View
6
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Universitas Indonesia
Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah Aliran Ci Leungsi
Adriansyah1, Eko Kusratmoko2 dan Mangapul P Tambunan2
1Mahasiswa Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 2Dosen Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424
E-mail: adriansyah22@outlook.com, kusrat.eko@gmail.com, mptgeoui@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan tanah di Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan kualitas air dalam perspektif spasial. Daerah Aliran Ci Leungsi diambil sebagai studi kasus untuk penelitian ini karena merupakan salah satu DAS yang masuk dalam program kali bersih BPLHD Jawa Barat dikarenakan kondisi sungai yang sudah tercemar. Data kualitas air periode tahun 2010-2014 di 6 lokasi yang tersebar dari hulu sampai hilir diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor, sementara pengukuran secara mandiri dilakukan di 4 lokasi di hulu DAS yang dilakukan di bulan Maret 2016. Analisis dilakukan menggunakan pendekatan spasial untuk menjawab tujuan peneltian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin luas penggunaan tanah berupa permukiman di sebuah DAS memiliki kecenderungan semakin tingginya nilai konsentrasi senyawa nitrat, amonia, deterjen serta minyak dan lemak. Sementara itu semakin luas penggunaan tanah berupa pertanian tanah basah dan pertanian tanah kering memiliki kecenderungan semakin tingginya nilai konsentrasi senyawa nitrat dan amonia. Hasil perhitungan metode Storage and Retrieval (STORET) didapatkan bahwa dari bagian hulu sampai tengah Daerah Aliran Sungai masuk dalam kategori cemar sedang, sementara di bagian hilir masuk dalam kategori cemar berat.
Effect of Land Use on the Quality of Water in Ci Leungsi Watershed
Abstract
This research aims to determine the relationship between land use in the watershed (DAS) to the water quality in the spatial perspective. Ci Leungsi Watershed taken as a case study for this research because it is one of the watershed are included in clean river program from BPLHD West Java due to the condition of the river that has been polluted. Water quality data the period 2010-2014 in six locations spread from upstream to downstream obtained from the Environment Agency Bogor, while measurements independently conducted at four locations in the upper watersheds conducted in March 2016. The analysis was performed using a spatial approach to answer this research purpose. The results showed that the wider use of land in the form of settlements in the watershed have a tendency to increasing the concentration of nitrate compounds, ammonia, detergent and oil and grease. While the increasingly widespread use of agricultural land in the form of wet land and dry land agriculture has a tendency to increasing the concentration of nitrate compounds and ammonia. The results of the calculation method Storage and Retrieval (STORET) found that from the upstream to the middle Watershed pollutants into the category of being, while in the lower part into the category of heavy polluted. Keywords : Land Use, Ci Leungsi Watershed, Chemical parameters of river water quality, STORET method.
Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sangat kuat perkembangan
ekonominya di mata dunia. Hal ini juga dibenarkan oleh Economist Intelligence Unit (EIU)
yang memprediksi Indonesia akan menjadi salah satu penguasa perekonomian global pada
tahun 2050. Dalam laporan tersebut EIU memprediksi dalam 10-35 tahun mendatang
Indonesia akan menggeser posisi Italy sebagai salah satu penguasa perekonomian global. Saat
ini Indonesia juga sedang gencar melakukan pembangunan di berbagai sektor. Selama ini
pembangunan memberikan sumbangsih yang besar bagi masyarakat Indonesia, terutama
dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Dengan demikian
pembangunan dapat menurunkan angka pengangguran dan memperbaiki perekonomian
masyarakat. Selain itu pembangunan juga berpengaruh kepada minat investor asing untuk
menanamkan modalnya di Indonesia. Infrastruktur yang memadai membuat para investor dari
negara-negara asing memiliki minat yang lebih untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.
Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal
sebagai kebutuhan primer menjadi sangat mendesak. Pada kenyataannya dengan kegiatan
pembangunan yang semakin gencar dan juga kebutuhan akan tanah semakin tinggi,
menyebabkan ketersediaan tanah semakin sedikit dan menyebabkan manusia memutuskan
untuk menempati tanah yang seharusnya tidak diperuntukan menjadi tempat tinggal. Kegiatan
pembangunan juga menyebabkan perubahan penggunaan tanah dari ruang hijau menjadi
bangunan industri atau permukiman. Akibatnya ruang terbuka hijau semakin sedikit untuk
dijadikan tempat resapan air dan juga untuk menjaga kualitas air.
Perubahan penggunaan tanah dari ruang hijau menjadi bangunan industri atau
permukiman, mempengaruhi kualitas air di Daerah Aliran Sungai (DAS). Kegiatan industri,
peternakan, pertanian dan permukiman di sepanjang aliran sungai atau bantaran sungai ini
biasanya menghasilkan berbagai macam limbah, baik limbah dalam bentuk padat maupun
limbah dalam bentuk cair. Berubahnya komposisi air di dalam sungai dapat menyebabkan
terjadinya penurunan kualitas air atau bahkan pencemaran air. Hal itu sejalan dengan hasil
penelitian Carey et al. (2010) yang menemukan bahwa perubahan penggunaan tanah terbuka
menjadi tanah terbangun berupa permukiman dan industri serta pertanian menyumbang
sumbangsih yang besar terhadap pencemaran air berupa nitrat dan fosfat.. Sementara itu Bu et
al. (2014) menemukan perubahan penggunaan tanah di sepanjang bantaran aliran sungai
menjadi permukiman juga turut mempengaruhi kualitas air sungai tersebut. Aktivitas manusia
Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia
di bantaran sungai seperti mencuci, mandi dan kakus yang dilakukan di sungai serta limbah
yang dihasilkan dari permukiman yang berada pada bantaran sungai turut mempengaruhi
kualitas air sungai tersebut.
Kualitas air itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
penggunaan tanah. Penggunaan tanah yang beragam di sepanjang daerah aliran sungai akan
mempengaruhi kualitas air sungai dikarenakan penggunaan tanah tertentu dapat
mempengaruhi nilai konsentrasi parameter kimia kualitas air sungai. Penggunaan tanah
berupa permukiman memiliki kecenderungan mempengaruhi nilai konsentrasi parameter
deterjen, minyak dan lemak serta nitrat dan amonia, sementara itu penggunaan tanah berupa
sawah mempengaruhi nilai konsentrasi parameter nitrat dan penggunaan tanah berupa industri
memiliki kecenderungan mempengaruhi nilai konsentrasi parameter unsur logam.
Menurut laporan BPLHD Provinsi Jawa Barat dalam status lingkungan hidup tahun
2008, Daerah Aliran Ci Leungsi merupakan salah satu DAS di Provinsi Jawa Barat yang
memperihatinkan kondisinya. Di bagian hulu DA Ci Leungsi ini terdapat sebuah pabrik bahan
baku pertambangan semen milik PT Indocement Tunggal Prakasa. Selain itu, disana banyak
berdirinya industri di Daerah Aliran Ci Leungsi. Hal ini turut mempengaruhi kualitas air
sungai tersebut. DA Ci Leungsi masuk sebagai salah satu program pemerintah Jawa Barat
yaitu Program Kali Bersih atau ProKasih. Hal itu disebabkan tingkat pencemaran dan kualitas
air di daerah aliran Ci Leungsi sudah dikategorikan buruk.
Daerah Aliran Ci Leungsi merupakan Daerah Aliran yang memiliki penggunaan tanah
yang beragam, oleh sebab itu penggunaan tanah yang beragam dapat mempengaruhi
konsentrasi nilai parameter kualitas air sehingga akan mempengaruhi kualitas air sungai
tersebut, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan keterkaitan antara
penggunaan tanah dengan nilai konsentrasi parameter kualitas air sungai.
2. Tinjauan Teoritis
2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang fungsinya menampung, menyimpan dan
mengalirkan air hujan ke danau atau laut secara alami. Batasnya di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak
Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia
sungai ke sungai utama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS-Sub DAS. Daerah
Aliran Sungai (DAS) memiliki beberapa karakteristik yang dapat menggambarkan kondisi
spesifik antara DAS yang satu dengan DAS yang lainnya. Karakteristik itu dicirikan oleh
parameter yang terdiri atas (Dephutbun dalam Teguh (2011)): 1. Morfometri DAS yang
meliputi relief DAS, bentuk DAS, kepadatan drainase, gradien sungai, lebar DAS dan lain-
lain. 2. Hidrologi DAS, mencakup curah hujan, debit dan sedimen. 3. Tanah. 4. Geologi dan
geomorfologi. 5. Penggunaan tanah. 6. Sosial ekonomi masyarakat di dalam wilayah DAS.
2.2 Kualitas Air
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air mendefinisikan kualitas air sebagai sifat air dan kandungan makhluk hidup,
zat, energi, atau komponen lain dalam air. Lebih lanjut Effendi (2003) menyebutkan bahwa
kualitas air ini dinyatakan di dalam beberapa parameter kualitas air seperti parameter fisik
(diantaranya suhu air dan padatan terlarut) dan parameter kimia (diantaranya kemasaman,
oksigen terlarut, Biochemical Oxygen Demand dan Nitrat). Dalam penelitian ini penentuan
kualitas air sungai ditentukan menggunakan parameter kimia yang bersifat organik, seperti
nitrat, fosfat dan amonia.
2.3 Pencemaran Air
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air adalah masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh
kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
2.4 Nitrat (NO3-N)
Senyawa nitrogen di dalam perairan terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi.
Nitrat dalam tanah dan air terbanyak dibuat oleh mikroorganisme dengan cara biologis. Nitrat
dapat terbentuk karena tiga proses, yaitu badai listrik, organisme pengikat nitrogen dan
bakteri yang menggunakan amonia. Ketiganya tanpa adanya campur tangan manusia. Kadar
nitrat dalam perairan yang tidak tercemar lebih tinggi dibandingkan kadar amonium dan
biasanya pada perairan alami tidak pernah lebih dari 0.1 mg/L. Apabila kandungannya lebih
dari 5 mg/L maka terjadi pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan
tinja hewan yang bisa berasal dari penggunaan tanah berupa perternakan. Nitrat dapat
Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia
terbentuk dari kotoran manusia yang masuk kedalam air, karena kotoran banyak mengandung
amonia. Selain itu, konsentrasi nitrat juga dapat dihasilkan manusia dari limbah rumah tangga
dan pertanian. Nitrat akan berbahaya jika kandungannya mencapai 45 bpj dalam air. Nitrat
akan berubah menjadi nitrit dalam perut dan dapat menyebabkan keracunan (Sastrawijaya
dalam Putri (2004)).
2.5 Fosfat (PO42-)
Di dalam perairan, unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen,
melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan
senyawa organik yang berupa partikulat. Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang
dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik, sementara polifosfat harus mengalami
hidrolisis membentuk ortofosfat terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan sebagai sumber fosfor.
Sumber utama fosfat terlarut dalam perairan adalah hasil pelapukan mineral yang
mengandung fosfor serta bahan organik seperti hancuran tumbuh-tumbuhan (Effendi (2003)).
Selain itu penggunaan pupuk NPK pada saat masa tanam pertanian juga turut berperan
meningkatkan komposisi fosfat di air. Pada saat hujan turun maka air limpasan pertanian akan
turut membawa nutrien fosfat dan ikut masuk ke badan air atau hal ini aliran sungai.
2.6 Amonia (NH3-N)
Amonia dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Amonia banyak
digunakan dalam proses produksi urea, industri bahan kimia (asam nitrat, amonium, fosfat,
amonium nitrat dan amonium sulfat) serta industri bubur kertas dan kertas. Sumber amonia di
perairan adalah pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang
terdapat di dalam tanah dan air, yang berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan
biota akuatik yang telah mati) oleh mikroba dan jamur. Proses dekomposisi bahan organik ini
lebih dikenal sebagai amonifikasi. Amonia dipengaruhi oleh pH dan suhu perairan. Toksisitas
amonia terhadap organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen
terlarut, pH dan suhu perairan sehingga akan mengancam ikan apabila kadar amonia tinggi,
dikarenakan akan mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah dan akan menyebabkan
sufokasi (Effendi (2003)).
2.7 Debit Air
Debit adalah volume aliran yang mengalir melalui sungai per satuan waktu. Besarnya
biasanya dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/detik) (Soewarno dalam Teguh
Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia
(2011)). Data debit air sungai berfungsi memberikan informasi mengenai jumlah air yang
mengalir pada waktu tertentu. Oleh karena itu, data debit air berguna untuk mengetahui cukup
tidaknya penyediaan air untuk berbagai keperluan (domestik, irigasi, pelayaran, tenaga listrik,
dan industri) pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai), pengendalian sedimen, prediksi
kekeringan, dan penilaian beban pencemaran air.
2.8 Total Dissolve Solid (TDS)
Menurut Harahap (2012) Total Dissolve Solid (TDS) atau total padatan terlarut adalah
ukuran zat terlarut (baik organik maupun anorganik, mis: garam, dll) yang terdapat dalam air
limbah. Jenis tata guna tanah yang paling berpengaruh terhadap TDS adalah tegalan, sawah
dan permukiman (Supangat 2008). Hal ini berkaitan dengan hasil pengikisan aliran
permukaan (erosi) yang masuk ke dalam aliran sungai, kemudian mengalami sedimentasi di
dalam sungai.
2.9 Penggunaan Tanah
Penggunaan tanah merupakan kegiatan manusia pada sebidang tanah tertentu, adapun
penutupan tanah lebih pada perwujudan fisik dari obyek dan yang menutupi permukaan tanpa
mempersoalkan kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut. Menurut Kartono (1989)
dalam buku Esensi Pembangunan Wilayah dan Penggunaan Tanah Berencana, beliau
mengemukakan bahwa ada dua hal yang paling penting dalam menentukan bagi tanah sebagai
tempat untuk dilaksanakannya kegiatan masyarakat atau tanah usaha, kedua hal tersebut yang
pertama adalah ketinggian. Ketinggian merupakan batas alami dari topografi yang membatasi
jenis tumbuhan tertentu untuk hidup, karena dengan semakin tingginya suatu wilayah maka
suhu udara akan semakin turun. Sementara itu faktor penting selanjutnya adalah kemiringan
lereng, dengan semakin curamnya kondisi kemiringan suatu lereng, tentunya akan semakin
sulit untuk mengolah tanah pada lokasi tersebut. Berikut adalah beberapa jenis penggunaan
tanah berdasarkan buku Esensi Pembangunan Wilayah dan Penggunaan Tanah Berencana:
1. Hutan
Hutan merupakan lahan yang ditumbuhi berbagai jenis pohon berbatang besar atau
kecil. Hutan memiliki fungsi sebagai kawasan penyangga dan sebagai kawasan
konservasi air dan tanah. Hutan yang memiliki vegetasi bawah dengan struktur tanah
yang berlapis-lapis sangat efektif dalam mencegah pengikisan tanah dan menghambat
pelepasan material tanah.
Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia
2. Permukiman
Permukiman terdiri atas tempat tinggal penduduk, industri atau tempat usaha, dan
kuburan. Kesuburan dan kondisi fisik tanah dapat berpengaruh terhadap jenis dan
intensitas pemakaian untuk masing-masing penggunaan tanah terbangun, khusunya
permukiman. Sebagai contoh, perkampungan dataran aluvial yang tanahnya berasal
dari vulkanik mempunyai pola sangat rapat dan terpencar, karena tanahnya yang subur
memungkin manusia untuk dapat memanfaatkan tanah tersebut secara intensif.
Semakin ke wilayah pegunungan dan ke wilayah pesisir kerapatan semakin berkurang
karena mulai adanya hambatan seperti lereng yang terjal dan adanya genangan air.
Sedangkan bentuk perkampungan di daerah pesisir adalah memusat dan memanjang
mengikuti bentuk tanggul pantai dan tanggul sungai karena di tanggul tersebutlah
terdapat kantung-kantung air tawar yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
3. Sawah (Persawahan)
Persawahan adalah wilayah pertanian tanah basah atau sering digenangi air. Jenis
penggunaan tanah ini merupakan pemanfaatan tanah yang paling dominan dan
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Wilayah pertanian basah tersebut
ditanami padi secara periodik atau terus-menerus.
4. Perairan Darat
Perairan darat adalah wilayah yang digenangi air secara permanen yang terjadi secara
alami maupun oleh buatan manusia. Perairan darat terdiri atas:
a) Danau/situ, adalah area yang digenangi air secara permanen.
b) Rawa, adalah area yang digenangi air secara permanen dengan kedalaman
yang dangkal tetapi belum cukup dangkal untuk dapat ditumbuhi tumbuhan
besar dari dasarnya, sehingga umumnya hanya ditumbuhi rerumputan rawa.
c) Waduk, adalah danau yang terjadi karena adanya pembendungan aliran air
sungai yang dilakukan oleh manusia.
5. Pertanian Tanah Kering
Pertanian lahan kering merupakan pertanian yang tidak pernah diairi, ditanami jenis
tanaman berumur pendek serta tanaman keras yang mungkin ada pematangnya.
Berikut ini adalah uraian tiga jenis
pertanian kering.
Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia
a. Tegalan merupakan jenis pertanian lahan kering di iklim yang agak kering dan
kondisi lingkungan dengan kepadatan penduduk tinggi. Jenis tanaman yang ditanam
pada tegalan adalah tanaman semusim seperti kacang-kacangan dan umbi-umbian.
b. Ladang merupakan jenis lahan pertanian kering yang terletak di daerah dengan
kepadatan penduduk yang rendah. Jenis pertanian sistem ladang ini, manusia akan
membiarkan dan meninggalkan lahan jika setelah 3 tahun dimanfaatkan. Kemudian
manusia akan membuka lahan yang baru untuk dijadikan ladang pertanian yang baru.
Pembukaan ladang baru dilakukan oleh manusia karena adanya keterbatasan dana.
c. Kebun merupakan lahan yang ditanami berbagai jenis tanaman keras atau
kombinasi tanaman keras dan semusim seperti sayuran dan buah. Sedangkan
perkebunan merupakan lahan yang ditanami hanya satu jenis tanaman keras.
6. Lahan Kosong/Semak
Lahan kosong merupakan lahan terbuka yang ditanami tanaman rendah jenis rumput
dan ilalang. Semak belukar merupakan lahan yang ditanami kelompok tumbuhan kayu
kecil dan rendah yang dapat menjadi hutan kecil
karena lahan pernah diusahakan kemudian ditinggalkan.
2.10 Pengaruh Penggunaan Tanah terhadap Kualitas Air
Pengaruh penggunaan tanah terhadap kualitas air erat kaitannya dengan pengelolaan
suatu DAS (Daerah Aliran Sungai). Dalam pengelolaan DAS, aspek penggunaan tanah
menjadi sasaran utama untuk ditata secara sistematis dan integratif, karena semua proses
permukaan yang terjadi merupakan gambaran respon penggunaan tanah terhadap input (air
hujan). Pada DAS dimana daerah hulunya terbuka maka mempunyai kecenderungan proses
aliran permukaan (run off) yang lebih besar yang dapat mengakibatkan erosi dan banjir serta
sedimentasi ke dalam sungai (Dephutbun dalam Teguh (2011)). Erosi dan sedimentasi
tersebut dapat mempengaruhi kualitas air sungai menjadi lebih buruk, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada keterkaitan yang erat antara pola penggunaan tanah terhadap kualitas
air sungai.
Bu et al. (2014) dalam penelitiannya di Sungai Taizi, China mengemukakan bahwa
tanah terbangun mempengaruhi parameter nitrogen dan fosfor. Pertanian dan tanah terbangun
di sepanjang aliran sungai mempengaruhi kualitas air. Pertanian memberi dampak negatif
tertinggi pada kualitas air sungai pada saat musim tanam. Sementara itu kontaminasi air pada
musim kering didominasi dari limbah domestik dan industri.
Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia
Suripin dalam Teguh (2011) mengatakan bahwa terjadinya erosi tanah akan
mengurangi kemampuan tanah menahan air karena partikel-partikel lembut dan bahan organik
pada tanah terangkut. Selain mengurangi produktivitas tanah, erosi juga dapat menyebabkan
masalah lingkungan yang serius di daerah hilirnya. Sedimen hasil erosi tersebut mengendap
dan mendangkalkan sungai-sungai, danau, dan waduk sehingga mengurangi kemampuannya
untuk berbagai fungsi.
3. Metode Penelitian
Kualitas air sungai di Daerah Aliran Ci Leungsi dipengaruhi oleh faktor-faktor
internal dan eksternal yang berasal dari luar sungai tersebut. Penelitian ini dilakukan di
wilayah sepanjang Daerah Aliran Ci Leungsi yang membentang dari Kabupaten Bogor
sampai Kota Bekasi. Caranya dengan melihat penggunaan tanah yang ada pada sepanjang
Daerah Aliran Ci Leungsi, lalu menentukan jumlah titik sampel dan lokasi titik sampel yang
akan digunakan sebagai indikator kualitas air pada Daerah Aliran Ci Leungsi.
Gambar 1 Alur Pikir
Untuk alur kerja dalam penelitian ini diawali oleh pengumpulan data, data yang
dikumpulkan pada penelitian ini dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Langkah
pertama adalah pengumpulan data sekunder berupa hasil pengukuran kualitas air Ci Leungsi
serta lokasi pengukuran yang dilakukan oleh BLH Kabupaten Bogor, data pengukuran BLH
DA Ci Leungsi
Kualitas Air Sungai
Faktor Internal
Debit Aliran
Faktor Eksternal
- Landuse - Curah Hujan
Spasial
Landuse Lokasi Sampel
Temporal
Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia
selanjutnya akan dikelompokkan berdasarkan lokasi titik pengukuran rentang tahun 2010-
2014 sehingga nantinya akan didapatkan perhitungan baku mutu air menggunakan metode
Storage and Retrevial (STORET) dan excel dari hasil pengukuran BLH Kabupaten Bogor.
Untuk data penggunaan tanah dan jaringan sungai didapatkan melalui Citra Google Maps dan
pengunaan tanah Kabupaten Bogor tahun 2010 dari BPN Kabupaten Bogor. Langkah kedua
adalah penentuan titik lokasi sampel pengukuran langsung yang didasarkan kepada lokasi
pengukuran BLH Kabupaten Bogor dan penggunaan tanah pada daerah aliran Ci Leungsi.
Langkah ketiga dengan menggunakan ArcGis 10.1 dan data dem 90x90 akan dihasilkan
luasan sub-das masing-masing lokasi titik pengukuran BLH yang terbagi menjadi 6 sub-das.
Setelah didapatkan luasan sub-das masing-masing lokasi titik sampel maka dilanjutkan
dengan perhitungan luasan jenis penggunaan tanah di masing-masing 6 sub-das tersebut.
Luasan jenis penggunaan tanah pada masing-masing sub-das akan digunakan untuk
menganalisis pengaruh dari penggunaan tanah tertentu terhadap nilai konsentrasi parameter
kualitas air di Daerah aliran Ci Leungsi. Langkah terakhir adalah pembagian wilayah
berdasarkan hasil perhitungan baku mutu air menggunakan metode Storage and Retrieval
(STORET) serta hasil dari analisis keterkaitan antara luas penggunaan tanah dengan
konsentrasi parameter kualitas air Daerah Aliran Ci Leungsi.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Lokasi Titik Pengukuran
Pemilihan lokasi titik sampel berdasarkan lokasi pengukuran Badan Pengendalian
Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor terhadap parameter fisik dan kimia air Ci Leungsi.
BLH Kabupaten Bogor setiap tahunnya melakukan pengujian kualitas air sungai Ci Leungsi
di 7 titik di sepanjang aliran sungai Ci Leungsi yang tersebar mulai dari hulu yang berada di
Ci Leungsi dan Ci Teureup, serta hilir yang berbatasan dengan Kota Bekasi dan merupakan
pertemuan dengan Ci Keas.
Tabel 1 Lokasi Sampel BLH Kabupaten Bogor
Titik Sampel Lokasi
1 Ds Tajur, Ci Teureup
2 Ds Tari Kolot, Ci Teureup
3 Kawasan CCIE Ci Teureup
Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia
4 Jembatan PT WIKA, Klapanunggal
5 Jembatan Alternatif Cibubur, Ci Leungsi
6 Kota Wisata Ci Leungsi
7 Bojong Luhur
Sumber : BLH Kabupaten Bogor
Gambar 2 Persebaran Lokasi Titik Sampel BLH dan Pengukuran Langsung
Secara keseluruhan, berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh BLH
Kabupaten Bogor, terlihat bahwa terjadi kecenderungan semakin meningkatnya konsentrasi
masing-masing parameter di lokasi pengukuran yang dimulai dari lokasi titik 1 di bagian hulu
sampai dengan lokasi titik sampel 6 di bagian hilir Daerah Aliran Ci Leungsi. Parameter yang
menunjukkan kenaikan konsentrasi pengukuran dari hulu ke hilir antara lain parameter
amonia, deterjen, TDS serta minyak dan lemak. Parameter nitrat, fosfat dan BOD mengalami
fluktuasi konsentrasi di setiap lokasi titik sampel pengukuran. Untuk melihat dengan jelas
dimana saja lokasi yang tercemar berdasarkan parameter fosfat, amonia, deterjen serta minyak
dan lemak dapat dilihat Gambar 3, Gambar 4, Gambar 5 dan Gambar 6.
Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia
4.2 Hubungan Antara Penggunaan Tanah dan Konsentrasi Parameter
Untuk memudahkan analisis hubungan antara penggunaan tanah dengan kualitas air
sungai, maka terlebih dahulu penggunaan tanah dikelompokkan menjadi 3 jenis antara lain
penggunaan tanah berupa permukiman, pertanian tanah basah dan pertanian tanah kering. Hal
ini dilakukan karena penggunaan tanah tersebut merupakan sumber utama penghasil bahan
pencemar kimia organik dan juga ketiga penggunaan tanah tersebut merupakan yang paling
dominan di setiap Sub-DAS lokasi pengukuran titik sampel oleh BLH Kabupaten Bogor.
Selain itu penggunaan tanah penghasil sumber pencemar bahan kimia organik seperti
peternakan dan industri memiliki luas yang kecil pada masing-masing Sub-DAS lokasi
pengukuran titik sampel sehingga penggunaan tanah berupa peternakan dan industri
kemungkinan besar memiliki sumbangsih yang kecil terhadap konsentrasi parameter kualitas
air di sepanjang Daerah Aliran Ci Leungsi. Pengelompokkan jenis data ini mengacu kepada
klasifikasi penggunaan tanah yang ada di buku Esensi Pembangunan Wilayah dan
Penggunaan Tanah Berencana yang terbit pada tahun 1989. Untuk mengetahui bagaimana
keterkaitan antara penggunaan tanah dengan kualitas air sungai digunakan perbandingan hasil
data pengukuran rata-rata tiap lokasi titik sampel dengan luasan input dari penggunaan tanah
berupa permukiman, pertanian tanah basah dan pertanian tanah kering yang ditampilkan
Gambar 3 Pengukuran Fosfat Gambar 4 Pengukuran Amonia
Gambar 5 Pengukuran Deterjen Gambar 6 Pengukuran Minyak dan Lemak
Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia
0.36
2.10 2.09
1.68
2.06
1.42
y = 0.018x + 1.0447 R² = 0.29373
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
0 10 20 30 40 50 60
Nitrat (m
g/L)
Permukiman (Km2)
dalam bentuk grafik, berikut adalah hasil bagaimana hubungan antara penggunaan tanah
dengan kualitas air:
Gambar 7 Grafik Permukiman dengan Konsentrasi Nitrat
Gambar 8 Grafik Perumikman dengan Konsentrasi Amonia
Berdasarkan grafik diatas dapat terlihat bahwa adanya korelasi antara penggunaan
tanah berupa permukiman dengan konsentrasi nitrat dan amonia, dengan kata lain adanya
kecenderungan semakin luas permukiman menyebabkan semakin tingginya nilai konsentrasi
nitrat dan amonia. Pertanian tanah basah berdasarkan grafik dibawah juga menunjukkan
adanya korelasi dengan konsentrasi nitrat dan amonia yang dengan kata lain adanya
kecenderungan semakin luasnya penggunaan tanah berupa pertanian tanah basah
menyebabkan semakin tingginya nilai konsentrasi nitrat dan amonia.
0.20 0.30
0.41 0.42
0.75 0.87
y = 0.0121x + 0.1064 R² = 0.88574
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
0 10 20 30 40 50 60
Amon
ia (m
g/L)
Permukiman (Km2)
Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia
Gambar 9 Grafik
Pertanian Tanah Basah
dengan Konsentrasi
Nitrat
Gambar 10 Grafik Pertanian Tanah Basah dengan Konsentrasi Amonia
Sementara itu pertanian tanah kering menunjukkan korelasi yang cukup tinggi dengan
parameter nitrat dan amonia dilihat dari grafik dengan nilai r lebih dari 0.5, dengan kata lain
semakin luas penggunaan tanah berupa pertanian tanah kering memiliki kecenderungan
mempengaruhi konsentrasi nilai parameter nitrat dan amonia.
0.36
2.10 2.09
1.68
2.06
1.42
y = 0.0173x + 0.5513 R² = 0.63439
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
0 20 40 60 80 100
Nitrat (m
g/L)
Pertanian Tanah Basah (Km2)
0.20 0.30
0.41 0.42
0.75 0.87
y = 0.006x + 0.125 R² = 0.50079
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00
0 20 40 60 80 100
Amon
ia (m
g/L)
Pertanian Tanah Basah (Km2)
Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia
0.36
2.10 2.09 1.68
2.06
1.42
y = 0.0091x + 0.8111 R² = 0.38824
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
0 20 40 60 80 100 120 140
Nitrat (m
g/L)
Pertanian Tanah Kering (Km2)
Gambar 11 Grafik
Pertanian Tanah
Kering dengan
Konsentrasi Nitrat
Gambar 12 Grafik Pertanian Tanah Kering dengan Konsentrasi Amonia
4.3 Perhitungan Baku Mutu Air Ci Leungsi
Perhitungan baku mutu air Ci Leungsi dilakukan dengan menggunakan metode
Storage and Retrieval (STORET). Untuk dapat menggunakan metode STORET data harus
kontinum. Semakin banyak pengambilan data maka hasilnya akan semakin baik dikarenakan
nantinya akan dihitung nilai maksimum, minimum serta rata-rata dari hasil pengukuran
parameter,parameter dibatasi hanya berupa parameter nitrat, amonia, fosfat, BOD, deterjen,
TDS serta minyak dan lemak, parameter ini dipilih karena merupakan bahan kimia organik
serta merupakan hasil dari penggunaan tanah berupa permukiman, pertanian tanah basah dan
0.20 0.30
0.41 0.42
0.75 0.87
y = 0.0048x + 0.0599 R² = 0.7424
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
0 50 100 150
Amon
ia (m
g/L)
Pertanian Tanah Kering (Km2)
Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia
pertanian tanah kering. Berdasarkan data hasil pengukuran BLH dan perhitungan baku mutu
air menggunakan metode STORET didapatkan bahwa di lokasi pengukuran 1 yang berada
pada bagian dulu Daerah Aliran Ci Leungsi sampai dengan lokasi pengukuran 4 yang berada
pada bagian tengah Daerah Aliran Ci Leungsi termasuk dalam kategori cemar sedang dengan
batas nilai antara -11 sampai -30, sementara itu di lokasi pengukuran 5 dan 6 yang berada
pada bagian hilir dan merupakan lokasi akumulasi termasuk dalam ketgori cemar berat
dengan nilai lebih dari -30, berikut adalah peta hasil perhitungan baku mutu air menggunakan
metode STORET:
Gambar 13 Perhitungan Baku Mutu Air Menggunakan Metode STORET
5. Kesimpulan
Penggunaan tanah yang beragam di sepanjang Daerah Aliran Ci Leungsi memberikan
pengaruh terhadap variansi kualitas air sungai. Semakin luas penggunan tanah berupa
permukiman di Daerah Aliran Sungai menunjukkan kecenderungan semakin tingginya nilai
konsentrasi senyawa nitrat, amonia, deterjen serta minyak dan lemak. Sementara itu semakin
luas penggunaan tanah berupa pertanian tanah basah dan pertanian tanah kering menunjukkan
kecenderungan semakin tingginya nilai konsentrasi senyawa nitrat dan amonia.
Kualitas air sungai berdasarkan perhitungan baku mutu air menggunakan metode
Storage dan Retrevial (STORET) didapatkan bahwa lokasi titik sampel 1 yang berada di hulu
DAS sampai dengan lokasi titik sampel 4 yang berada di bagian tengah DAS berdasarkan
peruntukan penggunaan air untuk air minum dan masuk ke dalam baku mutu air kelas 1,
merupakan lokasi dengan kualitas air golongan cemar sedang. Sementara itu untuk lokasi titik
sampel 5 dan 6 yang terdapat di bagian hilir Daerah Aliran Sungai merupakan lokasi dengan
Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia
kualitas air golongan cemar berat dikarenakan pada bagian hilir merupakan akumulasi dari
lokasi 1 sampai dengan 4.
Daftar Referensi
1) Asdak, Chay. (2007). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press
2) Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. (2015). Kabupaten Bogor Dalam Angka 2015. Kabupaten Bogor: Katalog BPS
3) Bu, H., Meng, W., Zhang, Y., & Wan, J. (2014). Relationships Between Land Use Patterns And Water Quality In The Taizi Tiver Basin, China. Ecological Indicators, 187-197
4) Carey, R. O., Migliaccio, K. W., Li, Y., Schaffer, B., Kiker, G. A., & Brown, M. T.
(2011). Land use disturbance indicators and water quality variability in the Biscayne
Bay Watershed, Florida. Ecological Indicators, 1093-1104
5) Direktur Jenderal Rehabilitasi Tanah dan Perhutanan Sosial. 2009. Peraturan Dirjen
Rehabilitasi Tanah dan Perhutanan Sosial Nomor P.04/ VSET/2009 tentang Pedoman
Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai. Jakarta: DJRLPS.
6) Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
7) Hadi A. 2007. Prinsip Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
8) Harahap. 2012. Analisis Total Zat Padatan Terlarut (Total Dissolve Solid) Dan total
Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Limbah Industri.Universitas
Sumatera Utara.
9) Jana, I Wayan. 2013. Pengaruh Aktivitas Pertanian Terhadap Kualitas Air Irigasi di
Subak Tegalampit Payangan, Gianyar, Bali. Jurusan Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Denpasar.
10) Kartono, Hari. (1989). Esensi Pembangunan Wilayah dan Penggunaan lahan 11) Berencana. Depok: Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia.
12) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
13) Laporan Status Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat Tahun 2008.
Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016
Universitas Indonesia
14) Nuralim, Pasisingi. 2014. Kualitas Perairan Sungai Ci Leungsi Bagian Hulu
Berdasarkan Kondisi Fisik-Kimia. Bogor: Program Studi Pengelolaan Sumberdaya
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
15) Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air
16) Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
17) Pradityo, Teguh. 2011. Pengaruh Perubahan Tata Guna Tanah dan Aktivitas Manusia
Terhadap Kualitas Air Sub DAS Saluran Tarum Barat. Bogor: Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.
18) Putri, WU. 2004. Evaluasi Kondisi Air Sungai dan Mata Air PDAM Tirta Pakuan
Kota Bogor [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
19) Supangat AB. 2008. Pengaruh Berbagai Penggunaan Tanah terhadap Kualitas Air
Sungai di Kawasan Hutan Pinus di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Jurnal
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 5 (3): 267 – 278.
20) Zamrin. 2007. Evaluasi Kualitas Air Sungai Cisadane di Wilayah Kabupaten Bogor
Periode 1999-2003 [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan.
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016
Recommended