View
222
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
makalah
Citation preview
Leptospirosis
Pendahuluan
Leptospirosis merupakan sebuah istilah untuk penyakit yang disebabkan oleh semua
leptospira tanpa memandang serotipe tertentu. Leptospirosis ini terjadi pada berbagai
binatang pejamu baik binatang liar maupun peliharaan. Kelangsungan hidup leptospira juga
ditentukan oleh berbagai faktor, seperti pH urin pejamu, pH tanah atau air di daerah tersebut,
dan juga oleh perubahan suhu.
Dengan adanya binatang yang terinfeksi di mana-mana, leptospirosis pada manusia
dapat terjadi pada semua kelompok umur, pada semua musim, dan pada kedua jenis kelamin.
Tetapi penyakit ini merupakan penyakit yang terutama menyerang anak-anak belasan tahun
dan dewasa muda, terutama pada laki-laki. Penyakit ini juga dapat menyerang manusia baik
di pedesaan maupun di perkotaan.
Jika sudah terinfeksi, maka seorang akan mengalami suatu perubahan dalam
tubuhnya, yang merupakan pengaruh awal dari infeksi leptospira ini. Harus segera dilakukan
pemeriksaan agar mendapat pengobatan yang baik untuk penyakit ini.
Anamnesis
1
Merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien / keluarganya / orang
yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien dengan memperhatikan petunjuk- petunjuk
verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien.
Tujuan dari anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang
bersangkutan. Informasi yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan
lingkungan pasien, selain itu tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan
dokter pasien yang profesional dan optimal.
Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting:
1. Identitas pasien
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya
Tahap pelaksanaan anamnesis
Persiapan anamnetor–pasien
Pembukaan
Tahap wawancara
Penutup
Pemeriksaan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk lebih mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh pasien.
Pemeriksaan dibagi menjadi beberapa macam:
1. Pemeriksaan fisik, mencakup pemeriksaan tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan
juga palpasi pada hepar.
2. Pemeriksaan laboratorium.1
Bahan hemolitik dapat ditunjukkan pada biakan leptospira patogen. Hemolisis pada
leptospira tampak aktif secara in vivo. Pada pasien ikterik, dapat terjadi anemia berat
dan paling khas disebabkan oleh hemolisis intravaskuler. Anemia karena leptospirosis
jarang dijumpai pada pasien tanpa ikterik. Dapat dijumpai trombositopenia yang
cukup menyebabkan perdarahan (kurang dari 30.000 trombosit per mikroliter).
2
Kelainan hematologik lainnya adalah peningkatan laju endap darah pada lebih dari
separu pasien (biasanya kurang dari 50 mm/jam).
Urinalisis selama fase leptospiremi menunjukkan proteinuria ringan, silinder, dan
peningkatan unsur-unsur sel. Pada infeksi tanpa ikterik, kelainan ini cepat menghilang
setelah minggu pertama. Proteinuria dan kelaina sedimen urin biasanya tidak disertai
dengan peningkatan nitrogen urea darah. karena bentuk penyakit tanpa ikterik sering
kali tidak terdiagnosis, perkiraan kekerapan terjadinya azotemia dan ikterik mungkin
tinggi. Azotemia dilaporkan pada sekitar seperempat pasien. Tiga perempat dari
pasien ini mempunyai kadar nitrogen urea darah kurang dari 36 mmol/L (100mg/dL).
Azotemia biasanya disertai dengan ikterik. Kadar bilirubin serum dapat mencapai
1110 µmol/L (65mg/dL). Selama fase awal, separuh pasien mengalami kenaikan
kadar keratin fosfokinase (CK) serum, dengan angka rata-rata lima kali lipat kadar
normal. Peningkatan seperti ini tidak dijumpai pada hepatitis viral dan peningkatan
ringan transaminase dengan peningkatan pasti keratin fosfokinase lebih mengarah
pada ke leptospirosis daripada hepatitis viral.
Diagnosis
Differential Diagnosis
1. Malaria
Malaria merupakan penyakit protozoa yang ditulakan melalui gigitan nyamuk
anopheles. Resistensi parasit malaria terhadap pengobatan menyebabkan peningkatan
permasalahan di sebagian besar daerah malaria. Malaria sekarang ini tetap menjadi
beban utama bagi masyarakat yang tinggal di kawasan tropis dan merupakan ancaman
bahaya untuk para pelancong.1
Gambar 1. Nyamuk Anopheles
3
http://www.google.co.id/imgres?
q=anopheles&num=10&hl=id&biw=1022&bih=539&tbm=isch&tbnid=F6NSct2FLQ
-
- Etiologi1
Ada 4 spesies dari genus Plasmodium yang menimbulkan infeksi pada manusia,
yaitu P.vivax, P.ovale, P.malariae, dan P. falciparum. Hampir semua kematian
akibat penyakit malaria disebabkan oleh P. falciparum.
- Epidemiologi1
Penyakit malaria terdapat pada sebagian besar kawasan tropis di dunia. Faktor
penentu epidemiologi yang penting adalah keadaan imunologi serta genetik
populasi, spesies parasit, serta nyamuk dalam komunitas yang berisiko, tingkat
turunnya hujan, tenperatur, distribusi tempat berkembangbiaknya nyamuk,
penggunaan obat antimalaria, dan penerapan tindakan pengendalian lainnya yang
dapat menurunkan penularan.
- Patologi dan gambaran klinis umum
Masa tunas intrinsik pada malaria adalah waktu antara sporozoit masuk dalam
badan hospes sampai timbul gejala demam, biasanya berlangsung 8-37 hari,
tergantung pada spesies parasit (terpendek untuk P.falciparum dan terpanjang
untuk P.malariae), beratnya infeksi dan pengobatan sebelumnya atau derajat
imunitas hospes.2 Gejala pertama tidak spesifik dan serupa dengan gejala penyakit
virus ringan, yaitu keluhan tidak enak badan, nyeri kepala, mudah lelah, rasa tidak
enak pada abdomen, dan pegal-pegal pada otot yang kemudian diikuti oleh panas
serta menggigil.1 Demam harus dibedakan dengan demam pada penyakit lain
seperti typhoid fever, dengue fever, infeksi saluran napas akut, hepatitis dan lain-
lain.2
- Pencegahan1
Pada sebagian besar daerah pedesaan yang beriklim tropis, pembasmian malaria
tidak mungkin dilakukan karena langkanya sumber-sumber (dana,
sarana,manusia) yang ada dan belum lengkapnya pemahaman mengenai sifat
biologis serta epidemiologis infeksi dan penyakit malaria. Cara praktis yang jika
memungkinkan dapat dilaksanakan adalah dengan mengurung penyakit tersebut
melalui pemakaian insektisida secara bijaksana untuk mematikan vector nyamuk
dan pemberian kemoprofilaksis pada kelompok berisiko tinggi (perempuan hamil,
4
pelancong yang tidak memiliki kekebalan, anggota ABRI, serta pekerja pada
proyek ekonomi yang dijadikan prioritas.
- Prognosis2
Plasmodium vivax
Prognosis malaria vivax biasanya baik, tidak menyebaban kematian. Bila
tidak diberi pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung 2 bulan atau
lebih.
Plasmodium malariae
Tanpa pengobatan, malaria malariae dapat berlangsung sangat lama dan
rekurens pernah tercatat 30-50 tahun sesudah infeksi.
Plasmodium ovale
Malaria ovale penyakitnya ringan dan dapat sembuh sendiri tanpa
pengobatan.
Plasmodium falciparum
Penderita malaria falciparum berat prognosisnya buruk, sedangkan
penderita malaria falciparum tanpa komplikasi prognosisnya cukup baik
bila dilakukan pengobatan dengan segera dan dilakukan observasi hasil
pengobatan.
- Penanganan1
Pasien yang tinggal pada daerah endemis malaria atau berasal dari daerah tersebut
dan mengalami demam harus menjalani pemeriksaan sediaan apus darah tebal
serta tipis yang harus dilakukan dengan segera untuk memastikan diagnosis serta
mengenali spesies parasit penyebab infeksi. Di daerah endemis, infeksi malaria
tanpa komplikasi dapat diobati secara rawat jalan. Pasien penyakit malaria yang
berat atau pasien yang tidak mampu meminum obatnya harus mendapatkan
pengobatan antimalaria secara parenteral.
- Komplikasi1
Gagal ginjal akut
Edema paru akut
Hipoglikemia
2. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Dengue adalah infeksi yang ditularkan oleh nyamuk yang ditandai oleh demam, sakit
otot dan sendi, limfadenopati, dan ruam, dan disebabkan oleh flavivirus.3
5
Keempat serotipe virus dengue dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DHF,
dengue hemorrhagic fever) dan sindroma syok dengue (DSS, dengue shock
syndrome).1
- Diagnosis1
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan kriteria untuk diagnosis DHF:
demam-timbulnya tiba-tiba, tinggi, terus-menerus, dan berkahir selama 2-7 hari;
manifestasi perdarahan dan manifestasi lain seperti petekie, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau melena; pembesaran hepar,
trombositopenia, 100.000 sel per mikroliter; hemokonsentrasi, peningkatan
hematokrit 20%. Kriteria DSS adalah nadi lemah, cepat, dan penyempitan tekanan
darah.
- Epidemiologi3
A.aegypti adalah nyamuk domestik, terdapat dalam semak atau hutan dan
mungkin berperan dalam mempertahankan infeksi di antara monyet.
Pada masyarakat perkotaan, epidemi dengue bersifat eksplosif dan menyerang
banyak penduduk. Penyakit ini sering timbul selama musim hujan, ketika vector
nyamuk A. aegypti terdapat dalam jumlah banyak. Tempat perkembangbiakan
nyamuk di daerah tropika atau semitropika adalah genangan air buatan di sekitar
tempat tinggal manusia atau lubang-lubang pohon atau tumbuhan yang dekat
dengan tempat tinggal manusia.
- Patogenesis dan patologi3
Terdapat viremia pada saat timbulnya demam dan dapat menetap selama 3 hari.
Lesi histopatologik ini berada dalam pembuluh darah kecil disertai
pembengkakkan endotel, edema perivaskuler, dan infiltrasi dengan sel-sel
mononuklir.
- Prognosis1
Mortalitas bervariasi dari 1 sampai 23%. Kematian paling sering terjadi pada bayi
di bawah usia 1 tahun.
- Pencegahan1
Saat ini pengendalian vector merupakan satu-satunya metode yag ada untuk
mencegah demam berdarah.
6
Gambar 2. A. aegypti
http://www.google.co.id/imgres?
q=aedes+aegypti+mosquito&start=48&num=10&hl=id&biw=1022&bih=539&tb
m=isch&tbnid=3PDoJlm517-
3. Filariasis
Cacing filaria merupakan nematoda yang hidup di dalam jaringan subkutan dan
sistem limfatik. Ada empat spesies yang merupakan penyebab sebagian besar infeksi
filaria yang serius, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Onchoreca volvulus,
dan Loa-loa. Infeksi biasanya hanya terjadi setelah seseorang mengalami pajanan
yang lama dan berulang dengan larva yang infektif.1
- Epidemiologi1
W.bancrofti adalah parasit filarial pada manusia yang paling tersebar luas.
Manusia merupakan pejamu tunggal dari parasit ini. Bentuk microfilaria yang
bersifat periodic nokturna sangat jarang ditemukan dalam darah perifer pada siang
hari dan jumlahnya meningkat pada malam hari. W. bancrofti bersifat periodik
nokturna. Vektor alami adalah nyamuk Culex fatigans di daerah kumuh dan
nyamuk Anopheles atau Aedes di daerah pedalaman.
- Patologi1
Perubahan patologik yang utama terjadi akibat kerusakan inflamatorik pada
system limfatik yang disebabkan oleh cacing dewasa dan bukan oleh mikrofilaria.
Cacing dewasa hidup dalam saluran limfatik aferen atau sinus-sinus kelenjar limfe
dan menyebabkan dilatasi limfatik serta penebalan dinding pembuluhnya.
- Pencegahan1
7
Upaya untuk menghindari gigitan nyamuk biasanya tidak dapat diterapkan bagi
penduduk yang tinggal di daerah endemik, namun individu yang berkunjung ke
daerah tersebut harus menggunakan obat pengusir nyamuk dan kelambu.
4. Demam Tifoid
Demam tifoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata pada fagosit
mononuklear. Beberapa spesies yang menyebabkan demam tifoid: S. typhi, S.
paratyphi A dan paratyphi B, serta kadang-kadang S. typhimurium.1
- Epidemiologi
Penyebab yang terdekat mungkin air atau makanan yang terkontaminasi oleh karir
manusia. Karir menahun umunya berusia 50 tahun, lebih sering pada perempuan,
dan sering menderita batu empedu. S. typhi berdiam dalam empedu, bahkan di
bagian dalam batu, dan secara intermiten mencapai lumen usus dan diekskresikan
ke feses, sehingga mengontaminasi air atau makanan.1
- Patogenesis dan Gejala Klinik
Setelah tertelan, S. typhi melintasi sawar lambung mencapai usus halus. Kuman
ditelan oleh fagosit mononuklear lalu bertahan hidup dan memperbanyak diri
dalam sel sehingga menimbulkan penyakit.1
Setelah masa inkubasi 10-14 hari, timbul demam, lemah, sakit kepala, konstipasi,
bradikardia, dan mialgia. Demam sangat tinggi dan limpa serta hati membesar.
Jumlah sel darah putih normal atau rendah, sebelum masa antibiotika komplikasi
utama demam tifoid adalah perdarahan usus dan perforasi.3
- Pencegahan dan pengendalian1
Pengalaman sedunia menunjukkan bahwa perbaikan sanitasi lingkungan, termasuk
pembuangan limbah dan pemasokan air akan menurunkan insiden demam tifoid
dengan tajam. Jika pendekatan ini belum dimungkinkan, dan bagi para pelancong,
imunisasi telah digunakan.
- Prognosis1
Terapi demam tifoid yang cocok, terutama jika pasien perlu dirawat secara medis
pada stadium dini, sangat berhasil. Angka kematian harus di bawah 1% dan hanya
sedikit penyulit yang terjadi.
5. Riketsia
8
Riketsia adalah bakteri kecil yang merupakan parasit intraseluler obligat dan
ditularkan ke manusia melalui artropoda.3
- Patogenesis1
Penyakit riketsia berkembang setelah infeksi melalui kulit atau saluran napas.
Agen penyebab dari kelompok tifus dan demam spotted (bercak) masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan vector artropoda yang terinfeksi.
- Patologi1
Perubahan mendasar pada kelompok penyakit demam tifus dan demam bercak
adalah perubahan vaskuler, disertai lesi yang tersebar luas pada parenkim organ
sekitarnya. Yang paling sering terjadi adalah pada kulit, otot, jantung, paru, dan
otak.
- Perawatan pendukung1
Sering membalik-balik pasien akan mengurangi tekanan dari bagian tulang yang
menonjol dan juga mencegah terjadinya pneumonia aspirasi. Perawatan mulut
yang benar, dengan sering mengusap rongga mulut, dapat mencegah terjadinya
parotitis dan gingivitis. Mengisap sari buah lemon atau menggunakan gliserin atau
minyak mineral juga sangat menolong. Biasanya makanan dapat diterima dengan
baik oleh penderita penyakit riketsia, dan diet harian harus mencakup 1 sampai 2
gram protein per kilogram berat badan normal. Jika diperlukan, pemberian
transfuse sel darah merah secara lambat juga sangat membantu. Dialisis
diperlukan jika terdapat bukti nyata adanya gagal ginjal akut.
6. Hepatitis A
Serangan hepatitis tipe A biasa terjadi di dalam keluarga dan panti perawatan,
perkemahan musim panas, dan terutama di antara tentara. Cara penularan yang paling
mungkin dalam keadaan ini adalah melalui tinja-mulut dan melalui kontak pribadi
yang erat. Pembawa virus dalam usus mungkin tidak ada. Penyakit klinis sering
terdapat pada anak-anak dan orang dewasa muda, dengan angka tertinggi antara umur
15 dan 30 tahun.1
Ledakan epidemik hepatitis tipe A yang tiba-tiba biasanya diakibatkan kontaminasi
tinja pada satu sumber (misalnya air minum, makanan, atau susu). Konsumsi kerang
mentah atau kerang yang tidak dimasak dengan benar dan berasal dari perairan yang
tercemar air buangan dapat menyebabkan berjangkitnya hepatitis.1
9
Sumber infeksi lain juga adalah primata, bukan manusia, biasanya adalah simpanse.
Hewan ini menularkan infeksi hepatitis kepada orang-orang yang berhubungan erat
dengannya. HAV jarang ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi atau
melalui darah yang tercemar virus.1
Working Diagnosis
Leptospirosis merupakan istilah untuk penyakit yang disebabkan oleh semua
leptospira tanpa memandang serotipe tertentu.1
- Etiologi
Leptospirosis adalah infeksi menyeluruh manusia dan binatang yang disebabkan
oleh spiroheta genus Leptospira. Leptospira pathogen termasuk satu spesies,
Leptospira interrogans, yang berisi sekitar 200 serovar terpisah.4
- Epidemiologi
Leptospirosis diperkirakan merupakan zoonosis yang paling luas tersebar di dunia.
Penyakit ini terjadi pada berbagai binatang pejamu baik binatang liar maupun
peliharaan, termasuk vertebra poikilotermik.1 Tikus merupakan sumber utama
infeksi dan reservoir binatang lain yang penting adalah anjing, kucing, ternak, dan
binatang liar.4 Infeksi binatang bervariasi dan jika terinfeksi, binatang akan
mengeksresi spiroketa dalam urin selama masa yang lama.4
Kelangsungan hidup leptospira patogen dalam alam ditentukan oleh berbagai
faktor seperti pH urin pejamu, pH tanah atau air, dan perubahan suhu. Leptospira
dalam sebagian besar bekas urin pada tanah tetap infeksius selama 6-48 jam. Urin
yang asam akan membatasi kelangsungan hidup leptospira.1
Sebagian kasus manusia di seluruh dunia akibat dari pemajanan pekerjaan
terhadap air atau tanah yang dikontaminasi tikus. Kelompok pekerjaan dengan
insiden leptospirosis tinggi adalah pekerja pertanian, orang-orang yang hidup dan
bekerja pada lingkungan yang bayak tikus, individu yang terlibat pada peternakan
hewan atau dokter hewan, dan pekerja laboratorium.4 Kelompok lainnya juga
adalah pada orang-orang yang berenang atau merendam sebagian tubuh dalam air
yang tercemar.1
- Patogenesis dan Gambaran Klinik
10
Infeksi pada manusia biasanya terjadi lewat air minum atau makan makanan yang
terkontaminasi oleh leptospira.3 Leptospira juga bisa masuk pada manusia melalui
kulit basah dan lebih disukai yang tergores atau melalui membrana mukosa,tetapi
hal ini jarang terjadi.3,4 Setelah masa inkubasi 1-2 minggu, muncul demam yang
waktu timbulnya bervariasi, dan selama masa ini spiroketa terdapat dalam aliran
darah. Kemudian organisme menetap dalam organ parenkimatosa (terutama hati
dan ginjal), yang menimbulkan perdarahan dan nekrosis jaringan dan
mengakibatkan disfungsi organ tersebut (ikterus, perdarahan, reensi nitrogen).
Penyakit ini bersifat bifasik, yaitu di mana setelah penyembuhan awal, timbul fase
kedua yang ditandai dengan peningkatan titer antibody IgM. Gejalanya seperti
meningitis aseptic, dengan sakit kepala dan leher yang hebat, leher kaku, dan
pleositosis dalam cairan serebrospinal. Dapat pula terjadi nefritis dan hepatitis,
lesi-lesi kulit, otot maupun mata. Serangan ginjal pada banyak spesies hewan
bersifat kronik dan mengakibatkan pengeluaran sejumlah besar leptospira dalam
air kemih dan hal ini mungkin sumber utama kontaminasi dan infeksi pada
manusia. Air kemih manusia juga dapat mengandung spiroketa pada minggu
kedua atau ketiga masa sakit. Antobodi aglutinasi, ikatan komplemen, dan lisis
timbul selama masa infeksi.3
- Gambaran Laboratorium1
Jumlah leukosit bervariasi dari leukopeni sampai peningkatan ringan pada pasien
tanpa ikterik. Pada pasien ikterik, leukositosis dengan jumlah 70.000 sel
permikroliter dapat terjadi. Bahan hemolitik ditunjukkan pada biakan leptospira
patogen. Berlawanan dengan berbagai hemolisin yang berasal dari bakteri yang
tidak bersifat hemolitik secara in vivo, hemolisin pada leptospira tampaknya aktif
secara in vivo. Pada pasien ikterik dapat terjadi anemia berat paling khas
disebabkan oleh hemolisis intravaskuler. Mekanisme lain terjadinya anemia
adalah azotemia dan kehilangan darah sekunder karena perdarahan. Dapat
dijumpai trombositopenia yang cukup menyebabkan perdarahan (kurang dari
30.000 trombosit per mikroliter). Kelainan hematologic lainnya adalah
peningkatan laju endap darah pada lebih dari separuh pasien (biasanya kurang dari
50mm/jam). Uranilisis selama fase leptospiremi menunjukkan proteinuria ringan,
silinder, dan peningkatan unsur-unsur sel. Pada infeksi tanpa ikterik, kelainan ini
cepat menghilang setelah minggu pertama. Proteinuria dan kelainan sedimen urin
biasanya tidk disertai dengan peningkatan nitrogen urea darah. Azotemia
11
dilaporkan pada sekitar seperempat pasien. Tiga perempat dari pasien ini
mempunyai kadar nitrogen urea darah kurang dari 36 mmol/L (100 mg/dL).
Azotemia biasanya disertai dengan ikterik. Kadar bilirubin serum dapat mencapai
1110 µmol/L (65 mg/dL). Selama fase awal, separuh pasien mengalami kenaikan
kadar keratin fosfokinase (CK) serum, dengan angka rata-rata lima kali lipat kadar
normal.
- Diagnosis1
Diagnosis kerja yang paling umum dari pasien leptospirosis adalah meningitis,
hepatitis, nefritis, demam dengan sebab tidak diketahui (FUO), influenza,
sindroma Kawasaki, sindroma syok toksik, dan penyakit Legionnaire. Leptospira
dapat diisolasi cukup cepat selama fase awal dari darah dan cairan serebrospinal
atau selama fase kedua dari urin. Leptospira mungkin dikeluarkan dalam urin
sampai selama 11 bulan setelah awitan penyakit dan dapat menetap meskipun
diberi terapi antimikroba. Darah lengkap sebaiknya segera disuntikan ke dalam
tabung berisi medium setengah padat, seperti media Fletcher atau EMJH. Jika
media biakan tidak tersedia, leptospira dilaporkan tetap dapat hidup sampai 11
hari dalam darah yang ditambahkan antikoagulan. Metode serologic dapat
digunakan selama fase kedua, antibodi muncul mulai hari keenam sampai hari
kedua belas perjalanan penyakit.
- Prognosis1
Prognosis tergantung pada virulensi organisme dan keadaan umum pasien. Angka
kematian pada kasus-kasus yang dilaporkan di Amerika Serikat bervariasi setiap
tahun. Umur pejamu merupakan fakor yang paling bermakna dalam hubungannya
dengan peningkatan kematian. Keganasan leptospira yang menginfeksi
berhubungan baik dengan perkembangan ikterik. Penyebab kematian biasanya
sekunder akibat perdarahan (terutama pada saluran makanan) atau gagal ginjal.
- Imunitas3
Terbentuk imunitas serovar spesifik yang kuat setelah infeksi, tetapi dapat terjadi
reinfeksi dengan serovar yang berbeda.
- Terapi
Bermacam obat antimikroba, seperti penisilin, streptomisin, senyawa yang
menyerupai tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, dan siprofloksasin, efektif
secara in vitro dan pada infeksi leptospira eksperimental.1
12
Antimikroba merupakan obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang
merugikan manusia, dan antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh suatu
mikroba, terutama fungi yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis
lain.5
Dalam 4-6 jam setelah dimulai pemberian penisilin G, dapat terjadi reaksi tipe
Jarisch-Herxheimer yang menunjukkan aktivitas antileptospira. Pemberian
doksisiklin jika diberikan 4 hari setelah awitan gejala, secara bermakan dapat
memperpendek lama demam dan sebagian besar gejala lainnya serta menurunkan
kekerapan leptospiuria pada pasien sakit ringan.1
- Pencegahan dan Pengendalian
Leptospirosis pada hakikatnya adalah infeksi pada hewan, infeksi pada manusia
hanya kebetulan akibat kontak dengan air atau zat lain yang terkontaminasi
dengan tinja hewan. Leptospira dapat tetap hidup dalam air yang tergenang selama
beberapa minggu. Pengendalian terdiri atas pencegahan terhadap air yang
kemungkinan besar terkontaminasi dan mengurangi kontaminasi dari hewan
pengerat. Doksisiklin 200 mg diberikan melalui mulut seminggu sekali pada
waktu terjadi kontakyang hebat. Dapat dilakukan vaksinasi distemper-hepatis-
leptospirosis terhadap anjing.3
Kesimpulan
Leptospira merupakan suatu infeksi pada hewan, yang sesewaktu juga akan
menginfeksi manusia. Hal ini bisa terjadi jika manusia terkontaminasi dari benda-benda yang
sudah terkontaminasi sebelumnya.
Manusia yang sudah terkontaminasi akan mengalami perubahan dalam tubuhnya,
yang merupakan gejala-gejala khas dari pengaruh infeksi leptospirosis ini. Gejala-gejala yang
timbul bisa berupa menggigil berulang, suhu tubuh meningkat tinggi, sakit kepala, dan
mialgia berat berkelanjutan. Akibatnya bila tidak diberi pengobatan adalah munculnya tanda
fisik yang khas seperti penutupan konjungtiva, bisa juga diertai dengan fotofobia. Temuan
lain juga tetapi jarang seperti infeksi faring, perdarahan kulit dan ruam kulit.
Pengendalian dan pencegahan leptospira sekarang ini dengan tidak melakukan kontak
langsung dengan benda-benda yang sudah terkontaminasi. Bagi para pekerja kebun, bisa
13
memakai pelindung kaki dan tangan selama berkerja, dan mengawasi semua kegaiatan anak
di luar rumah serta diberikan vaksinasi bagi kelompok-kelompok rentan.
Daftar pustaka
1. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. Prinsip-prinsip ilmu penyakit
dalam. Edisi 13 (2). Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2012.h.836, 1001-11, 755-8,
833-6
2. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S. Buku ajar parasitologi kedokteran.
Edisi 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.h.195, 204-22
3. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2002.h.509-10, 245, 332, 465, 322-4
4. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak. Edisi 15 (2). Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2000.h.1055
5. Gunawan SG. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.h.585
14
Recommended