View
223
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
1/21
7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
2/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Mata
Orbita digambarkan sebagai piramid berdinding empat yang berkonvergensi ke
arah belakang. Dinding medial orbita kiri dan kanan terletak paralel dan dipisahkan oleh
hidung. Pada setiap orbita, dinding lateral dan medial membentuk sudut 45 derajat.
Lima tulang pembentuk orbita :
2
7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
3/21
7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
4/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
Dinding Orbita:
Atap orbita => terdiri dari facies orbitalis osis frontalis. Di bagian anterior lateralatas, terdapat fosa lakrimalis yang berisi kelenjar lakrimal. Di posterior atap,
terdapat ala parva osis sphenoid yang mengandung kanalis optikus.
Dinding lateral => dipisahkan dari bagian atap oleh fisura ortalis superior yang
memisahkan ala parva dan ala magna osis sphenoidalis. Bagian anterior dinding
lateral dibentuk oleh facies orbitalis osis zygomatici (malar), merupakan bagian
terkuat orbita.
Dasar orbita => dipisahkan dari dinding lateral oleh fisura orbitalis inferior. Bagian
dasar yang luas terbentuk dari pars orbitalis osis maksilaris (merupakan tempat
yang paling sering terjadinya fraktur). Processus orbitalis osis platini membentuk
daerah segitiga kecil pada dasar posterior.
Apeks Orbita => merupakan tempat masuknya semua saraf dan pembuluh darah ke
mata serta merupakan tempat asal semua otot ekstraokuler kecuali obliquus inferior.
Fisura orbitalis superior =>
o vena ophthalmika superior, nervus lakrimalis, frontalis, dan trabekularis =>
berjalan di bagian lateral fisura (di luar anulus Zinn)
o Ramus superior dan inferior nervus okulomotorius, nervus abducens dan
nasosiliaris => berjalan di bagian medial fisura (di dalam anulus Zinn)
o Vena ophthalmika superior sering bergabung dengan vena ophthalmika
inferior sebelum keluar dari orbita.
Kanalis Optikus (di dalam anulus Zinn) => dilalui nervus optikus dan arteri
ophthalmika
Perdarahan
Arteri Carotis Interna => Arteri Ophtalmika (berjalan dengan nervus optikus menuju orbita
dan bercabang)
4
7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
5/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
=> Arteri Retina Sentralis (cabang intraorbita pertama, memasuki nervus optikus
sekitar 8-15mm di belakang bola mata.
=> Arteri Lakrimalis => perdarahi glandula lakrimalis dan kelopak mata atas.
=> Arteri Siliaris Posterior Longa dan Brevis (cabang muskularis ke berbagai otot
orbita)
o Longa => perdarahi korpus siliare dan beranastomose dengan arteri siliaris
anterior membentuk circulus arterialis mayor iris.
o Brevis => perdarahi khoroid dan bagian nervus optikus.
=> Arteri Siliaris Anterior (cabang muskularis menuju muskuli recti) => perdarahi
sklera, episklera, limbus, konjungtiva.
=> Arteri Palpebralis (cabang ke kelopak mata)
ACPL (Artery Cyliaris Posterior Longus) + ACA (Artery Cyliaris Anterior) => di pangkal
iris membentuk sirkulus arteriosus mayor.
Bola Mata
Bola mata dewasa normal hampir mendekati bulat dengan diameter anteroposterior sekita
24,5 mm. Pada saat bayi, panjangnya 16,5 mm.
Bola Mata (klik gambar untuk perbesar)
Konjungtiva
=> merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus :
Permukaan posterior kelopak mata => konjungtiva palpebralis
K. Palpebralis melekat erat ke tarsus
5
http://3.bp.blogspot.com/-ch3RufdSNLE/T7X9somIVbI/AAAAAAAAAG0/9k2KRK9fvIg/s1600/bola+mata.jpg7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
6/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
Permukaan anterior sklera => konjungtiva bulbaris
K. bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan melipat berkali-kali.
Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaankonjungtiva sekretorik. Kecuali di limbus (tempat kapsul tenon menyatu dengan
konjungtiva sejauh 3 mm), konjungtiva bulbaris melekat longgar dengan kapsul
tenon dan sklera di bawahnya.
Konjungtiva fornik
Perdarahan konjungtiva versal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis.
Persarafannya berasal dari cabang pertama N. V.
Kapsula Tenon (Fascia Bulbi)
Kapsula Tenon merupakan membran fibrosa yang membungkus bola mata dari limbus
sampai ke nervus optikus. Di dekat limbus, konjungtiva-kapsula tenon-dan episklera
menyatu. Segmen bawah kapsula tenon tebal dan menyatu dengan fasia muskulus rektus
inferior dan muskulus obliquus inferior membentuk ligamentum suspensorium
bulbi(Ligamentum Lock-wood), tempat terletaknya bola mata.
Sklera dan Episklera
Sklera merupakan 5/6 bagian dinding bola mata berupa jaringan kuat yang berwarna putih.
Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh lapisan tipis jaringan elastik halus yang
disebut episklera.
Dibagian anterior, sklera bersambung dengan kornea dan dibagian belakang bersambung
dengan duramater nervus optikus. Beberapa sklera berjalan melintang bagian anterior
nervus optikus sebagai Lamina Cribrosa. Persarafan sklera berasal dari saraf-saraf siliaris.
Episklera banyak mengandung pembuluh darah.
Lapisan pembungkus mata bagian luar :
1. Episklera
6
http://2.bp.blogspot.com/-C5C_fgPF7dc/T9WAqrY2IDI/AAAAAAAAAJc/eJKkzrFE5RY/s1600/sklera.jpg7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
7/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
2. Sklera
3. Lamina Fusca=> lapisan berpigmen coklat pada permukaan dalam sklera yang
membentuk lapisan luar ruang suprakoroid
Kornea
Kornea merupakan lapisan transparan yang melapisi 1/3 depan bola mata. Permukaannya
licin dan mengkilat. Lebih tebal di bagian pinggir dari pada sentral. Indeks biasnya 1,337
dengan daya refraksi + 42 dioptri.
Kornea bersifat avaskuler sehingga nutrisinya berasal dari pembuluh darah limbus, air
mata, dan akuos humor. Dipersarafi oleh N. V1 (N. Ophthalmicus).
Lapisan kornea :
1. Epitel : terdiri dari 5-6 lapis sel berbentuk kubus sampai gepeng.
2. Membrana Bowman : Lapisan jernih aseluler.
3. Stroma : terdiri dari kumpulan sel yang membentuk jaringan ikat yang kuat.
4. Membrana Dessement : sebuah membran jernih yang elastik, tampak amorf.
5. Endotel : merupakan satu lapis sel berbentuk kubus.
Bila ada infeksi kronik, kornea akan memutih dan terbentuk vaskuler pada kornea.
Uvea
Uvea merupakan lapisan vaskuler tengah mata dan dilindungi oleh sklera dan. Bagian ini
ikut memasok darah ke retina. Terdiri dari :
Iris => merupakan perpanjangan korpus siliare ke anterior. Di dalam stroma iris
terdapat sfingter dan otot dilatator. Perdarahan iris berasal dari circulus mayor iris,
persarafannya berasal dari serat di dalam nervi siliare.
Iris berfungsi mengendalikan banyak cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran
pupil ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatik
yang dihantarkan melalui N. Kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh
aktivitas simpatik.
Korpus Siliare : Korpus siliare dan epitel siliaris pembungkusnya berfungsi untuk
produksi akuos humor. Muskulus siliaris tersusun dari gabungan serat longitudinal,
7
7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
8/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
sirkuler, radial. Fungsi serat sirkuler adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat
Zonula yang berorigo di lembah di antara prosesus siliaris.
Koroid => merupakan segmen posterior dari uvea, di antara retina dan sklera.
Tersusun dari 2 lapis pembuluh darah
Lensa
Lensa merupakan struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna, dan hampir transparan
sempurna. Lensa Kristalin => saat neonatal bentuknya hampir bulat dengan konsentrasi
cair. Daya akomodasinya sangat kuat. Lensa kristalin ini tumbuh seumur hidup di ekuator
lensa sehingga semakin tua lensanya semakin padat dan daya akomodasinya turun.Saat dewasa, bentuknya cembung ganda, permukaan anterior lebih flat dibanding
posterior. Diameter 9 mmm, tebal 4,5-6 mm. Warnanya bening keabuan, transparan,
avaskuler. Daya refraksinya +16 dioptri, indeks bias 1,337.
Konsistensinya 65% air dan 35% protein (kristalin). Kandungan kalsium lensa lebih
banyak dari pada jaringan tubuh lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk
teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah.
Menggantung pada korpus siliare melalui Zonula Zinii. Di anteriornya terdapat akuos
humor dan di posteriornya terdapat vitreus humor.
Aquaeus Humor
klik untuk perbesar gambar
Akuos humor merupakan cairan yang mengisi COA, diproduksi oleh korpus siliare di COP
(Kamera Okuli Posterior) yang selanjutnya mengisi COA dan dieksresi melalui trabekula.
Sepuluh persennya dieksresikan melalui iris.
Fungsi :
Nutrisi lensa dan kornea sampai epitel
8
http://2.bp.blogspot.com/-6RiLUJ1M1dQ/T9WBCewlx_I/AAAAAAAAAJk/0pKtFoS_5pE/s1600/pelindung+mata.gif7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
9/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
Pertahankan TIO normal 10-20 mmHg.
Kamera Okuli Anterior (COA)
Sudut COA merupakan terbentuk dari perifer kornea dengan akar iris, besarnya 45'. COA
berisi cairan Akuos humor yang dihasilkan corpus siliaris.
Garis Schwalbe merupakan tanda dari berakhirnya kornea. Jalinan trabekula terdapat di
atas kanalis Schlemm.
Retina
Retina merupakan jaringan saraf tipis yang semi transparan, membentang dari papil saraf
optic ke depan sampai Oraserata. Tebalnya 0,1 mm, dan semakin tebal pada bagian
posterior. Pada retina terdapat :
Makula => merupakan pigmentasi kekuningan (Xantofil) yang membatasi arcade
arteri retina sentralis sehingga Fovea menjadi avaskular
Fovea => merupakan bagian di tengah makula, merupakan cekungan sehingga
menghasilkan pantulan khusus dengan ophthalmoscop yang disebut refleks fovea.
Foveola => bagian paling tengah dari Fovea. Seluruhnya berupa sel Cone/ Sel
kerucut (sel foto reseptor) dan semakin ke perifer digantikan oleh sel Rod
Vitreus
Korpus vitreus mengisi 2/3 bagian isi bola mata dan mempertahankan bentuknya selalu
bulat. Konsistensinya 99% air dan berbentuk gel.
ADNEKSA MATA
1. Alis Mata
2. Palpebra
3. Aparatus Lakrimalis
PERSYARAFAN MATA
Nervus Optikus
Nervus opticus merupakan kumpulan dari 1 juta serat saraf. Terdapat beberapa bagian :
9
7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
10/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
Pars Intra Okuler
Terdapat papil saraf optik berwarna merah muda dengan diameter 1,5 mm, berbatas
tegas, tempat keluar masuk arteri dan vena sentralis retina. Terdapat cekungan(cup) normal dibanding papil (disc) dengan C/D = 0,3.
Pars Intra Orbita
Keluar dari sklera, diameter 3 mm, panjang 25-30 mm. Berbentuk S dan berjalan
dalam muskular memasuki foramen optikum 4-9 mm.
Pars Intra Kranial : Panjangnya 10 mm dan bergabung dengan nervus optikum
sebelahnya membentuk kiasma optikum
Ganglion retina dan aksonnya merupakan bagian dari susunan saraf pusat sehingga tidak
dapat beregenerasi bila terpotong. Mendapat pasokan darah dari cabang arteri retina.
Kiasma Optikus
Kiasma dibentuk dari pertemuan kedua nervi optici dan merupakan tempat penyilangan
serat-serat nasal ke tractus optikus. Kiasma menerima perdarahan dari circulus Willis.
Anatomi dan Fisiologi Otot Penggerak Bola Mata
Pergerakan bola mata dilakukan oleh 3 pasang otot mata luar.
1. Otot rektus medius (N III = okulomotorius)
=> adduksi => gulirkan bola mata ke arah nasal
2. Otot rektus lateral (N VI = abdusen)
=> abduksi => gulirkan bola mata ke arah temporal
3. Otot rektus superior (N III)
=> elevasi, adduksi, intorsi bola mata.
4. Otot rektus inferior (N III)
5. Otot oblik superior (N IV = troklear)
6. Otot oblik inferior (N III)
Masing-masing otot rectus berorigo pada sklera di depan ekuator (bagian tengah
mata). Masing-masing otot obliq berorigo pada sklera bagian lateral di belakang ekuator.
10
7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
11/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
Otot levator tidak termasuk otot mata karena tidak berorigo pada bola mata. Fungsi levator
: menaikkan bola mata.
2.2. Trauma Asam Pada Mata
0 2.2.1. Definisi
Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan
oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat
bahkan sampai kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang
mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa
yang dapat merusak struktur bola mata tersebut.5
Trauma kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa pH > 7
yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata. Tingkat keparahan trauma
dikaitkan dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat
kimiatersebut. Mekanisme cedera antara asam dan basa sedikit berbeda.5
1
2.2.2. Epidemiologi
1 Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat
mengalami gangguan penglihatan akibat trauma.75% dari kelompok tersebut buta pada
satu mata, dan sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam penglihatan setiap
tahunnya. Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat menerima pengobatan
medis karena trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari 800.000 kasus trauma mata yang
berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap tahunnya.1,2
2 Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali
lebih besar. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral
sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta
mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar (84%) merupakan
trauma kimia. Rasio frekuensi bervariasi trauma asam:basa antara 1:1 sampai 1:4. Secara
international, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan oleh pajanan karena
pekerjaan. Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika
Serikat mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah.Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun.2
11
7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
12/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
3
0 2.2.3. Etiologi
Trauma kimia biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik
pada wajah. Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia disebabkan oleh 2
macam bahan yaitu bahan kimia yang bersifat asam seperti dan bahan kimia yang bersifat
basa. Bahan kimia dikatakan bersifat asam bila mempunyai pH < 7 dan dikatakan bersifat
basa bila mempunyai pH > 7.6 Bahan kimia bersifat asam : asam sulfat, air accu, asam
sulfit, asam hidrklorida, zat pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam kromat, asam
hidroflorida. Akibat ledakan baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat,
mungkin merupakan penyebab tersering dari luka bakar kimia pada
mata. Asam Hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan penghilang karat,
pengkilap aluminum, dan cairan pembersih yang kuat.6,9
Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam
kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara
anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein
umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan
tampilanground glass dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam. Sehingga
trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada
trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa.5
Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat melewati
membran sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan
menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan magnesium
membentukinsoluble complexes. Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dariimmobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf dengan pemindahan ion
potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride memasuki sistem sirkulasi, dan
memberikan gambaran gejala pada jantung, pernafasan, gastrointestinal, dan neurologik.5
Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan
presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari jaringan
terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya cenderung
terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga
12
7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
13/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terlepas. Bahan asam tidak
menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea. Bila trauma diakibatkan asam keras
maka reaksinya mirip dengan trauma basa.
7
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel kornea
yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka
tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan hanya pada bagian
superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan
jaringan.
Bahan kimia bersifat asam : asam sulfat, air accu, asam sulfit,
asam hidrklorida, zat pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam kromat, asam
hidroflorida. Akibat ledakan baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat,
mungkin merupakan penyebab tersering dari luka bakar kimia pada
mata. Asam Hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan penghilang karat,
pengkilap aluminum, dan cairan pembersih yang kuat.6,9
2.2.4. Patofisiologi
Bahan kimia asam
Asam cenderung berikatan dengan protein
Menyebabkan koagulasi protein plasma
Koagulasi protein ini, sebagai barrier yang membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut
Luka hanya terbatas pada permukaan luar saja
Asam masuk ke bilik mata depan menimbulkan iritis dan katarak
Gangguan persepsi penglihatan
2.2.5. Klasifikasi
13
7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
14/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
2.2.6. Diagnosis
Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis dan
pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan dikarenakan
trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya diperlukan
anamnesa singkat.
Gejala Klinis
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia asam yaitu, epifora,
blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya dapat
segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea. Sedangkan pada
trauma basa, kehilangan penglihatan sering bermanifestasi beberapa hari sesudah kejadian.
Namun sebenarnya kerusakan yang terjadi pada trauma basa lebih berat dibanding trauma
asam.8
Anamnesis
Pada anamnesis sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau tersemprot gas
pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. Perlu diketahui apa persisnya
zat kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut (misalnya tersiram sekali atau akibat
ledakan dengan kecepatan tinggi) serta kapan terjadinya trauma tersebut.6,12
Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat cedera terjadi.
Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi secara tiba tiba.
Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran umum trauma. Dan harus
dicurigai adanya benda asing intraokular apabila terdapat riwayat salah satunya apabila
trauma terjadi akibat ledakan.8
Pemeriksaan Fisik
14
7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
15/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena zat kimia sudah
terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral. Obat anestesi topikal atau
lokal sangat membantu agar pasien tenang, lebih nyaman dan kooperatif sebelumdilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan dilakukan dengan perhatian
khusus untuk memeriksa kejernihan dan keutuhan kornea, derajat iskemik limbus, tekanan
intra okular, konjungtivalisasi pada kornea, neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek
epitel yang menetap dan berulang.7,12
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH
bola mata secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi pada mata harus dilakukan sampai
tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp bertujuan
untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat
dilakukan. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui
tekanan intraocular.7,12
Gambar 5 Kertas Lakmus untuk Pemeriksaan pH7
2.2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma
ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam
mengatasi kasus trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah terjadinya
15
http://3.bp.blogspot.com/-Sel8P9mmlDo/T14D8aFed8I/AAAAAAAAAZY/OoIRhhaSy3U/s1600/1.jpg7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
16/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata, mencegah sekuele jangka
panjang. Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak membutuhkan
anamnesa dan pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana trauma kimia mencakup:
PenatalaksanaanEmergency10
Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan bahan
kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang harus dilakukan sesegera
mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus digunakan untuk mengirigasi
mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi normal (7,3).
Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material yang terdapat
pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya perlengketan
antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.
Debridemenpada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat terjadi
re-epitelisasi pada kornea.
Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan artificial tear
(air mata buatan).
Penatalaksanaan Medikamentosa
Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obat-obatan seperti
steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari. Sedangkan pada
trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi inflamasi,
membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus kornea.8,10
Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun pemberian
steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan sintesis kolagen dan
menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya diberikan secara inisial dan
di tappering offsetelah 7-10 hari. Dexametason 0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED
diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat diberikan Prednisolon IV 50-200 mg
16
7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
17/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
Sikloplegikuntuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior. Atropin 1%
ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.
Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan
penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas kornea.
Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik dapat diberikan
sampai dosis 2 gr.
Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra okular dan
mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral asetazolamid
(diamox) 500 mg.
Antibiotikprofilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin efektif
untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan mengurangi
pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan sistemik (doksisiklin
100 mg).
Asam hyaluronikuntuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan menstabilkan barierfisiologis. Asam Sitrat menghambat aktivitas netrofil dan mengurangi respon inflamasi.
Natrium sitrat 10% topikal diberikan setiap 2 jam selama 10 hari. Tujuannya untuk
mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah trauma.
Pembedahan10
Pembedahan Segera yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi limbus,
mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks. Prosedur
berikut dapat digunakan untuk pembedahan:
Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk
mengembalikan vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus kornea.
Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dar donor
(allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi normal.
Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis
17
7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
18/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
Pembedahan Lanjut pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:
Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan
simblefaron.
Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.
Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.
Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini untuk
memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.
Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat
dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat buruk.
KOMPLIKASI
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis
trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada mata
antara lain:10
1. Simblefaron, adalah. Dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus,
sehingga kornea dan penglihatan terganggu.
2. Kornea keruh, edema, neovaskuler
3. Sindroma mata kering
4. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak.
Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan peningkatan pHcairan akuos dan
menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi akut ataupun perlahan-lahan.Trauma kimia asam sukar masuk ke bagian dalam mata maka jarang terjadi katarak
traumatik.
5. Glaukoma sudut tertutup
6. Entropion dan phthisis bulbi
18
7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
19/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
Gambar Simblefaron
Gambar Phthisis bulbi
PROGNOSIS
Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma tersebut.
Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah satu
indikator keparahan trauma dan prognosis penyembuhan. Iskemik yang paling luas pada
pembuluh darah limbus dan konjungtiva memberikan prognosa yang buruk. Bentuk paling
berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran cooked fish eye dimana
prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan.8
Trauma kimia sedang samapai berat pada konjungtiva bulbi dan palpebra dapat
menyebabkan simblefaron (adhesi anatara palpebra dan konjungtiva bulbi). Reaksi
inflamasi pada kamera okuli anterior dapat menyebabkan terjadinya glaukoma sekunder.8
19
http://3.bp.blogspot.com/-7N_zs9wlROg/T14Hjmzt5HI/AAAAAAAAAZo/FkhRVPZFMiU/s1600/2.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-2sIEsT6Oe-A/T14Hh5nfGqI/AAAAAAAAAZg/cr5N2GJlz3E/s1600/1.jpg7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
20/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
Gambar Cooked Fish Eye Appearance8
KESIMPULAN
Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam dengan pH < 7 dan
bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma basa biasanya memberikan dampak yang
lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu
hidrofilik dan lipolifik dimana dapat masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran dan
masuk ke sudut mata depan, bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan
menimbulkan koagulasi protein permukaan, dimana merupakan suatu barier pelindung
sehingga zat asam tidak penetrasi lebih dalam lagi. Gejala utama yang muncul pada
trauma mata adalah epifora, blefarospasme dan nyaei yang hebat. Trauma kimia
merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak memerlukan anamnesa dan pemeriksaan
yang lengkap.
Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata dengan segera
samapai pH mata kembali normla dan diikuti dengan pemberian obat terutama antibiotik,
multivitamin, antiglaukoma, dll. Selain itu dilakukan juga upaya promotif dan preventif
kepada pasien. Menurut data statistik 90% kasus trauma dapat dicegah. Apabila dalam
menjalankan suatu pekerjaan menggunakan pelindung yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
20
http://1.bp.blogspot.com/-Eu6YtaUMC2c/T14IJVde5uI/AAAAAAAAAZw/KdnkeOcWKBQ/s1600/1.jpg7/27/2019 Paper Trauma Asam 2
21/21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : Danti Nelfa Riza
NIM : 080100241
1. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika.
Jakarta. 2000.
2. Centers for Disease Control and Prevention. Work-related Eye Injuries diunduhpada tanggal 2 Agustus 2011.http://www.cdc.gov/features/dsworkPlaceEye/
3. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.
4. Arthur Lim Siew Ming and Ian J. Constable. Color Atlat of Ophthalmology Third
Edition. Washington. 2005.
5. Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009.
6. American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular Complaints.
Diunduh tanggal 4 Agustus 2011.http://www.acep.org/content.aspx?id=26712
7. Eye Teachers of American Foundation. Eye Trauma. Diunduh pada tanggal 2
Agustus 2011http://www.ophthobook.com/videos/eye-trauma-video
8. Gerhard K. Lang. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas 2nd. Stuttgart New
York. 2006.
9. American Academy of Ophthalmology. Chemical Burn. Diunduh pada
2 Agustus 2011.http://www.aao.org/theeyeshaveit/trauma/chemical-burn.cfm
10. Kanski, JJ. Chemical Injuries. Clinical Opthalmology. Edisi keenam. Philadelphia:
Elseiver Limited. 2000.
11. Trudo, Edward W dan William Rimm. Chemical Injuries of the Eye. Washington.
2008.
12. Cohlmia Eye Center. Chemical Eye Burns Emergency Care. Diunduh pada tanggal
2 Agustus 20011.http://www.samcohlmia.com/wichita-chemical-eye-burns.php
21
http://www.cdc.gov/features/dsworkPlaceEye/http://www.acep.org/content.aspx?id=26712http://www.ophthobook.com/videos/eye-trauma-videohttp://www.aao.org/theeyeshaveit/trauma/chemical-burn.cfmhttp://www.aao.org/theeyeshaveit/trauma/chemical-burn.cfmhttp://www.aao.org/theeyeshaveit/trauma/chemical-burn.cfmhttp://www.acep.org/content.aspx?id=26712http://www.ophthobook.com/videos/eye-trauma-videohttp://www.aao.org/theeyeshaveit/trauma/chemical-burn.cfmhttp://www.cdc.gov/features/dsworkPlaceEye/Recommended