View
33
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
paper pemanfaatan bunga matahari untuk pakan sapi
Citation preview
i
PAPER TAKSONOMI TUMBUHAN
“HELINUUS ACTION” SOLUSI ALTERNATIF PEMANFAATAN TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus anuus) UNTUK PAKAN SAPI
Disusun Oleh :
Umi Hanum (4401411082 / 2011)
JURUSAN BIOLOGIPRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
i
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................1
ABSTRAK .............................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................3
Latar Belakang.............................................................................................3
Rumusan Masalah .......................................................................................5
Tujuan..........................................................................................................5
Manfaat........................................................................................................5
GAGASAN.............................................................................................................5
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan...........................................................5
Solusi Yang Pernah Ditawarkan..................................................................7
Perbaikan Gagasan Yang Diajukan..............................................................7
Pihak Yang Membantu.................................................................................8
Langkah-Langkah Strategis Yang Dilakukan..............................................8
KESIMPULAN.....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
2
ABSTRAK
Hanum, Umi. 2013. “Helinuus Action” Solusi Alternatif Pemanfaatan Tanaman Bunga Matahari (Helianthus Anuus) Untuk Pakan Sapi. Paper, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Produksi susu sapi di Indonesia sampai saat ini belum mencukupi permintaan konsumen. Hal ini disebabkan antara lain karena jumlah/populasi ternak yang masih kurang, daya produksi susu per-ekor belum mencapai titik optimum dan kualitas susu yang masih rendah. Penyebab rendahnya produksi adalah pakan (kualitas dan kuantitas), tata cara pemerahan, sistem perkandangan, sanitasi, dan penyakit terutama mastitis (Sudarwanto, 1999). Kejadian mastitis (radang payudara) terjadi pada 60-90% sapi perah di Indonesia dan sebagian besar adalah kejadian mastitis subklinis yang kejadiannya jarang disadari oleh peternak karena tidak ada perubahan pada sapi dan susu yang diproduksi. Penyakit ini menyebabkan penurunan produksi susu sebesar 10-40%, dan susu dari sapi yang sakit harus dibuang karena tidak memenuhi syarat minimal yang telah ditetapkan oleh SNI (1998) yaitu kadar lemak 3%, pH 6.3-6.7, kadar protein 2.7% dan total bakteri susu maksimal 1 x 106 CFU/ml. untuk mengatasi permasalahan tersebut digunakan tanaman obat. Tanaman obat yang dapat digunakan antara lain adalah Bunga Matahari (Nurdin, 2004). Kelebihan dari tanaman obat tersebut adalah harganya murah, mudah diperoleh karena banyak tumbuh di sekitar kita dan relatif aman. Pemberian bunga matahari sebagai senyawa antioksidan dan anti inflamasi (alkanoid, saponin, flavanoid, dan triterpenoid) dapat meningkatkan permeabilitas sel alveoli dan meningkatkan daya tahan tubuh, serta dapat membantu keseimbangan ekologi rumen. Kualitas nutrisi silase bunga matahari lebih tinggi dibandingkan dengan jagung. Bungkil biji bunga matahari (meal) mengandung 28-42% protein sehingga baik untuk makanan ternak dan merupakan sumber makanan ternak keempat terbesar didunia (Gandhi et al., 2005). Tujuan yang ingin dicapai dari paper ini adalah (1) Mengetahui manfaat dari tanaman bunga matahari yang digunakan untuk pakan sapi. (2) Mengetahui cara mengolah bunga matahari sebagai pakan sapi. (3) Mengetahui dampak positif pemberian bunga matahari sebagai pakan sapi. Metode yang digunakan dalam paper ini adalah pengenalan dengan cara sosialisasi kepada peternak akan manfaat bunga matahari yang kemudian dilakukan formulasi pembuatan pakan dengan komposisi tambahan yaitu bunga matahari.
Kata Kunci: Bunga Matahari, Mastitis, Susu, Sapi
3
PENDAHULUANLatar belakang
Produksi susu sapi di Indonesia sampai saat ini belum mencukupi
permintaan konsumen. Hal ini disebabkan antara lain karena jumlah/populasi
ternak yang masih kurang, daya produksi susu per-ekor belum mencapai titik
optimum dan kualitas susu yang masih rendah. Penyebab rendahnya produksi
adalah pakan (kualitas dan kuantitas), tata cara pemerahan, sistem perkandangan,
sanitasi, dan penyakit terutama mastitis (Sudarwanto, 1999).
Data dalam buku statistik Peternakan pada tahun 2003 memperlihatkan
bahwa populasi sapi perah di Indonesia adalah 368.470 ekor dengan produksi susu
577,5 ton per-tahun dan produksi per-ekor per-hari berkisar 6.5-8.5 liter, angka ini
lebih rendah dibandingkan dengan produksi ideal seekor sapi perah dengan
kondisi di Indonesia yaitu sebesar 14-16 liter/hari. Kejadian mastitis terjadi pada
60-90% sapi perah di Indonesia dan sebagian besar adalah kejadian mastitis
subklinis yang kejadiannya jarang disadari oleh peternak karena tidak ada
perubahan pada sapi dan susu yang diproduksi. Penyakit ini menyebabkan
penurunan produksi susu sebesar 10-40%, dan susu dari sapi yang sakit harus
dibuang karena tidak memenuhi syarat minimal yang telah ditetapkan oleh SNI
(1998) yaitu kadar lemak 3%, pH 6.3-6.7, kadadr protein 2.7% dan total bakteri
susu maksimal 1 x 106 CFU/ml.
Proses penyembuhannya ada yang sembuh setelah di beri antibiotik dan
ada juga yang dapat sembuh dengan sistem pertahanan tubuhnya sendiri. Sistem
pertahanan tubuh tersebut dapat dicapai apabila kesehatan ternak di tingkatkan
(Leslie, 2000). Pada ternak yang sedang mengalami sters akan terjadi perubahan
keseimbangan mikroba dalam rumen di dalam saluran pencernaaan yang lebih
mendukung terhadap perkembangan mikroa pathogen. Keseimbangan mikroba
dalam rumen dapat dicapai dengan memberikan probiotik (Martin dan Nisbet,
1992; Nurdin 2004).
Alternatif lain untuk meningkatkan sistem pertahanan tubuh tersebut
adalah dengan memberikan tanaman obat yang bersifat anti-oksidan dan anti-
4
inflamasi. Kelebihan dari tanaman obat tersebut adalah harganya murah, mudah
diperoleh karena banyak tumbuh di sekitar kita dan relatif aman. Tanaman obat
yang dapat digunakan antara lain adalah Bunga Matahari (Nurdin, 2004).
Bunga matahari (Helianthus anuus L.) termasuk famili compositae.
Tanaman bunga matahari berasal dari Meksiko dan Peru Amerika Latin. Di
Indonesia, bunga matahari sudah diteliti sejak tahun 1970. Pada mulanya tanaman
bunga matahari dikenal sebagai tanaman hias, kini manfaatnya semakin luas.
Salah satu produk utama bunga matahari adalah biji-bijinya yang diolah sebagau
bahan baku industri makanan berupa kwaci dan penghasil minyak nabati yang
dibutuhkan dalam industri minyak (Atjung, 1981). Selain itu, bunga matahari juga
dapat menekan produksi gas metan yang dihasilkan di rumen sapi, yang jika
keluar di udara berpotensi membentuk gas rumah kaca dibanding karbon dioksida
yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global (Buddle et al., 2006).
Bunga matahari merupakan tanaman penghasil minyak makan (edible oil)
penting dunia dan menempati posisi terbesar ketiga dunia setelah minyak kedelai
dan minyak kelapa sawit (Gandhi et al., 2005). Selama ini Indonesia masih
mengimpor biji dan minyak bunga matahari untuk berbagai keperluan pembuatan
makanan, bahan obat-obatan, kosmetika dan bahan-bahan industri lainnya.
Biji bunga matahari merupakan sumber protein, lemak dan karbohidrat
yang potensial dengan kandungan masing-masing 21, 55 dan 19%. Kandungan
minyak sebanyak 40-50% dari berat biji. Asam lemak tak jenuh (oleat dan
linoleat) yang terdapat pada minyak bunga matahari mencapai 91% lebih banyak
dibandingkan dengan oleat dan linoleat yang terdapat pada minyak kedelai (85%),
kacang tanah (82%), jagung (87%), dan kelapa sawit (49%). Kandungan asam
lemak jenuh (linolenat, palmitat, stearat) yang rendah (9%) pada minyak bunga
matahari menjadikan minyak bunga matahari termasuk minyak yang tidak
menyebabkan kolesterol.
Biji bunga matahari juga kaya vitamin E, betaine dan asam fenolik sebagai
antioksidan dan anti karsinogen yang dapat mencegah kardiovasculer. Kualitas
nutrisi silase bunga matahari lebih tinggi dibandingkan dengan jagung. Bungkil
5
biji bunga matahari (meal) mengandung 28-42% protein sehingga baik untuk
makanan ternak dan merupakan sumber makanan ternak keempat terbesar didunia
(Gandhi et al., 2005).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
perumusan masalahnya adalah: apakah pemberian campuran bunga matahari pada
pakan sapi akan berpengaruh terhadap hasil susu sapi?
Tujuan
Tujuan dari paper ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui manfaat dari tanaman bunga matahari yang digunakan untuk
pakan sapi.
2. Mengetahui cara mengolah bunga matahari sebagai pakan sapi.
3. Mengetahui dampak positif pemberian bunga matahari sebagai pakan sapi.
Manfaat
Manfaat dari program ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi tentang manfaat dari tanaman bunga matahari yang
digunakan untuk pakan sapi.
2. Memberikan informasi tentang cara cara mengolah bunga matahari sebagai
pakan sapi.
3. Memberikan informasi tentang dampak positif pemberian bunga matahari
sebagai pakan sapi.
GAGASAN
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Produksi susu merupakan tujuan utama yang diharapkan dari pemeliharaan
sapi perah, sedangkan kualitas susu memegang peranan penting dalam
menentukan kesehatan dan nilai jual dari susu tersebut. Kualitas susu yang
6
dihasilkan harus memenuhi syarat susu segar yang ditetapkan SNI (1998). Pada
kasus sapi yang terkena mastitis, ia akan kesulitan untuk menghasilkan kualitas
susu yang baik. Pemberian bunga matahari sebagai senyawa antioksidan dan anti
inflamasi (alkanoid, saponin, flavanoid, dan triterpenoid) dapat meningkatkan
permeabilitas asel alveoli dan meningkatkan daya tahan tubuh, serta dapat
membantu keseimbangan ekologi rumen. Karena berdasarkan hasil skrining
fitokimia, bunga matahari antara lain mengandung saponin yang dapat menekan
protozoa didalam rumen. Sesuai dengan pendapat Nurdin (2004) yang
menyatakan bahwa pemberian bunga matahari sebanyak 0,01% berat badan secara
in-vitro akan memberikan kondisi ekologi rumen yang lebih baik. Akibatnya
jumlah bakteri rumen, total VFA dan asam propionat akan meningkat serta
menurunkan konsentrasi NH3 secara nyata.
Pada ternak laktasi, rasio perbandingan asam asetat dan asam propionat
yang dihasilkan rumen adalah sangat penting karena apabila rasio tersebut rendah
maka kadar lemak air susu akan menurun, demikian pula sebaliknya (Mcnamee,
1996). Menurut Harmon (1994) susu yang berasal dari sapi yang sakit akan
mengalami penurunan kadar lemak. Pada penelitian yang dilakukan Nurdin
(2004) diperoleh hasil rata-rata kadar protein berkisar antara 3,60-3,89% dan pH
susu berkisar antara 6,72-6,85. Angka ini berada diatas rata-rata susu normal yaitu
pH 6,3-6,75 dan protein minimal 2,7%.
Tingginya rata-rata nilai tersebut karena seluruh sapi yang dipakai dalam
penelitian ini adalah sapi yang terserang mastitis dan akan memberikan reaksi
basa pada susu yang dihasilkan sebagai akibat tingginya jumlah sel radang karena
adanya bakteri pathogen dalam susu. Tetapi dari seluruh perlakuan, pH pada
perlakuan B sebesar 6,72 berada dalam batas susu normal. Hal ini menunjukkan
bahwa bunga matahari mampu mengatasi mastitis pada ternak sapi perah.
Pemberian bunga matahari sebanyak 0,01% bobot badan nyata meningkatkan
produksi susu sebanyak 52,33%, meningkatkan kadar lemak susu 10,36% dan
menurunkan total bakteri susu 99,71%.
7
Solusi yang Pernah Ditawarkan
Bunga matahari tidak hanya digunakan sebagai pakan sapi yang terkena
mastitis. Bunga matahari juga dimanfaatkan sebagai penurun kolesterol. Hal ini
dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh A. Purnama, et al (2011), yaitu
pengaruh penambahan minyak bunga matahari dalam pembuatan yogurt dari susu
skim yang di uji cobakan ke hewan coba Mencit (Mus musculus) untuk
mengetahui level kolesterolnya.
Diperoleh hasil bahwa pemberian minyak biji bunga matahari berpengaruh
sangat nyata (P<0,01) terhadap penurunan level kolesterol mencit. Semakin tinggi
level minyak biji bunga matahari, presentase penurunan kolesterol total hewan
coba mencit semakin tinggi. Hal ini dapat terjadi karena minyak biji bunga
matahari yang ditambahkan mengandung asam lemak tak jenuh (omega-3 dan
omega-6) yang berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Erin
(2010) menyatakan bahwa minyak biji bunga matahari sangat berguna bagi
kesehatan. Minyak biji bunga matahari kaya akan omega-6 yang baik untuk
kesehatan, karena menurunkan kolesterol, asam urat, menyembuhkan reumatik,
jantung koroner, diabetes, stroke, dan berbagai penyakit lainnya.
Perbaikan Gagasan yang Diajukan
Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang bahwa produksi susu sapi
di Indonesia sampai saat ini belum mencukupi permintaan konsumen. Hal ini
disebabkan antara lain karena jumlah/populasi ternak yang masih kurang, daya
produksi susu per-ekor belum mencapai titik optimum dan kualitas susu yang
masih rendah. Penyebab rendahnya produksi adalah pakan (kualitas dan
kuantitas), tata cara pemerahan, sistem perkandangan, sanitasi, dan penyakit
terutama mastitis (Sudarwanto, 1999).
Pada kasus sapi yang terkena mastitis, ia akan kesulitan untuk menghasilkan
kualitas susu yang ditetapkan SNI. Pemberian bunga matahari sebagai senyawa
antioksidan dan anti inflamasi (alkanoid, saponin, flavanoid, dan triterpenoid)
dapat meningkatkan permeabilitas sel alveoli dan meningkatkan daya tahan tubuh,
8
serta dapat membantu keseimbangan ekologi rumen. Karena berdasarkan hasil
skrining fitokimia, bunga matahari antara lain mengandung saponin yang dapat
menekan protozoa didalam rumen.
Maka untuk meningkatkan angka produksi susu sapi yang harus memenuhi
standar SNI, harus ada inovasi baru dalam pemberian pakan ternak khusunya pada
sapi yang terkena mastitis. Yaitu dengan menambahkan komposisi bunga
matahari kedalam pakan ternak. Hal tersebut dimaksudkan agar susu yang
dihasilkan sapi tersebut berkualitas seperti yang ditetapkan oleh SNI.
Pihak yang Membantu
Dalam mensukseskan inovasi “Helinuus Action” solusi alternatif
pemanfaatan tanaman bunga matahari (Helianthus anuus) untuk pakan sapi,
dibutuhkan mahasiswa peternakan yang aktif untuk meneliti lebih lanjut
perkembangan sapi mastitis yang di beri campuran pakan bunga matahari,
peternak sapi yang mau untuk diajak bekerjasama, dan petani bunga matahari agar
lebih mudah untuk menyediakan bunga matahari yang baik kondisinya yang
terhindar dari cekaman kekeringan karena dapat berpengaruh terhadap kualitas
dari bunga matahari. Dalam hal ini Petani bunga matahari dapat menerapkan
penanaman dengan jarak rapat yang diharapkan dapat meninhkatkan hasil per
saruan luas dan penggunaan paclobutrazol yang menghambat tinggi tanaman
sehingga tanaman menjadi lebar diameter batangnya.
Langkah-langkah Strategis yang Dilakukan untuk Menciptakan Inovasi
Pakan Baru Dari Campuran Bunga Matahari
Tahap Pemberian Informasi Tentang Kegunaan ari Tanaman Bunga Matahari.
Menjelaskan berbagai macam kegunaan dari tanaman bunga matahari
dengan cara sosialisasi kepada peternak sapi. Hal ini ditujukan agar peternak
sapi tahu bahwa sapi juga bisa mengalami mastitis, sehingga kualias produksi
susu nya tidak memenuhi SNI.
Tahap Pembuatan Pakan Sapi yang Dicampur Dengan Bunga Matahari
9
Dalam tahap pembuatan pakan ini ada beberapa kegiatan yang di lakukan
yaitu:
Mengajak peternak untuk mendiskusikan komposisi perbandingan
campuran pakan dengan menggunakan bahan bunga matahari sebagai
campurannya.
Memilih bahan yang digunakan sebagai pakan sapi yaitu: rumput gajah,
bungkil kedelai, bungkil kelapa, dan bunga matahari.
Memotong bahan dengan ukuran 3-5 cm agar lebih mudah dicerna oleh
sapi
Menyiapkan alat dan daftar cara yang digunakan untuk membuat pakan
dari campuran bunga matahari sesuai dengan petunjuk cara pembuatannya.
Berikut Cara Memformulasi Pakan:
Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu
menggunakan Tabel Patokan Kebutuhan Nutrisi. Sebagai contoh
kebutuhan nutrisi dalam penyusunan ransum bagi sapi perah adalah
sebagai berikut :
Sapi perah betina muda berat 350 kg, satu setengah bulan
menjelang beranak(melahirkan pada umur 36 bulan),
membutuhkan pakan dengan kandungan nutrisi sebagai berikut:
a. Kebutuhan hidup pokok dan reproduksi:
Bahan Kering=6,4 Kg, ME=13 Mcal, Protein=570 gram,
mineral=37 kg.
b. Laktasi I: Bahan Kering=1,0 Kg, ME=2,02
Mcal, Protein=93,6 gram, Mineral=5 kg.
c. Sehingga jumlah Bahan Kering=7,4 kg,
ME=15,02 kg, Protein=663,6 gram, Mineral=42 gram.
Dari kebutuhan nutrisi tersebut, kebutuhan
pakannya dapat diformulasikan dengan suatu metode. Misalnya
bahan-bahan pakan yang tersedia adalah:
10
a. Rumput gajah: Bahan Kering=16%,
ME=0,33 Mcal, Protein=1,8 gram%BK, Mineral=2,5 gram%BK
b. Rumput Kedele: Bahan Kering=93,5%,
ME=3,44 Mcal, Protein=44,9 gram%BK, Mineral=6,3 gram%BK
c. Bungkil kelapa: Bahan Kering=86%,
ME=2,86 Mcal, Protein=18,6 gram%BK, Mineral=5,5 gram%BK
Rumput gajah akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan
kering sebanyak 80%= 80/100X7,4 kg = 5,92 kg BK. Maka kandungan
protein yang sudah dapat dipenuhi rumput adalah:
sebanyak = 1,8/100 X 5,92 kg = 106,56 gram protein.
Kekurangan:
Bahan kering = 7,4 - 5,92 kg = 1,48 kg
Protein = (663,6 - 106,56) gram
= 557,04 kg atau
557,04/1480 X 100% = 37,64%.
Bungkil kedelai akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah:
19,04/26,3 X 1,48 kg = 1,07 kg BK.
Bungkil kelapa akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah:
7,26/26,3 X 1,48 kg = 0,41 kg BK.
Jadi, jumlah bahan pakan segar yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan ternak dengan kondisi tersebut di atas adalah:
Rumput gajah = 5,92 X 100/16 kg = 37 kg
Bungkil kedelai = 1,07 X 100/93,5 kg = 1,14 kg
Bungkil kelapa = 0,41 X 100/86 kg = 0,48 kg.
Bunga Matahari= 0,01% X350kg (berat sapi) = 0,035 kg (digunakan
sebagai tambahan pakan pokok sapi).
KESIMPULAN
Bunga matahari mengandung banyak manfaat diantaranya adalah dapat
mengatasi mastitis ternak sapi perah sehingga bunga matahari dapat digunakan
dalam komposisi pembuatan campuran pakan ternak, khususnya pada sapi yang
11
terkena penyakit mastitis. Pemberian bunga matahari sebanyak 0,01% bobot
badan nyata meningkatkan produksi susu sebanyak 52,33%, meningkatkan kadar
lemak susu 10,36% dan menurunkan total bakteri susu 99,71%.
12
DAFTAR PUSTAKA
Katja, Dewa G. 2012. Kualitas Minyak Bunga Matahari Komersial dan Minyak Hasil Ekstraksi Biji Bunga Matahari (Helianthus anuus L.). Jurnal Ilmiah 12(1):59-64.
Kumalasari, et al. 2010. Pengaruh Cekaman Kekeringan pada 10 Aksesi Bunga Matahari (Helianthus anuus L.). Universitas Brawijaya Malang.
Nurdin, Ellyza. 2007a. Pengaruh Pemberian Probiotik dan Bunga Matahari tehadap Kuantitas dan Kualitas Susu dari Sapi Perah Friesian Holstein Penderita Mastitis Subklinis. Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020.
___________. 2007b. Pengaruh Pemberian Tongkol Bunga Matahari (Helianthus anuus L.) dan Probiotik Terhadap Penurunan Derajad Mastitis pada Sapi Perah Fries Holland Penderita Mastitis Sub-Klinis. J. Indon. Trop Anim. Agric 32(2): 76-79.
Purnama, A. et al. 2011. Pengaruh Penambahan Minyak Ikan dan Minyak Biji Bunga Matahari pada Pembuatan Yogurt dari susu Skim terhadap Level Kolesterol Hewan Coba Mencit (Mus musculus). JITP 1(3): 159-166.
Ramlafatma, et al. 1999. Pengaruh Jarak Tanam dan Placobutrazol terhadap Produksi dan Viliabilitas Benih Bunga Matahari (Helianthus anuus). Bul. Argon 27(3):1-6.
Sitoresmi, et al. 2009. Pengaruh Penambahan Minyak Kelapa, Minyak Biji Bunga Matahari, dan Minyak Biji Kelapa Sawit terhadap Penurunan Produksi Metan di Dalam Rumen Secara In Vitro. Buletin Peternakan 33(2):96-105.
Suprapto dan Supanjani. 2009. Analisis Genetik Ciri-Ciri Kuantitatif dan Kompatibilitas Sendiri Bunga Matahari di Lahan Ultisol. Jurnal Akta Agrosia 12(1): 89-97.
Recommended