View
237
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
PERANAN USAHA KECIL
PADA INDUSTRI PENGOLAHAN LOGAM DAN MESIN
DALAM MEMECAHKAN MASALAH PENGANGGURAN
DI KABUPATEN TEGAL JAWA TENGAH
(Studi Kasus Pada PT. Putra Bungsu Tegal)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
NOVI ARIYANTI
NIM. 1110015000060
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
i
ABSTRAK
Novi Ariyanti (NIM: 1110015000060). Peranan Usaha Kecil Pada Industri
Pengolahan Logam dan Mesin Dalam Memecahkan Masalah Pengangguran
di Kabupaten Tegal Jawa Tengah (Studi Kasus Pada PT. Putra Bungsu
Tegal).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peranan usaha kecil
dalam gerakan OVOP (One Village One Product) pada sektor industri pengolahan
logam dan mesin dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten
Tegal Jawa Tengah pada tahun 2012-2013. Metode yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini antara lain Kepala Seksi
Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM dan Pasar
Kabupaten Tegal, salah satu pemilik usaha industri pengolahan logam dan mesin
di Kabupaten Tegal dan para pekerjanya. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.Teknik
pengolahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Usaha kecil
pada sektor industri pengolahan logam dan mesin merupakan usaha pedesaan
yang mampu berkontribusi dalam membuka lapangan pekerjaan masyarakat
sekitar. 2. Besarnya peranan usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam
dan mesin dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal
pada tahun 2012 adalah sebesar 0,34% dari seluruh penduduk yang bekerja di
Kabupaten Tegal, sedangkan pada tahun 2013 peranannya meningkat menjadi
0,41% dari seluruh penduduk yang bekerja di Kabupaten Tegal. 3. Jumlah
penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan logam dan mesin pada
tahun 2012-2013 tetap, yaitu pada angka 2.527 jiwa. Hal ni membuktikan bahwa
usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin mampu menekan
angka pengangguran di Kabupaten Tegal tahun 2012-2013.
Kata kunci: Industri, pengolahan logam, mesin, dan pengangguran.
ii
ABSTRACT
Novi Ariyanti (NIM: 1110015000060). The Importances of Small Business of
Machine and Metal Manufacture Industry to Solve The Problem of
Unemployment in Tegal Regency Central of Java (Study Kasus in PT. Putra
Bungsu Tegal).
The purpose of this research is to know how big the importances of small
business in OVOP (One Village One Product) system of machine and metal
manufacture industry to solve the problem of unemployment in Tegal Regency,
central of Java 2012-2013. This research used descriptive qualitative method. The
subjects of this research are The Head of Micro Business Development Section
and Informal Dinas Koperasi, UKM and Traditional Market in Tegal Regency,
one of the owner in machine and metal manufacture industry in Tegal Regency
and all officials. Technique of collecting data in this research used interview,
observation, adn documentation. While in technique of analyzing data used source
triangular.
Based the result of this research, it is conclude that: 1. Small business on
machine and metal manufacture industry is a business of village that could give a
contribution to make a new vocation for citizen. 2. The big importance of small
businesson machine and metal manufacture industry in the way to solve a problem
of unemployment in Tegal Regency in 2012 is 0,34% from all people who work
in tegal regency. While in 2013, the value is increse to be 0,41% from all people
who work in Tegal Regency. 3. Total of manpower absorption on machine and
metal manufacture industry in 2012-2013 is permanent, it is 2.527 people. It is
provesmall businesson machine and metal manufacture industry can hold
unemployment in Tegal Regency in 2012-2013.
Keywords: Industry, metal manufacture, machine, and unemployment.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan
Semesta Alam yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yag berjudul: “Peranan Usaha Kecil Pada Industri
Pengolahan Logam dan Mesin dalam Memecahkan Masalah Pengangguran
di Kabupaten Tegal Jawa Tengah (Studi Kasus Pada PT. Putra Bungsu
Tegal)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan serta keterbatasan waktu yang diberikan oleh
penulis di dalam penyusunan skripsi ini, akan tetapi penulis telah berusaha
semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan
benar. Oleh sebab itu penulis akan menerima kritik dan saran yang tujuannya
untuk membangun agar penulis dapat berusaha menyempurnakan skripsi ini.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan kontribusi dalam
menyelesaikan skripsi ini, diantaranya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan syafaat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. selaku Kepala Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan SosialUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
4. Bapak Drs. A. Banadjid. selaku dosen pembimbing satu-satunya yang
telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan
arahan dan saran untuk Skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah
memberikan ilmu, motivasi dan inspirasi selama penulis menuntut ilmu di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh Staff dan Sekretariat Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
7. Orangtuaku tercinta; Bapak Marwinsyah dan Ibu Siti Masitoh, Padhe
Jono, Budhe Tum, dan kakakku: Mas Khoerul Anam Syahmadani, serta
saudara-saudara yang ada di Dukuhwaru yang sampai saat ini telah
memberikan kasih sayang, kekuatan, bimbingan, dan doa-doa yang tulus
kepada penulis setiap saat.
8. Kawan-kawan Pendidikan IPS Program Studi Ekonomi-Akuntansi
angkatan 2010, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Intinya, penulis
bangga telah mengenal kalian.
9. Kawan bermain; Ayu Yuningsih, Eka Rahayu, Fitri Amalia Azzahro, dan
Rima Setiyawati, yang telah banyak memberikan pengalaman berharga
selama penulis tinggal di Jakarta.
10. Kawan-kawan Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat, para senior dan
junior yang telah mengenalkan dunia luar kepada penulis.
11. Bapak Sarwoko, S.Psi., MM. selaku Kepala Seksi Pengembangan Usaha
Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal.
12. Bapak H. Dimyati, selaku pemilik PT. Putra Bungsu Tegal yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di
perusaannya.
13. Mba Sri, dan Mba Dewi, serta para pekerja di PT. Putra Bungsu Tegal,
yang telah meluangkan waktunya dan berbaik hati untuk membantu
penulis dalam melakukan penelitian.
14. Pihak-pihak yang telah memberikan kontribusi dalam pengumpulan data,
seperti Bappeda Kabupaten Tegal, dan Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar
v
Kabupaten Tegal, serta BPS Kabupaten Tegal, Disperindag Kabupaten
Tegal, Dinsosnakertrans Kabupaten Tegal.
15. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan material dalam
penyusunan Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan yang
terdapat dalam Skripsi ini. Dengan rendah hati penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak jika terdapat kesalahan yang kurang
berkenan di hati pembaca. Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini
memberikan manfaat untuk kita semua. Aamiin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Jakarta, 09 September 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Judul Halaman
Abstrak ........ ........................................................................................... i
Abstract .................................................................................................. ii
Kata Pengantar ....................................................................................... iii
Daftar Isi.................................................................................................. vi
Daftar Gambar ........................................................................................ viii
Daftar Tabel ........................................................................................... ix
Daftar Grafik .......................................................................................... x
BAB I Pendahuluan ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 7
D. Perumusan Masalah ................................................................... 7
E. Tujuan penelitian ........................................................................ 8
F. Manfaat penelitian ...................................................................... 8
BAB II Tinjauan Pustaka .................................................................... 10
A. Kajian Teori ............................................................................... 10
1. Industri Pengolahan Logam dan Mesin ................................ 10
2. Gerakan OVOP (One Village One Product) ........................ 22
3. Pengangguran ....................................................................... 27
4. Peranan Usaha Kecil dalam Masalah Pengangguran ........... 38
B. Penelitian yang Relevan ............................................................. 43
C. Kerangka Berfikir ....................................................................... 45
D. Hipotesis Tindakan ..................................................................... 46
BAB III Metodologi Penelitian ........................................................... 48
A. Tempat dan Waktu penelitian .................................................... 48
B. Desain Penelitian ........................................................................ 48
C. Subjek dan Objek Penelitian ...................................................... 50
vii
D. Instumen Penelitian .................................................................... 50
E. Sumber Data ............................................................................... 51
F. Data yang Dikumpulkan ............................................................ 52
G. Teknik Pengambilan Sampling .................................................. 52
H. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 53
I. Teknik Keabsahan Data ............................................................. 55
J. Teknik Analisis Data .................................................................. 56
BAB IV Analisis Hasil Penelitian ....................................................... 59
A. Hasil Penelitian .......................................................................... 59
1. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................. 59
2. PT. Putra Bungsu Tegal ....................................................... 68
3. Peranan Usaha Kecil Industri Logam dan Mesin ................. 76
B. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... 88
BAB V Penutup .................................................................................... 90
A. Kesimpulan ................................................................................ 90
B. Implikasi ..................................................................................... 91
C. Saran ........................................................................................... 91
Daftar Pustaka ...................................................................................... 94
Lampiran .............................................................................................. 96
viii
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Nama Gambar Halaman
Gambar 2.1 Pelaku Kunci dan Perannya Dalam Gerakan OVOP ...... 25
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian .......................................... 43
ix
DAFTAR TABEL
No. Tabel Nama Tabel Halaman
Tabel 2.1 Entitas Klaster Kompomen Alat Berat ................................ 11
Tabel 2.2 Aspek Positif dan Aspek Negatif OVOP ............................ 26
Tabel 2.3 Ketenagakerjaan Th. 2012-2013 ......................................... 32
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Miskin Th. 2012-2013 ........................... 34
Tabel 2.5 Penyarapan Tenaga Kerja Sektor Industri .......................... 41
Tabel 4.1 Lama Usia Bekerja .............................................................. 77
Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Terakhir Pekerja ................................. 80
Tabel 4.3 Penghasilan Pekerja Th. 2012-2013 .................................... 81
Tabel 4.4 Data Ketenagakerjaan Th. 2012-2013 ................................ 85
Tabel 4.5 Penyerapan Tenaga Kerja Sentra Industri Th. 2012 .......... 86
Tabel 4.6 Penyerapan Tenaga Kerja Sentra Industri Th. 2013 .......... 87
x
DAFTAR GRAFIK
No. Grafik Nama Grafik Halaman
Grafik 2.1 Jumlah Penduduk Kab. Tegal Th. 2010-2013 .................... 28
Grafik 2.2 Luas Pengolahan Lahan Kab. Tegal Th. 2011-2013 ......... 29
Grafik 2.3 Upah Minimum Regional Kab. Tegal Th. 2011-2013 ...... 30
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah perekonomian di negara berkembang, contohnya di
Indonesia adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat
tetapi tidak diimbangi dengan pertumbuhan pembangunan perekonomiannya.
Ketidakseimbangan ini akan memunculkan suatu permasalahan, yaitu
masalah ketenagakerjaan. Sudah diketahui bahwa masalah ketenagakerjaan
tidak hanya ditemui pada negara-negara berkembang saja, tetapi pada negara-
negara maju pun sering ditemui masalah ketenagakerjaan.
Di Indonesia, masalah ketenagakerjaan yang sering menjadi sorotan
adalah masalah upah buruh yang rendah dan tingkat pengangguran yang
tinggi. Masalah upah buruh yang rendah merupakan masalah yang terjadi
akhir-akhir ini, yang juga biasa terjadi pada setiap tahun yaitu aksi demo
buruh secara besar-besaran di seluruh dunia pada 1 Mei yang berusaha
menuntut hak kelayakan upah atas kerja mereka. Maka pada tanggal 1 Mei
diperingati sebagai hari buruh internasional. Hal ini adalah suatu bukti bahwa
hak yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan kewajiban yang telah mereka
kerjakan atau bisa jadi hak yang mereka dapatkan sudah tidak sesuai dengan
2
biaya hidup yang harus ditanggung oleh mereka. Beban kerja yang berat dan
biaya hidup yang semakin mahal, mendorong kaum buruh untuk menyalurkan
aspirasinya melalui aksi demo tersebut. Upah buruh yang rendah bisa
disebabkan karena tingkat kemampuan dan pendidikan tenaga kerja yang
rendah sehingga menghasilkan mutu atau kualitas produksi yang rendah.
Dengan mutu dan kualitas produk yang rendah akan mempengaruhi
pendapatan suatu perusahaan.
Masalah ketenagakerjaan yang kedua adalah pengangguran yang tinggi.
Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi setiap
negara. Bukan hanya negara berkembang saja, negara maju pun pasti
menghadapi masalah pengangguran, walaupun persentasenya mungkin lebih
kecil dari pada negara berkembang. Berbeda dengan negara berkembang,
masalah pengangguran di negara maju hanyalah berkaitan dengan siklus
ekonomi, bukan karena kelangkaan investasi, ledakan penduduk, ataupun
masalah sosial politik di negara tersebut. Indonesia sebagai negara
berkembang, dimana tingkat pertumbuhan penduduknya cepat tetapi
pembangunan perekonomiannya relatif lebih lambat, hal ini yang akan
menimbulkan berbagai masalah.
Menurut Sadono Sukirno, “Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang
besar dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan jumlah penduduk yang
semakin cepat. Hal ini akan menimbulkan beberapa efek, antara lain:
1. Jumlah tanggungan dalam keluarga semakin meningkat. Hal ini
menyebabkan beban setiap keluarga untuk membiayai
tanggungannya semakin besar. Sebaliknya, pendapatan yang rendah
memiliki keterbatasan menanggung lebih banyak anggota keluarga.
Dengan demikian, keluarga yang besar jumlah tanggungannya
cenderung menghadapi masalah kemiskinan.
2. Besarnya tanggungan tanpa pendapatan yang memadai membatasi
kemampuan keluarga dalam menyediakan dana untuk pendidikan
anak-anak. Berarti kebanyakan anak di negara berkembang tidak
memperoleh pendidikan yang cukup. Banyak di antara mereka taraf
pendidikannya lebih rendah.
3. Pertambahan tenaga kerja sangat cepat dan sering kali tidak diikuti
oleh pertambahan kesempatan kerja yang sama cepatnya. Sebagai
akibatnya, di negara yang tingkat (persentase) pertumbuhan
3
penduduknya sangat tinggi dan jumlah penduduknya relatif besar
(seperti Indonesia, India, dan Cina) masalah pengangguran menjadi
semakin serius.”1
Sadono Sukirno dalam bukunya mengatakan bahwa pertumbuhan
angkatan kerja dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat.
Menurutnya tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat jika tidak diimbangi
dengan peningkatan kesejahteraan maka akan menimbulkan berbagai masalah
yang harus ditanggung oleh masyarakat, seperti kemiskinan, rendahnya
tingkat pendidikan, dan munculnya pengangguran. Indonesia sebagai negara
agraris, yang terjadi di negara Indonesia adalah sebagian besar masyarakatnya
hidup di daerah pedesaan, dimana mata pencaharian utamanya berada di
sektor pertanian tradisional. Tingkat kesejahteraan petani di Indonesia
umumnya masih rendah. Menjadi seorang petani waktu bekerja penuhnya
tidak menentu, yaitu pada saat musim panen saja, jika musim panen telah
selesai mereka tidak akan bekerja sehari penuh. Problema pada sektor
pertanian inilah yang memunculkan paradigma masyarakat yang negatif
tentang petani pedesaan. Bekerja menjadi petani sudah tidak menjadi daya
tarik bagi masyarakat pedesaan saat ini, khususnya angkatan kerja baru.
Kota menjadi daya tarik tersendiri bagi kebanyakan masyarakat
pedesaan, karena menurut mereka kota menyediakan banyak lapangan
pekerjaan dengan upah yang tinggi. Tetapi yang menjadi masalah adalah arus
perpindahan penduduk dari desa ke kota semakin banyak, sehingga jumlah
penduduk di kota semakin padat. Jika hal ini terus dibiarkan maka akan
menimbulkan berbagai masalah serius yang harus ditanggung oleh
masyarakat dan negara. Maka dari desa, pemerintah hendaknya
mengupayakan jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut. Upaya yang
dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan adalah
melalui peningkatan pembangunan ekonomi yang mampu menyediakan
lapangan pekerjaan di pedesaan.
1 Sadono Sukirno. Ekonomi Pembangungan (Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan),
(Jakarta: Kencana, 2010), h. 15.
4
Kabupaten Tegal adalah salah satu daerah yang berada di Provinsi Jawa
Tengah, sebagian wilayahnya digunakan untuk sektor pertanian. Sektor
pertanian kini menemui berbagai masalah, seperti lahan pertanian yang mulai
sempit, teknik produksi yang masih sederhana, sehingga hasil produksinya
menurun. Kabupaten Tegal dengan ibukota Slawi, dewasa ini banyak
bermunculan jiwa wirausaha kreatif yang bergerak pada kegiatan usaha kecil.
Pada saat ini usaha kecil digadang-gadang sebagai tunas pembangun
pertumbuhan perekonomian suatu negara. Potensi dan kontribusi para
wirausaha memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu
negara, baik ditinjau dari segi jumlah usaha maupun dari segi penciptaan
lapangan kerja.
Tegal, dikenal sebagai Jepangnya Indonesia. Karena sejak dahulu
sampai sekarang banyak para Pandai Besi (orang yang ahli dalam bidang
pengolahan besi). Pandai Besi dalam kosa kata bahasa Jawa dinamakan
dengan Sayang. Oleh sebab itu di daerah Kabupaten Tegal terdapat suatu
daerah yang beranama Pesayangan, karena banyak warganya yang ahli dalam
bidang pengolahan besi dan logam. Hasil produknya sudah diekspor ke
beberapa daerah, bahkan ada beberapa perusahaan yang telah bermitra
dengan perusahaan asing.
Industri pengolahan logam dan mesin adalah salah satu jenis usaha
yang mempunyai jumlah unit usaha yang banyak di Kabupaten Tegal.
Sehingga tenaga yang terserapnya pun tidak sedikit. Dibandingkan dengan
jenis usaha industri yang lain, industri pengolahan logam dan mesin
merupakan penyumbang terbanyak selama dua tahun terakhir terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tegal.
PT. Putra Bungsu adalah salah satu usaha kecil di sektor industri
pengolahan logam dan mesin. Dikatakan sebagai usaha berskala kecil karena
berdasarkan pendapatan bersih setiap tahunnya, yaitu kurang dari Rp.
2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah). Industri logam dan mesin
5
ini berkonsentrasi pada pembuatan komponen-komponen kapal dan
pengecoran logam. Perusahaan ini dijalankan oleh keluarga wirausahawan
secara turun temurun.
Untuk dapat menjadi seorang wirausaha harus mempunyai jiwa
kepemimpinan yang baik. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna
diantara makhluk-makhluk ciptaan-Nya, karena manusia telah dilengkapi
dengan akal dan pikiran yang dapat digunakan untuk berfikir secara rasional.
Maka berdasarkan kelebihan tersebut, Allah menjadikan manusia sebagai
khalifah (pemimpin) di muka bumi ini supaya dapat memanfaatkan apa yang
ada di muka bumi ini dengan baik dan benar. Berikut ini adalah salah
satubukti tertulis dari firman Allah SWT yang ada di dalam kitab suci Al-
Qur’an yang berkaitan dengan kepemimpinan manusia di muka bumi:
قال اهلل تعانى :وإذ قال ربل نهمالئكة إوي جاعم في األرض خهيفة قانىا
سفل اندمآء ووحه وسبح بحمدك ووقدس نل قال أتجعم فيها مه يفسد فيها وي
إوي أعهم ما ال تعهمىن ۞
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhan-Mu berfirman kepada para malaikat,
„Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi‟.
Mereka berkata: „Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang akan
membuat kerusakan dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami
senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan nama-Mu?‟.Dia
berfirman, „Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui‟”.
(QS. Al-Baqarah (2) : 30)
Selain bukti yang tertulis dalam kitab suci Al-Qur’an, bukti kecintaan
Allah terhadap seorang pemuda yang mampu berkarya dan bekerja keras juga
dibuktikan dalam Sabda Rasulullah SAW yang tertulis dalam Hadits dari
Ashim bin Ubaidillah:
6
سىل هلل صهى اهلل عهيهعه عاصم به عبيد اهلل عه سانم عه أبيه قال قال ر
وسهمئن اهلل يحب انمؤمه انمحترف )أخرجه انبيهقى(
Artinya: “Dari Ashim bin Ubaidillah, dari Salim, dari bapaknya, dia berkata,
Rasulullah SAW telah bersabda, „Sesungguhnya Allah mencintai seorang
mukmin yang berkarya atau bekerja keras‟. Dan di dalam riwayat Ibnu
Abdan, „Pemuda yang berkarya atau bekerja keras‟”. (H.R. Baihaqy)
Allah SWT telah menganugerahkan sumber daya alam yang berlimpah
ruah di bumi Indonesia ini. Maka tidak ada alasan untuk menjadi negara
miskin, jika setiap manusia yang telah diberikan akal pikiran mampu
mengelolanya dengan baik dan benar untuk kepentingan bersama.
Joseph Alois Schumpeter adalah seorang ilmuwan ekonomi
berkebangsaan Amerika-Austria, dalam teori pertumbuhan ekonominya ia
menitikberatkan pada pentingnya peranan pengusaha di dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam teorinya ditunjukan bahwa para
pengusaha merupakan golongan yang akan terus-menerus membuat suatu
pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Dengan inovasi-inovasi
yang diciptakan akan memberikan nilai lebih terhadap hasil produksinya,
sehingga mampu memberikan daya tarik kepada para investor untuk
menanamkan modalnya kepada usaha tersebut. Sehingga usahanya akan
semakin maju dan semakin luas. Hal ini akan membuka kesempatan kerja
yang banyak bagi masyarakat, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan
suatu negara.
Unit usahanya yang banyak, mengindikasikan bahwa usaha kecil pada
sektor industri pengolahan logam dan mesin merupakan sektor usaha yang
dominan dalam menyerap tenaga kerja. Menyadari begitu besar kontribusi
usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam
menyerap banyak tenaga kerja di suatu daerah, berdasarkan latar belakang
masalah tersebut maka judul penelitian yang diambil oleh peneliti adalah
7
“Peranan Usaha Kecil Pada Industri Pengolahan Logam dan Mesin
dalam Memecahkan Masalah Pengangguran di Kabupaten Tegal Jawa
Tengah (Studi Kasus Pada PT. Putra Bungsu Tegal)”.
B. Identifikasi Masalah
Kinerja perekonomian di Kabupaten Tegal tidak luput dari dampak
krisis ekonomi global. Sehingga masih banyak permasalahan yang ditemui.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka beberapa masalah yang
dapat diidentifikasikan di wilayah Kabupaten Tegal diantaranya sebagai
berikut:
1. Pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat.
2. Skill angkatan kerja baru rendah.
3. Luas lahan pertanian semakin sempit.
4. Tingkat Upah Minimum Regional (UMR) masih rendah.
5. Arus urbanisasi semakin meningkat.
6. Pengangguran selama kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami
fluktuasi.
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah tersebut, supaya penelitian lebih
terarah, maka peneliti memberikan pembatasan masalah pada kajian
penelitiannya. Batasan masalah pada penelitian ini adalah peranan usaha kecil
di sektor industri pengolahan logam dan mesin pada gerakan OVOP (One
Village One Product) dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di
Kabupaten Tegal tahun 2012-2013.
D. Perumusan Masalah
Dari batasan masalah yang telah ditentukan di atas, maka rumusan
masalah yang akan menjadi bahan penelitian adalah “Berapa besar peranan
8
usaha kecil di sektor industri pengolahan logam dan mesin pada gerakan
OVOP (One Village One Product) dalam upaya memecahkan masalah
pengangguran di Kabupaten Tegal tahun 2012-2013?”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui “Seberapa besar peranan usaha kecil di sektor industri
pengolahan logam dan mesin pada gerakan OVOP (One Village One
Product) dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten
Tegal tahun 2012-2013”.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan ilmu pendidikan ekonomi terutama dalam hal
kewirausahaan, serta dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian
lanjutan terkait topik dalam penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah kontribusi,
baik informasi maupun motivasi bagi perusahaan untuk selalu
mengembangkan usahanya.
b. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kebijakan
dalam memecahkan permasalahan strategis yang ada di Kabupaten
Tegal, khususnya mengenai peranan usaha kecil di sektor industri
pengolahan logam dan mesin pada gerakan OVOP dalam upaya
memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
mengenai peranan usaha kecil di Kabupaten Tegal dan dapat
9
memberikan motivasi untuk mengembangkan diri dalam bidang
entrepreneurship.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Industri Pengolahan Logam dan Mesin
Kata industri, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah
kerajinan, perusahaan untuk membuat dan menghasilkan barang-barang
berat seperti perusahaan pabrik besi dan baja, barang-barang ringan seperti
perusahaan yang membuat barang-barang selain besi dan baja.2
Industri pengolahan merupakan kegiatan pengubahan bahan dasar
(bahan mentah) menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau dari
barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya,
baik secara mekanis, kimiawi, dengan mesin ataupun dengan tangan. Di
Kabupaten Tegal terdapat berbagai macam jenis industri pengolahan,
industri pengolahan logam dan mesin khususnya industri komponen
perkapalan menjadi produk unggulan yang masuk sebagai kompetensi inti
industri Kabupaten Tegal.
2W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006),
h. 44.
11
Sentra industri pengolahan logam dan mesin termasuk dalam industri
komponen alat berat yang merupakan salah satu produk komoditi industri
andalan atau unggulan di Kabupaten Tegal. Industri komponen alat berat
secara umum dapat didefinisikan sebagai industri berbahan baku utama
besi dan baja. Kabupaten Tegal mempunyai sumber daya yang potensial
untuk mengembangkan klaster industri komponen alat berat yang terkait
dengan kebutuhan untuk industri-industri besar. Produk-produk komponen
alat berat merupakan produk hulu yang penting karena merupakan bahan
baku bagi industri hilirnya (industri kendaraan besar dan berat). Entitas
Klaster Komponen Alat Berat Kabupaten Tegal terlihatkan pada tabel
berikut:3
Tabel 2.1. Entitas Klaster Komponen Alat Berat
Entitas Pelaku
Industri Inti 1. PT. Putra Bungsu
2. CV. Prima Karya
3. PT. Gemilang Lestari Teknindo
4. PT. Karya Paduyasa
5. CV. Millako Teknik Mandiri
6. CV. Jasa Pratama
7. CV. Rejeki Abadi Machinery
Industri Pemasok 1. PT. Krakatau Steel
2. PT. Jaya Paris Steel
3. PT. Gunawan Dian Jaya
Industri Penunjang 1. Bank
2. Perusahaan Katering
3. Perusahaan Transportasi
4. Penyedia mesin-mesin produksi, dll
3Kebijakan Industri Kabupaten Tegal, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Tegal, 2012, h. 31.
12
Industri Terkait 1. Industri komponen kapal
2. Industri komponen otomotif
3. Industri alat pertanian
4. Industri alat pemadam
5. Industri galangan kapal, dll
Pasar 1. Temu bisnis
2. Pameran
3. Ekspo
4. Gelar produk
5. Eksebisi, dll
Pembeli 1. PT. Komatsu Indonesia
2. PT. Caterpillar
3. PT. United Tractor
4. PT. Sumitomo Indonesia
Lembaga
Pendukung
1. Kementerian Perindustrian
2. Dinas Perindag Provinsi Jateng
3. Dinas Perindag Kabupaten Tegal
4. BPP Teknologi
5. LIPI
6. ITB
7. Undip, dll
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal
Di Kabupaten Tegal terdapat 7 pelaku industri inti dalam klaster
komponen alat berat, dari ketujuh pelaku tersebut memiliki pelaku-
pelaku entitas masing-masing. Seperti pemasok barang, penunjang,
konsentrasi industri yang terkait, cara memasarkan, pembeli hasil
produksi, dan lembaga pendukung yang mempunyai wewenang dalam
membina dan mengembangkan perindustrian.
13
Menurut Jahen F.R (2011-5), “Suatu negara harus melewati
sebuah transformasi dalam perekonomian jika ingin memajukan
kesejahteraan negara dan rakyat, dari negara dengan
pertumbuhan pertanian menuju pertumbuhan industri dan
diakhiri pertumbuhan pada sektor jasa. Tidak dapat dipungkiri,
semenjak kecil hingga sekarang, masyarakat Indonesia selalu
disuapi dengan kebanggaan akan kekayaan alam yang dimiliki.
Akan tetapi, kita tidak pernah diajarkan bagaimana caranya agar
kekayaan alam yang banyak ini bisa dimanfaatkan secara
maksimal. Akibatnya, kita selalu bergantung kepada sektor
pertanian dan tidak pernah bisa mengejar negara-negara industri
lainnya. Solusi bagi kondisi ini adalah dengan melakukan
industrialisasi sumber daya alam Indonesia”.4
Sumber daya alam yang melimpah keberadaannya akan menjadi
sia-sia jika tidak dapat diolah dengan baik. Menurut Jahen, sejak
jaman dahulu bangsa Indonesia sudah terbiasa dibanggakan dengan
sumber daya alam yang berlimpah ruah, namun masyarakatnya tidak
dapat memanfaatkannya dengan baik, tidak mampu menyulapnya
agar menjadi suatu barang yang lebih tinggi nilainya. Mereka lebih
bergantung pada sektor pertanian. Sedangkan lahan pertanian setiap
tahun mengalami penurunan, sehingga hasil produksinya pun semakin
rendah. Oleh karena permasalahan tersebut, salah satu jalan keluarnya
adalah dengan melakukan industrialisasi, yaitu melalui pengembangan
usaha kecil pada sektor non pertanian, usaha yang berorientasi pada
pemanfaatan sumber daya alam lokal yang tersedia.
Industrialisasi adalah proses transformasi ekonomi suatu negara
dari sektor pertanian ke sektor industri. Kegiatan industri fokus pada
pendayagunaan sumber daya yang tersedia di suatu negara. Sumber
daya alam yang melimpah merupakan salah satu potensi besar untuk
menunjang kemandirian suatu negara. Menilik masa lalu, Negara
Indonesia sejak jaman dahulu dikenal dengan tanahnya yang subur
sehingga hasil pertaniannya melimpah. Power inilah yang menjadikan
4Jahen Fachrul Rezki, dkk, Seri Pemikiran Mahasiswa; Ekonomi Indonesia di Mata Anak
Muda UI. (Depok: Beduose Media, 2010), h. 5.
14
Indonesia pada jaman dahulu dijuluki sebagai macan asia. Hasil
pertaniannya yang melimpah menjadikannya mampu swasembada
pangan. Namun dewasa ini, Indonesia telah kehilangan powernya.
Sektor pertanian di Indonesia sedang mengalami kelesuan oleh
beberapa sebab, antara lain lahan pertanian yang semakin sempit
akibat alih fungsi, alat, dan teknik produksi yang masih sederhana.
Sehingga hasil produktivitasnya rendah.
PT. Putra Bungsu adalah salah satu industri inti yang temasuk
ke dalam klaster komponen alat berat. perusahaan tersebut termasuk
ke dalam jenis usaha kecil, karena jika dilihat dari penghasilan dalam
satu tahunnya usaha ini memenuhi kriteria dalam usaha kecil.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 13
Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) Bab I Pasal I Nomor 9, bahwa usaha kecil adalah
usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan orang
perorangan atau badan usaha bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.5
a. Kriteria Usaha Kecil
Menurut Nurman Said, definisi usaha kecil sangat beragam, hal
ini terjadi karena perbedaan pandangan pengkajian pada usaha kecil
tersebut atau juga perbedaan pemakaian kriteria. Untuk
mendefinisikan arti dari usaha kecil, berikut akan disajikan beberapa
kriteria usaha kecil dari berbagai negara.6
5Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 13 Tahun 2013, h. 4.
6Syahrial Syarif, Industri Kecil dan Kesempatan Kerja. (Padang: Pusat Penelitian
Universitas Andalas, 1990), h. 63.
15
Kriteria yang dipakai untuk membedakan kelompok industri
ada bermacam-macam, diantaranya: jumlah modal kerja yang
digunakan, jumlah tenaga kerja, jumlah produksi, omzet penjualan,
besarnya investasi dan metoda administrasi. Semua kriteria ini tidak
dapat dipakai sekaligus, karena akan menyulitkan dalam penilaian.
Yang dipergunakan adalah jumlah tenaga kerja, besarnya modal atau
investasi, kapasitas produksi dan jumlah penjualan per-periode
(omzet).
Kriteria industri kecil seperti yang disampaikan di atas adalah
relatif berbeda pada beberapa negara. Kita ambil beberapa contoh
negara yang memberi pembatasan industri kecilnya seperti negara
Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan Philipina.
Amerika serikat merupakan negara besar dan maju dalam
perekonomian, namun perusahaan kecil tetap ada. Diperkirakan ada 8
juta perusahaan kecil atau kira-kira 90% dari perusahaan yang ada.
Kriteria yang dipakai di Amerika serikat untuk industri kecil antara
lain:
1) Tenaga kerja paling banyak 250 orang.
2) Pendapatan setahun rata-rata tidak lebih dari US $ 5 juta.
3) Bagi perusahaan dagang pendapatan tidak lebih US $ 1 juta.
4) Dalam bidang usaha konstruksi rata-rata pendapatan selama tiga
tahun terakhir tidak lebih dari US $ 5 juta.
Kriteria yang digunakan di Jepang sebagai suatu negara maju
di bidang industri yang mempunyai perusahaan yang lebih dari 90%
dari jumlah perusahaan.Kriteria yang dipergunakan terhadap
perusahaan kecil di Jepang adalah sebagai berikut:
16
1) Jumlah modal tidak lebih 100 juta Yen dengan mempergunakan
tenaga kerja lebih kurang 300 orang, untuk bidang usaha industri,
pertambangan, transpor dan industri.
2) Perusahaan yang bergerak pada bidang grosir, modal yang
digunakan tidak lebih 30 juta Yen dengan tenaga kerja 100 orang.
3) Perusahaan yang bergerak di bidang eceran dan jasa modalnya
tidak lebih 10 juta Yen dengan tenaga kerja 50 orang
4) Perusahaan dengan tenaga kerja tidak lebih dari 20 orang dan 5
orang bagi perusahaan kecil perdagangan dan jasa.
Di Negara Korea, kriteria industri kecil hampir sama dengan
kriteria yang dipergunakan di Jepang. Sedangkan Philipina
memberikan kriteria industri kecil dengan tenaga kerja 5-100 orang
dan memiliki asset tidak lebih dari 1 juta Peso.
Sedangkan World Bank, membagi UKM ke dalam tiga jenis,
yaitu Medium Enterprise, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal
300 orang, Small Enterprise, dengan kriteria jumlah karyawan kurang
dari 30 orang, dan Micro Enterprise, dengan kriteria jumlah karyawan
kurang dari 10 orang.7
Di Indonesia, menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008
tentang UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), kriteria usaha kecil
adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
500.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, atau;
7 http://www.infoukm.wordpress.com
17
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000
(tiga ratus juta ruiah) sampai dengan paling banyak Rp.
2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah).8
b. Klasifikasi Usaha Kecil
Menurut Ronald Clapham, dalam buku Pengusaha Kecil dan
Menengah di Asia Tenggara, “Perusahaan kecil dan menengah
digolongkan ke dalam tiga kelompok:
1) Pengaruh lokasi
- Memerlukan bahan baku yang tersebar di seluruh daerah
bersangkutan.
- Barang-barang untuk pasar setempat dan dengan biaya
angkutan yang relatif tinggi.
2) Pengaruh proses produksi
- Tahap-tahap proses yang terpisah-pisah.
- Kerajinan tangan dan pekerjaan halus.
- Perakitan sederhana, mencampur atau sentuhan akhir.
3) Pengaruh pasar
- Diferensiaasi produk dengan volume produksi yang
rendah dan biaya rendah.
- Produksi untuk pasar kecil dan tidak terpisah-pisah.”9
Klasifikasi sektor usaha yang dikutip oleh Meilano Trengguna,
berdasarkan prinsip klasifikasi menurut jenis kegiatan ekonomi
mengikuti konsep pada ISIC (International Standard Classification of
All Economic Activities) revisi tahun 1968. Untuk kepentingan
penyusunan klasifikasi usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah,
dan usaha besar, digunakan 9 penggolongan utama sektor ekonomi
yang meliputi:
1) Pertanian, Peternakan
Kehutanan dan perikanan mencakup segala macam pengusahaan
dan pemanfaatan benda-benda atau barang-barang biologis
8Leonardus Saiman, Kewirausahaan (Teori, Praktik, dan Kasus-kasus). (Jakarta: Salemba
Empat, 2009), h. 9. 9Ronald Clapham, Pengusaha Kecil dan Menengah di Asia Tenggara. (Jakarta: LP3ES,
1991), h. 17.
18
(hidup) yang berasal dari alam untuk memenuhi kebutuhan atau
usaha lainnya.
2) Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalianmeliputi subsektor minyak
dan gas bumi, subsektor pertambangan non migas, dan subsektor
penggalian.
3) Industri Pengolahan
Industri pengolahan merupakan kegiatan pengubahan bahan dasar
(bahan mentah) menjadi barang jadi atau setengah jadi dan/atau
dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih
tinggi nilainya, baik secara mekanis, kimiawi, dengan mesin
ataupun dengan tangan.
4) Listrik, Gas dan Air Bersih
Listrikmencakup kegiatan pembangkitan, transmisi, dan distribusi
listrik baik untuk keperluan rumah tangga, usaha, industri, gedung
kantor pemerintah, penerangan jalan umum, dan lain sebagainya.
Sedangkan gas mencakup kegiatan pengolahan gas cair, produksi
gas dengan karbonasi arang atau dengan pengolahan yang
mencampur gas dengan gas alam atau petroleum atau gas lainnya,
serta penyaluran gas cair melalui suatu sistem pipa saluran kepada
rumahtangga, perusahaan industri, atau pengguna komersial
lainnya. Air bersih mencakup kegiatan penampungan,
penjernihan, dan penyaluran air, baku atau air bersih dari terminal
air melalui saluran air, pipa atau mobil tangki (dalam satu
pengelolaan administrasi dengan kegiatan ekonominya) kepada
rumah tangga, perusahaan industri atau pengguna komersial
lainnya.
5) Bangunan
Bangunan atau kontruksi, adalah kegiatan penyiapan, pembuatan,
pemasangan, pemeliharaan, maupun perbaikan bangunan atau
19
konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, baik
digunakan sebagai tempat tinggal maupun sarana lainnya.
6) Perdagangan, Hotel dan Restoran
Perdagangan adalah kegiatan penjualan kembali (tanpa perubahan
teknis) barang baru maupun bekas. Sedangkan hotel adalah
bagian dari lapangan usaha kategori penyediaan akomodasi dan
penyediaan makan minum. Restoran disebut kegiatan penyediaan
makan minum adalah usaha jasa pangan yang bertempat di
sebagian atau seluruh bangunan permanen yang menjual dan
menyajikan makanan dan minuman untuk umum di tempat
usahanya.
7) Pengangkutan dan Komunikasi
Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan orang atau
penumpang dan atau barang atau ternak dari satu tempat ke
tempat lain melalui darat, air maupun udara dengan menggunakan
alat angkutan bermotor maupun tidak bermotor. Sedangkan
komunikasi yaitu usaha pelayanan komunikasi untuk umum baik
melalui pos, telepon, telegraf atau teleks atau hubungan radio
panggil (pager).
8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mencakup
kegiatan perantara keuangan, asuransi, dana pensiun, penunjang
perantara keuangan, real estate, usaha persewaan, dan jasa
perusahaan.
9) Jasa-jasa
Jasa-jasa meliputi kegiatan pelayanan kepada masyarakat yang
ditujukan untuk melayani kepentingan rumah tangga, badan
usaha, pemerintah dan lembaga-lembaga lain.10
10
Hendry Meilano Trengguna, “Analisis Potensi Dan Hambatan yang Dihadapi UMKM
Dalam Mengembangkan Usaha Dengan Menggunakan Alat Bantu Sistem Informasi Geografis
(SIG): Studi Kasus Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok”, Skripsi pada Universitas
Gunadarma, Jakarta, 2012, h. 4, dipublikasikan.
20
Usaha kecil dan industri kecil memang dipisahkan pada dua
lembaga yang berbeda, yaitu UKM (Usaha Kecil dan Menengah) dan
IKM (Industri Kecil dan Menengah). Usaha kecil adalah gabungan
dari beberapa industri kecil yang bergerak di dalamnya. UKM maupun
IKM merupakan kekuatan perekonomian di Negara Indonesia. Untuk
menjadi negara yang mandiri dan tidak bergantung kepada negara-
negara lain, maka suatu negara perlu memiliki kekuatan sendiri, yaitu
salah satunya dengan cara memberdayakan sektor usaha yang mampu
mendayagunakan sumber daya alam lokal. Pergerakan suatu usaha
tidak lepas dari ide kreatifitas dan semangat para wirausaha.
Kabupaten Tegal adalah salah satu wilayah yang potensial,
dimana sejak jaman dahulu banyak berdiri suatu usaha dalam skala
kecil, menengah, maupun besar. Pertumbuhan sektor industri di
Kabupaten Tegal secara historis mempunyai posisi yang strategis,
terutama karena dilatarbelakangi oleh tradisi turun-temurun dan
budaya masyarakat yang cukup kreatif. Oleh karena itu sejalan dengan
arah strategis pembangunan Kabupaten Tegal, yaitu PERTIWI
(Pertanian, Industri, dan Pariwisata), maka pembangunan berbasis
sektor industri merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan
Kabupaten Tegal. Upaya pembangunan ini dianggap penting dalam
mengembangkan potensi terbaik setempat dan menekankan
pemberdayaan pelaku industri secara bertahap, serta mendorong posisi
strategisnya dalam realita dinamika persaingan yang berkembang.
Menurut Sutrisno Iwantoko, mengembangkan industri pedesaan
adalah suatu keharusan. Menurutnya, terdapat beberapa pertimbangan
mengapa industri pedesaan menjadi pilihan pembangunan
perekonomian. Industri pedesaan menjadi pilihan karena secara
geografis wilayah Indonesia sebagian besar didominasi oleh desa.
Menurutnya desa menyimpan aneka ragam potensi baik kekayaan
alam maupun sumber hayati tersedia disana. Namun permasalahnya
21
potensi yang dimiliki cukup tinggi, tetapi pemanfaatannya yang masih
terbatas. Kemudian pertimbangan kedua adalah penawaran tenaga
kerja yang cukup berlimpah. Di desa pertumbuhan penduduknya jauh
lebih cepat daripada di kota sehingga jumlah tenaga kerjanya pun
lebih banyak. Namun walaupun terjadi lonjakan permintaan hal ini
tidak akan diikuti dengan kenaikan upah. Dan pertimbangan ketiga
adalah kelembagaan desa relatif sudah cukup berkembang, seperti
KUD, LKMD, juga PKK, Karang Taruna, Kelompok Usaha Bersama,
bahkan berbagai lembaga keuangan seperti BRI, BPR dan bank swasta
telah masuk ke desa. Menurutnya kelembagaan ini merupakan
infrastruktur yang sangat menunjang bagi kelangsungan hidup industri
pedesaan.”11
Lanjutnya, Sutrisno Iwantoko dalam bukunya mengatakan
bahwa, “Landasan bagi pilihan atas perlunya pengembangan
industri pedesaan adalah keefisienan dalam memanfaatkan
sumber daya yang langka dan tingkat investasi yang sama.
Prinsip efisiensi inilah yang diterapkan untuk menentukan
pilihan-pilihan atas faktor-faktor penentu keberhasilan dalam
upaya mengembangkan industri pedesaan. Faktor-faktor penentu
itu antara lain; tenaga kerja, sumber bahan baku, sumber modal,
tujuan pasar, dan investasi sumber daya fisik.”12
Menurut Sutrisno Iwantoko, keefisienan untuk tenaga kerja,
prinsip pemanfaatan adalah sumber tenaga kerja utamanya haruslah
tenaga kerja pedesaan. Namun pendidikan dan ketrampilan mereka
umumnya masih terbatas. Oleh karena itu, sifat teknologi industri
haruslah mengikuti sifat-sifat tenaga kerja tersebut. Untuk bahan baku,
prioritasnya juga harus bahan baku lokal. Selain mudah didapat dan
murah, juga memiliki dampak bagi masyarakat desa. Akan lebih
mendayagunakan sumber daya yang ada di pedesaan.
Konsekuensinya, industri pedesaan tidak akan seragam. Mereka
memiliki sifat-sifat lokal yang spesifik. Sementara sumber modal
perlu ada insentif dan rangsangan-rangsangan agar modal dari kota
11
Sutrisno Iwantoko. Kiat Sukses Berwirausaha. (Jakarta: PT. Grasindo. 2006). h. 16. 12
Ibid. h.17
22
dapat mengalir ke pedesaan. Paling tidak pada periode permulaan
haruslah disponsori oleh modal pemerintah. Sedangkan untuk pasar,
tampaknya diperlukan tahapan-tahapan yaitu dari mulai pasar lokal
yang kemudian secara bertahap ke pasar regional, kemudian pasar
nasional, hingga pasar internasional. Atau mungkin kombinasi dari
semuanya. Terakhir dukungan investasi sumber daya fisik, yang
meliputi sarana jalan dan transportasi, komunikasi, pembangkit tenaga
dan sumber air. Menurutnya dalam banyak kasus, kegagalan industri
pedesaan disebabkan oleh buruknya sarana umum dan utilitas ini.
2. Gerakan OVOP (One Village One Product)
a. Definisi OVOP
Isu strategis yang telah berkembang di wilayah Kabupaten Tegal
pada sektor perindustrian adalah adanya program OVOP (One Village
One product, OVOP adalah suatu gerakan pemerintah bekerja sama
dengan para pelaku usaha. OVOP telah berkembang di Kabupaten
Tegal sejak tahun 2011.
Dalam buku “Kebijakan Industri Kabupaten Tegal”, OVOP
adalah upaya kelompok masyarakat yang dibantu pemerintah untuk
menghasilkan produk yang menjadi identitas, dapat diterima pasar,
dan mengandalkan sumber daya lokal. Disini, istilah “Village” dan
“One-Product” tidaklah dimaknai secara harfiah. “Village” merujuk
pada wilayah administratif tertentu, secara desa atau kelurahan,
kecamatan, kabupaten atau kota dan sebagainya. Sementara itu, “One-
Product” dimaknai sebagai jumlah minimum jenis produk yang
memenuhi kriteria tertentu. Tujuan adanya gerakan OVOP adalah
mengembangkan produk lokal berdaya saing global dengan
menekankan pada penciptaan nilai tambah, mendorong semangat
kemandirian dan kebanggaan. Dengan demikian, tingkat
keberhasilannya tidak hanya diukur dari kemakmuran (Gross National
23
Product), tetapi juga kepuasan batin (Gross National Satisfaction)
masyarakat setempat.13
Menurut kementerian Koperasi dan UKM RI, OVOP adalah
upaya pemerintah dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk
unggulan suatu daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam wadah koperasi atau UKM.
Tiga Prinsip Gerakan OVOP berdasarkan kementerian Koperasi
dan UKM RI adalah:
a) Lokal tapi Global
Pengembangan gerakan OVOP bertujuan untuk meningkatkan,
mengembangkan, dan memasarkan produk yang bisa menjadi
sumber kebanggaan masyarakat setempat. Terutama yang bisa
dipasarkan baik di dalam maupun di luar. Sehingga tercapai
tujuan lokal tapi global.
b) Kemandirian dan Kreativitas
Sebagai penghela gerakan OVOP adalah masyarakat setempat.
Agar mampu mandiri masyarakat harus mampu bangkit dan
kreatif.
c) Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pemerintah Daerah harus menyadari dan mampu mendorong
sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif. Mampu
melakukan terobosan baru di sektor pertanian, industri,
pariwisata, jasa serta pemasaran produknya. Sehingga
meningkatkan kualitas, produktivitas, dan daya saing.14
PT. Putra Bungsu termasuk ke dalam sentra industri
pengolahan logam dan mesin, dimana usaha tersebut memfokuskan
13
Kebijakan Industri Kabupaten Tegal, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Tegal, 2012, h. 53. 14
Pengembangan Produk Unggulan Daerah Melalui Pendekatan OVOP (One Village One
Product), Deputi Menteri Bidang Pengkajian Sumber Daya UKMK, Kementerian Koperasi dan
UKM RI, h. 6.
24
diri pada kegiatan memproduksi komponen kapal dan pengecoran
logam. Usaha ini mampu memanfaatkan barang-barang bekas dari
logam yang sudah tidak digunakan, kemudian didaur ulang menjadi
barang yang lebih berguna. Maka dari itu, secara tidak langsung usaha
ini tidak hanya mendayagunakan barang-barang yang sudah tidak
terpakai, tetapi juga mampu meminimalisir dampak kerusakan
lingkungan dengan mendaur barang barang bekas tersebut.
Konsep OVOP pertama kali digagas pada tahun 1975-1978
oleh Gubernur Prefektur Oita, Dr. Morihiko Hiramatsu. Meskipun
digagas oleh gubernur, namun porsi pelaksanaan OVOP di Prefektur
Oita ada pada masyarakat sekitar atau komunitas. Seperti pada gambar
berikut:15
15
Ibid.., h. 55.
25
Gambar 2.1. Pelaku Kunci dan Perannya Dalam Gerakan OVOP
Haraguchi Tahun 2008
Pemerintah Prefektur
Komunitas (Dukungan Tambahan)
Setiap kebijakan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing, begitupun dengan kebijakan OVOP. Maka dari itu, dalam
mengambil kebijakan harus mengambil pendekatan yang paling sesuai
dengan karakteristik wilaayahnya.
- Kelompok kerjasama/asosiasi/perempuan
- Kepemimpian yang kompeten dan kuat
- Menyajikan nasihat teknis dan pemasaran Unit Layanan Teknis
- Pemilihan dan pembuatan produk/layanan
yang sesuai dengan memanfaatkan sumber
daya lokal
- Pembagian informasi dan pembelajaran
- Sosialisasi untuk kerjasama yang lebih baik
Anggota komunitas
Deteminasi yang kokoh
Menyajikan umpan balik pada kelompok
Widyawisata, seminar,
pertukaran
Memasarkan produk
OVOP kepada pasar yang
beragam melalui saluran
distribusi yang berbeda-
beda
Pekan raya/pameran,
publisitas
26
Tabel 2.1. Aspek Positif dan Aspek Negatif OVOP
Kebijakan
OVOP
Aspek Positif Aspek Negatif
1. Tingkat keberlanjutan
yang lebih tinggi
2. Efek luas komunitas
lebih lebar
3. Keterkaitan ke
belakang dan ke depan
(backward and
forward linkage) dalam
ekonomi lokal.
1. Perlu waktu lama untuk
melihat hasil
2. Ditentukan oleh
kerjasama dan
kepemimpinan
komunitas
3. Kurang responsif pada
ragam kebutuhan
produsen pada suatu
komunitas.
1) Pendekatan OVOP di Kabupaten Tegal
Pendekatan OVOP di Indonesia tidak jauh berbeda dengan apa
yang telah dilakukan di Jepang dan Thailand. Implementasi OVOP
di negara kita mengikuti suatu konsep program membangun suatu
regional, mungkin bisa tingkat desa, kecamatan, kota dan selanjutnya
memilih satu produk utama yang dihasilkan dari kreativitas
masyarakat desa. Pendekatan OVOP juga menggunakan sumberdaya
lokal, memiliki kearifan lokal dan bernilai tambah tinggi. Produk-
produk yang dipilih menjadi Gerakan OVOP tidak hanya dalam
bentuk tangible product, tetapi juga dalam wujud intangible product,
misalnya produk-produk budaya dan kesenian khas daerah yang
memiliki nilai jual tinggi secara global.
Prakarsa maupun kepeloporan di tingkat masyarakat Kabupaten
Tegal masih relatif rendah. Maka, prakarsa gerakan OVOP dilakukan
oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah masih harus berperan
27
lebih dalam mendorong agenda gerakan OVOP, walaupun program-
program yang dijalankan relatif tidak berkelanjutan karena
pendekatannya adalah pendekatan “proyek”. Namun demikian,
melalui stimulasi dapat membangkitkan kesadaran masyarakat untuk
mengembangkan OVOP lebih berkelanjutan.
2) Kriteria Pengembangan Produk Menurut Konsep OVOP
Pada dasarnya semua produk yang dihasilkan IKM Kabupaten
Tegal memiliki ciri khas lokal yang dapat digunakan sebagai titik
masuk pengembangan produk. Meskipun demikian, prioritas produk-
produk yang memenuhi kriteria OVOP sebagai berikut:
a. Bahan baku yang dapat disubstitusi
b. Dapat dihasilkan mengikuti standar mutu tertentu
c. Memanfaatkan sebesar-besarya sumber daya lokal
d. Berpotensi masuk ke pasar spesifik
e. Potensi ekspor melalui kapasitas merek yang kuat
f. Stabilitas dan keberlanjutan produksi dan stabilitas mutu
g. Tingkat kepuasan pelanggan
Kriteria-kriteria tersebut di atas dapat dielaborasikan untuk
memudahkan penerapannya pada pencarian OVOP. Masing-masing
kriteria tersebut tidak memiliki bobot yang sama, namun setiap produk
yang dinilai harus memiliki seluruh kriteria OVOP di atas.16
3. Pengangguran
a. Definisi Pengangguran
Pengangguran sering dijumpai pada setiap negara, baik negara
sedang berkembang maupun negara sudah maju. Indonesia sebagai
negara agraris, sebagian besar penduduknya hidup di pedesan, dimana
angka pertumbuhan penduduknya tergolong cepat, sehingga akan
menciptakan tenaga kerja yang melimpah. Salah satu contohnya
16
Ibid., h. 57.
28
Kabupaten Tegal. Kabupaten Tegal terdiri dari 18 kecamatan dan 287
desa dengan laju pertumbuhan penduduk sebagai berikut:
Grafik 2.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Tegal
Tahun 2011-2013
Sumber: BPS Kabupaten Tegal, diolah.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2013
menunjukan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tegal dari tahun
2011 sampai 2013. Pada tahun 2011 menunjukan jumlah penduduk
Kabupaten Tegal sebesar 1.400.256 jiwa dari penduduk laki-laki
sebesar 699.714 jiwa dan penduduk perempuan 700.543 jiwa. Naik
menjadi 1.409.406 jiwa pada tahun 2012 denganpenduduk laki-laki
sebesar 700.691 jiwa dan penduduk perempuan 708.715 jiwa. Dan
pada tahun 2013 naik menjadi 1.415.009 jiwa dari penduduk laki-laki
sebesar 703.494 jiwa dan penduduk perempuan 711.515 jiwa. Terlihat
bahwa laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tegal dari tahun 2011-
2013 mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat akan
menciptakan angkatan kerja baru. Lahirnya angkatan kerja baru jika
tidak dibarengi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan akan
Laki-laki
PerempuanJumlah
0
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
1.600.000
2011 2012 2013
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
29
menyebabkan masalah pengangguran. Sektor pertanian saat ini mulai
ditinggalkan oleh angkatan kerja baru, hal ini dikarenakan sektor
pertanian di Kabupaten Tegal sepertinya sedang mengalami kelesuan.
Berikut adalah grafik penggunaan lahan di Kabupaten Tegal:
Grafik 2.2. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Tegal
Tahun 2011-2013
Sumber: BPS Kab. Tegal, diolah.
Wilayah Kabupaten Tegal seluas 87.879 hektar. Berdasarkan
grafik di atas dapat dilihat bahwa, penggunaan lahan sawah lebih
sedikit dibandingkan bukan lahan sawah. Di tahun 2011 luas lahan
sawah seluas 40.234 hektar, di tahun 2012 menurun menjadi 40.172
hektar, dan di tahun 2013 menjadi 39.789 hektar. Luas lahan sawah
yang semakin sempit maka akan mengkibatkan hasil produktivitasnya
semakin sedikit, sehingga sektor ini (pertanian) tidak mampu
menyerap tenaga kerja yang banyak. Kelesuan pada sektor pertanian,
mengakibatkan para tenaga kerja baru beralih dari sektor non-
pertanian.
Bekerja bagi seseorang merupakan satu upaya untuk bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin besar kebutuhan hidup yang
dirasakan oleh seseorang semakin tinggi pula kecenderungan orang
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
20112012
2013
Lahan Sawah
Bukan Lahan Sawah
30
tersebut untuk mencari pekerjaan. Seiring dengan peningkatan kualitas
sumber daya manusia, maka kepedulian perusahaan-perusahaan di
Kabupaten Tegal terhadap kesejahteraan kaum buruh terus
ditingkatkan. Hal ini terlihat dari meningkatnya Upah Minimum
Regional (UMR) di Kabupaten Tegal pada tahun 2011 sebesar Rp.
750.000,- perbulan, kemudian naik menjadi Rp. 780.000,- perbulan di
tahun 2012 dan naik menjadi Rp. 850.000,- perbulan pada tahun 2013.
Sedangkan pada tahun 2014 upah pekerja naik menjadi Rp.
1.044.000,- perbulan. Berikut adalah grafik peningkatan Upah
Minimum Regional (UMR) Kabupaten Tegal tahun 2011-2014:
Grafik 2.3. Upah Minimum Regional Kabupaten Tegal
Tahun 2011-2013
Sumber: BPS Kabupaten Tegal
Biaya hidup di Kabupaten Tegal tergolong masih rendah. Jika di
Bandingkan dengan kota-kota besar seperti Jakarta, yang mana UMR
di Jakarta pada tahun 2014 adalah sebesar Rp. 2.400.000,- perbulan
atau bisa dibilang dua kali lipatnya dari UMR Kabupaten Tegal.
Rendahnya tingkat upah pada suatu daerah menjadi suatu
pertimbangan besar bagi para pekerja. Tenaga kerja yang merasa
0
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
2011 2012 2013 2014
Upah Minimum Regional Kabupaten Tegal
(Rupiah)
31
biaya tanggungannya tinggi mereka akan memilih untuk bekerja di
luar kota, salah satu yang menjadi pilihan adalah Jakarta.
Merantau adalah salah satu alternatif yang dianggap ampuh
untuk menyelesaikan masalah kebutuhan hidup mereka. Sehingga
perpindahan penduduk dari Kabupaten Tegal ke kota lain selalu
terjadi setiap tahunnya. Namun tidak semua tenaga kerja melakukan
urbanisasi, ada sebagian dari mereka yang memilih tinggal di daerah
Kabupaten Tegal, mereka menganggur untuk sementara waktu, sambil
menunggu adanya kesempatan kerja yang sesuai dengan
kemampuannya.
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang
tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari
dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan yang layak.
Menurut Sadono Sukirno, “Pengangguran adalah suatu keadaan
dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin
mendapatkan pekerjaan tetapi belum memperolehnya.”17
Batas usia tenaga kerja di Indonesia mengikuti yaitu 15-64
tahun, angkatan kerja merupakan bagian dari tenaga kerja yang
sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan
produktif. Menurut Sadono, seseorang yang dikatakan menganggur
jika telah mencapai usia angkatan kerja,sedang aktif mencari
pekerjaan. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak aktif mencari
pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur. Sebagai contoh, ibu
rumahtangga yang tidak ingin bekerja karena ingin mengurus
keluarganya, pelajar yang sedang menuntut ilmu, pensiunan adalah
17
Sadono Sukirno, Pengangtar Teori Makroekonomi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1996), h. 14.
32
tidak tergolong sebagai penganggur. Pengangguran umumnya
disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan
ketersediaan jumlah kesempatan kerja yang mampu menyerapnya.
Berikut adalah data ketenagakerjaan penduduk Kabupaten Tegal tahun
2012-2013:
Tabel 2.3. Ketenagakerjaan
Tahun 2012-2013
Indikator Tahun
2012 2013
Usia 10+ 1.160.222 981.084
Angkatan Kerja 749.387 615.630
Bukan Angkatan Kerja 410.835 365.454
Bekerja 704.049 572.937
Pengangguran 45.338 42.693
TPAK 64,59 62,75
TKK 93,95 93,07
TPT 6,05 6,93
Sumber: BPS Kabupaten Tegal
Nyatanya di Kabupaten Tegal, pertumbuhan jumlah penduduk
yang semakin meningkat tidak mempengaruhi pertumbuhan jumlah
angkatan kerja dari tahun 2012 ke tahun 2013. Di Kabupaten Tegal
pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun 2012-2013 meningkat
10%, tetapi pertumbuhan anak usia 10+ (ke atas) menurun, diikuti
dengan penurunan pertumbuhan angkatan kerja dan bukan angkatan
kerja. Usia kerja di Indonesia mengikuti standar internasional, yaitu
15 tahun ke atas. Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Tegal
dipengaruhi oleh peningkatan jumlah kelahiran bayi yang cukup pesat,
yaitu dari 2.735 bayi pada tahun 2012 meningkat menjadi 6.732 bayi
pada tahun 2013.
33
Jumlah angkatan kerja tahun 2012 sebanyak 749.387 jiwa
turun menjadi 615.630 jiwa di tahun 2013. Penawaran akan tingkat
kesempatan kerjatahun 2013 jugamenurun 0,88% dari tahun 2012,
sehingga pada tahun 2012 dari 749.387 angkatan kerja yang bekerja
sebanyak 704.049 jiwa. Pada tahun 2013 jumlah angkatan kerja
mangalami penurunan menjadi 615.630 jiwa, oleh karena penurunan
jumlah angkatan kerja dan penurunan tingkat kesempatan kerja, maka
pada tahun 2013 jumlah angkatan kerja yang bekerja menjadi 574.049
jiwa. Karenajumlah angkatan kerja dari tahun 2012-2013 terjadi
penurunan sebanyak 133.757 jiwa, sedangkan tingkat kesempatan
kerja hanya menurun 0,88%, sehingga tingkat pengangguran dalam
satu tahun menurun sebanyak 2.645 jiwa dari angka 45.338 menjadi
42.693.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian suatu negara karena dengan adanya pengangguran,
produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah
sosial lainnya. Pengangguran telah menjadi momokyang menakutkan
terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan
besarnya angka pengangguran, karena sempitnya lapangan kerja dan
besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan biasanya
karena faktor kelangkaan modal untuk investasi. Manakala masalah
pengangguran yang sangat pelik ini dibiarkan berlarut-larut, niscaya
sangat besar kemungkinannya akan mendorong terjadinya krisis
sosial. Indikator sosial mulai nampak dari semakin banyaknya jumlah
anak-anak yang mulai turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen,
pengemis, pedagang asongan, bahkan pelaku tindak kriminalitas.
Mereka adalah generasi yang kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan pendidikan dan pembinaan yang baik. Krisis sosial
34
ditandai oleh semakin meningkatnya angka kriminalitas, semakin
tingginya angka kenakalan remaja, dan semakin meningkatnya jumlah
anak jalanan dan preman. Pengangguran yang terjadi tidak saja
menimpa angkatan kerja yang baru lulus sekolah, akan tetapi juga
menimpa orang tua yang kehilangan pekerjaan karena perusahaannya
tutup, sehingga banyak orang yang frustasi menghadapi nasibnya.
Realita yang terjadi di Kabupaten Tegal dewasa ini, sering
dijumpai anak-anak belum cukup umur yang turun kelapangan untuk
menjadi pengemis di tempat-tempat umum seperti pasar, terminal,
tempat rekreasi dan lain sebagainya. Hal ini membuktikan
bahwatingkat kenaikan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tegal,
berdasarkan data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal, jumlah
penduduk miskin adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Tegal
Tahun 2012-2013
Tahun Penduduk Miskin
2102 84.732
2013 137.689
Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Tegal
Persentase penduduk miskin dari tahun 2012 sampai 2013
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2012
jumlah penduduk miskin sebanyak 84.732 jiwa atau sebanyak 6% dari
jumlah penduduk pada tahun 2012. Seiring dengan pertumbuhan
jumlah penduduk tahun 2013 yang meningkat, jumlah penduduk
miskin naik menjadi 137.689 jiwa atau sebanyak 9% dari total jumlah
penduduk. Jadi pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat
dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan di Kabupaten Tegal.
b. Pengangguran di Kabupaten Tegal
35
Penentuan hasil Ujian Nasional kemudian menjadi pintu
gerbang bagi para siswa yang akan melanjutkan masa depannya. Bagi
yang akan bekerja; “Kemanakah mereka akan bekerja? Dimanakah
mereka akan mencari kerja? Dan sejauh mana kemampuan yang
mereka miliki untuk bekerja?”. Inilah beberapa pertanyaan yang
mungkin menjadi perhatian mereka. Jika para angkatan kerja sudah
mempunyai bekal atau persiapan sebelumnya kelak mereka akan
mendapatkan pekerjaan yang diimpikan, namun sebaliknya jika para
angkatan kerja baru tidak mempunyai bekal ketrampilan atau
persiapan sebelumnya mereka akan menemui titik kebingungan dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Dan pada akhirnya mereka
akan menjadi pengangguran terbuka untuk sementara waktu.
Pengangguran terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja
yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka
yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah pernah
berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak
mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan
pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum
mulai bekerja.
Wilayah Kabupaten Tegal yang sebagian besar adalah lahan
pertanian nyatanya tidak mampu memberikan ruang untuk menyerap
angkatan kerja baru. Dewasa ini angkatan kerja baru lebih tertarik
bekerja pada sektor non-pertanian. Sebagian besar orang tua yang
bekerja sebagai petani, mengharapkan anaknya tidak menjadi petani
seperti mereka. Karena sektor pertanian dianggap kurang menjanjikan.
Pada sektor pertanianpun turut menciptakan suatu masalah
pengangguran. Pengangguran yang terjadi pada sektor pertanian
adalah pengangguran musiman. Di Kabupaten Tegal, pengangguran
musiman tidak dapat dihindari keberadaannya.
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi
pada waktu-waktu tertentu di dalam satu tahun. Biasanya
36
pengangguran seperti itu berlaku pada waktu-waktu dimana kegiatan
bercocok tanam sedang menurun kesibukannya. Waktu di antara
menuai dan masa menanam berikutnya, dan periode di antara sesudah
menanam bibit dan masa mengutip hasilnya, adalah masa yang kurang
sibuk dalam kegiatan pertanian. Di dalam periode tersebut banyak
diantara para petani dan tenaga kerja di sektor pertanian tidak
melakukan suatu pekerjaan. Berarti mereka sedang dalam keadaan
menganggur. Tetapi pengangguran itu adalah untuk sementara saja,
dan berlaku dalam waktu-waktu tertentu. Oleh sebab itu ia dinamakan
pengangguran musiman.18
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan
kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan
timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Pengangguran menjadi perhatian besar bagi pemerintah daerah
Kabupaten Tegal. Berbagai upaya telah dilakukan, seperti memperluas
lapangan pekerjaan dan investasi, namun upayanya belum
menunjukan pertumbuhan yang signifikan. Upaya penempatan TKI di
luar negeri pun dilakukan.
Indonesia sebagai negara agraris, dimana penduduknya
mayoritas bekerja sebagai petani terutama di sebuah pedesaan, salah
satu contohnya di Kabupaten Tegal. Petani di Kabupaten Tegal adalah
petani tradisional yang pendapatannya tidak menentu dengan teknik
dan peralatan yang masih cukup sederhana sehingga hasilnya tidak
maksimal. Tidak maksimalnya hasil pertanian di Kabupaten Tegal
bukan hanya karena faktor teknologi yang digunakan masih
sederhana, tetapi juga karena luas lahan pertanian yang kini mulai
sempit akibat alih fungsi menjadi lahan pemukiman penduduk.
18
Ibid., h. 299.
37
Dengan sempitnya lahan pertanian, kebutuhan akan tenaga kerja
dalam sektor pertanianpun akan berkurang. Jam kerja untuk menjadi
petanipun pada waktu-waktu tertentu. Beberapa petani yang hanya
bekerja pada saat penen, jika sedang tidak ada yang digarap mereka
akan menjadi pegangguran musiman, maka timbulah pandangan
masyarakat desa yang menganggap bahwa menjadi petani tidak lagi
menguntungkan. Sehingga tenaga kerja dan angkatan kerja baru lebih
tertarik untuk melakukan urbanisasi.
Bagi negara sedang berkembang, kebijakan pembangunan
yang mengabaikan sektor pertanian (di dalam beberapa kasus
dikorbankannya karena mengalirnya sumber daya alam dan manusia
ke kota) telah menimbulkan kemandekan atau tidak memadainya
pertumbuhan pendapatan di daerah pedesaan. Di pihak lain kebijakan
mengimpor teknologi padat modal secara besar-besaran untuk
mencapai industrialisasi dengan segera telah menyebabkan
pertumbuhan kesempatan kerja di kota tidak sesuai dengan jumlah
orang yang mencari pekerjaan. Ada beribu-ribu petani pedesaan
kehilanganan tanah karena diterapkannya mekananisasi pertanian
sebelum waktunya, atau mengerjakan tanah pertanian yang sangat
sempit karena pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Gejala ini
menyebabkan mereka berusaha menyelamatkan diri dengan pindah ke
kota-kota yang tumbuh dengan pesat, tetapi apa yang diidam-idamkan
yaitu keadaan hidup yang lebih baik ternyata tidak dapat terwujud.
Mobilitas penduduk dari desa ke kota bukan menjadi suatu
penyelesaian masalah perekonomian pedesaan. Banyaknya lapangan
kerja yang tersedia, tidak akan mampu menyerap semua angkatan
kerja dari berbagai daerah. Jika tidak mempunyai persiapan yang
matang mereka hanya akan menjadi masalah baru di perkotaan.
Seperti kriminalitas, gelandangan, bahkan menjadi peminta-minta.
Maka yang harus dibenahi adalah perekonomian di pedesaaan
itu sendiri. Agar tidak terjadi ketimpangan antara desa dan kota,
38
pemerataan pembangunan dari Sabang sampai Merauke perlu
diperhatikan, terutama pada wilayah pedesaan. Industrialisasi adalah
salah satu jalan untuk memperkuat perekonomian pedesaan.
4. Peranan Usaha Kecil dalam Masalah Pengangguran
Banyak jalan untuk mengatasi masalah pengangguran kalau
kemauan politik diarahkan kesana. Menurut Teguh Suhono, persoalannya
proses politik dan proses sosial di negeri ini sering tidak nyambung
(macth), dan berjalan sendiri-sendiri, sehingga pemecahan masalahnya
menjadi rumit dan sulit. Tingkat penganggur total masih tinggi tetapi
ironisnya pemerintah nampak tidak serius menanggulanginya, dan para
pihak yang berkompeten terlihat tenang-tenang saja. Minimnya lapangan
kerja di sektor formal sebenarnya dapat disiasati oleh sebagian pencari
kerja dengan memasuki sektor informal. Namun sayangnya bergeliatnya
sektor informal ini tidak serta merta mendapatkan dukungan positif dari
pemerintah. Hal ini tentunya sejalan dengan pendapat beberapa
organisasi non-pemerintah yang mengatakan bahwa pemerintah
cenderung memiliki paradigma "anti masyarakat miskin". Ancaman
penggusuran terus dilakukan, sementara lapangan kerja di kota dan di
desa semakin sempit. Ketidakseriusan pemerintah dalam menggerakkan
sektor informal ini juga diperkuat dengan lemahnya pemerintah daerah
dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat.19
Namun demikian keberadaan sektor informal masih memberikan
setitik sinar pencerahan yang diharapkan dapat meringankan, bahkan
mengatasi peliknya pengangguran akut yang sedang dirasakan oleh
bangsa Indonesia. Titik sinar pencerahan sektor informal yang
diharapkan dapat meringankan dan mengatasi masalah pengangguran
19
Teguh Sihono.,“Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan Upaya Mengatasi
Pengangguran”, Jurnal Ekonomia, 2005), h. 70.
39
tersebut dilakukan oleh Usaha Kecil Menengah (UKM). UKMdapat
menjadi terobosan yang komprehensif untuk mengatasi pengangguran.
UKM merupakan bagian penting dari perekonomian negara atau
daerah. Namun kesadaran akan pentingnya UKM baru muncul
belakangan ini. Menurut Berry, dkk, dalam Teguh suhono, “Ada
beberapa alasan yang mendasari memandang penting terhadap
keberadaan UKM, yaitu :
a. Kinerja UKM cenderung lebih baik dalam menghasilkan tenaga
kerja yang produktif.
b. Di dalam proses dinamika, UKM sering mencapai peningkatan
produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi.
c. UKM sering diyakini mempunyai keunggulan dalam hal
fleksibilitas daripada usaha besar. Seperti yang disampaikan
Kuneoro “Usaha Kecil, Menengah di Indonesia telah memainkan
peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan unit
usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga”.20
UKM merupakan salah satu solusi masyarakat untuk tetap
bertahan dalam menghadapi krisis, yaitu dengan melibatkan diri dalam
aktivitas usaha yang berkarakteristik informal. Dengan UKM ini
persoalan pengangguran sedikit banyak dapat teratasi dan implikasinya
juga dalam hal pendapatan. Anjloknya pendapatan masyarakat yang
menurunkan daya beli terhadap produk yang dipenuhi oleh Usaha Besar,
produk yang dihasilkan UKM memungkinkan menjadi pengganti
subtitusi produk Usaha Besar yang mengalami kebangkrutan. Jika
demikian halnya maka kecenderungan itu sekaligus juga merupakan
respon terhadap merosotnya daya beli masyarakat.
Joseph Alois Schumpeter (8 Februari 1883 - 8 Januari 1950) adalah
seorang ekonom Amerika-Austria dan ilmuwan politik. Dia sempat
menjabat sebagai Menteri Keuangan Austria pada tahun 1919. Salah satu
ekonom paling berpengaruh dari abad ke-20, Schumpeter
mempopulerkan istilah "Destruksi Kreatif" dalam ekonomi.21
Menurut http://id.wikipedia.org/wiki/Joseph_Schumpeter
20
Ibid., h.78. 21
http://id.wikipedia.org
40
Deliarnov, “Schumpeter oleh beberapa penulis dimasukan sebagai
pendukung aliran institusional. Hal itu karena pendapatnya yang
mengatakan bahwa sumber utama kemakmuran bukan terletak pada
domain itu sendiri, melainkan berada di luarnya, yaitu dalam
lingkungan dan institusi masyarakat. Lebih jelas lagi, sumber
kemakmuran terletak dalam jiwa kewiraswastaan
(entrepreneurship), para pelaku ekonomi yang mengarsiteki
pembangunan. Dia membedakan pengertian invensi dan inovasi.
Invensi adalah hal penemuan teknik-teknik berproduksi baru.
Sementara itu, inovasi mempunyai makna lebih luas, yang tidak
hanya menyangkut teknik-teknik produksi baru.Akan tetapi juga
penemuan komoditi baru, cara-cara pemasaran baru, dan
sebagainya. Oleh Schumpeter, inovasi dianggap sebagai sesuatu
loncatan dalam fungsi produksi. Inovasi ditentukan oleh inovator,
tetapi entrepreneurlah yang mempraktikan hasil temuan tersebut
pertama kali.”22
Menurut teori ekonomi Schumpeter, pertumbuhan ekonomi
ditentukan oleh peranan pengusaha yang merupakan golongan yang akan
terus-menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan
ekonomi. Inovasi tersebut meliputi memperkenalkan barang-barang baru,
mempertinggi efisiensi cara memproduksi dalam menghasilkan barang,
memperluas pasar suatu barang ke pasaran-pasaran yang baru,
mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan
perubahan-perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi
keefisienan kegiatan perusahaan yang kesemuanya memerlukan investasi
baru. Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya, Schumpeter
memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang
dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung
lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha
menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi
yang menguntungkan. Didorong oleh keinginan mendapatkan
keuntungan dari mengadakan pembaharuan tersebut, mereka akan
meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Investasi yang baru
ini akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi Negara. Maka
22
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, (Jakarta, Rajawali Pers, 2012), h. 153.
41
pendapatan masyarakat akan bertambah dan konsumsi masyarakat
menjadi bertambah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong
perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan
melakukan penanaman modal baru.
Dalam bukunya, Prasetyoantoko berpendapat bahwa, sektor
UKM potensinya sangat besar. Dengan adanya UKM yang berdiri pada
suatu daerah akan sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat
daerah dan sekitarnya, salah satu contohnya industri kecil, karena bentuk
usaha ini merupakan usaha yang padat karya. Sehingga mampu
menyerap banyak tenaga kerja.23
Dalam menghadapi persaingan global, suatu negara harus
mempunyai kekuatan tersendiri. Di satu sisi usaha kecil ini mampu
memanfaatkan potensi alam yang dimiliki oleh setiap daerah di Negara
Indonesia dan di sisi lain usaha kecil ini mampu mempekerjakan tenaga
kerja yang tidak sedikit. Dengan mendayagunakan potensi sumber daya
manusia yang begitu melimpah, terlebih di suatu pedesaan, maka usaha
kecil ini keberadaannya sangat potensial di kabupaten Tegal. Berikut
adalah jumlah tenaga kerja yang diserap oleh jenis usaha pada sektor
industri di Kabupaten Tegal tahun 2012-2013:
Tabel 2.5. Penyerapan Tenaga Kerja
Berdasarkan Sektor Industri di Kabupaten Tegal Tahun 2012-2013
(Jiwa)
Jenis Usaha Tahun 2012 Tahun 2013
Industri Kecil 115.425 115.425
Industri Besar 5.680 5.680
Rumah Tangga 790 790
Total 121.895 121.895
Sumber: Sistem Informasi Profil Daerah Kabupaten Tegal
23
Prasetyo A. Ponzi Ekonomi. (Jakarta: Kompas, 2010), h. 172.
42
Sektor industri di Kabupaten Tegal berdasarkan skalanya
dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu industri kecil, industri menengah,
dan rumah tangga. Dalam penyerapan tenaga kerja, industri kecil
menempati posisi pertama disusul dengan industri besar dan rumah
tangga pada urutan terakhir.
Jika dibandingkan dengan jumlah orang yang bekerja di tahun
2012, maka industri kecil berkontribusi sebesar 16,39%. Sedangkan pada
tahun 2013 naik menjadi 21,27%, karena jumlah orang yang bekerja pada
tahun 2013 menurun dari tahun 2012.
Jadi dapat dilihat bahwa melalui inovasi dan motivasi para
wirausaha, usaha ini ikut serta berkontribusi terhadap perekonomian
suatu negara, kontribusinya adalah sebagai berikut:
Pertama, sebagai salah satu jalan keluar untuk mengatasi masalah
ketenagakerjaan. Krisis ekonomi mengakibatkan banyak perusahaan
gulung tikar, sehingga memaksanya untuk memberhentikan beberapa
atau bahkan seluruh dari tenaga kerjanya. Tenaga kerja yang kehilangan
pekerjaan akan menjadi pengangguran sampai mendapatkan pekerjaan.
Pertumbuhan jumlah penduduk akan melahirkan sejumlah tenaga kerja
baru, sehingga akan menambah jumlah para pencari kerja. Dari masalah
tersebut jika tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja akan
menimbulkan masalah pengangguran. Biaya hidup yang semakin tinggi,
membutuhkan upah yang tinggi pula, namun banyak perusahaan yang
tidak bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Munculnya usaha kecil mampu
menyerap banyak tenaga kerja dan mejanjikan hasil yang tidak terbatas.
Kedua, turut membangun perekonomian nasional dengan tidak
membebani pemerintah dan masyarakat. Usaha kecil adalah jenis usaha
madiri, baik beradan hukum atau tidak berbadan hukum. Dengan
terserapnya beberapa tenaga kerja yang dahulunya tidak berpenghasilan
43
dengan bekerja pada sebuah Usaha Kecil dan Menengah akan
mendapatkan penghasilan dan kegiatan usaha ini dapat berupa usaha
sampingan, sehingga dapat menambah jumlah penghasilan di luar
pekerjaan inti. Melalui kegiatan ekspor hasil produksi akan menyumbang
devisa kepada negara sehingga turut membangun perekonomian nasional.
Ketiga, meningkatkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia.
Usaha kecil banyak memanfaatkan faktor-faktor produksi sekitar, faktor-
faktor produksi tersebut antara lain, seperti sumber daya alam (tanah, air,
udara, sinar matahari, tumbuh-tumbuhan, hewan, barang tambang),
sumber daya manusia (tenaga kerja), sumber daya modal, dan sumber
daya kewirausahaan untuk mengatur dan mengolah faktor-faktor
produksi.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Dodi Haryanto (2008), dengan judul
“Peranan Usaha Kecil Penyulingan Minyak Nilam Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes Tahun 2008”.
Mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta. Penelitian tersebut mendeskripsikan keadaan dan seberapa
besar peranan Usaha Kecil Penyulingan Minyak Nilam terhadap penyerapan
tenaga kerja. Usaha kecil ini merupakan usaha kecil pedesaan yang masih
bersifat tradisional dan mempunyai peluang besar untuk menjadi usaha yang
lebih besar. Usaha kecil ini memiliki kemampuan untuk menyerap tenaga
kerja, khususnya tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan memiliki
keterampilan terbatas. Dari keseluruhan jumlah tersebut menyerap tenaga
kerja sebanyak 500 orang atau sebesar 0,86 % dari seluruh angkatan kerja
yang ada di Kecamatan Bantarkawung. Keberadaan usaha ini telah
menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk setempat yang masih
menganggur sebagai pekerjaan pokok, sehingga usaha kecil penyulingan
44
minyak nilam ini merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah
kesempatan kerja di pedesaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ade Raselawati (2011), dengan judul
“Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKM di Indonesia”. Mahasiswa dari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Tujuan penelitian tersebut untuk meganalisis pengaruh
perkembangan Usaha Kecil dan Menengah terhadap pertumbuhan ekonomi
pada sektor UKM di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data panel, data
yang digunakan adalah data sekunder berupa PDB UKM, tenaga kerja UKM,
ekspor UKM, jumlah unit UKM, investasi UKM, dari tahun 2000-2009. Dari
analisisnya menggambarkan bahwa ekspor UKM, jumlah unit UKM,
investasi UKM menunjukan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia. Sedangkan variabel
tenaga kerja UKM tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi pada sektor UKM karena penyerapan tenaga kerja tidak sebanding
dengan nilai tambah yang dihasilkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Nelsen Diyan Pratama (2012), dengan
judul “Analisis Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil
di Kabupaten Jepara”. Mahasiswa dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
Universitas Diponegoro, Semarang. Penelitian ini menggunakan regresi
berganda, berdasarkan hasil perhitungannya menunjukan bahwa variabel
penerimaan kredit modal kerja (X1) tidak signifikan, variabel jenis industri
kecil (X2) mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
penyerapan tenaga kerja (Y) dimana industri monel yang mempunyai
pertumbuhan tenaga kerja paling banyak dibanding industri lain, variabel
tingkat pendidikan pengusaha (X3) dan variabel modal (X4) serta variabel
usia usaha (X5) mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan penyerapan tenaga kerja (Y). Secara bersama-sama terhadap
variabel bebas (penerimaan kerdit modal kerja (X1), jenis industri kecil (X2),
pendidikan pengusaha (X3), modal (X4) dan usia usaha (X5) mempunyai
45
hubungan positif dan signifikan terhadap variabel terikat (pertumbuhan
penyerapan tenaga kerja (Y)). Besar pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat sebesar 91,9%.
C. Kerangka Berfikir
Pertumbuhan penduduk yang cepat, tidak hanya memberikan dampak
positif tetapi juga akan menimbulkan dampak negatif bagi suatu negara, jika
pemerintah tidak bisa menyeimbangkan dari dampak tersebut. Pertumbuhan
penduduk yang cepat di suatu pedesaan, akan menciptakan banyak angkatan
kerja baru yang membutuhkan lapangan pekerjaaan pula. Namun, pemerintah
daerah sepertinya belum berhasil menyeimbangkan masalah ketenagakerjaan
tersebut. Sehingga terjadi pengangguran.
Kegiatan perekonomian di pedesaan umumnya di dominasi oleh sektor
pertanian yang sering menemui masalah, seperti teknologi yang digunakan
masih sederhana, hasil produktivitas yang masih rendah, lahan pertanian yang
semakin sempit, dan waktu bekerja penuhhanya pada saat musim-musim
panen saja, setelah musim panen selesai waktu kerja para petani sedikit yaitu
kurang dari 14 jam dalam seminggu,sehingga upah buruh di sektor pertanian
rendah. Sehingga petani pada saat itu akan menjadi pengangguran
terselubung. Sektor pertanian saat ini sudah tidak menjadi daya tarik bagi
angkatan kerja baru, sehingga kebanyakan dari mereka melakukan urbanisasi.
Permasalahan yang kompleks ini belum juga terselesaikan dari waktu ke
waktu.
Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di pedesaan adalah
dengan membuka lapangan pekerjaan di sekor industri.Industri adalah salah
satu motor penggerak roda perekonomian di suatu daerah. Seperti usaha kecil,
tumbuh dan berekembangnya usaha kecil di suatu daerah pedesaan dianggap
sebagai salah satu jalan untuk memecahkan masalah pengangguran.
Tumbuhnya para wirausahawan muda kreatif yang membentuk suatu usaha di
tengah-tengah masyarakat diharapkan mampu menyerap banyak tenaga kerja.
46
Maka dengan adanya usaha kecil yang tumbuh di suatu daerah, akan
menurunkan tingkat pengangguran di daerah tersebut.
Lebih jelasnya kerangka pemikiran tersebut ditampilkan melalui skema
sebagai berikut:
Gambar 2.2. Kerangka Berfikir Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan dugaan yang diajukan atas pertanyaan penelitian,
yang berupa kalimat pernyataan peneliti. Bertitik tolak dari pertanyaan
penelitian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah diduga bahwa peranan
usaha kecil di sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam gerakan
OVOP yang tumbuh dan berkembang pada suatu daerah dapat meneyerap
Masalah Ketenagakerjaan :
1. Upah buruh rendah
2. Pengangguran tinggi
Melalui Teori Pertumbuhan EkonomiJoseph
Alois Schumpeter, bahwa:
“Inovasi para pelaku usaha akan menaikan
tingkat perekonomian suatu negara.”
Peran Usaha Kecil :
1. Menyerap tenaga kerja
2. Meningkatkan perekonomian nasional
3. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya
Terpecahnya masalah pengangguran di Kabupaten Tegal
47
banyak tenaga kerja, termasuk disitu dalam memecahkan masalah
pengangguran di daerah tersebut. Jenis usahanya yang padat karya membuat
usaha kecil membutuhkan banyak tenaga kerja dan kegiatannya yang mudah
dikerjakan membuat usaha kecil tidak membutuhan kriteria pendidikan yang
tinggi. Jadi diduga peranan usaha kecil di sektor industri pengolahan logam
dan mesin dalam gerakan OVOP sangat besar dalam memecahkan masalah
pengangguran di Kabupaten Tegal pada tahun 2012-2013.
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Tegal, untuk
mengetahui kondisi sosial dari para pekerja usaha kecil di sektor industri
pengolahan logam dan mesin, peneliti mengambil data pada sebuah
industri kecil yaitu PT. Putra Bungsu yang beralamat di Jalan KH. Umar
Asnawi II No.37, Desa Kebasen, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk penelitian adalah dua bulan, yaitu
Bulan Juli sampai Bulan Agustus 2014.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa gambaran kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati. Dalam penelitian ini, menggunakan analisis kualitatif
dengan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam
49
meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang diselidiki.
Berdasarkan pengertian di atas, maka pengumpulan data yang
digunakan adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti
bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena tetapi juga
menerangkan hubungan, membuat prediksi serta mendapatkan makna dari
suatu masalah yang akan dipecahkan.
Tahapan-tahapan untuk melakukan penelitian tersebut, menurut Seno
Aji Febrianto, yaitu dengan melakukan persiapan penelitian, pengumpulan
data di lapangan, serta pengolahan data hasil penelitian. Persiapan penelitian
yang dilakukan peneliti antara lain menyiapkan pedoman wawancara,
pedoman observasi dan validasi kesiapan penelitian dengan mempelajari
materi penelitian kualitatif dan materi objek penelitian yaitu tentang usaha
kecil. Selanjutnya adalah proses pengumpulan data di lapangan meliputi
observasi, wawancara dan dokumentasi.24
Proses wawancara dilakukan kepada Kepala Seksi Pengembangan
Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten
Tegal: Bapak Sarwoko, S.Psi., MM dan pemilik PT. Putra Bungsu beserta
karyawan-karyawan yang bekerja di PT. Putra Bungsu, sehingga
mendapatkan hasil yaitu peranan usaha kecil pada sektor industri pengolahan
logam dan mesin dalam upaya memecahkan masalah pengangguran. Peneliti
melakukan observasi terhadap sejarah, perkembangan, kendala dan tantangan
usaha kecil. Kemudian setelah observasi dan wawancara dilakukan, peneliti
beralih ke tahap dokumentasi yaitu mengumpulkan data berupa dokumen-
24
Seno Aji Febrianto, “Penataan Ruang Terbuka Hijau Ikonik Sebagai Sarana Interaksi dan
Rekreasi Masyarakat Perkotaan di Kota Slawi Kabupaten Tegal”, Skripsi pada Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, h. 42, tidak dipublikasikan.
50
dokumen dan arsip yang berkaitan dengan penelitian, seperti data-data
ketenagakerjaan, perekonomian, dan data-data yang berkaitan dengan usaha
kecil. Setelah terkumpul semua tahapan selanjutnya adalah pengolahan data
hasil penelitian. Data dan informasi yang diperoleh dari penelitian direduksi,
kemudian peneliti menyangkutkan dengan data pendukung lainnya seperti
data dari dokumentasi atau arsip yang berkaitan dengan penelitian. Dengan
demikian, kesimpulan dari hasil penelitian menjadi kuat.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang mempunyai kepentingan dan
kekhususan bidang dalam usaha kecil. Subjek dalam penelitian ini adalah
Kepala Seksi Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi,
UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal: Bapak Sarwoko, S.Psi., MM. dan pemilik
PT. Putra Bungsu Tegal beserta para pekerja di PT. Putra Bungsu Tegal.
Objek yang menjadi kajian penelitian ini adalah usaha kecildalam
gerakan OVOP pada sektor industri pengolahan logam dan mesin dan
pengangguran yang ada di Kabupaten Tegal.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam penelitian.
Menurut Sugiyono, dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau
alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai
instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap
melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Peneliti sekaligus
berperan sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir
data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitian.
Sebagai instrumen, peneliti melakukan validasi terkait kesiapan
penelitian dan selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi kesiapan penelitian
meliputi evaluasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif,
penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk
51
memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.
Pemahaman mengenai objek penelitian dalam hal ini adalah peran usaha
kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin terhadap tingkat
pengangguran di Kabupaten Tegal. Instrumen teknis yang dipakai peneliti
adalah dengan pedoman wawancara yang digunakan sebagai acuan dalam
proses wawancara dan pedoman observasi untuk mengetahui situasi dan
kondisi usaha kecil.25
E. Sumber Data
Secara umum, ada dua sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Rinciannya adalah
sebagai berikut :
1. Data Primer
Dalam hal ini data primer yang diperoleh oleh peneliti merupakan
hasil dari pengumpulan informasi-informasi yang dilakukan secara
langsung melalui wawancara kepada pihak terkait yakni, Kepala Seksi
Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM, dan
Pasar Kabupaten Tegal: Bapak Sarwoko, S.Psi., MM dan pemilik PT.
Putera Bungsu Tegal beserta para pekerja yang bekerja di PT. Putera
Bungsu Tegal. Pengumpulan data primer dari pihak-pihak yang terkait
dengan objek permasalahan tersebut guna memperoleh informasi
mengenai kondisi sosial danperanan usaha kecil pada industri pengolahan
logam dan mesin dalam memecahkan masalah pengangguran.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berupa arsip-arsip sebagai data
penunjang berlangsungnya penelitian, diperoleh secara langsung dari
pihak-pihak yang berkaitan dengan objek kajian penulisan skripsi ini.
Adapun data-datanya seperti:
25
Sugiyono., Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
2012, Bandung: Alfabeta. h. 305.
52
a) Data ketenagakerjaan Kabupaten Tegal tahun 2012-2013
b) Data perekonomian Kabupaten Tegal tahun 2012-2013
c) Dataindustri pengolahan logam dan mesin dari tahun 2012-2013
d) Serta berbagai literatur lain yang relavan dengan objek kajian
penelitian.
F. Datayang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan sebagai data utama dalam penelitian kualitatif
ini dikumpulkan oleh peneliti sendiri dengan dibantu oleh orang lain. Data-
data yang dikumpulkan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Informasi mengenai data Kabupaten Tegal pada tahun 2012-2013, seperti
sejarah, letak geografis, perekonomian, ketenagakerjaan, kependudukan,
peribadatan, dan informasi mengenai usaha kecil pada sektor industri
pengolahan logam dan mesin. Data-data tersebut diperoleh dari Kantor
Pemerintah Pembangunan Daerah (Pemda) Kabupaten Tegal, Badan
Pusat statistik (BPS) Kabupaten Tegal, Dinas Koperasi, UKM dan Pasar
Kabupaten Tegal, serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Disperindag) Kabupaten Tegal, serta Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Tegal.
2. Informasi mengenai pandangan masyarakat setempat terhadap kondisi
sosial pekerja dan peranan usaha kecil, data tersebut diperoleh dari hasil
wawancara kepada Kepala Seksi Pengembangan Usaha Mikro dan
Informal Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal: Bapak
Sarwoko, S.Psi., MM. dan pemilik PT. Putra Bungsu Tegal beserta para
pekerja yang bekerja di PT. Putra Bungsu Tegal.
G. Teknik Pengambilan Sampel
Untuk mengetahui kondisi sosial tenaga kerja yang bekerja pada sektor
industri pengolahan logam dan mesin, peneliti mengambil sampel pada
sebuah industri pengolahan logam dan mesin. Teknik pengambilan sampel
53
yang digunakan adalah Purposive Sampling. Purvosive Sampling, menurut
Sugiyono adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan
tertentu. Pertimbangan peneliti dalam mengambil sampel yang akan
diwawancarai adalah orang yang telah lama bekerja pada perusahaan tersebut
sehingga dapat menjawab persoalan tenaga kerja.
Penentuan sampel yang dilakukan berdasarkan metode kualitatif,
dilakukan saat berada di lapangan dan selama penelitian berlangsung.
Caranya yaitu peneliti memilih orang-orang yang ada di lapangan dengan
pertimbangan orang tersebut mampu memberikan informasi yang akan
diteliti. Kemudian peneliti dapat mempertimbangkan sampel lainnya untuk
dapat memberikan informasi yang lebih. Pengambilan sampel akan
dihentikan jika data yang diperoleh sudah cukup atau jenuh.
Dari 54 populasi yang ada di PT. Putra Bungsu, peneliti mengambil
sampel 21 orang sebagai subjek yang akan diteliti di PT. Putra Bungsu Tegal.
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalampenelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatakan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.26
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi.
1. Wawancara
Masih menurut Sugiono, wawancara (interview) merupakan suatu
proses tanya-jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadap-
hadapan secara fisik. Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai
berikut. “A meeting of two persons to exchenge information and idea
trought question and responses, resulting in communication and joint
26
Ibid., h. 308.
54
construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tetentu.27
Wawancara ditujukan kepada pihak-pihak yang mempunyai
keterkaitan usaha kecil yaitu Kepala Seksi Pengembangan Usaha Mikro
dan Informal Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal: Bapak
Sarwoko, S.Psi., MM. dan pemilik PT. Putra Bungsu Tegal beserta para
pekerja yang bekerja di PT. Putera Bungsu Tegal.
Wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara semi
terstruktur, yang mana peneliti mempersiapkan panduan wawancara
namun dalam pelaksanaannya dikembangkan lebih luas sesuai kebutuhan
penelitian. Proses wawancara yang dilakukan peneliti diawali dengan
mengajukan izin penelitian kepada semua instansi yang terkait dengan
usaha kecil di Kabupaten Tegal. Sebelum proses wawancara, peneliti
terlebih dahulu mengajukan perjanjian mengenai waktu wawancara.
Hal tersebut dilakukan agar dalam proses wawancara tidak mengganggu
aktivitas informan. Pada proses wawancara, peneliti menggunakan
pedoman yang telah dipersiapkan, tetapi terdapat pertanyaan yang tidak
sesuai dengan pedoman namun masih dalam lingkup penelitian. Hal
ini dilakukan untuk menanggapi dan mencari lebih jauh pernyataan
yang tidak terduga dari informan yang diwawancarai. Hambatan
yang terjadi dalam proses wawancara yaitu kesalahan disposisi dari
instansi yang tidak sesuai dengan fokus penelitian ini, namun hal
tersebut dapat teratasi dengan disposisi ulang yang disesuaikan
dengan pertanyaan yang diajukan.
2. Pengamatan
Pengamatan (observation) dilaksanakan dengan cara pendataan
pengamatan yang langsung dilakukan wilayah Kabupaten Tegal,
khususnya di sebuah unit usaha kecil pada industri pengolahan logam
27
Ibid., h. 317.
55
dan mesin yang ada di Desa Kebasen. Tujuan dari observasi adalah untuk
mendeskripsikan lingkungan yang diamati, aktivitas-aktivitas yang
berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut
beserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan.
Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman yang telah
disediakan peneliti sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti sebagai
pemeranserta sebagai pengamat atau non-partisipatif. Peranan peneliti
sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta,
tetapi melakukan fungsi pengamatan. Ia sebagai anggota pura-pura, jadi
tidak melebur dalam arti sesungguhnya. Peranan demikian masih
membatasi para subjek menyerahkan dan memberikan informasi
terutama yang bersifat rahasia.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi (arsip) digunakan untuk mengumpulkan
dokumen atau arsip yang telah dibuat oleh subjek yang dapat mendukung
penelitian ini. Teknik ini digunakan peneliti untuk memperoleh data atau
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya.
I. Teknik Keabsahan Data
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menghubungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Mengukur keabsahan
data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi dibagi
menjadi dua yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber.
Triangulasi teknik adalah teknik dimana peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber
yang sama. Sedangkan triangulasi sumber untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
56
Teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah triangulasi
sumber. Hal ini bertujuan untuk membandingkan dan mengecek informasi
yang diperoleh dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Pada proses
wawancara, peneliti memberikan pertanyaan yang serupa kepada para subjek
penelitian. Hal tersebut memberikan gambaran suatu proses yang dipahami
masing-masing subjek. Peneliti juga membandingkan hasil wawancara
dengan observasi. Pernyataan yang diperoleh dari informan dicocokkan
dengan kondisidi lapangan. Terakhir adalah membandingkan dokumentasi
dengan hasil pengamatan dengan dokumen.
J. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan peneliti dengan mereduksi data,
menyajikannya dan menarik kesimpulan. Penjelasan teknik tersebut secara
rinci adalah sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan,
makin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak,
kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data
melalui reduksi data. Mareduksi dara berarti merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data
yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,
dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan
peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode
pada aspek-aspek tertentu.28
28
Ibid., h. 338.
57
Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan karena data yang
diperoleh sangat banyak dan beragam, maka dilakukan pemilihan data
yang sesuai serta penyusunan pola sehingga data yang diperoleh dapat
menjelaskan peranan usaha kecil dalam memecahkan maslah
pengangguran.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984)
menyatakan, “The most frequent form of display data for qualitative
research data in the past has been narrative tex”.Yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
apa yang telah dipahami tersebut. “Looking at displays help us to
understanding what is happening and to do some thing-further analysis
or caution on that undestanding” Mile Huberman (1984). Selanjutnya
disarankan, dalam melakukan display data, selain dengan teks yang
naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan
chart. Untuk mengecek apakah peneliti telah memahami apa yang
didisplaykan, maka perlu dijawab pertanyaan berikut.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
58
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan pada penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah
dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
Kesimpulan yang muncul dari penyajian data adalah seberapa
besar peranan usaha kecil menengah dalam memecahkan masalah
pengangguran.
59
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
a. Sejarah Kabupaten Tegal
Sejak jaman dahulu Tegal sudah dikenal sebagai Jepangnya
Indonesia. Menurut Febrie Hastiyanto, ungkapan Tegal sebagai
Jepangnya Indonesia, mungkin hanya menjadi klaim lokal yang
diketahui warga Tegal sendiri atau warga di wilayah eks Karesidenan
Pekalongan. Meski demikian, klaim itu bukan tidak beralasan. Industri
pengolahan merupakan penyumbang terbesar Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tegal.
Tidak kurang dari 24 jenis industri logam dapat dihasilkan
pengrajin Tegal, seperti industri komponen dan suku cadang alat
60
berat, automotif, kapal dan kelautan, listrik, kesehatan, senjata angin,
aksesori, perbengkelan, pertanian, perkebunan, bahan bangunan dan
rumah tangga, karoseri, pemadam kebakaran, dan peralatan pompa air
Tegal juga dikenal sebagai tempat berdirinya lingkungan industri kecil
(LIK) pertama di Jawa Tengah.
Penduduk Tegal dikenal memiliki kultur wirausaha yang telah
menjadi tradisi sejak lama. Keberadaan warung tegal (warteg) yang
merajai bisnis makanan di Ibu Kota dan kota-kota lain, bersaing
dengan Rumah Makan Padang, menjadi salah satu bukti.
Di bidang industri kecil, kultur itu terbangun sejak kedatangan
Ki Gede Sebayu (berkuasa 1601-1620), pendiri Tegal dari tlatah
Pajang (Solo). Ki Gede Sebayu membawa serta 40 keluarga
pengikutnya, yang ditempatkan di empat desa berbeda sesuai dengan
keahliannya. Mereka yang bermukim di Desa Sayangan, andal
membuat alat-alat perlengkapan dapur, dan yang menempati Desa
Mejasem pandai membuat alat-alat pertukangan.
Pengikut Ki Gede Sebayu yang membuka lahan di Desa
Pagongan, ahli membuat alat-alat gerabah, serta penduduk Desa
Banjaran piawai mengolah bahan-bahan menjadi penganan atau
jajanan.
Kultur itu menemukan momentumnya ketika Haji (Kaji) Gofur,
salah seorang pengusaha besi asal Tegal mengangkut 21 pesawat
terbang tua dari Madiun, Jawa Timur, pada dekade 1970-an. Oleh Kaji
Gofur pesawat itu dipretheli (dibongkar) menjadi bahan baku industri
mesin rumahannya, serta dijual kepada pengusaha lain.
Paling tidak, sejak saat itu industri pengolahan logam mulai
bergairah di Tegal. Selain LIK di Dampyak, Kramat, sentra-sentra
industri itu tersebar juga di Kecamatan Talang, Tarub, Adiwerna,
Kramat, Suradadi, Warureja, Lebaksiu, dan Bumijawa.
61
Tidak kurang 128.853 orang terserap pada industri-industri
pengolahan, dari yang berskala besar, menengah, kecil, hingga mikro.
Tidak salah bila kemudian Tegal mengklaim dirinya sebagai kota
industri.
Bisa jadi klaim Tegal sebagai Jepangnya Indonesia atau Tegal
sebagai Kota Industri (pengolahan) tidak dikenal publik secara luas,
karena penduduk hanya memproduksi bahan komponen. Dengan
bentuknya sebagai bahan setengah jadi, konsumen terakhir mungkin
tidak sadar dan tidak mengira, bila jendela kedap air, kemudi, atau
perlengkapan kapal yang ditumpanginya, atau suku cadang pompa air,
rice mill hingga blankwir mobil pemadam kebakaran yang dilihatnya,
diproduksi oleh pengrajin Tegal.
Realitas itu, di samping menegaskan keberadaan pengrajin
Tegal dalam persepsi konsumen akhir juga membuat mereka menutup
diri terhadap kemungkinan untuk lebih maju dan kreatif. Soal
kreativitas, memang menjadi problem tersendiri, karena biasanya
pengrajin membuat sebuah produk berdasarkan pesanan.
Sudah saatnya pengrajin Tegal berpikir untuk membuat produk
hasil kreasi sendiri, bahkan memproduksi barang-barang jadi, tidak
lagi sebagai komponen atau suku cadang. Transformasi itu akan lebih
menguntungkan secara finansial dan moral hak cipta pengrajin, serta
dapat mengangkat nama baik daerah di kancah regional dan nasional.
Pemberdayaan pengrajin juga dapat dilakukan dengan
penguatan peran dan fungsi LIK. Problem klasik yang dihadapi
pengrajin biasanya berkutat pada pemenuhan bahan baku, kreasi
teknologi, serta jangkauan jaringan pemasaran.
Keberadaan LIK sangat strategis sebagai lokalisasi kegiatan
wirausaha, dan dapat menjadi wadah pengrajin dalam mengorganisasi
diri untuk bersaing di bisnis industri (pengolahan). Lokalisasi dalam
62
LIK juga strategis dalam upaya mengontrol dan mengelola limbah
hasil industri pengrajin.
Tidak kalah pentingnya adalah upaya-upaya strategis dalam
menyikapi serbuan produk-produk dari China yang lebih murah. Pada
level kebijakan, proteksi dapat dilakukan pada kebijakan impor
maupun kemauan untuk menggunakan produk lokal. Kampanye
penggunaan produk lokal dapat dimulai oleh pemerintah dalam
program dan kegiatan pembangunan yang membutuhkan produk
industri (pengolahan). Keberpihakan pemerintah dengan
menggunakan produk lokal itu akan membantu pengrajin dalam
meluaskan pemasaran produk. Bagi pengrajin, tidak ada cara lain
kecuali tetap bertahan sembari mengembangkan diri dengan
melakukan kreasi peningkatan mutu, hingga diversifikasi produk.29
b. Keadaan Geografis Kabupaten Tegal
1) Letak Geografis
Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah agraris di
Provinsi Jawa Tengah dengan Ibukota Slawi. Kabupaten Tegal
terletak pada 108o57'6"-109
o21'30" BT dan 6
o50'41"-7
o15'30" LS.
Kabupaten Tegal juga merupakan salah satu daerah di pantura
yang cukup strategis pada persilangan arus transportasi
Semarang-Cirebon-Jakarta dan Jakarta-Tegal-Purwokerto dan
Cilacap dengan fasilitas pelabuhan di Kota Tegal.
Batas wilayah Kabupaten Tegal adalah sebagai berikut:
sebelah utara Kabupaten Tegal adalah Kota Tegal dan Laut Jawa,
sebelah timurnya adalah Kabupaten Pemalang, sedangkan sebelah
baratnya adalah Kabupaten Brebes, dan sebelah selatan dari
Kabupaten Tegal adalah Kabupaten Brebes dan Kabupaten
Banyumas.
2) Luas Wilayah
29
Febrie Hastiyanto, pegiat Kelompok Studi IDEA, staf Bapeda Kabupaten Tegal.
(www.suaramerdeka.com)
63
Wilayah Kabupaten Tegal terdiri dari daratan seluas 87.879
ha dan lautan seluas 121,50 km². Data yang bersumber dari Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Tegal,
menginformasikan bahwa dalam tahun 2013 ada pergeseran
penggunaan lahan, dimana luas tanah sawah mengalami
penurunan dibanding dengan tahun sebelumnya yaitu 40.172 Ha
menjadi 39.789 Ha atau sebesar 45,28% dari luas wilayah 87.879
Ha. Untuk kawasan Industri dari tahun 2009-2013 adalah
8.369,41 Ha atau sekitar 9,52% dari total luas daratan.
3) Banyaknya Desa
Karena wilayahnya yang luas, Tegal terbagi menjadi dua
bagian yaitu Kotamadya dan Kabupaten. Kabupaten Tegal terdiri
dari 18 kecamatan, 287 desa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di
lampiran.
c. Keadaan Demografi Kabupaten Tegal
1) Kependudukan
Data jumlah penduduk Kabupaten Tegal selalu dinamis,
karena banyak penduduk Kabupaten Tegal yang merantau
(misalnya di Jakarta sebagai pengusaha warteg, pandai besi dll)
akan tetapi mereka masih berdomisili di Kabupaten Tegal. Hal ini
dapat kita lihat dari rekaman data penduduk Kababupaten Tegal.
Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal, tercatat pada
tahun 2011 jumlah penduduk kabupaten Tegal 1.400.256 jiwa,
kemudian meningkat pada tahun 2012 yaitu menjadi 1.409.406
jiwa, dan pada tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten Tegal
menjadi 1.415.009 jiwa. Angka Kepadatan penduduk dari tahun
ke tahun terus mengalami peningkatan.
2) Ketenagakerjaan
Di bidang ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja pada
tahun 2011 berjumlah 819.169 jiwa, pada tahun 2012 mengalami
64
kenaikan menjadi 749.387 jiwa, sementara pada tahun 2013
menurun menjadi615.630 jiwa. Sementara pengangguran pada
tahun 2011-2013 mengalami penurunan, yaitu 2011: 56.441 jiwa,
2012: 45.338 jiwa, 2013: 42.693 jiwa.
3) Upah Minimum Regional
Hal penting lainnya terkait dengan ketenagakerjaan adalah
Upah Minimum Regional (UMR). Dari tahun ke tahun UMR di
Kabupaten Tegal terus mengalami peningkatan (rata-rata per
tahun sebesar 9%). Pada tahun 2009 UMR sebesar Rp. 640.000,-
dan pada tahun 2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014 naik menjadi
Rp. 685.000,-, Rp 725.000,-, Rp. 780.000,-, 850.000,- dan Rp.
1.044.000,-.
4) Keadaan Sosial Ekonomi
a) Sarana Perekonomian
Wilayah darat, laut dan pegunungan semuanya ada
disini. Berkumpul menjadi satu di atas tlatah Tegal.
Perekonomian di wilayah Tegal sangat dipengaruhi oleh sektor
kelautan, industri, pertanian, perdagangan. Mata pencaharian
penduduknya diantaranya adalah nelayan, petani, industri, dan
pedagang. Keberadaan warteg juga sangat mempengaruhi
pertumbuhan perekonomian dikota ini. Sekarang warteg tidak
hanya di kota Tegal saja tapi sudah ada diseluruh Indonesia
bahkan mancanegara yaitu Jepang dan Australia. Sebagian
besar warteg dikelola oleh warga desa Krandon dan Cabawan
dan desa Kabupaten lain.
b) Sarana Pendidikan
Dampak dari adanya penggabungan Sekolah Dasar (SD)
di Kabupaten Tegal dalam kurun waktu 5 tahun, dapat kita lihat
pada jumlah SD dan gabungan SD/MI. Tercatat pada tahun 2009
jumlah SD/MI sebayak 913 unit (157 MI dan 756 SD), dan di
tahun 2013 ini menurun menjadi 903 unit (167 MI dan 736 SD).
65
Sementara itu, jumlah SMP/MTs mengalami kenaikan
dari tahun 2009 ke 2010, yaitu dari 148 unit menjadi 150 unit.
Di tahun 2011, 2012 dan 2013 jumlahnya terus bertambah
menjadi 161, 163 dan 186 unit dan SMP/MTs.
Pada jenjang SMA/MA/SMK, dalam lima tahun terakhir
jumlahnya mengalami peningkatan, dari sebanyak 62 unit
ditahun 2009 menjadi 65 unit pada tahun 2010. Tahun 2011 naik
menjadi 75 unit, tahun 2012 menjadi 76 unit, dan tahun 2013
bertambah menjadi 85 unit. Berbeda dengan SMA/MA yang
jumlahnya mengalami penurunan 1 unit, sekolah menengah
kejuruan (SMK) dari tahun ke tahun terus bertambah sejalan
dengan kebijakan pemerintah yang mendorong tumbuh dan
berkembangnya pendidikan kewirausahaan. Ada pertambahan
yang signifikan dalam setiap tahunnya, tercatat jumlah SMK di
Kabupaten Tegal dari tahun 2009-2013 berturut-turut yaitu : 36
unit, 39 unit, 50 unit, 51 unit dan 60 unit
c) Sarana Kesehatan
Jumlah sarana pelayanan kesehatan dasar di Kabupaten
Tegal dalam 5 tahun terakhir tidak mengalami perubahan yang
berarti. Terakhir pada tahun 2013 Kabupaten Tegal memiliki
puskesmas induk sebanyak 29 unit, puskesmas pembantu
sebanyak 64 unit dan puskesmas keliling sebanyak 30 unit, serta
Poliklinik sejumlah 30 unit. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan
penduduknya dalam kurun waktu lima tahun berkisar pada
angka 0,07% - 0,08%. Jumlah posyandu di tahun 2009 sebanyak
1.447 posyandu. Tahun 2010 bertambah menjadi 1.483 unit, dan
tahun 2011 bertambah lagi menjadi 1.495 unit, sedangkan tahun
2012 dan tahun 2013 sebanyak 1.517 unit.
Dari data tersebut dapat diketahui rasio posyandu per
satuan balita selama kurun waktu lima tahun (2009-2013)
66
cenderung naik, yaitu berturut-turut: 1,09%, 1,16%, 1,18% dan
1,35%. Untuk jumlah Polindes, tahun 2009 terdapat 164 unit,
tahun 2010: 164 unit, tahun 2011: 197 unit, sedangkan tahun
2012 dan 2013 sebanyak 201 unit. Untuk pelayanan kesehatan
sekunder dan tersier di Kabupaten Tegal tahun 2013 terdapat 1
rumah sakit umum daerah tipe B, 1 rumah sakit umum daerah
tipe D, 2 rumah sakit swasta tipe C, dan 1 rumah sakit swasta
tipe D.
Dengan demikian rasio rumah sakit per satuan penduduk
adalah 0,0003%). Agar pelayanan kesehatan terjangkau oleh
masyarakat, Pemerintah Daerah pada tahun 2013 menyediakan
sarana/fasilitas kesehatan di tingkat Desa, melalui pembentukan
Desa Siaga sebanyak 287 unit. Rumah Bersalin dari tahun 2009-
2011 sebanyak 19 unit, sedangkan tahun 2012 dan 2013 naik
menjadi 21 unit. RS Bersalin (RS Khusus) berjumlah 21 unit di
tahun 2013.
Jumlah Klinik Praktek Dokter dalam kurun waktu 5
(lima) tahun terakhir cenderung turun, tercatat di tahun 2009 dan
2010 terdapat 310 unit, sedangkan di tahun 2011 turun menjadi
157 unit. Tahun 2012 dan 2013 mengalami sedikit kenaikan
menjadi 160 dan 172 unit.
d) Sarana Peribadatan
Mayoritas penduduk Kabupaten Tegal pada tahun 2013
beragama Islam, yaitu sebanyak 1.579.393 orang (99,47%).
Selebihnya sebanyak 4.573 orang (0,29%) beragama Kristen,
2.546 orang (0,16%) beragama Katholik, 512 orang (0,03%)
beragama Hindu, 467 orang (0,03%) beragama Budha dan 179
orang (0,01%) beragama Konghucu dan 73 orang beragama
lainnya. Hidup berdampingan dan saling toleransi antar pemeluk
agama tetap terpelihara dengan baik.
67
Prasarana dan sarana peribadatan bagi masing-masing
pemeluk agama juga tersedia dan terpenuhi dengan jumlah yang
memadai. Pada tahun 2012 terdapat 824 Masjid dan 2.135
Mushola atau Langgar sebagai tempat ibadah pemeluk agama
islam, 9 Gereja Kristen tempat ibadah pemeluk agama Kristen,
10 Gereja Khatolik/Kapel tempat ibadah pemeluk agama
Katholik, 3 Pura/Kuil/Sanggah tempat ibadah pemeluk agama
Hindu, dan 4 Vihara/Cetya/Klenteng tempat ibadah pemeluk
agama Budha/Konghucu.
Pondok pesantren sebagai basis pendidikan agama Islam
di Kabupaten Tegal pada tahun 2013 berjumlah 93 Ponpes
dengan santri sebanyak 5.047 orang. Di samping itu terdapat
pendidikan agama Islam untuk anak-anak yaitu Taman
Pendidikan Al-Quran (TPA) yang jumlahnya meningkat jika
membandingkan keadaan di tahun 2009 dan 2013. Jika di tahun
2009 berjumlah 714 unit, maka di tahun 2013 telah berkembang
menjadi 796 unit. Sementara itu jumlah kuota haji tiap tahunnya
berubah. Tercatat pada tahun 2009 kuota haji di Kabupaten
Tegal sebanyak 1.038 orang, tahun 2009 menjadi 1.027 orang,
dan tahun 2011 naik menjadi 1.077 orang. Di tahun 2012 kuoata
naik lagi menjadi 1.129 orang tetapi turun menjadi 1.040 orang
di tahun 2013.
e) Sarana Perhubungan dan Transportasi
Jenis transportasi di Kabupaten Tegal yang paling
dominan adalah transportasi darat. Prasarana transportasi darat
yang tersedia adalah berupa terminal tipe C sebanyak 1 unit,
yang disinggahi bus AKAP sebanyak 25 bus dalam setiap
harinya dengan rute pangkalan terminal Slawi ke luar kota
menurun karena ada beberapa tempat yang menjadi terminal
bayangan. Jumlah orang yang melalui terminal pada tahun 2013
sebanyak 232.164 orang, sedangkan jumlah barang yang melalui
68
terminal adalah sebanyak 255.683 ton. Jumlah penumpang
untuk transportasi angkutan darat sebanyak 232.164 orang.
Sementara prasarana tranportasi laut yang dimiliki hanya
berupa pelabuhan pendaratan ikan sebanyak 2 unit, yang
dimanfaatkan untuk pangkalan kapal ikan sejumlah 218 unit di
tahun 2013.
Sebagaimana dalam rekam data 2009-2013 jumlah ijin
trayek yang berhasil dikeluarkan tidak cukup banyak, yaitu
sebanyak 58 ijin trayek di tahun 2009 dan 2010, 132 di tahun
2011, 124 di tahun 2012 dan 126 di tahun 2013. Untuk
menjamin kelaikan angkutan umum, langkah uji kir angkutan
umum juga dilakukan. Tercatat pada tahun 2009 terdapat 350
kendaraan angkutan umum yang diuji kir, tahun 2010 sebanyak
858 kendaraan, tahun 2011 sebanyak 867 kendaraan, tahun 2012
sebanyak 832 kendaraan, dan tahun 2013 1.465 kendaraan.30
2. PT. Putra Bungsu Tegal
1) Sejarah Singkat PT. Putra Bungsu Tegal
PT. Putra Bungsu Tegal didirikan pada 1988, bermula pada
Usaha Dagang disebut UD. Putra Bungsu sesuai dengan surat izin
usaha No. 115/kandep.33/2/II/91, memulai usaha dalam bentuk jasa
pengecoran logam, memproduksi alat-alat pemadam kebakaran,
alat-alat perkapalan dan pengecoran umum.
Pada tahun 1993 PT. Putra Bungsu mengembangkan usaha
dan memfokuskan pada jenis pekerjaan memproduksi komponen
alat berat atau Sheet Metal Working Equipment Parts dan resmi
bergabung dengan perusahaan internasional PT. Komatsu
Indonesia sebagai salah satu pemasok.
Seiring dengan perkembangan usaha perusahaan pada tahun
2004 resmi menjadi perusahaan swasta nasional sesuai dengan akta
pendirian perusahaan No.5 tanggal 5 November 2004 oleh notaris
30
Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD) Kabupaten Tegal Tahun 2013 (Cetak Th. 2014)
69
Suprihatin, SH di Tegal, dengan nama PT. Putra Bungsu. Saat ini
yang menjadi mitra kerja perusahaan ini adalah PT. Komatsu
Indonesia dan PT. Sumitomo Indonesia.
a) Visi dan Misi PT. Putra Bungsu Tegal
Pengembangan operasional PT. Putra Bungsu selalu
berpedoman pada visi dan misi yang membantu perusahaan
tetap fokus dalam meraih pencapaian keberhasilan. Visi dan
misi membantu PT. Putra Bungsu untuk selalu berupaya
mencapai idealisme dengan mengingatkan manajemen serta
karyawan bahwa mereka bekerja sama demi tujuan-tujuan yang
sama, yang akan menjadi sumbangan dalam jangka panjang
perusahaan.
Visi PT. Putra Bungsu Tegal adalah menjadi Good
Corporate Citizen dengan posisi keuangan yang kuat, menjadi
perusahaan produsen komponen alat berat yang berkualitas
dengan reputasi global.
Sedangkan misi PT. Putra Bungsu Tegal adalah menjadi
produsen yang memimpin dan terpercaya sebuah portofolio
produk komponen alat beratyang optimal, dengan harga yang
kompetitif dan kualitas yang unggul di saat yang sama terus
meningkatkan ekuitas produk perusahaan, melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan, dan memberikan
profitabilitas atau hasil investasi para pemegang saham serta
nilai tambah semua stakeholder perusahaan.
b) Produk-produk PT. Putra Bungsu Tegal
1. Pengecoran Logam
Selain memproduksi komponen alat berat, PT. Putra Bungsu
juga menerima jasa pengecoran logam.
2. Komponen Alat Berat
Dalam pembuatan aksesoris komponen alat berat milik PT.
Komatsu Indonesia, hasil produksinya antara lain: Bracket,
70
Cover, Plate, Stay, Hinge, Shim, Guide, Collar, Washer,
Tube, Dave, dan Spacer.
c) Struktur Organisasi
Manajemen adalah sebagai sebuah proses perencanaan,
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa
tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan
sesuai dengan jadwal. Sebuah perusahaan yang telah
berkembang perlu adanya sebuah manajemen yang baik.
Struktur organisasi di PT. Putra Bungsu Tegal dapat dilihat pada
lampiran.
d) Tenaga Kerja
Salah satu faktor produksi yang penting adalah man.
Sumber daya manusia adalah salah satu faktor penjunjang
keberlangsungan suatu proses produksi. Tenaga kerja yang ada
pada PT. Putra Bungsu Tegal didominasi oleh laki-laki, mereka
adalah orang-orang asli daerah Kabupaten Tegal. Hal ini
merupakan salah satu usaha untuk memberdayakan sumber daya
manusia yang tersedia. Dengan demikian kesejahteraan warga
diharapkan dapat terjamin. Tenaga kerja PT.Putra Bungsu
Tegaltahun 2012-2013 dapat dilihat pada lampiran.
e) Penghasilan Pertahun
Penghasilan PT. Putra Bungsu Tegal dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan. Penghasilan PT. Putra Bungsu Tegal tahun
2012-2013 dapat dilihat pada lampiran.
f) Proses Produksi
Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat
kuat, liat, keras, penghantar listrik dan panas, serta mempunyai
71
titik cair yang tinggi. Bijih logam didapat dengan cara
penambangan, setelah didapat sebelum diolah bijih logam
dipecah sebesar kepalan tangan, kemudian dipilih yang
mengandung unsur-unsur logam, dicuci, dikeringkan dengan
cara dipanggang agar mengeluarkan uap yang mengandung air.
Logam terbagi menjadi beberapa golongan, antara lain:
1) Logam berat, seperti besi, nikel, krom, tembaga, timah putih,
timah hitam, dan seng.
2) Logam ringan, seperti alumunium, magnesium, titanium,
kalsium, kalium, natrium, dan barium.
3) Logam mulia, seperti emas, perak, platina.
4) Logam tahan api, seperti wolfram, molibden, titanium, dan
zirkonium.
Industri pengolahan logam dan mesin PT. Putra Bungsu
adalah sebuah perusahaan yang berdiri sejak 1988, awalnya
bergerak di bidang pengecoran logam. Memproduksi alat-alat
pemadam kebakaran, alat-alat perkapalan dan pengecoran
umum. Pada tahun 1993 mengambil keputusan beralih pada
jenis pekerjaan Sheet Metal Working Equipment Parts dan
bergabung dengan PT. Komatsu Indonesia sebagai subcont dan
memproduksi beberapa komponen untuk semua model alat berat
untuk brand Komatsu.
Berikut adalah proses produksi komponen alat-alat berat,
mulai dari proses pemotongan, pengasahan, pembengkokan,
pengeboran, dan pengecatan.
72
PEMOTONGAN
Pemotongan (cutting) besi atau logam dilakukan ketika scrap
sudah melalui tahap pengecoran. Kemudian besi tersebut dipotong
sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
PENGASAHAN
73
Grinding adalah kegiatan memotong atau mengasah logam. Besi
yang telah dipotong sesuai bentuknya kemudian digrenda. Mesin yang
digunakan bernama Gerinda, adalah salah satu mesin perkakas yang
digunakan untuk memotong dan mengasah benda kerja dengan tujuan
tertentu.
Mesin Gerinda diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu
Mesin Gerinda Permukaan, Mesin Gerinda Tangan, Mesin Gerinda
Duduk. Pada gambar di atas yang digunakan pada PT. Putra Bungsu
Tegal adalah Mesin Gerinda Tangan.
Menggerinda bertujuan untuk merapikan hasil pemotongan,
merapikan hasil las, membentuk lengkungan pada benda kerja yang
bersudut, menyiapkan permukaan benda kerja untuk dilas, dan lain-
lain.
PEMBENGKOKAN
Setelah melalui tahap pemotongan dan pengasahan kemudian
besi masuk ke tahap bending. Bending adalah proses pembengkokan
besi. Mesin bending atau dalam bahasa indonesia disebut mesin
74
penekuk plat, berfungsi untuk menekuk plat dalam dengan sudut. Plat
yang ditekuk biasanya untuk plat yang mempunyai ukuran yang besar
dan lebar, sehingga sulit untuk dikerjakan dengan ragum plat, catok
atau alat lainnya.
Mesin pada gambar di atas menggunakan sistem hydrolik
sebagai sumber tenaga penekuknya. Mesin ini membutuhkan daya
listrik yang lebih efisien (dibandingkan tipe mekanikal) untuk
menggerakkan pompa hydrolik-nya, mesin ini menggunakan fluida
dalam sistem hidrolik-nya berupa oli hydrolik yang secara berkala
harus diganti (2000 jam). Mesin ini mampu menekuk atau
bendingplat-plat yang tebal (tergantung kapasitas mesin) seperti mild
steel, stainless steel dan alumunium, akurasinya terkontrol.
PENGEBORAN
Pengeboran adalah operasi menghasilkan lubang berbentuk
bulat dalam lembaran kerja dengan menggunakan pemotong berputar
yang disebut bor dan memiliki fungsi untuk membuat lubang,
75
membuat lubang bertingkat, dan membesarkan lubang. Pengeboran
alat-alat berat menggunakan mesin tertentu.
Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat
pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin
tersebut (pengerjaan pelubangan). Mesin bor yang digunakan pada PT.
Putra Bungsu Tegal adalah mesin bor radial, yang khusus dirancang
untuk pengeboran benda-benda kerja yang besar dan berat. Mesin ini
langsung dipasang pada lantai, sedangkan mejamesin telah terpasang
secara permanen pada landasan atau alas mesin.
PENGECATAN
Tahap akhir dari proses ini adalah pengecatan logam-logam
yang sudah melalui beberapa tahap sehingga sudah menjadi barang
jadi. Pengecatan dilakukan dengan alat semprot supaya hasilnya lebih
rata. Pengecatan besi berfungsi untuk menjaga besi agar tidak berkarat
dan terlihat lebih menarik. Setelah pengecatan selesai maka besi-besi
tersebut dikeringkan terlebih dahulu, untuk kemudian dikirim kepada
konsumen.
76
3. Peranan Usaha Kecil Industri Pengolahan Logam dan Mesin; Dalam
Memecahkan Masalah Pengangguran di Kabupaten Tegal Tahun
2012-2013
a. Data Primer
Untuk menganalisis hasil penelitian, peneliti menggunakan data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data hasil wawancara
dan observasi. Berikut adalah data wawancara yang telah dilakukan
oleh peneliti terhadap 21 orang pekerja di PT. Putra Bungsu Tegal dan
pihak-pihak yang terkait dengan usaha kecil industri pengolahan
logam dan mesin:
1) Lama Usia Bekerja
Tenaga kerja merupakan salah satu mesin penggerak dalam
kegiatan usaha pengolaha logam. Para pekerja yang ada di dalam
PT. Putra Bungsu Tegal adalah orang-orang asli Tegal. Hal ini
membuktikan bahwa industri pengolahan logam dan mesin PT.
Putra Bungsu Tegal memprioritaskan tenaga kerja yang tersedia di
Kabupaten Tegal. Keberadaan mereka sangatlah penting dalam
keberlangsungan berjalannya perusahaan. Maka lingkungan kerja
yang kondusif sangat dibutuhkan demi kenyamanan bekerja para
pekerja. Semakin lama mereka bekerja maka semakin tinggi pula
derajat kenyamanan lingkungan kerjanya. Berdasarkan hasil
wawancara kepada pemilik PT. Putra Bungsu Tegal, ada beberapa
karyawannya yang setia bekerja sejak awal berdirinya perusahaan
sampai sekarang ini. Hal ini membuktikan bahwa lingkungan kerja
di PT. Putra Bungsu Tegal sangat kondusif bagi pekerjanya.
Berikut adalah tabel lama usia bekerja yang diperoleh dari hasil
wawancara karyawan PT. Putra Bungsu Tegal sebanyak 21 orang:
77
Tabel 4.1. Lama Usia Bekerja
(Tahun)
No. Nama Usia Bekerja
1 Reksa Surasa 3
2 Saryono 16
3 Syaiful Imam 22
4 Akhmad Soleh 18
5 Nurzaman 10
6 Tasrukhi 11
7 Muhaemin 13
8 Andriyanto 12
9 Akhmad Toha 12
10 Muh. Komarudin 11
11 Waluyo 10
12 Akhmad Dzubaedi 10
13 Nurokhman 9
14 Edi Asmadih 4
15 Imam Zaenuri 7
16 Mujiono 8
17 Abdul Khofir 3
18 Husni Mubarok 3
19 Aris Munandar 7
20 Luky Maulana 3
21 Nur Alip 2
Sumber: Data primer yang diolah sendiri.
Dari data yang diperoleh, lama bekerja di bawah 10 tahun
terdapat 9 orang, dari 9 orang tersebut ada 5 orang yang termasuk
pekerja baru. Lama bekerja di atas 10 terdapat 11 orang pekerja,
dimana salah satu pekerjanya telah bekerja sejak perusahaan
78
tersebut resmi menjadi usaha yang fokus pada industri pengolahan
logam.
2) Pekerjaan Sampingan
Dari data primer hasil wawancara, semua pekerja yang
diwawancarai mengaku bahwa bekerja di perusahaan industri
pengolahan logam dan mesin tersebut adalah sebuah pekerjaan
utama bagi kehidupan mereka. Mereka sangat menggantungkan
kehidupannya pada perusahaan ini. Dari sini dapat dilihat bahwa
keberadaan industri pengolahan logam sangat vital di tengah-
tengah masyarakat Kabupaten Tegal. Sehingga bisa dibayangkan
jika tidak ada perusahaan industri pengolahan logam dan mesin di
Kabupaten Tegal, maka banyak sekali tenaga kerja yang tidak
mempunyai pekerjaan.
3) Profesi Sebelumnya
Dari hasil wawancara, dari 21 pekerja yang diwawancarai
mengaku bahwa pekerjaan yang mereka geluti saat ini adalah
pekerjaan pertama dan yang utama. Jadi profesi para pekerja
sebelum bekerja pada perusahaan industri pengolahan logam dan
mesin yaitu tidak ada.
4) Tingkat Pendidikan
Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa tingkat pendidikan
formal yang pernah ditempuh oleh para pekerja berbeda-beda
antara pekerja yang satu dengan pekerja yang lainnya. Berdasarkan
keterangan informan yang ditemui di lapangan, diperoleh sejumlah
pendapat yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal yang
pernah ditempuh oleh para tenaga kerja dalam bagian produksi
yaitu tamat SD, SMP, dan SMA. Sementara ada juga yang tamat
Sarjana, hanya saja yang lulusan Sarjana di tempatkan pada bagian
kantor bukan pada bagian produksi. Dengan demikian, diketahui
bahwa tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh para
79
pekerja industri pengolahan logam dan mesin, paling rendah adalah
tamatan SD dan paling tinggi adalah tamatan SMA.
Menurut keterangan dari pemilik perusahaan, Bapak H.
Dimyati, ketika perusahaan baru dirintis tingkat pendidikan para
pekerja hanya lulusan SD sampai SMA saja, lambat laun semakin
berkembangnya perusahaan, saat ini kriteria untuk tenaga kerja
baru agar dapat bekerja di perusahaannya adalah minimal lulusan
SMA. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar
perusahaan industri pengolahan logam memberikan kriteria kepada
para pekerja barunya adalah berpendidikan SMA.
Latar belakang pendidikan formal para pekerja tidak
mempengaruhi kualitas dan kemampuan para pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya. Untuk menjadi pekerja pada
perusahaan ini tidak memerlukan persyaratan pendidikan tertentu,
seperti bekerja pada instansi pemerintah maupun swasta yang harus
melewati berbagai seleksi terlebih dahulu. Untuk bekerja pada
perusahaan ini yang terpenting adalah mempunyai kemauan untuk
belajar dan bekerja keras. Untuk mengetahui cara kerja mesin-
mesin yang ada di perusahaan, semuanya bisa dipelajari dengan
orang-orang yang lebih senior. Jadi untuk bekerja pada perusahaan
ini tidak mengharuskan pada orang-orang dari sekolah kejuruan
dengan jurusan teknik mesin.
Uraian tersebut di atas memberikan gambaran bahwa industri
pengolahan logam di Kabupaten Tegal berperan menyerap tenaga
kerja dari berbagai latar belakang pendidikan. Hal tersebut dapat
dibuktikan bahwa para pekerja dengan tingkat pendidikan formal
yang berbeda mampu bekerja pada industri pengolahan logam dan
mesin. Tingkat pendidikan ternyata tidak berpengaruh terhadap
kualitas dan kemampuan mereka dalam melaksanakan pekerjaan
pada industri pengolahan logam. Seluruh kegiatan usaha ini dapat
dikerjakan dengan pelatihan terlebih dahulu. Jurusan pendidikan
80
formal yang pernah ditempuh oleh para pekerja bukan merupakan
syarat mutlak untuk bekerja pada usaha ini. Dengan demikian
usaha kecil; industri pengolahan logam dan mesin, mempunyai
peranan untuk menyerap tenaga kerja yang memiliki keterampilan
yang terbatas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.2. Tingkat Pendidikan Terakhir Pekerja
No. Nama Pendidikan Terakhir
1 Reksa Surasa SMA
2 Saryono SD
3 Syaiful Imam SD
4 Akhmad Soleh SD
5 Nurzaman SMA
6 Tasrukhi SMP
7 Muhaemin SMP
8 Andriyanto SMP
9 Akhmad Toha SMP
10 Muh. Komarudin SMP
11 Waluyo SMP
12 Akhmad Dzubaedi SMA
13 Nurokhman SMP
14 Edi Asmadih SMP
15 Imam Zaenuri SMP
16 Mujiono SMP
17 Abdul Khofir SMA
18 Husni Mubarok SMP
19 Aris Munandar SMP
20 Luky Maulana SMA
21 Nur Alip SMA
Sumber: Data primer yang diolah sendiri.
81
5) Penghasilan Pekerja
Seperti pemaparan di atas, kegiatan pada industri pengolahan
logam tidak memerlukan tenaga kerja yang ahli dengan tingkat
pendidikan tinggi. Dengan bekal tingkat pendidikan yang dimiliki
dan keterampilan sederhana para pekerja bisa bekerja pada usaha
kecil ini. Tingkat pendidikan yang dimiliki para pekerja juga tidak
berpengaruh terhadap upah yang mereka terima. Upah yang
diterima para pekerja ditentukan berdasarkan posisi dan lama usia
bekerja para pekerja.
Rata-rata upah pekerja di industri pengolahan logam adalah
di atas UMR Kabupaten Tegal. Dari hasil wawancara, berikut
adalah daftar upah pekerja di PT. Putra Bungsu Tegal:
Tabel 4.3. Penghasilan Pekerja
Tahun 2012-2013(Bulan)
No. Nama Tahun
2012 2013
1 Reksa Surasa 850.000 950.000
2 Saryono 1.500.000 1.800.000
3 Syaiful Imam 1.400.000 1.700.000
4 Akhmad Soleh 1.300.000 1.600.000
5 Nurzaman 1.200.000 1.300.000
6 Tasrukhi 1.000.000 1.100.000
7 Muhaemin 1.200.000 1.350.000
8 Andriyanto 1.200.000 1.200.000
9 Akhmad Toha 1.200.000 1.200.000
10 Muh. Komarudin 900.000 1.000.000
11 Waluyo 1.500.000 1.700.000
12 Akhmad Dzubaedi 1.000.000 1.150.000
13 Nurokhman 1.200.000 1.400.000
14 Edi Asmadih 950.000 1.050.000
82
15 Imam Zaenuri 950.000 1.050.000
16 Mujiono 1.050.000 1.200.000
17 Abdul Khofir 780.000 950.000
18 Husni Mubarok 780.000 850.000
19 Aris Munandar 850.000 1.000.000
20 Luky Maulana 780.000 850.000
21 Nur Alip 780.000 850.000
Sumber: Data primer yang diolah sendiri.
Dari tabel penghasilan di atas dapat di lihat bahwa, baik di
tahun 2012 maupun di tahun 2013 penghasilan para pekerta di atas
UMR Kabupaten Tegal pada saat itu. Tinggi rendahnya
penghasilan para pekerja di bagian produksi tidak dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang pernah mereka dapatkan.
Tinggi rendahnya penghasilan dipengaruhi oleh lama usia bekerja,
sebab semakin lama mereka bekerja maka semakin banyak pula
pengalaman yang mereka dapatkan, sehingga kemampuan yang
mereka miliki semakin baik.
6) Tingkat Kesejahteraan Pekerja
Dari hasil pengolahan data primer, sebagian besar para
pekerja mengaku bahwa penghasilan yang mereka dapat sudah
mampu mensejahterakan tetapi belum sepenuhnya dapat memenuhi
kebutuhan mereka dan keluarganya. Biaya hidup yang semakin
tinggi tetapi tingkat UMR di Kabupaten Tegal yang rendah
mengakibatkan kesejahteraan para pekerja belum sepenuhnya
tercapai.
7) Kendala yang Dihadapi
Berdasarkan hasil wawancara kepada pemilik usaha industri
pengolahan logam dan mesin, perusahaannya yang berdiri sejak
tahun 1988, kemudian resmi memfokuskan usaha pada sektor
industri logam pada 1993. Sampai saat ini berarti sudah berusia 26
83
tahun. Status usaha ini adalah milik sendiri atau usaha keluarga
yang diturunkan secara turun temurun.
Kendala yang dihadapi adalah masalah bahan baku, bahan
baku yang dibutuhkan adalah berupa logam besi, tembaga dan lain
sebagainya. Baik logam yang asli maupun berupa scrap (besi
rongsok). Bahan baku logam yang asli didatangkan dari luar kota.
Sementara bahan baku lokal yang tersedia adalah bahan baku yang
berasal dari scrap. Kendalanya adalah keberadaan bahan baku
logam sangat terbatas. Sehingga harus mencari partner bisnis yang
lebih luas yang dapat menyediakan bahan baku logam yang lebih
banyak.
Kendala ini sejalan dengan pendapat dari Kepala Seksi
Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM,
dan Pasar Kabupaten Tegal, saat diwawancarai mengenai kendala
dari usaha industri pengolahan logam dan mesin. Menurutnya
kendala yang dihadapi adalah bahan baku.
Bahan baku dalam industri pengolahan logam dan mesin
selama ini menggunakan bahan baku dari scrap dan bijih besi atau
alumunium. Bahan baku scrap mudah didapat dan harganya
terjangkau, tetapi karena menggunakan bahan baku dari scrap,
maka hasil-hasil produksi industri logam juga harga jualnya cukup
murah. Sedangkan bahan baku biji besi atau aluminium barangnya
langka dan harus memesan dulu ke pabrik dari luar daerah dalam
jumlah besar dan harganya mahal. Sebagai perbandingan harga besi
rongsok kualitas bagus dijual dengan harga Rp 5.000,00
perkilogram, aluminium sekitar Rp 18.000,00 perkilogram dan
tembaga mencapai Rp 70.000,00 perkilogram.
Hal ini yang menjadi kendala untuk mengekspor produk-
produknya ke daerah yang lebih luas, yaitu salah satunya karena
bahan baku yang belum memenuhi standar. Sehingga mindset
masyarakat dalam hal ini, para pelaku usaha yang menginginkan
84
perkembangan usahanya tetapi belum dapat menciptakan inovasi
atau terobosan-terobosan baru supaya usahanya terus berkembang.
Produk yang dihasilkan oleh usaha kecil rata-rata hanya untuk
memenuhi kebutuhan pasar lokal saja.
Usaha kecil keberadaannya sangat penting dalam
perekonomian Kabupaten Tegal. Karena jenis usahanya yang padat
karya sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja. Pekerja yang
dibutuhkan juga tidak membutuhkan kriteria tertentu jadi
masyarakat yang tidak mempunyai pengalaman dan kemampuan
yang khusus juga dapat ikut membantu dalam proses produksi
usaha terebut. Tapi kalau sudah menjadi usaha menengah biasanya
memilih peran masyarakat yang lebih kreatif. Sehingga usaha kecil
sudah pasti sangat berkontribusi dalam perekonomian, khususnya
masalah ketenagakerjaan seperti pengangguran di Kabupaten
Tegal.
OVOP adalah gerakan dalam rangka mengembangkan
usaha yang diarahkan untuk mengembangkan potensi daerah.
Dengan adanya OVOP setiap daerah yang mempunyai potensi
terkonsentrasi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
Sehingga setiap daerah dapat berkembang dan mempunyai produk
yang khas.
Di Kabupaten Tegal sudah banyak tumbuh berbagai usaha
kecil yang telah maju, sementara usaha kecil yang paling dominan
dalam memberikan kontribusi perekonomian di Kabupaten Tegal
adalah pada sektor industri pengolahan logam dan mesin khususnya
industri komponen perkapalan menjadi produk unggulan pertama
dan masuk sebagai kompetensi inti industri Kabupaten Tegal.
Karena memiliki jumlah unit dan tenaga kerja yang banyak.
b. Data Sekunder
Menurut Mudrajad Kuncoro dalam Dodi Haryanto, “Untuk
mengetahui daya serap Usaha Kecil terhadap penyerapan tenaga kerja,
85
maka jumlah tenaga kerja yang terserap oleh usaha kecil dibandingkan
dengan jumlah angkatan kerja.”31
Jadi jika menghitung daya serap usaha kecil pada sektor industri
pengolahan logam dan mesin terhadap tingkat pengangguran,
makajumlah tenaga kerja yang terserap oleh usaha kecil pada
sektorindustri pengolahan logam dan mesin dibandingkan dengan
jumlah angkatan kerja yang bekerja pada tahun tersebut. Sebelum
menafsirkan penyerapan tenaga kerja usaha kecil pada sektor industri
pengolahan logam dan mesin, berikut akan disajikan kembali data
ketenagakerjaan di Kabupaten Tegal tahun 2012-2013:
Tabel 4.4. Data Ketenagakerjaan Kabupaten Tegal
Tahun 2012-2013 (Jiwa)
Indikator Tahun Satuan
2012 2013
Angkatan Kerja 749.387 615.630 Jiwa
Bukan Angkatan
Kerja 410.835 365.454 Jiwa
Bekerja 704.049 572.937 Jiwa
Pengangguran 45.338 42.693 Jiwa
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal, diolah.
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal, tingkat penyerapan
tenaga kerja di sektor industri pengolahan logam dan mesin dari tahun
2012-2013 menunjukan peningkatan sebagai berikut:
Tabel 4.5. Penyerapan Tenaga Kerja
Industri Pengolahan Logam dan Mesin
Tahun 2012
31
Dodi Haryanto., “Peranan usaha kecil penyulingan minyak nilam terhadap penyerapan
tenaga kerja di kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes”, Skripsi pada Universitas Sebelas
Maret, Surakarta, 2008, h. 73, dipublikasikan.
86
No. Sentra Desa Unit Usaha Tenaga
Kerja
1. Pengecoran Besi Dampyak 11 117
2 Alat Pertanian Talang 16 75
3 PAT dari Logam Pesarean 125 375
4 Barang dari kuningan Pesarean 130 415
5 Barang dari kuningan Pesarean 25 100
6 Barang dari kuningan Kebasen 33 235
7 Barang dari kuningan Lemahduwur 10 70
8 Pande besi Pegirikan 25 105
9 Komponen kapal Kebasen 10 150
10 Komponen Hydrant Kajen 10 80
11 Komponen kendaraan Dampyak 7 35
12 Grendel atau Engsel Kajen 60 440
13 Pengecoran
alumunium Pesarean 10 40
14 Komponen alat musik Lemahduwur 20 110
15 PRT dari alumunium Pesarean 10 30
16 Barang perhiasan dari
logam mulia Pesayangan 40 150
Jumlah 542 2.527
Sumber: Data sekunder yang diolah sendiri.
Pada tahun 2012 dari ke-16 sentra yang tergabung pada industri
pengolahan logam dan mesin, terdapat 542 unit usaha. Dari
keseluruhannya mampu menyerap sebanyak 2527 tenaga kerja yang
ada di Kabupaten Tegal.
Jumlah angkatan kerja yang bekerja di Kabupaten Tegal pada
tahun 2012 sebanyak 704.049, sedangkan jumlah tenaga kerja yang
diserap oleh industri pengolahan logam dan mesin di Kabupaten Tegal
sebanyak 2.527 jiwa.
87
Sedangkan data penyerapan tenaga kerja usaha kecil pada sektor
industri logam dan mesin pada tahun 2013 adalah datanya sebagai
berikut:
Tabel 4.6. Penyerapan Tenaga Kerja
Industri Pengolahan Logam dan Mesin
Tahun 2013
No. Sentra Desa Unit Usaha Tenaga
Kerja
1 Pengecoran besi Dampyak 11 117
2 Alat pertanian Talang 16 75
3 PAT dari Logam Pesarean 125 375
4 Barang dari kuningan Pesarean 130 415
5 Barang dari kuningan Pesarean 25 100
6 Barang dari kuningan Kebasen 33 235
7 Barang dari kuningan Lemahduwur 10 70
8 Pande besi Pegirikan 25 105
9 Komponen Kapal Kebasen 10 150
10 Komponen Hydrant Kajen 10 80
11 Komponen kendaraan Dampyak 7 35
12 Grendel atau Engsel Kajen 60 440
13 Pengecoran
alumunium Pesarean 10 40
14 Komponen alat listrik Lemahduwur 20 110
15 PRT dari alumunium Pesarean 10 30
16 Barang perhiasan dari
logam mulia Pesayangan 40 150
Jumlah 542 2.527
Sumber: Data sekunder yang diolah sendiri.
Di tahun 2013, jumlah unit usaha pada sektor industri
pengolahan logam dan mesin tidak mengalami pertumbuhan dalam
jumlahnya. Begitupun dengan penyerapan tenaga kerja sektor industri
88
pengolahan logam dan mesin yaitu sama seperti di tahun 2012,
menyerap tenaga kerja sebanyak 2.527 jiwa.
Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Tegal pada tahun 2013
menurun dari tahun 2012, yaitu menjadi 572.937 jiwa, sedangkan
jumlah tenaga kerja yang diserap oleh industri pengolahan logam dan
mesin di Kabupaten Tegal sebanyak 2.527 jiwa.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Usaha kecil keberadaannya sangat vital bagi perekonomian di
Kabupaten Tegal. Terutama di sektor perindustrian, pada gerakan OVOP di
Kabupaten Tegal terdapat lima sektor usaha yang menghasilkan produk
unggulan yaitu industri tekstil, industri bambu rotan, industri shuttlecock,
industri makanan, dan industri logam. Dari kelima potensi tersebut salah satu
usaha yang ikut berkontribusi dalam perekonomian Kabupaten Tegal adalah
industri pengolahan. Berdasarkan hasil penelitian di salah satu industri
pengolahan logam dan mesin, usaha tersebut merupakan pekerjaan pokok
bagi para pekerjanya. Penghasilan rata-rata para pekerja setiap bulan sudah
diatas UMR Kabupaten Tegal, sehingga sudah cukup mensejahterakan
kehidupan mereka, meskipun belum sepenuhnya. Tingkat pendidikan para
pekerja di industri pengolahan logam dan mesin,untuk saat ini kriteria yang
digunakan adalah angkatan kerja yang lulusan SMA atau sederajatnya tanpa
dibatasi dengan status sekolah umum atau kejuruan. Sehingga dengan
adanyausaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin selain
mampu memberikan kesejahteraan bagi para pekerjanya juga mampu
membuka lapangan pekerjaan, sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang
ada di lingkungan sekitar.
Masalah yang terjadi pada industri pengolahan logam adalah bahan
bakunya. Di Kabupaten Tegal bahan baku logam yang tersedia adalah berasal
dari scrap, sementara untuk mendapatkan bahan dari logam asli harus
didatangkan dari luar daerah. Dan jumlahnya pun terbatas. Bahan baku dari
89
scrap mudah diperoleh dan harganya sangat terjangkau, namun kualitas yang
dihasilkan dari scrap tidak sebaik dari logam asli. Sehingga hasil
produktivitas dari industri pengolahan logam dan mesin belum mampu
memasarkannya ke berbagai daerah yang lebih luas. Kegiatan produksinya
berdasarkan pesanan dari mitra kerja dan konsumen saja.
Pertumbuhan jumlah penduduk di Kabupaten Tegal meningkat dari
tahun 2012-2013 yaitu dari angka 1.409.406 jiwa menjadi 1.415.009 jiwa.
Selisih pertumbuhannya adalah 5.603 jiwa dalam satu tahun. Namun
peningkatan jumlah penduduk tidak diikuti denagan peningkatan angkatan
kerjanya. Angkatan kerja pada tahun 2012 adalah 749.387 jiwa menurun di
tahun 2013 yaitu menjadi 615.630. Sementara jumlah unit usaha kecil pada
sektor industri pengolahan logamdan mesin dari tahun 2012-2013 tidak
mengalami perkembangan yaitu dalam angka 542 unit, begitu pun dengan
penyerapan tenaga kerjanya yaitu tetap pada angka 2.527 jiwa.
Pada tahun 2012, perananusaha kecil pada sektor industri pengolahan
logam dan mesin dalam menyerap tenaga kerja sebesar 0,34% dari seluruh
angkatan kerja yang bekerja yang ada di Kabupaten Tegal. Sedangkanpada
tahun 2013persentase perananusaha kecil pada sektor industri pengolahan
logam dan mesin dalam menyerap tenaga kerja meningkat, usaha kecil pada
sektor industri pengolahan logam dan mesin mampu menyerap tenaga kerja
sebesar 0,41% dari seluruh angkatan kerja yang bekerja di Kabupaten Tegal.
Tingkat pengangguran di Kabupaten Tegal dari tahun 2012-2013
menurun dari angka 45.338 jiwa menjadi 42.693 jiwa, selisihnya adalah 2.645
jiwa dalam satu tahun. Sedangkan penyerapan tenaga kerja pada sektor
industri pengolahan logam dan mesin pada tahun 2012-2013 tidak mengalami
perkembangan yaitu tetap dalam angka 2.527 jiwa, tetapi dengan
adanyaindustri pengolahan logam dan mesin di Kabupaten Tegal setidaknya
mampu mempertahankan para tenaga kerjasebanyak 2.527 jiwa untuk tetap
berkerja, mendapatkan penghasilan, dan kebutuhan hidupnya terpenuhi.
90
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari analisis hasil penelitian, peneliti dapat mengambil kesimpulan
bahwa usaha kecil pada industri pengolahan logam dan mesin dalam gerakan
OVOP (One Village One Product) sangat berperan dalam upaya memecahkan
masalah pengangguran di Kabupaten Tegal pada tahun 2012-2013. Buktinya
adalah sebagai berikut:
1. Industri pengolahan logam dan mesin adalah jenis usaha yang mempunyai
jumlah unit usaha yang cukup banyak sehingga mampu menyerap tenaga
kerja yang banyak pula. Jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja
sektor ini pada tahun 2012-2013 tetap yaitu 542 unit usaha dan 2.527
orang.
2. Pada tahun 2012 peranan usaha kecil dalam program OVOP (One Village
One Product) pada sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam
upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal pada
sebesar 0,34% dari seluruh penduduk yang bekerja di Kabupaten Tegal.
3. Pada tahun 2013 peranan usaha kecil dalam program OVOP (One Village
One Product) pada sektor industri pengolahan logam dan mesin dalam
91
upaya memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal pada
tahun 2013 sebesar 0,41% dari seluruh penduduk yang bekerja di
Kabupaten Tegal.
4. Tingkat pengangguran di Kabupaten Tegal pada tahun 2012-2013
mengalami penurunan dari angka 45.338 jiwa menjadi 42.693 jiwa.
Sedangkan jumlah penyerapan tenaga kerja pada sektor industri
pengolahan logam dan mesin pada tahun 2012-2013 tetap dalam angka
2.527 jiwa. Meskipun demikian, hal ini membuktikan bahwa, usaha kecil
pada sektor industri pengolahan logam dan mesin mampu menekan tingkat
pengangguran di Kabupaten Tegal.
B. IMPLIKASI
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada
para pengusaha dan pemerintah mengenai peranan usaha kecil pada sektor
industri pengolahan logam dan mesin dalam upaya mengatasi memecahkan
masalah pengangguran, sehingga pemerintah dapat membantu pengusaha
dalam bidang permodalan, pemasaran dan pengelolaan untuk mengotimalkan
sumber daya yang ada. Dengan diketahuinya peranan usaha kecil industri
pengolahan logam dan mesin maka baik pengusaha maupun pemerintah
sekitar wilayah Kabupaten Tegal diharapkan dapat mengadakan kerja sama
dengan berbagai pihak termasuk penyedia bahan baku setempat agar usaha
kecil pada industri pengolahan logam dan mesin ini lebih berkembang.
C. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai peranan usaha kecil pada sektor
industri pengolahan logam dan mesin dalam program OVOP (One Village
One Product) dalam upaya memecahkan masalah pengangguran di
Kabupaten Tegal pada tahun 2012-2013, maka saran yang dapat diberikan
sebagai sumbangan pemikiran di bidang pembinaan dan pengembangan usaha
kecil, khususnya pada sektor industri pengolahan logam dan mesin yaitu:
92
1. Kepada perusahaan dalam hal ini para pengusaha, supaya dapat mencari
inovasi dan terobosan baru dalam mengembangkan produknya, mulai dari
bahan baku hingga ke proses pemasaran. Agar produk yang dihasilkan
mempunyai kualitas yang baik dan berstandar nasional bahkan
internasional, sehingga mampu bersaing ke pasar global.
2. Kepada pemerintah dan pihak-pihak yang mempunyai wewenang dalam
pembinaan dan pengembangan usaha kecil:
a. Pemerintah bekerja sama dengan para pelaku usaha kecil untuk
mencari jalan keluar dalam masalah bahan baku yaitu dengan
menggalakan penelitian pada scrap dan studi banding ke perusahaan
lain baik di dalam maupun di luar negeri. Sehingga para pelaku usaha
mengetahui spesifikasi bahan baku yang baik dalam mengembangkan
kualitas produksinya.
b. Mengadakan pelatihan terhadap angkatan kerja maupun pekerja usaha
kecil, melalui Balai Latihan Kerja (BLK) dan seminar-seminar.
Sehingga para tenaga kerja lebih profesional dalam menghasilkan
produksinya.
c. Meningkatkan promosi produk dari usaha kecil di dalam maupun di
luar negeri agar lebih dikenal. Salah satu cara yang dapat digunakan
yaitu melalui media internet. Semua ini tidak terlepas dari komunikasi
dengan berbagai pihak yaitu pemerintah, pengusaha, pekerja, dan
masyarakat (swasta).
d. Usaha kecil pada sektor industri pengolahan logam dan mesin sangat
berpotensi untuk berkembang, maka pemerintah perlu mendukung para
pengusaha dengan cara memberikan kemudahan dalam memperoleh
pendanaan secara cepat, tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam
pelayanan. Sehingga para pelaku usaha tidak kesulitan dalam masalah
permodalan.
e. Produk unggulan dari usaha kecil beraneka ragam dan kualitasnya pun
tidak kalah saing dengan produk luar negeri, maka pemerintah harus
mempermudah persyaratan perizinan usaha, memberikan hak paten
93
terhadap hasil produksi usaha kecil dan tetap menggalakan gerakan
cinta produk dalam negeri. Supaya produsen dalam negeri tidak
kehilangan pangsa pasarnya.
3. Kepada peneliti, mengetahui sangat besarnya peranan usaha kecil dalam
memecahkan masalah pengangguran di Kabupaten Tegal, diharapkan
mampu memberikan motivasi untuk mengembangkan diri pada bidang
entrepreneurship. Berdiri di kaki sendiri adalah salah satu alternatif
terbaik di tengah-tengah terbatasnya lapangan pekerjaan dan ketatnya
dunia persaingan. Dengan membuka usaha, diharapkan mampu membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Sehingga kesejahteraan
bersama dapat tercapai.
94
DAFTAR PUSTAKA
Clapham, Ronald. Pengusaha Kecil dan Menengah di Asia Tenggara. Jakarta:
LP3ES, 1991.
Deliarnov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers, 2012
Deputi Menteri Bidang Pengkajian Sumber Daya UKMK, Kementerian Koperasi
dan UKM RI.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal, Kebijakan Industri
Kabupaten Tegal, 2012.
Febrianto, Seno Aji. Penataan Ruang Terbuka Hijau Ikonik Sebagai Sarana
Interaksi dan Rekreasi Masyarakat Perkotaan di Kota Slawi Kabupaten
Tegal, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2014.
Haryanto, Dodi. Peranan usaha kecil penyulingan minyak nilam terhadap
penyerapan tenaga kerja di kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes.
Surakarta: UNS, 2008.
Iwantoko, Sutrisno. Kiat Sukses Berwirausaha. Jakarta: PT. Grasindo. 2006.
Prasetyoantoko, A. Ponzi Ekonomi. Jakarta: Kompas, 2010.
Pratama, Nelsen Diyan. Analisis Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Pada
Industri Kecil di Kabupaten Jepara. Semarang: Universitas Diponegoro,
2012.
Rahardja, Pratama dan Manurung, Mandala. Teori Ekonomi Makro. Jakarta: UI,
2004.
Raselawati, Ade. Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKM di Indonesia. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2011.
Said, Adri dan Widjaja, Ika. Akses Keuangan UMKM. Jakarta: Konrad-Adenauer-
Stiftung e.V, 2007.
Saiman, Leonardus. Kewirausahaan (Teori, Praktik dan Kasus-kasus). Jakarta:
Salemba Empat, 2009.
95
Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD) Kabupaten Tegal Tahun 2013 (Cetak Th
2014)
Sihono, Teguh. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan Upaya Mengatasi
Pengangguran. Yogyakarta: Jurnal Ekonomia, 2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D). Bandung: Alfabeta, 2012.
Sukirno, Sadono. Ekonomi Pembangunan (Proses, Masalah dan Dasar
Kebijakan). Jakarta: Kencana, 2010.
Sukirno, Sadono. Pengangtar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1996.
Syarif, Syahrial. Industri Kecil dan Kesempatan Kerja. Padang: Pusat Penelitian
Universitas Andalas, 1990.
Trengguna, Hendry Meilano. Analisis Potensi Dan Hambatan yang Dihadapi
UMKM Dalam Mengembangkan Usaha Dengan Menggunakan Alat Bantu
Sistem Informasi Geografis (SIG): Studi Kasus Kecamatan Pancoran Mas,
Kota Depok, Jakarta: Universitas Gunadarma, 2012.
http://www.infoukm.wordpress.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Joseph_Schumpeter
www.suaramerdeka.com
96
LAMPIRAN
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA I
Subjek Penelitian :
Pekerja PT. Putra Bungsu Tegal
Pertanyaan :
1. Sudah berapa lama bekerja di perusahaan ini?
2. Apa pendidikan terakhir anda?
3. Berapa penghasilan perbulan?
4. Apakah penghasilan tersebut sudah mencukupi kebutuhan anda?
5. Apakah pekerjaan ini adalah pekerjaan utama anda?
6. Apa profesi yang digeluti sebelum bekerja di perusahaan ini?
7. Apakah usaha ini sangat membantu dalam mensejahterakan anda dan
keluarga?
PEDOMAN WAWANCARA II
Subjek Penelitian :
Pengusaha atau pemilik PT. Putra Bungsu Tegal.
Pertanyaan :
1. Sudah berapa lama usaha ini berdiri?
2. Apakah usaha ini hasil didirikan sendiri atau warisan turun temurun?
3. Apakah pengalaman skill anda dalam mengembangkan usaha ini?
4. Apakah saja kendala yang dihadapi dalam mengembangkan usaha ini?
5. Bagaimana cara menyelesaikannya?
6. Bagaimana strategi pemasaran produk?
7. Mengenai sumber daya manusia, apakah pendidikan terakhir pegawai yang
bekerja di perusahaan ini?
8. Dalam hal keuangan, untuk memperkuat modal, pembiayaannya dari mana
saja?
PEDOMAN WAWANCARA III
Subjek Penelitian :
Kepala Seksi Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM,
dan Pasar Kabupaten Tegal
Pertanyaan :
1. Apakah peran Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal dalam
Usaha Kecil?
2. Apakah peran Usaha Kecil di Kabupaten Tegal?
3. Jenis usaha kecil apakah yang paling dominan memberikan kontribusi
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tegal?
4. Apakah kendala yang dihadapi dalam perkembangan Usaha Kecil pada sektor
industri pengolahan logam dan mesin?
5. Bagaimana cara menyelesaikan kendala tersebut?
6. Mengenai Gerakan OVOP, bagaimana pengaruhnya terhadap usaha kecil di
Kabupaten Tegal?
7. Apakah harapan ke depan mengenai Gerakan OVOP pada Usaha Kecil di
sektor industri pengolahan logam dan mesin?
CATATAN LAPANGAN II
Informan : Pemilik PT. Putera Bungsu Tegal
Pelaksanaan : Senin, 14 Juli 2014
Hasil Wawancara
Sudah berapa lama usaha ini berdiri?
Perusahaan ini ada sejak tahun 1988, kemudian resmi memfokuskan usaha pada
sektor industri logam pada 1993. Sampai saat ini berarti sudah berusia 26 tahun.
Apakah usaha ini hasil didirikan sendiri atau warisan turun temurun?
Status usaha ini milik sendiri atau usaha keluarga yang diturunkan secara
turun temurun.
Apakah pengalaman skill anda dalam mengembangkan usaha ini?
Karena usaha ini adalah usaha warisan secara turun temurun, skill yang saya
miliki pun berasal dari pengalaman belajar dengan keluarga.
Apakah saja kendala yang dihadapi dalam mengembangkan usaha ini?
Kendala yang dihadapi adalah masalah bahan baku, bahan baku pembuatan
alat-alat berat berasal dari logam yang didatangkan dari luar kota. Sementara bahan
baku lokal yang tersedia adalah bahan baku yang berasal dari scrap (besi rongsok).
Kendalanya adalah keberadaan bahan baku logam sangat terbatas.
Bagaimana cara menyelesaikannya?
Cara menyelesaikan masalah bahan baku di atas adalah dengan mencari
partner bisnis yang lebih luas yang dapat menyediakan bahan baku logam yang lebih
banyak.
Bagaimana strategi pemasaran produk?
Strategi dalam memasarkan produk adalah berdasarkan job order atau
berdasarkan pesanan konsumen dan mitra bisnis yaitu PT. Komatsu Indonesia dan
PT. Sumitomo Indonesia. Sehingga besar kecilnya omset perusahaan berdasarkan
pesanan yang ada.
Mengenai sumber daya manusia, apakah pendidikan terakhir pegawai yang
bekerja di perusahaan ini?
Kriteria pendidikan untuk tenaga kerja adalah lulusan SMA. Tetapi tidak
menutup kemungkinan bagi masyarakat yang berpendidikan rendah untuk bekerja
disini, asalkan mempunyai pengalaman dan kemampuan di bidangnya. Untuk tenaga
kerja baru akan diberi pelatihan terlebih dahulu oleh pekerja yang sudah lama bekerja
di perusahaan ini.
Dalam hal keuangan, untuk memperkuat modal, pembiayaannya dari mana
saja?
Untuk memperkuat modal, pembiayaan dari sendiri dan pinjaman dari bank
daerah setempat, seperti Kredit Usaha Rakyat dan Bank lainnya.
Bagaimana strategi untuk meningkatkan kepuasan para pelanggan?
Pelanggan adalah faktor yang menentukan maju mundurnya suatu usaha.
Untuk dapat memepertahankan dan meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan yaitu
dengan cara menjaga kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan, melayaninya
dengan baik dan berusaha untuk memfasilitasi apa yang menjadi pesanan oleh para
pelanggan, khususnya mitra kerja.
CATATAN LAPANGAN III
Informan : Kepala Seksi Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas
Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal
Pelaksanaan : Kamis, 21 Agustus 2014
Hasil Wawancara
Apakah peran Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal dalam usaha
kecil?
Peran Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar berasarkan Perda No. 8 Tahun 2008
antara lain menentukan kebijakan teknis dalam hal Koperasi, UKM, dan Pasar dan
memberikan pelayanan, pengawasan, monitoring, dan evaluasi upaya pemberdayaan
koperasi dan ukm. Dalam hal usaha kecil Dinas Koperasi, UKM, dan Pasarberperan
dalam pembinaan dan pengembangan UKM.
Apakah peran Usaha Kecil di Kabupaten Tegal?
Usaha kecil keberadaannya sangat penting dalam perekonomian Kabupaten
Tegal. Karena jenis usahanya yang padat karya sehingga membutuhkan banyak
tenaga kerja. Pekerja yang dibutuhkan juga tidak membutuhkan kriteria tertentu jadi
masyarakat yang tidak mempunyai pengalaman dan kemampuan yang khusus juga
dapat ikut membantu dalam proses produksi usaha terebut. Tapi kalau sudah menjadi
usaha menengah biasanya memilih peran masyarakat yang lebih kreatif. Sehingga
usaha kecil sudah pasti sangat berkontribusi dalam perekonomian, khususnya
masalah ketenagakerjaan seperti pengangguran di Kabupaten Tegal.
Jenis usaha kecil apakah yang paling dominan memberikan kontribusi
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tegal?
Di Kabupaten Tegal sudah banyak tumbuh berbagai usaha kecil yang sudah
maju, sementara usaha kecil yang paling dominan dalam memberikan kontribusi
perekonomian di Kabupaten Tegal adalah pada sektor industri pengolahan. Di
Kabupaten Tegal terdapat lima produk unggulan yaitu produk industri logam, tekstil,
makanan, shuttlecock, dan kerajinan bambu. Akan tetapi, dari dari lima sektor
unggulan tadi, industri pengolahan logam khususnya industri komponen perkapalan
menjadi produk unggulan pertama dan masuk sebagai kompetensi inti industri
Kabupaten Tegal. Karena memiliki jumlah unit dan tenaga kerja yang banyak.
Apakah kendala yang dihadapi dalam perkembangan Usaha Kecil pada sektor
industri pengolahan logam dan mesin?
Bahan baku dalam industri pengolahan logam dan mesin selama ini
menggunakan bahan baku dari scrap (besi rongsok) dan biji besi atau alumunium.
Bahan baku scrap mudah didapat dan harganya terjangkau, tetapi karena
menggunakan bahan baku dari scrap, maka hasil-hasil produksi industri logam juga
harga jualnya cukup murah. Sedangkan bahan baku logam asli, biji besi atau
aluminium barangnya langka dan harus memesan dulu ke pabrik dari luar daerah
dalam jumlah besar dan harganya mahal. Sebagai perbandingan harga besi rongsok
kualitas bagus dijual dengan harga Rp 5.000,00 per kilogram, aluminium sekitar Rp
18.000,00 per kilogram dan tembaga mencapai Rp 70.000,00 per kilogram.
Kemampuan para pekerja, misalnya pada saat memproduksi dalam jumlah
sedikit kualitas hasil produksinya baik, sedangkan pada saat memproduksi dalam
jumlah yang banyak maka kualitas hasil produksinya akan menurun. Hal ini yang
menjadi kendala untuk mengekspor produk-produknya ke luar negeri, salah satunya
karena bahan baku yang belum memenuhi standar. Sehingga mindset masyarakat
dalam hal ini para pelaku usaha yang menginginkan perkembangan usahanya, tetapi
belum juga menciptakan inovasi atau terobosan-terobosan baru supaya usahanya terus
berkembang. Produk yang dihasilkan oleh usaha kecil rata-rata hanya untuk
memenuhi kebutuhan pasar lokal berdasarkan job order saja.
Bagaimana cara menyelesaikan kendala tersebut?
Sebagai badan binaan dan pengembangan usaha kecil, berusaha memberikan
perlindungan produk melalui hak cipta, turut mempromosikan hasil produksi melalui
seminar, pameran, dan memfasilitasi kemitraan.
Untuk membantu mengatasi permasalahan tentang bahan baku, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Tegal pada tahun 2013 akan
mengadakan kajian terhadap bahan baku scrap (besi rongsok) yang selama ini banyak
digunakan sebagai bahan baku pengecoran logam. Hal itu dilakukan agar produk
yang dihasilkan IKM logam Kabupaten Tegal memiliki kualitas baik sehingga
mampu bersaing dengan produk dari daerah lain dan produk luar negeri.
Mengenai Gerakan OVOP, bagaimana pengaruhnya terhadap usaha kecil di
Kabupaten Tegal?
OVOP adalah gerakan dalam rangka mengembangkan usha yang diarahkan
dalam rangka mengembangkan potensi daerah.dengan adanya OVOP setiap daerah
yang mempunyai potensi mampu mengembangkan dengan memfokuskan pada
pemanfaatan potensi yang dimilikinya. Sehingga setiap daerah dapat berkembang dan
mempunyai produksi yang khas.
Apakah harapan ke depan mengenai Gerakan OVOP pada Usaha Kecil di
sektor industri pengolahan logam dan mesin?
Harapannya seperti yang sudah dikatakan tadi, yaitu mindset para pelaku
usaha yang harus diubah. Para pelaku usaha hendaknya sadar akan dunia persaingan
yang semakin ketat. Sehingga membutuhkan terobosan-terobosan baru, supaya tidak
tertinggal di pasaran nasional maupun internasional.
Mengenai kriteria pengembangan produk menurut konsep gerakan OVOP,
melihat kendala dalam bahan baku, bagaimana upaya pemerintah untuk
menciptakan bahan baku pengganti?
Pemerintah akan terus mencari cara untuk menemukan bahan baku yang lebih
berkualitas, seperti melakukan studi banding ke perusahaan lain, baik di dalam
maupun di luar negeri, melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang berkompeten,
seperti yang telah di jalankan yaitu pelatihan bersama dengan negara Jepang. Dengan
usaha tersebut diharapkan produk-produk usaha mempunyai mutu yang lebih baik,
sehingga mampu bersaing di pasaran.
Apakah industri pengolahan logam dan mesin sudah memanfaatkan sumber
daya yang tersedia di daerah Kabupaten Tegal?
Sudah, industri di Kabupaten Tegal mengutamakan pemanfaatan sumber daya
yang ada di Kabupaten Tegal, seperti industri pengolahan logam dan mesin, sangat
mengutamakan sumber daya yang ada di lingkungan Kabupaten Tegal, seperti
sumber daya manusianya. Sebagian besar hampir seluruhnya pekerja adalah tenaga
kerja asli daerah sendiri.
Recommended