View
74
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
ini
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kapal merupakan alat transportasi laut. Kapal merupakan kendaraan
pengangkut penumpang dan barang di laut, seperti halnya sampan, atau perahu
yang lebih kecil. Kapal biasanya cukup besar untuk membawa perahu kecil
seperti sekoci. Sedangkan dalam istilah Inggris, dipisahkan antara ship yang lebih
besar dan boat yang lebih kecil. Secara kebiasaannya, kapal dapat membawa
perahu tetapi perahu tidak dapat membawa kapal. Ukuran sebenarnya dimana
sebuah perahu disebut kapal selalu ditetapkan oleh undang-undang dan
peraturan atau kebiasaan setempat (Udin, 2010)
Berabad-abad kapal digunakan oleh manusia untuk mengarungi sungai lautan
yang diawali oleh penemuan perahu. Biasanya, manusia pada masa lampau
menggunakan kano, rakit, ataupun perahu. Semakin besar kebutuhan akan daya
muat maka dibuatlah perahu atau rakit yang berukuran lebih besar yang
dinamakan kapal. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan kapal pada
masa lampau menggunakan kayu, bambu ataupun batang-batang papyrus
seperti yang digunakan bangsa Mesir kuno, kemudian digunakan bahan-bahan
logam seperti besi/baja karena kebutuhan manusia akan kapal sangat kuat (Udin,
2010)
Namun untuk kapal masih memiliki keunggulan, yakni mampu mengangkut
barang lebih dengan tonase yang lebih besar sehingga lebih banyak didominasi
oleh kapal niaga dan tanker sedangkan kapal penumpang banyak dialihkan
menjadi kapal pesiar, seperti Queen Elizabeth dan Awani Dream. Kapal perikanan
merupakan kapal, perahu atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk
melakukan penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan,
1
pelatihan perikanan dan penelitian/eksplorasi perikanan (Subani dan Barus,
1998)
1.2 Tujuan
- Praktikan dapat mengerti dan mengetahui ukuran utama kapal dengan
jelas.
- Praktikan dapat mengukur secara langsung ukuran seluruh kapal baik itu
LOA, LBP, LWL, LR, BOA dan sebagainya.
- Praktikan juga dapat mengimplementasikan pengetahuan yang dapat di
ruang kuliah secara langsung dilapangan.
1.3 Lokasi Pengamatan
Praktikum dilaksanakan di pulau Panjang, Air Bangis, Kecamatan. Sungai
Bremas Kab. Pasaman Barat, Sumatera Barat.
1.4 Waktu Pengamatan
Waktu pelaksanaan tanggal 20 Desember 2014, pukul 08.00 WIB –
selesai.
2
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Kapal Secara Umum
Pengertian kapal Perikanan menurut Undang-Undang Perikanan No. 9
Tahun 1985 adalah semua jenis kapal atau perahu yang diperguanakan dalam
usaha penangkapan ikan, binatang lainnya dan tumbuhan air pada perairan
bebas yang bukan milik perseorangan (common property), termasuk kapal
pengangkut hasil tangkapan dan kapal pengangkut nelayan, sedang yang tidak
termasuk yaitu kapal pengangkut alat tangkap.
Kapal perikanan di definisikan sebagai kapal atau perahu atau alat apung
lainnya yang digunakan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan termasuk
melakukan survei atau eksplorasi perikanan. Kapal penangkap ikan adalah kapal
yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan termasuk menampung,
menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan. Kapal pengangkut ikan adalah
kapal yang secara khusus dipergunakan untuk mengangkut ikan termasuk
memuat, menampung menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan.
Berdasarkan defenisi-definisi tersebut di atas, maka dapat diketahui
bahwa kapal ikan sangat beragam dari kekhususan penggunaannya hingga
ukurannya. Kapal-kapal ikan tersebut terdiri dari kapal atau perahu berukuran
kecil berupa perahu sampan (perahu tanpa motor) yang digerakkan dengan
tenaga dayung atau layar, perahu motor tempel yang terbuat dari kayu hingga
pada kapal ikan berukuran besar yang terbuat dari kayu, fibre glass maupun besi
baja dengan tenaga penggerak mesin diesel. Jenis dan bentuk kapal ikan ini
berbeda sesuai dengan tujuan usaha, keadaan perairan, daerah penangkapan
3
ikan (fishing ground) dan lain-lain, sehingga menyebabkan ukuran kapal yang
berbeda pula (Purbayanto et al, 2004).
Menurut Setianto (2007), Mengingat pentingnya kapal perikanan, maka
diperlukan persyaratan khusus yang merupakan keistimewaan dan karakteristik
kapal penangkap ikan, yaitu :
1. Kecepatan kapal
Berdasarkan pertimbangan akan tujuan penangkapan ikan, tidak semua kapal
penangkap ikan memerlukan kecepatan yang tinggi.
2. Kemampuan olah gerak kapal
Kapal penangkap ikan dalam pengoperasiannya diusahakan mempunyai
kemampuan olah gerak yang tinggi, stabilitas yang baik dan lingkaran putar yang
kecil.
3. Kelayak-lautan
Pada saat pengoperasiannya kapal harus benar-benar laik laut, sehingga dalam
keadaan bagaimanapun kapal tersebut masih sanggup berlayar secara aman dan
terus-menerus.
4. Ruang lingkup pelayaran
Ruang lingkup area pelayaran kapal penangkap ikan tergantung dari gerakan
gerombolan ikan, musim ikan dan perpindahan daerah penangkapan, sehingga
kapal penangkap ikan tidak ada penentuan tentang ruang lingkup area
pelayaran.
5. Tenaga penggerak
Sebagian besar kapal penangkap ikan menggunakan motor diesel dari jenis
motor pembakar dalam sebagian tenaga penggerak kapal.
4
6. Perlengkapan kapal
Pada umumnya kapal penangkap ikan melakukan operasi penangkap kapal ikan
dan mengangkut hasil tangkapan dari daerah penangkapan menuju pelabuhan
atau pangkalan perikanan. Hasil tangkapan harus diusahakan dalam keadaan
segar, sehingga diperlukan perlengkapan seperti palka ikan, gudang pendingin
dan refrigrasi.
7. Peralatan penangkapan ikan
Sesuai dengan tujuan penangkapan ikan, kapal harus dilengkapi dengan jenis alat
penangkapan dan alat bantu penangkapan yang berbeda-beda.
2.2 UKURAN UTAMA KAPAL
Yang dimaksud dengan ukuran utama (Priciple dimension) adalah panjang
(Lenght), lebar (Breadth) dan dalam (Depth). Ukuran utama merupakan bagian
yang sangat penting dalam penentuan besar kapasitas dan kecakapan suatu
kapal
Penentuan dan Metode pengukuran
1. Panjang Kapal (L)
Pengukuran Harus Horizontal
a. Length over all (LOA) adalah panjang keseluruhan kapal yang diukur
secara horizontal mulai dari ujung haluan hingga ujung buritan
(sterm) termasuk variasinya jika ada.
5
b. Length Between Perpendicular (LBP) adalah panjang kapal antara
garis tegak haluan (fore perpendicular/FP) dan garis tegak belakang
(after perpendicular/AP) pada garis muat sarat. Pertengahan LBP di
sebut tengah kapal (midship / ).
c. Length water line (LWL) adalah panjang garis air muat sarat dari
haluan sampai buritan.
d. Registered length (RL) adalah panjang kapal yang diukur secara
horizontal mulai dari poros batang kemudi hingga bagian luar tinggi
haluan pada garis dek.
e. Tonnage length adalah panjang yang dihitung pada center Line kapal
memotong Frame adalah sparring haluan sampai ke frame adalah
sparring buritan kapal (sparring = kayu pelindung)
2. Lebar kapal (B)
- Pengukuran harus horizontal
- Dilakukan pada bagian terlebar kapal
a. Exreme Breadth (EB) atau Breadth Over All (BOA) adalah lebar
kapal pada bagian terlebar kapal yang diukur pada kulit terluar
kapal termasuk variasi seperti fender atau pisang-pisang dan lain-
lain yang terpasang tetap pada kapal.
b. Registered Breadth (RB) adalah lebar kapal pada bagian terlebar
yang diukur pada bagian luar kulit kapal.
c. Mouldet Breadth (lebar bersih) adalah lebar pada kulit/lambung
bagian dalam atau jarak antara sisi luar gading-gading.
d. Tonnage Breadth adalah lebar kapal yang dihitung ditengah atau
terlebar kapal dikurang tinggi profil (tebal) gading-gading (frame).
6
3. Dalam Kapal (D)
- Pengukuran harus dilakukan vertikal
- Dilakukan pada lokasi pengukuran kapal
a. Dalam (Depth) adalah jarak tegak antara bagian luar alur lunas (Rabbet
Line) dan sisi batas balok dek pada sisi geladak bagi kapal-kapal tipe tanpa
dek “all open” dan “well decked”(dek dapat dibuka) pengukuran dalam di
lakukan mulai dari keel rabbet line hingga bagian atas gunawald (dinding
angin).
b. Mouldet Depth (Dalam Bentuk) adalah dalam yang di ukur dari atas lunas
ke sebelah atas balok deck pada pertengahan kapal (Terlebar)
c. Registered Depth (Dalam tercatur) adalah dalam yang diukur dari sebelah
atas pelat lantai dasar adalah dasar atas (Inner Bottom) keatas balok dek
pada garis tengah (centere line) kapal dan pertengahan panjang kapal.
Dek yang dipakai adalah dek ukur.
d. Tonnage depth adalah tinggi yang diukur dari atas ceilling (kayu
pelindung) pada tank top sampai bawah kayu geladak di geladak lambung
timbul.
4. Draft (d)
- Tinggi garis air muat sarat
- Pengukuran dilakukan pada lokasi pengukuran dalam (D)
7
Draft (sarat) adalah jarak tegak antara garis alur lunas (keel robbet line) dan garis
muat sarat.
a. Sarat (draught, draft) ekstrim adalah jarak titik paling bawah / rendah dari
lunas ke garis air.
b. Sarat rata-rata (mean draught, mean draft) adalah rata-rata dari sarat
muka dan sarat belakang.
c. Sarat bentuk (Moulded Drauht) adalah jarak dari sebelah atas lunas
sampai garis air.
d. Sarat kosong (light draught) aalah sarat kapal saat tidak ada muatan
kecuali perlengkapan tetap (tidak termasuk SBK, perbekalan, ballast, air,
BBM, dll).
e. Sarat muat (load draught) adalah sarat jika kapal bermuatan sampai batas
musimnya.
5. Freeboard (F)
Freeboard (lambung bebas) adalah jarak tegak antara garis muat sarat dan
bagian teratas dek (deck line). Pengukuran dilakukan pada pengukuran draft.
2.3 HUBUNGAN UKURAN UTAMA DAN KECAKAPAN (Ability) KAPAL
1. Panjang kapal
- Engine room (ruang mesin)
8
- Tangki bahan bakar minyak (FOT)
- Tangki air tawar (FWT)
- Palka ikan (fish hold)
- Ruang ABK (Crew room)
- Ruang alat penangkapan ikan (fishing equipment)
- Gudang (storage)
pengaruh positif jika panjang kapal diperpanjang :
- Mudah dan baik dalam pelaksanaan pengaturan ruang
- Getaran dorong (propulsive resistance) mengecil.
- Kecepatan membesar
- Dapat menambah katahanan terpakai.
Pengaruh negatif jika panjang kapal diperpanjang :
- Kekuatan memanjang (longitudinal strenght) mejadi lemah /
hempasan kapal sangat besar.
- Kecakap kemudi (steerability) memburuk
- Biaya pe,buatan membesar
2. Lebar kapal
Lebar kapal berhubungan dengan stabilitas dan kecakapan daya dorong
(propulsive ability).
Pengaruh positif jika lebar kapal diperebar :
- Stabilitas awal (initial stability) akan membesar, dengan perkataan
lain nilai GM (Metacentric Height) membesar dan nilai periode oleng
(periode of oscillation) mengecil.
9
- Bekerja di dek akan lebih tenang (convenience) sehingga
mempengaruhi efisiensi dan kegairahan bekerja.
Pengaruh negatif jika lebar kapal diperbesar :
- Kecakapan dorong akan memburuk, sehingga sukar mendapatkan
kecepatan yang cukup. Untuk mengatasi hal ini adalah dengan
memperbesar HP mesin yang berakibat pemakaian BBM akan boros.
3. Dalam kapal
Dalam kapal berhubungan dengan tempat pengaturan barang dan stabilitas.
Pengaruh psitif jika dalam kapal ditambah :
- Volume kapal ikan, FOT, FWT dan sebagainya akan mudah diperbesar.
- Jumlah muatan yang dapat dimuat akan membesar.
- Dalam keadaan muatan penuh (full load) freeboard masih cukup
terpenuhi.
- Kekuatan memanjang akan membaik dengan perkataanlain kapal
akan lebih kuat terhadap gerakan lengkung (bending) kearah atas dan
ke bawah.
Pengaruh positif jika dalam kapal diperbesar :
- Letak dari “centere of grafity” dari kapal akan naik, ini kakan
memberikan pengaruh burk pada stabilitas.
- Freeboard besar, akan tidak menyenangkan untuk pekerjaan operasi
penangkapan.
- Selain hal-hal diatas, nilai ukuran utama (panjang, lebar dan dalam)
memberih pengaruh pada harga kapal, biarpun tonnage sama
10
tergantung pada pemilihan nilai L, B, dan D dimana kenyataannya
bentuk tubuh kapal akan berbeda.
NILAI L/B, L/D DAN B/D
Karena ukuran utama sangta menentukan kecakapan dari suatu kapal perikanan
selama terpakai, maka nilai perbandingan panjang (L) dan lebar (B), panjang (L)
dan dalam (D) serta perbandingan lebar (B) dan dalam (D) sangat penting.
Dalam penentuan panjang, lebar dan dalam dari suatu kapal nilai-nilai L/B, L/D
dan B/D perlu diperhitungkan, baik dari segi perhitungan teori bangun kapal,
material maupun ketentuan-ketentuan peraturan yang berlaku.
1. Jika niai L/B mengecil maka akan berpengaruh buruk terhadap kecepatan
(kapal gemuk).
2. Jika L/D mengecil maka kekuatan memanjang kapal akan menjadi lemah.
3. Jika B/D membesar, stabilitas akan membaik tetapi kecakapan
gerak/kelincahan )propulsive ability) akan memburuk.
Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut diatas terutama dalam perencanaan
pembangunan suatu jenis kapal perikanan yang dihubungkan dengan
pemanfaatannya, maka sebagai baha perbandingan dibawah ini disajikan
beberapa nilai L/B, L/D dan B/D dari beberapa jenis kapal perikanan jepang.
2.4 KEISTIMEWAAN / SIFAT-SIFAT KAPAL PERIKANAN
11
Kapal perikanan dalam menjalankan fungsinya dikenakan dua peraturan yaitu
sebagai sarana produksi perikanan harus mematuhi peraturan-peraturan yang
mengatur tentang kapal perikanan. Dan sebagai alat perhubungan di air/laut,
mengakibatkan kapal perikanan dikenakan peraturan pelayara, keamanan/
keselamatan di air/ di laut, kesehatan dan sebagainya.
Keistimewaan kapal perikanan yang harus dimilkinya adalah sebagai berikut :
a. Kemampuan olah gerak (manuveratibility)
Olah gerak kapal perikanan harus baik, gerak kapal meliputi gerak maju, gerak
mundur, belok kiri, belok kanan dan berhenti. Segala jenis kapal jika olah
geraknya buruk maka kapal tersebut tidak baik dalam menjalankan funsinya.
Sehingga dengan demikian diperlukan hal-hal sebagai berikut :
1. Kemampuan kemudi (steerability) yang baik.
2. Turning cycle yang kecil yaitu mampu mengubah arah kapal tertentu
dengan jarak yang relatif pendek.
3. Dapat dengan mudah dan cepat memperlakukan propulsion engine untuk
gerak maju atau mundur serta netral.
4. Kepastian sesuatu gerak dari kapal tersebut.
5. Keahlian pembawa kapal.
Jika olah gerak suatu kapal maka dalam pengoperasiannya tidaklah efesien
dalam menjalankan fungsinya. Sehingga kapal perikanan tersebut mengalami
kerusakan-kerusakan operasi.
12
b. Layak Laut (sea wothiness)
Kapal pearaikanan dalam melakukan fungsinya harus layak laut yaitu dapat
melakukan pelayaran dengan aman secara terus menerus baik perairan pantai,
lepas pantai ataupun laut dalam. Hal ini disebabkan karena :
1. Perairan penangkapan (fishing ground) yang makin jauh, sehingga kapal-
kapal perikanan besar kemungkinan lebih banyak menjumpai topan,
pusaran arus, badai dan gelombang.
2. Untuk itu perlu dibuat kapal-kapal yang stabilitasnya baik, daya apung
(buoyancy) yang cukup, oleng (yoyang guling) dan angguk (goyang
angguk) (rolling dan pitching) sedikit mungkin
c. Luas lingkup area pelayaran
Umumnya kapal-kapal perikanan berukuran relatif lebih kecil dari kapal
jenis lainnya tetapi luas lingkup area pelayaran jauh lebih luas karena :
a. Operasinya tergantung dari gerak ikan.
b. Perairan musim ikan.
c. Perpindahan perairan penangkapan.
d. Arah ruaya gerobolan ikan.
e. Produktivitas perairan.
f. Suhu permukaan laut (SPL)
d. Konstruksi
Kapal-kapal perikanan dalam melaksanakan operasi kadang-kadang sering
berhadapan dengan berbagai peristiwa laut (topan, badai, gelombang dan
sebagainya). Karena itu kenstruksinya harus dibuat sekuat mungkin.
13
Dilihat dari segi operasi penangkapan yang menghendaki agar olah gerak yang
lincah maka diperlukan tubuh kapal yang relatif ringan sehingga dikendaki
konstruksi kapal yang ringan tetapi kuat.
e. Mesin penggerak (Propursion engine)
Pada kapal perikanan dikehendaki mesin penggerak yang mempunyai tenaga
kuda (HP) besar tetapi mempunya volume yang kecil, karena luas kamar mesin
tidak terlalu lapang disebabkan ruangan lain diperlukan untuk fish hold (palka),
tempat tangki BBM dan sebagainya.
2.5 Kondisi Fisik Pulau Panjang
Pulau panjang adalah satu-satunya pulau yang berpenghuni di kabupaten
Pasaman Barat. Pulau yang memiliki luas 128,62 ha. Dengan penduduk sebanyak
981 jiwa ini tahun 2012, merupakan salah satu jorong di Nagari Air bangis,
kecamatan Sungai Beremas, Pasaman Barat.
Batas-batas wilayah Pulau Panjang yaitu
• sebelah Barat pulau ini berbatasan dengan Pulau Tamiang,
• sebelah Timur dengan perairan Teluk Airbangis,
• sebelah Utara dengan pulau Harimau,
• sebelah Selatan dengan Pulau Pigago.
Pulau Panjang hanya memiliki Satu bukit yaitu Bukit Villa yang memiliki
ketinggian sekitar 100 meter dari permukaan laut, telah disulap menjadi shelter
alam. Mayoritas penduduknya sebagai nelayan. Pulau Panjang merupakan
14
sentral pembuatan kapal untuk daerah Pasaman Barat, khususnya wilayah
Airbangis.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
3.1 HASIL PENGAMATAN
1. Kontruksi Dan Material Kapal
NO Kontruksi kapal Hasil pengukuran Jumlah
potong
Jumlah
hargaPanjang Luas
penampang
(lebar x tinggi )
1 Lunas luar 19,5 m 21 x 21 cm 1 44.000.000
2 Linggi haluan luar 6,23 m 19 x 48 1
4.000.000
3 Linggi haluan dalam 6 m 16 x 19 1 3.800.000
4 Siku-siku linggi
haluan
65 cm 15 x 15 1 150. 000
5 Linggi belakang 2,5 m 20 x 25 2 500.000
6 Balok mati 1,5 m 20 x 20 1 250.000
7 Siku-siku linggi
belakang
1,57 m 13 x 20 1 150.000
8 Linggi buritan 2,8 m 15 x 13 1 200.000
9 transom 4,55 m 40 x 4 3 2.500.000
10 Wrang 3,8 m 10 x 19 32 13.312.000
11 Gading-gading 1,7 m 10 x 12 32 13.312.000
Jarak 56 cm
jumlah 64
20.000.000
Bagian deck 3 m 9 cm x 16 cm 44
Bagian bilga 18 cm 7 cm x 15 cm 10
12 Galar
Galar balok 25 cm 7 x 14 cm 2
Galar kim 25 cm 8 x 15 cm 2
16
20.000.000
Galar balok bawah 25 cm 8 x 15 cm 2
Galar balok samping 25 cm 8 x 15 cm 2
13 Lunas 1
Lunas dalam 9,8 m 15 x 12 1 1.500.000
Lunas luar 19 m 22 x 22 1
14 Pondasi mesin 5 m 20 x 20 2 1.500.000
15 Papan lambung 18 m 20 x 4 5
Papan lajur sisi atas 24 m 22 x 4 14
Papan sisi 24 m 22 x 4 24
Papan alas 24 m 22 x 4 24
45.540.000
Papan pengapit
lunas
18 m 22 x 4 2
16 Balok deck 5,5 m 9 x 19 25 4.500.000
17 Balok tiang ruang
palka
4,25 m 10 x 24 31 25.000.000
18 Tebal dinding ruang
palka
3 m 10 x 40 4 4.500.000
19 Qoaming ( papan
ambang )
4 m 10 x 25 12 5.400.000
20 Rangka anjungan 5 m 15 x 15 8
21 Dinding anjungan 4,98 m 19 x 3 50 36.000.000
22 Lantai anjungan 3,60 m 19 x 3 40
23 Papan deck 3,70 m 19 x 3 33 22.506.000
24 Carling 4 m 19 x 9
25 Finder 25 m 10 x 15 2 5.000.000
26 Dinding angin 25 m 22 x 23 4 2.400.000
Jumlah 276.020.000
17
2. Mesin Kapal perikanan dan alat tangkap bagan
No Nama alat Banyak / unit Jumlah
1 Mesin lampu (robin) +
dinamo + mesin pompa
1 pasang Rp 65.000.000
2 Lampu (mercuri) 70 buah x Rp 800.000 Rp 56.000.000
3 Mesin fregear + baling-
baling
1 + 1 buah Rp 70.000.000
4 Alat tangkap 1 unit Rp 40.000.000
5 Upah pemasangan
mesin
Rp 10.000.000
6 Alat navigasi 1 pasang Rp 15.000.000
7 Surat menyurat Rp 10.000.000
8 Upah pembuatan kapal Rp 80.000.000
Jumlah Rp 348.000.000
3. Material Pemakalan :
No Nama pemakalan Banyak Jumlah (Rp)
1 Damar 40 tampin 160.000
2 Paku kayu 10 kotak x Rp 175.000 1.750.000
3 Baut 1.300 buah x Rp 7.000 9.100.000
4 Paku seng balut 15 kotak x Rp 175.000 2.625.000
5 Seng plat 6 kodi x 2.400.000 14.000.000
6 Cat 6 kaleng Rp 930.000
18
155.000/pasang
7 Tali goni 20 Kg x Rp 40.000 800.000
8 Oli 1 drum 1.200.000
9 Upah tukang 10.000.000
10 Kuas 5 buah x Rp 10.000 50.000
Jumlah 40. 615.000
Total keseluruhan : Rp 700.635.000.’00
4. JUMLAH KAPAL YANG TERDAPAT DI KAWASAN PESISIR PANTAI PULAU
PANJANG
N
o
Jenis kapal /
perahu
Material Fungsi Jumlah Ket
1 Bagan berlabuh Kayu Kapal
penangkap
ikan
8 buah Sedang
berlabuh
2 Long tile Kayu Kapal
penangkap
ikan
17 buah Sedang
bersandar
3 Gill net Kayu Kapal
penangkap
ikan
4 buah Sedang
bersandar
4 Kapal
penambang
Kayu Transportasi
penyeberanga
n air bangis-
pulau panjang
14 buah Sedang
bersandar
5 Perahu Kayu 5 buah Sedang
bersandar
19
6 Kapal rusak Kayu Tidak di
ketahui jenis
alat
tangkapnya
3 buah Sedang
bersandar
7 Kapal bagan Kayu Penangkap
ikan
5 buah Dalam
pembangunan
3.2 Pembahasan
Peraktek yang dilakukan di pulau panjang meliputi pengukuran panjang kapal
secara keseluruhan, panjang utama kapal, dalam dan lebar kapal. Dalam
peraktikum ini juga di bahas tentang konstruksi pembuatan bangunan kapal yang
di amati tersebut (kapal bagan). Selain itu juga penghitungan atau pengukuran
garis muat air sarat (batas air pada badan kapal di ukur).
Pembuatan kapal ini di buat secara tradisional dan turun temurun oleh
masyarakat pulau panjang (tanpa adanya pendidikan khusus dalam
pembuatannya). Bahan utama yang di gunakan dalam pembangunan kapal ini
dari bahan kayu, yang dimana kapal yang dibuat di pulau panjang menggunakan
kayu teruntum bunga (kayu api-api). Masyarakat membuat kapal hanya apabila
ada pesanan dari calon pemilik kapal. Pemesan kapal tidak hanya dari pasaman
barat saja bahkan ada yang berasal dari luar pasaman barat.
Pembuatan satu unit kapal bagan mencapai modal ± Rp 700.000.000-
900.000.000. Pembangunan kapal memakan waktu selama 5-6 bulan apabila
bahan kayu cukup dan akan memakan waktu 8-12 bulan apabila bahan kayu
tersendat. Ketahan kapal sendiri mencapai 10-15 tahun sudah termasuk
perawatan. Sedangkan kapal yang di ukur dalam praktikum ini sudah hampir
selesai (tinggal cat dan pembuatan mesin dan cadik) .
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
21
Dapat ditarik kesimpulan bahwa di pulau panjang dalam pembuatan kapal hanya
masih menggunakan cara tradisional / turunan dari orang tua, tanpa adanya
pendidikan khusus untuk pembangunan kapal ini. Untuk pembangunan kapal
membutuhkan waktu 5-6 bulan jika itu bahan bakunya lengkap dan akan
memakan waktu selama 8-12 bulan jika itu bahan baku tidak lengkap. Ketahanan
kapal mencapai 10-15 tahun (sudah termasuk perawatan). Kapal yang dibangun
di pulau panjang rata-rata kapal penangkap ikan
4.2 SARAN
- Dalam praktikum ini seharusnya tiap kelompok di dampingi oleh
asisten.
- Waktu praktikum mestinya ditambah agar pengukuran bisa lebih
efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud Lasibani, Suardi. 2004.bahan kuliah kapal perikanan. Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang.
22
Undang-Undang Republik Indonesian Nomor 9 Tahun 1985 Tentang Perikanan.
diunduh tanggal 29 Desember 2014.
Setianto, Indradi. 2007. Kapal Perikanan. UNDIP. Semarang
Purbayanto et al. 2004. Kajian Teknis Kemungkinan Pengalihan Pengaturan
Perijinan dari GT menjadi Volume Palka pada Kapal Ikan. Makalah
tentang “Paradigma baru pengelolaan perikanan yang bertanggungjawab
dalam rangka mewujudkan kelestarian sumberdaya dan manfaat
ekonomi maksimal” 10-11 Mei 2004.
23
Recommended