View
10
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER
LUBANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays. saccarata sturt L.)
SKRIPSI
J A S M A N. J
09C10407003
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2016
iv
RINGKASAN
JASMAN. J “Pengaruh Jarak Tanam Dan Jumlah Benih Per Lubang Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays. Saccarata sturt L.)” di
bawah bimbingan Irvan Subandar selaku pembimbing pertama dan Rizal selaku
pembimbing anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jarak tanam dan jumlah benih
per lubang yang tepat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung, serta
nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan di Gampong Suak Puntong Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya dimulai dari tanggal 20 September sampai 30
November 2015.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung,
pupuk dan pestisida. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa
cangkul, garu, parang, gembor, pamplet nama, kalifer, alat tulis, meter/rol dan
lain-lain.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial. Faktor pertama adalah jarak
tanam yang terdiri atas 20 x 60, 20 x 80 dan 20 x 100 cm. Factor yang ke dua
adalah jumlah benih per lubang yang terdiri atas 1 dan 2 biji
Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman,
diameter pangkal batang, jumlah tongkol, panjang tongkol, dan berat tongkol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman umur 45 HST dan panjang tongkol. Namun berpengaruh
tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 30 HST, diameter pangkal
batang umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah tongkol dan berat tongkol. Pertumbuhan
dan hasil tanaman jagung terbaik dijumpai pada jarak tanam 20 x 100 cm.
Jumlah biji per lubang berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol.
Namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 30 HST,
diameter pangkal batang umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah tongkol dan berat
tongkol. Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung terbaik dijumpai pada 1 biji per
lubang.
Terdapat interaksi yang tidak nyata antara jarak tanam dan jumlah biji per
lubang terhadap semua peubah yang diamati.
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jagung (Zea mays L) merupakan tanaman serelia yang tumbuh hampir
diseluruh dunia dan tergolong spesies dan veriabilitas genetik yang besar.
Tanaman jagung berasal dari Amerika dan berkembang ke Spanyol, Portugis,
Italia dan bagian timur Afrika. Pertama kali tanaman jagung dikenal di Indonesia
empat ratus tahun yang lalu dibawa oleh orang Portugis dan Spanyol (Surapto
dan Marzuki, 2002 dalam Novriani 2010).
Peranan jagung diIndonesia cukup penting sebagai tanaman pangan yang
menempati urutan kedua setelah padi. Hasil biji jagung digunakan sebagai
makanan pangan juga digunakan sebagai makanan ternak dan bahan baku industri.
Tanaman jagung disamping sebagai penghasil biji, juga dibudidayakan sebagai
penghasil hijauan pakan ternak dan bisa juga sebagai pupuk organik (Mattobi,
2004).
Produksi jagung tahun 2009 diperkirakan 18,12 juta ton pipilan kering.
Dibandingkan produksi tahun2008, terjadi kenaikan 522,86 ribu ton atau 2,97
persen. Kenaikan produksi pada 2010 diperkirakan terjadi karena naiknya luas
panen seluas 67,83 ribu hectare atau 1,63 persen, dan produktivitas sebesar 0,56
kuintal per hektare atau 1,32 persen. Tetapi ini belum mencapai swasembada
pangan karena kebutuhan jagung diIndonesia cukup tinggi (BPPS, 2009).
Peningkatan produksi jagung ini dapat dilakukan dengan menyediakan
kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung yaitu
dengan perbaikan teknik budidaya jagung, menggunakan bibit jagung varietas
unggul, pemberian pupuk yang berimbang, pemberantasan hama dan penyakit dan
2
proses pengolahan pasca panen yang baik dan benar (Novriani, 2010).
Telah diketahui bahwa produktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh
lingkungan dan varietas tanaman yang ditanam serta jarak tanam yang juga
berhubungan erat dengan populasi tanaman. Jika jarak tanam antar barisan tetap
dan jarak tanam dalam barisan sempit, populasi tanaman tinggi. Sebaliknya,
populasi tanaman rendah bila jarak tanam dalam barisan lebar. Menurut Beets
(1982) dalam Indrayanti LA., (2010), hasil komunitas tanaman adalah fungsi dari
hasil per tanaman dan jumlah tanaman per satuan luas. Jumlah tanaman genotipe
tertentu dapat menguntungkan, bergantung pada sumber daya lingkungan. Pada
saat sumber daya yang tersedia terbatas, populasi tanaman rendah (jarak tanam
dalam baris lebar), jika sumber daya berlebih, populasi dapat ditingkatkan (jarak
tanam dalam baris sempit).
Pengaturan jarak tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman. Hal ini akan berpengaruh pada luas daun, berat kering tanaman,
sistem perakaran, banyaknya sinar matahari yang diterima, dan banyaknya unsur
hara yang diserap dari dalam tanah. Penggunaan jarak tanam yang tepat akan
menaikkan hasil, tetapi penggunaan jarak tanam yang kurang tepat akan
menurunkan hasil (Williams dan Yoseph, 1970 dalam Asro’ Laelani Indrayanti,
2010).
Menurut pendapat Soerjandono ., (2008) budidaya tanaman jagung dengan
mengolah tanah yang secara maksimal dengan dua kali pengolahan tanah serta
Jarak tanam yang digunakan adalah 60 cm x 20 cm dengan populasi 67.000
tanaman / ha. Jumlah benih 2 biji / lubang akan menghasilkan pertumbuhan dan
hasil sesuai yang diinginkan. Burton (1966) dalam Indrayanti ., (2010),
3
membedakan pengaruh jarak tanam atau kepadatan tanaman terhadap hasil dalam
dua hal, yakni : (1) pada jarak yang sempit, tiap individu dari tanaman akan
menderita akibat persaingan dengan tanaman di sekitarnya dan tanaman bisa
dirugikan dalam arti hasil pertanaman menurun, (2) pada jarak tanaman yang
lebar, persaingan dengan tanaman sekitar rendah, sehingga hasilnya meningkat
meskipun hasil per satuan luas menurun dibandingkan dengan jarak tanam yang
sempit.
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh jarak tanam dan jumlah benih
per lubang yang tepat agar diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman jagung yang
baik.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam dan
jumlah benih per lubang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung, serta
nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.
1.3. Hipotesis
1. Jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung.
2. Jumlah benih per lubang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung.
3. Terdapat interaksi antara jarak tanam dan jumlah benih per lubang
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Jagung
2.1.1. Sistematika
Tanamanan jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan
spesies Zea mays L. Menurut Purwono dan Hartono, (2008) secara umum,
klasifikasi dan sistematika tanaman jagung sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L
2.1.2. Marfologi
a. Akar
Akar tanaman jagung adalah akar serabut yang berfungsi sebagai alat
untuk mengisap air serta garam yang terdapat dalam tanah.pada tanaman jagung
terdapat akar udara yang berfungsi sebagai akar pendukung untuk memperkokoh
batang terhadap kerebahan(Barnito, 2009).
b. Batang
Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari
beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang
5
berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan
tempat penanaman, umumnya berkisar 60-300 cm (Purwono dan Rudi
Utomo,2008).
c. Daun
Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun
terdiri dari 8-48 helaian, tergantung varietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian,
yaitu kelopak daun, lidah daundan helaian daun. Kelopak daun umumnya
membungkus batang. Antara kelopak dan helaian terdapat lidah daun yang disebut
ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak. Fungsi ligula adalah mencegah air masuk
ke dalam kelopak daun dan batang (Purwono dan Rudi Utomo, 2008).
d. Bunga
Bunga jagung tidak memiliki petal dan sepal sehingga disebut bunga tidak
lengkap. Bunga jagung termasuk bunga tidak sempurna karena bunga jantan dan
betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan tedapat di ujung batang.
Adapun bunga betina terdapat di ketiak daun ke-6 atau ke-8 dari bunga jantan.
Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan jatuh dan
menempel pada rambut tongkol. Pada jagung umumnya terjadi penyerbukan
silang ( cross pollinated crop ). Penyerbukan terjadi dari serbuk sari tanaman lain.
Sangat jarang terjadi penyerbukan yang serbuk sarinya berasal dari tanaman
sendiri (Purwono dan Rudi Utomo, 2008).
e. Tongkol
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.
Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada
bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang
6
terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang
jumlahnya selalu genap(Rukmana, 2007).
f. Biji
Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau pericarp menyatu dengan
kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian
utama,yaitu(a). Pericarp berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah
Embrio dari Organisme pengganggu dan kehilangan air (b). Endosperm, sebagai
cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati
dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya, dan (c). Embrio(Lembaga),
Sebagai miniature tanaman yang terdiri atas plumula, akar radikal, scutelum,
koleoptil(Rukmana, 2007).
2.2. Syarat TumbuhTanamanJagung
2.2.1. Iklim
Tanaman jagung merupakan tanaman yang mampu beradaptasi terhadap
sebaran iklim yang bervariasi, suhu optimum yang diperlukan tanaman jagung
untuk dapat tumbuh dengan baik berkisar antara 24–30oC. Jagung merupakan
tanaman C4 yang sangat memerlukan sinar matahari penuh untuk dapat
berfotosintesis secara sempurna (Mattobii, 2004 dalam Novriani 2010). Jagung
menghendaki keadaan cuaca yang cukup panas bagi pertumbuhannya, dimana
tanaman jagung memerlukan panas dengan suhu 27-32 0C. Pada proses
perkecambahan benih, jagung memerlukan suhu 30 0C. Panen yang jatuh pada
musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan karena berpengaruh
terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil. dan lembab dari waktu
7
tanam sampai periode mengakhiri pembuahannya. Tanaman jagung memerlukan
curah hujan yang relative sedikit, sehingga bisa tumbuh normal pada curah hujan
antara 250–5000 mm dan jika curah hujan berkurang atau berlebihan maka akan
menurunkan produksi jagung. Kebutuhan air pada tanaman jagung terbanyak
setelah berbunga. Hujan lebat dalam waktu sebentar pada waktu berbunga disusul
oleh penyinaran matahari merupakan pengaruh baik dalam produksi jagung
dibandingkan dengan bila hujan terus menerus atau tidak ada hujan sama sekali
(Mattobii, 2004).
2.2.2. Tanah
Tanaman jagung memerlukan media tumbuh yang gembur dan subur
karena tanaman ini memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Jagung mampu
tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengelolaan yang
baik. Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah tanah yang terbaik untuk
pertumbuhan jagung. Untuk tanah yang bertekstur berat dapat dilakukan
pengolahan secara optimal sehingga aerasi dan ketersediaan air dalam tanah
berada dalam kodisi baik (Mattobii, 2004). Jenis tanah yang dapat ditanami
jagung antara lain Andosol (berasal dari gunung berapi),latosol, dan Grumosol.
Pada tanah bertekstur berat (Grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil
yang baik, tetapi perlu pengolahan secara baik serta aerasi dan drainase yang baik.
Tanah bertekstur lempung atau liat berdebu (Latosol) merupakan jenis tanah
terbaik untuk pertumbuhan tanaman jagung. Tanaman jagung akan tumbuh
dengan baik pada tanah yang subur, gembur, dan kaya humus. Kemasaman tanah
juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan jagung karena ini berkaitan erat
dengan ketersediaan hara dalam tanah. pH yang baik untuk pertumbuhan jagung
8
berkisar antara 5,5–7,0. Tanaman jagung juga akan tumbuh baik pada daerah
dengan ketinggian 0–1300 mdpl. Tanah yang tingkat kemiringannya tidak lebih
dari 8%, masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan melintang searah
kemiringan tanah, dengan maksud mencegah erosi tanah apabila ada hujan
(Suprato, 1998 dalamNovriani, 2010).
2.2.3. Kebutuhan Air
Jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak,
terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga dan saat pengisian biji.
Kekurangan air pada stadium tersebut akan menyebabkan hasil yang menurun.
Kebutuhan jumlah air setiap varietas sangat beragam.Namun demikian, secara
umum tanaman jagung membutuhkan 2 liter air per tanaman per hari saat kondisi
panas dan berangin. Hasil penelitian di Amerika menunjukan bahwa kekurangan
air pada saat 3 minggu setelah keluar rambut tongkol akan menurunkan hasil
hingga 30%. Sementara kekurangan air yang selama pembungaan akan
mengurangi jumlah biji yang terbentuk (Purwono dan Rudi Utomo, 2008).
d. Tanah dan Unsur Hara
1. Tanah yang diperlukan jagung
Tanah merupakan media atau tempat tumbuh tanaman. Akar tanaman
berpegang kuat pada tanah serta mendapatkan air dan unsur dari tanah. Meskipun
ada tanaman yang diusahakn dengan media air (hydrophonicyang dilakukan di
atas tanah pertanian. Perubahan keaadaan tubuh tanah, baik secara kimia, fisik,
maupun biologi akan mempengaruhi fungsi dan kekuatan dalam menopang
pertumbuhan tanaman. Tanah sebenarnya terdiri dari zat padat, cair, dan udara.
Zat padat dalam tanah terdiri dari bahan batuan tanah, mineral tanah, humus, dan
9
organisme hidup yang bermukim dalamnya. Zat cair terutama berupa air tanah
serta unsur-unsur yang terlarut didalamnya. Udara dalam rongga tanah
mengandung oksigen yang penting untuk respirasi akar guna memperoleh tenaga
menghisap air dan hara tanaman.
Kesuburan tanah banyak dihubungkan orang dengan keadaan lapisan
olahnya. Pada lapisan ini, biasanya sistem perakaran tanaman berkembang dengan
baik.Untuk itu, pengolahan tanah sebelum penanaman dan pengolahan tanah pada
waktu pemeliharaan tanaman memegang peran penting bagi suburnya
tanah,perbandingan kandungan zat padat, cair, dan udara di lapisan olah
menjadikan tanah gembur dan menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman.
Jagung termasuk tanaman yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus
dalam penanamannya. Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di
lahan kering, sawah, asalkan syarat tumbuh yang diperlukan terpenuhi. Secara
umum ada beberapa persyaratan kondisi yang dikendaki tanaman antara lain
sebagai berikut :
a. Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur hara tanaman.
Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung antara 5,6-7.
Pada tanah yang memiliki pH kurang dari 5,5, tanaman jagung tidak bisa
tumbuh maksimal karena keracunan ion aluminium.
b. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam
kondisi baik.
c. Kemiringan tanah yang optimum untuk tanaman jagung maksimum 8%. Hal ini
dikarenakan kemungkinan terjadi erosi tanah sangat kecil. Pada daerah dengan
tingkat kemiringan 5-8%, sebaiknya dilakukan pembentukan teras. Tanah
10
dengan kemiringan lebih dari 8% kurang sesuai untuk penanaman jagung.
2. Unsur Hara Bagi Tanaman Jagung
Sumber utama P larutan tanah dapat berasal dari pelapukan batuan induk
dari proses mineralisasi (P anorganik) bentuk P anorganik ini sebagian besar
berkombinasi dengan Al, Fe, Ca, dan juga berikatan dengan liat membentuk
komplek fosfat liat tidak larut, sehingga banyak tidak tersedia bagi tanaman.
Pupuk yang banyak digunakan untuk pupuk P adalah TSP dan SP-36(Hanafiah
KA, 2007 ).
Bentuk P organik di dalam tanah sekitar 1% terdapat dalam
mikroorganisme, berarti dalam 1 ton bahan organik P dapat dibebaskan 10 kg
(setara dengan 22 kg TSP) berarti terdapat 200 kg P–organic/ha/ton bahan
organik. P organik ini terdistribusi paling besar di permukaan tanah dibandingkan
dengan subsoil, karena sesuai akumulasi bahan organik tanah (Hanafiah KA,
2007).
Fosfor (P) termasuk unsur hara makro yang sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman, namun kandungannya di dalam tanaman lebih rendah
dibanding nitrogen (N), dan kalium (K). Tanaman menyerap P dari tanah dalam
bentuk ion fosfat, terutama H2PO4- dan HPO42- yang terdapat dalam larutan
tanah. Ion H2PO4- lebih banyak dijumpai pada tanah yang lebih masam,
sedangkan pada pH yang lebih tinggi (>7) bentuk HPO42- lebih dominan. Di
samping ion-ion tersebut, tanaman dapat menyerap P dalam bentuk asam nukleat,
fitin, dan fosfohumat (Hanafiah KA, 2007 ).
Sebagian besar tanaman dapat mengambil P yang diberikan dari pupuk
sebesar 10 hingga 30% dari total P yang diberikan selama tahun pertama
11
pemupukan, berarti 70-90% pupuk P tetap berada di dalam tanah. Besarnya
kemampuantanaman memanfaatkan P dipengaruhi oleh pH tanah, tipe liat,
temperatur, bahan organik, dan waktu aplikasi (Hanafiah KA, 2007
dalamNovriani, 2010).
2.3. Jarak Tanam
Telah diketahui bahwa produktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh
lingkungan dan varietas tanaman yang ditanam serta jarak tanam yang juga
berhubungan erat dengan populasi tanaman. Jika jarak tanam antar barisan tetap
dan jarak tanam dalam barisan sempit, populasi tanaman tinggi. Sebaliknya,
populasi tanaman rendah bila jarak tanam dalam barisan lebar. Menurut Beets
(1982) dalam Indrayanti AL., (2010), hasil komunitas tanaman adalah fungsi dari
hasil per tanaman dan jumlah tanaman per satuan luas. Jumlah tanaman genotipe
tertentu dapat menguntungkan, bergantung pada sumberdaya lingkungan. Pada
saat sumberdaya yang tersedia terbatas, populasi tanaman rendah (jarak tanam
dalam baris lebar), jika sumberdaya berlebih, populasi dapat ditingkatkan (jarak
tanam dalam baris sempit).
Pengaturan jarak tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman. Hal ini akan berpengaruh pada luas daun, berat kering tanaman,
sistem perakaran, banyaknya sinar matahari yang diterima, dan banyaknya unsur
hara yang diserap dari dalam tanah. Penggunaan jarak tanam yang tepat akan
menaikkan hasil, tetapi penggunaan jarak tanam yang kurang tepat akan
menurunkan hasil (Williams dan Yoseph, 1970 dalamAsro’ Laelani Indrayanti,
2010).
Menurut pendapat Soerjandono NB., (2008) budidaya tanaman jagung
12
dengan mengolah tanah yang secara maksimal dengan dua kali pengolahan tanah
serta Jarak tanam yang digunakan adalah 60 cm x 20 cm dengan populasi 67.000
tanaman/ha. Jumlah benih 2 biji/lubang akan menghasilkan pertumbuhan dan
hasil sesuai yang diinginkan. Burton (1966) dalam Indrayanti AL., (2010),
membedakan pengaruh jarak tanam atau kepadatan tanaman terhadap hasil dalam
dua hal, yakni : (1) pada jarak yang sempit, tiap individu dari tanaman akan
menderita akibat persaingan dengan tanaman di sekitarnya dan tanaman bisa
dirugikan dalam arti hasil pertanaman menurun, (2) pada jarak tanaman yang
lebar, persaingan dengan tanaman sekitar rendah, sehingga hasilnya meningkat
meskipun hasil per satuan luas menurun dibandingkan dengan jarak tanam yang
sempit.
2.4. Jumlah Benih
Kepadatan populasi tanaman yang tinggi akan mempengaruhi petumbuhan
tanaman dan pada akhirnya penampilan tanaman secara individu akan menurun
karena persaingan dalam intersepsi radiasi sinar matahari, absorbsair dan unsur
hara serta pengambilan CO2 danO2 (Asro’ Laelani Indrayanti, 2010).
Menurut Beets(1982), hasil komunitas adalah fungsi dari hasil pertanaman
dan jumlah tanaman per satuan luas. Jumlah tanaman genotype tertentu dapat
menguntungkan bergantung pada sumber daya lingkungan. Pada sumber daya
yang tersedia terbatas, populasi tanaman rendah (jarak tanam dalam baris lebar),
jika sumber daya berlebih maka populasi tanaman dapat ditingkatkan (jarak tanam
dalam baris dipersempit).
Menurut pendapat Brown 1988 dalam Asro’ Laelani Indrayanti 2010,
mengemukakan bahwa jumlah 1 benih dan 2 benih secara statistic tidak
13
menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini disebabkan pada perlakuan 3 benih
terjadi kompetisi antar tanaman, terutama factor cahaya. tanaman berkompetisi
satu sama lainnya apabila tanaman tersebut dalam jumlah tanaman yang banyak.
Faktor yang dikompetisikan adalah unsur hara, air atau cahaya. Kompettisi antara
spesies yang sama menyebabkan tanaman menjadi lebih tinggi dalam kompetisi
cahaya, karena etiolasi sebagai efek naungan yang berat, sedangkan kompetisi
antara spesies yang berbeda dikespresikan dengan meningkatnya jumlah tanaman
dan ukuran spesies yang dominan.
14
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di Gampong Suak Puntong Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya mulai dari tanggal 20 September sampai 30
November 2015.
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan ini yaitu :
a. Benih
Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jagung manis (Zea
mays saccarata sturt L), Bonanza F1 yang di produksi oleh PT.East West
Seed Indonesia, Jawa Barat
b. Pupuk
Pupuk yang digunakan untuk penelitian ini adalah pupuk dasar yaitu,
pupuk KCl, Urea dan SP-36.
3.2.2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, skrop, parang,
meteran, pisau, gunting, hand spayer, gembor, timbangan dan alat tulis dan kertas.
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3x2, dengan 4 ulangan. Faktor
yang diteliti meliputi Jarak Tanam dan Jumlah Benih.
15
Faktor Jarak Tanam (J) terdiri atas 3 taraf, yaitu :
J1 = 20 x 60 cm
J2 = 20 x 80 cm
J3 = 20 x 100 cm
Faktor Jumlah Benih (B) terdiri atas 2 taraf, yaitu :
B1 = 1 benih per lubang tanam
B2 = 2 benih per lubang tanam
Dengan demikian terdapat 6 kombinasi perlakuan dengan 4 ulangan maka
terdapat 24 perlakuan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.Susunan Kombinasi Perlakuan antara Jarak Tanam dan Jumlah Benih.
No Kombinasi Perlakuan Jarak Tanam Jumlah Benih
1 J1B1 20 x 60 1
2 J1B2 20 x 60 2
3 J2B1 20 x 80 1
4 J2B2 20 x 80 2
5 J3B1 20 x 100 1
6 J3B2 20 x 100 2
Mode l Matematis yang digunakan adalah:
Yij = + Ji + Bj + (JB)ij + ij
Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan untuk faktor Jarak Tanam taraf ke-j, faktor
Jumlah Benih taraf ke-I
= Nilai tengah umum
Ji = Pengaruh faktor Jarak Tanam ke-i (j = 1, 2, 3)
Bj = Pengaruh Jumlah Benih ke-j (b = 1, 2,)
16
(JB)ij = Interaksi Jarak Tanam dan Jumlah Benih pada taraf Jarak Tanam
ke-i, taraf Jumlah Benih ke-j
ij = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor Jarak Tanam taraf ke-j,
Apa bila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan
dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Dengan rumus sebagai
berikut:
BNJ0,05 = q0,05 ( p;dbg)
Dimana :
BNJ0,05 = Beda Nyata Jujurl pada taraf 5 %
q0,05 ( p;dbg) = Nilai baku q pada taraf 5 % (jumlah perlakuan p dan derajat
bebas galat)
KT g = Kuadrat Tengah galat
r = Jumlah ulangan.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Pengolahan Tanah.
Lahan yang siap dijadikan sebagai tampat ditanamnya jagung manis (sweet
corn) adalah diperuntukkan bagi tanah yang gembur dan banyak mengandung
bahan organis atau tanah gambut. Untuk pengolahan, tanah dicangkul tidak terlalu
dalam kira-kira mencapai kedalaman tidak lebih dari 30 cm. Kemudian gumpalan-
gumpalan tanah cangkulan dihancurkan, lalu gulma atau rumputan dibersihkan.
Setelah bongkahan tanah dan rumputan sudah bersih lalu dibentuk
bedengan dengan ukuran 2,40 cm x 3,00 cm dan di antara bedeng dibuat parit-
parit kecil sebagai pemisah bedengan, ukuran 50 cm dan drainase sedalam 50 cm.
17
3.4.2. Pemilihan Benih
Benih jagung yang digunakan sebaiknya dilengkapi label benih
bersertifikat karena mutu benih sangat terjamin. Namun, benih yang dipilih juga
harus sesuai dengan kondisi lahan dan iklim setempat.
3.4.3. Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebagai penambah unsur hara yang ada di dalam
tanah. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan
tanah dan varietas jagung yang ditanam. Dosis anjuran pemupukan rata-rata per
hektar yaitu dosis urea 200 kg (190,4 gram / plot), dosis SP-36 150 kg (142,8
gram / plot), dosis KCL 50 kg (47,6 gram / plot).
a.Pemupukan dasar
- Waktu : Saat tanam
- Dosis : 1/3 gram/plot bagian pupuk urea,sedangkan SP-36, KCL
seluruhnya.
- Cara : Pupuk ditebar di atas bedengan yang sudah siap secara alur
dengan kedalaman 10 cm.
b. Pemupukan susulan
- Waktu : Saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam ( HST)
- Dosis : 2/3 gram/plot bagian pupuk urea
- Cara : Pupuk ditebar secara alur disamping barisan tanaman yang
berjarak 15 cm dari barisan tanaman.
3.4.4. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan 1 atau 2 benih jagung per lubang tanam
tergantung jarak tanam yang dipakai dengan menanam langsung benih pada
18
lubang tanam dengan jarak tanam 20 cm x 60 cm, 20 cm x 80 cm, 20 cm x 100
cm. Dengan alat tugal, lubang tanam dibuat sedalam 3 cm.
3.4.5. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman jagung meliputi penyiraman, penyiangan gulma,
serta pengendalian hama dan penyakit.
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari atau sesua
dengan keadaan cuaca dengan mengunakan gembor.
b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan rumput – rumput liar dan
gulma lainnya yang tumbuh di areal bedengan dengan cara mencabut mengunakan
tangan.
c. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jagung dilakukan apabila
terdapat gejala yang menyerang tanaman jagung. Pengendalian hama dan penyakit
menggunakan insektisida cair atau insektisida butiran, fungisida (radomil).
3.5. Pengamatan
Adapun perubahan yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut
1. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang yang telah ditandai titik tumbuh
tinggi sesuai sampel tanaman jagung. Pengukuran tinggi tanaman jagung pada
umur 15, 30, 45 hari setelah tanam (HST).
19
2. Diameter Pangkal Batang (cm)
Diameter tanaman jagung di ukur pada tanaman yang telah ditandai titik
tumbuh sesuai sampel tanaman jagung.Pengukuran diameter tanaman jagung
diukur pada umur 15, 30, 45 hari setelah tanam (HST).
3. Berat Tongkol (gram)
Penimbangan Berat tongkol jagung di ambil sesuai sampel yang sudah di beri
tanda titik. Penimbangan berat tongkol jagung mengunakan timbangan.
4. Panjang Tongkol (cm)
Panjang tongkol di ukur sesuai sampel yang telah di beri tanda titik dengan
mengunakan meteran.
5. Jumlah Tongkol
Jumlah tongkol di hitung sesuai sampel yang telah di beri tanda titik dengan
mengunakan bantuan tangan manusia.
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Jarak Tanam
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 18)
menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
umur 45 HST dan panjang tongkol. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap
tinggi tanaman umur 15 dan 30 HST, diameter pangkal batang umur 15, 30 dan 45
HST, jumlah tongkol dan berat tongkol.
4.1.1. Tinggi Tanaman (cm)
Rata-rata tinggi tanaman jagung pada umur 15, 30 dan 45 HST pada
berbagai jarak tanam setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman jagung pada umur 15, 30 dan 45 HST pada
berbagai jarak tanam.
Jarak Tanam (cm) Tinggi Tanaman (cm)
15 HST 30 HST 45 HST
20 x 60 (J1) 32.02 113,34 163.50 a
20 x 80 (J2) 32.92 116,21 169.59 ab
20 x 100 (J3) 33.92 116,54 178.53 b
BNJ 0,05 - - 14,70
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (BNJ 0,05).
Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman jagung tertinggi umur 45
HST dijumpai pada perlakuan jarak tanam 20 x 100 cm (J3) yang berbeda nyata
dengan perlakuan 20 x 60 cm (J1) namun tidak berbeda nyata dengan 20 x 80 cm
(J2).
21
Adapun hubungan tinggi tanaman jagung dengan jarak tanam dapat dilihat
pada gambar 1.
Gambar 1. tinggi Tanaman Jagung Umur 45 Pada Berbagai Jarak Tanam.
Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin jarang jarak tanam yang
digunakan maka tinggi tanaman semakin meningkat. Hal ini diduga karena pada
jarak tanam tersebut dapat menunjang perttumbuhan tanaman karena dapat
menyediakan hara yang dibutuhkan tanaman dan diakibatkan intensitas cahaya
terpenuhi dalam penyinaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat (2011) yang
menyatakan bahwa jarak tanam yang jarang dapat menunjang pertumbuhan tinggi
tanaman dengan baik kerena hara dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman
dapat terpenuhi. Semakin bertambahnya intensitas cahaya maka bertambah pula
pertumbuhan tanaman.
4.1.2. Diameter Pangkal Batang (mm)
Rata-rata diameter pangkal batang tanaman jagung pada umur 15, 30 dan
45 HST pada berbagai jarak tanam setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada
tabel 3.
163,50
169,59
178,53
155,00
160,00
165,00
170,00
175,00
180,00
J! J2 J3
Tin
gg
i T
an
am
an
(cm
)
Jarak Tanam (cm)
45 HST
22
Tabel 3 Rata-rata diameter pangkal batang tanaman jagung pada umur 15, 30 dan
45 HST pada berbagai jarak tanam.
Jarak Tanam (cm) Diameter Pangkal Batang (mm)
15 HST 30 HST 45 HST
20 x 60 (J1) 10.61 19.72 22.80
20 x 80 (J2) 10.89 20.39 23.91
20 x 100 (J3) 11.44 21.01 24.27
Tabel 3 menunjukkan bahwa setiap perlakuan jarak tanam tidak
mempengaruhi pertumbuhan diameter pangkal batang tanaman jagung.
Hal ini diduga bahwa jarak tanam tidak mempengaruhi pada
perkembangan diameter pangkal batang karena jarak tanam yang jarang tidak
dapat menjaga kelembaban tanah sehingga matahari langsung menyinari tanah.
Purwono dan Utomo (2008) yang menyatakan bahwa jarak tanam yang terlalu
rapat dapat menyebabkan pertumbuhan diameter tanaman mengecil, karena
tanaman terlalu rimbun sehingga intensitas cahaya dan teradinya persaingan unsur
hara.
4.1.3. Jumlah Tongkol
Rata-rata jumlah tongkol tanaman jagung pada berbagai jarak tanam
setelah diuji dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata jumlah tongkol tanaman jagung pada berbagai jarak tanam.
Jarak Tanam (cm) Jumlah Tongkol
20 x 60 (J1) 1.41
20 x 80 (J2) 1.59
20 x 100 (J3) 1.63
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah tongkol terbayak dijumpai pada
perlakuan jarak tanam 20 x 100 cm (J3) namun tidak berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya.
23
Hal ini diduga karena jarak tanam yang digunakan tidak dapat menyerap
unsur hara dengan seimbang. Hal ini didukung oleh pendapat Curry (1996)
menyatakan bahwa penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat akan menghambat
peningkatan hasil tanaman. Jarak tanam yang rapat intensitas cahayan yang
terkena tanaman tidak merata sehingga fotosintesis tidak sempurna maka
pembentukan karbohidrat tanaman. Senyawa-senyawa hasil fotosintesis
merupakan energi yang digunakan selama pertumbuhan dan hasil tanaman.
4.1.4. Panjang Tongkol
Rata-rata panjang tongkol jagung pada berbagai jarak tanam setelah diuji
dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata panjang tongkol jagung pada berbagai jarak tanam.
.Jarak Tanam (cm) Panjang Tongkol
20 x 60 (J1) 23.80 a
20 x 80 (J2) 25.57 ab
20 x 100 (J3) 26.50 b
BNJ 0,05 2,31
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (BNJ 0,05).
Tabel 5 menunjukkan bahwa panjang tongkol dijumpai pada perlakuan
jarak tanam 20 x 100 cm (J3) yang berbeda nyata dengan perlakuan 20 x 60 cm
(J1) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 20 x 80 cm (J2).
24
Adapun hubungan panjang tongkol tanaman jagung dengan jarak tanam
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Panjang Tongkol Tanaman Jagung Pada Berbagai Jarak Tanam
Hal ini diduga bahwa jarak tanam mempengaruhi panjang tongkol
tanaman jagung karena tanaman yang jarak lebih jauh tidak terjadinya persaingan
unsur hara. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudarka (1994) menyatakan bahwa
penggunaan jarak tanaman yang tepat dapat meningkatkan kualitas hasil tanaman
dan mempengaruhi populasi serta pendapatan cahaya, air dan hara terpenuhi
dalam proses terjadinya fotosintesis
4.1.5. Berat Tongkol (g)
Rata-rata berat tongkol tanaman jagung pada berbagai jarak tanam setelah
diuji BNJ 0,05 dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata berat tongkol tanaman jagung pada berbagai jarak tanam.
Jarak Tanam (cm) Berat Tongkol (kg) Produsi Per Ha (ton)
20 x 60 (J1) 130.75 3,92
20 x 80 (J2) 151.92 6,08
20 x 100 (J3) 162.02 8,10
23,80
25,57
26,50
22,00
23,00
24,00
25,00
26,00
27,00
J1 J2 J3
Pan
jan
g T
on
gk
ol
(cm
)
Jarak Tanam (cm)
Panjang Tongkol
25
Tabel 6 menunjukkan bahwa berat tongkol terberat dijumpai pada
perlakuan jarak tanam 20 x 100 cm (J3) namun tidak berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah tongkol tidak
menunjukkan pengaruh yang nyata karena jarak tanam tidak dapat mengasumsi
hara dengan sempurna. Mattobi (2004) menyatakan bahwa penggunan jarak
tanam yang tidak tepat dapat menyebabkan berkurangnya intensitas cahaya
matahari dan hara yang diperoleh tanaman dalam proses fotosintesis dan sangat
mengganggu metabolisme pembentukan pada fase generatif sehingga kualitas
hasil tanaman tidak optimal.
4.2. Pengaruh Jumlah Biji Per Lubang
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 18)
menunjukkan bahwa jumlah biji per lubang berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman umur 30 HST dan panjang tongkol. Namun berpengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 30 HST, diameter pangkal batang umur 15,
30 dan 45 HST, jumlah tongkol dan berat tongkol.
4.2.1. Tinggi Tanaman (cm)
Rata-rata tinggi tanaman jagung pada umur 15, 30 dan 45 HST pada
berbagai jumlah biji per lubang setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada
tabel 7.
26
Tabel 7. Rata-rata tinggi tanaman jagung pada umur 15, 30 dan 45 HST pada
berbagai jumlah biji per lubang.
Jumlah Biji Per
Lubang
Tinggi Tanaman (cm)
15 HST 30 HST 45 HST
1 (B1) 33.81 120,59 179.48
2 (B2) 32.09 110,14 161.60
Tabel 7 menunjukkan bahwa tinggi tanaman jagung tertinggi dijumpai
pada perlakuan jumlah biji 1 biji per lubang (B1) namun tidak berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya.
Hal ini diduga pada perlakuan jumlah biji yang terlalu banyak tidak dapat
menunjang pertumbuhan tanaman serta padatnya tanaman sehingga terjadinya
persaingan hara yang dibutuhkan tanaman tidak tercukupi maka tinggi tanaman
tidak berpengaruh. Hal ini sesuai dengan pendapat Atman dan Yarda (2006) yang
menyatakan bahwa pemakaian jumlah biji yang tepat merupakan salah satu upaya
dalam peningkatan efesiensi pada tanaman jagung. Penanaman biji dengan jumlah
yang relatif lebih banyak menyebabkan terjadinya persaingan hara sesama
tanaman yang sangat keras untuk mendapatkan air, unsur hara, cahaya dan ruang
untuk tumbuh sehingga pertumbuhan akan menjadi tidak normal.
4.2.2. Diameter Pangkal Batang (mm)
Rata-rata diameter pangkal batang tanaman jagung pada umur 15, 30 dan
45 HST pada berbagai jumlah biji per lubang setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat
dilihat pada tabel 8.
Tabel 8 Rata-rata diameter pangkal batang tanaman jagung pada umur 15, 30 dan
45 HST pada berbagai jumlah biji per lubang.
Jumlah Biji Per
Lubang
Diameter Pangkal Batang (mm)
15 HST 30 HST 45 HST
1 (B1) 11.66 21.00 24.25
2 (B2) 10.29 19.74 23.07
27
Tabel 8 menunjukkan bahwa setiap perlakuan jumlah biji tidak
mempengaruhi pertumbuhan diameter pangkal batang pada tanaman jagung.
Hal ini diduga bahwa jumlah biji tidak mempengaruhi pada perkembangan
diameter pangkal batang karena unsur hara yang dibutuhkan tanaman jagung tidak
terpenuhi dengan seimbang maka terjadinya persaingan hara antar tanaman. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Daclhan dan Dibisono (2010) yang menyatakan
bahwa kerapatan populasi tanaman persatuan luas pada suatu batas tertentu.
Dengan penambahan jumlah tanaman akan menurunkan hasil karena terjadi
kompetisi unsur hara, air, ruang tumbuh dan sinar matahari.
4.2.3. Jumlah Tongkol
Rata-rata jumlah tongkol tanaman jagung pada berbagai jumlah biji per
lubang setelah diuji dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata jumlah tongkol tanaman jagung pada berbagai jumlah biji per
lubang.
Jumlah Biji Per Lubang Jumlah Tongkol
1 (B1) 1.63
2 (B2) 1.46
Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah biji perlubang tidak menunjukkan
pengaruh yang nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga jumlah tongkol
tanaman jagung tidak sempurna karena persaingan hara tidak beimbbang. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Siagian dan Harahap (2001) yang menyatakan bahwa
Penggunaan jumlah biji per lubang tanam pada awalnya memang menunjukan
pertumbuhan yang berkembang dengan pesat, pemakaian banyak biji per lubang
tanam dapat terjadinya persaingan hara antar tanaman. Persaingan hara antar
tanaman dapat menurunnya potensi hasil tanaman walaupun tanaman tetap
berproduksi.
28
4.2.4. Panjang Tongkol
Rata-rata panjang tongkol jagung pada berbagai jumlah biji per lubang
setelah diuji dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata panjang tongkol jagung pada berbagai jumlah biji per lubang
Jumlah Biji Per Lubang Panjang Tongkol
1 (B1) 26.59 b
2 (B2) 23.99 a
BNJ 0,05 2,44
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (BNJ 0,05).
Tabel 10 menunjukkan bahwa panjang tongkol dijumpai pada perlakuan
jumlah biji 1 biji per lubang (B1) yang berbeda nyata dengan perlakuan 2 biji per
lubang (B2).
Adapun hubungan panjang tongkol tanaman jagung dengan jumlah biji per
lubang dapat dilihat pada Gambar 4.
Hal ini diduga bahwa jumlah 1 biji per lubang mempengaruhi panjang
tongkol pada tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasrizal dan Ani
(2010) menyatakan bahwa bibit yang ditanam 1 bibit per lubang tanam
memberikan hasil yang lebih tinggi. penanaman bibit 1 per lubang tanam sejak
awal pertumbuhan tanaman tidak mengalami persaingan sehingga tanaman lebih
26,59
23,99
22
23
24
25
26
27
1 2
Pan
jan
g T
on
gk
ol
(cm
)
Jumlah Biji Per Lubang
Panjang Tongkol
29
leluasa pertumbuhannya yang maksimal dan leluasa dalam penyerapan unsur hara
dan didukung oleh tinggi tanaman yang tinggi sehingga penampang daun lebih
leluasa menyerap sinar matahari untuk proses fotosintesis.
4.2.5. Berat Tongkol (g)
Rata-rata berat tongkol tanaman jagung pada berbagai jumlah biji per
lubang setelah diuji BNJ 0,05 dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Rata-rata berat tongkol tanaman jagung pada berbagai jumlah biji per
lubang.
Jumlah Biji Per Lubang Berat Tongkol Produksi Per Ha (ton)
1 (B1) 159.16 6,53 a
2 (B2) 137.30 5,54 a
BNJ 0,05 - 1414,09
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (BNJ 0,05).
Tabel 11 menunjukkan bahwa berat tongkol terberat dijumpai pada
perlakuan jumlah biji 1 biji per lubang (B1) namun tidak berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya.
Adapun hubungan panjang tongkol tanaman jagung dengan jumlah biji per
lubang dapat dilihat pada Gambar 5
.
6,53
5,54
0
2
4
6
8
1 2
Pro
du
ksi
Per
Hek
tar
Jumlah Benih Per Lubang
30
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak berpengaruh terhadap berat tongkol
karena jumlah biji tidak dapat memberikan hasil yang optimal dalam
meningkatkan produksi tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Masdar
(2006) yang menyatakan bahwa jumlah biji per lubang tanam tidak berpengaruh
terhadap berat produksi karena secara langsung terjadinya kompetisi hara antar
tanaman. Makin banyak populasi tanaman perlubang dapat menghasilkan
produksi tanaman yang tidak optimal dikarenakan intensitas cahaya dalam proses
fotosintesis tidak sempurna.
4.3. Interaksi
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor 2 sampai 18)
menunjukkan bahwa tidak terdapatnya interaksi yang nyata antara jarak tanam
dan jumlah biji per lubang terhadap kesemua peubah pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung yang diamati.
30
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45 HST dan
panjang tongkol. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
umur 15 dan 30 HST, diameter pangkal batang umur 15, 30 dan 45 HST,
jumlah tongkol dan berat tongkol. Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
terbaik dijumpai pada jarak tanam 20 x 100 cm.
2. Jumlah biji per lubang berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol. Namun
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST,
diameter pangkal batang umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah tongkol dan berat
tongkol. Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung terbaik dijumpai pada 1 biji
per lubang.
3. Terdapat interaksi yang tidak nyata antara jarak tanam dan jumlah biji per
lubang terhadap semua peubah yang diamati.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan macam-macam
jarak tanam dan jumlah biji per lubang.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2009. Produksi Tanaman Jagung di Indonesia. www.google.com.
2 Nopember 2009.
_______, 2011. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses Pada
Tanggal 30 November 2011.
_______, 2011. Karakteristik Biji Jagung. http://www.plantamor.com /index. php?
plant=1301. Diakses Pada Tanggal 30 November 2011.
Asro’ Laelani Indrayanti, L.A. 2010. Pengaruh Jarak Tanam Dan Jumlah Benih
Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Jagung Muda. Media SainS, Volume 2
Nomor 2, Oktober 2010. Fakultas Pertanian Universitas PGRI Palangka
Raya.
Atman dan Yarda. 2006. Pengaruh Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Padi Sawah Varietas Batang Lembah. BPTP Sumatera Barat dan BPTP
Jambi.
Barnito, N. 2009. Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays L). (http://E:Jagung.
htm). Diakses 11 Juli 2009
Curry. 1996. Pengaruh Jarak Tanam Tanaman Jagung (Zea mays. L). Gramedia.
Jakara.
Dacbhan, S. M. B. dan M. Y. Dibisono. 2010. Pengaruh sistem tanam, varietas
jumlah bibit terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah (Oriza
sativa L.). Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi. 3 (1): 47-57 hal.
Darjanto, S. S. 1976. Pengaruh jarak tariam dan pemupukan nitrogen terhadap
pertumbuhan dan hasil produksi kubi bunga di Pacet, Sindanglayu. Skripsi.
Jurusan BDP, Faperta. IPB, Bogor. (tidak dipublikasikan). 55 hal.
Hanafiah KA. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Hasrizart, I. dan N. Ani. 2010. Peningkatan Produksi Beberapa Varietas Padi
Sawah (Oryza sativa L.) dengan Teknologi Pengolahan Tanah dan Jumlah
Bibit. Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, 3 (1): ISSN LIPI: 1979-9640.
Hidayat. H. 2011. Buku Panduan Praktikum Fisiologi Tanaman. Politeknik IPB.
Bogor.
Masdar. 2006. Pengaruh Jumlah Bibit Per Titik Tanam dan Umur Bibit Terhadap
Pertumbuhan Reproduktif Tanaman Padi pada Irigasi Tanpa
Penggenangan. Jurnal Dinamika Pertanian, 21 (2): 121-126 hal
http://www.google/http://id.wikipedia.org/wiki/Jagunghttp://E:Jagung.%20htm).%20Diakseshttp://E:Jagung.%20htm).%20Diakses
32
Mattobi. 2004. Pengaruh Waktu Pemangkasan Taseel dan Daun Terhadap
Akumulasi Bahan Kering Bijidan Hasil Tanaman Jagung (Zeamays).
Tesis Pasca Sarjana Universitas Andalas. Padang 58 hal.
Novriani 2010. Alternatif Pengelolaan Unsur Hara P (Fosfor) Pada Budidaya
Jagung. Agronobis, Vol.2, No.3, Maret 2010
Soerjandono NB, 2008. Teknik Produksi Jagung Anjuran Di Lokasi Prima Tani
Kabupaten Sumenep. Buletin Teknik Pertanian vol. 13 no. 1, 2008
Prasetyo. 1976. Pengaruh penanaman berganda tanaman palawija dan padi sawah
dengan sistem Sorjan terhdapa pemupukan N dan P pada padi sawah.
Tesis Sarjana Pertanian IPB.
Purwono dan Utomo R, 2008. Bertanam Jagung Unggul. Cet. 6. Jakarta: Penebar
Swadaya. 2008
Rukmana, R 2007. Jagung, Budidaya, Pasca Panen dan Penganeka Ragaman
Pangan. CV. Aneka Ilmu, Semarang.
Siagian, M. H dan Harahap R. 2001. Pengaruh Pemupukan dan Populasi Tanaman
JagungTerhadap Produksi Baby Corn Pada Tanah Podsolik Merah
Kuning.Puslitbang Biologi. LIPI- Bogor.
Sudarka, W. 1994. Tanggapan Galur Daur Kesatu (D1) dari Program Seleksi Daur
Ulang Tanaman Jagung Terhadap Jarak Tanaman Dan Dosis Nitrogen.
Majalah Ilmiah Udayana.
Suprapto HS dan Marzuki RHA. 2002. Bertanam Jagung. Jakarta: Penebar
Swadaya.
1-Unlicensed-ABSTRAK-Unlicensed-BAB I. PENDAHULUAN-Unlicensed-BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-Unlicensed-BAB III. METODE PENELITIAN-Unlicensed-BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN-Unlicensed-BAB V. KESIMPULAN-Unlicensed-daftar pustaka
Recommended