View
228
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
1/20
BAB I
PENDAHULUAN
Abses peritonsil termasuk salah satu abses leher bagian dalam. Selainabses peritonsil, abses parafaring, abses retrofaring, dan angina ludavici
(Ludwig’s angina), atau abses submandibula juga termasuk abses leher bagian
dalam. Abses leher dalam terbentuk di antara fascia leher dalam sebagai akibat
penjalaran infeksi dari berbagai sumber seperti gigi, mulut, tenggorokan, sinus
paranasal, telinga tengah dan leher. enjalaran infeksi disebabkan oleh
perembesan peradangan melalui kapsula tonsil. eradangan akan mengakibatkan
terbentukn!a abses dan biasan!a unilateral. "ejala dan tanda klinik setempat
berupa n!eri dan pembengkakan akan menunjukkan lokasi infeksi. (#)
ravelensi angka kejadian kasus abses peritonsil di Amerika Serikat
ditemukan $% kasus abses peritonsil dari #%%.%%% penduduk per tahun dan
mewakili &'.%%% kasus baru tiap tahunn!a. i ndonesia belum ada data mengenai
jumlah penderita abses peritonsil secara pasti. (*) Abses peritonsil dapat terjadi
pada usia #%+ % tahun dan lebih dominan pada usia mulai dari *%+&% tahun. ada
anak+anak lebih sering terjadi diakibatkan oleh penurunan sistem imun, tetapi
infeksi dapat menuebabkan obstruksi jalan nafas !ang signifikan pada anak+anak.
Angka kejadian pada kasus ini tidak dipengaruhi oleh ras dan jenis kelamin laki+
laki sebanding dengan perempuan. (*,')
Abses peritonsil terbentuk karena pen!ebaran organisme bakteri !ang
menginfeksi tenggorokan pada satu ruangan areolar !ang longgar disekitar faring
!ang biasa men!ebabkan pembentukan abses, dimana infeksi telah menembus
bagian kapsul tonsil, tetapi tetap dalam batas otot konstriktor faring.($)
eritonsillar abscess (-A) merupakan kumpulantimbunan
(accumulation) pus (nanah) !ang terlokalisirterbatas (localized ) pada jaringan
peritonsillar !ang terbentuk sebagai hasil dari suppurative tonsillitis. "abungan
dari bakteri aerob dan anaerob di daerah peritonsilar. /eban!akan kuman
pen!ebab terjadin!a abses peritonsil ini adalah bakteri golongan aerob
Streptococcus pyogenes (Group A Beta-hemolitik streptoccus), Staphylococcus
1
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
2/20
aureus, dan Haemophilus influenzae. Sedangkan organisme anaerob !ang
berperan adalah Prevotella, Porphyromonas, Fusobacterium, dan
Peptostreptococcus sp.. -empat !ang biasa terjadi abses adalah di bagian pillar
tonsil anteroposterior, fossa piriform inferior, dan palatum superior.
(*)
Abses peritonsil ini perlu mendapatkan penanganan secepatn!a mengingat
baha!a komplikasi !ang ditimbulkan dapat berakibat fatal. 0ntuk itu kami
mengambil kasus ini agar lebih memahami mengenai abses peritonsil dan dapat
mendiagnosa dini jika menjumpai kasus seperti ini pada pela!anan primer.
BAB II
2
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
3/20
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Anatomi Leher Dalam
Leher merupakan bagian dari tubuh manusia !ang terletak diantara thoraksdan caput. 1atas disebelah cranial adalah basis mandibula dan suatu garis !ang
ditarik dari angulus mandibula menuju ke prosesus mastoideus. 2aringan leher
dibungkus oleh $ facia, !aitu3
#) facia colli superficialis !ang membungkus musculus sternocleidomastoideus
dan berlanjut ke garis tengah di leher dan bertemu dengan facia+facia lain
*) 4acia colli media !ang membungkus otot+otot paratrakeal dan bertemu
dengan facia sisi lain digaris tengah !ang juga merupakan pertemuan dengan
facia colli superficial, pada bagian dorsal facia colli membungkus arteri karotis
komunis, vena jugularis interna dan nervus vagus !ang menjadi satu
$) facia colli profunda membungkus musculus prevertebralis dan bertemu ke
lateral dengan facia colli media. Leher dibagi oleh musculus
sternocleidomastoideus menjadi trigonum anterior dan trigonum posterior atau
lateral. (*)
Gambar. 1.1 Anatomi leher dalam
-rigonum anterior dibatasi oleh sternocleidomastoideus, linea mediana
leher dan mandibula, !ang terdiri dari3
3
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
4/20
#) -rigonum muscular 3 dibentuk oleh linea mediana, musculus omoh!oid venter
superior, dan musculus sternocleidomastoideus
*) -rigonum 5aroticum 3 dibentuk oleh musculus omoh!oid venter superior,
musculus sternocleidomastoideus, musculus digastricus venter posterior $) -rigonum submental 3 dibentuk oleh venter anterior musculus digastricus,
os.h!oid, dan linea mediana
&) -rigonum submandibula.(*)
1.2 Abe Peritonil
Abses peritonsil sering disebut sebagai Peritonsillar Abscess (-A) atau
6uins! adalah suatu rongga !ang berisi nanah didalam jaringan peritonsil !ang
terbentuk sebagai hasil dari tonsillitis supuratif.(##)
1.! Etiolo"i
Abses peritonsil terjadi sebagai akibat dari komplikasi tonsilitis akut atau
infeksi !ang bersumber dari kelenjar mukus 7eber di kutub atas tonsil. 1iasan!a
kuman pen!ebabn!a sama dengan kuman pen!ebab tonsilitis.(&) Abses peritonsil
disebabkan oleh organisme !ang bersifat aerob maupun !ang bersifat anaerob.
8rganisme aerob !ang paling sering men!ebabkan abses peritonsil adalah
Streptococcus pyogenes ("roup A 1eta+hemolitik streptoccus),
Staphylococcus aureus, dan Haemophilus influenzae. Sedangkan organisme
anaerob !ang berperan adalah Fusobacterium, Prevotella, Porphyromonas, dan
Peptostreptococcus sp. 0ntuk keban!akan abses peritonsil diduga disebabkan
karena kombinasi antara organisme aerobik dan anaerobik. (##) Sedangkan virus
!ang dapat men!ebabkan abses peritonsil antara lain 9pstein+1arr, adenovirus,
influen:a A dan 1, herpes simple;, dan parainfluen:a.
1.# E$idemiolo"i
Abses peritonsil adalah pen!akit infeksi !ang paling sering terjadi pada
bagian kepala dan leher. Abses peritonsil dapat terjadi pada umur #%+% tahun,
namun paling sering terjadi pada umur *%+&%. ada anak+anak jarang terjadi
kecuali pada mereka !ang menurun sistem immunn!a, tapi infeksi bisa
men!ebabkan obstruksi jalan nafas !ang signifikan pada anak+anak. nfeksi ini
4
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
5/20
memiliki proporsi !ang sama antara laki+laki dan perempuan. ada tahun *%% di
Amerika insiden tersebut kadang+kadang berkisar $% kasus per #%%.%%% orang per
tahun, kemungkinan hampir &'.%%% kasus setiap tahun. (#,$)
1.% Patolo"i
atologi abses peritonsil belum diketahui sepenuhn!a.
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
6/20
"ejala !ang dikeluhkan pasien antara lain demam, disfagia, dan odinofagia
!ang men!olok dan spontan. Hot potato voice, mengun!ah terasa sakit karena m.
>asseter menekan tonsil !ang meradang, sakit kepala, rasa lemah, dehidrasi,
n!eri telinga (otalgia) ipsilateral, mulut berbau (foetor e; orae), muntah(regurgitasi), mulut berbau (foetor e; ore), ban!ak ludah (hipersalivasi), suara
sengau (rinolalia) (&) karena oedem palatum molle !ang terjadi karena infeksi
menjalar ke radi; lingua dan epiglotis atau oedem perifokalis, dan kadang+kadang
sukar membuka mulut (trismus) !ang bervariasi, trismus menandakan adan!a
inflamasi dinding lateral faring dan m. terigoid interna, sehingga menimbulkan
spasme muskulus tersebut. /eparahan dan progresivitasn!a ditunjukkan dari
trismus. ernafasan terganggu biasan!a akibat pembengkakan mukosa dan
submukosa faring. Sesak akibat perluasan edema ke jaringan laring jarang terjadi.
1ila kedua tonsil terinfeksi maka gejala sesak nafas lebih berat dan lebih
menakutkan. Akibat limfadenopati dan inflamasi otot, pasien sering mengeluhkan
n!eri leher dan terbatasn!a gerakan leher (torticolis). (#&)
1.) Dia"noi
iagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
#. Anamnesis
nformasi dari pasien sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis
abses peritonsil. Adan!a riwa!at pasien mengalami n!eri pada tenggorokan adalah
salah satu !ang mendukung terjadin!a abses peritonsil. ?iwa!at adan!a faringitis
akut !ang disertai tonsilitis dan rasa kurang n!aman pada pharingeal unilateral.
*. emeriksaan 4isik
ada pemeriksaan fisik didapatkan tonsilitis akut dengan asimetri faring.nspeksi terperinci daerah !ang membengkak mungkin sulit karena
ketidakmampuan pasien membuka mulut. idapatkan pembesaran dan n!eri tekan
pada kelenjar regional. ada pemeriksaan kavum oral didapatkan hiperemis.
-onsil hiperemis, eksudasi, mungkin ban!ak detritus dan terdorong ke arah
tengah, depan, dan bawah. 0vula bengkak dan terdorong ke sisi kontralateral.
Abses peritonsil biasan!a unilateral dan terletak di pole superior dari tonsil !ang
terkena, di fossa supratonsiler. >ukosa di lipatan supratonsiler tampak pucat dan
6
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
7/20
bahkan seperti bintil+bintil kecil. iagnosis jarang diragukan jika pemeriksa
melihat pembengkakan peritonsilaris !ang luas, mendorong uvula melewati garis
tengah, dengan edema dari palatum mole dan penonjolan jaringan dari garis
tengah.
(#)
Asimetri palatum mole, tampak membengkak dan menonjol ke depan,serta pada palpasi palatum mole teraba fluktuasi.
$. emeriksaan enunjang (#&)
onospot (antibodi heterophile) perlu dilakukan pada pasien dengan
tonsillitis dan bilateral cervical l!mphadenopath!. 2ika hasiln!a positif,
penderita memerlukan evaluasipenilaian hepatosplenomegal!. Liver
function tests perlu dilakukan pada penderita dengan hepatomegal!.
• hroat culture atau throat s!ab and culture diperlukan untuk identifikasi
organisme !ang infeksius. @asiln!a dapat digunakan untuk pemilihan
antibiotik !ang tepat dan efektif, untuk mencegah timbuln!a resistensi
antibiotik.
• Plain radiographs adalah foto pandangan jaringan lunak lateral ( "ateral
soft tissue vie!s) dari nasophar!ng dan orophar!ng dapat membantu
dokter dalam men!ingkirkan diagnosis abses retrophar!ngeal.
• #omputerized tomography $# scan% biasan!a tampak kumpulan cairan
h!podense di ape; tonsil !ang terinfeksi menandakan adan!a cairan pada
tonsil !ang terkena disamping itu juga dapat dilihat pembesaran !ang
7
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
8/20
asimetris pada tonsil. emeriksaan ini dapat membantu untuk rencana
operasi.
• Peripheral &im 'nhancement (ltrasound , contohn!a3 intraoral
ultrasonograph!. ntraoral ultrasonografi mempun!ai sensifitas ',* Bdan spesifitas C=,' B. -ranscutaneous ultrasonografi mempun!ai
sensifitas =%B dan spesifisitas *,= B. merupakan teknik !ang simple dan
noninvasif dan dapat membantu dalam membedakan antara selulitis dan
awal dari abses. emeriksaan ini juga bias menentukan pilihan !ang lebih
terarah sebelum melakukan operasi dan drainase secara pasti.
1.* Dia"noi Bandin"
#. Abses retrofaring
*. Abses parafaring
$. Abses submandibula
&. Angina ludovici
Abses peritonsil dapat di diagnosis banding dengan pen!akit+pen!akit
abses leher dalam lainn!a !ang disebutkan diatas. @al ini karena pada semua pen!akit abses leher dalam, n!eri tenggorok, demam, serta terbatasn!a gerakan
membuka mulut merupakan keluhan !ang paling umum. 0ntuk membedakan
abses peritonsil dengan pen!akit leher dalam lainn!a, diperlukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik !ang cermat. (&)
1.+ Tera$i
1eberapa macam terapi !ang selama ini dikenal adalah 3
a) emberian antibiotika dosis tinggi dan obat simtomatik.
b) ungsi dan aspirasi disertai antibiotik parenteral.
c) nsisi dan mengeluarkan nanah disertai pemberian antibiotika secara
parenteral atau peroral.
d) Segera tonsilektomi disertai pemberian antibiotika parenteral.
e) emberian steroid.
8
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
9/20
ada stadium infiltrasi, diberikan antibiotika dosis tinggi, dan obat
simtomatik. 2uga perlu kumur+kumur dengan cairan hangat dan kompres dingin
pada leher. emilihan antibiotik !ang tepat tergantung dari hasil kultur
mikroorganisme pada aspirasi jarum. enisilin merupakan drug of chioce padaabses peritonsil dan efektif pada =B kasus jika dikombinasikan dengan
metronida:ole. osis untuk penisilin pada dewasa adalah %% mg D tiap jam
selama #*+*& jam, dan anak #*.'%%+*'.%%% 0/g tiap jam. >etronida:ole dosis
awal untuk dewasa #' mgkg dan dosis penjagaan jam setelah dosis awal
dengan infus C,' mgkg selama # jam diberikan selama += jam dan tidak boleh
lebih dari & grhari.
1ila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi pada daerah abses, kemudian
di insisi untuk mengeluarkan nanah. -empat insisi ialah di daerah !ang paling
menonjol dan lunak, atau pada pertengahan garis !ang menghubungkan dasar
uvula dengan geraham atas terakhir. ntraoral incision dan drainase dilakukan
dengan mengiris mukosa overl!ing abses, biasan!a diletakkan di lipatan
supratonsillar. rainase atau aspirate !ang sukses men!ebabkan perbaikan segera
gejala+gejala pasien.
1ila terdapat trismus, maka untuk mengatasi n!eri, diberikan analgesia
lokal di ganglion sfenopalatum. /emudian pasien dinjurkan untuk operasi
tonsilektomi EaF chaud. 1ila tonsilektomi dilakukan $+& hari setelah drainase
abses disebut tonsilektomi EaF tiede, dan bila tonsilektomi &+ minggu sesudah
drainase abses disebut tonsilektomi EaF froid. ada umumn!a tonsilektomi
dilakukan sesudah infeksi tenang, !aitu *+$ minggu sesudah drainase abses. (&)
-onsilektomi merupakan indikasi absolut pada orang !ang menderita abses
peritonsil berulang atau abses !ang meluas pada ruang jaringan sekitarn!a.
Abses peritonsil mempun!ai kecenderungan besar untuk kambuh. Angka
kekambuhan !ang mengikuti episode pertama abses peritonsiler berkisar antara
%B sampai **B. Sampai saat ini belum ada kesepakatan kapan tonsilektomi
dilakukan pada abses peritonsil. Sebagian penulis menganjurkan tonsilektomi G=
minggu kemudian mengingat kemungkinan terjadi perdarahan atau sepsis,
sedangkan sebagian lagi menganjurkan tonsilektomi segera. (*)
9
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
10/20
Gambar 1.2 Tonile,tomi
enggunaan steroid masih kontroversial. enelitian terbaru !ang dilakukan
8:bek mengungkapkan bahwa penambahan dosis tunggal intravenous
de;amethasone pada antibiotik parenteral telah terbukti secara signifikan
mengurangi waktu opname di rumah sakit (hours hospitalized ), n!eri tenggorokan
(throat pain), demam, dan trismus dibandingkan dengan kelompok !ang han!a
diberi antibiotik parenteral. (#)
1.1- Kom$li,ai
/omplikasi !ang mungkin terjadi ialah3 (&)
• Abses pecah spontan, mengakibatkan perdarahan, aspirasi paru, atau
piemia.
• enjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses
parafaring. /emudian dapat terjadi penjalaran ke mediastinum
menimbulkan mediastinitis.
• 1ila terjadi penjalaran ke daerah intrakranial, dapat mengakibatkan
thrombus sinus kavernosus, meningitis, dan abses otak.
• Sekuele post streptokokus seperti glomerulonefritis dan demam rheumatik
apabila bakteri pen!ebab infeksi adalah Streptococcus Group A)
10
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
11/20
• /ematian walaupun jarang dapat terjadi akibat perdarahan atau nekrosis
septik ke selubung karotis atau carotid sheath.
• eritonsilitis kronis dengan aliran pus !ang berjeda.
• Akibat tindakan insisi pada abses, terjadi perdarahan pada arteri
supratonsilar.
Sejumlah komplikasi klinis lainn!a dapat terjadi jika diagnosis abses
peritonsil diabaikan. 1eratn!a komplikasi tergantung dari kecepatan progresi
pen!akit. 0ntuk itulah diperlukan penanganan dan intervensi sejak dini.
1.11 Pro"noiAbses peritonsil merupakan pen!akit !ang jarang men!ebabkan kematian
kecuali jika terjadi komplikasi berupa abses pecah spontan dan men!ebabkan
aspirasi ke paru. Selain itu komplikasi ke intrakranial juga dapat membaha!akan
n!awa pasien. (#&)
Abses peritonsil hampir selalu berulang bila tidak diikuti dengan
tonsilektomi, maka ditunda sampai minggu berikutn!a. ada saat tersebut
peradangan telah mereda, biasan!a terdapat jaringan fibrosa dan granulasi pada
saat operasi.
BAB III
LAP/AN KASUS
11
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
12/20
!.1 Identita Paien
asuk 3 #C+%&+*%#
-anggal emeriksaan 3 #+%&+*%#
!.2 Anamnei
a. Kel0han Utama 3
b. Kel0han Tambahan
emam dan n!eri telinga
. /i3a4at Pen4a,it Se,aran"
asien datang ke " ?S0HA dengan keluhan n!eri menelan !ang
dialami sejak $ hari sebelum masuk rumah sakit. Awaln!a pasien han!a
merasakan rasa mengganjal !ang disertai n!eri pada tenggorokan !ang sudah
dialami sejak # minggu sebelumn!a, namun semakin lama semakin memberat
sehingga pasien tidak bisa menelan. asien sulit makan dan minum dan tidak ada
hal !ang memperingan keluhan pasien. asien juga mengeluhkan adan!a demam,
perubahan suara, nafas berbau, dan sulit mebuka mulut sejak # minggu !ang lalu.
pasien sudah berobat ke puskesmas dan diberikan obat cefadro*yl dan
chlorpheniramini maleat namun keluhan pasien tidak membaik.
d. /i3a4at $en4a,it dah0l0
asien sering mengalami n!eri tenggorokan berulang sejak # tahun !ang
lalu dan pasien pernah mengalami infeksi telinga # bulan !ang lalu.
12
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
13/20
?iwa!at hipertensi (I), diabetes melitus tipe (I), dan riwa!at sakit gigi
disangkal.
e. /i3a4at $en4a,it ,el0ar"a 8rang tua pasien memiliki riwa!at iabetes >elitus tipe .
(. /i3a4at $e,er5aan6 oial e,onomi6 dan ,ebiaaan
asien memiliki kebiasaan mencongkel telinga menggunakan jari tangan.
!.! Pemeri,aan 7ii,
Stat0 Generali
/eadaan 0mum 3 1aik
/esadaran 3 5ompos mentis
-ekanan darah 3 #*%=% mm@g
4rekuensi nadi 3 = ;menit
4rekuensi nafas 3 # ;menit
Suhu 3 $,= %5
Pemeri,aan Sitemi,
/epala 3 normochepali
>ata 3 konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
-hora; 3 paru dan jantung dalam batas normal
Abdomen 3 dalam batas normal
9;tremitas 3 akral hangat dan refilling kapiler J*F
!.# Stat0 Lo,ali THT
Telin"a De8tra Sinitra
Auricula
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
14/20
5A9 Sekret (+) Sekret (+)
>embran timpani ntak (I), reflek caha!a (I) ntak (I), reflek caha!a (I)
Hid0n" De8tra Sinitra
5avum nasi /onka eutrofi, sekret (+) /onka eutrofi, sekret (+)
Ten""oro,an De8tra Sinitra
-onsil -*, hiperemis (I), kripta
melebar (I), kripta terisi
dendritus
-&, hiperemis (I), kripta
melebar (I), kripta terisi
dendritus
Arcus 4aring Asimetris , hiperemis (I) Asimetris (terdorong ke
kanan), hiperemis (I)
!.% Klini Paien
!.& Hail Laboratori0m
Laboratorium tanggal #C April *%#
Pemeri,aan
Laboratori0mHail Nilai Normal
Darah /0tin
@b #*,= grdl #*+#' grdl
@t $B $C+&C B
14
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
15/20
Leukosit #*.%%% mm$K &.'%%+#%.'%%mm$
9ritrosit &, ; #% L &,*+',& jt L
-rombosit$%&.%%% mm$
#'%.%%%+
&'%.%%%mm$
Hit0n" Jeni
9osinofil # B %+ B
1asofil % B %+* B
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
16/20
+ @indari minuman dingin
$. 8peratif
+ ?encana rainase Abses
!.+ Pro"noi
6uo ad vitam 3 dubia ad bonam
6uo ad functionam 3 dubia ad bonam
6uo ad sanactionam 3 dubia ad bonam
BAB I:
ANALISA KASUS
-elah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan terhadap seorang pasien
perempuan berusia &* tahun dengan keluhan n!eri menelan sejak $ hari sebelum
masuk rumah sakit. Awaln!a pasien han!a merasakan rasa mengganjal pada
tenggorokan !ang sudah dialami sejak # minggu sebelumn!a, namun semakin
lama semakin memberat sehingga pasien tidak bisa menelan. Saat makan dan
minum terasa semakin n!eri dan tidak ada hal !ang memperingan. asien juga
mengeluhkan n!eri dan rasa mengganjal pada tengorokan.
16
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
17/20
Sesuai dengan teori, pada abses peritonsil didapatkan gejala berupa
demam, disfagia, dan odinofagia !ang men!olok dan spontan. Hot potato voice,
mengun!ah terasa sakit karena m. >asseter menekan tonsil !ang meradang, sakit
kepala, rasa lemah, dehidrasi, n!eri telinga (otalgia) ipsilateral, mulut berbau(foetor e; orae), muntah (regurgitasi), ban!ak ludah (hipersalivasi), suara sengau
(rinolalia), karena oedem palatum molle !ang terjadi karena infeksi menjalar ke
radi; lingua dan epiglotis atau udem perifokalis, dan kadang+kadang sukar
membuka mulut (trismus) !ang bervariasi, trismus menandakan adan!a inflamasi
dinding lateral faring dan m. terigoid interna, sehingga menimbulkan spasme
muskulus tersebut. /eparahan dan progresivitasn!a ditunjukkan dari trismus.
ernafasan terganggu biasan!a akibat pembengkakan mukosa dan submukosa
faring. Sesak akibat perluasan edema ke jaringan laring jarang terjadi. 1ila kedua
tonsil terinfeksi maka gejala sesak nafas lebih berat dan lebih menakutkan. Akibat
limfadenopati dan inflamasi otot, pasien sering mengeluhkan n!eri leher dan
terbatasn!a gerakan leher (torticolis).
asien juga memiliki kebiasaan mencongkel telinga dan riwa!at infeksi
telinga # bulan !ang lalu. 1erdasarkan dari teori abses peritonsil terjadi sebagai
akibat dari komplikasi tonsilitis akut atau infeksi !ang bersumber dari kelenjar
mukus 7eber di kutub atas tonsil. Abses peritonsil disebabkan oleh organisme
!ang bersifat aerob maupun !ang bersifat anaerob. 8rganisme aerob !ang paling
sering men!ebabkan abses peritonsil adalah Streptococcus pyogenes ("roup A
1eta+hemolitik streptoccus), Staphylococcus aureus, dan Haemophilus influenzae.
Sedangkan organisme anaerob !ang berperan adalah Fusobacterium, Prevotella,
Porphyromonas, dan Peptostreptococcus sp. 0ntuk keban!akan abses peritonsil
diduga disebabkan karena kombinasi antara organisme aerobik dan anaerobik.Sedangkan virus !ang dapat men!ebabkan abses peritonsil antara lain 9pstein+
1arr, adenovirus, influen:a A dan 1, herpes simple;, dan parainfluen:a.
ada pemeriksaan tampak terjadinn!a pembesaran pada tonsil, !aitu
-$-$. ada daerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikat
longgar, oleh karena itu infiltrasi supurasi ke ruang potensial peritonsil tersering
menempati daerah ini, sehingga tampak palatum mole membengkak. Abses
peritonsil juga dapat terbentuk di bagian inferior, namun jarang. ada stadium
17
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
18/20
permulaan (stadium infiltrat), selain pembengkakan tampak juga permukaan !ang
hiperemis. 1ila proses berlanjut, terjadi supurasi sehingga daerah tersebut lebih
lunak dan berwarna kekuning+kuningan. embengkakan peritonsil akan
mendorong tonsil ke tengah, depan, bawah, dan uvula bengkak terdorong ke sisikontra lateral. 1ila proses terus berlanjut, peradangan jaringan di sekitarn!a akan
men!ebabkan iritasi pada m. pterigoid interna, sehingga timbul trismus. Abses
dapat pecah spontan, sehingga dapat terjadi aspirasi ke paru.
ada pasien ini diberikan injeksi ceftria;on #gr#*jam. ada abses
peritonsil terapi !ang tepat diberikan antibiotik golongan peniciline !ang
merupakan pilihan pertama untuk terapi abses peritonsil, tetapi dalam beberapa
tahun ini kemampuan produksi dari 1eta Laktamase dari organisme men!ebabkan
perubahan pemilihan dari antibiotik. ari beberapa penelitian disarankan
penggunaan clindamicin * kali sehari atau golongan sephalosporin seperti
ceftria;one, cefta:idine, dll. ada pasien ini juga diberikan injeksi keterolac
sebagai antin!eri n!a dan juga diberikan injeksi ranitidin mencengah efek
samping dari keterolacn!a seperti d!spepsia, ulcu gaster, dll.
BAB :
PENUTUP
%.1 Keim$0lan
• Abses peritonsiler adalah pen!akit infeksi !ang paling sering terjadi pada
bagian kepala dan leher akibat dari kolonisasi bakteri aerob dan anaerob di
daerah peritonsiler.
• Abses peritonsil terjadi sebagai akibat komplikasi tonsilitis akut atau
infeksi !ang bersumber dari kelenjar mucus 7eber di kutub atas tonsil.
• 8rganisme aerob !ang paling sering men!ebabkan abses peritonsiler
adalah Streptococcus pyogenes (Group A Beta-hemolitik streptoccus),
Staphylococcus aureus, dan Haemophilus influenzae. Sedangkan
18
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
19/20
organisme anaerob !ang berperan adalah Prevotella, Porphyromonas,
Fusobacterium, dan Peptostreptococcus sp)
• -onsilektomi adalah terapi terbaik untuk terapi abses peritonsiler untuk
mencegah kekambuhan.
• ada individu dengan abses peritonsiler ulangan atau riwa!at faringitis
ulangan, tonsilektomi dilakukan segera atau dalam jangka enam minggu
kemudian dilakukan tonsilektomi.
DA7TA/ PUSTAKA
#. Anggraini, ., Sikumbang, -. Atlas Histologi +i Fiore +engan ,orelasi
Fungsional) 9disi . 2akarta3 enerbit 1uku /edokteran 9"5M *%%#.
*. 7anri, A. onsilektomi. alembang3 epartemen -elinga, @idung an
-enggorok, 4akultas /edokteran 0niversitas Sriwija!aM *%%C.
$. 7iatrak, 1.2., 7oolle!, A.L. Pharyngitis and Adenotonsillar +isease
dalam #ummings tolaryngology . Head / 0eck Surgery. &th 9dition.
9lsevier >osb! nc.M *%%'.
&. 9fiat! AS,
8/15/2019 Lapkas Tht Abses
20/20
'. 1udapest Student. he 5aldeyer6s &ing) Available at3
http3www.tulip.ccn!.cun!.edu . Accessed on September *$th, *%#*.
. Staff. Palatine onsil . Available at3 http3www.webmd.com . Accessed on
September *$th, *%#*.
C. Staff. Atlas of Human Anatomy. Available at3
http3www.anatom!atlases.org . Accessed on September *$th, *%#*.
=. @ermani, 1., 4achrudin, ., @utauruk, S.>., ?i!anto, 1.0., Susilo,
Recommended