View
237
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG
PERKALIAN BILANGAN DUA ANGKA SAMPAI HASIL SERATUS
PADA SISWA KELAS II SDN 06 NGRINGO JATEN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
FRIDANI SIJABAT
K7108040
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG
PERKALIAN BILANGAN DUA ANGKA SAMPAI HASIL SERATUS
PADA SISWA KELAS II SDN 06 NGRINGO JATEN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
FRIDANI SIJABAT
K7108040
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan
Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRAK
Fridani Sijabat. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN BILANGAN DUA ANGKA SAMPAI HASIL SERATUS PADA SISWA KELAS II SDN 06 NGRINGO JATEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten tahun pelajaran 2011/2012 melalui penggunaan Model Pembelajaran Kuantum dan juga untuk mendeskripsikan cara mengatasi kendala-kendala yang menghambat penggunaan Model Pembelajaran Kuantum dalam upaya meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten tahun pelajaran 2011/2012.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 siklus yang terbagi menjadi 6 kali pertemuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes, studi dokumentasi, dan observasi. Untuk validitas data, menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode, sedangkan untuk teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif komparatif, teknik analisis kritis, dan analisis data model interaktif. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten yang berjumlah 47 siswa..
Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah siswa yang nilainya ≥ 75 (KKM) pada siklus I meningkat menjadi 65,96% (31 siswa) dari prasiklus yang hanya mencapai 42,55% (20 siswa). Siklus II meningkat menjadi 91,49% (43siswa), dan siklus III meningkat menjadi 97,87% (46 siswa). Selain itu, aktivitas siswa dan kinerja guru juga mengalami peningkatan. Pada siklus I siswa yang aktif sebanyak 40 siswa, siklus II sebanyak 43 siswa, dan siklus III sebanyak 46 siswa. Kinerja guru pada siklus I mencapai nilai 3,4, siklus II meningkat menjadi 3,5, dan siklus III mencapai nilai 3,6. Untuk kendala mengenai biaya yang tinggi dalam hal pengadaan media pembelajaran, dapat diatasi dengan membuat media sederhana dengan bahan-bahan yang ada di sekitar, dan untuk kendala mengenai waktu dapat diatasi dengan latihan-latihan sebanyak mungkin dalam hal keterampilan mengelola kelas.
Simpulan dari penelitian ini adalah penggunaan Model Pembelajaran Kuantum meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten tahun pelajaran 2011/2012.
Kata kunci: model pembelajaran kuantum, kemampuan menghitung, perkalian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
ABSTRACT
Fridani Sijabat. THE USE OF QUANTUM MODEL LEARNING TO IMPROVE THE COUNTING CAPABILITIES OF MULTIPLICATION TWO NUMBERS UNTIL THE RESULT OF A HUNDRED FOR GRADE II STUDENTS IN SDN 06 NGRINGO JATEN 2011/2012. Thesis, Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University Surakarta. July 2012.
The objectives of this research are to improve the counting capabilities of multiplication two numbers until the result of a hundred for grade II in SDN 06 Ngringo Jaten 2011/2012 through the use of quantum model learning and also to describe how to overcome obstacles that have been inhibits in the use of quantum model learning in order to improve the ability to calculate multiplication two numbers until the result of a hundred for grade II in SDN 06 Ngringo Jaten 2011/2012.
The form of this research is class room action research by using cyclemodel. Every cycle consists of four stages, namely planning, implementation, observation, and reflection. This research was done about three cycles that was divided into six times meeting. Data collection techniques in this research used the test, the documentation study, and the observation. The validity of data used triangulation source technique and triangulation method. Meanwhile, technical analysis of data used the technique of descriptive comparative, the technique of critical analysis, and the analysis of data model interactive. As a subject of the study is grade II students of SDN 06 Ngringo Jaten which consisted of 47 students.
The results of this research concluded that the number of students whose value ≥ 75 (Minimum criteria of completeness/KKM) in cycle I increased to 65,96% (31 students) from precycle which just reached 42,55% (20 students). In cycle II, it increased to 91,49% (43 students). Then, it increased to 97,87% (46 students) in cycle III. Besides, student’s activities and teacher’s performance also increased. In cycle I, there were 40 active students. In cycle II, there were 43 active students. Then, there were also 46 active students in cycle III. Teacher’s performance in cycle I reached 3,4. Then, teacher’s performance also increased to 3,5 in cycle II. In cycle III, teacher’s performance reached to 3,6. To due to high costs in terms of learning, procurement media can be overcome by making simple media with materials that were around, and to the obstacles of time can be overcome by training exercises as much as possible in terms of managing skills class.
The conclusion of this research is used of quantum model learning improve the counting capabilities of multiplication two numbers until the result of a hundred for grade II students in SDN 06 Ngringo Jaten 2011/2012
Keywords: quantum learning model, the ability to calculate, multiplication
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
MOTTO
Habiskanlah dulu semua kegagalanmu, hingga yang tersisa
hanyalah keberhasilan.
(Mario Teguh)
Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah
segala rencanamu.
(Amsal 16 : 3)
Jangan membenarkan yang biasa, tapi biasakanlah yang benar.
(M. Sijabat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, ku persembahkan karya ini untuk :
Ayah (pak jabat), Ibu (bu jabat), dan adik-adikku (benni calon menantu idaman, arman
calon musisi ternama, andi calon peternak sukses), serta keluarga besar penulis yang
menjadi sumber motivasi bagi penulis.
Keluarga besar SDN 06 Ngringo Jaten Karanganyar yang selalu sabar melayani
permintaan penulis.
Rekan-rekan mahasiswa S1 PGSD angkatan 2008 dan almamaterku yang telah
melahirkan calon-calon guru yang inovatif, kreatif, berkarakter kuat, dan cerdas
(termasuk penulis hahaa!).
Che-com.
TVXQ & 2PM yang selalu menjadi tombo ngantuk disaat penulis begadang sampai
pagi (hwaiting!!).
Arere, ubur-ubur, dan menyelwati selaku fans penulis yang selalu membantu penulis
dalam pelaksanaan penelitian.
Dek Ine, koncone Arman yang telah bersedia meminjamkan camdignya selama dua
bulan, saranghaeyo!
Anisa Nurulita, my best translater forever ^^
Note book ku Hp mini 110 – 3505 white series
Para Pecinta Korea ^.^
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang,
yang memberi ilmu, inspirasi, dan motivasi. Atas kehendaknya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN BILANGAN DUA ANGKA
SAMPAI HASIL SERATUS PADA SISWA KELAS II SDN 06 NGRINGO
JATEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak.
Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.
3. Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Siti Kamsiyati, M. Pd. selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Yulianti, M. Pd. selaku Pembimbing II, yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala SDN 06 Ngringo Jaten, yang telah memberi kesempatan dan tempat
guna pengambilan data dalam penelitian.
7. Sutarni, S.Pd. SD, selaku guru kelas II SDN 06 Ngringo Jaten, yang telah
memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
8. Siswa-siswi kelas II SDN 06 Ngringo Jaten, yang telah bersedia berpartisipasi
dalam pelaksanaan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN….………………………………… ii
HALAMAN PENGAJUAN …………………………………………………. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………. iv
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. v
ABSTRAK ………………………………………………………………….. vi
ABSTRACT ………………………………………………………………… vii
MOTTO ……………………………………………………………………… viii
PERSEMBAHAN …………………………………………………………… ix
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. x
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… xiv
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xvi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………... 1
B. Perumusan Masalah …………………………………………. 3
C. Tujuan Penelitian …………………………………………….. 4
D. Manfaat Penelitian …………………………………………… 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka …………………………………………….. 6
B. Penelitian yang Relevan ……………………………………… 31
C. Kerangka Pemikiran ………………………………………….. 32
D. Hipotesis Tindakan …………………………………………… 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………... 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
B. Subjek Penelitian …………………………………………….. 36
C. Data dan Sumber Data ……………………………………….. 36
D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 36
E. Validitas Data ………………………………………………… 38
F. Teknik Analisis Data …………………………………………. 39
G. Indikator Kinerja ……………………………………………… 41
H. Prosedur Penelitian …………………………………………… 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan ………………………………………… 47
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ……………………….. 49
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus …………………… 92
D. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………. 99
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ……………………………………………………… 103
B. Implikasi ……………………………………………………… 104
C. Saran …………………………………………………………. 105
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 109
LAMPIRAN ………………………………………………………………... 111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Tahap Enaktif ………………………………………………………. 19
2.2. Tahap Ikonik …………………………………………………………. 19
2.3. Penerapan Konsep 2 x 3 pada Karton Berbentuk Bintang ………….. 20
2.4. Penerapan Konsep 3 x 2 pada Karton Berbentuk Bintang ………….. 21
2.5. Perkalian sebagai Penjumlahan Berulang pada Soal Bergambar …… 25
2.6. Perkalian dengan Menggambar Garis Vertikal dan Horisontal ……... 26
2.7. Perkalian dengan Jarimatika ………………………………………… 26
2.8. Permainan Ular Tangga Perkalian …………………………………… 27
2.9. Kerangka Berpikir……………………………………………………. 33
3.1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ……………………………….. 35
3.2. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif …………….. 40
3.3. Siklus Penelitian……………………………………………………… 42
4.1. Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas II Materi Perkalian
Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus Prasiklus ………………. 48
4.2. Grafik Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ……………. 55
4.3. Grafik Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus I………………………… 56
4.4. Grafik Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus I ………………… 57
4.5. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter
Siklus I ……………………………………………………………….. 59
4.6. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial
Siklus 1 ………………………………………………………………. 60
4.7. Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas II Materi Perkalian
Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus Siklus I ………………… 61
4.8. Grafik Data Hasil Penelitian Siklus I………………………………… 63
4.9. Grafik Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II …………… 69
4.10. Grafik Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus II …………………. 71
4.11. Grafik Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus II ……………….. 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
4.12. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter
Siklus II………………………………………………………………. 74
4.13. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial
Siklus II………………………………………………………………. 75
4.14. Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas II Materi Perkalian
Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus Siklus II ……………….. 76
4.15. Grafik Data Hasil Penelitian Siklus II ……………………………….. 78
4.16. Grafik Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III ………….. 84
4.17. Grafik Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus III ……………….. 86
4.18. Grafik Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus III ………………. 87
4.19. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter
Siklus II ……………………………………………………………… 88
4.20. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial
Siklus III……………………………………………………………… 89
4.21. Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas II Materi Perkalian
Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus Siklus III ………………. 90
4.22. Grafik Data Hasil Penelitian Siklus III ………………………………. 92
4.23. Grafik Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Kognitif Antarsiklus …. 94
4.24. Grafik Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Psikomotor
Antarsiklus …………………………………………………………… 95
4.25. Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Afektif Perilaku Berkarakter
Antarsiklus ………….………………………………………………. 96
4.26. Grafik Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Afektif Keterampilan
Sosial Antarsiklus ……………………………………………………. 97
4.27. Grafik Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Antarsiklus …………………………………………………………… 98
4.28. Grafik Perbandingan Hasil Pengamatan Kinerja Guru Antarsiklus … 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Tabel Perkalian Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus ……….. 24
4.1. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Prasiklus …………………….. 47
4.2. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ……………………. 55
4.3. Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus I ………………………….. 56
4.4. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus I ….. 57
4.5. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku
Berkarakter Siklus I …………………………………………………. 58
4.6. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan
Sosial Siklus I………………………………………………………… 60
4.7. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Siklus 1………………………. 61
4.8. Data Hasil Penelitian Siklus I………………………………………… 62
4.9. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II …………………… 69
4.10. Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus II ………………………… 71
4.11. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus II …. 72
4.12. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku
Berkarakter Siklus II…………………………………………………. 73
4.13. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan
Sosial Siklus II ……………………………………………………….. 75
4.14. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Siklus II ……………………… 76
4.15. Data Hasil Penelitian Siklus II……………………………………….. 77
4.16. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III ………………….. 84
4.17. Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus III………………………… 85
4.18. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus III… 86
4.19. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku
Berkarakter Siklus III………………………………………………… 88
4.20. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan
Sosial Siklus III………………………………………………………. 89
4.21. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Siklus III …………………….. 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
4.22. Data Hasil Penelitian Siklus III …………………………………….... 91
4.23. Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Kognitif Antarsiklus ………… 94
4.24. Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Psikomotor Antarsiklus ……… 95
4.25. Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Afektif Perilaku
Berkarakter Antarsiklus ……………………………………………… 96
4.26. Grafik Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Afektif Keterampilan
Sosial Antarsiklus …………………………………………………… 97
4.27. Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Antarsiklus ……… 98
4.28. Perbandingan Hasil Pengamatan Kinerja Guru Antarsiklus ………… 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Silabus ………………………………………………………………….. 111
2 RPP Siklus I Pertemuan 1 ………………………………………………. 114
3 RPP Siklus I Pertemuan 2 ………………………………………………. 126
4 RPP Siklus II Pertemuan 1 ……………………………………………… 138
5 RPP Siklus II Pertemuan 2 ……………………………………………… 150
6 RPP Siklus III Pertemuan 1 …………………………………………….. 162
7 RPP Siklus III Pertemuan 2 …………………………………………….. 175
8 Daftar Nilai Siswa Prasiklus ……………………………………………. 188
9 Daftar Nilai Siswa Siklus I ……………………………………………… 190
10 Daftar Nilai Siswa Siklus II ……………………………………………. 192
11 Daftar Nilai Siswa Siklus III …………………………………………… 194
12 Pedoman Pengamatan Penggunaan Media Sedotan ……………………. 196
13 Lembar Pengamatan Psikomotor Siklus I Pertemuan 1 ………………… 199
14 Lembar Pengamatan Psikomotor Siklus I Pertemuan 2 ………………… 202
15 Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus I …………………………… 205
16 Pedoman Pengamatan Penggunaan Media Jarimatika …………………. 206
17 Lembar Pengamatan Psikomotor Siklus II Pertemuan 1 ……………….. 209
18 Lembar Pengamatan Psikomotor Siklus II Pertemuan 2 ……………….. 212
19 Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus II …………………………... 215
20 Pedoman Pengamatan Penggunaan Media Ular Tangga ……………….. 216
21 Lembar Pengamatan Psikomotor Siklus III Pertemuan 1 ………………. 218
22 Lembar Pengamatan Psikomotor Siklus III Pertemuan 2 ……………… 221
23 Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus III …………………………. 224
24 Pedoman Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter …………………… 225
25 Lembar Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus I
Pertemuan 1 ……………………………………………………………... 227
26 Lembar Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus I
Pertemuan 2 …………………………………………………………….. 230
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xix
27 Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus I …………. 233
28 Lembar Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus II
Pertemuan 1 ……………………………………………………………... 234
29 Lembar Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus II
Pertemuan 2 ……………………………………………………………... 237
30 Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus II ………… 240
31 Lembar Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus III
Pertemuan 1 ……………………………………………………………... 241
32 Lembar Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus III
Pertemuan 2 ……………………………………………………………... 244
33 Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus III ……….. 247
34 Pedoman Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial ……………………. 148
35 Lembar Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus I
Pertemuan 1 ……………………………………………………………... 250
36 Lembar Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus I
Pertemuan 2 …………………………………………………………….. 253
37 Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus I ………….. 256
38 Lembar Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus II
Pertemuan 1 ……………………………………………………………... 257
39 Lembar Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus II
Pertemuan 2 ……………………………………………………………... 260
40 Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus II ………… 263
41 Lembar Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus III
Pertemuan 1 …………………………………………………………….. 264
42 Lembar Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus III
Pertemuan 2 …………………………………………………………….. 267
43 Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus III ……….. 270
44 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa …………………………………… 271
45 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ………………. 272
46 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ………………. 274
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xx
47 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ……………... 276
48 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 …………….. 278
49 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 1 ……………. 280
50 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 2 ……………. 282
51 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa …………………………………. 284
52 Lembar Penilaian Guru Siklus I Pertemuan 1…………………………… 285
53 Lembar Penilaian Guru Siklus I Pertemuan 2 …………………………... 287
54 Lembar Penilaian Guru Siklus II Pertemuan 1 …………………………. 289
55 Lembar Penilaian Guru Siklus II Pertemuan 2 …………………………. 291
56 Lembar Penilaian Guru Siklus III Pertemuan 1 ………………………… 293
57 Lembar Penilaian Guru Siklus III Pertemuan 2 ………………………… 295
58 Data Hasil Penilaian Guru ……………………………………………… 297
59 Peta Konsep …………………………………………………………….. 298
60 Kisi –Kisi Soal Evaluasi Prasiklus ……………………………………… 299
61 Data Riil Siswa …………………………………………………………. 301
62 Dokumentasi Tindakan Penelitian ……………………………………… 307
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
tingkat pendidikan dasar. Muhsetyo (2009) berpendapat, “Sebagai pengetahuan
matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten,
hirarkis, dan logis” (hlm. 12). Muhsetyo (mengutip simpulan Soedjadi, 1999) juga
manyatakan bahwa keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu
fakta, konsep, operasi, dan prinsip (2009:12). Ciri keabstrakan matematika beserta
ciri lainnya yang tidak sederhana menyebabkan matematika tidak mudah untuk
dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap
matematika. Padahal, matematika merupakan bekal yang sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, karena tidak ada sesuatu apapun di dunia ini yang lepas
dari matematika.
Salah satu kompetensi Mata Pelajaran Matematika pada kelas II sekolah
dasar adalah kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil
seratus. Kemampuan menghitung merupakan salah satu kemampuan yang penting
dalam kehidupan sehari-hari (Aisyah, 2007). Karena dapat dikatakan bahwa
dalam semua aktivitas kehidupan semua manusia memerlukan kemampuan ini,
sehingga kompetensi ini begitu penting untuk diberikan kepada siswa. Oleh
karena itu, semua manusia hendaknya menguasai kemampuan menghitung
perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus. Namun hal ini berbanding
terbalik dengan apa yang diharapkan. Sebagian besar dari siswa kelas II SDN 06
Ngringo masih belum menguasai kemampuan menghitung perkalian bilangan dua
angka sampai hasil seratus. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada Mata
Pelajaran Matematika kompetensi perkalian bilangan dua angka sampai hasil
seratus yang masih cukup rendah. Terbukti dari hasil evaluasi ulangan harian yang
telah dilakukan pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten, dari 47 siswa kelas II
yang mengikuti ulangan harian hanya 20 siswa yang nilainya dapat memenuhi
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 75 yang ditentukan, yaitu sekitar 42,55%.
Sementara siswa yang belum tuntas jumlahnya mencapai 27 siswa, yaitu sekitar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
57,45%. Hasil ulangan harian ini menunjukkan bahwa siswa kelas II masih
banyak yang belum menguasai kompetensi ini.
Data awal yang telah didapatkan yang berupa nilai siswa, kemudian
peneliti melakukan refleksi dan diperoleh informasi bahwa penyebab dari
sedikitnya jumlah siswa yang nilainya dapat mencapai KKM adalah dikarenakan
pembelajarannya masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional.
Perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus yang diajarkan dengan Model
Pembelajaran Konvensional tidak berjalan efektif dan kurang bermakna, sebab
model pembelajaran ini hanya mengalirkan pengetahuan dari guru kepada siswa,
sehingga mengakibatkan peranan guru menjadi sangat dominan, sedangkan
peranan siswa sangat pasif.
Dalam penerapannya Model Pembelajaran Konvensional juga tidak
mengenal adanya interaksi, sebab hanya gurulah sumber segala informasi,
sedangkan siswa bertugas untuk duduk diam di kursi, mendengarkan penjelasan
dari guru, dan kemudian mencatatnya di buku. Model pembelajaran seperti ini
tentulah sangat membosankan dan sama sekali tidak menarik bagi siswa. Hal
inilah yang akan membuat minat siswa terhadap pembelajaran matematika
menurun. Dan jika dibiarkan berlanjut, maka akan menyebabkan merosotnya hasil
belajar matematika siswa dan juga dapat berdampak buruk bagi kehidupan sehari-
hari siswa. Dalam kehidupan sehari-harinya kelak siswa tidak akan mampu
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kemampuan menghitung
perkalian. Hal ini tentu saja tidak dapat dibiarkan berlarut-larut dan harus segera
diatasi dengan cara mengganti model pembelajaran konvensional dengan model-
model pembelajaran yang jauh lebih inovatif, kreatif, efektif, berpusat pada siswa,
dan menggembirakan siswa. Salah satu dari model pembelajaran tersebut adalah
Model Pembelajaran Kuantum.
Model Pembelajaran Kuantum merupakan model pembelajaran yang menarik, dimana guru diibaratkan berperan sebagai seorang maestro atau konduktor, dan suasana di dalam ruangan kelas diibaratkan sebagai suasana sebuah konser musik, sedangkan setiap siswa adalah alat-alat musik seperti seruling dan gitar, yang memiliki suara yang berbeda, sebagaimana setiap siswa yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda (De Porter, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Dari uraian di atas diketahui bahwa Model Pembelajaran Kuantum
merupakan model pembelajaran yang sangat menarik, sebab model pembelajaran
ini menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar. Dengan
menggunakan Model Pembelajaran Kuantum, guru dapat menggabungkan
keistimewaan-keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang
akan melejitkan prestasi siswa. Model Pembelajaran Kuantum adalah
penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Selain itu, Model
Pembelajaran Kuantum juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan
yang memaksimalkan momen belajar.
Dalam pelaksanaannya Model Pembelajaran Kuantum menerapkan
langkah-langkah pengajaran dengan enam langkah yang tercermin dalam istilah
TANDUR, yaitu : Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan
Rayakan yang diharapkan akan mampu menarik perhatian siswa, menjadikan
siswa selalu aktif dalam pembelajaran yang secara tidak langsung akan
membangun interaksi yang multi arah, menyenangkan dan bermakna bagi siswa,
serta memunculkan kreativitas dari dalam diri siswa, sehingga guru hanya
berfungsi sebagai fasilitator saja dan bukan sebagai pusat pembelajaran.
Penerapan model ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada Mata Pelajaran Matematika kompetensi perkalian bilangan dua angka
sampai hasil seratus pada siswa kelas II. Oleh karena itu, berdasarkan latar
belakang tersebut di atas, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul
“Penggunaan Model Pembelajaran Kuantum untuk Meningkatkan Kemampuan
Menghitung Perkalian Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus pada Siswa
Kelas II SDN 06 Ngringo Jaten Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah penggunaan Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan
kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus
pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten tahun pelajaran 2011/2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2. Kendala-kendala apa sajakah yang menghambat penggunaan Model
Pembelajaran Kuantum dalam upaya meningkatkan kemampuan menghitung
perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada siswa kelas II SDN 06
Ngringo Jaten tahun pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka
sampai hasil seratus melalui penggunaan Model Pembelajaran Kuantum pada
siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten tahun pelajaran 2011/2012.
2. Untuk mendeskripsikan cara mengatasi kendala-kendala yang menghambat
penggunaan Model Pembelajaran Kuantum dalam upaya meningkatkan
kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus
pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten tahun pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Adapun manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis,
yaitu: memberikan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika khususnya perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus dan
dapat digunakan sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini selain memiliki manfaat secara teoritis juga memiliki
manfaat praktis yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak berikut:
a. Bagi Guru
1) Bertambahnya pengalaman guru dalam mengelola pembelajaran
matematika.
2) Meningkatnya kinerja guru yang profesional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
3) Bertambahnya kepercayaan diri guru dalam menggunakan model
pembelajaran yang inovatif.
b. Bagi Siswa
1) Meningkatnya kemampuan Matematika siswa dalam menghitung
perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus.
2) Meningkatnya hasil belajar pada mata pelajaran Matematika kompetensi
perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus.
3) Bertambahnya motivasi siswa untuk belajar Matematika.
c. Bagi Sekolah
1) Mampu menjadi acuan untuk selalu mengadakan inovasi pembelajaran
ke arah yang lebih baik khususnya bagi sekolah dasar tempat penelitian
ini dilaksanakan.
2) Memperbaiki dan meningkatnya proses pembelajaran Matematika di
kelas II SDN 06 Ngringo Jaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Model Pembelajaran Kuantum
a. Pengertian Model Pembelajaran
Hakikat mengajar menurut Sugiyanto (mengutip simpulan Joyce
dan Weil, 1986) adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide,
keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan
cara-cara belajar bagaimana belajar (2009: 3). Tujuan jangka panjang
kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa mencapai kemampuan
secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif di masa
mendatang. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya kerangka
pembelajaran secara konseptual yang disebut dengan model pembelajaran.
Ada beberapa definisi model pembelajaran menurut para ahli, diantaranya
Anitah (2009) menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan “Suatu
kerangka berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu” (hlm. 45). Pakar
pendidikan yang lain mengemukakan bahwa
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sugiyanto (mengutip simpulan Winataputra, 2001), 2009).
Sementara itu Abimanyu (mengutip simpulan Joyce & Weil, 1986),
menyatakan bahwa
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (2008).
Dari berbagai pengertian model pembelajaran di atas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu kerangka berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
yang menggambarkan prosedur yang sistematis yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Jenis-Jenis Model Pembelajaran
Seiring berkembangnya jaman, ada banyak model pembelajaran
baru yang dikembangkan oleh para ahli sebagai inovasi dan reformasi dari
model pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan tantangan dimasa
sekarang dan dimasa mendatang. Diantaranya, menurut Sugiyanto model
pembelajaran terdiri dari Model Pembelajaran Kontekstual, Model
Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Kuantum, Model
Pembelajaran Terpadu, dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (2009),
sedangkan Anitah menyatakan jenis-jenis model pembelajaran terdiri dari
belajar kolaboratif, pembelajaran kontekstual, belajar memecahkan masalah
dan penemuan, belajar melalui pengalaman, pembelajaran terpadu, quantum
learning, dan resource-based learning (2009).
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Abimanyu (mengutip simpulan Joyce & Weil, 1986) dalam mengklasifikasikan model-model pembelajaran ke dalam empat rumpun model, yaitu rumpun model pengolahan informasi, rumpun model personal, rumpun model interaksi sosial, dan rumpun model sistem perilaku (2008).
Dari berbagai jenis model pembelajaran yang telah disebutkan di
atas, yaitu Model Pembelajaran Kontekstual, Model Pembelajaran
Kooperatif, Model Pembelajaran Kuantum, Model Pembelajaran Terpadu,
Model Pembelajaran Berbasis Masalah, belajar memecahkan masalah dan
penemuan, belajar melalui pengalaman, resource-based learning, rumpun
model pengolahan informasi, rumpun model personal, rumpun model
interaksi sosial, dan rumpun model sistem perilaku, model pembelajaran
yang diterapkan dan diteliti oleh peneliti dalam penelitian kali ini adalah
Model Pembelajaran Kuantum. “Sesuai dengan paradigma yang
mendasarinya (konstruktivistik), maka pembelajaran kuantum
mengedepankan unsur-unsur: kebebasan, santai, menakjubkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
menyenangkan, dan menggairahkan” (Anitah, 2009:76). Model
pembelajaran ini sangat tepat jika diterapkan pada Mata Pelajaran
Matematika. Mengingat bahwa, “Ciri keabstrakan matematika beserta ciri
lainnya yang tidak sederhana, menyebabkan matematika tidak mudah untuk
dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap
matematika (membenci atau alergi terhadap matematika)” (Muhsetyo, 2009:
12). Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti memilih Model Pembelajaran
Kuantum sebagai jembatan untuk mengatasi permasalahan matematika pada
siswa kelas II SDN 06 Ngringo dalam menghitung perkalian bilangan dua
angka sampai hasil seratus.
b. Pengertian Model Pembelajaran Kuantum
Kuantum berasal dari bahasa Inggris “quantum”. A’la (2011)
berpendapat bahwa, “Kata quantum ini berarti interaksi yang mengubah
energi menjadi cahaya” (hlm. 21). Jadi, Model Pembelajaran Kuantum
adalah model pembelajaran yang menciptakan lingkungan belajar yang
efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan
lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.
Sementara itu, pembelajaran kuantum menurut De Porter adalah
penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar
momen belajar (2010), sedangkan menurut Sugiyanto pembelajaran
kuantum merupakan falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat
umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah
(2009). Pakar pendidikan yang lain menyatakan bahwa,
“In quantum learning students are required to think, explore, and construct knowledge from their experiences with the guide question given by the teacher. Students should solve a problem through discussion and present their solution. The teacher only facilitates, guide, and encourage enjoyable and cheerful learning (Kusno & Purwanto J, 2011: 85).”
Yang atinya, dalam pembelajaran kuantum, siswa dituntut untuk berpikir,
menyelidiki, dan membangun pengetahuan dari pengalaman siswa dengan
pertanyaan panduan yang diberikan oleh guru. Siswa harus memecahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
masalah melalui diskusi dan memberikan jawabannya. Guru hanya
memfasilitasi, memandu, dan memberi kenyamanan dan pembelajaran yang
menyenangkan.
Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa Model Pembelajaran Kuantum adalah model pembelajaran yang
menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan, dengan
cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya
melalui penggubahan bermacam-macam interaksi yang terjadi di dalam
kelas atau di sekitar momen belajar. Menurut Janzen, Perry & Edwards
(2011), “The quantum perspective of learning environments often consist of
virtual classrooms that can be designed to accommodate the quantum
learner”. Maksudnya dalam pandangan pembelajaran kuantum,
lingkungannya sering kali berupa kelas sungguhan yang dapat disesuaikan
untuk melengkapi kebutuhan siswa. Dalam artian untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan, guru terlebih dahulu harus menciptakan
suasana yang kondusif yang merangsang minat siswa untuk belajar sehingga
siswa selalu bergairah dalam mengikuti pembelajaran dengan cara
menggubah interaksi-interaksi yang terjadi di dalam kelas, sehingga
diharapkan interaksi-interaksi ini nantinya dapat meningkatkan kemampuan
dan bakat alamiah siswa.
Interaksi yang dimaksudkan di sini ialah penyampaian pesan
pembelajaran. “Dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas
yang guru bagikan hingga rancangan pelajaran guru, keseluruhannya
mengirim pesan tentang belajar yang akan disampaikan dalam pengajaran
tersebut” (A’la, 2011: 29). Jadi semua anggota tubuh bisa dijadikan alat
untuk pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru. Selain itu, dalam
sebuah kelas bukan hanya guru yang berhak berbicara, namun semua yang
ada di dalam kelas memiliki hak yang sama untuk saling berargumentasi
dan menyatakan apa yang ada dalam benak pikiran. Dan ini tentu sangat
efektif dalam pembelajaran karena tidak ada yang merasa menguasai forum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Dengan kata lain dapat diartikan bahwa interaksi yang dimaksudkan dalam
pembelajaran kuantum adalah interaksi yang multiarah.
c. Karakteristik Umum Model Pembelajaran Kuantum
Model Pembelajaran Kuantum memiliki karakteristik umum yang
dapat memantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik
umum yang tampak membentuk sosok pembelajaran Kuantum sebagai
berikut:
1) Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum yang dipakai.
2) Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris “hewan-istis”, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya.
3) Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan positivitas empiris, behavioristis. Karena itu, nuansa konstruktivisme dalam pembelajaran kuantum relatif kuat.
4) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.
5) Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
6) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.
7) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.
8) Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
9) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup, dan prestasi fisikal atau material.
10) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran.
11) Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.
12) Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran (Dwijiastuti (2008); Sugiyanto, 2009).
Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan
fisika kuantum. Pembelajaran kuantum dengan fisika kuantum memang
memiliki kemiripan dalam konsep kuantum, yaitu perubahan energi menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
cahaya, namun yang menjadi perbedaanya adalah kuantum yang melekat
pada kata pembelajaran memiliki interaksi-interaksi yang mengubah energi
menjadi cahaya. Psikologi kognitif berpendapat bahwa “Anak akan belajar
mandiri secara aktif apabila menerima rangsang-rangsang dari luar dirinya”
(Kurnia, 2007: 68). Dengan demikian pembelajaran kuantum bukan
merupakan perununan dari fisika kuantum, melainkan hanya sebuah analogi.
Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, yang menganggap semua
usaha yang dilakukan manusia patut dihargai dan kesalahan dipandang
sebagai gejala manusiawi. Pembelajaran kuantum lebih bersifat
konstruktivistik. Dalam artian, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran
atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh
stimulan yang simbang agar pembelajaran berhasil baik. Pembelajaran
kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna,
bukan sekedar transaksi makna, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kuantum sangat mementingkan adanya komunikasi.
Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Pendeknya, menurut
pembelajaran kuantum proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan
keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala hambatan dan halangan yang dapat
melambatkan proses pembelajaran harus disingkirkan. Pembelajaran
kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses
pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat, sebab
kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat,
rileks, santai, dan menyenangkan, sedangkan keartifisialan dan kepura-
puraan menimbulkan suasana tegang, kaku, dan membosankan.
Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan
proses pembelajaran sebab proses pembelajaran yang tidak bermutu
membuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi
pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang
memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran
meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan
belajar untuk belajar dan keterampilan hidup. Antara konteks dan isi tidak
terpisahkan, sebab keduanya saling mendukung. Pembelajaran kuantum
memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis,
keterampilan dalam hidup, dan prestasi fisikal atau material. Dikatakan
demikian karena pembelajaran yang berhasil bukan hanya dari segi
terbentuknya keterampilan akademis dan prestasi fisikal siswa, namun yang
lebih penting lagi adalah terbentuknya keterampilan hidup siswa.
Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian
penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses
pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu, siswa harus memiliki nilai dan
keyakinan positif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kuantum
mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan
ketertiban, sehingga dapat dikatakan keberagaman dan kebebasan
merupakan kata kunci selain interaksi. Pembelajaran kuantum
mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa
berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.
Karakteristik-karakteristik Model Pembelajaran Kuantum di atas
sangat membantu peneliti dalam menerapkan Model Pembelajaran Kuantum
di dalam kelas, sebab karakteristik-karakteristik tersebut memperjelas
batasan-batasan yang membedakan antara Model Pembelajaran Kuantum
dengan model pembelajaran yang lainnya, sehingga dalam penerapannya
tidak terjadi kekeliruan.
d. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Kuantum
Model Pembelajaran Kuantum dibangun atas prinsip-prinsip
mengenai pembelajaran dan pebelajar. De Porter berpendapat bahwa segala
hal yang dilakukan dalam kerangka quantum teaching, setiap rancangan
kurikulumnya, dan setiap metode instruksional dibangun atas dasar prinsip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia
mereka (2010). Prinsip ini ingin mengingatkan guru pada pentingnya
memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama, sebab mengajar adalah hak
yang harus diberikan oleh siswa itu sendiri sebagai tanda bahwa guru telah
diberi ijin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan siswa
menuju ke ilmu pengetahuan yang lebih luas.
Prinsip di atas didukung oleh beberapa prinsip pembelajaran
kuantum yang lain. Prinsip pembelajaran kuantum menurut Anitah ialah:
segalanya berbicara, segalanya bertujuan, berangkat dari pengalaman, hargai
setiap usaha, dan rayakan setiap usaha (2009). Segalanya berbicara artinya,
segala sesuatu di lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas
yang dibagikan sampai rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan
tentang belajar. Segalanya bertujuan, artinya semua yang terjadi dalam
penggubahan mempunyai tujuan. Berangkat dari pengalaman, dalam artian
proses belajar paling baik terjadi ketika peserta didik telah mengalami
informasi sebelum memperoleh label untuk sesuatu yang dipelajari. Hargai
setiap usaha, sebab belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah
keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, siswa
patut mendapat pengakuan atas kecakapan atau kepercayaan dirinya.
Rayakan setiap keberhasilan, sebab perayaan memberikan umpan balik
tentang kemauan belajar dan mengingatkan asosiasi emosi positif
e. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kuantum
Dalam penelitian ini bukanlah tanpa alasan mengapa Kuantum
dipilih oleh peneliti untuk dijadikan objek penelitian. Kuantum dijadikan
sebagai objek penelitian dikarenakan model pembelajaran ini memiliki
beberapa kelebihan atau ciri khas jika dibandingkan dengan model-model
pembelajaran yang lain. Kelebihan-kelebihan atau ciri khas tersebut
diantaranya:
1) Adanya unsur demokrasi dalam pengajaran. Hal ini terlihat sekali dalam penerapan Quantum Teaching terdapat unsur-unsur kesempatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
yang luas kepada seluruh para siswa untuk terlibat aktif dan partisipasi dalam tahapan-tahapan kajian terhadap suatu mata pelajaran.
2) Adanya kepuasan pada diri si anak. Hal ini sangat terlihat dari adanya pengakuan terhadap temuan dan kemampuan yang ditunjukkan oleh si anak sehingga secara proporsional anak akan mampu memahami dan mengerti akan apa yang telah disampaikan dengan cepat tanpa adanya hambatan yang besar.
3) Adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan. Hal ini terlihat dari adanya pengulangan terhadap sesuatu yang sudah dikuasai si anak, sehingga jika seandainya ada materi yang kurang begitu dipahami, maka dengan sendirinya si anak akan paham karena materi yang diberikan memungkinkan untuk diulang agar kesemuanya mampu untuk diserap.
4) Adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan si anak, dalam membentuk konsep, teori, model, dan sebagainya. Ini sangat penting karena antara sang guru dan anak didik akan mampu terjalin ikatan emosional yang begitu kuat antara keduanya (A’la, 2011: 41).
Selain dari pendapat ahli di atas, selama penelitian dilaksanakan
peneliti juga menemukan beberapa kelebihan Model Pembelajaran
Kuantum, diantaranya dengan Model Pembelajaran Kuantum siswa dapat
belajar dari mana saja, tidak terbatas hanya pada sumber dari buku atau
penjelasan dari guru saja tetapi juga melalui pengalamannya sendiri. Selain
itu, Model Pembelajaran Kuantum membentuk siswa yang aktif, karena
dengan model ini siswa bukan hanya sebagai objek yang hanya menerima
melainkan juga sebagai pelaku dalam proses pembelajaran, sehingga dapat
menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar. Kelebihan yang terakhir ialah,
Model Pembelajaran Kuantum mempercepat pemahaman siswa karena
siswa mengalami apa yang dipelajari secara langsung.
Model Pembelajaran Kuantum selain memiliki kelebihan juga
memiliki beberapa kelemahan, diantaranya memerlukan biaya yang cukup
tinggi dalam hal pengadaan media pembelajaran yang menunjang proses
pembelajaran dengan Model Pebelajaran Kuantum. Selain itu Model
Pembelajaran Kuantum juga membutuhkan waktu yang relatif lama dalam
penerapannya. Namun demikian, kelemahan-kelemahan tersebut dapat
teratasi. Untuk mengatasi permasalahan mengenai biaya yang cukup tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dalam pengadaan media, guru dapat membuat media yang sederhana sendiri
dengan bahan-bahan yang ada di sekitar, sehingga dapat mengurangi biaya
yang cukup tinggi. Dan untuk masalah waktu yang cukup lama, dapat
diatasi dengan latihan-latihan sebanyak mungkin dalam hal keterampilan
mengelola kelas, sehingga waktu yang tersedia dapat dipergunakan seefektif
mungkin.
Dari uraian di atas dapat simpulkan bahwa Model Pembelajarn
Kuantum lebih banyak memiliki kelebihan dibandingkan kelemahan. Dan
kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh Model Pembelajaran Kuantum
pun masil dapat diatasi. Oleh karena itulah peneliti memutuskan untuk
mengunggulkan model pembelajaran ini dalam penelitian.
f. TANDUR Sebagai Kerangka Perencanaan Model Pembelajaran Kuantum
Proses pembelajaran yang menerapkan kuantum sebagai model
pembelajarannya mengenal langkah-langkah atau kerangka perencanaan
pembelajaran yang dikenal dengan istilah TANDUR. Menurut De Porter
langkah-langkah tersebut disingkat menjadi akronim TANDUR untuk
memudahkan mengingatnya (2010). TANDUR merupakan akronim dari
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Unsur-
unsur ini membentuk basis struktur yang melandasi Model Pembelajaran
Kuantum. TANDUR menurut De Porter (2010) :
1) TumbuhkanTumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BAgiKu” (AMBAK), dan manfaat kehidupan pelajar.
2) AlamiCiptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.
3) NamaiSediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi; sebuah “masukan”.
4) DemonstrasikanSediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”.
5) UlangiTunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
6) RayakanPengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan (hlm. 39).
Kerangka TANDUR ingin menegaskan bahwa hal pertama yang
harus dilakukan guru dalam pembelajaran adalah menumbuhkan suasana
yang sangat menyenangkan dan menggembirakan di hati setiap siswa dalam
suasana rileks, guru berinteraksi dengan siswa, masuk ke alam pikiran
siswa, dan meyakinkan siswa mengapa harus mempelajari materi. Langkah
kedua, guru harus memberikan siswa pengalaman belajar, sebab
pengalaman membangun rasa keingintahuan siswa, menciptakan
pertanyaan-pertanyaan dalam benak siswa, membuat siswa penasaran dan
akhirnya akan membawa siswa pada langkah selanjutnya, yaitu penamaan.
Penamaan merupakan informasi, fakta perumusan fikiran, tempat dan
sebagainya. Selanjutnya yang harus dilakukan oleh guru adalah memberi
kesempatan atau peluang pada siswa untuk menunjukkan tingkat
pemahaman atau penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
Kemudian setelah itu, guru mengajak siswa untuk mengulang apa yang baru
saja mereka pelajari. Dan yang terakhir, guru mengajak siswa untuk
merayakan pembelajaran yang telah berakhir untuk menghormati setiap
usaha dan ketekunan siswa selama proses pembelajaran dengan cara
bersorak, bertepuk tangan, bernyanyi, atau menari.
Kerangka TANDUR dapat membawa siswa menjadi tertarik dan
berminat pada pembelajaran, karena kerangka ini memastikan bahwa siswa
mengalami pembelajaran, berlatih, dan menjadikan isi pelajaran nyata bagi
siswa itu sendiri, dan akhirnya dapat mencapai kesuksesan dalam belajar.
2. Hakikat Kemampuan Menghitung Perkalian bilangan Dua angka Sampai
Hasil Seratus
a. Pengertian Kemampuan
Kemampuan berbeda halnya dengan keterampilan. “Kemampuan
adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau
pekerjaan yang dibebankan kepadanya” (Mulyasa, 2008:29). Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Sunarto (2008) menyatakan bahwa, “Kemampuan adalah daya untuk
melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan” (hlm.
120). Sementara itu Karim (mengutip simpulan Gagne) mendefinisikan,
“Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam
kondisi yang telah ditentukan” (1997:26). Dari uraian pendapat para ahli di
atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan suatu daya atau
kecakapan yang dimiliki oleh individu untuk melakukan suatu tugas,
tindakan, atau pekerjaan yang telah dibebankan kepadanya sebagai hasil dari
pembawaan dan latihan dalam kondisi yang telah ditentukan. Salah satu
contoh dari kemampuan tersebut adalah kemampuan menghitung perkalian.
b. Pengertian Kemampuan Menghitung Perkalian
Kemampuan menghitung merupakan salah satu kemampuan yang
penting dalam kehidupan sehari-hari (Aisyah, 2007). Karena dapat
dikatakan bahwa dalam semua aktivitas kehidupan semua manusia
memerlukan kemampuan ini, sehingga kompetensi ini begitu penting untuk
diberikan kepada siswa. Dan dalam penelitian ini peneliti akan meneliti
tentang kemampuan menghitung perkalian. Kemampuan menghitung
perkalian merupakan salah satu materi dari Mata Pelajaran Matematika, oleh
karena itu akan diulas mengenai matematika terlebih dahulu.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
tingkat pendidikan dasar merupakan mata pelajaran yang dianggap paling
menakutkan bagi sebagian besar siswa sekolah dasar. Hal ini terjadi karena
siswa belum memahami apa tujuan diajarkannya matematika di sekolah
dasar. Namun sebelum membahas tentang tujuan matematika di sekolah
dasar, terlebih dahulu akan dibahas mengenai arti dari matematika itu
sendiri. Van De Walle berpendapat, “Matematika merupakan ilmu tentang
pola dan urutan” (2008:12), sedangkan menurut Heruman (mengutip
simpulan Russefendi, 1991) menyatakan, “Matematika adalah bahasa
simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif,
ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi mulai dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau
postulat, dan akhirnya ke dalil” (2008:1). Sementara itu menurut
Abdurrahman (mengutip simpulan Kline, 1981), “Matematika merupakan
bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar
deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif” (2009:252).
Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah
ilmu tentang pola dan urutan yang merupakan bahasa simbol dengan
menggunakan cara bernalar deduktif dan induktif tentang pola keteraturan
dan struktur yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke
unsur yang didefinisikan.
Matematika di pendidikan dasar diajarkan berdasarkan teori-teori
yang melandasinya. Teori-teori matematika tersebut antara lain adalah Teori
Belajar Bruner dan Teori Belajar Richard Skemp.
Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S. Bruner seorang ahli
psikologi dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori
aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan
memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berpikir. Dasar
pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir,
dan pencipta informasi. Bruner menyatakan bahwa belajar merupakan suatu
proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru
diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.
Aisyah (mengutip simpulan Bruner, 1990) berpendapat belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-strukturmatematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Menurut Bruner, agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual siswa dalam mempelajari sesuatu pengetahuan, diperlukan adanya tiga model tahapan, yaitu model tahap enaktif, model tahap ikonik, dan model tahap simbolis (2007:15).
Model tahap yang pertama adalah model tahap enaktif. Dalam
tahap ini siswa belajar sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu
dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau
menggunakan situasi yang nyata, tanpa menggunakan imajinasinya atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kata-kata. Misalnya saja guru ingin mengajarkan perkalian 3 x 7. Hal ini
dapat diajarkan dengan cara meminta siswa mengambil setangkai daun yang
telah disediakan guru. Setangkai daun terdiri dari 7 helai daun, dan guru
meminta siswa untuk mengambil tangkai daun sebanyak 3 kali. Kemudian
siswa diminta untuk menghitung jumlah helai daun keseluruhan, seperti
pada gambar 2.1.
+ +
Gambar 2.1. Tahap Enaktif
Dari percobaan tersebut siswa diharapkan akan memperoleh jumlah
helai daun keseluruhan sebanyak 21 helai. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa 3 x 7 = 7 + 7 + 7 = 21.
Model tahap yang selanjutnya ialah model tahap ikonik. Pada tahap
ini pembelajaran suatu pengetahuan diwujudkan dalam bentuk bayangan
visual, gambar, atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret atau
situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif. Misalnya guru ingin
mengajarkan perkalian 3x4 guru dapat mengajarkannya dengan
menggunakan media berupa gambar mobil seperti di bawah ini. Satu mobil
memiliki empat roda, jika ada tiga buah mobil, maka jumlah roda
seluruhnya ada 4 + 4 + 4, seperti pada gambar 2.2.
+ +
Gambar 2.2. Tahap Ikonik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Dan diharapkan nantinya siswa akan memperoleh jumlah roda sebanyak 12.
Sehingga siswa dapat menyimpulkan bahwa 3 x 4 = 12.
Model tahap yang terakhir adalah model tahap simbolis. Pada tahap
ini siswa tidak lagi terikat pada objek-objek seperti pada tahap sebelumnya.
Siswa pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa
ketergantungan terhadap objek riil. Pembelajaran pada tahap ini diwujudkan
dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik itu simbol verbal, lambang-
lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain.
Misalnya untuk mengajarkan 2 x 3 guru dapat mengajarkannya dengan
langsung menuliskan simbol berupa angka-angka tersebut di papan tulis,
yaitu 2 x 3 = . . . Dan diharapkan siswa dapat melanjutkan perkalian tersebut
dengan menjawab 2 x 3 = 3 + 3 = 6 tanpa guru harus menunjukkan benda
nyata ataupun sebuah gambar.
Teori belajar yang selanjutnya ialah Teori Belajar Richard Skemp.
Richard Skemp adalah seorang ahli matematika dan psikologi yang berasal
dari Inggris.
Mengenai belajar, Karim (mengutip simpulan Richard Skemp) menyatakan bahwa, “Belajar terpisah menjadi dua tahap. Tahap pertama dengan memanipulasi benda-benda akan memberikan basis bagi siswauntuk belajar lebih lanjut dan menghayati ide-ide. Richard Skemp mendukung interaksi siswa dengan objek-objek fisik selama tahap-tahap awal mempelajari konsep. pengalaman awal ini akan membentuk dasar bagi belajar berikutnya, yaitu pada tingkat yang abstrak atau disebut tahap kedua” (1997:23).
Misalkan guru akan mengenalkan salah satu sifat perkalian, yaitu
2x3=3x2 dapat diajarkan dengan menggunakan benda-benda konkret berupa
potongan-potongan karton berbentuk bintang seperti pada gambar 2.3.
Gambar 2.3. Penerapan Konsep 2 x 3 pada Karton Berbentuk Bintang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Di sini terdapat dua baris dan pada tiap baris terdapat 3 karton
bintang. Dalam matematika, model seperti ini dapat dinyatakan sebagai 2x3.
Karena banyaknya karton seluruhnya ada 3 + 3 = 6, maka 2 x 3 = 6. Dan
setelah itu, siswa dapat diminta untuk menyusun 6 karton bintang yang lain
menjadi 3 baris dan pada tiap baris terdapat 2 karton bintang. Dan siswa
diharapkan dapat menunjukkan model yang dihasilkan siswa mirip seperti
pada gambar 2.4.
Gambar 2.4. Penerapan Konsep 3 x 2 pada Karton Berbentuk Bintang
Model ini menunjukkan 3 x 2 yang hasilnya adalah 2+2+2 = 6.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa 2 x 3 = 3 x 2. Berdasarkan
percobaan itu dapat disimpulkan bahwa sifat perkalian, yaitu axb = bxa.
Pengajaran Mata Pelajaran Matematika di sekolah dasar bukanlah
tanpa alasan. Terdapat tujuan-tujuan yang ingin dicapai melalui
pembelajaran matematika. Aisyah (2007) menyatakan adapun tujuan
matematika sekolah, khususnya di sekolah dasar (SD) atau Madrasah
Ibtidiyah (MI) agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah,
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Menyelesaikan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (hal. 14).
Berdasarkan tujuan-tujuan di atas jelaslah mengapa matematika
perlu diajarkan di tingkat pendidikan dasar. Oleh karena itu, matematika
merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di sekolah dasar.
Mengajar harus diarahkan agar peristiwa belajar terjadi. Peristiwa
belajar yang kita kehendaki dapat tercapai bila faktor-faktornya dapat
dikelola dengan sebaik-baiknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran matematika adalah siswa, pengajar, sarana dan prasarana,
serta penilaian (Nyimas Aisyah, 2007).
a) SiswaFaktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yang pertama ialah siswa. Kegagalan atau keberhasilan belajar sangatlah tergantung kepada siswa, misalnya saja bagaimana kemampuan dan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar matematika, bagaimana sikap dan minat siswa terhadap matematika, dan bagaimana kondisi siswa, misalnya terkait dengan kondisi fisiologisnya. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan lebih baik belajarnya dari pada orang yang dalam keadaan lelah. Demikian pula terhadap kondisi psikologisnya, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, dan sebagainya. Kondisi ini juga berpengaruh terhadap kegiatan belajarseseorang.
b) PengajarFaktor berikutnya yang mempengaruhi proses pembelajaran metematika setelah siswa adalah pengajar. Pengajar melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga proses belajar diharapkan dapat berlangsung efektif. Kemampuan pengajar dalam menyampaikan matematika sekaligus menguasai materi yang diajarkan sangat mempengaruhi terjadinya proses belajar. Kepribadian, pengalaman, dan motivasi pengajar dalam mengajar matematika juga berpengaruh terhadap efektivitasnya proses belajar.
c) Sarana dan PrasaranaPrasarana yang mapan seperti ruangan yang sejuk dengan tempat duduk yang nyaman biasanya lebih memperlancar terjadinya proses belajar. Demikian juga terhadap sarana yang lengkap seperti adanya buku teks, dan alat bantu belajar. Penyediaan sumber belajar yang lain, seperti majalah tentang pembelajaran matematika, laboratorium matematika, dan lain-lain akan meningkatkan kualitas belajar siswa.
d) PenilaianFaktor terakhir yang mempengaruhi proses pembelajaran matematikaialah penilaian. Penilaian digunakan disamping untuk melihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
bagaimana hasil belajar siswa juga untuk melihat bagaimana berlangsungnya interaksi antara pengajar dan siswa. Selain itu fungsi penilaian dapat meningkatkan kegiatan belajar sehingga diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar. Apabila hasil penilaian menunjukkan proses baik, maka hasil belajarnya pun baik.
Uraian-uraian di atas tadi telah membahas betapa pentingnya
faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran matematika. Oleh
karena itu dalam pembelajaran metematika guru tidak boleh mengabaikan
faktor-faktor tersebut di atas agar tujuan pembelajaran dapat benar-benar
tercapai.
Materi dari Mata Pelajaran Matematika yang akan dijadikan objek
penelitian oleh peneliti adalah perkalian. Perkalian menurut Heruman
merupakan penjumlahan secara berulang (2008). Sedangkan Karim
berpendapat perkalian pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai
penjumlahan berulang (1997). Sementara itu menurut Wirasto perkalian
merupakan penjumlahan dengan suku-suku yang sama (1975). Dari
beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perkalian
merupakan penjumlahan secara berulang dengan suku-suku yang sama.
Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah kemampuan menghitung
perkalian hanya pada perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus
saja, yaitu perkalian 1 hingga perkalian 10 yang hasilnya sampai 100.
Sebagai contoh, definisi dari 2x3 adalah jumlah anggota himpunan
sebanyak 3 yang diambil sebanyak 2 kali, sehingga jumlahnya ada 3+3=6.
Jadi 2x3 = 6. Perkalian terdiri dari tiga unsur, yaitu pengali, terkali, dan
hasil kali. Dalam hal ini 2 disebut sebagai pengali, 3 disebut sebagai terkali,
sedangkan 6 disebut sebagai hasil kali.
c. Perkalian di Kelas II SD
Materi perkalian di kelas II berdasarkan silabus matematika kelas II
semester 2 terdiri dari satu standar kompetensi saja, yaitu melakukan
perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka. Dari satu standar
kompetensi itu kemudian dijabarkan menjadi tiga kompetensi dasar, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
melakukan perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus, melakukan
pembagian bilangan dua angka, dan melakukan operasi hitung campuran.
Yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian adalah hanya pada
kompetensi dasar yang pertama, yaitu menghitung perkalian bilangan dua
angka sampai hasil seratus, karena disesuaikan dengan judul penelitian.
Perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus yang dimaksudkan di sini
adalah perkalian dengan faktor pengali 1 hingga faktor pengali 10 dengan
hasil perkalian yang hanya mencapai 100 saja seperti yang ditunjukkan pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1. Tabel Perkalian Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus
PERKALIAN1 2 3 4 5
1 x 1 = 1 2 x 1 = 2 3 x 1 = 3 4 x 1 = 4 5 x 1 = 51 x 2 = 2 2 x 2 = 4 3 x 2 = 6 4 x 2 = 8 5 x 2 = 101 x 3 = 3 2 x 3 = 6 3 x 3 = 9 4 x 3 = 12 5 x 3 = 151 x 4 = 4 2 x 4 = 8 3 x 4 = 12 4 x 4 = 16 5 x 4 = 201 x 5 = 5 2 x 5 = 10 3 x 5 = 15 4 x 5 = 20 5 x 5 = 251 x 6 = 6 2 x 6 = 12 3 x 6 = 18 4 x 6 = 24 5 x 6 = 301 x 7 = 7 2 x 7 = 14 3 x 7 = 21 4 x 7 = 28 5 x 7 = 351 x 8 = 8 2 x 8 = 16 3 x 8 = 24 4 x 8 = 32 5 x 8 = 401 x 9 = 9 2 x 9 = 18 3 x 9 = 27 4 x 9 = 36 5 x 9 = 451 x 10 = 10 2 x 10 = 20 3 x 10 = 30 4 x 10 = 40 5 x 10 = 50
PERKALIAN6 7 8 9 10
6 x 1 = 6 7 x 1 = 7 8 x 1 = 8 9 x 1 = 9 10 x 1 = 106 x 2 = 12 7 x 2 = 14 8 x 2 = 16 9 x 2 = 18 10 x 2 = 206 x 3 = 18 7 x 3 = 21 8 x 3 = 24 9 x 3 = 27 10 x 3 = 306 x 4 = 24 7 x 4 = 28 8 x 4 = 32 9 x 4 = 36 10 x 4 = 406 x 5 = 30 7 x 5 = 35 8 x 5 = 40 9 x 5 = 45 10 x 5 = 506 x 6 = 36 7 x 6 = 42 8 x 6 = 48 9 x 6 = 54 10 x 6 = 606 x 7 = 42 7 x 7 = 49 8 x 7 = 56 9 x 7 = 63 10 x 7 = 706 x 8 = 48 7 x 8 = 56 8 x 8 = 64 9 x 8 = 72 10 x 8 = 806 x 9 = 54 7 x 9 = 63 8 x 9 = 72 9 x 9 = 81 10 x 9 = 906 x 10 = 60 7 x 10 = 70 8 x 10 = 80 9 x 10 = 90 10 x 10 = 100
(Sumber: Senang Matematika, 2008: 143)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Kompetensi dasar perkalian bilangan dua angka sampai hasil
seratus diuraikan menjadi beberapa indikator, yang meliputi mengenal arti
perkalian sebagai penjumlahan berulang-ulang, mengingat fakta dasar
perkalian dengan berbagai cara, menghitung perkalian bilangan dengan sifat
pertukaran, mengenal sifat perkalian bilangan dengan bilangan 1, mengenal
sifat perkalian bilangan dengan bilangan 0, mengenal sifat perkalian
bilangan dengan bilangan 10, dan menyelesaikan soal cerita yang
mengandung perkalian. Dari indikator-indikator di atas peneliti
menggunakan semua indikator untuk menentukan apakah tujuan
pembelajaran sudah tercapai atau belum.
Indikator yang pertama, yaitu mengenal arti perkalian sebagai
penjumlahan berulang-ulang contohnya:
2 x 8 = 8 + 8 =16
3 x 5 = 5 + 5 + 5 = 15, atau bisa juga dicontohkan dengan soal
seperti pada gambar 2.5.
3 + 3 + 3 + 3 = 4 x 3 = 12
Gambar 2.5. Perkalian sebagai Penjumlahan Berulang pada Soal Bergambar (Sumber: Senang Matematika, 2008: 123)
Indikator selanjutnya, yaitu mengingat fakta dasar perkalian dengan
berbagai cara. Dalam penelitian ini peneliti mengajarkan perkalian dengan
cara menjumlahkan, menggambar garis vertikal dan horisontal, dengan
jarimatika, dan dibantu dengan permainan ular tangga perkalian. Perkalian
dengan menjumlahkan, contohnya:
4 x 1 = 1 + 1 + 1 + 1 = 4
6 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 18
(Sumber: Senang Matematika, 2008: 123)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Perkalian dengan cara menggambar garis vertikal dan horizontal
adalah cara lain dalam menghitung perkalian. Perkalian memiliki tiga unsur,
yaitu pengali, terkali dan hasil kali. Dalam perkalian menggunakan garis
vertikal dan horizontal, pengali dilambangkan dengan garis yang horisontal,
terkali dilambangkan dengan garis yang vertikal, sedangkan hasil kali
dilambangkan dengan jumlah pertemuan antara garis yang horisontal
dengan garis yang vertikal, seperti pada gambar 2.6.
3 x 4 =
x =
Jadi, 3 x 4 = jumlah pertemuan antara garis vertikal dan horizontal = 12.
Gambar 2.6. Perkalian dengan Menggambar Garis Vertikal dan Horisontal(Sumber: Karim, 1997)
Cara menghitung perkalian yang selanjutnya ialah dengan
jarimatika. Perkalian dengan menggunakan jarimatika aturannya adalah jari
yang tegak sebagai puluhan, jari yang ditekuk sebagai satuan, pengali di
tangan kiri dan terkali di tangan kanan, jari yang tegak di kedua tangan
dijumlahkan, jari yang ditekuk di kedua tangan dikalikan. Hasil
perkaliannya adalah jumlah antara penjumlahan jari yang tegak dengan
perkalian jari yang ditekuk, seperti pada gambar 2.7.
9 x 8 = . . . .
Gambar 2.7. Perkalian dengan Jarimatika (Sumber: Senang Matematika, 2008: 135)
1 x 2 = 2 satuan = 2
4 + 3 = 7 puluhan = 70
Hasil perkaliannya adalah 70 + 2 = 72.
Jadi, 9 x 8 = 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Cara-cara menghitung perkalian di atas dibantu dengan permainan ular
tangga perkalian agar kebosanan dan kejenuhan tidak dirasakan oleh siswa.
Permainan ular tangga perkalian dapat dilihat seperti pada gambar 2.8.
Gambar 2.8. Permainan Ular Tangga Perkalian
Permainan ular tangga perkalian ini sama halnya dengan permainan
ular tangga pada umumnya. Yang membedakannya adalah di dalam tiap
petak ular tangga terdapat soal-soal perkalian yang harus dijawab oleh siswa
terlebih dahulu sebelum menempati nomor petak yang ingin dituju. Jika
siswa tidak dapat menjawab soal perkalian tersebut dengan benar maka
siswa tidak dapat maju ke nomor petak yang dituju melainkan tetap di
tempat semula. Permainan ini dilakukan secara berkelompok dimana tiap
kelompok terdiri dari 4 siswa. Siswa yang pertama kali mencapai nomor
petak ke-100 adalah pemenangnya. Kemudian setelah itu permainan
diulangi kembali dari awal hingga waktu yang ditentukan oleh guru.
Indikator yang ke-3, yaitu menghitung perkalian bilangan dengan
sifat pertukaran. Pada perkalian menurut Wirasto berlaku sifat-sifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
perkalian yang meliputi sifat penukaran, sifat pengelompokan, dan sifat
penyebaran (1975). Sifat penukaran perkalian adalah suatu perkalian tidak
berubah hasilnya walaupun kedua faktornya saling ditukarkan. Sifat
penukaran ini sering ditulis dengan rumusan a x b = b x a, contohnya:
3 x 7 = 7 + 7 + 7 = 21
7 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 21, Jadi terbukti 3 x 7 = 7 x 3
Sifat perkalian berikutnya adalah sifat pengelompokan. Sifat
perkalian ini biasanya digunakan untuk menghitung perkalian berulang
dengan faktor pengali yang sama maupun faktor pengali yang berbeda,
misalnya saja perkalian tiga faktor. Sifat pengelompokan maksudnya ialah
jika pengelompokan faktor-faktor itu diubah, hasilnya akan tetap sama. Sifat
ini biasanya ditulis dengan rumusan (a x b) x c = a x (b x c), contohnya:
(1 x 2) x 3 = 1 x (2 x 3)
2 x 3 = 1 x 6
6 = 6
Sifat perkalian yang terakhir ialah sifat penyebaran. Sifat
penyebaran dalam perkalian terbagi menjadi dua jenis, yaitu sifat
penyebaran perkalian terhadap penjumlahan yang dirumuskan dengan a ( b
+ c ) = (a x b) + (a x c) dan sifat penyebaran perkalian terhadap
pengurangan yang dirumuskan dengan a ( b - c ) = (a x b) - (a x c),
contohnya:
(i) 2 ( 3 + 1 ) = ( 2 x 3 ) + ( 2 x 1 )
2 x 4 = 6 + 2
8 = 8
(ii) 2 ( 3 - 1 )= ( 2 x 3 ) - ( 2 x 1 )
2 x 2 = 6 – 2
4 = 4
Dari ketiga sifat-sifat perkalian di atas yang diajarkan di kelas II
semester kedua hanyalah sifat komutatif atau sifat pertukaran saja. Untuk
sifat-sifat yang lain akan diajarkan pada kelas selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Indikator berikutnya ialah mengenal sifat perkalian bilangan
dengan bilangan 1, dimana nantinya dalam pembelajaran siswa akan
dibimbing untuk menemukan bahwa setiap bilangan yang dikalikan dengan
bilangan 1 hasilnya adalah bilangan itu sendiri, contohnya:
3 x 1 = 1 + 1 + 1 = 3
4 x 1 = 1 + 1 + 1 + 1 = 4
5 x 1 = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 5
(Sumber: Senang Matematika, 2008: 129)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika suatu bilangan dikalikan dengan 1,
maka hasilnya sama dengan bilangan itu sendiri.
Untuk indikator selanjutnya, yaitu mengenal sifat perkalian
bilangan dengan bilangan 0 siswa akan dibimbing untuk menyimpulkan
bahwa perkalian bilangan dengan 0 hasilnya pasti 0, contohnya:
3 x 0 = 0 + 0 + 0 = 0
5 x 0 = 0 + 0 + 0 + 0 + 0 = 0
6 x 0 = 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 = 0
7 x 0 = 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 = 0
(Sumber: Senang Matematika, 2008: 130)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika suatu bilangan dikalikan dengan nol
(0), maka hasilnya sama dengan nol, sedangkan untuk indikator mengenal
sifat perkalian bilangan dengan bilangan 10 siswa akan digiring untuk
menyimpulkan bahwa bilangan yang dikalikan dengan 10 hasilnya adalah
bilangan itu sendiri dan ditambah nol di belakangnya, contoh:
4 x 10 = 10 + 10 + 10 + 10 = 40
7 x 10 = 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 70
8 x 10 = 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 80
9 x 10 = 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 90
(Sumber: Matematika untuk Kelas 2, 2007: 69)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika suatu bilangan dikalikan dengan 10,
maka hasilnya sama dengan bilangan itu sendiri ditambah satu angka nol di
belakang bilangan itu, dan untuk indikator terakhir, yaitu menyelesaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
soal cerita yang mengandung perkalian guru akan menyediakan soal cerita
yang berhubungan dengan perkalian dan perserta didik bertugas untuk
menyelesaikan soal tersebut dengan memilih salah satu cara yang telah
diajarkan oleh guru sebelumnya, contoh:
Nia membeli 4 bungkus kue.
Setiap bungkus berisi 5 kue.
Berapa kue yang dibeli Nia?
Penyelesaian dengan menjumlahkan : 4 x 5 = 5 + 5 + 5 + 5 = 20
Jadi, banyaknya kue yang dibeli Nia adalah 20 buah.
(Sumber: Senang Matematika, 2008: 142)
Seluruh materi perkalian kelas II di atas diajarkan melalui Model
Pembelajaran Kuantum dengan menggunakan kerangka pembelajaran
TANDUR, sehingga siswa dibuat aktif dan tertarik dengan pembelajaran
dan kemampuan siswa dalam menghitung perkalian bilangan dua angka
sampai hasil seratus dapat meningkat.
d. Penerapan TANDUR dalam Perkalian Bilangan Dua Angka Sampai
Hasil Seratus pada Siswa Kelas II SD
Penerapan Model Pembelajaran Kuantum dalam pembelajaran
matematika materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada
siswa kelas II adalah sesuai dengan kerangka pembelajaran kuantum yang
disingkat dengan istilah TANDUR, yang merupakan singkatan dari
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
Pada tahap Tumbuhkan, guru menumbuhkan perhatian atau rasa
ketertarikan siswa pada materi perkalian yang akan diajarkan dengan
bernyanyi, bercerita, atau dengan memberi tahu siswa tentang KKM yang
harus dicapai dan memberi tahu siswa tentang tujuan pembelajaran. Tahap
selanjutnya, yaitu Alami beberapa siswa diminta maju membawa kursi
masing-masing ke depan kelas menghitung jumlah kaki kursi, kemudian
siswa juga diminta untuk menghitung kaki siswa yang maju untuk
mengidentifikasi pengertian perkalian. Melalui pengalaman pada tahap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
alami, siswa diajak untuk menamai. Penamaan meliputi bahwa penjumlahan
yang berulang-ulang disebut perkalian. Selain itu, tahap namai juga
diterapkan pada sifat-sifat perkalian dan cara-cara mengitung perkalian.
Pada tahap demonstrasi siswa diminta untuk mengerjakan soal perkalian
dengan cara menjumlahkan, dengan menggambar garis vertikal dan
horisontal dan dengan menggunakan media jarimatika yang telah disediakan
oleh guru. Tahap ulangi dilaksanakan melalui tes evaluasi untuk mengecek
apakah siswa sudah benar-benar paham atau belum. Dan tahap yang
terakhir, yaitu rayakan dilaksanakan dengan cara mengumumkan hasil tes
evaluasi siswa, dengan bernyanyi dan menari, serta dengan bertepuk tangan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian Sudarwati yang berjudul upaya meningkatkan kemampuan
menulis huruf Jawa dengan Model Pembelajaran Kuantum pada siswa kelas IV
SDN randu Cepogo Boyolali tahun pelajaran 2010/2011 menghasilkan simpulan
bahwa Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan kemampuan menulis
huruf Jawa. Hal ini dapat dibuktikan dari persentase ketuntasan belajar klasikal
yang semula (pra siklus) hanya sebesar 26,9%, pada siklus I naik menjadi 57%
dengan nilai rata-rata kelas mencapai 63,9 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65
sebanyak 15 siswa dari 26 siswa. Dan pada siklus II hasil rata-rata kelas
meningkat menjadi 72,5 dengan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 23
siswa atau 88% dari 26 siswa.
Penelitian relevan yang kedua adalah penelitian dari Eti Riniastuti yang
berjudul penggunaan Model Pembelajaran Kuantum sebagai upaya meningkatkan
kemampuan menghitung bilangan bulat siswa kelas IV SDN 1 Ngargosari
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian Eti
Riniastuti membuktikan bahwa Model Pembelajaran Kuantum dapat
meningkatkan kemampuan menghitung bilangan bulat. Hal ini terbukti dari
peningkatan kemampuan siswa dari pra siklus yang hanya sebesar 40%, pada
siklus I meningkat menjadi 56,25% dengan banyaknya siswa tuntas sebanyak 9
dari 16 siswa memperoleh nilai ≥ 68 dan nilai rata-rata kelas mencapai 65,73.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Pada siklus II nilai siswa mengalami peningkatan menjadi 81,25% dimana rata-
rata kelas mencapai 76,77 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 13 dari 16
siswa memperoleh nilai ≥ 68.
Persamaan dari penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti adalah menerapkan variabel bebas yang sama, yaitu sama-
sama menggunakan Model Pembelajaran Kuantum di dalam penelitian. Dalam
kedua penelitian yang relevan di atas hasil penelitiannya membuktikan bahwa
Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk menerapkan Model Pembelajaran Kuantum
tersebut, namun dengan variabel terikat yang berbeda.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan
masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teori. Kerangka berpikir ini
digambarkan dengan skema secara holistik dan sistematik, selaras dengan judul
penelitian yang diambil, yaitu “ Penggunaan Model Pembelajaran Kuantum untuk
meningkatkan Kemampuan menghitung Perkalian Bilangan Dua Angka Sampai
HAsil Seratus pada Siswa Kelas II SDN 06 Ngringo Jaten Tahun Pelajaran
2011/2012.”
Pada kondisi awal, pembelajaran matematika yang diterapkan oleh guru
masih menggunakan model pembelajaran konvensional dan terkesan monoton
dimana pembelajaran hanya berpusat pada guru. Dalam Model Pembelajaran
Konvensional guru adalah sumber segala ilmu dan siswa hanya bertugas untuk
duduk diam di kursi, mendengarkan penjelasan dari guru, dan kemudian
mencatatnya di buku. Model pembelajaran seperti ini tentulah sangat
membosankan dan sama sekali tidak menarik bagi siswa. Hal tersebut
menyebabkan hasil belajar siswa kelas II SDN 06 Ngringo pada materi perkalian
bilangan dua angka sampai hasil seratus masih rendah. Hal ini tidak boleh
dibiarkan terus-menerus dan harus segera diatasi dengan cara mengganti model
pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran yang lebih inovatif,
kreatif, dan menyenangkan, yaitu Model Pembelajaran Kuantum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Peneliti melaksanakan tindakan dengan menerapkan Model Pembelajaran
Kuantum pada pembelajaran matematika materi perkalian bilangan dua angka
sampai hasil seratus dalam tiga siklus, yang masing-masing siklusnya ditargetkan
dapat mencapai indikator yang telah ditentukan, yaitu 85% dari jumlah siswa
nilainya dapat mencapai KKM (75).
Pada kondisi akhir diharapkan kemampuan siswa kelas II SDN 06 Ngringo
dalam menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus dapat
meningkat dan memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditentukan.
Alur pemikiran atau kerangka berpikir di atas dapat dijelaskan dan seperti
pada gambar 2.9.
Gambar 2.9. Kerangka Berpikir
KondisiAwal
Guru masih menggunakan Model Pembelajaran Konvensional ceramah
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus rendah
Tindakan
Penerapan Model Pembelajaran
Kuantum(TANDUR)
Siklus I (85%)
Siklus II (85%)
Siklus III (85%)
Kondisi AkhirPenerapan Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat diajukan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
1. Penggunaan Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan kemampuan
menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada siswa
kelas II SDN 06 Ngringo Jaten tahun pelajaran 2011/2012.
2. Terdapat kendala-kendala yang menghambat penggunaan Model
Pembelajaran Kuantum dalam upaya meningkatkan kemampuan menghitung
perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada siswa kelas II SDN
06 Ngringo Jaten tahun pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 06 Ngringo yang berada di
Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Alasan pemilihan sekolah ini
sebagai lokasi penelitian adalah karena terdapat permasalahan dalam
pembelajaran matematikanya, terutama pada materi perkalian bilangan dua
angka sampai hasil seratus dan dikarenakan sekolah ini merupakan lokasi
peneliti dalam melaksanakan program PPL (Praktik Pengalaman Lapangan).
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan, yang dimulai pada
bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2012 seperti pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Jenis Kegiatan BulanJan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1. Penyusunan proposala. Pengajuan proposal dan revisib. Seminar proposal
2. Persiapan penelitiana. Mengurus perijinanb. Koordinasi dengan kepala sekolah dan guru kelas
3. Pelaksanaan penelitiana. Siklus I pertemuan ke-1b. Siklus I pertemuan ke-2c. Siklus II pertemuan ke-1d. Siklus II pertemuan ke-2e. Siklus III pertemuan ke-1f. Siklus III Pertemuan ke-2
4. Penyusunan laporan/skripsi dan revisi
5. Pelaksanaan ujian skripsi dan revisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dan guru kelas II SDN
06 Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012
dalam pembelajaran matematika dengan materi perkalian bilangan dua angka
sampai hasil seratus. Siswa kelas II berjumlah 47 anak, dengan jumlah siswa laki-
laki sebanyak 25 anak dan siswa perempuan sebanyak 22 anak, serta tidak ada
anak yang berkebutuhan khusus.
C. Data dan Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan ialah berupa informasi tentang
kemampuan siswa dalam menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil
seratus. Data penelitian tersebut dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu berupa data
primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
sumber data. Data primer pada penelitian ini diperoleh antara lain dari:
a. Guru kelas II SDN 06 Ngringo, Jaten, Karanganyar. Data yang diperoleh
dari guru kelas ialah data yang berupa informasi mengenai permasalahan-
permasalahan yang terdapat di dalam pembelajaran matematika.
b. Siswa kelas II SDN 06 Ngringo, Jaten, Karanganyar, yaitu berupa nilai atau
hasil dari tes evaluasi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah kebalikan dari data primer, yaitu diperoleh
secara tidak langsung dari sumber data. Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh antara lain dari arsip atau dokumen, yang antara lain berupa Silabus,
RPP, dan daftar nilai sebelum dilakukan tindakan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Kualitas suatu data ditentukan oleh kualitas teknik pengumpulan datanya.
Oleh karena itu peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang cukup
reliabel dan valid. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
juga disesuaikan dengan bentuk penelitian dan jenis sumber data yang dibutuhkan,
maka dari itu teknik pengumpulan data yang digunakan dikelompokkan menjadi
dua jenis yaitu teknik tes dan teknik non tes. Untuk teknik tes yang digunakan
adalah tes hasil belajar, sedangkan untuk teknik non tes teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah studi dokumentasi dan observasi.
1. Tes
Tes digunakan untuk memperolah data tentang nilai Mata Pelajaran
Matematika kompetensi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus
yang diperoleh dari siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten tahun pelajaran
2011/2012. Arikunto menyatakan bahwa tes merupakan suatu alat pengumpul
informasi yang berfungsi ganda, yaitu untuk mengukur kemampuan siswa dan
untuk mengukur keberhasilan program pengajaran (1991). Tes yang akan
digunakan peneliti dalam penelitian ini ialah tes isian.
2. Studi Dokumentasi
Studi atau kajian juga perlu dilakukan terhadap berbagai dokumen
atau arsip yang ada di kelas II SDN 06 Ngringo Jaten tahun pelajaran
2011/2012. Fathoni (2006) menyatakan, “Studi dokumentasi adalah teknik
pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi
responden, seperti yang dilakukan oleh psikolog dalam meneliti perkembangan
seorang klien melalui catatan pribadinya” (hlm. 112). Namun, selain data
pribadi di dalam dokumen juga terdapat data resmi. Dan pada penelitian ini
peneliti hanya menggunakan dokumen yang berisi data resmi tersebut.
Di dalam dokumen yang berisi data resmi tersebut peneliti akan
mengumpulkan data awal yang berupa silabus dan daftar nilai Mata Pelajaran
Matematika siswa kelas II pada materi perkalian bilangan dua angka sampai
hasil seratus. Sedangkan untuk mengetahui perkembangan anak dalam
pembelajaran peneliti akan mengumpulkan data berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran, foto kegiatan pembelajaran, dan hasil evaluasi siswa. Dokumen
ini berguna sebagai bukti awal tentang kondisi siswa, yang kemudian akan
dilaksanakan tindakan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3. Observasi
Observasi berdasarkan pendapat dari Fathoni (2006) adalah, “Teknik
pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai
pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran” (hlm.
104). Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi
langsung, yaitu observasi dilakukan pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten
tahun pelajaran 2011/2012 dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran
Matematika kompetensi perkalian dua bilangan. Selain itu, observasi juga
dilakukan oleh observer yang mengamati kinerja guru dalam melaksanakan
perencanaan yang sudah dibuat sebelumnya.
E. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk
memeriksa validitas data antara lain dengan triangulasi. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Suwandi (mengutip simpulan Lexy J. Moleong, 1995) bahwa,
“Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan
sarana di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau perbandingan data”
(2009:60). Dalam penelitian ini teknik triangulasi yang digunakan adalah
triangulasi sumber dan trianggulasi metode pengumpulan data.
Teknik triangulasi sumber menurut Arikunto adalah teknik dengan
mengambil data dari berbagai nara sumber, sedangkan teknik triangulasi metode
adalah teknik dengan menggunakan berbagai metode dalam pengumpulan data
(2008). Teknik ini dilakukan agar mendapatkan data yang lebih sesuai dengan
kondisi siswa, yaitu dengan membandingkan hasil pembelajaran dalam
menyelesaikan soal dengan hasil observasi guru dan dokumen lainnya. Dengan
demikian data akan teruji dengan tepat dan benar walaupun dari sumber yang
berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan usaha atau proses memilih, memilah,
membuang, dan menggolongkan data sesuai dengan yang diharapkan. Analisis
data dilakukan sejak awal sampai berakhirnya kegiatan pengumpulan data. Proses
analisis data dimulai dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber, yaitu hasil tes, observasi, dokumen resmi, dan gambar foto. Menurut
Suwandi (2009), “Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data
yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif
dan teknik analisis kritis” (hlm. 61). Teknik deskriptif komparatif digunakan
untuk data kuantitatif, sedangkan teknik analisis kritis berkaitan dengan data
kualitatif.
Data berupa hasil tes dalam menyelesaikan soal kompetensi perkalian
bilangan dua angka sampai hasil seratus pada Mata Pelajaran Matematika
diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Sehingga data tersebut dianalisis secara
deskriptif komparatif, yakni dengan membandingkan nilai tes dalam
menyelesaikan soal kompetensi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus
pada Mata Pelajaran Matematika.
Peneliti membandingkan kondisi awal dengan hasil pada akhir setiap
siklus. Kemudian, data yang berupa nilai dalam menyelesaikan soal kompetensi
perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada Mata Pelajaran
Matematika antara siklus satu dengan siklus berikutnya dibandingkan hingga
hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian yang telah ditetapkan.
Data hasil tes dianalisis secara deskriptif komparatif, selanjutnnya data
hasil observasi dan studi dokumentasi dianalisis dengan teknik analisis kritis.
Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan
kelebihan kinerja guru dan siswa, serta kendala dan pemecahan masalah yang
terjadi selama proses pembelajaran. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam
menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus
yang ada.
Selain dengan deskriptif komparatif dan dengan teknik analisis kritis
peneliti juga menggunakan teknik analisis data model interaktif. Disebut interaktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
sebab antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data tak mungkin dipisahkan
satu sama lain. Keduanya berlangsung secara simultan atau berlangsung
serempak. Prosesnya berbentuk siklus, bukan linier. Huberman dan Miles
melukiskan siklusnya seperti gambar 3.1.
Gambar 3.1. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif(Bungin, 2003:69)
Berdasarkan gambar di atas hal pertama yang dilakukan peneliti adalah
pengumpulan data atau data collection. Data-data yang diperoleh dari berbagai
sumber data dikumpulkan. Setelah data dikumpulkan langkah selanjutnya ialah
menuju ke display data (penyajian data) atau boleh langsung ke langkah data
reduction (reduksi data) karena antara penyajian data dengan reduksi data
memiliki kedudukan yang sama. Penyajian data adalah sekumpulan informasi
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan, sedangkan reduksi data adalah proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Setelah reduksi data
dan penyajian data, kemudian dilanjutkan ke langkah berikutnya, yaitu conclution
drawing & verifying atau yang biasa disebut penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Data-data dari langkah sebelumnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji
kebenarannya. Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari
DATA COLECTION
DATA DISPLAY
DATA REDUCTION
CONCLUTION DRAWING & VERIFYING
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
konfigurasi yang utuh sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung, sedangkan verifikasi data adalah pemeriksaan tentang
benar dan tidaknya hasil dari laporan penelitian. Sesuai dengan gambar siklus
analisis data yang disebutkan di atas prosesnya tidaklah sekali jadi, melainkan
berinteraktif, secara bolak-balik. Perkembangannya bersifat sekuensial dan
interaktif, yang pada dasarnya melingkar.
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang menjadi acuan dalam
menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Adapun indikator kinerja
dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan siswa kelas II SDN 06
Ngringo Jaten dalam menyelesaikan soal evaluasi materi perkalian bilangan dua
angka sampai hasil seratus dengan penerapan Model Pembelajaran Kuantum.
Penelitian dikatakan berhasil dan mengalami peningkatan apabila rata-
rata nilai tiap siklus yang diperoleh siswa di kelas adalah ≥75. Capaian target pada
siklus pertama, kedua, dan ketiga adalah 85% dari jumlah siswa (40 anak)
mendapat nilai ≥ 75 (KKM). Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang
diperoleh belum mencapai angka tersebut, penelitian akan terus dilakukan sampai
target tersebut dicapai.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus, yang setiap
siklus meliputi kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran disetiap siklusnya yang
masing-masing terdiri dari dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu masing-
masing 2 x 35 menit. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang
ingin dicapai, seperti pada RPP. Prosedur penelitian tindakan kelas yang
dirancang peneliti dapat digambarkan seperti pada gambar 3.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Siklus I Siklus II Siklus III
Gambar 3.3. Siklus Penelitian (Mulyasa, 2010:73)
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut
diuraikan sebagai berikut.
Siklus I
1. Rencana
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan
Model Pembelajaran Kuantum
b. Mempersiapkan media pembelajaran yang terbuat dari sedotan dan
mempersiapkan peralatan-peralatan yang dibituhkan.
2. Tindakan
Pelaksanaan tindakan diwujudkan dalam tahap-tahap yang sistematis sesuai
dengan langkah-langkah pembelajaran kuantum yang tercermin dalam
TANDUR seperti berikut ini:
a. Tumbuhkan: guru menumbuhkan rasa ketertarikan siswa dengan berkata,
“Anak-anak, hari ini kita tidak akan belajar. Hari ini kita akan bermain-main
di daerah persungaian.”
b. Alami: guru menyuruh beberapa siswa maju ke depan kelas dengan
membawa kursi masing-masing.
c. Namai: guru membimbing siswa untuk menyimpulkan bahwa perkalian
merupakan penjumlahan berulang.
1. Rencana
4. Refleksi
1. Rencana
3. Observasi
1. Rencana2. Tindakan
2. Tindakan
2. Tindakan 3. Observasi
3. Observasi
4. Refleksi
4. Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
d. Demonstrasikan: siswa bersama kelompoknya menghitung perkalian dengan
menggunakan sedotan.
e. Ulangi: siswa dibantu guru menyimpulkan materi yang telah dipelari dan
kemudian melaksanakan tes evaluasi.
f. Rayakan: siswa dan guru mengakhiri pelajaran dengan tepuk tangan yang
meriah dan menari “chicken dance” bersama-sama.
3. Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan observasi kegiatan pembelajaran matematika
dengan Model Pembelajaran Kuantum materi perkalian bilangan dua angka
sampai hasil seratus dan kemudian melakukan pengamatan terhadap
kemampuan siswa bekerja sama dengan kelompoknya dalam menyelesaikan
soal-soal perkalian dengan menggunakan sedotan. Kegiatan observasi berupa
kegiatan pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan
selama pelaksanaan pembelajaran.
4. Refleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan refleksi kolaboratif
antara peneliti dengan guru kelas secara kritis mengenai hal-hal yang sudah
dilakukan, yaitu dengan mengkaji antara hasil tes dengan indikator
ketercapaian pada siklus I, dan diperoleh data bahwa jumlah siswa yang
nilainya ≥ 75 (KKM ) mencapai 65,96% (31 siswa). Pada siklus I telah terjadi
peningkatan, akan tetapi belum mencapai indikator yang telah ditargetkan,
yaitu 85%, oleh karena itu penelitian dilanjutkan ke siklus II.
Siklus II
1. Rencana
a. Masalah yang telah teridentifikasi pada siklus I dicari alternatif pemecahan
masalah yang terjadi.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) baru masih dengan
menggunakan Model Pembelajaran Kuantum.
c. Mempersiapkan media pembelajaran yang baru, yaitu dengan media
jarimatika yang terbuat dari kertas duplek dan mempersiapkan peralatan-
peralatan pendukung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2. Tindakan
Peneliti memperbaiki tindakan sesuai dengan RPP yang telah disempurnakan
berdasarkan refleksi pada siklus I, kemudian guru menerapkannya dalam
pembelajaran melalui Model Pembelajaran Kuantum dengan kerangka
TANDUR yang meliputi:
a. Tumbuhkan: guru menarik perhatian dan menumbuhkan minat siswa
dengan mengajak siswa menyanyi dan menari “saya sadar saya siap”.
b.Alami: guru menulis soal di papan tulis dan mengajak siswa menghitung
perkalian dengan menggunakan jari masing-masing.
c. Namai: siswa dibantu guru menyimpulkan bahwa menghitung perkalian
dapat dilakukan dengan menggunakan jari, yang disebut jarimatika.
d.Demonstrasikan: beberapa siswa diminta maju ke depan kelas untuk
menghitung perkalian dengan menggunakan media jarimatika yang telah
disediakan oleh guru.
e. Ulangi: guru menanyai siswa mengenai materi yang baru saja dipelajari
untuk menyimpulkan pembelajaran.
f. Rayakan: guru membacakan hasil tes evaluasi dan mengakhiri pembelajaran
dengan “Tepuk The Best”
3. Observasi
Peneliti melakukan observasi kegiatan belajar mengajar dengan Model
Pembelajaran Kuantum dalam pembelajaran matematika materi perkalian
bilangan dua angka sampai hasil seratus dan melakukan pengamatan terhadap
kemampuan siswa dalam menyelesaikan materi perkalian bilangan dua angka
sampai hasil seratus. Kegiatan observasi berupa kegiatan pemantauan,
pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan selama pelaksanaan
pembelajaran.
4. Refleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan refleksi kolaboratif
antara peneliti dengan guru kelas secara kritis mengenai hal-hal yang sudah
dilakukan, yaitu dengan mengkaji antara hasil tes dengan indikator
ketercapaian pada siklus II, dan diperoleh data bahwa jumlah siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
nilainya ≥ 75 (KKM ) mencapai 91,49% (43 siswa). Pada siklus II telah terjadi
peningkatan, dan telah mencapai bahkan melebihi indikator yang telah
ditetapkan, yaitu 85%. Akan tetapi untuk memastikan apakah peningkatan
yang terjadi reliabel atau tidak, maka peneliti memutuskan untuk melanjutkan
penelitian ke siklus III.
Siklus III
1. Rencana
a. Masalah yang telah teridentifikasi pada siklus II dicari alternatif pemecahan
masalah yang terjadi.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) baru masih dengan
menggunakan Model Pembelajaran Kuantum.
c. Mempersiapkan media pembelajaran yang baru, yaitu dengan media ular
tangga perkalian yang terbuat dari kertas dan mempersiapkan peralatan-
peralatan pendukung.
2. Tindakan
Peneliti memperbaiki tindakan sesuai dengan RPP yang telah disempurnakan
berdasarkan refleksi pada siklus II, kemudian guru menerapkannya dalam
pembelajaran dengan model pembelajaran Kuantum dengan langkah-langkah
pembelajaran yang tercermin dalam TANDUR seperti berikut ini:
a. Tumbuhkan: guru menumbuhkan minat siswa dengan membahas soal
evaluasi yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya.
b. Alami: beberapa siswa diminta maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal
evaluasi yang ditulis guru di papan tulis.
c. Namai: setelah mengerjakan soal di papan tulis siswa dapat mengerti cara
yang tepat untuk mengerjakan soal evaluasi.
d. Demonstrasikan: siswa dengan kelompoknya bersama-sama bermain ular
tangga perkalian dalam waktu yang telah ditentukan oleh guru.
e. Ulangi: siswa dan guru bersama-sama mengulang materi yang baru saja
dipelajari kemudian siswa melaksanakan tes evaluasi.
f. Rayakan: guru mengumumkan hasil tes evaluasi siswa dan
mengapresiasinya dengan tepuk tangan yang meriah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
3. Observasi
Peneliti melakukan observasi kegiatan pembelajaran model Kuantum dalam
pembelajaran matematika materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil
seratus dan melakukan pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam
menyelesaikan materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus yang
berupa kegiatan pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala
kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran.
4. Refleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan refleksi kolaboratif
antara peneliti dengan guru kelas secara kritis mengenai hal-hal yang sudah
dilakukan, yaitu dengan mengkaji antara hasil tes dengan indikator
ketercapaian pada siklus III, dan diperoleh data bahwa jumlah siswa yang
nilainya ≥ 75 (KKM ) mengalami peningkatan kembali hingga mencapai
97,87% (46 siswa) dan peningkatan yang terjadi melebihi indikator yang telah
ditetapkan, yaitu 85%. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peningkatan
yang terjadi adalah reliabel, oleh karena itu peneliti memutuskan untuk
menghentikan penelitian pada siklus III.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti telah melakukan kegiatan
observasi awal dan studi dokumentasi dengan guru kelas terhadap proses
pembelajaran matematika materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil
seratus pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012.
Kegiatan observasi dan studi dokumentasi ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian dan untuk
mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Hasil observasi ini antara lain
rendahnya kemampuan siswa dalam menghitung perkalian bilangan dua angka
sampai hasil seratus yang ditandai dengan masih banyaknya siswa yang nilainya
di bawah KKM, yaitu 75. Dari 47 siswa kelas II, sebesar 42,55% siswa nilainya di
atas KKM, yaitu sejumlah 20 siswa. Sedangkan siswa yang nilainya di bawah
KKM mencapai 57,45%, yaitu sejumlah 27 siswa seperti yang terdapat pada
lampiran 8. Berdasarkan lampiran tersebut diperoleh data seperti pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Prasiklus
Interval Nilai Tepi Interval Kelas
Titik Tengah Frekuensi Persentase
30 – 38 29,5 – 38,5 34 1 2,13%39 – 47 38,5 – 47,5 43 2 4,26%48 – 56 47,5 – 56,5 52 2 4,26%57 – 65 56,5 – 65,5 61 12 25,53%66 – 74 65,5 – 74,5 70 10 21,28%75 – 83 74,5 – 83,5 79 17 36,16%84 – 92 83,5 – 92,5 88 3 6,38%
Jumlah 47 100%
Dari tabel 4.1 dapat disajikan grafik seperti pada gambar 4.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 4.1. Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas II Materi Perkalian Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus Prasiklus
Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.1, diperoleh data mengenai
kemampuan siswa kelas II dalam menghitung perkalian bilangan dua angka
sampai hasil seratus sebelum diterapkannya Model Pembelajaran Kuantum
sebagai berikut. Siswa yang memperoleh nilai 30 – 38 sebanyak 1 siswa atau
2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 39 – 47 sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Siswa
yang memperoleh nilai 48 – 56 sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Siswa yang
memperoleh nilai 57 – 65 sebanyak 12 siswa atau 25,53%. Siswa yang
memperoleh nilai 66 – 74 sebanyak 10 siswa atau 21,28%. Siswa yang
memperoleh nilai 75 – 83 sebanyak 17 siswa atau 36,16%. Siswa yang
memperoleh nilai 84 – 92 sebanyak 3 siswa atau 6,38%. Berdasarkan tabel 4.1
siswa yang mendapat nilai di bawah 75 (KKM) yaitu sebanyak 27 siswa atau
57,45%, dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM yaitu 20 siswa
atau 42,55%. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar 42,55%
masih berada di bawah ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu sebesar 85%
siswa mendapat nilai ≥ 75 (KKM), dengan kata lain kemampuan siswa kelas II
SDN 06 Ngringo dalam menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil
seratus masih rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Rendahnya hasil belajar atau ketidaktuntasan tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya: (1) Materi Mata Pelajaran Matematika sangat sulit
dimengerti karena sifatnya yang abstrak, sehingga membuat siswa merasa jenuh
dan menganggapnya sebagai momok; (2) Guru dalam melakukan pembelajaran
masih bersifat konvensional, artinya dalam pembelajaran semua interaksi hanya
terjadi secara searah dan hanya gurulah sumber segala ilmu. Hal inilah yang
menyebabkan proses pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna (menarik
minat belajar siswa dan memberikan kemudahan untuk memahami materi). Dari
hasil observasi dan studi dokumentasi yang dilakukan antara peneliti dengan guru,
faktor mendasar yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam
menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada siswa kelas II
SDN 06 Ngringo, Jaten, Karanganyar adalah guru belum menerapkan model
pembelajaran yang lebih inovatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu model
pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan
penerapan Model Pembelajaran Kuantum. Dengan penggunaan Model
Pembelajaran Kuantum diharapkan kemampuan siswa kelas II dalam menghitung
perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus akan mengalami peningkatan
sehingga target ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama dua minggu, mulai dari tanggal
8 Maret 2012 sampai dengan 15 Maret 2012 (dua kali pertemuan). Deskripsi
hasil tindakan siklus I terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi.
a. Perencanaan
Berdasarkan tindakan prasiklus terhadap proses pembelajaran dan
hasil belajar matematika materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil
seratus pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo diperoleh informasi sebagai
data awal, yaitu dari 47 jumlah siswa, 27 diantaranya masih belum
menguasai perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus. Oleh karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
itu sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran
matematika materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus, maka
disusun rencana tindakan siklus I. Kegiatan perencanaan yang dilakukan
pada hari Senin, 5 Maret 2012 dalam siklus I ini meliputi:
1) Mengkonsultasikan jadwal penelitian siklus I dengan guru kelas II dan
disepakati bahwa siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal
8 Maret 2012 dan pertemuan ke-2 pada tanggal 15 Maret 2012.
Keduanya dilaksanakan setiap hari Kamis.
2) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran matematika materi
perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus dengan cara membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran
Kuantum. Untuk RPP siklus I pertemuan 1 dapat dilihat pada lampiran 2,
sedangkan untuk RPP siklus I pertemuan 2 dapat dilihat pada lampiran 3.
3) Membuat media pembelajaran yang akan digunakan dan mempersiapkan
peralatan yang dibutuhkan. Untuk siklus ini peneliti menggunakan media
sedotan untuk menghitung perkalian. Dan peralatan yang dibutuhkan
adalah berupa sedotan warna-warni, gunting, dan solasi.
4) Menyusun alat observasi yang digunakan untuk merekam segala aktifitas
siswa selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung dan soal
evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus.
Pengamatan yang dilakukan meliputi penggunaan media sedotan
(lampiran 13 dan 14), perilaku berkarakter (lampiran 25 dan lampiran
26), dan keterampilan sosial siswa (lampiran 35 dan 36).
5) Menyiapkan kamera digital untuk pendokumentasian proses
pembelajaran matematika.
b. Tindakan
Dalam tahap ini peneliti yang berkolaborasi dengan guru
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran
Kuantum pada pelajaran matematika materi perkalian bilangan dua angka
sampai hasil seratus sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
(RPP) yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Peneliti disini bertindak
sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau pengamat. Pembelajaran
pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
1) Pertemuan Pertama
Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 8 Maret
2012 dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tertera pada
lampiran 2. Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut.
Kegiatan awal pembelajaran:
a) Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, terlebih dahulu siswa
dikondisikan agar siap melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
b) Tumbuhkan: sebagai kegiatan awal (apersepsi) siswa ditanyai
beberapa pertanyaan yang menarik perhatian siswa. Pertama-tama
guru berkata, “Anak-anak, hari ini kita tidak akan belajar. Hari ini kita
akan bermain-main.” Dan dengan gembira siswa bertanya, “Bermain
ke mana bu?” Guru menjawab, “Hari ini kita akan bermain ke
Persungaian” (anak-anak bersorak kegirangan). Kemudian guru
berkata lagi, “Akan tetapi, karena akhir-akhir ini di persungaian itu
arusnya deras dan tidak semua anak kelas II bisa berenang, maka
bermainnya kita pindah ke persungaian yang lebih kecil. Sungai yang
kecil di sebut apa anak-anak? (anak-anak menjawab kali). Iya, betul
sekali! Sungai yang kecil adalah kali. Jadi, bermainnya kita pindah
dari persungaian ke PERKALIAN”.
Kegiatan Inti Pembelajaran:
a) Alami: Tiga orang siswa diminta maju ke depan kelas secara berturut-
turut dengan membawa kursi masing-masing. Siswa ditanyai berapa
jumlah kursi yang dibawa maju (siswa menjawab 3), berapa jumlah
kaki kursi yang dimiliki masing-masing kursi (siswa menjawab 4),
dan berapa jumlah seluruh jumlah kaki- kaki kursi (siswa menjawab
4+4+4=12). Selain itu siswa juga diminta menghitung berapa jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
masing-masing kaki siswa yang maju (siswa menjawab 2), kemudian
siswa diminta menghitung jumlah kaki siswa secara keseluruhan
(siswa menjawab 2+2+2=6). Kemudian empat orang siswa yang lain
diminta maju ke depan kelas. Siswa yang tidak maju menghitung
jumlah kaki keempat siswa yang maju (siswa menjawab 2+2+2+2=8).
Selanjutnya guru mengambil 2 buah kursi dan siswa diminta
menghitung jumlah seluruh kaki kursi (siswa menjawab 4+4=8).
b) Namai: dari kegiatan pada tahap alami siswa dibantu guru
menyimpulkan bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang.
Kemudian siswa dan guru juga bersama-sama menyimpulkan bahwa
suatu perkalian walaupun posisi pengali dan terkalinya dibolak-balik
hasilnya tetap sama. Sifat perkalian ini disebut sifat pertukaran.
c) Demonstrasikan: siswa dibagi menjadi 12 kelompok. Masing-masing
kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Tiap kelompok bertugas
menghitung soal perkalian yang telah diberikan guru dengan
menggunakan sedotan yang telah disediakan oleh guru.
d) Ulangi: siswa dan guru menyimpulkan apa yang baru saja dipelajari
bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang, perkalian
memiliki sifat pertukaran, dan selain dengan menjumlahkan, perkalian
juga dapat dihitung hasilnya dengan cara membuat garis vertikal dan
horisontal.
Kegiatan Akhir Pembelajaran
a) Ulangi: siswa melaksanakan tes evaluasi.
b) Rayakan: siswa dan guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan
bertepuk tangan.
2) Pertemuan Kedua
Siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 15 Maret
2012 dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tertera pada
lampiran 3. Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Kegiatan awal pembelajaran:
a) Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, terlebih dahulu siswa
dikondisikan agar siap melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
b) Tumbuhkan: guru menumbuhkan minat siswa untuk belajar dengan
cara memanggil kelompok terbaik yang pada pertemuan minggu
sebelumnya mengerjakan tugas dengan baik dan mengajak para siswa
untuk memberikan tepuk tangan pada kelompok tersebut. Kemudian
setelah itu guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.
Kegiatan Inti Pembelajaran
a) Alami: Kelompok terbaik yang sudah maju ke depan kelas diminta
mengerjakan soal perkalian dengan menggunakan sedotan untuk
mengecek apakah mereka masih ingat dengan pembelajaran minggu
lalu atau tidak, sementara siswa yang tidak maju mengerjakan di buku
masing-masing. Siswa menghitung perkalian 1, perkalian 0 dan
perkalian 10 dengan cara menjumlahkan.
b) Namai: siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan bahwa perkalian
merupakan penjumlahan berulang. Siswa juga dibimbing untuk
menyimpulkan bahwa bilangan yang dikalikan dengan 1 hasilnya
adalah bilangan itu sendiri, bilangan yang dikalikan dengan 0 hasilnya
pasti nol, dan bilangan yang dikalikan dengan 10 hasilnya adalah
bilangan itu sendiri dengan ditambah nol di belakangnya.
c) Demonstrasikan: beberapa siswa maju ke depan kelas untuk
mengerjakan soal perkalian 1, perkalian 0, dan perkalian 10 sesuai
dengan kesimpulan yang telah disimpulkan bersama-sama sementara
siswa yang tidak maju mengerjakan di buku masing-masing.
Kegiatan Akhir Pembelajaran
a) Ulangi: siswa melaksanakan tes evaluasi dan setelah itu guru dan
siswa menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari.
b) Rayakan: siswa dan guru menari chicken dance bersama-sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
c. Observasi
Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung, yang
meliputi: observasi terhadap aktivitas siswa, observasi terhadap kinerja
guru, dan observasi yang meliputi ketiga aspek, yaitu penggunaan media
sedotan, perilaku berkarakter, dan keterampilan sosial siswa. Selain itu juga
mengamati atau mengobservasi hasil tes evaluasi siswa disetiap akhir
pertemuan atau pembelajaran. Hasil pengamatan atau observasi selanjutnya
digunakan sebagai dasar tahap refleksi siklus I.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran
berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa, penilaian guru,
dan ketiga aspek dalam pembelajaran dengan rincian sebagai berikut:
1) Hasil observasi aktivitas siswa
Dari data hasil observasi dalam pelaksanaan penelitian siklus I sebanyak
2 pertemuan (pertemuan 1 lihat lampiran 45 dan pertemuan 2 lihat
lampiran 46), diperoleh data sebagai berikut:
a) Sebanyak 45 siswa dapat melaksanakan perintah guru.
b) Sebanyak 34 siswa dapat mengerjakan tugas dari guru.
c) Sebanyak 43 siswa membawa buku catatan dan buku paket.
d) Sebanyak 33 siswa memperhatikan penjelasan materi yang
disampaikan guru.
e) Sebanyak 34 siswa memperhatikan petunjuk guru.
f) Sebanyak 42 siswa tidak membuat gaduh atau tidak mengganggu
siswa lain.
g) Sebanyak 43 siswa bertanya pada guru saat pembelajaran.
h) Sebanyak 39 siswa menulis catatan pembelajaran.
i) Sebanyak 45 siswa mengerjakan soal latihan dari guru.
Hasil observasi aktivitas siswa di atas dapat diperjelas melalui tabel 4.2
dan grafik seperti pada gambar 4.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 4. 2. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I
No. Aspek yang DiamatiJumlah Siswa
1 Siswa melaksanakan perintah guru (a) 452 Siswa mengerjakan tugas dari guru (b) 343 Siswa membawa buku catatan dan buku paket (c) 434 Siswa memperhatikan penjelasan materi (d) 335 Siswa memperhatikan petunjuk guru (e) 346 Siswa tidak membuat gaduh/mengganggu teman (f) 427 Siswa bertanya pada guru saat pembelajaran (g) 438 Siswa menulis catatan pembelajaran (h) 399 Siswa mengerjakan soal latihan dari guru (i) 45
Rata-rata 40
Gambar 4. 2. Grafik Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I
2) Hasil observasi penilaian guru
Dari data hasil observasi dalam pelaksanaan penelitian siklus I sebanyak
2 pertemuan (pertemuan 1 lihat lampiran 52 dan pertemuan 2 lihat
lampiran 53), diperoleh data sebagai berikut:
a) Guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya,
hal ini perlu diperbaiki pada pelaksanaan tindakan siklus II.
b) Penguasaan siswa kurang merata, hal ini perlu diperbaiki pada
tindakan siklus II agar perhatian siswa pada saat proses
pembelajaran lebih meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
c) Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang kurang
memperhatikan pelajaran.
d) Guru hanya menunjuk siswa yang berada di barisan belakang (belum
menyeluruh), dalam pelaksanaan tindakan siklus selanjutnya guru
harus lebih merata dalam menunjuk siswa untuk mengemukakan
gagasannya.
Data hasil penilaian kinerja guru di atas dapat diperjelas melalui tabel 4.3
dan grafik seperti pada gambar 4.3.
Tabel 4. 3. Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus I
Aspek yang DiamatiSkor Siklus I
Pert. 1 Pert. 2Pra Pembelajaran 3,5 3,5Membuka Pembelajaran 3,0 3,5Kegiatan Inti PembelajaranA. Penguasaan materi pembelajaran 3,6 3,3B. Pendekatan / strategi pembelajaran 3,3 3,5C. Pemanfaatan media / sumber pembelajaran 4,0 4,0D. Melaksanakan evaluasi belajar 4,0 3,6E. Penggunaan bahasa 3,0 3,0Penutup 3,0 3,5Rata-Rata Tiap Pertemuan 3,4 3,4Rata-Rata Siklus I 3,4
Gambar 4. 3. Grafik Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3) Hasil Pengamatan ketiga aspek meliputi psikomotor, afektif, dan kognitif
yang berupa hasil tes evaluasi.
a) Aspek psikomotor penggunaan media sedotan. Aspek yang diamati
meliputi: (1) menentukan jumlah dan posisi sedotan sebagai pengali,
(2) menentukan jumlah dan posisi sedotan sebagai terkali, (3)
menghitung jumlah titik perpotongan antara sedotan pengali dan
terkali, dan (4) menentukan hasil kali antara pengali dan terkali.
Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 13
(pertemuan pertama) dan lampiran 14 (pertemuan kedua).
Berdasarkan lampiran-lampiran tersebut dapat dibuat seperti pada
tabel 4.4.
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan PsikomotorSiklus I
Interval Nilai
Tepi IntervalKelas
Titik Tengah Frekuensi Persentase
30 – 38 29,5 – 38,5 34 1 2,13%39 – 47 38,5 – 47,5 43 1 2,13%48 – 56 47,5 – 56,5 52 2 4,26%57 – 65 56,5 – 65,5 61 5 10,64%66 – 74 65,5 – 74,5 70 11 23,40%75 – 83 74,5 – 83,5 79 12 25,52%84 – 92 83,5 – 92,5 88 5 10,64%93 – 101 92,5 – 101,5 97 10 21,28%Jumlah 47 100%
Dari tabel 4.4 dapat disajikan dengan grafik seperti pada gambar 4.4.
Gambar 4.4. Grafik Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Berdasarkan gambar 4.4, nilai hasil pengamatan penggunaan media
sedotan siklus I diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai 30 –
38 sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 39 – 47
sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 48 – 56
sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 57 – 65
sebanyak 5 siswa atau 10,64%. Siswa yang memperoleh nilai 66 – 74
sebanyak 11 siswa atau 23,40%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 83
sebanyak 12 siswa atau 25,52%. Siswa yang memperoleh nilai 84 – 92
sebanyak 5 siswa atau 10,64%. Siswa yang memperoleh nilai 93 – 101
sebanyak 10 siswa atau 21,28%.
b) Aspek afektif perilaku berkarakter yang diamati dalam penelitian siklus I
meliputi: (1) kejujuran, (2) membantu teman yang membutuhkan, (3)
berkreasi, (4) tepat waktu, (5) teliti atau cermat, dan (6) tanggung jawab
Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 25 (pertemuan
1) dan lampiran 26 (pertemuan 2). Berdasarkan hasil pengamatan
perilaku berkarakter siklus I pada lampiran tersebut dapat dibuat tabel
seperti pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus I
Interval NilaiTepi Interval
KelasTitik Tengah Frekuensi Persentase
20 - 30 19,5 – 30,5 25 1 2,13%31 – 41 30,5 – 41,5 36 0 0%42 – 52 41,5 – 52,5 47 0 0%53 – 63 52,5 – 63,5 58 1 2,13%64 – 74 63,5 – 74,5 69 11 23,40%75 – 85 74,5 – 85,5 80 12 25,53%86 – 96 85,5 – 96,5 91 18 38,30%97 – 107 96,5 – 107,5 102 4 8,51%Jumlah 47 100%
Dari tabel 4.5 dapat diperjelas dengan grafik seperti pada gambar 4.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Gambar 4.5. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku BerkarakterSiklus I
Berdasarkan gambar 4.5, nilai hasil pengamatan afektif perilaku
berkarakter siklus I diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai
20 – 30 sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Tidak ada siswa yang memperoleh
nilai 31 – 41 dan nilai 42 – 52. Siswa yang memperoleh nilai 53 – 63
sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 64 – 74
sebanyak 11 siswa atau 23,40%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 85
sebanyak 12 siswa atau 25,53%. Siswa yang memperoleh nilai 86 – 96
sebanyak 18 siswa atau 38,30%. Dan siswa yang memperoleh nilai 97 –
107 sebanyak 4 siswa atau 8,51%.
c) Aspek afektif keterampilan sosial yang diamati dalam penelitian ini
meliputi: (1) bertanya, (2) menyumbang ide atau pendapat, (3) menjadi
pendengar yang baik, dan (4) bekerja sama. Adapun hasil yang diperoleh
dapat dilihat pada lampiran 35 (pertemuan pertama) dan lampiran 36
(pertemuan kedua). Berdasarkan lampiran-lampiran tersebut dapat dibuat
tabel seperti pada tabel 4.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus I
Interval NilaiTepi Interval
KelasTitik Tengah Frekuensi Persentase
30 – 38 29,5 – 38,5 34 1 2,13%39 – 47 38,5 – 47,5 43 1 2,13%48 – 56 47,5 – 56,5 52 2 4,26%57 – 65 56,5 – 65,5 61 5 10,63%66 – 74 65,5 – 74,5 70 11 23,40%75 – 83 74,5 – 83,5 79 11 23,40%84 – 92 83,5 – 92,5 88 9 19,15%93 – 101 92,5 – 101,5 97 7 14,89%
Jumlah 47 100%
Dari tabel 4.6 dapat disajikan dengan grafik seperti pada gambar 4.6.
Gambar 4.6. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus 1
Berasarkan gambar 4.6, nilai hasil pengamatan keterampilan sosial siklus
I diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai 30 – 38 sebanyak 1
siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 39 – 47 sebanyak 1
siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 48 – 56 sebanyak 2
siswa atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 57 – 65 sebanyak 5
siswa atau 10,63%. Siswa yang memperoleh nilai 66 – 74 sebanyak 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
siswa atau 23,40%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 83 sebanyak 11
siswa atau 23,40%. Siswa yang memperoleh nilai 84 – 92 sebanyak 9
siswa atau 19,15%. Siswa yang memperoleh nilai 93 – 101 sebanyak 7
siswa atau 14,89%.
4) Aspek kognitif diamati dari hasil tes evaluasi siswa setelah pembelajaran
selesai. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 9.
Berdasarkan hasil nilai kognitif siklus I tersebut dapat diperjelas seperti
pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Siklus 1
Interval NilaiTepi Interval
KelasTitik
TengahFrekuensi Persentase
25 – 34 24,5 – 34,5 29,5 1 2,13%35 – 44 34,5 – 44,5 39,5 0 0%45 – 54 44,5 – 54,5 49,5 0 0%55 – 64 54,5 – 64,5 59,5 6 12,77%65 – 74 64,5 – 74,5 69,5 9 19,15%75 – 84 74,5 – 84,5 79,5 14 29,78%85 – 94 84,5 – 94,5 89,5 13 27,66%95 – 104 94,5 – 104,5 99,5 4 8,51%
Jumlah 47 100 %
Dari tabel 4.7 dapat disajikan grafik seperti pada gambar 4.7.
Gambar 4.7. Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas II Materi Perkalian Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.7, nilai kognitif siswa kelas II siklus
I diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai 25 – 34 sebanyak 1
siswa atau 2,13%. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai 35 – 44 dan
45 – 54. Siswa yang memperoleh nilai 55 – 64 sebanyak 6 siswa atau
12,77%. Siswa yang memperoleh nilai 65 – 74 sebanyak 9 siswa atau
19,15%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 84 sebanyak 14 siswa atau
29,78%. Siswa yang memperoleh nilai 85 – 94 sebanyak 13 siswa atau
27,66%. Siswa yang memperoleh nilai 95 – 104 sebanyak 4 siswa atau
8,51%.
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi, studi dokumentasi, dan
observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil tes evaluasi,
studi dokumentasi, dan observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan
tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan data dari
pertemuan 1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata kemudian
dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator kinerja
siklus I yaitu dari aspek psikomotor penggunaan media sedotan siswa yang
dinyatakan tuntas sebanyak 40 siswa atau 85%, dari aspek afektif perilaku
berkarakter dan keterampilan sosial siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 40
siswa atau 85%, dan dari aspek kognitif siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak
40 siswa atau 85%. Adapun data yang diperoleh adalah dapat disajikan seperti
pada tabel 4.8.
Tabel 4.8. Data Hasil Penelitian Siklus I
No. AspekSiswa Tuntas
Jumlah Persentase1. Psikomotor 27 57,45%2. Afektif Perilaku Berkarakter 34 72,34%3. Afektif Keterampilan Sosial 27 57,45%4. kognitif 31 65,96%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Dari tabel 4.8 dapat diperjelas dengan grafik seperti pada gambar 4.8.
Gambar 4.8. Grafik Data Hasil Penelitian Siklus I
Berdasarkan gambar 4.8 dan indikator kinerja, dapat diuraikan informasi
sebagai berikut:
1) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek psikomotor sebanyak 27 siswa
atau 57,45%, lebih rendah dari target capaian yang ditentukan.
2) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek afektif perilaku berkarakter
sebanyak 34 siswa atau 72,34%, belum sesuai dengan target capaian yang
ditentukan.
3) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek afektif keterampilan sosial
sebanyak 27 siswa atau 57,45%, belum sesuai dengan target capaian yang
ditentukan.
4) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek kognitif sebanyak 31 siswa atau
65,96%, lebih rendah dari target capaian yang ditentukan.
Dari data hasil penelitian siklus I di atas, maka peneliti mengulas secara cermat
bahwa dilihat dari nilai evaluasi yang diperoleh siswa dengan menggunakan
media sedotan sudah cukup berhasil. Dalam artian, penelitian ini menunjukan
bahwa terjadi peningkatan kemampuan siswa kelas II SDN 06 Ngringo dalam
menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
dibandingkan dengan hasil prasiklus. Namun, peningkatan tersebut masih
belum memenuhi indikator ketercapaian siklus I, yaitu 85%. Oleh karena itu,
peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian ke siklus berikutnya, yaitu
siklus II.
2. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama dua minggu, mulai dari
tanggal 22 Maret 2012 sampai dengan 29 Maret 2012 (dua kali pertemuan).
Deskripsi hasil tindakan siklus II terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pada pelaksanaan tindakan
siklus I diketahui bahwa penerapan Model Pembelajaran Kuantum dapat
meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka
sampai hasil seratus pada siswa kelas II. Akan tetapi, peningkatan tersebut
masih belum memenuhi target ketercapaian. Oleh karena itu, disusun
rencana penelitian pada tanggal 19 Maret 2012 yang meliputi :
1) Mengkonsultasikan jadwal penelitian siklus II dengan guru kelas II dan
diperoleh bahwa siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal
22 Maret 2012 dan pertemuan ke-2 pada tanggal 29 Maret 2012.
Keduanya dilaksanakan setiap hari Kamis.
2) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran matematika materi
perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus dengan cara membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran
Kuantum. Untuk siklus II pertemuan pertama RPP dapat dilihat pada
lampiran 4 dan untuk RPP siklus II pertemuan kedua dapat dilihat pada
lampiran 5.
3) Membuat media pembelajaran yang akan digunakan dan mempersiapkan
peralatan yang dibutuhkan. Untuk siklus ini peneliti menggunakan media
jarimatika dari kertas karton untuk menghitung perkalian. Dan peralatan
yang dibutuhkan adalah berupa lakban, gunting, dan kawat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
4) Menyusun alat observasi yang digunakan untuk merekam segala aktifitas
siswa selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung dan soal
evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus.
Pengamatan yang dilakukan meliputi penggunaan media jarimatika,
perilaku berkarakter, dan keterampilan sosial siswa.
5) Menyiapkan kamera digital untuk pendokumentasian proses
pembelajaran matematika.
b. Tindakan
Dalam tahap ini peneliti yang berkolaborasi dengan guru
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran
Kuantum pada pelajaran matematika materi perkalian bilangan dua angka
sampai hasil seratus sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Peneliti disini masih
bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau pengamat.
Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
1) Pertemuan Pertama
Siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 22
Maret 2012 dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tertera
pada lampiran 4. Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut.
Kegiatan awal pembelajaran:
a) Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, terlebih dahulu siswa
dikondisikan agar siap melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
b) Tumbuhkan: guru menumbuhkan rasa ketertarikan siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran dengan cara menanyai siswa tentang
pengertian perkalian yang telah dipelajari pada minggu sebelumnya
untuk mengecek apakah siswa masih ingat atau tidak. Kemudian guru
juga menumbuhkan perhatian siswa dengan berkata bahwa selain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
dengan menjumlahkan, perkalian juga dapat dihitung dengan
menggunakan jari-jari.
Kegiatan Inti Pembelajaran
a) Alami: siswa diajak untuk mengubah soal perkalian menjadi bentuk
penjumlahan dengan bimbingan guru. Kemudian siswa juga
dibimbing untuk menghitung perkalian dengan menggunakan jari
tangan masing-masing.
b) Namai: siswa dibimbing guru menyimpulkan bahwa perkalian
merupakan penjumlahan berulang dan penyelesaian perkalian dengan
menggunakan jari-jari disebut jarimatika.
c) Demonstrasikan: beberapa siswa diminta maju ke depan kelas untuk
mengerjakan soal perkalian dengan media jarimatika yang telah
disediakan guru. Kemudian dua meja di deretan sebelah kanan diminta
menghitung 9x8 dan dua meja di deretan sebelah kiri diminta
menghitung perkalian 8x9 dengan menggunakan jarimatika (siswa di
dua deret sebelah kanan dan siswa yang duduk di dua deret sebelah
kiri akan menghasilkan hasil perkalian yang sama, yaitu 72). Setelah
itu siswa dibimbing untuk menyimpulkan bahwa perkalian memiliki
sifat pertukaran.
d) Ulangi: siswa dibimbing guru menyimpulkan bahwa perkalian
berulang, cara menghitung perkalian dengan jari disebut jarimatika,
dan yang terakhir perkalian memiliki sifat pertukaran.
Kegiatan Akhir Pembelajaran
a) Ulangi: siswa melaksanakan tes evaluasi untuk mengetahui apakah
siswa sudah benar-benar paham atau belum.
b) Rayakan: guru membacakan hasil tes evaluasi yang telah dilakukan
minggu lalu dan siswa memberikan tepuk tangan yang meriah bagi
siswa yang berhasil mendapat nilai di atas KKM. Guru memberikan
motivasi bagi siswa yang nilainya belum mencapai KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
2) Pertemuan Kedua
Siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 29 Maret
2012 dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tertera pada
lampiran 5. Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut.
Kegiatan awal pembelajaran:
a) Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, terlebih dahulu siswa
dikondisikan agar siap melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
b) Tumbuhkan: guru menumbuhkan minat dan rasa ketertarikan siswa
terhadap pembelajaran dengan cara mengajak siswa menyanyi dan
menarikan lagu yang berjudul “saya sadar”.
Kegiatan Inti Pembelajaran:
a) Alami: siswa diajak untuk mengerjakan perkalian bilangan dengan
angka 1, 0, dan 10 dengan cara meminta beberapa siswa maju ke
depan kelas melalui teknik menjumlahkan.
b) Namai: dari beberapa siswa yang maju mengerjakan soal perkalian 1,
0, dan 10 siswa dibimbing untuk menyimpulkan bahwa perkalian
bilangan dengan angka 1 hasilnya adalah bilangan itu sendiri,
perkalian bilangan dengan angka 0 hasilnya pasti nol, dan bilangan
yang dikalikan dengan angka 10 hasilnya adalah bilangan itu sendiri
dengan ditambah nol di belakangnya.
c) Demonstrasikan: siswa diminta maju ke depan kelas untuk
mengerjakan soal perkalian 1, 0, dan 10 dengan sifat-sifat yang telah
disimpulkan bersama. Siswa yang tidak maju mengerjakan di buku
masing-masing.
Kegiatan Akhir Pembelajaran:
a) Ulangi: siswa dan guru menyimpulkan bahwa perkalian merupakan
penjumlahan berulang. Siswa dibimbing guru juga menyimpulkan
perkalian bilangan dengan angka 1 hasilnya adalah bilangan itu
sendiri, perkalian bilangan dengan angka 0 hasilnya pasti nol, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
bilangan yang dikalikan dengan angka 10 hasilnya adalah bilangan itu
sendiri dengan ditambah nol di belakangnya. Kemudian siswa
melaksanakan tes evaluasi.
b) Rayakan: guru membacakan hasil tes evaluasi yang telah dilakukan
minggu lalu dan siswa memberikan tepuk tangan yang meriah bagi
siswa yang berhasil mendapat nilai di atas KKM. Guru memberikan
motivasi bagi siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Siswa dan
guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan “tepuk the best”.
c. Observasi
Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung, yang
meliputi: observasi terhadap aktivitas siswa, observasi terhadap kinerja
guru, dan observasi yang meliputi ketiga aspek, yaitu penggunaan media
jarimatika, perilaku berkarakter, dan keterampilan sosial siswa. Selain itu
juga mengamati atau mengobservasi hasil tes evaluasi siswa disetiap akhir
pertemuan atau pembelajaran. Hasil pengamatan atau observasi selanjutnya
digunakan sebagai dasar tahap refleksi siklus II.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran
berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa, penilaian guru,
dan ketiga aspek dalam pembelajaran dengan rincian sebagai berikut:
1) Hasil observasi aktivitas siswa
Dari data hasil observasi dalam pelaksanaan penelitian siklus II sebanyak
2 pertemuan (pertemuan 1 lihat lampiran 47 dan pertemuan 2 lihat
lampiran 48), diperoleh data sebagai berikut:
a) Sebanyak 46 siswa dapat melaksanakan perintah guru.
b) Sebanyak 41 siswa dapat mengerjakan tugas dari guru.
c) Sebanyak 46 siswa membawa buku catatan dan buku paket.
d) Sebanyak 37 siswa memperhatikan penjelasan materi yang
disampaikan guru.
e) Sebanyak 43 siswa memperhatikan petunjuk guru.
f) Sebanyak 44 siswa tidak membuat gaduh atau tidak mengganggu
siswa lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
g) Sebanyak 46 siswa bertanya pada guru saat pembelajaran.
h) Sebanyak 45 siswa menulis catatan pembelajaran.
i) Sebanyak 46 siswa mengerjakan soal latihan dari guru.
Data hasil observasi aktivitas siswa di atas dapat diperjelas seperti pada
tabel 4.9 dan grafik seperti pada gambar 4.9.
Tabel 4. 9. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II
No. Aspek yang DiamatiJumlah Siswa
1 Siswa melaksanakan perintah guru (a) 462 Siswa mengerjakan tugas dari guru (b) 413 Siswa membawa buku catatan dan buku paket (c) 464 Siswa memperhatikan penjelasan materi (d) 375 Siswa memperhatikan petunjuk guru (e) 436 Siswa tidak membuat gaduh/mengganggu teman (f) 447 Siswa bertanya pada guru saat pembelajaran (g) 468 Siswa menulis catatan pembelajaran (h) 459 Siswa mengerjakan soal latihan dari guru (i) 46
Rata-Rata 43
Gambar 4. 9. Grafik Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
2) Hasil observasi penilaian guru
Dari data hasil observasi dalam pelaksanaan penelitian siklus II sebanyak
2 pertemuan (pertemuan 1 lihat lampiran 54 dan pertemuan 2 lihat
lampiran 55), diperoleh data sebagai berikut:
a) Guru telah melaksanakan kegiatan pra pembelajaran dengan sangat
baik.
b) Guru telah menyiapkan media pembelajaran / alat peraga dengan
baik sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi yang diajarkan.
c) Guru telah melakukan kegiatan apersepsi dengan baik.
d) Guru kurang mengaitkan materi pelajaran dengan realita kehidupan.
e) Penguasaan guru terhadap materi pembelajaran sudah baik.
f) Penyampaian materi sesuai dengan alokasi waktu.
g) Pengelolaan kelas sudah baik, suasana kelas pada saat proses
pembelajaran berlangsung sudah kondusif, sehingga siswa dapat
belajar dengan baik, nyaman, dan menyenangkan.
h) Guru dapat memanfaatkan media/alat peraga dengan baik, sebagian
besar siswa sudah dilibatkan dalam memanfaatkan media/alat
peraga.
i) Guru lebih merespon pertanyaan dan pendapat siswa.
j) Guru telah memberikan bimbingan kepada individu maupun
kelompok yang mengalami kesulitan.
k) Guru kurang memberikan teguran secara tegas kepada siswa yang
kurang memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru.
l) Guru menggunakan bahasa lisan maupun bahasa lisan dengan baik.
m) Guru melibatkan siswa dalam membuat rangkuman pelajaran.
Data hasil penilaian kinerja guru di atas dapat diperjelas seperti pada
tabel 4.10 dan grafik seperti pada gambar 4.10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 4.10. Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus II
Aspek yang DiamatiSkor Siklus II
Pert. 1 Pert. 2Pra Pembelajaran 3,5 4,0Membuka Pembelajaran 3,5 3,0Kegiatan Inti PembelajaranA. Penguasaan materi pembelajaran 3,3 3,3B. Pendekatan / strategi pembelajaran 3,3 3,5C. Pemanfaatan media / sumber pembelajaran 3,6 3,6D. Melaksanakan evaluasi belajar 3,4 3,4E. Penggunaan bahasa 3,0 3,5Penutup 3,0 4,0Rata-Rata Tiap Pertemuan 3,5 3,6Rata-Rata Siklus II 3,5
Gambar 4.10. Grafik Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus II
3) Hasil Pengamatan ketiga aspek meliputi psikomotor, afektif, dan kognitif
yang berupa hasil tes evaluasi.
a) Aspek psikomotor penggunaan media jarimatika. Aspek yang diamati
meliputi: (1) menentukan jumlah dan posisi jari sebagai pengali, (2)
dapat menentukan jumlah dan posisi jari sebagai terkali, (3) dapat
menghitung jumlah antara jari yang berdiri dan hasil kali antara jari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
yang ditekuk, dan (4) menentukan hasil kali antara jari pengali dan jari
terkali. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 17
(pertemuan pertama) dan lampiran 18 (pertemuan kedua).
Berdasarkan lampiran-lampiran tersebut dapat dibuat tabel seperti
pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus II
Interval NilaiTepi Interval
KelasTitik Tengah Frekuensi Persentase
54 – 60 53,5 – 60,5 57 2 4,26%61 – 67 60,5 – 67,5 64 2 4,26%68 – 74 67,5 – 74,5 71 1 2,13%75 – 81 74,5 – 81,5 78 0 0%82 – 88 81,5 – 88,5 85 9 19,14%89 – 95 88,5 – 95,5 92 15 31,91%96 – 102 95,5 – 102,5 99 18 38,30%Jumlah 47 100%
Dari tabel 4.11. dapat perjelas dengan grafik seperti pada gambar 4.11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Gambar 4.11. Grafik Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus II
Berdasarkan gambar 4.11, nilai hasil pengamatan penggunaan media
jarimatika siklus II diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai
54 – 60 sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 61 –
67 sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 68 – 74
sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai 75
– 81 sebanyak. Siswa yang memperoleh nilai 82 – 88 sebanyak 9 siswa
atau 19,14%. Siswa yang memperoleh nilai 89 – 95 sebanyak 15 siswa
atau 31,91%. Dan siswa yang memperoleh nilai 96 – 102 sebanyak 18
siswa atau sebesar 38,30%.
b) Aspek afektif perilaku berkarakter yang diamati dalam penelitian siklus II
meliputi: (1) kejujuran, (2) membantu teman yang membutuhkan, (3)
berkreasi, (4) tepat waktu, (5) teliti atau cermat, dan (6) tanggung jawab
Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 28 (pertemuan
pertama) dan lampiran 29 (siklus kedua). Berdasarkan lapiran-lampiran
tersebut dapat dibuat seperti pada tabel 4.12.
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus II
Interval NilaiTepi Interval
KelasTitik Tengah Frekuensi Persentase
20 - 30 19,5 – 30,5 25 1 2,13%31 – 41 30,5 – 41,5 36 0 0%42 – 52 41,5 – 52,5 47 0 0%53 – 63 52,5 – 63,5 58 1 2,13%64 – 74 63,5 – 74,5 69 2 4,26%75 – 85 74,5 – 85,5 80 0 0%86 – 96 85,5 – 96,5 91 23 48,93%97 – 107 96,5 – 107,5 102 20 42,55%Jumlah 47 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Dari tabel 4.12 dapat disajikan dengan grafik seperti pada gambar 4.12.
Gambar 4.12. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus II
Berdasarkan gambar 4.12, nilai hasil pengamatan afektif perilaku
berkarakter siklus II diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai
20 – 30 sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Tidak ada siswa yang memperoleh
nilai 31 – 41 dan 42 – 52. Siswa yang memperoleh nilai 53 – 63
sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 64 – 74
sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai
75 – 85. Siswa yang memperoleh nilai 86 – 96 sebanyak 23 siswa atau
48,93%. Dan siswa yang memperoleh nilai 97 – 102 sebanyak 20 siswa
atau 42,55%.
c) Aspek afektif keterampilan sosial yang diamati dalam penelitian ini
meliputi: (1) bertanya, (2) menyumbang ide atau pendapat, (3) menjadi
pendengar yang baik, dan (4) bekerja sama. Adapun hasil yang diperoleh
dapat dilihat pada lampiran 38 (pertemuan pertema) dan lampiran 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
(pertemuan kedua). Berdasarkan lampiran-lampiran tersebut dapat dibuat
seperti pada tabel 4.13.
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus II
Interval NilaiTepi Interval
KelasTitik Tengah Frekuensi Persentase
25 – 34 24,5 – 34,5 29,5 1 2,13%35 – 44 34,5 – 44,5 39,5 0 0%45 – 54 44,5 – 54,5 49,5 0 0%55 – 64 54,5 – 64,5 59,5 2 4,26%65 – 74 64,5 – 74,5 69,5 1 2,13%75 – 84 74,5 – 84,5 79,5 2 4,26%85 – 94 84,5 – 94,5 89,5 19 40,42%95 – 104 94,5 – 104,5 99,5 22 46,80%
Jumlah 47 100%
Dari tabel 4.13 dapat disajikan grafik seperti pada gambar 4.13.
Gambar 4.13. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus II
Berasarkan gambar 4.13, nilai hasil pengamatan keterampilan sosial
siklus II diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai 25 – 34
sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai 35
– 44 dan 45 – 54. Siswa yang memperoleh nilai 55 – 64 sebanyak 2 siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 65 – 74 sebanyak 1 siswa atau
2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 84 sebanyak 2 siswa atau
4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 85 – 94 sebanyak 19 siswa atau
40,42%. Siswa yang memperoleh nilai 95 – 104 sebanyak 22 siswa atau
46,80%.
d) Aspek kognitif diamati dari hasil tes evaluasi siswa setelah pembelajaran
selesai. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 10.
Berdasarkan hasil nilai kognitif siklus II tersebut dapat diperjelas seperti
pada tabel 4.14.
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Siklus II
Interval Nilai Tepi Interval Titik Tengah Frekuensi Persentase 20 – 30 19,5 – 30,5 25 1 2,13%31 – 41 30,5 – 41,5 36 0 0%42 – 52 41,5 – 52,5 47 0 0%53 – 63 52,5 – 63,5 58 2 4,26%64 – 74 63,5 – 74,5 69 1 2,13%75 – 85 74,5 – 85,5 80 11 23,40%86 – 96 85,5 – 96,5 91 24 51,06%97 – 107 96,5 – 107,5 102 8 17,02Jumlah 47 100 %
Dari tabel 4.14 dapat disajikan dengan grafik seperti pada gambar 4.14
Gambar 4.14. Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas II Materi Perkalian Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Berdasarkan tabel 4.14 dan gambar 4.14, nilai kognitif siswa kelas II
siklus III diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai 20 - 30
sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai 31
– 41dan 42 – 52. Siswa yang memperoleh nilai 53 – 63 sebanyak 2 siswa
atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 64 – 74 sebanyak 1 siswa atau
2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 85 sebanyak 11 siswa atau
23,40%. Siswa yang memperoleh nilai 86 – 96 sebanyak 24 siswa atau
51,06%. Dan siswa yang memperoleh nilai 97 – 107 sebanyak 8 siswa
atau 17,02%.
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi, studi dokumentasi, dan
observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil tes evaluasi,
studi dokumentasi, dan observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan
tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan data dari
pertemuan 1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata kemudian
dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator
kinerja siklus II yaitu dari aspek psikomotor penggunaan media jarimatika
siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 40 siswa atau 85%, dari aspek
afektif perilaku berkarakter dan keterampilan sosial siswa yang dinyatakan
tuntas sebanyak 40 siswa atau 85%, dan dari aspek kognitif siswa yang
dinyatakan tuntas sebanyak 40 siswa atau 85%. Adapun data yang diperoleh
seperti pada tabel 4.15.
Tabel 4.15. Data Hasil Penelitian Siklus II
No. AspekSiswa Tuntas
Jumlah Persentase1. Psikomotor 42 89,36%2. Afektif Perilaku Berkarakter 43 91,49%3. Afektif Keterampilan Sosial 43 91,49%4. kognitif 43 91,49%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Dari tabel 4.15 dapat diperjelas dengan grafik seperti pada gambar 4.15.
Gambar 4.15. Grafik Data Hasil Penelitian Siklus II
Berdasarkan gambar 4.15 dan indikator kinerja, dapat diuraikan informasi
sebagai berikut:
1) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek psikomotor sebanyak 42 siswa
atau 89,36%, lebih dari target capaian yang ditentukan.
2) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek afektif perilaku berkarakter
sebanyak 43 siswa atau 91,49%, sudah sesuai dengan target capaian yang
ditentukan, bahkan lebih tinggi dari target capaian.
3) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek afektif keterampilan sosial
sebanyak 43 siswa atau 91,49%, sudah sesuai dengan target capaian yang
ditentukan, bahkan lebih tinggi dari target capaian.
4) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek kognitif sebanyak 43 siswa
atau 91,49%, lebih dari target capaian yang ditentukan.
Dari hasil penelitian siklus II, maka peneliti mengulas secara cermat bahwa
dilihat dari nilai evaluasi yang diperoleh siswa dengan menggunakan media
jarimatika sudah cukup berhasil. Hal ini menunjukan bahwa terjadi
peningkatan kemampuan siswa kelas II SDN 06 Ngringo dalam menghitung
perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus jika dibandingkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
siklus I dan peningkatan tersebut telah mencapai target yang telah
ditentukan. Namun, peneliti ingin membuktikan apakah peningkatan dan
ketercapaian indikator tersebut reliabel atau tidak. Oleh karena itu, peneliti
memutuskan untuk melanjutkan penelitian ke siklus berikutnya, yaitu siklus
III.
3. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus III
Tindakan siklus III dilaksanakan pada tanggal 5 April 2012 sampai
dengan 26 April 2012 (dua kali pertemuan). Deskripsi hasil tindakan siklus III
terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pada pelaksanaan tindakan
siklus II diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kuantum dapat
meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka
sampai hasil seratus pada siswa kelas II. Peningkatan tersebut sudah
memenuhi target ketercapaian, akan tetapi peneliti ingin mengetahui apakah
peningkatan tersebut reliabel atau tidak. Selain itu, pada siklus II juga masih
ditemukan beberapa kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh
karena itu disusun rencana penelitian yang meliputi :
1) Pengkonsultasian jadwal penelitian siklus II dengan guru kelas II dan
diperoleh bahwa siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal
5 April 2012 dan pertemuan kedua pada tanggal 26 April 2012.
Keduanya dilaksanakan setiap hari Kamis. Jarak antara pertemuan
pertama dengan pertemuan kedua sangat jauh dikarenakan adanya
kegiatan uji coba UAN, UAS, dan UAN di SD tempat peneliti
mengadakan penelitian.
2) Perencanaaan langkah-langkah pembelajaran matematika materi
perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus dengan cara membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran
Kuantum. Untuk RPP siklus III pertemuan 1 dapat dilihat pada lampiran
6 dan untuk RPP siklus III pertemuan 2 dapat dilihat pada lampiran 7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
3) Pembuatan media pembelajaran yang akan digunakan dan
mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan. Untuk siklus ini peneliti
menggunakan media permainan ular tangga perkalian. Peneliti
menggunakan media permainan sebagai usaha untuk mengantisipasi
agar siswa tidak mengalami kebosanan karena hanya mempelajari materi
yang sama. Dan peralatan yang dibutuhkan adalah berupa kertas untuk
menggambar ular tangga, dadu, dan bidak ular tangga.
4) Menyusun alat observasi dan soal evaluasi yang akan digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam menghitung perkalian bilangan dua
angka sampai hasil seratus.
5) Menyiapkan kamera digital untuk pendokumentasian proses
pembelajaran matematika.
b. Tindakan
Dalam tahap ini peneliti yang berkolaborasi dengan guru
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran
Kuantum pada pelajaran matematika materi perkalian bilangan dua angka
sampai hasil seratus sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Peneliti disini masih
bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau pengamat.
Pembelajaran pada siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
1) Pertemuan Pertama
Siklus III pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 5 April
2012 dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tertera pada
lampiran 6. Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut.
Kegiatan awal pembelajaran:
a) Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, terlebih dahulu siswa
dikondisikan agar siap melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
b) Tumbuhkan: guru menumbuhkan rasa ketertarikan siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran dengan cara menyampaikan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
masih ada siswa yang belum bisa memperoleh nilai di atas KKM.
Oleh karena itu guru akan membahas soal-soal yang ada di tes
evaluasi pada pertemuan minggu lalu.
Kegiatan Inti Pembelajaran:
a) Alami: siswa bersama-sama dengan guru menyelesaikan soal
mengubah perkalian menjadi bentuk penjumlahan. Siswa juga
dibimbing untuk mengerjakan soal-soal bergambar dan soal sifat
pertukaran perkalian yang sering kali siswa kurang teliti
mengerjakannya.
b) Namai: siswa diajak untuk menyimpulkan bahwa perkalian
merupakan penjumlahan berulang. Dan selain itu perkalian juga
memiliki sifat perkalian. Untuk soal bergambar, siswa harus
mengerjakan soal tersebut sesuai dengan apa yang ditanyakan oleh
gambar.
c) Demonstrasikan: siswa kembali mengerjakan soal lain dalam bentuk
permainan ular tangga perkalian yang berkaitan dengan penjumlahan
berulang, sifat pertukaran perkalian, dan soal bergambar untuk
membuktikan bahwa siswa telah memahami apa yang baru saja
disimpulkan bersama.
Kegiatan Akhir Pembelajaran:
a) Ulangi: siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi yang
baru saja mereka pelajari, dan kemudian siswa melaksanakan tes
evaluasi.
b) Rayakan: guru membacakan hasil tes evaluasi yang telah dilakukan
minggu lalu dan siswa memberikan tepuk tangan yang meriah bagi
siswa yang berhasil mendapat nilai di atas KKM. Guru memberikan
motivasi bagi siswa yang nilainya belum mencapai KKM agar lebih
memperhatikan lagi saat guru menjelaskan.
2) Pertemuan Kedua
Siklus III pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 26 April
2012 dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tertera pada
lampiran 7. Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut.
Kegiatan awal pembelajaran:
a) Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, terlebih dahulu siswa
dikondisikan agar siap melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
b) Tumbuhkan: guru menumbuhkan minat dan rasa ketertarikan siswa
terhadap pembelajaran dengan cara bertanya pada siswa siapa yang
sampai pertemuan kali ini belum bisa menghitung perkalian.
Kegiatan Inti Pembelajaran:
a) Alami: siswa bersama-sama dengan guru mengerjakan contoh soal
perkalian dengan cara menjumlahkan, menggambar garis vertikal dan
horisontal, dan dengan jarimatika untuk mengingatkan siswa tentang
cara mengerjakan perkalian.
b) Namai: siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan bahwa ada
beberapa cara untuk mengerjakan perkalian, yaitu dengan
menjumlahkan, dengan menggambar garis vertikal dan garis
horisontal, dan dengan jarimatika, dan siswa dapat memilih cara yang
manapun untuk mengerjakan soal perkalian.
c) Demonstrasi: siswa diminta maju ke depan kelas untuk mengerjakan
soal perkalian dengan cara menjumlahkan, menggambar garis vertikal
dan horisontal, dan dengan jarimatika secara mandiri. Siswa lain yang
tidak maju mengerjakan di buku masing-masing.
Kegiatan Akhir Pembelajaran:
a) Ulangi: siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan bahwa
mengerjakan soal perkalian dengan tiga cara, yaitu dengan
menjumlahkan, jarimatika, dan dengan menggambar garis vertikal dan
horisontal. Dan setelah itu siswa melaksanakan tes evaluasi.
b) Rayakan: guru membacakan hasil tes evaluasi yang telah dilakukan
minggu lalu dan siswa memberikan tepuk tangan yang meriah bagi
siswa yang berhasil mendapat nilai di atas KKM. Guru memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
motivasi bagi siswa yang nilainya belum mencapai KKM agar lebih
giat lagi dalam belajar.
c. Observasi
Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung, yang
meliputi: observasi terhadap aktivitas siswa, observasi terhadap kinerja
guru, dan observasi yang meliputi ketiga aspek, yaitu penggunaan media
ular tangga perkalian, perilaku berkarakter, dan keterampilan sosial siswa.
Selain itu juga mengamati atau mengobservasi hasil tes evaluasi siswa
disetiap akhir pertemuan atau pembelajaran. Hasil pengamatan atau
observasi selanjutnya digunakan sebagai dasar tahap refleksi siklus III.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran
berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa, penilaian guru,
dan ketiga aspek dalam pembelajaran dengan rincian sebagai berikut:
1) Hasil observasi aktivitas siswa
Dari data hasil observasi dalam pelaksanaan penelitian siklus III
sebanyak 2 pertemuan (pertemuan 1 lihat lampiran 49 dan pertemuan 2
lihat lampiran 50), diperoleh data sebagai berikut:
a) Sebanyak 47 siswa dapat melaksanakan perintah guru.
b) Sebanyak 41 siswa dapat mengerjakan tugas dari guru.
c) Sebanyak 47 siswa membawa buku catatan dan buku paket.
d) Sebanyak 42 siswa memperhatikan penjelasan materi yang
disampaikan guru.
e) Sebanyak 42 siswa memperhatikan petunjuk guru.
f) Sebanyak 46 siswa tidak membuat gaduh atau tidak mengganggu
siswa lain.
g) Sebanyak 47 siswa bertanya pada guru saat pembelajaran.
h) Sebanyak 46 siswa menulis catatan pembelajaran.
i) Sebanyak 47 siswa mengerjakan soal latihan dari guru.
Data hasil observasi aktivitas siswa di atas dapat diperjelas dengan tabel
4.16 dan grafik seperti pada gambar 4.16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 4.16. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III
No. Aspek yang DiamatiJumlah Siswa
1 Siswa melaksanakan perintah guru (a) 472 Siswa mengerjakan tugas dari guru (b) 463 Siswa membawa buku catatan dan buku paket (c) 474 Siswa memperhatikan penjelasan materi (d) 455 Siswa memperhatikan petunjuk guru (e) 446 Siswa tidak membuat gaduh/mengganggu teman (f) 467 Siswa bertanya pada guru saat pembelajaran (g) 478 Siswa menulis catatan pembelajaran (h) 469 Siswa mengerjakan soal latihan dari guru (i) 47
Rata-Rata 46
Gambar 4. 16. Grafik Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III
2) Hasil observasi penilaian guru
Dari data hasil observasi dalam pelaksanaan penelitian siklus III
sebanyak 2 pertemuan (pertemuan 1 lihat lampiran 56 dan pertemuan 2
lihat lampiran 57), diperoleh data sebagai berikut:
a) Guru telah melaksanakan kegiatan pra pembelajaran dengan sangat
baik.
b) Guru memeriksa kesiapan belajar siswa dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
c) Apersepsi sangat sesuai dengan materi yang akan diajarkan, guru
juga telah menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
d) Guru menguasai materi pembelajaran dengan sangat baik.
e) Pembelajaran yang dilaksanakan sangat sesuai dengan kompetensi /
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
f) Guru dapat menguasai kelas dengan baik.
g) Guru telah melibatkan semua siswa mendemonstrasikan cara
menghitung perkalian dengan berbagai cara.
h) Guru dapat membimbing siswa yang mengalami kesulitan dengan
baik.
i) Guru telah menggunakan bahasa lisan dengan jelas, lancar, dan
dapat dipahami oleh siswa.
j) Guru melaksanakan penilaian setelah proses pembelajaran dengan
baik.
k) Pelaksanaan evaluasi pembelajaran sudah baik dan sesuai dengan
alokasi waktu.
l) Siswa terlibat dalam menyusun rangkuman pembelajaran.
Data hasil penilaian kinerja guru di atas dapat diperjelas melalui tabel
4.17 dan grafik seperti pada gambar 4.17.
Tabel 4. 17. Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus III
Aspek yang DiamatiSkor Siklus III
Pert. 1 Pert. 2Pra Pembelajaran 4,0 4,0Membuka Pembelajaran 3,0 3,5Kegiatan Inti PembelajaranA. Penguasaan materi pembelajaran 3,3 3,6B. Pendekatan / strategi pembelajaran 3,5 3,5C. Pemanfaatan media / sumber pembelajaran 3,6 3,6D. Melaksanakan evaluasi belajar 3,4 3,6E. Penggunaan bahasa 3,5 3,5Penutup 4,0 3,5Rata-Rata Tiap Pertemuan 3,6 3,6Rata-Rata Siklus III 3,6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Gambar 4. 17. Grafik Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus III
3) Hasil Pengamatan ketiga aspek meliputi psikomotor, afektif, dan kognitif
yang berupa hasil tes evaluasi.
a) Aspek psikomotor penggunaan media ular tangga perkalian. Aspek
yang diamati meliputi: (1) dapat melempar dadu ular tangga perkalian,
(2) menjalankan bidak ular tangga perkalian, (3) mengerjakan soal
perkalian dalam kotak ular tangga, dan (4) mencapai kotak game pada
ular tangga perkalian. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada
lampiran 21 (pertemuan pertama) dan lampiran 22 (pertemuan kedua).
Berdasarkan lampiran-lampiran tersebut dapat dibuat tabel 4.18.
Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus III
Interval NilaiTepi Interval
KelasTitik Tengah Frekuensi Persentase
75 – 78 74,5 – 78,5 76,5 2 4,26%79 – 82 78,5 – 82,5 80,5 2 4,26%83 – 86 82,5 – 86,5 84,5 2 4,26%87 – 90 86,5 – 90,5 88,5 13 27,65%91 – 94 90,5 – 94,5 92,5 3 6,39%95 – 98 94,5 – 98,5 96,5 12 25,53%99 – 102 98,5 – 102,5 100,5 13 27,65%Jumlah 47 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Dari tabel 4.18 dapat disajikan grafik seperti pada gambar 4.18.
Gambar 4.18. Grafik Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus III
Berdasarkan grafik 4.18, nilai hasil pengamatan penggunaan media ular
tangga perkalian siklus III diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh
nilai 75 – 78 sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai
79 – 82 sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 83 –
86 sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 87 – 90
sebanyak 13 siswa atau 27,65%. Siswa yang memperoleh nilai 91 – 94
sebanyak 3 siswa atau 6,39%. Siswa yang memperoleh nilai 95 – 98
sebanyak 12 siswa atau 25,53%. Siswa yang memperoleh nilai 99 – 102
sebanyak 13 siswa atau 27,65%.
b) Aspek afektif perilaku berkarakter yang diamati dalam penelitian siklus
III meliputi: (1) kejujuran, (2) membantu teman yang membutuhkan, (3)
berkreasi, (4) tepat waktu, (5) teliti atau cermat, dan (6) tanggung jawab
Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 31 (pertemuan
pertama) dan lampiran 32 (pertemuan kedua). Berdasarkan lampiran-
lampiran tersebut dapat diperjelas seperti pada tabel 4.19.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus III
Interval NilaiTepi Interval
KelasTitik Tengah Frekuensi Persentase
70 – 74 69,5 – 74,5 72 1 2,13%75 – 79 74,5 – 79,5 77 1 2,13%80 – 84 79,5 – 84,5 82 2 4,26%85 – 89 84,5 – 89,5 87 8 17,02%90 - 94 89,5 – 94,5 92 9 19,15%95 - 99 94,5 – 99,5 97 7 14,89%
100 -104 99,5 – 104,5 102 19 40,42%Jumlah 47 100%
Dari tabel 4.19 dapat disajikan seperti pada gambar 4.19.
Gambar 4.19. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus III
Berdasarkan gambar 4.19, nilai hasil pengamatan afektif perilaku
berkarakter siklus III diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai
70 – 74 sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 75 –
79 sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 80 – 84
sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 85 – 89
sebanyak 8 siswa atau 17,02%. Siswa yang memperoleh nilai 90 – 94
sebanyak 9 siswa atau 19,15%. Siswa yang memperoleh nilai 95 – 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
sebanyak 7 siswa atau 14,89%. Siswa yang memperoleh nilai 100 – 104
sebanyak 19 siswa atau 40,42%.
c) Aspek afektif keterampilan sosial yang diamati dalam penelitian ini
meliputi: (1) bertanya, (2) menyumbang ide atau pendapat, (3) menjadi
pendengar yang baik, dan (4) bekerja sama. Adapun hasil yang diperoleh
dapat dilihat pada lampiran 41 (pertemuan pertama) dan lampiran 42
(pertemuan kedua). Berdasarkan lampiran-lampiran tersebut dapat dibuat
tabel seperti pada tabel 4.20.
Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus III
Interval NilaiTepi Interval
KelasTitik Tengah Frekuensi Persentase
75 – 78 74,5 – 78,5 76,5 1 2,1379 – 82 78,5 – 82,5 80,5 3 6,3883 – 86 82,5 – 86,5 84,5 4 8,5187 – 90 86,5 – 90,5 88,5 11 23,4091 – 94 90,5 – 94,5 92,5 3 6,3895 – 98 94,5 – 98,5 96,5 13 27,6799 – 102 98,5 – 102,5 100,5 12 25,53
Jumlah 47 100%
Dari tabel 4.20 dapat disajikan grafik seperti pada gambar 4.20.
Gambar 4.20. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Berasarkan gambar 4.20, nilai hasil pengamatan afektif keterampilan
sosial siklus III diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai 65 –
68 sebanyak 8 siswa atau 28%. Siswa yang memperoleh nilai 69 – 72
sebanyak 13 siswa atau 45%. Siswa yang memperoleh nilai 73 – 76
sebanyak 4 siswa atau 14%. Siswa yang memperoleh nilai 77 – 80
sebanyak 4 siswa atau 14%.
d) Aspek kognitif diamati dari hasil tes evaluasi siswa setelah pembelajaran
selesai. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 11.
Berdasarkan hasil nilai kognitif siklus III tersebut dapat diperjelas seperti
pada tabel 4.21.
Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Siklus III
Interval NilaiTepi Interval
KelasTitik Tengah Frekuensi Persentase
70 – 74 69,5 – 74,5 72 1 2,13%75 – 79 74,5 – 79,5 77 4 8,51%80 – 84 79,5 – 84,5 82 1 2,13%85 – 89 84,5 – 89,5 87 14 29,78%90 – 94 89,5 – 94,5 92 4 8,51%95 – 99 94,5 – 99,5 97 15 31,92%
100 – 104 99,5 – 104,5 102 8 17,02%Jumlah 47 100%
Dari tabel 4.21 dapat disajikan dengan grafik seperti pada gambar 4.21.
Gambar 4.21. Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas II Materi Perkalian Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Berdasarkan tabel 4.21 dan gambar 4.21, nilai kognitif siswa kelas II
siklus III diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai 70 - 74
sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 79
sebanyak 4 siswa atau 8,51%. Siswa yang memperoleh nilai 80 – 84
sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 85 – 89
sebanyak 14 siswa atau 29,78%. Siswa yang memperoleh nilai 90 – 94
sebanyak 4 siswa atau 8,51%. Siswa yang memperoleh nilai 95 – 99
sebanyak 15 siswa atau 31,92%. Dan siswa yang memperoleh nilai 100 –
104 sebanyak 8 siswa atau 17,02%
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui tes evaluasi, studi dokumentasi, dan
observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil tes evaluasi,
studi dokumentasi, dan observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan
tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan data dari
pertemuan 1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata kemudian
dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator
kinerja siklus III yaitu dari aspek psikomotor penggunaan media ular tangga
perkalian siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 40 siswa atau 85%, dari
aspek afektif perilaku berkarakter dan keterampilan sosial siswa yang
dinyatakan tuntas sebanyak 40 siswa atau 85%, dan dari aspek kognitif
siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 40 siswa atau 85%. Adapun data
yang diperoleh seperti pada tabel 4.22.
Tabel 4.22. Data Hasil Penelitian Siklus III
No. AspekSiswa Tuntas
Jumlah Persentase1. Psikomotor 47 100%2. Afektif Perilaku Berkarakter 46 97,87%3. Afektif Keterampilan Sosial 47 100%4. kognitif 46 97,87%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Dari tabel 4.22 dapat diperjelas dengan grafik seperti pada gambar 4.22.
Gambar 4.22. Grafik Data Hasil Penelitian Siklus III
Berdasarkan gambar 4.22 dan indikator kinerja, dapat diuraikan informasi
sebagai berikut:
1) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek psikomotor sebanyak 47 siswa
atau 100%, lebih tinggi dari target capaian yang ditentukan.
2) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek afektif perilaku berkarakter
sebanyak 46 siswa atau 97,87%, sudah sesuai dengan target capaian yang
ditentukan, bahkan lebih tinggi dari target capaian.
3) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek afektif keterampilan sosial
sebanyak 47 siswa atau 100%, sudah sesuai dengan target capaian yang
ditentukan, bahkan lebih tinggi dari target capaian.
4) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek kognitif sebanyak 46 siswa
atau 97,87%, lebih tinggi dari target capaian yang ditentukan.
Dari hasil penelitian siklus III, maka peneliti mengulas secara cermat bahwa
dilihat dari hasil pengamatan dan nilai evaluasi yang diperoleh siswa dengan
menggunakan media ular tangga perkalian sudah cukup berhasil. Hal ini
menunjukan bahwa terjadi peningkatan kemampuan siswa kelas II SDN 06
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Ngringo dalam menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil
seratus dan peningkatan tersebut sudah memenuhi indikator ketercapaian
siklus III, yaitu 85%. Kemampuan siswa kelas II SDN 06 Ngringo dalam
menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus dari siklus I
sampai dengan siklus III selalu mengalami peningkatan dan berhasil
mencapai target indikator yang telah ditentukan, oleh karena itu, peneliti
memutuskan untuk menghentikan penelitian pada siklus III.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Hasil tindakan dalam penelitian ini dibagi ke dalam enam jenis, yang
meliputi hasil tindakan dari aspek kognitif, hasil pengamatan dari aspek
psikomotor, hasil pengamatan dari aspek afektif perilaku berkarakter, hasil
pengamatan dari aspek afektif keterampilan sosial, hasil pengamatan aktivitas
siswa, dan hasil pengamatan kinerja guru. Jenis hasil tindakan dan pengamatan di
atas akan dibandingkan per siklusnya seperti berikut ini.
1. Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Kognitif Antarsiklus
Pada siklus I dari aspek kognitif, siswa yang nilainya ≥ 75 (KKM)
adalah sejumlah 31 siswa atau sekitar 65,96%, pada siklus II jumlahnya
berubah menjadi 43 siswa atau sekitar 91,49%, dan pada siklus III berubah
kembali menjadi 46 siswa atau sekitar 97,87%. Untuk lebih jelasnya,
perbandingan hasil tindakan aspek kognitif antarsiklus dapat dilihat pada tabel
4.23 dan grafik seperti pada gambar 4.23.
Tabel 4.23. Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Kognitif Antarsiklus
Siklus Jumlah siswa Tuntas PersentaseI 31 65,96 %II 43 91,49%III 46 97,87%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Gambar 4.23. Grafik Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Kognitif Antarsiklus
Dari tabel 4.23 dan gambar 4.23 dapat diketahui bahwa aspek kognitif
pada tiap siklus hasilnya selalu mengalami peningkatan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan
aspek kognitif siswa yang dianalisis melalui hasil tes evaluasi siswa kelas II
dengan materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus.
2. Perbandingan Hasil Pengamatan Aspek Psikomotor Antarsiklus
Pada siklus I dari aspek psikomotor, siswa yang nilainya ≥ 75 (KKM)
adalah sejumlah 27 siswa atau sekitar 57,45%, pada siklus II jumlahnya
berubah menjadi 42 siswa atau sekitar 89,36%, dan pada siklus III berubah
kembali menjadi 47 siswa atau sekitar 100%. Untuk lebih jelasnya,
perbandingan hasil tindakan aspek psikomotor antarsiklus dapat dilihat pada
tabel 4.24 dan grafik seperti pada gambar 4.24.
Tabel 4. 24. Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Psikomotor Antarsiklus
Siklus Jumlah siswa Tuntas PersentaseI 27 57,45%II 42 89,36%III 47 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Gambar 4.24. Grafik Perbandingan Hasil Tindakan Aspek PsikomotorAntarsiklus
Dari tabel 4.24 dan gambar 4.24 dapat diketahui bahwa aspek
psikomotor pada tiap siklus hasilnya selalu mengalami peningkatan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kuantum dapat
meningkatkan aspek psikomotor siswa yang dianalisis melalui hasil
pengamatan pada siswa kelas II saat pembelajaran matematika materi perkalian
bilangan dua angka sampai hasil seratus berlangsung.
3. Perbandingan Hasil Pengamatan Aspek Afektif Perilaku BerkarakterAntarsiklus
Pada siklus I dari aspek afektif perilaku berkarakter, siswa yang
nilainya ≥ 75 (KKM) adalah sejumlah 34 siswa atau sekitar 72,34%, pada
siklus II jumlahnya berubah menjadi 43 siswa atau sekitar 91,49%, dan pada
siklus III berubah kembali menjadi 46 siswa atau sekitar 97,87%. Untuk lebih
jelasnya, perbandingan hasil tindakan aspek afektif perilaku berkarakter
antarsiklus dapat dilihat pada tabel 4.25 dan grafik seperti pada gambar 4.25.
Tabel 4. 25. Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Afektif Perilaku BerkarakterAntarsiklus
Siklus Jumlah siswa Tuntas PersentaseI 34 72,34%II 43 91,49%III 46 97,87%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Gambar 4. 25. Grafik Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Afektif Perilaku Berkarakter Antarsiklus
Dari tabel 4.25 dan gambar 4.25 dapat diketahui bahwa aspek afektif
perilaku berkaraker pada tiap siklus hasilnya selalu mengalami peningkatan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kuantum
dapat meningkatkan aspek afektif perilaku berkaraker siswa yang dianalisis
melalui hasil pengamatan pada siswa kelas II saat pembelajaran matematika
materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus berlangsung.
4. Perbandingan Hasil Pengamatan Aspek Afektif Keterampilan Sosial Antarsiklus
Pada siklus I dari aspek afektif keterampilan sosial, siswa yang
nilainya ≥ 75 (KKM) adalah sejumlah 27 siswa atau sekitar 57,45%, pada
siklus II jumlahnya berubah menjadi 43 siswa atau sekitar 91,49%, dan pada
siklus III berubah kembali menjadi 47 siswa atau sekitar 100%. Untuk lebih
jelasnya, perbandingan hasil tindakan aspek afektif perilaku berkarakter
antarsiklus dapat dilihat pada tabel 4.26 dan grafik seperti pada gambar 4.26.
Tabel 4. 26. Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Afektif Keterampilan SosialAntarsiklus
Siklus Jumlah siswa Tuntas PersentaseI 27 57,45%II 43 91,49%III 47 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Gambar 4. 26. Grafik Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Afektif Keterampilan Sosial Antarsiklus
Dari tabel 4.26 dan gambar 4.26 dapat diketahui bahwa aspek afektif
keterampilan sosial pada tiap siklus hasilnya selalu mengalami peningkatan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kuantum
dapat meningkatkan aspek afektif keterampilan sosial siswa yang dianalisis
melalui hasil pengamatan pada siswa kelas II saat pembelajaran matematika
materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus berlangsung.
5. Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Antarsiklus
Pengamatan aktivitas siswa kelas II dilakukan pada saat proses belajar
mengajar matematika materi perkalian bilangan sampai hasil seratus
berlangsung. Pengamatan dilakukan selama tiga siklus dengan hasil yang
diperjelas pada tabel 4.27 dan grafik seperti pada gambar 4.27.
Tabel 4. 27. Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Antarsiklus
Aspek yang diamati Jumlah siswaSiklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Siswa melaksanakan perintah guru (a) 45 46 47Siswa mengerjakan tugas dari guru (b) 34 41 46Siswa membawa buku catatan dan buku paket (c) 43 46 47Siswa memperhatikan penjelasan materi (d) 33 37 45Siswa memperhatikan petunjuk guru (e) 34 43 44Siswa tidak membuat gaduh/mengganggu teman (f) 42 44 46Siswa bertanya pada guru saat pembelajaran (g) 43 46 47Siswa menulis catatan pembelajaran (h) 39 45 46Siswa mengerjakan soal latihan dari guru (i) 45 46 47Rata-Rata 40 43 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Gambar 4. 27. Grafik Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Antarsiklus
Dari tabel 4.27 dan gambar 4.27 dapat diketahui bahwa aktivitas siswa
pada tiap siklus hasilnya selalu mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan aktivitas
siswa.
6. Perbandingan Hasil Pengamatan Kinerja Guru Antarsiklus
Pengamatan kinerja guru dilakukan pada saat proses belajar mengajar
matematika materi perkalian bilangan sampai hasil seratus berlangsung.
Pengamatan dilakukan selama tiga siklus dengan hasil yang diperjelas pada
tabel 4.28 dan grafik seperti pada gambar 4.28.
Tabel 4. 28. Perbandingan Hasil Pengamatan Kinerja Guru Antarsiklus
Siklus Nilai kinerja guruI 3,4II 3,5III 3,6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Gambar 4. 28. Grafik Perbandingan Hasil Pengamatan Kinerja Guru Antarsiklus
Dari tabel 4.28 dan gambar 4.28 dapat diketahui bahwa kinerja guru
pada tiap siklus hasilnya selalu mengalami peningkatan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan
kenerja guru.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus
dapat dinyatakan bahwa kemampuan siswa kelas II SDN 06 Ngringo dalam
menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus dengan
menggunakan Model Pembelajaran Kuantum meningkat. Selain dapat
meningkatkan kemampuan siswa dari segi kognitif, Model Pembelajaran
Kuantum juga dapat meningkatkan aspek psikomotor dan afektif siswa, aktivitas
siswa, serta dapat meningkatkan kinerja guru.
1. Peningkatan kemampuan siswa dari aspek kognitif
Kemampuan siswa dari aspek kognitif dilihat berdasarkan nilai hasil
tes evaluasi siswa. Siklus pertama, jumlah siswa yang nilainya berhasil
mencapaiatau melebihi KKM 75 ada sebanyak 31 siswa. Pada siklus kedua,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
jumlah siswa tuntas meningkat menjadi 43 siswa, dan pada siklus ketiga
meningkat lagi hingga sebanyak 46 siswa. Dari data-data hasil penelitian ini,
maka terbukti bahwa Model Pembelajaran Kuantum benar-benar dapat
meningkatkan kemampuan siswa dari segi kognitif, yaitu kemampuan dalam
menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus.
2. Peningkatan kemampuan siswa dari aspek psikomotor
Selama proses pembelajaran matematika materi perkalian bilangan
dua angka sampai hasil seratus dengan menggunakan Model Pembelajaran
Kuantum berlangsung, guru juga mengamati siswa dari segi psikomotornya.
Kemampuan psikomotor siswa diamati saat siswa menghitung perkalian
bilangan dua angka sampai hasil seratus dengan menggunakan media
pembelajaran berupa sedotan pada siklus I, jarimatika pada siklus II, dan
dengan media ular tangga perkalian pada siklus III. Dan hasilnya, ternyata
selama tiga siklus kemampuan psikomotor siswa selalu mengalami
peningkatan. Pada siklus I ketuntasan psikomotor yang dihitung secara klasikal
mencapai 57,45%. Pada siklus II meningkat menjadi 89,36%. Dan pada siklus
III kembali mengalami peningkatan hingga mencapai persentase 100%. Dari
data-data hasil penelitian ini, maka terbukti bahwa Model Pembelajaran
Kuantum benar-benar dapat meningkatkan kemampuan siswa dari segi
psikomotor.
3. Peningkatan kemampuan siswa dari aspek afektif
Selama proses pembelajaran matematika materi perkalian bilangan
dua angka sampai hasil seratus dengan menggunakan Model Pembelajaran
Kuantum berlangsung, guru juga mengamati siswa dari segi afektifnya. Pada
penelitian ini aspek afektif dibedakan menjadi dua, yaitu afektif perilaku
berkarakter dan afektif keterampilan sosial. Kemampuan siswa jika dilihat dari
segi afektif baik perilaku berkarakter maupun keterampilan sosial mengalami
peningkatan tiap siklusnya. Kemampuan siswa secara klasikal dari aspek
afektif perilaku berkarakter pada siklus I mencapai 72,34%. Kemudian pada
siklus II meningkat menjadi 91,49%. Dan pada siklus III ketuntasan klasikal
kembali meningkat hingga mencapai 97,87%. Demikian juga hal nya dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
aspek afektif keterampilan sosial. Aspek ini juga mengalami peningkatan tiap
siklusnya. Siklus I tuntas 57,45%, siklus II meningkat menjadi 91,49%, dan
siklus III juga meningkat hingga mencapai 100%. Dari data-data hasil
penelitian ini, maka terbukti bahwa Model Pembelajaran Kuantum benar-benar
dapat meningkatkan kemampuan siswa dari segi afektif.
4. Peningkatan aktivitas siswa
Aktivitas siswa juga tidak luput dari pengamatan guru. Karena hal ini
juga dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menghitung perkalian
bilangan dua angka sampai hasil seratus. Jumlah siswa yang aktif pada siklus I
sebanyak 40 siswa, siklus II meningkat menjadi 43 siswa, dan pada siklus III
kembali mengalami peningkatan hingga mencapai jumlah 46 siswa.
5. Peningkatan kinerja guru
Aktivitas siswa tidak luput dari pengamatan, demikian juga hal nya
dengan kinerja guru. Kinerja guru perlu diamati sebab akan mempengaruhi
proses belajar mengajar matematika materi perkalian bilangan dua angka
sampai hasil seratus dengan menggunakan Model Pembelajaran Kuantum.
Kinerja guru selama penelitian sebanyak tiga siklus juga mengalami
peningkatan tiap siklusnya. Pada siklus I nilai kinerja guru mencapai nilai 3,4.
Pada siklus II meningkat menjadi 3,5 dan pada siklus III nilai kinerja guru
mengalami peningkatan kembali hingga mencapai nilai 3,6. Dari data-data
hasil penelitian ini, maka terbukti bahwa Model Pembelajaran Kuantum benar-
benar dapat meningkatkan kinerja guru.
Penggunaan Model Pembelajaran Kuantum dalam pembelajaran
matematika materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus tidaklah
tanpa halangan. Ada beberapa kendala yang menghambat terlaksananya proses
pembelajaran. Diantaranya, memerlukan biaya yang cukup tinggi dalam hal
pengadaan media pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran dengan
Model Pebelajaran Kuantum. Selain itu Model Pembelajaran Kuantum juga
membutuhkan waktu yang relatif lama dalam penerapannya. Namun demikian,
kendala-kendala tersebut dapat teratasi. Untuk mengatasi permasalahan mengenai
biaya yang cukup tinggi dalam pengadaan media, guru dapat membuat media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
yang sederhana sendiri dengan bahan-bahan yang ada di sekitar, sehingga dapat
mengurangi biaya yang cukup tinggi. Dan untuk masalah waktu yang cukup
lama, dapat diatasi dengan latihan-latihan sebanyak mungkin dalam hal
keterampilan mengelola kelas, sehingga waktu yang tersedia dapat dipergunakan
seefektif mungkin. Dengan adanya cara-cara untuk mengatasi kendala-kendala
tersebut menjadikan Model Pembelajaran Kuantum tetap diterapkan dalam upaya
meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil
seratus pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian
bilangan dua angka sampai hasil seratus pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo
adalah dengan penggunaan Model Pembelajaran Kuantum. Hal ini terjadi karena
penggunaan Model Pembelajaran Kuantum dapat menjadikan pembelajaran
matematika materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus menjadi
lebih bermakna, sehingga kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka
sampai hasil seratus pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo dapat meningkat.
Tindakan pada siklus terakir menyisakan 1 siswa yang nilainya belum
mencapai KKM. Peneliti menindaklanjuti hal ini dengan menyediakan bimbingan
khusus untuk siswa tersebut sepulang sekolah bertempat di perpustakaan sekolah.
Langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan meminta anak tersebut
menyelesaikan sebuah soal perkalian dan peneliti mengamati bagaimana anak
tersebut mengerjakannya. Setelah diamati ternyata siswa terebut belum begitu
mengerti bagaimana cara menghitung perkalian. Oleh karena itu, peneliti
memutuskan untuk menjelasakan kembali cara menghitung perkalian yang paling
mudah, yaitu dengan menggambar garis vertikal dan garis horisontal. Setelah
berlatih mengerjakan beberapa soal perkalian, akhirnya siswa tersebut dapat
menghitung perkalian dengan benar walaupun membutuhkan waktu yang agak
lama. Peneliti berpesan kepada siswa tersebut untuk rajin berlatih agar semakin
lancar dalam menghitung perkalian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 103
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam tiga
siklus selama enam kali pertemuan dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
aspek kognitif meningkat dari siklus I 65,96% atau sebanyak 31 siswa, siklus II
sebesar 91,49% (43 siswa) dan siklus III mencapai 97,87 (46 siswa). Aspek
selanjutnya yang mengalami peningkatan ialah aspek psikomotor siswa. Pada
siklus I mencapai 57,45% (27 siswa), siklus II mencapai 89,36% (42 siswa), dan
siklus III mencapai 100% (47 siswa). Aspek afektif siswa juga mengalami
peningkatan. Dalam penelitian ini aspek afektif siswa terbagi menjadi menjadi dua
jenis, yaitu afektif perilaku berkarakter dan afektif keterampilan sosial.
Peningkatan aspek afektif perilaku berkarakter terlihat dari hasil penelitian pada
siklus I 72,34% (34 siswa), siklus II 91,49% (43 siswa), dan siklus III 97,87% (46
siswa). Peningkatan aspek afektif keterampilan sosial terlihat dari hasil penelitian
siklus I, 57,45% (27 siswa), siklus II 91,49% (43 siswa), dan pada siklus III 100%
(47 siswa). Aktivitas siswa juga tidak luput dari pengamatan guru. Jumlah siswa
yang aktif pada siklus I sebanyak 40 siswa, siklus II 43 siswa, dan siklus III 46
siswa. Sama halnya dengan aktivitas siswa, kinerja guru juga mengalami
peningkatan. Peningkatan terlihat dari hasil penelitian pada siklus I nilai kinerja
guru mencapai nilai 3,4, siklus II 3,5 dan siklus III 3,6. Dari data-data hasil
penelitian tersebut, maka terbukti bahwa Model Pembelajaran Kuantum benar-
benar dapat meningkatkan aspek kognitif, psikomotor, afektif, aktivitas siswa, dan
juga kinerja guru, sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penggunaan Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan kemampuan
menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus padasiswa kelas II
SDN 06 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012.
Model Pembelajaran Kuantum dalam penggunaannya memiliki beberapa
kendala, diantaranya memerlukan biaya yang cukup tinggi dalam hal pengadaan
media pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran dengan Model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Pebelajaran Kuantum. Selain itu Model Pembelajaran Kuantum juga
membutuhkan waktu yang relatif lama dalam penerapannya. Namun demikian,
kendala-kendala tersebut dapat teratasi. Untuk mengatasi permasalahan mengenai
biaya yang cukup tinggi dalam pengadaan media, guru dapat membuat media
yang sederhana sendiri dengan bahan-bahan yang ada di sekitar, sehingga dapat
mengurangi biaya yang cukup tinggi. Dan untuk masalah waktu yang cukup
lama, dapat diatasi dengan latihan-latihan sebanyak mungkin dalam hal
keterampilan mengelola kelas, sehingga waktu yang tersedia dapat dipergunakan
seefektif mungkin.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Kuantum dalam
pembelajaran matematika materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil
seratus. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model siklus. Prosedur
penelitiannya terdiri dari tiga siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari dua
kali pertemuan. Siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2012
sedangkan siklus I pertemuan 2 dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2012. Siklus
II pertemuan 1 dilaksanakan pada 22 Maret 2012 dan pertemuan 2 pada tanggal
29 Maret 2012. Siklus III pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 5 April
2012, sedangkan pertemuan ke-2 nya dilaksanakan pada tanggal 26 April 2012.
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan dalam tiga siklus di atas
terbukti bahwa penggunaan Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan
kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka pada siswa kelas II SDN
06 Ngringo. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan
implikasi hasil penelitian sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Model
Pembelajaran Kuantum dapat dijadikan alternatif bagi guru dalam upaya
meningkatkan kemampuan menghitung siswa pada pembelajaran matematika
materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus, sehingga penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
ini juga dapat digunakan sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya yang
sejenis.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan guru untuk menentukan model
pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu,
pengalaman guru dalam mengelola pembelajaran matematika juga bertambah
sehingga meningkatkan kinerja guru dan menambah rasa kepercayaan diri guru
karena telah menerapkan model pembelajaran yang inovatif yang mampu
melejitkan kemampuan siswa.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan Model
Pembelajaran Kuantum, tentunya ditemukan beberapa kendala atau hambatan-
hambatah tertentu. Oleh karena itu, kreativitas dan keaktifan guru sangat
diperlukan guna mengatasi beberapa kendala atau hambatan tesebut, sehingga
memungkinkan kemampuan siswa khususnya dalam menghitung perkalian
bilangan dua angka sampai hasil seratus akan lebih meningkat.
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama enam kali pertemuan
yang terbagi menjadi tiga siklus, ada beberapa saran yang dapat dipergunakan
sebagai bahan pertimbangan, antara lain:
1. Bagi Guru
Guru hendaknya meningkatkan kompetensi keprofesionalannya
dengan merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga
siswa menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan
bermakna, salah satunya dengan menggunakan Model Pembelajaran Kuantum.
Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi untuk
mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kemampuan siswa. Dalam penyampaian materi guru hendaknya menggunakan
media pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat memberikan kemudahan
terhadap siswa untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
tertentu, serta mampu memberikan pengalaman belajar bagi siswa. Guru
hendaknya juga harus lebih menghargai segala aktivitas siswa, misalnya
dengan cara memberi nilai dan memberitahukannya pada siswa. Karena dengan
demikian siswa akan merasa bahwa kerja kerasnya dihargai, sehingga siswa
juga akan lebih termotivasi dalam belajar.
2. Bagi Siswa
Siswa hendaknya selalu aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan
keberanian dalam menyampaikan gagasan pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Khususnya pada pembelajaran matematika materi perkalian
bilangan dua angka sampai hasil seratus, siswa harus mengikuti petunjuk-
petunjuk guru dan lebih teliti lagi dalam menghitung, sehingga akan
menghasilkan nilai yang maksimal.
3. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya menyediakan media pembelajaran berupa benda
konkret misalnya sedotan atau jari buatan yang dapat digunakan siswa untuk
mempelajari perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus. Dengan
adanya media, akan lebih membantu siswa dalam menghitung perkalian
bilangan dua angka sampai hasil seratus.
Recommended