View
68
Download
4
Category
Preview:
DESCRIPTION
kewirausahaan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan senantiasa
berinteraksi dengan sesama manusia di dalam kebutuhan hidupnya. Di dalam proses
berinteraksi itu manusia selalu terkait dengan kehidupan kelompok dan organisasi.
Kelompok dapat mencapai tujuan apabila unsur-unsur yang ada di dalamnya
dapat menjalankan fungsinya masing-masing. Salah satu unsur pokok yang menentukan
jalannya kelompok atau organisasi adalah pemimpin. Untuk dapat menjalankan roda
organisasi atau kelompok, pemimpin harus tahu tentang kepemimpinan dan memahami
sifat-sifat kepemimpinan.
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?
b. Apa saja teori – teori tentang kepemimpinan?
c. Apa saja sifat – sifat seorang pemimpin?
d. Apa saja wewenang dari seorang pemimpin?
e. Apa yang dimaksud dengan konsistensi dalam gaya kepemimpinan?
f. Apa saja gaya - gaya kepemimpinan itu?
g. Bagaimanakah peranan seorang menejer dalam perusahaan?
3. Tujuan Makalah
a. Mengetahui yang dimaksud dengan kepemimpinan.
b. Mengetahui teori – teori kepemimpinan.
c. Mengetahui sifat – sifat seorang pemimpin.
d. Mengetahui wewenang dari seorang pemimpin.
e. Mengetahui yang dimaksud dengan konsistensi dalam gaya kepemimpinan.
f. Mengetahui gaya - gaya kepemimpinan.
g. Mengetahui peranan seorang menejer dalam perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu:
pemimpin sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung
pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan
ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik
maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga
menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan
di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.
Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang
pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai
kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa
menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif
membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin
pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama.
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan
langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu
(Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok
yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses untuk
mempengaruhi, mengatur dan mengkomunikasikan suatu aktivitas individu atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
B. Teori Kepemimpinan
Diantara sekian banyak teori-teori kepemimpinan yang dikemukakan para ahli,
ada tiga teori kepemimpinan yang cukup menonjol yaitu:
1. Teori Genetis
Inti teori ini menyatakan bahwa “Leader are born and not made”. Menurut teori ini
seseorang akan menjadi pemimpin apabila mereka dilahirkan dengan bakat-bakat
kepemimpinan dalam kondisi bagaimanapun, seseorang ditempatkan, karena ia
telah ditakdirkan sebagai seorang pemimpin, suatu kali kelak ia akan menjadi
pemimpin.
2. Teori Sosial
Inti teori sosial ini adalah bahwa “Leader are made not born”. Teori ini merupakan
kebalikan teori genetis. Para penganut teori ini mengatakan bahwa setiap orang bisa
menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3. Teori Ekologis
Menurut teori ini, teori genetis dan teori sosial tidak seluruhnyamengandung
kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut, muncul teori
ekologis yang pada intinya seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang
baik apabila sewaktu dia dilahirkan telah membawa bakat-bakat, bakat-bakat
tersebut selanjutnya dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan
pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih
lanjutbakat-bakat yang dimiliki.
C. Sifat Kepemimpinan
Terry (1960) dalam Asri (2006) menyebutkan adanya 8 buah syarat yang harus dipenuhi
oleh seorang pemimpin yang baik, yaitu memiliki:
1. Kekuatan atau energi
Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan lahiriah dan rokhaniah sehingga mampu
bekerja keras dan banyak berfikir untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi.
2. Penguasaan emosional
Seorang pemimpin harus dapat menguasai perasaannya dan tidak mudah marah dan
putus asa.
3. Pengetahuan mengenai hubungan kemanusiaan
Seorang pemimpin harus dapat mengadakan hubungan yang manusiawi dengan
bawahannya dan orang-orang lain, sehingga mudah mendapatkan bantuan dalam
setiap kesulitan yang dihadapinya.
4. Motivasi dan dorongan pribadi, yang akan mampu menimbulkan semangat, gairah,
dan ketekunan dalam bekerja.
5. Kecakapan berkomunikasi: kemampuan menyampaikan ide, pendapat serta
keinginan dengan baik kepada orang lain, serta dapat dengan mudah mengambil
intisari pembicaraan.
6. Kecakapan mengajar pemimpin yang baik adalah guru yang mampu mengajar dan
memberikan teladan dan petunjuk-petunjuk, menerangkan yang belum dengan
gambaran jelas serta memperbaiki yang salah.
7. Kecakapan bergaul: dapat mengetahui sifat dan watak orang lain melalui pergaulan
agar dengan mudah dapat memperoleh kesetiaan dan kepercayaan. Sebaiknya
bawahan juga bersedia bekerja dengan senang hati dan sukarela untuk mencapai
tujuan.
8. Kemampuan teknis kepemimpinan: mengetahui azas dan tujuan organisasi. Mampu
merencanakan, mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, mengambil keputusan,
mengawasi, dan lain-lain untuk tercapainya tujuan. Seorang pemimpin harus
menguasai baik kemampuan managerial maupun kemampuan teknis dalam bidang
usaha yang dipimpinnya.
D. Wewenang Kepemimpinan
Apabila seorang pemimpin ingin mencapai tujuannya dengan efektif maka haruslah
mempunyai wewenang untuk memimpin bawahannyadalam mencapai tujuan.
Wewenang ini disebut wewenang kepemimpinannya, yang merupakan hak untuk
bertindak atau mempengaruhi tingkah laku orang yang dipimpinnya. Ada dua pendapat
tentang sumber wewenang ini yaitu:
1. Top Down Authority
Wewenang ini bisa berasal dari atasan yang berarti seorang Presiden Direktur.
Misalnya menunjuk seseorang yang dianggap mampu untuk menjadi kepala bagian
penjualan, dan kemudian diberi wewenang apa yang dianggap perlu untuk seorang
pemimpin bawahannya.
To Management
Lower Level Manager
Pekerja Pekerja Pekerja PekerjaPekerja
Gambar : Top Down Authority
Gambar : Bottom Up Authority
Manager
Pekerja Pekerja Pekerja PekerjaPekerja
2. Bottom Up Authority
Pada konsep ini, pemimpin dipilih (diterima) oleh mereka yang akan menjadi
bawahannya. Apabila seseorang diterima sebagai pemimpin dan diberi wewenang
untuk memimpin, maka para bawahan akan menghargai wewenang itu sebabnya
mereka punya respek pribadi untuk menghargai orang tersebut merupakan wakil
yang mewakili nilai-nilai yang mereka anggap penting.
Sesuai dengan teori ini, maka para baawahan mengakui bahwa bimbingan
dan dorongan dapat diperoleh dari kepemimpinan. Para pekerja akan menilai calon
pimpinan yang bisa diterima oleh mereka dan karenanya calon pimpinan seharusnya
besaral dari bawah.
E. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku dirancang
untuk mengintegrasi tujuan individu untuk mencapai tujuan. Setiap pemimpin
mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Antara
gaya tersebut, tidak harus suatu gaya kepemimpinan lebih baik atau lebih buruk dari
gaya kepemimpinan lainnya. Menurut Young gaya kepemimpinan ada tiga yaitu:
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari
dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang
oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya
melaksanakan tugas yang telah diberikan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan
wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu
mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya
kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas
serta tanggung jawab para bawahannya.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para
bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang
dihadapi.
Keempat gaya kepemimpinan berdasarkan kepribadian adalah :
1. Gaya Kepemimpinan Karismatis
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang.
Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat.
Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat
menyenangi perubahan dan tantangan.
Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di
analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu
menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang – orang
yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan
ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan
memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.
2. Gaya Kepemipinan Diplomatis
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan
perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan
dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan
kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang
menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya
diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan.
Namun kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan
yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan
seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin.
3. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya.
Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika
dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada
adalah hasil. Langkah – langkahnya penuh perhitungan dan sistematis.
Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian
merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli
dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya.
4. Gaya Kepemimpinan Moralis
Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka
hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi
terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk
kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang – orang yang datang karena
kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya.
Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti
ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa
sangat menyenangkan dan bersahabat.
Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya kepemimpinan
demokratis. Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini semua permasalahan
dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga
hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.
F. Konsistensi dalam Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan yang konsisten adalah gaya kepemimpinan yang
berorientasi terhadap efektivitas organisasi sesuai dengan kondisi atau situasi yang
dihadapi oleh pimpinan tersebut. Jadi, gaya kepemimpinan yang konsisten adalah gaya
kepemimpinan yang lentur (fleksible) yang berusaha menyelesaikan dengan situasi yang
dihadapinya sehingga dapat dicapai efektivitas yang tinggi dalam memenuhi tujuan
organisasi.
Dengan demikian, gaya kepemimpinan ini konsisten dengan pencapaian tujuan
organisasi dan bukan konsisten terhadap salah satu gaya tertentu saja. Oleh karena itu,
dalam pendekatan situasi ini manager atau pimpinan harus mampu mempelajari situasi
atau lingkungan yang dihadapinya.
Perubahan-perubahan akan mengakibatkan berubahnya situasi sedangkan
situasi yang berubah menuntut gaya kepemimpinan yang berbeda agar dia konsisten
terhadap pencapaian tujuan organisasi. Jadi pemimpin harus peka terhadap
perkembangan lingkungan dan harus fleksible serta mampu menyesuaikan gaya
kepemimpinannya sesuai dengan situasi yang berubah tersebut. Bahkan dia juga harus
menyesuaiakan dengan tingkat kesiapan bawahannya.
1. Tingkat Kesiapan Bawahan
Setiap bawahan memiliki tingkat kesiapan dan kemampuan yang berbeda-
bedadalam menerima dan menyerap yang berupa pengetahuan sikap dan tingkah
laku yang datang dari pimpinan. Adapun tingkat kesiapan bawahan dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu:
a. Kemampuan
b. Kemauan
Kedua faktor tersebut menimbulkan bermaca-macam tingkat kesiapan dari
yang paling rendah sampai yang paling tinggi berturut-turut antara lain:
a. Tidak mampu dan tidak mau (Kesiapan tingkat 1)
b. Tidak mampu tetapi mau (Kesiapan tingkat 2)
c. Mampu tetapi tidak mau (Kesiapan tingkat 3)
d. Mampu dan mau (Kesiapan tingkat 4)
Tinggi Menengah Rendah
(K4) (K1)(K3) (K2)
Mampu dan Mau Mampu tapi
Tidak Mau
Tidak Mampu tapi
Mau
Tidak Mampu dan
Tidak Mau
2. Pemilihan gaya kepemimpinan sesuai dengan tingkat kesiapan bawahan
a. Mengatakan/memerintah (telling)
Bagi bawahan atau kelompok yang memiliki tingkat kesiapan rendah (K1) maka
akan lebih baik diterapkan gaya kepemimpinan yang bersifat menugaskan,
memerintah atau mengarahkan secara terperinci tugas-tugas yang harus
dilaksanakan oleh bawahan, dengan sedikit memberikan hubungan kemanusiaan
kepadanya. Sebagai contoh gaya kepemimpinan ini adalah apabila pemimpin
memerintahkan kepada bawahannya sebagai berikut: “Pak Atmo, pergilah ke
pintu gerbang di depan itu untuk menghadang orang-orang yang ingin masuk ke
halaman kantor kita, sekarang juga, lekas.”
b. Menjual/menawarkan (selling)
Tingkat kesiapan yang berikutnya adalah K2 dimana pada tingkat ini bawahan
tidak mampu tetapi berkeinginan kuat dan berusaha keras untuk dapat
melaksanakannya. Oleh karena itu bentuk gaya kepemimpinan untuk K2 ini
adalah kombinasi antara penugasan tinggi (PT) dengan hubungan persahabatan
yang tinggi pula (PH). Hal ini disebabkan karena pada tingkat ini bawahan pada
dasarnya tidak mampu sehingga perlu diberikan perincian/pengarahan tugas
yang harus dilakukannya (PT), akan tetapi karena mereka bersedia untuk bekerja
keras maka haruslah pula diberikan motivasi dalam bentuk hubungan
kemanusiaa/persahabatan yang komunikatif dan persuasif.
c. Partisipasi (participacing)
Persiapan tingkat tiga adalah kelompok atau orang yang sebenarnya mamou
akan tetapi belum siap untuk terjun ke lapangan sehingga tidak memiliki
motivasi yang kuat untuk melakukannya, biasanya karena rasa takut dan was-
was, di samping itu K3 ini juga terdiri dari kelompok atau orang yang sebenarnya
mampu dan sebelumnya telah memiliki motivasi tinggi akan tetapi saat ini
karena sesuatu hal mereka menjadi tidak mau atau enggan untuk menjalankan
tugas-tugasnya. Hal ini bisa disebabkan karena mereka sedang mengalami
kesusahan dalam keluarganya, merasa marah terhadap atasan, tidak
setuju/senang dengan atasan atau sebab-sebab lain yang berhubungan dengan
kondisi mental kepribadian orang tersebut.
d. Pendelegasian Tugas (delegating)
Kesiapan tingkat empat merupakan kesiapan yang tertinggi di mana bawahan
mampu dan serta bersemangat tinggi. Mereka bekerja dengan profesionalisme
tinggi tanpa menunggu adanya pengarahan ataupun perintah-perintah dari
atasannya. Oleh karena itu gaya kepemimpinan yang cocok adalah
pendelegasian tugas, tanggung jawab dan wewenang yang cukup besar kepada
bawahan. Hal ini dapat dibayangkan sebagai sebuah team sepak bola yang
kompak yang telah tahu bagaimana taktik serta strategi mereka dalam
menghadapi lawan tandingnya. Pelatih dan manajernya tidak perlu terjun untuk
memberikan perintah ataupun pengarahan.
G. Peran Manager dalam Perusahaan
Setiap perusahaan memiliki manajemen yang memegang berbagai peranan
penting yang menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
untuk diwujudkan bersama. Ada banyak peran yang harus dimainkan / diperankan para
manajer secara seimbang sehingga diperlukan orang-orang yang tepat untuk
menjalankan peran-peran tersebut. Untuk itu, peranan manajer sangat diharapkan
dapat memacu laju perkembangan suatu perusahaan.
Peranan yang dimainkan oleh manajer terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Peran antarpribadi
Merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat
seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah,
pemimpin, dan penghubung.
2. Peran informasional
Meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran
sebagai juru bicara.
3. Peran pengambilan keputusan
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan,
pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding.
Manajer yang memimpin beberapa karyawan, biasanya memberikan
pelimpahan masalah kepada karyawannya berupa tugas-tugas pekerjaan yang harus di
selesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu, seorang manajer harus mampu memberikan
keputusan bagi tugas yang telah dikerjakan oleh karyawannya demi terjaminnya mutu
kerja yang telah dijunjung bersama.
Konflik yang diciptakan oleh seorang manajer bagi karyawannya ini bertujuan
untuk meningkatkan sepak terjang para karyawan dalam bekerja, sehingga tujuan
perusahan bisa terwujud dengan baik. Sebagai contoh, manajer sebuah perusahaan
yang bergelut dibidang pemrograman, biasanya memberikan konflik berupa tugas
kepada karyawannya untuk membuat sebuah program. Kemudian bila program telah
dibuat, maka manajer harus menganalisa program tersebut dan memberikan keputusan
apakah program tersebut layak dan sesuai permintaan atau belum. Bila program
tersebut belum layak, maka manajer memberikan perbaikan atau meminta
karyawannya untuk memperbaiki kesalahan yang ada pada program tersebut dengan
waktu yang sesingkat mungkin.
Untuk menghidari hal seperti itu, manajer harus mempunyai beberapa
keterampilan, diantaranya:
1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat
konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi.
2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Manajer harus mahir berkomunikasi atau memiliki keterampilan berhubungan
dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan.
3. Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan
tertentu, misalnya membuat program komputer, memperbaiki mesin, akuntansi ,
dan lain-lain.
Dengan dibekali keterampilan diatas, seorang manajer akan lebih peka terhadap
permasalahan yang terjadi pada perusahaan, selain itu dia juga akan dapat segera
membuat pemecahan dari masalah tersebut. Dalam mempersiapkan pemecahan
masalah, manajer memandang perusahaan sebagai suatu sistem dengan memahami
lingkungan perusahaan dan mengidentifikasikan subsistem-subsistem dalam
perusahaan. Dalam mengidentifikasikan masalah, manajer bergerak dari tingkat sistem
ke subsistem dan menganalisis bagian-bagian sistem menurut suatu urutan tertentu.
Dalam memecahkan masalah manajer mengidentifikasikan berbagai solusi alternative,
mengevaluasinya, memilih yang terbaik, menerapkannya, dan membuat suatu tindakan
untuk memastikan bahwa solusi itu berjalan sebagai mana mestinya.
Fungsi-fungsi menejemen yang dilakukan oleh menejer, dalam penerapannya
tidak akan terlepas dan selalu melekat pada fungsi-fungsi operasional perusahaan.
Fungsi-fungsi tersebut yaitu :
1. Pemasaran
Strategi pemasaran merupakan suatu rencana keseluruhan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan perusahaan. Penentuan strategi pemasaran dapat dilakukan
oleh manager pemasaran dengan membuat tiga macam keputusan yaitu:
a. Memilih konsumen yang dituju
b. Mengidentifikasi keinginan konsumen
c. Menentukan marketing mix
Dengan suatu riset pemasaran, manager berusaha untuk menentukan
konsumen manakah yang akan dituju. Kemudian manager mengidentifikasikan
keinginan mereka, agar dapat menentukan kombinasi marketing mix yang paling
baik. Dalam hal ini diperlukan juga diperhatikan berbagai macam faktor lingkungan
yaitu:
a. Demografi
b. Kondisi perekonomian
c. Sosial dan kebudayaan
d. Politik
e. Perundang-udangan
f. Teknologi
g. Persaingan
h. Kekuatan serta kelemahan organisasi
Elemen-elemen strategi pemasaran:
a. Konsumen yang Dituju (Target Consumer)
Konsumen yang dituju merupakan individu-individu yang harus dilayani
perusahaan secara memuaskan. Menurut pengalaman tidak mungkin
perusahaan benar-benar dapat memberikan kepuasan kepada setiap individu.
Pendekatan yang paling baik adalah memilih kelompok tertentu yang dituju,
kemudian menentukan marketing mix yang dapat memuaskan mereka.
b. Mengidentifikasi Keinginan Konsumen
Setelah menentukan konsumen yang dituju, pelaksanaan pemasaran
harus mengumpulkan informasi dari beberapa sumber, untuk menentukan
keinginan mereka. Dengan demikian, perusahaan akan dapat menyesuaikan
produk dan program pemasarannya terhadap keinginan konsumen yang menjadi
sasarannya tersebut.
c. Menentukan Marketing Mix
Marketing mix merupakan variabel-variabel yang dipake oleh
perusahaansebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pengusaha
harus memahami pentingnya berbagai unsur marketing mix tersebut, dan
bagaimana mengkombinasikannya agar dapat memuaskan konsumennya.
Variabel-variabel ini akan mendapatkan pembahasan lebih mendalam pada
pembicaraan berikutnya.
Marketing Mix
Pengertian marketing mix mencakup sejumlah variabel pemasaran yang
terkontrol oleh perusahaan untuk mencapai target pasar yang telah ditetapkan dan
memberikan kepuasan pada konsumen.
Marketing mix dapat diberi pengertian sebagai 4 komponen utama yang
lazim disebut dengan “4P” yakni:
a. Produk (product)
b. Harga (price)
c. Promosi (promotion)
d. Saluran distribusi (place)
Keputusan Tentang Produk
Untuk barang konsumsi, bentuk fisiknya sangat menentukan sekali bagi
kelanjutan dalam penjualannya. Sedangkan untuk barang industri lebih mudah
diatasi dengan kontak langsung antara pembeli dan penjualdalam penentuan bentuk
fisiknya.
Brandname juga dapat digunakan sebagai senjata persaingan bagi produsen
barang konsumsi. Tetapi untuk barang industri yang lebih penting adalah reputasi
dan nama perusahaan.
- Penetapan Harga
Pada umumnya, produsen barang industri sangat hati-hati dalam
menghitung biaya untuk menetapkan harga produknya pada saat ada penawaran
dari pembeli. Jadi, penetapan harga untuk produk-produk seperti ini cenderung
berorientasi pada biaya. Jika biaya produksinya per unit sudah ditentukan, maka
biasanya presentase mark up yang ditetapkan diharapkan dapat menutup biaya
pemasaran, biaya administrasi dan laba bersih.
Secara rasional, harga yang dipilih adalah tingkat harga yang dapat
memberikan laba maksimal. Kurve permintaan untuk produk-produk semacam ini
cenderung bersifat elastis yang berarti : penurunan harga mengakibatkan kenaikan
penjualan.
Lagi pula dalam kaitannya dengan maksimisasi laba ini perusahaan dapat
menggunakan harga produk untuk mencapai tujuan lain seperti:
- Maksimisasi penjualan
- Menguasai persaingan
- Memperbaiki atau memmpertahankan market share
Promosi
Dalam kegiatan promosinya, produsen barang industri lebih banyak
menitiberatkan pada personalia selling (menggunakan salesman) daripada
periklanan, meskipun keduannya sering pula dilakukan bersama-sama. Hal ini
dilakukan karena mereka menganggap bahwa secara geografis pemakai industri
lebih memusat dan jauh lebih sedikit daripada konsumen. Selain itu juga karena sifat
teknis dari produksinya memungkinkan bagi produsen untuk menggunakan
salesmannya.
Distribusi
Barang produksi umumnya dijual melalui perantara dengan maksud untuk
menekan biaya pencapaian pasar yang luas dan menyebar. Dapat dikatakan bahwa
hampir seluruh barang konsumsi, distribusi melalui baik pedagang besar maupun
pengecer, ataupun pengecer saja. Produsen dapat memperoleh penghematan biaya
dengan melimpahkan sebagian fungsi pemasarannya kepada perantara.
Untuk barang industri, hampir sebagian besar tidak menggunakan perantara,
tetapi secara langsung dijual kepada pembelinindustri karena adanya keinginan
untuk mengadakan hubungan antara penjual-pembeli melalui proses yang ada. Hal
ini memungkinkan bagi produsen untuk melayani pengiriman secara tepat kepada
pembeli yang menghendakinya. Pengiriman secara cepat ini dapat menghemat biaya
distribusi karena tingkat persediaannya semakin kecil.
2. Produksi
Bagian produk adalah suatu bagian yang ada di dalam perusahaan yang
bertugas untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam
penyelenggaraan produksi. Dengan mengatur kegiatan itu diharapkan proses
produksi akan berjalan lancar dan hasil produksipun akan bermutu tinggi. Dalam
kerjanya, manager harus mengkoordinasikan antara kegiatan produksi dengan
kegiatan lainnya terutama pemasaran, keuangan dan personalia. Manager harus
memperhatikan “empat tepat” yaitu: (a) tepat jumlah, (b) tepat mutu, (c) tepat
waktu, dan (d) tepat harga.
3. Personalia (SDM)
Dalam hal ini manaje menetapkan jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang
dibutuhkan melakukan rekruitmen dan seleksi, penempatan dan pengembangan
tenaga kerja tersebut. Manajer harus menerapkan “the right on the right place”.
Untuk Mengevaluasi SDM dalam sebuah organisasi dapat dilakukan dengan model 4
C yaitu:
a. Competence. Kompetens diukur dari kemampuan karyawan dalam melakukan
pekerjaannya misalnya apakah mereka perlu pelatihan atau tidak.
b. Commitment. Komitmen diukur dari seberapa besar komitmen dan loyalitas
karyawan pada pekerjaan dan perusahaan atau organisasinya. Hal ini bisa dilihat
dari prosentase karyawan yang secara sukarela menundurkan diri atau keluhan
karyawan.
c. Congruence. Keserasian dilihat dari apakah ada keserasian antara tujuan
perusahaan dengan harapan karyawan. Ketidak serasian dapat dilihat dari
misalnya pemogokan karyawan atau konflik atasan dan bawahan dan
sebagainya.
d. Cost effectiveness. Efektivitas biaya diukur dari penghematan upah, tunjangan
dan lain-lain.
4. Pembelanjaan Perusahaan
Pembelanjaan perusahaan (business finance) atau manag jemen keuangan
(financial manajemen) adalah keseluruhan aktivitas yang berhubungan dengan
usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau megalokasikan dana
tersebut. Pada prinsipnya pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan dapat
disediakan sumber intern perusahaan atau sumber ekstern perusahaan. Sumber
intern misalnya setoran modal pemilik perusahaan, laba ditahan (retairned earning)
dan akumilasi penyusutan. Sedangkan sumber ekstern misalnya hutang dagang,
kredit bank dan obligasi. Peran manajer dalam hal ini sangat besar terutama dalam
rangka menghimpun dana, efesien dan efektifitas penggunaan dana untuk
kebutuhan investasi baik dalam modal kerja maupun aktiva tetap dan mencegah
adanya kebocoran dana yang sangat merugiakan perusahaan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi, mengatur dan
mengkomunikasikan suatu aktivitas individu atau kelompok untuk mencapai tujuan
bersama. Ada tiga teori kepemimpinan yang cukup menonjol yaitu, Teori Genetis, Teori
Sosial, dan Teori Ekologis.
Sifat-sifat kepemimpinan yang di harapkan dimiliki diantaranya kekuatan atau
energi, penguasaan emosional, pengetahuan mengenai hubungan kemanusiaan,
motivasi dan dorongan pribadi, kecakapan berkomunikasi, kecakapan mengajar
pemimpin yang baik, kecakapan bergaul, kemampuan teknis kepemimpinan. Terdapat
dua wewenang kepemimpinan yaitu Top Down Authority dan Bottom Up Authority.
Konsistensi dalam gaya kepemimpinan merupakan gaya kepemimpinan yang
lentur (fleksible) yang berusaha menyelesaikan dengan situasi yang dihadapinya
sehingga dapat dicapai efektivitas yang tinggi dalam memenuhi tujuan organisasi. Gaya
kepemimpinan berdasarkan kepribadian diantaranya gaya kepemimpinan karismatis,
gaya kepemipinan diplomatis, gaya kepemimpinan otoriter, serta gaya Kepemimpinan
Moralis.
Manajer dalam suatu perusahaan memiliki berbagai peran yaitu, peran
antarpribadi, peran informasional, dan peran pengambilan keputusan.
2. Saran
Suatu kemampuan kepemimpinan dapat berkembang secara optimal apabila
mendapat bekal dasar-dasar yang tepat. Oleh karena itu, dalam memimpin suatu
kelompok pemimpin diharapkan mampu bekerja secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Asri Laksmi Rianti, dkk. 2005. Dasar-dasar Kewirausahaan. Surakarta: Sebelas Maret Pers.
http://felixdeny.wordpress.com/2012/01/07/definisi-kepemimpinan-dan-macam-macam-
gaya-kepemimpinan/
http://jokojokaw.blogspot.com/2011/11/peranan-manajer.html
Recommended