View
248
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
1/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
1
LAPORAN MAKALAH MODUL 1
SISTEM RESPIRASI
ASMA
Dosen Pengampu: Anita Apriliawati, M.Kep, Sp.Kp.An
Dosen Pembimbing: Anita Apriliawati, M.Kep, Sp.Kp.An
ANGGOTA KELOMPOK III
1. Devi Kumala Sari / 20117200052. Euis Ulfah Awaliah / 20117200073. Faisal Azhari / 20117200084. Linda Oktariza / 20117200185. Muthia Indriasari / 20117200226. Nunik Khoirunisa / 20117200247. Ramal Agustin / 20117200278. Siti Ruqoyah / 20117200359. Tiara Gustiwiyana / 201172003810.Vera Badryanti / 201172004011.Murni Susilo Yekti / 2011720048
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2012
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
2/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangAnatomi dan fisiologi pernafasan merupakan ilmu yang harus dipahami oleh
mahasiswa keperawatan sebagai dasar untuk mencapai kompetensi keperawatan sebagai
dasar untuk mencapai kompetensi keperawatan lain khususnya yang terkait dengan
kemampuan mahasiswa melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
keperawatan.
Modul secara umum dilengkapi dengan skenario,strategi pembelajaran,penugasan
mahasiswa,paduan untuk tutor,beberapa alternatif pertanyaan dan jawaban serta beberapa
rujukan text book dan e-learning
Skenario berfungsi sebagai pemicu untuk meningkatkan motivasi belajar dalam suatu
kelompok diskusi baik dengan maupun tanpa tutor. Mahasiswa diharapakan mampu
mengemukakan berbagai pertanyaan-pertanyaan prinsip (kata kunci) sebanyak mungkin dan
mencari jawabannya pada referensi yang telah di anjurkan. Sewaktu berdiskusi pada
pertemuan tutorial yang pertama.masalah yang belum terpecahkan menjadi tujuanpembelajaran pada saat itu dan di lanjutkan dengan pembelajran secara mandiri yang hasilnya
akan di diskusikan kembali pada pertemuan kedua dengan di fasilitasi oleh seorang pakar
sesuai dengan waktu yang telah di sepakati.
Strategi pembelajaran ini menggunakan metode 7 langkah diharapakan fasilitator dan
mahasiswa memahami terlebih dahulu metode tersebut sehingga tujuan pembelajaran efektif
dan efisiensi tercapai.
B. Tujuan Penulisan1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasisawa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan klien dengan gangguan
sistem respirasi.
2. Tujuan Instruksional KhususMahasiswa mampu :
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
3/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
3
Mengintregasikan pengetahuan ilmu kedokteran dasar sesuai dengan skenario Mengumpulkan data sesuai dengan skenario Menyusun diagnosa keperawatan berdasarkan skenario
Menyusun intervensi keperawatan berdasarkan skenario Menyusun evaluasi keperawan berdasarkan skenario
C. Metode PenulisanDalam penulisan makalah ini, penulisan menggunakan metode studi kasus dan studi
literatur, adapun teknik yang di gunakan yaitu studi pustaka dengan mempelajari buku-buku,
browsing internet dan sumber lain untuk mendapatkan data dalam pembuatan makalah ini.
Adapun metode yang di gunakan antara lain adalah :
Menggunakan sumber dari pustaka yang melengkapi data-data untuk mempermudahdalam penyelesaian makalah ini.
Mencari data internet untuk hasil yang lebih akurat.
D. Sistematika penulisanUntuk memberikan gambaran yang lebih jelas dari penilisan makalah ini, maka
penulis menguraikan secara ringkas yang terbagi 4 BAB yaitu :
1. BAB I : Pendahuluan, merupakan bab awal yang menjelaskan latar belakangmembuat laporan, tujuan dari pembuatan makalah, rumusan masalah yang dibuat
untuk mencapai tujuan dan sistematika penulisan mengenai deskripsi susunan
makalah.
2.
BAB II : Pembahasan materi, merupakan bab yang memaparkan tentang kelainanpenyakit asma.
3. BAB III : Hasil diskusi, merupakan pemaparan hasil diskusi dalam memecahkankasus yang kemudian dipresentasikan melalui panel.
4. BAB IV : Penutup, merupakan bab terakhir yang berisikan mengenai kesimpulandari isi makalah.
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
4/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
4
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
A. Anatomi dan Fisiologi PernafasanPernafasan ialah proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan atau
pernafasan dalam dan yang terjadi di dalam paru-paru bernama pernafasan luar (Evelyn
C. Pearch)
Pernafasan atau respirasi adalah suatu peristiwa tubuh kekurangan O2 kemudian O2
yang berada di luar tubuh di hirup (inspirasi) melalui organ-organ pernafasan, dan pada
keadaan tertentu bila tubuh kelebihan karbon dioksida (CO2) maka tubuh berusaha untuk
mengeluarkannya dari dalam tubuh dengan cara menghembuskan nafas (ekspirasi) sehingga
terjadi suatu keseimbangan antara oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh.
Sistem respirasi dapat dibagi menjadi saluran pernafasan bagian atas dan saluran
pernafasan bawah. Saluran pernafasan atas terdiri atas bagian di luar rongga dada: udara
melewati hidung, kavitas nasalis, faring, laring, dan trakea bagian atas. Saluran pernafasan
bagian yang terdapat dalam rongga dada: trakea bagian bawah dan paru-paru itu sendiri, yang
meliputi pipa bronchial dan alveoli. Bagian sistem respirasi ialah membran pleura dan otot
pernafasan yang membentuk rongga dada: diagfragma dan otot-otot interkostalis.
Paru-paru adalah dua organ yang berbentuk seperti bunga karang yang berletak di
dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru-paru memanjang dari akar
leher menuju diagfragma dan secara kasar berbentuk kerucut dengan puncak ( apex ) di
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
5/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
5
sebelah atas dan alas ( basis ) di sebelah bawah. Di antara paru-paru terdapat mediastinum,
yang dengan sempurna memisahkan satu sisi rongga torak dari sisi lainnya , yang merentang
di vertebra belakang sampai sternum di sebelah depan. Di dalam mediastinum terdapat
jantung dan pembuluh darah besar, trakea, dan esofagus ,duktus turasik, dan kelenjar timus.
Paru-paru di bagi menjadi lobus-lobus. Lobus superior terletak di atas dan di depan
lobus inferior yang berbentuk kerucut. Paru-paru sebelah kanan mempunyai tiga lobus. Lobus
bagian bawah di pisahkan oleh fisura oblik dengan posisi yang sama terhadap inferior kiri.
Sisa paru lainnya di pisahkan oleh suatu fisura horizontal menjadi lobus atas dan lobus
tengah. Setiap lobus selanjutnya di bagi menjadi segmen-segmen yang disebut bronko-
pulmoner, mereka di pisahkan satu sama lain oleh sebuah dinding jaringan konektif, masing-
masing satu arteri satu vena. Masing-masing segmen juga di bagi menjadi unit-unit yang di
sebut lobules.
Proses pernafasan di bagi menjadi 2 bagian yaitu :
1) InspirasiDada mengembang selama inspirasi, akibat pergerakan diagfragma dan otot-otot
interkosta. Ketika diagfragma berkontraksi selama inspirasi, ia menjadi lebih datar
dan lebih rendah dan panjang rongga torasik meningkat. Dengan demikian jarak
antara sternum dan vetebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka
pleura akan tertarik, dengan demikian menarik paru-paru maka tekanan udara
didalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar.
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
6/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
6
2) EkspirasiEkspirasi selama pernafasan tenang bersifat pasif. Diafragma rileks dan kembali ke
bentuk aslinya, yang berbentuk kubah otot-otot interkosta rileks dan tulang rusuk
kembali ke posisi semula. Otot-otot pernafasan tambahan kemungkinan digunakan
pada selama nafas dalam atau ketika jalan nafas terhambat.
Volume tidal adalah jumlah udara yang inspirasi dan ekspirasi selama pernafasan
tenang yang normal (sekitar 500cc). jumlah udara yang di hirup setelah inspirasi di sebut
kapasitas inspirasi ( sekitar 3000 mil ) setelah suatu ekspirasi tenang, adalah mungkin untuk
mengeluarkan sekitar 1000 ml udara dari paru-paru.
B. Konsep Dasar Asma
1. Definisi AsmaAsma didefinisikan sebagai penyakit obstruksi jalan nafas yang reversible yang di
tandai oleh serangan batuk,mengi dan dispnea pada individu dengan jalan nafas hiperaktif
(Rudolph,2006)
Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada jalan nafas tempat banyak sel
memegang peranan (wong,2003). Asma merupakan penyakit keturunan yang penyebabnya
masih belum jelas (ngastiyah,2005). Asma juga di definisikan mengi berulang dan /atau
batuk persisten dalam keadaan dimana asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab
lain yang lebih jarang telah di singkirkan.
2. EtiologiPenyebab asma masih belum jelas. Factor pencetus adalah alergen, infeksi ( terutama
saluran nafas bagian atas ), iritan, cuaca, aktivitas, refluks gatroesofagus, dan pkisis. Ada
beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi terjadinya serangan asma.
Faktor Predisposisi- Genetik
Telah diterima secara umum bahwa ada konstribusi herediter pada etiologi asma,
pola herediter komplek dan asma tidak dapat di klasifikasikan secara sederhana
cara pewarisannya seperti autosomal dominant, resesif atau sex linked. Yang
diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum di ketahui bagaimana cara
penurunannya yang jelas.
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
7/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
7
- Gender dan RasBerdasarkan jenis kelamin, perbandingan asma pada anak laki-laki dan wanita
sebesar 1,5 : 1 dan perbandingan ini cenderung menurun pada usia yang lebih tua.
Pada orang dewasa serangan asma di mulai pada umur lebih dari 35 tahun, wanita
lebih banyak dari pada pria.
Faktor Presipitasi- Allergen
Allergen dan accupational faktor adal penyebab terpenting asma. Dari beberapa
studi epidemiologi telah nenunjukan korelasi antara paparan allergen dan
prevalensi asma dan perbaikan asma bila paparan allergen menurun.
- Perubahan cuacaPolutan di luar dan di dalam rumah mempunyai kontribusi perburukan gejala
asma dengan mentriger bronkokonstriksi, peningkatan hiperesponsif saluran nafas
dan peningkatan respons terhadap aeroelergen.
- LingkunganDari sejumlah studi epidemiologi dapat ditemukan asosiasi antara resiko
terjadinya asma dengan atopi. Pertumbuhan di daerah pertanian menurunkan
resiko atopi dan rhinitis alergi pada dewasa (adult hood) mengesankan faktor
lingkungan mempunyai efek protektif pada timbul alergi. Di negara sedang
berkembang perpindahan ke kota dihubungkan dengan perubahan dari bahan
bakar biomasal seperti : kayu,batubara ke gas listrik.
C. Klasifikasi AsmaSeperti telah dikemukakan di atas bahwa asma merupakan suatu penyakit dengan
penyebab yang komplek dan heterogen sehingga mempunyai bermacam-macam bentuk.
Karena itu dapat di pahami bila timbul bermacam-macam klasifikasi / pembagian asma yang
di dasari pada titik yang berbeda dan tergantung dari segi mana asma ditinjau, diantaranya:
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
8/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
8
1. Berdasarkan lama terjadinyaa) Asma intermiten
b) Asma episodik jarang / ringanGejala hanya sesekali timbul. Gejala > 2 kali seminggu. Namun < 1 kali seminggu
dimana eksaserbasi dapat mempengaruhi aktifitas dan gejala di malam hari > 2
kali seminggu.
c) Asma episodik sering/sedangGejala lebih sering timbul. Gejala setiap hari, penggunaan inhalasi agonis kerja
singkat. Eksaserbasi mempengaruhi aktifitas dan dapat berkangsung berhari-hari.
Gejala di malam hari > 1 kali seminggu.
d) Asma persisten /beratGejala timbul terus menerus, hampir setiap hari ,gejala fisik di malam hari, dan
aktifitas fisik terbatas.
2. Berdasarkan penyebabnyaa) Asma ekstrinsik (alergi)
- Asma ekstrinsik atopic, dengan sifat-sifat sebagai berikut : Penyebabnya adalah rangsangan alergen eksternal spesifik dan dapat
diperlihatkan dengan reaksi kulit tipe-1.
Gejala klinik dan keluhan cenderung timbul pada awal kehidupan 85%kasus timbul sebelum usia 30 tahun.
Sebagian besar asma tipe ini mengalami perubahan dengan tiba-tiba padawaktu puber, dengan serangan asma yang berbeda-beda.
Prognosis tergantung pada serangan pertama dan berat ringannya gejalayang timbul. Jika serangan pertama pada usia muda disertai gejala yang
lebih berat, maka prognosis menjadi jelek.
Perubahan alamiah terjadi karena ada kelainan dari kehidupan tubuh padaIgE, yang timbul terutama pada awal kehidupan dan cenderung berkurang
pada kemudian hari. Kenyaataan ini tampak dengan adanya respon asma
atopik yang makin berkurang sesuai dengan bertambahnya usia.
Asma bentuk ini memberikan tes kulit yang positif. Dalam darah menunjukkan kenaikan kadar IgE spesifik. Ada riwayat keluarga yang menderita asma. Terhadap pengobatan memberikan perbaikan yang cepat.
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
9/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
9
- Asma ekstrinsik non atopik, dengan sifat sebagai berikut : Serangan asma timbul karena berhubungan dengan bermacam-macam
alergen yang spesifik, sering kali terjadi pada waktu melakukan pekerjaan
atau timbul setelah mengalami paparan dengan alergen yang berlebihan
Tes kulit memberi reaksi alergi tipe segera, tipe lambat dang and terhadapalergi yang tersensitisasi dapat menjadi positif
Dalam serum didapatkan IgE dan IgG yang spesifik Timbulnya gejala, cenderung pada saat akhir kehidupan atau dikemudian
hari. Hal ini dapat diterangkan karena sekali sensititasi terjadi, maka
respon asma dapat dicetuskan oleh berbagai macam rangsangan non-
imunologik, seperti emosi, infeksi, kelelahan dan factor sirkadian dari
siklus biologis (yg sukar diterangkan).
b) Asma Kriptogenik- Asma Intrinsik
Di tandai dengan adanya reaksi non alergi yang breaksi terhadap pencetus yang
tidak spesifik atau tidak di ketahui, seperti udara dingin atau bisa juga di sebabkan
oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
- Asma Idiopatik Asma jenis ini, alergi pencetus sukar di temukan Tidak ada allergen ekstrinsik sebagai penyebab dan tes kulit member hasil
negative.
Merupakan kelompok yang heterogen, respon untuk terjadi asma di cetuskanoleh penyebab dan melalui mekanisme yang berbeda-beda.
Sering di temukan pada penderita dewasa, di mulai pada umur di atas 30 tahundan di sebut juga late onset asthma.
Serangan sesak pada asma tipe ini dapat berlangsung lama dan sering kalimenimbulkan kematian bila pengobatan tanpa di sertai kortikosteroid.
Perubahan patologi yang terjadi sama dengan asma ekstrinsik namun tidakdapat di buktikan keterlibatan lgE.
Kadar lgE dalam serum normal, tetapi eosinofil dapat meningkat jauh lebihtinggi di bandingkan dengan asma ekstrinsik.
Selain itu tes serologi dapat menunjukkan adanya factor rematoid, misalnyasel LE.
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
10/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
10
Perbedaan lain dengan ekstrinsik asma ialah riwayat keluarga alergi yang jauhlebih sedikit, sekitar 12 sampai 48%.
Polip hidung dan sensitivitas terhadap aspirin lebih sering sering di jumpaipada asma jenis ini.
D. PatofisiologiInflamasi berperan dalam peningkatan reaktifitas jalan nafas. Mekanisme yang
menyebabkan inflamasi jalan nafas cukup beragam, dan peran setiap mekanisme tersebut
bervariasi dan satu anak ke anak lain serta selama perjalanan penyakit. Komponen penting
asma lainnya adalah bronkospasme dan obstruksi. Mekanisme yang menyebabkan gejala
obstruktif meliputi : inflamasi dan edema membrane mukosa, akumulasi sekresi yang
berlebihan dari kelenjar mukosa, spasma otot-otot halus dan bronkiolus yang menurunkan
diameter bronkiolus. Kontriksi bronkus merupakan reaksi normal terhadap stimulus asing,
namun pada anak yang menderita asma biasanya sangat parah hingga menyebabkan
gangguan fungsi pernafasan: otot halus, berbentuk kumparan spural di sekeliling jalan nafas,
menyebabkan penyempitan dan pemendekan jalan nafas, yang secara signifikan
meningkatkan tahanan jalan nafas terhadap aliran udara.
Pada saat inspirasi dan berkontraksi serta memendek selama ekspirasi. Oleh karena
itu, kesulitan bernafas lebih berat terjadi selama fase ekspirasi. Peningkatan tahanan dalam
jalan nafas menyebabkan ekspresi yang di paksakan melewati lumen sempit. Volume udara
yang terjebak dalam paru menungkat pada saat jalan nafas secara fungsional menutup di titik
antara alveoli dan bronkus lobucus. Gas yang terjebak ini mendorong individu untuk
bernafas pada volume paru yang semakin tinggi. Akibatnya orang menderita asma harus
berjuang untuk menginspirasi jumlah udara yang cukup. Upaya yang keras untuk bernafas ini
menyebabkan keletihan, penurunan efektivitas penafasan, dan peningkatan konsumsi
oksigen. Inspirasi yang terjadi ketika volume paru lebih tinggi akan menginflasi alveoli
secara berlebihan dan menurunkan efektifitas batuk. Jika obstruksi semakin parah, terjadi
penurunan ventilasi alveolus di sertai rotensi karbondioksida, hipoksia, asidosis pernafasan
dan akhirnya gagal nafas.
E. Manifestasi KlinisPada anak yang rentan, inflamasi di saluran nafas ini dapat menyebabkan timbulnya
episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya pada malam
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
11/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
11
atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas
namun bervariasi, yang sebagian bersifat reversible baik secara spontan maupun dengan
pengobatan. Gejala dan serangan asma biasanya timbul bila pasien terpajan dengan factor
pencetus yang sangat beragam dan bersifat individual.
F. PenatalaksanaanSebelum memberikan pengobatan spesifik, beberapa prinsip umum pengobatan harus
harus di tegakkan lebih dulu.
a. Pengobatan asma harus berkesinambungan, mampu menghilangkan keluhan danmampu mencegah kekambuhan serta mampu menekan timbulnya proses peradangan
menahun pada saluaran nafas.
b. Mencegah timbulnya serangan akut merupakan prinsip pengobatan yang amatpenting, menghindari faktor pencetus bagi penderita yang alergi harus menghindari
bahan allergen.
c. Pengobatan asma harus di dasarkan pada mekanisme patofisiologi yang menyebabkantimbulnya serangan asma.
d. Pengobatan asma adalah suatu tindakan yang banyak melibatkan banyak hal, antaralain penyuluhan (edukasi) penderita,
e. Dalam penatalaksanaan secara farmakologi atau non farmakologi harus di pikirkan
Pengobatan pada asma terbagi 2, yaitu:
1. Pengobatan non farmakologik: Memberikan penyuluhan Menghindari faktor pencetus Pemberian cairan Fisiotherapy Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik : Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.
Terbagi dalam 2 golongan :
1. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)Nama obat :
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
12/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
12
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,
suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada
juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma
Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin)
yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus)
untuk selanjutnya dihirup.
2. Santin (teofilin)Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)- Aminofilin (Euphilin Retard)- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling
memperkuat.
Cara pemakaian :
Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan
disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang
lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah
sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila
minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya
dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu
hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
KromalinKromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anakanak. Kromalin
biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat
setelah pemakaian satu bulan.
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
13/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
13
KetolifenMempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan
dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara
oral.
G. Konsep Dasar Asuhan KeperawatanProses keperawatan adalah metode di mana suatu konsep di terapkan dalam praktik
keperawatan. Dalam proses keperawatan terdapat 5 tahap, yaitu :
1. PengkajianTahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan data
yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi kesehatan
klien.
Pemeriksaan fisik:
Inspeksi Palpasi Auskultasi Perkusi
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan radiologiGambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
14/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
14
e. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium,maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
Pemeriksaan tes kulitDilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
ElektrokardiografiGambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
a. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clockwise rotation.
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Rightbundle branch block).
c. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VESatau terjadinya depresi segmen ST negative.
Scanning paruDengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
SpirometriUntuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat
dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih
dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari
20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga
penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan
tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
15/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
15
2. Diagnosa keperawatanSuatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko
perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabulitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah (carpenito 2000).
Langkah-langkah dalam menegakkan diagnosis keperawatan :
a. Klasifikasi dan analisa datab. Interpretasi datac. Validasi datad. Merumuskan diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut caipe (2000) dapat di bedakan menjadi 5 kategori :
a. Actualb. Resikoc. Potensiald. Sejahtera (wellness)e.
Sindrom
Dalam masalah asma ada beberapa diagnosa yang dapat terjadi, yaitu :
a. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan mukosayang berlebihan
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan jaringanc. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
d. Kurang pengetahuan berhubungan denga kurangnya informasi yang di dapat
3. PerencanaanPerencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi,
atau mengoreksi masalah-masalah yang telah di identifikasi pada diagnosis keperawatan.
Tahap ini di mulai setelah menentukan diagnosis keperawatan dan menyimpulkan rencanadokumentasi.
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
16/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
16
Rencana asuhan keperawatan yang akan di susun harus mempunyai beberapa
komponen, yaitu prioritas masalah, kretaria hasil, rencana intervensi, dan pendokumentasian.
Komponen-komponen tersebut sangat membantu pada proses evaluasi keberahasilan asuhan
keperawatan yang telah di inplementasikan.
4. ImplementasiImplemetasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang
sfesifik. Tahap inplementasi di mulai setelah rencana intervensi di susun dan di tunjukkan
pada perawat untuk membatu klien mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh karena itu
rencana intervensi yang sfesifik di laksanakn untu memodifikasi factor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan pasien.
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien mencapai tujuan yang di tetapkan
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. Perencanaan asuhan keperawatan akan di laksanakan dengan baik, jika
klien mempunyai keinginan untuk berpartisifasi dalam asuhan keperawatan, selama dalam
tahap inplementasi, perawat terus mengumpulkan data dan memilih asuhan keperawatan yang
paling sesuai dengan kebutuhan klien. Semua intervensi keperawatan di dokumentasikan ke
dalam format yang telah di tetapkan oleh instansi
5. EvaluasiTahap evaluasi pada proses keperawata meliputi kegiatan mengukur pencapaian
tujuan klien dan mementukan keputusan dengan cara membandingkan data yang terkumpul
dengan tujuan dan pencapaian tujuan.
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
17/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
17
BAB III
HASIL DISKUSI
Skenario
Nn.S (20 thn)seorang mahasiswi. Datang ke RS dengan keluhan sesak dan batuk berdahak
sejak 3 hari yang lalu disertai demam.2 minggu sebelum datang ke RS Nn.S sudah
mengalami batuk tapi tidak berdahak. Nn.S mengatakan keluhan sesak timbul setelah klien
membersihkan rak bukunya yang penuh debu setelah menempuh UAS. Dari hasil pengkajian
didapatkan RR 29x/mnt,suhu 37,9oC, Nadi 99x/mnt, TD 110/85mmHg. Hasil aukultasi
didapatkan terdapat bunyi wheezing dan rhonki di kedua lapang paru. Tampak pernafasan
ekspirasi memanjang,dan penggunaan otot bantu pernafasan.
Klien mengatakan sering mengalami sesak seperti ini sejak klien bersekolah dasar, tetapi
sering kali sesak berkurang setelah istirahat, klien juga sering mengalami batuk pilek,ayah
klien juga memilki riwayat yang sama dengan klien.
Proses pemecahan masalah menggunakan 7 langkah dan peneyelesaian masalah yaitu :
Langkah 1 : Kata yang sulit dimengerti
1) Wheezing : bunyi ngik terdengar pada saat inspirasi atau ekspirasi karenapenyempitan bronkus eksudat yang lengket pada pasien asma dan bronchitis.
2) Ronchi : suara yang di hasilkan saat udara melewati jalan nafas yang penuh cairan/terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi.
3) Ekspirasi memanjang : menghebuskan nafas panjang.4) Auskultasi : cara pemeriksaan fisik dengan cara pendengaran.5) Lapang paru: ruas paru
Langkah 2: Kata Kunci
1) Sesak dan batuk berdahak sejak 3 hari disertai demam.2) 2 minggu sebelum dating ke RS batuk tapi tidak berdahak.3) Sesak timnbul setelah membersihkan rak buku yang penuh debu.4) Sesak seperti ini sejak SD.5) Sesak berkurang setelah beristirahat.6) Sering batuk dan pilek.
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
18/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
18
7) Ayah klien memiliki riwayat yang sama.8) RR= 29 x/menit, nadi= 99 x/menit, suhu =37,9o C , TD =110/85 mmHg.9) Hasil auskultasi terdengar bunyi wheezing dan ronchi di kedua lapang dada.10)Ekspirasi memanjang dan penggunaan otot bantu nafas.
Langkah 3: Membuat Pertanyaan
1) Kenapa klien sesak dan batuk berdahak sejak 3 hari di sertai demam?2) Kenapa 2 minggu yang lalu batuk tapi tidak berdahak?3) Kenapa sesak pasien timbul setelah membersihkan rak buku yang penuh debu?4) Mengapa rspirasinya meningkat menjadi 29 kali/menit dan suhu 37,9 celcius5) Mengapa terdepatbunyi wheezingdan ronchi6) Mengaa ekspirasi memanjang dan menggunakan otot bantu perbafasan?7) Apa yang menyebabkan klien sesak sejak SD8) Mengapa sesak menghilangsaat pasien istirahat?9) Apakah ada kaitannya riwayat penyakit ayah klien dengan penyakit pasien saat ini?10)Mengapa klien sering batuk pilek?11)Apa masalah keperawatan yang timbul dalam kasus ini ?
Langkah 4 : Menganalisa Masalah
1)Kenapa kli en sesak dan batuk berdahak sejak 3 har i di ser tai demam?Jawaban : Timbulnya dahak yang menyertai batuk disebabkan oleh adanya sel epitel
berlapis mukus bersilia yang membantu membersihkan saluran pernafasan, karena
silia bergetar ke arah faring dan menggerakkan mukus seperti suatu lembaran yang
mengalir terus-menerus. Jadi partikel asing kecil dan mukus digerakkan dengan
kecepatan satu sentimeter per menit sepanjang trakea ke faring. Benda asing di dalam
saluran hidung juga dimobilisasikan ke laring.
Sesak nafas yang terjadi pada penderita lebih disebabkan karena reaksi
hipersensitifitas terhadap suatu alergen, yang pada skenario adalah debu. Partikel
debu sangatlah kecil, sulit dilihat dengan mata telanjang. Jika seseorang yang alergi
terhadap debu secara tidak sengaja menghirupnya, maka tubuh akan meresponnya
pertama kali dengan refleks batuk. Kemudian sistem imun tubuh meresponnya dengan
melepaskan mediator-mediator inflamasi, seperti IGE, sel mast, Sel Th2, dan
eosinofil. Akibatnya akan terjadi sesak nafas yang disebabkan oleh penyempitanbronkus yang berlebihan. Penyakit respirasi dengan riwayat seperti ini adalah asma
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
19/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
19
ekstrinsik (disebabkan oleh reaksi hipersensitif tubuh terhadap suatu alergen, debu).
Selain sesak nafas, tubuh juga akan mengalami kenaikkan suhu (demam) akibat
melepaskan berbagai mediator inflamasi tadi.
2)Kenapa 2 minggu yang lalu batuk tapi tidak berdahak?Jawaban: karena tidak ada factor pemicu sehingga batuk yang dialami klien tanpa
dahak.
3)Kenapa sesak pasien timbul setelah membersihkan rak buku yang penuh debu?Jawaban: kemungkinan Nn S. ini mengalami alergi yang di cetuskan oleh di
cetuskan oleh debu. Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IGE berikatan
dengan alergen dan menyebabkan degranulasi sel mast akibat degranulasi tersebut
histamin di lepaskan,. Histamin bisa menyebaban kontriksi otot polos
bronkiolus.karena histamin juga merangsang pembentukan mucus dan meningkatkan
permeabilitas kapiler. Indivudu yang mengalami asma mungkin memiliki respons IGE
yang sensitif berlebihan terhadap suatu alergen atau sel-sel mastnya terlalu mudah
mengalami degranulasi, dimanapun letak hipersensitivitas respon peradangan
tersebut, hasil akhirnya adalah broncos plasme, pembentukan mucus, edema dan
obstruksi aliran udara. Apakah kejadian pencetus dari suatu serangan asma adalah
infeksi virus,debu, atau iritan alergi,reaksiperadangan hipersensitif dapat mencetuskan
suatu serangan.
4)Mengapa respir asin ya meningkat menjadi 29 kali /meni t dan suhu 37,9OC?Jawaban: RR meningkat karena terjadi penyempitan & pemendekan jalan nafas
diakibatkan penumpukan sekret sehingga suplai O2 dalam tubuh berkurang akibatnya
tubuh mengkompensasi dengan menghirup udara lebih cepat.dan penyempitan dan
pemendekan jalan nafas. sistem imun tubuh meresponnya dengan melepaskan
mediator-mediator inflamasi
5)Mengapa terdepat bunyi wheezing dan ronchi?Jawaban: wheezing adalah kontriksi berlebihan saluran halus karena spasme otot
polos di dinding saluran pernafasan yang induksi alergi lalu penebalan dinding
saluran pernafasan akibat peradangan & adema yang di induksi oleh histamin keadaan
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
20/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
20
ini menghasilkan suara ngiik (wheezing) saat inspirasi maupun ekspirasi karena
penyempitan bronkus eksudat yang lengket.
Ronchi: penyumbatan saluran pernafasan oleh sekresi berlebihan mucus yang sangat
kental menghasilkan suara ronchi .suara yang di hasilkan saat udara melewati jalan
nafas yang penuh cairan\ mucus.
6)Mengapa ekspirasi memanjang dan menggunakan otot bantu pernafasan?Jawaban: otot polos dan bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi
saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan (inflamasi) dan
pelepasan lendir ke saluran udara, hal ini akan memperkecil diameter dari saluran
udara (bronkokontriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha
sekuat tenaga supaya dapat bernafas sehingga melibatkan otot bantu pernafasan yang
lebih untuk membantu nafas penderita.
7)Apa yang menyebabkan kl ien sesak sejak SD?Jawaban: karena pasien sudah memilki factor predisposisi berupa riwayat penyakit
genetic yang di turunkan oleh ayahnya. Oleh sebab itu sesak sudah di alami sejak SD.
8)Mengapa sesak menghil ang saat pasien istir ahat?Jawaban: faktor stress berkurang mengakibatkan pengurangan terhadap stress itu
sendiri, sehingga sesak dapat teratasi dengan pengurangan factor pemicu stress
melalui relaksasi istirahat.
9)Apakah ada kaitannya riwayat penyaki t ayah kl ien dengan penyaki t pasien saatini?
Jawaban: karena pasien mendapatkan penyakit dari ayahnya , karena penyakit ini
bisa terjadi karena faktor genetic (keturunan).
10)Mengapa klien seri ng batuk pi lek?Jawaban: batuk pilek menimbulkan eksaserbasi (peningkatan gejala) sehingga terjadi
batuk berdahak yang bisa menyebabkan pembentukan mukus yang banyak, terjadi
edema mukosa di bronkus menyebabkan pasien batuk sehingga nafas sesak. Alveoli
menjadi inflamasi (peradangan) sehingga tejadi obstruksi jalan nafas pasien.
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
21/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
21
11)Apa masalah keperawatan yang timbul dalam kasus ini ?Jawaban:
Diagnosa Keperawatan 1:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan mukosayang berlebih ditandai oleh:
- Sesak dan batuk berdahak- Demam- RR 29x/menit, suhu 37,9C, Nadi 99x/menit, TD 110/85mmHg- Auskultasi: wheezing, ronkhi, ekspirasi memanjang- Penggunaan otot bantu nafas
Tujuan tindakan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan
bersihan jalan nafas klien efektif.
Kr iteri a hasil: Mempertahankan kepatenan jalan nafas, yang dibuktikan dengan hal
berikut:
- Meningkatnya bunyi nafas-
Frekuensi dan kedalaman pernafasan normal- Tidak ada dispnea
Intervensi:
Mandiri1. Observasi TTV2. Auskultasi jalan nafas klien setiap 2-4 jam sekali/ sesuai indikasi untuk
mendengar suara ronchi dan wheezing
3. Observasi adanya sesak dan otot bantu pernafasan4. Observasi karakteristik batuk dan mukosa pasien.5. Berikan posisi semi fowler jika sesak.6. Ajari pasien batuk efektif (sesudah bangun tidur pagi, sebelum makan ,
sebelum mandi sore).
7. Berikan pasien fisioterapi dada.8. Kaji tingkat pengetahuan pasien.9. Berikan pendidikan ksehatan .
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
22/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
22
Kolaborasi1. Berikan obat sesuai indikasi dan instruksi dokter2. Berikan terapi inhalasi.
Diagnosa Keperawatan 2:
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme ditandai oleh:- Bunyi ronchi dan wheezing- RR: 29x/mnt- Suhu 37,9o C- Ekspirasi memanjang- Menggunakan otot bantu pernafasan.
Tujuan tindakan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan pola
nafas pasien efektif.
Kr iteri a hasil:
- Bunyi nafas normal tidak terdapat ronchi,wheezing.- Frekuensi dan kedalaman pernafasan normal (RR: 12-20x/mnt) dan
ekspirasi tidak memanjang.- tidak menggunakan otot bantu.
I ntervensi:
Mandiri1. Observasi TTV2. Observasi pola nafas pasien3. Observasi frekuensi pernafasan4. Observasi bunyi nafas pasien5. Hindari allergen6. Hindari strees7. Anjurkan pasien menghindari lingkungan berdebu8. Hindari aktivitas berat.
KolaborasiBerikan obat sesuai indikasi dan aturan dokter!
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
23/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
23
Diagnosa Keperawatan 3
Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan reaksi inflamasi ditandai oleh :
demam, RR 29x/menit, ekspirasi memanjang.Tujuan tindakan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan
kebutuhan cairan pasien terpenuhi.
Kr iteri a hasil:
suhu tuhuh pasien normal Frekuensi dan kedalaman pernafasan normal (RR: 12-20x/mnt) ekspirasi tidak memanjang.I ntervensi:
Mandiri
Observasi TTV Observasi pola nafas pasien Observasi frekuensi pernafasan Anjurkan pasien banyak minum air putih
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi dan aturan dokter!
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
24/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
24
Patoflow Kasus
Faktor Predisposisi Faktor Prespitasi
Genetik Alergen ( Debu) Stress
Masuk kesaluran pernafasan Saraf simpatis Saraf parasimpatis
Respon alergen di saluran nafas Dilatasi Bronkus Kontriksi otot
polos bronkiolus
Mengaktifkan Antibodi IgE Peningkatan ventilasi (RR )
Antibodi IgE berikatan dengan Alergen
Ditangkap oleh makrofag
Pelepasan reseptor (alfa) adrenergik Gangguan Pola Nafas
oleh saraf vagal dalam bronkhi
Menurunkan kadar C- AMP
Degranulasi sel mast
Terlepasnya mediator kimia ; HISTAMIN, SRSA, ECF - A
Kontriksi otot polos
Respon pelepasan histamine berlebihan
Bronkuspasme Edema mukosa meningkatkan kelenjar mukosa dan
meningkatkan produksi mukus.
Batuk
Gangguan Ventilasi
Reflek batuk tidak adekuat
Dx: Pola nafas tidak efektif
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
25/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
25
Penyempitan saluran pernafasan (Wheezing) Penumpukan Sputum
Suplai O2 dalam tubuh berkurang
Tubuh berkompensasi dengan menghirup udara lebih cepat (RR )
Sesak
Penyumbatan saluran pernafasan Berkembang biaknya Mikroorganisme
Udara melewati jalan nafas yang penuh cairan Reaksi Inflamasi : leukosit, makrofag:
limfosit melakukan pertahanan.
Suara Ronchi Demam
Dx : Pola nafas
tidak efektif
Dx: Bersihan jalan nafas tidak efektif Dx: Resiko Kekurangan
Cairan
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
26/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
26
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Nn. S.
Usia : 20 tahun
Pengkajian Diagnosa Kriteria hasil Intervensi
DS :
Klien mengatakan
- sesak dan batuk
- sesak setelah
menbersihkan rak
bukunya dan setelah
UAS
- sering batuk
pilek
- sesak berkurang
setelah istirahat
DO :- RR : 29x/mnt
- Suhu :37,9oC
- Nadi :99x/mnt
- TD 110/85mmHg
- Bunyi ronchi.
- Ekspirasi
memanjang
- Penggunaan otot
bantu pernafasan
Diagnosa 1 :
Ketidak efektifan
bersihan jalan
nafas
berhubungan
dengan
penumpukan
mukus yang
berlebihan
ditandai dengan
sesak, batuk
berdahak,
demam, RR:29x/mnt, suhu:
37,9oC, aukultasi,
wheezing, ronchi,
ekspirasi
memanjang,
penggunaan otot
bantu nafas.
Tujuan tindakan:
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
3x24 jam di harapkan
bersihan jalan nafas
pasien efektif.
Kriteria hasil:
1 . Frekuensi dan
kedalaman
pernafasan normal
(RR: 12-20x/mnt)
dan ekspirasi tidakmemanjang.
2 . Bunyi nafas bersih
(normal) tidak
terdengar ronchi,
wheezing.
3 . Tidak
menggunakan otot
bantu nafas.
4 . Suhu normal
(36,5oC37,5oC)
Mandiri1 . Observasi TTV!
2. Auskultasi jalan nafas
klien setiap 2-4 jam
sekali/ sesuai indikasi
untuk mendengar suara
ronchi dan wheezing!
3 . Observasi adanya
sesak dan otot bantu
pernafasan!
4 . Observasi
karakteristik batuk dan
mukosa pasien!6 . Ajari pasien batuk
efektif (sesudah bangun
tidur pagi, sebelum
makan , sebelum mandi
sore)!
7 . Berikan pasien
fisioterapi dada!
Kolaborasi1 . Berikan obat sesuai
indikasi dan intruksi
dokter! (Bronkodilator)
2 . Berikan terapi
inhalasi! (Ventolin)
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
27/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
27
DS :
Klien mengatakan
- sesak dan batuk
- sesak setelah
menbersihkan rak
bukunya dan setelah
UAS
- sering batuk
pilek
- sesak berkurang
setelah istirahat
DO :
- RR : 29x/mnt
- Suhu :37,9oC
- Nadi :99x/mnt
- TD 110/85mmHg
- Bunyi wheezing
dan ronchi.
- Ekspirasi
memanjang
- Penggunaan otot
bantu pernafasan
Diagnosa 2:
Pola nafas tidak
efektif
berhubungan
dengan
bronkospasme di
tandai dengan
bunyi ronchi,
wheezing RR:
29x/mnt, suhu
37,9o C ,ekspirasi
memanjang,meng
gunakan otot
bantu pernafasan.
Tujuan tindakan:
Setelah dilakukan
asuhan keperawatn
3x24 jam diharapkan
pola nafas psien
efektif.
Kriteria hasil:
1 . Bunyi nafas
normal tidak terdapat
ronchi,wheezing.
2 . Frekuensi dan
kedalaman
pernafasan normal
(RR: 12-20x/mnt)dan
ekspirasi tidak
memanjang.
3 . Tidak
menggunakan otot
bantu.
Mandiri1 . Observasi TTV!
2 . Observasi pola nafas
pasien!
3 . Observasi frekuensi
pernafasan!
4 . Observasi bunyi nafas
pasien!
5 . Hindari allergen!
6 . Hindari strees!
7 . Anjurkan pasien
menghindari lingkungan
berdebu!
8 . Hindari aktivitas
berat!
9. Berikan posisi semi
fowler jika sesak!
KolaborasiBerikan obat sesuai
indikasi dan aturan
dokter! (Bronkodilator)
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
28/29
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan
28
BAB IV
PENUTUP
Penyebab asma masih belum jelas.faktor pencetus adalah alergen,infeksi(terutama
saluran nafas bagian atas),iritan, cuaca, aktivitas, refluks gatroesofagus, dan pkisis. Ada
beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi terjainya serangan asma.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan asma.
Faktor predisposisi
Genetik Gender dan ras
Faktor presipitasi
Allergen Perubahan cuaca Lingkungan
7/29/2019 Modul 1 - Sesak Asma
29/29
29
DAFTAR PUSTAKA
Asdie Ahmad (2000) prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam .edisi 13.EGC.jakarta
Nanda ( 2012-2014) Internasional Diagnosis Keperawatan .Definisi dan klarifikasi
Djojodibroto Darmanto (2009) Respirologi.EGC.jakarta
J.Corwin Elzabeth(2001) Patofisiologi.EGC.jakarta
Tucker Martin Susan,dkk (2008) Standar Keperawatan Pasien.edisi 7.EGC. Jakarta
Recommended