View
5
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi
2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini
3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
Pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap tingkat kesehatan FDR
(Financing to Deposit Ratio) Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) selama periode
2007-2010. (Analisis BMT Nurul Falah Kabupaten Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah Pada Fakultas Syariah
Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah
Oleh:
Sri Hasfitri Nurhamna
10010207044
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2011 M / 1432 H
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah di munaqasahkan oleh tim penguji skripsi pada hari Selasa
tanggal 16 Agustus 2011 dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana (S 1) pada Fakultas Syariah Program Studi Lembaga
Keuangan Perbankan Syariah Universitas Islam Bandung.
Bandung, 16 Agustus 2011 M
16 Ramadhan 1432 H
PANITIA UJIAN MUNAQASAH
Ketua, Sekretaris,
H. Asep Ramdan H. Drs. M. Si Zaini Abdul Malik, S. Ag., MA.
TIM PENGUJI
1. Prof. DR. H. Abdurrahman, MA
2. HC. Najmuddin HS, Drs., M. Hum
3. M. Roji Iskandar, Drs., MH
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Disetujui Oleh:
Pembimbing II
(Hj. Nunung Nurhayati, SE., M.Si)
Pembimbing I
(H. Asep Ramdan Hidayat, Drs., M.Si)
Mengetahui :
Ketua Program Studi
Keuangan dan Perbankan Syariah
(Zaini Abdul Malik, S. Ag., MA.)
Dekan Fakultas Syariah
(H. Asep Ramdan Hidayat Drs. M. Si)
iii
MOTTO
Ϛ˴ТϤϠ͉ϿϋЙϭΎЙϣОϢϟ˴َتُكْنОϢϠ˴ЄόΗ˴ϥ˴Ύϛ˴ЙϭϞ˵Єπϓ˴اِهللاϚ˴ОϴϠ˴ϿϋΎКϤОϴψ˶Ͽϋ ...
“...dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamuketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.” (Q.S. An-Nisa [4] : 113)
Alangkah mulianya pengetahuan itu...
Alangkah gembiranya diri yang berhasil meraihnya ...
Alangkah sejuknya dada yang terisi oleh siramannya...
Alangkah luasnya pemikiran yang telah terisi olehnya...
...Ϋ˴Д·ЙϭِقϞ˴ОϳОϭΰ˵θ˵ϧ˸Оϭΰ˵θ˵ϧ˸Ύϓ˴Юϊϓ˴ЄήЙϳاُهللاϦ˴Оϳά˶ϟ͉ОϮϨ˵ЙϣОϢϜ˵Ϩ˸ϣ˶Ϧ˴Оϳά˶ϟ͉ЙϭОϮΗ˵ϭ˵ЙϢϠ˸ό˶ϟ˸Ε˳ΎϿΟϿέϿΩͿ˵ЙϭΎЙϤДΑϥ˴ОϮϠ˵ЙϤЄόΗ˴ЉήОϴДΒΧ˴
“....Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al – Mujadilah
[58]: 11)
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Sri Hasfitri Nurhamna
NPM : 10010207044
Tempat/tgl. Lahir : Bandung, 15 Mei 1988
Agama : Islam
Alamat : Komp. Sukamenak Indah Blok G-4 Rt 06/ Rw 01
Kecamatan Margahayu desa Sayati, Bandung 40227
Pendidikan Formal Penulis
1. Taman Kanak-kanak Sekar Arum – Bandung (Tahun 1992-1994)
2. SD Negeri Sukamenak V – Bandung (Tahun 1994-2000)
3. Tsanawiyyah Pesantren Persatuan Islam No. 1 – Bandung (Tahun 2000-2003)
4. Muallimien Pesantren Persatuan Islam No. 1 – Bandung (Tahun 2003-2006)
Pendidikan Non Formal
1. Kursus Bahasa Inggris Cinderella - Bandung (Tahun 2001-2003)
2. Kursus Bahasa Inggris LBPP LIA – Bandung (Tahun 2008-2010)
Pada tahun 2007, penulis mendapat kesempatan melanjutkan studi di Jurusan
Lembaga Keuangan dan Perbankan Syariah, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam
Bandung (Unisba) di Bandung.
Penulis pernah mengikuti berbagai kegiatan berorganisasi, antara lain pernah
aktif dala organisasi RG (Rijaalul Ghad)-UG (Ummahaatul Ghad) Pesantren
Persatuan Islam No. 1 Bandung sebagai Katibah ‘ammah (Sekertaris Umum)
selama perode 2002-2003, aktif sebagai Kepala Departemen Dakwah Bem Fasya
selama periode 2009-2010, Kepala Divisi Mini Cafe Kopma Unisba selama
periode 2008-2009, Kepala Departemen Kaderisasi KAMMI komisariat Unisba
2008-2010.
v
ABSTRAK
PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP TINGKATKESEHATAN FDR (FINANCING TO DEPOSIT RATIO) BAITUL MAALWA TAMWIL (BMT) SELAMA PERIODE 2007-2010 (ANALISIS BMT
NURUL FALAH KABUPATENG BANDUNG)SRI HASFITRI NURHAMNA
Kata kunci: Pembiayaan Murabahah dan FDR (Financing to Deposit Ratio)
Kesehatan suatu Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) sepertiBMT, harus memperhatikan keseimbangan antara dana yang disalurkan dan danayang dihimpun. Dengan mengetahui jumlah dana yang keluar dan masuk yangsalah satunya melalui pembiayaan murabahah, harus berbanding positif denganDana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun, yang kemudian akanmempengaruhi terhadap tingkat kesehatannya.
BMT Nurul Falah memiliki beberapa produk pembiayaan. Diantaraproduk-produk pembiayaan yang diberikan, pembiayaan murabahah merupakanproduk yang paling diminati oleh banyak anggota BMT. Dengan banyaknyapeminat terhadap pembiayaan murabahah, maka harus diperhatikan DPK yangtelah dihimpun oleh BMT, agar tidak terjadi ketidak seimbangan yangmenyebabkan kondisinya menjadi tidak sehat. Hal tersebut akan mempengaruhiterhadap tingkat kesehatan FDR BMT. Maka harus diketahui tingkat kesehatandari sisi FDR nya.
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu sebagaiberikut: 1) Untuk mengetahui tingkat pembiayaan murabahah di BMT NurulFalah selama periode 2007-2010; 2) Untuk mengetahui tingkat kesehatan FDR(Financing to Depoeit Ratio) di BMT Nurul Falah selama periode 2007-2010; dan3) Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan murabahah terhadap tingkatkesehatan FDR di BMT Nurul Falah selama periode 2007-2010.
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalahdengan menggunakan metode korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untukmengemukakan ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan apabilaada, seberapa besar derajat hubungannya serta berarti tidaknya hubungan itu. Datayang diperoleh selama penelitian ini akan diolah, dianalisis, dan dikaji lebih lanjutdengan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
Adapun kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut: 1) Tingkatpembiayaan murabahah di BMT Nurul Falah selama periode 2007-2010,cenderung stabil dengan rata-rata mengalami kenaikan atau penurunan sekitar13%; 2) tingkat kesehatan FDR (Financing to Depoeit Ratio) di BMT Nurul Falahselama periode 2007-2010 rata-rata berada pada kondisi sehat; dan 3) pembiayaanmurabahah memberikan pengaruh terhadap tingkat kesehatan FDR di BMT NurulFalah Kabupaten Bandung selama periode 2007-2010.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. Tidak lupa
shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
beserta keluarganya, shahabat dan para pengikut setianya, di mana berkat ajaran-
ajarannya kita bisa terbebas dari kebodohan dan kegelapan dunia, menuju dunia
yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan cahaya kebenaran.
Alhamdulillah atas segala rahmat, hidayah, dan berkah Allah Swt. yang
selama ini selalu membimbing, memberikan kesabaran, dan kekuatan kepada
penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap tingkat kesehatan FDR
(Financing to Deposit Ratio) Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) selama periode
2007-2010. (Analisis BMT Nurul Falah Kabupaten Bandung)”. Tanpa
kekuasaan-Nya penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Terimakasih atas segala doa, dukungan, dan bantuan berbagai pihak
sehingga kelak selanjutnya penulis membawa ilmu yang telah penulis dapatkan
dari pendidikan ini untuk mengabdi di masyarakat. Penulis sadar bahwa tidak
mungkin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada:
vii
1. Papa dan Mama tercinta, yang selama ini telah banyak memberikan doa,
dukungan, motivasi, dan curahan kasih sayangnya yang tak terhingga
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. M. Taufik S. Boesoirie selaku Rektor Universitas Islam Bandung.
3. Bapak H. Asep Ramdan Hidayat, Drs. M.Si. selaku Dekan Fakultas
Syariah Universitas Islam Bandung.
4. Bapak H.M. Roji Iskandar, Drs. M.H selaku Wakil Dekan Fakultas
Syariah Universitas Islam Bandung.
5. Bapak Zaini Abdul Malik, S. Ag. MA. selaku Ketua Jurusan Keuangan
Perbankan Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung.
6. Bapak H. Asep Ramdan Hidayat, Drs. M.Si. selaku dosen Pembimbing I
yang telah banyak memberikan kritikan, masukan, dan saran kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Hj. Nunung Nurhayati, SE., M.Si. selaku dosen Pembimbing II yang
telah banyak meluangkan waktunya, memberikan kritik, dan saran dalam
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh dosen dan staff karyawan Fakultas Syariah dan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Bandung.
9. Bapak H. Her Purwanto, SE., MM., selaku Direktur Utama BMT Nurul
Falah, yang telah memberi izin penulis untuk melakukan penelitiadi BMT
Nurul Falah.
10. Seluruh karyawan BMT Nurul Falah yang telah membantu penulis dalam
memperoleh data untuk menyusun skripsi ini.
viii
11. Kedua kakakku Mba Asti dan Mba Mput yang selalu memberikan
semangat, inspirasi, dan motivasinya.
12. Sahabat-sahabatku tersayang sweet 8 chocolate Cony, Mila, Uye, Annisa,
Risma, Tari, Meida, yang selalu memberikan dukungan, motivasi,
inspirasi, kritik dan saran, berbagi pengalaman suka duka, dan selalu
mengingatkan untuk istiqomah di jalan-Nya.
13. Muahamad Nurul Haq yang telah memberikan motivasi, semangat,
dukungan, dan do’a yang tulus mengalir untuk penulis, selama penyusunan
skripsi ini.
14. Teman-teman, teteh-teteh dan akang-akang di KAMMI komisariat Unisba,
yang selalu mengingatkan dalam kebaikan dan selalu mempererat tali
silaturahim kekeluargaan. Banyaknya pengalaman berharga bersama
kalian tidak akan terlupakan.
15. Teman-teman seperjuangan Fasya angkatan 2007 yang telah memberikan
banyak dukungan dan semangat kepada penulis.
16. Tidak lupa semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis merasa bahwa masih banyak keurangan dari skripsi yang telah
disusun ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun,
sehingga penyusunan skripsi ini menjadi lebih baik lagi.
ix
Akhir kata dengan penuh harapan dan doa, semoga penyusunan skripsi ini
banyak memberikan manfaat bagi pembaca Amin.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb.
Bandung, Juli 2011
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i
LEMBAR PERSTUJUAN…………………………………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iii
MOTTO……………………………………………………………………….. iv
ABSTRAK…………………………………………………………………….. v
KATAPENGANTAR………………………………………………………….vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. xv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. xvi
DAFTAR BAGAN……………………………………………………………. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………… 5
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………. 6
D. Kerangka Teori……………………………………………………....... 6
E. Metode Penelitian................................................................................. 11
1. Metode................................................................................................. 11
2. Sumber Data.......................................................................................... 12
3. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 13
4. Populasi Penelitian............................................................................... 14
5. Sampel Penelitian................................................................................. 14
6. Metode Analisis Data........................................................................... 15
xi
a. Hipotesis......................................................................... .......... 15
b. Analisis Data......................................................................... 15
F. Sistematika Penulisan.............................................................. 17
BAB II KONSEP PEMBIAYAAN, MURABAHAH, TINGKAT
KESEHATAN, DAN BMT (BAITUL MAAL WA TAMWIL)
A. Pembiayaan………………………………….....………………...... 19
1. Definisi Pembiayaan......................................................... 19
2. Tujuan Pembiayaan........................................................... 21
3. Fungsi Pembiayaan…………………………………...….. 23
4. Jenis-jenis Pembiayaan.........................................………. 26
5. Pembiayaan Murabahah.................................................... 28
a. Definisi Murabahah.................................................... 28
b. Rukun dan Syarat Murabahah..................................... 38
c. Macam-macam Murabahah......................................... 41
B. Penilaian Tingkat Kesehatan......................................................... 42
1. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank/ BMT dan Pengertian
CAMELS........................................................................... 42
2. Pengertian Tentang Likuiditas(Liquidity)........................... 43
3. FDR (Financing to Deposit Ratio)..................................... 44
4. Pengertian Financing to Deposit Ratio (FDR) pada BMT... 45
5. Dana Pihal Ketiga (DPK)................................................... 46
a. Pengetian Dana Pihak Ketiga (DPK)............................. 46
C. BMT (Baitul Maal Wa Tamwil)...................................................... 46
xii
1. Pengetian Baitul Maal Wa Tamwil ( بیت المال و التمول( ...... 46
2. Kegiatan Utama BMT............................................................... 49
3. Pengertian Dana BMT.............................................................. 50
4. Fungsi Dana BMT.................................................................... 51
5. Intermediasi BMT.................................................................... 52
6. Macam-macam Pembiayaan Usaha BMT.................................. 54
D. Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Tingkat Kesehatan FDR
(Financing to Deposit Ratio) Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).............. 59
BAB III GAMBARAN UMUM BMT NURUL FALAH DAN METODE
PENELITIAN
A. Objek Penelitian…………………………………………………........... 62
1. Sejarah Berdirinya BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) Nurul
Falah........................................................................................ 62
2. Visi dan Misi BMT................................................................... 65
3. Letak dan Wilayah Pemasaran BMT Nurul Falah...................... 66
4. Struktur Organisasi.................................................................. 66
a. Deskripsi Pekerjaan............................................................ 67
5. produk-produk BMT Nurul Falah............................................ 72
a. Produk Simpanan BMT Nurul Falah................................... 72
b. Produk pembiayaan BMT Nurul Falah................................ 73
c. Murabahah......................................................................... 73
3.A.5.c.1 Aplikasi Pembiayaan Murabahah di BMT Nurul
Falah........................................................................ 76
xiii
B. Metode Penelitian................................................................................ 77
1. Operasional Variabel................................................................ 78
2. Jenis dan Smber Data................................................................ 80
3. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 81
4. Analisis Data............................................................................ 82
a. Uji Hipotesis....................................................................... 82
BAB IV ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH
TERHADAP TINGKAT KESEHATAN FDR (FINANCING TO DEPOSIT
RATIO) BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) SELAMA PERIODE 2007-
2010 (ANALISIS BMT NURUL FALAH KABUPATEN BANDUNG)
A. Tingkat Pembiayaan Murabahah di BMT Nurul Falah Selama
Periode 2007-2010..........…………….………………….................. 84
1. Jumlah Pembiayaan Murabahah Selama Periode 2007-
2010..................................................................................... 84
2. Tingkat Kesehatan FDR (Financing to Deposit Ratio) di
BMT Nurul Falah Selama Periode 2007-
2010..................................................................................... 91
3. Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Tingkat Kesehatan
FDR (Financing to Deposit Ratio) di BMT Nurul Falah Selama
Periode 2007-2010................................................................. 95
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………..101
B. Saran………………………………………………………………........102
xiv
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………....103
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Tingkat Persentasi FDR………………………………………….. 45
Tabel 3.1 : Prosentase Jumlah Pembiayaan murabahah..................………. 76
Tabel 3.2 : Operasionalisasi Variabel.......................................................……... 79
Tabel 4.1 : Jumlah Pembiayaan Murabahah.....................................………….. 84
Tabel 1 : Perhitungan Perbandingan Tingkat Prnyaluran Pembiayaan
Murabahah .............................................…………………………. 104
Tabel 2 :Jumlah Pembiayaan 30 06 2007................…….………………... 106
Tabel 3 :Jumlah DPK 30 06 2007……………….....................…………... 106
Tabel 4 : Jumlah Pembiayaan 31 12 2007……….................……………... 107
Tabel 5 : Jumlah DPK 31 12 2007………................................……......…... 108
Tabel 6 : Jumlah Pembiayaan 30 06 2008……….................……………... 108
Tabel 7 : Jumlah DPK 30 06 2008………...................................…...…….. 109
Tabel 8 : Jumlah Pembiayaan 31 12 2008……….................……………... 110
Tabel 9 : Jumlah DPK 31 12 2008………................................……......…... 110
Tabel 10 : Jumlah Pembiayaan 30 06 2009……….................……………... 111
Tabel 11 : Jumlah DPK 30 06 2009………................................……...…….. 111
Tabel 12 : Jumlah Pembiayaan 31 12 2009……….................……………... 112
Tabel 13 : Jumlah DPK 31 12 2009………................................……......…... 113
Tabel 14 : Jumlah Pembiayaan 30 06 2010……….................……………... 114
Tabel 15 : Jumlah DPK 30 06 2010………................................……...…….. 114
Tabel 16 : Jumlah Pembiayaan 31 12 2010……….................……………... 115
Tabel 17 : Jumlah DPK 31 12 2010………................................……...…….. 116
Tabel 18 : Pembiayaan (X) & FDR (Y)...............….................……………... 117
Tabel 19 : Tabel Hitung Statistik....………................................……...…….. 118
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 : Grafik Persentase Tingkat Pembiayaan Murabahah…………… 77
Gambar 4.1 : Grafik Perkembangan Jumlah Pembiayaan Murabahah……… 89
Gambar 4.2 : Grafik Jumlah Penyaluran Pembiayaan Murabahah…………. 90
Gambar 4.3 : Tingkat FDR BMT Nurul Falah........................................……… 93
Gambar 4.4 : Persamaan Regresi........................................................………….97
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 : Struktur Organisasi BMT Nurul Falah............................................. 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga keuangan mikro terdapat berbagai macam dan jenis, seperti,
koperasi syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, dan lembaga
keuangan mikro syariah (LKMS) lainnya. Baitul Mal Wa Tamwil (BMT)
merupakan salah satu dari LKMS yang ada. Lembaga keuangan BMT ini
dalam beberapa proses transaksinya hampir serupa dengan lembaga bank,
namun dari segi payung hukumnya berbeda. Jika bank memiliki undang-
undang tersendiri mengenai bank, berbeda dengan BMT yang masih
menginduk kepada payung hukum koperasi syariah. Dengan kata lain,
BMT belum memliki payung hukumnya sendiri.
BMT merupakan salah satu model lembaga keuangan syariah yang
paling sederhana yang saat ini banyak muncul dan tenggelam di
Indonesia. Perkembangan BMT yang pesat diiringi pula oleh semakin
besarnya tantangan yang dihadapi. Tantangan internal terpenting
diantaranya adalah: soal kepatuhan syariah (syariah compliance), soal
mempertahankan idealisme gerakan, soal profesionalisme pengelolaan,
soal pengembangan sumber daya insani, dan soal kerjasama antar BMT.
Sementara itu, tantangan eksternal yang utama adalah: dinamika
2
makroekonomi, masalah kemiskinan yang masih menghantui
perekonomian Indonesia, dinamika sektor keuangan yang belum
menempatkan keuangan mikro sebagai pilar utama, serta masalah
legalitas dan regulasi untuk BMT (Awalil Rizky, hminews.com, 2010:
10).
Sayangnya, perkembangan munculnya begitu banyak BMT di
Indonesia tidak didukung oleh faktor-faktor pendukung yang
memungkinkan BMT untuk terus berkembang dan berjalan dengan baik
(ekonomimikrosyariah.blogspot.com, 2010:08). Fakta yang ada di
lapangan menunjukkan banyaknya BMT yang tenggelam dan bubar yang
disebabkan oleh berbagai macam hal antara lain: manajemennya yang
tidak rapih, pengelola yang tidak amanah dan profesional, tidak dipercaya
masyarakat, kesulitan modal, dan lain-lain. Akibatnya, citra yang timbul
di masyarakat sangat jelek. BMT identik dengan jelek, tidak dapat
dipercaya, dan sebagainya (Zaenal, ekonomimikrosyariah.blogspot.com,
2010: 08). Sampai saat ini, sudah terdapat sekitar tiga juta nasabah mikro
yang memperoleh pembiayaan dari LKMS atau BMT. Aset yang
diokelola LKMS/ BMT pun sudah menyentuh angka Rp. 3 triliun
(EH.Ismail republika.co.id, 2010: 08). Dengan melihat aset yang cukup
besar, maka BMT harus lebih memerhatikan berbagai aspek yang
mendukung perkembangan BMT, seperti manajemennya, modalnya,
tingkat kesehatannya, dan lain sebagainya yang mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan BMT.
3
Suatu BMT tetap harus memenuhi kriteria-kriteria layaknya sebuah
bank syariah besar dengan beribu-ribu nasabahnya. Salah satu alasan
yang sederhana adalah sebuah lembaga yang mengelola uang masyarakat,
tentunya harus kredibel, dapat dipercaya oleh masyarakat. Siapapun pasti
ingin dirinya diyakinkan bahwa uang yang dia simpan di suatu BMT
aman dari resiko apapun dan setiap saat dapat mengambil uangnya
kembali.
Financing to Deposit Ratio (FDR) diartikan sebagai perbandingan
antara total pembiayaan yang diberikan dengan dana yang berhasil
dihimpun oleh bank yang terdiri dari dana pihak ketiga (DPK) ditambah
dengan ekuitas (Lisa Narulia & Suryadi H.S, 2006: 63). FDR ini menjadi
salah satu tolak ukur likuiditas bank atau non bank yang berjangka waktu
agak panjang. Tingkat FDR yang terlalu tinggi menunjukkan semakin
buruk kondisi likuiditas bank, karena penempatan pada kredit juga
dibiayai dari dana pihak ketiga yang sewaktu-waktu ditarik.
Untuk mengetahui tingkat kesehatan FDR, dapat dilihat dari
persentasi FDR sebagai berikut:
Tabel 1.1 Tingkat FDR
Tingkat FDR Hasil Penilaian FDR
94,75% - 98,50% -
4
>102,25% TIDAK SEHAT
Sumber: Modul perkuliahan Analisis Laporan Keuangan Bank Syariah, Ramdhan
Firmansyah, 2011: 11.
Setelah mengetahui tingkat kesehatan dilihat dari sisi FDR, maka dapat
diketahui tindakan apa yang seharusnya dilakukan, apakah dengan meningkatkan
DPK ataukah dengan meningkatkan pembiayaan. Rasio yang tinggi menunjukkan
bahwa suatu lembaga keuangan bank/ non bank meminjamkan seluruh dananya
(Finance-up) atau relatif tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah
menunjukkan keadaan yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap
untuk dipinjamkan. Oleh karena itu, rasio ini juga dapat memberi isyarat apakah
suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau sebaliknya harus dibatasi.
Setelah penulis melakukan tinjauan lapangan mengenai kondisi permasalahan
di BMT, terdapat beberapa masalah di BMT khususnya mengenai pembiayaan
murabahah yang disalurkan BMT kepada para nasabahnya. Seletah BMT berdiri
kurang lebih 5 tahun lamanya, dana pihak ketiga yang terkumpul mengalami
penurunan. Sedangkan di dalam masalah pembiayaan atau penyaluran dana
khususnya pada akad murabahah, lebih besar dibandingkan dengan dana yang
dihimpun oleh BMT, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara penghimpunan
dana pihak ketiga (DPK), dengan penyaluran dana atau pembiayaan yang
disalurkan. Sehingga jika ada ketidak seimbangan antara dana pihak ketiga
dengan penyaluran atau pembiayaan, maka akan mempengaruhi terhadap tingkat
kesehatan dari BMT itu sendiri yang dapat diketahui melalui rasio yang
menunjukkan tinggi atau rendahnya FDR.
5
Adanya ketidak seimbangan antara jumlah pembiayaan dengan DPK yang
berhasil dihimpun oleh BMT, akan mempengaruhi tingkat kesehatan BMT.
Jumlah DPK yang besar tidak berarti menunjukkan bahwa BMT dalam keadaan
yang sehat. Begitu juga sebaliknya dengan pembiayaan, jumlah pembiayaan yang
banyak belum tentu menunjukkan bahwa BMT sudah sehat. Kelebihan atau
kekurangan jumlah pembiayaan atau jumlah DPK, akan mempengaruhi terhadap
tingkat kesehatan BMT setelah melakukan perhitungan FDR.
Dari kondisi di atas, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh pembiayaan
Murabahah terhadap tingkat kesehatan FDR (Financing to Deposit Ratio) Baitul
Maal Wa Tamwil (BMT), dengan mencoba mengambil lembaga BMT yang
beroperasi di Kabupaten Bandung. Untuk membuktikan bahwa pembiayaan
murabahah memiliki peranan terhadap tingkat kesehatan FDR BMT, maka
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh
Pembiayaan Murabahah terhadap tingkat kesehatan FDR (Financing to
Deposit Ratio) Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) selama periode 2007-2010.
(Analisis BMT Nurul Falah Kabupaten Bandung)” .
B. Rumusan Masalah
Dari pernyataan tersebut di atas, dalam penelitian ini, peneliti tertarik
untuk mengangkat suatu permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat pembiayaan murabahah di BMT Nurul Falah
selama periode 2007-2010?
6
2. Bagaimana tingkat kesehatan FDR (Financing to Depoeit Ratio) di
BMT Nurul Falah selama periode 2007-2010?
3. Bagaimana pengaruh pembiayaan murabahah terhadap tingkat
kesehatan FDR di BMT Nurul Falah selama periode 2007-2010?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang peneliti kemukakan di atas, maka tujuan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat pembiayaan murabahah di BMT Nurul
Falah selama periode 2007-2010.
2. Untuk mengetahui tingkat kesehatan FDR (Financing to Depoeit Ratio) di
BMT Nurul Falah selama periode 2007-2010.
3. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan murabahah terhadap tingkat
kesehatan FDR di BMT Nurul Falah selama periode 2007-2010.
D. Kerangka Teori
Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul
mal dan baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha
pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infak,
dan shadaqah. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan
penyaluran dana komersial (A. Djazuli, 2002). Dari definisi tersebut dapat
diketahui bahwa BMT mempunyai fungsi non profit dan komersial.
Selain itu BMT didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat
7
kalangan bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan Bank Syariah atau
BPR Syariah. Prinsip operasional BMT didasarkan atas prinsip bagi hasil,
jual-beli (tijarah), dan titipan (wadiah) (Isa, 7695.wordpress.com, 2010:
07).
BMT sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) adalah
lembaga keuangan yang belum memilki payung hukum sendiri, sehingga
BMT masih menginduk pada undang-undang koperasi. Walaupun secara
undang-undang BMT masih menginduk kepada undang-undang koperasi,
namun secara operasionalnya mirip dengan lembaga keuangan Bank
Syariah/ BPR Syariah, karena BMT juga bertindak sebagai penghimpun
dan penyalur dana yang bersifat komersial. Walaupun dari operasionalnya
yang sama dengan bank, namun produk-produk yang dikleuarkan oleh
BMT belum sebanyak Bank Syariah.
Dalam menjalankan usahanya, BMT tidak jauh dengan BPR
Syariah, yakni menggunakan 4 prinsip (Rahmati Timorita Yulianti,
professorwafa.multiply.multiplycontent.com, 2008: 08):
1. Prinsip bagi hasil
Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pengguna pinjaman
dengan BMT. Akadnya terdiri dari:
a. Al- Mudharabah
b. Al- Musyarakah
c. Al- Muzara’ah
8
d. Al- Musaqah
2. Sistem jual beli
Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam
pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi
kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT dan kemudian
bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah dibelinya
dengan dimabah (mark-up). Keuntungan BMT nantinya akan dibagi
kepada penyedia dana. Akadnya terdiri dari:
a. Bai’ al-murabahah
b. Bai’ as-salam
c. Bai’ al-istishna
d. Bai’ bitsaman ‘ajil
3. Sistem non profit
Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini
merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non-komersial. Nasabah
cukup mengembalikan pokok pinkamannya saja. Akad ini disebut
dengan Al-Qordhul Hasan.
4. Akad berserikat
Akad berserikat adalah kerjasama antar dua pihak atau lebih dan
masing-masing pihak mengikutsertakan modal (dalam berbagai bentuk)
dengan perjanjian pembagian keuntungan/ kerugian yang disepakati.
Akadnya terdiri dari:
9
a. Al-musyarakah
b. Al-mudharabah
Dari definisi di atas maka dapat diketahui fungsi dan produk-produk
dari BMT yang beragam.
Sedangkan Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah
perbandingan antara total pembiayaan yang diberikan dengan dana
yang berhasil dihimpun oleh bank yang terdiri dari Dana Pihak Ketiga
(DPK) ditambah dengan ekuitas (Lisa Narulia & Suryadi H.S, 2006:
63). FDR ini menjadi salah satu tolak ukur likuiditas bank atau
lembaga keuangan non bank lainnya yang berjangka waktu agak
panjang. Tingkat FDR yang terlalu tinggi menunjukkan semakin buruk
kondisi likuiditas, karena pemenpatan pada kredit/ pembiayaan juga
dibiayai dari DPK yang sewaktu-waktu dapat ditarik kapanpun.
(Veithzal Rvai, 2007: 720).
Secara perhitungannya, FDR dapat diketahui dengan rumus berikut:
FDR = Pembiayaan/ pinjaman yang diberikan X 100%
DPK (Dana Pihak Ketiga)
(Muhammad, 2005: 55)
Selain itu, FDR juga berfungsi utnuk mengetahui tingkat
kesehatan suatu lembaga keuangan bank ataupun non bank di dalam
kemampuannya untuk menghimpun dan menyalurkan dananya atau
dengan kata lain untuk menyatakan seberapa jauh kemampuan bank
10
dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan
mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Rasio antara seluruh jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan
dana yang diterima oleh bank. Semakin tinggi rasio tersebut, maka makin
rendah likuiditas bank tersebut. (Ramdhan Firmansyah, Modul
Perkuliahan Analisis Laporan Keuangan Bank Syariah, 2011: 8).
BMT sebagai LKMS harus memerhatikan kesehatannya yang salah
satunya adalah tingkat FDR nya. Dari tingkat FDR inilah, maka BMT akan
mengetahui sejauh mana kesehatan BMT di dalam menghimpun dan menyalurkan
dananya kepada anggota/ nasabahnya, apakah terdapat ketidakseimbangan atau
sebaliknya. Maka melalui perhitungan dengan rumusan FDR, dapat diketahui
tingkat kesehatan BMT dilihat dari FDR nya. Selain itu, di dalam perhitungan
FDR itu juga harus diketahui hal-hal yang mendukung perhitungan dari FDR itu
sendiri, seperti apa saja yang termasuk kepada DPK, pembiayaan, aktiva, dan
pasiva. Maka sebelum melakukan perhitungan, perlu terlebih dahulu untuk
diketahui bagian-bagian dari aktiva dan pasiva apa sajakah yang termasuk
kedalam perhitungan FDR. (Veithzal Rvai, 2007: 724).
Setelah mengetahui dari hasil perhitungan FDR yang juga melihat kepada
total pembiayaan dan DPK, maka dapat diketahui tingkat kesehat dari BMT
tersebut melalui hasil persentasi dari perhitungan FDR. Tingkat persentasi dari
perhitungan FDR adalah:
11
(Modul perkuliahan Analisis Laporan Keuangan Bank Syariah, Ramdhan
Firmansyah, 2011: 11).
Setelah kita mengetahui tingkat kesehatan BMT dilihat dari sisi FDR,
maka dapat dapat diketahui tindakan apa yang seharusnya dilakukan terhadap
BMT tersebut, apakah dengan meningkatkan DPK ataukah dengan meningkatkan
pembiayaan.
Berdasarkan pemaparan teori-teori di atas, maka dapat diambil hipotesis
bahwa terdapat pengaruh pembiayaan murabahah terhadap tingkat kesehatan
FDR (Financing to Deposit Ratio).
E. Metode Penelitian
1. Metode
Metode menurut kamus besar bahasa Indonesia ialah “cara sistematis dan
terencana untuk melakukan segala aktifitas guna mencapai tujuan
maksimal”(Amran, 2002:397). Oleh sebab itu, untuk menunjang pembahasan ini
agar diperoleh data yang faktual dan akurat penulis melakukan penelitian
berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
Tingkat FDR Hasil Penilaian FDR
94,75% - 98,50% - 102,25% TIDAK SEHAT
12
Penelitian ini menggunakan metode asosiatif hubungan kausal. Penelitian
asosiatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan yntuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih. Sedangkan yang dimaksud dengan
hubungan kausal adalah “hubungan yang bersifat sebab akibat, jadi disini ada
variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen
(dipengaruhi)” (Sugiyono, 2010: 56). Pendekatannya dengan kuantitatif yang
mendasarkan keputusan pada penilaian obyektif yang didasarkan pada model
matematika yang dibuat dengan mengumpulkan data. Sumber data untuk
pengujian model dapat berupa laporan-laporan BMT, seperti laporan keuangan
dan dokumen BMT lainnya, hasil wawancara, dan hasil sampling statistik.
Hubngan antar variabel pada asosiatif kausal adalah:
X mempengaruhi Y
2. Sumber Data
Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi
pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data yang
digunakan oleh peneliti adalah sumber data sekunder.
a. Data Primer (Primary Data)
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa : opini
subyek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu
X Y
13
benda (fisik), kejadian atau kegiatan dan hasil pengujian. Sumber data primer
dalam penelitian ini adalah laporan keuangan mengenai pembiayaan murabahah
BMT dan dana yang telah dihimpun dari DPK.
b. Data Sekunder (Secondary Data)
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Data sekunder dapat berupa bukti catatan, atau laporan histories yang telah
tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan (Nur Indriyantoro, 2002:146-147). Sumber data dalam penelitian
ini adalah laporan keuangan mengenai pembiayaan murabahah BMT dan dana
yang telah dihimpun dari DPK di BMT Kabupaten Bandung Kecamatan
Margahayu selama periode 2007-2010.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengungkapkan data tentang pembiayaan murabahah Baitul Maal
Wattamwil (BMT) dan tingkat kesehatannya, maka penelitian menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Metode Dokumentasi.
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang bersumber pada
benda-benda tertulis (Arikunto, 1998:149). Dalam penelitian ini metode
dokumentasi dilakukan mengumpulkan data dari dokumen yang ada di Baitul
Maal Wattamwil (BMT) Kabupaten Bandung Kecamatan Margahayu berupa data
pembiayaan murabahah selama tahun 2007-2010 di BMT.
14
2. Metode Wawancara
Metode wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan mengadakan tanya jawab baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada para pengurus di Baitul Maal Wattamwil (BMT) di Kabupaten
Bandung Kecamatan Margahayu. Pelaksanaan wawancara secara langsung
dengan pengurus tanpa perantara memungkinkan diberikannya penjelasan kepada
mereka bila ada pertanyaan yang tidak dapat dimengerti.
3. Riset Kepustakaan (Library Research)
Yaitu upaya untuk memperoleh data yang dilakukan oleh penulis melalui buku-
buku sebagai landasan teori dalam penelitian.
4. Metode Internet Searching online
Metode searching online adalah metode pencarian dan pengumpulan data
melalui internet seperti wbsite, blog, artikel, jurnal dan lain sebagainya.
a. Populasi Penelitian
Populasi penelitian menurut Suharsimi (1998:115) adalah keseluruhan
subjek penelitian. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1998:70) populasi
penelitian adalah seluruh individu yang akan dikenai sasaran generalisasi dan
sampel-sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah meliputi pembiayaan murabahah Baitul Maal Wattamwil
(BMT).
b. Sampel Penelitian
Sampel penelitian menurut Suharsimi (1998:117) adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan
15
menggunakan laporan keuangan BMT berupa pembiayaan murabahah, pada
periode 2007-2010. Dari pengambilan sampel ini, peneliti bermaksud untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian dengan mengangkat kesimpulan penelitian
sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.
c. Metode Analisis Data
1) Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah:
Ho : “Tidak ada pengaruh pembiayaan murabahah terhadap tingkat
kesehatan FDR (Financing to Deposit Ratio) Baitul Maal Wa
Tamwil (BMT) selama periode 2007-2010. (Analaisi BMT
Nurul Falah Kabupaten Bandung)”.
Ha : “Terdapat pengaruh positif antara pembiayaan murabahah
terhadap tingkat kesehatan FDR (Financing to Deposit Ratio)
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) selama periode 2007-2010.
(Analisis BMT Nurul Falah Kabupaten Bandung)”.
2) Analisis Data
Pada penelitian ini analisis data menggunakan dua metode, yaitu:
a) Analisis Kuantitatif
Pendekatan yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis kuantitatif, yaitu untuk menentukan tingkat pembiayaan
dan FDR dengan menguji teori, membuat prediksi, memberikan gambaran secara
stratistik untuk menunjukkan hubungan antara variabel dan mengukuhkan fakta.
16
b) Analisis Regresi Linier Sederhana
Regresi sederhana, bertujuan untuk mempelajari hubungan antara dua
variabel. Model Regresi sederhana adalah bxay ˆ , di mana, ŷ adalah variabel
tak bebas (terikat), X adalah variabel bebas, a adalah penduga bagi intersap (α), b
adalah penduga bagi koefisien regresi (), dan α, adalah parameter yang nilainya
tidak diketahui sehingga diduga menggunakan statistik sampel.
Data-data yang terkumpul akan diolah menggunakan teknik statistik regresi
sederhana yang dijelaskan melalui rumusan berikut:
Y = a + bX
X = variabel bebas
Y = Variabel terikat
b = ko-efisien regresi
a = nilai konstanta apabila nilai x = 0
Rumus yang dapat digunakan untuk mencari a dan b adalah:
XbYN
XbYa
..
22..
.
XXN
YXYXNb =
∑௫௬
∑ᵪ²
Keterangan:
iX = Rata-rata skor variabel X
iY = Rata-rata skor variabel Y
17
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam mempelajari hasil penelitian ini, maka
sistematika skripsi ini disusun menurut sistematika berikut:
Bagian pendahuluan skripsi memuat tentang judul skripsi, persetujuan
pembimbing, lembar pengesahan, dan persembahan.
daftar isi, daftar tabel, daftar gambar.
Bagian isi skripsi terdiri atas:
Bab I : Pendahuluan berisi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Bab II : Landasan Teori berisi:
1. Pembiayaan
a. Definisi Pembiayaan
b. Jenis-jenis pembiayaan
c. Pembiayaan murabahah
1) Definisi
2) Macam-macam murabahah
a) Murabahah dengan pesanan
b) Murabah dengan cicilan (Murabahah
taqsith)
c) Murabahah Lump-Sum di akhir
(murabahah mu’ajjal)
d) Murabahah dibayar dengan tunai
(Murabahah naqdan)
18
2. Penilaian tingkat kesehatan
a. Penilaian tingkat kesehatan Bank/ BMT
b. Pengertian tentang CAMEL
c. Pengertian tentang likuiditas (Liquidity)
d. FDR (Financing to De posit Ratio)
e. DPK
1) Pengertian DPK (Dana Pihak Ketiga)
2) Macam-macam DPK (Dana Pihak Keitga)
3. BMT (Baitul Maal Watamwil)
a. Pengertian BMT
b. Produk-produk pembiayaan BMT
c. Mekanisme pemberian pembiayaan di BMT
Bab III : Objek dan Metode Penelitian
Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan
Bab V : Kesimpulan dan saran
Bagian akhir skripsi berisi: Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran.
19
BAB II
KONSEP PEMBIAYAAN, MURABAHAH, TINGKAT KESEHATAN, DAN
BMT (BAITUL MAAL WA TAMWIL)
A. Pembiayaan
1. Definisi Pembiayaan
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan
yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah.
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan
sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain (Muhammad, 2005: 16).
Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia
usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan
bank, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro dan
Kecil (UMK) (Muhammad, 2005: 17).
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
20
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil ( Zainul Arifin,
2009: 234).
Menurut M. Syafi’I Antonio, menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan
salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Sedangkan menurut UU No.
10 tahun 1998 tentang Perbankan, menyatakan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain, yang
mewajibkan pihak yang dibiayai, untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut, setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. (Habib
Nazir & Muhammad Hassanuddin, 2004: 457)
Menurut undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah,
yang dimaksud dengan pembiayaan yaitu penyediaan dana adalah:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan Musyarakah.
b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna.
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.
e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.
Kegiatan pembiayaan (financing) merupakan salah satu tugas pokok bank,
yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-
pihak yang merupakan deficit unit, yang menurut sifat penggunaannya,
pembiayaan dapat dibagi dalam:
21
a. pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik
usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
b. pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk dipakai memenuhi
kebutuhan (Habib Nazir & Muhammad Hassanuddin, 2004: 457).
Sedangkan menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi:
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
(1) peningkatan produksi, baik secara kuantitif, yaitu jumlah hasil produksi,
maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi;
dan (2) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari
suatu barang.
b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang
modal (capital goods) beserta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan
itu. (Zainul Arifin , 2009: 234)
2. Tujuan Pembiayaan
Menurut Muhamad di dalam bukunya Manajemen Pembiayaan
Bank Syariah (2005: 22), secara umum, tujuan pembiayaan dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro
dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Secara mikro, pembiayaan
bertujuan untuk:
a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki
tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha
22
menginginkan mampu mencapai laba maksimal. Untuk dapat menghasilkan
laba maksimal, maka mereka perlu dukungan dana yang cukup.
b. Upaya meminimalkan risiko, artinya usaha yang dilakukan agar mampu
menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha mampu meminimalkan risiko
yang mungkin akan timbul. Risiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh
melalui tindakan pembiayaan.
c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat
dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan
sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan
sumber daya manusianya ada dan sumber daya modal tidak ada, maka
dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada
dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi.
d. Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan masyarakat ini ada
pihak yang memiliki kelebihan, sementara ada pihak yang kekurangan.
Dalam kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat
menjadi jembatan dalam penyeimbangan dana dan penyaluran dana dari
pihak yang kelebihan dana (surplus) kepada pemilik yang kekurangan
(minus), dana. (Muhammad, 2005: 18)
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan
kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha
yang bergerak dibidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk menunjang
kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-
23
jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
(Muhamad Mujahidin, http://id.wordpress.com/tag/ekonomi-syariah/, 2010: 05)
Sedangkan menurut Zainul Arifin di dalam bukunya Dasar-dasar
Manajemen Bank Syariah (2009: 230), tujuan pembiayaan dibedakan menjadi
beberapa kelompok, yaitu untuk:
a. Untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai
dengan nilai-nilai Islam.
b. Untuk membiayai kebutuhan investasi maupun modal kerja nasabah, untuk
pengadaan barang baik untuk sektor pertanian, perdagangan, maupun industri.
c. Untuk membeli barang konsumsi, misalnya : rumah tinggal, mobil, motor,
perabot rumah tangga, dan lain-lain.
d. Untuk melayani nasabah yang melakukan impor barang dengan
menggunakan Letter of Credit.
3. Fungsi Pembiayaan
Sesuai dengan tujuan pembiayaan yang telah disebutkan di atas, menurut
Sinungan (1993: 53) pembiayaan secara umum memilki fungsi untuk:
a. Meningkatkan daya guna uang.
Para penabung menyimpan uangnya dalam bentuk giro, tabungan, dan
deposito. Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh
bank, guna suatu usaha peningkatan produktivitas.
b. Meningkatkan daya guna barang
24
1) Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat mengubah bahan mentah
menjadi bahan jadi, sehingga utility dari bahan tersebut meningkat. Misalnya
peningkatan utility kelapa menjadi kopra dan selanjutnya menjadi minyak
kelapa/ goring, peningkatan utility dari padi menjadi beras, benang menjadi
tekstil, dan sebagainya.
2) Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang
dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih
bermanfaat. Seluruh barang-barang yang dipindahkan/ dikirim dari
suatu daerah ke daerah lain yang kemanfaatan barang itu lebih terasa,
pada dasarnya meningkatkan utility barang itu. Pemindahan barang-
barang tersebut tidaklah dapat diatasi oleh keuangan para distributor
saja dan oleh karenanya mereka memerlukan bantuan permodalan
dari bank berupa pembiayaan.
c. Meningkatkan peredaran uang
Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran pengusaha
menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet
giro, wesel, promes, dan sebagainya. Melalui pembiayaan, peredaran uang kartal
maupun giral akan lebih berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan suatu
semanagt usaha baru, sehingga penggunaan uang akan bertambah, baik kualitatif
apalagi secara kuantitatif. Hal ini selaras dengan pengertian bank selaku “money
creator”. Penciptaan uang itu selain dengan cara subtitusi, penukaran uang kartal
yang disimpan di giro dengan uang giral, maka ada exchange of claim, yaitu bank
memberikan pembiayaan dalam bentuk uang giral. Disamping itu, dengan cara
25
transformasi yaitu bank membeli surat-surat berharga dan membayarnya dengan
uang giral.
d. Menimbulkan semangat berusaha
Setiap manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi
yaitu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya (Munawar Iqbal, 1994: 23).
Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat, akan tetapi
peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuannya
yang berhubungan dengan manusia lain yang mempunyai kemampuan. Karena
itu pulalah maka pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank untuk
memperoleh bantuan permodalan guna peningkatan usahanya. Bantuan
pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank inilah kemudian yang digunakan
untuk memperbesar volume usaha dan produktivitasnya (Muhamad, 2005: 20).
Ditinjau dari hukum permintaan dan penawaran maka terhadap segala macam
dan ragamnya usaha, permintaan akan terus bertambah bilamana masyarakat
telah memulai melakukan penawaran, timbullah kemudian efek kumulatif oleh
semakin besarnya permintaan sehingga secara berantai kemudian menimbulkan
semangat yang meluas di kalangan masyarakat untuk sedemikian rupa
meningkatkan produktivitas (Muhammad Hassanuddin, 2004: 34).
e. Stabilitas ekonomi
Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilitas pada dasarnya
diarahkan pada usaha-usaha untuk:
(1) Pengendalian inflasi
26
(2) Peningkatan ekspor
(3) Rehabilitasi prasarana
(4) Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan rakyat untuk menekan arus inflasi dan
terlebih lagi untuk usaha pembangunan ekonomi maka pembiayaan bank
memegang peranan yang penting.
f. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional (Habib Nazir,
2000: 4)
4. Jenis-jenis Pembiayaan
Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokkan menurut
beberapa aspek, diantaranya:
a. Pembiayaan menurut tujuan
Pembiayaan menurut tujuannya dibedakan menjadi:
(1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk
mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha.
(2) Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk
melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif. (Muhammad,
2005: 22)
b. Pembiayaan menurut jangka waktu
Pembiayaan menurut jangka waktunya dibedakan menjadi:
(1) Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun.
(2) Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun.
27
(3) Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu lebih dari 5 tahun.
Jenis pembiayaan akan diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva
tidak produktif, yaitu:
a) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan dengan
prinsip ini meliputi:
(1) Pembiayaan mudharabah
(2) Pembiayaan Musyarakah
b) Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Untuk jenis pembiayaan
dengan prinsip ini meliputi:
(1) Pembiayaan murabahah
(2) Pembiayaan salam
(3) Pembiayaan istishna
c) Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis pembiayaan ini
diklasifikasikan menjadi pembiayaan:
(1) Pembiayaan ijarah
(2) Pembiayaan ijarah muntahia bitamlik/ wa itqan. (Muhammad, 2005: 23)
5. Pembiayaan Murabahah
a. Definisi Murabahah
Secara leksikal, kata murâbahaħ berasal dari kata al-ribh (˸Α˷˶ήѧѧѧѧѧϟ)
atau al-rabh (˵˴Α˷˴ήѧѧѧѧϟ) (A.W.Munawwir, 2002: 463) yang memiliki arti
kelebihan atau pertambahan dalam perdagangan (ήΠ˸˰ѧѧѧ˷˴Θϟ�ϲ˰ѧѧѧϓ�˯ΎѧѧѧϤ˷˴Ϩϟ). Dengan
28
kata lain, al-ribh tersebut dapat diartikan sebagai keuntungan
(Muhammad bin Mukram bin Manzhur, Beirut: Dar Shadir, th., Juz 2, h.
442). Al-Khaththabiy (Muhammad bin Abi Bakar bin ‘Abd al-Qadir al-
Raziy, Beirut: Maktabah Libanan Nasyirun, 1995, Juz 1, h. 97)
menyebutkan dua variasi lain kata tersebut dengan makna yang sama,
yaitu al-ribâh (الرِّباح) dan al-ribâhaħ .(الرِّباحة)
Di dalam al-Qur’an kata ribh dengan makna keuntungan dapat
ditermua pada surat al-Baqaraħ [2] ayat 16 berikut:
ϭ˸ѧѧѧѧ˶ΌϟϚ˴ѧѧѧѧ͉ϟά˸˶ϳ˴Ϧѧѧѧѧ˸ηΘ˴˴ή˱ϭѧѧѧѧ͉π ϟϠ˴˴ϟΎ˴Δ˶Α˸ϟΎѧѧѧѧ˵ϬΪ˴ϯ˴ϓѧѧѧѧ˴ϤΎέ˶˴Αѧѧѧѧ˴ΤΖ˶˸Ηѧѧѧѧ˴Πέ˴ΎΗ˵˵Ϭ˸Ϣϭ˴ѧѧѧѧ˴ϣΎ
نْیِدَتْھُموااُنَك
”Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka
tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat
petunjuk”. (Depag, 2005: 3)
Menurut tafsir al-Maraghi jilid 1 halaman 90, pengertian surat al-baqarah ayat 16 adalah:“Mereka benar-benar telah membenci petunjuk dan jalan lurus, bahkanmereka lebih suka bergelimang dalam kesesatan yang dibeli dengan hargaberapapun juga. Namun pada kenyataannya, perdagangan mereka initidaklah membawa keberntungan. Sebab modal fitrah yang dibawa sejaklahir hilang dan dirusak oleh diri mereka sendiri. Selain itu, naluri yangbisa menerima kebaikan dan kebenaran serta kesempurnaan telah hilangdari jiwa mereka. Kini mereka mengalami kebangkrutan akhlak danmoral. Pada dasarnya, orang-orang yang berkelakuan demikian itu tidakmengetahui masalah ‘perdagangan’. Sebab, jika seorang pedagangmengalami kebangkrutan, ia akan bisa bangkit kembali selama masihmempunyai modal. Tetapi jika modal itu sendiri telah habis dari tanganlantaran kerugian yang diderita, mustahil ia akan bangkit kembali didalam mencari keuntungan”.
29
Dalam khazanah al-Qur’an, yang tentu saja tidak berbicara dalam
konteks hubungan material murni, kata ribh juga sering dipersandingkan
maknanya dengan kata al-fadhl .(الفضل)
Hal itu misalnya terlihat dalam firman Allah surat Âli-'Imrân [3]
ayat 174 berikut:
ѧѧѧ˴ϓϧ˸Ύ˴Ϙ˴Ϡ˵Β˸Ϯ˶Α˶Ϩ˸όѧѧѧ˴ϤΔ˳ѧѧѧ͋ϣϦ˴اِهللاϭ˴˴ϓѧѧѧ˸πϞ˳ѧѧѧ͉ϟϢ˴˸ϳ˸Ϥ˴δѧѧѧ˸δϬ˸˵Ϣѧѧѧ˵γϮ˯˲˸ϭ͉˴Η˴Βѧѧѧ˵όϮ˸έ˶ѧѧѧ˸οϮ˴ϥ˴
َعِظْیٍمٍلْضَفْوُذاُهللاَواِهللا
”Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari
Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti
keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (Depag,
2005: 73)
Pengertian surat Ali-‘imran ayat 174 menurut Ibnu Katsir jilid 4 adalah:
“Ayat ini menerangkan tentang hikmah kepasrahan mereka kepada
Allah. Mereka dapatkembali ke Madinah dalam keadaan selamat,
mendapatkan kenikmatan dan karunia yang tiada taranya. Tanpa luka-
luka sedikit pun karena musuh sudah menyerah sebelum perang terjadi.
Bahkan mereka bisa sekalian berdagang dan mendapatkan
untung. Dengan demikian, Allah menegaskan bahwa mereka yang ikut
bersama Rasulullah saw untuk perang melawan Abu Sufyan dan bala
tentaranya adalah orang-orang yang benar-benar mengikuti apa yang
diperintahkan oleh Rasulullah. Mereka benar-benar setia dan selalu
mentaati beliau. Orang-orang seperti ini tak akan pernah rugi. Mereka
mendapatkan sesuatu yang tidak didapatkan oleh orang-orang
yang tidak ikut bersama Rasul untuk memerangi Abu Sufyan. Terlebih
lagi, ternyata mereka tidak jadi perang, tidak ada yang luka, pulang dalam
keadaan selamat dan dapat keuntungan dari perdagangan di pasar tahunan
Badr Shughra. Ini adalah kenikmatan yang tiada taranya. Apalagi pujian
Allah kepada mereka itu akan terus dikenang dan dibaca sampai hari
kiamat. Ϟ˳ѧѧѧѧ˸π ϓ˴˴ϭ�˶Ϫѧѧѧѧ͉Ϡϟ�˴Ϧѧѧѧѧ˶ϣ sejatinya, kemuliaan dan ketinggian derajat itu
hanya dari Allah saja. Jangan sampai salah paham. Kemuliaan yang
30
dimiliki oleh mukminin dan kafirin itu berbeda. Kalaupun di dunia ini
kelihatannya enak tapi keadaan itu akan terus berlanjut. Sering kita ini
tertipu oleh realita yang ada. Sering merasa Allah tidak adil memberi rizki
pada kita. Kita merasa telah rajin ibadah tapi tidak lebih kaya dari orang
kafir. Kita perlu tahu, bahwa dalam Islam itu ada sebuah konsep yang
bernama istidraj. Artinya adalah luluan. Mereka dibiarkan semakin
menikmati dunia ini. Merasa dengan kenikmatan yang mereka dapatkan
karena mereka telah menjalankan kebenaran. Maka, bila telah tahu semua
ini, pantaskah kita su`uzhan pada Allah yang mungkin belum memberi
kita kekayaan sebanyak orang kafir? Pantaskah kita minder dan merasa
mereka lebih mendapatkan kenikmatan? Bila iman masih ada dalam hati,
tentu jawabannya adalah tidak. ѧѧѧ˸ο έ˶�Ϯѧѧѧ˵ό˴Β͉Η˴ϭϪ˶ѧѧѧ͉Ϡϟ�˴ϥ˴Ϯ mereka telah mengikuti
keridhaan Allah. Wujudnya adalah dengan mengikuti perintah Rasul.
Oleh karena itu, ayat ini ditutup dengan ��˳Ϣϴѧѧѧ˶ψ˴ϋ�˳Ϟѧѧѧ˸π ϓ˴�ϭ˵Ϋ�˵Ϫѧѧѧ͉Ϡϟ˴ϭ.Ini adalah
bentuk penghargaan Allah terhadap orang mukmin yang setia kepada
Rasul. Hal ini juga mengakibatkan kekecewaan orang yang tidak ikut
perang uhud. Karena tentu mereka tak dapat keutamaan yang diberikan
kepada yang ikut perang.”.
Selain kata al-fadhl, kata al-ribh juga memiliki sinonim lain,
yaitu al-ghunm (Ϣ˸Ϩѧѧѧѧ˵ϐϟ) yang menjadi akar dari kata al-ghanîmaħ (ΔѧѧѧѧϤϴϨϐϟ)
(Abdullah bin Muslim bin Qutaybah al-Daynuriy Abu Muhammad, 1397
H, Juz 1, h. 229). Kata al-ghunm ini sendiri memang digunakan
Rasulullah SAW dengan makna keuntungan pada hadis yang menejadi
salah satu dasar rahn, yang berbunyi sebagai berikut:
���Ϧϫήѧѧѧϟ�Ϧϫήѧѧѧϟ�ϖѧѧѧϠϐϳ�ϻ�ϝΎѧѧѧϗ�ϢϠѧѧѧγϭ�ϪѧѧѧϴϠϋ�Ϳ�ϰϠѧѧѧλ �Ϳ�ϝϮѧѧѧγέ�ϥ�ΐ ϴѧѧѧδϤϟ�ϦѧѧѧΑ�Ϊϴόѧѧѧγ�Ϧѧѧѧϋ
���������ϢϛΎѧѧѧΤϟϭ�ϲϨτϗέΪѧѧѧϟϭ�ϲѧѧѧϘϬϴΒϟ�ϩϭέ��ϪѧѧѧϣήϏ�ϪѧѧѧϴϠϋϭ�ϪѧѧѧϤϨϏ�Ϫѧѧѧϟ�ϪѧѧѧϨϫέ�ϱάѧѧѧϟ�ϪΒΣΎѧѧѧλ �Ϧѧѧѧϣ
والشافعي)
Dari Sa’id bin al-Musayyab, Bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Agunan itu tidak boleh dihalangi dari pemiliknya yang
telah mengagunkannya. Ia berhak atas kelebihan (manfaat)-nya dan
31
wajib menanggung kerugian (penyusutan)-nya.” (HR. Al-Bayhaqiy, al-
Dâruquthniy, al-Hâkim, dan al-Syâfi’iy). (Muhammad bin Idris Abu
‘Abdillah al-Syâfi’iy,Musnad al-Syâfi’iy, Juz 1, h. 148)
Dalam konteks mu’amalah, kata murâbahaħ seperti disebutkan al-Jurjaniy
('Ali bin Muhamamd bin 'Ali al-Jurjaniy, al-Ta'rifat, 1405H, h. 266) dan al-
Munawiy (Muhammad 'Abd al-Ra`uf al-Munawiy, al-Tawfiq 'Ala Muhimmat al-
Ta'arif, 1410 H., h. 647), biasanya diartikan sebagai jual beli yang dilakukan
dengan menambah harga awal .(البیع بزیادة على الثمن األول) (Qasim bin 'Abdillah bin
Amir 'Ali al-Qawnuniy, Anis al-Fuqaha`, 1406 H., h. 214)
Secara istilah, pada dasarnya terdapat kesepakatan ulama dalam
substansi pengertian murâbahaħ. Hanya saja terdapat beberapa variasi
bahasa yang mereka gunakan dalam mengungkapkan definisi tersebut.
Secara umum, variasi pengertian tersebut dapat disebutkan di sini.
Menurut ulama Hanafiyyaħ, yang dimaksud dengan murâbahaħ tersebut
adalah:
نقل ما ملكھ بالعقد األول بالثمن األول مع زیادة ربح
“Mengalihhkan kepemilikan sesuatu yang dimiliki melalui akad pertama
dengan harga pertama disertai tambahan sebagai keuntungan”
(Muhammad bin 'Abd al-Wahid al-Siwasiy, Juz 6, h. 494)
Ulama Mâlikiyyaħ mengemukakan rumusan definisi sebagai
berikut:
بیع السلعة بالثمن الذي اشتراھا بھ وزیادة ربح معلوم لھما
32
“Jual beli barang dagangan sebesar harga pembelian disertai dengan
tambahan sebagai keuntungan yang sama diketahui kedua pihak yang
berakad”. (Saydiy Ahmad al-Dardir Abu al-Barakat, al-Syarh al-Kabir,
Juz 3, h. 159)
Dalam pandangan ulama Mâlikiyyaħ, seperti disebutkan al-
‘Abdariy (Muhammad bin Yusuf bin Abi al-Qasim al-‘Abdariy Abu
‘Abdillah, al-Taj wa al-Iklil, 1398 H., Juz 4, h. 489), jual beli
murâbahaħ juga terbagi dua, yaitu: Pertama, jual beli dengan tambahan
(keuntungan) yang jelas terhadap modal awal. Misalnya, keuntungan satu
dirham terhadap satu dirham modal awal dan tambahan satu dirham
terhadap sepuluh dirham modal awal dan selanjutnya, bisa lebih banyak
atau kurang, sesuai dengan kesepakatan. Kedua, jual beli dengan
tambahan keuntungan yang disebutkan dan disepakati terhadap
keseluruhan harga awal.
Sementara itu, ulama Syâfi’iyyaħ mendefinisikan murâbahaħ itu
dengan:
أو ما قام علیھ بھ مع ربح موزع على أجزائھالثمنبیع بمثل
”Jual beli dengan seumpama harga (awal), atau yang senilai dengannya,
disertai dengan keuntungan yang didasarkan pada tiap bagiannya”.
(‘Abd al-Hamid al-Syarwaniy, Hawasyiy al-Syarwaniy, Juz 4, h. 424)
Sedang menurut ulama Hanâbilaħ, yang
dimaksud murâbahaħ adalah:
البیع برأس المال وربح معلوم
33
“Jual beli dengan harga modal ditambah keuntungan yang diketahui”.
('Abdullah bin Ahmad bin Qudamah, al-Mughniy, Juz 4, h. 129)
Dari empat rumusan definisi di atas, dapat dipahami bahwa pada
dasarnya murâbahaħ tersebut adalah jual beli dengan kesepakatan
pemberian keuntungan bagi si penjual dengan memperhatikan dan
memperhitungkannya dari modal awal si penjual. Dalam hal ini yang
menjadi unsur utama jual beli murâbahaħ itu adalah adanya kesepakatan
terhadap keuntungan. Keuntungan itu ditetapkan dan disepakati dengan
memperhatikan modal si penjual. Dalam hal ini, keterbukaan dan
kejujuran menjadi syarat utama terjadinya murâbahaħ yang
sesungguhnya.
Dalam al-murabahah penjual harus memberitahukan harga pokok yang ia beli
dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya (M.Syafi`i
Antonio, 2000: 90).
Dari segi variasi keuntungan terhadap modal awal, para ulama
membedakan jual beli menjadi jual beli al-tawliyyaħ, jual beli al-
isytirak atau syirkaħ, jual beli murâbahaħ, dan jual beli al-
wadhî’aħ atau al-muwâdha'aħ ( ‘Abd al-Salam bin ‘Abdillah bin Abi al-
Qasim bin Taymiyyah al-Haraniy, al-Muharrar fi al-Fiqh, 1404 H), Juz
1, h. 330). Yang dimaksud dengan jual beli al-tawliyyaħ adalah
pertukaran dengan harga awal disertai tambahan. Pada dasarnya jual
beli al-tawliyyaħ hampir sama dengan jual beli murâbahaħ (Ibn
Hummam, Juz 6, h. 495). Jual beli al-isytirak adalah jual
34
beli tawliyyaħ terhadap sebagian objek dengan setengah harga. Sedang
jual beli al-wadhî’aħ (jual rugi) adalah penjualan objek jual beli dengan
pengurangan terhadap harga awal. ('Ala` al-Din al-Kasaniy, ), Bada'i` al-
Shana'i`, 1982, Juz 5, h. 135)
Dasar hukum al-murabahah dalam Islam, jual beli hukumnya adalah jaiz
(boleh) berdasarkan dalil al-quran yaitu:
a. Q.S An-nisa [4] : 29
اٍض َیا َأُیَھا الَِّذْیَن آَمُنْوا َال َتْأُكُلْوا َأْمَواَلْكْم َبْیَنُكْم ِباْلَباِطِل ِإلَّا َأْن َتُكْوَن ِتَجاَرًة َعْن َتَر
امِّْنُكْم َوَلا َتْقُتُلْوا َأْنُفَسُكْم ِإنَّ اَهللا َكاَن ِبُكْم َرِحْیَم
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Depag,
2005:122)
Pengertian surat an-nisa ayat 29 menurut tafsir al-Jalalayn adalah:
].29َأْمَواَلُكْم َبْیَنُكْم ِبٱْلَباِطِل} [آیة َو َجلَّ: {َیا َأیَُّھا ٱلَِّذیَن آَمُنوْا َال َتْأُكُلوْۤا وقوُلھ َعّز
أي ال َیِحلُّ لكم إالَّ على ما َتَقدََّم، من ِھَبٍة، أو َمْھٍر، أو َصَدَقٍة، أو َبْیٍع، أو شراٍء،
.وما أشبھ لك
35
].29عز و جل: {َوَال َتْقُتُلوْۤا َأْنُفَسُكْم ِإنَّ ٱللََّھ َكاَن ِبُكْم َرِحیمًا} [آیة وقولھ
.ال َعَطاٌء: أي ال یقُتْل بعُضُكم بعضًاق
.وذلك معروٌف في اللغِة، ألنَّ الُمؤِمَن ِمَن الُمؤِمِن ِبَمْنِزَلِة َنْفِسِھ
.َوَقَرَأ الَحَسُن: {َوَال َتْقُتُلوْۤا َأْنُفَسُكْم} على التكثیر
Dan Allah ‘Azza wajalla bersabda: { Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan bathil}
[ayat 29].
Yaitu tidak dihalalkan bagi kamu kecuali atas apa-apa yang terdahulu,
dari hadiah, mas kawin, shadaqah, jual beli, dan apa yang kamu suka.
Dan bersabda Allah ‘Azza wajalla: {Dan janganlah kamu membunuh
dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu} [ayat
29].
Dan ‘Atha berkata: yaitu janganlah saling membunuh sebgaian kamu
dengan sebagian yang lainnya.
Yang demikian itu dimengerti secara bahasa, karena sesungguhnya
mukmin yang satu dengan mukmin yang lainnya seperti dirinya sendiri.
Dan Hasan membaca :{َوَال َتْقُتُلوْۤا َأْنُفَسُكْم} atas kebanyakan.
b. Q.S Al-baqarah [2] : 275
“......َوَأحََّل اُهللا اْلَبْیَع َوَحرََّم الرَِّبا“
36
“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba....”
(Depag, 2005:47)
Menurut tafsir la-Maraghi pada halaman 110, diterangkan yang dimaksud dengan
“ ......َوَأحََّل اُهللا اْلَبْیَع َوَحرََّم الرَِّبا “ adalah:
a) Dibolehkannya semua praktek jual beli yang tidak ada larangan syar`i
di dalamnya. Jual beli sendiri memiliki arti memiliki harta dengan
harta melalui ijab qabul dengan keridhaan keduanya.
b) Diharamkannya riba dan dimaklumatkan perang dari Allah dan Rasul-
Nya.
C. Hadits Riwayat Ibnu Majah
َقاَل َرُسوُل اللَِّھ َصلَّى اللَُّھ َعَلْیِھ َوَسلََّم َثَلاٌث ِفیِھنَّ اْلَبَرَكُة َصاِلِح ْبِن ُصَھْیٍب َعْن َأِبیِھ َقاَلَعْن
اْلَبْیُع ِإَلى َأَجٍل َواْلُمَقاَرَضُة َوَأْخَلاُط اْلُبرِّ ِبالشَِّعیِر ِلْلَبْیِت َلا ِلْلَبْیِع
Dari Suhaib al-Rumi r.a, bahwa Rasulullah Saw, bersabda : “Tiga halyang di dalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh,muqaradhan (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepunguntuk keperluan rumah, bukan untuk dijual” (HR. Ibnu Majah) (IbnuMajah, kitab perdagangan, bab persekutuan bagi hasil, 2009 : 2280).
Dalam literatur fikih klasik, murâbahaħ atau bay' al-
mu'ajjal mengacu pada suatu penjualan yang pembayarannya
ditangguhkan. Justru elemen pokok yang membedakannya dengan
penjualan normal lainnya adalah penangguhan pembayaran itu.
Pembayaran dilakukan dalam suatu jangka waktu yang disepakati, baik
37
secara tunai maupun secara angsuran (M. Umer Chapra, 2000: 120). Oleh
karena itu, keberadaan murâbahaħ juga didasarkan pada hadis yang
menegaskan bahwa murabâhaħ termasuk dalam ketegori perbuatan
dianjurkan (diberkati).
����������˷˴Ϧ˶Ϭϴѧѧ˶ϓ�˲Ι Ύѧѧ˴Ϡ˴Λ�˴Ϣ˷˴Ϡѧѧ˴γϭ˴�˶Ϫѧѧ˸ϴ˴Ϡ˴ϋ�Ϫѧѧ˷˴Ϡϟ�ϰ˷˴Ϡѧѧ˴λ �˶Ϫѧѧ˷˴Ϡϟ�˵ϝϮѧѧ˵γέ˴�˴ϝΎѧѧ˴ϗ�˴ϝΎѧѧ˴ϗ�˶Ϫѧѧϴ˶Α˴�˸Ϧѧѧ˴ϋ�˳ΐ ϴ˸˴Ϭѧѧ˵λ �˶Ϧѧѧ˸Α�˶˶ϟΎѧѧ˴λ �˸Ϧѧѧ˴ϋ
�����˵ρΎѧѧѧ˴Ϡ˸Χ˴˴ϭ�˵Δѧѧѧ˴ο έ˴Ύ˴Ϙ˵Ϥ˸ϟ˴ϭ�˳Ϟѧѧѧ˴Ο˴�ϰѧѧѧ˴ϟ˶·�˵ϊ ѧѧѧ˸ϴ˴Β˸ϟ�˵Δѧѧѧ˴ϛ˴ήΒ˴˸ϟ�������ϦѧѧѧΑ�ϩϭέ��˶ϊ ѧѧѧ˸ϴ˴Β˸Ϡ˶ϟ�Ύѧѧѧ˴ϟ�˶Ζѧѧѧ˸ϴ˴Β˸Ϡ˶ϟ�˶ήϴ˶όѧѧѧ˷˴θϟΎ˶Α�˷˶ήѧѧѧ˵Β˸ϟ
ماجة)
"Dari Shalih bin Shuhayb dari ayahnya, ia berkata: "Rasulullah SAW
bersabda: "Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli
secara tangguh, muqâradhaħ (mudhârabaħ) dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual". (HR. Ibn
Mâjaħ). (Muhamamd bin Yazid Abu 'Abdillah al-Qazwaniy, Sunan Ibn
Mâjaħ, Juz 2, h. 768)
Walau tetap saja ada sahabat yang membolehkan jual beli seperti
ini, seperti Ibn Mas’ud, (Ibrahim bin 'Ali bin Yusuf al-Fayruz Abadi al-
Syiraziy, Juz 1, h. 288) Ibn Sirin, Qadhi Surayh dan Ibrahim (al-
Nakha’iy),(‘Abd al-Razzaq, Juz 8, h. 233) Sa’id bin al-Musayyab, al-
Tsawriy, al-Syafi’iy, ulama Ahl Ra`y, dan Ibn al-Mundzir. Menurut
mereka, kebolehan murâbahaħ itu justru didasarkan pada kejelasan modal
dan keuntungan.( Ibn Qudamah, Juz 4, h. 130)
b. Rukun dan Syarat Murâbahaħ
Sebagai bagian dari jual beli, maka pada dasarnya rukun dan
syarat yang jual belimurâbahaħ juga sama dengan rukun dan syarat jual
38
beli secara umum. Menurut ulama Hanafiyah rukunnya hanya satu, yaitu
îjâb dan qabûl (Abdurrahman al-Jaziriy, al-Fiqħ 'Ala Madzâħib al-
Arba'aħ, Juz 2, h. 117). Sedang Menurut jumhur, rukun jual beli ada
enam, yaitu: pelaku 'aqad (penjual dan pembeli), shîghaħ (lafal îjâb dan
qabûl), dan objek akad (barang dan nilai tukar pengganti barang)
(Abdurrahman al-Jaziriy, al-Fiqħ 'Ala Madzâħib al-Arba'aħ, Juz 2, h.
117). Walau demikian, karena memang ada perbedaan khusus dengan jual
beli biasa, maka juga ada syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi dalam
jual beli murâbahaħ tersebut, sebagai berikut:
1. Modal awal (ϝΎѧѧѧϤϟ�α έ) diketahui oleh pembeli kedua. Hal ini adalah
logis, karena harga yang akan dibayar pembeli kedua didasarkan pada
modal si pembeli awal. Keuntungan yang harus dibayarkanpun baru bisa
ditetapkan setelah modal awal diketahui. Pengetahuan terhadap modal
awal ini sendiri menjadi syarat yang menentukan sah atau tidaknya jual
beli murâbahaħ. Kalau si pembeli kedua tidak mengetahui harga awal,
maka jual beli itu menjadi fasid, dan baru menjadi sah kalau diberi tahu
sebelum mereka berpisah dari majlis akad. Kalau tetap tidak diberi tahu,
maka si pembeli kedua berhak khiyâr untuk melanjutkan dan
membatalkan jual beli. (Al-Kasaniy, Juz 5, h. 220)
2. Keuntungan jual beli pun harus sama-sama diketahui secara transparan,
karena keuntungan itu merupakan bagian dari modal pembeli kedua yang
harus diserahkannya kepada pembeli pertama. Pengetahuan tentang
39
keuntungan ini juga menjadi syarat sah jual beli murâbahaħ (Al-Kasaniy,
Juz 5, h. 221).
3. Modal awal termasuk jenis yang dapat ditimbang atau ditakar (�ϝΎѧѧѧϤϟ
�ϲѧѧϠΜϤϟ); bukan harta atau benda yang bersifat al-qimiy (ϲѧѧѧϤϴϘϟ�ϝΎѧѧѧϤϟ) (Yahya
bin Syaraf bin Mura al-Nawawiy Abu Zakariya, Tahrir Alfazh al-Tanbih,
1408 H, h. 193). Persyaratan ini bisa dikatakan sebagai syarat yang
berlaku khusus bagi jual beli murâbahaħ dan tawliyyah; tidak pada jual
beli lain. (Al-Kasaniy, Juz 5, h. 221)
4. Modal awal tidak termasuk salah satu dari jenis benda riba, karena pada
benda-benda riba harus dipertukarkan (kalau sejenis) dengan ukuran yang
sama. Dalam hal ini, kalau tetap dilakukan murâbahaħ, maka
penambahan itu akan menjadi riba. Akan tetapi persyaratan ini tidak
dibutuhkan pada jual beli al-tawliyyah(Al-Kasaniy, Juz 5, h. 221). Dalam
hal ini, pengambilan keuntungan (perbedaan modal dengan harga jual)
pada jual beli, termasuk murâbahaħ, didasarkan pada hadis berikut:
�ϝΎѧѧѧѧϗ�ΖϣΎѧѧѧѧμ ϟ�ϦѧѧѧѧΑ�ΓΩΎѧѧѧѧΒϋ�Ϧѧѧѧѧϋ�ΐ ϫάѧѧѧѧϟΎΑ�ΐ ϫάѧѧѧѧϟ�ϢϠѧѧѧѧγϭ�ϪѧѧѧѧϴϠϋ�Ϳ�ϰϠѧѧѧѧλ �Ϳ�ϝϮѧѧѧѧγέ�ϝΎѧѧѧѧϗ
������������ϞѧѧΜϤΑ�ϼΜѧѧϣ�ϠϤϟΎѧѧΑ�ѧѧϠϤϟϭ�ήϤΘϟΎѧѧΑ�ήѧѧϤΘϟϭ�ήϴόѧѧθϟΎΑ�ήϴόѧѧθϟϭ�ήΒϟΎѧѧΑ�ήѧѧΒϟϭ�Δѧѧπ ϔϟΎΑ�Δѧѧπ ϔϟϭ
��������ΪѧѧѧϴΑ�Ϊѧѧѧϳ�ϥΎѧѧѧϛ�Ϋ·�ϢΘΌѧѧѧη�ϒѧѧѧϴϛ�ϮѧѧѧόϴΒϓ�ϑΎϨѧѧѧλ Ϸ�ϩάѧѧѧϫ�ΖѧѧѧϔϠΘΧ�ΫΈѧѧѧϓ�ΪѧѧѧϴΑ�Ϊѧѧѧϳ�˯ϮѧѧѧδΑ�˯Ϯѧѧѧγ
(رواه مسلم وابن حبان والدارقطني)
Dari ‘Ubadah bin Shamit, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah SAW:‘Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,anggur dengan anggur, kurma dengan kurma, garam dengan garam(pertukarkanlah) dengan yang sejenis, seukuran dan tunai. Kalauberbeda dari kelompok ini, maka juallah sesuai yang kamu inginkan,kalau secara tunai”. (HR. Muslim, Ibn Hibban dan al-Daruquthniy)
40
(Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Husayn al-Qusyayriy al-Naysaburiy, ShahihMuslim, 1993: 393)
5. Akad jual beli yang pertama dilakukan secara sah. Termasuk dalam hal
ini, tidak sah melakukan murâbahaħ terhadap benda yang akad awalnya
fasid. (Al-Kasaniy, Juz 5, h. 222)
Pengkhianatan pada jual beli murâbahaħ bisa terjadi pada dua hal
dan kalau ketahuan juga akan menimbulkan dampak hukum yang cukup
serius: Pertama, kalau pengkhianatan itu terjadi pada jumlah harga.
Misalnya, seseorang membeli sesuatu dengan cara murâbahaħkepada
seseorang, kemudian juga menjualnya dengan harga paling awal. Dalam
jual beli yang terakhir ini, ia tidak menjelaskan bahwa ia membeli dengan
cara murâbahaħ. Kemudian si pembeli akhir mengetahui, maka secara
ijma’ pembeli akhir ini berhak khiyâr (melanjutkan atau membatalkan
jual beli). Kedua, kalau yang terjadi itu adalah kebohongan dalam
penyebutan harga awal, menurut Imam Abu Hanîfaħ, si pembeli berhak
khiyâr, kalau ia mengetahuinya. Sedang menurut Imam Abu
Yusuf, ia tidak berhak khiyâr, hanya saja pembayaran harganya dikurangi
sebesar kebohongan si penjual. Akan tetapi, kalau benda yang dibeli telah
rusak atau hilang, maka ia tidak mempunyai hak khiyâr sama sekali.
c. Macam-macam Murabahah
Pembiayaan terdiri dari beberapa macam, diantaranya:
a) Murabahah dengan pesanan
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan.
Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian
41
barang setelah ada pemesanan dari nasabah dan dapat bersifat mengikat
atau tidak mebgikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya
(dapat diminta uang muka pembelian kepada nasabah). (Adiwarman A.
Karim, 2008: 115).
Dalam murabahah melalui pesanan ini, si penjual boleh meminta
pembayaran hamish ghadiyah, yakni uang tanda jadi ketika ijab-kabul.
Hal ini sekadar untuk mrnunjukkan bukti keseriusan si pembeli. Bila
kemudian si penjual telah membeli dan memasang berbagai
perlengkapan di mobil pesanannya, sedangkan si pembeli
membatalkannya, hamish ghadiya ini dapat digunakan untuk menutup
kerugian di dealer mobil. Bila jumlah hamish ghadiyah-nya lebih kecil
dibandingkan jumlah kerusakan yang harus ditanggung oleh si penjual,
penjual dapat meminta kekurangannya. Sebaliknya, bila berlebih, si
pembeli berhak atas kelenihan itu. (AAOIFI, 2000)
b) Tunai (murabahah naqdan) atau Cicilan
Pmebayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.
Dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga
barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Murabahah mu’ajjal
dicirikan dengan adanya penyerahan barang di awal akad dan
pembayaran kemudian (setelah awal akad), baik dalam bentuk angsuran
maupun dalam bemtuk lump sum/ murabahah mu’ajjal (sekaligus).
(Adiwarman A. Karim, 2008: 115)
42
B. Penilain Tingkat Kesehatan
1. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank/ BMT dan PengertianCAMELS
Penilaian kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan bank bersifat
dinamis, sehingga penilaian kesehatan lembaga keuangan non bank senantiasa
disesuaikan agar lebih mencerminkan kondisi keuangan non bank yang
sesungguhnya, baik saat ini maupun waktu yang akan datang. Bank Indonesia
dalam menilai tingkat kesehatan suatu bank atau lembaga keuangan non bank
pada dasarnya menggunakan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi sauatu bank. Metode atau cara penilaian tingkat
kesehatan bank tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMELS (untuk saat
ini yang diberlakukan di Indonesia) (Andria, 2007: 705). CAMELS merupakan
aspek yang banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan, yang mempengaruhi
pula kesehatan bank. Setelah dilakukan pengukuran dengan cara CAMELS,
dilanjutkan dengan penilaian tingkat kepatuhan bank pada beberapa ketentuan
khusus. Metode CAMELS berisikan langkah-langkah yang dinilai dengan
menghitung besarnnya masing-masing rasio pada komponen-komponen . Metode
CAMELS mencakup komponen-komponen sebagai berikut:
1. C = Capital : untuk rasio kecukupan modal
2. A = Asset : untuk rasio kualitatif aktiva produktif atau
assets
3. M = Manajemen : untuk menilai kualitas manajemen
4. E = Earning : untuk rasio rentabilitas bank
43
5. L = Liquidity :untuk rasio likuiditas bank
6. S = Sensitivity to Market Risk : untuk sensitivitas terhadap risiko pasar
2. Pengertian tentang Tentang Likuiditas (Liqudity)
Likuiditas adalah kemudahan atau kemampuan untuk mengubah non
liquid assets menjadi liquid aset, biasanya dalam bentuk tunai (cash)
dengan tanpa atau sedikit sekali berkurangnya nilai aset tersebut. Kuat
atau lemahnya kemampuan likuiditas aset tergantung kepada dua faktor
utama yaitu kandungan daya cair aset itu sendiri (self contain liquidity)
dan daya jual aset tersebut (markeability). Daya cair aset (self liquiditing)
ditentukan oleh syarat-syarat penjualan aset tersebut, baik jangka waktu
maupun cara pembayarannya. Sedangkan marketability dari aset bukan
saja terletak pada kemampuan pengalihan aset tersebut kepada pihak lain
secara final atau permanen, tetapi juga terletak pada keberhasilan
penawaran kepada pihak lain untuk ikut berpartisipasi mendanai aset
tersebut. Faktor yang disebut pertama berkaitan dengan salah satu teori
likuiditas perbankan yang dikatakan sebagai commercia loan theory dan
yang disebut terakhir banyak dibahas dalam apa yang dikatakan sebagai
shiftability theory. (Veithzal Rvai, 2007: 715)
3. FDR (Financing to Deposit Ratio)
Seperti yang kita ketahui rasio likuiditas adalah rasio untuk
mengukur kemampuan bank atau lembaga keuangan non bank dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan memenuhi permohonan
kredit atau pembiayaan dengan cepat. Sedangkan Financing to Deposit
44
Ratio (FDR) diartikan sebagai perbandingan antara total pembiayaan
yang diberikan dengan dana yang berhasil dihimpun oleh bank yang
terdiri dari DPK ditambah dengan ekuitas (Lisa Narulia & Suryadi H.S,
2006:63). FDR ini menjadi salah satu tolak ukur likuiditas bank atau non
bank yang berjangka waktu agak panjang. Tingkat FDR yang terlalu
tinggi menunjukkan semakin buruk kondisi likuiditas bank, karena
penempatan pada kredit juga dibiayai dari dana pihak ketiga yang
sewaktu-waktu ditarik. (Veithzal, 2007: 720).
Secara perhitungannya, FDR dapat diketahui dengan rumus berikut :
FDR = Pembiayaan/ pinjaman yang diberikan X 100%
DPK (Dana Pihak Ketiga)
(Muhammad, 2005: 55)
Setelah mengetahui dari hasil perhitungan FDR yang juga melihat kepada total
pembiayaan dan DPK, maka dapat diketahui tingkat kesehat dari BMT tersebut
melalui hasil persentasi dari perhitungan FDR. Tingkat persentasi dari FDR
adalah:
Tabel 2.1 tingkat persentasi FDR
Tingkat FDR Hasil Penilaian FDR
94,75% - 98,50% - 102,25% TIDAK SEHAT
45
Sumber: Modul perkuliahan Analisis Laporan Keuangan Bank Syariah, Ramdhan
Firmansyah, 2011: 11.
Setelah kita mengetahui tingkat kesehatan BMT dilihat dari sisi FDR,
maka dapat dapat diketahui tindakan apa yang seharusnya dilakukan terhadap
BMT tersebut, apakah dengan meningkatkan DPK ataukah dengan meningkatkan
pembiayaan. Setelah mengetahui tingkat kesehatan FDR melaui perhitngan
dengan rumusan FDR, maka BMT dapat mengetahui pemberian pembiayaan
untuk nasabah dengan sistem murabahah tepat atau t
Recommended