View
30
Download
6
Category
Preview:
Citation preview
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
MODUL KELEMBAGAAN DAN KOORDINASI PENANGGULANGAN
BENCANA
PELATIHAN PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR
2017
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 01
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
pengembangan Modul Kelembagaan dan koordinasi penanggulangan bencana
sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Penanggulangan Bencana Banjir.
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil
Negara (ASN) di bidang SDA.
Modul kelembagaan dan koordinasi penanggulangan bencana disusun dalam 3
(tiga) bagian yang terbagi atas Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup.
Penyusunan modul yang sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta
pelatihan dalam memahami kelembagaan dan koordinasi penanggulangan
bencana. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih menonjolkan
partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka
dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan
yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi
peningkatan kompetensi ASN di bidang SDA.
Bandung, September 2017
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Sumber Daya Air dan Konstruksi
Ir. K. M. Arsyad, M.Sc.
NIP. 19670908 199103 1 006
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... v
PETUNJUK PENGGUNAAN ................................................................................ vi
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Deskripsi Singkat ........................................................................................... 1
C. Tujuan Pembelajaran ..................................................................................... 1
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok .............................................................. 2
E. Estimasi Waktu .............................................................................................. 2
MATERI POKOK 1 KELEMBAGAAN DAN KOORDINASI PENANGGULANGAN
BENCANA ............................................................................................................. 3
1.1 Peran Serta ................................................................................................... 4
1.1.1 Peran BNPB, BPBD dan Instansi Terkait ............................................ 5
1.2 Posko Penanggulangan Banjir ....................................................................... 8
1.2.1 Tugas dan Kegiatan Posko PB Pusat .................................................. 9
1.2.2 Prosedur Penanggulangan Bencana Alam ........................................ 10
1.3 Peran Serta Masyarakat .............................................................................. 13
1.4 Informasi dan Sosialiasi ............................................................................... 14
1.4.1 Penyelenggaraan dan Materi Informasi ............................................. 14
1.4.2 Jaringan Informasi ............................................................................. 14
1.4.3 Penyelenggaraan Informasi ............................................................... 15
1.4.4 Penyelenggaraan Informasi ............................................................... 15
1.5 Konsultasi dan Koordinasi ........................................................................... 16
1.5.1 Wadah Koordinasi ............................................................................. 16
1.5.2 Kegiatan Koordinasi .......................................................................... 16
1.6 Fasilitas ....................................................................................................... 17
1.7 Law Enforcement ......................................................................................... 17
1.8 Latihan ......................................................................................................... 22
1.9 Rangkuman ................................................................................................. 22
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
PENUTUP ............................................................................................................ 23
A. Simpulan ..................................................................................................... 23
B. Tindak Lanjut ............................................................................................... 24
EVALUASI FORMATIF ....................................................................................... 25
A. Soal ............................................................................................................. 25
B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 - Stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan bencana banjir ............... 4
Tabel 1.2 - Instansi, rencana tindak (action plan) dan jangka waktu ....................... 4
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi v
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 - Struktur organisasi PB DPU ............................................................ 8
Gambar I.2 - Debit Q untuk beberapa macam curah hujan ................................ 12
Gambar I.3 - Skema manajemen penanggulangan bencana banjir .................... 11
Gambar I.4 - Tata laksana kerja penanggulangan bencana banjir...................... 11
Gambar I.5 - Skema koordinasi penanggulangan bencana banjir ...................... 12
Gambar I.6 - Mekanisme alur pelaporan dan pertanggungjawaban PB .............. 12
Gambar I.7 - Bangunan pompa pengendali banjir tidak bisa berfungsi baik akibat
menumpuknya sampah ................................................................. 18
Gambar I.8 - Bangunan permanen yang didirikan di pinggir sungai
melanggar peraturan garis sempadan ........................................... 19
Gambar I.9 - Pembangunan tak terkendali di hulu DAS meningkatkan banjir dan
kekeringan di hilir .......................................................................... 20
Gambar I.10 - Penataan ruang hulu dan hilir ........................................................ 21
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vi
PETUNJUK PENGGUNAAN
Deskripsi
Modul kelembagaan dan koordinasi penanggulangan bencana ini terdiri dari 1 (satu)
materi pokok yang membahas mengenai kelembagaan dan koordinasi
penanggulangan bencana.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami
kelembagaan dan koordinasi penanggulangan bencana. Setiap materi pokok
dilengkapi dengan latihan yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta
pelatihan setelah mempelajari materi pada materi pokok.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak
dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan baik
materi yang merupakan materi inti/substansi dari Pelatihan Penanggulangan
Bencana Banjir. Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan dapat membaca
terlebih dahulu materi yang berkaitan dengan kelembagaan dan koordinasi
penanggulangan bencana dari sumber lainnya.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator, adanya
kesempatan diskusi dan studi kasus.
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/Media
pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board dengan spidol dan
penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan ajar.
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vii
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu
memahami kelembagaan dan koordinasi penanggulangan bencana.
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pegawai Negeri Sipil mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka
pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Dengan semakin bertambahnya volume dan kompleksitas tugas-tugas
lembaga pemerintahan dan silih bergantinya regulasi yang begitu cepat perlu
upaya-upaya preventif untuk memperlancar tugas-tugas yang harus diemban oleh
Pegawai Negeri Sipil.
Untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, Pegawai
Negeri Sipil harus memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan
peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hal
tersebut dapat terwujud dengan melalui pembinaan yang dilaksanakan
berkelanjutan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 yang
dinyatakan bahwa manajemen PNS diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan pembangunan secara berhasil guna dan berdaya guna.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membekali peserta pelatihan dengan pengetahuan/wawasan
mengenai kelembagaan dan koordinasi penanggulangan bencana, melalui metode
ceramah interaktif, diskusi dan studi kasus. Keberhasilan peserta pelatihan dinilai
dari kemampuan memahami kelembagaan dan koordinasi penanggulangan
bencana.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan diharapkan mampu
memahami kelembagaan dan koordinasi penanggulangan bencana.
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 2
2. Indikator Keberhasilan
Setelah pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan
kelembagaan dan koordinasi penanggulangan bencana.
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
Dalam modul kelembagaan dan koordinasi penanggulangan bencana ini akan
membahas materi:
1. Peran serta:
a. Peran BNPB, BPBD dan instansi terkait.
2. Posko penanggulangan banjir:
a. Tugas dan kegiatan posko PB pusat,
b. Prosedur penanggulangan bencana alam.
3. Peran serta masyarakat;
4. Informasi dan sosialisasi:
a. Penyelenggaraan dan materi informasi,
b. Jaringan informasi,
c. Penyelenggaraan informasi,
d. Pengelolaan sistem informasi.
5. Konsultasi dan koordinasi:
a. Wadah koordinasi,
b. Kegiatan koordinasi.
6. Fasilitas;
7. Law enforcement.
E. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata pelatihan “Kelembagaan dan koordinasi penanggulangan bencana” ini adalah
4 (empat) jam pelajaran (JP) atau sekitar 180 menit.
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 3
MATERI POKOK 1
KELEMBAGAAN DAN KOORDINASI PENANGGULANGAN BENCANA
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan
kelembagaan terkait Penanggulangan Bencana Banjir
Dari uraian dalam subbab-subbab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa persoalan
banjir merupakan persoalan yang kompleks. Walaupun metode sudah terbentuk,
namun dalam praktek lapangannya sering (bahkan hampir selalu) terjadi semua
metode tidak dapat diterapkan. Berbagai persoalan akan timbul baik dari multi-multi
aspek, dimensi, stakeholders yang terkait secara langsung maupun tidak langsung.
Setiap keputusan yang diambil bisa menimbulkan konsekuensi persoalan baru.
Solusi banjir tidak sekedar membebaskan suatu wilayah bebas banjir. Sehingga
tidak berlebihan bila dikatakan bahwa persoalan banjir sama dengan persoalan
kehidupan manusia.
Institusi yang mengelola terjadinya banjir kiriman adalah Dinas Sumber Daya Air
dan Departemen Pekerjaan Umum melalui Balai Besar. Terjadinya banjir lokal, rob
dan back water dikelola oleh instansi Dinas Permukiman dan Tata Ruang dan
Pemerintah Kota atau Kabupaten (Baca juga modul 2 Ketentuan hukum dan
kebijakan penanggulangan bencana). Pengelolaan bencana banjir melibatkan
banyak pihak. Pihak-pihak tersebut adalah: pemerintah, DPR/DPRD, masyarakat,
Perguruan Tingi, Asosiasi, Pihak swasta dan Institusi lain. Stakeholders yang
terlibat disajikan berikut :
Indikator keberhasilan : setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan
mampu menjelaskan kelembagaan dan koordinasi Penanggulangan Bencana
Banjir.
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 4
Tabel 1.1 - Stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan bencana banjir
Swasta & institusi
lain
- Investor
- Industri peralatan
- Kontraktor
- Konsultan Supplier
- Sukarelawan
- Perusahaan
Swasta, DLL.
Masyarakat
- Perkotaan
- Pedesaan
- LSM, Dll.
Perguruan Tinggi
Negeri dan Swasta
Lembaga Riset
Asosiasi: IAI, PII,
HATHI, HAGI,
HATTI, Gapensi,
Gapeknas, Inkindo,
Dll
DPR, DPRD
Pemerintahan: Departemen2:
- Pertanian
- Kesehatan
- Sosial
- Kehutanan - Kelautan dan Perikanan - Keuangan - Penerangan/Inform &
Komuni - Tenaga Kerja &
Transmigrasi - Lingkungan - Pariwisata - Perhub & Telekomunikasi - Sumber Daya Energi &
Mineral - Pekerjaan Umum - Kehakiman - Kantor Kementrian KLH - BMG Kejaksaan Kantor
Pos
Pemerintah Propinsi
Pemerintah Kab./Kota
Bappeda Propinsi,
Kab./Kota Dinas-Dinas
Prop, Kab/Kota:
PU Pengairan, Bina
Marga Kesehatan, Sosial,
Pertanian,
Cipta Karya,
Pertambangan
Rumah Sakit
Camat, Lurah dan
perangkatnya
Jasa Tirta
Proyek-proyek Infrastruktur
PLN TNI Polri Tim SAR Palang Merah Indonesia
Pemadam Kebakaran
Badan-Badan Institusi-Institusi
1.1 Peran Serta
Tabel 1.2 menunjukkan aktifitas pengendalian banjir dikaitkan dengan instansi yang
menangani.
Tabel 1.1 - Instansi, rencana tindak (action plan) dan jangka waktu
Instansi Action Plan Jangka waktu
Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang)
Kajian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA)
Kajian Kelembagaan Pola PSDA
Kajian Finansial Pola PSDA
Kajian Pengendalian banjir sebagai bagian SDA
Menengah, Panjang Menengah, Panjang Menengah, Panjang Pendek, Menengah
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Perencanaan menyeluruh yang komprehensip (a master linking or integrated plan)
Rencana induk untuk setiap pembangunan dan pengembangan sistem (master plans for the development of each service infrastructure system)
Perkiraan biaya (assessments that tie to the budgeting process)
Perencanaan organisasi dan institusi
Perencanaan peningkatan sistem yang ada (plans to improve operation services)
Panjang Panjang Menengah Pendek Pendek
Dinas Pengelolaan Sumbr Daya Air (PSDA)/ Dinas Pengairan
Evaluasi dan review WS dan DAS
Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pengendalian Banjir
Evaluasi & review sistem pengendalian banjir tiap DAS
Pemetaan daerah-daerah banjir
Pemetaan daerah-daerah rawan longsor
Menengah, Panjang Menengah, Panjang Pendek, Menengah Pendek Pendek
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 5
Upaya-upaya perbaikan daerah banjir dan longsor
Pelaksanaan pembangunan yang diprioritaskan
Flood Warning System
Pendek Pendek, Menengah Pendek
Kehutanan
Review sistem pengelolaan hutan di hulu DAS.
Perubahan Kebijakan Pengelolaan Hutan
Masterplan eksploitasi sumber daya hutan
Pendek Menengah, Panjang Menengah, Panjang
Pertambangan
Review kebijakan penambangan galian C.
Pemetaan daerah penambangan galian C
Pemetaan daerah rawan longsor
Pendek Pendek, Menengah Pendek
Kab./Kota termasuk Institusi & Dinas terkait
Evaluasi dan review sistem DAS di wilayah Kab./Kota
Koordinasi dan review sistem DAS antar Kab./Kota
Evaluasi RTRW KOTA atau RTRW
Kompensasi kawasan-kawasan terbangun untuk mengembalikan resapan air sebelum diubah
Perkiraan biaya
Perencanaan organisasi dan institusi
Pemetaan daearah-daerah banjir
Pemetaan daerah-daerah rawan longsor
Pelaksanaan pembangunan yang diprioritaskan
Pendek Pendek, Menengah Pendek Pendek, Menengah Pendek Pendek Pendek Pendek Pendek, Menengah
Stakeholders pendukung yang perlu dilibatkan antara lain: pengembang, investor,
masyarakat.
1.1.1 Peran BNPB, BPBD dan Instansi Terkait
Lembaga pengelolaan bencana di Indonesia sudah ada sejak tahun 1966, dimana
pemerintah membentuk suatu badan yang menangani masalah penganggulangan
bencana alam, yang kemudian diperbaharui pada tahun 1979. Pada tahun 1990
ditetapkan KepPres No.43 tahun 1990, yang memberi luang lingkup tugas Badan
lebih luas tidak hanya bencana alam saja tetapi termasuk bencana yang timbul
akibat kegiatan manusia. Ruang lingkup tugas kemudian diperluas lagi melalui
Keppres No.106 tahun 1999 yang mencakup korban bencana akibat konflik sosial
di suatu daerah. Kemudian pada tahun 2001 ditetapkan KepPres No. 3 tentang
Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi
(BAKORNAS PBP).
Sekarang dengan terbitnya UU No: 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana
yang merupakan undang-undang yang cukup komprehensif dalam pengelolaan
bencana baik bencana alam, bencana non-alam dan bencana sosial, maka institusi
yang bertanggung jawab menangani penanggulangan bencana ditingkat pusat
adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan di daerah adalah Badan
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 6
Penanggulangan Bencana Daerah. Dasar hukum pembentukan Badan ini tidak lain
adalah berpangkal kepada alinea 4 Pembukaan UUD 1945.
Berdasarkan UU no 24. tahun 2007 ditetapkan Peraturan Presiden RI No. 8 tahun
2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan lembaga pemerintah non
departemen yang dipimpin seorang kepala dan bertanggung jawab langsung
kepada Presiden.
BNPB mempunyai tugas :
memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat,
rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara;
menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan
bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;
menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada
masyarakat;
melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap
sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat
bencana;
menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional
dan internasional;
mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
dan
menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
BNPB menyelenggarakan fungsi :
perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan
efisien; dan
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 7
pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, dan menyeluruh.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BNPB dikoordinasikan oleh Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
Susunan organisasi BNPB terdiri atas :
Kepala;
Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana; dan
Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana.
Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana terdiri dari Ketua yang dijabat oleh
Kepala BNPB dan 19 (sembilan belas) Anggota.
Anggota Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana terdiri dari :
- 10 (sepuluh) Pejabat Pemerintah Eselon I atau yang setingkat, yang
diusulkan oleh Pimpinan Lembaga Pemerintah; dan
- 9 (sembilan) Anggota masyarakat profesional.
Pejabat Pemerintah sebagaimana dimaksud pada point (1) huruf a, mewakili:
- Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat;
- Departemen Dalam Negeri;
- Departemen Sosial;
- Departemen Pekerjaan Umum;
- Departemen Kesehatan;
- Departemen Keuangan;
- Departemen Perhubungan;
- Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral;
- Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
- Tentara Nasional Republik Indonesia.
Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana yang berasal dari masyarakat
profesional sebagaimana dimaksud pada point (1) huruf b, berasal dari para
pakar/profesional dan/atau tokoh masyarakat.
Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana terdiri dari :
Sekretariat Utama;
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 8
Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan ;
Deputi Bidang Penanganan Darurat;
Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi;
Deputi Bidang Logistik dan Peralatan;
Inspektorat Utama;
Pusat; dan
Unit Pelaksana Teknis.
Lembaga-lembaga Pemerintah yang menangani masalah banjir sangatlah banyak,
hampir diseluruh Provinsi terdapat Proyek dibawah Dinas Pekerjaan Umum/Dinas
Pengairan menurut asas tugas pembantuan dengan dana APBN/APBD antara lain
Proyek Perbaikan dan Pemeliharaan Sungai (PPs), Proyek Pengaturan dan
Pemeliharaan Sungai (PPS) Proyek Pengembangan Wilayah Sungai (PWS) yang
sekarang Proyek- Proyek tersebut (PPS & PPs) melebur menjadi Proyek
Pengelolaan Sumber Daya Air dan Penanggulangan Bencana Banjir (PSAPB) dan
Proyek ini bersama dengan PWS yang sekarang menjadi Balai Besar Wilayah
Sungai (BBWS).
1.2 Posko Penanggulangan Banjir
Struktur Organisasi Penanggulangan Bencana DPU dapat dilihat pada bagan
dibawah ini.
Gambar I.1 - Struktur organisasi PB DPU
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 9
1.2.1 Tugas dan Kegiatan Posko PB Pusat
Tugas :
Melaksanakan piket bencana di POSKO PB yang lengkap kegiatannya berada
dalam bidang Ditjen SDA, Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang.
Mengevaluasi dan Menganalisa kejadian bencana.
Menyusun upaya penanggulangan tanggap darurat sesuai tupoksinya PU.
Kegiatan :
Menyediakan informasi bencana melalui Pusat Komunikasih Publik.
Menyusun laporan saat kejadian bencana atau menyusun laporan dalam
beberapa kondisi.
Menyusun laporan dalam berbagai kondisi seperti kondisi siapa, kondisi siaga
dan kondisi awas.
Menyusun laporan dalam penanggulangan darurat
Melakukan evaluasi kejadian bencana dan menyusun laporan evaluasi
pelaksanaan penanggulangan darurat.
Adapun mekanisme kerja SATUAN KERJA PENANGGULANGAN BENCANA di
lingkungan Departemen Pekerjaan Umum adalah :
Satgas PB Pusat:
- Memberikan arahan dan dukungan kepada Satgas Provinsi
- Mengkoordinir kegiatan Satgas PB
- Melaporkan kepada Menteri PU tentang upaya-upaya PB
- Menyampaikan laporan pelaksanaan PB kepada Menteri PU dan BNPB
Satgas PB Provinsi :
- Memberikan arahan dan dukungan kepada Satgas PB Kab/ Kota
- Melakukan koordinasi dengan SATKORLAK PBD setempat.
- Menyampaikan peringatan dini kepada Satgas PB Kab/ Kota
- Membantu pelaksanaan kegiatan PB pada saat terjadi bencana
- Mengevaluasi hasil laporan PB yang dilaksanakan Satgas PB Kab/Kota.
- Menyampaikan laporan pelaksanaan PB kepada Satgas PB Pusat dan
SATKORLAK PBD.
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 10
Satgas PB Kabupaten/Kota
- Mengidentifikasi daerah rawan bencana, kondisi dan kesiapan prasarana &
sarana pengendalian bencana, peralatan dan bahan yang ada.
- Melakukan koordinasi dengan SATLAK PBD setempat.
- Menyampaikan peringatan dini kepada Posko PB Kecamatan.
- Membantu pelaksanaan kegiatan PB pada saat terjadi bencana.
- Membantu kesiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana (evakuasi
& pengungsian)
- Mengawasi & memonitor pelaksanaan penyediaan prasarana & sarana PB
- Menyampaikan laporan kepada Satgas PB Provinsi tentang kegiatan PB
- Pengendalian kegiatan di Kecamatan & Desa (Posko PB & Pokmas PB)
1.2.2 Prosedur Penanggulangan Bencana Alam
Gambar I.2 - Prosedur penanggulangan bencana alam
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 11
Gambar I.1 - Skema manajemen penanggulangan bencana banjir
Gambar I.2 - Tata laksana kerja penanggulangan bencana banjir
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 12
Gambar I.3 - Skema koordinasi penanggulangan bencana banjir
Gambar I.4 - Mekanisme alur pelaporan dan pertanggungjawaban PB
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 13
1.3 Peran Serta Masyarakat
Masyarakat baik secara individu maupun masyarakat secara keseluruhan dapat
berperan secara signifikan dalam manajemen bencana banjir yang bertujuan untuk
memitigasi dampak dari bencana banjir. Peranan dan tanggung jawab masyarakat
dapat dikategorikan dalam dua aspek yaitu aspek penyebab dan aspek partisipatif.
Aspek penyebab, jika beberapa peraturan yang sangat berpengaruh atas faktor-
faktor penyebab banjir dilaksanakan atau dipatuhi akan secara signifikan
mengurangi besaran dampak bencana banjir, faktor-faktor tersebut adalah
Tidak membuang sampah/limbah padat ke sungai, saluran dan sistem drainase
Tidak membangun jembatan dan atau bangunan yang menghalangi atau
mempersempit palung aliran sungai
Tidak tinggal dalam bantaran sungai
Tidak menggunakan dataran retensi banjir untuk pemukiman atau untuk hal-
hal lain diluar rencana peruntukkannya
Menghentikan penggundulan hutan di daerah tangkapan air
Menghentikan praktek pertanian dan penggunaan lahan yang bertentangan
dengan kaidah-kaidah konservasi air dan tanah
Ikut mengendalikan laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk
Aspek partisipatif, dalam hal ini partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat
mengurangi dampak bencana banjir yang akan diderita oleh masyarakat sendiri,
partisipasi yang diharapkan mencakup :
Ikut serta dan aktif dalam latihan-latihan (gladi) upaya mitigasi bencana
banjir misalnya kampanye peduli bencana, latihan kesiapan penanggulangan
banjir dan evakuasi, latihan peringatan dini banjir dan sebagainya
Ikut serta dan aktif dalam program desain dan pembangunan rumah tahan
banjir antara lain rumah tingkat, penggunaan material yang tahan air dan
gerusan air
Ikut serta dalam pendidikan publik yang terkait dengan upaya mitigasi bencana
banjir
Ikut serta dalam setiap tahapan konsultasi publik yang terkait dengan
pembangunan prasarana Penanggulangan Bencana Banjir dan upaya mitigasi
bencana banjir
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 14
Melaksanakan pola dan waktu tanam yang mengadaptasi pola dan kondisi
banjir setempat untuk mengurangi kerugian usaha dan lahan pertanian dari
banjir
Mengadakan gotong-royong pembersihan saluran drainase yang ada
dilingkungan masing-masing.
1.4 Informasi dan Sosialiasi
1.4.1 Penyelenggaraan dan Materi Informasi
Untuk mendukung pengelolaan sumber daya air, Pemerintah dan Pemerintah
Daerah menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi sumber daya air sesuai
dengan kewenangannya.
Informasi sumber daya air meliputi informasi mengenai kondisi hidrologis,
hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan sumber daya air, prasarana sumber
daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air dan
sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait
dengan sumber daya air. Informasi kondisi hidrologis misalnya tentang curah
hujan, debit sungai, dan tinggi muka air pada sumber air. Informasi kondisi
hidrometeorologis misalnya tentang temperatur udara, kecepatan angin dan
kelembaban udara. Informasi kondisi hidrogeologis mencakup cekungan air
tanah misalnya potensi air tanah dan kondisi akuifer atau lapisan pembawa air.
1.4.2 Jaringan Informasi
Sistem informasi sumber daya air merupakan jaringan informasi sumber daya air
yang tersebar dan dikelola oleh berbagai institusi.
Jaringan informasi sumber daya air harus dapat diakses oleh berbagai pihak
yang berkepentingan dalam bidang sumber daya air. Akses terhadap informasi
sumber daya air yang tersedia di pusat pengelolaan data di instansi pemerintah,
badan atau lembaga lain di masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain melalui internet, media cetak yang diterbitkan secara berkala, surat
menyurat, telepon, facsimile atau kunjungan langsung dengan prinsip terbuka
untuk semua pihak yang berkepentingan di bidang sumber daya air.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat membentuk unit pelaksana teknis
untuk menyelenggarakan kegiatan sistem informasi sumber daya air.
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 15
1.4.3 Penyelenggaraan Informasi
Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta pengelola sumber daya air, sesuai
dengan kewenangannya, menyediakan informasi sumber daya air bagi semua
pihak yang berkepentingan dalam bidang sumber daya air.
Untuk melaksanakan kegiatan penyediaan informasi, seluruh instansi
Pemerintah, Pemerintah Daerah, badan hukum, organisasi, dan lembaga serta
perseorangan yang melaksanakan kegiatan berkaitan dengan sumber daya air
menyampaikan laporan hasil kegiatannya kepada instansi Pemerintah dan
Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab di bidang sumber daya air. Yang
dimaksud dengan kegiatan berkaitan dengan sumber daya air adalah kegiatan
studi, penelitian, seminar, lokakarya, kegiatan pemberdayaan masyarakat,
kegiatan pembangunan sarana dan/atau prasarana yang berkaitan dengan
pengelolaan sumber daya air.
Pemerintah, Pemerintah Daerah, pengelola sumber daya air, badan hukum,
organisasi, lembaga dan perseorangan bertanggung jawab menjamin
keakuratan, kebenaran, dan ketepatan waktu atas informasi yang disampaikan.
1.4.4 Penyelenggaraan Informasi
Untuk mendukung pengelolaan sistem informasi sumber daya air diperlukan
pengelolaan sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi, dan hidrogeologi
wilayah sungai pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
Kebijakan pengelolaan sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi, dan
hidrogeologi ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan usul Dewan Sumber Daya
Air Nasional.
Pengelolaan sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi, dan hidrogeologi
dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengelola sumber daya
air sesuai dengan kewenangannya.
Pengelolaan sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi, dan hidrogeologi dapat
dilakukan melalui kerjasama dengan pihak lain.
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 16
1.5 Konsultasi dan Koordinasi
1.5.1 Wadah Koordinasi
Koordinasi dilakukan oleh suatu wadah koordinasi yang bernama dewan sumber
daya air 10 atau dengan nama lain. Yang dimaksud dengan nama lain misalnya
panitia tata pengaturan air provinsi dan panitia tata pengaturan air
kabupaten/kota.
Wadah koordinasi mempunyai tugas pokok menyusun dan merumuskan
kebijakan serta strategi pengelolaan sumber daya air.
Wadah koordinasi beranggotakan unsur pemerintah dan unsur nonpemerintah
dalam jumlah yang seimbang atas dasar prinsip keterwakilan.Yang dimaksud
dengan prinsip keterwakilan adalah terwakilinya kepentingan unsur-unsur yang
terkait, misalnya sektor, wilayah, serta kelompok pengguna dan pengusaha
sumber daya air. Kelompok pakar, asosiasi profesi, organisasi masyarakat dapat
dilibatkan sebagai narasumber. Yang dimaksud dengan seimbang adalah jumlah
anggota yang proporsional antara unsur pemerintah dan unsur nonpemerintah.
Susunan organisasi dan tata kerja wadah koordinasi diatur lebih lanjut dengan
keputusan presiden.
1.5.2 Kegiatan Koordinasi
Koordinasi pada tingkat nasional dilakukan oleh Dewan Sumber Daya Air 11
Nasional yang dibentuk oleh Pemerintah dan pada tingkat provinsi dilakukan oleh
wadah koordinasi dengan nama dewan sumber daya air 12 provinsi atau dengan
nama lain yang dibentuk oleh pemerintah provinsi.
Untuk pelaksanaan koordinasi pada tingkat kabupaten/kota dapat dibentuk
wadah koordinasi dengan nama dewan sumber daya air13 kabupaten/kota atau
dengan nama lain oleh pemerintah kabupaten/kota.
Wadah koordinasi pada wilayah sungai dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan
pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan.
Hubungan kerja antar wadah koordinasi tingkat nasional, provinsi,
kabupaten/kota, dan wilayah sungai bersifat konsultatif dan koordinatif.
Pedoman mengenai pembentukan wadah koordinasi pada tingkat provinsi,
kabupaten/kota, dan wilayah sungai diatur lebih lanjut dengan keputusan menteri
yang membidangi sumber daya air.
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 17
1.6 Fasilitas
Permasalahan banjir adalah merupakan permasalahan umum, terutama di daerah
bawah, maka sudah saatnya masyarakat yang berada pada daerah tersebut peduli
akan pencegahan terhadap bahaya banjir. Disamping itu pihak yang berwenang
termasuk instansi yang terkait, harus betul-betul melaksanakan pembinaan,
pengawasan, pengendalian dan penanggulangan terhadap banjir secara intensif
dan terkoordinasi.
Penyuluhan oleh pihak yang berwenang, bagaimana cara menghindari bahaya
banjir, supaya kerugian yang timbul tidak terlalu besar.
Meningkatkan kesadaran masyarakat, bahwa kerusakan daerah aliran sungai
yang diakibatkan oleh umat manusia, dapat mengakibatkan banjir yang lebih
parah.
Mengembangkan sikap masyarakat bahwa membuang sampah dan lain-lain di
sungai adalah tidak baik dan akan menimbulkan permasalahan banjir.
Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa aktivitas di daerah alur sungai,
misalnya tinggal di bantaran sungai adalah mengganggu dan dapat menimbulkan
permasalahan banjir.
Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa tinggal di daerah bawah atau
daerah dataran banjir, perlu mentaati peraturan-peraturan dan mematuhi
larangan yang ada, untuk menghindari permasalahan banjir dan menghindari
kerugian banjir yang lebih besar.
Maka akhirnya kembali pada masyarakat itu sendiri dan para aparat dari pihak yang
berwenang, untuk dapat meningkatkan kesadaran atas kewajiban sehubungan
dengan permasalahan banjir.
Karena penanganan yang lebih dini dan perhatian dari semua pihak, akan
memudahkan untuk Penanggulangan Bencana Banjir dan dapat menurunkan biaya
pemeliharaan.
1.7 Law Enforcement
Salah satu hal yang sangat penting dalam pengelolaan sumber daya air adalah
penegakkan hukum (law enforcement). Peraturan-perundangan telah banyak
diterbitkan. Tujuannya agar pengelolaan sumber daya air dapat dilakukan secara
menyeluruh dan terpadu.
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 18
Namun pada implementasi, sering peraturan-perundangan dilanggar atau tidak
dilaksanakan sepenuhnya. Bila terjadi pelanggaran maka sanksi hukum yang sudah
dinyatakan dalam peraturan tidak dilaksanakan, walaupun sudah dinyatakan
eksplisit dalam aturan. Pengawasan oleh pihak berwenang (lebih dominan dari
Pemerintah) tidak dilakukan.
Sebagai contoh: masyarakat menganggap bahwa sungai (atau saluran drainase)
adalah tempat pembuangan. Sehingga yang terjadi di banyak tempat terutama di
kota-kota besar, banyak sampah sebagai output dari aktifitas manusia langsung di
buang di sungai. Padahal sungai (atau drainase) adalah jalan air yang harus
berfungsi pada waktu hujan mengalirkan kelebihan air. Pemerintah membuat
pompa pengendali banjir yang dijalankan bilamana air telah mengisi seluruh
penampang sungai (drainase). Namun karena sungai juga menjadi tempat buangan
sampah, di tempat pompa pengendalian sampah menumpuk yang mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada pompa atau hambatan aliran air yang masuk ke pompa.
Pembuangan sampah ke sungai dapat dikatakan sebagai salah satu contoh bentuk
pelanggaran yang dilakukan secara kolektif dan tidak ada sanksi. Gambar berikut
ini menunjukkan banyaknya sampah di suatu bangunan pompa pengendali banjir.
Gambar I.5 - Bangunan pompa pengendali banjir tidak bisa berfungsi
baik akibat menumpuknya sampah
Contoh lain pelanggaran hukum adalah bangunan permanen yang didirikan di
bantaran sungai atau drainase. Peraturan tentang garis sempadan sungai telah
diterbitkan namun tetap dilanggar juga. Gambar berikut ini merupakan contoh
pelanggaran tersebut
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 19
Gambar I.6 - Bangunan permanen yang didirikan di pinggir sungai
melanggar peraturan garis sempadan
Contoh-contoh tersebut dan yang divisualisasikan dalam Gambar I.5 dan Gambar
I.6 merupakan pelanggaran eksplisit yang dapat dilihat langsung. Penegakan
hukum untuk contoh tersebut menjadi sulit dilakukan tatkala penghuni atau pemilik
bangunan memiliki ijin untuk mendirikan bangunan di sempadan sungai yang
dikeluarkan oleh instansi resmi. Pemilik atau penghuni umumnya juga memiliki bukti
pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB) dan juga bukti pembayaran rekening
listrik sehingga dengan izin dan bukti pembayaran dianggap sebagai bukti
pengesahan untuk bangunan tersebut.
Pelanggaran hukum menjadi lebih kompleks bila terjadi perubahan tata guna lahan
yang tidak terkendali yang mengakibatkan dampak tidak langsung terhadap
penurunan daya dukung lingkungan sumber daya air. Sebagai contoh di hulu
daerah aliran sungai yang memiliki pesona pemandangan yang indah bangunan
bangunan permanen baik rumah, perumahan (ril estat), hotel, restoran dll. tumbuh
subur dan tidak terkendali. Secara teknis diketahui bahwa perubahan lahan menjadi
bangunan permanen akan mengakibatkan aliran permukaan (run-off) meningkat
dan pengurangan resapan air ke dalam tanah. Akibatnya secara cepat dapat
dirasakan bahwa banjir di wilayah hilir menjadi lebih besar dan berkurangnya
cadangan air di dalam tanah. Dengan kata lain perubahan tata guna lahan yang
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 20
tidak terkendali (yang dapat disebut sebagai bentuk pelanggaran) meningkatkan
bencana banjir dan bencana kekeringan.
Gambar I.7 - Pembangunan tak terkendali di hulu DAS meningkatkan banjir
dan kekeringan di hilir
Salah satu strategi penataan ruang yang cukup baik adalah dengan menjaga
keseimbangan penataan ruang di hulu dan di hilir. Bilamana karena pertumbuhan
penduduk meningkat terjadi peningkatan infrastruktur, sehingga kebutuhan untuk
lahan juga meningkat. Oleh karena itu perlu dibuat kebijakan mempertahankan
kawasan hijau terbuka di daerah hulu dalam bentuk peraturan, terutama di daerah
dengan ketinggian yang cukup besar. Berikut ini ditunjukkan gambar tentang
strategi penataan ruang yang cukup berhasil.
a. daerah atas kawasan hijau terbuka dan daerah bawah bangunan
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 21
b. strategi penataan ruang hulu dan hilir
Gambar I.8 - Penataan ruang hulu dan hilir
Dengan melihat contoh-contoh dan strategi penataan ruang tersebut maka
penegakkan hukum perlu terus dilakukan dengan berbagai cara dan upaya. Cara–
cara dan upaya antara lain dapat berupa:
Sosialisasi peraturan-perundangan yang berkaitan dengan sumber daya air
kepada semua stakeholders.
Hal-hal substansi tentang aturan dan sanksinya perlu disosialisasikan lebih
detail. Misalkan dengan cara pemasangan papan aturan dan sanksi di tempat-
tempat strategis.
Perlu shock therapy yaitu dengan misalnya menerapkan sanksi, denda, atau
hukuman maksimal dari aturan yang ada. Hal ini dimaksudkan agar stakeholders
menjadi jera dan mau mentaati aturan yang berlaku.
Perlu lembaga pengawasan yang melekat pada instansi. Lembaga ini berfungsi
mengawasi pengelolaan sumber daya air baik internal maupun eksternal.
Karena isu-isu yang kompleks tersebut maka diperlukan kolaborasi yang baik
antara institusi penentu kuantitas dan kualitas air dengan institusi penegakan
hukum.
Implementasi penegakan hukum dilakukan dengan cara bertahap.
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 22
1.8 Latihan
1. Sebutkan institusi yang terlibat dalam penendalian banjir!
2. Sebutkan lembaga pengelolaan bencana di Indonesia!
3. Sebutkan peraturan perundangan terkait penanggulangan bencana!
1.9 Rangkuman
Dalam Penanggulangan Bencana Banjir ada beberapa lembaga/institusi yang
bertanggung jawab. Institusi yang mengelola terjadinya banjir kiriman adalah Dinas
Sumber Daya Air dan Departemen Pekerjaan Umum melalui Balai Besar.
Terjadinya banjir lokal, rob dan back water dikelola oleh instansi Dinas Permukiman
dan Tata Ruang dan Pemerintah Kota atau Kabupaten. Pengelolaan bencana banjir
melibatkan banyak pihak. Pihak-pihak tersebut adalah: pemerintah, DPR/DPRD,
masyarakat, Perguruan Tingi, Asosiasi, Pihak swasta dan Institusi lain.
Stakeholders yang terlibat disajikan berikut :
Stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan bencana banjir
Swasta & institusi
lain
- Investor
- Industri peralatan
- Kontraktor
- Konsultan Supplier
- Sukarelawan
- Perusahaan
Swasta, DLL.
Masyarakat
- Perkotaan
- Pedesaan
- LSM, Dll.
Perguruan Tinggi
Negeri dan Swasta
Lembaga Riset
Asosiasi: IAI, PII,
HATHI, HAGI,
HATTI, Gapensi,
Gapeknas, Inkindo,
Dll
DPR, DPRD
Pemerintahan: Departemen2:
- Pertanian
- Kesehatan
- Sosial
- Kehutanan - Kelautan dan Perikanan - Keuangan - Penerangan/Inform &
Komuni - Tenaga Kerja &
Transmigrasi - Lingkungan - Pariwisata - Perhub & Telekomunikasi - Sumber Daya Energi &
Mineral - Pekerjaan Umum - Kehakiman - Kantor Kementrian KLH - BMG Kejaksaan Kantor
Pos
Pemerintah Propinsi
Pemerintah Kab./Kota
Bappeda Propinsi,
Kab./Kota Dinas-Dinas
Prop, Kab/Kota:
PU Pengairan, Bina
Marga Kesehatan, Sosial,
Pertanian,
Cipta Karya,
Pertambangan
Rumah Sakit
Camat, Lurah dan
perangkatnya
Jasa Tirta
Proyek-proyek Infrastruktur
PLN TNI Polri Tim SAR Palang Merah Indonesia
Pemadam Kebakaran
Badan-Badan Institusi-Institusi
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 23
PENUTUP
A. Simpulan
Modul ini menjelaskan mengenai kelembagaan dan koordinasi penanggulangan
bencana. Seperti yang telah dijelaskan dalam modul 2 mengenai kebijakan dan
peraturan Penanggulangan Bencana Banjir, ada beberapa lembaga/institusi yang
bertanggung jawab baik lembaga/institusi pemerintah maupun lembaga/instansi
swata. Institusi yang mengelola terjadinya banjir kiriman adalah Dinas Sumber Daya
Air dan Departemen Pekerjaan Umum melalui Balai Besar. Terjadinya banjir lokal,
rob dan back water dikelola oleh instansi Dinas Permukiman dan Tata Ruang dan
Pemerintah Kota atau Kabupaten (Baca juga modul 2 Ketentuan hukum dan
kebijakan penanggulangan bencana). Pengelolaan bencana banjir melibatkan
banyak pihak. Pihak-pihak tersebut adalah: pemerintah, DPR/DPRD, masyarakat,
Perguruan Tingi, Asosiasi, Pihak swasta dan Institusi lain. Adapun Stakeholders
yang terlibat disajikan berikut:
Stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan bencana banjir
Swasta & institusi
lain
- Investor
- Industri peralatan
- Kontraktor
- Konsultan Supplier
- Sukarelawan
- Perusahaan
Swasta, DLL.
Masyarakat
- Perkotaan
- Pedesaan
- LSM, Dll.
Perguruan Tinggi
Negeri dan Swasta
Lembaga Riset
Asosiasi: IAI, PII,
HATHI, HAGI,
HATTI, Gapensi,
Gapeknas, Inkindo,
Dll
DPR, DPRD
Pemerintahan: Departemen2:
- Pertanian
- Kesehatan
- Sosial
- Kehutanan - Kelautan dan Perikanan - Keuangan - Penerangan/Inform &
Komuni - Tenaga Kerja &
Transmigrasi - Lingkungan - Pariwisata - Perhub & Telekomunikasi - Sumber Daya Energi &
Mineral - Pekerjaan Umum - Kehakiman - Kantor Kementrian KLH - BMG Kejaksaan Kantor
Pos
Pemerintah Propinsi
Pemerintah Kab./Kota
Bappeda Propinsi,
Kab./Kota Dinas-Dinas
Prop, Kab/Kota:
PU Pengairan, Bina
Marga Kesehatan, Sosial,
Pertanian,
Cipta Karya,
Pertambangan
Rumah Sakit
Camat, Lurah dan
perangkatnya
Jasa Tirta
Proyek-proyek Infrastruktur
PLN TNI Polri Tim SAR Palang Merah Indonesia
Pemadam Kebakaran
Badan-Badan Institusi-Institusi
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 24
B. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas lanjutan
untuk dapat memahami detail Penanggulangan Bencana Banjir dan ketentuan
pendukung terkait lainnya, sehingga memiliki pemahaman yang komprehensif
mengenai Penanggulangan Bencana Banjir.
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 25
EVALUASI FORMATIF
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan di akhir pembahasan modul
kelembagaan dan koordinasi penanggulangan bencana pada pelatihan
Penanggulangan Bencana Banjir. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman peserta pelatihan terhadap materi yang disampaikan
dalam modul.
A. Soal
1. Di bawah ini institusi yang terlibat dalam penendalian banjir, kecuali...
a. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda)
b. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA)
c. Pekerjaan Umum
d. DPR/DPRD
e. MPR
2. Berikut ini merupakan lembaga pengelolaan bencana di Indonesia, yaitu...
a. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
b. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi
c. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
d. A, B, dan C
e. A dan B
3. Tugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah sebagai
berikut, kecuali...
a. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan
bencana
b. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan
c. Pemetaan daerah-daerah banjir
d. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden
e. Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada
masyarakat
4. Kegiatan yang dapat dilakukan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dalam
kegiatan Penanggulangan Bencana Banjir adalah sebagai berikut, kecuali...
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 26
a. Evaluasi dan review WS dan DAS
b. Pengelolaan Sumber Daya Air dan Penanggulangan Bencana Banjir
c. Evaluasi & review sistem Penanggulangan Bencana Banjir tiap DAS
d. Ikut mengendalikan laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk
e. Flood Warning System
5. Peran masyarakat dalam kegiatan Penanggulangan Bencana Banjir adalah
sebagai berikut, kecuali...
a. Tidak membuang sampah/limbah padat ke sungai
b. Tidak menggunakan sungai sebagai prasarana transportasi
c. Tidak membangun jembatan dan atau bangunan yang menghalangi atau
mempersempit palung aliran sungai
d. Tidak tinggal dalam bantaran sungai
e. Tidak menggunakan dataran retensi banjir untuk pemukiman
B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta pelatihan terhadap materi yang di
paparkan dalam materi pokok, gunakan rumus berikut :
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑠𝑎𝑎𝑛 =Jumlah Jawaban Yang Benar
Jumlah Soal × 100 %
Arti tingkat penguasaan :
90 - 100 % : baik sekali
80 - 89 % : baik
70 - 79 % : cukup
< 70 % : kurang
Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat
memahami kelembagaan dan koordinasi penanggulangan bencana. Proses
berbagi dan diskusi dalam kelas dapat menjadi pengayaan akan materi
kelembagaan dan koordinasi penanggulangan bencana. Untuk memperdalam
pemahaman terkait materi kelembagaan dan koordinasi penanggulangan bencana,
diperlukan pengamatan pada beberapa modul-modul mata pelatihan terkait atau
pada modul-modul yang pernah Anda dapatkan serta melihat variasi-variasi modul-
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 27
modul yang ada pada media internet. Sehingga terbentuklah pemahaman yang utuh
akan Penanggulangan Bencana Banjir.
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi
DAFTAR PUSTAKA
Kodoatie R. J. dan Sugiyanto. 2001. Banjir. Pustaka Pelajar, Semarang. Kodoatie R. J. dan Syarief R. 2006. Pengelolaan Bencana Terpadu. Andy,
Yogyakarta. Kodoatie R. J. dan Syarief R. 2010. Tata Ruang Air.Andy, Yogyakarta. Kodoatie, Robert J., 2012. Tata Ruang Air Tanah. xxvi + 514 = 540 Halaman.
Penerbit Andi, Yogyakarta. Kodoatie, Robert J., 2013. Rekayasa Manajemen Banjir Kota. Penerbit Andi,
Yogyakarta. Kodoatie R. J. dan Syarief R. 2013. Pengelolaan Sumber daya Air Terpadu. Andy,
Yogyakarta. Peraturan Presiden No. 8 tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 4 Tahun 2015
tentang Penetapan Wilayah Sungai. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 26 Tahun 2015
tentang Pengalihan Alur Sungai dan/atau Pemanfaatan Ruas Bekas Sungai. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27 Tahun 2015
tentang Bendungan. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2015
tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai, dan Garis Sempadan Danau. Suripin, 2001. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Andi Offset, Yogyakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana.
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi
GLOSARIUM
Rehabilitasi : Pemulihan; Perbaikan.
Urbanisasi : Perpindahan penduduk dari desa ke kota
Modul 1 Kelembagaan dan Koordinasi Penanggulangan Bencana
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi
KUNCI JAWABAN
Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir
pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan
maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.
Adapun kunci jawaban dari soal latihan pada setiap materi pokok, sebagai berikut :
Latihan Materi Pokok 1
1. Institusi yang terlibat dalam penendalian banjir antara lain adalah: Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Air (PSDA), Kehutanan, Pekerjaan Umum, pemerintah,
DPR/DPRD, dan masyarakat.
2. Lembaga pengelolaan bencana di Indonesia adalah Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD).
3. Peraturan perundangan terkait penanggulangan bencana adalah UU No.
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Adapun kunci jawaban dari soal evaluasi formatif, sebagai berikut :
1. e (MPR)
2. d (A, B, dan C)
3. c (Pemetaan daerah-daerah banjir)
4. d (Ikut mengendalikan laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk)
5. b (Tidak menggunakan sungai sebagai prasarana transportasi)
Recommended