View
231
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH EKSTRAK UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) DARI JENISDAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Bacillus sp D2.2
SKRIPSI
OlehM. ZAINAL ARIFIN
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2018
THE EXTRACT EFFECT OF SWEET POTATO (Ipomoea batatas) ONDIFFERENT KIND AND CONCENTRATION ON GROWTH OF
BACTERIA Bacillus sp D2.2
ABSTRACT
Probiotics application is one of the handling methods of bacterial diseases onshrimp vaname, Litopenaeus vannamei. The use of probiotics at the field is oftenobstructed by the manufacture of the probiotic media which is difficult andexpensive, so alternative media which is practical and cheaper is needed. Thisstudy aims to examine the effectiveness of white, yellow, and purple sweet potatoflour extract used as a technical media at different concentrations on probioticbacteria strain D2.2 density. This research used factorial RAL with 3 factors(white, yellow, and purple sweet potato) and with different level (2%, 3%, and4%) for each factors. The results showed that the isolated bacteria could growwell in all treatments. The bacteria growth occurred 12 hour after inoculation. Thebacteria density which were grown on technical media increased as the increase ofthe technical media dose. The highest bacterial density was 3.036 × 108 cfu/mLand it was found in the treatment of sweet purple potato at 4% concentration.
Keywords: Litopenaeus vannamei, media, isolate, bacteria, D2.2
PENGARUH EKSTRAK UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) DARI JENISDAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Bacillus sp D2.2
ABSTRAK
Aplikasi probiotik merupakan salah satu metode penanganan penyakitbakterial pada udang vaname Litopenaeus vannamei. Penggunaan probiotikdi lapangan sering terkendala oleh sulit dan mahalnya pembuatan mediaprobiotik, sehingga diperlukan media alternatif yang praktis dan lebihmurah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaanekstrak tepung ubi putih, ubi kuning dan ubi ungu sebagai media teknispada konseentrasi yang berbeda terhadap kepadatan bakteri probiotik strainD2.2. Penelitian ini menggunakan RAL faktorial dengan 3 faktor yaitu jenisubi jalar putih, kuning, dan ungu dengan masing-masing pada taraf berbedayaitu 2%, 3%, dan 4%. Hasil penelitian menunjukkan isolat bakteri dapattumbuh baik pada semua perlakuan. Petumbuhan bakteri terjadi mulai jamke-12 setelah inokulasi. Kepadatan bakteri yang ditumbuhkan pada mediateknis meningkat seiring dengan peningkatan dosis media teknis. Kepadatanbakteri yang tertinggi terdapat pada perlakuan ubi unggu pada konsentrasi4% sebesar 3,036 × 108 cfu/mL.
Kata Kunci: Litopenaeus vannamei, media, isolat, bakteri, D2.2
PENGARUH EKSTRAK UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) DARI JENISDAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Bacillus sp D2.2
Oleh
M. Zainal Arifin
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
pada
Jurusan Perikanan dan KelautanFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 22
Oktober 1993, sebagai anak keempat dari empat bersaudara,
dari pasangan Bapak M. Yakub dan Ibu Siti Fatonah.
Penulis mengawali pendidikan di SD Negeri 2 Adiluwih,
Pringsewu pada tahun pelajaran 2006, Menyelesaikan
pendidikan di SMP Negeri 1 Adiluwih, Pringsewu pada
tahun pelajaran 2009 serta menamatkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri 2
Metro, Kota Metro pada tahun 2012. Tahun 2012, penulis mendapatkan
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S1 di Perguruan Tinggi Universitas
Lampung di Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Perairan. Selama menjadi
mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktium Ekologi Perairan, dan
Mikrobiologi. Penulis juga aktif dalam organisasi di Himpunan Mahasiswa
Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) sebagai anggota bidang Kewirausahaan,
pada tahun 2013-2014 anggota bidang pengkaderan pada tahun 2014-2015.
Selama menikmati masa perkuliahan penulis mengikuti kegiatan Praktik Umum
(PU) di BBPPBL Gondol Buleleng-Bali dengan judul “Pembenihan Teripang
Pasir (Holothuria scabra) Balai Besar Pengembangan Dan Penenlitian
Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol-Bali” selama 30 hari pada bulan Juli 2016.
Penulis juga mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 60 hari di
Desa Duta Yosomulyo, Kecamatan Rawa Pitu, Kabupaten Tulang Bawang pada
Januari-maret 2016. Terakhir pada bulan Januari 2017, penulis melakukan
penelitian di Laboratorium Perikanan dengan judul “PENGARUH EKSTRAK
UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) DARI JENIS DAN KONSENTRASI
YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Bacillus sp
D2.2” pada tahun 2017.
Diam (tidak bicara) adalah sesuatu kebijaksanaan dan sedikit orangyang melakukannya (HR. Ibnu Hibban).
Dia (Allah) berfirman “dan tolong- menolonglah kamu dalam(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong- menolonglah
dalam berbuat dosa dan Permusuhan” al-Maidah Ayat 2
Melakukan banyak hal yang bersifat positif merupakan wujud dari rasayang selalu bersyukur dengan semua pemberian sang khalik,
mengesampingkan rasa lelah adalah cerminan dari keikhlasan danselalu sujud syukur dengan semua pemberian-NYA, semuakenikmatan yang kita dapatkan selama ini. (Zainal, 2017)
Sesungguhnya kami turunkan (Al-Qur’an) kepada(Muhammad) dengan membawa kebenaran, maka sembahlah
(Allah) dengan tulus ikhlas beragama kepada-NYA, ingatlahhanya milik Allah agama yang murni dari syirik (QS Az-Zumar
:2-3)
Tidakkaah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui rahasia danbisikkan mereka dan bahwa Allah mengetahui segala yang gaib
(Surah At-Taubah ayat 78).
PERSEMBAHAN
Karya ini sebagai tanda baktiku kepada kedua orangtuaku,Ayah M. Yakub dan Ibu Siti Fatonah
Yang selalu mengiringi segala tindak tingkah laku selamadari kecil hingga sekarang dan selamanya, serta sebagaitanda terimakasih yang tidak mungkin dapat membalas
segala jasa dan pengorbanan orangtuaku.
Teruntuk Kakak Siti Sholehah, Siti Nur Asiyah, danM. Syukron Habibi Munir yang selalu mendukung dan
memotivasi penulis untuk selalu menjadi inspirasi.
Teruntuk Keluarga, sahabat, orang terdekat, teman yangmembantu dalam pengerjaan skripsi ini.
Dan tak lupa, almamaterku tercinta.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) pada
program studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian
Universitas Lampung dengan judul “Pengaruh Ekstrak Ubi
Jalar (Ipomoea batatas L.) Dari Jenis Dan Konsentrasi Yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Bacillus sp D2.2”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan kehidupan, kesehatan, kemampuan
untuk selalu bersyukur atas rezekinya.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si, selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
3. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
4. Ibu Esti Harpeni, S.T.,MAppSc selaku dosen pembimbing akademik
sekaligus dosen pembimbing kedua yang selalu memberikan motivasi
penuh, selalu sabar memberikan bimbingan, dan selalu memberikan saran
serta kekuatan yang membangun selama penulis aktif dalam perkuliahan
maupun pada saat menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Eko Efendi, S.T., M.Si, selaku dosen pembimbing utama yang
selalu memberikan motivasi penuh, selalu sabar memberikan bimbingan,
dan selalu memberikan saran serta kekuatan yang membangun selama
penulis aktif dalam perkuliahan maupun pada saat menyelesaikan skripsi.
6. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P, selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik, saran dan bimbingan yang diberikan kepada penulis
dalam mengerjakan skripsi.
7. Sahabatku (Khanif Ardiansyah, Magista Wahyu Prastya, Renaldo
Syaputra, Ranindia Akbar A, Suliswati, Weni Fitriyani, dan Sundari
Sayekti) terimakasih telah memberikan canda, tawa, semangat dan bantuan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
8. Sahabatku (Agi Ramanda, Ardian Thomas Andika Wirya K, Auliyan
Azizi, Eshy Tri Wulandari, Imam Sodikin, M. Rio Maryanto, M. Rukni
Assegaf, Rahajeng Utami, Shara Anbia P, dan Tatang Purnama)
terimakasih telah memberikan canda, tawa, semangat dan bantuan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
9. Kurnia Dwi Pemata Sari yang telah membantu penulis dalam mencarikan
solusi dari kendala yang dihadapi selama proses menulis.
10. Teman-teman satu angkatan 2012 Budidaya Perairan terima kasih telah
menjadi bagian keluarga yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi.
Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua, dan dengan
segala kerendahan semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita
semua, amin yarobbal alamin.
Bandar Lampung, Januari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL........................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian.................................................................................. 3
1.3 Manfaat Penelitian................................................................................ 3
1.4 Kerangka Pikir...................................................................................... 3
1.5 Hipotesis............................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) ........................................................... 6
2.2 Oligosakarida ..................................................................................... 7
2.2.1 Sukrosa ....................................................................................... 9
2.2.2 Rafinosa ...................................................................................... 10
2.3 Bakteri Bacillus sp D2.2 .................................................................... 11
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu danTempat Penelitian ............................................................... 13
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 13
3.3 Posedur Penelitian ................................................................................ 14
3.3.1 Isolat Bakteri ............................................................................... 14
3.3.2 Pembuatan Media SWC ............................................................. 14
3.3.3 PembuatanTepung Ubi Jalar ....................................................... 15
3.3.4 Pembuatan Media Uji.................................................................. 15
3.3.5 Inokulasi Bakteri ......................................................................... 15
3.4 Rancangan Penelitian Pendahuluan ..................................................... 16
3.4.1 Rancangan Acak Lengkap........................................................... 16
3.4.2 Parameter yang diamati ............................................................... 17
3.4.3 Perlakuan ..................................................................................... 17
3.5 Rancangan Penelitian Utama ............................................................... 17
3.5.1 Rancangan Acak Lengkap Faktorial ........................................... 17
3.5.2 Perlakuan ..................................................................................... 18
3.6 Analisis Data ....................................................................................... 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pertumbuhan Bakteri Pada Ubi Putih................................................... 19
4.2 Pertumbuhan Bakteri Pada Ubi Kuning ............................................... 21
4.3 Pertumbuhan Bakteri Pada Ubi Ungu .................................................. 23
4.4 Interaksi Jenis Ubi Dan Konsentrasi Yang Berbeda ............................ 24
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 27
5.2 Saran ................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 28
LAMPIRAN ................................................................................................... 32
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Alat Penelitian........................................................................................... 13
2. Bahan Penelitian........................................................................................ 14
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Kerangka Pemikiran ...................................................................... 5
2. Desain Susunan Rancangan Acak Lengkap ............................................. 18
3. Pertumbuhan Bakteri D2.2 pada Perlakuan Jenis Ubi Putih .................... 21
4. Pertumbuhan Bakteri D2.2 pada Perlakuan Jenis Ubi Kuning ................ 22
5. Pertumbuhan Bakteri D2.2 pada Perlakuan Jenis Ubi Ungu ................... 24
6. Pertumbuhan Bakteri dengan Interaksi Jenis Ubi dan Konsentrasi ......... 25
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Alat penelitian .......................................................................................... . 33
2. Bahan-bahan penelitian ............................................................................ 35
3. Foto kegiatan proses pembuatan tepung ekstrak ubi jalar ....................... 36
4. Pembuatan media uji ................................................................................ . 38
5. Hasil kepadatan absorbansi ...................................................................... 39
6. Hasil perhitungan kepadatan absorbansi .................................................. 40
7. Uji duncan ................................................................................................ 42
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ubi jalar mengandung serat pangan alami yang tinggi yaitu, prebiotik,
oligosakarida dan lain-lain (Rukmana, 2008). Prebiotik adalah sumber makanan
bagi bakteri Bacillus sp. D2.2. Oligosakarida merupakan bagian dari karbohidrat
yang terdapat dalam bentuk bebas atau berkelompok pada semua makhluk hidup.
Definisi oligosakarida yang telah disetujui secara luas adalah karbohidrat yang
terdiri dari 2-10 buah residu monosakarida dengan struktur kimia tertentu (Pazur,
1970). Oligosakarida dapat dibedakan menjadi beberapa jenis dilihat dari
klasifikasinya.
Salah satu jenis klasifikasi oligosakarida yang biasa digunakan adalah klasifikasi
berdasarkan jumlah monomer monosakarida penyusunnya. Oligosakarida juga
terdiri dari dua jenis, yaitu homo-oligosakarida dan hetero-oligosakarida.
Oligosakarida sangat mudah larut dalam air dan pelarut polar lainnya (Pazur,
1970). Becker et al. (1974) menyatakan bahwa contoh oligosakarida yang terdapat
di ubi jalar adalah sukrosa dan rafinosa. Kandungan oligosakarida ini dapat
dijadikan sebagai sumber makanan untuk peningkatan jumlah bakteri.
Peningkatan jumlah bakteri menguntungkan dalam usus besar memerlukan suatu
sumber karbohidrat yang tidak dapat tercerna, sehingga dapat dijadikan substrat
untuk pertumbuhan bakteri probiotik dalam kolon. Prebiotik sebagian besar
adalah serat makanan, seperti oligosakarida, namun tidak seluruh serat makanan
merupakan prebiotik (Maryati dkk., 2016) Penelitian Hernandez dkk. (2012) telah
menunjukkan bahwa karbohidrat prebiotik dapat meningkatkan kelangsungan
hidup bakteri menguntungkan selama berada di lambung. Beberapa serat
makanan, khususnya serat larut, menunjukkan aktivitas prebiotik. Kelompok
prebiotik antara lain: prebiotik berjenis inulin seperti FOS (fruktooligosakarida)
dan galaktooligosakarida (GOS) (Roberfroid, 2007; Kelly, 2009). Karbohidrat
2
lainnya yang berpotensi sebagai prebiotik yaitu laktulosa, laktosukrosa,
oligosakarida kedelai, isomaltooligosakarida, palatinosa, xylooligosakarida, dan
glukooligosakarida (Manning dan Gibson, 2004).
Penggunaan oligosakarida untuk memperkaya pembentukan asam amino sebagai
sumber energi pertumbuhan bakteri. Oligosakarida yang berasal dari ubi jalar
dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan oleh bakteri probiotik SKT-b untuk
menunjang pertumbuhan bakteri tersebut secara in vitro. Penambahan
oligosakarida ke media kultur meningkatkan pertumbuhan bakteri SKT-b, yang
berkorelasi positif terhadap peningkatan konsentrasi prebiotik tersebut, pada
semua perlakuan konsentrasi bakteri (Lesmanawati et al, 2013).
Sea water complete (SWC) adalah media tumbuh bakteri yang terdiri atas 1 gr/L
yeast ekstrak, 3 kl/L gliserol, air aut 75% dan air aquades 25% (Ayuzar, 2008).
Dari bahan-bahan pembuat SWC tersebut terdapat sumber energi bagi bakteri
berupa yeast ekstrak. Yeast ekstrak mengandung asam amino yang lengkap dan
vitamin B kompleks. Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya asam amino,
jenis karbohidrat yang umumnya digunakan adalah amilum, glukosa, fruktosa,
galaktosa, sukrosa, dll. Dalam hal ini bakteri memanfaatkan yeast ekstrak sama
halnya memanfaatkan oligosakarida untuk pertumbuhannya. Media SWC (Sea
Water Complete), media ini sangat bagus untuk pertumbuhan masal Bakteri
Bacillus sp D2.2. Bahan kimia pembuat SWC tersebut harganya relatif mahal.
Penggunaan media ekstrak ubi jalar diharapkan dapat menghemat biaya dalam
penggunaan media SWC (Sea Water Complete). Karena kandungan oligosakarida
pada ubi jalar juga dapat meningkatkan populasi bakteri baik pada saluran cerna
seperti Bifidobacteria dan Lactobacillus (Weese, 2002).
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, peneliti merasa tertarik untuk
meneliti ekstrak ubi jalar yang dapat menjadi alternatif pertumbuhan bakteri
dengan jenis ubi dan konsentrasi ekstrak tertentu..
3
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak jenis ubi yang berbeda
pada berbagai konsentrasi ekstrak ubi jalar terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus
sp. D2.2 serta mengetahui interaksi ekstrak jenis ubi jalar dan konsentrasi yang
berbeda untuk pertumbuhan terbaik pada bakteri Bacillus sp. D2.2
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan alternatif media tumbuh bakteri Bacillus sp. D2.2.
kepada petani tambak udang. Bahan alternatif ini mudah didapatkan dan dapat
diproduksi sendiri oleh para petani sehingga dapat meminimalisir pengeluaran
pembudidayaan udang.
1.4 Kerangka Pikir
Pada saat ini petani tambak udang membuat probiotik untuk udang menggunakan
media SWC (Sea Water Complete). Bahan SWC terdiri dari yeast ekstrak, bacto
peptone dan gliserol (Ayuzar, 2008), namun bahan kimia tersebut harganya mahal
dan sangan sulit untuk mendapatkannya. Prasetyo (2015) mengungkapkan
penggunaan sinbiotik di tambak memiliki kendala yaitu sulitnya pembuatan
sinbiotik dan biaya pembuatannya yang mahal. Oleh karena itu, dibutuhkan
metode yang lebih murah dan praktis untuk menekan biaya sinbiotik tersebut.
Pada penelitian ini digunakan media teknis sebagai alternatif untuk mengkultur
bakteri probiotik yaitu menggunakan metode rebus untuk mengekstraksi
oligosakarida pada ubi jalar sebagai prebiotik.
Untuk menekan baiaya pembuatan media SWC, peneliti menggunakan media
alternatif berupa ekstrak ubi jalar untuk pertumbuhan bakteri probiotik Bacillus sp
D2.2. Ubi jalar dipilih karena produktivitas di Lampung sangat melimpah dan
harganya yang relatif lebih terjangkau. Serta salah satu kandungannya sangat
berperan penting untuk tumbuhnya Bakteri Bacillus D2.2, yaitu Oligosakarida
yang merupakan bagian dari polimer karbohidrat yang besar dan penting. Ditinjau
dari sisi ekonomi konsentrasi prebiotik yang diaplikasikan dalam kegiatan
budidaya berkolerasi positif dengan biaya produksi, karenanya penting untuk
4
dievaluasi efek konsentrasi prebiotik tersebut secara in vivo (Lesmanawati et al,
2013). Li et al. (2009) menyebutkan bahwa ada hubungan yang erat antara efek
konsentrasi probiotik dan prebiotik terhadap efisiensinya. Dari dua penelitian
tesebut jelas bahwa ada efek dari konsentrasi yang diberikan akan tetapi pada
penelitian ini juga akan menggunakan jenis ubi yang berbeda.
Tanaman ubi jalar dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, seperti yang
dijelaskan oleh Juanda (2004) terdapat tiga jenis ubi jalar yaitu yang pertama ubi
jalar putih, yakni jenis ubi jalar yang memilki daging umbi berwarna putih. Jenis
ubi jalar kedua adalah ubi jalar kuning, yakni jenis ubi jalar yang memiliki daging
umbi berwarna kuning, kuning muda atau putih kekuning-kuningan. Jenis ketiga
adalah ubi jalar ungu, yakni jenis ubi jalar yang memilki daging umbi berwarna
ungu hingga ungu muda.
Ekstrak ubi jalar adalah bahan media tumbuh yang tidak dapat dicerna dan
menguntungkan inangnya dan menstimulasi secara selektif pertumbuhan dan atau
aktivitas dari satu atau sejumlah bakteri di usus besar sehingga dapat
meningkatkan kesehatan (Gibson dan Roberfroid, 1995). Pembuatan ekstrak ubi
jalar putih, ungu, dan kuning pada penelitian ini menggunakan perlakuan
konsentrasi 2%, 3% dan 4%. Konsentrasi ekstrak ini dipilih dari penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Lesmanawati, et al. yang menggunakan tepung ubi
jalar putih dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 3%.
Untuk mengetahui pertumbuhan bakteri tertinggi dilakukan uji HPLC dengan
ekstrak jenis ubi jalar pada konsentrasi tertentu yang mempengaruhi pertumbuhan
bakteri terbaik. Berdasarkan hasil uji in vitro, oligosakarida hasil ekstraksi ubi
jalar mampu berperan sebagai prebiotik yang menunjang pertumbuhan bakteri
probiotik SKT-b. Kombinasi prebiotik dan probiotik yang optimal didapatkan
pada konsentrasi prebiotik 3% dan probiotik SKT-b 10 yang menunjukkan
pertumbuhan bakteri probiotik paling tinggi (Lesmanawati et al, 2013).
5
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian yaitu:
I
H0 = µ1 = µ2 :
H1 = µ1 ≠ µ2 :
Tidak ada interaksi antara konsentrasi ekstrak dan jenis ubi jalar
terhadap kepadatan bakteri.
Ada interaksi antara konsentrasi ekstrak dan jenis ubi jalar terhadap
kepadatan bakteri.
IIH0 = µ1 = µ2 :
H1 = µ1 ≠ µ2 :
Tidak ada perbedaan jenis ubi jalar terhadap kepadatan bakteri.
Ada perbedaan jenis ubi jalar terhadap kepadatan bakteri.
IIIH0 = µ1 = µ2 :
H1 = µ1 ≠ µ2 :
Tidak ada perbedaan konsentrasi ekstrak ubi jalar terhadap kepadatan
bakteri.
Ada perbedaan konsentrasi ekstrak ubi jalar terhadap kepadatan bakteri.
Alternatif Pengganti SWC
Ubi Jalar
Oligosakarida
Jenis Ubi Persentase Konsentrasi
Pertumbuhan Bakteri
SWC
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ubi Jalar (Ipomoea batatas L)
Ubi jalar adalah tanaman tropis indigenus Amerika yang kemudian disebarkan ke
kepulauan tropis di Pasifik, utara Selandia Baru, Asia dan Afrika oleh pedagang
Spanyol. dan Portugis setelah Colombus (Kahn, 1977). Ubi jalar segar di
Indonesia umumnya dikonsumsi dengan cara direbus. Industri rumah tangga
menggunakannya untuk membuat produk snack goreng dan manisan ubi.
Bahkan, tepung dari ubi jalar sudah banyak diproduksi untuk digunakan sebagai
tepung komposit bahan baku pembuatan roti dan produk bakery sehingga
penggunaan ubi jalar sebagai bahan pangan sudah semakin luas.
Rukmana (1997) menjelaskan bahwa pada bagian batang yang berbuku-buku
tumbuh daun bertangkai agak panjang secara tunggal. Daun berbentuk
bulat sampai lonjong dengan tepi rata atau berlekuk-lekuk dangkal sampai
berlekuk dalam sedangkan bagian ujung daun meruncing. Helaian daun
berukuran lebar, menyatu mirip bentuk jantung, tetapi ada yang bersifat menjari
dan daun berwarna hijau tua. Kaplan (1971) menyatakan umbi tanaman ubi jalar
dibentuk dari penebalan lapisan akar luar yang dekat dengan batang dan berada
di dalam tanah atau bonggol yang berada di dalam tanah. Sedangkan
menurut Steinbauer dan Kushman (1971), umbi tanaman ubi jalar adalah
akar yang membesar untuk menyimpan cadangan makanan bagi tanaman,
umumnya berupa pati, dengan bentuk antara lonjong sampai agak bulat.
Ubi jalar mempunyai warna kulit muda, putih kotor, kuning, jingga dan ungu
tua. Warna dagingnya putih, krem, kuning, merah muda dan jingga
tergantung jenis dan banyaknya pigmen yang terdapat di dalamnya.
Menurut Suprapti (2003) tanaman ubi jalar memiliki ciri-ciri susunan tubuh
utama yang terdiri dari batang, daun, bunga, buah, biji, dan umbi. Batang
7
tanaman ubi jalar berbentuk bulat, tidak berkayu, dan berbuku-buku. Ubi jalar
memiliki tipe pertumbuhan tegak dan merambat atau menjalar dengan
panjang batang tipe tegak: 1-2 m, sedangkan tipe merambat: 2-3m. Ukuran
batang dibedakan atas 3 macam, yaitu besar, sedang, dan kecil serta warna
batang biasanya hijau tua sampai keungu-unguan.
Heyne (1987) mengklasifikasikan tanaman ubi jalar sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatopyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Convolvulales
Famili : Convolvulaceae
Genuis : Ipomoea
Spesies : Ipomoea batatas L.
Tanaman ubi jalar dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, seperti yang
dijelaskan oleh Juanda (2004) terdapat tiga jenis ubi jalar yaitu yang pertama ubi
jalar putih, yakni jenis ubi jalar yang memilki daging umbi berwarna putih. Jenis
ubi jalar kedua adalah ubi jalar kuning, yakni jenis ubi jalar yang memiliki
daging umbi berwarna kuning, kuning muda atau putih kekuning-kuningan. Jenis
ketiga adalah ubi jalar ungu, yakni jenis ubi jalar yang memilki daging umbi
berwarna ungu hingga ungu muda.
2.2 Oligosakarida
Oligosakarida merupakan bagian dari polimer karbohidrat yang besar dan
penting dimana terdapat dalam bentuk bebas atau berkelompok pada semua
makhluk hidup. Definisi oligosakarida yang disetujui secara luas adalah sebuah
karbohidrat yang terdiri dari 2-10 buah residu monosakarida dengan struktur
kimia tertentu (Pazur, 1970). Struktur oligosakarida terdiri dari beberapa residu
monosakarida yang saling bergabung karena ikatan glikosidik dimana ikatan ini
sangat mudah terhidrolisis oleh larutan asam.
8
Klasifikasi oligosakarida dilakukan berdasarkan tipe gugus fungsional,
jumlah monomer monosakarida dan tipe residu monomer di dalam
komponen (Pazur,1970). Klasifikasi berdasarkan gugus fungsional adalah
penghitungan gugus aglikon dari ikatan glikosida (hasil hidrolisis oligosakarida)
sebagai residu karbohidrat. Monomer-monomer monosakarida bergabung dengan
cara saling berikatannya gugus hemiasetal monomer pertama dengan gugus
hidroksil dari monomer kedua dan dilanjutkan dengan monomer-monomer
berikutnya sehingga membentuk jembatan oksigen. Ikatan inilah yang disebut
dengan ikatan glikosida.
Jenis klasifikasi oligosakarida yang biasa digunakan adalah klasifikasi
berdasarkan jumlah monomer monosakarida penyusun komponen tersebut.
Disakarida adalah oligosakarida yang terdiri dari dua buah monosakarida,
trisakarida terdiri dari tiga buah, tetrasakarida terdiri dari empat buah dan
seterusnya. Oligosakarida juga terdiri dari dua jenis, yaitu homo-
oligosakarida dan hetero-oligosakarida. Homooligosakarida adalah tipe
oligosakarida yang tersusun dari hanya satu jenis monosakarida sedangkan
hetero-oligosakarida terdiri dari dua atau lebih jenis monosakarida.
Oligosakarida sangat mudah larut di dalam air dan pelarut polar lainnya (Pazur,
1970).
Suatu bahan pangan dapat mengandung oligosakarida yang tidak dapat dicerna,
contohnya rafinosa, fruktooligosakarida (FOS), galaktooligosakarida (GOS),
galaktosillaktosa, isomaltooligosakarida atau transgalaktooligosakarida (TOS)
dan palatinosa (Salminen et al., 1998). Prebiotik didefinisikan sebagai bahan
makanan yang non-digestible atau lowdigestible yang dapat menguntungkan
organisme inangnya dengan menstimulasi secara selektif pertumbuhan atau
aktifitas satu atau sejumlah bakteri probiotik dalam kolon (Crittenden dan
Playne, 1996; Dimer dan Gibson, 1998). Prebiotik yang umum merupakan suatu
senyawa oligosakarida, yaitu senyawa glikosida yang mengandung antara tiga
sampai sepuluh rantai gula. Derajat polimerisasi oligosakarida merupakan hal
yang penting. Biasanya oligosakarida untuk makanan merupakan campuran dari
9
beberapa derajat polimerisasi (Crittenden dan Playne, 1996). Becker et al. (1974)
menyatakan bahwa contoh oligosakarida yang terdapat di ubi jalar mentah adalah
stakiosa, rafinosa dan verbaskosa. Menurut Palmer (1982), kandungan
oligosakarida di ubi jalar sangat rendah sedangkan menurut Collins dan Walter
(1985), kandungan oligosakarida yang tidak dapat dicerna seperti rafinosa akan
dapat menurunkan timbulnya penyakit kanker usus, diabetes, penyakit hati dan
penyakit saluran pencernaan.
2.2.1 Sukrosa
Sukrosa adalah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu
meupun dari bit. Selain dari tebu dan bit, sukrosa terdapat pada tumbuhan lain,
misalnya dalam buah nanas dan dalam wortel. Dengan hidrolisis sukrosa akan
terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa. (McGilvery & Goldstein,
1996).
Molekul sukrosa terdapat ikatan antara molekul glukosa dan fruktosa, yaitu
antara atom karbon nomor 1 pada glukosa dengan atom karbon nomor 2 pada
fruktosa melalui atom oksigen. Kedua atom karbon tersebut adalah atom karbon
yang mempunyai gugus –OH glikosidik atau atom karbon yang merupakan gugus
aldehida pada glukosa dan gugus keton pada fruktosa. Oleh karena itu, molekul
sukrosa tidak mempunyai sifat dapat mereduksi ion-ion Cu 2+ atau Ag+ dan juga
tidak membentuk osazon (Mc Gilvery & Goldstein, 1996). Sukrosa memiliki
sifat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Hasil yang diperoleh dari
reaksi hidrolisis adalah glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang ekuimolekuler.
Glukosa memutar cahaya terpolarisasi ke kanan, sedangkan fruktosa ke kiri.
Karena fruktosa memiliki rotasi spesifik lebih besar dari glukosa, maka
campuran glukosa dan fruktosa sebagai hasil hidrolisis itu memutar ke kiri proses
ini disebut inverse. Hasil hidrolisis sukrosa yaitu campuran glukosa dan fruktosa
disebut gula invert.
Madu lebah sebagian besar terdiri atas gula invert dan dengan demikian madu
mempunyai rasa lebih manis daripada gula. Apabila kita makan makanan yang
10
mengandung gula, maka dalam usus halus, sukrosa akan diubah menjadi glukosa
dan fruktosa oleh enzim sukrase atau invertase (Mc Gilvery & Goldstein, 1996).
2.2.2 Rafinosa
Rafinosa adalah suatu trisakarida yang penting, terdiri atas tiga molekul
monosakarida yang berikatan, yaitu galaktosa-glukosa-fruktosa. Atom karbon 1
pada galaktosa berikatan dengan atom karbon 6 pada glukosa, selanjutnya atom
karbon 1 pada glukosa berikatan dengan atom karbon 2 pada fruktosa. Apabila
dihidrolisis sempurna, rafinosa akan menghasilkan galaktosa, glukosa
dan fruktosa. Pada kondisi tertentu hidrolisis rafinosa akan memberikan hasil-
hasil tertentu pula. Hidrolisis dengan asam lemah atau pada konsentrasi H+
rendah, akan menghasilkan melibiosa dan fruktosa. Hasil yang sama seperti ini
juga dapat diperoleh melalui hidrolisis dengan bantuan enzin sukrase (Mc
Gilvery & Goldstein, 1996).
Apabila dihidrolisis sempurna, rafinosa akan menghasilkan galaktosa, glukosa
dan fruktosa. Hidrolisis dengan asam lemah atau pada konsentrasi H+ rendah,
akan menghasilkan melibiosa dan fruktosa. Hasil yang seperti ini juga dapat
diperoleh melalui hidrolisis dengan bantuan enzim sukrase. Di samping itu
hidrolisis dengan bantuan enzim maltase akan memberikan hasil galaktosa dan
sukrosa. Hasil hidrolisis sempurna juga dapat diperoleh apabila dalam reaksi ini
digunakan dua jenis enzim yaitu sukrase dan melibiase. Melibiase akan
menguraikan melibiosa menjadi galaktosa dan glukosa.
Rafinosa tidak memiliki sifat mereduksi. Hal ini disebabkan karena dalam
molekul rafinosa tidak memiliki gugus –OH glikosidik. Rafinosa yang terdapat
dalam bit dan tepung biji kapas mengandung kira-kira 8%. Trisakarida ini tidak
digunakan manusia sebagai sumber karbohidrat (Mc Gilvery & Goldstein, 1996).
11
2.3 Bakteri Bacillus sp D2.2
Isolat bakteri didapat dari tambak tradisional di Desa Mulyosari, Kecamatan
Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Isolat bakteri
tersebut mampu menghambat pertumbuhan bakteri V. harveyi sebanyak 0,34%
dengan adanya zona bening di sekitar koloni bakteri biokontrol. Dari 293 isolat
yang berhasil dikoleksi, terdapat satu isolat yang diberi kode D2.2 yang
berpotensi menghambat V. harveyi dengan uji antagonisme dengan media agar
double layer (Mariska, 2013). Bakteri D2.2 menunjukkan kekerabatannya sangat
dekat dengan Bacillus sp. melalui proses identifikasi metode analisis 16S rDNA
dan mampu menghambat bakteri patogen Stapylococcus aureus, Aeromonas
hydrophila, Vibrio alginolyticus secara in vitro (Aji, 2014).
Bacillus merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang, beberapa spesies
bersifat aerob obligat yaitu bakteri yang hanya dapat hidup dalam suasana yang
mengandung oksigen dan bersifat anaerob fakultatif yaitu bakteri yang
dapat hidup dengan atau tanpa oksigen, dan memiliki endospora sebagai struktur
bertahan saat kondisi lingkungan tidak mendukung (Backman et al.,1994).
Bacillus mempunyai sifat yang lebih menguntungkan daripada mikroorganisme
lain karena dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama pada kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhannya (Wong, 1994).
Bakteri anaerob yang dapat menghasilkan hidrogen berupa bakteri anaerob
fakultatif dan anaerob obligat. Bakteri fakultatif anaerob akan memproduksi ATP
melalui respirasi aerob ketika oksigen masih tersedia dan mampu bertahan dalam
kondisi tidak ada oksigen dengan melakukan fermentasi secara anaerob. Dalam
keadaan anaerob akan mengaktifkan enzim hidrogenase dan nitrogenase untuk
menghasilkan hidrogen (Chong et al., 2009). Contoh bakteri anaerob fakultatif
adalah Escherichia coli, Enterobacter sp., Citrobacter sp., dan Bacillus sp.
Sedangkan contoh bakteri anaerob obligat seperti purple non-
sulphurbacteria, green and purple sulphur bacteria (Warthmann et al., 1993),
Clostridia sp., methylotroph, bakteri rumen, dan archaea (Liu,2008). Dari
penjelasan sifat bakteri tersebut, bakteri Bacillus sp termasuk dalam jenis bakteri
12
heterotof karena tidak dapat membuat makanannya sendiri sehingga makanannya
diambil dari organisme lain.
Penambahan bakteri biokontrol D2.2 dengan kepadatan 103, 104, 105, dan
106 cfu/ml tidak bersifat patogenisitas terhadap larva udang Vaname dan
mampu menurunkan populasi bakteri patogen V. alginolyticus secara in vivo.
Bakteri D2.2 tumbuh dikisaran salinitas cukup luas namun optimal disalinitas
payau/laut sesuai dengan habitat aslilnya (Hardayani, 2014). Perlakuan salinitas
memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan bakteri D2.2 dimana laju
pertumbuhan paling cepat terdapat pada salinitas 20 dan 30 ppt. Sementara
perlakuan pH 6, pH 7, dan pH 8 menunjukkan hasil yang hampir sama dengan
rata-rata laju pertumbuhan baik yaitu 0,13 – 0,15 generasi/jam (Septiani, 2016).
Dari penelitian bakteri biokontrol local terdahulu mendapatkan bakteri Bacillus
sp D2.2 dengan keunggulannya dapat menurunkan bakteri patogen.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017. Lokasi penelitian berada di
Laboratorium Budidaya Perikanan, Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Pada penelitian ini menggunakan alat-alat yang dapat mendukung dan berjalannya
penelitian (Tabel 1), Lampiran 1.
Tabel 1. Alat PenelitianNo Alat Spesifikasi Kegunaan1 Autoklaf Wiseclave Wacs1060 Sterilisasi alat dan bahan2 Tabung falcon 50 ml Wadah larutan3 Bunsen - Sterilisasi4 Mikropipet Socorex (20-200 µl) Mengambil larutan5 Hot stirer plate Stuart CB162 Menghomogenkan6 Erlenmeyer Pyrex (250, 300, 500 ml) Wadah larutan7 Kuvet Menghitung kepadatan bakteri8 Timbangan digital 0,1 G EP 1200 C dan
BBL41Menimbang bahan
9 Laminar Air Flow NUAIRE, Series 11 Preparasi sampel10 Kertas saring 0,045 µm Menyaring ekstrak11 Shaker Boeco Germany PSU-15i Mengaduk sampel12 Spektrofotometer Genesys 20 Mengukur klorofil13 Beker glass Pyrex 500 ml Mengekstrak tepung ubi jalar14 Kertas saring 0,45 µm Menyaring ekstrak15 Oven Pengering ubi jalar16 Inkubator - Menyimpan hasil isolasi17 Refrigerator FOC 2151 Menyimpan media padat18 Mixer Miyaco Menghaluskan ubi jalar19 Termometer Mengukur suhu
14
Selain bahan baku beupa ubi penelitian ini juga memerlukan bahan-bahan
pendukung lainnya untuk bejalannya peneilitian. Berikut daftar bahan-bahan yang
diugnakan pada penelitian ini, Lampiran 2.
Tabel 2. Bahan PenelitianNo Bahan Kegunaan1 Air laut steril Pembuatan media2 Gliserol Pembuatan SWC3 Yeast ekstrak Pembuatan SWC4 Bacto peptone Pembuatan SWC5 Spirtus Penghidup api6 Ekstrak tepung ubi jalar Pembuatan media cair7 Ubi jalar Pembuatan tepung ubi8 Air Penambahan dalam pengukusan tepung ubi
jalar9 Isolat bakteri Bacillus sp
D2.2Uji pertumbuhan
10 Alkohol 70% Sterilisasi11 Aquades Pembuatan media
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Isolat Bakteri D2.2
Isolat bakteri D2.2 murni dari koleksi hasil penelitian sebelumnya Mariska et al.
(2013), yang diisolasi dari tambak tradisional di Lampung Timur. Isolat ini
kemudian ditanam atau diinkubasi kembali menggunakan media Sea Water
Complete (SWC) cair dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang.
.
3.3.2 Pembuatan Media SWC
Pembuatan media cair untuk kultur Bacillus sp D2.2 dimulai dengan menimbang
semua bahan yang akan digunakan terdapat pada lampiran 2. 1 gr/L yeast ekstrak,
3 kl/L gliserol, air aut 75% dan air aquades 25%. Masukkan semua bahan kedalam
erlenmeyer. Kemudian dihomogenkan menggunakan hot stirrer plate selama ±15
menit. Media yang telah dihomogenkan disterilisasi menggunakan autoklaf pada
suhu 1210C selama 15 menit dengan tekanan 1 atm. Media didiamkan dipendingin
selama 24 jam untuk melihat media terkontaminan atau tidak selama disimpan di
dalam refrigerator sebelum digunakan (Septiani, 2016)
15
3.3.3 Pembuatan Tepung Ubi Jalar
Pembuatan tepung ubi jalar mengacu pada metode yang digunakan oleh
Lesmanawati et al. (2013) yang telah dimodifikasi. Gambar poses pembuatan
disajikan pada lampiran 3.
1. Pertama ubi jalar I. batatas dicuci dan dikupas.
2. Dipotong dan dikukus selama 30 menit.
3. Dipotong tipis dan dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 55 °C
selama 5 jam.
4. Ubi kering selanjutnya dijadikan tepung dengan menggunakan blender.
5. Tepung ubi jalar selanjutnya dikukus dengan perbandingan air (1:1)
selama 30 menit.
6. Kemudian dikeringkan kembali dengan menggunakan oven pada suhu 55
°C selama 5 jam.
7. Gumpalan tepung hasil pengeringan diblender dan diayak dengan ukuran
ayakan 60 mesh size.
3.3.4 Pembuatan Media Uji
Gambar pembuatan media uji disajikan pada lampiran 4. Pembuatan media uji
menggunakan;
1. Sebanyak 40 ml media cair yang terdiri atas 75% air laut steril dan 25%
aquades steril, dituangkan ke dalam falcon steril secara asebtis.
2. Tepung ubi jalar seberat 5 gr ditambahkan air mendidih sebanyak 40 ml
dan selama 10 menit diaduk secara terus menerus pada suhu 85 0C.
3. Hasil ekstrak ubi jalar ini disaring menggunakan kertas saring untuk
memisahkan endapan.
4. Hasil ekstrak ubi yang didapat kemudian dicampurkan ke dalam media uji
pada tabung falcon sesuai dengan konsentrasi yang diperlukan yaitu 2%,
3% dan 4%.
3.3.5 Inokulasi Bakteri
1. Isolat Bacillus sp D2.2 yang ditanam di media SWC diambil sebanyak 105
cfu/ml menggunakan micropipet untuk dituangkan pada media uji.
16
2. Media uji diinkubasi pada shaker sampai fase kematian, pada suhu ruang
dengan kecepatan 140 rpm.
3. Pengukuran kerapatan sel (Optical Density) dilakukan 12 jam sekali
hingga fase kematian dengan menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 625 nm hinggga fase kematian.
3.4 Rancangan Penelitian Pendahuluan
3.4.1 Rancangan Acak Lengkap
Suatu percobaan yang digunakan homogen atau tidak ada faktor lain yang
mempengaruhi respon di luar faktor yang diteliti.Pada rancangan acak lengkap (RAL)
digunakan jika kondisi unit percobaan yang digunakan relatif homogen.
Penerapan perlakuan terhadap unit percobaan dilakukan secara acak terhadap
seluruh unit percobaan. Seperti percobaan-percobaan yang dilakukan di
laboratorium atau rumah kaca yang pengaruh lingkungannya lebih mudah
dikendalikan.
Rancangan acak lengkap dipergunakan jika variabel luar tidak diketahui, atau bila
pengaruh variabel ini yang sengaja tidak dikontrol terhadap variasi subyek, adalah
sangat kecil. Rancangan ini juga dipakai jika diketahui bahwa subyek keadaannya
seragam dan inferensi yang dibuat berdasarkan hasil percobaan tidak
dimaksudkan sebagai inferensi yang bersifat percobaan tidak dimaksudkan
sebagai inferensi yang bersifat luas serta berlaku untuk populasi yang lebih
beragam. Oleh karena itu, rancangan ini tidak disarankan jika hasil ujinya
dipergunakan untuk inferensi populasi yang lebih beragam
Syarat yang harus diperhatikan dalam RAL :
1. Kecuali perlakuannya, semua (media percobaan dan keadaan-keadaan
lingkungan lainnya) harus serba sama atau homogen.
2. Penempatan perlakuan ke dalam satuan-satuan percobaan dilakukan secara
acak lengkap, yang artinya kita perlakukan semua satuan percobaan
sebagai satu kesatuan dimana perlakuan ditempatkan ke dalamnya secara
acak.
17
3. Hanya mempunyai 1 faktor dan mempunyai sejumlah taraf faktor yang
nilainya bisa kualitatif maupun kuantitatif
3.4.2 Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah kepadatan bakteri, waktu
pengukuran parameter pada perlakuan 12 jam sekali hingga fase kematian.
3.4.3 Perlakuan
Penelitian pendahuluan ini terdiri atas empat perlakuan media uji dengan tiga kali
ulangan : Perlakuan A (kontrol) media SWC Perlakuan B 1% ekstrak tepung ubi
jalar Perlakuan C 2% ekstrak tepung ubi jalar Perlakuan D 3% ekstrak tepung ubi
jalar Penghitungan kepadatan bakteri dilakukan dengan mengukur absorbansi
sampel pada panjang gelombang 625 nm setiap 12 jam selama 48 jam dimulai dari
jam ke-0.
3.5 Rancangan Penelitian Utama
3.5.1 Rancanan Acak Lengkap Faktorial
Desain penelitian ini disusun berdasarkan sistem rancangan acak lengkap faktorial
model linier sebagai berikut:
Keterangan:
Yijk = pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi
perlakuan taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B
µ = mean populasi
αi = pengaruh taraf ke-i dari faktor A
βj = pengaruh taraf ke-j dari faktor B
(αβ)ij = pengaruh taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B
ɛij = pengaruh acak dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi
perlakuan ij.
18
3.5.2 Perlakuan
Percobaan ini menggunakan 2 faktor yaitu jenis dan konsentrasi. Jenis ubi jalar
terdiri atas 3 taraf yaitu Ungu, Kuning, dan Putih sedangkan konsentrasi terdiri
atas 3 taraf 2%, 3%, dan 4%. Perlakuan pada percobaan ini adalah percobaan
faktorial 3x3 masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan, sehingga
taraf unit percobaan sebanyak 27 unit.
Gambar 2. Desain susunan rancangan acak lengkap
Keterangan kode dicontohkan sebagai berikut:
P.2.1 = Putih, 2%, ulangan 1, K.4.3= Kuning, 4%, ulangan 3
U.3.2= Ungu, 3%, ulangan 2,
3.6 Analisis Data
Data berupa kepadatan bakteri disetiap urutan dianalisis menggunakan analisis
varian (Anova). Sebelumnya diuji sifat normalitas, dan homogenisitas. Jika salah
satu asumsi tidak terpenuhi data dianalisis dengan analisis parametrik. Jika data
memenuhi normalitas dan homogenisitas dan hasil yang diperoleh dari anova
mengetahui adanya interaksi, dapat dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan untuk
mengetahui potensi tebaik. Analisis data menggunakan alat bantu perankat lunak
SPSS 17.0 untuk melihat perbedaan antar perlakuan.
U.3.2 K.4.2 P.2.1 K.3.1 P.4.2 U.4.2 K.3.2 P.4.1 U.3.3
K.2.1 P.3.1 U.3.1 P.2.2 U.4.3 K.2.3 P.3.2 U.2.1 K.4.1
P.4.3 U.2.3 K.2.2 U.4.1 K.4.3 P.3.3 U.2.2 K.3.3 P.2.3
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasakan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Perlakuan jenis ubi yang berbeda menunjukkan perbedaan terhadap
kepadatan Bacillus sp. D2.2. Kepadatan bakteri tertingi terjadi pada
perlakuan ubi ungu dengan konsentrasi terbaik adalah 4% .
2. Terdapat interaksi antara konsentrasi dan jenis ubi terhadap kepadatan
bakteri Bacillus sp. D2.2. Interaksi terbaik terdapat pada konsentrasi 4%
dengan jenis ubi ungu.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan pengaplikasian bakteri Bacillus sp. D2.2. sebagai
probiotik untuk udang.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk skala yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios GN. 1997. Plant Pathology. 4th Edition. San Diego: Academic Press Inc. P295-357
Aji, M. B. 2014. Aktivitas Senyawa Anti Mikroba dari Bakteri Biokontrol D2.2terhadap Bakteri pada Udang dan Ikan secara In Vitro. Skipsi: Unila.
Backman, PA, Brannnen PM, & Mahaffe WF. 1994. Plant Respon and DiseaseControl Following Seed Inoculation with Bacillus sp. Di dalam: RyderMH, Stephen PM, Bowen /gd, editor. Improving Plant Production withRhizosphere Bacteria. Australia: Pruc Third Int Work PGPR SouthAustralia.
Baker KF & Cook RJ. 1974. Biologycal Control of Plant Pathogens. SanFrancisco: Freeman and Company. 433 P
Collins, M.D & G.R. Gibson. 1999. Probiotics, Prebiotics, and Synbiotics:Proaches for Modulating the Microbial Ecology of the Gut. am. j. clin.nutr. 69: 1052s – 1057s.
Collins, M.D. & G.R. Gibson. 1999. Probiotics, Prebiotics, and Synbiotics:approaches for modulating the microbial ecolog Fuller, r. 1989. Probioticin Man and Animals. j. appl. bacteriol. 66: 365 – 378.
Compant S, Duffy B, Noak J, Clement C & Barka EA. 2005. Mini Review: use ofPlant Growth-Promoting Rhizobakteria for Biocontrol of Plant Diseases:Principles, Mechanism Mecanism of Action and Future Prospect. Applenvironmicrobiol.
Crittenden, R.G & M.J. Playne. 1996. Production, Properties and Aplication ofFood Grade Olgisaccharides. Trens food scy. Technol. P 353-361
Dimantri, Cindy Novia. 2013. Analisis Isu Strategi pada Swasembada Ubi Jalardi Indonesia. Paper. Universitas Ailangga.
Dimer, C. & G.R. Gibson. 1998. an Overview of Probiotics, Prebiotics andSynbiotics in the Functional Food Concept: Perspectives and FutureStrategies. int. dairy j. 8: 473 – 479.
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Fuad AM, Rahmawati R, & Mubarik NR. 2004. Produksi dan KarakteristikParsial Protease Alkali Termostabil Bacillus thermoglucosidasius AF-01.Jurnal Mikrobilogi Indonesia.
Gaman PM & Sherrington KB. 1981. Ilmu Pangan. Pengantar Ilmu Pangan,Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Perss. 128Hal
Gibson, G.R. & M.B. Roberfroid. 1995. Dietary modulation of the human colonicmicrobiota: introducing the concept of prebiotics. j. nutr. 125: 1401 –1412.
Harpeni, E., Setyawan, A., Santoso, L., & Arifin, M. Z. 2016. Efektivitas EkstrakTepung Ubi Jalar Sebagai Media Teknis Bakteri Probiotik. Jatinangor.UNPAD
Haryati, T. & Supriyati. 2010. Pemanfaatan Senyawa Oligosakarida dari BungkilKedelai dan Ubi Jalar pada Ransum Ayam Pedaging. jitv 15(4): 252 – 260.
Haryati, T., supriyati, I-P. Kompiang, I.W.R. Susana, H. Hamid, E. Frederick, E.Sujatmika, n. Miraya & f. Wildan. 2008. Pemanfaatan SenyawaOligosakarida pada Ransum Ayam Petelur. Laporan Akhir Penelitian2008. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Haryati, Tuti.2011. Probiotik dan Prebiotik sebagai Pakan Imbuhan onruminansia.jurnal balai penelitian ternak.Bogor
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I dan II. Terj. Badan LibangKehutanan. Cetakan I. Koperasi karyawan Departemen Kehutanan JakartaPusat.
Irianto. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikrobiologi. Bandung: CVYRAMA WIDYA.
Jones KA & Burges HD. 1998. Technology of Formulation and Application. 7-27p. di dalam : Benefisial Microorganisms, nematodes and seedtraetments.Dodnecht: Klower Academic Publisher.
Juanda, D. & B. Cahyono. 2004. Ubi Jalar, Kanisiun, Yogyakarta. 56 Hal
Lay BW. 1994. Analisa Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. 168 Hal.
Lesmanawati, Wida., dkk. 2013. Potensi Ekstrak Oligosakarida Ubi Jalar sebagaiPrebiotik Bakteri Probiotik Akuakultur. Jurnal Sains Terapan. Bogor
Liang T-M. 2003. Application of Membrane Separation on Anaerobic HydrogenProducing Process. Phd Thesis Department of environmental engineering,national Cheng Kung University.
Liu, C.H., W. Cheng., J.P. Hsu & J.C. Chen. 2004. Vibrio alinolyticus infection inthe white shimp Litopenaeus vannamei confirmed by polymerase chainreaction and 16S rDNA sequencing. Diasese of Aquatic Organisms.
Liu, D. 2008. Bio-Hydrogen Production by Dark Fermentation from OrganicWaste and Residues. Department of Environmental Engineering TechnicalUniversity of Denmark. ISBN : 978-8791855-52-8.
Malau J. 2012. Kemampuan Bakteri Kitinolitik dalam Menghambat InfeksiAspergillus sp. Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Skripsi. Medan:Sumatra Utara.
Marlis A. 2008. Isolasi Oligosakarida Ubi Jalar (Ipomoeabatatas L.) danPengaruh Pengolahan terhadap Potensi Prebiotiknya. Thesis. Bogor: IPB.
Mcgilvery, R.W. & G.W. Goldstein. 1996. Biokimia; Suatu PendekatanFungsional. SUMARNO DSBK, T.M. (penterjemah). PenerbitAirlangga University Press, Surabaya.
Murtiningsih & Suyanti. 2011. Membuat Tepung Umbi dan Variasi Olahannya,Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal 73-82
Nandi R, Sengupta S. 1998. Microbial production of hydrogen: an overview.Critical Reviews in Microbiology 24(1):61-84.
Naufalin R. 1999. Isolasi, Indentifikasi dan Ketahanan Panas Bakteri PembentukSpora Aerob pada Bumbu Masakan Tradisional. Thesis. Bogor: ProgramPascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Palmer, J. K., 1982. Karbohidrat in Sweet Potato. in R. L. Vilareal & T. D. Grigs(edt.) sweet potato proceding of the first international symposium asianvegetables res. Dev center. Shanhua.
Prata, M. B., Mussatto, S. I., Rodrigues, L. R., & Teixeira, J. A. (2010).Fructooligosaccharide production by Penicillium expansum.Biotechnology letters.
Praseto, R. 2013. Efektivitas Pemberian Sinbiotik Teknis Dengan Dosis BerbedaPada Pemeliharaan Udang Vaname (Litopanaeus Vannamei) Di Tambak.Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba. PT. Bumi Aksara. Jakarta 52 Hal.
Rahmawati, I. S., Zubaidah, E., & Saparianti, E. (2015). Evaluasi PertumbuhanIsolat Probiotik (L. casei & L. plantarum) dalam Medium FermentasiBerbasis Ubi Jalar (Ipomoea batatas l.) Selama Proses Fermentasi (KajianJenis Isolat dan Jenis Tepung Ubi Jalar). Jurnal Aplikasi TeknologiPangan, 4(4).
Ruberfroid M.B. 1999. Concept in Functional Foods: The case of Inulin and Oligofruktoctose. Am. Soc. For. Nutr. Sci.: USA. 1398S-1401S.
Rukmana, R. 1997. Ubi Jalar Budidaya & Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta.242 Hal.
Salamah U. 2002. Kajian Produksi Bioinsektisida Bacillus thoringiensis, subsp.Israelensis dari pada media tapioca. Skripsi. Bogor: Institut PertanianBogor.
Salminen, S. & A. V. Wright. 1998. Lactic Acid Bacteria: “Microbiologi andFunctional Aspects”. 2nd edition. Reviced and expanded. Marceldekkerlnc, New York.
Saputra, E., 2008. Kopi. Harmoni, Yogyakarta. Hal 34.
Suprapti, M. Lies. 2003. Tepung Ubi Jalar Pembuatan & Pemanfaatannya.Kansiun: Yogyakarta
Waluyo L. 2007. Mikrobiologi Umum. Edisi revisi. Malang: UniversitasMuhammadiah Malang. 372 Hal.
Wang By. 2007. Effect of Probiotics on Growth Performance and digestiveEnzyme Activity of the Shrimp Penaeus Vannamei. Aquaculture. 269:259- 264.
Warthmann, R., Pfennig, N. & Cypionka, H. 1993. The Quantum Requirement forHE Production by Anoxygenic Phototrophic Bacteria. Appl. MicrobioLBiotechnol. 39 : 358-362.
Weese, J. S. (2002). Probiotics, prebiotics, and synbiotics. Journal of equineveterinary science, 22(8), 357-360.
Widyasti E. 2003. Isolasi Bacillus spp. Penghasil α – Amilasi Ekstraseluler &Penentuan Suhu serta PH Optimum Pertumbuhan. Skripsi. Bogor: InstitutPertanian Bogor.
Recommended