View
4
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A
MATCH PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X SMA
NEGERI 5 LUBUK LINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
JURNAL
OLEH
PIKA SOPIA
NIM 4111052
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2015
JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15
2
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A
MATCH PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X SMA
NEGERI 5 LUBUK LINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh
Pika Sopia 1, Ahmad Amin
2, Yaspin Yolanda
3
Program Study Pendidikan Fisika
(STKIP-PGRI) Lubuklinggau
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match pada Pembelajaran Fisika Kelas X SMA Negeri 5 Lubuk Linggau Tahun
Pelajaran 2015/2016”. Rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah hasil
belajar kognitif setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match pada pembelajaran fisika siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2015/2016 secara signifikan tuntas. Tujuan penelitian untuk
mengetahui ketuntasan hasil belajar setelah menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match pada pembelajaran fisika kelas X SMA Negeri 5
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian adalah quasi
ekspreriment yang dilaksanakan tanpa adanya kelas pembanding. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
dan Variabel terikatnya adalah hasil belajar fisika. Sampel penelitian ini adalah
siswa kelas X.1. berjumlah 35 siswa yang diambil secara acak. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan teknik tes. Data yang terkumpul dianalisis
menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf kepercayaan α =
0,05, diperoleh thitung (4,93) > ttabel (1,69) Ha diterima dan Ho ditolak. Dimana
hasil rata-rata kognitif siswa 77,77%, persentase ketuntasan siswa 68,57%, dan
persentase tidak ketuntasan siswa 231,42% sehingga dapat disimpulkan setelah
menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match terhadap hasil
belajar fisika kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016
secara signifikan tuntas.
Kata Kunci : Make a Match, Hasil Belajar.
JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15
3
I. PENDAHULUAN
Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu ditunjang oleh
pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu sangat diperlukan untuk
mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di era
globalisasi. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam
membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak, yang
nantinya akan tumbuh menjadi seorang manusia dewasa yang akan
berinteraksi dan melakukan banyak hal terhadap lingkungannya, baik secara
individu maupun sebagai mahluk sosial. Untuk mewujudkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan yang bermutu tentu saja tidak terlepas dari
proses belajar mengajar sebagai kegiatan utama di sekolah.
Dalam pembelajaran kebanyakan siswa beranggapan bahwa pelajaran
fisika itu sulit dan adanya rumus-rumus yang tidak mudah untuk dipelajari
dan dimengerti oleh mereka. Pada saat di kelas peran guru menjadi sumber
belajar (Teacher Oriented) dan siswa hanya pasif sehingga tidak terjadi
komunikasi dua arah antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa.
Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, hendaknya pada pembelajaran fisika guru lebih
melibatkan peran siswa dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa
sehingga meningkatkan potensi siswa dalam proses dan sikap ilmiahnya.
Dalam proses belajar mengajar ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
II. LANDASAN TEORI
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan dalam diri siswa. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar
dapat ditunjukan dari penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk
pemahaman, tingkah laku, dan kebiasaan serta perubahan-perubahan aspek
lain yang ada pada siswa yang belajar. Adapun ciri-ciri perubahan tingkah
laku dalam pengertian belajar adalah perubahan terjadi secara sadar,
perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah serta perubahan dalam
JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15
4
belajar bersifat fungsional. Tidak semua perubahan yang terdapat dalam diri
individu merupakan hasil dari proses belajar, perubahan yang terjadi karena
proses belajar adalah perubahan yang terencana. Ada beberapa ahli yang
berpendapat mengenai belajar.
Slameto (2003:2), mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Rusman (2010:1),
menyatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap
semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai
proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai
pengalaman. Anthony Robbins (dalam Trianto, 2010:15), mendefinisikan
belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan)
yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.
Rusman (2013:123), mendefinisikan hasil belajar adalah sejumlah
pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Hamalik (dalam Rusman, 2013:123), mendefinisikan hasil belajar
yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa, hasil belajar adalah
perubahan yang mencakup seluruh tes baik dalam bentuk ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik. Dalam penilitian ini menggunkan ranah kognitif
yang digunakan yaitu pengetahuan ( ), pemahaman ( ), dan penerapan
( ).
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X.1 Semester I SMA Negeri 5
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian dilakukan selama
bulan Agustus tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 yang terdiri
JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15
5
dari sembilan kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara acak
(simple random sampling) dengan cara pengundian. Sampel yang diambil
yakni kelas X.1 Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu yang
dilaksanakan tanpa adanya kelompok atau kelas pembanding.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang
terdiri dari 8 soal uraian yang sebelumnya telah di uji cobakan terlebih dahulu
dan divalidasi.
Langkah-Langkah Penelitian
Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan Uji Coba Soal Instrumen
a. Melakukan uji validasi soal
b. Melakukan uji reliabilitas
c. Melaksanakan ujib daya pembeda
d. Melakukan uji kesukaran
2. Melakukan Pre-Test
3. Melakukan Perlakuan dengan Model Make a Match
4. Melakukan Post-Test
5. Melakukan Analisis Data Pre-Test dan Post-Test
Hipotesis yang diuji berbentuk:
Ha :Rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 5
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan
model Make a Match mencapai nilai rata-rata lebih dari atau sama
dengan 70. (Ha : µ0 ≥ 70)
Ho :Rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 5
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan
model Make a Match mencapai nilai rata-rata kurang dari 70. (Ho :
µ0 < 70)
Menghitung harga koefisien korelasi antara skor masing-masing butir soal
dengan skor total mengunakan rumus korelasi product moment.
JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15
6
rxy =
(Arikunto, 2010:213)
Dimana, rxy = Koefisien korelasi variabel x dan y, n = Banyaknya
sampel, x = Skor butir masing-masing responden, y = Skor total dari
keseluruhan responden. menurut Suherman dan Sukjaya (1990:147)
ditunjukkan pada table 3.4.
Tabel 3.4.
Kriteria Indeks korelasi
Besarnya Nilai r Interpretasi
rxy 0,00
0,00 rxy 0,20
0,20 rxy 0,40
0,40 rxy 0,60
0,60 rxy 0,80
0,80 rxy 1,00
Tidak valid
Validitas sangat rendah
Validitas rendah (kurang)
Validitas sedang (cukup)
Validitas tinggi (baik)
Validitas sangat tinggi (sangat baik)
Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-
1). Kaidah keputusannya adalah jika thitung > ttabel berarti valid sebaliknya
thitung ttabel berarti tidak valid.
Selanjutnya nilai koefisien korelasi dimasukkan kerumus thitung
yang hasilnya akan dibandingkan dengan nilai yang ada pada ttabel.
Sugiyono (2013:184), menjelaskan rumus thitung sebagai berikut:
thitung =
Dimana, t = nilai thitung, r = nilai koefisien korelasi, n = jumlah sampel. Jika
nilai thitung ttabel berarti soal tersebut valid dan sebaliknya thitung < ttabel
berarti soal tidak valid. Distribusi (tabel t) yang digunakan adalah untuk α
= 0,05 dan derajat kebebasan ( dk = n - 1).
JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15
7
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 5
Lubuklinggau dengan uraian materi Besaran dan Satuan. Pada kelas X
dilakukan pengundian untuk mengambil satu kelas yang dijadikan sampel
yaitu kelas eksperimen. Sampel penelitian yang didapatkan setelah diacak
yaitu siswa kelas X.1 SMA Negeri 5 Lubuklinggau pada Tahun Pelajaran
2015/2016. untuk mendapatkan perlakuan dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match Pada pelaksanaan
pembelajaran peneliti bertindak sebagai pengajar (guru). Sebelum
pelaksanaan dimulai, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrument tes
yang berguna untuk mengetahui kualitas soal yang digunakan.
Uji coba instrumen dilaksanakan di kelas XI.IPA.1. di SMA Negeri 5
Lubuklinggau pada tanggal 29 Juli 2015 dengan jumlah siswa yang
mengikuti tes yaitu sebanyak 32 siswa pada materi Besaran dan Satuan.
Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen, sebanyak sepuluh soal yang
diujikan ada delapan soal yang memenuhi syarat, sehingga soal dapat
digunakan sebagai alat tes, baik tes kemampuan awal (pre-test) maupun
tes kemampuan akhir (post-test).
Pada penelitian ini jumlah pertemuan tatap muka yang dilakukan
adalah sebanyak empat kali pertemuan, satu kali pemberian pre-test, dua
kali pada proses pembelajaran, dan satu kali penilaian post-test sebelum
dilaksanakan pembelajaran di kelas terlebih dahulu dilaksanakan pre-test.
Pelaksanaan pre-test dilakukan pada pertemuan pertama yaitu pada tangal
05 Agustus 2015 yang diikuti oleh 35 siswa dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa pada materi besaran dan satuan
sebelum diberikan perlakuan pada penelitian
Setelah diadakan pre-test, siswa akan diberikan perlakuan dalam
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match sebanyak dua kali pertemuan dimulai pada tanggal 12
Agustus 2015 sampai dengan 19 Agustus 2015 yang diikuti oleh 35 siswa.
JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15
8
Kemudian pertemuan keempat dengan pemberian tes akhir (post-test) pada
tanggal 26 Agustus 2015 yang diikuti oleh 35 siswa. Post-tes merupakan
bentuk pertanyaan yang diberikan setelah pelajaran atau materi
disampaikan. Manfaat dari diadakannya post-test ini adalah untuk
memperoleh gambaran tentang kemampuan akhir siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match .
1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa (pre-test)
a. Rata-rata dan Simpangan Baku Pada Pre-test
Rekapitulasi hasil tes awal dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Rekapitulasi Hasil Tes Awal (Pre-test)
No Uraian Kelas Eksperimen
1. Nilai Rata-rata ( 28.87
2. Banyak kelas (BK) 6
3. Panjang Kelas ( 6
4. Rentang Nilai 35
5. Simpangan Baku 9,91
Berdasarkan tabel 4.1. diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dan
simpangan baku pre-test adalah 28.87 dan 9,91.
2. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa (post-test)
a. Rata-rata dan Simpangan Baku Pada Post-test
Rekapitulasi hasil tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4.
Rekapitulasi Hasil Tes Akhir (Post-test)
No Uraian Kelas Eksperimen
1. Nilai Rata-rata 79,04
2. Banyak kelas (BK) 6
3. Panjang Kelas ( 9
4. Rentang Nilai 52
5. Simpangan Baku 10,83
JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15
9
Berdasarkan tabel 4.4. Di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
dan simpangan baku post-test 79,04 adalah dan 10,83.
b. Uji Normalitas Pada Post-test
Hasil perhitungan uji normalitas skor post-test dapat dilihat
pada tabel 4.5, penjelasan lebih lanjut pada lampiran C.
Tabel 4.5.
Hasil Uji Normalitas Post-test
Tes χ2
hitung Dk χ2tabel Kesimpulan
Akhir 9,61 5 11,1 Normal
Dari tabel 4.5. Menunjukkan bahwa nilai χ2
hitung data tes
akhir (post-test) lebih kecil χ2tabel ( 9,61 < 11,1). Berdasarkan
ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji
kecocokan χ2
(chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa data Post-
test berdistribusi normal pada taraf kepercayaan α = 0,05 dan
derajat kebebasan (dk) = 5.
c. Uji Hipotesis Pada Post-test
Untuk menarik kesimpulan dari data akhir, maka dilakukan
pengujian hipotesis secara statistik. Berdasarkan hasil uji normalitas
yaitu data Post-test berdistribusi normal. Hipotesis statistik yang
diuji dalam perhitungan uji-t untuk post-test adalah (lihat pada
lampiran C):
a. Uji Hipotesis
Berdasarkan uji normalitas data berdistribusi normal, maka
untuk menguji hipotesis menggunakan uji t. Hipotesis yang diuji
adalah:
Ha: Rata-rata hasil belajar kognitif fisika secara klasikal kelas X
JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15
10
SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016
setelah menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe
Make a Match secara signifikam tuntas (µ0 70).
Ho: Rata-rata hasil belajar kognitif fisika secara klasikal kelas X
SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016
setelah menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe
Make a Match secara signifikan belum tuntas (µ0 70).
Selanjutnya thitung dibandingan dengan ttabel pada daftar
distribusi t dengan derajat kebebasan dk = n-1 =35-1 =34. Hasil
uji untuk post-test menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t
mengenai kemampuan akhir siswa (lampiran) menunjukkan
bahwa thitung > ttabel Ha diterima dan H0 ditolak dengan demikian
tingkat kesalahan 5% dan tingkat kepercayaan 95%. Dimana
thitung = 4,93 dan ttabel = 1,69 (Lampiran C).
Rekapitulasi hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6.
Rekapitulasi hasil Uji hipotesis Post-test
No Uraian Data Hasil Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
Derajat Kebebasan
(dk)
Taraf Kepercayaan ( )
t Hitung
t Tabel
34
5%
4,93
1,69
Ha : diterima
Ho :ditolak
thitung > ttabel
Berdasarkan hasil analisis yang telah dijelaskan, maka
dapat dikatakan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini diteima kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran Make a Match pada pembelajaran
fisika siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2015/2016 secara signifikan tuntas.
JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15
11
PEMBAHASAN
Rusman (2010: 223), mendefinisikan pembelajaran Make a Match
(membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam
pembelajarn kooperatif. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam
suasana yang menyenangkan.
A. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Tahap pertama dalam pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
yaitu Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada
kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari
dan memotivasi siswa belajar.
B. Menyajikan Informasi
Pada tahap kedua guru mempersentasikan materi pelajaran peserta
didik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.
C. Mengorganisasikan Siswa ke dalam Kelompok-kelompok belajar
Tahap ketiga siswa dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan baris
tempat duduk membentuk U, misalnya kelompok A dan kelmpok B
berhadapan. Dan kelompok C menjadi batasan kelompok A dan
kelompok B. Dan guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok
A, kartu jawaban kepada kelompok B dan kelompok C menjadi
kelompok penilai.
D. Membimbing kelompok belajar
Tahap keempat sampaikan kepada siswa bahwa mereka harus
mencocokan kartu yang dipegang dengan kelompok lain dalam jangkah
waktu yang telah ditentukan dan meminta mereka melaporkan nama
pasangannya dalam kelompok penilai atau kelompok C.
E. Evaluasi
Tahap kelima Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15
12
telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya.
F. Memberikan penghargaan
Guru mencari-cari untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok. Dengan memberikan pujian kepada
siswa yang menemukan pasangan kartu yag cocok dengan waktu yang
tercepat.
Selama proses kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match siswa merasa senang
dan menikmati pembelajaran. Karena model pembelajaran ini ada unsur
permainan, model ini menyenangkan, meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi yang dipelajari, dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa, efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil
presentasi, efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu belajar
sehingga kelebihan model pembelajaran yang disampaikan oleh Amin
(dalam Suminah, 2013:21), benar adanya.
Sedangkan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match adalah jika guru tidak merancanagnya dengan baik,
maka banyak waktu yang terbuang, ada awal-awal penerapan model ini,
banyak siswa yang malu berpasangan dengan kawan jenisnya, jika guru
tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa
yang kurang memperhatikan, menggunakan model ini secara terus
menerus akan menimbulkan kebosonan. Setelah peneliti melakukan
penelitian ternyata kelebihan dan kelemahan menurut Amin (2009 juni
2015), benar adanya.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh rata-rata nilai
post-test setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match mencapai 77,77. Sedangkan data skor tes siswa dianalisis dengan
JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15
13
menggunkan uji t diperoleh analisis data post-test kelas eksperimen didapat
= 4,93 dan = 1,69 karena sehingga dapat
dinyatakan bahwa hasil belajar kognitif siswa dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match signifikan tuntas.
IV. Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian yang dicapai pada penelitian ini,
beberapa hal yang penulis sarankan adalah sebagai berikut:
1. Peneliti selanjutnya, hendaknya melakukan penelitian tentang
perbandingan model kooperatif tipe Make a Match dengan model lain.
Dengan aspek ranah kognitif dan , aktivitas belajar siswa pada materi
fisika yang lain.
2. Sekolah, model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat
digunakan oleh guru disekolah pada materi fisika yang lain. Agar siswa
memahami materi dengan baik.
JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15
14
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Astika dan Nyoman M. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tife
Make a Match Terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika
Ikif PGRI Semarang. [11 Mei 2015]
Jihad, Asep, dan Haris, Abdul.2008. Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta: Multi
Pressindo
Khasanah, Uswatun. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Make a Match dan
Index Card Match Terhadap Pemahaman siswa Kelas X SMA Insitut
Indonesia Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. Jurnal Pendidikan Fisika.
[11 Mei 2015]
Mikran et. al. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Make a Match untuk
meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas SMP Negeri 1 Tomini pada konsep Gerak. Jurnal Pendidkan Fisika 2 (2). 9-16. [11 Mei 2015]
Purwoko dan Fendi. 2010. Fisika 1 SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Bandung: Alfabeta
2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada
2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung:
Alfabeta
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Sirait dan Noer. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match terhadap Hasil Belajar Siswa. 1 (3). 252-259. Jurnal Pendidikan
Fisika FMIPA Unimed. [11 Mei 2015]
Siswanto dan Sukaryadi. 2009. Kompetensi Fisika:Untuk SMA/MA Kelas X.
Jakarta: Citra Aji Parama
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15
15
2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi.
Bandung: Alfabeta
2012. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suherman dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis Pembelajaran: Panduan Praktis
bagi peserta didik. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Makalah dan Skripsi. 2012. Pedoman
Penulisan Makalah Dan Skripsi Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Lubuklinggau: STKIP-PGRI
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif Berientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Kencana
2010. Mendasain Model Pembelajaran Inovatif-Progresip. Jakarta:
Kencana
2012. Model Pembelajaran Inovatif Berientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Kencana
Zaelani. et, al.2006.1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Fisika untuk SMA/M/
Ma.Bandung:Yrama Widya.
Recommended