View
238
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KOMPETENSI MAHASISWA PPL
Studi Kasus Pada Guru-Guru SMA dan SMK di Kabupaten Sleman
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh :
EPIFANIA PRABANINGRUM 021334 057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
S
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO Bersyukurlah bahwa kamu belum siap memiliki yang kamu inginkan,
Seandainya Sudah, apalagi yang harus diinginkan. Bersyukurlah bahwa kamu tidak tahu sesuatu karena itu memberimu kesempatan
untuk belajar.
Bersyukurlah untuk masa sulit karena di masa itulah kamu tumbuh
Bersyukurlah untuk keterbatasanmu karena itu memberi kesempatan untuk berkembang
Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru karena itu yang akan membangun
kekuatan dan kepribadianmu
Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat karena itu merupakan pelajaran yang amat berharga
Bersyukurlah karena rasa syukur dapat mengubah hal-hal negatif menjadi
positif
(Cak Nurchabib SCTV 2004)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk :
Bapakku tercinta Antonius Suradjiya
Ibuku tercinta Purwatiningsih
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KOMPETENSI MAHASISWA PPL
Studi Kasus Pada Guru-Guru SMA dan SMK di Kabupaten Sleman
Epifania Prabaningrum Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) perbedaan persepsi guru
pamong terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing; (2) perbedaan persepsi guru terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan; (3) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing; (4) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan; (5) perbedaaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial ditinjau pengalaman membimbing; (6) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan; (7) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing; (8) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan
Penelitian dilaksanakan di SMA dan SMK yang ada di Kabupaten Sleman pada bulan Mei 2007. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 110 guru. Sampel penelitian berjumlah 91 guru. Tehnik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik analisa data menggunakan uji Oneway Anova dan T-test .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing (Fhitung = 3,470> Ftabel = 3,101); (2) ada perbedaan persepsi guru terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan (t hitung =7,902> t tabel =1,990); (3) ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing (Fhitung = 3,324> Ftabel = 3,101); (4) ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan (t hitung =3,202> t tabel =1,990);(5) ada perbedaaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing (Fhitung =3,757> Ftabel = 3,101); (6) ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan (t hitung =3,329> t tabel =1,990); (7) ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing; (Fhitung = 3,239> Ftabel = 3,101) (8) ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan (t hitung =2,702 > t tabel =1,990).
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
THE PERCEPTION OF SUPERVISOR TOWARDS THE COMPETENCE OF
STUDENTS TEACHING PRACTICE
A Case Study on SMA and SMK teacher’s in Sleman Regency
Epifania Prabanimgrum Sanata Dharma University
2007
The purposes of this research are to know: (1) the difference of the supervisor’s perception toward students pedagogical competence based on the exprerience in guiding teaching practice; (2) the difference of the supervisor’s perception toward students pedagogical competence based on the level education; (3) the difference of the supervisor’s perception toward students personal competence based on the exprerience in guiding teaching practice; (4) the difference of the supervisor’s perception toward students competence the personal based on the level education; (5) the difference of the supervisor’s perception toward students social competence based on the exprerience in guiding teaching practice; (6) the difference of the supervisor’s perception toward students competence social competence based on the level education; (7) the difference of the supervisor’s perception toward students profesional competence based on the exprerience in guiding teaching practice; (8) the difference of the supervisor’s perception toward students profesional competence based on the level education.
This research was conducted on most of SMA and SMK in Sleman Regency during Mei 2007. The method of data collection was questionnaire. The population of this research was 110 teachers. The samples of this research were 91 teachers. The technique of sampling taking samples was purposive sampling. The technique of data analysis was anova and t-test.
The results of the research are: (1) there is difference of the supervisor’s perception toward students pedagogical competence based on the exprerience in guiding teaching practice (Faccount = 3,470> Ftable = 3,101); (2) there is difference of the supervisor’s perception toward students pedagogical competence based on the level education (taccount =7,902> ttable = 1,990); (3) there is difference of the supervisor’s perception toward students personal competence based on the exprerience in guiding teaching practice (Faccount = 3,324> Ftable = 3,101); (4) there is difference of the supervisor’s perception toward students competence the personal based on the level education (taccount =3,202> ttable = 1,990); (5) there is difference of the supervisor’s perception toward students social competence based on the exprerience in guiding teaching practice (Faccount = 3,757> Ftable = 3,101); (6) there is difference of the supervisor’s perception toward students competence social competence based on the level education (taccount =3,329> ttable = 1,990;(7) there is difference of the supervisor’s perception toward students profesional competence based on the exprerience in guiding teaching practice (Faccount = 3,239> Ftable = 3,101; (8) there is difference of the supervisor’s perception toward students profesional competence based on the level education (taccount =2,702> ttable = 1,990)
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih karena skripsi ini telah
selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan
Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan
berbagai masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Drama, Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
4. Bapak S. Widanarto P., S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan
saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Ibu Cornelio Purwantini, Spd., MSi. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skipsi ini.
6. Ibu B. Indah Nugraheni, S. Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Bapak Ibu guru di SMA,SMK negeri dan swasta se Kabupaten Sleman yang telah
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Kedua orang tuaku (Babe Anton Suradjiya dan ibu Purwatiningsih) yang dengan
sabar memberikan dorongan, nasehat dan selalu berdoa untuk penulis.
9. Kakakku (Cek may) dan adikku ( Tole)
10. Temen-temen di bulan oktober Lusi, Kriwol, Bowo, Boim, Mumun, Erma, Yuni
akhirnya kita dapat melewati semuanya
11. Sobat-sobatku She’ska, Tea-us, Kris-sum, Elly, Dhita, Dina
12. Temen-temen PAK 2002, Wiwin, Iin, Bulan, Indri, Imas, Dewa, April, Goris, Eri,
Yoyok, Duwi, dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,
terimakasih atas doa kalian dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung
Semoga semua kebaikan dan bantuannya mendapat imbalan yang sepantasnya dari
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Yogyakarta, Oktober 2007
Penulis
Epifania.P
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………….
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………..
i
ii
iii
iv
v
MOTTO…………………………………………………………………...
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………..
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………..
ABSTRAK………………………………………………………………..
ABSTRACT………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
vi vii viii
ix xi
DAFTAR ISI………………………………………………………………
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xvi xviii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………
PENDAHULUAN…………………………………………… BAB I
A. Latar Belakang Masalah………………………………….
B. Rumusan masalah…….…………………………………..
C. Tujuan Penelitian…………………………………………
D. Manfaat Penelitian………………………………………..
1
1
5
6
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………...
A. Pengertian Persepsi ……………………………………...
B. Guru Pamong…….……………………………………….
C. Kompetensi Guru…….…………………………………..
D. PPL…….…………………………………………………
E. Mahasiswa PPL…….…………………………………….
F. Tingkat Pendidikan…….………………………………...
9
6
13
14
24
25
26
28
31 G. Pengalaman Membimbing…….………………………….
H. Kerangka Berpikir…….………………………………….
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………….
A. Jenis Penelitian…………….……………………………..
B. Subjek dan Objek Penelitian……………….…………….
C. Waktu dan Tempat Penelitian…….……………………...
D. Populasi dan Sampel…….……………………………….
E. Variabel penelitian dan Pengukuran…….……………….
F. Kisi-kisi kuesioner………………………………………..
G. Uji Instrumen penelitian…..……………………………...
H. Teknik Pengumpulan Data……………………………….
I. Teknik Analisis Data……………………………………..
1. Pengujian Normalitas dan Homogenitas…………….
2. Pengujian Hipotesis…………………………………
41
41 41 41 42 44 45 48 51 51 52 53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN………………………….
A. Deskripsi Data…………………………………....
1. Deskripsi Responden Penelitian……………...
a. Tingkat Pendidikan Guru………………...
b. Pengalaman Membimbing……………......
2. Persentase Persepsi Guru Pamong terhadap kompetensi pedagogik…………….................
3. Persentase Persepsi Guru Pamong terhadap kompetensi pribadi…………….......................
4. Persentase Guru Pamong terhadap kompetensi sosial……………………………
57
58 58 58 59 60 64 67
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Persentase Guru Pamong terhadap kompetensi professional……………...............
B. Analisis Data……………………………………..
1. Pengujian Prasyarat Analisis…………………
a. Uji Normalitas…………………………...
b. Uji Homogenitas………………………...
2. Pengujian Hipotesis…………………………..
a. Hipotesis Pertama (perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik ditinjau dari pengalaman membimbing)…………………………….
b. Hipotesis Kedua (perbedaan persepsi guru terhadap kompetensi pedagogik ditinjau dari tingkat pendidikan) ……………………………………………
c. Hipotesis Ketiga (perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi ditinjau dari pengalaman membimbing) ……………………………………………
d. Hipotesis Keempat (perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi ditinjau dari tingkat pendidikan) ……………………………………………
e. Hipotesis kelima (perbedaaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial ditinjau dari pengalaman membimbing)…………………………….
71 75 75 75 76 78 78 79 80 81 83 84
f. Hipotesis Keenam (perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan)…………………
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
g. Hipotesis Ketujuh (perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing)…
h. Hipotesis Kedelapan (Perbedaan
perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan………………………………..
C. Pembahasan………………………………………
1. persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik ditinjau dari pengalaman membimbing…………………………………
2. persepsi guru terhadap kompetensi pedagogik ditinjau dari tingkat pendidikan) ……………………………………………….
3. persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi ditinjau dari pengalaman membimbing)………………………………..
4. persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi ditinjau dari tingkat pendidikan ………………………………………………..
85 86 88 88 91 94 97 99
5. persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial ditinjau pengalaman membimbing………………………………….
6. persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan……………...
7. persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing………………………………….
101 104 106
8. persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing………………………………….
BAB V PENUTUP……………………………………………………
A. Kesimpulan ………………………………………………
B. Saran-saran……………………………………………….
C. Keterbatasan……………………………………………...
110
111
111
112
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..............
LAMPIRAN…………………………………………….............................
113
115
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Daftar Tempat penelitian…………………………………... Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Validitas………………………………... Tabel 4.0 Sebaran Responden Penelitian…………………………….. Tabel 4.1 Deskripsi Responden Menurut Tingkat Pendidikan……….. Tabel 4.2 Deskripsi Responden Menurut Pengalaman Membimbing... Tabel 4.3 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi
pedagogoik mahasiswa PPL……………………………….. Tabel 4.4 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi
pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan……….………………………….……………...
Tabel 4.5 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL ditinjau pengalaman membimbing………………………….……………………
Tabel 4.6 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi mahasiswa PPL…………………………………….
Tabel 4.7 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan…..
Tabel 4.8 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing……………………………………………….
Tabel 4.9 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial mahasiswa PPL……………………………………...
Tabel 4.10 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan……
Tabel 4.11 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing………………………………………………..
Tabel 4.12 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional mahasiswa PPL………………………………..
Tabel 4.13 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan………………………………………………….
Tabel 4.14 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing………………………………………………..
Tabel 4.15 Hasil Pengujian Normalitas………………………………...
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Homogenitas Tingkat Pendidikan………... Tabel 4.17 Hasil Pengujian Homogenitas Pengalaman
Membimbing………………………………………………. Tabel 4.18 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong
Terhadap Kompetensi Pedagogik ditinjau dari Pengalaman Membimbing……………………………………………….
43 49 58 58 59 61 61 62 65 65 66 69 69 70 72 73 74 76 77 77 79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.19 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong
Terhadap Kompetensi Pedagogik ditinjau dari Tingkat Pendidikan…………………………………………………
Tabel 4.20 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Pribadi ditinjau dari Pengalaman Membimbing……………………………………………….
80
Tabel 4.21 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Pribadi ditinjau dari Tingkat Pendidikan………………………………………………….
81
Tabel 4.22 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Sosial ditinjau dari Pengalaman Membimbing……………………………………………….
82
Tabel 4.23 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Sosial ditinjau dari Tingkat Pendidikan………………………………………………….
83
Tabel 4.24 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Profesional ditinjau Pengalaman Membimbing……………………………………………….
84
Tabel 4.25 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Profesional ditinjau dari Tingkat Pendidikan………………………………………………….
85 86 Tabel 4.26 Kesimpulan Hasil Uji Hipótesis menggunakan Anova……. 87 Tabel 4.27 Kesimpulan Hasil Uji Hipótesis menggunakan T-test…….. 88
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1: Kuesioner
LAMPIRAN 2: Pengujian Instrumen Penelitian
LAMPIRAN 3: Data Mentah Peneltian
LAMPIRAN 4: Pengujian Prasayarat Analis
LAMPIRAN 5: Tabel F,Tabel T, Tabel R
LAMPIRAN 6: Hasil Pengujian hipotesis
LAMPIRAN 7: Surat Izin Penelitian dan Surat Keterangan Penelitian
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengembangan sumber daya manusia merupakan penentu keberhasilan
pembangunan nasional. Oleh sebab itu, pengembangan sumber daya manusia
harus mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dengan perencanaan yang
berorientasi pada masa depan. Salah satu hal yang dilakukan dalam
pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan.
Ada banyak faktor yang berkaitan dengan penentuan kualitas pendidikan
yaitu siswa, sarana dan prasarana, kurikulum dan profesionalitas guru. Pada
penelitian ini faktor yang menjadi pusat perhatian adalah profesionalitas guru.
Guru ialah pendidik yang dalam kesehariannya berinterakasi dan beraktivitas
memotivasi, membimbing dan mengarahkan kemajuan siswa sebagai peserta
didiknya. Tidak heran kalau kualitas pendidikan di tanah air kita rendah
disebabkan oleh rendahnya kualitas atau sering dikenal dengan kompetensi guru.
Guru kurang menguasai 4 kompetensi dasar yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional seperti yang
tercantum dalam UU 14 tahun 2005.
Cukup banyak bukti yang dapat mendukung kesimpulan bahwa mutu
pendidikan tanah air sampai saat ini rendah. Bukti tersebut antara lain rata-rata
hasil ujian akhir nasional, ujian akhir sekolah untuk semua mata pelajaran berkisar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pada rentangan 5 sampai 7 saja (kompas, 10 Januari 2005). Hasil ujian akhir
menyebabkan pertanyaan besar tentang kualitas guru saat ini.
Ketidakmampuan guru dalam menguasai kompetensi dasar khususnya
tentang kualifikasi guru. Kualifikasi yang diminta oleh SLTP/SLTA tidak cocok
dengan kualifikasi yang telah tersedia. Jika dilihat dari kebutuhan bidang studi
distribusi penugasan yang tidak merata sehingga mutu akademik guru yang
rendah dan aktifitas ilmiah yang jauh dari membanggakan serta kelayakan
mengajar yang tidak memadai yang mengakibatkan pada rendahnya profesional
guru.
Menurut sumber kompas, 2 Desember 2004 Input guru di Indonesia sangat
memprihatinkan kualitasnya. Data Balitbang Depdiknas (1999) menunjukkan dari
puluhan ribu tes calon guru PNS menunjukkan rata-rata skor tes seleksinya sangat
rendah dan mutu akademik guru juga memprihatinkan. Data Balitbang Depdiknas
(2001) menunjukkan rendahnya mutu akdemik guru SD, SMP, SMA dan SMK di
Indonesia.
Penerapan pada kompetensi yang lain di sekolah guru tidak hanya sebagai
pengajar, tetapi juga pendidik yang harus menerapkan nilai-nilai kependidikan. Di
sekolah dan masyarakat seorang guru merupakan tokoh yang pantas diteladani,
namun pada kenyataannya masih banyak guru berperan ganda dalam profesinya
masih ada guru menjadi makelar, tukang ojek dan lain-lain. Hal ini mempengaruhi
kinerja guru. Dan akhirnya akan mempengaruhi kualitas anak didik
Tingkat kemampuan guru sejak semula disiapkan pada suatu lembaga
pendidikan guru secara bertahap melalui lembaga yang dinamakan LPTK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
(Lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan). Dalam proses pembelajaran di
LPTK, para calon guru di didik agar bisa menguasai 4 kompetensi dasar sebagai
syarat menjadi guru yang profesional.
Salah satu usaha yang ditempuh oleh LPTK mempersiapkan calon guru
yang profesional dengan mata kuliah ajar PPL (Program Pengalaman Lapangan)
sebagai pembekalan seperangkat kompetensi yang diperlukan calon guru.
Program pengalaman lapangan merupakan salah satu kegiatan intrakurikuler yang dilaksanakan oleh mahasiswa yang mencakup baik latihan mengajar maupun tugas-tugas kependidikan di luar mengajar secara terbimbing dan terpadu untuk memenuhi persyaratan pembentukkan profesi kependidikan (Hamalik,2002:171).
Pelaksanaan PPL, sebagai seorang calon guru tidak hanya dituntut untuk
menguasai teori melalui mata kuliah prasyarat saja, tapi calon guru juga dituntut
untuk menguasai keterampilan di dalam dirinya sendiri. Oleh sebab itu, sebelum
melaksanakan PPL, perlu diadakan latihan yang bertahap untuk melatih calon
guru menjadi guru. Pada awalnya mahasiswa praktikan dipersiapkan melalui PPL
I yang meliputi pembelajaran beberapa keterampilan di hadapan teman sendiri dan
PPL II mahasiswa belajar di sekolah-sekolah. Pelaksanaan PPL II merupakan
mata kuliah wajib. Harapannya adalah untuk menghasilkan calon guru yang
profesional di masa mendatang dapat terwujud.
Mahasiswa praktikan melaksanakan kegiatan program pengalaman
lapangan di sekolah kurang lebih selama tiga bulan. Kegiatan PPL II ini
dipusatkan pada praktek/latihan lapangan, mulai dari observasi sampai dengan
latihan mengajar mandiri. Dalam pelaksanaan PPL II mahasiswa mendapat
bimbingan dari guru pamong di sekolah dan dosen pembimbing. Dosen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pembimbing tidak selalu dapat membimbing mahasiswa selama praktek di
sekolah dalam kesehariannya sedang guru pamong yang selalu memperhatikan
perkembangan mahasiswa praktikan. PPL II ini sebagai sarana bagi mahasiswa
yang manfaatnya untuk mengetahui seberapa kemampuan mereka dalam
menerapkan teori maupun praktek PPL I yang telah dilaksanakan.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya menyoroti dari sisi guru pamong saja.
Alasannya adalah guru pamong sebagai tenaga pendidik dalam sekolah yang
paling banyak berhubungan langsung dengan mahasiswa praktikan selama
melakukan latihan terbimbing dan latihan mandiri. Guru pamong yang diberi
kewenangan untuk menilai, mengkritik, memberikan saran kemampuan mengajar
mahasiswa praktikan. Dalam perkembangannya kemampuan mengajar mahasiswa
praktikan dalam kesehariannya dipantau, ditentukan dari guru pamong tersebut
dengan demikian penilaian yang dilakukan oleh guru pamong berguna untuk
mengetahui tingkat kemampuan mengajar mahasiswa praktikan.
Mahasiswa praktikan yang sudah diperkenankan untuk melakukan praktek
di sekolah dianggap sudah mampu dan berkompeten untuk mendidik,
mengajarkan, melakukan tugas-tugas di sekolah selayaknya guru. Menurut guru
pamong, para mahasiswa yang memiliki kesiapan terutama dalam segi
ketrampilan dan sikap mental, akan dapat tampil secara mantap dan menyakinkan.
Begitu pula sebaliknya pada mahasiswa yang tidak memiliki kesiapan baik dari
segi keterampilan dan mental akan terlihat pada kondisi kelas saat itu. Kondisi
yang bervariasi menimbulkan persepsi dan penilaian guru pamong yang berbeda-
beda dalam melihat kemampuan mengajar mahasiswa praktikan. Dengan melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
gambaran di atas untuk mengetahui kompetensi mengajar mahasiswa praktikan
perlu diadakan penilaian berdasar “PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP
KOMPETENSI MAHASISWA PPL”. Hasil dari penelitian dapat dijadikan bahan
evaluasi guna meningkatkan kualitas mengajar mahasiswa praktikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi
pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman
membimbing?
2. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi
pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan?
3. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi
pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing?
4. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi
pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan?
5. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi
sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing ?
6. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi
sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
7. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi
profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman
membimbing?
8. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap
kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat
pendidikan ?
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap
kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari
pengalaman membimbing.
2. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap
kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat
pendidikan.
3. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap
kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari
pengalaman membimbing.
4. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap
kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat
pendidikan.
5. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap
kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman
membimbing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
6. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap
kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat
pendidikan.
7. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap
kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari
pengalaman membimbing.
8. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap
kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat
pendidikan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa PPL
Hasil penelitian memberi gambaran tingkat keberhasilan dalam
pencapaian kompetensi dasar keguruan dan digunakan sebagai
pembelajaran ke arah yang lebih baik di masa yang akan datang.
2. Bagi Guru
Untuk dapat lebih banyak memberikan pendampingan, pembelajarannya
dan kritik bagi mahasiswa PPL II agar pelaksanaan sesuai yang
diharapkannya.
3. Bagi LPTK
Dapat digunakan sebagai peningkatan kualitas pelaksanaan PPL secara
efektif dan efisien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
4. Bagi penulis
Dapat digunakan sebagai informasi seberapa besar kompetensi yang dapat
dicapai oleh mahasiswa PPL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan bentuk pengalaman yang belum disadari benar,
sehingga individu yang bersangkutan belum mampu membedakan diri sendiri
dengan objek yang dihayati Mahfudh (1991:73). Sementara menurut Winkel
(1998:10) persepsi adalah pengamatan secara global, belum disertai kesadaran,
sedang obyek belum berbeda satu dengan yang lain atau kemampuan untuk
membedakan antara obyek yang satu dengan yang lain, bedasarkan ciri-ciri fisik
obyek-obyek itu (misal ukuran, warna, bentuk). Pendapat lain diungkapkan oleh
Walgito (1994:53) persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh
penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat reseptornya.
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
Rahmat (1985:64). Sementara Davidoff (1988:232) mengartikan persepsi adalah
sebagai proses yang mengorganisir dan menggabungkan alat-alat indera kita
(penginderaan) untuk ditimbangkan sedemikian rupa sehingga kita menyadari,
mengerti tentang apa yang diindera itu. Persepsi itu adalah pengamatan secara
global, belum disertai kesadaran, sedang subyek dan obyeknya belum terbedakan
satu dari lainnya (baru ada proses”memiliki” tanggapan). Persepsi diterimanya
rangsang (objek, kualitas, hubungan antara gejala, maupun peristiwa) sampai
rangsang itu disadari dan dimengerti Irwanto (1988:55). Sedangkan menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Sarwono (1992:44) persepsi berasal dari pengalaman itu sendiri yang diawali oleh
penginderaan yaitu ditangkapnya rangsang-rangsang dari lingkungan oleh alat-
alat indera manusia. Selanjutnya, hasil penginderaan yang berupa impuls-impuls
disalurkan melalui syaraf-syaraf penginderaan ke sistem syaraf pusat di otak.
Menurut Walgito (1994:54) bahwa terjadinya proses persepsi adalah jika
seseorang melihat objek akan menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat
indera atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik) stimulus yang
diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini
dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga
individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu
akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat
kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian, taraf
terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang diterima
melalui alat indera atau reseptor.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan
bahwa persepsi merupakan proses pengamatan seseorang terhadap segala sesuatu
yang diterimanya dengan menggunakan alat indera yang dimilikinya kemudian
memberikan gambaran mengenai obyek yang diamati dengan cara pandang
bersifat subyektif tergantung pada pengetahuan yang ada pada diri masing-masing
sehingga hasil yang ditafsirkan seseorang berbeda satu dengan yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi menurut
Irwanto (1988:76) adalah :
1. Perhatian yang selektif
Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali
rangsang dari lingkungannya. Dengan keadaaan tersebut manusia tidak
harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu,
individunya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu
saja. Ada banyak hal dalam diri praktikan yang dapat diterima oleh guru
pamong, tetapi tidak semuanya diterima oleh guru pamong dan dari
perhatian inilah kemudian guru pamong membuat penilaian terhadap
praktikan.
2. Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik
perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar di antara yang kecil
yang kontras dengan latar belakangnya dan yang intensitas rangsangnya
paling kuat. Seperti halnya dalam kedisiplinan praktikan harus datang
tepat waktu sepuluh menit sebelum kegiatan belajar-mengajar. Semua
praktikan yang mengikuti PPL II di sekolah menaati peraturan, kecuali ada
salah satu praktikan yang hadir tidak tepat waktu dengan berbagai alasan.
Misalnya letak rumahnya yang jauh, kesibukannya di kampus, macet di
jalan dan lain-lain. Praktikan tampak tidak disiplin terhadap waktu dan
akan mempengaruhi persepsi guru pamong baik ataupun buruk pada
kompetensi sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
3. Nilai-nilai dan kebutuhan Individu
Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam
pengamatannya dibandingkan seorang yang bukan seniman. Sama halnya
penilaian pada guru pamong dengan guru lainya berbeda-beda pada
kemampuan praktikan dalam menjalankan tugasnya sekolah.
4. Pengalaman Terdahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana
seseorang mempersepsi dunianya. Pengalaman yang diterima guru
pamong selama berinteraksi dengan praktikan akan mempengaruhi
persepsi guru pamong terhadap praktikan. Berdasarkan pengalaman, guru
pamong mengharapkan kemampuan mengajar praktikan lebih baik
daripada tahun lalu, atau bahkan mempertahankan jika praktikan tahun
lalu mendapat kesan baik dan penilaian kemampuan mengajar yang baik
pula. Harapannya adalah praktikan sebagai pendidik atau mengajar dapat
memiliki profesionalisme keguruan.
5. Belajar atau Pengetahuan
Persepsi terhadap rangsang berbeda antara satu individu dengan individu
lain. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor belajar atau pengetahuan
individu terhadap suatu rangsang tersebut. Pemahaman guru pamong
diukur dari tingkat pendidikan terakhirnya maka pandangan pada
praktikan berbeda-beda menurut pengetahuan yang mereka peroleh. Misal
praktikan dalam pengelolaan belajar mengajar menggunakan metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
diskusi kelompok. Pada saat itu juga kondisi kelas ramai sehingga
menganggu kelas lain, karena tidak tahu atau tidak mengetahui dengan
tepat maksud praktikan bahwa ia sedang melakukan diskusi, maka guru
akan menilai kurang baik bahkan buruk terhadap praktikan dalam
mengelola interaksi belajar mengajar.
B. Guru Pamong
Guru pamong merupakan tenaga supervisor yang paling banyak
berhubungan langsung dengan mahasiswa calon guru (Suparno, Suyadi&
Wardani,1990:38). Tugas-tugas bimbingan yang harus diberikan oleh guru
pamong antara lain meliputi:
1. memberikan tugas mengajar pada waktu latihan terbimbing dan mandiri
2. membantu mahasiswa calon guru dalam mengembangkan satuan pelajaran
3. menerapkan supervisi klinis dalam pemberian bimbingan kepada
mahasiswa calon guru selama latihan mengajar
4. membimbing mahasiswa calon guru dalam mengerjakan tugas
memberikan bimbingan belajar para murid, administrasi kelas, serta tugas
ko dan ekstrakurikuler serta bersama-sama dengan kepala sekolah dan
dosen pembimbing menetapkan mahasiswa yang sudah memenuhi syarat
untuk mengikuti ujian PPL.
Buku III tentang Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan menyebutkan
bahwa guru pamong bertugas dalam membimbing mahasiswa dalam
pelaksanaan pengalaman lapangan yaitu membantu merencanakan kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
belajar-mengajar yang berhubungan dengan urutan bahan pelajaran, waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan bahan pelajaran, evaluasi meliputi lama waktu
ulangan, bentuk soal ulangan, dan cara penilaian. Kesimpulannya adalah guru
pamong diberi kepercayaan dan tugas untuk membimbing mahasiswa praktikan
PPL dalam menerapkan kemampuan mengajar, kegiatan administrasi di sekolah,
dan diberikan kewenangan dalam menilai kompetensi yang dicapai praktikan.
C. Kompetensi guru
Kompetensi berarti kemampuan untuk menentukan atau memutuskan
sesuatu hal. Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai
tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. The state
of legally competent or qualified (Mc. Leod 1989). Menurut Samana
(1994:44) kompetensi adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau
keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan dan dengan
demikian ia mempunyai wewenang dalam pelayanan sosial di masyarakat.
Kompetensi keguruan menunjuk kuantitas serta kualitas layanan pendidikan
yang dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan secara terstandar.
Adapun menurut Usman (1995:14) kompetensi guru merupakan
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara
bertanggung jawab dan layak. Menurut Usman (1990:1) kompetensi
merupakan suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan
seseorang, baik yang kualitatif maupun kuantitatif. Usman, Charles E.
Johnson, (1974) mengungkapkan kompetensi merupakan gambaran hakikat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
kualitatif dari perilaku yang tampak sangat berarti. Barlow, Syah (1985: 229)
kompetensi merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi
diartikan sebagai keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang
telah menjadi bagian dirinya sehingga dapat melakukan perilaku kognitif,
afektif, dan psikomotor dengan sebaik-baiknya Mc. A.Shan (1981). Adapun
menurut Finc dan Crunfilon (1979) kompetensi sebagai penguasaan terhadap
suatu tugas keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk
menunjang keberhasilan.
Dalam bukunya Djohar (2006:17) yang ditulis oleh Ellis (1984)
kutipan dari Pearson tahun 1980 pada dasarnya kompetensi guru garis
besarnya terdiri tiga hal yakni: kriteria yang harus dimiliki oleh seorang guru,
sehingga ia dapat mengajar dengan memuaskan; ketrampilan yang diperlukan
oleh seorang guru; syarat seseorang guru yang telah memiliki ketrampilan itu.
Sedangkan menurut Piet (1994:56) ada 3 definisi yang dikemukakan
mengenai kompetensi guru: Pertama kompetensi guru adalah kemampuan
guru untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirancangkan.
Kedua, kompetensi guru adalah ciri hakiki dari kepribadian guru yang
menuntunnya ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukkan.
Ketiga, kompetensi adalah perilaku yang dipersyaratkan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Kompetensi guru teletak pada kemampuan dasar tugas dan
tanggung jawabnya. Tugas dan tanggung jawab tersebut erat kaitannya dengan
kemampuan yang disyaratkan untuk memangku profesi tersebut. Cooper
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
(1984) mengemukakan empat kompetensi guru, yakni mempunyai
pengetahuan dan tingkah laku manusia; mempunyai pengetahuan dan
menguasai bidang studi yang dibinanya; mempunyai sikap yang tepat tentang
diri sendiri,sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya;
mempunyai keterampilan teknik mengajar. Pendapat yang hampir serupa
dikemukakan oleh Glasser. Menurut Glasser (1970) ada empat hal yang harus
dikuasai guru, yakni (a). menguasai bahan pelajaran, (b). kemampuan
mendiagnose tingkah laku siswa, (c). kemampuan melaksanakan proses
pengajaran, dan (d) kemampuan mengukur hasil belajar siswa
Dalam undang-undang RI no 14 tahun 2005 pasal 8 menyebutkan guru
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat
jasmani rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan. Pasal 10 menyebutkan kompetensi guru sebagaimana dimaksud
dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi. Peraturan pemerintah RI no.19 tahun 2005 tentang standar
nasional telah diatur standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan
tinggi pendidikan pasal 28 juga menyebutkan bahwa kompetensi sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan
anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, kompetensi sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Berdasarkan uraian tentang kompetensi di atas, dapat disimpulkan
bahwa kompetensi adalah kemampuan yang diperoleh melalui suatu proses
pembelajaran dan mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
terhadap kemampuan yang dimilikinya sebagai seorang guru. Sehingga dapat
dijabarkan pengertian dari 4 kompetensi dasar keguruan yaitu:
1. Kompetensi pedagogik
Dalam UU RI no.14 kompetensi pedagogik adalah mengelola pembelajaran
peserta didik. Kaltim post online dalam artikel berjudul:”Perlu Pahami
Perkembangan Siswa Menuju Standar Kompetensi Guru”. Rabu 1 februari
2006 menyebutkan bahwa kompetensi pedagogik terdiri dari sub komponen
pengelolaan pembelajaran berupa penyusunan rencana pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, penilaian prestasi belajar anak didiknya.
2. Kompetensi kepribadian/personal
Dalam UU RI no.14 kompetensi adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, berahklak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta
didik. Menurut Buku Pola Pembaharuan Sistem Pendidikan Tenaga
Kependidikan Di Indonesia kompetensi kepribadian sikap pribadi yang dijiwai
oleh filsafat pancasila, yang mengagungkan budaya bangsanya, yang rela
berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya.
Samana (1994: 53) kompetensi kepribadian disatukan dengan kompetensi
sosial yaitu menunjuk perlunya struktur kepribadian dewasa yang mantap,
susila, dinamik (reflektif serta berupaya untuk maju, dan bertanggung jawab).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Usman (1995: 16) menyatakan kompetensi pribadi meliputi mengembangkan
kepribadian, berinteraksi dan berkomunikasi, melaksanakan bimbingan dan
penyuluhan dan melaksanakan administrasi sekolah. Komponen kompetensi
personal yakni guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup (termasuk
nilai moral dan keimanan), guru bertindak jujur dan bertanggung jawab, guru
mampu berperan sebagai pemimpin, baik di dalam lingkup sekolah maupun di
luar sekolah, guru hendaknya memegang prinsip serta nilai hidup yang
diyakininya, guru adalah pribadi yang mental sehat dan stabil, guru tampil
secara pantas dan rapi, guru mampu berbuat kreatif.
Maka kompetensi kepribadian yaitu kemampuan diri dalam guru yang
mencakup jiwa pendidik, terbuka, mampu mengembangkan diri dan memiliki
integritas kepribadian.
3.Kompetensi sosial
Dalam UU RI no.14 kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta
didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Menurut Buku Pola Pembahruan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Di
Indonesia kompetensi sosial atau kompetensi kemasyrakatan sebagai bentuk
partisipasi sosial seseorang guru dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat di
mana ia berada, baik secara formal maupun informal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Buku III pedoman pelaksanaan PPL kompetensi sosial terdiri beberapa
komponen yaitu pergaulan di sekolah baik dengan guru pamong, guru lain
maupun petugas lain dan kerjasama dengan rekan mahasiswa, guru pamong/
atau pembimbing. Komponen kompetensi sosial dalam Samana (1994:55)
guru bersikap bersahabat dan trampil berkomunikasi dengan siapapun demi
tujuan yang baik,guru mampu berperan serta aktif dalam pelestarian dan
pengembangan budaya masyarakatnya, guru bersedia ikut berperan serta
dalam berbagai kegiatan sosial, baik dalam lingkup kesejawatannya maupun
dalam kehidupan masyarakat pada umumnya; dalam keseluruhan relasi sosial
dan pofesionalnya, guru hendaknya mampu bertindak tepat waktu dalam janji
dan penyelesaian tugas-tugasnya, guru hendaknya menggunakan waktu
luangnya di luar tuntutan tugas keguruannya secara bijaksana dan produktif.
Peneliti menyimpulkan bahwa kompetensi sosial adalah guru mampu
bekerjasama, melaksanakan tugas, berpartisipasi dalam kelembagaan dan
kemasyarakatan.
4.Kompetensi profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaaan materi pelajaran
luas dan mendalam (UU RI no 14 tahun 2005). Kompetensi profesional
berkaitan dengan 10 kompetensi guru yang telah ditetapkan. Sepuluh
kompetensi guru merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh
seorang dalam menjalankan tugasnya dalam pengelolaan interaksi belajar-
mengajar. Menurut Sardiman(1986) yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
a. Menguasai bahan (materi) sebelum guru itu tampil di depan kelas
mengelola interaksi belajar-mengajar, terlebih dahulu harus sudah
menguasai bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan
apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar.
Dalam hal ini yang dimaksud ”menguasai bahan” bagi seorang
guru mengandung dua prinsip yaitu menguasai bahan bidang studi
dalam kurikulum sekolah dan menguasai bahan
pengayaan/penunjang bidang studi
b. Mengelola program belajar-mengajar. Guru yang kompeten, harus
juga mampu mengelola program belajar-mengajar sesuai dengan
satuan pembelajaran yang direncanakan. Ada beberapa langkah
yang harus ditempuh oleh guru dalam pengelolaan belajar-
mengajar. Langkah-langkah itu sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan instruksional
2) Mengenal dan dapat menggunakan proses instruksional
yang tepat
3) Melaksanakan program belajar-mangajar
4) Mengenal kemampuan anak didik
5) Merencana dan melaksanakan program remidial .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
c. Mengelola kelas untuk mengajar suatu kelas. Guru dituntut untuk
mampu mengelola kelas dengan menyediakan kondisi yang
kondusif untuk berlangsungnya proses belajar-mengajar. Jika
keadaan kelas belum kondusif, guru harus berusaha seoptimal
mungkin untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, kegiatan
mengelola kelas akan menyangkut mengatur tata ruang kelas yang
memadai untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar-
mengajar yang serasi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Guru harus mampu menciptakan iklim kelas yang dinamis dan
sesuai sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
d. Menggunakan media/sumber, agar proses belajar mengajar dapat
tercapai secara maksimal, guru harus mampu memilih dan
mengoperasikan media yang dipergunakan. Ada beberapa langkah
dalam menggunakan media, yaitu:
1) mengenal, memilih dan menggunakan sesuatu media.
2) membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana
maksudnya agar mudah di dapat dan tidak
menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda.
3) menggunakan dan mengelola laboratorium dalam ruang
proses belajar-mengajar.
4) menggunakan buku pegangan/buku sumber .
5) menggunakan perpustakaan dalam proses belajar
mengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
6) menggunakan unit microteaching
e. Menguasai landasan-landasan kependidikan. Pendidikan adalah
serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa. Pengembangan
bangsa itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha
menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita
bangsa. Mengingat hal itu maka sistem pendidikan akan diarahkan
kepada perwujudan keselarasan, keseimbangan dan keserasian
antara pengembangan kuantitas dan pengembangan kualitas serta
antara aspek lahiriah dan aspek rohaniah. Itulah sebabnya
pendidikan nasional kita dirumuskan sebagai usaha sadar untuk
membangun manusia Indonesia seutuhnya.
f. Mengelola interaksi belajar-mengajar dalam proses belajar
mengajar kegiatan interaksi antara guru dan siswa merupakan
kegiatan yang cukup dominan kemudian di dalam kegiatan
interaksi antar guru dan siswa dalam rangka transfer of values akan
senantiasa menuntut komponen yang satu dengan yang lain. Serasi
dalam hal ini berarti komponen-komponen yang ada pada kegiatan
proses belajar-mengajar itu akan saling menyesuaiakan dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak didik.
Jelasnya proses interaksi antara guru dan siswa tidak semata-mata
hanya tergantung cara atau metode yang dipakai, tetapi komponen-
komponen yang lain juga akan mempengaruhi keberhasilan
interaksi belajar-mengajar tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
memperlancar pengelolaaan interaksi belajar-mengajar. Selain
diperlukan kegiatan pengelolaan interaksi belajar-mengajar, masih
juga diperlukan kegiatan sarana-sarana pendukung yang lain,
termasuk antara lain sarana-sarana pendukung yang lain, antara
lain mengetahui prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
h. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, di
sekolah guru berperan pula sebagai pembimbing sehingga guru
harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan
penyuluhan serta penyelenggaraanya di sekolah sehingga interaksi
belajar-mengajar di sekolah dapat tercapai secara optimal.
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrator.
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian, guna
keperluan pengajaran. Peran guru sebagai pendidik, pengajar dan
pembimbing, dalam pengabdinnya kepada masyarakat guru harus
mampu berperan sebagai peneliti artinya guru harus memahami
hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, seperti membuat
proposal, melakukan observasi (pengamatan), mencatat hasil
pengamatan, mengolah dan menganalisis data serta menulis
laporan hasil penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Sepuluh kompetensi guru di atas merupakan hasil pengembangan yang
didasarkan atas analisis tugas-tugas yang harus dikuasai oleh seorang guru
profesional yang tercermin sebagai performance dalam menjalankan tugas sehari-
hari Dalam perkembangannya pengertian kompetensi pedagogik dan kompetensi
professional hampir sama. Komponen yang ada dalam kompetensi pedagogik
tercakup dalam kompetensi profesional, maka dapat disimpulkan bahwa
komponen kompetensi profesional menguasai bahan (materi), mengelola kelas,
menggunakan media/sumber, menguasai landasan-landasan kependidikan,
mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan
menyelenggarakan administrator, memahami prinsip-prinsip dan menafirkan hasil
penelitian guna keperluan pengajaran
D. PPL (Program Pengalaman Lapangan)
Program Pengalaman Lapangan (PPL) adalah suatu program dalam
pendidikan prajabatan guru yang dirancang untuk melatih para calon guru
menguasai kemampuan keguruan yang utuh dan terintegrasi, sehingga setelah
menyelesaikan pendidikannya mereka siap secara mandiri mengemban tugas
sebagai guru (Suparno, Suyadi& Wardani,1990:1).
Sama halnya yang diungkapkan Suparno, dkk(1990:1) maka Hamalik
(2002:171) berpendapat bahwa Program pengalaman lapangan merupakan salah
satu kegiatan intrakurikuler yang dilaksanakan oleh mahasiswa yang mencakup
baik latihan mengajar maupun tugas-tugas kependidikan di luar mengajar secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
terbimbing dan terpadu untuk memenuhi persyaratan pembentukkan profesi
kependidikan.
Menurut Samana (1994:42) PPL merupakan pembentukan kompetensi
secara bertahap dan terintegrasi, mulai dengan pengenalan medan (observasi tahap
awal), latihan keterampilan terbatas (pengajaran mikro), dan dengan
melaksanakan tugas-tugas kependidikan di sekolah latihan secara utuh, aktual dan
bersungguh-sungguh (menuntut dedikasi calon guru).
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan PPL adalah program kegiatan
pendidikan pra-jabatan guru yang dalam pelaksanaan PPL dilakukan sesudah
mahasiswa memperoleh bekal yang memadai dalam berbagai bidang yang
berkaitan dengan tugasnya sebagai guru yang penerapannya dalam sekolah
dengan melihat penguasaan kemampuan mengajar pada mahasiswa praktikan
tersebut.
E. Mahasiswa PPL
Mahasiswa PPL adalah salah satu komponen penting yang besar
pengaruhnya dalam usaha pengembangan IKIP. Buku III tentang Pelaksanaan
Program Pengalaman Lapangan menyebutkan mahasiswa PPL sebagai calon
pendidik dibimbing oleh guru pamong, dosen pebimbing dan kepala sekolah
dalam melaksanakan tugasnya di sekolah secara terpadu dan terarah.
Menurut Suparno,dkk(1990:5) untuk melaksanakan PPL mahasiswa
melakukan latihan secara bertahap untuk menguasai berbagai keterampilan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
seperti tahap-tahap lathan PPL mulai dari pengenalan lapangan, latihan
keterampilan, latihan terbimbing, latihan mandiri.
Kesimpulannya mahasiswa PPL adalah program yang diikuti oleh para
calon guru meliputi beberapa tahap untuk mencapai kompetensi yang telah
diisyaratkan yaitu 4 kompetensi yang meliputi kompetensi profesional,
kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian/personal
mendapat bimbingan dan penilaian dari guru pamong, dosen pembimbing.
F.Tingkat Pendidikan
Pendidikan menurut Siagian (1996:175) adalah keseluruhan proses teknik
dan metode belajar mengajar dalam rangka mengalihkan sesuatu pengetahuan dari
seseorang kepada orang lain sesuai standar yang ditetapkan. Sedangkan menurut
Heidjrachman et-al (2000:77) pendidikan adalah suatu kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya peningkatan
penguasaan teori dan ketrampilan memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang
menyangkut kegiatan mencapai tujuan.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntunan perubahan zaman.
Ada 3 jenis-jenis pendidikan dalam Undang-undang Sistem pendidikan
Nasional ini yaitu:
a. Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah
dan pendidikan tinggi. Misalnya SD,SMP, SMA dan Perguruan
Tinggi.
b. Pendidikan nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Misalnya
berbentuk kursus-kursus.
c. Pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Menurut Winkel (1986:160) Pendidikan informal adalah suatu jenis
pendidikan yang tidak terencana dan tersusun secara tegas dan tidak
sistematis, dilaksanakan di luar sekolah terutama dalam keluarga.
Lembaga Pengadaaan Tenaga Kependidikan (LPTK) mempunyai 4
macam program pendidikan guru Piet A. Sahertian (1994:68) terdiri atas:
1. Program gelar yang melalui jenjang sarjana (S1) dengan lama studi 4-7
tahun
2. Program Pasca Sarjana dengan lama studi 6-9 tahun (S2)
3. Program Doktor dengan lama studi 8-11 tahun (S3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
4. Program Non-Gelar (program diploma) dengan rician sebagai berikut:
a. Program Diploma (D1) dengan lama studi 1-2 tahun
b. Program Diploma 2 (D2) dengan lama studi 2-3 tahun
c. Program Diploma 3 (D3) dengan lama studi 3-5 tahun
Selain itu juga ada program akta mengajar, yang diberikan kepada mereka
yang berasal dari fakultas non keguruan untuk memperoleh kemampuan mengajar
pada berbagai tingkatan sekolah. Program akta mengajar ini terdiri atas:
1.Akta I sebanyak 20 SKS selama dua semester.
2.Akta II sebanyak 20 SKS dan dapat ditempuh bagi mereka yang sudah
memperoleh 60 SKS dalam bidang non kependidikan.
3.Akta III sebanyak 20 SKS yang dapat ditempuh selama dua semester
setelah memiliki 90 SKS untuk bidang studi non kependidikan.
4.Akta IV dengan beban kredit 20 SKS ditempuh selama dua semester
setelah memiliki 120 SKS dalam bidang studi non kependidikan.
5.Akta V dengan beban kredit 20 SKS bagi mereka yang telah memiliki 160
SKS bidang studi di luar kependidikan.
G. Pengalaman Membimbing
Pengalaman menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah barang apa
yang telah dirasai, diketahui dan dikerjakan yang berasal dari “alam” berarti lebih
mengetahui/ tahu benar (Poerwadarminto 1976:28). Menurut Gerungan (1986)
proses terjadinya pengalaman didapatkan melalui proses dimanan rangsangan-
rangsangan dari luar seperti cahaya untuk mata,bunyi untuk telinga, bau untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
hidung dan lain sebagainya diteruskan melalui alat-alat tersebut ke otak lalu
menafsirkan menjadi pengalaman.
Pengalaman banyak mempengaruhi keahlian dan ketrampilan kerja guru
yang bersangkutan. Pengalaman kerja yang banyak, memberikan kecenderungan
bahwa yang bersangkutan memiliki keahlian dan keterampilan kerja yang relatif
tinggi. Sebaliknya terbatasnya pengalaman yang dimiliki seseorang, kadang lebih
dihargai daripada tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Susila Murtoyo,1987:90).
Menurut S.P Siagian (1984:174) seseorang yang mempunyai pengalaman
kerja membawa dampak berbagai hal, seperti:
1. Cakrawala pandangan makin luas yang memungkinkan seseorang untuk lebih
memahami dan mengantisipasi perubahan yang terjadi.
2. Meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan
penghasilan seseorang sekaligus menambah kepuasan batin yang makin besar.
3. Meningkatkan promosi yang besar.
Dalam bekerja, seorang guru akan mendapatkan tambahan pengetahuan dan
keterampilan dalam bidang pekerjaan. Pengalaman merupakan modal utama
untuk terjun dalam suatu bidang garapan. Pengalaman yang dimiliki dalam hal
ini pengalaman membimbing membuat seorang guru akan dapat bekeja lebih
efisien. Untuk melaksanakan kegiatan membimbing mahasiswa praktikan
perlu dipertimbangkan dan ditentukkan terlebih dahulu kualitas guru tersebut.
Kemampuan yang dimiliki seseorang sangat besar pengaruhnya terhadap
penguasaan tugas yang dihadapinya. Pengalaman yang didapat dari hasil belajar
serta pengalaman yang diperoleh selama bekerja yang lebih banyak bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
seseorang maka orang tersebut akan lebih mampu menguasai pekerjaan. Dalam
mendapatkan suatu ketrampilan dibutuhkan pengulangan terhadap apa yang
dipelajari atau dikerjakan. Apabila seseorang bekerja maka ia akan menemui hal-
hal yang baru dan jika hal yang baru dipahami sebagai suatu pengetahuan
sehingga dimilikinya, berarti ia telah mendapatkan pengalaman baru.
Pengalaman sebagai pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan dalam
kaitannya dengan kerja yang dapat dimiliki oleh seseorang setelah melaksanakan
suatu pekerjaan dalam waktu tertentu secara kontinyu. Oleh karena itu,
pengalaman bisa diperoleh apabila seseorang melakukan aktivitas secara
berulang-ulang dan kontinyu maka dapat dikatakan bahwa banyak sedikitnya
pengalaman kerja merupakan fungsi dari waktu dalam bekerja. Banyak sedikitnya
pengalaman kerja juga akan menentukan atau menunjukkan bagaimana kualitas
seseorang dalam bekerja, artinya mudah sukarnya atau cepat lambatnya seseorang
dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan akan dipengaruhi oleh seberapa banyak
orang tersebut telah memiliki pengalaman kerja dalam melaksanakan suatu
pekerjaan.Apabila ia harus melakukan suatu pekerjaan yang sejenis tentu dapat
diselesaikannya dengan cepat dan baik, sesuai dengan pernyataan Isbani (1992)
bahwa pengalaman kerja merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk
menentukan kualitas tenaga kerja sebagaimana dapat dijumpai di banyak mass
media.
Bimbingan adalah tuntunan, bantuan atau pertolongan yang diberikan
kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam mengatasi kesulitan di
dalam kehidupannya, agar individu tersebut mencapai kesejahteraan hidupnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
(Bimo Walgito 1971: 4). Bimbingan yang dimaksud dalam hal ini diberikan dari
guru pamong dengan perencanaan sebaik-baiknya agar benar-benar dapat
membantu mahasiswa calon guru tumbuh dan berkembang menjadi guru yang
profesional.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan pengalaman
membimbing adalah segala pengetahuan, ketrampilan maupun kemampuan yang
diketahui dan didapatkan melalui pengamatan/partisipasi langsung selama
membimbing mahasiswa praktikan. Semakin sering seseorang mengulang sesuatu,
semakin bertambah kecakapan serta pengetahuannya terhadaphal-hal tersebut dan
guru akan lebih menguasainya, sehingga dari pengalaman membimbing yang
pernah diperolehnya, seorang dalam hal ini guru dapat mencoba dan mendapatkan
hasil yang lebih baik. Semakin banyak pengalaman dalam membimbing, seorang
guru akan mempunyai kualitas membimbing yang semakin baik.
H. Kerangka Berpikir
Kompetensi guru terdiri dari 4 kemampuan/kompetensi merupakan
kemampuan minimal yang harus dimliki oleh mahasiswa FKIP sebagai calon guru
dalam proses pembelajaran disamping kemampuan yang lain. Tanpa mempunyai
suatu kemampuan yang diisyaratkan bagi seorang guru, maka guru tidak akan
berhasil mencapai tujuan yang diharapkan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
1) Persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa
praktikan ditinjau dari pengalaman guru pamong dalam membimbing.
Cara pandang guru pamong terhadap kompetensi pedagogik pada
mahasiswa praktikan dipengaruhi oleh pengalaman membimbing. Antara guru
yang satu dengan guru yang lain mempunyai lama membimbing mahasiswa
praktikan yang berbeda-beda. Kesimpulannya adalah semakin lama
pengalaman yang diperoleh seseorang semakin luas pengetahuannya pada
bidang yang ia tekuni. Sama halnya pada guru pamong bahwa semakin lama
pengalaman membimbing praktikan semakin tinggi tuntutan guru pamong
pada praktikan dalam menerapkan kompetensi pedagogik di sekolah.
Dalam artikelnya “Ingin Hidup Senang” www. Sinar Harapan
co.id/ekonomi/mandiri/2004/1102/man 01.html disebutkan bahwa
pengetahuan yang luas, keterampilan mereka yang baik, serta pengalaman
yang luas merupakan daya tarik untuk mendapatkan pekerjaan yang baik.
Dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang luas mereka bisa
menarik orang lain berteman dengan mereka dan membantu mereka meraih
sukses dan kebahagiaan. Orang pandai terlihat bahagia bukan karena
keunggulan dalam pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya.
Keunggulan yang dimiliki dari pengalaman yang mereka dapatkan bisa
berasal dari membaca buku, diskusi, kegiatan, memberikan pelajaran
berharga. Dari berbagai pengalaman tersebut akan didapatkan pengetahuan.
Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
1Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi
pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman
membimbing
2) Persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa
praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir guru pamong berbeda-beda yang akan
berpengaruh pada cara pandang dan penilaian pada mahasiswa praktikan. Pada
umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai oleh seseorang
maka semakin tinggi tingkat pemahaman pada bidang tertentu sesuai keahlian
yang ditekuni. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi kualitas guru pamong
tersebut dalam membimbing dan menilai kompetensi pedagogik mahasiswa
praktikan.
Guru pamong mempunyai tingkat pemahaman berbeda-beda dilihat dari
tingkat pendidikan sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi cara
pandang guru pamong terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa
praktikan. Hipotesis ini didukung oleh penelitian Christina Ririn (2002) yang
berjudul persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin,
prestasi belajar siswa, pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan orang tua.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaaan persepsi siswa
terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, ada perbedaan persepsi siswa
terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa, tidak ada perbedaan
persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan orang tua siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dan ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat
pendidikan orang tua siswa.
Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
2Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi
pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
3) Persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan
ditinjau dari pengalaman guru pamong dalam membimbing.
Cara pandang guru pamong terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa
praktikan dipengaruhi oleh pengalaman membimbing. Antara guru yang satu
dengan guru yang lain mempunyai lama membimbing yang berbeda-beda.
Kesimpulannya adalah semakin lama pengalaman yang diperoleh seseorang
semakin luas pengetahuannya pada bidang yang ia tekuni. Sama halnya pada
guru pamong bahwa semakin lama pengalaman membimbing praktikan
semakin tinggi tuntutan guru pamong pada praktikan dalam menerapkan
kompetensi pribadi di sekolah.
Dalam kehidupan manusia semakin tua maka akan mempunyai
pengalaman banyak. Sebagai seorang guru yang melakukan pekerjaan
mengajar di sekolah tentu memiliki pengalaman mengajar yang berbeda. Guru
yang lebih dulu yang lebih bisa memiliki tugasnya di sekolah tentu memiliki
pengalaman yang banyak daripada guru yang memulai tugasnya. Oleh sebab
itu guru yang sudah lama mengajar akan memperoleh pengetahuan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
banyak tetntang proses pembelajaran di sekolah daripada guru yang baru
memulai tugasnya di sekolah.
Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
3Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi
pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman guru
pamong dalam membimbing
4) Persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa
praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir guru pamong berbeda-beda yang akan
berpengaruh pada cara pandang dan penilaian pada mahasiswa praktikan. Pada
umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai oleh sesorang maka
semakin tinggi tingkat pemahaman pada bidang tertentu sesuai keahlian yang
ditekuni. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi kualitas guru pamong
tersebut dalam membimbing dan menilai kompetensi pribadi mahasiswa
praktikan.
Guru pamong mempunyai tingkat pemahaman berbeda-beda dilihat dari
tingkat pendidikan sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi cara
pandang guru pamong terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan
Pernyataan ini didukung oleh penelitian dari Hj. Mintarsi Danunijhardja pps.
Upi.edu/org/abstrakthesis/ abstradpen 98. html. 65k www. Google.com
dengan judul penelitian Pembinaan Kemampuan Profesional mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
praktiknya yang dilakukan oleh guru pamong di SMU Kotamadya Bandung
(Evaluasi Tentang Kinerja Guru Pamong dan kinerja Mahasiswa Praktek).
Implikasi dalam penelitian untuk meningkatkan kualitas kinerja PPL perlu
komitmen yang dijadikan sumber penggerak untuk merealisasikan pembinaan
kemampuan profesi dan untuk memenuhi tenaga pendidikan yang profesional
di masa mendatang PPL perlu pembenahan pada guru pamong sebagai ujung
tombak yang ada di barisan terdepan. Hasil penelitian Hj. Mintarsi bahwa
guru pamong perlu pembinaan visi agar mampu merealisasikan misi yang
diemban oleh guru pamong. Guru pamong yang perlu pembinaan terutama
yang berpendidikan S1 diantaranya pembinaan diklat, seminar dan lokakarya.
Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
4Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi pribadi
pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
5) Persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan
ditinjau dari pengalaman guru pamong dalam membimbing.
Cara pandang guru pamong terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa
praktikan dipengaruhi oleh pengalaman membimbing. Antara guru yang satu
dengan guru yang lain mempunyai lama membimbing yang berbeda-beda.
Maka dapat disimpulkan bahwa semakin lama pengalaman yang diperoleh
seseorang semakin luas pengetahuannya pada bidang yang ia tekuni. Sama
halnya pada guru pamong bahwa semakin lama pengalaman membimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
praktikan semakin tinggi tuntutan guru pamong pada praktikan dalam
menerapkan kompetensi sosial di sekolah
Pernyataan ini didukung dalam artikel Pemberdayaan/ Memperdayai?
http://sahe.Institute.Blogspot.Com/2005/01/pemberdayaan/memperdayai?Jum
at, 28 Januari 2005. Banyak orang bijak mengatakan bahwa semakin banyak
orang berjalan maka semakin banyak yang diketahui dan pengalaman kitapun
akan bertambah. Begitupun dengan perjuangan rakyat mengutip kalimat tokoh
revolusioner Tiongkok Mao “ semakin lama perjuangan kita maka semakin
banyaklah hal yang kita pelajari dan tak akan mengulangi kesalahan yang
sama dari pendahulu kita”.
Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
5Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial
pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing
6) Persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa
praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir guru pamong berbeda-beda yang akan
berpengaruh pada cara pandang dan penilaian pada mahasiswa praktikan. Pada
umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai oleh sesorang maka
semakin tinggi tingkat pemahaman pada bidang tertentu sesuai keahlian yang
ditekuni. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi kualitas guru pamong
tersebut dalam membimbing dan menilai kompetensi mahasiswa praktikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Guru pamong mempunyai tingkat pemahaman berbeda-beda dilihat dari
tingkat pendidikan sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi cara
pandang guru pamong terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan.
Pernyataan ini didukung oleh penelitan dari Purnomo Setiadi Akbar berjudul “
Alternatif perubahan Pengembangan Guru di Indonesa” bahwa Reformasi
dalam dunia pendidikan dimulai dari komponen guru dan semua aspek pribadi
guru, organisasi dan instansinya. Prioritas dimulai dari komitmen jajaran
pembinaan depdikbud dan stafnya untuk selalu memantau dan membina guru-
guru dengan berbagai aspeknya. Guru yang memasuki kemampuan paripurna
bagaimanapun bentuk kurikulum yang selalu berubah beserta tuntutannya
mereka diharapkan akan mampu melaksanakan tujuan pendidikan yang ingin
dicapai. Kajian Dikbud. No. 014. September 1998 hal 96-105
Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
6Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial
pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
7) Persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional mahasiswa praktikan
ditinjau dari pengalaman guru pamong dalam membimbing.
Cara pandang guru pamong terhadap kompetensi profesional pada
mahasiswa praktikan dipengaruhi oleh pengalaman membimbing. Antara guru
yang satu dengan guru yang lain mempunyai lama membimbing yang
berbeda-beda. Kesimpulannya adalah bahwa semakin lama pengalaman yang
diperoleh seseorang semakin luas pengetahuannya pada bidang yang ia tekuni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Sama halnya pada guru pamong bahwa semakin lama pengalaman
membimbing praktikan semakin tinggi tuntutan guru pamong pada praktikan
dalam menerapkan kompetensi personal di sekolah
Disebutkan dalam www. Psikologi.ui.ac.id bahwa tenaga pengajar, guru
besar, dosen harus memiliki tingkat pendidikan yang tinggi serta pengalaman
yang luas agar dapat diterapkan untuk mahasiswa dalam mengalirkan ilmu
pengetahuan dengan metode mengajar yang paling mutakhir sehingga
mahasiswa dapat belajar melihat ide-ide baru dari sudut pandang psikologi,
memahami, mendiskusi, dan menuliskannya
Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
7Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi
profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman
membimbing
8) Persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi profesional mahasiswa
praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir guru pamong berbeda-beda yang akan
berpengaruh pada cara pandang dan penilaian pada mahasiswa praktikan. Pada
umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai oleh seseorang
maka semakin tinggi tingkat pemahaman pada bidang tertentu sesuai keahlian
yang ditekuni. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi kualitas guru pamong
tersebut dalam membimbing dan menilai kompetensi profesional mahasiswa
praktikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Guru pamong mempunyai tingkat pemahaman berbeda-beda dilihat dari
tingkat pendidikan sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi cara
pandang guru pamong terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa
praktikan. Senada dengan artikel dalam www.
Sintang.go.id/social/default.asp? topical 36-45k Bahwa kemajuan suatu
bangsa hanya ditentukkan oleh faktor penarik rakyatnya. Hal ini disebabkan
semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan lebih mudah menerima dan
mengembangkan pengetahuan dan teknologi diharapkan dapat menjadi
sumber daya yang berperan dalam meningkatkan produktivitas yang pada
gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
8Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi
profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian
deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian
atas suatu keadaaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek
yang diteliti.
B. Subjek dan Objek Peneltian
1. Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru pamong yang
membimbing dan mendampingi mahasiswa praktikan dalam
melaksanakan tugasnya di sekolah.
2. Objek penelitian dalam tulisan ini adalah persepsi guru pamong mengenai
kompetensi mengajar ditinjau dari tingkat pendidikan dan pengalaman
membimbing.
C. Waktu dan Lokasi penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SMU dan SMK di Sleman. Waktu
pelaksanaan Maret-Mei 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
D. Populasi dan Sampel, Teknik Sampling
1. Populasi penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono:1999). Sesuai dengan masalah yang diteliti maka yang menjadi
populasi dalam penelitian guru-guru pamong SMA dan SMK di Sleman
yang pernah membimbing mahasiswa praktikan Universitas Sanata
Dharma khususnya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menurut data
tahun 2004/2005/2006 untuk penerjunan I dan II yang ada jumlahnya 110
orang guru pamong
2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 1999:73). Pengukuran sampel ini dihitung dengan
rumus Slovin (Consuelo, 1993:161):
21 NeNn
+=
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
E = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi)
Jadi jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai kritis/ batas
kesalahan (e) 5% dari populasi (N) tersebut adalah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2)05,0(1101110
+=n
= 86 orang yang akan menjadi sampel
3. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive
sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono 1999:78) yaitu sekolah tempat mahasiswa Universitas Sanata
Dharma berpraktik PPL. Peneliti menentukkan sampel adalah guru dari 8
SMA dan 5 SMK.Berikut daftar sekolah tempat penelitian dilakukan:
Nama Sekolah Jumlah Guru Pamong
SMA Bina Harapan Sinduharjo
6 guru
SMK N 2 Depok 18 guru
SMA N I Depok 7 guru SMA N I Kalasan 10 guru SMA St. Mikael 3 guru SMA Negeri 2 2 guru SMA Binatama 5 guru SMKKanisius Pakem 13 guru SMA Mandala Bhakti 5 guru SMA Kolose De Britto
5 guru
SMK YPKK 1 5 guru
SMK Tarakanita 9 guru SMK YPKK 3 4 guru Jumlah 91 guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
E. Variabel Penelitian,Pengukurannya
1. Variabel penelitiannya
Adapun variabel dalam penelitian terdiri dari:
a. Variabel Terikat: persepsi guru pamong 4 kompetensi dasar keguruan
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional terhadap mahasiswa PPL
b.Variabel Bebas: tingkat pendidikan guru, pengalaman membimbing
2. Pengukuran Variabel
Menggunakan skala likert yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau
gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara
spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel
penelitian.
a. Kompetensi Guru
Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan
sikap yang diungkapkan dengan 4 alternatif jawaban yaitu:
SS = Sangat Setuju, diberi skor 4
S = Setuju, diberi skor 3
TS = Tidak Setuju, diberi skor 2
STS = Sangat Tidak Setuju, diberi skor 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
b. Tingkat Pendidikan Guru
D2= skor 1 D4/S1= skor 3
D3= skor 2 S2 = skor 4
c. Pengalaman Membimbing
< 3 kali = kurang berpengalaman, diberi skor 1
3-5 kali = cukup berpengalaman, diberi skor 2
> 5 kali = sangat berpengalaman, diberi skor 3
F. Kisi-kisi Kuesioner
Item variabel Subvariabel Sub-subvariabel Indikator
(+) (-) Kompetensi
1. Kompetensi Pedagogik
A.Kompetensi pengelolaan program pengajaran
1. metode mengajar
1,2 3
2. variasi mengajar
3. kemampuan
penyusunan alat evaluasi
4. rencana
pembelajaran 4,5,6
5. kemampuan
mencari materi dari berbagai sumber
6. pengelolaan
anak didik
B.Kompetensi
pengelolaan kelas
7. Keterbukaan terhadap pendapat siswa
7,8
8. Bertanggung jawab atas proses belajar siswa
9. teguran pada siswa
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
C.Kompetensi Penggunaan media D.Kompetensi Pengelolaan Interaksi belajar mengajar
10. Pengaturan tempat duduk
11. Kemampuan menghentikan dan mengarahkan tingkah laku
12. Pengambilan tindakan
13. Pemusatan perhatian pada siswa
14. Peraturan 15. Sanksi
16. Media
mengajar 17. Kemampuan
membuat alat bantu pelajaran
18. Pemanfaatan
perpustakaan
19. Interaksi antara guru dan siswa
20. Kemampuan memotivasi belajar
21. Kemampuan memberikan penguatan
22. Pemberian petunjuk dan penjelasan berkaitan dengan isi pelajaran
23. Kemampuan merespon pertanyaan siswa
24. penggunaan
10,11 12,13,14 16,17 19,20 21,22 23,24
15 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
2.Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional
E.Kompetensi menyelenggarakan administrasi F.Kompetensi kepribadian berwibawa menjadi teladan peserta didik G.Kemampuan guru dalam mengembangkan diri H.kemampuan berkomunikasi dengan lingkungannya I.Kompetensi penguasaan materi
ekspresi
25. Kemampuan komunikasi kerjasama dengan tugas Bimbingan Konseling
26. Kemampuan menguasai dan mengikuti peraturan tata usaha yang berlaku
27. Tampil rapi 28. Tepat waktu
29. Berpikir kreatif
30. Sikap terbuka 31. Sikap ramah,
sabar dan pengertian
32. Kemampuan bekerjasama
33. Pemahaman kurikulum
34. Kemampuan materi bahasa baik dan benar
35. Kemampuan menjawab pertanyaan
25,26 27 29 30,31,32 33,35
28 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
36. Penguasaan materi
G. Uji Instrumen penelitian
1. Uji validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Prosedur pengujian dilakukan dengan cara
menganalisis setiap item dalam kuesioner dengan mengkorelasikan skor
item (x) dengan skor total (y). Untuk digunakan teknik korelasi produk
moment dengan rumus sebagia berikut. Rumus uji Validitas:
= xyr( )( )
( )[ ] ( )[ ]∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑
−×−
−2222 yyNxxN
yxxyN
Keterangan: xyr = korelasi product moment korelasi antara x dan y
x = skor butir y = skor total sampel uji coba N = jumlah responden ∑ =x jumlah harga dari skor butir
37. kemampuan
pemberian ilustrasi dan contoh
36,37,38
38. Kemampuan
bertanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
∑ =y jumlah harga dari skor total
∑ =xy jumlah hasil x skor butir dan skor total Besarnya dapat dihitung dengan menggunakan korelasi dengan taraf
signifikansi (
hitungr
α ) = 5 %. Jika lebih besar dari maka kuesioner
yang digunakan sebagai alat ukur dapat dikatakan valid.
tabelrhitngr
Uji validitas ini menggunakan responden yang berjumlah 30 di luar
sampel penelitian dengan 2−= ndb . Derajat kebebasan ini sebesar 28
(30-2) sehingga dari 0,05:28 = 0,239. Uji validitas dilakukan dengan
bantuan program komputer SPPS 11,5 for windows. Pengujian validitas
dilakukan di SMK Putratama. Adapun hasil pengujian validitas untuk 38
item pernyataan pada taraf signifikansi sebesar 5% adalah sebagai berikut:
tabelr
No item
keterangan No item
keterangan tabelr tabelrhitungr hitungr
Item1 0,6746 0,239 valid Item20 0,5808 0,239 valid Item2 0,6399 0,239 valid Item21 0,7609 0,239 valid Item3 0,6475 0,239 valid Item22 0,5628 0,239 valid Item4 0,5871 0,239 valid Item23 0,6202 0,239 valid Item5 0,2526 0,239 valid Item24 0,6479 0,239 valid Item6 0,5224 0,239 valid Item25 0,4360 0,239 valid Item7 0,3358 0,239 valid Item26 0,5153 0,239 valid Item8 0,6350 0,239 valid Item27 0,8103 0,239 valid Item9 0,4428 0,239 valid Item28 0,6921 0,239 valid Item10 0,3595 0,239 valid Item29 0,5741 0,239 valid Item11 0,4517 0,239 valid Item30 0,5885 0,239 valid Item12 0,6501 0,239 valid Item31 0,6997 0,239 valid Item13 0,5779 0,239 valid Item32 0,3709 0,239 valid Item14 0,4092 0,239 valid Item33 0,4515 0,239 valid Item15 0,3915 0,239 valid Item34 0,5313 0,239 valid Item16 0,5243 0,239 valid Item35 0,3743 0,239 valid Item17 0,8103 0,239 valid Item36 0,3312 0,239 valid Item18 0,5871 0,239 valid Item37 0,3774 0,239 valid Item19 0,4428 0,239 valid Item38 0,4416 0,239 valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel konstruk. Kuesioner dikatakan reliabel
atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyataan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk melakukan uji reliabilitas
digunakan rumus Alpha Cronbah yaitu ( Suharsimi, 2002: 171)
2
21t
bσσ∑−
1(11 −=
kkr
Keterangan: =11r reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan atau banyak soal = jumlah varians butir ∑ 2bσ
= varians total 2tσ
Pengujian reliabilitas juga perlu diuji signifikansinya dengan cara
membandingkan niai dengan nilai pada taraf signifikansi 5%
jika nilai lebih besar dari nilai maka dinyatakan reliabel tapi
sebaliknya jika nilai lebih kecil dari maka dinyatakan tidak
reliabel.
tabelrhitungr
tabelrhitungr
tabelrhitungr
Perhitungan reliabilitas instrumen penelitian dilakukan dengan
bantuan komputer program SPPS 11,5 for windows. Dari hasil pengujian
instrumen diperoleh sebesar 0,9386 > 0,239 taraf signifikansi 5%
maka kuesioner dapat dipercaya/dapat diandalkan sebagai alat ukur.
Dengan demikian berdasarkan perhitungan validitas dan reliabilitas di atas
hitungr
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut sudah dapat dianggap
memenuhi persyaratan sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur
H.Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan angket/ kuesioner. Kuesioner yaitu metode
pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah data pertanyaan yang
diberikan kepada responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden
yang sebenarnya. Daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada guru
pamong sebagai responden untuk diisi sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
I. Teknik Analisis Data
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis varian
satu jalur (One Way Anova) dan T-test sampel. Agar kesimpulan yang ditarik
tidak menyimpang dari seharusnya, maka terlebih dahulu dilakukan uji
persyaratan analisis. Pengujian prasyarat analisis mencakup uji normalitas dan
uji homogenitas.
1. Pengujian Normalitas dan Uji Homogenitas
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
apakah data yang terjaring berdistribusi normal, sehingga analisis
untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Dalam uji normalitas ini
digunakan rumus uji satu sampel dari Kolmogorov-Smirnov, yaitu
tingkat kesesuaian antara distribusi harga satu sampel (skor observasi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dan distribusi teoritisnya. Uji ini menetapkan suatu titik dimana teoritis
dan yang terobservasi mempunyai perbedaan terbesar. Artinya
distribusi sampling yang diamati benar-benar merupakan observasi
suatu sampel random dari distribusi teoritis (Imam Ghozali, 2002:35-
36). Alat statistik untuk pengujian normalitas data penelitian ini adalah
tes Kolmogorov-Smirnov. Adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov
untuk normalitas sebagai berikut (Imam Ghozali, 2002:36):
( ) ( )XSXFmaksimumD no −=
Keterangan: D = Deviasi maksimum F = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan o S ( X ) = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi n
Kriteria penerimaan:
- Jika nilai Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari nilai probabilitas
(ρ= 0,05), maka H diterima. 0
- Jika nilai Kolmogorov-Smirnov lebih kecil dari nilai probabilitas
(ρ= 0,05), maka H ditolak. 0
b. Uji Homogenitas
Sebelum peneliti menggeneralisasikan hasil penelitian, maka
terlebih dahulu harus dipastikan bahwa kelompok-kelompok yang
membentuk sampel berasal dari populasi yang sama. Kesamaan asal
sampel ini antara lain dibuktikan dengan adanya kesamaan variansi
kelompok-kelompok yang membentuk sampel tersebut. Jika ternyata
tidak terdapat perbedaan variansi diantara kelompok sampel, dan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mengandung arti bahwa kelompok-kelompok tersebut homogen, maka
dapat dikatakan bahwa kelompok-kelompok sampel tersebut berasal
dari populasi yang sama. Ada beberapa metode yang telah ditemukan
untuk melakukan pengujian ini. Salah satunya yaitu menggunakan
Analisis Varian Satu Jalur (Sugiyono, 1991:198-200). Adapun rumus
untuk uji homogenitas adalah sebagai berikut :
n
xn
i∑=1
1
X =
1
)(1
21
−
∑=
−
n
xxn
i S =
Harga F tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel
dengan dk pembilang ηa – 1 dan dk penyebut ηc – 1. Apabila Fhitung <
F tabel maka dapat disimpulkan bahwa varian data yang akan dianalisis
adalah homogen, dan apabila F ≥ F hitung tabel maka dapat disimpulkan
bahwa varian data yang akan dianalisis tidak homogen sehingga
perhitungan ANOVA dan T-test sampel tidak dapat dilanjutkan.
2. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis 1,3,5,7 dilakukan langkah-langkah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
a. Perumusan hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap
kompetensi mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman
membimbing
1
Ha : Ada perbedaan persepsi guru terhadap kompetensi
mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing
1
b. Untuk menentukan tingkat signifikansi koefisien korelasi yaitu
dengan membandingkan t hitung dengan t tabel pada taraf
signifikan α = 0,05 dengan db = n – 2. Berikut ini disajikan
rumus perhitungan nilai t :
rnrthit −−
=1
2
c. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan One Way Anova.
Rumus yang digunakan untuk pengujian adalah sebagai berikut
(Sugiyono, 1999: 75):
kNnjTx
kNT
nT
n
i
k
j
k
j
jij
k
j j
j
−
−
−
∑∑ ∑
∑
= = =
−
=
1 1 1
2
1
2
22
1 F =
Keterangan :
X = Nilai Individu ke i dari sampel j ijK = Banyaknya sampel ( sampel 1, sampel 2,…,sampel k)
= Banyaknya individu (ukuran) sampel j. NjT = Jumlah semua nilai individu dari sampel j. jT = T + T1 2 + T3N = Banyaknya semua sampel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
d. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan Fhitung
dengan F tabel adalah :
Jika Fhitung ≤ F tabel maka Ho diterima
Jika Fhitung > F tabel maka Ho ditolak
Pengambilan keputusan berdasarkan pada nilai probabilitas yaitu:
Jika nilai probabilitas (Sig.) > taraf nyata (0,05), maka Ho
diterima.
Jika nilai probabilitas (Sig.) < taraf nyata (0,05), maka Ho
ditolak
3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis 2,4,6,8 dilakukan langkah-langkah:
a. Perumusan hipotesis
Ho2: Tidak ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap
kompetensi mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat
pendidikan
Ha2: Ada perbedaan persepsi guru terhadap kompetensi
mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing
b. Pengujian varians pada data tingkat pendidikan tinggi dan
rendah; pengujian asumsi kesamaan varians dilakukan lewat uji
F. Hipotesis untuk pengujian varians:
Ho = kedua varians adalah identik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Ha = kedua varians adalah tidak identik
c. Pengambilan keputusan berdasarkan pada nilai probabilitas
yaitu:
Jika nilai probabilitas (Sig.) > taraf nyata (0,05), maka Ho
diterima.
Jika nilai probabilitas (Sig.) < taraf nyata (0,05), maka Ho
ditolak
d. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji t dua sampel
yang merupakan alternatif uji parametrik. Rumus yang
digunakan untuk pengujian adalah sebagai berikut (Sugiyono,
2005: 198):
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
−+−+−
−=
2121
22
11
21
112
)1()1(nnnn
snsnxxt
Keterangan: x = rata-rata sampel n = jumlah sampel s = simpangan baku
e. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan t hitung
dengan t tabel adalah :
Jika thitung > t tabel maka Ho ditolak
Jika t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2007. Subjek penelitian ini
adalah guru-guru pamong yang pernah membimbing mahasiswa praktikan
Universitas Sanata Dharma pada 8 SMA dan 5 SMK di Kabupaten Sleman,
SMA tersebut adalah SMA N I Kalasan, SMA Kolose Debritto, SMA N I
Depok, SMA Mandala Bhakti, SMA Binatama, SMA Santo Mikael, SMA
Bina Harapan, SMA Negeri 2 Ngaglik, SMK Tarakanita, SMK Kanisius
Pakem, SMK YPKK 1, SMK YPKK 3, SMK Negeri 2 Depok. Jumlah
responden penelitian adalah 110 guru dan kuesioner yang dikembalikan 95,
sehingga respon rate penelitian sebesar 86,36%. Semua butir
pertanyaan/peryataan dalam penelitian ini telah diisi secara lengkap.
Berdasarkan jawaban 110 responden dan data yang diperoleh dari penelitian
ini sebanyak 91 responden yang semua butir pertanyaan/pernyataan dalam
penelitan ini telah diisi secara lengkap dan dapat memenuhi syarat penelitian.
Berikut ini akan disajikan tabel yang memuat uraian tentang responden dari
masing-masing sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel 4.0 Sebaran Responden Penelitian
Jumlah Kuesioner Nama Sekolah Tersebar Kembali Tdk Lengkap Responden yang dapat
di olah SMA N I Kalasan 12 11 1 10
SMA Kolose Debritto 7 6 1 5 SMA N I Depok 8 7 0 7 SMA Mandala Bhakti 6 5 0 5 SMA Binatama 7 6 1 5 SMA Santo Mikael 5 3 0 3 SMA Bina Harapan 7 6 0 6 SMA N 2 Ngaglik 4 2 0 2 SMK Tarakanita 10 9 0 9 SMK Kanisius Pakem 14 13 0 13 SMK YPKK 1 7 6 1 5
5 4 0 4 SMK YPKK 3
18 17 0 17 SMK N 2 Depok Jumlah 110 95 4 91
Berikut ini disajikan deskripsi data variabel-variabel penelitian ini.
1. Deskripsi Responden Penelitian
a. Tingkat Pendidikan Guru
Tabel 4.1 Deskripsi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan Guru
D2 D3 S1 S2 Nama Sekolah Jumlah L P L P L P L P
SMA N I Kalasan 0 0 2 1 2 5 0 0 10
SMA Kolose Debritto 0 0 0 0 5 0 0 0 5 SMA N I Depok 0 0 0 0 3 4 0 0 7 SMA Mandala Bhakti 0 0 1 1 2 1 0 0 5 SMA Binatama 0 0 1 0 2 2 0 0 5 SMA Santo Mikael 0 0 1 1 1 0 0 0 3 SMA Bina Harapan 0 0 1 0 3 1 1 0 6 SMA N 2 Ngaglik 0 0 1 1 0 0 0 0 2 SMK Tarakanita 0 0 4 1 2 2 0 0 9 SMK Kanisius Pakem 3 0 2 2 4 2 0 0 13 SMK YPKK 1 1 1 0 0 1 2 0 0 5
0 0 0 0 2 2 0 0 4 SMK YPKK 3
0 0 3 0 9 5 0 0 17 SMK N 2 Depok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Pendidikan Guru D2 D3 S1 S2 Nama Sekolah Jumlah
L P L P L P L P Jumlah 4 1 16 7 36 26 1 0 91
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa responden penelitian berpendidikan
D2 ada 5 orang (4 laki-laki dan 1 perempuan), D3 ada 23 orang (16 laki-laki
dan 7 perempuan), S1 ada 62 orang (36 laki-laki dan 26 perempuan) dan yang
berpendidikan S2 ada 1 orang (1 laki-laki). Dengan demikian sebagian besar
responden penelitian berpendidikan S1.
b. Pengalaman Membimbing
Tabel 4.2 Deskripsi Responden Menurut Pengalaman Membimbing
Pengalaman Membimbing
T
abel 4.3 di atas menunjukkan bahwa responden penelitian berpengalaman
membimbing <3 ( kurang berpengalaman) ada 11 orang (6 laki-laki dan 5
perempuan), 3-5 ( cukup berpengalaman) ada 20 orang (11 laki-laki dan 9
< 3 3 - 5 > 5 Nama Sekolah Jumlah L P L P L P
SMA N I Kalasan 3 0 0 1 1 5 10
SMA Kolose Debritto 0 0 2 0 3 0 5 SMA N I Depok 0 0 0 0 3 4 7 SMA Mandala Bhakti 0 0 1 0 2 2 5 SMA Binatama 0 0 0 2 2 1 5 SMA Santo Mikael 0 0 0 0 2 1 3 SMA Bina Harapan 0 2 0 1 2 1 6 SMA N 2 Ngaglik 1 1 0 0 0 0 2 SMK Tarakanita 0 0 3 1 3 2 9 SMK Kanisius Pakem 1 2 2 3 5 0 13 SMK YPKK 1 0 0 0 1 2 2 5
1 0 0 0 1 2 4 SMK YPKK 3
0 0 3 0 9 5 17 SMK N 2 Depok Jumlah 6 5 11 9 35 25 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
perempuan), >5 ( sangat berpengalaman) 60 orang (35 laki-laki dan 25
perempuan). Dengan demikian sebagian besar responden penelitian sangat
berpengalaman dalam membimbing
2. Persentase Persepsi Guru Pamong terhadap Kompetensi Pedagogik
Berdasarkan data penelitian (hal 139) maka peneliti mengelompokkan
variabel kompetensi pedagogik untuk variabel bebas tingkat pendidikan dan
pengalaman membimbing ke dalam kategori positif dan negatif. Adapun
analisisnya adalah sebagai berikut:
a. Mencari nilai tengah dengan cara mencari skor maksimal dan skor minimal
yang dicapai kemudian di bagi dua
Skor maksimal = skor tertinggi yang bisa dicapai x jumlah item kuesioner
4 x 26 = 104
Nilai tengah = (skor maksimal + skor minimal) : 2
= (104 + 26) : 2
= 65
Selanjutnya persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik
dikategorikan menjadi positif dan negatif.
1). Persepsi guru pamong positif apabila skor yang diperoleh guru pamong
lebih besar nilai tengah yaitu 65 (skor > 65 )
2). Persepsi guru pamong negatif apabila skor yang diperoleh guru pamong
lebih kecil nilai tengah yaitu 65 (skor < 65 )
b. Mencari mean :
Mean = : N ∑ X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
= 7094 : 91
= 77,95
Berdasarkan kategori di atas maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata persepsi
guru pamong terhadap kompetensi pedagogik adalah positif ( > 65)
Tabel 4.3 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik
mahasiswa PPL
Persepsi Responden Persentase
61 80,22 % Positif (>65) ≤ 30 19,78% 65) Negatif (
Jumlah 91 100% Sumber: lampiran 3
Berdasarkan data yang diperoleh, persentase persepsi guru pamong terhadap
kompetensi pedagogik mahasiswa PPL ternyata sebagian besar guru pamong
mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL.
Dari 91 guru pamong yang mempunyai persepsi positif berjumlah 73 guru
atau 80,22%. Guru pamong yang mempunyai persepsi negatif berjumlah 18
guru atau 19,78%.
1). Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa
PPL ditinjau dari tingkat pendidikan
Tabel 4.4 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik
mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Persepsi
Tinggi % Rendah % Jumlah
Positif 35 56,45% 26 89,65% 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Negatif 27 43,55% 3 10,35% 30
Jumlah 62 100% 29 100% 91
Sumber: lampiran 3
Berdasarkan data persentase persepsi guru terhadap kompetensi menunjukkan
guru pamong berpendidikan tinggi yang menjadi responden berjumlah 62
guru dan guru pamong berpendidikan rendah yang menjadi responden
berjumlah 29 guru. Dari 62 guru tersebut, guru yang mempunyai persepsi
positif terhadap kompetensi pedagogik berjumlah 35 orang atau sebesar
56,45% kemudian guru yang mempunyai persepsi negatif terhadap
kompetensi pedagogik berjumlah 27 guru atau sebesar 43,55%%. Jadi
sebagian besar guru pamong berpendidikan tinggi mempunyai persepsi positif
terhadap kompetensi pedagogik. Dari data responden guru berpendidikan
rendah berjumlah 29 guru. Dari 29 guru yang mempunyai persepsi positif
terhadap kompetensi pedagogik berjumlah 26 guru atau sebesar 89,65%. Guru
yang mempunyai persepsi negatif terhadap kompetensi pedagogik berjumlah 3
guru atau sebesar 10,35%. Jadi sebagian besar guru berpendidikan rendah
mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi pedagogik.
2). Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa
PPL ditinjau dari pengalaman membimbing
Tabel 4.5 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik
mahasiswa PPL ditinjau pengalaman membimbing
Pengalaman membimbing Persepsi
Kurang berpengalaman
% Cukup berpengalaman
% Sangat berpengalaman
%
Jumlah
Positif 9 81,82% 18 90% 34 56,63% 61
Negatif 2 18,18% 2 10% 26 43,33% 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Jumlah 11 100% 20 100% 60 100% 91
Sumber: lampiran 3
Berdasarkan data persentase persepsi guru terhadap kompetensi pedagogik
berdasarkan pengalaman membimbing ternyata guru pamong kurang
berpengalaman yang menjadi responden berjumlah 11 guru, guru pamong
cukup berpengalaman yang menjadi responden berjumlah 20 guru dan guru
yang sangat berpengalaman yang menjadi responden berjumlah 60 guru. Dari
11 guru yang kurang berpengalaman tersebut, guru yang mempunyai persepsi
positif terhadap kompetensi pedagogik berjumlah 9 orang atau sebesar
82,82%, kemudian guru yang mempunyai persepsi negatif berjumlah 2 guru
atau sebesar 18,18%. Jadi sebagian besar guru pamong yang kurang
berpengalaman dalam membimbing mempunyai persepsi positif terhadap
kompetensi pedagogik. Dari 20 guru yang cukup berpengalaman tersebut,
guru yang mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi pedagogik
berjumlah 18 orang atau sebesar 90%, kemudian guru yang mempunyai
persepsi negatif berjumlah 2 guru atau sebesar 10%. Jadi sebagian besar guru
pamong yang cukup berpengalaman dalam membimbing mempunyai persepsi
positif terhadap kompetensi pedagogik. Data responden guru pamong sangat
berpengalaman berjumlah 60 guru. Dari 60 guru yang mempunyai persepsi
positif terhadap kompetensi pedagogik berjumlah 34 guru atau sebesar
56,63%. Guru yang mempunyai persepsi negatif terhadap kompetensi
pedagogik berjumlah 26 guru atau sebesar 43,33%. Jadi sebagian besar guru
sangat berpengalaman mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi
pedagogik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
3.Persentase Persepsi Guru Pamong terhadap Kompetensi Kepribadian
Berdasarkan data penelitian (hal 139) maka peneliti mengelompokkan
variabel kompetensi kepribadian untuk variabel bebas tingkat pendidikan dan
pengalaman membimbing ke dalam kategori positif dan negatif. Adapun
analisisnya adalah sebagai berikut:
a. Mencari nilai tengah dengan cara mencari skor maksimal dan skor minimal
yang dicapai kemudian di bagi dua
Skor maksimal = skor tertinggi yang bisa dicapai x jumlah item kuesioner
4 x 3 = 12
Nilai tengah = (skor maksimal + skor minimal) : 2
= (12 + 3) : 2
= 7,5
Selanjutnya persepsi guru pamong terhadap kompetensi kepribadian
dikategorikan menjadi positif dan negatif.
1) Persepsi guru pamong positif apabila skor yang diperoleh guru pamong
lebih besar nilai tengah yaitu 7,5 (skor > 7,5 )
2) Persepsi guru pamong negatif apabila skor yang diperoleh guru pamong
lebih kecil nilai tengah yaitu 7,5 (skor < 7,5
b.Mencari mean :
Mean = : N ∑ X
= 845 : 91
= 9,2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Berdasarkan kategori di atas maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata persepsi
guru pamong terhadap kompetensi pribadi adalah positif ( > 7,5)
Tabel 4.6 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi mahasiswa
PPL
Persepsi Responden Persentase
82 90,11% Positif (>7,5) Negatif (≤ 7,5) 9 9,89 %
Jumlah 91 100%
Sumber: lampiran 3
Berdasarkan data yang diperoleh, persentase persepsi guru pamong terhadap
kompetensi pribadi mahasiswa PPL ternyata sebagian besar guru pamong
mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi pribadi mahasiswa PPL. Dari
91 guru pamong yang mempunyai persepsi positif berjumlah 82 guru atau
90,11%. Guru pamong yang mempunyai persepsi negatif berjumlah 9 guru atau
9,89%
1).Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi mahasiswa PPL
ditinjau dari tingkat pendidikan
Tabel 4.7 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi mahasiswa
PPL ditinjau dari tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Persepsi
Tinggi % Rendah % Jumlah
Positif 60 96,77% 22 75,86% 82
Negatif 2 3,23% 7 24,14% 9
Jumlah 62 100% 29 100% 91
Sumber: lampiran 3
Berdasarkan data persentase persepsi guru terhadap kompetensi pribadi
berdasarkan tingkat pendidikan ternyata guru pamong berpendidikan tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
yang menjadi responden berjumlah 62 guru dan guru pamong berpendidikan
rendah yang menjadi responden berjumlah 29 guru. Dari 62 guru tersebut,
guru yang mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi pribadi berjumlah
60 orang atau sebesar 96,77%, kemudian guru yang mempunyai persepsi
negatif terhadap kompetensi pribadi berjumlah 2 guru atau sebesar 3,23%.
Jadi sebagian besar guru pamong berpendidikan tinggi mempunyai persepsi
positif terhadap kompetensi pribadi. Dari data responden guru berpendidikan
rendah berjumlah 29 guru. Dari 29 guru yang mempunyai persepsi positif
terhadap kompetensi pribadi berjumlah 22 guru atau sebesar 75,86%. Guru
yang mempunyai persepsi negatif terhadap kompetensi pribadi berjumlah 7
guru atau sebesar 24,14%. Jadi sebagian besar guru berpendidikan rendah
mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi pribadi.
2). Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi mahasiswa PPL
ditinjau dari pengalaman membimbing
Tabel 4.8 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi mahasiswa
PPL ditinjau dari pengalaman membimbing
Pengalaman membimbing Persepsi
Kurang berpengalaman
% Cukup berpengalaman
% Sangat berpengalaman
%
Jumlah
Positif 6 54,54% 10 50% 57 95% 73
Negatif 5 45,45% 10 50% 3 5% 18
Jumlah 11 100% 20 100% 60 100% 91
Sumber: lampiran 3
Berdasarkan data persentase persepsi guru terhadap kompetensi pribadi
berdasarkan pengalaman membimbing ternyata guru pamong kurang
berpengalaman yang menjadi responden berjumlah 11 guru, guru pamong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
cukup berpengalaman yang menjadi responden berjumlah 20 guru dan guru
yang sangat berpengalaman yang menjadi responden berjumlah 60 guru. Dari
11 guru yang kurang berpengalaman tersebut, guru yang mempunyai persepsi
positif terhadap kompetensi pribadi berjumlah 6 orang atau sebesar 54,54%,
kemudian guru yang mempunyai persepsi negatif berjumlah 5 guru atau
sebesar 45,45%. Jadi sebagian besar guru pamong yang kurang
berpengalaman dalam membimbing mempunyai persepsi positif terhadap
kompetensi pribadi. Dari 20 guru yang cukup berpengalaman tersebut, guru
yang mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi pribadi berjumlah 10
orang atau sebesar 50%, sedangkan guru yang mempunyai persepsi negatif
berjumlah 10 guru atau sebesar 50%. Jadi jumlah guru pamong yang cukup
berpengalaman dalam membimbing persepsi positif terhadap kompetensi
pribadi sama dengan jumlah guru pamong cukup berpengalaman dalam
membimbing persepsi negatif. Data responden guru pamong sangat
berpengalaman berjumlah 60 guru. Dari 60 guru yang mempunyai persepsi
positif terhadap kompetensi pribadi berjumlah 57 guru atau sebesar 95%.
Guru yang mempunyai persepsi negatif terhadap kompetensi pribadi
berjumlah 3 guru atau sebesar 5%. Jadi sebagian besar guru sangat
berpengalaman mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi pribadi.
4. Persentase Persepsi Guru Pamong terhadap Kompetensi Sosial
Berdasarkan data penelitian (hal 139) maka peneliti mengelompokkan
variabel kompetensi sosial untuk variabel bebas tingkat pendidikan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
pengalaman membimbing ke dalam kategori positif dan negatif. Adapun
analisisnya adalah sebagai berikut:
a. Mencari nilai tengah dengan cara mencari skor maksimal dan skor minimal
yang dicapai kemudian di bagi dua
Skor maksimal = skor tertinggi yang bisa dicapai x jumlah item kuesioner
4 x 3 = 12
Nilai Tengah = (skor maksimal + skor minimal) : 2
= (12 + 3) : 2
= 7,5
Selanjutnya persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial dikategorikan
menjadi positif dan negatif.
1). Persepsi guru pamong positif apabila skor yang diperoleh guru pamong lebih
besar nilai tengah yaitu 7,5 (skor > 7,5 )
2). Persepsi guru pamong negatif apabila skor yang diperoleh guru pamong lebih
kecil nilai tengah yaitu 7,5 (skor < 7,5 )
b. Mencari mean :
Mean = : N ∑ X
= 864 : 91
= 9,47
Berdasarkan kategori di atas maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata persepsi
guru pamong terhadap kompetensi sosial adalah positif ( > 7,5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel 4.9 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial mahasiswa
PPL
Persepsi Responden Persentase
Positif (>7,5) 84 92,31%
≤ 7 7,69% Negatif ( 7,5)
Jumlah 91 100%
Sumber: lampiran 3
Berdasarkan data yang diperoleh, persentase persepsi guru pamong terhadap
kompetensi sosial mahaiswa PPL ternyata sebagian besar guru pamong
mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi sosial mahasiswa PPL. Dari
91 guru pamong yang mempunyai persepsi positif berjumlah 84 guru atau
92,31%. Guru pamong yang mempunyai persepsi negatif berjumlah 7 guru
atau 7,69% saja.
1). Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial mahasiswa PPL
ditinjau dari tingkat pendidikan
Tabel 4.10 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial mahasiswa
PPL ditinjau dari tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Persepsi
Tinggi % Rendah % Jumlah
Positif 60 96,77% 24 82,76% 84
Negatif 2 3,23% 5 17,24% 7
Jumlah 62 100% 29 100% 91
Sumber: lampiran 3
Berdasarkan data persentase persepsi guru terhadap kompetensi sosial
berdasarkan tingkat pendidikan ternyata guru pamong berpendidikan tinggi
yang menjadi responden berjumlah 62 guru dan guru pamong berpendidikan
rendah yang menjadi responden berjumlah 29 guru. Dari 62 guru tersebut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
guru yang mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi sosial berjumlah
60 orang atau sebesar 96,77%, kemudian guru yang mempunyai persepsi
negatif terhadap kompetensi sosial berjumlah 2 guru atau sebesar 3,23%. Jadi
sebagian besar guru pamong berpendidikan tinggi mempunyai persepsi positif
terhadap kompetensi sosial. Dari data responden guru berpendidikan rendah
berjumlah 29 guru. Dari 29 guru yang mempunyai persepsi positif terhadap
kompetensi sosial berjumlah 24 guru atau sebesar 82,76%. Guru yang
mempunyai persepsi negatif terhadap kompetensi sosial berjumlah 5 guru atau
sebesar 17,24%. Jadi sebagian besar guru berpendidikan rendah mempunyai
persepsi positif terhadap kompetensi sosial
2. Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial mahasiswa PPL
ditinjau dari pengalaman membimbing
Tabel 4.11 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial mahasiswa
PPL ditinjau dari pengalaman membimbing
Pengalaman membimbing Persepsi
Kurang berpengalaman
% Cukup berpengalaman
% Sangat berpengalaman
%
Jumlah
Positif 8 72,73% 18 90% 58 96,67% 84
Negatif 3 27,27% 2 10% 2 3,33% 7
Jumlah 11 100% 20 100% 60 100% 91
Sumber: lampiran 3
Berdasarkan data persentase persepsi guru terhadap kompetensi sosial
berdasarkan pengalaman membimbing ternyata guru pamong kurang
berpengalaman yang menjadi responden berjumlah 11 guru, guru pamong
cukup berpengalaman yang menjadi responden berjumlah 20 guru dan guru
yang sangat berpengalaman yang menjadi responden berjumlah 60 guru. Dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
11 guru yang kurang berpengalaman tersebut, guru yang mempunyai persepsi
positif terhadap kompetensi sosial berjumlah 8 orang atau sebesar 72,73% %,
kemudian guru yang mempunyai persepsi negatif berjumlah 3 guru atau
sebesar 27,27%. Jadi sebagian besar guru pamong yang kurang
berpengalaman dalam membimbing mempunyai persepsi positif terhadap
kompetensi sosial. Dari 20 guru yang cukup berpengalaman tersebut, guru
yang mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi sosial berjumlah 18
orang atau sebesar 90%, kemudian guru yang mempunyai persepsi negatif
berjumlah 2 guru atau sebesar 10%. Jadi sebagian besar guru pamong yang
cukup berpengalaman dalam membimbing mempunyai persepsi positif
terhadap kompetensi sosial. Data responden guru pamong sangat
berpengalaman berjumlah 60 guru. Dari 60 guru yang mempunyai persepsi
positif terhadap kompetensi sosial berjumlah 58 guru atau sebesar 96,67%.
Guru yang mempunyai persepsi negatif terhadap kompetensi sosial berjumlah
2 guru atau sebesar 3,33%. Jadi sebagian besar guru sangat berpengalaman
mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi sosial.
5. Persentase Persepsi Guru Pamong terhadap Kompetensi Profesional
Berdasarkan data penelitian (hal 139) maka peneliti mengelompokkan
variabel kompetensi profesional untuk variabel bebas tingkat pendidikan dan
pengalaman membimbing ke dalam kategori positif dan negatif. Adapun
analisisnya adalah sebagai berikut:
a. Mencari nilai tengah dengan cara mencari skor maksimal dan skor minimal
yang dicapai kemudian di bagi dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Skor maksimal = skor tertinggi yang bisa dicapai x jumlah item kuesioner
4 x 6 = 24
Nilai tengah = (skor maksimal + skor minimal) : 2
= (24 + 6) : 2
= 15
Selanjutnya persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional
dikategorikan menjadi positif dan negatif.
1) Persepsi guru pamong positif apabila skor yang diperoleh guru pamong
lebih besar nilai tengah yaitu 15 (skor > 15 )
2) Persepsi guru pamong negatif apabila skor yang diperoleh guru pamong
lebih kecil nilai tengah yaitu 15 (skor < 15 )
b. Mencari mean :
Mean = : N ∑ X
= 1689 : 91
= 18,57
Berdasarkan kategori di atas maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata
persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional adalah positif
( > 15)
Tabel 4.12 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional
mahasiswa PPL
Persepsi Responden Persentase
76 83,52 % Positif (>15) ≤ 15 16,48% 15) Negatif (
Jumlah 91 100%
Sumber: lampiran 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Berdasarkan data yang diperoleh, persentase persepsi guru pamong terhadap
kompetensi profesional mahasiswa PPL ternyata sebagian besar guru pamong
mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi profesional mahasiswa PPL.
Dari 91 guru pamong yang mempunyai persepsi positif berjumlah 73 guru
atau 83,52%. Guru pamong yang mempunyai persepsi negatif berjumlah 15
guru atau 16,48% saja.
1). Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional mahasiswa
PPL ditinjau dari tingkat pendidikan
Tabel 4.13 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional
mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Persepsi
Tinggi % Rendah % Jumlah
Positif 57 91,9% 19 65,5% 76
Negatif 5 8,1% 10 34,5% 15
Jumlah 62 100% 29 100% 91
Sumber: lampiran 3
Berdasarkan data persentase persepsi guru terhadap kompetensi profesional
berdasarkan tingkat pendidikan ternyata guru pamong berpendidikan tinggi
yang menjadi responden berjumlah 62 guru dan guru pamong berpendidikan
rendah yang menjadi responden berjumlah 29 guru. Dari 62 guru tersebut,
guru yang mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi profesional
berjumlah 57 orang atau sebesar 91,9%, kemudian guru yang mempunyai
persepsi negatif terhadap kompetensi profesional berjumlah 5 guru atau
sebesar 8,1%. Jadi sebagian besar guru pamong berpendidikan tinggi
mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi profesional.Dari data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
responden guru berpendidikan rendah berjumlah 29 guru. Dari 29 guru yang
mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi profesional berjumlah 19
guru atau sebesar 65,5%. Guru yang mempunyai persepsi negatif terhadap
kompetensi profesional berjumlah 10 guru atau sebesar 34,5%. Jadi sebagian
besar guru berpendidikan rendah mempunyai persepsi positif terhadap
kompetensi profesional.
2). Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional mahasiswa PPL
ditinjau dari pengalaman membimbing
Tabel 4.14 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional
mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing
Pengalaman membimbing Persepsi
Kurang berpengalaman
% Cukup berpengalaman
% Sangat berpengalaman
%
Jumlah
Positif 7 63,64% 14 70% 55 91,67% 76
Negatif 4 36,36% 6 30% 5 8,33% 15
Jumlah 11 100% 20 100% 60 100% 91
Sumber: lampiran 3
Berdasarkan data ternyata persentase persepsi guru terhadap kompetensi
profesional berdasarkan pengalaman membimbing ternyata guru pamong
kurang berpengalaman yang menjadi responden berjumlah 11 guru, guru
pamong cukup berpengalaman yang menjadi responden berjumlah 20 guru
dan guru yang sangat berpengalaman yang menjadi responden berjumlah 60
guru. Dari 11 guru yang kurang berpengalaman tersebut, guru yang
mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi profesional berjumlah 7
orang atau sebesar 63,64 %, kemudian guru yang mempunyai persepsi negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
berjumlah 4 guru atau sebesar 36,36%. Jadi sebagian besar guru pamong yang
kurang berpengalaman dalam membimbing mempunyai persepsi positif
terhadap kompetensi profesional. Dari 20 guru yang cukup berpengalaman
tersebut, guru yang mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi
profesional berjumlah 14 orang atau sebesar 70%, kemudian guru yang
mempunyai persepsi negatif berjumlah 6 guru atau sebesar 30%. Jadi sebagian
besar guru pamong yang cukup berpengalaman dalam membimbing
mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi professional. Data responden
guru pamong sangat berpengalaman berjumlah 60 guru. Dari 60 guru yang
mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi profesional berjumlah 55
guru atau sebesar 91,67%. Guru yang mempunyai persepsi negatif terhadap
kompetensi profesional berjumlah 5 guru atau sebesar 8,33%. Jadi sebagian
besar guru sangat berpengalaman mempunyai persepsi positif terhadap
kompetensi profesional.
B. Uji prasyarat analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus
Kolmogorov–Smirnov dengan bantuan komputer program SPSS for
windows. Hasil pengujian tersebut adalah sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tabel 4.15
Hasil Pengujian Normalitas
A. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
TPrendah TPtinggi PMKB PMCB PMSB N 29 62 11 20 60
Mean Normal Parameters(a,b) 115.41 110.31 111.18 108.25 113.30 Std. Deviation 12.707 14.320 15.549 10.487 14.642Most Extreme Absolute .153 .114 .191 .147 .102Differences Positive .099 .114 .183 .147 .102 Negative -.153 -.078 -.191 -.125 -.093Kolmogorov-Smirnov Z .822 .897 .632 .656 .792Asymp. Sig. (2-tailed) .509 .397 .819 .782 .557
Hasil uji normalitas jika ditinjau dari tingkat pendidikan rendah,
diperoleh nilai Z (Kolmogorov Smirnov) sebesar 0,822 dengan
probabilitas (P) = 0,509 dan untuk tingkat pendidikan tinggi nilai Z
sebesar 0,897 dengan probabilitas 0,397. Karena nilai PValue tingkat
pendidikan rendah dan tinggi (0,509), (0,397) > 0,05 maka distribusi
untuk tingkat pendidikan adalah normal. Hasil uji normalitas jika ditinjau
dari kurang, cukup dan sangat berpengalaman diperoleh nilai Z
(Kolmogorov Smirnov) sebesar 0,632; 0,656; 0,792 dengan probabilitas
(P) =0,819; 0,782; 0,557. Karena nilai PValue 0,819; 0,782; 0,557 > 0,05
maka distribusi untuk pengalaman membimbing adalah normal.
2. Uji Homogenitas
Untuk membuktikan bahwa kelompok-kelompok yang membentuk
sampel berasal dari populasi yang sama. Pembuktian adanya kesamaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
variansi kelompok tersebut dilakukan dengan bantuan komputer program
SPSS for windows. Hasil pengujiannya adalah sebagai berikut :
a. Uji Homogenitas Tingkat Pendidikan
B. Tabel 4.16
C. Test of Homogeneity of Variances
Hasil Pengujian Homogenitas Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.326 1 89 .723
Dari tabel 4.16 di atas diperoleh nilai Levene Statistic untuk tingkat
pendidikan 0,326 dengan probabilitas (Sig.) sebesar 0,723. Karena
PValue (0,723) > 0,05 maka data berasal dari populasi-populasi yang
mempunyai varians yang sama.
b. Uji Homogenitas Pengalaman Membimbing
D. Tabel 4.17
E. Test of Homogeneity of Variances
Hasil Pengujian Homogenitas Pengalaman Membimbing
Pengalaman Membimbing
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.274 2 88 .285
Dari tabel 4.17 di atas diperoleh nilai Levene Statistic untuk status guru
1,274 dengan probabilitas (Sig.) sebesar 0,285. Karena PValue (0,285) >
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
0,05 maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai
varians yang sama.
3. Uji Hipotesis
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan uji One Way Anova dan T-test sampel. Data diambil dari
jawaban kuesioner yang disebar kepada responden. Peneliti menggunakan
bantuan komputer program SPSS 11.5 for windows untuk melakukan uji
One Way Anova dan T-test. Data diambil dari jawaban kuesioner yang
disebar kepada responden. Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi
guru pamong terhadap kompetensi mahasiswa PPL dikelompokkan dalam
2 kelompok yaitu tingkat pendidikan, pengalaman membimbing. Dan hasil
analisisnya adalah sebagai berikut :
a. Pengujian Hipotesis 1
1) Rumusan Hipotesis
1Ho = tidak ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap
kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau
dari pengalaman membimbing
1Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap
kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau
dari pengalaman membimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
2) Uji Hipotesis
Tabel 4.18 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap
Kompetensi Pedagogik Ditinjau dari Pengalaman Membimbing
Sum of Mean
3) Penarikan Kesimpulan
Hasil pengujian Persepsi Guru Pamong terhadap kompetensi
pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing
menunjukkan bahwa perhitungan uji ANOVA Fhitung = 3,470 lebih
besar dari Ftabel =3,1013. Oleh karena probabilitasnya 0,035 < 0,05
maka disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hal tersebut berarti bahwa ada
perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik
mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing.
b. Pengujian Hipotesis 2
1) Perumusan Hipotesis
Squares df Square F Sig. Between Groups 684.747 2 342.373 3.470 .035Within Groups 8682.638 88 98.666 Total 9367.385 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
2Ho = tidak ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap
kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau
dari tingkat pendidikan
2Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap
kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau
dari tingkat pendidikan
2) Uji Hipotesis
Tabel 4.19 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap
Kompetensi Pedagogik Ditinjau dari Tingkat Pendidikan
3) Penarikan Kesimpulan
Hasil pengujian Persepsi Guru Pamong terhadap kompetensi
pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan
menunjukkan bahwa perhitungan uji T-test terlihat thitung =7,902 lebih
besar dari ttabel =1,9903 dengan probabilitas 0,000 < 0,05 maka
disimpulkan H0 ditolak, hal tersebut berarti bahwa ada perbedaan
persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL
ditinjau dari tingkat pendidikan
c. Pengujian Hipotesis 3
Levene's Test for Equality of Variances
t Sig.(2tailed)
F Sig. kompetensi pedagogis
Equal variances assumed 2.920 .091 7.902 .000
Equal variances not assumed 9.164 .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
1) Perumusan Hipotesis
= tidak ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap
kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari
pengalaman membimbing
3Ho
3Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap
kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari
pengalaman membimbing
2) Uji Hipotesis
Tabel 4.20 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Pribadi Ditinjau dari Pengalaman Membimbing
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between 24.420 2 12.210 3.324 .041Groups Within Groups 323.250 88 3.673 Total 347.670 90
3) Penarikan Kesimpulan
Hasil pengujian Persepsi Guru Pamong terhadap kompetensi
pribadi mahasiswa PPL menunjukkan bahwa perhitungan uji
ANOVA F = 3,324 lebih besar dari Fhitung tabel =3,1013. Oleh karena
probabilitasnya 0,041 < 0,05 maka disimpulkan bahwa H0 ditolak.
Hal tersebut berarti bahwa ada perbedaan persepsi guru pamong
terhadap kompetensi pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari
pengalaman membimbing.
d. Pengujian Hipotesis 4
1) Perumusan Hipotesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
4Ho = tidak ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap
kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau
dari tingkat pendidikan
4Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap
kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau
dari tingkat pendidikan
2) Uji Hipotesis
Tabel 4.21 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru
Pamong Terhadap Kompetensi Pribadi Ditinjau dari Tingkat Pendidikan
3) Penarikan Kesimpulan
Hasil pengujian Persepsi Guru Pamong terhadap
kompetensi pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat
pendidikan menunjukkan bahwa perhitungan uji T-test terlihat
t hitung = 3,202 lebih besar dari t tabel =1,9903 dengan probabilitas
0,002 <0,05 maka disimpulkan H0 ditolak, hal tersebut berarti
bahwa ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi
pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan.
e. Pengujian Hipotesis 5
1) Perumusan Hipotesis
Levene's Test for Equality of Variances
t Sig.(2tailed)
F Sig. kompetensi pribadi
Equal variances assumed 1.835 .179 3.202 .002
Equal variances not assumed 2.925 .005
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
5Ho = tidak ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap
kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari
pengalaman membimbing
5Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap
kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari
pengalaman membimbing
2) Uji Hipotesis
Tabel 4.22 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap
Kompetensi Sosial Ditinjau dari Pengalaman Membimbing
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between 14.303 2 7.151 3.757 .027Groups Within Groups 167.521 88 1.904 Total 181.824 90
3) Penarikan Kesimpulan
Hasil pengujian Persepsi Guru Pamong terhadap
kompetensi pribadi mahasiswa PPL menunjukkan bahwa
perhitungan uji ANOVA F = 3,757 lebih besar dari Fhitung tabel
=3,1013. Oleh karena probabilitasnya 0,027 < 0,05 maka
disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hal tersebut berarti bahwa ada
perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi
mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing
f. Pengujian Hipotesis 6
1) Perumusan Hipotesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
6Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap
kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari
tingkat pendidikan
6Ha = tidak ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap
kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari
tingkat pendidikan
2) Uji Hipotesis
Tabel 4.23 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong
Terhadap Kompetensi Sosial Ditinjau dari Tingkat Pendidikan
3) Penarikan Kesimpulan
Hasil pengujian Persepsi Guru Pamong terhadap
kompetensi sosial mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan
menunjukkan bahwa perhitungan uji T-test terlihat bahwa t hitung =
3,329 lebih besar dari t tabel =1,9903 dengan probabilitas 0,001
<0,05 maka disimpulkan H0 ditolak, hal tersebut berarti bahwa ada
perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial
mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan.
g. Pengujian Hipotesis 7
Levene's Test for Equality of Variances
t Sig.(2tailed)
F Sig. kompetensi sosial
Equal variances assumed 4.936 .029 2.861 .005
Equal variances not assumed 3.329 .001
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
1) Perumusan Hipotesis
7Ho = tidak ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap
kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau
dari pengalaman membimbing
7Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap
kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau
dari pengalaman membimbing
2) Uji Hipotesis
Tabel 4.24 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap
Kompetensi Profesi Ditinjau dari Pengalaman
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between 50.093 2 25.047 3.239 .044Groups Within Groups 680.588 88 7.734 Total 730.681 90
3) Penarikan Kesimpulan
Hasil pengujian Persepsi Guru Pamong terhadap kompetensi
pribadi mahasiswa PPL menunjukkan bahwa perhitungan uji
ANOVA F = 3,239 lebih besar dari Fhitung tabel =3,1013. Oleh karena
probabilitasnya 0,044< 0,05 maka disimpulkan bahwa H0 ditolak.
Hal tersebut berarti bahwa ada perbedaan persepsi guru pamong
terhadap kompetensi profesi mahasiswa PPL ditinjau dari
pengalaman membimbing.
h. Pengujian Hipotesis 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
1) Perumusan Hipotesis
8Ho = tidak ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap
kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau
dari tingkat pendidikan
8Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap
kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau
dari tingkat pendidikan
2) Uji Hipotesis
Tabel 4.25 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap
Kompetensi Profesional Ditinjau dari Tingkat Pendidikan
3) Penarikan Kesimpulan
Hasil pengujian Persepsi Guru Pamong terhadap
kompetensi profesional mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat
pendidikan menunjukkan bahwa perhitungan uji T-test terlihat
bahwa t hitung = 2,702 lebih besar dari t tabel =1,9903 dengan
probabilitas 0,008 <0,05 maka disimpulkan H0 ditolak, hal tersebut
berarti bahwa ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap
kompetensi profesional mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat
pendidikan
Levene's Test for Equality of Variances
t Sig.(2tailed)
F Sig. kompetensi profesional
Equal variances assumed 1.028 .168 2.702 .008
Equal variances not assumed 2.767 .008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Tabel 4.26 Kesimpulan Hasil Uji Hipotesis menggunakan ANOVA
No Hipotesis Fhitung Ftabel Probabilitas Kesimpulan 1. Ada perbedaan
persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing
3,470 3,1013 0,05 Diterima
3. Ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman guru pamong dalam membimbing
3.324 3,1013 0,05 Diterima
5. Ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing
3.757 3,1013 0,05 Diterima
7. Ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing
3.239 3,1013 0,05 Diterima
Tabel 4.27 Kesimpulan Hasil Uji Hipotesis menggunakan T-test
No Hipotesis t hitung t tabel probalitas Kesimpulan 2. Ada perbedaan
persepsi guru pamong PPL
7,902 1,9903 0,05 Diterima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
4. Ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
3,302 1,9903 0,05 Diterima
6. Ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
3,329 1,9903 0,05 Diterima
8. Ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
2,702
1,9903 0,05 Diterima
C. Pembahasan
1. Perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik ditinjau dari
pengalaman membimbing
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, terdapat perbedaan persepsi
guru pamong terhadap kompetensi pedagogik ditinjau dari pengalaman
membimbing. Guru yang cukup berpengalaman cenderung mempunyai
persepsi positif terhadap kompetensi pedagogik, terlihat dari persentase guru
pamong cukup berpengalaman, dari 20 orang yang berpersepsi positif adalah
90% lebih besar dibandingkan dengan guru kurang berpengalaman, dari 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
orang 81,82% berpersepsi positif dan guru sangat berpengalaman, dari 60
orang 56,63% berpersepsi positif. Hasil penelitian menunjukkan harga Fhitung
3,470 lebih besar dari Ftabel 3,1013 maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa ada
perbedaan persepsi terhadap kompetensi pedagogik antara guru pamong yang
kurang, cukup dan sangat berpengalaman dalam membimbing atau dapat
dikatakan bahwa persepsi guru pamong tidak sama antara guru yang kurang
berpengalaman, cukup dan sangat berpengalaman. Dari 91 guru pamong yang
mempunyai persepsi positif berjumlah 73 guru atau 80,22%. Guru pamong
yang mempunyai persepsi negatif berjumlah 18 guru atau 19,78%.
Hasil deskripsi data tentang persepsi guru pamong terhadap
kompetensi pedagogik mahasiswa ditinjau dari pengalaman membimbing
secara umum dikategorikan positif. Hal tersebut ditunjukkan oleh mahasiswa
dalam kemampuan mengelola program pengajaran, mengelola kelas,
menggunakan media, berinteraksi dengan siswa dalam proses belajar
mengajar, serta mampu mengadakan komunikasi kerjasama dengan tugas
bimbingan konseling dan mengikuti peraturan tata usaha yang belaku.
Berdasarkan hasil deskripsi data, pengalaman membimbing guru
pamong sebagian besar guru sangat berpengalaman. Pada umumnya orang-
orang sependapat bahwa semakin banyak pengalaman membimbing praktikan
semakin mengerti tingkat kelebihan dan kekurangan pada mahasiswa
praktikan. Selain itu, semakin berpengalaman semakin tinggi tuntutan guru
pamong pada praktikan dalam menerapkan kompetensi pedagogik di sekolah.
Semakin lama pengalaman yang diperoleh guru pamong semakin luas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
pengetahuannya pada bidang yang di tekuni maka keinginan untuk
mengembangkan kemampuan, kualitas dan keterampilan ternyata membuat
pandangan guru terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL berbeda
pula. Hasil penelitian di peroleh guru cukup berpengalaman memiliki
persepsi positif yang terbesar. Hal ini disebabkan guru yang cukup
berpengalaman memiliki pandangan makin luas yang memungkinkan guru
pamong untuk lebih memahami dan mengantisipasi perubahan yang terjadi.
Sama halnya pada mahasiswa praktikan dari tahun ke tahun mengalami
perubahan. Guru pamong yang cukup berpengalaman menghargai perubahan
tersebut sebagai nilai yang positif. Ini terlihat pada penilaian guru pamong
terhadap mahasiswa dalam menerapkan kemampuannya memilih metode
mengajar, variasi mengajar, menyusun alat evaluasi, mengelola kelas,
berinteraksi antara guru pamong dan siswa, menggunakan media mengajar
sebagai alat bantu dalam proses belajar-mengajar serta memberikan petunjuk
dan penjelasan yang berkaitan dengan isi pelajaran adalah baik .
Berbeda pada guru yang kurang dan sangat berpengalaman, guru
yang kurang berpengalaman cenderung menilai negatif. Mereka hanya menilai
terbatas pada pengalaman waktu itu saja sehingga belum dapat
membandingkan kemampuan mahasiswa praktikan dari tahun ke tahun.
Mereka juga berpatokan pada dirinya maka kemampuan mahasiswa dapat
dilihat dengan membandingkan pada kemampuan guru pamong itu sendiri,
seperti dalam melihat mahasiswa praktikan membuat alat pelajaran, mengelola
kelas, menyusun alat evaluasi, memotivasi siswa, serta dalam memilih media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
mengajar. Guru pamong yang sangat berpengalaman tentunya akan
menunjukkan kualitasnya dalam bekerja karena guru pamong memiliki
banyak pengalaman dan telah mengerti letak kelebihan serta kekurangan
mahasiswa praktikan. Sehingga guru dapat lebih rinci dalam melakukan
penilaian sebab ingin menunjukkan kualitas dengan harapan mahasiswa
praktikan mengalami kemajuan dari tahun ke tahun sesuai dengan
perkembangan ilmu saat ini.
2. Perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik ditinjau dari
tingkat pendidikan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, terdapat perbedaan persepsi
guru pamong terhadap kompetensi pedagogik ditinjau dari tingkat pendidikan.
Guru pamong yang berpendidikan rendah cenderung mempunyai persepsi
positif terhadap kompetensi pedagogik. Ini terlihat dari persentase guru
berpendidikan tinggi, dari 62 orang yang berpersepsi positif adalah 56,45%
lebih kecil dibandingkan dengan guru berpendidikan rendah, dari 29 orang
89,65% berpersepsi positif. Hasil penelitian menunjukkan harga t hitung 7,902
lebih besar dari t tabel 1,990 maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa ada
perbedaan persepsi terhadap kompetensi pedagogik antara guru pamong yang
berpendidikan tinggi dan rendah.
Hasil deskripsi tentang persepsi guru pamong terhadap kompetensi
pedagogik mahasiswa ditinjau dari tingkat pendidikan secara umum
dikategorikan positif. Hal tersebut ditunjukkan oleh mahasiswa dalam
kemampuan mengelola program pengajaran, mengelola kelas, metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran, berinteraksi dalam proses
belajar mengajar, serta mampu mengadakan komunikasi kerjasama dengan
tugas bimbingan konseling dan mengikuti peraturan tata usaha yang berlaku.
Hasil deskripsi data tingkat pendidikan guru sebagian besar
berpendidikan D4 atau S1. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru yang
ditunjuk sebagai guru pamong sebagian besar telah menempuh pendidikan
formal yang tinggi. Pada umumnya orang-orang sependapat bahwa dengan
semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai oleh seseorang maka semakin
luas wawasan serta pengetahuannya pada suatu bidang tertentu sesuai dengan
profesi yang ingin diraihnya. Selain itu, semakin tinggi tingkat pendidikan
guru akan semakin mempunyai keinginan yang lebih tinggi untuk
mengembangkan prestasi di sekolah seperti membuat karya tulis, menulis
buku, dan sebagainya. Guru dengan pendidikan S1 akan memiliki
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang lebih
mantap dibandingkan dengan guru yang berpendidikan D2 atau D3.
Guru yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi dan rendah
mempunyai pandangan yang berbeda terhadap kompetensi pedagogik. Namun
hasil penelitian membuktikan bahwa pada umumnya guru memandang positif
kompetensi pedagogik. Hal tersebut karena sebagian besar responden
berpendidikan S1, sehingga kemungkinan besar guru merasa bahwa ilmu yang
diterapkan mahasiswa lebih baik dari ilmu saat guru pamong menjalani
pendidikan. Sama halnya dalam membimbing mahasiswa PPL guru pamong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
yang tingkat pendidikannya tinggi, pemikirannya lebih modern, wawasannya
lebih luas pada cara pandang dalam menilai mahasiswa praktikan.
Perbedaan persepsi guru terhadap kompetensi pedagogik jika ditinjau
dari tingkat pendidikan, salah satunya adalah karena bagi guru yang tingkat
pendidikan terakhirnya masih D2 atau D3 berbeda dengan para guru yang
sudah menyandang gelar S1. Guru pamong berpendidikan tinggi lebih suka
pada hal-hal yang baru, tidak monoton dan cenderung memandang dirinya
sudah baik dalam menjalankan profesinya. Hal ini membuat penilaian pada
mahasiswa praktikan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki. Guru
dengan berpendidikan tinggi cenderung lebih negatif dalam memberikan
penilaian terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL karena guru
pamong merasa yakin bahwa mahasiswa praktikan masih dapat lebih kreatif
dalam kemampuan memilih metode mengajar, variasi mengajar, media
mengajar, menyusun alat evaluasi, mengelola kelas dan berinteraksi dalanm
proses belajar mengajar.
Berbeda pada guru pamong yang berpendidikan rendah. Mereka
cenderung lebih positif dalam memberikan penilaian terhadap kompetensi
pedagogik. Guru pamong merasa bahwa kemampuan mahasiswa PPL dalam
mengajar dengan metode, variasi mengajar dan menyusun alat evaluasi serta
berinteraksi dengan siswa dapat membantu siswa sebagai anak didiknya untuk
lebih baik dalam kegiatan proses belajar mengajar.
3. Perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi ditinjau dari
pengalaman membimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, terdapat perbedaan persepsi
guru pamong terhadap kompetensi pribadi ditinjau dari perbedaan pengalaman
membimbing. Guru yang sangat berpengalaman cenderung mempunyai
persepsi positif terhadap kompetensi pribadi, terlihat dari persentase guru
sangat berpengalaman, dari 60 orang yang berpersepsi positif adalah 95%
lebih besar dibandingkan dengan guru cukup berpengalaman, dari 20 orang
50% berpersepsi positif dan guru kurang berpengalaman, dari 11 orang
54,54% berpersepsi positif. Hasil penelitian menunjukkan harga Fhitung 3.324
lebih besar dari Ftabel 3,1013 maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa ada
perbedaan persepsi terhadap kompetensi pribadi antara guru pamong yang
kurang, cukup dan sangat berpengalaman dalam membimbing atau dapat
dikatakan bahwa persepsi guru pamong tidak sama antara guru yang kurang
berpengalaman, cukup dan sangat berpengalaman.
Hasil deskripsi data tentang persepsi guru pamong terhadap
kompetensi pribadi mahasiswa ditinjau dari pengalaman membimbing secara
umum dikategorikan positif. Hal tersebut ditunjukkan oleh mahasiswa dalam
pengelolaan kepribadian yang berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta
didik serta mempunyai kemampuan dalam mengembangkan diri.
Berdasarkan hasil deskripsi data pengalaman membimbing guru
pamong sebagian besar guru sangat berpengalaman. Pengalaman merupakan
modal utama untuk terjun dalam suatu bidang garapan. Dalam kehidupan
manusia, semakin tua maka akan mempunyai pengalaman semakin banyak.
Pengalaman yang dimaksud yaitu pengalaman membimbing yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
membuat seorang guru dapat bekerja lebih efisien. Sama halnya sebagai
seorang guru pamong yang melakukan pekerjaan membimbing di sekolah,
tentu memiliki pengalaman membimbing yang berbeda. Guru yang lebih
dahulu membimbing akan lebih memiliki banyak pengalaman daripada guru
yang baru memulai tugasnya sebagai guru pamong. Oleh sebab, itu guru yang
sudah lama membimbing akan memperoleh pengetahuan yang banyak tentang
proses pembimbingan di sekolah daripada guru yang baru memulai tugasnya
sebagai guru pembimbing PPL.
Semakin lama pengalaman membimbing yang diperoleh guru
pamong semakin luas pengetahuannya pada bidang yang ditekuni maka
keinginan untuk mengembangkan kemampuan, kualitas dan keterampilan
membuat pandangan guru terhadap kompetensi pribadi mahasiswa PPL
berbeda. Hasil penelitian diperoleh guru sangat berpengalaman memiliki
persepsi positif yang terbesar. Hal ini disebabkan guru telah membimbing
mahasiswa praktikan memiliki pandangan yang luas dan memungkinkan
seseorang untuk lebih memahami dan menghargai perubahan yang terjadi.
Sama halnya pada mahasiswa praktikan dari tahun ke tahun mengalami
perubahan. Guru pamong yang sangat berpengalaman menghargai perubahan
tersebut sehingga memberi penilaian yang positif terhadap mahasiswa
praktikan. Penilaian positif ini tampak pada pandangan yang baik terhadap
mahasiswa dalam berpakaian rapi, disiplin waktu akan tanggung jawab dan
tugasnya dalam sekolah, dan kemampuan mengembangkan diri dalam
kegiatan yang ada di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Berbeda pada guru yang kurang berpengalaman, mereka terbatas
pada pengalaman waktu itu saja dan belum dapat membandingkan
kemampuan mahasiswa praktikan dari tahun ke tahun. Guru berpatok pada
dirinya sehingga kemampuan mahasiswa dilihat dengan membandingkan pada
kemampuan diri guru pamong itu sendiri. Hasil penelitian membuktikan
bahwa guru kurang berpengalaman memberi penilaian yang negatif terhadap
mahasiswa praktikan. Nampak pada kemampuan mahasiswa dalam
penampilan rapi, disiplin waktu akan tanggung jawab dan tugasnya dalam
sekolah, serta kemampuan mengembangkan diri dalam kegiatan yang
diselenggarakan sekolah dinilai kurang baik.
Guru yang sangat, cukup maupun kurang berpengalaman mempunyai
pandangan yang berbeda terhadap kompetensi pribadi. Hal tersebut karena
guru yang sangat berpengalaman lebih mampu menguasai pekerjaan. Suatu
ketrampilan dapat dicapai melalui pengulangan terhadap apa yang dipelajari
atau dikerjakan. Apabila seseorang bekerja maka ia akan menemui hal-hal
yang baru dan jika hal yang baru dipahami sebagai suatu pengetahuan yang
dimilikinya, ini berarti ia telah mendapatkan pengalaman baru yang dapat
menyebabkan persepsi yang berbeda diantara para guru.
4. Perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi ditinjau dari
tingkat pendidikan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, terdapat perbedaan persepsi
guru pamong terhadap kompetensi pribadi ditinjau dari tingkat pendidikan.
Guru yang berpendidikan tinggi cenderung mempunyai persepsi positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
terhadap kompetensi pribadi, terlihat dari persentase guru berpendidikan
tinggi, dari 62 orang yang berpersepsi positif adalah 96,77% lebih besar
dibandingkan dengan guru berpendidikan rendah, dari 29 orang 75,86%
berpersepsi positif. Hasil penelitian menunjukkan harga t hitung 3,302 lebih
besar dari t tabel 1,990 maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan
persepsi terhadap kompetensi pribadi antara guru pamong yang berpendidikan
tinggi dan rendah. Tingkat pendidikan terakhir guru pamong berbeda-beda
yang akan berpengaruh pada cara pandang dan penilaian pada mahasiswa
praktikan.
Hasil deskripsi data tentang persepsi guru pamong terhadap
kompetensi pribadi mahasiswa ditinjau dari tingkat pendidikan secara umum
dikategorikan positif. Hal tersebut ditunjukkan oleh mahasiswa dalam
pengelolaan kepribadian yang berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta
didik serta mempunyai kemampuan dalam mengembangkan diri.
Hasil deskripsi data tingkat pendidikan guru sebagian besar
berpendidikan D4 atau S1. Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan
yang dicapai oleh sesorang maka semakin tinggi tingkat pemahaman pada
bidang tertentu sesuai keahlian yang ditekuni. Tingkat pendidikan akan
mempengaruhi kualitas guru pamong tersebut dalam membimbing dan
menilai kompetensi pribadi mahasiswa praktikan. Guru pamong mempunyai
tingkat pemahaman berbeda-beda dilihat dari tingkat pendidikan sehingga
secara tidak langsung akan mempengaruhi cara pandang guru pamong
terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Perbedaan persepsi guru terhadap kompetensi pribadi jika ditinjau dari
tingkat pendidikan ini salah satunya adalah karena bagi guru yang tingkat
pendidikan terakhirnya masih D2 atau D3 ilmu yang mereka peroleh ini
berbeda dengan para guru yang sudah menyandang gelar S1. Guru pamong
berpendidikan tinggi lebih suka pada hal-hal yang baru, tidak monoton
cenderung memandang dirinya sudah baik dalam menjalankan profesinya
maka hal ini membuat penilaian pada mahasiswa praktikan disesuaikan
dengan kemampuan yang dimiliki. Hal inilah yang membuat guru pamong
berpersepsi positif karena mereka lebih menghargai hal-hal yang baru dari
mahasiswa praktikan dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu yang
diperoleh. Penilaian positif ini tampak pada pandangan yang baik terhadap
mahasiswa dalam berpakaian rapi, disiplin waktu akan tanggung jawab dan
tugasnya dalam sekolah, serta kemampuan mengembangkan diri dalam
kegiatan yang diselenggarakan sekolah.
Guru pamong berpendidikan rendah kebanyakan memberikan
penilaian negatif karena pemikirannya belum modern sehingga membuat beda
pendapat dengan mahasiswa praktikan, padahal praktikan ingin menciptakan
cara yang baru untuk berinteraksi dengan siswa dalam sekolah maupun di luar
sekolah. Perbedaaan persepsi antara guru berpendidikan tinggi dan rendah
yang dilihat dari pengetahuan yang diperoleh selama menjalani pendidikan.
Hal ini nampak pada kemampuan mahasiswa praktikan dalam menguasai
kompetensi pribadi yaitu kemampuan diri untuk memahami yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
jiwa pendidik, terbuka, mampu mengembangkan diri dan memiliki integritas
kepribadian serta penampilan rapi dalam berpakaian di nilai kurang baik
5. Perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial ditinjau dari
pengalaman membimbing
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, terdapat perbedaan persepsi
guru pamong terhadap kompetensi sosial ditinjau dari pengalaman
membimbing. Guru pamong yang sangat berpengalaman cenderung
mempunyai persepsi positif terhadap kompetensi sosial, terlihat dari
persentase guru sangat berpengalaman, dari 60 orang adalah 96,67% yang
berpersepsi positif adalah 96,67% lebih besar dibandingkan dengan guru
cukup berpengalaman, dari 20 orang 90% berpersepsi positif dan guru kurang
berpengalaman, dari 11 orang 72,73% berpersepsi positif. Hasil penelitian
menunjukkan harga Fhitung 3.757 lebih besar dari Ftabel 3,1013 maka Ho
ditolak. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan persepsi terhadap kompetensi
sosial antara guru pamong yang kurang, cukup dan sangat berpengalaman
dalam membimbing atau dapat dikatakan bahwa persepsi guru pamong tidak
sama antara guru yang kurang berpengalaman, cukup dan sangat
berpengalaman.
Hasil deskripsi data tentang persepsi guru pamong terhadap
kompetensi sosial mahasiswa ditinjau dari pengalaman membimbing secara
umum dikategorikan positif. Hal tersebut ditunjukkan oleh mahasiswa dalam
kemampuan berkomunikasi, bersikap terbuka terhadap segala kritik dan saran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
baik itu dari siswa, guru, karyawan di dalam sekolah dan menunjukkan sikap
ramah.
Berdasarkan hasil deskripsi data pengalaman membimbing guru
pamong sebagian besar sangat berpengalaman. Banyak orang bijak
mengatakan bahwa semakin banyak orang berjalan maka semakin banyak
yang diketahui dan pengalaman kitapun akan bertambah. Semakin lama
perjuangan kita maka semakin banyaklah hal yang kita pelajari dan tak akan
mengulangi kesalahan yang sama dari pendahulu kita. Semakin lama
pengalaman membimbing yang diperoleh guru pamong semakin luas
pengetahuannya pada bidang yang di tekuni maka keinginan untuk
mengembangkan kemampuan, kualitas dan keterampilan ternyata membuat
pandangan guru terhadap kompetensi sosial mahasiswa PPL berbeda pula.
Banyak sedikitnya pengalaman membimbing ternyata menentukan atau
menunjukkan kualitas guru pamong sehingga secara tidak langsung akan
mempengaruhi kualitas kemampuan mahasiswa praktikan itu sendiri. Hasil
penelitian di peroleh guru sangat berpengalaman dan cukup berpengalaman
paling banyak memiliki persepsi positif. Guru telah membimbing mahasiswa
praktikan memiliki pandangan yang luas dan memungkinkan seseorang untuk
lebih memahami dan menghargai perubahan yang terjadi. Sama halnya pada
mahasiswa praktikan dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Dan guru
pamong yang sangat berpengalaman menghargai perubahan tersebut nilai
yang positif terhadap kompetensi sosial mahasiswa praktikan. Penilaian positif
tersebut dalam hal kemampuan berkomunikasi, bersikap terbuka terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
segala kritik dan saran baik itu dari siswa, guru dan karyawan dalam sekolah
serta bersikap ramah dan sopan baik itu di luar sekolah maupun dalam
sekolah.
Berbeda pada guru yang kurang berpengalaman cenderung menilai
negatif, mereka terbatas pada pengalaman waktu itu saja dan belum dapat
membandingkan kemampuan mahasiswa praktikan dari tahun ke tahun. Guru
berpatokan pada dirinya sehingga kemampuan mahasiswa dibandingkan
dengan kemampuan diri pada guru pamong itu sendiri. Guru membandingkan
dirinya dengan mahasiswa praktikan dalam hal kemampuan berkomunikasi,
bersikap terbuka terhadap segala kritik dan saran baik itu dari siswa, guru dan
karyawan dalam sekolah serta bersikap ramah dan sopan baik itu di luar
sekolah maupun dalam sekolah.
6. Perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial ditinjau dari
tingkat pendidikan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, terdapat perbedaan persepsi
guru pamong terhadap kompetensi sosial ditinjau dari tingkat pendidikan.
Guru pamong yang berpendidikan tinggi cenderung mempunyai persepsi
positif terhadap kompetensi pribadi, terlihat dari persentase guru
berpendidikan tinggi, dari 62 orang yang berpersepsi positif adalah 96,77%
lebih besar dibandingkan dengan guru berpendidikan rendah dari 29 orang
82,76% berpersepsi positif. Hasil penelitian menunjukkan t hitung 3,329 lebih
besar dari t tabel 1,990 maka Ho ditolak Hal ini berarti bahwa ada perbedaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
persepsi terhadap kompetensi sosial antara guru pamong yang berpendidikan
tinggi dan rendah.
Hasil deskripsi data tentang persepsi guru pamong terhadap
kompetensi sosial mahasiswa ditinjau dari tingkat pendidikan secara umum
dikategorikan positif. Hal tersebut ditunjukkan oleh mahasiswa dalam
kemampuan berkomunikasi, bersikap terbuka terhadap segala kritik dan saran
baik itu dari siswa, guru maupun karyawan di dalam sekolah dan
menunjukkan sikap ramah serta sopan
Hasil deskripsi data tingkat pendidikan guru sebagian besar guru
berpendidikan D4 atau S1. Guru pamong mempunyai tingkat pemahaman
berbeda-beda dilihat dari tingkat pendidikan sehingga secara tidak langsung
akan mempengaruhi cara pandang guru pamong terhadap kompetensi sosial
pada mahasiswa praktikan. Sama halnya orang-orang sependapat bahwa
dengan semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai oleh seseorang maka
semakin luas wawasan serta pengetahuannya pada suatu bidang tertentu sesuai
dengan profesi yang ingin diraihnya. Selain itu, juga semakin tinggi tingkat
pendidikan guru maka guru tersebut akan semakin mempunyai keinginan yang
lebih tinggi untuk mengembangkan prestasi di sekolah seperti membuat karya
tulis, menulis buku, dan sebagainya. Guru dengan pendidikan S1 akan
meningkatkan kualitas pribadi sesuai pernyataan yang didukung oleh
penelitian dari Purnomo Setiadi Akbar (1998) yang menyatakan bahwa
reformasi dalam dunia pendidikan dimulai dari komponen guru dan semua
aspek pribadi guru, organisasi dan instansinya. Prioritas dimulai dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
komitmen jajaran pembinaan depdikbud dan stafnya untuk selalu memantau
dan membina guru-guru dengan berbagai aspeknya.
Guru yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi maupun
rendah berpandangan yang berbeda terhadap kompetensi sosial. Namun, hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada guru berpendidikan tinggi cenderung
berpandangan positif terhadap kompetensi sosial. Hal tersebut karena guru
merasa bahwa ilmu yang diterapkan mahasiswa lebih baik dari ilmu saat guru
pamong menjalani pendidikan. Sama halnya dalam membimbing mahasiswa
PPL guru pamong yang tingkat pendidikannya tinggi, wawasannya lebih luas
pada cara pandang dalam hal menilai mahasiswa praktikan. Hal ini nampak
pada kemampuan mahasiswa praktikan dalam menerapkan kompetensi sosial
yaitu mahasiswa praktikan mudah bergaul dengan lingkungan sekolah,
mampu bersikap ramah, sabar dan pengertian terhadap siswa, mampu
bekerjasama dengan guru-guru dan staf administrasi sekolah.
Perbedaan persepsi guru terhadap kompetensi sosial jika ditinjau
dari tingkat pendidikan ini salah satunya adalah karena bagi guru yang tingkat
pendidikan terakhirnya masih D2 atau D3 pengetahuan yang mereka peroleh
ini berbeda dengan para guru yang sudah menyandang gelar S1. Guru
pamong berpendidikan rendah cenderung menilai negatif karena
pemikirannya belum modern dan pengetahuan belum luas. Sehingga hal inilah
yang membuat adanya perbedaan pendapat dengan mahasiswa praktikan
sedangkan praktikan ingin menciptakan membuat metode yang baru.
Perbedaan persepsi antara guru berpendidikan tinggi dan rendah dilihat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
pengetahuan yang diperoleh selama menjalani pendidikan nampak pada
kemampuan mahasiswa praktikan dalam menguasai kemampuan
berkomunikasi, bersikap terbuka terhadap segala kritik dan saran baik itu dari
siswa, guru dan karyawan serta bersikap ramah dan sopan baik di luar
maupun di dalam sekolah.
7. Perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional ditinjau dari
pengalaman membimbing
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, terdapat perbedaan persepsi
guru pamong terhadap kompetensi profesional ditinjau dari pengalaman
membimbing. Guru yang sangat berpengalaman cenderung mempunyai
persepsi positif terhadap kompetensi sosial, terlihat dari persentase guru
sangat berpengalaman, dari 60 orang yang berpersepsi positif adalah 91,67%
lebih besar dibandingkan dengan guru cukup berpengalaman, dari 20 orang
70% berpersepsi positif dan guru kurang berpengalaman, dari 11 orang
63,64% berpersepsi positif. Hasil penelitian menunjukkan harga Fhitung 3,239
lebih besar dari Ftabel 3,1013 maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa ada
perbedaan persepsi terhadap kompetensi profesional antara guru pamong yang
kurang, cukup dan sangat berpengalaman dalam membimbing atau dapat
dikatakan bahwa persepsi guru pamong tidak sama antara guru yang kurang
berpengalaman, cukup dan sangat berpengalaman.
Hasil deskripsi data tentang persepsi guru pamong terhadap
kompetensi profesional mahasiswa ditinjau dari pengalaman membimbing
secara umum dikategorikan positif. Hal tersebut ditunjukkan oleh mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
praktikan yang mampu dalam memahami kurikulum, menjelaskan materi,
menguasai dan menyampaikan materi.
Berdasarkan hasil deskripsi data itu pula diketahui bahwa
sebagian besar guru pamong sangat berpengalaman. Semakin lama
pengalaman yang diperoleh seseorang semakin luas pengetahuannya pada
bidang yang di tekuni. Sama halnya pada guru pamong bahwa semakin lama
pengalaman membimbing praktikan semakin tinggi tuntutan guru pamong
pada praktikan dalam menerapkan kompetensi profesional di sekolah.
Disebutkan dalam www. Psikologi.ui.ac.id bahwa tenaga pengajar, guru besar,
dosen harus memiliki tingkat pendidikan yang tinggi serta pengalaman yang
luas agar dapat diterapkan untuk mahasiswa dalam mengalirkan ilmu
pengetahuan dengan metode mengajar yang paling mutakhir sehingga
mahasiswa dapat belajar melihat ide-ide baru dari sudut pandang psikologi,
memahami, mendiskusi, dan menuliskannya. Guru yang sangat, cukup
maupun kurang berpengalaman mempunyai pandangan yang berbeda terhadap
kompetensi profesional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya
guru sangat berpengalaman cenderung memandang positif kompetensi
profesional karena pengalaman yang didapat dari hasil belajar serta
pengalaman yang diperoleh selama membimbing lebih banyak maka guru
pamong akan lebih mampu menguasai pekerjaan. Guru yang sangat
berpengalaman dapat membandingkan kemampuan mahasiswa praktikan dari
tahun ke tahun sehingga dapat melihat perkembangan mahasiswa. Hal ini
terlihat pada mahasiswa dalam menerapkan kemampuannya menguasai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
materi, menjelaskan materi dengan bahasa yang baik dan benar, pemberian
ilustrasi serta pemberian contoh yang konkrit.
Berbeda pada guru yang kurang berpengalaman, guru yang kurang
berpengalaman mengetahui untuk waktu itu saja sehingga belum mengetahui
kualitas kemampuan mahasiswa praktikan dari tahun ke tahun. Maka guru
pamong kurang berpengalaman cenderung menilai negatif karena guru melihat
pada kemampuan profesional dalam dirinya, belum menyadari bahwa
mahasiswa praktikan baru belajar mengembangkan ilmu dan kemampuan
yang di peroleh. Penilaian negatif terlihat mahasiswa dalam menerapkan
kemampuan memberikan ilustrasi, menjelaskan materi pelajaran dan mampu
menjawab pertanyaan yang diajukan siswa.
8. Perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional ditinjau dari
tingkat pendidikan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, terdapat perbedaan persepsi
guru pamong terhadap kompetensi profesional ditinjau dari tingkat
pendidikan. Guru yang berpendidikan tinggi cenderung mempunyai persepsi
positif terhadap kompetensi pribadi, terlihat dari persentase guru
berpendidikan tinggi, dari 62 orang yang berpersepsi positif adalah 91,9%
lebih besar dibandingkan dengan guru berpendidikan rendah, dari 29 orang
65,5% berpersepsi positif. Hasil penelitian menunjukkan harga menunjukkan
t hitung 2,702 lebih besar dari t tabel 1,990 maka Ho ditolak. Hal ini berarti
bahwa ada perbedaan persepsi terhadap kompetensi profesional antara guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
pamong yang berpendidikan tinggi dan rendah. komponen kompetensi
profesional
Hasil deskripsi data tentang persepsi guru pamong terhadap
kompetensi profesional mahasiswa ditinjau dari tingkat pendidikan secara
umum dikategorikan positif. Hal tersebut ditunjukkan oleh mahasiswa
praktikan mampu dalam memahami kurikulum, menjelaskan materi,
menguasai dan menyampaikan materi.
Hasil deskripsi data tingkat pendidikan guru sebagian besar
berpendidikan D4 atau S1.Tingkat pendidikan terakhir guru pamong berbeda-
beda yang akan berpengaruh pada cara pandang dan penilaian pada
mahasiswa praktikan. Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan yang
dicapai oleh seseorang maka semakin tinggi tingkat pemahaman pada bidang
tertentu sesuai keahlian yang ditekuni. Tingkat pendidikan akan
mempengaruhi kualitas guru pamong tersebut dalam membimbing dan
menilai kompetensi profesional mahasiswa praktikan.
Sama halnya dalam artikel www. Sintang.go.id/social/default.asp?
topical 36-45k disebutkan bahwa kemajuan suatu bangsa hanya ditentukkan
oleh faktor penarik rakyatnya. Hal ini disebabkan semakin tinggi tingkat
pendidikan maka akan lebih mudah menerima dan mengembangkan
pengetahuan dan teknologi diharapkan dapat menjadi sumber daya yang
berperan dalam meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan
guru pamong maka akan mudah menerima kelemahan, kelebihan dan hal-hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
yang baru dari mahasiswa dalam menerapkan kompetensi profesional. Guru
yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi maupun yang rendah
mempunyai pandangan yang berbeda terhadap kompetensi pedagogik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa guru berpendidikan tinggi cenderung
memandang positif kompetensi pedagogik. Hal tersebut karena guru pamong
yang tingkat pendidikannya tinggi, pemikirannya lebih modern, wawasannya
lebih luas pada cara pandang dalam hal menilai mahasiswa praktikan.
Penilaian positif ini tampak pada pandangan yang baik pada mahasiswa dalam
kemampuannya menguasai materi, menjelaskan materi, dan menggunakan
bahan pengajaran yang tercantum dalam kurikulum sekolah.
Perbedaan persepsi guru terhadap kompetensi profesional ditinjau dari
tingkat pendidikan ini salah satunya adalah karena bagi guru yang tingkat
pendidikan terakhirnya masih D2 atau D3 ilmu yang mereka peroleh ini
berbeda dengan para guru yang sudah menyandang gelar S1. Guru pamong
berpendidikan tinggi tertarik pada hal-hal baru yang dilakukan oleh
mahasiswa praktikan dalam menerapkan kemampuannya memberikan dan
menjelaskan materi sesuai dengan ilmu yang praktikan peroleh untuk dapat
mengembangkan kemampuannya. Sedangkan dengan guru pamong yang
berpendidikan rendah cenderung menilai negatif karena pengetahuan mereka
sebatas pada ilmu yang diperoleh selama menjalani pendidikan maka
kecenderungan memandang dirinya sudah lebih baik daripada mahasiswa
praktikan yang dengan segala usaha di tempuh untuk mengembangkan ilmu
yang mereka peroleh selama kuliah. Hal ini nampak pada kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
mahasiswa praktikan dalam menguasai materi, menjawab pertanyaan yang
diajukan siswa serta memberikan ilustrasi untuk menjelaskan materi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada Bab IV, maka
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1 Ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi
pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing.
Hal ini didukung harga Fhitung = 3,470 lebih besar dari Ftabel = 3,101
pada taraf signifikasi (α =5%) atau = 0,05.
2 Ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi
pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan. Hal ini
didukung dengan harga t hitung =7,902 lebih besar dari t tabel =1,990
pada taraf signifikasi (α =5%) atau = 0,05.
3 Ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi
mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing. Hal ini
didukung harga Fhitung = 3.324 lebih besar dari Ftabel = 3,101 pada
taraf signifikasi (α =5%) atau = 0,05.
4 Ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi
ditinjau dari tingkat pendidikan. Hal ini di dukung harga t hitung
=3,202 lebih besar dari t αtabel =1,990 pada taraf signifikasi ( =5%)
atau = 0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
5 Ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial
ditinjau dari pengalaman membimbing. Hal ini di dukung harga
F =3.757 lebih besar dari Fhitung tabel = 3,1013 pada taraf signifikasi
(α =5%) atau = 0,05.
6 Ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial
ditinjau dari tingkat pendidikan. Hal ini di dukung harga t hitung
=3,329 lebih besar dari t αtabel =1,990 pada taraf signifikasi ( =5%)
atau = 0,05.
7 Ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi
professional ditinjau dari pengalaman membimbing. Hal ini di
dukung harga Fhitung = 3.239 lebih besar dari Ftabel = 3,1013 pada
taraf signifikasi (α =5%) atau = 0,05.
8 Ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi
professional ditinjau dari tingkat pendidikan. Hal ini di dukung
harga t =2,702 lebih besar dari t hitung tabel =1,990 pada taraf
signifikasi (α =5%) atau = 0,05.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan operasional maka dapat di ambil saran sebagai
berikut :
1. Bagi guru
a. Guru pamong menambah pengalamannya dengan mengembangkan
kemampuan, kualitas dan keterampilan melalui membaca buku,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
diskusi, kegiatan yang memberikan pelajaran berharga. Dalam usaha
mendapatkan suatu ketrampilan dibutuhkan pengulangan terhadap
apa yang dipelajari atau dikerjakan. Melalui kegiatan tersebut, guru
akan menemui hal-hal yang baru dan hal yang baru dipahami sebagai
suatu pengetahuan, berarti ia telah mendapatkan pengalaman baru.
b. Agar pengetahuan guru pamong tentang kompetensi mahasiswa PPL
bertambah perlu pembinaan di antaranya dengan mengikuti diklat,
seminar dan lokakarya.
2. Bagi Mahasiswa PPL
Mahasiswa PPL perlu mempertahankan persepsi positif yang diberikan
oleh guru pamong dengan cara mahasiswa harus berusaha
mempertahankan kompetensi yang di miliki selama ini dan kalau mungkin
ditingkatkan dengan membuka diri terhadap masukan dari guru pamong.
3. Para peneliti lain
Para peneliti lain dapat melakukan penelitian serupa dengan memperluas
area penelitian agar kesimpulan hasilnya lebih akurat.
C. Keterbatasan
1. Peneliti tidak dapat mengetahui kejujuran responden dalam menjawab
kuesioner. Apabila responden tidak menjawab dengan jujur , maka hasil
yang diperoleh dalam penelitian ini menjadi bias.
2. Keterbatasan waktu bersamaan dengan ujian akhir sekolah sehingga
beberapa sekolah menolak sebagai tempat penelitian yang mengakibatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
jumlah sampel berkurang maka penelitian tentang persepsi guru pamong
terhadap kompetensi mahasiswa PPL kurang representatif.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.1997. Prosedur Penelitian Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka cipta.
Emory, Cooper terjemahan dari Irwin, Richard. 1995. Metodologi Penelitian dan Bisnis. Jakarta: Erlangga
Gerungan,WA.1966. Psychology Social. Bandung: PT Eresco
Hamalik, Oemar.2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT Bumi Aksara
http: //www.sahe.Institute.Blogspot.Com/2005/01/pemberdayaan/memperdayai?
http://www.Upi.edu/org/abstrakthesis/ abstradpen 98. html. 65k
http://www. Suara Merdeka. Com/harian/0311/eko 5 html
http://www. Sinar Harapan co.id/ekonomi/mandiri/2004/1102/man 01.html
http://www.depdiknas.go.id Kajian Dikbud. No. 014. September 1998 hal 96-105
Irwanto.1988. Mengenal Psikologi. Jakarta : Arcan
Joni, Raka, dkk. 1981. Pedoman Pelaksanaan Pola Pembahruan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan di Indonesia Buku III tentang pelaksaanan Program Pengalaman Lapangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan dan Pengendalian Proyek-proyek Direktorat Jenderal Pendidikan.
Kuncoro, Mudrajad.2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga Nurhadi, Dr. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo
Prof.Dr.H.Djohar, MS. 2006. Guru Pendidikan dan Pembinannya (Penerapan dalam Pendidikan dan UU Guru). Yogyakarta: CV Grafika Indah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Rakhmat, Jaluddin. 1985. Psikologi Manusia. Bandung. CV Remaja Rosdakarya
Samana, Mpd. 1994. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius
Shalahuddin, Mahfudh. 1991. Pengantar Psikologi Umum. Surabaya: PT Bina Ilmu Offset
Suparno, Suyadi, Wardani. Panduan Program Pengalaman Lapangan. Editor I.
G.A.K. Wardani. Penilai: Syamsu Mappa dan MOh. Fakry Gaffar Sardiman AM. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV
Rajawali Sigit, Soehardi.2001. Pengantar Metodologi Penelitian sosial-bisnis-manajemen.
Yogyakarata: Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Siagian, Sondang P.1987. Pengembangan Sumber Daya Insani. Jakarta: Gunung
Agung Sugiyono. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Undang-undang RI no. 14 tahun 2005
Undang-undang RI no. 20 tahun 2003
Usman, Uzer. 1990. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Rosdakarya
Usman, Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Walgito, Bimo. 1994. Pengantar Psikologi Umum.. Yogyakarta: Andi Offset
Wirawan, Sarlito. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta: Grasindo
Winkel,ws.1986. Psikologi pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT Gramedia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN PENGUJIAN INSTRUMEN
T-Test PERSEPSI GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN Group Statistics tingkat pendidikan N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean
=tinggi 62 79.65 8.616 1.085 kompetensi pedagogis =rendah 29 65.54 5.783 1.093
=tinggi 62 9.46 1.501 .189 kompetensi sosial =rendah 29 8.57 .997 .188 =tinggi 62 9.68 1.721 .217 kompetensi pribadi =rendah 29 8.32 2.178 .412 =tinggi 62 18.76 2.804 .353 kompetensi profesi =rendah 29 17.07 2.638 .498
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Std. Error Difference
Lower Upper Equal variances assumed
2.920 .091 7.902 89 .000 14.12 1.786 10.566 17.665 kompetensi pedagogis
Equal variances not assumed
9.164 74.832 .000 14.12 1.540 11.046 17.184
kompetensi sosial Equal variances assumed
4.936 .029 2.861 89 .005 .89 .311 .272 1.506
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Equal variances not assumed
3.329 75.425 .001 .89 .267 .357 1.421
Equal variances assumed
1.835 .179 3.202 89 .002 1.36 .425 .516 2.206 kompetensi pribadi
Equal variances not assumed
2.925 42.632 .005 1.36 .465 .423 2.300
Equal variances assumed
1.028 .168 2.702 89 .008 1.69 .626 .447 2.934 kompetensi profesi
Equal variances not assumed
2.767 54.899 .008 1.69 .611 .466 2.915
ANOVA PERSEPSI GURU DITINJAU DARI PENGALAMAN MEMBIMBING
ANOVA kompetensi pedagogis Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 684.747 2 342.373 3.470 .035 Within Groups 8682.638 88 98.666 Total 9367.385 90 ANOVA kompetensi sosial Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 14.303 2 7.151 3.757 .027 Within Groups 167.521 88 1.904 Total 181.824 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANOVA kompetensi pribadi Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 24.420 2 12.210 3.324 .041 Within Groups 323.250 88 3.673 Total 347.670 90 ANOVA kompetensi profesi Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 50.093 2 25.047 3.239 .044 Within Groups 680.588 88 7.734 Total 730.681 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
KUESIONER
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Hal : pengisian Kuesioner Kepada Yth: Bapak/Ibu guru SMU/SMK Dengan hormat,
Saya adalah mahasiswa Program Pendidikan akuntansi, jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP, Universitas sanata Dharma. Saya bermaksud mengadakan kegiatan penelitian dengan judul “Persepsi Guru Pamong terhadap Kompetensi Mahasiswa PPL. Bagi saya penelitian ini merupakan kegiatan ilmiah dalam rangka penyusunan skripsi.
Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu Guru menjadi responden penelitian ini. Saya berharap bapak/Ibu Guru berkenan untuk menjawab keseluruhan pernyataan sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Sejalan dengan etika penelitian, saya akan menjamin kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu Guru dan memastikan bahwa jawaban bapak/Ibu Guru hanyalah semata-mata untuk mencapai tujuan penelitian ilmiah ini.
Saya menyadari bahwa pengisian kuesioner ini sedikit banyak menganggu aktivitas bapak/Ibu guru. Oleh sebab itu, saya mohon maaf sebelumnya.
Demikian permohonan saya,ata perhatian dan kerjasama, saya mengucapkan banyak terimakasih.
Yogyakarta, februari 2007 Hormat saya,
Epifania. P Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
KUESIONER
A. Identitas Responden (coret salah satu) 1. Tingkat Pendidikan : a. D2
b. D3 c. S1 d. S2
2. Jenis Kelamin: laki-laki/perempuan 3. Pengalaman membimbing mahasiswa praktikan:
a. < 3 kali b. 3-5 kali c. >5 kali
B. Petunjuk Pengisian Berikut ini di sajikan beberapa pernyataan sebagai persepsi guru pamong terhadap kompetensi mahasiswa PPL untuk menyatakan persepsi terhadap kompetensi, Bapak/Ibu dihadapkan pada pernyataan-pernyataan yang diikuti skala sebagai berikut:
1. SS = Sangat setuju 2. S = Setuju 3. TS = Tidak Setuju 4. STS = Sangat Tdak Setuju
Pilihlah salah satu pilihan tersebut di bawah ini dengan cara membubuhkan tanda X pada kolom pilihan yang sesuai dengan pendapat bapak/Ibu sendiri dalam hal ini tak ada jawaban yang dianggap salah.
Pernyataan-pernyataan berkaitan dengan Kompetensi Pedagogik
No. Pernyataan Pendapat
1. Dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, mahasiswa praktikan menggunakan metode mengajar secara bervariasi yang sesuai dengan materi pelajaran
SS S TS STS
2. Mahasiswa praktikan menggunakan variasi mengajar dalam proses pembelajaran
SS S TS STS
3. Mahasiswa praktikan tidak mengadakan tes di akhir pelajaran
SS S TS STS
4. Setiap akan mengajar mahasiswa praktikan menyusun rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam menyampaikan materi pelajaran
SS S TS STS
5. Dalam proses pembelajaran mahasiswa praktikan menyebutkan buku lain selain buku wajib
SS S TS STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
6. Dalam berbagai kesempatan mengajar mahasiswa praktikan berusaha untuk memahami perbedaan individu siswa terutama perbedaan kemampuan dan sikap
SS S TS STS
7. Mahasiswa praktikan terbuka terhadap pendapat siswa
SS S TS STS
8. Mahasiswa praktikan bertanggung jawab atas pelaksanaan proses belajar siswa
SS S TS STS
9. Mahasiswa praktikan tidak menegur siswa yang mulai menunjukkan tanda-tanda tidak terlibat dan mulai menimbulkan gangguan di kelas
SS S TS STS
10. Mahasiswa praktikan mengatur posisi duduk siswa secara bergiliran misalnya di depan ke belakang atau sebaliknya
SS S TS STS
11. Mahasiswa praktikan mampu mengarahkan dan menghentikkan tingkah laku siswa yang kurang baik ke hal yang baik
SS S TS STS
12. Mahasiswa praktikan mengatasi gangguan pada saat proses pembelajaran
SS S TS STS
13. Mahasiswa praktikan mampu menarik perhatian siswa pada materi pelajaran
SS S TS STS
14. Mahasiswa praktikan membuat peraturan bersama SS S TS STS
15. Mahasiswa praktikan senantiasa tidak memberikan sanksi kepada siswa yang melanggar peraturan bersama
SS S TS STS
16. Dalam menyampaikan materi mahasiswa praktikan memanfaatkan media mengajar yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran
SS S TS STS
17. Mahasiswa praktikan bersama-sama dengan siswa menciptakan alat bantu pelajaran
SS S TS STS
18. Mahasiswa praktikan tidak pernah datang ke perpustakaan
SS S TS STS
19. Mahasiswa praktikan berinteraksi antara guru pamong dengan seluruh siswa
SS S TS STS
20. Mahasiswa praktikan memberikan hadiah/pujian kepada siswa yang berprestasi
SS S TS STS
21. Setelah siswa selesai mengerjakan tugas dengan baik, mahasiswa praktikan memberikan penghargaan baik dengan pujian ataupun sikap seperti acungan jempol
SS S TS STS
22. Mahasiswa praktikan mampu memberikan petunjuk dan penjelasan berkaitan dengan isi pelajaran
SS S TS STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
23. Mahasiswa praktikan memberikan respon langsung terhadap jawaban siswa dengan kata “benar-salah”
SS S TS STS
24. Ekspresi mahasiswa praktikan dalam mengajar baik SS S TS STS
25. Dalam menangani anak bermaslah mahasiswa praktikan menjalin kerjasama dengan petugas Bimbingan Konseling
SS S TS STS
26. Adanya petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Tata Usaha untuk membantu praktikan dalam membuat administrasi sekolah
SS S TS STS
Pernyataan-pernyataan berkaitan dengan kompetensi Pribadi
No. Pernyataan Pendapat
1. Mahasiswa praktikan berpenampilan rapi di dalam maupun luar kelas
SS S TS STS
2. Mahasiswa praktikandatang mengajar tidak tepat waktunya
SS S TS STS
3. Untuk mengembangkan diri maka mahasiswa praktikan mempelajari hal-hal baru yang berkaitan dengan bidangnya
SS S TS STS
Pernyataan-pernyataan berkaitan dengan kompetensi Sosial
No. Pernyataan Pendapat
1. Mahasiswa praktikan mudah bergaul dengan lingkungan sekolah
SS S TS STS
2. Mahasiswa praktikan mampu bersikap ramah, sabar dan pengertian terhadap siswa
SS S TS STS
3. Mahasiswa praktikan mampu bekerjasama dengan guru-guru dan staf administrasi sekolah
SS S TS STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Pernyataan-pernyataan berkaitan dengan Kompetensi Profesional
No. Pernyataan Pendapat
1. Mahasiswa praktikan menggunakan bahan pengajaran yang tercantum dalam kurikulum sekolah
SS S TS STS
2. Mahasiswa praktikan tidak menjelaskan materi dengan bahasa baik dan benar
SS S TS STS
3. Setiap pertanyaan yang diajukan siswa, dapat dijawab dengan baik dan benar oleh mahasiswa praktikan
SS S TS STS
4. Mahasiswa praktikan menguasai materi yang akan diajarkan
SS S TS STS
5. Penjelasan yang disampaikan mahasiswa praktikan disertai pemberian ilustrasi/ contoh konkrit
SS S TS STS
6. Setelah selesai menyampaikan materi mahasiswa praktikan menanyakan siswa tentang materi-materi yang belum dipahami
SS S TS STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PENGUJIAN NORMALITAS
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum TPrendah 29 115.41 12.707 90 137 TPtinggi 62 110.31 14.320 90 144 PMKB 11 111.18 15.549 90 137 PMCB 20 108.25 10.487 90 125 PMSB 60 113.30 14.642 90 144
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
TPrendah TPtinggi PMKB PMCB PMSBN 29 62 11 20 60
Normal Parameters(a,b) Mean 115.41 110.31 111.18 108.25 113.30
Std. Deviation 12.707 14.320 15.549 10.487 14.642
Most Extreme Differences
Absolute .153 .114 .191 .147 .102
Positive .099 .114 .183 .147 .102 Negative -.153 -.078 -.191 -.125 -.093Kolmogorov-Smirnov Z .822 .897 .632 .656 .792Asymp. Sig. (2-tailed) .509 .397 .819 .782 .557
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data untuk Uji Validitas dan Realibilitas Guru SMK Putra tama
No. resp Butir Pertanyaan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
1 3 4 1 4 4 4 3 3 1 3 3 3 4 3 1 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 1 4 4 4 3 3 1 22 4 4 2 4 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 2 4 3 3 3 4 2 33 3 4 1 3 3 4 3 3 1 3 3 4 4 3 1 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 1 3 3 4 3 3 1 34 4 4 1 4 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 1 4 3 3 3 4 2 35 3 4 2 3 3 4 3 3 1 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 1 36 4 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 2 37 3 4 2 4 3 4 3 3 1 3 3 3 3 3 1 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 2 4 3 4 3 3 1 38 4 3 2 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 1 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 2 4 3 3 3 4 2 39 3 4 2 3 4 4 3 3 1 4 4 3 3 3 1 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 4 4 3 3 1 4
10 4 3 2 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 1 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 2 3 3 3 4 4 2 311 4 4 2 4 3 4 4 3 2 4 4 3 4 4 1 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 2 4 3 4 4 3 2 412 4 3 2 3 3 3 3 4 1 3 3 3 3 4 1 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 1 313 3 3 1 4 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 1 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 1 4 4 4 4 3 2 414 3 3 1 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 1 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 1 4 3 3 3 3 2 315 4 3 1 4 3 3 4 4 1 3 4 3 3 4 1 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 1 4 3 3 4 4 1 316 3 4 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 417 4 4 2 3 3 4 4 3 1 3 4 3 4 4 1 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 2 3 3 4 4 3 1 318 3 3 2 3 3 4 3 4 2 4 3 3 4 4 2 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 2 419 3 4 2 3 4 4 4 3 1 4 4 3 3 4 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 4 4 4 3 1 420 3 3 2 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 4 2 421 4 4 1 4 3 3 4 3 2 4 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 1 4 3 3 4 3 2 422 4 3 1 3 4 4 3 4 2 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 1 3 4 4 3 4 2 423 3 4 1 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 2 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 1 4 3 3 4 3 2 324 3 3 1 3 3 4 3 4 2 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 1 3 3 4 3 4 2 325 3 4 1 3 4 3 4 3 2 3 4 4 3 3 1 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 1 3 4 3 4 3 2 326 3 3 2 4 3 4 3 4 2 3 4 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 3 4 2 327 4 4 1 3 4 3 3 3 2 4 4 4 3 3 1 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 1 3 4 3 3 3 2 428 4 3 2 4 3 4 3 4 1 3 3 4 4 3 1 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 2 4 3 4 3 4 1 329 4 4 2 4 4 3 4 3 1 4 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 2 4 4 3 4 3 1 430 4 3 1 3 3 4 4 4 1 3 3 4 4 4 1 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 1 3 3 4 4 4 1 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37 38 jml3 3 1173 3 1234 2 1183 4 1243 4 1203 4 1243 3 1223 3 1294 3 1293 3 1294 3 1383 3 1274 4 1363 4 1284 3 1333 3 1334 3 1383 3 1384 3 1433 3 1403 3 1423 3 1423 3 1433 4 1404 4 1444 4 1484 4 1503 4 1493 4 1553 4 149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel t uji dua pihak TABEL r dfdk 0.05 1 Tail 0.05 1
1 12.706 1 0.929 22 4.303 2 0.07 33 3.182 3 0.663 44 2.776 4 0.59 55 2.571 5 0.536 66 2.447 6 0.495 77 2.365 7 0.462 88 2.306 8 0.434 99 2.262 9 0.411 10
10 2.228 10 0.392 1111 2.201 11 0.375 1212 2.178 12 0.36 1313 2.16 13 0.346 1414 2.145 14 0.334 1515 2.132 15 0.323 1616 2.12 16 0.31 1717 2.11 17 0.305 1818 2.101 18 0.296 1919 2.093 19 0.289 2020 2.086 20 0.282 2121 2.08 21 0.275 2222 2.074 22 0.269 2323 2.069 23 0.263 2424 2.064 24 0.258 2525 2.06 25 0.253 2626 2.056 26 0.248 2727 2.052 27 0.244 2828 2.048 28 0.239 2929 2.045 29 0.235 3030 2.042 30 0.231 3140 2.021 3260 2 33
120 1.98 343536373839404142434445
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4647484950
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1 2 df 1 2161.4476 199.5 51 4.0304 3.178818.5128 19 52 4.0266 3.175110.128 9.5521 53 4.023 3.17167.7086 6.9443 54 4.0195 3.16826.6079 5.7861 55 4.0162 3.1655.9874 5.1433 56 4.013 3.16195.5914 4.7374 57 4.0099 3.15885.3177 4.459 58 4.0069 3.15595.1174 4.2565 59 4.004 3.15314.9646 4.1028 60 4.0012 3.15044.8443 3.9823 61 3.9985 3.14784.7472 3.8853 62 3.9959 3.14534.6672 3.8056 63 3.9934 3.14284.6001 3.7389 64 3.9909 3.14044.5431 3.6823 65 3.9886 3.13814.494 3.6337 66 3.9863 3.1359
4.4513 3.5915 67 3.984 3.13384.4139 3.5546 68 3.9819 3.13174.3807 3.5219 69 3.9798 3.12964.3512 3.4928 70 3.9778 3.12774.3248 3.4668 71 3.9758 3.12584.3009 3.4434 72 3.9739 3.12394.2793 3.4221 73 3.972 3.12214.2597 3.4028 74 3.9702 3.12034.2417 3.3852 75 3.9685 3.11864.2252 3.369 76 3.9668 3.117
4.21 3.3541 77 3.9651 3.11544.196 3.3404 78 3.9635 3.11384.183 3.3277 79 3.9619 3.1123
4.1709 3.3158 80 3.9604 3.11084.1596 3.3048 81 3.9589 3.10934.1491 3.2945 82 3.9574 3.10794.1393 3.2849 83 3.956 3.1065
4.13 3.2759 84 3.9546 3.10524.1213 3.2674 85 3.9532 3.10384.1132 3.2594 86 3.9519 3.10264.1055 3.2519 87 3.9506 3.10134.0982 3.2448 88 3.9493 3.10014.0913 3.2381 89 3.9481 3.09894.0847 3.2317 90 3.9469 3.09774.0785 3.2257 91 3.9457 3.09664.0727 3.21994.067 3.2145
4.0617 3.20934.0566 3.2043
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.0517 3.19964.0471 3.19514.0427 3.19074.0384 3.18664.0343 3.1826
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN SURAT IZIN DAN SURAT KETERANGAN PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended