View
63
Download
4
Category
Preview:
DESCRIPTION
awrwerwe
Citation preview
PRAKTIKUM
UJI KUALITAS AIR LIMBAH
OLEH :
KELOMPOK IX
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………….…i
Daftar Isi………………………………………………………………………….ii
Daftar Tabel………………………………………………………………………iii
Daftar Gambar…………………………………………………………………….iv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
1.1 Tujuan Praktikum……………………………………………………..1
1.2 Prinsip Percobaan……………………………………………………..1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………….…3
BAB III METODE PELAKSANAAN………………………………………..…16
3.1 Waktu dan Tempat…………………………………………………16
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………………..18
3.3 Kegunaan Alat……………………………………………………..23
3.4 Prosedur Percobaan………………………………………………..23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………
4.1 Hasil Pengamatan…………………………………………………..
4.2 Analisa Data………………………………………………………..
4.3 Pembahasan………………………………………………………..
BAB V PENUTUP………………………………………………………………
5.1 Kesimpulan………………………………………………………...
5.2 Saran……………………………………………………………….
Daftar Pustaka
Lampiran
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Laboratorium
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Sketsa Lokasi Pengambilan Sampel
Gambar 3.2 Peta Lokasi Pengambilan Sampel
Gambar 3.3 BOD Botol
Gambar 3.4 Pipet Tetes
Gambar 3.5 Buret
Gambar 3.6 Erlenmeyer
Gambar 3.7 Inkubator
Gambar 3.8 DO Portable Meter
Gambar 3.9 Corong Kimia
Gambar 3.10 Gelas Ukur
Gambar 3.11 Gelas Ukur
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1.1.1 Percobaan DO Metode Titrasi
Untuk mengetahui nilai DO dari air sampel, sehingga diketahui
jumlah oksigen terlarut dari sampel air.
1.1.2 Percobaan BOD Metode Titrasi
Untuk mengetahui jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri
untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang
terlarut dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air.
1.1.3 Percobaan DO dengan DO Portable Meter
Untuk mengetahui nilai DO dan BOD dari air sampel.Sehingga
diketahui jumlah oksigen terlarut dari sampel air.
1.1.4 Percobaan Suhu dengan DO Portable Meter
Untuk mengetahui nilai suhu pada saat pengambilan sampel dan
setelah diinkubasi selama 5 hari (DO5)
1.1.5 Percobaan Salinitas dengan DO Portable Meter
Adapun tujuannya untuk mengetahui salinitas atau kadar garam
pada sampel.
1.2 Prinsip Percobaan
1.2.1 Percobaan DO Metode Titrasi
Sampel air akan diuji tidak boleh ada gelembung udara. Teteskan
masing-masing 2 ml larutan MnSO4 dan alkali-iodida, kocok sampai
terjadi pengendapan.Kemudian tambahkan 2 ml H2SO4 terlarut pekat,
kocok kembali sampai endapan larut dengan sempurna.Masukkan ke
dalam erlenmeyer kemudian titrasi dengan tiosulfat.Tambahkan larutan
1
kanji hingga warna biru hilang.Mencatat jumlah larutan tiosulfat yang
digunakan.
1.2.2 Percobaan BOD dengan Metode Titrasi
Ambil sampel air (250 - 350 ml), kemudian larutkan pengenceran
sebanyak 10% dari banyaknya sampel.Setelah melakukan pengenceran,
sampel diinkubasi selama 5 hari di dalam inkubator pada suhu 20 C.
Kemudian nilai tiosulfat dan volume tiosulfat.
1.2.3 Percobaan DO menggunakan DO Portable Meter
Mengambil sampel air (250 - 300 ml) dan memasukkannya ke
dalam gelas ukur, sebelum melakukan pengukuran terlebih dahulu
mengkalibrasi alat Portable Meter kemudian mencelupkannya pada
sampel. Tunggu percobaan sampai angka yang ditunjukkan stabil.
1.2.4 Percobaan Suhu dengan Menggunakan DO Portable Meter
Cara kerja alat ini yaitu dengan memasukkan sensor ke dalam
sampel air yang sebelumnya sensor tersebut dimasukkan larutan H2SO4
sedalam 3 cm lalu titik mode baca suhu.
1.2.5 Percobaan Salinitas dengan Menggunakan DO Portable Meter
Prinsip kerjanya yaitu probe dihubungkan ke larutan yang akan
diukur, kemudian dengan rangkaian pemrosesan sinyal diharapkan bisa
mengeluarkan output yang menunjukkan besar konduktivitas larutan
tersebut yang dikaitkan dengan konversi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Pencemaran air adalah penambahan unsur atau organisme laut kedalam
air, sehingga pemanfaatannya dapat terganggu. Pencemaran air dapat
menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial, karena adanya gangguan oleh
adanya zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih. Keadaan
ini akan menyebabkan oksigen terlarut dalam air pada kondisi yang kritis,
atau merusak kadar kimia air. Rusaknya kadar kimia air tersebut akan
berpengaruh terhadap fungsi dari air. Besarnya beban pencemaran yang
ditampung oleh suatu perairan, dapat diperhitungkan berdasarkan jumlah
polutan yang berasal dari berbagai sumber aktifitas air buangan dari proses-
proses industri dan buangan domestik yang berasal dari penduduk.
Telah banyak dilakukan penelitian tentang pengaruh air buangan
industri dan limbah penduduk terhadap organisme perairan, terutama
pengaruhnya terhadap ikan. Akibat yang ditimbulkan antara lain dapat
menyebabkan kelumpuhan ikan, karena otak tidak mendapat suplai oksigen
serta kematian karena kekurangan oksigen (anoxia) yang disebabkan
jaringan tubuh ikan tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah
(JONES, 1964). Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat
dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia, sepeti oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dan kebutuhan oksigen biologis
(Biological Oxy- gen Demand = BOD). Tulisan ini lebih difokuskan pada
dua parameter dimaksud.
3
2.2 Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.
Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi anorganik dalam
proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu
proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup
dalam perairan tersebut (SALMIN, 2000). Kecepatan difusi oksigen dari udara,
tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas,
pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut.
ODUM (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan
bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin
tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi,
karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya
proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan
kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar
oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-
bahan organik dan anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif
bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen
untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan
dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang
dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih
terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut (WARDOYO, 1978).
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan
nornal dan tidak tercemar.
Mekanisme didalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan
komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana.Oksigen
memiliki kemampuan untuk beroksidasi dengan zat pencemar seperti
4
komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan.
Jika reaksi penguraian komponen kimia dalam air terus berlaku, maka
kadar oksigen pun akan menurun.Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia
tidak cukup untuk menguraikan komponen kimia tersebut.Keadaan demikian
merupakan pencemaran berat pada air.
2.3 Pengertian BOD
Biological oksigen demand adalah suatu karakteristik yang menunjukan
jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (bakteri) untuk
mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. (Umaly
dan Cuvin, 1988, Metcalf dan Eddy, 1991).
Boyd (1990), bahwa bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD
adalah bahan organik yang siap terdekomposisi (Readily decomposable
organic matter). Mays (1996) mengartikan BOD sebagai suatu ukuran jumlah
oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam
perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat
diurai.Dari pengertian-pengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai
BOD mengatakan jumlah oksigen, tetap untuk mudahnya dapat juga diartikan
sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai (Biodegradable Organics)
yang ada diperairan.
Komposisi air limbah sebagian besar terdiri dari air (99.9 %) dan sisanya
terdiri dari partikel-partikel padat terlarut dan tersuspensi sebesar ( 0.1 %).
BOD merupakan parameter pengukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bakteri untuk mengurai hampir semua zat organik.
2.4 Ciri-ciri limbah
Disamping kotoran yang biasanya terkandung dalam persediaan air
5
bersih, air limbah mengandung tambahan kotoran akibat pemakaian untuk
keperluan rumah tangga, komersial dan industri. Beberapa analisis yang
dipakai untuk penentuan ciri-ciri fisik, kimiawi, dan bioligis dari kotoran yang
terdapat dari air limbah.
2.4.1 Ciri-ciri fisik
Ciri fisik utama air limbah adalah kandungan padat, warna, bau,
dan suhunya. Bahan padat total terdiri dari bahan padat tak terlarut atau
bahan padat yang terapung serta senyawa-senyawa yang terlarut dalam
air. Kandungan bahan padat terlarut ditentukan dengan mengeringkan
serta meninbang residu yang didapat dari pengeringan.
Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji
kondisi umum air limbah. Jika warnanya coklat muda, maka umur air
kurang dari 6 jam. Warna abu-abu muda sampai setengah tua
merupakan tanda bahwa air limbah sedang mengalami pembusukkan
atau telah ada dalam sistem pengumpul atau beberapa lama. Bila
warnanya abu-abu tua atau hitam, air limbah sudah busuk setelah
mengalami pembusukkan oleh bakteri dengan kondisi anaerob.
Penentuan bau menjadi sangat penting bila masyarakat sangat
mempunyai kepentingan langsung atas terjadinya operasi yang baik
pada sarana engolahan air limbah. Senyawa utama yang berbau adalah
hidrogen sulfida, senyawa-senyawa lain seperti Indol skatol,
Candaverin dan Mercapton yang berbentuk pada kondisi anaerob dan
menyebabkan bau yang sangat meransang dari pada bau hidrogen
sulfida.
Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada air bersih karena
adanya tambahan air hangat dari pemakaian perkotaan. Suhu air limbah
biasanya bervariasi dari musim ke musim dan juga tergantung pada
6
letak geografisnya.
2.4.2 Ciri-ciri kimia
Selain pengukuran BOD, COD, dan DO pengujian kimia yang
utama adalah yang bersangkutan dengan amonia dengan bebas.
Nitrogen organik, Nitrat, Fosfor organik. Nitrogen dan fosfor sangat
penting karena kedua nutrien ini telah sangat umum diidentifikasikan
sebagai bahan untuk pertumbuhan galma air. Pengujian-pengujian ain
seperti klorida, sulfat, pH, serta alkanilas diperlukan untuk mengkaji
dapat tidaknya air limbah yang sudah diolah, dipakai kembali serta
untuk mengendalikan berbagai proses pengolahan.
2.5 Jenis limbah
Berdasarkan karakteristiknya, limbah daat digolongkan menjadi 3 macam
yaitu:
1. Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang
berwujud cair.
2. Limbah padat
Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik pada
umumnya terbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan
perdagangan, perkantoran, pertenakan, pertanian serta dari tempat-tempat
umum. Jenis-jenis limbah padat kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan,
plastik, metal, gelas/kaca, organik bakteri, kulit telur, dll.
7
3. Limbah gas dan partikel
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh beberapa partikulat zat
(limbah) yang mengandung partikel (asap dan telaga), hidro karbon, sulfur
dioksida, nitrogen oksida, ozon, karbon monoksida dan timah.
Industri batik menimbulkan dampak berupa limbah cair organik dengan
volume yang besar, warna yang pekat, berbau menyengat dan memiliki
suhu, keasaman (pH), biochemical oksigen demand (BOD), chemical
oxygen demand (COD), total suspended solid (TSS) yang tnggi. Hal ini
disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan kimia yang digunakan antara
lain soda kostik (Na OH), soda abu, soda kue, asam sulfat, sulfid, nitrit,
dan teepol, sedangkan zat warna yang digunakan antara lain zat warna
asam, zat warna basa, zat warna direk, zat warna reaktif, zat warna naftol.
2.6 Parameter kualitas air sungai
Kualitas air sungai sangat tergantung dari komponen penyusunnya dan
juga dipengaruhi oleh masukkan komponen yang berasal dari pemukiman
disekitarnya. Komponen limbah domestik pemukiman tersebut banyak
mengandung bakteri, virus dan berbagai macam parasit phatogen.
Kualitas air sungai dipengaruhi oleh beberapa parameter pencemaran yang
berasal dari air buangan (limbah) yaitu diantaranya :
a. Suhu
b. Kekeruhan
c. Warna, bau dan rasa
d. Bahan padat total
e. Daya hantar listrik
f. Kandungan besi
g. Derajat keasaman
8
h. Oksigen terlarut
i. Biologytal oksigen demand
j. Chemical oxygen demand
k. Nutrient
l. Logam berat
m. Feaceal califora
2.7 Pengaruh air buangan
Di daerah-daerah sekitar, adanya sungai selain sebagai saluran alamiah,
sering digunakan sebagai tempat pembuangan air limbah. Aktifitas rumah
tangga, industri, fasilitas umum lainnya merupakan sumber buangan limbah
yang dilakukan secara langsung atau setelah melewati proses pengolahan.
Pencemaran terjadi apabila air buangan yang diterima sungai memberikan
dampak terhadap penurunan kualitas air. Air sungai tercemar dapat terlihat
dari fisik airnya, yaitu semula jernih (warna alamiah) menjadi keruh atau
kehitam-hitaman bahkan sering menimbulkan bau yang tidak enak.
Sout wick (1976) menyatakan bahwa, limbah secara spesifik disamping
dapat menimbulkan bau, perubahan warna dan rasa, juga dapat mereduksi
kadar oksigen terlarut dan meningkatkan BOD dalam air. Hal ini
menyebabkan suhu yang akan mempengaruhi oksigen dan reaksi kimia dalam
air, serta menyebabkan suhu yang akan mempengaruhi aktifitas organisme
aquatik dan larutan gas oksigen. Selain itu, limbah dapat meningkatkan
sejumlah besar zat organik dan anorganik yang menghasilkan kekeruhan
karena terjadinya proses dekomposisi.
Penurunan BOD dalam air sesungguhnya disebabkan oleh dua hal yaitu
sedimentasi dan juga deoksigenasi efektif dari bahan air sungai atau limbah.
Pengaruhnya adalah kondisi lingkungan sungai dan karakteristik limbah yang
9
masuk kesungai serta sungai tersebut. Nilai BOD menurut standar untuk Baku
Mutu penggunaan air 3-5 mg/l. 04-pencemaran sungai.pdf
2.8 Air Limbah Domestik
Air limbah domestik adalah limbah cair yang berasal dari dapur, kamar
mandi, cucian, dan kotoran-kotoran manusia. Menurut keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air
limbah rumah tangga yang dimaksud dengan air limbah rumah tangga adalah
air limbah yang berasal dari usaha atau kegiatan pemukiman (Real Estate),
rumah makan (restoran), perkantoran, perniagaan, apartemen non septic tank
biasanya mengandung partikel-partikel koloid yang dapat mengakibatkan
adanya kekeruan kandungan zat-zat kimia yang terkandung pada sabun,
deterjen, dan pengharum baju.
Selning dengan tingginya pertumbuhan penduduk mengakibatkan
terjadinya peningkatan pemakaian air dalam rumah tangga yang menyebabkan
peningkatan jumlah limbah cair.
Baku Mutu air limbah rumah tangga adalah ukuran batas atau kadar
unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang akan dibuang atau
dilepas keair permukaan. Baku mutu air limbah rumah tangga berlaku bagi
usaha dan atau kegiatan pemukiman.
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktifitas ion
hidrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa
besar tingkat keasaman atau kebebasan suatu perairan. Perairan nilai pH = 7
adalah netral. pH ¿ 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam. Sedangkan pH
¿ 7 dikatakan kondisi perairan basa. Adanya karbonat, bikarbonat dan
hidroksida akan menaikan kebasaan air, sementara adanya asam-asam mineral
bebas dan asam karbonat menaikan keasaman suatu perairan.
10
Dari semua variasi media filter menunjukkan bahwa filter belum mampu
menurunkan kandungan derajat sampai memenuhi standar yang diterapkan
oleh peraturan pemerintah noor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air dimana standar maksimum deterjen yang
diperbolehkan 200 mg/l untuk semua kelas badan air.
2.9 Pengelolaan Air Limbah
Air limbah sebelum dilepas kepembuangan akhir harus menjalani
pengelolaan telebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengelolaan air limbah
yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Pengolahan air limbah
dapat dilakukan dengan bantuan kolam peralatan. Pengolahan air limbah
secara alamiah biasanya dilakukan dengan cara bantuan kolam stabilitasi
sedangkan pengolahan air dengan bantuan peralatan, misalnya dilakukan pada
instalasi pengoalahan air limbah (IPAL/waste water treatment plant / wwtp).
1. Tujuan Pengolahan Air Limbah
Adapun tujuan dari pengoalahan air limbah itu sendiri, antara lain :
a. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga.
b. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup di dalam air.
c. Menghidari pencemaran tanah permukaan.
d. Menghilangkan tempat berkembang biaknya bibit dan vektor
penyakit.
2. Syarat sistem pengelolaan air limbah
Sementara itu, sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus
memenuhi persyaratan berikut :
11
a. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air
minum.
b. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
c. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup
di air di dalam penggunaannya.
d. Tidak dihinggapi oleh vektor atau yang mengakibatkannya
penyakit.
e. Tidak terbuka dan harus tertutup.
f. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.
3. Metode pengelolaan air limbah
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelola air
limbah, diantaranya :
1. Pengenceran
Air limbah dibuang kesungai, danau atau laut agar mengalami
pengenceran. Dengan cara ini air limbah akan mengalami
purifikasi alami. Namun cara semacam ini dapat mencemari air
permukaan dengan bakteri phatogen, larva atau telur cacing, serta
bibit penyakit lain yang ada dalam air limbah itu.
Apabila hanya cara ini yang dapat diterapkan, maka
persyaratan berikut harus dipenuhi :
a. Air sungai atau danau tidak boleh digunakan untuk keperluan
lain.
b. Volume air mencukupi sehingga pengenceran berlangsung
kurang dari 30-40 kali.
12
c. Air harus cukup mengandung oksigen. Dengan kata lain air
harus mengalir (tidak boleh stagnam) agar tidak menimbulkan
bau.
2. Cesspol
Bentuk cesspol ini menyerupai sumur tetapi digunakan untuk
pembuangan air limbah. Dibuang pada tanah yang berpasir agar
air buangan mudah meresap ke dalam tanah. Bagian atas ditembak
agar tidak tembus air. Apabila cesspol sudah penuh (± 60 bulan)
lumpur di dalamnya dapat dihisap keluar atau dari semula dibuat
cesspol secara berangkai sehingga bila yang satu penuh, air akan
mengalir ke cesspol dengan sumur air bersih adalah 45 meter dan
minimal 6 meter dari pondasi rumah.
3. Sumur Resapan
Sumur resapan merupakan sumur tempat menampung air
limbah yang telah mengalami pengolahan dalam sistem lain,
misdinya dari aqua privy atau septic tank. Dengan cara ini air
hanya tinggal mengalami peresapan kedalam tanah. Sumur
resapan ini dibuat pada tanah yang berpasir, dengan diameter 1-2.5
m dan kedalaman 2.5 meter. Lama pemakaian dapat mencapai 6-
10 tahun.
4. Septic tank
Septic tank menurut WHO, merupakan metode terbaik untuk
mengolah air limbah walau biayanya mahal, rumit dan
memerlukan tanah yang luas, septic tank memiliki 4 bagian,
diantaranya :
13
a. Ruang pembusukkan
Dalam ruangan ini, air kotor akan tertahan 13 hari dan akan
mengalami penguraian oleh bakteri pembusukkan yang akan
menghasilkan gas, cairan dan lumpur. Gas cairan akan masuk
kedalam dosing chamber melalui pipa. Lumpur akan masuk
keruang lumpur.
b. Ruang lumpur
Ruang lumpur merupakan tempat penampungan lumpur.
Apabila ruang sudah penuh, lumpur dapat dipompa keluar.
c. Dosing chamber
Dalam dosing chamber terdapat shipon me donald yang
berfungsi untuk mengatur kecepatan air yang akan di alirkan
ke bidang resapan agar merata.
d. Bidang resapan
Bidang ini akan menyerap cairan keluar dari klosing
chamber dan menyaring bakteri phatogen maupun bibit
penyakit lain. Panjang minimal bidang resapan ini 10 meter
dan di buat pada tanah berpasir.
5. System riool (sewage)
System riool menampung semua air kotor dari rumah
maupun perusahaan, dan terkadang menampung kotoran dari
14
lingkungan. Apabila dipakai untuk menampung air hujan, system
riool ini disebut combined system, sedangkan jika bak
penampungan air hujannya dipisahkan maka disebut separated
system. Agar tidak merugikan kepentingan lain, air kotor di
alirkan ke ujung kota, misalnya ke daerah peternakan, pertanian
atau perikanan darat. Air kotor itu masih memerlukan pengolahan
yang dilakukan antara lain :
a. Penyaringan
Penyaringan di tunjukan untuk menangkap benda-benda
yang terapung diatas permukaan air.
b. Pengendapan
Pada proses ini, air limbah di alirkan kedalam bak besar
(sound trap) sehingga aliran menjadi lambat dan lumpur serta
pasir mengendap.
c. Proses biologis
Proses ini menggunakan mikroba untuk memusnahkan zat
organic di dalam limbah baik secara aerob maupun anaerob.
d. Disaring dengan saringan pasir (sound filter)
e. Desinfeksi
Desinfeksi merupakan kobarit (10 kg/l suta air limbah)
untuk membunuh mikroba phatogen.
15
f. Pengenceran
Terakhir air limbah dibuang kesungai, danau atau laut
sehingga mengalami pengenceran, semua proses pengolahan
air limbah ini dilakukan dalam suatu instalasi khusus yang
dibuang diujung kota.
2. Cara lain pengolahan air limbah
Pengolahan air limbah dapat juga di lakukan dengan cara :
1. Dilution
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup
rendah, kemudian baru di buang kebadan –badan air. Tetapi dengan
makin bertambahnya produk produk yang berarti meningkatnya
kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus di buang
terlalu banyak dan diperlukan air pengenceran yang banyak pula,
maka cara ini tidak dapat di pertahankan lagi. Disamping itu, cara ini
menimbulkan kerugian lain diantaranya bahaya kontaminasi terhadap
badan-badan air seperti selokan, sungai , danau dan sebagainya,
selanjutnya dapat menimbulkan banjir
16
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
3.1.1 Pengambilan Sampel
Adapun kegiatan pengambilan sampel air dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Sabtu, 7 Juni 2014
Waktu : 17.00 - 18.00 WITA
Tempat : Pasar Mandonga Kendari
3.1.2 Pengujian Sampel
Adapun pengujian sampel dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Sabtu, 7 Juni 2014
Waktu : 18.00 - 19.00 WITA
Tempat : Laboratorium Penyehatan Lingkungan Fakultas Teknik,
Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi Tenggara
17
Gambar 3.1 Sketsa Lokasi Pengambilan Sampel
18
Gambar 3.2 Peta Lokasi Pengambilan Sampel
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. BOD Botol
Gambar 3.3 BOD Botol
2. Pipet Tetes
19
Gambar 3.4 Pipet Tetes
3. Buret
Gambar 3.5 Buret
4. Erlenmeyer
20
Gambar 3.6 Erlenmeyer
5. Inkubator
Gambar 3.7 Inkubator
6. DO Portable Meter
21
Gambar 3.8 DO Portable Meter
7. Corong Kimia
Gambar 3.9 Corong Kimia
8. Gelas Ukur
22
Gambar 3.10 Gelas Ukur
9. Gelas Ukur
Gambar 3.11 Gelas Ukur
3.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1. Sampel air
2. Larutan MnSO4
3. Larutan alkali-iodida-azide
4. Larutan asam sulfat (H2SO4) pekat
5. Larutan kanji
6. Larutan standar tiosulfat
23
3.3 Kegunaan Alat
1. DO Portable Meter, untuk mengukur DO awal pada sampel.
2. Inkubator berfungsi untuk mengkalibrasi sampel air dengan suhu 20 C
selama 5 hari
3. Tabung uji berfungsi sebagai wadah penampung air pada saat percobaan
4. Pipet tetes berfungsi sebagai alat ukur menambahkan larutan
5. Erlenmeyer berfungsi sebagai wadah untuk menampung sampel air tempat
terjadinya titrasi dengan tiosulfat.
6. Botol BOD berfungsi sebagai tempat penyimpanan sampel air limbah saat
diambil dari sungai
7. Corong kimia berfungsi sebagai penyalur cairan agar tidak tertumpah ke
luar wadah
8. Buret berfungsi sebagai penyimpan larutan untuk menjernihkan sampel air
limbah.
3.4 Prosedur Percobaan
3.4.1 Prosedur DO Metode Titrasi
1. Ambil sampel air secara hati-hati dengan botol BOD (tidak boleh ada
gelembung udara sedikitpun)
2. Tambahkan berturut-turut 2 ml larutan MnSO4 dan 2 ml larutan
alkali-iodida-azide
3. Tutup botol BOD secara hati-hati sehingga tidak terdapat gelembung
udara, kocok selama 15 menit
24
4. Diamkan beberapa saat sehingga terjadi pengendapan secara
sempurna
5. Secara hati-hati buka tutup botol dan segera tambahkan 2 ml H2SO4
pekat dan alirkan melalui leher botol
6. Tutup kembali botol, kocok sehingga endapan larut dengan
sempurna
7. Setelah itu masukkan sampel dari BOD botol ke dalam erlenmeyer
250 ml
8. Titrasi dengan tiosulfat sampai warna kuning muda, kemudian
tambahkan 2 ml larutan kanji dan titrasi kembali hingga warna biru
hilang
9. Catat jumlah larutan tiosulfat yang digunakan.
3.4.2 Prosedur BOD Metode Titrasi
1. Ambil contoh air secara hati-hati dengan botol BOD (250 - 300 ml)
2. Lakukan pengenceran pada air sampel dengan ketentuan
pengenceran sebagai berikut :
a. Untuk air limbah yang belum diolah maka pengencerannya
berkisar antara 0,0 - 1,0 %
b. Untuk air limbah yang telah mengalami pengendapan,
pengencerannya antara 1,0 - 5%
c. Untuk air limbah yang sudah mengalami pengolahan biologis,
pengencerannya antara 5 - 25%
3. Setelah dilakukan pengenceran sampel yang diencerkan (bila
dilakukan pengenceran) atau dari contoh yang diencerkan. Metode
pengukuran dilakukan dengan metode penetrasi
4. Setelah itu air diinkubasi selama 5 hari
25
5. Kemudian ukur nilai Ntio (konsentrasi tiosulfat) dan Vtio (volume
tiosulfat)
3.4.3 Percobaan DO dengan DO Portable Meter
1. Ambil contoh air secara hati-hati dengan botol BOD (250 - 300 ml)
2. Sebelum melakukan pengukuran dengan DO Portable Meter, yang
perlu dilakukan yaitu mengkalibrasi alat DO Portable Meter.
Langkah-langkah untuk mengkalibrasi DO Meter adalah sebagai
berikut : buka terlebih dahulu tabung tempat elektroda, bersihkan
dengan tisu seluruh bagian DO Meter (terutama di bagian elektroda)
dengan hati-hati. Hal ini bertujuan untuk membersihkan. Setelah itu
buka bagian tutup depan, ambil sponsnya dan basahi dengan
aquades, dan pasang kembali, hal ini bertujuan untuk menjaga
kelembaban elektroda. Kemudian kalibrasi alatnya yaitu dengan
menekan ON, CALL, OFF. Setelah mengnolkan alat, langkah kedua
adalah mebgkalibrasi DO meter. Langkah-langkahnya yaitu :
a. Sambungan kabel dilepas dari DO Meter
b. Lepaskan tabung tempat elektroda
c. Basahi dengan aquades dan keringkan dengan tissue, lakukan 2
kali
d. Cuci elektroda dengan larutan DO meter 2-3 menit yang
bertujuan untuk mencuci elektroda
e. Basahi kembali dengan aquades dan kibaskan pelan
f. Tutup membran elektroda (ujung) dengan tabung kecil berisi
larutan DO Meter dimasukkan pelan agar tidak terjadi
gelembung
g. Kabel dihubungkan kembali lalu lakukan kalibrasi alat
26
3. Setelah alat selesai dikalibrasi, maka siap untuk melakukan
pengukuran kadar oksigen terlarut. Berikut langkah-langkah untuk
mengatur kadar DO pada sampel air :
a. Langkah selanjutnya celupkan ujung probe pada sampel
b. Kemudian tekan tombol ON untuk mengaktifkan alat
c. Selanjutnya tekan CALL
d. Menekan tombol ENTER
e. Tunggu pembacaan alat sampai angka yang ditunjukkan stabil
f. Melakukan pembacaan DO dalam % dan DO dalam ppm, suhu,
dan salinitas dengan menekan tombol mode
g. Langkah yang terakhir mematikan alat dengan menekan tombol
ON/OFF
4. Berikut langkah-langkah perlakuan alat setelah pengukuran selesai :
a. Menekan tombol OFF
b. Melepas kabel
c. Melepas membran kemudian mencuci dengan aquades
d. Mencuci elektroda dengan aquades, kemudian dikeringkan
e. Memasang kembali membran
f. Menyimpan alat DO Meter dengan benar seperti semula
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembahasan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Laboratorium
Kode
Sampe
l
Volume
Sampel
(ml)
Pembacaan
DO Portable Titrasi BOD
DO0 T Sal P Ntio Vtio Ntio Vtio
1 162 39,5 28,8 0 10 0,025 2,55 0,025 0,05
Sumber : Hasil Pengujian di Lab. PL, FT-UHO, 2014
4.2 Analisa Data
4.2.1 Percobaan DO Metode Titrasi (DO0)
• Faktor tio (F1)
F1 = Ntio
0,025 =
0,0250,025
= 1
• Terjadi Pemindahan Sejumlah Volume
50 x 162162−4
= 51,266 ml
• Faktor Koreksi (F2)
F2 = 51,266
50 = 1,025
•DO0 = F1 x F2 x 4 x ml tio
28
= 1 x 1,025 x 4 x 2,55
= 12,61mg/l
4.2.2 Percobaan DO Metode Titrasi (DO5)
• Faktor tio (F1)
F1 = Ntio
0,025 =
0,0250,025
= 1
• Terjadi Pemindahan Sejumlah Volume
50 x 162162−4
= 51,266 ml
• Faktor Koreksi (F2)
F2 = 51,266
50 = 1,025
•DO0 = F1 x F2 x 4 x ml tio
= 1 x 1,025 x 4 x 0,05
= 2,05 mg/l
4.2.3 Percobaan BOD Metode Titrasi
BOD = DO 0−DO 5
P =
12,61−0,20510,1
=20,079 mg/l
4.3 Pembahasan
29
Berdasarkan hasil analisa data, maka kualitas sampel air dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a. DO
Dari hasil pengujian di laboratorium, yaitu untuk DO0 12,61mg/l
dan DO5 2,05 mg/l. Nilai-nilai tersebut masih dalam taraf normal,
termasuk dalam kategori tercemar sedang sampai tercemar ringan
b. BOD
Dari hasil pengujian, BOD yang didapatkan sebesar 20,079 mg/l.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa air tidak tercemar berat, namun masuk
dalam kategori tercemar ringan
c. Suhu
Dari hasil pengujian, suhu diperoleh 28,8 C. Suhu tersebut masih
layak untuk organisme karena masih berkisar antara 27 C - 32 C
d. Salinitas
Dari hasil pengamatan, nilai salinitas diperoleh 0. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar air dalam sampel tidak mengandung garam.
Maka air termasuk air tawar.
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian kualitas air limbah, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Jumlah oksigen terlarut disampel DO0 12,61mg/l dan DO5 2,05 mg/l
2. Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme yang tersuspensi
disampel air yaitu 20,079 mg/l
3. Hasil pembacaan DO Portable Meter didapatkan suhu 28,8 C dan nilai
salinitas 0
4. Hasil pembacaan Portable Meter didapatkan nilai 39,5%
5.2 Saran
1. Bagi laboratorium agar waktu pengerjaan laporan tidak terlalu singkat dan
jadwalnya diatur agar tidak bertabrakkan dengan praktikum lain.
2. Bagi masyarakat agar menjaga kualitas air
31
32
DAFTAR PUSTAKA
http://chazin-chemistry09.blogspot.com/2012/11/dissolved-oxygen-dan-
biochemical-oxygen-demand.html. Diakses tanggal 14 Juni 2014, pukul 18.57
WITA
http://kemunsya.blogspot.com/2013/03/air-limbah.html. Diakses tanggal 13 Juni
2014, pukul 17.50 WITA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3424514/chapter%2011.pdf.
Diakses tanggal 13 Juni, pukul 17.27 WITA
v
L
A
M
P
I
R
A
N
vi
DOKUMENTASI PRAKTIKUM
Pengambilan Sampel\
Pengambilan Sampel
vii
DOKUMENTASI PRAKTIKUM
Titrasi DO0
viii
Titrasi DO5
ix
Lokasi Pengambilan Sampel
v
Sketsa Lokasi Pengambilan Sampel
vi
vii
Recommended