View
233
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
SYAMINA Edisi V/September 2013
MELAWAN ATAU TIDAK? Pesan-Pesan Jihadi untuk Mesir
Sekitar dua tahun yang lalu, rakyat Mesir berhasil menjatuhkan ‘titik akhir’
pada rezim Husni Mubarak yang telah berkuasa selama 32 tahun melalui
revolusi rakyat dan perlawanan secara damai. Setelah menempuh berbagai
proses politik dan usaha yang besar, pada akhirnya Dr. Muhammad Mursi—
salah seorang pemimpin terkemuka Ikhwanul Muslimin (IM) dan ketua
Partai Kebebasan dan Keadilan (Hizb Al-Hurriyyah wa Al-‘Adalah)—sayap
politik IM—terpilih sebagai presiden dari hasil pemilihan umum yang relatif
bersih dan bebas.
Hanya saja, setahun setelah pengangkatan tersebut, skenario ‘kelompok
oposisi’ yang menantangnya secara sengaja, yang berakhir dengan kudeta
Junta Militer pada 3 Juli 2013 terhadap presiden terpilih, Dr. Muhammad
Mursi. Junta Militer beralasan bahwa kudeta tersebut merupakan respon
dari keinginan para demonstran partai-partai kiri dan liberal.
MELAWAN ATAU TIDAK?
Pesan-Pesan Jihadi untuk Mesir 1
Perjanjian Damai!
Akhir Cerita Perjuangan
Bangsamoro? 12
Kumpulan Nasyid Daulah Islam
Irak dan Syam 22
-------------
ABOUT US Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari
Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan
sebuah lembaga kajian independen yang bekerja
dalam rangka membantu masyarakat untuk
mencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini
didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan
dan dapat diakses oleh semua elemen
masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun
2013 ini merupakan salah satu dari sekian
banyak media yang mengajak segenap elemen
umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media
ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran
yang ditujukan kepada segenap lapisan dan
tokoh masyarakat agar sadar realitas dan peduli
terhadap hajat akan keadilan. Isinya
mengemukakan gagasan ilmiah dan
menitikberatkan pada metode analisis dengan
uraian yang lugas dan tujuan yang legal.
Pandangan yang tertuang dalam laporan ini
merupakan pendapat yang diekspresikan oleh
masing-masing penulis. Untuk komentar atau
pertanyaan tentang publikasi kami, kirimkan
e-mail ke: lk.syamina@gmail.com.
Seluruh laporan kami bisa didownload di
website: www.syamina.org
2
SYAMINA Edisi V/September 2013
Sejak itu, pergerakan-pergerakan Islam yang
mendukung presiden Muhammad Mursi mulai
melakukan aksi perlawanan damai dengan turun di
jalan-jalan, lapangan-lapangan, dan alun-alun kota
secara besar-besaran, yang dimulai pada Jumat
(5/7/2013) di seluruh kota-kota besar di Mesir. Akibat
dari itu semua, pada awalnya, bentrokan yang terjadi
adalah antara para pendukung Mursi dan kelompok
oposisi yang dikawal oleh tentara, selain juga terjadi
bentrokan antara aktivis Islam pendukung Mursi
dengan elemen militer dan kepolisian.
Bentrokan tersebut pada akhirnya menelan korban
jiwa. Dimulai dengan penembakan para demonstran
oleh militer di lapangan Rabiah Al-Adawiyah yang
menyebabkan belasan generasi pergerakan-pergerakan
Islam meninggal dunia dan ratusan bahkan ribuan
menderita luka-luka. Belum lagi penembakan terhadap
jamaah yang melakukan shalat secara berjamaah.
Jumlah korban tersebut semakin meningkat pada
bentrokan yang terjadi pada akhir-akhir Agustus. Dan
tampaknya, bentrokan dan korban pembantaian
tersebut akan terus berlangsung dan berjatuhan.
‘Arab Spring II’ Mesir kali ini memang banyak
menimbulkan pertanyaan dan ketidakjelasan masa
depan Mesir, apalagi setelah Husni Mubarak
dibebaskan dari tahanan. Pertanyaan tersebut berkisar
mengenai efektivitas demokrasi untuk
memperjuangkan Islam; pertanyaan mengenai inspirasi
dan aspirasi rakyat sebagai inti demokrasi? Dan apakah
selamanya cara damai dengan melakukan demonstrasi
dan negoisasi merupakan cara yang terbaik?
Ijtihad Mengambil ‘Cara Damai’ (Silmiyyah) untuk
Menumbangkan Kudeta
Hingga Sabtu, 14 September
2013, Dr. Isham Al-Uryan –
salah seorang pimpinan
terkemuka Hizb Al-Hurriyyah
wa Al-‘Adaalah, sayap politik
Ikhwanul Muslimin Mesir-
menyatakan sikap kukuh
Ikhwanul Muslimin dalam
mengambil jalan damai untuk
menumbangkan kudeta1 berdarah Junta Militer Mesir
dan menyelesaikan konflik politik Mesir. Pada
kesempatan tersebut, Al-Uryan kembali menegaskan
slogan mereka, “Silmiyyatuna Aqwa Min ar-Rashaash”
(Aksi damai kami lebih kuat dari peluru).2
Sikap aksi damai
ini juga diambil oleh
beberapa dai salafi
terkenal di Mesir,
seperti Dr. Muhammad
Hassan, dll. 3 Bedanya,
mereka tidak menjadi-
kan aksi damai sebagai
jalan satu-satunya. Pa-
da awal Agustus lalu
misalnya, beberapa dai
tersebut telah bertemu
dengan perwakilan
Pemerintah Interim yang dikuasai militer untuk
menuntut agar tindakan pembunuhan terhadap
demonstran diakhiri.
Namun, pertemuan tersebut tampaknya menemui
jalan buntu. Pemerintah Interim tetap bersikukuh untuk
tetap berkuasa yang konsekuensinya demonstrasi-
demonstrasi diakhiri. Ketika para demonstran teguh
menuntut agar presiden terpilih Dr. Muhammad Mursi
dikembalikan pada jabatannya semula, ini akan
membawa konsekuensi disudahinya pemerintah
interim. Dapat dipahami bahwa sikap beberapa dai
salafi terkenal di Mesir tersebut merupakan sikap
kecintaan mereka terhadap umat Islam, lantaran jika
Mesir menjadi seperti Suriah maka ratusan ribu umat
Islam akan terbunuh.
1 Berdasarkan voting yang dilaksanakan www.aljazeera.net
secara online, dari 348 koresponden yang ikut, 93%
diantaranya menganggap bahwa peristiwa yang terjadi di
Mesir pada 3 Juli adalah kudeta. Lihat
http://www.islammemo.cc/akhbar/locals-
egypt/2013/09/14/182180.html [15/09/2013] 2 Lihat http://www.islammemo.cc/akhbar/locals-
egypt/2013/09/15/182193.html [15/09/2013]. Untuk
mendengar pernyataan Al-‘Uryan bisa diakses di
http://www.youtube.com/watch?v=rLXTxImA0Ac&feature=p
layer_embedded 3 Lihat http://www.youtube.com/watch?v=12gACYxdYkQ
[24/09/2013]
3
SYAMINA Edisi V/September 2013
Sikap yang diambil Partai Kebebasan dan Keadilan
di atas mendapat kritik keras dari kalangan jihadi. Kritik
tersebut mulai dari ‘ijtihad’ mengambil demokrasi
sebagai kendaraan memperjuangkan Islam, atau dari
demontsasi dan protes damai untuk menuntut
syar’iyyah (ditegakkannya legalitas demokrasi). Tokoh
jihadis terkemuka yang mengkritisi
pengambilan ‘ijtihad’ demokrasi
adalah Syaikh Aiman Azh-Zhawahiri.
Azh-Zhawahiri menegaskan bahwa
ada 2 (dua) perkara penting yang
sering dilupakan oleh para
demonstran dan protestor:
(1) karakter ideologi dalam
perseteruan (ash-shiraa’).
Maksudnya, perseteruan yang terjadi
bukanlah perseteruan antara partai-partai politik yang
terikat dengan rasa nasionalisme, namun lebih kepada
perseteruan antara keimanan dan kekufuran; antara
menyerahkan hak menetapkan undang-undang (al-
Hakimiyyah) hanya untuk Allah swt semata dan
menyerahkannya pada selain-Nya;
(2) karakter realitas perseteruan. Realita
perseteruan yang terjadi bukanlah antara partai-partai
nasionalis yang saling berlomba, namun perseteruan
antara Salibis yang berkolaborasi dengan Zionis dalam
satu kubu berhadapan dengan Islam dan umat Islam
pada kubu lainnya.4
Azh-Zhawahiri mengingatkan bahwa pemerintahan
Muhammad Mursi diturunkan bukan karena ia
merupakan pemerintahan Ikhwanul Muslimin, namun
karena pemerintahan tersebut paling tidak masih
memakai atribut keislaman. Meskipun pemerintahan
Ikhwanul Muslimin telah sekuat tenaga untuk mencari
keridaan Amerika dan Sekularis, namun mereka tetap
tidak rida dan tetap tidak percaya terhadap
pemerintahan tersebut. Mereka tidak pernah lupa
terhadap slogan Ikhwanul Muslimin, ‘Al-Jihadu
Sabiiluna wa Al-Mautu fi Sabilillahi Asma Amanina’
(Jihad adalah jalan kami dan mati di jalan Allah adalah
4 Lihat transkrip pesan audio Syaikh Aiman Azh-Zhawahiri
yang berjudul ‘Shanam Al-’Ajwah Ad-Diimuqraathy’, hal. 6.
http://www.gulfup.com/?5TCSZe
cita-cita kami tertinggi), meski Ikhwanul Muslimin
sendiri telah merubah slogan tersebut dan
menggantinya dengan ‘Al-Islaam Huwa Al-Hall’ (Islam
adalah solusi satu-satunya), akan tetapi Salibis dan
Sekularis tidak akan pernah melupakan slogan
tersebut.5
Buktinya, masih
menurut Azh-Zhawahiri,
meski Ikhwanul Muslimin
telah terjun dan masuk
dalam keseluruhan pemilu
dan referendum serta
berhasil menuai hasilnya;
baik dalam ranah yudikatif,
legislatif, dan eksekutif,
namun kalangan Salibis dan
Sekuler tetap melucuti dan tidak menerima
pemerintahan mereka.
Pun demikian, meski mereka tidak menerapkan
syariat Islam dan menerima ideologi kebangsaan,
negara nasionalis, nasionalisme, dan rakyat sebagai
sumber segalanya; meski mereka menjunjung tinggi
peradilan konvensional yang rusak; meski mereka
mengakui kedaulatan undang-undang yang merusak;
serta meski mereka menghargai perjanjian-perjanjian
internasional dan kesepakatan serta perdamaian
dengan Israel, juga perjanjian-perjanjian keamanan
dengan Amerika; meski mereka melakukan seluruhnya,
tetap saja kalangan Salibis dan Sekuler menolak
mereka.
Apakah mereka pura-pura lupa bahwa demokrasi
merupakan monopoli Barat dan bukan diperuntukkan
bagi orang-orang yang berafiliasi untuk program
keislaman meski mereka mempertaruhkan segala
sesuatunya? Mereka tidak akan pernah memetik
hasilnya kecuali dengan satu syarat; yaitu mendjadi
budak Barat; baik dari segi pemikiran, aksi, politik, dan
ekonominya.6
Azh-Zhawahiri juga menambahkan bahwa
syar’iyyah (legalitas) tidak didapatkan dari pemilu
5 Ibid. hal. 5.
6 Ibid, hal. 5-6.
Azh-Zhawahiri mengingatkan bahwa pemerintahan Muhammad Mursi diturunkan bukan karena ia merupakan pemerintahan
Ikhawanul Muslimin, namun karena pemerintahan tersebut paling tidak masih
memakai atribut keislaman. Meskipun pemerintahan Ikhwanul Muslimin telah sekuat tenaga untuk mencari keridaan Amerika dan Sekularis, namun mereka tetap tidak rida dan tetap tidak percaya terhadap pemerintahan
tersebut.
4
SYAMINA Edisi V/September 2013
demokrasi, namun legalitas itu adalah syariat Islam itu
sendiri. Oleh sebab itu, sesuatu yang keluar dari rel
syariat, sesungguhnya ia telah keluar dari legalitas; dan
ketundukan terhadap hukum syariat merupakan
pengejawantahan dan selaras dengan legalitas; serta
legalitas yang seharusnya dibela dan dipegang erat-erat
adalah kedudukan dan ketinggian syariat Islam sebagai
undang-undang yang digunakan untuk memutuskan
berbagai permasalahan dibandingkan dengan undang-
undang lainnya. Dari situ, legalitas yang sebenarnya
bukan sekedar terpilihnya atau meminta
dikembalikannya Mursi sebagai presiden bagi Negara
Sekuler-Nasionalis.7
Selain itu, Azh-Zhawahiri mengajak umat Islam;
terkhusus yang berada di Mesir, untuk menyatukan
kalimat mereka dalam tauhid; membuang setiap sarana
dan jalan yang menegasikan hakimiyyah syariat;
menyatukan langkah dalam gerakan dakwah masal yang
bersifat dukungan untuk menjadikan syariat sebagai
penguasa, bukan yang dikuasai; sebagai pemerintah,
bukan yang diperintah; dan sebagai pemimpin, bukan
yang dipimpin. Umat seharusnya menolak perjanjian-
perjanjian perdamaian dan implementasinya dengan
Israel dan perjanjian-perjanjian keamanan dengan
Amerika, serta menolak setiap bentuk penyimpangan
dari Islam dan bentuk pengekoran terhadap musuh-
musuh umat. Secara khusus, Azh-Zhawahiri juga
mengajak kepada tentara-tentara Al-Quran (Junuud Al-
Mushhaf) untuk terjun ke medan pertempuran Al-
Quran (Ma’rakah Al-Mushhaf) sebagaimana yang
diserukan oleh Imam Hasan Al-Banna Rahimahullah.8
Demikian halnya dengan Imarah Islam Afghanistan,
melalui juru bicara resminya, Al-Qari Muhammad Yusuf
Ahmadi, ketika menanggapi pembantaian yang terjadi
di Mesir. Al-Qari menyatakan bahwa apa yang
dinamakan dengan “pemilu, tuntunan rakyat, keadilan,
kebebasan, keamanan, dan kedamaian”—yang menjadi
slogan dan jargon demokrasi—pada praktiknya lebih
banyak menjadi slogan-slogan kosong lagi palsu yang
digunakan Barat dan kalangan sekuler-liberal untuk
menipu umat, demi merealisasikan kepentingan
mereka.
7 Ibid, hal. 5.
8 Ibid, hal. 6.
Dengan demikian, jika kepentingan dan tujuan
mereka berseberangan dengan tuntutan rakyat,
keadilan, kebebasan, keamanan, dan kedamaian, maka
mereka tidak canggung-canggung untuk menumpahkan
rakyat mereka, menodai keadilan dan kebebasan, serta
mengganggu keamanan dan kedamaian dengan
kerusakan. Mungkin dilengserkannya pemerintahan-
pemerintahan yang terpilih melalui kotak-kotak suara di
Turki dan Aljazair merupakan contoh paling jelas.9
Untuk menyelesaikan konflik tersebut, Imarah
Islam Afghanistan menyerukan kepada Dunia
Internasional, Negera-negara Islam, PBB, OKI, dan
sejenisnya untuk menyelesaikan konflik Mesir
berdasarkan undang-undang yang sesuai dengan
keinginan dan tuntutan rakyat Mesir, membantu
menolong orang-orang yang terzalimi, menghentikan
tindak kekerasan dan kezaliman, serta mengambil
langkah-langkah yang seharusnya untuk menyelesaikan
masalah itu.10
Pernyataan Imarah Islam Afghanistan ini bukan
berarti mendukung undang-undang positif dan
‘kebaikan’ negara-negara Barat dan organisasi dan
badan milik mereka. Imarah Islam Afghanistan hanya
berbicara berdasarkan kapasitasnya sebagai sebuah
negara yang saling memiliki keterkaitan dengan negara-
negara lainnya.
Hal serupa juga sering diingatkan oleh dua ulama
jihadis terkemuka; Abu Saad Al-Amili 11 dan Abu
Muhammad Al-Maqdis.12 Al-Amili bahkan menggunakan
istilah kufur terhadap “demokrasi” ketika menyeru
kepada rakyat Mesir yang menjadi para dai dan hamba
demokrasi untuk mengingkari dan meruntuhkan
demokrasi tersebut untuk selamanya, lalu kembali
kepada Din Islam.13
9 Lihat http://shahamat-
arabic.com/index.php/paighamoona/32484- [04/09/2013] 10
Ibid. 11
Lihat tweet Abu Saad Al-Amili
(https://twitter.com/al3aamili ) dalam akun Twitter pribadinya
tertanggal 15 & 18 Agustus 2013. 12
Lihat Abu Muhammad Al-Maqdisi, Al-Washaya Al-
Ghaliyah li Anshar Asy-Syari’ah Al-‘Aliyyah. 13
Lihat twett Abu Sa’ad Al-‘Amili dalam akaun twitter
pribadinya tertanggal 15 Agustus 2013.
5
SYAMINA Edisi V/September 2013
Pun demikian dengan Al-Maqdisi. Dalam tulisannya
Al-Washaaya Al-Ghaaliyah li Anshaar Asy-Syarii’ah Al-
‘Aaliyah, Al-Maqdisi memasukkan hal ini pada
nasehatnya yang pertama dan kedua. Nasihat mengenai
keniscayaan untuk berpegang dan berada di atas
kebenaran, yaitu Islam, dan tidak meremahkan dan
berpaling darinya ke sistem demokrasi, konsep negara
sipil, dan konsep-konsep lainnya yang bertentangan
dengan Islam.
Al-Maqdisi juga mengingatkan untuk tetap
berpegang teguh pada prinsip ini meski saat ini banyak
jama’ah atau organisasi yang menisbatkan diri pada
Islam yang menggeser nilai-nilai yang sudah final
(tsawabit) dan melepaskan banyak sekali nilai-nilai
Islam yang fundamental (‘Ura Al-Islam Al-Ashliyyah);
baik lantaran takut terhadap manusia, kekhawatiran
terhadap tekanan mereka dan usaha untuk menjaga
kerelaan mereka, bahkan hingga pada tahap ikut
bergabung dengan kebatilan mereka dan menyingkir
dari jalan kebenaran yang
sebelumnya mereka pikul tersebut.
Bahkan meski mereka
mengistilahkannya dengan
modernitas (Al-I’tidal wa Al-
Wasathiyyah).14
Sementara itu, di antara jihadi
yang mengkritik jalan damai hanya
melalui demonstrasi dan protes
tersebut adalah Abu Muhammad Al-Adnani, juru bicara
resmi Daulah Islamiyah Irak dan Syam. Kritik tersebut
termuat dalam sebuah pesan audio berjudul As-
Silmiyyah, Din Man?, yaitu saat Al-Adnani menanggapi
aksi rakyat Mesir pada “Jumat Kemarahan” pada 30
Agustus 2013 yang lalu.15 Al-Adnani menyatakan bahwa
tidak mungkin selamanya orang kafir berdamai dengan
orang-orang yang beriman; demikian juga tidak
mungkin orang-orang beriman yang tanpa bersenjata
serta melakukan aksi damai untuk berdiri di hadapan
orang-orang kafir yang sedang siap dengan senjata
14
Lihat Abu Muhammad Al-Maqdisi, Al-Washaaya Al-
Ghaaliyah li Anshaar Asy-Syarii’ah Al-‘Aaliyah. 15
Lihat transkrip pesan audio Abu Muhammad Al-‘Adnani
yang berjudul ‘As-Silmiyyah Diinu Man?’
http://t.co/VrBjwYBSXK
mereka. Kemudian ia pun menyebutkan beberapa ayat
yang mendukung hal tersebut.
Al-Adnani juga menambahkan bahwa sekiranya
keimanan yang tanpa senjata dan dakwah damai
mampu berdiri berhadapan dengan orang-orang kafir
yang bersenjata niscaya Nabi tidak akan menghunuskan
senjatanya dan membebankan hal itu pada umatnya.
Padahal beliau adalah manusia yang sangat pengasih
lagi penyantun. Demikian juga, jika seandainya dakwah
damai bisa menyatakan sesuatu kebenaran sebagai
kebenaran dan suatu kebatilan sebagai kebatilan serta
mampu mengubah suatu kemungkaran, niscaya Nabi
saw tidak akan menumpahkan setetes darah pun,
padahal beliau adalah orang yang paling tahu, paling
bertakwa, paling penyantun dan paling pengasih.16
Sikap yang sama juga datang dari Dr. Thariq Abdul
Halim, salah seorang peneliti di Al-Maqreze Institute
yang dipimpin oleh Dr. Hani As-Siba’i yang berpusat di
London, Inggris. Thariq
berpendapat bahwa demon-
strasi tersebut tidak akan
mengubah sesuatu apapun,
kecuali bagi orang yang
bermimpi yang hanya meng-
harap keajaiban. Alasannya,
peralatan-peralatan militer tidak
akan pernah gentar menghadapi
sedemikian banyak demonstran
tersebut. Demonstrasi seperti ini tidak menimbulkan
bahaya sedikit pun bagi mereka.17
Untuk memahami hakikat yang terjadi di Mesir
antara rakyatnya dan militernya, Thariq menyebutkan
beberapa hal yang harus diperhatikan:
Pimpinan Militer tidak mungkin untuk tunduk
pada keinginan demonstran tersebut karena
mereka mengerti bahwa hal itu sama saja
dengan meletakkan tali melingkar di leher
mereka. Dengan demikian, hal itu merupakan
peperangan hidup atau mati bagi mereka.
16
Ibid. 17
Lihat Dr. Thariq Abdul Halim, Jum’ah Al-Ghadhab,
http://www.almaqreze.net/ar/news.php?readmore=2228.
Al-Adnani juga menambahkan bahwa
sekiranya keimanan yang tanpa senjata dan
dakwah damai mampu berdiri berhadapan
dengan orang-orang kafir yang bersenjata
niscaya Nabi tidak akan menghunuskan
senjatanya dan membebankan hal itu pada
umatnya. Padahal beliau adalah manusia
yang sangat pengasih lagi penyantun.
6
SYAMINA Edisi V/September 2013
Aksi buas militer tidak akan mungkin segan-
segan untuk menumpahkan darah rakyatnya
meski mengorbankan puluhan ribu jiwa,
merobohkan dan menghancurkan rumah-
rumah beserta penghuninya di setiap pelosok
Mesir. Aksi militer Suriah terhadap rakyatnya
adalah bukti yang paling konkret.
Pimpinan Militer tidak terlalu memedulikan apa
yang disebut dengan ‘Lapangan Internasional’
karena mereka mengerti bahwa kepentingan
Barat dan Israel tetap menginginkan
keberadaan dan keberlangsungan
pemerintahan mereka. Sebagaimana kita
saksikan bahwa masyarakat internasional tidak
lain hanyalah bagian dari konspirasi terhadap
umat Islam sejak berakhirnya PD I dan
runtuhnya Khilafah.
Demonstrasi Damai tidak akan pernah memiliki
taring dan tidak memberikan ancaman pada
pimpinan militer sedikit pun. Ia hanyalah
sejumlah orang yang keluar dari mereka dan
berteriak yang kemudian di antara mereka ada
yang terbunuh. Setelah itu mereka akan
kembali ke rumah-rumah mereka kemudian
mengulangi hal yang sama pada kesempatan
berikutnya.
Demonstrasi terencana yang dilakukan pada
hari tertentu kemudian berakhir pada sorenya
tidak akan mengubah kenyataan sedikit pun.
Demonstrasi tidak harus dilaksanakan pada hari
Jumat yang kemudian setelah orator
menyelesaikan orasinya, dunia kembali pada
keadaannya semula, dan kembali bertemu pada
Jumat berikutnya. Cara seperti ini tidak akan
pernah mencapai kemenangan meski dilakukan
selama seribu tahun.
Demonstran yang mengacungkan tangan-
tangan mereka seraya meneriakkan ‘Damai,
Damai’ di depan tentara thaghut seperti orang
yang menjerumuskan dirinya ke dalam
kehancuran. Mereka tidak mengambil sebab-
sebab yang diperintahkan oleh Allah untuk
mengambilnya, yaitu i’dad (persiapan tempur)
dan menebar ancaman kepada mereka. Mereka
itu lebih dekat kepada orang-orang Sufi yang
mengatakan, “Kami menempuh padang pasir
tanpa perbekalan atau air. Kami hanya
bersandar pada Allah. Dia-lah Yang Maha
Pemberi Rezeki dan Dia akan memberikannya
pada kami,” Para demonstran itu ibarat
membusungkan dada-dada mereka untuk
ditembusi timah-timah panas. Mereka hanya
beranggapan bahwa yel-yel ‘Damai, Damai’
semakin mengganggu mereka, atau jumlah
korban yang jatuh dari mereka akan membuat
Sisi bersedih dan trenyuh lalu memerintahkan
para jagalnya menghentikan penyembelihan.
Slogan ‘Dada kami lebih kuat dari timah-timah
panas’ adalah slogan yang tidak benar secara
syar’i dan akal, meski slogan tersebut
menggambarkan keikhlasan dalam perlawanan
dan enak terdengar di telinga.18
Dari realitas tersebut, menurut Thariq, untuk
menghadapi hal seperti ini harus ditebus dengan harga
yang mahal, dan dibayar dengar total; tak kurang sedikit
pun. Thariq menambahkan bahwa jika memang cara ini
yang dipilih maka untuk meraih kemenangan harus
memenuhi lima syarat:
1. Mampu mengumpulkan massa dalam jumlah
yang belum terjadi sebelumnya, yaitu paling
tidak 20 juta massa.
2. Demonstrasi tersebut terus berlangsung; tidak
berhenti dan tidak berselang, baik pada waktu
siang dan malam, atau pagi dan sore, yang
dilakukan di seluruh jalan-jalan utama dan
lapangan-lapangan Mesir hingga pemerintah
militer tersebut runtuh.
3. Demonstrasi tersebut harus memiliki taring dan
kuku, yaitu dengan menguasai markas-markas
kepolisian, gedung-gedung pemerintahan,
parlemen, kota, dan media mereka.
Demonstran ini sebisa mungkin untuk berbekal
dengan sesuatu yang memungkinkan; berteriak
lalu menyalakan api; dan memukul lalu
melarikan diri, sampai berhasil menduduki
tempat tersebut. Dan tentu saja, pertempuran
18
Ibid.
7
SYAMINA Edisi V/September 2013
ini akan mengorbankan ratusan syuhada,
namun langkah ini harus dilakukan demi meraih
kemenangan.
4. Meniatkan demonstrasi itu ikhlas hanya untuk
Allah semata dan untuk menolong Din-Nya;
bukan untuk menolong proyek undang-undang,
nasionalisme, atau kebebasan.
5. Bertekad untuk memurnikan tauhid hanya
untuk Allah. Merealisasikan loyalitas (Al-Wala’)
kepada-Nya; tidak pada selain-Nya. Kemudian
bertaubat dari segala dosa akibat
penyelewengan terhadap tauhid dan terhadap
realisasi loyalitas tersebut. Bisa jadi,
tertangguhnya kemenangan tersebut lantaran
dosa-dosa yang telah dilakukan.19
Islam = Silmiyyah + Jihad
Dari penolakan Al-‘Adnani dan Dr. Thariq Abdul Halim
sebelumnya, lantas mencuat sebuah pertanyaan,
‘Apakah jalan damai (As-Silmiyyah) tidak ada dalam
Islam?’
Pertanyaan ini dijawab oleh Abu Bashir Ath-
Tharthusi, seorang ulama dan ideologi jihad yang
disegani, dalam artikelnya yang berjudul Inkar Al-
Munkar As-Siyasi bi Al-Wasa`il As-Silmiyyah. Menurut
19
Ibid.
Abu Bashir, pada intinya Islam mengakui dua cara
dalam mencegah kemungkaran –termasuk dalam
kemungkaran politik, yaitu melalui jalan damai ‘As-
Silmiyyah’ dan jalan kekerasan ‘Al-‘Askariyyah’, sesuai
dengan tuntutan-tuntutan kondisi dan terealisasinya
syarat-syarat masing-masing kedua cara tersebut.
Sehingga, pada hakikatnya kedua cara tersebut tidak
kontradiktif, bahkan saling melengkapi antara yang
satu dengan lainnya.20
Abu Bashir mencatat bahwa di antara argumentasi
syar’i mengenai bolehnya mengingkari kemungkaran
dengan cara damai jika terpenuhi tuntutan-tuntutannya
dan terealisasi syarat-syaratnya, diantaranya:
Sabda Rasulullah, “Barang siapa di antara
kalian melihat kemungkaran maka hendaknya
dia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak
mampu, maka dengan lisannya. Dan jika tidak
mampu, maka dengan hatinya. Demikian itu
adalah selemah-lemahnya iman.” (HR Muslim).
Mengubah kemungkaran dengan lisan
termasuk kategori menggunakan cara damai.
Sabda Rasulullah, “Penghulu syuhada adalah
Hamzah bin Abdul Muthallib dan seorang yang
berdiri di hadapan pemimpin yang zalim lalu dia
memerintahkannya (yang makruf) dan
melarangnya (dari kemungkaran) kemudian
(pemimpin zalim) itu membunuhnya.” (HR Al-
Hakim dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam
As-Silsilah Ash-Shahihah)
Sabda Rasulullah: “Jihad paling utama adalah
mengatakan kalimah yang benar di hadapan
pemimpin yang zalim” (HR Abu Dawud, At-
Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Al-
Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah).
Kalimat yang hak yang diucapkan di hadapan
pemimpin yang lalim; demikian juga dengan
memerintahkannya yang makruf dan
melarangnya dari perbuatan mungkar termasuk
dalam kategori cara yang damai. Kemudian jika
20
Lihat Abu Bashir, Inkar Al-Munkar As-Siyasi bi Al-Wasa`il
As-Silmiyyah’, hal. 1.
http://www.abubaseer.bizland.com/articles/read/a%20162.pdf
[23/09/2013]
8
SYAMINA Edisi V/September 2013
dia terbunuh saat melakukan hal itu, maka dia
termasuk mati syahid, bahkan dia bersama
dengan penghulu para syuhada, Hamzah bin
Abdul Muthallib.
Juga sabda beliau: “Sesungguhnya Allah
mencintai kelembutan (ar-rifq) dan memberikan
pada kelembutan sesuatu yang tidak diberikan-
Nya pada kekerasan (al-‘unf), dan sesuatu yang
tidak diberikan-Nya kepada selainnya.” (HR
Muslim).
Kelembutan lebih dekat kepada cara damai
dibandingkan dengan cara lainnya.21
Sementara argumentasi syar’i mengenai bolehnya
mengingkari kemungkaran dengan cara kekuatan dan
kekerasan jika terpenuhi tuntutan-tuntutannya dan
terealisasi syarat-syaratnya, jumlahnya begitu banyak
sekali, yaitu setiap ayat Al-Quran dan
hadits Nabi yang memerintahkan dan
menyeru untuk melakukan i’dad, jihad,
dan mengubah kemungkaran dengan
tangan.22
Pertanyaannya sekarang: Kapan
memilih cara damai atau dengan cara
kekerasan? Kapan salah satunya lebih
didahulukan dibanding dengan
lainnya? Apa kaidah atau ketentuan dalam menentukan
hal itu? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di
atas, menurut Abu Bashir, ada beberapa aspek yang
seharusnya diperhatikan, di antaranya:
Berhadapan dengan musuh dari dalam yang
merupakan bagian dan bercampur baur dengan
masyarakat merupakan suatu yang lebih sulit
dibanding dengan berhadapan dengan musuh
dari luar; musuh yang jelas perbedaannya dan
jelas permusuhannya. Selanjutnya, agar batas
tuntutan untuk berhadapan dengan musuh dari
dalam terealisasi maka diperlukan fikih yang
lebih mendalam; diperlukan penjelasan, amal,
dan i’dad yang lebih, yang semuanya itu tidak
dibutuhkan tatkala berhadapan dengan musuh
21
Ibid, hal. 1-2. 22
Ibid, hal. 2.
dari luar. Tergesa-gesa dalam kondisi seperti ini
akan mewariskan kerugian dan penyesalan.
Pilihan menggunakan kekuatan militer untuk
berhadapan dengan kemungkaran politik dalam
negeri semestinya tidak digunakan kecuali
setelah melakukan perbaikan, pelurusan dan
perubahan dengan menggunakan sarana-
sarana damai. Selanjutnya, sarana-sarana
damai tersebut seharusnya diberikan hak dan
kesempatannya dalam beraksi dan melakukan
perubahan –selama hal itu masih membuahkan
hasil-hasil yang diharapkan- sebelum beralih
pada kekuatan militer. Ini dalam rangka
memberikan peringatan dan mengusahakan
agar bahayanya adalah yang paling kecil.
Menggunakan atau memilih sarana-sarana
militer dan kekerasan semestinya tidak
diterapkan pada
lingkungan dan
medan yang di
sana diterapkan
sarana-sarana
damai, atau pada
lingkungan di
mana sarana-
sarana damai
belum diberikan kadar dan porsinya yang
seharusnya. Demikian sebaliknya, sarana-
sarana damai tidak bisa diterapkan pada
lingkungan atau medan yang di sana terjadi
kegiatan yang menggunakan sarana-sarana
militer, atau di sana ditetapkan untuk
menggunakan sarana-sarana militer.
Ketika menggunakan sarana-sarana militer dan
beralih pada pilihan menggunakan kekuatan,
semestinya telah dilakukan pengamatan yang
mendalam terhadap tabiat musuh dari dalam
yang hendak dihadapi. Diamati, apakah sarana-
sarana damai dapat bermanfaat atau tidak?
Juga penelitian, apakah menggunakan pilihan
militer atau kekerasan memberikan pengaruh
pada pemerintahan thaghut tersebut atau
tidak? Dari poin inilah kemudian sekelompok
yang berperan sebagai Ahlul Halli wal ‘Aqd
menentukan pilihan yang paling tepat; baik
Pertanyaannya sekarang, kapan memilih
cara damai atau dengan cara kekerasan?
Kapan salah satunya lebih didahulukan
dibanding dengan lainnya? Apa kaidah
atau ketentuan dalam menentukan hal itu?
9
SYAMINA Edisi V/September 2013
jatuh pada pilihan menggunakan kekuatan atau
cukup dengan cara damai.
Ketika menentukan salah satu pilihan di antara
dua pilihan atau dua metode tersebut untuk
berhadapan dengan kemungkaran politik dalam
negeri, maka hendaknya dilakukan tarjih yang
cermat, dan pendalaman fikih antara maslahat
dan mafsadat. Jika cara damai lebih
memberikan maslahat, maka cara tersebutlah
yang dijalankan. Sebaliknya, jika cara kekerasan
lebih menjauhkan dari mafsadat, maka cara
tersebutlah yang diterapkan.
Untuk itu, jika kemungkaran tersebut bisa
ditangani dengan cara damai, maka merupakan
suatu kesalahan pada kondisi tersebut
menggunakan cara kekerasan. Pun demikian,
jika kemungkaran tersebut hanya bisa diatasi
dengan cara kekerasan, maka adalah suatu
kesalahan pada kondisi tersebut menggunakan
cara damai.
Dampak bahaya-bahaya yang menurut prediksi
kuat akan timbul –meski sedemikian besar-
ketika beralih pada cara kekuatan atau sarana-
sarana militer, harus lebih kecil dampak
bahayanya dari kemungkaran politik yang
hendak dihilangkan atau diubah; lebih kecil
bahayanya dibandingkan dengan bahaya
tetapnya kerusakan, kezaliman, dan kekufuran
kemungkaran politik sebagai pemimpin dan
penguasa atas negara dan rakyat.
Siapa yang merasa dirinya ketika beramal dan
berjihad dengan sarana-sarana damai lebih
banyak memberikan manfaat dan kontribusi
dibanding ketika dia beramal dan berjihad
dengan sarana-sarana militer, maka hendaknya
dia tidak mencela orang yang berjihad melalui
sarana-sarana militer. Demikian sebaliknya,
siapa yang merasa dirinya ketika beramal dan
berjihad dengan sarana-sarana militer lebih
banyak memberikan manfaat dan kontribusi
dibandingkan ketika dia beramal dengan
pilihan-pilihan atau sarana-sarana damai, maka
hendaknya dia tidak mencela saudara-
saudaranya yang beraktivitas dan beramal demi
dien dan umat mereka melalui sarana-sarana
damai. Dengan catatan selama sarana-sarana
ini disyariatkan dan diperbolehkan, selain juga
memberikan hasil-hasilnya.23
Pada akhirnya, Abu Bashir menyimpulkan bahwa—
jika tuntutan-tuntutan dan syarat-syarat tersebut
terpenuhi—kedua kelompok tersebut berada dalam
kebaikan; keduanya saling melengkapi; dan umat
memerlukan keduanya secara bersamaan.24
Epilog: Merencanakan Kemenangan
Dalam setiap pertempuran antara keimanan dan
kekufuran, merupakan suatu yang wajar dan pantas jika
pembela keimanan mengharapkan kemenangan dari
musuh-musuh mereka. Namun masalahnya,
kemenangan tersebut tidak dianugerahkan Allah secara
percuma. Pembela keimanan harus mengusahakan
semaksimal mungkin dua aspek kemenangan sekaligus,
yaitu aspek Al-Madi (material) dan aspek Al-Ma’nawi
(spiritual). Aspek Al-Madi, yaitu dengan mengusahakan
seluruh usaha yang mampu dilakukan oleh manusia
untuk meraih kemenangan. Sementara aspek Al-
Ma’nawi adalah dengan mendekatkan diri kepada
Allah, yang terealisasikan dalam setiap bentuk ibadah
kepada-Nya; baik dengan ibadah hati (ikhlas, khauf,
23
Ibid, hal. 3-4. 24
Ibid, hal. 4.
10
SYAMINA Edisi V/September 2013
raja’, mahabbah, dll), dengan ibadah anggota badan
(shalat, shaum, zakat, haji, dll), dan dengan ibadah lisan
(dzikir, qira`atul Quran, doa, dll).
Realitasnya, ada di antara kelompok pergerakan
Islam—kalau tidak bisa disebut banyak—yang
melupakan, meremehkan, dan melalaikan
mengusahakan semaksimal mungkin aspek Al-Madi.
Tetapi, di sisi lain senantiasa dan tiada henti-hentinya
berdoa mengharapkan kemenangan. Ini bukan berarti
tidak boleh atau dilarang. Namun, apakah pantas kita
melantunkan doa mengharapkan kemenangan,
sementara kita sendiri tidak semaksimal mungkin
mengusahakan faktor kemenangan tersebut?
Inilah pesan yang disampaikan oleh Dr. Iyad
Qunaibi dalam salah satu artikelnya ‘Hal Nahnu
Qaribuun min An-Nashr fi Mishr au Suriya?’25 (Apakah
Kita Dekat dengan Kemenangan di Mesir atau Suriah?)
Dalam artikel tersebut, setidaknya ada enam (6)
faktor kemenangan penting yang disebutkan oleh
Qunaibi. Keenam faktor tersebut adalah: [1] salamatul
manhaj (metode pergerakan yang lurus), [2] a’malul
qulub (ikhlas, tawakal, tadharru’, dll), [3] ijtima’ul
kalimah (persatuan dan kesatuan barisan), [4] husnul
idarah wa at-takhthith (manajemen dan strategi yang
baik), [5] husnul khuluq (akhlak yang baik), dan [6]
sabar dalam mengusahakan faktor-faktor kemenangan
madiyyah (material).
Dari keenam faktor kemenangan penting tersebut,
yang mendapat perhatian lebih dari Qunaibi adalah
point salamatul manhaj dan ijtima’ul kalimah.
Mengomentari poin salamatul manhaj, Qunaibi
mengklasifikasikan umat Islam hari ini menjadi tiga
kelompok:
[1] kelompok yang meremehkan manhaj dan
kerangka kerja berpikirnya dibangun di atas bid’ah dari
jalan yang ditempuh Rasulullah demi meraih
kemenangan dan kekuasaan meski hal itu berbenturan
dengan nash-nash syar’i;
25
Lihat artikel Dr. Iyad Qunaibi, ‘Hal Nahnu Qariibuun Min
an-Nahsr Fi Mishr au Suuriyaa?’, pada halaman facebook
baliau (https://www.facebook.com/EyadQunaibi4) yang
diposting pada tanggal 17 September 2013.
[2] kelompok yang berpegang teguh pada manhaj,
perhatian pada pemurnian tauhid, mencampakkan
demokrasi, serta berpegang teguh pada Al-Hakimiyyah
(syariat), namun mereka menganggap point ini seolah-
olah segalanya, dan mengira bahwa salamatul manhaj
adalah penambal dari setiap lubang, dan pelengkap dari
setiap kekurangan, sehingga mereka tidak perhatian
pada faktor-faktor kemenangan lainnya yang masih
begitu banyak serta tidak memberikan faktor-faktor
kemenangan tersebut sesuai dengan porsinya;
[3] kelompok yang tidak peduli sama sekali
terhadap manhaj, dan kelompok ini merupakan
mayoritas umat Islam. Sebagian mereka menghabiskan
umurnya selama 14 tahun (TK, SD, SMP, dan SMA) di
bangku sekolah, bahkan mungkin dilanjutkan di
perguruan tinggi selama 10 tahun hingga meraih gelar
doktor.
Gelar yang bukan termasuk—tanpa meremehkan
baktinya pada diin—sebab yang memasukkannya ke
surga dan menyelamatkannya dari neraka. Hampir
seperempat abad umurnya hanya digunakan untuk
Qunaibi menyebutkan 6 faktor penting dalam
kemenangan:
[1] salaamatul manhaj (metode pergerakan yang
lurus),
[2] a’maalul quluub (ikhlas, tawakkal, tadharru’,
dll),
[3] ijtimaa’ul kalimah (persatuan dan kesatuan
barisan),
[4] husnul idaarah wat-takhthiith (menajemen dan
strategi yang baik),
[5] husnul khuluq (Akhlak yang baik) dan
[6] sabar mengusahakan faktor-faktor kemenangan
al-Maadiyyah (material).
Dari keenam faktor kemenangan penting tersebut,
yang mendapat perhatian lebih dari Qunaibi adalah
point salamatul manhaj dan ijtimaa’ul kalimah.
11
SYAMINA Edisi V/September 2013
meraih dunia. Meski meraih gelar tersebut, namun
pada saat diminta untuk membaca atau mendengar
tema yang bisa menjelaskan padanya manhaj yang lurus
yang bisa mengantarkannya pada keridaan Allah dan
surga-Nya, dia hanya bermalas-malasan dan
beranggapan bahwa niat tulusnya saja sudah cukup
sebagai bekal untuk bertemu dengan Rabbnya.
Setelah itu, dia merasa cukup dengan gaya hidup
sentimentil secara umum dari personal-personal,
jamaah-jamaah dan manhaj-manhaj tertentu yang
terbentuk hanya dari beberapa tatapan sekilas dan dari
berita-berita yang tercecer yang dia dengar dari sana-
sini. Walau demikian, dia akan mati-matian membela
gaya hidupnya tersebut dan bangkitlah
kesombongannya terhadap dosa tersebut jika dikatakan
kepadanya bahwa dia keliru dalam hal itu.
Adapun ketika mengomentari poin ijtima’ul
kalimah, Qunaibi mengingatkan bahwa kasus yang
sering terjadi adalah kelompok pergerakan Islam
acapkali menjadikan salamatul manhaj sebagai sebab
perselisihan di antara suatu kelompok dengan
kelompok lainnya, yang kesalahan mereka tersebut
tidak sampai mengeluarkan mereka dari Islam.
Meskipun kelompok tersebut sebenarnya diberikan
keluasan untuk menoleransi kesalahan mereka demi
menjadi kesatuan dan kesolidan barisan tanpa harus
meleburkan manhaj.
Terkadang kelompok tersebut juga tidak sadar
bahwa dengan memutuskan hubungan mereka dengan
kelompok pergerakan lainnya dengan dalih menjelaskan
kebatilan, sebenarnya mereka telah mendurhakai Allah
dan Rasul-Nya. Kapan? Yaitu, saat mereka mencegah
kemungkaran dengan cara yang tidak sesuai dengan
sunnah sehingga berakibat kegagalan dan hilangnya
kewibawaan mereka.
Ada satu episode sejarah menarik yang dicatat
Qunaibi saat memberikan contoh pada poin ini. Episode
sejarah tersebut adalah peperangan antara Bangsa
Tatar dan umat Islam. Ketika Bangsa Tatar
menghancurkan Kesultanan Muhammad bin
Khawarizm, sebenarnya tentara Islam yang di antaranya
adalah tentara Jalaluddin bin Muhammad bin
Khawarizm dan tentara Saifuddin Baghraq At-Turki
serta tentara lainnya telah melakukan konsolidasi.
Banyak yang tidak mengetahui bahwa tentara Islam
tersebut telah berhasil memukul telak Tatar di Ghaznah
dan Kabul, Afghanistan.
Meski demikian, kita tidak pernah mendengar
kabar kemenangan tersebut, sebaliknya, kita hanya
mengetahui bahwa Tatar telah berhasil menghancurkan
dunia Islam, membunuh jutaan umat Islam, dan
membumihanguskan kota-kotanya. Ini karena setelah
memperoleh kemenangan di dua tempat tersebut
(Ghaznah dan Kabul), tentara-tentara tersebut
berselisih mengenai pembagian ghanimah, hingga pada
tahap mereka saling menyerang, sehingga
menyebabkan kemunduran kekuatan bangsa Turki di
bawah pimpinan Baghraq, yang berakhir dengan
kegagalan dan hilangnya kewibawaan keseluruhan
tentara tersebut.
Lantas, bagaimana jika pertanyaan Qunaibi
tersebut dilontarkan kepada kita ‘Hal Nahnu Qaribun
min An-Nahsr?’ (Apakah Kita Semakin Dekat dengan
Kemenangan?).
Jawabannya bisa dua kemungkinan; TIDAK dan YA.
TIDAK, bahkan mungkin sangat jauh dari kemenangan
jika kita tidak mengusahakan faktor-faktor kemenangan
tersebut sebagaimana porsinya dan membangkang
terhadap sunnatullah dalam meraih kemenangan. Juga,
YA, bahkan kita sangat dekat dengan kemenangan,
karena kita memiliki tali kekang untuk segera menuju
kebaikan; karena kita mampu—dengan taufik Allah—
mengusahakan seluruh faktor kemenangan tersebut;
dan karena kekuatan kekufuran tidak akan pernah
mampu—pada saat itu—untuk melumpuhkan tekad
kita, sebagaimana ketidakberdayaan mereka untuk
mencabut keimanan dalam hati kita. Pada saat itulah
Allah akan memberkahi sedikit usaha yang mampu kita
lakukan dan kerjakan, lalu menampakkan ‘keajaiban-
keajaiban’-Nya kepada kita.
Singkatnya, kemenangan dari Allah itu sangat
dekat. Ya, sangat dekat sekali. Tinggal kitalah yang mau
mendekati kemenangan tersebut, atau malah
menjauhinya. Wallahu A’lam. (Ali Sadikin)
12
SYAMINA Edisi V/September 2013
Perjanjian Damai Akhir Cerita Perjuangan Bangsamoro?
Moro adalah masyarakat Islam di wilayah selatan Filipina
yang menentang penjajahan dari wilayah utara (Luzon),
dan menempati wilayah Mindanao hingga Kepulauan
Sulu di Selatan. Istilah "Moro" berasal dari perkataan
"Moors" sebutan untuk masyarakat Morroco (Maghrib)
oleh penjajah Eropa karena keberanian mereka
menentang penjajah.
Pada saat Spanyol memasuki Filipina untuk
menjajah, mereka mendapati masyarakatnya juga berani
menentang seperti orang-orang Morroco. Penamaan
"Moro" pun mulai disematkan kepada masyarakat Islam
Filipina tersebut. Istilah "Bangsamoro" sendiri merujuk
kepada ragam suku atau etnik yang beragama Islam,
yang menentang penjajah di selatan Filipina.26
Filipina dalam Lintasan Sejarah
Mindanao-Sulu merupakan wilayah di kawasan Kepulauan Filipina, sebuah kerajaan yang independen bagi penduduk
asli setempat. Islam tiba di kerajaan ini pada abad ke-8 Masehi melalui para pedagang Arab, sampai pada akhir abad ke-
13 Islam menyebar di wilayah ini. Pada akhirnya, pada abad ke-14 Islam berkembang pesat di wilayah ini dan diterima
oleh penduduk asli setempat. Tahun 1565, Spanyol tiba di wilayah selatan Pulau Mindanao dan Kepulauan Sulu. Spanyol
menyerang Pulau Mindanao selama 350 tahun. Bangsa Spanyol menyebut penduduk Mindanao sebagai Bangsamoro.27
Pada abad ke-19 Kesultanan Mindanao mengizinkan bangsa Spanyol masuk ke wilayah bagian utara Pulau
Mindanao untuk melakukan usaha niaga. Pada akhirnya, Spanyol berhasil menguasai secara penuh kawasan Kepulauan
Filipina, memurtadkan penduduk lokal, serta melakukan misi kristenisasi (catholicism).
Tahun 1898, Amerika Serikat (AS) menang dalam Perang AS-Spanyol. Filipina pun berada di bawah kontrol AS. Pada
masa kolonialisasi Spanyol, sebenarnya wilayah Mindanao-Sulu tidak berada dalam kontrol penuh Spanyol. Hanya saja,
Spanyol memasukkan wilayah ini dalam penyerahan kekuasaan atas Filipina kepada AS.
26
http://ms.wikipedia.org/wiki/Jolo, (diakses 27 agustus 2013) 27
Syed Sirajul Islam. The Politics of Islamic Identity in Southeast Asia, Singapore: Thomson Learning, 2005, hlm. 28.
13
SYAMINA Edisi V/September 2013
Terjadilah pertempuran berdarah antara muslim
Mindanao dengan penjajah AS yang berakhir dengan
perjanjian antara Sultan Mindanao dengan AS yang
dikenal dengan "Treaty Bates" pada 22 Agustus 1899.
Perjanjian ini tidak bertahan lama, karena tiba-tiba pada
tahun 1902, AS menganeksasi wilayah Mindanao ke
dalam pembentukan Filipina. Pada tahun 1940, AS
menghapuskan kesultanan dan kawasan Mindanao
dimasukkan ke dalam sistem administratif Filipina.
Filipina merdeka pada tahun 1946. Sempat pula
disampaikan kekecewaan Bangsamoro terhadap
pemerintah AS dalam memorandum sebelum
kemerdekaan. Intinya, Bangsamoro Mindanao dan Sulu
tidak mau dimasukkan sebagai bagian dari negara
Filipina merdeka karena pulau mereka tidak akan
diberikan kepada masyarakat yang bukan Bangsamoro.
Bahkan, menurut mereka, tidak pantas apabila di dalam
satu negara ada dua pihak yang saling bermusuhan.
Namun, AS tidak menerima proposal tersebut.28
Pada masa pembangunan, pemerintah Filipina
tidak mengakui hukum adat Moro. Ada perasaan
dendam dari pemerintah Filipina terhadap Bangsamoro
atas penyerangan pusat pemerintahan di Manila.
Terjadi ketegangan antara penduduk muslim Moro
dengan para pendatang pada pemberontakan
Bangsamoro tahun 1960-1970.
Pada tahun 1972, Nur Misuari—sebagai pemimpin
Moro National Liberation Front (MNLF)—bersama
pengikutnya mendeklarasikan rencana untuk
mendirikan Republik Bangsamoro melalui MNLF. 29
28
Ibid, hlm. 30. 29 MNLF adalah organisasi bersenjata Bangsamoro yang
berjuang untuk kemerdekaan Bangsamoro dan tanah air
mereka, yakni Mindanao, Sulu, dan Palawan (MinSuPala).
Tujuannya untuk mencapai kebebasan penuh kepada
Bangsamoro dan merdeka dari penjajahan Filipina.
Peristiwa ini menimbulkan intervensi militer
terhadap Bangsamoro yang ingin menentukan nasibnya
sendiri. Hasilnya, pada Maret 1968 terjadi pembunuhan
massal di Sulu sekitar 24 orang mati oleh tentara
Filipina atas perintah Presiden Ferdinand Marcos.
Peristiwa pembunuhan massal ini menjadi awal
kekacauan di Pulau Mindanao.
Sejarah pada masa kolonial Spanyol dan AS,
keduanya bertindak sepihak terhadap Bangsamoro dan
telah membohongi Bangsamoro misalnya AS tidak bisa
memberikan hak Bangsamoro untuk menentukan
nasibnya sendiri (self determination). Awal tahun 1970
terjadi pemberontakan dan penyerangan oleh tentara
Filipina terhadap markas MNLF di pulau Mindanao.
Menurut perkiraan pemerintah sekitar 18 orang
setiap harinya meninggal pada tahun 1970-1976, telah
menghabiskan dana sekitar US$ 130 juta dan sekitar
11.000 tentara mati terbunuh pada tahun 1972-1980.
Selanjutnya, terjadi gencatan senjata tahun 1973 antara
kedua belah pihak karena adanya embargo minyak
terhadap negara-negara yang mendukung Israel dari the
Organization of Arab Petroleum-Exporting Countries
adapun Filipina sebagai salah satu negara
pendukungnya.
Pada tahun 1976, Pemerintah Filipina dan
pemimpin MNLF melakukan perjanjian yang dikenal
dengan Perjanjian Tripoli melalui mediasi Organisasi
Konferensi Islam (OKI). Perjanjian ini dipimpin dan
difasilitasi oleh Libia.30
30
Dinamakan Perjanjian Tripoli karena negosiasi berlangsung
di Tripoli, Libia. Berdasarkan perbincangan Imelda Marcos
dengan Qadzafi, perjanjian ini juga berkat bantuan Organisasi
Konferensi Islam (OKI).
14
SYAMINA Edisi V/September 2013
Perjanjian tersebut menghasilkan beberapa poin
yaitu hak otonomi daerah untuk 13 provinsi di
Mindanao, Sulu, dan Kepulauan Palawan sebagai
wilayah yang paling berpengaruh terhadap MNLF.
Otonomi penuh diberikan pada bidang pendidikan dan
pengadilan sementara bidang pertahanan dan politik
luar negeri tetap berada di bawah kebijakan
pemerintah Filipina.31
Perjanjian tersebut tidak ditaati karena banyaknya
penafsiran sehingga tidak bisa diimplementasikan.
Gagalnya perjanjian Tripoli menyebabkan MNLF
kembali menyerang militer Filipina. Saat itu juga terjadi
peristiwa besar di mana MNLF terpisah menjadi 2
bagian yaitu Moro Islamic Liberation Front (MILF)32
dipimpin oleh Salamat Hashim dan MNLF dipimpin oleh
Dimas Pundatu.33
Pada 2 September 1996, pada era Presiden Fidel V.
Ramos berhasil ditandatangani perjanjian "Final Peace
Agreement" (FPA). Perjanjian tersebut telah berhasil
31
John L. Esposito. Islam in Asia Religion, Politics and Society.
New York: Oxford University Press, 1987. hlm. 107. 32 adalah militan Islam yang menghuni Filipina Selatan
meliputi bagian selatan Mindanao, Kepulauan Sulu, Palawan,
Basilan dan beberapa pulau yang bersebelahan. Organisasi ini
didirikan oleh Salamat Hasyim yang beraliran Islami murni.
MILF mayoritas berasal dari suku Manguindanao, Maranao,
Iranon, Taosug, dan Yakan di Basilan. MILF merupakan
gerakan yang paling merepotkan pemerintah Filipina.
Dikarenakan organisasi ini memiliki system organisasi yang
rapi, akademi militer super lengkap, mampu membuat
persenjataan sendiri (memiliki senjata anti serangan udara
bahkan memiliki RPG atau senjata antitank). MILF didirikan
oleh Salamat Hashim, yang dipengaruhi oleh Sayyid Quthub.
Salamat meninggal pada Juli 2003 dan digantikan oleh Al-Haj
Murad Ebrahim. Sesuai data tahun 2003, jumlah kekuatan
MILF sekitar 12.500 gerilyawan.
33 Rufa Cagoco-Guiam. Mindanao: Conflicting Agendas,
Stumbling Blocks and Prospects Towards Sustainable Peace.
Dalam buku Searching for Peace in Asia Pacific: an Overview
of Conflict prevention and peace building Activities, United
States: Lynne Rienner Publisher, Inc., 2004, hlm. 487.
mengawali terbentuknya proses rekonsiliasi terhadap
MNLF saja, tanpa komunitas MILF. Namun, hal ini hanya
membawa keuntungan bagi MNLF sebagai pihak yang
melakukan perjanjian, sedangkan MILF menjadi sebuah
tantangan baru bagi pemerintah Filipina.34
Pada masa pemerintahan Presiden Joseph Estrada
terjadi pembombardiran militer Filipina (AFP) terhadap
MILF. Aksi all-out war berhasil menghancurkan Kamp
Abu Bakar yang merupakan salah satu kamp terbesar
MILF yang dikelilingi komunitas pemukiman Muslim.
Manuver ini justru berdampak pada internasionalisasi
konflik antara Pemerintah Filipina dengan MILF,
sehingga menjadi pijakan awal bagi MILF untuk
membangun perjuangan diplomatik dalam forum
internasional, terutama melalui Organisasi Konferensi
Islam (OKI).35
Perjanjian Damai
Pemerintah Filipina dan MILF mencapai terobosan
besar dengan membuat “kerangka kerja
perjanjian damai” untuk menghentikan konflik yang
telah berlangsung hampir empat dekade di Mindanao
dan menelan korban tewas lebih dari 120 ribu jiwa.
Pemerintah Filipina dan MILF bertemu di istana
kepresidenan pada tanggal 15 Oktober 2012 untuk
menandatangani kerangka kerja tersebut, yang menjadi
tonggak sejarah baru bagi perjuangan kaum muslimin
selama kurun waktu 40 tahun di Pulau Mindanao.
Perjanjian ini ditandatangani oleh pengacara Marvic
34
Ibid, hlm. 487. 35
Erni Budiwanti. Tantangan Pembangunan Negara Bangsa
di Filipina: Gerakan Separatisme Moro. Katalog Pusat
Penelitian Sumber Daya Regional LIPI (PSDR-LIPI).
http://pdii.lipi.go.id (Diakses pada 24/6/2010, 18.02 WIB).
15
SYAMINA Edisi V/September 2013
Leonen, perunding utama pemerintah, dengan
Mohagher Iqbal, utusan MILF.36
MILF menggantikan MNLF yang dikepalai oleh Nur
Misuari sebagai kelompok Muslim yang dominan
setelah terakhir kali MNLF menandatangani perjanjian
damai dengan pemerintah pada tahun 1996. MILF, yang
awalnya berjuang untuk negara Muslim merdeka di
bagian selatan Filipina, memisahkan diri dari MNLF
setelah Misuari menandatangani pakta damai yang
menciptakan Daerah Otonomi di Mindanao Muslim
(Autonomous Region in Muslim Mindanao atau ARMM),
yang meliputi Provinsi Sulu, Maguindanao, Lanao del
Sur, Tawi-Tawi, dan Basilan, kecuali ibukotanya,
Isabella.
Presiden Benigno Aquino, ketua MILF Al-Haj Murad
Ebrahim, dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak
menyaksikan penandatanganan perjanjian kerangka
kerja pada tanggal 15 Oktober 2012, yang meyakinkan
MILF untuk melepaskan tuntutannya atas negara
merdeka, dan sebagai gantinya dibentuklah wilayah
dengan otonomi lebih luas.37
Isi Kerangka Kerja Perjanjian Damai (Framework
Agreement)38
Poin pertama pada perjanjian damai antara Pemerintah
Filipina dan MILF adalah pembentukan Komite Bersama
yang beranggotakan 15 orang, yaitu 7 dari pemerintah
Filipina, dan 8 dari MILF. Komite ini mempunyai 3 tugas
utama yaitu: Menyusun hukum dasar yang akan
36
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/357397-filipina-
dan-pemberontak-muslim-moro-akhirnya-berdamai 37
APC R2P Brief, Vol. 2 No. 8 (2012), p. 1 38
Untuk teks utuh kerangka kerja perjanjian damai silahkan
lihat, http://pcdspo.gov.ph/downloads/2012/10/GPH-MILF-
Framework-agreement-10062012.pdf, diakses pada tanggal
15 oktober 2012
dijadikan sebagai rujukan perundang-undangan di
wilayah otonomi; melobi Kongres Filipina (semacam
DPR) untuk mengamandemen Konstitusi Filipina yang
tidak mengizinkan adanya pemerintahan otonom yang
terlepas dari Pemerintah Pusat; dan tugas terakhir
adalah penyusunan rencana kerja untuk pemberdayaan
dan pembangunan masyarakat Bangsamoro.
Poin kedua pada Perjanjian kerangka kerja ini
menyerukan pembentukan entitas politik baru di
Mindanao bernama “Bangsamoro” yang akan
menggantikan ARMM, serta menambah luas wilayah.
Tambahan wilayah yang masuk ke dalam status “Core of
Bangsamoro” atau wilayah inti Bangsamoro meliputi 12
kota di Provinsi Lanao del Norte dan Cotabato Utara,
kota Isabella di Basilan, dan kota Cotabato di pusat
Provinsi Mindanao. Namun, para pejabat di Isabella
berkeberatan atas pemasukan kota mereka ke dalam
entitas baru ini, dan mengatakan mereka lebih suka
untuk tetap berada di bawah pemerintahan yang ada
saat ini.39
Poin ketiga adalah pembentukan pemerintahan
Bangsamoro. Pada poin ini, disebutkan bahwa kelak
pemerintahan disusun atas hasil pemilihan umum yang
melibatkan partai-partai lokal di Mindanao. Masyarakat
yang tinggal di wilayah yang akan menjadi bagian dari
Bangsamoro akan memiliki kesempatan untuk
menggunakan hak suaranya pada tahun 2015.40
Pada poin keempat disebutkan bahwa dengan
pembentukan dan keberadaan Pemerintahan
Bangsamoro, Pemerintah Filipina tetap akan mendapat
hak mempertahankan kekuasaan atas pembuatan uang 39
http://pcdspo.gov.ph/downloads/2012/10/GPH-MILF-
Framework-agreement-10062012.pdf, p. 6, diakses pada
tanggal 15 oktober 2012 40
http://pcdspo.gov.ph/downloads/2012/10/GPH-MILF-
Framework-agreement-10062012.pdf, p. 2, diakses pada
tanggal 15 oktober 2012
16
SYAMINA Edisi V/September 2013
logam, pertahanan dan keamanan, serta
kewarganegaraan. Kekayaan yang ada di wilayah
Bangsamoro juga dibagi antara pemerintah pusat dan
juga entitas politik lokal tersebut.41
Sebuah badan bernama Komite Peralihan akan
dibentuk hingga tahun 2015 yang akan mengeluarkan
undang-undang bagi Bangsamoro, yang akan berlaku
sepenuhnya pada tahun 2016 melalui penandatanganan
perjanjian akhir.
Aspek Penentu Keberlangsungan Perjanjian Damai
Dari pengalaman penandatanganan perjanjian damai
sebelumnya, ada beberapa aspek yang dapat
mempengaruhi keberlangsungan perjanjian damai:
Pertama, Konstitusi Negara Filipina
Seperti pada perjanjian tahun 2008,
yang menghasilkan MOA-AD
(Memorandum of Agreement-
Ancestral Domain), yaitu
pembentukan Pemerintahan yang
meliputi tanah Leluhur Bangsamoro,
akhirnya dijegal oleh Mahkamah
Agung Filipina karena dianggap
inkonstitusional. 42 Maka, untuk
perjanjian kali ini, perlu dicermati juga mengenai hal ini,
sebelum melangkah ke tahap yang lebih jauh.
Kedua, Ketidakpuasan Kelompok Minoritas
Di daerah-daerah yang disebutkan dalam area ARMM,
terdapat kelompok kecil penduduk yang beragama
Katolik. Kelompok Katolik di Mindanao hari ini masih
41
http://pcdspo.gov.ph/downloads/2012/10/GPH-MILF-
Framework-agreement-10062012.pdf, p. 3, diakses pada
tanggal 15 oktober 2012 42
http://0cool-groundzero.blogspot.com/, diakses pada 27-
08-2013.
berlapang dada untuk menerima perjanjian damai ini.
Sesuai dengan usulan banyak pihak, sebelum
merumuskan isi perjanjian damai, MILF berusaha
mengadakan audiensi dengan berbagai elemen
masyarakat Mindanao, termasuk kelompok Katolik.
Namun, kelompok Katolik ini pun masih menyimpan
kekhawatiran, ketika beberapa waktu ke depan setelah
berjalannya perjanjian damai ini, pemerintahan MILF
akan mengamandemen secara sepihak, dan melanggar
kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat dengan
mereka sebelumnya.
Dalam laporan International Crisis Group (ICG)
nomor 240 tentang Filipina, disebutkan bahwa kudeta
kubu MNLF termasuk dalam kelompok minoritas yang
dapat mengancam berjalannya perjanjian damai ini
walaupun Nur Misuari, yang menjadi pemimpin MNLF
sekaligus demisioner Gubernur
ARMM, sudah tidak memiliki
pengaruh terhadap MNLF yang
sudah ditinggalkan oleh
sebagian besar anggotanya.
Potensi kembalinya MNLF ini
akan muncul saat mereka
kembali menghadapi “musuh
bersama”.43
Ketiga, Perlawanan Kelompok “Sempalan” MILF
BIFF (Bangsamoro Islamic Fighters Front) merupakan
kelompok splinter (sempalan) yang paling militan. Front
yang dirintis Ameril Umbra Kato ini, seorang mantan
komandan wilayah MILF, termasuk pihak yang menolak
perjanjian damai. Bagi kelompok ini, kemerdekaan dari
Filipina adalah hal yang tidak bisa ditawar. BIFF hari ini
lebih digandrungi oleh anak-anak muda di Mindanao.
43
ICG, The Philippines: Breakthrough in Mindanao, Asia
Report N 240, 5 Desember 2012.
BIFF (Bangsamoro Islamic Fighters Front)
merupakan kelompok splinter (sempalan)
yang paling militan. Front yang dirintis
Ameril Umbra Kato ini, seorang mantan
komandan wilayah MILF, termasuk pihak
yang menolak perjanjian damai.
17
SYAMINA Edisi V/September 2013
BIFF yang sekarang dipimpin oleh Ustadz Carialan,
karena Kato tidak lagi memiliki kondisi fisik yang
mendukung setelah terkena stroke, bersumpah tidak
akan menerima hasil apa pun, kecuali negara muslim
yang merdeka.
Pada bulan Agustus 2012, saat perundingan damai
sedang berlangsung, BIFF menyerang fasilitas sumber
listrik serta kamp militer Brigade Tentara AFP serta unit
militer di lima kota di Provinsi Maguindanao dan
Cotabato Utara. Mereka juga menduduki jalan-jalan
raya utama yang menghubungkan Maguindanao
dengan provinsi lainnya. Yang paling dahsyat adalah
mereka memotong kabel listrik dan mengebom dua
menara transmisi milik National Grid Corp., yang
membuat 11 kota kehilangan penerangan.
Dengan memperhatikan tiga hal di atas, muncul
satu pertanyaan besar; Perdamaian di Filipina Selatan,
sementara atau selamanya? Apakah perjanjian damai
itu akhir dari perjuangan Bangsamoro?
Perlucutan Senjata Bangsamoro
Sementara itu, Pemerintah Filipina semakin
menunjukkan langkah serius menuju perdamaian di
Pulau Mindanao; wilayah yang sarat konflik dan miskin
penduduknya. Mereka sedang mencari cara untuk
memfasilitasi “pemberontak” agar mereka dapat
membangun kehidupan sebagai penduduk sipil biasa.
Perjanjian Kerangka Kerja (Framework Agreement) atas
Bangsamoro yang ditandatangani pada 15 Oktober
2012 oleh Presiden Benigno Aquino III dengan MILF
dianggap sebagai media penampung keluhan kaum
muslimin sejak pertengahan 1990-an.
Perjanjian ini diharapkan akan mengakhiri
beberapa dekade pertempuran di wilayah selatan
Filipina tersebut. Manila telah sepakat untuk membuat
wilayah otonomi yang baru dan lebih kuat pada tahun
2016.
Gambar Sampul Perjanjian Kerangka-Kerja atas Bangsamoro
Namun, ini bukan pertama kalinya Mindanao telah
berada di puncak perdamaian. Pendahulu MILF, MNLF,
telah menandatangani pakta dengan janji yang mirip
pada tahun 1996. Pemerintah Filipina gagal
menindaklanjuti unsur-unsur penting, sehingga pejuang
tetap bersenjata, dan perundingan dibuka kembali. Kali
ini, kesepakatan baru, yang dikenal sebagai Perjanjian
Kerangka Kerja atas Bangsamoro, meminta komitmen
MILF untuk menonaktifkan pasukannya. Jika hal ini
dapat terjadi—dan ketentuan politik pakta perdamaian
diimplementasikan secara penuh—Mindanao mungkin
18
SYAMINA Edisi V/September 2013
akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk keluar
dari siklus konflik.44
Di seluruh dunia, program yang melibatkan
pelepasan mantan gerilyawan atau mendaftar senjata
mereka, sementara mereka menerima mata
pencaharian dan bantuan lainnya sebagai imbalan,
telah menjadi keharusan sejak tahun 1990. Program
Perlucutan senjata, Demobilisasi dan Reintegrasi
(Disarmament, Demobilisation
and Reintegration, DDR) biasanya
mengikuti penyelesaian politik
formal untuk mempromosikan
perdamaian berkelanjutan
dengan memberikan dukungan
langsung kepada mantan
pemberontak dan mengembali-
kan mereka ke masyarakat.
Fokus program tersebut adalah terhadap
anggota kelompok bersenjata non-negara, sedangkan
nasib kelompok kekuatan aliansi pemerintah dan
negara seperti milisi biasanya berada di bawah
"reformasi sektor keamanan". Secara bersama, langkah-
langkah ini perlu mendukung pembangunan berbasis
masyarakat, manajemen persenjataan, dan
pembangunan institusi jangka panjang untuk
mengonsolidasikan perdamaian.
Dalam praktiknya, dukungan untuk mantan
gerilyawan secara politis adalah sensitif dan secara
teknis kompleks; hasil dari program-program seperti ini
di manapun adalah dicampur.45 Dan DDR tidak berganti
menjadi isolasi; hal ini sangat mungkin bekerja jika
44
Lihat Crisis Group Asia report No248, The Philippines:
Dismantling Rebel Groups, 19 Juni 2013, hal 1. 45
Lihat Macartan Humphreys dan Jeremy M. Weinstein,
“Demobilization and Reintegration”, Journal of Conflict
Resolution, vol.51, no.4 (Agustus 2007), hal 531-567.
diimplementasikan dalam konteks proses perdamaian
yang sukses.
Pemerintah Filipina dan MILF pada saat laporan
ini ditulis masih sedang menegosiasikan sebuah
lampiran tambahan (anex) yang akan merupakan bagian
tak terpisahkan pada Perjanjian Kerangka Kerja atas
Bangsamoro yang berisi rincian masa depan organisasi
dengan 11.000 sampai 12.000 pejuang tersebut dan
pembentukan polisi regional
baru. Pihak-pihak tersebut
juga perlu mendiskusikan
peranan dari aktor-aktor
aliansi pemerintah dan
militer seperti paramiliter
dan para tentara bayaran.
Perjanjian Kerangka Kerja
menyatakan bahwa untuk
sementara MILF dan pasukan keamanan negara bekerja
bersama untuk menjaga keamanan dan tatanan.46
Sementara kesepakatan ini dijalankan,
beberapa program awal untuk dukungan sosial ekonomi
terhadap wilayah MILF telah dimulai. Pada Februari
2013, “Sajahatra Bangsamoro”; sebuah program yang di
antaranya berisi layanan kesehatan, beasiswa dan
bantuan tunai untuk proyek-proyek kerja telah
diumumkan.47
46 Framework Agreement on the Bangsamoro, Section VIII
(Normalization), Articles 3, 4, 6 and 7.
An independent policing commission will be convened to
make recommendations. The parties
agreed on its terms of reference on 27 February 2013. 47 Rinciannya tersedia di http://opapp.gov.ph/milf/sajahatra-
bangsamoro. Terms of
Reference (TOR), yang ditandatangani oleh MILF dan
Pemerintah Filipina pada 11 April 2013.
Di seluruh dunia, program yang
melibatkan pelepasan mantan gerilyawan
atau mendaftar senjata mereka,
sementara mereka menerima mata
pencaharian dan bantuan lainnya sebagai
imbalan, telah menjadi keharusan sejak
tahun 1990.
19
SYAMINA Edisi V/September 2013
Kedua belah pihak menghindari pembicaraan
tentang masa depan pejuang dalam hal DDR, karena
MILF seperti halnya kelompok bersenjata non negara
lain dalam negara tersebut, menganggap bahwa
program-program DDR ini hanyalah sebagai layanan
untuk tujuan kontra pemberontakan oleh militer.
Terpisah dari persepsi negatif tersebut di Filipina, ada
alasan lain mengapa DDR secara “tradisional”
kemungkinan tidak pernah terwujud di Mindanao.
Pertama, pemerintah memiliki rekam jejak yang
buruk dalam mengimplementasikan perjanjian
perdamaian dan MILF dapat dimengerti mewaspadai
melemahnya daya tembak yang terlalu cepat.
Kedua, meskipun ada penyerahan beberapa
senjata, namun tidak mungkin untuk dihancurkan,
seperti pada praktik terbaik internasional; militer dan
polisi lebih suka menjaga senjata-senjata yang masih
bagus, dan ada sejarah yang terdokumentasi dengan
baik tentang kebocoran senjata ke pasar hitam dari
sumber-sumber pemerintah.
Ketiga, Mindanao berlimpah senjata, di tangan sipil
maupun pejuang. Penegakan hukum persenjataan di
seluruh negeri lemah, dan terdapat celah hukum yang
banyak. Hukum cadangan menyatakan bahwa Civilian
Armed Force Geographical Units (CAFGU) di bawah
pengawasan tentara; dan Perintah Eksekutif (Instruksi
Presiden) 546 memungkinkan mempersenjatai milisi
oleh politisi setempat sebagai "kekuatan pengganda"
untuk mendukung polisi; hal yang terakhir ini secara
khusus mendorong pembentukan tentara swasta.
Manajemen senjata sebagai ganti dari perlucutan
senjata barangkali merupakan tujuan yang lebih realistis
untuk Mindanao.
Keempat, Pemerintah memiliki pengalaman
terbatas dalam melengkapi pejuang dengan
keterampilan baru yang dapat menjadikan tenaga kerja
legal di pasar tenaga kerja lokal - inti biasa suatu
komponen reintegrasi.
Kendala lain adalah bahwa kantor proses
perdamaian (dikenal sebagai OPAPP) tidak dapat
membentuk sebuah kebijakan yang koheren yang
mencakup semua masalah ini dalam bernegosiasi
dengan MILF. Koordinasi dengan departemen
pemerintahan lainnya, militer, polisi dan politisi lokal
sangat sulit. Bahkan, dalam berurusan dengan
kelompok pemberontak yang lebih kecil, yang
persenjataannya kurang baik, seperti Tentara
Pembebasan Rakyat Cordillera (Cordillera People’s
Liberation Army/CPLA) di Luzon utara dan Tentara
Proletar Revolusioner-Brigade Alex Boncayo
(Revolutionary Proletarian Army-Alex Boncayo
Brigade/RPA-ABB) di Visayas Barat, kantor proses
perdamaian ini telah menghadapi saat-saat yang sulit.
Sejak 2010, pemerintah telah melakukan negosiasi
paket-paket reintegrasi sosial-ekonomi sebagai
pertukaran atas penyerahan atau registrasi senjata api.
Meskipun konteks politiknya berbeda, kasus-kasus ini
dapat menjelaskan adanya beberapa tantangan di
Mindanao, dan kemauan dan kemampuan Manila untuk
mengatasinya. Mereka juga menyoroti keterbatasan
percobaan dalam menerapkan DDR di Filipina.48
Catatan Hitam terkait MNLF
Setelah tahun 1996, Pemerintah Filipina dan mitra
internasionalnya mengalirkan uang ke dalam program
untuk membantu masyarakat MNLF. Sementara itu,
pimpinan pemberontak telah salah urus pada
pemerintah daerah Muslim Mindanao, dan politisi di
48
Lihat: ICG, Asia Report No248, The Philippines: Dismantling
Rebel Groups, 19 Juni 2013, hlm. 3.
20
SYAMINA Edisi V/September 2013
Manila dipermudah dengan undang-undang untuk
meningkatkan otonomi. Sejarah Mindanao saat itu
adalah kisah peringatan untuk MILF dan juga Presiden
Aquino.
Perjanjian 1996 mengalokasikan slot untuk
sebagian dari 17.000 pejuang MNLF ke dalam militer
dan polisi Filipina (masing-masing 5.750 dan 1.750),
yang lainnya adalah untuk bergabung dengan pasukan
keamanan daerah khusus. Siapapun yang tidak
ditampung di salah satu pilihan ini mendapatkan
manfaat dari program sosio-ekonomi, budaya dan
pendidikan. Kesepakatan diam pada gudang MNLF,
meskipun 4.875 senjata api secara sukarela diserahkan
oleh individu yang bergabung dengan militer dan polisi.
Sebagian besar analis setuju bahwa integrasi ini
adalah sukses, karena banyak dari mereka yang
terintegrasi bukan pejuang keras, tetapi keluarga
anggota MNLF. Sebaliknya, pasukan keamanan daerah
khusus tidak pernah dibentuk.
Para pendonor menyumbang untuk program
sosial-ekonomi. Dua program yang utama adalah
Program Bantuan Multi-Donor dipimpin PBB yang
berpusat pada "perdamaian dan pembangunan
masyarakat" untuk anggota MNLF dan kelompok
lainnya, dan Program Peningkatan Kehidupan untuk
Perdamaian (Livelihood Enhancement for Peace/LEAP),
yang dijalankan oleh US Agency for International
Development (USAID), yang berfokus pada produksi
pertanian.
Program-program ini dan upaya-upaya serupa
lainnya tidak terkoordinasi dengan baik, sehingga
mengurangi dampaknya meskipun mereka tampaknya
memiliki efek positif. Tidak ada data anggota MNLF
dikumpulkan di awal sehingga mustahil untuk
memantau dampak dari bantuan pemerintah dan donor
ini pada tingkat individu.49
Pengalaman MNLF ini juga mengandung pelajaran
serius tentang risiko membiarkan pemberontak untuk
tetap bersenjata. Dimulai pada pertengahan 1990-an,
beberapa pejuang mengubah dukungannya pada MILF,
sementara yang lain bergabung dengan kelompok Abu
Sayyaf. Kekerasan pun berlanjut dan di beberapa
daerah cenderung meningkat.
Pada tahun 2001, para loyalis Nur Misuari—yang
tidak puas oleh intrik Manila untuk mengusirnya dari
kepemimpinan—menyerang sebuah markas brigade
yang menewaskan delapan belas tentara. Sampai hari
ini, kamp-kamp MNLF ada di hutan-hutan Provinsi Sulu;
tempat kelahiran dan bentengnya.
Upaya yang lebih terpadu tentang DDR mungkin
dapat membantu mencegah beberapa pejuang MNLF
dari kembali kepada kekerasan. Tetapi, kegagalan
Manila untuk melaksanakan perjanjian 1996 tersebut
dengan itikad baik adalah sama bersalahnya.
Penutup
Sebagaimana banyak dilaporkan oleh media massa
beberapa hari terakhir ini dimulai pada tanggal 9
September 2013 pada saat MILF dan Pemerintah
Filipina masih dalam tahap perundingan terjadi
serangan di kota Zamboanga, wilayah selatan Filipina.
Menurut laporan Voice of America sekitar 200 pejuang
terkait MNLF, menguasai sebagian kota Zamboanga,
Filipina, beberapa waktu yang lalu, dan menyandera
sejumlah warga sipil.
49
Lihat Crisis Group Asia report No248, The Philippines:
Dismantling Rebel Groups, 19 Juni 2013, hal 5.
21
SYAMINA Edisi V/September 2013
Pertempuran itu merupakan yang paling serius
dalam beberapa tahun ini di Pulau Mindanao. Sejauh
ini, militer Filipina telah menewaskan 86 pemberontak
dan menangkap puluhan orang lain. Namun, setidaknya
11 tentara dan 4 warga sipil tewas dalam pertempuran
tersebut. Sekitar 100.000 orang dilaporkan telah
mengungsi dari wilayah tersebut. Militer Filipina, Rabu
(17/9) memperingatkan 30 sampai 40 sisa pemberontak
yang masih bersembunyi di daerah itu agar menyerah,
atau berisiko tewas dalam operasi berikutnya.50
Tentara pemerintah pun terus berdatangan di Zamboanga dalam
rangka memperkuat pasukan reguler. Kehadiran mereka meningkat
setelah seorang tentara AD tewas dalam operasi melawan pejuang
MNLF di wilayah tersebut (19/9). (AP/Bullit Marquez)51
Terbukti bahwa di antara faktor yang mendorong
serangan pejuang MNLF ini adalah kekecewaan mereka
karena Pemerintah Filipina tidak melibatkan MNLF
dalam Perundingan Kerangka Kerja atas Bangsamoro
yang ditandatangani oleh Pemerintah Filipina dan MILF
pada 15 Oktober 2012.52
50
http://www.voaindonesia.com/content/pasukan-filipina-
sapu-bersih-pemberontak-di-kota-zamboanga/1752067.html,
diakses pada 21 September 2013. 51
http://www.voaindonesia.com/media/photogallery/1753481
.html, diakses 22 September 2013. 52
http://www.opapp.gov.ph/milf/news/gph-milf-resume-
talks-condemn-violence-misuari-led-mnlf-
Setelah sekitar 17 tahun sejak ditandatanganinya,
perjanjian damai tahun 1996 antara Pemerintah Filipina
dengan MNLF—tentang otonomi bagi Bangsamoro di
Filipina Selatan—ternyata tidak berjalan sesuai dengan
kesepakatan. Kini pejuang MNLF kembali mengangkat
senjata.
Akankah hal yang sama akan terjadi dengan MILF
yang belum lama ini bersepakat dalam Perjanjian
Kerangka Kerja dengan Pemerintah Filipina? Perjalanan
waktu yang akan menjawabnya. (Ryan Arief dan Rudi
Azzam)
forces#sthash.v0vhzlkS.dpuf, diakses pada 21 September
2013.
Setelah sekitar 17 tahun sejak
ditandatanganinya, perjanjian
damai tahun 1996 antara
Pemerintah Filipina dengan MNLF—
tentang otonomi bagi Bangsamoro
di Filipina Selatan—ternyata tidak
berjalan sesuai dengan
kesepakatan. Kini pejuang MNLF
kembali mengangkat senjata.
Akankah hal yang sama akan terjadi
dengan MILF yang belum lama ini
bersepakat dalam Perjanjian
Kerangka Kerja dengan Pemerintah
Filipina? Perjalanan waktu yang
akan menjawabnya.
22
SYAMINA Edisi V/September 2013
Fenomena Nasyid Jihadi
Sejalan dengan fitrah manusia yang menyukai ‘keindahan’, namun masih dalam koridor syariat Islam, nasyid telah menjadi
‘seni’ alternatif. Dari sisi fungsi, di samping sebagai hiburan pengisi waktu rehat, nasyid dianggap bisa menjadi sarana dalam
menumbuhkan motivasi. Bagaimana status hukumnya—secara fikih—sepertinya sudah tidak banyak diperdebatkan lagi.
Karena, nasyid relatif disepakati “bermasalah” dari sisi tersebut ketika diiringi oleh alat musik.
Nasyid pun menjadi fenomena tersendiri dalam perjalanan jihad kontemporer. Meskipun kemunculannya dipelopori oleh
para pemuda Palestina pada era intifadhah, popularitas nasyid islami di Timur Tengah mulai mengglobal terutama sejak
adanya internet. Dimulai dari era Perang Chechnya, di mana banyak rilis video mujahidin di sana diiringi dengan nasyid-nasyid
perjuangan. Setelah era jihad global—pasca-11 September 2001—nasyid jihadi semakin menemukan bentuknya. Bukan hanya
dari sisi gaya iramanya, namun juga kekhasan syair-syairnya. Nasyid jihadi—oleh divisi media mujahidin—terlihat menjadi
unsur ‘menarik’ dalam produk publikasi audio-visual mereka.
Pengaruh nasyid dalam kultur jihad global ini ternyata tidak luput dari para pengamat yang bekerja untuk lembaga think tank
Barat. Aaron Y. Zelin, misalnya—peneliti Washington Institute for Near East Policy, sekaligus pemilik blog ‘kliping’
Jihadology—sengaja memberikan ruang khusus untuk rilis jihad mujahidin. Demikian pula dengan Ayman At-Tamimi, seorang
mahasiswa keturunan Arab di Brasenose College, Oxford University, sekaligus peneliti muda berbakat pada Shillman-Ginsburg
Fellow di Middle East Forum. Ia sengaja ‘meluangkan waktu’ khusus untuk menerjemahkan dan menganalisis syaur-syair yang
ada pada nasyid jihadi. Jika mereka yang bekerja sebagai full timer untuk memonitor jihad saja memberikan perhatian serius,
ada saatnya pula Lembaga Kajian Syamina memberikan porsi untuk nasyid jihadi. Kali ini sengaja kami ketengahkan empat
saja di antaranya.
#Nasyid 1#
23
SYAMINA Edisi V/September 2013
*** PEMUDA YANG BERANGKAT
Abu Dzar An-Najdi
Para pemuda itu tengah dalam perjalanan hijrah meninggalkan negeri mereka.
Untuk menolong penduduk Sya’am-Syam- yang tertindas
Wahai saudaraku… Kami menolak kondisi penduduk Syam yang tertindas
Bukankah engkau terkejut dengan kemenangan Al-Jaulani
Merasakan kemuliaan setelah dihinakan.
Pakaianku telah kujanjikan sebelumnya
Kuisyaratkan jika kalian menipu maka kalian akan hina
Janganlah lari dari peperangan kecuali untuk menolong jihad kami
Setiap hamparan tanah rendah yang kalian datangi
Tidak menakutkan kalian dari para thaghut di mana pun
Saudara kita dari Mesir datang untuk berjihad
Sebagian datang pula dari Tunisia, Maghrib, Libia
Wahai saudaraku dari Jazirah… kalian telah pergi untuk memberi pertolongan
Dari Irak, Yordania,dan Turki
Namun amat sedikit saudara kita yang ada di Libanon
Sampai di Finastin Al-Asirah -yang tertawan- pun kosong
Saudara kita di Chechnya dan Balkan lebih dahulu berangkat jihad
Pengorbanan mereka dengan jiwa untuk membebaskan Albania
Saudara-saudara Muslim yang ada di Barat menyerahkan diri mereka
Dengan berpindah dari negara yang jauh
Dan setan pun pergi mengingkari kerakyatannya
Menyeru orang-orang yang bodoh inilah
Mereka lari dari negeri hingga saudara mereka mendapat pertolongan
Betapa beruntung bagi mereka dan anak-anaknya
Untuk Abu Muhammad penuhilah seruannya
Dan pergilah kepada hal yang dapat menuju surga yang tinggi
Gelap yang mencekam dan debu yang mengotori hidung mereka
Bagaikan aroma wangi nan jernih
Begitu dengan tanah yang mengotori kaki mereka
Semoga menyelamatkan mereka dari panasnya api neraka
Bumi ribath (berjaga)yang berlumur dengan darah mereka
Karena usaha mereka dan kesediaan jiwa mereka
Jika lebih memilih kesyahidan maka penuhilah (seruan jihad itu)
Dengan melemahkan kekuasaan orang kafir
***
24
SYAMINA Edisi V/September 2013
#Nasyid 2#
DUNIA DALAM GENGGAMAN
Jika dunia telah kita miliki
Maka Al-Qur’an terkadang akan disampingkan
Padahal Kitabullah memberi petunjuk kepada kami
Dan memberi hukum pada seluruh urusan kami
Seseorang yang bahagia mendapatkan kasih sayang
Itulah hati manusia yang mendapatkan rahmat dari Allah
Telah kami tulis kemenangan dengan darah kami
Pemilik Arsy adalah sumber kekuatan kami
Kami jadikan tanah kami untuk ditegakkan syariat Allah
Seorang hina dengan kesombongannya meskipun untuk mengorbankan agama kami
Kami zuhud terhadap ghanimah kami dan bersabar ketika kesusahan datang kepada kami
Ketika berkumpul di masjid, air mata pun mengalir
Ketika para tentara kami menantikan kebahagiaan dalam perang mereka
Dengan cepat kalian mengenal kami dan kalian pun heran dengan keberanian kami
Sungguh, orang yang murah hati mengetahui keadilan kelompok kami
Atas nama kebaikan kami tergugah
Kalian akan melihat kami adalah orang yang enggan untuk kehinaan.
Jika dunia dalam genggaman
***
25
SYAMINA Edisi V/September 2013
# Nasyid 3 #
INILAH SYAIRKU
Dengan kesungguhan kumulai syairku
Berjuang dengan seluruh raga dan lisanku
Aku membaca syair dengan bangga
Inilah kesyahidan kami
Dan kekasih kami Al-Khurasani dan Abu Dujanah telah dikitari burung merpati tanda kemuliaannya
Dengan jihadnya memerangi orang kafir Amerika
26
SYAMINA Edisi V/September 2013
Ikat pinggang telah dikencangkan dengan penuh keberanian
Untuk membinasakan orang kafir dengan keimanan
Sekelompok pasukan telah duduk dengan singa yang ganas
Pedihnya neraka untuk thaghut dan anteknya
Seorang penyeru berkata, “Sungguh, aku tidak omong kosong.”
Hidup penuh dusta dan ingkar kepada Ar-Rahman
Mereka ingin aku nikmati istana dan wanita mereka
Dengan kepanjangan tangan kekufuran
Namun, kami tepis dengan amarah dan lemparan sepatu
Dan aku telah memilih ajaran Ahmad Al-Adnani
Akidahku adalah wala’ dan bara’ku
Akan kami perangi seruan setan
Jika meminta dari kami untuk membantu orang kafir.
Ikat pinggang kami adalah dengan ilmu-ilmu mereka.
Bumi akan telah bersiap-siap dan akan membalas serta harum aromanya
Telah berkurang pembantaiannya dengan Dar Rumman
Aku melihat kelengahan pada musuh kami
Tanpa angan-angan ikatan ini akan menyempit
Aku kaburkan penglihatan mereka dengan kerikil
Engkau guncangkan Amerika dan Pakistan
Inilah sebuah amalan dari berbagai jenisnya
Medali yang dibanggakan telah dikuasai Taliban
Kehinaan dan cacat bagi mata-mata mereka
Telah bertobat antek-antek di tubuh Al-Ikhwan
Si Merpati akan menuntut balas untuk syekh dan kekasih kami
Di Rumah Allah akan bertemu dengan Al-Jaulani
Engkau santai duduk dengan kemuliaan
Engkau telah memotong leher mereka dan anak-anak
Engkau santai duduk di atas kehinaan
Untuk orang-orang mukmin dan para pemegang Al-Qur’an.
Engkau telah melayani dan menjaga mereka
Menyambut tangan orang-orang yang keluar dari negeri mereka
Tanzhim kami, wahai saudaraku, adalah tanzhim kalian juga
Tidak rela atas kehinaan kalian
Somalia, Jazirah, dan Irak
Dan Maghrib hingga Chechnya
Semua tentara di bumi ini dan bumi lainnya
Akan bersatu melawan tirani musuh
Wahai umatku, tanzhim ini tidak butuh
Kecuali syariat dan ketaatan kepada Ar-Rahman
Penutupnya dengan shalawat kepada Kekasih kita
Al-Hasyimi,dan kekuatan Al-Mannan
***
27
SYAMINA Edisi V/September 2013
#Nasyid 4#
DINGIN YANG MENCEKAM
Aku mengusap air mata seorang anak kecil yang tak berdosa
Ketika engkau tengah memikirkan kehormatanmu dalam sebuah kisah sejarah umat ini yang lelap tidur dengan
kehormatannya
Engkau datangi dan engkau saksikan dengan mata kepalamu sendiri,
mereka tertunduk karena kantuk dan kedinginan serta kesedihan
Ia berkata kepadaku, di mana pamannya
28
SYAMINA Edisi V/September 2013
Ayahku telah dibunuh dan ibuku tersibukkan serta rumahku telah dihancurkan
Lantas apa yang kalian tunggu, wahai lelaki,
dan kapan kalian akan terbangun dari tidur kalian?
Aku akan tidur dengan kedinginan yang mencekam agar aku dapat bercerita kepada kalian
Bawalah kami pergi jauh dari rumah kami
Aku akan tidur di masa itu agar kalian menyaksikan hati yang memancarkan kesedihan
Aku ingin tidur seharian penuh atau sepertinya,
bahkan kurang dari beberapa tahun dan hitungan yang ganjil
Jika kalian berkata, “Bagaimana kamu tidur?”
Apakah kalian pernah terpotong tidurnya setelah lelap?
Inilah aku anak kecil yang polos memenuhi panggilan kalian
Bersembunyilah di sini wahai hati yang tengah sedih berduka
Ibuku yang tercinta akan merahasiakan kalian dalam sebuah tenda,
hingga dapat menyusui seorang anak kecil
Seraya memanggil: Wahai saudara kecilku, semua ini adalah kesalahan musuh
Kemarilah, sungguh, mereka telah berlalu
Dan ayahku syahid karena negeri ini dihancurkan
Hati ini pun hancur dan terusir tidak tahu harus ke mana lagi
Ketika aku minum di negeri dan rumahku,
mereka tengah berpesta di kediaman -negeri- kami dan kemudian menghancurkannya
Dengan peluru dan senjata, hingga rumah-rumah itu benar-benar menjadi hancur
Mereka tidak takut dengan Imam para hamba -Allah-,
dengan membunuh pemuda, wanita dan anak-anak
Celakalah mereka, apakah kehormatan mereka akan berharga dengan membunuh
dan merusak kehormatan orang lain sebagaimana yang engkau saksikan
Mereka bersujud dengan hamba yang menghunuskan senjata,
karena hati-hati mereka telah diganti dengan batu
Apa urusan bagi mereka menjual Tuhan Yang Esa dan bangga dengan kehinaan dan kerugian
Telah berlalu malam yang sunyi tanpa gerakan dan kalian jenuh menunggu
Janganlah kalian heran
Sungguh, mereka telah menyeru dan menunggu dari beberapa pertemuan yang dirahasiakan oleh seorang rahib
Sungguh, aku bersama pejuang yang pandai bermain cantik
Telah aku penuhi lembar-lembar dengan informasi
Namun, aku adalah seorang anak yang tak bersalah dalam agamaku,
lantas apakah ada batasannya?
Aku tidak mempunyai harta kecuali dari Al-Ilah maka selamatkanlah aku
Ya Allah, tambahkanlah kehinaan dan kerendahan kepada para thaghut
Demi Allah, aku tidak akan melangkah pada kehidupan yang lebih tenang
hingga aku melihat sesuatu yang mengganggu kebiasaan agamaku itu lenyap dan pergi
Sehingga datang pertolongan kepada syuhada kami dan datang dengan kabar gembira
Hingga keselamatan meliputi seluruh penjuru kami serta saudara kita terbebas dan mulia
***
Recommended