View
16
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SURVEY QUESTION READ
RECITE REVIEW REFLECT (SQ4R) TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2017/2018
ARTIKEL JURNAL
OLEH:
IIN MARTINAH
NPM 4013059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2017
2
1alumni mahasiswa STKIP PGRI Lubuklinggau
2 dan 3 Dosen STKIP PGRI Lubuklinggau
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SURVEY QUESTION READ
RECITE REVIEW REFLECT (SQ4R) TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Oleh
Iin Martinah1
Idul Adha2 dan Nur Fitriyana
3
Email: iinmartinah3103@gmail.com
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul βPengaruh Model Pembelajaran Survey Question Read Recite
Review Reflect (SQ4R) terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018β. Rumusan masalah
pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Survey
Question Read Recite Review Reflect (SQ4R) terhadap pemahaman konsep
matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2017/2018. Metode Penelitian yang digunakan berbentuk True Eksperiment.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari 403 siswa. Sampel
dalam penelitian ini dipilih sebanyak dua kelas dari kelas VIII yaitu kelas VIII.7
sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.8 sebagai kelas kontrol. Pengumpulan
data dilakukan dengan teknik tes. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan
uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf signifikan sebesar πΌ = 0,05,
diperoleh thitung > ttabel (3,74 > 1,689), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh model pembelajaran Survey Question Read Recite Review Reflect
(SQ4R) terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018. Rata-rata skor kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa setelah diberi perlakuan di kelas eksperimen
sebesar 21,70 dan kelas kontrol sebesar 17,81.
Kata Kunci: Survey Question Read Recite Review Reflect (SQ4R), Pemahaman
Konsep Matematis.
PENDAHULUAN
Keberhasilan pembelajaran matematika tidak hanya bergantung pada materi
pelajaran, tetapi sangat bergantung pada keahlian guru dalam menyampaikan
materi tersebut (Rustina, 2014:2). Ada anggapan bahwa pelajaran matematika
adalah pelajaran yang sulit dan tidak menyenangkan karena pembelajaran
matematika di kelas pada umumnya hanya berpusat pada guru yang
mengakibatkan siswa malas dan kurang senang dalam menerima pelajaran.
Murizal, dkk; (2012:19) menyatakan bahwa βakan sangat sulit bagi siswa
untuk menuju ke proses pembelajaran yang lebih tinggi jika belum memahami
konsepβ. Seperti yang tercantum dalam Standar Isi Mata Pelajaran Matematika
(Depdiknas, 2006:8) pemahaman konsep merupakan tujuan utama dalam
pembelajaran matematika dari setiap jenjang pendidikan. Oleh karena itu,
pemahaman terhadap suatu konsep matematika sangat penting ditinjau dari
konsep-konsep matematika yang tersusun secara hierarki dan dibentuk atas dasar
pengalaman yang sudah ada sehingga belajar matematika harus bertahap dan
berurutan secara sistematis karena belajar matematika yang terputus-putus akan
mengganggu pemahaman terhadap materi yang dipelajari selanjutnya
(Nurhasanah, dkk; 2013:113).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan
salah satu guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Lubuklinggau,
didapatkan informasi bahwa sebagian besar siswa kurang aktif dalam kegiatan
pembelajaran, siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal padahal
guru telah memberikan penjelasan tentang materi tersebut, siswa terbiasa
mempelajari konsep dan rumus matematika dengan cara menghapal tanpa
memahami maksud, isi dan kegunaannya, maka dari itu pemahaman konsep perlu
ditanamkan kepada peserta didik sejak dini yaitu sejak anak tersebut masih duduk
di bangku Sekolah Dasar.
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui hasil tes pemahaman
konsep matematis dengan memberikan empat soal kepada siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Lubuklinggau, dari 31 siswa hanya satu siswa yang mampu
menyelesaikan empat soal yang diberikan oleh peneliti secara tepat, dan empat
siswa yang mampu menyelesaikan tiga soal secara tepat, sedangkan untuk siswa
lainnya hanya mampu menyelesaikan satu soal yang diberikan secara tepat untuk
memenuhi indikator pemahaman konsep yang diinginkan, dilihat dari indikator
pemahaman konsep matematika masih banyak siswa yang kurang paham
terhadap konsep yang diberikan sehingga siswa kesulitan dalam
menyelesaikan soal.
Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015:37) Dalam bidang pendidikan
terutama pembelajaran, banyak usaha yang dapat dilakukan untuk kegiatan yang
sifatnya pembaruan atau inovasi. Inovasi dalam pembelajaran antara lain dalam
hal model, strategi pendekatan, metode, teknik, dan media pembelajaran. Salah
satu model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa adalah model pembelajaran Survey Question
Read Recite Review Reflect (SQ4R). SQ4R merupakan salah satu model
pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar berpikir, memecahkan masalah, belajar
untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep dan keterampilan (Nurhasanah, dkk;
2013:113). Sedangkan menurut Rustina (2014:19) dalam model pembelajaran
SQ4R terkandung penguasaan pembendaharaan kata, pengorganisasian bahan
ajar, dan pengaitan yang satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik
mengadakan penelitian dengan judul βPengaruh Model Pembelajaran Survey
Question Read Recite Review Reflect (SQ4R) Terhadap Pemahaman Konsep
Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2017/2018β.
LANDASAN TEORI
Pemahaman Konsep
Bloom (Susanto, 2013:6) menjelaskan pemahaman sebagai berikut:
Pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi
atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar
siswa mampu menerima, menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh
guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa
yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil
penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan. Menurut Uno (2011:140)
pemahaman diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan,
menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri
tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Sedangkan Susanto (2013:208)
menyatakan bahwa pemahaman diartikan dengan proses, cara, perbuatan
memahami atau memahamkan. Dalam pembelajaran pemahaman dimaksudkan
sebagai kemampuan siswa untuk dapat mengerti apa yang telah diajarkan oleh
Konsep merupakan suatu ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan
sekumpulan objek (Hasratuddin, 2014:31). Sedangkan menurut Susanto (2013:8)
konsep merupakan sesuatu yang telah melekat dalam hati seseorang dan
tergambar dalam pikiran, gagasan atau suatu pengertian. Menurut Erman (dalam
Putri M, dkk; 2012:68) konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat
mengelompokan objek ke dalam contoh dan non contoh.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
Pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa untuk memahami suatu materi
pelajaran bukan sekedar menghapal materi pelajaran, tetapi mampu
mengungkapkan kembali dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti serta
mampu memberikan contoh dan non contoh.
Pemahaman Konsep Matematis
Menurut Kilpatrik dkk. (dalam Lestari dan Yudhanegara, 2015:81)
Pemahaman konsep matematis adalah kemampuan yang berkenaan dengan
memahami ide-ide matematika yang menyeluruh dan fungsional. Sedangkan
menurut Munasiah (2015:222) pemahaman konsep matematika siswa adalah
ketika siswa mengerti sesuatu, mereka dapat menjelaskan konsep-konsep
dalam kalimat sendiri, menggunakan informasi dengan tepat dalam konteks
baru, membuat analogi baru, dan generalisasi.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan siswa dalam memahami
ide-ide matematika yang menyeluruh dan saling berkaitan, sehingga siswa dapat
menjelaskan serta dapat mengungkapkan kembali dengan caranya sendiri tentang
materi pelajaran bukan sekedar menghapal.
Indikator Pemahaman Konsep
Indikator yang digunakan peneliti untuk menentukan kemampuan
pemahaman konsep matematis yang diadaptasi dari pendapat Wardhani (dalam
Saltifa, dkk; 2012:73), yaitu: 1) Menyatakan ulang sebuah konsep yang telah
dipelajari; 2) Mengklasifikasikan objek sesuai dengan konsepnya; 3) Memberikan
contoh dan bukan contoh dari suatu konsep; 4) Menyajikan konsep dalam
berbagai bentuk representasi matematis; 5) Mengembangkan syarat perlu atau
syarat cukup dari suatu konsep; 6) Menggunakan dan memanfaatkan serta
memilih prosedur atau operasi tertentu; 7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma
dalam pemecahan masalah.
Model Pembelajaran Survey Question Read Recite Review Reflect
(SQ4R)
Lestari dan Yudhanegara (2015:59) menyatakan model pembelajaran SQ4R
merupakan pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan satu tahapan
dalam pembelajarannya, yaitu reflect. Terdiri dari enam tahapan dalam
pembelajaran, yaitu survey, question, read, recite, review, dan reflect. Sejalan
dengan pendapat di atas, Shoimin (2016:190) mengemukakan bahwa model
pembelajaran Survey Question Read Recite Review Reflect (SQ4R) adalah
pengembangan dari Survey Question Read Recite Review (SQ3R) dengan
menambahkan unsur reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan
dan membayangkan konteks aktual yang relavan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran SQ4R adalah model pembelajaran Survey Question Read Recite
Review Reflect (SQ4R) adalah model pembelajaran yang digunakan untuk
menuntun siswa belajar secara secara aktif, kritis, dan sistematis sehingga siswa
dapat mengingat dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah di peroleh melalui
tahapan survey (penelitian pendahuluan, question (bertanya), read (membaca),
recite (mempertimbangkan jawaban), review (meninjau ulang) dan reflect
(memberikan contoh).
Langkah-langkah Pembelajaran SQ4R
Langkah-langkah model pembelajaran SQ4R:
1) Survey
Siswa dihadapkan pada suatu materi pelajaran matematika,
kemudian berusaha untuk memahaminya. Peninjauan untuk satu bab
memerlukan waktu 5-10 menit. Dalam tahap ini siswa dianjurkan untuk
menandai bagian-bagian penting yang akan dijadikan sebagai bahan
pertanyaan untuk memudahkan proses penyusunan daftar pertanyaan yang
akan dilakukan pada langkah kedua.
2) Question
Siswa membuat pertanyaan yang jelas, singkat dan relevan dengan
materi pelajaran.
3) Read
Siswa membaca teks dan mencari jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang dirumuskan pada langkah question. Jika jawaban
telah ditemukan maka catat dan pahami catatan yang telah dibuat.
4) Recite
Siswa mempertimbangkan jawaban yang ditemukan (catat/bahas
bersama). Melalui langkah recite siswa diharapkan dapat
mengutarakan berbagai informasi, baik yang berupa jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan maupun informasi lainnya yang dianggap
penting.
5) Review
Siswa memeriksa dan meninjau ulang menyeluruh. Siswa meninjau
ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat. Dengan cara
siswa untuk melihat kembali dan membandingkan tulisannya dengan
bahan bacaan yang sebenarnya jika ada kesalahan, siswa memperbaiki
tulisannya sesuai dengan isi jawabannya tersebut.
6) Reflect
Siswa memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan
konteks aktual yang relevan. Selama membaca guru menugaskan siswa
tidak hanya cukup mengingat atau menghapal, tetapi cobalah untuk
memahami informasi yang disampaikan.
Kelebihan dan Kekurangan
Menurut Shoimin (2016:194) kelebihan yaitu: (1) Dengan adanya tahap
survey pada awal pembelajaran, hal ini membangkitkan rasa ingin tahu siswa
tentang materi yang akan dipelajari sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa
dalam belajar. (2) Siswa diberikan kesempatan mengajukan pertanyaan dan
menemukan jawaban dari pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan
membaca. Dengan demikian dapat mendorong siswa berpikir kritis, aktif dalam
belajar dan pembelajaran yang bermakna. (3) Materi yang dipelajari siswa
melakat untuk periode waktu yang lebih lama.
Kekurangan model pembelajaran SQ4R yaitu: (1) Guru akan mengalami kesulitan
dalam mempersiapkan buku bacaan untuk masing-masing siswa jika tidak semua
siswa memiliki buku bacaan.
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh model
pembelajaran Survey Question Read Recite Review Reflect (SQ4R) terhadap
pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2017/2018.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode True Eksperiment (eksperimen
sungguhan). Desain penelitian dalam penelitian ini berbentuk random, pre-test,
post-test desain, yang melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Kelas eksperimen di sini adalah kelas yang diberi perlakuan dengan
model pembelajaran Survey Question Read Recite Review Reflect (SQ4R)
sedangkan kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan belajar secara
konvensional. Desain penelitian ini berbentuk:
Keterangan:
R = Pengelompokan secara acak/random assignment
Kel Ex = Kelas eksperimen
Kel K = Kelas control
O1 = Pre-test
O2 = Post-test
X = Perlakuan Model Pembelajaran SQ4R
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 2
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 403 siswa. Dalam
penelitian ini sampel yang diambil dengan menggunakan teknik sampel random.
Dari dua kelas terpilih satu kelas yaitu kelas VIII.7 sebagai kelas eksperimen yang
diberi perlakuan dengan model pembelajaran SQ4R dan kelas VIII.8 sebagai
kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan pemebelajaran konvensional.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik tes. Tes dalam penelitian ini berupa tes tertulis dengan bentuk soal uraian
yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penenlitian ini adalah dengan
langkah-langkah sebagai berikut: (1) menentukan rata-rata skor dan simpangan
baku, (2) uji normalitas data, (3) uji homogenitas, (4) uji hipotesis. Kriteria
pengujian jika thitung< ttabel berarti terima Ho dan tolak Ha, untuk taraf kesalahan Ξ±
= 0,05 dan derajat kebebasan dk = n β 1 dan jika thitung β₯ ttabel maka Ho ditolak dan
Ha diterima dengan untuk taraf kesalahan Ξ± = 0,05 dan derajat kebebasan dk = n β
1 (Sugiyono, 2010 : 138).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan langsung oleh peneliti sesuai dengan
jadwal yang berlaku di sekolah. Sebelum peneliti melakukan penelitian, terlebih
dahulu peneliti melakukan uji coba instrumen materi operasi bentuk aljabar
sebanyak 10 butir soal yang terdiri dari soal nomor 1, 2a, 2b, 3, 4, 5a, 5b, 6, 7a
dan 7b di kelas VIII.5 SMP Negeri 2 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017
pada tanggal 14 Juni 2017 dengan jumlah siswa sebanyak 27 orang.uji coba
instrumen dilakukan untuk mengetahui kualitas soal yang akan digunakan sebagai
instrumen untuk pengambilan data dalam proses penelitian. Setelah dilakukan
perhitungan validitas didapatkan 8 butir soal yang valid dan 2 butir soal yang
tidak valid, yaitu soal 2a dan 7b sehingga soal tersebut tidak digunakan untuk soal
pre-test dan post-test, karena menurut Sugiyono (2010:348) valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.
Data Hasil Pre-Test
Kemampuan awal pemahaman konsep matematis siswa terhadap materi
operasi bentuk aljabar sebelum mengikuti pelajaran yang diberikan. Soal yang
R
Kel Ex
Kel K
O1
O1
X O2
O2
diberikan berbentuk uraian yang terdiri dari 8 butir soal yang memuat indikator
kemampuan pemahaman konsep matematis. Dengan hasil Pre-test sebagai
berikut:
Tabel 1
Rekapitulasi Data Hasil Pre-test
No Kelas N π S
1 Eksperimen 37 11,05 4,30
2 Kontrol 36 10,78 4,50
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata skor kelas
eksperimen dan kelas kontrol masing-masing sebesar 11,05 dan 10,78. Sementara
simpangan baku dari kelas eksperimen dan kelas kontrol masing- masing sebesar
4,30 dan 4,50. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
berarti pada kemampuan awal pemahaman konsep matematis siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Uji Normalitas Data Pre-Test
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapat
berdistribusi normal atau tidak (Sugiyono, 2010:75). Uji normalitas ini dilakukan
setelah perhitungan rata-rata dan simpangan baku terhadap kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa. Rumus yang digunakan untuk menghitung
normalitas data adalah uji kecocokan Chi Kuadrat π2 . Berdasarkan ketentuan
perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf signifikansi
πΌ = 0,05, jika π2hitung < π2
tabel maka data tersebut dinyatakan berdistribusi
normal. Rekapitulasi hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada tabel 2
berikut.
Tabel 2
Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Pre-test No Kelas π2
hitung Dk π2tabel Kesimpulan
1 Eksperimen 11,4194 6 12,59 Berdistribusi Normal
2 Kontrol 10,6995 6 12,59 Berdistribusi Normal
Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa nilai π2hitung data pre-test
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol kurang dari π2tabel, sehingga kedua kelas
tersebut berdistribusi normal.
Uji Homogenitas Data Pre-Test
Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik tentang uji homogenitas varians
dengan taraf signifikansi πΌ = 0,05, jika πΉβππ‘π’ππ < πΉπ‘ππππ maka varians dua
kelompok data adalah homogen (terima π»π) dan jika πΉβππ‘π’ππ β₯ πΉπ‘ππππ maka
varians dua kelompok data tidak homogen (tolak π»π ). Rekapitulasi hasil
perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data Pre-test Data πΉβππ‘π’ππ Dk πΉπ‘ππππ Kesimpulan
Pre-test 1,095 35:36 1,74 Homogen
Berdasarkan tabel 3 hasil perhitungan uji homogenitas varians di atas skor
πΉβππ‘π’ππ = 1,095. Sedangkan nilai πΉπ‘ππππ dengan dk = 35: 36 adalah 1,74, karena
πΉβππ‘π’ππ < πΉπ‘ππππ maka π»π diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
varians data pre-test kelas ekperimen dan kelas kontrol tersebut homogen.
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Pre-test
Rekapitulasi hasil uji kesamaan dua rata-rata (lampiran C) dapat dilihat pada
tabel 4 berikut.
Tabel 4
Rekapitulasi Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data thitung ttabel Kesimpulan
Pre-test 0,25 1,99 βttabel < thitung < ttabel, Ho diterima
Pada tabel 4 hasil perhitungan uji kesamaan dua rata-rata pada pre-test
sehingga diperoleh π‘βππ‘π’ππ = 0,25 dengan π‘π‘ππππ = 1,99, karena, βttabel < thitung <
ttabel, maka π»π diterima sehingga diperoleh kesimpulan tidak terdapat perbedaan
rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
Data Hasil Post-Test
Pelaksanaan post-test ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa setelah diterapkan model pembelajaran
Survey Question Read Recite Review Reflect (SQ4R) pada kelas eksperimen dan
konvensional pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan (Lampiran C),
rekapitulasi data hasil post-test dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
Tabel 5
Rekapitulasi Data Hasil Post-test
No Kelas N π S
1 Eksperimen 37 21,70 3,48
2 Kontrol 37 17,81 5,32
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata skor kelas
eksperimen dan kelas kontrol masing-masing sebesar 21,70 dan 17,81. Sementara
simpangan baku dari kelas eksperimen dan kelas kontrol masing- masing sebesar
3,48 dan 5,32.
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test dapat dilihat bahwa peningkatan rata-
rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen
adalah sebesar 10,65 dan peningkatan rata-rata skor kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa kelas kontrol sebesar 7,03. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Adapun grafik rata-rata perbandingan pre-test dan post-test pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada grafik 1 berikut.
Grafik 1
Rata-Rata Perbandingan Pre-Test Dan Post-Test
Uji Normalitas Data Post-Test
Rekapitulasi hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada tabel 6
berikut.
Tabel 6
Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Post-test No Kelas π2
hitung Dk π2tabel Kesimpulan
1 Eksperimen 5,5096 6 12,59 Berdistribusi Normal
2 Kontrol 4,9244 6 12,59 Berdistribusi Normal
Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa nilai π2hitung data post-test
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol kurang dari π2tabel. sehingga kedua kelas
tersebut berdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
Uji Homogenitas Data Post-Test
Rekapitulasi hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 7
berikut.
Tabel 7
Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data Post-test Data πΉβππ‘π’ππ Dk πΉπ‘ππππ Kesimpulan
Post-test 2,34 36:36 1,74 Tidak Homogen
Berdasarkan tabel 4.7 hasil perhitungan uji homogenitas varians di atas skor
πΉβππ‘π’ππ = 2,34. Sedangkan nilai πΉπ‘ππππ dengan dk = 36: 36 adalah 1,74, karena
πΉβππ‘π’ππ > πΉπ‘ππππ . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varians data post-
test kelas ekperimen dan kelas kontrol tersebut tidak homogen (Heterogen).
Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Post-test
Rekapitulasi hasil uji perbedaan dua rata-rata dapat dilihat pada tabel 8
berikut.
Tabel 8
Rekapitulasi Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data thitung ttabel Kesimpulan
Post-test 3,74 1,689 π‘βππ‘π’ππ > π‘π‘ππππ , Tolak π»π
Pada tabel 4.8, hasil perhitungan uji kesamaan dua rata-rata pada post-test
diperoleh π‘βππ‘π’ππ = 3,74 dengan π‘π‘ππππ = 1,689 karena, π‘βππ‘π’ππ > π‘π‘ππππ maka
11.05 10.78
21.717.81
0
10
20
30
Eksperimen Kontrol
Pre-test
Post-tes
π»π ditolak π»π diterima. Dengan kata lain rata-rata skor kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol. Sehingga
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Survey Question
Read Recite Review Reflect (SQ4R) terhadap kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2017/2018.
PEMBAHASAN
Sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran, siswa terlebih dahulu diberikan
tes awal (Pre-test) materi operasi bentuk aljabar untuk mengetahui kemampuan
awal pemahaman konsep matematis siswa. Pre-test dilakukan di kelas eksperimen
pada tanggal 24 Juli 2017 yang diikuti oleh 37 siswa, dan pre-test pada kelas
kontrol dilakukan pada tanggal 25 Juli 2017 yang diikuti oleh 36 siswa, 1 siswa
tidak masuk sekolah dengan keterangan sakit sehingga tidak mengikuti pre-test.
Pertemuan pertama pada tanggal 25 Juli 2017 di kelas eksperimen peneliti
menggunakan model pembelajaran Survey Question Read Recite Review Reflect
(SQ4R) sesuai dengan panduan RPP. Kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen
diawali peneliti dengan memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari
pelaksanaan penelitian serta menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran
Survey Question Read Recite Review Reflect (SQ4R). Proses pembelajaran
tersebut menggunakan LKS yang isinya sesuai dengan langkah-langkah model
pembelajaran SQ4R dan siswa diminta untuk berkelompok. Pada pertemuan ini
awalnya siswa kurang bersedia belajar secara berkelompok karena mereka
terbiasa belajar secara individu dan pada awal pebelajaran siswa merasa bingung
dan kesulitan. Hal ini karena adanya perubahan cara pembelajaran yang berbeda
dari biasanya bagi siswa. Namun, kesulitan ini dapat teratasi oleh peneliti dengan
memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa demi terciptanya suasana belajar
yang kondusif.
Untuk memulai kegiatan pembelajaran, peneliti menjelaskan tentang tujuan
pembelajaran materi pokok yang akan dipelajari. Selanjutnya peneliti
membagikan kelompok yang terdiri dari lima orang siswa dengan kemampuan
yang heterogen berdasarkan peringkat yang telah mereka dapatkan pada saat
kenaikan kelas. Kemudian peneliti membagikan LKS dan meminta siswa untuk
membaca materi pelajaran pada LKS tersebut secara sekilas dan menandai bagian-
bagian penting yang dijadikan sebagai bahan pertanyaan. Pada saat inilah siswa
melakukan langkah pertama yaitu survey. Dengan adanya tahap survey pada awal
pembelajaran, hal ini dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa tentang materi
yang akan dipelajari sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
(Shoimin, 2016:194).
Langkah kedua dan ketiga (question dan read) siswa membuat pertanyaan
dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuatnya, masih
terdapat kelompok yang menjawab dengan salah dikarenakan siswa belum
mengerti konsep dasar untuk menyelesaikan pertanyaan. Siswa juga belum
terbiasa untuk bekerjasama di dalam kelompok sehingga menyebabkan siswa
memilih mengerjakan sendiri-sendiri tanpa berdiskusi dengan teman satu
kelompoknya.
Langkah keempat (recite), peneliti memilih salah satu siswa untuk maju ke
depan kelas mewakili kelompoknya untuk mengutarakan jawaban-jawaban atas
pertanyaan yang telah tersusun, namun siswa tidak berani dan terlihat malu-malu
untuk mengutarakan hasil dari kelompoknya. Kemudian peneliti memberikan
pengarahan dan motivasi kepada siswa supaya belajar berani untuk mengutarakan
pendapatnya. Pada saat mengutarakan jawaban masih terdapat kelompok yang
menjawab pertanyaannya kurang tepat, maka kelompok lain memberikan
tanggapan dan penjelasan yang tepat atas pertanyaan tersebut. Langkah kelima
(review), setelah mendengar penjelasan dari temannya, siswa meninjau ulang
seluruh pertanyaan dan jawaban, memperbaiki jawabannya sesuai dengan bahan
bacaan dan penjelasan yang tepat dari temannya. Langkah keenam (reflect),
peneliti menugaskan siswa untuk memberikan contoh bentuk aljabar dalam
kehidupan sehari-hari, pada langkah ini terdapat beberapa siswa yang masih
bingung memberikan contoh aktual, sehingga peneliti memberikan penjelasan
salah satu contoh kehidupan sehari-hari yang dapat dinyatakan kedalam bentuk
aljabar.
Pada pertemuan kedua tanggal 31 Juli 2017 peneliti masih menggunakan
langkah-langkah pembelajaran SQ4R. Kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran SQ4R ini mulai menunjukkan suatu
peningkatan. Pada pertemuan ini siswa sudah terlihat aktif dalam pembelajaran,
siswa mulai belajar untuk saling berkomunikasi dengan rekan satu kelompoknya.
Mereka mendiskusikan materi bersama-sama, menanyakan sesuatu yang belum
diketahuinya, saling bertukar pikiran serta saling memberikan informasi satu sama
lain walaupun masih terdapat beberapa siswa yang masih bingung dalam
membuat pertanyaan dan penyelesaiannya karena materi pada pertemuan kedua
lebih sulit dibandingkan dengan materi pada pertemuan pertama, sehingga ada
beberapa siswa kesulitan dalam menyusun pertanyaan dan penyelesaiannya. Hal
ini terlihat jelas pada langkah keempat, pada saat mengutarakan pertanyaan dan
jawaban yang telah disusun masih banyak kesalahan dalam penyelesaian
perkalian dan pembagian bentuk aljabar, kemudian peneliti menugaskan salah
satu siswa lainnya untuk memberikan jawaban yang tepat tetapi masih saja
terdapat kesalahan, sehingga peneliti memberikan penjelasan yang tepat atas
pertanyaan yang telah disusun siswa tersebut. Pada langkah keenam sebagian
besar siswa sudah dapat memberikan contoh aktual yang relevan.
Pertemuan ketiga pada tanggal 1 Agustus 2017 dengan materi pelajaran
menyederhanakan bentuk aljabar, siswa sudah mulai terbiasa untuk mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran SQ4R. Setiap langkah dari kegiatan
pembelajaran dengan model pembelajaran SQ4R berjalan dengan baik.
Peningkatan sangat jelas pada saat siswa sudah mandiri dalam belajar, siswa aktif
berdiskusi dengan kelompoknya dan siswa sudah bisa berkomunikasi dalam
menyampaikan pendapat ataupun memberikan tanggapan. Masing-masing siswa
terlihat antusias dalam memberikan tanggapan tentang materi yang disampaikan
oleh temannya yang mendapat giliran mengutarakan pertanyaan dan jawaban pada
langkah recite. Pemahaman konsep matematis siswa sudah mulai terlihat pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Peneliti disini hanya berperan sebagai
fasilitator, menjaga agar siswa tidak menyimpang dari materi yang diajarkan dan
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Namun
pada materi ini siswa kesulitan dalam memberikan contoh aktual dalam
penyederhanaan bentuk aljabar.
Setelah peneliti menyelesaikan pelaksanaan pembelajaran yaitu sebanyak
tiga kali pertemuan maka pada pertemuan selanjutnya peneliti mengadakan post-
test di kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan soal yang sama pada saat
pre-test. Post-test di kelas eksperimen dilakukan pada tanggal 7 Agustus 2017 dan
post-test di kelas kontrol dilakukan pada tanggal 4 Agustus 2017. Post-test
dilakukan karena sebagai tolak ukur untuk mengetahui pemahaman konsep
matematis siswa yang diberikan perlakuan yang berbeda. Hasil post-test
menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa dari kedua kelas
tersebut mengalami peningkatan. Namun, dari hasil post-test juga menunjukkan
bahwa jawaban siswa di kelas eksperimen terlihat lebih baik dengan penyelesaian
yang jelas sesuai dengan konsepnya, walaupun masih ada beberapa siswa yang
melakukan kesalahan dalam penyelesaiannya, tetapi secara umum siswa kelas
eksperimen sudah bisa memahami tujuan dari soal dan proses pengerjaannya.
Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan hasil post-test kemampuan
pemahaman konsep matematis pada soal nomor 1 dengan indikator pemahaman
konsep matematis ke-1 dan soal nomor 3 dengan indikator ke-3 menunjukkan
bahwa kelas kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen. Peningkatan indikator
pemahaman konsep matematis pada indikator ke-2, ke-4, ke-5, ke-6 dan ke-7
terjadi pada kelas eksperimen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep matematis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
kelas kontrol.
Pada tes akhir ini di kelas eksperimen terdapat peningkatan kemampuan
pemahaman konsep matematis pada tes awal dari rata-rata 11,05 dan pada tes
akhir rata-rata 21,70, begitu juga dengan kelas kontrol mengalami peningkatan
dari skor rata-rata 10,78 pada tes awal dan pada tes akhir peningkatan rata-rata
menjadi 17,81. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test dapat dilihat bahwa
peningkatan rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas
eksperimen adalah sebesar 10,65 sedangkan peningkatan rata-rata skor
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas kontrol sebesar 7,03.
Berarti peningkatan skor rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
SIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan peneliti tentang
pengaruh model pembelajaran Survey Question Read Recite Review Reflect
(SQ4R) terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Lubuklinggau tahun pelajaran 2017/2018, berdasarkan hasil
perhitungan rata-rata post-test kelas eksperimen yaitu 21,70 rata-rata post-test
kelas kontrol 17,81 serta hasil uji hipotesis π‘βππ‘π’ππ > π‘π‘ππππ = 3,74 > 1,689 maka
dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang
menggunakan model pembelajaran SQ4R lebih baik dari pada siswa yang
mengunakan pembelajaran konvensional. Hal ini berarti bahwa model
pembelajaran SQ4R dapat mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau tahun pelajaran
2017/2018.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Depdiknas: Jakarta.
Hasratuddin. 2014. Pembelajaran Matematika Sekarang dan yang akan Datang
Berbasis Karakter. Jurnal Didaktik Matematika, 1(2), 31-42. ISSN:2355-
4185.
Lestari, Kurnia Eka & Mokhamad Ridwan Yudhanegara. 2015. Penelitian
Pendidikan Matematika. Bandung: Refika Aditama.
Munasiah. 2015. Pengaruh Kecemasan Belajar dan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa Terhadap Kemampuan Penalaran Matematika. Jurnal
Formatif, 5(3), 220-232.
Murizal, Angga, dkk. 2012. Pemahaman Konsep Matematis dan Model
Pembelajaran Quantum Teaching. Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1), 19-
23.
Nurhasanah, Neti, dkk. 2013. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran SQ4R
Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan
Matematika, 2(2), 112-118.
Putri M., dkk. 2012. Pemahaman Konsep Matematika Pada Materi Turunan
Melalui Pembelajaran Teknik Probing. Jurnal Pendidikan Matematika,
1(1), 68-72.
Rustina, Ratna. 2014. Pengaruah Penggunaan Pembelajaran Kontekstual dengan
Teknik SQ4R Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Berfikir
Kritis Matematis Siswa SMP Negeri 8 Kota Tasikmalaya. Jurnal
Pendidikan dan Keguruan, 1(1), 1-10.
Saltifa, Poni, dkk.. 2012. Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam
Memahami Konsep Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1),
73-76.
Shoimin, A. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Uno, Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Recommended