kerjanya.1
2. Tindakan Intervensi/Pembedahan
Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus, pada
penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan: manitol per infus
0,52 g/kgBBhari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.1
1. Third Ventrikulostomi/ ventrikel III
Lewat kraniotomi, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma
optikum, dengan bantuan endoskopi, selanjutnya dibuat lubang
sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar
2. Operasi pintas/ “Shunting”
Ada 2 macam :
1. Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk
terapi hidrosefalus tekanan normal.
2. Internal
12
a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh
lain.
1.Ventrikulo-sisternal, CSS dialirkan ke sisterna
magna(Thor- Kjeldsen)
2. Ventrikulo-atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
3. Ventrikulo-sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis
superior
4. Ventrikulo –bronkhial, CSS dialirkan ke bronkhus
5. Ventrikulo- mediastinal, CSS dialirkan ke rongga
peritoneum
b. Lumbo pertoneal shunt
CSS dialirkan dari resessus spinalis lumbalis ke rongga
peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum
Touhy secara perkutan.1
Drainase liquor eksternal dilakukan dengan memasang kateter ventrikuler
yang kemudian dihubungkan dengan suatu kantong drain eksternal. Keadaan ini
dilakukan untuk penderita yang berpotensi menjadi hidrosepalus (hidrosefalus
transisi) atau yang sedang mengalami infeksi. Keterbatasan tindakan ini adalah
adanya ancaman kontaminasi liquor dan penderita harus selalu dipantau secara
ketat. Cara lain yang mirip dengan tindakan ini adalah punksi ventrikel yang
dilakukan berulang kali untuk mengatasi pembesaran ventrikel yang terjadi. Cara-
cara untuk mengatasi pembesaran ventrikel tersebtu dapat diterapkan pada
beberapa situasi tertentu seperti pada kasus stadium akut hidrosefalus paska
perdarahan.8
Penanganan alternatif (selain shunting)
Tindakan alternatif selain operasi pintas (shunting) diterapkan khususnya
pada kasus-kasus yang mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel termasuk
juga saluran keluar ventrikel IV (misal; stenosis akuaduktus, tumor fossa
posterior, kista arakhnoid). Dalam hai ini maka tindakan terapeutik semacam ini
perlu dipertimbangkan terlebih dahhulu. Walaupun kadang lebih rumit daripada
memasang shunt, mengingat restorasi aliran liquor menuju keadaan atau
mendeteksi normal selalu lebih baik daripada suatu drainase yang artifisial.8
13
Terapi etiologi. Penanganan terhadap etiologi hidrocefalus merupakan
strategi terbaik; seperti antara lain; pengontrolan kasus yang mengalami
intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi massa yang mengganggu liquor,
pembersihan sisa darah dalam liquor atau perbaikna suatu malformasi. Pda
beberapa kasus diharuskan untuk melakukan terapi sementara terlebih dahulu
sebelum diketahui secara pasti lesi penyebab; atau masih memerlukna tindakan
operasi shnting karena kasus yang mempunyai etiologi multifakto atau mengalami
gangguan liquor sekunder.8
Penetrasi membrane. Penetrasi dasar ventrikel III merupakan suatu tindakan
membuat jalan alternative melalui rongga subarakhnoid bagi kasus kasus stenosis
akuadustus atau (lebih umum) sirkulsi liquor secara pseudo fisiologi,
ventrikulostomi III dapat menciptakan tekanan hidrostatik yang uniform pada
seluruh sistem saraf pusat sehingga mencegah terjadinya perbedaan tekanan pada
struktur-struktur garis tengah yang rentan. Saat ini metode terbaik untuk
melakukna tindakan tersebut adalah dengan teknik bedah endoskopi, dimana suatu
neuroendoskop (rigid atau flesibel) dimasukkan melalui burrhole coronal (2-3cm
dari garis tengah) kedalam ventrikel lateral, kemudian melalui foramen monro
(diidentifikasi berdasarkan pleksus khoroid dan vena septalis serta vena talamus
triata) masuk kedalam ventrikel III. Lubang dibuat didepan percabangan arteri
basilaris sehingga terbentuk saluran antara ventrikel III dengan sisterna
interpedinkulus. Lubang itu dapat dibuat dengan memakai laser, monopolar
kuagulator, radiofrekuensi, dan kateter balon.8
Operasi pemasangan ‘pintas’ (shunt)
Sebagia besar pasien hidrosefalus memerlukan shunting, bertujuan membuat
aliran liquor baru (ventrikular atau lumbal) dengan kavitas drainase (seperti;
peritonium, atrium kanan, dan pleura). Pada anak-anak lokasi kavitas yang terpilih
adalah rongga peritonium mengingat mampu menampung kateter. Yang cukup
panjang sehingga dapat menyesuaikan pertumbuhan anak serta resiko terjadi
infeksi relatif lebih kecil dibandingkan rongga jantung. Biasanya cairan CSF
didrainasi dari ventrikel, namun terkadang pada hidrosefalus kommunikans ada
yang didrain ke rongga subarachoid lumbar.8
14
Pada dasarnya alat shunt terdiri dari tiga kompenen yaitu; kateter proksimal,
katub (dengan/tanpa reservoir), dan kateter distal. Komponen bahan dasarnya
adalah elastomer silicon. Pemilihan pemakaian didasarkan atas pertimbangan
mengenai penyembuhan kulit yang alami hal ini sesuai dengan usia penderita,
berat badan, ketebalan kulit dan ukuran kepala. Sistem hidrodinamik shunt tetap
berfungsi pada tekanan yang tinggi, sedang, dan rendah, dan pilihan ditetapkan
desuai dengan ukuran ventrikel, status pasien (vegetative, normal), patogenesis
hidrosefalus dan proses evolusi penyakit.8
Penempatan reservoir shunt umumnya dipasang difrontal atau temoro-
oksipital yang kemudian disalurkan dibawah kulit. Teknik operasi penempatan
shunt didasarkan pada pertimbangan anatomis dan potensi kontaminasi yang
mungkin tejadi. Tedapat dua hal yang perlu diobservasi pasca operasi, yaitu:
pemeliharaan luka terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan kelancaran dan
fungsi alat shunt yang dipasang.8
Komplikasi shunt dikategorikan menjadi tiga komplikasi yaitu; infeksi,
kegagalan mekanis, dan kegagalan fungsional, yang disebabkan jumlah aliran
yang tidak adekuat. Infeksi meningkatkan risiko akan kerusakan intelektual,
lokulasi ventrikel dan bahkan kematian. Kegagalan mekanis mencakup
komplikasi seperti; oklusi aliran didalam shunt (proksimal katub atau distal),
diskoneksi atau dapat berupa drainase yang berlebihan atau malah kurang
lancarnya drainase. Drainase yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi
lanjutan seperti terjadinya efusi subdural, kraniosinostosis, lokulasi ventrikel,
hipotensi ortostatik.8
2.11 Prognosis
Tindakan penatalaksanaan hidrosefalus harus segera dilakukan setelah
diagnosis ditegakkan . penatalaksaan yang cepat memberikan harapan yang lebih
baik. Jika kerusakan parenkim serebral sudah lanjut, bahkan sudah terjadi
hidransefali dan ukuran kepala sudah sangat besar, maka tujuan tindakan bedah
saraf hanya untuk menghambat bertambah besarnya kepala. Sedangkan kecacatan
saraf yang sudah terjadi tidak dapat diperbaiki. Pada pasien seperti ini
perkembangan otaknya juga tidak baik dan risiko komplikasi pasca tindakan
bedah saraf juga akan meningkat.1
15
BAB 3LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
16
Nama :Zairi
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 3 Bulan
Suku : Aceh
Agama : Islam
Alamat : BlangBalee, Peureulak, Aceh Timur
Pekerjaan : -
No. RM : 1-05-05-93
Tanggal Masuk : 27 Juli 2015
Tanggal Pemeriksaan : 24Agustus 2015
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Kepala membesar.
Keluhan Tambahan : Riwayat Kejang.
RPS :
Seorang pasien datang dengan keluhan kepala membesar sejak os lahir 4 bulan
yang lalu. Pasien sudah pernah dioperasi VP shunt sebelumnya pada bulan April
2015 saat os baru lahir. Beberapa bulan sesudah dilakukan operasi pertama kepala
pasien sudah mengecil, tetapi mulai awal bulan juli kepala pasien membesar
kembali. Sehingga pasien dirujuk ke RSUZA untuk dilakukan operasi VP shunt.
Hingga saat ini os telah melakukan VP shunt sebanyak 5 kali. Dengan jarak vp
shunt kedua dan ketiga hanya 1 minggu. Hingga saat dilakukan pemeriksaan
kepala pasien masih membesar. Pasienmemiliki riwayat kejang sebelumnya.
RPD: Ibu pasien sudah mengetahui bahwa anaknya mengalami pembesaran
kepala sejak usia kandungan 9 bulan berdasarkan hasil usg dan VP shunt pertama
dilakukan sejak os lahir.
RPK: Di keluarga pasien juga tidak ada yang mengalami hal sama seperti pasien.
RPO: Keluarga pasien tidak tahu obat yang telah diberikan setelah dilakukan VP
shunt pertrama di rumah sakit Langsa.
17
3.3 Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah :
Frekuensi nadi : 160 kali/menit.
Frekuensi nafas : 36 kali/menit.
Suhu : 36,8oC di axilla
Anemis : Tidak dijumpai
Sianosis : Tidak dijumpai
Dispnoe : Tidak dijumpai
Ikterik : Tidak dijumpai
Oedem : Tidak dijumpai
3.4 Pemeriksaan Fisik
Kepala : Tampak makrosefali dan gambaran vena-vena prominen
pada kepala pasien serta cracked pot sign, lingkar kepala 53
cm.
Mata : Sunset phenomenon, Konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), edema plapebra (-/-)..
Leher : Tidak teraba pembesaran
.
Thoraks :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, tidak ada
jejas.
Palpasi : Stem fremitus kanan = Stem fremitus kiri
Perkusi : Sonor/Sonor
Auskultasi : Suara pernapasan vesikuler di seluruh
lapangan paru. Suara tambahan tidak dijumpai
Abdomen : Simetris, soepel,tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran organ, peristaltik normal.
Ekstremitas : Edema ektremitas inferior (-/-).
Status Lokalis
18
Regio cephal: post pemasangan vp shunt, kepala membesar dan vena
prominen.
3.5 Resume Klinis
- Seorang anak usia 4 bulan datang dengan keluhan kepala membesar.
Sebelumnya saat usia 8 bulan dalam kandungan ibunya sudah mulai
mengetahui bahwa anaknya mengalami pembesaran kepala yang diketahui
berdasarkan hasil USG. Pasien sudah pernah dilakukan operas vp-shunt
pertama sekali saat baru lahir April 2015 dan kepala pasien sempat
mengecil. Namun padabulan Juli 2015 kepala pasien membesar kembali
sehingga dilakukan pemasangan repair vp-shunt. GCS pasien E4V5M6.
Pada pemeriksaan penunjang Ct Scan kepala tampak dilatasi ventrikel
lateralis kanan kiri, III, dan IVkesan hidrosefalus komunikans.
3.6 Usul Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis pemeriksaan 27 Juli 2015 09 juli 2015 Nilai Rujukan
Hemoglobin 10.4 g/dL 7.8gr/dL 12.0-15.0 Hematokrit 33% 26% 37-47
Eritrosit 4.3 x 106mm 3.5 x 106/mm3 4.2-5.4
Trombosit 334 x 103mm 330 x 103mm 150-450
Leukosit 13.3 x 103mm 11.5 x 103mm 4.5-10.5
Natrium 132 mmol/dL 133 mmol/dL 135-145
Kalium 4,6 mmol/dL 3.4 mmol/dL 3.5-4.5
Clorida 103 mmol/dL 102 mmol/dL 90-110
Waktu perdarahan 3 menit 2 menit
Waktu pembekuan 9 menit 7 menit
Hasil laboratorium darah rutin
2. Ct Scan kepala
19
- Expertise :Pada pemeriksaan penunjang Ct Scan kepala tampak dilatasi
ventrikel lateralis kanan kiri, III, dan IV kesan hidrosefalus komunikans.
3. Foto Thorax AP
Kesan: Tidak tampak kelainan pada cor dan pulmo.
3.8 Diagnosis Banding
1. Makrosefali e.c hidrosefalus
2. Makrosefali e.c hidransefali
20
3.9 Diagnosis Klinis
Hidrosefalus communicans+ post repair VP shunt.
3.10 Rencana Terapi
IVFD 4:1 10 gtt/menit
Inj. Ceftriaxone amp gr/ 8 jam
Inj. Novalgin amp / 8 jam
Drip phenitoin 10mg/ 12jam
Paracetamol sirup 3 x 1cth
BAB IVPEMBAHASAN
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien, tanda-tanda vital
pasien dalam batas normal. Pemeriksaan lokalis pada regio cephal,tampak
makrosefali dan gambaran vena-vena prominen pada kepala pasien serta cracked
21
pot sign serta ditemukannya sunset sign pada pemeriksaan mata pasien. Secara
umum, gejala dan tanda yang ditemukan pada pasien tersebut akibat penumpukan
CSF yang disebabkan oleh gangguan pada aliran CSF baik akibat gangguan
absorpsi maupun adanya obstruksi pada saluran CSF. Peningkatan tekanan
intrakranial akibat gangguan aliran CSF mengakibatkan pembesaran ventrikel
yang berujung pada pelebaran dari sutura pada tengkorak bayi yang masih
fleksibel. Sunset sign terjadi akibat penekanan pada saraf-saraf yang mengatur
gerakan bola mata, jika peningkatan tekanan intrakranial tidak ditangani maka
akan berujung pada kerusakan permanen saraf optikus. Disamping itu, penekanan
dan peregangan jaringan otak juga berlangsung dan berujung pada defisit
neurologis yang permanen jika tidak segera ditangani. Riwayat kejang juga
ditemukan pada pasien, hal ini menunjukkan bahwa sudah terjadi kerusakan pada
jaringan otak pasien.
Dari gejala-gejala yang ditemukan pada pasien dan didukung oleh
pemeriksaan penunjang yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pasien
menderita hidrocephalus tipe communicans.
Pemasangan VP shunt merupakan terapi utama pada pasien dengan
hidrocephalus. Tujuan utama dari terapi ini adalah untuk menurunkan tekanan
intraventrikuler dengan cara membuat aliran CSF yang baru melalui shunt
tersebut. Pada pasien pediatric penempatan kapitas drainase biasanya dipilih
adalah rongga peritonium karena mampu menampung cateter yang panjang
sehingga dapat beradaptasi ketika anak tumbuh, hal ini juga menurunkan resiko
terjadinya infeksi dibandingkan dengan pemasangan kavitas drainase pada rongga
jantung. Pemberian antibiotik pada pasien bertujuan untuk mengurangi risiko
infeksi dari tindakan pemasangan shunt. Pemberian antipiretik, analgesik, dan
antikonvulsan bertujuan sebagai terapi simtomatis pada pasien.
Dari anamnesis diatas, ibu pasien mengaku, tindakan pemasangan VP shunt
sudah dilakukan beberapa kali. Hal yang paling memungkinkan dilakukan
pemasangan VP shunt berkali-kali tersebut adalah masalah komplikasi setelah
pemasangan seperti infeksi, kegagalan mekanik dan kegagalan secara fisiologis.
Komplikasi yang minimal akan memberikan hasil yang lebih baik untuk
perkembangan neurologis pasien.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. David, G. 2001. Pediatric Neurosurgery; Surgery of Developing Nervous
System. United Stase American: American Association of Neurological
Surgeons, Section of Pediatric Neurosurgery
23
2. Layono Fuso, 2003. Hidrosefalus. Rumah Sakit Umum Daerah Dokter
Soetomo Surabaya
3. Satyanegara, Yusni R, 2010. Bedah Saraf edisi IV. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
4. R. Sjamsuhidat, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC: Jakarta
5. Ashari, Samsul. 2011. Sinopsis Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: Departement
Bedah Saraf FK UI RSCM
6. Vinchon, Harold R, Abhaya VK.(2012). Pediatric hydrocephalus outcomes:
a review. Fluids and Barriers of the CNS 2012, 9:18.
7. Soetomenggolo,T.S . Imael .S , ( 1999 ), Neorologi anak, Ikatan Dokter
Indonesia, Jakarta.
8. Vinchon, Harold R, Abhaya VK.(2012). Pediatric hydrocephalus outcomes:
a review. Fluids and Barriers of the CNS 2012, 9:18.
24
Recommended