View
466
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN TETAP
PENGETAHUAN LINGKUNGAN
Disusun Oleh :
Nama : Dian Sapta Novianti
Nim : 11.231.105
Semester/Kelas : II/B
Jurusan : Pendidikan Kimia
Co. Ass : Husnul Aini
LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(IKIP) MATARAM
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan atas Nama Dian Sapta
Novianti, Nim 11.231.105 dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti
Ujian Akhir Praktikum
Disahkan pada tanggal,…Juli 2012
Nama : Tanda Tangan
1. NUR AHILLAH, S.pd ( )
(Dosen Pembina Mata Kuliah)
2. ISRORUR ARHAM ( )
(Coordinator Praktikum Pengetahuan Lingkungan)
3. HUSNUL AINI ( )
(Co.Ass Kelas)
Mengesahkan:
Kepala Laboratorium Biologi
Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA
IKIP Mataram
(Fahrul Yadi,S.Pd)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan tetap ini, Sholawat serta Salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Sallallahu Aalaihi Wasallam, beserta keluarga , sahabat dan para
pengikutnya sampai akhir zaman.
Dengan selesainya laporan tetap ini, penulis menyampaikan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam memberikan bimbingan, saran-saran dan informasi yang sangat bermanfaat
kepada kami, rasa terimakasih itu penulis tujukan kepada:
1.Fahrul Yadi, S.Pd. selaku kepala laboratorium biologi yang memberikan
kepercayaan untuk melakukan praktikum dengan baik dan benar.
2.Seluruh Co.Ass Biologi, khususnya Husnul Aini, selaku Co.Ass kelas Kimia II
B yang telah penuh kesabaran, ketekunan, dan ketulusan hati untuk membimbing
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan ini, tidak
luput dari kesalahan, kekeliruan, kejanggalan maupun kekurangan, Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, demi kesempurnaan
laporan selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis kembalikan semua
urusan ini. Dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. amin.
Mataram, Juli 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................. 2
C. Pelaksanaan ..................................................................................... 3
BAB II ACARA-ACARA
A. Rantai Makanan dan Jaring-jaring Makanan.................................... 4
1. Tujuan ........................................................................................ 4
2. Kajian teori................................................................................. 4
3. Alat dan Bahan........................................................................... 8
4. Hasil pengamatan........................................................................ 9
a. Tabel 1.1 tabel hasil pengamatan.......................................... 9
b. Pembahasan........................................................................... 11
B. Populasi Dekomposer....................................................................... 14
1. Tujuan......................................................................................... 14
2. Kajian teori.................................................................................. 14
3. Alat dan bahan............................................................................ 15
4. Hasil Pengamatan ...................................................................... 16
a. Tabel 1.2 tabel hasil pengamatan......................................... 16
b. Analisa Data.......................................................................... 16
c. Pembahasan .......................................................................... 18
C. Ekosistem Kolam atau Sawah........................................................... 19
1. Tujuan ......................................................................................... 19
2. Kajian Teori................................................................................. 20
3. Alat dan Bahan........................................................................... 22
4. Hasil Pengamatan........................................................................ 23
a. Tabel 1.3 tabel hasil Pengamatan.......................................... 23
b. Pembahasan .......................................................................... 24
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 26
B. Saran-saran.................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Pengetahuan lingkungan merupakan pengetahuan yang mengkaji
hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya dalam hubungannya
dengan kegiatan manusia serta berupaya untuk menjaga kelestarian
lingkungan hidup. Ada ahli yang memasukkan pengetahuan llingkungan
ke dalam lingkup “ilmu pengetahuan”, namun ada pula yang memasukkan
ke dalam lingkup “pengetahuan”. Masing-masing memiliki alasan sendiri-
sendiri.
Ilmu pengetahuan adalah suatu kegiatan mencari kebenaran dengan
obyek tertentu yang konkrit dengan kajian bidang yang khas dan memiliki
metode yang sistematis, obyektif, konsisten dan berlaku umum atau
universal. Sedangkan pengetahuan adalah pencarian kebenaran
berdasarkan pegalaman dan bidang kajian yang belum jelas serta belum
menggunakan metode yang sistematis, cenderung subyektif dan kurang
konsisten. Pengetahuan juga didapatkan melalui penafsiran atau
prasangka. Pada perjalanan waktu, setelah persyaratan-persyaratan
dipenuhi, kegiatan semula digolongkan pengetahuan bisa dimasukkan ke
dalam kegiatan ilmiah.
Ruang lingkup pengetahuan lingkungan itu sendiri meliputi segala
permasalahan yang melindungi manusia, terdiri dari lingkungn biotik,
abiotik, sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya.
Permasalahan lingkungan bukan merupakan permasalahan yang
baru, melainkan muncul sejak lahirnya bumi, hanya saja karena berbagai
sebab maka permasalahan ini tidak mencuat ke atas. Ada anggapan bahwa
masalah lingkungan hidup menjadi besar karena pada dasarnya teknologi
bukan hanya dapat merusak lingkungan, tetapi teknologi juga bisa
dimanfaatkan untuk mengatasi pencemaran lingkungan.
Masalah lingkungan yang mengkhawatirkan saat ini, sebenarnya
diakibatkan oleh terjadinya kepadatan penduduk, terutama pada abad 20
ini. Dengan semakin besarnya populasi manusia, kebutuhan makin
meningkat, dan untuk memenuhi kebutuhan itu umat manusia
mengekploitasikan lingkungannya. Dampak yang bisa ditimbulkan adalah
terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan, sebagai akibat adanya
hubungan timbal balik antara komponen biotik dan abiotik di dalam
lingkungan, adanya pencemaran dan kerusakan ligkungan itu kemudian
menjadi sebab timbulnya masalah-masalah yang lain baik dalam skala
regional maupun global.
Kenyataan yang ada pada saat ini menunjukkan bahwa pembangunan
yang dilakukan masih dapat berdampak negatif bagi lingkungan.
Sebagaimana disinggung tadi bahwa indikator utama dari adanya dampak
negatif itu adalah terjadinya pencemaran, kerusakan lingkungan, suhu
bumi semakin meningkat, dan sebagainya. Yang masih harus diusahakan
adalah mengurangi adanya dampak negatif tersebut hingga seminimal
mungkin, agar tidak menimbulkan dampak negatif yang justru menjadi
bumerang bagi manusia.
B. Tujuan
1. Mengenal lingkungan sekitar
2. Menambah pengetahuan tentang lingkungan hidup
3. Mengenal berbagai komponen biotik dan abiotik
4. Mengetahui tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup yang
meliputi individu, populasi, komunitas, dan ekosistem.
5. mengetahui kedudukan berbagai komponen biotik dan abiotik yang
terdapat pada suatu ekosistem.
C. Pelaksanaan
1. Hari / tanggal : minggu, 24 Juni 2012
2. Waktu : 10.30 – 11.30
3. Tempat : Kebun Ayu Pantai Induk Kec. Gerung
BAB II
ACARA-ACARA
A. Rantai Makanan dan Jaring-jaring Makanan
1. Tujuan
Mahasiswa dapat mengenal dan memahami proses terjadinya rantai
makanan sederhana yang terdapat di ekosistem buatan.
2. Kajian teori
a. Rantai makanan
Di dalam alam semesta ini hanya tumbuhan hijaulah yang
mampu menyusun zat makanan. Zat tersebut berupa karbohidrat,
disusun melalui proses yang disebut fotosintesis. Untuk
fotosintesis ini diperlukan energi cahaya matahari serta bahan CO2
dan air. Secara langsung maupun tidak langsung, semua organisme
heterotrofik bergantung pada tumbuhan, karena zat yang
diperlukan diperoleh dengan memakan tumbuhan. Sedangkan
organisme yang tidak memakan tumbuhan, zat makannya diperoleh
dengan memakan organisme lain. Dengan cara memakan dan
dimakan tersebut maka terjadilah perpindahan zat atau materi serta
energi dari satu makhluk hidup ke mkhluk hidup lainnya.
Perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan
dengan urutan tertentu disebut rantai makanan. Di mana rantai
makanan dibagi menjadi dua bagian yaitu rantai makanan
perumput dan rantai makanan detritus. Rantai makanan perumput
adalah proses makan dan dimakan yang dimulai dari tumbuhan
hijau sebagai produsen, herbivora, karnivora dan seterusnya,
sedangkan rantai makanan detritus adalah proses makan dan
dimakan yang dimulai dari organisme yang sudah mati atau
sampah organik.
Sebagai contoh, tanaman dimakan ulat. Selanjutnya ulat
dimakan burung. Oleh karena itu, terjadilah aliran materi dan
energi berturut-turut dari tanaman ke ulat kemudian ke burung.
Tiap dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi.
Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat
makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu
diduduki tumbuhan hijau atau produsen. Tingkat selanjutnya
adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan,
yang biasanya disebut konsumen primer. Hewan pemakan
konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas
hewan-hewan karnivora.
Jumlah tingkat trofi antar daerah atau ekosistem yang satu
dengan ekosistem yang lainnya tidak selalu sama. Biasanya dalam
suatu ekosistem terdapat maksimal lima tingkat trofi.
Adapun fungsi organisme dalam suatu ekosistem dapat
dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
1) Produsen, yaitu organisme yang dapat menyusun senyawa
organik atau membuat zat makanan sendiri. Yang termasuk
kelompok ini meliputi tumbuhan hijau, beberapa jenis bakteri,
dan ganggang. Karena organisme produsen mampu
menghsilkan zat makanan sendiri maka sering disebut
organisme autotrof.
2) Konsumen, yaitu organisme yang tidak mampu membuat zat
makanan sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya,
organisme ini bergantung pada organisme lain. karena
makanannya bergantung pada organisme lain maka sering
disebut heterotrof. Konsumen yang makanannya berupa
tumbuhan disebut herbivora. Konsumen yang makanannya
hewan lain disebut karnivora. Konsumen yang makanannya
berupa segala (hewan dan tumbuhan) disebut omnivora.
Konsumen yang hidup dalam jaringan organisme lain disebut
parasit.
3) Detritivora, yaitu organisme yang memakan partikel-partikel
organik atau detritus. Detritus ini merupakan hancuran jaringan
hewan dan tumbuhan yang melapuk. Yang termasuk di dalam
golongan detritivora ini antara lain cacing tanah, siput, lipan,
keluing, teripang, dan berbagai jenis heterotrof lainnya.
4) Dekomposer atau perombak, yaitu organisme yang bertugas
menghancurkan partikel-partikel organisme lain. dengan
merombak zat-zat sisa tersebut mereka memperoleh makanan
atau bahan organik yang diperlukan. Adanya perombak ini
memungkinkan sampah berukuran besar terpotong-potong
menjadi berukuran lebih kecil. Yang termasuk kelompok
dekomposer ini antara lain semut, cacing, bakteri, jamur dan
sebagainya.
Penerapan konsep interaksi kompetisi dan rantai makanan
dalam komunitas ini di dalam kehidupan sehari-hari amat banyak,
antara lain sebagai berikut.
1) Pemberantasan hama secara biologis, yaitu dengan
pengembangan predatornya, misalnya, memberantas kutu
loncat dengan kumbang koksi, memberantas kumbang tebu
dengan serangga, dan lain-lain.
2) Bercocok tanam dengan sistem tumpang sari, misalnya kacang
tanah dengan singkong, padi dengan jagung, dan cokelat
dengan kedelai.
Adanya interaksi antarindividu atau populasi di dalam suatu
komunitas akan memberikan beberapa nilai yang amat berguna
bagi pengembangan lingkungan hidup. Beberapa nilai tersebut
sebagai berikut.
1) Keterbatasan daya dukung suatu areal pertanian, kolam, dan
lain-lain akan mendorong para petani untuk meningkatkan
produktivitasnya secara optimal.
2) Terjadi interaksi antarpopulasi akan memberikan dampak
terwujudnya keseimbangan alam. Peningkatan populasi salah
satu jenis akan mengganggu pertumbuhan populasi jenis
lainnya.
3) Adanya populasi suatu jenis spesies yang menjadi pemangsa
populasi spesies lain dapat menjadi pengendali populasi spesies
yang dimangsa atau dapat menjadi pembatas.
4) Adanya interaksi memungkinkan terjadinya suksesi dan
komunitas klimaks pada suatu ekosistem.
b. Jaring-jaring makanan
Pada hakikatya, setiap makhluk hidup didalam suatu ekosistem
merupakan sumber energi dan materi bagi makhluk hidup lainnya.
Dan suatu kenyataan bahwa setiap jenis makhluk hidup tidak
hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya. Hal ini terutama
pada makhluk pemakan segala atau omnivora, seperti manusia,
ayam, anjing, dan lain-lain.
Ayam tidak hanya memakan biji jagung saja, tetapi juga
memakan padi, cacing, belalang, jangrik, dan lain-lain. sebaliknya,
ayam tidak hanya dimakan musang saja, tetapi juga dimakan oleh
manusia, burung alap-alap, elang, dan lain-lain.
Akibat dari semua itu maka di dalam suatu ekosistem, rantai-
rantai makanan itu saling berhubungan satu sama lain sedemikian
rupa sehingga membentuk seperti jaring-jaring. Itulah sebabnya
maka disebut jaring-jaring makanan.
Adanya peristiwa makan dan dimakan antara komponen biotik
di dalam suatu ekosistem akan menyebabkan terjadinya
perpindahan materi dan energi dari makhluk hidup yang satu ke
makhluk hidup yang lain. Perpindahan materi atau zat dan energi
dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lainnya
disebut aliran materi dan aliran energi.
Sumber energi primer bagi semua kehidupan di planet bumi ini
adalah energi cahaya matahari. Tak ada organisme selain
tumbuhan yang dapat memanfaatkan energi cahaya matahari untuk
aktivitas hidupnya. Di dalam tubuh, energy dapat berubah dari
bentuk yang satu ke bentuk lainnya. Setelah digunakan oleh
kehidupan, energi tak akan kembali ke matahari lagi tetapi lepas ke
alam bebas karena peristiwa radiasi dan tak dapat dimanfaatkan
oleh kehidupan. Perpindahan energi di dalam ekosistem disebut
airan energi. Transformasi energi hanya satu arah sehingga energy
tidak memiliki siklus energi.
Berbeda dengan energi, materi memiliki siklus. Sumber materi
primer adalah planet bumi ini. Setelah di serap oleh tumbuhan,
materi (air dan CO2) akan diubah menjadi karbohidrat. Sacara
beturut-turut zat tersebut akan berpindah-pindah melalui tubuh
organisme maka suatu ketika akan kembali ke bumi. Setelah
mengalami berbagai proses, akan kembali menjadi air atau CO2
yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan, selanjutnya akan
memasuki tubuh organisme lain. jadi, materi memiliki siklus
materi.
3. Alat dan bahan :
a. Alat
Alat tulis menulis
Kantong plastik dan stoples plastik untuk koleksi tumbuhan dan
hewan.
b. Bahan
Lokasi pengamatan (daratan)
Petunjuk untuk pengenalan taksonomi tumbuhan dan hewan.
4. Hasil pengamatan
a. Tabel 1.1 tabel hasil pengamatan
NO NAMA SPECIMEN
TUMBUHAN
ORGANISME
(TIDAK HIDUP) HEWAN
1 Oryza sativa (padi)
daun kering/pelepah
kelapa
Aurerochse sp.
(sapi)
2
Psophocarpus
tetragonolobu
s(Kecipir) Sampah Galus-galus (ayam)
3 Zea mays (jagung) Jerami Baby rousa (anjing)
4
Glycine max
(kedelai hitam) Kotoran sapi
Phlaeoba fumosa
(belalang)
5
Musa paradisiaca
(Pisang) Angsa
6
Ciperus rotundus
(rumput teki)
Handeuleum
doleschallia-
polibete (ulat)
7
Imperata cylindrica
(rumput alang-alang)
Lumberucus
tubellus (cacing)
8
Carica sp.
(Papaya) Keong
9
Manihot utilissima
(Singkong)
Disambiguasi sp.
(semut)
Rantai makanan prumput
Oryza sativa (padi) → Phlaeoba fumosa (belalang) → Galus-
galus (ayam) → Baby rousa (anjing) → dekomposer
Zea mays (jagung) → Galus-galus (ayam) → Baby rousa
(anjing) → dekomposer
Ciperus rotundus (rumput teki) → Aurerochse sp. (sapi) →
dekomposer
Carica sp.(Papaya) → Galus galus (ayam) → Baby rousa
(anjing) → dekomposer
Psophocarpus tetragono lobus (Kecipir) → Handeuleum
doleschallia-polibete (ulat) → Galus galus (ayam) → Baby
rousa (anjing) → dekomposer
Glycine max (kedelai hitam) → Galus galus (ayam) → Baby
rousa (anjing) → dekomposer
Musa paradisiaca (Pisang / daun pisang) → Handeuleum
doleschallia-polibete (ulat) → Galus galus (ayam) → Baby
rousa (anjing) → dekomposer
Oryza sativa (padi) → keong → angsa → dekomposer
Manihot utilissima (Singkong/daun singkong)→ Handeuleum
doleschallia-polibete (ulat) → Galus galus (ayam) → Baby
rousa (anjing) → dekomposer
Imperata cylindrical (rumput alang-alang) → Phlaeoba fumosa
(belalang) → Galus galus (ayam) → Baby rousa (anjing) →
dekomposer
Rantai makanan Detritus
Sampah → Lumberucus tubellus (cacing) → angsa → Baby
rousa (anjing) → dekomposer
Daun kering/ pelepah kelapa → Disambiguasi sp. (semut) →
Galus galus (ayam) → Baby rousa (anjing) → dekomposer
Jerami → Aurerochse sp. (sapi) → dekomposer
Sampah → Lumberucus tubellus (cacing) → Galus galus
(ayam) → Baby rousa (anjing) → dekomposer
Kotoran sapi → dekomposer
Jaring-jaring makanan
Padi rumput alang-alang jagung sampah
Belalang ulat sapi ayam cacing
anjing angsa
Ayam angsa anjing
anjing anjing
DEKOMPOSER
b. Pembahasan
Setelah melakukan pengamatan di Kebun Ayu, pantai
Induk, tepatnya di Kecamatan Gerung, saya melihat ada berbagai
tanaman seperti oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), Carica sp.
(Papaya), tetragonolobus (Kecipir), Musa paradisiaca (Pisang),
Ciperus rotundus (rumput teki), Imperata cylindrica (alang-alang),
Manihot utilissima (Singkong), Glycine max (kedelai hitam) ; dan
hewan seperti Phlaeoba fumosa (belalang), Handeuleum
doleschallia-polibete (ulat), Galus galus (ayam), angsa, anjing,
sapi ; serta organisme (tak hidup) seperti sampah, kotoran sapi,
jerami dan daun kering/pelepah kelapa.
Dalam ekosistem tersebut, terdapat rantai makanan
perumput dan rantai makan detritus. Adapun rantai makanan
perumput adalah rantai makanan di mana rumput atau tumbuhan
yang menjadi produsennya.
contoh :
Oryza sativa (padi) → Phlaeoba fumosa (belalang) → Galus-galus
(ayam) → Baby rousa (anjing) → dekomposer
Pada contoh rantai makanan perumput di atas, yang
menjadi produsen adalah Oryza sativa (padi) kemudian Phlaeoba
fumosa (belalang) sebagai konsumen tingkat satu, Galus-galus
(ayam) sebagai konsumen tingkat dua, dan Baby rousa (anjing)
sebagai konsumen tiga.
Pada contoh rantai makanan perumput tersebut, Oryza
sativa (padi) dimakan oleh Phlaeoba fumosa (belalang), kemudian
Phlaeoba fumosa (belalang) dimakan oleh Galus-galus (ayam),
dan Galus-galus (ayam) kemudian dimakan oleh Baby rousa
(anjing). Setelah Baby rousa (anjing) mati maka materi-materi
yang ada pada Baby rousa (anjing) akan diurai oleh bakteri yang
disebut dekomposer.
Berbeda halnya dengan rantai makanan perumput, rantai
makanan detritus merupakan rantai makanan di mana yang menjadi
produsennya adalah organisme yang tak hidup.
Contoh :
Sampah → Lumberucus tubellus (cacing) → angsa → Baby rousa
(anjing) → dekomposer
Pada contoh rantai makanan detritus di atas, yang menjadi
produsennya adalah sampah. Pada rantai makanan ini, sampah
dimakan oleh Lumberucus tubellus (cacing) yang menjadi
konsumen tingkat satu. Kemudian Lumberucus tubellus (cacing)
dimakan oleh angsa yang menjadi konsumen tingkat tiga. Setelah
itu,angsa dimakan oleh Baby rousa (anjing) yang menjadi
konsumen tingkat empat. Dan setelah anjing mati, maka akan
diuraikan lagi oleh dekomposer.
Dari berbagai rantai makanan perumput dan rantai makanan
detritus, dapatlah dibuat jaring-jaring makanan. Di mana jaring-
jaring makanan merupakan kumpulan dari rantai makanan dengan
urutan tertentu.
Contoh :
Oryza sativa (padi) → Phlaeoba fumosa (belalang) → Galus-
galus (ayam) → Baby rousa (anjing) → dekomposer
Sampah → Lumberucus tubellus (cacing) → angsa → Baby rousa
(anjing) → dekomposer
Dalam peristiwa makan dan dimakan antara komponen biotik
di dalam ekosistem tersebut akan menyebabkan terjadinya
perpindahan materi dan energi dari makhluk hidup yang satu ke
makhluk hidup yang lain. Perpindahan energy di dalam
ekosistem disebut aliran energi. Transformasi energi hanya satu
arah sehingga energi tidak memiliki siklus energi. Hal ini
disebabkan karena, setelah digunakan oleh kehidupan, energi tidak
akan kembali ke matahari lagi tetapi lepas ke alam bebas karena
peristiwa radiasi dan tidak dapat dimanfaatkan oleh kehidupan.
Berbeda dengan energi, materi memiliki siklus. Sumber materi
primer adalah planet bumi ini. Setelah diserap oleh tumbuhan,
materi (air dan CO2) akan diubah menjadi karbohidrat. Sacara
beturut-turut zat tersebut akan berpindah-pindah melalui tubuh
organisme maka suatu ketika akan kembali ke bumi. Setelah
mengalami berbagai proses, akan kembali menjadi air atau CO2
yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan, selanjutnya akan
memasuki tubuh organisme lain.
B. Populasi Dekomposer
1. Tujuan
Untuk mengetahui popolasi dekomposer (cacing tanah) yang
membantu proses pelapukan di dalam tanah.
2. Kajian teori
Proses penguraian organisme mati (sisa-sisa tumbuhan maupun
hewan) disebut dekomposisi. Proses penguraian tersebut dilakukan
oleh dekomposer. Dekomposer merupakan organisme heterotrof,
artinya tidak dapat membuat makanan sendiri sehingga harus
mendapatkan makan dari organisme lain.
Dekomposer utama di alam adalah jamur dan bakteri, namun ada
juga organisme lain yang ikut berperan dalam proses tersebut, di
antaranya serangga tanah dan larvanya, semut, rayap dan cacing tanah.
Dekomposisi merupakan akibat dari proses dekomposisi
memperoleh energi untuk keperluan hidupnya. Peran proses ini sangat
vital, sebab jika tidak ada proses dekomposisi, di permukaan bumi ini
akan tertimbun kayu mati dan hewan sehingga tidak ada tempat
kehidupan baru. Dekomposer, terutama jamur dan bakteri,
mengeluarkan berbagai enzim yang diperlukan untuk proses kimia
spesifik. Berbagai enzim ini dimasukkan ke dalam organisme mati dan
sebagai, hasil dekomposisi diserap oleh dekomposer sendiri sebagai
makanannya dan sebagian lagi tinggal di dalam tanah.
Sebenarnya tidak ada satu jenis dekomposer yang mampu
melaksanakan dekomposisi secara total. Namun, populasi dekomposer
yang beraneka ragam jenisnya di alam mempunyai kemampuan yang
beraneka ragam pula sehingga dapat menyelesaikan proses
dekomposisi secara tuntas. Antara berbagai dekomposer, tampaknya
terdapat pembagian tugas dalam melakukan proses dekomposisi.
Serangga tanah, semut dan rayap, berfungsi pada proses awal, yaitu
menghancurkan bahan-bahan yang ukurannya besar menjadi lebih
kecil untuk diuraikan lebih lanjut. Cacing berperan dalam
pencampuran lapisan tanah dan penyediaan udara untuk pernapasan
jasad renik (mikroba) melalui lubang-lubang yang dibuatnya di dalam
tanah. Bakteri berperan lebih banyak dalam dekomposisi daging
hewan. Sedangkan jamur lebih banyak berperan dalam penguraian
kayu.
Tidak semua bagian organisme mati dapat diuraikan dengan
kecepatan yang sama. Lemak, gula, dan protein mudah diuraikan.
Sedangkan selulosa, lignin, dalam kayu serta rambut dan tulang
hewan, sangat lambat diuraikan.
Kecepatan dekomposisi dipengaruhi oleh banyak faktor, di
antaranya temperatur dan kelembaban. Di kawasan tropik misalnya,
karena temperatur dan kelembabannya yang relatif tinggi sehingga
serasah yang digugurkan oleh tumbuhan tidak tertimbun terlalu lama
di lantai hutan, tetapi segera mengalami dekomposisi. Hal sebaliknya
terjadi di hutan-hutan beriklim sedang dan dingin.
3. Alat dan bahan
a. Alat
Botol koleksi
Pinset
Alat timbang
Penggaris
Alat tulis menulis
b. Bahan
Komunitas tumbuhan yang kaya dengan vegetasi penutup tanah
Formalin 40%
Air sabun (detergen)
Air pelarut
4. Hasil pengamatan
a. Tabel hasil pengamatan 1.2
NO PLOT WARNA CACING JUMLAH
MERAH HITAM KUNING COKLAT
1. 1 - 5 - 1 6
2. 2 - - - 2 2
3. 3 - - - 1 1
4. 4 - - - 1 1
5. 5 - - 1 1 2
6. 6 - - - 1 1
7. 7 - - - 1 1
8. 8 - - - 1 1
9. 9 - - - 2 2
10. 10 - - - 1 1
b. Analisis data
DHitam = ∑ Hitam
∑ Y
= 5
(30 x 30 ) cm2 . 10
= 5
9000 cm2
= 5
0,9 m2
= 5,55 m2
Dkuning = ∑ Kuning
∑Y
= 1
(30 x 30 ) cm2 . 10
= 1
9000 cm2
= 1
0,9 m2
= 1,11 m2
DCoklat = ∑ coklat
∑Y
= 12
(30 x 30 ) cm2 . 10
= 12
9000 cm2
= 12
0,9 m2
= 13,33 m2
∑ D = DHitam + Dkuning + DCoklat
= 5,55 + 1,11 + 13,33
= 19,99
Dr Hitam = DHitam
∑ D X 100 %
= 5,55
19,99 X 100 %
= 28 %
Dr Kuning = DKuning
∑ D X 100 %
= 1,11
19,99 X 100 %
= 5 %
Dr Coklat = DCoklat
∑ D X 100 %
= 13,3319,99 X 100 %
= 67 %
c. Pembahasan
Untuk mengetahui populasi decomposer (cacing tanah) yang
membantu proses pelapukan di dalam tanah, langkah pertama yang
dilakukan adalah menentukan tempat yang cocok untuk mencari
populasi cacing tanah. Kemudian langkah selanjutnya adalah
menggali tanah yang telah dipilih tersebut sejumlah sepuluh
plot/galian seluas 30x30 cm. Jika cacing tanah di dalam plot
belum terlihat, maka masing-masing plot disiram dengan larutan
detergen. Kemudian diamati.
Adapun fungsi dari penyiraman larutan detergen tersebut
adalah untuk merangsang agar populasi cacing tanah yang terdapat
di dalam tanah dapat terangsang keluar. Hal ini disebabkan karena
cacing tanah merupakan organisme yang peka terhadap suasana
basa dan panas.
Kemudian jika cacing tanah muncul di permukaan tanah,
maka diambil satu persatu kemudian dimasukkan ke dalam wadah
yang telah disediakan, seperti botol koleksi atau kantong plastik.
Dalam pengambilan cacing tanah harus berhati-hati, tujuannya agar
cacing tanah tidah putus/terpotong. Namun jika cacing tanah tidak
keluar, maka digali lagi sampai kedalaman 20 cm.
Selanjutnya setelah tahap pengambilan cacing tanah selesai,
maka barulah dikelompokkan dan dihitung dari segi warna yang
dimiliki oleh cacing tanah tersebut. Adapun jenis warna yang
diamati antara lain : cacing merah, cacing hitam, cacing kuning,
dan cacing coklat.
Berdasarkan hasil pegamatan, terdapat 5 ekor cacing hitam, 1
ekor cacing kuning, dan terdapat 12 ekor cacing coklat. Namun,
tidak ditemukan cacing warna merah dari masing-masing plot.
Sehingga berdasarkan analisis data yang telah diuraikan diatas,
terdapat 0% densitas relatif cacing merah, 28% cacing hitam, 5%
cacing kuning, dan 67% cacing coklat.
Dari hasil perhitungan tersebut, maka dapatlah diketahui
bahwa yang menempati kepadatan populasi cacing tanah yang
membantu proses pelapukan di dalam tanah adalah cacing yang
warna coklat.
Adapun cacing tanah berwarna merah disebabkan karena
adanya pigmen Chromatophora ; cacing tanah warna hitam+coklat
memiliki pigmen metaphora ; cacing tanah warna putih+kuning
memiliki pigmen lopophora ; dan cacing berwarna Kristal karena
memiliki pigmen Guanophora.
C. Ekosistem Kolam/sawah
1. Tujuan
Mahasiswa dapat mengenal komponen-komponen yang terdapat di
dalam ekosistem kolam/sawah dan kedudukannya dalam ekosistem
tersebut.
2. Kajian teori
Ekosistem adalah kesatuan fungsional antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Suatu daerah dapat disebut ekosistem jika daerah
tersebut dihuni oleh mahkluk hidup. Dengan demikian, komponen
ekosistem terdiri atas makhluk hidup dan benda mati.
a. Komponen biotik
Komponen biotik adalah komponen ekosistem yang terdiri atas
makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuhan, serta
mikroorganisme.
b. Komponen abiotik
Komponen abiotik adalah komponen yang terdiri atas benda-benda
tidak hidup, seperti tanah, air, udara, cahaya, suhu, serta keadaan
yang terbentuk sebagai hasil interaksi dari berbagai benda tidak
hidup. Misalnya, kelembaban, arus angin, derajat keasaman, dan
arus air.
Jenis-jenis ekosistem
Di bumi indonesia terdapat tiga kelompok ekosistem utama, yaitu
ekosistem laut, ekosistem darat, dan ekosistem buatan.
a. Ekosistem laut
Ekosistem laut merupakan areal paling luas diantara ekosistem-
ekosistem utama lainnya. Kelompok ini mencakup ekosistem laut
dalam, pantai pasir dangkal atau litoral, serta daerah pasang surut.
- Ekosistem laut dalam
Ekosistem laut dalam merupakan ekosistem laut yan tidak
terjangkau oleh sinar matahari. Oleh sebab itu, pada ekosistem
ini tidak mungkin hidup produsen dan fotoautorof.
Komunitas yang ada pada ekosistem laut dalam kemungkinan
adalah hewan-ewan saprovora, kanivora, dan detrivora.
Karena terbatasnya sumber materi dn energi, maka
keanekaragaman jenis makhluk hidup pada ekosistem laut
dalam paling rendah dibandingkan ekosistem laut lainnya.
- Ekosistem pantai pasir dangkal
Ekosistem ini terletak di pantai yang tergenang air laut,
kecuali pada saat surut rendah. Daerahnya terbuka, jauh dari
pengaruh air sungai besar atau terdapat di antara dua dinding
batu terjal. Pantai pasir dangkal banyak terdapat di pantai
utara Jawa, Bali, Sumbawa, dan Sulawesi. Vegetasi yang
dominan antara lain rumput laut dan ganggang.
b. Ekosistem darat
Sebelum manusia merajai muka bumi ini, sebagian besar
ekosistem darat merupakan ekosistem alam. Alam darat indonesia
secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu dataran
rendah, dataran tinggi/pegunungan, dan daerah gunung.
Berdasarkan kemampuan adaptasi terhadap masing-masing daerah
tersebut, di Indonesia terdapat tiga bentuk vegetasi utama yang
penting untuk megenal ekosistem darat alami, yaitu:
- Vegetasi daratan rendah atau pamah
Vegetasi pamah merupakan vegetasi paling besar diantara
vegetasi ekosistem drat alam lainnya. Daerah yang
dikategorikan daerah rendah adalah yang memiliki ketinggian
dari permukaan laut 0-300 m di atas permukaan laut.
- Vegetasi daratan tinggi atau pegunungan,
Pegunungan atau daratan tinggi adalah daerah yang
mempunyai ketinggian 300-1.500 m dari permukaan laut.
Ketinggian suatu daerah erat kaitannya dengan iklim suatu
daerah, yang sangat menentukan jenis vegetasinya.
Komunitas vegetasi yang berkembang di daerah pegunungan
antara lain tumbuhan pakuan yang amt menonjol, tumbuhan
bunga, tumbuhan membelit, serta tumbuhan lumut yang
populasinya amat tinggi.
- Vegetasi monsum atau gunung.
Vegetasi monsoon adalah komunitas vegetasi yang terdapat di
daerah hutan musim. Cirri khas vegetasinya adalah
menggugurkan daunnya pada musim kemarau dan daunnya
tumbuh pada musim penghujan.
c. Ekosistem buatan
Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan berbagai
usaha. Di antara usaha tersebuterat kaitannya dengan pengelolaan
lingkungan. Akibat dari usaha tersebutterbentuklah ekosistem
buatan. Di antara ekosistem buatan yang penting adal sebagai
berikut.
- Waduk, merupakan dam ataubendungan yang membentuk
ekosistem baru berupa waduk atau danau buatan. Substrat
dasar waduk itu umumnya berasal dari kebun, sawah, sungai,
lading, dan lahan lain yang kondisinya berbeda-beda. Setelah
terbentuk ekosistem baru, yaitu waduk, lambat laun akan
mengalami suksesi.
- Hutan tanaman, adalah hutan yang jeis vegetasinya
dibudidayakan manusia. Berbagai jenis tanaman yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi, misalnya jati, rasamala,
mahoni, karet dan kelapa sawit.
- agroekosistem, adalah ekosistem buatan daerah pertanian.
Berbagai agroekosistem yang dikembangkan di indonesia,
antara lain sawah tadah hujan, sawah irigasi, sawah surjan (di
daerah sring banjir), sawah rawa, dan sawah pasang surut.
Komunitas pada agroekosistem biasanya monokultur sehingga
ekosistem ini mudah goyah karena tingkat
keanekaragamannya rendah.
3. Alat dan bahan
a. Alat
1) Pentunjuk praktikum
2) Kantong plastik
3) Alat tulis menulis
b. Bahan
1) Lokasi kolam/sawah
4. Hasil pengamatan
a. Tabel hasil pengamatan 1.3
NO
KOM
SATUAN
PRANAN DALAMJUM
PONEN
NAMAKOMPONEN EKOSISTEM
YANG
PoIndi
Pro
konsumen De LAH
DIAMATI
Pulasi
vidu
dusen 1 2 3
Komposer
1 BIOTIKOryza sativa
(PADI) √ √ ῀
Zea mays (JAGUNG) √ √ ῀
Musa paradisiaca (PISANG) √ ῀
Manihot utilissima (UBI KAYU) √ √ ῀
SIPUT √ √ ῀
Cocor nucifera (KELAPA) √ √ ῀
Carica papaya (PEPAYA) √ √ 1
JAMBU √ √ 3 BURUNG PIPIT √ √ 3
Lumberucus tubellus (CACING) √ √ √ 4
IKAN √ √ √ 6 Disambiguas √ √ √ ῀
i SP. (SEMUT)
Phlaeoba fumosa
(BELALANG) √ √ 1 CAPUNG √ √ 1 KATAK √ √ 12 ABIOTIK AIR TANAH SAMPAH DAUN KERING PASIR MATAHARI BATU KAYU KERING
b. pembahasan
Setelah melakukan pengamatan di ekosistem kolam dan
ekosistem sawah, saya melihat bahwa terdapat komponen biotik
seperti Oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), Musa paradisiaca
(pisang), Manihot utilissima (singkong), Disambiguasi sp. (semut),
Lumberucus tubellus (cacing), burung, dan komponen abiotik
seperti matahari, air, batu, tanah, sampah, dan daun kering.
Komponen abiotik yang terdapat pada ekosistem tersebut akan
dimanfaatkan oleh produsen, seperti padi, pisang, jagung, ubi kayu,
kelapa, pepaya, dan jambu untuk berfotosintesis.
Selain itu, terdapat juga organisme konsumen, seperti semut,
belalang, capung, siput, katak, ikan, dan burung.
Hal ini membuktikan bahwa pada ekosistem kolam dan sawah
terdapat rantai makanan dan jaring-jaring makanan. sehingga
terjadilah siklus kehidupan timbal balik antara komponen biotik
dan abiotik. Selain itu, juga terjadi siklus energi untuk
kelangsungan hidup organisme-organisme yang terdapat pada
ekosistem kolam dan ekosistem sawah.
Organisme-organisme yang ada pada air kolam membuktikan
adanya siklus kehidupan yang bersifat kompleks dan sederhana.
Setiap organisme itu saling berhubungan dan terjadinya interaksi
antara produsen dan konsumen dan terakhir dimanfaatkan oleh
decomposer.
Dengan demikian, dalam pengamatan ekosistem kolam dan
sawah antara komponen biotic dan abiotik akan terjadi interaksi
timbale balik, ini disebabkan oleh antara organisme yang satu
dengan lainnya yang hidup sendiri dan saling membutuhkan. Dan
setiap organisme mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri di
dalam ekosistem kolam dan ekosistem sawah. Misalnya, padi
memiliki kedudukan sebagai prosusen, belalang sebagai konsumen
tingkat satu dan cacing sebagai dekomposer dan dapat juga
dikatakan sebagai konsumen tingkat satu karena cacing memakan
sampah pada rantai makanan detritus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Acara I
Setelah melakukan pengamatan, saya dapat mengenal dan
memahami proses terjadinya rantai makanan sekaligus jaring-jaring
makanan sederhana.
Di mana rantai makanan ada dua, yaitu rantai makanan perumput
dan rantai makanan detritus.
Contoh rantai makanan perumput dan rantai makanan detritus dari
ekosistem yang terdapat di kebun ayu, pantai induk adalah sebagai
berikut :
a. Rantai makanan perumput
Oryza sativa (padi) → Phlaeoba fumosa (belalang) → Galus-
galus (ayam) → Baby rousa (anjing) → dekomposer
b. Rantai makanan detritus
Sampah → Lumberucus tubellus (cacing) → angsa → Baby
rousa (anjing) → decomposer
Adapun contoh dari jaring-jaring makanan adalah sebabgai
berikut :
Oryza sativa (padi) → Phlaeoba fumosa (belalang) → Galus-
galus (ayam) → Baby rousa (anjing) → decomposer
Sampah → Lumberucus tubellus (cacing) → angsa → Baby rousa
(anjing) → dekomposer
2. Acara II
Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat beberapa populasi
dekomposer (cacing tanah) yang membantu proses pelapukan di dalam
tanah. Diantaranya terdapat 5 ekor cacing hitam, 1 ekor cacing kuning,
dan terdapat 12 ekor cacing coklat. Sehingga berdasarkan analisis data,
terdapat 0% densitas relatif cacing merah, 28% cacing hitam, 5%
cacing kuning, dan 67% cacing coklat.
Maka dapatlah disimpulkan bahwa yang menempati kepadatan
populasi cacing tanah yang membantu proses pelapukan di dalam
tanah adalah cacing warna coklat.
3. Saya dapat menyimpulkan bahwa di dalam suatu ekosistem akan
terjadi suatu interaksi timbal balik antara komponen biotik dan abiotik.
Di mana masing-masing komponen biotik dan abiotik memiliki fungsi
dan kedudukan tersendiri.
B. Saran-saran
1. Agar menggunakan transportasi yang lebih baik dan agak besar,
sehingga teman-teman tidak saling berdesakan dan agar teman-teman
tidak ada yang mabuk darat.
2. Harap pada kakak Co.Ass, jika melakukan penilaian nantinya tidak
banyak mencoret laporannya. Namun coret seperlunya saja jika terjadi
kesalahan.
3. Terima ksaih….
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohartono, Slamet dan Sri Handayani. 2007. Sains Biologi 1 SMA/MA
kelas x. Jakarta : Bumi Aksara.
Drs. Purnomo.Dkk. 2005. Biologi. Jakarta: Sunda Kelapa Muda Pustaka
Wikipedia Indonesia
Indun Kistinnah, dkk. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya
SMA X. Jakarta : BSE
Setiadi, D. dan P.D. Tjondronegoro. 1989. Dasar-dasar Ekologi. Bogor : IPB
Press
Krimbal, Jhonw,et. All. 1990. Biologiz. Jakarta:Erlangga.
Amien,Muhamad.1994. Biologi 2 SMU. Jakarta : DEPDIKDUP-pn Balai
pustaka
Cocor nucifera (KELAPA) Musa paradisiacal (PISANG)
Lumberucus tubellus (CACING) Oryza sativa (PADI)
KAYU KERING Manihot utilissima
Carica papaya (PEPAYA) Aurerochse sp. (SAPI)
KEONG Psophocarpus tetragonolobus (KECIPIR)
Phlacoba fumosa (BELALANG) Ciperus rotundus (RUMPUT TEKI)
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Foto Dokumentasi Hasil Pengamatan
DAUN KERING Baby rousa (ANJING)
Galus galus (AYAM) JERAMI
Recommended