View
243
Download
5
Category
Preview:
DESCRIPTION
kasus
Citation preview
MANAJEMEN DAN REFLEKSI KASUS
Oleh:
Nama : Aris Sandi
NIM : 10711117
Stase : Penyakit Dalam
Pembimbing : dr. Endra Dwi Cahyana, Sp.PD
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
TAHUN 2014
UNIVERSITAS
ISLAM INDONESIA
FAKULTAS
KEDOKTERAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT
DALAM
STATUS PASIEN UNTUK UJIAN
Untuk Dokter Muda
Nama Dokter Muda Aris Sandi Tanda Tangan
NIM 10711117
Tanggal Ujian 26 november 2014
Rumah sakit RSUD Soediran Mangun S.
Gelombang Periode
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Usia : 18 tahun
Alamat : Wonogiri
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
No. RM : 480606
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal : 14 November 2014, pukul : 11.00 WIB
Resume anamnesis :
Keluhan Utama
Datang dengan keadaan demam
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang tanggal 14 november pukul 11.00 WIB ke IGD dengan
keluhan demam sudah dirasakan sejak satu minggu yang lalu, demam terutama
saat pada sore hari dan malam hari, kadang pada malam hari terasa menggigil
sedangkan pada pagi harinya demam menghilang, selain itu pasien mengeluhkan
pusing, mual tetapi tidak sampai muntah, badan terasa lemes dan pegel-pegel
diseluruh tubuh, batuk hilang timbul berdahak, tidak ada diare. gejala belum ada
diobati.
Anamnesis Sistem:
Kepala : pusing (+), demam (+), kejang (-)
Thoraks : sesak nafas (-), berdebar (-), nyeri dada (-), batuk (-)
Abdomen : nyeri ulu hati (-), BAK dbn, BAB dbn,
Muskuloskeletal: tangan dan kaki lemas (+), kesemutan (-)
Integumentum: gatal (-)
Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak pernah sakit tipes sebelumnya, tidak ada darah tinggi, tidak sakit
gula darah.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak mengetahui ada atau tidaknya sakit darah tinggi dan sakit gula
Kebiasaan dan Lingkungan:
Biasanya makan ditempat kerja beli diluar rumah, makan kurang teratur,
akhir-akhir ini nafsu makan menurun. disekitar rumah tidak ada yang terkena sakit
demam berdarah.
Kesimpulan Anamnesis:
Seorang wanita usia 18 tahun dibawa ke rumah sakit dengan keluhan
utama demam terutama saat sore dan malam hari, terasa pusing, mual, badan
terasa pegel dan nafsu makan menurun.
III. PEMERIKSAAN TANDA VITAL (VITAL SIGN)
Dilakukan pada tanggal : 14 November 2014, pukul : 11.05 WIB
TD : 95/65
Suhu : 37,50C
Nadi : 85 kali permenit, reguler, isi cukup, pulsus paradoksus
Nafas : 20 kali permenit, normopneu, pernapasan torako-abdominal
IV. PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK :
KEADAAN UMUM
Kesadaran : compos mentis, tampak lemes, GCS E4V5M6
Kesan gizi : Cukup
Skema manusia
PEMERIKSAAN KEPALA :
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), penurunan visus (-) Lidah kotor (+)
PEMERIKSAAN LEHER
JVP 5+2, tidak ada pembesaran limfonodi maupun kelenjar tiroid, tidak ada
deviasi trakea.
PEMERIKSAAN THORAKS
Bentuk dada normo chest
Cor I : ictus cordis (-)
P : thrill (-), punctum maksimum (-)
P : Batas pinggang jantung SIC 3 linea sternal sinistra, batas atas jantung
SIC 3 linea parasternal kiri, apeks SIC 5 midclavicula sinistra, batas
kanan jantung SIC 4 linea sternal kanan.
A : BJ I dan II reguler, bunyi jantung tambahan (-), bising jantung (-)
Pulmo I : dinding dada dan perut tidak sejajar, perut cekung, Retraksi (-),
pengembangan pulmo dextra sinistra
P : Vokal fremitus sinistra sama dengan sinistra
P : Suara sonor di seluruh lapang paru, kanan=kiri
A : suara dasar vesikuler normal seluruh lapang paru (+), suara ronki (-)
IV.E. PEMERIKSAAN ABDOMEN :
Abdomen I : dinding abdomen sejajar dengan dinding dada
A : peristaltik 11 x/ menit
P : timpani seluruh lapang abdomen (+)
P : hepar tidak teraba, nyeri tekan (+)
IV.F. Pemeriksaan ekstremitas :
Edema ekstremitas (-), akral dingin (-), palmar eritema (-)
V. RESUME PEMERIKSAAN FISIK :
Lidah kotor (+) nyeri tekan epigastrium (+).
VI. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Febris hari ke 7
DD : demam tifoid
demam berdarah
VII. RENCANA
A. TINDAKAN TERAPI :
Asering 20 tpm
injeksi cefotaxime 1 gr/12 jam
injeksi Ranitidine 50 mg/12 jam
injeksi Paracetamol 1 gram/8 jam
B. EDUKASI
Pasien diharapkan makanan yang lembek seperti bubur untuk
mengistirahatkan saluran pencernaan, memakan buah-buahan untuk
melancarkan pencernaan karena kemungkinan demam tifoid maka bisa
terjadi diare atau konstipasi.
C. TINDAKAN DIAGNOSTIK /PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan kimia klinik (SGOT, SGPT)
Tes Widal
VIII. CATATAN TINDAKAN DOKTER
Hari Ke/ tanggal
Hari ke-114 November 2014
Hari ke-215 November 2014
Hari ke-417 November2014
Hari ke-518 November 2014
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
S : demam (+), menggigil (+), Batuk (+) pusing (+), mual (+), lemes(+), nafsu makan menurun(+) badan pegel-pegel (+), diare (-)O :KU : tampak lemasKesadaran : CMVS : TD : 95/65 N : 85x/menit T : 37,5oC R : 20x/menitKepala : lidah kotor (+)Abd : Hepar tidak teraba (-) nyeri tekan (+)
S : Demam (+) pusing (+), sesak (+), mual (+) Batuk(+), menggigil (+), lemes (+)O :KU : tampak lemasKesadaran : CMVS : TD :104/64 N : 80 T : 36,9oC R : 24x/menitKepala : lidah kotor (+)Abd : nyeri tekan epigastrium (+)
S : demam(-), nyeri kepala (+), sesak(+), mual (+), menggigil (+), deg-degan(+) batuk (+)O :KU : baikKesadaran : CMVS : TD :95/60 N : 80x/menit T : 36,4oC R : 22x/menitKepala : lidah kotor (+)Thorak pulmo : vesikuler (+/+), RBK (+/+)Abd : nyeri tekan epigastrium (-)
S : demam(-), nyeri kepala (+), sesak(+), mual (+), menggigil (+),batuk (+)O :KU : BaikKesadaran : CMVS : TD : 88/60 N : 104x/menit T : 36,5oC R : 22x/menitKepala : lidah kotor (+)Thorak pulmo : vesikuler (+/+). RBK (+/+)Abd : nyeri tekan epigastrium (-)
Pemeriksaan penunjang
Darah RutinWbc : 7,0 (4,1-10.9)Lym : 2,6 (0,6-4,1)Hb : 10.8 (12.0-18.0)Hmt : 33.0 (37.0-51,0)Plt : 372 (140-440)Tes WidalS parathypy B (+) 1/160S parathypy C (+) 1/160
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium
Rontgen Thorax PA:Efusi Pleura Sinistra
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium
Terapi (dokter)
Asering 20 tpmInj cefotaxime 1 gr/12 jamInj Ranitidine 50 mg/12 jamInj Paracetamol 1 gram/8 jam
Inf. Asering 20 tpmInj paracetamol 1 flacc/8jamInj cloramfenikol 1gr/8jamInj antalgin 1 amp/12jamInj omeprazole 1 vial/24jamInj Ranitidine 1 amp/12jam
Inf. Asering 20 tpmInj paracetamol 1 flacc/8jamInj cloramfenikol 1gr/8jamInj antalgin 1 amp/12jamInj omeprazole 1 vial/24jamInj Ranitidine 1 amp/12jam
Inf. Asering 20 tpmInj paracetamol 1 flacc/8jamInj cloramfenikol 1gr/8jamInj antalgin 1 amp/12jamInj omeprazole 1 vial/24jamInj Ranitidine 1 amp/12jam
Hari Ke/ tanggal
Hari ke 6/ tanggal 19 November 2014 Hari ke 7/ tanggal 20 November 2014
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
S : demam(-), nyeri kepala (+), sesak(+), mual (+), menggigil (+),batuk (+)O :KU : BaikVS : TD : 102/64 N : 119x/menit T : 37,2oC R : 24x/menitKepala : lidah kotor (+)Thorak pulmo : vesikuler (+/+). RBK (+/+)Abd : nyeri tekan epigastrium (-)
S : demam(-), nyeri kepala (+), sesak(+), mual (+), menggigil (+),batuk (+)O :KU : BaikVS : TD : 100/60 N : 98x/menit T : 36,6oC R : 20x/menitKepala : lidah kotor (+)Thorak pulmo : vesikuler (+/+). RBK (+/+)Abd : nyeri tekan epigastrium (-)
Pemeriksaan penunjangTerapi (dokter)
Inf. Asering 20 tpmInj paracetamol 1 flacc/8jamInj cloramfenikol 1gr/8jamInj antalgin 1 amp/12jam
Inf. Asering 20 tpmInj paracetamol 1 flacc/8jamInj cloramfenikol 1gr/8jamInj antalgin 1 amp/12jam
Inj omeprazole 1 vial/24jamInj Ranitidine 1 amp/12jam
Tab Rifampisin 1x450mgTab Isoniazid 1x300mgTab Pirazinamid 1x1000mgTab Ethambutol 1x800mgTab B6 10 mg 1x1
Inj omeprazole 1 vial/24jamInj Ranitidine 1 amp/12jam
Tab Rifampisin 1x450mgTab Isoniazid 1x300mgTab Pirazinamid 1x1000mgTab Ethambutol 1x800mgTab B6 10 mg 1x1
PEMBAHASAN
A. DEMAM TIFOID
Demam tifoid didefinisikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh
bakteri salmonella thypi dan salmonella parathypi kedalam tubuh melalui
makanan yang terkontaminasi.
Epidemiologi demam tifoid, berdasarkan data yang diteliti oleh Survey
Kesehatan Rumah Tangga Deparemen Kesehatan RI di Indonesia dibeberapa
tempat didapatkan hasil infeksi demam tifoid yang berbeda-beda sesuai dengan
daerahnya, paling banyak terdapat didaerah yang penyediaan air bersih kurang
serta sanitasi lingkungan yang buruk.
Penyebab dari demam tifoid adalah S typhi dan S paratyphy yang masuk
bersama makanan yang terkontaminasi,bakteri masuk kedalam lambung yang
sebagian akan dihancurkan dan sebagian lagi terbebas dari pengahacuran dalam
lambung, sebagian bakteri yang lolos dapat masuk kesaluran cerna yang lebih
dalam yaitu usus dan berkembang biak disana. jika pertahan tubuh pada usus
kurang bagus yaitu IgA maka kuman akan dapat menembus epitel dan selanjutnya
ke lamina propia, dilamina propia kuman berkembangbiak dan difagosit oleh
makrofag, tetapi kuman dapat bertahan hidup didalam makrofag an berkembang
biak disana, selanjutnya bakteri dibawa kedalam plak payer ileum distal dan
kemudian kekelenjer getah bening mesentrika. selanjutnya melewati duktus
torasikus kuman didalam makrofag dapat akses menuju sirkulasi darah
(bakterimia asimtomatik yang pertama) dan menyebar keorgan retikuloendotelial
terutama hati dan limpa. bakteri keluar dari sel-sel fagosit dan berkembang biak di
ruang sinusoid dan selanjutnya masuk kembali keserkulasi darah (bakterimia yang
kedua dan bergejala). di dalam hati kuman masuk ke saluran empedu dan terbawa
sampai kedalam lumen usus yang nantinya dapat keluar bersama feses. makrofag
berusaha memfagosit bakteri, akhirnya makrofag mengeluarkan beberapa
mediator inflamasi sehingga terjadi gejala sistemik seperti demam, malaise,
myalgia, sakit kepala, sakit perut, gsngguan mental, dan koagulasi, dapa juga
terjadi perdarahan saluran cerna karena erosi pembuluh darah sekitar plak payer.
Gejala klinis lain yang biasanya terdapat pada kuman salmonella dapat
ringan hingga berat, pada minggu pertama gejala klinis penyakit ditemukan
demam, nyeri kepala, pusing, anoreksia, nyeri otot, mual, muntah, obstipasi atau
diare, perasaan tidak enak diperut, batuk, dan epitaksis. pada pemeriksaan fisik
biasanya didapatkan demam, sifat demam naik perlahan dari sore hingga malam,
bradikardi relative, lidah yang berslaput sedangkan didepan dan sampingnya
berwarna merah terang, hepatomegaly dan splenomegaly
Pada pasien didapatkan beberapa gejala seperti demam yang terutama saat
sore dan malam hari, menggigil, batuk, pusing , mual, lemes, nafsu makan
menurun, badan pegel-pegel, dari gejala ini mengarahkan kearah demam tifoid
dan untuk pemeriksaan menentukan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan darah rutin, uji widal dan gald feses.
pada pemeriksaan darah rutim dapat didapatkan leukopeni, normal ataupun
leukositosis, dapat juga terjadi anemia ringan dan trombositopenia ringan, enzim
hepar SGPT dan SGOT dapat meningkat tetapi hanya sementara dan tidak
memerlukan penanganan khusus. Uji widal digunakan untuk mendeteksi antibody
terhadap kuman salmonella thipy, pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi
antara antigen kuman S. Thypi dengan antibody yang disebut agglutinin. dapat
diketahui agglutinin O(dari tubuh kuman), Aglutinin H(Flagela kuman), dan
Aglutinin Vi(simpai kuman) dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O
dan H yang digunakan untuk diagnosis tifoid, agglutinin mulai terjadi dari minggu
pertama dan mencapai puncak pada minggu ke empat, pada fase akut muncul
agglutinin O kemudian diikuti agglutinin H. Aglutinin O terdeteksi sampai 4-6
bulan, sedangkan agglutinin H lebih lama sekitar 9-12 bulan. oleh karena itu uji
widal tidak bisa menentukan kesembuhan penyakit,saat ini belum ada kesamaan
pendapat mengenai titer agglutinin yang bermakna diagnostic untuk demam tifoid,
sering dipakai berdasarkan kesepakatan saja. Pada pasien didapatkan agglutinin O
yang positif menunjukan pasien sedang terinfeksi ataupun pernah terinfeksi oleh
bakteri demam tifoid. gold standar untuk tifoid adalah gald feses yang nantinya
akan ditemukan bakteri pada feses tetapi pada kasus ini tidak dilakukan
pemeriksaan tersebut.
Penatalaksaan paling utama pada pasien demam tifoid adalah istirahat dan
perwatan bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan,
kedua diet dan terapi penunjang diantaranya makanan yang seperti bubur bertahap
diberikan sampai dengan nasi agar mencegah perdarahan saluran cerna, selain itu
pengobatan symptom sangat berguna untuk kenyamanan pasien seperti
pengobatan demam ketika terjadi demam. Yang ketiga pemberian antibiotic
sangat penting untuk menghilangkan agen infeksi diantaranya antibiotic yang
digunakan adalah: kloramfenikol dengan dosis 4x500 mg/hari dapat diberikan
intravena ataupun oral, tiamfenikol dengan dosis 4x500mg/hari diketahui
memiliki kemampuan yang sama dengan kloramfenikol akan tetapi efek anemia
aplastic lebih rendah, Oba kotrimoksazol juga dapat diberikan dengan dosis 2x2
tablet (1tablet mengandung sulfametoksazol 400mg dan 80mg trimethoprim),
sefalosporin generasi ke3 dapat digunakan dengan seftriaxone dosis yang dipakai
yaitu 3-4gram/hari diberikan hingg 5 hari, golongan fluorokuinolon seperti
siprofloksasin dengan dosis 2x500mg/hari selama 6 hari. salah satu antibiotic ini
dapat digunakan pada pasien tifoid yang tidak memiliki kontraindikasi terhadap
obat tersebut, pada kasus ini pasien diberikan pengobatan kloramfenikol dengan
dosis 3gram/hari.
B. TUBERKULOSIS PARU
adalah suatu penyakit infeksi yang kronik yang disbabkan oleh kuman
tuberculosis yang masuk melalui inhalasi droplet kesaluran cerna ataupun
melewati saluran pencernaan bersama dengan minuman seperti susu yang
tercemar. penyebab infeksi ini merupakan bakteri yang tahan asam yaitu bakteri
tuberculosis, factor resiko untuk penularan yaitu mereka yang tinggal dengan
orang yang terinfeksi, kekurngan gizi dan imunodefisiensi.
Agen infeksi masuk kedalam saluran pernafasan bagian bawah karena
bakteri ini dapat menembus pertahan disaluran nafas atas, system pertahanan
tubuh seperti magrofak hanya dapat mengelilingi bakteri dan selanjutnya sel T
membungkus komplek magrofak dan basil, yang nantinya menimbulkan jaringan
parut akibat reaksi inflamasi yang ditimbulkan magrofak dengan basil,
menimbulkan jaringan parut yang disebut tuberkel yaitu kompleks basil,
magrofak,sel T, dan jaringan parut. tuberkel akhirnya mengalami kalsifikasi yang
disebut kompleks ghon yang selanjutnya memasuki stadium perkijuan atau
perlunakan yang diakibatkan oleh enzim bakteri yang mampu menghidrolisis
protein, akibatnya bakteri memiliki akses ke system trakeobronkus dan dapat
menyebar melalui udara keorang lain. beberapa gejala klinis yang ditimbulkan
oleh agen infeksi yaitu demam hilang timbul lebih dari 2 minggu, berkeringat
malam, batuk kronik lebih dari 2 minggu, penurunan berat badan yang spesifik,
dan nafsu makan menurun. pada pasien tidak didapatkan gejala yang spesifik
sepeti diatas. pemeriksaan fisik biasanya dicurigai adanya infiltrate yang luas pada
bagian apeks paru yang dapat menimbulkan perkusi yang redup dan auskultasi
didapatkan ronki basah kasar.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk diagnosis adalah pemeriksaan
sputum dan rontgen thorax, sputum dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pagi sewaktu
pagi apabila ditemukan 3 kuman basil pada satu sedian, dengan kata lain
diperlukan 5000 kuman dalam milliliter seputum. pemeriksaan radiologis pada
rontgen thorax didapatkan lesi tuberculosis dibagian apeks, dapat juga lobus
bawah, atau didaerah hilus. pada awalnya lesi seperti bercak-bercak seperti awan
dan batas yang tidak tegas, apabila lesi sudah menjadi jaringan ikat maka
bayangan berupa bulatan dengan batas yang tegas. Pada kavitas bayangan berupa
cincin yang mula-mula berdinding tipis, lama-lama menjadi sklerotik dan terlihat
menebal. pada kalsifikasi bayangan tampak seperti bercak-bercak padat dengan
densitas tinggi. gambaran radiologis lain adalah penebalan pleura, massa cairan
dibawah paru (efusi pleura). diagnosis diegakan menjadi 2 kelompok: pertama
sputum positif, ditemukan basil sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
sputum atau satu sedian sputum positif disertai kelainan radiologis sesuai
gambaran TB, satu sediaan sputum positif disertai biakan positif. kelompok kedua
yaitu pasien dengan sputum negative: tidak ditemukan basil pada sputum tetapi
gambaran radiologis sesuai dengan TB aktif atau sputum negative tetapi biakan
positif. pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan sputum dan biakan, hanya
dilakukan pemeriksaan rontgen yang menunjukan adanya efusi plura pada satu
paru yang menunjukan adanya kemungkinan infeksi tuberculosis paru.
Terapi yang diberikan berupa sesuai kategori pasien yang pertama kasus
baru atau sputum BTA positif dan kasus kambuh atau kegagalan pengobatan.
kategori pertama pasien diberikan 2RHZE pada fase awal dan 4RH pada fase
lanjutan. pada kategori kedua diberikan 2RHZE/1HRZE dengan fase lanjutan
5HRE.
Nama obat BB<50 kg BB>50 kg Dosis berkala 3 kali seminggu
Isoniazid (H) 300mg 400mg 600mgRifampisin (R) 450mg 600mg 600mgPirazinamid (Z) 1000mg 2000mg 2-3gramStreptomisin (S) 750mg 1000mg 1000mgEtambutol (E) 500mg 1000mg 1-1,5gram
Pada pasien diberikan pengobatan 2RHZE yang merupakan pada pasien
dengan kasus baru.
REFLEKSI KASUS
Identitas pasien
Nama : Ny. R
Usia : 18 tahun
Alamat : Wonogiri
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
No. RM : 480606
Diagnosis : Demam tifod
Tuberkulosis Paru
A. Resume Kasus Yang Diambil
Pasien datang tanggal 14 november pukul 11.00 WIB ke IGD dengan
keluhan demam sudah dirasakan sejak satu minggu yang lalu, demam terutama
saat pada sore hari dan malam hari, kadang pada malam hari terasa menggigil
sedangkan pada pagi harinya demam menghilang, selain itu pasien mengeluhkan
pusing, mual tetapi tidak sampai muntah, badan terasa lemes dan pegel-pegel
diseluruh tubuh, batuk hilang timbul berdahak, tidak ada diare. gejala belum ada
diobati. pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak lemas,
pemeriksaan kepala lidah tampak kotor dan agak tremor. pada pemeriksaan
penunjang didapatkan adanya agglutinin O positif dan pemeriksaan rongten
thorax adanya efusi pleura.
B. Latar Belakang Pemilihan Kasus
Di Indonesia pada tahun 1990 dan 1994 dilakukan penelitian khususnya
dirumah sakit yang memberikan penjelasan bahwa dari tahu ketahun angka infeksi
demam tifoid sangat meningkat signifikan, erat kaitannya dengan sanitasi
lingkungan dan air besih karena pada tempat-tempat tertentu seperti sanitasi
lingkungan yang buruk dan mempermudah terinfeksi dan menjadi tempat
berkembang bakteri penyebab tifoid. dari saya pribadi saya ingin sekali
mengetahui keadaan pasien tifoid dengan gejala-gejala yang dialami pasien
apakah sesuai dengan teori yang sudah pernah diketahui.
C. Refleksi Kasus ditinjau dari Aspek Keislaman
Allah berfirman dalam surah Adzariyat ayat 56, ”Dan kami tidak
mencptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah kepada-Ku.
Berdasarkan ayat ini jelas bahwa tidak ada alasan bagi manusia untuk
meninggalkan ibadahnya selagi masih hidup.
Seorang muslim diwajibkan shalat kecuali pada keadaan tertentu yang
dapat meninggalkan shalat kecuali tiga hal, yaitu tertidur hingga terbangun, orang
gila hingga tersadar, dan belum baligh. Keadaan pasien Ny.R ini tidak memenuhi
kriteria tersebut. Ny.M telah baligh dan dalam keadaan sadar sehingga kewajiban
shalat tidak gugur. Akan tetapi, islam adalah agama Allah yang mempermudah
hambanya melakukan ibadah. Allah SWT tidak menurunkan agama islam untuk
membebankan manusia kecuali sesuai kemampuan individu tersebut (Al-a’raf:
42). Hal ini juga berlaku bagi orang yang sedang sakit.
Hadist lain menyebutkan bahwa,
Ny.R pada kasus ini dapat berdiri dan berjalan sehingga tetap diwajibkan
shlat sebagaimana mestinya.
Penyakit Ny.R yaitu demam tifoid dan tuberculosis paru merupakan suatu
penyakit yang dapat sembuh ketika ditngani dengan benar dan tepat serta
kepatuhan dari pasien walaupun membutuhkan waktu yang lama, pada pasien
tifoid dapat disembuhakn lebih cepat ketika diterapi, berbeda dengan tuberculosis
yang membutuhkan waktu minimal 6 bulan agar dapat sembuh, Ny.R harus
bersabar dan harus lebih mendekatkan diri keapa Allah SWT, salah satunya
dengan shalat dapat menenangkan pasien dan dapat meningkatkan kesabarannya,
sehingga kelapangan hati akan diberikan Allah SWT karena beliau tidak akan
menguji umatnya melebihi kemampuan yang dia miliki. Allah telah bersabda
dalam surah Al-Baqarah ayat 153, “Hai orang-orang yang beriman, mintalah
pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan mengerjakan shalat, sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar
“Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan batas kemampuannya. Baginya ganjaran untuk apa yang diusahakannya, dan ia akan mendapat siksaan untuk apa yang diusahakannya. Dan mereka berkata, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau kami berbuat salah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami tanggung jawab seperti Engkau telah bebankan atas orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami janganlah Engkau membebani kami apa yang kami tidak kuat menanggungnya; dan ma’afkanlah kami dan ampunilah kami serta kasihanilah kami kerana Engkaulah Pelindung kami, maka tolonglah kami terhadap kaum kafir.” (Al Baqarah : 287)
Dalam Qur’an surat Al Anbiya yang Artinya “Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika menyeru Tuhannya, ‘(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau Adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (Q.s. Al Anbiyaa’: 83).
Dari ayat al Qur’an diatas dapat diterangkan bahwa Allah itu adalah Tuhan
yang Maha penyayang, ketika Allah menurunkan hambanya suatu cobaaan seperti
penyakit bukan berarti Allah membencinya melainkan Allah mengujinya untuk
lebih berzikir dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Setiap permasalahan itu selalu ada hikmahnya. Diharapkan Ny.R mampu
menjadikan sakitnya sebagai ladang amal dan penggugur dosanya.
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”.
(HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571).
Walaupun demikian, Ny.R tetap harus berusaha untuk mengontrol
penyakitnya tidak semata-mata hanya berdoa dan bersabar karena Allah SWT
telah menjanjikan bahwa “Allah tidak menurunkan penyakit melainkan pasti
menurunkan obatnya.” (HR. Bukhari No.5678).
D. Refleksi Kasus ditinjau dari Aspek Sosial-Ekonomi
Pada pasien tifoid dan tuberculosis harus mengeluarkan biaya yang lumayan
besar, apalagi pada tuberculosis paru karena pengobatan ini memerlukan waktu
jangka panjang minimal 6 bulan pengobatan sehingga biaya yang akan
dikeluarkan tidaklah sedikit. hal ini akan sangat berpengaruh terhadap
pengeluaran keluarga pasien. namun dengan adanya BPJS yang diselenggarakan
oleh pemerintah dapat memudahkan dan meringankan biaya dari pasien sehingga
tidak ada alasan bagi pasien yang mampu ataupun tidak mampu dari segi ekonomi
untuk berobat demi kesembuhannya.
Umpan balik dari pembimbing
Wonogiri, ………………...
TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda
----------------------------------- ------------------------------
Recommended