View
231
Download
5
Category
Preview:
Citation preview
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 1
http://antologi.upi.edu/main/antologi/B035
PETA MENTAL NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA SISWA SMA SEKOLAH INDONESIA SINGAPURA
Oleh :
A. Sivyani, E. Ningrum *), Nandi *)
Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia
annisasivyani@gmail.com , eponningrum@upi.edu , nandi@upi.edu
ABSTRAK
Peta mental merupakan proses yang memungkinkan seseorang mengumpulkan,
mengorganisasikan, menyimpan dalam ingatan, memanggil, dan menguraikan kembali
informasi mengenai lokasi relatif serta tanda-tanda mengenai lingkungan geografis. Peta
mental sangat erat kaitannya dengan ilmu geografi dan kartografi. Pembelajaran geografi
membantu meningkatkan peta mental dan pengetahuan serta rasa cinta tanah air pada siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peta mental Negara Kesatuan Republik
Indonesia pada siswa SMA Sekolah Indonesia Singapura dan rasa cinta tanah air. Penelitian
dilaksanakan di Sekolah Indonesia Singapura. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dan metode yang digunakan adalah metode survey dengan variabel penelitian peta mental dan
cinta tanah air. Data dikumpulkan melalui angket, studi dokumentasi, dan studi pustaka.
Populasi penelitian meliputi seluruh siswa SMA Sekolah Indonesia Singapura dengan jumlah
sampel 37 orang, penentuan sampel menggunakan sampel jenuh. Analisis data menggunakan
analisis presentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMA Sekolah
Indonesia memiliki peta mental Negara Kesatuan Republik Indonesia dan rasa cinta tanah air
yang termasuk dalam kriteria tinggi.
Kata kunci: peta mental, rasa cinta tanah air, Negara Kesatuan Republik Indonesia
ABSTRACT
Mental map is an action or process where someone is colleting, organizing,
memorizing, calling and even distributing the processed information about relative location as
well as the sign of geographic environtment. Mental map is one of the part Geography and
Cartography. By learning geography, we can develop and enhance the knowledge of mental
map, as in the research, it intended to gain the feeling of nasionalism and patriotism. This
particular research which has been done by the students of Sekolah Indonesia Singapura is
aimed to analyze the actual knowledge in mental mapping The Republic of Indonesia as in how
strong is their feeling of nasionalism and patriotism and most importantly. The research was
conducted in Sekolah Indonesia Singapra and survey was the method that used in the research
with mental map and nasionalism variable. Data collected by questionnaire, documentation
review and literature review. The population of the research consists of all the students of the
Senior High School in Sekolah Indonesia Singapura with the total sample of 37 students, the
sampling method was saturated sample. In data anaysis, precentage graphic is preferred to
show the result. Based on the result, almost all of the students has their own mental map. Their
feeling of nasionalism and patriotism towards their country are counted as really huge criteria.
The result shows that although they are living in overseas, their ability of mental map their
country is as great as honour.
Keywords: mental map, patriotism, nasionalism, the Republic of Indonesia
*) Dosen pembimbing
2 | Sivyani, dkk
Peta Mental Negara Kesatuan Republik Indonesia Siswa SMA Sekolah Indonesia Singapura
http://antologi.upi.edu/main/antologi/B035
PENDAHULUAN
Globalisasi merupakan fenomena
global yang mempengaruhi seluruh aspek
baik dari aspek pendidikan, budaya, sosial,
ekonomi, maupun politik. Adanya
globalisasi mempermudah informasi yang
ada untuk diketahui langsung oleh semua
orang yang ada di dunia secara bersamaan.
Adapun menurut Appelbaum dan
Robinson, 2015 hlm. 125 dalam Theory of
Globalization (Nurfauziah, 2015) sebagai
berikut:
“Globalization is reshaping how we
have traditionally gone about studying the
social world and human culture and field of
globalization studies is now emerging
across the disiplines.”
Faktanya, globalisasi telah menyisakan
banyak permasalahan keruangan yang
kompleks, diantaranya adalah gesekan
budaya global dengan budaya lokal,
kesenjangan ekonomi global dan
peningkatan kerusakan lingkungan
(Harmantyo, 2006).
Pengaruh globalisasi dalam pendidikan
sangat mempengaruhi kemajuan dalam
dunia pendidikan, sehingga siswa dituntut
untuk bisa bersaing dalam pendidikan
secara global agar bisa berkembang sesuai
dengan kebutuhan zaman dan teknologi.
Oleh karena itu, pendidikan sangat
berpengaruh dalam meningkatkan kualitas
individu agar dapat bersaing di dunia dalam
berbagai aspek.
Peta mental (mental map) merupakan
cara mengekspresikan persepsi individu
terhadap lingkungannya yang dapat
ditafsirkan dan dianalisis sehingga dengan
peta mental dapat digambarkan kegiatan
dan perilaku individu dalam konteks
keruangan dan kelingkungan tertentu
(Abdurachman dalam Nurfauziah, 1988).
Secara sederhana peta mental atau
mental map atau cognitive map dapat
diartikan sebagai sudut pandang atau
perspektif manusia terhadap suatu tempat,
sehingga bersifat subjektif dan tidak
memenuhi kaidah-kaidah kartografik
dalam visualisasinya (umumnya berupa
sketsa).
Banyak Warga Negara Indonesia yang
tinggal bahkan menetap di Singapura
dikarenakan pekerjaan atau WNI yang
menikah dengan warga negara Singapura
sehingga banyak anak-anak yang sekolah di
Singapura baik di Sekolah Indonesia
maupun di sekolah lokal milik negara
Singapura. Sekolah Indonesia Luar Negeri
yang terdapat di Singapura adalah Sekolah
Indonesia Singapura yang berada dalam
tanggungjawab Kedutaan Besar Republik
Indonesia (KBRI) Singapura. Sekolah
Indonesia Singapura merupakan satu-
satunya sekolah milik pemerintah
Indonesia yang ada di Singapura. Sekolah
Indonesia Singapura sama halnya dengan
sekolah-sekolah yang ada di Indonesia
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 3
http://antologi.upi.edu/main/antologi/B035
karena sekolah ini memakai kurikulum
yang sama seperti sekolah yang ada di
Indonesia. Upaya meningkatkan
nasionalisme siswa di sekolah ini salah
satunya wajib menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam
pelajaran di kelas.
Nasionalisme penting untuk mencapai
negara berkembang, nasionalisme
ditumbuhkan untuk menjadi kepribadian
dalam diri individu. Perkembangan
nasionalisme dalam organisasi dan
masyarakat melalui lembaga pendidikan
yang turut serta dalam kontribusi
nasionalisme, misalnya proses
pembelajaran, pembiasaan, dan materi
pembelajaran.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan menggunakan metode
survey. Metode survey adalah suatu bentuk
metode penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan sejumlah besar data berupa
variabel, unit, atau individu dalam waktu
bersamaan (Tika, 2005). Adapun
pendekatan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa SMA Sekolah Indonesia
Singapura yang berjumlah 37 siswa.
Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sampel jenuh. Sampel jenuh
adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota digunakan sebagai sampel
(Sugiyono, 2013). Sampel dalam penelitian
ini adalah siswa aktif SMA Sekolah
Indonesia Singapura, yaitu 37 siswa dengan
responden seluruh siswa SMA Sekolah
Indonesia Singapura.
Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah studi
pustaka, studi dokumentasi, dan angket.
Adapun analisis data pada penelitian ini
menggunakan analisis presentase.
Salah satu tujuan dari kurikulum mata
pelajaran Geografi tersebut adalah untuk
menampilkan dan menumbuhkan perilaku
cinta tanah air terhadap siswa. Berdasarkan
studi lapangan yang dilakukan penulis pada
siswa SMA di Sekolah Indonesia
Singapura, siswa banyak yang tidak
mengenal bahkan tidak mengetahui batas-
batas wilayah negara Indonesia, letak-letak
provinsi, dan pengetahuan tentang Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Ini
dikarenakan peta mental siswa yang kurang
akan pengetahuan tentang negara Indonesia
dan kondisi siswa menunjukkan peta
mental yang kurang. Pentingnya
memahami dan mengetahui peta Negara
Kesatuan Republik Indonesia bagi siswa,
hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk
melakukan penelitian ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Peta Mental Negara Kesatuan
Republik Indonesia
4 | Sivyani, dkk
Peta Mental Negara Kesatuan Republik Indonesia Siswa SMA Sekolah Indonesia Singapura
http://antologi.upi.edu/main/antologi/B035
Hasil penelitian berdasarkan indikator
peta mental, yaitu anchor, connectivity,
direction, sequence, dan boundaries adalah
sebagai berikut:
1. Anchor
Data hasil penelitian dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1. Presentase Peta Mental pada Indikator Anchor
No Pertanyaan Indikator Anchor
Jawaban
Benar
Jawaban
Salah Total
F % f % f %
1 Objek Borobudur, Lawang Sewu, Karimunjawa 28 76 9 24 37 100
2 Objek Pantai Losari, Rumah adat Toraja, Masjid Amirul
Mukminin 22 59 15 41 37 100
4 Objek Fauna Bekantan 14 38 23 62 37 100
5 Objek Tugu Sura dan Baya 34 92 3 8 37 100
Jumlah 98 - 50 - 148 -
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Hasil penelitian untuk indikator anchor
menurut kriteria presentase nilai
berdasarkan pendapat Sudiyono dalam
Tarakavita (2013) adalah tinggi yaitu
dengan rata-rata presentase 66% atau
sebagian besar responden dapat menjawab
dengan benar menurut Arikunto (2005,
hlm. 57). Sedangkan berdasarkan jenis
kelamin untuk indikator anchor responden
perempuan lebih tinggi rata-rata presentase
dibandingkan responden laki-laki, yaitu
75% atau hampir seluruhnya dapat
menjawab dengan benar dan untuk
responden laki-laki rata-rata presentasenya
adalah 60% atau sebagian besar responden
yang menjawab dengan benar. Hasil ini
membuktikan bahwa objek/situs kunci
yang dijadikan anchor (patokan) memiliki
fungsi penting disekitanya (Golledge,
Reginald, dkk. 2007). Selain itu,
berdasarkan tingkatan kelas hasil
penelitian peta mental indikator anchor
menunjukkan bahwa siswa kelas X lebih
tinggi dibandingkan kelas XI dan kelas XII
ini dibuktikan oleh rata-rata prersentase
kelas X adalah 77,5% atau hampir
seluruhnya menjawab dengan benar.
Sedangkan untuk kelas XI rata-rata
presentasenya cukup, yaitu 57% atau
sebagian besar siswa menjawab dengan
benar dan untuk kelas XII rata-rata
presentasenya adalah 71% atau sebagian
besar juga siswa dapat menjawab dengan
benar.
2. Connectivity
Biasanya connectivity dalam peta
mental divisualisasikan sebagai garis yang
menghubungkan antara suatu
objek/situs/titik dengan objek/situs/titik
lainnya. Hasil penelitian dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2. Presentase Peta Mental pada
Indikator Connectivity
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 5
http://antologi.upi.edu/main/antologi/B035
No
Pertanyaan
Indikator
Connectivity
Jawaban
Benar
Jawaban
Salah Total
f % f % f %
7 Jalur Wisata
Yogyakarta-
Penyu Bay
18 49 19 51 37 10
0
10
Jalur
Commuter
Line
Jabodetabek
12 32 25 68 37 10
0
Jumlah 30 - 44 - 74 -
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Indikator conectivity memperoleh kriteri
cukup dengan hasil rata-rata presentase
keseluruhan adalah 41% atau hampir
setengahnya responden dapat menjawab
dengan benar sedangkan 59% atau sebagian
besar responden menjawab salah. Ini
menunjukkan bahwa jalur yang digunakan
manusia ataupun kendaraan dalam
melakukan pergerakan dari satu titik ke titik
yang dituju (Purwanto, 2001). Siswa
mengalami kesulitan dalam menentukan
dan memahami coneectivity (jalur) yang
terdapat pada soal dan kemampuan peta
mental siswa kurang dalam hal
connectivity. Data hasil berdasarkan jenis
kelamin menunjukkan bahwa kemampuan
responden laki-laki dalam menghubungkan
objek/situs/titik relatif lebih baik
dibandingkan responden perempuan, yaitu
dengan rata-rata presentase 40% atau cukup
sedangkan perempuan dengan rata-rata
presentase 35,5% atau rendah. Berdasarkan
kelas, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa conectivity kelas XII lebih unggul
dibandingkan dengan kelas XI dan kelas X,
yaitu dengan rata-rata presentase 53,75%
atau sebagian besar responden dapat
menjawab dengan benar.
3. Direction
Berikut ini tabel presentase pada
indikator direction:
Tabel 3. Presentase Peta Mental pada
Indikator Direction
No Pertanyaan
Indikator
Direction
Jawaban
Benar
Jawaban
Salah
Total
F % f % f %
6 Arah Selatan
Pulau
Maluku
21 57 16 43 37 100
8 Wilayah
Timur
Indonesia
23 62 14 38 37 100
Jumlah 44 - 30 - 74 100
Sumber: Hasil Penelitian 2016
Berdasarkan indikator direction, hasil
penelitian keseluruhan menunjukkan
bahwa kemampuan peta mental responden
dalam menentukan arah cukup baik, yaitu
dengan rata-rata presentase 59% atau
sebagian besar responden dapat menjawab
dengan benar arah yang dimaksud. Hasil
berdasarkan jenis kelamin menunjukkan
bahwa kemampuan menetukan arah siswa
laki-laki lebih baik daripada siswa
perempuan dengan rata-rata presentase
laki-laki 67,5% atau sebagian besar
sedangkan rata-rata presentase perempuan
50% atau setengahnya. Berdasarkan
tingkatan kelas, direction siswa kelas X
lebih unggul dibandingkan dengan siswa
6 | Sivyani, dkk
Peta Mental Negara Kesatuan Republik Indonesia Siswa SMA Sekolah Indonesia Singapura
http://antologi.upi.edu/main/antologi/B035
kelas XI dan kelas XII. Hasil ini
menunjukkan bahwa penggunaan arah
mata angin sebagai petunjuk arah merujuk
penggunaan arah kardinal sebagaimana
pendapat Brunyé dan Taylor (2008) dapat
dipahami sebagian besar responden siswa
SMA Sekolah Indonesia Singapura.
4. Sequence
Sequence sebagai sebuah indikator
dimaksudkan untuk menetukan akurasi dari
peta mental seseorang. Sequence dapat pula
dikatakan sebagai akumulasi dari
kemampuan mengidenifikasi objek-objek
(anchor), menghubungkan dengan objek
disekitarnya (connectivity), kemudian
memposisikan objek-objek tersebut secara
proporsional berdasarkan arah (direction),
dan batas dari kenampakan fenomena yang
membentuk area pada peta (boundaries).
Selain itu, sequence berkaitan dengan
kesesuaian letak dan posisi objek-objek
yang ada pada peta mental dengan kondisi
sebenarnya. Hasil penelitian dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Presentase Peta Mental pada
Indikator Sequence
No
Pertanyaan
Indikator
Sequence
Jawaban
Benar
Jawaban
Salah Total
F % f % f %
5
Posisi Tugu
Sura dan
Baya
34 92 3 8 37 100
9 Posisi Pulau
Komodo 28 76 9 24 37 100
Jumlah 62 - 12 - 74 -
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Mengenai indikator sequence, kemampuan
menentukan posisi objek/tempat siswa
SMA Sekolah Indonesia Singapura
berdasarkan hasil penelitian ini telah
mampu menentukan posisi atau letak suatu
objek/tempat yang ada di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sesuai antara
yang nampak dalam peta mental dengan
kondisi sebenarnya (Golledge dan Gärling.
(2002), Nishimoto. 2012). Hasil penelitian
rata-rata presentasenya tinggi adalah 84%
atau hampir seluruh responden dapat
menjawab. Sedangkan berdasarkan jenis
kelamin responden perempuan lebih unggul
dibandingkan responden laki-laki dan
berdasarkan tingkatan kelas, siswa kelas X
lebih unggul dibandingkan siswa kelas XI
dan kelass XII.
5. Boundaries
Hasil penelitian pada indikator
boundaries dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Presentase Peta Mental pada Indikator Boundaries
No Pertanyaan Indikator Boundaries
Jawaban
Benar
Jawaban
Salah Total
F % f % f %
3 Provinsi yang berbatasan langsung Samudera Hindia 22 59 15 41 37 100
8 Batas wilayah paling timur Indonesia 23 62 14 38 37 100
Jumlah 45 - 29 - 74 -
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 7
http://antologi.upi.edu/main/antologi/B035
Boundaries merupakan indikator peta
mental yang memiliki peranan penting
karena dengan menentukan batas ruang
pengamatan akan menciptakan peta mental
yang utuh sebagai manifestasi dari sebuah
wilayah/region. Menurut Gollegde dan
Gärling (2002), dalam peta mental bats
wilayah tidak selalu ditunjukkan oleh garis
batas namun juga objek berada diluar
wilayah yang diacu. Berdasarkan hasil
penelitian ini rata-rata presentase
boundaries tinggi adalah 61% atau
sebagian besar responden dapat menjawab
dengan benar. Sedangkan berdasarkan
jenis kelamin laki-laki lebih baik daripada
perempuan dan berdasarkan tingkatan
kelas, kelas X lebih baik dibandingkan
kelas XI dan kelas XII.
Data hasil penelitian keseluruhan peta
mental menggunakan instrumen angket
yang diberikan kepada seluruh siswa SMA
Sekolah Indonesia Singapura dengan
jumlah 37 responden dengan proporsi 22
responden siswa laki-laki dan 15
responden perempuan, menunjukkan
bahwa rata-rata respomden mampu
menjawab dengan benar 62% dari 10 soal
peta mental yang ada dalam angket
sehingga masuk dalam kriteria tinggi
sebagaimana ditunjukkan oleh tabel 3.5
(Sudiyono dalam Tarakavita, 2013).
Hal ini menunjukkan bahwa siswa
SMA Sekolah Indonesia Singapura
memiliki peta mental Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang baik namun
belum optimal. Dengan demikian, potensi
peta mental NKRI siswa SMA Sekolah
Indonesia Singapura akan berkembang
menjadi lebih optimal jika dikembangkan
melalui pembelajaran geografi baik yang
ada disekolah maupun pengetahuan mereka
terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang dapat diasah melalui
pembelajarn dan melalui pengetahuan
diluar sekolah. Responden yang mampu
menjawab 10 butir soal instrumen angket
peta mental berdasarkan proporsi butir soal
setiap indikator dapat dilihat pada diagram
batang berikut ini:
Gambar 1. Presentase Setiap Indikator
Peta Mental
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Adapun kontribusi presentase rata-
rata responden dari setiap indikator peta
mental terhadap jumlah responden yang
menjawab benar soal instrumen angket
berdasarkan variabel peta mental dapat
dilihat pada diagram lingkaran berikut ini:
66%
41%59%
84%
60,5%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Presentase Setiap Indikator Peta Mental
8 | Sivyani, dkk
Peta Mental Negara Kesatuan Republik Indonesia Siswa SMA Sekolah Indonesia Singapura
http://antologi.upi.edu/main/antologi/B035
Gambar 2. Presentase Kontribusi
Responden Indikator Peta Mental
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
2. Rasa Cinta Tanah Air
Hasil penelitian sikap cinta tanah air
menggunakan instrumen angket yang
diberikan kepada 37 responden dengan
proporsi 22 responden laki-laki dan 15
responden perempuan menunjukkan bahwa
rata-rata responden mampu menjawab
dengan benar 65% dari 15 soal instrumen
cinta tanah air yang diujikan sehingga
masuk dalam kriteria tinggi. Sedangkan
dari 37 responden, rata-rata 66% responden
mampu menjawab dengan benar semua
soal yang diajukan atau yang dianggap
memiliki pengetahuan yang baik tentang
NKRI dan memiliki cinta tanah air yang
baik. Adapun hasil penelitian berdasarkan
masing-masing indikator cinta tanah air
adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui Geografis Indonesia
Indikator mengetahui geografis Indonesia
merupakan dasar pengetahuan terhadap
cinta tanah air. Pengetahuan seseorang
tentang geografis Indonesia membuktikan
bahwa rasa cinta tanah air terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia tinggi. Hasil
penelitian indikator mengetahui letak
geografis dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 7. Cinta Tanah Air pada Indikator Mengetahui Geografis Indonesia
No Pertanyaan Pengetahuan
Geografis Indonesia
Jawaban Benar Jawaban Salah Total
f % f % f %
1 Letak astronomis 27 73 10 27 37 100
2 Batas negara 27 73 10 27 37 100
3 Pulau paling selatan 15 40,5 22 59,5 37 100
4 Samudera 34 92 3 8 37 100
Jumlah 103 - 45 - 148 -
Sumber: Hasil Penelitian 2016
Berdasarkan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa indikator mengetahui
geografis Indonesia siswa SMA Sekolah
Indonesia tinggi dengan rata-rata
presentase 70% atau sebagian besar.
Sedangkan berdasarkan jenis kelamin,
siswa perempuan lebih sedikit tinggi
daripada siswa laki-laki dengan presentase
70% sedangkan perempuan 69,5% dengan
perbedaan yang sangat kecil. Berdasarkan
tingkatan kelas, siswa kelas X lebih unggul
dari siswa kelas XI dan kelas XII dengan
21%
13%
19%27%
20%
PRESENTASE KONTRIBUSI RESPONDEN PETA MENTAL
Anchor Connectivity Direction Seqence Boundaries
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 9
http://antologi.upi.edu/main/antologi/B035
rata-rata presentase 72,5% atau sebagian
besar sedangkan hasil kelas XI dan kelas
XII tidak terlalu signifikan.
b. Mengetahui Demografis dan Sosial
Budaya Indonesia
Indikator cinta tanah air selanjutnya, yaitu
mengetahui demografis dan sosial budaya
Indonesia. Pengetahuan tentang
demografis dan sosial budaya kita
dapatkan melalui mata pelajaran IPS di
Sekolah Dasar dan Sekolah Menegah
Pertama serta di mata pelajaran Geografi di
tingkat Sekolah Menengah Atas. Hasil
penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 8. Cinta Tanah Air pada Indikator Mengetahui Demografis dan Sosial Budaya
Indonesia
No
Pertanyaan Indikator Mengetahui
Demografis dan Sosial Budaya
Indonesia
Jawaban Benar Jawaban Salah Total
f % f % f %
5 Rumah Adat 20 54 17 46 37 100
6 Penduduk 29 78 8 22 37 100
7 Tari Piring 26 70 11 30 37 100
Jumlah 75 - 45 - 111 -
Sumber: Hasil Penelitian 2016
Indikator mengetahui demografis dan sosial
budaya hasil kriterianya tiggi dengan rata-
rata presentasenya adalah 67,5% atau
sebagian besar dapat menjawab dengan
benar. Hasil berdasarkan jenis kelamin,
perempuan lebih baik dibandingkan laki-
laki, yaitu dengan presentase 73%.
Sedangkan berdasarkan tingkatan kelas,
kelas XII lebih unggul dibandingkan
dengan kelas X dan kelas XI, yaitu dengan
rata-rata presentase 77% atau hampir
seluruhnya dapat menjawab dengan benar.
c. Mengetahui Peta NKRI
Indikator mengetahui peta NKRI
merupakan salah satu indikator yang
penting dalam mengetahui rasa cinta tanah
air seseorang terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dalam intrumen cinta
tanah air, indikator ini memiliki presentase
soal paling banyak diantara indikator yang
lainnya, yaitu dengan proporsi soal 33%.
Sedangkan untuk jumlah soal ada 5 butir
soal dari 15 jumlah butir soal keseluruhan.
Soal indikator mengetahui peta NKRI
berupa peta buta NKRI dan responden
dipacu pengetahuannya tentang peta NKRI
serta letak-letak objek yang berupa
bandara, letak provinsi perbatasan, gunung
dan laut.
Berdasarkan hasil penelitian
keseluruhan menunjukkan bahwa hampir
setengah responden dapat menjawab
10 | Sivyani, dkk
Peta Mental Negara Kesatuan Republik Indonesia Siswa SMA Sekolah Indonesia Singapura
http://antologi.upi.edu/main/antologi/B035
dengan benar dengan rata-rata presentase
43%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
membuktikan bahwa kemampuan peta
buta responden cukup. Hasil penelitian
pada indikator peta mental NKRI dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9. Cinta Tanah Air pada Indikator Mengetaui Peta NKRI
No
Pertanyaan Indikator
Mengetahui Peta
NKRI
Jawaban Benar Jawaban Salah Total
f % f % f %
8 Taman Nasional 14 38 23 62 37 100
9 Bandara 20 54 17 46 37 100
10 Batas Negara 14 38 23 62 37 100
11 Gunung Api 14 38 23 62 37 100
12 Laut Arafuru 17 46 20 54 37 100
Jumlah 79 - 106 - 185 -
Sumber: Hasil Penelitian 2016
Hasil berdasarkan indikator mengetahui
peta NKRI hasil kriterianya cukup dengan
rata-rata presentase 43% atau hampir
setengahnya. Sedangkan berdasarkan jenis
kelamin, siswa perempuan lebih unggul
dibandingkan siswa laki-laki, yaitu rata-
rata presentase 47% atau hampir
setengahnya dengan kriteria cukup dan
siswa laki-laki rata-rata presentasenya 40%
atau hamir setengahnya dengan kriteria
rendah. Berdasarkan tingkatan kelas, kelas
X lebih unggul dibandingkan kelas XI dan
kelas XII dengan rata-rata presentase 46%
atau hampir setengahnya. Sedangkan
perbedaan dengan kelas XI dan kelas XII
tidak terlalu signifikan.
d. Menanamkan Nilai Cinta Tanah Air
Indikator menanamkan nilai cinta tanah air
memiliki jenis soal yang berbeda dari
indikator lainnya dikarenakan untuk
melihat bagaiman rasa cinta tanah air yang
dimiliki responden dalam menerapkan cinta
tanah air dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian rata-rata
presentase keseluruhan adalah 80% atau
hampir seluruh responden memiliki nilai
cinta tanah air yang dijalani pada kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan hasil keseluruhan soal
yang ada didalam indikator menanamkan
cinta tanah air membuktikan bahwa rasa
cinta tanah air yang dimiliki responden,
yaitu siswa SMA Sekolah Indonesia
Singapura tinggi terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Presemtase tiap
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 11
http://antologi.upi.edu/main/antologi/B035
kriteria jawaban responden menunjukkan
bahwa responden sangat setuju dan setuju
terhadap menanamkan nilai cinta tanah air
yaitu rata-rata presentase 23% dan 57%
dengan total 80% atau hampir seluruhnya.
Sedangkan rata-rata presentase kurang
setuju dan tidak setuju, yaitu 16% dan 4%
dengan total 20% atau sebagian kecil.
Adapun hasil keseluruhan indikator
menanamkan nilai cinta tanah air dapat
dilihat pada diagram batang dan diagram
pie berikut.
Gambar 3. Rata-rata Presentase
Kriteria Jawaban
Hasil berdasarkan indikator
mengetahui peta NKRI hasil kriterianya
cukup dengan rata-rata presentase 43%
atau hampir setengahnya. Sedangkan
berdasarkan jenis kelamin, siswa
perempuan lebih unggul dibandingkan
siswa laki-laki, yaitu rata-rata presentase
47% atau hampir setengahnya dengan
kriteria cukup dan siswa laki-laki rata-rata
presentasenya 40% atau hamir
setengahnya dengan kriteria rendah.
Berdasarkan tingkatan kelas, kelas X lebih
unggul dibandingkan kelas XI dan kelas
XII dengan rata-rata presentase 46% atau
hampir setengahnya. Sedangkan
perbedaan dengan kelas XI dan kelas XII
tidak terlalu signifikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
siswa SMA Sekolah Indonesia Singapura
memiliki peta mental Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang termasuk dalam
kategori tinggi menurut kriteria Sudiyono
dalam Tarakavita (2013) atau dapat dilihat
pada tabel 3.5. Peta mental dalam
penelitian ini diidentifikasi berdasarkan
lima indikator menurut Goledge dan
Gärling (2002), yaitu anchor, connectivity,
direction, sequence, dan boundaries.
Adapun berdasarkan indikator-
indikatornya, sebagian besar mampu
mengidentifikasikan situs/objek kunci
(anchor), menentukan arah dengan tepat
(direction), dan menidentifikasikan batas-
batar suatu wilayah (boundaries). Akan
tetapi, siswa yang mampu
mengkontruksikan interaksi antar objek
(connectivity) yang baik hampir
setengahnya sedangkan siswa yang
mampu mengidentifikasikan asosiasi
objek secara tepat (sequence), yaitu hampir
seluruhnya.
Indikator menanamkan nilai cinta
tanah air terdapat tiga soal dengan empat
kriteria jawaban untuk melihat bagaimana
rasa cinta tanah air siswa SMA Sekolah
23%
57%
16% 4% Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
12 | Sivyani, dkk
Peta Mental Negara Kesatuan Republik Indonesia Siswa SMA Sekolah Indonesia Singapura
http://antologi.upi.edu/main/antologi/B035
Indonesia Singapura dan hasil penelitian
menunjukkan rata-rata 80% atau hampir
seluruhnya dari total responden.
Berdasarkan hasil penelitian kesukaan
dalam mengunakan bahasa Indonesia
daripada bahasa Inggris siswa SMA
Sekolah Indonesia memiliki presentase
76% dari kriteria jawaban sangat setuju
dan setuju atau hampir seluruhnya.
Sedangkan hanya 23% dari kriteria
jawaban kurang setuju dan tidak setuju
atau sebagian kecil yang lebih menyukai
menggunakan bahasa Inggris daripada
bahasa Indonesia. Untuk hasil kesukaan
terhadap budaya Indonesia daripada
budaya asing menunjukkan hasil
presentase 79% atau hampir seluruhnya
menyukai budaya asli Indonesia daripada
budaya asing dan hasil menjalankan
kehidupan sehari-hari berdasarkan
pedoman nilai-nilai yang ada di Pancasila
adalah 84% atau hampir seluruhnya
sedangkan sisanya 16% atau sebagian
kecil kurang setuju dan tidak setuju.
Sedangkan berdasarkan tingkatan kelas,
kelas X lebih unggul dibandingkan kelas
XI dan kelas XII pada indikator cinta tanah
air. Hasil ini sesuai dengan nilai yang harus
dikembangkan sekolah dalam menentukan
pendidikan karakter yang di Departemen
Pendidikan Nasional, salah satunya adalah
nilai cinta tanah air.
KESIMPULAN
Dengan demikian, peta mental sangat
baik dimanfaatkan dalam pembelajaran
berbasis pengalaman atau pembelajaran
berbasis tindakan yang melibatkan
aktivitas indera secara langsung. Di sisi
lain, sebagai suatu gambaran ruang, peta
memungkinkan peta mental dimanfaatkan
dalam pembelajaran meskipun tidak
melibatkan pengalaman langsung peserta
ddik. Bahkan dengan peta, peta mental
peserta didik dapat menjangkau ruang
yang lebih luas. Selain itu, peta mental
adalah alternatif yang tepat untuk
mengembangkan sense of space and place
yang tidak lain adalah sebuah keterampilan
berpikir geografis tingkat tinggi sekaligus
efektif dalam mengolah informasi
keruangan secara kognitif yang biasa
disebut kecerdasan ruang peserta didik
dalam pembelajaran geografi.
Pembelajaran geografi seharusnya dapat
mengakomodasi pengalaman geospasial
siswa mengingat konsep utama ilmu
geografi adalah ruang (space) dan tempat
(place).
Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa siswa SMA Sekolah Indonesia
Singapura memiliki rasa cinta tanah air
yang tergolong tinggi, yakni 65%.
Indikator cinta tanah air yang diukur
adalah mengetahui geografis Indonesia,
mengetahui demografis dan sosial budaya
Indonesia, mengetahui peta NKRI, dan
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 13
http://antologi.upi.edu/main/antologi/B035
menanamkan nilai cinta tanah air.
Berdasarkan keempat indikator tersebut
hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengetahuan siswa terhadap tanah air
cukup baik.
Menurut hasil penelitian indikator
cinta tanah air dapat disimpulkan bahwa
rasa cinta tanah air siswa SMA Sekolah
Indonesia Singapura tinggi ini ditunjukkan
oleh pengetahuan mereka terhadap
geografis Indonesia, demografis dan sosial
budaya Indonesia, peta NKRI, serta
menanamkan nilai cinta tanah air yang ada
di dalam diri siswa SMA Sekolah
Indonesia Singapura. Rasa cinta tanah air
siswa tinggi walaupun siswa bersekolah
dan tinggal di negara Singapura atau luar
negeri. Ini sesuai dengan nilai cinta tanah
air yang terdapat dalam Departemen
Pendidikan Nasional dan kompetensi
geografi di tingkat SMA atau sederajat,
salah satunya adalah menampilkan
perilaku cinta tanah air, bangga sebagai
bangsa Indonesia, dan bertanggungjawab
terhadap keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berlandaskan
pada Pancasila dan UUD 1945.
Selain itu, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontrisbusi bagi
pelajaran Kartografi dan Geografi
Regional Indonesia dalam
mengembangkan peta mental.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Fitri, Agus Zaenul. 2012. Pendidikan
Karakter Berbasis Nilai dan Etika di
Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Sugiyono. 2013. Statistika untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta
Tika, Moh. Pabundu. 2005. Metode
Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi
Aksara
Jurnal dan Karya Ilmiah
Departemen Pendidikan Nasional. 2007.
Pedoman Pembelajaran Pendidikan
Karakter.
Golledge, Reginald G., Tommy Gärling.
2001. Spatial Behavior in
Transportation Modeling and
Planning. Jurnal: UCTC
Nurfauziah, Sih Aulia. 2015. Hubungan
Peta Mental dengan Keterampilan
Geografis Mahasiswa Departemen
Pemdidikan Geografi Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI
Nurfauziah, Sih Aulia. 2015. Peta Mental
dalam Pembelajaran Geografi. Jurnal:
Prosiding Seminar Nasional
Putra, Hadian Prana. 2010. Studi Elemen
Mental Map Lanskap Kampus
Universitas Indonesia Depok. Institut
Pertanian Bogor: Skripsi. Tersedia:
[Online]
Tarakavita, Cut Dian. 2014. Kompetensi
Profesional Guru Geografi Sekolah
Menengah Atas di Kota Lhokseumawe.
Universitas Pendidikan Indonesia: Skripsi
Internet
14 | Sivyani, dkk
Peta Mental Negara Kesatuan Republik Indonesia Siswa SMA Sekolah Indonesia Singapura
http://antologi.upi.edu/main/antologi/B035
Golledge & Gärling. 2002. Cognitive Maps
and Urban Travels. Tersedia: [Online]
www.uctc.net/paper/601.pdf. Diakses
pada 02 Desember 2015.
Golledge, Reginald G., Meredith Marsh &
Sarah Battersby. 2007. Matching
Geospasial Concepts with Geographic
Education Needs. Tersedia: [Online]
http://www.raubal.ethz.ch/Courses/ge
og596/GolledgeEtAl_FacilitatingSpati
alThinking_08@2010-04-
30T22%3B14%3B00.pdf. Diakses
pada 30 November 2015.
Nishimoto, S. 2012. Evaluating Mental
maps. University of Oregon: Thesis.
Tersedia: [Online]
http://geog.uoregon.edu/edge/EDGE/P
rojects/2012/S_nishimoto_2012.pdf.
Diakses pada 01 Desember 2015.
Putra, Hadian Prana. 2010. Studi Elemen
Mental Map Lanskap Kampus
Universitas Indonesia Depok. Institut
Pertanian Bogor: Skripsi. Tersedia:
[Online]
Sekolah Indonesia Singapura. 2015.
Tersedia: [Online]
sekolahindonesia.sg. Diakses pada 30
November 2015.
Recommended