View
231
Download
3
Category
Preview:
DESCRIPTION
Berisi tentang beberapa isu permasalahan lingkungan dan tanggapannya.
Citation preview
PERMASALAHAN LINGKUNGAN
OLEH
RIFKI MEGA SAPUTRA
12312003
Sabtu, 2 April 2016 - 17:55 wib
PEKANBARU - Jumlah titik panas (hotspot) di Riau makin meningkat. Berdasarkan pantauan
satelit terra dan aqua, terdeteksi sebanyak 56. Itu menyebar di berbagai tempat dan
menimbulkan kabut asap.
Daerah terparah kebakaran hutan berada di Bengkalis. Titik api di kabupaten ini terpantau 27
titik. Kemudian di Kabupaten Meranti sebanyak 12 titik.
"Disusul dengan Kota Dumai ada delapan hotspot, Kabupaten Rohil lima titik, Pelalawan tiga
titik, Inhu empat titik, Inhil dua titik," kata Staf Analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) Pekanbaru, Slamet Riadi, Sabtu (2/4/2016).
Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan juga terjadi di wilayah lain di Pulau Sumatera. Di
Provinsi Sumatera Utara terdeteksi lima titik, Kepulauan Riau ada 18 titik.
Kebakaran saat ini juga mempengaruhi kondisi udara di berbagai wilayah Riau. Kota Dumai
sudah sejak kemarin terselimuti kabut asap.
Kebakaran Hutan Meluas, Kabut Asap Selimuti Riau
Jarak pandang (visibility) di beberapa daerah lain seperti Pelalawan, Inhu, dan Pekanbaru juga
mengalami penurunan. "Saat ini sebagian wilayah kondisi udaranya mulai kabur," tandasnya.
(sal)
http://news.okezone.com/read/2016/04/02/340/1352316/kebakaran-hutan-meluas-kabut-
asap-selimuti-riau
Penyebab adanya kebakaran hutan di Indonesia yakni kesengajaan membakar, pembukaan
lahan baru oleh sebagian masyarakat, buruknya pengelolaan ekosistem rawa gambut,
musim kemarau panjang akibat El Nino serta lemahnya pengawasan.
Dampak kebakaran hutan terdata 24 orang meninggal dunia, lebih dari 600 ribu jiwa
terjangkit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), 60 juta jiwa terpapar asap dan sebanyak
2,61 juta hektare hutan dan lahan terbakar.
Sudah seharusnya melakukan pencegahan agar kebakaran hutan dan gambut tidak lagi
terjadi di wilayah masing-masing. Hal ini dibutuhkan keseriusan serta komitmen dari
seluruh stakeholder yang ada sehingga kebakaran hutan dan kebakaran lahan gambut
tidak lagi terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya.
Tentunya salah satu upaya yang dilakukan adalah membuka lahan tanpa bakar. Undang-
undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan pasal 26 mengamanatkan bahwa
setiap pelaku usaha perkebunan dilarang membuka dan/ atau mengolah lahan dengan
cara pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan
hidup.
TANGGAPAN
Gambar: tumpukan sampah di sungai Bojongsoang, Kab Bandung.
Senin, 25 April 2016 | 17:00 WIB
POJOKJABAR.com, BANDUNG BARAT – Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB) dinilai telah
mengabaikan persoalan sampah di KBB, karena pengangkutan sampah di Kabupaten Bandung
Barat dinilai lamban. Akibatnya, banyak warga yang membuang sampah di sembarang tempat
atau Tempat Pembuangan Sampah (TPS) liar hingga menumpuk karena tidak diangkut.
Berdasarkan pantauan, sejumlah sampah sering terlihat menumpuk hingga mengeluarkan bau
tidak sedap di beberapa kecamatan seperti, Kecamatan Lembang, Cililin, Cihampelas,
Padalarang, dan Ngamprah.
Menurut Kepala Bidang SDM dan Pencemaran Lingkungan Forum Komunikasi Masyarakat
Peduli Lingkungan (FKMPL) KBB Budi Setiawan menuturkan, kinerja pemerintah KBB dalam
pengangkutan sampah memang patut dipertanyakan.
Pasalnya, hingga kini sampah-sampah rumah tangga masih banyak yang berserakan di titik-titik
tertentu. Misalnya, di pinggir jalan raya, di belakang sela-sela pemukiman, dan di sisi jembatan
BBS di Cihampelas. Daerahnya pun tersebar, terutama yang padat penduduk seperti
Padalarang, Batujajar dan Cihampelas.
Pemkab Bandung Barat Lamban Angkut Sampah
“Karena itu, sampah jadi menumpuk karena tidak diangkut. Saya belum melihat kinerja dari
pemerintah kabupaten soal sampah ini, dan patut dipertanyakan” tutur dia kepada wartawan
belum lama ini.
Lanjutnya mengatakan, akibat adanya penumpukan sampah, ketika hujan turun, sampah
tersebut jadi hanyut ke saluran drainase, akibatnya arus air hujan di selokan pun terhambat
karena sampah yang hanyut itu. Bahkan, tidak sedikit warga yang malah memanfaatkan hujan
untuk membuang sampah ke jalan.
“Kan kalau seperti ini harus dipertanyakan, hujan malah dimanfaatkan warga untuk buang
sampah. Ya jelas banjir cileuncang terjadi,” ungkapnya.
http://jabar.pojoksatu.id/bandung/2016/04/25/pemkab-bandung-barat-lamban-angkut-
sampah/
Permasalahan sampah Kabupaten Bandung masih menjadi permasalahan utama
pemerintah setempat,yang sampai saat ini belum ada keseriusan untuk menanganinya.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tumpukan sampah di pinggir jalan dan sudut-sudut
perumahan. Selain itu tidak adanya regulasi yang tegas membuat masyarakat yang kurang
peduli lingkungan membuang sampah sembarangan, seperti di sungai. Akibatnya setiap
musim hujan, Kabupaten Bandung selalu dilanda banjir yang salah satu alasannya karena
menumpuknya sampah di sungai yang menghambat aliran air.
Solusinya, setiap warga harusnya mempunyai kesadaran penuh terhadap kebersihan
lingkungan masing-masing. Lalu, pemerintah juga harus mempunyai tindakan yang tegas
seperti denda bagi mereka yang membuang sampah sembarangan. Selain itu, pemerintah
juga harus menyediakan layanan khusus untuk mengangkut dan menampung sampah-
sampah.
Hal lain yang perlu pemerintah lakukan adalah secara giat mensosialisasikan 3R (Reduce,
Reuse, Recycle) karena jika hal tersebut terprogram dan terkoordinasi dengan baik, maka
dampak baik akan benar-benar dirasakan.
TANGGAPAN
ANUNG WENDYARTAKA
29 April 2016 16:45 WIB
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), di tahun 2015
hampir 68 persen atau mayoritas mutu air sungai di 33 provinsi di Indonesia dalam status
tercemar berat.
Penilaian status mutu air sungai itu mendasarkan pada Kriteria Mutu Air (KMA) kelas II yang
terdapat pada lampiran Peraturan Pemerintah mengenai Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air atau PP 82/2001. Berdasarkan kriteria tersebut sekitar 24
persen sungai dalam status tercemar sedang, 6 persen tercemar ringan dan hanya sekitar 2
persen yang masih memenuhi baku mutu air.
Apabila dilihat perkembangan dari tahun sebelumnya, mutu air sungai yang tercemar berat
mengalami penurunan. Di tahun 2014 tak kurang ada 79 persen sungai statusnya tercemar
berat. Seiring dengan penurunan tersebut, persentase sungai yang dalam status tercermar
sedang dan ringan otomatis mengalami kenaikan di tahun 2015.
Kendati sungai yang masuk kategori tercemar berat mengalami penurunan, namun
persentasenya masih sangat tinggi. Hal ini terutama terjadi di sungai-sungai yang terletak di
wilayah regional Sumatera (68 persen), Jawa (68 persen), Kalimantan (65 persen) dan Bali Nusa
Air Sungai di Indonesia Tercemar Berat
Tenggara (64 persen). Sementara itu, persentase sungai yang tercemar berat di wilayah
regional Indonesia Timur, yakni di Sulawesi dan Papua relatif lebih kecil, yakni 51 persen.
Data di atas menunjukkan bahwa kualitas air sungai di semua lokasi di negeri ini sebagian besar
dalam kondisi tercemar berat. Hal ini sangat mengkhawatirkan, mengingat air sungai hingga
saat ini merupakan sumber utama air bersih yang dikonsumsi mayoritas penduduk di
Indonesia. Sumber air yang kualitasnya buruk akan mengancam kondisi kesehatan masyarakat
maupun makhluk hidup lain yang mengkonsumsi air tersebut.
Limbah domestik
Menurut Budi Kurniawan, Kasubdit Inventarisasi dan Alokasi Beban Pencemaran Dirjen
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, sumber utama pencemar air
sungai di Indonesia sebagian besar berasal dari limbah domestik atau rumah tangga. "Selama
ini kebanyakan masyarakat salah mengira bahwa sumber utama pencemar sungai adalah
limbah industri, padahal bukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di sungai-sungai yang
dijadikan titik pantau, limbah domestik yang paling berperan sebagai pencemar air sungai,"
kata Budi.
Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur pekan lalu (21/4/2016) melalui Kepala Sub Bidang
Komunikasi Dyah Larasayu dalam sebuah diskusi Festival Brantas mengatakan bahwa kondisi
air sungai Brantas sekarang ini dalam status waspada. Pencemaran airnya dalam batas ambang
mengkhawatirkan. Limbah domestik diyakini sebagai penyumbang terbesar pencemaran air
Sungai Brantas. Limbah domestik itu di antaranya tinja, bekas air cucian dapur dan kamar
mandi, termasuk sampah rumah tangga dibuang ke sungai. Selain itu, penyebab pencemaran
air Sungai Brantas adalah limbah peternakan, industri, limbah pertanian.
Akhir tahun lalu, tidak berbeda dengan yang terjadi di Sungai Brantas, Kepala Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Atih Witartih menyatakan, limbah
domestik yang dibuang ke Sungai Citarum merupakan yang terbanyak, jika dibandingkan
limbah lain seperti limbah industri, pertanian dan peternakan. Limbah domestik sumbangan
dari rumah tangga itu mencapai 70 persen. Limbah domestik memberikan kontribusi terbesar
terhadap pencemaran Sungai Citarum.
Kedua contoh di atas menunjukkan bahwa limbah domestik atau rumah tangga yang umumnya
berupa tinja, deterjen bekas cucian dapur maupun pakaian hingga sampah, baik organik
maupun anorganik, menjadi penyumbang terbesar pencemaran pada air sungai. Hasil Sensus
Penduduk tahun 2010 mengungkapkan, ada 26 persen atau 16 juta rumah tangga di Indonesia
yang tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar dan langsung membuang limbah tinja ke
lingkungan (sungai, kebun, dan lain-lain). Sebanyak 74 persen rumah tangga menggunakan
jamban, dan 14 persen di antaranya tidak dilengkapi dengan tangki septik. Setiap hari
diperkirakan sebanyak 14.000 ton tinja dan 176.000 meter kubik urine dibuang ke sumber air
yang menyebabkan75 persen sungai tercemar berat dan 70 persen air tanah di perkotaan
tercemar bakteri tinja.
Penurunan kualitas air
Limbah domestik, limbah peternakan maupun industri yang dibuang ke sungai berpengaruh
terhadap penurunan kualitas air. Parameter penurunan kualitas air tersebut umumnya
berdasarkan kandungan fecal coli, total coliform, BOD (Biological Oxygen Demand), COD
(Chemical Oxygen Demand) dan H2S yang terdapat di dalam air sungai. Limbah tinja berperan
dalam meningkatkan kadar fecal coli atau bakteri E coli dalam air. Di kota-kota besar seperti
Jakarta, Yogyakarta di beberapa wilayahnya kandungan E coli melebihi ambang batas tak hanya
di sungai melainkan hingga ke air sumur di permukiman penduduk. Hal ini sangat
membahayakan kesehatan penduduk dan tidak layak untuk dikonsumsi.
Air sungai yang tercemar oleh sampah organik biasanya akan berbau tidak sedap. Ini
disebabkan karena naiknya kadar BOD. Kebutuhan oksigen oleh mikroorganisme untuk
mengurai sampah organik akan meningkat jika volume sampah meningkat. Hal ini akan
meningkatkan kadar BOD dalam air. Jika kadar BOD tinggi atau melebihi ambang batas,
dampaknya adalah tumbuhan atau hewan-hewan yang tumbuh di air akan sulit hidup bahkan
akan mati karena kekurangan oksigen.
Untuk mengatasi pencemaran air sungai yang berasal dari limbah domestik, agar kualitas air
bisa memenuhi standar baku mutu air, perlu dilakukan langkah-langkah pengendalian
pencemaran. Langkah-langkah itu antara lain mengubah kebiasaan membuang sampah di
sungai, memantau kualitas air sungai maupun membangun instalasi pengolahan air limbah
rumah tangga (IPAL).
Dalam hal IPAL rumah tangga, Indonesia masih sangat ketinggalan dibandingkan negara-
negara lain. "Jangankan dibandingkan dengan Thailand atau Malaysia, dibandingkan dengan
negara kecil seperti Kamboja saja kita masih kalah dalam hal jumlah dan volume fasilitas
instalasi pengolahan air limbah. Padahal jumlah penduduk kita jauh lebih besar," kata Budi.
Karena itu, pembangunan unit IPAL menjadi salah satu program Kementerian LHK untuk
mengatasi pencemaran air sungai karena limbah domestik.
Tidak mudah untuk mengubah kebiasaan penduduk untuk tidak membuang sampah atau
limbah rumah tangga ke sungai-sungai. Namun, hal itu mutlak dilakukan jika tidak ingin sumber
utama air penduduk menjadi semakin tercemar dan tidak layak dikonsumsi. Jika hal itu terjadi,
maka kualitas hidup masyarakat akan semakin rendah.
http://print.kompas.com/baca/2016/04/29/Air-Sungai-di-Indonesia-Tercemar-Berat
Percemaran air sungai ternyata penyebab utamanya berasal dari limbah domestik seperti
pembuangan tinja dan air kencing, air sabun bekas cucian piring maupun baju, air bekas untuk
mandi, dan bahkan sampah rumah tangga.
Sebagai contoh pencemaran sungai yaitu di Sungai Citarum, yang sebagian besar alirannya di
Jawa Barat merupakan sungai paling tercemar di Indonesia bahkan di dunia.
Keadaan ini perlu dikhawatirkan karena sebagian besar sungai di Indonesia masih menjadi
sumber kehidupan, baik bagi manusia maupun makhluk hidup lain. Sehingga, apabila terjadi
pencemaran di sungai maka akan mengancam kehidupan yang bergantung kepada sungai.
Jika kita sadari sesungguhnya pencemaran yang terjadi di sungai dampaknya akan lebih besar
dari yang kita kira. Setiap sungai pastinya akan bermuara di laut, sehingga jika air sungai
tercemar maka air laut juga akan tercemar.
Oleh karena itu diperlukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut seperti
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang limbah ke sungai,
meningkatkan pengawasan pemerintah, serta pembangunan IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah).
TANGGAPAN
2016 / Februari / 15 01:52
Polusi udara bertanggung jawab untuk lebih dari 5,5 juta kematian dini setiap tahun, dengan
lebih dari setengahnya berasal dari Cina dan India. Para ilmuwan memperingatkan jumlah
korban kematian dini akan naik selama 20 tahun ke depan, kecuali dunia melakukan sesuatu
untuk melawan masalah ini. Studi baru ini dilakukan oleh para peneliti dari China, India,
Amerika Serikat dan Kanada, memperkirakan tingkat polusi udara di Cina dan India dampaknya
terhadap kesehatan.
"Polusi udara adalah faktor risiko tertinggi keempat kematian secara global, dan faktor risiko
lingkungan terkemuka untuk suatu penyakit," kata profesor Michael Brauer dari University of
British Columbia. "Mengurangi polusi udara adalah cara yang sangat efisien untuk
meningkatkan kesehatan populasi,"tambah Brauer.
China, India
Laporan ini menyimpulkan bahwa Cina dan India, dua negara yang paling padat penduduknya
di dunia, juga memiliki udara paling kotor di dunia. Para ahli mengatakan partikulat kecil materi
yang dipancarkan ke atmosfer dua negara tersebut 55 persennya menyebabkan kematian
akibat polusi udara di seluruh dunia.
Pencemaran Udara Sebab dari 5,5 Juta Kematian Dini Tiap Tahun
Dan Greenbaum, presiden dari Health Effect Institute di Boston, sebuah organisasi nirlaba yang
menganalisis efek kesehatan dari berbagai sumber polusi udara, mengatakan bahwa hidup di
daerah dengan polusi tinggi dapat menyebabkan orang untuk memiliki peningkatan penyakit
jantung, paru-paru, dan mati prematur sebagai hasilnya. "
Greenbaum mencatat bahwa dalam ruangan memasak kontribusi signifikan terhadap polusi
udara dan biaya dalam kehidupan manusia.
"Itu adalah masalah yang sangat penting di China dan India, meskipun agak kurang di Cina, di
mana mereka telah mulai memindahkan sumber daya ke propana dan gas alam untuk tidak
lagi menggunakan batu bara," katanya.
"Tapi di India, sebuah jumlah yang sangat signifikan dari orang-orang yang sangat miskin masih
membakar kayu dan bahan bakar biomassa, kotoran sapi dan sumber-sumber lain. Dan yang
menciptakan eksposur besar di dalam ruangan untuk para ibu dan anak-anak, misalnya, yang
sedang memasak atau di dekat kompor. "
Beberapa langkah yang diambil
Di Cina, sementara itu, sumber terbesar dari polusi udara adalah pembakaran batubara,
meskipun Greenbaum mengatakan China mulai melakukan sesuatu tentang masalah secara
keseluruhan.
"Mereka sudah memperketat standar mereka untuk kendaraan baru, mereka telah
membersihkan bahan bakar mereka, dan mereka sudah benar-benar berkomitmen untuk
mengurangi batubara mereka," katanya.
Kkemajuan ekonomi di Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang juga memberikan kontribusi
terhadap tingginya tingkat polusi udara, menurut laporan tersebut.
Para ahli medis mengatakan polusi udara menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru
dan penyakit pernafasan lainnya. Hanya tekanan darah tinggi, pola makan yang buruk, dan
rokok membunuh lebih banyak orang setiap tahun dari polusi udara.
Penelitian terbaru tentang polusi udara dipresentasikan pada konferensi di sana Asosiasi
Amerika untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan di Washington.
http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/02/pencemaran-udara-sebab-dari-5-5-
juta-kematian-dini-tiap-tahun
Miris, apabila kita mengetahui bahwa penyebab kematian terbesar keempat disebabkan
oleh pencemaran udara. Udara merupakan salah satu factor penting dalam kehidupan
karena udara merupakan sumber respirasi.
Pada berita di atas, pencemaran udara yang terjadi di India dan China merupakan contoh
pencemaran udara yang paling parah di dunia. Selain karena penggunaan batubara sebagai
bahan pembangkit listrik, banyaknya industri yang beroperasi di kedua negara merupakan
penyebab lain yang mungkin tidak disadari. Dimana industri dari negara-negara barat lebih
banyak mendirikan pabriknya di Asia.
Penanganan yang perlu dilakukan yaitu menggunakan sumber energi yang lebih ramah
lingkungan seperti energi angin, energi gelombang laut, energi matahari, energi
panasbumi, dsb. Lalu kita juga perlu menyadari bahwa banyaknya pendirian pabrik di
Benua Asia bukanlah merupakan suatu kebanggaan, melainkan merupakan ancaman baru
terhadap lingkungan kita.
TANGGAPAN
May 1, 2016
Global Warming and the increasing Heat is something that has been haunting the United
Nations and various climate bodies all over the world. As it seems, one of the largest democracy
has also had a say in this. According to the reports, the percentage of conservative republicans
who believe the fact that Global Warming and Heat has taken on the Earth at a very high scale,
has grown by approximately 20% in the last two years. Well, this sounds slightly intriguing.
According to a national survey organized by the Yale Program on Climate Change
Communication and George Mason University’s Center for Climate Change Communication,
more that 75% of the registered voters of the nation believe that Global Warming has already
taken a lot of toll on the world. The increasing heat is only going to affect the world badly
enough beyond our thoughts.
What is quite intriguing is the fact that off the voters surveyed in the program; approximately
56% of them believe that Global Warming is an effect of various human interventions with
nature. It is the human actions that have led to this globally increasing heat, temperatures and
thus Global Warming.
The report states that, “Republicans are not a monolithic block of global warming policy
opponents, rather, liberal (and) moderate Republicans are often part of the mainstream of
public opinion on climate change, while conservative Republicans’ views are often distinctly
different than the rest of the American public.”
Global Warming and Heat concern rise: Report Suggests
The survey also brought out some dreadful facts. According to one stat, only 16% of the voters
are actually aware of Global warming and the increasing heat. On the other hand, 26% of the
republicans believe that the climate is changing, but they are not certain of the fact that it is
human actions that are contributing to it. The gaps present in the society are quite frightening.
There are quite a few goods things that have come out of the survey as well. The reports
suggest that approximately 84% of the voters believe that we should shift to renewable sources
of energy. Out of this 75% are republicans. Quite a percentage of the individuals also believe
that Carbon Tax should be levied on fossil fuels.
http://www.tampabayreview.com/news/rtb-global-warming-and-heat-concerns-rise-report-
suggests/4054/
Global Warming atau pemanasan global selama bertahun-tahun menjadi primadona di
headline berita kerusakan lingkungan.
Pemanasan global merupakan masalah yang dampaknya mencakup seluruh komponen
bumi yang dapat mengancam terhadap eksistensi kehidupan di bumi.
Adanya pemanasan global dapat menyebabkan mencairnya es di kutub. Jika hal tersebut
terjadi maka muka air laut akan meningkat dan pada daerah yang bertipografi rendah
dapat tenggelam.
Maka, solusi atas masalah ini harus dibicarakan secara serius antar negara-negara di dunia.
Dalam naskah Sustainable Development Goals (SDG) pada poin Goal 13 berbunyi
Goal 13. Take urgent action to combat climate change and its impacts
Hal yang perlu dilakukan oleh para pemimpin negara adalah berkomitmen terhadap
agenda yang telah dibuat bersama untuk mewujudkan SDG 2030, yang mana salah satunya
mengatasi perubahan iklim (pemanasan global). Tindakan nyata yang dapat dilakukan
seperti penggunaan sumber energi ramah lingkungan dan terbarukan, dan pembatasan
terhadap bahan bakar fosil.
TANGGAPAN
Sumber Gambar
http://www.footwa.com/wp-content/uploads/2011/10/The-
woods-are-lovely-dark-and-deep.jpg
https://transportinjakarta.files.wordpress.com/2015/10/kebakaran9.jpg http://clubpimble.com/uploads/headings_4102_33325.jpeg http://www.indiawaterportal.org/sites/indiawaterportal.org/files/image_11.jpg
http://www.magicbeep.com/wp-content/uploads/2016/03/Air-
Pollution.jpg
#SaveOur Earth
Recommended