View
118
Download
27
Category
Preview:
DESCRIPTION
geokimia
Citation preview
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Provinsi Gorontalo terletak antara 0o 19’ – 1° 15’ Lintang Utara dan 121°
23’ – 125° 14’ Bujur Timur. Luas Provinsi Gorontalo secara keseluruhan adalah
12.435,00 km 2 (Badan Pusat Statistik, Gorontalo Dalam Angka 2012). Provinsi
Gorontalo memiliki berbagai jenis potensi pertambangan baik bahan tambang
logam, seperti emas, perak, tembaga,dan pasir besi, dan bahan tambang
nonlogam seperti slag pasir, batu, pasir-batu (sirtu), kerikil, besi andesit, batu
makora, basalt, batu gamping, toseki, granit, dan lain-lain.( Badan Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Potensi Pertambangan dan Energi).
Salah satu yang banyak dimanfaatkan masyarakat adalah batu gamping.
Salah satu daerah pertambangan batugamping di Provinsi Gorontalo adalah
Kelurahaan Buliide, Kecamatan Kota Barat, Provinsi Gorontalo. Batu gamping
atau masyarakat luas menyebutnya batu kapur merupakan salah satu bahan galian
industri non logam yang sangat besar potensinya dan tersebar hampir diseluruh
wilayah Indonesia termasuk Gorontalo. Sejauh ini batu kapur banyak
dimanfaatkan untuk keperluan bahan bangunan seperti tiang untuk plester, adukan
pasangan bata, dalm industri kaca, industri gula, dan lain-lain.
Akan tetapi, pengetahuan masyarakat mengenai batu gamping masih
sangatlah kurang sehingga harga penjualan batu gamping di daerah Gorontalo
sangatlah rendah. Dalam industri bahan bangunan, industri kaca,pertanian,
industri pembuatan gula, dan lain-lain, batu gamping yang digunakan mempunyai
spesifikasi tertentu. Dari permasalahan di atas, maka kami melakukan penelitian
untuk mengetahui kandungan yang terdapat pada batu gamping dan manfaatnya
dengan mengambil sampel batuan dari Desa Tanjung Kramat dan Kelurahan
Buliide.
3
1.2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
- Apa jenis batugamping yang terdapat di daerah Tanjung Kramat dan Buliide?
- Unsur apa saja yang terdapat dalam batu gamping yang terdapat di daerah
Tanjung Kramat dan Buliide?
- Apa kegunaan dari batu gamping yang terdapat di daerah Tanjung Kramat
dan Buliide?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
- Mengetahui jenis batu gamping yang terdapat di daerah Tanjung Kramat dan
Buliide.
- Mengetahui unsur apa saja yang terdapat pada batugamping yang terdapat di
daerah Tanjung Kramat dan Buliide.
- Mengetahui kegunaan dari batugamping yang terdapat di daerah Tanjung
Kramat dan Buliide.
1.4. Kesampaian Daerah
Penelitian ini dilakukan di dua titik stasiun yaitu Desa Tanjung Kramat,
Kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo dan Kelurahan Buliide, Kecamatan
Kota Barat, Kota Gorontalo. Daerah ini tergambar pada peta topografi lokasi
penelitian skala 1 : 50.000 dan masuk dalam peta geologi lembar Kotamobagu
skala 1: 250.000. Lokasi penelitian ini dapat ditempuh melalui jalan darat baik
dengan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat.
3
Gambar 1.1. Peta Lokasi Penelitian (sumber : BAKOSURTANAL)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Geologi Regional
2.1.1. Fisiografi dan Morfologi
Daerah penelitian merupakan bagian dari Lengan Utara Sulawesi.
Sebagian besar daerah ini ditempati oleh batuan gunungapi Tersier. Di wilayah
tengah bagian timur daerah penelitian dijumpai dataran rendah yang terbentuk
memanjang, terbentang dari danau Limboto ke Lembah Paguyaman yang diduga
semula merupakan danau.
Daerah yang dipetakan dapat dibedakan menjadi tiga satuan morfologi;
satuan pegunungan berlereng terjal, perbukitan menggelombang, dan satuan
dataran rendah. Satuan pegunungan berlereng terjal terutama menempati bagian
tengah dan udara Lembar dengan beberapa puncaknya antara lain G.
Tentolomatinan (2.207 m), G. Bondalo (918 m), G. Pentolo (2.051 m), G. Bian
Gambar 2.1. Peta Geologi Praktikum Lapangan Geokimia
3
(1.620 m), G. Pomonto (1.490 m), G. Lemuli (1.920 m), G. Boliohuto (2.065 m),
serta G. Dolokapa (1.770 m). Satuan morfologi ini terutama ditempati oleh batuan
gunungapi Tersier dan batuan plutonik.
2.1.2. Stratigrafi
1. Ql ( Batugamping Terumbu)
Batugamping terumbu terangkat dan batugamping klastik, dengan
komponen utama koral, setempat berlapis, terutama dijumpai di daerah pantai
selatan dan setempat Panong, daerah pantai utara.
2. Qpl (Endapan Danau)
Satuan ini dikuasai oleh batulempung kelabu, setempat mengandung sisa
tumbuhan dan lignit. Batupasir berbutir halus sampai kasar, serta kerikil dijumpai
di beberapa tempat. Satuan ini termampatkan lemah, tebalnya menurut data bor
mencapai 94 meter.
3. TQpv ( Batuan Gunung Api Pinogu )
Tuf, tuf lapili, breksi, dan api. Breksi gunungapi di Peg. Bone, G.
Mongadalia, dan Pusian bersusunan andesit, piroksen, dan dasit. Tuf yang
tersingkap di G. Lemibut dan G. Lolombulan umumnya berbatuapung, kuning
muda, berbutir sedang sampai kasar, diselingi oleh lava bersusunan menegah,
sampai basa. Tuf dan tuf lapili di sekitar S. Bone, bersusunan dasitan. Lava
berwarna kelabu muda, hingga kelabu tua, pejal,bersusunan andesit piroksen.
Satuan ini secara umum termampatkan lemah sampai sedang, umumnya diduga
Pliosen-Plistosen.
4. Tmb (Diorit Bone)
Diorit kuarsa, diorit, granodiorit, dan granit. Diorit kuarsa banyak
dijumpai di daerah S. Taludaa, dengan keragaman diorit, granodiorit, dan granit.
Sedangkan granit, utamanya dijumpai di daerah S. Bone. Satuan ini menerobos
batuan gunungapi Bilungala dan Formasi Tinombo. Umumnya, umur satuan ini
Miosen akhir.
3
2.2. Geokimia dan XRF
2.2.1. Geokimia Secara Umum
Geokimia adalah suatu bidang ilmu sains yang titik berat mempelajari
kimia bumi. Tugas utama ilmu geokimia mempelajari sebagai berikut:
1) Menentukan banyaknya unsur dan species atom (isotop) secara mutlak dan
relative di dalam bumi,
2) Mempelajari penyebaran dan pemindahan unsur-unsur individu dibeberapa
bagian bumi ini (atmosfer, hidrosfer, kerak bumi dll) dan didalam mineral
dan batuan, dengan tujuan memenuhi prinsip-prinsip penyebaran dan
pemindahan.
Sehingga ketahap tertentu, lingkup ilmu giokimia sudah dibuktikan oleh
sejarah perkembangan ilmu geologi terutama yang berhubungan dengan
mineralogi dan petrologi. Kajian geokimia sangat penting untuk mengetahui
keberadaan dan jumlah unsur-unsur dipermukaan bumi.
Ilmu geokima telah berkembang dengan pesat seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi khususnya bidang kimia dan
geologi. Sebetulnya geokimia sudah lama diperkenalakan oleh seorang ilmuwan
kimia berkebangsaan Swiss yang bernama Schonbein (penemu gas ozon) pada
tahun 1838. Pada dasarnya geokima mepelajari unsure-unsur kimia yang terdapat
dalam alam semesta. Konsep modern tentang unsure-unsur telah diperkenalkan
oleh Lavoiser dalam bukunya “Traite elementaire de Chemie” pada tahun 1789.
Lavoiser telah memperkenalkan 31 jenis unsure antara lain sebagai berikut :
O,N,H,S,P,Cl,E,B,Sb,Ag,As,Bi,Co,Cu,Sn,Fe,Mn,Hg,Mo,Ni,Au,Pt,Pb,W,Zn,Ca,M
g,Ba,Al,Si, beberapa unsure lain sudah diketahui sejak jaman purba antara lain:
Au,Ag,Cu,Fe,Pb,Sn,Hg,S dan C. ( Marzani, Hand Out Prinsip-Prinsip Geokimia)
3
2.2.2. Geokimia Batuan Karbonat
Dalam dunia karbonat, ada beberapa mineral penting dan umum didapati
dalam batuan karbonat, atau dalam bahasa lainnya batugamping. Mineral-mineral
yang terdapat dalam batugamping adalah sebagai berikut.
1. Aragonite (CaCO3)
Kristal Orthorombik, mineral karbonat yang paling labil, berbentuk jarum
atau serabut, umumnya diendapkan secara kimiawi langsung dari presipitasi air
laut.
2. Kalsit (CaCO3)
Kristal Hexagonal, mineral batuan karbonat yang lebih stabil, biasanya
merupakan hablur kristal yang bagus dan jelas. Dijumpai sebagai hasil dari
rekristalisasi Aragonite, serta sebagai semen pengisi ruang antar butir dan
rekahan. Sangat umum dijumpai dalam batugamping.
3. Dolomit (CaMg (CO3)2)
Mineral ini mirip banget sama mineral kalsit, namun secara petrografis
memiliki indeks refraksi yang berbeda. Mineral ini bisa terjadi langsung karena
presipitasi air laut, tepi lebih seringnya karena replacement mineral kalsit.
4. Magnesit (MgCO3)
Kristal Hexagonal, dapat terjadi akibat pergantian mineral kalsit dan
dolomit, namun sering terjadi akibat dari rombakan batuan yang memiliki
kandungan magnesiun silikat.
Ada juga beberapa mineral-mineral karbonat lainnya yang sengaja tidak
dijelaskan karena kurang memiliki arti penting, yaitu: Siderit, Ankerit,
Rodokrosit, dan sebagainya.
Terdapat beberapa istilah penting yang penting untuk diketahui tentang
batugamping atau karbonat:
3
1. Endapan Karbonat (“Carbonate Deposite”)
“Carbonate Deposite” merupakan endapan karbonat yang belum
terkonsolidasi, terbentuk secara insitu oleh organik dan presipitasi inorganik dari
larutan atau terjadi dari akumulasi partikel-pertikel rombakan karbonat.
2. Batugamping (“Limestone”)
Batuan karbonat yang hampir seluruhnya kalsium karbonat (CaCO3), atau
secara spesifik adalah batuan karbonat yang mengandung lebih dari 95% kalsit
dan kurang dari 5% dolomit.
3. Batugamping Dolomit (“Dolomitic Limestone”)
Batugamping yang mengandung 10-50% dolomit dan 50-90% kalsit.
4. Dolomit Kalsit (“Calcitic Dolomite”)
Batuan Dolomit yang mengandung 10-50% kalsit dan 50-90% dolomit.
5. Dolomit (batuan sedimen) atau Dolostone (istilah yang tidak diusulkan)
Batuan sedimen karbonat yang dominan mengandung mineral dolomit
(lebih dari 50%); secara spesifik merupakan batuan sedimen karbonat yang
mengandung lebih dari 90% mineral dolomit dan kurang dari 10% mineral kalsit.
6. Batugamping Kristalin (“Crystaline limestone”)
Batugamping yang dominan terdiri dari kristal.
7. Tufa (“Calcareous Tufa; Calc Tufa”)
Merupakan suatu spongi, batuan karbonat yang porous, diendapkan
sebagai lapisan tipis di permukaan, di dekat mata air (Springs) dan sungai (rivers).
(Arie,2009,Komposisi Kimia dan Mineralogi Batuan Karbonat (online))
3
Adapun kegunaan batu gamping adalah sebagai berikut.
1. Batu bangunan
2. Bahan bangunan
Syarat : CaO+ MgO min 95 %, SiO2+Al2O3 + Fe2O3 max 5%, CO2 3
%, 70 % lolos ayakan 0,85 mm.
3. Industri kaca
Berfungsi sebagai Galian fluks dgn kadar 0,96% SiO2, 0,04 Fe2O3, 0,14
% Al2O3, 0,15% MgO, 55,8% CaO.
4. Industri bata silika
Syarat : 90% CaO, max 4,5% MgO, maks 1,5% Fe2O3+Al2O3, maks
55,8% CO2.
5. Industri semen
Syarat: 50-55% CaO, maks 2% MgO, viskositas 3200 cp (40% H2O),
2,47 % Fe2O3, 0,95% Al2O3.
6. Pembuatan karbit
Syarat: min 92% caO, mk1,75 % MgO, maks 1% Fe2O3 + Al2O3. untuk
kokas maks 5% Fe2O3, maksimal 0,2% S, maka 0,02 % P, hilang pijar 4 % maks
2% SiO2. Khusus kokas kada r a rang padat > 86%. Kadar abu maks 12%, tdk
rapuh, kadar air rendah.
7. Pembuatan refraktori
Sebagai Galian bahan baku adalah high calcium lime yg
mengandung 95% CaCO3, 5 % dolomit. Dpt juga high magnesium lime
mengandung 50-90% CaCO3, 10-50% dolomit, sebagai galian bahan
tambahan adalah clay, air.
3
8. Pelicin tablet
Syarat: berukuran –200mesh, kandungan CaCO3 98,5% sehingga
merupakan serbuk hablur putih tdk berbau dan tidak berasa, tdk mengandung
arsen dan logam berat lainnya, susut kering tdk melebihi 1% tdk mengganggu
bahan aktif.
9. Peleburan baja
Syarat: CaO min 52%, SiO2 maks 4%, Al2O3+Fe2O3 3%, MgO maks 3,5%,
P mak 0,1%, Fe2O3 maks 0,65%.
10. Bahan pemutih kertas,pulp, dan karet
Syarat : 98% CaCO3 dan PH > 7,8 dgn kehalusan 325 mesh mpy daya
serap terhadap minyak warna putih.
11. Industri gula
Biasanya untuk 1000 kw tebu = 100 kg kapur tohor dengan syarat 0,2%
H2), 0,2% HCl, 55% CaO, 0,1% SiO2, 0,1% Al2O3, 0,4% ,MgO, 43,6% CO2, 0,3%
Na2OK2O. (Akhmad Nafarin,Pengertian Batu Gamping (online))
2.2.3. XRF (X-Ray Fluorescens)
XRF merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis komposisi kimia
beserta konsentrasi unsur-unsur yang terkandung dalam suatu sample dengan
menggunakan metode spektrometri.
Teknik fluoresensi sinar x (XRF) merupakan suatu teknik analisis yang
dapat menganalisa unsur-unsur yang membangun suatu material Teknik ini juga
dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi unsur berdasarkan pada panjang
gelombang dan jumlah sinar x yang dipancarkan kembali setelah suatu material
ditembaki sinar x berenergi tinggi. Berikut kelebihan dan kekurangan XRF.
3
- Kelebihan
Akurasi yang relatife tinggi
Dapat menentukan unsur dalam material tanpa adanya standar (bandingkan
dg. AAS)
Dapat menentukan kandungan mineral dalam bahan biologis maupun dalam
tubuh secara langsung.
- Kekurangan
Tidak dapat mengetahui senyawa apa yang dibentuk oleh unsur-unsur yang
terkandung dalam material yang akan kita teliti.
Tidak dapat menentukan struktur dari atom yang membentuk material itu.
2.2.3.1. Prinsip Kerja
- Saat vakansi terbentuk di kulit L, elektron dari kulit M or N turun untuk
mengisi vakansi tersebut sambil melepaskan Sinar X yang khas.
Gambar 2.2. Orbital Elektron
3
- Spektrometri XRF memanfaatkan sinar-X yang dipancarkan oleh bahan yang
selanjutnya ditangkap detector untuk dianalisis kandungan unsur dalam
bahan.
Gambar 2.3 Proses-proses yang terjadi pada saat analisis XRF
Gambar 2.4. Skema Kerja Alat
3
Gambar 2.5. Instrumen Alat
3
BAB III
METODE DAN TAHAPAN PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara eksploratif yaitu penelitian yang
dilaksanakan untuk menggali data dan informasi tentang topik atau isu-isu baru
yang ditujukan untuk kepentingan pendalaman atau penelitian lanjutan dengan
cara terjun langsung ke lapangan dan mengeksplor langsung lokasi yang menjadi
daerah penelitian. Setelah itu, dilanjutkan dengan penelitian secara eksperimen,
yitu menganalisis sampel dari batuan yang telah diambil di dalam laboratorium
yang dilakukan dengan XRF ( X-Ray Fluorensces ).
3.2. Tahapan Penelitian
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi studi literatur yaitu berupa kajian awal
tentang geologi regional daerah penelitian dan petrologi batuan sedimen khusunya
batuan karbonat. Persiapan selanjutnya berupa pengurusan segala administrasi
menyangkut penyediaan dana untuk keperluan penelitian baik transportasi
maupun konsumsi. Persiapan selanjutnya adalah penyediaan segala peralatan dan
bahan yang diperlukan selama penelitian seperti kompas, GPS, palu geologi,
kantung sampel, HCL 0,1 M, alat tulis, dan buku lapangan.
2) Tahap Praktikum
Tahap praktikum ini berupa penentuan lokasi yang akan diteliti ( stasiun ),
melakukan pengamatan dan pencatatan tentang unsur-unsur geologi yang ditemui
di lokasi penelitian, dan pengambilan sampel dan dokumentasi.
3) Tahap Analisis Laboratorium
Tahap analisis laboratorium ini meliputi deskripsi petrologi tentang batuan
yang ditemui di lokasi,analisis sampel menggunakan XRF, dan analisis hasil data
XRF.
TAHAP PERSIAPAN
STUDI LITERATUR
PENGURUSAN ADMINISTRASI
PENYIAPAN ALAT DAN BAHAN
TAHAP PRAKTIKUM
PENENTUAN LOKASI/ STASIUN
OBSERVASI DAN PENCATATAN UNSUR-
UNSUR GEOLOGI
PENGAMBILAN SAMPEL &
DOKUMENTASI
TAHAP ANALISIS LABORATORIUM
DESKRIPSI PETROLOGI
BATUAN
ANALISIS SAMPEL
DENGAN XRF
ANALISIS DATA HASIL
XRF
TAHAP PELAPORAN
LAPORAN AKHIR GEOKIMIA
3
4) Tahap Pelaporan
Tahap pelaporan ini meliputi pembuatan laporan akhir hasil penelitian.
Gambar 3.1. Bagan Tahapan Penelitian
3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL PENELITIAN
4.1.1. DESKRIPSI PETROLOGI
1. Stasiun 1
- Lokasi : Desa Tanjung
Kramat, Kec.
Hulonthalangi,
Kota
Gorontalo
- Cuaca : Cerah
- Koordinat : N 0° 29’ 45”,
E 123° 2’ 41”, elevasi 17 mdpl
- Deskripsi singkapan : Terdapat kontak dengan breksi vulkanik yang
tersisipi tuf dengan strike/dip N 800 E / 110 SE.
Tinggi singkapan 4,88 m. Berdasarkan arah dip,
dapat dilihat bahwa umur singkapan batugamping
lebih muda dari singkapan breksi vulkanik.
- Deskripsi sampel :
Warna : Putih keabu-abuan
Jenis batuan : Batugamping terumbu
Tekstur :
- Ukuran butir : Pasir halus (25-50 mm)
- Derajat kebundaran : Angular
- Derajat pemilahan : Buruk
- Kemas : Terbuka
- Matriks : Gamping ukuran pasir
- Semen : Karbonat
- Fragmen : Molusca
Lingkungan pengendapan: Laut dangkal
Nama batuan : Packstone ( Dunham,1962 )
Gambar 4.1. Singkapan pada stasiun 1
3
2. Stasiun 2
- Lokasi : Desa
Buliide,
Kec. Kota
Barat,
Kota
Gorontalo
- Cuaca : Cerah
- Koordinat : N 0° 32’ 53.7”, E 123° 2’ 10.8”, elevasi 9 mdpl
- Deskripsi singkapan : singkapan batugamping berwarna putih segar dan
merupakan lokasi tambang batu kapur masyarakat
setempat.
- Deskripsi sampel :
Warna : Putih segar
Jenis batuan : Batugamping terumbu
Tekstur :
- Ukuran butir : Pasir halus (25-50 mm)
- Derajat kebundaran : Angular
- Derajat pemilahan : Buruk
- Kemas : Terbuka
- Matriks : Gamping ukuran pasir
- Semen : Karbonat
- Fragmen : Molusca
Lingkungan pengendapan: Laut dangkal
Nama batuan : Packstone ( Dunham,1962 )
Gambar 4.2. Singkapan pada stasiun 2
3
4.1.2. Hasil Analisis XRF02004006001000200030004000500060007000800090001100013000
Cps
Ca KA1
Ca KB1
Ca KA1
Ca KB1
Sr KA1
Sr KB1
Sr LA1 Sr LB1
Fe KA1
Fe KB1
Fe LA1 Fe LB1
0.6
0.8
12
34
56
78
910
1112
1314
1516
1718
1920
2122
2324
2526
2728
2930
3132
Ke
V
G a m ba
r 4. 3.
Gr
afi
k
Pe
rs en tas
e K an
3
02004006001000200030004000500060007000800090001100013000
Cps
Ca KA1
Ca KB1
Zr KA1
Zr KB1
Zr LA1 Zr LB1
Fe KA1
Fe KB1
Fe LA1 Fe LB1
Sr KA1
Sr KB1
Sr LA1 Sr LB1
0.6
0.8
12
34
56
78
91
01
11
21
31
41
51
61
71
81
92
02
12
22
32
42
52
62
72
82
93
03
13
2
Ke
V
Ga
mb
ar
4.4.
Gr
afi
k
Per
sen
tas
e Ka
nd
un
g
an
Un
sur
Dal
3
Formula
Z Concentration
Ca 20 55.20%
O 8 25.90%
Sr 38 17.21%
Fe 26 1.69%
Formula
Z Concentration
Ca 20 59.29%O 8 26.80%Sr 38 11.47%Fe 26 2.13%Zr 40 0.24%
Tabel 4.1. Persentase Jumlah Unsur Dan Senyawa Dalam Sampel 1
Tabel 4.2. Persentase Jumlah Unsur Dan Senyawa Dalam Sampel 2
Formula
Z Concentration
CaO 20 77.24%
SrO 38 20.35%
Fe2O3 26 2.41%
Formula Z Concentration
CaO 20 82.96%
SrO 38 13.57%
Fe2O3 26 3.04%
ZrO2 40 0.33%
3
4.2. Pembahasan
4.2.1.Klasifikasi Batu Gamping
Dilihat dari jenisnya, kedua sampel yang berada di daerah desa Tanjung
Kramat dan desa Buliide adalah jenis batugamping terumbu. Batugamping
terumbu adalah jenis sedimen biologi, yang merupakan suatu susunan dari
rangka-rangka organisme yang terdiri atas Algae, Koral, Moluska, dan
Foraminifera. Tipe batuan ini paling banyak didapatkan dalam batuan karbonat
Tersier di Indonesia. Tipe ini sering membentuk tebing terjal pada singkapan,
masif tak berlapis atau perlapisan buruk yang hanya kelihatan dari jauh.
Ditinjau dari segi ekologinya, organisme pembentuk terumbu dapat
berkembang dengan baik dan mempunyai penyebaran pada daerah neritik yang
dangkal dengan kedalaman maksimum 60 m. Berdasarkan klasifikasi Dunham ,
kedua sampel tersebut merupakan packstone. Packstone diendapkan pada
lingkungan energi transisi dimana arus tidak dapat memindahkan seluruh lumpur
dari area tersebut dan tidak dapat memisahkannya dari butiran pasir. Area tersebut
juga merupakan lingkungan energi rendah seperti pada mudstone hanya saja lebih
dekat pada tempat dimana butiran-butiran pasir diendapkan, atau persentasi
butiran-butiran pasir lebih tinggi diproduksi pada tempat pengendapan tersebut.
(Hidayah, Batuan Kalsium Karbonat (online)).
4.2.2. Kandungan Unsur Dalam Batu Gamping
3
Berdasarkan hasil analisis XRF senyawa yang terkandung dalam sampel 1
adalah CaO 77,24%, SrO 20,35%, Fe2O3 2,41% dengan persentase unsur Ca
55,20%, O 25,90%, Sr 17,21%, dan Fe 1,69 %, sedangkan sampel 2 unsur CaO
82,96%, SrO 13,57%, Fe2O3 3,04%, dan ZrO2 0,33% dengan persentase unsur Ca
59,29%, O 26,80%, Sr 11,47%, Fe 2,13%, dan Zr 0,24%. Dari hasil analisis XRF,
terlihat bahwa kandungan unsur dan senyawa dari sampel 1 dan sampel 2 sama.
Hasil ini dapat melahirkan sebuah hipotesis bahwa jenis batu gamping yang ada di
desa Tanjung Kramat dan desa Buliide jenisnya sama.
4.2.3. Kegunaan Batugamping
Dari hasil analisis XRF, kegunaan dari sampel batuan karbonat yang ada
di desa Tanjung Kramat dan desa Buliide, lebih cocok untuk industri kaca,
industri semen, peleburan baja, dan industri gula karena kandungan CaO-nya yang
mencapai 77% - 82%. Sedangkan untuk industri kaca hanya memerlukan 55,8%
CaO,industri semen 50-55% CaO, peleburan baja CaO min 52%, dan dalam
industri gula memerlukan 55% CaO.
3
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Batu gamping yang berada di desa Tanjung Kramat dan desa Buliide
memiliki jenis yang sama, yaitu termasuk jenis batu gamping terumbu.
Kandungan yang terdapat dalam batugamping yang ada di desa Tanjung
Kramat dan desa Buliide sama yaitu, CaO 77,24% - 82,96%, SrO 13,57% -
20,35%, Fe2O3 2,41% - 3,04%, dan ZrO2 0,33%.
Berdasarkan hasil analisis XRF, batugamping yang berada di desa Tanjung
Kramat dan desa Buliide layak digunakan dalam industri semen, industri
kaca, peleburan baja, dan industri gula.
3