View
15
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENAFSIRAN AYAT HIRÂBAH DALAM AL-
QUR'AN (PENDEKATAN TAFSIR MAQȂSHIDÎ)
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama
(S.Ag)
Oleh:
Putri Hilyah Aulawiyah
NIM. 15210688
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR'AN (IIQ)
JAKARTA
1440 H/2019 M
PENAFSIRAN AYAT HIRÂBAH DALAM AL-
QUR'AN (PENDEKATAN TAFSIR MAQȂSHIDÎ)
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama
(S.Ag)
Oleh:
Putri Hilyah Aulawiyah
NIM. 15210688
Pembimbing:
Ali Mursyid, M.Ag
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR'AN (IIQ)
JAKARTA
1440 H/2019 M
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Penafsiran Ayat Hirȃbah dalam Al-Qur'an
(Pendekatan Tafsir Maqȃshidî)” yang disusun oleh Putri Hilyah Aulawiyah
dengan Nomor Induk Mahasiswa: 15210688 telah diperiksa dan disetujui
untuk diajukan ke sidang munaqasyah.
Jakarta, 16 Agustus 2019
Pembimbing,
Ali Mursyid, M.Ag
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Penafsiran Ayat Hirȃbah dalam Al-Qur'an
(Pendekatan Tafsir Maqȃshidî)” oleh Putri Hilyah Aulawiyah dengan NIM
15210688 telah diujikan pada sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta pada tanggal 19 Agustus 2019.
Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Agama (S.Ag).
Jakarta, 19 Agustus 2019
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta,
Dr. Muhammad Ulin Nuha, Lc., MA
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang, Sekertaris Sidang,
Dr. Romlah Widayati, M.Ag Isman Iskandar, M.Sos
Penguji I, Penguji II,
Ahmad Hawasi, M.Ag Iffaty Zamimah, M.Ag
Pembimbing,
Ali Mursyid M.Ag
v
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Putri Hilyah Aulawiyah
NIM : 15210688
Tempat/Tanggal Lahir : Gresik, 26 Februari 1997
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penafsiran Ayat Hirȃbah dalam
Al-Qur'an (Pendekatan Tafsir Maqȃshidî)” adalah benar-benar asli karya
saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan
kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 19 Agustus 2019
Putri Hilyah Aulawiyah
vi
MOTTO
إف ل تػقطعه قطعك الوقت كالسيف
“Waktu Laksana Pedang, Jika Engkau Tidak Menggunakannya dengan
Baik, Waktu Akan Menebasmu”
vii
PERSEMBAHAN
Tulisan ini ku persembahkan teruntuk orang tua terkasih “Abi
Muhammad Masnun dan Umi Siti Marfu`ah” yang mengabdikan segala
perjuangan hidupnya demi yang terbaik untuk anaknya.
Teruntuk keluarga, sahabat, dan seluruh pihak yang telah membantu
proses penyelesaian skripsi ini hingga proses inilah yang mengantarkanku
meraih gelar akademik dengan baik.
Terimakasih kepada dosen pembimbing Bapak Ali Mursyid, M.Ag
yang selalu sabar mensupport, memberikan suntikan keilmuwan dan ide yang
cemerlang, serta membuka wawasan mahasiswa untuk lebih berfikir kritis
tanpa bertindak apatis.
Teruntuk almamaterku Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta,
terimakasih telah memberikan ketenangan hati dalam masa musȃfir ilmu
kurang lebih 4 tahun ini.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillȃhirahmȃnirrahȋm
Alhamdulillâhirabbilâlamin, tak ada kalimat yang pantas kami
ucapkan selain rasa syukur kepada sang pencipta alam semesta, karena
dengan kemurahan dan karunia-Nyalah kami masih diberi kesempatan untuk
menghirup udara kenikmatan dunia yang penuh dengan teka teki
kehidupannya.
Selawat dan salam tak lupa terlimpahkan kepada sang insan mulia nan
sempurna, yang kami harapkan syafaatnya yakni syafâ’ah al-užma fî yaum
al-qiyâmah, karena tanpa menanggalkan rahman, rahim, dan syafaatnya
manusia hanyalah sebutir kapas bertebaran yang tak bernilai harganya.
Pencapaian skripsi yang berawal dari sebuah kata menjadi kalimat,
tersusun dari beberapa paragraf hingga lembaran, bahkan terbungkus rapi
dalam sebuah balutan cover ini tak lain merupakan bantuan dan dukungan
dari orang-orang hebat yang selalu setia menepuk pundak ketika kami mulai
salah, menyatukan semangat ketika kami mulai goyah, dan memberikan
senyuman merekah di saat suka maupun duka. Oleh karena itu, ucapan
terimakasih ini kami sampaikan kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA selaku Rektor
Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta, Ibu Dr. Hj. Nadjematul Faizah,
SH., M.Hum selaku Wakil Rektor I, Bapak Dr. H. M. Dawud Arif
Khan, SE., M.Si., Ak., CPA selaku Wakil Rektor II, dan Ibu Dr. Hj.
Romlah Widayati M.Ag selaku Wakil Rektor III sekaligus Ketua
Sidang Munaqasyah.;
2. Bapak Dr. H. Muhammad Ulinnuha, Lc., MA. selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, yang
ix
selalu mengabdikan diri untuk Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
dalam mencetak generasi Al-Qur'an yang berwawasan keilmuwan.;
3. Bapak KH. Haris Hakam, SH, MA. dan Ibu Mamluatun Nafisah,
M.Ag. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan
Tafsir (IAT) Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta.;
4. Bapak Ali Mursyid, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu sabar menghadapi berbagai kondisi mahasiswanya, selalu
menggiatkan semangat mahasiswa dalam menumbuhkan kecintaan
terhadap ilmu dan selalu berkenan memberikan saran demi menjadi
mahasiswa yang lebih baik.;
5. Bapak Ahmad Hawasi, M.Ag Iffaty Zamimah, M.Ag selaku Penguji
Sidang Munaqasyah.;
6. Bapak Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc., MA, Ibu Muthmainnah, MA, Ibu
Istiqomah, MA, Ibu Arbiyah Mahfudz, S.Th.I, Ibu Ma‟unatul
Mahmudah, S.H, Ibu Fatimah Askan, S.H, Ibu Atiqoh, S.Ag, dan
segenap instruktur tahfizh yang selalu sabar membenarkan ayat demi
ayat ketika lidah mulai susah payah melantunkan ayat Al-Qur'an.
Semoga keberkahan selalu mengiringi langkah dalam proses
perjuangan menjadi khadȋm kalȃmullaȃh.;
7. Bapak dan Ibu Dosen Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, yang
telah mengabdikan ilmu untuk seluruh mahasiswanya serta menjadi
saksi akan keberhasilan mahasiswa dalam mencapai gelarnya.;
8. Seluruh guru mu`allim rubȗbiyah dari kecil hingga sekarang. Yang
selalu mendoakan anak didiknya. Akuilah kami sebagai santri kelak
di akhirat nanti.;
9. Ibu Suci dan Ibu Kokoy selaku staf Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah, yang rela menjadi tempat bertanya mahasiswa, dan
x
membantu melewati setiap proses yang dilalui mahasiswa Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah.;
10. Kedua orang tua, sang motivator ulung yang tak henti-hentinya
menyelipkan doa terbaik di sepertiga malamnya demi kesuksesan
anak-anaknya.;
11. Bapak Abdul Rasyid, MA dan Ibu Ruwaedah, MA. Selaku bapak dan
ibu Direktris Pesantren Takhassus IIQ Jakarta. Terimakasih atas
waktu 3,5 tahun ini. Yang selalu memberikan kenyamanan dhȃhiran
wa bȃthinan. Dan menjadi ibu dan bapak kami selama di Jakarta;
12. Mu’allif kitab dan buku, yang menyumbangkan karyanya sebagai
bahan referensi, perbandingan dan penyempurnaan karya skripsi ini;
13. Perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, Pusat Studi Al-
Qur`an (PSQ) Jakarta, Iman Jama‟ Lebak Bulus, dan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah menyumbangkan sarana prasarana
dalam melengkapi penulisan skripsi ini;
14. Pesantren Takhassus IIQ Jakarta dan Kampus IIQ Jakarta, yang
menjadi saksi bisu perjuangan dan pengorbanan 3,5 tahun menjadi
seorang mahasantri dan mahasiswa;
15. Sahabat seperjuangan Ushuluddin A & B yang telah membantu
mengisi memori 4 tahun bersama, mendiskusikan pemasalahan yang
ringan bahkan berat sekalipun. Oleh karenanya sulit ku menemukan
wanita-wanita hafizhah nan shalihah seperti kalian;
16. Teman seperjuangan bimbingan skripsi bersama Bapak Ali Mursyid,
M.Ag yang saling bertukar fikiran, menghadapi permasalahan dengan
kebersamaan. Semangat dan bantuan kalianlah yang mengantarkanku
tetap semangat dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini;
xi
17. Seluruh senior dan anggota Jam`iyyah Mudârasah Al-Qur'an (JMQ)
keluarga besar mawasiswa Jawa Timur, terimakasih telah menjadi
keluarga baru yang selalu menghangatkan.
18. Segenap Anggota BKKBM-IIQ dan DEMA-IIQ periode 2018/2019,
terimakasih atas kesempatannya dan kerjasamanya.
19. Teman-teman angkatan 2015, terimakasih atas kerjasamanya;
20. Seluruh pihak yang terlibat dalam pencapaian proses penyelesaian
skripsi ini, semoga Allah membalas jasa dan perjuangan kalian.
Satu hal yang menjadi kenangan indah dan menjadi satu ladang ilmu
yang terhampar luas adalah kami diberi kesempatan untuk dibimbing, dan
belajar bersama dalam sebuah majlis ilmu, karena disitulah akan terasa
nikmatnya sebuah belajar. Akhirnya, kami mohon maaf jika dalam
penyusunan skripsi ini terdapat sesuatu yang kurang difahami dan kurang
berkenan. Harapan kami, semoga ada penelitian mendatang yang bisa
melengkapi karya tulis skripsi ini, dan semoga bisa memberikan kontribusi
positif dan bermanfaat bagi semuanya.
Tak akan ada yang sia-sia untuk sebuah perjuangan yang dilandasi
oleh keikhlasan. Tak akan ada yang sempurna di dunia ini, melainkan selalu
berjalan dalam proses yang melelahkan dan semoga proses demi proses yang
dilewati akan berbuah kenikmatan. Ȃmȋn.
Jakarta, 16 Agustus 2019
Putri Hilyah Aulawiyah
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................... iii
PERNYATAAN PENULIS ....................................................... iv
MOTTO ....................................................................................... v
PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................. xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................. xiii
ABSTRAK ................................................................................ xvi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................ 1
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah ............................................ 8
2. Pembatasan Masalah ............................................ 8
3. Perumusan Masalah ............................................. 9
C. Tujuan Penulisan ....................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ..................................................... 9
E. Tinjauan Pustaka ..................................................... 10
F. Metode Penelitian .................................................... 18
G. Sistematika Pembahasan ......................................... 22
BAB II: TINJAUAN UMUM KONSEP HIRÂBAH DAN TAFSIR
MAQÂSHIDÎ
A. Tinjauan Umum Konsep Hirâbah
1. Derivasi Harb dalam Al-Qur'an ........................ 25
2. Dasar Hukum Hirâbah ...................................... 26
xiii
3. Hirâbah Menurut Para Mufasir dan Fuqaha ..... 29
4. Ruang Lingkup Hirâbah .................................... 48
B. Pendekatan Maqâshid dalam Menafsirkan Al-Qur'an
(Tafsir Maqâshidî)
1. Definisi Tafsir Maqâshidî .................................. 50
2. Maqâshid Al-Qur'an dan Maqâshid asy-
Syarî`ah ............................................................. 59
3. Keterkaitan Tafsir Maqâshidî dengan Tafsir
Lainnya .............................................................. 63
4. Ruang Lingkup dan Karakteristik ..................... 66
5. Macam-Macam Tafsir Maqâshidî ..................... 71
6. Langkah-Langkah Penafsiran Maqâshidî .......... 76
BAB III: PROFIL TAFSIR DAN BIOGRAFI MUFASIRNYA
A. Tafsir at-Tahrîr wa at-Tanwîr karya Ibnu `Asyûr
1. Biografi Mufasir ................................................ 83
2. Profil Tafsir ....................................................... 86
B. Tafsir Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-
Qur'an Karya Muhammad `Ali ash-Shâbunî
1. Biografi Mufasir ................................................ 93
2. Profil Tafsir ....................................................... 96
BAB IV: ANALISIS MAQÂSHID TERHADAP AYAT HIRÂBAH
A. Penafsiran Ayat Hirâbah pada Kitab Tafsîr at-Tahrîr wa
at-Tanwîr Karya Ibnu `Asyûr
1. Analisis Maqâshid dalam Tafsîr at-Tahrîr wa
at-Tanwîr ........................................................... 99
2. Tabel Analisis Maqâshid dalam Tafsîr at-
Tahrîr wa at-Tanwîr ........................................ 107
xiv
B. Penafsiran Ayat Hirâbah pada Kitab Rawâi' al-Bayân
Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an Karya
Muhammad `Ali ash-Shâbunî
1. Analisis Maqâshid dalam Rawâi' al-Bayân
Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an .......... 112
2. Tabel Analisis Maqâshid dalam Rawâi' al-
Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an
.......................................................................... 122
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................. 129
B. Saran ........................................................................ 131
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 133
CURRICULUM VITAE .................................................................... 139
xv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin mengikuti pedoman yang diberlakukan dalam
petunjuk praktis penulisan skripsi Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
A. Konsonan
No Huruf
Arab Huruf Latin No
Huruf
Arab Huruf Latin
Sh ص A 14 ا 1
Dh ض B 15 ب 2
Th ط T 16 ت 3
Zh ظ Ts 17 ث 4
„ ع J 18 ج 5
Gh غ H 19 ح 6
F ؼ Kh 20 خ 7
Q ؽ D 21 د 8
K ؾ Dz 22 ذ 9
L ؿ R 23 ر 10
M ـ Z 24 ز 11
N ف S 25 س 12
W و Sy 26 ش 13
xvi
No Huruf Arab Huruf Latin
H ه 27
„ ء 28
Y ي 29
B. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah : a آ : ȃ ي... : ai
Kasrah: i ي : ȋ و... : au
Dhammah: u و: ȗ
C. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah
Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh: -Al : البقرة
Baqarah.
b. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) syamsiyah
Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan
dan sesuai dengan bunyinya. Contoh: الرجل : ar-rajul
c. Syaddah (Tasydȋd)
Syaddah (Tasydȋd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang
( ), sedangkan untuk alih aksaran ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydȋd.
xvii
Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydȋd yang berada di
tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata
sandang yang diikuti oelh huruf-huruf syamsiyah. Contoh: أمنابالله
: Ȃmanna billȃhi
d. Ta’ Marbȗthah (ة)
Ta’ Marbȗthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh
kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi
huruf “h”. Contoh: الفئدة : al-Af'idah
Sedangkan ta’ Marbȗthah (ة) yang diikuti atau disambungkan
(di-washal) dengan kata benda (isim) maka dialih aksarakan
menjadi huruf “t”. Contoh: نصبةعاملة : „Ȃmilatun Nȃshibah
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), seperti
penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada PUEBI
berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic),
atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun nama diri
yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis
kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh:
`Alȋ Hasan al-„Ȃridh. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur'an dan
nama-nama surah menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur'an,
Al-Baqarah, dan seterusnya.
xviii
ABSTRAK
Putri Hilyah Aulawiyah, 15210688, “Penafsiran Ayat Hirȃbah dalam Al-Qur'an
(Pendekatan Tafsir Maqȃshidî)”.
Penerapan hukum pidana Islam seringkali dianggap kejam dan tidak sesuai
dengan konsep HAM. Di antaranya adalah tindak pidana hirâbah yang kini kian
diperluas pemaknaannya oleh fuqaha kontemporer. Penafsiran berbasis maqâshidî
yang belakangan ini marak dibahas oleh kalangan akademisi dianggap mampu
menjembatani kesenjangan antara teks, konteks, dan kontekstualisasi. Tafsir at-
Tahrîr wa at-Tanwîr dan tafsir Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-
Qur'an dianggap sebagai tafsir yang berbasis maqâshidî. Oleh karena itu dalam
skripsi ini penulis berusaha mengkaji penafsiran ayat hirâbah dalam tafsir at-Tahrîr
wa at-Tanwîr dan tafsir Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an,
serta berusaha mengungkapkan sisi maqâshid pada ayat hirâbah dalam kedua tafsir
tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan
dengan menemukan data-data berupa makna dan hukum hirâbah menurut para
fuqaha dan penafsiran hirâbah pada tafsir yang berbasis maqâshidî. Kemudian data
disajikan secara deskriptif-analitis yaitu mendeskripsikan akar kata dan hukum
pidana hirâbah, kemudian menganalisa ayat hirâbah (Surat Al-Mâidah ayat 33-34)
dalam tafsir at-tahrîr wa at-tanwîr karya Ibnu 'Âsyûr dan tafsir rawâi' al-bayân
tafsîr al-âyât al-ahkâm min Al-Qur'an karya Muhammad 'Ali ash-Shâbûnî. Analisa
yang digunakan menggunakan langkah penafsiran maqâshidî, yaitu dengan analisis
kebahasaan, identifikasi makna ayat, eksplorasi maqâshid asy-syarî`ah, dan
kontekstualisasi makna.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ayat hirâbah ditafsirkan Ibnu
'Âsyûr sebagai suatu tindakan membunuh dengan menggunakan senjata dengan
tujuan untuk merampas harta, hukumannya adalah pilihan salah satu dari bunuh,
salib, potong tangan dan kaki secara bersilangan, atau dibuang ke daerah lain, dan
jika muhârib bertobat sebelum tertangkap maka bisa menggugurkan had hirâbah
namun tidak dengan hal yang berhubungan dengan hak manusia, seperti harta dan
darah. Sedangkan ash-Shâbûnî menafsirkan ayat hirâbah dengan makna yang lebih
umum, yaitu tidak terbatas pada membawa senjata dan merampas harta, akan tetapi
segala tindakan yang mengganggu dan merusak baik itu hanya menakut-nakuti
ataupun tindakan yang lebih besar dari pada perampokan dan pembunuhan,
mengenai hukuman hirâbah ash-Shâbûnî hanya memaparkan beberapa pendapat
ulama tanpa mentarjihnya, sedangkan mengenai pertobatan muhârib, ash-Shâbûnî mengungkapkan bahwa Allah memberi ampunan bagi pelaku hirâbah yang
bertobat sebelum tertangkap. Adapun sisi maqâshid dalam penafsiran Ibnu 'Âsyûr
adalah dengan mengungkapkan maqâshid Al-Qur'an dengan mengungkapkan `illah
sabab an-nuzûl dan `illah pensyariatan hukuman hirâbah melalui analisis makna
ayat dan kondisi historis. Sedangkan sisi maqâshid dalam penafsiran ash-Shâbûnî
lebih menitikberatkan pada hikmah pensyariatan, yaitu dengan pengungkapan nilai-
nilai kemaslahatan bagi semua pihak. Keduanya tidak membuat keringanan
mengenai hukuman hirâbah yang telah ditetapkan dalam Al-Qur'an.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hukum pidana Islam seringkali dipandang sebelah mata
mengingat penerapannya yang dianggap kejam dan tidak sesuai
dengan konsep Hak Asasi Manusia (HAM). Di kalangan umat Islam
sendiri terdapat dua pandangan yang saling bertentangan mengenai
hukum pidana islam. Pertama, pandangan teo-oriented. Pandangan ini
menegaskan bahwa hukum pidana Islam adalah hukum Tuhan (divine
law) yang ketentuannya sudah jelas, batasannya tegas, sehingga tidak
memerlukan ruang penafsiran lagi. Kedua, pandangan antropo-
oriented. Pandangan kedua melihat bahwa meskipun hukum pidana
Islam berdasarkan wahyu, namun masih terbuka pintu bagi ijtihad.
Tujuan setiap hukum Islam, termasuk hukum pidana Islam, adalah
untuk kemaslahatan manusia.1
Islam adalah agama rahmatan lil `âlamîn, tidaklah mungkin
hukum dan perintah yang termaktub di dalam kitab sucinya tidak
menjadi maslahat bagi para pemeluknya.
Di antara hukum pidana Islam yang yang menarik untuk
dikaji adalah tindak pidana hirâbah. Hirâbah berasal dari kata
haraba, harban yang berarti marah sekali, merampas, dan perang.
Para fuqaha menamakan hirâbah dengan al-sarîqah al-kubrâ
(pencurian besar) atau qath'u al-tharîq (pemutus jalan). Hirâbah
dikenal sebagai kejahatan perampokan atau pengacau keamanan,2
1 Ali Sodiqin, "Divinitas dan Humanitas dalam Hukum Pidana Islam", dalam Jurnal
Al-Mazahib, Vol. 5 N0. 2 Desember 2017, h. 201. 2 Mohd. Said Ishak, Hudud dalam Fiqh Islam, (Malaysia: Universiti Teknologi
Malaysia, 2003), Cet. III, h. 13-14
2
bahkan sebagian ulama Indonesia mencoba memasukkan tindak
pidana korupsi dan terorisme sebagai bagian dari tindak pidana
hirâbah mengingat demikian besar kerugian yang ditimbulkan
hirâbah yang tidak hanya menimpa korban akan tetapi menimpa
seluruh masyarakat atau warga negara.3
Semakin meluasnya definisi hirâbah mendorong penulis untuk
mengkaji ayat hirâbah dengan lebih mendalam.
Masih hangat diingatan kasus kerusuhan 21-22 Mei 2019
yang telah menelan 9 korban jiwa. Demo yang berujung kerusuhan
tersebut diklaim beberapa pihak sebagai sebuah jihad di jalan Allah.
Pihak yang lain mengatakan bahwa kasus kerusuhan tersebut
merupakan tindak pidana makar. Menurut pengamatan penulis, kasus
kerusuhan tersebut bukanlah sebuah tindakan jihad maupun makar,
melainkan tindak pidana hirâbah atau pengacau keamanan.4
Kasus lain adalah tidak pidana pembegalan dan pengeroyokan
seorang suporter bola Persija yang dilakukan oleh belasan suporter
bola Persib. Kasus yang ramai diperbincangkan pada akhir 2018 lalu
bahkan memiliki vidio rekaman pengeroyokan tersebut. Dalam vidio
tersebut terlihat begitu kecilnya akhlak dan hati manusia sebab
tindakan tersebut dilakukan oleh belasan orang, bahkan ditonton oleh
puluhan orang, namun tidak ada satupun yang menolong suporter
Persija tersebut hingga suporter tersebut meninggal dalam kondisi
yang mengenaskan.
3
Lilik Ummu Kaltsum dan Abd. Moqsith Ghazali, TafsirAyat-Ayat Ahkam,
(Ciputat: UIN Press, 2015), Cet. I, h. 81 4 Sayyid Sâbiq menyebutkan bahwa gerombolan pembunuh, sindikat penculik anak,
sindikat pembobol rumah dan bank, sindikat penculik wanita gadis-gadis belia untuk
dijadikan pelacur, sindikat penculik dan pembunuh para pejabat untuk menggoncang
stabilitas keamanan, dan sindikat perusak tanaman dan hewan ternak termasuk dalam
hirâbah. Lihat Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid. 2, (Jakarta: al-
I'tisham, 2008), h. 670
3
Bertolak dari kasus kekerasan yang terus-menerus terjadi baik
karena motif pribadi maupun motif perampasan harta, seakan tidak
adanya efek jera melihat para pelaku yang telah menerima hukuman-
hukuman yang telah ditetapkan dalam KUHP Pasal 365 tentang
tindak pidana pencurian dengan kekerasan. Oleh karena itu
diperlukan adanya peninjauan kembali hukum tentang tindak pidana
pencurian dengan kekerasan disesuaikan dengan Al-Qur'an.
Di samping itu, jarang atau bahkan belum ditemukannya
penelitian (jurnal, skripsi, tesis, maupun disertasi) yang
mengkhusukan pembahasannya pada penafsiran ayat hirâbah semakin
mendorong penulis untuk mengkaji ayat tersebut.
Ayat tentang perintah berfikir dan mentadaburi Al-Qur'an
begitu banyak termaktub di dalam Al-Qur'an. Perintah Allah yang
satu ini nampaknya harus lebih diperhatikan kembali. Di sinilah
pentingnya berpikir, dengan berpikir kita dapat menyelami samudra
Al-Qur'an. Dengan berpikir kita tidak akan lagi menganggap bahwa
syariat merupakan jurang yang sangat dalam yang harus dilalui umat
Muslim untuk menuju Muslim yang kafah. Di sinilah tugas para
intelek untuk menjernihkan pandangan orang awam yang
menganggap bahwa hukum pidana Islam itu keras dan tidak toleran.
Ketentuan yang terdapat dalam hukum pidana Islam5 harus
dipahami konteksnya. Yaitu kondisi historis, sosiologis, dan
antropologis ketika aturan-aturan tersebut diwahyukan. Dalil-dalil
tentang hukum pidana Islam harus dilihat teks dan konteksnya
sekaligus, dengan cara melihatnya pada sisi kontinuitas dan
perubahannya.6
5 Dalam tulisan ini yang dimaksud penulis adalah hukum pidana hirâbah.
6 Ali Sodiqin, "Divinitas dan Humanitas dalam Hukum Pidana Islam", dalam Jurnal
Al-Mazahib, h. 201
4
Sebagai kitab suci sepanjang zaman, Al-Qur'an telah
membuktikan dirinya sebagai pedoman yang dapat dijadikan rujukan
untuk memecahkan persoalan-persoalan hidup di berbagai konteks
zaman. Pepatah Al-Qur'an shalih li kulli zaman wa makân (Islam
senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat) bukan
saja merupakan istilah yang diformulasikan dari keyakinan subyektif
umat Islam, tetapi juga istilah obyektif sebagai kesimpulan dari
pembuktian-pembuktian sejarah. Pepatah di atas kurang lebih
mengisyaratkan bahwa Al-Qur'an sanggup menjawab berbagai
tanatangan zaman. Sebagaimana halnya Al-Qur'an mampu menjawab
tantangan-tantangan kontemporer sekarang ini.7
Kemampuan Al-Qur'an untuk menjawab tantangan-tantangan
zaman ini disebabkan oleh berbagai keistimewaan yang dimiliki Al-
Qur'an sendiri, di antaranya Al-Qur'an terbuka untuk ditafsirkan dan
selalu memberi peluang untuk menghasilkan penafsiran baru.
Rujukan naqliah yang dapat mendukung keunikan Al-Qur'an ini
adalah sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu 'Abbas dari Rasulullah
Saw.:8
وسلم: عليو الله صلى الل رسول ل قال قال: ذو»وبسناده ذلول القرآنلوهعلىأحسن 9)رواهالدارقطنيعنابنعباس(«وجوىووجوهفاح
"Al-Qur'an itu lentur dan memiliki beberapa sisi pemaknaan. Karena
itu, maknailah Al-Qur'an berdasarkan sisi yang paling baik."
(Riwayat ad-Daruqutniy dari Ibnu Abbas)
7 Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Maqasidusy Syari'ah (Tafsir Al-
Qur'an Tematik), (Jakarta: Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, 2009), h. 294 8 Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Maqasidusy Syari'ah (Tafsir Al-
Qur'an Tematik), h. 294-295 9 Abu al-Hasan Ali bin Umar bin Ahmad bin Mahdî bin Mas`ûd bin an-
Nu`mân bin Dînâr bin Abdullah al-Baghdâdî al-Dâruquthnî, Sunan al-Dâruquthnî,
Jilid III, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1994), h. 352
5
Atas hadis ini pula 'Abdullah Darrâz (1894-1958 M)
menegaskan bahwa Al-Qur'an bagaikan intan yang setiap sudutnya
memancarkan cahaya yang berbeda dari apa yang terpancar dari sudut
yang lain. Ungkapan senada dikemukakan Muhammad Arkoun, ia
mengatakan bahwa Al-Qur'an memberi kemungkinan-kemungkinan
arti yang tidak terbatas. Dengan demikian, ayat Al-Qur'an selalu
terbuka (untuk interpretasi baru). Tidak pernah pasti dan tertutup
dalam interpretasi tunggal.10
Al-Qur'an sendiri mengisyaratkan kemampuannya untuk dapat
menjawab segala tantangan zaman, sebaigaimana firman Allah Swt.:
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga
jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup
bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"
(QS. Fusshilat (41): 53)
Al-Jazairiy (w. 2018 M/1439 H) menafsirkan ayat di atas, "Kami akan
memperlihatkan kebenaran Kami dan kebenaran apa yang
disampaikan Nabi kami tentang keimanan, ketauhidan, kebangkitan,
dan lain sebagainya." Ini jelas mengisyaratkan bahwa Al-Qur'an
sanggup menjawab segala tantangan zaman. Untuk tujuan ini, kerap
kali Al-Qur'an memerintahkan para pembacanya untuk merenungi,
memikirkan, dan meneliti kandungan-kandungannya.11
10
Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Maqasidusy Syari'ah (Tafsir Al-
Qur'an Tematik), h. 295 11
Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Maqasidusy Syari'ah (Tafsir Al-
Qur'an Tematik), h. 295-296
6
Pemahaman dan penafsiran Al-Qur'an menuntut adanya
seperangkat metode dan pendekatan. Kebutuhan akan metode dan
pendekatan merupakan suatu keniscayaan bagi diri seorang pengkaji
Al-Qur'an. Terlebih adanya perbedaan-perbedaan yang cukup
mendasar dan tak berujung dalam penggal sejarah manusia, serta
kenyataan abadi yang dihadapi oleh Islam bahwa nas Al-Qur'an dan
hadis terbatas secara kuantitatif, sementara peradaban (peristiwa
hukum) selalu berkembang. Untuk itu diperlukan kreativitas dan
inovasi yang berkesinambungan dalam metodologi memahami Al-
Qur'an.12
Belakangan ini marak dibahas oleh kalangan akademisi
mengenai penafsiran berbasis maqâshidî. Hal itu dimulai semenjak
diadakannya simposium ilmiah internasional yang mengusung tema
"Metode Alternatif Penafsiran Al-Qur'an" yang diadakan di kota
Oujda, Maroko pada pertengahan April 2007. Simposium yang
diadakan selama tiga hari dikonsentrasikan pada kajian seputar tafsir
maqâshidî (tafsir Al-Qur'an melalui pedekatan maqâshid asy-
syarî`ah).13
Kajian tafsir maqâshidî yang diangkat sebagai topik
utama dalam simposium saat itu mengacu pada tiga tujuan, yaitu
12
Sutrisno, "Paradigma Tafsir Maqasidi", dalam Jurnal Rausyan Fikr, Vol. 13 No.
2 Desember 2017, h. 322-323 13
Topik seputar tafsir maqâshidî sebenarnya pernah diangkat secara tuntas oleh
Nuruddin Qirath dalam disertasi doktoralnya (di Universitas Muhammad V) tentang tafsir
maqâshidî menurut perspektif ulama Maghrib Arabî, begitu juga oleh profesor Jelal al-
Merini dari Universitas Al-Qurawiyien dalam bukunya Dhawâbith at-Tafsîr al-Maqâshidî li
Al-Qur'an al-Karîm (Ketentuan Tafsir Maqâshidî terhadap AL-Qur'an), dan Hasan Yasyfu,
dosen senior di Universitas Oujda Maroko, dalam bukunya al-Murtazakât al Maqâshidiyah fî
Tafsîr an-Nash ad-Dîn (Penekanan Sisi Maqâshid dalam menafsiri teks keagamaan), namun
sebagai pendongkrak ide yang dituangkan melalui karya-karya tulis mereka ini, komunitas
ulama, intelektual, dan akademisi Maroko bahu-membahu mensosialisasikannya melalui
Simposium Ilmiah Internasional ini. Lihat Arwani Syaerozi, "Memperkenalkan Tafsir
Maqashidi" http://arwani-syaerozi.blogspot.com/2007/11/memperkenalkan-tafsir-
maqasidi.html?m=1, diakses tanggal 17 Mei 2019
7
meningkatkan budaya membaca Al-Qur'an, budaya menghayati
makna kandungan, dan budaya mengaplikasi ajarannya.14
Para pemikir kontemporer saat ini sedang mengembangkan
penafsiran Al-Qur‟an berbasis maqâshid asy-syarî`ah. maqâshid asy-
syarî`ah dianggap mampu menjembatani kesenjangan antara teks,
konteks, dan kontekstualisasi.15
Prinsip dasar pendekatan maqâshidî
adalah memelihara pesan universal Al-Qur'an untuk menjawab
kekhususan dan perbedaan masalah yang dihadapi manusia.16
Manhaj maqâshidî pada awalnya dikembangkan dalam tradisi
hukum Islam. Dalam perkembangannnya banyak sarjana telah
menggunakan pendekatan ini untuk memahami dan menafsirkan
sumber ajaran Islam, khususnya Al-Qur'an seperti Rasyîd Ridhâ (w.
1354 H/1935 M), Ath-Thâhir ibnu `Âsyûr (w. 1325 H/ 1907 M),
Muhammad al-Ghâzalî (w. 1416 H/1996 M), Yûsuf al-Qardhâwî
(1345 H.1926 M), Thaha al- Alwânî (1354 H/1935 M), dll.
Penggunaan pendekatan tersebut dimungkinkan karena konsep al-
maqâshid yang memungkinkan untuk memelihara signifikasi Islam
bagi manusia.17
Berdasarkan pemaparan permasalahan di atas, penulis tertarik
untuk meneliti dan mengkaji tentang ayat hirâbah, tafsir maqâshidî,
serta hukuman bagi pelaku pidana hirâbah dalam tafsir-tafsir yang
dilansir memiliki kecenderungan maqâshidî.
14
Arwani Syaerozi, "Memperkenalkan Tafsir Maqashidi" http://arwani-
syaerozi.blogspot.com/2007/11/memperkenalkan-tafsir-maqasidi.html?m=1, diakses tanggal
17 Mei 2019 15
Mufti Hasan, "Tafsir Maqashidi: Penafsiran Al-Qur'an Berbasis Maqashid
Syari'ah", dalam Jurnal Maghza, Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017, h. 16 16
Kusmana, "Paradigma Al-Qur'an: Model Analisis Tafsir Maqasidi dalam
Pemikiran Kuntowijoyo", dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman Afkaruna, Vol. 11 No. 2
Desember 2015, h. 221 17
Kusmana, "Paradigma Al-Qur'an: Model Analisis Tafsir Maqasidi dalam
Pemikiran Kuntowijoyo", h. 221
8
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis
paparkan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana hukuman bagi pelaku pidana hirâbah dalam fikih
dan tafsir klasik?
2. Bagaimana hukuman bagi pelaku pidana hirâbah di
Indonesia?
3. Apa yang dimaksud dengan tafsir maqâshidî?
4. Bagaimana sejarah tafsir maqâshidî?
5. Bagaimana hirâbah menurut tafsir Al-Qur'an yang
menggunakan pendekatan tafsir maqâshidî?
2. Pembatasan
Berdasarkan identifikasi masalah diatas penulis membatasi
fokus penelitian pada penafsiran Al-Qur'an terkait ayat hirâbah
(dalam surat al-Mâidah ayat 33-34) menggunakan tafsir at-Tahrîr
wa at-Tanwîr karya Ibnu `Âsyûr dan tafsir Rawâi' al-Bayân Tafsîr
al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an karya `Ali ash-Shâbûnî. Tafsir
karya Ibnu `Âsyûr dipilih sebab Ibnu `Âsyûr dianggap sebagai
pembawa angin segar terhadap teori maqâshid yang pernah
dicanangkan oleh asy-Syâthibî sebagai bapak maqâshid.
Sedangkan tafsir Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min
Al-Qur'an karya Muhammad `Ali ash-Shâbûnî dipilih sebab ash-
Shâbûnî menggunakan cara pandang maqâshidî dalam penafsiran
tersebut, bahkan dalam tafsirnya ash-Shâbûnî membuat poin
khusus yang membahas hikmah at-tasyrî yang merupakan bagian
dari cara pandang maqâshidî.
9
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan beberapa masalah yang dapat diidentifikasi,
maka penelitian ini difokuskan pada permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana penafsiran ayat hirâbah dalam tafsir at-Tahrîr wa
at-Tanwîr dan tafsir Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm
min Al-Qur'an?
2. Bagaimana sisi maqâshid pada ayat hirâbah dalam tafsir at-
Tahrîr wa at-Tanwîr dan tafsir Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât
al-Ahkâm min Al-Qur'an?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Menjelaskan penafsiran ayat hirâbah dalam tafsir at-Tahrîr wa at-
Tanwîr dan tafsir Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min
Al-Qur'an.
2. Menggali sisi maqâshid pada ayat hirâbah dalam tafsir at-Tahrîr
wa at-Tanwîr dan tafsir Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm
min Al-Qur'an?
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis peneitian ini diharapkan mampu memberikan
sumbangsih khazanah keilmuan, khususnya dalam memberikan
informasi tentang penafsiran ayat hirâbah menggunakan
pendekatan tafsir maqâshidî.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan wacana dalam kajian ayat tentang hirâbah dan juga
kajian tentang tafsir maqâshidî.
10
3. Secara akademis penelitian ini memiliki kegunaan untuk dapat
dijadikan pola pengembangan wacana baru yang mencegah
penafsiran, pemikiran, atau ijtihad yang terlalu bebas dalam
mengatasnamakan maqâshid asy-syarî`ah.
E. Tinjauan Pustaka
Kajian pustaka dalam sebuah penelitian merupakan sesuatu
yang penting sebagai jaminan atas keaslian dan kebaruan sebuah
penelitian. Fokus kajian dari penelitian ini adalah penerapan teori
maqâshid sebagai pendekatan dalam menafsirkan Al-Qur'an. konsep
ini diaplikasikan untuk menafsirkan ayat hirâbah. Tujuan lain dari
kajian pustaka adalah untuk mengetahui road map (peta jalan) dari
tema yang dibahas dalam penelitian ini. Terdapat dua kata kunci yang
akan dibahas pada skripsi ini, yaitu: hirâbah dan tafsir maqâshidî.
Disadari penulis, bahwa kajian tentang hirâbah bukanlah hal
yang baru. Tema tafsir maqâshidî pun yang tergolong kajian baru
dalam ranah studi Islam, bisa dikatakan telah banyak dibahas pada
beberapa karya ilmiah. Berdasarkan beberapa literatur yang penyusun
telusuri, ada beberapa jurnal, skripsi, tesis, dan buku yang relevan
dengan topik yang dibahas, diantaranya adalah:
1. Korupsi dalam Perspektif Al-Qur'an, dalam Jurnal Fokus: Jurnal
Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan, 2018, Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Curup-Bengkulu. Dari hasil
penelitian ini ditemui bahwa korupsi sebagai sebuah tindak
kejahatan extra-ordinary crimes memang tidak disebut secara
eksplisit oleh Al-Qur'an, namun beberapa term seperti ghulûl,
suht, sarq, hirâbah dirasa cukup mewakili gagasan Al-Qur'an
mengenai tindak korupsi. Jurnal ini memberikan kontribusi dalam
11
memberikan informasi mengenai keluasan ruang lingkup hirabah
yang juga melingkupi tindak kejahatan korupsi.18
2. Sanksi Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan dalam Pasal
365 KUHP Perspektif Hukum Pidana Islam, skripsi oleh Dresta
Ansori Pratama, 2018, Jurusan Hukum Pidana Islam Fakultas
Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati Bandung. Dalam skripsi ini penulis menjelaskan sanksi dan
bentuk tindak pidana pencurian dengan kekerasan dalam Pasal
365 KUHP dan tindak pidana pencurian dengan kekerasan dalam
hukum pidana Islam. Kerangka pemikiran dari penelitian ini
tentang sanksi tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang
dikemukakan oleh Wahbah az-Zuhailî dalam bukunya al-Fiqh al-
Islâm wa adillatuhu, hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku
perampokan harus sesuai dengan kadar tingkatan kejahatan
tesebut. Skripsi ini berkontribusi atas skripsi penulis dalam hal
memberikan pengetahuan umum seputar hirâbah.19
3. At-Tafsîr al-Maqâshidî li Al-Qur'an al-Karîm, jurnal oleh Ali
Muhammad As'ad, 2017, Doktor ulûm al-Islâm Universitas az-
Zaituniyah Tunisia. Dalam jurnalnya ini beliau berusaha
memberikan penjelasan seputar pemahaman maqâshid Al-Qur'an
dan hubungannya dengan maqâshid asy-syarî`ah, pemahaman
tafsir maqâshidî, menetapkan disyariatkannya tafsir maqâshidî,
dan hubungan tafsir maqâshidî dengan metode dan pendekatan
18
Budi Birahmat, "Korupsi dalam Perspektif Al-Qur'an", Jurnal Fokus Vol. 3 No. 1
2018 19
Dresta Ansori Pratama, "Sanksi Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan
dalam Pasal 365 KUHP Perspektif Hukum Pidana Islam", Skripsi, (Bandung: Sunan Gunung
Djati Bandung, 2018), Tidak diterbitkan (t.d)
12
tafsir yang lain. Kesemuanya tersebut memberikan kontribusi
besar pada penulis dalam memahami konsep tafsir maqâshidî.20
4. Paradigma Tafsir Maqâshidî, jurnal oleh Sutrisno, 2017,
mahasiswa pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Jurnal ini
membahas tentang konsep penafsiran berbasis maqâshid atau
yang dikenal dengan tafsir maqâshidî. Tulisan yang didasarkan
studi kepustakaan ini menyajikan data-data umum seputar tafsir
maqashidi dengan menjelaskan pengertian, sejarah, hingga
urgensi penafsiran berbasis maqâshidî. Selain itu tulisan ini
berusaha mengkontekstualisasi tafsir maqâshid melalui beberapa
tata-kerja berdasarkan langkah-langkah yang ditawarkan oleh
Imam asy-Syâthibî dan Ibnu `Âsyûr sebagai tokoh
maqashidiyyun, serta memberikan contoh penerapan tafsir
maqâshidî berdasarkan tata-kerja yang ia buat. Kontribusi jurnal
ini adalah memberikan wawasan kepada penulis mengenai sejarah
tafsir maqâshidî. Selain itu jurnal ini sangat berkontribusi dalam
menyumbangkan ide susunan tata-kerja penafsiran yang kemudian
dijadikan penulis sebagai langkah penafsiran maqâshidî pada
skripsi ini.21
5. Mekanisme Penyelesaian Ayat Kontradiktif Berbasis Maqâshid
asy-Syarî`ah: Studi terhadap Ayat Perkawinan Beda Agama,
jurnal oleh Mufti Hasan, 2017, Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang. Dalam jurnal ini Mufti Hasan mengkritik
bahwa metode penyelesaian ayat-ayat kontradiktif yang tersedia
selama ini didominasi oleh masalah kebahasaan dalam
20
`Ali Muhammad As`ad, "At-Tafsîr al-Maqâshidî li Al-Qur'an al-Karîm", jurnal
Islâmiyah al-Ma'rifah Vol. 23 No. 89 Musim Panas 2017, h. 557 21
Sutrisno, "Paradigma Tafsir Maqasidi", dalam Jurnal Rausyan Fikr, Vol. 13 No.
2 Desember 2017
13
menguraikan ayat sehingga tidak jarang ayat terlepas dari
konteksnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini Hasan
menawarkan model penyelesaian berbasis maqâshid asy-syarî`ah.
Dalam hal ini Hasan menggunakan pendekatan sistem (system
aproach), suatu teori yang dikenalkan oleh ilmuan ternama, Jaser
Auda. Jurnal ini memberikan kontribusi dalam memberikan
pengetahuan umum mengenai teori maqâshid asy-syarî`ah dan
cara penafsiran pendekatan maqâshid asy-syarî`ah.22
6. Tafsir Maqâshidî: Penafsiran Al-Qur'an Berbasis Maqâshid asy-
Syarî`ah, jurnal oleh Mufti Hasan, 2017, UIN Walisongo
Semarang. Tulisan ini menyajikan cara pandang baru dalam
memahami ayat Al-Qur'an, yaitu penafsiran Al-Qur'an yang
berorientasi pada pencapaian syari'at atau yang lebih dikenal
dengan tafsir maqâshidî. Menurutnya pemahaman terhadap Al-
Qur'an sejatinya adalah menyingkap tujuan tertentu dan
mentransformasikannya sesuai konteks pembaca. Dalam
menyelesaikan problematika kesenjangan antara teks dan konteks
Al-Qur'an, Hasan menggunakan teori maqâshid asy-syarî`ah yang
dikenalkan oleh Jaser Auda. Jurnal ini memberikan kontribusi
kepada penulis dalam memberikan pengetahuan umum mengenai
teori tafsir maqâshidî .23
7. Menakar Sejarah Tafsir maqâshidî, jurnal oleh Zaenal Hamam
dan A. Halil Thahir, 2018, STAIN Kediri. Dalam tulisan ini
Hamam dan Thahir membagi akar sejarah tafsir maqashidi
menjadi 4 periode, yaitu: periode Nabi Saw. dan sahabat ra.
22
Mufti Hasan, "Mekanisme Penyelesaian Ayat Kontradiktif Berbasis Maqâshid
asy-Syarî'ah: Studi terhadap Ayat Perkawinan Beda Agama", dalam Jurnal Theologia, Vol.
28 No. 1 Juni 2017 23
Mufti Hasan, "Tafsir Maqâshidî: Penafsiran Al-Qur'an Berbasis Maqâshid asy-
Syarî'ah", dalam Jurnal Maghza, Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017
14
(marhalat al-ta'sîs), periode tabi'in (marhalat al-ta'sîl), periode
tadwin (marhalat al-tafrî'), dan periode tajdid. Kajian
kepustakaan ini secara urut menguraikan empat periode tafsir
tersebut secara umum, kemudian menarik kesimpulan atau poin-
poin yang digunakan untuk mengungkap akar sejarah tafsir
maqâshidî baik berupa teori maupun sikap dan tindakan langsung
dalam kehidupan muslimin. Pada bagian akhir, penulis
menyajikan contoh aplikasi tafsir maqâshidî pada hukum pidana
bagi pelaku zina ghoiru muhshân di Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pemaparan akar sejarah tafsir maqâshidî berkontribusi
besar untuk memberikan pemahaman lebih kepada penulis.24
8. Tafsir Maqâshidî: Metode Alternatif dalam Penafsiran Al-Qur'an,
jurnal oleh Umayyah, 2016, IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Jurnal
ini menyajikan penelitian awal mengenai tafsir maqâshidî. Seperti
tulisan pada jurnal maqâshidî pada umumnya, jurnal ini
menyajikan pengertian dan sejarah tafsir maqâshidî, tokoh-tokoh
maqâshid asy-syarî`ah dan tafsir maqâshidî, serta contoh
penafsiran dengan metode maqâshidî. Tokoh-tokoh maqâshid
asy-syarî`ah dan tafsir maqâshidî disajikan dengan runtut poin-
perpoin dari Imam asy-Syathibi hingga Muhammad Talbi. Yang
menjadi perhatian dalam tulisan ini adalah disajikannya poin
khusus yang membahas kaidah-kaidah umum yang merupakan
turunan dari maqâshid asy-syarî`ah. Kompleksnya pemaparan
tentang tafsir maqâshidî dalam jurnal ini, berkontribusi besar bagi
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.25
24
Zaenal Hamam dan A. Halil Thahir, "Menakar Sejarah Tafsir Maqâshidî", dalam
Jurnal Qof, Vol. 2 No. 1 Januari 2018 25
Umayyah, "Tafsir Maqâshidî: Metode Alternatif dalam Penafsiran Al-Qur'an",
dalam Jurnal Diya al-Afkar, Vol. 4 No. 1 Juni 2016
15
9. Paradigma Al-Qur'an: Model Analisis Tafsir Maqâshidî dalam
Pemikiran Kuntowijoyo, jurnal oleh Kusmana, 2015, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Tulisan ini mengasumsikan bahwa gagasan
yang dikembangkan Kuntowijoyo dapat dikelompokkan ke dalam
gerakan pemikiran maqâshidî. Bedanya pemikiran Kuntowijoyo
dengan para pemikir maqâshidî terletak pada epistemologi yang
digunakan. Pada umumnya pemikir muslim menggunkan ushûl al-
fiqh, sementara Kuntowijoyo menggunakan epistemologi ilmu
sosial. Kusmana menemukan bahwa corak tafsir Kuntowijoyo
dapat dikelompokkan ke dalam semangat tafsir maqâshidî `ilmi
dengan kecenderungan mengkontruksi ilmu pengetahuan dengan
inspirasi input qur'ani. Maqâshidî di sini menurut Kuntowijoyo
merupakan paradigma Al-Qur'an. Jurnal ini berkontribusi dalam
menyumbangkan pemikiran pada penulis tentang tafsir maqâshidî
jika dilihat dari sudut pandang ilmu pengetahuan.26
10. Muwâlâh Al-Kuffâr dalam Q.S. Al-Mumtahanah (Upaya
Membangun Toleransi dengan Pendekatan Maqâshidî), skripsi
oleh Arif Ubaidillah, 2018, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini membahas tentang muwâlâh al-kuffâr pada ayat 1-3
dan ayat 7-9 pada surat Al-Mumtahanah yang seakan saling
bertentangan. Pada ayat 1-3 surat Al-Mumtahanah
mengindikasikan adanya larangan ber muwâlâh al-kuffâr
sedangkan pada ayat 7-9 menggambarkan kebolehan ber muwâlâh
al-kuffâr. Dalam menganalisis ayat-ayat yang seakan kontradiktif
tersebut Ubaidillah menggunakan pendekatan maqâshidî sebagai
basis interpretasinya. Penelitian ini menemukan bahwa tafsir
26
Kusmana, "Paradigma Al-Qur'an: Model Analisis Tafsir Maqasidi dalam
Pemikiran Kuntowijoyo", dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman Afkaruna, Vol. 11 No. 2
Desember 2015
16
maqâshidî memegang tiga prinsip utama, yakni; prinsip pencarian
al-maqshud 'anhu, maksud yang ternarasikan dengan jelas dalam
nas; prinsip kaidah al-ibrâh bi al-maqâshid; dan prinsip
kontekstualisasi nalar teks yang menegaskan pentingnya
reaktualisasi poin maqâshid.
11. Studi Komparatif Maqâshid Al-Qur'an Abu Hamid Muhammad
Ibn Muhammad Al-Ghazâli dan Rasyîd Ridhâ, skripsi oleh
Muhammad Anas, 2018, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedikit
berbeda dengan tulisan yang lain, skripsi ini menggunakan istilah
maqâshid Al-Qur'an. Anas mengungkapkan bahwa meskipun
istilah maqâshid Al-Qur'an belum menjadi disiplin ilmu tersendiri
yang disepakati para ulama, namun istilah tersebut bisa didapati
pada karangan beberapa ulama klasik maupun kontemporer. Pada
tulisan ini Anas berusaha menganalisis secara komparatif konsep
maqâshid Al-Qur'an yang ditawarkan Abu Hamid Muhammad al-
Ghazali dalam kitab Jawâhir Al-Qur'an dan Rasyid Ridha dalam
tafsir al-Manâr. Perbedaan yang ditemukan Anas di antara
keduanya adalah kalau maqâshid Al-Qur'an yang ditawarkan al-
Ghazali lebih menekankan kajian-kajian klasik seperti keimanan,
risalah kenabian, dan hari akhir, sedangkan Rasyid Ridha
disamping menjelaskan ushûl Al-Qur'an (prinsip-prinsip Al-
Qur'an), Ridha lebih menyuarakan ide-ide pembaharuan di era
kontemporer seperti hak-hak perempuan, politik, dan mengelola
harta bagian dari tujuan-tujuan Al-Qur'an. Hal tersebut tidak
terlepas dari background latar belakang pendidikan keduanya,
yakni al-Ghazali bercorak tasawuf dan Rayid Ridha terkesan
17
bernuansa kajian-kajian kontemporer. Kontribusi skripsi ini untuk
skripsi penulis adalah informasi seputar maqâshid Al-Qur'an.27
12. Penafsiran Al-Qur'an Berbasis Maqâshid asy-Syarî'ah: Studi
Ayat-Ayat Persaksian dan Perkawinan Beda Agama, tesis oleh
Mufti Hasan, 2018, Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang. Dalam tesis ini penulis menjelaskan konstruksi
penafsiran Al-Qur'an berbasis maqâshid asy-syarî'ah menurut
Jaser Auda. Selain itu penulis berusaha menyajikan cara untuk
mengoprasionalisasi penafsiran Al-Qur'an pada ayat persaksian
dan perkawinan beda agama menggunakan pendekatan maqâshid
asy-syarî'ah, yang dalam hal ini menghasilkan suatu kesimpulan
bahwa adanya aturan yang berbeda mengenai perkawinan beda
agama semestinya dipahami dalam keragaman konteks. Pada
dasarnya perkawinan tersebut diperbolehkan oleh Al-Qur'an,
namun kebolehannya tidak dapat digeneralisasi. Kontribusi tesis
ini dalam penulisan skripsi penulis adalah memberikan
pengetahuan umum mengenai teori tafsir maqâshidî .28
Secara umum perbedaan penelitian ini dengan penelitian di
atas adalah penelitian ini bukan sekedar membaca ayat hirâbah
berdasarkan sisi fikihnya saja namun berusaha mengungkapkan sisi-
sisi maqâshid yang terkandung di dalamnya. Dan nampaknya
penelitian yang menyandingkan hirâbah secara khusus menggunakan
pendekatan tafsir maqâshidî belum dijumpai. Melihat celah ini maka
penulis ingin menyandingkan dua variabel tersebut menjadi sebuah
27
Muhammad Anas, "Studi Komparatif Maqâshid Al-Qur'an Abu Hamid
Muhammad Ibn Muhammad Al-Ghazâli dan Rasyîd Ridhâ", Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018), Tidak diterbitkan (t.d) 28
Mufti Hasan, "Penafsiran Al-Qur'an Berbasis Maqâshid asy-Syarî`ah: Studi Ayat-
Ayat Persaksian dan Perkawinan Beda Agama", Tesis, (Semarang: UIN Walisongo
Semarang, 2018), Tidak diterbitkan (t.d)
18
penelitian. Terlebih pendekatan tafsir maqâshidî yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan pembahasan yang aktual dalam studi
tafsir.
F. Metode Penelitian
Metode merupakan serangkaian proses dan prosedur yang
harus di tempuh oleh seorang peneliti, untuk sampai pada kesimpulan
yang benar tentang riset yang dilakukan.29
Adapun metode penelitian
dalam proposal ini meliputi:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Library Research (penelitian
kepustakaan) yakni pengumpulan data dengan cara membaca,
menelaah buku dan literatur lainnya yang berhubungan dengan
skripsi. Jadi, penelitian ini tergolong penelitian kualitatif yakni
pendekatan penelitian yang memerlukan pemahaman mendalam
yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan data-data
berupa makna dan hukum hirâbah menurut para fuqaha dan
penafsiran hirâbah pada tafsir yang berbasis maqâshidî.
Kemudian data disajikan secara deskriptif-analitis yaitu
mendeskripsikan akar kata dan hukum pidana hirâbah, kemudian
menganalisa ayat hirâbah (Surat Al-Maidah ayat 33-34) dalam
tafsir at-Tahrîr wa at-Tanwîr karya Ibnu `Âsyûr dan tafsir Rawâi'
al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an karya
Muhammad `Ali ash-Shâbûnî, menganalisa sisi maqâshid yang
29
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al- Qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea
Press Yogyakarta, 2015), h. 5
19
terdapat dalam penafsiran tersebut, dan yang terakhir menarik
kesimpulan dari hasil analisa yang telah ditemukan.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam meneliti proposal ini
ada dua, yaitu:
a. Data Primer
Sumber data primer penelitian ini bersumber dari tafsir
at-Tahrîr wa at-Tanwîr karya Ibnu `Âsyûr dan tafsir Rawâi'
al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an karya
Muhammad `Ali ash-Shâbûnî.
b. Data Sekunder
Data-data sekunder merujuk pada buku, jurnal, dan
karya ilmiah yang membahas tentang ayat hirâbah dan tentang
tafsir maqâshidî, yaitu sebagai berikut:
1. Buku, jurnal, atau karya ilmiah yang berisi pengetahuan
seputar hirâbah, seperti Fiqh as-Sunnah, Fiqh al-Islâm wa
Adillatuhu, Tafsir Ahkâm, dan lain-lain.
2. Buku, jurnal, atau karya ilmiah yang berisi pengetahuan
tentang maqâshid asy-syarî`ah, seperti Membumikan
Maqâshid asy-Syarî`ah, dan lain-lain.
3. Buku, jurnal, atau karya ilmiah yang masih relevan dan
erat kaitannya dengan objek penelitian, seperti buku Ushûl
Fiqh, dan lain-lain.
3. Teknik Pengumpulan Data
Sebagaimana disebutkan di awal, penelitian ini dilakukan
melalui penelitian kepustakaan (library Research), suatu metode
dengan cara mengumpulkan data dan informasi, baik berupa
buku-buku maupun artikel-artikel yang kemudian diidentifikasi
20
secara sistematis dan analisis, dengan bantuan berbagai macam-
macam material yang terdapat di ruang pustaka.
Sedangkan data-data yang diperlukan dan dicari itu dari
sumber-sumber kepustakaan yang bersifat primer, yaitu data yang
berlangsung dan diperoleh dari sumber data pertama, disebut
dengan sumber utama. Dalam hal ini yang menjadi sumber
utamanya adalah tafsir at-Tahrîr wa at-Tanwîr karya Ibnu `Âsyûr
dan tafsir Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-
Qur'an karya Muhammad `Ali ash-Shâbûnî. Dan sekunder, yaitu
data yang lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan dari sumber-
sumber yang lain. Disebut dengan data pendukung. Dalam hal ini
yang menjadi data pendukung adalah buku dan jurnal tentang
hirâbah dan tafsir maqâshidî.
4. Teknik Analisis Data
Mengingat data yang dikumpulkan adalah data kualitatif
(data berupa informasi yang tidak dapat diangkakan), maka data
tersebut akan dianalisis secara kualitatif pula. Untuk menelaah
dan mengkaji isi kandungan data utama, yaitu penafsiran ayat
hirâbah dalam tafsir at-Tahrîr wa at-Tanwîr dan tafsir Rawâi' al-
Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an serta menganalisis
konsep maqâshid di dalamnya, penulis menggunakan metode
pendekatan maqâshid yang ditawarkan oleh Sutrisno dengan
tahapan sebagai berikut:30
a. Analisis kebahasaan
Pada tahap ini, analisis dilakukan terhadap apa yang
ada di teks dengan memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan,
30
Sutrisno, "Paradigma Tafsir Maqasidi", h. 249-250
21
yakni meliputi bahasa teks, makna teks, bentuk dan konteks
teks, serta hubungan teks dengan teks lainnya.
b. Identifikasi makna ayat
Tahapan ini bertujuan menemukan makna teks yang
sesuai konteks pewahyuan. Identifikasi makna dapat
dilakukan dengan menyesuaikan dengan penggunaan terma
serupa dalam Al-Qur'an dan mempertimbangkan sisi historis
dan sebab turunnya suatu ayat Al-Qur'an, baik mikro maupun
makro.
c. Eksplorasi maqâshid asy-syarî`ah
Tahapan ini menjadi ciri khas penafsiran Al-Qur'an
berbasis maqâshid. Mufasir tidak hanya berhenti pada
penggalian makna sesuai konteks pewahyuan, akan tetapi juga
menggali makna yang sesuai dengan tujuan syariat
(maqâshid). Makna tersebut selain menjadi pendamai bila
mana terjadi kesenjangan antara makna konteks pewahyuan
dengan konteks yang dipahami, juga berfungsi sebagai
pengikat antara makna teks tersebut dengan konteks kekinian.
d. Kontekstualisasi makna
Tahapan ini menjadi tahap pengembangan signifikansi
penafsiran maqâshid terhadap persoalan, masalah, dan
kebutuhan pada masa kini yang tampak relevan dengan pesan
teks yang ditafsirkan. Makna ayat yang sudah tersingkap
dengan mengacu pada tujuan syariat yang sudah dieksplorasi
sebelumnya, kemudian direfleksikan sesuai konteks ayat akan
diterapkan. Hanya saja kontekstualisasi itu tidak diberlakukan
pada semua aspek pemahaman teks-teks Islam, ada batasan-
batasan yang harus dijaga.
22
G. Sistematika Pembahasan
Teknik penulisan karya ilmiah ini merujuk kepada pedoman
penulisan skripsi, tesis, dan disertasi di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ)
Jakarta. Sedangkan pada sistematika penulisan agar mempermudah
dalam melakukan penelitian penulis manyajikan alur pembahasan
dalam beberapa bab dan sub-bab tertentu.
Bab pertama merupakan pendahuluan yang mencakup latar
belakang masalah yang membahas tentang seberapa unik dan menarik
tema yang dibahas untuk dijadikan penelitian. Selanjutnya mengenai
identifikasi masalah yang membahas kemungkinan masalah yang
muncul untuk dijadikan fokus penelitian, dilanjutkan dengan rumusan
masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini, kemudian mengenai
tujuan penelitian tentang arah yang ingin dituju dari pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dalam penelitian. Dilanjutkan dengan telaah
pustaka yang memaparkan penelitian terdahulu yang relevan dengan
topik yang bersangkutan untuk menghindari adanya persamaan
pembahasan. Selanjutnya, metode penelitian yang berisi tentang jenis
penelitian, sumber data, dan teknik pengolaan data. Sedangkan
sistematika pembahasan merupakan bagian terakhir dari bab ini yang
menjelaskan tentang gambaran umum isi penelitian. Bab pertama
inilah yang akan menjadi acuan dalam penelitian.
Bab kedua akan menyajikan tinjauan umum konsep hirâbah
dan tafsir maqâshidî yang terdiri dari dua sub-bab, yaitu tinjauan
umum konsep hirâbah dan pendekatan maqâshid dalam menafsirkan
Al-Qur'an (tafsir maqâshidî). Sub-bab pertama menguraikan derivasi
harb dalam Al-Qur'an, dasar hukum hirâbah, hirâbah menurut para
mufasir dan fuqaha, dan ruang lingkup hirâbah. Sedangkan pada sub-
bab kedua diuraikan definisi tafsir maqâshidî, maqâshid Al-Qur'an
23
dan maqâshid asy-syarî'`ah, keterkaitan tafsir maqâshidî dengan tafsir
lainnya, ruang lingkup dan karakteristik, macam-macam tafsir
maqâshidî, dan langkah-langkah penafsiran maqâshidî. Bab ini
merupakan gambaran umum yang digunakan sebagai bahan analisis
pada bab selanjutnya.
Bab ketiga menyajikan biografi mufasir dan profil tafsir.
Dalam hal ini penulis menyajikan data mengenai profil tafsir at-
Tahrîr wa at-Tanwîr dan biografi Ibnu `Âsyûr serta tafsir Rawâi' al-
Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an dan biografi
Muhammad `Ali ash-Shâbûnî. Bab ketiga ini masih merupakan
gambaran umum yang digunakan sebagai bahan analisis pada bab
selanjutnya.
Bab keempat memaparkan analisis maqâshid terhadap ayat
hirâbah pada tafsir at-Tahrîr wa at-Tanwîr karya Ibnu `Âsyûr dan
tafsir Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an karya
Muhammad `Ali ash-Shâbûnî menggunakan langkah penafsiran tafsir
maqâshidî.
Bab kelima merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan
yang merupakan jawaban yang diajukan dalam rumusan masalah serta
saran untuk penelitian selanjutnya. Pada bagian akhir, penulis akan
menyertakan daftar pustaka, dan riwayat hidup penulis (Curiculium
Vitae).
127
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penafsiran ayat hirâbah dalam tafsir at-Tahrîr wa at-Tanwîr karya
Ibnu `Âsyûr mempunyai tiga poin utama, yaitu:
Pertama, hirâbah ditafsirkan Ibnu `Âsyûr sebagai suatu tindakan
membunuh dengan menggunakan senjata dengan tujuan untuk
merampas harta, yang mana hal tersebut termasuk memerangi
syariat dan sengaja melanggar hukum-hukum Allah dan Rasul-
Nya.
Kedua, hukuman bagi pelaku hirâbah adalah pilihan salah satu
dari bunuh, salib, potong tangan dan kaki secara bersilangan, atau
dibuang ke daerah lain.
Ketiga, pertobatan muhârib sebelum tertangkap bisa
menggugurkan had hirâbah, namun tidak dapat menggugurkan
hal-hal yang berhubungan dengan hak manusia, seperti harta dan
darah.
Sedangkan ash-Shâbûnî menafsirkan ayat hirâbah dengan makna
yang lebih umum, yaitu:
Pertama, hirâbah tidak terbatas pada tindakan dengan membawa
senjata dan merampas harta, akan tetapi segala tindakan yang
mengganggu dan merusak baik itu hanya menakut-nakuti ataupun
tindakan yang lebih besar dari pada perampokan dan
pembunuhan.
Kedua, mengenai hukuman hirâbah, ash-Shâbûnî hanya
memaparkan beberapa pendapat ulama tanpa mentarjihnya.
Menurut Mujâhid, adh-Dhahâk, an-Nakha`î, dan mazhab Maliki,
128
seorang imam (kepala) boleh memberikan alternatif hukuman
terhadap pelaku hirâbah dengan salah satu dari empat hukuman
yang telah ditetapkan Allah pada ayat hirâbah. Abû Hanîfah
sependapat dalam hal kebolehan takhyir (memilih) oleh imam,
namun takhyir ini terkhusus bagi pelaku pidana membunuh dan
merampas harta. Sedangkan Ibnu `Abbâs, ulama Mazhab Syafii
dan dua rekan Abû Hanîfah juga memaknai kata "au" dalam ayat
ini dengan arti khiyar, letak perbedaan dengan pendapat
sebelumnya adalah khiyar dalam ayat ini berlaku untuk semua
bentuk kejahatan hirâbah dengan tetap memperhatikan tertib
hukuman sesuai tindak kejahatan yang dilakukan.
Ketiga, sedangkan mengenai pertobatan muhârib, Allah memberi
ampunan bagi pelaku hirâbah yang bertobat sebelum tertangkap.
Ash-Shâbûnî tidak memberikan penjelasan lebih mengenai
pertobatan muhârib.
2. Sisi maqâshid dalam penafsiran Ibnu 'Âsyûr adalah dengan
mengungkapkan maqâshid Al-Qur'an dengan mengungkapkan
`illah sabab an-nuzûl dan `illah pensyariatan hukuman hirâbah
melalui analisis makna ayat dan kondisi historis. Sedangkan sisi
maqâshid dalam penafsiran ash-Shâbûnî lebih menitikberatkan
pada hikmah pensyariatan, yaitu dengan pengungkapan nilai-nilai
kemaslahatan bagi semua pihak. Keduanya tidak membuat
keringanan mengenai hukuman hirâbah yang telah ditetapkan
dalam Al-Qur'an.
B. Saran
1. Hirâbah merupakan hukum pidana yang hukumannya paling berat
dan tidak mempuanyai batasan yang pasti dalam pemaknaannya,
sehingga kini pemaknaannya kian meluas hingga beberapa ulama
129
kontemporer memasukkan korupsi dan aksi teroris sebagai tindak
pidana hirâbah, oleh karena itu kajian yang lebih mendalam
mengenai tindak pidana hirâbah perlu untuk dilakukan peneliti
selanjutnya.
2. Kajian tafsir maqâshidî terbilang baru dan memiliki banyak ruang
untuk diisi menjadi banyak penelitian lagi. Maka dari itu, penting
kiranya untuk meneruskan kajian tafsir maqâashidî dengan
harapan tafsir dengan pendekatan ini memiliki konsep yang lebih
pasti.
130
DAFTAR PUSTAKA
Al-Aridl, Ali Hasan, Sejarah dan Metodologi Tafsir, terj. Ahmad Akrom,
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Cet. II, 1994.
Al-Dâruquthni, Abû al-Hasan Ali bin Umar bin Ahmad bin Mahdî bin
Mas`ûd bin an-Nu`mân bin Dînâr bin Abdullah al-Baghdâdî,
Sunan al-Dâruquthnî, Jilid III, Bairut: Dâr al-Fikr, 1994.
Al-Khurasâni, Abû Abd ar-Rahmân Ahmad ibn Syu'aib ibn Ali, Sunan an-
Nasâ'i, Jilid.IV, Kairo: Dâr al-Hadis, Cet. I, 1999.
Al-Mukhâlafî, Nasywân Abduh Khâlid dan Rîdwân Jamal al-Athrâsy, "At-
Tafsîr al-Maqâshidî: Isykaliyat al-Ta'rîf wa al-Khashâish", dalam
jurnal Qur'anika Vol. 5 No. 2 Desember 2013.
Alim, Hifdzil, dkk, Jihad NU Melawan Korupsi, Jakarta: Lakpesdam PBNU,
Cet. III, 2017.
An-Nasâ'i, Ahmad bin Syu'aib Abdurrahman. Ensiklopedia Hadis 7; Sunan
an-Nasâ'i, terj. M. Khairul Huda, dkk, Jakarta: al-Mahira, Cet.I,
2013.
Anas, Muhammad, "Studi Komparatif Maqâshid Al-Qur'an Abu Hamid
Muhammad Ibn Muhammad Al-Ghazâli dan Rasyîd Ridhâ", Skripsi,
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018, Tidak diterbitkan
(t.d).
As`ad, `Ali Muhammad, "at-Tafsîr al-Maqâshidî li Al-Qur'an al-Karîm",
dalam jurnal Islâmiyah al-Ma'rifah Vol. 23 No. 89 Musim Panas
2017.
Ash-Shâbûnî, Muhammad `Ali, Rawâ'i al-Bayân Tafsîr Âyâh al-Ahkâm min
Al-Qur'an, terj: Saleh Mahfoed, Jilid I, Bandung: PT. al-Ma'arif,
1994.
_______, Rawâi' al-Bayân Tafsîr al-Âyât al-Ahkâm min Al-Qur'an, Kairo:
Dâr as-Salâm, 1997.
131
_______, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam ash-Shâbûnî, terj. Mu'ammal
Hamidy dan Imran A. Manan, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2008.
Âsyûr, Thâhir ibnu, Tafsîr at-Tahrîr wa at-Tanwîr, jilid VI, Tunis: Dâr
Suhnûn li an-Nasyr wa at-Tauzi', 1997.
Ath-Thabarî, Abu Ja'far Muhammad bin Jarîr, Jâmi' at-Bayân an Ta'wîl Ayi
Al-Qur'an, Jilid. 4. Beirut: Dâr al-Kitâb al-Ilmiyah, 1999.
Auda, Jasser, Membumikan Hukum Islam melalui Maqâshid asy-Syarî`ah,
terj. Rasyidin dan Ali Abd el-Mun`im, Bandung: PT Mizan Pustaka,
Cet. I, 2015.
Az-Zuhailî, Wahbah, Fiqih Islam 7, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk,
Jakarta: Gema Insani, Cet. I, 2011.
_______, Tafsir al-Munîr, Jilid.V, Beirut: Dâr al-Fikr al-Mu'ashir, 1991.
Birahmat, Budi, "Korupsi dalam Perspektif Al-Qur'an", Jurnal Fokus Vol. 3
No. 1 2018.
Djazuli, A., Fiqh Jinayah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.
Hakim, Husnul, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir, Depok: Lingkar Studi Al-
Qur'an (eLSiQ), 2013.
Halim, Abd., "Kitab Tafsir at-Tahrîr wa at-Tanwîr Karya Ibnu `Asyûr dan
Kontribusinya terhadap Keilmuan Tafsir Kontemporer", dalam
Jurnal Syahadah, Vol. 2 No. 2 Oktober 2014.
Hamam, Zaenal dan A. Halil Thahir, "Menakar Sejarah Tafsir Maqâshidî",
dalam Jurnal Qof, Vol. 2 No. 1 Januari 2018.
Hamka, Tafsir al-Azhâr, Jilid.VI, Jakarta: Pustaka Panjimas, Cet. II, 2000.
Haryono, Andy, “Analisa Metode Tafsir Muhammad Ash-Shâbûnî dalam
kitab Rawâi' al-Bayân”, dalam Jurnal Wardah, Vol.18 No. 1 Tahun
2017.
132
Hasan, Mufti, "Mekanisme Penyelesaian Ayat Kontradiktif Berbasis
Maqâshid asy-Syarî'ah: Studi terhadap Ayat Perkawinan Beda
Agama", dalam Jurnal Theologia, Vol. 28 No. 1 Juni 2017.
_______, "Penafsiran Al-Qur'an Berbasis Maqâshid asy-Syarî`ah: Studi
Ayat-Ayat Persaksian dan Perkawinan Beda Agama", Tesis,
Semarang: UIN Walisongo Semarang, 2018, Tidak diterbitkan (t.d).
_______, “Tafsir Maqashidi: Penafsiran Al-Qur`an Berbasis Maqâshid asy-
Syarî`ah”, dalam Jurnal Maghza, Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017.
Ishak, Mohd. Said, Hudud dalam Fiqh Islam, Malaysia: Universiti Teknologi
Malaysia, Cet.III, 2003.
Islam, tazul, “Maqâshid Al-Qur'an dan Maqâshid asy-Syarî'ah”, dalam jurnal
Revelation and Science, Vol. 03 No. 1 2013.
Kaltsum, Lilik Ummu dan Abd. Moqsith Ghazali, Tafsir Ayat-Ayat Ahkam,
Cet.II. Ciputat: UIN Press, 2015.
Kusmana. “Paradigma Al-Qur`an: Model Analisis Tafsir Maqasidi dalam
pemikiran Kuntowijoyo”, dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman
Afkaruna, Vol. 11 No. 2 Desember 2015.
Mahmud, Mani' Abd Halim, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif
Metode Para Ahli Tafsir, terj. Faisal Daleh dan Syahdianor, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Mandzûr, Ibnu, Lisân al-Arab, Jilid VI, Kairo: Dâr al-Hadîs, 2003.
Mardani, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Prenada Media Group, Cet. Ke-1,
2019.
Mustaqim, Abdul, Metode Penelitian Al- Qur’an dan Tafsir, Yogyakarta:
Idea Press Yogyakarta, 2015.
Nata, Abuddin, dkk, Ensiklopedi Al-Qur'an, Jakarta: Yayasan Bimantara,
1997.
133
Pratama, Dresta Ansori, "Sanksi Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan
dalam Pasal 365 KUHP Perspektif Hukum Pidana Islam", Skripsi,
Bandung: Sunan Gunung Djati Bandung, 2018, Tidak diterbitkan
(t.d).
Sâbiq, Sayyid, Fiqih Sunah, terj. Asep Sobari, dkk, Jilid.II, Jakarta: al-
I'tisham, 2008.
Santoso, Topo, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syariat
dalam Wacana dan Agenda, Jakarta: Gema Insani, Cet. I, 2003.
Shihab, Umar, Kontekstualitas Al-Qur'an: Kajian Tematik atas Ayat-Ayat
Hukum dalam Al-Qur'an, Jakarta: Permadani, 2005.
Sodiqin, Ali, “Divinitas dan Humanitas dalam Hukum Pidana Islam”, dalam
Jurnal al-Mazahib, Vol. 5 N0. 2 Desember 2017.
Subhan, M, dkk, Tafsir Maqâshidî: Kajian Tematik Maqâshid asy-Syari'ah,
Kediri: Lirboyo Press, 2013.
Sutrisno, “Paradigma Tafsir Maqasidi”, dalam Jurnal Rausyan Fikr, Vol. 13
No. 2 Desember 2017.
Syafril dan Fiddian Khairuddin, “Paradigma Tafsir Ahkam Kontemporer
Studi Kitab Rawâ`i al-Bayân Karya `Ali al-Shâbûnî” dalam Jurnal
Syahadah,Vol. 5, No. 1 April 2017.
Syibromalisi, Faizah Ali, dkk, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern,
Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Asbab an-Nuzul: Kronologi dan
Sebab Turun Wahyu AL-Qur'an, Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf AL-Qur'an, 2015.
Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Maqasidusy Syari'ah (Tafsir Al-
Qur'an Tematik), Jakarta: Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, 2009.
Umayyah, "Tafsir Maqâshidî: Metode Alternatif dalam Penafsiran Al-
Qur'an", dalam Jurnal Diya al-Afkar, Vol. 4 No. 1 Juni 2016.
134
Zaid, Washfî Âsyûr Abû, "At-Tafsîr Al-Maqâshidî li Suwâr Al-Qur'an al-
Karîm", Al-Jazair, Kuliah Ushûl ad-Dîn 4-5 Desember 2003.
Detik News, "Arwani Syaerozi, Mahasiswa RI Peraih Doktor Termuda di
Maroko", https://news.detik.com/tokoh/d-1657967/arwani-syaerozi-
mahasiswa-ri-peraih-doktor-termuda-di-maroko, diakses pada
tanggal 18 September 2018.
KBBI Daring, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Teleologi, diakses tanggal
17 Juli 2019
_______, https://kbbi.kemdikbud.go.id, diakses tanggal 17 September 2019.
Majelis Ulama Indonesia, "Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 3
Tahun 2004 tentang Terorisme " http://mui.or.id/wp-
content/uploads/files/fatwa/10.-Terorisme.pdf, diakses tanggal 17
September 2019.
Muthmainnah, Yulianti, "Menyoal Zina dan Pemerkosaan",
https://www.mediaindonesia.com/read/detail/67311-yulianti-
muthmainnah-dosen-uhamka-jakarta-resource-center-kapal-
perempuan#, diakses tanggal 17 September 2019.
Rusyaid`s Blog http://adhyputrabone.blogspot.com/2012/11/makna-tafsir-
dan-takwil-serta-hubungan.html/m=1, diakses tanggal 13 Juli 2019.
Syaerozi, Arwani, "Memperkenalkan Tafsir Maqashidi", http://arwani-
syaerozi.blogspot.com/2007/11/memperkenalkan-tafsir-
maqasidi.html?m=1, diakses tanggal 17 Mei 2019.
Suradi, "Korupsi Menurut Hukum Islam",
https://bppk.kemenkeu.go.id/id/dhz9w7qtn4o/211k081/20078.html,
diakses tanggal 17 September 2019.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), "Buku Saku Antikorupsi untuk
Pemeluk Agama Islam",
https://acch.kpk.go.id/id/component/bdthemes_shortcodes/?view=do
135
wnload&id=a3521921762045ce43db30f66c991c, diakses tanggal 17
September 2019.
CURRICULUM VITAE
Putri Hilyah Aulawiyah lahir di Gresik, Jawa Timur pada
26 Februari 1997. Penulis lahir dari pasangan
Muhammad Masnun dan Siti Marfu'ah sebagai anak
kedua dari tiga bersaudara. Penulis menempuh
pendidikan formalnya mulai dari TK Muslimat NU 25
Nurul Hikmah (1999-2002), melanjutkan ke SDNU
Kanjeng Sepuh Sidayu (2002-2009), MTs. Kanjeng
Sepuh Sidayu (2009-2012), dan MA. Kanjeng Sepuh Sidayu (2012-2015).
Penulis mulai belajar berorganisasi ketika berada pada bangku
Madrasah Aliyah. Penulis bergabung dalam kepengurusan OSIS dan IPPNU
Cabang Sidayu. Selain itu, penulis juga mulai mengembangkan kemampuan
akademiknya dengan mengikuti beberapa perlombaan antar sekolah. Di
antara kontribusi penulis pada sekolahnya adalah memberikan Juara Harapan
Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Kabupaten Gresik, Juara II Kompetisi
Sains Madrasah bidang Ekonomi Tingkat Kabupaten Gresik, dan Juara
Harapan Kompetisi Sains Madrasah bidang Ekonomi tingkat Provinsi Jawa
Timur.
Pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan pada Institut Ilmu
Al-Qur'an (IIQ) Jakarta dan mengambil konsentrasi Ilmu Al-Qur'an dan
Tafsir. Penulis turut aktif pada BKKBM IIQ Jakarta dengan menjadi panitia
dalam beberapa kegiatannya, serta menjadi anggota TPQ-RQ IIQ Jakarta
(2016-2017) dan Bendahara DEMA IIQ Jakarta (2017-2018). Penulis juga
bergabung dalam organisasi eksternal IIQ Jakarta dan menjadi Pengurus
Rayon Ushuluddin PMII KEBAL (2016-2017), Humas JMQ (2016-2017),
dan Bendahara JMQ (2017-2018).
Tepat 4 tahun menjadi mahasiswi IIQ Jakarta, penulis berhasil
menyelesaikan tugas akhir skripsi dan lulus dengan baik.
Recommended