View
667
Download
7
Category
Preview:
Citation preview
MAKALAH KOROSI
“KOROSI PADA ATAP SENG
RUMAH”
Disusun oleh:
WAKHID NURROHMAN HANIF
K2509062
Pendidikan Teknik Mesin
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN KOROSI
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara
suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan
senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi
disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen
(udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau
karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang
berwarna coklat-merah.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena
logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi
lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi
logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam
bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah
diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan
baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau
tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda
potensial terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih
bersih dari oksida.
B. BENTUK KOROSI
Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi
sumuran, korosi celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi
retak fatik (corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen
(corrosion induced hydrogen), korosi intergranular, selective leaching, dan
korosi erosi.
1. Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh
permukaan logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata
akan terjadi pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian
langsung akibat korosi merata berupa kehilangan material konstruksi,
keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam
bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak
langsung, antara lain berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya
perawatan (preventive maintenance).
2. Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan
dan berada di lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan
mengalami korosi, sementara logam lainnya akan terlindung dari serangan
korosi. Logam yang mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial
yang lebih rendah dan logam yang tidak mengalami korosi adalah logam yang
memiliki potensial lebih tinggi.
3. Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang
terbuka akibat pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali
dengan pembentukan lapisan pasif dipermukaannya, pada antarmuka lapisan
pasif dan elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan
pasif secara perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga
terjadi korosi sumuran. Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi
terjadinya sangat kecil tetapi dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan
atau struktur patah mendadak.
4. Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua
komponen. Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi
merata diluar dan didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi
oksigen. Pada suatu saat oksigen (O2) di dalam celah habis, sedangkan oksigen
(O2) diluar celah masih banyak, akibatnya permukaan logam yang
berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda dan permukaan logam yang
didalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk celah yang terkorosi.
5. Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik
(corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion
induced hydrogen) adalah bentuk korosi dimana material mengalami keretakan
akibat pengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam
yang mengalami tegangan tarik statis dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan
karat sangat rentan terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan
dilarutan amonia dan baja karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatk
terjadi akibat tegangan berulang dilingkungan korosif. Sedangkan korosi akibat
pengaruh hidogen terjadi karena berlangsungnya difusi hidrogen kedalam kisi
paduan.
6. Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan
logam akibat terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya.
Seperti yang terjadi pada baja tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan
panas. Pada temperatur 425 – 815oC karbida krom (Cr23C6) akan mengendap
di batas butir. Dengan kandungan krom dibawah 10 %, didaerah pengendapan
tersebut akan mengalami korosi dan menurunkan kekuatan baja tahan karat
tersebut.
7. Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena
pelarutan salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi
pada paduan tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi selective leaching
diawali dengan terjadi pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur
pemadu yang potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang
potensialnya lebih rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos
pada logam paduan tersebut. Contoh lain selective leaching terjadi pada besi
tuang kelabu yang digunakan sebagai pipa pembakaran. Berkurangnya besi
dalam paduan besi tuang akan menyebabkan paduan tersebut menjadi porous
dan lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pecah pada pipa.
C. PERKEMBANGAN KOROSI
KOROSI pada logam menimbulkan kerugian tidak sedikit. Hasil riset yang
berlangsung tahun 2002 di Amerika Serikat memperkirakan, kerugian akibat korosi
yang menyerang permesinan industri, infrastruktur, sampai perangkat transportasi di
negara adidaya itu mencapai 276 miliar dollar AS. Ini berarti 3,1 persen dari Gross
Domestic Product (GDP)-nya. sebenarnya, negara-negara di kawasan tropis seperti
Indonesia paling banyak menderita kerugian akibat korosi ini. tetapi, tidak ada data
yang jelas di negara-negara tersebut tentang jumlah kerugian setiap tahunnya.
Korosi yang dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau
aktifitas korosi akibat aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama
diindentifikasi hampir 100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun 1934.
bagaimanapun korosi yang disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat
degradasi pemakaian sistem industri modern hingga pertengahan tahun1970- an.
Ketika pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai contoh tangki air stainless
steel dinding dalam terjadi serangan korosi lubang yang luas pada permukaan sehingga
para industriawan menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu, korosi jenis ini
merupakan salah satu faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri, industri
minyak dan gas, proses kimia, transportasi dan industri kertaspulp. Selama tahun 1980
dan berlanjut hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan
perhatian dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena
tersebut, banyak institusi mempelajari dan memecahkan masalah ini dengan
penelitian-penelitian untuk mengurangi bahaya korosi tersebut.
Mikroba merupakan suatu mikrooranisme yang hidup di lingkungan secara
luas pada habitat-habitatnya dan membentuk koloni yang pemukaanya kaya dengan
air, nutrisi dan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan mikroba terjadi pada
rentang suhu yang panjang biasa ditemukan di sistem air, kandungan nitrogen dan
fosfor sedikit, konsentrat serta nutrisi-nutrisi penunjang lainnya.
Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain bakteri, jamur, alga
danprotozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap degradasi material di lingkungan.
Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikroorganisme umumnya
berhubungan dengan permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam
dalam bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm.
Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4 jam pencelupan sehingga membentuk lapisan ini
terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di permukaan.
Lapisan film berupa biodeposit biasanya membentuk diameter beberapa
centimeter di permukaan, namun terekspos sedikit di permukaan sehingga dapat
meyebabkan korosi lokal. Organisme di dalam lapisan deposit mempunyai efek besar
dalam kimia di lingkungan antara permukaan logam/film atau logam/deposit tanpa
melihat efek dari sifat bulk electrolyte.
Mikroorganisme dikatagorikan berdasarkan kadar oksigen yaitu :
1. Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak adanya oksigen.
2. Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksigen.
3. Jenis anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua kondisi.
4. Mikroaerofil, berkembang biak menggunakan sedikit oksigen.
BAB II
KASUS RIIL KOROSI
A. SIFAT FISIK DAN KIMIA SENG
1. Senyawa Seng
Seng diambil dari bahasa Belanda yaitu zink adalah unsur kimia
dengan lambang kimia Zn, nomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Ia
merupakan unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik. Beberapa aspek
kimiawi seng mirip dengan magnesium. Hal ini dikarenakan ion kedua
unsur ini berukuran hampir sama. Selain itu, keduanya juga memiliki
keadaan oksidasi +2. Seng merupakan unsur paling melimpah ke-24 di
kerak Bumi dan memiliki lima isotop stabil. Bijih seng yang paling banyak
ditambang adalah sfalerit (seng sulfida).
Kuningan, yang merupakan campuran aloi tembaga dan seng, telah
lama digunakan paling tidak sejak abad ke-10 SM. Logam seng tak murni
mulai diproduksi secara besar-besaran pada abad ke-13 di India, manakala
logam ini masih belum di kenal oleh bangsa Eropa sampai dengan akhir
abad ke-16. Para alkimiawan membakar seng untuk menghasilkan apa yang
mereka sebut sebagai "salju putih" ataupun "wol filsuf". Kimiawan Jerman
Andreas Sigismund Marggraf umumnya dianggap sebagai penemu logam
seng murni pada tahun 1746. Karya Luigi Galvani dan Alessandro Volta
berhasil menyingkap sifat-sifat elektrokimia seng pada tahun 1800.
Pelapisan seng pada baja untuk mencegah perkaratan merupakan aplikasi
utama seng. Aplikasi-aplikasi lainnya meliputi penggunaannya pada baterai
dan aloi.
Terdapat berbagai jenis senyawa seng yang dapat ditemukan,
seperti seng karbonat dan seng glukonat (suplemen makanan), seng klorida
(pada deodoran), seng pirition (pada sampo anti ketombe), seng sulfida
(pada cat berpendar), dan seng metil ataupun seng dietil di laboratorium
organik.
Seng merupakan zat mineral esensial yang sangat penting bagi
tubuh. Terdapat sekitar dua milyar orang di negara-negara berkembang yang
kekurangan asupan seng. Defisiensi ini juga dapat menyebabkan banyak
penyakit. Pada anak-anak, defisiensi ini menyebabkan gangguan
pertumbuhan, mempengaruhi pematangan seksual, mudah terkena infeksi,
diare, dan setiap tahunnya menyebabkan kematian sekitar 800.000 anak-
anak di seluruh dunia. Konsumsi seng yang berlebihan dapat menyebabkan
ataksia, lemah lesu, dan defisiensi tembaga. Dalam bahasa sehari-hari, seng
juga dimaksudkan sebagai pelat seng yang digunakan sebagai bahan
bangunan.
2. Sifat Fisik Seng
Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau,
dan bersifat diamagnetik. Walau demikian, kebanyakan seng mutu
komersial tidak berkilau. Seng sedikit kurang padat daripada besi dan
berstruktur kristal heksagonal.
Logam ini keras dan rapuh pada kebanyakan suhu, namun menjadi
dapat ditempa antara 100 sampai dengan 150 °C. Di atas 210 °C, logam ini
kembali menjadi rapuh dan dapat dihancurkan menjadi bubuk dengan
memukul-mukulnya. Seng juga mampu menghantarkan listrik.
Dibandingkan dengan logam-logam lainnya, seng memiliki titik lebur (420
°C) dan tidik didih (900 °C) yang relatif rendah. Dan sebenarnya pun, titik
lebur seng merupakan yang terendah di antara semua logam-logam transisi
selain raksa dan kadmium.
Terdapat banyak sekali aloi yang mengandung seng. Salah satu
contohnya adalah kuningan (aloi seng dan tembaga). Logam-logam lainnya
yang juga diketahui dapat membentuk aloi dengan seng adalah aluminium,
antimon, bismut, emas, besi, timbal, raksa, perak, timah, magnesium, kobalt,
nikel, telurium, dan natrium. Walaupun seng maupun zirkonium tidak
bersifat feromagnetik, aloi ZrZn2 memperlihatkan feromagnetisme di
bawah suhu 35 K.
3. Sifat Kimia Seng
Reaktivitas seng memiliki konfigurasi elektron [Ar]3d104s2 dan
merupakan unsur golongan 12 tabel periodik. Seng cukup reaktif dan
merupakan reduktor kuat.. Permukaan logam seng murni akan dengan
cepat mengusam, membentuk lapisan seng karbonat, Zn5(OH)6CO3,
seketika berkontak dengan karbon dioksida. Lapisan ini membantu
mencegah reaksi lebih lanjut dengan udara dan air. Seng yang dibakar
akan menghasilkan lidah api berwarna hijau kebiruan dan mengeluarkan
asap seng oksida. Seng bereaksi dengan asam, basa, dan non-logam
lainnya Seng yang sangat murni hanya akan bereaksi secara lambat
dengan asam pada suhu kamar. Asam kuat seperti asam klorida maupun
asam sulfat dapat menghilangkan lapisan pelindung seng karbonat dan
reaksi seng dengan air yang ada akan melepaskan gas hidrogen.
Seng secara umum memiliki keadaan oksidasi +2. Ketika senyawa
dengan keadaan oksidasi +2 terbentuk, elektron pada kelopak elektron
terluar s akan terlepas, dan ion seng yang terbentuk akan memiliki
konfigurasi [Ar]3d10. Hal ini mengijinkan pembentukan empat ikatan
kovalen dengan menerima empat pasangan elektron dan mematuhi
kaidah oktet. Stereokimia senyawa yang dibentuk ini adalah tetrahedral
dan ikatan yang terbentuk dapat dikatakan sebagai sp3. Pada larutan
akuatik, kompleks oktaherdal, [Zn(H2O)6]2+, merupakan spesi yang
dominan. Penguapan seng yang dikombinasikan dengan seng klorida
pada temperatur di atas 285 °C mengindikasikan adanya Zn2Cl2 yang
terbentuk, yakni senyawa seng yang berkeadaan oksidasi +1. Tiada
senyawa seng berkeadaan oksidasi selain +1 dan +2 yang diketahui.
Perhitungan teoritis mengindikasikan bahwa senyawa seng dengan
keadaan oksidasi +4 sangatlah tidak memungkinkan terbentuk.
Sifat kimiawi seng mirip dengan logam-logam transisi periode
pertama seperti nikel dan tembaga. Ia bersifat diamagnetik dan hampir
tak berwarna. Jari-jari ion seng dan magnesium juga hampir identik. Oleh
karenanya, garam kedua senyawa ini akan memiliki struktur kristal yang
sama. Pada kasus di mana jari-jari ion merupakan faktor penentu, sifat-
sifat kimiawi keduanya akan sangat mirip. Seng cenderung membentuk
ikatan kovalen berderajat tinggi. Ia juga akan membentuk senyawa
kompleks dengan pendonor N- dan S-.
B. KOROSI PADA ATAP SENG RUMAH
Seng adalah salah satu dari sekian banyak bangunan yang sering
digunakan sebagai penutup atap. Ukuran seng datar yang digalvanisir
( disepuh ) berkisar 915 mm x 1830 mm dengan beberapa macam tebal yang
kurang dari 1mm. ukuran tebal yang kurang dari 1 mm dinyatakan dengan
BWG. Ukuran seng gelombang biasa yang digalvanisir berkisar 760 mm x
1830 mm dengan beberapa macam – macam tebal yang dinyatakan dengan
BWG. Seng mempunyai lebar propil 76 mm, tinggi propil 16 mm dan
banyaknya gelombang ada 10.
Kelebihan atap seng yaitu bobotnya rendah, harganya murah,
pemasangannya mudah sekaligus dapat menghemat biaya. Namun
kekurangan atap seng apabila terkena air hujan yang banyak mengandung
garam maka seng lebih mudah berkarat, selain itu karena jatuhnya air hujan
maka akan menimbulkan suara yang berisik. Seng juga tidak mempunyai sifat
isolasi panas & dingin artinya kalau udara di luar panas / dingin maka di
dalam ruangan akan terasa lebih panas / dingin juga. Berikut contoh gambar
seng yang mengalami korosi.
Proses Awal Korosi
Proses ke-2
Proses ke-3
Seng terkorosi semua (merata)
C. PENYEBAB KOROSI
Perilaku atau sifat seng selama berada pada lingkungan atmosfir
telah sering diperiksa pada tes yang dilakukan di seluruh dunia. Kinerja seng
dalam lingkungan atmosfer dapat diramalkan dalam batas yang wajar.
Perbandingan yang tepat dari perilaku seng pada lingkungan atmosfer yang
korosif sedikit kompleks karena banyak faktor yang terlibat, seperti :
1. arah angin
2. intensitas asap korosif,
3. jumlah garam diudara
4. periode relatif dari kelembaban atau kondensasi dan kekeringan.
Namun, secara umum diketahui bahwa laju korosi seng rendah; itu
berkisar dari 0,13 pM / tahun di atmosfer pedesaan kering untuk 0,013 mm /
tahun di lebih lingkungan atmosfer industri yang lembab.
Seng lebih tahan korosi daripada baja di atmosfer alam, pengecualian kondisi
ini jika atmosfer dalam ruangan dimana lingkungannya korosif, baik baja dan
seng sangat rentan terkena korosi tetapi tetap seng memiliki ketahanan yang
lebih baik dari pada baja. Sebagai contoh, di atmosfer pantai laju korosi seng
adalah sekitar 1 / 25 dari baja.
Faktor-faktor penting yang mengontrol tingkat di korosi seng
dalam paparan atmosfer adalah:
1. Durasi dan frekuensi kelembaban
2. Tingkat di mana permukaan mengering
3. Tingkat polusi industri atmosfer.
Pada udara kering, seng secara perlahan diserang oleh oksigen
atmosfer. Sebuah lapisan tipis oksida padat terbentuk pada permukaan seng,
dan kemudian membentuk lapisan luar di atasnya. Meskipun kadang-kadang
lapisan luar tersebut melepaskan diri, lapisan bawah tetap dan melindungi
logam membatasi interaksi dengan oksigen. Dengan kondisi tersebut, yang
terjadi di beberapa daerah beriklim tropis, seng teroksidasi dengan sangat
lambat.
Atmosfer korosi telah didefinisikan untuk mencakup proses korosi
yang terjadi di udara pada suhu antara -18 sampai 70 ° C di tempat terbuka
dan di ruang tertutup dari segala jenis. Memburuknya korosi ini kadang-
kadang disebut pelapukan. Definisi ini mencakup berbagai macam
lingkungan dari tingkat corrosivities yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang
menentukan corrosivity atmosfer termasuk polusi industri, polusi laut,
kelembaban, suhu (terutama penyebaran antara kelembapan tertinggi dan
terendah yang mempengaruhi kondensasi dan penguapan) dan curah hujan.
D. PROSES TERJADINYA KOROSI
Proses dasar korosi logam sangat sederhana yaitu atom-atom yang
mengandung logam bereaksi dalam larutan atau membentuk gugusan ion
yang bermuatan positip, sehingga dapat terkorosi karena mengalami oksidasi.
Poses korosi dapat dijelaskan sebagai proses elektrokimia reaksi redoks
(reduksi oksidasi). Logam yang mengalami korosi akan bertindak sebagai
anode ( reaksi oksidasi) dan zat pengotornya akan bertindak sebagai katode
(reduksi).
Korosi yang diartikan sebagai perubahan dari logam atau oksida
logam atau perubahan logam dari yang bervalensi kosong menjadi berisi. Jadi
korosi adalah logam-logam yang dapat berubah bilangan oksidasinya.
Misalnya ; bilangan oksidasinya terus meningkat apabila terkena air maupun
udara.
Contoh : Seng terkena asam
Zn + 2 HCl ------------- ZnCl2 + H2
Zn ------------- Zn2+
Artinya bilangan oksidasinya naik dari valensi kosong menjadi bervalensi 2
Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam
menjadi ion dengan melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan
proses katodik yang menyerap elektron tersebut dengan laju yang sama.
Proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari
lingkungan sekitarnya.
Salah satu penyebab korosi pada atap seng adalah air hujan yang
mengenai permukaan seng dimana mengandung asam.
Proses reaksi korosi dengan tingkat keasaman dalam lingkungan
asam
Anode : Fe (s) → Fe2+(aq) + 2e [x 4] Eo = + 0,44 V
Fe2+(aq) → Fe3+(aq) + e [x 4] Eo = – 0,77 V
Katode : O2(g)+ 4H+(aq) + 4 e → 2 H2O (l) [x3] Eo = +1,23 V
Redoks : 4Fe(s) + 3O2(g) + 12H+(g) → 4Fe3+(aq) + 6H2O(l) Eo = +0,90 V
Ion Fe3+ yang terbentuk di anode kemudian teroksidasi lebih
lanjut oleh air membentuk karat , besi (III) oksida :
4 Fe3+(aq) + 12 H2O (l) → 2 Fe2O3.6H2O (s) + 12H+ (aq) ( karat )
Pengertian korosi secara scientist adalah korosi sebagai peristiwa
bereaksinya logam-logam dengan lingkungannya yang merusak sifat-sifat
logam tersebut dan merugikannya. Peristiwa korosi seperti yang disebutkan di
atas adalah peristiwa yang merugikan. Salah satu cara untuk menghindarinya
adalah dengan mencat logam tersebut, tetapi harganya menjadi mahal.
Untuk suatu susunan logam, atom-atom yang berada dipinggir
susunan mempunyai potensial dan energi yang tinggi dan mudah bereaksi,
maka mudah terkorosi. Korosi tidak dapat dicegah sama sekali tetapi dapat
dihambat sebab korosi merupakan peristiwa alam yang bereaksi spontan.
BAB III
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KOROSI
A. PENCEGAHAN
- Memberi lapisan pelindung dengan cat khusus besi atau dengan zat anti
karat.
Salah satu cara pencegahan serangan korosi/karat terhadap atap seng adalah
dengan cara menggunakan lapisan bahan organik atau cat. Pemberian lapisan
cat dilakukan pada permukaan seng, sehingga faktor penyebab korosi tidak
dapat mengenai seng secara langsung. Keunggulan lapisan cat pada sistem
proteksi korosi mudah cara penerapannya, dapat dilapis ulang dan lapisannya
memiliki nilai estetika. Faktor sangat penting yang mempengaruhi umur
lapisan cat terletak pada kelayakan persiapan permukaan logam sebelum
dilapisi cat.
- Pada permukaan seng diberi oli atau vaselin.
Pemberian oli atau vaselin ini dapat menghambatan kontak langsung antara
logam dengan oksigen atau air.
B. PENGENDALIAN
Penanganan pada atap seng yang bocor adalah dengan menambal,
selain biaya yang murah juga saat pengerjaan tidak mengganggu aktifitas
yang berada dibawah atap tersebut. Biaya penambalan atap 1 m2 ± Rp.
50.000,- umur rencana bisa bertahan lebih dari lima tahun. Sebuah pungujian
menunjukkan pada tahun 2002 diadakan penambalan atap seng, hingga tahun
2008 ini kondisi atap yang ditambal masih terlihat baik.
BAHAN YG DIPERLUKAN UNTUK PENAMBALAN
1. Elastex (contoh menggunakan buatan Nippon Paint)
Seperti gambar dibawah :
2. Mett 455 (serat fiber)
Seperti gambar dibawah:
3. HCL
4. Cromet (Contoh merk yang kami gunakan Bodelax metal primer zinc 900)
Seperti gambar dibawah:
5. Cat Silver (Merk Bee brand)
Cara Pengerjaan :
1. Korosi dibersihkan dengan sikat kawat
2. Kemudian dikwaskan HCL
3. Setelah benar-benar bersih dicat dengan Bodelax.
4. Setelah kering lapiskan Met dan Elastex.
5. Kemudian dicat dengan cat warna silver
6. (untuk warna cat dapat disesuaikan dengan warna seng)
Dengan melakukan penambalan, dapat menghemat biaya sebesar
Rp. 16.000 untuk setiap 1 m2 luas seng (bukan luas atap, luas seng tergantung
dengan type gelombang). Diluar perhitungan terhentinya/terganggunya
aktifitas yg berada dibawah atap. Perhitungan berdasarkan umur seng dan
umur penambalan.
Gambar dibawah ini adalah saat pengerjaan penambalan atap.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara
suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-
senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut
perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi atapun seng
atap rumah.
Pada seng atap rumah terjadi korosi merata, adalah korosi yang terjadi
secara serentak diseluruh permukaan logam, oleh karena itu pada logam yang
mengalami korosi merata akan terjadi pengurangan dimensi yang relatif besar per
satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata berupa kehilangan material
konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk korosi
dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak
langsung, antara lain berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya
perawatan (preventive maintenance).
Salah satu cara pencegahan serangan korosi/karat terhadap atap seng
adalah dengan cara menggunakan lapisan bahan organik atau cat. Pemberian
lapisan cat dilakukan pada permukaan seng, sehingga faktor penyebab korosi
tidak dapat mengenai seng secara langsung. Keunggulan lapisan cat pada sistem
proteksi korosi mudah cara penerapannya, dapat dilapis ulang dan lapisannya
memiliki nilai estetika. Faktor sangat penting yang mempengaruhi umur lapisan
cat terletak pada kelayakan persiapan permukaan logam sebelum dilapisi cat.
Recommended