View
18
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 1
Peran dan Tanggung Jawab Audit Internal
(Studi Kasus Dili Institute of Technology)
Nunuk Supadmi
932016001@student.uksw.edu
Universitas Kristen Satya Wacana
Intiyas Utami
intiyas@staff.uksw.edu
Universitas Kristen Satya Wacana
Aprina Nugrahesthy Sulistya Hapsari
esthy@staff.uksw.edu
Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACT
This study aims to identify the roles and responsibilities of internal audit at the Dili Institute of
Technology, Timor Leste. Data were obtained through interviews with internal auditors and
stakeholders at DIT. The results of this study indicate that the role of internal audit is to budget
planning, examining institutional activities, evaluating financial performance and institutional
policies, improving audit systems and reporting systems, and maintaining the regularity of the
management system. Meanwhile, internal audit of responsibilities is to improve or supervise
an established management system or annual budget and to anticipate fraud, protect assets
and prevent fraud or misbehavior of the institution, and ensure good governance, as reflected
in information disclosure, accountability, accountability of financial statements, cooperation
opportunities, and compliance with existing policies. This study contributes to enrich the field
of auditing and behavioral accounting, as well as a reference for universities to look the role
and responsibilities of internal audit.
Keywords: internal audit, roles, responsibilities, university
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 2
1. Pendahuluan
Dili Institute of Technology (DIT) merupakan perguruan tinggi swasta di Timor Leste dengan
empat fakultas dan dua belas jurusan yang telah memiliki predikat akreditasi A. Sebagai perguruan
tinggi terakreditasi A, DIT dituntut memiliki tata kelola universitas yang baik. MacCarthaigh dan Horan
(2010) menyatakan bahwa tata kelola universitas yang baik meliputi aspek transparansi, akuntabilitas
tanggung jawab, dan berkeadilan. Lombardi et al. (2002) menyatakan bahwa dalam hal akademik,
peranan fakultas memberikan arahan pengendalian terhadap kualitas penelitian dan pengajaran dari
berbagai disiplin ilmu, sehingga model tata kelola harus diperhatikan dalam mengembangkan suatu
universitas. Model tata kelola berupa kerangka birokrasi biasanya dikembangkan dalam
menyelenggarakan kegiatan universitas. Hal tersebut disesuaikan dengan karakter universitas yang
meliputi pembagian kerja di antara pelaku organisasi, adanya aturan yang mengatur kinerja, pemisahan
antara hak pribadi dengan institusi, serta pemilihan personil berdasarkan kualifikasi teknis yang
ditunjukkan dengan adanya peran audit internal.
Audit internal menyediakan manajemen informasi, penilaian, rekomendasi, nasehat mengenai
kegiatan yang diperiksa, dan isu-isu penting lainnya (Safuan, 2017). Audit Internal merupakan bagian
dari suatu organisasi yang integral, yang menjalankan fungsinya berdasarkan kebijakan yang telah
ditetapkan dan memiliki peran yang sangat besar. Audit internal membantu untuk melakukan analisis,
memberikan rekomendasi, dan menghasilkan informasi yang benar serta terkait dengan aktifitas atau
program. Audit internal juga bermanfaat meningkatkan efektifitas manajemen resiko, pengendalian,
dan tata kelola. Kegiatan audit internal penting dalam membantu manajemen universitas yang baik serta
memberikan catatan atas kekurangan yang ditemukan selama melakukan evaluasi (MacCarthaigh dan
Horan, 2010).
Penelitian tentang audit internal telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya Pesudo et
al. (2017) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja fungsi audit internal di Universitas
X. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang mendukung aktivitas audit internal di Universitas X
adalah kerjasama dengan audit, kompetensi atau pengetahuan staf dalam teknik-teknik audit,
rekomendasi dari auditee atau manajemen, serta pengalaman dari staf pada fungsi audit internal.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Sudarsana (2016) yang meneliti persepsi karyawan tentang peran
auditor internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance (GCG) dengan hasil yang
menunjukkan bahwa penerapan prinsip-prinsip GCG sudah sebagian besar diterapkan; terdapat
hubungan positif antara peran audit internal dan penerapan GCG, sehingga semakin tinggi peran audit
internal maka penerapan GCG akan semakin baik.
Miraceti (2011) meneliti pengaruh peran dan tanggung jawab auditor internal terhadap
peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran dan
tanggung jawab auditor internal secara individual dan simultan berpengaruh positif signifikan terhadap
peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal. Hal ini berarti semakin tinggi peranan dan
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 3
tanggung jawab auditor internal maka akan memberikan peningkatan yang signifikan atas efektivitas
sistem pengendalian internal organisasi.
Penelitian Harlina (2016) meneliti pengaruh profesionalisme audit internal terhadap efektivitas
pengendalian internal perusahaan di perusahaan perbankan menunjukkan hasil yang positif signifikan.
Hal ini berarti auditor internal harus memiliki profesionalisme kerja untuk menghasilkan tata kelola
yang baik.
Peran Audit Internal menjadi hal yang penting karena universitas melakukan perencanaan dan
pengawasan aktivitas keuangan baik untuk hal akademik maupun non akademik. Fenomena yang
terdapat di DIT sebagai universitas swasta besar di Timor Leste, telah menempatkan fungsi audit
internal dalam struktur organisasinya, namun fungsi perangkat audit internal belum optimal
dikarenakan proses audit belum dilaksanakan berdasarkan prosedur audit yang sesuai dengan standar
audit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran dan tanggung jawab audit internal di DIT
dengan mengelompokkan dalam tiga kategori, yaitu auditor internal sebagai assurance, consultant, dan
catalyst.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi/ masukan bagi DIT untuk
meningkatkan peran dan tanggung jawab tim audit internal di DIT. Penelitian ini juga memberi manfaat
bagi peneliti tentang audit internal pada suatu universitas.
2. Kajian Pustaka
2.1. Audit Internal
Menurut American Accounting Association, audit internal adalah proses sistematis untuk secara
objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis
untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan
mengkomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan (Safuan, 2017). Menurut The Institute of
Internal Auditors (2013), audit internal adalah sebuah aktivitas assurance dan konsultasi yang
independen serta objektif yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi.
Cohen dan Sayag (2010) serta Florea dan Florea (2013) menyatakan bahwa audit internal
merupakan mekanisme kontrol yang tidak dapat dilepaskan untuk menuju ke arah good governance.
Stakeholder menuntut agar universitas tetap memiliki semangat kompetitif di antara universitas
lainnya (Willson et al., 2010). Jackson (2015) menyatakan untuk kepentingan tersebut universitas perlu
menambahkan anggaran supaya memperoleh tata kelola yang baik.
Audit internal merupakan assurance service atau dengan kata lain peran auditor internal
memberikan assurance service di lingkungan organisasi atau perusahaan. Jasa profesional independen
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 4
meningkatkan kualitas informasi atau memberi konteks yang lebih, bagi para pengambil keputusan.
Assurance service merupakan kegiatan penilaian bukti objektif oleh audit internal untuk memberikan
pendapat atau kesimpulan mengenai suatu entitas, operasi, fungsi, proses, sistem, atau permasalahan
lainnya (Rittenberg et al., 2010)
Andayani (2009) mengatakan bahwa program audit internal merupakan pedoman bagi auditor
dan merupakan satu kesatuan dengan supervisi audit dalam pengambilan langkah-langkah audit tertentu
yang dirancang untuk mengumpulkan bahan bukti; memungkinkan auditor internal mengemukakan
pendapat mengenai efisiensi, ekonomis dan efektivitas aktivitas yang akan diperiksa. Program audit
berisi arahan-arahan pemeriksaan dan evaluasi informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan-
tujuan audit dalam ruang lingkup penugasan audit. Program audit merupakan alat yang menghubungkan
survei pendahuluan dengan pekerjaan lapangan, dalam survei pendahuluan audit internal
mengidentifikasi tujuan operasi, risiko, kondisi-kondisi operasi dan kontrol yang diterapkan.
Safuan (2017) menyatakan bahwa program audit menetapkan prosedur yang diperlukan untuk
menyelesaikan audit yang efisien dan efektif. Program audit juga menawarkan tempat untuk
mendokumentasikan target yang diharapkan dan aktual, tanggal untuk memulai dan menyelesaikan
penugasan. Program audit internal merupakan pedoman bagi auditor dan merupakan satu kesatuan
dengan supervisi audit dalam pengambilan langkah-langkah audit tertentu.
2.2. Peran Audit Internal
Ashton (1991) menyatakan peran penting audit internal dalam organisasi baik negeri maupun
swasta adalah untuk meningkatkan kinerja operasi organisasi, sehingga mencapai tujuannya dengan
berbagai pendekatan, disiplin, serta kejujuran. Keahlian memainkan peran penting dalam kinerja
operasi organisasi. Keahlian merupakan faktor yang mendukung kemampuan auditor untuk mendeteksi
kecurangan. Audit internal mendukung semua anggota staf dengan efektif dan bertanggung jawab atas
administrasi yang dikerjakan.
Audit internal juga membantu dalam melakukan analisis serta memberikan rekomendasi dan
menghasilkan informasi yang benar dan berkaitan dengan aktifitas atau program serta meningkatkan
efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan proses tata kelola. Audit juga mempunyai peranan
penting dalam membantu manajemen universitas yang baik, untuk mencapai kinerja yang baik dengan
cara memperkenalkan pendekatan yang sistematis serta memberikan catatan atas kekurangan yang
ditemukan selama melakukan evaluasi. Dukungan sumber daya yang memadai dan kompeten terhadap
para auditor internal yang semakin meluas dengan perubahan paradigma auditor internal.
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 5
Peran dari auditor internal dewasa ini telah mengalami pergeseran, dari sekedar pihak yang
melakukan pemeriksaan atas segala sesuatu yang telah dilakukan oleh pihak audit (watchdog) hingga
ditambah menjadi rekan bagi manajemen audit, yaitu dengan bertindak sebagai consultant dan catalyst.
Proses audit yang sering dilakukan adalah compliance audit, yaitu fokus pada berbagai penyimpangan
terhadap SOP dan kebijakan manajemen, yang meliputi error, omissions, delays, dan fraud. Sebagai
watchdog berarti selalu membandingkan kegiatan operasioonal organisasi dengan the best practices,
sehingga selalu terdapat ruang untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Peran dari auditor
internal, namun masih tetap relevan hingga saat ini, sehingga masih tetap harus dilaksanakan dan
ditambah dengan peran baru yaitu sebagai consultant dan catalyst (Hoesodo, 2007).
Sebagai konsultan (consultant), peran dari auditor internal adalah memberikan saran untuk
perbaikan dan ikut berpartisipasi secara aktif membantu manajemen melakukan berbagai tindakan
perbaikan, sehingga lebih berperan sebagai mitra bagi pihak manajemen dan auditee. Lingkup dari
pekerjaan auditor internal adalah memastikan bahwa seluruh kegiatan telah berjalan secara efektif,
efisien, dan menggunakan sumberdaya yang dimiliki secara ekonomis. Fokus utama dari auditor
internal adalah melakukan konservasi terhadap sumberdaya organisasi sehingga dapat dimanfaatkan
seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan organisasi dan membantu pihak manajemen dalam
mengelola organisasinya. Sebagai konsultan, auditor internal harus secara aktif bertindak sebagai
fasilitator pihak auditee dalam rangka mendiskusikan the best possible choice untuk pemecahan
masalah yang dihadapi auditee, dengan tetap mendasarkan pada prinsip efisien, efektif, dan ekonomis
dalam penggunaan sumber daya perusahaan.
Sebagai catalyst, auditor internal memotivasi, mengarahkan, dan menggerakkan seluruh bagian
dari organisasi dalam scope seperangkat kebijakan yang telah dibuat oleh manajer senior serta
memastikan tidak terjadi pelanggaran atau bertentangan dengan segala aturan atau kebijakan
perusahaan dan perundang-undangan yang berlaku. Fungsi catalyst ini pada dasarnya bertujuan untuk
mendapatkan pengaruh jangka panjang pada organisasi dengan memfokuskan diri pada nilai-nilai
jangka panjang dari organisasi auditee. Peran catalyst ini membutuhkan komitmen dari auditee dan
auditor internal, karena pembentukan nilai, moral, dan budaya organisasi tidak dapat dilakukan dalam
jangka pendek (Hoesodo, 2007).
Mulyadi (2014) menyatakan audit internal bertugas memeriksa laporan keuangan, catatan
akuntansi perusahaan, kegiatan yang dilakukan manajemen puncak, ketaatan terhadap peraturan
pemerintah, dan ketaatan terhadap ketentuan-ketentuan ikatan profesi yang berlaku. Audit internal juga
menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Peran audit internal merupakan bagian dari
fungsi pengendalian manajemen yang menguji dan mengevaluasi efektivitas unsur pengendalian
manajemen lainnya.
Auditor harus meninjau kegiatan operasi atau program untuk memastikan apakah hasilnya
konsisten dengan tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan kegiatan operasi, atau program ini
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 6
dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Beroperasinya fungsi audit internal
organisasi dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang bersifat mendukung yaitu jumlah staf audit internal,
kerjasama dari auditee, kompetensi/pengetahuan tentang teknik audit, tindakan pada temuan audit dan
rekomendasi oleh auditee/manajemen, dan pengalaman audit. Sementara itu, sejumlah faktor bersifat
tidak mendukung bagi beroperasinya fungsi audit internal, yaitu komitmen dari manajemen puncak,
pelatihan, independensi, perubahan dalam organisasi divisi audit internal, persepsi dari auditee terhadap
fungsi audit internal, dan sumber daya. Auditor akan meninjau struktur pengendalian internal unit,
sebuah proses yang biasanya memakan waktu. Dalam melakukan hal ini, auditor menggunakan
berbagai alat dan teknik untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang operasi (Mulyadi,
2014)
Peran audit internal merupakan suatu profesi yang memiliki peranan tertentu yang
menjujung tinggi standar mutu pekerjaan dan menaati kode etik. Untuk menjadi pengawas internal
atau auditor internal yang profesional, seseorang harus memahami kumpulan pengetahuan yang
berlaku umum dalam bidang pengawasan internal yang dipandang penting dalam universitas, sehingga
auditor internal dapat melaksanakan kegiatan dalam area yang cukup luas dengan hasil kerja yang
memuaskan. Audit internal harus melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi dalam peningkatan
proses tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian dengan menggunakan pendekatan yang
sistematis dan teratur. Bertambahnya resiko di dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi tersebut
menyebabkan setiap lembaga pada akhirnya harus melakukan pembenahan diri dan peningkatan
kinerja. Kebutuhan akan adanya perbaikan yang berkelanjutan pada setiap organisasi dan lembaga
memunculkan kebutuhan akan mekanisme kontrol (Vijayakumar dan Nagaraja, 2012).
Tata kelola akan berjalan dengan baik apabila suasana akademik dan budaya organisasi berjalan
secara kondusif atau saling mendukung, kesemuanya itu akan terbentuk secara bertahap. Adanya
indikator untuk kesuksesan tata kelola yang baik. Dalam rangka mencapai tata kelola yang baik,
diperlukan suatu gerakan perubahan budaya organisasi secara simultan, yaitu gerakan yang mampu
mengubah semua kelemahan dan ketidak berdayaan organisasi menjadi lebih handal dan
produktif. Dewan direksi dari semua jenis perusahaan bertanggung jawab atas efektivitas sistem
pengendalian internal organisasi, untuk mempromosikan tata kelola perusahaan yang efektif. Tata
kelola organisasi adalah sistem dimana bisnis perusahaan diarahkan dan dikendalikan. Lembaga auditor
internal menyajikan bahwa terlepas dari hubungan pelaporan memilih organisasi, ada beberapa langkah
kunci yang akan memastikan bahwa garis pelaporan mendukung dan memungkinkan efektivitas dan
independensi fungsi audit internal (Florea dan Florea, 2013).
Ghafran dan O’Sullivan (2013) menyatakan bahwa komite audit secara tradisional merupakan
komponen kunci peraturan tata kelola perusahaan. Penekanan lebih besar ditujukan pada audit peraturan
komite dan intensifikasi paralel penelitian akademis dalam dekade terakhir. Penelitian empiris berusaha
menyelidiki berbagai aspek peran tata kelola komite audit. Kajian ini disusun berdasarkan harapan
peraturan komite audit saat ini yang berusaha mendokumentasikan sejauh mana karakteristik praktik
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 7
secara spesifik mempengaruhi berbagai komponen efektivitas komite audit. Hasil penelitian Ghafran
dan O’Sullivan (2013) menemukan bahwa komite audit yang lebih besar dan lebih independen serta
komite audit independen dengan keahlian keuangan, cenderung lebih mencari tingkat audit eksternal
yang lebih tinggi dan terjamin. Ada juga bukti bahwa komite audit independen lebih banyak terkait
dengan pembelian layanan nonaudit yang lebih rendah dari auditor. Dengan demikian auditor berusaha
mempertahankan independensi proses audit eksternal. Sepertinya dalam hal ini ada konsensus bahwa
komite audit lebih independen dan mereka yang memiliki keahlian akuntansi/finansial memberikan
dampak positif terhadap kualitas laporan keuangan.
2.3. Tanggung Jawab Audit Internal
Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal
dalam charter audit internal, konsistensi dengan Standar Profesi Audit Internal (SPAI), dan mendapat
persetujuan dari pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi. Fungsi audit internal harus ditempatkan
pada posisi yang memungkinkan fungsi tersebut memenuhi tanggung jawabnya. Independensi akan
meningkat jika fungsi audit internal memiliki akses komunikasi yang memadai terhadap Pimpinan dan
Dewan Pengawas. Penerapan standar audit internal karenanya akan dipengaruhi oleh lingkungan tempat
bagian audit internal melaksanakan tanggung jawabnya, kesesuaian dengan konsep-konsep yang
dinyatakan oleh kualifikasi ini sangatlah penting apabila para auditor internal ingin memenuhi tanggung
jawabnya sebagaimana dinyatakan dalam kode etik, para anggota haruslah menggunakan cara-cara
yang tepat sesuai dengan standar (Singleton et al., 2006).
Singleton et al. (2006) juga menyatakan bahwa tanggung jawab seorang auditor internal
berhubungan pendektesian kecurangan. Auditor bertanggung jawab dalam mendeteksi dan melaporkan
kecurangan dan tindakan melawan hukum lainnya, memperbaiki keefektifan audit, yaitu perbaikan
dalam pendeteksian salah saji material, mengkomunikasikan pada pemakai laporan keuangan, informasi
yang lebih berguna tentang sifat dan hasil proses audit, termasuk peringatan awal tentang kemungkinan
kegagalan bisnis, dan mengkomunikasikan dengan jelas kepada komite audit atau yang bertanggung
jawab terhadap pelaporan keuangan yang handal dan dapat dipercaya.
Tanggung jawab auditor internal tidak hanya menunjukkan adanya kecurangan, akan tetapi
auditor internal bertanggung jawab untuk membantu dalam mendeteksi kecurangan. Suatu kecurangan
tersebut dapat dicegah dengan cara meningkatkan sistem pengendalian internal yang terdapat di
perusahaan, karena pada dasarnya unsur yang menentukan terjadinya kecurangan adalah diri manusia
dan sistem pengendalian internal yang ada.
Pickett (2005) mengatakan bahwa audit charter menetapkan peran yang disepakati dan posisi
audit internal dalam sebuah organisasi dan ini didefinisikan dalam daftar istilah The Institute of Internal
Auditors (IIA) dengan istilah piagam audit internal. Piagam audit internal adalah dokumen formal yang
mendefinisikan aktifitas audit internal berupa tujuan, wewenang, dan tanggung jawab. Piagam audit
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 8
internal menetapkan posisi aktivitas audit internal dalam organisasi; kewenangan atas akses terhadap
catatan, personil, dan sifat fisik yang relevan dengan pelaksanaan penugasan; dan mendefinisikan ruang
lingkup kegiatan audit internal.
Setianto (2004) mengatakan bahwa audit charter dapat digunakan untuk memperoleh berbagai
manfaat, antara lain sebagai bentuk pengakuan formal atas fungsi audit internal; mendokumentasikan
ruang lingkup, kewajiban, wewenang dan profesionalisme fungsi audit internal; sebagai pembanding
dengan standar profesional untuk menilai kecukupan pekerjaan audit internal; sebagai dasar untuk
menerapkan kebijakan dan prosedur satuan audit internal; memberikan penjelasan mengenai misi audit
internal kepada auditee; sebagai dasar bagi akuntan eksternal dalam menilai independensi dan pekerjaan
audit internal; dan dapat menjadi dokumen pemasaran untuk meningkatkan kerjasama dengan unit-unit
lain dengan organisasi.
3. Metoda Penelitian
3.1. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan mengambil studi kasus pada DIT.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kepada Konselho Permanente (Perwakilan Yayasan)
DIT yaitu Bapak Estanislau S. Saldanha, Rektor DIT yaitu Bapak Manuel Florencio Vong, Pembantu
Rektor I DIT yaitu Bapak Alvaro Menezes, Dosen Akuntansi yaitu Ibu Desni Oedamatan, Mantan
Direktur Keuangan DIT yaitu Ibu Margaretta Evy da Silva, Direktur Keuangan periode sekarang yaitu
Bapak Dominggus Locatelli, Mantan pembantu rektor 2 DIT yaitu Bapak Dominggus Barreto, Vital
Sarmentu Dekan Bisnis Manajemen DIT dan wawancara kepada pendiri lainnya yang terlibat dengan
tim audit internal DIT. Selain wawancara, data yang digunakan untuk kepentingan analisis adalah
struktur organisasi dan statuta DIT.
Hal-hal yang diwawancarai berkenaan tentang peran audit internal di DIT, pengawasan
keuangan oleh audit internal, pemeriksaan efektivitas dan efisiensi suatu kegiatan operasional oleh
audit internal, wewenang menyampaikan usulan terkait kegiatan universitas kepada rektor, manfaat
adanya audit internal ini, serta pelaporan audit internal.
3.2. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi membuat transkrip hasil
wawancara dengan nara sumber, dilanjutkan dengan mereduksi data dalam bentuk menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan dan membuang hal-hal yang dirasa tidak diperlukan, serta
mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga dapat diambil kesimpulan. Tahap yang selanjutnya
dilakukan adalah tahap penyajian data kualitati falam bentuk teks naratif (catatan lapangan) dan gambar.
Tahapan terakhir dilakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi dari hasil penelitian.
4. Analisis dan Pembahasan
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 9
4.1. Profil Dili Institute of Tehcnology (DIT)
DIT berdiri pada tanggal 10 Mei 2002 dan merupakan universitas swasta di Timor Leste yang
sudah diakui pemerintah. Pasal 25 ayat 1 Statuta DIT, Konselho Fiskal (KF)/ Badan Auditing sebagai
badan pengawas yang berperan mengkoordinasi pekerjaan pengawasan ekonomi keuangan dan
mengaudit anggaran, barang bergerak dan tidak bergerak milik DIT agar kegunaannya efektif,
transparansi, bertanggung jawab dan sesuai dengan rencana yang disetujui oleh BOT/-DIT.
Statuta pasal 25 ayat 2 menyatakan bahwa komposisi KF terdiri dari: (1) tiga orang yang dipilih
melalui BOT/-DIT, pendiri DIT, (2) dua orang dari staf dosen senior dan satu orang dari staf
administrasi senior yang tidak meduduki posisi dalam struktur DIT, mengetahui pekerjaan pengawasan
dan auditing terhadap kegiatan dan keuangan dan dipilih oleh komunitas dosen dan staf tetap DIT, (3)
masa jabatan anggota KF selama satu tahun, dan terbarukan, (4) hasil pemilihan anggota KF akan
diputuskan oleh Presiden BOT DIT.
Peran Konselho Fiskal/ KF adalah memeriksa akuntansi, saldo bulanan dan semua dokumen
menurut rencana anggaran; membuat rencana bisnis (business plan) DIT; membuat analisa dan
mengamati semua tentang pekerjaan Rektor, para Direktur, dan para kepala departemen dan kepala unit
yang ada di DIT; menganalisa mengenai tindakan keuangan yang memberikan implikasi berat terhadap
keuangan DIT; membuat apresiasi perihal lain yang berkaitan dengan peran pengawasan ekonomi
keuangan dan auditing keuangan, barang bergerak maupun tak bergerak milik DIT menurut undang-
undang, peraturan, prosedur legal dan rencana yang telah disetujui BOT-DIT untuk menjamin tata
pemerintahan yang baik dan prinsip yang efisiensi, efektif, transparan, bertanggung jawab dan
berkelajutan untuk kelangsungan DIT; membuat laporan triwulan dan tahunan kepada BOT DIT yang
disetujui oleh Rektor dan Presiden BOT DIT agar diambil tindakan yang dibutuhkan menurut undang-
undang dan peraturan yang berlaku.
Statuta DIT Pasal 33 memuat prinsip umum audit internal yaitu ketegasan dan rasionalitas
terhadap penggunaan sarana dan sumber daya yang ada; efisiensi dan efektifitas terhadap tindakan dan
presedur pengelolaan keuangan; keberlanjutan keuangan; transparansi dalam manajemen dan
akuntabilitas. Statuta pasal 35 menyatakan bahwa Konselhu Jestaun Finanseira (KJF) atau dinamakan
juga Dewan Manajemen Keuangan sebagai badan kolektif bertugas untuk menjalankan pengolahan
terhadap seluruh sumber daya DIT agar mendiversifikasi pendapatan dan jaminan keberlanjutan
finansial DIT.
Komposisi KJF adalah sebagai berikut: Rektor, Pro-Rektor, Direktur Keuangan, Direktur
Bisnis dan Akuisisi Dana, Direktur Vocational Education and Training (VET) atau Direktur Pendidikan
Kejuruan dan Pelatihan. Peran dari KJF adalah mempersiapkan rencana keuangan, rencana bisnis
(business plan) DIT untuk didiskusikan di Dewan Eksekutif DIT agar diserahkan kepada BOT terlebih
lewat Dewan Permanen BOT DIT; memimpin proses penyisihan dan negosiasi kontrak DIT;
mengkoordinasi kelayakan studi mengenai bisnis investasi agar diversifikasi dan meningkatkan
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 10
pendapatan DIT; melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penerapan rencana keuangan, rencana
bisnis (business plan) DIT untuk diberikan kepada Dewan Eksekusi. Audit internal adalah unit
tersendiri di bawah yayasan yang bertugas untuk memeriksa atau mengawasi keuangan universitas.
Struktur organsasi DIT dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1
Struktur Organisasi DIT
Visi DIT adalah menjadi pusat keunggulan dalam edukasi yang menghasilkan staf dan
mahasiswa kualitas tinggi dengan keahlian mengajar, meneliti, dan memberikan pelatihan kejuruan
kepada mahasiswa berdasarkan kebutuhan negara. Pendidikan didasarkan pada ketrampilan tentang
bidang pemasaran dan manajemen, teknik dan sains, dimana memiliki standar yang diakui
internasional. DIT telah diakui masyarakat sebagai institusi pendidikan tinggi yang mendapatkan
akreditasi di level nasional dan internasional.
Misi DIT adalah memberi edukasi, pelatihan kejuruan, penelitian, dan pelayanan masyarakat
berdasarkan standar internasional, sehingga memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal pengetahuan,
keahlian dan ketrampilan dalam sains, teknologi, serta profesi yang cocok bagi perkembangan sosial
ekonomi di daerah dan kemajuan nasional Timor Leste.
Lulusan DIT memiliki kemampuan dan keinginan untuk mengimplementasikan teori yang
dipelajari dan ketrampilan yang diperoleh untuk menghadapi tantangan dan menyelesaikan masalah
dalam masyarakat. Para pengusaha Timor Leste mencari dan merekrut para lulusan DIT, dan tidak
jarang institusi bekerjasama dengan perusahaan untuk dalam hal kesempatan dan pelatihan kerja bagi
para staf perusahaan.
4.2. Deskripsi Tentang Peran dan Tanggung Jawab Audit Internal
Berdasarkan wawancara dengan para pemangku kepentingan yang terdiri dari delapan orang
yang menjawab dengan bahasa tetun dan bahasa Indonesia, diperoleh persepsi mereka tentang audit
internal yang terjadi di DIT. Berikut wawancara tentang peran dan tanggung jawab audit internal di
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 11
DIT dengan Bapak Estanislau S. Saldanha, Bapak Manuel Florencio Vong, Bapak Alvaro Menezes,
Vital sarmentu, dan Dominggos Barreto.
“Audit Internal iha Universidade importante tebes, espesialmente iha DIT. Tanba atu haree
esekuta planu orsamentu jeral nebee ita iha ona, mos atu haree regularidade ba sistematiku
jestaun finanseiru, sistema audit nian, relatoriu nebee ita hadia hela, antes fiscal Auditor
external halo iha DIT, iha BORD/BOT nia laran, iha mos konselhu Fiskal ou agensia auditing
nian, agensia ida nee mak halao audit internal” (Bapak Estanislau S. Saldanha, Pimpinan
Yayasan/ KP DIT).
(Audit internal dalam universitas sangat penting sekali, khususnya di DIT. karena untuk melihat
eksekusi, badan auditing itulah yang melakukan kegiatan pengawasan audit internal, rencana
anggaran yang sudah ada, kemudian melihat keteraturan sistem manajemen keuangannya, sistem
auditnya dan sistem laporannya dibenahi - Bapak Estanislau S. Saldanha, Pimpinan Yayasan/
KP DIT).
“Sangat penting sekali dengan peran audit internal ini, karena bisa membantu, melihat dan
memperbaiki sistim manajemen atau anggaran yang sudah ditetapkan oleh DIT” (Bapak
Manuel Florencio Vong, Rektor DIT).
“Audit internal sangat penting di DIT, tetapi belum tau apa yang harus dikerjakan dikarenakan
tidak ada latar belakang akuntansi, sehingga hasilnya kurang maksimal” (Bapak Alvaro
Menezes, Pembantu Rektor I DIT).
“Perannya sangat penting sekali untuk DIT karena dengan adanya audit internal kita bisa
mengurangi /mengantisipasi kecurang” (Vital sarmentu Dekan bisnis manajemen DIT).
“Peran audit internal di DIT memeriksa rencana anggaran yang sudah ditetapkan oleh top
manejemen” (Dominggos Barreto,Mantan Pembantu Rektor 2 DIT).
Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa peran audit internal adalah melakukan perencanaan
anggaran, menjaga keteraturan sistem manajemen, membenahi sistem audit dan sistem pelaporan yang
ada di DIT (Jackson, 2015). Tanggung jawab audit internal adalah memperbaiki atau mengawasi sistem
manajemen atau anggaran tahunan yang sudah ditetapkan dan untuk mengantisipasi kecurangan. Hal
ini sesuai dengan pendapatnya (MacCarthaigh dan Horan, 2010).
Ada beberapa pendapat yang berbeda dari pernyataan di atas, yaitu hasil wawancara dengan
Ibu Desni Oedamatan, Ibu Margaretta Evy da Silva, dan Bapak Dominggus Locatelli. Adapun hasil
wawancara adalah sebagai berikut:
“Perannya belum begitu maksimal, karena belum adanya tentang sosialisasi audit internal.
Seharusnya orang yang ditunjuk sebagai tim audit internal yang tau akan latar belakang
akuntansi, sehingga bisa bekerja secara maksimal, meskipun sudah dibentuk tim audit internal
tetapi belum sesuai standar yang berlaku. jadi belum tahu kerjanya secara cepat, tepat dan
benar. Penugasan kerja yang dikasihkan belum maksimal dikerjakan oleh tim audit DITdengan
baik” (Ibu Desni Oedamatan, Dosen Akuntansi DIT).
“Papel audit internal iha DIT, seidauk maksimu, tanba kinerjia organizasaum nee rasik seidauk
hatene, saida mak sira tenki halo, atu fiskaliza aktividade instituisaun, oinsaa atividade
instituisaun nee bele lao ba oin ho susesu. Depois oinsa atu kontrola kinerjia finanseiru
instituisaun nee nian. Politika instituisaun nian mak hodi halo planeamentu ba orsamentu atu
ezekuta tuir planu nebee iha. Tan nee, papel audit internal boot teb-tebes. Mos importante liu
mak atu prevende hahalok irregular finanseiru ou hahalok nebee desvanantajen ba Instituisaun
ka karakter seluk. Ho planu finanseiru nebee diak, relatoriu orsamentu nian nebee diak, bele foo
impaktu positive ba Instituisaun atu hetan valor ho folin nebee diak liu. Mos bele foo importansia
ba Audit Internal atu bele proteje asset hotu, hodi hamenus hahalok manipulasaun. Sei realiza
koperasaun governasaun nebee diak hodi nakloke an atu foo informasaun konaba relatoriu
finanseru, akontabilidade. Responsabilidade ba relatoriu finanseiru sei aumenta kredibilidade,
no hetan fiar hosi kreditu/governu. Iha DIT se hakarak atu empresta osan presiza halo relatoriu
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 12
nebee kontrola hosi audit internal lai, depois mak ba audit external. Benefisiu seluk mak
odomatan nakloke ba investor foo dana tuir oportunidade nebee iha. Benefisiu seluk tan mak
asegura hodi hakruk ba politika nebee iha” (Ibu Margaretta Evy da Silva, Mantan Direktur
Keuangan DIT). (Peran audit internal di DIT, belum begitu maksimal karena kinerja organisasinya belum tahu,
apa yang harus dikerjakan untuk memeriksa aktivitas institusi, bagaimana aktivitas institusi itu
bisa berjalan dengan baik kemudian sebagai kontrol institusi evalusi kinerja keuangan,
kebijakan2 institusi itu sendiri dan perencanaan anggaran institusi dari eksekusi perencanaan
anggaran itu sendiri. peranan audit internal sangat berperan sekali, kemudian tidak kalah
pentingnya yaitu dapat mencegah tindakan-tindakan penyelewengan anggaran atau tindakan
yang dpt merugikan institusi tersebut untuk peran yang lain seperti dapat membantu mencapai
tujuan dari institusi tersebut. Dengan adanya rencana anggaran yang baik, laporan keuangan yang
baik akan memberikan dampak positif kepada institusi. Nilai jual institusi agar lebih baik
tentunya, kemudian memberikan sesuatu peranan audit internal bisa melindungi aset-aset dan
mengurangi terjadinya tindakan manupulasi - Ibu Margaretta Evy da Silva, Mantan Direktur
Keuangan DIT).
“Perannya belum bisa bekerja dengan maksimal dikarenakan tidak ada latar belakangnya
akuntansi” (Bapak Dominggus Locatelli, Direktur Keuangan DIT). Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa peran audit internal adalah memeriksa aktivitas
institusi, evalusi kinerja keuangan dan kebijakan institusi, perencanaan anggaran institusi. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Safuan (2017) yang menyatakan bahwa seorang audit internal menyediakan
manajemen informasi, penilaian, rekomendasi, dan nasihat mengenai kegiatan yang diperiksa, dan isu-
isu penting lainnya.
Sedangkan tanggung jawab audit internal adalah melindungi aset-aset dan mencegah tindakan-
tindakan penyelewengan anggaran atau tindakan yang dapat merugikan institusi DIT. Hal ini sesuai
dengan yang dinyatakan Ashton (1991), bahwa tanggung jawab auditor internal meliputi mendeteksi
adanya kecurangan dan bertanggung-jawab atas administrasi yang dikerjakan.
4.3. Deskripsi tentang Pengawasan Keuangan dalam Audit Internal
Dari delapan orang para pemangku kepentingan yang diwawancara, diperoleh persepsi tentang
pengawasan keuangan dalam audit internal yang terjadi di DIT. Berikut wawancara tentang peran dan
tanggung jawab audit internal di DIT dengan Bapak Estanislau S. Saldanha, Bapak Manuel Florencio
Vong, Bapak Alvaro Menezes, Vital sarmentu, dan Dominggos Barreto, Ibu Desni Oedamatan, Ibu
Margaretta Evy da Silva, dan Bapak Dominggus Locatelli.
“Pengawasan atau pun konselho fiskal /badan auditing akan mengawasi mulai dari keuangan
Akademik administrasi logistik sejauh mana itu, menejemen efeketif bisa bernilai di
perekembangan institusi” (Bapak Estanislau S. Saldanha, Pimpinan Yayasan/ KP DIT).
“Bisa mengawasi/ mengaudit dibagian unit-unit lainnya yang ada kaitanya dengan istitusi
ataupun kampus” (Bapak Manuel Florencio Vong, Rektor DIT).
“Sangat luas bukan dikeuangan saja tetapi diunit unit lainnya jg perlukan diaudit” (Bapak
Alvaro Menezes, Pembantu Rektor I DIT).
“Di DIT tidak mengaudit di keuangan saja tetapi juga mengaudit di unit-unit lainnya seperti
administrasi logistik dan akademik” (Ibu Desni Oedamatan, Dosen Akuntansi DIT).
“Secara audit tidak hanya dalam hal keuangan saja tetapi bisa di administrasi akademik, di
DIT pernah dilakukan pengauditan tetapi belum secara sistematik, secara standar keuangan
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 13
harus ada baku yang ada. Di institut itu sendiri pernah dilakukan secara audit di administrasi
dan akademik dan logistik tetapi belum begitu maksimal hasilnya” (Ibu Margaretta Evy da
Silva, Mantan Direktur Keuangan DIT).
“Tidak di keuangan saja, tetapi di DIT juga melakukan audit di administrasi dan akademik
maupun logistik” (Bapak Dominggus Locatelli, Direktur Keuangan DIT).
“Secara sistematik pada intinya dalam pelaksanaannya audit keuangan dan administrasi
sudah pernah dilakukan dan di cek dalam 3 bulan sekali dan dilakukan oleh tim audit internal
DIT itu sendiri. Tidak di keuangan saja tetapi juga melakukan pengecekan sampai dimana
karyawan ataupun dosen itu bekerja, dan melakukan pengecekan juga dilogistik maupun
administrasi” (Dominggos Barreto, Mantan Pembantu Rektor 2 DIT).
“Tidak hanya di keuangan saja tetapi luas bisa audit di administrasi, akademik maupun
logisik” (Vital sarmentu Dekan bisnis manajemen DIT).
Jawaban dari pernyataan delapan informan di atas menunjukkan bahwa fungsi audit internal
tidak hanya mengawasi hal-hal yang berhubungan dengan keuangan, namun juga masalah operasional
seperti hal-hal akademik, administrasi, dan logistik. Sebagai contoh, auditor internal mengontrol
kegiatan akademik, administasi, dan logistik setiap 3 bulan sekali. Kegiatan tersebut sesuai dengan
pendapat Beckmerhagen et al., 2004) yang menyatakan audit internal tidak fokus pada keuangan saja
tapi juga memperhatikan hal-hal operasional terutama di pengadaan barang.
4.4. Deskripsi tentang Efektifitas dan Efisiensi Suatu Kegiatan Operasional oleh Audit Internal
Berikut wawancara tentang pemeriksaan efektivitas dan efisiensi suatu kegiatan operasional audit
internal di DIT dengan Bapak Estanislau S. Saldanha, Bapak Manuel Florencio Vong, Bapak Alvaro
Menezes, Vital sarmentu, dan Dominggos Barreto dan Ibu Desni Oedamatan.
“Semua audit internal mulai dari menejemen keuangan akademik administrasi dan logistik
semua akan dibawa pengewasan audit internal yang memastikan bahwa dimanfaatkan dengan
baik sesuai dengan peraturan untuk menjamin kualitas pendidikan dan sustabilitas menjamin
kualitas di dit dan sudah resmi audit internal di DIT di bentuk dan sudah ada estatut baru harus
ada penyusaian baru lagi audit internal itu bisa berfngsi dengan efektif dan lebih bermanfaat
untuk menjamin kualitas pengelolaan sumber daya DIT untuk mendorong kulitas pendidikan dan
kualitas institusi” (Bapak Estanislau S. Saldanha, Pimpinan Yayasan/ KP DIT).
“Ya benar, Auditor internal harus bisa meningkatkan efektivitas dan efisiensi prosedur aktivitas
kegiatan operasional” (Bapak Manuel Florencio Vong, Rektor DIT).
“Dengan adanya kegiatan audit internal bisa meningkatkan operasionalnya di DIT dengan
baik” (Bapak Alvaro Menezes, Pembantu Rektor I DIT).
“Berdasarkan fakta yang saya lihat audit internal DIT sudah melakukan pekerjaannya dengan
afektif dan efisien meskipun belum dikatakan 100 persen hasilnya” (Vital sarmentu Dekan
bisnis manajemen DIT).
“Ya benar, audit internal DIT melakukan pengecekan sampai dimana karyawan ataupun dosen
itu bekerja, dan melakukan pengecekan juga dilogistik, jadi bisa dikatakan sudah efektif maupun
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 14
afisien meskipun belum 100 persen dan bisa dikatakan sudah 85 persen dari hasil yang telah
dilakukan audit internal DIT” (Dominggos Barreto,Mantan Pembantu Rektor 2 DIT).
“Ya harus bisa meningkatkan kegiatan operasionalnya sesuai dengan pasal 25 yang isinya
tentang efektivitas dan efisiensi prosedur aktivitas prosedur kegiatan operasional DIT” (Ibu
Desni Oedamatan, Dosen Akuntansi DIT).
Safuan (2017) menyatakan bahwa program audit menetapkan prosedur yang diperlukan untuk
menyelesaikan audit yang efisien dan efektif. Program audit juga menawarkan tempat untuk
mendokumentasikan target yang diharapkan dan aktual, serta waktu untuk memulai dan menyelesaikan
penugasan. Program audit internal merupakan pedoman bagi auditor dan merupakan satu kesatuan
dengan supervisi audit dalam pengambilan langkah-langkah audit tertentu. Pendapat tersebut juga
sesuai dengan hasil wawancara enam responden yang mengatakan bahwa audit internal di DIT bertugas
mengawasi kegiatan operasional agar berjalan dengan efektif dan efisien. Bahkan salah seorang
informan mengatakan bahwa efektivitas audit internal mencapai 85 persen.
Namun ada dua informan yang mengatakan berbeda, yaitu Ibu Margaretta Evy da Silva dan
Bapak Dominggus Locatelli. Hasil wawancara dengan mereka adalah sebagai berikut;
“Berdasarkan statuto dit pasal 25 yang isinya tentang efisien, efesiensi dan efektifitas sesuai
dengan pertanyaan yang diajukan anggota” (Ibu Margaretta Evy da Silva, Mantan Direktur
Keuangan DIT).
“Ya benar audit internal juga harus bisa meningkatkan atau memperbaiki kegiatan institusi”
(Bapak Dominggus Locatelli, Direktur Keuangan DIT).
Pernyataan dua informan di atas menyimpulkan bahwa audit internal berupaya melakukan
kegiatan agar efektif dan efisien seperti yang dinyatakan dalam Statuta pasal 25. Audit internal juga
bertugas untuk meningkatkan kinerja institusi. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan The Institute of
Internal Auditors (2013) yang berbunyi audit internal memiliki tugas menambah nilai dan
meningkatkan operasi organisasi.
4.5. Deskripsi tentang Kewenangan Audit Internal dalam Menyampaikan Usulan Terkait Kegiatan
Universitas kepada Rektor
Wawancara dengan delapan informan tentang kewenangan audit internal terdapat dalam
pernyataan berikut ini:
“Ya benar, audit internal bisa memberikan masukan kepada Rektor setelah itu baru disampaikan
kepada yayasan” (Bapak Estanislau S. Saldanha, Pimpinan Yayasan/ KP DIT).
“Ya, audit internal bisa memberikan pengarahan ataupun masukan kepada rektor” (Bapak
Manuel Florencio Vong, Rektor DIT).
“Terkait dengan efektif dan efisiensi yang dihasilkan oleh tim audit internal, bisa
diberikanmasukan kepada rektor” (Bapak Alvaro Menezes, Pembantu Rektor I DIT).
“Bisa memberikan masukan kepada rektor agar kegiatan yang diajalankan audit internal
kedepannya bisa berjalan dengan baik” (Ibu Desni Oedamatan, Dosen Akuntansi DIT).
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 15
“Ya, setelah hasil dari audit akan dilaporkan kepada rektor sesuai dengan pasal 25, karena hasil
dari tim audit tersebut akan memberikan masukan-masukan kepada institusi” (Ibu Margaretta
Evy da Silva, Mantan Direktur Keuangan DIT).
“Betul bisa, memberikan masukan kepada rektor, meskipun hasil keputusan terakhir rektor yang
menentukan” (Bapak Dominggus Locatelli, Direktur Keuangan DIT).
“Ya dengan adanya pengecekan dari tim audit, rektor akan tahu kelemahannya dimana sehingga
tim audit internal bisa diberikan wewenang memberikan masukan kepada rektor” (Vital
sarmentu Dekan bisnis manajemen DIT).
“Ya tim audit diberikanusulan/wewenang kepada rektor, tetapi yang mengambil keputusan
dalam pelaksanaanya itu rektor sendiri, ada beberapa hal yang disetujui dan dilaksanakan dan
ada beberapa hal yang tidak disetujui dan dilaksanakan baik desegi keuangan, administrasi dan
akademik semunya bisa disampaikan kepada rektor” (Dominggos Barreto,Mantan Pembantu
Rektor 2 DIT).
Wawancara dengan delapan informan, menyimpulkan bahwa hasil audit disampaikan kepada
rektor dan memberikan usulan kepada rektor yang akan dirundingkan dengan yayasan untuk
pengambilan keputusan. Hal ini sesuai dengan pendapat Singleton et al. (2006) yang menyatakan bahwa
audit internal mengkomunikasikan dengan jelas hasil audit kepada yang bertanggung jawab terhadap
pelaporan keuangan.
4.6. Deskripsi tentang Manfaat Audit Internal
Berikut ini adalah hasil wawancara tentang kewenangan manfaat audit internal DIT dengan empat
informan:
“Manfaatnya untuk DIT pengelolaan anggaran jadi secara efisien, pengelolaan anggaran itu
sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan dan mengoptimalkan eksekusi anggaran yang
menghasilkan output yg baik, kemudian menjaga akuntanbilitas yang baik, karena DIT
merupakan institusi publik bukan milik negara tetapi menghimpun dana dari publik perlu ada
auditor untuk mempertangung jawabkan keuangannya pada semua staff maupun kepada publik”
(Bapak Estanislau S. Saldanha, Pimpinan Yayasan/ KP DIT).
“Sangat banyak manfaatnya untuk DIT dikarenakan bisa memberikan perubahan perubahan
yang lebih baik lagi, dalam menjalankan semua kegiatan DIT” (Bapak Manuel Florencio Vong,
Rektor DIT).
“Manfaatnya sangat baik, dikarenkan dengan adanya audit internal bisa memberikan anggaran
yang sudah ada dalam planning agar bisa dijalankan dengan baik sehinnga hasilnya bisa
dipercaya oleh publik” (Bapak Vital sarmentu Dekan bisnis manajemen DIT).
“Untuk mengetahui DIT sejauh mana proses pelaksanaan tim audit yang dilaksanakan selama
ini dan penelitian ini sangat bagus dan 100 persen baik untuk memberikan ataupun masukan2
di DIT yang selama ini kerjanya belum maksimal hasilnya” (Dominggos Barreto,Mantan
Pembantu Rektor 2 DIT).
MacCarthaigh dan Horan (2010) menyatakan bahwa tata kelola universitas yang baik meliputi
aspek transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, dan berkeadilan. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan empat informan di atas yaitu manfaat audit internal adalah merealisasikan apa yang
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 16
sudah dianggarkan dan menjaga akuntabilitas sehingga dapat dipertanggung jawabkan kepada staf dan
publik.
Namun ada empat informan lain yang mempunyai jawaban yang berbeda, diantaranya;
“Sangat ada, dengan adanya audit internal DIT bisa kredit diperbankan akan dipercaya
dikarenakan cash flo yang kita ajukan angka yang benar. setelah diadakan pengauditan external
yang sudah disetujui oleh tim audit internal” (Bapak Alvaro Menezes, Pembantu Rektor I DIT).
“Sangat Membangkitkan pengetahuan kinerja dari seorang audit internal, sehingga dia harus
mengetaui kedepan berdasarkan data yang sudah ada, progres apa yang harus dilakukan” (Ibu
Desni Oedamatan, Dosen Akuntansi DIT).
“Terwujudnya good governance corporate, adanya keterbukaan informasi dalam hal laporan
keuangannya, akuntabilitas, adanya pertanggung jawaban laporan keuangan menambah
kredibilitas sehingga laporannya dapat dipercaya. Di DIT mau pinjam uang memerlukan
laporan yang teraudit jadi kontrol audit internal dulu baru ke audit external. manfaat lain
membuka pintu bagi investor pemberi dana dengan peluang yang ada. Dengan adanya kerja
sama dan lain lain. manfaat yang lainya lagi memastikan kepatuhan terhadap kebijakan-
kebijakan yang ada. Dengan adanya staff yang mengambil penelitian tentang audit, semoga bisa
memberikan masukan-masukan untuk DIT” (Ibu Margaretta Evy da Silva, Mantan Direktur
Keuangan DIT).
Berdasarkan wawancara dengan empat informan di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat audit
internal adalah menjamin terselenggaranya tata kelola yang baik, yang tercermin dari adanya
keterbukaan informasi, akuntabilitas, pertanggung jawaban laporan keuangan, peluang kerjasama, dan
kepatuhan terhadap kebijakan yang ada. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Cohen dan Sayag (2010);
Florea dan Florea (2013) yang menyatakan bahwa audit internal merupakan mekanisme kontrol yang
tidak dapat dilepaskan untuk menuju ke arah good governance.
4.7. Deskripsi tentang Pelaporan Audit Internal
Delapan informan berikut ini menyatakan persepsinya tentang pelaporan audit internal yaitu sebagai
berikut:
“Selama ini laporan dari manejemen, rektor menerima hasil laporan dan melaporkam kepada
eksekutif setelah itu laporan keuangan, administrasi, akademik setelah disetujui oleh eksekutif
dan dibahas ke lebel eksekutif atau elektorat baru dibawah ke BOT kemudian diskusi setelah
laporan itu diserahkan dan bisa dipublikasikan melalui koran agar bisa menjamin akuntabilitas
DIT” (Bapak Estanislau S. Saldanha, Pimpinan Yayasan/ KP DIT)
“Selama hasilnya setelah di-acc eksekutif dan dibahas kemudian bisa dipublikasikan” (Bapak
Manuel Florencio Vong, Rektor DIT).
“Hasilnya akan dilaporkan kepada rektor dan yayasan setelah fit, baru hasil tersebut
dipublikasikan” (Bapak Alvaro Menezes, Pembantu Rektor I DIT).
“Selama ini hasilnya dilaporkan kepada rektor ataupun yayasan DIT”. (Ibu Desni Oedamatan,
Dosen Akuntansi DIT).
“Hasil untuk audit internal selama ini hanya melihat transaksi-transaksi yang ada dan
dilaporkan kepada rektor DIT”. (Ibu Margaretta Evy da Silva, Mantan Direktur Keuangan
DIT).
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 17
“Pelaporan Internal audit dilakukan , dengan pengecekan cross di unit- unit yang ada kaitanya
dengan audit internal, setelah itu hasilnya dilaporkan kepada rector ataupun yayasan dan di-
acc baru dipublikasikan DIT”. (Bapak Dominggus Locatelli, Direktur Keuangan DIT)
“Menurut pengetahuan yang didapatkan hasilnya diserahkan kepada rektor dan rektor
mendiskusikan di meeting top manajemen DIT” (Bapak Vital sarmentu Dekan bisnis
manajemen DIT).
“Selama ini tim audit hasilnya langsung diserahkan kepada rektor maupun yayasan”
(Dominggos Barreto,Mantan Pembantu Rektor 2 DIT).
Kedelapan informan mempunyai pendapat yang sama bahwa audit internal melaporkan hasil
audit kepada rektor ataupun yayasan untuk kemudian dipublikasikan. Sebelum pelaporan itu dilakukan,
audit internal melakukan pengecekan di unit-unit terkait. Hal ini sesuai dengan pendapat Rittenberg et
al. (2010)yang menyatakan bahwa assurance service merupakan kegiatan penilaian bukti objektif oleh
audit internal untuk memberikan pendapat atau kesimpulan mengenai suatu entitas.
4.8. Deskripsi tentang Pengetahuan Audit Internal yang Dipahami Auditor Internal
Adapun pengetahuan audit internal yang dipahami auditor internal DIT dapat dilihat pada
pernyataan tiga informan berikut ini:
“Mengkoordinasi atau memeriksa pekerjaan pengawasan ekonomi keuangan dan mengaudit
anggaran, barang bergerak dan tidak bergerak milik DIT” (Bapak Manuel Florencio Vong)
“Memeriksa pengeluaran yang telah diacc oleh tim manajemen DIT, baik itu barang bergerak
maupun tidak bergerak” (Bapak Alvaro Menezes)
“Memeriksa saldo bulanan dan semua dokumen menurut rencana anggaran, dan mengecek
semua kegiatan baik di administrasi, akademik dan logistik itu tugas kami selama menjadi tim
audit di DIT” (Dominggos Barreto)
Dari pernyataan tiga informan di atas, dapat disimpulkan bahwa audit internal memiliki tugas
untuk menyusun rencana anggaran, merealisasikan anggaran tersebut, dan melakukan kegiatan
pengawasan keuangan DIT. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Beckmerhagen et al. (2004) yang
menyatakan bahwa audit internal tidak fokus pada keuangan saja namun juga pada kegiatan operasional
yang disesuaikan dengan tujuan organisasi dengan cara audit dan eksekusi sumber daya manusia yang
berkaitan dengan independensi dan kompetensi.
4.9. Pembahasan
Peran dan tanggung jawab auditor internal terbagi dalam tiga kategori, yaitu assurance,
consultant, dan catalyst. Sebagai assurance, auditor internal melakukan kegiatan penilaian bukti
objektif untuk memberikan pendapat atau kesimpulan mengenai suatu entitas, operasi, fungsi, proses,
sistem, atau permasalahan lainnya.
Auditor internal juga memiliki peran dan tanggung jawab sebagai consultant dan catalyst.
Sebagai consultant, auditor internal memberikan saran untuk perbaikan dan ikut berpartisipasi secara
aktif membantu manajemen melakukan berbagai tindakan perbaikan, sehingga lebih berperan sebagai
mitra bagi pihak manajemen dan auditee. Sebagai catalyst, auditor internal memotivasi, mengarahkan,
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 18
dan menggerakkan seluruh bagian dari organisasi dalam scope seperangkat kebijakan yang telah dibuat
oleh manajer senior serta memastikan tidak terjadi pelanggaran atau bertentangan dengan segala aturan
atau kebijakan perusahaan dan perundang-undangan yang berlaku.
DIT juga memiliki auditor internal yang menjalankan peran dan tanggung jawab sebagai
assurance, consultant, dan catalist. Peran dan tanggung jawab auditor internal di DIT sebagai assurance
dapat dilihat pada hal-hal, seperti memeriksa aktivitas institusi; evaluasi kinerja keuangan dan kebijakan
institusi, perencanaan anggaran institusi; melindungi aset-aset dan mencegah tindakan-tindakan
penyelewengan anggaran atau tindakan yang dapat merugikan institusi DIT; mengawasi hal-hal yang
berhubungan dengan keuangan, namun juga masalah operasional seperti hal-hal akademik,
administrasi, dan logistik; menetapkan prosedur yang diperlukan untuk menyelesaikan audit yang
efisien dan efektif, menawarkan tempat untuk mendokumentasikan target yang diharapkan dan aktual,
serta waktu untuk memulai dan menyelesaikan penugasan; memberikan pedoman bagi auditor dan
merupakan satu kesatuan dengan supervisi audit dalam pengambilan langkah-langkah audit tertentu;
meningkatkan kinerja institusi; merealisasikan apa yang sudah dianggarkan dan menjaga akuntabilitas
sehingga dapat dipertanggung jawabkan kepada staf dan publik; menjamin terselenggaranya tata kelola
yang baik, yang tercermin dari adanya keterbukaan informasi, akuntabilitas, pertanggung jawaban
laporan keuangan, peluang kerjasama, dan kepatuhan terhadap kebijakan yang ada. Penjelasan tentang
peran dan tanggung jawab auditor internal sebagai assurance, sesuai dengan pendapat Ashton (1991);
Beckmerhagen et al. (2004); Cohen dan Sayag (2010); Florea dan Florea (2013); Safuan (2017); The
Institute of Internal Auditors (2013).
Adapun peran dan tanggung jawab auditor internal di DIT sebagai consultant adalah sebagai
berikut: (1) melakukan perencanaan anggaran, menjaga keteraturan sistem manajemen, membenahi
sistem audit dan sistem pelaporan yang ada di DIT, (2) memperbaiki atau mengawasi sistem manajemen
atau anggaran tahunan yang sudah ditetapkan dan untuk mengantisipasi kecurangan, (3) melaporkan
hasil audit kepada rektor ataupun yayasan untuk kemudian dipublikasikan, di mana sebelum pelaporan
itu dilakukan, audit internal melakukan pengecekan di unit-unit terkait. Penjelasan auditor internal
sebagai consultant sesuai dengan pendapat Jackson (2015); MacCarthaigh dan Horan (2010);
Rittenberg et al. (2010).
Sedangkan sebagai catalyst, peran dan tanggung jawab auditor internal di DIT adalah
memberikan usulan kepada rektor yang akan dirundingkan dengan yayasan untuk pengambilan
keputusan, dan melaporkan hasil audit kepada rektor ataupun yayasan untuk kemudian dipublikasikan
yang mana sebelum pelaporan itu dilakukan, audit internal melakukan pengecekan di unit-unit terkait.
Penjelasan auditor internal sebagai catalyst, sesuai dengan pendapat Singleton et al. (2006).
5. Kesimpulan, Implikasi dan Keterbatasan
5.1. Kesimpulan
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 19
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran dan tanggung jawab audit internal di DIT
baik sebagai assurance, consultant, maupun catalyst. Peran dan tanggung jawab audit internal di DIT
sebagai assurance adalah: (1) memeriksa aktivitas institusi, (2) evaluasi kinerja keuangan dan kebijakan
institusi, perencanaan anggaran institusi, (3) melindungi aset-aset dan mencegah tindakan-tindakan
penyelewengan anggaran atau tindakan yang dapat merugikan institusi DIT, (4) mengawasi hal-hal
yang berhubungan dengan keuangan, namun juga masalah operasional seperti hal-hal akademik,
administrasi, dan logistik, (5) menetapkan prosedur yang diperlukan untuk menyelesaikan audit yang
efisien dan efektif, menawarkan tempat untuk mendokumentasikan target yang diharapkan dan aktual,
serta waktu untuk memulai dan menyelesaikan penugasan, (6) memberikan pedoman bagi auditor dan
merupakan satu kesatuan dengan supervisi audit dalam pengambilan langkah-langkah audit tertentu,
(7) meningkatkan kinerja institusi, (8) merealisasikan apa yang sudah dianggarkan dan menjaga
akuntabilitas sehingga dapat dipertanggung jawabkan kepada staf dan publik, (9) menjamin
terselenggaranya tata kelola yang baik, yang tercermin dari adanya keterbukaan informasi,
akuntabilitas, pertanggung jawaban laporan keuangan, peluang kerjasama, dan kepatuhan terhadap
kebijakan yang ada.
Adapun tugas dan tanggung jawab auditor internal di DIT sebagai consultant adalah: (1)
melakukan perencanaan anggaran, menjaga keteraturan sistem manajemen, membenahi sistem audit
dan sistem pelaporan yang ada di DIT, (2) memperbaiki atau mengawasi sistem manajemen atau
anggaran tahunan yang sudah ditetapkan dan untuk mengantisipasi kecurangan, (3) melaporkan hasil
audit kepada rektor ataupun yayasan untuk kemudian dipublikasikan, di mana sebelum pelaporan itu
dilakukan, audit internal melakukan pengecekan di unit-unit terkait.
Sebagai catalyst, peran dan tanggung jawab auditor internal adalah: (1) memberikan usulan
kepada rektor yang akan dirundingkan dengan yayasan untuk pengambilan keputusan, (2) melaporkan
hasil audit kepada rektor ataupun yayasan untuk kemudian dipublikasikan yang mana sebelum
pelaporan itu dilakukan, audit internal melakukan pengecekan di unit-unit terkait.
5.2. Implikasi
Secara teoritis, peran dan tanggung jawab audit internal telah dilakukan di DIT. Peran dan
tanggung jawab audit internal dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu sebagai assurance,
consultant, dan catalyst. Ketiga kategori peran dan tanggung jawab audit internal tersebut telah sesuai
dan konsisten dengan kajian teori dan penelitian-penelitian terdahulu. Implikasi terapan ditunjukkan
pada perbaikan sistem manajemen dan tata kelola DIT seperti auditor internal tidak boleh menjabat di
bagian-bagian lainnya untuk menjaga transparansi dan objektivitas.
5.3. Keterbatasan dan Saran
Keterbatasan dalam penelitian adalah ragam nara sumber, yang berarti bahwa varians dari nara
sumber masih terbatas pada personil yang pernah dan sedang terlibat dalam posisi struktural, belum ada
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 20
konfirmasi dengan unit lain yang bersinggungan juga dengan bagian audit internal. Selain itu literatur
pendukung terkait audit internal khususnya di universitas relatif masih terbatas. Berdasarkan hasil
penelitian ini maka masukan bagi DIT adalah agar pimpinan dalam hal ini yayasan/ BOT DIT dapat
mengoptimalkan peran dan tanggung jawab auditor internal baik sebagai assurance, consultant, dan
catalyst, dengan cara mengikutsertakan auditor internal dalam pelatihan ataupun workshop tentang
perencanaan dan pengawasan keuangan khususnya bagi universitas, selain menambah ragam nara
sumber penelitian.
Daftar Pustaka
Andayani, W. (2009). Audit Internal. BPFE Yogyakarta.
Ashton, A. H. (1991). Experience and Error Frequency Knowledge as Potential Determinants of Audit Expertise.
The Accounting Review, 66(2), 218–239. Retrieved from
http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=bth&AN=9605070378&site=ehost-live
Beckmerhagen, I. A., Berg, H. P., Karapetrovic, S. V., & Willborn, W. O. (2004). On the effectiveness of quality
management system audits. The TQM Magazine, 16(1), 14–25.
https://doi.org/10.1108/09544780410511443
Cohen, A., & Sayag, G. (2010). The effectiveness of internal auditing: An empirical examination of its
determinants in Israeli organisations. Australian Accounting Review, 20(3), 241–255.
https://doi.org/10.1111/j.1835-2561.2010.00097.x
Florea, R., & Florea, R. (2013). Internal Audit and Corporate Governance. Economy Transdisciplinarity
Cognition, 16(1), 79–83. Retrieved from
http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=bth&AN=90543068&lang=tr&site=eds-
live&authtype=ip,uid
Ghafran, C., & O’Sullivan, N. (2013). The governance role of audit committees: Reviewing a decade of evidence.
International Journal of Management Reviews, 15(4), 381–407. https://doi.org/10.1111/j.1468-
2370.2012.00347.x
Harlina, W. (2016). Pengaruh profesionalisme internal auditor terhadap efektivitas pengendalian internal
perusahaan (studi pada BPD Sulawesi Tenggara). Universitas Halu Oleo Kendari. Retrieved from
http://sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/B1C112157_sitedi_SKRIPSI.pdf
Hoesodo, S. (2007). Arah Perkembangan Peran Auditor Internal. Jakarta: Yayasan Pendidikan Internal Audit.
Jackson, R. A. (2015). The Year Ahead: 2015. Retrieved from https://iaonline.theiia.org/
Lombardi, J. V, Craig, D. D., Capaldi, E. D., & Gater, D. S. (2002). The Center Organization, Governance, and
Competitiveness. Retrieved from https://mup.asu.edu/sites/default/files/mup-pdf/MUP-Publication-2002-
University-Organization-Governance-and-Competitiveness.pdf
MacCarthaigh, M., & Horan, A. (2010). University Governance: Achieving Best Practice and Meeting Future
Challenges. In IUA Conference. Institute of Public Admnistration.
Miraceti, K. (2011). Pengaruh peran dan tanggung jawab auditor internal terhadap peningkatan efektivitas
sistem pengendalian internal. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Retrieved from
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3898/1/KARINA MIRACETI-FEB.pdf
Mulyadi. (2014). Auditing (6th ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Pesudo, D. A. A., Marwata, & Tanggulungan, G. (2017). Audit internal universitas X: Suatu refleksi. Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis, 20(1), 23–44. Retrieved from http://ejournal.uksw.edu/jeb/article/view/473
Pickett, K. H. . (2005). Auditing the Risk Management Process. New York: Wiley.
Rittenberg, L. E., Johnstone, K. M., & Gramling, A. A. (2010). Auditing: A Business Risk Approach. Mason, OH:
South-Western Cengage Learning. Retrieved from https://digitalcommons.kennesaw.edu/facpubs/1325/
Safuan. (2017). Panduan Praktis Internal Auditor. Alfabeta.
Setianto, H. (2004). Standar Profesi Audit Internal. Jakarta: Yayasan Pendidikan Internal Audit.
Singleton, T. W., Singleton, A. J., Bologna, G. J., & Lindquist, R. J. (2006). Fraud Auditing and Forensic
Accounting (3rd ed.). New York: Wiley. Retrieved from https://www.wiley.com/en-
us/Fraud+Auditing+and+Forensic+Accounting%2C+3rd+Edition-p-9780470053720
Sudarsana, V. D. R. (2016). Persepsi karyawan tentang peran auditor internal dalam mewujudkan GCO (studi
kasus PT Usaha Digdaya Muncul Cabang Yogyakarta). Sanata Dharma. Retrieved from
https://repository.usd.ac.id/6710/2/112114114_full.pdf
The Institute of Internal Auditors. (2013). International Profesional Practice Framework (IPPF). Retrieved from
Konferensi Regionsl Akuntansi V, Malang, 2018 21
https://na.theiia.org/standards-guidance/Pages/Standards-and-Guidance-IPPF.aspx
Vijayakumar, A., & Nagaraja, N. (2012). Effectiveness of Internal Audit in Risk Management at Public Sector
Enterprises. BVIMR Management Edge. BVIMR Management Edge, 5, 1–8. Retrieved from
http://web.a.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=82baf9ad-ac6a-4ad0-9020-
4f1d4e13e312%40sessionmgr4005&vid=1&hid=4106
Willson, C., Negoi, R., & Bhatnagar, A. S. (2010). University RISK MANAGEMENT. Internal Auditor, 67(4),
65–68.
Recommended