View
229
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
(HIBAH IbW)
IBW DI KAWASAN GREENBELT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG
Tahun ke 2 dari rencana 3 tahun
Ketua : Drs. IBP. Mardana, M.Si.( 0027086402) Anggota:
1. I Nym Santiyadnya, S.Si, MT (NIDN.0016067103) 2. Drs. Ketut Dunia, M.Erg (NIDN.0018064902) 3. Dr. A A Istri Sudiatmika, M.Pd (NIDN. 0022066006) 4. Ir. Putu Suardika, M.P.(NIDN.00251069092)
Dibiayai oleh:
Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan
Program Pengabdian kepada Masyarakat Nomor:378/UN48.15/LPM/2014
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2014
ii
HALAMAN PENGESAHAN ----------------------------------------------------------------------------------------------------- JUDUL : IBW DI KAWASAN GREENBELT DI KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG ---------------------------------------------------------------------------------------------------- I. Perguruan Tinggi Pengusul
a. LPM/PT A : Nama LPM : Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Alamat LPM : Jalan Udayana No. 12 C Singaraja 81116 Telp. : (0362) 22927 Fax. : 036225735
b. LP2M/PT B : Nama LP2M : Universitas Panji Sakti (Unipas) Alamat LP2M : Jalan Bisma 22 Singaraja 81117 Bali Telp. : 036223588 Fax. : 036226939
------------------------------------------------------------------------------------------------------ II. Ketua Pelaksana
a. N a m a : Drs. IBP. Mardana, M.Si. b. NIP : 196408271991021001 c. Pangkat/Gol : Lektor Kepala/IVC d. Jurusan/Fak : Pendidikan Fisika/ Fakultas MIPA e. Perguruan Tinggi : Undiksha f. Keahlian : Fisika Eksperimen, Pemberdayaan
Masyarakat, Teknologi tepat guna g. Alamat : Jln. BTN.Puri Sukasada A34 Singaraja, Bali. Telp. (0362) 27834 HP. 081237692934 E-Mail: idamardana@yahoo.com
----------------------------------------------------------------------------------------------------------- III. Anggota Pelaksana Kegiatan a. Undiksha : Dosen: 10 orang; Pegawai: 3 orang; Mahasiswa 3 orang, Alumni 2 orang b. Unipas : Dosen 2 orang; Mahasiswa 1 orang c. Pemkab Buleleng : Bapeda 1 Orang: Dinas Pertanian: 1 orang Dinas Kehutanan: 1 orang; Dinas Pariwisata: 1 orang ---------------------------------------------------------------------------------------------------- IV. Lokasi Pelaksanaan Sibermas
a. Nama Wilayah : desa Pancasari, desa Wanagiri, desa Gitgit, dan Ambengan
b. Kecamatan : Sukasada c. Kabupaten : Buleleng d. Provinsi : Bali
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- V. Periode Waktu Pelaksanaan : Tahun 2013-2015 --------------------------------------------------------------------------------------------------------
iii
---------------------------------------------------------------------------------------------------- VI. Biaya Selama 3 Tahun : Rp 930.000.000,- Biaya Tahun-1 : Rp 260.000.000,- Biaya Tahun-2 : Rp 300.000.000,- Biaya Tahun-3 : Rp 360.000.000,- ---------------------------------------------------------------------------------------------------- VIII. Biaya Total Tahun-2 : Rp 300.000.000,- Dikti : Rp 90.000.000,- Pemkab : Rp 200.000.000,- Undiksha : Rp 10.000.000,- --------------------------------------------------------------------------------------------------- Singaraja, 9 November 2014
iv
IBW DI KAWASAN GREENBELT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG
oleh,
Ida Bagus Putu Mardana
Fakultas Matematika dan IPA
Universitas Pendidikan Ganesha
ABSTRAK
Kawasan greenbelt merupakan wilayah konservasi air dan vegetasi hijau (greenbelt zone) yang membentang dari dataran rendah ke perbukitan bedugul berpotensi bagi pengembangan wisata desa, agrowisata, kerajinan kreatif-inovatif, pertanian dan peternakan sebagai sumber kehidupan masyarakat di kecamatan Sukasada. Kegiatan IbW kawasan greenbelt di kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng Provinsi Bali, menyasar pada 4(tempat) desa, yakni desa Ambengan, desa Gitgit, desa Wanagiri, dan desa Pancasari bertujuan untuk melakukan pemetaan aset wilayah dan pemberdayaan masyarakat dalam melaksanakan program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pertanian-peternakan-perikanan, pendidikan life skill, kewirausahaan, pembinaan adat-istiadat, keagamaan, lembaga sosial, sanitasi, dan kepariwisataan. Metode pelaksanaan IBW dalam pemberdayaan masyarakat menggunakan pendekatan SLA (Sustainable Livelihoods Approach). Kegiatan IbW selama tiga tahun diharapkan menghasilkan luaran : (1) rencana strategis (Renstra) dan pemetaan wilayah, (2) terwujudnya demplot industri kecil pengolahan kelapa, (3) terwujudnya sentra industri kecil/skala rumah tangga, (4) terwujudnya demplot peternakan-pertanian ramah lingkungan, (5) terwujudnya produk wisata rural-agrotourism culture, (7) terwujudnya kelompok belajar kelas kecil tingkat SD, tingkat SMP dan mekanisme pengelolaanya berbasis desa pekraman, (8) Peningkatan kesehatan sanitasi lingkungan, (9) terwujudnya managemen mitigasi bencana alam berbasis masyarakat, dan (10) publikasi ilmiah hasil program IbW pada jurnal nasional.
Kata-kata kunci: pemberdayaan masyarakat, kawasan greenbelt, SLA, potensi wilayah, IbW
v
IBW IN THE GREENBELT REGION OF SUKASADA DISTRICT BULELENG REGENCY
by,
Ida Bagus Putu Mardana
Faculty of Mathematic and Science Ganesha Education of University
ABSTRACT
Greenbelt region is an area of water conservation and green vegetation (greenbelt zone) that extends from the low plains to the hills bedugul potential for the development of village tourism, ecotourism, creative-innovative craft, agriculture and livestock as a source of community life in the district Sukasada. IBW activity greenbelt area in the district Sukasada Buleleng regency of Bali Province, targeting at 4 (a) of the village, the village Ambengan, Gitgit, Wanagiri village, and the village Pancasari aims to undertake asset mapping and community development region in implementing science and technology program increased knowledge and skills in agriculture-livestock-fishery, life skill education, entrepreneurship, development of customs, religious, social institutions, sanitation, and tourism. IBW method implementation in community empowerment approach SLA (Sustainable Livelihoods Approach). IBW activity for three years is expected to produce outcomes: (1) strategic plan and the mapping of the area, (2) realization of small plots coconut processing industry, (3) the establishment of small industries / household scale, (4) farm demonstration plots realization of environmentally friendly farming, (5) the establishment of rural tourism product-agrotourism culture, (7) realization of a small group classroom learning elementary, junior high and its management mechanism based pekraman village, (8) improved environmental sanitation health, (9) the realization of the management of community-based natural disaster mitigation, and (10) the results of scientific publications in national journals of IBW program.
Key words: community development, greenbelt area, SLA, the potential of region, IbW
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kaena atas
berkat-NYA pelaksanaan kegiatan P2M Program Ipteks bagi Wilayah DP2M Dikti ini
dapat dilaksanakan dan diselesaikan tepat pada waktunya.
Terlaksananya kegiatan P2M Ipteks bagi Wilayah (IbW) ini adalah berkat
bantuan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
kami mengucapkan terimakasih kepada Yth:
1. Direktur P2M Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta
2. Rektor Universitas Pendidikan Ganesha
3. Ketua LPM Universitas Pendidian Ganesha
4. Prof. Dr. Sundani Nurono Suwandhi atas bimbingannya
5. Dosen dan mahasiswa Undiksham Unipas, dan Pemerintah kabupaten Buleleng
atas peran sertanya
Semoga kerjasama yang baik ini dapat dipelihara dan ditingkatkan pada waktu
yang akan datang, dan semoga pula hasil kegiatan IbW ini dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan greenbelt di Sukasada.
Singaraja, 9 November 2014
Tim Pelaksana
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i HALAMAN PENGESAHAN ii ABSTRAK iii ABSTRACT iv KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vi BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Analisis Situasi 1 1.2 Program Pemkab di Wilayah IbW 2 1.3 Kondisi Eksisting Wilayah 3 1.4 Persoalan Pemkab di Wilayah IbW 9 1.5 Permasalahan Wilayah 10 BAB 2. TARGET LUARAN 12
2.1 Target Luaran Tahun I 12 2.2 Target Luaran Tahun II 13 2.3 Target Luaran Tahun III 13
BAB 3. METODE PELAKSANAAN 14 3.1 Solusi Yang Ditawarkan 14 3.2 Metode Pelaksanaan Program 15 3.3 Rancana Kegiatan Selama Tiga Tahun 16 3.4 Kontribusi Pemkab Buleleng 17 BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 23 4.1 Kinerja LPM Undiksha Singaraja 23 4.2 Alasan Memilih PT Mitra (Unipas) 25 4.3 Jenis Kepakaran Yang Diperlukan 25 4.4 Struktur Organisasi IbW 26 BAB 5. HASIL PELAKSANAAN IbW TAHUN-2 28
5.1 Sosialisasi Program IbW 28 5.2 Program Aksi IbW 28 BAB 6. PENUTUP 6.1 Simpulan 40 6.2 Saran-saran 40 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Kabupaten Buleleng terletak dibagian utara Pulau Bali memnjang kebarat dan
ketimur. secara geografis Kabupaten Buleleng terletak pada posisi 80 03'40" – 80 23'00"
lintang selatan dan 1140 25'55"– 1150 27'28" bujur timur
Kabupaten Buleleng memiliki pantai dibagian utara yang panjangnya 157,05 km. Secara
luas wilayah, Kabupaten Buleleng adalah 136.588 hektar atau 24,25% dari Luas Provinsi
Bali. Kabupaten Buleleng memiliki batas-batas wilayah seperti ditunjukkan pada gambar
1A: Utara: Laut Bali, Timur : Kabupaten Karangasem, Selatan:Kabupaten Jemberana,
Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, Kabupaten Bangli , Barat : Selat Bali. Wilayah
kecamatan Sukasada sebagai wilayah IBW, dengan luas Wilayah 172,93 km2,
mempunyai batas-batas seperti ditunjukkan pada gambar 1(B): Utara: Laut Bali, Timur:
Kecamatan Sawan/Kubutambahan, Selatan : Kabupaten Badung/Tabanan, Barat :
Kabupaten Banjar/Busungbiu
Keterangan:
Gambar 1. Lokasi dan Batas IBW
Kecamatan Sukasada terletak di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali yang terdiri
dari 15 Desa, dengan luas wilayah 172,93 km. jumlah penduduk 71.459 jiwa.
Kecamatan Sukasada merupakan daerah hutan, perkebunan serta pertanian. Kecamatan
ini terletak di sebelah utara pulau Bali. Keadaan tanahnya sebagian besar hutan dan
tegalan yang hanya dapat ditanami tanaman hortkultura, palawija, perkebunan, dan
1. DESA AMBENGAN 2. DESA GITGIT 3. DESA WANAGIRI 4. DESA PANCASARI
(A) (B)
Kawasan IBW
2
vegetasi hutan, beberapa diantaranya persawahan. Penggunaan lahan di kecamatan
Sukasada adalah sebagai berikut: (1) lahan sawah 1943 ha, (2) lahan tegalan : 4543 ha;
(3) lahan perkebunan 5846 ha; (4) pekarangan: 507 ha; (5) hutan 2966 ha; (6) tanah
negara 27.135 ha; lain-lain 318.61 ha. Kecamatan Sukasada beriklim tropis dengan
curah hujan rata-rata 1651 mm dan hari hujan 65 hari (Buku Pola Pengembangan
Wilayah Kecamatan (PPWK) Kecamatan Sukasada, kabupaten Buleleng, tahun 2011).
Iptek bagi wilayah (IBW) di kecamatan Sukasada akan meliputi kawasan 4(empat) desa
yang saling berdekatan, yaitu: desa Pancasari, desa Wanagiri, desa Gitgit, dan desa
Ambengan, seperti ditunjukkan pada gambar 1(B). Empat desa ini mempunyai batas
wilayah utara (Laut Bali), Timur (kecamatan Sawan), Barat (kecamatan Banjar), Selatan
(kabupaten Tabanan).
1.2 Program Pemkab di Wilayah IbW
Berdasarkan RTRW kabupaten Buleleng 2004-2012 dan pola pengembangan
wilayah kecamatan Sukasada, kecamatan Sukasada dibagi menjadi 4 wilayah, yaitu (1)
wilayah pengembangan kawasan wisata desa, wisata desa, dan hutan lindung, yakni desa
Pancasari, Wanagiri, Kayu putih, Gitgit, Selat dan Tegalinggah; (2) wilayah
pengembangan ibu kota kecamatan, yakni desa Sukasada, Panji , desa Sambangan; dan
(3) Wilayah pengembangan industri pertanian dan kerajinan, yakni desa Ambengan,
Bulian, dan Panji Anom, (4) Wilayah penyangga, yakni desa Pegayaman, Silangjana,
Pegadungan. Wilayah yang dipilih untuk program IbW sesuai dengan pemikiran kritis
pengusul, Bappeda buleleng, dan tokoh-tokoh masyarakat di kecamatan Sukasada adalah
wilayah pengembangan kawasan wisata dan hutan lindung, karena kawasan ini
merupakan greenbelt zone yang sangat strategis dan memegang peranan penting bagi
pengembangan wisata desa, agrowisata, kerajinan kreatif-inovatif, pertanian dan
peternakan sebagai sumber kehidupan masyarakat. Jadi desa-desa yang dilibatkan
dalam program IbW ini adalah desa Pancasari, desa Wanagiri, desa Gitgit, dan desa
Ambengan. Keempat desa-desa sasaran IBW merupakan kawasan yang sangat vital,
karena kawasan ini akan dipersiapkan sebagai kawasan wisata dan konservasi hutan di
kecamatan Sukasada (RTRW Buleleng 2004-2014). Walupun terletak pada posisi yang
vital dan strategis (trans Bali utara-Jawa), ternyata empat desa ini menyumbangkan
jumlah angka kemiskinan, kebodohan, angka pengangguran, buta aksara, putus sekolah,
rawan bencana yang cukup besar, derajat kesehatan masyarakat yang rendah bagi
3
kabupaten Buleleng, dan kualitas pendidikan yang rendah, yang nampaknya perlu
mendapat penanganan segera dalam upaya mewujudkan kawasan desa wisata mandiri
(Rencana Strategis Kecamatan Sukasada, 2008-2013).
1.3 Kondisi Eksisting Wilayah
Secara umum, kondisi eksisting kawasan IBW yang meliputi desa Pancasari, desa
Wanagiri, desa Gitgit, dan desa Anbengan merupakan kawasan yang diproyeksikan
menjadi zonasi wisata, sumber air, pertanian, perkebuanan, peternakan dan konservasi
hutan (PKWK, 2007), sehingga pada kawasan ini dicanangkan berbagai fasilitas wisata
dan konservasi hutan, yang didukung aktivitas pertanian, peternakan dan industri
kerajinan kreatif terpadu sebagai penyangga aktivitas pengembangan kawasan hutan
(Green belt), kawasan pariwisata, dan kawasan industri pertanian dalam arti luas. Di
kawasan ini juga diperuntukan sebagai areal konservasi hutan, pertanian dan peternakan,
wisata untuk menunjang ekonomi masyarakat, sekaligus sebagai pusat pengembangan
industri pariwisata yang dapat mengintegrasikan aktivitas masyarakat pedesaan,
pertanian, peternakan dan keindahan potensi alam. Secara umum, kecamatan Sukasada
merupakan kecamatan dengan heterogenitas penduduk yang sangat variatif berjumlah
71.459 orang terdiri dari 35.905 penduduk perempuan dan 35.554 penduduk laki-laki.
Dengan balutan budaya dan kearifan lokal, seperti, menyama-braya, gotong-royong,
nyama bali-nyama selam, nyama kristen dan nyama china masyarakat di wilayah
Sukasada dapat hidup berdampingan secara harmonis.
Gambar 2. Potensi Wilayah IbW di kecamatan Sukasada
Keempat desa ini merupakan wilayah perbukitan dan pegunungan, yakni beriklim
tropis, dengan curah hujan yang relative cukup tinggi. Keadaan tanahnya sebagian besar
subur dan basah yang ditanami vegetasi hutan, tanaman hortikultura, palawija,
4
perkebunan, dan persawahan. Lapisan top soil tanah relatif tebal dengan tingkat
kesuburan yang tinggi (BPPT, 2010). Pada musim hujan, maupun musim kemarau
wilayah keempat desa ini nampak subur dan menghijau, sehingga perbukitan dan
pegunungan ini merupakan bagian dari kawasan Green-belt yang memisahkan bagian
utara dan selatan pulau Bali.
Kondisi SDM penduduk wilayah IbW mengacu pada profil kecamatan dan potensi
desa (Monographi desa, 2008) banyak pendudukan yang tidak bersekolah, dan warga
yang menamatkan pendidikan SMP, dan SMA dalam jumlah yang relatif kecil, hanya
sebagian kecil dari jumlah penduduk yang bisa menamatkan pendidikan tinggi. Hal ini
menunjukkan adanya kesenjangan pendidikan yang sangat tajam. Sebagian besar
pancaharian penduduk sebagai petani sekaligus peternak (65%), 15% PNS, dan 5%
wiraswasta/pedagang, 5% pelayan, dan sisanya 10% pengganguran. Pada musim hujan,
penduduk berkonsentrasi pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari melalui pertanian, dan
peternakan. Budidaya pertanian dan peternakan masih bersifat tradisional, yang miskin
dengan sentuhan ipteks.
Di samping itu, kurangnya kesadaran penduduk dalam kesehatan dan sanitasi
lingkungan, serta rendahnya daya dukung dan pelayanan lembaga kesehatan,
menyebabkan wilayah kecamatan Sukasada ini sangat rentan terhadap wabah penyakit
baik di musim hujan maupun di musim kemarau. Pengembangan peternakan tradisional
yang tidak ramah lingkungan, sering menimbukan persoalan sanitasi lingkungan dan
sumber wabah penyakit. Padahal limbah pertanian dan peternakan, melalui penerapan
ipteks dapat dirubah menjadi sumber pakan ternak, pupuk organik dan sumber energi
bakar alternatif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian
masyarakat. Posyandu yang ada masih ditangani secara linier dan mekanistik dengan
kebergantungan tinggi dengan program kesehatan kabupaten.
Dengan daya dukung luas wilayah yang cukup memadai dan panorama alam yang
indah, dengan kuantitas jumlah petani dan peternak yang cukup signifikan, wilayah
kecamatan ini sangat berpotensi untuk jadi zona wisata desa, sentra
pertanian/peternakan yang bisa memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan kondisi
ekonomi masyarakat menuju wilayah desa-desa wisata yang mandiri pangan-energi.
Sebenarnya upaya-upaya peningkatan aktivitas wisata dan produksi pertanian dan
peternakan sudah dilakukan, melalui program sadar wisata dan penelitian dan
5
pendapingan dari BPPT Propinsi Bali (Laporan BBPPT provinsi Bali, 2007) dalam
program Primatani, namun nilai ekonomi sektor pariwisata dan produksi pertanian,
peternakan dan perikanan masih relatif sangat kecil, sehingga belum mampu
mendongkrak kualitas hidup masyarakat. Hal ini disebabkan (1) kurangnya pengetahuan
dan keterampilan masyarakat dalam peningkatan nilai ekonomis produk wisata, (2)
rendahnya intensitas masyarakat yang bergerak dalam bidang wirausaha/perdagangan,
kurangnya diversifikasi produk wisata yang masih tersegmentasi dengan
pertanian/peternakan, dan budaya masyarakat, (3) sistem mekanisme pasar yang belum
berpihak pada masyarakat desa, serta (4) tingginya potensi bencana longsor yang selalu
mengancam runtuhnya pilar-pilar sosio-ekonomi, keamanan dan kenyamanan hidup
masyarakat.
1.3.1 Desa Pancasari
Desa Pancasari terdapat 5 dusun, yakni dusun Karma, Lalang linggah, Buyan,
Peken, Dasong dengan luas wilayah 1280 ha. Wilayah ini sebagian besar adalah
pertanian 98 ha, perumahan dengan luas 19,27 ha dan tegalan sawah 365,73 ha, kuburan
20 are. Jumlah penduduk Desa Pancasari (data per Desember 2007 dalam monografi)
adalah 4783 orang yang terdiri diri laki 2.323 orang, perempuan 2.460 orang.
Ditinjau dari t ingkat pendidikan usia produktif terdapat: (1) akademi/sarjana
ke atas 58 orang, lulusan tingkat SMA/SMK 365 orang, lulusan tingkat SMP 854
orang dan lulusan tingkat SD 1502 orang. Dengan demikian, maka penduduk Desa
Pancasari mempunyai kualifikasi tingkat SDM yang cukup memadai karena, lebih
dari 36% persen usia produktif lulusan SMA dan Sarjana. Pekerjaan penduduk Desa
Pancasari sebagian besar sebagai petani yaitu 3124 orang, peternakan, pegawai
negeri/TNI/Polri sebanyak 10 orang, pegawai swasta 2 orang, nelayan 32 orang,
sedangkan jumlah tenaga penganggur/pencari kerja/tidak bekerja 155 orang.
Berdasarkan data di kantor desa ( per Maret 2011), KK miskin yang ada sebanyka 570
KK, yang direkomendasi untuk mendapatkan BLT.Potensi yang menonjol di desa
Pancasari adalah pariwisata, pertania, dan peternakan.
6
Gambar 3. Potensi desa Pancasari
Potensi pertanian yang menonjol di desa Pancasari adalah tanaman pisang, tanam
kelapa dan hortikultural. Potensi peternakan yang menonjol di desa Pancasari adalah
sebagian besar warga berternak ayam kampung/ras 13.425 ekor, babi 6505 ekor dan sapi
bali 3685 ekor. Industri kecil yang ada adalah industri kecil pengolahan pangan,
kerajinan lainnya (anyaman), dengan pengelolaan tradisional dan segmen dan akses
pasar yang masih terbatas. Produksi pertanian seperti kelapa, pisang, dan palawija lainya
masih bernilai ekonomis rendah, karena belum diolah dengan sentuhan ipteks menjadi
produk yang bernilai pasar tinggi. Potensi kerajinan yang menonjol di desa Pancasari
adalah anyaman serabut kelapa dan kerajinan dari tempurung kelapa. Industri-industri
kecil ini perlu dikembangkan sehingga mampu lebih banyak menampung tenaga kerja
dan meningkatkan pendapatan keluarga.
1.3.2 Desa Wanagiri
Desa Wanagiri merupakan daerah pegunungan kawasan hutan belantara,
sehingga nama Wanagiri berasal dari wana artinya hutan atau alas (Bahasa Bali), dan
giri artinya gunung (bukit),. Desa Wanagiri sebagai sentra konservassi hutan di
kabupaten Buleleng terdiri dari 3 Dusun, yakni dusun Yehketipat, Bhuanasari,
dan Asah Panji. Berdasarkan data monografi desa, luas wilayah 1575 ha, dengan
rincian perkebunan 1122 ha, tegalan 11,5 ha, pemukiman/perumahan 28,25 ha.
Jumlah penduduk 3111 orang. Jumlah KK miskin di desa Wanagiri, berdasarkan data
yang ada di kelurahan sebanyak 801 KK.
Potensi peternakan (sapi, babi/kambing, dan unggas) dan kerajinan rumah
tangga merupakan usaha penduduk desa ini untuk meningkatkan pendapatan
keluarganya disamping mengandalkan usaha pertanian buah-buahan dan palawija yang
sifatnya musiman. Desa Wanagiri merupakan desa yang dikenal potensi peternakannya,
7
dengan sebaran ternak ayam 5945 ekor, babi 721 ekor, sapi 363 ekor, kambing 37 ekor,
dan ternak lainnya seperti kambing dan itik. Banyak kebutuhan akan hasil ternal sapi,
babi, dan unggas disuplai dari desa Wanagiri, sehingga penanganan secara terpadu
sektor pertanian dan pertenakan di desa Wanagiri cukup mendesak dilakukan untuk
mendokrak kehidupan ekonomi masyarakat. Hasil pertanian yang cukum menonjol
adalah kelapa, pisang, padi dan jagung, kacang tanah, serta tanaman multikultur lainnya,
namun masih ditangani dengan budidaya tradisional. Desa Wanagiri juga menjadi pusat
pelayanan mitigasi bencana longsor, dan aktivitas konservasi hutan. Desa Wanagiri juga
penyumbang terbesar pada angka buta aksara dan putus sekolah, karena akses terhadap
pendidikan formal terhambat oleh keadaan geografis kawasan, terutama untuk
masyarakat yang ada di daerah perbukitan.
Gambar 4. Desa Wanagiri
1.3.3 Desa Gitgit
Desa Gitgit ( batu bergerigi tajam ) dengan luas wilayah 12 km2 adalah daerah
yang kondisi tofografinya sangat curam, berbukit – bukit, bertebing tinggi, jenis tanah
vulkanik berbatu yang bersifat labil, batu padas yang tajam menggigit; Potensi alam
kondisi fisik dan fisis lingkungan dapat memberikan keindahan, keunikan secara aktif
baik fisik, sosial, budaya, religius yang dapat memberikan kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat. Desa Gigit terdiri dari 4 dusun yakni dusun Pumahan, Gitgit, Perenan
Bunut, dan Wirabhuwana, dengan luas wilayah 358.050 ha, yang hanya sebagian terdiri
dari pertanian 407 ha pekarangan 106 ha, tegalan 617 ha, perkebunan 67 ha. Jumlah
penduduk 1489 orang. Mata pencaharian penduduk sebagian besar bertani, berdagang,
dan wiraswasta, dengan rincian wiraswasta 380 orang, PNS/ABRI 25 orang., dengan
jumlah KK miskin sebanya 787 KK, yang sebagian besar tinggal di daerah perbukitan.
Potensi pertanian di desa Gitgit yang menonjol adalah padi dan palawija, dengan rincian
21 ha, jagung 100h, ketela pohon 5 ha, kacang kacang tanah 21 ha. Perkebunan yang
8
menonjol adalah cengkeh dan buah-buahan, kelapa dengan luas areal 84 ha. Selain
potensi pariwisata air terjun, pertanian, desa Gitgit juga mengandalkan potensi
peternakan, dengan sebaran ayam kampung/pedaging 37.500 ekor, Babi 1.500 ekor,
sapi Bali 800 ekor, dan kambing 300 ekor.
Walaupun banyak industri dan usaha kerajinan berskala rumah tangga ada di
desa ini, seperti pengolahan kelapa, kerajinan ukiran kayu, dan pengolahan pangan,
namun belum mampu menampung tenaga kerja yang optimal, hal ini dapat dilihat dari
masih banyak penduduk usia kerja yang tidak memiliki pekerjaan tetap.
Pendataan akurat tentang industri kecil dan kerajinan ini belum dilakukan terutama
berkaitan dengan volume (omzet) usaha, volume dan variasi produk, jangkauan
pemasaran. manajemen usaha yang belum baik.
Gambar 5. Potensi desa Gitgit
1.3.4 Desa Ambengan
Desa Ambengan termasuk tipologi desa perbukitan terdiri dari 4 dusun, yakni
dusun Ambengan, Bukit Bahu, Jembong, dan Pebantenan, dengan luas wilayah 1369 ha,
terdiri dari tanah sawah 171 ha, tegal/ladang dan perkebunan 367, dan hutan 13 ha.
Jumlah penduduk desa Ambengan sebanyak 4.363 orang, dengan jenjang pendidikan
SD 2829 orang, SMP 237 orang, SMA, 253 orang, dan akademi/sarjana 43 orang. Mata
pencaharian penduduk yang menonjol sebagian besar sebagai petani 1998 orang, petani
penggarap (penyakap) 350 orang, peternak 1144 orang, pedagang 60 orang, dan
pengrajin15 orang. Pengusaha 3 orang, PNS 55 orang. Jumlah KK miskin yang ada di
desa Ambengan sebanyak 789 KK. Organisasi tradisional desa yang berkaitan dengan
aktivitas pertanian dan peternakan adalah Subak Lawa, Subak Anyar, Subak Pebantenan,
Subak Abian, dan Poktan/Gapoktan.
9
Potensi yang menonjol di desa Ambengan adalah pertanian,peternakan,
pariwisata, dan kerajinan (pelepah pisang dan keranjang buah). Potensi pertanian yang
dominan di desa Ambengan adalah jagung 8,5 ha, mangga 105 ha, sedangkan
perkebunan adalah kelapa 293 ha. Potensi kebun kelapa 4800 pohon dengan lahan 195
ha. Produksi kelapa saat ini masih dijual dalam bentuk buah kelapa, kopra maupun
diolah oleh industri minyak kelapa secara basah tradisional sekala industri rumah tangga.
Pasaran dari produksi minyak hanya mencapai pasaran lokal desa dan sekitarnya.
Potensi unggulan lainnya adalah produk peternakan ayam, babi dan sapi. Banyak
kebutuhan akan produk ternak ayam, babi, dan sapi untuk keperluan konsumtif, bibit dan
upacara didatangkan dari desa Ambengan. Desa Ambengan juga memliki fanorama alam
desa yang menarik, aliran sungai yang masih bersih, dan vegetasi yang variatif, yang
banyak diincar sebagai lokasi villa, karena view laut yang sangat mempesona. Diamping
itu, potensi kerajinan anyaman dan album dari bahan dasar lokal yang alami telah
mampu masuk ke segmen pasar wisata. Namun potensi unggulan di desa Ambengan ini
belum tertangani secara terpadu dengan sentuhan IPTEKS, terutama berkait dengan
pengembangan desa wisata yang terintegrasi secara holistik dengan segmen
pertanian/pertaninan, kehutanan, dan kerajinan kreatif-inovatif masyarakat setempat.
Gambar 6. Potensi desa Ambengan
1.4 Persoalan Pemkab di wilayah IbW
Persoalan utama yang menjadi prioritas Pemerintah kabupaten Buleleng di kawasan
Greenbelt di kecamatan Sukasada, khususnya di desa Ambengan, Gitgit, Wanagiri dan
Pancasari adalah (1) masalah bencana longsor yang selalu terjadi setiap tahun dan
memakan korban jiwa, (2) aktivitas pertanian-peternakan yan belum mampu
mendongkrak ekonomi masyarakat, (3) masalah pendidikan terkait banyaknya segmen
masyarakat yang buta-aksara, pengangguran, dan putus sekolah; (4) masalah sosio-
10
ekonomi, dimana masih banyak komunitas di kawasan ini masih berada di bawah garis
kemiskinan; (5) masalah kepariwisataan, yang dengan upaya mengantarkan kawasan
menjadi rural-agrotorurism culture; (4) masalah kesehatan dan sanitasi lingkungan, dan
(5) persoalan konflik sosial vertikal-horizontal karena perebutan hegemoni adat, ruang,
religi, dan sosio-ekonomi-politik, dan potensi penyebaran virus HIV/AIDS. Pemerintah
kabupaten Buleleng, melalui dinas terkait telah melakukan berbagai upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan, kemiskinan, pendidikan, pertanian-peternakan-
perikanan, kepariwisataan, potensi penyebaran HIV/AIDS, dan sosio-ekonomi-politik di
Desa Ambengan, Gitgit, Wanagiri dan Pancasari. Akan tetapi, di dalam pelaksanaanya
berbagi upaya yang telah dilakukan tersebut belum membuahkan hasil yang optimal,
karena kurangnya intesitas keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan yang
dicanangkan pemerintah.
1.5 Permasalahan Wilayah
Berdasarkan uraian potensi dan propek wilayah 4 desa, yakni desa Ambengan,
Gitgit, Wanagiri, dan Pancasarit di kecamatan Sukasada dapat dirumuskan permasalahan
utama yang potensial untuk dipecahkan, baik yang berhasil diidentifikasi melalui survey
awal pengusul, wawancara intensif dengan tokoh masyarakat, pejabat permerintahan
kecamatan/desa maupun permasalahan aspek sosial ekonomi dalam RPJMD desa
Ambengan, desa Gitgit, desa Wanagiri, dan desa Pancasari adalah sebagai berikut.
(1) Rendahnya kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan keterlibatan elemen
masyarakat dalam praksis kepariwisataan secara holistik berbasis pada wisata alam,
budaya masyarakat, dan pertanian/peternakan. Pariwisata yang hanya tersegmentasi dan
terbelenggu pada keindahan panorama alam kurang dapat mengagetasi dinamika
aktivitas sosio-ekonomi masyarakat menuju peningkatan kualitas hidup dan kenyamanan
masyarakat, (2) Rendahnya budaya kerja dan produktivitas ekonomi masyarakat
menyebabkan rendahnya pendapatan perkapita dan pendapatan keluarga. Pedahal
potensi alam dan dukungan program dan komitmen pemerintah dan institusi lain relatif
cukup tinggi. Selain itu, belum terberdayanya lembaga-lembaga ekonomi masyarakat,
UKM dan industri kerajinan kreatif-inovatif rumah tangga karena terbatasnya akses
kepada sumber daya produktif, terutama permodalan, pasar, dan informasi dan
teknologi, dan tumbuh suburnya rentenir telah mengurangi dinamika ekonomi
masyarakat, (3) Masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat, kondisi kesehatan
11
lingkungan, terutama yang menyangkut sanitasi dasar, dan perilaku masyarakat yang
kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat telah memberi kontribusi pada
rendahnya status penduduk miskin dan kesehatan masyarakat. Peluang terjangkitnya
penyakit demam berdarah dan penyakit endemik lainnya di wilayah Wanagiri,
Ambengan, Gitgit sangat tinggi, karena aktivitas produktif masyarakat tidak ramah
lingkungan, (4) Dari sisi kewilayahan, desa Ambengan, desa Gitgit, desa Wanagiri, dan
desa Pancasari merupakan daerah pegunungan konservasi hutan yang sangat berpotansi
terjadinya rawan bencana longsor setiap tahun. Kepedulian masyarakat dalam menjaga
kelestarian konservasi hutas di kawasan Greenbelt relative masih kurang, terbukti
intensitas perambasan hutan masih tinggi, yang berpotensi mendatangkan malapetaka
longsor. Di sisi yang lain, rendahnya budaya dan kemampuan masyarakat dalam
mekanisme mitigasi bencana alam sering meimbulkan kerusakan pada simpul-simpul
produktivitas sosio-ekonomi masyarakat, yang berujung pada keterpurukan kualitas dan
kenyamanan hidup masyarakat, (5) Masih rendahnya akses masyarakat terhadap
pendidikan yang berkualitas, kurangnya pemerataan pendidikan dan penyediaan tenaga
terampil, menyebabkan terjadinya kesenjangan pendidikan yang cukup tajam. Penyebab
utama yang teridentifikasi berkontribusi pada rendahnya kualitas pendidikan di wilayah
kecamatan Sukasada ini adalah (a) ketersediaan tenaga pendidik yang belum memadai
baik secara kuantitatif maupun kualitatif, (b) fasilitas belajar belum tersedia secara
mencukupi, (c) biaya operasional pendidikan belum disediakan secara memadai, (d)
kekurangan tenaga pendidik, (e) ekonomi masyarakat yang rendah, dan (e) faktor
geografis dan budaya masyarakat, dan (6) Minimnya terapan teknologi tepat guna di
masyarakat dalam pengolahan hasil pertanian, peternakan, dan perikanan yang dapat
mengantarkan desa-desa di kawasan ini sebagai desa mandiri pangan dan energi. Budi
daya pariwisata, pertanian, peternakan, dan perikanan yang ada saat ini masih bersifat
tradisional, monokultur, dengan pengagarapan yang parsial, dan kurang profesional yang
dapat meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dan berpotensi untuk
menumbuhkembangkan dinamika perekonomian masyarakat. (RPJMD dan
Renstrades,2008-2013).
12
BAB II
TARGET LUARAN
2.1 Tahun I (Tahun-2013) (Sudah berlangsung)
Target luaran yang diharapkan tercapai adalah (1) Rencana strategis (Renstra) dan
program aksi strategis desa-desa wilayah IBW berdasarkan hasil evaluasi diri secara
partisipatif yang komprehensif melalui in-depth SWOT analysis dan pemetaan wilayah
berbasis data riil potensi daerah, (2) Terwujudnya demplot industri kecil pengolahan
kelapa, (3) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan warga dalam penerapan IPTEKS,
managemen wirausaha dan perkoperasian untuk mengembangkan industri kecil/skala
rumah tangga sesuai potensi unggulan yang dimiliki sebagai usaha meningkatkan taraf
hidup warga dan mendukung pengembangan desa mandiri yang didukung oleh
perikanan, pertanian, peternakan, dan kerajinan rakyat, (4) Peningkatan pengetahuan
dalam penangan kerawanan pangan masyarakat melalui peningkatan pengetahuan dan
keterampilan produktivitas pertanian, , perikanan, dan peternakan terpadu, serta
penyediaan sumber-sumber energi alternatif, seperti bio-gas sebagai bahan bakar
pengolahan pangan dan pakan ternak, (5) Terwujudnya demplot peternakan ramah
lingkungan (zero waste), pengolahan lembah ternak menjadi sumber energi bio-gas
untuk keperluan bahan bakar, (6) Peningkatan sadar wisata masyarakat, khususnya
dalam mengintegrasikan aktivitas pariwisata dengan pertanian/peternakan, dan budaya
lokal menuju kawasan rural-agrotourism culture, (7) Terwujudnya kelompok belajar
kelas kecil tingkat SD, tingkat SMP dan mekanisme pengelolaanya berbasis desa
pekraman, (8) Peningkatan kesadaran individu, keluarga dan masyarakat tentang
peningkatan kesehatan dirinya, kesehatan keluarga dan kesehatan masyarakat, serta
sanitasi lingkungan. Peningkatan kesadaran dibarengi dengan peningkatan taraf
kesehatan diri, keluarga dan masyarakat serta kesehatan lingkungan, (9) Peningkatan
kuantitas dan kualitas usulan P2M program DP2M atau institusi lainnya berbasis
kegiatan pengembangan IPTEKS di Undiksha dan Unipas yang berisi rancangan
program-program aksi yang dibutuhkan masyarakat, dan (10) Laporan pengabdian dan 2
publikasi ilmiah hasil program IbW pada jurnal lokal dan nasional.
13
2.2 Tahun II (Tahun 2014)
Target luaran yang diharapkan tercapai adalah (1) Terselenggaranya program aksi
sesuai dengan usul yang dibuat sesuai dengan renstra dan tercapainya indikator-indikator
yang tercantum dalam setiap program usulan yang terselenggara tersebut, (2)
Terwujudnya managemen usaha dan pemasaran produk wisata desa, pertanian,
peternakan, kerajinan kreatif, produk dan jasa di kecamatan Sukasada berbasis Web
(ICT), (3) Meningkatnya omzet, perluasan usaha, pemasaran dari industri kerajinan
kreatif-inovatif di desa-desa wilayah IBW, (4) Peningkatan pendapatan asli desa-desa
wilayah IBW dan memberi kontribusi signifikan dalam peningkatan pendapatan asli
daerah kecamatan Sukasada dan kabupaten Buleleng, (5) Terwujudnya demplot
pengolahan limbah sampah menjadi pupuk kompos (pupuk organik), (6) Terwujudnya
demplot industri kecil kreatif berbasis produk lokal, (7) Terwujudnya usaha kecil
menegah (UKM) yang bergerak dalam bidang kerajinan, pengolahan pangan, dan
pengolahan kelapa, (8) Peningkatan taraf kesehatan diri, keluarga, masyarakat dan
lingkungan serta peningkatan kapasitas dan keberdayaan secara mandiri dari keluarga,
masyarakat dan organisasi desa dalam memelihara kesehatan dan sanitasi lingkungan,
dan (9) Laporan pengabdian dan 2 publikasi ilmiah hasil program IbW pada jurnal
nasional.
2.3 Tahun III(Tahun 2015)
Target luaran yang diharapkan tercapai adalah (1) Terwujudnya desa bebas buta
aksara di 4 desa wilayah IBW dan desa-desa lain di kecamatan Sukasada, (2)
Berkurangnya angka putus sekolah penduduk usia sekolah, (3) Adanya perubahan mind-
set, attitude, dan behaviour serta terciptanya masyarakat mandiri dan partisipatif dalam
melaksanakan pembangunan daerah secara berkelanjutan, (4) Meningkatnya
kesejahteraan, kesehatan dan keamanan masyarakat, (5) Terwujudnya desa wisata
mandiri (rural-agrotoruism culture) di kawasan IBW, yang dapat mepertautkan aktivitas
wisata alam, pertanian/ peternakan, dan budaya lokal masyarakat, (6) Terwujudnya
jejaring pemasaran wilayah berbasis Web (ICT), dan (7) Laporanpengabdian dan 2
publikasi ilmiah hasil program IbW pada jurnal nasional “Ngayah” dan internasional
14
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Solusi Yang Ditawarkan
Berdasarkan paparan potensi-potensi daerah, kearifan lokal dan permasalahan yang
dimiliki desa-desa dalam cakupan wilayah IBW maka perlu disusun strategi sebagai
solusi pemecahan masalah dalam mewujudkan desa mandiri dengan mensinergiskan
potensi masyarakat, yaitu SDM produktif, kelompok pariwisata, kelompok petani,
kelompok ternak, kelompok nelayan, kelompok pengerajin, berbagai organisasi adat,
lembaga ekonomi masyarakat, koperasi, arisan, dan Bank, industri kecil, UKM), dan
optimalisasi pemanfaatan lahan dan potensi alam yang luas dan beragam (areal
pariwisata, pertanian lahan kering/basah, peternakan, perikanan laut/tawar, kehutanan).
Potensi unggulan pokok yang menjadi prioritas penerapan program ipteks dalam
program IbW ini adalah (1) potensi pariwisata yang diarahkan pada pengembangan
rural-agrotourism culture yang didukung oleh fanorama alam, pertanian, peternakan,
dan perikanan (1) potensi pertanian dalam arti luas, (2) potensi peternakan yang ramah
lingkungan, (3) perikanan dengan perbaikan segmen jejaring pasar, (4) pendidikan
kelompok kelas kecil dan kesehatan terpadu berbasis desa adat/masyarakat, (5)
UKM/Industri rumah tangga dan lembaga ekonomi masyarakat, (6) industri kerajinan
handycraft dan diversifikasi produk kreatif olahan hasil pertanian, peternakan, dan
perikanan, dan (7) program reboisasasi dengan vegetasi lokal tradisional Bali dan
mitigasi bencana alam.
Solusi yang ditawarkan untuk menangani permasalahan wilayah yang meliputi 4
desa sasaran IBW adalah melaksanakan program ipteks bagi wilayah dengan rincian
sebagai berikut: (1) Melakukan pemetaan potensi-potensi unggul di wilayah IBW,
kearifan lokal, dan pemetaan wilayah sesuai dengan peruntukan dan kondisi fisik dan
daya dukung lingkungan. Selanjutnya melakukan evaluasi diri dan penyusunan rancana
program strategis, dan perancanangan aktivitas-aktivitas inisiasi IBW berdasarkan
potensi-potensi unggul yang dimiliki sebagai penjabaran program-program strategis
yang dicanangkan, dan (2) Melaksanakan program aksi ipteks dalam penanganan
masalah di wilayah IBW, yakni: (i) Program ipteks peningkatan kepariwisataan yang
mengarah pada rural-agrowisata culture sebagai pengintegrasian dinamika pariwisata,
15
pertanian, peternakan, dan budaya lokal masyarakat, (ii) Program ipteks peningkatan
pengetahuan dan keterampilan dalam desain, diversifikasi produk, (iii) managemen, dan
pemasaran seni kerajinan tangan melalui pendidikan, pelatihan dan pendampingan,
Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam diversifikasi produk
pengolahan kelapa menjadi produk berorientasi pasar melalui pengembangan demplot
sentra industri kecil berbasis kelapa, (iv) Program ipteks peningkatan pengetahuan dan
keterampilan managemen wirausaha, perkoperasian dan pemberdayaan ekonomi
masyarakat dan revitalisasi UKM-UKM berbasis kearifan lokal melalui pendidikan,
pelatihan dan pendampingan, (v) Program ipteks peningkatan pengetahuan dan
keterampilan pengolahan aneka makanan tradisional dan modern berbasis hasil
pertanian, perkebunan, dan perikanan melalui pendidikan, pelatihan dan pendampingan
produksi, managemen, dan pemasaran, (vi) Program ipteks peningkatan pengetahuan
dan keterampilan dalam program pertanian terpadu melalui demplot pertanian
multikultur, pengolahan pupuk organik, dan pakan ternak dari limbah hasil pertanian,
dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dan ketahanan pakan ternak,
(vii) Program peternakan melalui demplot peternakan terpadu yang ramah lingkungan
(zero waste), pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik dan energi bakar biogas
sebagai bagian integral dari upaya penyediaan energi alternatif bagi masyarakat baik di
musim hujan maupun musim kemarau, (viii) Program ipteks pendidikan kontekstual
untuk meningkatkan kualitas pendidikan/pengurangan pengangguran,dan pemberantasan
buta huruf/putus sekolah melalui pendidikan life skill dan model pendidikan kelas kecil
(small group learning) berbasis kearifan lokal, (ix) Program ipteks untuk pembinaan
kesehatan keluarga dan masyarakat, melalui model posyandu berbasis desa pekraman
dan revitalisasi pelayanan kesehatan Puskesmas, (x) Program ipteks mitigasi bencana
longsor dan konservasi hutan di daerah perbukitan di sekitar kawasan greenbelt di desa-
desa wilayah IBW dengan item vegetasi local tradisional Bali, (xi) Melakukan evaluasi
dan refleksi komprehensif terhadap program aksi, sebagai dasar pertimbangan dalam
program pendampingan/ pemantauan demi menjaga sustainabilitas program IBW di
wilayah Sukasada secara mandiri.
3.2 Metode Pelaksanaan Program
Metode yang akan digunakan untuk pelaksanaan IBW adalah metode SLA
(Sustainable Livelihoods Approach ). Pemberdayaan masyarakat dengan the Sustainable
16
Livelihoods Approach (SLA) pada dasarnya upaya pelibatan (partisipasi) masyarakat
untuk belajar dan beraktivitas secara berkelanjutan dengan cara unik mereka menjalani
hidup dalam rangka meningkatkan kualitas hidup mereka. Menurut Ellis (1998), the
sustainable livelihoods approach (SLA) is the process by which rural families construct
a diverse portfolio of activities and social support capabilities in their struggle for
survival and in order to improve their standards of livings. Hal ini didukung oleh
Olivier Serrat (2008), yang menyatakan bahwa “ The sustainable livelihoods approach
is a way of thinking about the objectives, scope, and priorities for development activities.
It is based on evolving thinking about the way the poor and vulnerable live their lives
and the importance of policies and institutions.
Kodisi exciting masyarakat di wilayah IbW, yang bertautan dengan potensi wilayah,
SDA, SDM, dan kearifan-kearifan lokal masyarakat dijadikan starting point dalam
memetakan program-program pemberdayaan masyarakat, yang sudah tentu melibatkan
usulan dan tuntutan kebutuhan masyarakat dari bawah (internal) dan mensinergiskan
dengan program-proram kebijakan pemerintah daerah yang muncul dari analisis kritis
Undikasha, Unipas dan Pemkab Buleleng (eksternal) sehingga dapat dirumuskan
proram-program aksi yang dapat mengantarkan masyarakat pada kondisi expeting yang
diinginkan dan disepakati bersama. Program aksi pemberdayaan masyarakat yang
menempatkan masyarakat secara aktif berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan,
monitoring, dan evaluasi melalui proses pembelajaran dan pendampingan akan dapat
meningkatan intensitas partisipasi, self-belonging , dan responsibility sehingga dapat
menjamin dukungan material, finansial , dan pemikiran tepat sasaran dalam
pemberdayaan masyarakat untuk mengantarkan masyarakat hidup lebih mandiri, aman,
sejahtera, sehat dan harmonis.
3.3 Kontribusi Pemerintah Kabupaten Buleleng
Motivasi dan kontribusi Pemkab Buleleng dalam melaksanakan pemberdayaan
masyarakat di kecamatan Sukasada sangat tinggi. Hal ini disampaikan oleh Sekda
Buleleng saat audiensi draft pengusulan program IBW dan kerjasama Undiksha dan
Pemkab Buleleng pada tanggal 20 September 2011. Pemkab Buleleng sangat konsent
dengan peningkatan pendapatan asli daerah sebagai upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat Buleleng dan pengurangan kemiskinan. Dalam audensi tersebut, melalui
Sekda, Pemkab Buleleng sangat membutuhkan kerjasama semua pihak terutama
17
Undiksha dalam turut menyukseskan program-program pengentasan kemiskinan dan
peningkatan PAD Buleleng disamping program-program pendidikan, kesehatan dan
partisipasi gender. Usulan IBW dan sejenisnya sangat diharapkan Pemkab Buleleng
dalam mengakselerasi pencapaian pembangunan Buleleng yang pada tahun 2012 ini
bertema ”meningkatkan Pembangunan Sosial Ekonomi untuk mengurangi kemiskinan
dan pengangguran” (RKPD Buleleng, 2012).
Jalinan kerjasama Pemkab Buleleng dengan Undiksha dan Unipas tidak saja
dalam bidang pendidikan, tetapi juga dalam bidang-bidang lain seperti kehutanan,
pemetaan potensi (GIS), kesehatan (kerjasama akademi kebidanan, Undiksha dan
RSUD Buleleng), pembinan desa tertinggal, sensus, life skill dan sebagainya. Untuk itu
pemberdayaan masyarakat di kawasan kecamatan Sukasada melalui program IbW yang
diusung oleh pemerintah kabupaten Buleleng, Undiksha, dan Unipas akan dapat
terlaksana sesuai dengan rencana, apalagi didukung oleh motivasi masyarakat yang
sangat berkeinginan untuk menyelenggarakan program-program aksi IbW di wilayahnya
untuk mengantarkan desa-desa di kawasan IbW ini menjadi desa wisata mandiri pangan
dan energi.
3.4 Rencana Kegiatan Program Ipteks
3.4.1 Tahun I (2013)(Sudah berlangsung) Recana kegiatan tahun I meliputi tahap-tahap persiapan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi. Hasil kegiatan IbW di Kawasa Greenbelt Sukasada tahun 2013 adalah sebagai berikut.
Kegiatan IbW di kawasan Greenbelt Sukasada tahun 2013, diawali dengan sosialisasi secara vertikal dengan menghaturkan upacara permohonan ijin/permakluman (piuning) kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang berstana di Pura Desa masing-masing di desa Pancasari, Wanagiri, Gitgit dan Ambengan. Selanjutnya, sosialisasi juga dilakukan secara horizontal dengan masyarakat yang menghadirkan aparat pemerintah di tingkat kecamatan, desa, adat, tokoh masyarakat dan ketua kelompok produktif-ekonomis masyarakat di kawasan Greenbelt Sukasada. Kemudian dilanjutkan dengan pendataan wilayah, dan pelaksanaan program inisiasi.
Pendataan potensi wilayah di desa Pancasari, desa Wanagiri, desa Gitgit, dan desa Ambengan difokuskan pada pendataan aset yang dimiliki masyarakat, baik secara personal dalam keluarga, maupun aset secara komunal dalam kelompok tani-ternak, yang berpotensi untuk diberdayakan sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Hasil survey, observasi dan wawancara yang mendalam dalam diperoleh profil aset masyarakat, site plan untuk pengembangan rural-agrotourism di kasawan wisata air terjun Gigit, dan mapping sentra produksi ekonomi dan kerajinan yang dapat mendukung kawasan rural-agrotourism. Di sisi yang lain, pelaksanaan IbW Greenbelt Sukasada pada tahun-1(2013) ini mula menginisiasi pengkapasitas melalui program aksi (1) pengembangan demplot sentra pengolahan kelapa di desa Ambengan, (2) inisiasi
18
demplot tani-ternak multikultur di desa Wanagiri, (3) pengkapasitasan kelompok masyarakat pemandu wisata dalam kompetensi tourism di desa Gitgit, dan (4) pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis bagi KK miskin di desa Pancasari.
Pada kegiatan IbW tahun pertama, pengelolaan demplot pengolahan kelapa ini ditangani oleh Ibu-ibu rumah tangga yang terkabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) di desa Ambengan. Pada demplot yang ada di desa Ambengan dibantu hibah IbW berupa peralatan mesin pengolah daging kelapa “three in one” , yakni parut, peras, dan saring, yang diproduksi oleh unit “UJI” Universitas Mahasaraswati Denpasar. Aktivitas produktif ekonomi berbasis kelapa dicanangkan menjadi aktivitas unggulan poktan dalam menghasilkan generate revenue bagi masyarakat baik secara personal maupun kelompok. Pelatihan pengolahan kelapa menjadi produk VCO dilaksanakan pada 4 Oktober 2013 bertempat di desa Ambengan. Tahapan-tahapan pengolahan VCO yang disampaikan pada Kelompok Wanita Tani (KWT) dan masyarakat sekitar seperti uraian berikut ini. (1) Penyiapan Bahan Baku, (2) Pemisahan Krim, (3) Pembuatan Starter Ragi Tape, (4) Pencampuran Krim dengan Starter Ragi Tape, (5) Penyaringan Minyak: Produk yang diperoleh dari penyaringan adalah VCO. Partisipasi anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) dan anggota poktan dalam kegiatan usaha produktif pengolahan kelapa sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari intensitas kehadiran, dan kuantitas dan kualitas persoalan/pertanyaan yang disampaikan terkait dengan pembuatan minyak kelapa VCO dan minyak lentik/minyak tradisional. Hasil pemberdayaan poktan dalam usaha produktif berbasis kelapa adalah (1) adanya peningkatan kompetensi dalam pengolahan kelapa, khususnya dari minyak tradisional menjadi VCO, (2) menghasilkan kualitas produk minyak tradisional/VCO yang lebih baik, (3) meningkatkan kapasitas produksi pengolahan kelapa menjadi minyak/VCO, (4) mendorong proses transformasi IPTEKS dalam penggunaan peralatan mesin pengolahan kelapa “three in one”bantuan IbW kepada kelompok ibu PKK di desa Ambengan.
Pola usahatani tanaman pangan dilakukan kelompok tani di wanagiri menggunakan teknologi sederhana dengan varietas lokal sehingga hasilnya rendah. Selain itu pemeliharaan ternak (umumnya sapi) masih tradisional dan monokultur sehingga produktivitasnya rendah. Pemberdayaan masyarakat di kawasan Greenbelt di kecamatan Sukasada pada program IbW tahun 2013 ini dilakukan dengan pencanangan program aksi pertanian-peternakan multikultur, sesuai dengan diskusi mendalam dengan masyarakat di desa Wanagiri. Ketahanan ekonomi masyarakat yang banyak bertumpu dari hasil ternak-tani disikapi dengan mengembangkan ternak multikultur,yakni ternak sapi sebagai penghasil income tahunan, ternak babi sebagai penghasil income enan bulan, dan ayam merupakan sumber penghasilan masyarakat bulanan. Hal yang sama juga pada aspek pertanian, dimana masyarakat di setiap demplot sebagai episntrum aktivitas pemberdayaan, dikapasitaskan untuk menanam tananman yang dapat memenuhi kebutuhan konsumtif jangka pendek sampai jangka panjang.
Model pertanian-peternakan terpadu merupakan aktivitas produktif pertanian-peternakan dalam satu siklus berantai, yakni pemanfaatan limbah tanaman pada budidaya tani untuk pakan ternak. Demikian juga sebaliknya budidaya ternak, limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk pertanian. Program aksi usaha produktif pertanian-peternakan-perikanan terpadu diawali introduksi teknologi pemanfaatan limbah tanaman untuk pakan ternak menjadi pupuk bio-organik, dilaksanakan pada tanggal 6 September 2013, dan tanggal 13 September 2013. Hasil pemberdayaan masyarakat yang terkabung kelompok tani (poktan) dalam usaha produktif pertanian multikultur dan peternakan ternak sapi/babi terpadu adalah (1) adanya peningkatan kompetensi bertani
19
multikultur dalam intensifikasi budi daya ternak sapi/babi/ayamayam terpadu, menuju usaha produktif yang zero waste, (2) mendorong proses transformasi IPTEKS dalam pengolahan limbah ternak sapi/babi/unggas menjadi pupuk. Terkait dengan pengkapasitasan poktan di desa Wanagiri dalam produksi bio-organik dalam skala besar, maka dari hibah IbW Greenbelt Sukasada juga menghibahkan satu unit mesin produksi pupuk organik dengan kapasitas yang besar. Di sisi yang lain,terkait dengan upaya Bupati Buleleng dalam mendongkrak perkembangan wisata ke Bali utara, maka desa Ambengan, yang merupakan jalur lintasan wisata trans Bedugul-Singaraja-Gilimanuk dapat mengkreasi secara kreatif produk kerajinan tangan berupa tas, album, bingkai foto, berbahan baku limbah pisang dan dedauanan secara lebih optimal.Dalam rangka mendukung program pemerintah kabupaten Buleleng ini, maka IbW Greenbelt Sukasada melaksanakan pelatihan diversifikasi roduksi kreatif kerajinan di desa Ambengan untuk mengintensifikasi dan mengekstensifikasi produksi kerajinan tangan kelompok masyarakat desa Ambengan, pada tanggal 23 Agustus 2013. Sekaligus saat pelatihan ini dihibahkan peralatan produksi kerajinan, seperti: mesin cetak/press, pisau, gunting. cutter, kuas, alat semprot cat/pernis, amplas, lem, kertas HVS, kertas lapis, plastik cover, dan lain-lain. Potensi wisata air terjun di desa Gigit merupakan aset desa yang dapat mendatangkan generate revenue bagi masyarakat Gigit. Pengelolaan wisata yang tradisional, penataan kawasan, dan managemen pemasaran yang konvensional belum mampu meningkatkan taraf pendapatan warga, apalagi dengan kompetensi bahasa asing dan literasi wisata yang rendah. Maka dari itu, dalam program IbW Greenbelt Sukasada tahun 2013 dilakukan edukasi dan penatan secara bertahap terhadap SDM dan keasrian objek wisata air terjun Gitgit, yakni : (1) Pelatihan English for Guiding untuk program rural agro-torurims bagi praktisi wisata di kawasan air terjun dari 25 Oktober 2013 sampai 3 November 2013, (2) Pembangunan secara bertahap gerbang welcome gate pada objek wisata air terjun Gigit. Dari hasil pelatihan ini diperoleh hasil peningkatan kompetensi tourism komunitas dan rencana site plan untuk wisata tracking di kawasa air terjun Gitgit.
3.4.2 Tahun II (2014)
Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Rapat kerja tim dan partisipan untuk koordinasi
dan perencanaan mekanisme kegiatan tahun II yang telah disusun, (2) Pembekalan
penyegaran terhadap tim pelaksana, tenaga lapangan dan partisipan, (3) Penyusunan
pedoman dan petunjuk teknis pelaksana program, (4) Sosialisasi rencana pelaksanaan
program IBW tahun II.
Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Pemberdayaan, penguatan, dan pembentukan
organisasi dalam konservasi hutan dan penanganan mitigasi bencana alam, (2)
Penguatan usaha industri kecil berbasis kelapa yang telah dirintis pada tahun I dengan
20
cara (a) pendampingan produksi, (b) pendampingan managemen usaha dan bisnis plan,
(c) pendampingan pemasaran baik, lokal, antar pulau maupun ekspor dengan
menggunakan direct selling indirect selling, dan E-commerce melalui fasilitas ICT, (3)
Penguatan program rural-agrotourism culture dalam menyiapkan kawasa IbW sebagai
kawasan desa wisata mandiri, (4) Penguatan kelompok-kelompok usaha kecil produktif
yang ada dan perintisan kelompok-kelompok usaha kecil dan menengah (UKM)
produktif dan inovatif untuk mendukung pengembangan desa mandiri di wilayah IBW
berbasis Ipteks seperti pembuatan pakan ternak, pembuatan pupuk kompos, usaha
pembibitan ternak dan pertanian, usaha pengolahan limbah pertanian dan peternakan, (5)
Pemberdayaan, penguatan, dan pembentukan koperasi simpan pinjam, koperasi usaha
kecil, dan lembaga perekonomian rakyat berlandaskan kearifan lokal untuk mendukung
sirkulasi perekonomian masyarakat, (6) Pemberdayaan kelompok tani kawasan hutan
untuk pemeliharaan dan perawatan konservasi dan reboisasi lahan kering kawasan hutan,
(7) Pengembangan desa mandiri dengan melanjutkan program pertanian-peternakan dan
perikanan terpadu melalui mekanisme intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian tumpang
sari, pengolahan, pengawetan, dan penyimpanan pangan dan pakan ternak, penyedian
sumber energi bio-gas, penyedian pupuk organik, dan pengaturan irigasi melalui
teknologi irigasi embung, (8) Peningkatan dan pembinaan kesehatan keluarga dan
masyarakat melalui pengembangan posyandu terpadu berbasis desa pekraman, dan
revitalisasi kuantitas dan kualitas jangkauan pelayanan kesehatan, pengintegrasian
sistem kesehatan lingkungan hidup berbasis adat ke dalam hukum adat serta
memasukannya dalam kurikulum sebagai muatan lokal di sekolah-sekolah wilayah IBW,
dan (9) Pengusulan program P2M seperti penerapan Ipteks bagi masyarakat (IBM) baik
dari dana DIPA Undiksha maupun Unipas untuk tahun III program IBW.
Tahap Evaluasi
Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan
program aksi yang dilaksanakan pada program IBW tahun II, (2) Pelaporan, evaluasi dan
refleksi program IBW serta penyusunan program aksi IBW tahun III berdasarkan rencana
dan program strategis serta pencapaian program aksi tahun II, (3) Sosialisasi dan
promosi pencapaian program IBW melalui seminar tradisional (paruman pekraman) dan
pameran produk IBW, up-load di website, dan promosi media masa Bali Post, (4)
Publikasi hasil kegiatan program IBW tahun II akan dimuat pada jurnal akademik P2M
21
yaitu (1) Jurnal Widya laksana LPM Udiksha, (2) Jurnal Ngayah, dan (3) Jurnal
International.
3.4.3 Tahun III (2015)
Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Rapat kerja tim dan partisipan untuk koordinasi
dan perencanaan mekanisme kegiatan tahun III yang telah disusun, (2) Pembekalan
penyegaran terhadap tim pelaksana, tenaga lapangan dan partisipan, (3) Penyusunan
pedoman dan petunjuk teknis pelaksana program, dan (4) Sosialisasi rencana
pelaksanaan program IBW tahun III.
Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Penguatan usaha industri kecil berbasis
kelapa yang telah dirintis pada tahun I dan tahun II dengan cara (a) peningkatan
kerjasama industri dan pemasaran, (b) pendampingan managemen usaha dan bisnis plan,
(c) mendorong pemasaran baik, lokal, antar pulau maupun ekspor dengan menggunakan
direct selling/indirect selling, dan E-commerce melalui fasilitas ICT, (2) Pengembangan
desa wisata mandiri dengan meningkatkan aktivitas kepariwisataan yang didukung oleh
ketahanan pangan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi produk pertanian hortikultura,
sawah, palawija, produksi ternak sekaligus pemasyarakatan pemanfaat sumber energi
bakar alternatif bio-gas hasil limbah ternak yang telah dirintis tahun I dan II, (3)
Peningkatan kemandirian masyarakat desa dalam pengelolaan lingkungan dan kesadaran
lingkungan hidup bersih, indah dan bersemi untuk mendukung perwujudan desa
Sukasada sebagai ibu kota kecamatan (IKK), konservasi hutan, dan penanganan mitigasi
bencana longsor, (4) Peningkatan kapasitas pengelolaan desa wisata mandiri bagi
lembaga pemerintahan/lembaga adat, kelompok masyarakat, pengurus organisasi
kepemudaan, dan tokoh masyarakat melalui the sustainable livelihood approach (SLA)
untuk menjada sustainabilitas program aksi IBW menuju kemandirian, (5) Pengusulan
program-program P2M untuk pelaksanaan program IBW tahun ke-III, (6) Peningkatan
dan pembinaan kesehatan keluarga dan masyarakat serta sanitasi lingkungan melalui
program aksi pemberdayaan keluarga KK miskin, KK sejahtera dan organisasi
kemasyarakatan yang terkait menuju bina mandiri bidang pangan, kesehatan, dan
sumber energi, (7) Pengusulan program P2M seperti penerapan Ipteks bagi masyarakat
(IBM) baik dari dana DIPA Undiksha maupun Unipas untuk tahun III program IBW.
22
Tahap Evaluasi
Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
aksi yang dilaksanakan pada program IBW tahun III, (2) Pelaporan, evaluasi dan refleksi
program IBW tahun III, serta pendampingan penyusunan program aksi lanjutan secara
mandiri oleh perangkat desa dan masyarakat, (3) Sosialisasi dan promosi pencapaian
program IBW tahun III melalui seminar tradisional (paruman pekraman) dan pameran
produk IBW, up-load di website, dan promosi media masa Bali Post, Radar, dan Nusra
Post, (4) Publikasi hasil kegiatan program IBW tahun III akan dimuat pada jurnal
akademik P2M yaitu (1) Jurnal Widya laksana LPM Udiksha, (2) Jurnal LPM Ngayah,
dan (3) Jurnal International.
23
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kinerja LPM Undiksha Singaraja
Universitas Pendidikan Ganesha memiliki motivasi kuat dalam mengembangkan
diri sebagai sebuah universitas yang turut berperan aktif dalam meningkatkan daya saing
produk lokal baik di bidang pendidikan dan pengajaran maupun bidang non-
kependidikan untuk mampu berkontribusi dalam meningkatkan daya saing bangsa.
Melalui berbagai hibah kompetitif yang dimenangkan Undiksha, Universitas negeri satu-
satunya di Bali utara ini, di samping sedang memperkuat kapasitas lembaga, Undiksha
juga mengembangkan berbagai program unggulan dan rintisan seperti pengembangan
komunitas (community development) yang diharapkan mampu menghasilkan aktivitas-
aktivitas yang mendatangkan revenue sendiri (self generating revenue activities),
pengembangan pusat-pusat kajian yang dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian
Undiksha diantaranya adalah Pusat Kajian Lingkungan Hidup dan pusat-pusat layanan
yang dikoordinasikan oleh Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Undiksha
diantaranya adalah Pusat Layanan Pendidikan Sekolah dan Masyarakat, Pusat layanan
Penerapan IPTEK dan Dampak Lingkungan, Pusat layanan KKN dan KKL, dan Pusat
Layanan Kewirausahaan dan Konsultasi Bisnis. Dengan program-program tersebut
diharapkan motivasi Undiksha untuk dapat turut mensinergikan pemberdayaan
sumberdaya (SDM dan good practices) yang ada di Undiksha dengan pemberdayaan
potensi stakeholder dan masyarakat sekitar dapat diwujudkan. Berkaitan dengan usulan
program IBW ini, Undiksha memiliki komitmen dan dorongan moril yang tinggi untuk
turut membantu dan mendampingi Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam meningkatkan
taraf hidup masyarakatnya dengan pengerahan potensi kepakaran yang dimiliki.
Dorongan lain adalah kegiatan ini diharapkan sebagai wahana menerapkan techno-
entrepreneurship dan pengabdian berbasis IPTEKS di kalangan masyarakat guna
mendukung pengembangan kawasan desa mandiri di Bali. Pelibatan dosen dan
mahasiswa/alumni dalam berbagai kegiatan pengabdian masyarakat diharapkan dapat
memberikan timbal balik yang berarti pada Undiksha sendiri dalam mengembangkan
program-programnya yang memang benar-benar dibutuhkan masyarakat setempat dan
yang mampu meningkatkan daya saing lokal ke tingkat global.
24
Kelayakan dan komitmen Undiksha dalam mensinergikan potensi masyarakat
baik dalam dunia pendidikan maupun bidang-bidang lainnya di bawah koordinasi LPM
Undiksha dan Lembaga Penelitian Undiksha cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari
pembentukan pusat-pusat layanan yang dapat melayani kebutuhan stakeholder dan
masyarakat terhadap penerapan ipteks, yakni (1) pusat layanan pendidikan masyarakat,
(2) pusat layanan pengembangan SDM/SDA, (3) pusat layanan KKN/KKL, (4) pusat
layanan penerapan ipteks, dan (5) pusat layanan kewirausahaan dan konsultasi bisnis.
Di lain pihak, kelayakan Undiksha dalam kaji-tindak terhadap pemberdayaan potensi
masyarakat terwadahi dalam pusat kajian yang ada di lembaga penelitian, yaitu: (1)
pusat kajian lingkungan hidup, (2) pusat kajian sains, (3) pusat kajian pembangunan
pedesaan dan pusat kajian pemberdayaan wanita. Semua pusat layanan dan pusat kajian
dikomandani oleh dosen yang memiliki kapabilitas akademik bergelar master, doktor,
dan profesor sesuai dengan bidangnya masing-masing. Civitas akademik Undiksha yang
dilibatkan baik sebagai anggota pelaksana, nara sumber, dan partisipan seluruhnya
memiliki justifikasi akademik S2, S3 dan guru besar yang dapat mendukung
pelaksanaan program IBW di wilayah kecamatan Sukasada. Undiksha mulai tahun ajaran
2009/2010 telah mencanangkan program kuliah kerja nyata PPM (pemberdayaan dan
pembelajaran masyarakat). Tentu program KKN Undiksha ini akan memberikan
dukungan signifikan untuk mengakselerasi pelaksanaan program aksi IBW untuk
mencapai target-target keberhasilan program IBW yang telah ditetapkan.
Kemampuan dan pengalaman LPM Undiksha sebagai garda terdepan dalam
pengejawantahan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian
kepada masyarakat relatif sudah cukup teruji. Beberapa program P2M LPM Undiksha
dalam bentuk penerapan ipteks yang sudah berhasil dan dirasakan manfaatnya di
masyarakat diantaranya adalah (1) Pengembangan managemen administrasi pemkab
Buleleng berbasis GIS (Geographical Information Systems), (2) Program desa dan
sekolah binaan di kecamatan sawan, (3) program kuliah kerja nyata berbasis tematik, (4)
program diklat ipteks pendampingan bidang pendidikan maupun non-pendidikan, (5)
program IbW Gerokgak, IbW Kubutambahan, IbW Tejakula, IbK, IbIKK, IbM dan (5)
bantuan dan bhakti sosial di daerah bencana alam di desa Tejakula, Sukada, Busungbiu
dan Buleleng.
25
4.2 Alasan Memilih PT Mitra (Unipas)
Selanjutnya dalam program IbW ini Undiksha akan bermitra dengan Universitas
Panju Sakti (Unipas) Buleleng. Universitas Panji Sakti adalah satu-satu universitas
swasta di Bali Utara yang menjadi partner kerja Undiksha dalam turut berkontribusi
membangun Bali Utara (Buleleng). Sebagai universitas yang berkonsentrasi pada
program-program studi pertanian, hukum, ekonomi dan pendidikan, memiliki motivasi
dan komitmen tinggi untuk berkolaborasi dan menjadi partner kerja Undiksha tidak saja
di bidang kependidikan tetapi juga di bidang-bidang non-kependidikan. Motivasi ini
berkaitan dengan fakultas pertanian yang mereka miliki sementara Undiksha belum
memiliki Fakultas Pertanian.
Kelayakan dan komitment Universitas Panji Sakti dalam mendukung
pelaksanaan program IBW di wilayah kecamatan Sukasada sangat memadai, khususnya
dari segi penanganan permasalahan pertanian dan peternakan, karena salah satu staf
fakultas pertanian Unipas merupakan staf ahli Bupati Buleleng dalam bidang pertanian.
Produktivitas penelitian baik bertaraf lokal maupun nasional bidang
pertanian/perkebunan fakultas pertanian Unipas cukup tinggi, sehingga hasil kaji-tindak
ini sangat mendukung program pengembangan desa wisata mandiri melalui program
agrowisata, pertanian-peternakan terpadu di wilayah IbW Greenbelt kecamatan
Sukasada. Civitas akademik Fakultas hukum Unipas juga memiliki sumber daya yang
berkualifikasi akademik magister yang dapat membantu dalam pembina sadar hukum
masyarakat di wilayah kecamatan Sukasada. Dukungan dari mahasiswa KKN Unipas
secara signifikan dapat mengkontribusi bagi akselerasi pelaksanaan program aksi IBW
dan pencapaian target-target keberhasilan program IBW yang telah ditetapkan.
4.3 Jenis Kepakaran yang Diperlukan
Adapun jenis kepakaran yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan program-
program aksi yang telah dicanangkan guna mewujudkan IbW Kawasan Greenbelt di
Kecamatan Sukasada, tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis kepakaran IbW Kawasan Greenbelt di Kec. Sukasada No Nama Jenis Kepakaran 1. dr. Made Budiawan,S.Ked Ahli kesehatan dan sanitasi lingkungan 2. Gede Parma, S.Par., M.Par Ahli rural-agrotourism culture 3. Drs. Ida Bagus Putu Mardana, M.Si Ahli pendidikan/ pemberdayaan masyarakat 4. Dr. A A I Rai Sudiatmika, M.Pd Ahli pendidikan sains dan produk kreanova 6. Dra. Ni Made Suriani, M.Pd Ahli pengolahan produk hasil tani dan kebun
26
No Nama Jenis Kepakaran 7. Ni Wayan Marti, S.Kom., M.Kom Ahli ICT 8. Ir. Putu Suardika, MP Ahli Pertanian dan Konservasi Hutan 9. Ir. Nym Genep, MP Ahli pemetaan potensi dan rencana strategis 11. I Nyoman Santyadnya, S.Si., M.T Ahli Mitigasi bencana alam
4.4 Struktur Organisasi IbW
Susunan organisasi pelaksana program IBW di kawasan kecamatan Sukasada
kabupaten Buleleng Provinsi Bali, melibatkan semua elemen structural Undiksha,
Unipas, dan Pemerintah kabupaten Buleleng, Ketua LPM Undiksha, LPM, Unipas,
Setda/Bappeda Pemkab. Buleleng, Pejabat di tingkat kecamatan dan desa, tim pelaksana
inti IbW Sukasada, dan dosen/mahasiswa Undiksha dan Unipas, sukarelawan dan
elemen masyarakat. Struktur Organisasi IbW dikawasan Greenbelt kecamatan Sukasada
dalam bentuk diagram, seperti ditunjukkan pada gambar 7.
Gambar 7. Struktur Organisasi Program IBW di kawasan Greenbelt Sukasada
Susunan organisasi pelaksana program IBW di kawasan kecamatan Sukasada
kabupaten Buleleng Provinsi Bali, melibatkan semua elemen struktural Undiksha,
Unipas, dan Pemerintah kabupaten Buleleng, Ketua LPM Undiksha, LPM, Unipas,
Setda/Bappeda Pemkab. Bangli, Pejabat di tingkat kecamatan dan desa, tim pelaksana
inti IbW Sukasada, dan dosen/mahasiswa Undiksha dan Unipas, sukarelawan dan
elemen masyarakat. Struktur Organisasi IbW dikawasan greenbelt kecamatan Sukasada
DESA ADMINISTRASI/ADAT
REKTOR UNIPAS
REKTOR UNDIKSHA
BUPATI PEMKAB BULELENG
KETUA LPM UNIPAS
KETUA LPM UNDIKSHA
SETDA/BAPPEDA PEMKAB BULELENG
KETUA PELAKSANA PROGRAM IBW
SEKRETARIS
BENDAHARA KOORDINATOR –KOORDINATOR
PROGRAM AKSI
KECAMATAN
DOSEN & MAHASISWA UNDIKSHA & UNIPAS
SUKARELAWAN, PARTISIPAN, KLP MASYARAKAT
27
dalam bentuk diagram, seperti ditunjukkan pada gambar 7. Deskripsi tugas dan
kewajiban tim pelaksana dapat diuraikan sebagai berikut.
Tabel 2. Tugas dan Kewajiban tim Pelaksana Kegiatan Struktur Jabatan Tugas dan Kewajiban Pelindung (Bupati Buleleng)
Memberikan perlindungan kebijakan, hukum dan dukungan moril terhadap keseluruhan kegiatan program IBW
Pengarah (Setkab dan Bappeda Buleleng)
Memberikan arahan-arahan baik berupa kebijakan, konseptual, petunjuk teknis terhada keseluruhan kegiatan IBW
Penanggung Jawab (LPM Undiksha dan Unipas)
Bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan program IBW baik dari segi substansi akademik, keberterimaan dan kebermanfaatnya bagi masyarakat
Ketua Pelaksana (Drs. IBP. Mardana, M.Si)
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, dan melaporkan serta mempertanggungjawabkan segala kegiatan dibantu oleh sekretaris, bendahara, dan koordinator-koordinator yang terkait.
Sekretaris (Ariawan Adijaya, S.Pd, M.Pd)
Melaksanakan segala kegiatan yang berkeitan dengan kesekretariatan dan administrasi serta logistik kegiatan.
Bendahara (Luh Yasmini, S.H)
Melaksanakan segala kegiatan berkaitan dengan keuangan dan pelaporan keuangan
Koordinator Studi Pemetaan Potensi dan Pengembangan Rencana Strategis (Ir. Nym Genep, MP)
Merancang, melaksanakan dan melaporkan segala kegiatan studi pemetaan potensi masyarakat dan potensi wilayah, dan in-depth analisis SWOT dan pengembangan rencana strategis desa mandiri berdasarkan hasil kajian.
Koordinator pengembangan kepariwisataan (Gede Parma, S.Pas, M.Par)
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan pengembangan rural-agrotourism culture dan kegiatan penerapan ipteks dalam cakupan program IBW.
Koordinator Pembinaan Industri Kecil, Kewirausahaan, Perkoperasian, (Drs. I Ketut Dunia, M.Erg)
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala kegiatan pembinaan industri kecil, kewirausahaan, perkoperasian dan pemberdayan lembaga eknomi masyarakat.
Koordinator Pengembangan program pertanian-peternakan terpadu (Ir. Putu Suardika, M.P)
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala kegiatan pengembangan program pertanian-peternakan terpadu, industri pengolahan limbah.
Koordinator Pengembangan program dan penerapan IPTEKS (Dr. I Nyoman Tika)
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala kegiatan penanganan lahan kering, lingkungan hidup, kehutanan, dan pengolahan limbah sampah dan ternak.
Koordinator life skill (Dr. A. A Rai Suditmika, M.Pd)
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala kegiatan pengembangan pendidikan kelompok belajar kelas kecil, life skill, dan kursus keterampilan.
Koordinator Pendidikan Pembinaan adat-istiadat, keagamaan (Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, M.Pd)
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala kegiatan pembinaan adat-istiadat, keagamaan, generasi muda, lembaga sosial.
Koordinator Pembinaan kesehatan, sanitasi lingkungandr. (Made Budiawan,S.Ked)
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan dan melaporkan segala kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan kesehatan, sanitasi lingkungan
Koordinator Mitigasi Bencana Alam (I Nyoman Santyadnya, S.Si., M.T)
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, kegiatan mitigasi bencana alam longsor, banjir, dan reboisasi hutan
Koordinator Monitoring dan Evaluasi (Drs. Dewa Bagus Sanjaya, M.H)
Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala kegiatan berkaitan dengan monitoring dan evaluasi
Pelaksana Lapangan Melaksanakan studi pemetaan dan aktivitas lapangan lainnya Partisipan Berpartisipasi aktif dalam program IbW
28
BAB 5
HASIL PELAKSANAAN IbW DI KAWASAN GREENBELT
KECAMATAN SUKASADA BULELENG
5.1 Sosialisasi Program IbW Tahun 2014 (Tahun-2)
Sosialisasi rencana pelaksanaan program IbW-kawasan Greenbelt dipusatkan di desa
Gitgit yang dihadiri oleh Camat, perbekel desa Ambengan, desa Gitgit, desa Wanagiri,
desa Pancasari, perwakilan kelian dusun, poktan, pordarwis, dosen pelaksana IbW/dosen
partisipan, mahasiswa dan masyarakat. Jumlah peserta yang hadir sebanyak 40 orang.
Fokus sosialisasi adalah (1) prioritas pelaksanaan program, (2) model pedampingan, (3)
teknik pengelolaan keuangan, dan (4) evaluasi keberhasilan program. Kegiatan pokok
pada tahun kedua difokuskan di desa Gitgit, penanganan kawasan rural-agrowisata, dan
desa Wanagiri, pengkapasitasan/pendampingan program pertanian-peternakan terpadu
(simantri). Di sisi lain, di desa Pancasari akan diproyeksikan pada wisata agro dengan
komoditas jagung dan strawbery, dan di desa Ambengan akan diorientasikan pada
pengembangan kerajinan kreanova/handycraft untuk mendukung sektor wisata.
5.2 Program Aksi: IbW di Kawasan Greenbelt kecamatan Sukasada
` Hasil kemajuan kegiatan IbW pada tahun pelaksanaan 2014 (tahun-2) adalah
pelaksanaan pelatihan kompetensi kepariwisataan di desa Gitgit meliputi: (a)
pengkapasitasan pokdarwis dalam penguasaan ICT dan kerajinan sablon-handycraft,
serta pelatihan bahasa Inggris, (b) penataan lintasan tracking wisata rural-agrotourism di
sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) air terjun Gitgit, (2) revitalisasi tani-ternak
terpadu, (d) pembuatan EM4 dan Biofertilizer, (3) pengkapasitas dalam kerajinan
kreanova dan sablon kreatif, dan (4) pengobatan gratis
(a) Pengkapasitasan pokdarwis dalam penguasaan IC, pelatihan bahasa Inggris, dan
managemen wisata.
Lemahnya penguasaan kompetensi ICT dan bahasa Inggris telah diakui oleh
pengelola wisata air terjun di desa Gitgit. Kunjungan wisata baik lokal maupun manca
negara ke DTW air terjun Gigit sebagian besar masih dihegemoni oleh vendor wisata
dan biro perjalanan wisata. Pelaku wisata (pordarwis) di air terjun Gitgit hanya
29
menikmati sebagian kecil segmen keuntungan paket wisata Gitgit yang dijual
vendor/travel. Atas dasar ini, pengkapasitasan praktisi wisata Gitgit dalam penguasaan
ICT merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kemampuan akses pordarwis
dalam mempromosikan wisata Gitgit, menjual paket wisata secara langsung ke traveler
melalui close contact menggunakan teknologi ICT, dan layanan informasi yang up to
date. Keterampilan ICT yang dilatihkan adalah (1) pemanfaatan kemampuan mikrosoft
office, internet, email, facekbook, dan blog. Pelatihan secara sistemik dilakukan dalam
durasi tatap muka selama 10 kali pertemuan, @ 2 jam, dimulai dari awal Juni 2014
setiap hari sabtu. Drs. IB. Mardana, M.Si sebagai nara sumber yang ditugaskan dalam
memberikan pealtihan komputer untuk meningkatkan literasi ICT anggota pordarwis.
Dokumentasi kegiatan seperti ditunjukkan pada gambar 8.
Setelah mendapat pelatihan ICT, kemudian kelompok pordarwis diberikan
pelatihan bahasa Inggris dan managemen pariwisata modern. Staf dosen Undiksha yang
ditugaskan untuk melatih dan mengkapasitasi pordarwis air terjun Gitgit adalah Nyoman
Dini Andiani, S.St.Par.,M.Par. Kegiatan pelatihan dilaksanakan mulai 19 Juni 2014.
Cakupan materi pelatihan meliputi: (1) penguasan English dan teknik quiding, (2)
managemen dan promosi wisata, dan (3) etika dan cross culture understanding. Pada
saat pelatihan, semua anggota pordarwis juga diberikan bantuan kamus bahasa Inggris-
Indonesia, dan Indonesia-Inggris dari tim IbW. Dokumentasi kegiatan seperti
ditunjukann pada gambar 1. Pelatihan bahasa Inggris dan managemen wisata dilakukan
sebanyak 10 kali pertemuan dengan lama tatap muka selama 2 jam.
Penyerahan bantuan peralatan ICT dan batuan kamus asing dari Tim Ibw Undiksha
30
Pelatihan managemen wisata dan bahasa Inggris
Pelatihan ICT
Peserta pelatihan Podarwis Air terjut Gitgit
Gambar 8. Pelatihan ICT, Bahasa Inggris dan Managemen Wisata
Upaya pemberdayaan pordarwis air terjun Gitgit merupakan proses edukasi
masyarakat Gitgit untuk terlibat aktif dalam geliat wisata di kawasan wisata air terjun
Gitgit, sehingga revitalisasi dan diversifikasi produk wisata terinisiasi dari eskalasi
perkawinan obyek alami wisata dengan dinamika keunikan budaya hidup masyarakat
setempat, sehingga tidak ada pertautan utuh antara subyek dan obyek wisata secara
simultan dalam rangka pengembangan kepariwisataan air terjun Gitgit berbasiskan
kerifan lokal yang melekat dalam statuta hidup dan kehidupan masyarakat Gitgit.
31
(b) Penataan lintasan tracking wisata rural-agrotourism di sepanjang Daerah Aliran
Sungai (DAS) Gitgit.
Hasil pemetaan potensi wisata air terjun Gitgit yang telah dilakukan pada tahun
2013, kemudian dijadikan dasar dalam meng-create diversifikasi produk wisata air
terjun Gigit, yakni wisata trecking rural-agrotouris di sepanjang daerah aliran
sungai(DAS) air terjun Gitgit. Pada awalnya, daerah tujuan wisata Gitgit hanya
mempertontonkan keindahan air terjun Gigit dan panorama di sekitarnya, yang hanya
mampu menghasilkan spend time dan spend money yang relatif kecil dari pelancong
wisata. Atas dasar itu, kreasi tracking wisata rural-agrotourism di kawasan wisata air
terjun Gitgit merupakan solusi yang prospektif dalam merevitalisasi wisata air terjun
Gitgit untuk mendatangkan pendapatan yang lebih memadai bagi pordarwis, pemkab
dan masyarakat sekitarnya.
Hasil focus group disccussion (FGD) semua elemen wisata di kawasan air terjun
Gigit disepakati untuk mengkreasi 3(tiga) item jalur tracking wisata, yakni (1) short-
term tracking (durasi waktu 30-60 menit), dengan jalur area parking atas - air terjun
kembar atas - perumahan penduduk, dan kembali ke area parking atas, (2) medium-term
tracking (durasi waktu 45-60 menit), meliputi jalur area parkir atas – air terjun kembar
atas – perumahan penduduk- air terjun tunggal tengah – perumahan penduduk- balai
pertemuan masyarakat, dan (3) long-term tracking (durasi waktu 60-90 menit) meliputi
jalur area parkir atas – air terjun kembar atas –perumahan penduduk – air terjun tunggal
tengah – perumahan penduduk- DAS air terjun Gigit bawah-perumahan penduduk- area
parkir bawah (durasi waktu 90-120 menit), seperti terdokumentasi pada gambar 9.
Area parkir Air terjun Gitgit (atas)
32
Short-term tracking
Rest point
Medium-term tracking
Long-term tracking (Air terjun Gitgit bawah)
33
Penataan kawasan Wisata
Gambar 9. Tracking Wisata di kawasan air terjun Gitgit.
c. Program Aksi: Revitalisasi Tani-Ternak Terpadu
Pertanian dan peternakan merupakan aktivitas perekonomin sebagian besar
masyarakat di pedesaan. Kekeliruan dalam pengelolaan aktivitas tani-ternak dapat
berdampak pada rentannya ekonomi masyarakat, terutama terhadap ketahanan pangan,
stabilitas keuangan, kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat. Atas dasar
itu, maka program IbW Greenbelt di kawasan Sukasada juga mengusung program aksi
tani-ternak terpadu (sistem pertanian-peternakan terpadu/simantri) sebagai mayor driven
yang dapat mengkomplemen sektor pariwisata. Aktivitas yang dilakukan adalah (1)
menginstal kandang ternak babi pada poktan Wanagiri di desa Wanagiri, dan (2)
penanaman bibit pakan ternak /pohon buah tradisional bali di sepanjang DAS air tejun di
desa Gitgit dan di desa Wanagiri, yang telah berkomitmen mengembangkan pertanian
organik, seperti terdokumentasi pada gambar 10. Tim IbW Greenbelt Sukasada berusaha
mentransformasi budaya tani-ternak tradisional menuju tani-ternak modern dan
terintegrasi.
Dalam aspek pertanian, masyarakat dikapasitas untuk bertanam pakan ternak,
tanam pangan, buah tradisional Bali, dan tanaman hias dengan sistem multi-kultur. Di
sisi yang lain, dalam buda daya ternak, masyarakat binaan dibudayakan untuk bisa
beternak sistem koloni pada ternak sapi, babi, dan ayam secara terpadu, sehingga secara
fungsional dapat menjadi sumber pengahasilan harian, bulanan, triwulan, enam bulan,
dan tahunan. Pada tahun 2014, IbW Greenbelt Sukasada menginstalasi 1(satu) kandang
koloni sapi dan 1(satu) kandang babi, dengan menghibahkan 1(satu) ekor sapi, dan
2(dua) ekor babi
34
Bibit konservasi dan tanaman buah tradisional Bali
Usaha ternak ayam brumbun (tradisional) Bali
Usaha ternak Sapi sistem koloni
35
Usaha ternak babi sistem koloni
Gambar 10. Tani-ternak Terpadu
d. Program Aksi: Pembuatan EM4 dan Biofertilizer
Tingginya kebutuhan masyarakat terhadap pupuk organik sebagai implikasi
pengembangan kawasan pertanian organik di kawasan IbW Greenbelt Sukasada telah
mendorong kelompok tani yang tergabung dalam poktan untuk bisa memproduksi pupuk
organik (biofertilizer) secara mandiri dan keberlanjuan. Maka dari itu, program aksi
pengkapasitasan kelompok tani-ternak dalam pengolahan limbah tani ternak menjadi
pupuk organik menjadi program prioritas di desa Wanagiri dan desa Gitgit. Bersenergi
dengan Fakultas pertanian dari Universitas Panji Sakti (Unipas), Dinas Pertanian, Dinas
Peternakan pemerintah kabupaten Buleleng, maka Tim IbW Undiksha (Universitas
Pendidikan Ganesha) menyelenggarakan pelatihan/pedampingan secara sistemik proses
produksi pupuk organik (biofertilizer) melalui tahapan mulai dari (1) penampungan
sampah pertanian, (2) pengecilan ukuran sampah dilakukan dengan mesin peranjang
sampah (Bantuan IbW tahun-1), (3) Pencampuran bahan organik dengan suplemen
(kotoran ternak sapi), (4) penyiapan dan pemberian mikroba mengurai sampah
(aktivator), dan penambahan air, (5) pembalikan dan aerasi reactor kompos, (4) kompos
organik warna coklat kehitaman akan terbentuk setelah 14-18 hari, (5) penghalusan
kompos dan penyaringan, (6) pengepakan, dan (7) pemanfaatan/pemasaran. Kegiatan
dilaksanakan selama 2 minggu, mulai tanggal 1 Agustus 2014 dengan narasumber: Ir.
Putu Suardika, M.P (Reviewer Naisonal dari Universitas Panji Sakti), untuk melatih
dan mendampingi masyarakat.
36
Pelatihan pembuatan Aktivator
Pelatihan pembuatan biofertilizer
Budi daya tanam bibit sistem portable dan vertikultur
Gambar 11. Pelatihan Biofertilizer
37
e. Program aksi: Kerajinan Kreanova dan Sablon
Program aksi kerajinan kreanova dan sablon adalah pemberdayaan pordarwis dan
masyarakat sekitarnya untuk menguasai kompetensi keterampilan sablon dalam
menghasilkan produk cendramata/handycraft guna mendukung pengembangan wisata
desa di desa Gitgit dan desa Ambengan. Keindahan panorama air terjun Gigit yang
dinikmati pelancong wisata yang telah terabadikan dalam foto digital, dapat disablon
pada baju kaos dan produk kerajinan lain sehingga menjadi karya seni yang menperkaya
kashanah dan daya tarik kepariwisataan di kawasan Gitgit dan Ambengan. Kegiatan
pada tahun 2014 ini dilaksanakan program pengkapasitasan kelompok masyarakat dalam
menguasai teknik sablon. Pelatihan/Pendampingan diberikan oleh Budiarta, S.Si, M.Pd
dari jurusan seni rupa (Universitas Pendidikan Ganesha) selama 10 kali pertemuan mulai
dari tanggal 22 Agustus 2014 bertempat di balai pertemuan masyarakat di desa Gitgit,
seperti terdokumentasi pada gambar 12. Materi pelatihan yang diberikan adalah (1)
pemantapan penguasaan aplikasi komputer coreldraw dan photoshop, (2) teknik foto, (3)
preparasi screen/film sablon, dan (4) teknik sablon. Sampai laporan kemajuan ini dibuat,
peserta pelatihan baru bisa menguasai teknik-teknik dasar menyablon. Kendalanya
adalah lambatnya mengupgrade kemampuan editinf foto dan pembuatan sreen sablon.
Acara seremonial kerajinan kreanova dan sablon
Pelatihan Coreldraw dan photoshop
38
Preparasi Screen dan sablon
Kerajinan album dari pelepah pisah dan produk cendramata lainnya
Gambar 12. Kerajinan kreanova dan Sablon
(f) Pengobatan gratis dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
Dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat maka dilakukan penyuluhan
kesehatan dan pengobatan gratis. Kegiatan pengobatan gratis dilakukan di desa wanagiri
dalam membantu meningkatkan kesehatan anggota kelompok tani-ternak dan
masyarakat sekitarnya, bekerjasama dengan puskemas Sukasada dan Stikes Majapahit
Singaraja. Jenis penyakit yang dominan diderita dan dikeluhkan masyarakat adalah:
infeksi tenggorokan, infeksi kulit, batuk, demam dan tensi darah yang tinggi/rendah,
39
serta kekurangan gizi dan vitamin. Foto dokumentasi kegiatan, seperti diabadikan pada
gambar 13.
Gambar 13. Pelayanan Kesehatan dan Pengobatan Gratis
40
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Dari paparan hasil pelaksanaan IbW Sukasada, maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut.
Kegiatan IbW pada tahun 2014 telah mampu menghasilkan :
(1) Terwujudnya demplot peternakan-pertanian ramah lingkungan
(2) terwujudnya produk wisata rural-agrotourism culture
(3) Terwujudnya kelompok pengrajin kreanova dan mekanisme pengelolaanya berbasis
desa pekraman.
(4) Peningkatan kesehatan masyarakat dan sanitasi lingkungan.
6.2 Saran-saran
Meskipun beberapa kegiatan yang direncanakan pada program IbW di kawasan
Greenbelt kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng pada tahun-2 (tahun 2014) sudah
dapat terlaksana dengan baik, namun akibat tersendatnya pencairan dana pendamping
dari pemerintah kabupaten Buleleng, c.q SKPD terkait, beberapa item/aspek aktivitas
masih belum bisa direalisasi sampai batas waktu november 2014, khususnya dalam hal
hibah pengadaan barang pendukung program aksi. Dengan demikian disarankan untuk
melanjutkan kegiatan IbW tahun-2 sampai akhir tahun 2014.
41
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. RPJM Desa Ambengan. Kecamatan Sukasada. Kabupaten Buleleng:Bali Anonim. 2012. RPJM Desa Gitgit. Kecamatan Sukasada. Kabupaten Buleleng:Bali Anonim. 2012. RPJM Desa Wanagiri. Kecamatan Sukasada. Kabupaten Buleleng:Bali Anonim. 2012. RPJM Desa Pancasari. Kecamatan Sukasada. Kabupaten Buleleng:Bali Anonin. 2010. Profil Kecamatan Sukasada, kabupaten Buleleng:Bali BPS, 1998. Crisis Poverty and Human Development in Indonesia. BPS. UNDP, Jakarta Emil Salim. 1980. Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan.
Jakarta Yayasan Idayu. Ernan Rustiadi, Sunsun Saefulhakim Dyah R. Panuju. 2009. Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah. Crestpen Press dan Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Irawan, P.B. dan Romdiati. H, 2000. The Impact of Economic Crisis on Povertyand its
Implication for Development Strategies, Paper Presented at National Workshop on Food and Nutrition VII. LIPI, 29 Febuari – 2 Maret 2000, Jakarta
Kartasasmita, Ginandjar. 1995. Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah Tinjauan
Administrasi; Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Administrasi pada Fakultas Ilmu Administrasi Pemangunan Universitas Brawijaya; Malang. 1995.
Michael Sherraden. 2006. Aset untuk Orang Miskin: Perspektif Baru Usaha
Pengentasan Kemiskinan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Millind B Bhujbal. 2012. Agro-tourism A Specialized Rural Tourism: Innovative
Product of Rural Market. International Journal of Bussiness & Management Tomorrow. Vol. 2 No:1
Olivier Serrat. 2008. The Sustainable Livelihoods Approach. Asean Development Bank
Shadi Hamadeh. 2009. The Sustainable Livelihoods Approach (SLA) In Mena:A Bitter
Sweet Experience. Environment and Sustainable Development Unit Faculty of Agricultural and Food Sciences American University of Beirut
Sumodiningrat, Gunawan, 1999, Pemberdayaan Masyarakat Dan JPS, PT
Gramedia,Jakarta
Supriatna, Tjahya, 2000, Strategi Pembangunan Dan Kemiskinan, Rineka Cipta, Jakarta
- 1 -
LAMPIRAN-1. ARTIKEL ILMIAH
LAMPIRAN-2. DOKUMENTASI KEGIATAN
- 2 -
LAMPIRAN-1: Artikel Ilmiah
IBW DI KAWASAN GREENBELT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG
oleh,
Ida Bagus Putu Mardana
Fakultas Matematika dan IPA
Universitas Pendidikan Ganesha
ABSTRAK
Kawasan greenbelt merupakan wilayah konservasi air dan vegetasi hijau (greenbelt zone) yang membentang dari dataran rendah ke perbukitan bedugul berpotensi bagi pengembangan wisata desa, agrowisata, kerajinan kreatif-inovatif, pertanian dan peternakan sebagai sumber kehidupan masyarakat di kecamatan Sukasada. Kegiatan IbW kawasan greenbelt di kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng Provinsi Bali, menyasar pada 4(tempat) desa, yakni desa Ambengan, desa Gitgit, desa Wanagiri, dan desa Pancasari bertujuan untuk melakukan pemetaan aset wilayah dan pemberdayaan masyarakat dalam melaksanakan program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pertanian-peternakan-perikanan, pendidikan life skill, kewirausahaan, pembinaan adat-istiadat, keagamaan, lembaga sosial, sanitasi, dan kepariwisataan. Metode pelaksanaan IBW dalam pemberdayaan masyarakat menggunakan pendekatan SLA (Sustainable Livelihoods Approach). Kegiatan IbW selama tiga tahun diharapkan menghasilkan luaran : (1) Rencana strategis (Renstra) dan pemetaan wilayah, (2) Terwujudnya demplot industri kecil pengolahan kelapa, (3) terwujudnya sentra industri kecil/skala rumah tangga, (4) Terwujudnya demplot peternakan-pertanian ramah lingkungan, (5) terwujudnya produk wisata rural-agrotourism culture, (7) Terwujudnya kelompok belajar kelas kecil tingkat SD, tingkat SMP dan mekanisme pengelolaanya berbasis desa pekraman, (8) Peningkatan kesehatan sanitasi lingkungan, (9) Terwujudnya managemen mitigasi bencana alam berbasis masyarakat, dan (10) publikasi ilmiah hasil program IbW pada jurnal lokal, nasional, dan internasional.
Kata-kata kunci: pemberdayaan masyarakat, kawasan greenbelt, SLA, potensi wilayah, Ipteks bagi Wilayah (IbW)
ABSTRACT
Greenbelt region is an area of water conservation and green vegetation (greenbelt zone) that extends from the low plains to the hills bedugul potential for the development of village tourism, ecotourism, creative-innovative craft, agriculture and livestock as a source of community life in the district Sukasada. IBW activity greenbelt area in the district Sukasada Buleleng regency of Bali Province, targeting at 4 (a) of the village, the village Ambengan, Gitgit, Wanagiri village, and the village Pancasari aims to undertake asset
- 3 -
mapping and community development region in implementing science and technology program increased knowledge and skills in agriculture-livestock-fishery, life skill education, entrepreneurship, development of customs, religious, social institutions, sanitation, and tourism. IBW method implementation in community empowerment approach SLA (Sustainable Livelihoods Approach). IBW activity for three years is expected to produce outcomes: (1) strategic plan (Plan) and the mapping of the area (in 2013), (2) Realization of small plots coconut processing industry, (3) the establishment of small industries / household scale, (4) farm demonstration plots realization of environmentally friendly farming, (5) the establishment of rural tourism product-agrotourism culture, (7) realization of a small group classroom learning elementary, junior high and its management mechanism based pekraman village, (8) Improved environmental sanitation health, (9) the realization of the management of community-based natural disaster mitigation, and (10) the results of scientific publications in journals IBW program of local, national, and international. Key words: community development, greenbelt area, SLA, the potential of the region, science and technology for the region (IBW) 1. Pendahuluan
Kabupaten Buleleng terletak dibagian utara Pulau Bali memnjang kebarat dan ketimur.
secara geografis Kabupaten Buleleng terletak pada posisi 80 03'40" – 80 23'00" lintang
selatan dan 1140 25'55"– 1150 27'28" bujur timur. Kabupaten Buleleng memiliki pantai
dibagian utara yang panjangnya 157,05 km. Secara luas wilayah, Kabupaten Buleleng
adalah 136.588 hektar atau 24,25% dari Luas Provinsi Bali. Kabupaten Buleleng memiliki
batas-batas wilayah seperti ditunjukkan pada gambar 1A: Utara: Laut Bali, Timur:
Kabupaten Karangasem, Selatan: Kabupaten Jemberana, Kabupaten Tabanan, Kabupaten
Badung, Kabupaten Bangli, Barat: Selat Bali.
Kecamatan Sukasada terletak di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali yang terdiri dari
15 Desa, dengan luas wilayah 172,93 km. jumlah penduduk 71.459 jiwa. Kecamatan
Sukasada merupakan daerah hutan, perkebunan serta pertanian. Kecamatan ini terletak di
sebelah utara pulau Bali. Keadaan tanahnya sebagian besar hutan dan tegalan yang hanya
dapat ditanami tanaman hortkultura, palawija, perkebunan, dan vegetasi hutan, beberapa
diantaranya persawahan. Penggunaan lahan di kecamatan Sukasada adalah sebagai berikut:
(1) lahan sawah 1943 ha, (2) lahan tegalan : 4543 ha; (3) lahan perkebunan 5846 ha; (4)
pekarangan: 507 ha; (5) hutan 2966 ha; (6) tanah negara 27.135 ha; lain-lain 318.61 ha.
Kecamatan Sukasada beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 1651 mm dan hari hujan
65 hari (Buku Pola Pengembangan Wilayah Kecamatan (PPWK) Kecamatan Sukasada,
kabupaten Buleleng, tahun 2011). Iptek bagi wilayah (IBW) di kecamatan Sukasada akan
- 4 -
meliputi kawasan 4(empat) desa yang saling berdekatan, yaitu: desa Pancasari, desa
Wanagiri, desa Gitgit, dan desa Ambengan, seperti ditunjukkan pada gambar 1(B). Empat
desa ini mempunyai batas wilayah utara (Laut Bali), Timur (kecamatan Sawan), Barat
(kecamatan Banjar), Selatan (kabupaten Tabanan).
Berdasarkan RTRW kabupaten Buleleng 2004-2012 dan pola pengembangan wilayah
kecamatan Sukasada, kecamatan Sukasada dibagi menjadi 4 wilayah, yaitu (1) wilayah
pengembangan kawasan wisata desa, wisata desa, dan hutan lindung, yakni desa Pancasari,
Wanagiri, Kayu putih, Gitgit, Selat dan Tegalinggah; (2) wilayah pengembangan ibu kota
kecamatan, yakni desa Sukasada, Panji , desa Sambangan; dan (3) Wilayah pengembangan
industri pertanian dan kerajinan, yakni desa Ambengan, Bulian, dan Panji Anom, (4)
Wilayah penyangga, yakni desa Pegayaman, Silangjana, Pegadungan. Wilayah yang
dipilih untuk program IbW sesuai dengan pemikiran kritis pengusul, Bappeda buleleng,
dan tokoh-tokoh masyarakat di kecamatan Sukasada adalah wilayah pengembangan
kawasan wisata dan hutan lindung, karena kawasan ini merupakan greenbelt zone yang
sangat strategis dan memegang peranan penting bagi pengembangan wisata desa,
agrowisata, kerajinan kreatif-inovatif, pertanian dan peternakan sebagai sumber kehidupan
masyarakat. Jadi desa-desa yang dilibatkan dalam program IbW ini adalah desa
Pancasari, desa Wanagiri, desa Gitgit, dan desa Ambengan. Keempat desa-desa sasaran
IBW merupakan kawasan yang sangat vital, karena kawasan ini akan dipersiapkan sebagai
kawasan wisata dan konservasi hutan di kecamatan Sukasada (RTRW Buleleng 2004-
2014). Walupun terletak pada posisi yang vital dan strategis (trans Bali utara-Jawa),
ternyata empat desa ini menyumbangkan jumlah angka kemiskinan, kebodohan, angka
pengangguran, buta aksara, putus sekolah, rawan bencana yang cukup besar, derajat
kesehatan masyarakat yang rendah bagi kabupaten Buleleng, dan kualitas pendidikan yang
rendah, yang nampaknya perlu mendapat penanganan segera dalam upaya mewujudkan
kawasan desa wisata mandiri (Rencana Strategis Kecamatan Sukasada, 2008-2013).
Secara umum, kondisi eksisting kawasan IBW yang meliputi desa Pancasari, desa
Wanagiri, desa Gitgit, dan desa Anbengan merupakan kawasan yang diproyeksikan
menjadi zonasi wisata, sumber air, pertanian, perkebuanan, peternakan dan konservasi
hutan (PKWK, 2007), sehingga pada kawasan ini dicanangkan berbagai fasilitas wisata
dan konservasi hutan, yang didukung aktivitas pertanian, peternakan dan industri kerajinan
kreatif terpadu sebagai penyangga aktivitas pengembangan kawasan hutan (Green belt),
- 5 -
kawasan pariwisata, dan kawasan industri pertanian dalam arti luas. Di kawasan ini juga
diperuntukan sebagai areal konservasi hutan, pertanian dan peternakan, wisata untuk
menunjang ekonomi masyarakat, sekaligus sebagai pusat pengembangan industri
pariwisata yang dapat mengintegrasikan aktivitas masyarakat pedesaan, pertanian,
peternakan dan keindahan potensi alam. Secara umum, kecamatan Sukasada merupakan
kecamatan dengan heterogenitas penduduk yang sangat variatif berjumlah 71.459 orang
terdiri dari 35.905 penduduk perempuan dan 35.554 penduduk laki-laki. Dengan balutan
budaya dan kearifan lokal, seperti, menyama-braya, gotong-royong, nyama bali-nyama
selam, nyama kristen dan nyama china masyarakat di wilayah Sukasada dapat hidup
berdampingan secara harmonis.
Keempat desa ini merupakan wilayah perbukitan dan pegunungan, yakni beriklim
tropis, dengan curah hujan yang relative cukup tinggi. Keadaan tanahnya sebagian besar
subur dan basah yang ditanami vegetasi hutan, tanaman hortikultura, palawija, perkebunan,
dan persawahan. Lapisan top soil tanah relatif tebal dengan tingkat kesuburan yang tinggi
(BPPT, 2010). Pada musim hujan, maupun musim kemarau wilayah keempat desa ini
nampak subur dan menghijau, sehingga perbukitan dan pegunungan ini merupakan bagian
dari kawasan Green-belt yang memisahkan bagian utara dan selatan pulau Bali.
Kondisi SDM penduduk wilayah IbW mengacu pada profil kecamatan dan potensi
desa (Monographi desa, 2008) banyak pendudukan yang tidak bersekolah, dan warga yang
menamatkan pendidikan SMP, dan SMA dalam jumlah yang relatif kecil, hanya sebagian
kecil dari jumlah penduduk yang bisa menamatkan pendidikan tinggi. Hal ini
menunjukkan adanya kesenjangan pendidikan yang sangat tajam. Sebagian besar
pancaharian penduduk sebagai petani sekaligus peternak (65%), 15% PNS, dan 5%
wiraswasta/pedagang, 5% pelayan, dan sisanya 10% pengganguran. Pada musim hujan,
penduduk berkonsentrasi pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari melalui pertanian, dan
peternakan. Budidaya pertanian dan peternakan masih bersifat tradisional, yang miskin
dengan sentuhan ipteks.
Di samping itu, kurangnya kesadaran penduduk dalam kesehatan dan sanitasi
lingkungan, serta rendahnya daya dukung dan pelayanan lembaga kesehatan, menyebabkan
wilayah kecamatan Sukasada ini sangat rentan terhadap wabah penyakit baik di musim
hujan maupun di musim kemarau. Pengembangan peternakan tradisional yang tidak ramah
lingkungan, sering menimbukan persoalan sanitasi lingkungan dan sumber wabah
- 6 -
penyakit. Padahal limbah pertanian dan peternakan, melalui penerapan ipteks dapat
dirubah menjadi sumber pakan ternak, pupuk organik dan sumber energi bakar alternatif
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian masyarakat. Posyandu yang
ada masih ditangani secara linier dan mekanistik dengan kebergantungan tinggi dengan
program kesehatan kabupaten.
Dengan daya dukung luas wilayah yang cukup memadai dan panorama alam yang
indah, dengan kuantitas jumlah petani dan peternak yang cukup signifikan, wilayah
kecamatan ini sangat berpotensi untuk jadi zona wisata desa, sentra pertanian/peternakan
yang bisa memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat
menuju wilayah desa-desa wisata yang mandiri pangan-energi. Sebenarnya upaya-upaya
peningkatan aktivitas wisata dan produksi pertanian dan peternakan sudah dilakukan,
melalui program sadar wisata dan penelitian dan pendapingan dari BPPT Propinsi Bali
(Laporan BBPPT provinsi Bali, 2007) dalam program Primatani, namun nilai ekonomi
sektor pariwisata dan produksi pertanian, peternakan dan perikanan masih relatif sangat
kecil, sehingga belum mampu mendongkrak kualitas hidup masyarakat. Hal ini disebabkan
(1) kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam peningkatan nilai
ekonomis produk wisata, (2) rendahnya intensitas masyarakat yang bergerak dalam bidang
wirausaha/perdagangan, kurangnya diversifikasi produk wisata yang masih tersegmentasi
dengan pertanian/peternakan, dan budaya masyarakat, (3) sistem mekanisme pasar yang
belum berpihak pada masyarakat desa, serta (4) tingginya potensi bencana longsor yang
selalu mengancam runtuhnya pilar-pilar sosio-ekonomi, keamanan dan kenyamanan hidup
masyarakat.
Berdasarkan uraian potensi dan propek wilayah 4 desa, yakni desa Ambengan, Gitgit,
Wanagiri, dan Pancasarit di kecamatan Sukasada dapat dirumuskan permasalahan utama
yang potensial untuk dipecahkan, baik yang berhasil diidentifikasi melalui survey awal
pengusul, wawancara intensif dengan tokoh masyarakat, pejabat permerintahan
kecamatan/desa maupun permasalahan aspek sosial ekonomi dalam RPJMD desa
Ambengan, desa Gitgit, desa Wanagiri, dan desa Pancasari adalah sebagai berikut:
(1) Rendahnya kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan keterlibatan elemen masyarakat
dalam praksis kepariwisataan secara holistik berbasis pada wisata alam, budaya
masyarakat, dan pertanian/peternakan. Pariwisata yang hanya tersegmentasi dan
terbelenggu pada keindahan panorama alam kurang dapat mengagetasi dinamika aktivitas
- 7 -
sosio-ekonomi masyarakat menuju peningkatan kualitas hidup dan kenyamanan
masyarakat, (2) Rendahnya budaya kerja dan produktivitas ekonomi masyarakat
menyebabkan rendahnya pendapatan perkapita dan pendapatan keluarga. Pedahal potensi
alam dan dukungan program dan komitmen pemerintah dan institusi lain relatif cukup
tinggi. Selain itu, belum terberdayanya lembaga-lembaga ekonomi masyarakat, UKM dan
industri kerajinan kreatif-inovatif rumah tangga karena terbatasnya akses kepada sumber
daya produktif, terutama permodalan, pasar, dan informasi dan teknologi, dan tumbuh
suburnya rentenir telah mengurangi dinamika ekonomi masyarakat, (3) Masih rendahnya
kualitas kesehatan masyarakat, kondisi kesehatan lingkungan, terutama yang menyangkut
sanitasi dasar, dan perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan
sehat telah memberi kontribusi pada rendahnya status penduduk miskin dan kesehatan
masyarakat. Peluang terjangkitnya penyakit demam berdarah dan penyakit endemik
lainnya di wilayah Wanagiri, Ambengan, Gitgit sangat tinggi, karena aktivitas produktif
masyarakat tidak ramah lingkungan, (4) Dari sisi kewilayahan, desa Ambengan, desa
Gitgit, desa Wanagiri, dan desa Pancasari merupakan daerah pegunungan konservasi hutan
yang sangat berpotansi terjadinya rawan bencana longsor setiap tahun. Kepedulian
masyarakat dalam menjaga kelestarian konservasi hutas di kawasan Greenbelt relative
masih kurang, terbukti intensitas perambasan hutan masih tinggi, yang berpotensi
mendatangkan malapetaka longsor. Di sisi yang lain, rendahnya budaya dan kemampuan
masyarakat dalam mekanisme mitigasi bencana alam sering meimbulkan kerusakan pada
simpul-simpul produktivitas sosio-ekonomi masyarakat, yang berujung pada keterpurukan
kualitas dan kenyamanan hidup masyarakat, (5) Masih rendahnya akses masyarakat
terhadap pendidikan yang berkualitas, kurangnya pemerataan pendidikan dan penyediaan
tenaga terampil, menyebabkan terjadinya kesenjangan pendidikan yang cukup tajam.
Penyebab utama yang teridentifikasi berkontribusi pada rendahnya kualitas pendidikan di
wilayah kecamatan Sukasada ini adalah (a) ketersediaan tenaga pendidik yang belum
memadai baik secara kuantitatif maupun kualitatif, (b) fasilitas belajar belum tersedia
secara mencukupi, (c) biaya operasional pendidikan belum disediakan secara memadai,
(d) kekurangan tenaga pendidik, (e) ekonomi masyarakat yang rendah, dan (e) faktor
geografis dan budaya masyarakat, dan (6) Minimnya terapan teknologi tepat guna di
masyarakat dalam pengolahan hasil pertanian, peternakan, dan perikanan yang dapat
mengantarkan desa-desa di kawasan ini sebagai desa mandiri pangan dan energi. Budi
- 8 -
daya pariwisata, pertanian, peternakan, dan perikanan yang ada saat ini masih bersifat
tradisional, monokultur, dengan pengagarapan yang parsial, dan kurang profesional yang
dapat meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dan berpotensi untuk
menumbuhkembangkan dinamika perekonomian masyarakat. (RPJMD dan
Renstrades,2008-2013).
2. Metode Pelaksanaan Pengabdian
Berdasarkan paparan potensi-potensi daerah, kearifan lokal dan permasalahan yang
dimiliki desa-desa dalam cakupan wilayah IBW maka perlu disusun strategi sebagai solusi
pemecahan masalah dalam mewujudkan desa mandiri dengan mensinergiskan potensi
masyarakat, yaitu SDM produktif, kelompok pariwisata, kelompok petani, kelompok
ternak, kelompok nelayan, kelompok pengerajin, berbagai organisasi adat, lembaga
ekonomi masyarakat, koperasi, arisan, dan Bank, industri kecil, UKM), dan optimalisasi
pemanfaatan lahan dan potensi alam yang luas dan beragam (areal pariwisata, pertanian
lahan kering/basah, peternakan, perikanan laut/tawar, kehutanan). Potensi unggulan pokok
yang menjadi prioritas penerapan program ipteks dalam program IbW ini adalah (1)
potensi pariwisata yang diarahkan pada pengembangan rural-agrotourism culture yang
didukung oleh fanorama alam, pertanian, peternakan, dan perikanan (1) potensi pertanian
dalam arti luas, (2) potensi peternakan yang ramah lingkungan, (3) perikanan dengan
perbaikan segmen jejaring pasar, (4) pendidikan kelompok kelas kecil dan kesehatan
terpadu berbasis desa adat/masyarakat, (5) UKM/Industri rumah tangga dan lembaga
ekonomi masyarakat, (6) industri kerajinan handycraft dan diversifikasi produk kreatif
olahan hasil pertanian, peternakan, dan perikanan, dan (7) program reboisasasi dengan
vegetasi lokal tradisional Bali dan mitigasi bencana alam.
Metode yang akan digunakan untuk pelaksanaan IBW adalah metode SLA
(Sustainable Livelihoods Approach ). Pemberdayaan masyarakat dengan the Sustainable
Livelihoods Approach (SLA) pada dasarnya upaya pelibatan (partisipasi) masyarakat untuk
belajar dan beraktivitas secara berkelanjutan dengan cara unik mereka menjalani hidup
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup mereka. Menurut Ellis (1998), the
sustainable livelihoods approach (SLA) is the process by which rural families construct a
diverse portfolio of activities and social support capabilities in their struggle for survival
and in order to improve their standards of livings. Hal ini didukung oleh Olivier Serrat
(2008), yang menyatakan bahwa “ The sustainable livelihoods approach is a way of
- 9 -
thinking about the objectives, scope, and priorities for development activities. It is based
on evolving thinking about the way the poor and vulnerable live their lives and the
importance of policies and institutions.
Kodisi exciting masyarakat di wilayah IbW, yang bertautan dengan potensi
wilayah, SDA, SDM, dan kearifan-kearifan lokal masyarakat dijadikan starting point
dalam memetakan program-program pemberdayaan masyarakat, yang sudah tentu
melibatkan usulan dan tuntutan kebutuhan masyarakat dari bawah (internal) dan
mensinergiskan dengan program-proram kebijakan pemerintah daerah yang muncul dari
analisis kritis Undikasha, Unipas dan Pemkab Buleleng (eksternal) sehingga dapat
dirumuskan proram-program aksi yang dapat mengantarkan masyarakat pada kondisi
expeting yang diinginkan dan disepakati bersama. Program aksi pemberdayaan masyarakat
yang menempatkan masyarakat secara aktif berpartisipasi dalam perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi melalui proses pembelajaran dan pendampingan
akan dapat meningkatan intensitas partisipasi, self-belonging , dan responsibility sehingga
dapat menjamin dukungan material, finansial, dan pemikiran tepat sasaran dalam
pemberdayaan masyarakat untuk mengantarkan masyarakat hidup lebih mandiri, aman,
sejahtera, sehat dan harmonis.
Motivasi dan kontribusi Pemkab Buleleng dalam melaksanakan pemberdayaan
masyarakat di kecamatan Sukasada sangat tinggi. Hal ini disampaikan oleh Sekda Buleleng
saat audiensi draft pengusulan program IBW dan kerjasama Undiksha dan Pemkab
Buleleng. Pemkab Buleleng sangat konsent dengan peningkatan pendapatan asli daerah
sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Buleleng dan pengurangan
kemiskinan. Dalam audensi tersebut, melalui Sekda, Pemkab Buleleng sangat
membutuhkan kerjasama semua pihak terutama Undiksha dalam turut menyukseskan
program-program pengentasan kemiskinan dan peningkatan PAD Buleleng disamping
program-program pendidikan, kesehatan dan partisipasi gender.
.
3. Hasil dan Pembahasan
Sosialisasi rencana pelaksanaan program IbW-kawasan Greenbelt pada tahun 2014
dipusatkan di desa Gitgit yang dihadiri oleh Camat, perbekel desa Ambengan, desa Gitgit,
desa Wanagiri, desa Pancasari, perwakilan kelian dusun, poktan, pordarwis, dosen
pelaksana IbW/dosen partisipan, mahasiswa dan masyarakat. Jumlah peserta yang hadir
- 10 -
sebanyak 40 orang. Fokus sosialisasi adalah (1) prioritas pelaksanaan program, (2) model
pedampingan, (3) teknik pengelolaan keuangan, dan (4) evaluasi keberhasilan program.
Kegiatan pokok pada tahun kedua difokuskan di desa Gitgit, penanganan kawasan rural-
agrowisata, dan desa Wanagiri, pengkapasitasan/pendampingan program pertanian-
peternakan terpadu (simantri). Di sisi lain, di desa Pancasari akan diproyeksikan pada
wisata agro dengan komoditas jagung dan strawbery, dan di desa Ambengan akan
diorientasikan pada pengembangan kerajinan kreanova/handycraft untuk mendukung
sektor wisata.
` Hasil pelaksanaan kegiatan IbW pada tahun pelaksanaan 2014 (tahun-2) adalah
pelatihan kompetensi kepariwisataan di desa Gitgit meliputi: (a) pengkapasitasan
pokdarwis dalam penguasaan ICT dan kerajinan sablon-handycraft, serta pelatihan bahasa
Inggris, (b) penataan lintasan tracking wisata rural-agrotourism di sepanjang Daerah Aliran
Sungai (DAS) air terjun Gitgit, (2) revitalisasi tani-ternak terpadu, (d) pembuatan EM4
dan Biofertilizer, (3) pengkapasitas dalam kerajinan kreanova dan sablon kreatif, dan (4)
pengobatan gratis.
Lemahnya penguasaan kompetensi ICT dan bahasa Inggris telah diakui oleh
pengelola wisata air terjun di desa Gitgit. Kunjungan wisata baik lokal maupun manca
negara ke DTW air terjun Gigit sebagian besar masih dihegemoni oleh vendor wisata dan
biro perjalanan wisata. Pelaku wisata (pordarwis) di air terjun Gitgit hanya menikmati
sebagian kecil segmen keuntungan paket wisata Gitgit yang dijual vendor/travel. Atas
dasar ini, pengkapasitasan praktisi wisata Gitgit dalam penguasaan ICT merupakan
langkah strategis untuk meningkatkan kemampuan akses pordarwis dalam
mempromosikan wisata Gitgit, menjual paket wisata secara langsung ke traveler melalui
close contact menggunakan teknologi ICT, dan layanan informasi yang up to date.
Keterampilan ICT yang dilatihkan adalah (1) pemanfaatan kemampuan mikrosoft office,
internet, email, facekbook, dan blog. Pelatihan secara sistemik dilakukan dalam durasi
tatap muka selama 10 kali pertemuan, @ 2 jam, dimulai dari awal Juni 2014 setiap hari
sabtu. Drs. IB. Mardana, M.Si sebagai nara sumber yang ditugaskan dalam memberikan
pealtihan komputer untuk meningkatkan literasi ICT anggota pordarwis.
Setelah mendapat pelatihan ICT, kemudian kelompok pordarwis diberikan
pelatihan bahasa Inggris dan managemen pariwisata modern. Staf dosen Undiksha yang
ditugaskan untuk melatih dan mengkapasitasi pordarwis air terjun Gitgit adalah Nyoman
- 11 -
Dini Andiani, S.St.Par.,M.Par. Kegiatan pelatihan dilaksanakan mulai 19 Juni 2014.
Cakupan materi pelatihan meliputi: (1) penguasan English dan teknik quiding, (2)
managemen dan promosi wisata, dan (3) etika dan cross culture understanding. Pada saat
pelatihan, semua anggota pordarwis juga diberikan bantuan kamus bahasa Inggris-
Indonesia, dan Indonesia-Inggris dari tim IbW. Pelatihan bahasa Inggris dan managemen
wisata dilakukan sebanyak 10 kali pertemuan dengan lama tatap muka selama 2 jam.
Upaya pemberdayaan pordarwis air terjun Gitgit merupakan proses edukasi
masyarakat Gitgit untuk terlibat aktif dalam geliat wisata di kawasan wisata air terjun
Gitgit, sehingga revitalisasi dan diversifikasi produk wisata terinisiasi dari eskalasi
perkawinan obyek alami wisata dengan dinamika keunikan budaya hidup masyarakat
setempat, sehingga tidak ada pertautan utuh antara subyek dan obyek wisata secara
simultan dalam rangka pengembangan kepariwisataan air terjun Gitgit berbasiskan kerifan
lokal yang melekat dalam statuta hidup dan kehidupan masyarakat Gitgit.
Hasil pemetaan potensi wisata air terjun Gitgit yang telah dilakukan pada tahun
2013, kemudian dijadikan dasar dalam meng-create diversifikasi produk wisata air terjun
Gigit, yakni wisata trecking rural-agrotouris di sepanjang daerah aliran sungai(DAS) air
terjun Gitgit. Pada awalnya, daerah tujuan wisata Gitgit hanya mempertontonkan
keindahan air terjun Gigit dan panorama di sekitarnya, yang hanya mampu menghasilkan
spend time dan spend money yang relatif kecil dari pelancong wisata. Atas dasar itu, kreasi
tracking wisata rural-agrotourism di kawasan wisata air terjun Gitgit merupakan solusi
yang prospektif dalam merevitalisasi wisata air terjun Gitgit untuk mendatangkan
pendapatan yang lebih memadai bagi pordarwis, pemkab dan masyarakat sekitarnya.
Hasil focus group disccussion (FGD) semua elemen wisata di kawasan air terjun Gigit
disepakati untuk mengkreasi 3(tiga) item jalur tracking wisata, yakni (1) short-term
tracking (durasi waktu 30-60 menit), dengan jalur area parking atas - air terjun kembar atas
- perumahan penduduk, dan kembali ke area parking atas, (2) medium-term tracking
(durasi waktu 45-60 menit), meliputi jalur area parkir atas – air terjun kembar atas –
perumahan penduduk- air terjun tunggal tengah – perumahan penduduk- balai pertemuan
masyarakat, dan (3) long-term tracking (durasi waktu 60-90 menit) meliputi jalur area
parkir atas – air terjun kembar atas –perumahan penduduk – air terjun tunggal tengah –
perumahan penduduk- DAS air terjun Gigit bawah-perumahan penduduk- area parkir
bawah (durasi waktu 90-120 menit).
- 12 -
Pertanian dan peternakan merupakan aktivitas perekonomin sebagian besar masyarakat
di pedesaan. Kekeliruan dalam pengelolaan aktivitas tani-ternak dapat berdampak pada
rentannya ekonomi masyarakat, terutama terhadap ketahanan pangan, stabilitas keuangan,
kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat. Atas dasar itu, maka program IbW
Greenbelt di kawasan Sukasada juga mengusung program aksi tani-ternak terpadu (sistem
pertanian-peternakan terpadu/simantri) sebagai mayor driven yang dapat mengkomplemen
sektor pariwisata. Aktivitas yang dilakukan adalah (1) menginstal kandang ternak babi
pada poktan Wanagiri di desa Wanagiri, dan (2) penanaman bibit pakan ternak /pohon
buah tradisional bali di sepanjang DAS air tejun di desa Gitgit dan di desa Wanagiri, yang
telah berkomitmen mengembangkan pertanian organik, seperti terdokumentasi pada
gambar 3. Tim IbW Greenbelt Sukasada berusaha mentransformasi budaya tani-ternak
tradisional menuju tani-ternak modern dan terintegrasi.
Dalam aspek pertanian, masyaraka dikapasitas untuk bertanam pakan ternak, tanam
pangan, buah tradisional Bali, dan tanaman hias dengan sistem multi-kultur. Di sisi yang
lain, dalam buda daya ternak, masyarakat binaan dibudayakan untuk bisa beternak sistem
koloni pada ternak sapi, babi, dan ayam secara terpadu, sehingga secara fungsional dapat
menjadi sumber pengahasilan harian, bulanan, triwulan, enam bulan, dan tahunan. Pada
tahun 2014, IbW Greenbelt Sukasada menginstalasi 1(satu) kandang koloni sapi dan
1(satu) kandang babi, dengan menghibahkan 1(satu) ekor sapi, dan 2(dua) ekor babi.
Tingginya kebutuhan masyarakat terhadap pupuk organik sebagai
implikasi pengembangan kawasan pertanian organik di kawasan IbW Greenbelt
Sukasada telah mendorong kelompok tani yang tergabung dalam poktan untuk
bisa memproduksi pupuk organik (biofertilizer) secara mandiri dan
keberlanjuan. Maka dari itu, program aksi pengkapasitasan kelompok tani-
ternak dalam pengolahan limbah tani ternak menjadi pupuk organik menjadi
program prioritas di desa Wanagiri dan desa Gitgit. Bersenergi dengan Fakultas pertanian
dari Universitas Panji Sakti (Unipas), Dinas Pertanian, Dinas Peternakan pemerintah
kabupaten Buleleng, maka Tim IbW Undiksha (Universitas Pendidikan Ganesha)
menyelenggarakan pelatihan/pedampingan secara sistemik proses produksi pupuk
organik (biofertilizer) melalui tahapan mulai dari (1) penampungan sampah
pertanian, (2) pengecilan ukuran sampah dilakukan dengan mesin peranjang sampah
(Bantuan IbW tahun-1), (3) Pencampuran bahan organik dengan suplemen (kotoran ternak
- 13 -
sapi), (4) penyiapan dan pemberian mikroba mengurai sampah (aktivator), dan
penambahan air, (5) pembalikan dan aerasi reactor kompos, (4) kompos organik warna
coklat kehitaman akan terbentuk setelah 14-18 hari, (5) penghalusan kompos dan
penyaringan, (6) pengepakan, dan (7) pemanfaatan/pemasaran. Kegiatan dilaksanakan
selama 2 minggu, mulai tanggal 1 Agustus 2014 dengan narasumber: Ir. Putu Suardika,
M.P (Reviewer Naisonal dari Universitas Panji Sakti), untuk melatih dan mendampingi
masyarakat.
Program aksi kerajinan kreanova dan sablon adalah pemberdayaan pordarwis dan
masyarakat sekitarnya untuk menguasai kompetensi keterampilan sablon dalam
menghasilkan produk cendramata/handycraft guna mendukung pengembangan wisata desa
di desa Gitgit dan desa Ambengan. Keindahan panorama air terjun Gigit yang dinikmati
pelancong wisata yang telah terabadikan dalam foto digital, dapat disablon pada baju kaos
dan produk kerajinan lain sehingga menjadi karya seni yang menperkaya kashanah dan
daya tarik kepariwisataan di kawasan Gitgit dan Ambengan. Kegiatan pada tahun 2014 ini
dilaksanakan program pengkapasitasan kelompok masyarakat dalam menguasai teknik
sablon. Pelatihan/Pendampingan diberikan oleh Budiarta, S.Si, M.Pd dari jurusan seni rupa
(Universitas Pendidikan Ganesha) selama 10 kali pertemuan mulai dari tanggal 22 Agustus
2014 bertempat di balai pertemuan masyarakat di desa Gitgit. Materi pelatihan yang
diberikan adalah (1) pemantapan penguasaan aplikasi komputer coreldraw dan photoshop,
(2) teknik foto, (3) preparasi screen/film sablon, dan (4) teknik sablon. Sampai laporan
kemajuan ini dibuat, peserta pelatihan baru bisa menguasai teknik-teknik dasar menyablon.
Kendalanya adalah lambatnya mengupgrade kemampuan editinf foto dan pembuatan sreen
sablon.
Dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat maka dilakukan penyuluhan
kesehatan dan pengobatan gratis. Kegiatan pengobatan gratis dilakukan di desa wanagiri
dalam membantu meningkatkan kesehatan anggota kelompok tani-ternak dan masyarakat
sekitarnya, bekerjasama dengan puskemas Sukasada dan Stikes Majapahit Singaraja. Jenis
penyakit yang dominan diderita dan dikeluhkan masyarakat adalah: infeksi tenggorokan,
infeksi kulit, batuk, demam dan tensi darah yang tinggi/rendah, serta kekurangan gizi dan
vitamin.
- 14 -
4. Penutup
Dari paparan hasil pelaksanaan IbW Sukasada, maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut. Kegiatan IbW pada tahun 2014 telah mampu menghasilkan : (1) demplot
peternakan-pertanian ramah lingkungan, (2) terwujudnya produk wisata rural-agrotourism
culture, (3) terwujudnya kelompok pengrajin kreanova dan mekanisme pengelolaanya
berbasis desa pekraman, dan (4) peningkatan kesehatan masyarakat dan sanitasi
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. RPJM Desa Ambengan. Kecamatan Sukasada. Kabupaten Buleleng:Bali Anonim. 2012. RPJM Desa Gitgit. Kecamatan Sukasada. Kabupaten Buleleng:Bali Anonim. 2012. RPJM Desa Wanagiri. Kecamatan Sukasada. Kabupaten Buleleng:Bali Anonim. 2012. RPJM Desa Pancasari. Kecamatan Sukasada. Kabupaten Buleleng:Bali Anonin. 2010. Profil Kecamatan Sukasada, kabupaten Buleleng:Bali BPS, 1998. Crisis Poverty and Human Development in Indonesia. BPS. UNDP, Jakarta Emil Salim. 1980. Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan.
Jakarta Yayasan Idayu. Ernan Rustiadi, Sunsun Saefulhakim Dyah R. Panuju. 2009. Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah. Crestpen Press dan Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Irawan, P.B. dan Romdiati. H, 2000. The Impact of Economic Crisis on Povertyand its
Implication for Development Strategies, Paper Presented at National Workshop on Food and Nutrition VII. LIPI, 29 Febuari -2 Maret 2000, Jakarta
Kartasasmita, Ginandjar. 1995. Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah Tinjauan
Administrasi; Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Administrasi pada Fakultas Ilmu Administrasi Pemangunan Universitas Brawijaya; Malang. 1995.
Michael Sherraden. 2006. Aset untuk Orang Miskin: Perspektif Baru Usaha Pengentasan
Kemiskinan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Millind B Bhujbal. 2012. Agro-tourism A Specialized Rural Tourism: Innovative Product
of Rural Market. International Journal of Bussiness & Management Tomorrow. Vol. 2 No:1
- 15 -
Olivier Serrat. 2008. The Sustainable Livelihoods Approach. Asean Development Bank Shadi Hamadeh. 2009. The Sustainable Livelihoods Approach (SLA) In Mena:A Bitter
Sweet Experience. Environment and Sustainable Development Unit Faculty of Agricultural and Food Sciences American University of Beirut
Sumodiningrat, Gunawan, 1999, Pemberdayaan Masyarakat Dan JPS, PT
Gramedia,Jakarta
- 16 -
LAMPIRAN-2: Dokumentasi Kegiatan IbW Tahun-2
Penyerahan bantuan peralatan ICT dan batuan kamus asing dari Tim Ibw Undiksha
Pelatihan managemen wisata dan bahasa Inggris
Pelatihan ICT
Peserta pelatihan Podarwis Air terjut Gitgit
- 17 -
Area parkir Air terjun Gitgit (atas)
Short-term tracking
Rest point
Medium-term tracking
- 18 -
Long-term tracking (Air terjun Gitgit bawah)
Bibit konservasi dan tanaman buah tradisional Bali
Usaha ternak ayam brumbun (tradisional) Bali
Usaha ternak Sapi sistem koloni
- 19 -
Usaha ternak babi sistem koloni
Pelatihan pembuatan Aktivator
Pelatihan pembuatan biofertilizer
- 20 -
Budi daya tanam bibit sistem portable dan vertikultur
Acara seremonial kerajinan kreanova dan sablon
Pelatihan Coreldraw dan photoshop
- 21 -
Preparasi Screen dan sablon
Kerajinan album dari pelepah pisah dan produk cendramata lainnya
Recommended