View
234
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
NILAI-NILAI ISLAM DALAM SENI TRADISIONAL DEBUS DI MENES
PANDEGLANG BANTEN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Iis Sulastri
NIM: 1110051000184
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
Nama: Iis Sulastri
Nim: 1110051000184
ABSTRAK
Nilai-nilai Islam dalam Seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang Banten
Kesenian tradisional Debus berkembang pada abad ke-16, pada masa pemerintahan
Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Debus, suatu kesenian yang mempertunjukan
kemampuan manusia yang luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api, minum air keras,
memasukan benda kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala dan lain-lain.
Dari pernyataan diatas muncul pertanyaan. Adapun pertanyaan mayornya adalah
bagaiman proses penyebaran debus kepada rakyat Indonesia? Sedangkan pertanyaan minornya
adalah meliputi siapa yang pertama kali menyebarkan kesenian tradisional debus di Indonesia?
Debus sebagai suatu kesenian tradisional di daerah Banten merupakan kesenian yang
tumbuh dan berkembang. Pada waktu para penyebar agama Islam di Indonesia, pada awalnya
kesenian debus digunakan sebagai media penyebaran ajaran Islam.
Manusia merupakan makhluk sosial dan mkhluk budaya, maka manusia selalu
berdampingan dan berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak mungkin bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa adanya bantuan dari orang lain, karena pada dasarnya manusia saling
membutuhkan.
Metode yang digunakan oleh penulis adalah studi kepustakaan dan mencari literature-
literatur yang relevan dengan konteks dan judul yang dibahas dalam abstrak ini.
Konon kesenian yang disebut sebagai debus ada hubungannya dengan tarikat Rifa’iyah
yang dibawa oleh Nurrudin Ar-Raniry ke Aceh pada abad ke-16. Para pengikut tarikat ini ketika
sedang dalam kondisi epiphany (kegembiraan yang tak terhingga karena "bertatap muka" dengan
Tuhan), kerap menghantamkan berbagai benda tajam ke tubuh mereka. Filosofi yang mereka
gunakan adalah "lau haula walla Quwata ilabillahil 'aliyyil adhim" atau tiada daya upaya
melainkan karena Allah semata.
Permainan debus merpukana peninggalan sejarah yang masih hidup hingga sekarang.
Pada masa kesultanan dan masa perjuangan, debus merupakan sarana untuk melawan kekuasaan
penjajah dan mengusirnya dari bumi Indonesia. Simbolisasi keagamaan dalam kesenian debus
menimbulkan sikap religius bagi para pemainnya, karena keyakinan mereka bahwa suatu
pelanggaran norma agama akan menghilangkan kemampuan yang telah mereka miliki.
Kata kunci: Debus, kesenian, penyebaran, Islam, tradisional
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan
Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang dengan segala kemudahan
dari-Nya penulis bisa menyelesaikan pendidikan sampai tingkat Strata satu (S1).
Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, para keluarganya, para sahabatnya dan pengikutnya hingga
akhir zaman. Atas do’a dan usaha, dan perjalanan panjang, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan salah satu tugas penting yang mempertaruhkan segenap keilmuan
yang penulis pelajari selama menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, walaupun jauh dari kesempurnaan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. DR. Komarudin Hidayat, sebagai Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak DR. H. Arief Subhan, MA. Sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
3. Drs. Rahmat Baihaky, MA. Dan Fita Fathurakhmah, M.Si selaku Ketua
dan Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
4. Bapak Prof. Dr. Murodi, M.A., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktunya, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis.
5. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan begitu banyak wawasan, ilmu dan pengetahuan kepada
penulis.
6. Abah Rohani, Abah Satibi Darwis. Ketua Debus yang telah mengizinkan
penulis untuk melakukan wawancara dan penelitian dalam rangka
mengumpulkan data-data untuk menyusun skripsi ini.
v
7. Kang Rohimi, selaku anggota debus yang selalu meluangkan waktu untuk
penulis dalam rangka pengumplan data untuk menyusun skripsi. tak lupa
pula untuk Sukmara, Teteh Rohayah, Herni yang sudang mengajari
Pencak Silat kepada penulis. Beserta seluruh anggota debus yang sudah
membantu dalam kelancaran pengumpulan data-data untuk menyusun
skripsi.
8. Ayahanda Sarjiyo Kusumo dan Ibunda Kawariah yang telah membesarkan
dengan kasih sayang, mendidik, selalu memberikan do’a dan berjuang
membanting tulang agar penulis bisa menyelesaikan kuliahn. Pengorbanan
Bapak dan Mamak akan menjadi tombak untuk menunjang kesuksesan
saya, tanpa kalian saya tidak akan pernah berada di muka bumi ini.
Semoga keberkahan dan kebaikan senantiasa dilimpahkan kepada Bapak
dan Mamak serta senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
9. Nenek Sanapiah nenek yang terbaik. Terimakasih banyak sudah
mededikasikan hidupnya untuk mendampingi penulis dan adik. Meskipun
sudah lansia tetap saja selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk
penulis dan adik ketika kami berkumpul, I love nenek. Tak lupa kepada
adinda Sri Rahayu yang baik hati yang selalu mengalah demi kebaikan
kita bersama I love sayang.
10. Abah Kasan dan Mah Eno yang sudah menjaga penulis, memberikan kasih
sayang seperti kepada anak sendiri, memberikan support. Terimakasih
banyak sudah mejadi orang tua kedua di saat orang tua penulis nun jauh
disana. Terimakasih juga buat Kang Anda Suhanda, terimakasih banyak
atas bantuan dalam kelancaran pengumpulan data dan informasi yang
dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
11. Untuk sahabat-sahabat saya yang luar biasa, Qimut, Diana, Tuti, Yanti,
yang selalu memberikan support. tak lupa pula terimkasih banyak kepada
Killua yang sudah memberikan support, dengan segenap pengertiannya
selalau bersedian mendengarkan keluh kesah saya, terimakasih semuanya.
Mudah-mudahan Allah memebalas kebaikan semuanya dengan balasan
yang membahagiakan amin.
vi
12. Rekan-rekan mahasiswa KPI (F) angkatan 2010, yang telah
bersama-sama berbagi ilmu, berdiskusi, bercanda, jalan-jalan dan saling
berbagi rasa. Kalian luar biasa dan teristimewa.
Akhirnya hanya kepada Allah penulis kembalikan semoga semua yang teah
diberikan kepada penulis akan menjadi amal ibadah dan bermanfaat bagi penulis
maupun yang lain.
Jakarta, 2 Juli 2014
Iis Sulastri
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah .......................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
E. Metodologi Penelitian ................................................................................. 8
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 12
G. Sistematika Penulisan .................................................................................. 12
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian nilai-nilai ................................................................................... 14
B. Tradisi Islam di Banten ............................................................................... 21
1. Pengertian Debus ................................................................................. 25
2. Hakikat Debus ...................................................................................... 27
3. Unsur-unsur Debus ............................................................................... 27
4. Kegiatan Debus ..................................................................................... 31
ix
5. Ritual Debus.......................................................................................... 34
BAB III PROFIL KELOMPOK DEBUS MENES PANDEGLANG BANTEN
A. Sejarah Seni Tradisional Debus di Banten .................................................. 42
B. Profil Debus di Menes Pandeglang Banten ................................................. 43
C. Tujuan Kelompok Debus Menes Pandeglang Banten ................................. 45
D. Kegiatan Kelompok Debus ......................................................................... 45
E. Sarana dan Prasarana Debus ........................................................................ 48
BAB IV ISLAM DAN DEBUS: NILAI-NILAI ISLAM DALAM SENI TRADISIONAL
DEBUS DI MENES PANDEGLANG BANTEN
A. Nilai Akidah dalam Seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang
Banten .......................................................................................................... 50
B. Nilai Syari’ah dalam Seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang
Banten .......................................................................................................... 53
C. Nilai Akhlak dalam Seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang
Banten .......................................................................................................... 57
D. Nilai Ibadah dalam Seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang
Banten .......................................................................................................... 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 62
B. Saran-saran .................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai wilayah kepulauan dengan keadaan geografi yang berbeda-
beda memiliki corak kebudayaan yang beraneka ragam. Kehidupan budaya Indonesia
pada zaman Islam seperti pada zaman sebelumnya berpusat di istana raja dan di pusat-
pusat pemerintahan di daerah. Corak kebudayaan feodal zaman Hindu masih
dipertahankan terus dan mewarnai bentuk ungkapan seni zaman kekuasaan raja-raja
Islam, yang kemudian digunakan sebagai media dakwah untuk menyebarkan Islam,
diantara contoh yang ada dan menjadikan penelitian dalam penulisan skripsi ini
adalah Debus. Semula seni tradisional Banten masih kental dengan warisan Hindu
yang masih dipertahankan hingga kini, hingga mengalami Islamisasi di Banten 1
Sebagaimana dikatakan bahwa Islam merupakan agama dan komponen
penting yang turut membentuk dan mewarnai corak kehidupan masyarakat Indonesia.2
Pribumi Nusantara, dalam konteks Islamisasi mengalami pengislaman masal pada
abad ke-9 H/ 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara masal. Para pakar
sejarah berpendapat bahwa masuk islamnya penduduk nusantara secara besar-besaran
pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum muslimin sudah memiliki kekuatan
politik yang berarti. Yaitu, ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak
Islam, seperti kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate.3
1 Wiyoso Yudoseputro, pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia,(Bandung: Angkasa
Bandung, 1986), cet, ke.1, hal.1-2 2 Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1999), ed.1, cet. ke-3, hal.1 3 Wahyu Ilaihi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Fajar Interpratama Offset, 2007),
cet. ke-7
2
Dalam konteks pengembangan Islam di Nusantara, Thomas Arnold dalam The
Preaching of Islam mengatakan bahwa, kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk
seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan
jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam
masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai
rahmatan lil‟alamin.4
Dalam sejarah penyebaran agama Islam, terutama di Pulau Jawa banyak
ditemukan literatur bahwa pada masa awal, da‟i sebagai penyebar Islam banyak
dipegang peranannya oleh para”wali Sembilan” yang lebih dikenal dengan
“walisongo”.5 Walisongo di sini diartikan sebagai sekumpulan orang (semacam
dewan dakwah) yang dianggap memiliki hak untuk mengajarkan Islam kepada
masyarakat Islam di bumi Nusantara pada zamannya.6
Media yang dikembangkan oleh para wali dalam gerakan dakwahnya adalah
melalui media kesenian budaya setempat, di samping melalui jalur sosial-ekonomi.
Lebih tepatnya pengislaman kultur atau mengkulturkan Islam. Sebagai contoh adalah
dengan media kesenian wayang dan tembang-tembang Jawa yang dimodifikasi dan
disesuaikan oleh para wali dengan konteks dakwah. Di antara para wali yang
melakukan akulturasi adalah sunan Kudus.
Sunan Kudus, nama lain dari Sunan Kudus adalah Ja‟far Shadiq, Raden
undung, atau Raden Untung, dan Raden Amir Haji. Sunan Kudus terkenal sebagai
4 Thomas Arnold dalam The Preaching Of Islam
5 Kata wali berasal dari Al-Qur‟an yang banyak memiliki artai antar lain: penolong, yang
berhak, yang berkuasa. Wali juga memiliki arti pengawal, kekasih, ahli waris dan pengurus. nama-
nama Walisongo: Sunan Gersik (Maulana Malik Ibrahim), Sunan Ampel (Raden Rahmat), Sunan
Bonang (Makhdum Ibrahim), Sunan Drajat, Sunan Kudus (Ja‟far Shadiq), Sunan Giri, Sunan Kalijaga,
Sunan Muria (Raden Umar Said), Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). 6 Selamet mulyana, Runtuhnya Kkeradjaan Hindu Jawa dan Timbulnja Negara-negara Islam
di Nusantara, (Jakarta: Baharata, 1968).hal. 19
3
ulama besar yang menguasi ilmu hadits, ilmu tafsir Al-Qur‟an, ilmu sastra, mantik
dan terutama sekali ilmu fiqih. Dengan ketinggian ilmunya itulah, maka kemudian
beliau dijuluki “Waliyul Ilmi” yang artinya wali yang menjadi gudang ilmu. Di
samping itu, beliau juga merupakan seorang pujangga besar yang dengan daya
kreativitasnya berinisiatif mengarang dongeng-dongeng pondok yang bersifat dan
berjiwa seni Islam. Pola dakwah yang dikembangkan banyak bercorak pada bidang
kesenian. Salah satu karya ciptanya yang terkenal adalah Gending Maskumambang
dan Mijil.7
Dalam konteks penyebaran dan pengembangan dakwah di Banten, terdapat
media yang masing-masing dipergunakan, yaitu Debus yang menjadi fokus penelitian
ini. Dahulu di zaman colonial, seni tradisional ini berkembangn dengan baik, karena
selain dipergunakan untuk berdakwah juga untuk menentang kekuasaan penjajah
Belanda. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah mengenai kesenian
tradisional debus. Mengenai kesenian tradisional debus yang menjadi bahasan ini juga
tidak terlepas dari perkembangan agama Islam di pulau Jawa, khususnya di daerah
Banten. Bahkan lebih dari itu pertumbuhan kesenian debus di Banten adalah juga
bersamaan dengan bangkitnya perlawanan masyarakat Banten terhadap kekuasaan
Belanda yang ingin menguasai Banten, yaitu pada abad ke-16. Pada waktu itu
perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Belanda dilakukan dengan berbagai
cara namun semuanya itu mempunyai satu tujuan untuk mengusirnya dari bumi
Indonesia.
Namum kini, seni tradisional ini mengalami perubahan dan nyaris terlupakan
karena kurang perhatian, baik dari pemerintah maupun masyarakat Banten itu sendiri.
7 Muhammad Syamsu as Ulama, Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya ,(Jakarta:
Lentera, 1999), hal.55
4
Menurut Kang Rohimi, menurunnya eksistensi seni tradisional debus di mata
masyarakat dan tergesernya oleh perkembangan zaman yang modern, sehingga
menjadikan masyarakat sedikit demi sedikit melupakan kebudayaan ini, dan terlena
dengan kehadiaran budaya-budaya baru yang di anggap lebih keren dan menarik.
Padahal tampa disadari kesenian ini semakin lama akan hilang dengan sendirinya.
Kejadian semacam ini yang mendorong saya ingin meneliti mengenai seni tradisional
debus. Tampa sepengetahaun masyarakat banyak ternyata debus sudah masuk
mancanegara yaitu Malaysia, Belanda, Hongkong. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh peneliti, ini adalah permasalhan yang harus segera diselesaikan, dengan
mengembalikan kesedaran masyarakat akan pentingnya melestarikan kesenian
tradisional debus dan kesenian tradisional yang lainnya. Sangat Ironis sekali karena
kurang adanya perhatian atau pemeliharaan dari pihak-pihak yang seharusnya
berwenang dan bertugas menangani masalah tersebut.
Debus sebagai suatu kesenian tradisional di daerah Banten merupakan
kesenian yang tumbuh dan berkembang. Pada waktu para penyebar agama Islam di
Indonesia, kesenian debus digunakan sebagai media penyebaran ajaran Islam. Konon
kesenian debus ini ada hubungannya dengan tarekat Rifa‟iah yang di bawa oleh
Nurrudin Ar-Raniry ke Aceh pada abad ke-16 . para pengikut tarekat ini ketika dalam
kondisi epiphany (kegembiraan yang tak terhingga karena “bertatap muka” dengan
Tuhan), kerap menghantamkan berbagai benda tajam ke tubuh mereka. Filosofi yang
mereka gunakan adalah “lau haula walla Quwata ilabillahil „aliyyil adhim” atau
tiada daya upaya melainkan karena Allah SWT semata, jadi Allah SWT mengijinkan,
maka pisau, golok, parang atau peluru sekalipun tidak akan melukai mereka. Kesenian
sejenis ini tidak hanya ada di Banten, tetapi juga berkembang di daerah Aceh dan
Minangkabau dengan sebutan rapa‟I deboih dan meudaboih. Di Indonesia, secara
5
umum permainan debus dapat ditemukan dalam dua aliran tarekat, yaitu tarekat
Qadariyah dan tarekat Rifa‟iyah.8
Seni Tradisional Debus adalah permainan yang berupa berbagai macam
atraksi, seperti: memecahkan buah kelapa dengan cara dibenturkan ke kepala sendiri,
memotong buah kelapa dan membakarnya di atas kepala, menggoreng telur dan
kerupuk di atas kepala, menyayat tubuh dengan sejata tajam seperti golok dan pisau,
membakar tubuh dengan minyak tanah atau berjalan-jalan di atas bara api, memakan
kaca dan atau bola lampu, memanjat tangga yang anak tangganya adalah mata golok-
golok tajam dengan bertelanjang kaki, dan menyiram tubuh dengan air keras. Konon
kesenian yang disebut sebagai debus ada hubungannya dengan tarikat Rifa‟iyah yang
dibawa oleh Nurrudin Ar-Raniry ke Aceh pada abad ke-16. Para pengikut tarikat ini
ketika sedang dalam kondisi epiphany (kegembiraan yang tak terhingga karena
"bertatap muka" dengan Tuhan), kerap menghantamkan berbagai benda tajam ke
tubuh mereka. Filosofi yang mereka gunakan adalah "lau haula walla Quwata
ilabillahil 'aliyyil adhim" atau tiada daya upaya melainkan karena Allah semata. Jadi,
kalau Allah mengizinkan, maka pisau, golok, parang atau peluru sekalipun tidak akan
melukai mereka.9 Kesenian debus merupakan suatu kesenian yang bersifat religius
magis. Hal ini dapat dibuktikan pada waktu sebelum permainan dimulai selalu
membaca do‟a-do‟a dari Al-Qur‟an dengan maksud untuk memohon dan meminta
perlindungan dan keselamatan kepada Allah SWT. Semoga semua permainan
terhindar dari segala mara bahaya, karena dalam kesenian debus ada adegan-adegan
8 Fahrul Bahri An-Nabiri, Meniti Jalan Dakwah (bekal Perjuangan Da‟i), (Jakarta: Amzah,
2008), cet ke-1, .hal.12 9 An-Nabiri, Meniti Jalan Dakwa… hal.13
6
yang tidak masuk akal di mana para pemain dengan sengaja melukai dirinya dengan
sejata tajam.10
Seorang pemain debus harus kuat, tabah dan yakin kepada diri sendiri. Mereka
harus taat menjalankan kewajiban-kewajiban agama Islam, tahan lapar, tahan tidak
tidur, tahan tidak bergaul dengan istri selama waktu yang ditentukan dan lain-lain,
persyaratan yang jika untuk orang kebanyakan dirasakan berat.11
Berangkat dari latar
belakang tersebut, perlu dilakukan kajian lebih lanjut dan mendalam. Atas dasar
beberapa pemikiran diatas, penulis mencoba untuk menyusun sebuah karya tulis
dalam bentuk skripsi dengan judul. Nilai-nilai Islam dalam Seni Tradisional Debus
di Menes Pandeglang Banten
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dibatasi pada: aspek Nilai-
nilai Islam yang terkandung dalam Seni Tradisional Debus di Menes
Pandeglang Banten.
2. Perumusan Masalah
Nilai-nilai Islam apa sajakah yang terkandung dalam Seni Tradisional Debus
di Menes Pandeglang Banten?
C. Tujuan Penelitian
Berkenaan dengan pokok pembahasan di atas, maka tujuan penulisan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisa nilai-nilai Islam apa sajakah yang
terkandung dalam seni tradisional debus di Menes Pandeglang Banten.
10
An-Nabiri, Meniti Jalan Dakwah…hal.53 11
An-Nabiri, Meniti Jalan Dakwah…hal.54
7
D. Manfaat dan Kegunaan penelitian
1. Manfaat penelitian
a. Manfaat Akademis
Dalam konteks akademis, penelitian ini dapat menjadi referensi atau
perbandingan bagi studi-studi yang akan datang. Dan memeberikan
sumbangan pemikiran mengenai Seni Tradisional Debus kepada pembaca,
masyarakat, Khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, dan anggota debus di Menes Pandeglang
Banten.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya studi mengenai
Komunikasi Antar budaya dan Antar kelompok. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang terkait.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan,
terutama di bidang dakwah dan Komunikasi Antar budaya dan Antar
Kelompok.
8
E. Metodologi Penelitian
a. Metode penelitian
Adapun metode12
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian analisis deskriftif dengan menggunakan pendekatan kualitatif,13
yaitu sutau
penelitian yang berupaya menghimpun data, mengelola, menganalisa dan menafsirkan
secara kualitatif.14
Oleh karena itu, data-data penelitian yang dikumpulkan dalam
wujud konsep-konsep.15
2. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
penelitian kualitatif yang bersumber pada data deskriftif,16
yaitu dengan cara
penulisan menggmabarkan permasalahan dengan didasari oleh data-data yang ada
kemudian dianalisis lebih lanjut untuk kemudian ditarik kesimpulan.
12 Metode dalam hal ini diartikan sebagai suatu cara yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu. Sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk
menemukan, mengembangkan, dan menguji suatu pengetahuan yakni usaha dimana dilakukan dengan
menggunakan metode-metode tertentu. Lihat Sutrisno Hadi, Metodolog Riset, (Yogyakarta: UGM
Press, 1997), hal. 3 13 Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari subjek penelitian yang dapat
diamati. Definisi lain penelitian kualitatif adalah merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara
terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan , perasaan, dan perilaku individu atau
sekelompok orang. Lihat Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), hal.4 14
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada
(Denzin dan Lincoln, 1987). Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 5 15
Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), hal.4 16
Widodo, Cerdik Menyusun Proposal Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Jakarta:
Magna Script, 2004)
9
3. Data Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan sumber data yang berasal dari dua sember
yang berbeda, yaitu:
a. Data Primer, yaitu merupakan data utama. Data primer merupakan hasil
wawancara secara langsung kepada kelompok debus yang ada di Menes
Pandeglang banten.
b. Data Sekunder, yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data yang berfungsi sebagai data pendukung. Data
sekunder didapat dari buku-buku, internet, penelitian terdahulu, dan
sumber-sumber tertulis lainnya yang mengandung informasi yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas.
4. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek yaitu pelaku pokok pembicaraan, sesuatu yang menjadi pusat
pengamatan. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah pemimpin
kelompok debus di Menes pandeglang Banten.
b. Objek Penelitian
Objek yaitu sesuatu yang menjadi sasaran pembicaraan. Adapun yang
menjadi objek penelitian ini adalah Nilai-nilai yang terkandung dalam Seni
Tradisional Debus.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara untuk mendapatkan data yang
sedang diperlukan dalam penelitian. Adapun teknik yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi:
10
a. Riset Lapangan (Field Research)
Penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi yang dalam hal
ini adalah sekertariat pimpinan debus di Menes Pandeglang Banten.
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data-data yang digunakan
dalam penelitian ini, dengan menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Observasi (pengamatan Langsung) yaitu teknik pengumpulan data
dengan cara melaksanakan kegiatan langsung pada perusahaan
untuk mencatat data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
2. Wawancara (Interview) yaitu teknik pengumpulan data dengan
melakukan tatap muka secara langsung dengan pihak yang
bersangkutan yakni dengan mengadakan Tanya jawab sesuai dengan
data-data yang diperlukan dalam memecahkan masalah yang akan
dibahas. penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur,
yaitu wawancara yang bebas dimana penelitian tidak menggunakan
pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan kepada ketua dan anggota
debus.
3. Dokumentasi yaitu sumber data yang berupa catatan resmi, juga
termasuk dokumen-dokumen yang mengungkapkan suatu
gambaran, seperti: biografi, autobiografi, surat-surat, buku harian,
dan lain-lain, termasuk hasil dari wawancara terhadap orang-orang
terkait dalam kegiatan penelitian ini.
11
b. Riset Kepustakaan (Library Reasearch)
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini
adalah studi kepustakaan dengan membaca, memahami dan mengaalisa
buku-buku serta menulusuri berbagai literatur yang relevansinya
dengan pembahasan ini, serta literatur lain sebagai penunjang untuk
dikaji lebih juga guna mencari landasan pemikiran dalam upaya
pemecahan masalah.
6. Teknik Mengolah dan Analisis Data
a. Mengolah data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data memilah-milahnya menjadi suatu
yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan dan
Biklen,1982).17
b. Analisis Data
Semua data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis berdasarkan
metode analisis yang sesuai dengan metode penelitian yang digunakan,
karena penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif, maka analisis
berdasarkan pernyataan keadaan dan ukuran kualitas (bersifat non-
statistik) yaitu cara melaporkan data mengklasifikasikan serta menjelaskan
semua data yang terkumpul secara apa adanya.
17
Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif… hal.248
12
F. Tinjauan Pustaka
Sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, ada beberapa buku maupun
tulisan yang berkaitan dengan skripsi yang akan penulis tulis. seperti berikut ini:
1. Tesis yang berjudul “Debus, Islam dan Kiyai: study kasus di desa Tegal
sari, Serang”. Karya Isman Pratama Nasution tahun 1995. Dalam tesis ini
penulis melihat debus dari sedut antropologi. Tulisan Isman ini memiliki
kelebihan dalam analisis antropologi.
2. Tesis yang berjudul “Debus sebagai Fenomena Keagamaan (Study
Kultural Debus Banten)”. Karya Nauval Syamsu, S.Ag tahun 2003.
Dalam tesis ini penulis lebih mengedepankan sejarah debus dan
perkembangan debus di Banten. Dalam penelitian ini hanya membahas
sejaran an perkemangan debus saja, tidak membahas nilai-nilai Islam yang
terkandung dalam Seni Tradisional Debus.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini, penulis memprioritaskan isi tulisan ini mejadi
lima bab yang terdiri dari sub-sub bab yang sesuai dengan pokok yang hendak
dibatasi. Adapun pembahasan sistematika dalam penulisan secara lengkap adalah
sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Bab I Terdiri dari Pendahuluan, mencakup Latar Belakang Masalah,
Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian , Manfaat
dan Kegunaan penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan
Sistematika Penulisan.
13
BAB II : Tinjauan Teoritis
Bab II ini meliputi Nilai-nilai Islam, Tradisi Islam di Banten, Pengertian
Debus, Unsur-unsur Debus, Kegiatan Debus dan Ritual Debus.
BAB III : Deskripsi Umum tentang Profil
Bab III menjelaskan tentang Profil Debus di Menes Pandeglang Banten,
mencakup Sejarah adanya Seni Tradisional Debus di Banten, Visi dan Misi
Kelompok Debus, Kegiatan Debus, Sarana dan Prasarana Kegiatan.
BAB IV : Analisis
Bab IV ini meliputi Analisis Data, mencakup nilai-nilai Islam dalam Seni
Tradisional Debus di Menes Pandeglang Banten.
BAB V : Penutup dan Saran
Bab V ini, diantaranya mencakup Kesimpulan dan Saran.
14
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Nilai
Manusia merupakan makhluk sosial dan makhluk budaya, maka tentunya
manusia selalu berdampingan dan berinteraksi dengan sesamanya. Dalam hal ini,
manusia tidak mungkin bisa memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya bantuan
dari orang lain. Karena pada dasarya manusia saling membutuhkan, “dalam rangka
membangkitkan sifat sosialitasnya, manusia akan terjadi masalah-masalah sosial yang
bahwa masalah sosial itu selalu ada kaitannya dengan yang dekat dengan nilai-
nilai”.18
Dapat dikatakan bahwa nilai berkaitan dengan hubungan manusia dengan
manusia lainnya, dalam arti bermasyarakat.
Filsafat Jerman-Amerika, Hans Jonas menyatakan, nilai adalah the addressee
of a yes, “ sesuatu yang ditujukan dengan „ya‟ kita”, karena nilai selalu mempunyai
konotasi positif sehingga nilai menjadi sesuatu yang kita ia kan dan kita aminkan.19
Hal tersebut sesuai dengan pengertian nilai menurut E. Kosasih, bahwa ”nilai adalah
sesuatu yang penting, berguna atau bermanfaat bagi manusia”.20
Sehingga nilai
merujuk pada hal-hal yang positif.
Dalam Ensiklopedi Britanica yang dikutip oleh Nour Syam menyebutkan
bahwa “nilai itu adalah sesuatu penetapan atau suatu kualitas sesuatu objek yang
18
Ahmadi dalam Jalaludin dan Abdillah, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan
Pendidikan (Jakarta: Gaya Media Pratama.1997). hal.122 19
Karl Bertenes, Etika, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2011). cet. XI, hal.149 20
E. Kosasih, Dasar-dasar Keterampilan Bersastra, (Bandung: Yrama Widya, 2012). Hal.46
15
menyangkut suatu jenis apresiatif atau minat”.21
Sedangkan Burbecher membedakan
nilai itu kedalam dua bagian yaitu:
Nilai intrinsik dan instrumental. Nilai instrumental ialah nilai yang dianggap baik
karena bernilai untuk sesuatu yang lain, selanjutnya, nilai intrinsik adalah yang di
anggap baik, tidak untuk sesuatu yang lain, melainkan di dalam dirinya, nilai
merupakan sesuatu yang ada hubungannya dengan subjek manusia. Nilai akan
selalu muncul apabila manusai (sebagi makhluk sosial) ini mengadakan
hubungan sosial atau dengan kata lian hidup bermasyarakat dengan menusia
lain.22
Sesuai dengan penjelasan di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa, nilai merupakan sesuatu yang positif dan tidak bisa lepas dari hubungan
manusia dengan manusia lainnya. Hal itu menjadikan nilai sebagai apresiasi manusia
dengan menetapkan sesuatu hal, jika pribadi menganggap sesuatu itu bernilai maka
sesuatu itu akan bernilai.
Nilia-nilai ajaran Islam meliputi tiga bidang yaitu Aqidah, Syari‟ah dan
Akhlak.
1. Akidah
Akidah berasal dari bahasa Arab: „aqada-ya‟qidu-uqdatan-wa „aqidatan,
artinya ikatan atau perjanjian, maksudnya sesuatu yang menjadi tempat bagi hati dan
hati nurani terikat kepadanya.23
Akidah juga bisa disebut sebagai kepercayaan dasar
atau keyakinan pokok.24
Sesuai dengan maknanya, yang dimaksud dengan akidah
ialah bidang ke imanan dalam Islam dengan meliputi semua hal yang harus diyakini
oleh seseorang muslim atau mukmin, yang termasuk bidang akidah ialah rukun Iman,
21
Jalaludin dan Abdillah…hal.113 22
Jalaludin dan Abdillah…hal.114 23
Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal.13 24
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka,2007), cet. VII, hal.1115
16
yaitu iman kepada Allah, kepada Malaikat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya,
kepada rasul-rasul-Nya, kepada hari akhir, dan kepada Qada‟ dan Qadar.
2. Syari’ah
“Syari‟ah adalah hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia,
hubungan manusia dan alam sekitar, berdasarkan Al-Qur‟an dan Al-Hadits”.25
Peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan disebut dengan
Ibadah, dan yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan alam
seluruhnya disebut Muamalah. Rukun Islam yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan
haji termasuk kepada Ibadah, yaitu Ibadah khusus yang materi dan tatacaranya telah
ditentukan secara permanen dan rinci dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulull ah SAW.
3. Akhlak
Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqu yang menurut
bahasa adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.26
Akhlak merupakan
bagian ajaran Islam yang mengatur tingkah laku manusia. Ibnu Maskawaih
mendefinisikan akhlak dengan “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya
melakukan perbuatan-perbuatan baik tanpa melalui pertimbangan pikiran”.27
Dalam
Islam selain akhlak juga istilah etika. Etika adalah “sesuatu ilmu tentang yang baik
dan buruk”.28
Akhlak berdasarkan objeknya dibedakan menjadi dua yaitu: pertama, akhlak
kepada khaliq. Kedua akhlak kepada makhluk. Terbagi menjadi akhlak kepada
25
Kamus Besar Bahasa Indonesia… hal.1115 26
Kamus Besar Bahasa Indonesia… hal.20 27
http : //www.sarjanaku.com/2011/09/pendidikan-agama-Islam-pengertian.html, Pengertian
Pendidikan Agama Islam: Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup, diakses pada hari Sabtu, 11 Januari
2014. 11.53 Wib 28
K. Bertenes, Etika… hal.6
17
Rasulullah SAW, akhlak kepada keluarga, akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada
sesama atau orang lain dan akhlak kepada alam.29
a. Akhlak kepada Allah
Sikap dan tingkah laku perbuatan seorang muslim kepada khaliq Al-
Ma‟bud bi-haq, adalah sebagai pencerahan jiwa umat yang ta‟at dan patuh,
takwa dan pasrah kepada kesadaran yang utuh, bahwa segala yang dimiliki,
mulai dari kehidupan pribadinya dan apa yang diperolehnya, seperti hibah dan
warisan, sampai pada yang diusahakannya dengan bekal keahlian,
keterampilan dan ketekunan sehinga dapat mencapai kedudukan yang mulai,
semua yang diterimanya semata-mata karena “munnah dan fadl” (pemberian
dan penghargaan) dari Allah.30
Sikap dan tingkah laku umat Islam terhadap Khaliq berlandaskan
kesadaran, bahwa Allah yang menciptakan dirinya dan apa saja yang
merupakan kelengkapan hidupnya, allah berkuasa pula untuk mencabut apa
saja yang diberikan itu, juga ia sadar bahwa Allah mengetahui, bukan saja
yang nyata dari segala sepak terjangnya, tapi juga yang jauh tersembunyi
dalam lubuk hati seseorang.31
b. Akhlak kepada makhluk; terbagi menjadi sebagai berikut:
1) Akhlak kepada Nabi atau Rasul
Setiap umat Islam yakin, bahwa Muhammad adalah Rasul
Allah, dan merupakan kewajiban bagi muslim dan muslimah untuk
29
Anwar,Akidah Akhlak…hal.213 30
Kh. Abdullah Salim, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, (Seri Media
Dak‟wah). hal.20 31
Salim, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakat…hal. 21
18
beriman kepada Allah, kepada Rasulullah SAW, dan kepada para
Rasul-Rasul yang lain. Menyatakan pengakuan dan bersaksi bahwa
Muhammad SAW adalah Rasul Allah . itulah pernyataan yang harus
dilakukan oleh setiap umat Islam sebagai selayaknya orang yang
mengakui dan menyakini kebenaran Rasulullah. Kesaksian dan
pengakuan ini tidak boleh dan tidak pantas sebagai kesaksian palsu,
sebab kepentingan kesaksian itu bukan kepentingan pribadi
Muhammad SAW., tetapi kepentingan pribadi masing-masing umat
Islam itu sendiri yang memerlukan petunjuk, untuk kebaikan dan
kesejahteraan hidup dunia dan akhirat mereka.32
2) Akhlak kepada diri sendiri
Setiap umat Islam harus menyadari sepenuhnya bimbingan
Allah melalui sunnah Rasulullah SAW, agar selalu membersihkan dan
mensucikan dirinya dan sadar sepenuhnya bahwa ukuran dasar Islam
tentang akhlak adalah:
Seorang muslim berkewajiban memperbaiki dirinya sebelum
bertindak keluar, ia harus beradab, berakhlak terhadap dirinya sendiri,
karena ia dikenakan tanggung jawab terhadap keselamatan dirinya dan
lingkungan masyarakatnya.33
32
Salim, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakat…hal.40 33
Salim, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakat…hal.66
19
3) Akhlak terhadap tetangga
Setiap umat Islam harus mengetahui bahwa tetangga
mempunyai hak. Kewajiban setiap muslimin dan muslimah terhadap
tetangganya itu diatur di dalam Al-Qur‟an maupun Al-Hadits, di dalam
Al-Qur‟an Allah SWT menerangkan yang artinya:
وا عبد وا اهلل و ال تشس كوا به شيئب و بب لوا لد يه ا حسب وب و بر ى ا لقس بي وا
وا لمسكيه وا لجبز ذى ا لقس بي وا لجبز الجىب والصبحب بب لجىب وا ليتمي وا
مختب ال فخو زا ن ن هلل ال يحب مه كبابه ا لسبيل و مب ملكت ا يمب وكم
“dan berbaktilah kepada Allah SWT.: jangan mempersekutukan Dia
dengan apapun jua; dan terhadap kedua ibu bapak berbuat baiklah,
demikian juga terhadap keluarga yang dekat, anak yatim, orang
miskin, tetangga yang dekat, tetangga jauh, teman seiring, orang-
orang dalm perjalanan dan orang-orang yang menjadi sahayamu,
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang congkak dan
sombong, baik dalam ucapan maupun dalam perbuatan” (An-Nisa:
36).34
4) Akhlak terhadap sesama muslim
Setiap muslim mempunya hak-hak dan kewajiban tertentu
terhadap saudara muslim lainnya, karena mereka telah dipersaudarakan
Allah, seperti tertera dalam surat Al-Hujurat, ayat 10, sebagai berikut:
اومب المؤمىون اخوة فبصلحوا بيه اخويكم واتقوا اهلل لعلكم تسحمون
34
Salim, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakat…hal.114
20
“Sesungguhnya umat yang beriman satu terhadap lainnya adalah
saudara (kandung), hendaknya selalu diusahakan perdamaian di
antara para mereka yang bersaudara itu, selalu bertaqwalah kepada
Allah, semoga kamu selalu mendapat curahan rahmat dari Allah”.35
5) Akhlah kepada non muslim
Setiap manusia meskipun mereka kafir, mereka adalah
Makhluk Allah SWT, yang mempunyai hak hidup di atas bumi ini.
Aka tetapi ada perbedaan prinsip antara yang muslim dan kafir. Maka
Islam memberi batasan khusus dalam sistem pergaulan yang
merupakan tata cara atau akhlak pergaulan dengan orang yang kafir.36
4. Identifikasi nilai-nilai budaya sebagai karakter bangsa
Terindentifikasi sejumlah nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa
sebagai berikut, Nilai dan Deskripsi Nilai dalam Pendidikan:
a. Religious sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang di anutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur perilaku ayng didasari pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
c. Toleransi sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras perilaku yang menunjukkan upaya sunggug-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri sikap an perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.37
35
Salim, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakat…hal. 36
Salim, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakat…hal.160 37
Kementrian pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pembangunan Kurikulum, Badan Penelitian Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya Untuk Membentuk
21
B. Tradisi Islam di Banten
Banten sebagai salah satu daerah yang kaya akan budaya tradisional,
perkembangan kesenian di Banten yang hampir surut. Sampai saat ini terdapat
beberapa bentuk kesenian yang masih bertahan di Banten yaitu:
1. Pencak Silat
Pencak silat merupakan seni beladiri yang berakar dari budaya asli bangsa
Indonesia. Disinyalir dari abad ke 7 Masehi silat sudah menyebar ke pelosok
nusantara. Perkembangan dan penyebaran silat secara historis mulai tercatat ketika
penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama, seiring dengan penyebaran
agama Islam pada abad ke15 di Nusantara. Kala itu pencak silat telah diajarkan
bersama-sama dengan pelajaran agama di pesantren-pesatren dan juga surau-
surau. Silat lalu berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan seni tari rakyat,
menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah.
Disamping itu juga pencak silat menjadi bagian dari latihan spiritual. Banten yang
namanya sangat dikenal untuk ilmu silatnya juga penyebarannya tidak terlepas
dari ajaran agama Islam. Tidak heran banyak nama dari jurus dan gerakan
perguruan silat asli Banten diambil dari aksara dan bahasa arab. Pencak silat
Banten mulai dikenal seiring dengan berdirinya kerajaan Islam Banten yang
didirikan pada abad 15 masehi dengan raja pertamanya Sultan Hasanudin.
Perkembangan pencak silat pada saat itu tidak terlepas dari dijadikannya silat
sebagai alat untuk penggemblengan para prajurit kerajaan sebagai bekal
Daya Saing dan Karakter Bangsa: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta, 2012), hal.7-10
22
ketangkasan bela negara yang diajarkan oleh para guru silat yang mengusasai
berbagai aliran.
2. Debus
Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten. Kesenian ini diciptakan
pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-
1570). Debus, suatu kesenian yang mempertunjukan kemampuan manusia yang
luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api, minum air keras, memasukan benda
kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala dan lain-lain.38
3. Rudat Banten
Rudat adalah kesenian tradisional khas Banten yang merupakan perpaduan
unsur tari, syair shalawat, dan olah kanuragan yang berpadu dengan tabuhan
terbang dan tepuk tangan. Rudat terdiri dari sejumlah musik perkusi yang
dimainkan oleh setidaknya delapan orang penerbang (pemain musik) yang
mengiringi tujuh hingga dua belas penari.Menurut beberapa tokoh Rudat, nama
Rudat diambil dari nama alat yang dimainkan dalam kesenian ini. Alat musik
tersebut berbentuk bundar yang dimainkan dengan cara dipukul. Seni Rudat mulai
ada dan berkembang pada masa pemerintahan Sinuhun Kesultanan Banten II,
Pangeran Surosowan Panembahan Pakalangan Gede Maulana Yusuf (1570-1580
M).
38
http://www.pesantrenglobal.com/debus-seni-mistis-islam-tanah-banten/. Diakses pada 07-
01-2014, hari selasa pukul 12.42
23
5. Tari Dzikir Saman Banten
Dzikir Saman yang ada di Banten berbeda dengan Saman yang ada di
Aceh, disini para pemainnya terdari dari laki-laki dengan membentuk lingkaran.
Sambil berputar, sambil menyebutkan shalawat Nabi Muhammad SAW. Seni
Dzikir Saman ini tidak diiringi dengan perangkat alat musik, hanya nyanyian
dengan menyebut asma Allah, alok dan gerakan tubuh yang berputar-putar. Seni
ini sudah ada sejak dahulu, biasanya dalam acara tertentu seperti Khol Syeh Abdul
Khodir Jailani, Rasullan, dan acara keagamaan lainya.
6. Ubrug Banten
Istilah ubrug diambil dari bahasa Sunda yaitu saubrug-ubrug yang artinya
bercampur baur. Dalam pelaksanannya, kesenian ubrug ini kegiatannya memang
bercampur yaitu antara pemain atau pelaku dengan nayaga yang berada dalam
satu tempat atau arena. Waditra yang digunakan dalam ubrug yaitu kendang besar,
kendang kecil, goong kecil, goong angkeb (dulu disebut katung angkub atau
betutut), bonang, rebab, kecrek dan ketuk. Busana yang dipakai yaitu: juru
nandung mengenakan pakain tari lengkap dengan kipas untuk digunakan pada
waktu nandung. Pelawak atau bodor pakaiannya disesuaikan dengan fungsinya
sebagai pelawak yang harus membuat geli penonton.
Urutan pertunjukan ubrug yakni sebagai berikut :
a. Tatalu, gamelan ditabuh sedemikian rupa sehingga kedengaran semarak
selama 10-15 menit yang dimulai pada pukul 21.00 WIB.
b. Lalaguan, Ini kemudian disambung tatalu singkat sekitar 2 menit
dilanjutkan dengan Nandung.
24
c. Lawakan, lakon atau cerita yang akan disuguhkan.
d. Soder, yaitu beberapa ronggeng keluar dengan menampilkan goyang
pinggulnya. Para pemain memakaikan kain, baju, topi atau yang lainnya ke
tubuh ronggeng. Sambil dipakai, para ronggeng terus menari beberapa saat
dan kemudian barang-barang tadi dikembalikan kepada pemiliknya dan si
pemilik menerima dengan bayaran seadanya. Soder berlangsung + 20-30
menit.
7. Tari Cokek Banten
Cokek adalah sebuah tarian tradisional dari daerah Tangerang yang
dimainkan kali pertama sekitar abad ke-19. Ketika itu, tarian ini diperkenalkan
oleh Tan Sio Kek, seorang tuan tanah. Tionghoa di Tangerang yang sedang
merayakan pesta. Dalam perayaan pesta itu, Tan Sio Kek mengundang beberapa
orang ternama yang tinggal di Tangerang. Tan Sio Kek mengundang juga tiga
orang musisi yang berasal dari daratan Cina. Ketika itu, para musisi Cina hadir
sambil membawa beberapa buah alat musik dari negara asalnya. Salah satu alat
musik yang mereka bawa yakni Rebab Dua Dawai. Atas permintaan Tan Sio Kek,
group ini juga memainkan beberapa alat musik tradisional dari daerah Tangerang,
seperti seruling, gong serta kendang.
8. Dog-dog Lojor Banten
Kesenian dogdog lojor terdapat di masyarakat Kasepuhan Pancer
Pangawinan atau kesatuan adat Banten Kidul yang tersebar di sekitar Gunung
Halimun (berbatasan dengan Sukabumi, Bogor, dan Lebak). Meski kesenian ini
dinamakan dogdog lojor, yaitu nama salah satu instrumen di dalamnya, tetapi di
sana juga digunakan angklung karena kaitannya dengan acara ritual padi. Setahun
25
sekali, setelah panen seluruh masyarakat mengadakan acara Serah Taun atau
Seren Taun di pusat kampung adat. Pusat kampung adat sebagai tempat kediaman
kokolot (sesepuh) tempatnya selalu berpindah-pindah sesuai petunjuk gaib.
Tradisi penghormatan padi pada masyarakat ini masih dilaksanakan karena
mereka termasuk masyarakat yang masih memegang teguh adat lama.
9. Golok Banten
Golok adalah pisau besar dan berat yang digunakan sebagai alat berkebun
sekaligus senjata yang jamak ditemui di Asia Tenggara. Hingga saat ini kita juga
bisa melihat golok digunakan sebagai senjata dalam silat. Ukuran, berat, dan
bentuknya bervariasi tergantung dari pandai besi yang membuatnya. Golok
memiliki bentuk yang hampir serupa dengan machete tetapi golok cenderung lebih
pendek dan lebih berat, dan sering digunakan untuk memotong semak dan dahan
pohon. Golok biasanya dibuat dari besi baja karbon yang lebih lunak daripada
pisau besar lainnya di dunia. Ini membuatnya mudah untuk diasah tetapi
membutuhkan pengasahan yang lebih sering.39
1. Pengertian Debus
Debus adalah salah satu kesenian di Banten yang sampai saat ini masih
bertahan dan lebih dikenal dibandingkan dengan bentuk kesenian lainnya. Ada
pendapat bahwa debus adalah permainan yang menunjukkan kekebalan seseorang
baik dari senjata api, senjata tajam, api dan sebagainya, sementara ada kelompok lain
yang menyatakan bahwa yang disebut dengan kesenian debus adalah kesenian yang
39 http://budayabanten.blogspot.com/ Sejarah Dan Kebudayaan Provinsi Banten, diakses pada
hari kamis, 13 Februari 2014, pukul 12.22 Wib
26
menggunakan perangkat yang memang telah digunakan sejak zaman kesultanan
Banten. Jika pendapat kedua benar, maka dapat dikatakan bahwa tidak semua
permainan kekebalan merupakan kesenian debus.
Dari uraian di atas maka dapat dipahami bahwa debus merupakan suatu jenis
permainan untuk membuktikan kekebalan, dan alat yang digunakan disebut dabus,
yaitu sebuah alat dari kayu yang ujungnya diberi besi tergantung yang runcing;
kemampuan ajaib untuk tahan tidak luka memegang rantai yang dibakar hangus,
praktik kekebalan diri dari pukulan dan tusukan.40
Ada dua pendapat tentang makna kata debus itu sendiri yaitu, Atjeh
mengatakan bahwa kata debus berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Arab. Akar kata
dari debus ialah dabbus yang berarti “sepotong besi tajam”.41
Sedangkan pendapat
kedua menyatakan bahwa kata debus berasal dari bahasa lokal, yaitu bahasa Sunda,
yaitu kata tembus yang dikaitkan dengan tajamnya alat tersebut yang dapat menembus
tubuh seseorang jika dipukulkan.42
Dengan mengutip dari beberapa sumber, Vredenbregt menyebutkan beberapa
padanan kata debus. Debus juga dapat dijumpai dalam beberapa literature di luar
Banten, misalnya di Jawa, dalam kitab Serat Tjentini digambarkan tentang suatu jenis
permainan yang disebut gabusan, debus atau gedebus. Sementara si Aceh permainan
seperti ini desebut Rapa‟i atau disebut juga daboih atau meudaboih. Sementara di
Sumatera Barat permainan sejenin ini disebut badabuih atau dabuih, yang meruoakan
kata dari bahasa Minang dan berakar kata dari bahasa Arab yaitu dabbus yang berarti
40
Imron Arifin. Debus, Ilmu kekebalan dan kesaktian dalam Tarekat Rifa‟iyah, (1993). hal.25 41
Abu Bakar Atjeh. Pengantar Ilmu Tarekat, (Jakarta: Ramadhani 1993), hal.357 42
Di Banten juga dikenal sebuah kesenian yang disebut Al-Madad. Kesenian ini merupakan
pengembangan dari kesenian debus. Lihat Ismetullah Abbas, Sejarah dan Objek Spiritual Banten,
(1990), hal. 9
27
jarum tusuk. Dari beberapa daerah yang penulis ketahui, permainan kesenian debus
inipun berkembang di Cirebon dan Banyuwangi.
2. Hakekat Debus
Menurut Isman dalam permaianan ritual debus ada tiga pokok yan harus
diperhatikan dan tidak terpisahkan, yaitu shalawat, dzikir dan permainan debus.43
Begitu pentingnya, jika salah satu hilang maka debus sebagai suatu permainan akan
kehilangan maknanya. Seorang informan menyatakan kepada isman bahwa:
“ Ada tiga unsur yang penting dalam debus yang harus ada dan tidak boleh
ditinggalkan salah satunya. Jika salah satu ditinggalkan maka itu bukan debus….
Jika ada pertunjukkan debus hanya sahalawat saja, maka itu bukan debus tetapi
shalawatan. Jika pertunjukkan debus hanya dzikir, maka itu bukan debus tetapi zikir,
jika ada pertunjukkan debus hanya olah batin saja, maka itu bukan debus tetapi atraksi
kekebalan”.
3. Unsur-unsur Debus
Dalam permaianan debus terdapat beberapa unsur yang saling terkait dan
harus mendapat perhatian tersendiri. Menurut Vredenbregt, terdapat beberapa unsur
dalam permainan debus di Banten, unsur-unsur ini merupakan “sesuatu” yang penting
dan saling terkait antara satu dan lainnya, unsur-unsur tersebut adalah pemimpin atau
syeikh debus, pemain, permainan, peralatan, pertunjukkan dan musik pengiring.44
a. Unsur pemimpin
Pada setiap kelompok debus selalu ada salah seorang yang jadi pemimpin.
Pemimpin debus adalah orang yang dituakan dalam kelompok tersebut. Dalam
permainan debus, seorang pemimpin atau syeikh debus merupakan unsur yang
terpenting.
43
Isman Pratama Nasution, Debus, Islam, dan Kiyai: Studi Kasus di desa Tegalsari Serang,
(Jakarta: Universitas Indonesia 1995). Hal.18 44
Vredenbregt, Debus in West Java …hal. 305-309
28
Keberhasilan suatu permainan tergantung sejauh mana peran dan keahlian
seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Syeikh debus, disamping sebagai
pemimpin debus, ia juga biasanya sebagai pemimpin tarekat (leader of mystical
fraternity) di kampung tersebut.45
Seorang pemimpin tidak sebatas memimpin suatu pertunjukkan, lebih dari itu
ia adalah seorang motivator yang membuat mereka berani melakukan atraksi.
Vredenbregt menulis bahwa “prmain debus berani karena syeikh”.
Melihat kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin debus, kadangkala
kemampuan seperti itu yang kemudian berkembang dan sering menjadi kultus
individu terhadap seorang syeikh. Dikatakan bahwa seorang syeikh terbebas dari
kesalahan jika terjadi kesalahan terhadap seorang pemian. Padahal kalau
diperhatikan, kehidupan seorang syeikh debuspun tidak berbeda dengan kalangan
masyarakat biasa.
Lebih jauh Vredenbregt memberikan penjelasan tentang peranan syeikh debus,
antara lain sebagai instruktur yang memberikan perintah kepada para pemain,
sebagai wasilah (perantara) kepada Syeikh Abdul Qadir Jailani.46
b. Unsur Pemain
Adanya seorang pemimpin mensyaratkan adanya orang yang dipimpin,
anggota atau anak buah. Anggota kelompok debus sebagai pemain debus.
Biasanya pemain debus adalah orang yang telah mencapai usia balig (dewasa)
atau yang dikatakan oleh Vredenbregt “telah mempunyai hak sendiri dan
kewajiban terhadap tuhan”. Usia mereka antara 30-40 tahun, namun ada juga yang
berusia antara 18-20. Mereka umumnya adalah masyarakat yang hidup di sekitar
45 Vredenbregt, Debus in West Java…hal. 304
46 Vredenbregt, Debus in West Java…hal. 307-308
29
tempat tinggal syeikh debus, anda pun ada dari kampung lain hanya beberapa
orang saja.47
c. Unsur Peralatan
Debus merepakan sebutan untuk peralatan yang digunakan dalam permainan
debus, yang berbentuk kayu silinder dengan rantai besi kecil di sekelilingnya dan
terdapat paku besi di tengah-tengahnya dengan ujungnya yang tajam. Ada dua
ukuran dari peralatan tersebut, yaitu besar dan kecil.48
d. Unsur Permainan
Dalam uraian di atas sudah di jelaskan inti dari permainan debus adalah
pertunjukkan kekebalan dari benda-benda tajam. Permainan debus atau
pertunjukkan debus, menurut Vredenbregt terbagi dalam dua teknik; pertama apa
yang disebut dengan teknik A.
Teknik A, pemain debus memegang sebuah debus kecil kemudian ia
melakukan beberapa gerakan tarian seraya mengangkat debus tersebut di atas
kepalanya sambil memutar-mutarkanya di sekitar kepala yang menimbulkan suara
gemerincing, ia menusukkan debus tersebut pada tubuh mereka sambil berseru “
Allahu Akbar”. Sementara dalam teknik B. pemain menggunakan debus besar
yang dipanggul di atas pundaknya lalu diangkat dengan memegang ujungnya
sambil menari, sementara temannya membawa pulu baik yang kecil maupun yang
besar di pundak mereka ataupun debus kecil yang dijadikan sebagai alat
pemukul.49
47
Vredenbregt, Debus in West Java…hal. 306 48
Vredenbregt, Debus in West Java…hal. 306 49
Menurut Ismetullah Al-Abbas. Syeikh Al-Madad atau Syeikh Al-Madat adalah orang yang
mengembangkan kesenian debus. Lihat Sejarah dan Objek Spiritual Banten. Ismetullah Abbas. 1990.
Hal.9
30
Para pemain debus kemudian membentuk gerakan melingkar dan saling
berhadapan. Pemain yang memegang debus besar menusukkan ujung debus (al-
madad) pada beberapa bagian tubuhnya sementara pemain lain bersiap untuk
memukul ujung debus yang lain dengan palu. Sambil berteriak “ Syeikh al-
madad”,50
pemain yang lain menjawab dengan kata “Hadir”,51
lalu memukullah
pemian debus yang memegang debus kecil ataupun palu.
e. Unsur Musik Pengiring
Alat musik untuk pingiring permainan debus terdiri atas gendang besar,
gendang kecil, goong, terompet, dan kecrek.52
Bentuk-bentuk tarian yang diperankan oleh pemian debus diiringi oleh
permainan musik sebagai pelengkap dan daya tarik permianan itu sendiri, selain
itu juga, pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur‟an, dzikir, shalawat dan pembacaan
wawacan Syeikh atau hikayat Syeikh53
yang dibacakan oleh seorang pemimpin.
Vredenbregt menggambarkan bahwa permainan debus ini biasanya dilakukan
pada malam hari setelah shalat megrib, namun dimungkinkan juga dilakukan juga
pada waktu yang lain, misalnya pertunjukkan yang dilakukan di siang hari karena
keterkaitan dengan acara yang lain.
Pertunjukkan debus tidak dapat dilakukan secara mendadak. Ada beberapa
peraturan yang harus ditaati oleh Syeikh dan anggota debus. Syeikh harus
berpuasa, tidak boleh melakukan hubungan seks ataupun hal-hal lain yang
50
Al-Abbas. Sejarah dan Objek Spiritual Banten… hal.10 51
Kata “hadir” pada beberapa kelompok diucapkan ketika do‟a atau amalan selesai. Kata ini
adalah simbolisasi penyatuan diri dengan amalan. 52
http://zmughnii.blogspot.com/2013/05/5-kesenian-unik-banten.html. Diakses pada hari selasa tanggal 07 Januari 2014, pukul 12.09 Wib
53 Wawacan Syeikh termuat dalam sebuah buku yang dikenal dengan Manaqib Syeikh. Buku
ini berisi tentang kisah kehidupan Syeikh Abdul Qadir Jailani.
31
dianggap tabu, hal ini dilakukan supaya iman kuat atau memperoleh kekuatan
spiritual.54
Pembacaan surat al-fatihah merupakan hal pertama yang harus dilakukan oleh
para pemain, Syeikh sendiri memohon perlindungan dan bantuan khusus dari Nabi
Muhammad, Syeikh Mochtar Palembang, syeikh Halil Aceh, dan Syeikh Abdul
Qadir Jailani.pembacaan surat al-fatihah ini diperuntukkan bagi nama-nama di
atas. Setelah itu secara bersamaan mereka membaca wawacan Syeikh dan
pembacaan ini berlangsung selama pertunjukkan berlangsung.
Kemudian Syeikh debus menyiapkan air kelapa, air minum, kemenyan dan
bunga kemboja yang diletakkan di hadapannya, lalu ia membaca beberapa ayat
Al-Qur‟an sambil membakar kemenyan. Terkadang Syeikhpun melakukan
tindakan-tindakan megis seperti meniup ujung debus, meminyaki ujungnya
ataupun menusuk-nusukkannya di dada secara berulang-ulang. Kemudian syeikh
mengahadapkan kepala pemain sambil membasuh rambutnya.55
4. Kegiatan Debus
Dalam pelaksanaan pertunjukkan debus terikat pada ketentuan- ketentuan
sebagai seni pertunjukkan pada umumnya dan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi ada
juga kegiatan-kegiatan atau pertunjukan- pertunjukan lainnya sebagai berikut:
a. Pembukaan, sebelum acara resmi dimulai maka beberapa lagu-lagu yang
dimainkan dengan alat musuk tradisional dimainkan sebagai lagu pembukaan
disebut dengan "gembung".
b. Pelaksanaan Zikir, yaitu menyebut keagungan dan kebesaran Tuhan yang Maha
Esa secara dilagukan dan berulang-ulang. Dengan dzikir ini membuktikan bahwa
54
Vredenbregt,Debus in West Java… hal. 308. Puasa biasanya dilakukan sehari sebelumnya. 55
Vredenbregt,Debus in West Java… hal. 309
32
pemain dan permainan kesenian debus bukan merupakan kesenian yang
mengandung ilmu sihir atau dengan meminta perantaraan roh seperti pada
kesenian Kuda Lumping di mana pemimpin rombongan kesenian tersebut
umumnya berfungsi sebagai penanggung jawab spiritual yang harus membawa
para pelakunya kearah in trance. Selain itu juga harus dapat menyadarkan kembali
pemain apabila sudah dianggap cukup dalam melakukan salah satu atraksi. Pada
permainan debus tidaklah demikian, setiap pemain dalam melakukan kegiatannya
selalu dalam keadaan sadar.
c. Beluh atau mocopat; merupakan puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi
Muhammad SAW. Yang dilagukan berulang-ulang tanpa putus selama permainan
debus berlangsung.56
d. Pencak silat; merupakan adegan pertama yang dilakukan oleh satu atau dua
pemain, dengan atau tanpa menggunakan senjata tajam. Seorang pesilat
haruspercaya diri, cepat, tepat, tajam penglihatan dan juga kelincahan.
e. Permainan debus; atraksi di mana seorang pemain memegang alat debus (kecil)
dan ujungnya yang runcing ditempelkan ke perut. Seorang pemain lain memegang
kayu pemukul atau gada yang lalu dipukulkan kuat-kuat pada tanggkai debus.
Pukulan dilakukan berkali-kali dan ternyata tidak melukai. Posisinya tidak hanya
berdiri saja, atau pada perut saja tetapi juga dengan merebahkan diri dan pada
bagian-bagian tubuh yang lain. Debus yang besar biasanya untuk main syeh atau
ketua debus sendiri. Bila terjadi "kecelakaan" atau pemain terluka, biasanya
segera disembuhkan oleh syeh.
f. Mengupas buah kelapa dengan gigi; seorang pemain menguliti sebuah kelapa
yang masih bersabut. Setelah terkupas kemudian dibelah. Kadang-kadang di
56
K. Hadiningrat, Kesenian Tradisional debus (Jakarta: Proyek Media Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1982),hal.63
33
dalam buah kelapa kita lihat ada bihun. Dan ini bukan bihun bohongan tetapi
benar-benar bihun yang suka dimasak. Jadi bukan sulap karena setiap penonton
boleh memegangnya untuk membuktikan apakah benar itu bihun.
g. Menggoreng telur dan kerupuk di atas kepala; di atas seorang pemain diletakkan
semacam tungku api yang terbuat dari buah kelapa yang dibelah. Kemudian diisi
dengan kain-kain yang telah diberi minyak tanah dan dibakar. Setelah api menyala
diletakkanlah sebuah penggorengan (wajan) yang sudah diisi dengan minyak
kelapa. Setelah minyak mendidih barulah telur dan kerupuk dimasukkan. Untuk
membalikkan makanan tadi hanya menggunakan tangan telanjang tanpa
menggunakan alat. Walaupun tangan mereka dimasukkan dalam minyak mendidih
tetapi tidak merasakan apa-apa bahkan yang terasa hanyalah rasa dingin saja.
h. Mengerat atau menoreh tubuh; dengan senjata tajam (golok, pisau). Perut, lengan,
bahkan lidah ditoreh atau dipotong. Walaupun pisau dan golok tadi cukup tajam
(dicoba untuk memotong rambut) tatapi pemain tetap segar-bugar tiak ada luka
sedikit pun. Memang secara akal hal ini sangat sulit untuk diterima tatapi apabila
tuhan menghendaki itu bisa saja terjadi. Atraksi ini tampak sangat mengerikan
sehingga terkadang ada penonton tidak tahan melihatnya.57
i. Main api; dengan obor menyala seorang pemain membakar tubuhnya, atau
berjalan-jalan diatas bara. Pemain tidak mengalami luka bakar sedikit pun.
j. Makan kaca atau bola lampu listrik; dengan lahap pemain debus memperlihatkan
kekebalannya memakan pecahan kaca dan bola lampu listrik. Semua dilakukan
dengan sadar dan bukan seperti sulap yang biasa kita lihat. Kaca atau bola lampu
dimakan seperti krupuk.
57
Hadiningrat, Kesenian Tradisional debus…hal, 64
34
k. Memanjat tangga yang anak tangganya adalah mata golok-golok tajam; seorang
pemain dengan tidak merasa takut menaiki sebuah tangga kayu yang anak
tangganya adalah golok yang sangat tajam sekali. Dalam keadaan biasa tapak
kakinya akan putus, tetapi sang pemain melakukan dengan tenang dan ternyata
tanpa cidera. Permainan ini sangat mencekam para penonton. Rasanya sungguh
tidak masuk akal.
l. Dan lain-lain, sebenarnya masih banyak lagi atraksi lain yang dapat
dipertunjukkan. Menurut keyakinan para pemain, semua atraksi tadi dapat
dilakukan bukan karena ia yang kuat, melainkan berkat ridha dan lindungan Allah
SWT semata-mata.58
5. Ritual Debus
Akulturasi debus dengan Islam merupakan suatu bentuk sakralisasi
kebudayaan, sehingga dikatakan bahwa hubungan debus dengan Islam seperti mata
uang yang tidak memiliki arti jika salah satu bagiannya hilang. Konsep ini dapat
dipahami bahwa hanya muslimlah yang dapat mempelajari permainan debus. Konsep
ini harus diketengahkan, karena pada dasarnya debus bukan semata permainan
pertunjukkan kekebalan tubuh terhadap benda-benda tajam, namun lebih dari itu
debus merupakan sikap kepasrahan totalitas kepada Allah SWT.59
Beberapa ritual yang harus dilakukan oleh anggota debus. Disini penulis tidak
akan menulis seluruh ritual karena masing-masing kelompok memiliki ritual yang
khas, namun ada beberapa ritual yang lazim dilaksanakan, yaitu penyerahan keahlian
dari seorang guru yang dilakukan antara lain dengan pembacaa syeikh (manaqib
58
Hadiningrat, Kesenian Tradisional debus…hal, 65 59
Nauval Syamsu, Debus Sebagai Fenomena Keagamaan: Studi Kultural Debus Banten, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2003), hal. 91-92
35
syeikh Abdul Qadir Jailani). Yang dimaksud ritual saat ini adalah ritual permainan
debus.60
Ritual dalam permainan debus sebenarnya adalah bentuk-bentuk keagamaan
yang dilandaskan atas ajaran agama atau yang bernafaskan keagamaan. Dalam
permainan debus, suatu ritual yang harus dilaksanakan dengan benar, hal ini terkait
dengan tingkat kesiapan dan keberhasilan suatu pertunjukkan. Berhasilnya suatu
permainan bukan hanya keselamatan pemain tetapi juga keselamatan penonton,
karena bisa saja terjadi kecelakaan yang menimpa penonton, apalagi ketika penonton
dilibatkan langsung dalam pertunjukkan. Ketika pertunjukkan akan dimulai, kegiatan
ritual dimulai denganmembaca wawacan syeikh. Vredenbregt menggambarkan:
“sebelum melakukan pertunjukkan syeikh memberikan pengarahan kepada
para pemain, lalu ia melakukan beberapa ritual, kemudian ia menyalami semua
pemain yang akan pentas dan memberi minum pemain dengan air yang telah diberi
mantra.61
Anggapan yang mengatakan bahwa ritual debus berlangsung ketika permainan
dilakukan adalah pendapat yang keliru. Ritual dalam kelompok debus sebenarnya
dimulai ketika seorang pemain debus bergabung dalam kelompoknya. Beberapa ritual
yang terlihat paling penting adalah amalan dan puasa.
Kedua bentuk ritual ini memiliki pengaruh yang sangat besar. Puasa
merupakan latihan pengendalian diri menahan hawa nafsu. Puasa dalam ritual ini
bukan seperti puasa Ramadhan yang lazim dilaksanakan oleh kaum muslimin, puasa
Ramadhan merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim,
sedangkan puasa dalam ritual ini merupakan upaya pengolahan batin dengan tetap
mengingat Allah SWT.62
60
Seorang murid yang telah memenuhi syarat akan memperoleh ijazah, yaitu keikhlasan seorang guru untuk menurunkan ilmu atau kemampuan kepada muridnya.
61 Vredenbregt hal. 313
62 Vredenbregt, Debus in West Java… hal. 316
36
Jumlah hari puasa yang harus dilakukan seorang murid bergantung kepada
kemampuan apa yang ingin ia peroleh, misalkan ada puasa yang hanya dilakukan 3
hari, 7 hari sampai 40 hari dan bahkan ada puasa tidur,63
dimana ia tidak boleh
menguap selama menjalani ritual tersebut. Perbedaan kuantitas tersebut bergantung
juga pada kelompok yang ia ikuti. Adapun larangan yang harus dipatuhi, tidak
berzinah, tidak mencuri, tidak berjudi. Semua yang dilarang oleh agama maka itu
menjadi larangan dalam debus.
Ritual yang berlangsung dalam debus sebenarnya dimulai sejak seseorang ikut
bergabung dalam suatu kelompok tersebut. Nauval menyebutkan ada lima kegiatan
ritual yang harus dilakukan oleh anggota: Pertama, persiapan ritual, seseorang yang
akan bergabung diamati dan diwawancarai oleh pemimpin; Kedua, pelaksanaan ritual,
anggota yang diterima harus melakukan beberapa ritual seperti berpuasa atau
membaca sesuatu yang telah ditetapkan oleh syeikh‟ Ketiga, ritual pengujian, setelah
beberapa saat atau beberapa hari (tergantung persetujuan dari syeikh), anggota akan
diuji secara langsung oleh syeikh; Keempat, ritual pemantapan; dan Kelima, ritual
untuk meningkatkan kemampuan murid atau disebut ritual peningkatan.64
Dalam tahap pertama, keinginan seseorang untuk menjadi anggota adalah
faktor yang paling menentukan. Dikatakan bahwa diterima atau tidaknya suatu
kemepuan tergantung sejauh mana niat orang tersebut. Keikhlasan tidak hanya dari
pihak guru yang memberikan ilmunya, tetapi juga dari murid yang akan menerima.
63
Pelaksanaan puasa yang dilakukan oleh kelompok debus mungkin berbeda-beda tetapi
menurut kang Anda, puasa yang di lakukan oleh beliau adalah puasa di hari lahinya, jumlah puasa yang
dilakukan pun berbeda-beda bergantung pada keinginan ilmu yang ingin dicapai, mulai dari 1-40 hari,
akan tetapi jarang sekali yang melakukan puasa sampai 40 hari. Proses berbuka puasa ketika hari
terakhir puasa biasanya dengan minum air kelapa dan makan gula merah. Wawancara pribadi dengan
Kang Anda, pada Minggu 23 Maret 2014 pukul 10.12 Wib, Kp Rengat Girang 64
Nauval Syamsu, Debus Sebuah Fenomena Keagamaan: Studi Kultural Debus Banten, (Jakarta, Uiniversitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, 2003), hal. 73
37
Seorang syeikh atau guru kadangkala telah mengetahui niat yang terkandung dalam
jiwa calon murid.
Setelah tahap pertama selesai, tahap kedua syeikh menugaskan calon murid
untuk membaca beberapa amalan zikir, misalnya pembacaan tasybih, tahlil, tahmid
atau takbir. Bentuk zikir disesuaikan dengan kemampuan yang ingin diperoleh,
bentuk zikir yang paling pendek adalah membaca berulang-ulang tasybih, tahlil,
tahmid ataupun takbir, sedangkan yang panjang adalah pembacaan ayat kursi atau
zikir khusus yang hanya dimiliki oleh kelompok tertentu. Jumlahnyapun beragam,
penulis pernah mendengar ada yang cukup tiga kali saja tetapi ada juga yang harus
dibaca ribuan kali dalam sekali zikir, karena dalam pandangan syeikh, tingkatan
murid dalam beberapa hal berbeda. Ritual zikir ini biasanya dilakukan setelah shalat
wajib atau tahajud.65
Amalan-amalan yang digunakan ada yang dikutip langsung dari Al-Qur‟an,
misalnya saja kewajiban mengamalkan surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas ataupun potongan
dari sursr-surst panjang. Setiap ayat-ayat surat yang diamalkan memiliki keutamaan
dan tujuan tertentu. Contohnya pengamalan surat Al-Kahfi untuk memperoleh
kekuatan tahan panas.66
Selain dari Al-Quran, ada juga amalan yang menggunakan bahasa lokal, dari
yang penulis ketahui bahasa yang digunakan baik bahasa Sunda atau bahasa Jawa,
sudah jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari. Amalan seperti ini disebut juga
dengan mantra dan ada yang menyebutnya dengan sebutan gembel. Beberapa mantra
yang ditulis oleh Nauval antara lain:
65
Syamsu, Debus Sebuah Fenomena Keagamaan…hal. 74 66
Nasution, Debus Islam dan Kiyai…hal.98
38
Bima bayu geni mati geni
Murup mati
Sirep besi itu jadi abu
Atau campuran kutipan dari Al-Qur‟an dan bahasa lokal, seperti:
Bismillah
Urat kawat bangbalung besi
Potong tulang nyambung tulang
Potong daging nyambung daging
Potong urat nyambung urat
Potong kulit nyambung kulit
Rep sirep rep sidem (100) x67
Beberpa mantra yang dikemukakan oleh Kang Anda salah seorang pemian debus,
antara lain:
Nabiatis batu trails
Natonggong batu belengkong
Nasirah aji nurilah (3x)
Sawarang has sawarang Has
Aing nyaho kabuyutan sia
Sawarang has sawarang Has (3x)
Urat kengkeng urat uangkeng
Urat nukasebut geger
Baji balung bagi rasa
Rasa kaula syaidina Ali (3x)
Nyai Sambang jeng Aki Sambang
Ulah nyungsum kana balung
Ulah nyungsum kana tulang
Ulah nyungsum kana daging
Ulah nyungsum kana kulit
Ulah nyungsum kana bulu
Mun rek nyungsum kana batu jeng kana kayu
Rep disirep ku Kanjeng Nabi Muhammad SAW (3 x).68
67
Syamsu, Debus Sebuah Fenomena Keagamaan…hal. 75 68
Wawancar pribadi dengan Kang Anda, Minggu 23 Maret 2014 pukul 10.12 Wib, Kp Rengat Girang
39
Pada tahap ketiga, seorang murid akan diuji, apakah ia telah berhasil
mendapatkan apa yang diinginkannya atau ia gagal. Penulis sendiri pernah
menyaksikan kegagalan seorang murid dan ia harus mengulangi lagi dari awal.
Kegagalan ini bisa saja karena murid kurang dalam melakukan amalan atau ia
memiliki keinginan terhadap sesuatu ketika ia berpuasa.
Tahap keempat, yaitu pemantapan keahlian juga dilakukan dengan ritual yang
khas, ada kelompok yang melakukannya sampil membaca wawacan syeikh dengan
membakar kemenyan. Penulis pernah menyaksikan ritual seperti itu.
Jalannya ritual dimulai dengan pembacaan surat Al-fatihah, kemudian
berzikir, pembacaan wawacan syeikh dan terakhir do‟a. sementara ada juga yang
cukup dengan mantra-mantar yang dibaca oleh syeikh, yang kemudian dilanjutkan
dengan memberikan air atau tindakan magislainnya.
Seorang murid diberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya,
sehingga ia tidak hanya memiliki satu keahlian saja. Keahlian lain juga tidak didapat
begitu saja, beberapa ritual harus dilakukan oleh murid, namun biasanya sang guru
tidak lagi ikut secara langsung memberikan bimbingan. Tingkatan keahlian seorang
murid akan diuji oleh sang guru di hadapan murid lainnya.
Di samping ritual yang dilakukan sebelum kegiatan pertunjukkan, simbol
Islam yang digunakan adalah beberapa bacaan ketika pertunjukkan berlangsung.
Teriakan takbir yang dilanutunkan beberapa kali maupun wawacan syeikh yang tetap
dibaca oleh seorang syeikh debus ketika permainan sedang berlangsung. Seperti yang
dijelaskan di atas bahwa sikap pemain debus merupakan keyakinan kepada Allah
SWT yang memberikan kekebalan. Vredenbregt menggambarkannya sebagai berikut:
40
Syeikh A, menjelaskan bahwa pemain debus yang baik adalah yang tidak
pernah mengalami luka-luka ketika ia melakukan pertunjukkan. Ini terjadi kerena
keyakinannya kepada kekuasaan Allah SWT. Alat debus yang terbuat dari besi akan
menjadi sangat lembut bagi seorang pemain debus. Diapun harus pasrah kepada Allah
SWT jika ia berusaha menahan tajamnya besi tersebut, otomatis perlindungan Allah
SWT akan hilang.
Syeikh B, menyatakan bahwa inti dari debus adalah tauhid, sementara Syeikh
C, mengungkapkan bahwa debus itu sendiri bermakna “percaya kepada Allah SWT”
dan harus terjadi secara sadar. Jika pemain sedang fana dan hanya mengeluarkan
nafsu, maka kemungkinan terjadi kecelakaan sangat besar, namum ia pasrah
sepenuhnya kepada Allah SWT, diyakini bahwa kecelakaan tidak akan terjadi.69
Di samping keyakinan dan kepasrahan sepenuhnya kepada Allah SWT, para
pemain pun sepenuhnya percaya akan kemampuan syeikh debus untuk melindungi
mereka. Perlindungan syeikh sendiri sebenarnya sebatas do‟a-do‟a yang dibacakan
syeikh. Ini mengisyaratkan bahwa syeikh sendiri memohon perlindungan Allah SWT,
bukan ia yang melindungi anak buahnya.
Maka dapat dikatakan bahwa ada tiga unsur utama dalam permaianan debus,
keyakinan atau tauhid kepada Allah SWT, keyakinan akan kemampuan syeikh untuk
memohon perlindungan dan rasa percaya diri pemain. Dari penjelaskan ini dapat
dikatakan bahwa permainan debus di Banten bukan hanya bentuk dari suatu
pertunjukkan kesenian rakyat yang diwariskan masa Sultan Ageng Tirtayasa, tetapi
lebih dari itu, permainan debus adalah wujud dari suatu keyakinan akan doktrin-
69
Vredenbregt, Debus in West Java…hal. 316-317
41
doktrin agama Islam yang mereka yakini yang terejawantahkan dalam sikap
keberagaman mereka, religiusitas dalam kehidupan sehari-hari.
Budaya dan agama dalam permainan melebur menjadi satu, budaya sebagai
bentuk dari pemikiran manusia dan agama sebagai bentuk keyakinan melahirkan pola
baru dalam kehidupan masyarakat, meskipun tidak membentuk suatu “agama budaya:
baru, tatapi paling tidak telah terjadi proses akulturasi pada masyarakat Banten, antara
budaya lokal dengan nilai-nilai ajaran Islam. Pelarutan antara agama dan budaya
tersebut sebenarnya merupakan perlindungan kebudayaan atas ajaran agama, sehingga
perilaku dan kebudayaannya terasa ada nuansa suci dan sakral. Tihami menjelaskan
bahwa sakralisasi kebudayaan masyarakat dan kulturasi agama dalam masyarakat
adalah penyebab kuatnya Islam di daerah-daerah tertentu. 70
70
H. M.A Tihami, M.A.. Islam Banten: Telaah Historis dan Sosio Kultural. (Makalah Dialog Al-Hukama). Hal.2
42
BAB III
PROFIL KELOMPOK DEBUS MENES PANDEGLANG BANTEN
A. Sejarah Seni Tradisional Debus di Banten
Sebagai mana telah di singgung sedikit dalam bab sebelumnya mengenai
sejarah adanya bebus. Kebudayaan Indonesia yang telah berkembang sepanjang
sejarah bangsa merupakan salah satu modal dasar pembangunan yang terus menerus
diusahakan untuk meningkatkan pembinaan dan pemeliharaannya. Kebudayaan
nasional Indonesia memang lebih berorientasi ke kebudayaan warisan nenek
moyang serta kebudayaan suku-suku bangsa Indonesia. Pengembangan dan
pembinaan kebudayaan nasional sangat erat kaitannya dengan kebudayaan suku-
suku bangsa di daerah. Salah satu dari sekian banyak kesenian tradisional adalah
kesenian tradisional debus. Kesenian ini tumbuh dan berakar dari masyarakat biasa
yaitu masyarakat pedesaan, di mana dalam kesenian tersebut mempunyai fungsi
memanifestasikan suatu kekebalan pada seseorang terhadap berbagai senjata tajam.
Kekebalan tersebut diperoleh dengan suatu cara yang mana di dalam meletakkan
dasar-dasar kekebalan tersebut adalah dari ajaran agama yaitu agama Islam.71
Kesenian tradisional debus pada mulanya timbul pada waktu para penyebar
agama Islam (di Jawa adalah Wali Sanga) menyebarkan agama Islam dengan
menggunakan sarana kesenian sebagai alat penyebar agama di kalangan penduduk
pada masa itu. Perkembangan kesenian debus di Banten adalah juga bersamaan
dengan bangkitnya perlawanan masyarakat Banten, yaitu pada abad ke-16 sejak
masa kekuasaan Sultan Agung Tirtayasa (1651-1682), debus digunakan untuk
71
K. Hadiningrat, Kesenian Tradisional debus, (Jakarta: Proyek Media Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1982), hal.1-3
43
membangkitkan semangat juang rakyat untuk melawan Belanda. Pada waktu itu
perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Belanda dilakukan dengan berbagai
cara namun semua itu mempunyai satu tujuan untuk mengusirnya dari bumi
Indonesia. Kesenian Debus yang berkembang pada masa Sultan Ageng Tirtayasa
maupun Sultan Maulana Hasanudin erat kaitannya dengan penyebara agama Islam.
Tujuan yang utama selain untuk alat penyebara agama Islam juga untuk
mempertebal serta menambah semangat prajurit kesultanan Banten di dalam
mengahadapi musuh Banten yaitu kompeni Belanda yang akan mencoba
menanamkan kekuasaannya di daerah Banten.72
B. Profil Debus di Menes Pandeglang Banten
Debus Banten, khususnya di Menes dahulunya disebut dengan Karasme (kreasi
keramean). Debus yang menjadi penelitian penulis, hingga sekarang sudah 50 tahun
berdiri. Debus yang di pimpin oleh abah Rohani, alamat Kampung Cipicung, usia 72
tahun. Abah Rohani Sudah banyak mencetak murid yang sekarang masih melestariakn
kesenian tradisional ini, beliau dibantu oleh beberapa pelatih dan juga pemain yang
sedah memenuhi syarat untuk membatu melatih murid yang baru, berikut adalah yang
membatu pelestarian debus yang penulis teliti: Abah Saedi sebagai pelatih, alamat
Kampung Dahu, Usia 45 tahun. Abah Sorman sebagai pelatih, alamat Kampung
Cipicung, usia 40 tahun.
Bapak Rihimi, alamat Kampung Cipicung, usia 37 tahun. Beliau adalah putra
pertama dari Abah Rohani. Beliau memegang alat musik gendang 1 dan juga sebagai
pemain debus. Bapak Roman berasal dari Kampung Cipicung berusia 39 tahun, sebagai
pemain alat musik goong. Abah Supri berasal dari Kampung Dahu berusia 55 tahun,
72
Hadiningrat, Kesenian Tradisional debus…hal.16
44
sebagai pemaian alat musik terompet. Kang Empang Permana berasal dari Kampung
Cipicung, usia 28 tahun, sebagai pemain alat musik gendang 2 dan beliau juga sebagai
pemain debus. Bapak Soleman berasal dari Kampung Cipicung, usia 45 tahun, sebagai
pemain alat musik kecrek.
Keanggotaan Debus Peuntas
Ketua
Abah Rohani
Alamat Kp. Cipicung , usia 72 tahun
Pelatih
Abah Saedi
Alamat Kp Dahu, usia 45 tahun
Abah Sorman
Alamat Kp Cipicung, usia 40 tahun
Pemain Musik
Rohim
Alamat Kp Cipicung, usia 37 tahun, pemain Gendang 1
Embang Permana
Alamat Kp Cipicung, usia 28 tahun, pemain Gendang 2
Rohman
Alamat Kp Cipicung, usia 39 tahun, pemain Goong
Soleman
Alamat Kp Cipicung, usia 45 tahun, pemain Kecrek
Abah Supri
Alamat Kp Dahu, usia 55 tahun, pemain terompet
Anggota /Pemain
Laki-laki perempuan
1. Abah Udin 1, Rohayah
2. Abah Arma 2, Herni
3. Bapak Katini 3, Asmi
4. Bapak Komarudin 4, Maesaroh
5. Bapak Toni 5, Rosiana
6. Sukmara 6, Sukaesih
7. Romli 7, Rohmah
8. Yadi 8, Rodian
9. Ujang 9, Rusmiati
10. Mamat 10, Samsiah 73
11. Rohim
12. Roni
73
Wawancara pribadi dengan kang Rohimi, Sabtu 8 Maret 2014 pukul 19.20 wib di lokasi latihan, Kp Cipicung.
45
C. Tujuan Kelompok Debus Menes Pandeglang Banten
Keberadaan Seni Tradisional debus ini hampir kalah dengan kesenian
modern, jadi tujuan berdirinya kelompok debus ini sangat sederhana, menurut
Bapak Rohimi tujuannya adalah untuk melestarikan kebudayaan nenek moyang,
membuat generasi baru yang akan meneruskan, jangan sampai kesenian ini hilang
dari daerah Banten, dan ingin menjadikan kesenian ini menjadi kembali seperti
dulu bahkan naik ketingkat yang lebih tinggi, sehingga orang diluar sana lebih tau
akan keberadaan kesenian Tradisioal debus dan pencak silat ini.
Tujuan utama dalam mempelajari debus dan pencak silat adalah untuk
menjaga diri dan untuk membela diri di saat ada orang yang akan mencelakakn
kita. Persis dengan sumpah yang dilakukannya yaitu bela diri, bela bangsa dan
bela Negara.74
D. Kegiatan Kelompok Debus
Latihan rutin yang di lakukan pada setiap malam rabu dan malam minggu
menggunakan musiak tradisional, mulai dari latihan pencak silat sampai dengan
latihan debus, akan tetapi latihan debus jarang di lakukan melihat yang banyak
mengikiti latihan adalah anak-anak kecil. Sehingga yang lebih rutin adalah latihan
pencak silat. Walupun begitu peserta latihan tidak pernah sedikit yang ingin berlatih
bahkan ada dari luar kampung tersebut yang ingin berlatih pencak silat dan debus.
Peserta latihan terdiri dari anak-anak kecil baik laki-laki dan perempuan, remaja dan
dewasa.
Mengapa pencak silat selalu ada dalam kegiatan debus, karena menurut bapak
Rohimi antara debus dengan pencak silat tidak bisa dipisahkan, dalam kegiatan
74
Wawancara pribadi dengan Abah Rohani dan Kang Rohimi, Minggu 9 Maret 2014 pukul 19.32 wib di lokasi latihan, Kp Cipicung .
46
debus sudah pasti di awali dengan pencak silat terlebih dahulu. Jadi pencak silat dan
debus sudah menjadi satu kesatuan yang utuh yang tidak bisa di pisahkan atau tidak
bisa di hilangkan salah satunya.75
1. Komponen yang terdapat dalam pencak slat yaitu:
a. Barung yaitu jusur pencak silat.
b. Pincid yaitu gerakan tambahan atau goyangan pisik untuk lebih
melenturkan gerakan tubuh.
c. Tepakan yaitu jurus tingkatan pencak silat.
d. Karawangan yaitu pembukakan naik tepakan atau naik jurus.
e. Tabas yaitu gerakan tambahan atau goyangan pisik untuk lebih
melenturkan gerakan tubuh.
f. Bongbang yaitu gerakan tambahan atau goyang pisik untuk melenturkan
gerakan tubuh.76
2. Permainan debus
a. Pencak silat, yaitu pertunjukkan pencak silat baik perempuan ataupun
laki-laki, kecil atau yang sudah dewasa.
b. Pembacaan mecapat atau bacaan yang dilakukan oleh pemimpin atau
seikh
c. Ngajarak, yaitu menusukan semacam jarum sebesar jarum sol sepatu,
yang biasanya ditusuk adalah bagian tubuh seperti tangan, leher. Dan
tanpa mengeluarkan darah sedikitpun.
d. Behel, yaitu membengkokkan besi. Besi yang digunakan sebesar itu jari
tangan dan dibengkokkan oleh dua orang dari kedua ujung besi tersebut.
75
Wawancara pribadi dengan kang Rohimi, selasa 11 Maret 2014 pukul 19.45 Wib, di lokasi latihan, Kp Cipicung Cikedal Pandeglang Banten
76 Wawancara pribadi dengan kang Rohimi, sabtu 15 Maret 2014 pukul 19.25 wib, di lokasi
latihan, Kp Cipicung Cikedal Banten
47
e. Tidur di atas beling, yaitu beling di taruh di tanah kemidian pemain
berguling-guling di atas beling tersebut.
f. Makan bara api, yaitu bara apa kayu atau batok kelapa dimakan laksana
memakan kerupuk tanpa merasa panas.
g. Makan bola lampu, yaitu pemain memakan bola lampu seperti layaknya
memakan kerupuk.
h. Kelapa ajaib, yaitu mengupas kelapa yang ternyata didalamnya terdapat
permen, kain, agar-agar, bubur, sarimi, susu.
i. Ngadewa, yaitu orang diikat, diselang seling oleh golok, ditutup
menggunakan kayu berupa dangka atau peti mati.
j. Menaiki pohon, yang pohonnya sejenis pohon pinang tetapi berduri,
kemudian pohon tersebut di naiki, dan hasilnya yang menaiki tidak
sedikit pun cidera atau tertusuk.
k. Memotong tubuh, yaitu memotong tangan, lidah bahkan memotong leher
pemain lainnya seperti menyembelih hewan, dengan menggunakan silet
dan dolok yang tajam, akan tetapi pemain tidak sedikitpun terluka.
l. Tebak-tebakkan yaitu mata seorang pemain di tutup menggunakan
perekat, kemudian diikat dengan semacam sabuk dengan sangat erat
kemudian ditutup dengan kain. Pemain yang lainnya memegang bendera
berwarna-warni. Hasilnya pemain yang ditutup matanya bisa
mengendarai motor , dan bisa menebak warna bendera apa yang diminta
oleh penonton.
m. Al-madad Sulton, yaitu alat yang digunakan pada masa kesultanan.
Bentuknya besi runcing di pangkalnya terdapat kayu bentuk bulat dan
pemukulnya terbuat dari kayu. Ketika alat ini digunakan, biasanya di
48
tancapkan di perut lalu pemain yang lainnya memukulkan pada pangkal
dengan alat pemukulnya.77
E. Sarana dan Prasarana Debus
1. Pengertian sarana dan prasarana
Kata Sarana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah
segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan
tujuan. Sedangkan kata Prasarana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) ialah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya
suatu proses usaha, Pembanngunan dan lain sebagainya.78
Sarana yang di gunakan untuk atraksi Debus
No Nama Alat Kegunaan Alat
1 Air Untuk media pembacaan do‟a
2 Jarum, sebesar jarum sol Ngajarak
3 Besi Behel
4 Beling Atraksi tidur di atas beling
5 Arang Makan bara api
6 Bola lampu Di kunyah
7 Kelapa Atraksi kelapa ajaib
8 Golok Ngadewa dan memotong tubuh
9 Kayu Ngadewa
10 Kain Ngadewa
77
Wawancara langsung pada saat pementasan Debus, 2 Maret 2014 pukul 14.40 Wib, di Kp Bangkuyung, Jiput Pandeglang
78 Muhrosyida.blogspot.com/…/perbedaan sarana dan prasarana. Diakses pada 10 Juli 2014.
Pukul 12.32 Wib
49
11 Tali Ngadewa
12 Pohon duri Atraksi menaiki pohon berduri
13 Silet Menyayat tubuh
14 Motor Tebak-tebakkan
15 Bendera Tebak-tebakkan
16 Hansaplas Tebak-tebakkan
17 Kain dan ikatan mata Tebak-tebakkan
18 Tangga golok Atraksi tangga golok
19 Penggorengan dan minyak Atraksi menggoreng kerupuk dengan
tengan
20 Al-madad sulton Atraksi Al-madad
21 Alat music Tabuhan
Prasarana yang dibutuhkan untuk proses kelancaran atraksi debus adalah
tempat, penerangan, sound system.79
79
Wawancar pribadi dengan kang Rohimi, Selasa 4 Maret 2014 pukul 21.15 wib, dilokasi latihan, Kp Cipicung
50
BAB IV
ISLAM DAN DEBUS
Nilai-nilai Islam dalam Seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang Banten
A. Nilai Akidah dalam Seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang Banten
Nilai akidah mencakup nilai keimanan yang meliputi, Iman kepada Allah,
iman kepada malaikat, iman kepada kitab Allah, iman kepada Rasul, iman kepada hari
akhir atau kiamat dan iman kepada qada dan qadar.80
Implementasi iman dalam
permaianan atau pun ritual debus, sebagai berikut:
1. Pokok dari segala akidah adalah beriman kepada Allah SWT, yang berpusat
pada pada pengakuan terhadap eksistensi dan kemahaesaan-Nya. Keimanan
kepada Allah ini merupakan keimanan yang menduduki peringkat pertama.
Dari situ dengan sendirinya akan lahir keimanan pokok-pokok (rukun) iman
yang lain. Pengakuan terhadap kemahaesaan itu, Esa dalam segala-galanya,
dan Esa dalam Dzat-Nya. Dia maha Esa dalam sifat-sifat-Nya, Dia maha esa
dalam wujud-Nya, artinya hanya Allah sajalah yang wajibul wujud, sedangka
yang lai hanyalah mumkinul wujud.81
Iman kepada Allah dengan kaitannya
permainan debus: para pemain debus diwajibkan untuk percaya dan yakin
kepada Allah. Di dalam setiap permainan debus banyak atraksi yang sangat
ekstrim dan membutuhkan keyakinan untuk melakukannya. Para pemain
debus selalu diajarkan agar selalu yakin dan memasrahkan diri kepada Allah
dengan filosofinya yakni la haula walla quwata ilabillahi „aliyyil adzim.82
80
Anwar, Akidah Akhlak…hal.14 81
Anwar, Akidah Akhlak…hal.89 82
Wawancara langsung dengan Abah Rohani, 6 Maret 2014, pukul 20.30 Wib, dilokasi latihan Kp Cipicung
51
2. Iman kepada malikat maksudnya adalah menyakini adanya malaikat meskipun
kita tidak dapat melihat mereka dan meyakini bahwa mereka adalah salah satu
makhluk ciptaan Allah.83
3. Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT, berarti kita wajib beri‟tikad atau
mempunyai keyakinan bahw Allah SWT mempunyai beberapa kitab yang
telah diturunkan kepada para Nab-Nya.84
Iman kepada kitab Allah, dalam
proses untuk menjadi pemain debus tidak mudah terdapat banyak ritual-ritual
yang harus dilakukan oleh para pemain. Ritual yang harus dilakukan oleh para
pemain amalan-amalan surat- surat pendek ataupun surat-surat panjang yang
diambil dari Al-Qur‟an. Gunanya melatih memperkokoh keimanan dan
keyakinan kepada Allah SWT.85
4. Iman kepada Rasul yaitu mempercayai bahwa Allah SWT, telah mengutus
para Rasulnya untuk membawa syi‟ar agama atau membimbing umat manusia
kepada jalan yang benar dan diridhai Allah SWT.86
Para pemain debus adalah
beragama Islam, sudah pasti beriman kepada rasul. Dalam proses permainan
ini para pemain deberikan amalan dan bacaan shalawat kepada Rasulullah
SAW. Dengan bershalawat dalam debus ini menandakan para pemian beriman
kepa Rasul. Tujuan bersalawat untuk memohon syafaat dari Kanjeng Nabi
Muhammad SAW 87
5. Iman kepada hari kiamat, hari kiamat adalah hari dibinasakan dan dihancurkan
alam semesta yang merupakan tanda berakhirnya kehidupan dunia menuju
kehidupan kekal di akhirat. Iman kepada hari kiamat adalah meyakini dengan
83
Anwar, Akidah Akhlak…hal.124 84
Anwar, Akidah Akhlak…hal.137 85
Wawancara langsung dengan Abah Rohani, 6 Maret 2014, pukul 20.30 Wib, dilokasi latihan Kp Cipicung
86 Anwar, Akidah Akhlak…hal.150
87 Wawancara langsung dengan Abah Rohani, 21 Maret 2014, pukul 20.30 Wib, dilokasi
latihan Kp Cipicung
52
sepenuh hati datangnya hari kiamat dan munculnya alam akhirat tempat
manusia mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan sewaktu hidup di
dunia di hadapan Allah SWT.88
Kaitannya dengan permainan debus adalah,
setiap pemain debus selalu berusaha menjalankan segala perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya. Karena yakin bahwa segala sesuatu yang dilakukan di
dunia ini akan medapatkan balasan sekecil apapun di hari kiamat.89
6. Beriman kepada qadha dan qadar adalah bahwa setiap manusia wajib
mempunyai i‟tikad atau keyakinan yang sungguh-sungguh bahwasannya
segala sesuatu yang dilakukan oleh seluruh makhluk, baik yang sengaja,
seperti makan, minum, duduk, berdiri ataupun yang tidak disengaja seperti,
terjatuh, terpeleset, pingsan, dan sebagainya telah ditetapkan oleh Allah SWT,
sejak zaman azali dan sudah ditulus di dalam Lauhul Mahfudz (papan tulis
yang terpelihara).90
Iman kepada qada dan qadar, kaitannya dengan permainan
debus, menurut uraian yang disampaikan oleh ketua kelompok debus yang
penulis teliti. Setiap pemian debus selalu diajarkan untuk yakin atas apa yang
dilakukannya dan berserah diri kepada Allah SWT. Ketika pemain debus
dalam atraksinya mengalami kegagalan maka pemain yakin kepada takdir baik
ataupun takdir buruk yang diterimanya. Menurut beliau pula, hidup dan mati
sengan bersama seni, yang penting salalu berada dalam jalur yang benar.91
88
Anwar, Akidah Akhlak…hal.174 89
Wawancara langsung dengan Abah Rohani, 6 Maret 2014, pukul 20.30 Wib, dilokasi latihan Kp Cipicung
90 Anwar, Akidah Akhlak…hal.191
91Wawancara pribadi dengan Abah Satibi Darwis, selasa 18 Maret 2014, pukul 15.25, Kp
Limuspiit
53
B. Nilai Syari’ah dalan seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang Banten
Nilai syari‟ah meliputi syahadat, shalat, membayar zakat, puasa, menunaikan
ibadah haji bagi yang mampu, do‟a, taubat, bersyukur, berdzikir dan pernikahan.
Implementasi nilai syari‟ah dalam permaianan debus, sebagai berikut:
1. Syahadat, merupakan rukun Islam pertama, yang artinya jika seseorang ingin
menjadi muslim, maka ia harus mengucapkan syahadat. Maka, itu artinya ia
siap menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Disa mping
sayahadat merupakan pintu manusia untuk memeluk agama Islam, para
pemain debus adalah beragama Islam dan hanya orang-orang muslim saja
yang dapat mempelajarinya, karena dalam prosesnya terdapat ritual-ritual
agama yang akan dilaksanakan oleh anggota debus, seperti dzikir, amalan
surat-surat pendek ataupun surat-surat panjang yang diambil dari Al-Qur‟an,
kemudian shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
2. Shalat menurut arti bahasa adalah berdo‟a. sedangkan menurut istilah adalah
menghadapkan jiwa dan raga kehadirat Allah (sebagai bentuk pengabdian)
dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang dimuali dengan takbir dan
diakhiri dengan salam, sesuai syarat-syarat yang telah ditentukan.92
Shalat disamping kewajiban kita kepada Allah juga termasuk kebutuhan kita
selaku hamba kepada Tuhannya. Dalam debus diwajibkan untuk tidak
meninggalkan kewajiban shalat fardu, karena setiap yang dilarang oleh agama
itu juga termasuk kedalam larangan dalam kesenian debus.93
92
Drs. H. NH. Rifa’i, Pedoman Ibadah, (Jombang: Lintas Media), hal.24 93
Wawancara pribadi dengan Abah Satibi Darwis, selasa 18 Maret 2014, pukul 15.25, Kp Limuspiit
54
3. Zakat adalah bagian tertentu dari kekayaan yang Allah SWT perintahkan
untuk dikeluarkan dan di brikan kepada yang berhak (mustahiq).94
Para
pemain debus membayar zakat sesuai yang di wajibkan oleh Agama Islam.
4. Puasa artinya menahan, sedangkan puasa secara syariah Islam disepakati para
ulama, yaitu menahan dari apa pun yang membatalakanpuasa, disertai niat
untuk berpuasa dari terbit fajar sampai terbenam matahari (magrib). Puasa,
ibadah yang termasuk kedalam ibadah jasmaniah dan ruhiyah, puasa juga
bentuk ibadah yang dilakukan dengan perbuatan. Dalam debus puasa juga
dijadikan salah satu ritual untuk manaklukkan hawa nafsu dan melatih
kesabaran. Puasa kaitannya dengan para pemain debus; para pemain debus
mengerjakan puasa sesuai yang di wajibkan oleh Allah, dalam debus pun ada
syarat yang harus dilakukan olah para pemain debus yaitu dengan berpuasa.
Puasa merupakan latihan pengendalian diri menahan hawa nafsu. Puasa dalam
ritual ini bukan seperti puasa Ramadhan yang lazim dilaksanakan oleh kaum
muslimin, puasa Ramadhan merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh
setiap muslim, sedangkan puasa dalam ritual ini merupakan upaya pengolahan
batin dengan tetap mengingat Allah SWT.95
5. Do‟a adalah ibadah yang dilakukan oleh setiap manusia untuk meminta
pertolongan kepada Allah. Dalam kesenian debus do‟a merupakan kunci
kesuksesan permainan. Do‟a dipanjatkan sebelum memulai permainan bahkan
do‟a dan pujian kepada Allah SWT dan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
dilakukan secara berulang-ulang tanpa putus selama debus berlangsung,
94
www.dakwatuna.com/2008/09/923/zakat-definisi-dan-tujuan/#axzz3B2LWFA6E, diakses pada tanggal 20 Agustus 2014, pukul 2138
95 Syamsu. Debus Sebagai Fenomena Keagamaan: Studi Kultural Debus Banten…hal.92
55
semua ini dilakukan untuk selalu memohon dan meminta perlindungan dari
Allah SWT.96
6. Taubat merupakan ibadah, karena menundukkan diri dan jiwa kepada Allah
SWT, serta meminta pengampunan dan menyesal kesalahan yang telah
diperbuat.97
Kaitan antara taubat dengan debus, taubat adalah jalan untuk terus
memohon kepada Allah agar di ampuni dari segala dosa, baik dosa yang
terlihat ataupun dosa yang tidak terlihat. Dalam diri manusia terdapat
dorongan yang mengarahkan manusia kepada jalan yang benar dan ada pula
yang mendorong untuk berbuat yang tidak baik. Begitu juga para pemain
debus tidak selalu berada dalam keadaan yang selalu benar dan baik, akan
tetapi ada dosa-dosa yang diperbuat. Maka dengan taubatlah jalan manusia
untuk terus menjadi manusia yang lebih baik. Keterkaitan antara taubat
dengan seni dimana dengan taubat akan menjadikan para pemian lebih
memahami kesalahan yang sudah dilakukan, lebih membenahi diri, dengan
taubat akan menjaga kemampuan yang ada dalam diri para pemain,. Karena
dengan melanggar norma-norma agama, maka akan menghilangkan
kemampuan yang ada dalam diri pemain debus. 98
7. Bersyukur merupakan ibadah yang dilakukan dengan cara diucapkan dengan
menyebut dan mengingat nama Allah SWT. Bersyukur atas nikmat dan
karunia yang telah Allah berikan, bersyukur atas keindahan yang Allah
ciptakan. Dengan selalu mengingat Allah para pemain debus percaya akan
diberikan kemudahan dan kelancara dalam setiap kehidupan sehari-hari dan
ketika melakukan atraksi debus.
96
Hadiningrat, Kesenian Tradisional debus…63 97
www.artikelbagus.com/2012/06/pengertian-dan-tata-carataubat-nasuha.html, diakses pada tanggal 20 Agustus2014, pukul 21.54
98 Wawancala pribadi dengan Abah Rohani dilokasi latihan, kamis 20 Maret 2014, pukul
20.45 Wib. Kp cipicung
56
8. Zikir adalah ucapan berisi pujian kepada Allah atau ingatan mengingat
keagungan-Nya. Berdzikir berarti mengingat dan menyebut asma Allah
SWT.99
Dan merupakan konotasi positif yang berarti baik. Dalam kesenian
debus, berdzikir pula merupakan salah satu ritual dalam kesenian debus yang
harus dilakukan oleh anggota debus untuk menebalkan keyakianan dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Zikir biasanya dilakukan dnegan
mengulang beberapa kalimat atau ayat-ayat Al-Qur‟an. Bentuk zikir
disesuaikan dengan kemampuan yang ingin diperoleh, bentuk zikir yang
paling pendek adalah membaca berulang-ulang tahmid ataupun takbir,
sedangkan yang panjang adalah pembacaan ayat kursi atau beberapa zikir
khusus yang hanya dimilik oleh kelompok tertentu. Biasanya dibaca ribuan
kali dalam sekali zikir. Ritual zikir ini biasanya dilakukan setelah shalat wajib
atau tahajud.100
9. Pernikahan merupakan cara manusia untuk memelihara statusnya sebagai
makhluk yang mulia dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya. Selain itu
pernikahan merupakan cara terbaik untuk keberlangsungan manusia itu
sendiri, oleh karena itu pernikahan merupakan wujud ibadah kita kepada Allah
SWT. Pernikahan menjadi suatu perkara penting dalam proses setiap anggota
debus. Dalam kesenian debus dilarang berbuat zina, maka menurut salah
seorang anggota debus, untuk menjaga kehormatan diri dari perbuatan zina,
alangkah baiknya setiap anggota debus menyegerakan pernikahan untuk
menjaga kesucian diri dan menjaga konsistensi larangan yang terdapat di
dalam kesenian debus. Terbukti dari seluruh anggota debus yang peneliti teliti,
99 Roudhonah, Lilis Suryani, Wahiddin Saputra, Nasichah, Musfirah Nurlaily, Qira’ah Ibadah
dan Dakwah, (Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2004),cet.1,hal.166
100 Syamsu, Debus Sebagai Fenomena Keagamaan: Studi Kultural Debus Banten…hal.93
57
para anggota debus baik laki-laki maupun perempuan sudah berkeluarga
meskipun masih berusia sangat muda.101
C. Nilai Akhlak dalam Seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang Banten
Akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa dan mendorong
perbuatan-perbuatan spontan tanpan memerlukan pertimbangan pikiran. Jadi, akhlak
merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan
dalam tingkah laku dan perbuatan.102
Nilai-nilai akhlak berdasarkan objeknya
dibedakan menjadi dua:
1. Akhlak kepada khaliq
Sebagaimana telah di uraikan di bab sebelumnya bahwa akhlak terhadap Allah
adalah sikap tingkah laku umat Islam berdasarkan kesadaran bahwa Allah
menciptakan dirinya dan apa saja yang merupakan kelengkapan hidupnya. Beriman
kepadanya dan membenarkan wujudnya, beriman bahwa Dia-lah sang pencipta,
pemberi rizki, Dzat yang menghidupkan dan yang mematikan, Dia-lah yang berhak
menciptakan dan memerintahkan, serta hanya kepada-Nya tempat tempat kembali.103
Dalam seni tradisional debus meyakinkan dan pasrah kepada Allah adalah hal yang
harus dilakukan oleh para pemain debus, hal ini akan memberikan ketenangan dan
keyakinan untuk melakukan atraksi yang sangat ekstrim itu.
2. Akhlak kepada makhluk; terbagi menjadi tiga yaitu, akhlak kepada manusia,
akhlak kepada hewan dan akhlak kepada tumbuhan.
a. Akhlak kepada manusia di antaranya sebagai berikut: tolong menolong,
sabar, ikhlas, tawakal, tawadhu‟ (rendah hati), ta‟at beribadah.
101
Wawancara pribadi dengan Abah Rohani di lokasi latihan, sabtu 22 maret 2014, pukul 20.37 wib. Kp Cipicung
102 Anwar,Akidah Akhlak…206
103 Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004),cet.ke-1.hal.85
58
1) Tolong menolong merupakan penggambaran akhlak baik. Dalam Al-
Qur‟an Allah berfirman yang artinya “dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa an pelanggaran” (Al-Maidah: 2).104
Seluruh manusia
dianjurkan untuk saling tolong menolong atau membantu orang lain
dengan ikhlas. Dalam konteks permainan debus tolong-menolong sangat
diajurkan, terbukti ketika dalam setiap atraksi yang di lakukan oleh pemain
tidak bisa dilakukan seorang diri melainkan saling ketergantungan antara
anggota.
2) Sabar adalah sikap kepasrahan seorang hamba dalam menghadapi cobaan
dan nikmat yang Allah berikan. Sabar kaitanya dengan kesenian debus,
seperti yang sudah dijelaskan di bab sebelunya. Ketika seseorang ingin
bergabung dalam kesenian debus. Dalam prosesnya pun tidak mudah,
melainkan banyak ujian yang diberikan oleh syeik, terlihat dalam ritual-
ritual yang harus dijalani oleh seseorang yang ingin bergabung dalam
kelompok debus. Tidak hanya dalam proses penerimaan anggota saja, akan
tetapi ketika telah menjadi anggota pun proses kesabaran itu sangat
diperlukan. Dalam proses menjadi seorang yang mahir dalam bidang debus
di butuhkan kesabaran dalam berlatih.
3) Ikhlas berarti memurnikan tujuan bertaqqarub (mendekatkan diri) kepada
Allah dari hal-hal yang dapat mengotorinya. Ikhlas merupaka satu pilar
yang terpenting dalam Islam, karena ikhlas merupakan salah satu syarat
untuk di terimanya ibadah.105
Syeikh debus, dalam proses melatih para
104
QS. Al-Maidah :2 105
Café-islamicculture.blogspot.com/2011/10/definisi-dalil-danpendapat-ulama.html?m=1, diakses tanggal 21 Agustus 2014, pukul 10.12
59
anggota syeikh tidak pernah mengharapkan imbalan apapun. Keinginan
syeikh adalah terus melestarikan kesenian tradisional debus agar tidak
punah di makan oleh perkembangan zaman. Para pemain pun dituntut
untuk selalu ikhlas dalam menjalankan propesinya, ikhlas dalam berbagi
ilmu kepada pemain yang lain ataupun kepada anggota baru. Menurut
pemain debus, keutuhan dan saling kerjasama itu lebih di utamakan, untuk
terus menjaga dan melestarikan kesenian tradisional debus.
4) Tawakal adalah menetapkan dan berserah diri kepada Allah SWT atas
semua kejadian atau hasil yang diterimanya dengan keyakinan bahwa
Allah SWT yang memilii kehendak terhadap semua makhluk-Nya.106
Firman Allah SWT untuk berbuat tawakal, yang artinya: “dan mereka
(orang-orang munafik) mengatakan:”(kewajiban kami hanyalah) taat”.
Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebagian dari mereka
mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang
telah meraka katakana tadi, Allah menulis siasat yang mereka tulis di
malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah
kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi pelindung. (Q.S An-Nisa: 8).107
Dengan tawakal kepada Allah SWT akan menambah kayakinan para
pemian debus untuk melakukan segala atraksi debus.
5) Tawadhu secara bahasa ialah merendahkan diri atau meletakkan dibawah.
Secara istilah berarti menghargai orang lain, menganggap bahwa orang
lain lebih baik, lebih benar dan lebih mulia. Tawadhu juga diartikan
dengan menerima kebenaran dari siapapun datangnya, atau siap menerima
106
Falah-kharisma.blogspot.com/2012/12/pengertian-tawakal-dan-prinsip.htmlm=1, diakses pada 21 Agustus 2014, pukul 11.00
107 Q.S An-Nisa: 8
60
kebenaran tanpa melihat siapa yang berbicara.108
Kaitannya dengan seni
debus adalah tidak merasa paling bisa, paling kuat dan menganggap semua
kelompok debus adalah saudara.109
6) Taat adalah senantiasa tunduk (kepada Tuhan, pemerintah, dan
sebagainya), patuh. Nabi Muhammad SAW menyeru manusia supaya
mengenal Allah dan kepada-Nya tidak berlaku curang.110
Menurut salah
seorang pemian debus, pemain debus sangat mentatai peraturan yang
dibeikan oleh Syeikh atau pemimpin debus, karena ketika melanggar
peraturan yang sudah di tetapkan, baik peraturan permainan ataupun
peraturan ritual, karena akan berakibat pada dirinya sendiri.
b. Akhlak kepada binatang
Allah SWT telah memberikan sifat kasih sayang kepada manusai, dan
lebih dari itu manusia di beri akal. Maka dengan sifat itulah menjadi dasar
Allah memberikan tugas, agar manusia menjadi khalifah di bumi ini.111
Akhlak kepada binatang kaitannya dengan permainan debus, menurut uraian
Kang Rohimi, ialah “tidak mengorbankan hewan dalam atraksinya.112
c. Akhlak kepada tumbuhan
Tumbuh-tumbuhan termasuk makhluk Allah SWT yang secara
langsung dan tidak langsung dapat dirasakan manfaatnya dan sangat besar
pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Manusia dalam hidupnya justru banyak
tergantung kepada tumbuh-tumbuhan, karena makanan pokok manusia
108
Desa-loyang.blogspot.com/2011/06/arti-dari-tawadhu.html?m=1, diakses pada 21 Agustus 2014, pukul 11.15
109 Wawancara langsung dengan Kang Rohimi, pada tanggal 21maret 2014, di lokadi latihan
Kp Cipicung 110
Kbbi.web.id/taat, diakses pada 21 Agustus 2012, pukul 14.00 111
Salim, Akhlak Islam…hal.177 112
Wawancara pribadi dengan Kang Rohimi, pada tanggal 9 maret 2014, di lokadi latihan Kp Cipicung
61
sebagian besar dari tumbuh-tumbuhan, seperti beras, gandum, buah-buahan,
sayur-sayuran, bahkan bahan-bahan rumah sampai tempat berteduh, banyak
dari tumbuh-tumbuhan.113
Kaitannya dengan permainan debus menurut uraian
Kang Rohimi, ialah pemaian debus sebagian besar pekerjaannya adalah petani,
maka sudah pasti kegitatan sehari-hari yang dilakukan adalah bercocok tanam
memanfaatkan lahan yang ada untuk dilestariakan, tidak merusak tumbuh-
tumbuhan, dan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai seperlunya tanpa
merusak. Dari zaman dahulu permainan debus ini berkembang di kalangan
masyarakat petani, seperti turun-temurun hingga sekarang kesenian
berkembang dikalangan petani.114
D. Nilai Ibadah dalam seni Tradisional Debus di Menes Pandeglang Banten
Ibadah adalah sesuatu yang berhubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Nilai ibadah yang terkandung dalam kesenian tradisional debus, sebagaimana
telah dijelaskan diatas, antara lain:
Menjalankan rukun Iman, menjalankan rukun Isalm, berdo‟a, tolong
menolong, sabar, ikhlas, bersyukur, taubat, pernikahan, tawakal, tawadhu, taat.
113
Salim, Akhlak Islam…hal.171 114
Wawancara pribadi dengan Kang Rohimi, pada tanggal 9 maret 2014, di lokadi latihan Kp Cipicung
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Permainan debus merpukana peninggalan sejarah yang masih hidup hingga
sekarang. Pada masa kesultanan dan masa perjuangan, debus merupakan sarana untuk
melawan kekuasaan penjajah dan mengusirnya dari bumi Indonesia.
Dalam beberapa literature, kajian tentang debus terbatas pada kajian sejarah
dan kaitanya dengan tarekat yang berkembang di Banten, sementara kelompok debus
yang menjadi acuan adalah kelompok debus Menes. Sebagai salah satu bentuk
kebudayaan yang berkembang di Banten, debus saat ini merupakan pertunjukkan
yang masih digemari oleh masyarakat. Debus tidak hanya sebuah seni tradisional.
Lebih dari itu, debus merupakan bentuk dari suatu keyakinan yang mendalam.
Kesimpulan dari skripsi ini adalah:
1. Debus merupakan permainan yang tidak melanggar syariah, berdasarkan
proses ritual sampai dengan proses atraksi yang dilakuka oleh para
pemain, semua dilakukan berdasarkan ajaran yang benar dan tidak
melanggar norma-norma agama,seperti yang sudah di jelaskan diatas
bahwa setiap yang di larang oleh agama, maka itu juga menjadi larangan
dalam permainnan debus.
2. Debus sebagai salah satu warisan budaya di Banten merupakan hasil
evaluasi kebudayaan yang berlangsung di Banten, dari kegiatan untuk
melawan penjajahan menjadi kesenian rakyat Banten.
3. Debus merupakan bentuk sakralisasi kebudayaan masyarakat Banten.
Terlihat dari ritual yang dilakukan setiap kelompok debus. Simbolisasi
agama mendominasi dalam pelaksanaan ritual. Ritual tidak hanya
63
dilakukan ketika permainan berlangsung, tetapi mulai ketika seseorang
ingin bergabung dalam kelompok debus.
4. Hubungan debus dengan agama Islam merupakan keterkaitan yang tidak
bisa dipisahkan. Zikir, puasa, amalan atau jampi-jampi hanyalah sebatas
ritual, sikap pasrah kepada Allah SWT merupakan inti dari permainan ini.
5. Simbolisasi keagamaan dalam kesenian debus menimbulkan sikap religius
bagi para pemainnya, karena keyakinan mereka bahwa suatu pelanggaran
norma agama akan menghilangkan kemampuan yang telah mereka miliki.
Adapun hasil analisis dari skripsi ini adalah, bahwa nilai-nilai Islam yang
terkandung dalam seni tradisional debus adalah:
a. Nilai Akidah
Yakni, mencakup nilai keimanan yang meliputi, Iman kepada Allah, iman
kepada malaikat, iman kepada kitab Allah, iman kepada Rasul, iman
kepada hari akhir atau kiamat dan iman kepada qada dan qadar.
b. Nilai syari‟ah
Yakni, Nilai syari‟ah meliputi syahadat, shalat, membayar zakat, puasa,
menunaikan ibadah haji bagi yang mampu, do‟a, taubat, bersyukur,
berdzikir dan pernikahan.
c. Nilai Akhlak
Yakni, mencakup akhlak kepada khalik dan akhlak kepada makhluk
d. Nilai Ibadah
Yakni, semua aspek kebaikan yang dijalankan oleh manusia maka menjadi
nilai ibadah untuknya.
64
B. Saran-saran
Faktor yang harus diperhatikan. Pertama, debus sebagai bentuk kesenian
tradisional masih terkait dengan tradisi-tradisi keagamaan, tidak mudah untuk
melepaskan pengaruh agama dari kesenian ini. Kedua, disamping dikenal sebagai
daerah yang religius, Banten juga dikenal sebagai daerah para jawara, jawara Banten
bukan yang pandai dalam ilmu bela diri, jawara Banten adalah yang berilmu dan
beragama.
Kepada pemerintah setempat, seharusnya lebih sadar akan perkebangan seni
tradisional daerahnya, karena dengan kesadaran pemerintah untuk ikut melestarikan
kesenian daerah, membantu mempermudah dan membangkitkan kembali semangat
anak muda untuk terus melestarikaknya, dan dari kesenian ini juga bisa menjadi
sember ekonomi masyarakat. Tetapi bila tidak ada keikutsertaan pemerintah setempat
itu berarti membiarkan seni tradisional itu punah dimakan moderenisasi.
Kepada para memain yang penulis teliti, akan lebih menarik apabila diadakan
struktural yang mengikat, dan cara pengembangannya tidak hanya sebatas lingkup
kampung saja, rasanya dibutuhkan packaging yang lebih menarik agar masyarakat
lebih penasaran untuk ikut serta dalam pengembangan seni tradisional ini.
Kepada masyarakat Banten, dimana pun berada, sudah seharusnya kita bangga
akan kekayaan budaya yang terdapat di Banten, sudah seharusnya kita ikut
melestarikan kesenian tradisional, agar kesenian tradisional Banten tidah hilang di
landas oleh kesenian baru yang lebih modern.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Ahmadi dalam Jalaludin dan, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan
Pendidikan,(Jakarta: Gaya Media Pratama.1997).
An-Nabiri, Fahrul Bahri, Meniti Jalan Dakwah (bekal Perjuangan Da‟i), (Jakarta:
Amzah, 2008).
Anwar, Rosihon, Akidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2008).
Arifin, Imron. Debus, Ilmu kekebalan dan kesaktian dalam Tarekat Rifa‟iyah, (1993).
Atjeh, Abu Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat, (Jakarta: Ramadhani 1993).
Bertenes, Karl, Etika, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2011).
Hadi, Sutrisno, Metodolog Riset, (Yogyakarta: UGM Press, 1997).
Hadiningrat, K, Kesenian Tradisional debus (Jakarta: Proyek Media Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1982).
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1999).
Kosasih, E, Dasar-dasar Keterampilan Bersastra, (Bandung: Yrama Widya, 2012).
Mahmud, Ali Abdul Halim, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004).
Moleong, Lexy J., Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005).
Mulyana, Selamet, Runtuhnya Keradjaan Hindu Jawa dan Timbulnja Negara-negara
Islam di Nusantara, (Jakarta: Baharata, 1968).
Nasution, Isman Pratama, Debus, Islam, dan Kiyai: Studi Kasus di desa Tegalsari
Serang, (Jakarta: Universitas Indonesia 1995).
QS. Al-Maidah :2
Q.S An-Nisa: 8
66
Rifa‟I, H. NH., Pedoman Ibadah, (Jombang: Lintas Media).
Roudhonah, Lilis Suryani, Wahiddin Saputra, Nasichah, Musfirah Nurlaily, Qira‟ah
Ibadah dan Dakwah, (Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah, 2004).
Salim, Abdullah, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, (Seri
Media Dak‟wah).
Syamsu, Nauval, Debus Sebagai Fenomena Keagamaan: Studi Kultural Debus
Banten, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2003).
Tihami, H. M.A, Islam Banten: Telaah Historis dan Sosio Kultural. (Makalah Dialog
Al-Hukama).
Ulama, Muhammad Syamsu as, Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya
,(Jakarta: Lentera, 1999).
Vredenbregt, Debus in West Java, dalam (BKI 1973).
Wahyu Ilaihi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Fajar Interpratama Offset,
2007).
Widodo, Cerdik Menyusun Proposal Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Jakarta:
Magna Script, 2004).
Yudoseputro, Wiyoso, pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia,(Bandung: Angkasa
Bandung, 1986).
SUMBER INTERNET DAN JURNAL
http://zmughnii.blogspot.com/2013/05/5-kesenian-unik-banten.html. Diakses pada
hari selasa tanggal 07 Januari 2014, pukul 12.09 Wib
http://www.pesantrenglobal.com/debus-seni-mistis-islam-tanah-banten/. Diakses pada
07 Januari 2014, hari selasa pukul 12.42
67
http://www.sarjanaku.com/2011/09/pendidikan-agama-Islam-
pengertian.html,Pengertian Pendidikan Agama Islam: Pengertian, Tujuan, dan
Ruang Lingkup, diakses pada hari Sabtu, 11 Januari 2014. 11.53 Wib
http://budayabanten.blogspot.com/ Sejarah Dan Kebudayaan Provinsi Banten,
diakses pada hari kamis, 13 Februari 2014, pukul 12.22 Wib
Muhrosyida.blogspot.com/…/perbedaan sarana dan prasarana. Diakses pada 10 Juli
2014. Pukul 12.32 Wib
www.dakwatuna.com/2008/09/923/zakat-definisi-dan-tujuan/#axzz3B2LWFA6E,
diakses pada tanggal 20 Agustus 2014, pukul 2138
www.artikelbagus.com/2012/06/pengertian-dan-tata-carataubat-nasuha.html,diakses
pada tanggal 20 Agustus2014, pukul 21.54
Café-islamicculture.blogspot.com/2011/10/definisi-dalil-danpendapat-
ulama.html?m=1, diakses tanggal 21 Agustus 2014, pukul 10.12
Falah-kharisma.blogspot.com/2012/12/pengertian-tawakal-dan-
prinsip.htmlm=1,diakses pada 21 Agustus 2014, pukul 11.00
Desa-loyang.blogspot.com/2011/06/arti-dari-tawadhu.html?m=1,diakses pada 21
Agustus 2014, pukul 11.15
Kbbi.web.id/taat, diakses pada 21 Agustus 2012, pukul 14.00
Kementrian pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pembangunan Kurikulum,
Badan Penelitian Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-
nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa:
Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta, 2012),
hal.7-10
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka,2007)
68
WAWANCARA
Wawancara langsung pada saat pementasan Debus, 2 Maret 2014 pukul 14.40 Wib, di
Kp Bangkuyung, Jiput Pandeglang
Wawancar pribadi dengan kang Rohimi, Selasa 4 Maret 2014 pukul 21.15 wib,
dilokasi latihan, Kp Cipicung
Wawancara langsung dengan Abah Rohani, 6 Maret 2014, pukul 20.30 Wib, dilokasi
latihan
Wawancara pribadi dengan kang Rohimi, Sabtu 8 Maret 2014 pukul 19.20 wib di
lokasi latihan, Kp Cipicung.
Wawancara pribadi dengan Abah Rohani dan Kang Rohimi, Minggu 9 Maret 2014
pukul 19.32 wib di lokasi latihan, Kp Cipicung .
Wawancara pribadi dengan kang Rohimi, selasa 11 Maret 2014 pukul 19.45 Wib, di
lokasi latihan, Kp Cipicung Cikedal Pandeglang Banten
Wawancara pribadi dengan kang Rohimi, sabtu 15 Maret 2014 pukul 19.25 wib, di
lokasi latihan, Kp Cipicung Cikedal Banten
Wawancara pribadi dengan Abah Satibi Darwis, selasa 18 Maret 2014, pukul 15.25,
Kp Limuspiit
Wawancala pribadi dengan Abah Rohani dilokasi latihan, kamis 20 Maret 2014,
pukul 20.45 Wib. Kp cipicung
Wawancara pribadi dengan Abah Rohani di lokasi latihan, sabtu 22 maret 2014, pukul
20.37 wib. Kp Cipicung
Wawancara pribadi dengan Kang Anda, pada Minggu 23 Maret 2014 pukul 10.12
Wib, Kp Rengat Girang
DAFTAR PUSTAKA Abbas, Ismetullah, Sejarah dan Objek Spiritual Banten, (1990), hal. 9
Abdillah, Ahmadi dalam Jalaludin dan, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan
Pendidikan,(Jakarta: Gaya Media Pratama.1997). hal.122
An-Nabiri, Fahrul Bahri, Meniti Jalan Dakwah (bekal Perjuangan Da’i), (Jakarta:
Amzah, 2008), cet ke-1, .hal.12
Anwar, Rosihon, Akidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal.13
Arifin, Imron. Debus, Ilmu kekebalan dan kesaktian dalam Tarekat Rifa’iyah, (1993).
hal.25
Atjeh, Abu Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat, (Jakarta: Ramadhani 1993), hal.357
Bertenes, Etika, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2011). cet. XI, hal.149
Hadi, Sutrisno, Metodolog Riset, (Yogyakarta: UGM Press, 1997), hal. 3
Hadiningrat, K, Kesenian Tradisional debus (Jakarta: Proyek Media Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1982),hal.63
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1999), ed.1, cet. ke-3, hal.1
Kosasih, Dasar-dasar Keterampilan Bersastra, (Bandung: Yrama Widya, 2012). Hal.46
Mahmud, Ali Abdul Halim, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004),cet.ke-1.hal.85
Moleong, Lexy J., Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005),
Mulyana, Selamet, Runtuhnya Keradjaan Hindu Jawa dan Timbulnja Negara-negara
Islam di Nusantara, (Jakarta: Baharata, 1968).
Nasution, Isman Pratama, Debus, Islam, dan Kiyai: Studi Kasus di desa Tegalsari
Serang, (Jakarta: Universitas Indonesia 1995). Hal.18
QS. Al-Maidah :2
Q.S An-Nisa: 8
Rifa’I, H. NH., Pedoman Ibadah, (Jombang: Lintas Media), hal.24
Roudhonah, Lilis Suryani, Wahiddin Saputra, Nasichah, Musfirah Nurlaily, Qira’ah
Ibadah dan Dakwah, (Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah, 2004),cet.1,hal.166
Salim, Abdullah, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, (Seri Media
Dak’wah). hal.20
Syamsu, Nauval, Debus Sebagai Fenomena Keagamaan: Studi Kultural Debus Banten,
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2003), hal. 91-92
Tihami, H. M.A, Islam Banten: Telaah Historis dan Sosio Kultural. (Makalah Dialog Al-
Hukama). Hal.2
Ulama, Muhammad Syamsu as, Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya ,(Jakarta:
Lentera, 1999), hal.55
Vredenbregt, Debus in West Java, 1973
Wahyu Ilaihi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Fajar Interpratama Offset,
2007), cet. ke-7
Widodo, Cerdik Menyusun Proposal Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Jakarta:
Magna Script, 2004)
Yudoseputro, Wiyoso, pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia,(Bandung: Angkasa
Bandung, 1986), cet, ke.1, hal.1-2
SUMBER INTERNET DAN JURNAL
http://zmughnii.blogspot.com/2013/05/5-kesenian-unik-banten.html. Diakses pada hari
selasa tanggal 07 Januari 2014, pukul 12.09 Wib
http://www.pesantrenglobal.com/debus-seni-mistis-islam-tanah-banten/. Diakses pada 07
Januari 2014, hari selasa pukul 12.42
http://www.sarjanaku.com/2011/09/pendidikan-agama-Islam-pengertian.html,Pengertian
Pendidikan Agama Islam: Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup, diakses pada
hari Sabtu, 11 Januari 2014. 11.53 Wib
http://budayabanten.blogspot.com/ Sejarah Dan Kebudayaan Provinsi Banten, diakses
pada hari kamis, 13 Februari 2014, pukul 12.22 Wib
Muhrosyida.blogspot.com/…/perbedaan sarana dan prasarana. Diakses pada 10 Juli 2014.
Pukul 12.32 Wib
www.dakwatuna.com/2008/09/923/zakat-definisi-dan-tujuan/#axzz3B2LWFA6E,
diakses pada tanggal 20 Agustus 2014, pukul 2138
www.artikelbagus.com/2012/06/pengertian-dan-tata-carataubat-nasuha.html,diakses pada
tanggal 20 Agustus2014, pukul 21.54
Café-islamicculture.blogspot.com/2011/10/definisi-dalil-danpendapat-ulama.html?m=1,
diakses tanggal 21 Agustus 2014, pukul 10.12
Falah-kharisma.blogspot.com/2012/12/pengertian-tawakal-dan-prinsip.htmlm=1,diakses
pada 21 Agustus 2014, pukul 11.00
Desa-loyang.blogspot.com/2011/06/arti-dari-tawadhu.html?m=1,diakses pada 21 Agustus
2014, pukul 11.15
Kbbi.web.id/taat, diakses pada 21 Agustus 2012, pukul 14.00
Kementrian pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pembangunan Kurikulum, Badan
Penelitian Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya
Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa: Pengembangan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta, 2012), hal.7-10
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka,2007)
WAWANCARA
Wawancara langsung pada saat pementasan Debus, 2 Maret 2014 pukul 14.40 Wib, di Kp
Bangkuyung, Jiput Pandeglang
Wawancar pribadi dengan kang Rohimi, Selasa 4 Maret 2014 pukul 21.15 wib, dilokasi
latihan, Kp Cipicung
Wawancara langsung dengan Abah Rohani, 6 Maret 2014, pukul 20.30 Wib, dilokasi
latihan
Wawancara pribadi dengan kang Rohimi, Sabtu 8 Maret 2014 pukul 19.20 wib di lokasi
latihan, Kp Cipicung.
Wawancara pribadi dengan Abah Rohani dan Kang Rohimi, Minggu 9 Maret 2014 pukul
19.32 wib di lokasi latihan, Kp Cipicung .
Wawancara pribadi dengan kang Rohimi, selasa 11 Maret 2014 pukul 19.45 Wib, di
lokasi latihan, Kp Cipicung Cikedal Pandeglang Banten
Wawancara pribadi dengan kang Rohimi, sabtu 15 Maret 2014 pukul 19.25 wib, di lokasi
latihan, Kp Cipicung Cikedal Banten
Wawancara pribadi dengan Abah Satibi Darwis, selasa 18 Maret 2014, pukul 15.25, Kp
Limuspiit
Wawancala pribadi dengan Abah Rohani dilokasi latihan, kamis 20 Maret 2014, pukul
20.45 Wib. Kp cipicung
Wawancara pribadi dengan Abah Rohani di lokasi latihan, sabtu 22 maret 2014, pukul
20.37 wib. Kp Cipicung
Wawancara pribadi dengan Kang Anda, pada Minggu 23 Maret 2014 pukul 10.12
Wib, Kp Rengat Girang
KELOMPOK DEBUS PEUNTAS MENES PANDEGLANG
BANTEN
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan dibawah ini Ketua Debus Peuntas Menes Pandeglang Banten
menerangkan bahwa :
Nama : Iis Sulastri
NIM : 1110051000184
Fakultas : Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Jurusan : Komunikasi Dan Penyiaran Islam
Universitas : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah melaksanakan observasi dan penelitian di Kelompok Debus Peuntas Menes
Pandeglang yang kami pimpin, guna menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nilai-nilai Islam
dalam Seni Tradisional Debus di Menes pandeglang Banten”
Demikian surat keterangan ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Menes, 22 Maert 2014
Ketua Debus Peuntas Menes
(Rohani)
Transkip Wawancara
Nama narasumber : Kang Rohimi
Jabatan : Pemain musik dan pemain atraksi debus
Tanggal : 2 maret 2014
T: Permainan debus apa saja yang sering di lakukan?
J: sebagai berikut:
1. Pencak silat, nyaeta pertunjukkan pencak silat awewe sareng pameget, budak alit
atanapi dewasa.
2. bacaan mecapat atau bacaan anu di bacakeun ku pemimpin atanapi syeikh.
3. Ngajarak, nyaeta nusukeun jarum saageng jarum sol sapatu, anu biasana ditusukeun
ka bagian awak siga lengeun, beheung, jeung deina hente ngaluarkeun darah saeutik
oge.
4. Behel, nyaeta ngabengkokkeun besi. Besi anu dianggo sageude ibu jari lengeun, di
bengkokeun ku dua pemain tina ujung besi.
5. Tidur di atas beling, nyaeta beling di taburkeun di taneuh, terus pemain gugulingan
diluhureun beling.
6. Makan bara api, nyaeta ruhak kayu atanapi ruhak batok kalapa di beweung kasiga
meweung kurupuk tapina te ngarasa panas.
7. Makan bola lampu, nyaeta pemain meweung bolham lampu kasiga meweung
kurupuk.
8. Kelapa ajaib, nyaeta muka kulit kalapa anu dijerou na aya permen, kain, ager-ager,
bubue, sarimi, susu.
9. Ngadewa, nyaeta jalema ditalian, diselang-seling ku golok, ditutup nganggo kayu
kasiga dangka (peti mati).
10. Menaiki pohon, nyaeta tangkalna sajenis tangkal pinang tapi aya cucukkan, tangkalna
ditaekan tapi hasilna anu naekkanna heunte luka saeutik oge.
11. Memotong tubuh, nyaeta motong leugeun, letah atanapi motong beheung pemain anu
sanesna kasiga nyembeleh hewan, biasana ngango silet atanapi golok anu sekeut, tapi
pemain henteu cidera saeutik oge.
12. Tebak-tebakkan nyaeta mata pemain ditutupan nganggo lem, terus ditalian make
sabuk anu keunceung terus ditutup nganggo kain. Pemain anu sanesna nyekeulan
bendera warna-warni. Pemain anu matana ditutupan tiasa nyandak motor jeung tiasa
nebak warna bendera anu diminta ku penonton.
13. Al-madad Sulton, nyaeta alat anu digunakeun dina masa kasultanan. Rupana besi
lancip anu di pangkalna ngnggo kayu buleud jeung panggebugna didamel tina kayu.
Pami alat iyeu di gunakeun biasana ditanceubkeun kana beuteung terus sabagian
pemain anu sanesna ngagebugkeun pangkalna nganggo alat panggebugna.
Transkip Wawancara
Nama narasumber : Kang Rohimi
Jabatan : Pemain musik dan pemain atraksi debus
Tanggal : 4 maret 2014
T: Sarana dan prasarana apa saja yang digunakan dalam debus?
J: Sarana yang di gunakan untuk atraksi debus:
No Nama Alat Kegunaan Alat
1 Air Untuk media pembacaan do’a
2 Jarum, sebesar jarum sol Ngajarak
3 Besi Behel
4 Beling Atraksi tidur di atas beling
5 Arang Makan bara api
6 Bola lampu Di kunyah
7 Kelapa Atraksi kelapa ajaib
8 Golok Ngadewa dan memotong tubuh
9 Kayu Ngadewa
10 Kain Ngadewa
11 Tali Ngadewa
12 Pohon duri Atraksi menaiki pohon berduri
13 Silet Menyayat tubuh
14 Motor Tebak-tebakkan
15 Bendera Tebak-tebakkan
16 Hansaplas Tebak-tebakkan
17 Kain dan ikatan mata Tebak-tebakkan
18 Tangga golok Atraksi tangga golok
19 Penggorengan dan minyak Atraksi menggoreng kerupuk dengan
tengan
20 Al-madad sulton Atraksi Al-madad
21 Alat music Tabuhan
Transkip Wawancara
Nama narasumber : Kang Rohimi
Jabatan : Pemain musik dan pemain atraksi debus
Tanggal : 8 maret 2014
Ketua
Abah Rohani
Pelatih Pemain Musik
1. Abah sorman 1. Bapak Rohimi
2. Abah Saedi 2. Embang prmana
3. Rohman
4. Abah Soleman
5. Abah Supri
Anggota/ Pemain
Laki-laki Perempuan
1. Abah Udin 1. Rohayah
2. Abah Arma 2. Herni
3. Bapak katibi 3. Asmi
4. Bapak Komarudin 4. Maesaroh
5. Bapak Toni 5. Rosiana
6. Rohim 6. Sukaesih
7. Sukmara 7. Rohmah
8. Romli 8. Rodiah
9. Yadi 9. Rusmiati
10. Ujang 10. Samsiah
11. Mamat
12. Roni
a. Keterangan Keanggotaan
Ketua: Abah Rohani
Alamat: Kp Cipicung
Usia: 72 tahun
Pelatih 1:Abah Saedi Pelatih 2: Abah Sorman
Alamat: Kp Dahu Alamat: Kp Cipicung
Usia: 45 tahun Usia: 40 tahun
Pemain Musik:
Gendang 1: Rohimi Gendang 2: Embang Permana
Alamat: Kp Cipicung Alamat: Kp Cipicung
Usia:37 tahun Usia: 28 tahun
Goong: Rohman Kecrek: Soleman
Alamat: Kp Cipicung Alamat: Kp Cipicung
Usia: 39 tahun Usia: 45 tahun
Terompet: Abah Supri
Alamat: Kp Dahu
Usia: 55 tahun
Anggota/Pemain:
Laki-laki Perempuan
1. Nama: Abah Udin 1. Nama: Rohayah
Alamat: Kp Cipicung Alamat: Kp Cipicung
Usia: 50 tahun Usia: 24 tahun
2. Nama: Abah Arma 2. Nama: Herni
Alamat: Kp Dahu Alamat: Kp Cipicung
Usai: 45 tahun Usia: 23 tahun
3. Nama: Bapak Katibi 3. Nama: Asmi
Alamat: Kp Bengkok Alamat: Kp Cipicung
Usia: 40 tahun Usia: 21 tahun
4. Nama: Bapak Toni 4. Nama: Maesaroh
Alamat: Pasir kalapa Alamat: Kp Cipicung
Usia: 45 tahun Usia: 21 tahun
5. Nama: Sukmara 5. Nama: Rosiana
Alamat: Kp Cipicung Alamat: Kp Cipicung
Usia: 14 tahun Usia: 19 Tahun
6. Nama: Rohim 6. Nama: Sukaesia
Alamat: Kp Cipicung Alamat: Kp Cipicung
Usia: 35 tahun Usia: 17 tahun
7. Nama: Romli 7. Nama: Rohmah
Alamat: Kp Cipicung Alamat: Kp Cipicung
Usia: 37 tahun Usia: 20 tahun
8. Nama: Komarudin 8. Nama: Rodiah
Alamat: Kp Bengkok Alamat: Kp Cipicung
Usia: 35 tahun Usia: 16 tahun
9. Nama: Yadi 9. Nama: Rusmiati
Alamat: Kp Cipicung Alamat: Kp Cipicung
Usia: 25 tahun Usia: 15 tahun
10. Nama: Ujang 10. Nama: Samsiah
Alamat: Kp Cipicung Alamat: Kp cipicung
Usia: 21 tahun Usia: 20 tahun
11. Nama: Mamat
Alamat: Kp Cipicung
Usia: 25 tahun
12. Nama: Roni
Alamat: Kp Cipicung
Usia: 17 tahun.
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Kang Rohimi
Jabatan ; Pemain musik dan pemain atraksi debus
Tanggal : 9 Maret 2014
T: Apa tujuan melestariakn kesenian tradisional debus?
J: Melestarikan kebudayaan nenek moyang, ngadamel generasi penerus, jadikan seni urang iyeu
hampir kalah ku seni modern, kitu, jadi abah iyeu hoyong na sampe seni debus jeng seni gendang
pencak iyeu turun temurun ulah sampe ilang di daerah Banten.
T: kapan waktu rutin latihan?
J: Latihan rutin yang di lakukan pada setiap malam rabu dan malam minggu menggunakan
musiak tradisional, mulai dari latihan pencak silat sampai dengan latihan debus, akan
tetapi latihan debus jarang di lakukan melihat yang banyak mengikiti latihan adalah anak-
anak kecil. Sehingga yang lebih rutin adalah latihan pencak silat. Peserta latihan terdiri
dari anak-anak kecil baik laki-laki dan perempuan, remaja dan dewasa.
T: Bagaimana mengenai akhlak kepada binatang?
J: Akhlak kana binatang atanapi hewan, henteu ngorbankeun hewan dian atraksina.
T: Bagaimana mengenai akhlak kepada tumbuhan?
J: padamelan para pemain debus ngandelkeun tina pertanian jadi petani, tos pasti sapopoe
anu dilakonan nyaeta bercocok tanam , ngamanfaatkeun lahan anu aya kanggo
dilestarikan, henteu dirusa, tumbuhan di manfaatkeun seperluna tanpa ngarusak. Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Kang Rohimi
Tanggal : 15 Maret 2014
Komponen yang terdapat dalam pencak silat:
1. Barung yaitu jusur pencak silat.
2. Pincid yaitu gerakan tambahan atau goyangan pisik untuk lebih melenturkan
gerakan tubuh.
3. Tepakan yaitu jurus tingkatan pencak silat.
4. Karawangan yaitu pembukakan naik tepakan atau naik jurus.
5. Tabas yaitu gerakan tambahan atau goyangan pisik untuk lebih melenturkan
gerakan tubuh.
6. Bongbang yaitu gerakan tambahan atau goyang pisik untuk melenturkan gerakan
tubuh.
Narasumber
Kang Rohim
Transkip Wawancara Nama narasumber : Abah Rohani
Jabatan : ketua
Tanggal : 6 maret 2014
T: Pami katana debus sareung iman ka Allah SWT?
J: Pemain debus wajib kanggo percaya jeung yakin ka Allah SWT, karena dina apermaiann
debus seeur atraksi anu tekaharti ku akal (mistis), ekstrim, jeung ngabutuhkeun
kayakinan kanggo ngalakonana. Pemain debus diajarkeun kanggo yakin jeung deina
kedah masrahkeun diri ka Allah SWT, pokonamah yakin bahwa pegangannana la haula
walla quwata ilabillahi ‘aliyyil adzim.
T: Pami kaitana iman kna kitab-kitab Allah sareung debus?
J: Ari proses jadi pemain debus eta heunte gamopang, seeur ritual-ritual anu kedah di
lakonan ku para pemain, ritual anu kedah di laksanakeun ku para pemain heunte saukul
amaln-amalan wungkul anu dicancak tina kitab suci Al-Qur’an, tapina oge kedah
ngalaksanakeun ritual jasmani misalkeun latihan-latihan rutin. Kanggo ngalatih fisik
jeung ngokohkeun kaimanan sareng kayakinan urang ka Allah SWT.
T: Pami kaitana iaman ka Rosul sareung debus?
J: Pemain debus beragama Islam tos pasti iman ka Rasul , proses permainan debus oge
nyandak ritual ti babacaan shalawat ka kanjeng Rasul SAW.
T: Pami kaitana iman kana hari kiamat sareung debus?
J: Iman ka hari kiamat kaitana sareng permainan debus, nyaeta pemain debus kedah
ngajalankeun sagala perintah Allah SWT jeung ngajauhan sagala anu dilarang ku Allah
SWT. Jeung kedah yakin bahwa sagala anu di lakonan di dunia iyeu pasti meunangkeun
ganjaran dina dinten kiamat.
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Abah Rohani
Jabatan : Ketua kelompok debus
Tanggal : 20 Maret 2014
T: Kaitanna taubat dinaa permaianan debus eta naon wae bah?
J: Taubat kaitana sareng debus, taubat nyaeta jalan kanggo nuhnkeun ampunan ka gusti Allah SWT
supaya diampunan tina sagala dosa anu tekatempo. Dina diri manusia aya dorongan anu
ngarahkeun kajalan anu bener oge aya anu ngadorong kajalan anu tebener. Kitu oge dina pemian
debus, heunte ayana dina kabeneran wae tapi pasti aya wae dosa-dosa anu kalakonan. Jadi sreng
tobat eta jalan manusia jadi jalam anu lewih hade.
Transkip Wawancara Nama Narasumber : Abah Rohani
Jabatan : Ketua kelompok debus
Tanggal : 22 Maret 2014
T: Pami kaitanna berdizikir sareng permainan debus?
J: Dina kesenian debus, berdizikir mangrupaken salah sahiji ritual dina kasenian debus anu kedah
dilakonan ku anggota debus kanggo ngokohkeun kayakinan ngadeketkeun diri ka Allah SWT.
T: Pami kaitanna pernikahan sareung permainan debus?
J: Pernikahan (perkawinan), penting dina proses setiap angota debus, kusabab dina kasenian debus
dilarang zina. Kanggo ngajaga kahormatan diri tina kalakuan zina, saena setiap anggota debus
ngahelakeun nikah kanggo ngajaga kasucian diri jeung ngajaga larangan agama jeung dina
kasenian debus.
Narasumber
Abah Rohani
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Kang Anda
Tanggal : 11 Maret 2014
T: Mengapa pencak silat selalu ada dalam kegiatan debus?
J: karena antara debus dengan pencak silat tidak bisa dipisahkan, dalam kegiatan debus
sudah pasti di awali dengan pencak silat terlebih dahulu. Jadi pencak silat dan debus
sudah menjadi satu kesatuan yang utuh yang tidak bisa di pisahkan atau tidak bisa di
hilangkan salah satunya.
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Kang Anda
Tanggal : 23 Maret 2014
Pemaparan mengenai mantra.
Nabiatis batu trails
Natonggong batu belengkong
Nasirah aji nurilah (3x)
Sawarang has sawarang Has
Aing nyaho kabuyutan sia
Sawarang has sawarang Has (3x)
Urat kengkeng urat uangkeng
Urat nukasebut geger
Baji balung bagi rasa
Rasa kaula syaidina Ali (3x)
Nyai Sambang jeng Aki Sambang
Ulah nyungsum kana balung
Ulah nyungsum kana tulang
Ulah nyungsum kana daging
Ulah nyungsum kana kulit
Ulah nyungsum kana bulu
Mun rek nyungsum kana batu jeng kana kayu
Rep disirep ku Kanjeng Nabi Muhammad SAW (3 x)
Narasumber
Kang Anda
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : Abah Satibi
Jabatan : Ketua kelompok debus
Tanggal : 18 Maret 2014
Iman pada qada dan qadar, kaitannya dengan permainan debus, pemain debus dilatih
kanggo yakin dina sakabeh anu dilakonan jeung keudah pasrah ke Allah SWT, pami pemain
debus nuju ngalaksanakeun permainan atanapi atraksi ngalaman kagagalan, kedah yakin kana
takdir sae atanapi takdir buruk anu bakal ditarimana. Hirup jenga paeh seneng sareng seni, sing
penting terus ayana dina jalur anu bener. Shalat disamping kewajiban urang ka Allah SWT, oge kedahnamah jadi kabutuhan uurang ka
salaku hamba Allah SWT. Dina debus di wajibkeun kedah teu ninggalkeun shalat fardu, kusabab sakabeh
anu dilarang ku agama, eta oge jadi larangan dina kesenian debus.
Narasumber
Abah Satibi
Atraki Debus
Alat-alat debus, Al-Madad Sulton, Mata di lem, dan di tutup
Besi, jarum jara, beling, dll. menggunakan kain
Atraksi Behel Atraksi mengendarai motor dan
menebak warna bendera dengan
keadaan mata ditutup kain hitam
Atraksi Behel Atraksi memotong leher, alhasil
tidak cidera sedikitpun
Atraksi Menyayat tangan Atraksi Al-Madad Sulton
Ketua debus sedang membaca do’a sambil memegang air
Recommended