View
3
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK DAN PENAMBAHAN MINYAK IKAN DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA PAKAN KOMERSIL TERHADAP
LAJU PERTUMBUHAN, KELULUSHIDUPAN DAN RASIO KONVERSI PAKAN IKAN SIDAT (Anguilla sp.)
SKRIPSI
Oleh : LISA RIZKY FAUZIYAH NIM. 135080500111092
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2018
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK DAN PENAMBAHAN MINYAK IKAN DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA PAKAN KOMERSIL TERHADAP
LAJU PERTUMBUHAN, KELULUSHIDUPAN DAN RASIO KONVERSI PAKAN IKAN SIDAT (Anguilla sp.)
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh : LISA RIZKY FAUZIYAH NIM. 135080500111092
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
JANUARI 2018
SKRIPSI
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam praktek kerja magang yang
saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan skripsi ini
hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, Oktober 2016
Mahasiswa,
LISA RIZKY FAUZIYAH
IDENTITAS TIM PENGUJI
Judul :PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK DAN PENAMBAHAN MINYAK IKAN DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA PAKAN KOMERSIL TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN, KELULUSHIDUPAN DAN RASIO KONVERSI PAKAN IKAN SIDAT (Anguilla sp.)
Nama Mahasiswa : LISA RIZKY FAUZIYAH
NIM : 135080500111092
Program Studi : Budidaya Perairan
PENGUJI PEMBIMBING:
Pembimbing 1 : DR. IR. ANIK MARTINAH HARIATI, MSc.
Pembimbing 2 : DR. ATING YUNIARTI, S.Pi. MAqua.
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:
Dosen Penguji 1 : DR. YUNITA MAEMUNAH, S.Pi., MSc.
Dosen Penguji 2 : NASRULLAH BAI ARIFIN, SPi., MSc.
Tanggal Ujian : 22 Desember 2017
RIWAYAT HIDUP
Lisa Rizky Fauziyah adalah nama penulis skripsi ini.
Penulis lahir dari orang tua Abdul Haris dan Jamiati
sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis
dilahirkan di Surabaya, Kecamatan Taman, Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur pada tanggal 07 Maret 1994.
Penulis menempuh pendidikan dimulai dari SD Negeri
Wonocolo 1, Sidoarjo (lulus tahun 2006), melanjutkan ke
SMP Muhammadiyah 2 Taman, Sidoarjo (lulus tahun 2009) kemudian ke SMA
Intensif Taruna Pembangunan, Surabaya (lulus tahun 2012) kemudian D1 Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya (lulus tahun 2013) dan Universitas
Brawijaya, Malang (discontinued), hingga akhirnya bisa menempuh masa kuliah di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Program Studi Budidaya Perairan.
Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha, penulis telah
berhasil menyelesaikan pengerjaan skripsi ini. Semoga dengan penulisan skripsi
ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas
terselesaikannya skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Probiotik dan
Minya Ikan dengan Dosis yang Berbeda pada Pakan Komersil Terhadap Laju
Pertumbuhan, Kelulushidupan dan Rasio Konversi Pakan Ikan Sidat
(Anguilla sp.)”.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan
dengan baik.
2. Kedua orang tua, adik, dan seluruh keluarga dan kerabat yang telah
memberikan doa, dukungan berupa materi dan moril dan semangat serta
nasehat.
3. Dr. Ir. Anik Martina Hariati, MSc. selaku dosen pembimbing I dan Dr. Ating
Yuniarti, SPi., MAqua. selaku dosen pembimbing II atas bimbingan dan
arahannya.
4. Dr. Ir. M. Fadjar, MSc. selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan.
5. Mbak Titin, Pak Udin, Mbak Dian, Mbak Endar selaku Laboran atas semua
bantuan yang diberikan.
6. Tim “Sidat Asoy” (Adin, Pampam, Bachrul, dan Aziz ) yang telah membantu
dalam memperlancar penelitian dan penulisan ini.
7. Terima kasih untuk tim “Racing Squad” (Ninin Erniawati dan Yogi Derry
Hendrawan) yang telah memberi support serta banyak membantu dalam
penyelesain skripsi ini.
8. Teman-teman Aqua GT 2013 yang juga telah memberikan semangat dan
motivasi.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Malang, Desember 2017
Penulis
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK DAN PENAMBAHAN MINYAK IKAN
DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA PAKAN KOMERSIL TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN, KELULUSHIDUPAN DAN RASIO KONVERSI PAKAN
IKAN SIDAT (Anguilla sp.)
Lisa Rizky Fauziyah1), Anik Martinah Hariati 2), dan Ating Yuniarti 3)
ABSTRAK Penambahan probiotik melalui pakan diduga mampu meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi
pakan pada hewan budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian variasi dosis probiotik dan minyak ikan yang berbeda terhadap kelulushiduapan, laju pertumbuhan, rasio
konversi pakan dan efisiensi pakan ikan sidat (Anguilla sp.). Metode Penelitian yang dilakukan adalah
metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Kelima perlakuan tersebut adalah perlakuan A (dosis probiotik 0 ml/kg dan minyak ikan 5%), perlakuan B (dosis probiotik 0ml/kg dan minyak ikan 15%), perlakuan C (dosis probiotik 15 ml/kg dan minyak ikan 5%), perlakuan D (dosis probiotik 15 ml/kg dan minyak ikan 15%), dan K (tanpa perlakuan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian variasi probiotik dan minyak ikan berpengaruh sangat nyata terhadap kelulushidupan, laju pertumbuhan, rasio konversi pakan dan efisiensi pakan ikan sidat. Perlakuan terbaik adalah perlakuan C dengan hasil kelulushidupan sebesar 62,67 %, laju pertumbuhan spesifik sebesar 3,27%, rasio konversi pakan sebesar 1,01% dan efisiensi pakan sebesar 98,97%. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan C (probiotik 0 ml/kg dan minyak ikan 5%/kg pakan) memberikan hasil yang baik untuk budidaya ikan sidat.
Kata Kunci: Probiotik, Minyak Ikan, Sidat, dan Pertumbuhan 1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya 2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya
EFFECT OF PROBIOTIC AND FISH OIL IN THE DIET ON THE GROWTH RATE,
SURVIVAL RATE AND FEED CONVERSION RATIO OF EEL (Anguilla sp.)
Lisa Rizky Fauziyah1), Anik Martinah Hariati 2), and Ating Yuniarti 3)
ABSTRACT
The addition of probiotic by feeding was thought to increase the growth and feed efficiency of cultivated animals. This research was to determine the effect of probiotic dosage with fish oil on feed for growth rate, survival rate and feed conversion ratio off ell fish (Anguilla sp.). The method used was an experiment with RAL analysis using 5 treatments. The five treatments is A (probiotic dose 0 ml/kg and fish oil 5%), treatment B (probiotic dose 0 ml/kg and fish oil 15%), treatment C (probiotic 15 ml/kg and fish oil 5%), treatment D (probiotic dose 15 ml/kg and minyak ikan 15%), and control (no probiotic/no fish oil). The results showed that the probiotic dosage variation and fish oil did significantly effect on survival rate, growth rate and feed conversion ratio of ell fish. The best treatment was treatment C with survival rate of 62,67%, specific growth rate of 3,27%, feed conversion ratio of 1,01% and feed efficiency of 98,97%. Treatment of C (probiotics 0 ml/kg and fish oil 5%) gives good results for aquaculture. Keywords: Probiotics, Fish Oil, Anguilla sp., Growth 1) Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University
2,3) Lecture of Fisheries and Marine Sciences Faculty, Brawijaya University
RINGKASAN
Lisa Rizky Fauziyah. Pengaruh pemberian probiotik dan penambahan minyak ikan dengan dosis yang berbeda pada pakan komersil terhadap laju pertumbuhan, kelulushidupan rasio konversi pakan ikan sidat (Anguilla sp.). (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Anik Martina Hariati, MSc. dan Dr. Ating Yuniarti, SPi., MAqua.).
Berkembangnya budidaya sidat dipengaruhi oleh kondisi benih dari alam.
Di negara – negara yang kondisi alamnya kurang mendukung seperti perbedaan
musim, sulit mengembangkan budidaya ikan sidat ini. Sementara Indonesia
memiliki sumberdaya alam yang mendukung terhadap kegiatan budidaya sidat
karena Indonesia memiliki iklim tropis. Probiotik merupakan mikroba hidup yang
ditambahkan pada pakan yang dapat meningkatkan keseimbangan mikroba usus,
kesehatan inang dan lingkungannya. Penambahan probiotik pada pakan
diharapkan mampu meningkatkan efisiensi pakan udang vaname sehingga
menghasilkan pertumbuhan yang baik. Minyak ikan yang berkualitas adalah
minyak ikan yang kaya akan asam lemak yang bermanfaat bagi kesehatan.
Omega-3 merupakan salah satu asam lemak tak jenuh yang esensial bagi tubuh
dan dibutuhkan terutama bagi penderita kolesterol tinggi. EPA dan DHA
merupakan jenis omega-3 yang paling dominan pada minyak ikan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik dan minyak ikan dengan dosis yang berbeda pada pakan terhadap laju pertumbuhan, kelulushidupan dan rasio konversi pakan pada ikan sidat (Anguilla sp.) dan untuk mengetahui persentase perlakuan terbaik yang dapat mendukung pertumbuhan, kelulushidupan dan konversi pakan ikan sidat (Anguilla sp.). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dan analisis Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diberikan yaitu A (Dosis probiotik 0 ml/kg+minyak ikan 5%), B (Dosis probiotik 0 ml/kg+minyak ikan 15%), C (Dosis probiotik 15 ml/kg+minyak ikan 5%), D (Dosis probiotik 15 ml/kg+minyak ikan 15%), dan Kontrol (Tanpa Probiotik+Tanpa minyak ikan). Parameter utama yang diukur yaitu kelulushidupan/survival rate (SR), laju pertumbuhan spesifik/spesifik growth rate (SGR), rasio konversi pakan/feed conversion ratio (FCR) dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP). Parameter penunjang yaitu kualitas air pemeliharaan meliputi pH, suhu, oksigen terlarut (DO).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, baik dosis probiotik dan minyak ikan yang diberikan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kelulushidupan, laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan dan efisiensi pakan ikan sidat. Hasil kelulushidupan ikan sidat rata-rata lebih dari 50%. Hasil SR dan SGR tertinggi diperoleh pada perlakuan dosis probiotik 15 ml/kg dengan minyak ikan 5% (perlakuan C) yaitu sebesar 62,67% dan 3,27 %BB/hari. Hasil FCR terendah diperoleh pada perlakuan C yaitu sebesar 1,01% dan nilai EPP tertimggi yaitu pada perlakuan C sebesar 98,97%. Kualitas air selama media pemelihaaan selama penelitian tercacat masih dalam kisaran optimal dengan suhu berkisar antara 25- 27oC, oksigen terlarut berkisar antara 4,39-5,79 mg/L, pH berkisar antara 7,16-8,00.
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas segala rahmat, cinta kasih, hidayah serta karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Probiotik
dan Penambahan Minyak Ikan dengan Dosis yang Berbeda pada Pakan
Komersil Terhadap Laju Pertumbuhan, Kelulushidupan dan Rasio Konversi
Pakan Ikan Sidat (Anguilla Sp.)” dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Skripsi ini masih
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca demi kesempurnaan isi serta
penulisan Laporan Skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga laporan
ini bermanfaat bagi para pembacanya.
Malang, Desember 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ vii
1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 3 1.3 Tujuan penelitian ........................................................................ 3 1.4 Kegunaan .................................................................................... 4 1.5 Hipotesis .................................................................................... 4 1.6 Tempat dan Waktu ...................................................................... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6 2.1 Biologi Ikan Sidat (Anguilla sp) .................................................... 6 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Sidat .................................... 6 2.1.2 Siklus Hidup ....................................................................... 7 2.1.3 Kebiasaan Makan .............................................................. 8
2.1.4 Pertumbuhan ..................................................................... 9 2.2 Probiotik ....................................................................................... 9 2.2.1 Pengertian Probiotik ........................................................... 9 2.2.2 Bakteri Probiotik ................................................................. 10 2.2.3 Pengaplikasian Probiotik dalam Budidaya .......................... 11 2.3 Kualitas Air Lingkungan Pemeliharaan ......................................... 12 2.3.1 Suhu .................................................................................. 13 2.3.2 pH ...................................................................................... 13 2.3.3 DO ..................................................................................... 14
3. METODE PENELITIAN ..................................................................... 15 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 15 3.1.1 Alat Penelitian .................................................................... 15 3.1.2 Bahan Penelitian ................................................................ 15 3.2 Metode Penelitian ....................................................................... 15 3.3 Rancangan Penelitian ................................................................. 16 3.4 Prosedur Penelitian ..................................................................... 17 3.4.1 Persiapan Penelitian .......................................................... 17 a. Persiapan Wadah ........................................................... 17 b. Persiapan Ikan Uji .......................................................... 17
c. Persiapan Pakan Uji ....................................................... 17 d. Persiapan dan Pembuatan Media Tumbuh Probiotik ...... 18
3.4.2 Pelaksaan Penelitian .......................................................... 18
3.5 Parameter Uji .............................................................................. 19 3.5.1 Parameter Utama ............................................................... 19 a. Survival Rate (SR) ......................................................... 19 b. Specific Growth Rate (SGR) ........................................... 19 c. Food Convertion Ratio (FCR) ......................................... 20 d. Efisiensi Pemanfaatan Pakan ......................................... 20 3.5.2 Parameter Penunjang ........................................................ 20 a. Suhu ............................................................................. 20 b. pH .................................................................................. 21 c. DO .................................................................................. 21 3.6 Analisa Data ................................................................................ 21
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 22 4.1 Survival Rate (SR) ....................................................................... 22 4.2 Spesific Growth Rate (SGR) ........................................................ 25 4.3 Food Convention Ratio (FCR) ...................................................... 28 4.4 Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP) ............................................ 31 4.5 Kualitas Air ................................................................................... 33
5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 35 5.1 Kesimpulan .................................................................................. 35 5.2 Saran ........................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 38
LAMPIRAN ............................................................................................ 41
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 5
2. Morfologi Ikan Sidat ........................................................................ 7
3. Desain Percobaan ............................................................................ 16
4. Grafik Survival Rate (SR) .................................................................. 22
5. Grafik Bobot Sidat pada Berbagai Perlakuan ................................... 25
6. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik ..................................................... 26
7. Grafik Food Convertion Ratio (FCR) ................................................ 28
8. Grafik Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP) ...................................... 31
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pengaplikasian Probiotik pada Akuakultur ........................................ 12
2. Komposisi Probiotik .......................................................................... 18
3. Uji Duncan Kelulushidupan Ikan Sidat .............................................. 23
4. Uji Duncan Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Sidat ............................. 26
5. Uji Duncan Rasio Konversi Pakan Ikan Sidat .................................... 30
6. Uji Duncan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Ikan Sidat ......................... 32
7. Kualitas Air ........................................................................................ 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Sampling Pertumbuhan Ikan Sidat .......................................... 39
2. Hasil Perhitungan Kelulushidupan Ikan Sidat .................................. 44
3. Hasil Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji Anova Kelulushidupan Ikan Sidat ............................................................... 45 a. Hasil Uji Normalitas Kelulushidupan Ikan Sidat ......................... 45 b. Hasil Uji Homogenitas Kelulushidupan Ikan Sidat ..................... 45 c. Hasil Uji Anova Laju Kelulushidupan Ikan Sidat ......................... 45
4. Hasil Perhitungan Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Sidat ................ 46
a. Hasil Uji Normalitas Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Sidat ....... 46 b. Hasil Uji Homogenitas Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Sidat ... 46 c. Hasil Uji Anova Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Sidat .............. 47
5. Hasil Perhitungan Rasio Konversi Pakan Ikan Sidat ....................... 48
a. Hasil Uji Normalitas Rasio Konversi Pakan Ikan Sidat ................ 48 b. Uji Homogenitas Rasio Konversi Pakan Ikan Sidat ..................... 48 c. Hasil Uji Anova Rasio Konversi Pakan Ikan Sidat ....................... 48
6. Hasil Perhitungan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Ikan Sidat ............ 49
a. Hasil Uji Normalitas Efisiensi Pemanfaatan Pakan Ikan Sidat ... 49 b. Uji Homogenitas Efisiensi Pemanfaatan Pakan Ikan Sidat ........ 49 c. Hasil Uji Anova Efisiensi Pemanfaatan Pakan Ikan Sidat .......... 49
7. Hasil Proksimat Pakan .................................................................... 50
8. Perhitungan Pakan .......................................................................... 51
9. Data Kualitas Air ............................................................................. 52 a. Suhu .......................................................................................... 52 b. DO ............................................................................................. 55 c. pH ............................................................................................. 58
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkembangnya budidaya sidat dipengaruhi oleh kondisi benih dari alam.
Di negara – negara yang kondisi alamnya kurang mendukung seperti perbedaan
musim, sulit mengembangkan budidaya ikan sidat ini. Sementara Indonesia
memiliki sumberdaya alam yang mendukung terhadap kegiatan budidaya sidat
karena Indonesia memiliki iklim tropis (Sasongko et al., 2007). Pemanfaatan
sumberdaya ikan sidat masih merupakan usaha penangkapan dari perairan
umum untuk memenuhi kebutuhan permintaan pasar, sehingga peluang
Indonesia untuk menjadi negara pengekspor sidat sangatlah terbuka lebar. Akan
tetapi kendala dalam budidaya sidat adalah lamanya pertumbuhan untuk
mencapai ukuran konsumsi.
Permasalahan utama pada budidaya ikan sidat (Anguilla sp.) adalah
pertumbuhan lambat dan konversi pakan yang tinggi. Yudiarto et al. (2012)
menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan ikan sidat ukuran 10–20 g untuk
mencapai ukuran konsumsi 120 gram adalah 8–9 bulan. Salah satu upaya untuk
meningkatkan produksi ikan sidat yang dibudidayakan adalah dengan
mempercepat pertumbuhannya melalui pemberian pakan buatan. Indonesia
belum memproduksi pakan buatan khusus untuk ikan sidat. Oleh karena itu,
banyak pembudidaya ikan sidat di Indonesia menggunakan alternatif
pakan yang mengandung kadar protein tinggi yang diperuntukkan bagi ikan lain,
seperti pakan ikan kerapu, ikan kakap, serta pakan udang. Akan tetapi
kandungan nutrien pada pakan tersebut belum memenuhi semua nutrien yang
dibutuhkan oleh ikan sidat, seperti kandungan lemak.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan sebagai salah satu komoditi sumber
protein hewani, diperlukan usaha pembudidayaan secara intensif. Pakan
merupakan faktor penentu pertumbuhan dan merupakan biaya terbesar dalam
produksi (60-70%). Saat ini bahan baku utama dalam pakan buatan adalah
tepung ikan dan tepung kedelai karena mempunyai kandungan protein yang
tinggi, namun penyediaannya masih sulit dan harganya relative mahal. Adapun
salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengurangi segi kuantitas dan
kualitas.
Pemberian probiotik dalam pakan berpengaruh dalam saluran
pencernaan, sehingga akan sangat membantu proses penyerapan makanan
dalam pencernaan ikan. Bakteri probiotik menghasilkan enzim yang mampu
mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan.
Dalam meningkatkan nutrisi pakan, bakteri yang terdapat dalam probiotik
memiliki beberapa enzim untuk pencernaan pakan seperti amylase, protease,
lipase dan selulase.
Minyak ikan yang berkualitas adalah minyak ikan yang kaya akan
asam lemak yang bermanfaat bagi kesehatan. Omega-3 merupakan salah satu
asam lemak tak jenuh yang esensial bagi tubuh dan dibutuhkan
terutama bagi penderita kolesterol tinggi. EPA dan DHA merupakan jenis
omega-3 yang paling dominan pada minyak ikan. EPA dan DHA ini tidak
diproduksi oleh ikan, melainkan oleh tumbuhan laut seperti alga. Kandungan
EPA dan DHA dalam ikan disebabkan karena ikan tersebut mengkonsumsi alga
yang mengandung kedua asam lemak tersebut (Haris, 2004). Oleh karena itu,
tidak heran jika jenis ikan herbivora seperti ikan lemuru, ikan teri akan memiliki
kandungan EPA dan DHA yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan
karnivora seperti ikan hiu, ikan tuna, dan layaran.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dilakukan penelitian penambahan
probiotik dan minyak ikan pada pakan yang dapat membantu meningkatkan
pertumbuhan ikan sehingga dapat menguntungkan bagi pembudidaya dalam
melakukan proses pemeliharaan sehingga diharapkan dapat meningkatkan profit
dan budidaya dapat dilakukan secara berkelanjutan.
1.2 Rumusan Masalah
Pada kegiatan budidaya ikan sidat (Anguilla sp.), pakan merupakan
aspek eksternal terpenting. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam
kegiatan budidaya intensif, khususnya pada kegiatan pembesaran yaitu
rendahnya daya cerna protein ikan khususnya kadar protein dalam pakan.
Usaha untuk meningkatkan kemampuan ikan dalam mencerna pakan diharapkan
akan meningkatkan pertumbuhan ikan sidat (Anguilla sp.). Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai kecernaan pakan pada ikan sidat
yaitu dengan penambahan probiotik dan minyak ikan.
Dengan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah penelitian
sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh pemberian probiotik dan minyak ikan dengan dosis
yang berbeda pada pakan komersil terhadap laju pertumbuhan,
kelulushidupan dan rasio konversi pakan ikan sidat (Anguilla sp.) ?
b. Berapa dosis probiotik dan minyak ikan yang optimal untuk
diberikan pada ikan sidat sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan
dan efisiensi pakan dari ikan sidat (Anguilla sp) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dilakukannya
penelitian ini yaitu untuk:
a. Mengetahui pengaruh pemberian probiotik dan minyak ikan dengan dosis
yang berbeda pada pakan terhadap laju pertumbuhan, kelulushidupan
dan rasio konversi pakan ikan sidat (Anguilla sp.)
b. Mengetahui perlakuan terbaik yang dapat mendukung pertumbuhan,
kelulushidupan dan konversi pakan ikan sidat (Anguilla sp.)
1.4 Kegunaan
Kegunaan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dosis
yang berbeda pada bakteri probiotik dan minyak ikan yang disuplementasikan
pada pakan. Sehingga pembudidaya atau masyarakat umum mendapatkan
informasi pengaruh probiotik dan minyak ikan pada pertumbuhan ikan sidat
(Anguilla sp.). Selain itu juga dapat mengetahui penggunaan dosis probiotik dan
minyak ikan manakah yang mampu memberikan hasil SGR (Spesific Growth
Rate)/ laju pertumbuhan spesifik, FCR (Feed Conversion Ratio)/rasio konversi
pakan, SR (Survival Rate)/ kelulushidupan terbaik pada benih Ikan Sidat
(Anguilla sp.).
1.5 Hipotesis
H0 : Pemberian probiotik dan minyak ikan dengan dosis yang berbeda tidak
berpengaruh terhadap laju pertumbuhan, kelulushidupan dan rasio
konversi pakan ikan sidat (Anguilla sp.)
H1 : Pemberian probiotik dan minyak ikan dengan dosis yang berbeda
berpengaruh terhadap laju pertumbuhan, kelulushidupan dan rasio
konversi pakan ikan sidat (Anguilla sp.
1.6 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Ikan Divisi
Reproduksi dan Pemuliaan Ikan dan Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang, pada bulan
Mei 2017 sampai selesai.
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Ikan Sidat (Anguilla
sp.)
Kendala
Pakan
Efisiensi Penyerapan Nutrisi
Upaya
Media Pemeliharaan Pakan
Pertumbuhan
Kualitas Pakan Rendah
Probiotik Minyak
Ikan
1. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Sidat (Anguilla sp.)
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Sidat (Anguilla sp.)
Menurut Haryono (2008), klasifikasi ikan sidat adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Apodes
Famili : Anguillidac
Genus : Anguilla
Species : Anguilla sp.
Menurut Suitha dan Suhaeri (2008), sidat merupakan hewan yang
termasuk ke dalam famili Anguillidae. Hewan ini memiliki banyak nama daerah
seperti ikan uling, ikan moa, ikan larak, dan ikan pelus. Tubuh sidat memanjang
dan dilapisi sisik kecil berbentuk memanjang. Susunan sisiknya tegak lurus
terhadap panjang tubuhnya. Sisik biasanya membentuk pola mozaik mirip
anyaman bilik. Sirip dibagian anus menyatu dan berbentuk seperti jari-jari yang
terlihat lemah. Sirip dada terdiri atas 14-18 jari-jari sirip. Punggung sidat
berwarna coklat kehitaman. Perutnya berwarna kuning hingga perak.
Pergerakan hewan ini terbantu lendir yang melapisi tubuhnya. Hewan ini
memiliki kemampuan mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu
bernafas menggunakan seluruh bagian kulitnya.
Ciri yang membedakan sidat dengan belut adalah sirip dada yang terletak
tepat dibagian kepalanya. Ukuran sirip dada ini relatif kecil dan sepintas lalu
terlihat menyerupai telinga sehingga banyak yang menjuluki sidat dengan
sebutan ikan bertelinga. Ukuran tubuh sidat bervariasi, ada waktu masih kecil,
panjang tubuhnya hanya beberapa millimeter saja. Akan tetapi, sidat dewasa
dapat mencapai panjang 160 cm dengan garis tengah kurang lebih 7,5 cm.
meskipun demikian, ukuran sidat yang sangat digemari oleh konsumen adalah
40 cm – 60 cm. Adapun morfologi ikan sidat dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Morfologi Ikan Sidat (Suitha dan Suheri, 2008)
2.1.2 Siklus Hidup
Ikan sidat termasuk dalam ikan katadromus, yaitu ikan yang dewasa
berada di hulu sungai atau danau, tetapi bila sudah matang gonad akan beruaya
dan memijah disana. Apabila sudah datang masa untuk mengadakan ruaya,
ikan sidat yang hidup dalam perairan tertutup akan keluar mencari sungai yang
menuju ke laut. Selama perjalanan sampai ke tempat pemijahan, ikan sidat tidak
makan dan mengalami perubahan akibat perjalanan tersebut. Perubahan
tersebut diantaranya adalah tubuhnya menjadi kurus, matanya membesar
sampai empat kali lipat, hidungnya semakin lancip dan warna tubuhnya berubah
menjadi warna silver.
Stadia perkembangan ikan sidat baik tropik maupun subtropik (temperate)
umumnya sama, yaitu stadia leptochephalus, stadia metamorphosis, stadia glass
eel atau elver, yellow eel dan silver eel (sidat dewasa atau matang gonad).
Setelah tumbuh dan berkembang di perairan tawar, sidat dewasa (yellow
eel) akan berubah menjadi silver eel (sidat matang gonad), dan selanjutnya akan
bermigrasi ke laut untuk berpijah. Lokasi pemijahan ikan sidat tropis diduga
berada di perairan Samudra Indonesia, tepatnya di perairan barat pulau
Sumatera.
2.1.3 Kebiasaan Makan
Sepanjang hidupnya, di perairan umum terutama di air tawar, ikan sidat
bersifat karnivora. Ikan sidat kecil bersifat omnivora dan pada umumnya lebih
menyukai pakan yang banyak mengandung protein hewani. Larva yang baru
menetas makan mikroplankton. Saat fase elver mulai memakan organisme
bentik seperti: Crustacea (anak kepiting, anak udang), Polichaeta (cacing kecil),
Larva Chironomous, Bivalva.
Ikan sidat dapat diberi pakan buatan ketika dibudidayakan. Makanan
terbaik untuk sidat pada stadia preleptochepali adalah telur ikan hiu, dengan
makanan ini ikan sidat stadia preleptochepali mampu bertahan hidup hingga
mencapai stadia leptochepali. Menurut Sasongko et al. (2007), satu lagi tanda
yang menyatakan ikan sidat bersifat karnivora, yaitu panjang ususnya hanya
sekitar 60% dari panjang tubuhnya. Ikan sidat akan mencari makan pada malam
hari dan siang hari akan beristirahat serta bersembunyi di lubang-lubang
tanaman, akar pohon, di balik daun tumbuh-tumbuhan air dan tempat
tersembunyi lainnya untuk menghindari musuh-musuhnya.
Menurut Usui, (1974), benih ikan sidat yang ditangkap dari alam dan
dipelihara di dalam akuarium terdapat empat stadia awal. Pada umur 1-4 hari
ikan sidat tidak memakan apapun bersembunyi di bawah naungan seperti batu
dengan tubuh yang masih transparan. Pada umur 4-10 hari ikan sidat sudah
mulai memakan cacing yang ada pada dasar perairan di sekitar
persembunyiannya. Pada hari 10-20 ikan sidat berenang aktif selama setengah
dari waktunya, tetap bersembunyi dan mendeteksi keberadaan makanan dengan
cepat walaupun bersembunyi dan menghabiskan dalam waktu singkat, dimana
fase ini ikan sidat sudah mulai tumbuh dan dapat dilihat beberapa ikan dapat
tumbuh lebih cepat dari lainnya.
2.1.4 Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan baik panjang, berat atau
volume dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam meliputi sifat keturunan, umur
ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan memanfaatkan makanan.
Sementara faktor luar meliputi suhu, kimia perairan dan makanan yang tersedia.
Ikan sidat tumbuh dengan cepat pada suhu 23o-30oc dan mencapai
ukuran pasar (200gram/ekor) setelah 1,5 tahun pemeliharaan di Taiwan tetapi 4
tahun pemeliharaan di Inggris. Pada kondisi lingkungan yang optimal sidat dapat
mencapai ukuran konsumsi antara 150-200 gram setelah pemeliharaan selama 2
tahun atau bahkan kurang. Sedangkan pada keadaan di alam dubutuhkan waktu
lebih dari 2 tahun untuk mencapai ukuran konsumsi.
2.2 Probiotik
2.2.1 Pengertian Probiotik
Probiotik merupakan agen mikroba hidup yang mampu memberikan
keuntungan bagi inang dengan memodifikasi komunitas mikroba atau
berasosiasi dengan inang, memperbaiki nilai nutrisi dan pemanfaatan pakan,
memperbaiki respon inang terhadap penyakit dan memperbaiki kualitas
lingkungan hidupnya (Verschuere et al., 2000). Probiotik adalah organisme dan
zat-zat yang berkontribusi terhadap keseimbangan mikroba usus. Probiotik juga
dapat didefinisikan sebagai sel mikroba diberikan melalui saluran pencernaan
dengan tujuan meningkatkan kesehatan inang (Reddy et al., 2016).
Probiotik adalah sel-sel mikroorganisme hidup yang memiliki pengaruh
menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui
penyeimbangan flora mikroorganisme intestinal dalam saluran pencernaan
(Irianto dan Austin, 2002). Probiotik dapat diberikan melalui 2 cara yaitu melalui
pakan berfungsi untuk meningkatkan jumlah mikrofolra dalam usus dan probiotik
perairan berfungsi untuk memperbaiki kualitas perairan (Maloy et al., 2008).
Prinsip mekanisme kerja probiotik pada akuakultur yaitu kompetisi eksklusif
terhadap bakteri patogen, pengaktifan respon imun atau menstimulasi imunitas,
kompetisi untuk reseptor perlekatan pada epitel saluran pencernaan, kompetisi
untuk mendapatkan nutrien, mengeluarkan subtansi antibakteri dan dekomposisi
zat organik yang tidak diharapkan sehingga lingkungan akuakultur lebih baik
(Fernando, 2016). Mode aksi dari probiotik pada akuakultur yaitu dengan cara
menstimulasi respon imun humoral maupun selular, menyeimbangkan
metabolisme mikroba melalui naik dan turunnya enzim yang dibutuhkan dan
menekan bakteri patogen dengan cara berkompetisi dalam pemanfaatan nutrisi
di dalam saluran pencernaan (Irianto dan Austin, 2002).
2.2.2 Bakteri Probiotik
Probiotik tersusun atas mikroorganisme yang menguntungkan yang
berperan aktif dalam saluran pencernaan. Saat pembuatan probiotik diberikan
terlebih dahulu starter untuk probiotik yang selanjutnya diharapkan dapat
berkembang biak pada media yang digunakan. Dalam penggunaan starter
bakteri untuk probiotik terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk
dapat digunakan sebagai starter probitoik.
Bakteri yang umum digunakan untuk probiotik dalam budidaya umumnya
yaitu bakteri nitrifikasi dan jenis Bacillus sp. Bakteri nitrifikasi yang digunakan
yaitu Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp. penggunaan jenis bakteri ini
dikarenakan probiotik tidak hanya digunakan untuk memperbaiki kecernaan sidat
saja tetapi juga untuk menjaga kualitas air agar tetap dalam kondisi yang optimal
untuk pertumbuhan sidat (Hai dan Fotedar, 2010).
2.2.3 Pengaplikasian Probiotik dalam Budidaya
Penggunaan probiotik ke dalam air pemeliharaan ikan dapat memberikan
pengaruh yang baik terhadap kesehatan ikan karena probiotik tersebut akan
mengubah komposisi bakteri dalam air dan sedimen sehingga dapat
memperbaiki beberapa parameter kualitas air dan meningkatkan kelangsungan
hidup benih ikan (Lisna, 2015). Selain dapat memperbaiki kualitas air, menurut
Arief et al. (2008), menjelaskan bahwa dalam meningkatkan nutrisi pakan, bakteri
yang terdapat dalam probiotik memiliki mekanisme dalam menghasilkan
beberapa enzim untuk pencernaan.
Penambahan komponen probiotik dalam media pemeliharaan
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan sidat. Terjadinya perbedaan
tingkat kelangsungan hidup ikan sidat disebabkan oleh tingkat kepadatan bakteri
probiotik yang diberikan pada media budidaya yang diberikan ikan sidat uji.
Pemberian komponen (bakteri) probiotik pada tingkat dosis 15 ml/L air media
budidaya memperlihatkan kelangsungan hidup ikan sidat uji yang paling tinggi
dari pada yang tidak diberi perlakuan probiotik.
Keberadaan bakteri probiotik dapat meningkatkan keseimbangan mikroba
yang ada dalam saluran pencernaan sehingga mampu meningkatkan
penyerapan pakan serta menekan jumlah bakteri patogen dalam saluran
pencernaan (Praditia, 2009). Pemeliharaan sidat yang diberi pakan dengan campuran
probiotik yang mengandung B. subtilis memiliki tingkat kelulushidupan yang lebih tinggi
(75%) dibandingkan dengan pakan kontrol (Zokaeifar et al., 2009). Pengaplikasian
probiotik pada akuakultur disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengaplikasian Probiotik pada Akuakultur
2.3 Kualitas Air Lingkungan Pemeliharaan
Kualitas air merupakan salah satu faktor penting pendukung keberhasilan
budidaya ikan. Kualitas air yang optimum akan membuat ikan nyaman
didalamnya, kualita air yang kurang baik dapat mengakibatkan lambatnya
pertumbuhan dan pada kondisi ekstrim dapat menyebabkan kematian. Kualitas
Penggunaan Probiotik
Spesies Probiotik
Bakteri gram
positif/negatif
Spesies Referensi
Kualitas air
Bacillus sp. Vibrio sp. NE 17 Lactobacillus acidophilus
+ - +
Penaeus monodon Macrobrachium rosenbergii Clarias gariepinus
Shishehchian et al., 2010
Rahiman et al., 2010 Dohail et al., 2009
Pencegahan penyakit
Enterococcus faecium SF 68 Pseudomonas fluorescens Lactococcus lactis Pseudomonas sp. Bacillus sp. Vibrio alginolyticus
+ - + - + -
Anguilla Anguilla Oncorhynchus mykiss Epinephelus coioides Oncorhynchus mykiss Penaeids Salmonids
Chang et al., 2002
Gram et al., 1999
Zhang et al., 2012
Spanggard et al., 2012 Moriarty,
1998 Austinetal,
1995
Pertumbuhan
Lactobacillus lactis AR21 Bacillus sp. Streptococcus thermophiles Bacillus coagulans Bacillus NL 110
+ + + + +
Brachionus plicatilis Catfish Scophthalmus maximus Cyprinus carpio koi M. rosenbergii
Harzeuli et al.,1998
Queiroz et al., 1998
Gatesoupe, 1999
Lin et al., 2012
Rahiman et al., 2010
Pencernaan
Lactobacillus acidophilus Vibrio NE 17 Lactobacillus helveticus
+ + +
Clarias gariepinus M. rosenbergii Scophthalmus maximus
Dohail et al., 2009
Rahiman et al., 2010
Gatesoupe, 1999
air diantaranya yang dapat berpengaruh dalam usaha budidaya antara suhu, DO
dan pH.
2.3.1 Suhu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kelabora (2010), faktor penting
yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan selain pakan
adalah kualitas air terutama suhu. Karena suhu dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting
ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang tinggi dapat
mengurangi oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan ikan. Suhu
optimum untuk selera makan ikan adalah 24-27OC. Suhu optimum seperti ini
akan dicapai pada pagi dan sore hari.
Menurut Gusrina (2008), suhu air merupakan faktor penting yang harus
diperhatikan karena dapat mempengaruhi laju metabolism dalam tubuh ikan.
Pada suhu air yang tinggi maka laju metabolism dalam tubuh akan meningkat,
sedangkan pada suhu yang rendah maka laju metabolism akan menurun.
Pertumbuhan sidat sangat dipengaruhi oleh suhu air. Suhu air sangat
berpengaruh terhadap aktifitas saluran pencernaan ikan sidat. Suhu optimum
untuk pertumbuhan ikan sidat (Anguilla sp) adalah 25-30oC.
2.3.2 pH
Menurut Herawati (2008), derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh
yang besar terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan perairan sehingga dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kondisi suatu perairan sebagai
lingkungan tempat hidup. Air yang agak basa dapat mendorong proses
pembongkaran bahan organic yang ada dalam air menjadi mineral-mineral yang
dapat diasimilasi oleh tumbuhan dan fitoplankton. Derajat keasaman (pH) yang
diperlukan dalam pengangkutan ikan berkisar 7-7,4.
2.3.3 DO
Menurut Kordi dan Tancung (2007), oksigen merupakan salah satu factor
pembatas, sehingga jika ketersediaannya dalam air tidak mencukupi kebutuhan
ikan, makan segala aktivitas dan proses pertumbuhan ikan akan terhambat.
Kebutuhan oksigen mempunyai dua aspek, yaitu kebutuhan oksigen terhadap
lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif oksigen yang
bergantung pada metabolism ikan. Kisaran optimal oksigen yang baik dalam
budidaya perairan adalah antara 5-7 ppm.
DO yang seimbang untuk hewan budidaya adalah lebih dari 5mg/l. Jika
oksigen terlarut tidak seimbang akan menyebabkan stress pada ikan karena otak
tidak mendapat suplai oksigen yang cukup, serta kematian akibat kekurangan
oksigen yang disebabkan jaringan tubuh ikan tidak dapat mengikat oksigen yang
terlarut dalam darah. Pada siang hari, oksigen dihasilkan melalui proses
fotosintesa sedangkan pada malam hari, oksigen yang terbentuk akan digunakan
kembali oleh alga untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kadar
oksigen maksimum terjadi pada sore hari dan minimum menjelang pagi hari
(Tatangindatu et al., 2013).
1. METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan Penelitian
3.1.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut,
akuarium ukuran 50x30x30 cm3 dengan volume air 20 liter, aerator, batu aerasi,
selang aerasi, selang sipon, blender, botol sprayer, pH meter, DO meter,
Thermometer, nampan, gayung, timbangan analitik Radwag AS2201X, bak
besar, kalkulator, Bunsen, botol film, korek api, botol putih susu, timbangan
digital, Muffle.
3.1.2 Bahan Penelitian
Bahan-bahan dalam dalam penelitian ini meliputi ikan sidat (Anguilla sp.),
probiotik, air tawar, pelet ikan merk Prima Feed 1000, Chlorin, Na Thiosulfat,
alkohol 70%, alcohol 96%, tissue, kapas, kain saring, aquadest, kertas label,
aluminium foil, spirtus, plastik warp, kertas label.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
penelitian eksperimen. Menurut Wasis (2006), metode eksperimen merupakan
metode penelitian yang menguji hipotesis berbentuk hubungan sebab-akibat
melalui pemanipulasian variabel independen (misalnya Treatment, stimulus,
kondisi) dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh pemanipulasian. Efek dari
manipulasi disebut variabel dependen. Selama pemanipulasian perlakuan,
peneliti melakukan kontrol terhadap variable luar (extraneous variables) agar
perubahan yang terjadi benar-benar akibat pemanipulasian, bukan disebabkan
variabel lainnya. Jadi, pada penelitian eksperimen harus mengandung unsur
kelompok kontrol, kelompok perlakuan, dan intervensi perlakuan.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan
untuk percobaan yang mempunyai media atau tempat percobaan yang seragam
atau homogeny. Sehingga, RAL banyak digunakan untuk percobaan
laboratorium, rumah kaca dan peternakan (Sastrosupadi, 2000). Keseragaman
dari medium percobaan harus diusahakan sebaik-baiknnya sehingga yang
mempengaruhi hasil percobaan hanyalah perlakuan saja. Perlakuan yang
digunakan adalah perbedaan pemberian dosis probiotik dan minyak ikan pada
pakan yaitu terdiri dari 5 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Dosis probiotik yang
digunakan adalah 0 ml/kg dan 15 ml/kg. Cara penentuan dosis minyak ikan yaitu
dengan cara diambil dosis minimal dan maksimal untuk mengetahui perlakuan
terbaik berdasarkan hasil penelitian dari (Perdana et al, 2016). Desain percobaan
yang digunakan adalah pada Gambar 3.
A : Probiotik 0 ml/kg + minyak ikan 5% B : Probiotik 0 ml/kg + minyak ikan 15% C : Probiotik 15 ml/kg + minyak ikan 5% D : Probiotik 15 ml/kg + minyak ikan 15%
K : Kontrol (tanpa perlakuan)
1,2,3 : Ulangan
Gambar 3. Desain Percobaan
K2 C3 B2 D3 A3
B1 D1 A1 C2 K1
A2 C1 K3 B3 D2
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Persiapan Penelitian
a. Persiapan Wadah
Pada penelitian ini, wadah yang digunakan adalah akuarium dengan
ukuran 50x30x30 cm3 sebanyak 15 buah. Sebelum digunakan, akuarium dicuci
dengan deterjen kemudian direndam menggunakan klorin selama 30 menit.
Setelah itu, dinetralisir dengan menggunakan Na-Thiosulfat. Selanjutnya
akuarium dibilas dan dikeringkan selama 1 hari untuk kemudian siap diisi dengan
media pemeliharaan yaitu air tawar. Air diisi hingga tinggi air mencapai 13,34 cm
dengan volume air 20 liter untuk kepadatan 1 ekor/L ikan dengan ukuran 5±2,8
g/ekor. Akuarium juga dilengkapi dengan instalasi aerasi untuk ketersediaan
oksigen.
b. Persiapan Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan yaitu benih sidat (Anguilla sp.) yang memiliki ukuran
5±2,8 g/ekor sebanyak ±300 ekor. Sebelum digunakan, ikan diaklimatisasi
selama satu minggu, aklimatisasi bertujuan untuk mengadaptasikan ikan
terhadap lingkungan barunya dan mengurangi resiko stres yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan ikan. Pada masa pemeliharaan juga dilakukan
penyiponan setiap pagi apabila kondisi air dalam akuarium telah keruh akibat
sisa pakan dan feses. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya kondisi
lingkungan yang buruk pemicu terjadinya penyakit.
c. Persiapan Pakan Uji
Pakan yang diberikan pada hewan uji yaitu berupa pakan komersil PF
1000 (Protein 39%, Lemak 5%, Karbohidrat 30%, Abu 16%, Kadar Air 10%).
Kebutuhan pakan yang diberikan pada ikan sidat dihitungan sesuai dengan berat
tubuhnya sebanyak 5%. Pencampuran pakan dengan probiotik dan minyak ikan
dilakukan sacara semprot dengan menggunakan mikropipet 10-1000 µl serta
dikondisikan steril dengan bunsen. Penambahan probiotik pada pakan
menggunakan dosis 0ml/kg dan 15 ml/kg dan penambahan minyak ikan dengan
5% dan 15%. Selanjutnya pakan di aduk dengan menggunakan air hangat agar
tercampur kemudian pakan disimpan pada suhu ruang selama 1x24 jam
kemudian di aplikasikan pada hewan uji.
d. Persiapan dan Pembuatan Media Tumbuh Probiotik
Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan disiapkan berdasarkan
komposisi variasi probiotik sebagai berikut:
Tabel 2. Komposisi Probiotik
Komposisi Cara Pembuatan
Jahe merah 0,9 kg Molase 1,5 Liter Kunyit 1,5 kg Dedak Halus 600
gr Temulawak 1,5 kg Nanas 900 gr Gula Merah 1,5 kg Air tawar 30 Liter Susu segar 1,5
Liter Inokulan bakteri
Bacillus, Nitrosomonas, Nitrobakter 60 ml
1. Rempah-rempah (jahe merah, kunyit putih, temulawak) dicuci dan dipotong kecil-kecil, kemudian dihaluskan dengan diskmill
2. Rempah-rempah, gula merah, dedak, tetes dimasak pada suhu 100oC
3. Buah markisa/Nanas dihaluskan dengan blender, lalu dipanaskan bersama susu pada suhu 60oC agar vitamin C tidak rusak
4. Seluruh bahan dimasukkan ke dalam wadah dalam kondisi masih panas (sampai penuh)
5. Didinginkan selama 48 jam sampai dingin dengan kondisi tertutup rapat
6. Setelah 48 jam dimasukkan bakteri (4ml/l) 7. Ditutup rapat (kedap udara) , difermentasi
selama 1 bulan 8. Apabila ada tekanan berlebihan, gas
dikeluarkan 9. Setelah 1 bulan probiotik siap digunakan dan
dikemas
3.4.2 Pelaksanaan Penelitian
Akuarium yang telah diisi media pemeliharaan dan hewan uji kemudian
ditata sesuai denah rancangan percobaan. Media pemeliharaan yang digunakan
pada penelitian ini adalah akuarium yang berukuran 50x30x30 cm3 dengan
volume air sebanyak 20 liter. Aerasi dan suhu diatur agar tetap stabil, untuk
memastikan kestabilan suhu dapat menggunakan heater. Padat tebar ikan yaitu
1 ekor/L yang akan dipelihara selama 30 hari. Frekuensi pemberian pakan yaitu
2 kali sehari pada pukul 08.00 WIB dan 16.00 WIB. Pengamatan pertumbuhan
ikan dilakukan seminggu sekali selama masa pemeliharaan meliputi SR, SGR,
dan FCR. Parameter penunjang yang diukur pada media pemeliharaan meliputi
suhu, DO, dan pH. Adapun pengukuran suhu, DO dan pH dilakukan dua kali
sehari pada pukul 08.00 WIB dan pukul 16.00 WIB.
3.5 Parameter Uji
3.5.1 Parameter Utama
a. Survival Rate (SR)
Perhitungan SR sidat dilakukan pada awal tebar dan setiap seminggu
sekali selama pemeliharaan. Survival rate merupakan persentase perbandingan
antara jumlah organisme yang hidup pada akhir periode pemeliharaan denganjumlah
organisme yang hidup pada awal periode pemeliharaan. SR dihitung dengan
menggunakan rumus Miandare et al. (2016), sebagai berikut:
Keterangan:
SR : Survival rate (%) Nt : Jumlah ikan sidat yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor) No : Jumlah ikan sidat pada awal pemeliharaan (ekor)
b. Specific Growth Rate (SGR)
Laju pertumbuhan spesifik dihitung dengan menggunakan rumus dari
Miandare et al. (2016), sebagai berikut:
SR =Nt
Nox 100%
SGR =In Wt − In Wo
Δt X 100%
Keterangan: SGR : Laju pertumbuhan spesifik (%BB/hari) Wt : Bobot sidat di akhir pemeliharaan (g) Wo : Bobot sidat di awal pemeliharaan (g) Δt : Lama Waktu pemeliharaan (hari)
c. Feed Conversion Ratio (FCR)
Konversi pakan merupakan total jumlah pakan yang diberikan untuk
mendapatkan 1 Kg daging. Konversi pakan dihitung dengan menggunakan
rumus dari Agustin et al. (2014), sebagai berikut:
Keterangan:
FCR : Feed conversion ratio
Wt : Bobot total sidat di akhir pemeliharaan (g)
Wo : Bobot total sida di awal pemeliharaan (g)
D : Bobot total sidat yang mati selama pemeliharaan (g)
F : Jumlah total pakan yang diberikan (g)
d. Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP)
Efisiensi pakan adalah nilai perbandingan antara pertambahan berat dengan
pakan yang dikonsumsi yang dinyatakan dalam persen (Arief et al., 2014). Efisiensi
pakan dihitung dengan menggunakan rumus dari Afzriansyah et al. (2014)
sebagai berikut:
Keterangan:
EP : Efisiensi pakan (%)
JKP : Jumlah pakan yang diberikan (g)
Wt : Bobot sidat pada akhir pemeliharaan (g)
Wo : Bobot sidat pada awal pemeliharaan (g)
D : Bobot sidat yang mati selama pemeliharaan (g)
3.5.2 Parameter Penunjang
a. Suhu
FCR =F
((Wt + D − Wo
EP =Wt + D − Wo
JKP X 100%
Pengukuran suhu dilakukan menggunakan thermometer yang dicelupkan
ke dalam media pemeliharaan ikan kemudian dicatat hasilnya. Pengukuran
dilakukan dua kali sehari pada pukul 08.00 WIB di pagi dan 16.00 WIB di sore
hari.
b. pH
Kandungan pH (derajat keasaman) pada percobaan diukur menggunakan
pH meter yang dicelupkan ke dalam media pemeliharaan ikan dan dicatat
hasilnya. Pengukuran dilakukan dua kali sehari pada pukul 08.00 WIB di pagi
hari dan pukul 16.00 WIB di sore hari.
c. DO
Pengukuran DO pada media kultur dilakukan dua kali sehari pada pukul
08.00 WIB di pagi hari dan 16.00 WIB di sore hari. Pengukuran DO dilakukan
dengan menggunakan DO meter yang dicelupkan ke dalam media pemeliharaan
ikan dan dicatat hasilnya.
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan
menggunakan analisis keragaman (ANOVA) sesuai dengan rancangan yang
digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pada penelitian ini dianalisis
menggunakan program aplikasi komputer yaitu SPSS ver. 24 for windows.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Survival Rate (SR)
Menurut (Setiawati et al., 2013), kelulushidupan atau survival rate merupakan
persentase perbandingan antara jumlah organisme yang hidup pada akhir periode
pemeliharaan dengan jumlah organisme yang hidup pada awal periode pemeliharaan .
Kelulushidupan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti padat tebar, manajemen
pemberian pakan, manajemen kualitas air, pengendalian hama dan penyakit.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai kelulushidupan ikan sidat
didapatkan hasil rata-rata seperti yang tersaji pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik Kelulushidupan Sidat Pada Berbagai Perlakuan
Keterangan: A : Probiotik 0 ml/kg+ minyak ikan 5%/kg pakan B : Probiotik 0 ml/kg + minyak ikan 15%/ kg pakan C : Probiotik 15 ml/kg + minyak ikan 5%/ kg pakan D : Probiotik 15 ml/kg + minyak ikan 15%/ kg pakan K : Kontrol
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa perlakuan C (probiotik
dengan penambahan minyak ikan 15% memberikan nilai rata-rata
kelulushidupan atau Survival Rate (SR) tertinggi yaitu sebesar 62,67%,
sedangkan nilai rata-rata kelulushidupan atau Survival Rate (SR) terendah pada
perlakuan D (probiotik 15 ml/kg dan minyak ikan 15%) yaitu sebesar 51,33%.
Selanjutnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas, berdasarkan hasil uji
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
A B C D K
SR(%
)
Perlakuan
normalitas dan homogenitas data kelulushidupan ikan sidat menunjukkan
(sig>0,05). Kemudian untuk mengetahui pengaruh dari setiap perlakuan terhadap
kelulushidupan atau Survival Rate (SR) ikan sidat dilakukan analisis sidik ragam
(ANOVA). Analisis sidik ragam kelulushidupan atau Survival Rate (SR) dapat
dilihat pada Lampiran 2. Hasil analisis sidik ragam pada tabel menunjukkan
bahwa probiotik berpengaruh sangat nyata terhadap kelulushidupan ikan sidat
(sig<0,05). Kemudian dilakukan uji Duncan yang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Uji Duncan Kelulushidupan Ikan Sidat
Perlakuan
N
Subset Notasi 1 2
B 3 52,00 a A 3 53,67 a D 3 51,33 a C 3 62,67 b
Berdasarkan hasil uji duncan diketahui bahwa pemberian variasi dosis
probiotik pada setiap perlakuan memberikan pengaruh terhadap kelulushidupan
ikan sidat. Rata-rata hasil kelulushidupan ikan sidat pada setiap perlakuan
menunjukkan angka diatas 50%.
Selain itu fungsi lemak adalah sebagai sumber energi yang dibutuhkan ikan
dan merupakan sumber asam lemak esensial yang tidak dapat disintesis oleh
tubuh. Pakan ikan yang baik yaitu mengandung lemak sebesar 4-18%.
Kebutuhan lemak oleh ikan dilihat berdasarkan kebutuhannya akan energi dan
asam lemak esensial dalam hal ini asam lemak linoleat. Kebutuhan lemak pada
beberapa jenis ikan sidat yang telah dilaporkan antara lain yaitu kebutuhan
lemak ikan sidat di Jepang sebesar 6-11%. Bureau et al. (2008) dan NRC (2011)
menambahkan bahwa tingginya kandungan lemak pada pakan akan
meningkatkan peluang terjadinya peroksidase lemak dan memengaruhi atribut
sensor pada otot. Hal ini dapat berakibat pada rendahnya laju pertumbuhan dan
konversi pakan meningkat. Kadar lemak pada penelitian ini sudah memenuhi
kebutuhan kadar lemak yang dibutuhkan oleh ikan sidat tetapi hanya sebesar
7,57% seangkan ikan sidat A. bicolor mampu memanfaatkan lemak hingga batas
13%. Kadar lemak sebesar 16% dapat mengurangi penggunaan protein dari 50%
menjadi 48% pada ikan A. rostrata ukuran 8 gram dan menghasilkan kinerja
pertumbuhan yang terbaik (Mukti et al., 2014).
Pertumbuhan sangat berkaitan erat dengan pakan. Pakan yang memenuhi
kebutuhan gizi berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan. Ketersediaan
pakan alami memiliki peran penting dalam budidaya ikan terutama pada stadia
benih. Pada budidaya intensif pengadaan pakan buatan sangat diperlukan.
Pakan buatan juga dapat melengkapi penyediaan nutrisi yang tidak terdapat
dalam pakan alami (Kamaruddin, 2005). Formulasi pakan buatan terus dilakukan
dengan berbagai manipulasi guna meningkatkan dan memperbaiki kualitas
pakan buatan. Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dari berbagai macam
bahan baku hewani dan nabati dengan memperhatikan kandungan gizi, sifat dan
ukuran ikan yang akan mengkonsumsi pakan tersebut dengan cara dibuat oleh
manusia dengan bantuan peralatan pakan (Gusrina, 2008). Ikan sidat
membutuhkan zat gizi berupa protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, vitamin
dan mineral. Kadar protein pakan optimal adalah 45% untuk stadia juvenile
sampai dewasa dan sekitar 50% untuk stadia finggerling (Wijayanti, 2011).
Penambahan minyak ikan pada pakan komersil yang dibentuk pasta
mampu mempercepat pertumbuhan ikan sidat karena pada minyak ikan memiliki
kandungan EPA dan DHA sangat tinggi. EPA dan DHA adalah asam amino
essensial yang dapat mempercepat pembentukan sel dan jaringan pada
larva/benih ikan sidat (Wattanabe, 2007). Kebutuhan lemak untuk ukuran juvenile
berkisar antara 0,5 –1,0 % berat kering pakan, namun kebutuhan pada larva
stadia awal lebih tinggi lagi yaitu > 4% (Leger et al, 1986). Sehingga pengkayaan
minyak ikan diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan dan pembentukan sel
dan jaringan pada larva.
4.2 Specific Growth Rate (SGR)
Laju pertumbuhan spesifik merupakan persentase pertambahan berat
badan ikan per hari yang dinyatakan dalam satuan %BB/hari. Pertumbuhan
terjadi karena adanya pembelahan sel secara mitosis yang terjadi karena
kelebihan input energi dan protein yang berasal dari pakan. Bobot ikan selama
masa pemeliharaan yaitu sebagai berikut:
Gambar 5. Grafik Bobot Sidat pada Berbagai Perlakuan
Hasil perhitungan bobot ikan sidat per-minggu diatas digunakan dalam
menghitung laju pertumbuhan spesifik. Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat
bahwa perlakuan C (probiotik 15 ml/kg dengan penambahan minyak ikan 5%)
memberikan nilai rata-rata laju pertumbuhan spesifik atau Specific Growth Rate
(SGR) tertinggi yaitu sebesar 3,27% sedangkan nilai rata-rata laju pertumbuhan
spesifik atau Specific Growth Rate (SGR) terendah pada perlakuan kontrol. Laju
pertumbuhan spesifik ikan sidat dapat dilihat pada Gambar 6.
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
0 7 14 21 28
W (
g)
Perlakuan
A B C D K
Gambar 6. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik Sidat pada Berbagai Perlakuan
Keterangan: A : Probiotik 0 ml/kg + minyak ikan 5%/kg pakan B : Probiotik 0 ml/kg + minyak ikan 15%/ kg pakan C : Probiotik 15 ml/kg + minyak ikan 5%/ kg pakan D : Probiotik 15 ml/kg + minyak ikan 15%/ kg pakan K : Kontrol
Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa
nilai laju pertumbuhan spesifik ikan sidat sudah normal dan homogen (sig>0,05).
Kemudian untuk mengetahui pengaruh dari setiap perlakuan terhadap laju
pertumbuhan spesifik ikan sidat dilakukan analisis sidik ragam yang disajikan
pada Lampiran 3.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan probiotik dan
dosis minyak ikan yang berbeda pada pakan berpengaruh sangat nyata terhadap
laju pertumbuhan spesifik pada benih ikan sidat (sig<0,05), kemudian dilakukan
uji Duncan yang tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji Duncan Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Sidat
Perlakuan
N
Subset Notasi 1 2
A 3 2,82 a D 3 2,93 a B 3 2,91 a C 3 3,27 b
Berdasarkan Gambar 5. dapat dilihat bahwa semua perlakuan memiliki
nilai laju pertumbuhan spesifik yang lebih baik jika dibandingkan dengan kontrol.
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
A B C D K
SGR
(%B
B/h
ari)
Perlakuan
Laju pertumbuhan spesifik ikan sidat tertinggi dapat dilihat pada perlakuan C
yaitu sebesar (3,27%BB/hari) dan terendah pada perlakuan A yaitu sebesar
(2,82%BB/hari). Hal ini berarti bahwa dengan penambahan probiotik dalam
pakan dapat membantu dalam proses pemecahan bahan yang kompleks
menjadi sederhana sehingga mudah diserap oleh ikan dibandingkan perlakuan
yang tidak diberi probiotik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ahamadi et al.
(2012), bahwa bakteri probiotik yang terkandung di dalam pakan uji dapat
menyebabkan aktivitas bakteri dalam saluran pencernaan ikan bekerja secara
maksimal, sehingga daya cerna ikan pun menjadi lebih tinggi dalam menyerap
sari-sari makanan dan menghasilkan pertumbuhan yang baik.
Tinggi rendahnya laju pertumbuhan spesifik dipengaruhi oleh pakan yang
dikonsumsi oleh ikan. Dalam penelitian ini pakan ditambahkan minyak ikan
dengan dosis yang berbeda, sedangkan di dalam minyak ikan terdapat senyawa
berupa EPA dan DHA dimana dapat menunjang pertumbuhan dan pembentukan
sel sel jaringan pada tubuh. EPA DHA adalah asam lemak esensial dimana
memiliki komponen lipida yang sangat penting nilai nutrisinya dan tidak dapat
dibentuk oleh tubuh, sehingga harus didapat dari makanan, sehingga
penggunaan minyak ikan disini dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan akan
asam lemak esensial tersebut. Sumber utama asam lemak esensial untuk pakan
ikan adalah tepung ikan (Milles dan Chapman, 2006) dan minyak ikan serta
sumber-sumber lain yang dapat digunakan sebagai substitusi dari bahan
sebelumnya. Hal ini sesuai dengan Lovell (1989) menyatakan bahwa pakan yang
mengandung energi terlalu tinggi dapat membatasi jumlah pakan yang
dikonsumsi sehingga laju pertumbuhan menurun.
Menurut (Ahmadi et al., 2012), kandungan probiotik dapat meyebabkan
tingginya aktifitas bakteri pada saluran pencernaan dan perbedaan jumlah
bakteri probiotik yang terkandung dalam pakan komersil dapat mempengaruhi
laju pertumbuhan ikan. Rata-rata nilai laju pertumbuhan spesifik ikan Sidat (A.
bicolor) berkisar antara 0,37 - 0,73 %BB/hari, dengan pemberian pakan buatan
dari bahan pakan semi murni (sumber protein kasein dan gelatin, sumber
karbohidrat dari dekstin), nilai laju pertumbuhan spesifik ikan Sidat (A. bicolor)
sebesar 0,14 - 0,39 %BB/hari, dengan pemberian pakan alami cacing Tubifex
dan Daphnia yang menunjukkan bahwa nilai laju pertumbuhan spesifik ikan Sidat
(A. bicolor) sebesar 0,66 %BB/hari dan 1,096 %BB/hari. Hal tersebut disebabkan
karena jenis pakan yang diberikan berbeda serta asal ikan yang digunakan
dalam penelitian berbeda, mengingat benih ikan Sidat (A. bicolor) sampai saat ini
masih berasal dari alam karena belum dapat dilakukan pembenihan.
Hasil dari Laju Pertumbuhan Spesifik atau Survival Growth Rate (SGR)
mengalami penurunan dikarenakan tingginya kandungan lemak akibat
penambahan minyak ikan menyebabkan perombakan protein didalam tubuh
tidak maksimal karena terhambat oleh adanya lemak yang berlebih. Hal ini
menyebabkan kemampuan ikan untuk mencerna dan mengasimilasi bahan
tersebut menurut Sargent et al., (2002). Takeuchi dan Wattanabe (1979)
menambahkan bahwa tingginya kandungan lemak akan mengganggu aktivitas
enzim – enzim pada membran sel, sehingga sintesis protein dan sel juga rendah
yang akhirnya berakibat pada rendahnya laju pertumbuhan. Kebutuhan asam
lemak omega 3 pada pakan sidat adalah sebesar 0,5%, sehingga apabila terjadi
penambahan jumlah asam lemak omega 3 pada pakan baik disengaja maupun
tidak maka akan menurunkan laju pertumbuhannya.
4.3 Food Conversion Ratio (FCR)
Rasio konversi pakan atau food conversion ratio (FCR) merupakan
perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan untuk menghasilkan satu
kilogram daging. Semakin rendah FCR maka semakin baik suatu pakan. Rasio
konversi pakan dapat digunakan untuk mengetahui nilai kualitas pakan. Rasio
konversi pakan berbanding terbalik dengan nilai efisiensi pemanfaatan pakan.
Semakin rendah nilai rasio konversi pakan maka akan semakin tinggi nilai
efisiensi pemanfaatan pakan yang dilakukan oleh organisme budidaya.
Rendahnya nilai rasio konversi pakan dapat disebabkan oleh adanya bakteri
yang masuk ke dalam saluran pencernaan sehingga mampu membantu
penyerapan bahan makanan oleh biota budidaya. Rasio konversi pakan ikan
sidat selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Grafik Rasio Konversi Pakan Sidat pada Berbagai Perlakuan
Keterangan: A : Probiotik 0 ml/kg + minyak ikan 5%/ kg pakan B : Probiotik 0 ml/kg + minyak ikan 15%/ kg pakan C : Probiotik 15 ml/kg + minyak ikan 5%/ kg pakan D : Probiotik 15 ml/kg + minyak ikan 15%/ kg pakan K : Kontrol
Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa nilai rasio
konversi pakan ikan sidat sudah normal dan homogen (sig>0,05). Selanjutnya
dilakukan uji analisis sidik ragam untuk mengetahui pengaruh pemberian
probiotik dan minyak ikan pada pakan terhadap rasio konversi pakan ikan sidat.
Analisis sidik ragam konversi pakan ikan sidat dapat dilihat pada Lampiran 4.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan probiotik dan
minyak ikan berpengaruh sangat nyata (sig<0,05) terhadap nilai rasio konversi
pakan ikan sidat. Selanjutnya dilakukan uji duncan yang disajikan pada Tabel 5.
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
A B C D K
FCR
(g/g
)
Perlakuan
Tabel 5. Uji Duncan Rasio Konversi Pakan Ikan Sidat
Perlakuan
N
Subset Notasi 1 2
C 3 1,01 b D 3 1,18 a B 3 1,19 a A 3 1,22 a
Berdasarkan Gambar 6. dapat diketahui bahwa perlakuan terendah
terdapat pada perlakuan C (pemberian probiotik 15 ml/kg dan minyak ikan 5%)
sebesar 1,01% dan tertinggi terdapat pada perlakuan K (tanpa perlakuan)
sebesar 1,21%. Nilai FCR yang rendah menunjukkan bahwa pakan dapat
diserap dengan baik oleh ikan sidat. Takeuchi dan Wattanabe (1979)
menyatakan bahwa tingginya kandungan lemak dalam pakan menyebabkan
terganggunya aktivitas enzim-enzim pada membran sel, sehingga sintesis protein
dan sel juga rendah yang akhirnya berakibat pada tingginya konversi pakan.
Komposisi bahan yang sesuai dengan kebutuhan ikan akan mempengaruhi nilai
konversi pakan yang dihasilkan. Djajasewaka (1985) menyatakan bahwa nilai
konversi pakan yang dihitung untuk mengetahui baik buruknya kualitas pakan
yang dihasilkan bagi pertumbuhan. Semakin rendah nilai konversi pakan maka
akan semakin baik pakan tersebut dan sebaliknya bila nilai konversi pakan tinggi
maka kualitas pakan tersebut semakin kurang baik.
Nilai konversi pakan yang rendah disebabkan oleh adanya bakteri pada
pakan yang ikut masuk ke dalam saluran pencernaan sidat sehingga
berpengaruh terhadap kecepatan mencerna pakan dalam saluran pencernaan
sidat sehingga akan sangat membantu proses penyerapan makanan. Menurut
Alamsyah (2011), bakteri yang masuk ke saluran pencernaaan sidat akan dapat
meningkatkan keseimbangan mikroba dalam usus dan juga berperan dalam
memproduksi enzim pencernaan protease, amilase dan lipase. Penambahan
probiotik mampu meningkatkan aktivitas enzim saluran pencernaan sidat
sehingga dapat meningkatkan daya cerna dan konsumsi pakan. Menurut
Anggriani, et al. (2012), keberadaan bakteri bakteri Bacillus sp. pada saluran
pencernaan akan meningkatkan penyerapan pakan. Hal ini berkaitan dengan
daya kerja fermentasi bakteri Bacillus sp. yang berpengaruh terhadap aroma dan
cita rasa pakan komersial yang diberikan sehingga akan merangsang sidat untuk
mengkonsumsi pakan lebih banyak.
4.4 Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP)
Efisiensi pakan merupakan berapa persen pakan yang bisa terserap oleh
tubuh ikan dan dimanfaatkan oleh ikan untuk proses metabolisme selama masa
pemeliharaan, nilai perbandingan antara pertambahan bobot dengan pakan yang
dikonsumsi yang dinyatakan dalam persen. Dari hasil pengamatan penelitian
mengalami perbedaan pada setiap perlakuan, hasil efisiensi pakan ikan koi yang
dihitung dari awal penebaran sampai akhir penelitian selama 60 hari dapat dilihat
pada Gambar 7. Nilai efisiensi pakan berkaitan dengan laju pertumbuhan.
Semakin tinggi laju pertumbuhan maka semakin besar pertambahan berat tubuh
ikan sedangkan nilai efisiensi pakan sangat ditentukan oleh biaya pakan yang
didapatkan dari perbandingan antara biaya pertumbuhan berat ikan (output)
dengan jumlah penghasilan yang diperoleh (input).
Gambar 8. Grafik Efisiensi Pakan Sidat pada Berbagai Perlakuan
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
A B C D K
EPP
(%)
Perlakuan
Keterangan: A : Probiotik 0 ml/kg + minyak ikan 5%/ kg pakan B : Probiotik 0 ml/kg + minyak ikan 15%/ kg pakan C : Probiotik 15 ml/kg + minyak ikan 5%/ kg pakan D : Probiotik 15 ml/kg + minyak ikan 15%/ kg pakan K : Kontrol
Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa pakan yang diserap oleh ikan sidat
berbeda-beda pada setiap perlakuan, hal ini dikarenakan kemampuan ikan untuk
menyerap pakan berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti
kualitas air dan lingkungan. Selanjutnya dilakukan uji analisis sidik ragam untuk
mengetahui pengaruh pemberian probiotik dan minyak ikan pada pakan terhadap
efisiensi pemanfaatan pakan ikan sidat. Analisis sidik ragam konversi pakan ikan
sidat dapat dilihat pada Lampiran 5.
Hasil dari normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa pengaruh
pemberian probiotik dan minyak ikan sudah homogen atau tersebar normal
(sig>0,05), kedufian dilanjutkan dengan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa
penambahan probiotik dan minyak ikan memberikan pengaruh sangat nyata
(sig<0,05) terhadap nilai efisiensi pemanfaatan pakan ikan sidat. Selanjutnya
dilakukan uji duncan yang disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Uji Duncan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Ikan Sidat
Perlakuan
N
Subset Notasi 1 2
A 3 82,07 a B 3 84,41 a D 3 85,03 a C 3 98,97 b
Berdasarkan Gambar 8 diatas menunjukkan bahwa perlakuan C memiliki
nilai efisiensi pemanfaatan pakan tertinggi dan perlakuan K memiliki nilai yang
terendah. Hal ini berarti dengan penambahan probiotik dalam pakan dapat
membantu dalam proses pemecahan bahan yang kompleks menjadi sederhana
sehingga mudah diserap oleh ikan dibandingkan perlakuan yang tidak diberi
probiotik.
Menurut Huet (1970), efisiensi pakan yang tinggi menunjukkan
pemanfaatan pakan yang efisien oleh kultivan, sehingga hanya sedikit protein
yang dirombak untuk memenuhi kebutuhan energi dan selebihnya digunakan
untuk pertumbuhan, selain itu Marzuqi et al. (2012) menyatakan bahwa efisiensi
pakan menunjukkan seberapa besar pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ikan.
Nilai efisiensi pakan yang rendah menunjukkan bahwa ikan memerlukan pakan
dengan jumlah yang lebih banyak untuk dapat meningkatkan beratnya karena
hanya sebagian kecil energi dari pakan yang diberikan digunakan oleh ikan untuk
pertumbuhan.
Menurut (Sargent et al., 2002), hasil efisiensi pemanfaatan pakan pada
penelitian ini berhubungan dengan laju pertumbuhan spesifik, SGR yang tinggi
pada perlakuan C menghasilkan EPP yang tinggi pula. Tingginya nilai EPP pada
perlakuan C diduga pakan dengan penambahan probiotik 15% dan minyak ikan
sebesar 5%, bakteri yang terdapat dalam probiotik tersebut masih mampu
merombak kandungan nutrisi pakan ke dalam tubuh sehingga energi dalam
pakan dapat digunakan. Hal ini dapat meningkatkan kandungan lemak sehingga
kemampuan ikan mencerna dan mengasimilasi pakan tersebut menurun.
4.5 Kualitas Air
Parameter kualitas air selama penelitian diukur sesuai waktu yang telah
ditentukan. Hasil pengukuran kualitas air dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kualitas Air
Perlakuan Suhu (0C) pH DO (mg/L)
A 24,58±0,54 8,00±0,70 5,79±0,94
B 24,38±0,80 7,79±0,36 5,79±0,93
C 24,63±0,87 7,78±0,29 5,20±1,08
D 24,77±0,79 7,76±0,29 4,49±0,93
K 24,72±0,64 7,79±0,28 4,39±0,77
Berdasarkan Tabel 7. diketahui bahwa kualitas air pemeliharaan masih
berada dalam kisaran optimal untuk pemeliharaan ikan sidat. Nilai suhu selama
penelitian berkisar antara 24-27oC. Nilai pH berkisar antara 7,76-8,00 dan nilai
oksigen terlarut berkisar antara 4,39-5,79 mg/L. Hal ini dikarenakan sesuai
dengan hukum Van Hoff bahwa setiap kenaikan suhu 10oC maka metabolisme
hewan akuatik akan meningkat sebanyak 2 kali lipat. Menurut Wyk dan Scarpa
(1999), ikan sidat dapat bertahan hidup pada suhu berkisar antara 24-32oC dan
suhu yang optimal untuk ikan sidat tumbuh adalah berkisar antara 28-32oC diatas
suhu tersebut maka sidat akan stress dan tidak dapat tumbuh dengan baik.
Oksigen terlarut dibutuhkan untuk proses respirasi ikan sidat, proses
fisiologi seperti oksidasi karbohidrat oleh sel dan energi untuk metabolisme
nutrien dari pakan. Apabila kandungan oksigen terlarut di perairan atau media
pemeliharaan kurang maka kemampuan sidat untuk mencerna pakan akan
terhambat sehingga menyebabkan pertumbuhan rendah bahkan dapat
menyebabkan kematian ikan sidat. Oksigen terlarut dalam perairan dipengaruhi
oleh respirasi dan fotosintesis oleh mikroalga (Lazur, 2007). Kandungan oksigen
terlarut dalam media pemeliharaan untuk sidat harus lebih dari 4 mg/L (Wyk dan
Scarpa, 1999). Hal ini dikarenakan oksigen terlarut merupakan parameter yang
kritis dalam budidaya ikan sidat.
pH atau derajat keasaman menunjukkan kandungan ion hidrogen pada
perairan. Konsentrasi ion hidrogen yang rendah dalam perairan menunjukkan pH
yang tinggi dan konsentrasi yang tinggi menunjukkan pH yang rendah. Ikan sidat
dapat mentoleransi pH berkisar antara 7,0-9,0 (Wyk dan Scarpa, 1999). Nilai pH
yang terlalu tinggi (basa) atau terlalu rendah (asam) dapat berbahaya pada
insang ikan sidat dan akan menyebabkan laju pertumbuhan terhambat.
1
5. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sabagai
berikut :
- Penambahan pemberian probiotik dengan minyak ikan mampu memberikan
perbedaan yang signifikan terhadap kelangsungan hidup ikan sidat dan laju
pertumbuhan ikan sidat selama masa pemeliharaan.
- Hasil perlakuan terbaik pada penelitian ini adalah perlakuan C (probiotik
15ml/kg dengan minyak ikan 5%/kg pakan) terhadap kelulushidupan sebesar
62,67%, laju pertumbuhan spesifik 3,27%BB/hari, rasio konversi pakan
sebesar 1,01% dan efisiensi pemanfaatan pakan sebesar 98,97% pada ikan
sidat (Anguilla sp.)
b. Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu penggunaan probiotik
dengan dosis 15ml/kg dan minyak ikan 5%/kg pakan dapat diaplikasikan untuk
budidaya ikan sidat (Anguilla sp.) guna untuk menunjang pertumbuhan dan
kelangsungan hidup organisme budidaya.
36
DAFTAR PUSTAKA
Afzriansyah., Saifullah dan A. N. Putra. 2014. Aplikasi prebiotik untuk
meningkatkan nilai kecernaan pakan ikan nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Perikanan dan Kelautan, 4(4):235-242.
Agustin, R., A. D. Sasanti dan Yulisman. 2014. Konversi pakan, laju pertumbuhan, kelangsungan hidup dan populasi benih ikan gabus (Chana striata) yang diberi pakan dengan penambahan probiotik. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(1):55-66.
Ahmadi, H., Iskandar, dan Kurniawati, N. 2012. Pemberian Probiotik dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) pada Pendederan II. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3 (4): 99-107.
Arief, M., N. Fitriani dan S. Subekti. 2014. Pengaruh pemberian probiotik berbeda pada pakan komersial terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan lele sangkuriang (Clarias sp.) Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 6(1):49-53.
Arief, Agustono. 2008. Pengaruh Penambahan Atraktan yang Berbeda dalam Pakan Pasta terhadap Retensi Protein, Lemak dan Energi Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor) Stadia Elver. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 4 (2) : 135-140
Alamsyah, D. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Djajasewaka, H. 1985. Pakan Ikan. CV Yasaguna : Jakarta.
Fernando, E. 2016. Pengaruh variasi dosis dan frekuensi pemberian probiotik pada pakan terhadap pertumbuhan serta mortalitas udang vaname (Litopenaeus vannamei). Skripsi. Universitas Airlangga Surabaya.
Gusrina. 2008. Budidaya ikan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan Nasional. Hlm. 167-249.
Haryono. 2008. Sidat, belut bertelinga: potensi dan aspek budidayanya. Fauna Indonesia. 8(1): 22-26.
Hai, N and R. Fotedar. 2010. Review of probiotics in shrimp aquaculture. Journal of Applied Aquaculture, 22(3): 251-266
Huet, M. 1970. Textbook of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish. Fishing News (Book Ltd). London. 436 pp.
Haris, W.S. 2004. Ulasan: Suplementasi Minyak Ikan: Bukti Manfaat Kesehatan, Cleveland Clinic J. Kedokteran, 71(3): 208-219.
Herawati, H. 2008. Penentuan Umur Simpan Produk Pangan. Jurnal Litbang Pertanian, 27(4).
Irianto, A., and B. Austin. 2002. Review: Probiotics in aquaculture. Journal of Fish Disease, 25:633–642.
37
Kamaruddin, U. 2005. Pemanfaatan Keong Mas (Pomacea sp.) sebagai Pakan Substitusi Tepung Ikan dalam Pakan Ikan. Dalam: Warta Penelitian Perikanan Indonesia 11 : 6. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Maros.
Kelabora, D, M. 2010. Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia 9 (1), 56–60.
Kordi, K dan Andi Baso Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. PT. Rhineka Cipta. Jakarta.
Lazur, A. 2007. Growout Pond and Water Quality Management. University of Maryland. 18 pp.
Leger, P., Bengston, D. A., Simpson, K. L. and Sorgeloos, P., 1986. The Use and Nutritional Value of Artemia as a Food Source. Oceanog. Mar. Biol.. Ann. Rev. 24 : 521 – 624.
Lisna I, 2015. Potensi Mikroba Probiotik_Fm Dalam Meningkatkan Kualitas Air Kolam Dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus). Fakultas Peternakan Universitas Jambi. 17 (2): Hal 18-25.
Lovell T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. New York: Auburn University. 258 hlm.
Marzuki, Asnah. 2012. Kimia Analisis Farmasi. Makassar : Dua Satu Press.
Maloy, K.S., N.S. Swarnakumar, K. Sivakumar, T. Thangaradjou, L. Kannan. 2008. Probiotics in aquaculture: Importance and future perspective. Indian Journal Microbiology. 48:299-308.
Miandare, H. K., P. Yarahmadi and M. Abbasian. 2016. Immune related transcriptional responses and performance of Litopenaeus vannamei post-larvae fed on dietary probiotic PrimaLac. Fish & Shellfish Immunology, 55:671-678.
Miles, R.D. and Chapman F.A., 2006. The Benefits of Fish Meal in Aquaculture Diets. http://www.thefishsite.com/articles/200/the-benefits-of-fish-meal-in-aquaculture-diets. Diambil tanggal 8 Oktober 2011, jam 15.10
Mukti, R.C, N.B.P. Utomo, A. Ridwan. 2014. Penambahan Minyak Ikan pada Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Komposisi Asam Lemak Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor. Jurnal Akuakultur Indonesia. 13 (1) : 54-60.
Otwell, W. S and W. L. Rickards. 1982. Cultured and Wild Americans Eel (Anguilla rostrata) Fat Content and Fatty Acid Composition. Aquaculture, 26 : 67-76.
Perdana, A.A., Suminto dan D.Chilmawati. 2016. Performa Efisiensi Pakan Pertumbuhan dan Kualitas Nutrisi Elver Sidat (A.bicolor) Melalui Pengkayaan Pakan Buatan dengan Minyak Ikan. Journal of Aquaculture Management and Technology. 5 (1):26-34
Praditia, F. P. 2009. Pengaruh pemberian bakteri probiotik melalui pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang windu (Penaeus monodon). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
38
Reddy, P. C., H. K. Suneetha., Y. S. Reddy. 2016. Efficacy of animal and plant feed ingredients in the formulation of feeds for induction of growth potentials in penaeid prawn Litopenaeus vannamei. International Journal of Fisheries and Aquatic Studies, 4(2): 07-14.
Sargent, J. R., Tocher, D. R., Bell, J. G. 2002. The Lipids. In: Halver JE, Hardy RW (Eds). Fish Nutrition. San Diego CA (US): Academic Press. Hlm.181–257.
Sastrosupadi, A., 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit Kanisus. Yogyakarta.
Sasongko, Agus., J. Purwanto, S. Mu'minah dan U. Arie. 2007. Sidat. Penebar Swadaya; Jakarta. Hlm. 5-74.
Suitha, I, M. dan A. Suhaeri. 2008. Budi daya Sidat. PT Agomedia pustaka: Jakarta Selatan. 44 hlm.
Takeuchi, T., T. Watanabe 1979. Effect of Excess Amounts of Essential Fatty Acids on Growth of Rainbow Trout. Bulletin of the Japanese Society of Scientific Fisheries 45 (12) : 1.517–1.519.
Tatangindatu, dkk., 2013, Studi Parameter Fisika Kimia Air pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa, vol. 1 no. 2, pp. 8-19.
Usui, A. 1974. Eel Culture. Fishing New s (books) Ltd. London. 186 p.
Verschuere. L., Rombaut, G. Sorgeloos, P. and Verstraete, W., 2000. Probiotic Bacteria as Biological Kontrol Agents in Aquacuture. Journal of Microbiology and Molecular Biology 64:655 – 671.
Wasis. (2006) Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Watanabe, T., 2007. Importance of Docosahexaenoic Acid in Marine Larval Fish. Journal of the World Aquaculture Society 24 (2) : 152 – 161.
Wijayanti, D. I. 2011. Respon Ikan Sidat (Anguilla bicolor) terhadap Pemberian Pakan Alami yang Berbeda Pada Skala Laboratorium. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro.
Wyk, P. V and J. Scarpa. 1999. Farming Marine Shrimp in Rsirculating Water System. Harbor Branch Oceanic Institution. Florida. 229 pp.
Yudiarto, Suryo, M. Arief, Agustono. 2012. Pengaruh Penambahan Atraktan yang Berbeda dalam Pakan Pasta terhadap Retensi Protein, Lemak dan Energi Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor) Stadia Elver. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 4 (2) : 135-140.
Zokaeifar, H., C. R. B. Saad., H. M. Daud., S. A. Harmin and S. Shakibazadeh. 2009. Effect of Bacillus subtilis on the growth and survival rate of shrimp (Litopenaeus vannamei). African Journal of Biotechnology, 8(14):3369-3376
Recommended