View
13
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PERAN K.H. AHMAD RIFA’I ARIEF DALAM PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN DAAR EL-
QOLAM TANGERANG SEBAGAI PESANTREN MODERN 1968-1997
Savran Billahi1
Mohammad Iskandar1
1. Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok
E-mail:savranbillahi18@gmail.com dan abahsepuh2009@gmail.com
Abstrak Penelitian ini membahas tentang peran Kyai Rifa’i dalam mengembangkan Pondok Pesantren Daar el-Qolam Gintung, Tangerang, Banten sebagai pesantren modern. Penelitian ini berada dalam kurun waktu 1968 hingga 1997, yang bermula dari Kyai Rifa’i mendirikan Pondok Pesantren Daar el-Qolam dan berakhir pada tahun wafat Kyai Rifa’i. Pada dasarnya, Kyai Rifa’i menerapkan pendidikan pesantren Pondok Modern Darussalam Gontor di Pondok Pesantren Daar el-Qolam. Namun, terdapat beberapa hal berbeda yang dikembangkan Kyai Rifa’i, seperti penggabungan santri putra dan putri dalam kegiatan belajar mengajar, penambahan kurikulum pendidikan nasional, dan pengembangan fasilitas. Berbagai upaya Kyai Rifa’i itu memberikan pengaruh yang signifikan bagi proses santrinisasi. Sebagian santrinya mendirikan pesantren-pesantren sejenis di Banten. Sebagian lainnya menyebar dan menduduki posisi strategis di struktur pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat, pendidikan tinggi, dan sekolah inklusif bertaraf internasional. Dengan posisi strategis mereka, ajaran-ajaran Islam dapat lebih mewarnai kehidupan sosial. Kata Kunci: Banten; Kyai Rifa’i; Pondok Pesantren Daar el-Qolam; Santrinisasi
The Role of K.H. Ahmad Rifa’i Arief in The Development of Pondok Pesantren Daar el-Qolam Tangerang as Modern Pesantren 1968-1997
Abstract This research examines Kyai Rifa’i’s role in the development of Pesantren Daar el-Qolam, Gintung, Tangerang, Banten as modern pesantren. This study focused on 1968-1997; started by the time Kyai Rifa'i founded Pondok Pesantren Daar el-Qolam and ended in the year of Kyai Rifa'i's death. Basically, Kyai Rifa'i adopted the educational system of Pondok Modern Darussalam Gontor in Pondok Pesantren Daar el-Qolam. However, there are several different things that Kyai Rifa'i developed in Pondok Pesantren Daar el-Qolam, such as the incorporation of santriwan and santriwati in learning, the adoption of national education curriculum, and the development of facilities. It’s contribution encourages a significant impact on the process of santrinization. Some of his santri founded similar pesantren in Banten. Others have spread and occupied on strategic positions; in government, non-governmental organizations, university, and international inclusive schools. By their strategic position, they made a contribution in providing Islamic society. Keywords: Banten; Kyai Rifa’i; Pondok Pesantren Daar el-Qolam; Santrinization
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
Pendahuluan
Dalam konteks pesantren, kyai merupakan sosok sentral dalam perubahan
dan eksistensi pesantren. Unsur itu menjadi salah satu pembeda antara lembaga
pondok pesantren dengan lembaga pendidikan non-pesantren.1 Sebagai pengelola
pesantren, kyai berperan sebagai penyaring informasi mengenai budaya dan
kondisi sosial di luar pesantren dalam memacu perubahan di dalam pondok
pesantren dan masyarakat sekitar.2 Oleh karena itu, penerimaan hal baru di
pesantren sangat bergantung pada keberhasilan kyai dalam melakukan
penyaringan itu, yang kemudian mempengaruhi proses adaptasi pesantren. Pada
tahap selanjutnya, peran itu berkaitan erat dengan eksistensi suatu pesantren.
Perbedaan peran setiap kyai terletak pada pendistribusian otoritas.3 Di
sebagian besar pesantren tradisional, otoritas pondok pesantren terletak utuh pada
kharisma seorang kyai4. Pada masa kolonial, unsur itu sangat melekat pada
pesantren, sehingga elemen pesantren, seperti pondok, masjid, pengajaran kitab
klasik, dan santri, menjadi nihil tanpa kehadiran kyai.5 Memasuki dekade 1920-an,
pesantren melakukan beberapa terbosan. Hal yang paling menonjol adalah
masuknya pelajaran-pelajaran umum dan sistem klasikal ke dalam pesantren.
Keberadaan sistem sekolah di lembaga pendidikan Islam, seperti pesantren dan
dalam bentuk madrasah, menjadi salah satu tonggak modernisasi Islam di
Indonesia.6
1 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1990), 55. 2 Hiroko Horikoshi, Kiai dan Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1987), 236. 3 Sukamto, Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1999), 49. 4 Bachtiar Effendy, “Nilai-nilai Kaum Santri” dalam Dawam Rahardjo (ed.), Pergulatan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985), 44. 5 Mengenai aspek-aspek pesantren tradisional, baca selengkapnya Dhofier, Tradisi Pesantren, atau sebagai perbandingan dan kajian kritis terhadap Dhofier, baca Hadimulyo, “Dua Pesantren, Dua Wajah Budaya”, dalam M. Dawam Rahardjo (ed.), Pergulatan Dunia, 98-113. 6 Deliar Noer mengindikasikan kehadiran sekolah pada lembaga pendidikan Islam sebagai salah satu tonggak “Islam modern”, dalam hal ini lembaga pendidikan Islam modern. Hal itu dapat dianalisis dari penjabarannya mengenai gerakan pendidikan sebagai asal usul pertumbuhan gerakan modern Islam. Pada pemabahasan itu, dia menjabarkan genealogi awal modernisasi Islam di bidang pendidikan. Dari penjabarannya itu, unsur sekolah, seperti sistem klasikal dan masuknya pembelajaran umum, menjadi suatu elemen khas modernisasi Islam di dalam bidang pendidikan,
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
Memasuki masa pasca kemerdekaan, terutama hingga dekade 1960-an,
pesantren-pesantren di Jawa mulai menampakkan dirinya sebagai pesantren
bercorak modern. Santri-santri K.H. Imam Zarkasyi, yang pada 1936 secara
terbuka, menamakan pesantrennya sebagai Pondok Modern Darussalam Gontor,
telah mendirikan pesantren-pesantren sejenis. Pada tahap itu, sebagian kyai telah
memodernisasikan pesantrennya, dari yang sebelumnya tradisional7 menjadi
modern.8 Saat kyai telah mentransformasikan pesantrennya sebagai pesantren
modern, otoritas kyai sebagai pemegang tunggal pondok pesantren terdistribusi ke
dalam berbagai bentuk inovasi, seperti, badan wakaf9, yayasan10, program
seperti yang ditunjukkannya pada Sekolah Adabiyah di Padang, Surau Jembatan Besi di Minangkabau, Sumatera Thawalib di Agam, Jam’iyatu Al-Khair di Tanah Abang. Baca Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1980). Untuk itu, ketika sistem sekolah (madrasah) masuk ke dalam suatu pesantren, maka pesantren itu telah mengggunakan corak pendidikan pesantren modern. Dalam perkembangannya, salah satu pesantren yang memformulasikan sistem sekolah ke dalam pesantren, dan secara tegas menggunakan “modern” pada nama institusi adalah Pondok Modern Darussalam Gontor. Kyai Rifa’i merupakan salah satu alumni Pondok Modern Darussalam Gontor, yang setelah selesai masa pembelajarannya mendirikan Pondok Pesantren Daar El-Qolam. Dalam mendirikan Pondok Pesantren Daar El-Qolam, Kyai Rifa’i menerapkan dan mengembangkan sistem pesantren Pondok Modern Darussalam Gontor, sehingga premisnya, Pondok Pesantren Daar El-Qolam merupakan pesantren bercorak modern, wawancara dengan K.H. Ahmad Syahiduddin, Pengasuh Pondok Pesantren Daar El-Qolam, pada 26 Maret 2017. 7 Pesantren tradisional merujuk pada pembelajaran kitab-kitab kuning tentang pengetahuan bahasa Arab dan keagamaan dengan metode sorogan dan bandungan, selengkapnya baca, Dhofier, Tradisi Pesantren. 8 Pada perkembangan pesantren di Indonesia, istilah modern merujuk pada penggunaan kurikulum di pesantren, yang menambahkan pelajaran-pelajaran umum di samping pelajaran-pelajaran keagamaan. Mengenai kurikulum yang digunakan oleh pesantren, baca Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1992). Dari penggunaan kurikulum itu, masing-masing kyai mengembangkan pesantrennya dengan cara-cara yang berbeda. Salah satu pola umum yang digunakan pesantren modern dari pengembangan kurikulum itu adalah sistem klasikal. Model pesantren ini berkembang pada awal abad ke-20. 9 Salah satu pesantren yang menggunakan konsep badan wakaf adalah Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo. Di Pondok Modern Darussalam Gontor, Badan Wakaf adalah lembaga tertinggi pesantren. Lembaga ini merupakan badan legislatif yang betanggung jawab secara menyeluruh atas pelaksanaan dan perkembangan pendidikan dan pengajaran di pesantren. Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor menjadi sebuah badan eksekutif yang dipilih oleh Badan Wakaf setiap lima tahun sekali. Baca di Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), 119. 10 Sejak 1978, Pemerintah melalui Departemen Agama mengintrodusir bentuk yayasan sebagai badan hukum pesantren. Pada 2014, peraturan itu termaktub pada “Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islan Nomor 5877 Tahun 2014 Tentang Pedoman Izin Operasional Pondok Pesantren”. Beberapa syarat antara lain; pemimpin pesantren harus berlatar belakang pesantren, santri yang bermukim minimal 15 orang, memiliki asrama, masjid, dan terdapat kajian kitab. Yayasan merupakan bentuk pengelolaan kolektif yang menggantikan kepemimpinan tunggal kyai terhadap pesantren. Bentuk ini merupakan perkembangan dinamis pesantren di Indonesia. Beberapa pesantren menggunakan konsep ini, seperti Pesantren Islam Al-Azhar, Jakarta dan Pondok Pesantren Walibarokah, Kediri. Baca Pedoman Izin Pendirian Pondok Pesantren, (Jakarta: Kementerian Agama RI, t.t), 6.
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
pendidikan, sistem klasikal, internalisasi kurikulum, koperasi, dan sebagainya. Di
setiap pesantren, bentuk inovasi dari seorang kyai itu sangat beragam. Inovasi itu
kemudian yang menentukan keberhasilan perkembangan pesantren.
Salah satu pesantren yang hingga kini berkembang signifikan di Indonesia
adalah Pondok Pesantren Daar el-Qolam, Tangerang, Banten. Perkembangan
pesantren yang berdiri pada 1968 itu tidak terlepas dari peran K.H. Ahmad Rifa’i
Arief (selanjutnya Kyai Rifa’i) sebagai pendiri Pondok Pesantren Daar El-Qolam.
Pondok Pesantren yang terletak di Kecamatan Gintung, Jayanti, Tangerang itu
merupakan pondok pesantren pertama di Banten yang didirikan oleh alumni
Pondok Modern Darussalam Gontor.11 Sebab, Kyai Rifa’i adalah alumni Pondok
Modern Darussalam Gontor, yang setelah menyelesaikan pembelajarannya,
mendirikan pesantren bercorak Pondok Modern Darussalam Gontor di Banten.12
Dalam konteks perkembangan Pondok Pesantren Daar El-Qolam, Kyai
Rifa’i mendorong perkembangan pesantren, juga sekaligus memberikan pola baru
terhadap warna pesantren di Banten dan proses santrinisasi. Beberapa santri Kyai
Rifa’i yang telah menempuh pembelajaran di Pondok Pesantren Daar el-Qolam
mendirikan pesantren-pesantren sejenis, 25 Pondok Pesantren di antaranya di
Banten.13 Di kebijakan strategis; Iman Ariyadi (Walikota Cilegon), Iti Octavia
(Bupati Lebak), Suparman (anggota DPRD Provinsi Banten), Abdul Aziz
(anggota DPRD Tangerang Selatan); akademisi; Ihsan Ali Fauzi (Direktur Pusat
Studi Agama dan Demokrasi [PUSAD] Paramadina), Ismatu Ropi (Direktur Riset 11 Wahyuni Nafis, Pesantren Daar El-Qolam Menjawab Tantangan Zaman Biografi K.H. Ahmad Kyai Rifa’i, (Tangerang: Daar El-Qolam Press), 54. 12 Pondok Pesantren Daar El-Qolam sejak awal berdiri mengadopsi sistem pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor yang telah berkembang dengan program Kulliyatul Muallimin Al-Islamiyah (KMI). Jadi, yang dimaksud Kyai Rifa’i mengikuti Pondok Modern Darussalam Gontor adalah mengikuti sistem Gontor baru, bukan yang Pesantren Gontor lama yang menerapkan pesantren tradisional. 13 Pondok Pesantren Darussa’adah Lebak, Pondok Pesantren La Tansa Lebak, Pondok Pesantren al-Bayan Rangkasbitung, Pondok Pesantren Al-Mizan Rangkasbitung, Pondok Pesantren Al-Amin Pandeglang, Pondok Pesantren La Lahwa Pandeglang, Pondok Pesantren Al-Ma’arif Serang, Pondok Pesantren Al-Ma’mur Tangerang, Pondok Pesantren As-Sa’adah, Serang, Pondok Pesantren Al-Rahmah Serang, Pondok Pesantren Daar el-Azhar Rangkasbitung, Pondok Pesantren La Royba Serang, Pondok Pesantren Manahijussadat Rangkasbitung, Pondok Pesantren Daar el-Istiqomah, Serang, Pondok Pesantren Daar el-Qurro Serang, Pondok Pesantren Daar el-Syifa Serang, Pondok Pesantren Daar el-Taqwa Serang, Pondok Pesantren Darul Ahsan Tangerang, Pondok Pesantren Darunna’im Lebak, Pondok Pesantren Kulliyyatul Al-Naasyiin Al-Islamiyyah Serang, Pondok Pesantren Daar el-Haq Rangkasbitung, Pondok Pesantren Mathla’ul Huda Pandeglang, Pondok Pesantren Salsabila Serang, Pondok Pesantren Subulussalam Tangerang, dan Pondok Pesantren Nurul Falah Rangkasbitung. “Alumni Pondok Pesantren Daar el-Qolam”, http://www.daarelqolam.ac.id/Pages/alumni.aspx, diakses pada 18 Januari 2017.
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat [PPIM] UIN Syarif Hidayatullah, editor
Studia Islamika), Yayah Nurmaliah (Dosen UIN Syarif Hidayatullah); konsultan;
Muhammad Taftazani (Peneliti Saeful Muzani Research and Consulting
[SMRC]), Veri Muhlis Arifuzzaman (Direktur Konsepindo Research &
Consulting), di bidang pendidikan; Wahyuni Navis (Direktur Sekolah Madania);
juga di bidang dakwah; Jeffry Al-Bukhori dan Koko Liem, serta lainnya.
Bila kyai adalah sosok sentral yang memiliki peran terhadap perubahan
dan eksistensi pesantren, maka peran Kyai Rifa’i dalam melakukan berbagai
pengembangan dan mendorong proses santrinisasi itu perlu ditinjau lebih lanjut.
Untuk peninjauan yang komprehensif, berbagai peran Kyai Rifa’i itu akan
dikontekskan dengan ruang lingkup sosial di sekitarnya, seperti kondisi sosial-
politik dan keagamaan di Gintung, dan Banten secara keseluruhan, lingkungan
keluarga serta latar belakang pendidikan Kyai Rifa’i, dan hal-hal yang relevan
lainnya. Dengan demikian, penelitian mengenai peran Kyai Rifa’i dalam
mengembangkan Pondok Pesantren Daar el-Qolam sebagai pesantren modern ini
menjadi kajian yang holistik.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis permasalahan ini
adalah metode sejarah. Ada empat tahapan metode sejarah, yaitu heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi.
Pada tahap heuristik atau pengumpulan sumber, ada berbagai sumber yang
digunakan, antara lain sumber-sumber primer dan sumber-sumber sekunder.
Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen
resmi Pondok Pesantren Daar El-Qolam, tuturan langsung atau catatan harian dari
kerabat, teman, atau saksi lainnya yang menemani atau melihat langkah-langkah
Kyai Rifa’i dalam mengembangkan Pondok Pesantren Daar El-Qolam.
Untuk sumber sekunder yang melengkapi sumber primer pada penelitian
ini adalah buku-buku mengenai Kyai Rifa’i, kajian ilmiah pesantren dan
pendidikan Islam di Indonesia. Majalah dan surat kabar yang membahas Kyai
Rifa’i maupun jurnal-jurnal mengenai modernisasi pesantren di Indonesia juga
digunakan pada penelitian ini.
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
Kemudian, tahap kedua adalah kritik, yang dibagi oleh dua jenis, yaitu
kritik intern dan ekstern. Dari sumber-sumber yang disebutkan itu tidak mustahil
banyak ditemukan berbagai perbedaan yang akan mengaburkan fakta. Oleh karena
itu, sumber-sumber itu akan ditinjau berdasarkan metode kritik ini, seperti, bila
sumber primer yang berupa kesaksian langsung: kedekatan hubungan dengan
Kyai Rifa’i dan usia saat kepemimpinan Kyai Rifa’i maupun usia sekarang, sebab
hal itu mempengaruhi daya ingat. Verifikasi juga dilakukan dengan saling
membandingkan penuturan-penuturan langsung dari informan, sebab tidak
mustahil akan ada fakta yang bias. Bila pustaka; motif penulisan, sumber-sumber
yang digunakan, tahun penulisan, saling membandingkan antara literatur satu
dengan yang lain, hingga redaksi bahasa yang digunakan dalam penulisan.
Setelah tahap kedua itu, sebagai sintesa awal, informasi-informasi yang
disaring itu diinterpretasikan, untuk kemudian menjadi suatu karya hisoriografi.
Historiografi inilah yang menjadi karya akademis ini.
Keluarga dan Pendidikan K.H. Ahmad Rifa’i Arief Peran Kyai Rifa’i dalam mengembangkan Pondok Pesantren Daar el-
Qolam sebagai pesantren modern dan kemudian mendorong proses santrinisasi
dilatarbelakangi oleh berbagai latar belakang, terutama keluarga, pendidikan, dan
kondisi pesantren di Banten. Kyai yang lahir pada 30 Desember 1942 ini berasal
dari lingkungan keluarga santri. Ayahnya, Kyai Ahmad Qashad Mansur pernah
belajar di Pesantren Caringin Kyai Asnawi dan Jam’iyyatul Khair Tanah Abang.
Ibunya, Hindun Mastufah, meskipun lebih banyak mengenyam pendidikan formal
di sekolah pemerintah, seperti Hogere Burgelijke School (HBS) dan Hollands
Inlandse School (HIS), tetapi juga pernah menjadi santri di Daarul Aitam, Tanah
Abang yang didirikan oleh Sayid Abubakar bin Muhammad al-Habsyi dan
Gunawan.14 Kakek Kyai Ahmad Qashad Mansur atau buyut Kyai Rifa’i, Ki
Ceneng merupakan kyai di Bogor yang ahli dalam seni panggung, seperti menari
Saman dan membaca shalawat dengan iringan alat-alat musik tradisional. Selain
14 Wawancara dengan Sukarta, guru pertama Pondok Pesantren Daar El-Qolam, pada 26 Maret 2017.
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
berasal dari keturunan santri, Kyai Rifa’i juga merupakan keturunan sesepuh
kampungnya.15
Genealogi keluarga itu pada masa selanjutnya mempengaruhi Kyai Rifa’i
dalam mengembangkan pesantren. Hal itu diawali oleh keinginan Kyai Ahmad
Qashad Mansur mendirikan pesantren bercorak modern. Untuk mewujudkan cita-
cita itu, ia mengkader Kyai Rifa’i di Pondok Modern Darussalam Gontor.
Keinginan itu merupakan implikasi dari pengalaman Kyai Ahmad Qashad Mansur
mengenyam pendidikan di dua lembaga pendidikan Islam bercorak berbeda, yaitu
pesantren tradisional di Caringin dan lembaga pendidikan Islam modern di
Jam’iyyatul Khair Tanah Abang. Keinginan itu juga merupakan kegelisahan Kyai
Ahmad Qashad Mansur terhadap lembaga pendidikan Islam di daerah Banten
yang berkembang lambat.
Sebelum memasuki dekade 1960-an, pesantren sebagai representatif
lembaga pendidikan tradisional dan madrasah sebagai representatif lembaga
pendidikan modern berada dalam posisi terpisah. Tidak seperti pesantren-
pesantren di Jawa dan Sumatera yang sudah terintegrasi dalam suatu dualitas
pesantren modern, di Banten, keduanya berada dalam posisi dualisme.
Pada tahap selanjutnya, ia mengkader Kyai Rifa’i ke Pondok Modern
Darussalam Gontor. Bahkan setelah lulus pada 1965, secara khusus, Kyai Rifa’i
dikaderkan langsung oleh K.H. Imam Zarkasyi sebagai sekretaris pribadi.
Perkaderan itu berhasil, sebab setelah pengabdiannya selesai pada 1967, setahun
kemudian, Kyai Rifa’i mendirikan pesantren yang berkiblat pada Pondok Modern
Darussalam Gontor, yaitu Pondok Pesantren Daar El-Qolam. Berbagai latar
belakang itu berakumulasi menjadi faktor-faktor yang mendorong Kyai Rifa’i
mengembangkan Pondok Pesantren Daar El-Qolam sebagai pesantren modern,
yang pada fase selanjutnya mendorong proses santrinisasi.
K.H. Ahmad Rifa’i Arief dan Pondok Pesantren Daar El-Qolam Sebagai Pesantren Modern Setelah menyelesaikan pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor
pada 196516 dan pengabdiannya sebagai Sekretaris K.H. Imam Zarkasyi pada 15Setelah Ki Ceneng menikah dengan Asnawiyyah bersama saudara-saudaranya, ia membuka hamparan sawah di pinggiran daerah Serang sebagai Kampung Gintung.
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
1967, atas prakarsa orangtuanya, Kyai Ahmad Qashad Mansur, pada 1968, Kyai
Rifa’i mendirikan Pondok Pesantren Daar El-Qolam. Sebagai pijakan, Kyai Rifa’i
menjadikan Madrasah Muallimin al-Islamiyah (MMI) sebagai formulasi
pendidikan intrakulikuler Pondok Pesantren Daar El-Qolam. Dengan formulasi
itu, Kyai Rifa’i menunjukkan arah program pendidikan Pondok Pesantren Daar
El-Qolam, bahwa sejak awal Pondok Pesantren Daar El-Qolam mengadopsi
program pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor. Sebab, salah satu ciri
khas pesantren alumni Pondok Modern Darussalam Gontor adalah program
pendidikan “muallimin”.17 Dengan program pendidikan itu pula, Kyai Rifa’i sejak
awal telah menetapkan bahwa Pondok Pesantren Daar El-Qolam adalah pesantren
modern18, dalam hal ini seperti Pondok Modern Darussalam Gontor.
16 Pada “Kyai Mumtaz Itu Telah Pergi” dalam Warta Daar El-Qolam No. 1 Tahun I – Juni 1998 tertulis bahwa Kyai Rifa’i lulus dari Pondok Modern Darussalam Gontor pada 1964. Data itu tidak tepat karena masa pendidikan Kyai Rifa’i di Pondok Modern Darussalam Gontor bukan 6 tahun, tetapi 7 tahun. Pada kelas 4, Kyai Rifa’i tidak mengikuti ujian, karena sakit, sehingga harus mengulang satu tahun. Hal itu berdasarkan kesaksian K.H. Hasan Abdullah Sahal dan K.H. Mohammad Tidjani Djauhari, baca Hasan Abdullah Sahal, “Public Relation Pak Rifa’i Cukup Baik” dan Mohammad Tidjani Djauhari, “Rifa’i Teman Sekelas dan Rival Belajar di Gontor” dalam Rosyad, Drs. K.H. Rifa’i Ahmad Kiprah Kyai Entrepreneur Sebuah Pembaharuan Dunia Pesantren di Banten, (Jakarta: Grasindo, 2014), 200 dan 205. Untuk itu, meskipun Kyai Rifa’i masuk ke Pondok Modern Darussalam Gontor pada 1958, karena mengulang satu tahun, ia bukan lulus pada 1964, melainkan 1965. 17 Program muallimin merupakan rumusan intrakulikuler Pesantren. Secara rinci; terdapat dua macam program yang ditempuh santri, yaitu program reguler dengan masa belajar 6 tahun untuk lulusan sekolah dasar dan program intensif selama 4 tahun untuk lulusan sekolah menengah pertama. Dua program itu berbeda dengan program pendidikan yang diterapkan pemerintah yang membagi jangka waktu masing-masing sekolah menengah pertama dan atas selama 3 tahun. Kurikulum program pendidikan dibagi menjadi tujuh; Bahasa Arab, Dirasah Islamiyah, Keguruan, Bahasa Inggris, Ilmu Sosial, Ilmu Eksata, dan Keindonesiaan. Sebagai klimaks, santri diharuskan mengikuti Amaliyatu al-Tadris atau praktik mengajar yang pada masa persiapan dibimbing oleh seorang ustadz. Pada Pondok Modern Darussalam Gontor program itu bernama Kulliyatul Muallimin al-Islamiyah (KMI). Beberapa pesantren alumni Gontor menggunakan nama Kulliyatul Muallimin al-Islamiyah (TMI). Program muallimin adalah bagian yang terintegrasi dengan sistem Pesantren. 18 “Pesantren modern” merupakan suatu perwujudan gagasan “modernisme” Islam yang berkembang di Indonesia pada awal ke-20 dalam bentuk institusi lembaga pendidikan Islam. Pada dasarnya, pesantren modern adalah eksperimen seorang kyai dalam memadukan sistem pendidikan madrasah (sistem klasikal dan penggunaan buku-buku ilmu umum) ke dalam pesantren, lembaga pendidikan Islam yang sudah ada sejak lama (salafiyah), Muhammad Ali, Islam and Colonialism Becoming Modern in Indonesia and Malaya, (Edinburgh: Edinburgh University Press, 2016), 27 atau Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), 38, mengenai buku-buku dan sistem klasikal di pesantren-pesantren pada awal abad ke-20, baca selengkapnya di Yunus, Sejarah Pendidikan. Selain aspek pendidikan, pesantren modern juga menerapkan disiplin terhadap para santrinya—beberapa pesantren bahkan membentuk organisasi santri—, dan memodernisasi fasilitas pesantren, seperti menyediakan gedung perkumpulan, asrama, koperasi, dan sebagainya. Dalam proses pengintegrasian madrasah ke dalam pesantren, terdapat tiga jenis pesantren modern; pertama, integrasi penuh, yaitu sistem pendidikan pesantren salafiyah dan pendidikan madrasah sama-sama
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
Pada program itu, Kyai Rifa’i menggunakan metode pengajaran dan kitab-
kitab yang diajarkan di Pondok Modern Darussalam Gontor di Pondok Pesantren
Daar El-Qolam, baik untuk pembelajaran Bahasa Arab, Dirasah Islamiyah,
Keguruan, Bahasa Inggris, Keindonesiaan, serta Ilmu Sosial dan Eksata. Pada
perkembangannya, Kyai Rifa’i juga memproduksi kitab-kitab sendiri, seperti al-
Faraid fi Fiqh al-Mawarith19, al-Hadits20, Tafsir al-Yasir21, dan al-Sarf22. Pada
pertengahan dekade 1980-an, Kyai Rifa’i juga mendatangkan kitab Sejarah Islam
dari luar, karya Prof. Dr. Syalabi, karena dianggap lebih lengkap dan otoritatif.
Pada awal 1980-an, Kyai Rifa’i juga membuka program MTs dan MA. Hal-hal itu
adalah pengembangan sistem muallimin yang dilakukan Kyai Rifa’i.
Hal lain yang Kyai Rifa’i ikuti dari Pondok Modern Darussalam Gontor
adalah prinsip “berdiri di atas dan untuk semua golongan”. Artinya, Kyai Rifa’i
Rifa’i tidak turut mengikutsertakan Pondok Pesantren Daar El-Qolam pada
kontestasi politik. Golongan yang dimaksud Kyai Rifa’i adalah partai politik dan
organisasi massa, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
Untuk lebih mempertegas kemodernan pesantrennya, Kyai Rifa’i sejak
awal selalu berusaha menyediakan sarana fisik yang memumpuni. Pada masa-
masa awal, ia hanya memanfaatkan dapur wakaf pemberian Hj. Pengki. Namun, dijalankan sepenuhnya. Beberapa pesantren yang melakukan pengintegrasian itu antara lain; Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo dan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Kedua, integrasi selektif, yaitu mempertahankan sistem pendidikan pesantren salafiyah dan juga mengadopsi sistem pendidikan madrasah, tetapi hanya sebagai instrumen. Proses belajar mengajar di madrasah menggunakan kurikulum sendiri dan tidak mengadopsi kurikulum pendidikan madrasah pada umumnya. Beberapa pesantren yang melakukan pengintegrasian itu adalah Pondok Pesantren Maslakul Huda dan Pondok Pesantren Langitan Tuban. Ketiga, integrasi instrumental, yaitu sistem pendidikan pesantren salafiyah diubah dengan penekanan pada bahasa asing, Arab dan Inggris, serta menggunakan sistem madrasah dalam proses belajar mengajar. Pesantren yang melakukan pengintegrasian itu adalah Pondok Modern Darussalam Gontor, baca Affandi Mochtar, Membedah Diskursus Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalimah, 2001). Sebagai alumni Pondok Modern Darussalam Gontor, pada dasarnya, Kyai Rifa’i menerapkan jenis ketiga di Pondok Pesantren Daar el-Qolam. Namun dalam perkembangannya, Kyai Rifa’i juga mengembangkan aspek-aspek modernisasi pesantren yang didapatkannya dari Pondok Modern Darussalam Gontor dengan cara-caranya sendiri. Bab ini menjelaskan upaya-upaya Kyai Rifa’i mengembangkan Pondok Pesantren Daar el-Qolam sebagai pesantren modern itu. Mengenai aspek-aspek moderninasi di Pondok Modern Darussalam Gontor, baca Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan. 19 Kitab itu dipelajari di kelas 3 dan 3 eksperimen. Isi kitab adalah mengenai sejarah ilmu waris, undang-undang yang berkaitan dengannya, sampai teknik pembagian warisan. 20 Kitab itu dipelajari di kelas 3 dan 3 eskperimen. Isi kitab adalah hadits-hadits nabi pilihan dan penjelasan Kyai Rifa’i menggunakan bahasa Arab. 21 Kitab itu dipelajari di kelas 2 dan 3, serta 3 eksperimen. Isi kitab adalah tafsir Al-Fatihah dan beberapa ayat Al-Baqarah Kyai Rifa’i yang ditulis menggunakan bahasa Arab. 22 Kitab itu dipelajari di kelas 2 dan 3, serta 3 eksperimen. Isi kitab adalah penjelasan asal usul ilmu sharf, bentuk dan perubahan kalimat dalam bahasa Arab.
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
setahun setelahnya, dapur itu dibongkar ulang untuk pembangunan Gedung Al-
Fatah yang memiliki empat lokal. Setelah membangun Gedung Al-Fatah, pada
awal 1970-an, berkat bantuan dari Haji Barkah, pengusaha kayu di daerah Grogol,
Jakarta, Kyai Rifa’i membuka gedung baru bernama Al-Barkah. Kyai Rifa’i
memfungsikan gedung itu sebagai gedung pertemuan pesantren. Namun, tidak
lama setelah dibangun, gedung itu rubuh tertimpa pohon karena angin yang
kencang.23 Di balik musibah itu, pada 1974, Kyai Rifa’i mendapatkan bantuan
dana sebesar 6,5 juta rupiah dari Mahmudi, Bupati Kabupaten Tangerang.24 Kyai
Rifa’i memanfaatkan dana itu untuk membangun Gedung Al-Muhdi di tempat
rubuhnya Gedung Al-Barkah. Sejak itu, pembangunan fisik mulai masif, bahkan
berkat yayasan wakaf yang Kyai Rifa’i bentuk pada 1980 berhasil mendatangkan
puluhan juta rupiah dari Arab Saudi yang kemudian dimanfaatkan untuk
pembukaan lahan dan pembangunan gedung-gedung.
Meskipun demikian, sejak Kyai Rifa’i mendirikan Pondok Pesantren Daar
El-Qolam hingga akhir dekade 1970-an, tidak sedikit masyarakat yang menentang
upaya Kyai Rifa’i mendirikan pesantren berbasis modern. Sebagian besar
masyarakat Gintung menganggap Kyai Rifa’i merupakan kyai kafir, karena
menerapkan sistem pesantren yang berbeda dengan pesantren-pesantren di Banten
pada umumnya. Selain pandangan sinis, secara konkret, penentangan terhadap
Kyai Rifa’i itu pernah dilakukan dalam wujud mobilisasi massa dan ancaman
pembunuhan.
Dari kasus-kasus penentangan itu, peran Kyai Ahmad Qashad Mansur dan
Hindun Mastufah sangat penting dalam membantu Kyai Rifa’i menyelesaikan
konflik dengan masyarakat. Bahkan berbagai penentangan itu mulai melunak
ketika Kyai Ahmad Qashad Mansur wafat pada 1976.25 Masyarakat Gintung pada
saat itu masih mempermasalahkan hal-hal khilafiyah, seperti pembacaan Qunut
pada shalat Subuh, tahlil, haul, dan sebagainya. Pada proses pengurusan jenazah
Kyai Ahmad Qashad Mansur, banyak masyarakat Gintung yang menduga bahwa
Kyai Rifa’i tidak akan menshalatkan jenazah ayahnya. Namun, prasangka-
prasangka itu akhirnya dapat ditampik oleh Kyai Rifa’i.
23 Ibid., 76. 24 Wawancara dengan Edi Sumardi. 25 Nafis, Pesantren Daar El-Qolam, 80.
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
Pada momentum lain, seperti Maulid Nabi, Kyai Rifa’i juga selalu
mengundang kyai-kyai di Gintung dan sekitarnya untuk mengaji. Pada Idul Adha
dan Idul Fitri, Kyai Rifa’i selalu tidak lupa untuk menyantuni anak-anak yatim.
Sejak saat itu, Kyai Rifa’i mulai sering diundang oleh masyarakat sekitar, baik
untuk mengikuti pengajian atau untuk berceramah di masjid-masjid dan mushala-
mushala.26 Dengan cara-cara itu, Kyai Rifa’i juga berusaha memberi pemahaman
kepada masyarakat mengenai persoalan khilafiyah dalam Islam. Oleh karena itu,
Kyai Rifa’i sangat menginginkan anak-anak masyarakat sekitar dapat menjadi
santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam. Masyarakat sekitar yang menginginkan
anak-anaknya belajar di Pondok Pesantren Daar El-Qolam, yang tinggal dalam
radius dua kilometer dari Pesantren, dibebaskan biaya hingga lulus.
Hal lain yang kontroversional dari kebijakan Kyai Rifa’i dalam
mengembangkan pesantren modern di kalangan Pesantren adalah pencampuran
santri putra dan putri dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Sebagai pesantren
alumni Pondok Modern Darussalam Gontor, penggabungan yang dilakukan Kyai
Rifa’i di Pondok Pesantren Daar El-Qolam itu merupakan hal baru. Pada saat itu,
Pondok Modern Darussalam Gontor pun belum menerima santri putri. Hal itu
membuat Kyai Rifa’i perlu meyakinkan berbagai pertanyaan dari kalangan kyai
Gontor. Meskipun demikian, ia memiliki landasan yang cukup meyakinkan pihak-
pihak itu. Sebagai rujukan agama, Kyai Rifa’i juga memberi analogi praktik
ibadah mahdhah27 di Mekkah, yang pada saat itu tidak ada pembatasan shaf yang
jelas pada shalat antara perempuan dan laki-laki
Pengaruh K.H. Ahmad Rifa’i Arief dalam Mengembangkan Pondok Pesantren Daar El-Qolam Terhadap Santrinisasi
Dalam ceramahnya, Kyai Rifa’i sering menekankan pada tujuan pendirian
Pondok Pesantren Daar el-Qolam, yaitu untuk mempelajari agama Islam. Dengan
berbagai pengembangan yang dilakukan di Pondok Pesantren Daar el-Qolam,
Kyai Rifa’i mendorong para santrinya untuk berperan aktif di berbagai bidang.
26 Ibid. 27 Ibadah yang diperuntukkan langsung ke Allah. Dalam pembahasan ini, yang dimaksud adalah shalat (berjemaah).
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
“Sering-sering anak-anakku bertanya pada diri sendiri di manapun anak-anakku berada, man ana? Siapakah diriku? Jawaban yang benar adalah saya ilmuwan tetapi saya muslim, saya pedagang tetapi saya muslim, saya pejabat tetapi saya muslim, saya mekanik tetapi saya muslim, begitu seterusnya. (Jadilah santri yang seperti itu).”28
Pernyataan yang disampaikan pada cermahnya tersebut sering diulang di
depan para santrinya.29 Hal itu menunjukkan bahwa tipe ideal santri yang
diinginkan Kyai Rifa’i, adalah muslim professional atau kelas menengah santri.30
Berbagai upaya yang telah dijelaskan di bab sebelumnya adalah cara Kyai Rifa’i
untuk memperoleh tujuan itu. Pada penelitian ini, terdapat lima kategori kelas
menengah santri itu; santri Kyai Rifa’i di pesantren (pengasuh pesantren), di
birokrasi pemerintahan, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, dan
sekolah inklusif bertaraf internasional.
Terdapat 30 pesantren sejenis yang didirikan oleh para santri Pondok
Pesantren Daar el-Qolam, 25 di antaranya di Banten;
Tabel 1. Jaringan Pondok Pesantren Alumni Pondok Pesantren Daar el-Qolam
No. Nama Pesantren Lokasi
1. Pondok Pesantren Darussa’adah Lebak 2. Pondok Pesantren La Tansa Lebak 3. Pondok Pesantren al-Bayan Lebak
28Rosyad, Drs. K.H. Ahmad Rifa’i, 325, 29 Semua alumni yang diwawancara mengakui bahwa Kyai Rifa’i sering melontarkan cita-citanya itu. 30 Kelas menengah santri identik dengan profesional santri. Proses santri untuk masuk ke dalam dunia profesional membuka peluang terhadap perubahan paradigma terhadap Islam. Tujuan akhir proses itu adalah untuk menjadikan Islam sebagai pemeran sentral dalam kehidupan sosial, baca Noorhadi Hasan, “Islam di Kota-kota Menengah Indonesia: Kelas Menengah, Gaya Hidup, dan Demokrasi”, dalam Gerry van Klinken dan Ward Berenschot (ed.), In Search of Middle Indonesia Kelas Menengah di Kota-kota Menengah, (Jakarta: KITLV dan Yayasan Pustaka Obor, 2016), 224. Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa kelas menengah santri adalah kelompok profesional yang menggunakan Islam sebagai pandangan hidup. Kelompok itu mengusahakan gagasan tentang suatu “masyarakat Islam”, baca Abdurrahman Wahid, “Kelas Menengah Islam di Indonesia”, dalam Richard Tanter dan Kenneth Young (ed.), Politik Kelas Menengah Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1996), 19-23. Proses santrinisasi dijabarkan lebih jelas dengan pembahasan santri-santri dalam kelompok profesional, baca Mastuki Hassan, Kebangkitan Santri Cendekia Jejak Historis, Basis Sosial, dan Persebarannya, (Tangerang Selatan: Pustaka Compass, 2016). Hal itu menguatkan pendapat Harry J. Benda, bahwa sejarah Islam Indonesia adalah sejarah perluasan peradaban santri, baca Harry J. Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit Islam Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1980), 33. “Santri” dalam penelitian ini merupakan santri Kyai Rifa’i yang pernah belajar di Pondok Pesantren Daar el-Qolam.
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
4. Pondok Pesantren Al-Mizan Lebak dan Pandeglang
5. Pondok Pesantren La Lahwa Pandeglang 6. Pondok Pesantren Al-Ma’arif Serang 7. Pondok Pesantren Al-Ma’mur Tangerang 8. Pondok Pesantren Al-Amin Pandeglang 9. Pondok Pesantren As-Sa’adah Serang 10. Pondok Pesantren Al-Rahmah Serang 11. Pondok Pesantren Daar el-Azhar Lebak 12. Pondok Pesantren La Royba Serang 13. Pondok Pesantren Manahijussadat Lebak 14. Pondok Pesantren Daar el-Istiqomah Serang 15. Pondok Pesantren Daar el-Qurro Serang 16. Pondok Pesantren Daar el-Syifa Serang 17. Pondok Pesantren Daar el-Taqwa Serang 18. Pondok Pesantren Darul Ahsan Lebak 19. Pondok Pesantren Darunna’im Lebak
20. Pondok Pesantren Kulliyyatul Al-Naasyiin Al-Islamiyyah Serang
21. Pondok Pesantren Daar el-Haq Lebak 22. Pondok Pesantren Mathla’ul Huda Pandeglang 23. Pondok Pesantren Salsabila Serang 24. Pondok Pesantren Subulussalam Tangerang 25. Pondok Pesantren Nurul Falah Lebak
Sumber: Diolah dari website resmi Pondok Pesantren Daar el-Qolam
Semua pesantren yang didirikan oleh para alumni merupakan pesantren
modern yang memadukan sistem pendidikan madrasah ke dalam pesantren.
Kehadiran pesantren-pesantren itu turut memberikan corak baru bagi pesantrn di
Banten. Secara garis besar, terdapat tiga aspek yang diikuti oleh seluruh kyai
alumni yang mendirikan pesantren dari Pondok Pesantren Daar el-Qolam, yaitu
penerapan kurikulum pemerintah, penekanan terhadap bahasa asing (bahasa Arab
dan Inggris), dan kegiatan ekstrakulikuler santri. Berpijak pada tiga hal itu, para
kyai alumni mengembangkan pesantrennya dengan cara masing-masing. Kyai
Rifa’i memberikan inspirasi bagi para kyai alumni itu. Beberapa ada yang
menjalin hubungan khusus dan intens dengan Kyai Rifa’i.
Selain itu, Kyai Rifa’i juga memberikan pengaruh kepada upaya
penguatan Islam di tataran birokrasi, terutama di Banten. Di pimpinan eksekutif,
dari 4 Kabupaten dan 4 Kota di Banten, 2 di antaranya merupakan santri Kyai
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
Rifa’i, yaitu Iman Ariyadi (Walikota Cilegon) dan Iti Octavia (Bupati Lebak).
Ada pula jabatan tinggi di eksekutif yang diampu oleh santri Kyai Rifa’i, yaitu
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Lebak oleh Sumardi. Di Pimpinan
Legislatif tingkat provinsi, santri Kyai Rifa’i, Suparman (Golkar) juga muncul
sebagai Wakil Ketua I DPRD Banten periode 2009-2014. Pada periode 2014-
2019, Suparman kembali dicalonkan oleh partai, dan berhasil memperoleh suara
terbanyak di Kabupaten Lebak. Pada periode 2014-2019, partai
mengamanahkannya sebagai Ketua Fraksi Golkar dan anggota Komisi IV. Selain
Suparman, ada pula Encop Sofiah di Komisi III dari Partai Gerindra. Selain di
tingkat provinsi, santri Kyai Rifa’i juga muncul di tingkat Kota/Kapubaten, seperti
Abdul Aziz dari Golkar di DPRD Kota Tangerang Selatan. Di DPRD Kota
Tangerang Selatan, Abdul Aziz mengampu Sekretaris Fraksi dan Sekretaris
Komisi II. Sebelum menuju pimpinan legislatif tingkat Provinsi, Suparman dan
Encop Sopiah juga merupakan anggota Dewan tingkat Kota/Kabupaten;
Suparman di DPRD Kabupaten Lebak (2004-2009) dan Encop Sofiah di DPRD
Kota Serang (2009-2014). Mereka akui dorongan Kyai Rifa’i sangat memberikan
pengaruh pada karir mereka. Dengan posisi strategis mereka, beberapa kebijakan
yang berpihak pada kemajuan umat Islam dapat diperjuangkan. Oleh karena itu,
kehadiran santri Kyai Rifa’i mewarnai politik.
Di perguruan tinggi, dengan kombinasi program pendidikan muallimin
dengan kurikulum pemerintah, sehingga saat lulus, santri mendapatkan ijazah
pesantren dan ijazah resmi pemerintah memberikan suatu akselerasi tersendiri
bagi santri. Beberapa santri Kyai Rifa’i di antaranya konsisten membangun karir
di dunia pendidikan tinggi, seperti Ismatu Ropi, ia menjadi dosen yang aktif
meneliti di Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif
Hidayatullah dan Editor di jurnal internasional Studia Islamika. Hasil penelitian
doktoralnya di Australian National University (ANU) yang mengangkat topik
tentang regulasi negara terhadap agama mendapatkan penghargaan sebagai
disertasi mengenai topik Indonesia terbaik pada 201231; Tabah Rasyadi, ia pernah
31 Ismatu Ropi, “Your Life is Your Message”, dalam Hidayat, (ed.), Dari Pesantren Untuk Dunia Kisah-kisah Inspiratif Kaum Santri”, (Jakarta: PPIM UIN Syarif Hidayatullah dan Prenada Media Group). Dari Pesantren, 332.
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
menjabat sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta; dan Siti Napsiyah, dosen Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Apa yang didapatkan mereka dari Kyai Rifa’i di Pondok
Pesantren Daar el-Qolam menjadi modal dasar yang kuat bagi pengembangan
intelektual mereka, terutama pada keilmuan yang menguatkan keislaman.
Untuk dorongan terhadap santri yang membangun lembaga swadaya
masyarakat, Kyai Rifa’i sangat menginginkan para santrinya memiliki
kemandirian. Oleh karena itu, salah satu panca jiwa pondok yang ditanam oleh
Kyai Rifa’i adalah berdiri di atas kaki sendiri (berdikari). Salah satu bentuk
konkret yang dicontohkan Kyai Rifa’i adalah prinsipnya untuk tidak bergantung
kepada siapa pun. Dorongan seperti itu terafeksi kepada beberapa santrinya,
seperti Very Muchlis Ariefuzzaman yang mendirikan konsultan politik Konsep
Indonesia (Konsepindo), Ihsan Ali Fauzi yang menjadi Direktur di Pusat Studi
Agama dan Demokrasi (PUSAD), dan Taftazani yang menjadi Manajer Konsultan
di Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Pengembangan Pondok
Pesantren Daar el-Qolam oleh Kyai Rifa’i berhasil menjadi katalisator mereka
dalam mengembangkan dunia karir.
Wadah kelas menengah santri terakhir pada penelitian ini adalah sekolah
inklusif bertaraf internasional. Sejak awal, Kyai Rifa’i menetapkan program
pendidikan Pondok Pesantren Daar el-Qolam adalah Madrasah Muallimin al-
Islamiyah (MMI) yang mengacu pada pendidikan guru. Oleh karena itu, banyak
alumninya yang menjadi guru. Namun, di samping itu, ada pula alumni Pondok
Pesantren Daar el-Qolam yang menduduki peran penting di sekolah bertaraf
internasional, yaitu Wahyuni Nafis sebagai Direktur Sekolah di Sekolah Madania
Bogor dan Mahyudin sebagai Pengawas Sekolah Sekolah Sukma Bangsa di Pidie,
Bireuen, dan Lhokseumawae, Aceh. Keduanya merupakan pimpinan tertinggi di
dua sekolah itu.
Dalam mengembangkan sekolah, banyak hal yang didapatkan Wahyuni
Nafis dan Mahyudin dari Kyai Rifa’i di Pondok Pesantren Daar el-Qolam.
Keduanya menerapkan sikap yang tegas untuk tidak berpolitik seperti yang
diterapkan Kyai Rifa’i di Pondok Pesantren Daar el-Qolam. Kemudian, meskipun
kedua sekolah itu merupakan sekolah bertaraf internasional dan inklusif, namun
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
suasana Islam sangat mewarnai. Di Sekolah Sukma Bangsa, banyak pengajarnya
yang didatangkan dari lulusan pesantren. Saat mendesain kegiatan di asrama,
beberapa disiplin mirip dengan pendidikan pesantren, seperti kewajiban sekolah
berjamaah dan hukuman bagi siswa yang telat atau tidak mengikuti disiplin.
Sementara, di Sekolah Madania, yang didirikan oleh Nurcholish Madjid, semua
pengajar beragama Islam. Saat Wahyuni Nafis diamanahkan oleh yayasan untuk
mengelola Sekolah Madania, Nurcholish Madjid meminta Wahyuni Nafis agar
dapat mengelola Sekolah Madania seperti Kyai Rifa’i mengelola Pondok
Pesantren Daar el-Qolam.32 Posisi strategi alumni Pondok Pesantren Daar el-
Qolam di sekolah inklusif bertaraf internasional memiliki arti penting bagi
penguatan Islam dalam dunia pendidikan.
Berbagai penyebaran santri Kyai Rifa’i di berbagai bidang menunjukkan
pengaruh kuat pengembangan Pondok Pesantren Daar el-Qolam terhadap
penyebaran ajaran-ajaran Islam. Pada tahap itu, pengembangan Pondok Pesantren
Daar el-Qolam yang dilakukan Kyai Rifa’i berhasil menempati posisi kuat dalam
mewarnai kehidupan sosial masyarakat.
Kesimpulan
Secara garis besar, Kyai Rifa’i mengembangkan Pondok Pesantren Daar
el-Qolam dengan mengadopsi sistem pendidikan pesantren di Pondok Modern
Darussalam Gontor, seperti program pendidikan “muallimin”, penggunaan buku
ajar, berprinsip untuk tidak berpolitik, dan disiplin santri. Namun, pada
perkembangannya, terdapat beberapa aspek yang dikembangkan oleh Kyai Rifa’i,
seperti keikutsertaan pesantren terhadap kurikulum pemerintah, penggabungan
santri putra dan putri dalam satu kelas, sampai pemanggilan pengajar-pengajar
dari universitas-universitas negeri. Hal itu didasarkan pada hasil ijtihad Kyai
Rifa’i dalam merespons perubahan zaman. Pengembangan yang dilakukan Kyai
Rifa’i di Pondok Pesantren Daar el-Qolam merupakan hal baru di Banten.
Penolakan masyarakat terhadap upaya Kyai Rifa’i pada masa awal pendirian
Pondok Pesantren Daar el-Qolam adalah bukti yang menunjukkan itu. Namun,
32 Wawancara dengan Wahyuni Nafis, santri Kyai Rifa’i dan Direktur Sekolah Madania, pada 27 April 2017, di Sekolah Madania.
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
tanggapan reaksioner masyarakat itu perlahan menghilang beriringan dengan
kemampuan Kyai Rifa’i dalam meyakinkan masyarakat.
Upaya Kyai Rifa’i dalam mengembangkan Pondok Pesantren Daar el-
Qolam sebagai pesantren modern berhasil menguatkan ajaran Islam di
masyarakat. Keberhasilan Kyai Rifa’i dalam mengembangkan Pondok Pesantren
Daar el-Qolam sebagai pesantren modern tampak nyata dari kiprah lulusan
pesantren. Sebagian santri Kyai Rifa’i mendirikan pesantren sejenis Pondok
Pesantren Daar el-Qolam, 25 di antaranya di Banten, sebagian santri lainnya
menempati posisi strategis pada birokrasi pemerintahan, pendidikan tinggi,
mendirikan lembaga swadaya masyarakat, dan mengampu sekolah inklusif
bertaraf internasional. Dengan kiprah para lulusan Pondok Pesantren Daar el-
Qolam di posisi-posisi strategis itu, para santri lulusan Pondok Pesantren Daar el-
Qolam kemudian juga berhasil menguatkan ajaran Islam dengan cara masing-
masing.
Dalam hal ini, sistem pesantren modern yang dikembangkan oleh Kyai
Rifa’i di Pondok Pesantren Daar el-Qolam berperan membentuk santri yang dapat
menghadapi pranata kehidupan modern. Streotipe lama masyarakat Banten
terhadap santri pun juga berkembang, selain tafaquh fiddin (paham agama), juga
faqih fi masailil khalqi (paham terhadap persoalan masyarakat). Oleh karena itu,
wadah pengabdian santri setelah lulus dari Pondok Pesantren Daar el-Qolam lebih
luas. Dengan pendirian Pondok Pesantren sejenis oleh sebagian alumni, Kyai
Rifa’i memberikan pengaruh domino bagi pertumbuhan Pondok Pesantren
modern, karena dari pesantren-pesantren alumni, juga lahir pesantren-pesantren
modern lainnya. Hal itu juga turut mendorong reproduksi para santri yang siap
menghadapi pranata kehidupan modern dengan pengetahuan agama Islam yang
mencukupi.
Sementara para santri lulusan Pondok Pesantren Daar el-Qolam yang
berkiprah di dunia profesional, seperti birokrasi pemerintahan, pendidikan tinggi,
lembaga swadaya, dan sekolah-sekolah inklusif bertaraf internasional, juga
memberikan pengaruh yang signifikan bagi penguatan ajaran Islam di institusi
masing-masing. Para lulusan santri yang berkiprah di birokrasi pemerintahan turut
memperjuangkan ajaran-ajaran Islam, baik dalam etos kerja individu maupun
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
dalam memperjuangkan kebijakan publik yang berpihak pada umat Islam. Para
lulusan santri yang berkiprah di pendidikan tinggi juga memperkuat ajaran Islam,
terutama dalam perluasan korpus ilmu pengetahuan Islam kepada khalayak.
Ajaran Islam juga turut dikuatkan oleh para lulusan santri yang mendirikan
lembaga swadaya masyarakat, seperti konsultan politik Konsepindo, SMRC, dan
Pusat Studi Agama dan Demokrasi. Mereka menjadikan ajaran-ajaran Islam
sebagai prinsip dalam membuat strategi pemenangan kandidat, penelitian
lapangan, dan pemberdayaan masyarakat. Sementara, para lulusan santri yang
mengampu sekolah inklusif bertaraf internasional memperkuat ajaran Islam
dengan mengimplementasikannya pada prinsip-prinsip sekolah. Meskipun sekolah
inklusif, nuansa Islam pada sekolah sangat kuat. Dengan penuansaan itu, ajaran
Islam dapat diterima oleh para peserta didik di sekolah. Bahkan dengan
penuansaan itu, beberapa murid sekolah yang sebelumnya non-Islam tertarik
dengan ajaran Islam, dan akhirnya masuk Islam.
Kiprah para santri lulusan Pondok Pesantren Daar el-Qolam menunjukkan
peran Kyai Rifa’i dalam mengembangkan Pondok Pesantren Daar el-Qolam
sebagai pesantren modern. Peran Kyai Rifa’i itu pada akhirnya bermuara pada
penguatan Islam. Dalam hal ini, sistem pesantren modern yang dikembangkan
Kyai Rifa’i di Pondok Pesantren Daar el-Qolam berhasil membentuk santri
profesional. Upaya itu patut terus disadari dan diteruskan oleh para penerus
kepemimpinan Kyai Rifa’i dan santri Pondok Pesantren Daar el-Qolam pada
masa-masa selanjutnya.
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
Daftar Referensi Surat Kabar: “Alumni Pondok Pesantren Daar el-Qolam”, http://www.daarelqolam.ac.id/Pages/ alumni.aspx, diakses pada 18 Januari 2017. “Kyai Mumtaz Itu Telah Pergi” dalam Warta Daar El-Qolam No. 1 Tahun I – Juni 1998. Buku: Ali, Muhammad. Islam and Colonialism Becoming Modern in Indonesia and
Malaya. (Edinburgh: Edinburgh University Press, 2016). Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah
Tantangan Milenium III. (Jakarta: Prenada Media Group, 2012). Benda, Harry J. Bulan Sabit dan Matahari Terbit Islam Indonesia pada Masa
Pendudukan Jepang. (Jakarta: Pustaka Jaya, 1980). Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai.
(Jakarta: LP3ES, 1990). Hassan, Mastuki. Kebangkitan Santri Cendekia Jejak Historis, Basis Sosial, dan
Persebarannya. (Tangerang Selatan: Pustaka Compass, 2016). Hidayat, Komaruddin (ed.). Dari Pesantren Untuk Dunia Kisah-kisah Inspiratif
Kaum Santri. (Jakarta: PPIM UIN Syarif Hidayatullah dan Prenada Media Group).
Horikoshi, Hiroko. Kiai dan Perubahan Sosial. (Jakarta: P3M, 1987). Klinken, Gerry van dan Ward Berenschot (ed.). In Search of Middle Indonesia
Kelas Menengah di Kota-kota Menengah. (Jakarta: KITLV dan Yayasan Pustaka Obor, 2016).
Mochtar, Affandi. Membedah Diskursus Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalimah, 2001).
Nafis, Wahyuni. Pesantren Daar El-Qolam Menjawab Tantangan Zaman Biografi K.H. Ahmad Kyai Rifa’i. (Tangerang: Daar El-Qolam Press).
Noer, Deliar. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. (Jakarta: LP3ES, 1980).
Rahardjo, Dawam (ed.). Pergulatan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah. (Jakarta: P3M, 1985).
Rosyad, Soleh. Drs. K.H. Rifa’i Ahmad Kiprah Kyai Entrepreneur Sebuah Pembaharuan Dunia Pesantren di Banten. (Jakarta: Grasindo, 2014).
Sukamto, Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1999), 49. Tanter, Richard dan Kenneth Young (ed.). Politik Kelas Menengah Indonesia.
(Jakarta: LP3ES, 1996). T.n. Pedoman Izin Pendirian Pondok Pesantren. (Jakarta: Kementerian Agama
RI, t.t). Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. (Jakarta: Mutiara
Sumber Widya, 1992). Zarkasyi, Abdullah Syukri. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren.
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005).
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
Wawancara: Wawancara dengan K.H. Ahmad Syahiduddin, Pengasuh Pondok Pesantren Daar
El-Qolam, pada 26 Maret 2017.Wawancara dengan Sukarta, guru pertama Pondok Pesantren Daar El-Qolam,
pada 26 Maret 2017. Wawancara dengan Wahyuni Nafis, santri Kyai Rifa’i dan Direktur Sekolah
Madania, pada 27 April 2017, di Sekolah Madania.
Peran K.H. Ahmad ..., Savran Billahi1, FIB UI, 2017
Recommended