View
186
Download
12
Category
Preview:
Citation preview
HUBUNGAN MAKAN-MAKANAN YANG
MENGANDUNG KARBOHIDRAT DENGAN
TERJADINYA KARIES PADA ANAK KELAS 5
SDN 1 BANDAR LOR
Disusun Oleh :
Elinda Wulan Febrayanti
10610013
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2012/2013
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan
tugas KTI dengan judul “HUBUNGAN MAKAN-MAKANAN YANG
MENGANDUNG KARBOHIDRAT DENGAN TERJADINYA KARIES PADA
ANAK KELAS 5 SDN 1 BANDAR LOR” tanpa halangan suatu apapun. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, baik berupa bantuan moral maupun bantuan material. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar -besarnya
kepada :
1. drg. Bambang Sumaryono sebagai dosen Pembimbing KTI yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian makalah.
2. Seluruh staf dosen FKG IIK yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu
persatu karena keterbatasan hal.
3. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, merupakan bagian tersendiri bagi kami apabila
diberikan saran dan kritik yang bersifat membangun, guna meningkatkan
pengetahuan dan kesempurnaan tulisan ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
Kediri, 17 November 2012
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................... 2
1.3 Tujuan................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Gigi Geligi.................................................. 3
2.1.1 Gigi Susu / Sulung.................................................... 4
2.1.2 Gigi Permanen / Tetap.............................................. 5
2.2 Perilaku Makan pada Anak Usia Sekolah........................... 7
2.3 Pengertian Karbohidrat....................................................... 12
2.4 Pengaturan Jenis Makanan Agar Tidak Terjadi Karies
Gigi Anak Usia Sekolah Dasar.......................................... 14
2.5 Karies.................................................................................. 14
2.5.1 Etiologi Karies.......................................................... 15
2.5.2 Klasifikasi Karies...................................................... 17
2.5.3 Proses Terjadinya Karies........................................... 18
2.6 Demineralisasi..................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemilihan pola makan yang salah dan pengaruh gaya hidup modern juga
dapat menyebabkan timbulnya karies gigi pada anak. konsumsi karbohidrat
yang mudah terfermentasi, terutama sukrosa yang berlebihan mempunyai efek
pada integritas dan kekuatan gigi seseorang. Konsumsi karbohidrat yang
mudah terfermentasi, terutama sukrosa yang berlebihan mempunyai efek pada
integritas dan kekuatan gigi seseorang. Karbohidrat dapat dihidrolisis oleh air
ludah menjadi substrat yang dapat meningkatkan aktivitas bakteri. Aktivitas
bakteri dapat menyebabkan pH mulut turun menjadi di bawah 5,5 selama 20-
30 menit dan dalam waktu 1-2 jam sesudah gula dimakan, pembentukan asam
akan berhenti dan pH mulut kembali seperti biasa (Decker, Loveren, 2003).
Karbohidrat seperti sukrosa yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi
dikenal dengan sebutan makanan kariogenik (Rugg-Gun, Hackett, 1993;
Decker, Loveren, 2003). Risiko peningkatan aktivitas karies karena konsumsi
makanan kariogenik, paling besar apabila makanan tersebut dikonsumsi di
antara waktu makan dan dalam bentuk yang lengket (Hidayanti, 2005).
Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling
sering dijumpai di masyarakat. Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan
adanya plak di permukaan gigi, sukrosa ( gula ) dari sisa makanan dan bakteri
berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat
yang akan menurunkan ph mulut menjadi kritis (5,5) yang menyebabkan
demineralisasi email, dan akan berlanjut menjadi karies gigi. pada awalnya,
lesi karies berwarna putih akibat dekalsifikasi, berkembang menjadi lubang
berwarna coklat atau hitam yang mengikis gigi (Hidayanti, 2005).
Pengaturan jenis makanan agar tidak terjadi karies gigi anak usia sekolah
dasar menjadi solusi agar anak-anak bisa tetap makan-makanan yang mereka
sukai tetapi tetap bisa menjaga kesehatan giginya. Salah satunya yaitu dengan
makan-makanan yang mengandung kalsium, makan sayur-sayuran, vitamin
dan makan-makanan yang mengandung serat lainnya (Anonim, 2009).
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana kebiasaan makan dan pemeliharaan
kesehatan gigi anak dengan kemungkinan timbulnya karies gigi dan makanan
apa saja yang bisa menjaga giginya dan bisa di konsumsi dan di sukai anak-
anak.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan dan pemeliharaan
kesehatan gigi dengan karies gigi pada anak kelas 5 SD .
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui makan-makanan yang bisa mereka konsumsi agar
gigi mereka tetap terjaga.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Gigi Geligi
Kira-kira ada 4 titik pertumbuhan dari setiap gigi. Setiap titik
pertumbuhan dari bagian korona disebut lobe/cusp. Meskipun tidak ada garis-
garis demarkasi di dalam dentin untuk menunjukkan perkembangan ini tetapi
masih didapat tanda pada permukaan mahkota-mahkota dan akar-akar yang
disebut developmental groove (Harshanur, 1991).
Benih gigi dibentuk dari 3 organ pembentuk :
1. Organ enamel: yang berkembang seperti tombol, tumbuh diatas lamina
gigi (berasal dari ektodermal), dan berasal dari epitel, dimana lapisan
dalamnya akan membentuk enamel. Kuntun dari sel eptitelial (organ
enamel) dibentuk sebagai dari hasil pembiakan sel-sel, Perkembangan
selanjutnya, tnenghasilkan ben-tuk kuntum (bud), bentuk topi (cap), dan
bentuk lonceng (bell) dan organ enamel.
2. Dental papila (organ den tin): yang berkembang dari dasar jaringan
mesenhim (jaringan pengikat permulaan) yang berasal dari mesenhim
dan akan membentuk dentin dan tinggal di sekitar ruang sentral dari
dentin sebagai pulpa.
3. Kantung gigi (organ periodontal): yang juga berkembang dari dasar
jaringan mesenhim, yang berasal dari mesenhim dan akan membentuk
struktur penyanggah gigi, sementum, tulang alveolar dan selaput
periodontal (Harshanur, 1991).
Perkembangan organ enamel berfungsi untuk membentuk jaringan
pengikat bawah, yang akan berkembang dan menjadi padat untuk membentuk
dental papila. Dengan cara serupa jaringan pengikat mengelilingi organ
enamel dan dental papila menjadi padat dan membentuk organ periodontal
(Harshanur, 1991).
3
Sebelum embrio berusia 3 minggu, stomodeum sudah terbentuk. Pada
daerah ujung anterior dari embrio, ektodermal telah menyatu untuk bertemu
dc-ngan endodermal sehingga terbentuk mulut primitif (stomodeum) dan
mem-bran bukofaringeal, membran ini terletak kira-kira pada posisi tonsil
palatim yang akan terbentuk kemudian. Mulut primitif diliputi oleh
ektodermal, dan di bawahnya adalah mesenhim. Ektodermal berkembang
menjadi epitel mulut dan mesenhim berkembang menjadi jaringan pengikat di
bawahnya (Harshanur, 1991).
2.1.1 Gigi Susu/ Sulung
Normal, bayi yang baru dilahirkan tak mempunyai gigi,
walaupun benih gigi sudah ada jauh sebelum bayi tersebut dilahirkan.
Klasifikasi dari gigi susu mulai pada umur mudiga 4 bulan dalam
kandungan. Semua benih gigi geligi susu sudah mulai berkembang
pada umur mudiga 6 bulan dalam kandungan (Harshanur, 1991).
Biasanya bayi baru lahir tidak memerlukan gigi di dalam
mulutnya karena dietnya adalah makanan yang cair atau setengah cair.
Gigi geligi baru diperlukan bila makanannya sudah berbentuk agak
padat, meskipun demikian bayi tersebut telah menunjukkan banyak
benih gigi geligi yang sedang dalam proses perkembangan dalam
berbagai tingkatan (Harshanur, 1991).
Tetapi ada kalanya bayi dilahirkan dengan sudah ada gigi-gigi
insisivus bawah. Gigi premature ini lebih cepat tanggal karena
perkembangan yang tidak sempurna dari akar sehingga tidak kuat.
Baru pada usia 6 bulan gigi pertama susu mulai erupsi, dan pada usia
2 tahun gigi geligi susu sudah lengkap (Harshanur, 1991).
Erupsi : i1 i2 c m1 m2
7,5 9 18 14 24
bulan
6 7 16 12 20
Erupsi dari geligi susu biasanya menurut urutan sebagai berikut :
4
1. Gigi i1 bawah
2. Gigi i2 bawah
3. Gigi i1 atas
4. Gigi i2 atas
5. Gigi m1 bawah
6. Gigi m1 atas
7. Gigi c bawah
8. Gigi c atas
9. Gigi m2 bawah
10. Gigi m2 atas
Jadi dengan demikian gigi geligi susu berguna dan berpengaruh
terhadap kesehatan individu, perkembangan rahang, erupsi gigi geligi
tetap, perkembangan fisik dan mental anak-anak, karena dengan
kehilangan dini gigi susu, mengakibatkan perkembangan rahang yang
normal tidak mungkin terjadi dan gigi M1 tidak dapat tumbuh pada
posisi yang normal sebagai kunci dari oklusi (key of occlusion)
(Harshanur, 1991).
2.1.2 Gigi Permanen / Tetap
Gigi tetap yang pertama muncul dalam rongga mulut/ erupsi
ialah gigi M1, yang letaknya distal dari gigi m2, pada usia 6 tahun dan
sering disebut six year molar. Gigi tersebut mulai terkalsifikasi pada
saat bayi dilahirkan. Gigi ini adalah gigi yang terbesar di antara gigi
geligi susu dan gigi ini baru erupsi setelah penyembuhan dan
perkembangan rahang sudah cukup memberi tempat untuknya
(Harshanur, 1991).
Gigi M1 ini oleh para orang tua disangka bila mengalami
penggantian, sehingga mereka tidak begitu memperhatikannya, baru
kalau gigi tersebut terkena karies dan dibawa ke dokter gigi, serta
mendapat penjelasan maka baru disadari bahwa gigi tersebut tidak
dapat diganti lagi. Beruntunglah kalau gigi tersebut belum terlalu
5
rusak, bila sudah menderita abses/ infeksi yang parah maka gigi
tersebut harus dikorbankan (Harshanur, 1991).
Sebelum gigi i1 erupsi maka agar gigi i1 mengalami resorpsi.
Ada kalanya akar gigi susu tidak mengalami resorpsi sehingga gigi
tetap tidak dapat erupsi yang menyebabkan prolonged retention dari
gigi susu.
ERUPSI : I1 I2 C P1 P2 M1 M2 M3
7-8 8-9 11-12 10-11 10-12 6-7 12-13 17-21
tahun
6-7 7-8 9-10 10-12 11-12 6-7 11-13 17-21
Erupsi gigi geligi tetap biasanya menurut urutan sebagai
berikut :
1. Gigi M1 atas dan bawah, dan gigi I1 bawah
2. Gigi I1 atas dan gigi I2 bawah
3. Gigi I2 atas
4. Gigi C bawah
5. Gigi P1 atas
6. Gigi P1 bawah dan P2 atas
7. Gigi C atas dan P2 bawah
8. Gigi M2 bawah
9. Gigi M2 atas
10. Gigi M3 atas dan bawah
Kesimpulan
Bila usia seorang individu 70 th maka hanya 6% dari usia
tersebut, seorang individu menggunakan gigi geligi susunya untuk
penguyahan dan sisanya bila individu tersebut beruntung 91 % dari
6
usianya dapat menggunakan gigi tetapnya untuk pengunyahan
(Harshanur, 1991).
2.2 Perilaku Makan Pada Anak Usia Sekolah
Perilaku Makan pada Anak Usia Sekolah Perilaku makan anak di luar
rumah harus diperhatikan dan dicermati. Pada umumnya kebiasaan yang sering
menjadi masalah adalah kebiasaan makan di kantin atau warung di sekitar
sekolah dan kebiasaan makan fast food.
a) Kebiasaan Makan Jajanan
Pengertian Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima
atau dalam bahasa Inggris disebut street food menurut FAO di definisikan
sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh
pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain
yang langsung dimakan tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut
(Anonim, 2009).
Usia prasekolah atau taman Kanak-kanak sudah mempunyai sifat
konsumen aktif, yaitu mereka sudah bisa memilih makanan yang
disukainya. Seorang ibu yang telah menanamkan kebiasaan makan dengan gizi
yang baik pada usiadini tentunya sangat mudah mengarahkan makanan
anak,karena dia telah mengenal makanan yang baik pada usia sebelumnya.
Apalagi di sekolah diarahkan pula oleh gurunya dengan praktik makan
makanan yang sehat secara rutin. Hal ini sangat menguntungkan seandainya
ada anak yang susah makan dan dengan petunjuk tentunya anak akan mengikuti.
Program makan bersama di sekolah sangat baik dilaksanakan karena ini merupakan
modal dasar bagi pengertian anak supaya anak mau diarahkan pada pola makan
dengan gizi yang baik (Anonim, 2009).
Golongan usia SD usia 7-9 tahun dan 10-12 tahun bisa menentukan
makanan yang disukai karena mereka sudah mengenal lingkungan. Untuk itu
perlu pengawasan dari orangtua supaya tidak salah melilih makanan
karena pengaruh lingkungan. Disini anak masih dalam tahap pertumbuhan
sehingga kebutuhan gizinya harus tetap seimbang. Banyak makanan yang dijual
dipinggir jalan atau tempat umum hanya mengadung karbohidrat dan garam yang
7
hanya kan membuat cepat kenyang dan banyak disukai anak, sayangnya hal
ini bisa mengganggu napsu makan anak dan jika hal ini dibiarkan berlarut2 akan
dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan tubuhnya (Anonim,
2009).
Sedangkan pada anak usia 10-12 tahun sudah harus dibagi dalam
jenis kelaminnya mengingat kebutuhan merekayang berbeda. Anak laki-
laki lebih banyak melakukan aktivitasfisik sehingga mmerlukan kalori
yang lebih banyak dibandingkan anak perempuan. Pada usia ini biasanya
anak perempuan sudah mengalami masa haid sehingga memerlukan lebih
banyak protein, zat besi dari usia sebelumnya. Makanan jajanan yang
dijual oleh pedagang kaki limaatau dalam bahasa Inggris disebut street
food menurut FAO didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang
dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dandi tempat-
tempat keramaian umum lain yang langsung dimakanatau dikonsumsi
tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat
mejawab tantangan masyarakat terhadap makanan yang murah, mudah,
menarik dan bervariasi (Anonim, 2009).
Anak-anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan
¼waktunya di sekolah. Sebuah penelitian di Jakarta baru-baru ini
menemukan bahwa uang jajan anak sekolah rata-rata sekarang berkisar
antara Rp 2000- Rp 4000 per hari. Bahkan ada yang mencapai Rp 7000. Lebih
jauh lagi, hanya sekitar 5% anak-anak tersebut membawa bekal dari
rumah. Mereka lebih terpapar pada makanan jajanan kaki lima dan
mempunyai kemampuan untuk membeli makanan tersebut (Anonim,
2009).
Menariknya, makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan
energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29%dan zat besi 52%.
Karena itu dapat dipahami peran penting makanan jajanan kaki lima pada
pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Namun demikian,
keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi
masih dipertanyakan. Pada penelitian yang dilakukan di Bogor telah
ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25%- 50% sampel minuman yang
8
dijual di kaki lima. Bakteri ini mungkin berasaldari es batu yang tidak
dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi
yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima adalah penggunaan
bahan tambahan pangan (BTP) ilegal seperti borax (pengempal yang
mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet yang digunakan
untuk mayat), rhodamin B ( pewarna merah padatekstil), dan methanil
yellow (pewarna kuning pada tekstil). Bahan-bahan ini dapat terakumulasi
pada tubuh manusia danbersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang
menyebab kanpenyakit-penyakit seperti antara lain kanker dan tumor
pada organ tubuh manusia. Pengaruh jangka pendek penggunaan BTP ini
menimbulkan gelaja-gejala yang sangat umum sepertipusing dan mual.
Karenanya Joint Expert Committee on FoodAdditives (JECFA) dari
WHO yang mengatur dan mengevaluasi standar BTP melarang
penggunaan bahan kimia tersebut pada makanan. Standar ini juga di
adopsi oleh Badan POM dan Departemen Kesehatan RI melalui Peraturan
Menkesno. 722/Menkes/Per/IX/1998.
Secara umum penyakit bawaan makanan (food borne diseases)
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di banyak negara.
Karena penyakit ini dianggap bukan termasuk penyakit yang serius, maka
seringkali kasus-kasusnya kurang terlaporkan. Temuan baru di Jakarta
Timur mengungkapkan bahwa jenis jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak-
anak sekolah adalah lontong, otak-otak, tahu goreng, mie bakso dengan
saus, ketan uli, es sirop, dan cilok. Berdasarkan uji lab, pada otak-otak
dan bakso ditemukan borax, tahu goreng dan mie kuning basah ditemukan
formalin,dan es sirop merah positif mengandung rhodamin B. Wawancara
dengan PKL menunjukkan bahwa mereka tidak tahu adanya BTP ilegal
pada bahan baku jajanan yang mereka jual. Selain itu BTP ilegal menjadi
primadona bahan tambahan di jajanan kaki lima karena harganya murah,
dapat memberikan penampilan makanan yang menarik (misalnya
warnanya sangatcerah sehingga menarik perhatian anak-anak) dan mudah
didapat. Lebih jauh lagi, kita ketahui bahwa makanan yang dijajakan oleh PKL
umumnya tidak dipersiapkan dengan secarabaik dan bersih. Kebanyakan PKL
9
mempunyai pengetahuan yang rendah tentang penanganan pangan yang aman,
mereka juga kurang mempunyai akses terhadap air bersih serta fasilitas
cuci dan buang sampah. Terjadinya penyakit bawaan makanan pada jajanan kaki
lima dapat berupa kontaminasi baik dari bahan baku, penjamah makanan
yang tidak sehat, atau peralatan yang kurang bersih, juga waktu dan
temperatur penyimpanan yang tidak tepat (Anonim. 2009).
b) Makanan Fast Food
Makanan Fast Food atau makanan siap saji sering disebut juga
Junk food sangat disukai anak usia sekolah. Fast food sebenarnya bukanlah
makanan yang tidak ada faedahnya sama sekali. Contohnya hamburger,
mengandung protein dan lemak, sumber zat besi dan vitamin B yang baik
buat anak. Namun perlu diingat bahwa lemak dan protein yang
terkandung dalam hamburger melebihi jumlah yang dibutuhkan oleh
tubuh. Anak menyukai junk food, tidak ada salahnya sekali-kali
diberikan, namun sangat dianjurkan untuk tidak mengkonsumsinya secara
berlebihan. Jika hal itu sampai terjadi maka akan berpengaruh kurang baik
bagi kesehatan karena asupan gizi yang diperoleh tidak seimbang, dan juga
memicu terjadinya obesitas/kegemukan (Anonim, 2009).
Sudah menjadi gejala umum bila anak menyukai fastfood, karena
pada saat makan fastfood anak menyukai tempat yang sejuk, nyaman, dekorasi
yang menarik, ada tempat bermain, penyajian cepat serta hadiah mainan
yang menarik. Bahkan anak yang biasanya di rumah mengalami sulit
makan, tetapiwaktu makan di fastfood nafsu makannya meningkat
(Anonim, 2009).
Fastfood mengandung kalori, protein, lemak dan sodium yang
tinggi. Sementara kandungan vitamin A, C, E, kalsium,zat besi, asam
folat serta serat relatif rendah. Seorang anak 5 tahun memilih menu 1
porsi paha goreng (330 kal), kentang goreng (330 kal) dan satu gelas
minuman ringan (150 kal) akan mendapatkan 810 kalori; sedangkan
kebutuhan energi 1750kalori, telah memenuhi ½ kebutuhan kalori sehari.
Bila hal ini sering dilakukan akan beresiko untuk terjadi kelebihan
beratbadan atau kegemukan dengan segala manifestasi gangguan seperti
10
gangguan penyakit jantung, hipertensi atau penyakit pembuluh darah
lainnya (Anonim, 2009).
Kandungan garam atau sodium tampaknya juga harus menjadi perhatian,
karena menurut penelitian kandungan garam tinggi :
1) 1 porsi hamburger mengandung sodium 520 mg
2) ayam goreng mengandung sodium 409 mg
3) kentang goreng kecil mengandung sodium 109 mg
Sodium ini berasal dari MSG (monosodiumglutamat) /
vetsin/garam. Dalam batas normal anak membutuhkan 200 mg/hari, bila
mengkonsumsi 2000 mg / hari, dianggap aman tapi bila jangka panjang
akan menimbulkan resiko terjadinya penyakit darah tinggi,
penyakit jantung (Anonim, 2009).
Kandungan makanan pada fastfood rata-rata 40-60% kaloriberasal
dari lemak, sedangkan lemak biasanya dikonsumsihanya 20-25% dari
kalori. Lemak didapat dari keju, saus,mayonaese, cream. Serat pada
fastfood didapat dari sup dansalad, tetapi gizinya berkurang karena telah
mengalami pemanasan dan pendinginan yang terlalu lama (Anonim.
2009).
Berbagai pertimbangan tersebut tampaknya kita harus memahami
manfaat dan kerugian mengkonsumsi fastfood bagianak. Hal lain yang
menguntungkan adalah suasana yang menarik di tempat fastfood tersebut
sehingga nafsu makananak meningkat Beberapa ahli gizi berpendapat
mengkonsumsi fast food seminggu 1 hingga 2 kali masih dianggap
relatif aman. Kalaupun orang tua tidak bisa menolak keinginan
anak untuk datang ke fastfood, bisa saja disiasati dengan membawa bekal
dari rumah makanan yang lebih sehat sedangkan fastfood yang dipesan
bisa dimakan orang tua. Tips yang lain adalah pilih makanan dengan
tinggi serat berupa saur segar misalnya salad atau sup sayur dan batasi
jumlah makanan dengan kandungan garam dan kalori yang berlebihan
(Anonim, 2009).
11
2.3 Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat atau sakarida adalah segolongan besar senyawa
organik yang tersusun hanya dari atom karbon, hidrogen, danoksigen.
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula
sederhana. Banyak karbohidrat yang merupakan polimer yang tersusun dari
molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta bercabang-
cabang (Irawati, 2001).
Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dan sumber tenaga
yang terdapat dalam tumbuhan dan daging hewan.Selain itu, karbohidrat juga
menjadi komponen struktur penting pada makhluk hidup dalam bentuk serat
( fiber ), seperti selulosa, pektin, sertalignin (Irawati, 2001).
Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh.
Tubuh menggunakan karbohidrat seperti layaknya mesin mobil menggunakan
bensin.Glukosa, karbohidrat yang paling sederhana mengalir dalam aliran
darah sehingga tersedia bagi seluruh sel tubuh.Sel-sel tubuh tersebut
menyerap glukosa dan mengubahnya menjadi tenaga untuk menjalankan sel-
sel tubuh. Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga berfungsi untuk
menjaga keseimbangan asam basa didalam tubuh, berperan penting dalam
proses metabolisme dalam tubuh, dan pembentuk struktur sel dengan
mengikat protein dan lemak (Irawati, 2001).
Karbohidrat ini dapat dijumpai pada hampir semua makanan,
sedangkan makanan atau pada jajanan yang disukai pada anak-anak banyak
dijumpai pada makanan : permen, coklat, kue-kue dan gula. Sedangkan
karbohidrat dalam buah- buahan tidak menimbulkan karies, karena jumlahnya
tidak banyak. Meskipun karbohidrat dapat menyebabkan karies, namun
demikian kita tidak perlu takut untuk mengkonsumsinya, asalkan kita rajin
membersihkan dan merawat gigi kita dengan baik dan benar (Irawati, 2001).
12
Karbohidrat disusun oleh satu atau lebih sakarida. Berdasarkan jumlah
sakarida yang membentuk, maka karbohidrat dibedakan atas :
1. Monosakarida adalah hidrat arang yang terdiri dari satu sakarida.
Contohnya : fruktosa, glukosa, galaktosa, dan manosa.
a) Fruktosa terdapat dalam tumbuh-tumbuhan, terutama yang berasa
manis seperti jagung muda, buncis muda, dll.
b) Glukosa terdapat dalam tumbuh-tumbuhan.
c) Galaktosa terutama terdapat dalam susu.
d) Manosa jarang ditemukan dalam makanan.
2. Disakarida (zat gula rangkap) adalah hidrat arang yang terdiri dari dua
sakarida, misalnya sukrosa, maltose, laktosa, dan trehalosa.
a) Sukrosa adalah gabungan antara glukosa dan fruktosa,
terutamaterdapat pada tebu, madu, gula arang, dsb.
b) Maltosa adalah gabungan dari dua glukosa, terdapat dalam
kecambah, sirup, buah-buahan, susu, dsb.
c) Laktosa adalah ikatan glukosa dan galaktosa yang terdapat
terutama pada susu.
d) Trehalosa (gula jamur) terdiri dari gabungan dua glukosa.
3. Polisakarida (zat gula majemuk) adalah hidrat arang yang terbentuk
darisakarida, misalnya pati, dextrin, glikogen, selulosa dan hemiselulosa.
Monosakarida dan disakarida lebih difermentasi menjadi asam
daripada polisakarida oleh bakteri mulut. Amilase ludah mengubah beberapa
zat tepung ke dalam gula tetapi waktu dimana tepung ada di dalam mulut
terbatas.Karbohidrat yang dapat difermentasi adalah substansi penting
untuk perkembangan karies. Sukrosa telah dikenal sebagai karbohidrat yang
sangat kariogenik. Karbohidrat lain misalnya fruktosa, laktosa dan glukosa
mendukung pertumbuhan bakteri kariogenik. Karbohidrat kompleks misalnya
tepung kurang kariogenik (Irawati, 2001).
13
2.4 Pengaturan Jenis Makanan Agar Tidak Terjadi Karies Gigi Anak Usia
Sekolah Dasar
Pengaturan jenis makanan agar tidak terjadi karies gigi anak usia sekolah
dasar menurut Rahmadhan, 2010 sebagai berikut :
a. Makan-makanan yang mengandung kalsium, vitamin C dan vitamin D
berguna untuk memperkuat gigi. Jenis makanan yang mengandung bahan
tersebut antara lain susu, telur dan buah-buahan.
b. Makan-makanan yang mengandung protein karena dapat menghambat
terjadinya proses karies seperti tahu, tempe, daging, ikan, telur dan
kacang-kacangan.
c. Makan sayur-sayuran karena sayuran mempunyai kandungan nitrat. Bahan
tersebut dapat menghambat kerja bakteri seperti bayam dan selada.
d. Makanan yang mempunyai daya pembersih terdapat pada makanan
berserat. Makanan terdapat pada apel, jeruk, seledri, jambu air. Makanan
ini baik dimakan sesudah makan atau diantara waktu makan.
e. Atur seberapa sering dan kapan saja menikmati makanan manis. Sebaiknya
dilakukan saat jam makan utama seperti makan pagi, makan siang dan
makan malam (Rahmadhan, 2010).
2.5 Karies
Karies dalam kedokteran umum berarti lubang, kebusukan, atau
kematian tulang. Sedangkan dalam kedokteran gigi disebut dental caries.
Suatu penyakit (ada yang menyebutnya sebagai suatu penyakit yang paling
menyengsarakan) yang mengakibatkan demineralisasi, kaitasi, dan hancurnya
jaringan keras gigi oleh aktivitas mikroba (Tarigan, 1990).
14
2.5.1 Etiologi Karies
Terdapat beberapa faktor dalam etiologi karies pada kesehatan
gigi dan mulut untuk itu anda perlu mengetahui tentang etiologi karies
tersebut.
faktor-faktornya yaitu:
Gambar 2.1 Faktor Penyebab Terjadinya Karies (Dentosca, 2010)
a. Host
Gigi disidui biasanya mulai erupsi pada tahun pertama. Gigi
pertama yang erupsi adalah gigi insisivus pertama bawah sekitar umur
6-8 bulan, kemudian diikuti oleh erupsi gigi insisivus pertama atas.
Pada umur 12 bulan bisanya seluruh gigi anterior rahang bawah dan
rahang atas telah erupsi. Waktu erupsi gigi sangat berariasi antara
individu (anak) yang satu dengan yang lain, faktor asupan nutrisi
merupakan salah satu yang mempengaruhinya. Gigi susu lebih mudah
terserang karies dari pada gigi gigi tetap. Hal ini disebabkan karena
enamel gigi susu mengandung lebih banyak bahan organic dan air
sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit dari pada gigi tetap. Selain
itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi tetap
(Tarigan, 1990).
b. Mikroorganisme
Salah satu bakteri yang berpengaruh terhadap terjadinya karies
adalah Streptococcus mutans. Bakteri ini tidak tampak pada rongga
mulut anak hingga giginya erupsi. Streptococcus mutans tidak melekat
secara kuat pada gigi, sehingga membutuhkan plak yang telah
15
terbentuk sebagai awal pembentukan kolonisasi bakteri. Kebanyakan
anak terinfeksi bakteri ini dari orang tuanya, saudara kandung atau
individu lain yang berkontak dengannya (Tarigan, 1990).
c. Substrat
Substrat bagi S. Mutans dapat berasal dari jus, susu dan larutan
yang manis yang bisa menyebabkan terjadinya fermentasi karbohidrat.
Bakteri di dalam rongga mulut menggunakane gula sebagai makanan
utamanya, kemudian mereka memproduksi asam yang akan merusak
gigi, asam menyerang gigi sekitar 20 menit atau lebih (Tarigan,
1990).
d. Waktu
Bakteri dan substrat membutuhkan waktu yang lama untuk
demineralisasi dan progresi karies. Meminum susu dengan
menggunakan botol dan ASI ketikatidur sangat tidak baik, cairannya
akan menggenangi rongga mulut (gigi) untuk beberapa waktu (jam).
Genangan susu, jus, larutan yang manis atau air susu ibu pada rongga
mulut saat tidur ditemukan terjadinya fermentasi yang berasal dari gula
larutan tersebut dan akan membantu terjadinya karies. Lamanya waktu
yang dibutukan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup
bervariasi, diperkirakan 6-4 bulan. Nursing caries berkembang sangat
cepat dan dapat berkembang mempengaruhi gigi-gigi yang sehat yang
berdekatan dengan gigi yang terserang Hasil jangka panjang dari siklus ini
ditentukan oleh:
1. Komposisi dan jumlah plak.
2. Konsumsi gula (frekuensi dan waktu).
3. Paparan fluoride.
4. Aliran dan kualitas saliva
5. Kualitas email
6. Respon imun (Cameron, dkk, 2008).
16
2.5.2 Klasifikasi Karies
a. Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies)
1. Karies Suoerfisialis
Dimana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin
belum terkena
2. Media
Di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi
setengah dentin .
3. Karies Profunda
Dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan
kadang-kadang sudah mengenai pulpa (Sariningrum, 2009).
b. Berdasarkan Keparahan atau Kecepatan Berkembangnya
1. Karies Ringan
Kasusnya disebut ringan jika serangan karies hanya pada gigi
yang paling rentan seperti pit (depresi yang kecil, besarnya
seujung jarung yang terdapat pada permukaan oklusal dari
gigi molar) dan fisure (suatu celah yang dalam dan
memanjang pada permukaan gigi) sedangkan kedalaman
kariesnya hanya mengenai lapisan email (iritasi pulpa)
(Sariningrum, 2009).
2. Karies Sedang
Kasusnya dikatakan sedang jika serangan karies meliputi
permukaan oklusal dan aproksimal gigi posterior. Kedalaman
karies sudah mengenai lapisan dentin (hiperemi pulpa)
(Sariningrum, 2009).
3. Karies Berat/Parah
Kasusnya dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi
anterior yang biasanya bebas karies. Kedalaman karies sudah
mengenai pulpa, baik pulpa tertutup maupun pulpa terbuka
(pulpitis dan gangren pulpa). Karies pada gigi anterior dan
posterior sudah meluas ke bagian pulpa (Sariningrum, 2009).
17
Menurut Parkin dalam G.V. Black bahwa klasifikasi karies gigi
dapat dibagi atas 4, yaitu:
a. Kelas I adalah karies yang mengenai permukaan oklusal gigi
posterior.
b. Kelas II adalah karies gigi yang sudah mengenai permukaan
oklusal dan bagian aproksimal gigi posterior.
c. Kelas III adalah karies yang mengenai aproksimal gigi
anterior.
d. Kelas IV adalah karies yang sudah mengenai bagian
aproksimal dan meluas ke bagian insisal gigi anterior
(Sariningrum, 2009).
2.5.3 Proses Terjadinya Karies
Awal mula terjadinya karies adalah terbentuknya plak gigi, yaitu
lapisan tipis transparan yang menempel pada permukaan email gigi.
Plak gigi merupakan produk dari bakteri Streptococcus mutans dan
sisa-sisa makanan yang mengandung karbohidrat yang mudah
terfermentasi. Dalam keadaan normal, bakteri dalam rongga mulut ada
pada semua orang dan bila berinteraksi dengan karbohidrat
terfermentasi, maka akan dihasilkan asam. Gigi yang berada dalam
kondisi asam terus menerus akan menyebabkan terjadinya proses
demineralisasi pada permukaan email gigi. Oleh karena setiap gigi
membentuk plak setiap hari maka untuk mencegah terjadinya plak
sebaiknya setiap orang harus membatasi konsumsi karbohidrat
terfermentasi dan menjaga kebersihan mulut dengan cara menggosok
gigi secara teratur setiap hari (Hidayanti, 2005).
Konsumsi karbohidrat yang mudah terfermentasi, terutama
sukrosa yang berlebihan mempunyai efek pada integritas dan kekuatan
gigi seseorang. Karbohidrat dapat dihidrolisis oleh air ludah menjadi
substrat yang dapat meningkatkan aktivitas bakteri. Aktivitas bakteri
dapat menyebabkan pH mulut turun menjadi di bawah 5,5 selama 20-30
menit dan dalam waktu 1-2 jam sesudah gula dimakan, pembentukan
18
asam akan berhenti dan pH mulut kembali seperti biasa Karbohidrat
seperti sukrosa yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi dikenal
dengan sebutan makanan kariogenik (Rugg-Gun, Hackett, 1993;
Decker, Loveren, 2003). Risiko peningkatan aktivitas karies karena
konsumsi makanan kariogenik, paling besar apabila makanan tersebut
dikonsumsi di antara waktu makan dan dalam bentuk yang
lengketkapan anak boleh mengkonsumsi makanan jajanan tersebut
(Hidayanti, 2005).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sandjur dan Scoma (1971)
mengenai kebiasaan makan anak, menunjukkan bahwa makanan yang
tidak disukai ibu juga tidak disukai oleh anaknya dan ketidaktahuan ibu
terhadap jenis makanan tertentu akan berpengaruh terhadap kesehatan
anak (Hidayanti, 2005).
2.6 Demineralisasi
Demineralisasi adalah hilangnya sebagian atau keseluruhan kristal
enamel. Demineralisasi enamel juga dapat diartikan sebagai hilangnya
sebagian atau keseluruhan mineral dari hidroksiapatit karena sebagian besar
enamel tersusun atas hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2]. Adanya paparan
asam dalam waktu yang lama di dalam mulut akan menyebabkan perubahan
pH rongga mulut sehingga permukaan gigi menjadi asam. Jika pH saliva
berada pada pH dibawah 5,5 dan berkontak dengan hidroksiapatit akan
menyebabkan terurainya ion-ion seperti kalsium dan fosfat (Joyston, 2002).
Demineralisasi dapat dibedakan menjadi demineralisasi yang
disebabkan oleh karies dan demineralisasi non karies yang terdiri atas atrisi,
abrasi dan erosi. Demineralisasi oleh karies disebabkan oleh asam yang
berasal dari fermentasi karbohidrat oleh bakteri. Sedangkan demineralisasi
non karies seperti pada erosi terjadi karena asam yang berasal dari makanan
dan minuman, obat-obatan, asam lambung dan dari lingkungan pekerjaan
yang berkontak langsung dengan gigi tanpa melibatkan aktifitas bakteri.
Karies gigi terjadi secara terlokalisir dengan kerusakan ke dalam dan
19
memerlukan waktu yang lama, sedangkan erosi gigi terjadi secara merata
pada permukaan gigi (Joyston, 2002).
Demineralisasi enamel terjadi melalui proses difusi akibat adanya
perbedaan konsentrasi dari larutan di permukaan dengan di dalam enamel
gigi. Larutan yang berkonsentrasi tinggi dengan pH rendah akan berdifusi ke
dalam enamel gigi melalui kisi-kisi kristal dan prisma enamel yang
mengandung air dan matriks organik/ protein. Demineralisasi enamel terjadi
akibat lepasnya ion kalsium dari enamel gigi yang dipengaruhi oleh asam
sehingga struktur enamel terurai (Joyston, 2002).
Saat berdifusi ke dalam enamel, asam akan terionisasi menjadi H+
dan [L-] dan ion H+ akan merusak kalsium hidroksiapatit, menguraikannya
menjadi ion-ion Ca2+, OH-, PO43-. ion yang terbentuk masuk ke dalam
larutan email dan membentuk senyawa kompleks. Setelah konsentrasi
senyawa kompleks ini cukup tinggi maka molekul-molekul tersebut akan
lepas dan keluar dari susunan enamel (Joyston, 2002).
Menurut Dawes, ketika hidroksiapatit kontak dengan larutan maka terjadi
reaksi sebagai berikut :
Presipitation ↔ Demineralisasi
Ca10(PO4)6(OH)2 ↔ 10Ca2+ + 6PO43- + 2OH-
Padat ↔ Larut
Dari reaksi di atas, ion OH- akan diubah oleh ion [H+] ke bentuk
H2O dan PO43- menjadi bentuk HPO42- yang jika berkontak dengan
asam dalam waktu yang lama akan berubah menjadi H2PO4-. Hal ini
akan menyebabkan berkurangnya ion [OH-] dan [PO43-] pada sisi
sebelah kanan. Apabila mencapai pada tahap akhir bahan yang padat
akan masuk ke dalam larutan, namun ion [Ca2+] tidak akan mengalami
perubahan (Joyston, 2002).
Pada saat enamel berkontak dengan asam maka komponen ion
hidrogen dari asam akan mulai melarutkan kristal enamel pada permukaan.
Mula-mula daerah selubung prisma kemudian inti prisma yang larut yang
membentuk permukaan dikenal sebagai “sarang lebah”. Asam yang tidak
terionisasi akan berdifusi ke dalam daerah interprismatik enamel dan
20
selanjutkan akan melarutkan bagian bawah permukaan enamel. Jika
demineralisasi terjadi secara terus menerus maka akan terbentuk pori-pori
kecil pada enamel yang disebut sebagai porositas yang dapat menyebabkan
penurunan kekerasan enamel (Joyston, 2002).
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Hubungan tingkat pengetahuan tentang perawatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi. http://surveikariesanak.html.
Cameron, A., and Richard. W . 2008. Handbook of Pediatric Dentistry.Toronto.Mosby. p 39-44.
Edwina, Sally Joyston. 2002. Dasar –Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta : EGC
Dentosca. 2011. Proses Karies Gigi. Terdapat dihttp://dentosca.wordpress.com/2011/04/14/karies-gigi-pada-anak/ .
Ircham, Mc. 1984. Kesehatan Mulut dan Gigi Penyakit - Penyakit dan Pencegahan. Yogyakarta : Sumbangsih Offset.
Irawati. 2001. Diet Karbohidrat sebagai Salah Satu Penyebab Karies Gigi. Makassar : [skripsi].Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin
Ramadhan, Ardyan Gilang. 2010. Serba serbi kesehata gigi dan mulut. Jakarta: Bukune
Sariningrum, Eviyanti. 2009. Hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap orangtua tentang kebersihan gigi dan mulut pada anak balita usia 3-5 tahun dengan tingkat kejadian karies di Paud Jatipurno. Skripsi. Surakarta: Fakultas Kedokteran GIgi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Taringan, Rasinta. 1990. Karies Gigi. Jakarta; Hipokrates
Harshanur, Wangidjaja Itjiningsih. 1995. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC
22
Recommended