View
2
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BLENDED BASED LEARNING (BBL)
PADA MATERI GEREJA DAN DUNIA KELAS XI
BAHASA, MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI
DI SMA PANGUDI LUHUR SANTO YOSEF
SURAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik
Disusun oleh :
Sevilla Bela Pertiwi
171124031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
S K R I P S I
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BLENDED BASED LEARNING (BBL)
PADA MATERI GEREJA DAN DUNIA KELAS XI BAHASA,
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN
BUDI PEKERTI
DI SMA PANGUDI LUHUR SANTO YOSEF SURAKARTA
Oleh :
Sevilla Bela Pertiwi
171124031
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. tanggal 23 Juni 2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
S K R I P S I
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BLENDED BASED LEARNING (BBL)
PADA MATERI GEREJA DAN DUNIA KELAS XI BAHASA,
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
DAN BUDI PEKERTI
DI SMA PANGUDI LUHUR SANTO YOSEF SURAKARTA
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Sevilla Bela Pertiwi
NIM: 171124031
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
pada 9 Juli 2021
dan dinyatakan memenuhi syarat.
SUSUNAN PANITIA PENGUJI
Nama Tanda tangan
Ketua : Dr. Bernardus Agus Rukiyanto, SJ
Sekretariat : Franciscus Xaverius Dapiyanta, SFK., M.Pd.
Anggota : 1. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd.
2. P. Banyu Dewa HS. S.Ag., M.Si.
3. YH. Bintang Nusantara SFK, M.Hum.
Yogyakarta, 9 Juli 2021
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Dr. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
Tuhan yang Maha Esa.
Keluargaku tercinta.
Keluarga besar Prodi Pendikkat.
Keluarga besar SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta.
Teman-teman yang selalu menemani dalam penulisan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah
teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu,
dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu”
(1 Timotius 4:12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 9 Juli 2021
Penulis,
Sevilla Bela Pertiwi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma
:
Nama : Sevilla Bela Pertiwi
NIM : 171124031
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED BASED LEARNING
(BBL) PADA MATERI GEREJA DAN DUNIA KELAS XI BAHASA,
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI
PEKERTI DI SMA PANGUDI LUHUR SANTO YOSEF SURAKARTA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 9 Juli 2021
Yang menyatakan
Sevilla Bela Pertiwi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Judul skripsi “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED BASED
LEARNING (BBL) PADA MATERI GEREJA DAN DUNIA KELAS XI
BAHASA, MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN
BUDI PEKERTI DI SMA PANGUDI LUHUR SANTO YOSEF SURAKARTA”
dipilih karena adanya pembelajaran yang dilakukan secara daring sebagai akibat
dari pandemi COVID-19. Model pembelajaran Blended Based Learning
digunakan oleh SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta karena model
pembelajaran ini dapat menjadi alternatif untuk tetap melaksanakan pembelajaran
di masa pandemi ini. Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
dengan materi Gereja dan Dunia digunakan sebagai bahan penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian di SMA Pangudi Luhur Santo
Yosef Surakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif
sehingga hasil yang diperoleh dijabarkan ke dalam paragraf. Untuk memperoleh
data hasil penelitian tersebut penulis melakukan observasi, studi dokumen,
dokumentasi, dan wawancara. Adapun hasil dari penelitian ini adalah: bahwa
penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dengan materi Gereja dan Dunia
berjalan dengan baik sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran. Materi
Gereja dan Dunia pun dapat lebih dipahami siswa karena siswa menemukan
sendiri permasalahan yang terdapat pada Gereja dan Dunia. Siswa merasa bahwa
dengan adanya pembelajaran daring melalui model pembelajaran Blended Based
Learning, siswa tidak merasa terbebani saat kegiatan belajar berlangsung.
Kata kunci : Blended Based Learning, daring, Pendidikan Agama Katolik, materi
Gereja dan Dunia, pandemi COVID-19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The title of the thesis "APPLICATION OFLEARNING MODEL BLENDED
BASED LEARNING (BBL) ON CHURCH AND WORLD MATERIALS CLASS XI
LANGUAGE, CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION LESSONS AND
CHARACTERISTICS IN SMA PANGUDI LUHUR SANTO YOSEF SURAKARTA"
choosen as a result of online learning as a result of the COVID pandemic -19.
Thelearning model is Blended Based Learning used by SMA Pangudi Luhur Santo
Yosef Surakarta because this learning model can be an alternative for continuing
to carry out learning during this pandemic. The subjects of Catholic Religious
Education and Character with the material of the Church and the World were
used as material for writing this thesis. Therefore, the authors conducted research
at Pangudi Luhur Santo Yosef High School Surakarta. This research uses
descriptive qualitative research so that the results obtained are translated into
paragraphs. To obtain data from the research, the authors conducted
observations, document studies, documentation, and interviews. The results of this
study are: that the application of thelearning model Blended Based Learning in
the subjects of Catholic Religious Education and Morals with the Church and the
World material goes well so that students can achieve learning objectives. The
material for the Church and the World can be better understood by students
because students find out for themselves the problems that exist in the Church and
the World. Students feel that with online learning through the learning model
Blended Based Learning, students do not feel burdened when learning activities
take place
Keywords: Blended Based Learning, online, Catholic Religious Education,
Church and World materials, COVID-19 pandemic
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN BLENDED BASED LEARNING (BBL) PADA MATERI
GEREJA DAN DUNIA KELAS XI BAHASA, MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI DI SMA
PANGUDI LUHUR SANTO YOSEF SURAKARTA.
Skripsi ini disusun oleh penulis melalui keterlibatan dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dengan materi Gereja dan Dunia
pada kelas XI Bahasa. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini mengalami
banyak kekurangan namun karena adanya dorongan serta bimbingan dari berbagai
pihak maka kekurangan penulisan dapat terminimalisir.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan
serta dukungan, baik secara moril maupun materiil. Penulis menyadari bahwa
dukungan serta doa sangat membantu penulis dalam kelancaran penyelesaian
penulisan. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Dr. Bernardus Agus Rukiyanto, SJ selaku ketua program studi PENDIKKAT
yang telah rela memberikan waktunya untuk melayani penulis dengan tulus
dalam menempuh masa perkuliahan di kampus PENDIKKAT
2. Yoseph Kristianto SFK, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah
dengan setia dan tulus hati memberikan waktu, tenaga, kritikan, masukan serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
membimbing penulis dengan penuh kesabaran sehingga penulis dengan
semangat mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. P. Banyu Dewa HS. S.Ag., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik
sekaligus sebagai penguji kedua yang dengan kesabarannya mendampingi
perkembangan penulis sebagai mahasiswa PENDIKKAT dari semester satu
hingga semester delapan ini dan memberi kesanggupan untuk menjadi penguji
kedua dalam ujian skripsi penulis.
4. YH. Bintang Nusantara SFK, M.Hum. selaku dosen penguji ketiga yang
dengan kerelaan hati bersedia menjadi dosen penguji ujian dan juga dengan
penuh kasih mendukung penulis dalam menyelesaikan perkuliahan di kampus
PENDIKKAT.
5. Keluarga besar Program Studi PENDIKKAT-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing serta
mencerdaskan hati dan juga pikiran sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
6. Keluarga besar SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta yang telah bersedia
menerima dan membantu kelancaran proses penulisan ini untuk menjadi
responden dalam penulisan skripsi.
7. Papa, Mama, Mbak Vina, Mbak Tuta, dan seluruh keluarga besar Banu
Atmosukarto yang dengan cinta dan ketulusannya selalu memberi dukungan
berupa moral, materiil, dorongan semangat serta selalu membawa nama penulis
dalam doa sehingga penulis dalam menyelesaikan masa studi dengan baik dan
lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
8. Teman-teman satu perjuangan, baik yang ada di Soloraya maupun di
Yogyakarta yang selalu setia menemani dan membantu penulis dikala susah
dan senang.
9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang selama masa
perkuliahan penulis berlangsung selalu mendukung dan menemani sehingga
penulisan skripsi ini dapat selesai.
Penulis menyadari keterbatasan dalam pengetahuan serta pengalaman
sehingga penulisan skripsi ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun bagi penulis sehingga
skripsi ini dapat digunakan untuk yang membutuhkan. Akhir kata, semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi semua yang membaca dan berkepentingan.
Yogyakarta, 9 Juli 2021
Penulis
Sevilla Bela Pertiwi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................xvii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 5
C. Batasan Masalah ............................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
E. Tujuan Penulisan .............................................................................. 6
F. Manfaat Penulisan ............................................................................ 6
G. Metode Penulisan ............................................................................. 7
H. Sistematika Penulisan ....................................................................... 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 12
A. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ............................................ 12
1. Hakikat Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ......................... 12
2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah .......................... 13
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ............ 13
4. Pendekatan Pembelajaran Agama Katolik ................................. 14
B. Materi Ajar Gereja dan Dunia .......................................................... 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
C. Penerapan Model Pembelajaran ....................................................... 15
1. Penerapan .................................................................................... 15
2. Model Pembelajaran .................................................................... 16
a. Pengertian dan Kekhasan Blended Based Learning .............. 18
b. Kelebihan dan Kekurangan Blended Based Learning............ 24
1) Kelebihan Blended Based Learning ................................. 24
2) Kekurangan Blended Based Learning ............................. 24
c. Definisi Daring ....................................................................... 24
d. Seting Blended Based Learning .............................................. 27
e. Aktivitas Blended Based Learning ......................................... 30
D. Penelitian yang Relevan ................................................................... 31
BAB III. METODE PENELITIAN..................................................................... 34
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 35
C. Sumber Data ..................................................................................... 36
D. Fokus Penelitian ............................................................................... 38
E. Tujuan Penelitan ............................................................................... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 38
1. Metode Observasi ........................................................................ 39
2. Metode Wawancara ..................................................................... 42
G. Teknik Analisis Data ........................................................................ 48
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 50
A. Profil SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta ......................... 50
1. Sejarah SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta ................. 50
2. Visi, Misi, Motto SMA Pangudi Luhur Santo Yosef
Surakarta ..................................................................................... 51
3. Tujuan SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta .................. 51
4. Strategi SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta ................. 52
B. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 53
C. Rangkuman Hasil Wawancara dan Pembahasan ............................. 55
1. Aspek Pemahaman ...................................................................... 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2. Aspek Pelaksanaan ...................................................................... 60
3. Aspek Harapan ............................................................................ 66
4. Aspek Hasil Belajar..................................................................... 68
D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 70
E. Refleksi Kateketis ............................................................................ 75
BAB V. PENUTUP ............................................................................................. 78
A. Kesimpulan ...................................................................................... 78
B. Saran ................................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 82
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : Surat Perizinan Penelitian ............................................ (1)
LAMPIRAN 2 : Lembar Kuesioner Guru ............................................... (2)
LAMPIRAN 3 : Laporan Hasil Observasi dan Wawancara.................... (3)
LAMPIRAN 4 : Laporan Pembelajaran dengan Microsoft
Teams 365 .................................................................... (7)
LAMPIRAN 5 : Transkrip Wawancara Guru dan Siswa ........................ (8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Paradigma Pengajaran......................................................................... 17
Tabel 2 : Seting Belajar ...................................................................................... 30
Tabel 3 : Observasi Kelas ................................................................................. 41
Tabel 4 : Panduan Wawancara untuk Guru ....................................................... 43
Tabel 5 : Panduan Wawancara untuk Siswa ...................................................... 45
Tabel 6 : Kisi-kisi Kuesioner ............................................................................. 46
Tabel 7 : Kuesioner untuk Guru ......................................................................... 47
Tabel 8 : Agenda Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR SINGKATAN
BBL : Blended Based Learning
CT : Catechesi Tradendae
COVID-19 : Corona Virus Diseas 2019
Daring : dalam jaringan
Luring : luar jaringan
IBB : Ilmu Bahasa dan Budaya
IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
No : nomor
R : Responden
St : Santo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini dunia sedang dihadapkan dengan masalah berat yaitu adanya
wabah virus COVID-19. Wabah ini mempengaruhi seluruh aspek kehidupan dan
juga pada berbagai bidang, tak terkecuali pada bidang pendidikan (sumber :
https://nasional.kontan.co.id/news/pandemi-covid-19-akan-mempengaruhi-
pengelolaan-pendidikan-dan-sekolah). Saat ini kementerian pendidikan Indonesia
sedang berusaha agar belajar mengajar tetap berlangsung namun tanpa harus
bertemu secara langsung antara guru dengan siswa. Banyak sekolah-sekolah dari
tingkat dasar hingga menengah atas mulai memanfaatkan berbagai macam
teknologi sebagai daya dukung pelaksanaan belajar mengajar.
Pendidikan memang sejatinya dapat ditemukan di mana saja dan tidak
hanya berhenti pada pertemuan tatap muka di sekolah. Hal ini juga mendasari
pengambilan keputusan pemerintah untuk mewajibkan kegiatan belajar dilakukan
di rumah (sumber : Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 4
tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat
penyebaran COVID-19). Walau begitu, tugas guru pun juga tidak terhenti begitu
saja. Tugas guru sebagai pendamping dalam belajar siswa pun juga masih harus
terus berlanjut. Hanya saja saat pelaksanaan pembelajaran secara daring ini
dilaksanakan, tugas guru bertambah yaitu memiliki otoritas dari pelaku belajar
yang disalurkan menggunakan teknologi. Dalam pelaksanaannya, masing-masing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
sekolah menentukan sendiri aplikasi yang akan digunakan sebagai pertemuan
daring agar relasi antara pendidik dengan peserta didik juga tidak terhenti.
Selain pemilihan aplikasi yang berbeda, sekolah-sekolah kini juga
menetapkan berbagai model pembelajaran yang bertujuan untuk mempermudah
siswa dalam mengikuti pembelajaran selama belajar dari rumah ini. Kini seluruh
sekolah mengalami model pembelajaran jarak jauh (PJJ), terdapat berbagai
metode yang dapat digunakan agar pembelajaran jarak jauh yaitu dengan
pemanfaatan teknologi dapat disesuaikan dengan usia para siswa sehingga semua
dapat mengakses dan menggunakan teknologi tersebut (sumber : merdeka. Com
pada 7 November 2020). Secara garis besar, pemberian materi secara luring
maupun daring tidak jauh berbeda, yaitu dari segi cara penyajian materi. Luring
memiliki arti yaitu terputus dari jaringan komputer atau bisa diistilahkan sebagai
pertemuan secara tatap muka, televisi, dan dokumen. Sedangkan daring memiliki
arti yaitu terhubung melalui jaringan komputer, internet, dan sejenisnya, sehingga
dari pengertian tersebut sudah nampak bahwa antara daring dan luring memiliki
perbedaan.
Salah satu contoh model pemanfaatan teknologi saat pembelajaran jarak
jauh ini adalah Blended Based Learning (BBL). Pada model pembelajaran ini
siswa diajak untuk berpikir kritis dan tidak hanya berfokus pada guru yang
mengajar. Kondisi seperti ini memang memaksa semua kalangan termasuk siswa
untuk bisa berpikir lebih kreatif dan mandiri. Siswa diajak untuk tidak hanya
berhenti pada buku dan guru namun bisa memperkaya hal yang telah dijelaskan
guru dengan penemuan-penemuannya sendiri. Model pembelajaran Blended
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Based Learning (BBL) disesuaikan dengan minat dari masing-masing siswa
sehingga siswa semakin bersemangat untuk mengikuti pembelajaran jarak jau. Hal
ini karena disesuaikan dengan fokus yang disukai oleh siswa. Model ini berfokus
pada hasil yang diciptakan oleh siswa secara mandiri maupun kelompok dan guru
hanya sebagai fasilitator apabila siswa membutuhkan bantuan dan bimbingan,
selebihnya siswa yang mencari tahu hal-hal yang berkenaan dengan materi yang
bersangkutan.
Model ini dapat dikatakan sebagai model yang baru khususnya di SMA
Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta. Hal ini dikarenakan sebelum pandemi ini
terjadi, sekolah tersebut masih menggunakan model belajar contextual teaching
learning (CTL). Penggunaan model pembelajaran teersebut lebih menekankan
pada pengalaman hidup sehari-hari lalu dikaitkan dengan materi pelajaran yang
diberikan oleh guru. Maka dengan adanya pergantian model pembelajaran
kemungkinan yang muncul yaitu perihal kesiapan sekolah maupun siswa dengan
penerapan model Blended Based Learning secara daring.
Penerapan model belajar ini memiliki konsekuensi bagi guru maupun
siswa. Masing-masing memiliki konsekuensi yang berbeda, saat pembelajaran
dilaksanakan secara daring maka guru pun harus mempersiapkan materi-materi
yang kapasitasnya lebih ringan sehingga mudah diakses oleh siswa. Guru juga
harus lebih kreatif dalam memberikan materi sehingga bahasa lisan dapat
tersampaikan dengan baik secara tertulis, di sisi lain guru juga harus mulai
membiasakan diri membuat konten-konten ilmiah agar siswa lebih tertarik dalam
pembelajaran. Selain itu, siswa pun juga harus bisa menyesuaikan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
membiasakan diri untuk menerima pembelajaran secara daring. Kegiatan yang
biasanya dilakukan di kelas secara luring harus tetap dilakukan saat mereka
mengikuti pembelajaran dengan sistem daring. Kegiatan yang dimaksud adalah
mencatat materi, mengerjakan tugas, aktif dalam pembelajaran seperti tanya
jawab, diskusi, dialog dan lain-lain.
Model Pembelajaran Blended Based Learning juga sekaligus sebagai salah
satu teknik yang digunakan oleh sekolah terkait agar mampu mengolah materi
yang didapatkan selama pembelajaran secara lisan lalu dapat mempraktekkan
secara langsung melalui sosial media maupun sarana lainnya. Guru memiliki
peranan untuk dapat mendidik siswanya agar siswa memahami materi Gereja dan
Dunia dengan baik serta dapat menerapkan pula pada mata pelajaran selain
pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Sedangkan peran siswa adalah sebagai anak
didik yang mau dan mampu untuk di didik dengan baik sesuai dengan bimbingan
guru mata pelajaran serta menindak lanjuti materi yang diterimanya dengan
melaksanakannya dalam kegiatannya termasuk pada materi mata pelajaran selain
pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
Pemanfaatan model Blended Based Learning (BBL) ini berfokus pada
perkembangan minat belajar siswa sehingga sekolah maupun guru tidak bisa
memaksakan hasil dari belajar siswa tersebut. Guru memberikan pengarahan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan hasil yang akan diciptakan oleh siswa.
Sesuai dengan namanya, blended diambil dari bahasa inggris yang artinya
memadukan hal ini berarti memiliki arti bahwa model pembelajaran ini
memadukan proses pembelajaran secara luring dengan daring.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Perpaduan tersebut diharapkan mampu menjadi alternatif proses belajar
siswa kelas XI Bahasa di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta terlebih
pada masa pandemi seperti sekarang ini sehingga kekurangan di pembelajaran
luring bisa diperbaiki dengan kelebihan pembelajaran daring dan begitu pula
sebaliknya. Pengimplementasian model pembelajaran Blended Based Learning ini
khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik cukup beragam, guru
mengajak siswanya untuk bisa menciptakan hasil belajarnya dengan membuat
karya yang dapat diwujudkan dengan berbagai kreasi yaitu video, puisi, komik,
nyanyian dan masih banyak lagi. Guru juga memberikan pilihan bagi siswa untuk
dapat menentukan kegiatan tersebut dilakukan secara pribadi maupun kelompok
sehingga siswa tidak merasa tertekan dalam mengalami model pembelajaran ini.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penulis megindentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Masih banyak ditemukan di lapangan praksis pembelajaran yang bersifat
Teacher Center (berpusat pada guru).
2. Sistem pendidikan yang berubah karena dampak dari adanya pandemi COVID-
19.
3. Model pembelajaran luring beralih ke pembelajaran secara daring
4. Guru dan siswa baru pertama kali mengalami model pembelajaran BBL ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
5. Model pembelajaran Blended Based Learning (BBL) baru pertama kali
diadakan sehingga peneliti ingin mengetahui cara belajar siswa dengan model
belajar yang baru ini.
C. Batasan Masalah
Agar tujuan penulisan lebih terfokus, maka batasan permasalahan dalam
penelitian ini adalah: penerapan model Blended Based Learning (BBL) pada
materi Gereja dan Dunia kelas XI Bahasa SMA Pangudi Luhur Santo Yosef
Surakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalahnya adalah bagaimana penerapan model Blended Based
Learning (BBL) pada materi Gereja dan dunia kelas XI Bahasa SMA Pangudi
Luhur Santo Yosef Surakarta ?
E. Tujuan Penulisan
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penulisan ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model belajar siswa XI
Bahasa dengan menggunakan model Blended Based Learning (BBL) di SMA
Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta khususnya pada materi Gereja dan Dunia,
mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
F. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan yang telah dikemukakan di atas, maka
harapannya penulisan ini bermanfaat bagi banyak pihak yang berkaitan, yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1. Bagi penulis, penulisan ini dapat menambah pengetahuan khususnya di bidang
teknologi pendidikan serta dapat menambah wawasan dengan mengikuti
praktek penulisan ini.
2. Bagi peserta didik, penulisan ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk
meningkatkan minat belajar agar lebih aktif dan kreatif sesuai dengan
ketertarikan yang dimilikinya.
3. Bagi pendidik, penulisan ini dapat digunakan sebagai cara baru untuk melihat
bakat dan minat masing-masing peserta didik.
4. Bagi sekolah, penulisan ini dapat digunakan sebagi bahan evaluasi terhadap
keterlibatan peserta didik maupun peranan pendidik terkait dengan proses
pembelajaran sehingga secara bersama mampu meningkatkan minat belajar
siswa.
G. Metode Penulisan
Dalam penulisan ini, subjek penulisan yang digunakan adalah siswa kelas
XI Bahasa di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta. Metode yang
digunakan dalam penulisan ini deskripsi analisis yaitu dengan menuliskan
landasan kajian pustaka yang disertai dengan analisis hal yang sedang dibahas
dalam penulisan ini. Metode ini didukung dengan menggunakan penelitian
kualitatif. Data diperoleh dengan melakukan observasi pada saat dilakukan
pembelajaran daring lalu dilanjutkan dengan wawancara, kemudian juga
menyertakan dokumentasi saat penelitian berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan proposal skripsi ini dibuat untuk mempermudah
dalam penyusunan Skripsi. Untuk itu perlu ditentukan sistematika penulisan yang
baik dan benar. Sistematika penulisan dibagi dalam beberapa bab, yaitu :
Pada Bab 1 membahas tentang latar belakang penulis menuliskan tentang
penerapan model pembelajaran Blended Based Learning yang dilaksanakan
ditengah adanya pandemi COVID-19 yang melanda di Indonesia. Berdasarkan
latar belakang tersebut, penulis mengidentifikasikan masalah ke dalam beberapa
bagian. Pengidentifikasian masalah tersebut terkait antara guru, siswa, dan
pemahaman terhadap model pembelajaran yang dibahas. Agar penulisan tidak
keluar dari konteks bahasan maka batasan masalah juga telah ditentukan oleh
penulis. Manfaat penulisan ini pun juga telah dipaparkan pada Bab I, khususnya
bagi sekolah, siswa, guru, dan penulis. Dalam penyusunan penulisan ini terdapat
metode yang dipilih agar data yang dibutuhkan penulis dapat terpenuhi.
Pada Bab II, penulis memaparkan teori dari beberapa ahli yang berkaitan
dengan judul penulisan. Pemaparan tersebut menyangkut definisi dari Pendidikan
Agama Katolik beserta dengan hakikat, tujuan, hingga ruang lingkupnya. Pada
bagian tersebut dijelaskan hal-hal yang diharapkan untuk perkembangan siswa.
berdasarkan pengertian-pengertian tersebut juga disesuaikan dengan arah dan
tujuan pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Pangudi
Luhur Santo Yosef Surakarta.
Selanjutnya, penulis juga memaparkan hasil temuan dari ahli yang
mengungkapkan tentang definisi beserta dengan contoh penerapan dari adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
model pembelajaran. Salah satu yang dikutip adalah pendapat dari Syaiful Sagala
pada bukunya pada tahun 2004 di halaman 176. Dari pendapat tersebut serta
pendapat ahli lainnya maka penulis dapat memberi kesimpulan arti dari model
pembelajaran. Dari berbagai macam model pembelajaran yang dipaparkan,
penulis hanya mengambil satu model pembelajaran yang dibahas secara detail
yaitu Blended Based Learning karena disesuaikan dengan judul penulisan. Pada
bagian penjelasan tersebut memiliki ruang yang paling banyak untuk penulisan
Bab II. Penulis menyebutkan dari hal-hal yang harus diperhatikan saat
pelaksanaan model hingga aktivitas Blended Based Learning pada saat diterapkan
di kelas.
Bagian Bab II ini juga menjelaskan arti dan hal-hal yang terkandung dalam
materi Gereja dan Dunia sebagai satu-satunya materi yang digunakan untuk bahan
penulisan. Penulis juga mengaitkan teori yang terdapat dalam materi tersebut
dengan yang terjadi di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta. Hal itu
dilakukan untuk melihat kedalaman materi yang diajarkan pada sekolah tersebut
terutama pada saat dilaksanakannya model pembelajaran Blended Based Learning
di sekolah tersebut.
Sebagai bahan acuan penulisan tugas akhir ini, penulis juga melihat dari
beberapa contoh penelitian yang telah dilakukan oleh penulis lain yang sesuai
dengan penulisan ini. Penulis menjadikan penulisan tersebut untuk memprediksi
hasil yang akan didapat pada saat penelitian dilakukan dan dirumuskan. Terdapat
tiga hasil penulisan yang digunakan sebagai referensi penulis diantaranya yaitu
milik Nurin Fitriana, Ramdan Afrian, dan Ricardina Fatima Natalia Halle.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Pada Bab III, penulis memaparkan metode penulisan yang digunakan
dalam pelaksanaan penelitian. Sebelum masuk pada penjelasan, penulis
memaparkan hal-hal yang akan dituliskan pada Bab III tersebut. Penulis
mengawali dengan penjelasan jenis penelitian yang akan dilakukan mulai dari
definisi hingga jenis penelitian yang dipilih penulis. Penulis memaparkan bahwa
jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif yang
dipandang penulis sangat sesuai dengan tema yang dibahas dalam penulisan
tersebut.
Setelah itu, bagian ini juga menjelaskan tempat dan waktu penelitian ini
dilaksanakan. Untuk penjelasan waktu pelaksanaan, penulis memperkirakan
penelitian tersebut dari rentang waktu bulan Februari hingga April 2021. Hal-hal
yang telah ada dalam penulisan ini didapatkan dari sumber-sumber data yang telah
dipilih penulis dalam penulisan ini, diantaranya adalah dokumen sekolah, siswa
kelas XI Bahasa, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik, foto dan lain
lain. Setelah mendapatkan data-data tersebut maka data dikumpulkan dengan
menggunaan teknik yang telah ditentukan penulis diantaranya adalah melalui
observasi, wawancara, studi dokumen dan dokumentasi. Penulis merasa bahwa
ketiga hal tersebut dapat membantu penulis untuk dapat mengumpulkan seluruh
data untuk penunjang penulisan.
Selanjutnya hasil dari keseluruhan proses penelitian dituliskan dalam Bab
IV. Pada bagian ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasannya.
Sebelum menjelaskan pada hasil wawancara, penulis mengawali dengan
memaparkan temuan pada teknik studi dokumen. Penulis memaparkan sejarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
sekolah, visi dan misi, motto, tujuan sekolah, dan strategi sekolah. Penulis juga
menyertakan waktu pelaksanaan penelitian dari penyerahan surat izin penelitian
hingga penelitian selesai dilakukan.
Sebagai bentuk temuan dalam penulisan, penulis merangkum hasil
wawancara yang dilakukan pada guru mata pelajaran serta siswa yang terkait
dalam penulisan ini. Hasil wawancara tersebut dirangkum sekaligus dijelaskan
oleh penulis guna memudahkan pembaca dalam memahami rangkuman
wawancara tersebut. Penulis juga mmberikan pembahasan hasil penelitian yang
telah disinkronkan dengan teori yang terdapat dalam Bab II.
Sebagai salah satu ciri khas dari program studi PENDIKKAT, maka
penulis juga menuliskan refleksi kateketis yang berisi tentang hal-hal terkait
dengan penelitian lalu dihubungkan dengan kedalaman isi hati penulis. Pada
bagian ini, penulis juga mengaitkan antara materi yang dibahas dalam penulisan
ini dengan keadaan yang dialami di sekitar lingkungan penulis.
Bagian terakhir dalam penulisan ini atau pada Bab V, dipaparkan
kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang diberikan terkait keseluruhan proses
penelitian lalu dikaitkan dengan kajian teori yang dibahas pada bagian
sebelumnya. Sebagai bentuk dari sumbangsih penulis terhadap subjek penelitian,
maka penulis memberikan saran bagi sekolah, guru, serta siswa yang terkait dalam
penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
Guru merupakan salah satu elemen pokok yang menjadikan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah dapat berjalan dengan baik. Guru
memiliki peran sebagai pendamping untuk memberikan rasa keamanan dan
kenyamanan serta menjadi pengarah bagi siswa. Hal ini sejalan dengan konteks
Pendidikan Agama Katolik, seperti yang dituliskan oleh FX. Heryatno Wono
Wulung, SJ dalam bukunya Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah (2008:40), yaitu :
“PAK membicarakan dua pendekatan yaitu sosialisasi dan edukasi.
Sosialisasi merupakan proses dimana kita menjadi diri kita sendiri
sebagaiamana adanya jalan kita berinteraksi dengan orang-orang lain, dengan
tatanan yang diikuti, serta dengan pola tingkah laku yang diharapkan oleh
lingkungan sosial kita. Sedang edukasi yang dimaksud sebagai proses di mana
kita dengan sadar dan sengaja mendidik diri dan peserta didik agar kita
bersama mengalami perkembangan hidup bahkan sampai mencapai
kepenuhan.”
1. Hakikat Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
Dalam Buku Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas
XI (2017 : 2) diuraikan tentang hakikat Pendidikan Agama Katolik, yakni:
“Usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam
rangka mengembangkan kemampuan pada peserta didik untuk memperteguh
iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agam
Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain
dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional. Secara lebih tegas dapat dikatakan bahwa
pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu usaha untuk
memampukan peserta didik berinteraksi, berkomunikasi, memahami,
menggumuli dan menghayati iman. Dengan kemampuan berinteraksi antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pemahaman iman, pergumulan iman dan penghayatan iman itu diharapkan
iman peserta didik semakin diperteguh.”
2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
Dalam Buku Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas
XI (2017 : 2) dipaparkan tentang tujuan Pendidikan Agama Katolik, yaitu :
“Membangun hidup beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan
pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan
Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi
dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan
kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang
dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama dan kepercayaan.”
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
Ruang lingkup Pendidikan Agama Katolik di Sekolah berdasarkan
Buku Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas XI (2017 : 2)
dijelaskan bahwa :
“Dalam Pendidikan Agama Katolik mencakup empat aspek yang
memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Keempat aspek yang dibahas
secara lebih mendalam sesuai tingkat kemampuan pemahaman peserta didik
adalah sebagai berikut :
a. Pribadi peserta didik Ruang lingkup ini membahas tentang pemahaman
diri sebagai pria dan wanita yang memiliki kemampuan dan keterbatasan,
kelebihan dan kekurangan dalam berelasi dengan sesama serta lingkungan
sekitarnya.
b. Yesus Kristus Ruang lingkup ini membahas tentang bagaimana
meneladani pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan
Kerajaan Allah, seperti yang terungkap dalam Kitab Suci Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru.
c. Gereja Ruang lingkup ini membahas tentang makna Gereja, bagaimana
mewujudkan kehidupan menggereja dalam realitas hidup sehari-hari.
d. Masyarakat Ruang lingkup ini membahas secara mendalam tentang hidup
bersama dalam masyarakat sesuai iman sabda Tuhan, ajaran Yesus dan
ajaran Gereja.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
4. Pendekatan Pembelajaran Agama Katolik
Pendekatan pembelajaran menurut Buku Guru Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti Kelas XI (2017 : 3) dapat diartikan :
“Sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum. Di dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis
tertentu. Dalam Pendidikan Agama Katolik, pendekatan pembelajaran lebih
ditekankan pada pendekatan yang di dalamnya terkandung tiga proses, yaitu
proses pemahaman, pergumulan yang diteguhkan dalam terang Kitab
Suci/ajaran Gereja dan pembaharuan hidup yang terwujud dalam penghayatan
iman sehari-hari.”
B. Materi Ajar Gereja dan Dunia
Pada materi Gereja dan Dunia pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti kelas XI, siswa diajak untuk melihat dunia lebih luas
dari kaca mata Gereja. Siswa diajak untuk mampu lebih memahami hal-hal yang
terjadi saat ini pada Gereja dan Dunia. Materi Gereja dan Dunia ini dipilih karena
teori yang ada di dalamnya sangat kontekstual dengan yang sedang dialami siswa
saat ini. Hal ini sehingga memudahkan siswa dalam menangkap materi
pembelajaran yang dilakukan secara daring.
Sebelum adanya pembelajaran daring ini, guru mengajak siswa untuk
mengeksplorasi lingkungan area sekolah serta mengamati setiap peristiwa yang
dialami oleh masyarakat sekitar. Siswa mampu melihat sendiri permasalahan-
permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Setelah siswa mengamati peristiwa
tesebut, lalu mereka diajak untuk bersama-sama merefleksikan peristiwa tersebut
dalam forum besar yang meliputi teman-teman satu kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Pada materi Gereja dan Dunia ini membahas tentang perang, kemiskinan,
ketidak adilan sosial, perusakan lingkungan, perkembangan IPTEK, serta
hubungan Gereja dan Dunia. Materi ini dipilih peneliti dalam penelitian ini karena
dirasa lebih relevan terhadap keprihatinan yang sedang dialami Gereja dan Dunia
saat ini.
Pada materi Gereja dan Dunia ini, siswa diharapkan dapat memahami dan
menghayati hubungan Gereja dengan dunia dan dengan semangat kristiani, serta
turut dalam membangun dunia yang lebih baik dan bermanfaat seturut kehendak
Allah. Kegiatan pembelajaran pada tema V Gereja dan Dunia ini adalah :
a. Permasalahan yang dihadapi dunia
b. Hubungan Gereja dan dunia
c. Ajaran Sosial Gereja (ASG)
C. Penerapan Model Pembelajaran
1. Penerapan
Menurut KBBI, pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan,
sedangkan menurut beberapa ahli yaitu Usman (2002), penerapan (implementasi)
adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu
sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang
terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Sedangkan menurut J.S Badudu
dan Sutan Mohammad Zain (1996 : 1487 ) penerapan adalah hal, cara atau hasil.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kata
penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan secara individu maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
kelompok dan bukan hanya sekedar aktifitas, namun juga meliputi kegiatan yang
terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh sehingga tercapai pada tujuan
dan membuahkan hasil.
2. Model Pembelajaran
Terdapat pengertian model pembelaran menurut beberapa ahli, menurut
Dahlan (Dasripin, 2008 : 17) pengertian model pembelajaran adalah rencana atau
pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran
dan memberi petunjuk pada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau
setting lainnya. Menurut Ibadullah Malawi dan Ani Kadarwati, model
pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara
sistematis dan mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertntu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran
(2017 : 96).
Menurut Syaiful Sagala (2004:176) diutarakan bahwa:
Pengertian model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian model pembelajaran
adalah pola atau tatanan cara yang digunakan oleh tenaga pendidik secara
konseptual yang dilaksanakan berdasarkan kurikulum yang berlaku yang
bertujuan untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Tujuan pembelajaran menurut Richards dan Rogers dalam Dr. Wachyu
Sundayana (2014:21)yaitu :
1. Mengaktifkan dan mengembangkan empat ketrampilan berbahasa
2. Memperoleh ketrampilan dan starategi belajar yang dapat diterapkan
dalam kesempatan pengembangan/pembelajaran bahasa di kemudian
hari
3. Mengembangkan ketrampilan akademik umum yang dapat diterapkan
pada jenjang pendidikan berikutnya
4. Memperluas pemahaman pembelajar terhadap orang-orang yang
berbicara bahasa yang dipelajari.
Menurut Bonsting dalam Ahmad Sanusi (2014) dikaji pergeseran dari
pengajaran dan pengujian menjadi pembelajaran berkelanjutan dan perbaikan
berkelanjutan, seperti yang disajikan berikut ini :
Tabel 1: Paradigma Pengajaran
Paradigma Lama Pengajaran dan
Pengujian
Paradigma Baru Pembelajaran
Berkelanjutan dan Perbaikan
Berkelanjutan
Keberhasilan secara artifisial
dibatasi hanya milik segelintir
“pemenang”. Siswa lainnya dibuat
untuk memandang dirinya dan
karya-karyanya hanya sebagai
kelompok pertengahan dan
kelompok bawah.
Tujuan sekolah dan masyarakat
adalah mengembangkan
kemampuan tanpa batas,
melakukan perbaikan
berkelanjutan, dan meraih
keberhasilan.
Berbasis kompetisi Berbasis kooperasi
Pembelajaran bersifat linear, yang
bagian-bagiannya disajikan secara
berurutan melalui komunikasi satu
arah.
Pembelajaran seperti spiral
dengan berbagai cabang dan
bagiannya, dengan energi yang
diarahkan menuju perbaikan
berkelanjutan.
Berorientasi pada produk. Fokus
tunggalnya adalah hasil tanpa
mengakui watak janga pendeknya.
Kelas dan peringkat menjadi bagian
sangat penting.
Berorientasi pada proses. Tujuan
adalah hal yang penting, namun
proses mencapai tujuan juga tak
kalah pentingnya. Asesmen
dipakai untuk tujuan melakukan
diagnosis dan preskriptif.
Hidup termasuk sekolah, hanya
bermakna bila kita bisa mencapai
tujuan. Proses dipandang hanya
Hidup merupakan sebuah
perjalanan dan memiliki nilai
intrinsik bila dilakoni dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
memiliki sedikit nilai intrinsik atau
bahkan tidak penting sama sekali,
dan harus dibuat seringkas mungkin
sehingga tujuan bisa tercapai
secepat mungkin.
semangat untuk hidup itu sendiri,
cinta-kasih, dan belajar. Hal yang
paling penting adalah
mengembangkan “hasrat untuk
terus belajar”.
Sistem dan prosesnya tidaklah
terlalu penting, sejauh tujuan bisa
dicapai.
Integritas dan kesehatan sistem,
proses-proses yang berlangsung
didalamnya, dan orang-orang
yang terlibat harus dijaga. Kalau
tidak, sistem bisa-bisa bekerja
tidak optimal dan bahkan bisa saja
gagal.
Bekerja adalah menjalankan tugas,
bukan untuk memberi kesenangan
dan martabat bagi para pekerja.
Pekerjaan harus menantang,
menyenangkan, dan bermakna.
Para pekerja hendaklah meraih
martabat dan kegembiraan dalam
proses menjalankan pekerjaannya
dan menghasilkan produk.
Sekolah merupakan tempat
berlangsungnya pengajaran pada
siswa. Siswa belajar pasif dan guru
mengajar aktif.
Sekolah merupakan komunitas
pembelajaran yang sesungguhnya
dengan administrator, guru dan
siswa yang belajar untuk menjadi
yang terbaik dan menjadi lebih
baik dalam pekerjaan yang
dilakukan secara bersama,
sehingga setiap orang bisa secara
optimal mencapai
keberhasilannya.
Para guru terisolasi satu sama lain
dalam ruang dan waktu.
Para guru bekerja bersama-sama
pada jam pelajaran untuk
membangun keberhasilan bersama
dan dengan sejumlah siswa yang
berada dalam kelompok kohort.
a. Pengertian dan Kekhasan Blended Based Learning
Terdapat berbagai macam cara pembelajaran yang digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, terlebih pada saat sedang mengalami wabah
COVID-19 seperti saat ini setiap sekolah menggunakan berbagai sarana agar
pembelajaran tetap terlaksana dengan terstruktur.
Pembelajaran dengan model perbaduan antara daring dan luring atau yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
biasa dikenal dengan Blended Based Learning ini berbasis pada teknologi dan
berpusat pada siswa. Terdapat beberapa pandangan tentang artian blended
learning, seperti “ Pembelajaran blended adalah suatu kombinasi dari berbagai
modus pembelajaran daring, luring dan tatap muka (in-person learning).
Pembelajaran blended menjadi lebih kukuh dan terkenal dengan semakin
tersedianya pilihan, baik pembelajaran sinkron maupun asinkron.”(Noord et.al.
2007).
Blended Based Learning ini memiliki karakteristik yaitu adanya
pengkombinasian strategi yang terbaik dari dua seting belajar tradisonal (sinkron,
di dalam kelas) dan daring (asinkron, di luar kelas), kelemahan pembelajaran
tradisional dapat disinergikan/integrasikan dengan kelebihan dari pembelajaran
daring, tujuan utamanya adalah untuk mencapai efektifitas belajar secara
optimal/maksimum.
Model pembelajaran Blended Based Learning (BBL) ini juga diartikan
sebagai pengajaran bauran/pengajaran terpadu sehingga model pembelajaran ini
juga merupakan pengkombinasian daring-luring. Adanya kedua elemen tersebut
tidak bisa serta merta disebut sebagai Blended Based Learning (BBL) sehingga
perlu diintegrasikan dengan baik serta berkesinambungan antara satu dan lainnya.
Terdapat hal-hal yang harus diperhatikan sebelum perancangan model
pembelajaran BBL, yaitu :
1. Memungkinkan interaksi positif (kontinuitas) antara guru dengan murid
2. Adanya pendampingan yang berkesinambungan yang menanyakan
dan memberikan pendampingan kepada murid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
3. Integrasi pertemuan daring dan luring, pengintegrasian ini harus diusahakan
adanya keterkaitan satu sama lain sehingga antara daring dengan luring
merupakan satu kesatuan (contoh : refleksi pertemuan dan diskusi lebih lanjut)
Terdapat 6 model dalam pelaksanaan model pembelajaran BBL, yaitu:
1. Face to face driver
Model ini akan melibatkan peserta didik tidak hanya sekedar tatap
muka di ruang kelas atau laboratorium, akan tetapi melibatkan mereka ke
dalam kegiatan di luar kelas dengan mengintegrasikan teknologi web
secara online
2. Rotation
Model rotasi (rotation) mengintegrasikan pembelajaran secara online
sambil bertatap muka di dalam kelas dengan pengawasan guru
3. Flex
Model flex memanfaatkan media internet dalam penyampaian
pembelajaran kepada peserta didik. Di dalam hal ini peserta dapat
membentuk kelompok diskusi
4. Online Lap
Pembelajaran yang berlangsung di dalam ruang laboraturium
computer dengan semua materi pembelajaran di sediakan secara softcopy.
Peserta didik akan berinteraksi dengan guru secara online
5. Self Blend
Pada model self blend, peserta didik akan mengikuti kursus online
sebagai pelengkap kelas konvensional. Pembelajaran yang dilakukan
tidak harus di dalam ruang kelas, akan tetapi bisa di luar kelas.
6. Online Driver
Online driver merupakan pembelajaran secara online, di mana dalam
hal ini seorang guru bisa mengupload materi pembelajaran di internet.
Peserta didik dapat mengunduh materi tersebut dari jarak jauh, sehingga
peserta didik bisa belajar mandiri di luar kelas dan dilanjutkan dengan
tatap muka berdasarkan waktu yang telah disepakati.
Pembelajaran secara daring seharusnya memiliki kualitas yang sama
dengan pembelajaran secara luring. Kesamaan yang dimaksudkan adalah pada
bagian materi yang diberikan, cara penerimaan siswa, serta pendampingan dari
guru. Adapun peta konsep model pembelajaran BBL adalah sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Pendekatan yang dilakukan dapat memanfaatkan berbagai macam media
da teknologi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa BBL adalah pembelajaran
yang mengkombinasikan antara tatap muka (pembelajaran secara konvesional, di
mana antar peserta didik dan pendidik saling berinteraksi secara langsung,
masing-masing dapat bertukar informasi mengenai bahan-bahan pengajaran),
belajar mandiri (belajar dengan berbagai modul yang telah disediakan) serta
belajar mandiri secara online. Penerapan model pembelajaran BBL ini tidak
berlangsung begitu saja, beberapa hal yang menjadi pertimbangan yaitu
karakteristik tujuan pembelajaran yang ingin kita capai, aktivitas pembelajaran
yang relevan serta memilih dan menentukan aktivitas mana yang relevan dengan
konvesional dan aktivitas mana yang relevan untuk online learning.
Adapun karakteristik dari model pembelajaran BBL adalah :
1. Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian,
model pendidikan, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis
teknologi yang beragam.
2. Sebagai sebuah kombinasi pendidikan langsung (face to face), belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
mandiri, dan belajar mandiri via online.
3. Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara
penyampaian, cara mengajar, dan gaya pembelajaran.
4. Pendidik dan orangtua peserta didik memiliki peran yang sama
penting, pendidik sebagi fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung.
Hasil dari model pembelajaran BBL bagi siswa adalah :
1. Teacher ied instructions (F2F sessions interactive)
2. Printed instructions (study material), dengan tujuan agar siswa dapat
mengulang lagi materi yang diberikan
3. Web based assessments (feedback reflections customers)
4. Digital visual e-learning (sebagai bentuk kreativitas)
Strategi yang dapat digunakan pada model pembelajaran BBL sebagai
berikut :
Langkah kerja yang diterapkan dalam pelaksanaan model pembelajaran
BBL berbasis siswa Go Blog
Tatap Muka
Apersepsi
(Pemberian masalah)
KBM
(Penekanan konsep)
Belajar Mandiri
Pemberian tugas
(Pribadi/kelompok)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
BBL adalah :
1. Menyiapkan platform
2. Pembelajaran secara virtual (tatap muka)
3. Pemberian tugas di luar jam pembelajaran dan dikumpulkan di platform
tersebut.
Struktur model pembelajaran BBL sebagai berikut :
Pelaksanaan yang terjadi lapangan, model pembelajaran Blended Based
Learning ini belum sepenuhnya diterapkan oleh guru maupun siswa. Hal yang
tidak dilaksanakan yaitu tidak adanya pembelajaran yang dilakukan secara luring.
Seperti yang telah diuraikan di atas, model pembelajaran ini sempurnanya
dilakukan dengan dua cara yaitu daring dan luring. Namun justru SMA Pangudi
Luhur Santo Yosef Surakarta hanya melaksanakan pembelajaran secara daring
saja. Hal ini dilakukan karena saat ini sedang terjadi pandemi yang membuat
pemerintah memberlakukan peraturan adanya pembelajaran secara daring.
Pembelajaran secara luring hanya dilaksanakan oleh beberapa siswa
diluar pengawasan oleh guru maupun sekolah. Hal ini karena tatap muka secara
Repetitions
Possible
Classroom Teaching
Distance Learning
Final Assesment
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
langsung tidak dianjurkan oleh pihak sekolah. Model ini membawa siswa untuk
bisa berpikir kreatif serta sekaligus bisa bekerja sama dengan teman satu
kelompoknya.
b. Kelebihan dan kekurangan Blended Based Learning
Menurut Neumeier (2005) terdapat kelebihan dan kekurangan dalam
pelaksanaan model pembelajaran Blended Based Learning :
1) Kelebihan Blended Based Learning
a) Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvesional yang keduanya
memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi.
b) Pembelajaran lebih efektif dan efiesien.
c) Meningkatkan aksesilibitas karena dengan adanya Blended Based Learning
maka peserta didik dapat semakin mudah dalam mengakses mata
pembelajaran.
d) Media penunjang pembelajaran yang digunakan beragam.
2) Kekurangan Blended Based Learning
a) Fasiltas belajar yang dimiliki siswa kurang merata khususnya komputer dan
intermet, sehingga dapat menghambat proses pembelajaran saat ini yang
mengutamakan pembelajaran secara virtual.
b) Minimnya pengetahuan pendidik terhadap penggunaan tekonologi sebagai
sarana utama dalam mengajar secara daring.
c. Definisi Daring
Dalam penerapan model pembelajaran Blended Based Learning, terdapat
berbagai macam kombinasi dalam penggunaannya, yang digunakan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
penelitian ini adalah pembelajaran secara daring. Pembelajaran secara daring ini
juga biasa disebut sebagai e-learning memiliki arti bahwa penggunaan berbagai
teknologi elektronik untuk menyampaikan pembelajaran. Lebih tepatnya, bukan
hanya sekedar untuk menyampaikan pembelajaran, tapi lebih jauh untuk
menciptakan pengalaman belajar yang optimal. Teknologi elektronik tersebut dapat
berupa komputer, internet maupun intranet serta teknologi elektronik lain seperti
audio/radio, dan video/televisi. Media yang digunakan pada tempat yang
digunakan sebagai penelitian ini menggunakan komputer/laptop dan gawai.
Sedangkan aplikasi yang digunakan adalah microsoft 365, instragram, youtube,
dan whatsapp.
Menurut Miarso (2004:76), penerapan teknologi dalam bidang industri ini
(pendidikan) di satu pihak memang membawa korban dengan digantikannya
tenaga manusia yang bersifat mekanistis dan kurang efisien, namun dipihak lain
juga meningkatkan harkat manusia, karena kegiatan yang non manusiawi
dilakukan oleh mesin. Dalam hal ini tentu saja yang dimaksudkan adalah adanya
ketidakseimbangan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar.
Ketidakseimbangan yang terjadi karena pada pembelajaran sebelumnya selalu
tidak melalui perantara teknologi.
Walau begitu, dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis teknologi ini,
guru tetap memiliki peranan utuh untuk mendidik siswanya sebagaimana
mestinya hanya saja melalui perantara teknologi. Harapannya adanya teknologi ini
tidak mengurangi kapasitas guru dalam mendampingi siswanya dalam belajar.
Pengertian teknologi dalam pendidikan diuraikan oleh Maswan &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Khoirul, (2017:100) sebagai berikut:
Pada bagian ini, teknologi dalam pendidikan yang dimaksudkan
adalah pembelajaran daring yang memiliki pengertian sebagai
penggunaan teknologi sebagai produk untuk membantu
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, termasuk misalnya
penggunaan mobil, pesawat pendingin, pengeras suara, dan lain-lain
peralatan atau perangkat keras untuk keperluan terselenggaranya
kegiatan pendidikan.
Menurut Maswan & Khoirul (2017:103), program yang ditawarkan
sebagai kontribusi penjaminan mutu pendidikan, adalah :
1. Proses pembelajaran dalam pendidikan, dilakukan dengan pendekatan
integratif (terpadu), artinya proses pendidikan di lembaga persekolahan
dipadukan dengan proses pendidikan di luar sekolah dengan berbagai pelatihan
di lingkungan dunia usaha.
2. Proses pembelajaran dalam pendidikan, dilakukan dengan cara melibatkan
berbagai macam sumber belajar dan sarana pembelajaran yang optimal,
sekaligus memperluas pelayanan belajar baik dalam sekolah maupun di luar
sekolah.
3. Proses pembelajaran dalam pendidikan, disiapkan tenaga ahli dan cerdas
dengan dibekali perangkat keilmuan kependidikan, artinya tenaga
kependidikan dituntut menguasai materi dan terampil dalam penerapan
penggunaan metode, teknik, dan strategi yang sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
d. Seting Blended Based Learning
Mengacu pada definisi pembelajaran secara blended maka
dirumuskan seting ini bertujuan untuk mengatur sistem pembelajaran agar tepat
sasaran.
Terdapat pandangan dari ahli tentang seting belajar ini, yaitu situasi
dan kondisi dimana suatu peristiwa belajar bisa terjadi. Menurut Uwes Anis
Chaeruman (2018:10) seting belajar dapat dirumuskan dengan kuadaran berikut :
Seting belajar di atas, secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sinkron Langsung (SL); adalah pembelajaran yang terjadi dalam
situasi dimana antara yang belajar dan yang membelajarkan berada
pada lokasi/ruang dan waktu yang sama. Dalam hal ini, sama dengan
tatap muka. Aktivitas pembelajaran belajar dalam SL sama dengan
aktivitas pembelajaran tatap muka, antara lain seperti ceramah, diskusi,
praktik lapangan, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2. Sinkron Maya (SM); adalah pembelajaran yang terjadi dalam situasi
dimana antara yang belajar dan yang membelajarkan berada pada
waktu yang sama, tetapi tempat berbeda-beda satu sama lain. Aktivitas
belajar dalam SM dapat terjadi melalui teknologi sinkron seperti video
conference, audio-conference atau web- based seminar (webinar).
3. Asinkron Mandiri (AM); adalah pembelajaran yang terjadi dalam
situasi belajar mandiri secara daring. Peserta belajar dapat belajar kapan
saja, di mana saja, sesuai dengan kondisi dan kecepatan belajarnya
masing-masing. Aktivitas belajar dalam AM diantaranya adalah
membaca, mendengarkan, menonton, mempraktekkan,
mensimulasikan dan latihan dengan memanfaatkan obyek belajar
(materi digital) tertentu yang relevan. Aktivitas belajar lebih banyak
terjadi secara daring. Walapun tidak menutup kemungkinan terjadi
secara luring.
4. Asinkron Kolaboratif (AK). adalah pembelajaran yang terjadi dalam
situasi kolaboratif (melibatkan lebih dari satu orang), antara peserta
belajar dengan peserta belajar lainnya atau orang lain sebagai
narasumber. Aktivitas belajar AK diantaranya difasilitasi dengan forum
diskusi, miling list, penugasan, dan lain-lain
Dalam pelaksanaannya, SMA Pangudi Luhur Santo Yosef lebih fokus
terhadap percampuran model belajar yang diterapkan pada siswanya. Model yang
difokuskan salah satunya adalah model pembelajaran Cooperative Learning (CL).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Menurut Slavin dalam Isjoni (1985:12), Cooperative Learning adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok
heterogen. Sehingga seluruh siswanya diberikan sebuah proyek bersama yang
menghasilkan sebuah produk, proses pembuatan produk itulah yang nantinya akan
dijadikan sebagai bahan pengambilan nilai oleh guru. Pembentukan kelompok
tersebut juga terbagi dalam berbagai lintas jurusan yaitu kelas jurusan IPA,
jurusan IPS, serta jurusan Bahasa.
Sedangkan unsur-unsur dalam Cooperative Learning menurut Lungdren
(2009 : 16) dalam Isjoni yaitu :
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang
bersama”.
2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik
lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam
mempelajari materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang
sama.
4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota
kelompok.
5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
7. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
e. Aktivitas Blended Based Learning
Berdasarkan kuadran diatas, maka dirumuskan beberapa aktivitas sebagai
daya pendukung pelaksanaan model pembelajaran blended (bauran) ini, yaitu
sebagai berikut :
Tabel 2 : Seting Belajar
Seting Belajar
Sinkron Asinkron
Sinkron Langsung
(SL)
Sinkron Maya
(SM)
Asinkron Mandiri
(AM)
Asinkron Kolaboratif
(AK)
Aktivitas Pembelajaran
Ceramah
Diskusi
Praktek
Workshop
Seminar
Praktek lab
Proyek individu/
kelompok dll.
Kelas virtual
Konferen si audio
Konferen si video
Web- based
seminar (webinar
)
Membaca
(reading)
Menonton
(video,
webcast)
Mendengar
(audio,
audiocast)
Studi online
Simulasi/praktek
Latihan
Role play
Tes
Publikasi/jurnal
(wiki, blog, dll)
Partisipasi dalam
diskusi melalui forum
diskusi daring.
Mengerjakan tugas
individu/kelompok
melalui penugasan
daring.
Publikasi individu atau
kelompok
(melalui wiki, blog,
dll).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
D. Penelitian yang Relevan
1. Fitriana, Nurin (2012) Penerapan Pembelajaran Kimia Dengan Model Blended
Learning Mata Kuliah Pemisahan Kimia Materi Kromatografi Pada
Mahasiswa Jurusan Kimia di Universitas Negeri Malang. Program
Pascasarjana, Program Studi Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri
Malang.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Subyek
penelitian adalah mahasiswa semester 5 sebanyak 46 mahasiswa program studi
pendidikan kimia, Universitas Negeri Malang semester V (lima) tahun akademik
2010-2011. Subyek penelitian dibagi dalam dua kelompok. Salah satu kelompok
sebanyak 24 mahasiswa dengan 60% aktivitas online sedangkan kelompok
lainnya sebanyak 22 mahasiswa dengan 40% aktivitas online. Data penelitian
berupa data keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran blended learning yang
dikumpulkan dengan instrumen berupa lembar observasi diskusi kelompok. Data
kepuasan mahasiswa terhadap pembelajaran blended learning dikumpulkan
dengan instrumen berupa angket. Data hasil belajar dikumpulkan dengan tes hasil
belajar. Validitas tes sebesar 0,83 dan reliabilitas tes uraian dengan
rumus Cronbach's Alpha sebesar 0,89. Analisis data tentang keakifan dan
kepuasan belajar dianalisis secara deskriptif. Data untuk mengetahui hasil belajar
dianalisis dengan statistik uji -t.
Dengan demikian maka hasil penelitian menunjukkan bahwa: mahasiswa
berinteraksi secara aktif dalam pembelajaran dengan model blended learning.
Sebagian besar mahasiswa merasa puas terhadap pembelajaran model blended
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
learning karena blended learning tergolong model pembelajaran yang terlibat
aktif dalam kegiatan atau pembelajaran, Hasil belajar kelas blended learning
dengan 60% aktivitas online adalah lebih tinggi dibandingkan kelas dengan 40%
aktivitas online.
2. Afrian, Ramdan (2014) Pengaruh Pembelajaran Blended Learning terhadap
Hasil Belajar Siswa SMA. Tesis. Pendidikan Geografi, Pascasarjana
Universitas Negeri Malang.
Penelitian dilakukan pada pokok bahasan hidrologi. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain
penelitian Nonequivalent Pretest Postest Control Group Design. Instrumen
pengukuran hasil belajar siswa menggunakan tes essay. Hasil pengukuran berupa
data yang selanjutnya dianalisis menggunakan t-test dengan bantuan program
SPSS 16.0 for Windows. Berdasarkan hasil posttest yang dilakukan menunjukkan
bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen (70,20) memiliki hasil yang lebih baik
daripada kelas kontrol (65.00). Rata-rata gain score kelas eksperimen adalah 42.20
dan rata-rata gain score untuk kelas kontrol menunjukkan angka 36,85.
Hasil analisis data dengan menggunakan uji independent sample t test
menunjukkan bahwa peng-gunaan pembelajaran Blended Learning diperoleh nilai
probability (p-value) lebih kecil dari 0,05 (sig<0,05) yaitu sig 0,042, sehingga
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Blended Learning berpengaruh terhadap
hasil belajar geografi SMA. Saran yang dapat diberikan kepada guru dan peneliti
lanjut yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
1) Bagi para guru, dalam penerapan pembelajaran Blended Learning
sebagai alternatif pembelajaran dalam pembelajaran geografi untuk
meningkatkan hasil belajar siswa disarankan untuk mengembangkan
pembelajaran Blended Learning menggunakan program yang menyediakan
evaluasi seperti moodle, menyimak diskusi dengan baik agar kesalahan
konsep siswa dapat tertangkap dan diperbaiki.
2) Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut tentang pengaruh pembelajaran Blended Learning terhadap variabel
lain, lokasi, jenjang pendidikan atau materi lain, dan menggunakan
penelitian ini sebagai acuan, landasan atau bahan literatur untuk penelitian
selanjutnya.
3. Halle, Ricardina Fatima Natalia. (2019) Penerapan Model Blended Based
Learning Berbasis WhatsApp Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar,
Berpikir Kritis, Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X MIPA SMAK Kesuma
Mataram Tahun Pelajaran 2018/2019 Pada Materi Usaha dan Energi. Skripsi.
Pendidikan Fisika. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Kemandirian belajar siswa saat menggunakan pembelajaran Blended
Based Learning berbasis WhatsApp pada materi Usaha dan Energi mencapai
presentase 53,57% untuk penggunaan WhatsApp. Peningkatan kemandirian
belajar siswa kelas X MIPA 2 meningkat dari rata-rata 38,25 menjadi 44,07 dari
skor maksimum 60.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam dua bab sebelumnya telah diuraikan kajian teori mengenai model
pembelajaran, Blended Based Learning, daring, setting Blended Based Learning,
aktivitas Blended Based Learning, Gereja dan dunia, serta penelitian yang
relevan. Dalam bab tiga penulis akan membahas tentang rencana penelitian
penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada materi Gereja dan
Dunia kelas XI Bahasa di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta dengan
menguraikan jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, waktu dan tempat
penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, teknik analisis data, responden, dan
kerangka tentatif.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif,
yaitu data yang dikumpulkan berbentuk nonparametrik, tanpa statistik, tidak
empiris, subjektif, induktif, penjelajahan,alamiah dan bukan angka-angka.
Penelitian ini terkait dengan data sehingga lebih menggunakan narasi-narasi dan
uraian. Pada penelitian kualitatif ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan
hal-hal yang tersirat berkenaan dengan sikap, kepercayaan, motivasi, serta
perilaku target populasi yang ditelitinya.
Dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha
untuk mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
atau masalah aktual. Metode penelitian ini dilakukan dalam rangka sebagai usaha
menjawab pertanyaan “mengapa” sehingga diperlukan suatu temuan.
Adapun tujuan dari penelitian kualitatif deskriptif ini untuk melihat secara
lebih mendalam tentang fakta yang terjadi pada saat adanya pembelajaran jarak
jauh di era kebiasaan baru ini dengan menggunakan model pembelajaran Blended
Based Learning yang di gunakan pada siswa-siswi di SMA Pangudi Luhur Santo
Yosef Surakarta, khususnya pada siswa kelas XI Bahasa.
Menurut Sugiyono (2014 : 364) dalam penelitian kualitatif tidak
menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu
yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan
ke populasi, tetapi di transferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki
kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Situasi yang terjadi
pada kelas XI Bahasa saat ini yaitu mengalami pergantian pelaksanaan
pembelajaran dari luring menjadi daring, serta sekaligus perubahan dari satu
model pembelajaran menjadi model pembelajaran campuran.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas
mengenai model pembelajaran Blended Based Learning sehingga dapat dijadikan
sebagai data untuk bahan evaluasi. Penelitian ini membutuhkan observasi secara
lebih akurat, maka peneliti menetapkan lokasi penelitian yang akan digunakan
penulis sebagai tempat melakukan penelitian. Dalam hal ini, lokasi penelitian
yaitu di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta yang terletak di Jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Klengkeng No.1, Jalan Adi Sucipto, Kerten, Kecamatan Laweyan, Kota
Surakarta, Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan pada pertengahan bulan Februari
2021 hingga April 2021.
C. Sumber Data
Sumber data seperti yang telah tertulis dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, dapat diartikan sebagai kenyataan yang ada yang berfungsi sebagai
bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat, keterangan yang benar, dan
keterangan atau bahan yang dipakai untuk penalaran dari penyelidikan. Sehingga
yang dimaksudkan dengan sumber data yaitu, subyek penelitian dimana data
menempel. Oleh karen itu, sumber data ini dapat bersifat benda, gerak,
manusia,tempat, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Lofland yang telah dikutip oleh Lexy. J. Moleong
(2013 : 186) dalam bukunya yaitu Metodologi Penelitian Kualitatif
mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-
kata dan tindakan, seelebihnya berupa data tambahan seperti dokumen dan lain-
lain. Berkaitan dengan hal itu maka dalam penelitian ini, datanya dibagi ke dalam
kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, serta foto atau dokumen pendukung
lainnya.
Dalam penelitian ini, sumber data yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan para informan yang telah ditentukan sehubungan dengan topik bahasan
yaitu penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada materi Gereja
dan Dunia di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta. Sedangkan adapun data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar nama siswa kelas XI
Bahasa, data kurikulum, hasil produk siswa, serta data pendukung lainnya
(silabus, RPP, panduan pelaksanaan BBL).
Menurut Sanafiah Faisal dalam Metode Penelitian Manajemen (2014:370),
menyatakan bahwa sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya
yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi,
sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan
yang tengah diteliti.
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi .
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”
sendiri.
5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga
lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.
Selain itu, kelas XI Bahasa dipilih untuk menjadi informan dalam
penelitian ini dikarenakan mereka yang mengalami sendiri ketidak adilan yang
dialami dalam sekolah. Ketidak adilan yang muncul berupa pembedaan golongan
serta adanya stigma masyarakat kebanyakan tentang kelas bahasa yang masih
dianggap sebagai kelas buangan. (Sumber : Heri Andreas, guru Mata Pelajaran
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti). Sehingga sumber data yang akan digunakan
peneliti dalam penelitian ini adalah sebagian siswa kelas XI Bahasa yang dinilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
aktif dalam pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik serta mampu
menjadi informan yang baik bagi peneliti.
D. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada penerapan model pembelajaran berbasis
Blended Based Learning pada materi Gereja dan Dunia kelas XI Bahasa di SMA
Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta, yang meliputi hal-hal tentang penerapan
model pembelajaran BBL, materi Gereja dan Dunia, cara penyampaian materi,
hasil produk siswa, serta kelancaran pelaksanaan pembelajaran ini dengan sistem
pembelajaran daring.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai pada penelitian ini antara lain
untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada
saat mengalami pandemi COVID-19, mengetahui pemahaman guru dan siswa
tentang model pembelajaran yang sedang dilaksanakan, membangun semangat
siswa untuk tetap bisa secara aktif mengikuti pembelajaran khususnya pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Katolik
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data menurut Riduwan (2010: 51) teknik atau cara-cara
yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Tenik
pengumpulan data ini merupakan cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data dan hasilnya dapat diperlihat penggunaannya.
Dalam hal ini, maka pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti secara
langsung terjun pada objek penelitian untuk mendapatkan data yang valid dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, maka peneliti menggunakan
berbagai metode sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Kegiatan yang dilakukan dalam observasi ini yaitu berupa pengamatan
dan pencatatan yang sistematis terhadap hal-hal yang diteliti. Hasil dari proses
tersebut dilaporkan dengan laporan yang sistematis dan sesuai kaidah yang
berlaku. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa metode observasi adalah aktivitas
untuk mengetahui sesuatu dari fenomena-fenomena. Aktivitas tersebut didasarkan
pada pengetahuan dan gagasan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dari
fenomena yang diteliti. Informasi yang didapat harus bersifat objektif, nyata, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam observasi secara langsung ini, peneliti berperan sebagai pengamat
penuh yang melakukan pengamatan tentang segala fenomena maupun gejala yang
terjadi pada objek penelitian,selain itu peneliti juga berperan sebagai peserta atau
partisipan yang ikut serta dalam proses pembelajaran jarak jauh menggunakan
Microsoft Team 365 dengan mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
pada materi Gereja dan Dunia di kelas XI Bahasa SMA Pangudi Luhur Santo
Yosef Surakarta.
Observasi ini dilakukan peneliti agar kegiatan penelitian ini
dapatmendapatkan hasil yang maksimal sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi
bagi sekolah serta dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi peneliti. Observasi ini
juga digunakan untuk mengetahui interaksi dalam proses pembelajaran jarak jauh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dengan menggunakan model pembelajaran blended based learning pada siswa
kelas XI Bahasa SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta.
Kisi-kisi observasi dibuat agar proses berjalan secara terarah dengan
menentukan beberapa aspek, sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 3: Observasi Kelas
No. Aspek yang Diamati Deskripsi Hasil Pengamatan
A. Perangkat Pembelajaran
1. Kurikulum Tingkat Satuan
Pembelajaran (KTSP)/ Kurikulum
2013
2. Silabus
3. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
B. Proses Pembelajaran
1. Membuka pelajaran
2. Penyajian materi
3. Metode pembelajaran
4. Penggunaan bahasa
5. Penggunaan waktu
6. Cara memotivasi siswa
7. Teknik bertanya
8. Teknis penguasaan siswa secara
daring
9. Pengambilan nilai
10. Menutup evaluasi
C. Perilaku Siswa
1. Perilaku siswa saat pelajaran
dimulai
2. Respon yang diberikan siswa
3. Kehadiran siswa saat kelas
daring
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
2. Metode Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua belah pihak,
dimana satu pihak berperan sebagai informan dan satu pihak lagi berperan sebagai
pewawancara. Kedua belah pihak tersebut memiliki peran yang berbeda namun
bersifat saling berketerkaitan, informan atau pihak yang memberi informasi ini
tugasnya sebagai pihak yang dapat memberikan informasi sesuai dengan yang
diketahui atau pengalamannya terhadap objek penelitian. Sedangkan
pewawancara memiliki tugas yaitu sebagai penanya terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian tersebut.
Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara bebas terpimpin, dalam
wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas
dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah
membawa pedoman tentang apa-apa yang akan ditanyakan secara garis besar.
Pewawancara harus mampu menciptakan hubungan yang baik dengan informan,
dalam hal ini yang menjadi informan ialah wakil kepala bagian kurikulum, guru
agama Katolik kelas XI Bahasa, siswa kelas XI Bahasa, serta pihak-pihak lain
yang berhubungan dengan penelitian ini. Penciptaan hubungan yang baik ini
bertujuan agar informan dapat lebih santai dalam memberikan informasi kepada
pewawancara sehingga infromasi dapat disampaikan dengan baik dan memenuhi
hal yang dibutuhkan oleh pewawancara. Selain itu adanya wawancara bebas
terpimpin ini bertujuan agar proses wawancara lebih bersifat fleksibel namun
tetap terarah sesuai dengan panduan pertanyaan yang telah ditentukan oleh
peneliti. Adanya daftar pertanyaan ini dimaksudkan agar saat wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
berlangsung, pembicaraan tetap fokus terhadap hal yang sedang diteliti dan
menghindari pembicaraan yang melebar.
Metode wawancara peneliti gunakan sebagai bahan untuk penggalian data
yang berhubungan dengan penerapan model pembelajaran berbasis Blended Based
Learning pada materi pelajaran Gereja dan dunia di kelas XI Bahasa SMA
Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta.
Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Blended Based
Learning pada materi Gereja dan dunia kelas XI Bahasa di SMA Pangudi Luhur
Santo Yosef Surakarta, penulis membuat kisi-kisi wawancara dengan menentukan
beberapa aspek sebagai berikut :
Tabel 4: Panduan Wawancara untuk Guru
Fokus
Penelitian Aspek Pertanyaan Jumlah
Penarapan
Model
Pembelajara
n Blended
Based
Learning
pada Materi
Gereja dan
Dunia
Pemahaman a. Sebelum adanya pandemi COVID-
19 ini, model Pembelajaran apa
yang digunakan dalam
pembelajaran ?
b. Apakah yang anda ketahui tentang
model pembelajaran Blended
Based Learning ?
2
Pelaksanaan a. Bagaimana pelaksanaan model
pembelajaran Blended Based
Learning berlangsung ?
b. Bagaimana penerapan model
pembelajaran Blended Based
Learning pada materi Gereja dan
Dunia ?
c. Menurut Anda apakah model
pembelajaran Blended Based
Learning dapat mencapai tujuan
pembelajaran?
d. Menurut pengamatan Anda,
perubahan apa yang dialami oleh
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
siswa setelah mengalami
pergantian model pembelajaran
dari Cooperative Learning menjadi
Blended Based Learning ?
Harapan Apa harapan Anda setelah
menerapkan model pembelajaran
Blended Based Learning ?
1
Hasil Bagaimana hasil belajar siswa setelah
mengalami model pembelajaran
Blended Based Learning ?
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 5: Panduan Wawancara untuk Siswa
Fokus
Penelitian Aspek Pertanyaan Jumlah
Penarapan
Model
Pembelajar
an Blended
Based
Learning
pada
Materi
Gereja dan
Dunia
Pemahaman a. Sebelum adanya pandemi COVID-19
ini, model Pembelajaran apa yang
digunakan dalam pembelajaran?
b. Apakah yang anda ketahui tentang
model pembelajaran Blended Based
Learning ?
2
Pelaksanaan a. Bagaimana pelaksanaan model
pembelajaran Blended Based Learning
berlangsung ?
b. Bagaimana penerapan model
pembelajaran Blended Based Learning
pada materi Gereja dan Dunia ?
c. Menurut Anda apakah model
pembelajaran Blended Based Learning
dapat mencapai tujuan pembelajaran?
d. Bagaimana perubahan yang Anda
alami setelah perubahan model
pembelajaran Cooperative Learning
menjadi Blended Based Learning ?
4
Harapan Apa harapan Anda setelah
diterapkannya model pembelajaran
Blended Based Learning ini ?
1
Hasil Bagaimana hasil belajar Anda saat
mengalami model pembelajaran
Blended Based Learning ?
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel 6: Kisi-kisi Kuesioner
Fokus Aspek Konteks Pernyataan Nomor
Penerapan
model
pembelajaran
Blended
Based
Learning pada
materi Gereja
dan Dunia di
kelas XI
Bahasa SMA
Pangudi
Luhur Santo
Yosef
Surakarta
Pemahaman Pemahaman guru tentang model
pembelajaran Blended Based
Learning
1, 2
Penerapan Penerapan tentang model
pembelajaran Blended Based
Learning pada materi Gereja dan
Dunia
3, 4
Harapan Harapan guru tentang penerapan
model pembelajaran Blended Based
Learning
5,6
Niat Niat dari guru agar model
pembelajaran Blended Based
Learning dapat berjalan dengan
baik
7,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
KUESIONER PENELITIAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED BASED LEARNING
PADA MATERI GEREJA DAN DUNIA KELAS XI BAHASA, MATA
PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI
DI SMA PANGUDI LUHUR SANTO YOSEF SURAKARTA
Nama :
Guru :
Pendidikan :
Keterangan : SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Tabel 7: Kuesioner untuk Guru
No
.
Pernyataan SS S TS STS
1. Saya memahami berbagai model
pembelajaran
2. Saya memahami model
pembelajaran yang saya gunakan
3. Saya menggunakan model
pembelajaran Blended Based
Learning pada materi Gereja dan
Dunia
4. Saya menggunakan model
pembelajaran selain Blended
Based Learning pada materi
Gereja dan Dunia
5. Saya menginginkan agar Blended
Based Learning tetap diterapkan
meskipun pembelajaran tatap
muka sudah diterapkan secara
langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses
pengumpulan data, karena dari data yang berhasil dikumpulkan tersebut maka
dapat diteliti serta di analisis lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Terdapat beberapa tahap dalam melakukan proses analisis data ini, diantaranya
adalah tahap model air, yaitu adanya reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.
Adanya analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan alasan untuk
mengupayakan jalan bekerja dengan data, mengorganisir data, memilah-milah lalu
menjadikan satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan
menemukan pola, menentukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Menurut Lexy J. Moleong (2013 : 186), proses analisis data kualitatif
dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
6. Saya mengharapkan pelaksanaan
model pembelajaran Blended
Based Learningbisa sepenuhnya
dilakukan
7. Saya berniat untuk
menyempurnakan model
pembelajaran Blended Based
Learning ini agar lebih efektif
dalam mengajar Pendidikan
Agama Katolik khususnya pada
materi Gereja dan Dunia
8. Saya akan terus menggunakan
model pembelajaran Blended
Based Learning ini karena
memberi kemungkinan proses
pembelajaran secara bervariasi
dan kombinasi, baik secara luring
maupun daring.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen
pribadi, dokumen resmi, gambar foto dan sebagainya. Setelah ditelaah, langkah
selanjutnya adalah reduksi data, penyusunan satuan, kategorisasi dan yang
terakhir adalah penafsiran data.
Tahapan reduksi data sampai kepada tahapan kategorisasi data menurut
hemat penulis merupakan satu kesatuan proses yang bisa dihimpun dalam reduksi
data. Oleh karena itu, proses analisis data dilakukan melalui tahapan; reduksi data,
penyajian atau display data dan kesimpulan atau Verifikasi sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidak perlu.
2. Penyajian data
Menurut Miles dan Hubermen yang dikutip oleh Muhammad Idrus bahwa:
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
3. Kesimpulan atau verifikasi
Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam proses analisa data.
Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah
diperoleh. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang
dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta
1. Sejarah SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta
` Berdasarkan sumber website sekolah http://styosef.pangudiluhur.org/
dapat diperoleh informasi tentang profil SMA St. Yosef Surakarta. SMA St.
Yosef merupakan hasil pemisahan dari SMU Kanisius Surakarta. Pemisahan ini
terjadi pada tahun 1951. Kala itu yang menjadi Direktrisnya adalah Ibu dr. B.G.
Smith. Pemisahan ini secara resmi diakui Pemerintah pada tanggal 1 Juli 1952,
dengan SK no 15380/SUBs. Walaupun demikian Direktur resmi tetap menjadi
satu dengan induknya. Adapun hal-hal penting yang harus dicatat adalah :
Tanggal beridirinya adalah 17 Juli 1951 dan bertempat di gedung bekas HCS, dua
lantai, lantai 1 digunkan untuk SMP Kanisius II. Sekaramg seluruh bangunan ini
digunakan oleh SMP Bintang Laut (Pangudi Luhur Surakarta.
Alamat sampai tahun 1965m : di Jl. Slamet Riyadi 74 Surakarta, tepatnya sebelah
Barat simpang empat Nonongan.
Pada waktu didirikan SMU PL St. Yosef bernama SMA Katolik. Lalu
berganti nama menjadi SMA Kanisius Bagian Putera. Jadi nama yang sekarang
adalah nama yang ketiga. Sesuai dengan pnertiban Administrasi Pemerintah, maka
semua sekolah harus mencatatkan diri di Kanwil, supaya dengan demikian
instansi tersebut dapat memberikan sertifikat kepada sekolah-sekolah itu. SMU St.
Yosef pada tanggal 1 April 1978 menerima sertifikat dengan nomor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
056/XII/4.A/78. Dan dulu pernah pula menerima SK Subsidi dengan no Piagam
151.
Pada tahun 1970 dan tahun 1971 SMU St. Yosef menjadi ketua Rayon
untuk jurusan Sosial Budaya bagi SMU seluruh Kotamadya, kecuali SMU negeri
I, III, IV, V. Mulai tahun 1972 berlaku ujian sekolah, bahan, biaya, serta
pelaksanaannya seluruhnya menjadi tanggungan sekolah. Blanko ijazah yang
diterima dari kantor Perwakilan P&K Jateng diisi sendiri oleh sekolah. Untuk
perkembangan pendidikan saat ini SMU PL St. Yosef menyelenggarakan EBTA /
EBTANAS sesuai dengan Instruksi Pemerintah.
2. Visi, Misi, dan Motto SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta:
Menjadi tempat untuk membangun manusia muda yang smart penuh kasih dan
peduli.
Dengan menyediakan lingkungan pendidikan swasta yang kompetitif,
kreatif,kondusif,menyenangkan dan empatik.
DIPANSER HATI : Disiplin, Pandai, Remangat dan Rendahati.
3. Tujuan SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta:
a. Membentuk pribadi yang unggul dalam bidang akademis dan ketrampilan
b. Mewujudkan peserta didik yang berkarakter dan berdaya cipta
c. Mewujudkan peserta didik yang beriman akan Allah adalah kasih
d. Menciptakan iklim sharred mission, kerjasama dalam sekolah yang ditandai
persaudaraan sejati dan komunikasi iman yang dewasa
e. Menumbuhkan kepakaan peserta didik dan solidaritas terhadap sesama atau
masyarakat yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
4. Strategi SMA Pangudi luhur St. Yosef Surakarta:
a. Pendidikan dalam bentuk pengajaran terstruktur dengan kerangka acuan
kurikulum yang berlaku secara nasional dengan penekanan pada belajar
mandiri. Pendekatan semacam ini menuntut kreatifitas dan aktivitas siswa
secara penuh. Tugas terstruktur, praktikum, studi lapangan, dan kompetisi
merupakan bentuk pola interaksi pembelajaran yang selalu diusahakan
untuk membangun semangat eksploratif dan inovatif.
b. Pendampingan perkembangan kepribadian secara seimbang yang ditempuh
melalui kegiatan bimbingan dan konseling atau kegiatan kerohanian serta
kegiatan ektrakurikuler merupakan pengembangan kepribadian secara
menyeluruh. Pola kemitraan antara guru dengan siswa dalam proses
kegiatan menjadi wahana yang memungkinkan siswa berkembang secara
optimal.
c. Pengembangan komunikasi secara terbuka dengan siapa saja yang
berkehendak baik dengan mendasarkan pada asas kebenaran, keadilan,
kejujuran dan cinta kasih.
d. Membangun jaringan kerjasama dengan SMP pelanggan sebagai bentuk
pelayanan pendidikan yang berkesinambungan, dan kerjasama dengan
Perguruan Tinggi sebagai bentuk tanggungjawab sekolah untuk mengantar
mereka membuat pilihan yang matang bagi pendidikan lanjut selepas SMA.
e. Membangun komunikasi terbuka dan efektif dengan alumni dan komite
sekolah demi kemajuan dan perkembangan sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
B. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef
Surakarta. Subyek penelitian ini adalah sebagian besar siswa dari Kelas XI
Bahasa yang masih aktif mengikuti pembelajaran secara daring. Kelas XI
Bahasa atau dengan sebutan yaitu XI IBB (Ilmu Budaya dan Bahasa) sebagai
kelas penelitian berjumlah 11 peserta didik. Dalam penelitian ini, peneliti
mengikuti pembelajaran dengan materi Gereja dan Dunia sebanyak 4 (empat)
kali pertemuan secara daring.
Saat ini dikarenakan pembelajaran dilakukan secara daring, maka proses
itu pun juga harus terpaksa tidak dilakukan. Pengamatan hanya dilakukan pada
lingkungan masing-masing rumah siswa lalu menuangkannya dalam produk
mereka. Hal ini sekaligus membuat siswa menjadi tidak dapat saling memperkaya
dan saling memberi peneguhan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya sharing
pengalaman antar siswa satu kelas sehingga mereka tidak saling mengetahui hal-
hal apa saja yang mereka temukan dalam lingkungan tempat tinggal teman satu
kelasnya.
Tabel 8: Agenda Pelaksanaan Penelitian
Tanggal Waktu Kegiatan
Senin, 15 Februari
2021
08.00 – 09.00 Penyerahan surat izin penelitian
Rabu, 17 Februari
2021
07.00 – 09.00 Perizinan ke sekolah untuk
bergabung dalam kelas daring
09.00 – 09.30 Penjelasan kegiatan belajar
mengajar daring
Jumat, 19 Februari
2021
08.00 – 09.00 Pembuatan akun Microsoft team
365
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
09. 00 - 09.30 Persiapan mengajar + mengajar
Rabu, 24 Februari
2021
08.00 – 09.00 Persiapan keperluan untuk
KBM daring
Jumat, 26 Februari
2021
09.00 – 09.30 Persiapan mengajar + mengajar
Rabu, 3 Maret
2021
08.00 – 09.00 Persiapan keperluan untuk
KBM daring
Jumat, 5 Maret
2021
09.00 – 09.30 Persiapan mengajar + mengajar
Rabu, 10 Maret
2021
08.00 – 09.00 Persiapan keperluan untuk
KBM daring
Jumat, 12 Maret
2021
09.00 – 09.30 Persiapan mengajar + mengajar
Selasa, 16 Maret
2021
07.00 – 08. 00 Sidang Akademik
Rabu, 17 Maret
2021
08.00 – 09.00 Persiapan keperluan untuk
KBM daring
Jumat, 19 Maret
2021
09.00 – 09.30 Persiapan mengajar + mengajar
Selasa, 23 Maret
2021
07.00 – 08. 00 Sidang Akademik
Rabu, 24 Maret
2021
08.00 – 09.00 Persiapan keperluan untuk
KBM daring
Jumat, 26 Maret
2021
09.00 – 09.30 Persiapan mengajar + mengajar
Selasa, 30 Maret
2021
07.00 – 08. 00 Sidang Akademik
Penelitian dimulai pada tanggal 15 Februari 2021 yaitu dengan melakuan
observasi. Observasi dilakukan dengan tujuan agar peneliti mengetahui langkah-
langkah yang akan dilakukan pada saat penelitian bersama dengaan guru mata
pelajaran. Selain itu pada saat observasi dilakukan, peneliti juga juga berdiskusi
dengan guru mata pelajaran tentang perubahan model pembelajaran yang terjadi
di SMA Santo Yosef Surakarta. Pada saat observasi dilakukan, kegiatan
pembelajaran sedang tidak berlangsung karena jadwal pelajaran untuk mata
pelajaran Pendidikan Agama Katolik adalah setiap hari Jumat pukul 08.25 –
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
09.00. Materi Gereja dan Dunia dimulai pada tanggal 19 Februari 2021 dan
diakhiri pada tanggal 12 Maret 2021.
Penutupan kegiatan setiap materi dengan menghasilkan sebuah produk
bersama yang dilakukan secara berkelompok. Setiap kelompok beranggotakan 4
(empat) hingga 5 (lima) siswa. Anggota dari setiap kelompok tersebut berasal dari
berbagai jurusan. Masing-masing kelompok bebas menetukan produk yang akan
dibuat, pihak sekolah sudah memberikan pilihan sebelumnya yaitu podcast,
cerpen (cerita pendek), makalah, vlog, iklan. Masing-masing produk memiliki
guru pendamping guna mendampingi siswa dalam menciptakan produk yang
sesuai dengan ketentuan guru mata pelajaran.
Dalam produk tersebut harus mencakup mata pelajaran yang dibaurkan
(blending). Mata pelajaran peserta didik kelas XI Bahasa yang dibaurkan adalah
Pendidikan Agama Katolik, Bahasa Inggris, Biologi, PKWU (Prakarya dan
Kewirausahaan), Geografi, Bahasa Jerman, Fisika, Kimia, Bahasa Jawa,
Antropologi, PJOK (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan), Sejarah.
C. Rangkuman Hasil Wawancara dan Pembahasan
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada guru dan siswa Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas XI, maka dapat
dirangkum dapat hasil berdasarkan aspek-aspek sebagai berikut:
1. Aspek Pemahaman
a. Model pembelajaran apa yang digunakan dalam pembelajaran sebelum
adanya pandemi COVID-19 ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Selama ini model pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran tatap muka. Siswa kelas XI Bahasa mengalami masa peralihan dari
pembelajaran tatap muka secara langsung menjadi pembelajaran secara daring.
Siswa merasa bahwa selama ini diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran konvesional dan siswa tidak begitu memahami secara jelas model
pembalajaran yang diberikan oleh guru mata pelajaran. Selama ini siswa
mengalami pembelajaran seperti biasa tanpa mengetahui model pembelajaran
yang digunakan oleh guru mata pelajaran. Siswa hanya mengetahui tentang
materi yang diberikan oleh guru mata pelajaran sehingga siswa menerima masing-
masing materi dari setiap guru yang berbeda dan dengan cara mengajar yang
berbeda.
Siswa merasa bahwa hasil yang mereka dapatkan pada setiap mata
pelajaran tidak stabil atau mendapat rata-rata nilai yang sama. Hal itu terjadi
karena adannya beberapa faktor penyebab, salah satu faktornya yaitu karena
model pembelajaran yang digunakan masing-masing guru berbeda sehingga ada
yang mudah diterima oleh siswa dan juga ada yang membutuhkan waktu lebih
lama unutuk dapat diterima oleh siswa.
Sedangkan menurut salah satu guru mata pelajaran di sekolah tersebut,
pembelajaran yang dilakukan sebelumnya yaitu tatap muka secara langsung
dengan menggunakan macam-macam model pembelajaran. Model pembelajaran
yang paling sering digunakan adalah praxis kateketik. Model pembelajaran
tersebut memang bukanlah model pembelajaran yang umum digunakan untuk
mengajar siswa SMA. Menurutnya, model pembelajaran yang digunakannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
adalah yang paling relevan untuk diterapkan dalam mengajar pelajaran Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti. Model ini bertujuan mengajak siswa agar
mudah menerapkan materi yang diberikan dalam kehidupan dalam bermasyarakat
maupun dalam hidup menggereja. Selain itu, model pembelajaran ini dipilih dan
dilakukan agar praktek keagamaan yang berupa pewartaan iman tersebut dapat
diwujudkan oleh siswa.
Model pembelajaran ini tetap berpegang dan berinti pada teori dan materi
namun penekanan yang diberikan adalah berupa praktek keagamaan. Model lain
yang digunakan yaitu berupa bedah kasus, diskusi, dan contextual learning.
Dengan adanya macam-macam model pembelajaran tersebut, akan menghasilkan
sebuah praktek yang dilakukan secara bersama oleh siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa sebelum adanya pandemi COVID-19 ini,
siswa tidak terlalu memahami model pembelajaran yang dipraktekkan oleh guru
mata pelajaran karena tidak ada penjelasan sebelum memulai materi. Selain itu,
siswa tidak menerima cara penyampaian materi yang sama dari masing-masing
guru mata pelajaran dikarenakan masing-masing guru mata pelajaran
menggunakan cara ajar masing-masing.
Siswa selama ini menangkap bahwa pembelajaran tatap muka justru
sebagai salah satu model pembelajaran. Sedangkan yang dimaksudkan model
pembelajaran ialah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala
aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala
fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam
proses belajar mengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
b. Apakah yang anda ketahui tentang model pembelajaran Blended Based
Learning ?
Model pembelajaran Blended Based Learning adalah penggabungan atau
kolaborasi antar mata pelajaran dengan mengusung satu tema lalu diaplikasikan
menjadi sebuah produk. Bisa juga dikatakan sebagai pencampuran pada setiap
materi mata pelajaran menjadi satu yang menghasilkan sebuah produk. Kurikulum
pembelajarannya pun dilaksanakan tidak tatap muka secara langsung. Adapun
contoh produk yang dihasilkan yaitu berupa podcast, iklan, vlog,makalah dan film
pendek, cerita pendek. Dari berbagai pilihan tersebut, rata-rata siswa di kelas XI
Bahasa memilih podcast.
Saat ini SMA Pangudi Luhur Santo yosef mengalami perubahan
penyebutan model pembelajaran. Pada awalnya, sekolah ini menyebut model
pembelajaran ini sebagai Blended Based Learning namun setelah itu terdapat
pergantian menjadi Colaborative Learning. Kedua model pembelajaran tersebut
tidak terdapat pembedaan yang berarti karena memiliki sistem pembelajaran yang
sama. Model pembelajaran ini adalah suatu bentuk pencampuran beberapa mata
pelajaran. Walau begitu, tidak semua mata pelajaran tergabung dalam model
pembelajaran ini.
Mata pelajaran yang terlibat untuk menjalankan model pembelajaran ini
adalah Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Antropologi, Matematika,
dan Prakarya dan Kewirausahaan. Pencampuran mata pelajaran ini dirasa akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
lebih mengembangkan minat belajar siswa. Siswa juga diajak untuk bisa berpikir
lebih kreatif dengan adanya pencampuran mata pelajaran tersebut.
Penggabungan mata pelajaran ini sebenarnya tidak semata-mata hanya
mencampurkan mata pelajaran yang satu dengan lainnya saja namun
penekanannya lebih pada pengembangan kreativitas serta kemandirian siswa agar
dapat berpikir secara kritis. Secara teoritis memang model pembelajaran ini tidak
berjalan sesuai dengan semestinya karena seharusnya terdapat penggabungan
pertemuan tatap muka dalam melakukan kegiatan belajar dan mengajar. Pada
prinsipnya, pelaksanaan model pembelajaran ini tetap membaurkan mata pelajaran
namun karena terhalang oleh adanya pandemi maka mengakibatkan tidak adanya
pertemuan antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa lainnya.
Pembauran mata pelajaran ini juga memiliki arti sebagai pencampuran dua
model pembelajaran yaitu Project Based Learning dan Colaborative Learning,
keduanya saling berkaitan dan menghasilkan sebuah produk. Produk itulah yang
dijadikan sebagai salah satu sumber nilai yang akan diperoleh oleh siswa. Hal ini
juga dilakukan dalam rangka mengembangkan soft skill dan hard skill siswa.
Sehingga sekakigus juga dalam rangka membantu siswa untuk dapat
mengembangkan kemampuan diri berdasarkan materi pembelajaran dan
diwujudkan dalam produk yang dipilih oleh siswa yang bersangkutan.
Menurut pengalaman siswa saat memilih produk iklan, siswa merasa
bekerja sendiri sehingga muncul rasa terbebani dalam diri pribadi siswa. Lain hal
juga dirasakan oleh siswa saat siswa tersebut mencoba mengajak siswa lainnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
untuk produktif. Namun justru yang didapatkannya justru tidak adanya tanggapan
dari teman lain dalam satu kelompok. Hal inilah yang membuat siswa merasa
cukup tidak mengerti dengan sistem model pembelajaran ini. Menurutnya model
pembelajran ini seharusnya justru membuat semua siswa menjadi lebih aktif
namun yang dialami justru terdapat sebagian siswa yang tidak memanfaatkan ini
dengan baik.
2. Aspek Pelaksanaan
a. Pelaksanaan model pembelajaran Blended Based Learning berlangsung
Pelaksanaan model pembelajara ini menggabungkan mata pelajaran
pilihan yang telah ditentukan oleh tim BBL sehingga tidak semua mata pelajaran
bisa di kolaborasikan dalam satuan model pembelajaran. Produk yang dihasilkan
akan dipertanggung jawabkan dengan adanya SA (Sidang Akademik) sehingga
tidak perlu ada tambahan ujian lagi. Pelaksanaannya dilakukan secara online serta
PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) menggunakan Microsoft Team 365.
Pelaksanaannya adalah guru memberikan materi dengan diawali
menjelaskan kompetensi dasar sesuai dengan pertemuan hari itu lalu memberi
gambaran tentang hal yang akan dibahas selama pertemuan. Setiap kali pertemuan
virtual berlangsung maka guru mata pelajaran akan menanyakan tentang produk
yang dibuat siswa. Setelah itu, guru akan memberi arahan tentang produk sesuai
dengan pilihan masing-masing siswa. Pengarahan produk ini adalah hal yang
penting karena memuat tentang hal-hal yang harus di masukan dalam produk
tersebut. Dalam produk tersebut juga harus ada kaitannya dengan semua mata
pelajaran yang masuk dalam mata pelajaran kolaborasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Dalam penerapan model belajar ini, sedari awal SMA Santo Yosef
langsung menggunakan aplikasi Microsoft Team. Dalam pertemuan virtual
tersebut, guru mata pelajaran tidak mengajar secara penuh sesuai jam mata
pelajaran. Pertemuan virtual tersebut digunakan untuk mendampingi siswa dalam
pengerjaan produk dan juga sekaligus sebagai salah satu praktek pelaksanaan
model pembelajaran Blended Based Learning ini.
Normalnya model pembelajaran Blended Based Learning memang
terdapat kolaborasi pembelajaran secara daring dan luring namun karena kondisi
yang belum memungkinkan, maka kebijakan dari pihak sekolah hanya
membimbing siswa melalui via daring. Selain menggunakan aplikasi Microsoft
Team 365, pendampingan kepada siswa juga dapat melalui aplikasi WhatsApp.
Pemanfaatan apikasi WhatsApp ini bersifat lebih personal dan seringkali
digunakan untuk mengingatkan siswa untuk melakukan proses produk mereka
masing-masing.
b. Bagaimana penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada
materi Gereja dan Dunia ?
Penerapan model ini terdapat penggabungan dengan produk (hasil
keluaaran) dengan pilihan produk terbanyak dari siswa yaitu podcast. Podcast
memiliki peminat yang paling banyak diantara pilihan produk lainnya karena
dirasa lebih mudah menyampaikan materi secara lisan. Sebagian besar siswa dari
kelas XI Bahasa memilih podcast karena mereka menyadari kemampuan mereka
untuk berbahasa dengan baik sehingga apabila disampaikan dengan podcast maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
akan lebih mudah diterima oleh pendengar.
Penerapan model pembelajaran ini dalam materi Gereja dan Dunia pun
juga dirasa oleh sebagian besar siswa kelas XI Bahasa lebih mudah dipahami. Hal
ini karena pada materi ini lebih mengutamakan aksi siswa ditengah masyarakat.
Siswa bisa langsung mempaktekkan materi yang mereka terima dalam lingkungan
rumah mereka sehingga dampak dari penerapan model Blended Based Learning
pada materi Gereja dan Dunia ini sangat dirasakan siswa.
Pada saat pertemuan virtual dilakukan, maka guru langsung menjelaskan
tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi di Gereja mapun dunia. Lalu
guru menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang perlu dilakukan sebagai
siswa sebagai salah satu wujud pencegahan adanya perpecahan di Gereja maupun
dunia. Penjelasan ini hanya sebagai pengantar siswa agar memiliki gambaran
tentang materi tersebut namun siswa lebih dituntun agar dapat menemukan sendiri
permasalahan yang ditemukan di Gereja dan dunia serta didampingi agar siswa
dapat menemukan cara agar hal-hal tersebut dapat diminimalisir.
Walau begitu terdapat juga siswa yang merasa bahwa model pembelajaran
Blended Based Learning ini tidak mudah diterapkan dalam materi Gereja dan
Dunia. Namun hal ini lebih mengacu pada kurangnya kesadaran teman satu
kelompok dalam pembuatan produk. Saat memilih produk podcast ini sebenarnya
besar harapan siswa tersebut untuk dapat menghasilkan nilai yang lebih baik lagi
namun akibat kurangnya kesadaran dalam diri siswa maka membuat siswa lain
justru merasa dirugikan.
Keikutsertaan mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dalam program model pembelajaran ini justru sangat berdampak positif bagi
siswa, guru maupun mata pelajaran lain. Hal ini dirasakan oleh pihak-pihak
tersebut karena mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik ini justru bisa
menjawab tantangan zaman serta menjawab persoalan-persoalan yang terjadi di
setiap mata pelajaran. Dengan adanya model pembelajaran ini pula, maka siswa
juga didampingi untuk dapat melihat dunia secara lebih luas karena saat ini dunia
sedang berada dalam sebuah lingkup yang menegangkan. Maka materi ini dinilai
sebagai materi yang sangat kontekstual dengan kondisi saat ini dan dengan adanya
model pembelajaran ini maka siswa pun dapat ikut mengambil peran didalamnya.
c. Menurut Anda apakah model pembelajaran Blended Based Learning dapat
mencapai tujuan pembelajaran?
Menurut siswa model pembelajaran Blended Based Learning ini bisa
mencapai pembelajaran, asalkan dari siswa sendiri memiliki niat tersendiri untuk
berubah dan maju kedepan. Contoh yang dialami oleh siswa adalah ketika ada
siswa lain yang suka membaca buku dan belajar, walaupun dilakukan secara
daring namun tetap masih semangat untuk belajar serta mencapai pada tujuan.
Lalu hal tersebut ternyata membuat siswa lain menjadi semangat dalam belajar
meskipun dilakukan secara daring. Siswa mengalami sendiri pengaruh baik ketika
menggunakan model belajar ini, saah satunya adalah siswa dapat menemukan cara
belajar yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Hal serupa juga dialami oleh siswa lainnya, menurutnya sebuah cara
pembelajaran harus memiliki evaluasi dan juga memiliki sebuah cara agar lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
bisa baik lagi dari sebelumnya. Sehingga sebagai siswa, mereka sangat
memerlukan Blended Based Learning ini karena dirasa lebih sesuai dengan
ketertarikan yang diingini siswa. Seperti hal nya ketika salah seorang siswa
menyukai cerpen dan juga sekaligus menyukai podcast sehingga siswa tersebut
dapat bercerita serta menuangkan ide-ide nya dalam mata pelajaran ini. Dengan
begitu siswa justru dapat mengalami pembelajaran dengan santai dan tidak merasa
terbebani karena belajar sesuai dengan minatnya. Hal ini pun juga berdampak
pada ketertarikannya dalam belajar sehingga siswa dapat mencapai pada tujuan
pembelajaran.
Secara keseluruhan, maka pelaksanaan model pembelajaran Blended
Based Learning ini dirasa sudah mencapai tujuan pembelajaran. Terkhusus pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, pelaksanaan model
pembelajaran ini dirasa sangat membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Hal ini dilihat dari siswa yang bisa langsung menjawab dan menemukan sendiri
permasalahan yang ditemukan saat mengalami mata pelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti ini.
Penggunaan model pembelajaran Blended Based Learning ini juga bisa
langsung dipertanggung jawabkan oleh siswa yang dilihat dari produk yang siswa
hasilkan. Saat sebelum menggunakan model pembelajran ini, siswa hanya semata-
mata mempertanggung jawabkan hasil belajarnya melalui ujian atau ulangan
harian sehingga kemampuan siswa seakan hanya terbatas pada kemampuan siswa
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru mata pelajaran. Sedangkan saat
ini ketika telah menggunakan model pembelajaran Blended Based Learning maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
guru bisa menilai kemampuan siswa memahami materi dari segi ketrampilan
siswa masing-masing. Hal inilah dasar dapat dikatakannya bahwa model
pembelajaran ini telah mencapai tujuan pembelajaran yaitu saat siswa dapat
memperoleh hasil terbaiknya dalam belajar dan diwujudkan dalam hal yang sesuai
dengan minat dan ketertarikannya.
d. Bagaimana perubahan yang Anda alami setelah perubahan model pembelajaran
Cooperative Learning menjadi Blended Based Learning ?
Perubahan yang di alami siswa saat menerapkan model pembelajaran ini
adalah kinerja otak yang dirasa dapat bekerja dua kali lipat. Hal ini dikarenakan
siswa yang harus menggabungkan banyak materi dari banyak mata pelajaran
untuk dijadikan satu produk. Selain itu dengan pelaksanaan model pembelajaran
ini juga sekaligus membuat siswa belajar untuk bekerja dalam kelompok karena
sebelumnya lebih dominan belajar secara mandiri.
Bekerja dalam kelompok juga menjadi salah satu keuntungan dari
penggunaan model pembelajaran ini karena dapat melatih siswa agar dapat
mengorganisasi dalam tim serta mengembangkan kemampuan dalam komunikasi.
Walau begitu ada salah seorang siswa yang justru merasa kesusahan saat
dilaksanakannya perubahan model pembelajaran ini ketika disatukan dengan
anggota yang belum dikenal karena kelompok dibagi secara acak dari kelas IPA,
IPS, dan Bahasa. Menurut siswa tersebut, apabila dalam satu kelompok ada yang
belum dikenal maka tidak mudah dalam mengkoordinasikan pembagian tugas.
Hal tersebut yang di alami oleh siswa. Misalnya saat siswa tersebut berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
untuk mengirim pesan dalam group WhatsApp untuk mengajak anggota baik laki-
laki maupun perempuan untuk mengerjakan produk lalu tidak ada satu pun yang
menjawab.
Ketika sudah mendekati hari terakhir pengumpulan tugas lalu barulah
muncul kesadaran dari siswa lain untuk mengerjakan produk. Hal itulah yang
dirasa menyusahkan siswa lainnya. Di samping itu, siswa tersebut sebenarnya
telah memiliki semangat yang tinggi untuk menyelesaikan tanggung jawabnya
sebagai pelajar dalam kelompok. Namun yang mengalami kejadian tersebut hanya
satu atau dua orang saja sedangkan siswa lainnya lebih condong pada merasakan
keuntungan saat melaksanakan model pembelajaran ini.
Siswa lainnya lebih banyak mengalami keuntungan, diantaranya adalah
siswa yang telah menemukan gaya belajarnya yang sesuai. Lalu juga sekaligus
bisa mendapat hal baru dan merasakan tantangan yang baru yaitu ketika
pembelajaran dari yang biasanya hanya berupa pemberian materi-materi yang bisa
dibaca atau hafalan dan kini menjadi pembelajaran yang mengutamakan praktek.
Selain itu, siswa juga mengalami perubahan yaitu mereka menjadi lebih
bertanggung jawab dengan produk yang telah mereka pilih.
3. Aspek Harapan
a. Apa harapan Anda setelah diterapkannya model pembelajaran Blended Based
Learning ini ?
Harapan dari siswa yang merasa tidak terlalu diuntungkan dengan model
pembelajaran ini yaitu tidak semakin bertambahnya orang-orang yang sok bijak
(ingin terlihat bijaksana) tetapi justru pengetahuannya yang sedikit. Siswa tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
berpendapat demikian karena menurut pengalamannya, siswa lain yang satu
kelompok dengannya tersebut telah merasa diri bahwa dirinya sudah sangat baik
sehingga dengan mudahnya mereka meremehkan tugas tersebut. Contoh lain yang
diberikan adalah ketika ada salah seorang teman kelasnya yang mengidolakan
orang yang tidak bersekolah namun bisa sukses hasil dari kontrovesi. Hal tersebut
justru dijadikan panutan oleh teman siswa tersebut padahal menurutnya tidak
semua orang memiliki keberuntungan yang sama dengan orang yang diidolakan
tersebut. Ia pun juga sangat mengharapkan untuk segera dilaksanaannya sekolah
secara luring.
Hal lain justru dirasakan oleh siswa lainnya yaitu mereka bisa semakin
meningkatkan nilai-nilai di semua mata pelajaran karena mereka merasa bahwa
model pembelajaran Blended Based Learning ini memudahkan siswa untuk
memahami materi. Selain itu model pembelajaran ini pun diharapkan dapat
meningkatkan semangat dalam diri siswa untuk menempuh setiap mata
pembelajan. Besar harapan siswa agar seluruh mata pelajaran yang belum
bergabung dalam program ini pun dapat dikolaborasikan juga sehingga setiap
tema yang diberikan kepada siswa lebih dengan mudah dikenali sehingga siswa
tidak asing dengan setiap tema dalam setiap mata pelajaran sehingga siswa tidak
kesulitan dalam mengalami pembelajaran.
Tidak hanya dari siswanya saja, guru mata pelajaran terkait yaitu
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti pun juga mengharapkan bahwa ada
atau tidaknya pandemi di Indonesia, model pembelajaran ini tetap dilaksanakan
secara lebih mendalam dan serius. Karena menurutnya, saat ini pelaksanaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
model pembelajaran Blended Based Learning di SMA Pangudi Luhur Santo
Yosef Surakarta belum dilaksanakan secara serius. Hal ini dikarenakan tidak
diperbolehkannya pertemuan secara langsung berskala besar oleh pemerintah.
Model pembelajaran ini pun diharapkan menjadi alternatif bagi siswa dan
guru agar dapat bekerja sama mewujudkan siswa yang dapat belajar melalui
penemuannya sendiri. Terlebih dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti khususnya pada materi Gereja dan Dunia ini lebih mengarah
pada praktek keagamaan atau pengalaman siswa dalam menghadapi Gereja dan
dunia masa kini. Model pembelajaran ini telah dirasa dapat banyak membantu
memperlancar pembelajaran sehingga harapannya tetap terus dilangsungkan
walau sudah tidak terdampak adanya pandemi.
4. Aspek Hasil Belajar
a. Bagaimana hasil belajar Anda saat mengalami model pembelajaran Blended
Based Learning ?
Sejauh ini, hasil belajar yang dialami oleh siswa ketika menggunakan
model pembelajaran ini pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti khususnya pada materi Gereja dan Dunia ini dapat dikatakan lebih baik
dari sebelumnya. Bahkan dikatakan pula bahwa perbaikan nilai ini bukan hanya
terjadi pada satu mata pelajaran saja namun juga pada mata pelajaran yang lain.
Siswa merasakan dampak baiknya dari perubahan model pembelajaran ini.
Meskipun dilakukan secar daring namun nyatanya siswa tetap dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Hasil yang didapatkan oleh sebagian besar siswa sudah baik dari
sebelumnya, hal ini dikarenakan siswa yang dapat menikmati proses belajar
sehingga tidak merasa terbebani setiap kali pembelajaran berlangsung. Walau
begitu tetap ada satu siswa yang merasa bahwa hasil yang didapatkan masih
kurang karena siswa tersebut pun masih dalam fase penyesuaian diri. Siswa
tersebut sebenarnya merasa terbantu dengan adanya model pembelajaran ini hanya
saja ia mengalami satu kesulitan dalam berkomunikasi dengan anggota lainnya
sehingga penyesuaian diri sangat diperlukan.
Sedangkan hasil belajar siswa lainnya pun kebanyakan dapat dikatakan
tidak terlalu bagus namun juga tidak terlalu buruk, sehingga berada di tengah-
tengah karena sempat mengalami kesulitan. Kesulitan sempat terjadi di awal
pelaksanaan model pembelajaran ini dan seiring berjalannya waktu siswa bisa
menyesuaikan diri karena sudah melaksanakan model pembelajaran tersebut.
Adapun kesulitan yang sempat dialami siswa disebabkan karena adanya aspek
tertentu yang belum dipahami siswa dan adanya banyak godaan dari dirinya siswa
sendiri seperti menghabiskan waktu untuk bermain sosial media yang tidak ada
kaitannya dengan pembelajaran.
Menurut guru mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti,
hasil yang diperoleh siswa dengan adanya model pembelajaran ini kini cukup
memuaskan. Dikatakan demikian karena siswa yang memperoleh nilai
memuaskan sudah lebih dari 50%. Menurutnya, hasil belajar siswa saat ini
mengalami peningkatan dikarenakan siswa yang dapat belajar sendiri dari
pengalamannya. Ditambah lagi siswa yang dapat bekerja sama dengan siswa lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dari jurusan yang berbeda sehingga hasil yang didapatkan adalah hasil pemikiran
dari berbagai jurusan.
Tanpa disadari model pembelajaran Blended Based Learning ini tidak
hanya mempengaruhi hasil belajar siswa di bidang akademik saja namun juga
sekaligus berpengaruh di bidang non akademik. Hal ini dirasakan langsung oleh
siswa, salah satu contohnya adalah saat siswa mampu menuangkan ide nya dalam
produk tersebut berupa cerpen (cerita pendek). Siswa tersebut mengatakan bahwa
ketertarikannya dalam membuat cerpen kini meningkat dan sudah terolah
sehingga ia kini membuat cerpen di luar produk mata pelajarannya.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis membahas dan mendeskripsikan penerapan model
pembelajaran Blended Based Learning pada materi Gereja dan Dunia kelas XI
Bahasa, mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di SMA
Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta. Penulis menggunakan aplikasi Whatsapp
sebagai media untuk melakukan wawancara pada siswa kelas XI Bahasa yang
dilakukan secara berkala yang dimulai pada tanggal 20 April dan diakhiri pada
tanggal 29 April 2021.
Dari hasil tersebut, responden merasa terbantu dengan adanya pelaksanaan
model pembelajaran Blended Based Learning. Sebagian besar siswa mengatakan
bahwa hasil yang didapat setelah penerapan model pembelajaran ini cukup
memuaskan. Hasil yang diperoleh tidak semata-mata pada mata pelajaran saja
namun juga diluar mata pelajaran.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh penulis pada bagian awal penulisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
ini dalam pengertian penerapan menurut J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain
(1996 : 1487) yaitu hal, cara atau hasil maka para siswa di kelas XI Bahasa telah
melakukan penerapan ini karena siswa melakukan kegiatan lalu mendapatkan
hasil dari kegiatan tersebut. Hasil yang didapatkan dari kegiatan tersebut dapat
berupa nilai pada mata pelajaran maupun berupa peningkatan soft skills pada
masing-masig siswa. Hasil yang didapat pada masing-masing siswa tentu tidak
semuanya sama karena produk yang dijadikan sebagai hasil belajar siswa tersebut
beragam seperti yang telah dikemukakan penulis di awal.
Penerapan model pembelajaran Blended Based Learning ini dirasa sangat
membantu siswa dalam menemukan minat nya untuk belajar. Hal ini dikarenakan
siswa bebas untuk memilih jenis produk yang akan dihasilkan dalam rangka untuk
penilaian. Seperti yang dikemukakan sebelumnya yaitu pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Blended Based Learning menggabungkan
berbagai cara penyampaian, model pendidikan, gaya pembelajaran, serta berbagai
media berbasis teknologi yang beragam. Hal serupa juga dilakukan oleh guru
mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ini. Guru tersebut
mengajar siswa dengan berbagai cara yang dapat membangun semangat belajar
siswa pada saat pembelajaran daring ini berlangsung. Tidak hanya cara mengajar
nya saja, berbagai metode pengajaran juga dilakukan agar siswa dapat lebih
dengan mudah mengimplementasikan materi yang didapatkan di kelas daring
dengan kenyataan yang terjadi di lapangan (lingkungan rumah siswa).
Penerapan model pembelajaran Blended Based Learning yang dilakukan
di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta ini sejalan dengan karakteristik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Blended Based Learning yang karena menerapkan adanya kontinuitas antara guru
dengan siswa. Adanya proses keberlanjutan ini sesuai dengan yang terjadi di
sekolah tersebut karena dalam pembuatan satu produk, siswa dimbimbing tidak
hanya satu kali namun hingga empat kali pertemuan. Pertemuan ini dilaksanakan
setiap hari Selasa dan ditutup dengan presentasi produk oleh siswa dengan
bimbingan guru pembimbing produk. Adanya kontinuitas dalam pelaksanaan
model pembelajaran ini juga salah satu upaya dari sekolah agar tetap bertanggung
jawab atas pendampingan pendidikan siswa saat pembelajaran secara daring. Guru
menyadari bahwa siswa saat ini sangat membutuhkan pendampingan dari guru
terlebih dalam menciptakan sebuah produk yang terdiri dari berbagai mata
pelajaran yang dibaurkan (blended).
Dalam wawancara, responden 1 (R1) mengatakan bahwa keberhasilan
pelaksanaan model pembelajaran ini juga tergantung dari siswa lainnya yang
tergabung dalam satu kelompok. Hal ini disebabkan pelaksanaan model
pembelajaran Blended Based Learning memiliki beberapa aspek dalam aktivitas
nya yaitu sinkron maya berupa kelas virtual dan sinkron langsung berupa diskusi.
Responden tersebut mengalami hal yang dirasa justru menyulitkannya karena
aspek dalam aktivitas Blended Based Learning tidak berjalan dengan baik karena
teman satu kelompok yang tidak bekerja sama dengan baik untuk menyelesaikan
tugas.
Penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada materi
Gereja dan Dunia ini dirasa telah mencapai pada tujuan yang telah dirumuskan di
awal. Menurut guru mata pelajaran terkait, praktek katekis yang juga diterapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
dalam pemberian materi ini juga membantu melancarkan keberhasilan pengajaran.
Siswa mampu untuk menemukan sendiri jawaban atas permasalahan yang menjadi
pokok bahasan dalam materi. Sama seperti yang telah dikemukakan oleh Uwes
Anis Chaeruman (2018:10) dalam kuadaran seting belajar Blended Based
Learning yaitu pada bagian asinkron mandiri bahwa peserta belajar dapat belajar
kapan saja, di mana saja, sesuai dengan kondisi dan kecepatan belajarnya masing-
masing. Aktivitas belajar dalam AM diantaranya adalah membaca, mendengarkan,
menonton, mempraktekkan, mensimulasikan dan latihan dengan memanfaatkan
obyek belajar (materi digital) tertentu yang relevan.
Responden 2 (R2) mengungkapkan bahwa pelaksanaan model
pembelajaran ini sangat disukai nya karena banyak membantu proses
pembelajarannya. Pembelajaran dirasa lebih hidup dan lebih variatif sehingga
mampu berpikir seacra lebih luas dan terbuka. Hal yang sama juga dikemukakan
oleh responden 3 (R3), responden 4 (R4), dan responden 5 (R5). Mereka
mengatakan bahwa pelaksanaan model pembelajaran ini sesuai dengan harapan
mereka untuk belajar. Selama bertahun-tahun mereka belajar dengan sistem tanya
jawab dan sedikit diskusi dengan sesama siswa akhirnya menurutnya justru
menjadikannya menjadi tidak kreatif dan tidak menemukan hal-hal baru.
Responden juga merasa bahwa adanya kecocokan yang terjadi ketika mata
pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti khususnya pada materi
Gereja dan Dunia ini diterapkan dengan model pembelajaran Blended Based
Learning.
Pada masa pandemi seperti ini pembelajaran secara daring menjadi cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
utama agar pembelajaran tetap berlangsung. Ini justru menjadi tantangan yang
tidak mudah bagi guru maupun siswa. Bagi guru, tantangan yang dialami lebih
kepada pemberian materi yang sekiranya mudah diterima oleh siswa sehingga
pembelajaran yang aktif tetap dapat dilakukan dengan lancar walaupun secara
daring. Sedangkan bagi siswa, pembelajaran daring ini juga memiliki tantangan
tersendiri yaitu perlunya meningkatkan konsetrasi lebih tinggi dari biasanya agar
penjelasan yang disampaikan melalui daring dapat tertangkap dengan baik.
Menurut Miarso (2004:76), penerapan teknologi dalam bidang industri ini
(pendidikan) di satu pihak memang membawa korban dengan digantikannya
tenaga manusia yang bersifat mekanistis dan kurang efisien, namun dipihak lain
juga meningkatkan harkat manusia, karena kegiatan yang non manusiawi
dilakukan oleh mesin. Hal tersebut juga dialami oleh guru mata pelajaran terkait
karena adanya ketidakseimbangan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar,
ketidakseimbangan yang terjadi karena pada pembelajaran sebelumnya selalu
tidak melalui perantara teknologi. Walau begitu, peran guru tetap menjadi yang
utama dan sangat penting. Guru memegang kendali terhadap pendampingan siswa
dalam proses belajar meskipun dilakukan secara daring. Hal ini yang pada
akhirnya nanti juga menentukan kesuksesan penerapan model pembelajaran ini
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti khususnya
materi Gereja dan Dunia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
E. Refleksi Kateketis
Menurut Paus Paulus Yohanes II dalam Catechesi Tradendae (CT art 20)
yaitu berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan
dari hari ke hari mengembangkan menuju kepenuhannya serta makin
memantapkan peri hidup Kristen umat beriman, muda maupun tua. Pada
pelaksanaan model pembelajaran Blended Based Learning khususnya mata
pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti pada materi Gereja dan
Dunia juga mengajarkan bahwa siswa pun juga bagian dari umat yang layak
menerima bantuan Allah melalui berkat. Siswa adalah bagian penting dari lingkup
persekolahan, dalam diri mereka terdapat iman yang sedang tumbuh dengan
dampingan guru maupun orang tua.
Setiap siswa memiliki bagian yang sama untuk menerima berkat lewat
bantuan warga sekolah. Salah satu wujud dari penyaluran berkat tersebut adalah
dengan adanya mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.
Pelaksanaan model pembelajaran Blended Based Learning adalah salah satu cara
yang dipandang untuk dapat mempermudah menyaluran berkat Allah tersebut.
Penerapan model ini lebih mengarah kepada praxis katekese sehingga siwa belajar
sendiri melalui pengalaman yang di alami. Lewat pengalaman tersebut siswa
sekaligus diajak untuk mampu melihat Gereja dan Dunia masa kini. Siswa
dituntun untuk dapat memberikan dampak baik pada kedua hal tersebut. Kegiatan
ini adalah salah satu bentuk pelaksanaan upaya pertumbuhan iman anak yang
terjadi di lingkup persekolahan walaupun karena faktor pandemi ini tidak dapat
dilakukan di lingkungan sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Pada materi Gereja dan Dunia terdapat beberapa keprihatinan yang saat ini
tidak jarang ditemui di Indonesia. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain
kemiskinan, perusakan linkungan, ketidak adilan sosial, serta perkembangan
IPTEK. Keprihatinan tersebut bahkan sudah tertulis dalam alkitab, seperti yang
tertulis pada Roma 12:2 yaitu “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan
manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna.” Pada kutipan ayat tersebut jelas mengatakan bahwa alkitab pun
memandang bahwa dunia ini adalah tempat yang berbahaya.
Hal inilah yang justru diajarkan pada siwa kelas XI Bahasa di SMA
Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta melalui penerapan model pembelajaran
Blended Based Learning pada materi Gereja dan Dunia. Siswa diajak untuk
bersama-sama mengupayakan adanya keselamatan dalam dunia ini. Siswa secara
langsung turut ambil bagian untuk menjadi penolong bagi sesamanya di lingkup
sekitar rumah tinggal mereka. Melalui kegiatan ini pula, pertumbuhan iman siswa
juga diolah agar mereka semakin mampu menyadari berkat Allah yang hadir
dalam dirinya.
Sedangkan adanya dari kegiatan ini juga menyadarkan penulis bahwa
adanya kondisi ini harus sebisa mungkin tetap dihadapi dengan bijaksana. Penulis
juga belajar dari pengalaman siswa yang pada saat wawancara telah berakhir
menyempatkan diri untuk bercerita. Beberapa dari siswa bercerita kepada penulis
tentang keresahannya sebagai pelajar yang harus belajar dari rumah sedangkan
keadaan di rumahnya tidak mendukung untuk belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Dalam motto penulisan skripsi ini juga sekaligus menjadi penyemangat
bagi penulis dalam melakukan setiap kegiatan termasuk dalam rangkaian
penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulis adalah kaum muda yang
harus mampu membuat dorongan yang positif, baik kepada diri sendiri maupun
kepada sesama. Terlebih pada saat yang kurang baik ini, dengan kerendahan hati
penulis harus menyadari keadaan sekitar, baik yang ada di lingkup Gereja maupun
lingkup masyarakat seperti yang sedang dibahas penulis pada penulisan ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
BAB V
PENUTUP
Pada bagian penutup penulis memaparkan kesimpulan dan saran tentang
penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada materi Gereja dan
Dunia kelas XI Bahasa, mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta. Bagian ini memuat inti
dari seluruh proses dalam penyusunan skripsi, sedangkan bagian saran memuat
beberapa hal yang dapat digunakan untuk penyempurnaan penerapan model
pembelajaran Blended Based Learning di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef
Surakarta.
A. Kesimpulan
Pada masa seperti saat ini, pembelajaran secara daring memang menjadi
satu-satunya cara yang paling diandalkan agar proses pembelajaran tetap dapat
terlaksanakan. Penggunaan macam-macam model pembelajaran agar siswa
menikmati pembelajaran juga telah dilakukan di berbagai sekolah. Model
pembelajaran Blended Based Learning adalah contoh model pembelajaran yang
digunakan oleh SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta untuk diterapkan
dalam beberapa mata pelajaran pilihan. Pelaksanaan model pembelajaran ini
dirasa mampu untuk menjawab persoalan dalam bidang pendidikan apabila
sedang terdampak hal-hal diluar dugaan khususnya pandemi COVID-19.
Penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada mata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti khususnya materi Gereja
dan Dunia di kelas XI Bahasa berjalan dengan baik dan lancar. Adanya praktek
pada setiap materi pembelajaran, membantu siswa untuk dapat semakin mudah
dalam memahami materi. Adanya kontinuitas sebagai salah satu aspek
pelaksanaan model pembelajaran ini juga dinilai sangat berpengaruh dalam proses
pembelajaran. Siswa yang semakin aktif dalam pembelajaran juga dinilai sebagai
salah satu dampak positif dari penerapan model pembelajaran ini.
Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ini,
siswa lebih mudah dalam memahami materi karena siswa belajar dari hal yang
telah dilakukannya lewat pendampingan guru mata pelajaran. Adanya komunikasi
yang baik antar siswa juga menjadi kunci utama yang telah berhasil dilakukan
oleh para siswa untuk bersama-sama mencapai keberhasilan dalam tujuan
pembelajaran. Kerja sama yang baik antar siswa tersebut juga dirasa mampu
membuat siswa lainnya yang pasif dalam kelas menjadi lebih aktif dan bahkan
dapat memberi sumbangsih yang besar berupa ide/gagasan dalam pembuatan
produk bersama. Hal ini juga tidak terlepas dari peran guru yang memberi
pendampingan kepada siswa, baik saat pemberian materi maupun pada saat proses
pembuatan produk. Dengan demikian maka penerapan model pembelajaran
Blended Based Learning pada materi Gereja dan Dunia, mata pelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti kelas XI Bahasa di SMA Pangudi
Luhur Santo Yosef Surakarta dapat mencapai tujuan pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyampaikan beberapa saran
terkait penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada materi
Gereja dan Dunia kelas XI Bahasa, mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di
SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta.
1. Bagi Sekolah
a. Sekolah dapat mengontrol kembali terhadap pelaksanaan program model
pembelajaran Blended Based Learning di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef
Surakarta dan memastikan bahwa seluruh guru mata pelajaran yang
tergabung dalam program ini sudah melaksanakan dengan baik.
b. Sekolah menyelenggarakan worshop perencanaan pembelajaran Blended
Based Learning
2. Bagi Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
a. Guru dapat menerapkan model pembelajaran Blended Based Learning
dengan maksimal pada seluruh materi yang diajarkan.
b. Guru dapat memberikan pendampingan kepada peserta didik secara
personal terlebih kepada siswa yang dianggap lemah dalam mata pelajaran
terkait.
3. Bagi Siswa Kelas XI Bahasa
a. Siswa dapat meningkatkan komunikasi terhadap siswa lainnya sehingga
tidak mengalami keberatan apabila satu kelompok dengan siswa dari kelas
lain.
b. Siswa dapat lebih komunikatif dengan guru sehingga setiap materi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
produk yang akan dibuat menjadi lebih baik.
c. Siswa dapat meningkatkan tanggung jawabnya sebagai pelajar dalam
bentuk rajin mengikuti kelas daring dan mengumpulkan tugas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
DAFTAR PUSAKA
Aunurrahman. (2016). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Dwiyogo, Wasis D. (2018). Pembelajaran Berbasis Learning. Depok: Rajawali
Pers
Ferdinand, Augusty. (2014). Metode Penelitian Manajemen: pedoman penelitian
untuk penulisan skripsi tesis dan disertasi ilmu manajemen. Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ilmiah, Dapur. (2014). Analisis Data Kualitatif. Di unduh dari
http://dapurilmiah.blogspot.com/2014/06/analisis-data-kualitatif.html
pada 27 Januari 2021.
https://thabaart.blogspot.com/2017/11/pengertian-dan-ragam-model-
pembelajaran.html#:~:text=Menurut%20Dahlan%20(Dasripin%2C%202
008%3A,setting%20pengajaran%20ataupun%20setting%20lainnya
diunduh pada 10 Maret 2021
https://www.researchgate.net/profile/Uwes-
Chaeruman/publication/332554513_Lampiran_Disertasi_1_PANDUAN_
MEMILIH_DAN_MENENTUKAN_SETING_BELAJAR_DALAM_M
ERANCANG_PEMBELAJARAN_BLENDED/links/5cbd518c299bf120
9776674b/Lampiran-Disertasi-1-PANDUAN-MEMILIH-DAN-
MENENTUKAN-SETING-BELAJAR-DALAM-MERANCANG-
PEMBELAJARAN-BLENDED.pdf diunduh pada 23 Maret 2021
Isjoni, H. (2014). Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta.
Jogja, LPMP. (2014). Peta Konsep Model Blended Learning. Diunduh dari
https://www.google.com/search?q=peta+konsep+model+blended+learnin
g&safe=strict&rlz=1C1RLNS_enID735ID735&sxsrf=ALeKk00_Ng98Y
8OiJMOk84F3hxNkrNPjcg:1613625143228&source=lnms&tbm=isch&s
a=X&ved=2ahUKEwiLo9mL1vLuAhU0lEsFHcifDQcQ_AUoAXoECA
QQAw&biw=1366&bih=657#imgrc=hf8jltf0hm328M pada 18 Februari
2021.
Kotan, Daniel Boli & Purwono, T.A. (2017). Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti Diutus Sebagai Murid Yesus Buku Guru Kelas XI SMA.
Yogyakarta : PT Kanisius.
Lexy, J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. 2013. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Malawi, Ibadullah dan Ani Kadarwati. (2017). Pembelajaran Tematik (Konsep
dan Aplikasi). Magetan : CV. AE Grafika.
Mulyana, Deddy. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Muslimin, Khoirul dan Maswan. (2017). Teknologi Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sanusi, Achmad. (2014). Strategi Pendidikan. Bandung : Nuansa Cendekia.
Sudjana, Nana. ( 1989). Penelitian dan Penilaian. Bandung : Sinar Baru.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Manajemen. Bandung Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sundayana, Wachyu. (2014). Pembelajaran Berbasis Tema. Bandung : Erlangga.
Sutrisno, Hadi. (2007). Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Edisi II. Jakarta: Balai Pustaka, 199.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Perizinan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Lampiran 2
Lembar Kuesioner Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
Lampiran 3
Observasi dan Wawancara menggunakan WhatsApp Message dan voice notes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
Lampiran 4
Pembelajaran menggunakan Microsoft Teams 365
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
Lampiran 5
Transkrip wawancara siswa dan guru
a. Sebelum adanya pandemi COVID-19 ini, model Pembelajaran apa yang
digunakan dalam pembelajaran?
Selama ini model pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran tatap muka. Siswa kelas XI Bahasa mengalami masa peralihan
dari pembelajaran tatap muka secara langsung menjadi pembelajaran secara
daring. Siswa merasa bahwa selama ini diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran konvesional dan siswa tidak begitu memahami secara jelas
model pembalajaran yang diberikan oleh guru mata pelajaran. Selama ini siswa
mengalami pembelajaran seperti biasa tanpa mengetahui model pembelajaran
yang digunakan oleh guru mata pelajaran. Siswa hanya mengetahui tentang
materi yang diberikan oleh guru mata pelajaran sehingga siswa menerima
masing-masing materi dari setiap guru yang berbeda dan dengan cara mengajar
yang berbeda.
Siswa merasa bahwa hasil yang mereka dapatkan pada setiap mata
pelajaran tidak stabil atau mendapat rata-rata nilai yang sama. Hal itu terjadi
karena adannya beberapa faktor penyebab, salah satu faktornya yaitu karena
model pembelajaran yang digunakan masing-masing guru berbeda sehingga
ada yang mudah diterima oleh siswa dan juga ada yang membutuhkan waktu
lebih lama unutuk dapat diterima oleh siswa.
Sedangkan menurut salah satu guru mata pelajaran di sekolah tersebut,
pembelajaran yang dilakukan sebelumnya yaitu tatap muka secara langsung
dengan menggunakan macam-macam model pembelajaran. Model
pembelajaran yang paling sering digunakan adalah praxis kateketik. Model
pembelajaran tersebut memang bukanlah model pembelajaran yang umum
digunakan untuk mengajar siswa SMA. Menurutnya, model pembelajaran yang
digunakannya adalah yang paling relevan untuk diterapkan dalam mengajar
pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Model ini bertujuan
mengajak siswa agar mudah menerapkan materi yang diberikan dalam
kehidupan dalam bermasyarakat maupun dalam hidup menggereja. Selain itu,
model pembelajaran ini dipilih dan dilakukan agar praktek keagamaan yang
berupa pewartaan iman tersebut dapat diwujudkan oleh siswa.
Model pembelajaran ini tetap berpegang dan berinti pada teori dan
materi namun penekanan yang diberikan adalah berupa praktek keagamaan.
Model lain yang digunakan yaitu berupa bedah kasus, diskusi, dan contextual
learning. Dengan adanya macam-macam model pembelajaran tersebut, akan
menghasilkan sebuah praktek yang dilakukan secara bersama oleh siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa sebelum adanya pandemi COVID-19 ini,
siswa tidak terlalu memahami model pembelajaran yang dipraktekkan oleh
guru mata pelajaran karena tidak ada penjelasan sebelum memulai materi.
Selain itu, siswa tidak menerima cara penyampaian materi yang sama dari
masing-masing guru mata pelajaran dikarenakan masing-masing guru mata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
pelajaran menggunakan cara ajar masing-masing.
Siswa selama ini menangkap bahwa pembelajaran tatap muka justru
sebagai salah satu model pembelajaran. Sedangkan yang dimaksudkan model
pembelajaran ialah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi
segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru
serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak
langsung dalam proses belajar mengajar.
Jawaban :
Pak Heri/Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti Kelas XI Bahasa
Tidak ada model pembelajaran secara resmi hanya saja menggunakan
model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam pelajaran agama
Katolik. Model pembelajaran yang digunakan praxis kateketis walu dalam
metode resmi tidak ada karena lebih realistis untuk langsung diterapkan dalam
hidup sehari-hari. Pewartaannya tetap ada dan nilai-nilai yang terkandung juga
masih ada. Model pembelajaran ini pun juga menekankan pada praktek
keagamaan namun tekananannya lebih pada praktek. Sehingga metode yang
digunakan bisa menggunakan bedah kasus, diskusi, lalu bagaimana anak-anak
bisa menjawab dengan real kenyataan-kenyataan yang dihadapi siswa. Ada
banyak yang saya gunakan yaitu menggunakan model terbaru ini, apabila saat
tatap muka maka akan membosankan bila hanya menggunakan satu metode saja
sehingga dibuat sevariatif mungkin. Sehingga bisa saja setiap tema
menggunakan metode yang berbeda.
Hogi Christian Hutomo/XI IBB/18 tahun
Sejauh yang saya ketahui, model pembelajaran yang digunakan adalah model
TTM yaitu pembelajaran tatap muka secara langsung. Hal itu sempat saya
alami saat berada di kelas X di SMA Santo Yosef ini.
Bernadetha Tia Avrilla/XI IBB/ 16 tahun
Menggunaan model pembelajaran konvesional atau tatap muka seperti biasa
namun lebih jelasnya menggunakan model apa saya tidak terlalu memahami
Bernadetta Amaranggana Ivana S./ XI IBB/ 16 tahun
Nah sebelum adanya pandemi ini, model pembelajaran yang kita gunakan
adalah pembelajaran langsung atau bisa disebut tatap muka.
Jayawardani Januari Christie/ XI IBB/ 16 tahun
Sebelum adanya pandemi ini model pembelajaran yang digunakan adalah
secara offline school atau pembelajaran secara langsung di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
Christian Kevin Trisnaldi/ XI IBB/ 17 tahun
Sebelum adanya pandemi ini model pembelajarannya menggunakan tatap
muka, tetapi lebih jelasnya lagi seperti apa saya tidak terlalu memahami.
Namun yang jelas pembelajarannya tidak dilakukan secara daring.
b. Apakah yang anda ketahui tentang model pembelajaran Blended Based
Learning ?
Model pembelajaran bbl adalah penggabungan atau kolaborasi antar mata
pelajaran dengan mengusung satu tema lalu diaplikasikan menjadi sebuah produk.
Bisa juga dikatakan sebagai pencampuran pada setiap materi mata pelajaran
menjadi satu yang menghasilkan sebuah produk. Kurikulum pembelajarannya pun
dilaksanakan tidak tatap muka secara langsung. Adapun contoh produk yang
dihasilkan yaitu berupa podcast, iklan, vlog,makalah dan film pendek, cerita
pendek. Dari berbagai pilihan tersebut, rata-rata siswa di kelas XI Bahasa memilih
podcast.
Saat ini SMA Pangudi Luhur Santo yosef mengalami perubahan
penyebutan model pembelajaran. Pada awalnya, sekolah ini menyebut model
pembelajaran ini sebagai Blended Based Learning namun setelah itu terdapat
pergantian menjadi Colaborative Learning. Kedua model pembelajaran tersebut
tidak terdapat pembedaan yang berarti karena memiliki sistem pembelajaran yang
sama. Model pembelajaran ini adalah suatu bentuk pencampuran beberapa mata
pelajaran. Walau begitu, tidak semua mata pelajaran tergabung dalam model
pembelajaran ini.
Mata pelajaran yang terlibat untuk menjalankan model pembelajaran ini
adalah Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Antropologi, Matematika,
dan Prakarya dan Kewirausahaan. Pencampuran mata pelajaran ini dirasa akan
lebih mengembangkan minat belajar siswa. Siswa juga diajak untuk bisa berpikir
lebih kreatif dengan adanya pencampuran mata pelajaran tersebut.
Penggabungan mata pelajaran ini sebenarnya tidak semata-mata hanya
mencampurkan mata pelajaran yang satu dengan lainnya saja namun
penekanannya lebih pada pengembangan kreativitas serta kemandirian siswa agar
dapat berpikir secara kritis. Secara teoritis memang model pembelajaran ini tidak
berjalan sesuai dengan semestinya karena seharusnya terdapat penggabungan
pertemuan tatap muka dalam melakukan kegiatan belajar dan mengajar. Pada
prinsipnya, pelaksanaan model pembelajaran ini tetap membaurkan mata pelajaran
namun karena terhalang oleh adanya pandemi maka mengakibatkan tidak adanya
pertemuan antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa lainnya.
Menurut pengalaman siswa saat memilih produk iklan, siswa merasa
bekerja sendiri sehingga muncul rasa terbebani dalam diri pribadi siswa. Lain hal
juga dirasakan oleh siswa saat siswa tersebut mencoba mengajak siswa lainnya
untuk produktif. Namun justru yang didapatkannya justru tidak adanya tanggapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
dari teman lain dalam satu kelompok. Hal inilah yang membuat siswa merasa
cukup tidak mengerti dengan sistem model pembelajaran ini. Menurutnya model
pembelajran ini seharusnya justru membuat semua siswa menjadi lebih aktif
namun yang dialami justru terdapat sebagian siswa yang tidak memanfaatkan ini
dengan baik.
Jawaban :
Pak Heri/Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Kelas XI Bahasa
Secara lebih mudah, model pembelajaran ini adalah penggabungan dua program
yaitu project (PBL) dan BBL itu sendiri. Hanya saja dalam prakteknya yang
digunakan di sekolah ini adalah collaborative learning. Sehingga ada 2 kegiatan
besar siswa yaitu menghasilkan produk dan juga menggabungkan beberapa mata
pelajaran.
Hogi Christian Hutomo/XI IBB/18 tahun
Pencampuran setiap materi mata pelajaran menjadi satu lalu menghasilkan produk
serta kurikulum pembelajarannya serta dilaksanakan secara tidak tatap muka
secara langsung. Contohnya yang saya ketahui yaitu podcast, iklan, lalu vlog, film
pendek. Dari berbagai pilihan tersebut, saya memilih podcast karena sebelumnya
saya memilih produknya berupa iklan. Pengalaman saat memilih produk iklan,
saya merasa bekerja sendiri sehingga menyusahkan saya. Lain hal juga saya
rasakan saat mengajak teman-teman untuk produktif. Saya mengetahui bahwa
setiap orang memiliki kesibukan masing-masing namun seharusnya meluangkan
waktu untuk belajar bersama.
Bernadetta Amaranggana Ivana S./ XI IBB/ 16 tahun
Sejauh yang saya tahu, model pembelajaran ini mengarah kepada pencampuran
cara belajar baik itu kelompok maupun individu dan secara daring maupun luring.
Bernadetha Tia Avrilla/XI-BB/ 16 tahun
Menggunakan model pembelajaran kolaboratif learning, ada beberapa mata
pelajaran yang digabung mnejjadi satu (3 mata pelajaran) kemudian dari
pencampuran terssebut akan menghasilkan satu buah produk sebagai bentuk
keluaran yang dihasilkan siswa.
Jayawardani Januari Christie/ XI IBB/ 16 tahun
Yang saya ketahui tentang model pembelajaran Blended Based Learning adalah
penggabungan beberapa mata pelajaran untuk dibuat dalam satu produk. Lalu
didalamnya terdapat unsur-unsur tersebut.
Christian Kevin Trisnaldi/ XI IBB/ 17 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
Menurut saya model pembelajaran Blended Based Learning itu campuran cara
belajar dan mata pelajaran. Jadi pembelajaran itu sifatnya tidak seperti
pembelajaran biasanya tetapi serba dipadukan.
c. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran Blended Based Learning
berlangsung ?
Jawaban :
Pak Heri/Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Kelas XI Bahasa
Pelaksanaannya demikian, untuk kelas XI terdapat 8 mata pelajaran yang
digabungkan. Untuk produknya terdapat berbagai jenis yang bisa dipilih anak-
anak sesuai potensi masing-masing. Dengan adanya BBL ini juga melatih
karakter-karakter siswa yang sebelumnya belum muncul dan saat model
pembelajaran ini dilaksanakan bisa terlihat. Sebetulnya, apabila sudah
diberlangsungkan pembelajaran tatap muka maka akan lebih memudahkan,
karena siswa dapat melakukan komunikasi dengan lebih baik dan menghasilkan
komunikasi dua arah. Saat ini dengan terpaksa pelaksanaannya harus
menggunakan bantuan aplikasi sehingga bisa dikatakan pelaksanaannya tidak
berjalan sesuai seharusnya.
Bernadetta Amaranggana Ivana S./ XI IBB/ 16 tahun
Dengan adanya model pembelajaran ini, saya rasa dapat menguntungkan para
murid karena mengerjakan satu produk tetapi sudah merangkup banyak mapel.
Pelaksanaan yang diterapkan dalam model pembelajaran ini dilakukan secara
daring/online.
Bernadetha Tia Avrilla/XI IBB/16 tahun
Pelaksanaan model pembelajaran bbl ini menggabungkan mata pelajaran pilihan
yang telah ditentukan oleh tim BBL sehingga tidak semua mata pelajaran bisa di
kolaborasikan dalam sat model pembelajaran.produk yang dihasilkan akan
dipertanggung jawabkan dnegan adanya SA sehingga tidak perlu ada tambahan
ujian lagi.
Hogi Christian Hutomo/XI IBB/18 tahun
Pelaksanaannya dilakukan secara online serta PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh)
menggunakan Microsoft Team. Aplikasi ini kurang lebih sudah saya gunakan
salama satu tahun.
Jayawardani Januari Christie/ XI IBB/ 16 tahun
Pelaksanaan model pembelajaran BBL ini yaitu guru memberikan materi atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
kompetensi dasar dan pada saat jam pembelajaran, guru akan menanyakan
produk yang akan kita dibuat. Setelah itu guru akan mendampingi kami secara
berkelompok-kelompok agar kami bisa menyelesaikan produk kami dengan baik.
Kami dalam satu kelompok mulai merencanakan agar produk yang akan kami
buat ini dapat membuat mata pelajaran yang tergabung dalam program ini.
Christian Kevin Trisnaldi/ XI IBB/ 17 tahun
Pelaksanaan model ini dengan pemberian materi sesuai kompetensi dasar. Kalau
dengan pengalaman saya, pelaksanaan ini sifatnya lebih teratur dan tertata
sehingga guru memberikan materi dengan jelas sesuai mata pelajaran yang
diampu lalu kami melaksanakannya bersama dengan kelompok.
d. Bagaimana penerapan model pembelajaran Blended Based Learning pada
materi Gereja dan Dunia ?
Jawaban :
Pak Heri/Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Kelas XI Bahasa
Bagi saya sangat masuk sekali karena seperti yang sudah saya jelaskan diatas,
saya menggunakan praxis kateketis sehingga agama harus kontekstual dan
menjawab tantangan zaman. Dengan kata lain juga, mata pelajaran Agama ini
sungguh bisa digunakan dalam kehidupan karena manusia dilingkupi oleh
problematika. Sehingga harapannya mata pelajaran agama dapat membantu
menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan adanya BBL ini, anak diajak
untuk kontekstual dan diwujudkan lewat produk yang dipilih siswa. Mata
pelajaran agama ini khususnya pada materi Gereja dan Dunia bagi saya salah
satu hal yang penting untuk dapat menjawab tantangan zaman. Terlebih saat ini
jenis-jenis produk yang dihasilkan siswa memang sedan digandrungi kebanyakan
orang.
Bernadetta Amaranggana Ivana S./ XI IBB/ 16 tahun
Penerapan materi gereja dan dunia didalam sistem pembelajaran ini adalah
tentang menyeimbangkan antara teori dan juga praktek.
Hogi Christian Hutomo/XI IBB/18 tahun
Penerapan model ini ada penggabungan dengan produk (hasil keluaaran) yang
saya pilih yaitu podcast dan saya berharap semoga hasil saya lebih baik karena
kemarin sempat mengalami kesulitan untuk menerapkan materi ini ke dalam
bahan podcast saya. Saat ini saya juga sedang mengalami kesulitan akibat tim
yang kurang mendukung. Sebenarnya script sudah selesaidibuat dan sudah
dikoreksi oleh guru mata pelajaran tetapi belum sampai pada pembuatan podcast
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
Bernadetha Tia Avrilla/XI IBB/16 tahun
Waktu itu saya menggunakan materi yang ada pada mata pelajaran antropologi
(materi penerapan kebudayaan masayarakat) sehingga saya lebih mudah
mengaitkan materi yang memiliki korelasi sehingga penerapan dalam bbl ini
saya gabungkan dan saya buat sebuaj cerpen. Saya menjelaskan pada cerpen
tersebut tenang hal-hal yang berkaitan dengan tema besar nya yaitu tentang hidup
ditengah masyarakat. Dengan contoh yang lebih konkrit serta lebih implementasi
pada kehidupan sjehari-hari.
Jayawardani Januari Christie/ XI IBB/ 16 tahun
Penerapan model ini pada mata pelajaran Agama yaitu, kita membahas tentang
hal-hal yang sedang terjadi di dunia dan Gereja saat ini. Lalu kita juga membahas
bersama agar kami bisa mencegah agar permasalahan yang terjadi tidak semakin
merebak dan kami dibimbing agar kami dapat menemukan cara agar dalam
Gereja maupun dunia mengalami situasi damai.
Christian Kevin Trisnaldi/ XI IBB/ 17 tahun
Saat diterapkan ke materi Gereja dan Dunia, jujur saja saya lebih mudah
memahmi dibandingkan dengan saat belum menggunakan BBL. Pengalaman
saya kemarin saat melaksanakan ini, saya belajar tidak dari buku saja tetapi
langsung saya temukan di lingkungan saya dan bisa saya rumuskan sendiri dan
saya sempurnakan dengan bimbingan Pak Heri.
e. Menurut Anda apakah model pembelajaran Blended Based Learning
dapat mencapai tujuan pembelajaran?
Jawaban :
Pak Heri/Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Kelas XI Bahasa
Menurut saya pribadi, ini lebih kepada tekanannya. Bagi saya, pelajaran agama itu
sungguh harus kontekstual dan menjawab situasi yang nyata. Sehingga patokan
yang saya gunakan itu lebih kepada apakah sudah sampai pada maksud
pembelajaran ini atau belum. Sehingga menurut saya, ini sangat mencapai tujuan
pembelajaran dan sangat menjawab tantangan zaman. Karena pada hal ini siswa
diajak untuk menggali dan mencoba pada level yang lebih tinggi atau
komprehensif. Hal ini saya lihat ketika pada bagian akhir, siswa dapat
mempertangung jawabkan hasil belajarnya melalui penjelasan produk dengan
baik. Adanya BBL ini telah membiasakan anak bahwa segala sesuatu tidak hanya
ada satu penglihatan saja melainkan bisa melalui beberapa penglihatan sudut
pandang. Kebiasaan inilah yang menjadikan model ini bisa sungguh berhasil
karena membawa anak untuk bisa berubah menjadi lebih baik.
Bernadetta Amaranggana Ivana S./ XI IBB/ 16 tahun
Menurut saya, metode pembelajaran ini dapat mencapai tujuan pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
Hogi Christian Hutomo/XI IBB/18 tahun
Menurut saya bisa mencapai pembelajaran, asalkan dari siswa sendiri memiliki
niat tersendiri untuk berubah dan maju kedepan. Contoh yang saya saksikan
adalah ketika ada teman yang suka membaca buku dan belajar, walaupun
dilakukan secara daring namun tetap masih semangat untuk belajar serta
mencapai pada tujuan. Lalu untuk pengalaman saya sendiri, ketika
menggunakan model pembelajaran ini, saya menemukan cara belajar yang
sesuai.
Bernadetha Tia Avrilla/XI IBB/16 tahun
Iya, menurut saya sebuah cara pembelajaran harus memiliki evalusi dan juga
memiliki sebuah cara agar lebih bisa aik lagi dari sebelumnya. Sehingga
sebagasi siswa sangat memerlukan BBL ini karena lebih sesuai dengan
ketertarikan yang saya mau. Seperti mislanya saya syka cerpen dan suka podcast
karena saya suka bercerita maka saya bisa menuangkan ide-ide saya dalam mata
pelajaran ini.sehingga saya bisa mencapai pada tujuan pembelajaran dan
melakukannya dengan sangat enjoy.
Jayawardani Januari Christie/ XI IBB/ 16 tahun
Menurut saya, iya hal ini sangat membantu. Bagi saya BBL ini membuat kita
tidak hanya mengerti secara teoritis namun juga lebih megerti materi tersebut
hingga merasuk kedalam diri sehingga kami bisa mempraktekkan di tengah
situasi yang terjadidi Gereja maupun dunia.
Christian Kevin Trisnaldi/ XI IBB/ 17 tahun
Menurut saya ini sangat membantu, dan ternyata dengan cara ini saya bisa lebih
mudah berkomunikasi dengan teman saya dalam satu kelompok. Ya walaupun
baru bisa secara daring tetapi saya merasa dimudahkan dan tentunya tujuan
pembelajaran juga bisa tercapai.
f. Bagaimana perubahan yang Anda alami setelah perubahan model
pembelajaran Cooperative Learning menjadi Blended Based Learning ?
Jawaban :
Pak Heri/Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Kelas XI Bahasa
Jika dilihat secara langsung jelas tidak bisa karena sekarang masih pembelajaran
secara daring. Apabila saat tatap muka langsung maka akan lebih mudah karena
progress siswa akan lebih nampak. Saat ini yang bisa digunakan hanyalah
indikator, indikator saya dengan memantau grup WA. Siswa lebih mudah dan
aktif dalam menyampaikan responnya dan mau memberi sumbangsih dalam
bentuk jawaban atas permasalahan yang saya contohkan. Terlebih saat ini siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
juga lebih berani dalam memberi complain saat guru tidak mengajar sesuai
semestinya. Menurut saya ini sangat baik karena siswa mengetahui akar
permasalahan dan mau menyelesaikan permasalahan itu agar pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar.
Bernadetta Amaranggana Ivana S./ XI IBB/ 16 tahun
perubahan yg saya alami saat menerapkan metode pembelajaran ini adalah, otak
saya bekerja dua kali lipat karena harus menggabungkan banyak materi dari
banyak mapel untik dijadikan satu produk. Yg kedua, belajar bekerja dalam
kelompok, karena sebelumnya lbh dominan belajar mandiri.
Hogi Christian Hutomo/XI IBB/18 tahun
Saya merasa kesusahan saat adanya perubahan model pembelajaran ini karena
ketika disatukan dengan anggota yang belum dikenal. Bagi saya, apabila dalam
satu kelompok ada yang belum dikenal maka tidak mudah dalam
mengkoordinasikan pembagian tugas. Hal tersebut saya alami, misalnya saat saya
beusaha chatt dalam group WhatsApp untuk mengajak anggota baik laki-laki
maupun perempuan mengerjakan produk lalu tidak ada satu pun yang menjawab.
Namun ketika sudah H-1 (satu hari sebelum tanggal pengumpulan) lalu barulah
muncul kesadaran untuk mengajak mengerjakan. Maka hal tersebut juga
menyusahkan saya sebagai siswa yang bisa dikatakan cukup ambisius dalam
mengikuti pembelajaran daring ini.
Bernadetha Tia Avrilla/XI IBB/16 tahun
Yang saya alami tidka hanya dari gaya belajar saja namun juga bisa mendapat hal
baru serta merasakan tantangan yang baru dari yg biasanya hanya ebrupa
pembelajaran biasa, materi-materi yg bisa dibaca, dan ananti akan dinilai dlaam
ujian . namun kali ini banyakmkali perubahan yang saya alm slaah staunya dlam
menyikapi tugas terlebih bagaimana cara bekerja sama bersma kelompok karena
kebetulan saya kaliini bekerja bersama dengan kelompok.
Jayawardani Januari Christie/ XI IBB/ 16 tahun
Perubahan yang saya alami yaitu saya tidak terpaku secara teoritis sehingga saya
bisa lebih imajinatif dan mengembangkan sendiri hal-hal yang saya dapatkan dari
guru mata pelajaran. Saya bisa memadukan pembelajaran ini dengan media sosial,
dan saya juga sangat menyukai hal itu.
Christian Kevin Trisnaldi/ XI IBB/ 17 tahun
Perubahan yang saya alami bisa dikatakan cukup baik dan meningkat.
Sebelumnya saya tidak bisa bekerja dalam kelompok dengan baik, saya juga
menyadari kalau kemampuan dalam menyampaikan pendapat saya kurang baik.
Tetapi semenjak mengalami pergantian model ini saya jadi lebih mudah
berkomunikasi dengan orang lain, termasuk ke guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
g. Apa harapan Anda setelah diterapkannya model pembelajaran Blended
Based Learning ini ?
Jawaban :
Pak Heri/Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Kelas XI Bahasa
Harapan saya tentu dengan adanya pandemi atau tidak, penerapan model
pembelajaran ini tetap lanjut saja. Rencananya tahun 2021 akhir nanti, kurikulum
akan diubah dari K13 akan diganti ke pembuatan project dan arahnya tetap ke
kolaborasi. Saya sangat berharap agar BBL ini terus berlanjut karena untuk mata
pelajaran Pendidikan Agama Katolik itu sendiri, model pembelajaran ini sangat
tepat sehingga siswa bisa langsung terjun ke lapangan walaupun untuk saat ini
pendampingan guru hanya dilakukan secara virtual.
Bernadetta Amaranggana Ivana S./ XI IBB/ 16 tahun
Semoga tujuan dari metode ini dapat tercapai dan membantu atau meringankan
beban murid serta guru.
Hogi Christian Hutomo/XI IBB/18 tahun
Harapan saya semoga tidak semakin bertambahnya orang-orang yang sok bijak
(ingin terlihat bijaksana) tetapi justru pengetahuannya yang sedikit. Contoh yang
paling nyata adalah ketika ada salah satu teman kelas yang mengidolakan orang
yang tidak bersekolah namun bisa sukses hasil dari kontrovesi. Hal tersebut justru
dijadikan panutan oleh teman saya, tentu harapan saya segera dilaksanakan
sekolah secara luring. Sekolah daring ini bagi saya cukup menyulitkan siswa serta
guru. Kesusahan yang saya alami sebagai siswa adalah tidak ada yang mengontrol
saya dirumah saat pembelajaran serta tingkat fokus saya yang rendah sehingga
mudah tergoda untuk melakukan kegiatan lain diluar pembelajaran.
Bernadetha Tia Avrilla/XI IBB/16 tahun
Yang saya harapkan saya bisa semakin meningkatkan nilai-nilai saya dan bisa
meninkatan pembelajan saya pada beberrapa mapel yang saya lemah dalam nilai.
Harapannya mapel-mapel lainnya bisa dikolaborasikan juga, dan tema yang
diberikan tidak asing agar tidak kesusuahan dalam mengalami pembeljarannya.
Jayawardani Januari Christie/ XI IBB/ 16 tahun
Harapan saya setelah diterapkannya model pembelajaran ini yaitu semoga guru-
guru bisa semakin mengerti terhadap perubahan dunia yang ada terlebih dalam
kemajuan teknologi. Saya juga berharap semoga guru-guru dapat mengurangi
beban tugas dan lebih kreatif dalam memberikan pembelajaran pada setiap mata
pelajaran.
Christian Kevin Trisnaldi/ XI IBB/ 17 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
Harapan saya semoga saya bisa lebih baik lagi karena guru-guru juga
mendampingi kami dengan baik. Semoga saat sudah selesai pandemi nya tetap
menggunakan model BBL ini sehingga bisa dilaksanakan dengan lancar.
h. Bagaimana hasil belajar Anda saat mengalami model pembelajaran
Blended Based Learning ?
Jawaban :
Bernadetta Amaranggana Ivana S./ XI IBB/ 16 tahun
Sejauh ini, hasil belajar saya ketika menggunakan metode ini bisa dibilang masih
kurang karena saya pun masih dalam fase penyesuaian diri. Tetapi saya merasa
lebih banyak terbantu dengan adanya metode ini
Hogi Christian Hutomo/XI IBB/18 tahun
Hasil belajar saya bisa dikatakan tidak terlalu bagus namun juga tidak terlalu
buruk, sehingga berada di tengah-tengah karena sempat mengalami kesulitan. Hal
ini disebabkan karena adanya aspek tertentu dan adanya banyak godaan yang saya
alami, seperti menghabiskan waktu untuk bermain sosial media. Niat saya
sebenarnya membuka handphone untuk mengakses materi dari WPS, Microsoft
Power Point, dan sebagainya. Namun justru yang saya lakukan menggunakan
handphone untuk keperluan lain.
Bernadetha Tia Avrilla/XI IBB/16 tahun
Puji Tuhan hasil belajar saya hingga sekarang stabil dan ada beberapa yang
meingkat karena saya semkain enjoy dan tdika terbbani karena tdika ada ujian
maupun tugas. Sehinga saya tidak merasa tebebani dan bisa fokus terhadap mapel
yang dikolbarasikan tersebut sehingga bisa lebih baik dalam mapel akademik
maupun non akademik.
Jayawardani Januari Christie/ XI IBB/ 16 tahun
Hasil belajar saya yaitu menjadi lebih baik serta lebih bisa berkembang secara
sosial. Selain itu tingkat imajinasi saya juga lebih terolah dengan baik dan
menghasilkan diri saya seperti yang sekarang ini yaitu menjadi pribadi yang lebih
baik.
Christian Kevin Trisnaldi/ XI IBB/ 17 tahun
Saya bersyukur karena hasil belajar saya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ya
walaupun tidak langsung meningkat tinggi tetapi tetap ada peningkatan. Saya juga
merasa bahwa dengan hasil saya saat ini juga tidak memerlukan belajar yang berat
karena saya tidak terbebani saat belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended