DESCRIPTION
l
Citation preview
DI SD NEGERI 101788 MARINDAL I
KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KATA PENGANTAR
Pertama dan yang utama, penulis memanjatkan puji dan sykur kepada
Yang MahaKuasa.
Karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
laporan Observasi ini
sesuai waktu yang telah di tentukan.
Saya juga sangat berterima kasih kepada pihak sekolah yang telah
mengizinkan saya
untuk melakukan observasi ini di sekolah tersebut , khususnya bagi
Kepala Sekolah, wali kelas
dan siswa yang saya observasi, karena atas kerja sama yang baik
saya bias mengerjakan laporan
ini.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Bimbingan
dan Konseling. Observasi ini dilaksanakan pada tanggal 26 dan 27
April 2012.Observasi ini
dilakukan di SD Negeri NO. 101788 Marindal I Kecamatan Patumbak
Kabupaten Deli Serdang.
Tiada gading yang tak retak. Dari peribahasa itu, penulis menyadari
laporan ini bukanlah
karya yang sempurna karena memiliki banyak kekurangan baik dalam
hal isi maupun sistematika
dan teknik penulisan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang
menbangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan
ini bisa memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca.
Medan, April 2012
karakteristiknya masing-masing. Mulai dari yang cepat memahami
pelajaran, hingga yang
lamban. Mulai dari siswa yang berprestasi, hingga anak yang sarat
akan masalah.
Pada setiap kelas di Sekolah Dasar tidak jarang dijumpai peserta
didik yang bermasalah
baik dalam hal interaksi dengan sesama temannya, maupun dalam
hal belajar. Mereka dapat
dikategorikan sebagai kelompok yang menuntut layanan bimbingan yang
khusus. Temuan
lapangan Sunaryo dkk dalam Sunaryo menunjukkan bahwa
masalah-masalah siswa sekolah
dasar menyangkut aspek perkembangan fisik, kognitif, pribadi, dan
sosial.
Adanya rentang keragaman individual siswa yang amat lebar
memunculkan populasi
khusus target layanan bimbingan, antara lain mencakup:
a. siswa dengan kecerdasan dan kemampuan tinggi
b. siswa yang mengalami kesulitan
belajar
c. siswa dengan perilaku bermasalah.
Untuk itu guru SD perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan
tentang jenis-jenis data
yang perlu dikumpulkan, sumber untuk memperoleh data tersebut, cara
dan prosedur
mendapatkan data, dan keterampilan dalam menyusun alat pengumpul
data serta penggunannya.
Pengetahuan dan keterampilan tersebut sangat berguna dalam
mengidentifikasi peserta didik.
Pada penelitian kali ini, penulis memfokuskan pada siswa yang
mengalami
kesulitan belajar dan anak yang berprestasi pada kelas VI di SDN
No. 101788 Marindal I
Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
3. Tujuan
Tujuan diadakannya observasi ini adalah untuk mengetahui dan
mengidentifikasi peserta
didik yang bermasalah di kelas VI di SDN No. 101788 Marindal I
Kecamatan Patumbak
Kabupaten Deli Serdang
4. Manfaat
mengkaji suatu permasalahan yang dihadapi oleh siswa.
b. Melatih kita dalam membuat suatu karya tulis agar
terbiasa dan lebih baik.
c. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa (penulis) untuk
lebih mengenal calon anak
didiknya dalam berbagai aspek yang ada dalam diri mereka dan
masalah yang mereka hadapi,
khususnya anak yang berkesulitan belajar.
d. Sebagai pedoman untuk pembelajaran.
e. Sebagai motivasi untuk melakukan suatu observasi,
wawancara atau membaca buku-buku yang
berhubungan dengan permasalahan anak atau siswa.
Tidak hanya bagi penulis, laporan ini juga bermanfaat bagi pembaca,
karena:
a. Mengetahui akan masalah yang dihadapi seorang siswa yang mungkin
kita tidak
menyadarinya.
b. Lebih mendekatkan pembaca khususnya orang tua dengan
anaknya, dengan memberikan
perhatian, kesempatan dan motivasi bagi mereka.
c. Menumbuhkan rasa ingin tahu dan kepedulian akan masalah yang
dihadapi oleh siswa.
5. Metode Penelitian
diantaranya,angket, dokumen, dan wawancara.
6. Waktu dan Tempat
Bimbingan merupakan terjemahan dari istilah Guidance dalam bahasa
Inggris. Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli
kepada individu dengan
menggunakan cara, prosedur dan bahan tertentu agar individu
tersebut dapat mandiri, mampu
memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat mengembangkan diri
sebagai personal yang unik.
Dilihat dari fungsi bimbingan atau penyuluhan itu bersifat
pencegahan, pengembangan,
dan penyembuhan.
a. Penyuluhan (distributive)
b. Pengadaptasian (adaptive)
c. Penyesuaian (adjustive)
a. Pemberian informasi sebagai orientasi
b. Bantuan untuk menyesuaikan diri
c. Penyuluhan tentang perkembangan individu.
Penyesuaian terhadap situasi baru,mengembangkan kemampuan anak
untuk memahami
diri sendiri dan meerapkannya dalam situasi mendatang.
Bimbingan bukan lagi suatu tindakan yang bersifat hanya mengatasi
setiap krisis yang dihadapi
oleh anak,tetapi juga merupakan suatu pemikiran tentang
perkembangan anak sebagai pribadi
dengan segala kebutuhan,minat dan kemampuan yang harus
berkembang.
A. Pengertian anak kesulitan belajar
sulituntuk diidentifikasi hingga mereka masuk sekolah dan
mengalamimasalah prestasi
akademis. Tanda anak yang mengidap kesulitan belajar antara
lain:
a. Perkembangan terlambat Secara performance anak yang jauh
tertinggal dengan teman seusianya
menjadi indikator adanya kelainan perkembangan pada anak
berkesulitan belajar. Perkembangan
ini menyangkut keterlambatan berbahasa, misal: sulit mengerti kata
-kata, sulitberbicara sesuai
dengan anak sebayanya. Keterlambatan ini juga bisa dilihat dari
proses pertumbuhanya, seperti terlambat berjalan atau terlambat
berdiri. Hal lain, ketertinggalan dalam memahami
arah,mengenal bentuk huruf, pelafalan kata atau hitungan. Hasil
studimenunjukan anak yang
terlambat perkembangannya juga mengalamiketerlambatan di
sekolah.
b. Penampilan tak konsisten.Anak kesulitan belajar
mampu melakukan soal matematika dari guru
saat ini, tapi jika mendapat soal itu pada pekan depan ia takmampu
untuk menyelesaikannya. Kesulitan ini diprediksi karenakemampuan
mengingatnya. Ketidak-konsisten anak kesulitan
belajarjuga bisa berupa tulisan yang jelek namun hasil
lukisanya bagus, danbisa juga, lebih bisa
mengerjakan sesuatu dengan baik di rumahdaripada di
sekolah.
c. Kehilangan minat belajarSebenarnya anak kesulitan belajar
suka belajar, namunantusiamenya kian berkurang begitu masuk sekolah
karenamengalami gangguan pemrosesan informasi yang
butuh daya ingatdan pengorganisasian informasi dalam jumlah
besar. Tanda tandayang bisa
dilihat dengan jelas: suka menunda-nunda pekerjaan,
sepertimengerjakan tugas belum selesai
dan mengatakan akanmengerjakannya di sekolah.
d. Tak mencapai prestasi seperti yang diharapkanAdanya
kesenjangan antara potensi dan prestasi
yangditunjukan anak dapat menjadi ciri utama bagi yang
mengalamikesulitan belajar. Misal,
anak 8 tahun kelas tiga SD, dengan IQ 139dengan kemampuanya bisa
menguasai materi kelas 4 bahkan kelas 5.hambatan ini
disebabkan ketidakmampuan belajar mandiri.
e. Masalah tingkah laku yang menetapAnak kesulitan belajar
umumnya mempunyai masalahperilaku. Masalah perilaku ini, seperti
cepat mengambek dan marah.Anak yang
mengalami kesulitan persepsi visual dan bahasa akan sulitmemahami
dan mengingat informasi,
sehingga sering terke san sukardiatur dan kasar. Tingkah laku ini
tentunya tidak disadari oleh
anak.Kesulitan muncul saat anak masuk sekolah, karena sekolah
secarainten menuntutnya berperilaku baik. Di sekolah mungkin
ia berhasilmengendalikan diri, namun di rumah ada peruba
han mood yangmencolok. Hal ini yang menyebabkan anak learning
disabilitiessering dianggap
keras kepala, malas, tak peka, tak bertanggung jawab,dan tak mau
bekerja sama.
Karakteristik kesulitan belajar yang ditemukan pada murid
kecendrungan menunjukkan
kesulitan dalam hal-hal berikut :
a. Aspek Kognitif Yaitu murid yang menunjukkan
karakteristik kesulitan dalam masalah-masalah khusus, seperti :
kemampuan membaca, menulis mendengarkan, berpikir dan matematis.
Kasus kesulitan membaca (dyslexia) yang sering ditemukan di sekolah
merupakan contoh klasik kurang berfungsinya aspek kognitif anak
yang mengalami tuna cakap belajar. Kasus- kasus ini membuktikan
bahwa anak tuna cakap belajar memiliki kemempuan kognitif yang
normal, akan tetapi kemempuan tersebut tidak berfungsi secara
optimal sehingga terjadi keterbelakangan akademik (academic
retardation), yakni terjadinya kesenjangan antara apa yang mestinya
dilakukan dengan apa yang dicapainya secara nyata.
b. Aspek Bahasa Yaitu murid yang menunjukkan karakteristik
kesulitan dalam mengekspresikan diri, baik secara lisan (verbal)
maupun tertulis. Dengan kata lain murid yang mengalami tuna cakap
belajar dalam aspek bahasa,cenderung mengalami kesulitan dalam
menerima dan memahami bahasa (bahasa reseptif ) serta
dalam mengekpresikan diri secara verbal (bahasa ekspresif). c.
Aspek motorik Masalah motorik murupakan salah satu masalah
yang dikaitkan dengan murid tuna cakap belajar yang behubungan
dengan keulitan dalam keterampilan motorik-perseptual
( perceptual-motorproblem) yang deperlukan untuk
mengembangakan keterampilan meniru rancangan atau pola, kemampuan
ini diperlukan untuk menggambar, menulis menggunakan gunting, serta
sangat diperlukan koordinasi yang baik antara tangan dan mata, yang
dalam banyak hal koordinasi tersebut kurang dimanfaatkan murid yang
mengalami tuna cakap belajar. d. Aspek Sosial dan Emosi Dua
karakteristik yang sering diangkat sebagai karakteistik
social-emosional murid tuna cakap belajar ialah kelabilan emosional
dan keimpulsif-an. Kelebihan emosional ditunjukkan sering
berubahnya suasana hati dan temperamen yang menyebabkan lemahnya
pengendalian terhadap dorongan-dorongan.
Faktor-Faktor Yang Menimbulkan Kesulitan Belajar Jerome
Rosner (1993) melihat bahwa hal-hal yang paling umum, yang secara
langsung berkaitan dengan masalah kesulitan khususnya dalam
ketunacakapan belajar murid di tingkat sekolah dasar ialah
keterlambatan dalam perkembangan ketermpilan perseptual dan
kecakapan berbahasa. Selanjutnya, kephart (1967) mengelompokkan
penyebab ketuna cakapan belajar kedalam katagori utama yaitu
:
Gangguan emosional terjadi karena adanya trauma emosional yang
berkepanjangan sehingga menggangu hubungan fungsional sistem urat
syaraf c. Faktor “Pengalaman” Faktor pengalaman mencakup
faktor-faktor seperti kesenjangan perkembangan dengan kemiskinan
pengalaman lingkungannya. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh
anak yang terbatas memperoleh rangsangan lingkungan yang layak atau
tidak memperoleh kesempatan menangani peralatan atau mainan
tertentu, kesempatan seperti ini dapat mempermudah anak dalam
mengembangkan keterampilan manipulatif dalam penggunaan alat tulis
seperti pensil atau bollpoint. Biasanya kemiskinan pengalaman ini
berkaitan erat dengan konisi sosial ekonomi orang tua, sehingga
seringkali juga berkaitan erat dengan masalah kekurangan gizi yang
pada akhirnya dapat mengganggu perkembangan dan keberfungsian otak.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Anak
1. Rumah atau Keluarga.
Rumah adalah tempat pendidikan pertama kali bagi seorang anak dan
merupakan tempat
yang paling berpengaruh terhadap pola hidup seorang anak. Anak yang
hidup di tengah keluarga
yang harmonis, yang selalu melakukan ketaatan kepada Allah, maka ia
akan tumbuh menjadi
anak yang taat dan pemberani. Oleh karena itu, setiap orang tua
harus memperhatikan kondisi
rumahnya. Dalam hadits ini, terdapat anjuran untuk memperbaiki
rumah supaya tidak seperti
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal,
yang pertama dan
utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat
kodrati orang tua bertanggung
jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar
tumbuh adn berkembang
dengan baik.
kepribadian anak yaitu sebagai berikut:
a. Rumah adalah tempat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan fisik
dan kebutuhan-kebutuhan
psikologis anak,
c. Rumah adalah tempat untuk mendapatkan
pengalaman-pengalaman dalam menerima dan juga
untuk menghadapi orang lain,
2. Sekolah.
Sekolah merupakan lingkungan baru bagi anak. Tempat bertemunya
ratusan anak dari
berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda, baik
status sosial maupun agamanya. Di
sekolah inilah anak akan terwarnai oleh berbagai corak pendidikan,
kepribadian dan kebiasaan,
Begitu juga para pengajar berasal dari berbagai latar belakang
pemikiran dan budaya
serta kepribadian. Seorang pengajar merupakan figur dan tokoh yang
menjadi panutan anak-anak
dalam mengambil semua nilai dan pemikiran tanpa memilah antara yang
baik dengan yang
buruk. Karena anak-anak memandang, guru adalah sosok yang
disanjung, didengar dan ditiru.
Sehingga pengaruh guru sangat besar terhadap kepribadian dan
pemikiran anak.
McDonald mengemukakan sebagai berikut sekolah adalah lingkungan
yang khusus
untuk mengubah tingkah laku secara menetap dalam hubungan dengan
seluruh perkembangan
pribadinya sebagai masyarakat.
pendidik yang memberikan pandangan hidup yang keliru terhadap
anak akan memberikan
dampak atau pengaruh buruk terhadap perkembangan kepribadian anak
tersebut.
3. Lingkungan sosial (faktor sosiologis)
Lingkungan sosial adalah semua perangsang dan pengaruh luar yang
menimbulkan
tingkah laku tertentu pada seorang anak (contohnya tidak hormat
kepada guru, berbohong,
mencontek, melanggar aturan atau norma-norma sosial). Semakin
pesatnya kemajuan dan
semakin kompleksnya masyarakat sekarang, maka semakin banyak juga
anak yang tidak mampu
melakukan penyesuaian terhadap pelbagai perubahan sosial yang
ada.
4. Media Elektronik dan Cetak .
Kedua media ini sangat berpengaruh terhadap pendidikan, tingkah
laku dan kepribadian
anak. Kalau orang tua tidak berhati-hati dan waspada terhadap kedua
media ini. Tidak jarang
anak-anak akan tumbuh sebagai mana yang ia peroleh dari kedua media
ini.
a. Radio dan Televisi
Dari sisi lain, radio dan televisi sebagai sumber berita, wahana
penebar wacana baru,
menimba ilmu pengetahuan dan menanamkan pola pikir pada anak. Namun
kedua media tersebut
bisa menimbulkan pengaruh negative terhadap kepribadian anak
misalnya melalui tayangan film-
film horor atau mistik Menampilkan orang-orang yang tidak menutup
aurat dan mengajak anak-
anak untuk hidup penuh romantis atau berduaan antara wanita dan
laki-laki. Lebih parah lagi,
film-film sejenis itu banyak ditayangkan dan cukup banyak diminati
oleh kalangan muda dan
orang dewasa.
Acara televisi seperti itu sangat berbahaya. Ia dapat menghancurkan
kepribadian dan akhlak
b. Internet.
Media ini telah menyumbangkan dampak negatif, sebab bahaya yang
timbul dari internet
lebih banyak daripada manfaatnya. Bahkan media ini sudah
mengenyampingkan nilai kemuliaan
dan kesucian dalam kamus kehidupan manusia. Misalnya, ada suatu
situs khusus yang
menampilkan berbagai gambar porno, sehingga dapat menjerat setiap
anak dengan berbagai
macam perbuatan keji dan kotor. Akibat yang ditimbulkan ialah
kehancuran.
c. Majalah dan Cerpen Anak
Majalah dan buku-buku cerita sangat berperan penting dalam
membentuk pola pikir dan
ideologi anak. Sementara itu, majalah yang beredar baik majalah
anak-anak maupun majalah
remaja, isinya banyak ditonjolkan adalah syahwat dan hidup
konsumtif. Pengaruh majalah
tersebut sangat besar dalam mempengaruhi generasi muda, sehingga
banyak kita temui gaya
hidup dan pola pikir mereka meniru dengan yang mereka dapatkan dari
majalah. Oleh sebab itu,
majalah dan buku-buku cerita memiliki peran yang sangat urgen,
memiliki pengaruh sangat
signifikan dalam membentuk pola pikir dan tingkah laku serta
pendidikan anak. Anak-anak
sangat gemar dan tertarik dengan berbagai kisah, karena kisah
mengandung daya tarik, hiburan,
lelucon, kepahlawanan, amanah, dan kesatriaan.
d. Komik dan Novel.
Komik banyak digandrungi oleh anakanak kecil atau remaja, bahkan
orang dewasa.
Namun bacaan ini, sekarang banyak memuat gambar-gambar yang
tidak sesuai dengan
perkembangan dan pertumbuhan anak. Begitu pula novel,
rata-rata berisi percintaan, dongeng
palsu, cerita legendaris, penuh dengan muatan syirik dan
kekufuran, serta cerita romantika
picisan
5. Teman dan Sahabat.
Teman memiliki peran dan pengaruh besar dalam pendidikan, sebab
teman mampu
membentuk prinsip dan pemahaman yang tidak bisa dilakukan kedua
orang tua.
6. Jalanan.
Jalanan tempat bermain dan lalu lalang anak-anak terdapat banyak
manusia dengan
berbagai macam perangai, pemikiran, latar belakang sosial dan
pendidikan.Dengan beragam latar
belakang, mereka sangat membahayakan proses pendidikan anak,
karena anak belum memiliki
filter untuk menyaring mana yang baik dan mana yang
buruk.
Di sela-sela bermain, anak akan mengambil dan meniru perangai serta
tingkah laku
temannya atau orang yang sedang lewat; sehingga terkadang mampu
merubah pemikiran lurus
menjadi rusak, apalagi mereka mempunyai kebiasaan rusak, misalnya
perokok, pemabuk dan
pecandu narkoba; maka mereka lebih cepat menebarkan kerusakan
di tengah pergaulan anak-
anak dan remaja.
7. Pembantu dan Tetangga.
KEC. PATUMBAK KAB. DELI SERDANG
NSS / Nomor Statistik Sekolah : 101070105001
ALAMAT : JL. PTPN II MARINDAL I
C. IDENTITAS KEPALA SEKOLAH
NAMA : LUMI MANULLANG, S.Pd
: JL. BAJAK II H GG. SEKOLAH NO. 247
MARINDAL I
MASALAH :KURANG MEMAHAMI PELAJARAN DAN SERING
BERKELAHI DENGAN TEMANNYA
PRESTASI : SELALU JUARA I DARI KELAS I- VI
SERING MEMENANGKAN LOMBA
No Pertanyaan Mahasiswa Jawaban siswa
1 Adik rivaldo, masalah apa saja yang sering
kamu hadapi di kelas?
adik?
susah kadang gampang)
3 Pelajaran apa yang kamu sukai dik? IPA
kak
4 Kenapa adik tidak suka dengan pelajaran bahasa
Indonesia, PKN, dan matematika?
Ya susah aja kak, banyak main-main
5 Apa tidak dimarahi guru main – main
di
kelas?
7 Apa orang tua adek pernah menyuruh adek
belajar jika berada di rumah?
Kadang- kadang kak, kadang marah, kadang
nggak juga.
8 Kalau di rumah tidur jam berapa? Kalau nggak jam 9,
jam 10
9 Pernah berantem di sekolah atau di kelas
dik?
dorong kawanku.
10 Pernah di bawa ke kantor karena berkelahi? Pernah
kak
11 Apa yang dilakukan guru kepadamu di
kantor?
12 Hobby adik apa? Berenang, main bola, suka main
internet.
13 Internet,,,,? Kapan saja adik main internet, kan adik
sekolah?
Pulang sekolah kak.
14 Di internet buka apa saja dik? Kalau nggak game,
facebook.
15 Biasanya sampai berapa lama main internet dik?
Kadang 1 jam kadang sampai 5 jam.
16 Berapa 1 jam dik? 1 jam 2 ribu kak.
17 Biasanya berapa uang jajan di kasih
mamak?
Kadang 1 ribu, kadang 2 ribu
18 Main internet uangnya darimana? Kadang minta mamak,
tapi suka kena marah
kalau lama-lamakenapa lama-lama disitu,
bukannya ngerjain PR kau disitu, habis-
habisin duit saja kau gitu kata mamak.
19 Kalau tidak dikasih mamak uang, trus
darimana uangnya?
20 Biasanya dapatnya berapa? 53 ribu
21 Pernah tinggal kelas atau mendapat nilai
merah di raport nggak dik?
Kalau tinggal kelas nggak pernah kak, tapi
kalau dapat nilai merah pernah.
22 Apa kata guru dan orang tua adek kalau
mendapat nilai merah?
bodoh terus.
No pertanyaan mahasiswa jawaban siswa
1 Adik , juara berapa di kelas? Juara 1
2 Sudah berapa kali adik juara di kelas? Mulai dari
kelas 1 sampai sekarang kak
3 Apa yang mendorong adik, supaya tetap
berprestasi?
Diri sendiri, dan keadaan orangtua kak.
4 Memangnya apa cita- cita mu dik? Aku mau jadi pilot
kak.
5 Apa motivasi dari orang tua ketika adik
mendapat juara?
hadiah ketika adik mendapat juara?
Tidak pernah kak.
diberikan sama adik?
anak – anak yang berprestasi?
Biasanya bukun kak.
9 Apa kegiatan adik setelah pulang sekolah? Bantuin
orang tua jualan, belajar dan nonton
TV kak.
10 Jam berapa biasnya adik belajar dirumah? Saya
belajar siap makan malam kak
11 Kira – kira berapa jam adik belajar?
Kira 2 jam kak
12 Kalau belajar dirumah , apakah orang tua adik ikut
membantu adik mengerjakan tugas?
Iya kak, diajari sama mamak
13 Berapa adik bersaudara? 2 orang
kak
14 Pernahkah adik diganggu teman, waktu belajar di
kelas?
Pernah kak
15 Terus apa yang yang adik lakukan? Didiamin saja kak,
tapi kadang – kadang saya
marah
16 Pelajaran apa yang paling disukai adik dan yang tidak
disukai adik?
Saya suka pelajaran IPA kak, yang tidak saya sukai pelajaran
Matematika
17 Pernah nggak adik ikut olimpiade? Pernah
kak
18 Olimpiade apa dik? Olimpiade MIPA se- kabupaten,
dan
olimpiade semua mata pelajaran se- kecamatan
19 Adik juara berapa? Semua juara 1
kak
20 Waktu kelas berapa adik mengikuti olimpiade
itu?
Waktu kelas 4 dan kelas 5
SOLUSI YANG DIBERIKAN GURU
1. Guru memahami dan memastikan bahwa murid memiliki
pengetahuan faktual yang diperlukan
dalam mempelajari bahan ajaran.
2. Guru membatasi jumlah informasi baru kepada hal-hal yang
tercantum pada bahan atau unit
ajaran dan sampaikan sedikit demi sedikit. Jika perlu gunakan
sistem jembatan keledai.
3. Guru menyajikan informasi secara jelas tentang apa yang
harus murid pelajari.
4. Guru menyatakan secara eksplisit bahwa informasi yang
diajarkan berkaitand engan informasi
yang telah dimiliki murid
5. Jika murid sudah mampi menguasai unit-unit kecil,
perkenalkan dia kepada unit-unit yang lebih
besar.
6. Guru menyiapkan pengalaman ulang untuk memperkuat
informasi baru dalam ingatan murid
7. Guru melakukan drill dan latihan yang paling efektif, jika
perlu minta murid mengatakan dan
menuliskan apa yang dia lihat dan dengar.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dan
orang tua dalam
menangani masalah ini.
kebutuhannya.
2. Khususnya bagi orang tua, terimalah kelemahan yang
dimiliki anak dengan kesabaran, tanggung
jawab untuk membimbingnya.
3. Maafkan dan jangan dimaki, berilah motivasi atau dorongan
sebagai pemacu semangat mereka.
4. Jangan sekali-kali memberi anak cap bodoh karena itu akan
menjadi beban baginya.
5. Selalu berprasangka baik terhadap anak.
6. Dekatilah dan menjadi teman curhat setia bagi
mereka.
7. Pergunakanlah Metode Bimbingan yang sesuai dengan
kebutuhannya.
BAB V
diwujudkan dalam kesulitan-kesulitan yang signifikan yang dapat
menimbulkan gangguan proses
belajar
utama, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi minimal brain dysfunction
(ketidak berfungsian minimal otak), kelemahan perceptual, males
belajar, kelemahan dalam
membaca (dyslexia), dan bawaan. Sedangkan faktor Ekstern (dari luar
diri anak) yaitu
lingkungan yang tidak mendukung, beban pikiran karena masalah
dengan keluarga, tidak adanya
atau kurangnya perhatian dari orang tua juga keluarga dan tidak
adanya bimbingan atau
pengarahan.
Dari kasus yang penulis temukan di lapangan, faktor yang
mempengaruhi kesulitan siswa
yang bersangkutan adalah faktor pola asuh keluarga yang salah dan
tidak adanya bimbingan atau
pengarahan di rumah. Bimbingan yang telah diberikan guru
belum membuahkan hasil. Karena
anak masih sulit untuk belajar dengan tekun di rumah. Sebaik apapun
usaha yang dilakukan oleh
guru, namun yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu bimbingan
adalah anak itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Pengaruh Sistem Transportasi Masal yang Baik Terhadap Angka
Kelangsungan Hidup
B. Pendahuluan
Infrastruktur transportasi seperti jalan tidaklah berimbang dengan
jumlah kendaraan yang ada.
Dampak dari itu semua adalah kemacetan di mana mana. Beberapa efek
dari kemacetan ini adalah
polusi udara dan suara serta makin tidak efektifnya aktifitas di
perkotaan. Melihat hal tersebut maka
laporan hasil observasi lingkungan ini akan mengamati pengaruh
transportasi masal yang baik
terhadap angka kelangsungan hidup masyarakat di suatu negara.
+ Rumusan masalah
1. Apa faktor penyebab terjadinya pola hidup buruk dalam
bertransportasi
2. Apa dampak bagi kesehatan
3. Apakah signifikan dampak dari pola transportasi yang sehat
terhadap kelangsungan hidup.
+ Tujuan Observasi
- Untuk mengetahui dampak transportasi buruk terhadap umur
seorang
- Untuk mengetahui solusi dan alternatif dari transportasi yang
baik
+ Manfaat Observasi
Bagi peneliti
Bagi masyarakat
Bagi industri
- Agar mendukung dan menjadi donatur / sponsor dari kegiatan yang
berkaitan dengan
transportasi masal
- Kajian Pustaka atau Landasan Teori
Semenjak jaman penjajahan VOC, pemerintah di kala itu sudah sadar
bahwa Indonesia memiliki
potensi sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk yang
sangat banyak. Melihat hal
tersebut sebelum kemerdekaan pemerintah belanda telah membangun
infrastruktur kereta dalam
kota yang dikenal dengan nama tram di Jakarta (batavia), Surabaya,
dan Yogyakarta. Sayangnya
seiring dengan perkembangan jaman, program transportasi masal ini
tidak lagi mendapat perhatian
dan cenderung dikalahkan dengan program perluasan jalan agar tiap
individu bisa menikmati
transportasi dengan kendaraan probadinya (mobil dan motor). Selain
itu pertumbuhan kendaraan
bermotor juga baik bagi pemasukan pajak bagi pemerintah.
Dampak yang ditimbulkan adalah tentu saja kemacetan yang merajalela
di mana mana. Sebagai
negara dengan ekonomi sangat kuat, Indonesia memiliki angka
kelangsungan hidup yang
cenderung rendah. Kemacetan yang ada sudah pada ambang batas yang
tidak layak dan juga
membuat keadaan tidak efektif lagi.
Hipotesis
Sampel dari populasi ini adalah negara dengan fasilitas
transportasi buruk (Indonesia,
Bangladesh, India) dan negara dengan transportasi baik (Jepang,
Korea Selatan, Singapura)
+ Sampel
Variabel terikat (dependen) terdiri dari angka kelangsungan hidup
(usia rata rata orang di negara
tersebut).
Variabel bebas (independen) terdiri dari satuan kecepatan (m / s)
rata rata yang ditempuh dalam
berkendara di negara tersebut
+ Metode dan teknik observasi
Metode yang ada adalah meregresikan satuan dari variable bebas tadi
dan dampaknya pada
variabel terikat. Di sini bahasa awamnya adalah saat kecepatan
(m/s) semakin rendah maka usia
rata rata orang di negara tersebut juga makin rendah.
IV.
- Program pemerintah yang lebih menekankan pda pendapatan pajak
kendaraan bermotor
- tidak adanya satu koordinasi transportasi di bawah satu
atap
- Tidak adanya implementasi dari perencanaan jangka panjang
kota
- investasi yang cukup mahal pada sarana transportasi masal
Hasil dari analisa terhadap dua variable terikat dan bebas tadi di
dapatkan bahwa negara dengan
manajemen transportasi yang baik (jepang, korsel, dan singapura)
memiliki penduduk dengan angka
harapan hidup yang lebih panjang ketimbang Indonesia, Bangladesh,
dan India.
Dampak dari transportasi yang buruk
- Penyakit pada pernapasan
- subsidi BBM yang membengkak
Cara mengatasi
- Meingimpementasikan monorail dan Mass Rapid transport ke semua
kota besar di Indonesia tanpa
perkecualian, Mengedukasi masyarakat akan ketertiban
lingkunagn
V.
masyarakat juga dapat berperan serta dalam memulai menggunakan
transportasi yang ada. Di
samping itu menjaga kebersihan dan ikut menjaga kelestarian dari
prasarana transportasi tadi.
Selain itu adalah dengan semakin majunya era komunikasi dengan
internet maka diharapkan angka
pertambahan penduduk di kota dapat ditekan dan kita bisa lebih
aktif di wilayah masing masing dan
memajukan wilayahnya.
NASIONAL DEFINISI UMUM : Taman Nasional adalah kawasan pelestarian
alam yang
mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan bersistem untuk
keperluan berbagai
penelitian,perkembangan ilmu pengetahuan,pendidikan,dan
pariwisata.Di Taman Nasional ini
berbagai habitat hidup dengan aman dan alami,misalnya orang utan
dengan leluasa berayun dari
satu pohon ke pohon lain dan dengan leluasanya juga ia memilih
pucuk-pucuk daun untuk
dimakan. DESKRIPSI BAGIAN : Wilayah kawasan taman nasional memiliki
sumber daya alam
hayati dan ekosistem yang khas,unik,utuh,dan alami serta mempunyai
luas wilayah yang cukup
untuk kelangsungan proses ekologis secara alami dengan pembagian
zona inti,zona
pemanfaatan,dan zona rimba. DESKRIPSI MANFAAT/KEGUNAAN : Taman
Nasional didirikan
untuk melestarikan lingkungan alam dan mengembangkan
pengetahuan.Taman Nasional berfungsi
untuk pelestarian habitat hewan dan tumbuhan yang hidup di wilayah
Indonesia.Taman Nasional ini
sangat berguna untuk penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan,misalnya untuk pengamatan
fenomena alam,konservasi alam,pemanfaatan air serta energi air
panas,dan angin serta wisata
alam
A. Latar Belakang
Daerah pinggiran kota adalah suatu daerah yang juga dikenal sebagai
daerah urban fringer atau daerah peri urban atau nama lain yang
muncul kemudian merupakan daerah yang
memerlukan perhatian yang serius karena begitu pentingnya daerah
tersebut terhadap peri
kehidupan penduduk baik desa maupun kota di masa yang akan datang.
Sebagai contoh kawasan
perkotaan Mamminasata yang terdapat WPU disekir kawasan
tersebut.
WPU ini menentukan peri kehidupan kekotaan karena segala bentuk
perkembangan fisikal
baru akan terjadi di wilayah ini, sehingga tatanan kehidupan
kekotaan pada masa yang akan
datang sangat ditentukan oleh bentuk, proses dan dampak
perkembangan yang terjadi di WPU tersebut. Tanpa adanya perhatian
khusus pada WPU ini, sangat dimungkinkan terjadi suatu
bentuk dan proses perkembangan fisikal kekotaan baru yang
mengarah pada dampak negatif.
Salah satu WPU dari Kawasan Perkotaan Mamminasata adalah Desa
Patallassang yang
berada di Kecamatan Patallassang. Di pihak lain, WPU juga
berbatasan langsung dengan daerah pedesaan dan sementara itu,
di dalamnya masih banyak fisikal baru dari kota. Padahal
sudah
diketahui bahwa WPU ini merupakan sasaran perkembangan penduduk
desa yang masih
menggantungkan kehidupan dan penghidupannya pada sector pertanian.
Suatu keniscayaan yang muncul didalamnya adalah hilangnya lahan
pertanian. Konflik antara mempertahankan lahan
pertanian untuk kepentingan sector kedesaan di satu sisi dan
melepaskan lahan pertanian di sisi
lain untuk kepentingan perkembangan fisikal baru sector kekotaan
merupakan bentuk konflik
pemanfaatan lahan paling mencolok. Tidak berlebihan kiranya
mengatakan bahwa WPU ini seolah-olah merupakan ajang pertempuran
(battle front) antara sector kedesaan dan sector
kekotaan, di mana tidak pernah ada kenyataan empiris yang
mengemukakan bahwa sector
kedesaan memenangkan peperangan ini.
Jelas kiranya, dampak yang bakal muncul dimasa yang akan datang
berkenaan dengan
pemekaran fisikal kekotaan (urban sprawl) terhadap WPU yang
terkait dengan peri kehidupan
dan penghidupan kedesaan, khususnya bagi petani.
Hilangnya lahan pertanian, menurunnya produktivitas pertanian,
menurunnya komitmen petani terhadap lahan maupun kegiatan
pertaniannya, hilangnya bidang pekerjaan pertanian,
ketidaksiapan petani masuk ke sector non-pertanian/kekotaan dan
hilangnya atmosfir kedesaan
dalam berbagai dimensi merupakan beberapa contoh dampak negative
dalam skala lokal dan regional yang secara langsung maupun tidak
telah berpengaruh terhadap peri kehidupan sector
kedesaan. (Yunus,2008:).
Akibat adanya perluasan pembangunan pada daerah pinggiran kota yang
sebelumnya merupakan suatu daerah desa, maka akan timbul lingkungan
baru yang biasa disebut sub urban
atau yang biasa disebut dalam perspektif lingkungan (Koestoer,
2007:198). Di wilayah desa-kota
ini cenderung terjadi konflik tentang tanah antara pemanfaatan
ruang bagi kepentingan industry,
pendidikan, pariwisata maupun prasarana pendukung
lainnya.
Pada dasarnya dengan adanya WPU maka setiap masyarakat yang ada di
muka bumi ini
dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yag dinamakan
dengan perubahan-
perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat
diketahui bila kita melakukan sutu
perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa
tertentu yang kemudian dibandingkan dengan keadaan masyarakat pada
masa lampau.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, pada intinya
merupakan suatu
proses yang terjadi terus menerus, ini artinya bahwa
masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan.
Tetapi perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat dengan
masyarakat yang lain tidaklah sama. Kerena ada yang disebut
perubahan sosial dan perubahan
ekonomi. Untun perubahan ekonomi terkait dengan perubahan kondisi
fisik dan beberapa aspek
yang terkait didalamnya. Sebagaimana perubahan yang terjadi di
Kelurahan Patallassang.
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana perencanaan ekonomi dan perencanaan fisik di
Desa Patallassang?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran umum fisik dan ekonomi Desa
Patallassang.
2. Untuk mengetahui perencanaan ekonomi dan perencanaan fisi
di Desa Patallassang.
D. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan Laporan ini dilakukan dengan mengurut data sesuai
dengan tingkat
kebutuhan dan kegunaan, sehingga semua aspek yang dibutuhkan dalam
proses selanjutnya
terangkum secara sistematis, dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan, dan juga sistematika
pembahasan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas tentang Pengertian
Wilayah Peri Urban, Pengertian Desa, Karakteristik
Masyarakat , Perubahan Fisik/Spasial, dan Perubahan
Ekonomi.
BAB III : GAMBARAN UMUM WILAYAH DANANALISIS
Bab ini membahas tentang gambaran umum Kelurahan Patallassang dan
analisis yang digunakan.
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab ini menyajikan tentang kesimpulan dan saran dari berbagai
pihak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Wilayah Peri Urban
Istilah peri urban merupakan istilah yang berasal dari bahasa
Inggris. Istilah peri
merupakan kata sifat yang bermakna pinggiran atau sekitar dari
suatu objek tertentu. Sementara
istilah urban merupakan istilah yang berarti sifat kekotaan atau
sesuatu yang berkenaan dengan kota. Penggabungan dari kedua istilah
tersebut yaitu peri dan urban akan membentuk kata sifat
baru yang secara harafiah berarti sifat kekotaan dan sekitar,
sehingga apabila ditambah dengan
kata region, maka kata peri urban region mempunyai makna sebagai
suatu wilayah yang berada
disekitar perkotaan.
Kawasan peri urban merupakan kawasan yang berdimensi multi, hal ini
dikarenakan
pengkaburan makna sekitar perkotaan, yang berarti
memiliki makna sifat kekotaan dan sifat
kedesaan. Pengidentifikasian kawasan peri urban sangat sulit jika
dilihat dari dimensi non- fisikal, oleh karena itu pada tahap
pengenalan kawasan peri urban hanya didasarkan pada istilah
kedesaan maupun kekotaan dari segi fisik morfologi yang
diindikasikan oleh bentuk
agraris.
maupun ekonomi masyarakat. Secara ilmiah penentuan batasan kawasan
peri urban ini sanagt
sulit, namun McGee (1994:13) mengemukakan bahwa batas terluar dari
kawasan peri urban
ini adalah tempat dimana orang masih mau menglaju untuk
bekerja/melakukan kegiatan kekota”. Hal seperti ini tidak menutup
kemungkinan terjadi di kawasan peri urban. Pagi hari
orang akan melakukan perjalanan dari kawasan pedesaan ke kawasan
perkotaan, dan sebaliknya
di sore hari, orang akan melakukan perjalanan pulang dari kawasan
perkotaan ke kawasan pedesaaan. Dengan demikian dari waktu
kewaktu kawasan peri urban ini akan semakin meluas
baik ditinjau dari segi fisikal morfologis maupun dari segi
sosial ekonomi. Fenomena
transportasi didasarkan pada kenyataan bahwa saat ini selalu
bertambah canggih dengan
kemampuan jangkau yang semakin jauh ditambah penyingkatan waktu
yang diperlukan untuk melakukan perjalanan.
Batasan fisikal morfologis kawasan peri urban mengisyaratkan adanya
kecendrungan
semakin luasnya kawasan peri urban ini. Hal ini didasarkan pada
kenyataan dilapangan bahwa pertambahan penduduk dan
kegiatannya selalu diikuti dengan tuntutan peningkatan ruang
yang
akan dimanfaatkan, baik digunakan sebagai tempat tinggal maupun
untuk tempat kegiatan
lainnya. Perkembangan sarana dan prasarana transportasi memegang
peranan yang sangat
signifikan atas perkembangan kawasan peri urban. Yang terkait
didalamya adalah wilayah desa.
Secara historis desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat
politik dan
pemerintahan jauh sebelum negara Indonesia terbentuk. Sejarah
perkembangan desa - desa di
Indonesia telah mengalami perjalanan yang sangat panjang, bahkan
lebih tua dari Republik Indonesia sendiri. Sebelum masa kolonial,
di berbagai daerah telah dikenal kelompok
masyarakat yang bermukim di suatu wilayah atau daerah tertentu
dengan ikatan kekerabatan atau
keturunan. Pola pemukiman berdasarkan keturunan atau ikatan
emosional kekerabatan
berkembang terus baik dalam ukuran maupun jumlah yang
membentuk gugus atau kesatuan pemukiman.
Pada masa itu, desa merupakan kesatuan masyarakat kecil seperti
sebuah rumah tangga
besar, yang dipimpin oleh anggota keluarga yang paling
dituakan atau dihormati berdasarkan garis keturunan. Pola hubungan
dan tingkat komunikasi pada masa itu masih sangat rendah,
terutama di daerah perdesaan terpencil dan pedalaman. Namun di
pulau Jawa proses itu terjadi
cukup cepat dan lebih baik dibanding dengan apa yang terjadi di
pulau lainnya, sehingga perkembangan masyarakat yang disebut
desa lebih cepat mengalami perubahan.
Ketika kolonial mengukuhkan kakinya di Indonesia pada jaman pra
kemerdekaan, mulai
terjadi perubahan politik dan pemerintahan yang sangat mendasar,
dimana kekuasaan melakukan
intervensi dalam tata organisasi desa untuk mempertahankan
hegemoninya. Secara cepat situasi politik, pemerintahan
mempengaruhi sifat dan bentuk desa mulai mengalami proses transisi
dan
berubah menjadi wilayah teritorial atau memiliki wilayah
hukum. Selama penjajahan Belanda,
desa menjadi perpanjangan tangan pemerintah dengan diterbitkannya
berbagai aturan dan
undang-undang yang disusun untuk kepentingan kolonial. Meski dalam
proses penentuan dan pemilihan pemimpin desa masih belum
dicampuri, namun Belanda mulai memposisikan
pimpinan desa sebagai wakil dari kepentingan penguasa secara
tersamar.
Ketika bangsa Indonesia merdeka, ternyata intervensi kebijakan
terhadap organisasi dan kelembagaan masyarakat desa cenderung
meningkat, bahkan terjadi penyeragaman terhadap
berbagai aturan pemerintahan. Desa menjadi lahan subur bagi
upaya memperkuat kekuasaan
politik tertentu. Hal ini tidak lebih baik, jika dibandingkan
dengan yang diterapkan pemerintahan
kolonial yang masih menyadari adanya perbedaan dalam organisasi
masyarakat desa. Pada masa kolonial masih membedakan berbagai
undang-undang dan aturan yang berbeda antara Pulau
Jawa dengan pulau lainnya (IGO, Inlandsche Gemeente Ordonantie
untuk Jawa dan
IGOB, Inlandsche Gemeente Ordonantie Buitengewesten, untuk
luar Jawa). Meskipun keduanya
tetap merongrong eksistensi otonomi desa yang sudah tumbuh cukup
lama di Indonesia.
Pada tahun 1818, pemerintah kolonial Belanda telah merinci
persyaratan untuk menjadi
Kepala Desa, dengan memasukkan unsur-unsur lain seperti pendidikan,
kesehatan jasmani,
mental, fisik, dan usia di luar perilaku etika dan moralitas berupa
budi pekerti, ketauladanan, ketaatan beragama, dan norma susila
lainnya. Sejak saat itu, dimulai babak baru intervensi
kekuasaan kolonial terhadap beragam organisasi dan kelembagaan desa
untuk kepentingan pihak
luar. Pemerintah kolonial memberikan peran ganda kepada Kepala
Desa, di satu sisi bertindak
mewakili kepentingan rakyatnya, disisi lain mewakili kepentingan
pimpinan atau atasan yang banyak ditunggangi kepentingan
pribadi atau kekuasaan.
Ironisnya setelah pasca kemerdekaan gejala intervensi terhadap
kehidupan organisasi dan
masyarakat perdesaan semakin meningkat, baik selama periode orde
lama, maupun orde baru. Desa telah menjadi korban dari kebijakan
pembangunan yang deterministik sentralistik, bahkan
dalam banyak hal ditujukan untuk kepentingan politik. Dinamika
kelembagaan desa
terpinggirkan, kemiskinan semakin meluas dan pola pembangunan
berjalan tidak berkelanjutan.
Kecenderungan kekeliruan pembangunan perdesaan akibat paradigma
yang tidak tepat ternyata menjadi penyebab utama rendahnya
kemandirian masyarakat desa. Bahkan pada tahun 60-an,
ketika partai politik menjadikan desa sebagai basis untuk
menggalang kekuatan mengakibatkan
perubahan tatanan masyarakat yang sangat kohesif menjadi
tersegmentasi dalam berbagai kepentingan. Pelapisan atau
“patronclient” terdesak oleh arus pertentangan politik
masyarakat
kota, sehingga desa atau masyarakat perdesaan mengalami pengikisan
nilai-nilai kelembagaan
dan kemandirian.
Ketika pemerintah semakin gencar dengan kebijakan pertumbuhan
( growth), khususnya pada masa orde baru, banyak
kalangan akademisi dan praktisi pembangunan menilai bahwa
nilai-nilai lokal yang tumbuh di desa sejak lama dapat dijadikan
pertimbangan dalam
membangun demokrasi dan kemandirian masyarakat. Terlebih tuntutan
reformasi untuk membangun good governance dan penguatan
otonomi desa perlu diaktualisasikan kembali nilai-
nilai sosial yang telah terbangun di desa serta keterlibatan
masyarakat secara penuh dalam
pengambilan keputusan di tingkat desa hingga kebijakan
nasional. Pertanyaannya apakah gambaran ideal tersebut masih
relevan dikembalikan sebagai nilai-nilai tradisi lama, atau
justru
diperlukan suatu pendekatan baru berupa penyesuaian paradigma yang
lebih sesuai dengan
jaman. Berikut ini akan dijelaskan mengenai Desa dan aspek
yang terkait dengan pedesaan.
B. Pengertian Desa
Istilah desa berasal dari bahasa India swadesi yang berarti
tempat asal, tempat tinggal, negeri
asal atau tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan hidup
dengan kesatuan norma serta
memiliki batas yang jelas (Yayuk dan Mangku, 2003). Istilah desa
dan perdesaan sering
dikaitkan dengan pengertian rural dan village yang dibandingkan
dengan kota (city/town) dan perkotaan (urban). Konsep
perdesaan dan perkotaan mengacu kepada karakteristik
masyarakat
sedangkan desa dan kota merujuk pada suatu satuan wilayah
administrasi atau teritorial, dalam
hal ini perdesaan mencakup beberapa desa (Antonius T,
2003).
Landis menguraikan pengertian desa dalam tiga aspek; (1) analisis
statistik, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan dengan
penduduk kurang dari 2500 orang, (2) analisis sosial
psikologis, desa merupakan suatu lingkungan yang penduduknya
memiliki hubungan akrab dan
bersifat informal diantara sesama warganya, dan (3) analisis
ekonomi, desa didefinisikan sebagai
suatu lingkungan dengan penduduknya tergantung kepada pertanian. Di
Indonesia penggunaan istilah tersebut digunakan dengan cara yang
berbeda untuk masing-masing daerah,
seperti dusun bagi masyarakat Sumatera Selatan, dati bagi
Maluku, kuta untuk
Batak,nagari untuk Sumatera Barat, atau wanua di Minahasa. Bagi
masyarakat lain istilah desa memiliki keunikan tersendiri dan
berkaitan erat dengan mata pencahararian, norma dan adat
istiadat yang berlaku. Zakaria (2000) menyatakan, desa adalah
sekumpulan manusia yang hidup
bersama atau suatu wilayah, yang memiliki suatu organisasi
pemerintahan dengan serangkaian
peraturanperaturan yang ditetapkan sendiri, serta berada di
bawah pimpinan desa yang dipilih dan ditetapkan sendiri. Definisi
ini, menegaskan bahwa desa sebagai satu unit kelembagaan
pemerintahan mempunyai kewenangan pengelolaan wilayah
perdesaan. Wilayah perdesaan
sendiri diartikan sebagai wilayah yang penduduknya mempunyai
kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam,
dengan susunan fungsi wilayah sebagai pemukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
Dalam PP Nomor 76/ 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan mengenai
Desa dinyatakan
bahwa desa sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang
bersifat istimewa, sebagaimana dimaksud dalam penjelasan
Pasal
18 Undang-undang Dasar 1945. Dalam Bab 1, Ketentuan Umum, Pasal 1,
dinyatakan bahwa
Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dalam sistem
pemerintahan nasional dan berada di daerah
kabupaten.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa desa
merupakan suatu kesatuan masyarakat yang dibangun berdasarkan
sejarah, nilai-nilai, budaya, hukum dan keistimewaan
tertentu yang diakui dalam sistem kenegaraan kesatuan Republik
Indonesia yang memiliki
kewenangan untuk mengatur, mengorganisir dan menetapkan kebutuhan
masyarakatnya secara mandiri.
C. Karakteristik Masyarakat Desa
Dalam beberapa kajian dibedakan antara masyarakat kota (urban
community) dan desa (rural community) berdasarkan letak geografis,
kebiasaan dan karakteristik keduanya. Menurut Roucek
dan Warren (1962) masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai
berikut; (1) peranan
kelompok primer sangat besar; (2) faktor geografis sangat
menentukan pembentukan kelompok
masyarakat; (3) hubungan lebih bersifat intim dan awet; (4)
struktur masyarakat bersifat homogen; (5) tingkat mobilitas sosial
rendah; (6) keluarga lebih ditekankan kepada fungsinya
sebagai unit ekonomi; (7) proporsi jumlah anak cukup besar dalam
struktur kependudukan.
Sorokin dan Zimerman dalam T.L Smith dan P.E Zop (1970)
mengemukakan sejumlah
faktor yang menjadi dasar dalam menentukan karakteristik desa dan
kota, yaitu; mata pencaharian, ukuran komunitas, tingkat
kepadatan penduduk, lingkungan, diferensiasi sosial,
stratifikasi sosial, interaksi sosial dam solidaritas
sosial.
tangan dan pedagang kecil. Ciri lain yang masih nyata terlihat,
produksi pertanian yang ditekuni
masyarakat terutama untuk memenuhi keperluan sendiri
( subsistence).
Masyarakat desa dalam kehidupan sehari-hari masih memegang teguh
tradisi, nilai-nilai dan adat istiadat secara turun temurun. Bukan
berarti tradisi dan adat istiadat yang dianut tidak
menunjang usaha pembangunan, sebagian justru dibutuhkan untuk
memelihara kelangsungan
hidup dan lingkungan. Tetapi harus diakui sebagian tradisi dan adat
istiadat yang dianut
menghambat dan menghalangi usaha pembangunan itu sendiri (Siagian,
1983).
Secara psikologis masyarakat desa cenderung memiliki sifat
konservatif dan ortodoks, fatalis
dan suka curiga terhadap orang luar. Namun demikian, masyarakat
desa dapat bersikap hemat,
cermat dan menghormati orang lain yang terkadang sulit ditemukan di
perkotaan. Beberapa ciri khas yang membedakan antara penduduk desa
dengan kota diantaranya;
1. Kehidupan dan mata pencaharian di desa sangat erat
hubungannya dengan alam.
2. Pada umumnya anggota keluarga mengambil peran dalam
kegiatan bertani dengan tingkat
keterlibatan yang berbeda-beda.
3. Masyarakat desa sangat terikat dengan lingkungan dan
nilai-nilai yang dianutnya.
4. Terbangunnya kekerabatan yang sangat kuat, pola kehidupan
keluarga dan masyarakat yang
saling ketergantungan, sehingga berkembang nilai-nilai gotong
royong, kerjasama, perasaan sepenanggungan dan tolong
menolong.
5. Corak feodalisme masih nampak meskipun dalam
perkembangannya mulai berkurang.
6. Hidup di desa banyak berkaitan dengan tradisi, nilai,
norma adat yang telah berkembang secara
turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga
masyarakat desa cenderung di cap statis.
7. Keterbukaan dan keterlibatan yang sangat erat dengan
permasalahan rohani atau keagamaan
sangat kental.
mistis sehingga kurang menerima hal-hal yang bersifat rasional dan
kurang kritis.
9. Karena kondisi alam atau kepadatan penduduk dengan beban
tanggungan keluarga besar,
sementara sempitnya lahan pekerjaan bagi masyarakat mengakibatkan
kemiskinan dan kemelaratan sehingga mendorong sikap
apatis.
Gambar 2.1 Struktur Pemerintahan Desa
Jumlah dan jabatan perangkat desa disesuaikan dengan tradisi dan
perkembangan setempat
yang diatur melalui Perda dan Perdes. Unsur-unsur perangkat desa
yaitu;
1. Unsur staf, yaitu petugas pelayanan kegiatan administrasi
pemerintahan desa, seperti Sekretaris Desa dan atau Tata Usaha
Desa.
2. Unsur pelaksana, yaitu; pelaksana teknis lapangan, seperti
Urusan Pamong Tani Desa, dan
Urusan Keamanan.
3. Unsur wilayah, yaitu unsur pembantu Kepala Desa di wilayah
bagian desa, seperti Kepala Dusun Sistem administrasi pemerintahan
desa yang dikembangkan berupa pelayanan administrasi yang
sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat untuk mewujudkan pelayanan
yang cepat dan efisien
kepada masyarakat.
tahap perancanaan, pelaksanaan dan pengawasan maupun pemilikan dan
pengembangan.
2. Memberikan masukan dan kritik yang membangun kepada
pemerintah desa.
D. Perubahan Spasial / Fisik
Transformasi spasial adalah perubahan perubahan yang terjadi dalam
tata ruang kawasan
peri-urban. Menurut Yunus (2008), transformasi spasial
merupakan artikulasi dari kegiatan
manusia yang ada di permukaan bumi. Transformasi spasial di wilayah
peri-urban dapat berupa :
1. perubahan bentuk pemanfaatan lahan,
2. perubahan harga lahan,
1. Perubahan Bentuk Pemanfaatan Lahan
Salah satu perubahan bentuk pemanfaatan lahan di wilayah peri-urban
yang terjadi
hampir di semua negara adalah hilangnya lahan pertanian karena
berubah fungsi menjadi kawasan permukiman atau komersil. Konversi
lahan pertanian menjadi non-pertanian
dapat mengakibatkan penurunan produksi pertanian.
Yunus (2008) mencatat hilangnya lahan-lahan pertanian yang
digantikan oleh
keberadaan pabrik atau kawasan industry, merupakan potensi yang
signifikan terhadap penurunan produktifitas lahan. Munculnya
pabrik atau industry yang membuang limbahnya ke
sungai tanpa treatment yang cukup, sangat mengancam kualitas air
dan tanah di lahan pertanian
sehingga berpotensi menurunkan produktifitas lahan. Perubahan
bentuk pemanfaatan lahan lainnya adalah semakin banyaknya area
terbangun (built up area) terutama untuk permukiman
akibat semakin banyak jumlah penduduk di wilayah peri-urban.
Zona-zona di sekitar kota
merupakan kawasan favorit untuk disulap menjadi kawasan permukiman
karena kedekatannya
dengan tempat bekerja di kota, tetapi kenyamanan tinggal di
pinggiran kota dapat sekaligus dicapai.
2. Perubahan Harga Lahan
Perubahan harga lahan di wilayah peri-urban umumnya berupa kenaikan
harga yang cukup signifikan. Beberapa faktor yang menyebabkan harga
lahan di wilayah peri-urban terus
meningkat adalah perubahan karakteristik lahan dari karakter desa
ke karakter kota yang
memiliki berbagai kelebihan seperti telah tersedianya infrastruktur
pendukung seperti jalan yang
baik, saluran air bersih, listrik dari pemerintah (PLN),
jaringan telepon, dan sebagainya.
Selain itu, perubahan yang cepat di wilayah peri-urban telah pula
mendorong lahirnya
para spekulan tanah yang secara langsung maupun tidak
langsung turut menentukan kenaikan
harga lahan.
Perubahan lingkungan salah satunya dipicu dari konversi lahan
pertanian menjadi
permukiman atau industri, yang tidak diantisipasi sejak awal.
Kemunculan industri besar atau kecil dikawasan peri-urban dapat
menyebabkan polusi air, tanah, dan udara. Perubahan
lingkungan lainnya dapat berupa: berkurangnya kawasan hijau dan
resapan air, berkurangnya
keragaman flora dan fauna akibat perubahan habitatnya, perubahan
suhu dan musim yang tidak
menentu, dan sebagainya.
E. Perubahan Ekonomi
Perubahan ekonomi adalah perubahan struktur kegiatan ekonomi akibat
peri - urbanisasi.
Salah satu perubahan yang mencolok dalam hal aktifitas ekonomi di
wilayah peri urban adalah
perubahan mata pencaharian penduduk yang tinggal di wilayah
peri-urban dari petani menjadi non-petani. Yunus (2008) menulis
bahwa perubahan tersebut, dalam beberapa hal, merupakan
berkah tersendiri, namun dalam beberapa hal yang lain banyak
menimbulkan efek negatif.
Banyaknya petani yang berubah menjadi non-petani, mengakibatkan
perubahan perilaku ekonomi, sosial, dan budaya.
1. Perencanaan Fisik
a. Aspek penggunaan Lahan
Untuk perencanaan fisik yang meliputi aspek sarana memiliki
standarisasi yaitu :
1) Sarana Pemerintahan
Standarisasi kebutuhan fasilitas perkantoran yaitu:
a) Memiliki parkir umum + MCK seluas 200 m 2 , setiap unit
melayani 2.500 jiwa.
b) Balai pertemuan dengan luas lahan 600 m 2
, setiap un it melayani penduduk sekitar 2.500 jiwa.
c) Kantor Camat dengan luas lahan 2.000 m 2 .
d) Kantor Lurah dengan luas lahan 1.000 m 2 .
e) Kantor pos pembantu dengan luas lahan 200 m 2
.
f) Pos Polisi dengan luas lahan 400 m 2 .
g) Kantor koramil dengan luas lahan 400 m 2 .
2) Sarana Pendidikan
berpedoman pada tingkat kepadatan penduduk. Dan lebih
mendasar lagi adalah bagaimana
memadukan antara supply and demand dengan standar yang
digunakan.
a) Taman Kanan – Kanak (TK), penduduk
pendukung fasilitas ini minimal 1000 orang dengan luas lahan 2.400
m
2 .lokasinya sebaiknya berada di tengah – tengah
kelompok keluarga, jumlah murid
dengan standar 3 ruang kelas terdiri dari 30 – 40
murid di setiap satu ruang kelas.
b) Sekolah Dasar (SD), penduduk pendukung 1.600 jiwa
dengan luas lahan 7.200 m 2 . Radius
pencapaian daerah yang dilayani maksimum 100 m.
c) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), penduduk
pendukung minimal 4.800 jiwa dengan
luas lahan 5.400 m 2 . Standar murid 40 murid/kelas.
d) Sekolah Menengah Umum (SMU), penduduk pendukung minimal
4.800 jiwa untuk sebuah SMU. Luas lahan 5.400 m
2 . Standar 30 murid / kelas dengan 14 kelas
(pagi/sore).
3) Sarana Kesehatan
Fungsi utama sarana ini adalah memberikan pelayanan medis kepada
penduduk. Oleh karena itu standarisasi penyediaan saran kesehatan
sebagai berikut:
a) Puskesmas pembantu, minimal penduduk pendukungnya adalah
30.000 jiwa dengan luas lahan
2.400 m 2 . Dengan radius pencapaian 1.500 m.
b) BKIA/Rumah Bersalin, penduduk pendukungnya 10.000
jiwa dengan luas lahan 3.200 m 2 .
Radius pencapaian maksimal 2.000 m.
c) Apotik, penduduk pendukung minimal 10.000 jiwa dengan luas
lahan 700 m 2 .
d) Praktek Dokter, untuk menciptakan optimalisasi pelayanan
kesehatan yang baik kepada masyarakat, maka lokalitas sarana ini
disatukan dengan perumahan penduduk dan setiap unitnya
melayani penduduk 5.000 jiwa.
e) Balai pengobatan, minimal penduduk pendukungnya 3.000 jiwa
dengan luas lahan 600 m 2 .
Radius pencapaian maksimum 1.500 m.
4) Sarana Peribadatan
penduduk pemeluk agama yang ada. Standarisasi penyediaan
sarana peribadatan yaitu:
a) Masjid, penduduk pendukungnya adalah 30.000 jiwa dengan
luas 3.500 m 2 . Lokasi penempatan
saran ini berada dalam satu pusat lingkungan dan dekat dengan
konsentrasi penduduk.
b) Mushallah/Langgar, penduduk minimal 2.500 jiwa ,
dengan luas lahan 600 m 2 . Lokasi
penempatan fasilitas tergantung kondisi konsentrasi dan
distribusi pemeluk agama yang
bersangkutan.
Keberadaan pasar merupakan salah satu tingkat pelayanan regional
sangat besar manfaatnya bagi kegiatan perekonomian yang diharapkan
dapat berperan sebagai titik pusat kegiatan jasa
distribusi barang – barang produksi yang dapat
menarik dan mendorong laju pertumbuhan
desa –
desa pad wilayah pelayanannya. Standarisasi penyediaan sarana
perdagangan yaitu:
a) Pertokoan, penduduk pendukung minimal 2.500 jiwa dengan
luas lahan 2.400 m 2 . Criteria lokasi
terletak pada jalan utama lingkungan dan mengelompokkan dengan
pusat lingkungan.
b) Warung/kios, penduduk pendukungnya adalah 250 jiwa.
Criteria lokasi dipusat lingkungan yang
mudah dicapai dengan radius maksimal 500 m.
6) Fasilitas Olahraga dan Ruang Terbuka
Fasilitas olahraga dan ruang terbuka adalah semua bangunan dan
taman yang digunakan untuk
kegiatan olahraga dan rekreasi. Lokalitas sarana ini umumnya
terletak di tengah – tengah lingkungan permukiman
terutama untuk taman. Standarisasi penyediaan sarana ini yaitu
:
a) Taman, untuk pelayanan 250 jiwa, saran ini berfungsi
sebagai ruang hijau sebuah wilayah baik
kota maupun desa, luas setiap unit 500 m 2 .
b) Taman Tempat Bermain, untuk pelayanan 2.500 jiwa
yang berfungsi sebagai ruang terbuka dan tempat bermain. Sarana ini
dibutuhkan lahan seluas 2.500 m
2 .
2. Perencanaan Ekonomi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
tanggal 11 Februari 2013 .
B. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan laporan terdapat beberapa tahap sehingga agar
lebih efisien dan terstruktur yaitu :
1. Persiapan Survey, meliputi:
2) Mengatasi masalah-masalah yang mungkin muncul.
b. Persiapan Teknis
Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang lebih
akurat dan sekaligus
membandingkan atau mencocokkan data dari instansi terkait dengan
data yang sebenarnya di
lapangan.
Survey data instansi dilakukan untuk mengumpulkan data dari
beberapa instansi terkait. Data
tersebut dapat berupa uraian, data tabulasi angka, ataupun peta
yang menggambarkan daerah atau
wilayah survey pada umumnya dan bahkan lebih spesifik.
2) Kepustakaan
Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mengumpulkan berbagai
data-data penting tentang daerah atau wilayah survey dari berbagai
rujukan buku atau literatur.
3. Kompilasi Data
Kompilasi data adalah langkah menggabungkan semua data-data yang
didapatkan dari hasil
survey dan baik itu berupa data primer atau hasil dari survey
lapangan maupun data sekunder yang didapatkan dari
instansi-instansi terkait kemudian dituangkan atau dikonsep ke
dalam suatu
bentuk laporan yang sistematis.
Data yang berhasil dikumpulkan dari survey termasuk di dalamnya
penelaahan data sekunder, penelaahan pustaka dan dokumen
dikumpulkan dan disusun sedemikian rupa agar
mudah dibaca, mudah dilihat kaitannya satu dengan yang lain, dan
informatif. Usaha penyusunan
demikian disebut pula dengan kompilasi data.
Tahap kompilasi data ini harus mempunyai bobot pra analisis.
Artinya, dari kompilasi data ini sudah dapat terbaca segala
kecenderungan di masa mendatang yang akan sangat penting
peranannya dalam proses peramalan.
Kompilasi data mempengaruhi oleh sistem analisis yang akan
digunakan yang juga menentukan volume data yang dibutuhkan. Oleh
karena itu pencatatan data harus dibuat
sedemikian rupa agar dapat berguna bagi analisis apapun yang
terkait. Dengan kata lain,
pencatatan data harus dibuat selengkap mungkin dan
terperinci.
Kompilasi data ini dapat disajikan dengan berbagai cara antara lain
dalam bentuk
verbalisasi, tabulasi, grafik dan diagram, serta visualisasi dan
pemetaan.
4. Penggambaran Peta Penggambaran peta merupakan suatu
langkah untuk memvisualisasikan atau
menggambarkan hasil survey yang telah didapat agar lebih jelas.
Adapun penggambaran peta
tersebut terdiri dari penggambaran peta dasar, peta penggunaan
lahan.
5. Analisis
Untuk mengolah data yang sudah tersedia maka diperlukan suatu
analisis yang berkaitan
dengan perencanaan sosial terkait dengan kondisi fisik di wilayah
Desa Patallassang Kecamatan
Patallassang. Adapun analisisnya sebagai berikut. Yang
pertama, Analisis Aspek Fisik Dasar.Analisis Aspek Fisik
Dasar Merupakan Analisis yang digunakan untuk mengetahui
seberapa besar daya dukung kondisi wilayah perencanaan yang
nantinya dapat membantu dalam
melakukan perencanaan. Analisis ini diantaranya; Topografi, Geologi
dan Jenis Tanah,
Hidrologi, serta Tata Guna Lahan. Yang kedua, Analisis Aspek
Demografi. Terdiri dari : Jumlah Penduduk 5 Tahun Terakhir, dan
Kepadatan Penduduk 5 Tahun Terakhir. Yang ketiga,
adalah Analisis Aspek Perekonomian. Analisis ini
diantaranya : Analisis Tanaman Pangan,
Analisis Peternakan.
BAB V
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan
yang dapat diambil dari laporan hasil penelitian ini yaitu:
a. Gambaran perubahan fisik lahan dan ekonomi masyarakat di
Desa Patallassang, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa:
a. Gambaran perubahan fisik lahan dalam waktu lima tahun
terakhir di Desa Patallassang yaitu mengalami peningkatan pada
luas
penggunaan lahan permukiman dan mengalami penurunan pada luas
RTH dan pertamanan, sawah, dan perkebunan. Terjadinya
perubahan fisik demikian menjadikan wilayah ini menjadi zona
bingkai desa karena 75% penggunaan lahannya masih tetap
dipengaruhi oleh kegiatan pertanian.
b. Gambaran perubahan ekonomi di Desa Patallassang
dalam waktu lima tahun terakhir yaitu terjadinya penurunan
penggunaan luas
lahan perkebunan, peningkatan pada lahan usaha pertanian
b. Perencanaan fisik lahan dan perencanaan ekonomi
masyarakat di Desa Patallassang, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten
Gowa:
a. Perencanaan fisik lahan pada Desa Patallassang yaitu
terfokus pada tiga aspek yaitu:
1) Perencanaan Penggunaan Lahan, dengan menekankan pada
penyediaan lahan untuk pelayanan jasa.
2) Perencanaan Saran di Desa Patallasang yaitu penambahan
sarana pendidikan berupa sarana pendidikan yaitu SD 1 Unit, SMP
1
Unit,. Penyediaan sarana kesehatan berupa poskesdes 1 unit.
.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan
yaitu sebagai berikut:
1. Perlunya kerjasama yang baik antara masyarakat, pemerintah
dan swasta dalam proses perencanaan fisik dan ekonomi di Desa
Patallassang.
2. Perlunya kesadaran bagi tiap masyarakat yang meskipun
desanya termasuk dalam wilayah peri urban / kawasa perkotaan
Mamminasata, maka tidak seharusnya mementingkan nilai ekonomi
dibandingkan nilai ekologi. Akan tetapi menyeimbangkan
diantara keduanya.
DAFTAR PUSTAKA
Peri
Urban(http://syahriartato.wordpress.com/2009/12/28/struktur-spasial-wilayah-pheri-urban-
sebagai-sistem-dari-tata-ruang-kota/)
wordpress.com/2010/12/06/konsepsi-kawasan-peri-urban/)
Kecamatan Pattallassang dalam Angka 2008 – 2012
(BPS)
RPJMD Desa Patallassang Tahun 2008 – 2012 (Kantor
Desa)
Survey Lapangan di Desa Patallassang 2013
http://glekhoba.blogspot.com/2011/04/makalah-kebijakan
perencanaan.html
Nah sesuai janji pada posting sebelumnya tentang arti
perencanaan, pada kesempatan ini akan
coba dijelaskan arti dari KOTA.
Ok ngga akan panjang lebar dech basa-basi nya kita langsung aja ya
lihat pengetian KOTA
menurut beberapa ahli.
1. Menurut SMSAI (Standard Metropolitan Statistical Area)
USA – Canada
Kota memiliki beberapa kriteria sebagai berikut :
Penduduk 50.000 jiwa atau gabungan 2 kota dengan total
penduduk 50.000 jiwa.
Gabungan kota-kota kecil dengan masing-masing jumlah
penduduknya @ 15.000 jiwa.
Menunjukan hubungan antara aspek ekonomi dan sosial.
75 % penduduknya bekerja di sektor non pertanian.
Mayoritas penduduk bekerja di kota.
Kepadatan penduduk 150 jiwa/mil atau 375 jiwa/Ha.
2. Menurut Ir. Sutami (1976)
Kota dipandang sebagai Koldip (Koleksi, Distribusi dan
Produksi).
3. National Urban Development Strategi (NUDS), 1985
Kota sebagai pusat pelayanan kegiatan produksi, distribusi dan
jasa-jasa yang mendukung
pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya.
4. Djoko Sujarto (1992)
Demografis
sekitarnya.
Sosiologis
Ekonomis
Adanya proporsi lapangan pekerjaan yang dominan di sekitar non
pertanian seperti
industri, pelayanan jasa, transport dan pedagang.
Fisik
Administrasi
Suatu wilayah wewenang yang dibatasi oleh suatu wilayah yuridikasi
yang ditetapkan
berdasarkan peraturan yang berlaku.
Kota sebagai pusat pelayanan jasa, produksi, distribusi,
serta pintu gerbang atau simpul
transportasi bagi kawasan permukiman dan wilayah produksi
sekitarnya.
Sebagai tempat tinggal sebagian besar penduduk kota, setiap
tahunnya selalu bertambah
jumlahnya.
1. Sair – Wagon Epoch (masa kapal wagon)
Mulai berkembangnya kota ini tumbuh dipengaruhi oleh sarana
transportasi yang
melewatinya. Dimulai dari kota :New York – Boston,
Philadelphia – Atlantic.
2. Iron – Horse Epoch
Dimulai dari kota : Claveland, Detroit, Chicago, St. Louis, New
Orleans, New York. Mulai dari
adanya pemanfaatan teknologi secara sederhana yang terbuat dari
besi dan adanya tempat
pemberhentian kota.
Dimulai dari kota : Seatle, Los Angeles, Dallas, Michigan, Ohio,
Pensylviana. Ditandai dengan
sudah adanya kemajuan dalam pemanfaatan jaringan kereta (rail
network), karena sudah
adanya pemanfaatan baja dalam kinerjanya, serta perkembangan
percampuran antara
kebudayaan, kehutanan, dan sumber-sumber mineral.
4. Auto – Air, Amenity Epoch
Fungsi Kota adalah :
1. Pusat Produksi
distribusi barang-barang kebutuhan, pelayanan sosial dan
jasa.
2. interrigional Communication
terciptanya hubungan antar wilayah seperti kota yang memegang
peranan khusus dalam
mengumpulkan barang-barang produksi yang kemudian disalurkan ke
wilayah lain atau
ekspor seperti kota mempunyai fasilitas pelabuhan.
3. good Processing
merupakan kedudukan pabrik-pabrik yang mengolah bahan mentah untuk
menjadi barang
jadi. Hampir semua kota mempunyai kegiatan industri, namun
fungsi ini cenderung
berkonsentrasi di kota atau dekat kota yang lebih
besar.
4. Residential Sub Centre
Merupakan sub-sub permukiman yaitu sebagai tempat tinggal bagi
penduduk yang terkait
dengan kegiatan di kota-kota utama yang besar.
Sebetulnya banyak banget pengetian dari KOTA, tapi klo di bahas
semua pastinya akan sangat
panjang.
Semoga Posting ini bermanfaat bagi temen-temen semua khususnya buat
saya pribadi yang
selalu lupa pengetian-pengertian dan istilah dalam
perencanaan.
KATA PENGANTAR
Dengan meyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang serta
ucapan syukur khusus
kepada-Nya, satu – satunya zat yang berhak dipuji.
Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Muhammad Saw hamba dan rasul-Nya, serta sahabat
dan pengikut-Nya yang
setia.
Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa
yang telah Engkau ajar kan kepada kami,
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui Lagi
Mahabijaksana”
(QS: Al -baqarah, 2: 32)
Laporan ini disajikan kepada para pembaca untuk mengetahui sekilas
tentang kegiatan yang telah
dilakasnakan oleh mahasiswa/i KPM, yang pelaksanaanya kurang lebih
selama dua bulan penuh.
Penulisan laporan ini juga merupakan serangkain kegiatan akhir para
mahasiswa/i peserta Kuliah
Pengabdian Masyarakat (KPM). Hal ini bersifat mutlak bagi setiap
mahasiswa yang telah
melaksanakan kegiatan praktek Kuliah Pengabdian pada Masyarakat,
dan merupakan bagian dari
mata kuliah yang dibebankan kepada setiap mahasiswa.
Penulisan laporan (daily report activity) ini juga bukan sekedar
sebagai sebuah tugas tetapi
sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa hal ini
dilakukan untuk mengetahui
kegiatan mahasiswa/i KPM sebagai abdi Negara dalam mengaplikasikan
ilmu pengetahuanya di
tengah masyarakat menurut specifikasinya
masing – masing atau keahlian/skill lain yang
dimiliki
oleh peserta KPM, sehingga diharapkan kualitas dan tingkat
kedewasaan mahasiswa/i KPM
kedepanya akan lebih menjamin dan berkualitas serta bermanfaat bagi
dirinya sendiri dan
lingkungan sekitarnya. Serta diharapkan mampu menghadapi tantangan
global yang menuntut
setiap insan lebih kreatif untuk mengembangkan pengetahuanya
sendiri dibidangnya masing –
masing.
Adapun kegiatan para Mahasiswa/i peserta KPM selama melaksanakan
kegiatan Kuliah
Pengabdian Masyarakat akan didiskripsikan dalam bentuk laporan
harian (daily report activity)
yang terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan harian dan
data – data lainya menyangkut Desa
Rime Raya Kecamatan Pintu Rime Gayo Kabupaten Bener Meriah.
Informasi dan data – data
yang tersedia dalam laporan ini kiranya dapat memberi informasi
kepada pihak – pihak yang
membutuhkan tetang gambaran umum Desa Rime Raya Kecamatan Pintu
Rime Gayo Kabupaten
Bener Meriah.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam pelaksanaan penulisan laporan
ini tidak terwujud tanpa
ada bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapakan ribuan
terimakasih kepada Bapak Drs. Al Misry, MA selaku supervisor dan
Muklis selaku kepala
kampung Rime Raya Kecamatan Pintu Rime Gayo yang telah banyak
menyisihkan waktu untuk
membimbing penulis baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga penulis dapat
meneyelesaikan penulisan laporan ini.
ebaik – baiknyapat meneyelesaikan penulisan laporan
ini, aktu membimbing penulis baik secara
langsung maupun tidak langsung sehTerima kasih penulis ucapkan
kepeda para Dosen yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis dengan berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga penulis
mampu melaksanakan setiap tugas yang dibebankan kepada penulis
selama kegiatan Kuliah
Pengabdian Masyarakat berlangsung sampai dengan
selesai.
Penulis sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu
penulis selalu terbuka kepada semua pihak untuk mendiskusikan
atau memberi saran – saran dan
kritikan yang bersifat konstruktif agar isi dari laporan ini lebih
bermanfaat terutama untuk
penulis sendiri dan para pembaca serta generasi
selanjutnya.
Hormat Kami,
2. Sarana dan prasarana yang tersedia
3. Penduduk
BAB III kegiatan – kegiatan
1. Bidang Kegiatan Utama
2. Bidang kegaitan Pendukung
1. Latar Belakang
Sekolah Tinggi Agama Islam Gajah Putih Takengon adalah salah satu
lembaga pendidikan tinggi
yang ada di Indonesai. Sebagai sebuah lembaga penyelenggara
pendidikan tinggi tentunya akan
melakukan hal – hal memberi pendewasan kepada
setiap mahasiswanya melalui berbagai
program. Salah satunya adalah kegiatan Kuliah Pengabdian pada
Masyarakat, hal ini dilakukan
untuk memenuhi tuntutan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu darma yang
ketigadarma
pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan Kuliah Pengabdian
Masyarakat ini merupakan
kegiatan yang berlaku bagi setiap mahasiswa/i yang berada di
lingkungan STAI Gajah Putih
positif di tengah – tengah masyarakat serta
lingkungan sekitarnya.
Menurut survei – survie semi ilmiah dan kajian
lainya serta menurut informasi dari berbagai
media massa tentang situasi dan kondisi masyarakat bahwa kegiatan
praktek Kuliah Pengabdian
Masyarakat adalah salah program yang sangat dibutuhkan masyarkat
pada saat sekarang ini. Hal
ini dilakukan sebagai upaya merespon kebutuhan masyarakat dan
bersifat real program serta
realistis terutama dalam bidang Agama, sosial dan
budaya.
Pelaksanaan KPM yang berlokasi di desa – desa
merupakan daerah yang telah disurvie
sebelumnya oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Gajah Putih Takengon
guna memastikan perlu
tidaknya daerah tersebut untuk dibina dari segala aspek dengan
harapan agar tatanan kehidupan
masyarakat menjadi lebih baik.
Program KPM merupakan program yang bersifat belajar, mengkaji dan
mengabdi yang
diwujudkan dalam bentuk pengenalan dan penghayatan tentang
pembangunan masyarakat
melalui kejelasan program perubahan yang direncanakan serta metode
penyelesaian masalah
yang berkenaan dengan kemampuan memilih serta menggunakan
keterampilan yang tepat.
Dorongan untuk mengembangkan kehidupan tatanan masyarakat kearah
yang lebih baik di
semua aspek dilakukan dengan penuh kecermatan dan ketepatan dengan
melihat situasi sosial
masyarakat setempat sehingga rencana yang akan dilaksanakan dapat
berjalan dengan baik.
2. Tujuan Kuliah Pengabdian Pada Masyarakat. (KPM)
Tujuan kuliah pengabdian masyarakat (KPM) Sekolah Tinggi Agama
Islam Gajah Putih
Takengon adalah sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas
lulusan dalam mengaplikasikan
ilmu pengetahuanya di tengah – tengah masyarakat
sesuai dengan specifikasinya masing –
masing. Disamping itu, kuliah pengabdian masyarakat (KPM)
diharapkan dapat mendidik
mahasiswa untuk berbakti tanpa pamrih dalam membangun masyarakat
baik moril maupun fisik.
Secara lebih terperinci, tujuan kuliah pengabdian masyarakat
adalah:
1. Mempersiapkan calon sarjana yang dapat menghayati dan memahami
kompleksitas
permasalahan masyarakat, dan memperluas cakrawala berpikir
serta belajar menyelesaikan
masalah social dan keagamaan secara sistematis, objektif dan
terpadu.
2. Mengembangkan pengetahuan sikap dan keterampilan mahasiswa
melalui penerapan ajaran
Islam secara langsung dalam masyarakat serta melatih mahasiswa
untuk bekerja antar bidang
keahlian secara terpadu
2. Metode
Dalam pengisian laporan ini penulis menggunakan metode deskriptive,
yaitu suatu metode yang
penulisanya langsung kepada pokok persoalan yang di temukan
di lapangan, adapun metode ini
dapat diolah menggunakan metode kualitatif yaitu pembicaraan dari
segenap wawancara yang
dilakukan dengan pihak terkait yang diuraikan dalam bentuk kalimat
serta di olah pula dengan
menggunakan metode kualitatif yaitu data – data
yang menyangkut jumlah pemuda/i, orang tua,
remaja, balita, serta masyarakat.
data, antara lain:
1. Observasi, yaitu pengamatan langsung untuk mendapatkan data
tentang keadaan kampung Rime
Raya Kec. Pintu Rime Gayo Kabupaten Bener Meriah
2. Interview, yaitu wawancara yang dilakukan dengan beberapa pihak
terkait misalnya Kepala
Kampung, Imam Kampung Pemuda/i serta masyarakat Kampung Pintu Rime
Gayo.
3. Dokumentasi, yaitu data – data yang telah ada
dikampung Rime Raya Kec. Pintu Rime gayo Kabupaten
Bener Meriah.
A. Letak Geografis Lokasi KPM
Kampung Rime Raya adalah salah satu lokasi yang di tempati oleh
peserta Kuliah Pengabdian
Pada Masyarakat (KPM) angkatan XVI pada Tahun 2009. kampung ini
terletak di daerah
lintasan jalan Provinsi Kabupaten Bener Meriah.
Pada umumnya kampung – kampung di Kecamatan Pintu
Rime Gayo berada dalam daerah
lintasan jalan provinsi kecuali beberapa kampung lainya. Kesemua
kampung yang di tempati
oleh peserta KPM adalah daerah yang sudah agak maju kecuali
beberapa kampung lainya seperti
Uning Mas, Pancar Jelobok, dan Pantan Sinaku.
Kampung Rime Raya adalah salah satu daerah yang berada pada
lintasan Jalan Takengon –
Birueun. Di kampung ini terdapat suatu situs sejarah yaitu
Tugu Radio Rimba Raya.
Berdasarkan informasi dari literature – literatur
dan saksi hidup dari Tugu ini lah disiarkan
tentang Kemerdekaan Bangsa Indonesia, yang di siarkan dalam
beberapa bahasa di antaranya
bahasa Indonesia, Inggris, Belanda, Cina, Arab, Urdu India
dan Pakistan Madras.
Kampung Rime Raya adalah kampung tertua dalam wilayah kecamatan
Timang Gajah. Pada
tahun 2000 kampung Rime Raya di mekarkan menjadi lima (5) kampung
yaitu Rime Raya,
Singah Mulo, Alur gading, Blang Rakal dan Negeri Antara. Di saat
bersamaan pula wilayah ini
dimekarkan menjadi Kecamatan Pintu Rime Gayo. Pada tahun 2002
Kecamatan Pintu Rime Gayo di mekarkan lagi
sebanyak 18 kampung sehingga Kecamatan Pintu Rime Gayo menjadi 23
Kampung. Kesemuanya induknya adalah
kampung Rime Raya.
Adapun luas kampung Rime Raya adalah ±49 KM, diantaranya 182 Ha
adalah lokasi
perkampungan, areal pertanian 2241 Ha, Persawahan 36 Ha,
Kolam 1 Ha, lahan terlantar 2320
Ha dan hutan lindung 120 ha. Rime Raya merupakan salah satu daerah
yang subur untuk areal
pertanian terutama jenis tanaman tua seperti pinang, durian,
coklat, kelapa, pala, dan jenis
tanaman keras lainya.
Secara garis besar tentang wilayah kampung Rime Raya Kecamatan
Pintu Gayo Kabupaten
Bener Meriah dapat dilihat dari tabel – tabel di
bawah ini:
Tabel 1. Penggunaan Lahan
1 Perkampungan 182 Ha
2 Pertanian 2241 Ha
3 Kolam 1 Ha
6 Sawah 36 Ha
Sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Pulo
Intan
Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Krung
Peusangan
Tabel 2 Orbitasi (jarak antar wilayah)
No Orbitasi Panjang (Km)
9 Ke Pinggiran Hutan 6 KM
10 Ke Pelabuhan 120 KM
11 Ke Bandara 25 KM
12 Ke Rumah Sakit 40 KM
13 Ke Kantor Polsek 10 KM
14 Ke Kantor Camat 10 KM
15 Ke Kantor Koramil 10,5 KM
B. Sarana dan Prasarana Yang Tersedia
1. Jalan
Kecamatan Pintu Rime Gayo merupakan daerah pada lintasan antar
Kabupaten dalam Provinsi
(Provinsi NAD). Sehingga jalur transportasi menuju kampung Rime
Raya merupakan jalan yang
mudah di lalui, kecuali jalan menuju ke beberapa dusun seperti
dusun menasah selatan, Dusun
Blang Petona dan Dusun Sejahtra, dusun – dusun ini
dulunya merupakan daerah yang sudah
maju namun karena terjadinya konflik yang memaksa masyarakat
meninggalkan tempat
tinggalnya dalam beberapa tahun, sehingga jalan menuju
dusun – dusun tersebut rusak akibat di
tinggalkan warga. Kerusakanpun tidak hanya terjadi pada jalan
sebagai sarana tranportasi tetapi
juga sarana – sarana lainya seperti listrik,
rumah ibadah, sekolah dan seluruh rumah warga
hancur akibat dari imbas konflik. Dalam beberapa tahun terakhir
sejak konflik mereda
Pemerintah daerah baik tingkat Porvinsi maupun Kabupaten sudah
melakukan perbaikan –
perbaikan terhadap sarana – sarana tersebut
walaupun belum maksimal. Sejumlah warga juga
sudah kembali ke daerah tersebut dengan menempati
rumah – rumah bantuan yang di berikan
oleh pemerintah melalui Badan Reintegrasi Aceh (BRA)
Jalan menuju kampung Rime Raya merupakan jalan yang menghubungkan
beberapa kabupaten
khususnya kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah ke Ibu Kota
Provinsi Aceh. Dalam waktu
dekat Pemerintah Aceh juga akan melakukan pelebaran terhadap jalan
ini untuk memperlancar
jalur transportasi antar kabupaten dalam Provinsi maupun
antara Provinsi.
2. Sekolah
Dikampung Rime Raya fasilitas pendidikan cukup memadai baik di
tinjau dari sarana dan prasarana maupun tenaga
Terutama pada minat masyarakat dalam menyekolahkan anaknya yang
masih terasa kurang. Ini terlihat dari
hasil observasi dan study – study di lapangan.
Secara terperinci adapun sarana pendidikan yang
ada di kampung Rime Raya adalah sebagai Berikut:
Table Sarana dan Prasarana Pendidikan
No Nama Sekolah Unit
2 SD. N I Rime Raya 1 Unit
3 SMP N. 1 Pintu Rime Gayo 1 Unit
4 TPA/TQA Mubalighin 1 Unit
5 TPA/TQA 1 Unit
3. Masjid
Masjid sebagai sarana ibadah bagi masyarakat Rime Raya dan
sekitarnya adalah bangunan yang
sudah permanen lengkap dengan sarana pendukung seperti tempat
berwudhu, MCK dan fasilitas
pendukung lainya. Sekarang masjid ini (Masjid MUBALLIGHIN)
sedang melakukan renovasi
pada lantai dua yang didanai oleh Pemerintah Provinsi senilai
Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta
Rupiah). Renovasi ini dilakukan karena lokasi masjid mengalami
penyempitan yang diakibatkan
oleh pelebaran jalan.
Salah satu sarana penting bagi masyarakat adalah adanya Puskesmas
untuk pelayanan kesehatan
bagi masyarakat. Di kampung Rime Raya terdapat satu Unit
Pustu (Puskesmas Pembantu) dan
satu unit Polindes di dusun Tunas Baru. Menyangkut tenaga medis
puskesmas ini memiliki dua
orang tenaga medis di tambah satu tenaga medis pembantu yang di
tempatkan di puskesmas
pembantu. Dengan demikian pelayanan kesehatan dan tenaga
medis di kampung Rime Raya
cukup memadai di tinjau dari fasilitas dan tenaga
medis.
5. Sarana Lainya.
Sebagai pendukung kegiatan masyarakat baik kegiatan pemerintahan
maupun kegiatan lainya,
maka di desa ini juga telah di bangun beberapa sarana prasarana
pendukung penunjang kegiatan
kemasyarakatan tersebut di antaranya adalah satu unit Kantor Kepala
Desa yang di gunakan
sebagai central kegiatan pemerintahan desa. Satu unit kantor mukim
dan satu unit balai
pertemuan bagi masyarakat.
Untuk sarana kegiatan keolahragaan juga telah dibangun satu unit
lapangan Bola Voly secara
permanent. Secara terperinci dapat dilihat dari tabel di
bawah ini:
Tabel. Sarana dan Prasarana Pendukung
No Nama Sarana Jumlah (Unit)
1 Kantor Desa 1 Unit
2 Kantor Mukim 1 Unit
3 Balai Pertemuan 1 Unit
4 Monumen Radio RRI 1 Unit
5 Lapangan Bola Volly 1 Unit
3. Penduduk
Kampung Rime Raya memiliki jumlah penduduk 355 KK (1168 Jiwa) yang
tersebar di sembilan
dusun. Mayoritas masyarakat adalah petani, sebagian lainya adalah
Pegawai negeri, pedagang,
TNI/POLRI, wiraswasta dan Politisi.
Pendidikan masyarakat pada umumnya sudah menamatkan program wajib
belajar 9 (sembilan)
tahun, bahkan sudah ada yang berpendidikan Strata 1, hanya sebagian
kecil dari masyarakat
setempat terutama pemuda yang tidak melanjutkan pendidikan
dikarenakan minat dan keinginan
serta motivasi yang lemah dari keluarga ditambah dengan keadaan
lingkungan yang tidak
mendukung.
Sebagai masyarakat yang mayoritasnya petani. Sistem pengolahan
lahan pertanian dan
perkebunan dan persawahan sudah agak maju, i