View
782
Download
48
Category
Preview:
DESCRIPTION
Supositoria
Citation preview
I. Nama dan Kekuatan Sediaan
Supositoria = Bisakodil 10mg/supo 4 gram
Ovula = Povidone 400mg/ovula 4 gram
II. Prinsip Percobaan
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk
yang diberikan melalui rektal, vaginal atau uretra. Umumnya meleleh dan
melarut pada suhu tubuh. Biasanya diberikan untuk mendapatkan efek lokal
ataupun sistemik, sedangkan ovula hanya efek lokal saja.
III. Tujuan Percobaan
1. Mempu membuat sediaan supositoria dan ovula yang memenuhi
persyaratan.
2. Memahami cara pembuatan supositoria dan ovula.
3. Mengetahui dan memahami persyaratan dan evaluasi sediaan supositoria
dan ovula.
IV. Preformulasi Zat Aktif
A. Bisakodil
Struktur :
BM : 361,39
Pemerian : Serbuk hablur; putih sampai hampir putih terutama terdiri dari
partikel dengan diameter terpanjang lebih dari 50µm
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam kloroform dan dalam
benzen, agak sukar larut dalam etanol dan dalam metanol serta
eter.
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, pada suhu tidak
lebih dari 30ºC.
Wadah dan penyimpanan (supositoria): Dalam wadah tertutup rapat dan
tidak tembus cahaya tidak disimpan pada suhu
lebih dari 30ºC .
Indikasi : susah BAB
Dosis : Rektal, dewasa dan anak > 12 tahun = 10 mg sehari sebagai dosis
tunggal. Anak usia 2-11 tahun = 5-10 mg sehari (setengah sampai
satu suppositoria) sebagai dosis tunggal. Anak usia < 2 tahun = 5 mg
(setengah suppositoria) sebagai dosis tunggal.
Farmakokinetik : Bisakodil merupakan laksatif stimulan. Absorbsi bisakodil
minimal setelah pemberian oral atau rektal. Obat
dimetabolisme di hati dan diekskresi melalui urin dan atau
di distribusikan ke dalam ASI. Setelah pemberian dosis
terapi oral turunan difenilmetan, pengosongan kolon
tercapai dalam waktu 6-8 jam dan pemberian rektal
menyebabkan pengosongan kolon dalam waktu 15 menit
sampai 1 jam.
Kontraindikasi : Pasien dengan sakit perut akut, mual, muntah, dan gejala
lain apendisitis atau sakit perut yang tak terdiagnosa, pasien
dengan obstruksi usus
Efek samping : Pada dosis oral terapetik, laksatif stimulan dapat
memberikan beberapa rasa tidak nyaman pada perut, mual,
kram ringan, lemah. Pemberian suppositoria bisakodil rektal
dapat menyebabkan iritasi dan rasa terbakar pada mukosa
rektum serta proktitis ringan
Mekanisme aksi : Laksatif stimulan menginduksi defekasi dengan
merangsang aktivitas peristaltik usus yang bersifat
mendorong (propulsif) melalui iritasi lokal mukosa
atau kerja yang lebih selektif pada plexus saraf
intramural dari otot halus usus sehingga
meningkatkan motilitas. Akan tetapi, studi terbaru
menunjukkan bahwa obat-obat ini mengubah absorpsi
cairan dan elektrolit, menghasilkan akumulasi cairan
usus dan pengeluaran feses. Beberapa obat ini dapat
secara langsung merangsang sekresi ion usus aktif.
Peningkatan konsentrasi cAMP dalam sel-sel mukosa
kolon setelah pemberian laksatif stimulan dapat
mengubah permeabilitas sel-sel ini dan menyebabkan
sekresi ion aktif sehingga menghasilkan akumulasi
cairan serta aksi laksatif.
Golongan obat : bebas terbatas.
(Depkes RI, 2014: 236, Martindale, 2009 : 457)
B. Povidone
Struktur :
BM : 364
Pemerian : Serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak
berbau, higroskopis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) dan dalam
kloroform. Kelarutan tergantung dari bobot molekul rata-rata.
Praktis tidak larut dalam eter P.
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah kedap udara pada tempat sejuk
dan kering.
Wadah dan penyimpanan (ovula): Dalam wadah tertutup rapat dan tidak
tembus cahaya tidak disimpan pada suhu lebih dari 30ºC .
Indikasi : infeksi topikal yang terkait dengan operasi, luka bakar, luka
ringan, relief iritasi, vagina minor
Aktivitas : bersifat bakteriostatik dengan kadar 640 µg/mL dan bersifat
bakterisid dengan kadar 940 µg/m. Microbakteri tuberculosa
resisten terhadap bahan ini. Povidon iodin memiliki toksisitas
rendah pada jaringan tetapi detergen dalam larutan pembersih
akan lebih meningkat toksisitasnya. Dalam 10% povidon iodin
mengandung 1% iodin yang mampu membunuh bakteri dalam 1
menit dan membunuh spora dalam waktu 15 menit
(Depkes RI, 2014: 1039)
V. Preformulasi Zat Tambahan
1. Oleum cacao
Pemerian : Lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatik
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%). Mudah larut dalam kloroform P
dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P.
Stabilitas : Pemanasan oleum cacao lebih dari 36ºC selama persiapan
supositoria dapat menyebabkan penurunan titik pemadatan akibat
pembentukan kristal, hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam
pengaturan supositoria. Oleum cacao harus disimpan pada suhu
tidak lebih dari 25ºC
Inkompatibilitas: Oleum cacao inkompatibel dengan zat pengoksidasi kuat.
Kegunaan: sebagai basis dalam supositoria.
(Rowe, 2009: 725)
2. Setil alkohol
Struktur :
BM : 242,44
Pemerian : Serpihan putih licin, granul atau kubus putih, bau khas lemah,
rasa lemah.
BJ nyata : 0,908 g/cm³.
Titik leleh : 45-52 ºC
Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol (95%) dan dalam eter.
Bercampur bila dilelehkan dengan lemak paraffin cair, ministat
isopropil.
Stabilitas : Stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya dan udara. Tidak
menjadi tengik. Disimpan di wadah tertutup ditempat sejuk dan
kering.
Inkompatibilitas: inkompatibel dengan oksidator kuat.
Kegunaan: basis
(Rowe, 2009: 755)
3. PEG 400
Struktur :
Pemerian : Cairan kental jernih, tidak berwarna, bau khas lemah agak
higroskopis.
Kelarutan : Larut dalam air, etanol, aseton, hidrokarbon aromatik, tidak larut
dalam eter
Stabilitas : Stabil dan harus disimpan di wadah yang tertutup rapat ditempat
yang sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : Inkompatible dengan oksidator kuat
BM : 380
Titik leleh : 4-8ºC
(Rowe, 2009: 517)
4. PEG 6000
Struktur :
Pemerian : Serbuk yang mudah mengalir, putih dan berbau manis.
Berat molekul :420
Kelarutan : Larut dalam air dan dapat bercampur dalam semua proporsi
dengan PEG lainnya, larut dalam aseton, metanol. Agak sukar
larut dalam hidrogen alifatik dan eter. Tidak larut dalam lemak
fixed oil, minyak mineral
Titik lebur : 56-61 °C
Stabilitas : Secara kimia stabil diudara dan dalam larutan
Inkompatibilitas: Inkompatibel dengan zat pewarna dan oksidator kuat.
(Rowe, 2009: 517)
VI. Preformulasi Wadah Kemasan
Digunakan kemasan primer berupa aluminium foil atas pertimbangan
kestabilan zat aktif didalam sediaan akhir. Sediaan ovula dan supositoria
mudah meleleh, sehingga dipilih kemasan aluminium foil yang bersifat
tidak tembus cahaya agar sediaan terlindung dari panas selain itu aluminium
foil memliki sifat kedap yang baik dan anti lengket. Karena supositoria
harus dibungkus secara terpisah dipilihlah aluminium foil yang mudah
dibentuk.
VII. Analisis Pertimbangan Formula
Dalam praktikum ini, praktikan membuat sediaan solida suppositoria.
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberika secara rektal, vaginal atau uretra. Suppositoria yang digunakan
pada area rektal umumnya berbentuk torpedo dan suppositoria yang
digunakan pada area vagina disebut Ovula. Dalam pembuatan suppositoria
hal yang terpenting adalah basis suppo yang dipilih.
1.BISAKODIL
Fungsi : Bisakodil adalah sebagai Zat aktif Bisakodil Sebagai bahan aktif yang berkhasiat untuk menghilangkan
rasa nyeri pada buang air besar. Dibuat dalam bentuk suppositoria karena
bentuk sediaan ini akan membantu memberikan efek terapi yang lebih cepat
dari pada dalam bentuk oral. Sediaan dalam bentuk oral, kerja obat harus
melalui absorbsi terlebih dahulu, sedangkan sediaan suppositoria tidak
melalui absorbsi sehingga efek terapi yang diberikan akan lebih cepat,
konsentrasi (dosis) yang digunakan untuk suppo yaitu 5 mg – 10 mg.
2.OLEUM CACAO
Fungsi : Oleum cacao sebagai basis suppositoria. Alasan : Oleum Cacao berdaya guna dalam melepaskan zat aktif daripada
yang lain, karena mempunyai titik lebur pada suhu 31°-34°. Dibuat dalam
bentuk suppositoria ditujukan untuk melebur pada suhu tubuh, karena oleum
cacao digunakan sebagai bahan dasar suppo yang ketambahan zat aktif, jadi
titik leburnya akan menjadi 35°-37°. Obat yang larut dalam air yang
dicampur dengan oleum cacao, pada umumnya memberi hasil pelepasan
yang baik.. Pada bahan tambahan oleum cacao ini dilebihkan 20% pada
basisnya, sebab basis saat dileburkan selain melebur juga menguap,
sehingga berkurang. Selain itu saat di dinginkan basis akan menyusut dan
berkurang oleh karena itu harus dilebihkan 20% pada basisnya. Karena
mudah berbau tengik, harus disimpan dalam wadah atau tempat sejuk,
kering, dan terlindung dari cahaya. Oleum cacao dapat menunjukkan
polimorfisme dari bentuk kristalnya pada pemanasan tinggi. Di atas titik
leburnya, oleum cacao akan meleleh sempurna seperti minyak dan akan
kehilangan inti kristal stabil yang berguna untuk membentuk kristalnya
kembali. Lemak coklat jarang dipakai untuk sediaan vagina karena
meninggalkan residu yang tidak dapat terserap, sedangkan gelatin
tergliserinasi jarang dipakai untuk sediaan rectal karena disolusinya lambat.
3.SETIL ALKOHOL
Dalam suppositoria setil alkohol digunakan untuk meningkatkan titik
leleh basis suppositoria yang lain yaitu oleum cacao pada konsentrasi 2-5%.
Selain itu setil alkohol juga dapat meningkatkan stabilitas, memperbaiki
tekstur dan meningkatkan konsistensi (Rowe, 2009 : 155). Titik leleh yang
dihasilkan idealnya.
Selain membuat sediaan suppositoria rektal, praktikan membuat sediaan
suppositoria jenis Ovula. Didalam formulasi nya mengandung zat aktif dan
pembaw sebagai berikut:
1. Povidone
Fungsi : povidone iodine berfungsi sebagai zat aktif. Povidon berfungsi
sebagai antiseptik. Pada praktikum ini povidone bagian dari zat aktif pada
ovula, artinya povidone dalam formulasi ini berkemampuan untuk
membersihkan daerah vagina wanita. Selain untuk membersihkan area
vagina dapat digunakan untuk pengobatan pertama untuk mencegah
timbulnya infeksi pada luka-luka seperti : lecet, terkelupas, tergores,
terpotong atau terkoyak.. Untuk mencegah timbulnya infeksi pada luka
khitan. Untuk melindungi luka-luka operasi terhadap kemungkinan
timbulnya infeksi.
2. PEG / Polyetilin glikol
Fungsi : PEG ini berfungsi sebagai basis Ovula yang bersifat larut air.
Polietilenglikol merupakan polimer dari etilen glikosida dan air, dibuat
menjadi bermacam – macam panjang rantainya. PEG 400 berupa cairan
bening tidak berwarna dan PEG 6000 berupa lilin putih dan padat. Pada
formula digunakan kombinasi PEG 400 dan PEG 6000 untuk mendapatkan
basis dengan titik leleh dan kecepatan disolusi yang diinginkan dan tidak
menurunkan titik lelelh oleh zat aktif.
VIII. Formula
1. Formula suppositoria
Bisakodil 10 mg
Oleum cacao 90 %
Setil alcohol 10 %
mf supo No.XII @ 4 g
2. Formula ovula
Povidone 10 %
PEG 400 50 %
PEG 6000 50 %
mf ovula No.XII @ 4 g
Perhitungan dan Penimbangan
1. Suppositoria
Basis yang harus dikeluarkan = 10 mg × Bil. Pengganti
= 10 mg × 0,7
= 7 mg
Bobot basis = 4000 mg – 7 mg = 3993 mg
Formula 1 suppositoria 12 suppositoria
Bisakodil 10 mg 0,12 g
Ol. Cacao 90100
×3993 mg=3593,7 mg=3,5937 g43,1244 g
Setil alkohol 10100
×3993 mg=399,3mg=0,3993 g 4,7916 g
2. Ovula
Povidon = 10
100× 4 g=0,4 g
Povidon + 20% = 0,4 g + (20
100×0,4 g¿
= 0,4 g + 0,08 g = 0,48 g
Basis = 90
100× 4 g=3,6 g
PEG 400 = 50
100×3,6 g=1,8 g
PEG 400 + 20% = 1,8 g + (20
100×1,8 g¿
= 1,8 g + 0,36 g = 2,16 g
PEG 6000 = 50
100×3,6 g=1,8 g
PEG 6000 + 20% = 1,8 g + (20
100×1,8 g¿
= 1,8 g + 0,36 g = 2,16 g
Formula 1 Ovula 12 Ovula
Povidon 0,48 g 5,76 g
PEG 400 2,16 g 25,92 g
PEG 6000 2,16 g 25,92 g
Perhitungan bilangan pengganti
Bobot supo 100% basis = 2,4267 gramBobot supo 90% basis + 10% bisakodil = 2,4911 gramJadi bobot bisakodil dalam suppo = 10% × 2,4911 gram
= 0,24911 gramBobot basis dalam suppo 10% bisakodil = (2,4911 - 0,24911) gram
= 2,24199 gramBobot basis yang digantikan oleh 0,24911 gram bisakodil = (2,4267 - 2,24199) gram
= 0,18471 gram basis
Bobot basis yang digantikan oleh 1 gram bisakodil = 0,18471 gram0,24911 gram
= 0,7 gram basisJadi bilangan pengganti bisaodil = 0,7
IX. Prosedur Pembuatan
Alat dan bahan-bahan yang digunakan disiapkan seperti bisakodil, oleum cacao, dan setil alkohol untuk supositoria sedangkan povidon, PEG 400, dan
PEG 6000 untuk ovula.↓
Semua alat dipastikan dalam keadaan bersih dan kering sebelum proses pembuatan dilakukan.
↓Bahan-bahan yaitu bisakodil, oleum cacao, setil alkohol, povidon, PEG 400,
dan PEG 6000 ditimbang sesuai kebutuhan berdasarkan hasil perhitungan dan penimbangan formula.
↓Cetakan supositoria dan ovula yang digunakan disiapkan dengan cara dipanaskan terlebih dahulu pada penangas air dalam keadaan terbuka.
↓Proses peleburan basis (oleum cacao dan setil alkohol untuk supositoria
sedangan PEG 6000 untuk ovula) dilakukan di atas penangas air menggunakan cawan penguap.
↓Padatan yaitu bisakodil digerus menggunakan lumpang hingga halus dan
homogen.↓
Setelah basis oleum cacao melebur sempurna, bisakodil yang telah digerus halus dimasukkan kedalamnya untuk membuat supositoria. Sedangkan
povidon dicampur ke dalam PEG 400.↓
Kemudian diaduk perlahan menggunakan batang pengaduk hingga homogen.↓
Lalu setil alkohol yang telah melebur sempurna dimasukkan ke dalam campuran basis oleum cacao dan bisakodil. Sedangkan PEG 6000 yang telah melebur sempurna dicampurkan dengan campuran PEG 400 dengan povidon.
↓Kemudian diaduk perlahan menggunakan batang pengaduk hingga homogen.
↓Cetakan yang digunakan diangkat dari penangas air kemudian diletakkan di
meja praktikum yang telah dialasi lap.↓
Cetakan kemudian dilumasi dengan paraffin cair.↓
Proses penuangan tidak dilakukan langsung dari cawan penguap melainkan menggunakan batang pengaduk sebagai jembatan penuangan ke dalam lubang
cetakan.↓
Massa supositoria dan ovula dituang ke dalam cetakan masing-masing sampai setiap lubang hingga terisi penuh dan dilebihkan sedikit karena akan menyusut
saat proses pemadatan.↓
Kemudian didiamkan telebih dahulu pada suhu kamar sekitar 30 menit.↓
Lalu cetakan dimasukkan ke dalam freezer hingga massa supositoria dan ovula padat sempurna.
↓Setelah massa supositoria dan ovula telah memadat sempurna, cetakan
dikeluarkan dari freezer.↓
Massa supositoria dan ovula dikeluarkan dari cetakan kemudian dipisahkan sediaan untuk dilakukan evaluasi dan untuk dikumpulkan saat penyerahan
laporan.↓
Kontak langsung dengan suhu tubuh ataupun berada pada suhu kamar dalam waktu lama dihindari.
↓Penggunaan sediaan untuk keseragaman bobot sebanyak 10 sediaan, untuk
evaluasi penampilan (homogenitas) sebanyak 3 sediaan, untuk kisaran meleleh dan waktu leleh sebanyak 3 sediaan, dan untuk laporan sebanyak 3 sediaan.
↓Antar formula yang telah dibuat dipastikan diberi label agar tidak tertukar
dengan sediaan kelompok lain.
X. Evaluasi dan Data Pengamatan
a. Uji Homogenitas Zat Aktif
1) Prosedur Kerja
Alat pemotong disiapkan dan dipastikan sudah bersih dan kering dengan
kertas perkamen sebagai alas.
↓
Sebanyak 3 sediaan masing-masing dipotong secara longitudinal.
↓
Ketersebaran zat aktif pada bagian internal dan eksternal dimana harus
terlihat homogen diamati secara visual.
↓
Prosedur yang sama dilakukan untuk masing-masing sampel yang telah
ditimbang.
↓
Alat uji dibersihkan dan dirapihkan seperti semula.
2) Hasil Evaluasi
Supositoria Ovula
1) Homogen
2) Homogen
3) Homogen
1) Homogen
2) Homogen
3) Homogen
Keterangan hasil : Supositoria dan ovula memenuhi syarat.
3) Penafsiran Hasil
Sediaan yang baik tidak akan tampak penumpukan zat aktif pada suatu
tempat.
b. Uji Penampilan
1) Prosedur Kerja
Uji penampilan dilakukan bersamaan dengan evaluasi homogenitas zat
aktif.
2) Hasil Evaluasi
Supositoria
Aspek 1 2 3
Keretakan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Lubang eksudasi
cairanTidak ada Tidak ada Tidak ada
Pembengkakan basis Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Migrasi zat aktif Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Keterangan hasil : Supositoria memenuhi syarat.
Ovula
Aspek 1 2 3
Keretakan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Lubang eksudasi
cairanAda Ada Ada
Pembengkakan
basisTidak ada Tidak ada Tidak ada
Migrasi zat aktif Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Keterangan hasil : Ovula tidak memenuhi syarat.
3) Penafsiran Hasil
Pada sediaan yang baik tidak ditemukan hal-hal yang telah disebutkan di
atas.
c. Uji Keseragaman Bobot
1) Prosedur Kerja
Alat uji (analytical balance) disiapkan dan dipastikan sudah dalam kondisi
bersih dan kering.
↓
Secara acak diambil 20 sediaan (untuk skala praktikum digunakan 10
sediaan), lalu bobot seluruhnya ditimbang dan ditimbang satu persatu.
↓
Alat uji dibersihkan dan dirapihkan seperti semula.
↓
Nilai rata-ratanya ditentukan.
2) Hasil Evaluasi
Supositoria
Supo
ke-Bobot supositoria (gram)
Supo
ke-Bobot supositoria (gram)
1 2,493 6 2,500
2 2,4861 7 2,4954
3 2,4886 8 2,4881
4 2,4873 9 2,500
5 2,4929 10 2,5112
Bobot rata-rata = 2,49426 gram
Standar deviasi
2,49426 gram ± 0,124713 gram
2,49426 gram ± 0,249426 gram
Keterangan hasil : Supositoria memenuhi syarat.
Ovula
Ovula
ke-Bobot ovula (gram)
Ovula
ke-Bobot ovula (gram)
1 3,8611 6 3,8346
2 3,8291 7 3,8421
3 3,8308 8 3,994
4 3,8308 9 3,8323
5 3,8711 10 3,8076
Bobot rata-rata = 3,85334 gram
Standar deviasi
3,85334 gram ± 0,192667 gram
3,85334 gram ± 0,385334 gram
Keterangan hasil : Ovula memenuhi syarat.
3) Penafsiran Hasil
Tidak lebih dari 2 (dua) sediaan yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-rata sebesar ˃ 5%, dan tidak ada satupun sediaan yang bobotnya
menyimpang ˃ 10%.
Supositoria
5% × 2,49426 gram = 0,124713 gram
2,49426 gram - 0,124713 gram = 2,369447 gram
2,49426 gram + 0,124713 gram = 2,618973 gram
10% × 2,49426 gram = 0,249426 gram
2,49426 gram - 0,249426 gram = 2,244834 gram
2,49426 gram + 0,249426 gram = 2,743686 gram
Ovula
5% × 3,85334 gram = 0,192667 gram
3,85334 gram - 0,192667 gram = 3,660673 gram
3,85334 gram + 0,192667 gram = 4,046007 gram
10% × 3,85334 gram = 0,385334 gram
3,85334 gram - 0,385334 gram = 3,468006 gram
3,85334 gram + 0,385334 gram = 4,238674 gram
d. Uji Kisaran dan Waktu Leleh
1) Prosedur Kerja
Alat uji (termometer dan stopwatch) disiapkan dan dipastikan dilakukan
oleh dua orang (mengukur suhu dan mencatat waktu).
↓
Secara acak diambil 3 sediaan dan disiapkan pula 3 cawan penguap di atas
penangas air.
↓
Pengujian dilakukan serempak dengan memasukkan 3 sediaan ke dalam
cawan penguap.
↓
Alat uji dibersihkan dan dirapihkan seperti semula.
↓
Suhu dan waktu ditentukan saat sediaan mulai meleleh dan setelah meleleh
sempurna.
2) Hasil Evaluasi
Supositoria
Suppo
ke-Waktu Leleh Suhu Leleh
1 1 menit 56,46 detik 38o – 72oC
2 1 menit 50,76 detik 36o – 64oC
3 1 menit 45,12 detik 36o – 64oC
Keterangan hasil : Supositoria memenuhi syarat.
Ovula
Ovula
ke-Waktu Leleh Suhu Leleh
1 3 menit 25,54 detik 40o – 70oC
2 3 menit 21,95 detik 38o – 62oC
3 3 menit 34,71 detik 38o – 66oC
Keterangan hasil : Ovula memenuhi syarat.
3) Penafsiran Hasil
Sediaan yang baik memiliki suhu dan waktu leleh sempurna yaitu pada
suhu tubuh (± 37oC).
XI. Pembahasan
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan obat padat yang umumnya
dimaksudkan untuk dimaksukkan ke dalam rectum, vagina (Ansel, 1989).
Suppositoria merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang umumnya
berbentuk torpedo dan meleleh pada suhu tubuh. Suppositoria sangat berguna bagi
pasien dengan kondisi yang tidak memungkinkan dengan terapi obat secara
peroral, misalnya pada pasien muntah, mual, tidak sadar, anak-anak, orang tua
yang sulit menelan dan selain itu juga dapat menghindari metabolisme obat di hati
(Voigt, 1984).
Tujuan penggunaan suppositoria diantaranya adalah :
a. Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan hemorrhoid dan penyakit infeksi
lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena
dapat diserap oleh membran mukosa dalam rektum. Hal inir dilakukan
terutama bila penggunaan obat per oral tidak memungkinkan, seperti pada
pasien yang mudah muntah atau pingsan.
b. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih cepat
karena obat diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam
sirkulasi pembuluh darah.
c. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran
gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati.
d. Bentuknya yang seperti torpedo menguntungkan karena suppositoria akan
tertarik masuk dengan sendirinya bila bagian yang besar masuk melalui oto
penutup dubur.
e. Suppositoria dapat menghindari terjadinya iritasi obat pada lambung.
f. Obat dapat langsung masuk ke dalam saluran darah sehingga efeknya lebih
cepat daripada panggunaan obat secara oral.
Macam-macam suppositoria berdasarkan tempat penggunaan, bobot dan bentuk:
a. Suppositoria rektum
Suppositoria untuk rektum biasanya dengan jari tangan untuk dewasa
berbentuk lonjong seperti torpedo dan biasanya mempunyai bobot 2 g. Untuk
bayi dan anak-anak, ukuran dan beratnya setengah dari ukuran dan berat untuk
orang dewasa (Ansel, 1989).
b. Suppositoria vaginal
Suppositoria vaginal mempunyai berat 5 g, berbentuk bulat dibuat dari
zat pembawa yang larut dalam air. Untuk suppositoria vagina khususnya
vaginal insert atau tablet vaginal, kadang juga disebut pessaries yang diolah
secara kompresi dapat dimasukkan lebih jauh kedalam saluran vagina dengan
bantuan alat khusus (Ansel, 1989).
c. Suppositoria uretra
Suppositoria uretra disebut juga bougi, berbentuk runcing seperti pensil.
Suppositoria untuk laki-laki beratnya 4 g dan paanjangnya 100 sampai 15 mm,
untuk wanita masing-masing suppositoria 2 g dan panjang 60 sampai 75 mm
(Lachman dkk., 1986).
Pada pembuatan sediaan suppositoria diperlukan bilangan pengganti untuk
menentukan jumlah bahan obat yang digantikan oleh satu bagian bobot basis
suppositoria karena ada perbedaan bobot jenis antara bahan obat dengan bobot
jenis basis walaupun volume suppositoria dari suatu cetakan besarnya seragam.
Dalam hal ini zat aktif yang disetarakan dengan basis formula dari ovula yang
dibuat kembali. Dimana terdapatnya dua proses pengerjaan, yaitu basis saja dan
basis + zat aktif. Tujuan bilangan pengganti ini dilakukan agar diperoleh
keseragaman kandungan zat aktif dalam sediaan, sehingga efek terapinya tercapai.
Pada percobaan ini suppositoria dibuat menggunakan bahan aktif Bisakodil
dengan basis oleum cacao dan setil alkohol. Bisakodil adalah pencahar, digunakan
secara jangka pendek untuk mengobati sembelit. Obat ini juga digunakan untuk
mengosongkan usus sebelum operasi dan pemeriksaan seperti prosedur X-ray
menggunakan barium enema. Bisakodil dibuat bentuk sediaan suppositoria untuk
tercapai efek lokalnya sebagai pencahar. Posisi penggunaan suppositoria biskodil
sebagai pencahar dengan cara berbaring di sisi kiri dan menaikkan lutut kanan ke
dada. Dosis bisakodil yang digunakan dalam sediaan sebesar 10 mg sudah sesuai
dengan dosis terapinya sebagai pencahar.
Bahan dasar atau basis yang digunakan untuk membuat suppositoria harus
dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Basis yang digunakan
merupkan basis berminyak atau berlemak yaitu lemak coklat. Basis lemak coklat
dipilih karena basis ini tidak toksik, lunak, tidak reaktif dan meleleh pada suhu
tubuh karena memiliki titik leleh 31-34 °C. Akan tetapi lemak coklat memiliki
kelamahan yaitu mudah tengik, meleleh pada udara panas, menjadi cair bila
dicampur dengan obat-obat tertentu dan pemanasan yang lama, trisomerasi
dengan titik leleh yang lebih rendah. Agar titik leleh naik, lemak coklat dapat
ditambahkan setil alcohol, setil alcohol memiliki titik leleh 45-52 °C. Setil alkohol
ditambahkan pada konsentrasi 10% diharapkan dapat meningkatkan titik lelehnya
supaya lebih tahan pada suhu ruang. Konsentrasi setil yang digunakan relative
kecil karena titik leleh yang dituju adalah ditas titik leleh lemak coklat dan
dibawah titik leleh setil alkohol. Selain itu setil alcohol juga dapat meningkatkan
stabilitas, memperbaiki tekstur dan meningkatkan konsistensi.
Saat pembuatan, cetakan suppositoria dipanaskan dahulu diatas penangas air
tujuannya agar pada saat penuangan larutan obat kedalam cetakan, karena
prosesnya yang lama diharapkan basis tidak langsung membeku. Kemudian pada
cetakan tersebut diolesi paraffin cair untuk mengurangi friksi pada proses
pengeluaran. Basis lemak coklat dipanaskan diatas penangas air sampai setengah
meleleh lalu diangkat dari penangas dan diaduk hingga meleleh seluruhnya. Hal
ini dilakukan karena bila dipanaskan pada suhu tinggi, lemak coklat mencair
sempurna seperti minyak tetapi akan kehilangan semua inti kristalnya yang
berguna untuk memadat, sehingga bila dipanaskan pada suhu yang terlalu tinggi
dikhawatirkan akan merusak inti kristalnya dan sediaan suppositoria tersebut tidak
dapat memadat. Setil alcohol dilelehkan dalam cawan yang berbeda. Bisakodil
dimasukkan kedalam lelehan basis oleum cacao karena kelarutan bisakodil lebih
tinggi dalam basis tersebut sehingga diharapkan dapat lebih homogen. Sediaan
cair panas yang sudah dihomogenkan kemudian dimasukkan kedalam cetakan
panas dengan cara dekantasi menggunakan batang pengaduk. Batang pengaduk
digunakan karena bahannya terbuat dari kaca, dan kaca bersifat inert sehingga
diharapkan tidak bereaksi dengan sediaan. Cara dekantasi dilakukan untuk
mencegah terbentuknya lubang udara pada proses penuangan. Lemak coklat
sangat cepat membeku pada saat pengisian massa suppositoria ke dalam cetakan
dan akan terjadi penyusutan volume pada saat pendinginan hingga terbentuk
lubang di atas massa. Maka dari itu, pada saat melakukan pengisian cetakan harus
diisi berlebih dan kelebihanya dipotong setelah massa menjadi dingin.
Selanjutnya dilakukan pengujian karakteristik fisik suppositoria antara lain:
organoleptis, uji homogenitas, uji keseragaman bobot, dan uji kisran titik leleh.
Organoleptis dilakukan dengan melihat keadaan fisik sediaan menggunakan alat
indera. Sediaan yang dihasilkan tidak terdapat keretakan, tidak terdapat lubang
eksudasi cairan serta migrasi zat aktif yang baik sehingga sediaan memenuhi
syarat dan diluluskan untuk evaluasi selanjutnya. Untuk evaluasi homogenitas zat
aktif dilakukan dengan memotong sediaan secara longitudinal agar luas
permukaan yang terlihat lebih besar, sediaan yang dihasilkan memiliki
penyebaran zat aktif yang homogen dan tidak terbentuk 2 lapisan dengan BJ yang
berbeda. Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang sebanyak 10
sediaan. Didapat bobot rata-rata suppositoria sebesar 2,49426 g, dan telah
dihitung pula standar deviasinya. Berdasarkan perhitungan dinyatakan tidak boleh
lebih dari satu suppositoria yang bobotnya lebih besar dari 2,618973 g dan tidak
boleh ada satupun suppositoria yang bobotnya lebih besar dari 2,743686 g.
Berdasarkan data hasil penimbangan dapat disimpulkan evaluasi keseragaman
bobot sediaan memenuhi syarat. Uji kisaran waktu leleh untuk sediaan
suppositoria juga memenuhi syarat karena sudah mulai meleleh pada suhu ± 37 °C
dalam waktu ± 2 menit (≤ 15 menit).
Ovula adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan cara
memasukkan melalui vagina, dimana ovula akan melebur, melunak, atau melarut
dan memberikan efek lokal atau sistemik. Ovula yang dibuat secara kompresi
dapat dimasukkan lebih jauh ke dalam saluran vagina dengan bantuan alat khusus
(Lachman, L., et al., 1994).
Untuk tujuan penting selayaknya basis ovula dibagi menurut sifat fisiknya
ke dalam dua kelompok :
1. Basis berminyak atau berlemak.
2. Basis yang larut dalam air atau dapat bercampur dengan air.
3. Basis lainnya, umumnya merupakan kombinasi dari bahan-bahan lipoflik dan
hidrofilik.
Kelebihan sediaan ovula daripada sediaan yang pemakaiannya secara oral :
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan.
3. Langsung dapat masuk saluran darah berakibat akan memberi efek lebih cepat
daripada penggunaan obat per oral.
4. Bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
Kekurangan sediaan ovula :
1. Tidak praktis.
2. Pasien sering merasa risih.
Sifat ovula yang ideal adalah :
Melebur pada suhu tubuh atau melarut dalam cairan tubuh
Tidak toksik dan tidak merangsang
Dapat bercampur atau kompatibel dengan bahan obat
Dapat melepas obat dengan segera
Mudah dituang dalam cetakan dan dapat mudah dilepas dari cetakan
Stabil terhadap pemanasan diatas suhu lebur
Mudah ditangani
Stabil selama penyimpanan (H. A. Syamsuni. 2006).
Pada percobaan pembuatan ovula, dibuat ovula dengan zat aktif yang
dipakai povidon 10%. Basis yang digunakan, diantaranya formula 3 menggunakan
PEG (polyetilen glikol).
Formula ini, basis yang digunakan PEG. PEG ini merupakan polimer dari
etilen glikosida dan air, dibuat menjadi bermacam-macam panjang rantainya. PEG
(polyetilen glikol) dipilih sebagai basis karena sifatnya yang hidrofil, tidak iritan,
pelepasan zat aktif tidak bergantung pada titik leleh, dan stabil secara fisik pada
suhu penyimpanan juga efek yang diharapkan yaitu lokal. Dan pada pembuatan
ovula formula ini dipakai basis PEG 400 dan PEG 6000 dengan perbandingan
yang sama, PEG 400 berupa cairan bening tidak berwarna dan PEG 6000 berupa
lilin putih dan padat. digunakan kombinasi PEG 400 dan PEG 600 untuk
mendapatkan basis dengan titik leleh dan kecepatan disolusi yang diinginkan dan
tidak menurunkan titik leleh oleh zat aktif.
Dalam proses pembuatannya dilakukan metode pencetakan dengan cara
penuangan dekantasi, untuk mencegah adanya gelembung udara pada sediaan.
Pada proses peleburan basis, suhu harus dibuat agar tidak terlalu panas kemudian
dimasukkan ke dalam cetakan. Untuk menghindari penyusutan volume masa,
maka selalu dibuat berlebih yaitu ditambah 20% kedalam cetakan dan untuk
menghindari masa yang melekat pada cetakan, maka sebelumnya cetakan diolesi
dengan paraffin cair.
Setelah selesai mencetak dan sediaan di ambil dari cetakan, semua sediaan
basis dan zat aktif) ditimbang,
Evaluasi yang dilakukan terhadap ovula, antara lain penampilan atau
organoleptik, uji kisaran dan waktu meleleh, keseragaman bobot, dan
homogenitas baik eksternal maupun internal. Berdasarkan pengamatan evaluasi
penampilan atau organoleptik, diperoleh hasil evaluasi pada formula ini tidak
ditemukan retakan dan pembengkakkan basis pada sediaan ovula yang dibuat,
ketika dipotong vertikal juga tidak terdapat lubang eksudasi. Berdasarkan evaluasi
homogenitas, sediaan ini baik eksternal maupun internal terlihat homogen. Untuk
mengatasi pengendapan yang terjadi dapat dengan memperkecil ukuran partikel
zat aktif dengan cara digerus sampai halus, karena berat jenis povidon lebih besar
dan ukuran partikel yang besar. Dengan adanya sediaan yang homogen, maka
terdapatnya kelarutan zat aktif yang tercampur dengan basis merata.
Keseragaman bobot ovula. Dari 6 ovula tiap formulanya diperoleh rata-rata,
formula 3 = 3,85334 gram. Berdasarkan hasil evaluasi keseragaman bobot, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada ovula yang bobotnya menyimpang dari
simpangan baku (bobot rata-rata > 5%). Adanya keseragaman bobot yang
berbeda-beda karena dipengaruhi oleh kepadatan atau konsentrasi zat aktif dan
basis, berat atau massa dari zat aktif dan basis, dan volume isi dari zat aktif dan
basis.
Uji kisaran meleleh dan waktu meleleh ovula, kisaran meleleh adalah
rentang suhu zat padat dari mulai meleleh hingga meleleh sempurna. Sedangkan,
waktu meleleh adalah waktu dari mulai zat padat meleleh sampai meleleh
sempurna.Waktu meleleh ovula di ukur pada suhu 37°±0,5°C (Teori Dan Praktek
farmasi Industri. Edisi III. 1994. Hal. 1191).
Berdasarkan hasil evaluasi kisaran dan waktu meleleh diperoleh kisaran
meleleh suhu awal 30°C dan meleleh sempurna 38-66°C. sedangkan waktu
meleleh 3 menit 27,4 detik
XII. Kesimpulan
1. Dosis bisakodil yang digunakan sebesar 10 mg sebagai pencahar dengan
cara pemakaian dimasukkan melalui rektal.
2. Telah dibuat sediaan suppositoria bisakodil yang memenuhi syarat
evaluasi yang dilakukan.
3. Formulasi suppositoria yang digunakan sudah baik.
4. Kekuatan sediaan zat aktif (povidone iodine) yang dipakai pada
pembuatan ovula pada praktikum ini adalah 400 mg
5. Basis ovula harus dapat larut atau terdispersi dalam basis dan meleleh
pada suhu tubuh.
6. Berdasarkan evaluasi penampilan atau organoleptik, tidak ada retakan
dan pembengkakan basis, maupun lubang eksudasi.
7. PEG ini merupakan basis ovula yang larut dalam air dan tidak mudah
meleleh pada suhu kamar.
XIII. Informasi Obat Standar
A. Suppositoria
Bisakodil suppo
Bisacodil adalah pencahar difenilmetana stimulant digunakan untuk
pengobatan sembelit dan untuk evakuasi usus sebelum operasi. aksinya
terutama di usus besar dan biasanya efektif pada waktu 15 sampai 60 menit
setelah penggunaan supositoria.
Golongan/Kelas Terapi
Obat Untuk Saluran Cerna
Nama Dagang
Laxacod, Laxamex, Stolax, Dulcolax/Bicolax
Indikasi
Konstipasi, Semua bentuk sembelit, memudahkan buang air besar pada
kondisi dengan rasa sakit seperti pada hemorrhoid (wasir), pengosongan
lambung-usus sebelum dan sesudah operasi. Perparat untuk enema barium
untuk proktosigmoidoskopi kolon.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dewasa dan anak>=12 tahun : 10 mg sehari sebagai dosis tunggal. Anak
usia 2-11 tahun:5-10 mg sehari (setengah sampai satu suppositoria)
sebagai dosis tunggal. Anak usia<2 tahun:5 mg (setengah suppositoria)
sebagai dosis tunggal.
Farmakologi
Bisakodil merupakan laksatif stimulan. Absorbsi bisakodil minimal setelah
pemberian oral atau rektal. Obat dimetabolisme di hati dan diekskresi
melalui urin dan/atau didistribusikan ke dalam ASI. Setelah pemberian
dosis terapi oral turunan difenilmetan, pengosongan kolon tercapai dalam
waktu 6-8 jam. Pemberian rektal menyebabkan pengosongan kolon dalam
waktu 15 menit sampai 1 jam.
Stabilitas Penyimpanan
Suppositoria dan tablet salut enterik harus disimpan pada suhu kurang dari
30°C
Kontraindikasi
Pasien dengan sakit perut akut, mual, muntah, dan gejala-gejala lain
apendisitis atau sakit perut yang tak terdiagnosa; pasien dengan obstruksi
usus.
Efek Samping
Pada dosis oral terapetik, laksatif stimulan dapat memberikan beberapa
rasa tidak nyaman pada perut, mual, kram ringan, lemah. Pemberian
suppositoria bisakodil rektal dapat menyebabkan iritasi dan rasa terbakar
pada mukosa rektum serta proktitis ringan.
Interaksi obat
Dengan Obat Lain : Efektivitas bisakodil berkurang bila diberikan
bersama-sama dengan antasida, simetidin, famotidin, ranitidin.
Dengan Makanan : Untuk menghindari iritasi lambung dan muntah, tablet
salut enterik bisakodil tidak boleh diminum dalam waktu satu jam setelah
pemberian susu atau produk-produk susu.
Pengaruh
Terhadap Kehamilan : Hanya digunakan bila kondisi ibu mempunyai
risiko potensial terhadap fetus.
Terhadap Ibu Menyusui :Tidak ada data. Sampai data yang adekuat
diperoleh, hati-hati menggunakan bisakodil pada wanita menyusui.
Terhadap Anak-anak : Penggunaan lebih dari 7 hari tidak
direkomendasikan. Penggunaan untuk konstipasi pada anak <6 tahun
dikonsultasikan dengan dokter.
Informasi Pasien
Penggunaan lebih dari 7 hari tidak direkomendasikan. Sebagai laksatif
oral, bisakodil sebaiknya diberikan pada malam hari sebelum aktivitas
buang air besar yang dikehendaki di pagi hari berikutnya. Suppositoria
bisakodil rektal dapat diberikan pada saat buang air besar diinginkan.
Untuk menghindari iritasi lambung dan muntah, tablet salut enterik
bisakodil harus ditelan seluruhnya dan tidak boleh dikunyah, dihancurkan
atau diminum dalam waktu satu jam setelah pemberian antasida atau susu.
Laksatif difenilmetan tidak seharusnya diberikan melebihi dosis yang
direkomendasikan. Konsultasikan dengan dokter bila perubahan mendadak
dalam hal bowel habit berlangsung lebih dari dua minggu atau bila
penggunaan laksatif selama 1 minggu tidak memberikan efek.
Mekanisme Aksi
Laksatif stimulan menginduksi defekasi dengan merangsang aktivitas
peristaltik usus yang bersifat mendorong (propulsif) melalui iritasi lokal
mukosa atau kerja yang lebih selektif pada plexus saraf intramural dari
otot halus usus sehingga meningkatkan motilitas. Akan tetapi, studi terbaru
menunjukkan bahwa obat-obat ini mengubah absorpsi cairan dan
elektrolit, menghasilkan akumulasi cairan usus dan pengeluaran feses.
Beberapa obat ini dapat secara langsung merangsang sekresi ion usus aktif.
Peningkatan konsentrasi cAMP dalam sel-sel mukosa kolon setelah
pemberian laksatif stimulan dapat mengubah permeabilitas sel-sel ini dan
menyebabkan sekresi ion aktif sehingga menghasilkan akumulasi cairan
serta aksi laksatif
Kemasan
Satu wadah berisi 3 supositoria masing-masing mengandung bisakodil :
10mg.
(Sweetman, 2009: 77)
B. Ovula
Povidone
Mengandung bahan aktif 400 mg Povidone-lodine yang merupakan
kompleks stabil, mempunyai aktivitas bakterisid luas dengan cara melepaskan
ikatan Iodine dari Povidone secara oksidasi terhadap kuman-kuman. Umumnya
tidak mengiritasi kulit, saluran mukosa dan relatif non-toksik.
Golongan Obat
Obat bebas terbatas
Indikasi
Relief iritasi vagina minor
Kontra indikasi
Dihindari pada pasien dengan gangguan tiroid atau mereka yang menerima
terapi lithium
Efek samping
Sensitivitas jarang, gangguan tiroid
Interaksi Obat
Meningkatkan metabolisme kalogen sehingga menurunkan efek dari
kalogen.
Mekanisme Aksi
Povidon iodin bersifat bakteriostatik (640 MCI) dan bersifat bakterisid
(940 MCI). Mikrobakteri tuberculosa bersifat resisten terhadap bahan ini.
Povidon iodinmemiliki toksisitas rendah pada jaringan, tetapi pemberian
dalam pembersih larutan akan memberikan efek toksisitas yang lebih
tinggi
Peringatan
Kehamilan, Penggunaan povidone-iodine secara ovula oleh wanita yang
menyusui mengakibatkan konsentrasi yodium tinggi dalam ASI dan bau
yodium pada kuliti, kulit terbuka.
Aturan pakai
4-10%, vaginitis 2 × sehari selama 5 hari berturut-turut
Pencegahan dan kesehatan vagina dipakar 2 × seminggu
Penyimpanan
Simpan ditempat sejuk (15° - 25°C) dan kering, terlindung dari cahaya.
Kemasan
Satu wadah berisi 3 ovula masing-masing mengandung 400 mg povidone
iodine
(Sweetman, 2009 : 1659; Kemenkes RI, 2014 : 688)
XIV. Daftar Pustaka
Ansel, H.C. 1989. Pengatar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta: UI
Press
Banker, G.S. and Anderson N.R. 1989. Tablet, In : Lachman, L.,
Lieberman, H.A., and Kanig, J.L. (Eds), Teori dan Praktek
Farmasi Industri Edisi ketiga, Vol. II. Jakarta: Universitas
Indonesia Press
DepKes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: DepKes RI
Gordon, R.E., Rosanske T.W., Fonner D.E., Anderson N.R., Banker G.S.
1990. Granulation Technology and Tablet Characterization, In:
Lachman, L., Lieberman H.A., Schwartz J.B. (Eds),
Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets, 2nd ed., Vol 2. New York:
Marcel Dekker Inc.
Katzung, B.G., Masters S.B., Trevor A.J. 2009. Basic & Clinical
Pharmacology 11th Ed. New York: McGraw-Hill
Rowe, Raymond C, dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th
Ed. USA: Pharmaceutical Press
Sweetman. 2009. Martindale – The Complete Drug Reference 36th Edition.
London: Pharmaceutical Press
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Diterjemahkan oleh
Soendani N. S. Yogyakarta: UGM Press
Wagner, J.G. 1971. Biopharmaceotic and Relevant Pharmacokinetics. Drug
Intelegence Publication
Recommended