PERILAKU POLITIK DALAM PEMILU LEGISLATIF DPD RI...

Preview:

Citation preview

PERILAKU POLITIK DALAM PEMILU LEGISLATIF DPD RI

(ANALISIS KETERPILIHAN ACENG FIKRI SEBAGAI

ANGGOTA DPD RI TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN

PERILAKU WARGA KECAMATAN KARANGPAWITAN

KABUPATEN GARUT)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Nama: Luthfi Hasanal Bolqiah

NIM: 1113112000005

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H/2017 M

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul

PERILAKU POLITIK DALAM PEMILU LEGISLATIF DPD RI

(ANALISIS KETERPILIHAN ACENG FIKRI SEBAGAI ANGGOTA DPD RI

TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN PERILAKU WARGA

KECAMATAN KARANGPAWITAN KABUPATEN GARUT)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Luthfi Hasanal Bolqiah

NIM : 1113112000005

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

PERILAKU POLITIK DALAM PEMILU LEGISLATIF DPD RI

(ANALISIS KETERPILIHAN ACENG FIKRI SEBAGAI ANGGOTA DPD RI

TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN PERILAKU WARGA KECAMATAN

KARANGPAWITAN KABUPATEN GARUT)

..……………...........................................

Dan telah dilakukan pengujian pada tanggal 4 Mei 2017.

i

ABSTRAKSI

Luthfi Hasanal Bolqiah

“Perilaku Politik dalam Pemilu Legislatif DPD RI (Analisis Keterpilihan Aceng

Fikri sebagai Anggota DPD RI Tahun 2014 dengan Pendekatan Perilaku Warga

Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut)”

Aceng Holil Munawar Fikri, S.Ag terpilih menjadi anggota Dewan

Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) pada pemilu legislatif tahun 2014

dengan perolehan 1.139.556 suara di Jawa Barat. Satu tahun sebelumnya, Aceng

Fikri justru dimakzulkan dari jabatan bupati Garut melalui putusan MA No 1

P/Khs/2013.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa keterpilihan Aceng Fikri sebagai

anggota DPD RI dengan pendekatan perilaku politik seperti: perilaku sosiologis,

psikologis dan pilihan rasional. Penelitian ini dilakukan pada warga Kecamatan

Karangpawitan yang memiliki kontribusi terbesar pada suara Aceng Fikri di Garut.

Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik pengumpulan data

menggunakan kuesioner pada 100 responden. Analisis data menggunakan koefisien

korelasi dan regresi linier berganda. Kemudian Uji F, Uji T, dan Analisis Jalur

digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen baik secara simultan atau

parsial terhadap variabel dependen.

Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa variabel perilaku politik yang

terdiri dari pendekatan sosiologis, psikologis, dan pilihan rasional secara simultan

(𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=36,472) memiliki pengaruh signifikan terhadap keterpilihan Aceng Fikri.

Sedangkan secara parsial (Uji T) hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan

sosiologis (𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=-9,798), pendekatan psikologis (𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=2,822), pendekatan

pilihan rasional (𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= -1,849), dikonsultasikan dengan 𝑇𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,984

menghasilkan kesimpulan bahwa perilaku politik pendekatan sosiologis secara

parsial (Uji T) memiliki pengaruh signifikan terbesar terhadap Keterpilihan Aceng

Fikri, tetapi pengaruhnya adalah negatif atau berlawanan. Sedangkan variabel

psikologis yang memiliki pengaruh signifikan namun bukan yang terbesar,

memiliki pengaruh yang positif atau linear. Adapun hasil analisis jalur, variabel

sosiologis dan variabel psikologis masing-masing memiliki kekuatan 50,71% dan

1,06% terhadap perubahan varibel keterpilihan Aceng Fikri, dan ada 48,2% yang

dapat dijelaskan oleh variabel lain.

Kata kunci: Perilaku politik, pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis,

pendekatan pilihan rasional, pendekatan keterpilihan Aceng Fikri.

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur milik Tuhan Sang Penggerak yang tidak tergerakkan.

Dia yang memperjalankan hambanya dengan persinggahan-persinggahan untuk

istirahat, dan sebaik-baiknya singgah adalah melantunkan rasa syukur pada Tuhan

yang memiliki ruang dan waktu. Sedangkan rasa syukur yang nyata adalah

kontribusi yang meniscayakan perubahan. Oleh karenanya, apa yang ada dalam

penelitian ini merupakan sebuah ikhtiar perubahan sekaligus merespon saintifikasi

yang sedang berkembang.

Sholawat serta salam senantiasa dipanjatkan pada Nabi Muhammad SAW,

manusia teladan yang menjadi inspirasi dari perjalanan hidup peneliti. Perjalanan

yang terdapat banyak persinggahan kerap menghadirkan hikmah sekaligus

tantangan. Seperti halnya perjalanan hidup, proses skripsi banyak menghadirkan

persinggahan dan kontribusi beberapa pihak. Dengan demikian, peneliti hendak

menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Zulkifli, MA. selaku Dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Iding Rasyidin dan Ibu Suryani M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris Program

Studi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Haniah Hanafie M.Si. selaku dosen pembimbing. Terimakasih telah dengan

sabar membimbing peneliti dalam proses skripsi terutama karena metode yang

digunakan adalah kuantitatif.

5. Ayah dan Ibu yaitu Drs. Atep Sujana M.MPd. dan Dra. Rina Gusminar.

Terimakasih yang tak terhingga peneliti ucapkan sebagai anak yang beruntung

telah dilahirkan dari rahim keluarga sederhana namun senantiasa diajarkan

untuk bermimpi besar. Terimakasih juga atas kesabaran kalian yang senantiasa

mengingatkan peneliti untuk berkonsentrasi pada skripsi.

6. Samirah Hasna Fadhilah dan Ashilah Radwa Fakhirah, adik-adik yang

senantiasa menjadi alasan peneliti untuk tetap istiqomah dan bersemangat

dalam menggapai masa depan.

iii

7. KPU RI, KPUD Kabupaten Garut, Bapak Camat dan jajaran Kecamatan

Karangpawitan, serta warga Kecamatan Karangpawitan.

8. Riyan Hidayat, Travelio Riyan Agusta, Aldo Serena, Juansah Wiandi, Dendi

Budiman, Gunawan Muhammad, Ahmad Syifa dan Fariz Septiansyah yang

telah bersama-sama bermimpi besar dan mendirikan GRPI (Gerakan Restorasi

Pemuda Indonesia). juga orang-orang yang ikut berkontribusi setela pendirian,

Isma, Ulfah Mawaddatul, Ahmad Nur Najmawan, dll.

9. Fitri Karimadhani, Syifa Fuziyah, Wina Alsyifa, dan Annisa Suciati karena

telah menjadi perempuan-perempuan yang luar biasa.

10. Hendri Satrio, Bagus M.Rizal, Selvina Helviani, Meidina Riska, Alfrad Rusyd,

Ahmad Fathoni, Hilal Fathurrahman, M. Syauqi al-Sunni, Sultan Rivandi,

Intan Suci Utari, dan Andy Sanjaya sebagai sahabat, kakak dan juga adik

seperjuangan.

11. Iqbal Mirza, Amalul Arifin, Hanif Pasha, dan seluruh pengurus PD IPM

Kabupaten Tangerang, PW IPM Banten. Terimakasih dan juga mohon maaf

kepada Imam Qolyubi, Suci Ambarwati, Widya, Muharromah, Anzah dan

seluruh pengurus DEMA UIN JKT 2017.

12. Angkatan TST 1830 terimakasih telah menjadi persinggahan terindah,

begitupun KKN Hijrah.

13. Sofyan Hadi, Gerry Novandika, Irfan Zarfandy, Faizah, Novi, dan seluruh

kader HMI Komfisip lainnya.

Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat

peneliti sebutkan satu persatu.

Jakarta, 20 April 2017

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……………………………………………………………………..ii

KATA PENGANTAR ...…………………………………..…………………...iii

DAFTAR ISI …...…………………………………...…...……………………..iv

DAFTAR TABEL ...……………………………..……………………………..vi

DAFTAR PERSAMAAN ...…………………………...……………………...viii

DAFTAR GAMBAR ...………………………………...………………………ix

DAFTAR LAMPIRAN ..…………………………………...…………………...x

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………...…1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………….....9

C. Tujuan dan Manfaat …………………………………………………10

D. Sistematika Penulisan …………………………………………….…11

BAB II: KAJIAN TEORI DAN KONSEP

A. Perilaku Politik ……………………………………………………... 13

B. Pendekatan Perilaku Politik ………………………………………… 15

C. Pemilu (Pemilihan Umum) Legislatif ……………………………… 21

D. Dewan Perwakilan Daerah …………………………………………. 23

E. Tinjauan Pustaka …………………………………………………… 24

F. Hipotesis Penelitian ……………………………….………………... 29

G. Kerangka Pemikiran ……………………………….……………….. 31

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian …………………….………………………….……. 32

B. Lokasi Penelitian ……………………………………………….……33

C. Variabel dan Pengukuran ……………………………………….…... 34

D. Populasi dan Sampel ……………………………………………..… .36

E. Metode Pengumpulan Data ……………………………………....…. 39

v

F. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………….… 40

G. Teknik Analisis Data ……………………………………………..… 40

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Lokasi Penelitian …………………………………... 53

B. Identitas Responden ………………………………………………… 55

C. Uji Validitas dan Reliabilitas ……………………………………….. 58

D. Analisa Keterpilihan Aceng Fikri Sebagai DPD RI pada Pemilu

Legislatif 2014 ……………………………………………………… 61

E. Analisa Perilaku Politik Warga Kecamatan Karangpawitan …………66

F. Koefisien Korelasi Berganda …...…………………………………... 79

G. Analisa Regresi Linier Berganda …………………………………… 80

H. Uji Hipotesis Penelitian …………………………………………….. 85

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………………………………………………………..... 94

B. Saran …………………………………………………………….….. 96

Daftar Pustaka …………………………………………………………….….. 97

Lampiran-lampiran ………………………………………………………….... xi

vi

DAFTAR TABEL

Tabel I.A.1.

Jumlah Perolehan Suara Sah dan Peringkat Suara Calon

Anggota DPD dalam Pemilu Tahun 2014 ……………...…… 3

Tabel I.A.2. Persebaran Suara Aceng Fikri di Jawa Barat ……………...... 4

Tabel I.A.3.

Perolehan Suara Aceng Fikri dari 10 Kelurahan di Kecamatan

Karangpawitan ……………...…………………...…………. 5

Tabel III.C.4.

Tabel IV.B.5.

Tabel IV.B.6.

Tabel IV.B.7.

Tabel IV.B.8.

Tabel IV.B.9.

Tabel IV.B.10.

Tabel IV.C.11.

Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran ……………..… 35

Jenis Kelamin Responden ……………...………………….. 55

Umur Responden ……………….…...…………………....... 56

Agama Responden …………...….………………...………. 56

Pendidikan Responden ………...…..………………...…….. 56

Pekerjaan Responden ……………...…………………...….. 57

Penghasilan Responden ……………...…….……………..... 58

Uji Validitas ……………...…………………...…………… 59

Tabel IV.C.12.

Tabel IV.C.13.

Tabel IV.D.14.

Tabel IV.D.15.

Tabel IV.D.16.

Tabel IV.D.17.

Tabel IV.D.18.

Tabel IV.D.19.

Tabel IV.D.20.

Tabel IV.E.21.

Tabel IV.E.22.

Tabel IV.E.23.

Tabel IV.E.24.

Tabel IV.E.25.

Tabel IV.E.26.

Tabel IV.E.27.

Uji Reliabilitas ……………...…………………...………… 60

Waktu Memilih Aceng Fikri ……………...……………….. 61

Calon/Tim Sukses/Pendukung Menghubungi Responden … 62

Mendiskusikan Calon/Kandidat …………………………… 63

Ikut Serta dalam Kampanye ……………………………….. 64

Membantu Proses Kampanye ……………………………… 64

Meyakinkan Orang Lain untuk Memilih Calon/Kandidat …. 65

Responden Memilih karena Faktor Umur ………………… 66

Responden Memilih karena Faktor Pekerjaan ……...…….. 67

Responden Memilih karena Faktor Pendidikan …………... 68

Responden Memilih karena Faktor Agama ……………… 68

Organisasi Keislaman yang Diikuti Responden ………….. 69

Responden Memilih karena Faktor Suku/Etnis …………... 70

Responden Memilih karena Faktor Gender ……………..... 70

Responden Dekat atau Suka dengan Aceng Fikri ……….... 71

Yang Disukai/Tidak Disukai Responden dari Aceng Fikri . 72

vii

Tabel IV.E.28.

Tabel IV.E.29.

Tabel IV.E.30.

Tabel IV.E.31.

Tabel IV.E.32.

Tabel IV.E.33.

Tabel IV.E.34.

Responden Memilih karena Faktor Isu ……………………. 73

Jawaban Responden Berkenaan Isu Aceng Fikri ………….. 74

Responden Merasa Suaranya Penting dalam Pemilu ……… 74

Responden Memilih Karena Faktor Kinerja ………………. 75

Kontribusi yang Harus Diutamakan Menurut Responden … 76

Jawaban Responden terhadap Program Kerja Aceng Fikri .. 76

Jawaban Responden Terhadap Janji/Tawaran Politik Aceng

Fikri ……………...………………………………………… 77

Tabel IV.E.35.

Tabel IV.E.36.

Tabel IV.E.37.

Tabel IV.E.38.

Tabel IV.F.39.

Tabel IV.F.40.

Tabel IV.F.41.

Tabel IV.G.42.

Tabel IV.G.43.

Tabel IV.G.44.

Tabel IV.G.45.

Tabel IV.G.46.

Tabel IV.H.47.

Tabel IV.H.48

Tabel IV.H.49.

Kondisi Ekonomi Keluarga Responden …………………… 78

Jawaban Responden tentang Money Politics ……………… 78

Koefisien Korelasi Variabel X1, X2, dan X3 dengan Y…….79

Koefisien Korelasi Berganda……...……………………….. 80

Uji Normalitas ………………………………………..……. 81

Uji Multikolinearitas ………………………………………. 83

Koefisien Determinasi …………………………………….. 84

Persamaan Regresi ………………………………………… 85

Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ………………………….. 86

Uji Signifikansi Parsial (Uji T) ……………………………. 87

Analisis Jalur ………………………………………………. 89

Perhitungan Ulang Koefisien Jalur ………………………… 90

Model Summary …………………………………………… 90

Pengaruh Variabel X1 terhadap Y ……...……………….… 91

Pengaruh Variabel X2 terhadap Y ……...……………….… 91

viii

DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan III.1.

Persamaan III.2.

Persamaan III.3.

Persamaan III.4.

Persamaan III.5.

Persamaan III.6.

Persamaan III.7.

Persamaan III.8.

Persamaan III.9.

Persamaan IV.10.

Menentukan Sampel ……………………………………. 37

Uji Validitas ……………………………………………. 41

Uji Reliabilitas …………………………………………. 42

Statistik Deskriptif ……………………………………… 43

Koefisien Korelasi ……………………………………… 44

Regresi Linier Berganda ………………………………... 45

Koefisien Determinasi ………………………………….. 49

Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ………………………. 50

Uji Signifikansi Parsial (Uji T) ………………………… 51

Persamaan Koefisien Jalur ……………………………... 51

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Tiga Variabel Independen

terhadap Satu Variabel Dependen …………………………… 31

Gambar III.2

Gambar IV.3

Gambar IV.4

Gambar IV.5

Gambar IV.6

Correlated Path Model …………………………………….… 52

Mata Pencaharian ……………………………………………. 54

Normal P-P Plot ……………………………………………... 82

Scatterplot …………………………………………………… 83

Correlated Path Model ………………………………………. 91

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Perolehan Suara DPD RI di Jawa Barat ............................................ xi

Lampiran 2: Perolehan Suara DPD RI di Kabupaten Garut ................................ xiii

Lampiran 3: Perolehan Suara DPD RI di Kecamatan Karangpawitan ................ xiv

Lampiran 4: Kuesioner Penelitian ........................................................................ xvi

Lampiran 5: Jawaban Responden........................................................................ xxii

Lampiran 6: Statistik Deskriptif .......................................................................... xxv

Lampiran 7: Diagram Variabel Perilaku Politik Sosiologis ............................... xxvi

Lampiran 8: Diagram Variabel Perilaku Politik Psikologis .............................. xxvii

Lampiran 9: Diagram Variabel Perilaku Politik Pilihan Rasional ................... xxviii

Lampiran 10: Hasil Analisis Korelasi Parsial .................................................... xxix

Lampiran 11: Hasil Analisis Regresi Linear ....................................................... xxx

Lampiran 12: Hasil Perhitungan Ulang Analisis Jalur ....................................... xxxi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena terpilihnya Aceng Holil Munawar Fikri, S.Ag1 sebagai anggota

Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) pada 2014 cukup

mengagetkan banyak kalangan. Hal itu, karena Aceng Fikri dimakzulkan2 satu

tahun sebelum mencalonkan diri sebagai anggota DPD RI yang disebabkan kasus

nikah siri dan kilat dengan Fanny Octara. Pemakzulan tersebut berawal dari

Keputusan DPRD Kabupaten Garut No 30 tahun 2012 tentang Pendapat DPRD

Kab. Garut terhadap dugaan pelanggaran etika dan peraturan perundang-undangan

yang dilakukan oleh H. Aceng Holil Munawar Fikri, S.Ag. Rekomendasi DPRD

Kab. Garut tersebut dikabulkan oleh Mahkamah Agung (MA) melalui putusan No

1 P/Khs/2013 untuk memakzulkan Aceng Fikri dari jabatan Bupati Kab. Garut.

1 Aceng Holil Munawar Fikri, S.Ag lahir pada 6 September 1972 di Kecamatan Garut Kota,

Kabupaten Garut, Jawa Barat. Aceng menikah dengan Nurrohimah sebagai istri pertama dan Fanny

Octara sebagai istri kedua. Aceng merupakan lulusan Institut Agama Islam (IAI) al-Musaddadiyah

Garut. Karirnya dimulai dengan masuk dalam keanggotaan Koperasi Peternak Unggas Garut,

kemudian menjadi Kopontren Kabupaten Garut dan pada tahun 2009 sampai 2013 menjadi Bupati

Garut yang ke-24 dari calon independen bersama Dicky Candra, sekaligus mengungguli kandidat

dari PDI Perjuangan dan Golkar dengan mengumpulkan 57% suara. Aceng juga terlibat dalam

beberapa kasus seperti “skandal mobil dinas” dan “skandal nikah kilat”. Lihat di artikel

https://id.m.wikipedia.org/wiki/aceng_H.M_Fikri diakses pada tanggal 11 april 2016 pukul 23.12

WIB. dan https://m.detik.com/news/berita/2107884/ini-profil-aceng-fikri-sang-bupati-garut, yang

diakses pada 18 April 2016 pukul 16.04 WIB. 2 Berasal dari kata makzul yang berarti turun tahta atau meletakan jabatan. Lihat Widodo,

Amd. Dkk. Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Absolut, 2001), hal. 396.

2

Dalam putusan tersebut MA menilai Bupati Garut, Aceng Fikri, tidak

mematuhi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perkawinan:

Pasal 2 Ayat (2) UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal 3, Pasal 4, dan

Pasal 5 UU No 1 Tahun 1974, Pasal 41 huruf b Peraturan Pemerintah No 9 tahun

1975 Tentang Pelaksanaan UU No 1 Tahun 1974, dan Pasal 39 Ayat (1) UU No 1

Tahun 1974.

Pertimbangan MA juga berdasarkan ketentuan Pasal 27 Ayat (1) huruf e dan

f UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, yang menghendaki kepala

daerah dan wakil kepala daerah wajib mentaati dan menegakkan seluruh peraturan

perundang-undangan dan wajib menjaga etika dan norma penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

Berdasarkan rekapitulasi perhitungan suara untuk pemilihan anggota DPD RI

yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Barat, Aceng

mendapat perolehan 1.139.556 (7%) suara di Jawa Barat3. Dengan perolehan suara

tersebut Aceng berada di urutan ketiga dari 36 calon anggota DPD dan berhak maju

ke Senayan mewakili Provinsi Jawa Barat. Adapun peringkat 10 teratas, sebagai

berikut:

3 Aceng Fikri berada di urutan ke-3 setelah Oni Suwarman dengan perolehan 2.167.485 dan

Dra. Ir. Hj. Eni Sumarni, M.Kes dengan perolehan 2.042.130. Urutan ke-4 yang juga melanggang

ke senayan mewakili Jawa Barat adalah Ir. Ayi Hambali dengan perolehan 1.032.465. Selengkapnya

akan penulis uraikan pada Bab berikutnya, dan dapat di lihat, Sertifikat Rekapitulasi Hasil

Perhitungan Perolehan Suara Provinsi Jawa Barat Model DD-1 DPD, hal. 1.

3

Tabel I.A.1. Jumlah Perolehan Suara Sah dan Peringkat Suara Sah Calon

Anggota DPD dalam Pemilu Tahun 2014

Peringkat Nama Calon Suara Sah Persentase

1 Oni Suwarman 2.167.485 12.61%

2 Dra. Ir. Hj. Eni Sumarni, M.Kes. 2.042.130 11.88%

3 H. Aceng Holil Munawar Fikri, S.Ag. 1.139.556 6.63%

4 Ir. Ayi Hambali 1.032.465 6.01%

5 Asep Syaripudin 1.010.159 5.88%

6 Dr. H. Eman Suryaman, M.M. 965.389 5.62%

7 Elang Raja Luqman Zulkaedin, S.H. 928.728 5.40%

8 Syifa Hananta 779.871 4.54%

9 Deni Jasmara 702.344 4.09%

10 K.H.MOH. Athoillah Mursjid, S.E.M.Si. 696.974 4.06%

Total 17.183.727 100%

Sumber: Keputusan KPU No 411/Kpts/KPU/Tahun 2014 Tentang Penetapan Hasil

Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kab/Kota Secara Nasional

dalam Pemilu 2014.

Persebaran 1.139.556 suara Aceng Fikri diantaranya 10,64% berasal dari

Kab. Garut, daerah yang pernah dipimpinnya. Di Kabupaten Garut, Aceng Fikri

mendapat 121.218 suara dan menempati peringkat kedua, di bawah Oni Suwarman.

Berikut persebaran suara Aceng Fikri di Garut:

4

Tabel I.A.2. Persebaran Suara Aceng Fikri di Jawa Barat

No Kabupaten/Kota Suara Sah Persentase

1 Kota Bandung 31.209 2.74%

2 Kota Cimahi 9.032 0.79%

3 Kabupaten Bandung 75.421 6.62%

4 Kabupaten Bandung Barat 33.154 2.91%

5 Kabupaten Cianjur 47.795 4.19%

6 Kota Bogor 15.856 1.39%

7 Kabupaten Sukabumi 71.941 6.31%

8 Kota Sukabumi 5.696 0.50%

9 Kabupaten Bogor 116.423 10.22%

10 Kota Bekasi 36.334 3.19%

11 Kota Depok 28.157 2.47%

12 Kabupaten Karawang 53.870 4.73%

13 Kabupaten Purwakarta 25.279 2.22%

14 Kabupaten Bekasi 74.520 6.54%

15 Kabupaten Indramayu 44.800 3.93%

16 Kabupaten Cirebon 60.611 5.32%

17 Kota Cirebon 5.030 0.44%

18 Kabupaten Subang 46.055 4.04%

19 Kabupaten Majalengka 40.580 3.56%

20 Kabupaten Sumedang 33.195 2.91%

21 Kabupaten Kuningan 26.231 2.30%

22 Kabupaten Ciamis 57.896 5.08%

23 Kota Banjar 4.983 0.44%

24 Kabupaten Garut 121.218 10.64%

25 Kabupaten Tasikmalaya 58.702 5.15%

26 Kota Tasikmalaya 15.568 1.37%

Total Suara Aceng Fikri 1.139.556 (100%)

Sumber: Sertifikat Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perolehan Suara Provinsi Jawa Barat

Model DD-1 DPD Halaman 1.

Tabel I.A.2. menunjukan bahwa 121.218 (10,64%) suara Aceng Fikri di

Kabupaten Garut adalah fakta adanya kepercayaaan warga Garut terhadap Aceng.

Popularitas Aceng Fikri memang sempat merosot pasca pemakzulannya sebagai

Bupati Garut, namun nyatanya tidak berpengaruh pada karir politik Aceng yang

5

justru berjalan lancar. Hal ini menurut peneliti memperlihatkan masih adanya

kepercayaan waarga Garut betapapun demonstrasi terjadi besar-besaran untuk

menurunkan Aceng Fikri tahun 2013. Sedangkan, suara Aceng Fikri terbesar di

Kab. Garut berasal dari Kecamatan Karangpawitan, yaitu 6.855 (0.60%) suara.

Berikut persebaran suara Aceng Fikri di Kecamatan Karangpawitan:

Tabel I.A.3. Perolehan Suara Aceng Fikri dari 10 Kelurahan di Kecamatan

Karangpawitan

No Kelurahan Suara Sah Persentase

1 Karangpawitan 576 0.051%

2 Suci 552 0.048%

3 Lebak Jaya 506 0.044%

4 Sindang Palay 489 0.043%

5 Lengkong Jaya 450 0.039%

6 Sindang Galih 448 0.039%

7 Karangmulya 409 0.036%

8 Sindanglaya 381 0.033%

9 Lebak Agung 381 0.033%

10 Tanjung Sari 334 0.029%

Total Suara Sah di Kec. Karang Pawitan 6.855 (0.60%)

Sumber: Sertifikat Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara.model DB-1 KPUD

Kabupaten Garut.

Fenomena perilaku politik warga biasa, terutama yang tidak terdidik memilih

seorang kandidiat hanya dari elektabilitas yang dihasilkan lewat pencitraan4 dan

kesamaan identitas asal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) dalam Laporan Riset Perilaku

4 Sisi lain dari kekuatan demokrasi yang terletak pada rakyat (Fox dei-fox Popule) adalah

kemunculan fenomena pemilih yang menentukan pilihan karena elektabilitas dan bukan pada

kualitas. Sedangkan elektabilitas tidak sepenuhnya berkorelasi dengan kepercayaan (trust), namun

justru ditentukan oleh aspek pencitraan. Lihat Ahmad Bakir Ihsan, Politik Tak Hanya Kekuasaan,

(Jakarta: Penerbit Expose, 2012), hal. 24.

6

Pemilih di Kabupaten Barru, bahwa kebanyakan masyarakat “Tidak mampu untuk

memeriksa akurasi informasi yang cukup. Fenomena inilah yang dipostulatkan

Popkin sebagai hukum law information rationality (rasionalitas berdasarkan

informasi terbatas) atau gut rationally (logika perut)5.

Pendekatan perilaku politik yang dimulai pada abad 20 diawali dengan kaum

behavioralis yang melakukan penyelidikan ilmiah untuk menjelaskan perilaku pada

tingkat individu dan kelompok. Setelah itu perilaku politik banyak digunakan untuk

menganalisis fenomena politik, terutama pemilihan umum yang bagi Burnham

“Politik elektoral bukanlah backdrop, ia adalah esensi, kunci utama proses politik”6.

Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk menjelaskan mengapa aktor baik

individu, institusi dan negara berperilaku seperti yang mereka lakukan. Sedangkan

Saiful Mujani, William Liddle dan Kuskridho Ambardi dalam buku Kuasa Rakyat

memandang pemilihan umum sebagai salah satu bentuk partisipasi yang paling

elementer dalam demokrasi dan membagi perilaku politik menjadi tiga model,

yaitu: model sosiologis, model psikologis dan model pilihan rasional.

Partisipasi politik yang dalam hal ini dikhususkan dalam perilaku politik tidak

dilakukan oleh pejabat publik. Pada dasarnya strategi yang dilakukan Aceng Fikri

baik manipulasi ataupun mobilisasi7, tidak akan berhasil jika warga Garut belum

5 Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Sulawesi Selatan, “Laporan Riset

Perilaku Pemilih Di Kabupaten Barru”, 2015, hal. 54. [jurnal on-line]; tersedia di

www.kpu.go.id/koleksigambar/Perilaku_Memilih_Barru_sulsel.pdf; internet; diunduh pada 25

Februari 2016 6 John T. Ishiyama dan Maarijke Breuning (ed.), 21st Century Political Science: A Reference

Handbook, diterjemahkan oleh Tri Wibowo, Ilmu Politik dalam Paradigma Abad ke-21 (Jakarta:

Kencana, 2013), hal. 1307. 7 Mobilisasi yang dimaksud dalam buku “Kuasa Rakyat” adalah upaya yang dilakukan oleh

pihak lain terhadap seseorang atau sekelompok orang agar melakukan tindakan politik tertentu

7

mampu melupakan peristiwa politik tahun 2013 yang berujung pada demonstrasi

besar-besaran yang menurunkan Aceng Fikri dari jabatan Bupati Garut.

Menurut Saiful Mujani, “Kecenderungan masyarakat yang lebih terdidik,

punya komitmen lebih kuat pada demokrasi normatif”8. Sedangkan masyarakat

pedesaan yang menurut Saiful Mujani meskipun relatif punya respon positif

terhadap demokrasi namun tidak diwujudkan dalam bentuk aspirasi kritis atau

tuntutan ke arah demokrasi yang lebih ideal. Berbeda halnya dengan yang terjadi di

Kelurahan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten dimana warganya memiliki

perhatian, pemahaman dan ketertarikan selama kampanye Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY) pada Pilpres 2009. Menurut hasil penelitian yang dikutip dari

Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan, “Dengan menimbulkan suatu

minat, maka, warga yang tertarik dengan sosok SBY akan langsung mencari

informasi tentang SBY”9.

Sikap masyarakat pedesaan yang kurang kritis itu dikarenakan banyak faktor

seperti pendidikan, gender, kedaerahan dan lainnya. Disamping itu masyarakat

perkotaan, menurut Saiful Mujani, justru menilai demokrasi negatif dan memicu

adanya sikap kritis terhadap pemerintah demi terlaksananya sistem demokrasi yang

lebih baik. Di Kab. Garut, persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang memiliki

sesuai dengan harapan pihak tersebut sehingga tindakan orang atau sekelompok orang tersebut tidak

bersifat spontan. Lihat Saiful Mujani, William Liddle dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat:

Analisis tentang Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde

Baru (Jakarta: Mizan Publika, 2011), hal. 8. 8 Mujani, Kuasa Rakyat, hal. 66. 9 Leo Agustino dan Mohammad Agus Yusoff, “Pemilihan Umum dan Perilaku Pemilih:

Analisis Pemilihan Presiden 2009 di Indonesia”, Jurnal Poelitik Volume 5/No.1/2009, hal. 521.

[jurnal on-line]; tersedia di http://www.academia.edu/30578153/; internet; diunduh pada 25 Februari

2016.

8

ijazah/STTB pada tahun 2015 untuk lulusan S1 hanyalah 9,55%10, hal ini sangat

rendah sehingga mempengaruhi tingkat pratisipasi dan cara individu berpikir dan

menentukan pilihan politiknya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan perspektif pemilih dan bukan

perspektif elit dikarenakan apa yang dilakukan oleh elit11 politik tidak dapat begitu

saja merepresentasikan apa yang terjadi. Pengenalan atau pengetahuan itu tidak

hanya berasal dari buku ensiklopedi, ruang-ruang kuliah, kantor pusat statistik, atau

ceramah para ahli melainkan pengetahuan juga berasal dari bawah 12 atau dari

rakyat 13 . Oleh karena itu, perilaku warga Kecamatan Karangpawitan dalam

memilih calon dewan merupakan perspektif yang lebih sesuai di alam demokrasi14

saat ini menurut peneliti.

10 Pemerintah Daerah Kabupaten Garut. “Profil Pendidikan Kabupaten Garut 2012 - 2015”.

Artikel. Diakes pada 28 Maret 2016

http://www.garutkab.go.id/pub/static_menu/detail/sosbud_pendidikan, pukul 21.34 WIB. 11 Menurut Lipset dan Solari, sebagaimana yang dikutip oleh Schoorl mengemukakan

pengertian elit ialah posisi di dalam masyarakat di puncak struktur-struktur sosial yang terpenting,

yaitu posisi-posisi tinggi di dalam ekonomi, pemerintahan, aparat kemiliteran, politik, agama,

pengajaran dan pekerjaan-pekerjaan bebas. Lihat Haryanto, Kekuasaan Elit: Suatu Bahasan

Pengantar (Yogyakarta: Program Pascasarjana Politik Lokal dan Otonomi Daerah Universitas

Gadjah Mada, 2005), hal. 66. 12 Armada Riyanto, Berfilsafat Politik, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2011), hal. 25. 13 Kegiatan teorisasi demokrasi senantiasa bergeser dari fokus masyarakat ke negara dan

kemudian bergeser lagi ke masyarakat atau rakyat, kebangkitan tema teorisasi yang menekankan sisi

masyarakat pada abad 20-an tidak hanya mengenai partai politik dan pelembagaan yang dianggap

mewakili masyarakat, tetapi juga melibatkan aktor lain seperti Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) dan kemampuan aktor masyarakat untuk memobilisasi dukungan baik dalam negeri maupun

internasional. Lihat Mohtar Mas’oed, Negara, Kapital, dan Demokrasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar

1994), hal. 5. 14 Demokrasi yang dimaksud adalah “Demokrasi Liberal” yang menurut Anthony Giddens

bertentangan dengan “Demokrasi Deliberatif”. Menurutnya demokrasi liberal merupakan sederet

institusi yang representatif, yang dipandu oleh nilai-nilai tertentu; demokrasi liberatif merupakan

cara untuk mendapatkan/mewujudkan, upaya untuk memperoleh, kesepakatan menyangkut aneka

kebijakan di ranah politik. Lihat Anthony Giddens, Beyond Left And Right: The Future Of Radical

Politics, (United Kingdom: Politic Press, 1994). Diterjemahkan oleh Dariyatno, Melampaui Ekstrem

Kiri dan Kanan: Masa Depan Politik Radikal (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 162.

9

Berdasarkan pernyataan diatas mengenai fenomena terpilihnya Aceng Fikri

sebagai DPD RI pada pemilu legislatif 2014 menarik untuk diteliti mengingat pada

tahun 2013 terjadi demonstrasi oleh warga Garut yang berakhir pada penurunan

Aceng Fikri dari Jabatannya sebagai Bupati Garut saat itu. Adapun judul penelitian

yang dipilih adalah Perilaku Politik dalam Pemilu Legislatif DPD RI (Analisis

Keterpilihan Aceng Fikri sebagai Anggota DPD RI Tahun 2014 dengan Pendekatan

Perilaku Warga Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah pada halaman sebelumnya,

dengan menggunakan pendekatan perilaku politik, penelitian ini secara umum ingin

memberikan analisis terhadap keterpilihan Aceng Fikri sebagai DPD RI pada

pemilu legislatif tahun 2014. Adapun untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini,

peneliti memiliki pertanyaan yang menjadi fokus peneliti dalam penelitian ini,

yaitu:

Pendekatan perilaku politik manakah yang paling berpengaruh dalam

menjelaskan keterpilihan Aceng Fikri sebagai anggota DPD RI pada pemilu

legislatif tahun 2014?

10

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui perilaku politik warga Kecamatan Karangpawitan dan alasan

masih memilih Aceng Fikri pada pemilu Legislatif DPD RI tahun 2014

setelah diturunkan dari jabatan Bupati Garut pada tahun 2013.

b. Mengetahui pendekatan perilaku politik yang paling berpengaruh dalam

menjelaskan keterpilihan Aceng Fikri sebagai anggota DPD RI dalam

pemilu legislatif tahun 2014.

2. Manfaat penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini bersifat akademis

dan praktis, adapun manfaat-manfaat tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a. Manfaat Akademis

Menambah studi tentang perilaku politik dalam khazanah keilmuan sosial

dan politik khususnya dalam kajian perilaku politik.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang perilaku

pemilih warga Kecamatan Karangpawitan pada pemilu Legislatif DPD RI

tahun 2014.

11

D. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terbagi menjadi lima bab, yaitu:

Bab I: Pendahuluan yang mendeskripsikan pernyataan masalah, penulis

mengangkat masalah mengenai perilaku politik warga Kecamatan Karangpawitan,

Kabupaten Garut atas keterpilihan Aceng Fikri sebagai anggota DPD RI 2014-

2019. Dalam bab ini juga menguraikan pertanyaan masalah yang terdiri dari dua

poin pertanyaan masalah, dilanjutkan dengan uraian tujuan dan manfaat penelitian.

Terakhir adalah sistematika penulisan.

Bab II: Kerangka Teori dan Konsep. Dalam bab ini penulis memfokuskan

pembahasan mengenai perilaku politik dengan tiga pendekatan yang dipakai, yakni

pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan pilihan rasional. Bab

ini juga memaparkan konsep pemilu dalam sistem demokratis dan posisi Dewan

Perwakilan Daerah (DPD) di Indonesia. Selanjutnya dalam bab ini membahas

literature review, di dalamnya terdapat lima skripsi. Kemudian dalam bab ini akan

menguraikan hipotesis penelitian dan diakhiri dengan kerangka pemikiran.

Bab III: Metode Penelitian. Dalam bab ini penulis menjelaskan metode

penelitian yang akan digunakan yaitu kuantitatif. Metode pengumpulan data

menggunakan kuisioner, dengan mengambil sampel dari populasi pemilih Aceng

Fikri di Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut. Bab ini juga memaparkan

ruang lingkup penelitian, metode uji validitas, uji reliabilitas. Kemudian analisis

data menggunakan regresi berganda, korelasi parsial, dan koefisien determinasi.

Untuk uji hipotesis digunakan Uji F, Uji T dan Analisis Jalur (path analysis)

12

Bab 4: Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini memaparkan identitas

responden yang mengisi kuisioner. Selanjutnya hasil uji validitas dan uji reliabilitas

menunjukkan bahwa setiap pertanyaan telah diuji agar pertanyaan tersebut

dinyatakan valid dan reliabel. Kemudian penulis juga akan memaparkan

perhitungan-perhitungan statistik dengan menggunakan metode-metode analisis

yang telah dideskripsikan pada bab sebelumnya. Dalam bab ini akan mengetahui

apa hasil akhir dari penelitian ini.

Bab 5: Kesimpulan dan Saran. Dalam bab ini peneliti memaparkan

kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang sudah dibahas dalam bab-bab

sebelumnya. Dan selanjutnya di bab penutup ini terdapat juga saran yang berkaitan

dengan permasalahan yang terjadi.

13

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KONSEP

Dalam bab ini peneliti menjelaskan mengenai kajian teori yang digunakan

untuk melihat perilaku politik warga Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut

dalam memilih Aceng Holil Munawar Fikri, S.Ag sebagai DPD RI pada Pemilu

Legislatif 2014. Pada bab ini peneliti juga akan membahas lebih dalam mengenai

perilaku politik dan pendekatan perilaku politik yang menjadi teori utama dalam

penelitian ini. Penejelasan mengenai pemilu dan DPD RI akan di bahas berikutnya

setelah pendekatan perilaku politik. Dalam tinjauan pustaka (literature review),

peneliti akan memaparkan lima penelitian yang diantaranya adalah skripsi.

A. Perilaku Politik

Perilaku Politik muncul seiring dengan perkembangan behavioralism yang

akarnya berawal dari seorang ahli biologi Ledwig Von Bertalanffy pada tahun

19201. David Easton percaya akan adanya keseragaman tertentu dalam perilaku

politik yang dapat diekspresikan dalam generalisasi atau teori yang mampu

menjelaskan serta meramalkan fenomena politik2.

Baik para behavioralis atau post-behavioralis, tujuan utama penyelidikan

ilmiah sosial adalah untuk menjelaskan perilaku pada tingkat individu dan

1 S.P. Varma, Teori Politik Modern (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 57. 2 Easton juga menolak kalau perilaku politik tidak bisa dipelajari dengan pendekatan teori.

Menurutnya perilaku manusia, termasuk perilaku politik, mempunyai kesamaan tertentu yang selalu

dapat digunakan sebagai dasar ramalan, tetapi hal ini hanya bisa dilakukan dengan bantuan

pendekatan teori. Lihat Varma, Teori Politik Modern, hal. 131.

14

kelompok, seperti “Mengapa individu, aktor institusi, dan Negara berperilaku

seperti yang mereka lakukan?” 3.

Dalam sejarah, perilaku politik muncul dengan gerakan protes kaum

bihavioralis terhadap madzhab politik tradisional yang memanas pada tahun 1950-

an dan 1960-an dan dipandang sebagai perdebatan metodologis. Sedangkan di

Indonesia, perilaku politik sekurang-kurangnya terdapat dua aspek, pertama,

berkaitan dengan partisipasi dalam pemilu atau pemilihan presiden (voter turnout),

kedua, berkaitan dengan pilihan warga terhadap partai politik atau calon anggota

DPR/DPRD, DPD atau calon presiden4.

Perkara partisipasi politik terutama dalam pemilihan umum adalah tindakan

seorang warga negara biasa yang dilakukan secara sukarela untuk mempengaruhi

keputusan publik (public policy)5. Partisipasi yang dimaksud berada pada ranah

tindakan dan bukan mengajukan pendapat atau partisipasi lainnya yang muncul dari

cara berbicara (speak). Lebih spesifik, partisipasi politik dalam hal ini difokuskan

pada partisipasi rakyat dalam pemilu dikarenakan partisipasi warga negara dalam

pemilu memiliki implikasi yang sangat besar mengingat pilihan seseorang akan

senantiasa menentukan nasib seseorang yang lain (pejabat)6.

3 David Marsh, dan Gerry Stoker (ed.), 2002, Theory and Methods in Political Science

(Newyork: Palgrave Macmillan). Diterjemahkan oleh Helmi Mahadi dann Shohifullah, 2011, Teori

dan Metode dalam Ilmu Politik (Bandung: Penerbit Nusa Media), hal. 74. 4 Saiful Mujani, William Liddle dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis tentang

Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru (Jakarta:

Mizan Publika, 2011), hal. 34. 5 Mujani, Kuasa Rakyat, hal. 4. 6 Sedangkan Huntington melihat partisipasi politik hanya sebagai kegiatan warga negara

(private citizen) yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah serta

di dalamnya menentukan pemimpin sebuah pemerintahan. Lihat Samuel P Huntington, dan John M

Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hal. 6.

15

Perilaku politik atau menurut Surbakti adalah, “Aktivitas pemberian suara

oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk

memilih atau tidak memilih (to vote or not to vote) di dalam suatu pemilihan umum.

Bila voters memutuskan untuk memilih (to vote) maka voters akan

memilih/mendukung kandidat tertentu”7.

Dengan demikian perilaku politik bertujuan untuk menjangkau masa depan

dan bersifat mengantisipasi8. Sebagian dari perilaku dan interaksi individu dalam

bermasyarakat dapat dilihat dari perilaku politik, yaitu perilaku yang bersangkut

paut dengan proses politik.

B. Pendekatan Perilaku Politik

Partisipasi dalam pemilihan umum dan pemilihan presiden menurut Saiful

Mujani merupakan salah satu bentuk dari partisipasi politik9. Kemudian untuk

menjelaskan kenapa seseorang berpartisipasi dalam pemilu sedangkan orang lain

tidak, paling tidak ada tiga model seseorang memilih, antara lain: model sosiologis

(columbia school), psikologi (michigan school) dan pilihan rasional (virginia

school).

7 Suryana Aminudin, “Perilaku Politik Di Indonesia”, Jurnal Aspirasi, Vol. 1/No.2/Februari

2011, hal. 5, [jurnal on-line]; tersedia di

http://ejournal.unwir.ac.id/file.php?file=jurnal&id=521&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6

&name=suryana_aminudin_1_2.pdf; internet; diunduh pada 25 Februari 2016. 8 Muslim Mufti, Teori-Teori Politik (Bandung, Pustaka Setia, 2012), hal 87. 9 Diantaranya bentuk-bentuk partisipasi politik sangat banyak – seperti membantuk kegiatan

partai politik, menyumbang dana bagi partai politik, hadir dalam kampanye partai politik, ikut pawai

partai politik, menghubungi pejabat publik ataau kantor pemerintahan dengan berbagai cara seperti

lewat telepon, tatap muka, lewat surat: mendatangani petisi, bahkan termasuk kerja bakti di

lingkungan tempat tinggal, demonstrasi, memboikot keputusan publik, memblokir jalan umum

untuk memprotes keputusan publik, mogok, merusak sarana publik sebagai bentuk protes terhadap

kebijakan publik, dan masih banyak lagi. Lihat Mujani, Kuasa Rakyat, hal. 5.

16

Menurut Dieter Roth ketiga pendekatan tersebut (sosiologis, psikologis dan

pilihan rasional) saling membangun dan mendasari satu sama lain10 berbeda halnya

dengan Saiful Mujani yang memandang ketiga pendekatan tersebut bersaing satu

sama lain untuk memberikan jawaban yang lebih meyakinkan.

1. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis berkembang di Eropa dan Amerika pada tahun 1950

yang dibangun dengan asumsi bahwa perilaku seseorang dalam memilih

ditentukan terutama oleh kelas sosial, agama, dan kelompok

etnik/kedaerahan/bahasa 11 . Pendekatan sosiologis ini dipelopori dan

dikembangkan oleh sejumlah ilmuwan sosial dan politik dari Columbia‟s

University Bureau Of Applied Social Science, sehingga terkenal dengan mazhab

Colombia (The Columbia School of Electoral Behavior).

Pendekatan sosiologis memandang masyarakat sebagai sesuatu yang

hierarkis terutama berdasarkan status, karena masyarakat secara keseluruhan

merupakan kelompok orang yang mempunyai kesadaran status yang kuat.

Mereka percaya bahwa masyarakat sudah tertata sedemikian rupa sesuai dengan

latar belakang dan karakteristik sosialnya, maka memahami karakteristik sosial

tersebut merupakan sesuatu yang penting dalam memahami perilaku politik

individu.12

10 Dieter Roth, Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-Teori, Instrumen dan Metode (Jakarta:

LSI, 2009), hal 23. 11 Mujani, Kuasa Rakyat, hal. 6. 12 Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Sulawesi Selatan, “Laporan Riset

Prilaku Pemilih Di Kabupaten Barru”, 2015, hal. 14. [jurnal on-line]; tersedia di

www.kpu.go.id/koleksigambar/Perilaku_Memilih_Barru_sulsel.pdf.; internet; diunduh pada 25

Februari 2016.

17

Pendekatan sosiologis mengasumsikan bahwa perilaku politik seorang

individu dalam memilih bukanlah kehendak individu melainkan determinan

kelompok sosial. Hal ini dipertegas oleh Dieter Roth, yakni subkultur tertentu

memiliki kondisi sosial tertentu yang pada akhirnya bermuara pada perilaku

tertentu13. Dalam pendekatan ini, cenderung menempatkan kegiatan memilih

atau perilaku politik dalam kaitan kontek sosial. Jelasnya adalah, pilihan

seseorang dalam kontestasi pemilihan umum dipengaruhi oleh latar belakang

demografi dan sosial ekonomi, seperti jenis kelamin tempat tinggal (kota atau

desa), pekerjaan, pendidikan, kelas pendapatan dan agama14.

Menurut Saiful Mujani, walaupun hierarki demografi dimulai dari gender,

sebagai elemen yang paling dasar dari demografi, tetapi karya kesarjanaan

politik Indonesia, cenderung memberi perhatian lebih khusus pada tiga faktor

atau indikator sosiologis, yakni agama, suku bangsa atau etnisitas, dan kelas

sosial 15 . Kemudian saiful mujani membagi kelas sosial dengan tiga sub

indikator, yaitu tempat tinggal, pendidikan dan pekerjaan.

2. Pendekatan Psikologis

Model kedua yaitu psikologis, muncul sebagai respon terhadap pendekatan

sosiologis yang dikembangkan oleh The Survey Research Center, University of

Michigan yang kemudian dikenal sebagai Michigan School atau “Madzhab

Michigan”.16 Menurut mereka, keputusan individu dalam menentukan pilihan

13 Roth, Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-Teori, Instrumen dan Metode, hal. 23. 14 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 145. 15 Mujani, Kuasa Rakyat, hal. 164. 16 Aminudin, “Perilaku Politik Di Indonesia”, hal. 8.

18

politiknya ditentukan oleh persepsi dan penilaian pribadi terhadap kandidat atau

tema-tema yang diangkat. Pemilih psikologis lebih menekankan bahwa perilaku

politik seseorang atau sekelompok orang dipengaruhi oleh relasi tiga aspek

psikologis antara manusia dengan aspek-aspek pemilu, antara lain: keterkaitan

seseorang dengan partai politik, orientasi seseorang terhadap isue-isue, dan

orientasi seseorang terhadap kandidat17.

Menurut Aminudin, mazhab psikologis ini percaya bahwa tingkah laku

pemilih dapat dideteksi dengan dua konsep. Pertama, disebut political

involvement, yakni perasaan penting atau tidak untuk terlibat ke dalam isu-isu

politik yang bersifat umum (general). Kedua, disebut party identification, yakni

preferensi (perasaan suka atau tidak suka) dari seseorang terhadap satu partai

atau kelompok politik tertentu18.

Dalam pendekatan yang sama, Saiful Mujani, R.William Liddle dan

Kuskridho Ambardi dalam bukunya Kuasa Rakyat menjelaskan bahwa seorang

warga berpartisipasi dalam pemilu atau pilpres bukan saja karena kondisinya

lebih baik secara sosial ekonomi, atau karena berada dalam jaringan sosial, akan

tetapi karena ia tertarik dengan politik, punya perasaan dekat dengan partai

(identitas partai) atau calon tertentu, punya cukup informasi untuk menentukan

pilihan, merasa suaranya berarti, serta percaya bahwa pilihannya dapat ikut

memperbaiki keadaan (political efficacy). Pendekatan ini menggambarkan

orientasi politik dipengaruhi oleh loyalitas partisan yang terbangun sejak lama,

17 JPPR Sulawesi Selatan, Laporan Riset, hal. 15. 18 Aminudin, Perilaku Politik Di Indonesia, hal. 8.

19

dan kekuatan jangka pendek seperti popularitas kandidat berdasarkan agenda

kebijakan19.

Selain keterkaitan seseorang dengan partai politik, aspek lain yang

menjadi penting dalam mempengaruhi keputusan seseorang dalam memilih

adalah orientasi terhadap isu-isu. Menurut Agus Setianto Widodo dalam Jurnal

berjudul “Kajian Epistemologis Iklan Politik dan Perilaku Memilih dalam

Dinamika Pemilu 2009” faktor isu menjadi penentu yang paling penting dalam

proses keputusan pemberian suara 20 . Menurutnya jika seorang individu

mendapatkan isu-isu politik sesuai dengan apa yang dia harapkan, maka hal

tersebut akan menjadi faktor utama untuk menentukan pilihannya baik terhadap

partai politik ataupun salah satu kandidat. Dan begitu sebaliknya, seseorang akan

meninggalkan partai dan kandidat meskipun dekat dengannya, apabila dia tidak

mendapatkan isu-isu yang diharapkan dari partai dan kandidat tersebut.

3. Pendekatan Pilihan Rasional

Model yang ketiga, Dalam ilmu politik pada umumnya dikenal nama

pendekatan pilihan rasional (rational choice approach), sementara itu juga ada

beberapa nama lain seperti public choice atau collective choice. Akhir-akhir ini

berbagai variasi analisis ini telah mengembangkan satu bidang ilmu politik

19 Untuk memahami pendekatan psikologis, Dalton memberikan gambaran seperti sebuah

saringan dalam corong kausalitas (funnel causalit). Menurut Dalton sikap keputusan individu dalam

memilih berdasarkan keberpihakan (partisanship) yakni pendapat terhadap isu, dan citra kandidat.

Lihat, R. J. Dalton, Citizen Politics: Publik Opinion and Political Parties in Advanced Industrial

Democracies (New York: Chatham House Publishers, 2002), hal.173. 20 Agus Setianto Widodo, “Kajian Epistemologis Iklan Politik dan Perilaku Memilih dalam

Dinamika Pemilu 2009”, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol.12/No.3/ Maret 2009, hal. 382.

[jurnal on-line]; tersedia di https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/10976; internet; diunduh pada

15 Mei 2016..

20

tersendiri, yaitu ekonomi politik. Tokoh-tokoh analisisnya antara lain James

Buchannan, Anthony Down, Gordon Tullock, dan Manchur Olsen. Mazhab ini

terkenal sebagai virgina school, Amerika Serikat21. Pendekatan rational choice

sangat berjasa untuk mendorong usaha kuantifikasi dalam ilmu politik dan

mengembangkan sifat empiris yang dapat dibuktikan kebenarannya. Ia

merupakan suatu studi empiris, ketimbang abstrak dan spekulatif. 22

Pada pendekatan ini terdapat keyakinan bahwa pemilih menghitung,

mempunyai kalkulasi untung dan rugi dalam menentukan pilihannya tersebut.

Seorang pemilih akan memilih calon atau partai bila dengan memilih calon

tersebut pemilih diuntungkan dan begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, model

ini secara spesifik meyakini bahwa evaluasi pemilih atas kondisi ekonomi

berhubungan dengan perilaku memilih mereka atas calon maupun partai 23 .

Pilihan politik pemilih yang rasional senantiasa berorientasi kepada hasil yang

dicapai oleh partai atau kandidat tertentu dalam politik, baik hasil yang

dipersepsikan maupun yang diantisipasi24.

Untuk dapat memperkirakan atau menghitung keuntungan ini, yang

diistilahkan oleh Downs sebagai utility maximation, pemilih harus memiliki

informasi mengenai kegiatan partai di masa lalu dan apa yang mungkin

dilakukan partai dimasa mendatang. Sebetulnya individu justru membutuhkan

informasi yang lengkap. Menurut model ini juga perilaku politik ditentukan oleh

21 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2008), hal.92. 22 Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, hal. 93-95. 23 Mujani, Kuasa Rakyat, hal. 319. 24 Roth, Studi Pemilu Empiris, hal. 49.

21

penilaian terhadap keadaan ekonomi-sosial-politik ditingkat individu

(egosentrik) dan ditingkat lokal-regional-nasional (sosiotropik).

Salah satu penelitian yang mengunakan teori pilihan rasional (rational

choice) di Indonesia adalah studi yang dilakukan oleh Saiful Munjani dkk25 atas

kemenangan PDI Perjuangan pada Pemilu 1999, Partai Golkar pada 2004, dan

kemudian Partai Demokrat pada tahun 2009. melihat adanya dua indikator

model pemilih rasional26, yaitu: (1) Evaluasi atas kinerja pemerintah dan, (2)

Evaluasi atas tingkat pendapatan diri dan keluarga.

C. Pemilu (Pemilihan Umum) Legislatif

Pemilu (Pemilihan Umum) merupakan salah satu menifestasi adanya

demokrasi27 , meskipun bukan satu-satunya alat ukur demokrasi namun pemilu

seringkali dianggap sebagai gambaran keberlangsungan demokrasi di sebuah

negara dimana rakyat berperan penting 28 dalam menentukan masa depan

pemerintahan. Pemilu menurut Lances Castles merupakan sarana tak terpisahkan

25 Studi ini salah satunya untuk menjawab pertanyaan: mengapa PDIP menang pada Pemilu

1999, Partai Golkar menang pada 2004, dan kemudian Partai Demokrat menang pada tahun 2009.

Hampir 3 kali Pemilu paska reformasi dimenangkan oleh partai yang berbeda. Penelitian Saiful

Munjani dkk diperoleh dari data survey oleh Lembaga Suvey Indonesia (LSI) dalam rentang waktu

Pemilu tahun 1999, 2004 dan 2009. Lihat Mujani, Kuasa Rakyat, hlm. 27. 26 Mujani, Kuasa Rakyat, hlm. 38. 27 Arief Budiman, Kebebasan, Negara, Pembangunan: Kumpulan Tulisan 1965-2005

(Jakarta: Pustaka Alfabet dan Freedom Institute, 2006), hal. 3. 28 Peran penting rakyat dalam pemilu merupakan pengejawantahan dari demokrasi yang

menurut Miriam Budiarjo, kekuasaan berada di tangan rakyat, dalam artian dari rakyat (Government

of the people), oleh rakyat (government by the people), dan untuk rakyat (governmentfor the people).

Lihat Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, hal. 105.

22

dari kehidupan politik negara demokrasi modern29, bahkan menurut Dieter Nohlen

merupakan satu-satunya metode demokratik untuk memilih wakil rakyat30.

Pada pasal 1 ayat 2 UUD (Undang-Undang Dasar) Negara Indonesia yang

berbunyi, “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-

Undang Dasar” merupakan penegasan akan kedaulatan rakyat31 yang diwujudkan

dalam penyelenggaraan pemilu. Untuk mewujudkan pemilu yang berkualitas, kita

dapat menilainya melalui dua sisi yaitu proses dan hasil. Menurut Rozali

Abdullah 32 , dikatakan berkualitas dari sisi prosesnya berarti penyelenggaraan

pemilu berlangsung secara demokratis, aman, tertib, dan lancar, serta jujur dan adil.

Sedangkan ditinjau dari hasilnya, pemilu tersebut harus mampu menghasilkan

pemimpin dan wakil rakyat yang mampu menyejahterakan rakyatnya serta mengkat

derajat bangsa dan Negara di mata Internasional.

Pemilu juga bisa diartikan sebagai pasar politik (political market) oleh

Indriana Samego, dan secara praktis pemilu menurut Umaruddin Masdar adalah

pemberian suara oleh rakyat melalui pencoblosan tanda gambar untuk memilih

wakil-wakil rakyat33. Pelaksanaan pemilu menurut UU No. 12 Tahun 2003 tentang

pemilihan umum DPR, DPD, dan DPRD adalah pemilu diselenggarakan dengan

tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah serta untuk membentuk

29 Rohaniah dan Efriza, Pengantar Ilmu Politik (Malang: Intrans Publishing, 2015), hal. 438. 30 Rohaniah dan Efriza, Pengantar Ilmu Politik. hal. 439. 31 Tuntutan akan hak suara bagi setiap orang, kebebasan dan persamaan muncul sekitar abad

17 lewat ide-ide Cormwell yang membela demokrasi terbatas sejak konflik perebutan supremasi

antara raja dan parlemen di Inggris dan berakhir dengan Glorious Revolution tahun 1688, lihat Ian

Adams, Ideologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depannya (Yogyakarta:

Penerbit Qalam, 2004), hal. 22. 32 Rozali Abdullah, Mewujudkan Pemilu yang Berkualitas (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2009), hal. 1. 33 Rohaniah, dan Efriza, Pengantar Ilmu Politik, hal. 442.

23

pemerintahan yang demokratis seperti diamanatkan oleh Undang-Undang 1945.

Sistem pemilu Legislatif di Indonesia sendiri memiliki system yang berbeda,

terutama terlihat pada sistem pemilu DPR dan DPD. DPD memakai system distrik

sedangkan DPR dengan menggunakan semi-proporsional.

D. Dewan Perwakilan Daerah

DPD (Dewan Perwakilan Daerah) muncul dengan latar belakang dua arus

besar 34 di Indonesia, pertama adanya arus demokratisasi yang dimulai dari

reformasi 1998, kedua, adanya otonomi daerah yang mereaksi sentralisasi

pemerintahan pada dua rezim. Arus Reformasi yang membawa supremasi parlemen

melahirkan amandemen-amandemen yang dilakukan di Era Awal Reformasi. Hal

ini dipandang sebagai proses institusionalisasi politik oleh para ahli sekaligus

dilihat sebagai salah satu faktor konsolidasi demokrasi. Empat kali amandemen

(1999, 2000, 2001, dan 2002) menghasilkan format baru hubungan legislatif-

eksektif.

Hasil empat amandemen tersebut salah satunya adalah membatasi

kekuasaan presiden dan memperluas otoritas DPR 35 serta lahirnya Dewan

Perwakilan Daerah (DPD). Sebelum dilembagakan sebagai DPD sesuai dengan

hasil Amandemen ke 3 tahun 2001, perwakilan daerah memiliki kursi di DPR

sekitar 107 orang. Dan untuk pertama kalinya pada tahun 2004 DPD dibentuk

34 Muhammad Yusuf, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia: Arsitektur Histori,

Peran dan Fungsi DPD RI Terhadap Daerah di Era Otonomi Daerah (Yogyakart: Graha Ilmu,

2013), hal. 23. 35 Syamsuddin Haris, Praktik Parlementer Demokrasi Presidensial Indonesia (Yogyakarta:

CV Andi Offset, 2014), hal. 102.

24

dengan utusan empat orang setiap provinsi tanpa mempertimbangkan luas

wilayah36. Menurut Syamsuddin Haris, Tidak heran lantas orang melihat sistem

parlemen Indonesia rancu, bukan dua kamar (Bicameral), mungkin satu setengah

kamar, atau juga 3 kamar mengingat keberadaan MPR menaungi DPR dan DPD.

Pemilihan anggota DPD menggunakan system distrik berwakil banyak,

maka daerah pemilihan untuk anggota DPD adalah provinsi dan jumlah anggota

DPD untuk setiap provinsi adalah empat orang. Empat orang berikut ditetapkan

sama untuk setiap provinsi, tanpa mempertimbangkan jumlah penduduk dan luas

wilayah. Dengan demikian jumlah anggota DPD sebanyak dengan jumlah provinsi

dikali empat orang.37

E. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian, peneliti menemukan literatur yang dapat

memperjelas sekaligus menjadi pelengkap atas penelitian yang dilakukan. Tinjauan

pustaka yang dimaksudkan juga akan memberikan keragaman perspektif yang

dapat menjadi pertimbangan sekaligus perbandingan dalam melakukan penelitian

mengenai perilaku politik ini, di antaranya:

Pertama, Skripsi Muhammad Ferdiansyah Zidni38 yang menggambarkan

ketidaksesuaian model sosiologis dan psikologis dalam memahami perilaku politik

warga DKI Jakarta. Sebanyak 65% masyarakat Jakarta menganggap bahwa

36 Haris, Partai, Pemilu, dan Parlemen Era Reformasi, hal. 213. 37 Abdullah, Mewujudkan Pemilu yang Berkualitas, hal. 181. 38 Muhammad Ferdiansyah Zidni, “Perilaku Pemilih : Dinamika Pilihan Rasional dalam

Kemenangan Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama pada Pemilihan Umum Gubernur DKI 2012”,

skripsi, Program Sarjana, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2014).

25

Gubernur Jakarta nanti tidak harus putra daerah, sedangkan suku jawa di DKI

Jakarta 43,7% memilih pasangan Jokowi-Basuki dan 18,4% memilih Foke-Nara,

dan suku Betawi 47,8% memilih Jokowi-Basuki dan 19,7% memilih Foke-Nara,

dikalangan umat Islam, Jokowi-Basuki malah unggul 37,9% dan yang memilih

Foke-Nara hanya 20,8%.

Fenomena yang disebut oleh Ferdiansyah sebagai anomaly

mengindikasikan bahwa parameter demokrasi tidak hanya institusi atau perilaku

terbuka elit namun perilaku rakyat menjadi instrument yang penting untuk menjadi

bahan penelitian dalam menjelaskan fenomena yang ada. Skripsi tersebut dilakukan

dengan metode penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif yaitu

menggambarkan secara sistematis dan mendalam.

Kedua, skripsi Putra Kurniadi 39 yang melihat peranan elit dalam

Pemilukada Tanjungpinang 2012. Dalam hal ini keberadaan Suryatati A. Manan

sebagai mantan Walikota Tanjungpinang selama 17 tahun mendukung pasangan

nomor urut satu dalam Pemilukada 2012, yaitu pasangan Maya Suryanti-Tengku

Dahlan, dengan perolehan 26.616 suara. Kurniadi menemukan fenomena Suryatati

A. Manan sebagai kepala daerah terpampang di sejumlah baliho yang mengajak

masyarakat memilih putrinya, Maya Suryanti.

Peranan Suryatati dianalisis dengan konsep-konsep dan teori mengenai

perilaku politik dan elit politik di level daerah. Suryatati sebagai elit mampu

39 Putra Kurniadi, “Perilaku Politik Elit Politik Lokal pada Pemilukada Kota Tanjungpinang

2012: Studi Kasus di Kelurahan Sei-Jang Kecamatan Bukit Bestari”, skripsi, Program Sarjana,

Universitas maritime Raja Ali haji Tanjungpinang (2013).

26

mempengaruhi pemilih baik secara langsung maupun tidak langsung. Keterlibatan

Suryatati yaitu dengan cara mengajak putrinya pada acara-acara formal dan non-

formal untuk kemudian diperkenalkan dan dipromosikan sebagai walikota

tanjungpinang 2012. Disamping itu perjalanan politik Suryatati yang terbilang

lancar dan memiliki dampak positif menjadi pertimbangan warga Tanjungpinang

untuk memilih Maya Suryanti. Penelitian Kurniadi menggunakan metode

kualitatif-deskriptif.

Ketiga, skripsi Fera Hariani Nasution 40 menemukan partisipasi warga

Bakaran Batu pada pemilu langsung 2008 yang tidak terpengaruh terhadap money

politics, isu agama, ras dan suku. Perilaku pemilih warga Bakaran Batu 54,84%

laki-laki dan 65,15% perempuan memilih berdasarkan figur pasangan calon.

Bahkan pasangan calon yang diusung oleh gabungan partai kecil mampu

mengalahkan pasangan calon yang diusung oleh partai besar.

Lebih jauh statistik menjelaskan pemilih yang memilih karena figur

pasangan calon terdapat 28,33% melihat citra pasangan calon sebagai alasan

memilih, dan 65% pemilih milhat faktor visi/misi pasangan calon. Rasa optimisme

masyarakat terhadap pemilu dapat membawa perubahan yang lebih baik, tepatnya

98,96% orang percaya bahwa pemilu yang diadakan mampu menyeleksi pemimpin

yang akan membawa perubahan pada Sumatra Utara. Kepercayaan pada PEMILU

40 Fera Hariani Nasution, “Perilaku Pemilih pada Pemilihan Gubernur Sumatra Utara Secara

Langsung di Kabupaten Labuhan Batu: Studi Kasus di Kelurahan Bakaran Batu, Kabupaten

Labuhan Batu”, skripsi, Program Sarjana, Universitas Sumatra Utara Medan (2009).

27

merupakan kepercayaan pada demokrasi yang memicu rasionalitas pada perilaku

pemilih warga Bakaran Batu.

Keempat, skripsi Ilham Zubairi 41 meneliti hal yang sama dengan

Ferdiansyah, yakni perilaku politik rasional dengan studi kasus yang berbeda yaitu

warga Nahdliyin. Konflik antar elit membuat warga Nahdliyin kebingungan

menentukan pilihan politiknya, impact yang terjadi adalah mulai munculnya

ketidakpercayaan kepada partai politik dan kesadaran untuk menentukan pilihan

terhadap calon yang diusung. Fenomena tersebut menepis anggapan perilaku warga

Nahdliyin yang cenderung mengikuti perintah kiyai.

Ilham melihat adanya perubahan besar yang terjadi dalam tubuh Nahdlatul

Ulama (NU) yaitu degradasi moral, karena maraknya transaksional mengakibatkan

para Nahdliyin semakin berani melanggar garis-garis yang disepakati dalam

berpolitik. Respon warga Lamongan menyadari kepentingan jangka pendek di

dunia politik, sehingga penelitian terhadap elit yang dikenal hanyalah mencari

popularitas. Konsekuensi garis-garis politik yang di langgar oleh elit NU justru

memperlemah keterikatan dengan pengikutnya, dan pada akhirnya membuat warga

Nahdliyin mencari alternatif pilihan politiknya. Skripsi tersebut menggunakan

metode kualitatif yang bersifat deskriptif.

41 Ahmad Ilham Zubairi, “Perilaku Politik Warga Nahdliyin: Studi Kasus

Ketidakterpilihannya Kader NU di Pilkada Kabupaten lamongan 2010”, skripsi, Program Sarjana,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2015).

28

Kelima, Skripsi Indar Melani 42 , menunjukan adanya kecenderungan

kelompok pemilih pemula yang menganggap bahwa penggunaan hak pilih

merupakan sesuatu yang begitu penting. Penelitian yang dilakukan dengan metode

deskriptif-kualitatif ini memakai tiga model pendekatan perilaku politik yaitu

sosiologis, psikologis dan rasional.

Dalam penelitiannya Indar menemukan bahwa meskipun para pemilih

pemula menganggap suara mereka penting, namun pilihan politiknya tidak

didasarkan pada pengetahuan sendiri melainkan menyesuaikan dengan pandangan

orang tua dan teman sebaya. Penelitiannya juga menunjukan bahwa pemilih pemula

di Kabupaten Pinrang tersebut merupakan pemilih sosiologi yang berdasarkan pada

kesamaan daerah dan pengaruh keluarga.

Selain lima literatur yang peneliti deskripsikan diatas, terdapat juga

beberapa sumber yang penulis temukan seperti: sumber skripsi, M. Ais Luthfi

dengan judul, “Perilaku Politik Nahdlatul Ulama: Studi Komperatif Perilaku Politik

Abdurrahman Wahid dan Hasyim Muzadi”; Ahmad Rifai, “Partisipasi Politik

Masyarakat pada Pemilukada Pemungutan Suara Ulang (PSU) di Kota Tangerang

Selatan 2010-2011”; Skripsi Muhammad Iksan, “Partisipasi Politik masyarakat

dalam Pemilihan Walikota Pagaralam Putaran Kedua: Studi Kasus Perilaku Pemilih

di Kecamatan Pagaralam Utara. Adapun sumber penelitian lain, Neni Kumayas,

SIP,. MSi & Steven Sumolang, S.Sos. MSi (Sentral Pemerhati dan Studi Strategis /

SPESIS) tentang “Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Umum Di Kabupaten Bolang

42 Indar Melani, “Perilaku Pemilih Pemula di Kecamatan Duampanua pada Pemilukada

Kabupaten Pinrang tahun 2013”, skripsi, Program Sarjana, Universitas Hasanuddin Makasar (2014).

29

Mongondow”; Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat (JPPR) Sulawesi Selatan

riset tentang, “Perilaku Pemilih di Kabupaten Barru”; dan Research Centre for

Politics and Government (PolGov) Universitas Gadjah Mada tentang “Perilaku

Pemilih dan Political Linkage di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Magelang".

Dari literatur skripsi dan riset mengenai perilaku politik yang ditemukan,

peneliti belum menemukan studi kasus yang sama dengan. Dengan demikian, fokus

yang peneliti pilih pada penelitian tentang prilaku politik adalah kasus Aceng Fikri

yang terpilih menjadi anggota DPD RI setelah di makzulkan dari Bupati Garut yang

akan menjadi tambahan khazanah dalam studi prilaku politik, sekaligus menjadi

pembeda dengan jurnal, riset dan skripsi yang lainnya.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara yang kebenarannya masih harus diuji

atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka 43 .

Terdapat dua bentuk hipotesis, yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara

variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Sedangkan hipotesis

alternatif (H1) adalah hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara

variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Maka dalam penelitian

ini penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

43 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder

(Jakarta: Raja Grafindo, 2010), hal. 57.

30

H1a: Variabel perilaku politik

warga Garut berpengaruh

terhadap Keterpilihan Aceng

Fikri sebagai DPD RI.

H0a: Variabel perilaku politik warga

Garut tidak berpengaruh

terhadap Keterpilihan Aceng

Fikri sebagai DPD RI.

H1b: Variabel pendekatan perilaku

sosiologis warga Garut

berpengaruh terhadap

Keterpilihan Aceng Fikri

sebagai DPD RI.

H0b: Variabel pendekatan perilaku

sosiologis warga Garut tidak

berpengaruh terhadap

Keterpilihan Aceng Fikri

sebagai DPD RI.

H1c: Variabel pendekatan perilaku

psikologis warga Garut

berpengaruh terhadap

Keterpilihan Aceng Fikri

sebagai DPD RI.

H0c: Variabel pendekatan perilaku

psikologis warga Garut tidak

berpengaruh terhadap

Keterpilihan Aceng Fikri

sebagai DPD RI.

H1d: Variabel pendekatan perilaku

pemilih rasional warga Garut

berpengaruh terhadap

Keterpilihan Aceng Fikri

sebagai DPD RI.

H0d: Variabel pendekatan perilaku

pemilih rasional warga Garut

tidak berpengaruh terhadap

Keterpilihan Aceng Fikri

sebagai DPD RI.

31

G. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dimaksudkan unutk melihat

pengaruh perilaku politik (voting behavior) yakni: perilaku sosiologis, perilaku

psikologis, dan perilaku rasional terhadap keterpilihan Aceng Fikri. Berdasarkan

definisi konseptual maka ditentukan kerangka pemikiran dengan bagan sebagai

berikut:

Gambar II.1. Kerangka Pemikiran Pengaruh Tiga Variabel Independen

terhadap Satu Variabel Dependen

Bagan di atas mengasumsikan adanya tiga variabel independen (X) yaitu:

variabel pendekatan perilaku sosiologis, variabel pendekatan perilaku psikologis

dan variabel pendekatan perilaku pilihan rasional yang berpengaruh terhadap

variabel dependen (Y) yaitu keterpilihan Aceng Fikri sebagai anggota DPD RI pada

pemilu legislative DPD RI tahun 2014.

Perilaku Sosiologis (𝑋1) Perilaku Psikologis (𝑋2) Perilaku Rasional (𝑋3)

Keterpilihan Aceng Fikri (𝑌)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti membahas mengenai metode yang akan digunakan

dalam penelitian. Dimulai dari jenis penelitian, ruang lingkup penelitian, variabel

dan pengukuran, populasi dan penarikan sampel, metode dan teknik pengumpulan

data, serta teknik analisis data. Selanjutnya peneliti akan menggambarkan teknik-

teknik statistik yang diterapkan untuk analisis data, seperti: uji validitas, uji

reliabilitas, dan uji statistik deskriptif. Sedangkan dalam menganalisis hubungan

dua variabel (korelasional) digunakan analisis koefisien korelasi dan regresi linier

berganda dengan terlebih dahulu menentukan uji asumsi klasik yaitu, normalitas

data, heteroskedastisitas, dan multikolinearitas. Terakhir peneliti akan menguji

koefisien determinasi (Adjust R Square), signifikan simultan (uji statistik F),

signifikan pengaruh parsial (uji statistik T), dan analis jalur (Path Analysis).

A. Jenis Penelitian

Perilaku politik selama lebih dari 60 tahun dipelajari secara kuantitatif1 dan

hal itu menunjukan bahwa ilmuwan politik telah menjawab banyak pertanyaan

tentang perilaku politik dengan data survei. Hal yang sama dilakukan peneliti, yaitu

menggunakaan metode kuantitatif pada penelitian ini. Pendekatan ini berangkat

dari suatu kerangka teori kemudian dikembangkan menjadi permasalahan beserta

1 John T. Ishiyama dan Maarijke Breuning (ed.), 21st Century Political Science: A Reference

Handbook, diterjemahkan oleh Tri Wibowo, Ilmu Politik dalam Paradigma Abad ke-21 (Jakarta:

Kencana, 2013), hal,. 1307

33

pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam

bentuk dukungan data empiris di lapangan dengan menggunakan statistik

sederhana2.

Tujuan penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif guna memperkuat

hasil penelitian dalam bentuk angka. Jika ciri-ciri suatu fakta sosial dinilai dengan

angka maka ciri-ciri itu dinamakan metode kuantitatif3. Penelitian ini ditujukan

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel perilaku politik warga

Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Jawa Barat terhadap keterpilihan

Aceng Fikri sebagai Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pada Pemilu Legislatif

2014.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Karangpawitan, Garut, Jawa Barat. Penentuan

objek penelitian didasarkan pada Suara Aceng Fikri yang paling besar di Kab. Garut

berasal dari Kecamatan Karangpawitan. Kabupaten Garut menjadi menarik untuk

diteliti setelah terjadinya demonstrasi penurunan Aceng Fikri dari jabatan Bupati

Garut pada tahun 2013, dan satu tahun berikutnya, tepatnya tahun 2014, Aceng

Fikri justru terpilih menjadi DPD RI mewakili Jawa Barat dengan perolehan suara

terbesar kedua di Kabupaten Garut.

2 Husen Usman, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 131. Lihat juga

Menurut Sugiyono metode kuantitatif adalah metode penelitian yang menggunakan kuesioner

sebagai instrument utama pengumpulan datanya. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan

Kualitatif, R&D (Bandung: Alfabeta, 2006), hal. 90. 3 Koentjaraningrat (ed), metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1977),

hal. 309.

34

C. Variabel dan Pengukuran

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek, orang

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulannya4.Variabel penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Independen

Variabel independen atau bebas adalah variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat

(dependen) 5 dan disebut juga sebab yang dipandang sebagai sebab

kemunculan variabel terikat6. Variabel independen pada penelitian ini adalah

Perilaku Politik (Sosiologis, Psikologis, Pemilih Rasional).

2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau terikat merupakan variabel yang ingin

dijelaskan7 . Pada penelitian ini variabel dependennya adalah keterpilihan

Aceng Fikri sebagai anggota DPD RI pada pemilu legislatif tahun 2014.

Untuk memudahkan penelitian ini, dalam operasionalisasi variabel penelitian

maka peneliti menguraikan variabel-variabel apa saja yang digunakan menjadi

indikator-indikator yang terperinci agar mudah untuk diukur. Hal Ini didasarkan

atas sifat-sifat hal yang dapat diamati.

4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif, R&D (Badung: Alfabeta, 2006),

hal. 61. 5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, hal. 61. 6 Fred N. Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behaviral (Yogyakarta: Gadjaha Mada University

Press, 1995), hal. 58. 7 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif (Bandung: Rafika Aditama, 2015), hal.

185.

35

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen dan satu variabel

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah perilaku politik warga

Garut dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis

dan pendekatan pilihan rasional. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian

ini adalah keterpilihan Aceng Fikri sebagai DPD RI. Adapun rincian

operasionalisasi indikator variabel sebagai berikut:

Tabel III.C.4. Operasionalisasi Indikator Variabel dan Pengukuran

No Variabel Dimensi Indikator Butir Penskalaan

1

Keterpilihan

Aceng Fikri

(Y)

- Mendapatkan informasi 1 Nominal

- Dihubungi oleh Tim Sukses 1 Ordinal

- Diskusi pilihan politik 1 Ordinal

- Mengkampanyekan Calon 1 Ordinal

- Membantu Calon Calon 1 Ordinal

- Meyakinkan Orang Lain 1 Ordinal

- Waktu menentukan pilihan 1 Ordinal

2

Perilaku

Politik

(X)

Perilaku

Sosiologis

(𝑋1)

- Umur 1 Ordinal

- Pekerjaan 1 Ordinal

- Pendidikan 1 Ordinal

- Agama 1 Ordinal

- Suku 1 Ordinal

- Gender 1 Ordinal

- Ormas 1 Nominal

Perilaku

Psikologis

(𝑋2)

- Prefensi 2 Nominal & Ordinal

- Isu 2 Nominal & Ordinal

- Involvement 1 Ordinal

Perilaku Pemilih

Rasional

(𝑋3)

- Kinerja 2 Nominal & Ordinal

- Visi Misi 2 Nominal & Ordinal

- Kalkulasi

Ekonomi

2 Nominal & Ordinal

36

Kategori jawaban untuk masing-masing variabel adalah sangat tinggi,

tinggi, rendah dan sangat rendah dengan alternatif jawaban yang diberikan

responden yaitu sangat setuju (ss), setuju (s), tidak setuju (ts) dan sangat tidak setuju

(sts). Berdasarkan kriteria tersebut, maka pemberian skornya adalah berikut:

Responden menjawab ss (kategori sangat tinggi), diberi skor 4;

Responden menjawab s (kategori tinggi), diberi skor 3;

Responden menjawab ts (kategori rendah), diberi skor 2;

Responden menjawab st (kategori sangat rendah), diberi skor 1.

D. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan suatu kumpulan objek yang akan dijadikan sasaran

penelitian atau dipahami juga sebagai kumpulan menyeluruh dari suatu subjek yang

merupakan perhatian peneliti, populasi merupakan keseluruhan anggota, kejadian,

atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan baik8. Populasi juga bisa dikatakan

sebagai sebuah kelompok yang serupa9. Sedangkan menurut Sugiyono populasi

adalah wilayah “Generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya”10. Populasi dalam penelitian ini adalah warga

Kecamatan Karangpawitan, Kabupaaten Garut yang memilih Aceng Fikri pada

pemilu legislatif DPD RI 2014, yaitu berjumlah 6855 orang.

8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka

Cipta, 2002), hal. 6. 9 Lisa Harisson, Metodologi Penelitian Politik, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 22. 10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, hal. 90.

37

Sample adalah wakil dari keseluruhan populasi11 yang juga merupakan

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dengan

kata lain sampel adalah sehimpunan kecil kasus yang dipilih peneliti dari himpunan

besar dan akan generalisasi pada populasi12. Setelah populasi dirumuskan, lalu

selanjutnya menetapkan sampel penelitian, pengambilan sampel dimaksudkan

untuk mewakili populasi. Untuk menentukan jumlah sampel yang diperlukan, maka

dapat digunakan rumus Slovin, yaitu:

Persamaan III.1. Mentukan Sampel

n =N

1 + Ne2

Keterangan:

n = ukuran sampel minimal

N = ukuran populasi

e = taraf kesalahan atau eror 10% (0,1)

Diketahui jumlah warga Kab. Garut secara keseluruhan pemilih Aceng

Fikri pada Pemilu Legislatif 2014 yaitu 6855 orang, maka sampelnya dapat di

hitung sebagai berikut :

n =6855

1 + 6855(10%)2

11 Heri Jauhari, Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi (Bandung: CV Pustaka Setia,

2010), hal. 118. 12 W. Larence Neuman, Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,

(Jakarta Barat: PT Indeks, 2013), hal 270.

38

n =6855

1 + 6855(0,01)

n =6855

69,55= 98,57

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang dapat

digunakan pada penelitian ini adalah 98,57 (dibulatkan ke atas menjadi 99) orang.

Namun untuk kemudahan penelitian ini ditentukan 100 sampel13.

Jadi dalam penelitian ini, sampel yang akan diambil berjumlah 100 orang

dengan teknik penarikan sampel menggunakan multistage cluster random sampling

atau sampel acak kluster. Teknik multistage cluster random sampling adalah

pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak dari kluster

dari elemen-elemen14. 100 orang dipilih dari 5 kelurahan yang masing-masing

kelurahan ditentukan 20 orang dengan pembagian 4 orang untuk satu TPS 15

berdasarkan gender dan umur16. Dua diantaranya laki-laki (17-30 tahun dan >30

tahun) dan dua perempuan (17-30 tahun dan >30 tahun).

13 Seperti halnya menurut Gay penggunaan ukuran minimum pada pengambilan sempel

adalah 30 subjek atau lebih. Lihat Sevilla Cunsuelog, dkk, Pengantar Metode Penelitian (Jakarta:

UI Pers, 1993), hal. 41. 14 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif, R&D, hal. 93.

15 Kelurahan Karangpawitan diambil TPS no 18 (92 suara Aceng Fikri dari total 213 suara), TPS no

1 (49/289), TPS no 10 (45/210), dan TPS no 14 (61/164). Di Kelurahan Suci diambil TPS no 4

(44/209), TPS no 5 (40/190), TPS no 11 (43/197), dan TPS no 12 (38/185). Di Kelurahan Lebak

Jaya diambil TPS no 15 (61/214), TPS no 9 (37/183), TPS no 16 (51/193), dan TPS no 13 (27/168).

Di Kelurahan Sindang Palay diambil TPS no 13 (81/227), TPS no 3 (44/206), TPS no 8 (100/222),

dan TPS no 4 (29/166). Di Kelurahan Lengkong Jaya diambil TPS no 2 (54/184), TPS no 3 (75/173),

TPS no 4 (67/206), dan TPS no 7 (54/184). Lihat, lampiran model C-1 DPD RI. 16 Terdapat tiga cara menggunakan multistage cluster random sampling, yaitu dengan

klasifikasi gender, umur dan pendidikan. Dalam beberapa penelitian, umur sudah mencakup

pendidikan atau klasifikasi pendidikan juga dapat disertakan dalam kolom data responden. Lihat,

Silalahi, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif, hal. 273.

39

E. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Pengumpulan data primer merupakan bagian penting dari proses penelitian

yang sering kali diperlukan untuk tujuan pengambilan keputusan. Data primer

adalah teknik pengambilan data langsung kepada pihak yang bersangkutan

melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner dimaksudkan sebagai suatu daftar

pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban dari responden 17 . Untuk

pengumpulan data kuesioner, peneliti secara langsung turun ke lapangan

membagikan kuesioner kepada responden. Sebelumnya telah ditentukan sampel

yang akan mengisi kuesioner yaitu warga Kecamatan Karangpawitan yang

memilih Aceng Fikri pada Pemilu Legislatif 2014.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber data yang sudah ada,

diantaranya informasi yang diambil secara langsung dari dokumen, data, dan

statistik yang dalam hal ini adalah hasil penelitian sebelumnya, serta buku-buku

yang menunjang penelitian. Adapun data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini diantaranya adalah data yang valid dari Komisi Pemilihan Umum

(KPU) mengenai hasil Pemilu Legislatif 2014 yang ditunjang dengan buku-buku

terkait, jurnal, artikel dan beberapa sumber pustaka, dokumentasi dan lainnya

yang berkaitaan dengan kajian penelitian. Hal seperti ini memudahkan dalam

memahami segala macam konteks yang terkandung di dalamnya18.

17 Koentjaningrat (ed), Metode-Metode Penelitian Mastarakat, hal. 215. 18 Horison, Metodologi Penelitian Politik, hal 125.

40

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kuesioner

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang

memungkinkan analisis mempelajari sikap, keyakinan, perilaku dan

karakteristik beberapa orang 19 . Kuesioner berupa angket merupakan teknik

pengumpulan data melalui pemberian pertanyaan-pertanyaan secara tertulis

kepada responden untuk dijawab. Pertanyaan kuesioner pada penelitian ini

bersifat tertutup dengan menggunakan skala nominal20 dan ordinal21.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data yang di lakukan dengan

cara membaca dan mencatat berbagai referensi seperti buku, jurnal, majalah,

artikel, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian yang sedang di lakukan.

G. Teknik Analisis Data

Sebelum membuat keputusan, kuesioner yang telah diisi dikumpulkan,

kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan hasil yang jelas dan maksimal.

Dalam hal ini, peneliti menggunakan Multivariate Analysis yang dipakai untuk

memahami hubungan antara tiga atau lebih variabel22.

19 Syofian Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hal.

133. 20 Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasi objek, individual atau kelompok. Hasil

dari skala nominal dipersentasikan dalam bentuk persentase. Lihat, Jonaathan Sarwono, Statistik

Multivariat Aplikasi untuk Risaet Skripsi (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2013), hal. 67. 21 Skala Ordinal adalah data yang berasal dari kategori yang disusun secara berjenjang mulai

dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi atau sebaliknya dengan jarak/rentang yang tidak harus

sama. Lihat Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian, hal. 135. 22 Horison, Metodologi Penelitian Politik, hal. 37.

41

1. Uji Validitas

Validitas adalah sejauh mana pengukuran kita berhubungan dengan

konsep yang akan direfleksikan23. Uji validitas dilakukan untuk menilai seberapa

baik suatu instrumen ataupun proses pengukuran terhadap konsep yang

diharapkan untuk mengetahui apakah yang kita tanyakan dalam kuesioner sudah

sesuai dengan konsepnya24. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila:

a. Jika koefisien product moment > r-tabel (α: n – 2), n = jumlah sampel

b. Untuk menghitung uji validitas penulis menggunakan teknik korelasi

product moment yang dikemukakan oleh Pearson, sebagai berikut25:

Persamaan III.2. Uji Validitas

𝑟 =𝑛 (∑ 𝑋𝑌) − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)

√𝑛 (∑ 𝑋2) − (∑ 𝑋)2 𝑛 (∑ 𝑌2) − (∑ 𝑌)2

Keterangan:

n = jumlah responden

X = skor variabel (jawaban responden)

Y = skor total variabel untuk responden n

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Statistikal Product and Service

Solution (SPSS) untuk menguji validitas dengan menggunakan korelasi

Bivariate Pearson dan Correlated Item-Total Correlation serta uji dua sisi taraf

signifikansi 0,05. Dasar pengambilan keputusan uji validitas adalah:

23Horison, Metodologi Penelitian Politik, hal. 32. 24 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, 2005), hal. 45 25 Siregar, Statistika Deskriptif Untuk Penelitian, hal. 164.

42

a. Jika r hitung ≥ r tabel maka item-item pertanyaan berkorelasi signifikan

terhadap skor total, pertanyaan dianggap valid.

b. Jika r hitung < r tabel maka item-item pertanyaan tidak berkorelasi

signifikan terhadap skor total, pertanyaan dianggap tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Setelah diketahui setiap pertanyaan dalam kuesioner valid, maka

diperlukan adanya uji reliabilitas untuk mengetahui tingkat derajat ketepatan

jawaban yang akan diperoleh dari responden. Dengan menggunakan uji

reliabilitas, kita bisa memperkirakan akan mendapatkan hasil yang sama berkali-

kali 26 . Reabilitas dari suatu alat pengukuran mencerminkan apakah suatu

pengukuran terbebas dari masalah, sehingga memberikan hasil pengukuran yang

konsisten pada kondisi yang berbeda pada masing-masing item dalam

instrumen 27 . Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengukuran

realibilitas dengan alpa cronbach. Kriteria suatu kuesioner dikatakan reliabel bila

cronbach’s alpha > 0,7, tetapi apabila cronbach’s alpha < 0,7 maka data tidak

reliabel28. Ditentukan dengan rumus berikut:

Persamaan III.3. Uji Reliabilitas

𝑟11 = (𝑘

𝑘 − 1)(1 −

∑ 𝜕2𝑏

𝜕2𝑡)

26 Horison, Metodologi Penelitian Politik, hal. 29. 27 Sekaran, Metodologi Penelitian untuk Bisnis (Jakarta: Salemba Empat, 2006), hal. 27. 28 Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian, hal. 174.

43

Keterangan :

𝑟11 = Realibilitas instrumen

k = Banyaknya butir pernyataan

Σ∂2b = Jumlah varian butir

∂2t = Varian total

3. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan

gambaran umum, presepsi atau pendapat dari responden yang menjawab

kuesioner melalui nilai rata-rata pada semua variabel. Deskriptif berfungsi

memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada

perlakuan terhadap objek yang diteliti29.

Analisis deskriptif juga digunakan peneliti untuk melihat kecenderungan

distribusi frekuensi variabel. Gambaran umum setiap variabel digambarkan oleh

skor rata-rata yang diperoleh dengan menggunakan teknik Weighted Means

Scored (WMS), dengan rumus:

Persamaan III.4. Statistik Deskriptif

�̅� =𝑋

𝑁

Keterangan :

�̅�= Skor rata-rata yang dicari.

X= Jumlah skor gabungan (hasil kali frekuensi dengan bobot nilai

untuk setiap alternative jawaban)

N= Jumlah Responden.

29 Usman, Metodologi Penelitian Sosial, hal. 129.

44

4. Analisis Korelasi Ganda

Korelasi menunjukan derajat asaosiasi atau keeratan hubungan antara satu

variabel dengan variabel lainnya30, serta menyatakan derajat keeratan hubungan

antarvariabel terkait. Semakin tinggi nilai korelasinya semakin tinggi pula

keeratan hubungan kedua variabel. Besar kecilnya hubungan antara dua variabel

dinyatakan dalam bilangan yang disebut koefisien korelasi. Besarnya koefisien

korelasi antara -1< r >1, Koefisien korelasi 0 atau mendekati 0 dianggap tidak

berhubungan antara dua variabel yang diuji.

Persamaan III.5. Koefisien Korelasi

𝑟 =𝑛 ∑ 𝑋𝑖 𝑌𝑖 −𝑛

𝑖=1 ∑ 𝑋𝑖 ∑ 𝑌𝑛𝑖=1 𝑖

−𝑛𝑖=1

√𝑛 ∑ 𝑋𝑖2 −𝑛

𝑖=1 (∑ 𝑋𝑖)2 𝑛𝑖=1 √𝑛 ∑ 𝑌𝑖

2 −𝑛𝑖=1 (∑ 𝑌𝑖)2 𝑛

𝑖=1

Keterangan :

r = Koefisien Korelasi

x = Variabel Independen

y = Variabel Dependen

5. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi adalah suatu analisis yang mengukur pengaruh antara

variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)31. Dalam regresi linier berganda,

suatu variabel yang dependen dapat saja dihubungkan dengan dua atau lebih dari

dua variabel independen. Terdapat 3 asumsi analisis berganda linier32, yaitu:

30 Agus Widarjono, Analisis Statistik Multivariat Terapan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN,

2010), hal. 261. 31 Danang Sunyoto, Uji Khi Kuadrat dan Regresi Untuk Penelitian (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2010), hal. 9.

32 Anto Dajan, Pengantar Metode Statistik Jilid II (Jakarta: LP3ES, 1986), hal. 325.

45

a. Distribusi probabilita bersyarat variabel dependen bagi serangkaian

variabel independen mengikuti pola normal atau kurang lebih normal.

b. Distribusi bersyarat variabel dependen bagi tiap kombinasi variabel

independen memiliki varians yang sama.

c. Nilai-nilai variabel dependen harus independen satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan ketiga asumsi di atas, persamaan regresi berganda dapat

diturunkan atas dasar metode kuadrat minimum.

Fred N. Kerlinger menyebut regresi linier berganda dengan regresi linier

majemuk, yang menilai dua variabel bebas atau lebih, 𝑋1, 𝑋2, 𝑋3, hendak

membuat prediksi kearah suatu variabel terikat33. Untuk menganalisis regresi

linier berganda penulis menggunakan Statistikal Product and Service Solution

(SPSS). Persamaan umum regresi linier berganda adalah:

Persamaan III.6. Regresi Linier Berganda

𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2 + 𝑏3𝑋3+ e

Keterangan:

Y = variabel terikat (variabel yang diduga)

X = variabel bebas

a = konstanta

b = koefisien regresi (slop)

e = residu

33 Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavioral, hal. 936.

46

6. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti

diketahui bahwa uji T dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti

distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak

valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji

statistik. Untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak

dilakukan uji statistik Kolmogorov-Smirnov Test. Residual berdistribusi

normal jika memiliki nilai signifikansi >0,0534.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan yang lain 35 . Jika variance dan residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

di sebut uji heteroskedastisitas.36

Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu

dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi veriabel terikat (dependen/

ZPRED) dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat di lakukan dengan melihat ada tidaknya pola

34 Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate, hal. 160-165. 35 Sunyoto, Analisis Regresi, hal. 82. 36 Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate, hal. 105.

47

tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dengan dasar

analisis sebagai berikut37 :

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar di atas dan dibawah

angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar satu atau semua variabel bebas

(independen). Uji multikolonieritas merupakan hubungan linear antara

vaariaabel independen di dalam regresi berganda38.

Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi

(umumnya di atas 0,90)39 maka ini indikasi adanya multikolonieritas. Tidak

adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari

multikolonieritas karena dapat disebabkan juga adanya efek kombinasi dua

atau lebih variabel variabel independen.

Multikolonieritas dapat pula dilihat dari nilai tolerance dan Variance

Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel

independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Tolerance mengukur variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan

37 Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate, hal. 139-143 38 Widarjono, Analisis Statistik Multivariat, hal. 75. 39 Pendapat lainnya dikatan terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antara variabel

bebas lebih besar dari 0.60 atau 0,50. Lihat Sunyoto, Analisis Regresi, hal. 79.

48

oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama

dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) nilai cut off yang umum

di pakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance

> 0,1 atau sama dengan nilai VIF < 1040.

7. Koefisien Determinasi

Koefisien korelasi (berganda) adalah mengukur hubungan atau asosiasi

antara variabel-variabel bebas (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3) terhadap variabel terikat (Y), secara

simultan. Simbol koefisien korelasi adalah R41. Koefisien determinasi adalah

koefisien yang menyatakan persentasi penyimpangan (keragaman) variabel

terikat (Y) yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas (X) dalam model regresi

yang sedang di bahas42.

Koefisien determinasi (R square) digunakan untuk mengukur seberapa

besar kemampuan semua variabel bebas (X) dalam menjelaskan varians variabel

terikat (Y). Jika nilai R square mendekati 0 maka, kemampuan variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas.

Sedangkan jika sebaliknya, nilai R square mendekati 1 maka, variabel

independen dapat memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk

menjelaskan variabel dependen43. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

40 Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate, hal. 1005-106. 41 Sunyoto, Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, hal 63. 42 Yusuf Wibisono, Metode Statistik (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hal.

587. 43 Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate, hal 97.

49

Persamaan III.7. Koefisien Determinasi

𝑅 = 𝑏1 ∑ 𝑋1𝑌 + 𝑏2 ∑ 𝑋2𝑌 + 𝑏3 ∑ 𝑋3𝑌

∑ 𝑌2

Keterangan:

R = Koefisien Determinasi

Y = variabel terikat (variabel yang diduga)

X = variabel bebas

b = koefisien regresi (slop)

8. Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji statistik F digunakan untuk mengevaluasi pengaruh semua variabel

independen terhadap variabel dependen44. Dalam hal ini uji F dapat dijelaskan

dengan menggunaakan analisis varian (analysis of variance = ANOVA).

Pengujian yang dapat dilakukan yaitu membandingkan nilai F tabel dengan F

hitung sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan. F hitung berada dalam

tabel output ANOVA dengan perhitungan statistik menggunakan program SPSS,

sedangkan untuk mengetahui F tabel, penulis melihat pada tabel F tabel.

Jika F hitung > F tabel, maka seluruh variabel independen berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen, atau dengan kata lain menolak

hipotesis nol (Ho) dan menerima hipotesis alternatif (H1). Sebaliknya jika F

hitung < F tabel, maka seluruh variabel independen tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen, dan hipotesis nol (Ho) diterima dengan

menolak hipotesis alternatif (H1). Adapun rumus yang digunakan adalah:

44 Widarjono, Analisis Statistik, hal. 22.

50

Persamaan III.8. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

𝐹 =𝑅2(𝑛 − 𝑘 − 1)𝑅2𝑌 (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3)

𝑚 (1 − 𝑅2𝑌(𝑋1, 𝑋2, 𝑋3)

Keterangan:

𝑅2 : Koefisien Determinasi

k : jumlah variabel

n : jumlah data

9. Uji Signifikan Pengaruh Parsial (Uji T)

Uji statistik T digunakan untuk membuktikan apakah variabel independen

secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen 45 . Uji T

dilakukan untuk membuat kesimpulan mengenai pengaruh masing-masing

varibel bebas (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3) terhadap variabel terikat dengan menggunakan taraf

signifikansi 0,05. Dasar pengambilan keputusan untuk mengetahui kebenaran

hipotesa adalah jika p value < 0.05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya

ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Sebaliknya jika p value ≥ 0,05. maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak

ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun

rumus yang digunakan adalah:

Persamaan III.9. Uji Signifikansi Parsial (Uji T)

𝑡1 = 𝑃𝑌𝑋𝑖

√1 − 𝑅2𝑌(𝑋1, 𝑋2, 𝑋3)𝐶𝑖𝑖𝑛 − 𝑘 − 1

45 Widarjono, Analisis Statistik, hal 25.

51

Keterangan:

R : Koefisien Korelasi ganda antara x dan y

k : jumlah variabel

n : jumlah data

10. Analisis Jalur (Path Analysis)

Analisis jalur memiliki kedekatan dengan regresi berganda, sehingga

regresi berganda adalah bentuk khusus analisis jalur. Teknik ini dikenal sebagai

model sebab-akibat (causing modeling). Analisis jalur adalah suatu metode

untuk mempelajari efek langsung (direct effect) maupun efek tidak langsung

(indirect effect) dari variabel 46 . Sedangkan menurut Sarwono analisis jalur

adalah teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada

regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel terikat tidak

hanya secara langsung, tetapi secara tidak langsung47.

Persamaan III.10. Persamaan Koefisien Jalur

𝑃𝑦 = 𝑃𝑦𝑥1 + 𝑃𝑦𝑥2 =ε

Ada beberapa tahap yang harus dilalui dalam analisis jalur. Pertama,

membuat model spesifikasi analisis jalur. Kedua, melakukan estimasi untuk

mendapatkan koefisien analisis jalur. Ketiga, melakukan uji signifikansi analisis

jalur. Dalam hal ini, peneliti menggunakan model korelasi (correlated path

model) dengan rumusan sebagai berikut:

46 Widarjono, Analisis Statistik, hal. 264. 47 Jonathan Sarwono, Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, (Yogyakarta: Andy,

2007), hal. 1.

52

Gambar III.2. Correlated Path Model

Keterangan:

X1 : Perilaku Sosiologis

X2 : Perilaku Psiokologis

X2 : Perilaku Rasional

Y : Keterpilihan Aceng Fikri

p : Koefisien jalur

Tanda panah → menggambarkan penyebab, anak panah dengan satu

kepala yang menunjukkan satu arah. Sedangkan untuk menggambarkan korelasi,

menggunakan anak panah vertikal dengan tiga kepala yang menunjukkan dua

arah. PYX1, PYX2 dan PYX3 menunjukan pengaruh langsung dari variabel perilaku

sosiologis, psikologis dan rasional terhadap keterpilihan Aceng Fikri. Adapun

langkah kedua dan ketiga akan dibahas pada bab berikutnya.

X1

X2 Y

pYX1

pYX3

r21

e1

Disebut “Residu” Pengaruh Langsung

Pengaruh Langsung

Disebut

Korelasi

X3

pYX2

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti akan menyajikan analisis hasil penelitian tentang

keterpilihan Aceng Munawar Holil Fikri, S.Ag. berdasarkan pendekatan perilaku

politik warga Kecamataan Karangpawitan. Setelah dilakukan penelitian di lapangan

dengan cara penyebaran kuesioner/angket kepada responden, maka diperoleh

berbagai data mengenai keadaan responden. Peneliti juga akan memaparkan hasil

uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner yang diberikan kepada responden.

Pada tahap selanjutnya peneliti melakukan perhitungan statistik dengan analisis

koefisien korelasi dan regresi linear berganda yang sebelumnya telah dilakukan uji

asumsi klasik. Pada bagian akhir bab ini, peneliti melakukan pengujian hipotesis

yang akan menjawab hasil dalam penelitian ini. Untuk membantu melakukan

perhitungan statistik, peneliti menggunakan program Statistical Product and

Service Solutions (SPSS) dan hasil yang diperoleh akan dijelaskan dalam bentuk

tabel dan gambar.

A. Latar Belakang Lokasi Penelitian

Kecamatan Karangpawitan merupakan salah satu dari 42 Kecamatan di

Kabupaten Garut. Menurut sumber dari kantor Kecamatan Karangpawitan, dengan

luas wilayah 5.125 ha Kecamatan Karangpawitan terdiri dari pesawahan, daratan

dan perbukitan. Kecamatan Karangpawitan memiliki jarak kurang lebih 5 km dari

ibu kota kabupaten dengan ketinggian 712 m dari permukaan laut.

54

Kecamatan Karangpawitan berbatasan dengan Kecamatan Banyuresmi di

sebelah utara, dengan Kabupaten Tasikmalaya di sebelah selatan, dengan

Kecamatan Garut Kota di sebelah barat, dan Kecamatan Sucinaraja di sebelah

timur. Kondisi demografi Kecamatan Karangpawitan saat ini dihuni oleh 127.448

orang yang terhimpun dalam jumlah 35.904 kepala keluarga, tersebar di 16 desa

dan 4 kelurahan. Penduduk Kecamatan Karangpawitan terdiri dari 64.978 laki-laki

dan 62.470 perempuan.

Mata pencaharian penduduk Kecamatan Karangpawitan mayoritas adalah

buruh tani (9856 KK) disusul dengan petani (5816 KK) , dan yang paling sedikit

adalah peternak (677 KK).

Sumber: Data primer

Fokus penelitian yang peneliti gunakan adalah warga Kabupaten Garut yang

menyumbangkan suara terbanyak di Jawa Barat yaitu 121.218 suara, selain itu

peristiwa tahun 2013 tentang pemakzulan Aceng Fikri dari jabatannya sebagai Bupati

Garut menarik untuk diteliti mengingat satu tahun setelahnya beliau terpilih sebagai

18%

31%

4%4%4%

2%

37%

GAMBAR IV.3. MATA PENCAHARIAN

Petani Buruh Tani PNS Industri Kecil Pedagang Peternak Jasa

55

DPD RI dengan suara terbanyak kedua di Kabupaten Garut setelah Oni Suwarman.

Adapun pemilihan Kecamatan Karangpawitan didasarkan pada perolehan suara

terbanyak Aceng Fikri di Kabupaten Garut yaitu 6.855 suara dari 53.528 suara sah1

yang berasal dari Kecamatan Karangpawitan.

B. Identitas Responden

Tahap pertama pengisian kuesioner, responden diminta untuk mengisi identitas.

Hal ini dimaksudkan agar peneliti mengetahui siapa yang mengisi kuesioner tersebut.

Identitas responden ini bersifat optional atau pilihan, artinya boleh diisi atau

dikosongkan sesuai kehendak dari responden.

Dalam kolom identitas responden terdapat tiga identitas yang wajib diisi oleh

responden yaitu, jenis kelamin, umur, agama, suku atau etnis, pendidikan, pekerjaan,

dan penghasilan. Berikut adalah identitas responden yang digambarkan dalam tabel:

Tabel IV.B.5. Jenis Kelamin Responden

Sumber: data kuesioner (Primer)

Tabel IV.B.5 menunjukkan persebaran responden berdasarkan jenis kelamin

berimbang, yaitu 50 : 50 dari 100 orang. Penyebaran responden yang berimbang

tersebut berdasarkan teknik penarikan sampel menggunakan multistage cluster

random sampling dan dimaksudkan untuk mendapatkan data yang berimbang baik

dari responden laki-laki maupun perempuan.

1 Daftar Pemilih Tetap (DPT) Kecamatan Karangpawitan berjumlah 85.804 sedangkan

Daftar Pemilih Khusus (DPK) berjumlah 36 Pada Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD tahun 2014.

Lihat, Asep Suparaman, Suara Rakyat: Menapak Jejak Menuju Kursi Parlemen di Kabupaten Garut

(Garut: Komisi Pemilihan Umum, 2014), hal. 29-30.

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-Laki 50 Orang 50%

2 Perempuan 50 Orang 50%

Jumlah 100 Orang 100%

56

Tabel IV.B.6. Umur Responden

Sumber: data kuesioner (Primer)

Tabel IV.B.6 menunjukkan persebaran responden berdasarkan umur

berimbang sama halnya dengan jenis kelamin, yaitu 50 : 50 dari 100 orang.

Tabel IV.B.7. Agama Responden

Sumber: data kuesioner (Primer)

Tabel IV.B.7 menunjukkan bahwa seluruh responden yang diteliti beragama

Islam. 100% responden beragama Islam yang mengisi kuesioner tersebut memilih

Aceng Fikri pada pemilu legislatif 2014.

Tabel IV.B.8. Pendidikan Responden

Sumber: data kuesioner (Primer)

No Umur Frekuensi Persentase

1 17-30 Tahun 50 Orang 50%

2 31< Tahun 50 Orang 50%

Jumlah 100 Orang 100%

No Agama Frekuensi Persentase

1 Islam 100 Orang 100%

2 Katolik - 0%

3 Protestan - 0%

4 Hindu - 0%

5 Budha - 0%

Jumlah 100 Orang 100%

No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase

1 SD 7 orang 7%

2 SMP/SLTP/MTs 32 orang 32%

3 SMA/SLTA/MA 38 orang 38%

4 Pesantren 5 orang 5%

5 D3 9 orang 9%

6 S1 6 orang 6%

7 Tidak mengisi 3 orang 3%

Jumlah 100 Orang 100%

57

Tabel IV.B.8 menunjukkan bahwa responden yang diteliti berasal dari

berbagai tingkatan. Dari 100 responden penelitian, mayoritas atau 38 orang (38%)

pendidikan terakhirnya adalah SMA/SLTA/MA. Diantara responden juga terdapat

7 orang (%) dengan pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) pada saat penelitian

ini dilakukan. Selain itu, 32 orang (%) responden mengikuti pendidikan formal

sampai SMP/SLTP/MTs, dan 5 orang (%) lulusan pesantren, 9 orang (%) lulusan

Diploma (D3), dan 6 orang (%) sedang dan telah mengambil gelar sarjana (S1).

Selain itu, terdapat juga 3 orang (%) yanag tidak mengisi kolom pendidikan dengan

alasan malu.

Tabel IV.B.9. Pekerjaan Responden

Sumber: data kuesioner (Primer)

Tabel IV.B.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden bekerja sebagai

buruh 29 orang (%), yang kedua responden penelitian terbanyak mengaku sebagai

ibu rumah tangga, yakni 19 orang (%). Selain itu, terdapat 18 orang (%) bekerja

sebagai pedagang, 15 karyawan (%), 11 Petani (%), 3 orang (%) PNS, dan terakhir

diantara responden tersebut terdapat 5 orang (%) mahasiswa/i.

No Pekerjaan Frekuensi Persentase

1 PNS 3 Orang 3%

2 Karyawaan 15 Orang 15%

3 Pedagang 18 Orang 18%

4 Buruh 29 Orang 29%

5 Petani 11 Orang 11%

6 Ibu Rumah Tangga 19 Orang 19%

7 Mahasiswa/i 5 Orang 5%

Jumlah 100 Orang 100%

58

Tabel IV.B.10. Penghasilan Responden

Sumber: data kuesioner (Primer)

Tabel IV.B.10 menunjukkan bahwa 100 orang responden, 19 orang (%)

memiliki penghasilaan diantara 500.000-1.000.000, 24 orang (%) memiliki

penghasilan diantara 1.000.000-2.500.000, 7 orang (%) memiliki penghasilan

diatas 3.500.000. Sedangkan mayoritas responden atau sebanyak 44 orang (%)

memiliki penghasilan diantara 2.500.000-3.500.000. Selain itu terdapat 6 orang (%)

responden memilih untuk mengosongkan kolom penghasilan.

C. Uji Validitas dan Reliabilitas

Dalam penelitian ini pengujian kuesioner dilakukan pada 100 responden yang

telah mengisi kuesioner. Hasil jawaban akan diuji menggunakan uji validitas dan

uji reliabilitas yang dibantu dengan program SPSS, berikut adalah hasilnya:

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan pada 18 pertaanyaan dari total 24 pertanyaan yang

diambil berdasarkan indikator penelitian, diantaranya adalah 5 pertanyaan

variabel keterpilihan Aceng Fikri sebagai DPD RI, 6 pertanyaan tentang

pendekatan sosiologis, 3 pertanyaan tentang pendekatan psikologis dan 4

pertanyaan tentang pendekatan perilaku rasional. Dari total 24 pertanyaan dalam

No Penghasilan Frekuensi Persentase

1 <500.000 0 Orang 0%

2 500.000 – 1.000.000 19 Orang 19%

3 1.000.000 – 2.500.000 24 Orang 24%

4 2.500.000 - 3.500.000 44 Orang 44%

5 > 3.500.000 7 Orang 7%

6 Tidak Mengisi 6 Orang 6%

Jumlah 100 Orang 100%

59

kuesioner penelitian tersebut, diantaranya 19 pertanyaan menggunakan skala

ordinal dengan dampak skala likert. Sedangkan 6 pertanyaan lainnya

menggunakan skala nominal. Untuk uji validitas 25 jawaban dari pertanyaan

kuesioner akan dihitung menggunakan program SPSS. Pengujian menggunakan

uji dua sisi taraf signifikasi 0,05. Dengan pengambilan keputusan uji validitas:

a. Jika r hitung ≥ r tabel maka pertanyaan dianggap valid.

b. Jika Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan dianggap tidak valid.

Menentukan r table, terlebih dahulu ditetapkan t tabel sebesar 0.196504,

sehingga dinyatakan valid apabila memiliki nilai corrected item total ≥

0.196504. Berikut adalah hasil uji coba validitas 30% dari total 100% responden

dalam penelitian ini:

Tabel IV.C.11. Uji Validitas

Variabel No Pertanyaan r Hitung r Tabel Dinyatakan

Keterpilihan

Aceng Fikri

(Variabel Y)

1 0,756 0.196504 Valid

2 0.769 0.196504 Valid

3 0.587 0.196504 Valid

4 0.798 0.196504 Valid

5 0.652 0.196504 Valid

Pendekatan

Perilaku Sosiologis

(Variabel X1)

6 0.544 0.196504 Valid

7 0.532 0.196504 Valid

8 0.814 0.196504 Valid

9 0.814 0.196504 Valid

10 0.485 0.196504 Valid

11 0.668 0.196504 Valid

Pendekatan

Perilaku Psikologis

(Variabel X2)

12 0,427 0.196504 Valid

13 0,392 0.196504 Valid

14 0,765 0.196504 Valid

Pendekatan

Perilaku Rasional

(Variabel X3)

15 0,729 0.196504 Valid

16 0,714 0.196504 Valid

17 0,439 0.196504 Valid

18 0,619 0.196504 Valid

Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS

60

Tabel IV.C.11 menunjukkan seluruh pertanyaan penelitian adalah valid.

Validitas pertanyaan dapat dilihat dari nilai r hitung yang lebih besar dari r tabel

(0.196504). Dengan demikian, seluruh pertanyaan dalam variabel X (X1, X2 dan

X3) dan Y dapat digunakan dalam penelitian ini.

2. Uji Reliabilitas

Tahap berikutnya setelah kuesioner dinyatakan lulus uji validitas maka

harus dilakukan uji reliabilitas untuk melihat bahwa instrumen penelitian dapat

menghasilkan hasil sama walaupun digunakan berkali-kali. Dalam pengujian

reliabilitas, perhitungan didasarkan pada cronbach’s alpha. Apabila hasil uji

reliabilitas menunjukan α ≥ 0,7 maka instrument ukuran tersebut

mengindikasikan satisfactory internal consistency reliability sehingga layak

digunakan sebagai instrument ukuran untuk penelitian. Setelah melakukan

pengujian reliabel dengan program SPSS berikut adalah hasil uji reliabel:

Tabel IV.C.12. Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach's Alpha N of Items

Y 0.756 5

X1 0.700 6

X2 0.808 3

X3 0.703 4

Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS

Dari output uji reliabilitas, pada Tabel IV.C.12. terlihat bahwa variabel

keterpilihan Aceng Fikri sebagai DPD RI (Variabel Y), variabel pendekatan

perilaku Sosiologis (X1), variabel pendekatan perilaku psikologis (X12),

variabel pendekatan perilaku rasional (X3) mengindikasikan data reliabel atau

satisfactory internal consistency reliability karena memiliki nilai α ≥ 0,7.

61

D. Analisis Keterpilihan Aceng Fikri Sebagai Anggota DPD RI

Peneliti telah menyebarkan kuesioner kepada 100 responden. Pada variabel

keterpilihan Aceng Fikri terdapat 6 pertanyaan yang harus diisi berikut dengan 4

variasi jawaban yang disediakan oleh peneliti. Berikut adalah hasil kuesioner dari

variabel organisasi mahasiswa.

Pertanyaan nomor 1 berbunyi “Kapan anda menentukan untuk memilih

Aceng Fikri?”. Pertanyaan ini untuk mengetahui waktu responden dalam

menentukan pilihannya terhadap Aceng Fikri pada pemilu legislatif 2014. Berikut

adalah hasilnya:

Tabel IV.D.13. Waktu Memilih Aceng Fikri

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 1 bulan sebelum 33 Orang 33%

2 Masa kampanye 23 Orang 23%

3 Hari Tenang 25 Orang 25%

4 Di TPS 19 Orang 19%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.D.13. menunjukkan mayoritas responden menentukan

pilihannya terhadap Aceng Fikri pada pemilu legislatif 2014 yaitu satu bulan

sebelumnya, yakni 33 orang (%), dan 23 orang (%) dari responden menjawab pada

saat “masa kampanye” mereka menentukan pilihannya terhadap Aceng Fikri.

Sedangkan, terdapat 25 orang (%) menetapkan pilihan mereka pada Aceng Fikri

pada saat “masa tenang”. Dan hanya 19 orang (%) yang menetapkan pilihan mereka

pada Aceng Fikri saat “di TPS”.

62

Dengan demikian 81 orang (%) telah menentukan sikap politiknya, yakni

akan memilih Aceng Fikri sebelum masuk ke bilik suara. Dan hanya 19 orang (%)

yang menetapkan Aceng Fikri sebagai pilihannya di bilik suara atau di TPS.

Pertanyaan nomor 2A berbunyi “Menurut ibu/bapak seberapa sering atau

tidak sering calon, tim sukses atau pendukung menghubungi ibu/bapak agar

memilih calon/kandidat tertentu”. Pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa sering

responden dihubungi oleh calon, tim sukses atau pendukung Aceng Fikri. Berikut

adalah hasilnya:

Tabel IV.D.14. Calon, Tim Sukses atau Pendukung Menghubungi Responden

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Tidak Pernah 1 Orang 1%

2 Pernah 14 Orang 14%

3 Sering 45 Orang 45%

4 Sangat Sering 40 Orang 40%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.D.14. menerangkan dari 100 responden yang diteliti, 45 orang

(%) mengaku sering dihubungi oleh calon, tim sukses atau pendukung Aceng Fikri

baik secara langsung atau lewat telepon. 40 orang (%) mengaku sangat sering, 14

orang (%) dari mereka mengaku hanya pernah dihubungi. Sedangkan ada 1 orang

(%) yang tetap memilih Aceng Fikri meskipun tidak dihubungi oleh calon, tim

sukses atau pendukung Aceng Fikri baik secara langsung atau lewat telepon.

63

Pertanyaan nomor 2B berbunyi “Menurut ibu/bapak seberapa sering atau

tidak sering mendiskusikan calon/kandidat pilihan anda”. Pertanyaan ini untuk

mengetahui seberapa sering responden berbincang atau berdiskusi mengenai

calon/kandidat pilihannya. Berikut adalah hasilnya:

Tabel IV.D.15. Mendiskusikan Calon/Kandidat

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Tidak Pernah 0 Orang 0%

2 Pernah 22 Orang 22%

3 Sering 43 Orang 43%

4 Sangat Sering 35 Orang 35%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.D.15. menerangkan seluruh responden yang diteliti pernah

mendiskusikan calon/kandidat pilihannya. Adapun persebarannya, 43 orang (%)

mengaku sering memperbincangkan atau berdiskusi tentang calon/kandidat

pilihannya. 35 orang (%) mengaku sangat sering, dan 22 orang (%) menjawab

pernah mendiskusikan calon/kandidat pilihannya. Sedangkan dari 100 responden,

tidak ada (0%) yang mengatakan dirinya tidak pernah mendiskusikan pilihannya

dengan orang lain.

Pertanyaan nomor 2C berbunyi “Menurut ibu/bapak seberapa sering atau

tidak sering ikut serta dalam kampanye calon/kandidat”. Pertanyaan ini untuk

mengetahui apakah responden aktif atau tidak dalam kampanye calon/kandidat

yang pada penelitian ini dikhususkan pada responden yang memilih Aceng Fikri.

Berikut adalah hasilnya:

64

Table IV.D.16. Ikut Serta Dalam Kampanye

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Tidak Pernah 6 Orang 6%

2 Pernah 27 Orang 27%

3 Sering 41 Orang 41%

4 Sangat Sering 26 Orang 26%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.D.16. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab sangat

sangat sering terdapat 26 orang (%) dan yang menjawab sering terdapat 41 orang

(%), 27 orang (%) yang menjawab pernah ikut serta, sedangkan 6 orang (%)

responden yang memilih Aceng Fikri mengaku tidak pernah sama sekali ikut serta

dalam kegiatan kampanye, meskipun dia pernah dihubungi oleh calon, tim sukses

atau pendukung Aceng Fikri.

Pertanyaan nomor 2D berbunyi “Menurut ibu/bapak seberapa sering atau

tidak sering membantu calon/kandidat misalnya dengan memasang gambar, stiker,

poster atau spanduk pada masa kampanye atau menjelang pemilihan umum”.

Pertanyaan ini untuk mengetahui selain responden ikut serta dalam kampanye,

apakah responden juga ikut serta membantu calon/kandidat. Berikut hasilnya:

Tabel IV.D.17. Membantu Proses Kampanye

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Tidak Pernah 4 Orang 4%

2 Pernah 35 Orang 35%

3 Sering 45 Orang 45%

4 Sangat Sering 16 Orang 16%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

65

Pada Tabel IV.D.17. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab sangat

sering membantu kegiatan kampanye Aceng Fikri ada 16 orang (%) dan yang

menjawab sering ada 45 orang (%), 35 orang (%) yang menjawab pernah

membantu, sedangkan 4 orang (%) tidak pernah sama sekali membantu kegiatan

kampanye Aceng Fikri.

Pertanyaan nomor 2E berbunyi “Menurut ibu/bapak seberapa sering atau

tidak sering meyakinkan orang lain untuk memilih calon/kandidat pilihan anda”.

Berikut adalah hasilnya:

Tabel IV.D.18. Meyakinkan Orang Lain Untuk Memilih Calon/Kandidat

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Tidak Pernah 3 Orang 3%

2 Pernah 40 Orang 40%

3 Sering 33 Orang 33%

4 Sangat Sering 24 Orang 24%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.D.18. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 40

orang (%) diantaranya mengatakan pernah mencoba meyakinkan atau mengajak

orang lain untuk ikut memilih pilihannya. Sedangkan 33 orang (%) mengatakan

sering dan 24 orang (%) mengatakan justru sangat sering berusaha meyakinkan

orang lain untuk memilih Aceng Fikri. Dan hanya 3 orang (%) dari responden yang

tidak pernah meyakinkan atau melakukan ajakan kepada orang lain untuk memilih

Aceng Fikri.

Pada variabel keterpilihan Aceng Fikri sebagai anggota DPD RI (Y), peneliti

melihat adanya 19 orang (%) responden yang menentukan pilihannya terhadap

Aceng Fikri pada saat di TPS tetapi hanya 6 orang (%) yang tidak pernah sama

66

sekali mengikuti kampanye. Dengan demikian meskipun pilihan responden

terhadap Aceng Fikri ditentukan di TPS, ada dari mereka yang mengikuti

kampanye. Selain itu, dari 6 orang (%) yang tidak mengikuti kampanye terdapat 4

orang yang tidak pernah membantu kegiatan Aceng Fikri seperti menempelkan

gambar, stiker, memasang spanduk, dan lain-lain.

Peneliti juga melihat keseluruhan responden mencari dan mendapat

informasi, serta dihubungi baik oleh calon, tim sukses atau pendukung Aceng Fikri

meskipun 6 orang (%) diantara mereka tidak ikut serta dalam kampanye, dan hanya

satu orang (%) dari mereka yang tidak pernah berbincang atau berdiskusi tentang

pilihan politiknya atau dalam hal ini Aceng Fikri.

E. Analisis Perilaku Politik Warga Kecamatan Karangpawitan

1. Perilaku Sosiologi

Pertanyaan nomor 3A berbunyi menurut ibu/bapak seberapa setuju atau

tidak setuju dengan pernyataan “Saya memilih calon/kandidat karena faktor

umur”. Dengan hasil sebagai berikut:

Tabel IV.E.19. Responden Memilih Karena Faktor Umur

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Setuju 22 Orang 22%

2 Tidak Setuju 42 Orang 42%

3 Setuju 29 Orang 29%

4 Sangat Setuju 7 Orang 7%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

67

Pada Tabel IV.E.19. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 7

orang (%) diantaranya menjawab sangat setuju, 29 orang (%) menjawab setuju,

42 orang (%) menjawab tidak setuju, dan 22 orang (%) menjawab sangat tidak

setuju bahwa dirinya dinyatakan memilih calon/kandidat berdasarkan umur.

Pertanyaan nomor 3B berbunyi menurut ibu/bapak seberapa setuju atau

tidak setuju dengan pernyataan “Saya memilih calon/kandidat karena faktor

pekerjaan”. Dengan hasil sebagai berikut:

Tabel IV.E.20. Responden Memilih Karena Faktor Pekerjaan

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Setuju 16 Orang 16%

2 Tidak Setuju 47 Orang 47%

3 Setuju 23 Orang 23%

4 Sangat Setuju 14 Orang 14%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.E.20. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab,

mayoritas responden tidak setuju bahwa pilihannya didasarkan pada faktor

pekerjaan, yakni 47 orang (%) diantaranya menjawab tidak setuju, 23 orang (%)

menjawab setuju, 14 orang (%), dan bahkan 16 orang (%) menjawab sangat tidak

setuju dirinya dinyatakan memilih calon/kandidat karena faktor pekerjaan.

Pertanyaan nomor 3C berbunyi menurut ibu/bapak seberapa setuju atau

tidak setuju dengan pernyataan “Saya memilih calon/kandidat karena faktor

pendidikan”. Peneliti ingin mengetahui seberapa setuju responden dengan

pernyataan tersebut. Berikut adalah hasilnya:

68

Tabel IV.E.21. Responden Memilih Karena Faktor Pendidikan

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Setuju - 0%

2 Tidak Setuju 60 Orang 60%

3 Setuju 24 Orang 24%

4 Sangat Setuju 16 Orang 16%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.E.21. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab,

mayoritas tidak setuju bahwa dirinya memilih calon/kandidat karena faktor

pendidikan, yakni 60 orang (%). Diantaranya mereka juga menjawab sangat

setuju 16 orang (%) dan menjawab setuju 24 orang (%).

Pertanyaan nomor 3D berbunyi menurut ibu/bapak seberapa setuju atau

tidak setuju dengan pernyataan “Saya memilih calon/kandidat karena faktor

agama”. Pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa setuju responden dengan

pernyataan tersebut. Berikut adalah hasilnya:

Tabel IV.E.22. Responden Memilih Karena Faktor Agama

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Setuju 2 Orang 2%

2 Tidak Setuju 18 Orang 18%

3 Setuju 35 Orang 35%

4 Sangat Setuju 45 Orang 45%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.E.22. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab,

paling banyak 45 orang (%) menjawab sangat setuju, 35 orang (%) menjawab

setuju, 18 orang (%) menjawab tidak setuju, dan 2 orang (%) menjawab sangat

69

tidak setuju terhadap pernyataan bahwa dirinya memilih calon/kandidat karena

faktor agama.

Pertanyaan no 3D kemudian dirincikan dengan pertanyaan no 4 yaitu

“Organisasi keislaman apakah yang ibu/bapak ikuti?”. Pertanyaan ini untuk

mengetahui organisasi keislaman yang diikuti responden. Berikut hasilnya:

Tabel IV.E.23. Organisasi Keislaman yang Diikuti Responden

No Jawaban Frekuensi Persentase

1 Persis 17 Orang 17%

2 Muhammadiyah 36 Orang 36%

3 NU 37 Orang 37%

4 Salafiyah 3 Orang 3%

5 Ahmadiyah 1 Orang 1%

6 Tidak Disebutkan 6 Orang 6%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.E.23. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 17

orang (%) diantaranya mengikuti Persatuan Islam (PERSIS), 36 orang (%)

menjawab mengikuti Organisasi Muhammadiyah, 37 orang (%) menjawab

mengikuti Nahdlatul Ulama (NU), 3 orang (%) mengikuti Salafiyah, 1 orang (%)

mengikuti Ahmadiyah, dan ada 6 orang (%) memilih kolom “tidak disebutkan”.

Pertanyaan nomor 3E berbunyi menurut ibu/bapak seberapa setuju atau

tidak setuju dengan pernyataan “Saya memilih calon/kandidat karena faktor

suku”. Pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa setuju responden dengan

pernyataan tersebut. Berikut hasilnya:

70

Tabel IV.E.24. Responden Memilih Karena Faktor Suku/Etnis

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Setuju 6 Orang 6%

2 Tidak Setuju 22 Orang 22%

3 Setuju 36 Orang 36%

4 Sangat Setuju 36 Orang 36%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.E.24. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 36

orang (%) diantaranya menjawab sangat setuju, 36 orang (%) menjawab setuju,

22 orang (%) menjawab tidak setuju, dan 6 orang (%) menjawab sangat tidak

setuju terhadap pernyataan bahwa dirinya memilih calon/kandidat karena faktor

suku.

Pertanyaan nomor 3F berbunyi menurut ibu/bapak seberapa setuju atau

tidak setuju dengan pernyataan “Saya memilih calon/kandidat karena faktor

gender”. Pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa setuju responden dengan

pernyataan tersebut. Berikut hasilnya:

Tabel IV.E.25. Responden Memilih Karena Faktor Gender

NO Jawaban Frekuensi Persentase

Laki-Laki Perempuan

1 Sangat Tidak Setuju 8 Orang 7 Orang 15%

2 Tidak Setuju 8 Orang 12 Orang 20%

3 Setuju 17 Orang 20 Orang 47%

4 Sangat Setuju 7 Orang 11 Orang 18%

Jumlah 50 Orang 50 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.E.25. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab,

mayoritas atau 47 orang (%) diantaranya menjawab setuju jika gender adalah

faktor mereka dalam menentukan calon/kandidat. Yang paling sedikit adalah

71

mereka yang menolak atau sangat tidak setuju jika gender menjadi faktor

mereka dalam menentukan pilihan, sikap ini diambil oleh 15 orang (%).

Diantara mereka juga ada yang menjawab sangat setuju yaitu 18 orang (%) dan

menjawab tidak setuju sebanyak 20 orang (%).

Pada Tabel IV.E.25. juga menunjukan bahwa responden perempuan

merupakan mayoritas, yakni 31 orang (%) merasa setuju atau sangat setuju

memilih Aceng Fikri berdasarkan gender. Sedangkan ada 24 responden (%)

laki-laki merasa setuju atau sangat setuju memilih Aceng Fikri berdasarkan

gender.

2. Perilaku Psikologis

Pertanyaan nomor 5A berbunyi menurut ibu/bapak seberapa setuju atau

tidak setuju dengan pernyataan “Saya merasa dekat dan suka dengan Aceng

Fikri”. Pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa setuju responden dengan

pernyataan tersebut. Berikut hasilnya:

Tabel IV.E.26. Responden Dekat atau Suka dengan Aceng Fikri

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Suka 1 Orang 1%

2 Tidak Suka 39 Orang 39%

3 Suka 46 Orang 46%

4 Sangat Suka 14 Orang 14%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.E.26. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 14

orang (%) diantaranya menjawab sangat setuju, 46 orang (%) menjawab setuju,

39 orang (%) menjawab tidak setuju, dan 1 orang (%) menjawab sangat tidak

72

setuju terhadap pernyataan bahwa dirinya memilih calon/kandidat karena faktor

kedekatan dan suka atau preferensi.

Peneliti menambahkan pertanyaan pada no 6 untuk melengkapi pertanyaan

nomor 5A yaitu “Apa yang anda suka/tidak suka dari sosok Aceng Fikri”.

Pertanyaan ini untuk mengetahui apa yang disukai dan tidak diskukai responden

dari Aceng Fikri. Berikut hasilnya:

Tabel IV.E.27. Yang Disukai/Tidak Disukai Responden dari Aceng Fikri

No Jawaban Kepemimpinan Kinerja Penampilan Kepribadian Total

1 STS - 1 Orang - - 1%

2 TS 18 Orang 9 Orang 2 Orang 10 Orang 39%

3 S 10 Orang 2 Orang 9 Orang 25 Orang 46%

4 SS - - 6 Orang 8 Orang 14%

Total 28% 12% 17% 43% 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.E.27. menunjukkan 46 orang (%) yang merasa dekat dan

suka dengan Aceng Fikri, diantaranya ada 10 orang (%) yang mengaku suka

dengan kepemimpinan Aceng Fikri, 2 orang (%) menyukai kinerja Aceng Fikri,

9 orang (%) menyukai penampilan atau fisik, dan 25 orang (%) menyukai

kepribadian Aceng Fikri. Sedangkan 6 orang (%) menjawab sangat suka dengan

penampilan atau fisik Aceng Fikri, dan 8 orang (%) menjawab sangat suka

dengan kepribadian Aceng Fikri.

Tabel diatas juga menunjukkan adanya satu orang yang tidak merasa

dekat, dia sangat tidak suka dengan kinerja Aceng Fikri, sedangkan dari 39

responden yang mengaku tidak suka dengan Aceng Fikri, diantaranya 18 orang

(%) tidak menyukai kepemimpinan Aceng Fikri, 9 orang (%) tidak suka kinerja,

2 orang (%) tidak suka penampilan/fisik, dan 10 orang (%) tidak suka dengan

73

kepribadian Aceng Fikri. Adapun 40 orang (%) yang tidak suka terhadap Aceng

Fikri tetapi dia tetap memilih Aceng Fikri dapat dijelasakan melalui faktor lain.

Pertanyaan nomor 5B berbunyi menurut ibu/bapak seberapa setuju atau

tidak setuju dengan pernyataan “Saya memilih calon/kandidat karena faktor isu”.

Pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa setuju responden dengan pernyataan

tersebut. Berikut hasilnya:

Tabel IV.E.28. Responden Memilih Karena Faktor Isu

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Setuju 19 Orang 19%

2 Tidak Setuju 47 Orang 47%

3 Setuju 26 Orang 26%

4 Sangat Setuju 8 Orang 8%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.E.28. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 8

orang (%) diantaranya menjawab sangat setuju, 26 orang (%) menjawab setuju,

47 orang (%) menjawab tidak setuju, dan 19 orang (%) menjawab sangat tidak

setuju terhadap pernyataan bahwa dirinya memilih calon/kandidat karena faktor

isu.

Pada faktor isu, peneliti menambahkan pertanyaan pada no 7 yaitu “Pada

tahun 2013 Aceng Fikri di makzulkan dari jabatannya sebagai Bupati Garut

karena melanggar Undang-Undang melakukan nikah sirih, bagaimana

tanggaapan ibu/bapak?”. Pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh isu Aceng Fikri terhadap responden. Berikut hasilnya:

74

Tabel IV.E.29. Jawaban Responden Berkenaan Isu Aceng Fikri

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Bersalah dan layak di makzulkan 17 Orang 17%

2 Bersalah tetapi tidak layak di makzulkan 25 Orang 25%

3 Tidak tahu 24 Orang 24%

4 Tidak bersalah dan tidak layak di

makzulkan

34 Orang 34%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.E.29. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 34

orang (%) diantaranya menjawab Aceng Fikri tidak bersalah dan tidak layak di

makzulkan, 24 orang (%) menjawab tidak tahu, 25 orang (%) menjawab Aceng

Fikri memang bersalah tetapi tidak layak di makzulkan, dan 17 orang (%) dari

responden yang menjawab Aceng Fikri bersalah dan layak di makzulkan namun

tetap memilih Aceng Fikri pada pemilu legislatif 2014.

Pertanyaan nomor 5C berbunyi menurut ibu/bapak seberapa setuju atau

tidak setuju dengan pernyataan “Saya memilih karena merasa suara saya penting

dalam pemilu 2014”. Pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa setuju

responden dengan pernyataan tersebut. Berikut hasilnya:

Tabel IV.E.30. Responden Merasa Suaranya Penting dalam Pemilu

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Setuju 2 Orang 2%

2 Tidak Setuju 57 Orang 57%

3 Setuju 30 Orang 30%

4 Sangat Setuju 11 Orang 11%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

75

Pada Tabel IV.E.30. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 11

orang (%) diantaranya menjawab sangat setuju, 30 orang (%) menjawab setuju,

57 orang (%) menjawab tidak setuju, dan hanya 2 orang (%) yang menjawab

sangat tidak setuju terhadap pernyataan bahwa dirinya memilih calon/kandidat

karena merasa suaranya penting dalam pemilu 2014.

3. Perilaku Pilihan Rasional

Pertanyaan nomor 8 berbunyi “menurut ibu/bapak bagaimana kontribusi

Aceng Fikri untuk warga Garut”. Pertanyaan ini untuk mengetahui pendapat

responden berkenaan kontribusi Aceng Fikri selama ini bagi warga Garut.

Berikut hasilnya:

Tabel IV.E.31. Responden Memilih Karena Faktor Kinerja

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Baik 7 Orang 7%

2 Tidak Baik 26 Orang 26%

3 Baik 52 Orang 52%

4 Sangat baik 15 Orang 15%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.E.31. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 15

orang (%) diantaranya menjawab sangat baik atau bagus, 52 orang (%)

menjawab baik atau bagus, 26 orang (%) menjawab tidak baik atau bagus, dan 7

orang (%) yang menjawab sangat tidak baik atau bagus kontribusi Aceng Fikri

selama ini bagi warga Garut.

Peneliti dalam hal indikator kinerja menambah pertanyaan sebagai

pelengkap. Pertanyaan tambahan tersebut tertera pada nomor 9 yaitu “menurut

ibu/bapak pembangunan atau kontribusi seperti apa yang harus diutamakan oleh

76

pemerintah Garut?”. Pertanyaan ini untuk mengetahui pendapat responden

berkenaan bentuk kontribusi yang dibutuhkan warga Garut. Berikut hasilnya:

Tabel IV.E.32. Kontribusi yang Harus Diutamakan Menurut Responden

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Transportasi 25 Orang 25%

2 Kesehatan 14 Orang 14%

3 Keamanan 25 Orang 25%

4 Sarana dan Fasilitas 36 Orang 36%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.E.32. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab,

mayoritas atau 36 orang (%) menjawab pembangunan sarana dan fasilitas adalah

yang paling penting diutamakan, 25 orang (%) diantaranya menjawab

transportasi dan peningkatan keamanaan, sedangkan 14 orang (%) menjawab

peningkatan kesehataan.

Pertanyaannya nomor 10 adalah “Seberapa tahu ibu/bapak dengan janji,

tawaran atau program kerja politik Aceng Fikri saat mencalonkan sebagai

anggota DPD RI pada pemilu legislatif 2014”. Pertanyaan ini untuk mengetahui

pendapat responden berkenaan janji politik Aceng Fikri. Berikut hasilnya:

Tabel IV.E.33. Jawaban Responden terhadap Program Kerja Aceng Fikri

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak tahu 6 Orang 6%

2 Tidak tahu 37 Orang 37%

3 Tahu 37 Orang 37%

4 Sangat tahu 20 Orang 20%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

77

Pada Tabel IV.E.33. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 20

orang (%) menjawab sangat tahu, 37 orang (%) diantaranya menjawab tahu,

sedangkan 37 orang (%) menjawab tidak tahu, dan 6 orang (%) menjawab

sangat tidak tahu menegenai program kerjaa yang ditawarkan tetapi tetapi

memilih Aceng Fikri.

Pertanyaan nomor 11 adalah “Pada saat pemilu legislative 2014 Aceng

Fikri akan mengupayakan pembangunan dalam peningkatan sumber daya alam,

Seberapa setuju ibu/bapak dengan janji atau tawaran politik Aceng Fikri”.

Pertanyaan ini untuk mengetahui pendapat responden sepakat dengan janji

politik Aceng Fikri. Berikut hasilnya:

Tabel IV.E.34. Jawaban Responden Terhadap Tawaran Politik Aceng

Fikri

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Setuju 2 Orang 2%

2 Tidak Setuju 32 Orang 32%

3 Setuju 45 Orang 45%

4 Sangat setuju 21Orang 21%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.E.34. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab,

21 orang (%) menjawab sangat setuju, 45 orang (%) diantaranya menjawab

setuju, sedangkan 32 orang (%) menjawab tidak setuju, dan 2 orang (%)

menjawab sangat tidak tahu mengenai program kerjaa yang ditawarkan tetapi

memilih Aceng Fikri.

78

Pertanyaan nomor 12 berbunyi “menurut ibu/bapak bagaimana

perekonomian keluarga saat ini?”. Pertanyaan ini untuk mengetahui kondisi

perekonomian responden saat ini. Berikut hasilnya:

Tabel IV.E.35. Kondisi Ekonomi Keluarga Responden

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Baik 12 Orang 12%

2 Tidak Baik 32 Orang 32%

3 Baik 34 Orang 34%

4 Sangat baik 22 Orang 22%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

Pada Tabel IV.E.35. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 22

orang (%) menjawab sangat baik, 34 orang (%) menjawab baik, 32 orang (%)

menjawab tidak baik, sedangkan 12 orang (%) menjawab bahwa perekonomian

keluarganya sangat tidak baik.

Peneliti menambah pertanyaan pada indikator ekonomi, dengan

pertanyaan nomor 13 berbunyi “Apakah ibu/bapak setuju dengan jika

calon/kandidat memberikan barang atau uang saat pemilu?” Pertanyaan ini

untuk mengetahui pandangan responden terhadap money politic. Berikut adalah

hasilnya:

Tabel IV.E.36. Jawaban Responden Tentang Money Politics

NO Jawaban Frekuensi Persentase

1 Sangat Tidak Setuju 13 Orang 13%

2 Tidak Setuju 25 Orang 25%

3 Setuju 30 Orang 30%

4 Sangat setuju 32 Orang 32%

Jumlah 100 Orang 100%

Sumber: data kuesioner (Primer)

79

Pada Tabel IV.E.36. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab,

32 orang (%) diantaranya menjawab sangat setuju, 30 orang (%) menjawab

setuju, 25 orang (%) menjawab tidak setuju, dan 13 orang (%) yang menjawab

sangat tidak setuju terhadap money politic.

F. Koefisien Korelasi Berganda

Korelasi merupakan teknik statistik yang digunakan untuk meguji

ada/tidaknya hubungan serta arah hubungan dari dua variabel atau lebih. Besar

kecilnya hubungan antara dua variabel dinyatakan dalam bilangan yang disebut

Koefisien Korelasi. Untuk pengambilan keputusan statistik, dapat digunakan dua

cara: Pertama, Apabila koefisien korelasi > r tabel maka ada korelasi yang

signifikan maka Ho ditolak. Kedua, melihat nilai Sig. apabila nilai Sig. < 0,05

Maka ada korelasi yang signifikan maka Ho ditolak.

Menentukan r tabel, ditemukan hasil sebesar 0.196504. Dengan demikian,

hubungan variabel sosiologis (X1) dengan variabel keterpilihan Aceng Fikri (Y)

memiliki adalah signifikan, karena nilai koefisien korelasi 0.704 > 0.196504.

Korelasi antara variabel sosiologis (X1) dengan variabel keterpilihan Aceng Fikri

(Y) juga terlihat dari nilai Sig 0,000 < 0,05. Lihat tabel berikut:

Tabel IV.F.37. Koefisien Korelasi Variabel X1,X2, dan X3 dengan Y

Variabel Nilai Sig. Pearson Correlation

Perilaku Sosiologis 0,000 -0,704

Perilaku Psikologis 0,072 0,072

Perilaku Pemilih Rasional 0,006 0,006

Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS

80

Pada tabel IV.F.37. menunjukan korelasi antara variabel X1 dan Y adalah

negatif. Artinya jika variabel perilaku sosiologis meningkat maka variabel

keterpilihan Aceng Fikri akan menurun. Dan apabila variabel sosiologis menurun

maka variabel keterpilihan Aceng Fikri akan meningkat. Sedangkan variabel

psikologis (X2) dan pilihan rasional (X3), 0,072 dan 0,006 lebih kecil dari

0.196504. Begitu juga dengan nilai sig. dari variabel psikologis (X2) dan psikologis

(X3), 0,096 dan 0,584 > 0,05 menunjukan keduanya tidak memiliki korelasi

terhadap keterpilihan Aceng Fikri. Sedangkan untuk menguji korelasi berganda

dilihat dari nilai R semakin mendekati 1 maka korelasi semakin kuat. Berikut hasil

olah data yang disajikan dalam bentuk tabel:

Tabel IV.F.38. Koefisien Korelasi berganda

Model R R Square Adjusted R

Square

1 .724 .525 .510

Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS

Tabel IV.F.38. menjelaskan besarnya nilai korelasi/hubungan (R) yaitu

sebesar 0,724. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan

antara seluruh variabel X (perilaku sosiologis, psikologis dan pilihan rasional)

terhadap keterpilihan Aceng Fikri.

G. Analisis Regresi Linier Berganda

1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan analisis regresi linier berganda, terlebih dahulu peneliti

melakukan uji normalitas, multikoloniearitas, dan heteroskedastisitas sebagai

berikut:

81

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan uji One-Sample Kolmogorov-smirnov

dengan kaidah keputusan jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat

dikatakan data tersebut berdistribusi normal, berikut tabel hasil olah data:

Tabel IV.G.39. Korelasi Parsial Variabel X2 dan Y

Unstandardized Residual

N 100

Normal Parametersa,b 0E-7 0E-7

2.22454875 2.56158870

Most Extreme

Differences

.047 .082

.036 .068

-.047 -.082

Kolmogorov-Smirnov Z .468

Asymp. Sig. (2-tailed) .981

Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel IV.G.39. jumlah observasi

Kolmogorov-Smirnov dalam penelitian ini sebesar 100. Pengujian

menunjukan bahwa variabel memiliki nilai distribusi sebesar 0,981 > 0,05

yang berarti nilainya terdistribusi dengan normal.

Uji normalitas juga dapat dilihat dari gambar Normal P-P Plot di

bawah ini. Kriteria sebuah (data) residual terdistribusi normal atau tidak

dengan pendekatan Normal P-P Plot dapat dilakukan dengan melihat

sebaran titik yang ada pada gambar. Apabila sebaran titik-titik tersebut

mendekati atau rapat pada garis lurus (diagonal) maka dikatakan bahwa (data)

residual terdistribusi normal, namun apabila sebaran titik tersebut menjauhi

garis maka tidak terdistribusi normal. Lihat gambar berikut:

82

Gambar IV.G.4. Normal P-P Plot

Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS

b. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan

metode scatterplot untuk melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik yang

didapatkan melalui penambahan plots dengan SRESID sebagai Y dan ZPRED

sebagai X. Setelah dilakukan uji heteroskedastisitas, maka hasilnya

menunjukan hubungan antara regression studentized residual dan regression

standardized predicted value yang berupa titik-titik terlihat membentuk suatu

pola yang kurang jelas (tersebar). Dengan demikian, dalaam penelitian ini

tidak terkena gejala heteroskedastisitas sehingga model regresi yang

digunakan layak dipakai untuk memprediksi variabel. Untuk lebih jelasnya

lihat gambar berikut:

83

Gambar IV.G.5. Scatterplot

Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS

c. Uji Multikolonieritas

Pemeriksaan multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan VIF

(Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF > 10; dan jika tolerance < 0,1

maka terjadi multikoloniearitas. Berikut hasilnya dalam bentuk tabel:

Tabel IV.G.40.Uji Multikolinearitas

Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS

Dari hasil analisis program SPSS nilai tolerance dari variabel perilaku

sosiologis 0,982; perilaku psikologis 0,819; dan perilaku pilihan rasional

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

x1i 0.982 1.018

X2i 0.819 1.221

X3i 0.828 1.208

84

0,828. Dapat disimpulkan bahwa nilai tolerance bebas multikoloniearitas,

karena lebih dari 0,1. Sedangkan nilai VIF dari variabel sosiologis 1,018;

perilaku psikologis 1,221; dan perilaku pilihan rasional 1,208. Nilai VIF

ketiga variabel independen tersebut membuktikan bahwa nilai VIF bebas

multikolonieritas karena < 10.

2. Koefisien Determinasi

Nilai koefisien determinasi dapat diukur oleh nilai R square atau adjusted

R square. Peneliti menggunakan nilai R square sesuai dengan ketentuan variabel

bebas yang lebih dari satu. Berikut hasil olah data yang disajikan dalam bentuk

tabel:

Tabel IV.G.41. Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R

Square

1 .724 .525 .510

Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS

Tabel IV.G.41. menjelaskan besarnya nilai R square adalah 0,525, artinya

bahwa variabel bebas (X) yaitu perilaku sosiologis, psikologis, dan pilihan

rasional dapat menjelaskan variabel terikat keterpilihan Aceng Fikri secara

linear sebesar 52,5%. Atau ada sebesar 47,5% yang dijelaskan oleh variabel

diluar variabel bebas perilaku sosiologis, psikologis dan pilihan rasional.

85

3. Persamaan Regresi Linier Berganda

Tabel IV.G.42. menunjukkan adanya dua parameter koefisien regresi yang

bertanda negatif2 (perilaku sosiologis dan pilihan rasional) dan satu koefisien

regresi yang bertanda positif3 (variabel perilaku psikologis).

Tabel IV.G.42. Persamaan Regresi

Model Unstandardized

Coefficients

B Std. Error

1

(Constant) 21.833 1.235

x1i -.527 .052

X2i .316 .131

X3i -.089 .074

Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS

Berdasarkan tabel IV.G.42. maka persamaan regresi sebagaai berikut:

Keterpilihan Aceng Fikri = 21.833 – 0.527 (X1) + 0.316 (X2) – 0,089 (X3)

H. Uji Hipotesis Penelitian

1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F digunakan peneliti untuk memperoleh penjelasan mengenai

pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam uji F, nilai F

hitung (ditunjukkan pada kolom F) dibandingkan dengan F tabel 2.699393 (F

tabel ditentukan oleh derajat bebas pembilang 3 dan derajat penyebut 96). Selain

2 Tanda positif (+) mempunyai arti bahwa setiap perubahan salah satu variabel bebas akan

mengakibatkan perubahan variabel terikat dengan arah yang sama bila variabel bebas lainnya

dianggap konstan. 3 tanda negatif (-) berarti setiap perubahan salah satu variabel bebas akan mengakibatkan

perubahan variabel terikat dengan arah yang berlawanan bila variabel lainnya dianggap konstan.

86

itu, uji signifikansi juga dilihat dari tingkat kesalahan/error (alpha) 0,05 (yang

telah ditentukan). Adapun pengujian melalui prosedur berikut:

𝐻0: 𝛽1 = 𝛽2 = 𝛽3 = 0

𝐻1: tidak semua dari 𝛽𝑖(i = 1,2, dan 3) adalah nol

Tabel IV.H.43. nilai F hitung 35.330 lebih besar dari F tabel 2.699393,

maka F hitung berada di daerah penolakan 𝐻0 atau dengan kata lain menerima

𝐻1 yaitu tidak semua 𝛽𝑖 adalah nol. Sedangkan nilai sig. juga menunjukan

adanya pengaruh secara simultan yakni 0,000 < 0,05. Untuk lebih jelasnya, lihat

hasil olah data pada tabel berikut:

Tabel IV.H.43. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Model Sum of Squares Df F Sig.

1

Regression 348.817 3 35.330 .000

Residual 315.943 96

Total 664.760 99

Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS

Dengan demikian, seluruh variabel independen (𝑋𝑖): perilaku sosiologis,

psikologis dan pilihan rasional berpengaruh pada variabel dependen (Y) yaitu

keterpilihan Aceng Fikri. Selain itu juga mengindikasikan bahwa persamaan

garis regresi dapat digunakan untuk membuat prediksi.

2. Uji Signifikansi Parsial (Uji T)

Uji T sama halnya uji F memiliki acara pengambilan keputusan, yaitu

pertama, apabila nilai T hitung > T Tabel maka dapat dikatakan bahwa model

regresi yang diestimasi layak, sebaliknya jika T hitung < dari T tabel maka model

regresi yang diestimasi tidak layak. Nilai T tabel ditentukan sebesar 1,983972.

87

Kedua, probabilitas nilai sig < 0,05 maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima

artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan

variabel dependen, sebaliknya jika nilai sig > 0,05 maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1

ditolak artinya tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen

dengan variabel dependen. Berikut hasil olah data yang dilakukan peneliti:

Tabel IV.H.44. Uji Signifikansi Parsial (Uji T)

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std.

Error

Beta

1

(Constant) 21.833 1.235 17.683 .000

x1i -.527 .052 -.727 -10.238 .000

X2i .316 .131 .187 2.408 .018

X3i -.089 .074 -.093 -1.203 .232

Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS

a. Variabel Perilaku Sosiologis

Berdasarkan tabel IV.H.44. nilai T hitung variabel perilaku sosiologis

10,238 > T tabel 1,983972 dan nilai sig. 0,000 < 0,05 maka 𝐻0 ditolak. Dalam

hal ini variabel sosiologis mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel

keterpilihan Aceng Fikri. Adapun pengaruh variabel perilaku sosiologis

adalah negatif atau berlawanan dengan variabel keterpilihan Aceng Fikri.

Artinya Aceng Fikri akan semakin terpilih ketika perilaku sosiologis warga

Kecamatan Karangpawitan menurun, dan sebaliknya tingkat keterpilihan

Aceng Fikri akan menurun ketika perilaku sosiologis warga Kecamatan

Karangpawitan meningkat.

88

b. Variabel Perilaku Psikologis

Berdasarkan tabel IV.H.44. nilai T hitung variabel perilaku psikologis

2,408 > 1,983972 dan nilai sig. variabel psikologis sebesar 0,018 < 0,05 maka

𝐻0 ditolak. Dalam hal ini variabel psikologis mempunyai pengaruh signifikan

terhadap variabel keterpilihan Aceng Fikri. Adapun pengaruh variabel

perilaku psikologis adalah positif atau linear dengan variabel keterpilihan

Aceng Fikri. Artinya Aceng Fikri akan semakin terpilih ketika perilaku

psikologis warga Kecamatan Karangpawitan meningkat, dan sebaliknya

tingkat keterpilihan Aceng Fikri akan menurun ketika perilaku sosiologis

warga Kecamatan Karangpawitan juga menurun.

c. Variabel Perilaku Pilihan Rasional

Berdasarkan tabel IV.H.44. nilai T hitung variabel perilaku pilihan

rasional -1,203 < 1,983972 maka variabel pilihan rasional tidak mempunyai

pengaruh signifikan terhadap variabel keterpilihan Aceng Fikri. Tidak adanya

pengaruh juga terlihat dari nilai signifikasi variabel pilihan rasional sebesar

0,232 > 0,05 maka 𝐻0 diterima. Artinya naik-turunnya perilaku pilihan

rasional warga Kecamatan Karangpawitan tidak akan mempengaruhi terpilih

dan tidaknya Aceng Fikri.

89

3. Analisis Jalur (Path Analisis)

Karena koefisien analisis jalur dihitung dari analisis regresi, maka

koefisien analisis jalur dapat diuji tingkat signifikansinya yaitu pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji

statistik T (uji signifikansi parsial)4. Berikut hasil olah data:

Tabel IV.H.45. Analisis Jalur

Model Standardized Coefficients T Sig.

Beta

1

(Constant) 17.683 .000

x1i -.727 -10.238 .000

X2i .187 2.408 .018

X3i -.093 -1.203 .232

Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS

Pada IV.G.45. kolom standardized coefficients adalah koefisien jalur

variabel 𝑋1, 𝑋2dan 𝑋3 atau biasa disebut koefisien beta atau beta hitung, yaitu:

𝑃𝑦𝑥1 = −0,727 ; 𝑃𝑦𝑥2 = 0,187 ; 𝑃𝑦𝑥3 = −0,093. Namun, sesuai dengan

hasil uji statistik T (uji signifikansi parsial) maka hasil pengujian koefisien jalur

menolak 𝑃𝑦𝑥3 dan menerima 𝑃𝑦𝑥1dan 𝑃𝑦𝑥2, dengan asumsi nilai T hitung 𝑋3 -

1.203 < T tabel -1,983972 dan nilai sig. 𝑋3 0,232 > 0.05. Maka dari hasil

pengujian koefisien jalur diperoleh keterangan obyektif, bahwa koefisien jalur

dari 𝑋1 ke Y dan 𝑋2 ke Y kedua-duanya secara statistik adalah bermakna (T

hitung > T tabel dan p-value/sig. < 0.05), sedangkan koefisien jalur dari X3 ke

Y tidak bermakna (T hitung < T tabel dan pvalue/sig. > 0.05).

4 Agus Widarjono, Analisis Statistik Multivariat, hal. 272.

90

Oleh karena itu peneliti mengeluarkan 𝑋3 dari model proposisi menjadi:

perilaku sosiologis (𝑋1) yang memiliki pengaruh negatif dan perilaku psikologis

(𝑋2) yang mempunyai pengaruh positif terhadap keterpilihan Aceng Fikri (Y).

Atas dasar proposisi yang telah diperbaiki ini diagram jalur sekarang hanya

berisi dua buah variabel eksogen (independen) yaitu 𝑋1 dan 𝑋2 dan sebuah

variabel endogen (dependen).

Dengan hilangnya sebuah variabel eksogen dari diagram jalur, maka

besarnya koefisien jalur akan berbuah. Oleh karena itu, perhitungan harus

diulang, dan hasilnya sebagai berikut:

Tabel IV.H.46. Perhitungan Ulang Koefisien Jalur

Model Standardized

Coefficients

T Sig.

Beta

1

(Constant) 18.309 .000

X1 -.720 -10.150 .000

X2 .148 2.094 .039

Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS

Tabel IV.H.46. menunjukan bahwa koefisien jalur 𝑋1 menjadi -0.720 dan

koefisien jalur 𝑋2 menjadi 0.148, keduanya signifikan jika melihat T hitung >

1,983972 dan nilai Sig. < 0,05. Sedangkan pada tabel model summary terlihat

kalau R square berubah menjadi 0.512, lihat tabel berikut:

Tabel IV.H.47. Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .719a .518 .508 1.81831 a

Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS

91

Dari Tabel IV.H.47. R maka Square tersebut dapat digunakan untuk

menghitung koefisien jalur variabel lain diluar model, yakni 𝑃𝑦. Peneliti juga

menentukan besarnya pengaruh secara proporsional, yaitu:

Tabel IV.H.48. Pengaruh Variabel X1 terhadap Y

Hasil Percent

Pengaruh Langsung 0,5184 51,84%

Pengaruh melalui hubungan

korelatif dengan X2 -0,01129536 1,11%

Pengaruh X1 ke Y secara total 0,50710464 50,71%

Sumber: hasil olah data kuesioner

Tabel IV.H.49. Pengaruh Variabel X2 terhadap Y

Hasil Percent

Pengaruh Langsung 0,021904 2,19%

Pengaruh melalui hubungan

korelatif dengan X2 -0,01129536 1,11%

Pengaruh X2 ke Y secara total 0,01060864 1,06%

Sumber: hasil olah data kuesioner

Tabel IV.H.48. dan Tabel IV.H.49. menunjukan pengaruh gabungan oleh

X1 dan X2 ke Y adalah 0,50710464 + 0,01060864 = 0.51761328, yang tidak

lain adalah besarnya R square Y(X1X2) = 0.518 (lihat tabel IV.H.47. Model

Summary). Atas dasar gambar III.6. peneliti bisa kemukakan hal-hal sebagai

berikut:

Gambar III.6. Correlated Path Model

X1

Y

-0,720

0,148

0,106

0,482

X3

92

1. Kekuatan variabel sosiologis (X1) yang secara langsung menentukan

perubahan-perubahan pada variabel keterpilihaan Aceng Fikri (Y) adalah

51,84% (0,5184), dan yang melalui hubungannya dengan variabel

psikologis (X2) sebesar -1,11% (-0,011). Dengan demikian, secara total

variabel sosiologis (X1) menentukan perubahan-perubahan pada variabel

keterpilihan Aceng Fikri (Y) sebesar 50,71%.

2. Secara total 1.06% (0.106) dari perubahan-perubahan variabel

keterpilihan Aceng Fikri (Y) merupakan pengaruh dari variabel psikologis

(X2), dengan perincian 2,19% (0,021904) adalah pengaruh langsung dan

-1,11% (-0.011) lagi melalui hubungannya dengan variabel sosiologis

(X1).

3. Variabel sosiologis (X1) dan variabel psikologis (X2) secara bersama-

sama mempengaruhi variabel keterpilihan Aceng Fikri (Y) sebesar

50,71% + 1,06% = 51,78% (R = 0,518). Besarnya pengaruh secara

proporsional yang disebabkan oleh variabel lainnya di luar variabel

variabel sosiologis (X1) dan variabel psikologis (X2) dinyatakan oleh

𝑃𝑦2 yaitu sebesar 1 – 0,518 = 0.482 atau sebesar 48.2%.

Pada bab ini peneliti menemukan adanya hubungan dan pengaruh antara

seluruh variabel X (X1, X2, X3) terhadap variabel Y sebesar 72,4% dan 52,5%

artinya ada 47,5% dari keterpilihan Aceng Fikri yang tidak dipengaruhi pendekatan

perilaku politik. Sedangkan kekuatan pendekatan perilaku politik dalam merubah

fenomena keterpilihan Aceng Fikri sebesar 51,8%. Artinya ada 48,2% kekuatan

93

diluar pendekatan perilaku politik yang dapat menjelaskan keterpilihan Aceng

Fikri. Dalam hal ini ukuran keterpilihan Aceng Fikri bukan sekedar memilih tetapi

mendiskusikan, mengikuti kampanye, membantu kampanye, bahkan individu ikut

meyakinkan orang lain memilih Aceng Fikri.

Asumsi peneliti, 52,5% pengaruh dan 48,2% kekuatan diluar pendekatan

perilaku politik dapat dijelaskan oleh peran media, mobilisasi, serangan fajar

ataupun perihal lain yang tidak masuk kriteria indikator pendekatan perilaku politik

seperti yang telah peneliti sebutkan dalam bab III. Oleh karenanya, peneliti

memandang hal tersebut tersebut masuk dalam kategori perilaku elit, bukan

perilaku politik warga biasa seperti yang dimaksud dalam bab II, atau dalam hal ini

warga Kecamatan Karangpawitan dipaksa atau secara tidak sadar memilih Aceng

Fikri. Asumsi peneliti berdasarkan adanya 19% dari responden yang menentukan

pilihannya pada Aceng Fikri di TPS, 99% mengaku pernah dihubungi oleh timses

atau pendukung Aceng Fikri, dan 3% menjawab tidak pernah sama sekali

meyakinkan orang lain untuk memilih Aceng Fikri.

Peneliti juga menemukan pengaruh negatif dari pendekatan sosiologis (T

hitung = - 10,238) namun kekuatannya untuk mempengaruhi keterpilihan Aceng

Fikri cukup besar yaitu 50,71%. Artinya pertimbangan sosiologis justru tidak akan

membuat Aceng Fikri terpilih, sedangkan pertimbangan psikologis dari warga

Kecamatan Karangpaawitan meskipun kecil memiliki pengaruh linear (T hitung

2,408) dengan keterpilihan Aceng Fikri dengan kekuatan sebesar 1,06%.

94

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif dengan kuesioner sebagai teknik

pengumpulan data yang dilakukan pada 100 responden warga Kecamatan

Karangpawitan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat tentang keterpilihan Aceng

Fikri sebagai anggota DPD RI pada pemilu legislatif tahun 2014 dengan pendekatan

perilaku politik, maka dapat diambil beberapa kesimpulan. Adapun kesimpulannya

akan dipaparkan berikut:

1. Seluruh variabel perilaku politik yang dalam hal ini adalah variabel

independen memiliki hubungan dan pengaruh terhadap variabel keterpilihan

Aceng Fikri sebagai Anggota DPD RI pada pemilu legislatif tahun 2014.

Adapun hubungannya sebesar 0,724, dan pengaruhnya sebesar 0,518. Dengan

kata lain ada 48,2% dari keterpilihan Aceng Fikri sebagai Anggota DPD RI

yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel perilaku politik.

2. Variabel perilaku sosiologis memiliki hubungan dan pengaruh negatif

terhadap keterpilihan Aceng Fikri sebagai Anggota DPD RI pada pemilu

legislatif tahun 2014 yaitu hubungannya -0,704 dan pengaruhnya -10,238.

Maka hubungan dan pengaruh variabel perilaku sosiologis dengan

keterpilihan Aceng Fikri adalah hubungan dan pengaruh yang negatif atau

berlawanan. Artinya Aceng Fikri akan semakin terpilih ketika warga Garut

justru tidak dipengaruhi dengan faktor sosiologis. Kekuatan variabel prilaku

95

sosiologis untuk mempengaruhi keterpilihan Aceng Fikri dibanding dua

variabel lainnya cukup besar yaitu 50,71% total perubahan variabel

keterpilihan Aceng Fikri berdasarkan variabel perilaku sosiologis. Adapun

persentase terbesar indikator yang paling berpengaruh terhadap keterpilihan

Aceng adalah agama 17,51 % dan etnis 16,37%,. Sedangkan organisasi

kegamaan atau dalam hal ini keislaman yang paling berpengaruh terhadap

indikator agama adalah NU 38% dan Muhammadiyah 37%.

3. Variabel perilaku psikologis memiliki hubungan dan pengaruh positif secara

parsial terhadap keterpilihan Aceng Fikri sebagai Anggota DPD RI pada

pemilu legislatif tahun 2014 yaitu hubungannya 0,072 dan pengaruhnya

2,408. Maka hubungan dan pengaruh variabel perilaku psikologis dengan

keterpilihan Aceng Fikri adalah hubungan dan pengaruh yang Positif atau

linear. Artinya Aceng Fikri akan semakin terpilih ketika warga Garut justru

dalam memilih dipengaruhi dengan faktor psikologis. Tetapi meskipun

hubungan dan pengaruhnya linear, kekuatan variabel perilaku psikologis

untuk mempengaruhi keterpilihan Aceng Fikri cukup kecil yaitu 1,06% total

perubahan variabel keterpilihan Aceng Fikri berdasarkan variabel perilaku

psikologis. Adapun persentase terbesar indikator variabel psikologis yang

paling berpengaruh terhadap keterpilihan Aceng adalah indikator kedekatan

atau prefensi, yaitu 36,45%. Dan yang paling disukai oleh responden adalah

kepribadian Aceng Fikri yaitu sebesar 43%.

4. Variabel perilaku pilihan rasional memiliki hubungan dan pengaruh negatif

terhadap keterpilihan Aceng Fikri sebagai Anggota DPD RI pada pemilu

96

legislatif tahun 2014 yaitu hubungannya -0,006 dan pengaruhnya -1,203.

Maka hubungan dan pengaruh variabel perilaku pilihan rasional dengan

keterpilihan Aceng Fikri adalah hubungan dan pengaruh yang negatif atau

berlawanan. Artinya Aceng Fikri akan semakin terpilih ketika warga Garut

justru dalam memilih tidak dipengaruhi dengan faktor pilihan rasional.

Variabel perilaku pilihan rasional juga tidak memiliki kekuatan untuk

mempengaruhi keterpilihan Aceng Fikri, bahkan dalam hal ini ditolak atau

sama sekali tidak kuat. Meskipun demikian, persentase terbesar indikator

variabel pilihan rasional yang paling besar adalah indikator visi misi atau

program kerja yang dalam hal ini lebih spesifik adalah faktor faktor tawaran

atau janji politik Aceng Fikri yaitu 25,98%

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan untuk memperbanyak

diskursus perilaku politik dengan metode kuantitatif dikarenakan tuntutan

saintifikasi dunia internasional terhadap khazanah ilmu politik. Seiring dengan itu,

peneliti juga menyarankan agar penelitian perilaku politik baik kualitatif maupun

kuantitatif berikutnya dapat lebih dalam dan lebih detail lagi, misalnya hanya

menggunakan satu pendekatan (baik sosiologis saja, psikologis saja ataupun hanya

pendekatan pilihaan rasional). Dengan demikian akan lebih banyak informasi yang

didapatkan dan dapat menjelaskan fenomena lebih dalam dari penelitian

sebelumnya.

97

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdullah, Rozali. mewujudkan Pemilu yang Berkualitas. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada. 2009.

Adams, Ian. Ideologi Politik Mutakhir: Konsep. Ragam. Kritik. dan Masa

Depannya. Yogyakarta: Penerbit Qalam. 2004.

Arief Budiman. Kebebasan. Negara. Pembangunan: Kumpulan Tulisan 1965-

2005. Jakarta: Pustaka Alfabet dan Freedom Institute. 2006.

Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama. 2008.

Cunsuelog, Sevilla, dkk. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Pers. 1993.

Dajan, Anto. Pengantar Metode Statistik Jilid II. Jakarta: LP3ES. 1986.

Dalton, R. J. Citizen Politics: Public Opinion and Political Parties in Advanced

Industrial Democracies New York: Chatham House Publishers. 2002.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2005.

Giddens, Anthony. Beyond Left And Right: The Future Of Radical Politics. United

Kingdom: Politic Press. 1994. Diterjemahkan oleh Dariyatno. Melampaui

Ekstrem Kiri dan Kanan: Masa Depan Politik Radikal Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. 2009.

Haris, Syamsuddin. Praktik Parlementer Demokrasi Presidensial Indonesia

Yogyakarta: CV Andi Offset. 2014.

Harisson, Lissa. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana. 2009.

Haryanto. Kekuasaan Elit: Suatu Bahasan Pengantar. Yogyakarta: Program

Pascasarjana Politik Lokal dan Otonomi Daerah Universitas Gadjah Mada.

2005.

Huntington, Samuel P.. dan Nelson. John M.. Partisipasi Politik di Negara

Berkembang. Jakarta: Rineka Cipta. 1990.

Ihsan, Ahmad Bakir. Politik Tak Hanya Kekuasaan. Jakarta: Penerbit Expose.

2012.

Ishiyama, John T. dan Maarijke Breuning (ed.). 21 st Century Politicaal Science: A

Reference Handbook. diterjemahkan oleh Tri Wibowo, Ilmu Politik Dalam

Pardigma Abad ke-21. Jakarta: Kencana. 2013.

Jauhari, Heri. Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi (Bandung: CV

Pustaka Setia. 2010.

98

Kerlinger, Fred N. Asas-asas Penelitian Behaviral. Yogyakarta: Gadjaha Mada

University Press. 1986.

Koentjaraningrat (ed). metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

1977.

Marsh, David dan Gerry Stoker (ed.). Theory and Mthods in Political Science

Newyork: Palgrave Macmillan. Diterjemahkan oleh Mahadi, Helmi dan

Shohifullah. 2011. Teori dan Metode dalam Ilmu Politik. Bandung: Penerbit

Nusa Media. 2002.

Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data

Sekunder. Jakarta: Raja Grafindo. 2010.

Mas’oed, Mohtar. Negara. Kapital. dan Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

1994.

Mufti, Muslim. Teori-Teori Politik. Bandung. Pustaka Setia. 2012.

Mujani, Saiful William Liddle dan Kuskridho Ambardi. Kuasa Rakyat: Analisis

tentang Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia

Pasca-Orde Baru. Jakarta: Mizan Publika. 2011.

Neuman, W. Larence. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif. Jakarta Barat: PT Indeks. 2013.

Riyanto, Armada. Berfilsafat Politik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2011.

Rohaniah dan Efriza. Pengantar Ilmu Politik. Malang: Intrans Publishing. 2015.

Roth, Dieter. Studi Pemilu Empiris. Sumber. Teori-Teori. Instrumen dan Metode.

Jakarta: LSI. 2009.

Sarwono, Jonathan. Statistik Multivariat Aplikasi untuk Risaet Skripsi Yogyakarta:

Penerbit ANDI. 2013.

Sekaran. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. 2006.

Siregar, Sofyan. Statistik Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. R&D. Bandung: Alfabeta.

2006.

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta. 2002.

Sunyoto, Danang. Uji Khi Kuadrat dan Regresi Untuk Penelitian. Yogyakarta:

Graha Ilmu. 2010.

Suparaman, Asep. Menapak Jejak Menuju Kursi Parlemen di Kabupaten Garut.

Garut: Komisi Pemilihan Umum. 2014.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo. 1992.

99

Usman, Husen. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. 2008.

Varma, S.P. Teori Politik Modern. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007.

Widarjono, Agus. Analisis Statistik Multivariat Terapan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

2010.

Widarjono, Agus. Analisis Statistik Multivariat Terapan. Yogyakarta: UPP STIM

YKPN. 2010.

Widodo, Amd, dkk. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Absolut. 2001.

Yusuf Wibisono. Metode Statistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

2009.

Yusuf, Muhammad. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia: Arsitektur

Histori. Peran dan Fungsi DPD RI Terhadap Daerah di Era Otonomi

Daerah. Yogyakart: Graha Ilmu. 2013.

Internet

__________. “Biografi H. Munawar Holil Fikri”. Artikel. Diakses pada tanggal 11

April 2016. pukul 23.12 WIB.

https://id.wikipedia.org/wiki/Aceng_H.M._Fikri.

__________. “Ini Profil Aceng Fikri Sang Bupati Garut”. Artikel. yang diakses

pada 11 April 2016 pukul 20.16 WIB.

http://news.detik.com/berita/2107884/ini-profil-aceng-fikri-sang-bupati-

garut.

__________. “Profil Eni Sumarni”. Artikel. diakes pada 25 Maret 2016 Pukul

20.04 WIB. https://profil.merdeka.com/indonesia/e/eni-sumarni/.

__________. “Profil Eni Sumarni”. Artikel. Diakses pada tanggal 09 April 2016.

pukul 17.44 WIB. http://www.dpd.go.id/anggota/eni-sumarni.

Mallarangeng, Andi. “Rasionalitas Pemilih dan Prospek Demokrasi”. Artikel.

Diakses pada tanggal 05 April 2016. pukul 20.33 WIB.

https://www.library.ohiou.edu/indopubs/1997/04/24/0017.html.

Pemerintah Daerah Kabupaten Garut. “Profil Pendidikan Kabupaten Garut 2012 -

2015”. Artikel. Artikel diakes pada 28 Maret 2016 Pukul 21.34 WIB.

http://www.garutkab.go.id/pub/static_menu/detail/sosbud_pendidikan.

Skripsi

Kurniadi, Putra. “Perilaku Politik Elit Politik Lokal pada Pemilukada Kota

Tanjungpinang 2012: Studi Kasus di Kelurahan Sei-Jang Kecamatan Bukit

Bestari”. Skripsi. Universitas maritime Raja Ali haji Tanjungpinang. 2013.

Melani, Indar. “Perilaku Pemilih Pemula di Kecamatan Duampanua pada

Pemilukada Kabupaten Pinrang tahun 2013”. Skripsi. Program Sarjana.

Universitas Hasanuddin Makasar. 2014.

100

Nasution, Fera Hariani. “Perilaku Pemilih pada Pemilihan Gubernur Sumatra Utara

Secara Langsung di Kabupaten Labuhan Batu: Studi Kasus di Kelurahan

Bakaran Batu. Kabupaten Labuhan Batu”. Skripsi. Program Sarjana.

Universitas Sumatra Utara Medan. 2009.

Zidni, Muhammad Ferdiansyah. “Perilaku Pemilih : Dinamika Pilihan Rasional

dalam Kemenangan Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama pada Pemilihan

Umum Gubernur DKI 2012”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2014.

Zubairi, Ahmad Ilham. “Perilaku Politik Warga Nahdliyin: Studi Kasus

Ketidakterpilihannya Kader NU di Pilkada Kabupaten lamongan 2010”.

Skripsi. Program Sarjana. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. 2015.

Jurnal

Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Sulawesi Selatan. “Laporan

Riset Prilaku Pemilih Di Kabupaten Barru”. 2015. [jurnal on-line]; tersedia

di www.kpu.go.id/koleksigambar/Perilaku_Memilih_Barru_sulsel.pdf.;

internet; diunduh pada 25 Februari 2016.

Aminudin, Suryana. “Perilaku Politik Di Indonesia”. Jurnal Aspirasi. Vol.

1/No.2/Februari 2011. [jurnal on-line]; tersedia di

http://ejournal.unwir.ac.id/file.php?file=jurnal&id=521&cd=0b2173ff6ad6a

6fb09c95f6d50001df6&name=suryana_aminudin_1_2.pdf.; internet;

diunduh pada 25 Februari 2016.

Agustino, Leo dan Mohammad Agus Yusoff. 2009. “Pemilihan Umum dan Perilaku

Pemilih: Analisis Pemilihan Presiden 2009 di Indonesia”, Jurnal Poelitik

Volume 5/No.1/2009, hal. 521. [jurnal on-line]; tersedia di

http://www.academia.edu/30578153/Pemilihan_Umum_dan_Perilaku_Pemi

lih_Analisis_Pemilihan_Presiden_2009_di_Indonesia; internet; diunduh

pada 25 Februari 2016.

Widodo, Agus Setianto. “Kajian Epistemologis Iklan Politik dan Perilaku Memilih

dalam Dinamika Pemilu 2009”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Vol.12/No.3/ Maret 2009, hal. 382. [jurnal on-line]; tersedia di

https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/10976; internet; diunduh pada 15

Mei 2016.

Document

Komisi Pemilihan Umum. Rincian Perolehan Suara Sah. Model C-1 Plano – DPD.

2014.

Komisi Pemilihan Umum. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor:

411/Kpts/Kpu/Tahun 2014. 2014. [Database on-line] tersedia di

https://kpu.co.id.

101

KPU Provinsi Jawa Barat. Sertifikat Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perolehan

Suara Provinsi Jawa Barat. Model DD-1 DPD RI. 2014.

KPUD Kabupaten Garut. Sertifikat Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara.

Kabupaten Garut. Model DB-1 DPD RI. 2014.

KPUD Kabupaten Garut. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara dari Setiap PPS.

2014.

xi

Lampiran 1: Perolehan Suara DPD RI di Jawa Barat

xii

xiii

Lampiran 2: Perolehan Suara DPD RI di Kabupaten Garut

No Kecamatan Suara Sah Aceng Fikri Percent

1 Garut Kota 56148 6809 12%

2 Karangpawitan 53528 6855 13%

3 Wanaraja 20117 2408 12%

4 Tarogong Kaler 39937 3682 9%

5 Tarogong Kidul 48014 3903 8%

6 Banyuresmi 37511 5052 13%

7 Samarang 32438 3180 10%

8 Pasirwangi 29028 3515 12%

9 Leles 33454 2847 9%

10 Kadungora 39194 3206 8%

11 Leuwigoong 18289 1686 9%

12 Cibatu 30378 3242 11%

13 Kersamanah 15879 1418 9%

14 Malangbong 47912 4987 10%

15 Sukawening 21856 3323 15%

16 Karangtengah 5984 1019 17%

17 Bayongbong 38815 4754 12%

18 Cigedug 14774 1933 13%

19 Cilawu 46875 4625 10%

20 Cisurupan 40021 4402 11%

21 Sukaresmi 16443 2149 13%

22 Cikajang 35140 3945 11%

23 Banjarwangi 23829 3318 14%

24 Singajaya 17655 2501 14%

25 Cihurip 8382 826 10%

26 Peundeuy 9472 1684 18%

27 Pameungpeuk 18918 1544 8%

28 Cisompet 24825 2554 10%

29 Cibalong 21488 2161 10%

30 Cikelet 19810 3394 17%

31 Bungbulang 29020 2701 9%

32 Mekarmukti 8587 809 9%

33 Pakenjeng 32614 3472 11%

34 Pamulihan 8499 1156 14%

35 Cisewu 19066 1655 9%

36 Caringin 15003 1612 11%

37 Takegong 16088 1776 11%

38 Limbangan 34303 3830 11%

39 Selawi 17705 2521 14%

40 Cibiuk 12625 1115 9%

41 Pengatikan 15657 1823 12%

42 Sucinaraja 12683 1815 14%

xiv

Lampiran 3: Perolehan Suara DPD RI di Kecamatan Karangpawitan

No

RINCIAN JUMLAH

PEROLEHAN SUARA CALON

ANGGOTA DEWAN

PERWAKILAN DAERAH

(DPD)

LE

BA

K JA

YA

KA

RA

NG

MU

LY

A

SU

CI K

AL

ER

SU

CI

GO

DO

G

JAT

ISA

RI

SIN

DA

NG

GA

LIH

CIM

UR

AH

KA

RA

NG

PA

WIT

AN

SIT

UG

ED

E

SIT

US

AR

I

KA

RA

NG

SA

RI

SIN

DA

NG

PA

LA

Y

LE

BA

K JA

YA

LE

NG

KO

NG

JAY

AA

ME

KA

RS

AR

I

SIN

DA

NG

LA

YA

TA

NJU

NG

SA

RI

SIT

US

AE

UR

SIT

UJA

YA

JUM

LA

AH

TO

TA

L

1 ACENG HM FIKRI 506 408 326 562 255 215 461 179 579 249 193 197 422 381 450 256 381 324 339 172 6,855

2 ASEP SYARIPUDIN 245 188 161 222 137 80 171 60 159 91 32 45 103 115 224 131 62 125 85 102 2,538

3 ASRIL DAS 102 64 75 78 81 61 78 45 61 56 28 32 37 54 41 31 35 45 67 50 1,121

4 AYI HAMBALI 270 173 175 242 141 148 199 134 176 118 62 79 141 121 89 71 107 172 83 58 2,759

5 DENI JASMARA 157 101 117 96 107 72 233 153 248 236 88 107 127 134 48 59 71 127 162 82 2,525

6 DENI SAEFUL HAYAT 97 83 70 69 61 67 86 80 104 75 38 42 73 75 52 43 39 62 56 31 1,303

7 DJUMONO 103 92 69 59 101 55 146 79 103 46 37 27 77 71 61 22 33 101 59 12 1,353

8 ELANG RAJA L. ZULKANAEN 183 143 138 196 133 113 169 107 134 78 70 64 87 113 80 67 100 120 84 54 2,233

9 EMAN SURYAMAN 297 169 188 225 182 93 141 89 151 86 46 101 86 130 154 100 48 152 88 75 2,601

10 ENI SUMARNI 337 209 262 308 280 206 255 236 242 217 87 121 240 235 154 90 144 221 221 93 4,158

11 EUIS ATIKAH 142 70 85 91 141 32 68 24 53 180 14 16 45 62 119 32 27 68 34 24 1,327

12 GUNAWAN UNDANG 131 112 79 68 51 36 61 37 68 17 15 12 36 69 20 17 20 37 19 11 916

13 HASAN ZAENAL ABIDIN 43 13 19 41 29 5 29 16 28 15 8 6 14 16 8 2 8 16 16 10 342

14 HUSNI MUBAROK 127 85 94 129 62 75 87 43 74 108 61 38 56 33 44 49 75 56 58 103 1,457

15 JULIANDA BARUS 20 5 16 23 18 8 18 12 23 13 6 17 7 15 8 6 8 12 11 6 252

16 H.K. EDI PARMADI 206 59 128 72 60 172 173 52 54 51 140 164 43 20 119 55 89 62 53 56 1,828

17 H.M. YOS FAISAL HUSNI 53 14 20 29 18 27 55 18 21 21 12 18 12 25 14 12 7 20 17 12 425

18 MOH.ATOILAH MUSRJID 167 134 129 215 112 88 117 63 130 62 54 69 57 107 73 42 39 98 79 51 1,886

xv

19 MUHAMMAD HAFIDZ 50 27 45 44 28 34 40 20 37 27 15 13 21 18 16 14 15 21 20 9 514

20 NACE PERMANA 15 15 18 18 14 16 17 11 12 8 8 11 15 12 11 6 11 8 13 5 244

21 NAZAR HARIS 32 16 33 103 15 11 14 16 43 12 9 9 12 10 15 6 12 23 20 40 451

22 NU’MAN ABDUL HAKIM 62 94 42 63 32 41 22 12 23 12 12 11 17 15 12 9 16 28 22 15 560

23 ODIK SODIKIN 13 7 15 31 15 8 15 5 3 8 4 1 6 6 13 2 3 8 2 2 167

24 ONI SUWARMAN 875 434 624 773 506 412 527 369 509 228 262 261 274 360 241 213 262 441 362 241 8,174

25 R. ELLA GIRIKOMALA 102 49 62 134 50 73 72 52 94 43 51 90 41 56 44 26 30 41 34 36 1,180

26 RATU RAJA ARIMBI NURTINA 28 8 18 18 23 11 19 13 13 10 6 5 6 12 10 6 10 14 4 12 246

27 RUDI HARSA TANAYA 37 10 32 31 12 27 24 11 18 14 4 3 12 10 5 4 8 14 15 10 301

28 RUKMAN HERYANA 49 13 40 23 11 10 18 17 27 11 14 4 7 8 2 9 4 10 6 8 291

29 SUHAELI 47 13 32 21 22 15 25 8 18 12 7 8 77 11 12 4 8 17 18 10 385

30 SUHARNA SURAPRANATA 92 30 48 70 29 78 109 31 29 67 9 20 41 25 12 3 54 16 22 12 797

31 SYARIF BASTAMAN 100 56 61 75 53 34 35 29 48 33 20 26 34 28 28 13 27 28 84 29 841

32 SYIFA HANANTA 206 145 155 278 121 163 137 88 98 66 55 45 60 96 72 55 57 102 84 84 2,167

33 TRI WURYANTORO 9 15 7 10 6 1 13 4 3 4 4 0 2 1 12 2 3 7 3 3 109

34 TB. DASEP 82 21 44 58 35 22 20 24 26 16 5 5 18 8 13 8 10 7 12 12 446

35 UNANG MARGANA 29 8 26 18 13 2 16 10 12 10 15 5 10 9 9 3 23 10 12 6 246

36 UU RUKMANA 73 20 49 34 31 31 32 15 25 12 35 7 14 20 7 10 69 19 10 17 530

Jumlah Total Perolehan Suara Sah 5,087 3,103 3,502 4,527 2,985 2,542 3,702 2,162 3,446 2,312 1,526 1,679 2,330 2,481 2,292 1,478 1,915 2,632 2,274 1,553 53,528

Jumlah Perolehan Suara Tidak Sah 1,046 782 885 1,054 811 507 594 429 730 749 181 662 465 839 670 564 302 596 611 400 12,877

Jumlah Total Perolehan Suara Sah +

Tidak Sah 6,133 3,885 4,387 5,581 3,796 3,049 4,296 2,591 4,176 3,061 1,707 2,341 2,795 3,320 2,962 2,042 2,217 3,228 2,885 1,953 66,405

xvi

Lampiran 4: Kuesioner Penelitian

I. Kata Pengantar

Dengan hormat,

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir atau skripsi yang sedang saya

lakukan d Fakultas Ilmu Sosial dan lmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul skripsi: “Analisa Keterpilihan Aceng

Fikri pada Pemilu Legislatif DPD RI Tahun 2014 Dengan Pendekatan Perilaku

Politik Warga Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.”.

Adapun salah satu cara untuk mendapatkan data adalah dengan menyebarkan

kuisioner kepada responden. Untuk itu, peneliti mengharapkan kesediaan

Bapak/Ibu dan Saudara/I sekalian untuk mengisi kuisioner ini sebagai data yang

akan dipergunakan dalam penelitian. Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya

ucapkan terima kasih.

Peneliti,

Luthfi Hasanal Bolqiah

1113112000005

II. Petunjuk Pengisian

1. Kusioner ini semata-mata untuk keperluan akademis, mohon dijawab

dengan jujur.

2. Bacalah dan jawablah semua pertanyaan dengan teliti tanpa ada yang

terlewatkan.

3. Berilah tanda (√) pada jawaban yang menurut anda tepat.

xvii

III. Data Responden

Profil Keluarga Responden

Nama Umur Jenis Kelamin Status kawin

Profil Responden

Nama Tingkat pendidikan Pekerjaan

Pokok

Agama Penghasilan

a. SD

b. SMP/SLTP/MTs

c. SMA/SLTA/MA

d. Pesantren

e. D3

f. S1

g. S2

h. S3

a. PNS

b. Karyawan

c. Pedagang

d. Buruh

e. Petani

f. Mahasiswa/i

g. ………

a. Islam

b. Katolik

c. Protestan

d. Hindu

e. Budha

a. <500.000

b. 500.000-1.000.000

c. 1.000.000-2.500.000

d. 2.500.000-3.500.000

e. >3.500.000

IV. Pertanyaan Kuisioner

1. Kapan anda menentukan untuk memilih Aceng Fikri:

a. >satu bulan sebelumnya c. saat masa tenang e. di TPS

b. saat kampanye d. Sebelum ke TPS

xviii

2. Menurut ibu/bapak seberapa sering atau tidak sering melakukan hal berikut:

(Ket: TP/Tidak Pernah, P/Pernah, S/Sering, SS/Sangat Sering)

No Pernyataan TP P S SS

A Calon, tim sukses atau pendukung menghubungi ibu/bapak

agar mmemilih calon/kandidat tertentu

B Mendiskusikan calon/kandidat pilihan anda

C Ikut Serta dalam kampanye

D

Membantu calon/kandidat misalnya dengan memasang

poster atau spanduk pada masa kampanye atau menjelang

pemilihan umum

E Meyakinkan orang lain untuk memilih calon/kandidat

pilihan anda

3. Menurut ibu/bapak seberapa setuju atau tidak setuju dengan pernyataan berikut

berikut: (Ket: STS/Sangat Tidak Setuju, TS/Tidak Setuju, S/Setuju, SS/Sangat

Setuju)

No Pernyataan STS TS S SS

A Saya memilih calon/kandidat karena faktor umur

B Saya memilih calon/kandidat karena faktor pekerjaan

C Saya memilih calon/kandidat karena faktor pendidikan

D Saya memilih calon/kandidat karena faktor agama

E Saya memilih calon/kandidat karena faktor suku

F Saya memilih calon/kandidat karena faktor gender

4. Organisasi keislaman apakah yang ibu/bapak ikuti?

A. Persis

B. NU

C. Muhammdiyah

D. Sebutkan ……

xix

5. Menurut ibu/bapak seberapa setuju atau tidak setuju dengan pernyataan tentang

Aceng Fikri, sebagai berikut: (Ket: STS/Sangat Tidak Setuju, TS/Tidak Setuju,

S/Setuju, SS/Sangat Setuju)

No Pernyataan STS TS S SS

A Saya memilih karena merasa suara saya penting dalam

pemilu tahun 2014

B Saya memilih calon/kandidat karena faktor isu

C Saya merasa dekat dan suka dengan Aceng Fikri

6. Apa yang anda suka/tidak suka dari sosok Aceng Fikri?

A. Kepemimpinan

B. Kinerja

C. Penampilan

D. Kepribadiaan

7. Pada tahun 2013 Aceng Fikri di makzulkan dari jabatannya sebagai Bupati

Garut karena melanggar Undang-Undang melakukan nikah sirih, bagaimana

tanggapan ibu/bapak?

A. Bersalah dan layak dimakzulkan

B. Bersalah tetapi tidak layak dimakzulkan

C. Tidak tahu

D. Tidak bersalah dan tidaka layak dimakzulkan

8. Menurut ibu/bapak seberapa baik dan tidak baik Kontribusi Aceng Fikri pada

pembangunan Kab. Garut

A. Sangat Tidak Baik

B. Tidak Baik

C. Baik/Bagus

D. Sangat Baik

xx

9. Menurut ibu/bapak kontribusi apa yang harus diutamakan oleh pemerintah

Kab. Garut?

A. Transportasi

B. Kesehatan

C. Keamanan

D. Sarana dan Fasilitas

10. Seberapa tahu ibu/bapak dengan janaji/ tawaran/program kerja politik Aceng

Fikri saat mencalonkan sebagai anggota DPD RI pada pemilu legislatif 2014?

A. Tidak Tahu

B. Cukup Tahu

C. Tahu

D. Sangat tahu

11. Pada saat pemilu legislative 2014 Aceng Fikri akan mengupayakan

pembangunan dalam peningkatan sumber daya alam, Seberapa setuju

ibu/bapak dengan janji atau tawaran politik Aceng Fikri?

A. Sangat Tidak Setuju

B. Tidak Setuju

C. Setuju

D. Sangat Setuju

12. Bagaimana perekonomian bapak/ibu sekarang?

A. Lebih Buruk

B. Tidak Baik/Biasa saja

C. Baik

D. Lebih baik

13. Apakah ibu/bapak setuju dengan jika calon/kandidat memberikan barang atau

uang saat pemilu?

A. Sangat Tidak Setuju

B. Tidak Setuju

C. Setuju

D. Sangat Setuju

xxi

V. Penutup

Demikian jawaban saya selaku responden pada penelitian skripsi yang

berjudul: “Analisa Keterpilihan Aceng Fikri pada Pemilu Legislatif DPD RI

Tahun 2014 Dengan Pendekatan Perilaku Politik Warga Kecamatan

Karangpawitan Kabupaten Garut”. Dengan ini, jawaban dari saya selaku

responden harap untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Karangpawitan, ………………. 2017

Responden,

(…………………………….)

xxii

Lampiran 5: Jawaban Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 3 4 4 3 3 1 1 2 3 4 3 3 2 2 2 3 4 4 2 3 3 4 1

1 4 4 3 4 2 4 2 3 4 2 4 3 3 2 2 2 4 1 3 2 2 3 4

3 4 3 3 2 3 3 4 2 4 1 1 4 2 2 2 4 2 1 4 2 2 2 4

1 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 1 3 2 3 4 2 4 4 3 1

1 3 4 3 4 3 1 2 3 4 1 4 3 4 2 2 3 4 3 2 2 2 3 1

3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 2 3 2 2 4 1 4 2 2 2 4

3 4 3 3 2 3 2 1 2 3 3 3 3 3 2 1 1 3 3 4 3 2 1 3

3 3 2 3 2 2 2 2 3 4 2 4 3 3 3 2 1 1 3 2 3 2 3 1

1 2 4 3 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 1 2 4 1 4 3 4 1

3 4 3 3 4 3 1 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 4 2 3 2 3 2 4

3 4 3 3 2 3 1 2 3 4 3 4 3 2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 3

3 4 2 2 3 2 3 4 4 4 2 2 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 2

2 3 4 4 3 3 2 3 2 2 4 2 2 3 4 4 4 1 3 2 2 4 4 2

4 3 3 3 3 4 4 2 2 3 3 3 3 2 3 2 1 1 2 4 2 3 3 1

3 2 4 3 1 2 2 2 3 4 1 4 3 2 2 3 2 4 2 3 3 2 2 4

2 1 1 3 2 3 3 4 2 4 2 4 4 3 4 2 3 2 3 4 2 4 4 3

1 4 4 3 4 3 2 3 2 2 1 2 2 4 3 4 4 4 3 2 4 4 3 3

1 4 3 4 3 3 1 1 2 3 2 3 3 3 2 1 4 4 3 3 1 2 2 4

3 3 3 3 2 2 2 2 3 4 2 4 1 2 2 3 3 4 2 4 3 3 2 3

2 2 2 2 2 2 1 3 4 4 3 4 4 3 3 2 1 2 3 4 2 3 3 4

1 4 4 4 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 4 2 3 3 3 3 2 4

1 4 3 4 3 3 1 2 2 3 2 3 3 3 2 2 4 4 3 4 2 2 2 3

3 3 3 3 2 2 3 2 3 4 2 4 3 3 2 3 1 4 3 4 3 3 2 4

3 1 2 3 1 2 3 3 4 4 3 2 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4

2 4 4 3 4 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2

2 3 4 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 1 3 4 4 2 4 3 2 3 3

3 3 3 3 2 2 3 2 3 4 2 4 1 2 1 3 1 3 1 4 3 2 2 4

3 2 2 2 2 2 3 3 4 4 3 4 4 2 2 2 1 1 2 2 3 1 3 3

2 4 4 3 4 3 2 3 2 2 1 2 2 3 3 2 4 4 2 2 4 2 3 2

1 3 4 3 3 2 4 2 2 3 2 3 3 3 2 2 4 3 1 4 2 3 3 4

3 3 3 3 2 2 3 2 3 4 2 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3

2 1 2 2 2 2 1 3 4 4 3 4 4 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 1

2 2 4 4 3 3 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 1 2 2 2 3

2 4 4 3 2 3 1 2 2 3 2 3 3 2 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4

4 3 3 3 3 1 3 2 3 4 2 4 3 3 2 2 3 1 3 3 2 3 2 3

3 2 2 2 2 2 3 3 4 4 2 2 4 3 2 2 1 2 2 1 3 2 2 1

2 2 4 3 4 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4

xxiii

2 3 4 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 4 3 2 4 3 4 3 4 2 3 4

1 3 3 3 3 1 3 2 3 4 3 4 3 3 2 4 4 4 4 3 3 4 2 4

3 2 2 2 2 2 3 3 4 4 2 4 4 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1

4 1 4 4 3 3 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 3 1 2 1 2 2 2 2

2 4 3 3 3 3 2 1 2 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4

4 2 3 3 2 2 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4

2 2 2 2 2 1 3 3 2 4 2 4 4 2 3 2 1 2 1 2 2 2 3 1

1 2 4 4 4 4 2 3 2 2 2 2 2 2 1 3 1 1 2 1 2 3 1 1

1 4 3 3 4 4 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 4 4 1 3 3 3 3 4

2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 1 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3

4 2 3 3 2 2 3 3 4 4 2 2 4 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2

1 2 4 4 4 4 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 1 3 3 3 3 4

1 3 3 4 3 4 2 1 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 4 4 4 4

2 3 3 3 3 3 1 2 3 4 1 4 3 2 1 2 4 3 3 4 4 3 3 4

4 2 3 3 3 1 3 3 4 4 1 4 4 3 1 3 4 4 3 3 3 3 1 2

1 4 4 4 4 4 2 2 2 3 1 3 2 3 3 3 4 2 1 3 3 3 3 2

1 3 3 4 4 3 2 2 2 3 1 3 1 2 3 2 3 1 2 1 2 2 3 2

3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 2 4 3 4 4 2 3 3 4

4 1 3 3 2 2 3 3 4 4 1 4 4 3 2 2 4 2 4 4 4 4 4 4

1 2 4 3 4 4 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 1 2 1 2 2 2 1

1 4 3 4 4 3 2 2 2 3 1 3 1 3 3 3 4 4 2 4 3 3 2 4

3 3 4 3 2 2 3 2 3 4 2 4 3 4 4 2 4 3 4 4 4 3 3 3

2 2 3 3 2 2 3 3 2 4 3 2 4 2 1 3 1 2 2 4 3 2 2 1

1 2 4 4 4 3 1 1 2 1 3 1 1 3 1 2 4 4 3 4 3 3 3 4

1 3 3 4 3 4 2 2 2 3 1 3 2 2 2 4 4 3 2 2 3 3 2 3

3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 1 3 3 3 1 3 1 4 3 4 3 4 3 4

4 2 3 3 2 2 1 2 3 4 1 4 3 3 2 2 4 2 3 3 2 2 3 3

3 1 4 4 3 4 4 1 2 1 3 1 1 4 2 3 4 4 2 3 3 2 3 2

1 4 3 4 4 3 4 2 2 3 2 3 1 3 4 2 2 3 4 3 4 4 4 4

3 2 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 3 3 1 3 1 2 4 3 3 2 3 2

4 2 2 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 2 1 3 4 4 2 4 3 2 3 3

1 2 4 4 4 3 1 1 2 2 3 1 3 2 2 3 1 3 2 2 3 2 2 2

1 4 3 4 4 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 1 3 3 2 2 2 3 1

1 3 3 3 3 2 2 1 2 3 3 3 1 2 3 2 4 4 4 4 3 3 4 3

4 2 2 3 3 2 1 4 3 4 3 4 3 3 2 2 3 4 1 1 2 2 3 2

1 2 4 4 4 3 1 1 2 2 4 1 3 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1

3 2 4 3 2 4 2 2 2 3 2 3 2 2 1 2 3 4 4 3 4 4 3 4

3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 1 2 3 2 2 2 3 3

2 4 2 3 3 2 1 4 2 4 3 4 3 2 2 2 1 3 1 2 2 2 2 1

xxiv

1 3 4 4 3 4 2 1 2 2 4 1 1 1 2 3 3 2 3 1 3 2 1 2

4 2 4 4 3 2 4 2 2 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 4 3 2 3 3

2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 1 3 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3

3 3 3 2 2 2 3 4 4 4 4 4 3 4 2 4 1 2 2 3 2 3 2 4

1 3 4 4 3 4 2 1 2 2 2 2 1 2 1 3 4 4 2 1 3 2 2 4

1 3 4 4 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 4 4 4 4 3 4 3

3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 1 3 3 3 3 2 3 4 3 4 2 4 4 3

2 3 3 3 1 2 3 4 4 4 4 2 3 2 2 2 1 1 2 4 2 3 3 4

2 2 4 4 3 4 2 3 2 2 2 2 1 4 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1

4 4 4 4 2 3 1 1 2 3 3 3 1 3 2 2 4 4 3 4 2 4 4 4

4 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 1 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3

4 3 3 2 2 2 3 4 4 4 4 4 3 2 1 3 4 1 3 2 1 2 2 1

1 3 4 3 4 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 4 1 2 2 3 3 3 2 4

4 3 4 3 2 4 2 2 2 3 3 3 3 2 1 2 2 2 3 2 2 3 3 1

4 3 3 3 2 3 2 2 3 4 1 4 3 2 2 2 4 3 3 1 3 3 2 1

4 3 3 2 2 2 3 4 2 4 4 4 3 2 2 2 1 2 3 1 2 2 2 1

1 2 4 4 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 1

2 3 4 3 4 2 2 2 2 3 3 3 3 4 1 2 4 3 3 4 4 3 4 4

4 3 3 3 3 2 2 2 3 4 3 4 3 2 4 2 1 1 2 2 3 2 2 1

4 3 2 3 2 2 1 4 4 4 4 2 4 3 1 3 3 4 2 2 3 2 3 1

1 3 4 3 4 3 1 3 2 2 2 2 2 3 1 3 2 2 1 3 3 2 2 1

1 4 4 3 2 4 1 1 2 3 3 3 3 3 4 2 2 1 2 3 3 1 3 3

2 4 4 4 3 4 1 2 3 4 3 4 3 4 3 2 4 3 2 4 4 2 3 4

2 3 3 4 4 3 3 4 2 4 4 2 4 3 2 2 4 1 1 2 2 3 3 3

xxv

Lampiran 6: Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std.

Deviation

Variance Skewness

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std.

Error

X1 100 7.00 23.00 1605.00 16.0500 3.57142 12.755 .007 .241

X2 100 5.00 12.00 746.00 7.4600 1.53360 2.352 .883 .241

X3 100 5.00 16.00 1018.00 10.1800 2.70570 7.321 .608 .241

Y 100 9.00 20.00 1482.00 14.8200 2.59128 6.715 -.452 .241

Valid N (listwise) 100

xxvi

Lampiran 7: Diagram Variabel Perilaku Politik Sosiologis

14%

14%

16%

20%

19%

17%

Indikator Variabel Perilaku Sosiologis

Umur

Pekerjaan

Pendidikan

Agama

Etnis

Gender

17%

36%

37%

3%1%

6%

Sales

Persis Muhammadiyah NU Salafiyah Ahmadiyah Tidak Disebutkan

xxvii

Lampiran 8: Diagram Variabel Perilaku Politik Psikologis

14 9 11

46

26 30

39

4757

119

2

0

20

40

60

80

100

120

Preferensi Isu/Orientasi Involvement

Indikator Variabel Perilaku Psikologis

SS S TS STS

0 0

68

10

2

9

25

18

9

2

10

0 1 0 00

5

10

15

20

25

30

Kepemimpinan Kinerja Penampilan Kepribadian

YANG DISUKAI DAN TIDAK DISUKAI RESPONDEN TENTANG ACENG FIKRI

SS S TS STS

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Bersalah dan layak dimakzulkan

Bersalah tetapi tidak layak dimakzulkan

Tidak Tahu

Tidak bersalah dan tidak layak dimakzulkan

Frekuensi

Frekuensi

xxviii

Lampiran 9: Diagram Variabel Perilaku Politik Pilihan Rasional

25%

24% 25%

26%51%

Indikator Variabel Pilihan Rasional

Kinerja Kalkulasi Ekonomi Tahu (Janji Politik) Setuju (Janji Politik

25%

14%

25%

36%

Kontribusi yang harus diutamakan

Transportasi Kesehatan Keamanan Sraana dan Fasilitas

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Sangat Tidak Baik/Setuju Tidak Baik/setuju Baik/setuju Sangat Baik/setuju

Kondisi Ekonomi Money Polic

xxix

Lampiran 10: Koefisien Korelasi

Correlations

X1 X2 X3 Y

X1

Pearson Correlation 1 .106 -.031 -.704**

Sig. (2-tailed) .292 .758 .000

N 100 100 100 100

X2

Pearson Correlation .106 1 .408** .072

Sig. (2-tailed) .292 .000 .477

N 100 100 100 100

X3

Pearson Correlation -.031 .408** 1 .006

Sig. (2-tailed) .758 .000 .952

N 100 100 100 100

Y

Pearson Correlation -.704** .072 .006 1

Sig. (2-tailed) .000 .477 .952

N 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

xxx

Lampiran 11: Hasil Analisis Regresi Linear

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .724a .525 .510 1.81413

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 348.817 3 116.272 35.330 .000b

Residual 315.943 96 3.291

Total 664.760 99

a. Dependent Variable: Y

b. Predictors: (Constant), X3, X1, X2

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 21.833 1.235 17.683 .000

X1 -.527 .052 -.727 -10.238 .000

X2 .316 .131 .187 2.408 .018

X3 -.089 .074 -.093 -1.203 .232

a. Dependent Variable: Y

xxxi

Lampiran 12: Hasil Perhitungan Ulang Analisis Jalur

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .719a .518 .508 1.81831

a. Predictors: (Constant), X2, X1

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 344.053 2 172.026 52.030 .000b

Residual 320.707 97 3.306

Total 664.760 99

a. Dependent Variable: Y

b. Predictors: (Constant), X2, X1

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 21.332 1.165 18.309 .000

X1 -.522 .051 -.720 -10.150 .000

X2 .251 .120 .148 2.094 .039

a. Dependent Variable: Y