View
1.393
Download
117
Category
Preview:
DESCRIPTION
Logam kobalt baru digunakan pada abad 20 namun bijih kobalt sesungguhnya telah digunakan ribuan tahun sebelumnya sebagai pewarna biru pada gelas maupun berbagai perkakas dapur. Sumber waarna biru pada kobalt dikenali pertama kali oleh G.Brand pada tahun 1735 yang mengisolasi logam tak murni yang diberi nama cobalt rex. Pada tahun 1780, T.O. Bergman menunjukkan bahwa cobalt rex adalah unsur baru yang kemudian diberi nama turunan dari kata kobold yang artinya globin atau roh hantu. Pada tahun 1803, rodium dan iridium ditemukan dalam residu hitam yang tertinggal ketika bijih platina kasar dilarutkan dalam air raja.reaksi-reaksi kimia campuran cobalt dengan kegunaan cobalt dalam kehidupan sehari-hari. serta keunggulan dan kerugian penggunaan cobalt
Citation preview
KOBALT (Co)
Pendahuluan
Logam kobalt baru digunakan pada abad 20 namun bijih kobalt
sesungguhnya telah digunakan ribuan tahun sebelumnya sebagai pewarna biru
pada gelas maupun berbagai perkakas dapur. Sumber waarna biru pada kobalt
dikenali pertama kali oleh G.Brand pada tahun 1735 yang mengisolasi logam tak
murni yang diberi nama cobalt rex. Pada tahun 1780, T.O. Bergman menunjukkan
bahwa cobalt rex adalah unsur baru yang kemudian diberi nama turunan dari kata
kobold yang artinya globin atau roh hantu. Pada tahun 1803, rodium dan iridium
ditemukan dalam residu hitam yang tertinggal ketika bijih platina kasar dilarutkan
dalam air raja.
Karakteristik Kobalt
Karakteristik dari kobalt adalah, sebagai berikut :
Karakteristik Keterangan : M2+(aq) + 2e- → M
Lambang, nomor atom : Co, 27
Massa atom : 58,93
Konfigurasi elektron : [Ar] 3d7 4s2
Densitas (g/cc) : 8,8
Titik leleh (0C) : 1493
Titik didih (0C) : 3520
Jari-jari atom (Å) : 1,16
Energi ionisasi I (Kkal/mol) : 181
Potensial elektron (E0, V) : - 0,28
Sifat Fisis Kobalt
Sifat fisis dari kobalt adalah, sebagai berikut :
Logam yang berwarna: sedikit berkilauan, metalik, keabu-abuan
Merupakan suatu unsur dengan sifat rapuh agak keras
Mengandung metal
Kaya sifat magnetis
Melebur pada suhu 1490oC dan mendidih pada suhu 3520oC
Memiliki 7 tingkat oksidasi yaitu -1, 0, +1, +2, +3, +4 dan +5
Sifat Kimia Kobalt
Sifat kimia dari kobalt adalah, sebagai berikut :
Mudah larut dalam asam – asam mineral encer
Kurang reaktif
Dapat membentuk senyawa kompleks
Dalam larutan air, terdapat sebagai ion Co2+ yang berwarna merah
Senyawa – senyawa Co(II) yang tak terhidrat atau tak terdisosiasi
berwarna biru.
Ion Co3+ tidak stabil, tetapi kompleks – kompleksnya stabil baik
dalam bentuk larutan maupun padatan.
Keberadaan
Sebagian besar keberadaan Cobalt di Bumi berada dalam intinya.
Keberadaan Cobalt di Buni realatif rendah pada kerak Bumi dan perairan alami,
dimana Cobalt sebagai endapan yang sangat tidak larut yang disebut Cobalt
Sulfide (CoS). Di dalam perairan Cobalt dibutuhkan oleh alga biru
(cyanobacteria) dan organisme pengfiksasi nitrogen yang lain. Cobalt tidak
ditemukan sebagai logam bebas dan pada umumnya ditemukan dalam bentuk
bijih. Biasanya Cobalt tidak ditambang secara khusus, namun cenderung sebagai
produk samping dari aktivitas pertambangan Nikel dan Tembaga. Bijih-bijih
utama dari Cobalt adalah cobaltite, erythrite, glaucodot and skutterudite.
SENYAWAAN KOBALT
A. OKSIDA
Kobalt (II) oksida merupakan senyawa berwarna hijau buah zaitun
hijau, penampilan: padat dari kristal/jernih , mempunyai titik-lebur: 1830
°C, kepadatan: 6400 kg m-3 unsur angka-angka oksidasi dan Analisa dibuat
melalui pemanasan logam, cobalt karbonat, atau nitrat pada suhu 1100oC.
Kobalt(II)oksida mempunyai struktur NaCl. Pada pemanasan 400 – 500oC
dalam udara dihasilkan senyawa Co3O4. beberapa oksida lain yang dikenal
antara lain Co2O3, CoO2 dan oksokobalttat (II) merah Na10[Co4O9].
B. HALIDA
Halida anhidrat CoX2 dapat dibuat dengan dehidrasi dari hidrat
halida dan untuk CoF2 dibuat dengan mereaksikan antara HF dengan CoCl2.
Halida klor berwarna biru terang. Reaksi dari flourida atau senyawaan
flourinasi lain pada cobalt halida pada temperatur 300 – 400oC
menghasilkan Kobalt(III)flourida yang merupakan senyawa berwarna coklat
gelap yang umumnya digunakan sebagai zat flourinasi. Kobalt(III)flourida
dapat direduksi oleh air.
C. SULFIDA
Warna hitam, titik-lebur: 1182 °C, kepadatan: 5450 kg m-3, unsur
angka-angka oksidasi dan AnalisaDibentuk dari larutan Co2+ yang
direaksikan dengan H2S membentuk endapan CoS berwarna hitam.
D. GARAM
Bentuk garam kobalt(II) yang paling sederhana dan merupakan
garam hidrat. Semua garam hidrat cobalt berwarna merah atau pink dari ion
[Co(H2O)6]2+ yang merupakan ions terkoordinasi oktahedral. Penambahan
ion hidroksida pada larutan Co2+ menghasilkan kobalt(II) hidroksida yang
berwarna pink atau biru tergantung kondisinya. Hanya yang berwarna pink
yang merupakan bentuk paling stabil. Kobalt(II) hidroksida bersifat
amphotir bila dilarutkan dalam hidroksida pekat membentuk larutan
berwarna biru yang mengandung ion [Co(OH)4]2+. Bentuk garam Kobalt(III)
sangat sedikit, garam flourida hidrat berwarna hijau CoF3.5H2O dan hidrat
sulfat berwarna biru Co2(SO4)3.18H2O dapat dipisahkan pada oksidasi
elektrofilik dari Co2+ dalam larutan 40% HF dan H2SO4 8M.
Kompleks Kobalt(II)
Pelarutan Co, atau hidroksida aatu karbonat dalam suasana asam
encer memberikan ion akuo merah jambu [Co(H2O)6]2+ yang membentuk
banyak garam terhidrasi. Penambahan OH- kepada Co2+ menghasilkan
hidroksida yang mungkin berwarna biru atau merah jambu bergantung pada
kondisi, ia larut sebagai amfoter lemah dalam OH- yang sangat pekat
menghasilkan larutan biru yang mengandung ion [Co(OH)4]2- .
Kompleks Co(II) yang paling umum mungkin oktahedral atau
tetrahedral. Hanya terdapat sedikit perbedaan dalam kestabilan, dan kedua
jenis dengan ligan yang sama, mungkin berada dalam kesetimbangan. Jadi
untuk air, terdapat konsentrasi ion tetrahedral yang sangat sedikit namun
terbatas
[Co(H2O)6]2+ [Co(H2O)4]2+ + 2H2O
Penambahan Cl- berlebih kepada larutan merah jambu dari ion akuo
mudah menghasilkan spesies tetrahedral biru
[Co(H2O)6]2+ + 4Cl- [CoCl4]2- + 6H2O
Kompleks tetrahedral CoX42- dibentuk dengan ion-ion halida,
pseudohalida, dan OH-. Kobalt(II) membentuk kompleks tetrahedral lebih
mudah daripada ion-ion logam transisi yang manapun. Co2+ adalah satu-
satunya ion d7 yang umum terdapat.
Kompleks Kobalt(III)
Tanpa adanya zat pengompleks, oksidasi [Co(H2O)6]2+ sangat tidak
disenangi dan Co3+ direduksi oleh air. Meskipun demikian, oksidasi
elektrolitik atau oksidasi O3 larutan asam dingin Co(ClO4)2 menghasilkan
ion akuo, [Co(H2O)6]3+ dalam kesetimbangan dengan [Co(OH)(H2O)5]2+.
Pada O0 C, waktu paruh ion diamagnetik adalah sekitar sebulan. Dengan
adanya zat pengompleks, seperti NH3 kestabilan Co(III) diperbaiki.
[Co(NH3)6]3+ + e = [Co(NH3)6]2+ E0 = 0,1V
Dengan adanya ion OH-, kobalt(III) hidroksida mudah dioksidasi
oleh udara menjadi hidrat oksida berwarna hitam.
CoO(OH)(s) + H2O + e = Co(OH)2(s) + OH- E0=0,17V
Reaksi-reaksi Pada Unsur Kobalt
Kobalt mudah melarut dalam asam-asam mineral encer. Pelarutan
dalam asam nitrat disertai dengan pembentukkan nitrogen oksida, reaksi
yang terjadi adalah :
Co + 2H+ Co2+ + H2 (Vogel, 1990)
3Co + 2HNO3 + 6H+ 3Co2+ + 2NO + 4H2O (Vogel, 1990)
Dalam pelarut air, kobalt secara normal terdapat sebagai ion kobalt
(II). Senyawa-senyawa kobalt (II) yang tidak terhidrat berwarna biru.
Kobalt merupakan salah satu logam unsur transisi dengan
konfigurasi elektron 3d7 yang dapat membentuk kompleks. Kobalt yang
relatif stabil berada sebagai Co(II) ataupun Co(III). Namun dalam senyawa
sederhana Co, Co(II) lebih stabil dari Co(III). Ion – ion Co2+ dan ion
terhidrasi [Co(H2O)6]2+ stabil di air. Kompleks kobalt dimungkinkan dapat
terbentuk dengan berbagai macam ligan, diantaranya sulfadiazin dan
sulfamerazin. Sulfadiazin dan sulfamerazin merupakan ligan yang sering
digunakan untuk obat antibakteri. Keduanya merupakan turunan dari
sulfonamid yang penggunaannya secara luas untuk pengobatan infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Gram-positif dan Gram-negatif tertentu, beberapa
jamur, dan protozoa.
Terbentuknya kompleks Zn(II) - sulfadiazin dimana sulfadiazin
terkoordinasi secara bidentat terhadap atom pusat Zn2+ melalui atom NH
sekunder dan N tersier. Terbentuknya kompleks Cu(II)-sulfadiazin dan
Cu(II)-sulfamerazin dimana sulfadiazin terkoordinasi secara bidentat
melalui NH sekunder dan N tersier dan sulfamerazin terkoordinasi secara
monodentat pada ion pusat Cu2+ melalui NH2 primer. Kompleks Hg(II)-
sulfadiazin dan Hg(II)-sulfamerazin telah berhasil disintetis oleh Hossain,
Amoroso, Banu, Malik (2006) dengan sulfadiazin terkoordinasi secara
tridentat melalui N sekunder dan N tersier dan sulfamerazin terkoordinasi
secara bidentat melalui NH sekunder dan N tersier pada ion pusat Hg2.
Dengan Co2+, sulfadiazin dan sulfamerazin dimungkinkan dapat
terkoordinasi secara monodentat melalui NH2 primer maupun bidentat
melalui NH sekunder dan N tersier.
Dalam larutan air dari senyawa-senyawa kobalt(II), terdapat ion Co2+
yang merah. Senyawa-senyawa kobalt(II) yang tak berhidrat atau tak
berdisosiasi, berwarna biru. Jika disosiasi dari senyawa kobalt ditekan, arna
larutan berangsur-angsur berubah menjadi biru.
Ion kobalt(III), Co3+ tidak stabil, tetapi kompleks-kompleksnya stabil,
baik dalam larutan maupun dalam bentuk kering. Kompleks-kompleks
kobalt(II) dapat dioksidasikan dengan mudah menjadi kompleks-kompleks
kobalt(III).
Reaksi-reaksi umum yang terjadi pada ion kobalt diantaranya:
a. Reaksi dengan larutan natrium hidroksida dalam keadaan dingin
dihasilkan endapan suatu garam basa berwarna biru:
Co2+ + OH- + NO3
- Co(OH)NO3
Pada pemanasan dengan alkali berlebihan (atau kadang-kadang
hanya dengan menambahkan regensia berlebihan), garam basa
diubah menjadi endapan kobalt(II) hidroksida yang berwarna merah
jambu:
Co(OH)NO3 + OH- Co(OH)2 + NO3-
Tetapi sedikit endapan melarut ke dalam larutan.
Hidroksida ini perlahan-lahan berubah menjadi kobalt(III) hidroksi
yang hitam kecoklatan, ketika terbuka terhadap udara:
4Co(OH)2 + O2 + 2 H2O 4Co(OH)3
Perubahan akan terjadi dengan lebih cepat jika ditambahkan suatu
pengoksidasi seperti natrium hipoklorit atau hidrogen peroksida:
2Co(OH)2 + H2O2 2Co(OH)3
2Co(OH)2 + OCl- + H2O 2Co(OH)3 + Cl-
Endapan kobalt(II) hidroksida mudah larut dalam amonia atau
larutan garam-garam amonium pekat, asalkan cairan induk bersifat
basa:
Co(OH)2 + 6NH3 [Co(NH3)6]2+ + 2OH-
Co(OH)2 + 6NH4+ [Co(NH3)6]2+ + 6H2O
Larutan ion heksaaminakobaltat(II) yang coklat kekuningan
perlahan-lahan berubah menjadi merah kecoklatan jika terkena
udara, hidrogen peroksida lebih cepat mengoksidasikan ion
kompleks itu menjadi ion heksaaminakobaltat(III):
4[Co(NH3)6]2+ + O2 + 2H2O 4[Co(NH3)]3+ + 4OH-
4[Co(NH3)6]2+ + H2O2 2[Co(NH3)]3+ 2OH-
Bila ada serta garam-garam amonium, alkali hidroksida sama sekali.
Demikian pula halnya jika larutan mengandung sitrat atau tartat.
b. Reaksi dengan larutan amonia, jika terdapat garam-garam amonium,
dan sedikit amonia maka akan mengendapkan garam basa:
Co2+ + NH3 + H2O + NO3
- Co (OH)NO3 + NH4+
Kelebihan reagenisa melarutkan endapan, pada mana ion-ion
heksaaminokobalt(II) terbentuk :
Co(OH)NO3 + 6NH3 [Co(NH3)6]2+ + NO3
- + OH-
Pengendapan garam basa tak terjadi sama sekali jika ada serta ion
ammonium dalam jumlah yang lebih banyak, melainkan kompleks
tersebut akan terbentuk dalam satu tahap. Pada kondisi-kondisi
demikian, kesetimbangan
Co2+ + 6NH4 + [Co(NH3)6]2+ + 6H+
Bergeser kea rah kanan karena pengikatan ion hydrogen oleh
ammonia :
H+ + NH3 NH4+
Ciri-ciri dari endapan dan kompleks ini adalah identik dengan yang
diuraikan di bawah reaksi 1
c. Reaksi dengan amonum sulfida, dihasilkan endapan hitam kobalt(II)
sulfida dari larutan netral atau basa:
Co2+ + S2- CoS
Endapan tak larut dalam asam klorida encer atau asam asetat
(meskipun tak terjadi endapan dari larutan-larutan demikian). Asam
nitrat pekat, panas, atau air raja, melarutkan endapan, sementara
belerang putih tetap tertinggal :
3CoS + 2HNO3 + 6H+ 3Co2+ + 3S + 2NO + 4H2O
CoS + HNO3 + 3HCl Co2+ + 3S + NOCl + 2Cl- + 2H2O
Pada pemanasan lebih lama, campuran menjadi jernih karena
belerang teroksidasi menjadi sulfat :
S + HNO3 SO42- + 2H+ + 2NO
S + 3HNO3 + 9HCl SO42- + 6Cl- + 3NOCl + 8H+ + 2H2O
d. Reaksi dengan kalium sianida, dihasilkan endapan coklat kemerahan
kobalt(II) sianida:
Co2+ + 2CN- Co(CN)2
Endapan melarut dalam reagenesia berlebihan, terbentuk larutan
coklat heksasianokobalt(II) :
Co(CN)2 + 4CN- [Co(CN)6]4-
Dengan mengasamkan dalam keadaan dingin dengan asam klorida
encer, endapan muncul lagi :
[Co(CN)6]4- + 4H+ Co(CN)2 + 4HCN
Eksperimen ini harus dikerjakan dalam kamar asam dengan ventilasi
yang baik.
Jika larutan coklat dididihkan lebih lama dalam udara, atau jika
ditambahkan sedikit hidrogen peroksida dan larutan dipanaskan,
larutan akan berubah menjadi kuning karena terbentuk ion
heksasiaonokobalt (III) :
4[Co(CN)6]4- + O2 + 2H2O 4[Co(CN)6]3- + 4OH-
2[Co(CN)6]4- + H2O2 2[Co(CN)6]3- + 2OH-
e. Reaksi dengan ammonium nitrit, dihasilkan endapan kuning kalium
heksanitritokobaltat(III) K3[Co(NO2)6]3H2O:
Co2+ + 7NO2- + 2H+ + 2K+ K3[Co(NO2)6] + NO + H2O
(a)
Reaksi ini berlangsung dalam dua tahap. Mula-mula, nitrit
mengoksidasikan kobalt (II) menjadi kobalt (III) :
Co2+ + 7NO2- + 2H+ Co3+ + NO + H2O
(b)
Lalu ion kobalt (III) bereaksi dengan ion nitrit dan kalium :
Co3+ + 6NO2- + 3K+ K3[Co(NO2)6] (c)
Menjumlahkan reaksi-reaksi (b) dan (c), akan kita peroleh reaksi (a).
Uji ini dapat dilakukan dengan sangat mudah seperti berikut : kepada
larutan netral kobalt (III) tambahkan asam asetat, lalu larutan jenuh
kalium nitrit yang baru saja dibuat. Jika konsentrasi kobalt (II) dalam
larutan uji cukup tinggi, endapan muncul dengan segera. Jika tidak
cukup tiggi, campuran harus dipanaskan sedikit, atau dinding bejana
harus digisok-gosok dengan batang kaca.
Reaksi ini juga khas untuk ion-ion kalium dan nitrit. Ion nikel tak
bereaksi jika ada serta asam asetat.
Reaksi Pembentukan Senyawa Kompleks dari ion kobalt(II) dalam
larutan
Ion yang paling sederhana dalam bentuk kobal dalam larutan
adalah ion berwarna merah muda heksaaquokobal(II) – [Co(H2O)6]2+.
Reaksi ion heksaaquokobal(II) dengan ion hidroksida
Ion hidroksida (dari, katakanlah, larutan natrium hidroksida)
dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian melekat
ke ion kobal. Setelah ion hidrogen dihilangkan dari dua molekul air, akan
diperoleh kompleks tidak bermuatan–kompleks netral. Kompleks ini
tidak larut dalam air dan terbentuk endapan.
[Co(H2O)6]2+ + 2OH- [Co(H2O)4(OH)2] + 2H2O
Dalam tabung reaksi, perubahan warna yang terjadi adalah:
Reaksi-reaksi ion heksaaquokobalt(II) dengan larutan amonia
Larutan NAOH
[Co(H2O)6]2+ [Co(H2O)4(OH)2
]Perubahan Warna Endapan
Amonia dapat berperan sebagai basa maupun ligan. Dengan
jumlah kecil amonia, ion hidrogen ditarik ion heksaaquo dengan tepat
seperti pada kasus perubahan ion hidroksida menjadi kompleks netral.
[Co(H2O)6]2+ + 2NH3 [Co(H2O)4(OH)2] + 2NH4 +
Endapan tersebut melarut jika kamu menambahkan amonia
berlebih. Amonia menggantikan air sebagai ligan untuk menghasilkan
ion heksaaminkobal(II).
[Co(H2O)6]2+ + 6NH3 [Co(NH3)6]2+ + 6H2O
Perubahan warna yang terjadi adalah:
Kompleks heksaaminkobal(II) sangat mudah teroksidasi
menjadi kompleks kobal(III) yang bersesuaian. Pada tabung reaksi
kompleks ini terlihat berubah gelap dengan cepat sampai larutan menjadi
merah-coklat tua.
Pada faktanya ion heksaaminkobal(II) berwarna kuning. Apa
yang dilihat adalah campuran dari ion ini dengan berbagai ion kobal(III)
lain yang melibatkan reaksi pertukaran ligan antara molekul air dengan
ion negatif yang terdapat dalam larutan.
Oksidasi ion heksaaquokobal(II) yang lain
Daripada mengandalkan oksidasi dengan menggunakan udara,
kamu dapat menambahkan agen pengoksidasi seperti hidrogen peroksida.
Kita dapat melakukan ini setelah penambahan amonia seperti pada kasus
Amonia Bertindak Sebagai Basa
Reaksi Pertikaran LIgan
Oksidasi
Amonia dalam jumlah kecil
Kelebihan Amonia
[Co(H2O)6]2+ [Co(H2O)4(OH)2
]+
[Co(NH3)6]2+ [Co(NH3)6]3+
yang terakhir, atau dengan diikuti penambahan larutan natrium
hidroksida.
Dengan larutan amonia dan hidrogen peroksida
Reaksi dengan larutan amonia diikuti pembentukan hidrogen
peroksida yang berwarna larutan coklat-merah tua seperti sebelumnya –
hanya lebih cepat. Persamaan untuk oksidasi kompleks amin adalah:
2Co(NH3)62+ + H2O2 2Co(NH3)6
3+ + 2OH-
Dengan larutan natrium hidroksida dan hidrogen peroksida
Endapan dapat diperoleh dengan bermacam-macam warna dari
kompleks kobal(II) hidroksida ketika ditambahkan larutan natrium
hidroksida. Penambahan hidrogen peroksida menghasilkan banyak
gelembung oksigen dan endapan coklat tua.
Endapan yang terakhir mengandung kobal dalam tingkat oksidasi +3.
Reaksi ion heksaaquokobal(II) dengan ion karbonat
Endapan kobal(II) karbonat dapat diperoleh dengan mudah :
Co2+ (aq) + CO32- (aq) CoCO3(s)
Reaksi pertukaran ligan yang melibatkan ion klorida
Larutan NaOH H2O2
[Co(H2O)6]2+[Co(H2O)4(OH)2]+
Endapan Coklat Gelap
[Co(H2O)6]2+
CO32- (aq)
CoCO3
Jika ditambahkan asam klorida pekat ke dalam larutan yang
mengandung ion heksaqauakobal(I), larutan berubah warna dari merah
muda menjadi biru. Enam molekul air digantikan oleh empat ion klorida.
Reaksi yang terjadi berlangsung reversibel.
[Co(H2O)6]2+ + 4Cl- [CoCl4]2- + 6 H2O
Jika ditambahkan air ke dalam larutan yang berwarna biru, maka larutan
tersebut kembali berwarna merah muda.
KEGUNAAN COBALT
1. Dapat dicampur dengan besi, nikel dan batang-batang rel lain untuk
membuat Alnico, suatu campuran logam memiliki kekuatan magnetis
yang banyak digunakan mesin jet dan turbin gas mesin/motor.
2. Digunakan sebagai bahan baja tahan-karat dan baja magnit.
3. Digunakan di dalam campuran logamuntuk turbin gas generator dan
turbin pancaran.
4. Digunakan di dalam menyepuh listrik oleh karena penampilannya,
kekerasan, dan perlawanan ke oksidasi.
5. Digunakan untuk produksi warna biru permanen dan brilian untuk
porselin, gelas/kaca, serta barang tembikar, pekerjaan ubin, dan email.
[Co(H2O)6]2+ [CoCl4]2-
HCl Pekat
Gelas biru kobalt
6. Cobalt-60, merupakan artifical isotop, dimana sebagai suatu sumber sinar
penting, dan secara ekstensif digunakan sebagai suatu pengusut serta
agen radioterapi. Sumber 60Co yang Ringkas dan mudah.
7. Digunakan sebagai campuran pigmen cat.
Kobal-60, adalah isotop buatan, sebagai sumber sinar gamma yang
penting dan digunakan secaara luas sebagai zat pencari jejak dan zat
radioterapi.
Sinar gamma yang digunakan dalam proses sterilisasi jaringan biologi
seperti bone graft merupakan radiasi elektromagnetik berenergi tinggi, tidak
bermuatan, dan tidak bermassa.
Menurut peneliti jaringan tulang dari Badan Tenaga Nuklir Nasional
(Batan), Minl Abbas, radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang
sangat pendek itu dipancarkan oleh inti atom tidak stabil yang bersifat
radioaktif, yaitu Cobalt-60.
Pada 1735, seorang ilmuwan Swedia, George Brandt, menunjukkan
bahwa warna biru pada kaca berwarna disebabkan adanya unsur baru
bernama cobalt. Sedangkan radioaktif Cobalt-60 ditemukan oleh Glenn T
Seaborg dan Fohn livingood dari University of California Berkeley pada
akhir 1930-an.
Dampak positif :
Cobalt-60 digunakan dalam berbagai aplikasi di bidang kesehatan,
pertanian, maupun pangan. Hal itu dimungkinkan karena Cobalt-60 dapat
memancarkan sinar gamma yang mampu membunuh virus, bakteri, dan
mikroorganisme patogen lainnya tanpa merusak produk.
Misalnya, di bidang kesehatan, Cobalt-60 digunakan untuk
mengiradiasi sel kanker. Dengan dosis radiasi tertentu yang terkendali,
maka sel kanker akan terbunuh, sedangkan sel normal tidak akan
terpengaruh dan akan bertahan terhadap radiasi.
Dampak negatif :
orang yang mengoperasikannya berisiko terkontaminasi. Selain itu,
masyarakat yang tinggal di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir juga
sangat rentan terkontaminasi zat-zat radioaktif apabila ada kebocoran atau
tumpahan ketika reaksi nuklir berlangsung.
Meskipun jarang terjadi, Cobalt-60 bisa saja bercampur dengan
makanan atau air sehingga ikut masuk ke dalam tubuh manusia. Tidak
hanya itu, Cobalt-60 yang bercampur dengan debu bisa pula terhirup dan
menyusup ke tubuh manusia sehingga menyebabkan kanker.
Penanggulangan :
Untuk mengurangi risiko terkena dampak negatif dari penggunaan
Cobalt-60, bagi orang-orang yang pekerjaannya bersinggungan dengan
radiasi Cobalt disarankan untuk melakukan cek kesehatan secara rutin.
Beberapa tes laboratorium dapat mengukur jumlah Cobalt-60 dalam air seni,
bahkan pada tingkat yang sangat rendah.
Saat ini juga ditemukan sebuah teknik whole-body counting
(menghitug secara keseluruhan dalam tubuh) yang dapat mendeteksi sinar
gamma yang dipancarkan Cobalt-60 dalam tubuh. Bahkan, ada pula alat-alat
ponabel yang dapat langsung mengukur Cobalt-60 pada kulit atau rambut.
awm/L-2
Penjelasan dari video yang kami tampilkan tentang :
Pemurnian Cobalt dari Cobaltclorite.
Pada video ini pertama-tama harus dibuat larutan yang bersifat asam
dengan menambahkan HCl dalam air. Selanjutnya, ditambahkan beberapa
potongan lembar kecil-kecil karbon dalam larutan tersebut, untuk mengontrol
temperatur reaksi yang akan terjadi yaitu antara Cobalt dan HCl (aq) dimana
reaksi ini akan menimbulkan panas, sehingga perlu ditambahkan karbon
untuk menyerap panas (kalor) yang dihasilkan dari reaksi ini. Karbon juga
berfungsi untuk mereduksi cobalt menjadi tempaga-kobalt alloy. Kemudian,
ditambahkan logam campur (alloy) cobalt . Setelah didiamkan 5 menit,
terbentuk kompleks yang berwarna merah muda ( pink ) terang , yang
merupakan kompleks [Co(H2O)6]2+ .
Sekarang larutan kompleks tersebut belum jelas akan membentuk warna
apa, diharuskan adanya perubahan yang bergantung pada apakah kompleks
tersebut berada dalam larutan asam atau berada pada pada larutan netral (air).
Ketika kompleks tersebut dalam larutan netral (air) maka akan terbentuk
warna merah muda yang sangat tajam (terang), tetapi ketika ditambahkan HCl
ke dalam larutan, maka warna larutan kompleks ini akan berubah menjadi
warna biru gelap. Kemudian ditambahkan HCl ke dalam larutan dan
terbentuklah warna biru gelap.
[Co(H2O)6]2+ + 4Cl- [CoCl4]2- + 6 H2O
Kemudian, disaring larutan kompleks Cobalt Chloride dan didapatkan
filtrat. Dicuci kompleks Cobalt Chloride yang tersisa pada kertas saring
dengan air untuk melarutkan apabila masih tersisa Cobalt Chloride dalam
larutan tersebut. Ditambahkan aluminimum foil ke dalam larutan kompleks
Cobalt Chloride yang berfungsi sebagai oksidator. Ketika aluminium foil
ditambahkan, maka banyak timbul gelembung-gelembung gas. Reaksi ini
berlangsung dengan menghasilkan banyak panas dan gas-gas.
Kemudian, dibiarkan dalam waktu beberapa hari dan akan didapatkan
produk akhir melaui tahap penyaringan kembali. Setelah disaring, filtrat yang
didapatkan berupa larutan yang warnanaya kini kembali menjadi merah.
Residu yang berada dalam kertas saring merupakan tembaga yang terlapisi
dengan karbon yang telah kering yang berasal dari pelapisan karbon untuk
membentuk alloy tembaga-kobalt. Filtrat yang berwarna merah tadi disaring
kembali kemudian dikeringkan dan didapatkan serbuk halus Logam Kobalt.
DAFTAR PUSTAKA
Lee, JD. 1994. Concise Inorganic Chemistry. Madras : Chapman and Hall
Cotton, F Albert. 1990. Chemical Application Of Group Theory. Singapore : John
Wiley and Sons
Svehla, G. 1998. Qualitative Inorganic Chemistry. India : Thomson Press
Saito, Taro. 1996. Buku Teks Online Kimia Anorganik. Iwanami Publishing
Company
DRAF PROPOSAL
MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN
Disusun oleh :
Loita Datu Nindita (093234018)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2011
Recommended