View
217
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum SD Negeri 2 Wates Kecamatan Kedungjati
Kabupaten Grobogan
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Wates. SD Negeri 2 Wates terletak
di desa Wates, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan. SD Negeri 2 Wates
berada cukup jauh dari Dinas Pendidikan Kecamatan, yaitu kurang lebih 20 km.
Meskipun demikian tidak menyebabkan SD Negeri 2 Wates tertinggal dalam
memperoleh informasi, baik informasi bagi guru maupun informasi bagi siswa.
Siswa SD Negeri 2 Wates berjumlah 182 siswa mulai dari kelas 1 sampai
dengan kelas 6 dengan masing-masing kelas terdiri dari 1 kelas. Masing-masing
kelas diampu oleh guru kelas sebanyak 6 guru, 1 guru pendidikan agama Islam, 1
guru bahasa inggris dan 1 guru olah raga. Proses kegiatan belajar mengajar
berlangsung mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan 12.30 WIB, kecuali pada
hari jum’at dan sabtu yang berlangsung mulai pukul 07.30 sampai dengan pukul
11.00 WIB. Jumlah tenaga kependidikan di SD Negeri 2 Wates adalah sebanyak
10 orang, dengan perincian 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru pendidikan
agama, 1 guru olah raga, dan 1 tenaga perpustakaan. Sampel dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas 5 SD Negeri 2 Wates yang berjumlah 34 siswa.
4.2 Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilakukan dalam praktek pembelajaran di kelas 5 SD Negeri
2 Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan dengan jumlah 34 siswa
pada mata pelajaran matematika, dengan Kompetensi Dasar mengidentifikasi
sifat-sifat bangun ruang dan menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetris
melalui penggunaan salah satu model Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Roda
Pintar Matematika.
4.3 Kondisi Awal
Sebelum pelaksanaan Siklus I dan Siklus II, terlebih dahulu peneliti
melakukan observasi awal dengan tujuan mengetahui tingkat keaktifan siswa dan
hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran Matematika. Berdasarkan
observasi ini peneliti mendapatkan data bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa
39
masih rendah sehingga dari kondisi inilah peneliti akan melakukan penelitian
tindakan kelas atau PTK dengan tujuan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa terutama pada mata pelajaran Matematika.
4.3.1 Keaktifan Kondisi Awal
Kondisi awal keaktifaan merupakan keadaan siswa sebelum penelitian
tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas 5
SD Negeri 2 Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun pelajaran
2014/2015 yang berjumlah 34 siswa pada mata pelajaran Matematika, terlihat
bahwa keaktifan siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang
dilakukan ketika guru sedang mengajar, masih banyak siswa yang tidak
mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru tetapi mereka bermain
sediri dengan teman sebangkunya, tidak ada yang bertanya, jika ditanya tidak mau
menjawab dll.
Untuk menentukan kategori keaktifan siswa peneliti menggunakan metode
observasi. Pengamatan pada kondisi awal dilakukan oleh peneliti. Pengamatan
dilakukan saat proses belajar mengajar berlangsung dengan mengisi lembar
observasi keaktifan siswa yang telah disiapkan.
4.3.2 Hasil Belajar Kondisi Awal
Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum dilakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas
5 SD Negeri 2 Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun
pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 34 pada mata pelajaran Matematika,
terlihat bahwa hasil belajar masih rendah, dimana sebagian besar siswa
memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Data
hasil kondisi awal didapat peneliti dari hasil ulangan harian yang dilakukan oleh
guru kelas. Data hasil belajar siswa kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut:
Ketuntas
Nilai
≥65
<65
Jumlah
Nilai KKM matematika : 65
Berdasarkan
mencapai nilai KKM adalah 13 siswa
KKM adalah 21 siswa (
Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2014/2015.
Sehingga peneliti merasaperlu mengadakan tindakan pembelajaran p
demi membantu meningkatkan hasil belajar siswa.
kondisi awal sebelum dilakukan tindakan
Gambar
Berdasarkan pengamatan sebelum diadakan penelitian, rendahnya hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh sifat mudah bosan siswa selama mengikuti
pelajaran dikelas dan cara me
ceramah yang masih mendominasi proses kegiatan pembelajaran dan juga model
pembelajaran yang digunakan guru kurang cocok untuk mata pelajaran. Sehingga
0%10%20%30%40%50%60%70%
Tabel 4.1
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal
Frekuensi Ketuntasan
13
21
Tuntas
Tidak tuntas
34
Nilai KKM matematika : 65
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, terlihat bahwa perbandingan siswa y
mencapai nilai KKM adalah 13 siswa (38%) dan siswa yang belum mencapai nilai
siswa (62%) dari keseluruhan jumlah siswa kelas 5 SD Negeri 2
Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2014/2015.
Sehingga peneliti merasaperlu mengadakan tindakan pembelajaran p
demi membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun data dari hasil belajar
kondisi awal sebelum dilakukan tindakan disajikan dalam gambar
Gambar 4.1 Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal
Berdasarkan pengamatan sebelum diadakan penelitian, rendahnya hasil
ngaruhi oleh sifat mudah bosan siswa selama mengikuti
pelajaran dikelas dan cara mengajar guru yang masih terpaku dengan metode
ceramah yang masih mendominasi proses kegiatan pembelajaran dan juga model
pembelajaran yang digunakan guru kurang cocok untuk mata pelajaran. Sehingga
Tuntas Tidak tuntas
13 21
frekuensi
40
%
38%
62%
100%
diatas, terlihat bahwa perbandingan siswa yang
lum mencapai nilai
%) dari keseluruhan jumlah siswa kelas 5 SD Negeri 2
Wates Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2014/2015.
Sehingga peneliti merasaperlu mengadakan tindakan pembelajaran pembelajaran
Adapun data dari hasil belajar
4.1 berikut ini:
Kondisi Awal
Berdasarkan pengamatan sebelum diadakan penelitian, rendahnya hasil
ngaruhi oleh sifat mudah bosan siswa selama mengikuti
ngajar guru yang masih terpaku dengan metode
ceramah yang masih mendominasi proses kegiatan pembelajaran dan juga model
pembelajaran yang digunakan guru kurang cocok untuk mata pelajaran. Sehingga
frekuensi
41
mengakibatkan pembelajaran kurang menarik dan berakibat keaktifan siswa
kurang dan hasil belajar siswa pun menjadi rendah, sehingga menjadi hambatan
dan menimbulkan proses pembelajaran yang kurang efektif.
Dari data hasil belajar siswa yang masih rendah, penulis melakukan
sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan rancangan penelitian yang
telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Dalam penelitian ini menggunakan
model pembelajaran Kooperatif tipe TGT berbantuan Roda Pintar Matematika
guna meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa yang akan dilakukan dalam
dua Siklus.
4.4 Pelaksanaan Siklus I
Setelah diperoleh data pada hasil belajar kondisi awal, maka peneliti
melakukan diskusi dengan guru kelas 5 untuk melaksanakan Siklus 1.
4.4.1 Perencanaan Tindakan (planning) Siklus I
Sebelum melakukan tidakan kelas penulis dan pengamat melakukan
persiapan terakhir. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Penulis dan pengamat bersama-sama memeriksa kembali RPP yang telah
disusun sebelumnya dan pengamat mencermati kembali setiap butir yang
telah direncanakan.
b) Penulis menyiapkan semua alat peraga dan media yang akan digunakan
apakah sudah benar-benar tersedia.
c) Memeriksa kembali urutan yang sudah direncanakan, dengan memeriksa
skenario pembelajaran yang akan dilakukan mulai dari kegiatan awal
sampai dengan kegiatan akhir.
d) Memeriksa kembali kelengkapan alat pengumpul data, seperti lembar
observasi yang akan digunakan dalam menilai aktifitas guru dan keaktifan
siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dan kamera yang
akan digunakan untuk mengambil gambar saat penelitian tindakan kelas
berlangsung.
42
4.4.2 Pelaksanaan Tindakan (Action) Siklus I
Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan, penulis
dan pengamat sepakat akan melakukan perbaikan pembelajaran yang terdiri dari 2
pertemuan pembelajaran. Masing-masing berlangsung 2 x 35 menit (70 menit).
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 6 maret 2015 dan
pertemuan kedua dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 7 maret 2015. Kegiatan
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan sebelumnya dan akan
dilaksanakan dengan tiga tahap pembelajaran yaitu : kegiatan awal, kegiatan inti
dan kegiatan penutup.
Pertemuan pertama ( 6 Maret 2015)
a. Kegiatan awal
Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru meliputi beberapa kegiatan seperti
guru membuka pelajaran dengan salam dan doa, mengabsen kehadiran siswa,
mengkondisikan siswa untuk siap belajar, melakukan apersepsi dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti sebelum guru menjelaskan materi guru memperkenalkan
alat peraga berupa roda pintar matematika yang akan digunakan untuk
mempermudah penyampaian materi dalam kegiatan belajar mengajar, kemudian
guru melanjutkan dari pertanyaan apersepsi dengan meminta anak
menyebutkan nama-nama dari bangun ruang yang dibawa oleh guru.
Guru menjelaskan sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun ruang dan menunjuk
perwakilan siswa untuk maju kedepan menunjukkan salah satu sifat yang
dimiliki bangun ruang. Dan meminta siswa lain untuk membuktikan apakah
jawabannya benar atau salah dengan menggunakan roda pintar matematika.
Selanjutnya guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, yang masing-masing
kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang, kemudian guru menyiapkan meja
turnamen dan menginformasikan mengenai kegiatan kelompok yang akan
dilakukan. Guru membagikan lembar soal dan alat peraga roda pintar
matematika kepada setiap kelompok dan meminta setiap kelompok untuk
mendiskusikan soal yang telah diperoleh, setiap kelompok memastikan bahwa
43
setiap anggotanya memahami jawaban dari soal yang didapat dan setelah
selesai masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.
Kegiatan selanjutnya adalah melakukan game dengan masing-masing siswa
mengambil satu kartu soal dikotak soal dan mengerjakannya secara individu
didepan. Setelah game selesai, kegiatan selanjutnya adalah melakukan
turnamen, guru menjelaskan aturan yang akan digunakan. Urutan dalam setiap
meja turnamen ditemati oleh pemain pertama (pembaca soal) dan para pemain
(penantang). Soal dibacakan oleh pemain pertama dan dijawab oleh tim
penantang (soal dikerjakan dalam waktu yang telah ditentukan yaitu masing-
masing soal 2 menit). Pemain penantang yang menjawab benar akan
mendapatkan poin, jika salah tidak akan mendapatkan poin. Setelah sesi
pertama selesai, pemain pertama (pembaca soal) bergeser searah jarum jam,
sehingga pemain pertama menjadi penantang dan pemain kedua menjadi
pemain pertama (pembaca soal). Turnamen dilakuakan sampai semua pemain
merasakan posisi sebagai pemain dan penantang.
c. Kegiatan akhir
Sebagai kegiatan akhir, guru bersama siswa membahas hasil pembelajaran
yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang belum dipahami. Guru menghitung nilai yang
diperoleh setiap kelompok, memberikan penghargaan kelompok dan pujian
terhadap jalannya kegiatan pembelajaran. Kemudian guru membimbing siswa
dalam membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari dan diakhiri
dengan memberi tindak lanjut oleh guru.
Pertemuan kedua (7 Maret 2015)
Pertemuan kedua dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari pertemuan pertama.
a. Kegiatan Awal
guru mengawali pelajaran dengan salam, berdoa, absensi dan
mengkondisikan siswa untuk siap belajar. Guru melakukan apersepsi
dengan membahas materi yang lalu, kemudian dilanjutkan dengan
memberikan informasi mengenai materi yang akan dipelajari dam
menyampaikan tujuan pembelajaran.
44
b. Kegiatan Inti
Guru melanjutkan materi tentang sifat-sifat bangun ruang dengan
membagikan contoh benda bangun ruang dan meminta siswa berdiskusi
dengan teman sebangkunya, untuk menghitung jumlah sisi, rusuk dan titik
sudut pada bangun ruang yang didapat, kemudian perwakilan kelompok maju
untuk mempresentasikan hasil diskusinya, guru membuktikan jawaban siswa
dengan meminta siswa yang tidak presentasi didepan menggunakan roda pintar
matematika untuk menunjukkan berapa jumlah sisi, rusuk dan titik sudut yang
dimilki bangun ruang yang dipresentasikan.
Masih dengan kelompok pada pertemuan pertama, guru menyampaikan
kegiatan kelompok yang akan dilakukan. Guru membagikan lembar soal dan
alat peraga roda pintar matematika pada setiap kelompok. Guru meminta setiap
kelompok untuk mendiskusikan soal dan memastikan semua anggotanya
memahami jawaban yang telah didiskusikan, setiap kelompok maju kedepan
untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru meluruskan dan memberi
penjelasan apakah jawaban tersebut benar atau salah.
Setelah semua kelompok maju, kemudian guru melanjutkan kegiatan
selanjutnya yaitu game, setiap siswa maju kedepan mengambil satu kartu soal
dikotak soal dan mengerjakannya didepan secara individu (game dilakukan
sekali dan dalam waktu 5 menit).
Setelah kegiatan game selesai guru melanjutkan kegiatan pembelajaran
dengan tournamen dengan aturan yang sama seperti pertemuan pertama pada
siklus 1. Setelah semua pemain merasakan menjadi pemain pertama da
penantang, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi
yang belum dipahami, guru menghitung nilai setiap kelompok dan memberikan
penghargaan kelompok dan pujian terhadap jalannya kegiatan pembelajaran.
c. Kegiatan Akhir
Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai materi yang
telah dipelajari, guru dan siswa merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan. Guru meminta siswa kembali ke meja masing-masing dan
memberikan soal evaluasi untuk mengetahui pembahaman siswa terhadap
45
materi yang disampaikan dengan menggunakan model Kooperatif tipe TGT
berbantuan Roda Pintar Matematika. Hasil dari soal evaluasi ini lah yang akan
diolah datanya untuk mengetahui kenaikan hasil belajar siswa. Setelah selesai,
guru menginformasikan materi pelajaran untuk pertemuan selanjutnya.
4.4.3 Observasi (observation) Siklus I
Selama peneliti mengajar, guru kelas 5 sebagai pengamat harus
memperhatikan jalannya pembelajaran dengan mengamati langkah-langkah yang
digunakan peneliti (guru) dan siswa yang sedang melakukan kegiatan
pembelajaran perbaikan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disiapkan. Hasil observasi akan dianalisis untuk melihat pengaruh tindakan
perbaikan yang dilakukan. Setelah kegiatan dari pertemuan pertama dan
pertemuan kedua selesai, peneliti dan pengamat melakukan diskusi kembali
untuk membahas kelemahan dan kelebihan selama proses pembelajaran yang telah
berlangsung, yang akan dijadikan dasar refleksi dan proses perbaikan untuk
pembelajaran berikutnya.
1) Hasil Observasi terhadap Guru
Hasil observasi pembelajaran menggunakan model Kooperatif tipe TGT
berbantuan Roda Pintar Matematika dan meningkatkan keaktifan siswa pada
pembelajaran Siklus I yang diperoleh selama proses pembelajaran matematika
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Roda Pintar Matematika
No Siklus I Keterlaksanaan Sintaks
f Ya Tidak
1. Pertemuan 1 34 3 2. Pertemuan 2 34 2
Berdasarkan tabel 4.2 hasil observasi menunjukkan bahwa pada pertemuan
pertama guru masih belum terbiasa terlihat sedikit canggung ketika melaksanakan
pembelajaran menggunakan Model Kooperatif tipe TGT Berbantuan Roda Pintar
Matematika. Hal ini terlihat dari guru yang tidak menyiapkan siswa dengan baik
46
ketika memulai pelajaran. Hal ini menyebabkan siswa kurang memperhatikan
guru ketika membuka kegiatan pembelajaran dan asyik mengobrol dengan
temannya. Selain itu Guru masih belum bisa menguasai kelas sehingga situasi
kelas menjadi kurang terkontrol karena masih banyak siswa yang ramai. Guru
juga belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum dipahami. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran.
Pada pertemua kedua, hasil observasi menunjukkan bahwa kegiatan
pembelajaran pada pertemuan kedua sudah lebih baik dari pertemuan sebelumnya.
Guru sudah menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran sehingga suasana
kelas menjadi lebih kondusif untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Guru juga
sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang
belum dipahami sehingga siswa sudah mulai berani untuk bertanya dan
menanggapi pertanyaan dari guru. Siswa juga tampak sangat antusias dalam
mengikuti pembelajaran. Namun ketika siswa mempresentasikan hasil diskusinya,
guru masih belum memberikan kesempatan kepada siswa dari kelompok lain
untuk bertanya.
Secara keseluruhan penyajian dari pertemuan pertama dan kedua sudah
cukup sistematis. Guru mengelola kelas dengan baik, memberikan motivasi
kepada siswa saat proses pembelajaran. Memberikan arahan kepada siswa saat
melakukan pengamatan. Hanya saja masih ada dua indikator yang belum
dilaksanakan oleh guru. Sehingga perlu diadakan perbaikan agar dapat mencapai
semua indikator yang telah ditentukan.
2) Hasil Observasi Terhadap Siswa
Kondisi awal keaktifan siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan
dan berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terlihat bahwa keaktifan
siswa masih rendah. Tetapi setelah dilakukan tindakan menggunakan model
pembelajaran Kooperatif tipe TGT berbantuan Roda Pintar Matematika pada
Siklus 1 keaktifan siswa semakin meningkat atau bertambah. Diketahui bahwa
pada saat pembelajaran berlangsung sudah terlihat ada siswa yang mulai aktif,
seperti bertanya, memperhatikan guru saat menjelaskan, meski belum semua
siswa terlihat aktif, hal tersebut terlihat pada
1 dalam penerapan
Matematika. Sedangkan k
4.3
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus 1
Nilai
≥65
<65
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.
yang tuntas (59%) dan 1
kriteria ketuntasan minimal matematika yaitu 65. Diagram ketuntasan hasil belajar
siswa Siklus 1 dapat dilihat pada
Gambar 4.
Untuk mengetahui terjadinya peningkatan hasil belajar setelah diperoleh
data pada kondisi awal dan pelaksanaan
dilakukan tindakan dan setelah tindakan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
siswa terlihat aktif, hal tersebut terlihat pada pertemuan pertama dan kedua
penerapan model Kooperatif tipe TGT Berbantuan Roda Pintar
Sedangkan ketuntasan hasil belajar Siklus 1 dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.3
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus 1
Frekuensi Ketuntasan
20
14
Tuntas
Tidak tuntas
34
Berdasarkan tabel 4.3 analisis hasil belajar Siklus 1, terdapat
%) dan 14 siswa yang belum tuntas (41%) atau belum memenuhi
kriteria ketuntasan minimal matematika yaitu 65. Diagram ketuntasan hasil belajar
dapat dilihat pada gambar 4.2.
4.2 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 1
Untuk mengetahui terjadinya peningkatan hasil belajar setelah diperoleh
data pada kondisi awal dan pelaksanaan Siklus I. Ketuntasan hasil belajar sebelum
dilakukan tindakan dan setelah tindakan Siklus I dapat dilihat pada tabel 4.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Tuntas Tidak tuntas
20 14
frekuensi
47
pertemuan pertama dan kedua Siklus
erbantuan Roda Pintar
1 dapat dilihat pada tabel
Presentase
59%
41%
100%
iklus 1, terdapat 20 siswa
%) atau belum memenuhi
kriteria ketuntasan minimal matematika yaitu 65. Diagram ketuntasan hasil belajar
Siklus 1
Untuk mengetahui terjadinya peningkatan hasil belajar setelah diperoleh
iklus I. Ketuntasan hasil belajar sebelum
dapat dilihat pada tabel 4.4.
frekuensi
Perbandingan ketuntasan hasil belajar kondisi awal dan Siklus I
Nilai Ketuntasan
≥65
<65
Tuntas
Tidak Tuntas
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.
Meskipun belum sesuai dengan yang diharapkan ketuntasan belajar 75% tetapi
dapat dilihat perbandingan peningkatan hasil belajar dari kondisi awal dengan
setelah dilakukan Siklus I p
Perbandingan
Berikut ini disajikan perbandingan persentase ketuntasan hasil belajar
sebelum dilaksanakan tindakan dengan set
disajikan melalui tabel 4.
0
5
10
15
20
25
Tabel 4.4
Perbandingan ketuntasan hasil belajar kondisi awal dan Siklus I
Ketuntasan Kondisi Awal Siklus I
Frekuensi Presentase Frekuensi
Tuntas
Tidak Tuntas
13
21
38%
62%
20
14
34 100% 34
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat peningkatan hasil belajar pada
Meskipun belum sesuai dengan yang diharapkan ketuntasan belajar 75% tetapi
dapat dilihat perbandingan peningkatan hasil belajar dari kondisi awal dengan
iklus I pada gambar 4.3 sebagai berikut:
Gambar 4.3
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal
dengan Siklus I
Berikut ini disajikan perbandingan persentase ketuntasan hasil belajar
sebelum dilaksanakan tindakan dengan setelah tindakan pada Siklus I. Uraiannya
abel 4.5 berikut ini:
Frekuensi Frekuensi
Kondisi Awal Siklus I
Tuntas
Tidak Tuntas
48
Perbandingan ketuntasan hasil belajar kondisi awal dan Siklus I
Siklus I
Frekuensi Presentase
59%
41%
100%
terlihat peningkatan hasil belajar pada Siklus I.
Meskipun belum sesuai dengan yang diharapkan ketuntasan belajar 75% tetapi
dapat dilihat perbandingan peningkatan hasil belajar dari kondisi awal dengan
lajar Siswa Kondisi Awal
Berikut ini disajikan perbandingan persentase ketuntasan hasil belajar
iklus I. Uraiannya
49
Tabel 4.5
Persentase perbandingan hasil belajar sebelum tindakan dengan
Siklus I
No. Pembelajaran Siswa tuntas Siswa tidak tuntas
Frekuensi persentase Frekuensi persentase
1. Sebelum tindakan 13 38% 21 62%
2. Siklus I 20 59% 14 41%
Mengacu pada tabel 4.5, maka terjadi peningkatan hasil belajar sebelum
siklus dan setelah Siklus I. Kondisi awal atau sebelum Siklus, siswa yang tuntas
mencapai 38% sedangkan pada Siklus I, siswa yang tuntas mencapai 59%,
sehingga terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas yaitu sebesar 21%.
4.4.4 Refleksi Siklus I
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada Siklus I, selanjutnya
diadakan refleksi atas segala kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan
pengamatan dari observasi pada Siklus I, yaitu: Kegiatan pembelajaran Siklus I
berlangsung sesuai dengan harapan dan berjalan dengan baik sesuai RPP dan
terlihat kegiatan pembelajaran tampak lebih menyenangkan, perhatian dan
antusias siswa meningkat. Keaktifan belajar siswa sudah mengalami peningkatan
sedangkan Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan pada siklus I yaitu
sebanyak 59% siswa yang tuntas dan 41% belum tuntas. Namun beberapa siswa
masih belum terbiasa bertanya kepada teman atau guru ketika belum materi yang
disampaikan, sehingga sebagian siswa masih kurang aktif dalam mencatat
berbagai penjelasan yang diberikan dan siswa tidak mau menyusun rangkuman
ketika pembelajaran selesai.
Dari hasil evaluasi didapatkan bahwa kompetensi belajar siswa meningkat,
terbukti dari perolehan nilai siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan
model Kooperatif tipe TGT berbantuan Roda Pintar Matematika yang mencapai
50
kriteria ketuntasan belajar (KKM = 65) sebanyak 20 siswa atau 95%, yang belum
mencapai kriteria ketuntasan hasil belajar sebanyak 14 siswa atau 41%, dengan
nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 55, sedangkan nilai rata-ratanya adalah 68,4%.
Untuk meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar serta memperbaiki
kekurangan dalam proses pembelajaran akan dilanjutkan ke Siklus II.
4.5 pelaksanaan Siklus II
4.5.4 Perencanaan Tindakan (planning) Siklus II
Bersama-sama guru dan pengamat merevisi RPP dan menyiapkan
kembali skenario tindakan yang akan dilaksanakan pada perbaikan pembelajaran
Siklus II. Berdasarkan hasil diskusi dengan pengamat dan refleksi Siklus I maka
guru melakukan upaya perbaikan pembelajaran. Guru menyiapkan kembali
lembar evaluasi, alat peraga, dan media yang akan digunakan dalam pelaksanaan
Siklus II.
4.5.2 Pelaksanaan Tindakan (Action) Siklus II
Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan, guru
dan pengamat sepakat melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran yang terdiri
dari 2 pertemuan pembelajaran. Masing-masing berlangsung 2 x 35 menit (70
menit). Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 13 Maret 2015
dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 14 Maret 2015.
Kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan sebelumnya dan
akan dilaksanakan dengan tiga tahap pembelajaran yaitu : kegiatan awal, kegiatan
inti dan kegiatan penutup.
Pertemuan pertama ( 13 Maret 2015)
a. Kegiatan awal
Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru meliputi beberapa kegiatan seperti
guru membuka pelajaran dengan salam dan doa, mengabsen kehadiran siswa,
mengkondisikan siswa untuk siap belajar. Guru menyampaikan apersepsi
“anak-anak masih ingat materi yang telah dipelajari tentang sifat-sifat bangun
ruang” dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
51
b. Kegiatan Inti
Guru membagikan kertas yang berisi gambar bangun datar pada siswa, dan
meminta siswa memasangkan gambar bangun berdasarkan jenisnya. Dari
pasangan gambar tersebut, pasangan bangun manakah yang sisi-sisinya
bersesuaian dan mempunyai perbandingan sama. Kemudian guru menunjuk
perwakilan siswa untuk maju kedepan dan menjelaskan bagaimana bentuk
bangun setelah dipasangkan. Guru memberi penjelasan atas jawaban siswa.
Selanjutnya guru meminta siswa untuk mengambil salah satu gambar bangun
dan memberi garis pada tengah-tengah bangun datar kalian masing-masing,
kemudian lipat sesuai garis yang sudah ada. Sekarang jelaskan bagaimana
bentuknya. Setelah siswa mengerjakan kemudian perwakilan maju kedepan
untuk menjelaskan. Dari presentasi yang dilakukan siswa guru menjelaskan dan
meluruskan jawaban siswa.
Selanjutnya guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, yang masing-masing
kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang, kemudian guru menyiapkan meja
turnamen dan menginformasikan mengenai kegiatan kelompok yang akan
dilakukan. Guru membagikan lembar diskusi yang berisi soal tentang
kesebangunan dan simetri lipat dan alat peraga roda pintar matematika kepada
setiap kelompok dan meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan soal yang
telah diperoleh, setiap kelompok memastikan bahwa setiap anggotanya
memahami jawaban dari soal yang didapat dan setelah selesai masing-masing
kelompok mempresentasikan kembali hasil diskusinya didepan kelas.
Kegiatan selanjutnya adalah melakukan game dengan masing-masing siswa
mengambil satu kartu soal dikotak soal dan mengerjakannya secara individu di
depan, game dilakukan sebanyak 1 kali dan dikerjakan dalam waktu 5 menit.
Setelah game selesai, kegiatan selanjutnya adalah melakukan turnamen, guru
menjelaskan aturan yang akan digunakan. Urutan dalam setiap meja turnamen
ditemati oleh pemain pertama (pembaca soal) dan para pemain (penantang).
Soal dibacakan oleh pemain pertama dan dijawab oleh tim penantang (soal
dikerjakan dalam waktu yang telah ditentukan yaitu masing-masing soal 2
menit). Pemain penantang yang menjawab benar akan mendapatkan poin, jika
52
salah tidak akan mendapatkan poin. Setelah sesi pertama selesai, pemain
pertama (pembaca soal) bergeser searah jarum jam, sehingga pemain pertama
menjadi penantang dan pemain kedua menjadi pemain pertama (pembaca soal).
Turnamen dilakuakan sampai semua pemain merasakan posisi sebagai pemain
dan penantang.
c. Kegiatan akhir
Sebagai kegiatan akhir, guru bersama siswa membahas hasil pembelajaran
yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang belum dipahami. Guru menghitung nilai yang
diperoleh setiap kelompok, guru memberikan penghargaan kelompok dan
pujian terhadap jalannya kegiatan pembelajaran. Kemudian guru membimbing
siswa dalam membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.
Pertemuan kedua (14 Maret 2015)
a. Kegiatan Awal
guru mengawali pelajaran dengan salam, berdoa, absensi dan
mengkondisikan siswa untuk siap belajar. Guru melakukan apersepsi dengan
membahas materi yang lalu, kemudian dilanjutkan dengan memberikan
informasi mengenai materi yang akan dipelajari dam menyampaikan tujuan
pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
Guru menempelkan macam-macam gambar benda, kemudian guru meminta
siswa menujukkan gambar benda mana yang memiliki sumbu simetri lipat, dan
kemudian diskusikan dengan teman sebangku mu hitunglah berapa jumlah
simetri lipat dari gambar bangun yang telah ditempel. Selanjutnya perwakilan
siswa maju untuk menunjukkan dan menghitung berapa jumlah simetri lipat
yang ada pada gambar benda yang ditempel. Guru memberi penjelasan atas
jawaban siswa dan membuktikannya dengan menggunakan roda pintar
matematika.
Selanjutnya guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, yang masing-masing
kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang, kemudian guru menyiapkan meja
turnamen dan menginformasikan mengenai kegiatan kelompok yang akan
53
dilakukan. Guru membagikan lembar diskusi yang berisi soal tentang bangun-
bangun yang memiliki simetri lipat dan alat peraga roda pintar matematika
kepada setiap kelompok dan meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan
soal yang telah diperoleh, setiap kelompok memastikan bahwa setiap
anggotanya memahami jawaban dari soal yang didapat dan setelah selesai
masing-masing kelompok mempresentasikan kembali hasil diskusinya didepan
kelas.
Kegiatan selanjutnya adalah melakukan game dengan masing-masing
siswa mengambil satu kartu soal dikotak soal dan mengerjakannya secara
individu di depan, game dilakukan sebanyak 1 kali dan dikerjakan dalam waktu
5 menit. Setelah game selesai, kegiatan selanjutnya adalah melakukan
turnamen, guru menjelaskan aturan yang akan digunakan. Urutan dalam setiap
meja turnamen ditemati oleh pemain pertama (pembaca soal) dan para pemain
(penantang). Soal dibacakan oleh pemain pertama dan dijawab oleh tim
penantang (soal dikerjakan dalam waktu yang telah ditentukan yaitu masing-
masing soal 2 menit). Pemain penantang yang menjawab benar akan
mendapatkan poin, jika salah tidak akan mendapatkan poin. Setelah sesi
pertama selesai, pemain pertama (pembaca soal) bergeser searah jarum jam,
sehingga pemain pertama menjadi penantang dan pemain kedua menjadi
pemain pertama (pembaca soal). Turnamen dilakuakan sampai semua pemain
merasakan posisi sebagai pemain dan penantang.
c. Kegiatan Akhir
Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan yang telah
dipelajari, guru dan siswa merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan dan pemantapan dengan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.
Karena pada pertemuan kedua ini merupakan pertemuan terakhir dari
penelitian ini. maka guru meminta siswa untuk mengerjakan soal evaluasi
untuk mengetahui pembahaman siswa terhadap materi yang disampaikan
dengan menggunakan model Kooperatif tipe TGT berbantuan Roda Pintar
Matematika. Hasil dari soal evaluasi siklus II ini lah yang akan diolah datanya
54
untuk mengetahui kenaikan hasil belajar siswa sekaligus penentu sukses atau
tidaknya penelitian ini.
4.5.3 Observasi (observation) Siklus II
Pengamat melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa yang sedang
melaksanakan kegiatan pembelajaran perbaikan dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi akan dianalisis untuk memantau
sejauh mana pengaruh upaya tindakan penelitian terhadap tujuan pembelajaran
yang diinginkan.
1) Hasil Observasi terhadap Guru.
Hasil observasi pembelajaran menggunakan model Kooperatif tipe TGT
berbantuan Roda Pintar Matematika pada pembelajaran Siklus II yang diperoleh
selama proses pembelajaran matematika dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6
Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Kooperatif tipe TGT berbatuan Roda Pintar Matematika Siklus II
No Siklus 2 Keterlaksanaan Siklus
F Ya Tidak
1. Pertemuan 1 34 0 2. Pertemuan 2 34 0
Berdasarkan tabel 4.6, hasil observasi menunjukkan bahwa guru sudah
melaksanakan semua indikator pembelajaran yang sudah ditentukan. Secara
keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah terlaksana
dengan baik. Hal ini terlihat dari kemampuan guru dalam menguasai kelas. Guru
sudah mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan kondusif sehingga
pembelajaran berjalan dengan lancar.
Pada pertemuan kedua, hasil observasi menunjukkan bahwa guru semakin
menguasai pembelajaran dengan baik. Dalam pertemuan kedua ini, guru sudah
melaksanakan semua indikator pembelajaran dengan baik. Guru mampu
membimbing jalannya pembelajaran dengan baik sehingga suasana kelas menjadi
terkontrol. Siswa juga sudah mampu melaksanakan apa yang seharusnya
dilaksanakan tanpa harus menunggu perintah dari guru.
55
Secara keseluruhan penyajian dalam proses pembelajaran yang dilakukan
guru pada Siklus II ini sudah baik, karena semua indikator yang telah ditentukan
sebelumnya sudah terlaksana. Perbaikan dari refleksi Siklus I sudah berjalan
dengan baik.
2) Observasi terhadap siswa
Pengamatan terhadap siswa dilakukan saat Siklus berlangsung.
Pengamatan pada Siklus II ini pelaksanaannya masih sama dengan pengamatan
pada Siklus I yaitu dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil
dari pengamatan siswa pada Siklus II keaktifan siswa semakin bertambah, hal
tersebut terlihat dari semakin banyaknya siswa yang sudah aktif bertanya,
memperhatikan penjelasan guru dan ketika guru bertanya siswa sudah berani
mengungkapkan pendapatnya, hal tersebut terlihat pada pertemuan pertama dan
kedua Siklus II dalam penerapan model Kooperatif tipe TGT Berbantuan Roda
Pintar Matematika. Hal tersebut menunjukan bahwa penggunaan model
pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Roda Pintar Matematika sangat
efektif untuk meningkatan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Hasil observasi atau pengamatan hasil belajar yang diperoleh selama
proses pembelajaran menggunakan model Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Roda
Pintar Matematika pada mata pelajaran Matematika adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7
Persentase ketuntasan hasil belajar siswa setelah pelaksanaan Siklus II
Nilai Frekuensi Ketuntasan Persentase
≥65
<65
30
4
Tuntas
Tidak tuntas
88%
12%
Jumlah 34 100%
Ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui
bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM
= 65) sebanyak 14 siswa (41%) pada Siklus I kemudian terjadi kenaikan setelah
56
dilakukan Siklus II menjadi 4 siswa (12%), sedangkan yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal sebanyak 20 siswa (59%) pada Siklus I kemudian meningkat
menjadi 30 siswa (88%) pada Siklus II.
Setelah tindakan Siklus II terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa.
Ini membuktikan bahwa penelitian yang telah dilakukan telah berhasil karena
telah melebihi batas ketuntasan yaitu 75% sedangkan hasil yang didapat adalah
76%.
Tabel 4.8
Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa Siklus I dan Siklus II
Nilai Ketuntasan Siklus I Siklus II
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
≥65
<65
Tuntas
Tidak tuntas
20
14
59%
41%
30
4
88%
12%
Jumlah 34 100% 34 100%
Berdasarkan tabel 4.8 di atas terlihat jelas peningkatan ketuntasan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dengan kompetensi dasar
mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang pada Siklus I dan menyelidiki sifat-sifat
kesebangunan dan simetris pada Siklus II. Dari Siklus I ke Siklus II peningkatan
yang terjadi mencapai 29%. Diagram perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa
pada Siklus I dan Siklus II disajikan dalam Gambar 4.4.
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar
Dari diagram 4.
Siklus II sudah mencapai yang dihara
melebihi target hingga mencapai 7
4.5.4 Refleksi Siklus II Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada
dari dua pertemuan sebagai pemantapan
refleksi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi diambil
dari hasil observasi yang dilaksanakan pada pertemuan
siswa pada pertemuan kedua
pemantapan dengan membandingkan apakah
pembelajaran indikator kinerja
pengamatan dari perlaksanaan
pembelajaran Siklus II berlangsung sesuai dengan harapan
pembelajaran tampak lebih menarik dan menyenangkan, keaktifan siswa lebih
meningkat karena siswa belajar secara berkelompok, bermain game dan
tournament melalui model Kooperatif
Matematika. Keaktifan siswa
sehingga hasil belajar siswa
ditentukan oleh peneliti yaitu 75% dan pada
dan hanya 12 % yang
0
5
10
15
20
25
30
Frekuensi
Siklus I
Gambar 4.4 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan
diagram 4.4 terlihat peningkatan hasil belajar siswa pada
iklus II sudah mencapai yang diharapkan yaitu ketuntasan belajar 75% bahkan
melebihi target hingga mencapai 76%.
Siklus II Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada Siklus II yang terdiri
dari dua pertemuan sebagai pemantapan Siklus II maka selanjutnya diadakan
refleksi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi diambil
dari hasil observasi yang dilaksanakan pada pertemuan Siklus II dan hasil nilai
siswa pada pertemuan kedua Siklus II. Refleksi ini digunakan sebagai bahan
pemantapan dengan membandingkan apakah hasil tindakan dalam proses
pembelajaran indikator kinerja Siklus I mengalami perbaikan pada
pengamatan dari perlaksanaan Siklus II. Dan diperoleh hasil k
iklus II berlangsung sesuai dengan harapan dan juga k
pembelajaran tampak lebih menarik dan menyenangkan, keaktifan siswa lebih
meningkat karena siswa belajar secara berkelompok, bermain game dan
tournament melalui model Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Roda Pintar
Keaktifan siswa juga sudah menunjukkan hasil yang memuaskan
belajar siswa sudah memenuhi indikator keberhasilan yang
ditentukan oleh peneliti yaitu 75% dan pada Siklus II terdapat 88%
yang belum tuntas. Pada Siklus I masih belum
Frekuensi Frekuensi
Siklus I Siklus II
Tuntas
Tidak tuntas
57
iklus I dan Siklus II
terlihat peningkatan hasil belajar siswa pada Siklus I ke
pkan yaitu ketuntasan belajar 75% bahkan
iklus II yang terdiri
iklus II maka selanjutnya diadakan
refleksi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi diambil
iklus II dan hasil nilai
iklus II. Refleksi ini digunakan sebagai bahan
tindakan dalam proses
iklus I mengalami perbaikan pada Siklus II. Hasil
Dan diperoleh hasil kegiatan
dan juga kegiatan
pembelajaran tampak lebih menarik dan menyenangkan, keaktifan siswa lebih
meningkat karena siswa belajar secara berkelompok, bermain game dan
ipe TGT Berbantuan Roda Pintar
juga sudah menunjukkan hasil yang memuaskan
sudah memenuhi indikator keberhasilan yang
88% yang tuntas,
Pada Siklus I masih belum menjawab
Tidak tuntas
58
pertanyaan yang diberikan dan siswa juga belum aktif mencatat penjelasan yang
disampaikan oleh guru, namun pada Siklus II siswa sudah aktif menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru dan juga sudah aktif dalam mencatat
penjelasan yang diberikan guru.
Dari hasil evaluasi didapatkan bahwa kompetensi belajar siswa meningkat,
terbukti dari perolehan nilai siswa setelah pelaksanaan kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model Kooperatif tipe TGT Berbantuan Roda Pintar
Matematika yang mencapai kriteria ketuntasan minimal Matematika yaitu 65
sebanyak 30 siswa (88%) dan yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 4 siswa
(12%). Dengan nilai rata-rata 75 dan nilai tertinggi 100 sedangkan nilai terendah
60. Keaktifan siswa pada kategori cukup aktif sebanyak 5 siswa (15%), pada
kategori aktif sebanyak 56%) dan kategori sangat aktif sebanyak 10 siswa (29%).
4.6 Pembahasan
Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas maka dapat diketahui
peningkatan keaktifan belajar siswa dan hasil belajar setelah mengkuti proses
belajar dengan penerapan model Kooperatif tipe TGT Berbantuan Roda Pintar
Matematika.
4.6.4 Keaktifan Siswa
Dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan
model Kooperatif Tipe TGT berbantuan Roda Pintar Matematika, siswa terlihat
memiliki ketertarikan dan semangat yang baik yang menunjukkan adanya
peningkatan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan penerapan model kooperatif tipe TGT
Berbantuan Roda Pintar Matematika dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Terbukti dengan kondisi siswa sebelum dilakukannya tindakan siswa masih
banyak yang tidak mendengarkan penjelasan guru saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung, tetapi mereka bermain sendiri dengan teman sebangkunya dan siswa
belum mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan siswa juga belum
aktif mencatat penjelasan yang disampaikan oleh guru, namun setelah
59
dilakukannya tindakan pada Siklus I dan Siklus II, siswa sudah mulai terlihat aktif
pada setiap pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan sangat antusias dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran saat guru menggunakan model pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Roda Pintar Matematika.
4.6.5 Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian pada kondisi awal, hasil
belajar dari Siklus I dan Siklus II selalu mengalami peningkatan. Perbandingan
rekap ketuntasan hasil belajar siswa kondisi awal, Siklus I dan Siklus II dapat
dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9
Perbandingan Rekap Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Nilai ketuntasan Kondisi awal Siklus I Siklus II
F % F % F %
≥65
<65
Tuntas
Tidak tuntas
13
21
38%
62%
20
14
59%
41%
30
4
88%
12%
Jumlah 34 100% 34 100% 34 100%
Berdasarkan perbandingan rekap ketuntasan hasil belajar dari kondisi
awal, Siklus I dan Siklus II pada tabel 4.9 dapat dilihat adanya peningkatan pada
hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Pada kondisi awal yang
tuntas hanya 13 siswa (38%), pada Siklus I yang tuntas 20 siswa (59%) dan pada
Siklus II yang tuntas 30 siswa. Ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model Kooperatif tipe TGT Berbantuan Roda Pintar Matematika
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Perbandingan rekap peningkatan hasil
belajar kondisi awal, Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.5
Perbandingan Rekap
Peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa
dilakukan dengan menggunakan model Kooperatif tipe TGT Berbantuan Roda
Pintar Matematika lebih menekankan ke kegiatan kelompok dengan waktu yang
sedikit dapat menguasai materi secara menyeluruh dan mendalam, proses
pembelajaran berlangs
dilakukan ini hasil belajar siswa menjadi meningkat karena
bertanya, semangat mengikuti pembelajaran, disiplin dan aktif dalam melakukan
kegiatan-kegiatan yang sudah ditentukan sebe
berkompetensi dengan melakukan permainan dengan bertanding untuk
mengerjakan soal-soal yang telah disiapkan pada setiap kegiatan.
membuktikan bahwa penerapan model Kooperatif tipe TGT berbantuan Roda
Pintar Matematika c
pelajaran matematika yang dapat meningkatkan keaktifan siswa sekaligus
berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.
0
5
10
15
20
25
30
frekuensi
Kondisi awal
Gambar 4.5
Perbandingan Rekap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus
I dan Siklus II
Peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa karena pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan model Kooperatif tipe TGT Berbantuan Roda
Pintar Matematika lebih menekankan ke kegiatan kelompok dengan waktu yang
sedikit dapat menguasai materi secara menyeluruh dan mendalam, proses
pembelajaran berlangsung dengan keaktifan dari siswa. Dalam pembelajaran yang
dilakukan ini hasil belajar siswa menjadi meningkat karena siswa lebih aktif
bertanya, semangat mengikuti pembelajaran, disiplin dan aktif dalam melakukan
kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya dan ber
berkompetensi dengan melakukan permainan dengan bertanding untuk
soal yang telah disiapkan pada setiap kegiatan.
membuktikan bahwa penerapan model Kooperatif tipe TGT berbantuan Roda
Pintar Matematika cocok diterapkan dalam pembelajaran terutama pada mata
pelajaran matematika yang dapat meningkatkan keaktifan siswa sekaligus
berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.
frekuensi frekuensi frekuensi
Kondisi awal Siklus I Siklus II
Tuntas
Tidak tuntas
60
Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus
karena pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan model Kooperatif tipe TGT Berbantuan Roda
Pintar Matematika lebih menekankan ke kegiatan kelompok dengan waktu yang
sedikit dapat menguasai materi secara menyeluruh dan mendalam, proses
siswa. Dalam pembelajaran yang
siswa lebih aktif
bertanya, semangat mengikuti pembelajaran, disiplin dan aktif dalam melakukan
lumnya dan berantusias untuk
berkompetensi dengan melakukan permainan dengan bertanding untuk
soal yang telah disiapkan pada setiap kegiatan. Hal ini
membuktikan bahwa penerapan model Kooperatif tipe TGT berbantuan Roda
ocok diterapkan dalam pembelajaran terutama pada mata
pelajaran matematika yang dapat meningkatkan keaktifan siswa sekaligus
Tuntas
Tidak tuntas
Recommended