View
138
Download
3
Category
Preview:
DESCRIPTION
lansia
Citation preview
LAPORAN KELOMPOK FIELD LAB
KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE)
PEMBINAAN POSYANDU LANSIA DESA BULUSULUR
WILAYAH KERJA PUSKESMAS WONOGIRI 1, WONOGIRI
Disusun oleh :
KELOMPOK VIII
ANINDITA HASNA INTAN PRAMONO G0013029
ARIFIN NUR SETYAWAN G0013037
BAGUS HIDAYATULLOH G0013055
ELIAN DEVINA G0013085
FARAH AMANI G0013089
GITA PUSPANINGRUM G0013103
HEGA FITRI NURAGA G0013109
HESTHI KRISNAWATI G0013113
ITSNAINI MAULIDYA NANDAWATI G0013121
NOVI ARIZHA G0013179
REVINA AFIFA SATRIA G0013197
WIDA PRIMA NUGRAHA G0013233
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2016
i
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disahkan laporan Field Lab topik Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi (KIE) Pembinaan Posyandu Lansia sebagai salah satu syarat
pembelajaran pada blok pediatri dengan keterangan sebagai berikut :
1. Judul kegiatan : Pembelajaran dan Pelaksanaan Kegiatan
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
Pembinaan Posyandu Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Wonogiri I, Wonogiri
2. Bentuk kegiatan : Field Lab
3. Pelaksana :
a. Nama : Kelompok VIII
b. Program Studi : Pendidikan Dokter
c. Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret
4. Tempat pelaksanaan : Puskesmas Wonogiri I, Wonogiri
5. Waktu pelaksanaan : Hari I : Rabu, 4 Mei 2016
Hari II : Rabu, 11 Mei 2016
Hari III : Rabu, 18 Mei 2016
Wonogiri, 16 Mei 2016
Menyetujui,
Kepala Puskesmas Wonogiri I Instruktur Lapangan
Pitut Kristianta Nugraha, dr., MM Idayu Kurniawati Estiningsih, SKM
NIP. 19712903 200112 1 003 NIP. 19680911 199403 2 005
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kelompok field lab A8 panjatkan ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas tersusunnya laporan kegiatan field lab dengan topik
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Pembinaan Posyandu Lansia guna
pelayanan kesehatan lansia. Topik field lab ini dikembangkan sebagai tuntutan
kebutuhan materi pendidikan kedokteran komunitas yang akhir-akhir muncul
fenomena meningkatnya jumlah kelompok lansia baik yang potensial maupun
yang sudah menderita berbagai penyakit. Berdasarkan hal tersebut maka perlu
bentuk kegiatan dari pengamalan materi topik tersebut yang mendukung
tercapainya kompetensi mahasiswa kedokteran dalam hal penyuluhan kesehatan
komunitas khususnya pada penyakit degeneratif pada lansia.
Akhir kata kelompok field lab ini menghaturkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah berkenan membantu dalam pelaksanaan, penyusunan, dan
penyempurnaan laporan kegiatan field lab ini.
Wonogiri, Mei 2016
Kelompok Field Lab A8
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Tujuan Pembelajaran.........................................................................2
BAB II KEGIATAN YANG DILAKUKAN.....................................................3
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................7
BAB IV PENUTUP........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................18
LAMPIRAN...................................................................................................19
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang dan merupakan
proses yang terus menerus berlajut secara alamiah. Menurut Bab 1 Pasal 1
ayat (2) Undang-undang No.13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Usia
Lanjut, lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Tamher,
2009; Stanley, 2006).
Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah lansia di Indonesia pada tahun
1980 adalah sebanyak 7,7 juta jiwa atau hanya 5,2% dari seluruh jumlah
penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi
11,3 juta orang atau 8,9%. Penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 2007
sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20,54 juta jiwa pada tahun
2009. Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah lansia di Indonesia mencapai
9,77 % atau sejumlah 23,9 juta jiwa pada tahun 2010. Jumlah ini termasuk
terbesar setelah Cina, India dan Jepang. WHO memperkirakan penduduk
lanjut usia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang mencapai angka 11,34%
atau tercatat 28,8 juta jiwa yang menyebabkan jumlah penduduk lansia
terbesar di dunia (Badan Pusat Statistik, 2015; Field Lab FK UNS 2015).
Peningkatan jumlah lansia berkorelasi positif dengan peningkatan
kesejahteraan yang dialami oleh masyarakat Indonesia, khususnya di bidang
kesehatan yang ditunjukkan dengan semakin tingginya angka harapan hidup
masyarakat Indonesia. Pada tahun 1980, angka harapan hidup masyarakat
Indonesia hanya sebesar 52,2 tahun. Sepuluh tahun kemudian meningkat
menjadi 59,8 tahun pada tahun 1990 dan satu dasa warsa berikutnya naik lagi
menjadi 64,5 tahun. Diperkirakan pada tahun 2010 usia harapan hidup
penduduk Indonesia akan mencapai 67,4 tahun. Bahkan pada tahun 2020
diperkirakan akan mencapai 71,1 tahun. Dengan data- data tersebut,
diperkirakan 10 tahun ke depan struktur penduduk Indonesia akan berada pada
struktur usia tua (Field Lab FK UNS, 2015).
1
Peningkatan penduduk usia lanjut dapat meningkatkan penyakit
degeneratif di Masyarakat. Tanpa diimbangi dengan upaya promotif dan
preventif maka beban sosial yang ditimbulkan maupun biaya yang akan
diikeluarkan untuk pelayanan kesehatan usia lanjut akan cukup besar (Azizah,
2011).
Pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan
usia lanjut, ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu
kesehatan lanjut usia untuk mencapai masa tua bahagia, berguna dalam
kehidupan keluarga serta masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai
wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia lanjut ini,
pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa
jenjang. (Notoadmodjo, 2007).
Pelayanan ditingkat masyarakat untuk lansia adalah Posyandu Lansia,
pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan
kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit. Posyandu lansia merupakan
pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan pada lanjut usia.
Posyandu sebagai suatu wadah kegiatan yang bernuansa pemberdayaan
masyarakat (Fallen, 2011).
Mahasiswa Progran Studi Kedokteran Universitas Sebelas Maret sebagai
calon tenaga kesehatan harus membekali diri dengan pengetahuan dan
keterampilan melayani masyarakat, salah satunya dalam program Posyandu
Lansia. Kegiatan Field Lab KIE: Pembinaan Posyandu Lansia Guna
Pelayanan Kesehatan Lansia diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai pelaksanaan Posyandu Lansia, dan memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk turun lansung dalam kegiatan Posyandu Lansia.
B. Tujuan
Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan diharapkan mahasiswa
dapat memiliki kemampuan:
1. Mampu memahami peran dan fungsi posyandu lansia.
2. Mampu menjelaskan cara pengisian dan penggunaan KMS lansia.
2
3. Mampu menjelaskan kelainan-kelainan yang sering terjadi pada lansia
beserta pencegahan dan pengobatannya.
4. Memahami tatalaksana Diet Lansia dan pola hidup sehat Lansia.
5. Melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang manfaat Posyandu
Lansia dalam meningkatkan kesehatan Lansia.
6. Melakukan pengumpulan dan analisis data tentang program posyandu,
prevalensi penyakit yang diderita lansia, serta upaya kuratif dan
rehabilitatif.
7. Melakukan penilaian status depresi lansia dengan menggunakan GDS
(Geriatric Depression Scale) dan MMSE (Mini Mental State
Examination).
8. Mampu melakukan pengamatan dan penilaian pada posyandu lansia
setempat dengan standar program posyandu lansia.
3
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Kegiatan Field Lab semester VI ini dilaksanakan dengan topik yang
ditetapkan adalah Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Pembinaan
Posyandu Lansia. Kegiatan Field Lab dilaksanakan di Puskesmas Wonogorini I.
A. Koordinasi dengan Kepala Puskesmas : Rabu, 27 April 2016
Rangkaian kegiatan Field Lab diawali dengan kegiatan survei lapangan dan
koordinasi mengenai jadwal dan pelaksanaan Field Lab pertemuan pertama.
Survei dilakukan oleh perwakilan anggota yaitu Arifin Nur. Koordinasi
dilakukan bersama instruktur lapangan Ibu Idayu Kurniawati Estiningsih,
SKM. Koordinasi dilakukan untuk membahas rencana kunjungan pertama
beserta kegiatan kegiatan berikutnya yang akan dilakukan oleh kelompok A-8
untuk Field Lab Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Pembinaan
Posyandu Lansia yang akan dilaksanakan pada hari Rabu, 4 Mei 2016.
B. Hari Pertama
1. Hari, tanggal : Rabu, 4 Mei 2016
2. Tempat : Puskesmas Wonogiri 1
3. Kegiatan :
Pada hari pertama, kelompok A-8 melakukan koordinasi dengan pihak
Puskesmas untuk membahas pelaksanaan kegiatan Field Lab Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi (KIE) Pembinaan Posyandu Lansia yang akan
dilaksanakan di Posyandu Lansia Bulusari. Pada kesempatan kali ini
kelompok A-8 berkoordinasi langsung dengan kepala Puskesmas dr. Pitut
dan instruktur lapangan Bu Idayu, Bu Aslihatut, dan Pak Tomo untuk
membahas teknis pelaksanaan dan hal-hal yang perlu disiapkan saat
melakukan Field Lab Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
Pembinaan Posyandu Lansia di Posyandu Lansia Bulusari. Disamping
koordinasi, kelompok A-8 juga memperoleh materi oleh dr. Pitut tentang
KIE lansia dan beliua menuturkan jika puskesmas Wonogiri I ini
merupakan puskesmas terakreditasi dan termasuk puskesmas yang ramah
4
lansia yaitu mengedepankan pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan
untuk lansia sehingga lansia tidak segan dan dapat rutin memeriksakan diri
ke puskesmas. Lalu Bu Idayu, Pak Tomo dan Bu Aslihatut mengisi materi
tentang persiapan dari pelaksanaan KIE posyandu lansia yang akan
dilaksanakan minggu depan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan yaitu
mengikuti senam lansia, presentasi penyuluhan Pola Hidup dan Diet
Lansia, pembagian leaflet, pelaksanaan penilaian GDS (Geriatric
Depression Scale) dan MMSE (Mini Mental Status Examination) dan
membantu mengisi KMS (Kartu Menuju Sehat) Lansia yang meliputi
tekanan darah, tinggi badan dan berat badan. Setelah materi selesai, Arifin
Nur melakukan simulasi penilaian GDS dan MMSE kepada salah satu
staff puskesmas dan mencoba menginterpretasi hasil penilaian bersama-
sama.
C. Hari Kedua
1. Hari, tanggal : Rabu, 11 Mei 2016
2. Tempat : Puskesmas Wonogiri I
3. Kegiatan :
Pada hari kedua, mahasiswa mulai terjun ke lapangan untuk
melakukan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Pembinaan
Posyandu Lansia. Dalam kegiatan Field Lab ini, semua anggota kelompok
A-8 berperan aktif. Pertama kami satu kelompok berangkat menuju
posyandu lansia Bulusari yang lokasinya tidak begitu jauh dari Puskesmas,
yaitu sekitar 5 menit. Lalu setelah sampai, kami disambut oleh para kader
desa dan para lansia. Kegiatan pertama yang kami lakukan adalah
melakukan presensi, membagikan snack dan melakukan pengisian KMS
dengan mengukur tinggi badan, dan berat badan. Setelah itu, kami
bersama-sama melakukan senam lansia yang dipandu oleh para kader
desa. Peserta senam sangat antusias mengikuti senam ini. Lalu kegiatan
dilanjutkan dengan menyanyikan lagu 6 langkah mencuci tangan. Setelah
kegiatan ini selesai, dr Pitut memberikan pengarahan tentang program
kesehatan yang dapat menunjang kesehatan lansia. Kegiatan dilanjutkan
5
dengan presentasi penyuluhan tentang pola hidup dan diet lansia yang
dibawakan oleh Arifin Nur. Kami juga membagikan leaflet yang berisikan
ringkasan dari penyuluhan. Setelah penyuluhan selesai, kami memberikan
hadiah untuk 3 orang peserta yang aktif bertanya dan menjawab. Setelah
itu, kegiatan dilanjutkan oleh pengukuran tekanan darah, pengobatan dan
penilaian GDS serta MMSE oleh kelompok kami. Setelah penilaian GDS
dan MMSE selesai, kami bersama melakukan interpretasi dan menarik
kesimpulan terkait penangan lebih lanjut tentang kondisi ini. Jika terdapat
keluhan kesehatan, posyandu ini juga melayani cek kesehatan bagi para
lansia. Setelah selesai, akmi berpamitan dan berfoto bersama.
D. Hari Ketiga
1. Hari, tanggal : Rabu, 18 Mei 2016
2. Tempat : Puskesmas Wonogiri I
3. Kegiatan :
Kegiatan yang dilakukan adalah mahasiswa menyampaikan presentasi
mengenai kegiatan yang sudah dilakukan, hasil yang didapatkan pada
pertemuan sebelumnya, dan pemaparan evaluasi dari kegiatan yang telah
mahasiswa lakukan. Selain itu, kegiatan yang dilakukan adalah
pengumpulan laporan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
Pembinaan Posyandu Lansia.
6
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pertemuan ke-2 Field Lab Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
Pembinaan Posyandu Lansia, mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok
untuk melakukan beberapa aktivitas dalam kegiatan posyandu lansia yang
dilaksanakan di posyandu lansia Bulusari. Dengan penjalasan lebih lanjut sebagai
berikut:
A. KEGIATAN POSYANDU LANSIA
Penyuluhan dilakukan di posyandu lansia Bulusari pada tanggal 11 Mei
2016 yang dihadiri oleh 26 lansia dimana setiap lansia sudah memiliki KMS.
Acara dimulai pukul 10.00, kegiatan pertama dilakukan presensi, mengukur
tinggi badan dan berat badan lalu dicatat di KMS masing-masing. Dimana
pada KMS lansia akan menunjukan data kesehatan lansia yang dipantau setiap
bulannya. Setelah itu dilakukan senam lansia dan bernyanyi, para lansia
mengikuti kegiatan dengan sangat bersemangat dan menunjukkan rasa bahagia
karena di posyandu lansia dapat dijadikan sarana untuk bersosialisasi dengan
sesama lansia sehingga mengusir rasa bosan yang melekat pada diri lansia.
Acara dilanjutkan dengan penyuluhan tentang pola hidup dan diet lansia, yaitu
pada lansia tetap harus melakukan aktivitas fisik, bersosialisasi, mengikuti
kegiatan keagamaan dan istirahat yang cukup. Selain itu pola makan lansia
juga harus diatur. Para lansia memperhatikan dan nampak tertarik dengan
materi penyuluhan dibuktikan saat moderator memberi pertanyaan banyak
lansia yang antusias menjawab, dan yang menjawab pertanyaan dengan benar
diberi hadiah oleh mahasiswa FK UNS. Setelah penyuluhan selesai,
dilakukan pengukuran tekanan darah oleh kader dan dibantu mahasiswa FK
UNS, dilanjutkan dengan wawancara oleh mahasiswa FK UNS kepada lansia
tentang GDS (Geriatric Depress Scale) dan MMSE (Mini Mental Status
Examination). Kuesioner GDS dan MMSE dilakukan untuk mengetahui
apakah lansia mengalami gejala depresi dan mengalami gangguan kognitif
lalu hasilnya akan dievaluasi.
7
B. PENGAMATAN DAN PENILAIAN POSYANDU LANSIA SETEMPAT
DENGAN STANDAR PROGRAM POSYANDU LANSIA
Pengamatan dan penilaian posyandu lansia dilakukan pada Posyandu
lansia Sariwaras Bulusari RW 05 Bulusulur Wonogiri. Posyandu lansia ini
mencakup 2 rukun tetangga (RT), yaitu rukun tetangga (RT) 1 dan 2. Jumlah
anggota yang dihimpun oleh posyandu ini kurang lebih 100 orang dengan 30
sampai dengan 40 orang yang rutin datang ke posyandu. Salah satu alasan
anggota yang tidak rutin datang ke posyandu adalah karena lanjut usia
mengalami imobilisasi akibat penyakitnya. Kader posyandu tidak
mengunjungi ke rumah anggota lansia yang tidak aktif karena posyandu
menekankan kesadaran lansia agar datang secara mandiri ke posyandu dan
tidak membebani mental lansia jika dikunjungi ke rumah lansia tersebut.
Indikator yang diamati dan dinilai pada Posyandu Sariwaras, terdiri dari :
1. Frekuensi Pertemuan
Frekuensi pertemuan yang dilakukan oleh Posyandu Sari Waras, yaitu
11 kali dalam setahun, kecuali pada bulan puasa. Jumlah frekuensi tersebut
termasuk ke dalam kategori mandiri karena lebih dari 10 kali pertemuan.
2. Kehadiran kader pada hari H
Kehadiran kader pada hari H pelaksanaan berjumlah 4-5 orang,
termasuk ke dalam kategori mandiri.
3. Pelayanan kesehatan
a. Cakupan penimbangan (CP)
Cakupan penimbangan pada Posyandu Sariwaras, yaitu 100% pada
semua anggota yang datang ke posyandu. Cakupan penimbangan
tersebut termasuk ke dalam kategori madiri karena lebih dari 60%.
b. Cakupan pemeriksaan laboratorium (CL)
Cakupan pemeriksaan laboratorium Posyandu Sariwaras, yaitu
25%. Hal ini termasuk ke dalam kategori madya karena cakupan antara
25-50%. Jumlah cakupan sebesar 25% disebabkan karena lansia lebih
memilih diperiksa di puskesmas terdekat yang memakai BPJS,
8
sedangkan bila diperiksa di posyandu, lansia menggunakan biaya
mandiri tanpa BPJS.
c. Cakupan pemeriksaan kesehatan (termasuk pengukuran tekanan darah
dan pemeriksaan status mental) (CK)
Cakupan pemeriksaan pengukuran tekanan darah pada Posyandu
Sariwaras, yaitu 100% sehingga termasuk ke dalam kategori mandiri
karena lebih dari 60%. Pemeriksaan status mental belum pernah
dilakukan oleh Posyandu Sariwaras sehingga cakupannya 0%
termasuk ke dalam kategori pratama (<50%).
d. Cakupan penyuluhan (CP)
Penyuluhan pada wilayah kerja posyandu Sariwaras dilakukan oleh
bidan wilayah setiap 3-4 bulan. Cakupan penyuluhan, yaitu 100%
termasuk ke dalam kategori mandiri (>60%).
4. Senam Usia Lanjut
Senam usia lanjut yang diadakan oleh Posyandu Sariwaras dilakukan
rutin pada tanggal 14 tiap bulannya, kecuali pada bulan puasa. Frekuensi
pertemuan senam lanjut berjumlah 11 kali, ternasuk ke dalam kategori
mandiri (>10 kali).
5. Kegiatan sektor terkait
Untuk setiap kegiatan lansia, Posyandu Sariwaras belum pernah
mengadakan dengan sektor lainnya sehingga jumlah kegiatan sektor terkait
masuk ke dalam kategori pratama yang berjumlah 0.
6. Pendanaan kegiatan berasal dari masyarakat
Sumber pendanaan kegiatan lansia berasal dari iuran bulanan yang
dibayarkan oleh lansia kepada kas rukun tetangga (RT). Cakupan
pendanaan kegiatan berasal dari masyarakat termasuk ke dalam kategori
mandiri, yaitu lebih dari 50%.
9
C. PEMERIKSAAN GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GDS) DAN MINI
MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Gangguan kognitif merupakan penurunan dari fungsi kognitif yang terdiri
dari penurunan memori atau daya ingat, penurunan kemampuan untuk fokus,
dan perubahan perhatian. Sedangkan depresi merupakan masalah kesehatan
mental atau gangguan perasaan dimana penderita sering memiliki pemikiran
yang negatif, sulit untuk tidur, mudah tersinggung, dan hilangnya nafsu
makan.
Fungsi kognitif dan depresi merupakan salah satu keluhan yang banyak
dialami oleh lansia. Mengingat terjadinya penurunan fungsi organ, maka
fungsi kognitif dan akibat dari penurunan fungsi kognitif tersebut, dapat
meningkatkan terjadinya depresi pada seorang lansia.
Depresi dapat diukur dengan suatu pemeriksaan yang disebut Geriatric
Depression Scale (GDS). GDS terdiri atas 15 pertanyaan yang merujuk
apakah seorang lansia sedang mengalami depresi atau tidak. GDS memiliki
skor maksimal 15 dengan kategori penilaiannya adalah:
1. Tidak menderita depresi (skor GDS 0-4);
2. Menderita depresi tingkat ringan (skor GDS 5-9);
3. Menderita depresi tingkat berat (skor GDS 10-15).
Untuk penilaian fungsi kognitif, dapat dilakukan melalui pemeriksaan
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) dan Mini Mental State
Exam (MMSE). MMSE berfungsi untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan
intelektual. Pemeriksaan ini terdiri dari 10 pertanyaan tentang: orientasi
(nomor 1, 2 dan 3), riwayat pribadi (nomor 5 dan 6), memori dalam
hubungannya dengan kemampuan perawatan diri (nomor 4), memori jauh
(nomor 8 dan 9) dan kemampuan matematis (nomor 10). Cara penilaiannya
adalah memberi skor 1 apabila jawaban salah dan skor 0 apabila jawaban
benar. SPMSQ memiliki kategori penilaian sebagai berikut:
1. 0-2 kesalahan : fungsi kognitif baik
2. 3-4 kesalahan : gangguan intelek ringan
3. 5-7 kesalahan : gangguan intelek sedang
10
4. 8-10 kesalahan : gangguan intelek berat
Dari hasil pemeriksaan GDS dan MMSE yang sudah dilakukan oleh
Kelompok A8 pada Hari Rabu, 11 Mei 2016, ditemukan temuan sebagai
berikut:
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Geriatric Depression Scale dan MMSE
No. (GDS) (MMSE)
Hasil Jumlah Hasil Jumlah
1. Tidak depresi 23 orang Intelek baik 25 orang
2. Depresi ringan 5 orang Gang. Intelek ringan 2 orang
3. Depresi berat 0 orang Gang. Intelek sedang 1 orang
4. Gang. Intelek berat 0 orang
Jumlah Lansia 28 orang Jumlah Lansia 28 orang
Hasil tersebut kami dapatkan dari kegiatan wawancara langsung kepada lansia
sesuai dengan form pertanyaan GDS dan MMSE
Pada kasus depresi, jawaban yang menunjukkan perilaku depresi paling
banyak ada 8 jawaban, yaitu Ibu Mukiyati berusia 60 tahun. Kemudian, ada 2
lansia yang menjawab 6 jawaban mengarah depresi, yaitu Bu Supinah (77
tahun) dan Bu Siti Rahayu (60 tahun). Sisanya terdapat 2 lansia yang
menjawab 5 jawaban, yaitu Bu Sartini (62 tahun) dan Pak Sulardi (63 tahun).
Rata-rata, lansia yang dikategorikan dalam depresi merasa bahwa
kehidupannya terasa bosan, merasa tidak berdaya, kurang puas dengan
kehidupannya selama ini, merasa kehidupan orang lain lebih baik daripada
dirinya, dan merasa bahwa kehidupannya kurang menyenangkan.
Pada kasus gangguan intelek, ada 1 orang yang dikategorikan sebagai
gangguan intelek sedang, yaitu Pak Sulardi berusia 63 tahun. Pak Sulardi
menjawab 5 pertanyaan salah pada kuesioner MMSE. Pada gangguan intelek
11
ringan, ada dua lansia, yaitu Bu Sartini (62 tahun) dan Bu Tarmi (74 tahun)
yang menjawab 4 pertanyaan salah pada kuesioner MMSE. Selanjutnya, pada
saat melakukan wawancara untuk mengisi kuesioner MMSE, perlu ditanyakan
riwayat pendidikan lansia, sehingga poin akhir yang diperoleh lebih akurat.
Tabel 2. Sampel Hasil Pemeriksaan Mini Mental State Examination
NamaJawaban Salah Gang
Intelek1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pak Sulardi X X V V V X V X V X Sedang
Bu Sartini X X V V X V V V V X Ringan
Bu Tarmi X X V V V X V X V V Ringan
Data di atas adalah sampel hasil dari pemeriksaan Mini Mental State
Examination (MMSE)
Dari hasil pengolahan data, kesalahan jawaban pada ketiga lansia adalah
nomor 1 dan 2, dimana pertanyaan tersebut mengarah pada pengetahuan
orientasi. Pak Sulardi menjawab salah pada pertanyaan nomor 6 (mengenai
riwayat pribadi), nomor 8 (mengenai memori jauh) dan nomor 10 (mengenai
kemampuan matematis). Bu Sartini menjawab salah juga pada nomor 5
(mengenai riwayat pribadi) dan nomor 10 (mengenai kemampuan matematis).
Bu Tarmi menjawab pertanyaan dengan salah pada nomor 6 (mengenai
riwayat pribadi) dan nomor 8 (mengenai memori jauh).
Dengan adanya posyandu lansia, pemantauan kesejahteraan lansia di
masyarakat menjadi sangat terbantu. Rasa bosan dan kesendirian yang sering
dikeluhkan oleh lansia pun dapat teratasi dengan bertemu teman-teman lama
se-lingkungan tempat tinggal, sekaligus pengecekan kesehatan rutin setiap
bulannya.
D. KARTU MENUJU SEHAT (KMS) LANSIA
Pelayanan kesehatan di kelompok Usia Lanjut meliputi pemeriksaan
kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia
Lanjut sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal
12
penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang
dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan
Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim
digunakan di Puskesmas.
Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang prima terhadap usia lanjut dikelompok, mekanisme
pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistem 5 tahapan (5
meja) sebagai berikut:
1. Tahap pertama: pendaftaran anggota Kelompok Usia Lanjut sebelum
pelaksanaan pelayanan.
2. Tahap kedua: pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila, serta
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
3. Tahap ketiga: pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan
pemeriksaan status mental
4. Tahap keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium
sederhana)
5. Tahap kelima: pemberian penyuluhan dan konseling
13
Adapun isi dari KMS adalah sebagai berikut.
1. No. Urut : No urut kunjungan
2. No. KMS : Sudah jelas
3. Nama : Sudah jelas
4. L/P : Sudah jelas
5. Umur : Sudah jelas
6. Alamat : Sudah jelas
7. Kemadirian : Yang dimaksud dengan hidup sehari-hari adalah s/d 11
kegiatan dasardalam kehidupan seperti:makan/minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air, besar/kecil dan sebagainya.
Kegiatan melakukan pekerjaan diluar rumah, seperti: berbelanja, mencari
nafkah, mengambil pensiun, arisan, pengajian, dan lain-lain.
8. Kunjungan ke berapa
Pada kolom ini harus ditulis tanggal bulan tahun kunjungan lansia
9. Pengkategorian
Kategori A : Apabila usia lanjut sama sekali tidak mampu melakukan
kegiatan sehari-hari, sehingga sangat tergantung orang lain
(ketergantungan).
Kategori B : apabila ada gangguan dalam melakukan sendiri, hingga
kadang-kadang perlu bantuan (ada gangguan).
Kategori C : apabila usia lanjut masih mampu melakukan kegiatan hidup
sehari-hari tanpa bantuan sama sekali (mandiri).
10. Pengisian Berat Badan
11. Pengisian Tinggi Badan
12. IMT : Indeks Masa Tubuh ditentukan dengan mencari titik temu s/d (lebih)
antara garis bantu yang menghubungkan berat badan yang sudah diukur
dengan tinggi badan. Nilai normal IMT untuk pria dan wanita usia lanjut
berkisar antara 18,5 – 25.
a. L (Lebih) : Bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan warna
merah
b. N (Normal) : Bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan warna
hijau.
15
c. K (Kurang) : Bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan warna
kuning
13. Tekanan Darah : Ukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop
a. T (tinggi) : bila salah satu dari sistole atau diastole, atau keduanya
diatas normal
b. N (normal) : bila sistole antara 120-160 dan diastole ≤ 90 mmHg
c. R (rendah): bila sistole atau diastole di bawah normal.
14. Pemeriksaan hemoglobin
15. Pemeriksaan Reduksi Urin
16. Pemeriksaan Protein Urin
Adapun pemeriksaan dan pengisian KMS di Posyandu Lansia wilayah
kerja Puskesmas Wonogiri 1 adalah setiap bulan di tanggal 14. Pada posyandu
lansia kemarin, lansia yang diperiksa dan memenuhi pengisian KMS
berjumlah 30-40 orang. Kemudian saat di lapangan KMS yang diisi hanya
berat badan, tinggi badan dan tekanan darah saja. Hal ini diakibatkan oleh
kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana untuk pemeriksaan lebih lanjut
seperti pemeriksaan hemoglobin, reduksi urin, maupun protein urin.
Tabel 3. Sampel Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan Untuk IMT
No Nama Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Kategori IMT
1 Samini 78 151,9 Merah (34)
2 Teguh 67 165 Hijau (25)
3 Nuriah 44 141,5 Hijau (21,5)
4 Karni 53 153 Hijau (22,5)
5 Sulini 71 143,5 Merah (34,5)
6 Mbah Rikem 46 142 Hijau (22)
7 Warsini 52 140 Kuning (25)
8 Mbah Siyem 49 152 Hijau (21)
16
Secara umum status gizi lansia di Bulusari sudah baik. Perlu adanya
konseling dan edukasi yang rutin diberikan agar lansia tetap menjaga pola
makan dengan gizi seimbang dan pemantauan rutin terhadap berat badan dan
tinggi badan lansia.
17
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan dan penilaian kegiatan Field Lab Lansia di
Posyandu Lansia sudah berlangsung dengan baik. Para lansia terlihat antusias
dalam mendengarkan penyuluhan maupun saat diadakan Tanya jawab. Status
gizi dan kesehatan mental serta intelektual lansia secara umum bagus. Para
lansia berpartisipasi dengan baik saat senam dan menyanyikan mars lansia.
Para lansia, kader-kader, dan mahasiswa telah melangsungkan kegiatan Field
lab Lansia dengan baik
B. SARAN
Kegiatan sudah berlangsung dengan baik. Sebaiknya kegiatan seperti ini
lebih rutin dilakukan dengan ditambah acara kegiatan kumpul lansia untuk
sharing saat berkumpul bersama.
Untuk mahasiswa tersendiri sebaiknya berpakaian yang lebih rapi dan
sopan sesuai dengan adat dan budaya tempat kegiatan lapangan serta lebih
memberikan perhatian pada kegiatan yang berlangsung.
Pihak Puskesmas Wonogiri I sudah cukup banyak membantu dan
memelopori kegiatan posyandu lansia.
18
DAFTAR PUSTAKA
Fallen, Budi (2011). Catatan kuliah keperawatan komunitas. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Ma’rifatul,A (2011). Keperawatan lanjut usia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Notoatmodjo. S (2007). Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta.
Stanley (2006). Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Statistik penduduk lanjut usia 2014, hasil survei sosial ekonomi nasional.
http://bappenas.go.id/files/data/Sumber_Daya_Manusia_dan_Kebudayaan/
Statistik%20Penduduk%20Lanjut%20Usia%20Indonesia%202014.pdf
diakses Mei 2016.
Tamher SN (2009). Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Tim Field Lab FK UNS (2015). Modul field lab KIE: Pembinaan posyandu lansia
guna pelayanan kesehatan lansia. Surakarta: FK UNS.
19
LAMPIRAN
FOTO KEGIATAN
Gambar 3. Pembekalan materi oleh dr. Pitut dan Ibu Idayu
Gambar 4. Pengisian KMS dan GDS serta MMSE
20
Recommended