View
518
Download
33
Category
Tags:
Preview:
DESCRIPTION
Laporan Farmakognosi - Tumbuhan Karamunting
Citation preview
LABORATORIUM FARMAKOGNOSIPROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MIPAUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
PEMERIKSAAN FARMAKOGNOSTIK DAN IDENTIFIKASI KIMIA
TANAMAN KARAMUNTING (Rhodomyrtus tomentosa) ASAL DESA
GALAM KECAMATAN PELAIHARI KABUPATEN TANAH LAUT
PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
DISUSUN OLEH :
NAMA : NOORMAHDI RIDUANSYAH
NIM : J1E109041
KELOMPOK : III
PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU
DESEMBER
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alam telah
sangat berkembang hingga saat ini, dan sangat menarik minat masyarakat
pada umumnya untuk kembali menggunakan bahan–bahan alam sebagai
obat karena mempunyai beberapa kelebihan dengan obat-obat sintesis.
Manusia secara naluri mempunyai kecenderungan menggunakan alam
sebagai sarana untuk mencukupi kebutuhannya. Selanjutnya, dengan
budidaya dan ilmu, bahan tersebut dikembangkan. Pada umumnya ilmu
pengobatan tersebut berasal dari bangsa yang memiliki budaya tinggi serta
memiliki flora dan fauna yang melimpah (Endarwati, 2005).
Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun
tujuan lain cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu
back to nature serta krisis berkepanjangan yang
mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Obat
tradisional dan tanaman obat banyak digunakan masyarakat
menengah ke bawah terutama dalam upaya preventif,
promotif dan rehabilitatif. Sementara ini banyak orang
beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau obat
tradisional relatif lebih aman dibandingkan obat sintesis.
Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat
tradsional tidak memiliki efek samping yang merugikan, bila
penggunaannya kurang tepat. Agar penggunaannya optimal,
perlu diketahui informasi yang memadai tentang kelebihan
dan kelemahan serta kemungkinan penyalahgunaan obat
tradisional dan tanaman obat. Dengan informasi yang cukup
diharapkan masyarakat lebih cermat untuk memilih dan
menggunakan suatu produk obat tradisional atau tumbuhan
obat dalam upaya kesehatan (Katno, 2002).
Penanaman dan pertumbuhan tanaman-tanaman obat harus terpelihara
dengan baik, hal ini disebabkan karena banyak pula tanaman-tanaman obat
yang tumbuh secara liar. Tanaman-tanaman obat yang dibudidayakan dengan
baik, jauh lebih terjamin kualitasnya daripada tanaman-tanaman obat yang
tumbuh secara liar. Tanaman-tanaman yang tumbuh secara liar kemungkinan
akan tercampur dengan bahan tanaman lain dan juga ada kemungkinan akan
keliru dalam pengambilan jenisnya (Kartasapoetra, 1996).
Saat ini dengan pesatnya perkembangan penelitian dalam bidang
obat, sudah tersedia berbagai jenis pilihan obat sehingga diperlukan
pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit.
Walaupun temuan dan terobosan substansial di bidang obat telah
memberikan konstribusi yang besar dalam meningkatan pelayanan
kesehatan, namun perlu disadari bahwa obat dapat menimbulkan efek yang
tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat. Obat sintesis
merupakan obat yang telah banyak beredar dipasaran dengan bermacam-
macam merek dan kemasan, tetapi kelemahan dari jenis obat sintesis tersebut
berupa efek samping yang dihasilkan dan juga harganya yang relatif mahal,
bila dibandingkan dengan obat tradisional (Endarwati, 2005)
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Melakukan pemeriksaan anatomi dan morfologi bagian tumbuhan (akar,
batang dan daun), termasuk isi sel yang mengalami bentuk tertentu.
2. Mengidentifikasi simplisia daun karamunting dengan menggunakan
mikroskop serta menyebutkan ciri khas simplisia tersebut.
3. Mengidentifikasi kandungan kimia yang terdapat pada daun karamunting.
I.2 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pemeriksaan
farmakognostik dan mengidentifikasi simplisia batang karamunting.
Mengidentifikasi kandungan kimia yang terdapat pada batang karamunting
dan menyebutkan ciri khas simplisia tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman
2.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Rhodomyrtus
Spesies : Rhodomyrtus tomentosa
(Ditemukan, 2008)
2.1.2 Morfologi Tanaman
Karamunting adalah tumbuhan yang tumbuh liar pada
tempat yang mendapat sinar matahari yang cukup, seperti di lereng
gunung, semak belukar, lapangan yang tidak terlalu gersang. Ciri-
ciri termasuk dalam kelompok perdu, daun tunggal, bangun elips
memanjang sampai lonjong, duduk daun berhadapan bersilang,
permukaan daun berambut bila diraba terasa kasar, pangkal daun
membulat, tepi daun rata, ujung daun meruncing. Bunga termasuk
bunga majemuk berwarna ungu kemerah-merahan, buahnya dapat
dimakan mempunyai biji berukuran kecil (Silvester,2007).
2.1.3 Kandungan Kimia
Komposisi sifat kimiawi dan efek farmakologis daun
karamunting sangat pahit. Kandungan kimia daun karamunting
mengandung saponin, flafonoida dan tanin (Silvester,2007)
2.1.4 Kegunaan
Karamunting bisa digunakan untuk mengobati beberapa
macam penyakit seperti gangguan pencernaan (dispepsi), disentri
basiler, diare, hepatitis, keputihan (leukorea), sariawan , haid, wasir
darah, pendarahan rahim, berak darah, radang dinding pembuluh
darah, pembekuan (tromboangitis) (Silvester,2007)
2.1.5 Nama Daerah
Tidak ada literatur yang menjelaskan mengenai nama daerah
dari tanaman Karamunting.
2.2 Reaksi Identifikasi Kimia
2.2.1 Reaksi Identifikasi Terhadap Lignin
Basahi lisan atau serbuk dengan larutan floroglusin P,
periksa dalam asam klorida P. Amati pada mikroskop, dinding sel
yang berlignin akan berwarna merah (Depkes RI, 1979).
2.2.2 Reaksi Identifikasi Terhadap Pati dan Aleuron
Pada bahan yang diperiksa di atas kaca objek, tambahkan
iodium 0,1 N. pati berwarna biru dan aleuron berwarna kuning
coklat sampai coklat (Depkes RI, 1979).
2.2.3 Reaksi Identifikasi Terhadap Lendir
Pada bahan kering atau serbuk di atas kaca objek,
tambahkan beberapa tetes larutan merah ruthenium P. tutup dengan
kaca penutup, biarkan selama 15 menit, lender dan pectin berwarna
merah intensif. Untuk pembedaan yang jelas, sebelum diperiksa
bahan dicuci lebih dahulu dengan larutan timbale (II) asetat P 9,5%
(Depkes RI, 1979).
2.2.4 Reaksi Identifikasi Terhadap Katekol
Pada bahan atau serbuk di atas kaca objek, tambahkan
larutan vanillin P 10% b/v dalam etanol (90%) P. kemudian dalam
asam klorida P, bagian yang mengandung turunan katekol
berwarna merah intensif (Depkes RI, 1979).
2.2.5 Reaksi Identifikasi Terhadap Alkaloid
Sebanyak dua gram serbuk bahan dilembabkan dalam
amnonia 25%, lalu digerus dalam mortir. Kemudian ditambah 20
ml kloroform dan digerus kuat-kuat. Campuran disaring dan
difiltrat digunakan untuk percobaan (larutan A). Larutan A
diteteskan pada kertas saring dan kemudian diberi pereaksi
dragendorff. Warna jingga yang timbul pada kertas saring
menunjukkan alkaloid positif (Depkes RI, 1979).
2.2.6 Reaksi Identifikasi Terhadap Tanin
Sebanyak masing-masing lima ml larutan filtrat
dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi. Tabung pertama ditambah
dengan larutan besi (14) klorida 1% akan menunjukkan warna
hijau violet bila bahan mengandung tanin. Tabung kedua ditambah
dengan larutan glatin akan menunjukkan warna hijau violet bila
bahan mengandung tanin. Untuk membedakan tanin kahekat dan
tanin galat, larutan filtrat ditambah dengan pereaksi Steasny L
formaldehid 3%-asam klorida (2:1) dan dipanaskan dalam panas
air 90oC. Terbentuknya filtrat dipisahkan dan dijenuhkan dengan
natrium asetat. Pada penambahan larutan besi (III) klorida 1% akan
terbentuk warna biru tinta atau hitam menunjukkan adanya tanin
galat (Depkes RI, 1979).
2.2.7 Reaksi Identifikasi Terhadap Dioksiantrokinon
Larutan ekstrak sebanyak 2 ml dipanaskan dengan 5 ml
H2SO4 selama 1 menit. Setelah dingin dikocok dengan 10 ml
bensen. Warna kuning pada lapisan bensen menunjukkan adanya
senyawa antrakuinon. Identifikasi dapat diperjelas dengan
menambahkan larutan natrium hidroksida 2 N, akan terjadi warna
merah pada lapisan air (Depkes RI, 1979).
2.2.8 Reaksi Identifikasi Terhadap Saponin
Sebanyak 10 ml larutan filtrat dalam tabung reaksi dikocok
vertikal selama 10 detik, kemudian didiamkan selama 10 menit
(Depkes RI, 1979).
2.2.9 Reaksi Terhadap Polifenol
Pada hasil mikrosublimasi, tambahkan larutan
fosfomolibdat asam sulfat P, terjadi warna biru. Pada hasil
mikrosublimasi, tambahkan larutan asam diazon benzensulfonat P,
terjadi warna jingga sampai merah (Depkes RI, 1979).
2.2.10 Reaksi Terhadap Steroid
Sebanyak 3 tetes etanol ditambahkan pada serbuk,
kemudian diamkan selama 15 menit dan disaring. Setelah itu
diambil filtratnya dan diuapkan sampai kering. Suspensikan
dengan air dan eter. Kemudian bagian eter dipisahkan dan
direaksikan dengan pereaksi Liebermann-Burchard, akan terbentuk
larutan berwarna merah (Depkes RI,1979).
BAB III
METODE PENGERJAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Ayakan
2. Blender
3. Botol air mineral
4. Bunsen
5. Corong kaca
6. Cover glass
7. Gunting
8. Kantong plastik
9. Kardus
10. Karton
11. Kertas koran
12. Kertas label
13. Kertas saring
14. Korek api
15. Lakban
16. Mikroskop elektrik
17. Objek glass
18. Parang
19. Penjepit kayu
20. Pensil
21. Pipet tetes
22. Pisau silet
23. Plastik sampul
24. Plester
25. Polybag
26. Press herbarium
27. Sikat tabung
28. Tabung reaksi
29. Tisu gulung
30. Tali rafia.
3.1.2 Bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Aquades
2. Floroglusin
3. Herbarium basah dari
daun karamunting
4. Irisan melintang akar,
batang, dan daun dari
karamunting
5. Larutan Benedict
6. Larutan Besi (III)
Amonium Sulfat 6%,
7. Larutan Dragendroff
8. Larutan FeCl3 1 N
9. Larutan Fehling A dan B,
10. Larutan H2SO4 10%,
11. Larutan H2SO4 pekat,
12. Larutan HCl 0,5 N,
13. Larutan HCl 2 N,
14. Larutan I2 0,1%,
15. Larutan KOH 10%,
16. Larutan Mayer,
17. Larutan Metilen blue,
18. Larutan Vanilin 10%,
19. Metanol
20. Serbuk dari daun
karamunting
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Pengambilan Bahan
Pengambilan tanaman karamunting yang diambil di Pelaihari pada
tanggal 2 Oktober 2010, pada pukul 08.00 WITA dilakukan secara
langsung, yaitu dengan cara pemetikan menggunakan tangan langsung
atau tanpa menggunakan alat. Pertama mengambil sampel bahan secara
utuh, yang terdiri dari akar, batang, dan daun. Kemudian mengambil
bagian berkhasiat yang akan diteliti dengan lebih banyak.
3.2.2 Pengolahan Bahan
Pengolahan tanaman karamunting dilakukan dalam tiga bentuk
yaitu pengolahan menjadi herbarium kering, herbarium basah, dan
simplisia yang berupa serbuk dan haksel. Untuk herbarium kering
dilakukan dengan pengepresan tanaman yang telah dipotong- potong
sebelumnya dan disusun pada selembar kertas koran. Pada pengolahan
herbarium kering, disiapkan bagian tanaman yang merupakan perwakilan
dari keseluruhan tanaman itu, yaitu akar, batang dan daun. Bagian-bagian
tanaman yang sudah disediakan diolesi dengan formalin dengan
menggunakan kapas kemudian ditempel di atas kertas koran. Tujuannya
adalah untuk menghindari proses pengrusakan herbarium kering oleh
binatang atau kutu yang dapat merusak herbarium kering. Bagian halaman
lain dari kertas koran akan menutup tanaman pada halaman koran satunya
dimana pada halaman satunya tanaman ini direkatkan. Setelah proses ini,
tanaman yang terbungkus koran ini dikumpulkan dengan tanaman lain
yang juga terbungkus koran, baru kemudian dipres dengan menggunakan
sasak bambu berukuran 1 m x 1 m yang telah dibuat sebelumnya.
Pada pengolahan herbarium basah, bagian tanaman karamunting
dimasukkan ke dalam botol air mineral berukuran 1,5 liter yang telah diisi
dengan formalin melalui celah yang dipotong dari bagian atas botol.
Diusahakan agar seluruh bagian tanaman yang dimasukkan tersebut
terendam sempurna dalam larutan formalin. Setelah itu, botol tersebut
serta bekas lubang yang telah dibuat sebelumnya ditutup rapat dengan
plester agar tanaman terisolasi sempurna.
Pengolahan berikutnya adalah pengolahan simplisia. Pengolahan
simplisia ini, dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
1. Pengumpulan bahan : bagian tanaman dari tanaman karamunting yang
berkhasiat yaitu daunnya dikumpulkan.
2. Sortasi basah : daun yang akan dibuat simplisia
dipisahkan dari zat-zat pengotor dan bagian lain yang tidak diperlukan.
3. Pencucian : proses ini dilakukan untuk membersihkan bagian tanaman
dari sisa-sisa tanah dan kotoran yang melekat.
4. Pembersihan : proses ini dilakukan untuk memeriksa kembali
kebersihan daun karamunting yang akan dibuat simplisia.
5. Perubahan bentuk : proses ini dilakukan dengan memotong-motong
bagian tanaman yang akan dibuat simplisia. Pemotongan ini, atau
disebut perajangan, dilakukan dengan menyesuaikan tekstur dari
bagian tanaman. Tujuannya adalah untuk mempercepat proses
pengeringan karena luas permukaan tanaman menjadi lebih luas.
6. Pengeringan : bagian daun karamunting dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari langsung.
7. Sortasi kering : proses ini dilakukan untuk memastikan bagian
tanaman yang telah selesai dijemur benar-benar terbebas dari zat
pengotor.
8. Pengepakan dan penyimpanan : bagian tanaman yang telah menjadi
simplisia tersebut kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang
memenuhi syarat penyimpanan. Simplisia tersebut kemudian dapat
diolah sesuai keinginan, seperti dibuat serbuk atau tetap dalam bentuk
haksel. Pembuatan simplisia menjadi serbuk ialah dengan cara
memblender atau menumbuk simplisia tersebut, kemudian
mengayaknya hingga didapatkan serbuk yang benar-benar halus.
3.2.3 Pemeriksaan Farmakognostik
3.2.3.1 Pemeriksaan Morfologi Tanaman
Pemeriksaan morfologi tanaman dilakukan dengan
mengamati bagian-bagian tanaman, yang mencakup bentuk daun,
bentuk ujung daun, pangkal daun, tulang daun, bentuk tepi daun,
susunan tulang daun, jenis daun, bentuk datang, arah tumbuh
batang, dan sistem perakaran dari tanaman karamunting.
3.2.3.2 Pemeriksaan Anatomi Tanaman
Pemeriksaan anatomi tanaman karamunting yaitu dengan
cara membuat irisan melintang dan membujur dari akar, batang,
dan daun. Kemudian meletakannya pada kaca objek, dan
mengamati pada mikroskop elektrik.
3.2.3.3 Pemeriksaan Organoleptik Tanaman
Pemeriksaan organoleptik tanaman karamunting yaitu
dengan cara melihat secara langsung warnanya, mencium baunya,
dan mencicipi rasanya dari bagian-bagian tanaman tersebut.
3.2.4 Pemeriksaan Reaksi Identifikasi Kimia
3.2.4. 1 Reaksi Identifikasi Terhadap Lignin
Serbuk daun karamunting pada objek glass dibasahi
floroglusin, ditambah HCl 2 tetes, diamati pada mikroskop.
Hasil positif ditunjukkan dengan dinding sel berwarna merah.
3.2.4. 2 Reaksi Identifikasi Terhadap Pati dan Aleuron
Serbuk daun karamunting pada objek glass ditambah
larutan I2 0,1%. Diamati pada mikroskop, hasil positif
ditunjukkan jika berwarna biru untuk pati dan berwarna kuning
coklat sampai coklat untuk aleuron.
3.2.4.3 Reaksi Identifikasi Terhadap Lendir
Serbuk daun karamunting ditambah metanol dan
metilen blue, hasil positif ditunjukkan jika warnanya menjadi
merah.
3.2.4.4 Reaksi Identifikasi Terhadap Katekol
Serbuk daun karamunting ditambah FeCl3 1 N, hasil
positif ditunjukkan jika menghasilkan warna hijau.
3.2.4.5 Reaksi Identifikasi Terhadap Alkaloid
1. Serbuk daun karamunting ditambah HCl 0,5 N, ditambah
Mayer, hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan
putih.
2. Serbuk daun karamunting ditambah HCl 0,5 N, ditambah
Dragendorff, hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya
endapan jingga.
3.2.4.6 Reaksi Identifikasi Terhadap Tanin
1. Serbuk daun karamunting ditambah H2O kemudian
dipanaskan lalu disaring, diambil filtratnya kemudian
ditambahkan HCl, hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya
endapan.
2. Serbuk daun karamunting ditambah FeCl3 1 N, hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru kehitaman.
3. Serbuk daun karamunting ditambah H2SO4, hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya endapan coklat kekuningan.
4. Serbuk daun karamunting ditambah Besi (III) Amonium
Sulfat 6%, hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna
hijau biru atau biru sampai hitam.
3.2.4.7 Reaksi Identifikasi Terhadap Dioksiantrokinon
Serbuk daun karamunting ditambah KOH 10%, hasil
positif ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna
merah.
3.2.4.8 Reaksi Identifikasi Terhadap Saponin
Serbuk daun karamunting pada tabung reaksi ditambah
H2O kemudian kocok kuat-kuat selama 30 detik, hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya buih setinggi ± 3 cm dari
permukaan cairan dan bertahan selama 1 menit.
3.2.4.9 Reaksi Identifikasi Terhadap Polifenol
Serbuk daun karamunting ditambah H2O 3 tetes,
kemudian dipanaskan, disaring, didinginkan ditambahkan 2 tetes
FeCl3 1 N, hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna
hijau.
3.2.4.10 Reaksi Terhadap Steroid
Sebanyak 3 tetes etanol ditambahkan pada serbuk daun
karamunting, kemudian diamkan selama 15 menit dan disaring.
Setelah itu diambil filtratnya dan diuapkan sampai kering.
Suspensikan dengan air dan eter. Kemudian bagian eter
dipisahkan dan direaksikan dengan pereaksi Liebermann-
Burchard, akan terbentuk larutan berwarna merah.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Pemeriksaan Morfologi Karamunting
Tananaman karamunting termasuk dalam kelompok perdu, daun
tunggal, bangun elips memanjang sampai lonjong, duduk daun berhadapan
bersilang, permukaan daun berambut bila diraba terasa kasar, pangkal daun
membulat, tepi daun rata, ujung daun meruncing. Bunga termasuk bunga
majemuk berwarna ungu kemerah-merahan, buahnya dapat dimakan
mempunyai biji berukuran kecil.
Bentuk batang karamunting bulat dan permukaan batang beralur
dengan warna bercorak hijau kecoklatan. Arah tumbuh batang tegak lurus,
cara percabangan monopodial yaitu batang pokok selalu tampak jelas
karena lebih besar dan lebih panjang. Sistem perakaran serabut, sehingga
tanaman karamunting termasuk tumbuhan monokotil. Hasil pemeriksaan
morfologi karamunting dapat dilihat pada lampiran 3.A.
4.2 Pemeriksaan Anatomi Karamunting
Hasil pemeriksaan anatomi karamunting yaitu pada batang yang
diiris melintang terdapat epidermis, stomata dan bulu-bulu halus. Batang
yang diiris membujur juga terdapat epidermis, stomata dan bulu-bulu halus.
Daun yang diiris melintang dapat dilihat epidermis, inti sel dan rambut
penutup. Keterangan yang sama juga dapat dilihat pada daun yang diiris
membujur. Bagian akar yang diiris melintang didapatkan epidermis,
stomata dan jaringan meristem akar. Bagian akar yang dipotong melintang
didapatkan epidermis, stomata dan parenkim
4.3 Pemeriksaan Organoleptik Tanaman
4.3.1 Uji Bau
Hasil pemeriksaan organoleptik untuk uji bau karamunting yaitu
pada batang dan akar tidak terdapat bau khas. Sedangkan pada daun
terdapat bau khas yang mirip seperti bau daun jambu biji.
4.3.2 Uji Rasa
Hasil pemeriksaan organoleptik untuk uji rasa karamunting yaitu
pada bagian akar, batang , dan daun semuanya mempunyai rasa yang sepat.
4.3.3 Uji Warna
Hasil pemeriksaan organoleptik untuk uji warna karamunting yaitu
pada akar dan batang keduanya mempunyai warna cokelat. Sedangkan pada
daun terdapat warna hijau.
4.4 Reaksi Identifikasi Kimia
Hasil pemeriksaan reaksi identifikasi kimia dapat dilihat pada
lampiran 3 C.
BAB V
PEMBAHASAN
Saat ini pemakaian obat tradisional berkembang dengan baik sebagai salah
satu alternatif untuk menanggulangi masalah kesehatan seiring dengan ke-
cenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature). Tanaman
karamunting merupakan tanaman obat yang telah dipakai secara turun temurun
serta sudah menjadi tradisi khas pada suku Banjar. Meskipun hanya didasarkan
pengalaman yang kemudian dipraktekkan secara turun temurun, sejarah telah
membuktikan bahwa pengobatan tradisional telah berperan dalam memelihara
kesehatan masyarakat, jauh sebelum manusia mengenal cara pengobatan modern
dan rasional. Kelebihan dari pengobatan dengan menggunakan ramuan tumbuhan
secara tradisional tersebut ialah rendahnya efek samping yang ditimbulkan seperti
yang sering terjadi pada pengobatan kimiawi.
Tanaman berkhasiat yang dijadikan sampel untuk penelitian oleh praktikan
adalah tanaman karamunting. Penelitian ini dikhususkan pada kandungan daun
karamunting yang menurut kebiasaan warga setempat berkhasiat sebagai obat
antidiare. Pengambilan tanaman ini dilakukan dengan menggunakan bantuan alat,
seperti parang. Tanaman ini tidak dapat langsung begitu saja dicabut dari
tempatnya tumbuh kecuali yang masih kecil dan tidak terlalu tinggi. Pengambilan
dengan bantuan alat dilakukan dengan mencongkel bagian akar dari tanaman ini.
Selain dengan menggunakan alat, pengambilannya juga bisa dilakukan dengan
menggunakan tangan, tapi bagian yang diambil hanya bagian daunnya saja.
Pemeriksaan farmakognostik ini dilakukan beberapa pemeriksaan, yaitu
pemeriksaan morfologi, anatomi, dan organoleptis tanaman, serta pemeriksaan
reaksi identifikasi terhadap beberapa gugus kimia. Menurut hasil pemeriksaan
morfologinya, karamunting merupakan tanaman yang umum tumbuh liar pada
tempat yang mendapat sinar matahari yang cukup, seperti di lereng gunung,
semak belukar, lapangan yang tidak terlalu gersang. Daun karamunting
mempunyai susunan daun yang tidak lengkap karena pada daunnya hanya
memiliki tangkai daun dan helaian daun tidak memiliki pelepah daun. Daun
karamunting merupakan daun bertangkai dengan tangkai daun berbentuk silinder
dengan sisi atas agak pipih dan menebal pada pangkalnya. Bangun daun
berbentuk jorong, ujung daun meruncing dan pangkal daun membulat.
Uji organoleptis dilakukan dengan melihat warna, bau dan rasa secara
kasat mata pada tanaman. Batang karamunting berwarna coklat, memiliki rasa
pahit dan tidak berbau. Daun tanaman berwarna hijau yang memiliki seperti daun
jambu biji dan rasa pahit. Akar tanaman berwarna coklat, tidak berbau dan
rasanya pahit.
Pada pemeriksaan identifikasi kimia, dilakukan berbagai uji terhadap
serbuk daun karamunting yang terdiri dari uji lignin, uji pati dan aleuron, uji
lendir, uji katekol, uji polifenol, uji alkaloid, uji tanin, uji dioksiantrakinon, uji
saponin dan uji steroid. Dari hasil percobaan, terdapat uji yang hasilnya sesuai
dengan literatur yaitu uji katekol, uji tanin dan uji steroid. Maka dapat
disimpulkan bahwa pada daun karamunting terdapat senyawa katekol, tanin dan
steroid.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pemeriksaan sampel PKL ini
adalah :
1. Karamunting merupakan tanaman yang umum tumbuh di tempat liar
yang mendapat sinar matahari yang cukup. Daun karamunting termasuk
dalam kelompok perdu, daun tunggal, bangun elips memanjang sampai
lonjong, duduk daun berhadapan bersilang, permukaan daun berambut
bila diraba terasa kasar, pangkal daun membulat, tepi daun rata, ujung
daun meruncing. Bunga termasuk bunga majemuk berwarna ungu
kemerahan, buahnya dapat dimakan mempunyai biji berukuran kecil.
2. Pemeriksaan anatomi karamunting, dapat diketahui bahwa bagian
batang yang diiris melintang terdapat epidermis, stomata dan bulu-bulu
halus yang terlihat pada mikroskop. Pemeriksaan anatomi daun telihat
adanya epidermis, inti sel dan rambut penutup. Bagian akar yang diiris
melintang didapatkan epidermis, stomata dan jaringan meristem akar.
Bagian akar yang dipotong membujur didapatkan epidermis, stomata
dan parenkim.
3. Uji organoleptis dilakukan dengan melihat warna, bau dan rasa secara
kasat mata pada tanaman. Batang karamunting berwarna coklat,
memiliki rasa pahit dan tidak berbau. Daun tanaman berwarna hijau
yang memiliki seperti daun jambu biji dan rasa pahit. Akar tanaman
berwarna coklat, tidak berbau dan rasanya pahit.
4. Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada karamunting yaitu
katekol, tanin, dan steroid.
6.2 Saran
Sebaiknya alat dan bahan yang terdapat di laboratorium lebih
dilengkapi agar pemeriksaan yang dilakukan dapat dikerjaan secara lebih
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Ditemukan. 2008. Karamunting. http://www.plantamor.comDiakses pada tanggal 2 Desember 2010.
Endarwati. 2005. Tanaman Indonesia. ECG. Jakarta.
Kartasapoetra. 1996. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Rineka Cipta. Jakarta.
Katno & S. Pramono. 2002. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. UGM, Yogyakarta.
Silvester. 2007. Karamunting. http://forescon.wordpress.com Diakses pada tanggal 30 November 2010.
LAMPIRAN 2
GAMBAR
2.A Gambar Irisan Akar Karamunting
- Irisan Melintang
Keterangan :
1. Epidermis
2. Stomata
3. Jaringan meristem
akar
- Irisan Membujur
Keterangan :
1. Epidermis
2. Stomata
3. Parenkim
2.B Gambar Irisan Batang Karamunting
- Irisan Melintang
Keterangan :
1. Epidermis
2. Stomata
3. Bulu-bulu halus
- Irisan Membujur
Keterangan :
1 Epidermis
2 Stomata
3 Bulu-bulu halus
Batang pembuluh
2.C Gambar Irisan Daun Karamunting
- Irisan Melintang
Keterangan : Keterangan :
1. Epidermis
2. Inti sel
3. Rambut penutup
4.
- Irisan Membujur
Keterangan :
1. Epidermis
2. Inti sel
3. Rambut penutup
LAMPIRAN 3
TABEL
3.A Tabel Hasil Pengamatan Morfologi Tumbuhan Karamunting
Bagian Keterangan
Daun Daun tanaman karamunting merupakan daun tunggal,
bangun elips memanjang sampai lonjong, duduk daun
berhadapan bersilang, permukaan daun berambut bila diraba
terasa kasar, pangkal daun membulat, tepi daun rata, ujung
daun meruncing.
Batang Bentuk batang bulat dan permukaan batang beralur dengan
warna cokelat. Arah tumbuh batang condong ke atas.
Akar Sistem perakaran serabut
3.B Tabel Hasil Pengamatan Organoleptis Tumbuhan Karamunting
Bagian Tanaman
Warna Rasa Bau Karakteristik
Daun Hijau Pahit Bau khas TipisBatang Coklat Pahit Tidak berbau Agak KasarAkar Coklat Pahit Tidak berbau Serabut
3.C Tabel Hasil Identifikasi Tumbuhan Karamunting
No Uji Reaksi Hasil Kesimpulan Keterangan
1. Lignin Sampel + floroglusin + (-) Tidak
HCl 2 tetes, mikroskop
→ dinding sel warna
merah
mengandung
lignin
Dinding sel
warna hijau
2. Pati dan
aleuron
Sampel + I2 1 N →
kuning kecoklatan
(aleuron), biru (pati)
(-)
Tidak
mengandung
aleuron
Warna hijau
kekuningan
3. LendirS + Methanol + Metilen
Blue → larutan merah(-)
Tidak terdapat
lendir
Larutan
berwarna biru
4. KatekolSampel + FeCl3 →
larutan hijau(+)
Terdapat
katekol Warna hijau
5. Polifenol
S + H2O Panaskan saring,
dinginkan + FeCl3 →
larutan hijau
(-)
Tidak
mengandung
polifenol
Warna kuning
6. Alkaloid
S + HCl 0,5 N + pereaksi
Mayer → endapan putih (-)
Tidak
mengandung
alkaloid
Tidak ada
endapan
7. Tanin
a. S + H2O Panaskan saring,
filtrat + HCl 0,5 N →
endapan
b. S + FeCl3 1 N → biru
kehitaman
c. S + H2SO4 → endapan
coklat kekuningan
(-)
(-)
(+)
Tidak
mengandung
tanin
Tidak
mengandung
tanin
Mengandung
tanin
Tidak ada
endapan
Hitam
Endapan
cokelat
kuning tipis
8.Dioksi-
antrakinonS + KOH 10 % → merah (-)
Tidak ada
Dioksiantraki-
non
Warna coklat
9. Saponin Sampel + H2O, kocok →
buih bertahan lama
(-)
Tidak
mengandung
saponin
Tidak timbul
busa setelah
dikocok
10. Steroid S + etanol, diamkan 5 (+) Mengandung
Recommended