View
111
Download
16
Category
Preview:
DESCRIPTION
forensik
Citation preview
Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal ReferatFakultas Kedokteran Januari 2016Universitas Hasanuddin
LUKA TEMBAK PADA KEPALA
Oleh:
Nurmasdalina Ithnin C11111880Michael MS Aritonang Adaptasi LN
Pembimbing
dr. Herri Mundung
Supervisor
Prof Dr. dr. Gatot S. Lawrence, MSc, SpPA(K), DFM, SpF, FESC
Dibuat Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
Pada Bagian Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Makassar
2016
Library ManagerDate Signature
Lembar Pengesahan
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:
1. Nama : Nurmasdalina IthninNIM : C11111880
2. Nama : Michael AritonangNIM : Adaptasi LN
Judul Referat : Luka Tembak Pada Kepala
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar, Januari 2016
Supervisor Pembimbing
Prof Dr. dr. Gatot S. Lawrence, MSc, SpPA(K), DFM, SpF, FESC
dr. Herri Mundung
Luka tembak dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia tingkat 3a
yang berarti mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik
dan mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya dan mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
Kerangka Penulisan
Luka Tembak Pada Kepala
Luka tembak masuk
komponen LTM jarak jauh
LTM jarak sedang/dekat LTM tempel
luka tembak keluar
luka tembak pada tulang
DISCLAIMER
Referat ini kami buat dengan mengambil dan menambahkan pembahasan dari referat yang dibuat oleh :
1. Judul : Luka Tembak
Penyusun : Mohamaad Haris 110208046
Hari Sudarjat 110208116
Sazida Subetan 110208149
Pembimbing : dr. Ulfa C. Indiasari
Supervisor : Prof. Dr. dr. Gatot S. Lawrence, MSc, Sp. PA(K), DFM, Sp F, FESC
Tahun : 2013
2. Judul : Luka Tembak Masuk
Penyusun : Karina Goysal C11109794
Indah Rosidha C11109819
Andi Nurul Khairyah Fadila Sultan C11109105
Pembimbing : dr. Roni Tobo
Supervisor : Dr. dr. Rina Masadah, Sp. PA, DFM, M. Phil
Tahun : Maret 2015
3. Judul : Luka Tembak : Penentuan Arah
Penyusun : Ahmad Saiful Asyraf C11108767
Dionisus Giri S C11109309
Izza Munira Hamidin C11108791
Pembimbing : dr. Ulfa Camelia Indiasari
Supervisor : drg. Peter Sahelangi, DFM
Tahun : 2014
4. Judul : Luka Tembak : Penentuan Jarak Tembakan
Penyusun : Felix Sugi 0908012840
Henry Desmania 0908012846
Pembimbing : dr. Ulfa Camelia Indiasari. Sp.F
Supervisor : dr. Ulfa Camelia Indiasari. Sp.F
Tahun : 2014
Daftar isi
Halaman Judul……… ……………………………………………………………………………………………….. i
Lembar Pengesahan….…………………………………………………………………………………………… ii
Relevansi Dengan SKDI……………………………………………………………………………………………iii
Kerangka Penulisan…………………………………………………………………………………………………iv
Disclaimer………………………………………………………………………………………………………………..v
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………………………………vii
1 Pendahuluan ……………………………………………….………………………………………… 1
2 Definisi Luka Tembak …………………………………………………………………………….. 3
3 Klasifikasi Luka Tembak ………………………………………………………………………… 3
4 Mekanisme Kerja Senjata……………………………………………………………………… 19
5 Mekanisme Kematian …………………………………………………………………………… 21
6 Luka tembak Senjata Api pada Anggota Tubuh …………………………………….. 22
7 Proses Terjadinya tembakan ………………………………………………………………... 25
8 Pemeriksaan Khusus Yang Dilakukan pada Luka tembak ……………………… 26
9 Kesimpulan……………………………………………………………………………………………30
Daftar Pusaka ………………………………………………………………………………………………………. 31
LUKA TEMBAK PADA KEPALA
1. PENDAHULUAN
Pada dua dekade terakhir terjadi peningkatan insiden terhadap luka pada
kepala yang di sebabkan oleh senjata api. Meningkatnya luka tembak pada kepala
pada daerah perkotaan di Amerika Serikat sebagian besar di pengaruhi oleh maraknya
kekerasan dan pembunuhan oleh anggota gank selain dari bunuh diri dan kecelakaan
yang tidak di sengaja.1
Laporan dari Inggris danWalespada tahun 2001 angka kejadian luka tembak
adalah 0,4/100.00 kasus dan ada laporan dari Kanada mengenai angka kejadian luka
tembak yaitu 2,6/100.000 kasus. Dalam konteks kesehatan masyarakat, diperkirakan
terdapat lebih dari 500.000 luka per tahunnya yang merupakan luka akibat senjata api.
Menurut WHO pada tahun 2001, jumlah tersebut mewakili seperempat dari total
perkiraan 2,3 juta kematian akibat kekerasan. Dari 500.000 kasus luka tembak, 42 %
merupakan kasus bunuh diri, 38% merupakan kasus pembunuhan dan 20%
merupakan kasus perang dan konflik senjata.
Luka tembak pada kepala merupakan penyebab kematian akibat pembunuhan
baik di negara-negara maju maupun berkembang dan pada banyak yurisdiksi, paling
sering digunakan pada kasus bunuh diri. Di Indonesia, menurut laporan hak asasi
manusia triwulan kedua tahun 1998 yang dikeluarkan oleh ELSAM ( Lembaga Studi
dan Advokasi Masyarakat) pada triwulan ke II tercatat ada 102 warga negara yang
menjadi korban kekerasan akibat senjata api.2
Pentingnya peranan forensik dalam hal ini yaitu untuk mengetahui apakah
luka yang terjadi memang disebabkan oleh luka tembak atau tidak, termasuk luka
tembak masuk atau luka tembak keluar, jarak tembakan, arah tembakan dan pengaruh
bentuk luka pada elastisitas jaringan.
Beberapa faktor yang dapat menentukan seberapa besar kerusakan pada luka
tembak senjata api seperti kaliber dari senjata api, ukuran dan kecepatan dari peluru,
arah lintasan peluru dan lokasi pada kepala.
Dalam referat ini kami akan membahas mengenai luka tembak pada kepala
yang meliputi pembahasan luka tembak masuk berdasarkan jarak tembakan, arah
tembakan, elastisitas jaringan, gambaran morfologi luka,dan luka tembak keluar yang
merupakan ilmu dasar balistik yang perlu di ketahui sebahai ilmu dasar dalam
foresik.Faktor-faktor ini merupakan hal yang penting dalam analisa dan
pendeskripsian dari luka tembak masuk tersebut.3
2.DEFINISI
Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru kedalam
tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api atau persentuhan peluru dengan tubuh.
Luka tembak terdiri dari luka tembak masuk dan luka tembak keluar.Luka tembak
masuk terjadi apabila anak peluru memasuki suatu objek dan tidak keluar lagi,
sedangkan pada luka tembak keluar, anak peluru menembus objek secara
keseluruhan.Umumnya luka tembak ditandai dengan luka masuk yang kecil dan luka
keluar yang lebih besar.Luka ini biasanya juga disertai dengan kerusakan pada
pembuluh darah, tulang, dan jaringan sekitar. Luka tembakdapat dibagi
menjadiempatkategori, berdasarkanjarakdarimoncongketarget:kontak,kontak jarak
dekat,menengah dan jauh.1
Luka tembak terjadi karena energi dari peluru saat menembus tubuh.Semakin
besar energi yang dihasilkan peluru, semakin parah luka yang dapat terjadi. Energi
akan meningkat seiring besar, berat dan kecepatan pelurunya. Secara umum, peluru
berukuran besar yang ditembakkan dari senapang menyebabkan luka yang lebih besar
dibandingkan dengan peluru berukuran kecil yang ditembakkan dari pistol.1
3. KLASIFIKASI
Luka tembak dapat diklasifikasikan berdasarkan jarak tembak antara moncong
senjata dengan target yaitu tubuh korban. Luka tembak yang terjadi dapat ditemukan
dalam bentuk penetrasi atau perforasi.Penetrasi luka terjadi apabila peluru memasuki
objek dan tidak dapat keluar, sedangkan perforasi luka terjadi apabila peluru dapat
melewati keseluruhan objek.1
Klasifikasi luka tembak ditentukan berdasarkan ciri-ciri yang khas
ditimbulkan pada setiap tembakan yang dilepaskan dari berbagai jarak. Dalam balistik
luka tembak diklasifikasikan menjadi :1
A. Luka Tembak Masuk
Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran
yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan didapatkan perubahan
yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen yang keluar dari laras senjata
api tersebut.Adapun komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap penembakan
adalah :4
- Anak peluru,
- Butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar,
- Asap atau jelaga,
- Api, dan
- Partikel logam.
Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas maka minyak yang
melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada luka.Bila penembakan
dilakukan dengan posisi moncong senjata menempel dengan erat pada tubuh korban,
maka akan terjadi jejas laras. Selain itu bila senjata yang dipakai termasuk senjata
yang tidak beralur (smooth bole), maka komponen yang keluar adalah anak peluru
dalam satu kesatuan atau tersebar dalam bentuk pelet, tutup dari peluru itu sendiri
juga dapat menimbulkan kelainan dalam bentuk luka.
Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap peristiwa penembakan akan
menimbulkan kelainan pada tubuh korban sebagai berikut :4, 5
a) Akibat anak peluru (bullet effect) : luka terbuka. Luka terbuka yang terjadi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu :
- Kecepatan,
- Posisi peluru pada saat masuk kedalam tubuh,
- Bentuk dan ukuran peluru, dan
- Densitas jaringan tubuh dimana peluru masuk.
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan luka
yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang kecepatannya lebih
rendah. Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru mengenai bagian tubuh
yang densitasnya lebih besar.Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan
kandung kencing bila terkena tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh
(jantung dalam fase diastol), maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila
dibandingkan dengan jantung dalam fase sistol dan kandung kencing yang kosong;
hal tersebut disebabkan karena adanyaa adanya penyebaran tekanan hidrostatik
keseluruh bagian.
b) Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stippling.6
- Butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk
kedalam kulit
- Daerah dimana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik bintik
hitam dan bercampur dengan perdarahan
- Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik hitam
tersebut tidak dapat dihapus dengan kain dari luar
- Jangkau butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60
sentimeter
- “black powder” adalah butir mesiu yang komponennya terdiri dari nitrit,
tiosianat, tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, dan kalium sulfide,
sedangkan “smoke less powder”, terdiri dari nitrit dan selulosa nitrit yang
dicampur dengan karbon dan grafit.
c) Akibat asap (smoke effect) : jelaga5
- Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna maka terbentuk asap
atau jelaga,
- Jelaga yang berasal dari “black powder” komposisinya CO2 (50%), Nitrogen
(35%), CO (10%), Hidrogen Sulfid (3%), Hidrogen (2%), serta sedikit
Oksigen dan Methane,
- “Smokeless powder” akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit,
- Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 sentimeter,
- Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan kulit,
sehingga bila dihapus akan menghilang.
d) Akibat api (flame effect) : luka bakar
- terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang
mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching, charring),
- jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan terbakar,
- jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 sentimeter;
sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya 7 ½ sentimeter.
e)Akibat partikel logam (metal effect) : “fouling”- oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu
peluru bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel logam
sebagai akibat pergesekan tersebut,
- partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka
terbuka dangkal kecil-kecil pada tubuh korban,
- partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian
korban.
f)Akibat moncong senjata (muzzle effect) : jejas laras
- Jejas laras dapat terjadi pada luka tempel, baik luka tembak tempel yang erat
(hard contact), maupun yang hanya sebagian menempel (soft contact),
- Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada bagian tubuh
dimana dibawahnya ada bagian yang keras (tulang),
- Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang dan
mengangkat kulit sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara kulit
dengan moncong senjata,
- Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan moncong
senjatanya dengan cukup keras pada tubuh korban, akan tetapi hal ini jarang
terjadi,
- Pada “hard contact” jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka,
sedangkan pada “soft contact” jejas laras yang sebetulnya luka lecet tekan
tersebut akan tampak sebagian, sebagai garis lengkung,
- Bila pada “ hard contact” tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tattoo,
oleh karena tertutup rapat oleh laras senjata, maka pada ‘soft contact’ jelaga
dan butir mesiu ada yang keluar melalui celah antara moncong senjata dan
kulit, sehingga masih terdapat adanya kelim jelaga dan kelim tattoo.6
Gambar 1 gambaran pada sasaran yang diakibatkan oleh pelbagai komponen suatu tembakan.
(dikutip dari kepustakaan 4
Luka tembak masuk dibedakan menjadi :
Luka tembak masuk jarak jauh
Pada luka tembak masuk jarak jauh, yang mengenai sasaran hanyalah anak
peluru sahaja.Sedangkan partikel lainnya tidak didapatkan, hanya ditemukan luka
bersih dengan contusion ring.Pada arah tembakan lurus permukaan sasaran, bentuk
contusion ringnya konsentris.Sedangkan pada tembakan miring contusion ringnya
oval.Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban diluar jangkauan
atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau terbakar sebagian.Jarak
diatas > 30 inch/2 feets.Ukuran luka jauh lebih kecil dibandingkan peluru. Warna
kehitaman atau kelim tattoo tidak ada. Bila senjata sering dirawat (diberi minyak)
maka pada kelim lecet dapat dilihat pengotoran berwarna hitam berminyak, jadi ada
kelim kesat atau kelim lemak.Pada luka tembak masuk jarak jauh ini, dibentuk oleh
komponen anak peluru.17
Gambar 2
Luka tembak masuk jarak jauh.Arah tembakan lurus permukaan sasaran, bentuk contusion
ringnya konsentris. (dikutip dari kepustakaan 7)
Luka tembak masuk jarak dekat/sedang
Pada umumnya disebabkan oleh peristiwa pembunuhan, sedangkan untuk
bunuh diri ditemukan tanda-tanda schot hand.Terjadi bila jarak antara moncong
senjata dengan tubuh korban masih dalam jangkauan butir-butir mesiu (luka tembak
sedang) atau jangkauan jelaga dan api (luka tembak dekat). Luka berbentuk bundar
atau oval tergantung sudut masuknya peluru, dengan disekitarnya terdapat bintik-
bintik hitam (kelim tato) dan atau jelaga.Ukuran luka lebih kecil dibanding peluru.Di
sekitar luka dapat ditemukan daerah yang berwarna merah atau hangus terbakar.Bila
terdapat kelim tato, berarti jarak antar moncong senjata dengan korban sekitar 60 cm
(50-60 cm), yaitu untuk senjata genggam.Bila terdapat pula kelim jelaga, jaraknya
sekitar 30 cm (25-30 cm). Bila terdapat juga kelim api, maka jarak antara moncong
senjata dengan korban sekitar 15 cm. Luka tembak sedang dibentuk oleh komponen
anak peluru dan butir-butir mesiu yang tidak habis terbakar. Sedangkan luka tembak
jarak dekat dibentuk oleh komponen anak peluru, butir mesiu, jelaga dan panas/api.18
Gambar3Disekitar luka tembak di bagian kepala terdapat bintik-bintik hitam (kelim
tattoo) dan kelim jelaga. (dikutip dari kepustakaan 8 )
Luka Tembak Tempel (Contact wound)
Luka tembak masuk tempel pada umumnya merupakan luka pada kasus bunuh
diri.Pada luka tembak tempel, moncong senjata saat penembakan diletakkan
berlawanan dengan permukaan tubuh. Luka tembak masuk tempel pada kulit
umumnya tidak bulat, tetapi dapat berbentuk bintang apabila mengenai tulang dan
sering ditemukan cetakan/jejas ujung laras. Terjadinya luka berbentuk bintang
disebabkan karena ujung laras ditempelkan keras pada kulit, sehingga seluruh gas
masuk kedalam dan jalannya terhalang oleh tulang sehingga membalik keluar melalui
lubang anak peluru. Desakan keluar ini menimbulkan cetakan laras dan robeknya
kulit. Pada luka tembak tempel, semua unsur-unsuryang keluar dari laras masuk ke
dalam luka. Dalam tubuh, masing-masing anak peluru (pellet) yang berasal dari shot
gun akan saling berbenturan sehingga terjadi dispersi atau penyebaran pellet
keseluruh tubuh yang dikenal dengan fenomena billiard ball richochet effect.
Berdasarkan kontak terhadap kulit, luka tembak tempel dapat dibedakan menjadi
kontak keras (hard), tidak erat (loose/soft), bersudut (angled), incomplete (variation
angle).178
Gambar 4.Gambaran hard contact.(dikutip dari kepustakaan 1 )
Gambar 5 Gambaran incomplete wound pada kepala. (dikutip dari kepustakaan 1)
Gambar 6 Luka tembak tempel bersudut (dikutip dari kepustakaan 1)
Ciri-ciri Luka tembak kontak pada regional kepala adalah :1
- Kebiasaannya sasaran tembak untuk kasus bunuh diri di :
- Daerah temporal
- Dahi sampai occiput
- Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang menuju otak.
-Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan ditembakkan.Bila
tekanan pada tubuh erat disebut “hard contact”, sedangkan yang tidak eratdisebut
“soft contact”.
- Umumnya luka berbentuk bundar yang dikelilingi kelim lecet yang sama lebarnya
pada setiap bagian.
- Jaringan subkutan 5-7,5 cm di sekitar luka tembak masuk mengalami laserasi.
- Di sekeliling luka tampak daerah yang berwarna merah atau merah cokelat, yang
menggambarkan bentuk dari moncong senjata, ini disebut jejas laras.
- Rambut dan kulit sekitar luka dapat hangus terbakar.
- Saluran luka akan berwarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir mesiu,jelaga dan
minyak pelumas.
- Tepi luka dapat berwarna merah, oleh karena terbentuknya COHb.
- Bentuk luka tembak tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan / densitas jaringan
yang berada dibawahnya, dengan demikian dapat dibedakan :
1. Luka tembak tempel di daerah dahi
a. Luka berbentuk bintang
b. Terdapat jejas laras
2. Luka tembak tempel di daerah pelipis
a. Luka berbentuk bendar
b. Terdapat jejas laras
3. Luka tembak tempel di daerah perut
a. Luka berbentuk bundar
b. Kemungkinan besar tidak terdapat jejas laras
Gambar7 Luka tembak tempel didaerah dahi. (dikutip dari kepustakaan 3 )
Gambaran LTM jarak jauh dapat juga ditemukan pada korban yang tertembak
pada jarak yang dekat/sangat dekat, apabila diatas permukaan kulit terdapat
penghalang misalnya pakaian yang tebal, ikat pinggang, helm dan sebagainya
sehingga komponen-komponen butir mesiu yang tidak habis terbakar, jelaga dan api
tertahan oleh penghalang tersebut.
Gambar 8.Butir mesiu keluar dari senjata api, terdiri atas dua bentuk 1) butir-butir mesiu yang
habis terbakar (jelaga) dan 2) partikel-partikel yang terbakar atau tidak terbakar (tattoo).
Partikel-partikel tersebut akan melintas lebih cepat daripada jelaga dan kulit akan terkupas
(dikutip dari kepustakaan10)
Scalp
Skull
Stellate,seared,blackenedwoundmargins
Gases andsoot
Luka tembak masuk yang dihasilkan dari senapan shotgun berbeda dengan
senjata api yang lainnya. Luka yang dihasilkan berukuran lebih besar dari ukuran
anak pelurunya, dan bersifat menyebar untuk menghasilkan dampak yang lebih luas
dibanding luka tembak masuk dari peluru senjata api lainnya hanya menghasilkan
satu luka masuk.
1 2
3 4
Gambar 9. Luka tembak masuk shotgun; 1) luka tembak masuk jarak jauh, 2) fragmen dari
anak peluru shotgun lebih menumpuk di pusat luka dan menyebar di sekitarnya 3) luka
tembak masuk jarak sedang (kelihatan kelim jelaganya), 4) luka tembak masuk jarak dekat
(kelihatan jejas laras dan jelaga ).
(dikutip dari kepustakaan 8)
Pada keadaan tembakan pantulan (richocheting bullet), luka tembak masuk
cenderung lebih besar dan lebih tidak teratur, tepi bergerigi, dengan zona sekitarnya
terabrasi kulit. Kelim stippling, tattoo, atau jelaga tidak akanditemukan pada luka
tembak masuk pantulan. Luka-luka ini cenderung penetrasi daripada perforasikarena
ketika peluru memantul dan kontak pada kulit , anak peluru itu sudah cacat, tidak
stabil, dan telah kehilangan sejumlah besar energinya karena pantulan permukaan
yang keras. Hampir segera setelah penetrasi, peluru mulai jatuh dalam tubuh,
kehilangan kecepatan yang masih tersisa dan energi kinetik dalam jarak pendek.Pada
kasus peluru timbal, peluru memantul yang dikeluarkan dari tubuh biasanya memiliki
permukaan rata, seperti cermin permukaan pada satu sisi. Hal ini berbeda pada peluru
yang dibuat dari projektil jaket logam parsial, akan pecah menjadi fragmen-fragmen
pada saat terkena pada permukaan keras dan penetrasi permukaan tubuh.5
Gambar 9: 1. peluru timbal yang dipantulkan a) pantulan pada permukaan rata
b) menyerupai cermin bentuk permukaan yang dipantulkan,
2. fragmen-fragmen hasil dari peluru pantulan jaket logam parsial
(dikutip dari kepustakaan 1)
Sebuah proyektil bergerak, berdasarkan gerakannya, memiliki energi kinetik.
Untuk peluru, jumlah energi kinetik ini ditentukan oleh berat (m) dan kecepatan (v2);
K.E= m x v2 / 2. Dari rumus ini, dapat dilihat bahwa kecepatan memainkan peran
lebih besar dalam menentukan jumlah energi kinetik yang dimiliki oleh berat
peluru. Menggandakan berat peluru maka akan menghasilkan energi kinetik dua kali
lipat, tapi menggandakan kecepatan peluru dan menghasilkan empat kali lipat energi
kinetik.1
Hubungan panjang laras dengan luka tembak yang dihasilkan dapat
dihubungkan dengan rumus yang diatas. Senjata api laras panjang akan menyebabkan
anak peluru yang ditembak dari senjata api mempunyai kecepatan yang tinggi
berbanding anak peluru yang ditembak dari senjata api laras pendek. Berdasarkan
rumus jumlah energi kinetik, menggandakan kecepatan proyektil akan menghasilkan
jumlah tenaga kinetik yang lebih besar. Pada saat kontak proyektil kecepatan tinggi
pada permukaan sasaran, lebih banyak energi yang dipindahkan pada permukaan yang
menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih luas dan menghasilkan ukuran luka yang
lebih besar.Hal yang sebaliknya terjadi dengan kontak proyektil dengan kecepatan
rendah.2
B. Luka Tembak Keluar
Luka tembak keluar terbentuk setelah peluru membentuk luka tembak masuk
dansaluran luka tembakan dan akhirnya peluru akan mengenai kulit lagi dari
sebelahdalam dan kulit terdorong ke luar. Jika batas kekenyalan kulit dilampaui, maka
kulitdari dalam menjadi robek dan akhirnya timbul suatu lubang luka baru lagi, dan
lukabaru inilah yang dinamakan luka tembak keluar.1, 7
Jika sebuah peluru mengenai tulang (benda keras), maka bentuk dari
padapeluru akan menjadi berubah. Tulang-tulang yang terkena peluru akan menjadi
patah, pecah dan kemungkinan remuk sehingga ketika peluru menembus terus dan
membuat lubang luka tembak keluar, tidak hanya peluru yang berubah bentuknya,
tapi jugadiikuti oleh pecahan-pecahan tulang yang ikut keluar karena dorongan dari
peluru.Hal inilah yang mengakibatkan luka tembak keluar yang besar dan lebih lebar
dariluka tembak masuk namun dengan bentuk yang irregular.Jadi bentuk luka
tembakkeluar bisa diakibatkan oleh dua hal yaitu (1) putaran (spin) yang
menstabilkan pelurudi udara tidak efektif pada jaringan.Hal ini disebabkan karena
densitas jaringan yanglebih besar (2) Peluru kemungkinan berubah bentuk setelah
melewati jaringan tubuh.
Luka tembak keluar umumnya lebih besar dari luka tembak masuk akibat
terjadi deformitas anak peluru, bergoyangnya anak peluru dan terikutnya jaringan
tulang yang pecah keluar dari luka tembak keluar. Pada anak peluru yang menembus
tulang pipih, seperti tulang atap tengkorak, akan terbentuk corong yang membuka
searah dengan gerak anak peluru. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan luka
tembak keluar lebih besar dari luka tembak masuk adalah:
- Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada
dalam tubuh dan membentur tulang.
- Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak, misalnya
karena terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari ujung
ke ujung (end to end), keadaan ini disebut “tumbling”
- Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan , disebut “yawing”
- Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini menyebabkan
luka tembak keluar menjadi lebih besar.
- Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa keluar,
maka fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan sehingga akan
memperbesar luka tembak keluarnya.
Luka tembak keluar mungkin lebih kecil dari luka tembak masuk bila terjadi
pada luka tembak tempel/kontak, atau pada anak peluru yang telah kehabisan tenaga
pada saat keluar meninggalkan tubuh, bentuk luka tembak keluar tidak khas dan
sering tidak beraturan. Pada beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari
luka tembak masuk, hal ini disebabkan:
a. Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang,
sehingga kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu
diketahui bahwa kemampuang peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan
berhubungan langsung dengan ukuran peluru dan velocity
b. Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan
keluar yang berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembakkeluar akan
lebih kecil bila dibandingkan dengan luka tembak masuk.
Bentuk dan jumlah luka tembak keluar tidak dapat diprediksi. Luka tembak
keluar sebagian (parsial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh karena tenaga peluru
tersebut hampir habis atau ada penghalang yangmenekan pada tempat dimana peluru
akan keluar, dengan demikian luka dapat hanya berbentuk celah dan tidakjarang
peluru tampak menonjol sedikit pada celah tersebut. Jumlah luka tembak keluar bisa
lebih banyak daripada luka tembak masuk, hal ini dimungkinkan karena:
a. Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka tembak keluar.
b. Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong keluar
pada tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya peluru.
c. Dua pelurunya masuk kedalam tubuh melalui satu luka tembak masuk (“tandem
bullet injury”) dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut berpisah dan keluar
melalu tempat yang berbeda.
Peluru jarang dapat dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang tipis
seperti scapula dan ileum atau bagian tipis dari tengkorak. Anak peluru yang
mengenai lokasi yang tidak biasa dapat menyebabkan luka dan kematian tetapi luka
tembak masuk akan sangat sulit untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung,
mulut, ketiak, vagina, dan rektum.9
C.Luka tembak pada tulang. 1
Khususnya tulang pipih akan akan menunjukkan kelainan yang khas, sehingga
walupun korban telah mengalami pembusukan masih tetap akan dapat dikenali dari
bagian sebelah mana peluru masuk pada bagian mana pula peluru tersebut keluar.
Luka tembak pada kepala merupakan contoh yang baik untuk melihat kelainan
dimaksud.
- Pada tempat masuknya peluru, lubang yang terjadi pada tabula eksterna akan
lebih kecil dibandingkan dengan lubang pada tabula interna, sehingga
membentuk corong yang membuka keluar.
- Pada tempat keluarnya peluru, lubang yang terjadi pada tabula interna akan
lebih kecil bila dibandingkan dengan lubang eksterna, sehingga membentuk
corong yang membuka keluar.
- Pada luka tembak temple dapat dijumpai pengotoran berwarna hitam yang
ditimbulkan oleh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar,
yang menempel pada tepi lubang yang terbentuk pada tengkorak atau tulang.
Gambar12 Gambaran luka tembak masuk dan luka tembak keluar pada tulang
tengkorak. (dikutip dari kepustakaan 1 )
Gambar 13.Luka tembak masuk (A) dan luka tembak keluar (B). (dikutip dari
kepustakaan 1)
A
B
4. MEKANISME KERJA SENJATA1,2
Mekanisme kerja senjata, baik senjata angin atau senjata api pada prinsipnya
sama yaitu memanfaatkan tekanan tinggi dari udara atau gas untuk melontarkan anak
proyektil atauanak peluru keluar dari laras dengan kecepatan tinggi.
Pada senjata angin, tekanan yang tinggi itu diperoleh dengan cara
memanfaatkanudara atau dengan merubah CO2 cair menjadi gas dalam ruangan yang
volumenya tetap.Sedang pada senjata api, tekanan yang tinggi diperoleh dari
pembakaran mesiu sehinggadalam waktu sekejap berubah menjadi gas dengan
volume yang besar didalam ruangan yangvolumenya tetap. Dari saru gram mesiu
dapat dihasilkan gas (CO2,CO,hydrogen sulfanida,dan methane) antara 200-900
mililiter dengan suhu yang sangat panas.Fungsi picu itu sendiri pada senjata angin
sebetulnya untuk melepaskan udara yangtekanannya telah dibuat tinggi guna
melontarkan proyektil, sedang pada senjata api untukmembuatnya, pin atau pemukul
penggalak melakukan tugasnya sehingga menimbulkanpercikan api pada penggalak
(primer) guna membakar mesiu. Selanjutnya, anak peluru atauproyektil yang telah
memiliki gaya kinetic itu, sesudah meninggalkan laras jalannya amatdipengaruhi oleh
banyak hal; seperti misalnya berat massa, bentuk dan diameternya, gravitasiserta
tahanan (resistensi) udara yang dilaluinya. Akibat dari gravitasi itu maka arah
anakpeluru atau proyektil akan membentuk kurva. Semakin jauh moncong, pengaruh
gravitasisemakin dominan sehinggga bentuk kurvanya semakin tampak nyata.
Menembak seseorang dari depan dan dari belakang penting untuk
membedakan lukatembakmasuk dengan luka tembak keluar. Luka tembak masuk
khusus biasanya berbentuk bulatdengan tepi abrasi melingkar yang mengelingi cacat
yang disebabkan oleh senjata. Garis tepiabrasi merupakan lecet atau kikisan kulit
yang disebabkan oleh peluru saat ia mendorong kedalam. Garis tepi mungkin
konsetntrik atau eksentrik. Ketika peluru masuk ke dalam kulit, iaakan menyebabkan
abrasi tepikonsentrik, karena ia masuk perpendikuler kulit. Ketika ujung peluru
memfenetrasi kulit pada suatu sudut, ia akan menyebabkan garis tepi abrasi
yangeksentrik. Daerah marginabrasi eksentrik yang tebal mengindikasikan sudut
peluru yang lebihdangkal saat ia peluru menembus kulit.
Luka tembak keluar dari senjata berkekuatan tinggi sangat mungkin
dikarenakanolehkecepatan dan energi kinetic yang tinggi amunisi yang
ditembakkan.Stellate-shaped exitwounds, sering ditemukan dan mungkin menyerupai
luka tembak masuk kontak.Walaupun luka tembak keluar dari senjata bisa lebih besar
dan mungkinmenyebabkan banyak kerusakan dibandingkan luka tembak keluar dari
senjatagenggam.
Dengan memperkirakan tepi luka, ada atau tidak adanya tepi abrasi
bisadikonfirmasi.Normalnya, suatu peluru saat ditembakkan akan mengikuti suatu
lengkung arah ataujalur tertentu. Namun, semakin cepat peluru melesat maka semakin
lurus arah dan jalurpeluru tersebut.Disipasi energi adalah bagaimana energi kinetis
peluru yang disalurkan ketubuhdari suatu kekuatan yang menahannya. Pada kasus
proyektil velositas medium dantinggi,disipasi energi dipengaruhi oleh Drag
(‘hambatan’), Profile (‘profil’) danCavitation(‘kavitasi’).
Drag – Faktor-faktor yang memperlambat suatu peluru, termasuk tahanan
angin,hambatan oleh jaringan, dll.Profile – Titik tumbuk peluru merupakan profil dari
peluru tersebut. Semakin besarukuran titik tumbuk semakin besar energi yang
disalurkan.
Cavitation – Sering disebut sebagi perluasan alur masuk peluru. Merupakan
lubang dijaringan tubuh yang dihasilkan oleh energi kinetis peluru.Lubang ini lebih
besardaripadalubang masuk peluru. Karenanya,luka yang dihasilkan lebih besar dari
diameterpeluru tersebut. Kadang kala, karenaenergi kinetis peluru sedemikian besar,
peluru dapatmenembus jaringan di sebaliknya. Oleh karena itu selalu kaji adanya
lubang keluar peluru(‘exit wound’).
Jika luka tembak masuk dan hubungannya dengan luka tembak keluar
telahditentukan,langkah selanjutnya adalah menentukan arah tembakan. Arah
tembakan adalahjaras jalannya peluru memasuki tubuh melalui luka tembak masuk
menuju luka tembakkeluar.Untuk alasan klaritas dan konsistensi, ahli forensik selalu
menggambarkan arahtembakan sebagaimana tubuh korban dalam posisi anatomis
standar saat ia ditembak. Tubuhkorban berdiri penuh dengan tangan ekstensi pada sisi
tubuhnya dengan bagian palmar ke depan. Sebagai contoh luka tembak yang
menembus dada kiri dan keluar pada punggungkanan bawah, arah tembakan
digambarkan dari depan ke belakang, kiri ke kanan dan atasdan ke bawah. Biasanya
ahli forensik hanya bisa membuat opini dimana posisi tubuh korbanbisa atau tidak
konsisten dengan arah tembakan, dan hanya bisa disesuaikan dengan saksimata.
5. MEKANISME KEMATIAN 1,2
Tengkorak merupakan suatu ruang yang memiliki tekanan yang terlalu
konstan. Berbagai proses patologis yang mengenai otak dapat mengakibatkan
kenaikan tekanan intrakranial yang dapat mengganggu fungsi otak. Tekanan
intracranial merupakan perjumlahan dari volume vena, volume arteri, otak, dan cairan
serebrospinal.
Bila terdapat penambahn massa seperti adanya pendarahan akan menyebabkan
tergesernya CSS dan darah vena keluar dari ruang intracranial dengan volume yang
sama, TIK akan tetap normal. Namun bile maknisme kompensasi ini terlampaui
maka, kenaikan jumlah massa sedikit saja akan menyebabkan kenaikan TIK yang
atajam.
Adanya peningkatan tekanan intracranial akan menyebabkan struktur otak
tergeser tergeser dimana terlihat batang otak mengalami indentisasi dan herniasi.
Batang otak merupakan pusat pernapasan sehingga adanya indentasi dan herniasi
batang otak akan menyebabkan depresi pusat pernapasan dan kesadaran, dan pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian.
6. LUKA TEMBAK SENJATA API PADA ANGGOTA TUBUH1,10
Kepala
Ketika energi proyektil memasuki tengkorak dan mulai mengalami disipasi,
jaringanotak secara alamiah akan tertekan secara berat ( kepala adalah ruang tertutup
yangdibatasi jaringan tulang tengkorak yang kuat).Bila peluru mengenai wajah maka
jalan napasakan rusak atau hancur tergantung pada velositas peluru.
Gambar 14 : Luka tembak pada kepala
(dikutip dari kepustakaan 11)
Dada
Jaringan paru relative tahan terhadap kavitasi proyektil. Alveoli membentuk
massaberongga yang mudah bergerak. Sedangkan jantung tidak tahan terhadap
kavitasisebagaimana paru.Namun lapisan terluar yang meliputi pembuluh pulmoner,
aorta danjantung merupakan jaringan yang kuat dan elastic. Jaringan ini mungkin
mampu menutupiluka akibat luka tembus velositas rendah,namun tidak mampu
mengatasi kavitasi akibat lukatembus velositas medium dan tinggi.Bila terjadi cedera
di antara garis puting dada dan pinggang, maka selalu curigaikemungkinan adanya
cedera abdominal juga.
Gambar 15 : Luka tembak pada daerah dada
(dikutip dari kepustakaan 9)
Abdomen
Abdomen sering mengalami cedera sekunder saat dada mengalami
cedera.Ruangabdominal merupakan ruang yang besar yang berisi jaringan yang berisi
cairan, udara, jarring padat dan jaringan tulang.Jaringan yang berisi udara dan cairan
lebih tahan terhadap kavitasidaripada jaringan padat.
Gambar 16: Luka tembak pada
abdomen, peluru dapat
mengenai organ –organ dalam
seperti limpa,hati dll.(dikutip
dari kepustakaan 9)
Ekstremitas
Ekstremitas terdiri dari tulang, otot, pembuluh darah dan jaringan saraf. Luka
tembaksering menyebabkan tulang pecah dan pecahan ini dapat mengakibatkan
lukasekunder.Pecahan ini dapat bersifat seperti misil atau proyektil yang merusak
jaringan lain disekitarnya. Akibatnya jaringan di sekitar akan rusak sehingga fungsi
sensorik, motorik danbahkan aliran sirkulasi akan terhambat atau bahkan hancur.
- Luka ledakan terbagi dalam 4 kategori yaitu : primer, sekunder, tertier dantambahan.
Korban mungkin mengalami luka lebih dari hanya satu mekanismetersebut.
- Luka ledakan primer disebabkan oleh efek langsung ledakan bertekanan
tinggiterhadap jaringan tubuh. Udara mudah menekan, tidak seperti air. Hasilnya,
lukaledakan primer hampir selalu mengenai struktur yang mengandung udara seperti
paru,
telinga dan saluran cerna.
- Luka ledakan sekunder disebabkan oleh objek melayang yang menyerang orang
disekitarnya.
- Luka ledakan tertier adalah gambaran ledakan energi tinggi. Jenis ini
terjadiketikaorang-orang terlempar dan menabrak objek lainnya.
Gambar 17 : Luka yang dapat terjadi akibat tembakan di ekstremitas atas
(dikutip dari kepustakaan 9)
7. PROSES TERJADINYA TEMBAKAN. 1,10
a. Senjata yang digunakan, meliputi:
- Jenisnya
Dengan melihat ciri-ciri luka akan dapat ditentukan apakah disebabkan
olehsenjata api, senjata angin, atau shotgun.
- Kalibernya
Kaliber senjata dapat diperkirakan dengan melihat diameter cincin lecet.
Kalibertersebut ditentukan berdasarkan diameter lumen dari laras, yang tidak selalu
samadengan diameter peluru.Akibat adanya elastisitas kulit maka biasanya diameter
anak peluru sedikit lebihbesar dari diameter cincin lecet. Pada bagian tubuh yang
bagian kulitnya terlihatsangat dekat dengan tulang maka diameter anak peluru hampir
sama besar dengandiameter cincin lecet sebab tulang dapat menjadi penahan terhadap
elastisitas kulitdiatasnya ketika mendapat dorongan anak peluru.
b. Cara melakukan tembakan, meliputi:
- Arah tembakan
Secara teori arah tembakan dapat ditentukan dengan pasti dengan
menghubungkan luka tembak masuk dengan luka tembak keluar.Hanya saja luka
tembak keluar selalu tidak ditemukan.Kalaupun ditemukan kadang-kadang luka
tersebut terjadi sesudah arah anak peluru berubah setelah membentur tulang. Selain
itu kadang-kadangjumlah luka tembak banyak sehingga sulit menentukan luka
tembakmasuk dan luka tembak keluar dari anak peluru yang sama. Dalam keadaan
demikian maka perkiraan arah tembakan dapat didasarkan pada posisi lubang luka
terhadap cincin lecet.Bila letaknya terpusat berarti arah tembakan tegak lurus terhadap
permukaansasaran dan bila episentris berarti arahnya miring.
- Jarak tembak
Kecuali pada jarak tempel, jarak tembak hanya dapat ditentukan secara kasar
dengan melihat bentuk lukanya serta ada tidaknya produk-produk dari ledakanmesiu.
Selain itu ada tidaknya luka tembak keluar juga dapat dijadikan dasar
perhitungansecara kasar.Namun harus diingat bahwa banyak senapan modern
sekarang iniyang memiliki kemampuan tinggi, sehingga dapat menimbulkan luka
tembakkeluar meskipun ditembakkan dari jarak yang sangat jauh.Mengenai daya
tembusnya baik pada manusia atau binatang, dipengaruhi olehkecepatan (velocity)
ketika menyentuh tubuh, berat massa, resistensi jaringan, serta jaraktembakan.
8. PEMERIKSAAN KHUSUS YANG DILAKUKAN PADA LUKA TEMBAK
Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering
dipersulit dengan adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat
dilakukan dengan baik dan penafsiran atau kesimpulan jenis luka mungkin sekali
tidak tepat. Untuk menghadapi hambatan pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan
prosedur sebagai berikut:
1. Luka tembak dibersihkan dengan hidrogen perokside (3% by volume)
2. Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air untuk membersihkan busayang
terjadi dan membersihkan darah,
3. Dengan pemberian hidrogen perokside, luka tembak akan bersih, dan tampak jelas,
sehingga deskripsi dari luka dapat dilakukan dengan tepat.3
Pengambilan sampel darah untuk analisis pemakaian alkohol dan obat-obatan
sebelum terjadinya pengenceran atau pemberian infus akan memberikan hasil
pemeriksaan yang akurat. Spesimen urin mungkin juga dapat digunakan, tetapi kurang
memberikan hasil yang memuaskan.Darah korban biasa digunakan untuk analisis
komparatif DNA dengan darah yang ditemukan di TKP, pada tersangka, atau senjata
api, serta di partikel jaringan pada peluru yang ditemukan ditempat kejadian.
Debridement dari luka tembak secara permanen akan mengubah penampilan luka.
Jika tidak didokumentasikan dengan baik, difoto, atau dipertahankan untuk evaluasi
mikroskopis, ini dapat menyebabkan salah tafsir oleh pemeriksa berikutnya. Penting
untuk dilakukan pengambilan jaringan di pinggir batas luka untuk keperluan
pemeriksaan mikroskopis dan evaluasi Scanning Microscope Energy Dispersive X-
Ray Spectrometry (SEM-EDX) yang berguna untuk :3
mengkonfirmasi kisaran pintu masuk luka
menentukan apakah seseorang memiliki pseudo-efek jelaga yang menghitam atau
bubuktatto ( mesiu yang tidak terbakar sempurna) pada luka nya.
Menentukan mana dari dua luka tembak yang merupakan luka tembak masuk
memastikan jenis senjata atau amunisi yang digunakan.
Penentuan luka tembak masuk tidak hanya dapat ditentukan melalui
karakteristik luka, tetapi juga diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan
secara pasti bahwa luka tersebut merupakan luka tembak masuk.Hal ini disebabkan
karena tidak selamanya luka tembak masuk memperlihatkan ciri-ciri yang
jelas.Pemeriksaan-pemeriksaan khusus yang diperlukan dalam pemeriksaan ini adalah
pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan radiologic.3
a. Pemeriksaan Mikroskopik Luka Tembak
Perubahan yang tampak pada luka tembak masuk diakibatkan oleh dua faktor,
yaitu trauma mekanis dari peluru dan trauma thermis akibat panas dari pembakaran
mesiu. Pada pemeriksaan mikroskopis luka tembak tempel dan luka tembak jarak
dekat akan diperoleh kompresi epitel dimana di sekitar luka tampak epitel yang
normal dan yang mengalami kompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya sel-sel
epidermal serta elongasi dari inti sel. Pada sel epidermis tepi luka juga akan
mengalami distorsi yang dapat bercampur dengan butir-butir mesiu. Epitel luka juga
tampak mengalami nekrosis koagulatif, epitel sembab, serta vakuolisasi sel-sel basal.
Panas yang dihasilkan dari pembakaran mesiu akan memperlihatkan jaringan kolagen
menyatu dengan pewarnaan HE dan akan lebih banyak mengambil warna biru
(basofilik staining). Pada luka akan tampak perdarahan yang masih baru dalam
epidermis (kelainan ini paling dominan), dan adanya butir-butir mesiu. Sel-sel pada
dermis akan mengalami beberapa perubahan yakni intinya mengkerut, vakuolisasi dan
pignotik.3
Pada pemeriksaan mikroskopis akan terlihat butir-butir mesiu yang tampak
sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau hitam kecoklatan. Pada luka
tembak temple“hard contact”, permukaan kulit sekitar luka tidak terdapat mesiu atau
hanya sedikit sekali butir-butir mesiu, butir-butir mesiu akan tampak banyak pada
lapisan bawah, khususnya disepanjang tepi saluran luka. Sedangkan pada luka tembak
tempel “softcontact”butir-butir mesiu akan terdapat pada permukaan kulit dan
jaringan dibawah kulit. Pemeriksaaan mikroskopis pada luka tembak jarak dekat akan
ditemukan adanya butir-butir mesiu terutama terdapat pada permukaan kulit dan
hanya sedikit yang ditemukan pada lapisan-lapisan kulit. 3
b. Pemeriksaan Kimiawi Luka Tembak
Hasil pemeriksaan kimiawi pada luka tembak tergantung dari jenis mesiu yang
gunakan.Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfis,
sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat sedangkan pada smokeles gun powder dapat
ditemukan nitrit dan selulosa nitrat. Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang
dapat ditemukan ialah timah, barium, antimon, dan merkuri. Unsur-unsur kimia yang
berasal dari laras senjata dan dari peluru yang dapat ditemukan berupa timah,
antimon, nikel, tembaga, bismut perak dan thalium. Pemeriksaan terhadap unsur-
unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, didalam atau di sekitar luka.Pada
pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang
menggenggam senjata.1
c. Pemeriksaan Radiologi Luka Tembak
X-Ray biasanya dilakukan sebelum otopsi dengan dua bidang pemeriksaan
yakni anteroposterior dan lateral. X-ray tidak hanya digunakan untuk dokumentasi
objektif dan permanen namun juga berfungsi untuk menentukan lokasi dan
karakteristik dari peluru dan fragmen metal termasuk jaket peluru yang terpisah.
Radiologi merupakan alat yang penting untuk menemukan peluru pada tubuh yang
susah ditemukan lewat autopsi (misalnya pada columna vertebra). Pemeriksaan X-ray
juga dapat memperlihatkan adanya peluru yang membelok atau mengalami
penyumbatan pada pembuluh darah.Radiologi memiliki peranan yang cukup besar
dalam bidang forensik terutama dalam mengidentifikasi luka tembak. Pemeriksaan
radiologi dengan sinar X ini pada umumnya digunakan untuk memudahkan dalam
mengetahui letak dan jumlah peluru dalam tubuh korban, membantu memeriksa
partikel-partikel peluru yang tertinggal, untuk mengetahui kerusakan tulang akibat
peluru, membantu menentukan apakah luka tembak disebabkan karena bunuh diri
atau pembunuhan, membantu menentukan migrasi peluru dan penyumbatan peluru
pada pembuluh darah, penilaian kaliber peluru, berperan sebagai alat dokumentasi
yang bersifat objektif dan permanen.1
9. KESIMPULAN
Luka tembak merupakan salah satu jenis luka yang diakibatkan oleh cedera
mekanik (senjata api). Luka tembak paling umum dijumpai sebagai penyebab
kematian adalah akibat pembunuhan dan di beberapa diantaranya adalaah akibat
bunuh diri.
Luka tembak masuk pada kepala menyebabkan robekan yang terjadi
membentuk tidak beraturan atau berbentuk bintang, bila dengan posisi moncong
senjata menempel dengan erat pada tubuh korban maka akan terdapat jejas laras,
tattoo atau stippling terbentuk dari butir-butir mesiuyang tidak atau sedikit terbakar
masuk ke dalam kulit dan bercampur dengan perdarahan, akibat butir-butir mesiu,
kulit dan rambut di sekitar luka akan tampak hangus terbakar. Sdangkan pada luka
tembak keluar pada kepala luka juga tampak seperti bintang (stellate) yang
membedakan denga luka tembak masuk adalah tidak adanya kelim lecet serta pada
luka tembak keluar umumnya lebih besar dari luka tembak masuk.
Luka tembak pada tulang, khususnya tulang pipih akan menunjukkan kelainan
yang khas, sehingga walaupun pada korban telah mengalami pembusukan masih tetap
akan dapat dikenali dari bagian sebelah mana peluru masuk dan pada bagian mana
peluru tersebut keluar. Luka tembak pada kepala merupakan comtoh yang baik untuk
melihat kelainan yang dimaksud.
Pada tempat masuknya peluru, lubang yang terjadi pada tabula eksterna akan
lebih kecik dibandingkan dengan lubang pada tabula interna, sehingga membentuk
corong yang membuka ke dalam. Pada tempat keluarnya peluru, lubang yang terjadi
pada tabula interna akan lebih kecil bila dibandingka dengan lubang pada tabula
eksterna , sehingga membentuk corong yang membuka keluar. Pada luka tembak
temple dapat dijumpai pengotoran berwarna hitam yang ditimbulkan oleh butir-butir
mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar, yang menempel pada tepi lubang
yang terbentuk pada tengkorak atau tulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. J.M. Di Maio, Vincent. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms,
Ballistics, and Forensic Techniques.Second Edition. New York :
CRC.1999. Press. 83
2. Rilano V. S. Umboh , Nola T. S. Mallo, Djemi Tomuka Pola luka pada
korban mati akibat senjata api di bagian ilmu kedokteran forensik medikolegal
fk unsrat - rsup prof. dr. r. d. kandoumanado periode januari 2007-desember
2013, Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015
3. Adam J. Brooks. Ryan’s Ballistic Trauma. Third Edition. New York.
2011. Pg 168
4. M.J. Thali, B.P. Kneubuehl, U. Zollinger, R. Dirnhofer, study of the
morphology of gunshot entrance wounds, in connection with their dynamic
creation, utilizing the ‘‘skin–skull–brain model’’ California: Elsevier
Academic Press; 2002. p. 190-194.
5. Beat P. Kneubuehl (Ed.), Robin M. Coupland, Markus A. Ro.
thschild, Michael J. Thali. Wound Ballistics. 3rd edition. 2008. Pg 87-110
6. Author: Randall E Frost, MD; Chief Editor: Stephen J Cina, Forensic
Pathology of Firearm Wounds, April 2011. Pg 1-29
7. Shkrum J. Michael, Ramsay A. David. Forensic Pathology of Trauma.
Common Problems for the Pathologist. Humana Press.Totowa, New
Jersey.2007.
8. Shkrum J. Michael, Ramsay A. David. Forensic Pathology of Trauma.
Common Problems for the Pathologist. Humana Press.Totowa, New
Jersey.2007.
9. Nimrod Rozen and Israel Dudkiewicz. Wound Ballistics and Tissue Damage.
Springer-Verlag Berlin Heidelberg 201Boca Raton London New York
Washington, D.C. 2000
10. Jay dix. Color Atlas of Forensic Pathology. Boca Raton London New York
Washington, D.C.2000. pg 60-100.
Recommended