View
251
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPS
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA KONSEP ALAT TUBUH MAKHLUK HIDUP DAN FUNGSINYA
(Studi Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul Anwar)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh :
Wahab
NIM: 809018300501
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVESITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPS
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA KONSEP ALAT TUBUH MAKHLUK HIDUP DAN FUNGSINYA
(Studi Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul Anwar)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Wahab
NIM: 809018300501
Di bawah bimbingan
Burhanudin Milama, M.Pd
NIP. 19770201 200801 1 001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVESITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
LERMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul: Penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Tubuh Makhluk Hidup dan
Fungsinya (Studi Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul
Anwar). Disusun oleh: Wahab, NIM: 809018300501, Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Univesitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah
sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 25 Oktober 2013
Yang mengesahkan
Burhanudin Milama, M.Pd
NIP. 19770201 200801 1 001
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skirpsi berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Tubuh Mahluk Hidup
dan Fungsinya (Studi Penelitian Pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul Anwar
Cibening, Pamijahan, Bogor) Disusun oleh: Wahab, NIM: 809018300501,
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqosah pada tanggal 23
September 2013 dihadapan dewan penguji karena itu penulis berhak memperoleh
gelar Sarjana S1 (S.Pd.) dalam bidang pendidikan.
Jakarta, 3 April 2014
Panitia Ujian Munaqosah
Panitia Munaqosah
Ketua Panitia (Ketua Program Studi (PGMI)
Tanggal
TandaTangan
Fauzan, MA
NIP.19810623 200912 1003
Penguji I
Dr. Zulfiani, M.Pd
NIP. 19760309 2005012002
Penguji II
Fathia Alatas, M.Si
NIP.19761107 2007011013
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dra. Nurlena Rifa’i, MA.Ph.D
NIP. 19591020 198603 2001
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Wahab
NIM : 809018300501
Jurusan/ Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu
Tarbiyah Dan Keguruan (FITK)
Bahwa Skripsi yang Berjudul: Penggunaan Model Pembelajaran Talking
Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Tubuh
Makhluk Hidup dan Fungsinya (Studi Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa
Kelas IV MI Matla’ul Anwar) adalah benar hasil karya sendiri di bawah
bimbingan dosen:
Nama : Burhanudin Milama, M.Pd
NIP : 19770201 200801 1 001
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
saya siap menerima segala konsekuensinya apabila terbukti bahwa skripsi ini
bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 25 September 2013
Yang Menyatakan
Wahab
i
ABSTRAKSI
Wahab: Penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Konsep Alat Tubuh Makhluk Hidup dan Fungsinya (Studi
Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul Anwar), 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model
pembelajaran talking chips. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas,
penelitian ini dilaksanakan di MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor dan
obyek yang diteliti terbatas pada satu kelas yaitu kelas IV, dengan jumlah siswa 20
orang siswa. Pengambilan data melalui observasi dan Test (Pretest dan Postest).
Penerapan model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV pada konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya pada mata
pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai 20 siswa pada siklus I rata-
rata pretest 50,5 setelah dilakukan treatment atau tindakan dan dilakukan postest rata-
rata nilai meningkat menjadi 68. Pada siklus I siswa yang dinyatakan lulus sesuai
dengan KKM mencapai 45%, sementara harapannya adalah mencapai 75% siswa dari
Standar Kompetensi. Dengan perincian yang dinyatakan lulus sebanyak 9 siswa
dengan perincian 7 siswa atau skitar 35% mendapatkan nilai baik dan 2 siswa atau
sekitar 10% mendapatkan nilai sangat baik. Sedangkan yang dinyatakan tidak lulus
sebanyak 11 siswa atau sekitar 55% karena nilai skor tesnya kurang dari 70, sesuai
dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran IPA yang telah
ditentukan oleh madrasah. Kemudian jika dilihat dari penguasaan konsep yang
ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.36, hal ini menunjukkan
terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar 36%.
Pada siklus II rata-rata pretest 64 setelah dilakukan tindakan dengan
menggunakan Model Pembelajaran Talking Chips dilakukan postest rata-rata nilai
meningkat menjadi 77. Tingkat keberhasilan siswa pada siklus II, yang dinyatakan
lulus sebanyak 20 siswa dengan perincian 18 siswa mendapatkan nilai pada kategori
baik atau 90% dan 2 siswa mendapatkan nilai sangat baik atau 10%. Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh siswa telah mendapatkan nilai sesuai dengan KKM ,
artinya penelitian tindakan pada siklus II telah mencapai target minimal pencapaian
75% siswa mendapatkan nilai mencapai KKM. kemudian jika dilihat dari penguasaan
konsep yang ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.37, hal ini
menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar 37%.
Kata Kunci: Talking Chips, Hasil Belajar, dan Konsep Alat Tubuh Makhluk
Hidup dan Fungsinya
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia yang dilimpahkanNya, sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Tubuh Makhluk Hidup dan
Fungsinya (Studi Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV MI Matla’ul
Anwar)”.
Dalam kesempatan ini penulis akan menyampaikan rasa terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan berupa
arahan dan dorongan selama penulis studi. Oleh karena itu penulis menyampaikan
terimakasih dan penghargaan kepada yang terhormat :
1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D, sebagai dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Fauzan, MA sebagai Ketua Program Study, atas kebijakan, perhatian dan
dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.
3. Burhanudin Milama, M.Pd sebagai pembimbing, yang telah banyak
membantu mengarahkan, membimbing, dan memberi dorongan sehingga
skripsi ini terwujud.
4. Kepala Sekolah beserta dewan guru, karyawan dan semua siswa MI
Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan yang telah membantu kelancaran
selama penelitian.
5. Kedua orang tua, istri dan anak penulis yang telah banyak membantu dan
memberikan semangat serta penuh pengertian selama penulis
menyelesaikan studi.
6. Teman-teman mahasiswa PGMI semua yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, terima kasih atas dorongan dan motivasinya.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan yang telah
diperbuat dengan pahala yang mulia disisi Allah SWT.Akhirnya penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para
iii
pembaca pada umumnya. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kemajuan penulis dimasa yang akan datang.
Jakarta, 25 Oktober 2013
Wahab
iv
DAFTAR TABEL
NO NAMA KETERANGAN HALAMAN
1. Tabel. 2.1 Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan
kelompok belajar konvensional 9
2. Tabel. 2.2
Langkah-langkah Model Pembelajaran
Kooperatif 15
3. Tabel. 2.3
Cara-cara Pembelajaran Kooperatif Model
Tallking Chips 19
4 Tabel 3.1 Posisi dan Peran Peneliti dalam Penelitian 34
5 Tabel 3.2 Kisi-kisi Pretest dan Postest Siklus I dan II 43
6 Tabel 4.1 Data hasil pretest dan posttest siklus I 52
7 Tabel 4.2 Hasil Observasi Siklus I Pertemuan I
53
8 Tabel 4.3 Hasil Observasi Siklus I Pertemuan II 55
9 Tabel 4.4 Hasil Observasi Siklus II 59
10 Tabel 4.5 Data hasil posttest dan pretest siklus II 60
11 Tabel 4.6 Rekapitulasi Postest Siklus I dan Postest
Siklus II 62
12
Tabel 4.7 Tabel Perbandingan Hasil Observasi Belajar
Siklus I dan II 63
v
DAFTAR GAMBAR
NO NAMA KETERANGAN HALAMAN
1. Gambar. 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas 34
2. Gambar 3.2 Model Skema Penelitian Tindakan Hopkins 36
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
1
3
4
5
6
RPP dalam Pembelajaran Siklus I dan II.
Lembar Observasi
Lembar Postest siklus I dan siklus II
Permohonan Izin Penelitian
Surat Penerimaan Izin Penelitian
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak ---------------------------------------------------------------------------------- i
Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------- ii
Daftar Tabel ---------------------------------------------------------------------------- iv
Daftar Gambar ------------------------------------------------------------------------- v
Daftar Lampiran ------------------------------------------------------------------------ vi
Daftar Isi -------------------------------------------------------------------------------- vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ----------------------------------------------- 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ------------------------------ 6
C. Pembatasan Fokus Penelitian ------------------------------------------ 6
D. Perumusan Masalah Penelitian --------------------------------------- 7
E. Tujuan Penelitian -------------------------------------------------------- 7
F. Kegunaan Hasil Penelitian --------------------------------------------- 7
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAN
INTERVESI TINDAKAN
A. Kajian Teoritis ----------------------------------------------------------- 8
1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif --------------------------------- 8
a. Prinsip Dasar dan Ciri dalam Pembelajaran Kooperatif --- 13
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ----------------------------- 14
c. Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif ----------------- 15
2. Pembelajaran Kooperatif Model Talking Chips ----------------- 16
a. Cara Pembelajaran Kooperatif Model Talking Chips ----- 18
b. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Model Talking Chips ------------------------------------------- 19
c. Persamaan dan Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Model
Talking Chips dengan Model Kooperatif lain -------------- 20
viii
3. Hasil Belajar ---------------------------------------------------------- 20
a. Pengertian Hasil Belajar --------------------------------------- 21
b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ------------------ 22
4. Pembelajaran IPA ---------------------------------------------------- 26
a. Pengertian Belajar ---------------------------------------------- 26
b. Pengertian Pembelajaran -------------------------------------- 27
c. Pengertian IPA -------------------------------------------------- 28
B. Penelitian yang Relevan ------------------------------------------------ 29
C. Hipotesis Tindakan ------------------------------------------------------ 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ----------------------------------------- 31
B. Metode dan Desain Penelitian ----------------------------------------- 31
C. Subjek Penelitian -------------------------------------------------------- 34
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian -------------------------- 34
E. Tahap Intervensi Tindakan --------------------------------------------- 35
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ------------------------- 39
G. Data dan Sumber Data -------------------------------------------------- 40
H. Instrumen Pengumpulan Data ----------------------------------------- 40
I. Teknik Pengumpulan Data --------------------------------------------- 41
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan --------------------------------- 44
K. Analisis Data dan Interpretasi Data ----------------------------------- 45
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ------------------------------- 47
BAB IV DISKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data------------------------------------------------------------------ 48
1. Siklus I --------------------------------------------------------------------- 48
a. Perencanaan Tindakan Siklus I ------------------------------------ 48
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ------------------------------------- 49
c. Hasil Tindakan Siklus I --------------------------------------------- 50
d. Refleksi Tindakan Siklus I ------------------------------------------ 55
2. Siklus II --------------------------------------------------------------------- 56
ix
a. Perencanaan Tindakan Siklus II ----------------------------------- 56
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ------------------------------------ 57
c. Observasi Tindakan Siklus II--------------------------------------- 58
d. Refleksi Tindakan Siklus II ----------------------------------------- 60
B. Analisis Data------------------------------------------------------------------ 62
C. Pembahasan ------------------------------------------------------------------ 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan -------------------------------------------------------------------- 71
B. Saran ---------------------------------------------------------------------------- 72
DAFTAR PUSTAKA ---------------------------------------------------------------- 73
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Jadi kebiasaan cara belajar juga berpengaruh pada hasil yang
diinginkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor
intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor
psikologis dan faktor kelelahan, faktor lain adalah faktor ekstern contohnya
faktor keluarga, faktor sekolah serta faktor masyarakat.
Setiap siswa mempunyai karakteristik yang beragam. Salah satu siswa
dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa
mengalami berbagai kesulitan, sedangkan tidak sedikit pula siswa yang justru
dalam belajarnya mengalami kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan
oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan
dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis sehingga pada akhirnya
dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapai berada di bawah semestinya.
Proses belajar mengajar dilakukan oleh guru di kelas, diarahkan pada
pemberian pengalaman bagi para siswa, sehingga secara kultural dan pribadi
akan terjadi kegiatan belajar mengajar yang relevan antara guru dan siswa.
Dengan demikian, pengolahan, pengarahan dan kemudahan belajar di kelas
merupakan tugas penting bagi penyelenggara pendidikan formal di semua
jenjang.
Kegiatan belajar mengajar yang baik dan menguntungkan jika guru
mengetahui sacara tepat faktor-faktor yang menunjang terciptanya kondisi
tersebut. Guru mengenal masalah-masalah yang dianggap bisa merusak situasi
dan iklim belajar mengajar. Selain itu, guru harus menguasai beberapa
pendekatan dalam mengelola kelas atau mengatur kelas. Dengan kata lain,
bahwa progam kelas akan terlaksana dengan baik apabila guru
2
mendayagunakan secara maksimal potensi kelas yang terdiri dari tiga unsur
yaitu: guru, siswa, dan pengelolaan kelas.
UU No 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 disebutkan Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.1
Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam
pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak
adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah.2
Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini dimana siswa hanya
mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum.
Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian.
Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam
pembelajaran.3
Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak
berorientasi tercapainya standar kompetensi (SK)dan kompetensi dasar (KD).
Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA
sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktual. Siswa hanya
mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah. Siswa tidak dibiasakan
1 Ine Kusuma Aryani dan Markum Susatim. Pendidikan Berbasis Nilai.(Bogor: Galia Indah, 2010)
h. 10 2 Bambang Sutedjo. Panduan Pengembangan Pembelajaran Ipa Terpadu Jakarta: Pusat
Kurikulum,Balitbang Depdiknas(2010) Hlm 4,tersedia di Www.Puskur.Net 3 Ibid., h. 5
3
untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan
bahwa banyak siswa yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri.4
Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum
menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan
oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan
jumlah siswa per kelas yang terlalu banyak.5
Berdasarkan hasil observasi yang telah penulis lakukan di lokasi
penelitian yaitu di kelas IV MI Matlaul Anwar Cibening Pamijahan Bogor,
proses pembelajaran masih menggunakan metode konvensional yaitu
menggunakan metode ceramah, sehingga pembelajaran masih terpusat pada
guru, semua informasi berpusat pada guru dan pembelajaran berlangsung
searah. Pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang
terdapat di dalam buku, dan belum memanfaatkan pendekatan lingkungan
dalam pembelajaran secara maksimal. Mengajak siswa berinteraksi langsung
dengan lingkungan jarang dilakukan. Guru IPA sebagian masih
mempertahankan urutan-urutan dalam buku tanpa memperdulikan kesesuaian
dengan lingkungan belajar siswa. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif,
karena siswa kurang merespon terhadap pelajaran yang disampaikan, sehingga
proses pembelajaran cenderung menyebabkan suasana membosankan. Dari
pembelajaran konvensional di atas berdampak terhadap hasil belajar. Siswa di
kelas IV yang saya ajar pada nilai ulangan IPA 30 persen yang mencapai
KKM, untuk nilai ulangan harian pada konsep alat tubuh makhluk hidup dan
fungsinya.
Konsep pembelajaran IPA menuntut adanya perubahan peran guru.
Pada konsep konvensional guru lebih berperan sebagai transformator, artinya
guru berperan hanya sebagai penyampai informasi, ide, atau gagasan, dan guru
berada didepan kelas menyampaikan materi pelajaran, sedangkan siswa hanya
mendengar, menyimak, dan mencatat, kadang siswa diselingi pertanyaan dan
latihan. Pola ini membuat siswa kurang aktif hanya menerima materi saja,
4 Ibid., h. 5
5 Ibid., h. 5
4
seperti halnya analogi gelas yang siap diisi air. Kondisi ini tidak sesuai dengan
konsep pembelajaran (instructional) . Pembelajaran memandang siswa sebagai
individu yang aktif, memiliki kemampuan dan potensi yang perlu dieksplorasi
secara optimal. Agar pembelajaran lebih optimal, maka model pembelajaran
harus efektif dan selektif sesuai dengan konsep yang diajarkan, sehingga siswa
termotivasi untuk ikut serta dalam proses pembelajaran. Selain memandang
penting peran aktif siswa dalam belajar, pembelajaran juga menuntut peran
guru lebih luas. Diantara tugas guru tersebut adalah guru tidak hanya
menerangkan dan menjelaskan materi kepada siswa, tetapi juga mengajak
siswa untuk ikut akif dalam proses belajar mengajar tersebut, karena
keberhasilan suatu proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh kualitas dan
kemampuan guru.
Pemilihan metode atau model pembelajaran yang tepat, tidak hanya
mempertimbangkan tujuan pendidikan, tetapi juga harus mempertimbangkan
keaktifan, potensi dan tingkat perkembangan siswa yang beragam, serta
bagaimana memotivasi siswa. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mempunyai
kreativitas yang tinggi dalam menggunakan model pembelajaran untuk
menunjang tercapainya proses belajar mengajar.
Salah satu metode pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif adalah
pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif memiliki berbagai
macam model, salah satunya adalah talking chips. Di dalam talking chips
siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sekitar 4-5 orang perkelompok.
Dalam kelompoknya para siswa diminta untuk mendiskusikan suatu masalah
atau materi pelajaran. Kemudian setiap kelompok diberikan 4-5 kartu yang
digunakan untuk siswa berbicara. Setelah siswa mengemukakan pendapatnya,
maka kartu disimpan di atas meja kelompoknya. Proses dilanjutkan sampai
seluruh siswa dapat menggunakan kartunya untuk berbicara. Cara ini membuat
tidak ada siswa yang mendominasi dan tidak ada siswa yang tidak aktif, semua
siswa harus mengungkapkan pendapatnya. Teknik ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk lebih aktif berkomunikasi dengan guru atau siswa lainnya
5
di dalam kelas, sehingga terjadilah suatu pembelajaran yang hidup di dalam
kelas.
”Talking Chips mempunyai dua proses yang penting, yaitu; proses
sosial dan proses dalam penguasaan materi”6. Proses sosial berperan penting
dalam talking chips yang menuntut siswa untuk dapat bekerjasama dalam
kelompoknya, sehingga para siswa dapat membangun pengetahuan mereka di
dalam suatu bingkai sosial yaitu pada ke lompoknya. Para siswa belajar untuk
berdiskusi, meringkas, memperjelas suatu gagasan, dan konsep materi yang
siswa pelajari, serta dapat memecahkan masalah-masalah.
Penerapan pembelajaran model talking chips, akan memberikan
motivasi siswa dan pengalaman siswa dalam belajar. Namun Pendekatan model
pembelajaran talking chips masih belum dikenal di MI Matlaul Anwar,
sehingga guru belum pernah menggunakan pendekatan ini, dengan
mempertimbangkan usaha-usaha agar siswa dapat belajar dengan
menyenangkan dan memperoleh manfaat besar sesuai dengan kebutuhan
kurikulum maka perlu dilakukan penelitian tentang upaya meningkatkan proses
dan hasil belajar IPA siswa kelas IV MI Matlaul Anwar melalui pembelajaran
model talking chips.
Pembelajaran model talking chips yang diterapkan pada pokok bahasan
konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya juga diharapkan dapat
meningkatkan motivasi siswa secara efektif dan dapat menghilangkan
kejenuhan siswa dalam belajar ke arah pembelajaran yang menciptakan
interaktif sesama siswa, sehingga siswa dapat terdorong minat dan motivasinya
untuk belajar IPA yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar kimia.
Hasil belajar atau prestasi merupakan hasil dari usaha-usaha yang
telah dilakukan. Agar proses pembelajaran IPA dapat berjalan dengan baik dan
tercapai tujuan pembelajaran IPA tersebut, maka diperlukan suatu strategi yang
tepat supaya hasil yang dicapai maksimal dan berpengaruh pada prestasi
belajar siswa. Guru harus dapat memilih metode-metode yang sesuai dengan
6 Sonia Kasal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google: www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm
6
pokok bahasan yang disampaikan, dan mempunyai cara-cara yang menarik
sehingga siswa mempunyai minat dan motivasi yang tinggi terhadap pelajaran
IPA, dengan demikian prestasi mudah diraih. Berdasarkan hal tersebut pada
penelitian ini peneliti ingin mencoba mengaplikasikan sebuah model
pembelajaran dengan teknik taking chip, dengan harapan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas IV MI Matla’ul Anwar.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Tubuh
Makhluk Hidup dan Fungsinya (Studi Penelitian Tindakan Kelas Pada
Siswa Kelas IV MI Matla’ul Anwar)“.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
masalah yang dapat di identifikasi adalah sebagai berikut:
1. Sebagian siswa beranggapan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam adalah mata pelajaran yang sulit dimengerti .
2. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam masih
rendah dalam konsep alat tubuh makhluk dan fungsinya.
3. Guru masih menggunakan metode konvensional dalam menyampaikan
materi pembelajaran.
C. Pembatasa Masalah
Supaya permasalahan yang dikaji dapat terarah dan untuk
menghindari penyimpangan dari masalah yang diteliti, maka perlu adanya
pembatasan masalah. Masalah di sini dititik beratkan pada:
1. Penerapan model pembelajaran talking chips di MI Matlaul Anwar.
2. Hasil belajar siswa yang diukur hanya pada aspek kognitif.
7
D. Perumusan Masalah
Bertolak dari pembatasan masalah di atas, maka penulis membuat
perumusan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana peningkatan hasil
belajar siswa di kelas IV MI Matlaul Anwar dengan menggunakan model
pembelajaran talking chips?
E. Tujuan Penelitian
Bertolak dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa melalui model
pembelajaran talking chips.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan bagi pihak-pihak
terkait, berikut peneliti uraikan kegunaan hasil penelitian:
1. Bagi Madrasah
Penelitian ini semoga berguna dan dapat dijadikan sebagai masukan
dalam rangka meningkatkan prestasi, minat belajar dan kualitas dalam
pelaksanaan pendidikan.
2. Bagi Guru
Memperluas wawasan, pengetahuan, dan keterampilan guru dalam
menerapkan model pembelajaran talking chips pada mata pelajaran IPA.
3. Bagi siswa
Penelitian ini semoga dapat mendorong siswa agar dapat berperan
aktif dalam proses pembelajaran.
8
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI
TINDAKAN
A. Kajian Teoritis
1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa Inggris dengan
kata kerja to cooperate yang berarti bekerja bersama-sama. Sedangkan
kooperatif dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti bersifat kerjasama.
Secara umum, pengertian pembelajaran kooperatif ditafsirkan berbeda-beda
oleh para ahli. Seperti yang dikutip oleh Miftahul Huda, menurut Roger, dkk
(1992) pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok
yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada
perubahan informasi secara social di antara kelompok-kelompok belajar yang di
dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri
dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain .1
Menurut Anita Lie, mendefinisikan pembelajaran kooperatif atau
pembelajaran bergotong royong merupakan sistem pembelajaran yang
memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerjasama sesamanya pada saat
mengerjakan tugas terstruktur.2 Sedangkan menurut Eggen dan Kauchak
dalam Hasan Fauzi Maufur pembelajaran kooperatif merupakan sebuah
kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi
untuk mencapai tujuan bersama. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa
belajar bersama dalam kelompok–kelompok kecil yang terdiri dari 4-5
orang. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan
kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam
proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas
anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh
1Miftahul Huda, COOPERATIF LEARNING (Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan).
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 29 2 Anita Lie, COOPERATIF LEARNING (Mempraktikkkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang
Kelas.(Jakarta:Kencana, 2008), hal.12.
9
guru dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan
belajar.3
Dari beberapa pengertian pembelajaran kooperatif yang dikemukakan
para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan
belajar mengajar dalam suatu kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda, tiap anggota kelompok saling bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas untuk mencapai hasil belajar yang baik.
Pembelajaran kooperatif mempunyai asumsi bahwa untuk mencapai
hasil yang optimal dalam pembelajaran, siswa perlu menjadi bagian dari
satu sistem kerjasama dalam kelompok. Yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran kooperatif adalah keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh
kemampuan semata, tetapi juga oleh peran masing-masing anggota secara
bersama di dalam kelompok. Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan
konvensional dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan
kelompok belajar konvensional.4
Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif
Guru sering membiarkan adanya
siswa yang mendominasi kelompok
atau menggantungkan diri pada
kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya, sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas
sering diborong oleh salah seorang
anggota kelompok sehingga anggota
kelompok lainnya hanya
“mendompleng” keberhasilan
“pemborong”.
Kelompok belajar heterogen, baik
dalam kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, etnik, dan sebagainya.
Kelompok belajar biasanya
homogen.
Pimpinan kelompok dipilih secara Pemimpin kelompok sering
3 Hasan Fauzi Maufur, Sejuta Jurus Mengajar Mangasikkan. (Semarang: Sindur Press, 2009) h.
129 4 Nurhadi dkk, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. (Malang: Universitas
Negeri Malang, 2004) h. 62-63
10
demokratis atau bergilir untuk
memberikan pengalaman memimpin
bagi para anggota kelompok.
ditentukan oleh guru atau kelompok
dibiarkan untuk memilih
pemimpinnya dengan cara masing-
masing.
Keterampilan sosial yang diperlukan
dalam kerja gotong-royong seperti:
kepemimpinan, kemampuan
berkomunikasi, mempercayai orang
lain, dan mengelola konflik secara
langsung diajarkan.
Keterampilan sosial sering tidak
secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang
berlangsung guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan
melakukan intervensi jika terjadi
masalah dalam kerjasama antar
anggota kelompok.
Pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering tidak dilakukan
oleh guru pada saat belajar kelompok
sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara proses
kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
Guru sering tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga
hubungan interpersonal (hubungan
antar pribadi yang saling
menghargai).
Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas
Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung.
Di samping pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil
belajar akademik, pembelajaran kooperatif juga efektif untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa
model pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa dalam memahami
konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan
bahwa model kooperatif telah meningkatkan penilaian siswa pada belajar
akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Selain itu, model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil
belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan
interpendensi siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur
11
reward. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir, struktur
tujuan dan reward mengacu pada derajat kerjasama atau kompetisi yang
dibituhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.5
Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial,
menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat
meningkatkan harga diri. Pembelajaran kooperatif juga dapat merealisasikan
kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan sesuai dengan harapan,
maka siswa perlu diajarkan keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif
tersebut berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan tugas.
Peranan hubungan kerja dapat dibangun mengembangkan komunikasi antar
anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dapat dilakukan dengan
membagi tugas antar anggota kelompok.
Lungren dalam Hasan Fauzi Maufur, menyusun keterampilan-
keterampilan kooperatif tersebut secara terinci dalam tiga tingkatan
keterampilan. Tingkatan tersebut yaitu keterampilan kooperatif tingkat awal,
tingkat menengah dan tingkat mahir.6
a. Keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain:
1) Berada dalam tugas, yaitu menjalankan tugas sesuai dengan
tanggungjawabnya.
2) Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman
dengan tugas tertentu dan mengambil tanggungjawab tertentu dalam
kelompok.
3) Mendorong adanya partisipasi, yaitu memotivasi semua anggota
kelompok untuk memberikan konstribusi.
4) Menggunakan kesempatan, yaitu menyamakan persepsi/pendapat.
5 Anita Lie. Op. Cit., h. 14
6 Hasan Fauzi Maufur, Op. Cit., h. 130-131
12
b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah, antara lain:
1) Mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan pesan fisik dan verbal
agar pembicara mengetahui anda secara energik menyerap informasi.
2) Bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi
lebih lanjut.
3) Menafsirkan, yaitu menyampaikan kembali informasi dengan kalimat
berbeda.
4) Memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban, memastikan
bahwa jawaban tersebut benar.
c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir
Keterampilan kooperatif tingkat mahir ini antara lain:
mengolaborasi, yaitu memperluas konsep, membuat kesimpulan dan
menghubungkan pendapat- pendapat dengan topik tertentu.
Pembelajaran kooperatif diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, belajar untuk
bekerjasama, menghargai pendapat orang lain dan tanggung jawab antara
sesama siswa terhadap kelompoknya untuk memperoleh yang terbaik
bagi kelompoknya dalam belajar dan menyelesaikan tugas.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan suatu pendekatan pengajaran yang mengutamakan
siswa untuk saling bekerjasama satu dengan yang lainnya untuk
memahami dan mengerjakan segala tugas belajar mereka. Beberapa unsur
penting dalam pembelajaran kooperatif meliputi kerjasama dalam
menyelesaikan tugas, mendorong untuk bekerjasama yang terstruktur,
tanggungjawab individu dan kelompok yang heterogen. Pembelajaran
kooperatif digunakan dalam kelas yang selalu diliputi kerjasama dalam
menyelesaikan tugas. Dalam kelompok belajar, semua anggota kelompok
bekerjasama dan tidak memiliki respon yang terpisah.
13
a. Prinsip Dasar dan Ciri-ciri dalam Pembelajaran Kooperatif
Adapun prinsip dasar dan elemen yang terkait dalam pembelajaran
kooperatif menurut Nurhadi dkk sebagai berikut7:
1) Saling ketergantungan positif. Dalam hal ini, dituntut adanya interaksi
promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan
motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan
antara lain dalam hal pencapaian tujuan, penyelesaian tugas, bahan dan
sumber, peran, dan hadiah.
2) Interaksi tatap muka. Siswa harus saling berhadapan dan saling
membantu dalam pencapaian tujuan belajar dan sumbangan pemikiran
dalam pemecahan masalah, siswa harus mengembangkan keterampilan
berkomunikasi secara efektif.
3) Pertangungjawaban individu. Setiap individu dalam kelompok
bertanggung jawab terhadap nilai kelompok, penilaian kelompok
didasarkan pada rata-rata nilai semua anggota kelompok secara
individu.
4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi merupakan keterampilan
sosial yang harus dimiliki dan diajarkan pada siswa seperti:
tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, berani
mempertahankan pikiran logis, mengkritik ide bukan mengkritik
teman, tidak mendominasi orang lain, dan mandiri.
Sedangkan menurut Shepardson dalam aninditya Sri Nugraheni,
ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut8:
1) Guru harus mengupayakan terwujudnya interaksi antar siswa yang
berada dalam sebuah kelompok (student-to-student interaction).
Oleh karena itu, guru harus dapat menciptakan kondisi yang mampu
memberikan kesempatan yang merata kepada anggota kelompok untuk
memberikan pendapat, menyampaikan ringkasan, mempertahankan
pendapat, ataupun memberikan jalan keluar jika mengalami
7 Nurhadi dkk, Op. Cit., h. 61-62
8 Aninditya Sri Nugraheni, Penerapan Strategi Cooperatif Learning dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Pedagogia, 20012) h. 47
14
permasalahan dalam diskusi.
2) Guru harus menciptakan interpendensi positif di kalangan anggota
kelompok. Artinya, masing-masing anggota kelompok harus
diupayakan terlibat dalam kegiatan belajar mengajar, pendidik perlu
menjelaskan kepada kelompok bahwa masing-masing anggota harus
membiasakan diri mendengarkan dengan bak pendapat anggota lain,
menerima pendapat anggota lain, dan berupaya dapat membantu
teman lain menyumbangkan pikirannya.
3) Kemampuan masing-masing anggota kelompok diperhitungkan secara
adil (individual acountability). Di dalam pembelajaran kooperatif,
tidak ada peserta kelompok yang diperbolehkan mengemukakan
pendapatnya secara sukarela, masing-masing anggota kelompok akan
menyampaikan pendapatnya. Oleh karena itu, seorang anggota
kelompok akan menerima tugas dari pendidik, misalnya sebagai
pemimpin kelompok, sebagai perumus hasil diskusi, atau sebagai
penyamapi hasil diskusi.
4) Pembelajaran kooperatif menekankan pada pencapaian tujuan
bersama (group process skill). Pembelajaran ini mengajarkan kepada
siswa untuk saling memberi informasi, saling mengajarkan jika ada
anggota kelompok yang belum mampu, dan saling menghargai
pendapat anggotanya.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pengelolaan pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif
memiliki 3 tujuan yang ingin dicapai, yaitu:9
1) Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model
pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa yang sulit.
9 Ibid., h. 48
15
2) Pengakuan adanya keragaman
Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar
belakang. Perbedaan latar belakang tersebut diantaranya: perbedaan
suku, agama, ras, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam
pembelajaran kooperatif antara lain: berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat oang lain, bekerja dalam kelompok, dan
sebagainya.
c. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran
yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu
ditunjukkan pada Tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2 : Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif10
Langkah-Langkah Tingkah Laku Guru
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Pengajar menyampaikan semua
tujuan pelajaran yang ingin
dicapai dan memotivasi siswa
belajar
Menyajikan informasi
Pengajar menyajikan informasi
kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompokkelompok belajar
Pengajar menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
Membimbing kelompok bekerja dan
Belajar Pengajar membimbing kelompok
belajar pada saat siswa
mengerjakan tugas
Evaluasi Pengajar mengevaluasi hasil
10
Ahmad Noor Fatirul, Cooperatif Learning, google: www.
Trimanjuniarso.wordpress.com/Cooperatif-Learnig.pdf, h. 20
16
belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing
anggota kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Memberikan penghargaan
Pengajar mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun
hasil belajar individu dan
kelompok
2. Pembelajaran Kooperatif Model Talking Chips
Talking adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa inggris
yang berarti berbicara, sedangkan chips yang berarti kartu. Jadi arti talking
chips adalah kartu untuk berbicara. Sedangkan talking chips dalam
pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dilakukan dalam
kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang, masing-masing anggota
kelompok membawa sejumlah kartu yang berfungsi untuk menandai
apabila mereka telah berpendapat dengan memasukkan kartu tersebut ke
atas meja.
Model pembelajaran talking chips atau kancing gemerincing
merupakan salah satu model pembelajaran yang menggunakan metode
pembelajaran kooperatif. “ Teknik belajar mengajar kancing gemerincing
dikembangkan oleh Spender Kagan(1992)”.11
Teknik ini dapat digunakan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.
Kegiatan kancing gemerincing membutuhkan pengelompokan siswa
menjadi beberapa kelompok. Teknik ini dapat memberikan kontribusi
siswa secara merata. Teknik ini dapat digunakan untuk berdiskusi,
mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain ataupun
untuk saling mengevaluasi hapalan. Teknik kancing gemerincing
dirancang untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang
sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada
anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya juga ada
11
Masitoh dan Laksmi Dewi. Strategi Pembelajar. (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam DEPAG RI,
2009) h. 244
17
anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan.12
Dengan menerapkan teknik talking chip ini dalam proses
pembelajaran, diharapkan semua siswa memiliki kesempatan yang sama
untuk aktif dalam mengemukakan pendapat sehingga terjadi pemerataan
kesempatan dalam pembagian tugas kelompok. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Lie bahwa “dalam kegiatan kancing gemerincing,
masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan yang sama
untuk memberikan kontribusi mereka serta mendengarkan pandangan dan
pemikiran anggota yang lain”.13
Di dalam talking chips (1) siswa dibagi dalam kelompok-kelompok
kecil sekitar 4-6 orang perkelompok. (2) kelompoknya para siswa diminta
untuk mendiskusikan suatu masalah atau materi pelajaran. ( 3 ) Setiap
kelompok diberi 4-5 kartu yang digunakan untuk siswa berbicara.
Setelah siswa mengemukakan pendapatnya, maka kartu disimpan di
atas meja kelompoknya. Proses dilanjutkan sampai seluruh siswa
dapat menggunakan kartunya untuk berbicara. Cara ini membuat tidak ada
siswa yang mendominasi dan tidak ada siswa yang tidak aktif, semua
siswa harus mengungkapkan pendapatnya. Disamping itu, penerapan
model pembelajaran kooperatif teknik talking chips merupakan
suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
oriented), dimana model pembelajaran ini sesuai menempati posisi
sentral sebagai subyek belajar melalui aktivitas mencari dan
menemukan materi pelajaran sendiri.
Talking chips mempunyai dua proses yang penting, yaitu;14
proses sosial dan proses dalam penguasaan materi. Proses sosial
berperan penting dalam talking chips yang menuntut siswa untuk dapat
bekerjasama dalam kelompoknya, sehingga para siswa dapat
12
Lukman Zain. Pembelajaran Fiqih. (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam DEPAG RI, 2009) h. 138 13
Asrul dkk. Pengaruh Peggunaan Teknik Talking Chip Terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Siswa
Kelas VII SMPN 1 IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. ( Pillar of Physics Education, vol. 1. April
2013, 97-103) h. 98 14
Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain), google:
www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm
18
membangun pengetahuan mereka di dalam suatu bingkai sosial yaitu
pada kelompoknya. Para siswa belajar untuk berdiskusi, meringkas,
memperjelas suatu gagasan, dan konsep materi yang mereka pelajari, serta
dapat memecahkan masalah-masalah.
Talking Chips mempunyai tujuan tidak hanya sekedar
penguasaan bahan pelajaran, tetapi adanya unsur kerjasama untuk
penguasaan materi tersebut. Hal ini menjadi ciri khas dalam
pembelajaran kooperatif. Disamping itu, talking chips merupakan
metode pembelajaran secara kelompok, maka kelompok merupakan
tempat untuk mencapai tujuan sehingga kelompok harus mampu
membuat siswa untuk belajar. Dengan demikian semua anggota
kelompok harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Selain dengan kelompoknya, siswa juga dapat berinteraksi
dengan anggota kelompok lain sehingga tercipta kondisi saling
ketergantungan positif di dalam kelas mereka pada waktu yang sama.
Proses penguasaan materi berjalan karena para siswa dituntut untuk dapat
menguasai materi.
a. Cara pembelajaran kooperatif model Talking Chips
Terdapat lima langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran
yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu
ditunjukkan pada Tabel 2.3 di bawah ini.
Tabel 2.3 : Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model talking
chips15
No Tahap kegiatan
1. Guru menyiapkan kotak kecil yang berisikan kancing-kancing.
2. Setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua
atau tiga buah kancing
3.
Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat
ide harus menyerahkan salah satu kancingnya dan
meletakkannya ditengah-tengah.
15
Masitoh dan Laksmi Dewi. Op. Cit., h. 244
19
4.
Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh
berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan
kancing mereka.
5.
Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai,
kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi
kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali
b. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif model
Talking Chips.
Dalam pembelajaran kooperatif model talking chips masing-
masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk
memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan
pemikiran anggota yang lain dalam kelompoknya. Keunggulan lain
dari model ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan
kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak
kelompok kooperatif yang lain sering ada anggota yang selalu
dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, ada juga anggota yang pasif
dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi
seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak
tercapai karena anggota yang pasif akan selalu menggantungkan diri
pada rekannya yang dominan. Model pembelajaran talking chips
memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk
berperan serta.
Sedangkan kelemahan dalam model pembelajaran talking chips
diantaranya:
1) Tidak semua konsep dalam IPA dapat mengungkapkan model
talking hips, disinilah tingkat profesionalitas seorang guru dapat
dinilai. Seorang guru yang profesional tentu dapat memilih metode
dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
dibahas dalam proses pembelajaran.
2) Pengelolaan waktu saat persiapan dan pelaksanaan perlu
diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama
dalam proses pembentukan pengetahuan siswa.
20
3) Pembelajaran model talking chips adalah model pembelajaran yang
menarik namun cukup sulit dalam pelaksanaannya, karena
memerlukan persiapan yang cukup sulit. Selain itu dalam
pelaksanaannya guru dituntut untuk dapat mengawasi setiap siswa
yang ada di kelas. Hal ini cukup sulit dilakukan terutama jika
jumlah siswa dalam kelas terlalu banyak.
c. Persamaan dan perbedaan pembelajaran kooperatif model
Talking Chips dengan model-model pembelajaran kooperatif
lainnya.
Semua model-model pembelajaran kooperatif yang
berlandaskan metode pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan, ciri-
ciri, unsur-unsur, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan
pembelajaran yang sama, akan tetapi setiap model dalam pembelajaran
kooperatif mempunyai ciri khas tertentu.
Pembelajaran kooperatif model talking chips dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan idenya, sehingga
tidak ada siswa yang mendominasi dan siswa yang diam saja.
Pembelajaran kooperatif model talking chips dapat membantu guru
untuk memonitor tanggung jawab individu siswa. Selain itu dalam
pembelajaran kooperatif model talking chips juga akan melatih
siswa untuk berpartisipasi aktif dalam berkomunikasi. Kemampuan
ini sangat penting sebagai bekal dalam hidup bermasyarakat, sehingga
sangat penting bagi guru untuk membekali sebelumnya dengan
kemampuan berkomunikasi, mengingat bahwa tidak semua siswa
memiliki tingkat kemampuan untuk berkomunikasi.
3. Hasil Belajar
Salah satu tugas pokok guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan
rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk melihat bagaimana
taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa secara tepat dan dapat
dipercaya, kita memerlukan informasi yang didukung oleh data yang objektif
21
dan memadai tentang indikator-indikator perubahan perilaku dan pribadi para
siswa. Oleh sebab itu, kita biasanya berusaha mengambil cuplikan saja yang
diharapkan mencerminkan keseluruhan perubahan perilaku itu. Tetapi
sebelumnya indikator-indikator tentang hasil belajar (prestasi) sebagai tujuan
pendidikan, penulis akan membahas tentang:
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Zainal Arifin “kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu
prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “Prestasi” yang berarti
„hasil usaha‟. Istilah „prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar. Prestasi
pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar
meliputi aspek pembentukan watak siswa”.16
Di dalam buku Kamus Bahasa Indonesia untuk pendidikan dasar yang
disusun oleh Qonita Aliya bahwa “prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari
yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya )”.17
Sedangkan belajar
berarti belajar memperoleh kepandaian atau ilmu; berlatih ; berubah tingkah
laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Tidak jauh dari pengertian yang dikemukakan oleh Mas‟ud, Syaiful
Bahri Djamarah menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok
dalam bidang kegiatan tertentu.
Dengan demikian, dapat dinyatakan beberapa rumusan dari pengertian
prestasi belajar, diantaranya bahwa hasil belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau materi yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Hasil belajar
menurut Nana Sudjana adalah kemampuan yang dimiliki siswa,setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Hadari Nawawi hasil
belajar adalah “tingkat keberhasilan murid untuk mempelajari materi pelajaran
di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes
16
Zainal Arifin.Evaluasi Pembelajaran.(Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam DEPAG RI, 2009) h. 11 17
Qonita Alya Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar. (Jakarta: PT INDAH JAYA
Pratama 2009) h.568
22
mengenai sejumlah materi.
Dalam dunia pendidikan, bentuk penilaian dari suatu prestasi biasanya
dapat dilihat atau dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka.
Jadi, hasil belajar adalah hasil yang diraih oleh siswa dari aktivitas belajarnya
yang ditempuh untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat
diwujudkan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku dan pada
umumnya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka. Hasil
belajar yang didapatkan oleh seorang siswa bersifat sementara kadang kala
dalam suatu tahapan belajar, siswa yang berhasil secara gemilang dalam
belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal. Seperti angka raport
rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir dan sebagainya.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu “Faktor internal, faktor eksternal
dan faktor pendekatan belajar.
1) Faktor Internal
Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa . Faktor ini meliputi 2 aspek, yakni :
a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Kondisi jasmani yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan
kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan
lain sebagainya sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap
informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.
b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran
siswa.Diantaranya adalah:
23
a) Intelegensi siswa
Jean piaget dalam Muhammad Asrori mengatakan bahwa
intelligence atau kecerdasan yaitu “seluruh kemampuan berpikir dan
bertindak secara adaptif termasuk kemampuan-kemampuan mental yang
komplek seperti berpikir, memahami, mempertimbangkan, menganalisis,
mensintesis, mengvaluasi, dan menyelesaikan persoalan-persoalan”.18
Tingkat kecerdasan merupakan wadah bagi kemungkinan
tercapainya hasil belajar yang diharapkan. Jika tingkat kecerdasan
rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula. Clark
mengemukakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi
oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Sehingga
tidak diragukan lagi bahwa tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan
tingkat keberhasilan belajar siswa.
b) Sikap siswa
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas belajar adalah
sikap. Menurut Masitoh dan Laksmi Dewi “Sikap merupakan salah satu
ranah perilaku manusia atau siswa yang merupakan bagian dari tujuan
pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari ranah kognitif dan
psikomotorik. Sikap yang dimiliki seseorang mempengaruhi tindakan
orang tersebut terhadap suatu objek, orang atau peristiwa”.19
Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif tetap terhadap objek,
baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terutama
kepada guru dan mata pelajaran yang diterima merupakan tanda yang
baik bagi proses belajar siswa.Sebaliknya, sikap negatif yang diiringi
dengan kebencian terhadap guru dan mata pelajarannya menimbulkan
kesulitan belajar siswa tersebut, sehingga prestasi belajar yang di capai
siswa akan kurang memuaskan.
c) Bakat siswa
18
Muhammad Asrori. Psikologi Pembelajaran. (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009) h. 48 19
Masitoh dan Laksmi Dewi. Op. Cit., h. 47
24
Sebagaimana halnya intelegensi, bakat juga merupakan wadah
untuk mencapai hasil belajar tertentu. Secara umum bakat merupakan
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga diartikan sebagai
kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak
bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Siswa yang kurang atau
tidak berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami
kesulitan dalam belajar.
d) Minat siswa
Menurut Getzel dalam Harun Rasyid dan Mansur, “Minat adalah
suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong
seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas pemahaman, dan
keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian”.20
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi
kualitas pencapaian hasil belajar siswa. siswa yang menaruh minat besar
terhadap bidang studi tertentu akan memusatkan perhatiannya lebih
banyak dari pada siswa lain, sehingga memungkinkan siswa tersebut
untuk belajar lebih giat dan pada akhirnya mencapai prestasi yang
diinginkan.
e) Motivasi Siswa
Callahan and Clark dalam E. Mulyasa mengemukakan bahwa
“motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan
adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Siswa akan belajar
sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi”.21
Tanpa motivasi yang besar, siswa akan banyak mengalami
kesulitan dalam belajar, karena motivasi merupakan faktor pendorong
kegiatan belajar. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
minat intrinsik dan minat ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan
20
Harun Rasyid dan Mansur. Penilaian Hasil Belajar. (Bandung: CV Wacana Prima, 2009) h. 17 21
E. Mulyasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Suatu Panduan Praktis). (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010, Cet ke-8) h. 264.
25
keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat
mendorongnya melakukan tindakan belajar.
Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal keadaan yang datang dari
luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan
belajar. Motivasi yang dipandang lebih esensial adalah motivasi intrinsik
karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan
atau pengaruh orang lain.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal (faktor dari luar siswa),yakni kondisi/keadaan
lingkungan di sekitar siswa . Adapun faktor ekstern yang dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa adalah :
a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial siswa di sekolah adalah para guru, staf
administrasi dan teman-teman sekelasnya,yang dapat mempengaruhi
semangat belajar siswa. Masyarakat, tetangga dan teman-teman
sepermainan di sekitar perkampungan siswa juga termasuk lingkungan
sosial bagi siswa. Namun lingkungan sosial yang lebih banyak
mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu
sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan
keluarga dan letak rumah, semuanya dapat memberi dampak baik dan buruk
terhadap kegiatan belajar dan hasil yang di capai siswa.
b) Lingkungan non sosial
Lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah
tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat alat belajar, keadaan cuaca
dan waktu belajar yang digunakan siswa.
4. Pembelajaran IPA
26
a. Pengertian belajar
A. Tafsir dkk mengemukakan bahwa belajar adalah“ suatu proses
yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya”.22
Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan
lingkungannya. Sejalan dengan pendapat di atas, A. Tafsir mengutip
beberapa pendapat 1) Arif S. Sadiman mengatakan “ Belajar adalah suatu
proses yang komplek yang terjadi pada semua orang dan berlangsung
seumur hidup, sejak masih bayi sampai keliang lahat nanti” 23
2) Oemar
Hamalik berpendapat bahwa “Belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat interaksi dengan lingkungan”.24
Lukmanul Hakim menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
“belajar pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
yang terjadi dari adanya interaksi antara seseorang dengan
lingkungannya”.25
Jadi perubahan tingkah laku adalah hasil belajar. Artinya,
seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang
tidak dapat dilakukan sebelumnya.
Gegne dalam Najib Sulhan mengemukakan bahwa “belajar adalah
sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan
kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan
kemampuannya, yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai
jenis performance (kinerja)”.26
M. Dalyono mendefinisikan belajar sebagai “Suatu usaha atau
kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,
mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan sebagainya”. 27
Perubahan tingkah laku atau pengalaman
itu berkat adanya pengalaman dan latihan.
22
Tafsir, A, Pengembangan Wawasan Profesi Guru. (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati,
2009), h. 15 23
Ibid., h. 26 24
Ibid., h. 26 25
Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran. (Bandung: CV Wacana Prima 2009), h. 142 26
Najib Sulhan, Pembangunan Karakter pada Anak. (Surabaya: SIC 2010) h. 5 27
M. Dalyono.Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Renika Cipta, 2010 Cet ke-6) h. 49
27
Syaiful Bahri Djamarah dkk., mengatakan “belajar adalah “Proses
perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan
adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,
keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organism atau
pribadi”. 28
Bertolak dari beberapa definisi di atas, secara umum belajar dapat
dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku yang relatif menetap yang
terjadi sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif. Itu artinya bahwa dalam belajar terdapat tingkah
laku yang mengalami perubahan sebagai akibat dari interaksi dan
pengalaman serta latihan, dan karena itu, perubahan tingkah laku yang
disebabkan bukan oleh latihan dan pengalaman tidak digolongkan sebagai
belajar. Belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisme sebagai hasil
pengalaman.
b. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata dasar “ajar” yang artinya petunjuk
yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Dari kata “ajar” ini lahirlah
kata kerja “belajar” yang berarti berlatih atau berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu dan kata “pembelajaran” berasal dari kata “belajar”
yang mendapat awalan pe -dan akhiran an yang merupakan konflik nominal
yang mempunyai arti proses.
Najib Sulhan mengatakan pembelajaran adalah “suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau
didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek
didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif
dan efisien”. 29
Berdasarkan pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan oleh
beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
28
Syaiful Bahri Djamarah, dkk. Strategi Belajar Mengajar . (Jakarta: Renika Cipta, 2006 Cet
Ke-6) h. 10 29
Najib Sulhan, Op. Cit., h. 7
28
suatu proses atau usaha yang telah dirancang dan didesain secara sistematis
agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien,
yaitu dapat terbentuk suatu karakter yang baik dan positif dalam diri siswa
itu sendiri dan dalam kondisi tertentu, selain itu siswa mendapatkan ilmu
pengalaman dan pengetahuan dari apa yang telah diajarkan.
Pembelajaran adalah suatu kata yang memiliki arti sama dengan
kata mengajar. Kata mengajar memiliki arti yang kompleks dan beraneka
macam sesuai dengan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan. Para
ahli mengemukakan berbagai pengertian tentang mengajar bahwa, Mengajar
merupakan suatu proses yang kompleks, tidak sekedar menyampaikan
informasi dari guru ke siswa, namun banyak kegiatan maupun tindakan
yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik
pada seluruh siswa. Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam
rangka memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar
mengajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Sasaran akhir dari
proses pengajaran adalah siswa belajar.
c. Pengertian IPA
Pembelajaran IPA bagi sebagian guru cenderung diajarkan secara
konseptual saja, bersifat hafalan dan kurang mementingkan proses
pemahaman dan pembinaan konsep. Belajar mengajar adalah suatu proses
yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik.
Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya tetapi terambil dari berbagai
sumber. Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali seperti di sekolah, di
halaman, di perpustakaan, di pedesaan dan sebagainya.
Sarifuddin dan Winataputra mengelompokkan sumber-sumber
belajar menjadi 5 kategori yaitu manusia, buku/perpustakaan, media masa,
alam lingkungan dan media pendidikan. Namun guru biasanya kurang
tertarik menggunakan media sebagai sumber belajar seperti halnya
mengajak siswa keluar lingkungan sekolah karena berbagai faktor
diantaranya waktu yang terbatas, bobot materi terlalu banyak serta
29
keterbatasan guru dalam mengembangkan inovasi pembelajaran padahal
sumber belajar cukup kaya di lingkungan siswa tinggal.
Melalui kurikulum berbasis kompetensi diharapkan pola
pembelajaran yang disampaikan dapat mengembangkan kemampuan
berpikir siswa. Menanamkan sikap ilmiah kepada siswa dan melatih siswa
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya secara ilmiah. Pada
gilirannya siswa aktif dalam belajar karena pada dasarnya siswa sendiri
yang akan menyelesaikan masalah-masalah yang dia dapatkan sesuai
dengan konsep materi yang dipelajari dengan bantuan media sebagai sumber
belajar siswa.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Tuti Hayati dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn dengan Menggunakan Model
Pembelajaran talking chips. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran talking chips
pada matapelajaran PKn di kelas III MIS Tarbiyatul Falah Kaunggading
Pamijahan Bogor tahun ajaran 2011/2012. Tuti Hayati menyimpulkan bahwa
pembelajaran talking chips dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas
III MI Tarbiyatul Falah, Kaunggading, Pamijahan, Bogor. Peningkatan hasil
belajar siswa tampak dari kualitas proses pembelajaran yang ditunjukkan oleh
keaktifan, interaksi, sikap, dan antusias siswa dalam melaksanakan mengikuti
proses pembelajaran dan dari nilai setelah diadakan tes.
Penelitian yang relevan juga pernah dilakuan oleh Indah Komala
Sari dalam skripsinya yang berjudul upaya peningkatan hasil belajar siswa
dengan menggunakan model pembelajaran talking chips pada mata pelajaran
IPA. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa menggunakan model pembelajaran talking chips pada matapelajaran
IPA di kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Miftahussudur Cibuntu Ciampea
Bogor tahun ajaran 2000/2011. Indah Komala Sari menyimpulkan bahwa
30
model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas VIII MTs Miftahussudur, Cibuntu Ciampea, Bogor.
Penelitian-penelitian tersebut di atas membahas tentang
pembelajaran talking chips untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga
dapat dikatakan bahwa penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini yang
juga membahas tentang pembelajaran talking chips dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaannya pada objek penelitian ini
yaitu siswa kelas IV MI Matla‟ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor,
sedangkan dalam penelitian Tuti Hayati dilakukan di kelas III MI Tarbiyatul
Falah kaunggading Pamijahan Bogor dan penelitian yang dilakukan oleh
Indah Komala Sari dilakukan di kelas VIII MTs Miftahussudur Cibuntu,
Ciampea Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan memperoleh peningkatan
hasil belajar IPA dengan penerapan model Pembelajaran talking chips di MI
Matla‟ul anwar seperti hasil penelitian yang terdahulu.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan deskripsi teoritis dan hasil penelitian yang relevan,
maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: Penerapan Model
Pembelajaran talking cihps dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya.
Jika peningkatan hasil belajar mencapai nilai KKM mata pelajaran
IPA dengan menggunakan model pembelajaran talking chips maka siklus
tindakan sudah berhasil
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IVMI Matla’ul Anwar
CibeningPamijahan, Bogor.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini diperkirakan membutuhkan waktu pelaksanaan selama
tiga bulan yaitu bulan Juli 2013 sampai September 2013.Pelaksanaan
penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan program pembelajaran efektif
semester 1tahun pembelajaran 2013/2014.
B. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif dan jenis penelitiannya
adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), penelitian
dengan tindakan bertujuan “untuk peningkatan dan perbaikan praktik
pembelajaran yang dilakukan oleh guru1”.
Menurut Priyono dalam Basrowi karakteristik penelitian tindakan
kelas dalam makalahnya yang berjudul “Action Research sebagai Strategi
Pengembangan Profesi Guru” yang dikutip oleh Basrowi dkk adalah (1)
masalah yang dijadikan objek penelitian muncul dari dunia kerja penelitian;
(2) bertujuan memecahkan masalah guna peningkatan kualitas; (3)
menggunakan data yang beragam; (4) langkah-langkahnya merupakan siklus;
(5) mengutamakan kerja kelompok2”.
Berdasarkan Uraian diatas, penelitian tindakan kelas mempunyai
karakteristik yang khusus, yakni untuk memecahkan masalah dan untuk
meningkatkan kinerja guru.Dalam pelaksanaan diwarnai oleh pikiran ulang
1 AsroriMuhammad, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009), h. 13
2 Basrowi dkk, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Insan Cendikia, 2010, Cet ke: 4),
h. 23
32
(Reflectif Thinking) kolaburatif.Peneliti belajar dari pengalaman selama
perubahan sehingga diperoleh suatu model pembelajaran yang benar-benar
sesuai dengan kondisi kelas yang ada.
Jadi secara garis besarnya penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri
melalui refleksi diri dengan tujuan memperbaiki kinerja sehingga prestasi
belajar siswa bisa lebih meningkat. Dalam penelitian ini guru dianggap paling
tepat melakukan penelitian ini karena:
1. Guru mempunyai otonomi untuk menilai kinerjanya,
2. Guru merupakan orang yang paling akrab dengan kelasnya,
3. Interaksi guru dengan siswa berlangsung secara unik, dan
4. Keterlibatan guru dengan berbagai kegiatan inovatif yang bersifat
pengembangan mempersyaratkan guru mampu melakukan penelitian
di kelasnya.
Pelaksanaan penelitian ini sesuai dengan tahap-tahap penelitian.Dalam
sebuah penelitian tindakan kelas kita mengenal adanya siklus.Model-model
siklus yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas diantaranya skema
penelitian tindakan Hopkins atau Kurt Lewin.
Model skema penelitian tindakan Hopkins menggunakan prosedur
kerja yang dipandang sebagai suatu siklus spiral.Untuk selanjutnya dasar
penelitian tindakan kelas ini menggunakan pengumpulan berdasar pada
prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat
komponen yaitu.
1. Perencanaan (Planning)
2. Tindakan (Activity)
3. Pengamatan (Observing dan)
4. Refleksi (Reflecting)
Dari keempat komponen di atas satu sama lain mempunyai hubungan
yang sangat erat dalam satu siklus yang dapat divisualisasikan pada Gambar
3.1 sebagai berikut:
33
Gambar3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Dalam siklus pertama menurut model Classroom Action Research
(CAR) Kemnis dan Taggart maka tahap awal yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Rencana: Tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
2. Tindakan: Tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya
perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
3. Observasi: Mengamati dan mengevaluasi atas hasil atau dampak dari
tindakan yang dilakukan atau dikenakan terhadap siswa dan
4. Refleksi: Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil
atau dampak dari tindakan, dari berbagai kriteria.3
Setelah dilakukan refleksi atau renungan yang mencakup analisis,
sintesis, dan penelitian terhadap hasil pengamatan dari proses serta hasil
tindakan biasanya ada beberapa masalahan atau pemikiran baru yang perlu
mendapat perhatian sehingga pada gilirannya perlu dilakukan perencanaan
ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, serta diikuti refleksi ulang. Tahap-
tahap kegiatan ini berulang, sampai suatu permasalahan dianggap telah
teratasi.
3Basrowi, dkk., Op. Cit., h. 49
Reflecting
Planning
Activity
Observing
34
C. Subjek Penelitian
yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI
Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor, yang berjumlah 20 orang siswa,
terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang peleliti lakukan merupakan penelitian
kolaburatif artinya pada penelitian ini peneliti melakukan pelitian tidak
sendiri akan tetapi dibantu oleh peneliti lain yang ditunjukkan pada Tabel 3.1
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Posisi dan Peran Peneliti dalam Penelitian
No Nama dan Posisi Peran
1 Wahab
(Peneliti Utama)
1. Melakukan pretest dan postest
2. Melaksanakan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran talking chips
3. Memberikan lembar pretest
4. Bersama konsultan ahli dan observer
menganalisis dan menarik kesimpulan
terhadap hasil penelitian
2 Heri
(Observer)
1. Membantu peneliti utama mengamati
proses pretest, implementasi tindakan dan
melakukan postest.
2. Memberi masukan terhadap alalisis data
dan kesimpulan yang diambil
3 Dosen pembimbing
(Konsultan Ahli)
1. Memberikan masukan kepada peneliti
utama pada saat menyusun perangkat
pembelajaran dan menyusun instrumen
2. Member masukan pada saat membuat siklus
penelitian
3. Memberikan masukan pada saat melakukan
35
analisis data dan penarikan kesimpulan
E. Tahap Intervensi Tindakan
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan skema penelitian Tindakan
Hopkins. Model skema penelitian tindakan Hopkins menggunakan prosedur
kerja yang dipandang sebagai suatu siklus spiral dari (1) perencanaan, (2)
tindakan, (3) observasi, (4) refleksi.
Berdasarkan model skema penelitian tindakan Hopkins kemudian
dikembangkan desain penelitian.Desain penelitian seperti yang terdapat pada
Gambar 3.2 berikut ini.
Gambar 3.2 Model Skema Penelitian Tindakan Hopkins
Tindakan Pendahuluan
Perencanaan
Tindakan dan Observasi
Analisis Hasil
Refleksi Tuntas Selesai
Tidak tuntas
Perencanaan
Tindakan & Observasi
Analisis Hasil
Refleksi
Tuntas Selesai
Tidak Tuntas
Siklus III
36
Berdasarkan desain penelitian pada Gambar 3.2 di atas, jika pada
siklus I sudah diperoleh hasil yang diinginkan dan telah tercapai ketuntasan
belajar secara klasikal atau individual maka pelaksanaan siklus
dihentikan.Jika hasil yang dicapai masih belum seperti yang diinginkan maka
dilanjutkan dengan siklus II dan seterusnya. Prosedur penelitian yang
dilakukan berdasarkan gambar di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tindakan Pendahuluan
a. Mengidentifikasi Masalah
Pada tahap ini peneliti berdiskusi dengan wali kelas terkait
dengan permasalahan yang selama ini muncul dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas IV, diantaranya tentang strategi/metode apa yang
digunakan dalam pebelajaran di kelas, bagaimana motivasi dan prestasi
belajar siswa selama ini pada pembelajaran IPA. Yang akan dijadikan
sebagai acuan untuk perbaikan kegiatan pembelajaran berikutnya.
b. Memeriksa Lapangan
Peneliti mengobservasi permasalahan yang ada di lapangan
padasaat kegiatan belajar berlangsung,untuk mengetahui permasalahan
yang telah diidentifikasi sebelumnya.Kemudian peneliti juga
melakukan pencatatan terhadap kejadian-kejadian di lapangan.Sebagai
kegiatan memeriksa lapangan peneliti melaksanakan pre test dengan
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
2. Pelaksanan Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Setelah peneliti mengetahui pokok permasalahan yang terjadi,
peneliti merencanakan tindakan dan berdiskusi dengan wali kelas IV,
dengan harapan permasalahan tersebut dapat terselesaikan dan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran. Adapunperencanaan yang
dipersiapkan antara lain:
1) Membuat silabus pembelajaran
2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
3) Membuat modul pembelajaran
37
4) Mempersiapkan lembar observasi
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilaksanakan di kelas IV sesuai dengan perencanaan
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat
sebelumnya.Peneliti juga membuat catatan terhadap perkembangan
yang terjadi di dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung.Selama
pelaksanaan tindakan peneliti bertindak sebagai guru sekaligus observer
yang mencatat pada lembar pengamatan observasi.
c. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan tindakan
yang sedang dan telah dilaksanakan. Untuk melihat kesenangan dan
keantusiasan siswa terhadap penggunaan media audio visual dalam
pembelajaran IPA. Peneliti menggunakan lembar observasi untuk
mengemukakan data terkait hal-hal penting pada saat pembelajaran
berlangsung.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk melihat hasil sementara peningkatan
hasil belajardengan menggunakan metode oudio visual pada mata
pelajaran IPA dan untuk melihat permasalahan yang timbul selama
poses pembelajaran berlangsung.
e. Revisi perencanaan
Hasil yang didapatkan dari siklus pertama, menjadi patokan
peneliti untuk melakukan revisi perencanaan selanjutnya.Revisi
dilakukan oleh peneliti bersama dengan wali kelas IV untuk meninjau
kembali rencana yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya dan
mendiskusikan jika ada permasalah baru yang muncul tanpa diprediksi
sebelumnya.
38
3. Pelakasanaan Siklus II
a. Perencanaan
Setelah mengetahui perkembangan permasalahan, dan setelah
membuat revisi perencanaan, dalam tahap ini peneliti membuat rencana
baru, untuk menanggapi permasalahan baru yang muncul sebagai
usahaperbaikan dalam pembelajaran. Peneliti merencanakan tindakan
dan berdiskusi dengan wali kelas, dengan harapan permasalahan dapat
terselesaikan. Rencana tindakan diupayakan selalu terkait dengan
tindakan yang telah dilakukan, sehingga ada rencana baru yang
simultan, seperti mata rantai yang terus bersambung.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan selanjutnya adalah memperbaharui pembelajaran
dengan pokok bahasan selanjutnya.Pelaksanaan ini dilakukan dengan
menerapkan rencana tindakan.Dalam hal ini peneliti juga membuat
catatan terhadap berlangsungnya kegiatan belajar di dalam
kelas.Rencana yang sudah matang kemudian diaplikasikan di dalam
kelas sebagai bentuk tindakan.Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai
rencana tindakan guna memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan
yang diharapkan.
c. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan dalam
kegiatan pembelajaran terkait dengan perkembangan proses belajar
dengan menggunakan lembar observasi
d. Refleksi
Peneliti mencatat hasil observasi dan berdiskusi dengan wali
kelas untuk mengetahui hasil tindakan yang telah diterapkan. Peneliti
merefleksi hasil dan menyimpulkan dari siklus I sampai siklus II
sehingga dapat diketahui apakah ada peningkatan dalam proses dan
hasil belajar siswa.
39
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini, penulis terus
mengupayakan untuk memberikan tindakan dengan cara menyajikan materi
yang menarik yaitu dengan menampilkan beberapa film yang berkaitan
dengan materi pembelajaran untuk diamati secara kelompok agar peningkatan
hasil belajar dapat meningkat dan dapat mendorong siswa untuk aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Ada tiga jenis indikator keberhasilan yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu :
1. Indikator keberhasilan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dikatakan berhasil bila pembelajaran dilaksanakan sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Hal ini diketahui dari
sikap siswa yang merasa senang, antusias, termotivasi, aktif dan dapat
memahami konsep materi pelajaran.
2. Indikator keberhasilan terhadap penerapan pembelajaran talking chips.
Indikator keberhasilan terhadap hasil belajar siswa, siswa dikatakan
berhasil dalam memahami konsep dalam pembelajaran apabila telah tuntas
baik secara individu maupun secara klasikal untuk mendeskripsikan
ketuntasan belajar siswa.Berdasarkan petunjuk pelaksanaan kurikulum
dijelaskan bahwa seorang siswa dinyatakan tuntas belajar bila memiliki nilai
lebih dari standar ketuntasan belajar minimal ( >KKM) yang besarnya
ditentukan oleh guru atau sekolah. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal
tercapai apabila lebih dari 75% atau sama dengan dari banyaknya siswa di
kelas tersebut tuntas.
Penentuan KKM di tentukan oleh guru kelas dengan mengacu pada
nilai ketuntasan belajar siswa yang ditentukan oleh pencapaian skor minimal.
Untuk itu penelitian ini di katakana berhasil apabila hasil belajar IPA siswa
kelas IV MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor mencapai indikator
ketuntasan minimal 75% dengan KKM yang telah ditetapkan sekolah sebesar
70,00.
40
G. Data dan Sumber Data
Terkait dengan penelitian ini yang akan dijadikan sebagai sumber
data adalah siswakelas IV MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor,
dimana siswa tersebut tidak hanya diperlukan sebagai obyek yang dikenai
tindakan, tetapi juga aktif dalam kegiatan yang dilakukan.
Data penelitian ini mencakup:
1. Skor tes siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan (pre test), hasil
diskusi pada saat pelajaran berlangsung dan hasil tes yang dilakukan pada
setiap akhir tindakan (post test).
2. Hasil lembar observasi perilaku aktifitas siswa.
3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas
siswa pada pembelajaran IPA berlangsung.
Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, kumpulan, pencatatan lapangan,
dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan penggunaan media audio
visualuntuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Data
yang diperoleh dari penelitian tindakan ini ada yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari: (1) dokumentasi, (2)
observasi, (3) interview, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berasal dari
evaluasi, pre test dan post test.
H. Instrumen Pengumpulan Penelitian
Dalam pelaksanaan pengumpulan data diperlukan instrument
pengumpulan data yang tepat.Dalam penelitian kualitatif kedudukan peneliti
cukup rumit.Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan
data, analisis, penafsir data, dan akhirnya menjadi pelopor hasil penelitian.
Secara terperinci instrument penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Pedoman pengamatan untuk menggali data tentang suasana kelas pada saat
pembelajaran sedang berlangsung, keceriaan atau keantusiasan siswa
dalam mengikuti pembelajaran, dan kerja sama kelompok.
41
2. Pedoman wawancara untuk menggali data tentang tanggapan siswa
terhadap penerapan metode pembelajaran yang dilaksanakan (khusus
kelompok tertentu), untuk memperoleh informasi secara mendalam.
3. Tes digunakan untuk menggali data kuantitatif berupa hasil skor tes, skor
tugas kelompok, dan skor tes kelompok.
I. Teknik pengumpulan data
Data yang akurat akan bisa diperoleh ketika proses pengumpulan data
tersebut dipersiapkan dengan matang. Dalam penelitian ini akan digunakan
beberapa cara untuk mengumpulkan data selama proses penelitian, yaitu:
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan
mengadakan pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap
kenyataankenyataan yang akan diselidiki.4
Metode observasi sering diartikan sebagai pengamatan, yaitu
kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan
seluruh alat indra (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan
peraba).
Dilihat dari hubungan antara observasi dan observan (yang
diobservasi), dapat dibedakan menjadi observasi partisipan dan observasi
non partisipan.Dalam observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu
sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dari yang diamati.
Berkaitan dengan judul skripsi ini maka peneliti melakukan
kegiatan observasi dengan cara partisipatif .Jadi peneliti terjun langsung
kelapangan dengan mengadakan pengamatan terhadap subyek terteliti
dengan mengambil bagian dalam suatu kegiatan.
Melalui teknik observasi ini diperoleh data tentang; keadaan MI
Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor sebagai obyek penelitian,
yang meliputi: PBM dikelas keadaan guru dan keadaan siswa, serta
keadaan sarana dan prasarananya.
4Anas Sudijono, Statistika Pendidikan(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 107
42
Keuntungan dan kelemahan metode observasi antara lain :
a. Keuntungan :
1) Untuk mengecek data yang sudah ada yang diperoleh dengan teknik
lain.
2) Untuk memperoleh data secara serempak, sebenarnya dan langsung
b. Kelemahan :
1) Tidak dapat mengungkapkan masalah-masalah pribadi yang sifatnya
rahasia.
2) Faktor subyektifitas observer sukar untuk dihindari. Pedoman
observasi.
2. Metode Wawancara
menurut Esterberg dalam Sugiono mendefinisikan interview
sebagai berikut “a meeting of two persons to exchange information and
ideas throught question and responss, resulting in communication and
joint construction of meaning about a particular topic”.5wawancara adalah
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic
tertentu.
Dari dari pengertian diatas, dapat memberi arahan dan landasan
bagi peneliti bahwa melalui kegiatan wawancara diharapkan memperoleh
pemahaman yang sama antara peneliti dengan subjek peneliti tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan informasi yang diperlukan.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.Teknik
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri
atau self respons, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau
keyakinan pribadi.
5Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2010 cet ke:
10) h. 231
43
Melalui wawancara ini peneliti berharap dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang bersangkutan luwes sesuai
dengan yang direncanakan dalam penelitian.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan
sebagainya.
Metode dokumentasi merupakan tekhnik pengumpulan data
dengan jalan memanfaatkan dokumen yang ada (bahan tertulis, gambar-
gambar penting atau film yang mendukung objektivitas peneliti).
Metode ini digunakan untuk memperoleh:
a. Latar belakang sekolah.
b. Data guru, siswa, karyawan dan struktur organisasi MI Matla’ul
Anwar Cibening Pamijahan Bogor.
c. Data program-program sekolah yang direncanakan dalam
pembelajaran.
d. Nilai prestasi belajar siswa
4. Pretest dan Postest
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan
sejumlah pertanyaan secara tertulis yang harus dijawab oleh responden
dengan beberapa alternatif jawaban yang disediakan untuk
mendapatkan informasi dari koresponden dalam arti laporan terhadap
pribadinya atau hal-hal yang diketahui.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan
Untuk pengecekan keabsahan data dalam penelitian tindakan kelas ini
peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah cara pengecekan
keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu di luar data sebagai
pembanding, misalnya konsultasi dengan guru wali kelas IV, guru mata
pelajaran, dan pengurus kurikulum.
44
Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan
sumber lainnya.Adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini,
penulis menggunakan triangulasi sumber, yaitu yang berarti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi.
Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan membandingkan hasil
pengamatan dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.Untuk menguji
keabsahan data yang dikumpulkan, peneliti akan melakukan:
Pertama, teknik triangulasi antar sumber data, antar teknik
pengumpulan data dan antar pengumpul data, yang dalam terakhir ini peneliti
akan berupaya mendapatkan rekan atau pembantu dalam penggalian data dari
warga di lokasi yang mampu membantu setelah diberi penjelasan. Triangulasi
adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu.
Kedua, pengecekan kebenaran informasi kepada para informan yang
telah ditulis oleh peneliti dalam laporan penelitian (member check). Dalam
kesempatan suatu pertemuan yang dihadiri oleh para responden atau
informan, peneliti akan membacakan laporan hasil penelitian
Ketiga, analisis kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian hingga
waktu tertentu dan
keempat, perpanjangan waktu penelitian. Cara ini akan ditempuh
selain untuk memperoleh bukti yang lebih lengkap juga untuk memeriksa
konsistensi tindakan atau ekspresi keagamaan para responden/ informan. Data
atau informasi yang telah dikumpulkan perlu diuji kebenarannnya
(keabsahannya) melalui teknik trianggulasi berikut :
1. Triangulasi metode: jika informasi atau data yang berasal dari hasil
wawancara misalnya, perlu diuji dengan hasil observasi dan seterusnya;
2. Triangulasi sumber: jika informasi tertentu misalnya, ditanyakan kepada
responden yang berbeda atau antara responden dan dokumentasi.
Dengan ungkapan lain jika melalui pemeriksaan-pemeriksaan tersebut
ternyata tidak sama jawaban responden atau ada perbendaan data atau
45
informasi yang ditemukan maka keabsahan data diragukan kebenarannya.
Dalam keadaan seperti ini peneliti harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut,
sehingga diketahui informasi yang mana yang benar (absah).
K. Analisis Data dan Interpretasi Data
Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya peneliti akan
melakukan analisis terhadap data tersebut. Adapun teknik analisa data dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. N-Gain (Normal Gain)
N-Gain adalah rata-rata peningkatan pemahaman atau penguasaan
konsep pada siswa setelah pembelajaran dilakukan dengan penggunaan
model pembelajaran tertentu. N-Gain dirumuskan sebagai berikut:
Post test score – Pre test score
N – Gain =
Maximum possible score – pre test score
2. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Adapun langkah-langkah dalam teknik analisis deskriptif dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari sumber data melalui observasi,
wawancara, tes, dan dokumentasi di tuliskan dalam format rekaman
data yang telah dipersiapkan.Data tersebut kemudian diklasifikasikan.
b. Paparan Data
Paparan data merupakan lanjutan dari langkah penyederhanaan
(reduksi) data. Data yang telah disederhanakan kemudian di
diskripsikan secara naratif berbentuk paparan data. Dari paparan data
46
tersebut akan didapatkan kesimpulan sementara yang berupa temuan
penelitian.
c. Penarikan Kesimpulan
Tahap penarikan kesimpulan merupakan proses pemberian
makna terhadap data yang disajikan dalam rangka mengambil
keputusan serta dilakukan setelah didapatkan temuan penelitian.
Temuan penelitian ini di verifikasikan (pengecekan keabsahan temuan)
hingga diperoleh hasil penelitian.Verifikasi hasil penelitian merupakan
kegiatan pengujian kebenaran, kecocokan berdasarkan indikator
keberhasilan.Indikator keberhasilan merupakan salah satu faktor yang
dapat digunakan untuk menarik kesimpulan.
Ada tiga jenis indikator keberhasilan yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu :
1. Indikator keberhasilan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dikatakan berhasil bila pembelajaran dilaksanakan sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Hal ini diketahui dari
sikap siswa yang merasa senang, antusias, termotivasi, aktif dan dapat
memahami konsep materi pelajaran.
2. Indikator keberhasilan penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips.
3. Indikator keberhasilan terhadap hasil belajar siswa, siswa dikatakan
berhasil dalam memahami konsep dalam pembelajaran apabila telah tuntas
baik secara individu maupun secara klasikal untuk mendeskripsikan
ketuntasan belajar siswa.Berdasarkan petunjuk pelaksanaan kurikulum
dijelaskan bahwa seorang siswa dinyatakan tuntas belajar bila memiliki
nilai lebih dari standar ketuntasan belajar minimal >KKM) yang besarnya
ditentukan oleh guru atau sekolah. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal
tercapai apabila lebih dari 75% atau sama dengan dari banyaknya siswa di
kelas tersebut tuntas.
47
L. Pengembangan Rencana Tindakan
Pengembangan tindakan dalam penelitian dilakukan dalam dua siklus
tindakan. Dalam siklus pertama direncanakan dua kali tindakan proses
pembelajaran dan dalam siklus kedua direncanakan satu kali tindakan proses
pembelajaran.
Apabila rencana tindakan dua siklus dalam penelitian ini berhasil,
maka penelitian tindakan kelas dengan penggunaan model Pembelajaran
talking chips ini dihentikan.
48
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
1. Siklus I
a. PerencanaanTindakan
Pelaksanaan penelitian tindakan siklus I dilaksanakan pada hari
Rabu dan jum’at tanggal 17 dan 19 Juli 2013. Pada pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini, peneliti berperan sebagai guru sekaligus sebagai
observer. Penelitian siklus I ini merupakan hasil refleksi dari pelaksanaan
tindakan awal sebelum siklus sebagai langkah perbaikan proses
pembelajaran yang telah dilakukan.
Pada perencanaan tindakan I, sebelum penelitian dilakukan,
penelitian ini memiliki rencana untuk memperbaiki efektifitas dan
efisiensi kinerja proses belajar mengajar di dalam kelas.Pertama-tama
peneliti menyiapkan bahan dan materi dengan menerapkan model
pembelajaran talking chips untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas
IVMI Matla’ul Anwar Cibening terhadap mata pelajaran IPA.
Siklus ini terdiri dari dua kali pertemuan yang membahas materi
tentang konsep “Rangka dan Alat Indra Manusia” (4x35 menit dengan 2
kali pertemuan). Sebelum tindakan dilaksanakan, penelitimelakukan
beberapa tahapan persiapan, yaitu:
1) Refleksi awal, dilakukan sebagai langkah perenungan mengenai
rendahnya hasil belajar IPAkelas IVMI Matla’ul Anwar Cibening.
2) Menyusun RPP mengenai Standar Kompetensi “Rangka dan Alat Indra
Manusia”. RPP disusun secara kolaboratif antara peneliti dan Observer.
RPP yang dibuat memuat: standar kompetensi, kompetensi dasar
indikator hasil belajar, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, langkah-
langkah pembelajaran model pembelajaran talking chips serta rubrik
penilaian yang digunakan untuk menentukan indikator keberhasilan
49
pembelajaran. Aspek yang dinilai pada hasil diarahkan pada ketepatan
siswa meletakkan konsep dan tanda hubung yang tepat. RPP
dikembangkan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan oleh
peneliti dan observer.
3) Mempersiapkan lembar observasi untuk siswa sebagai alat untuk
mencatat terhadap apa yang terjadi pada saat penelitian berlangsung.
4) Membuat soal pre test dan post test.
5) Membagi siswa yang berjumlah 20 siswa menjadi 4 kelompok yang
masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang.
b. Pelaksanaan Tindakan
Setelah dipersiapkan rencana pembelajaran maka proses
pembelajaran akan dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah ditetapkan.
Penelitian ini dilaksanakan tanggal 17 dan 19 Juli. Pada
pertemuan pertama peneliti terlebih dahulu melakukan pretest. Pada
siklus pertama diadakan dua kali pertemuan. Adapun pembelajaran
dilaksanakan dalam waktu 4x35 menit.
Pada pertemuan pertama materi yang disampaikan adalah
tentang Kompetensi Dasar “Rangka Manusia”Proses pembelajaran ini
meliputi beberapa tahap dengan skenario yang telah ditetapkan dalam
pembelajaran (RPP di lampiran).
Pada tahapan pelaksanaan sklus I ini penulis membahas
mengenai konsep “rangka tubuh manusia” dengan menggunakan
pembelajaran talking chips dengan . Indikator atau tujuan Pembelajaran
adalah siswa dapat mengidetifikasi rangka tubuh manusia. Pada kegiatan
awal pembelajaran guru menggali apersepsi siswa dengan mengajukan
pertanyaan kepada siswa mengenai rangka tubuh manusia. Siswa
menjawab pertanyaan guru secara serempak. Pada siklus ini terlihat
adanya perhatian dari siswa mengenai rangka tubuh manusia. Selain itu
guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai pentingnya
mempelajari materi tersebut.
50
Setelah apersepsi selesai dilaksanakan kemudian masuk pada
kegiatan inti. pada kegiatan inti guru menampilkan gambar sambil
bercerita. Guru memperlihatkan gambar mengenai rangka manusia,
sambil menjelaskan detail gambar tersebut.
Setelah selesai guru menjelaskan, kemudian siswa dibagi
menjadi 4 (empat) kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa,
kemudian masing-masing kelompok diberi beberapa buah kotal gambar
dan diperintahkan untuk menjelaskan gambar tersebut,kemudian
mendiskusikan bersama kelompok lain.Setelah semua kelompok selesai
berdiskusi, guru membimbing dan meluruskan kesalahpahaman yang
telah terjadi. Pada kegiatan penutup guru dan siswa membuat kesimpulan
bersama.
Pada pertemuan kedua membahas tentang Kompetensi Dasar
Mengenai “Rangka Manusia”. Tujuan pembelajaran adalah setelah
mempelajari tentang rangka manusia, diharapkan siswa dapat
mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh dan
fungsinya.
c. Hasil Tindakan
1) Hasil Penilaian Test
Hasil penilaian test dalam tahap ini menunjukkan bahwa kelas
menjadi lebih berwarna, hal ini ditunjukkan oleh suasana presentasi dari
masing-masing kelompok dan tanggapan dari kelompok lain.
Pada siklus ini sebagian besar kegiatan telah terlaksana
berdasarkan rencana pembelajaran. Tindakan perbaikan yang dilakukan
oleh guru pada siklus pertama membawa dampak positif terhadap
kegiatan diskusi dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat pada proses
evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus. Evaluasi dilaksanakan dalam
berbagai aspek untuk mengetahui peningkatan kegiatan diskusi dan hasil
belajar siswa melalui observasi dan test. Berdasarkan pengamatan,post
51
test berjalan lancar. Setelah dilakukan koreksi, skor tiap-tiap siswa
adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Data hasil pretest dan posttest siklus I
No Nama
Siswa
Jenis
Kelamin Pretest Postest N-Gain
1 Siswa-1 P 50 80 0,6
2 Siswa-2 L 40 60 0,33
3 Siswa-3 L 60 70 0,25
4 Siswa-4 L 40 60 0,33
5 Siswa-5 P 40 60 0,33
6 Siswa-6 P 60 80 0,5
7 Siswa-7 L 70 80 0,33
8 Siswa-8 P 60 70 0,25
9 Siswa-9 L 50 60 0,2
10 Siswa-10 P 40 60 0,33
11 Siswa-11 L 40 60 0,33
12 Siswa-12 P 60 70 0,25
13 Siswa-13 L 40 60 0,33
14 Siswa-14 L 60 90 0,75
15 Siswa-15 L 50 60 0,2
16 Siswa-16 P 40 60 0,33
17 Siswa-17 P 40 60 0,33
18 Siswa-18 P 60 70 0,25
19 Siswa-19 P 70 90 0,67
20 Siswa-20 L 40 60 0,33
Jumlah 1010 1360 7,22
Rata-Rata 50,5 68 0,36
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat dikatakan bahwa penerapan
model pembelajaran talking chips terbukti dapat meningkatkan hasil
52
belajar siswa terhadap materi pembelajaran IPA yang telah dipelajari.
Hal ini terlihat adanya peningkatan skor postest yang semula nilai
rata-rata kelas pada pretest sebesar 50,5 meningkat menjadi 68.
Berdasarkan Tabel di atas dapat dikatakan bahwa tingkat
keberhasilan siswa pada siklus I meningkat,artinya siswa pada siklus I
yang dinyatakan lulus sesuai dengan KKM mencapai45%, sementara
harapannya adalah mencapai 75% siswa dari Standar Kompetensi.
Dengan perincian yang dinyatakan lulus sebanyak 9 siswa dengan
perincian7 siswa atau skitar 35% mendapatkan nilai baik dan 2 siswa
atau sekitar 10% mendapatkan nilai sangat baik. Sedangkan yang
dinyatakan tidak lulus sebanyak 11 siswa atau sekitar 55%
karenanilaiskor tesnya kurang dari70,sesuai dengan KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) mata pelajaran IPAyang telah ditentukan oleh
madrasah.
Kemudian jika dilihat dari rata-rata Normal-Gain (N-Gain)
pada tabel di atas adalah 0.36. hal ini menunjukkan adanya peningkatan
pemahaman atau penguasaan konsep siswa rata-rata sebesar 36% setelah
pembelajaran dilakukan dengan penggunaan model pembelajaran talking
chips pada konsep alat tubuh manusia dan fungsinya.
2) Hasil Observasi Tindakan
Berdasarkan hasilobservasi terhadap proses pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran talking chips pada konsep rangka
manusia disajikan dalam Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
No Aspek yang di Observasi
Pertemuan I Rata-
Rata SB B C K SK
5 4 3 2 1
1 Mendengarkan penjelasan guru 6 5 3 3 3 3,4
53
tentang tujuan pembelajaran
2 Melakukan komunikasi dengan
baik 4 5 3 4 3 3
3 Menjawab pertanyaan guru 5 6 3 2 4 3,3
4 Mampu berdiskusi dengan baik 2 5 7 4 2 3,05
5 Menanyakan hal yang belum
diketahui 2 6 4 4 4 2,9
6 Mengungkapkan pendapat 1 4 6 7 2 2,75
7 Keaktifan dalam berdiskusi 4 5 7 2 2 3,35
8 Melakukan tes akhir 2 3 4 11 2,8
Berdasarkan data pada Tabel4.2 di atas diketahui bahwa sebagian
siswa mulai enjoy mengikuti proses pembelajaran IPA yang disampaikan
dengan menggunakan model pembelajaran talking chips dengan bantuan
media gambar, ini dikarenakan mereka merasa senang dan merasa lebih
faham terhadap apa yang disampaikan oleh guru.Walaupun penggunaan
media gambar ini telah memberi peningkatan hasil belajar, namun dirasa
masih belum optimal, karena masih cukup banyak siswa yang
mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah ditentukan oleh sekolah
yaitu 70.Pada observasi siklus I pertemuan I, peneliti menemukan
beberapa penemuan pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu:
a) Kurangnya siswa bertanya kepada guru atau kepada siswa lain jika
ada materi yang belum dipahami.
b) Dalam berdiskusi untuk memecahkan masalah, siswa masih
canggung dan tidak serius hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa
melakukan kegiatan diskusi.
c) Sebagian besar siswa tidak serius dalam mengerjakan tugas dari
guru, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mondar-mandir
mencari contekan dari teman lainnya.
d) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri
terhadap materi yang diberikan oleh guru
54
e) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
guru yang disampaikan pada akhir pembelajaran.
3) Hasil Obsevasi Tindakan Pertemuan II
Berdasarkan hasilobservasi terhadap proses pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran talking chips pada konsep
kerangka tubuh makhluk hidup disajikan dalam Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
No Aspek yang di Observasi
Pertemuan II Rata-
Rata SB B C K SK
5 4 3 2 1
1 Mendengarkan penjelasan guru
tentang tujuan pembelajaran 8 7 3 2 4,05
2 Melakukan komunikasi dengan
baik 5 6 6 3 3,65
3 Menjawab pertanyaan guru 8 5 6 1 4
4 Mampu berdiskusi dengan baik 5 6 5 4 3,6
5 Menanyakan hal yang belum
diketahui 5 8 5 2 3,8
6 Mengungkapkan pendapat 4 6 7 3 3,55
7 Keaktifan dalam berdiskusi 5 7 4 4 3,65
8 Melakukan tes akhir 2 3 4 11 2,8
Pada siklus I pertemuan ke II kegiatan pembelajaran mengalami
peningkatan yang sangat signifikan, suasan kelas terasa lebih
hidup,proses transformasi ilmu terjadi dua arah tidak hanya guru yang
berusaha untuk menyampaikan ilmu akan tetapi siswa mulai aktif
bertanya terhadap apa yang belum merekan pahami.Diskusi kelompok
berlangsung hidmat, sebagian siswa dapat pertanyaan-pertanyaan yang
55
dilontarkan oleh guru. Pada pertemuan ke II ini peneliti menemukan
beberapa penemuan pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu :
a) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap
materi yang diberikan oleh guru
b) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
guru yang disampaikan pada akhir pembelajaran
d. Refleksi Tindakan Siklus I
Pada kegiatan siklusI, yang dilaksanakan 2x pertemuan,
berkenaan hasil belum mencapai target 75% siswa yang lulus sesuai
KKM. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang masih kurang
efektif dan kurang maksimal dalam menerangkan model pembelajaran
talking chips. Oleh karena itu pada siklus kedua peneliti akan lebih
memaksimalkan penerapan model pembelajaran talking chips, supaya
proses pembelajaran semakin dapat dipahami. Pada pertemuan pada
siklus I menunjukkan bahwa tidak ada permasalahan dalam perumusan
perencanaan tindakan (RPP). Jadwal jam pertemuan telah sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan pembelajaran, sedangkan pada tahap pelaksanaan
tindakan menunjukkan:
1) Mempresentasikan gambar mengenai rangka tubuh manusia dapat
melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di depan orang-
orang, siswa masih terlihat malu-malu dan kurang percaya diri
karena mereka belum terbiasa melakukan presentasi
2) Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran talking chips
dapat memberikan pengalaman baru bagi para guru dan siswa.
3) Penerapan model pembelajaran talking chips terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada siklus pertama
ini hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Dari 20 siswa 7 siswa
atau sebesar 35%, dinyatakan lulus sesuai KKM dan 2 siswa atau 10%
dinyatakan tidak lulus. Walaupun hasil belajar siswa pada siklus I
56
mengalami peningkatan, akan tetapi masih ada 11 siswa atau 55% yang
belum mencapai KKM yang telah ditentukan oleh madrasah, oleh karena
itu penelitian tindakan dilanjutkan pada siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan siklus II
Siklus kedua penelitian dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 24
Juli 2013.
Pada rencana tindakan siklus II peneliti tetap menerapkan model
pembelajaran talking chips pada mata pelajaranIPA, dengan model
pembelajaran ini diharapkan dapat lebih membantu untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.
Menindak lanjuti hasil analisis dan refleksi pada siklus I, maka
peneliti berupaya untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran,
yaitu siswa dibiasakan dengan model pembelajaran talking chips
sehingga diharapkan dapat lebih mudah memahami dan menguasai
materi.
Siklus ini terdiri dari dua kali pertemuan yang membahas
materi tentang kosep “rangka tubuh manusia” (2x35 menit dengan 1
kali pertemuan). Sebelum pembelajaran dilaksanakan penelitian ini
dimulai dari beberapa tahapan persiapan, yaitu:
1) Refleksi awal, dilakukukan sebagai langkah perenungan mengenai
masih banyaknya siswa kelas IVMI Matla’ul Anwar Cibening yang
mendapatkan nilai dibawah KKM pada penelitian tindakan siklus I.
2) Menyusun RPP mengenai Kompetensi Dasar “Rangka dan alat indra
manusia”. RPP disusun secara kolaboratif antara peneliti dan
Observer. RPP yang dibuat memuat: standar kompetensi, kompetensi
dasar indikator hasil belajar, tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran talking chips
serta rubrik penilaian yang digunakan untuk menentukan indikator
keberhasilan pembelajaran. Aspek yang dinilai pada hasil diarahkan
57
pada ketepatan siswa meletakkan konsep dan tanda hubung yang
tepat. RPP dikembangkan berdasarkan silabus yang telah
dikembangkan oleh peneliti dan observer.
3) Mempersiapkan lembar observasi untuk siswa sebagai alat untuk
mencatan terhadap apa yang terjadi pada saat penelitian berlangsung.
4) Membuat soal pretest dan postest.
5) Membagi siswa yang berjumlah 20 siswa menjadi 4 kelompok yang
masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan penelitian siklus II dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1) Peneliti mengawali kegiatan dengan memberikan pujian kepada siswa
kelas IVMI Matla’ul Anwar Cibening yang telah dapat meningkatkan
hasil belajar pada siklus I, hal ini dilakukan untuk memberikan
stimulus kepada seluruh siswa agar termotivasi untuk terus mengasah
kemampuan kognitif mereka, sehingga hasil belajar siswa meningkat.
2) Kegiatan selanjutnya peneliti berusaha menggali apersepsi siswa
mengenai Kompetensi Dasar “Rangka Manusia”.
3) Kegiatan inti, guru menjelaskan model pembelajaran talking chips
yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan.
4) Guru mengelompokkan siswa menjadi 4 kelompok kecil, setiap
kelompok terdiri dari 5 anggota, kemudian setiap kelompok
mendiskusikan mengenai apa yang telah mereka saksikan.
5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai materi yang belum dipahami.
6) Kegiatan penutup dengan membuat kesimpulan bersama siswa,
kemudian guru memberikan pujian kepada siswa agar terus
bersemangat dan terus berlatih mengasah keterampilan kognitif
mereka.
58
c. Hasil Tindakan Siklus II
1) Hasil Observasi Tindakan Siklus II
Hasil observasi pada siklus II ini sebagian besar kegiatan telah
terlaksana sesuai dengan apa yang direncanakan, proses pembelajaran
pada siklus ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini
dibuktikan dengan peningkatan kualitas prose pembelajaran dan hasil
belajar siswa, data hasil belajar siswa pada siklus ke II kami sajikan pada
Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
No Aspek yang di Observasi
Pertemuan I Rata-
Rata SB B C K SK
5 4 3 2 1
1 Mendengarkan penjelasan guru
tentang tujuan pembelajaran 12 6 2 4,5
2 Melakukan komunikasi dengan
baik 8 7 5 4,15
3 Menjawab pertanyaan guru 10 6 4 4,3
4 Mampu berdiskusi dengan baik 7 8 5 4,85
5 Menanyakan hal yang belum
diketahui 7 6 7 4
6 Mengungkapkan pendapat 5 10 6 4,15
7 Keaktifan dalam berdiskusi 8 7 5 4,15
8 Melakukan tes akhir 3 8 9 3,7
Pada siklus ke II, peneliti berusahan untuk terus menggali
kelemahan pembelajaran pada siklus I, dengan penerapan model
pembelajaran talking chips pada konsep alat tubuh makhluk hidup dan
fungsinya pada mata pelajaran IPA di kelas IV MI Matla’ul Anwar
Cibening. Proses pembelajaran dengan memanfaatkan talking chips. Pada
59
siklus ke II ini pembelajaran terus mengalami peningkatan yang
signifikan, ini dibuktikan dengan suasana pembelajaran yang terjadi dua
arah, diskusi kelompok dalam rangka memecahkan masalah berlangsung
dengan alot, siswa lebih serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru, pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru dapat dijawab
dengan tepat, suasana post test berlangsung dengan hidmat dan penuh
keseriusan. Siswa berusaha untuk bertanya terhadap apa yang belum
mereka mengerti dan pahami. pada siklus II penelitian dianggap telah
berhasil, sebagian besar rencana proses pembelajaran telah terlaksana
dengan baik. Pada proses pembelajaran siklus II ini peneliti berhasil
menemukan satu temuan yaitu siswa belum dapat membuat simpulan
sendiri terhadap materi yang telah diberikan oleh guru.
2) Hasil Test Tindakan Siklus II
Berdasarkan pengamatan, postest berjalan lancar. Setelah
dilakukan koreksi skor tiap-tiap siswa adalah sebagaimana disajikan
dalam Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5
Data hasil pretest dan posttest siklus II
No Nama Siswa Jenis
Kelamin Pretest Postest N-Gain
1 Siswa-1 P 60 80 0,5
2 Siswa-2 L 60 70 0,25
3 Siswa-3 L 70 80 0,33
4 Siswa-4 L 60 70 0,25
5 Siswa-5 P 60 70 0,25
6 Siswa-6 P 60 80 0,5
7 Siswa-7 L 80 90 0,5
8 Siswa-8 P 60 80 0,5
9 Siswa-9 L 60 80 0,5
60
10 Siswa-10 P 60 70 0,25
11 Siswa-11 L 60 70 0,25
12 Siswa-12 P 70 80 0,33
13 Siswa-13 L 60 70 0,25
14 Siswa-14 L 70 90 0,67
15 Siswa-15 L 70 80 0,33
16 Siswa-16 P 60 70 0,25
17 Siswa-17 P 60 70 0,25
18 Siswa-18 P 70 80 0,33
19 Siswa-19 P 70 90 0,67
20 Siswa-20 L 60 70 0,25
Jumlah 1280 1540 7,41
Rata-Rata 64 77 0,37
Berdasar tabel di atas dapat dikatakan bahwa penerapan model
pembelajaran talking chips terbukti dapat meningkatkan hasil belajar
siswa terhadap materi pembelajaran IPA yang telah dipelajari. Hal ini
terlihat adanya peningkatan skor post test yang semula nilai rata-rata
kelas pada pretest sebesar 64 meningkat menjadi 77.
Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa tingkat
keberhasilan siswa pada siklus II, yang dinyatakan lulus sebanyak 18
siswa dengan perincian 18 siswa mendapatkan nilai pada kategori baik
atau 90% dan 2 siswa mendapatkan nilai sangat baik atau 10%. Dari 20
siswa 100% siswa sudah mendapatkan nilai sesuai KKM mata pelajaran
IPA, artinya penelitian tindakan pada siklus II telah mencapai target
minimal pencapaian 75% siswa mendapatkan nilai mencapai KKM.
Kemudian jika dilihat dari rata-rata Normal-Gain (N-Gain)
pada tabel di atas adalah 0.37. hal ini menunjukkan adanya peningkatan
pemahaman atau penguasaan konsep siswa rata-rata sebesar 37% setelah
pembelajaran dilakukan dengan penggunaan model pembelajaran talking
chips pada konsep alat tubuh manusia dan fungsinya.
61
d. Refleksi Tindakan Siklus II
Pada kegiatan siklus II, menunjukkan bahwa tidak ada
permasalahan dalam perumusan perencanaan tindakan (RPP). Jadwal
jam pertemuan telah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pembelajaran
sedangkan pada tahap pelaksanaan tindakan menunjukkan bahwa :
1) Diskusi kelompok dapat berjalan dengan baik, hal ini dibuktikan dari
banyaknya siswa yang mulai berani melontarkan pertanyaan-
pertanyaan kepada kelompok lain yang sedang melakukan presentasi
pada saat diskusi kelompok sedang berlangsung.
2) pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran talking
chips dapat memberikan pengalaman baru bagi para guru dan
siswa
3) penerapan model pembelajaran talking chips dengan bantuan media
video terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan demikian pada siklus pertama ini hasil belajar siswa
mengalami peningkatan dengan peningkatan cukup signifikan yaitu
100% siswa dinyatakan telah lulus sesuai KKM yang telah ditentukan
oleh madrasah. selain itu peningkatan terjadi dalam hal berikut:
1) Perhatian siswa terpusat pada pembelajaran.
2) Adanya motivasi belajar siswa dalam mengikuti materi pelajaran.
3) Siswa dapat mengikuti pembelajaran secara aktif.
4) Keinginan siswa sangat tinggi.
5) Meningkatnya kemampuan siswa dalam diskusi kelompok.
6) Peningkatan nilai rata-rata formatif
Pada siklus II ini perbaikan pembelajaran di anggap telah berhasil
karena Sebagian besar siswa telah tuntas belajar karena telah memenuhi
KKM yang telah ditentukan oleh madrasah dengan rata–rata kelas 77
atau sebanyak 100% siswa dinyatakan lulus.
Berdasarkan hasil Observasi, dan hasil tes atas penerapan
model pembelajaran talking chips pada mata pelajaran IPA,
sebagaimana telah dipaparkan di atas terbukti bahwa hipótesis yang
62
dirumuskan di bab pendahuluan yang berbunyi bahwa:“Jika peningkatan
hasil belajar mencapai nilai KKM mata pelajaran IPA dengan
menggunakan model pembelajaran talking chips maka siklus tindakan
berhasil terbukti”
B. Analisis Data
Dari hasil penelitian diatas baik hasil observasi maupun hasil belajar
kemudian direkapitulasi dan dianalisis untuk mengetahui perbandingan hasil
observasi maupun hasil belajar sehingga dapat diketahui ada peningkatan
kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas IVMI Matla’ul Anwar
Cibening Pamijahan Bogor.
1. Analisis Hasil Belajar
Tabel 4.6
Rekapitulasi Postest Siklus I dan Postest Siklus II
No Nama
Siswa
Pretest
siklus I
Postest
Siklus I N-Gain
Pretest
siklus I
Postest
Siklus I N-Gain
1 Siswa-1 50 80 0,6 60 80 0,5
2 Siswa-2 40 60 0,33 60 70 0,25
3 Siswa-3 60 70 0,25 70 80 0,33
4 Siswa-4 40 60 0,33 60 70 0,25
5 Siswa-5 40 60 0,33 60 70 0,25
6 Siswa-6 60 80 0,5 60 80 0,5
7 Siswa-7 70 80 0,33 80 90 0,5
8 Siswa-8 60 70 0,25 60 80 0,5
9 Siswa-9 50 60 0,2 60 80 0,5
10 Siswa-10 40 60 0,33 60 70 0,25
11 Siswa-11 40 60 0,33 60 70 0,25
12 Siswa-12 60 70 0,25 70 80 0,33
13 Siswa-13 40 60 0,33 60 70 0,25
14 Siswa-14 60 90 0,75 70 90 0,67
15 Siswa-15 50 60 0,2 70 80 0,33
63
16 Siswa-16 40 60 0,33 60 70 0,25
17 Siswa-17 40 60 0,33 60 70 0,25
18 Siswa-18 60 70 0,25 70 80 0,33
19 Siswa-19 70 90 0,67 70 90 0,67
20 Siswa-20 40 60 0,33 60 70 0,25
Jumlah 1010 1360 7,22 1280 1540 7,41
Rata-rata 50,5 68 0,36 64 77 0,37
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai pretest dan postest siklus I
mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata
pretest siswa pada siklus I adalah 50,5, dan rata-rata postest adalah 68.
Kemudian jika dilihat dari penguasaan konsep yang ditunjukkan dengan N-
Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.36, hal ini menunjukkan terjadi peningkatan
pemahaman dan penguasaan konsep sebesar 36%.
Pada siklus II nilai pretest dan postest mengalami peningkatan, hal ini
dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata pretest siswa pada siklus II adalah
64, dan rata-rata postest adalah 77. kemudian jika dilihat dari penguasaan
konsep yang ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.37, hal ini
menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar
37%.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan penerapan
model pembelajaran talking chips dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
pada konsep alat tubuh makhluk hidup dan fungsinya di kelas IV MI Matla’ul
Anwar Cibening Pamijahan. Hal ini dapat dilihat dengan selalu ada
peningkatan rata-rata hasil belajar siswa antara postest siklus I dan Postest
siklus II.
64
2. Analisis Hasil Observasi
Tabel 4.7
Tabel Perbandingan Hasil Observasi Belajar Siklus I dan II
No Aspek yang di Observasi Siklus I Siklus II
SB B C K SK SB B C K SK
1 Mendengarkan penjelasan guru
tentang tujuan pembelajaran 8 7 3 2 12 6 2
2 Melakukan komunikasi dengan
baik 5 6 6 3 8 7 5
3 Menjawab pertanyaan guru 8 5 6 1 10 6 4
4 Mampu berdiskusi dengan baik 5 6 5 4 7 8 5
5 Menanyakan hal yang belum
diketahui 5 8 5 2 7 6 7
6 Mengungkapkan pendapat 4 6 7 3 5 10 6
7 Keaktivan dalam berdiskusi 5 7 4 4 8 7 5
8 Melakukan tes akhir 2 3 4 11 3 8 9
Pada observasi siklus I pertemuan I, peneliti menemukan beberapa
penemuan pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu
a) Kurangnya siswa bertanya kepada guru atau kepada siswa lain jika ada
materi yang belum dipahami.
b) Dalam berdiskusi untuk memecahkan masalah, siswa masih canggung dan
tidak serius hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa melakukan kegiatan
diskusi.
c) Sebagian besar siswa tidak serius dalam mengerjakan tugas dari guru, hal
ini terlihat dari banyaknya siswa yang mondar-mandir mencari contekan
dari teman lainnya.
d) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap
materi yang diberikan oleh guru
e) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru
yang disampaikan pada akhir pembelajaran
65
Pada pertemuan ke II proses pembelajaran mengalami peningkatan
yang cukup signifikan, suasana kelas terasa lebih hidup, proses transformasi
ilmu terjadi dua arah tidak hanya guru yang berusaha untuk menyampaikan
ilmu akan tetapi siswa mulai aktif bertanya terhadap apa yang belum merekan
pahami. Diskusi kelompok berlangsung khidmat, sebagian siswa dapat
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Pada pertemuan ke II ini
peneliti menemukan beberapa penemuan pada saat pembelajaran
berlangsung, yaitu
a) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap
materi yang diberikan oleh guru
b) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru
yang disampaikan pada akhir pembelajaran
Pada siklus ke II ini pembelajaran terus mengalami peningkatan yang
signifikan, ini dibuktikan dengan suasana pembelajaran yang terjadi dua arah,
diskusi kelompok dalam rangka memecahkan masalah berlangsung dengan a
lot, siswa lebih serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru dapat dijawab dengan tepat,
suasana posttest berlangsung dengan hidmat dan penuh keseriusan. Siswa
berusaha untuk bertanya terhadap apa yang belum mereka mengerti dan
pahami. pada siklus II penelitian dianggap telah berhasil, sebagian besar
rencana proses pembelajaran telah terlaksana dengan baik. Pada proses
pembelajaran siklus II ini peneliti berhasil menemukan satu temuan yaitu
siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang telah
diberikan oleh guru.
C. Pembahasan
Dari hasil penelitian diatas baik hasil observasi maupun hasil belajar
kemudian direkapitulasi dan dianalisis untuk mengetahui perbandingan hasil
observasi maupun hasil belajar sehingga dapat diketahui ada peningkatan
kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas IV MI Matla’ul Anwar
Cibening Pamijahan Bogor.
66
Berdasar hasil belajardapat dikatakan bahwa penerapan model
pembelajaran talking chips ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar
siswa terhadap materi IPA. Hal ini terlihat adanya peningkatan hasil test
yang semula nilai rata-rata kelas siklus I dari pretest sebesar 50,5
meningkat menjadi 68
Tingkat keberhasilan siswa pada siklus I meningkat, artinya siswa pada
siklus I yang dinyatakan lulus sesuai dengan KKM mencapai 45%, sementara
harapannya adalah mencapai 75% siswa dari Standar Kompetensi. Dengan
perincian yang dinyatakan lulus sebanyak 9 siswa dengan perincian 7 siswa
atau skitar 35% mendapatkan nilai baik dan 2 siswa atau sekitar 10%
mendapatkan nilai sangat baik. Sedangkan yang dinyatakan tidak lulus
sebanyak 11 siswa atau sekitar 55% karena nilai skor tesnya kurang dari70,
sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran IPAyang
telah ditentukan oleh madrasah. Oleh karena itu penelitian dilanjutkan pada
siklus II
Pada siklus II penerapan model pembelajaran talking chips ini terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi IPA.Hal ini terlihat
adanya peningkatan hasil test yang semula nilai rata-rata kelas dari pretest
sebesar 64 meningkat menjadi 77.
Tingkat keberhasilan siswa pada siklus II, yang dinyatakan lulus
sebanyak 20 siswa dengan perincian 18 siswa mendapatkan nilai pada kategori
baik atau 90% dan 2siswa mendapatkan nilai sangat baik atau 10%, hal ini
menunjukkan bahwa seluruh siswa telah mendapatkan nilai sesuai dengan
KKM (Kreteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran IPA yang telah
ditentukan oleh madrasah, artinya penelitian tindakan pada siklus II telah
mencapai target minimal pencapaian 75% siswa mendapatkan nilai mencapai
KKM.
Jika dilihat dari rata-rata N-Gain pada siklus I adalah 0,36, hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pemahaman atas konsep yang telah diberikan oleh
guru pada siklus I dengan penggunaan model pembelajaran talking chips
meningkat 36% dan pada siklus II adalah 0,37, hal ini menunjukkan bahwa
67
tingkat pemahaman atas konsep yang telah diberikan oleh guru pada siklus II
dengan penggunaan model pembelajaran talking chips meningkat 37%.
Pada observasi siklus I pertemuan I, peneliti menemukan beberapa
penemuan pada saat pembelajaran berlangsung, yaitu
a) Kurangnya siswa bertanya kepada guru atau kepada siswa lain jika ada
materi yang belum dipahami.
b) Dalam berdiskusi untuk memecahkan masalah, siswa masih canggung dan
tidak serius hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa melakukan kegiatan
diskusi.
c) Sebagian besar siswa tidak serius dalam mengerjakan tugas dari guru, hal
ini terlihat dari banyaknya siswa yang mondar-mandir mencari contekan
dari teman lainnya.
d) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap
materi yang diberikan oleh guru
e) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru
yang disampaikan pada akhir pembelajaran
Pada pertemuan ke II proses pembelajaran mengalami peningkatan
yang cukup signifikan, suasana kelas terasa lebih hidup, proses transformasi
ilmu terjadi dua arah tidak hanya guru yang berusaha untuk menyampaikan
ilmu akan tetapi siswa mulai aktif bertanya terhadap apa yang belum merekan
pahami. Diskusi kelompok berlangsung hidmat, sebagian siswa dapat
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Pada pertemuan ke II ini
peneliti menemukan beberapa penemuan pada saat pembelajaran berlangsung,
yaitu :
a) Sebagian besar siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap
materi yang diberikan oleh guru
b) Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru
yang disampaikan pada akhir pembelajaran
Pada siklus ke II ini pembelajaran terus mengalami peningkatan yang
signifikan, ini dibuktikan dengan suasana pembelajaran yang terjadi dua arah,
diskusi kelompok dalam rangka memecahkan masalah berlangsung dengan
68
alot, siswa lebih serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru dapat dijawab dengan tepat,
suasana posttest berlangsung dengan hidmat dan penuh keseriusan. Siswa
berusaha untuk bertanya terhadap apa yang belum mereka mengerti dan
pahami. pada siklus II penelitian dianggap telah berhasil, sebagian besar
rencana proses pembelajaran telah terlaksana dengan baik. Pada proses
pembelajaran siklus II ini peneliti berhasil menemukan satu temuan yaitu
siswa belum dapat membuat simpulan sendiri terhadap materi yang telah
diberikan oleh guru.
Menurut Sonia Casal menyatakan bahwa talking chips mempunyai
dua proses penting, yaitu proses sosial dan proses dalam penguasaan
materi1. Metode pembelajaran kooperatif teknik talking chips menekankan
kepada keterampilan sosial dan penguasaan materi. Keterampilan social
diamati pada saat siswa berdiskusi pada kelompoknya. Keterampilan yang
diamati antara lain: cara bekerjasama, cara mengungkapkan pendapat,
menghormati pendapat teman, bertanggungjawab terhadap kelompok, saling
ketergantungan terhadap teman. Keterampilan-keterampilan pada metode
kooperatif teknik talking chips menjadikan siswa termotivasi untuk
memberikan yang terbaik untuk kelompok dan dirinya. Dengan demikian
dapat meningkatkan keterampilan social mereka pada saat berdiskusi dan
meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan dengan
metode kooperatif teknik talking chips memiliki penguasaan materi yang lebih
baik jika dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan metode diskusi
biasa. Dengan adanya hal ini peningkatan pemahaman dan penguasaan materi
yang lebih baik berkenaan dengan konsep-konsep yang ada pada materi rangka
makhluk hidup. Pemberian metode ini memicu siswa dapat belajar dari
temannya dan sekaligus membelajarkan temannya, sehingga saling timbul
ketergantungan positif.
1 Sonia Casal, “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercisa From Spain), Google:
www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm
69
Kelebihan pada pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif
teknik talking chips sangat mendukung dalam peningkatan hasil belajar.
Kelebihan tersebut terlihat dalam hal mengembangkan potensi siswa, seperti
terjadinya hubungan saling ketergantungan positif, mengembangkan semangat
kerja kelompok dan semangat kebersamaan, serta menumbuhkan komunikasi
yang efektif dan semangat kompetisi diantara anggota kelompok. Kemudian
pada kegiatan pembelajaran, tiap siswa mengemukakan pendapat, ide atau
gagasan maka siswa dilatih untuk lebih berani berkomunikasi dan
menghormati pendapat yang diutarakan siswa lain.
Salah satu peningkatan hasil belajar siswa disebabkan terjadinya
diskusi antar kelompok. Hal ini dikarenakan pembentukan kelompok yang
heterogen berdasarkan perbedaan kemampuan akademis dan jenis kelamin.
Pembentukan kelompok heterogen memberikan dampak positif karena dalam
pembelajarannya terjadi beberapa interaksi antar siswa yang dapat
menguntungkan baik untuk guru maupun untuk siswa. Yang pertama,
kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan
saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi
antar ras, etnik dan gender.
Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa
berinteraksi baik dengan guru maupun dengan siswa, dapat membantu
perkembangan perilaku siswa untuk meningkatkan prestasi. Berdasarkan
penelitian, metode kooperatif mengurangi peranan guru di kelas dan siswa
lebih aktif menanyakan kesulitan materi yang dipelajari. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Meinarni yang menyatakan bahwa
penggunaan metode kooperatif teknik talking chips menimbulkan keaktifan
siswa dalam berkomunikasi pada saat proses pembelajaran. Siswa merasa
senang berbagi dan bekerja sama dalam kelompok dan dapat memudahkan
siswa untuk memahami materi yang diajarkan2.
2 Meinarni, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips Dalam Meningkatkan
Kemampuan Berbicara Siswa II SMP Negeri 15 Bandung. (Bandung: UPI Bandung, 2005)
70
Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif teknik talking chips
merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dapat
memahami kandungan pembelajaran secara utuh, dikarenakan pembelajaran
kooperatif teknik talking chips ini dapat menunjukkan aktivitas total masing-
masing anggota kelompok dan setiap anggota kelompok mendapatkan
tanggung jawab permasalahan, sehingga mendapatkan kesadaran anggota
kelompok untuk ikut berpartisipasi dalam kelompoknya.
Berdasakan hasil observasi proses pembelajaran pada siklus I
pertemuan I dan II dan siklus II, pembelajaran terus mengalami
peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi bertahap. Pada siklus I
pertemuan I, pembelajaran dengan model pembelajaran talking chips
merupakan awal sebagai langkah pembiasaan . Pada siklus I pertemuan I
peningkatan proses pembelajaran belum signifikan bahkan dapat dikatakan
peningkatannya sangat rendah, proses pembelajaran masih berlangsung
satu arah . Kemudian pada pertemuan Ke II, peningkatan mulai Nampak
dan cukup signifikan, ini dibuktikan dengan proses pembelajaran yang
terjadi dua arah dan suasana kelas menjadi lebih hidup. Pada siklus ke
II peningkatan kualitas pembelajaran sangat signifikan, hal ini dibuktikan
dengan sebagian besar rencana yang dituangkan dalam rancangan
pembelajaran telah berjalan dengan baik.
Berdasarkan hasil pretest dan postest siklus I penerapan model
pembelajaran talking chips ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar
siswa terhadap materi IPA. Hal ini terlihat adanya peningkatan hasil test
yang semula nilai rata-rata kelas dar pre test sebesar 50,5 meningkat
menjadi 68.
Berdasarkan hasil pretest dan postes tsiklus II, penerapan model
pembelajaran talking chips ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar
siswa terhadap materi IPA. Hal ini terlihat adanya peningkatan hasil test
yang semula nilai rata-rata kelas dari pretest sebesar 68 meningkat
menjadi 77.
71
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada seluruh subjek atau
siswa, sebagian besar siswa mengatakan bahwa mereka merasa bahwa
model pembelajaran talking chips sangat menyenangkan, siswa merasa
tidak terbebani, karena mereka bisa saling bertukar pendapat, dan bisa
saling bertanya baik dengan siswa maupun dengan guru. Pada
pembelajaran sebelumnya siswa, siswa kurang mendapatkan bimbingan
secara individu , siswa kurang berani bertanya, yang menunujukkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA, sehingga hasil belajar siswa
dapat meningkat.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,
dan didasarkan atas teori-teori, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Bahwa penerapan model pembelajaran talking chips dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada konsep alat tubuh makhluk
hidup dan fungsinya pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari
perolehan nilai 20 siswa pada siklus I rata-rata pretest 50,5 setelah dilakukan
treatment atau tindakan dan dilakukan postest rata-rata nilai meningkat menjadi
68. Pada siklus I siswa yang dinyatakan lulus sesuai dengan KKM mencapai
45%, sementara harapannya adalah mencapai 85% siswa dari Standar
Kompetensi. Dengan perincian yang dinyatakan lulus sebanyak 9 siswa
dengan perincian 7 siswa atau skitar 35% mendapatkan nilai baik dan 2 siswa
atau sekitar 10% mendapatkan nilai sangat baik. Sedangkan yang dinyatakan
tidak lulus sebanyak 11 siswa atau sekitar 55% karena nilai skor tesnya kurang
dari 70, sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran
IPA yang telah ditentukan oleh guru. kemudian jika dilihat dari penguasaan
konsep yang ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.36, hal ini
menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar
36%.
Pada siklus II rata-rata pretest 64 setelah dilakukan tindakan dengan
menggunakan Model Pembelajaran talking chips dan dilakukan postest rata-
rata nilai meningkat menjadi 77. Tingkat keberhasilan siswa pada siklus II,
yang dinyatakan lulus sebanyak 20 siswa dengan perincian 18 siswa
mendapatkan nilai pada kategori baik atau 90% dan 2 siswa mendapatkan nilai
sangat baik atau 10%. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh siswa telah
mendapatkan nilai sesuai dengan KKM , artinya penelitian tindakan pada
siklus II telah mencapai target minimal pencapaian 75% siswa mendapatkan
73
nilai mencapai KKM. kemudian jika dilihat dari penguasaan konsep yang
ditunjukkan dengan N-Gain, rata-rata N-Gain sebesar 0.37, hal ini
menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep sebesar
37%.
B. Saran
Untuk itu perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan oleh lembaga,
oleh karena itu peneliti memberikan saran di antaranya:
1. Bagi Peneliti
Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor
guru, metode yang dipakai dalam menyampaikan materi dan faktor
lainnya. Sehubungan dengan hal itu perlu diteliti lebih lanjut terhadap
faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi terhadap perilaku belajar
tersebut. Aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan tindakan kelas, maka untuk lebih mendalami faktor-faktor apa
saja yang turut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa tersebut, perlu
kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pendekatan kuantitatif.
2. Bagi Guru
Penggabungan metode pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat
lebih menarik perhatian siswa, sehingga dengan perhatian siswa tersebut
hasil belajar siswa meningkat.
3. Bagi Siswa
Kepada siswa MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan diharapkan untuk
terus menggali potensi dalam diri mereka dengan terus belajar dengan
serius dan berusaha memahami apa yang telah disampaikan oleh guru,
karena hanya dengan belajar dengan serius hasil belajar dapat diraih.
74
DAFTAR PUSTAKA
Alisuf Sabri, M.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007.
Alya, Qonita. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar. Jakarta: PT
INDAH JAYA Pratama, 2009.
Arifin,Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam DEPAG
RI, 2009.
Asrori, Muhammad. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Wacana Prima,
2009.
Asrori, Muhammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV.Wacana Prima, 2009.
Asrori,Muhammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima, 2009
Basrowi,dkk. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendikia,
2010.
Bahri, Syaiful Djamarah, dkk. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: Renika Cipta,
2006 Cet Ke-6
B. Hamzah Ono. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Casal, Sonia “Talking Chips (A Book of Multiple Intelligence Exercise From
Spain), google:www.Hlmtmag.co.uk/jul 02/teach.htm
Chris-hunt dan Alison Miyake, “Is Your Classoom Under Control? Dicipline In
The Non-Teacher’s Classroom”, google: www.
Davidenglishhouse.com/snakes pdfs/winter 2003/features/winter 2003
hunt-miyake.pdf.
Dalyono. M. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta, 2010 Cet ke-6.
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,WAWASAN Tugas Guru Dan
Tenaga Kependidikan, Jakarta: Departemen Agama, ,2005.
Rasyid,Harun dan Mansyur. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Wacana
Prima, 2009.
Sanjaya,Wina.STRATEGI PEMBELAJARAN Beroeientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta:Kencana, 2008, cet. 5
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima 2009
Sudijono, Anas. Statistika Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
75
Sulhan, Najib. Pembangunan Karakter pada Anak. (Surabaya: SIC 2010)
Suprijono, Agus, Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009
Sutedjo, Bambang. Panduan Pengembangan Pembelajaran Ipa Terpadu Jakarta:
Pusat Kurikulum,Balitbang Depdiknas (2010) ,tersedia di
Www.Puskur.Net
Syukur, A. Ghazali, Menerapkan Paradigma Konstrktivisme Melalui Strategi
Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa, (Malang: Universitas
Malang) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Oktober 2002
S.Wakhinudin, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar
(Suatu Meta Analisis), Forum Pendidikan, Universitas Negeri Padang
Press,(maret 2003).
Tafsir, A, Pengembangan Wawasan Profesi Guru. (Bandung: UIN Sunan Gunung
Djati, 2009).
Tanree, Munir. Model Pembelajaran Konstruktiviis Realistik dengan Setting
Kooperatif Serta Dampaknya Terhadap Pemahaman Konsep Kimia.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Maret 2009.
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007
Wahyudi, Supri utomo, Penerapan Metode Talking Chips Dalam Pembelajaran
Kooperatif Guna meningkatkan Prestasi Belajar Kewirausahaan di
SMKN 1 Madiun, Madiun: IKIP PGRI Madiun, 2007.
RREENNCCAANNAANN PPEELLAAKKSSAANNAAAANN PPEEMMBBEELLAAJJAARRAANN
((RRPPPP))
Nama Sekolah : MI Matlaul Anwar
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : IV / 1
Alokasi Waktu : 4x 35 Menit
Standar Kompetensi : 1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia
dengan fungsinya dan pemeliharaannya
I. Kompetensi Dasar : 1.1.Mendiskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh
manusia dengan fungsinya serta pemeliharaannya
II. Indikator Pencapaian : – Mmampu mendiskripsikan rangka kepala manusia
– Mampu mendiskripsikan rangka badan manusia
– Mampu mendiskripsikan rangka anggota gerak manusia
III. Tujuan Pembelajaran : – Siswa mampu mendiskripsikan rangka kepala manusia
– Siswa mampu mendiskripsikan rangka badan manusia
– Siswa mampu mendiskripsikan rangka anggota gerak manusia
IV. Materi Pembelajaran
Rangka tubuh manusia
V. Metode Pembelajaran Metode Talking Chips
Metode Ceramah
Metote Diskusi
Metode Tanya Jawab
Metode Pemberian Tugas
VI. Langkah-langkah Pembelajaran
Petemuan ke-1
A. Pendahuluan (10) menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru memberikan salam
dan memulai pelajaran
dengan membaca basmallah
dan kemudian berdo’a
sebelum pelajaran dimulai
Siswa menyiapkan buku
IPA, membuka bab yang
akan dipelajari
Guru menjelaskan secara
singkat materi yang akan
diajarkan dan tujuan dan
kompetensi dasar yang akan
dicapai.
Siswa menjawab salam
dan membaca basmallah
bersama-sama serta
berdo’a
Siswa menyiapkan buku
IPA dan membuka bab
yang akan dipelajari
memulai pelajaran
Siswa mendengarkan dan
menyimak penjelasan
guru tentang materi yang
akan diajarkan dan tujuan
atau kompetensi dasar
yang akan dicapai
Religius
Kreatif
Perhatian
B. Kegiatan Inti (55 Menit)
B.1. Eksplorasi (15 menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru menjelaskan tentang
rangka kepala manusia.
Guru meminta beberapa
siswa untuk menjelaskan
mengenai materi yang telah
dijelaskan
Siswa menyimak
penjelasan guru tentang
rangka kepala manusia
Siswa yang ditunjuk
menjelaskan materi yang
telah dijelaskan
Perhatian dan Tekun
Berani
B.2. Elaburasi (35 menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru membagi siswa Siswa membagi kelompok Taat
menjadi lima kelompok,
untuk berdiskusi yang
berkaitan dengan rangka
kepala manusia
Guru meminta siswa agar
membacakan kesimpulan
hasil diskusi
menjadi lima kelompok
untuk berdiskusi
Siswa membacakan
kesimpulan hasil diskusi
Tanggung jawab
B.3. Konfirmasi (15 menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Dengan bimbingan guru,
siswa merefleksi kegiatan
pembelajaran guna
menggali pengalaman
belajar yang telah dilakukan
Guru memfasilitasi siswa
untuk memecahkan
berbagai masalah dan
memberi informasi agar
bereksplorasi lebih jauh
tentang jasa pejuang
Guru memotivasi siswa
yang kurang atau belum
berpartisifasi aktif
Siswa merefleksi
kegiatanpembelajaran
guna menggali
pengalaman
Siswa menggunakan
fasilitas untuk
memecahkan berbagai
masalah belajar yang telah
dilakukan
Rasa ingin tahu
Kreatif
C. Penutup (10 menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru bertanya kepada siswa
tentang materi yang telah
dipelajari selama pertemuan
untuk mengetahui
pencapaian indikator,
pencapaian kompetensi, dan
kompetensi dasar
Siswa menjawab
pertanyaan guru tentang
materi yang telah
dipelajari
Berani
Guru bersama siswa
mengambil kesimpulan
materi yang telah dipelajari
Guru menutup pelajaran
dengan membaca
hamdallah dan
mengucapkan salam kepada
siswa
Siswa dan guru membuat
kesimpulan materi yang
telah dipelajari
Siswa bersama-sama
berdo’a mengakhiri
pelajaran
Kebersamaan
Religius
Petemuan ke-2
A. Pendahuluan 10 menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru memberikan salam
dan memulai pelajaran
dengan membaca basmallah
dan kemudian berdo’a
sebelum pelajaran dimulai
Guru memotivasi dan
menjelaskan tujuan
pembelajaran
Guru bertanya kepada siswa
mengenai pelajaran pada
pertemuan sebelumnya.
Siswa menjawab salam
dan membaca basmallah
bersama-sama serta
berdo’a untuk memulai
pelajaran
Siswa mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan
guru tentang tujuan
pembelajaran
Siswa menjawab
pertanyaan guru tentang
materi pada pertemuan
sebelumnya
Religius
Kreatif
Perhatian
B. Kegiatan Inti (55 Menit)
B.1. Eksplorasi (15 menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Untuk mengetahui
pengetahuan siswa, guru
memberi pertanyaan yang
berkaitan dengan kerangka
tubuh manusia dengan
fungsinya serta cara
Siswa menjawab
pertanyaan guru mengenai
kerangka tubuh manusia
dengan fungsinya serta
cara pemeliharaannya
Berani
pemeliharaannya
Untuk mengetahui
pengetahuan siswa, guru
memberikan pertanyaan
yang berkaitan dengan
kerangka tubuh manusia
Guru menjelaskan rangka
badan manusia
Siswa menjawab
pertanyaan guru mengenai
kerangka tubuh manusia
Siawa mendengarkan
penjelasan guru tentang
rangka badan manusia
Berani
Perhatian
B.2. Elaburasi (35 menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru menyuruh agar siswa
secara berkelompok
mendiskusikan tentang
rangka badan manusia
Guru membimbing siswa
dalam melaksanakan
diskusi
Guru meminta siswa agar
membacakan hasil diskusi
Siswa membagi kelompok
menjadi lima kelompok
untuk berdiskusi tentang
rangka badan manusia
Siswa membagi kelompok
menjadi lima kelompok
untuk berdiskusi
Siswa yang ditunjuk
temannya membacakan
hasil diskusi
Tanggung jawab
Tanggung jawab
Berani
B.3. Konfirmasi (15 menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru bertanya kepada siswa
tentang hal-hal yang belum
diketahui oleh siswa
Guru bersama-sama siswa
bertanya jawab meluruskan
kesalahpemahaman,
memberikan penguatan dan
penyimpulan
Siswa menjelaskan hal-hal
yang belum diketahui
kepada guru
Berani
C. Penutup (10 menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru bertanya kepada siswa
tentang materi yang telah
dipelajari selama pertemuan
untuk mengetahui
pencapaian indikator,
pencapaian kompetensi, dan
kompetensi dasar
Guru bersama siswa
mengambil kesimpulan
materi yang telah dipelajari
Guru menutup pelajaran
dengan membaca
hamdallah dan
mengucapkan salam kepada
siswa
Siswa menjawab
pertanyaan guru tentang
materi yang telah
dipelajari
Siswa dan guru membuat
kesimpulan materi yang
telah dipelajari
Siswa bersama-sama
berdo’a mengakhiri
pelajaran
Berani
Kebersamaan
Religius
VII. Alat dan Sumber Belajar
Buku sumber : Buku paket/ Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk SD/MI
kelas V karangan Warsito dkk.
Buku penunjang yang relevan
VIII. Penilaian
Indikator Pencapaian
dan Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Penilaian
Instrumen / Soal Skor
Mendiskripsikan
rangka kepala
manusia
Mendiskripsikan
rangka badan
manusia
Mendiskripsikan
rangka anggota gerak
Tes
tertulis
Pilihan
Ganda
Terlampir
XI. Kriteria Penilaian
1. Produk (Hasil Diskusi)
No Aspek Kriteria Skor
1 Konsep - Semua benar
- Sebagian besar benar
- Sebagian kecil benar
- Semua salah
4
3
2
1
2. Performansi
No Aspek Kriteria Skor
1
2
Kerjasama
Partisipasi
- Bejerja sama
- Kadang-kadang bekerja sama
- Sebagian teknik bekerja sama
- Aktif berpartisipasi
- Kadang-kadang aktif
- Tidak aktif
4
2
1
4
2
1
3. Lembar penilaian
No Nama siswa Performansi
Produk Jml Skor Nilai Kerjasama Partisipasi
Catatan:
Nilai= (jumlah skor: jumlah skor maksimal) x 10
Untuk siswa yang tidak mencapai syarat penilaian KKM maka diadakan remedial
Pamijahan, 2013
Mengetahui
Kepala MI Matlaul Anwar
H. Baenuri
Guru Mapel IPA Kelas IV
Wahab
RREENNCCAANNAANN PPEELLAAKKSSAANNAAAANN PPEEMMBBEELLAAJJAARRAANN
((RRPPPP))
Nama Sekolah : MI Matlaul Anwar
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kelas/Semester : IV / 1
Pertemuan Ke : 3 dan 4
Alokasi Waktu : 4 x 35 Menit
Standar Kompetensi : – Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia
dengan fungsinya.
I. Kompetensi Dasar : – Mendiskripsikan hubungan anatara struktur kerangka tubuh
manusia dengan fungsinya dan pemeliharaannya.
II. Indikator Pencapaian : Kompetensi Pembelajaran
– Mamppu mendiskripsikan tentang sendi.
– Mampu mendiskripsikan fungsi rangka manusia.
III. Tujuan Pembelajaran : – Siswa mampu mendiskripsikan tentang sendi.
– Siswa mampu mendiskripsikan fungsi rangka manusia.
IV. Materi Pembelajaran
Rangka tubuh manusia dan fungsinya.
V. Metode Pembelajaran Metode talking chips
Metode Ceramah
Metode diskusi
Metode Tanya Jawab
Metode Pemberian Tugas
V. Langkah-langkah Pembelajaran
Petemuan ke-3
D. Pendahuluan (10) menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru memberikan salam
dan memulai pelajaran
dengan membaca basmallah
dan kemudian berdo’a
sebelum pelajaran dimulai
Siswa menyiapkan buku
IPA, membuka bab yang
akan dipelajari
Guru menjelaskan secara
singkat materi yang akan
diajarkan dan tujuan dan
kompetensi dasar yang akan
dicapai.
Siswa menjawab salam
dan membaca basmallah
bersama-sama serta
berdo’a
Siswa menyiapkan buku
IPA dan membuka bab
yang akan dipelajari
memulai pelajaran
Siswa mendengarkan dan
menyimak penjelasan
guru tentang materi yang
akan diajarkan dan tujuan
atau kompetensi dasar
yang akan dicapai
Religius
Kreatif
Perhatian
E. Kegiatan Inti (55 Menit)
B.1. Eksplorasi (15 menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru menjelaskan tentang
rangka kepala manusia.
Guru meminta beberapa
siswa untuk menjelaskan
mengenai materi yang telah
dijelaskan
Siswa menyimak
penjelasan guru tentang
rangka kepala manusia
Siswa yang ditunjuk
menjelaskan materi yang
telah dijelaskan
Perhatian dan Tekun
Berani
B.2. Elaburasi (35 menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru membagi siswa Siswa membagi kelompok Taat
menjadi lima kelompok,
untuk berdiskusi yang
berkaitan dengan hubungan
antara strruktur kerangka
tubuh manusia dengan
fungsinya dan
pemeliharaannya
Guru meminta siswa agar
membacakan kesimpulan
hasil diskusi
menjadi lima kelompok
untuk berdiskusi
Siswa membacakan
kesimpulan hasil diskusi
Tanggung jawab
B.3. Konfirmasi (15 menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Dengan bimbingan guru,
siswa merefleksi kegiatan
pembelajaran guna
menggali pengalaman
belajar yang telah dilakukan
Guru memfasilitasi siswa
untuk memecahkan
berbagai masalah dan
memberi informasi agar
bereksplorasi lebih jauh
tentang jasa pejuang
Guru memotivasi siswa
yang kurang atau belum
berpartisifasi aktif
Siswa merefleksi
kegiatanpembelajaran
guna menggali
pengalaman
Siswa menggunakan
fasilitas untuk
memecahkan berbagai
masalah belajar yang telah
dilakukan
Rasa ingin tahu
Kreatif
F. Penutup (10 menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru bertanya kepada siswa
tentang materi yang telah
dipelajari selama pertemuan
untuk mengetahui
Siswa menjawab
pertanyaan guru tentang
materi yang telah
dipelajari
Berani
pencapaian indikator,
pencapaian kompetensi, dan
kompetensi dasar
Guru bersama siswa
mengambil kesimpulan
materi yang telah dipelajari
Guru menutup pelajaran
dengan membaca
hamdallah dan
mengucapkan salam kepada
siswa
Siswa dan guru membuat
kesimpulan materi yang
telah dipelajari
Siswa bersama-sama
berdo’a mengakhiri
pelajaran
Kebersamaan
Religius
Petemuan ke-4
D. Pendahuluan 10 menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru memberikan salam
dan memulai pelajaran
dengan membaca basmallah
dan kemudian berdo’a
sebelum pelajaran dimulai
Guru memotivasi dan
menjelaskan tujuan
pembelajaran
Guru bertanya kepada siswa
mengenai pelajaran pada
pertemuan sebelumnya.
Siswa menjawab salam
dan membaca basmallah
bersama-sama serta
berdo’a untuk memulai
pelajaran
Siswa mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan
guru tentang tujuan
pembelajaran
Siswa menjawab
pertanyaan guru tentang
materi pada pertemuan
sebelumnya
Religius
Kreatif
Perhatian
E. Kegiatan Inti (55 Menit)
B.1. Eksplorasi (15 menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Untuk mengetahui
pengetahuan siswa, guru
memberi pertanyaan yang
Siswa menjawab
pertanyaan guru mengenai
hubungan antara struktur
Berani
berkaitan dengan hubungan
antara struktur kerangka
tubuh manusia dengan
fungsinya dan
pemeliharaannya
Guru menjelaskan sendi
pada manusia
kerangka tubuh manusia
dengan fungsinya dan
pemeliharaannya
Siswa mendengarkan
penjelasan guru tentang
sendi pada manusia
Perhatian
B.2. Elaburasi (35 menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru menyuruh agar siswa
secara berkelompok
mendiskusikan tentang
hubungan antara struktur
kerangka tubuh manusia
dengan fungsinya dan
pemeliharaannya
Guru membimbing siswa
dalam melaksanakan
diskusi
Guru meminta siswa agar
membacakan hasil diskusi
Siswa membagi kelompok
menjadi lima kelompok
untuk berdiskusi tentang
rangka badan manusia
Siswa membagi kelompok
menjadi lima kelompok
untuk berdiskusi
Siswa yang ditunjuk
temannya membacakan
hasil diskusi
Tanggung jawab
Tanggung jawab
Berani
B.3. Konfirmasi (15 menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru bertanya kepada siswa
tentang hal-hal yang belum
diketahui oleh siswa
Guru bersama-sama siswa
bertanya jawab meluruskan
kesalahpemahaman,
memberikan penguatan
Siswa menjelaskan hal-hal
yang belum diketahui
kepada guru
Berani
F. Penutup (10 menit)
Kegiata Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru bertanya kepada siswa
tentang materi yang telah
dipelajari selama pertemuan
untuk mengetahui
pencapaian indikator,
pencapaian kompetensi, dan
kompetensi dasar
Guru bersama siswa
mengambil kesimpulan
materi yang telah dipelajari
Guru menutup pelajaran
dengan membaca
hamdallah dan
mengucapkan salam kepada
siswa
Siswa menjawab
pertanyaan guru tentang
materi yang telah
dipelajari
Siswa dan guru membuat
kesimpulan materi yang
telah dipelajari
Siswa bersama-sama
berdo’a mengakhiri
pelajaran
Berani
Kebersamaan
Religius
VI. Alat dan Sumber Belajar
Buku sumber : Buku paket/ Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk SD/MI
kelas V karangan Warsito dkk.
Buku penunjang yang relevan
VII. Penilaian
Indikator Pencapaian
dan Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Penilaian
Instrumen / Soal Skor
Mendiskripsikan
rangka kepala
manusia
Mendiskripsikan
rangka badan
manusia
Mendiskripsikan
rangka anggota gerak
Tes
tertulis
Pilihan
Ganda
Terlampir
XII. Kriteria Penilaian
4. Produk (Hasil Diskusi)
No Aspek Kriteria Skor
1 Konsep - Semua benar
- Sebagian besar benar
- Sebagian kecil benar
- Semua salah
4
3
2
1
5. Performansi
No Aspek Kriteria Skor
1
2
Kerjasama
Partisipasi
- Bejerja sama
- Kadang-kadang bekerja sama
- Sebagian teknik bekerja sama
- Aktif berpartisipasi
- Kadang-kadang aktif
- Tidak aktif
4
2
1
4
2
1
6. Lembar penilaian
No Nama siswa Performansi
Produk Jml Skor Nilai Kerjasama Partisipasi
Catatan:
Nilai= (jumlah skor: jumlah skor maksimal) x 10
Untuk siswa yang tidak mencapai syarat penilaian KKM maka diadakan remedial
Pamijahan, 2013
Mengetahui
Kepala MI Matlaul Anwar
H. Baenuri
Guru Mapel IPA Kelas IV
Wahab
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Nama Sekolah : MI Matla’ul Anwar
Tahun Pelajaran : 2013/2014
Kelas Semester : IV/1
Materi : Alat Tubuh Manusia dan Fungsinya
Siklus :
Hari, Tanggal :
Observer : Wahab
Berilah tanda (x) pada pada nilai yang sesuai dengan pengamatan anda
SB: Sangat Baik B: Baik C: Cukup K: Kurang SK: Sangat Kurang
No Aspek yang di Observasi Keterangan Nilai
Jumlah Ada Tidak SB B C K SK
1 Mendengarkan penjelasan guru
tentang tujuan pembelajaran
2 Melakukan kounikasi dengan
baik
3 Menjawab pertanyaan guru
4 Mampu berdiskusi dengan baik
5 Menanyakan hal yang belum
diketahui
6 Mengungkapkan pendapat
7 Keaktivan dalam berdiskusi
8 Melakukan tes akhir
Observer
Wahab
Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran
Nama Sekolah : MI Matla’ul Anwar
Tahun Pelajaran : 2013/2014
Kelas Semester : IV/1
Materi : Alat Tubuh Manusia dan Fungsinya
Siklus :
Hari, Tanggal :
Observer : Wahab
Berilah tanda (x) pada pada nilai yang sesuai dengan pengamatan anda
SB: Sangat Baik B: Baik C: Cukup K: Kurang SK: Sangat Kurang
No Aspek yang di Observasi Keterangan Nilai
Jumlah Ada Tidak SB B C K SK
1 Guru menyampaiakan
pembelajaran
2 Guru menyampaikan Tanya
jawab dengan siswa
3 Guru menyiapkan media
pembelajaran
4 Guru menutup pelajaran
Observer
Wahab
Lembar Observasi Aktivitas Guru
Nama Sekolah : MI Matla’ul Anwar
Tahun Pelajaran : 2013/2014
Kelas Semester : IV/1
Materi : Alat Tubuh Manusia dan Fungsinya
Siklus :
Hari, Tanggal :
Observer : Wahab
Berilah tanda (x) pada pada nilai yang sesuai dengan pengamatan anda
SB: Sangat Baik B: Baik C: Cukup K: Kurang SK: Sangat Kurang
No Aspek yang di Observasi Keterangan Nilai
Jumlah Ada Tidak SB B C K SK
1 Mengkondisikan siswa sebekum
belajar
2 Member kesempatan kepada siswa
untuk menyampaikan idenya
3 Memotivasi siswa
4 Menyampaikan indicator yang dicapai
5 Melalukan apersepsi
6 Menggunakan media kartu sesuai
indikator
7 Penjelasan pembelajaran dengan
metode talking chips
8 Memberikan pertanyaan kepada siswa
9 Kemampuan menggunakan talking
chips
10 Kemampuan menutup pelajaran
Observer
Wahab
1
KISI-KISI SOAL SIKLUS I
Indikator Soal Jenjang Kunci
Jawaban Keterangan
Mendeskrip
sikan
rangka
kepala
manusia
Dalam susunan rangka manusia
bagian yang paling atas adalah …
a. Rangka kepala
b. Rangka anggota
c. Rangka badan
d. Semua salah
Tulang tengkorak berfungsi untuk ...
a. Melindungi otak
b. Melindungi jantung
c. Melindungi paru-paru
d. Semua salah
Rangka manusia terbungkus oleh …
a. Lemak
b. Otot dan daging
c. Kulit
d. Daging
Bagian tulang rangka kepala yang
dapat bergerak adalah …
a. Tulang dahi
b. Tulang rahang bawah
c. Tulang ubun-ubun
d. Semua salah
Contoh hewan yang memiliki
rangka dalam seperti manusia
adalah …
a. Kepiting
b. Capung
c. Belalang
d. Jerapah
Berikut adalah contoh hewan yang
tidak memiliki tulang dalam …
a. Kambing
b. Kepiting
c. Ayam
d. Burung
Tulang rawan terdapat pada....
a. tangan c. telinga
b. kaki d. rusuk
Ketika kita mengunyah makanan
maka tulang yang bergarak adalah
tulang …
a. tulang dahi
b. tulang pilipis
c. tulang tapis
d. tulang rahang bawah
C1
C1
C1
C2
C2
C2
C1
C2
a
a
b
c
d
c
c
d
2
Mendeskrip
sikan
rangka
badan
manusia
Tulang keras banyak mengandung
a. zat kapur
b. zat perekat
c. mineral
d. mineral dan kalsium
Tulang rawan banyak mengandung
a. mineral
b. zat perekat
c. zat perekat
d. zat
Salah satu fungsi rangka adalah...
a. melindungi otak.
b. melindungi mata
c. melindungi jantung
d. melindungi tulang
Tulang anggota tubuh bagian atas
dan bawah disebut....
a. tulang poros
b. rangka tubuh
c. anggota tubuh
d. rangka anggota gerak.
Hubumgan antara tulang satu
dengan tulang lain disebut …
a.sendi c.otot
b.daging d. b dan c benar
Dibawah ini adalah kumpulan
tulang yang membentuk Badan
adalah....
a. tulang belikat, tulang dada,
tulangrusuk
b. tulang hasta, tulang belikat,
tulang kering.
c. tulang belakang, tulang paha,
tulang betis
d. tulang rusuk, tulang hasta,
tulang pengumpil.
Tulang dada terdiri atas tiga bagian
yaitu …
a. tulang rusuk, tulang bahu,tulang
belikat
b. b.tulang hasta, tulang belikat,
tulang belakang.
c. tulang bahu, tulang rusuk, tulang
rawan
d. tulang tangkai, tulang badan
tulang taju pedang
Tulang yang membentuk rangka
bahu adalah …
a. tulang belikat
C2
C1
C2
C1
C1
C1
C2
C1
a
c
c
d
a
a
d
c
3
b. tulang belikat
c. tulang gelang bahu
d. tulang leher
Dibawah ini yang bukan merupakan
fungsi rangka adalah ...
a. membentuk tubuh.
b. menegakan tubuh
c. tempat melekatnya otot
d. membentuk daging.
Kelainan pada tulang belakang yang
melengkung belakang disebut …
a. lordosis c. skoliosis
b. kifosis d. rahitis
Kelainan pada tulang belakang yang
melengkung kedepan, disebut …
a. kifosis c. rahitis
b. skoliosis d. lordosis
Kelainan tulang belakang yang
melengkung kekiri atau kekanan
disebut …
a. skoliosis c. rahitis
b. lordosis d. kifosis
C2
C1
C1
C1
d
c
d
a
4
KISI-KISI SOAL SIKLUS II
Indikator Soal Jenjang Kunci
Jawaban Keterangan
Mendeskr
ipsikan
rangka
tubuh
manusia
Tulang rusuk terdiri dari …
a. 7 pasang tulang rusuk sejati, 3
pasang tulang rusuk palsu, 2
pasang rusuk melayang
b. 7 pasang tulang rusuk sejati, 2
pasang tulang rusuk palsu, 3
pasang tulang rusuk melayang
c. 6 pasang tulang rusuk sejati, 3
pasang tulang rusuk palsu, 6
pasang tulang rusuk melayang.
d. 5 pasang tulang rusuk sejati, 2
pasang tulang rusuk palsu, 3
pasang tulang rusuk melayang
Rongga dada dibentuk oleh …
a. tulang belikat
b. tulang bahu
c. tulang hasta
d. tulang rusuk dan tulang dada.
Rongga panggul dibentuk oleh ...
a. tulang rusuk
b. tulang belikat
c. tulang gelang panggul
d. tulang bahu
Berikut ini yang bukan merupakan
tulang rangka badan adalah …
a. tulang rusuk
b. tulang belakang
c. tulang hasta
d. tulang rusuk palsu
Rangka badan meliputi …
a. tulang belakang, tulang
rusuk.tulang dada
b. b.tulang belakang„tulang
hasta,tulang dada
c. tulang hasta, tulang dada tulang
kering
d. tulang keras, tulang dada .tulang
rawan
Berikut ini organ tubuh yang
dilindungi oleh bangka badan
kecuali....
a. jantung c. hati
b. paru-paru d. mata
Sikap tubuh yang salah ketika
C1
C1
C1
C1
C1
C2
C2
a
d
c
b
a
d
a
5
Mendeskr
ipsikan
anggota
gerak
duduk akan mengakibatka gangguan
pada...
a. tulang belakang
b. tulang baha
c. tulang leher
d. tulang hasta
Salah satu kegiatan yang dapat
membantu pemeliharaan kesehatan
rangka adalah …
a. Nonton TV c. duduk
b. Main d. olah raga
Sinar matahari dapat membantu
pembentukan vitamin …
a. a b. b
c. d d. c
Zat yang dibutuhkan supaya tulang
tidak cepat kropos adalah zat …
a. fospor c. vitamin b
b. vitamin a d. kalsium
Penyakit akibat kekurangan vitamin
D adalah penyakit …
a. rematik c. kofosis
b. rahitis d. skoliosis
Osteoporosis adalah penyakit yang
menyerang....
a. kulit c. tulang
b. otot d. sendi
Yang termasuk rangka anggota
gerak bagian atas adalah....
a. kaki c. tangan
b. kepala. d.kaki dan tangan
Kaki adalah rangka anggota gerak
bagian …
a. atas c. tengah
b. bawah d. samping.
Sendi yang terdapat pada siku
adalah sendi ....
a. pelana c. engsel
b. peluru d. geser
Sendi yang dapat bergerak kesemua
arah adalah sendi...
a. engsel c. putar
b. pel ana d. peluru
Sendi yang terdapat pada tulang
hasta dan tulang pengumpil adalah
sendi …
a. peluru c. geser
b. engsel d. pelana
Yang termasuk tulang anggota gerak
C2
C2
C1
C1
C1
C1
C1
C1
C1
C1
C2
d
d
d
b
c
c
a
c
d
c
a
6
bagian atas adalah …
a. tulang lengan atas, tulang hasta,
tulang pengumpil.
b. tulang hasta tulang paha, tulang
kering
c. tulang lengan atas, tulang betis,
tulang paha.
d. tulang betis, tulang paha, tulang
kering
Yang bukan bagian dari tulang
anggota gerak bawah adalah ...
a. tulang paha .
b. tulang betis
c. tulang pengumpil
d. tulang kering.
Rangka anggota gerak bagian bawah
adalah ....
a. tulang paha, tulang kering,
tulang pengumpil.
b. tulang paha, tulang pengumpil,
tulang jari
c. tulang lengan atas, tulang hasta,
tulang kering
d. tulang paha, tulang betis, tulang
kering.
C1
C2
c
d
Pretest/Postest Siklus I
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor
Berilah tanda silang pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang benar!
1. Dalam susunan rangka manusia bagian
yang paling atas adala…
a. Rangka Kepala
b. Rangka Anggota
c. Rangka Badan
d. Semua Salah
2. Tulang tengkorak berfungsi untuk…
a. Melindungi otak
b. Melindungi jantung
c. Melindungi paru-paru
d. Semua salah
3. Rangka manusia terbungkus oleh…
a. Lemak
b. Otot dan daging
c. Kulit
d. daging
4. bagian tulang rangka kepala yang dapat
bergerak adalah..
a. tulang dahi
b. tulang rahang bawah
c. tulang ubun-ubun
d. semua salah
5. contoh hewan yang memiliki rangka
dalam seperti manusia adalah…
a. kepiting c. belalang
b. capung d. jerapah
6. berikut adalah contoh hewan yang
memiliki tulang dalam…
a. kambing c. kepiting
b. ayam d. burung
7. tulang rawan terdapat pada..
a. tangan c. telinga
b. kaki d. rusuk
8. ketika kita mengunyah makanan, maka
tulang yang bergerak adalah tulang…
a. dahi c. tapis
b. pelipis d. rahang bawah
9. tulang keras banyak mengandung…
a. zat kapur c. mineral
b. zat perekat d.mineral & kalsium
10. tulang rawan banyak mengandung..
a. mineral c. zat perekat
b. kalsium d. zat kapur
11. salah satu fungsi rangka adalah..
a. melindungi otak
b. melindungi mata
c. melindungi jantung
d. melindungi tulang
12. tulang anggota tubuh bagian atas dan
bawah disebut..
a. tulang poros
b. rangka tubuh
c. anggota tubuh
d. rangka anggota gerak
13. hubungan antara tulang satu dengan
tulang lain disebut..
a. sendi c. otot
b. daging d. b dan c benar
14. dibawah ini adalah kumpulan tulang
yang membentuk badan adalah..
a. tulang belikat, tulang dada, tulang
rusuk
b. tulang hasta, tulang belikat, tulang
kering
c. tulang belakang, tulang paha,
tulang betis
d. tulang rusuk, tulang hasta, tulang
pengumpil
15. tulang dada terdiri atas tiga bagian,
yaitu…
a. tulang rusuk, tulang bahu, tulang
belikat
b. tulang hasta, tulang belikat, tulang
belakang
c. tulang bahu, tulang rusuk, tulang
rawan
d. tulang tangkai, tulang badan, taju
pedang
16. tulang yang membentuk tulang bahu
adalah..
a. tulang belikat
b. tulang gelang
c. tulang gelang bahu
d. tulang leher
17. dibawah ini yang bukan merupakan
fungsi rangka adalah..
a. membentuk tubuh
b. menegakkan tubuh
c. tempat melekatnya otot
d. membentuk daging
18. kelainan pada tulang belakang yang
melengkung kebelakang disbut..
a. lordosis
b. kifosis
c. skoliosis
d. rahitis
19. kelainan pada tulang belakang yang
melengkung kedepan adalah.
a. Kifosis
b. Skoliosisi
c. Rahitis
d. lordosisi
20. kelainan tulang belakang yang
melengkung kekiri atau kekanan
disebut..
a. skoliosis
b. lordosis
c. rahitis
d. kofosis
Pretest/Postest Siklus II
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
MI Matla’ul Anwar Cibening Pamijahan Bogor
Berilah tanda silang pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang benar!
1. Tulang rusuk terdiri dari…
a. 7 pasang tulang rusuk sejati, 3
tulang pasang tulang rususk palsu, 2
pasang rusuk melayang
b. 7 pasang tulang rusuk sejati, 2
pasang tulang rusuk palsu, 3 pasang
tulang rusuk melayang
c. 6 pasang tulang rusuk sejatu, 3
pasang tulang rusuk palsu, 6 pasang
tulang rusuk melayang
d. 5 pasang tulang rusuk sejati, 2
pasang tulang rusuk palsu, 3 pasang
tulang rusuk melayang
2. Rongga dada dibentuk oleh..
a. Tulang belikat
b. Talang bahu
c. Tulang hasta
d. Tulang rusuk dan tulang dada
3. Rongga panggul dibentuk oleh…
a. Tulang rusuk
b. Tulang belikat
c. Tulang gelang panggul
d. Tulang bahu
4. Berikut ini yang bukan merupakan
tulang rangka badan adalah..
a. Tulang rusuk
b. Tulang belakang
c. Tulang hasta
d. Tulang rusuk palsu
5. Rangka badan meliputi..
a. Tulang belakang, tulang rusuk,
tulang dada
b. Tulang belakang, tulang hasta,
tulang dada
c. Tulang hasta, tulang dada, tulang
kering
d. Tulang keras, tulang dada, tulang
rawan
6. Berikut ini organ tubuh yang dilindungi
oleh rangka badan, kecuali..
a. Jantung c. hati
b. Paru-paru d. mata
7. sikap tubuh yang salah ketika duduk
akan mengakibatkan gangguan pada..
a. tulang belakang
b. tulang kaki
c. tulang leher
d. tulang hasta
8. salah satu kegiatan yang dapat
membantu pemeliharaan kesehatan
rangka adalah..
a. nonton tv c. duduk
b. main d. olah raga
9. sinar matahari dapat membantuk
pembentukan vitamin..
a. a c. c
b. b d. d
10. zat yang dibutuhkan supaya tulang
tidak cepat keropos adalah zat..
a. fosfor c. vitamin b
b. vitamin A d. kalsium
11. penyakit akibat kekurangan vitamin D
adalah penyakit..
a. rematik c. kofosis
b. rahitis d. skoliosis
12. osteoporosis adalah penyakit yang
menyerang..
a. kulit c. tulang sendi
b. otot d. sendi
13. yang termasuk rangka anggota gerak
bagian atas adalah..
a. kaki
b. kepala
c. tangan
d. kaki dan tangan
14. kaki adalah rangka anggota gerak
bagian..
a. atas
b. bawah
c. tengah
d. samping
15. sendi yang terdapat pada siku adalah
sendi..
a. pelana
b. peluru
c. engsel
d. geser
16. sendi yang dapat bergerak kesemua
arah adalah sendi..
a. engsel
b. pelana
c. putar
d. peluru
17. sendi yang terdapat pada tulang hasta
dan tulang pengumpil adalah sendi..
a. peluru
b. engsel
c. geser
d. pelana
18. yang termasuk tulang anggota gerak
bagian atas adalah..
a. tulang lengan atas, tulang hasta,
tulang pengumpil
b. tulang hasta, tulang paha, tulang
kering
c. tulang lengan atas, tulang betis,
tulang paha
d. tulang betis, tulang paha, tulang
kering
19. yang bukan bagian dari tulang
anggota gerak bawah adalah..
a. tulang paha
b. tulang betis
c. tulang pengumpil
d. tulang kering
20. rangka anggota gerak bagian bawah
adalah..
a. tulang paha, tulang kering, tulang
pengumpil
b. tulang paha, tulang pengumpil,
tulang jari
c. tulang lengan atas, tulang hasta,
tulang kering
d. tulang paha, tulang betis, tulang
kering
Recommended