View
9
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA
PUSAT KOTA LAMONGAN YANG BERBASIS
SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE
ARUNA DP 3211.203.006
Dosen Pembimbing:
Ir. Muhammad Faqih, MSA, Ph.D
Dr. Ing. Ir. Bambang Soemardiono
PROGRAM MAGISTER
BIDANG KEAHLIAN PERANCANGAN KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013
Ruang terbuka hijau (green open space) adalah kawasan atau permukaan tanah yang didominasi
oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana
lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya pertanian
Dalam skala kota kecil, pengarahan perencaan sebuah ruang terbuka, baik ruang
terbuka hijau, tidak kepada sebagai ruang yang terisolir namun diarahkan kepada
struktur ruang yang menyeluruh (network of space) (Triarso, 2005).
RTH pada pusat Kota Lamongan hanya memiliki 1,98% . Hal tersebut sangat kurang ideal
jika mengkaitkan dengan Permen PU No 5 Tahun 2008 yang menyebutkan perbandingan
RTH adalah 30% dari luas wilayah. Selain itu juga terdapat pertambahan fungsi di dalam
RTH yang sebelumnya hanya memiliki fungsi ecology, kini berkembang dengan memiliki
fungsi socio cultural dan economy.
LATAR BELAKANG
•Bagaimana pola dan distribusi ruang terbuka hijau pada pusat Kota Lamongan?
•Bagaimana kriteria sebuah ruang terbuka hijau yang berbasis sustainable urban landscape?
•Bagaimana konsep rancangan yang sesuai dengan kriteria-kriteria sustainable urban landscape
diaplikasikan untuk penataan ruang terbuka hijau?
•Bagaimana penataan ruang terbuka hijau yang sesuai dengan kriteria-kriteria sustainable urban
landscape?
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
•Mengidentifikasi pola dan distribusi ruang terbuka hijau pada pusat kota Lamongan.
•Mengidentifikasi kriteria sustainable urban landscape untuk penataan ruang terbuka hijau
pada pusat Kota Lamongan.
•Merumuskan konsep rancangan yang sesuai dengan kriteria-kriteria sustainable urban
landscape diaplikasikan untuk penataan ruang terbuka hijau pada pusat Kota Lamongan.
•Merancang penataan ruang terbuka hijau pada pusat Kota Lamongan yang sesuai dengan
kriteria sustainable urban landscape.
PERTANYAAN PENELITIAN
TUJUAN PENELITIAN
•Ruang terbuka publik adalah ruang yang dapat diakses oleh masyarakat, baik secara langsung maupun
secara tidak langsung.
•Carr (2000), menyebutkan bahwa sebuah ruang publik harus memiliki sifat responsif, demokratis serta
bermakna. Ruang publik yang responsif artinya harus dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan
kepentingan secara luas. Demokratis yang dimaksud adalah sebagai ruang publik yang harus dapat
dimanfaatkan secara luas (masyarakat umum) tanpa terkotak-kotakan akibat adanya perbedaan sosial,
ekonomi dan budaya.
•Ruang Terbuka Kota terdiri dari 3 bagian: (1) pusat kota, (2) daerah industri, (3) lingkungan perumahan
Referensi: Hakim (2004), Carr (2000), Triarso (2005).
Ruang Terbuka Kota
•Triarso menyebutkan bahwa ruang terbuka kota terdiri dari 3 bagian yaitu pusat kota, industri dan lingkungan
perumahan. Ruang terbuka kota yang sifatnya benar-benar publik adalah ruang terbuka yang berada di pusat
kota.
•Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka ruang terbuka yang berada di pusat kota harus memerhatikan
sifat-sifat dari ruang publik yang dikemukakan oleh Carr yaitu sebuah ruang terbuka publik harus bersifat
responsif dan demokratis agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tanpa terkecuali.
•Dalam hal ini, sifat responsif artinya harus dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan secara
luas. Demokratis yang dimaksud adalah sebagai ruang publik yang harus dapat dimanfaatkan secara luas
(masyarakat umum) tanpa terkotak-kotakan akibat adanya perbedaan sosial, ekonomi dan budaya.
•Dengan demikan, maka sebuah ruang terbuka kota seharusnya memerhatikan sifat responsif dan demokratis
agar sebuah ruang terbuka kota memiliki makna baik sebagai makna manfaat maupun makna sebagai identitas
sebuah kota.
Critical Review
•Ruang terbuka hijau (green open spaces) adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang
didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau
sarana lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau
budidaya pertanian.
•Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30 % dari luas wilayah, dimana 20% diperuntukkan
ruang terbuka hijau milik publik sedangkan sisanya yaitu 10% untuk ruang hijau privat.
•Ruang terbuka hijau pada pusat kota dititkberatkan pada struktur ruang kota secara
menyeluruh. Artinya tidak ada sebuah ruang yang menutupi atau terisolir secara masif.
•Ruang terbuka hijau merupakan sebuah nodes dimana ruang terbuka memiliki aktivitas yang
dinamis serta berada pada lokasi yang strategis.
Referensi: Hakim (2004), Triarso (2005), Lynch (1965)
Ruang Terbuka Hijau
•Sesuai dengan pandangan Triarso tentang tuang terbuka kota, maka pada studi lokasi penelitian, penataan
ruang terbuka hijau dapat diarahkan pada struktur kota yang menyeluruh. Artinya tidak ada batasan secara
fisik yang menyebabkan sebuah ruang terbuka hjau menjadi terisolir secara masif.
•Pandangan tersebut juga dapat dilengkapi dengan teori Kevin Lynch tentang sebuah ruang terbuka hijau
merupakan nodes, dimana terletak pada simpul-simpul keramaian dan lokasi yang strategis.
•Dengan demikian, untuk penataan ruang terbuka hijau pada kota kecil, seperti Kota Lamongan, maka
penataan yang dilakukan adalah penataan yang menyeluruh pada struktur ruang kota dan dititikberatkan
pada lokasi yang strategis sehingga ruang terbuka hijau yang baru akan menjadi sebuah nodes.
Critical Review
• Sustainable urban landscape is “a sustainable urban landscape achieves the correct balance between
environmental, economic and social needs”
• 4 elemen penting dalam sustainable urban lanscape adalah manuisa, air, tanah dan pemerintah.
• Indikator yang perlu diperhatikan dalam kriteria sustainable urban landscape:
�harus dikurangi atau tidak memiliki emisi CO2
�memiliki kualitas air yang tinggi
�mengintegrasikan lansekap, taman dan atap hijau untuk memaksimalkan keanekaragaman hayati perkotaan dan
mengurangi efek pulau panas perkotaan,
�mengambil dari sumber daya bumi, dengan menggunakan prinsip ekologi perkotaan,
�menyediakan akses mudah dan mobilitas, baik saling terkait, dan menyediakan sistem rendah dampak transportasi
publik yang efisien,
�menggunakan bahan lokal dan regional dan menerapkan sistem prefabrikasi konstruksi modular,
�menciptakan rasa dinamis dari tempat dan identitas budaya otentik.
Referensi: Pineo (2009), Von Borcke (2009), Turner (2009), Jenks, M., Birton, E., William, K. (1996)
Sustainable Urban Landscape
•Terdapat kesamaan pandangan tentang aspek-aspek yang terkandung dalam sustainable urban landscape antara
pandangan Von Borcke, Jenks, M. Birton, E. Willian, K.yaitu aspek ecology, economy dan socio-cultiral.
•Pandangan tersebut dapat dilengkapi dengan pandangan Condon yang menyebutkan bahwa terdapat 4 elemen
penting dalam sustainable urban landscape yaitu manusia, tanah, air dan pemerintah.
•Juga perlu memerhatikan indikator-indikator yang dikemukakan oleh Lehmann dalam konteks sustainable urban
landcscape yang dapat diterapkan di lokasi penelitian.
•Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam konteks sustainable urban landscape peran
stakeholder yang terkait dalam melaksanakan indikator untuk menetukan kriteria sangat penting untuk
menunjang aspek ecologi, economy dan soscio cultural.
Critical Review
dimana pada pada metode penelitian tersebut menggunakan pendekatan untuk menemukan
dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam observasi pada objek penelitian serta
interaksi yang komunikatif melalui wawancara yang mendalam serta penggunaan data berupa
angka sebagai bahan untuk bagian analisa
metode penelitian secara kualitatif dan kuantitatif
dengan pendekatan post positivistik
Strategi pendekatan ini dideskripsikan sebagai strategi pendekatan yang
memiliki penekanan terhadap subjektivitas namun tergantung nilai-nilai
kultur, budaya, serta tradisi setempat. Dengan demikian, pendekatan ini
mengarah kepada sesuatu yang alamiah namun juga lebih manusiawi.
• Sumber data dari pelaku kegiatan, yang meliputI masyarakat, Pemerintah Daerah
Lamongan sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam hal penataan ruang terbuka hijau kota.
• Sumber data berupa tampilan grafik yang menyajikan keadaan
pada kawasan penelitian yaitu pada kawasan pusat Kota Lamongan, sebagai contoh
yaitu kondisi fisik pada lokasi dan aktivitas kegiatan di dalamnya.
• Sumber data yang menyajikan tulisan, angka, gambar yang terkait dengan
penelitian ruang terbuka hijau pada pusat Kota Lamongan yang berbasis sustainable urban
landscape, meliputi kajian teori serta pendapat para ahli dan pakar, dokumen dari berbagai
instansi pemerintah terkait penelitian.
METODE PENELITIAN
Sasaran Variabel Definisi Operasional Alat Ukur
Mengidentifikasi bentuk pola dan
pendistribusian ruang terbuka hijau
pada pusat kota Lamongan secara
optimal.
• Luas kawasan pusat kota
• Luas eksisting RTH
• Karakteristik RTH
• Luas wilayah pada pusat kota
• Fakta luas kondisi ruang terbuka hijau
• Ragam karakter dari setia jenis ruang terbuka hijau
• Peta Kabupaten Lamongan
• Jumlah keberadaan RTH
• Jenis RTH
Mengidentifikasi kriteria-kriteria
sustainable urban landscape yang
berpengaruh terhadap penataan
ruang terbuka hijau pada pusat
Kota Lamongan.
Aspek Ekonomi Mengamati segala aktivitas dan jenisnya dalam kegiatan
ekonomi serta mencatat sarana dan prasarana penunjangnya
sebagai upaya pembentukan laju aspek ekonomi
berkelanjutan.
• Jenis dan aktivitas perekonomian
• Sarana dan prasarana yang
menunjang
• Laju perekonomian
Aspek Sosial Melakukan pengamatan lapangan untuk mengamati kondisi
sosial pada lokasi studi kasus dengan penekanan pada
interaksi sosial dan pengaruhnya terhadap kajian penatan
RTH.
Melakukan wawancara dengan stakeholders terhadap nilai
budaya setempat dalam upaya untuk menjaga identitas
kelokalan budaya setempat.
• Aksesbilitas lokasi
• Interaksi sosial
• Kultur budaya
Aspek Lingkungan Mengidentifikasi jumlah vegetasi dan jenisnya yang sesuai
dan menampilkan vegetasi lokal untuk menciptakan identitas
dan upaya sebagai preservasi lingkungan setempat.
Melakukan observasi dan wawancara dengan stakeholders
mengenai sudah diterapkannya preservasi lingkungan pada
RTH eksisting.
• Penghijauan
• Iklim
• Keteduhan
• Preservasi lingkungan
VARIABEL PENELITIAN
Teknik Analisa Data Output yang Diharapkan
Analisa Tipo Morfologi mengetahui pola ruang terbuka hijau
Analisa Deskriptif Kualitatif mengetahui pendistribusian ruang
terbuka hijau
Analisa Triangulasi Data mengetahui kriteria ruang terbuka
hijau yang berbasis sustainable urban
landscape.
TEKNIK ANALISA DATA
No. Jenis Taman Luasan (Ha)
1. Jalur Hijau 1,15972. Rotonde 0,21553. Monumen 0,27904. Taman Hutan Kota 0, 36605. Ruang Terbuka 1,12906. Makam 0,4177Jumlah 3,5669
ANALISA DESKRIPTIF KUALITATIF
Luas pusat kota : 160,17 Ha
Luas ruang terbuka hijau : 3,5669 Ha
Maka prosentase ruang terbuka hijau pada
pusat Kota Lamongan adalah 1,98%. Dari
hasil luasan tersebut maka kekurangan
yang harus dipenuhi adalah 28,12% atau ±50,7 Ha ruang terbuka hijau.
ANALISA TIPO MORFOLOGI PUSAT KOTA
LAMONGAN
Pola jaringan jalan di wilayah perencanaan
dibentuk oleh dua jenis jalan yaitu jalan
utama (main axis) dan jalan cabang
(sub axis). Jalan utama terdiri dari Jalan JA
Suprapto, Jalan Veteran, Jalan Sudirman,
Jalan Basuki Rahmat, Jalan Sumargo, Jalan
Lamongrejo dan Jalan Sunan Drajad. Jalan
tersebut menjadi jalan induk yang
membentuk pola linier pertumbuhan lahan
terbangun, yang terlihat pada blok
perdagangan dan jasa
ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI
Jalur Hijau
Jalur hijau merupakan jalur penempatan
tanaman serta elemen lansekap lainnya yang
terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA)
maupun di dalam ruang pengawasan jalan
(RUWASJA). Sering disebut jalur hijau karena
dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman
yang pada umumnya berwarna hijau. Jalur
hijau dapat berada di tepi jalan maupun pada
median jalan tergantung dari pola jalan. Pada
pusat Kota Lamongan, jalur hijau umumnya
berada di tepi jalan yang memiliki fungsi
sebagai peneduh, penyaring gas karbon serta
dapat juga sebagai pengarah. Namun, secara
umum fungsi jalur hijau adalah sebagai
pembentuk iklim mikro pada kawasan
perkotaan. Dengan demikian, jalur hijau lebih
mengedepankan fungsi ecology dibandingkan
dengan fungsi lainnya.
ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI
Taman Rotonde
Taman rotonde merupakan taman yang
berfungsi sebagai estetika taman kota.
Persebarannya umunya terletak di
persimpangan jalan. Pada pusat Kota
Lamongan, dengan hanya memiliki luas
0,2155 Ha, keberadaan taman rotonde
secara kualitas maupun kuantitas sangat
kurang. Persebaran taman tersebut hanya
berada di titik-titik persimpangan tertentu
sehingga persebarannya kurang merata.
Selain ditempatkan di persimpangan jalan,
taman rotonde juga dapat ditempatkan di
jalan masuk kota. Dengan adanya
penambahan taman rotonde, maka
diharapkan pada setiap persimpangan jalan
akan memiliki taman rotonde yang
berkualitas.
ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI
Taman Monumen
Taman monumen merupakan taman yang
dibangun sebagai elemen penunjang estetis
dari keberadaan monumen. Taman
monumen umumnya bersifat pasif, artinya
tidak ada kegiatan manusia di dalamnya
sehingga masyarakat tidak dapat
memanfaatkannya sebagai ruang terbuka
publik.
Taman monumen di pusat Kota Lamongan
hanya memiliki luas 0,2790 Ha. Dengan
luasan tersebut taman hanya berfungsi
sebagai taman pasif, padahal taman-
taman tersebut memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi taman yang aktif.
Taman aktif adalah taman yang memiliki
kegiatan manusia secara langsung terkait
fungsi dan penggunaannya.
ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI
Hutan Kota
Hutan kota merupakan suatu hamparan lahan
yang bertumbuhan pohon-pohon yang
kompak dan rapat di dalam wilayah
perkotaan baik pada tanah negara maupun
tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan
kota oleh pejabat yang berwenang. Hutan
kota di pusat Kota Lamongan hanya memiliki
luasan 0,3660 Ha sehingga secara kuantitas
sangat kurang padahal hutan kota dapat
disebar di beberapa titik pusat kota guna
meningkatkan kualitas iklim mikro kota.
ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI
Taman Ruang Terbuka
Pada pusat Kota Lamongan ruang terbuka hijau
publik memiliki luasan 1,1290 Ha. Ruang
terbuka hijau publik tersebut adalah alun-alun
dan telaga. Dari bentuk tersebut, RTH yang
benar-benar memiliki kondisi yang ideal
sebagai RTH publik adalah alun-alun dan telaga
Bandung.
Namun perlu diperhatikan bahwa penambahan
secara kuantitas ruang terbuka hijau harus juga
memerhatikan kualitas. Kualitas tersebut juga
harus memerhatikan fungsi ecology, socio
cultural maupun economy seperti penjelasan
sebelumnya sehingga keberadaan sebuah
ruang terbuka hijau dapat mencakup fungsi
ecology,socio cultural dan economy.
ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI
Taman MakamPada pusat Kota Lamongan, persebaran
makam cukup merata. Namun yang perlu
diperhatikan adalah kondisi makam yang
cenderung kurang terawat. Kondisi tersebut
menjadikan makam kurang berfungsi sebagai
area hijau sehingga peran sebagai salah satu
penjaga iklim mikro kawasan kota menjadi
kurang maksimal. Maka, perlu adanya
penataan makam tidak hanya dari sisi
ecology namun juga memerhatikan sisi socio
cultural dan economy sehingga menjadikan
makam menjadi ruang terbuka hijau yang
sustainable.
ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI
Alun-alun
Socio-cultural Economy
Berada di persimpangan jalan yang strategis (nodes) sehingga
memberikan aksesbilitas yang cukup mudah untuk pengunjung.
Namun dari sisi area parkir kurang memadai karena
menggunakan sebagian badan jalan sebagai area parkir. Dari sisi
culutral, alun-alun ini masih memertahankan beberapa bangunan
peninggalan kolonial Belanda, yakni tower air yang sekarang
sudah tidak digunakan lagi dan bangunan joglo sebagai tempat
upacara kabupaten sehingga kesan sejarah masih terasa.
Alun-alun merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi
informal yang belum terlalu tertata dengan baik. Masih banyak
aktivitas informal di dalam alun-alun serta penggunaan jalur
pedestrian sebagai area informal sehingga perlu upaya penataan
agar tidak membebani wajah kota dengan aktivitas informal
seperti kegiatan PKL maupun kegiatan parkir yang tidak tertata
secara baik
Kesimpulan: Alun-alun merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang sudah memiliki modal economy dan socio cultural. Namun
perlu upaya penataan agar modal tersebut dapat saling menunjang satu sama lain serta dapat mempercantik wajah pusat kota.
Penataan dari sisi economy dapat dengan penyediaan area PKL yang representatif sebagai economy. Sedangkan sisi socio cultural
dapat mengembangkan ruang terbuka seperti panggung terbuka sebagai pusat kegiatan. Serta juga dapat menjaga keberadaan
bangunan bersejarah di dalam alun-alun dengan tujuan menjaga ekspresi budaya lokal.
Luas : 1 Ha
Berada di kawasan perdagangan, perkantoran dan
permukiman.
Batas Wilayah
Utara : Rumah Dinas Bupati dan Wakil Bupati
(Permukiman)
Selatan : Perkantoran
Barat : Masjid dan Perdagangan
Timur : Perkantoran
HASIL ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI
Sedapat mungkin, vegetasi yang dipilih harus memerhatikan
karakter jalan sehingga ada kesesuaian antara fungsi vegetasi
dengan karakter jalan. Serta vegetasi yang dipilih juga
sebaiknya adalah vegetasi yang mampu mencerminkan ekspresi
budaya lokal, seperti misalnya sawo kecik. Juga perlu adanya
pemikiran untuk memilih vegetasi yang produktif. Pemilihan
tersebut dilakukan agar vegetasi yang ditanam dapat
bermanfaat untuk masyarakat sehingga ada nilai ekonomi yang
dirasakan terutama untuk jalan lingkungan di area permukiman.
Jalur Hijau
Taman Rotonde
Vegetasi yang dapat dikembangkan selain vegetasi yang estetis juga
vegetasi yang bersifat lokal serta produktif. Serta juga dapat
memanfaatkan vegetasi yang bersifat lokal atau vegetasi yang
mencerminkan kelokalan Lamongan seperti bambu dan sawo kecik.
Sehingga taman rotonde dapat berkembang menjadi taman yang
sustainable.
HASIL ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI
Taman MonumenTaman monumen di pusat Kota Lamongan dapat
dikembangkan menjadi ruang publik yang aktif seperti
misalnya taman monumen Kadet Soewoko. Dengan
mengangkat tokoh atau sesuatu yang bersifat lokal seperti
misalnya ikon bandeng dan lele maka dapat dijadikan
sebagai taman monumen yang bersifat publik sehingga
masyarakat dapat berinteraksi satu sama lain.
Hutan Kota
Penambahan hutan kota tersebut dapat dikembangkan menjadi ruang
terbuka hijau yang aktif. Hutan kota tidak hanya memiliki fungsi
ecology saja, namun dari pembahan sebelumnya bahwa hutan kota
memiliki otensi untuk dikembangkan menjadi ruang terbuka hijau
yang sustainable dengan memasukkan aspek socio cultural dan
economy. Aspek socio cultural dapat meliputi pemilihan vegetasi lokal,
aksesbilitas di dalam maupun di sekitar hutan kota mudah dan hutan
kota dapat dikembangkan menjadi sarana interkasi masyarakat.
Sedangkan dari aspek economy dapat dikembangkan dengan
pemilihan vegetasi yang produktif serta juga dapat memberikan ruang
untuk PKL dalam kegiatan economy mereka.
HASIL ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI
Taman Ruang Terbuka
Kelurahan Luas Lahan Area
Permukiman (Ha)
Luas RTH (Ha)
30% x Luas Lahan
Tlogoanyar 10.45 3.135
Sidoharjo 10.2 3.06
Sukomulyo 11.35 3.405
Sukorejo 20.75 6.225
Tumenggungan 12.3 3.69
Jetis 25.7 7.71
Banjarmendalan 14.8 4.44
Sidokumpul 16.2 4.86
Total 132.75 36.525
HASIL ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI
Taman Makam
Makam tersebut tentunya tidak hanya
dikembangkan secara ecology saja, namun juga
perlu dikembangkan dalam aspek socio cultural
dengan memberi area parkir kendaraan yang jelas,
memberi kemudahan dalam aksesbilitas dan
sirkulasi di dalam makam. Sedangkan
pengembangan aspek economy adalah dengan
memberi ruang bagi PKL bunga musiman di sekitar
area makam. Pemberian ruang tersebut penting
dilakukan untuk mengakomodasi masyarakat
sekitar dalam memanfaatkan area makam sebagai
area economy mereka. Juga, perlu dilakukan
pemilihan vegetasi yang produktif di sekitar makam
guna masyarakat sekitar dapat mendapat manfaat
langsung dari adanya vegetasi tersebut.
HASIL ANALISA TIPO MORFOLOGI BERDASARKAN FUNGSI
RTH dengan Fungsi TertentuPada area bantaran sungai dapat dikembangkan
ruang terbuka yang aktif dengan memanfaatkna
jalur bantaran sungai. Pengembangan bantaran
sungai menjadi ruang terbuka yang aktif juga
merupakan salah satu inovasi yang dapat dilakukan
untuk memberi ragam atau bentuk ruang terbuka
hijau.
Hasil Analisa Tipologi Geometri dan Spasial Ruang Terbuka Hijau
Hasil Analisa Tipologi Geometri dan Spasial Ruang Terbuka Hijau
KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG
BERBASIS SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE
KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG
BERBASIS SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE
KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG
BERBASIS SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE
KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG
BERBASIS SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE
KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG
BERBASIS SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE
KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG
BERBASIS SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE
KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG
BERBASIS SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE
KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG
BERBASIS SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE
PENATAAN JALUR HIJAU
PENATAAN TAMAN KOTA
PENATAAN ALUN-ALUN
PENATAAN HUTAN KOTA
PENATAAN TAMAN MAKAM
PENATAAN BANTARAN SUNGAI
•Identifikasi distribusi ruang terbuka hijau menunjukkan bahwa persebaran ruang terbuka hijau belum merata di seluruh
area pusat kota, hanya pada area tertentu dengan luasan 3,5669 Ha dari luas pusat kota.
•Hasil analisa tipologi menunjukkan bahwa:
oRuang terbuka hijau di pusat Kota Lamongan memiliki 6 tipe yaitu jalur hijau, taman rotonde, taman monumen, hutan
kota, taman ruang terbuka dan taman makam.
oBeberapa dari ruang terbuka hijau yang ada, seperti alun-alun, Telaga Bandung, hutan kota, tidak hanya memiliki modal
ecology namun juga modal socio cultural dan economy sehingga dapat dikembangkan menjadi ruang terbuka hijau yang
sustainable.
oIdentifikasi tipo morfologi spasial ruang terbuka hijau di pusat Kota Lamongan menunjukkan bahwa memiliki sebuah tipe
square dan linier. Tipe square dimiliki oleh alun-alun sedangkan sisanya adalah berbentuk linier.
•Kekurangan dari jumlah minimal ruang terbuka hijau dapat dilakukan dengan penambahan ruang terbuka hijau.
Penambahan tersebut dapat dilakukan pada dengan cara:
oMeningkatkan jalur hijau pada jalan lingkungan permukiman.
oMeningkatkan taman rotonde pada setiap persimpangan jalan di pusat Kota Lamongan.
oMeningkatkan taman monumen dengan mengangkat ikon budaya Lamongan untuk kemudian dijadikan sebagai taman
monumen yang bersifat publik.
oMeningkatkan jumlah hutan kota untuk mendukung dan menjaga iklim mikro kota.
oMeningkatkan jumlah ruang terbuka publik yang dimulai dari play ground per 250 KK, taman olah raga, taman kota.
oMengoptimalkan ruang terbuka privat di setiap bangunan dengan memaksimalkan peraturan koefisien dasar bangunan
sebesar 70% di pusat Kota Lamongan.
•Untuk menuju ke konsep penataan, terdapat kriteria-kriteria ruang terbuka hijau sustainable urban lanscape yang dapat
dijadikan dasar untuk merumuskan konsep penataan yang terbagi melalui aspek internal dan aspek eksternal..
•Konsep penataan ruang terbuka hijau dapat dijadikan acuan untuk pengembangan ruang terbuka hijau selanjutnya.
Bahwa ruang terbuka hijau merupakan ruang publik yang telah berkembang fungsinya.
KESIMPULAN
a.Pemerintah
•Melakukan langkah untuk segera menyusun dan melakukan perencanaan ruang terbuka hijau di pusat Kota
Lamongan yang berbasis sustainable urban landscape.
•Melakukan peninkatan kualitas maupun kuantitas ruang terbuka hijau setelah penyusunan perencanaan
selesai dilakukan.
• Melakukan langkah strategis terkait mekanisme instensif dan disintensif bagi masyarakat
untuk meningkatkan pentingnya keberadaan ruang terbuka hijau.
b. Masyarakat
• Masyarakat untuk selalu mendukung upaya peningkatan ruang terbuka hijau melalui
peran serta yang aktif melalui komunitas yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau
dalam rangka menata ruang terbuka hijau yang berbasis sustainable urban landscape.
• Masyarakat harus menyadari akan pentingnya ruang terbuka hijau dalam menunjang
kehidupan masyarakat baik dari sisi ecology, socio cultural maupun economy.
SARAN
Recommended