View
240
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
PERILAKU POLITIK DALAM PEMILU LEGISLATIF DPD RI
(ANALISIS KETERPILIHAN ACENG FIKRI SEBAGAI
ANGGOTA DPD RI TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN
PERILAKU WARGA KECAMATAN KARANGPAWITAN
KABUPATEN GARUT)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Nama: Luthfi Hasanal Bolqiah
NIM: 1113112000005
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/2017 M
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul
PERILAKU POLITIK DALAM PEMILU LEGISLATIF DPD RI
(ANALISIS KETERPILIHAN ACENG FIKRI SEBAGAI ANGGOTA DPD RI
TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN PERILAKU WARGA
KECAMATAN KARANGPAWITAN KABUPATEN GARUT)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Luthfi Hasanal Bolqiah
NIM : 1113112000005
Program Studi : Ilmu Politik
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
PERILAKU POLITIK DALAM PEMILU LEGISLATIF DPD RI
(ANALISIS KETERPILIHAN ACENG FIKRI SEBAGAI ANGGOTA DPD RI
TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN PERILAKU WARGA KECAMATAN
KARANGPAWITAN KABUPATEN GARUT)
..……………...........................................
Dan telah dilakukan pengujian pada tanggal 4 Mei 2017.
i
ABSTRAKSI
Luthfi Hasanal Bolqiah
“Perilaku Politik dalam Pemilu Legislatif DPD RI (Analisis Keterpilihan Aceng
Fikri sebagai Anggota DPD RI Tahun 2014 dengan Pendekatan Perilaku Warga
Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut)”
Aceng Holil Munawar Fikri, S.Ag terpilih menjadi anggota Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) pada pemilu legislatif tahun 2014
dengan perolehan 1.139.556 suara di Jawa Barat. Satu tahun sebelumnya, Aceng
Fikri justru dimakzulkan dari jabatan bupati Garut melalui putusan MA No 1
P/Khs/2013.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa keterpilihan Aceng Fikri sebagai
anggota DPD RI dengan pendekatan perilaku politik seperti: perilaku sosiologis,
psikologis dan pilihan rasional. Penelitian ini dilakukan pada warga Kecamatan
Karangpawitan yang memiliki kontribusi terbesar pada suara Aceng Fikri di Garut.
Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner pada 100 responden. Analisis data menggunakan koefisien
korelasi dan regresi linier berganda. Kemudian Uji F, Uji T, dan Analisis Jalur
digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen baik secara simultan atau
parsial terhadap variabel dependen.
Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa variabel perilaku politik yang
terdiri dari pendekatan sosiologis, psikologis, dan pilihan rasional secara simultan
(𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=36,472) memiliki pengaruh signifikan terhadap keterpilihan Aceng Fikri.
Sedangkan secara parsial (Uji T) hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan
sosiologis (𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=-9,798), pendekatan psikologis (𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=2,822), pendekatan
pilihan rasional (𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= -1,849), dikonsultasikan dengan 𝑇𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,984
menghasilkan kesimpulan bahwa perilaku politik pendekatan sosiologis secara
parsial (Uji T) memiliki pengaruh signifikan terbesar terhadap Keterpilihan Aceng
Fikri, tetapi pengaruhnya adalah negatif atau berlawanan. Sedangkan variabel
psikologis yang memiliki pengaruh signifikan namun bukan yang terbesar,
memiliki pengaruh yang positif atau linear. Adapun hasil analisis jalur, variabel
sosiologis dan variabel psikologis masing-masing memiliki kekuatan 50,71% dan
1,06% terhadap perubahan varibel keterpilihan Aceng Fikri, dan ada 48,2% yang
dapat dijelaskan oleh variabel lain.
Kata kunci: Perilaku politik, pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis,
pendekatan pilihan rasional, pendekatan keterpilihan Aceng Fikri.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur milik Tuhan Sang Penggerak yang tidak tergerakkan.
Dia yang memperjalankan hambanya dengan persinggahan-persinggahan untuk
istirahat, dan sebaik-baiknya singgah adalah melantunkan rasa syukur pada Tuhan
yang memiliki ruang dan waktu. Sedangkan rasa syukur yang nyata adalah
kontribusi yang meniscayakan perubahan. Oleh karenanya, apa yang ada dalam
penelitian ini merupakan sebuah ikhtiar perubahan sekaligus merespon saintifikasi
yang sedang berkembang.
Sholawat serta salam senantiasa dipanjatkan pada Nabi Muhammad SAW,
manusia teladan yang menjadi inspirasi dari perjalanan hidup peneliti. Perjalanan
yang terdapat banyak persinggahan kerap menghadirkan hikmah sekaligus
tantangan. Seperti halnya perjalanan hidup, proses skripsi banyak menghadirkan
persinggahan dan kontribusi beberapa pihak. Dengan demikian, peneliti hendak
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Zulkifli, MA. selaku Dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Iding Rasyidin dan Ibu Suryani M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris Program
Studi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Haniah Hanafie M.Si. selaku dosen pembimbing. Terimakasih telah dengan
sabar membimbing peneliti dalam proses skripsi terutama karena metode yang
digunakan adalah kuantitatif.
5. Ayah dan Ibu yaitu Drs. Atep Sujana M.MPd. dan Dra. Rina Gusminar.
Terimakasih yang tak terhingga peneliti ucapkan sebagai anak yang beruntung
telah dilahirkan dari rahim keluarga sederhana namun senantiasa diajarkan
untuk bermimpi besar. Terimakasih juga atas kesabaran kalian yang senantiasa
mengingatkan peneliti untuk berkonsentrasi pada skripsi.
6. Samirah Hasna Fadhilah dan Ashilah Radwa Fakhirah, adik-adik yang
senantiasa menjadi alasan peneliti untuk tetap istiqomah dan bersemangat
dalam menggapai masa depan.
iii
7. KPU RI, KPUD Kabupaten Garut, Bapak Camat dan jajaran Kecamatan
Karangpawitan, serta warga Kecamatan Karangpawitan.
8. Riyan Hidayat, Travelio Riyan Agusta, Aldo Serena, Juansah Wiandi, Dendi
Budiman, Gunawan Muhammad, Ahmad Syifa dan Fariz Septiansyah yang
telah bersama-sama bermimpi besar dan mendirikan GRPI (Gerakan Restorasi
Pemuda Indonesia). juga orang-orang yang ikut berkontribusi setela pendirian,
Isma, Ulfah Mawaddatul, Ahmad Nur Najmawan, dll.
9. Fitri Karimadhani, Syifa Fuziyah, Wina Alsyifa, dan Annisa Suciati karena
telah menjadi perempuan-perempuan yang luar biasa.
10. Hendri Satrio, Bagus M.Rizal, Selvina Helviani, Meidina Riska, Alfrad Rusyd,
Ahmad Fathoni, Hilal Fathurrahman, M. Syauqi al-Sunni, Sultan Rivandi,
Intan Suci Utari, dan Andy Sanjaya sebagai sahabat, kakak dan juga adik
seperjuangan.
11. Iqbal Mirza, Amalul Arifin, Hanif Pasha, dan seluruh pengurus PD IPM
Kabupaten Tangerang, PW IPM Banten. Terimakasih dan juga mohon maaf
kepada Imam Qolyubi, Suci Ambarwati, Widya, Muharromah, Anzah dan
seluruh pengurus DEMA UIN JKT 2017.
12. Angkatan TST 1830 terimakasih telah menjadi persinggahan terindah,
begitupun KKN Hijrah.
13. Sofyan Hadi, Gerry Novandika, Irfan Zarfandy, Faizah, Novi, dan seluruh
kader HMI Komfisip lainnya.
Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu.
Jakarta, 20 April 2017
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………………………..ii
KATA PENGANTAR ...…………………………………..…………………...iii
DAFTAR ISI …...…………………………………...…...……………………..iv
DAFTAR TABEL ...……………………………..……………………………..vi
DAFTAR PERSAMAAN ...…………………………...……………………...viii
DAFTAR GAMBAR ...………………………………...………………………ix
DAFTAR LAMPIRAN ..…………………………………...…………………...x
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………...…1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………….....9
C. Tujuan dan Manfaat …………………………………………………10
D. Sistematika Penulisan …………………………………………….…11
BAB II: KAJIAN TEORI DAN KONSEP
A. Perilaku Politik ……………………………………………………... 13
B. Pendekatan Perilaku Politik ………………………………………… 15
C. Pemilu (Pemilihan Umum) Legislatif ……………………………… 21
D. Dewan Perwakilan Daerah …………………………………………. 23
E. Tinjauan Pustaka …………………………………………………… 24
F. Hipotesis Penelitian ……………………………….………………... 29
G. Kerangka Pemikiran ……………………………….……………….. 31
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian …………………….………………………….……. 32
B. Lokasi Penelitian ……………………………………………….……33
C. Variabel dan Pengukuran ……………………………………….…... 34
D. Populasi dan Sampel ……………………………………………..… .36
E. Metode Pengumpulan Data ……………………………………....…. 39
v
F. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………….… 40
G. Teknik Analisis Data ……………………………………………..… 40
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Lokasi Penelitian …………………………………... 53
B. Identitas Responden ………………………………………………… 55
C. Uji Validitas dan Reliabilitas ……………………………………….. 58
D. Analisa Keterpilihan Aceng Fikri Sebagai DPD RI pada Pemilu
Legislatif 2014 ……………………………………………………… 61
E. Analisa Perilaku Politik Warga Kecamatan Karangpawitan …………66
F. Koefisien Korelasi Berganda …...…………………………………... 79
G. Analisa Regresi Linier Berganda …………………………………… 80
H. Uji Hipotesis Penelitian …………………………………………….. 85
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………..... 94
B. Saran …………………………………………………………….….. 96
Daftar Pustaka …………………………………………………………….….. 97
Lampiran-lampiran ………………………………………………………….... xi
vi
DAFTAR TABEL
Tabel I.A.1.
Jumlah Perolehan Suara Sah dan Peringkat Suara Calon
Anggota DPD dalam Pemilu Tahun 2014 ……………...…… 3
Tabel I.A.2. Persebaran Suara Aceng Fikri di Jawa Barat ……………...... 4
Tabel I.A.3.
Perolehan Suara Aceng Fikri dari 10 Kelurahan di Kecamatan
Karangpawitan ……………...…………………...…………. 5
Tabel III.C.4.
Tabel IV.B.5.
Tabel IV.B.6.
Tabel IV.B.7.
Tabel IV.B.8.
Tabel IV.B.9.
Tabel IV.B.10.
Tabel IV.C.11.
Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran ……………..… 35
Jenis Kelamin Responden ……………...………………….. 55
Umur Responden ……………….…...…………………....... 56
Agama Responden …………...….………………...………. 56
Pendidikan Responden ………...…..………………...…….. 56
Pekerjaan Responden ……………...…………………...….. 57
Penghasilan Responden ……………...…….……………..... 58
Uji Validitas ……………...…………………...…………… 59
Tabel IV.C.12.
Tabel IV.C.13.
Tabel IV.D.14.
Tabel IV.D.15.
Tabel IV.D.16.
Tabel IV.D.17.
Tabel IV.D.18.
Tabel IV.D.19.
Tabel IV.D.20.
Tabel IV.E.21.
Tabel IV.E.22.
Tabel IV.E.23.
Tabel IV.E.24.
Tabel IV.E.25.
Tabel IV.E.26.
Tabel IV.E.27.
Uji Reliabilitas ……………...…………………...………… 60
Waktu Memilih Aceng Fikri ……………...……………….. 61
Calon/Tim Sukses/Pendukung Menghubungi Responden … 62
Mendiskusikan Calon/Kandidat …………………………… 63
Ikut Serta dalam Kampanye ……………………………….. 64
Membantu Proses Kampanye ……………………………… 64
Meyakinkan Orang Lain untuk Memilih Calon/Kandidat …. 65
Responden Memilih karena Faktor Umur ………………… 66
Responden Memilih karena Faktor Pekerjaan ……...…….. 67
Responden Memilih karena Faktor Pendidikan …………... 68
Responden Memilih karena Faktor Agama ……………… 68
Organisasi Keislaman yang Diikuti Responden ………….. 69
Responden Memilih karena Faktor Suku/Etnis …………... 70
Responden Memilih karena Faktor Gender ……………..... 70
Responden Dekat atau Suka dengan Aceng Fikri ……….... 71
Yang Disukai/Tidak Disukai Responden dari Aceng Fikri . 72
vii
Tabel IV.E.28.
Tabel IV.E.29.
Tabel IV.E.30.
Tabel IV.E.31.
Tabel IV.E.32.
Tabel IV.E.33.
Tabel IV.E.34.
Responden Memilih karena Faktor Isu ……………………. 73
Jawaban Responden Berkenaan Isu Aceng Fikri ………….. 74
Responden Merasa Suaranya Penting dalam Pemilu ……… 74
Responden Memilih Karena Faktor Kinerja ………………. 75
Kontribusi yang Harus Diutamakan Menurut Responden … 76
Jawaban Responden terhadap Program Kerja Aceng Fikri .. 76
Jawaban Responden Terhadap Janji/Tawaran Politik Aceng
Fikri ……………...………………………………………… 77
Tabel IV.E.35.
Tabel IV.E.36.
Tabel IV.E.37.
Tabel IV.E.38.
Tabel IV.F.39.
Tabel IV.F.40.
Tabel IV.F.41.
Tabel IV.G.42.
Tabel IV.G.43.
Tabel IV.G.44.
Tabel IV.G.45.
Tabel IV.G.46.
Tabel IV.H.47.
Tabel IV.H.48
Tabel IV.H.49.
Kondisi Ekonomi Keluarga Responden …………………… 78
Jawaban Responden tentang Money Politics ……………… 78
Koefisien Korelasi Variabel X1, X2, dan X3 dengan Y…….79
Koefisien Korelasi Berganda……...……………………….. 80
Uji Normalitas ………………………………………..……. 81
Uji Multikolinearitas ………………………………………. 83
Koefisien Determinasi …………………………………….. 84
Persamaan Regresi ………………………………………… 85
Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ………………………….. 86
Uji Signifikansi Parsial (Uji T) ……………………………. 87
Analisis Jalur ………………………………………………. 89
Perhitungan Ulang Koefisien Jalur ………………………… 90
Model Summary …………………………………………… 90
Pengaruh Variabel X1 terhadap Y ……...……………….… 91
Pengaruh Variabel X2 terhadap Y ……...……………….… 91
viii
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan III.1.
Persamaan III.2.
Persamaan III.3.
Persamaan III.4.
Persamaan III.5.
Persamaan III.6.
Persamaan III.7.
Persamaan III.8.
Persamaan III.9.
Persamaan IV.10.
Menentukan Sampel ……………………………………. 37
Uji Validitas ……………………………………………. 41
Uji Reliabilitas …………………………………………. 42
Statistik Deskriptif ……………………………………… 43
Koefisien Korelasi ……………………………………… 44
Regresi Linier Berganda ………………………………... 45
Koefisien Determinasi ………………………………….. 49
Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ………………………. 50
Uji Signifikansi Parsial (Uji T) ………………………… 51
Persamaan Koefisien Jalur ……………………………... 51
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Tiga Variabel Independen
terhadap Satu Variabel Dependen …………………………… 31
Gambar III.2
Gambar IV.3
Gambar IV.4
Gambar IV.5
Gambar IV.6
Correlated Path Model …………………………………….… 52
Mata Pencaharian ……………………………………………. 54
Normal P-P Plot ……………………………………………... 82
Scatterplot …………………………………………………… 83
Correlated Path Model ………………………………………. 91
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Perolehan Suara DPD RI di Jawa Barat ............................................ xi
Lampiran 2: Perolehan Suara DPD RI di Kabupaten Garut ................................ xiii
Lampiran 3: Perolehan Suara DPD RI di Kecamatan Karangpawitan ................ xiv
Lampiran 4: Kuesioner Penelitian ........................................................................ xvi
Lampiran 5: Jawaban Responden........................................................................ xxii
Lampiran 6: Statistik Deskriptif .......................................................................... xxv
Lampiran 7: Diagram Variabel Perilaku Politik Sosiologis ............................... xxvi
Lampiran 8: Diagram Variabel Perilaku Politik Psikologis .............................. xxvii
Lampiran 9: Diagram Variabel Perilaku Politik Pilihan Rasional ................... xxviii
Lampiran 10: Hasil Analisis Korelasi Parsial .................................................... xxix
Lampiran 11: Hasil Analisis Regresi Linear ....................................................... xxx
Lampiran 12: Hasil Perhitungan Ulang Analisis Jalur ....................................... xxxi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fenomena terpilihnya Aceng Holil Munawar Fikri, S.Ag1 sebagai anggota
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) pada 2014 cukup
mengagetkan banyak kalangan. Hal itu, karena Aceng Fikri dimakzulkan2 satu
tahun sebelum mencalonkan diri sebagai anggota DPD RI yang disebabkan kasus
nikah siri dan kilat dengan Fanny Octara. Pemakzulan tersebut berawal dari
Keputusan DPRD Kabupaten Garut No 30 tahun 2012 tentang Pendapat DPRD
Kab. Garut terhadap dugaan pelanggaran etika dan peraturan perundang-undangan
yang dilakukan oleh H. Aceng Holil Munawar Fikri, S.Ag. Rekomendasi DPRD
Kab. Garut tersebut dikabulkan oleh Mahkamah Agung (MA) melalui putusan No
1 P/Khs/2013 untuk memakzulkan Aceng Fikri dari jabatan Bupati Kab. Garut.
1 Aceng Holil Munawar Fikri, S.Ag lahir pada 6 September 1972 di Kecamatan Garut Kota,
Kabupaten Garut, Jawa Barat. Aceng menikah dengan Nurrohimah sebagai istri pertama dan Fanny
Octara sebagai istri kedua. Aceng merupakan lulusan Institut Agama Islam (IAI) al-Musaddadiyah
Garut. Karirnya dimulai dengan masuk dalam keanggotaan Koperasi Peternak Unggas Garut,
kemudian menjadi Kopontren Kabupaten Garut dan pada tahun 2009 sampai 2013 menjadi Bupati
Garut yang ke-24 dari calon independen bersama Dicky Candra, sekaligus mengungguli kandidat
dari PDI Perjuangan dan Golkar dengan mengumpulkan 57% suara. Aceng juga terlibat dalam
beberapa kasus seperti “skandal mobil dinas” dan “skandal nikah kilat”. Lihat di artikel
https://id.m.wikipedia.org/wiki/aceng_H.M_Fikri diakses pada tanggal 11 april 2016 pukul 23.12
WIB. dan https://m.detik.com/news/berita/2107884/ini-profil-aceng-fikri-sang-bupati-garut, yang
diakses pada 18 April 2016 pukul 16.04 WIB. 2 Berasal dari kata makzul yang berarti turun tahta atau meletakan jabatan. Lihat Widodo,
Amd. Dkk. Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Absolut, 2001), hal. 396.
2
Dalam putusan tersebut MA menilai Bupati Garut, Aceng Fikri, tidak
mematuhi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perkawinan:
Pasal 2 Ayat (2) UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal 3, Pasal 4, dan
Pasal 5 UU No 1 Tahun 1974, Pasal 41 huruf b Peraturan Pemerintah No 9 tahun
1975 Tentang Pelaksanaan UU No 1 Tahun 1974, dan Pasal 39 Ayat (1) UU No 1
Tahun 1974.
Pertimbangan MA juga berdasarkan ketentuan Pasal 27 Ayat (1) huruf e dan
f UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, yang menghendaki kepala
daerah dan wakil kepala daerah wajib mentaati dan menegakkan seluruh peraturan
perundang-undangan dan wajib menjaga etika dan norma penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Berdasarkan rekapitulasi perhitungan suara untuk pemilihan anggota DPD RI
yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Barat, Aceng
mendapat perolehan 1.139.556 (7%) suara di Jawa Barat3. Dengan perolehan suara
tersebut Aceng berada di urutan ketiga dari 36 calon anggota DPD dan berhak maju
ke Senayan mewakili Provinsi Jawa Barat. Adapun peringkat 10 teratas, sebagai
berikut:
3 Aceng Fikri berada di urutan ke-3 setelah Oni Suwarman dengan perolehan 2.167.485 dan
Dra. Ir. Hj. Eni Sumarni, M.Kes dengan perolehan 2.042.130. Urutan ke-4 yang juga melanggang
ke senayan mewakili Jawa Barat adalah Ir. Ayi Hambali dengan perolehan 1.032.465. Selengkapnya
akan penulis uraikan pada Bab berikutnya, dan dapat di lihat, Sertifikat Rekapitulasi Hasil
Perhitungan Perolehan Suara Provinsi Jawa Barat Model DD-1 DPD, hal. 1.
3
Tabel I.A.1. Jumlah Perolehan Suara Sah dan Peringkat Suara Sah Calon
Anggota DPD dalam Pemilu Tahun 2014
Peringkat Nama Calon Suara Sah Persentase
1 Oni Suwarman 2.167.485 12.61%
2 Dra. Ir. Hj. Eni Sumarni, M.Kes. 2.042.130 11.88%
3 H. Aceng Holil Munawar Fikri, S.Ag. 1.139.556 6.63%
4 Ir. Ayi Hambali 1.032.465 6.01%
5 Asep Syaripudin 1.010.159 5.88%
6 Dr. H. Eman Suryaman, M.M. 965.389 5.62%
7 Elang Raja Luqman Zulkaedin, S.H. 928.728 5.40%
8 Syifa Hananta 779.871 4.54%
9 Deni Jasmara 702.344 4.09%
10 K.H.MOH. Athoillah Mursjid, S.E.M.Si. 696.974 4.06%
Total 17.183.727 100%
Sumber: Keputusan KPU No 411/Kpts/KPU/Tahun 2014 Tentang Penetapan Hasil
Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kab/Kota Secara Nasional
dalam Pemilu 2014.
Persebaran 1.139.556 suara Aceng Fikri diantaranya 10,64% berasal dari
Kab. Garut, daerah yang pernah dipimpinnya. Di Kabupaten Garut, Aceng Fikri
mendapat 121.218 suara dan menempati peringkat kedua, di bawah Oni Suwarman.
Berikut persebaran suara Aceng Fikri di Garut:
4
Tabel I.A.2. Persebaran Suara Aceng Fikri di Jawa Barat
No Kabupaten/Kota Suara Sah Persentase
1 Kota Bandung 31.209 2.74%
2 Kota Cimahi 9.032 0.79%
3 Kabupaten Bandung 75.421 6.62%
4 Kabupaten Bandung Barat 33.154 2.91%
5 Kabupaten Cianjur 47.795 4.19%
6 Kota Bogor 15.856 1.39%
7 Kabupaten Sukabumi 71.941 6.31%
8 Kota Sukabumi 5.696 0.50%
9 Kabupaten Bogor 116.423 10.22%
10 Kota Bekasi 36.334 3.19%
11 Kota Depok 28.157 2.47%
12 Kabupaten Karawang 53.870 4.73%
13 Kabupaten Purwakarta 25.279 2.22%
14 Kabupaten Bekasi 74.520 6.54%
15 Kabupaten Indramayu 44.800 3.93%
16 Kabupaten Cirebon 60.611 5.32%
17 Kota Cirebon 5.030 0.44%
18 Kabupaten Subang 46.055 4.04%
19 Kabupaten Majalengka 40.580 3.56%
20 Kabupaten Sumedang 33.195 2.91%
21 Kabupaten Kuningan 26.231 2.30%
22 Kabupaten Ciamis 57.896 5.08%
23 Kota Banjar 4.983 0.44%
24 Kabupaten Garut 121.218 10.64%
25 Kabupaten Tasikmalaya 58.702 5.15%
26 Kota Tasikmalaya 15.568 1.37%
Total Suara Aceng Fikri 1.139.556 (100%)
Sumber: Sertifikat Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perolehan Suara Provinsi Jawa Barat
Model DD-1 DPD Halaman 1.
Tabel I.A.2. menunjukan bahwa 121.218 (10,64%) suara Aceng Fikri di
Kabupaten Garut adalah fakta adanya kepercayaaan warga Garut terhadap Aceng.
Popularitas Aceng Fikri memang sempat merosot pasca pemakzulannya sebagai
Bupati Garut, namun nyatanya tidak berpengaruh pada karir politik Aceng yang
5
justru berjalan lancar. Hal ini menurut peneliti memperlihatkan masih adanya
kepercayaan waarga Garut betapapun demonstrasi terjadi besar-besaran untuk
menurunkan Aceng Fikri tahun 2013. Sedangkan, suara Aceng Fikri terbesar di
Kab. Garut berasal dari Kecamatan Karangpawitan, yaitu 6.855 (0.60%) suara.
Berikut persebaran suara Aceng Fikri di Kecamatan Karangpawitan:
Tabel I.A.3. Perolehan Suara Aceng Fikri dari 10 Kelurahan di Kecamatan
Karangpawitan
No Kelurahan Suara Sah Persentase
1 Karangpawitan 576 0.051%
2 Suci 552 0.048%
3 Lebak Jaya 506 0.044%
4 Sindang Palay 489 0.043%
5 Lengkong Jaya 450 0.039%
6 Sindang Galih 448 0.039%
7 Karangmulya 409 0.036%
8 Sindanglaya 381 0.033%
9 Lebak Agung 381 0.033%
10 Tanjung Sari 334 0.029%
Total Suara Sah di Kec. Karang Pawitan 6.855 (0.60%)
Sumber: Sertifikat Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara.model DB-1 KPUD
Kabupaten Garut.
Fenomena perilaku politik warga biasa, terutama yang tidak terdidik memilih
seorang kandidiat hanya dari elektabilitas yang dihasilkan lewat pencitraan4 dan
kesamaan identitas asal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) dalam Laporan Riset Perilaku
4 Sisi lain dari kekuatan demokrasi yang terletak pada rakyat (Fox dei-fox Popule) adalah
kemunculan fenomena pemilih yang menentukan pilihan karena elektabilitas dan bukan pada
kualitas. Sedangkan elektabilitas tidak sepenuhnya berkorelasi dengan kepercayaan (trust), namun
justru ditentukan oleh aspek pencitraan. Lihat Ahmad Bakir Ihsan, Politik Tak Hanya Kekuasaan,
(Jakarta: Penerbit Expose, 2012), hal. 24.
6
Pemilih di Kabupaten Barru, bahwa kebanyakan masyarakat “Tidak mampu untuk
memeriksa akurasi informasi yang cukup. Fenomena inilah yang dipostulatkan
Popkin sebagai hukum law information rationality (rasionalitas berdasarkan
informasi terbatas) atau gut rationally (logika perut)5.
Pendekatan perilaku politik yang dimulai pada abad 20 diawali dengan kaum
behavioralis yang melakukan penyelidikan ilmiah untuk menjelaskan perilaku pada
tingkat individu dan kelompok. Setelah itu perilaku politik banyak digunakan untuk
menganalisis fenomena politik, terutama pemilihan umum yang bagi Burnham
“Politik elektoral bukanlah backdrop, ia adalah esensi, kunci utama proses politik”6.
Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk menjelaskan mengapa aktor baik
individu, institusi dan negara berperilaku seperti yang mereka lakukan. Sedangkan
Saiful Mujani, William Liddle dan Kuskridho Ambardi dalam buku Kuasa Rakyat
memandang pemilihan umum sebagai salah satu bentuk partisipasi yang paling
elementer dalam demokrasi dan membagi perilaku politik menjadi tiga model,
yaitu: model sosiologis, model psikologis dan model pilihan rasional.
Partisipasi politik yang dalam hal ini dikhususkan dalam perilaku politik tidak
dilakukan oleh pejabat publik. Pada dasarnya strategi yang dilakukan Aceng Fikri
baik manipulasi ataupun mobilisasi7, tidak akan berhasil jika warga Garut belum
5 Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Sulawesi Selatan, “Laporan Riset
Perilaku Pemilih Di Kabupaten Barru”, 2015, hal. 54. [jurnal on-line]; tersedia di
www.kpu.go.id/koleksigambar/Perilaku_Memilih_Barru_sulsel.pdf; internet; diunduh pada 25
Februari 2016 6 John T. Ishiyama dan Maarijke Breuning (ed.), 21st Century Political Science: A Reference
Handbook, diterjemahkan oleh Tri Wibowo, Ilmu Politik dalam Paradigma Abad ke-21 (Jakarta:
Kencana, 2013), hal. 1307. 7 Mobilisasi yang dimaksud dalam buku “Kuasa Rakyat” adalah upaya yang dilakukan oleh
pihak lain terhadap seseorang atau sekelompok orang agar melakukan tindakan politik tertentu
7
mampu melupakan peristiwa politik tahun 2013 yang berujung pada demonstrasi
besar-besaran yang menurunkan Aceng Fikri dari jabatan Bupati Garut.
Menurut Saiful Mujani, “Kecenderungan masyarakat yang lebih terdidik,
punya komitmen lebih kuat pada demokrasi normatif”8. Sedangkan masyarakat
pedesaan yang menurut Saiful Mujani meskipun relatif punya respon positif
terhadap demokrasi namun tidak diwujudkan dalam bentuk aspirasi kritis atau
tuntutan ke arah demokrasi yang lebih ideal. Berbeda halnya dengan yang terjadi di
Kelurahan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten dimana warganya memiliki
perhatian, pemahaman dan ketertarikan selama kampanye Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) pada Pilpres 2009. Menurut hasil penelitian yang dikutip dari
Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan, “Dengan menimbulkan suatu
minat, maka, warga yang tertarik dengan sosok SBY akan langsung mencari
informasi tentang SBY”9.
Sikap masyarakat pedesaan yang kurang kritis itu dikarenakan banyak faktor
seperti pendidikan, gender, kedaerahan dan lainnya. Disamping itu masyarakat
perkotaan, menurut Saiful Mujani, justru menilai demokrasi negatif dan memicu
adanya sikap kritis terhadap pemerintah demi terlaksananya sistem demokrasi yang
lebih baik. Di Kab. Garut, persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang memiliki
sesuai dengan harapan pihak tersebut sehingga tindakan orang atau sekelompok orang tersebut tidak
bersifat spontan. Lihat Saiful Mujani, William Liddle dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat:
Analisis tentang Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde
Baru (Jakarta: Mizan Publika, 2011), hal. 8. 8 Mujani, Kuasa Rakyat, hal. 66. 9 Leo Agustino dan Mohammad Agus Yusoff, “Pemilihan Umum dan Perilaku Pemilih:
Analisis Pemilihan Presiden 2009 di Indonesia”, Jurnal Poelitik Volume 5/No.1/2009, hal. 521.
[jurnal on-line]; tersedia di http://www.academia.edu/30578153/; internet; diunduh pada 25 Februari
2016.
8
ijazah/STTB pada tahun 2015 untuk lulusan S1 hanyalah 9,55%10, hal ini sangat
rendah sehingga mempengaruhi tingkat pratisipasi dan cara individu berpikir dan
menentukan pilihan politiknya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan perspektif pemilih dan bukan
perspektif elit dikarenakan apa yang dilakukan oleh elit11 politik tidak dapat begitu
saja merepresentasikan apa yang terjadi. Pengenalan atau pengetahuan itu tidak
hanya berasal dari buku ensiklopedi, ruang-ruang kuliah, kantor pusat statistik, atau
ceramah para ahli melainkan pengetahuan juga berasal dari bawah 12 atau dari
rakyat 13 . Oleh karena itu, perilaku warga Kecamatan Karangpawitan dalam
memilih calon dewan merupakan perspektif yang lebih sesuai di alam demokrasi14
saat ini menurut peneliti.
10 Pemerintah Daerah Kabupaten Garut. “Profil Pendidikan Kabupaten Garut 2012 - 2015”.
Artikel. Diakes pada 28 Maret 2016
http://www.garutkab.go.id/pub/static_menu/detail/sosbud_pendidikan, pukul 21.34 WIB. 11 Menurut Lipset dan Solari, sebagaimana yang dikutip oleh Schoorl mengemukakan
pengertian elit ialah posisi di dalam masyarakat di puncak struktur-struktur sosial yang terpenting,
yaitu posisi-posisi tinggi di dalam ekonomi, pemerintahan, aparat kemiliteran, politik, agama,
pengajaran dan pekerjaan-pekerjaan bebas. Lihat Haryanto, Kekuasaan Elit: Suatu Bahasan
Pengantar (Yogyakarta: Program Pascasarjana Politik Lokal dan Otonomi Daerah Universitas
Gadjah Mada, 2005), hal. 66. 12 Armada Riyanto, Berfilsafat Politik, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2011), hal. 25. 13 Kegiatan teorisasi demokrasi senantiasa bergeser dari fokus masyarakat ke negara dan
kemudian bergeser lagi ke masyarakat atau rakyat, kebangkitan tema teorisasi yang menekankan sisi
masyarakat pada abad 20-an tidak hanya mengenai partai politik dan pelembagaan yang dianggap
mewakili masyarakat, tetapi juga melibatkan aktor lain seperti Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) dan kemampuan aktor masyarakat untuk memobilisasi dukungan baik dalam negeri maupun
internasional. Lihat Mohtar Mas’oed, Negara, Kapital, dan Demokrasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
1994), hal. 5. 14 Demokrasi yang dimaksud adalah “Demokrasi Liberal” yang menurut Anthony Giddens
bertentangan dengan “Demokrasi Deliberatif”. Menurutnya demokrasi liberal merupakan sederet
institusi yang representatif, yang dipandu oleh nilai-nilai tertentu; demokrasi liberatif merupakan
cara untuk mendapatkan/mewujudkan, upaya untuk memperoleh, kesepakatan menyangkut aneka
kebijakan di ranah politik. Lihat Anthony Giddens, Beyond Left And Right: The Future Of Radical
Politics, (United Kingdom: Politic Press, 1994). Diterjemahkan oleh Dariyatno, Melampaui Ekstrem
Kiri dan Kanan: Masa Depan Politik Radikal (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 162.
9
Berdasarkan pernyataan diatas mengenai fenomena terpilihnya Aceng Fikri
sebagai DPD RI pada pemilu legislatif 2014 menarik untuk diteliti mengingat pada
tahun 2013 terjadi demonstrasi oleh warga Garut yang berakhir pada penurunan
Aceng Fikri dari Jabatannya sebagai Bupati Garut saat itu. Adapun judul penelitian
yang dipilih adalah Perilaku Politik dalam Pemilu Legislatif DPD RI (Analisis
Keterpilihan Aceng Fikri sebagai Anggota DPD RI Tahun 2014 dengan Pendekatan
Perilaku Warga Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah pada halaman sebelumnya,
dengan menggunakan pendekatan perilaku politik, penelitian ini secara umum ingin
memberikan analisis terhadap keterpilihan Aceng Fikri sebagai DPD RI pada
pemilu legislatif tahun 2014. Adapun untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini,
peneliti memiliki pertanyaan yang menjadi fokus peneliti dalam penelitian ini,
yaitu:
Pendekatan perilaku politik manakah yang paling berpengaruh dalam
menjelaskan keterpilihan Aceng Fikri sebagai anggota DPD RI pada pemilu
legislatif tahun 2014?
10
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui perilaku politik warga Kecamatan Karangpawitan dan alasan
masih memilih Aceng Fikri pada pemilu Legislatif DPD RI tahun 2014
setelah diturunkan dari jabatan Bupati Garut pada tahun 2013.
b. Mengetahui pendekatan perilaku politik yang paling berpengaruh dalam
menjelaskan keterpilihan Aceng Fikri sebagai anggota DPD RI dalam
pemilu legislatif tahun 2014.
2. Manfaat penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini bersifat akademis
dan praktis, adapun manfaat-manfaat tersebut dijabarkan sebagai berikut:
a. Manfaat Akademis
Menambah studi tentang perilaku politik dalam khazanah keilmuan sosial
dan politik khususnya dalam kajian perilaku politik.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang perilaku
pemilih warga Kecamatan Karangpawitan pada pemilu Legislatif DPD RI
tahun 2014.
11
D. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terbagi menjadi lima bab, yaitu:
Bab I: Pendahuluan yang mendeskripsikan pernyataan masalah, penulis
mengangkat masalah mengenai perilaku politik warga Kecamatan Karangpawitan,
Kabupaten Garut atas keterpilihan Aceng Fikri sebagai anggota DPD RI 2014-
2019. Dalam bab ini juga menguraikan pertanyaan masalah yang terdiri dari dua
poin pertanyaan masalah, dilanjutkan dengan uraian tujuan dan manfaat penelitian.
Terakhir adalah sistematika penulisan.
Bab II: Kerangka Teori dan Konsep. Dalam bab ini penulis memfokuskan
pembahasan mengenai perilaku politik dengan tiga pendekatan yang dipakai, yakni
pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan pilihan rasional. Bab
ini juga memaparkan konsep pemilu dalam sistem demokratis dan posisi Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) di Indonesia. Selanjutnya dalam bab ini membahas
literature review, di dalamnya terdapat lima skripsi. Kemudian dalam bab ini akan
menguraikan hipotesis penelitian dan diakhiri dengan kerangka pemikiran.
Bab III: Metode Penelitian. Dalam bab ini penulis menjelaskan metode
penelitian yang akan digunakan yaitu kuantitatif. Metode pengumpulan data
menggunakan kuisioner, dengan mengambil sampel dari populasi pemilih Aceng
Fikri di Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut. Bab ini juga memaparkan
ruang lingkup penelitian, metode uji validitas, uji reliabilitas. Kemudian analisis
data menggunakan regresi berganda, korelasi parsial, dan koefisien determinasi.
Untuk uji hipotesis digunakan Uji F, Uji T dan Analisis Jalur (path analysis)
12
Bab 4: Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini memaparkan identitas
responden yang mengisi kuisioner. Selanjutnya hasil uji validitas dan uji reliabilitas
menunjukkan bahwa setiap pertanyaan telah diuji agar pertanyaan tersebut
dinyatakan valid dan reliabel. Kemudian penulis juga akan memaparkan
perhitungan-perhitungan statistik dengan menggunakan metode-metode analisis
yang telah dideskripsikan pada bab sebelumnya. Dalam bab ini akan mengetahui
apa hasil akhir dari penelitian ini.
Bab 5: Kesimpulan dan Saran. Dalam bab ini peneliti memaparkan
kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang sudah dibahas dalam bab-bab
sebelumnya. Dan selanjutnya di bab penutup ini terdapat juga saran yang berkaitan
dengan permasalahan yang terjadi.
13
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KONSEP
Dalam bab ini peneliti menjelaskan mengenai kajian teori yang digunakan
untuk melihat perilaku politik warga Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut
dalam memilih Aceng Holil Munawar Fikri, S.Ag sebagai DPD RI pada Pemilu
Legislatif 2014. Pada bab ini peneliti juga akan membahas lebih dalam mengenai
perilaku politik dan pendekatan perilaku politik yang menjadi teori utama dalam
penelitian ini. Penejelasan mengenai pemilu dan DPD RI akan di bahas berikutnya
setelah pendekatan perilaku politik. Dalam tinjauan pustaka (literature review),
peneliti akan memaparkan lima penelitian yang diantaranya adalah skripsi.
A. Perilaku Politik
Perilaku Politik muncul seiring dengan perkembangan behavioralism yang
akarnya berawal dari seorang ahli biologi Ledwig Von Bertalanffy pada tahun
19201. David Easton percaya akan adanya keseragaman tertentu dalam perilaku
politik yang dapat diekspresikan dalam generalisasi atau teori yang mampu
menjelaskan serta meramalkan fenomena politik2.
Baik para behavioralis atau post-behavioralis, tujuan utama penyelidikan
ilmiah sosial adalah untuk menjelaskan perilaku pada tingkat individu dan
1 S.P. Varma, Teori Politik Modern (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 57. 2 Easton juga menolak kalau perilaku politik tidak bisa dipelajari dengan pendekatan teori.
Menurutnya perilaku manusia, termasuk perilaku politik, mempunyai kesamaan tertentu yang selalu
dapat digunakan sebagai dasar ramalan, tetapi hal ini hanya bisa dilakukan dengan bantuan
pendekatan teori. Lihat Varma, Teori Politik Modern, hal. 131.
14
kelompok, seperti “Mengapa individu, aktor institusi, dan Negara berperilaku
seperti yang mereka lakukan?” 3.
Dalam sejarah, perilaku politik muncul dengan gerakan protes kaum
bihavioralis terhadap madzhab politik tradisional yang memanas pada tahun 1950-
an dan 1960-an dan dipandang sebagai perdebatan metodologis. Sedangkan di
Indonesia, perilaku politik sekurang-kurangnya terdapat dua aspek, pertama,
berkaitan dengan partisipasi dalam pemilu atau pemilihan presiden (voter turnout),
kedua, berkaitan dengan pilihan warga terhadap partai politik atau calon anggota
DPR/DPRD, DPD atau calon presiden4.
Perkara partisipasi politik terutama dalam pemilihan umum adalah tindakan
seorang warga negara biasa yang dilakukan secara sukarela untuk mempengaruhi
keputusan publik (public policy)5. Partisipasi yang dimaksud berada pada ranah
tindakan dan bukan mengajukan pendapat atau partisipasi lainnya yang muncul dari
cara berbicara (speak). Lebih spesifik, partisipasi politik dalam hal ini difokuskan
pada partisipasi rakyat dalam pemilu dikarenakan partisipasi warga negara dalam
pemilu memiliki implikasi yang sangat besar mengingat pilihan seseorang akan
senantiasa menentukan nasib seseorang yang lain (pejabat)6.
3 David Marsh, dan Gerry Stoker (ed.), 2002, Theory and Methods in Political Science
(Newyork: Palgrave Macmillan). Diterjemahkan oleh Helmi Mahadi dann Shohifullah, 2011, Teori
dan Metode dalam Ilmu Politik (Bandung: Penerbit Nusa Media), hal. 74. 4 Saiful Mujani, William Liddle dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis tentang
Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru (Jakarta:
Mizan Publika, 2011), hal. 34. 5 Mujani, Kuasa Rakyat, hal. 4. 6 Sedangkan Huntington melihat partisipasi politik hanya sebagai kegiatan warga negara
(private citizen) yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah serta
di dalamnya menentukan pemimpin sebuah pemerintahan. Lihat Samuel P Huntington, dan John M
Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hal. 6.
15
Perilaku politik atau menurut Surbakti adalah, “Aktivitas pemberian suara
oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk
memilih atau tidak memilih (to vote or not to vote) di dalam suatu pemilihan umum.
Bila voters memutuskan untuk memilih (to vote) maka voters akan
memilih/mendukung kandidat tertentu”7.
Dengan demikian perilaku politik bertujuan untuk menjangkau masa depan
dan bersifat mengantisipasi8. Sebagian dari perilaku dan interaksi individu dalam
bermasyarakat dapat dilihat dari perilaku politik, yaitu perilaku yang bersangkut
paut dengan proses politik.
B. Pendekatan Perilaku Politik
Partisipasi dalam pemilihan umum dan pemilihan presiden menurut Saiful
Mujani merupakan salah satu bentuk dari partisipasi politik9. Kemudian untuk
menjelaskan kenapa seseorang berpartisipasi dalam pemilu sedangkan orang lain
tidak, paling tidak ada tiga model seseorang memilih, antara lain: model sosiologis
(columbia school), psikologi (michigan school) dan pilihan rasional (virginia
school).
7 Suryana Aminudin, “Perilaku Politik Di Indonesia”, Jurnal Aspirasi, Vol. 1/No.2/Februari
2011, hal. 5, [jurnal on-line]; tersedia di
http://ejournal.unwir.ac.id/file.php?file=jurnal&id=521&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6
&name=suryana_aminudin_1_2.pdf; internet; diunduh pada 25 Februari 2016. 8 Muslim Mufti, Teori-Teori Politik (Bandung, Pustaka Setia, 2012), hal 87. 9 Diantaranya bentuk-bentuk partisipasi politik sangat banyak – seperti membantuk kegiatan
partai politik, menyumbang dana bagi partai politik, hadir dalam kampanye partai politik, ikut pawai
partai politik, menghubungi pejabat publik ataau kantor pemerintahan dengan berbagai cara seperti
lewat telepon, tatap muka, lewat surat: mendatangani petisi, bahkan termasuk kerja bakti di
lingkungan tempat tinggal, demonstrasi, memboikot keputusan publik, memblokir jalan umum
untuk memprotes keputusan publik, mogok, merusak sarana publik sebagai bentuk protes terhadap
kebijakan publik, dan masih banyak lagi. Lihat Mujani, Kuasa Rakyat, hal. 5.
16
Menurut Dieter Roth ketiga pendekatan tersebut (sosiologis, psikologis dan
pilihan rasional) saling membangun dan mendasari satu sama lain10 berbeda halnya
dengan Saiful Mujani yang memandang ketiga pendekatan tersebut bersaing satu
sama lain untuk memberikan jawaban yang lebih meyakinkan.
1. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis berkembang di Eropa dan Amerika pada tahun 1950
yang dibangun dengan asumsi bahwa perilaku seseorang dalam memilih
ditentukan terutama oleh kelas sosial, agama, dan kelompok
etnik/kedaerahan/bahasa 11 . Pendekatan sosiologis ini dipelopori dan
dikembangkan oleh sejumlah ilmuwan sosial dan politik dari Columbia‟s
University Bureau Of Applied Social Science, sehingga terkenal dengan mazhab
Colombia (The Columbia School of Electoral Behavior).
Pendekatan sosiologis memandang masyarakat sebagai sesuatu yang
hierarkis terutama berdasarkan status, karena masyarakat secara keseluruhan
merupakan kelompok orang yang mempunyai kesadaran status yang kuat.
Mereka percaya bahwa masyarakat sudah tertata sedemikian rupa sesuai dengan
latar belakang dan karakteristik sosialnya, maka memahami karakteristik sosial
tersebut merupakan sesuatu yang penting dalam memahami perilaku politik
individu.12
10 Dieter Roth, Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-Teori, Instrumen dan Metode (Jakarta:
LSI, 2009), hal 23. 11 Mujani, Kuasa Rakyat, hal. 6. 12 Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Sulawesi Selatan, “Laporan Riset
Prilaku Pemilih Di Kabupaten Barru”, 2015, hal. 14. [jurnal on-line]; tersedia di
www.kpu.go.id/koleksigambar/Perilaku_Memilih_Barru_sulsel.pdf.; internet; diunduh pada 25
Februari 2016.
17
Pendekatan sosiologis mengasumsikan bahwa perilaku politik seorang
individu dalam memilih bukanlah kehendak individu melainkan determinan
kelompok sosial. Hal ini dipertegas oleh Dieter Roth, yakni subkultur tertentu
memiliki kondisi sosial tertentu yang pada akhirnya bermuara pada perilaku
tertentu13. Dalam pendekatan ini, cenderung menempatkan kegiatan memilih
atau perilaku politik dalam kaitan kontek sosial. Jelasnya adalah, pilihan
seseorang dalam kontestasi pemilihan umum dipengaruhi oleh latar belakang
demografi dan sosial ekonomi, seperti jenis kelamin tempat tinggal (kota atau
desa), pekerjaan, pendidikan, kelas pendapatan dan agama14.
Menurut Saiful Mujani, walaupun hierarki demografi dimulai dari gender,
sebagai elemen yang paling dasar dari demografi, tetapi karya kesarjanaan
politik Indonesia, cenderung memberi perhatian lebih khusus pada tiga faktor
atau indikator sosiologis, yakni agama, suku bangsa atau etnisitas, dan kelas
sosial 15 . Kemudian saiful mujani membagi kelas sosial dengan tiga sub
indikator, yaitu tempat tinggal, pendidikan dan pekerjaan.
2. Pendekatan Psikologis
Model kedua yaitu psikologis, muncul sebagai respon terhadap pendekatan
sosiologis yang dikembangkan oleh The Survey Research Center, University of
Michigan yang kemudian dikenal sebagai Michigan School atau “Madzhab
Michigan”.16 Menurut mereka, keputusan individu dalam menentukan pilihan
13 Roth, Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-Teori, Instrumen dan Metode, hal. 23. 14 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 145. 15 Mujani, Kuasa Rakyat, hal. 164. 16 Aminudin, “Perilaku Politik Di Indonesia”, hal. 8.
18
politiknya ditentukan oleh persepsi dan penilaian pribadi terhadap kandidat atau
tema-tema yang diangkat. Pemilih psikologis lebih menekankan bahwa perilaku
politik seseorang atau sekelompok orang dipengaruhi oleh relasi tiga aspek
psikologis antara manusia dengan aspek-aspek pemilu, antara lain: keterkaitan
seseorang dengan partai politik, orientasi seseorang terhadap isue-isue, dan
orientasi seseorang terhadap kandidat17.
Menurut Aminudin, mazhab psikologis ini percaya bahwa tingkah laku
pemilih dapat dideteksi dengan dua konsep. Pertama, disebut political
involvement, yakni perasaan penting atau tidak untuk terlibat ke dalam isu-isu
politik yang bersifat umum (general). Kedua, disebut party identification, yakni
preferensi (perasaan suka atau tidak suka) dari seseorang terhadap satu partai
atau kelompok politik tertentu18.
Dalam pendekatan yang sama, Saiful Mujani, R.William Liddle dan
Kuskridho Ambardi dalam bukunya Kuasa Rakyat menjelaskan bahwa seorang
warga berpartisipasi dalam pemilu atau pilpres bukan saja karena kondisinya
lebih baik secara sosial ekonomi, atau karena berada dalam jaringan sosial, akan
tetapi karena ia tertarik dengan politik, punya perasaan dekat dengan partai
(identitas partai) atau calon tertentu, punya cukup informasi untuk menentukan
pilihan, merasa suaranya berarti, serta percaya bahwa pilihannya dapat ikut
memperbaiki keadaan (political efficacy). Pendekatan ini menggambarkan
orientasi politik dipengaruhi oleh loyalitas partisan yang terbangun sejak lama,
17 JPPR Sulawesi Selatan, Laporan Riset, hal. 15. 18 Aminudin, Perilaku Politik Di Indonesia, hal. 8.
19
dan kekuatan jangka pendek seperti popularitas kandidat berdasarkan agenda
kebijakan19.
Selain keterkaitan seseorang dengan partai politik, aspek lain yang
menjadi penting dalam mempengaruhi keputusan seseorang dalam memilih
adalah orientasi terhadap isu-isu. Menurut Agus Setianto Widodo dalam Jurnal
berjudul “Kajian Epistemologis Iklan Politik dan Perilaku Memilih dalam
Dinamika Pemilu 2009” faktor isu menjadi penentu yang paling penting dalam
proses keputusan pemberian suara 20 . Menurutnya jika seorang individu
mendapatkan isu-isu politik sesuai dengan apa yang dia harapkan, maka hal
tersebut akan menjadi faktor utama untuk menentukan pilihannya baik terhadap
partai politik ataupun salah satu kandidat. Dan begitu sebaliknya, seseorang akan
meninggalkan partai dan kandidat meskipun dekat dengannya, apabila dia tidak
mendapatkan isu-isu yang diharapkan dari partai dan kandidat tersebut.
3. Pendekatan Pilihan Rasional
Model yang ketiga, Dalam ilmu politik pada umumnya dikenal nama
pendekatan pilihan rasional (rational choice approach), sementara itu juga ada
beberapa nama lain seperti public choice atau collective choice. Akhir-akhir ini
berbagai variasi analisis ini telah mengembangkan satu bidang ilmu politik
19 Untuk memahami pendekatan psikologis, Dalton memberikan gambaran seperti sebuah
saringan dalam corong kausalitas (funnel causalit). Menurut Dalton sikap keputusan individu dalam
memilih berdasarkan keberpihakan (partisanship) yakni pendapat terhadap isu, dan citra kandidat.
Lihat, R. J. Dalton, Citizen Politics: Publik Opinion and Political Parties in Advanced Industrial
Democracies (New York: Chatham House Publishers, 2002), hal.173. 20 Agus Setianto Widodo, “Kajian Epistemologis Iklan Politik dan Perilaku Memilih dalam
Dinamika Pemilu 2009”, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol.12/No.3/ Maret 2009, hal. 382.
[jurnal on-line]; tersedia di https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/10976; internet; diunduh pada
15 Mei 2016..
20
tersendiri, yaitu ekonomi politik. Tokoh-tokoh analisisnya antara lain James
Buchannan, Anthony Down, Gordon Tullock, dan Manchur Olsen. Mazhab ini
terkenal sebagai virgina school, Amerika Serikat21. Pendekatan rational choice
sangat berjasa untuk mendorong usaha kuantifikasi dalam ilmu politik dan
mengembangkan sifat empiris yang dapat dibuktikan kebenarannya. Ia
merupakan suatu studi empiris, ketimbang abstrak dan spekulatif. 22
Pada pendekatan ini terdapat keyakinan bahwa pemilih menghitung,
mempunyai kalkulasi untung dan rugi dalam menentukan pilihannya tersebut.
Seorang pemilih akan memilih calon atau partai bila dengan memilih calon
tersebut pemilih diuntungkan dan begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, model
ini secara spesifik meyakini bahwa evaluasi pemilih atas kondisi ekonomi
berhubungan dengan perilaku memilih mereka atas calon maupun partai 23 .
Pilihan politik pemilih yang rasional senantiasa berorientasi kepada hasil yang
dicapai oleh partai atau kandidat tertentu dalam politik, baik hasil yang
dipersepsikan maupun yang diantisipasi24.
Untuk dapat memperkirakan atau menghitung keuntungan ini, yang
diistilahkan oleh Downs sebagai utility maximation, pemilih harus memiliki
informasi mengenai kegiatan partai di masa lalu dan apa yang mungkin
dilakukan partai dimasa mendatang. Sebetulnya individu justru membutuhkan
informasi yang lengkap. Menurut model ini juga perilaku politik ditentukan oleh
21 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008), hal.92. 22 Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, hal. 93-95. 23 Mujani, Kuasa Rakyat, hal. 319. 24 Roth, Studi Pemilu Empiris, hal. 49.
21
penilaian terhadap keadaan ekonomi-sosial-politik ditingkat individu
(egosentrik) dan ditingkat lokal-regional-nasional (sosiotropik).
Salah satu penelitian yang mengunakan teori pilihan rasional (rational
choice) di Indonesia adalah studi yang dilakukan oleh Saiful Munjani dkk25 atas
kemenangan PDI Perjuangan pada Pemilu 1999, Partai Golkar pada 2004, dan
kemudian Partai Demokrat pada tahun 2009. melihat adanya dua indikator
model pemilih rasional26, yaitu: (1) Evaluasi atas kinerja pemerintah dan, (2)
Evaluasi atas tingkat pendapatan diri dan keluarga.
C. Pemilu (Pemilihan Umum) Legislatif
Pemilu (Pemilihan Umum) merupakan salah satu menifestasi adanya
demokrasi27 , meskipun bukan satu-satunya alat ukur demokrasi namun pemilu
seringkali dianggap sebagai gambaran keberlangsungan demokrasi di sebuah
negara dimana rakyat berperan penting 28 dalam menentukan masa depan
pemerintahan. Pemilu menurut Lances Castles merupakan sarana tak terpisahkan
25 Studi ini salah satunya untuk menjawab pertanyaan: mengapa PDIP menang pada Pemilu
1999, Partai Golkar menang pada 2004, dan kemudian Partai Demokrat menang pada tahun 2009.
Hampir 3 kali Pemilu paska reformasi dimenangkan oleh partai yang berbeda. Penelitian Saiful
Munjani dkk diperoleh dari data survey oleh Lembaga Suvey Indonesia (LSI) dalam rentang waktu
Pemilu tahun 1999, 2004 dan 2009. Lihat Mujani, Kuasa Rakyat, hlm. 27. 26 Mujani, Kuasa Rakyat, hlm. 38. 27 Arief Budiman, Kebebasan, Negara, Pembangunan: Kumpulan Tulisan 1965-2005
(Jakarta: Pustaka Alfabet dan Freedom Institute, 2006), hal. 3. 28 Peran penting rakyat dalam pemilu merupakan pengejawantahan dari demokrasi yang
menurut Miriam Budiarjo, kekuasaan berada di tangan rakyat, dalam artian dari rakyat (Government
of the people), oleh rakyat (government by the people), dan untuk rakyat (governmentfor the people).
Lihat Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, hal. 105.
22
dari kehidupan politik negara demokrasi modern29, bahkan menurut Dieter Nohlen
merupakan satu-satunya metode demokratik untuk memilih wakil rakyat30.
Pada pasal 1 ayat 2 UUD (Undang-Undang Dasar) Negara Indonesia yang
berbunyi, “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar” merupakan penegasan akan kedaulatan rakyat31 yang diwujudkan
dalam penyelenggaraan pemilu. Untuk mewujudkan pemilu yang berkualitas, kita
dapat menilainya melalui dua sisi yaitu proses dan hasil. Menurut Rozali
Abdullah 32 , dikatakan berkualitas dari sisi prosesnya berarti penyelenggaraan
pemilu berlangsung secara demokratis, aman, tertib, dan lancar, serta jujur dan adil.
Sedangkan ditinjau dari hasilnya, pemilu tersebut harus mampu menghasilkan
pemimpin dan wakil rakyat yang mampu menyejahterakan rakyatnya serta mengkat
derajat bangsa dan Negara di mata Internasional.
Pemilu juga bisa diartikan sebagai pasar politik (political market) oleh
Indriana Samego, dan secara praktis pemilu menurut Umaruddin Masdar adalah
pemberian suara oleh rakyat melalui pencoblosan tanda gambar untuk memilih
wakil-wakil rakyat33. Pelaksanaan pemilu menurut UU No. 12 Tahun 2003 tentang
pemilihan umum DPR, DPD, dan DPRD adalah pemilu diselenggarakan dengan
tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah serta untuk membentuk
29 Rohaniah dan Efriza, Pengantar Ilmu Politik (Malang: Intrans Publishing, 2015), hal. 438. 30 Rohaniah dan Efriza, Pengantar Ilmu Politik. hal. 439. 31 Tuntutan akan hak suara bagi setiap orang, kebebasan dan persamaan muncul sekitar abad
17 lewat ide-ide Cormwell yang membela demokrasi terbatas sejak konflik perebutan supremasi
antara raja dan parlemen di Inggris dan berakhir dengan Glorious Revolution tahun 1688, lihat Ian
Adams, Ideologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depannya (Yogyakarta:
Penerbit Qalam, 2004), hal. 22. 32 Rozali Abdullah, Mewujudkan Pemilu yang Berkualitas (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2009), hal. 1. 33 Rohaniah, dan Efriza, Pengantar Ilmu Politik, hal. 442.
23
pemerintahan yang demokratis seperti diamanatkan oleh Undang-Undang 1945.
Sistem pemilu Legislatif di Indonesia sendiri memiliki system yang berbeda,
terutama terlihat pada sistem pemilu DPR dan DPD. DPD memakai system distrik
sedangkan DPR dengan menggunakan semi-proporsional.
D. Dewan Perwakilan Daerah
DPD (Dewan Perwakilan Daerah) muncul dengan latar belakang dua arus
besar 34 di Indonesia, pertama adanya arus demokratisasi yang dimulai dari
reformasi 1998, kedua, adanya otonomi daerah yang mereaksi sentralisasi
pemerintahan pada dua rezim. Arus Reformasi yang membawa supremasi parlemen
melahirkan amandemen-amandemen yang dilakukan di Era Awal Reformasi. Hal
ini dipandang sebagai proses institusionalisasi politik oleh para ahli sekaligus
dilihat sebagai salah satu faktor konsolidasi demokrasi. Empat kali amandemen
(1999, 2000, 2001, dan 2002) menghasilkan format baru hubungan legislatif-
eksektif.
Hasil empat amandemen tersebut salah satunya adalah membatasi
kekuasaan presiden dan memperluas otoritas DPR 35 serta lahirnya Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Sebelum dilembagakan sebagai DPD sesuai dengan
hasil Amandemen ke 3 tahun 2001, perwakilan daerah memiliki kursi di DPR
sekitar 107 orang. Dan untuk pertama kalinya pada tahun 2004 DPD dibentuk
34 Muhammad Yusuf, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia: Arsitektur Histori,
Peran dan Fungsi DPD RI Terhadap Daerah di Era Otonomi Daerah (Yogyakart: Graha Ilmu,
2013), hal. 23. 35 Syamsuddin Haris, Praktik Parlementer Demokrasi Presidensial Indonesia (Yogyakarta:
CV Andi Offset, 2014), hal. 102.
24
dengan utusan empat orang setiap provinsi tanpa mempertimbangkan luas
wilayah36. Menurut Syamsuddin Haris, Tidak heran lantas orang melihat sistem
parlemen Indonesia rancu, bukan dua kamar (Bicameral), mungkin satu setengah
kamar, atau juga 3 kamar mengingat keberadaan MPR menaungi DPR dan DPD.
Pemilihan anggota DPD menggunakan system distrik berwakil banyak,
maka daerah pemilihan untuk anggota DPD adalah provinsi dan jumlah anggota
DPD untuk setiap provinsi adalah empat orang. Empat orang berikut ditetapkan
sama untuk setiap provinsi, tanpa mempertimbangkan jumlah penduduk dan luas
wilayah. Dengan demikian jumlah anggota DPD sebanyak dengan jumlah provinsi
dikali empat orang.37
E. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian, peneliti menemukan literatur yang dapat
memperjelas sekaligus menjadi pelengkap atas penelitian yang dilakukan. Tinjauan
pustaka yang dimaksudkan juga akan memberikan keragaman perspektif yang
dapat menjadi pertimbangan sekaligus perbandingan dalam melakukan penelitian
mengenai perilaku politik ini, di antaranya:
Pertama, Skripsi Muhammad Ferdiansyah Zidni38 yang menggambarkan
ketidaksesuaian model sosiologis dan psikologis dalam memahami perilaku politik
warga DKI Jakarta. Sebanyak 65% masyarakat Jakarta menganggap bahwa
36 Haris, Partai, Pemilu, dan Parlemen Era Reformasi, hal. 213. 37 Abdullah, Mewujudkan Pemilu yang Berkualitas, hal. 181. 38 Muhammad Ferdiansyah Zidni, “Perilaku Pemilih : Dinamika Pilihan Rasional dalam
Kemenangan Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama pada Pemilihan Umum Gubernur DKI 2012”,
skripsi, Program Sarjana, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2014).
25
Gubernur Jakarta nanti tidak harus putra daerah, sedangkan suku jawa di DKI
Jakarta 43,7% memilih pasangan Jokowi-Basuki dan 18,4% memilih Foke-Nara,
dan suku Betawi 47,8% memilih Jokowi-Basuki dan 19,7% memilih Foke-Nara,
dikalangan umat Islam, Jokowi-Basuki malah unggul 37,9% dan yang memilih
Foke-Nara hanya 20,8%.
Fenomena yang disebut oleh Ferdiansyah sebagai anomaly
mengindikasikan bahwa parameter demokrasi tidak hanya institusi atau perilaku
terbuka elit namun perilaku rakyat menjadi instrument yang penting untuk menjadi
bahan penelitian dalam menjelaskan fenomena yang ada. Skripsi tersebut dilakukan
dengan metode penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif yaitu
menggambarkan secara sistematis dan mendalam.
Kedua, skripsi Putra Kurniadi 39 yang melihat peranan elit dalam
Pemilukada Tanjungpinang 2012. Dalam hal ini keberadaan Suryatati A. Manan
sebagai mantan Walikota Tanjungpinang selama 17 tahun mendukung pasangan
nomor urut satu dalam Pemilukada 2012, yaitu pasangan Maya Suryanti-Tengku
Dahlan, dengan perolehan 26.616 suara. Kurniadi menemukan fenomena Suryatati
A. Manan sebagai kepala daerah terpampang di sejumlah baliho yang mengajak
masyarakat memilih putrinya, Maya Suryanti.
Peranan Suryatati dianalisis dengan konsep-konsep dan teori mengenai
perilaku politik dan elit politik di level daerah. Suryatati sebagai elit mampu
39 Putra Kurniadi, “Perilaku Politik Elit Politik Lokal pada Pemilukada Kota Tanjungpinang
2012: Studi Kasus di Kelurahan Sei-Jang Kecamatan Bukit Bestari”, skripsi, Program Sarjana,
Universitas maritime Raja Ali haji Tanjungpinang (2013).
26
mempengaruhi pemilih baik secara langsung maupun tidak langsung. Keterlibatan
Suryatati yaitu dengan cara mengajak putrinya pada acara-acara formal dan non-
formal untuk kemudian diperkenalkan dan dipromosikan sebagai walikota
tanjungpinang 2012. Disamping itu perjalanan politik Suryatati yang terbilang
lancar dan memiliki dampak positif menjadi pertimbangan warga Tanjungpinang
untuk memilih Maya Suryanti. Penelitian Kurniadi menggunakan metode
kualitatif-deskriptif.
Ketiga, skripsi Fera Hariani Nasution 40 menemukan partisipasi warga
Bakaran Batu pada pemilu langsung 2008 yang tidak terpengaruh terhadap money
politics, isu agama, ras dan suku. Perilaku pemilih warga Bakaran Batu 54,84%
laki-laki dan 65,15% perempuan memilih berdasarkan figur pasangan calon.
Bahkan pasangan calon yang diusung oleh gabungan partai kecil mampu
mengalahkan pasangan calon yang diusung oleh partai besar.
Lebih jauh statistik menjelaskan pemilih yang memilih karena figur
pasangan calon terdapat 28,33% melihat citra pasangan calon sebagai alasan
memilih, dan 65% pemilih milhat faktor visi/misi pasangan calon. Rasa optimisme
masyarakat terhadap pemilu dapat membawa perubahan yang lebih baik, tepatnya
98,96% orang percaya bahwa pemilu yang diadakan mampu menyeleksi pemimpin
yang akan membawa perubahan pada Sumatra Utara. Kepercayaan pada PEMILU
40 Fera Hariani Nasution, “Perilaku Pemilih pada Pemilihan Gubernur Sumatra Utara Secara
Langsung di Kabupaten Labuhan Batu: Studi Kasus di Kelurahan Bakaran Batu, Kabupaten
Labuhan Batu”, skripsi, Program Sarjana, Universitas Sumatra Utara Medan (2009).
27
merupakan kepercayaan pada demokrasi yang memicu rasionalitas pada perilaku
pemilih warga Bakaran Batu.
Keempat, skripsi Ilham Zubairi 41 meneliti hal yang sama dengan
Ferdiansyah, yakni perilaku politik rasional dengan studi kasus yang berbeda yaitu
warga Nahdliyin. Konflik antar elit membuat warga Nahdliyin kebingungan
menentukan pilihan politiknya, impact yang terjadi adalah mulai munculnya
ketidakpercayaan kepada partai politik dan kesadaran untuk menentukan pilihan
terhadap calon yang diusung. Fenomena tersebut menepis anggapan perilaku warga
Nahdliyin yang cenderung mengikuti perintah kiyai.
Ilham melihat adanya perubahan besar yang terjadi dalam tubuh Nahdlatul
Ulama (NU) yaitu degradasi moral, karena maraknya transaksional mengakibatkan
para Nahdliyin semakin berani melanggar garis-garis yang disepakati dalam
berpolitik. Respon warga Lamongan menyadari kepentingan jangka pendek di
dunia politik, sehingga penelitian terhadap elit yang dikenal hanyalah mencari
popularitas. Konsekuensi garis-garis politik yang di langgar oleh elit NU justru
memperlemah keterikatan dengan pengikutnya, dan pada akhirnya membuat warga
Nahdliyin mencari alternatif pilihan politiknya. Skripsi tersebut menggunakan
metode kualitatif yang bersifat deskriptif.
41 Ahmad Ilham Zubairi, “Perilaku Politik Warga Nahdliyin: Studi Kasus
Ketidakterpilihannya Kader NU di Pilkada Kabupaten lamongan 2010”, skripsi, Program Sarjana,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2015).
28
Kelima, Skripsi Indar Melani 42 , menunjukan adanya kecenderungan
kelompok pemilih pemula yang menganggap bahwa penggunaan hak pilih
merupakan sesuatu yang begitu penting. Penelitian yang dilakukan dengan metode
deskriptif-kualitatif ini memakai tiga model pendekatan perilaku politik yaitu
sosiologis, psikologis dan rasional.
Dalam penelitiannya Indar menemukan bahwa meskipun para pemilih
pemula menganggap suara mereka penting, namun pilihan politiknya tidak
didasarkan pada pengetahuan sendiri melainkan menyesuaikan dengan pandangan
orang tua dan teman sebaya. Penelitiannya juga menunjukan bahwa pemilih pemula
di Kabupaten Pinrang tersebut merupakan pemilih sosiologi yang berdasarkan pada
kesamaan daerah dan pengaruh keluarga.
Selain lima literatur yang peneliti deskripsikan diatas, terdapat juga
beberapa sumber yang penulis temukan seperti: sumber skripsi, M. Ais Luthfi
dengan judul, “Perilaku Politik Nahdlatul Ulama: Studi Komperatif Perilaku Politik
Abdurrahman Wahid dan Hasyim Muzadi”; Ahmad Rifai, “Partisipasi Politik
Masyarakat pada Pemilukada Pemungutan Suara Ulang (PSU) di Kota Tangerang
Selatan 2010-2011”; Skripsi Muhammad Iksan, “Partisipasi Politik masyarakat
dalam Pemilihan Walikota Pagaralam Putaran Kedua: Studi Kasus Perilaku Pemilih
di Kecamatan Pagaralam Utara. Adapun sumber penelitian lain, Neni Kumayas,
SIP,. MSi & Steven Sumolang, S.Sos. MSi (Sentral Pemerhati dan Studi Strategis /
SPESIS) tentang “Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Umum Di Kabupaten Bolang
42 Indar Melani, “Perilaku Pemilih Pemula di Kecamatan Duampanua pada Pemilukada
Kabupaten Pinrang tahun 2013”, skripsi, Program Sarjana, Universitas Hasanuddin Makasar (2014).
29
Mongondow”; Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat (JPPR) Sulawesi Selatan
riset tentang, “Perilaku Pemilih di Kabupaten Barru”; dan Research Centre for
Politics and Government (PolGov) Universitas Gadjah Mada tentang “Perilaku
Pemilih dan Political Linkage di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Magelang".
Dari literatur skripsi dan riset mengenai perilaku politik yang ditemukan,
peneliti belum menemukan studi kasus yang sama dengan. Dengan demikian, fokus
yang peneliti pilih pada penelitian tentang prilaku politik adalah kasus Aceng Fikri
yang terpilih menjadi anggota DPD RI setelah di makzulkan dari Bupati Garut yang
akan menjadi tambahan khazanah dalam studi prilaku politik, sekaligus menjadi
pembeda dengan jurnal, riset dan skripsi yang lainnya.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara yang kebenarannya masih harus diuji
atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka 43 .
Terdapat dua bentuk hipotesis, yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).
Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara
variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Sedangkan hipotesis
alternatif (H1) adalah hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Maka dalam penelitian
ini penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:
43 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder
(Jakarta: Raja Grafindo, 2010), hal. 57.
30
H1a: Variabel perilaku politik
warga Garut berpengaruh
terhadap Keterpilihan Aceng
Fikri sebagai DPD RI.
H0a: Variabel perilaku politik warga
Garut tidak berpengaruh
terhadap Keterpilihan Aceng
Fikri sebagai DPD RI.
H1b: Variabel pendekatan perilaku
sosiologis warga Garut
berpengaruh terhadap
Keterpilihan Aceng Fikri
sebagai DPD RI.
H0b: Variabel pendekatan perilaku
sosiologis warga Garut tidak
berpengaruh terhadap
Keterpilihan Aceng Fikri
sebagai DPD RI.
H1c: Variabel pendekatan perilaku
psikologis warga Garut
berpengaruh terhadap
Keterpilihan Aceng Fikri
sebagai DPD RI.
H0c: Variabel pendekatan perilaku
psikologis warga Garut tidak
berpengaruh terhadap
Keterpilihan Aceng Fikri
sebagai DPD RI.
H1d: Variabel pendekatan perilaku
pemilih rasional warga Garut
berpengaruh terhadap
Keterpilihan Aceng Fikri
sebagai DPD RI.
H0d: Variabel pendekatan perilaku
pemilih rasional warga Garut
tidak berpengaruh terhadap
Keterpilihan Aceng Fikri
sebagai DPD RI.
31
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dimaksudkan unutk melihat
pengaruh perilaku politik (voting behavior) yakni: perilaku sosiologis, perilaku
psikologis, dan perilaku rasional terhadap keterpilihan Aceng Fikri. Berdasarkan
definisi konseptual maka ditentukan kerangka pemikiran dengan bagan sebagai
berikut:
Gambar II.1. Kerangka Pemikiran Pengaruh Tiga Variabel Independen
terhadap Satu Variabel Dependen
Bagan di atas mengasumsikan adanya tiga variabel independen (X) yaitu:
variabel pendekatan perilaku sosiologis, variabel pendekatan perilaku psikologis
dan variabel pendekatan perilaku pilihan rasional yang berpengaruh terhadap
variabel dependen (Y) yaitu keterpilihan Aceng Fikri sebagai anggota DPD RI pada
pemilu legislative DPD RI tahun 2014.
Perilaku Sosiologis (𝑋1) Perilaku Psikologis (𝑋2) Perilaku Rasional (𝑋3)
Keterpilihan Aceng Fikri (𝑌)
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti membahas mengenai metode yang akan digunakan
dalam penelitian. Dimulai dari jenis penelitian, ruang lingkup penelitian, variabel
dan pengukuran, populasi dan penarikan sampel, metode dan teknik pengumpulan
data, serta teknik analisis data. Selanjutnya peneliti akan menggambarkan teknik-
teknik statistik yang diterapkan untuk analisis data, seperti: uji validitas, uji
reliabilitas, dan uji statistik deskriptif. Sedangkan dalam menganalisis hubungan
dua variabel (korelasional) digunakan analisis koefisien korelasi dan regresi linier
berganda dengan terlebih dahulu menentukan uji asumsi klasik yaitu, normalitas
data, heteroskedastisitas, dan multikolinearitas. Terakhir peneliti akan menguji
koefisien determinasi (Adjust R Square), signifikan simultan (uji statistik F),
signifikan pengaruh parsial (uji statistik T), dan analis jalur (Path Analysis).
A. Jenis Penelitian
Perilaku politik selama lebih dari 60 tahun dipelajari secara kuantitatif1 dan
hal itu menunjukan bahwa ilmuwan politik telah menjawab banyak pertanyaan
tentang perilaku politik dengan data survei. Hal yang sama dilakukan peneliti, yaitu
menggunakaan metode kuantitatif pada penelitian ini. Pendekatan ini berangkat
dari suatu kerangka teori kemudian dikembangkan menjadi permasalahan beserta
1 John T. Ishiyama dan Maarijke Breuning (ed.), 21st Century Political Science: A Reference
Handbook, diterjemahkan oleh Tri Wibowo, Ilmu Politik dalam Paradigma Abad ke-21 (Jakarta:
Kencana, 2013), hal,. 1307
33
pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam
bentuk dukungan data empiris di lapangan dengan menggunakan statistik
sederhana2.
Tujuan penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif guna memperkuat
hasil penelitian dalam bentuk angka. Jika ciri-ciri suatu fakta sosial dinilai dengan
angka maka ciri-ciri itu dinamakan metode kuantitatif3. Penelitian ini ditujukan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel perilaku politik warga
Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Jawa Barat terhadap keterpilihan
Aceng Fikri sebagai Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pada Pemilu Legislatif
2014.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Karangpawitan, Garut, Jawa Barat. Penentuan
objek penelitian didasarkan pada Suara Aceng Fikri yang paling besar di Kab. Garut
berasal dari Kecamatan Karangpawitan. Kabupaten Garut menjadi menarik untuk
diteliti setelah terjadinya demonstrasi penurunan Aceng Fikri dari jabatan Bupati
Garut pada tahun 2013, dan satu tahun berikutnya, tepatnya tahun 2014, Aceng
Fikri justru terpilih menjadi DPD RI mewakili Jawa Barat dengan perolehan suara
terbesar kedua di Kabupaten Garut.
2 Husen Usman, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 131. Lihat juga
Menurut Sugiyono metode kuantitatif adalah metode penelitian yang menggunakan kuesioner
sebagai instrument utama pengumpulan datanya. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan
Kualitatif, R&D (Bandung: Alfabeta, 2006), hal. 90. 3 Koentjaraningrat (ed), metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1977),
hal. 309.
34
C. Variabel dan Pengukuran
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek, orang
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya4.Variabel penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Independen
Variabel independen atau bebas adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat
(dependen) 5 dan disebut juga sebab yang dipandang sebagai sebab
kemunculan variabel terikat6. Variabel independen pada penelitian ini adalah
Perilaku Politik (Sosiologis, Psikologis, Pemilih Rasional).
2. Variabel Dependen
Variabel dependen atau terikat merupakan variabel yang ingin
dijelaskan7 . Pada penelitian ini variabel dependennya adalah keterpilihan
Aceng Fikri sebagai anggota DPD RI pada pemilu legislatif tahun 2014.
Untuk memudahkan penelitian ini, dalam operasionalisasi variabel penelitian
maka peneliti menguraikan variabel-variabel apa saja yang digunakan menjadi
indikator-indikator yang terperinci agar mudah untuk diukur. Hal Ini didasarkan
atas sifat-sifat hal yang dapat diamati.
4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif, R&D (Badung: Alfabeta, 2006),
hal. 61. 5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, hal. 61. 6 Fred N. Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behaviral (Yogyakarta: Gadjaha Mada University
Press, 1995), hal. 58. 7 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif (Bandung: Rafika Aditama, 2015), hal.
185.
35
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen dan satu variabel
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah perilaku politik warga
Garut dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis
dan pendekatan pilihan rasional. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian
ini adalah keterpilihan Aceng Fikri sebagai DPD RI. Adapun rincian
operasionalisasi indikator variabel sebagai berikut:
Tabel III.C.4. Operasionalisasi Indikator Variabel dan Pengukuran
No Variabel Dimensi Indikator Butir Penskalaan
1
Keterpilihan
Aceng Fikri
(Y)
- Mendapatkan informasi 1 Nominal
- Dihubungi oleh Tim Sukses 1 Ordinal
- Diskusi pilihan politik 1 Ordinal
- Mengkampanyekan Calon 1 Ordinal
- Membantu Calon Calon 1 Ordinal
- Meyakinkan Orang Lain 1 Ordinal
- Waktu menentukan pilihan 1 Ordinal
2
Perilaku
Politik
(X)
Perilaku
Sosiologis
(𝑋1)
- Umur 1 Ordinal
- Pekerjaan 1 Ordinal
- Pendidikan 1 Ordinal
- Agama 1 Ordinal
- Suku 1 Ordinal
- Gender 1 Ordinal
- Ormas 1 Nominal
Perilaku
Psikologis
(𝑋2)
- Prefensi 2 Nominal & Ordinal
- Isu 2 Nominal & Ordinal
- Involvement 1 Ordinal
Perilaku Pemilih
Rasional
(𝑋3)
- Kinerja 2 Nominal & Ordinal
- Visi Misi 2 Nominal & Ordinal
- Kalkulasi
Ekonomi
2 Nominal & Ordinal
36
Kategori jawaban untuk masing-masing variabel adalah sangat tinggi,
tinggi, rendah dan sangat rendah dengan alternatif jawaban yang diberikan
responden yaitu sangat setuju (ss), setuju (s), tidak setuju (ts) dan sangat tidak setuju
(sts). Berdasarkan kriteria tersebut, maka pemberian skornya adalah berikut:
Responden menjawab ss (kategori sangat tinggi), diberi skor 4;
Responden menjawab s (kategori tinggi), diberi skor 3;
Responden menjawab ts (kategori rendah), diberi skor 2;
Responden menjawab st (kategori sangat rendah), diberi skor 1.
D. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan suatu kumpulan objek yang akan dijadikan sasaran
penelitian atau dipahami juga sebagai kumpulan menyeluruh dari suatu subjek yang
merupakan perhatian peneliti, populasi merupakan keseluruhan anggota, kejadian,
atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan baik8. Populasi juga bisa dikatakan
sebagai sebuah kelompok yang serupa9. Sedangkan menurut Sugiyono populasi
adalah wilayah “Generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”10. Populasi dalam penelitian ini adalah warga
Kecamatan Karangpawitan, Kabupaaten Garut yang memilih Aceng Fikri pada
pemilu legislatif DPD RI 2014, yaitu berjumlah 6855 orang.
8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hal. 6. 9 Lisa Harisson, Metodologi Penelitian Politik, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 22. 10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, hal. 90.
37
Sample adalah wakil dari keseluruhan populasi11 yang juga merupakan
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dengan
kata lain sampel adalah sehimpunan kecil kasus yang dipilih peneliti dari himpunan
besar dan akan generalisasi pada populasi12. Setelah populasi dirumuskan, lalu
selanjutnya menetapkan sampel penelitian, pengambilan sampel dimaksudkan
untuk mewakili populasi. Untuk menentukan jumlah sampel yang diperlukan, maka
dapat digunakan rumus Slovin, yaitu:
Persamaan III.1. Mentukan Sampel
n =N
1 + Ne2
Keterangan:
n = ukuran sampel minimal
N = ukuran populasi
e = taraf kesalahan atau eror 10% (0,1)
Diketahui jumlah warga Kab. Garut secara keseluruhan pemilih Aceng
Fikri pada Pemilu Legislatif 2014 yaitu 6855 orang, maka sampelnya dapat di
hitung sebagai berikut :
n =6855
1 + 6855(10%)2
11 Heri Jauhari, Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi (Bandung: CV Pustaka Setia,
2010), hal. 118. 12 W. Larence Neuman, Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,
(Jakarta Barat: PT Indeks, 2013), hal 270.
38
n =6855
1 + 6855(0,01)
n =6855
69,55= 98,57
Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang dapat
digunakan pada penelitian ini adalah 98,57 (dibulatkan ke atas menjadi 99) orang.
Namun untuk kemudahan penelitian ini ditentukan 100 sampel13.
Jadi dalam penelitian ini, sampel yang akan diambil berjumlah 100 orang
dengan teknik penarikan sampel menggunakan multistage cluster random sampling
atau sampel acak kluster. Teknik multistage cluster random sampling adalah
pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak dari kluster
dari elemen-elemen14. 100 orang dipilih dari 5 kelurahan yang masing-masing
kelurahan ditentukan 20 orang dengan pembagian 4 orang untuk satu TPS 15
berdasarkan gender dan umur16. Dua diantaranya laki-laki (17-30 tahun dan >30
tahun) dan dua perempuan (17-30 tahun dan >30 tahun).
13 Seperti halnya menurut Gay penggunaan ukuran minimum pada pengambilan sempel
adalah 30 subjek atau lebih. Lihat Sevilla Cunsuelog, dkk, Pengantar Metode Penelitian (Jakarta:
UI Pers, 1993), hal. 41. 14 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif, R&D, hal. 93.
15 Kelurahan Karangpawitan diambil TPS no 18 (92 suara Aceng Fikri dari total 213 suara), TPS no
1 (49/289), TPS no 10 (45/210), dan TPS no 14 (61/164). Di Kelurahan Suci diambil TPS no 4
(44/209), TPS no 5 (40/190), TPS no 11 (43/197), dan TPS no 12 (38/185). Di Kelurahan Lebak
Jaya diambil TPS no 15 (61/214), TPS no 9 (37/183), TPS no 16 (51/193), dan TPS no 13 (27/168).
Di Kelurahan Sindang Palay diambil TPS no 13 (81/227), TPS no 3 (44/206), TPS no 8 (100/222),
dan TPS no 4 (29/166). Di Kelurahan Lengkong Jaya diambil TPS no 2 (54/184), TPS no 3 (75/173),
TPS no 4 (67/206), dan TPS no 7 (54/184). Lihat, lampiran model C-1 DPD RI. 16 Terdapat tiga cara menggunakan multistage cluster random sampling, yaitu dengan
klasifikasi gender, umur dan pendidikan. Dalam beberapa penelitian, umur sudah mencakup
pendidikan atau klasifikasi pendidikan juga dapat disertakan dalam kolom data responden. Lihat,
Silalahi, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif, hal. 273.
39
E. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Pengumpulan data primer merupakan bagian penting dari proses penelitian
yang sering kali diperlukan untuk tujuan pengambilan keputusan. Data primer
adalah teknik pengambilan data langsung kepada pihak yang bersangkutan
melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner dimaksudkan sebagai suatu daftar
pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban dari responden 17 . Untuk
pengumpulan data kuesioner, peneliti secara langsung turun ke lapangan
membagikan kuesioner kepada responden. Sebelumnya telah ditentukan sampel
yang akan mengisi kuesioner yaitu warga Kecamatan Karangpawitan yang
memilih Aceng Fikri pada Pemilu Legislatif 2014.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber data yang sudah ada,
diantaranya informasi yang diambil secara langsung dari dokumen, data, dan
statistik yang dalam hal ini adalah hasil penelitian sebelumnya, serta buku-buku
yang menunjang penelitian. Adapun data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini diantaranya adalah data yang valid dari Komisi Pemilihan Umum
(KPU) mengenai hasil Pemilu Legislatif 2014 yang ditunjang dengan buku-buku
terkait, jurnal, artikel dan beberapa sumber pustaka, dokumentasi dan lainnya
yang berkaitaan dengan kajian penelitian. Hal seperti ini memudahkan dalam
memahami segala macam konteks yang terkandung di dalamnya18.
17 Koentjaningrat (ed), Metode-Metode Penelitian Mastarakat, hal. 215. 18 Horison, Metodologi Penelitian Politik, hal 125.
40
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang
memungkinkan analisis mempelajari sikap, keyakinan, perilaku dan
karakteristik beberapa orang 19 . Kuesioner berupa angket merupakan teknik
pengumpulan data melalui pemberian pertanyaan-pertanyaan secara tertulis
kepada responden untuk dijawab. Pertanyaan kuesioner pada penelitian ini
bersifat tertutup dengan menggunakan skala nominal20 dan ordinal21.
2. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data yang di lakukan dengan
cara membaca dan mencatat berbagai referensi seperti buku, jurnal, majalah,
artikel, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian yang sedang di lakukan.
G. Teknik Analisis Data
Sebelum membuat keputusan, kuesioner yang telah diisi dikumpulkan,
kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan hasil yang jelas dan maksimal.
Dalam hal ini, peneliti menggunakan Multivariate Analysis yang dipakai untuk
memahami hubungan antara tiga atau lebih variabel22.
19 Syofian Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hal.
133. 20 Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasi objek, individual atau kelompok. Hasil
dari skala nominal dipersentasikan dalam bentuk persentase. Lihat, Jonaathan Sarwono, Statistik
Multivariat Aplikasi untuk Risaet Skripsi (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2013), hal. 67. 21 Skala Ordinal adalah data yang berasal dari kategori yang disusun secara berjenjang mulai
dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi atau sebaliknya dengan jarak/rentang yang tidak harus
sama. Lihat Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian, hal. 135. 22 Horison, Metodologi Penelitian Politik, hal. 37.
41
1. Uji Validitas
Validitas adalah sejauh mana pengukuran kita berhubungan dengan
konsep yang akan direfleksikan23. Uji validitas dilakukan untuk menilai seberapa
baik suatu instrumen ataupun proses pengukuran terhadap konsep yang
diharapkan untuk mengetahui apakah yang kita tanyakan dalam kuesioner sudah
sesuai dengan konsepnya24. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila:
a. Jika koefisien product moment > r-tabel (α: n – 2), n = jumlah sampel
b. Untuk menghitung uji validitas penulis menggunakan teknik korelasi
product moment yang dikemukakan oleh Pearson, sebagai berikut25:
Persamaan III.2. Uji Validitas
𝑟 =𝑛 (∑ 𝑋𝑌) − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√𝑛 (∑ 𝑋2) − (∑ 𝑋)2 𝑛 (∑ 𝑌2) − (∑ 𝑌)2
Keterangan:
n = jumlah responden
X = skor variabel (jawaban responden)
Y = skor total variabel untuk responden n
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Statistikal Product and Service
Solution (SPSS) untuk menguji validitas dengan menggunakan korelasi
Bivariate Pearson dan Correlated Item-Total Correlation serta uji dua sisi taraf
signifikansi 0,05. Dasar pengambilan keputusan uji validitas adalah:
23Horison, Metodologi Penelitian Politik, hal. 32. 24 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2005), hal. 45 25 Siregar, Statistika Deskriptif Untuk Penelitian, hal. 164.
42
a. Jika r hitung ≥ r tabel maka item-item pertanyaan berkorelasi signifikan
terhadap skor total, pertanyaan dianggap valid.
b. Jika r hitung < r tabel maka item-item pertanyaan tidak berkorelasi
signifikan terhadap skor total, pertanyaan dianggap tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Setelah diketahui setiap pertanyaan dalam kuesioner valid, maka
diperlukan adanya uji reliabilitas untuk mengetahui tingkat derajat ketepatan
jawaban yang akan diperoleh dari responden. Dengan menggunakan uji
reliabilitas, kita bisa memperkirakan akan mendapatkan hasil yang sama berkali-
kali 26 . Reabilitas dari suatu alat pengukuran mencerminkan apakah suatu
pengukuran terbebas dari masalah, sehingga memberikan hasil pengukuran yang
konsisten pada kondisi yang berbeda pada masing-masing item dalam
instrumen 27 . Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengukuran
realibilitas dengan alpa cronbach. Kriteria suatu kuesioner dikatakan reliabel bila
cronbach’s alpha > 0,7, tetapi apabila cronbach’s alpha < 0,7 maka data tidak
reliabel28. Ditentukan dengan rumus berikut:
Persamaan III.3. Uji Reliabilitas
𝑟11 = (𝑘
𝑘 − 1)(1 −
∑ 𝜕2𝑏
𝜕2𝑡)
26 Horison, Metodologi Penelitian Politik, hal. 29. 27 Sekaran, Metodologi Penelitian untuk Bisnis (Jakarta: Salemba Empat, 2006), hal. 27. 28 Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian, hal. 174.
43
Keterangan :
𝑟11 = Realibilitas instrumen
k = Banyaknya butir pernyataan
Σ∂2b = Jumlah varian butir
∂2t = Varian total
3. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan
gambaran umum, presepsi atau pendapat dari responden yang menjawab
kuesioner melalui nilai rata-rata pada semua variabel. Deskriptif berfungsi
memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada
perlakuan terhadap objek yang diteliti29.
Analisis deskriptif juga digunakan peneliti untuk melihat kecenderungan
distribusi frekuensi variabel. Gambaran umum setiap variabel digambarkan oleh
skor rata-rata yang diperoleh dengan menggunakan teknik Weighted Means
Scored (WMS), dengan rumus:
Persamaan III.4. Statistik Deskriptif
�̅� =𝑋
𝑁
Keterangan :
�̅�= Skor rata-rata yang dicari.
X= Jumlah skor gabungan (hasil kali frekuensi dengan bobot nilai
untuk setiap alternative jawaban)
N= Jumlah Responden.
29 Usman, Metodologi Penelitian Sosial, hal. 129.
44
4. Analisis Korelasi Ganda
Korelasi menunjukan derajat asaosiasi atau keeratan hubungan antara satu
variabel dengan variabel lainnya30, serta menyatakan derajat keeratan hubungan
antarvariabel terkait. Semakin tinggi nilai korelasinya semakin tinggi pula
keeratan hubungan kedua variabel. Besar kecilnya hubungan antara dua variabel
dinyatakan dalam bilangan yang disebut koefisien korelasi. Besarnya koefisien
korelasi antara -1< r >1, Koefisien korelasi 0 atau mendekati 0 dianggap tidak
berhubungan antara dua variabel yang diuji.
Persamaan III.5. Koefisien Korelasi
𝑟 =𝑛 ∑ 𝑋𝑖 𝑌𝑖 −𝑛
𝑖=1 ∑ 𝑋𝑖 ∑ 𝑌𝑛𝑖=1 𝑖
−𝑛𝑖=1
√𝑛 ∑ 𝑋𝑖2 −𝑛
𝑖=1 (∑ 𝑋𝑖)2 𝑛𝑖=1 √𝑛 ∑ 𝑌𝑖
2 −𝑛𝑖=1 (∑ 𝑌𝑖)2 𝑛
𝑖=1
Keterangan :
r = Koefisien Korelasi
x = Variabel Independen
y = Variabel Dependen
5. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi adalah suatu analisis yang mengukur pengaruh antara
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)31. Dalam regresi linier berganda,
suatu variabel yang dependen dapat saja dihubungkan dengan dua atau lebih dari
dua variabel independen. Terdapat 3 asumsi analisis berganda linier32, yaitu:
30 Agus Widarjono, Analisis Statistik Multivariat Terapan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN,
2010), hal. 261. 31 Danang Sunyoto, Uji Khi Kuadrat dan Regresi Untuk Penelitian (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), hal. 9.
32 Anto Dajan, Pengantar Metode Statistik Jilid II (Jakarta: LP3ES, 1986), hal. 325.
45
a. Distribusi probabilita bersyarat variabel dependen bagi serangkaian
variabel independen mengikuti pola normal atau kurang lebih normal.
b. Distribusi bersyarat variabel dependen bagi tiap kombinasi variabel
independen memiliki varians yang sama.
c. Nilai-nilai variabel dependen harus independen satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan ketiga asumsi di atas, persamaan regresi berganda dapat
diturunkan atas dasar metode kuadrat minimum.
Fred N. Kerlinger menyebut regresi linier berganda dengan regresi linier
majemuk, yang menilai dua variabel bebas atau lebih, 𝑋1, 𝑋2, 𝑋3, hendak
membuat prediksi kearah suatu variabel terikat33. Untuk menganalisis regresi
linier berganda penulis menggunakan Statistikal Product and Service Solution
(SPSS). Persamaan umum regresi linier berganda adalah:
Persamaan III.6. Regresi Linier Berganda
𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2 + 𝑏3𝑋3+ e
Keterangan:
Y = variabel terikat (variabel yang diduga)
X = variabel bebas
a = konstanta
b = koefisien regresi (slop)
e = residu
33 Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavioral, hal. 936.
46
6. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti
diketahui bahwa uji T dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak
valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik. Untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak
dilakukan uji statistik Kolmogorov-Smirnov Test. Residual berdistribusi
normal jika memiliki nilai signifikansi >0,0534.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain 35 . Jika variance dan residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
di sebut uji heteroskedastisitas.36
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu
dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi veriabel terikat (dependen/
ZPRED) dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat di lakukan dengan melihat ada tidaknya pola
34 Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate, hal. 160-165. 35 Sunyoto, Analisis Regresi, hal. 82. 36 Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate, hal. 105.
47
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dengan dasar
analisis sebagai berikut37 :
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar di atas dan dibawah
angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar satu atau semua variabel bebas
(independen). Uji multikolonieritas merupakan hubungan linear antara
vaariaabel independen di dalam regresi berganda38.
Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi
(umumnya di atas 0,90)39 maka ini indikasi adanya multikolonieritas. Tidak
adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari
multikolonieritas karena dapat disebabkan juga adanya efek kombinasi dua
atau lebih variabel variabel independen.
Multikolonieritas dapat pula dilihat dari nilai tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Tolerance mengukur variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan
37 Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate, hal. 139-143 38 Widarjono, Analisis Statistik Multivariat, hal. 75. 39 Pendapat lainnya dikatan terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antara variabel
bebas lebih besar dari 0.60 atau 0,50. Lihat Sunyoto, Analisis Regresi, hal. 79.
48
oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) nilai cut off yang umum
di pakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance
> 0,1 atau sama dengan nilai VIF < 1040.
7. Koefisien Determinasi
Koefisien korelasi (berganda) adalah mengukur hubungan atau asosiasi
antara variabel-variabel bebas (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3) terhadap variabel terikat (Y), secara
simultan. Simbol koefisien korelasi adalah R41. Koefisien determinasi adalah
koefisien yang menyatakan persentasi penyimpangan (keragaman) variabel
terikat (Y) yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas (X) dalam model regresi
yang sedang di bahas42.
Koefisien determinasi (R square) digunakan untuk mengukur seberapa
besar kemampuan semua variabel bebas (X) dalam menjelaskan varians variabel
terikat (Y). Jika nilai R square mendekati 0 maka, kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas.
Sedangkan jika sebaliknya, nilai R square mendekati 1 maka, variabel
independen dapat memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
menjelaskan variabel dependen43. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
40 Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate, hal. 1005-106. 41 Sunyoto, Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, hal 63. 42 Yusuf Wibisono, Metode Statistik (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hal.
587. 43 Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate, hal 97.
49
Persamaan III.7. Koefisien Determinasi
𝑅 = 𝑏1 ∑ 𝑋1𝑌 + 𝑏2 ∑ 𝑋2𝑌 + 𝑏3 ∑ 𝑋3𝑌
∑ 𝑌2
Keterangan:
R = Koefisien Determinasi
Y = variabel terikat (variabel yang diduga)
X = variabel bebas
b = koefisien regresi (slop)
8. Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji statistik F digunakan untuk mengevaluasi pengaruh semua variabel
independen terhadap variabel dependen44. Dalam hal ini uji F dapat dijelaskan
dengan menggunaakan analisis varian (analysis of variance = ANOVA).
Pengujian yang dapat dilakukan yaitu membandingkan nilai F tabel dengan F
hitung sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan. F hitung berada dalam
tabel output ANOVA dengan perhitungan statistik menggunakan program SPSS,
sedangkan untuk mengetahui F tabel, penulis melihat pada tabel F tabel.
Jika F hitung > F tabel, maka seluruh variabel independen berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen, atau dengan kata lain menolak
hipotesis nol (Ho) dan menerima hipotesis alternatif (H1). Sebaliknya jika F
hitung < F tabel, maka seluruh variabel independen tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen, dan hipotesis nol (Ho) diterima dengan
menolak hipotesis alternatif (H1). Adapun rumus yang digunakan adalah:
44 Widarjono, Analisis Statistik, hal. 22.
50
Persamaan III.8. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
𝐹 =𝑅2(𝑛 − 𝑘 − 1)𝑅2𝑌 (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3)
𝑚 (1 − 𝑅2𝑌(𝑋1, 𝑋2, 𝑋3)
Keterangan:
𝑅2 : Koefisien Determinasi
k : jumlah variabel
n : jumlah data
9. Uji Signifikan Pengaruh Parsial (Uji T)
Uji statistik T digunakan untuk membuktikan apakah variabel independen
secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen 45 . Uji T
dilakukan untuk membuat kesimpulan mengenai pengaruh masing-masing
varibel bebas (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3) terhadap variabel terikat dengan menggunakan taraf
signifikansi 0,05. Dasar pengambilan keputusan untuk mengetahui kebenaran
hipotesa adalah jika p value < 0.05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya
ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Sebaliknya jika p value ≥ 0,05. maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak
ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun
rumus yang digunakan adalah:
Persamaan III.9. Uji Signifikansi Parsial (Uji T)
𝑡1 = 𝑃𝑌𝑋𝑖
√1 − 𝑅2𝑌(𝑋1, 𝑋2, 𝑋3)𝐶𝑖𝑖𝑛 − 𝑘 − 1
45 Widarjono, Analisis Statistik, hal 25.
51
Keterangan:
R : Koefisien Korelasi ganda antara x dan y
k : jumlah variabel
n : jumlah data
10. Analisis Jalur (Path Analysis)
Analisis jalur memiliki kedekatan dengan regresi berganda, sehingga
regresi berganda adalah bentuk khusus analisis jalur. Teknik ini dikenal sebagai
model sebab-akibat (causing modeling). Analisis jalur adalah suatu metode
untuk mempelajari efek langsung (direct effect) maupun efek tidak langsung
(indirect effect) dari variabel 46 . Sedangkan menurut Sarwono analisis jalur
adalah teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada
regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel terikat tidak
hanya secara langsung, tetapi secara tidak langsung47.
Persamaan III.10. Persamaan Koefisien Jalur
𝑃𝑦 = 𝑃𝑦𝑥1 + 𝑃𝑦𝑥2 =ε
Ada beberapa tahap yang harus dilalui dalam analisis jalur. Pertama,
membuat model spesifikasi analisis jalur. Kedua, melakukan estimasi untuk
mendapatkan koefisien analisis jalur. Ketiga, melakukan uji signifikansi analisis
jalur. Dalam hal ini, peneliti menggunakan model korelasi (correlated path
model) dengan rumusan sebagai berikut:
46 Widarjono, Analisis Statistik, hal. 264. 47 Jonathan Sarwono, Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, (Yogyakarta: Andy,
2007), hal. 1.
52
Gambar III.2. Correlated Path Model
Keterangan:
X1 : Perilaku Sosiologis
X2 : Perilaku Psiokologis
X2 : Perilaku Rasional
Y : Keterpilihan Aceng Fikri
p : Koefisien jalur
Tanda panah → menggambarkan penyebab, anak panah dengan satu
kepala yang menunjukkan satu arah. Sedangkan untuk menggambarkan korelasi,
menggunakan anak panah vertikal dengan tiga kepala yang menunjukkan dua
arah. PYX1, PYX2 dan PYX3 menunjukan pengaruh langsung dari variabel perilaku
sosiologis, psikologis dan rasional terhadap keterpilihan Aceng Fikri. Adapun
langkah kedua dan ketiga akan dibahas pada bab berikutnya.
X1
X2 Y
pYX1
pYX3
r21
e1
Disebut “Residu” Pengaruh Langsung
Pengaruh Langsung
Disebut
Korelasi
X3
pYX2
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini peneliti akan menyajikan analisis hasil penelitian tentang
keterpilihan Aceng Munawar Holil Fikri, S.Ag. berdasarkan pendekatan perilaku
politik warga Kecamataan Karangpawitan. Setelah dilakukan penelitian di lapangan
dengan cara penyebaran kuesioner/angket kepada responden, maka diperoleh
berbagai data mengenai keadaan responden. Peneliti juga akan memaparkan hasil
uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner yang diberikan kepada responden.
Pada tahap selanjutnya peneliti melakukan perhitungan statistik dengan analisis
koefisien korelasi dan regresi linear berganda yang sebelumnya telah dilakukan uji
asumsi klasik. Pada bagian akhir bab ini, peneliti melakukan pengujian hipotesis
yang akan menjawab hasil dalam penelitian ini. Untuk membantu melakukan
perhitungan statistik, peneliti menggunakan program Statistical Product and
Service Solutions (SPSS) dan hasil yang diperoleh akan dijelaskan dalam bentuk
tabel dan gambar.
A. Latar Belakang Lokasi Penelitian
Kecamatan Karangpawitan merupakan salah satu dari 42 Kecamatan di
Kabupaten Garut. Menurut sumber dari kantor Kecamatan Karangpawitan, dengan
luas wilayah 5.125 ha Kecamatan Karangpawitan terdiri dari pesawahan, daratan
dan perbukitan. Kecamatan Karangpawitan memiliki jarak kurang lebih 5 km dari
ibu kota kabupaten dengan ketinggian 712 m dari permukaan laut.
54
Kecamatan Karangpawitan berbatasan dengan Kecamatan Banyuresmi di
sebelah utara, dengan Kabupaten Tasikmalaya di sebelah selatan, dengan
Kecamatan Garut Kota di sebelah barat, dan Kecamatan Sucinaraja di sebelah
timur. Kondisi demografi Kecamatan Karangpawitan saat ini dihuni oleh 127.448
orang yang terhimpun dalam jumlah 35.904 kepala keluarga, tersebar di 16 desa
dan 4 kelurahan. Penduduk Kecamatan Karangpawitan terdiri dari 64.978 laki-laki
dan 62.470 perempuan.
Mata pencaharian penduduk Kecamatan Karangpawitan mayoritas adalah
buruh tani (9856 KK) disusul dengan petani (5816 KK) , dan yang paling sedikit
adalah peternak (677 KK).
Sumber: Data primer
Fokus penelitian yang peneliti gunakan adalah warga Kabupaten Garut yang
menyumbangkan suara terbanyak di Jawa Barat yaitu 121.218 suara, selain itu
peristiwa tahun 2013 tentang pemakzulan Aceng Fikri dari jabatannya sebagai Bupati
Garut menarik untuk diteliti mengingat satu tahun setelahnya beliau terpilih sebagai
18%
31%
4%4%4%
2%
37%
GAMBAR IV.3. MATA PENCAHARIAN
Petani Buruh Tani PNS Industri Kecil Pedagang Peternak Jasa
55
DPD RI dengan suara terbanyak kedua di Kabupaten Garut setelah Oni Suwarman.
Adapun pemilihan Kecamatan Karangpawitan didasarkan pada perolehan suara
terbanyak Aceng Fikri di Kabupaten Garut yaitu 6.855 suara dari 53.528 suara sah1
yang berasal dari Kecamatan Karangpawitan.
B. Identitas Responden
Tahap pertama pengisian kuesioner, responden diminta untuk mengisi identitas.
Hal ini dimaksudkan agar peneliti mengetahui siapa yang mengisi kuesioner tersebut.
Identitas responden ini bersifat optional atau pilihan, artinya boleh diisi atau
dikosongkan sesuai kehendak dari responden.
Dalam kolom identitas responden terdapat tiga identitas yang wajib diisi oleh
responden yaitu, jenis kelamin, umur, agama, suku atau etnis, pendidikan, pekerjaan,
dan penghasilan. Berikut adalah identitas responden yang digambarkan dalam tabel:
Tabel IV.B.5. Jenis Kelamin Responden
Sumber: data kuesioner (Primer)
Tabel IV.B.5 menunjukkan persebaran responden berdasarkan jenis kelamin
berimbang, yaitu 50 : 50 dari 100 orang. Penyebaran responden yang berimbang
tersebut berdasarkan teknik penarikan sampel menggunakan multistage cluster
random sampling dan dimaksudkan untuk mendapatkan data yang berimbang baik
dari responden laki-laki maupun perempuan.
1 Daftar Pemilih Tetap (DPT) Kecamatan Karangpawitan berjumlah 85.804 sedangkan
Daftar Pemilih Khusus (DPK) berjumlah 36 Pada Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD tahun 2014.
Lihat, Asep Suparaman, Suara Rakyat: Menapak Jejak Menuju Kursi Parlemen di Kabupaten Garut
(Garut: Komisi Pemilihan Umum, 2014), hal. 29-30.
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-Laki 50 Orang 50%
2 Perempuan 50 Orang 50%
Jumlah 100 Orang 100%
56
Tabel IV.B.6. Umur Responden
Sumber: data kuesioner (Primer)
Tabel IV.B.6 menunjukkan persebaran responden berdasarkan umur
berimbang sama halnya dengan jenis kelamin, yaitu 50 : 50 dari 100 orang.
Tabel IV.B.7. Agama Responden
Sumber: data kuesioner (Primer)
Tabel IV.B.7 menunjukkan bahwa seluruh responden yang diteliti beragama
Islam. 100% responden beragama Islam yang mengisi kuesioner tersebut memilih
Aceng Fikri pada pemilu legislatif 2014.
Tabel IV.B.8. Pendidikan Responden
Sumber: data kuesioner (Primer)
No Umur Frekuensi Persentase
1 17-30 Tahun 50 Orang 50%
2 31< Tahun 50 Orang 50%
Jumlah 100 Orang 100%
No Agama Frekuensi Persentase
1 Islam 100 Orang 100%
2 Katolik - 0%
3 Protestan - 0%
4 Hindu - 0%
5 Budha - 0%
Jumlah 100 Orang 100%
No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase
1 SD 7 orang 7%
2 SMP/SLTP/MTs 32 orang 32%
3 SMA/SLTA/MA 38 orang 38%
4 Pesantren 5 orang 5%
5 D3 9 orang 9%
6 S1 6 orang 6%
7 Tidak mengisi 3 orang 3%
Jumlah 100 Orang 100%
57
Tabel IV.B.8 menunjukkan bahwa responden yang diteliti berasal dari
berbagai tingkatan. Dari 100 responden penelitian, mayoritas atau 38 orang (38%)
pendidikan terakhirnya adalah SMA/SLTA/MA. Diantara responden juga terdapat
7 orang (%) dengan pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) pada saat penelitian
ini dilakukan. Selain itu, 32 orang (%) responden mengikuti pendidikan formal
sampai SMP/SLTP/MTs, dan 5 orang (%) lulusan pesantren, 9 orang (%) lulusan
Diploma (D3), dan 6 orang (%) sedang dan telah mengambil gelar sarjana (S1).
Selain itu, terdapat juga 3 orang (%) yanag tidak mengisi kolom pendidikan dengan
alasan malu.
Tabel IV.B.9. Pekerjaan Responden
Sumber: data kuesioner (Primer)
Tabel IV.B.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden bekerja sebagai
buruh 29 orang (%), yang kedua responden penelitian terbanyak mengaku sebagai
ibu rumah tangga, yakni 19 orang (%). Selain itu, terdapat 18 orang (%) bekerja
sebagai pedagang, 15 karyawan (%), 11 Petani (%), 3 orang (%) PNS, dan terakhir
diantara responden tersebut terdapat 5 orang (%) mahasiswa/i.
No Pekerjaan Frekuensi Persentase
1 PNS 3 Orang 3%
2 Karyawaan 15 Orang 15%
3 Pedagang 18 Orang 18%
4 Buruh 29 Orang 29%
5 Petani 11 Orang 11%
6 Ibu Rumah Tangga 19 Orang 19%
7 Mahasiswa/i 5 Orang 5%
Jumlah 100 Orang 100%
58
Tabel IV.B.10. Penghasilan Responden
Sumber: data kuesioner (Primer)
Tabel IV.B.10 menunjukkan bahwa 100 orang responden, 19 orang (%)
memiliki penghasilaan diantara 500.000-1.000.000, 24 orang (%) memiliki
penghasilan diantara 1.000.000-2.500.000, 7 orang (%) memiliki penghasilan
diatas 3.500.000. Sedangkan mayoritas responden atau sebanyak 44 orang (%)
memiliki penghasilan diantara 2.500.000-3.500.000. Selain itu terdapat 6 orang (%)
responden memilih untuk mengosongkan kolom penghasilan.
C. Uji Validitas dan Reliabilitas
Dalam penelitian ini pengujian kuesioner dilakukan pada 100 responden yang
telah mengisi kuesioner. Hasil jawaban akan diuji menggunakan uji validitas dan
uji reliabilitas yang dibantu dengan program SPSS, berikut adalah hasilnya:
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan pada 18 pertaanyaan dari total 24 pertanyaan yang
diambil berdasarkan indikator penelitian, diantaranya adalah 5 pertanyaan
variabel keterpilihan Aceng Fikri sebagai DPD RI, 6 pertanyaan tentang
pendekatan sosiologis, 3 pertanyaan tentang pendekatan psikologis dan 4
pertanyaan tentang pendekatan perilaku rasional. Dari total 24 pertanyaan dalam
No Penghasilan Frekuensi Persentase
1 <500.000 0 Orang 0%
2 500.000 – 1.000.000 19 Orang 19%
3 1.000.000 – 2.500.000 24 Orang 24%
4 2.500.000 - 3.500.000 44 Orang 44%
5 > 3.500.000 7 Orang 7%
6 Tidak Mengisi 6 Orang 6%
Jumlah 100 Orang 100%
59
kuesioner penelitian tersebut, diantaranya 19 pertanyaan menggunakan skala
ordinal dengan dampak skala likert. Sedangkan 6 pertanyaan lainnya
menggunakan skala nominal. Untuk uji validitas 25 jawaban dari pertanyaan
kuesioner akan dihitung menggunakan program SPSS. Pengujian menggunakan
uji dua sisi taraf signifikasi 0,05. Dengan pengambilan keputusan uji validitas:
a. Jika r hitung ≥ r tabel maka pertanyaan dianggap valid.
b. Jika Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan dianggap tidak valid.
Menentukan r table, terlebih dahulu ditetapkan t tabel sebesar 0.196504,
sehingga dinyatakan valid apabila memiliki nilai corrected item total ≥
0.196504. Berikut adalah hasil uji coba validitas 30% dari total 100% responden
dalam penelitian ini:
Tabel IV.C.11. Uji Validitas
Variabel No Pertanyaan r Hitung r Tabel Dinyatakan
Keterpilihan
Aceng Fikri
(Variabel Y)
1 0,756 0.196504 Valid
2 0.769 0.196504 Valid
3 0.587 0.196504 Valid
4 0.798 0.196504 Valid
5 0.652 0.196504 Valid
Pendekatan
Perilaku Sosiologis
(Variabel X1)
6 0.544 0.196504 Valid
7 0.532 0.196504 Valid
8 0.814 0.196504 Valid
9 0.814 0.196504 Valid
10 0.485 0.196504 Valid
11 0.668 0.196504 Valid
Pendekatan
Perilaku Psikologis
(Variabel X2)
12 0,427 0.196504 Valid
13 0,392 0.196504 Valid
14 0,765 0.196504 Valid
Pendekatan
Perilaku Rasional
(Variabel X3)
15 0,729 0.196504 Valid
16 0,714 0.196504 Valid
17 0,439 0.196504 Valid
18 0,619 0.196504 Valid
Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS
60
Tabel IV.C.11 menunjukkan seluruh pertanyaan penelitian adalah valid.
Validitas pertanyaan dapat dilihat dari nilai r hitung yang lebih besar dari r tabel
(0.196504). Dengan demikian, seluruh pertanyaan dalam variabel X (X1, X2 dan
X3) dan Y dapat digunakan dalam penelitian ini.
2. Uji Reliabilitas
Tahap berikutnya setelah kuesioner dinyatakan lulus uji validitas maka
harus dilakukan uji reliabilitas untuk melihat bahwa instrumen penelitian dapat
menghasilkan hasil sama walaupun digunakan berkali-kali. Dalam pengujian
reliabilitas, perhitungan didasarkan pada cronbach’s alpha. Apabila hasil uji
reliabilitas menunjukan α ≥ 0,7 maka instrument ukuran tersebut
mengindikasikan satisfactory internal consistency reliability sehingga layak
digunakan sebagai instrument ukuran untuk penelitian. Setelah melakukan
pengujian reliabel dengan program SPSS berikut adalah hasil uji reliabel:
Tabel IV.C.12. Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach's Alpha N of Items
Y 0.756 5
X1 0.700 6
X2 0.808 3
X3 0.703 4
Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS
Dari output uji reliabilitas, pada Tabel IV.C.12. terlihat bahwa variabel
keterpilihan Aceng Fikri sebagai DPD RI (Variabel Y), variabel pendekatan
perilaku Sosiologis (X1), variabel pendekatan perilaku psikologis (X12),
variabel pendekatan perilaku rasional (X3) mengindikasikan data reliabel atau
satisfactory internal consistency reliability karena memiliki nilai α ≥ 0,7.
61
D. Analisis Keterpilihan Aceng Fikri Sebagai Anggota DPD RI
Peneliti telah menyebarkan kuesioner kepada 100 responden. Pada variabel
keterpilihan Aceng Fikri terdapat 6 pertanyaan yang harus diisi berikut dengan 4
variasi jawaban yang disediakan oleh peneliti. Berikut adalah hasil kuesioner dari
variabel organisasi mahasiswa.
Pertanyaan nomor 1 berbunyi “Kapan anda menentukan untuk memilih
Aceng Fikri?”. Pertanyaan ini untuk mengetahui waktu responden dalam
menentukan pilihannya terhadap Aceng Fikri pada pemilu legislatif 2014. Berikut
adalah hasilnya:
Tabel IV.D.13. Waktu Memilih Aceng Fikri
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 1 bulan sebelum 33 Orang 33%
2 Masa kampanye 23 Orang 23%
3 Hari Tenang 25 Orang 25%
4 Di TPS 19 Orang 19%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.D.13. menunjukkan mayoritas responden menentukan
pilihannya terhadap Aceng Fikri pada pemilu legislatif 2014 yaitu satu bulan
sebelumnya, yakni 33 orang (%), dan 23 orang (%) dari responden menjawab pada
saat “masa kampanye” mereka menentukan pilihannya terhadap Aceng Fikri.
Sedangkan, terdapat 25 orang (%) menetapkan pilihan mereka pada Aceng Fikri
pada saat “masa tenang”. Dan hanya 19 orang (%) yang menetapkan pilihan mereka
pada Aceng Fikri saat “di TPS”.
62
Dengan demikian 81 orang (%) telah menentukan sikap politiknya, yakni
akan memilih Aceng Fikri sebelum masuk ke bilik suara. Dan hanya 19 orang (%)
yang menetapkan Aceng Fikri sebagai pilihannya di bilik suara atau di TPS.
Pertanyaan nomor 2A berbunyi “Menurut ibu/bapak seberapa sering atau
tidak sering calon, tim sukses atau pendukung menghubungi ibu/bapak agar
memilih calon/kandidat tertentu”. Pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa sering
responden dihubungi oleh calon, tim sukses atau pendukung Aceng Fikri. Berikut
adalah hasilnya:
Tabel IV.D.14. Calon, Tim Sukses atau Pendukung Menghubungi Responden
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Tidak Pernah 1 Orang 1%
2 Pernah 14 Orang 14%
3 Sering 45 Orang 45%
4 Sangat Sering 40 Orang 40%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.D.14. menerangkan dari 100 responden yang diteliti, 45 orang
(%) mengaku sering dihubungi oleh calon, tim sukses atau pendukung Aceng Fikri
baik secara langsung atau lewat telepon. 40 orang (%) mengaku sangat sering, 14
orang (%) dari mereka mengaku hanya pernah dihubungi. Sedangkan ada 1 orang
(%) yang tetap memilih Aceng Fikri meskipun tidak dihubungi oleh calon, tim
sukses atau pendukung Aceng Fikri baik secara langsung atau lewat telepon.
63
Pertanyaan nomor 2B berbunyi “Menurut ibu/bapak seberapa sering atau
tidak sering mendiskusikan calon/kandidat pilihan anda”. Pertanyaan ini untuk
mengetahui seberapa sering responden berbincang atau berdiskusi mengenai
calon/kandidat pilihannya. Berikut adalah hasilnya:
Tabel IV.D.15. Mendiskusikan Calon/Kandidat
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Tidak Pernah 0 Orang 0%
2 Pernah 22 Orang 22%
3 Sering 43 Orang 43%
4 Sangat Sering 35 Orang 35%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.D.15. menerangkan seluruh responden yang diteliti pernah
mendiskusikan calon/kandidat pilihannya. Adapun persebarannya, 43 orang (%)
mengaku sering memperbincangkan atau berdiskusi tentang calon/kandidat
pilihannya. 35 orang (%) mengaku sangat sering, dan 22 orang (%) menjawab
pernah mendiskusikan calon/kandidat pilihannya. Sedangkan dari 100 responden,
tidak ada (0%) yang mengatakan dirinya tidak pernah mendiskusikan pilihannya
dengan orang lain.
Pertanyaan nomor 2C berbunyi “Menurut ibu/bapak seberapa sering atau
tidak sering ikut serta dalam kampanye calon/kandidat”. Pertanyaan ini untuk
mengetahui apakah responden aktif atau tidak dalam kampanye calon/kandidat
yang pada penelitian ini dikhususkan pada responden yang memilih Aceng Fikri.
Berikut adalah hasilnya:
64
Table IV.D.16. Ikut Serta Dalam Kampanye
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Tidak Pernah 6 Orang 6%
2 Pernah 27 Orang 27%
3 Sering 41 Orang 41%
4 Sangat Sering 26 Orang 26%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.D.16. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab sangat
sangat sering terdapat 26 orang (%) dan yang menjawab sering terdapat 41 orang
(%), 27 orang (%) yang menjawab pernah ikut serta, sedangkan 6 orang (%)
responden yang memilih Aceng Fikri mengaku tidak pernah sama sekali ikut serta
dalam kegiatan kampanye, meskipun dia pernah dihubungi oleh calon, tim sukses
atau pendukung Aceng Fikri.
Pertanyaan nomor 2D berbunyi “Menurut ibu/bapak seberapa sering atau
tidak sering membantu calon/kandidat misalnya dengan memasang gambar, stiker,
poster atau spanduk pada masa kampanye atau menjelang pemilihan umum”.
Pertanyaan ini untuk mengetahui selain responden ikut serta dalam kampanye,
apakah responden juga ikut serta membantu calon/kandidat. Berikut hasilnya:
Tabel IV.D.17. Membantu Proses Kampanye
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Tidak Pernah 4 Orang 4%
2 Pernah 35 Orang 35%
3 Sering 45 Orang 45%
4 Sangat Sering 16 Orang 16%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
65
Pada Tabel IV.D.17. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab sangat
sering membantu kegiatan kampanye Aceng Fikri ada 16 orang (%) dan yang
menjawab sering ada 45 orang (%), 35 orang (%) yang menjawab pernah
membantu, sedangkan 4 orang (%) tidak pernah sama sekali membantu kegiatan
kampanye Aceng Fikri.
Pertanyaan nomor 2E berbunyi “Menurut ibu/bapak seberapa sering atau
tidak sering meyakinkan orang lain untuk memilih calon/kandidat pilihan anda”.
Berikut adalah hasilnya:
Tabel IV.D.18. Meyakinkan Orang Lain Untuk Memilih Calon/Kandidat
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Tidak Pernah 3 Orang 3%
2 Pernah 40 Orang 40%
3 Sering 33 Orang 33%
4 Sangat Sering 24 Orang 24%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.D.18. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 40
orang (%) diantaranya mengatakan pernah mencoba meyakinkan atau mengajak
orang lain untuk ikut memilih pilihannya. Sedangkan 33 orang (%) mengatakan
sering dan 24 orang (%) mengatakan justru sangat sering berusaha meyakinkan
orang lain untuk memilih Aceng Fikri. Dan hanya 3 orang (%) dari responden yang
tidak pernah meyakinkan atau melakukan ajakan kepada orang lain untuk memilih
Aceng Fikri.
Pada variabel keterpilihan Aceng Fikri sebagai anggota DPD RI (Y), peneliti
melihat adanya 19 orang (%) responden yang menentukan pilihannya terhadap
Aceng Fikri pada saat di TPS tetapi hanya 6 orang (%) yang tidak pernah sama
66
sekali mengikuti kampanye. Dengan demikian meskipun pilihan responden
terhadap Aceng Fikri ditentukan di TPS, ada dari mereka yang mengikuti
kampanye. Selain itu, dari 6 orang (%) yang tidak mengikuti kampanye terdapat 4
orang yang tidak pernah membantu kegiatan Aceng Fikri seperti menempelkan
gambar, stiker, memasang spanduk, dan lain-lain.
Peneliti juga melihat keseluruhan responden mencari dan mendapat
informasi, serta dihubungi baik oleh calon, tim sukses atau pendukung Aceng Fikri
meskipun 6 orang (%) diantara mereka tidak ikut serta dalam kampanye, dan hanya
satu orang (%) dari mereka yang tidak pernah berbincang atau berdiskusi tentang
pilihan politiknya atau dalam hal ini Aceng Fikri.
E. Analisis Perilaku Politik Warga Kecamatan Karangpawitan
1. Perilaku Sosiologi
Pertanyaan nomor 3A berbunyi menurut ibu/bapak seberapa setuju atau
tidak setuju dengan pernyataan “Saya memilih calon/kandidat karena faktor
umur”. Dengan hasil sebagai berikut:
Tabel IV.E.19. Responden Memilih Karena Faktor Umur
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 22 Orang 22%
2 Tidak Setuju 42 Orang 42%
3 Setuju 29 Orang 29%
4 Sangat Setuju 7 Orang 7%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
67
Pada Tabel IV.E.19. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 7
orang (%) diantaranya menjawab sangat setuju, 29 orang (%) menjawab setuju,
42 orang (%) menjawab tidak setuju, dan 22 orang (%) menjawab sangat tidak
setuju bahwa dirinya dinyatakan memilih calon/kandidat berdasarkan umur.
Pertanyaan nomor 3B berbunyi menurut ibu/bapak seberapa setuju atau
tidak setuju dengan pernyataan “Saya memilih calon/kandidat karena faktor
pekerjaan”. Dengan hasil sebagai berikut:
Tabel IV.E.20. Responden Memilih Karena Faktor Pekerjaan
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 16 Orang 16%
2 Tidak Setuju 47 Orang 47%
3 Setuju 23 Orang 23%
4 Sangat Setuju 14 Orang 14%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.E.20. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab,
mayoritas responden tidak setuju bahwa pilihannya didasarkan pada faktor
pekerjaan, yakni 47 orang (%) diantaranya menjawab tidak setuju, 23 orang (%)
menjawab setuju, 14 orang (%), dan bahkan 16 orang (%) menjawab sangat tidak
setuju dirinya dinyatakan memilih calon/kandidat karena faktor pekerjaan.
Pertanyaan nomor 3C berbunyi menurut ibu/bapak seberapa setuju atau
tidak setuju dengan pernyataan “Saya memilih calon/kandidat karena faktor
pendidikan”. Peneliti ingin mengetahui seberapa setuju responden dengan
pernyataan tersebut. Berikut adalah hasilnya:
68
Tabel IV.E.21. Responden Memilih Karena Faktor Pendidikan
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju - 0%
2 Tidak Setuju 60 Orang 60%
3 Setuju 24 Orang 24%
4 Sangat Setuju 16 Orang 16%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.E.21. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab,
mayoritas tidak setuju bahwa dirinya memilih calon/kandidat karena faktor
pendidikan, yakni 60 orang (%). Diantaranya mereka juga menjawab sangat
setuju 16 orang (%) dan menjawab setuju 24 orang (%).
Pertanyaan nomor 3D berbunyi menurut ibu/bapak seberapa setuju atau
tidak setuju dengan pernyataan “Saya memilih calon/kandidat karena faktor
agama”. Pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa setuju responden dengan
pernyataan tersebut. Berikut adalah hasilnya:
Tabel IV.E.22. Responden Memilih Karena Faktor Agama
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 2 Orang 2%
2 Tidak Setuju 18 Orang 18%
3 Setuju 35 Orang 35%
4 Sangat Setuju 45 Orang 45%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.E.22. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab,
paling banyak 45 orang (%) menjawab sangat setuju, 35 orang (%) menjawab
setuju, 18 orang (%) menjawab tidak setuju, dan 2 orang (%) menjawab sangat
69
tidak setuju terhadap pernyataan bahwa dirinya memilih calon/kandidat karena
faktor agama.
Pertanyaan no 3D kemudian dirincikan dengan pertanyaan no 4 yaitu
“Organisasi keislaman apakah yang ibu/bapak ikuti?”. Pertanyaan ini untuk
mengetahui organisasi keislaman yang diikuti responden. Berikut hasilnya:
Tabel IV.E.23. Organisasi Keislaman yang Diikuti Responden
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Persis 17 Orang 17%
2 Muhammadiyah 36 Orang 36%
3 NU 37 Orang 37%
4 Salafiyah 3 Orang 3%
5 Ahmadiyah 1 Orang 1%
6 Tidak Disebutkan 6 Orang 6%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.E.23. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 17
orang (%) diantaranya mengikuti Persatuan Islam (PERSIS), 36 orang (%)
menjawab mengikuti Organisasi Muhammadiyah, 37 orang (%) menjawab
mengikuti Nahdlatul Ulama (NU), 3 orang (%) mengikuti Salafiyah, 1 orang (%)
mengikuti Ahmadiyah, dan ada 6 orang (%) memilih kolom “tidak disebutkan”.
Pertanyaan nomor 3E berbunyi menurut ibu/bapak seberapa setuju atau
tidak setuju dengan pernyataan “Saya memilih calon/kandidat karena faktor
suku”. Pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa setuju responden dengan
pernyataan tersebut. Berikut hasilnya:
70
Tabel IV.E.24. Responden Memilih Karena Faktor Suku/Etnis
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 6 Orang 6%
2 Tidak Setuju 22 Orang 22%
3 Setuju 36 Orang 36%
4 Sangat Setuju 36 Orang 36%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.E.24. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 36
orang (%) diantaranya menjawab sangat setuju, 36 orang (%) menjawab setuju,
22 orang (%) menjawab tidak setuju, dan 6 orang (%) menjawab sangat tidak
setuju terhadap pernyataan bahwa dirinya memilih calon/kandidat karena faktor
suku.
Pertanyaan nomor 3F berbunyi menurut ibu/bapak seberapa setuju atau
tidak setuju dengan pernyataan “Saya memilih calon/kandidat karena faktor
gender”. Pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa setuju responden dengan
pernyataan tersebut. Berikut hasilnya:
Tabel IV.E.25. Responden Memilih Karena Faktor Gender
NO Jawaban Frekuensi Persentase
Laki-Laki Perempuan
1 Sangat Tidak Setuju 8 Orang 7 Orang 15%
2 Tidak Setuju 8 Orang 12 Orang 20%
3 Setuju 17 Orang 20 Orang 47%
4 Sangat Setuju 7 Orang 11 Orang 18%
Jumlah 50 Orang 50 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.E.25. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab,
mayoritas atau 47 orang (%) diantaranya menjawab setuju jika gender adalah
faktor mereka dalam menentukan calon/kandidat. Yang paling sedikit adalah
71
mereka yang menolak atau sangat tidak setuju jika gender menjadi faktor
mereka dalam menentukan pilihan, sikap ini diambil oleh 15 orang (%).
Diantara mereka juga ada yang menjawab sangat setuju yaitu 18 orang (%) dan
menjawab tidak setuju sebanyak 20 orang (%).
Pada Tabel IV.E.25. juga menunjukan bahwa responden perempuan
merupakan mayoritas, yakni 31 orang (%) merasa setuju atau sangat setuju
memilih Aceng Fikri berdasarkan gender. Sedangkan ada 24 responden (%)
laki-laki merasa setuju atau sangat setuju memilih Aceng Fikri berdasarkan
gender.
2. Perilaku Psikologis
Pertanyaan nomor 5A berbunyi menurut ibu/bapak seberapa setuju atau
tidak setuju dengan pernyataan “Saya merasa dekat dan suka dengan Aceng
Fikri”. Pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa setuju responden dengan
pernyataan tersebut. Berikut hasilnya:
Tabel IV.E.26. Responden Dekat atau Suka dengan Aceng Fikri
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Suka 1 Orang 1%
2 Tidak Suka 39 Orang 39%
3 Suka 46 Orang 46%
4 Sangat Suka 14 Orang 14%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.E.26. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 14
orang (%) diantaranya menjawab sangat setuju, 46 orang (%) menjawab setuju,
39 orang (%) menjawab tidak setuju, dan 1 orang (%) menjawab sangat tidak
72
setuju terhadap pernyataan bahwa dirinya memilih calon/kandidat karena faktor
kedekatan dan suka atau preferensi.
Peneliti menambahkan pertanyaan pada no 6 untuk melengkapi pertanyaan
nomor 5A yaitu “Apa yang anda suka/tidak suka dari sosok Aceng Fikri”.
Pertanyaan ini untuk mengetahui apa yang disukai dan tidak diskukai responden
dari Aceng Fikri. Berikut hasilnya:
Tabel IV.E.27. Yang Disukai/Tidak Disukai Responden dari Aceng Fikri
No Jawaban Kepemimpinan Kinerja Penampilan Kepribadian Total
1 STS - 1 Orang - - 1%
2 TS 18 Orang 9 Orang 2 Orang 10 Orang 39%
3 S 10 Orang 2 Orang 9 Orang 25 Orang 46%
4 SS - - 6 Orang 8 Orang 14%
Total 28% 12% 17% 43% 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.E.27. menunjukkan 46 orang (%) yang merasa dekat dan
suka dengan Aceng Fikri, diantaranya ada 10 orang (%) yang mengaku suka
dengan kepemimpinan Aceng Fikri, 2 orang (%) menyukai kinerja Aceng Fikri,
9 orang (%) menyukai penampilan atau fisik, dan 25 orang (%) menyukai
kepribadian Aceng Fikri. Sedangkan 6 orang (%) menjawab sangat suka dengan
penampilan atau fisik Aceng Fikri, dan 8 orang (%) menjawab sangat suka
dengan kepribadian Aceng Fikri.
Tabel diatas juga menunjukkan adanya satu orang yang tidak merasa
dekat, dia sangat tidak suka dengan kinerja Aceng Fikri, sedangkan dari 39
responden yang mengaku tidak suka dengan Aceng Fikri, diantaranya 18 orang
(%) tidak menyukai kepemimpinan Aceng Fikri, 9 orang (%) tidak suka kinerja,
2 orang (%) tidak suka penampilan/fisik, dan 10 orang (%) tidak suka dengan
73
kepribadian Aceng Fikri. Adapun 40 orang (%) yang tidak suka terhadap Aceng
Fikri tetapi dia tetap memilih Aceng Fikri dapat dijelasakan melalui faktor lain.
Pertanyaan nomor 5B berbunyi menurut ibu/bapak seberapa setuju atau
tidak setuju dengan pernyataan “Saya memilih calon/kandidat karena faktor isu”.
Pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa setuju responden dengan pernyataan
tersebut. Berikut hasilnya:
Tabel IV.E.28. Responden Memilih Karena Faktor Isu
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 19 Orang 19%
2 Tidak Setuju 47 Orang 47%
3 Setuju 26 Orang 26%
4 Sangat Setuju 8 Orang 8%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.E.28. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 8
orang (%) diantaranya menjawab sangat setuju, 26 orang (%) menjawab setuju,
47 orang (%) menjawab tidak setuju, dan 19 orang (%) menjawab sangat tidak
setuju terhadap pernyataan bahwa dirinya memilih calon/kandidat karena faktor
isu.
Pada faktor isu, peneliti menambahkan pertanyaan pada no 7 yaitu “Pada
tahun 2013 Aceng Fikri di makzulkan dari jabatannya sebagai Bupati Garut
karena melanggar Undang-Undang melakukan nikah sirih, bagaimana
tanggaapan ibu/bapak?”. Pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh isu Aceng Fikri terhadap responden. Berikut hasilnya:
74
Tabel IV.E.29. Jawaban Responden Berkenaan Isu Aceng Fikri
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Bersalah dan layak di makzulkan 17 Orang 17%
2 Bersalah tetapi tidak layak di makzulkan 25 Orang 25%
3 Tidak tahu 24 Orang 24%
4 Tidak bersalah dan tidak layak di
makzulkan
34 Orang 34%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.E.29. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 34
orang (%) diantaranya menjawab Aceng Fikri tidak bersalah dan tidak layak di
makzulkan, 24 orang (%) menjawab tidak tahu, 25 orang (%) menjawab Aceng
Fikri memang bersalah tetapi tidak layak di makzulkan, dan 17 orang (%) dari
responden yang menjawab Aceng Fikri bersalah dan layak di makzulkan namun
tetap memilih Aceng Fikri pada pemilu legislatif 2014.
Pertanyaan nomor 5C berbunyi menurut ibu/bapak seberapa setuju atau
tidak setuju dengan pernyataan “Saya memilih karena merasa suara saya penting
dalam pemilu 2014”. Pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa setuju
responden dengan pernyataan tersebut. Berikut hasilnya:
Tabel IV.E.30. Responden Merasa Suaranya Penting dalam Pemilu
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 2 Orang 2%
2 Tidak Setuju 57 Orang 57%
3 Setuju 30 Orang 30%
4 Sangat Setuju 11 Orang 11%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
75
Pada Tabel IV.E.30. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 11
orang (%) diantaranya menjawab sangat setuju, 30 orang (%) menjawab setuju,
57 orang (%) menjawab tidak setuju, dan hanya 2 orang (%) yang menjawab
sangat tidak setuju terhadap pernyataan bahwa dirinya memilih calon/kandidat
karena merasa suaranya penting dalam pemilu 2014.
3. Perilaku Pilihan Rasional
Pertanyaan nomor 8 berbunyi “menurut ibu/bapak bagaimana kontribusi
Aceng Fikri untuk warga Garut”. Pertanyaan ini untuk mengetahui pendapat
responden berkenaan kontribusi Aceng Fikri selama ini bagi warga Garut.
Berikut hasilnya:
Tabel IV.E.31. Responden Memilih Karena Faktor Kinerja
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Baik 7 Orang 7%
2 Tidak Baik 26 Orang 26%
3 Baik 52 Orang 52%
4 Sangat baik 15 Orang 15%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.E.31. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 15
orang (%) diantaranya menjawab sangat baik atau bagus, 52 orang (%)
menjawab baik atau bagus, 26 orang (%) menjawab tidak baik atau bagus, dan 7
orang (%) yang menjawab sangat tidak baik atau bagus kontribusi Aceng Fikri
selama ini bagi warga Garut.
Peneliti dalam hal indikator kinerja menambah pertanyaan sebagai
pelengkap. Pertanyaan tambahan tersebut tertera pada nomor 9 yaitu “menurut
ibu/bapak pembangunan atau kontribusi seperti apa yang harus diutamakan oleh
76
pemerintah Garut?”. Pertanyaan ini untuk mengetahui pendapat responden
berkenaan bentuk kontribusi yang dibutuhkan warga Garut. Berikut hasilnya:
Tabel IV.E.32. Kontribusi yang Harus Diutamakan Menurut Responden
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Transportasi 25 Orang 25%
2 Kesehatan 14 Orang 14%
3 Keamanan 25 Orang 25%
4 Sarana dan Fasilitas 36 Orang 36%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.E.32. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab,
mayoritas atau 36 orang (%) menjawab pembangunan sarana dan fasilitas adalah
yang paling penting diutamakan, 25 orang (%) diantaranya menjawab
transportasi dan peningkatan keamanaan, sedangkan 14 orang (%) menjawab
peningkatan kesehataan.
Pertanyaannya nomor 10 adalah “Seberapa tahu ibu/bapak dengan janji,
tawaran atau program kerja politik Aceng Fikri saat mencalonkan sebagai
anggota DPD RI pada pemilu legislatif 2014”. Pertanyaan ini untuk mengetahui
pendapat responden berkenaan janji politik Aceng Fikri. Berikut hasilnya:
Tabel IV.E.33. Jawaban Responden terhadap Program Kerja Aceng Fikri
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak tahu 6 Orang 6%
2 Tidak tahu 37 Orang 37%
3 Tahu 37 Orang 37%
4 Sangat tahu 20 Orang 20%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
77
Pada Tabel IV.E.33. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 20
orang (%) menjawab sangat tahu, 37 orang (%) diantaranya menjawab tahu,
sedangkan 37 orang (%) menjawab tidak tahu, dan 6 orang (%) menjawab
sangat tidak tahu menegenai program kerjaa yang ditawarkan tetapi tetapi
memilih Aceng Fikri.
Pertanyaan nomor 11 adalah “Pada saat pemilu legislative 2014 Aceng
Fikri akan mengupayakan pembangunan dalam peningkatan sumber daya alam,
Seberapa setuju ibu/bapak dengan janji atau tawaran politik Aceng Fikri”.
Pertanyaan ini untuk mengetahui pendapat responden sepakat dengan janji
politik Aceng Fikri. Berikut hasilnya:
Tabel IV.E.34. Jawaban Responden Terhadap Tawaran Politik Aceng
Fikri
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 2 Orang 2%
2 Tidak Setuju 32 Orang 32%
3 Setuju 45 Orang 45%
4 Sangat setuju 21Orang 21%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.E.34. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab,
21 orang (%) menjawab sangat setuju, 45 orang (%) diantaranya menjawab
setuju, sedangkan 32 orang (%) menjawab tidak setuju, dan 2 orang (%)
menjawab sangat tidak tahu mengenai program kerjaa yang ditawarkan tetapi
memilih Aceng Fikri.
78
Pertanyaan nomor 12 berbunyi “menurut ibu/bapak bagaimana
perekonomian keluarga saat ini?”. Pertanyaan ini untuk mengetahui kondisi
perekonomian responden saat ini. Berikut hasilnya:
Tabel IV.E.35. Kondisi Ekonomi Keluarga Responden
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Baik 12 Orang 12%
2 Tidak Baik 32 Orang 32%
3 Baik 34 Orang 34%
4 Sangat baik 22 Orang 22%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
Pada Tabel IV.E.35. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab, 22
orang (%) menjawab sangat baik, 34 orang (%) menjawab baik, 32 orang (%)
menjawab tidak baik, sedangkan 12 orang (%) menjawab bahwa perekonomian
keluarganya sangat tidak baik.
Peneliti menambah pertanyaan pada indikator ekonomi, dengan
pertanyaan nomor 13 berbunyi “Apakah ibu/bapak setuju dengan jika
calon/kandidat memberikan barang atau uang saat pemilu?” Pertanyaan ini
untuk mengetahui pandangan responden terhadap money politic. Berikut adalah
hasilnya:
Tabel IV.E.36. Jawaban Responden Tentang Money Politics
NO Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Setuju 13 Orang 13%
2 Tidak Setuju 25 Orang 25%
3 Setuju 30 Orang 30%
4 Sangat setuju 32 Orang 32%
Jumlah 100 Orang 100%
Sumber: data kuesioner (Primer)
79
Pada Tabel IV.E.36. menunjukkan dari 100 responden yang menjawab,
32 orang (%) diantaranya menjawab sangat setuju, 30 orang (%) menjawab
setuju, 25 orang (%) menjawab tidak setuju, dan 13 orang (%) yang menjawab
sangat tidak setuju terhadap money politic.
F. Koefisien Korelasi Berganda
Korelasi merupakan teknik statistik yang digunakan untuk meguji
ada/tidaknya hubungan serta arah hubungan dari dua variabel atau lebih. Besar
kecilnya hubungan antara dua variabel dinyatakan dalam bilangan yang disebut
Koefisien Korelasi. Untuk pengambilan keputusan statistik, dapat digunakan dua
cara: Pertama, Apabila koefisien korelasi > r tabel maka ada korelasi yang
signifikan maka Ho ditolak. Kedua, melihat nilai Sig. apabila nilai Sig. < 0,05
Maka ada korelasi yang signifikan maka Ho ditolak.
Menentukan r tabel, ditemukan hasil sebesar 0.196504. Dengan demikian,
hubungan variabel sosiologis (X1) dengan variabel keterpilihan Aceng Fikri (Y)
memiliki adalah signifikan, karena nilai koefisien korelasi 0.704 > 0.196504.
Korelasi antara variabel sosiologis (X1) dengan variabel keterpilihan Aceng Fikri
(Y) juga terlihat dari nilai Sig 0,000 < 0,05. Lihat tabel berikut:
Tabel IV.F.37. Koefisien Korelasi Variabel X1,X2, dan X3 dengan Y
Variabel Nilai Sig. Pearson Correlation
Perilaku Sosiologis 0,000 -0,704
Perilaku Psikologis 0,072 0,072
Perilaku Pemilih Rasional 0,006 0,006
Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS
80
Pada tabel IV.F.37. menunjukan korelasi antara variabel X1 dan Y adalah
negatif. Artinya jika variabel perilaku sosiologis meningkat maka variabel
keterpilihan Aceng Fikri akan menurun. Dan apabila variabel sosiologis menurun
maka variabel keterpilihan Aceng Fikri akan meningkat. Sedangkan variabel
psikologis (X2) dan pilihan rasional (X3), 0,072 dan 0,006 lebih kecil dari
0.196504. Begitu juga dengan nilai sig. dari variabel psikologis (X2) dan psikologis
(X3), 0,096 dan 0,584 > 0,05 menunjukan keduanya tidak memiliki korelasi
terhadap keterpilihan Aceng Fikri. Sedangkan untuk menguji korelasi berganda
dilihat dari nilai R semakin mendekati 1 maka korelasi semakin kuat. Berikut hasil
olah data yang disajikan dalam bentuk tabel:
Tabel IV.F.38. Koefisien Korelasi berganda
Model R R Square Adjusted R
Square
1 .724 .525 .510
Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS
Tabel IV.F.38. menjelaskan besarnya nilai korelasi/hubungan (R) yaitu
sebesar 0,724. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan
antara seluruh variabel X (perilaku sosiologis, psikologis dan pilihan rasional)
terhadap keterpilihan Aceng Fikri.
G. Analisis Regresi Linier Berganda
1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan analisis regresi linier berganda, terlebih dahulu peneliti
melakukan uji normalitas, multikoloniearitas, dan heteroskedastisitas sebagai
berikut:
81
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan uji One-Sample Kolmogorov-smirnov
dengan kaidah keputusan jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat
dikatakan data tersebut berdistribusi normal, berikut tabel hasil olah data:
Tabel IV.G.39. Korelasi Parsial Variabel X2 dan Y
Unstandardized Residual
N 100
Normal Parametersa,b 0E-7 0E-7
2.22454875 2.56158870
Most Extreme
Differences
.047 .082
.036 .068
-.047 -.082
Kolmogorov-Smirnov Z .468
Asymp. Sig. (2-tailed) .981
Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel IV.G.39. jumlah observasi
Kolmogorov-Smirnov dalam penelitian ini sebesar 100. Pengujian
menunjukan bahwa variabel memiliki nilai distribusi sebesar 0,981 > 0,05
yang berarti nilainya terdistribusi dengan normal.
Uji normalitas juga dapat dilihat dari gambar Normal P-P Plot di
bawah ini. Kriteria sebuah (data) residual terdistribusi normal atau tidak
dengan pendekatan Normal P-P Plot dapat dilakukan dengan melihat
sebaran titik yang ada pada gambar. Apabila sebaran titik-titik tersebut
mendekati atau rapat pada garis lurus (diagonal) maka dikatakan bahwa (data)
residual terdistribusi normal, namun apabila sebaran titik tersebut menjauhi
garis maka tidak terdistribusi normal. Lihat gambar berikut:
82
Gambar IV.G.4. Normal P-P Plot
Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS
b. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan
metode scatterplot untuk melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik yang
didapatkan melalui penambahan plots dengan SRESID sebagai Y dan ZPRED
sebagai X. Setelah dilakukan uji heteroskedastisitas, maka hasilnya
menunjukan hubungan antara regression studentized residual dan regression
standardized predicted value yang berupa titik-titik terlihat membentuk suatu
pola yang kurang jelas (tersebar). Dengan demikian, dalaam penelitian ini
tidak terkena gejala heteroskedastisitas sehingga model regresi yang
digunakan layak dipakai untuk memprediksi variabel. Untuk lebih jelasnya
lihat gambar berikut:
83
Gambar IV.G.5. Scatterplot
Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS
c. Uji Multikolonieritas
Pemeriksaan multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan VIF
(Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF > 10; dan jika tolerance < 0,1
maka terjadi multikoloniearitas. Berikut hasilnya dalam bentuk tabel:
Tabel IV.G.40.Uji Multikolinearitas
Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS
Dari hasil analisis program SPSS nilai tolerance dari variabel perilaku
sosiologis 0,982; perilaku psikologis 0,819; dan perilaku pilihan rasional
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
x1i 0.982 1.018
X2i 0.819 1.221
X3i 0.828 1.208
84
0,828. Dapat disimpulkan bahwa nilai tolerance bebas multikoloniearitas,
karena lebih dari 0,1. Sedangkan nilai VIF dari variabel sosiologis 1,018;
perilaku psikologis 1,221; dan perilaku pilihan rasional 1,208. Nilai VIF
ketiga variabel independen tersebut membuktikan bahwa nilai VIF bebas
multikolonieritas karena < 10.
2. Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi dapat diukur oleh nilai R square atau adjusted
R square. Peneliti menggunakan nilai R square sesuai dengan ketentuan variabel
bebas yang lebih dari satu. Berikut hasil olah data yang disajikan dalam bentuk
tabel:
Tabel IV.G.41. Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R
Square
1 .724 .525 .510
Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS
Tabel IV.G.41. menjelaskan besarnya nilai R square adalah 0,525, artinya
bahwa variabel bebas (X) yaitu perilaku sosiologis, psikologis, dan pilihan
rasional dapat menjelaskan variabel terikat keterpilihan Aceng Fikri secara
linear sebesar 52,5%. Atau ada sebesar 47,5% yang dijelaskan oleh variabel
diluar variabel bebas perilaku sosiologis, psikologis dan pilihan rasional.
85
3. Persamaan Regresi Linier Berganda
Tabel IV.G.42. menunjukkan adanya dua parameter koefisien regresi yang
bertanda negatif2 (perilaku sosiologis dan pilihan rasional) dan satu koefisien
regresi yang bertanda positif3 (variabel perilaku psikologis).
Tabel IV.G.42. Persamaan Regresi
Model Unstandardized
Coefficients
B Std. Error
1
(Constant) 21.833 1.235
x1i -.527 .052
X2i .316 .131
X3i -.089 .074
Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS
Berdasarkan tabel IV.G.42. maka persamaan regresi sebagaai berikut:
Keterpilihan Aceng Fikri = 21.833 – 0.527 (X1) + 0.316 (X2) – 0,089 (X3)
H. Uji Hipotesis Penelitian
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan peneliti untuk memperoleh penjelasan mengenai
pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam uji F, nilai F
hitung (ditunjukkan pada kolom F) dibandingkan dengan F tabel 2.699393 (F
tabel ditentukan oleh derajat bebas pembilang 3 dan derajat penyebut 96). Selain
2 Tanda positif (+) mempunyai arti bahwa setiap perubahan salah satu variabel bebas akan
mengakibatkan perubahan variabel terikat dengan arah yang sama bila variabel bebas lainnya
dianggap konstan. 3 tanda negatif (-) berarti setiap perubahan salah satu variabel bebas akan mengakibatkan
perubahan variabel terikat dengan arah yang berlawanan bila variabel lainnya dianggap konstan.
86
itu, uji signifikansi juga dilihat dari tingkat kesalahan/error (alpha) 0,05 (yang
telah ditentukan). Adapun pengujian melalui prosedur berikut:
𝐻0: 𝛽1 = 𝛽2 = 𝛽3 = 0
𝐻1: tidak semua dari 𝛽𝑖(i = 1,2, dan 3) adalah nol
Tabel IV.H.43. nilai F hitung 35.330 lebih besar dari F tabel 2.699393,
maka F hitung berada di daerah penolakan 𝐻0 atau dengan kata lain menerima
𝐻1 yaitu tidak semua 𝛽𝑖 adalah nol. Sedangkan nilai sig. juga menunjukan
adanya pengaruh secara simultan yakni 0,000 < 0,05. Untuk lebih jelasnya, lihat
hasil olah data pada tabel berikut:
Tabel IV.H.43. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Model Sum of Squares Df F Sig.
1
Regression 348.817 3 35.330 .000
Residual 315.943 96
Total 664.760 99
Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS
Dengan demikian, seluruh variabel independen (𝑋𝑖): perilaku sosiologis,
psikologis dan pilihan rasional berpengaruh pada variabel dependen (Y) yaitu
keterpilihan Aceng Fikri. Selain itu juga mengindikasikan bahwa persamaan
garis regresi dapat digunakan untuk membuat prediksi.
2. Uji Signifikansi Parsial (Uji T)
Uji T sama halnya uji F memiliki acara pengambilan keputusan, yaitu
pertama, apabila nilai T hitung > T Tabel maka dapat dikatakan bahwa model
regresi yang diestimasi layak, sebaliknya jika T hitung < dari T tabel maka model
regresi yang diestimasi tidak layak. Nilai T tabel ditentukan sebesar 1,983972.
87
Kedua, probabilitas nilai sig < 0,05 maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima
artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan
variabel dependen, sebaliknya jika nilai sig > 0,05 maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1
ditolak artinya tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen
dengan variabel dependen. Berikut hasil olah data yang dilakukan peneliti:
Tabel IV.H.44. Uji Signifikansi Parsial (Uji T)
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Constant) 21.833 1.235 17.683 .000
x1i -.527 .052 -.727 -10.238 .000
X2i .316 .131 .187 2.408 .018
X3i -.089 .074 -.093 -1.203 .232
Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS
a. Variabel Perilaku Sosiologis
Berdasarkan tabel IV.H.44. nilai T hitung variabel perilaku sosiologis
10,238 > T tabel 1,983972 dan nilai sig. 0,000 < 0,05 maka 𝐻0 ditolak. Dalam
hal ini variabel sosiologis mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel
keterpilihan Aceng Fikri. Adapun pengaruh variabel perilaku sosiologis
adalah negatif atau berlawanan dengan variabel keterpilihan Aceng Fikri.
Artinya Aceng Fikri akan semakin terpilih ketika perilaku sosiologis warga
Kecamatan Karangpawitan menurun, dan sebaliknya tingkat keterpilihan
Aceng Fikri akan menurun ketika perilaku sosiologis warga Kecamatan
Karangpawitan meningkat.
88
b. Variabel Perilaku Psikologis
Berdasarkan tabel IV.H.44. nilai T hitung variabel perilaku psikologis
2,408 > 1,983972 dan nilai sig. variabel psikologis sebesar 0,018 < 0,05 maka
𝐻0 ditolak. Dalam hal ini variabel psikologis mempunyai pengaruh signifikan
terhadap variabel keterpilihan Aceng Fikri. Adapun pengaruh variabel
perilaku psikologis adalah positif atau linear dengan variabel keterpilihan
Aceng Fikri. Artinya Aceng Fikri akan semakin terpilih ketika perilaku
psikologis warga Kecamatan Karangpawitan meningkat, dan sebaliknya
tingkat keterpilihan Aceng Fikri akan menurun ketika perilaku sosiologis
warga Kecamatan Karangpawitan juga menurun.
c. Variabel Perilaku Pilihan Rasional
Berdasarkan tabel IV.H.44. nilai T hitung variabel perilaku pilihan
rasional -1,203 < 1,983972 maka variabel pilihan rasional tidak mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel keterpilihan Aceng Fikri. Tidak adanya
pengaruh juga terlihat dari nilai signifikasi variabel pilihan rasional sebesar
0,232 > 0,05 maka 𝐻0 diterima. Artinya naik-turunnya perilaku pilihan
rasional warga Kecamatan Karangpawitan tidak akan mempengaruhi terpilih
dan tidaknya Aceng Fikri.
89
3. Analisis Jalur (Path Analisis)
Karena koefisien analisis jalur dihitung dari analisis regresi, maka
koefisien analisis jalur dapat diuji tingkat signifikansinya yaitu pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji
statistik T (uji signifikansi parsial)4. Berikut hasil olah data:
Tabel IV.H.45. Analisis Jalur
Model Standardized Coefficients T Sig.
Beta
1
(Constant) 17.683 .000
x1i -.727 -10.238 .000
X2i .187 2.408 .018
X3i -.093 -1.203 .232
Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS
Pada IV.G.45. kolom standardized coefficients adalah koefisien jalur
variabel 𝑋1, 𝑋2dan 𝑋3 atau biasa disebut koefisien beta atau beta hitung, yaitu:
𝑃𝑦𝑥1 = −0,727 ; 𝑃𝑦𝑥2 = 0,187 ; 𝑃𝑦𝑥3 = −0,093. Namun, sesuai dengan
hasil uji statistik T (uji signifikansi parsial) maka hasil pengujian koefisien jalur
menolak 𝑃𝑦𝑥3 dan menerima 𝑃𝑦𝑥1dan 𝑃𝑦𝑥2, dengan asumsi nilai T hitung 𝑋3 -
1.203 < T tabel -1,983972 dan nilai sig. 𝑋3 0,232 > 0.05. Maka dari hasil
pengujian koefisien jalur diperoleh keterangan obyektif, bahwa koefisien jalur
dari 𝑋1 ke Y dan 𝑋2 ke Y kedua-duanya secara statistik adalah bermakna (T
hitung > T tabel dan p-value/sig. < 0.05), sedangkan koefisien jalur dari X3 ke
Y tidak bermakna (T hitung < T tabel dan pvalue/sig. > 0.05).
4 Agus Widarjono, Analisis Statistik Multivariat, hal. 272.
90
Oleh karena itu peneliti mengeluarkan 𝑋3 dari model proposisi menjadi:
perilaku sosiologis (𝑋1) yang memiliki pengaruh negatif dan perilaku psikologis
(𝑋2) yang mempunyai pengaruh positif terhadap keterpilihan Aceng Fikri (Y).
Atas dasar proposisi yang telah diperbaiki ini diagram jalur sekarang hanya
berisi dua buah variabel eksogen (independen) yaitu 𝑋1 dan 𝑋2 dan sebuah
variabel endogen (dependen).
Dengan hilangnya sebuah variabel eksogen dari diagram jalur, maka
besarnya koefisien jalur akan berbuah. Oleh karena itu, perhitungan harus
diulang, dan hasilnya sebagai berikut:
Tabel IV.H.46. Perhitungan Ulang Koefisien Jalur
Model Standardized
Coefficients
T Sig.
Beta
1
(Constant) 18.309 .000
X1 -.720 -10.150 .000
X2 .148 2.094 .039
Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS
Tabel IV.H.46. menunjukan bahwa koefisien jalur 𝑋1 menjadi -0.720 dan
koefisien jalur 𝑋2 menjadi 0.148, keduanya signifikan jika melihat T hitung >
1,983972 dan nilai Sig. < 0,05. Sedangkan pada tabel model summary terlihat
kalau R square berubah menjadi 0.512, lihat tabel berikut:
Tabel IV.H.47. Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .719a .518 .508 1.81831 a
Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS
91
Dari Tabel IV.H.47. R maka Square tersebut dapat digunakan untuk
menghitung koefisien jalur variabel lain diluar model, yakni 𝑃𝑦. Peneliti juga
menentukan besarnya pengaruh secara proporsional, yaitu:
Tabel IV.H.48. Pengaruh Variabel X1 terhadap Y
Hasil Percent
Pengaruh Langsung 0,5184 51,84%
Pengaruh melalui hubungan
korelatif dengan X2 -0,01129536 1,11%
Pengaruh X1 ke Y secara total 0,50710464 50,71%
Sumber: hasil olah data kuesioner
Tabel IV.H.49. Pengaruh Variabel X2 terhadap Y
Hasil Percent
Pengaruh Langsung 0,021904 2,19%
Pengaruh melalui hubungan
korelatif dengan X2 -0,01129536 1,11%
Pengaruh X2 ke Y secara total 0,01060864 1,06%
Sumber: hasil olah data kuesioner
Tabel IV.H.48. dan Tabel IV.H.49. menunjukan pengaruh gabungan oleh
X1 dan X2 ke Y adalah 0,50710464 + 0,01060864 = 0.51761328, yang tidak
lain adalah besarnya R square Y(X1X2) = 0.518 (lihat tabel IV.H.47. Model
Summary). Atas dasar gambar III.6. peneliti bisa kemukakan hal-hal sebagai
berikut:
Gambar III.6. Correlated Path Model
X1
Y
-0,720
0,148
0,106
0,482
X3
92
1. Kekuatan variabel sosiologis (X1) yang secara langsung menentukan
perubahan-perubahan pada variabel keterpilihaan Aceng Fikri (Y) adalah
51,84% (0,5184), dan yang melalui hubungannya dengan variabel
psikologis (X2) sebesar -1,11% (-0,011). Dengan demikian, secara total
variabel sosiologis (X1) menentukan perubahan-perubahan pada variabel
keterpilihan Aceng Fikri (Y) sebesar 50,71%.
2. Secara total 1.06% (0.106) dari perubahan-perubahan variabel
keterpilihan Aceng Fikri (Y) merupakan pengaruh dari variabel psikologis
(X2), dengan perincian 2,19% (0,021904) adalah pengaruh langsung dan
-1,11% (-0.011) lagi melalui hubungannya dengan variabel sosiologis
(X1).
3. Variabel sosiologis (X1) dan variabel psikologis (X2) secara bersama-
sama mempengaruhi variabel keterpilihan Aceng Fikri (Y) sebesar
50,71% + 1,06% = 51,78% (R = 0,518). Besarnya pengaruh secara
proporsional yang disebabkan oleh variabel lainnya di luar variabel
variabel sosiologis (X1) dan variabel psikologis (X2) dinyatakan oleh
𝑃𝑦2 yaitu sebesar 1 – 0,518 = 0.482 atau sebesar 48.2%.
Pada bab ini peneliti menemukan adanya hubungan dan pengaruh antara
seluruh variabel X (X1, X2, X3) terhadap variabel Y sebesar 72,4% dan 52,5%
artinya ada 47,5% dari keterpilihan Aceng Fikri yang tidak dipengaruhi pendekatan
perilaku politik. Sedangkan kekuatan pendekatan perilaku politik dalam merubah
fenomena keterpilihan Aceng Fikri sebesar 51,8%. Artinya ada 48,2% kekuatan
93
diluar pendekatan perilaku politik yang dapat menjelaskan keterpilihan Aceng
Fikri. Dalam hal ini ukuran keterpilihan Aceng Fikri bukan sekedar memilih tetapi
mendiskusikan, mengikuti kampanye, membantu kampanye, bahkan individu ikut
meyakinkan orang lain memilih Aceng Fikri.
Asumsi peneliti, 52,5% pengaruh dan 48,2% kekuatan diluar pendekatan
perilaku politik dapat dijelaskan oleh peran media, mobilisasi, serangan fajar
ataupun perihal lain yang tidak masuk kriteria indikator pendekatan perilaku politik
seperti yang telah peneliti sebutkan dalam bab III. Oleh karenanya, peneliti
memandang hal tersebut tersebut masuk dalam kategori perilaku elit, bukan
perilaku politik warga biasa seperti yang dimaksud dalam bab II, atau dalam hal ini
warga Kecamatan Karangpawitan dipaksa atau secara tidak sadar memilih Aceng
Fikri. Asumsi peneliti berdasarkan adanya 19% dari responden yang menentukan
pilihannya pada Aceng Fikri di TPS, 99% mengaku pernah dihubungi oleh timses
atau pendukung Aceng Fikri, dan 3% menjawab tidak pernah sama sekali
meyakinkan orang lain untuk memilih Aceng Fikri.
Peneliti juga menemukan pengaruh negatif dari pendekatan sosiologis (T
hitung = - 10,238) namun kekuatannya untuk mempengaruhi keterpilihan Aceng
Fikri cukup besar yaitu 50,71%. Artinya pertimbangan sosiologis justru tidak akan
membuat Aceng Fikri terpilih, sedangkan pertimbangan psikologis dari warga
Kecamatan Karangpaawitan meskipun kecil memiliki pengaruh linear (T hitung
2,408) dengan keterpilihan Aceng Fikri dengan kekuatan sebesar 1,06%.
94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif dengan kuesioner sebagai teknik
pengumpulan data yang dilakukan pada 100 responden warga Kecamatan
Karangpawitan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat tentang keterpilihan Aceng
Fikri sebagai anggota DPD RI pada pemilu legislatif tahun 2014 dengan pendekatan
perilaku politik, maka dapat diambil beberapa kesimpulan. Adapun kesimpulannya
akan dipaparkan berikut:
1. Seluruh variabel perilaku politik yang dalam hal ini adalah variabel
independen memiliki hubungan dan pengaruh terhadap variabel keterpilihan
Aceng Fikri sebagai Anggota DPD RI pada pemilu legislatif tahun 2014.
Adapun hubungannya sebesar 0,724, dan pengaruhnya sebesar 0,518. Dengan
kata lain ada 48,2% dari keterpilihan Aceng Fikri sebagai Anggota DPD RI
yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel perilaku politik.
2. Variabel perilaku sosiologis memiliki hubungan dan pengaruh negatif
terhadap keterpilihan Aceng Fikri sebagai Anggota DPD RI pada pemilu
legislatif tahun 2014 yaitu hubungannya -0,704 dan pengaruhnya -10,238.
Maka hubungan dan pengaruh variabel perilaku sosiologis dengan
keterpilihan Aceng Fikri adalah hubungan dan pengaruh yang negatif atau
berlawanan. Artinya Aceng Fikri akan semakin terpilih ketika warga Garut
justru tidak dipengaruhi dengan faktor sosiologis. Kekuatan variabel prilaku
95
sosiologis untuk mempengaruhi keterpilihan Aceng Fikri dibanding dua
variabel lainnya cukup besar yaitu 50,71% total perubahan variabel
keterpilihan Aceng Fikri berdasarkan variabel perilaku sosiologis. Adapun
persentase terbesar indikator yang paling berpengaruh terhadap keterpilihan
Aceng adalah agama 17,51 % dan etnis 16,37%,. Sedangkan organisasi
kegamaan atau dalam hal ini keislaman yang paling berpengaruh terhadap
indikator agama adalah NU 38% dan Muhammadiyah 37%.
3. Variabel perilaku psikologis memiliki hubungan dan pengaruh positif secara
parsial terhadap keterpilihan Aceng Fikri sebagai Anggota DPD RI pada
pemilu legislatif tahun 2014 yaitu hubungannya 0,072 dan pengaruhnya
2,408. Maka hubungan dan pengaruh variabel perilaku psikologis dengan
keterpilihan Aceng Fikri adalah hubungan dan pengaruh yang Positif atau
linear. Artinya Aceng Fikri akan semakin terpilih ketika warga Garut justru
dalam memilih dipengaruhi dengan faktor psikologis. Tetapi meskipun
hubungan dan pengaruhnya linear, kekuatan variabel perilaku psikologis
untuk mempengaruhi keterpilihan Aceng Fikri cukup kecil yaitu 1,06% total
perubahan variabel keterpilihan Aceng Fikri berdasarkan variabel perilaku
psikologis. Adapun persentase terbesar indikator variabel psikologis yang
paling berpengaruh terhadap keterpilihan Aceng adalah indikator kedekatan
atau prefensi, yaitu 36,45%. Dan yang paling disukai oleh responden adalah
kepribadian Aceng Fikri yaitu sebesar 43%.
4. Variabel perilaku pilihan rasional memiliki hubungan dan pengaruh negatif
terhadap keterpilihan Aceng Fikri sebagai Anggota DPD RI pada pemilu
96
legislatif tahun 2014 yaitu hubungannya -0,006 dan pengaruhnya -1,203.
Maka hubungan dan pengaruh variabel perilaku pilihan rasional dengan
keterpilihan Aceng Fikri adalah hubungan dan pengaruh yang negatif atau
berlawanan. Artinya Aceng Fikri akan semakin terpilih ketika warga Garut
justru dalam memilih tidak dipengaruhi dengan faktor pilihan rasional.
Variabel perilaku pilihan rasional juga tidak memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi keterpilihan Aceng Fikri, bahkan dalam hal ini ditolak atau
sama sekali tidak kuat. Meskipun demikian, persentase terbesar indikator
variabel pilihan rasional yang paling besar adalah indikator visi misi atau
program kerja yang dalam hal ini lebih spesifik adalah faktor faktor tawaran
atau janji politik Aceng Fikri yaitu 25,98%
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan untuk memperbanyak
diskursus perilaku politik dengan metode kuantitatif dikarenakan tuntutan
saintifikasi dunia internasional terhadap khazanah ilmu politik. Seiring dengan itu,
peneliti juga menyarankan agar penelitian perilaku politik baik kualitatif maupun
kuantitatif berikutnya dapat lebih dalam dan lebih detail lagi, misalnya hanya
menggunakan satu pendekatan (baik sosiologis saja, psikologis saja ataupun hanya
pendekatan pilihaan rasional). Dengan demikian akan lebih banyak informasi yang
didapatkan dan dapat menjelaskan fenomena lebih dalam dari penelitian
sebelumnya.
97
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdullah, Rozali. mewujudkan Pemilu yang Berkualitas. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2009.
Adams, Ian. Ideologi Politik Mutakhir: Konsep. Ragam. Kritik. dan Masa
Depannya. Yogyakarta: Penerbit Qalam. 2004.
Arief Budiman. Kebebasan. Negara. Pembangunan: Kumpulan Tulisan 1965-
2005. Jakarta: Pustaka Alfabet dan Freedom Institute. 2006.
Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. 2008.
Cunsuelog, Sevilla, dkk. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Pers. 1993.
Dajan, Anto. Pengantar Metode Statistik Jilid II. Jakarta: LP3ES. 1986.
Dalton, R. J. Citizen Politics: Public Opinion and Political Parties in Advanced
Industrial Democracies New York: Chatham House Publishers. 2002.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2005.
Giddens, Anthony. Beyond Left And Right: The Future Of Radical Politics. United
Kingdom: Politic Press. 1994. Diterjemahkan oleh Dariyatno. Melampaui
Ekstrem Kiri dan Kanan: Masa Depan Politik Radikal Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2009.
Haris, Syamsuddin. Praktik Parlementer Demokrasi Presidensial Indonesia
Yogyakarta: CV Andi Offset. 2014.
Harisson, Lissa. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana. 2009.
Haryanto. Kekuasaan Elit: Suatu Bahasan Pengantar. Yogyakarta: Program
Pascasarjana Politik Lokal dan Otonomi Daerah Universitas Gadjah Mada.
2005.
Huntington, Samuel P.. dan Nelson. John M.. Partisipasi Politik di Negara
Berkembang. Jakarta: Rineka Cipta. 1990.
Ihsan, Ahmad Bakir. Politik Tak Hanya Kekuasaan. Jakarta: Penerbit Expose.
2012.
Ishiyama, John T. dan Maarijke Breuning (ed.). 21 st Century Politicaal Science: A
Reference Handbook. diterjemahkan oleh Tri Wibowo, Ilmu Politik Dalam
Pardigma Abad ke-21. Jakarta: Kencana. 2013.
Jauhari, Heri. Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi (Bandung: CV
Pustaka Setia. 2010.
98
Kerlinger, Fred N. Asas-asas Penelitian Behaviral. Yogyakarta: Gadjaha Mada
University Press. 1986.
Koentjaraningrat (ed). metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
1977.
Marsh, David dan Gerry Stoker (ed.). Theory and Mthods in Political Science
Newyork: Palgrave Macmillan. Diterjemahkan oleh Mahadi, Helmi dan
Shohifullah. 2011. Teori dan Metode dalam Ilmu Politik. Bandung: Penerbit
Nusa Media. 2002.
Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder. Jakarta: Raja Grafindo. 2010.
Mas’oed, Mohtar. Negara. Kapital. dan Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
1994.
Mufti, Muslim. Teori-Teori Politik. Bandung. Pustaka Setia. 2012.
Mujani, Saiful William Liddle dan Kuskridho Ambardi. Kuasa Rakyat: Analisis
tentang Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia
Pasca-Orde Baru. Jakarta: Mizan Publika. 2011.
Neuman, W. Larence. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Jakarta Barat: PT Indeks. 2013.
Riyanto, Armada. Berfilsafat Politik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2011.
Rohaniah dan Efriza. Pengantar Ilmu Politik. Malang: Intrans Publishing. 2015.
Roth, Dieter. Studi Pemilu Empiris. Sumber. Teori-Teori. Instrumen dan Metode.
Jakarta: LSI. 2009.
Sarwono, Jonathan. Statistik Multivariat Aplikasi untuk Risaet Skripsi Yogyakarta:
Penerbit ANDI. 2013.
Sekaran. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. 2006.
Siregar, Sofyan. Statistik Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. R&D. Bandung: Alfabeta.
2006.
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. 2002.
Sunyoto, Danang. Uji Khi Kuadrat dan Regresi Untuk Penelitian. Yogyakarta:
Graha Ilmu. 2010.
Suparaman, Asep. Menapak Jejak Menuju Kursi Parlemen di Kabupaten Garut.
Garut: Komisi Pemilihan Umum. 2014.
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo. 1992.
99
Usman, Husen. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. 2008.
Varma, S.P. Teori Politik Modern. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007.
Widarjono, Agus. Analisis Statistik Multivariat Terapan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
2010.
Widarjono, Agus. Analisis Statistik Multivariat Terapan. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN. 2010.
Widodo, Amd, dkk. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Absolut. 2001.
Yusuf Wibisono. Metode Statistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
2009.
Yusuf, Muhammad. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia: Arsitektur
Histori. Peran dan Fungsi DPD RI Terhadap Daerah di Era Otonomi
Daerah. Yogyakart: Graha Ilmu. 2013.
Internet
__________. “Biografi H. Munawar Holil Fikri”. Artikel. Diakses pada tanggal 11
April 2016. pukul 23.12 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Aceng_H.M._Fikri.
__________. “Ini Profil Aceng Fikri Sang Bupati Garut”. Artikel. yang diakses
pada 11 April 2016 pukul 20.16 WIB.
http://news.detik.com/berita/2107884/ini-profil-aceng-fikri-sang-bupati-
garut.
__________. “Profil Eni Sumarni”. Artikel. diakes pada 25 Maret 2016 Pukul
20.04 WIB. https://profil.merdeka.com/indonesia/e/eni-sumarni/.
__________. “Profil Eni Sumarni”. Artikel. Diakses pada tanggal 09 April 2016.
pukul 17.44 WIB. http://www.dpd.go.id/anggota/eni-sumarni.
Mallarangeng, Andi. “Rasionalitas Pemilih dan Prospek Demokrasi”. Artikel.
Diakses pada tanggal 05 April 2016. pukul 20.33 WIB.
https://www.library.ohiou.edu/indopubs/1997/04/24/0017.html.
Pemerintah Daerah Kabupaten Garut. “Profil Pendidikan Kabupaten Garut 2012 -
2015”. Artikel. Artikel diakes pada 28 Maret 2016 Pukul 21.34 WIB.
http://www.garutkab.go.id/pub/static_menu/detail/sosbud_pendidikan.
Skripsi
Kurniadi, Putra. “Perilaku Politik Elit Politik Lokal pada Pemilukada Kota
Tanjungpinang 2012: Studi Kasus di Kelurahan Sei-Jang Kecamatan Bukit
Bestari”. Skripsi. Universitas maritime Raja Ali haji Tanjungpinang. 2013.
Melani, Indar. “Perilaku Pemilih Pemula di Kecamatan Duampanua pada
Pemilukada Kabupaten Pinrang tahun 2013”. Skripsi. Program Sarjana.
Universitas Hasanuddin Makasar. 2014.
100
Nasution, Fera Hariani. “Perilaku Pemilih pada Pemilihan Gubernur Sumatra Utara
Secara Langsung di Kabupaten Labuhan Batu: Studi Kasus di Kelurahan
Bakaran Batu. Kabupaten Labuhan Batu”. Skripsi. Program Sarjana.
Universitas Sumatra Utara Medan. 2009.
Zidni, Muhammad Ferdiansyah. “Perilaku Pemilih : Dinamika Pilihan Rasional
dalam Kemenangan Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama pada Pemilihan
Umum Gubernur DKI 2012”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2014.
Zubairi, Ahmad Ilham. “Perilaku Politik Warga Nahdliyin: Studi Kasus
Ketidakterpilihannya Kader NU di Pilkada Kabupaten lamongan 2010”.
Skripsi. Program Sarjana. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2015.
Jurnal
Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Sulawesi Selatan. “Laporan
Riset Prilaku Pemilih Di Kabupaten Barru”. 2015. [jurnal on-line]; tersedia
di www.kpu.go.id/koleksigambar/Perilaku_Memilih_Barru_sulsel.pdf.;
internet; diunduh pada 25 Februari 2016.
Aminudin, Suryana. “Perilaku Politik Di Indonesia”. Jurnal Aspirasi. Vol.
1/No.2/Februari 2011. [jurnal on-line]; tersedia di
http://ejournal.unwir.ac.id/file.php?file=jurnal&id=521&cd=0b2173ff6ad6a
6fb09c95f6d50001df6&name=suryana_aminudin_1_2.pdf.; internet;
diunduh pada 25 Februari 2016.
Agustino, Leo dan Mohammad Agus Yusoff. 2009. “Pemilihan Umum dan Perilaku
Pemilih: Analisis Pemilihan Presiden 2009 di Indonesia”, Jurnal Poelitik
Volume 5/No.1/2009, hal. 521. [jurnal on-line]; tersedia di
http://www.academia.edu/30578153/Pemilihan_Umum_dan_Perilaku_Pemi
lih_Analisis_Pemilihan_Presiden_2009_di_Indonesia; internet; diunduh
pada 25 Februari 2016.
Widodo, Agus Setianto. “Kajian Epistemologis Iklan Politik dan Perilaku Memilih
dalam Dinamika Pemilu 2009”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Vol.12/No.3/ Maret 2009, hal. 382. [jurnal on-line]; tersedia di
https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/10976; internet; diunduh pada 15
Mei 2016.
Document
Komisi Pemilihan Umum. Rincian Perolehan Suara Sah. Model C-1 Plano – DPD.
2014.
Komisi Pemilihan Umum. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor:
411/Kpts/Kpu/Tahun 2014. 2014. [Database on-line] tersedia di
https://kpu.co.id.
101
KPU Provinsi Jawa Barat. Sertifikat Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perolehan
Suara Provinsi Jawa Barat. Model DD-1 DPD RI. 2014.
KPUD Kabupaten Garut. Sertifikat Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara.
Kabupaten Garut. Model DB-1 DPD RI. 2014.
KPUD Kabupaten Garut. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara dari Setiap PPS.
2014.
xi
Lampiran 1: Perolehan Suara DPD RI di Jawa Barat
xii
xiii
Lampiran 2: Perolehan Suara DPD RI di Kabupaten Garut
No Kecamatan Suara Sah Aceng Fikri Percent
1 Garut Kota 56148 6809 12%
2 Karangpawitan 53528 6855 13%
3 Wanaraja 20117 2408 12%
4 Tarogong Kaler 39937 3682 9%
5 Tarogong Kidul 48014 3903 8%
6 Banyuresmi 37511 5052 13%
7 Samarang 32438 3180 10%
8 Pasirwangi 29028 3515 12%
9 Leles 33454 2847 9%
10 Kadungora 39194 3206 8%
11 Leuwigoong 18289 1686 9%
12 Cibatu 30378 3242 11%
13 Kersamanah 15879 1418 9%
14 Malangbong 47912 4987 10%
15 Sukawening 21856 3323 15%
16 Karangtengah 5984 1019 17%
17 Bayongbong 38815 4754 12%
18 Cigedug 14774 1933 13%
19 Cilawu 46875 4625 10%
20 Cisurupan 40021 4402 11%
21 Sukaresmi 16443 2149 13%
22 Cikajang 35140 3945 11%
23 Banjarwangi 23829 3318 14%
24 Singajaya 17655 2501 14%
25 Cihurip 8382 826 10%
26 Peundeuy 9472 1684 18%
27 Pameungpeuk 18918 1544 8%
28 Cisompet 24825 2554 10%
29 Cibalong 21488 2161 10%
30 Cikelet 19810 3394 17%
31 Bungbulang 29020 2701 9%
32 Mekarmukti 8587 809 9%
33 Pakenjeng 32614 3472 11%
34 Pamulihan 8499 1156 14%
35 Cisewu 19066 1655 9%
36 Caringin 15003 1612 11%
37 Takegong 16088 1776 11%
38 Limbangan 34303 3830 11%
39 Selawi 17705 2521 14%
40 Cibiuk 12625 1115 9%
41 Pengatikan 15657 1823 12%
42 Sucinaraja 12683 1815 14%
xiv
Lampiran 3: Perolehan Suara DPD RI di Kecamatan Karangpawitan
No
RINCIAN JUMLAH
PEROLEHAN SUARA CALON
ANGGOTA DEWAN
PERWAKILAN DAERAH
(DPD)
LE
BA
K JA
YA
KA
RA
NG
MU
LY
A
SU
CI K
AL
ER
SU
CI
GO
DO
G
JAT
ISA
RI
SIN
DA
NG
GA
LIH
CIM
UR
AH
KA
RA
NG
PA
WIT
AN
SIT
UG
ED
E
SIT
US
AR
I
KA
RA
NG
SA
RI
SIN
DA
NG
PA
LA
Y
LE
BA
K JA
YA
LE
NG
KO
NG
JAY
AA
ME
KA
RS
AR
I
SIN
DA
NG
LA
YA
TA
NJU
NG
SA
RI
SIT
US
AE
UR
SIT
UJA
YA
JUM
LA
AH
TO
TA
L
1 ACENG HM FIKRI 506 408 326 562 255 215 461 179 579 249 193 197 422 381 450 256 381 324 339 172 6,855
2 ASEP SYARIPUDIN 245 188 161 222 137 80 171 60 159 91 32 45 103 115 224 131 62 125 85 102 2,538
3 ASRIL DAS 102 64 75 78 81 61 78 45 61 56 28 32 37 54 41 31 35 45 67 50 1,121
4 AYI HAMBALI 270 173 175 242 141 148 199 134 176 118 62 79 141 121 89 71 107 172 83 58 2,759
5 DENI JASMARA 157 101 117 96 107 72 233 153 248 236 88 107 127 134 48 59 71 127 162 82 2,525
6 DENI SAEFUL HAYAT 97 83 70 69 61 67 86 80 104 75 38 42 73 75 52 43 39 62 56 31 1,303
7 DJUMONO 103 92 69 59 101 55 146 79 103 46 37 27 77 71 61 22 33 101 59 12 1,353
8 ELANG RAJA L. ZULKANAEN 183 143 138 196 133 113 169 107 134 78 70 64 87 113 80 67 100 120 84 54 2,233
9 EMAN SURYAMAN 297 169 188 225 182 93 141 89 151 86 46 101 86 130 154 100 48 152 88 75 2,601
10 ENI SUMARNI 337 209 262 308 280 206 255 236 242 217 87 121 240 235 154 90 144 221 221 93 4,158
11 EUIS ATIKAH 142 70 85 91 141 32 68 24 53 180 14 16 45 62 119 32 27 68 34 24 1,327
12 GUNAWAN UNDANG 131 112 79 68 51 36 61 37 68 17 15 12 36 69 20 17 20 37 19 11 916
13 HASAN ZAENAL ABIDIN 43 13 19 41 29 5 29 16 28 15 8 6 14 16 8 2 8 16 16 10 342
14 HUSNI MUBAROK 127 85 94 129 62 75 87 43 74 108 61 38 56 33 44 49 75 56 58 103 1,457
15 JULIANDA BARUS 20 5 16 23 18 8 18 12 23 13 6 17 7 15 8 6 8 12 11 6 252
16 H.K. EDI PARMADI 206 59 128 72 60 172 173 52 54 51 140 164 43 20 119 55 89 62 53 56 1,828
17 H.M. YOS FAISAL HUSNI 53 14 20 29 18 27 55 18 21 21 12 18 12 25 14 12 7 20 17 12 425
18 MOH.ATOILAH MUSRJID 167 134 129 215 112 88 117 63 130 62 54 69 57 107 73 42 39 98 79 51 1,886
xv
19 MUHAMMAD HAFIDZ 50 27 45 44 28 34 40 20 37 27 15 13 21 18 16 14 15 21 20 9 514
20 NACE PERMANA 15 15 18 18 14 16 17 11 12 8 8 11 15 12 11 6 11 8 13 5 244
21 NAZAR HARIS 32 16 33 103 15 11 14 16 43 12 9 9 12 10 15 6 12 23 20 40 451
22 NU’MAN ABDUL HAKIM 62 94 42 63 32 41 22 12 23 12 12 11 17 15 12 9 16 28 22 15 560
23 ODIK SODIKIN 13 7 15 31 15 8 15 5 3 8 4 1 6 6 13 2 3 8 2 2 167
24 ONI SUWARMAN 875 434 624 773 506 412 527 369 509 228 262 261 274 360 241 213 262 441 362 241 8,174
25 R. ELLA GIRIKOMALA 102 49 62 134 50 73 72 52 94 43 51 90 41 56 44 26 30 41 34 36 1,180
26 RATU RAJA ARIMBI NURTINA 28 8 18 18 23 11 19 13 13 10 6 5 6 12 10 6 10 14 4 12 246
27 RUDI HARSA TANAYA 37 10 32 31 12 27 24 11 18 14 4 3 12 10 5 4 8 14 15 10 301
28 RUKMAN HERYANA 49 13 40 23 11 10 18 17 27 11 14 4 7 8 2 9 4 10 6 8 291
29 SUHAELI 47 13 32 21 22 15 25 8 18 12 7 8 77 11 12 4 8 17 18 10 385
30 SUHARNA SURAPRANATA 92 30 48 70 29 78 109 31 29 67 9 20 41 25 12 3 54 16 22 12 797
31 SYARIF BASTAMAN 100 56 61 75 53 34 35 29 48 33 20 26 34 28 28 13 27 28 84 29 841
32 SYIFA HANANTA 206 145 155 278 121 163 137 88 98 66 55 45 60 96 72 55 57 102 84 84 2,167
33 TRI WURYANTORO 9 15 7 10 6 1 13 4 3 4 4 0 2 1 12 2 3 7 3 3 109
34 TB. DASEP 82 21 44 58 35 22 20 24 26 16 5 5 18 8 13 8 10 7 12 12 446
35 UNANG MARGANA 29 8 26 18 13 2 16 10 12 10 15 5 10 9 9 3 23 10 12 6 246
36 UU RUKMANA 73 20 49 34 31 31 32 15 25 12 35 7 14 20 7 10 69 19 10 17 530
Jumlah Total Perolehan Suara Sah 5,087 3,103 3,502 4,527 2,985 2,542 3,702 2,162 3,446 2,312 1,526 1,679 2,330 2,481 2,292 1,478 1,915 2,632 2,274 1,553 53,528
Jumlah Perolehan Suara Tidak Sah 1,046 782 885 1,054 811 507 594 429 730 749 181 662 465 839 670 564 302 596 611 400 12,877
Jumlah Total Perolehan Suara Sah +
Tidak Sah 6,133 3,885 4,387 5,581 3,796 3,049 4,296 2,591 4,176 3,061 1,707 2,341 2,795 3,320 2,962 2,042 2,217 3,228 2,885 1,953 66,405
xvi
Lampiran 4: Kuesioner Penelitian
I. Kata Pengantar
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir atau skripsi yang sedang saya
lakukan d Fakultas Ilmu Sosial dan lmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul skripsi: “Analisa Keterpilihan Aceng
Fikri pada Pemilu Legislatif DPD RI Tahun 2014 Dengan Pendekatan Perilaku
Politik Warga Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.”.
Adapun salah satu cara untuk mendapatkan data adalah dengan menyebarkan
kuisioner kepada responden. Untuk itu, peneliti mengharapkan kesediaan
Bapak/Ibu dan Saudara/I sekalian untuk mengisi kuisioner ini sebagai data yang
akan dipergunakan dalam penelitian. Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya
ucapkan terima kasih.
Peneliti,
Luthfi Hasanal Bolqiah
1113112000005
II. Petunjuk Pengisian
1. Kusioner ini semata-mata untuk keperluan akademis, mohon dijawab
dengan jujur.
2. Bacalah dan jawablah semua pertanyaan dengan teliti tanpa ada yang
terlewatkan.
3. Berilah tanda (√) pada jawaban yang menurut anda tepat.
xvii
III. Data Responden
Profil Keluarga Responden
Nama Umur Jenis Kelamin Status kawin
Profil Responden
Nama Tingkat pendidikan Pekerjaan
Pokok
Agama Penghasilan
a. SD
b. SMP/SLTP/MTs
c. SMA/SLTA/MA
d. Pesantren
e. D3
f. S1
g. S2
h. S3
a. PNS
b. Karyawan
c. Pedagang
d. Buruh
e. Petani
f. Mahasiswa/i
g. ………
a. Islam
b. Katolik
c. Protestan
d. Hindu
e. Budha
a. <500.000
b. 500.000-1.000.000
c. 1.000.000-2.500.000
d. 2.500.000-3.500.000
e. >3.500.000
IV. Pertanyaan Kuisioner
1. Kapan anda menentukan untuk memilih Aceng Fikri:
a. >satu bulan sebelumnya c. saat masa tenang e. di TPS
b. saat kampanye d. Sebelum ke TPS
xviii
2. Menurut ibu/bapak seberapa sering atau tidak sering melakukan hal berikut:
(Ket: TP/Tidak Pernah, P/Pernah, S/Sering, SS/Sangat Sering)
No Pernyataan TP P S SS
A Calon, tim sukses atau pendukung menghubungi ibu/bapak
agar mmemilih calon/kandidat tertentu
B Mendiskusikan calon/kandidat pilihan anda
C Ikut Serta dalam kampanye
D
Membantu calon/kandidat misalnya dengan memasang
poster atau spanduk pada masa kampanye atau menjelang
pemilihan umum
E Meyakinkan orang lain untuk memilih calon/kandidat
pilihan anda
3. Menurut ibu/bapak seberapa setuju atau tidak setuju dengan pernyataan berikut
berikut: (Ket: STS/Sangat Tidak Setuju, TS/Tidak Setuju, S/Setuju, SS/Sangat
Setuju)
No Pernyataan STS TS S SS
A Saya memilih calon/kandidat karena faktor umur
B Saya memilih calon/kandidat karena faktor pekerjaan
C Saya memilih calon/kandidat karena faktor pendidikan
D Saya memilih calon/kandidat karena faktor agama
E Saya memilih calon/kandidat karena faktor suku
F Saya memilih calon/kandidat karena faktor gender
4. Organisasi keislaman apakah yang ibu/bapak ikuti?
A. Persis
B. NU
C. Muhammdiyah
D. Sebutkan ……
xix
5. Menurut ibu/bapak seberapa setuju atau tidak setuju dengan pernyataan tentang
Aceng Fikri, sebagai berikut: (Ket: STS/Sangat Tidak Setuju, TS/Tidak Setuju,
S/Setuju, SS/Sangat Setuju)
No Pernyataan STS TS S SS
A Saya memilih karena merasa suara saya penting dalam
pemilu tahun 2014
B Saya memilih calon/kandidat karena faktor isu
C Saya merasa dekat dan suka dengan Aceng Fikri
6. Apa yang anda suka/tidak suka dari sosok Aceng Fikri?
A. Kepemimpinan
B. Kinerja
C. Penampilan
D. Kepribadiaan
7. Pada tahun 2013 Aceng Fikri di makzulkan dari jabatannya sebagai Bupati
Garut karena melanggar Undang-Undang melakukan nikah sirih, bagaimana
tanggapan ibu/bapak?
A. Bersalah dan layak dimakzulkan
B. Bersalah tetapi tidak layak dimakzulkan
C. Tidak tahu
D. Tidak bersalah dan tidaka layak dimakzulkan
8. Menurut ibu/bapak seberapa baik dan tidak baik Kontribusi Aceng Fikri pada
pembangunan Kab. Garut
A. Sangat Tidak Baik
B. Tidak Baik
C. Baik/Bagus
D. Sangat Baik
xx
9. Menurut ibu/bapak kontribusi apa yang harus diutamakan oleh pemerintah
Kab. Garut?
A. Transportasi
B. Kesehatan
C. Keamanan
D. Sarana dan Fasilitas
10. Seberapa tahu ibu/bapak dengan janaji/ tawaran/program kerja politik Aceng
Fikri saat mencalonkan sebagai anggota DPD RI pada pemilu legislatif 2014?
A. Tidak Tahu
B. Cukup Tahu
C. Tahu
D. Sangat tahu
11. Pada saat pemilu legislative 2014 Aceng Fikri akan mengupayakan
pembangunan dalam peningkatan sumber daya alam, Seberapa setuju
ibu/bapak dengan janji atau tawaran politik Aceng Fikri?
A. Sangat Tidak Setuju
B. Tidak Setuju
C. Setuju
D. Sangat Setuju
12. Bagaimana perekonomian bapak/ibu sekarang?
A. Lebih Buruk
B. Tidak Baik/Biasa saja
C. Baik
D. Lebih baik
13. Apakah ibu/bapak setuju dengan jika calon/kandidat memberikan barang atau
uang saat pemilu?
A. Sangat Tidak Setuju
B. Tidak Setuju
C. Setuju
D. Sangat Setuju
xxi
V. Penutup
Demikian jawaban saya selaku responden pada penelitian skripsi yang
berjudul: “Analisa Keterpilihan Aceng Fikri pada Pemilu Legislatif DPD RI
Tahun 2014 Dengan Pendekatan Perilaku Politik Warga Kecamatan
Karangpawitan Kabupaten Garut”. Dengan ini, jawaban dari saya selaku
responden harap untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Karangpawitan, ………………. 2017
Responden,
(…………………………….)
xxii
Lampiran 5: Jawaban Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 3 4 4 3 3 1 1 2 3 4 3 3 2 2 2 3 4 4 2 3 3 4 1
1 4 4 3 4 2 4 2 3 4 2 4 3 3 2 2 2 4 1 3 2 2 3 4
3 4 3 3 2 3 3 4 2 4 1 1 4 2 2 2 4 2 1 4 2 2 2 4
1 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 1 3 2 3 4 2 4 4 3 1
1 3 4 3 4 3 1 2 3 4 1 4 3 4 2 2 3 4 3 2 2 2 3 1
3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 2 3 2 2 4 1 4 2 2 2 4
3 4 3 3 2 3 2 1 2 3 3 3 3 3 2 1 1 3 3 4 3 2 1 3
3 3 2 3 2 2 2 2 3 4 2 4 3 3 3 2 1 1 3 2 3 2 3 1
1 2 4 3 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 1 2 4 1 4 3 4 1
3 4 3 3 4 3 1 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 4 2 3 2 3 2 4
3 4 3 3 2 3 1 2 3 4 3 4 3 2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 3
3 4 2 2 3 2 3 4 4 4 2 2 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 2
2 3 4 4 3 3 2 3 2 2 4 2 2 3 4 4 4 1 3 2 2 4 4 2
4 3 3 3 3 4 4 2 2 3 3 3 3 2 3 2 1 1 2 4 2 3 3 1
3 2 4 3 1 2 2 2 3 4 1 4 3 2 2 3 2 4 2 3 3 2 2 4
2 1 1 3 2 3 3 4 2 4 2 4 4 3 4 2 3 2 3 4 2 4 4 3
1 4 4 3 4 3 2 3 2 2 1 2 2 4 3 4 4 4 3 2 4 4 3 3
1 4 3 4 3 3 1 1 2 3 2 3 3 3 2 1 4 4 3 3 1 2 2 4
3 3 3 3 2 2 2 2 3 4 2 4 1 2 2 3 3 4 2 4 3 3 2 3
2 2 2 2 2 2 1 3 4 4 3 4 4 3 3 2 1 2 3 4 2 3 3 4
1 4 4 4 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 4 2 3 3 3 3 2 4
1 4 3 4 3 3 1 2 2 3 2 3 3 3 2 2 4 4 3 4 2 2 2 3
3 3 3 3 2 2 3 2 3 4 2 4 3 3 2 3 1 4 3 4 3 3 2 4
3 1 2 3 1 2 3 3 4 4 3 2 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4
2 4 4 3 4 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2
2 3 4 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 1 3 4 4 2 4 3 2 3 3
3 3 3 3 2 2 3 2 3 4 2 4 1 2 1 3 1 3 1 4 3 2 2 4
3 2 2 2 2 2 3 3 4 4 3 4 4 2 2 2 1 1 2 2 3 1 3 3
2 4 4 3 4 3 2 3 2 2 1 2 2 3 3 2 4 4 2 2 4 2 3 2
1 3 4 3 3 2 4 2 2 3 2 3 3 3 2 2 4 3 1 4 2 3 3 4
3 3 3 3 2 2 3 2 3 4 2 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3
2 1 2 2 2 2 1 3 4 4 3 4 4 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 1
2 2 4 4 3 3 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 1 2 2 2 3
2 4 4 3 2 3 1 2 2 3 2 3 3 2 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4
4 3 3 3 3 1 3 2 3 4 2 4 3 3 2 2 3 1 3 3 2 3 2 3
3 2 2 2 2 2 3 3 4 4 2 2 4 3 2 2 1 2 2 1 3 2 2 1
2 2 4 3 4 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4
xxiii
2 3 4 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 4 3 2 4 3 4 3 4 2 3 4
1 3 3 3 3 1 3 2 3 4 3 4 3 3 2 4 4 4 4 3 3 4 2 4
3 2 2 2 2 2 3 3 4 4 2 4 4 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1
4 1 4 4 3 3 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 3 1 2 1 2 2 2 2
2 4 3 3 3 3 2 1 2 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4
4 2 3 3 2 2 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4
2 2 2 2 2 1 3 3 2 4 2 4 4 2 3 2 1 2 1 2 2 2 3 1
1 2 4 4 4 4 2 3 2 2 2 2 2 2 1 3 1 1 2 1 2 3 1 1
1 4 3 3 4 4 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 4 4 1 3 3 3 3 4
2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 1 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3
4 2 3 3 2 2 3 3 4 4 2 2 4 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2
1 2 4 4 4 4 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 1 3 3 3 3 4
1 3 3 4 3 4 2 1 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 4 4 4 4
2 3 3 3 3 3 1 2 3 4 1 4 3 2 1 2 4 3 3 4 4 3 3 4
4 2 3 3 3 1 3 3 4 4 1 4 4 3 1 3 4 4 3 3 3 3 1 2
1 4 4 4 4 4 2 2 2 3 1 3 2 3 3 3 4 2 1 3 3 3 3 2
1 3 3 4 4 3 2 2 2 3 1 3 1 2 3 2 3 1 2 1 2 2 3 2
3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 2 4 3 4 4 2 3 3 4
4 1 3 3 2 2 3 3 4 4 1 4 4 3 2 2 4 2 4 4 4 4 4 4
1 2 4 3 4 4 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 1 2 1 2 2 2 1
1 4 3 4 4 3 2 2 2 3 1 3 1 3 3 3 4 4 2 4 3 3 2 4
3 3 4 3 2 2 3 2 3 4 2 4 3 4 4 2 4 3 4 4 4 3 3 3
2 2 3 3 2 2 3 3 2 4 3 2 4 2 1 3 1 2 2 4 3 2 2 1
1 2 4 4 4 3 1 1 2 1 3 1 1 3 1 2 4 4 3 4 3 3 3 4
1 3 3 4 3 4 2 2 2 3 1 3 2 2 2 4 4 3 2 2 3 3 2 3
3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 1 3 3 3 1 3 1 4 3 4 3 4 3 4
4 2 3 3 2 2 1 2 3 4 1 4 3 3 2 2 4 2 3 3 2 2 3 3
3 1 4 4 3 4 4 1 2 1 3 1 1 4 2 3 4 4 2 3 3 2 3 2
1 4 3 4 4 3 4 2 2 3 2 3 1 3 4 2 2 3 4 3 4 4 4 4
3 2 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 3 3 1 3 1 2 4 3 3 2 3 2
4 2 2 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 2 1 3 4 4 2 4 3 2 3 3
1 2 4 4 4 3 1 1 2 2 3 1 3 2 2 3 1 3 2 2 3 2 2 2
1 4 3 4 4 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 1 3 3 2 2 2 3 1
1 3 3 3 3 2 2 1 2 3 3 3 1 2 3 2 4 4 4 4 3 3 4 3
4 2 2 3 3 2 1 4 3 4 3 4 3 3 2 2 3 4 1 1 2 2 3 2
1 2 4 4 4 3 1 1 2 2 4 1 3 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1
3 2 4 3 2 4 2 2 2 3 2 3 2 2 1 2 3 4 4 3 4 4 3 4
3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 1 2 3 2 2 2 3 3
2 4 2 3 3 2 1 4 2 4 3 4 3 2 2 2 1 3 1 2 2 2 2 1
xxiv
1 3 4 4 3 4 2 1 2 2 4 1 1 1 2 3 3 2 3 1 3 2 1 2
4 2 4 4 3 2 4 2 2 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 4 3 2 3 3
2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 1 3 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3
3 3 3 2 2 2 3 4 4 4 4 4 3 4 2 4 1 2 2 3 2 3 2 4
1 3 4 4 3 4 2 1 2 2 2 2 1 2 1 3 4 4 2 1 3 2 2 4
1 3 4 4 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 4 4 4 4 3 4 3
3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 1 3 3 3 3 2 3 4 3 4 2 4 4 3
2 3 3 3 1 2 3 4 4 4 4 2 3 2 2 2 1 1 2 4 2 3 3 4
2 2 4 4 3 4 2 3 2 2 2 2 1 4 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1
4 4 4 4 2 3 1 1 2 3 3 3 1 3 2 2 4 4 3 4 2 4 4 4
4 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 1 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3
4 3 3 2 2 2 3 4 4 4 4 4 3 2 1 3 4 1 3 2 1 2 2 1
1 3 4 3 4 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 4 1 2 2 3 3 3 2 4
4 3 4 3 2 4 2 2 2 3 3 3 3 2 1 2 2 2 3 2 2 3 3 1
4 3 3 3 2 3 2 2 3 4 1 4 3 2 2 2 4 3 3 1 3 3 2 1
4 3 3 2 2 2 3 4 2 4 4 4 3 2 2 2 1 2 3 1 2 2 2 1
1 2 4 4 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 1
2 3 4 3 4 2 2 2 2 3 3 3 3 4 1 2 4 3 3 4 4 3 4 4
4 3 3 3 3 2 2 2 3 4 3 4 3 2 4 2 1 1 2 2 3 2 2 1
4 3 2 3 2 2 1 4 4 4 4 2 4 3 1 3 3 4 2 2 3 2 3 1
1 3 4 3 4 3 1 3 2 2 2 2 2 3 1 3 2 2 1 3 3 2 2 1
1 4 4 3 2 4 1 1 2 3 3 3 3 3 4 2 2 1 2 3 3 1 3 3
2 4 4 4 3 4 1 2 3 4 3 4 3 4 3 2 4 3 2 4 4 2 3 4
2 3 3 4 4 3 3 4 2 4 4 2 4 3 2 2 4 1 1 2 2 3 3 3
xxv
Lampiran 6: Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std.
Deviation
Variance Skewness
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std.
Error
X1 100 7.00 23.00 1605.00 16.0500 3.57142 12.755 .007 .241
X2 100 5.00 12.00 746.00 7.4600 1.53360 2.352 .883 .241
X3 100 5.00 16.00 1018.00 10.1800 2.70570 7.321 .608 .241
Y 100 9.00 20.00 1482.00 14.8200 2.59128 6.715 -.452 .241
Valid N (listwise) 100
xxvi
Lampiran 7: Diagram Variabel Perilaku Politik Sosiologis
14%
14%
16%
20%
19%
17%
Indikator Variabel Perilaku Sosiologis
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Agama
Etnis
Gender
17%
36%
37%
3%1%
6%
Sales
Persis Muhammadiyah NU Salafiyah Ahmadiyah Tidak Disebutkan
xxvii
Lampiran 8: Diagram Variabel Perilaku Politik Psikologis
14 9 11
46
26 30
39
4757
119
2
0
20
40
60
80
100
120
Preferensi Isu/Orientasi Involvement
Indikator Variabel Perilaku Psikologis
SS S TS STS
0 0
68
10
2
9
25
18
9
2
10
0 1 0 00
5
10
15
20
25
30
Kepemimpinan Kinerja Penampilan Kepribadian
YANG DISUKAI DAN TIDAK DISUKAI RESPONDEN TENTANG ACENG FIKRI
SS S TS STS
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Bersalah dan layak dimakzulkan
Bersalah tetapi tidak layak dimakzulkan
Tidak Tahu
Tidak bersalah dan tidak layak dimakzulkan
Frekuensi
Frekuensi
xxviii
Lampiran 9: Diagram Variabel Perilaku Politik Pilihan Rasional
25%
24% 25%
26%51%
Indikator Variabel Pilihan Rasional
Kinerja Kalkulasi Ekonomi Tahu (Janji Politik) Setuju (Janji Politik
25%
14%
25%
36%
Kontribusi yang harus diutamakan
Transportasi Kesehatan Keamanan Sraana dan Fasilitas
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Sangat Tidak Baik/Setuju Tidak Baik/setuju Baik/setuju Sangat Baik/setuju
Kondisi Ekonomi Money Polic
xxix
Lampiran 10: Koefisien Korelasi
Correlations
X1 X2 X3 Y
X1
Pearson Correlation 1 .106 -.031 -.704**
Sig. (2-tailed) .292 .758 .000
N 100 100 100 100
X2
Pearson Correlation .106 1 .408** .072
Sig. (2-tailed) .292 .000 .477
N 100 100 100 100
X3
Pearson Correlation -.031 .408** 1 .006
Sig. (2-tailed) .758 .000 .952
N 100 100 100 100
Y
Pearson Correlation -.704** .072 .006 1
Sig. (2-tailed) .000 .477 .952
N 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
xxx
Lampiran 11: Hasil Analisis Regresi Linear
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .724a .525 .510 1.81413
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 348.817 3 116.272 35.330 .000b
Residual 315.943 96 3.291
Total 664.760 99
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 21.833 1.235 17.683 .000
X1 -.527 .052 -.727 -10.238 .000
X2 .316 .131 .187 2.408 .018
X3 -.089 .074 -.093 -1.203 .232
a. Dependent Variable: Y
xxxi
Lampiran 12: Hasil Perhitungan Ulang Analisis Jalur
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .719a .518 .508 1.81831
a. Predictors: (Constant), X2, X1
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 344.053 2 172.026 52.030 .000b
Residual 320.707 97 3.306
Total 664.760 99
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2, X1
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 21.332 1.165 18.309 .000
X1 -.522 .051 -.720 -10.150 .000
X2 .251 .120 .148 2.094 .039
a. Dependent Variable: Y
Recommended