View
76
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kejadian tumor intrakanial berkisar antara 4,2-5,4 per 100.000 penduduk. Pada
semua autopsi yang dilakukan oleh bernat & Vincent (1987) dijumpai 2% tumor otak. Pada
anak dibawah 16 tahun, angka kejadian tumor otak adalah 2,4 per 100.000 anak. Tampaknya
angka kejadian tumor cenderung naik dengan bertambahnya umur. Tidak diketahui secara
pasti perbedaan angka kejadian menurut ras, tempat tinggal maupun iklim.
Kira-kira 10% dari semua proses neoplasmatik di seluruh tubuh ditemukan pada
susunan saraf dan selaputnya, 8% berlokasi diruang intrakranial dan 2% di ruang kanalis
spinalis. Di Amerika didapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut
Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi
yang ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat
belum dilaporkan. Angka kejadian tumor otak pada anak-anak terbanyak pada dekade
pertama, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65 tahun.
Proses neoplasmatik atau proses malignansi di susunan saraf mencakup neoplasma
saraf primer dan non-saraf atau metastatik. Urutan frekuensi neoplasma di dalam ruang
tengkorak adalah sebagai berikut: (1) glioma (41%), (2) meningioma (17%), (3) adenoa
hipofisis (13%), (4) neurilemoma (12%), (5) neplasma metastatik dan (6) neoplasma
pembuluh darah serebral.
Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis
kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan yang
maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan
pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek
dari masa tumor ke jaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, invasi dan destruksi
dari jaringan otak.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. RS
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Bidan
Agama : Islam
Pendidikan : Akademi
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Cibinong
Masuk RS. Fatmawati : 3 Mei 2013
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 18 Mei
2013 jam 10.00 bertempat di Ruang HCU lantai 4 RSUP Fatmawati.
A. Keluhan Utama
Kelemahan pada kaki dan tangan kanan pasien sejak + 2,5 bulan SMRS
B. Keluhan Tambahan
(-)
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUP Fatmawati dengan keluhan kelemahan pada kaki
dan tangan kanan pasien sejak + 2,5 bulan SMRS. Awalnya pasien merasakan jempol
kaki kanan terasa lambat jika digerak-gerakkan. Setelah itu kaki kanan sering
2
kesemutan. Satu bulan kemudian telapak kaki kanan malah sulit untuk digerakkan.
Pasien masih bisa berjalan dan kalau berjalan agak diseret. Keluhan ini disertai
dengan kelemahan pada tangan kanan. Tangan kanan pasien terasa lemah dan tidak
bertenaga sampai-sampai tidak bisa mengangkat gelas dengan tangan kanan. Selain
itu tangan kanan pasien sulit sekali untuk diperintah.
Akhirnya pasien segera berobat ke RS Sentra Medika, disana pasien diberikan
obat namun tidak ada perbaikan. Pasien disarankan oleh dokter saraf RS tersebut
untuk dilakukan CT scan kepala namun pasien masih ragu. Akhirnya setelah
dirasakan keluhan semakin memberat, pasien mau melakukan CT scan kepala.
Hasilnya didapatkan adanya sebuah tumor dibagian otak kiri. Karena tidak
adanya ahli bedah saraf di RS tersebut maka pasien segera dirujuk ke RSUP
Fatmawati untuk ditangani lebih lanjut.
Pasien menyangkal adanya keluahan sakit kepala, pusing, mual, muntah
menyembur, pandangan mata double, bicara pelo, leher kaku, kejang, penurunan
kesadaran, riwayat terbentur dikepala, berat badan menurun, serta gangguan BAB dan
BAK.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Pasien
menyangkal memiliki riwayat penyakit hipertensi, penyakit kencing manis, asma,
sakit jantung, riwayat trauma dikepala, stroke, alergi makanan dan obat-obatan.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mempunyai keluhan yang sama dengan
pasien. Nenek pasien memiliki riwayat keganasan berupa kanker paru. Tidak ada
riwayat darah tinggi, kencing manis, asma, stroke, alergi dan sakit jantung dalam
keluarga pasien.
F. Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak pernah merokok, tidak pernah meminum alkohol, ataupun makan
makanan yang asin,bersantan ataupun daging jeroan.
3
III. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 22 Mei 2013
a. Keadaan Umum
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis, GCS = 15 (E4 M6 V5)
Sikap : Berbaring
Sikap pasien : Kooperatif pada saat pemeriksaan
Status Gizi : Cukup
I. Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,60C
Pernafasan : 20 x/menit
II. Keadaan Lokal
Trauma Stigmata : (-)
Pulsasi A.Carotis : Teraba, kanan = kiri, reguler
Pembuluh Darah Perifer : Capillary refill time < 2 detik
Columna Vertebralis : Lurus ditengah
III. Status Generalis
Kepala - Leher
Bentuk : Normochepali
Rambut : Botak, warna hitam
Wajah : Pucat (-), ikterik (-)
Kulit : Tidak pucat, ikterik (-)
Mata : CA (-/-), SI (-/-), Pupil bulat isokor Ø 3 mm/3 mm, hematom
periorbita (-/-),RCL (+/+), RCTL (+/+)
Telinga : Bentuk normal, darah (-/-), serumen (-/-), MT intak (+/+),
hematom retroaurikuler (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), darah (-/-)
Gigi Mulut : Bibir kering (-), gusi berdarah (-)
4
Leher : KGB dan tiroid tidak teraba membesar, JVP 5-2 cm H2O
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : Gerak dada simetris, retraksi intercostal (-/-)
Palpasi : Vocal fremitus sama kuat pada kedua hemitorak (+/+)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), whezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Tak pulsasi ictus cordis
Palpasi : Teraba di sela iga V garis midklavikula sinistra
Perkusi : Batas atas : ICS III linea parasternal sinistra
Batas kanan : ICS V linea parasternal dextra
Batas kiri : ICS V linea midklavikula sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel (+), Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), defans
muskular (-), Hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Atas : akral hangat (+/+), edema (-/-)
Bawah : akral hangat (+/+), edema (-/-)
IV. Status Neurologis
Kesadaran : Compos mentis
Kuantitatif : GCS 15 (E4V5M6)
5
Rangsang Selaput Otak
Kanan Kiri
Kaku Kuduk (-)
Laseque > 70° > 70°
Kernig > 135° > 135°
Brudzinski I (-) (-)
Brudzinski II (-) (-)
Peningkatan Tekanan Intrakranial
Nyeri kepala : (-)
Pupil anisokor : (-)
Muntah proyektil : (-)
Penurunan kesadaran : (-)
Saraf Kranial
- Nervus I Olfaktorius : Normosmia kanan dan kiri
- Nervus II Optikus
Kanan Kiri
Acies Visus Baik Baik
Pengenalan Warna Baik Baik
Visus Campus Normal Normal
Fundus Okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. III, IV, VI (Okulomotorius, Trochlearis, Abducen)
Kanan Kiri
6
Kedudukan Bola Mata Ortoposisi Ortoposisi
Ptosis Negatif Negatif
Diplopia - -
Eksopthalmus - -
Nistagmus - -
Gerak mata ke nasal Baik Baik
Gerak mata ke atas Baik Baik
Gerak mata ke bawah Baik Baik
Gerak mata ke temporal Baik Baik
Gerak mata ke nasal atas Baik Baik
Gerak mata ke nasal bawah Baik Baik
Gerak mata ke temporal atas Baik Baik
Gerak mata ke temporal bawah Baik Baik
Pupil
Ukuran pupil Ø 3 mm Ø 3 mm
Bentuk pupil Bulat, isokor Bulat, isokor
Reflek cahaya langsung + +
Reflek cahaya ≠ langsung + +
Reflek Akomodasi + +
Reflek Konvergensi + +
N. V. Trigeminus
Kanan Kiri
Membuka mulut Baik Baik
7
Sensibilitas ophtalmik Baik Baik
Sensibilitas maxilla Baik Baik
Sensibilitas mandibula Baik Baik
Reflek kornea Baik Baik
N. VII Fasialis
Kanan Kiri
Kerutan kulit dahi + +
Mengangkat alis + +
Memejamkan mata + +
Menyeringai + +
Menggembungkan pipi + +
Mencucukan bibir + +
Daya kecap lidah 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. VIII (Vestibulo cochlearis)
Vestibuler
Vertigo : (-)
Nistagmus : (-)
Cochlear
Tes Rinne : (+)
Weber : Tidak ada lateralisasi
Schwabach : Sama dengan pemeriksa
8
N. IX, X (Glossofaringeus, Vagus)
Arkus farings
Uvula
Simetris
Simetris ditengah
Daya kecap lidah 1/3 belakang Tidak dilakukan
Reflek muntah Tidak dilakukan
Menelan Baik
N. XI Aksesorius
Kanan Kiri
Memalingkan kepala Bisa melakukan Bisa melakukan
Mengangkat bahu + +
Trofi otot bahu Eutrofi Eutrofi
N. XII Hipoglossus
Kedudukan lidah dalam Normal
Kedudukan lidah dijulurkan Normal
Tremor (-)
Fasikulasi (-)
Atropi (-)
S istem Motorik
Ekstremitas Atas Proksimal - Distal : 5 5 5 5 5 5 5 5
Ekstremitas Bawah Proksimal - Distal : 5 5 5 5 5 5 5 5
9
Sistem Sensorik
Eksteroseptif : baik
Proprioseptif : baik
Gerakan involunter
Kanan Kiri
Tremor (-) (-)
Chorea (-) (-)
Ballismus (-) (-)
Athetose (-) (-)
Mioklonik (-) (-)
Tics (-) (-)
Trofik
Eutrofik : + / +
Tonus
Normotonus : + / +
Reflek Fisiologis
Kanan Kiri
Extremitas superior
Biceps +2 +2
Triceps +2 +2
Ekstremitas inferior
Patella +2 +2
10
Achilles +2 +2
Reflek Patologis
Kanan Kiri
Ekstremitas superior
Hoffman Tromner : (-) (-)
Ekstremitas inferior
Babinsky : (-) (-)
Chaddock : (-) (-)
Gordon : (-) (-)
Schaeffer : (-) (-)
Gonda : (-) (-)
Klonus
Klonus patella : (-) (-)
Klonus achilles : (-) (-)
Fungsi Cerebellar dan Koordinasi
Ataxia : (-)
Tes Rhomberg : (-)
Disdiadokinesia : (-)
Jari-Jari : Baik
Jari-Hidung : Baik
Tumit-Lutut : Baik
11
Fungsi Luhur
Astereognosia : (-)
Apraksia : (-)
Afasia : (-)
Fungsi Otonom
Miksi : terpasang DC
Defekasi : Baik
Sekresi Keringat : Baik
Keadaan Psikis
Intelegensia : baik
Demensia : (-)
Tanda regresi : (-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil EKG
EKG : irama sinus, HR 84x/menit, ST elevasi (-), ST depresi (-), T inverted (-),
LVH (-), Kesan : Normal
Laboratorium (3 Mei 2013)
Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.7 – 15.5 g/dl 13.6 g/dl
12
Hematokrit 33-45% 41% Leukosit 5.0-10.0 ribu/ul 8,9 ribu/ul Trombosit 150-440 ribu/ul 322 ribu/ul Eritrosit 4.40-5.90 juta/ul 4,43 juta/ul
VER/HER/KHER/RDW
VER 80.0-100.0 fl 93,2 fl HER 26.0-34.0 pg 30,8 pg KHER 32.0-36.0 g/dl 33,0 g/dl RDW 11.5-14.5% 13.0 % HEMOSTASISAPTT 27.4 – 39.3 dtk 27.9 dtkPT 11.3 – 14.7 dtk 14.0 dtkINR 13.7 dtkKIMIA KLINIKSGOT 0-34 U/L 18 U/LSGPT 0-40 U/L 14 U/LFUNGSI GINJAL
Ureum 20-40 mg/dl 24 mg/dl
Kreatinin 0,6-1,5 mg/dl 0,9 mg/dl
DIABETES
GDS 70 – 140 mg/dl 93 mg/dl ELEKTROLIT DARAH
Natrium 135 – 147 mmol/l 137 mmol/l
Kalium 3,1 – 5 mmol/l 3,77 mmol/l
Klorida 95 – 108 mmol/l 106 mmol/l
Laboratorium (15 Mei 2013) hasil post operasi
Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.7 – 15.5 g/dl 12.6 g/dl Hematokrit 33-45% 39 % Leukosit 5.0-10.0 ribu/ul 19,0 ribu/ul Trombosit 150-440 ribu/ul 192 ribu/ul Eritrosit 4.40-5.90 juta/ul 4,28 juta/ul
VER/HER/KHER/RDW
VER 80.0-100.0 fl 90,8 fl HER 26.0-34.0 pg 29,4 pg KHER 32.0-36.0 g/dl 32,4 g/dl RDW 11.5-14.5% 15.2 % HEMOSTASIS
13
APTT 27.4 – 39.3 dtk 27.9 dtkPT 11.3 – 14.7 dtk 14.3 dtkINR 13.7 dtkKIMIA KLINIKSGOT 0-34 U/L 18 U/LSGPT 0-40 U/L 14 U/LFUNGSI GINJAL
Ureum 20-40 mg/dl 32 mg/dl
Kreatinin 0,6-1,5 mg/dl 0,6 mg/dl
DIABETES
GDS 70 – 140 mg/dl 106 mg/dl ELEKTROLIT DARAH
Natrium 135 – 147 mmol/l 140 mmol/l
Kalium 3,1 – 5 mmol/l 3,54 mmol/l
Klorida 95 – 108 mmol/l 109 mmol/l
URINALISA
Urobilinogen < 1 32 mg/dl
Protein Urine Negative Trace
Berat Jenis 1005 – 1.030 1.020
Bilirubin Negative Negative
Keton Negative Negative
Nitrit Negative Negative
pH 4,8 – 7,4 7,5
Leukosit Negative Negative
Darah Negative +2
Glukosa urin Negative Negative
Warna Yellow Yellow
Kejernihan Clear Clear
SEDIMEN URIN
Epitel + 1
Leukosit 0 – 5 /LPB 3 – 5 /LPB
Eritrosit 0 – 2 /LPB 5 – 10 /LPB
Silinder Negative Negative
Kristal Negative Negative
Bakteri Negative Negative
14
Lain – lain Negative Negative
Rontgen Thorak (3 Mei 2013)
Kesan : Cor dan Pulmo dalam batas normal
CT Scan kepala tanpa dan dengan kontras (12 April 2013)
15
- Tampak lesi extra axial, lobulated, slight hyperdens dengan kalsifikasi base broad di
parietal kiri ukuran 6,3 x 6 x 4,7 cm yang pada pemberian contras tampak strong
heterogenous contras enhancement.
- Massa tampak mendesak ventrikel lateralis kiri ke kanan yang menyebabkan deviasi
mid line ke kanan sejauh 1,7 cm disertai edema yang luas disebagian hemisfer
cerebri kiri.
- Tak tampak gambaran hiperostosis pada parietal kiri.
- Sulci dan gyri diluar lesi tampak normal.
- Ventrikel lateralis kanan, III, dan IV tampak normal.
- Tak tampak fraktur pada calvaria.
- Sinus paranasalis tampak baik.
Kesan :
Lesi solid, lobulated, slight hyperdens dengan kalsifikasi base broad di parietal kiri
mendesak ventrikel lateralis kiri ke kanan dengan edema yang luas di hemisfere cerebri
16
kiri dengan contrast tampak strong heterogenous contrast enhancement extra axial
mengesankan suatu meningioma.
V. RESUME
Pada anamnesis didapatkan:
Seorang pasien perempuan, usia 40 tahun, datang ke IGD RSUP Fatmawati
dengan keluhan kelemahan pada kaki dan tangan kanan pasien sejak + 2,5 bulan
SMRS. Awalnya pasien merasakan jempol kaki kanan terasa lambat jika digerak-
gerakkan. Satu bulan kemudian telapak kaki kanan malah sulit untuk digerakkan.
Pasien masih bisa berjalan dan kalau berjalan agak diseret. Keluhan ini disertai
dengan kelemahan pada tangan kanan. Selain itu tangan kanan pasien sulit sekali
untuk diperintah.
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat
penyakit hipertensi (-), DM (-), asma (-), sakit jantung (-), riwayat trauma dikepala (-),
stroke (-), alergi makanan dan obat-obatan (-).
Tidak ada keluarga pasien yang mempunyai keluhan yang sama dengan
pasien. Nenek pasien memiliki riwayat keganasan berupa kanker paru. Tidak ada
riwayat darah tinggi, kencing manis, asma, stroke, alergi dan sakit jantung dalam
keluarga pasien.
Pada Pemeriksaan fisik didapatkan:
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Suhu : 36,4 oC
Pernafasan : 20 x / menit
Nadi : 84 x / menit
17
Pada status neurologis, ditemukan keadaan pasien sebagai berikut :
GCS : E4 V5 M6
Tanda rangsang meningeal : (-)
Nervus Cranialis : Tidak ada parese
Motorik :
Sensorik : Baik
Otonom : Baik
Refleks fisiologis :
Refleks Patologis : - / -
Fungsi cerebellar dan koordinasi : baik
Fungsi luhur : baik
Hasil pemeriksaan lab didapatkan :
Hasil pemeriksaan rontgen thorak dan EKG :
Kesan : Cor dan pulmo dalam batas normal
Hasil pemeriksaan CT Scan didapatkan :
Kesan :
Lesi solid, lobulated, slight hyperdens dengan kalsifikasi base broad di parietal kiri
mendesak ventrikel lateralis kiri ke kanan dengan edema yang luas di hemisfere cerebri
18
5555 5555
5555 5555
+2 +2
+2 +2
kiri dengan contrast tampak strong heterogenous contrast enhancement extra axial
mengesankan suatu meningioma.
VI. DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis klinis : Hemiparese sinistra
Diagnosis etiologi : Giant Meningioma
Diagnosis topik : Lobus parietal sinistra
VII. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa:
- Mengedukasikan pasien tentang penyakitnya
- Monitoring
Kesadaran Vital sign, keluhan Motorik Status neurologis pasien
Medikamentosa
- IVFD RL 500cc per 12 jam
- Ceftriaxone 2 x 2 gr IV
- Fenitoin 2 x 100 mg IV
- Ketorolac 3 x 1 amp IV
- Piracetam 3 x 3 gr IV
- Omeprazol 2 x 40 mg IV
- Metylprednisolon 3 x 125 mg IV
- Citicholin 3 x 500 mg IV
VIII. ANJURAN
- Cek lab ulang
- CT scan kepala ulang
19
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Laporan Operasi
CT Scan Post OP
Follow Up Pasien 23-24 Mei 2013
20
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
TUMOR OTAK
PENDAHULUAN
Pada setiap tahun lebih dari 17.000 orang di Amerika Serikat diketahui mempunyai
tumor otak. The National Cancer Institue (NCl), menulis buku tentang tumor otak untuk
membantu pasien dan keluarganya dan teman-temannya untuk mengetahui tentang tumor
otak.
Tumor otak adalah sekumpulan massa sel-sel otak yang tumbuh abnormal, di luar
kendali. Massa ini dapat bersifat jinak (disebut tumor otak) dan ganas (disebut kanker).
Sebagian besar kanker otak dapat menyebar melalui jaringan otak, tetapi jarang menyebar ke
area lain dari tubuh.
EPIDEMIOLOGI
Tumor otak primer hanya 2 – 3% dari seluruh jumlah kanker pada orang dewasa.
Kira-kira 18.000 kasus baru pasien tumor otak dan dengan kematian 14.000. Pada anak-anak
tumor otak primer kira-kira 25% dari seluruh tumor.
Tumor otak dapat terjadi pada setiap umur, dari penelitian, tumor otak sering terdapat
pada anak-anak 3 – 12 tahun dan pada dewasa sekitar 40 – 70 tahun.
ANATOMI
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak adalah organ
penting yang mengendalikan pikiran, memori, emosi, sentuhan, keterampilan motorik, visi,
respirasi, suhu, rasa lapar, dan setiap proses yang mengatur tubuh kita.
21
Otak dapat dibagi ke dalam otak besar (cerebrum), batang otak (brainstem), dan otak
kecil (cerebellum):
1. Cerebrum
Merupakan bagian yang paling besar.
Terdiri atas bagian kiri dan kanan yang disebut hemispherium Cerebri.
Berfungsi untuk kontrol terhadap pembicaraan, emosi, inisiasi gerakan,
koordinasi gerakan, temperatur, sentuhan, penglihatan, pendengaran,
penilaian, penalaran, pemecahan masalah, emosi, dan pembelajaran.
2. Cerebellum
Terletak dibawah Cerebrum dan dibelakang otak.
Berfungsi untuk mengkoordinasi gerakan otot sukarela dan untuk
mempertahankan postur tubuh, keseimbangan, dan equilibrium.
3. Batang otak
Batang otak (garis tengah atau bagian tengah otak) termasuk otak tengah,
pons, dan medulla.
Fungsi daerah ini meliputi: pergerakan mata dan mulut, penyampaian pesan
sensorik (panas, nyeri, keras, dll), rasa lapar, respirasi, kesadaran, fungsi
22
jantung, suhu tubuh, gerakan otot tak sadar, bersin, batuk, muntah, dan
menelan tekanan darah dan pernapasan.
Secara lebih spesifik, beberapa bagian lain dari otak adalah sebagai berikut:
Pons: sebuah bagian yang terletak sangat dalam di otak, terletak di brainstem, pons
berisi banyak daerah kontrol untuk gerakan mata dan wajah.
Medulla: Bagian terendah dari batang otak, medula adalah bagian yang paling
penting dari seluruh otak dan merupakan pusat control jantung dan paru-paru yang
sangat penting.
Saraf tulang belakang: merupakan sekumpulan besar serabut saraf yang terletak di
bagian belakang yang memanjang dari dasar otak ke punggung bawah, syaraf tulang
belakang ini membawa pesan ke dan dari otak dan seluruh tubuh.
Lobus frontal: bagian terbesar dari otak yang terletak di bagian depan kepala, lobus
frontal terlibat dalam karakteristik kepribadian dan gerakan.
Lobus parietal: bagian tengah otak, lobus parietalis membantu seseorang untuk
mengidentifikasi objek dan memahami hubungan spasial (dimana tubuh seseorang
dibandingkan dengan benda-benda di sekitar orang tersebut). Lobus parietalis juga
terlibat dalam interpretasi rasa sakit dan sentuhan pada tubuh.
Lobus oksipital: lobus oksipital adalah bagian belakang otak yang terlibat dengan
penglihatan.
Lobus temporal: sisi otak, lobus temporal ini terlibat dalam memori, ucapan, dan
indra penciuman.
Otak dilindungi oleh tulang tengkorak dan ditutupi oleh 3 membran yang disebut
meningen. Otak juga dilindungi oleh cairan serebrospinal, yang diproduksi oleh pleksus
khoroideus, yang masuk ke dalam 4 ventrikel dan rongga antara meningen. Cairan
serebrospinal membawa nutrient dari darah ke otak dan membawa kembali zat-zat yang tidak
diperlukan lagi dari otak ke darah.
Otak terdiri dari beberapa tipe sel, setiap tipe mempunyai fungsinya masing-masing.
Ketika sel kehilangan kemampuan untuk mengontrol pertumbuhannya dan sel-sel diluar suatu
massa jaringan disebut Tumor.
23
ETIOLOGI
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai
manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-
jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya
faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak
bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma,
teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya
neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
24
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-
ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
KLASIFIKASI TUMOR
Klasifikasi tumor, terbagi dua yaitu :
1. Tumor Jinak (Benigna)
Tidak terdapat sel kanker
Biasanya dapat diangkat dan tidak berulang
Batas tegas
Bersifat tidak menginvasi ke jaringan sekitar tapi dapat menekan daerah yang
sensitive dari otak dan mengakibatkan gejala
Bila terletak di daerah vital dari otak dan menganggu fungsi vital maka dapat
dipikirkan suatu mlaignasi
2. Tumor Ganas (Maligna)
Mengandung sel kanker
Menganggu fungsi vital dan mengancam nyawa
Tumbuh cepat dan menginvasi ke jaringan sekitar otak
Seperti tanaman, tumor maligna mempunyai akar yang tumbuh ke dalam
jaringan otak yang sehat
Tumor otak maligna bisa encapsulated
Klasifikasi tumor otak menurut WHO, dibagi menjadi 9 kategori tumor otak primer, yaitu :
Tipe Sel Asal
Infiltratif astrositoma Astrosit
25
Pilositik Astrositoma Astrosit
Oligodendroglioma Oligodendrosit
Mixed Oligodenodroglioma Oligidendrosit, astrosit
Glioblastoma Multiforme Astrosit, Astroblas, Spongioblas
Ependimomaa Ependimosit
Meduloblastoma Sel Primitif neural
Meningioma Meningen
Other
Klasifikasi tumor otak menurut lokasi, yaitu :
1. Supratentorial, yaitu Tumor yang terletak di atas tentorium serebelli
2. Infratentorial atau subtentorial, yaitu : Tumor yang terletak di bawah tentorium
serebelli dalam fossa Kranni Posterior
Klasifikasi tumor otak seluler berdasarkan histologi untuk orang dewasa, yaitu :
1. Tumor Glia
- Astrosit tumor
- Non-infiltrat (Juvenile Pilositik, Subependimal)
- Infiltratif (Well differentiated midly and moderately anaplastic astrositoma,
glioblastoma, multiforme)
- Ependymal tumor
- Myxopapillary and well differentiated ependimoma
- Anaplastik ependimoma
- Ependimoblastoma
- Oligodendroglial tumor
- Well differentiated oligodendroglioma
- Anaplastik oligodendroglioma
- Mixed tumor
26
- Mixed astrositoma-ependimoma
- Mixed astrositoma-oligodendroglioma
- Mixed astrositoma-ependimoma-oligodendriglioma
- Meduloblastoma
2. Non-glial tumor
- Pineal parenkim tumor
- Pineostioma
- Pineoblastoma
- Astrositoma
- Germ tumor
- Germinoma
- Embrional karsinoma
- Teratoma
- Craniopharingioma
- Meningioma
- Meningioma
- Maligna meningioma
- Choroid plexus tumor
- Choroid plexus papiloma
- Anaplastik choroids plexus papilloma
Pembagian tumor menurut asal sel, yaitu
1. Tumor otak primer
- Tumor yang berasal dari jaringan otak
- Diklasifikasikan berdasarkan tipe jaringan asal, yaitu :
1) Glioma
Astrositoma, yaitu : Tumor otak yang berasal dari astrosit, yaitu sel kecil
seperti bintang, pada orang dewasa terdapat pada secebrum dan pada anak-
27
anak dapat terjadi di batang otak, serebrum dan serebellum. Merupakan
25% dari seluruh tumor otak
Pilositik astrositoma, yaitu non-infiltrating astrositoma, berdiferensiasi,
baik, jarang berubah, mampu diangkat semua dengan operasi. Pada anak
banyak pada Cerebellum, dan pada orang dewasa banyak terdapat pada
Korteks serebri.
Glioblastoma Multiforme, yaitu tumor otak yang tumbuh cepat, berasal dari
astrosit, astroblas, spongioblas. Banyak pada usia 45 – 55 tahun. Prognosis
buruk
Ependimoma, berasal dari sel ependim yang ada di dinding ventrikel, dapat
juga terjadi di Medulla spinalis. Bisa terdapat pada semua umur, terutama
pada anak-anak dan dewasa
Oligodendroglioma, berasal dari sel yang menghasilkan myelin untuk
melindungi saraf, yang bermula dari serebrum. Tumbuh lambat dan tidak
menyebar ke jaringan otak disekeliling. Sering terjadi pada usia
pertengahan pada dewasa tetapi bisa terdapat pada semua umur
2) Medulloblastoma
Sebelumnya diduga berasal dari sel glia, tetapi pada penelitian
disimpulkan bahwa tumor ini berasal dari sel saraf yang primitif yang secara
normal tidak ada pada tubuh setelah lahir, kadang disebut Primitif Neuro
Ektoderma Tumor (PNET). Sering terdapat di Serebellum. Sering terjadi pada
anak-anak terutama anak laki-laki dan puncak berada pada 3 – 5 tahun.
Cenderung metastasis relatif tinggi
3) Meningioma
Berasal dari Meningen, bersifat jinak karena tumbuhnya sangat lambat
dan otak mampu untuk menerima adanya meningioma, sering tumbuh sampai
cukup besar baru memberikan gejala. Banyak terdapat pada wanita antara 30 –
50 tahun
4) Schwannoma
28
Tumor jinak berasal dari sel Schwan, yang menghasilkan myelin yang
melindungi saraf akustikus untuk pendengaran. Banyak pada orang dewasa,
dan ternyata 2 kali lipat lebih banyak pada wanita daripada laki-laki
5) Craniopharingioma
Tumor berasal dari kelenjar pituitary dekat hipotalamus, karena dapat
menekan atau merusak hipotalamus dan dapat menyebabkan gangguan fungsi
vital dan banyak terdapat pada anak-anak dan dewasa.
6) Germ Cell Tumor
Berasal dari sel primitif sel kelamin atau dari germ sel, sering disebut
Germinoma
7) Tumor Pineal
Terjadi disekitar kelenjar pineal, yaitu suatu organ yang kecil di dekat
pusat otak. Tumbuh lambat (Pineositoma), dapat tumbuh cepat
(Pineoblastoma). Daerah pineal sulit dicapai dan sering tidak dapat diangkat
2. Tumor otak sekunder
- Tumor yang tumbuh ketika kanker menyebar dari tempat lain ke otak dan
menyebabkan tumor otak
- Tumor sekunder tidak sama dengan tumor otak primer, karena sel yang terdapat
pada tumor otak sekunder mirip dengan sel asal tumor metastasis tersebut yang
abnormal
- Terapi tergantung pada asal tumor dan perluasan penyebaran tumor, umur,
keadaan umum pasien, respon terhadap pengobatan sebelumnya
PEMBAGIAN STADIUM TUMOR, MENURUT DIFERENSIASI TUMOR YANG
TAMPAK SECARA MIKROSKOPIK
Derajat I : Sifat kurang agresif, tumbuh lambat, gambar sel hampir normal, bila
dilakukan operasi maka merupakan terapi yang efektif.
29
Derajat II : Relatif tumbuh lambat, ada sel yang abnormal di bawah mikroskop,
menginvasi jaringan normal, dapat timbul kembali bila diangkat.
Derajat III: Cenderung tumbuh lebih cepat, menginfiltrasi dan dapat timbul kembali bila
diangkat.
Derajat IV: Tumbuh sangat cepat, bersifat agresif, gambaran bizarre pada mikroskop
GEJALA
Tumor otak menunjukkan manifestasi klinik yang tersebar. Tumor ini dapat
menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari tumor yang
menggangu bagian spesifik dari otak.
Gejala-gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur
terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah ganguan keseimbangan yang
nyata antara otak, cairan serebrospinal dan darah serebral. Sebagai akibat pertumbuhan
tumor, maka kompensasi penyesuaian diri dapat dilakukan melalui penekanan pada vena-
vena intrakranial, melalui penurunan volume cairan serebrospinal ( Dengan meningkatkan
absorbsi dan menurunkan produksi ), penurunan sedang pada aliran darah serebral dan
menurunkan masa jaringan otak intraseluler dan ekstraseluler. Bila kompensasi ini semua
gagal, maka pasien mengalami tanda dan gejala peningkatan TIK.
Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kapala, muntah,
papiledema (“Choked disc” atau edema saraf optik), perubahan kepribadian dan adanya
variasi penurunan fokal motorik, sensori dan disfiungsi saraf kranial.
Gejala klinik pada tumor intrakranial dibagi dalam 3 kategori, yaitu : Gejala klinik
umum, gejala klinik lokal, dan gejala lokal yang menyesatkan (False lokalizing features).
1. Gejala Klinik Umum
Gejala umum timbul karena peningkatan tekanan intrakranial atau akibat infiltrasi
difus dari tumor. Gejala yang paling sering adalah sakit kepala, perubahan status mental,
kejang, nyeri kepala hebat, papil edema, mual dan muntah. Tumor maligna (ganas)
30
menyebabkan gejala yang lebih progresif daripada tumor benigna (jinak). Tumor pada
lobus temporal depan dan frontal dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang
sangat besar tanpa menyebabkan defisit neurologis, dan pada mulanya hanya memberikan
gejala-gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan
oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dulu baru kemudian memberikan gejala
umum.
Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian
berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga
sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik.
Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral
pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada
fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.
Perubahan Status Mental
Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan
berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus
frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat
menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.
Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti
astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di
lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan temporal.
Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik
neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak
menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang
berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang
perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.
Muntah
31
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor
tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi dan
malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan
adanya massa intrakranial.
2. Gejala Klinik Lokal
Manifestasi lokal terjadi pada tumor yeng menyebabkan destruksi parenkim,
infark atau edema. Juga akibat pelepasan faktor-faktor ke daerah sekitar tumor
(contohnya : peroksidase, ion hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin), semuanya dapat
menyebabkan disfungsi fokal yang reversibel.
Tumor Kortikal
Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum yang diikuti paralisis
pos-iktal. Meningioma kompleks atau parasagital dan glioma frontal khusus berkaitan
dengan kejang. Tanda lokal tumor frontal antara lain disartri, kelumpuhan kontralateral,
dan afasia jika hemisfer dominant dipengaruhi. Anosmia unilateral menunjukkan adanya
tumor bulbus olfaktorius.
Tumor Lobus Temporalis
Gejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus kortikospinal
kontralateral, defisit lapangan pandang homonim, perubahan kepribadian, disfungsi
memori dan kejang parsial kompleks. Tumor hemisfer dominan menyebabkan afasia,
gangguan sensoris dan berkurangnya konsentrasi yang merupakan gejala utama tumor
lobus parietal. Adapun gejala yang lain diantaranya disfungsi traktus kortikospinal
kontralateral, hemianopsia/ quadrianopsia inferior homonim kontralateral dan simple
motor atau kejang sensoris.
Tumor Lobus Oksipital
Tumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia homonym yang
kongruen. Kejang fokal lobus oksipital sering ditandai dengan persepsi kontralateral
episodic terhadap cahaya senter, warna atau pada bentuk geometri.
Tumor pada Ventrikel Tiga dan Regio Pineal
32
Tumor di dalam atau yang dekat dengan ventrikel tiga menghambat ventrikel atau
aquaduktus dan menyebabkan hidrosepalus. Perubahan posisi dapat meningkatkan
tekanan ventrikel sehingga terjadi sakit kepala berat pada daerah frontal dan verteks,
muntah dan kadang-kadang pingsan. Hal ini juga menyebabkan gangguan ingatan,
diabetes insipidus, amenorea, galaktorea dan gangguan pengecapan dan pengaturan suhu.
Tumor Batang Otak
Terutama ditandai oleh disfungsi saraf kranialis, defek lapangan pandang,
nistagmus, ataksia dan kelemahan ekstremitas. Kompresi pada ventrikel empat
menyebabkan hidrosepalus obstruktif dan menimbulkan gejala-gejala umum.
Tumor Serebellar
Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan gejala yang sering
ditemukan pada tumor serebellar. Pusing, vertigo dan nistagmus mungkin menonjol.
3. Gejala Lokal yang Menyesatkan (False Localizing Features)
Gejala lokal yang menyesatkan ini melibatkan neuroaksis kecil dari lokasi tumor
yang sebenarnya. Sering disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial, pergeseran
dari struktur-struktur intrakranial atau iskemi. Kelumpuhan nervus VI berkembang ketika
terjadi peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan kompresi saraf. Tumor lobus
frontal yang difus atau tumor pada korpus kallosum menyebabkan ataksia (frontal
ataksia).
DIAGNOSA
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak
yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti.
Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita
yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya ada
tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik
mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit lapangan pandang.
33
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Foto tulang tengkorak, dapat memperlihatkan defisit kalsium yang ada dalam
beberapa tipe tumor. Dapat memperlihatkan perubahan dalam tulang yang disebabkan
oleh sel tumor
- Lumbal pungsi
- EEG
- Mielografi
- Angiografi atau arteriografi
- CT-Brain (Computerized Tomography Scanning Brain)
- MRI (Magnetic Resonance Imaging)
- PET (Position Emission Tomography)
DIAGNOSIS BANDING
Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan intrakranial,
kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap proses desak ruang di otak
dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar membedakan tumor otak dengan
beberapa hal berikut :
- Abses intraserebral
- Epidural hematom
- Hipertensi intrakranial benigna
- Meningitis kronik
TERAPI
- Tergantung pada banyak faktor, diantaranya : tipe, lokasi, ukuran tumor, umur pasien,
keadaan umum pasien
34
- Metode terapi pada anak-anak berbeda dengan dewasa dan disesuaikan dengan
kebutuhan dari setiap pasien
- Metode-metode terapi yaitu :
Operasi – craniotomy
Radioterapi
Kemoterapi
- Sebelum diterapi diberikan terlebih dahulu :
Steroid untuk menghilangkan edema otak
Antikonvulsan, untuk mencegah atau mengontrol kejang
P-V shunt, untuk hydrocephalus
OPERASI
- Merupakan terapi yang paling sering dilakukan pada tumor otak
- Untuk mengambil tumor otak, operasi ini disebut kraniotomi
- Jika mungkin tumor diambil semua, tetapi bila tumor tidak dapat diangkat semua
tanpa merusak jaringan otak vital, maka akan diangkat tumor sebanyak-banyaknya.
Pengambilan sebagian tumor dapat menghilangkan gejala dengan mengurangi tekanan
pada otak dan mengurangi ukuran tumor dan terapi dapat dilanjutkan dengan
radioterapi atau kemoterapi
- Pada tumor yang tidak dapat diangkat sama sekali, akan dilakukan biopsy untuk
mengetahui tipe sel sehingga dapat membantu untuk memutuskan terapi yang akan
dilakukan, biasanya dilakukan Needle biopsy dengan bantuan CT-Scan atau MRI
untuk mengarahkan ke lokasi yang tepat. Operator membuat lubang kecil di tulang
tengkorak dan menuntun jarum ke tumor, teknik ini disebut stereotaksis
Radiosurgery stereotactic
Adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk menghancurkan tumor otak tanpa
membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat dari
35
tumor di otak. Energi radiasi tingkat tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk
menghancurkan tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau
akselerator linier dengan foton, ataupun sinar proton.
Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan komplikasi
pada pasien dan memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya adalah tidak adanya
sample jaringan tumor yang dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan
otak yang dapat terjadi setelah radioterapi.
Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang otak
(brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin dapat mengangkat
tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien dapat menerima radioterapi
atau perawatan lainnya.
RADIOTERAPI
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin besar
diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang radiasi diarahkan ke
seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang.
Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel tumor
(sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga dapat dilakukan
sebagai terapi pengganti operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor
serta usia pasien.
36
Beberapa bentuk terapi radiasi:
Fraksinasi: Radioterapi biasanya diberikan lima hari seminggu selama beberapa minggu.
Memberikan dosis total radiasi secara periodik membantu melindungi jaringan sehat di
daerah tumor.
Hyperfractionation: Pasien mendapat dosis kecil radiasi dua atau tiga kali sehari, bukan
jumlah yang lebih besar sekali sehari.
Efek samping dari radioterapi, dapat meliputi: perasaan lelah berkepanjangan, mual,
muntah, kerontokan rambut, perubahan warna kulit (seperti terbakar) di lokasi radiasi, sakit
kepala dan kejang (gejala nekrosis radiasi).
KEMOTERAPI
Kemoterapi, yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk membunuh sel-sel
kanker. Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus intravena ke seluruh tubuh. Obat-
obatan biasanya diberikan dalam 2-4 siklus yang meliputi periode pengobatan dan periode
pemulihan.
Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide (Temodar) dan bevacizumab
(Avastin), baru-baru ini telah mendapat persetujuan untuk pengobatan glioma ganas. Mereka
lebih efektif, dan memiliki efek samping lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat-obatan
kemo versi lama. Temozolomide memiliki keunggulan lain , yaitu bisa secara oral.
Untuk beberapa pasien dengan kasus kanker otak kambuhan, ahli bedah biasanya
melakukan operasi pengangkatan tumor dan kemudian melakukan implantasi wafer yang
mengandung obat kemoterapi. Selama beberapa minggu, wafer larut, melepaskan obat ke
otak. Obat tersebut kemudian membunuh sel kankernya.
BIOLOGICAL TERAPI
Merupakan cara baru untuk mengobati tumor otak dan masih dalam penelitian. Cara
ini menggunakan prinsip meningkatkan system imun tubuh untuk melawan penyakit
37
REHABILITASI
- Merupakan bagian yang sangat penting pada bagian terapi
- Tergantung pada kebutuhan pasien dan bagaimana tumor mempengaruhi aktivitas
kerja
- Occupational terapi, untuk mengatasi kesulitan dalam aktivitas untuk kehidupan
sehari-hari seperti makan, mandi, berpakaian dan pergi ke toilet
- Physical terapi terutama pada lengan yang lemah atau paralyse dan pada gangguan
keseimbangan
- Speech terapi terutama pada pasien dengan gangguan bicara.
PROGNOSIS
Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di Negara-negara
maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan
dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan
angka ketahanan hidup 10 tahun (10 years survival) berkisar 30-40%. Beberapa hal yang
merupakan prognosis buruk tumor otak metastase adalah usia lanjut, gejala-gejala muncul
kurang dari 1 minggu, dan adanya penurunan kesadaran. 4,6
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Sylvia A Price dan Lorraine M Wilson, Buku Patofisiologi edisi ke IV,1995, EGC,
Jakarta.
2. Youmans,Neurological Surgery,edisi IV,1996, by sounders company
3. Raymond D Adamx and Mourice Victor. Allan H Rapper, Principle of
Neurologi,1997,by sounders company
4. Bailey and love’s, Short Practice of Surgery 21 st edition,1992, Chapman and Hall
Medical
5. Annegers JF, Laws ER Jr, Kurland LT, Grabow JD. Head trauma and subsequent
brain tumors. Neurosurgery. 1979, 4: 203-206.
6. Deangelis, Lisa M. 2001. Brain tumor. N Engl J Med, Vol. 344, No. 2
7. Greenberg, Harry S., Chandler, William F., Sandler, Howard M. 1999. Brain Tumors.
Oxford University Press: New York
8. Harsono. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis. Gajah Mada University Press;
Yogyakarta. Hal 201-207
9. Japardi, Iskandar. 2002. Gambaran CT-Scan pada Tumor Otak Benigna. USU digital
library; Sumatera Utara.
10. Japardi, Iskandar. 2002. Tekanan Tinggi Intrakranial. USU digital library; Sumatera
Utara.
11. Mardjono, mahar. 2006. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat; Jakarta. Hal 390-396
12. Ngoerah, I Gst Ng Gd. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Airlangga University
Press; Surabaya. Hal 332-345.
13. Pillay, Prem. 2009. Brain Tumors. Available from:
http://www.drprempillay.org/eng/services_brain_tumors.htm. (Accessed at: 2013,
May 12)
14. Sitepu, Firman., Nara, P. 1985. Metastasis Tumor di Otak. Cermin Dunia Kedokteran
No. 36,1985 41
15. Kegawatdaruratan saraf dan bedah, PT Delta Citra Grafinda, 2002,FK uph lippo
karawaci
39
Recommended